Showing posts with label Mazmur. Show all posts
Showing posts with label Mazmur. Show all posts

Saturday, August 29, 2009

Biji Mata Tuhan

- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Agustus 2009 -

Baca: Mazmur 17:1-15

"Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu" Mazmur 17:8

Mata adalah bagian tubuh manusia yang sangat vital dan berharga. Alkitab menulis, "Mata adalah pelita tubuh." (Matius 6:22a). Berbagai upaya dilakukan untuk menjaga dan melindungi mata dari segala macam gangguan: debu atau tangan jahil orang; tak satu pun orang kita ijinkan menyentuh mata kita. Jadi tak terbayangkan bila kita disebut 'biji mata' Tuhan, pastilah kita ini orang yang sangat istimewa bagiNya dan diperlakukan secara khusus olehNya seperti tertulis, "...siapa yang menjamah kamu, berarti menjamah biji mataNya-:" (Zakharia 2:8).
Tidak sembarang orang berani berkata kepada Tuhan agar memeliharanya seperti biji mataNya apabila ia tidak memiliki hubungan karib dengan Dia. Daud berani berkata demikian karena ia memiliki kedekatan dengan Tuhan sehingga Daud senantiasa mempersilahkan Tuhan menyelidiki dan mengoreksi hatinya; tidak ada sesuatu pun yang ia sembunyikan. Daud menyadari bahwa setiap organ tubuhnya tidak yang tersembunyi bagi Tuhan, termasuk hatinya. Ia berkata, "Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya." (Mazmur 139:1,13,16). Daud tidak takut bila hatinya terus dikoreksi dan diselidiki Tuhan sehingga dia sendiri mengundang Tuhan untuk melakukannya, "Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku;" (Mazmur 139:23).
Kita harus menyadari bahwa mata Tuhan tak dapat dikelabui. Dia dapat melihat keberadaan hidup kita sampai ke relung-relung hati yang terdalam. Jadi jangan menyembunyikan sesuatu dari Tuhan. Bila ada sesuatu yang tidak benar, berkatalah jujur pada Roh Kudus, maka Dia akan memimpin kita ke jalan yang benar. Bila Roh Kudus memerintahkan kita untuk melakukan sesuatu, kita harus taat. Namun untuk menjadi biji mata Tuhan kita harus memiliki kehidupan yang berkenan dan senantiasa menyenangkan hatiNya.

Taat melakukan kehendak Tuhan adalah langkah untuk menjadi biji mataNya!

Tuesday, August 25, 2009

Haus dan Lapar Akan Tuhan

- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Agustus 2009 -

Baca: Lukas 6:20-26

"Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa." Lukas 6:21

Menjadi Kristen bertahun-tahun bukanlah jaminan seseorang mengalami pertumbuhan iman atau menjadi dewasa rohani. Untuk mengalami perubahan dan pembaharuan dari waktu ke waktu seseorang harus memiliki rasa haus dan lapar secara rohani. Mungkin kita dapat 'berpura-pura rohani' dengan rajin ke gereja, namun kita tidak dapat membohongi Tuhan karena Dia tahu benar motivasi hati kita: apakah kita benar-benar punya kerinduan bertemu Tuhan dengan penuh rasa haus dan lapar, atau kita datang beribadah sekedar menjalankan kewajiban dan rutinitas belaka?
Rasa haus dan lapar itulah yang membedakan kualitas masing-masing orang. Yesus berkata, "Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan." (Matius 5:6). Rasa haus dan lapar itu mendorong orang mendapatkan lebih banyak lagi dari Tuhan. Ia akan memiliki kerinduan yang begitu dalam kepada Tuhan, bukan sekedarnya; ia pun menyediakan waktu bersekutu, menyukai firmanNya dan sangat antusias terhadap perkara-perkara rohani. Daud merasakan demikian, "aku suka melakukan kehendakMu, ya Allahku; TauratMu ada dalam dadaku." (Mazmur 40:9). Rasa haus dan lapar itulah awal segala sesuatu. Lapar menyebabkan orang menjangkau sasaran yang lebih tinggi, menjadi agresif secara rohani, melangkah dengan segala upaya dan segenap keberadaan kita untuk menangkap setiap kesempatan yang dari Tuhan. Layaknya tentara militan yang sedang berperang, ia rela berkorban apa pun, tidak takut musuh demi satu tujuan: meraih kemenangan.
Sampai kapan kita harus meras haus dan lapar akan Tuhan? Sampai rasa haus dan lapar itu terpenuhi dan terpuaskan olehNya. Bagaimana mengembakan rasa haus dan lapar? Melalui latihan rohani sehingga roh (manusia batiniah) kita berkembang. Otot tubuh jasmani kita saja semakin kuat dan berkembang ketika kita rajin melatihnya, begitu juga tubuh rohani kita. Dan hal itu membutuhkan kedisiplinan yang begitu tingging.

Untuk mendapatkan hal yang lebih dari Tuhan kita harus memiliki rasa haus dan lapar akan Dia!

Saturday, August 22, 2009

Lidah: Hati-Hati Menggunakannya

- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Agustus 2009 -

Baca: Yakobus 3:1-12

"Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah," Yakobus 3:9

Pentingnya penguasaan lidah bagi kehidupan orang percaya telah sering dibahas dalam renungan ini. Yakobus mengatakan bahwa lidah itu seperti api, "...ia dapat membakar hutan yang besar." (ayat 5b). Api memiliki kuasa yang sangat dahsyat! Hanya dengan sedikit percikan saja sebuah hutan yang luasnya beratus-ratus hektar dengan aneka ragam pepohonan dapat ludes terbakar dalam sekejap! Begitu juga lidah manusia, satu organ tubuh yang kecil, namun melalui lidah seluruh tubuh dapat merasakan apakah makanan yang masuk ke dalam mulut itu berasa enak atau pun hambar. Melalui lidah orang pula kita dapat merasakan perkataan-perkataan yang bersifat membangun, menyentuh hati, pujian atau yang menyakitkan dan membuat pedih hati kita, bahkan dengan lidah pula keluar umpatan, caci maki, atau suatu kutukan sekalipun.
Ada ungkapan yang mengatkan bahwa 'lidah itu tak bertulang'. Itu dikarenakan seringnya kita kurang bertanggung jawab terhadap apa saja yang kita ucapkan, dan tidak berpikir panjang tentang dampak perkataan tersebut. Memang "...tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan." (ayat 8). Acap kali perpecahan terjadi di antara jemaat Tuhan sebagai akibat dari 'lidah yang tak bertulang' ini, misalnya seorang jemaat mundur dan tidak lagi datang beribadah karena mendengar perkataan yang pedas atau sindiran dari saudara seiman lainnya. Perhatikan! Kita harus bisa menjaga lidah kita. Bagaimana? Dengan cara menaklukannya di bawah pimpinan Roh Kudus, sehingga lidah kita tetap terjada dan tidak membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Maka dari itu kita harus berani berkata, "Aku hendak menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku; aku hendak menahan mulutku dengan kekang..." (Mazmur 39:2).
Biarlah kita menggunakan lidah kita untuk memuji nama Tuhan, bersaksi tentang pekerjaan-pekerjaanNya yang besar dan memberitakan kabar keselamatan kepada siapa pun yang kita temui.

"Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat..." 1 Petrus 3:10

Wednesday, August 19, 2009

Tuhan Senantiasa Bersama Kita

- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Agustus 2009 -

Baca: Mazmur 139:1-12

"maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang." Mazmur 139:12

Bukan dari kata orang Daud mengenai kebesaran dan keperkasaan Allah Israel, tetapi dia mengalaminya sendiri. Pembelaan dan penyertaanNya begitu nyata di sepanjang perjalanan hidup Daud. Melewati masa-masa sukar, jalan-jalan yang gelap, bahkan di lembah kekelaman sekali pun Dia tak pernah melepaskan genggaman tanganNya untuk menuntun dan menopang Daud sehingga ia berkata, "Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya." (ayat 6). Sungguh tak terukur betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Allah kepada Daud.
Di Perjanjian Baru Allah menghamparkan jalan di depan kita agar kita dapat masuk dalam rencanaNya bersama Kristus. Namun untuk mencapai tujuan kita bersama Kristus kita harus tunduk dan mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada tuntunanNya langkah demi langkah setiap hari. Dalam mengikuti pimpinan Tuhan masa depan tak selalu tampak cerah, terkadang mendung menyelimuti perjalanan kita dan rencanaNya bagi kita tak akan membuat malam itu terang. Upah dari Kerjaan Allah tidak selalu diberikan keesokan hari, tetapi upah itu pasti datang! "Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh." (Habakuk 2:3). Ketaatan kepada Tuhan dan firmanNya selalu akan mendatangkan upah. Namun taat berjalan dengan Tuhan sering kita harus melalui lorong-long yang belum kita kenal dan sangat asing bagi kita, eteapi tidak bagi Tuhan, sebab "Ia tahu jalan hidupku;", kata Ayub (Ayub 23:10a), dan kegelapan sepekat apa pun tidak menggelapkan Tuhan!
Kita tidak tahu apa yang akan terjadi hari esok, tapi Dia tahu benar! Dia mempunyai suatu rencana yang indah bagi kita sehingga Dia tahu bagaimanan mengatur langkah dan memimpin langkah kita agar rencanaNya terpenuhi. Jadi kita tidak menghadapi masa depan itu sendirian, melainkan bersama Yesus, Gembala yang baik, yang ada di sisi kita dan selalu menuntun kita.

Jangan takut dan tawar hari hadapi esok karena Tuhan ada di pihak kita!

Monday, August 10, 2009

Si Penghalang Berkat: Iblis

- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Agustus 2009 -

Baca: 2 Korintus 4:1-6

"...orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah." 2 Korintus 4:4

Banyak anak Tuhan mengalami kegagalan di setiap pergumulan hidupnya. Hidupnya diwarnai frustrasi yang berkepanjangan dan kekecewaan yang mendalam sehingga mereka menyerah begitu saja di tengah perjalanan imannya. Mengapa mereka selalu gagal? Itu karena mereka memiliki cara berpikir yang salah sehingga iman mereka tidak teguh dan mudah goyah ketika sakit yang dideritanya tidak kunjung sembuh, atau apa yang ia doakan sekian lama ternyata belum juga beroleh jawaban dari Tuhan. Mereka berpikir Tuhanlah penyebab semua itu. Mereka beranggapan janjiNya teori saja, terbukti Ia tidak peduli dan membiarkan anak-anakNya dalam perderitaan dan masalah.
Alkitab jelas mencatat: "Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah. Engkau, TUHAN, yang akan menepatinya,..." (Mazmur 12:7-8). Tuhan tidak pernah mempermalukan orang yang bersandar kepadaNya. Apabila kita berdiri di atas firman, firmanNya itu akan bekerja. Tuhan sendiri berkata, "...firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya." (Yesaya 55:11). Tuhanlah yang menjanjikan kita pertolongan. Sayang, kita seringkali menjadi korban tipuan/Iblis yang berkata bahwa percaya dan mengimani firman Tuhan itu tidak akan pernah menyelesaikan persoalan.
Saat ini banyak orang yang pikirannya dibutakan oleh ilah zaman ini sehingga tidak dapat melihat kemuliaan cahaya Injil. Akibatnya mereka lebih percaya kepada bujuk rayu Iblis yang menawarkan penyelesaian dan jalan keluar secara instan tanpa perlu melewati proses yang panjang. Bukankah ini yang dicari banyak orang? Kita lupa kepada kemenangan Yesus di atas kayu salib! Kita bukanlah orang-orang yang kalah! Perasaan takut, kuatir dan semua hal negatif datangnya dari Iblis dan dilakukannya supaya berkat dan pertolonga yang disediakan Tuhan bagi kita terhalang!

"Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?" Roma 8:31b

Thursday, July 30, 2009

Masalah Hati

- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Juli 2009 -

Baca: Amsal 27:1-20

"Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu." Amsal 27:19

Adalah tidak mudah ketika seseorang ingin mengevaluasi diri sendiri karena menyangkut kejujuran, yang merupakan unsur utama dalam melakukan evaluasi. Kendala terbesar yang menjadi penghalang ketika seseorang melakukan evaluasi diri adalah adanya keakuan yang besar, kesombongan diri, kemunafikan atau keengganan untuk berubah. Tidak banyak orang yang mau mengevaluasi diri tentang kondisi hatinya, karena hal ini membutuhkan kerendahan hatinya. Seringkali kita berpura-pura dan berusaha menutup-nutupi hati kita dengan berbagai upaya agar orang ain tidak tahu yang sebenarnya. Ingat! "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mati, tapi Tuhan melihat hati." (1 Samuel 16:7b). Mari kita belajar dari hidup Daud yang tidak pernah berhenti memohon kepada Tuhan agar Ia senantiasa menyelidiki hatinya. Seru Daud, "Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku;" (Mazmur 139:23).
Hati dapat menimbulkan berbagai masalah dalam kehidupan karena segala tindakan kita berasal dari pikiran, termasuk di dalamnya perbuatan dosa. Apakah kita telah menggunakan pikiran kita secara efektif dan benar? Apakah kita sedang memikirkan kejelekan orang lain? Ataukah kita sedang merancang kejahatan di dalam hati kita? Sudahkah kita melakukan nasihat Paulus: "Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi." (Kolose 3:2)? Hati kita ibarat sehelai kanvas yang akan terbentuk coraknya sesuai cat yang disapukan ke atasnya. Impian dan keinginan hati manusia ibarat catnya dan apabila kita menyapukan kuas iman dan mulai mengecat di atas kanvas hati kita, terwujudlah apa yang Tuhan nyatakan bagi kita melalui iman dan tindakan kita.
Apa yang seharusnya ada dalam pikiran kita? Baca Filipi 4:8. Bila hati kita masih dipenuhi dengan segala jenis kejahatan (baca Matius 15:19), ketakutan, kekuatiran dan juga kedegilan, datanglah segera kepada Tuhan, akuilah dengan jujur dan mohonlah agar Tuhan menyelidiki hati kita, maka Dia pasti sanggup memulihkan!

"Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." Amsal 4:23

Wednesday, July 29, 2009

Tuhan Itu Penolong Dan Perisai Kita

- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Juli 2009 -

Baca: Mazmur 33:16-22

"Seorang raja tidak akan selamat oleh besarnya kuasa; seorang pahlawan tidak akan tertolong oleh besarnya kekuatan." Mazmur 33:16

Menjadi seorang pemimpin berarti memiliki kekuasaan. Seorang presiden memegang kekuasaan atas negara yang dipimpinnya; seorang raja berkuasa penuh atas rakyat dan kerajaannya. Namun harus kita akui bahwa besarnya kuasa seseorang tidak bisa menjamin bahwa ia akan aman seratus persen. Oleh sebab itu berbagai upaya dilakukan untuk menjaga dan melindungi seorang pemimpin, contoh: ada pasukan pengawal yang bersenjata lengkap atau bodyguard yang selalu menyertai ke mana pun ia pergi, dengan tujuan agar pemimpin itu tetap terlindungi dari bahaya yang sewaktu-waktu mengancam. Meskipun demikian, masih banyak terjadi seorang presiden, raja, bos perusahaan atau juga seorang panglima perang yang tewas terbunuh oleh musuh.
Ini juga suatu peringatan bagi orang-orang kaya yang dalam hidupnya selalu bergantung dan mengandalkan uang atau kekayaannya: rumah mewah dilengkapi dengan sistem penjagaan yang ketat, pagar tinggi, satpam dan juga anjing yang berkeliaran menjaga rumahnya. Tetapi jika maut akan merengut nyawanya, tak kurang jalan. Dapat disimpulkan bahwa kekuatan, kekayaan, kekuasaan dan keperkasaan seseorang tidak dapat menjamin keselamatan jiwanya, seperti dikatakan "Kuda adalah harapan sia-sia untuk mencapai kemenangan, yang sekalipun besar ketangkasannya tidak dapat memberi keluputan." (ayat 17). Tenaga sekuat apa pun dan senjata secanggih apa pun yang kita miliki, jika kita tidak mempunyai hati yang takut akan Tuhan, semuanya sia-sia.
Jadi, takut akan Tuhan adalah syarat mutlak untuk memperoleh keselamatan, terutama keselamatan jiwa dan kehidupan kekal, karena "Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya, untuk melepaskan jiwa mereka dari pada maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan." (ayat 18-19). Tuhanlah yang senantiasa menjadi penolong dan perisai bagi orang-orang yang takut kepadaNya; Dia selalu punya cara yang ajaib dan tak masuk akal, itulah yang disediakanNya (baca 1 Korintus 2:9).

"Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya." Mazmur 34:18

Sunday, July 26, 2009

Menghitung Hari Dengan Bijak

- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Juli 2009 - 

Baca:  Mazmur 90:1-17 

Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." Mazmur 90:12 

Setiap hari adalah hari baru dan satu hari hanya dapat kita jalani satu kali saja. Kemudian hari tersebut berganti dengan hari berikutnya yang sama lamanya namun berbeda keadaannya. Hari yang telah kita lalui itu sudah menjadi masa lalu dan tinggal kenangan; hari ini merupakan kesempatan, sedangkan hari-hari yang akan datang menjadi suatu pengharapan bagi kita. Karena begitu berharganya waktu, Musa berdoa kepada Tuhan agar ia diberi hati yang bijaksana sehingga dapat memperhatikan hari demi hari dengan sungguh-sungguh, supaya tidak ada satu hari pun yang terlewatkan dengan percuma. Begitu juga kita yang telah dikaruniai Tuhan dengan banyak talenta, pastilah kita tidak akan merelakan waktu berlalu begitu saja sebab kita tidak tahu apakah esok kita masih punya kesempatan menyambut matahari menyingsing. Dan bagi orang Kristen, waktu adalah untuk berjaga-jaga, sebab waktu Tuhan itu adalah ketika Ia datang laksana seorang pencuri (baca Wahyu 3:3). Biasanya pencuri mengintai kelengahan seseorang, mungkin saat ia sedang tertidur pulas atau bepergian. Perihal berjaga-jaga ini juga disampaikan rasul Paulus kepada jemaat di Efesus, "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan." (Efesus 5:15-17). Jadi, kita harus selalu waspada dan tidak lengah sedetik pun! Kita harus bertanggung jawab menjalani hidup sepanjang waktu yang diberikan Tuhan, sebab waktu yang kita jalani ini sedang bergerak menuju kekekalan, dan hidup yang kita jalani sekarang ini memiliki dampak ke kekekalan. Pertanyaannya: apakah hari-hari yang kita jalani sekarang ini sejalan dengan kehendak Tuhan? Karena apa pun yang kita lakukan sekarang sangat menentukan status kita di hadapan Tuhan kelak. Maka dari itu "...waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah" (1 Petrus 4:2). 

Saat ini adalah waktu yang tepat hidup kudus dan melakukan kehendak Tuhan!

Thursday, July 23, 2009

Jangan Pernah Ragu

- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Juli 2009 -

Baca: Yosua 1:1-18

"Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi." Yosua 1:9

Saat permasalahan, sakit-penyakit, krisis keuangan dan sebagainya datang menghantui hidup kita, rasa takut dan kuatir seringkali timbul mencemari pikiran kita sehingga iman kita menjadi lemah. Kita mulai berpikir masalah yang kita alami terlalu berat dan tidak ada harapan lagi, padahal Tuhan berjanji bahwa "...masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." (Amsal 23:18). Setiap manusia selalu berharap hidupnya baik-baik saja, mulus tanpa hambatan atau rintangan sedikit pun, padahal untuk mendapatkan janji Tuhan perlu proses, seperti dialami Yosua saat membawa bangsa Israel keluar Mesir menggantikan Musa. Itu tidak mudah, tantangan sangat berat karena bangsa Israel adalah bangsa yang tegar tengkuk.
Itulah sebabnya Tuhan berpesan kepada Yosua: kuatkan dan teguhkanlah hatimu! Pesan ini disampaikai sampai 4 kali, artinya untuk bisa meraih janji Tuhan kita perlu memperhatikan pesan atau perintahNya karena suatu saat nanti kita akan menghadapi musuh. Musuh berbicara tentang sakit-penyakit, kritis keuangan atau masalah lain, tapi Tuhan berjanji, "Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau." (auyat 5c dari Yosua 1). Ia akan selalu menyertai dan menolong kita saat kita membutuhkan, seperti pengakuan Daud, "Pertolonganku ialah dari Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi." (Mazmur 121:2). Mengapa janji Tuhan belum terealisasi dalam hidup kita? Masalahnya adalah kita mulai lemah dan tidak sabar menanti janjiNya digenapi, padahal Tuhan punya waktu tersendiri untuk menggenapi janjiNya.
Dia tidak pernah terlambat untuk menolong kita, tapi kita sendirilah yang selalu membuat pertolongan itu tertunda oleh karena sungutan dan keluh kesah kita, sama halnya bangsa Israel yang tidak pernah berhenti mengeluh dan mengomel, padahal merka senantiasa mengalami pertolonganNya yang ajaib. Itu belum cukup bagi mereka untuk bisa mengucap syukur, yang ada malah selalu menyalahkan Tuhan.

Kunci utama hidup berkemenangan adalah selalu perkatakan firmanNya, renungkan siang dan malam agar iman kita tetap kuat dan berhenti mengeluh!

Tuesday, July 21, 2009

Berseru-Seru Tak Kenal Lelah

- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Juli 2009 -

Baca: Mazmur 13:1-6

"Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku?" Mazmur 13:2

Keputusasaan sempat dialami Daud, terlihat dari tulisannya dalam Mazmur 13. Ia serasa kehilangan semangat dan menyerah pada keadaan. Saat dalam kesulitan besar, Tuhan seolah-oleh membiarkan, berdiam seorang diri dan tidak bersedia memberikan pertolongan. Sepertinya doa yang diserukan siang malam sia-sia karena tidak ada jawaban.
Bukankah kita juga pernah mengalami hal seperti yang dirasakan pemamzmur ini? Kita sudah tidak punya daya lagi untuk berdoa, sementara pergumulan yang kita alami begitu berat. Kita meratap dan mengerang menahan sakit, tapi pertolongan Tuhan tidak kunjung tiba. Lalu kita berkata, "Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari? Berapa lama lagi musuhku meninggikan diri atasku?" (ayat 3). Jangan pernah berhenti untuk berdoa dan berharap kepada Tuhan. Ada kata bijak yang menyatakan: 'Usaha keras selalu membuahkan hasil yang memuaskan.' Kondisi ini juga dialami seorang janda dalam perumpamaan tentang hakim yang tidak benar (baca Lukas 18:1-8). Janda itu tidak pernah putus asa meskipun sang hakim seringkali menolak perkaranya, bahkan disebutkan bahwa ia adalah "...seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun." (Lukas 18:2), tapi hal itu tidak mematahkan harapan janda ini untuk "...selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku." (ayat 3 dari Lukas 18).
Semangat itulah yang seharusnya kita miliki juga, terus berseru-seru kepada Tuhan. Mungkin sampai saat ini belum ada jawaban atas pergumulan kita; mungkin sepertinya terlalu besar masalah yang kita hadapai bahkan serasa tiada harapan lagi, tapi kita tidak perlu mengukur beban itu dengan kekuatan kita; yang harus kita lakukan adalah membuka mata rohani untuk melihat kebesaran Tuhan yang jauh melebihi apapun juga. "Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya." (Mazmur 34:18). Waktu kita bukanlah waktu Tuhan; Dia lebih tahu mana yang terbaik buat kita, karena itu jangan menjadi lemah.

"Ya, semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu;" Mazmur 25:3

Tuesday, July 7, 2009

Hanya Tuhan Sumber Kebahagiaan

- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Juli 2009 -


"Orang itu sendiri (yang takut akan Tuhan) akan menetap dalam kebahagiaan dan anak cucunya akan mewarisi bumi." Mazmur 25:13

Tidak ada kebahagiaan sejati di dunia ini. Kebahagiaan yang ditawarkan dunia adalah semu. Orang dunia seringkali mengukur kebahagiaan dari banyak sedikitnya uang dimiliki atau harta yang melimpah, jabatan/kedudukan dan juga popularitas. Kenyataannya, semua itu tidak menjamin seseorang memperoleh kebahagiaan. Bukankah sering kita baca di koran banyak public figure (artis, pejabat) yang kedapatan frustrasi, mencoba bunuh diri, lari kepada narkoba atau pergaulan bebas karena merasakan kehampaan dalam hidupnya? Padahal, materi dan popularitas sudah mereka dapatkan.

Ingatlah bahwa sumber kebahagiaan itu adalah Tuhan! Dan dosalah yang menjadi penyebab manusia kehilangan kebahagiaan. Oleh karena dosa/pelanggaran, manusia pertama diusir dari taman Eden sehingga manusia kehilangan kebahagiaan. Akibatnya, berbagai upaya dilakukan manusia agar mendapatkan kebahagiaan itu kembali, meskipun cara yang ditempuhnya tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Semakin manusia berusaha dengan kekuatannya sendiri, semakin mereka terjebak dalam tipu muslihat Iblis yang acapkali menawarkan kebahagiaan semu. Dunia dengan segala gemerlapnya menjadi umpan empuk bagi orang-orang yang haus akan kebahagiaan. Banyak orang telena dan malah semakin jauh dari Sumber Kebahagiaan yang sesungguhnya. Pemazmur berkata "Siapakah orang yang takut akan TUHAN? Kepadanya TUHAN menunjukkan jalan yang harus dipilihnya. Orang itu sendiri akan menetap dalam kebahagiaan dan anak cucunya akan mewarisi bumi." (ayat 12-13).

Jadi, siapa pun yang ingin berbahagia dalam hidupnya harus memiliki hati yang takut akan Tuhan dengan melakukan firmanNya, sebab firmanNya adalah kebenaran yang akan menuntun dan membawa kita mendapatkan kebahagiaan. Dan apabila kita mengutamakan Tuhan, mencari KerajaanAllah dan kebenarannya, maka semuanya ditambah-tambahkan dalam hidup kita (baca Matius 6:33).

Kebahagiaan hanyalah milik orang-orang yang takut akan Tuhan, "...yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam." (Baca Mazmur 1:2)