Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Desember 2010 -
Baca: Mazmur 46:1-12
"Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." Mazmur 46:2
Di hari ini semua orang pasti berkata dalam hati, "Oh tanpa terasa hari ini adalah hari terakhir di tahun 2010. Waktu kok begitu cepat ya, padahal banyak hal yang belum tercapai." Malam ini pasti menjadi momen yang mendebarkan, berbagai rencana disusun untuk menyambut malam pergantian tahun. Biasanya banyak orang ingin menghabiskan acara end of year ini dengan pesta pora, menikmati kesenangan atau mungkin menghambur-hamburkan uang melalui pesta kembang api. Sudah dipastikan semua stasiun televisi melaporkan tentang hingar-bingar orang menantikan detik-detik pergantian tahun ini. Alkitab menyatakan, "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun yang di bawah langit ada waktunya." (Pengkotbah 3:1). Yang pasti, waktu akan terus melaju dan siapa pun kita, tak mampu mengubah dan menghentikannya.
Berhargakah waktu bagi Saudara? Hari-hari yang kita jalanai sepanjang tahun 2010 ini akan menjadi suatu kenangan, menjadi masa lampau dan tak mungkin terulang kembali. Satu hal baik untuk kita lakukan di hari ini adalah merefleksi diri, karena tanpa merefleksi diri dan melakukan kontemplasi (perenungan) kita tidak akan bertumbuh. Di tahun 2010 mungkin banyak warna kehidupan suram telah kita alami: kesulitan, kesesakan dan penderitaan, di mana tak seorang pun dapat kita jadikan sandaran, bahkan uang yang kita punya pun tak dapat menolong dan menyelamatkan kita. Kita mungkin hanya bisa berdoa sebagaimana dinasihatkan Yakobus, "kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa!" (Yakobus 5:13a). Artinya kita menjadikan Tuhan, bukan yang lain, sebagai penolong dan pengharapan kita. Bukankah telah terbukti bahwa Tuhan sanggup menolong kita?
Mazmur 46 ini ditulis saat kesukarang sedang melanda, di mana Yerusalem sedang dikepung oleh Sanherib, raja Asyur, namun Tuhan sanggup melepaskan mereka dari kesesakan. Walaupun saat ini gunung bergoncang dan sekalipun bumi berubah, percayalah bahwa perlindungan Tuhan menjadi jaminan rasa aman kita. Dia selalu punya cara ajaib untuk menolong kita. Waktu tidak akan menunggu kita. Siapa yang dapat menjamin bahwa kita dapat menyambut matahari esok pagi?
Mari malam ini kita tutup lembaran 2010 dengan ucapan syukur, hanya karena Tuhanlah kita bisa melewati semuanya itu!
Friday, December 31, 2010
Thursday, December 30, 2010
HARGA ITU ADALAH KOMITMEN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Desember 2010 -
Baca: Lukas 9:22-27
"Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barngsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya." Lukas 9:24
Rasul Paulus menulis: "Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia. Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia." (2 Timotius 2:20-21). Segala sesuatu yang memiliki nilai guna tinggi pasti berharga sangat mahal; sesuatu yang berkualitas juga pasti sangat mahal harganya. Sebaliknya, sesuatu yang murah kualitasnya pasti sangat diragukan. Apa pun itu, baik perabot rumah tangga, perhiasaan atau aksesoris, atau pun suatu jabatan (profesi) dan lain-lain.
Begitu juga dalam pengiringan kita kepada Tuhan, ada harga yang harus kita bayar. Memang kita telah menerima keselamatan dari Tuhan secara gratis, tanpa bayar. Tetapi untuk mengikuti Dia dan melayaniNya kita harus mau membayar segala sesuatunya. Tuhan Yesus berkata, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku." (Lukas 9:23). Harga itu adalah penyangkalan diri. Penyangkalan diri berarti rela mengesampingkan segala sesuatu yang merebut hati kita dari Tuhan; mau mengutamakan Tuhan lebih dari segalanya. Bila selama ini kita masih berkompromi dengan dosa, lebih mengasihi dunia ini, berarti kita belum mampu membayar harga itu. Harga dari keselamatan adalah kerelaan untuk menempatkan Yesus sebagai yang terutama dalam hidup kita.
Menjadi orang Kristen harganya adalah komitmen. Mengesampingkan kepentingan diri sendiri dan lebih mengutamakan Tuhan adalah bukti suatu komitmen. Inilah yang disebut pikul salib. Banyak orang ingin menjadi serupa dengan Kristus tapi hanya dalam hal melakukan mujizat, supaya namanya dikenal banyak orang.
Menjadi seperti Yesus berarti mau hidup seperti Yesus hidup: taat kepada kehendak Bapa sepenuhnya, senantiasa tekun berdoa dan rela menderita bagi Injil Kristus!
Baca: Lukas 9:22-27
"Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barngsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya." Lukas 9:24
Rasul Paulus menulis: "Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia. Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia." (2 Timotius 2:20-21). Segala sesuatu yang memiliki nilai guna tinggi pasti berharga sangat mahal; sesuatu yang berkualitas juga pasti sangat mahal harganya. Sebaliknya, sesuatu yang murah kualitasnya pasti sangat diragukan. Apa pun itu, baik perabot rumah tangga, perhiasaan atau aksesoris, atau pun suatu jabatan (profesi) dan lain-lain.
Begitu juga dalam pengiringan kita kepada Tuhan, ada harga yang harus kita bayar. Memang kita telah menerima keselamatan dari Tuhan secara gratis, tanpa bayar. Tetapi untuk mengikuti Dia dan melayaniNya kita harus mau membayar segala sesuatunya. Tuhan Yesus berkata, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku." (Lukas 9:23). Harga itu adalah penyangkalan diri. Penyangkalan diri berarti rela mengesampingkan segala sesuatu yang merebut hati kita dari Tuhan; mau mengutamakan Tuhan lebih dari segalanya. Bila selama ini kita masih berkompromi dengan dosa, lebih mengasihi dunia ini, berarti kita belum mampu membayar harga itu. Harga dari keselamatan adalah kerelaan untuk menempatkan Yesus sebagai yang terutama dalam hidup kita.
Menjadi orang Kristen harganya adalah komitmen. Mengesampingkan kepentingan diri sendiri dan lebih mengutamakan Tuhan adalah bukti suatu komitmen. Inilah yang disebut pikul salib. Banyak orang ingin menjadi serupa dengan Kristus tapi hanya dalam hal melakukan mujizat, supaya namanya dikenal banyak orang.
Menjadi seperti Yesus berarti mau hidup seperti Yesus hidup: taat kepada kehendak Bapa sepenuhnya, senantiasa tekun berdoa dan rela menderita bagi Injil Kristus!
Wednesday, December 29, 2010
IMAN: Sudah Menerima Jawaban Doa
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Desember 2010 -
Baca: Markus 11:20-26
"apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu." Markus 11:24
Di dalam Ibrani 11:1 dikatakan, "Iman adalah dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." Diperjelas pula bahwa "...tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah." (Ibrani 11:6a).
Dengan demikian, sebagai orang percaya kita harus hidup dalam iman, karena tanpa iman kita tidak berkenan kepada Tuhan. Oleh sebab itu saat kita berdoa memohon sesuatu kepada Tuhan, kita harus melakukannya dengan sungguh. Kita pun harus percaya bahwa Tuhan telah mendengar dan menjawab doa kita meski, secara kasat mata, jawaban itu belum kita terima, tapi kita harus mengimaninya. Doa dengan iman memang tidak mudah merupakan suatu tantangan, karena yang kita harapkan dan kenyataan yang kita hadapi terkadang sangat bertolak belakang. Seringkali kita gagal dalam hal ini. Kita gagal menerima jawaban doa atau janji Tuhan karena iman kita goyah dan ketekunan kita berhenti di tengah jalan setelah melihat situasi yang tidak menunjang, atau menanti terlalu lama dan kita kurang sabar menunggu waktu Tuhan.
Di sisi lain kita juga banyak mendengar saudara-saudara kita mengalami pertolongan Tuhan yang ajaib dan heran. Mereka beroleh jawaban karena mereka tekun dan berdoa dengan penuh iman. Tertulis demikian: "Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" (Markus 9:23b). Bila kita perhatikan setiap kali hendak menyembuhkan orang sakit atau melakukan sesuatu kepada orang lain, Yesus terlebih dahulu melihat iman dalam diri orang tersebut, contoh: menyembuhkan hamba seorang perwira Kapernaum (Matius 8:10), orang yang lumpuh (Matius 9:2b), orang buta dicelikkan (Matius 9:29), perempuan yang sakit pendarahan selama 12 tahun (Markus 5:34) dan sebagainya. Begitu juga dengan Abraham, imannya tidak goyah meski harus menunggu lama sampai akhirnya janji Tuhan itu benar-benar digenapi dalam hidupnya. Itulah sebabnya Abraham disebut sebagai bapa segala orang yang beriman.
Bila saat ini kita sedang memiliki pergumulan doa yang belum dijawab, jangan putus asa! Bangkitkan iman Saudara dengan membaca dan merenungkan firman Tuhan, karena iman timbul dari pendengaran akan firmanNya (baca Roma 10:17).
Percayalah dengan iman bahwa janjiNya pasti digenapi!
Baca: Markus 11:20-26
"apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu." Markus 11:24
Di dalam Ibrani 11:1 dikatakan, "Iman adalah dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." Diperjelas pula bahwa "...tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah." (Ibrani 11:6a).
Dengan demikian, sebagai orang percaya kita harus hidup dalam iman, karena tanpa iman kita tidak berkenan kepada Tuhan. Oleh sebab itu saat kita berdoa memohon sesuatu kepada Tuhan, kita harus melakukannya dengan sungguh. Kita pun harus percaya bahwa Tuhan telah mendengar dan menjawab doa kita meski, secara kasat mata, jawaban itu belum kita terima, tapi kita harus mengimaninya. Doa dengan iman memang tidak mudah merupakan suatu tantangan, karena yang kita harapkan dan kenyataan yang kita hadapi terkadang sangat bertolak belakang. Seringkali kita gagal dalam hal ini. Kita gagal menerima jawaban doa atau janji Tuhan karena iman kita goyah dan ketekunan kita berhenti di tengah jalan setelah melihat situasi yang tidak menunjang, atau menanti terlalu lama dan kita kurang sabar menunggu waktu Tuhan.
Di sisi lain kita juga banyak mendengar saudara-saudara kita mengalami pertolongan Tuhan yang ajaib dan heran. Mereka beroleh jawaban karena mereka tekun dan berdoa dengan penuh iman. Tertulis demikian: "Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" (Markus 9:23b). Bila kita perhatikan setiap kali hendak menyembuhkan orang sakit atau melakukan sesuatu kepada orang lain, Yesus terlebih dahulu melihat iman dalam diri orang tersebut, contoh: menyembuhkan hamba seorang perwira Kapernaum (Matius 8:10), orang yang lumpuh (Matius 9:2b), orang buta dicelikkan (Matius 9:29), perempuan yang sakit pendarahan selama 12 tahun (Markus 5:34) dan sebagainya. Begitu juga dengan Abraham, imannya tidak goyah meski harus menunggu lama sampai akhirnya janji Tuhan itu benar-benar digenapi dalam hidupnya. Itulah sebabnya Abraham disebut sebagai bapa segala orang yang beriman.
Bila saat ini kita sedang memiliki pergumulan doa yang belum dijawab, jangan putus asa! Bangkitkan iman Saudara dengan membaca dan merenungkan firman Tuhan, karena iman timbul dari pendengaran akan firmanNya (baca Roma 10:17).
Percayalah dengan iman bahwa janjiNya pasti digenapi!
Tuesday, December 28, 2010
KUASA DI BALIK DOA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Desember 2010 -
Baca: Yakobus 5:12-20
"Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumipun mengeluarkan buahnya." Yakobus 5:18
Alkitab terlebih dahulu menjelaskan: "Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujanpun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan." (ayat 17). Jadi sudah jelas bahwa Elia adalah manusia biasa, sama dengan kita. Yang mungkin membedakan adalah imannya.
Mengapa doa Elia begitu berkuasa? Ada kuasa yang luar biasa yang Tuhan berikan kepada orang-orang benar yang sungguh-sungguh berdoa. Pernah kita baca dalam renungan beberapa hari lalu, bahwa orang benar adalah "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu." (Mazmur 24:4). Diartikan juga sebagai orang-orang yang hidup dalam kebenaran. Itulah yang menjadi kunci mengapa doa yang dipanjatkan Elia kepada Tuhan selalu menghasilkan kuasa mujizat. Ketika Elia berdoa supaya langit menurunkan hujan, maka terjadilah. "Maka dalam sekejap mata langit menjadi kelam oleh awan badai, lalu turunlah hujan yang lebat." (1 Raja-Raja 18:45a). Mujizat juga terjadi di atas gunung Karmel saat ia berhadapan dengan nabi-nabi Baal (baca 1 Raja-Raja 18:36-40). Sungguh ada kuasa di balik doa orang benar! Juga karena doa Elisa, anak perempuan Sunem yang sudah meninggal sanggup dihidupkan kembali. "Maka bersinlah anak itu sampai tujuh kali, lalu membuka matanya." (2 Raja-Raja 4:35b).
Begitu juga ketika Yosua berdoa dengan sungguh-sungguh, katanya, "Matahari, berhentilah di atas Gibeon dan engkau, bulan, di atas lembah Ayalon! Maka berhentilah matahari dan bulanpun tidak bergerak, sampai bangsa itu membalaskan dendamnya kepada musuhnya. Belum pernah ada hari seperti itu, baik dahulu maupun kemudian, bahwa Tuhan mendengarkan permohonan seorang manusia secara demikian, sebab yang berperang untuk orang Israel ialah Tuhan." (Yosua 10:12, 13a, 14). Luar biasa! Doa orang benar itu menghasilkan kuasa! Kita pun bisa mengalami mujizat asal kita hidup benar di hadapan Tuhan.
Tak boleh dilupakan bahwa kita juga harus mengakui dosa-dosa kita, baik dosa terhadap sesama dan juga terhadap Tuhan (baca Yakobus 5:16), supaya doa kita didengar Tuhan.
Baca: Yakobus 5:12-20
"Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumipun mengeluarkan buahnya." Yakobus 5:18
Alkitab terlebih dahulu menjelaskan: "Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujanpun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan." (ayat 17). Jadi sudah jelas bahwa Elia adalah manusia biasa, sama dengan kita. Yang mungkin membedakan adalah imannya.
Mengapa doa Elia begitu berkuasa? Ada kuasa yang luar biasa yang Tuhan berikan kepada orang-orang benar yang sungguh-sungguh berdoa. Pernah kita baca dalam renungan beberapa hari lalu, bahwa orang benar adalah "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu." (Mazmur 24:4). Diartikan juga sebagai orang-orang yang hidup dalam kebenaran. Itulah yang menjadi kunci mengapa doa yang dipanjatkan Elia kepada Tuhan selalu menghasilkan kuasa mujizat. Ketika Elia berdoa supaya langit menurunkan hujan, maka terjadilah. "Maka dalam sekejap mata langit menjadi kelam oleh awan badai, lalu turunlah hujan yang lebat." (1 Raja-Raja 18:45a). Mujizat juga terjadi di atas gunung Karmel saat ia berhadapan dengan nabi-nabi Baal (baca 1 Raja-Raja 18:36-40). Sungguh ada kuasa di balik doa orang benar! Juga karena doa Elisa, anak perempuan Sunem yang sudah meninggal sanggup dihidupkan kembali. "Maka bersinlah anak itu sampai tujuh kali, lalu membuka matanya." (2 Raja-Raja 4:35b).
Begitu juga ketika Yosua berdoa dengan sungguh-sungguh, katanya, "Matahari, berhentilah di atas Gibeon dan engkau, bulan, di atas lembah Ayalon! Maka berhentilah matahari dan bulanpun tidak bergerak, sampai bangsa itu membalaskan dendamnya kepada musuhnya. Belum pernah ada hari seperti itu, baik dahulu maupun kemudian, bahwa Tuhan mendengarkan permohonan seorang manusia secara demikian, sebab yang berperang untuk orang Israel ialah Tuhan." (Yosua 10:12, 13a, 14). Luar biasa! Doa orang benar itu menghasilkan kuasa! Kita pun bisa mengalami mujizat asal kita hidup benar di hadapan Tuhan.
Tak boleh dilupakan bahwa kita juga harus mengakui dosa-dosa kita, baik dosa terhadap sesama dan juga terhadap Tuhan (baca Yakobus 5:16), supaya doa kita didengar Tuhan.
Monday, December 27, 2010
BUANG SEMUA KEMUNAFIKAN!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Desember 2010 -
Baca: Markus 12:38-40
"Hati-hatilah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di pasar," Markus 12:38
Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat dikenal sebagai orang yang 'suci'. Sayang, mereka melakukan ibadah atau kegiatan rohani hanya sebatas aktivitas fisik saja dan itu pun disertai dengan motivasi yang tidak benar, seperti tertulis: "Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi." (Matius 23:5-7). Tuhan Yesus berkata, "...di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan." (Matius 23:28).
'Hypocises' adalah asal kata dari 'munafik' yang artinya orang yang sedang bersandiwara atau, tindakan yang ia lakukan hanyalah sebuah kepura-puraan. Kemunafikan adalah sifat yang sangat dibenci Tuhan! Adakah orang Kristen yang hidup dalam kemunafikan? Jawabannya: banyak sekali! Saat berada di dalam ruangan ibadah atau gereja, atau saat sedang terlibat pelayanan, kita selalu terlihat begitu suci dan bersikap manis ala angels. Yang kita perbincangkan hanyalah tema-tema Alkitabiah. Tetapi sepulang dari ibadah, sikap, ucapan dan tindakan kita berubah secara drastis. Di rumah para tuan mulai memperlakukan pembantunya semena-mena tanpa kasih; para bos mulai menjalanan bisnis yang penuh dengan trik dan lain-lain. Sampai-sampai ada istilah 'Kristen tomat' (Minggu tobat, hari lain kumat/kambuh).
Orang dunia beranggapan bahwa kemunafikan adalah cara yang dibutuhkan agar kita dapat survive dalam pergaulan dan juga karier. Terhadap orang-orang yang munafik Tuhan Yesus memakai bahasa yang cukup keras: celakalah kamu yang munafik!
Bila saat ini kita masih tergolong sebagai orang-orang yang munafik, mari kita bertobat dengan sungguh, karena kemunafikan hanya akan membawa kita kepada kehancuran: Tuhan akan memalingkan wajahNya terhadap kita, artinya pintu berkat juga tertutup!
Baca: Markus 12:38-40
"Hati-hatilah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di pasar," Markus 12:38
Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat dikenal sebagai orang yang 'suci'. Sayang, mereka melakukan ibadah atau kegiatan rohani hanya sebatas aktivitas fisik saja dan itu pun disertai dengan motivasi yang tidak benar, seperti tertulis: "Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi." (Matius 23:5-7). Tuhan Yesus berkata, "...di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan." (Matius 23:28).
'Hypocises' adalah asal kata dari 'munafik' yang artinya orang yang sedang bersandiwara atau, tindakan yang ia lakukan hanyalah sebuah kepura-puraan. Kemunafikan adalah sifat yang sangat dibenci Tuhan! Adakah orang Kristen yang hidup dalam kemunafikan? Jawabannya: banyak sekali! Saat berada di dalam ruangan ibadah atau gereja, atau saat sedang terlibat pelayanan, kita selalu terlihat begitu suci dan bersikap manis ala angels. Yang kita perbincangkan hanyalah tema-tema Alkitabiah. Tetapi sepulang dari ibadah, sikap, ucapan dan tindakan kita berubah secara drastis. Di rumah para tuan mulai memperlakukan pembantunya semena-mena tanpa kasih; para bos mulai menjalanan bisnis yang penuh dengan trik dan lain-lain. Sampai-sampai ada istilah 'Kristen tomat' (Minggu tobat, hari lain kumat/kambuh).
Orang dunia beranggapan bahwa kemunafikan adalah cara yang dibutuhkan agar kita dapat survive dalam pergaulan dan juga karier. Terhadap orang-orang yang munafik Tuhan Yesus memakai bahasa yang cukup keras: celakalah kamu yang munafik!
Bila saat ini kita masih tergolong sebagai orang-orang yang munafik, mari kita bertobat dengan sungguh, karena kemunafikan hanya akan membawa kita kepada kehancuran: Tuhan akan memalingkan wajahNya terhadap kita, artinya pintu berkat juga tertutup!
Sunday, December 26, 2010
HAL HIZKIA: Mujizat Masih Ada!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Desember 2010 -
Baca: 2 Raja-Raja 20:1-20
"Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi dan Aku akan melepaskan engkau dan kota ini dari tangan raja Asyur;" 2 Raja-Raja 20:6a
Ada sebuah acara musik di salah satu stasiun televisi swasta bertitel 'Zona Memori'. Suatu acara yang menampilkan artis-artis angkatan 80-an dengan lagu-lagu hits-nya. Dalam acara itu si host selalu meneriakkan yel-yel atau kata kuncinya yaitu: "Zona Memori...masih ada!" Lagu-lagu lama ternyata masih ada dan tidak pernah usang ditelan masa atau ditinggalkan penggemarnya. Pembacaan firman hari ini berbicara tentang mujizat yang dialami oleh Hizkia. Mungkin ada orang Kristen yang beranggapan bahwa mujizat itu sudah usang dan menjadi 'lagu lama'; itu dulu, sekarang tidak mungkin terjadi; mujizat itu sudah tidak ada, bukan masih ada.
Mari simak baik-baik, Ketika baru memerintah selama 14 tahun sebagai raja, Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Pesan yang disampaikan nabi Yesaya yang diutus Tuhan bahwa Hizkia tidak akan sembuh dan akan mati bak petir di siang bolong! Siapa pun yang mendengar berita ini pasti akan mengalami guncangan yang hebat, shock, sedih dan kaget bak disambar petir di siang bolong tadi. Namun Hizkia bukanlah tipe orang yang mudah frustasi dan mengasihani diri sendiri. Dalam keadaan tak berdaya ini "...Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada Tuhan: 'Ah Tuhan, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapanMu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mataMu.' Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat." (ayat 2-3). Hizkia tahu benar bahwa mujizat itu masih ada dan pasti ada; ia sangat yakin bahwa Tuhan sanggup melakukan segala perkara. Akhir kisah ini Hizkia mengalami kesembuhan; bukan hanya sampai di situ, Tuhan juga memperpanjang hidup Hizkia sampai lima belas tahun lagi. Awesome!
Hizkia beroleh mujizat dari Tuhan karena ia sangat menghormati firman yang disampaikan Yesaya. Sebagai raja ia punya alasan untuk marah atau tersinggung, tetapi ia tetap menghormati pesan Tuhan, apa pun isinya. Ini bukti bahwa Hizkia punya kerendahan hati. Itulah sebabnya ia berdoa kepada Tuhan dengan kesungguhan hati. Erangan dan tangisan yang ke luar dari hati yang remuk menggerakkan hati Tuhan untuk bertindak.
"Adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk Tuhan?" Kejadian 18:14a
Baca: 2 Raja-Raja 20:1-20
"Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi dan Aku akan melepaskan engkau dan kota ini dari tangan raja Asyur;" 2 Raja-Raja 20:6a
Ada sebuah acara musik di salah satu stasiun televisi swasta bertitel 'Zona Memori'. Suatu acara yang menampilkan artis-artis angkatan 80-an dengan lagu-lagu hits-nya. Dalam acara itu si host selalu meneriakkan yel-yel atau kata kuncinya yaitu: "Zona Memori...masih ada!" Lagu-lagu lama ternyata masih ada dan tidak pernah usang ditelan masa atau ditinggalkan penggemarnya. Pembacaan firman hari ini berbicara tentang mujizat yang dialami oleh Hizkia. Mungkin ada orang Kristen yang beranggapan bahwa mujizat itu sudah usang dan menjadi 'lagu lama'; itu dulu, sekarang tidak mungkin terjadi; mujizat itu sudah tidak ada, bukan masih ada.
Mari simak baik-baik, Ketika baru memerintah selama 14 tahun sebagai raja, Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Pesan yang disampaikan nabi Yesaya yang diutus Tuhan bahwa Hizkia tidak akan sembuh dan akan mati bak petir di siang bolong! Siapa pun yang mendengar berita ini pasti akan mengalami guncangan yang hebat, shock, sedih dan kaget bak disambar petir di siang bolong tadi. Namun Hizkia bukanlah tipe orang yang mudah frustasi dan mengasihani diri sendiri. Dalam keadaan tak berdaya ini "...Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada Tuhan: 'Ah Tuhan, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapanMu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mataMu.' Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat." (ayat 2-3). Hizkia tahu benar bahwa mujizat itu masih ada dan pasti ada; ia sangat yakin bahwa Tuhan sanggup melakukan segala perkara. Akhir kisah ini Hizkia mengalami kesembuhan; bukan hanya sampai di situ, Tuhan juga memperpanjang hidup Hizkia sampai lima belas tahun lagi. Awesome!
Hizkia beroleh mujizat dari Tuhan karena ia sangat menghormati firman yang disampaikan Yesaya. Sebagai raja ia punya alasan untuk marah atau tersinggung, tetapi ia tetap menghormati pesan Tuhan, apa pun isinya. Ini bukti bahwa Hizkia punya kerendahan hati. Itulah sebabnya ia berdoa kepada Tuhan dengan kesungguhan hati. Erangan dan tangisan yang ke luar dari hati yang remuk menggerakkan hati Tuhan untuk bertindak.
"Adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk Tuhan?" Kejadian 18:14a
Saturday, December 25, 2010
BETLEHEM: Berkat dan Pengharapan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Desember 2010 -
Baca: Lukas 2:1-20
"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepadaNya." Lukas 2:14
Alkitab menyatakan: "...Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betleham, - karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud - supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung. Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin," (ayat 4-6). Bukan suatu kebetulan jika Yesus dilahirkan di Betlehem; semua dalam rencana Allah. Dalam bahasa Ibrani, nama 'Betlehem' berarti 'rumah roti', berbicara tentang berkat Tuhan. Di Betlehem inilah Allah menyediakan berkat-berkat bagi umat manusia sebagaimana disampaikan malaikatNya, "...aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud." (ayat 10-11). Inilah inti berita Natal yaitu kehendak Allah sendiri untuk memberikan anugerahNya bagi setiap orang yang percaya (baca Yohanes 3:16).
Di Betlehem Allah telah mendemonstrasikan kasihNya yang tak terbatas, di mana Ia menjadi sama dengan manusia. Suatu perkara yang tidak bisa dimengerti oleh orang-orang dunia: kasih Allah juga mengandung janji yang pasti yaitu jaminan hidup kekal bagi setiap orang yang percaya. "Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya." (Yohanes 3:36).
Kehadiran Yesus Kristus ke dunia memberikan pengharapan baru dan juga masa depan. Ketika dunia diliputi oleh kegelapan yang begitu pekat, Yesus hadir dengan terangNya yang ajaib. Hari ini, "Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia." (Yohanes 1:9). Kini kegelapan tidak lagi menguasainya! Maka dari itu bersukacitalah dan "Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana," (Lukas 2:15b). Lihatlah! Para gembala dan orang-orang Majus datang ke Betlehem. Mereka tidak datang dengan tangan hampa, tapi yang terbaik dari hidupnya mereka persembahkan kepada Tuhan!
Di hari Natal ini mari kita persembahkan hidup kita dan segala yang ada pada kita; karena Dialah kita beroleh anugerah keselamatan!
Baca: Lukas 2:1-20
"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepadaNya." Lukas 2:14
Alkitab menyatakan: "...Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betleham, - karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud - supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung. Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin," (ayat 4-6). Bukan suatu kebetulan jika Yesus dilahirkan di Betlehem; semua dalam rencana Allah. Dalam bahasa Ibrani, nama 'Betlehem' berarti 'rumah roti', berbicara tentang berkat Tuhan. Di Betlehem inilah Allah menyediakan berkat-berkat bagi umat manusia sebagaimana disampaikan malaikatNya, "...aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud." (ayat 10-11). Inilah inti berita Natal yaitu kehendak Allah sendiri untuk memberikan anugerahNya bagi setiap orang yang percaya (baca Yohanes 3:16).
Di Betlehem Allah telah mendemonstrasikan kasihNya yang tak terbatas, di mana Ia menjadi sama dengan manusia. Suatu perkara yang tidak bisa dimengerti oleh orang-orang dunia: kasih Allah juga mengandung janji yang pasti yaitu jaminan hidup kekal bagi setiap orang yang percaya. "Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya." (Yohanes 3:36).
Kehadiran Yesus Kristus ke dunia memberikan pengharapan baru dan juga masa depan. Ketika dunia diliputi oleh kegelapan yang begitu pekat, Yesus hadir dengan terangNya yang ajaib. Hari ini, "Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia." (Yohanes 1:9). Kini kegelapan tidak lagi menguasainya! Maka dari itu bersukacitalah dan "Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana," (Lukas 2:15b). Lihatlah! Para gembala dan orang-orang Majus datang ke Betlehem. Mereka tidak datang dengan tangan hampa, tapi yang terbaik dari hidupnya mereka persembahkan kepada Tuhan!
Di hari Natal ini mari kita persembahkan hidup kita dan segala yang ada pada kita; karena Dialah kita beroleh anugerah keselamatan!
Friday, December 24, 2010
SIAPA LAYAK MENGHAMPIRI TUHAN? (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Desember 2010 -
Baca: Mazmur 66:13-20
"Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar" Mazmur 66:18
Kemarin disampaikan tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang untuk dapat naik ke gunung Tuhan dan masuk dalam hadiratNya yang kudus. Ternyata perbuatan, sikap hati dan juga ucapan kita harus selaras dengan kehendak Tuhan, baru kita dilayakkan menghadap Dia. Mulai saat ini, "Buanglah mulut serong dari padamu dan jauhkanlah bibir yang dolak-dalik dari padamu." (Amsal 4:24).
Tuhan hanya mau mendengar doa orang-orang yang hidupnya saleh dan yang melakukan kehendakNya. Bukankah seringkali kita menghadap Tuhan tanpa kekudusan? Itulah sebabnya doa-doa kita tidak dijawab karena kita menyimpan banyak dosa atau pelanggaran. Hati kita tidak bersih: ada kebencian, dendam, tidak mau mengampuni, suka berbohong dan menggemakan ucapan yang sia-sia, bersungut-sungut dan macam-macam lagi. Bahkan, ada sedikit niat jahat dalam hati saja Tuhan sudah tidak mau mendengarkan doa kita. Banyaknya dosa dan pelanggaran inilah yang menjadi penyebab utama doa-doa terhalang dan tidak dijawab Tuhan. "Sesungguhnya, tangan Tuhan tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:1-2).
Mata dan telinga Tuhan tertuju kepada teriakan dan permohonan dari orang-orang saleh. Orang saleh adalah orang yang hidup kudus di hadapan Tuhan, seseorang yang telah menanggalkan perbuatan lama dan mengenakan manusia baru. Sebaliknya, mata dan telingaNya tertutup untuk teriakan dan permohonan orang yang hidup dalam dosa. Sekarang ini banyak orang yang senang berkompromi dengan dosa daripada hidup dalam kekudusan; orang lebih suka berbuat jahat daripada berbuat baik; lebih suka berbohong daripada jujur. Jika kita salah satu dari mereka, marilah kita segera bertobat. Mohon pengampunan dari Tuhan. Jadilah orang-orang yang saleh, maka Ia akan mendengarkan doa dan permohonan kita.
Doa orang yang saleh sangat berharga di mata Tuhan dan itu mendatangkan kuasa!
Baca: Mazmur 66:13-20
"Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar" Mazmur 66:18
Kemarin disampaikan tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang untuk dapat naik ke gunung Tuhan dan masuk dalam hadiratNya yang kudus. Ternyata perbuatan, sikap hati dan juga ucapan kita harus selaras dengan kehendak Tuhan, baru kita dilayakkan menghadap Dia. Mulai saat ini, "Buanglah mulut serong dari padamu dan jauhkanlah bibir yang dolak-dalik dari padamu." (Amsal 4:24).
Tuhan hanya mau mendengar doa orang-orang yang hidupnya saleh dan yang melakukan kehendakNya. Bukankah seringkali kita menghadap Tuhan tanpa kekudusan? Itulah sebabnya doa-doa kita tidak dijawab karena kita menyimpan banyak dosa atau pelanggaran. Hati kita tidak bersih: ada kebencian, dendam, tidak mau mengampuni, suka berbohong dan menggemakan ucapan yang sia-sia, bersungut-sungut dan macam-macam lagi. Bahkan, ada sedikit niat jahat dalam hati saja Tuhan sudah tidak mau mendengarkan doa kita. Banyaknya dosa dan pelanggaran inilah yang menjadi penyebab utama doa-doa terhalang dan tidak dijawab Tuhan. "Sesungguhnya, tangan Tuhan tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:1-2).
Mata dan telinga Tuhan tertuju kepada teriakan dan permohonan dari orang-orang saleh. Orang saleh adalah orang yang hidup kudus di hadapan Tuhan, seseorang yang telah menanggalkan perbuatan lama dan mengenakan manusia baru. Sebaliknya, mata dan telingaNya tertutup untuk teriakan dan permohonan orang yang hidup dalam dosa. Sekarang ini banyak orang yang senang berkompromi dengan dosa daripada hidup dalam kekudusan; orang lebih suka berbuat jahat daripada berbuat baik; lebih suka berbohong daripada jujur. Jika kita salah satu dari mereka, marilah kita segera bertobat. Mohon pengampunan dari Tuhan. Jadilah orang-orang yang saleh, maka Ia akan mendengarkan doa dan permohonan kita.
Doa orang yang saleh sangat berharga di mata Tuhan dan itu mendatangkan kuasa!
Thursday, December 23, 2010
SIAPA LAYAK MENGHAMPIRI TUHAN? (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Desember 2010 -
Baca: Mazmur 24:1-10
"Siapakah yang boleh naik ke atas gunung Tuhan? Siapakah yang boleh berdiri di tempatNya yang kudus?" Mazmur 24:3
Alkitab menegaskan bahwa tidak semua orang dapat masuk ke hadirat Tuhan karena Ia adalah kudus, sehingga tanpa kekudusan kita pun tidak dilayakkan untuk menghampiriNya. Itulah sebabnya Rasul Petrus mengingatkan, "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:15-16). Jadi kita tak dapat melihat Tuhan tanpa kekudusan, tanpa kesucian hati. Pemazmur pun bertanya, "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung Tuhan? Siapakah yang boleh berdiri di tempatNya yang kudus?" Jawabannya: yang boleh datang menghampiri Tuhan atau naik ke gunungNya adalah "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu." (Mazmur 24:4). Jadi, bukan sembarang orang! Mari ingatlah itu.
Orang yang bersih tangannnya. Bersih artinya tidak bersalah atau bebas dari kesalahan. Sedangkan tangan berbicara tentang tindakan. Jadi orang yang bersih tangannya adalah orang yang memiliki tindakan atau perbuatan yang tidak bercela, bebas dari kesalahan. Tidak ada manusia yang bebas dari kesalahan, tapi "jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9).
Selain itu, orang yang memiliki hati yang murni. Murni artinya bersih, jernih, tidak ada hal-hal buruk yang tersimpan dalam hati. Keadaan hati seseorang sangat menentukan segalanya, karena dari hati "...timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat." (Matius 15:19). Oleh sebab itu kita harus berusaha menjaga hati kita supaya tetap berkenan kepada Tuhan karena dari situlah akan terpancar kehidupan (baca Amsal 4:23). Bila hati kita bersih, secara otomatis akan berdampak pula terhadap ucapan dan mulut kita. Mengapa demikian? "Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati." (Matius 12:34b). Setiap orang yang terlibat dalam segala bentuk penipuan dan juga sumpah palsu tidak layak menghadap Tuhan. Penipuan dan sumpah palsu adalah kekejian di mata Tuhan.
Jadi, berhati-hatilah akan hal ini!
Baca: Mazmur 24:1-10
"Siapakah yang boleh naik ke atas gunung Tuhan? Siapakah yang boleh berdiri di tempatNya yang kudus?" Mazmur 24:3
Alkitab menegaskan bahwa tidak semua orang dapat masuk ke hadirat Tuhan karena Ia adalah kudus, sehingga tanpa kekudusan kita pun tidak dilayakkan untuk menghampiriNya. Itulah sebabnya Rasul Petrus mengingatkan, "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:15-16). Jadi kita tak dapat melihat Tuhan tanpa kekudusan, tanpa kesucian hati. Pemazmur pun bertanya, "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung Tuhan? Siapakah yang boleh berdiri di tempatNya yang kudus?" Jawabannya: yang boleh datang menghampiri Tuhan atau naik ke gunungNya adalah "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu." (Mazmur 24:4). Jadi, bukan sembarang orang! Mari ingatlah itu.
Orang yang bersih tangannnya. Bersih artinya tidak bersalah atau bebas dari kesalahan. Sedangkan tangan berbicara tentang tindakan. Jadi orang yang bersih tangannya adalah orang yang memiliki tindakan atau perbuatan yang tidak bercela, bebas dari kesalahan. Tidak ada manusia yang bebas dari kesalahan, tapi "jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9).
Selain itu, orang yang memiliki hati yang murni. Murni artinya bersih, jernih, tidak ada hal-hal buruk yang tersimpan dalam hati. Keadaan hati seseorang sangat menentukan segalanya, karena dari hati "...timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat." (Matius 15:19). Oleh sebab itu kita harus berusaha menjaga hati kita supaya tetap berkenan kepada Tuhan karena dari situlah akan terpancar kehidupan (baca Amsal 4:23). Bila hati kita bersih, secara otomatis akan berdampak pula terhadap ucapan dan mulut kita. Mengapa demikian? "Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati." (Matius 12:34b). Setiap orang yang terlibat dalam segala bentuk penipuan dan juga sumpah palsu tidak layak menghadap Tuhan. Penipuan dan sumpah palsu adalah kekejian di mata Tuhan.
Jadi, berhati-hatilah akan hal ini!
Wednesday, December 22, 2010
NAMA YESUS SANGAT BERKUASA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Desember 2010 -
Baca: Yohanes 14:1-14
"dan apa juga yang kamu minta dalam namaKu, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak." Yohanes 14:13
'Dalam nama Yesus' bukanlah kalimat biasa tanpa makna yang selalu atau biasa kita katakan pada saat kita mengakhiri doa-doa kita. Tetapi kalimat itu mengandung makna yang sangat dalam, seluruh perbuatan dahsyat dan karyaNya yang ajaib diwakilkan dalam nama Yesus. Itu sudah cukup!
Bila kita berseru meminta dalam nama Yesus, bila kita menyampaikan permohonan doa kita kepada Bapa dengan berlandaskan nama Yesus, Bapa di sorga akan mengabulkannya. Bukan karena kita layak untuk menerima tetapi karena Dia yang melayakkannya. Dikatakan, "Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepadaNya." (Efesus 3:12). Jadi kita harus percaya dengan iman bahwa nama Yesus menyandang cukup kekuasaan untuk menjamin doa-doa kita dikabulkan. Rasul Paulus mengatakan bahwa nama Yesus adalah nama yang berkuasa di atas segala nama. Nama Yesus adalah satu-satunya nama yang sanggup menekukkan lutut, baik itu yang ada di langit, di atas bumi, dan di bawah bumi. Iblis gemetar mendengar nama Yesus, dan nama Yesus satu-satunya yang sanggup mengusir setan dan segala kuasa jahat roh-roh jahat. Dalam Ibrani 1:4 juga dikatakan bahwa Yesus adalah nama yang lebih indah dari pada nama yang diberikan Allah kepada malaikat-malaikatNya. Oleh karena itu kita patut bersyukur memiliki Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Selain memperoleh keselamatan di dalam Dia, namaNya juga menjadi jaminan bahwa doa-doa kita akan didengar dan dijawab oleh Tuhan. Jadi nama Yesus adalah materai untuk mengesahkan doa-doa kita. Luar biasa! Yesus sudah lebih dari cukup bagi orang percaya!
Tetapi, mengapa kita kadang masih meragukan kuasa Tuhan Yesus dan berpaling mencari pertolongan ilah lain. Lebih menyedihkan lagi, kita pun seringkali rela meninggalkan iman demi materi, jabatan dan pasangan hidup.
"Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi," Filipi 2:9-10
Baca: Yohanes 14:1-14
"dan apa juga yang kamu minta dalam namaKu, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak." Yohanes 14:13
'Dalam nama Yesus' bukanlah kalimat biasa tanpa makna yang selalu atau biasa kita katakan pada saat kita mengakhiri doa-doa kita. Tetapi kalimat itu mengandung makna yang sangat dalam, seluruh perbuatan dahsyat dan karyaNya yang ajaib diwakilkan dalam nama Yesus. Itu sudah cukup!
Bila kita berseru meminta dalam nama Yesus, bila kita menyampaikan permohonan doa kita kepada Bapa dengan berlandaskan nama Yesus, Bapa di sorga akan mengabulkannya. Bukan karena kita layak untuk menerima tetapi karena Dia yang melayakkannya. Dikatakan, "Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepadaNya." (Efesus 3:12). Jadi kita harus percaya dengan iman bahwa nama Yesus menyandang cukup kekuasaan untuk menjamin doa-doa kita dikabulkan. Rasul Paulus mengatakan bahwa nama Yesus adalah nama yang berkuasa di atas segala nama. Nama Yesus adalah satu-satunya nama yang sanggup menekukkan lutut, baik itu yang ada di langit, di atas bumi, dan di bawah bumi. Iblis gemetar mendengar nama Yesus, dan nama Yesus satu-satunya yang sanggup mengusir setan dan segala kuasa jahat roh-roh jahat. Dalam Ibrani 1:4 juga dikatakan bahwa Yesus adalah nama yang lebih indah dari pada nama yang diberikan Allah kepada malaikat-malaikatNya. Oleh karena itu kita patut bersyukur memiliki Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Selain memperoleh keselamatan di dalam Dia, namaNya juga menjadi jaminan bahwa doa-doa kita akan didengar dan dijawab oleh Tuhan. Jadi nama Yesus adalah materai untuk mengesahkan doa-doa kita. Luar biasa! Yesus sudah lebih dari cukup bagi orang percaya!
Tetapi, mengapa kita kadang masih meragukan kuasa Tuhan Yesus dan berpaling mencari pertolongan ilah lain. Lebih menyedihkan lagi, kita pun seringkali rela meninggalkan iman demi materi, jabatan dan pasangan hidup.
"Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi," Filipi 2:9-10
Tuesday, December 21, 2010
HARUS BERDOA: Hal Pencobaan Yang Diluputkan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Desember 2010 -
Baca: Mazmur 32:1-11
"Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepadaMu, selagi Engkau dapat ditemui; sesungguhnya pada waktu banjir besar terjadi, itu tidak melandanya." Mazmur 32:6
Hidup di akhir zaman ini semakin hari semakin sulit dan tantangan kian bertambah-tambah, bahkan kita diperingatkan agar selalu waspada dan berjaga-jaga karena di sekeliling kita ada Iblis yang "...berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8). Ada pun yang menjadi mangsa Iblis adalah orang-orang percaya, karena orang-orang dunia sudah berada dalam cengkeramannya. Iblis mencari musuh-musuhnya yaitu orang-orang percaya yang tidak berjaga-jaga dalam doa.
Ada banyak percobaan yang harus dihadapi oleh para pengikut Kristus, dan untuk bisa menang melawan setiap pencobaan yang ada adalah melalui doa. Itulah sebabnya Yesus menegur Petrus saat berada di taman Getsemani, "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:40a-41). Yesus mendapati murid-muridNya tertidur. Sesungguhnya roh mereka mau berdoa tetapi daging mereka lemah. Karena tidak berdoa, para murid akhirnya tidak siap menghadapi pencobaan. Sewaktu Yesus ditangkap di taman Getsemani, tempat di mana Yesus sedang berdoa, "...semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri." (Markus 14:50). Petrus pun sempat menyangkal Yesus sebanyak tiga kali karena mengalami ketakutan.
Satu-satunya langkah agar kita tidak jatuh ke dalam pencobaan adalah dengan berdoa. Sebagaimana disampaikan oleh pemazmur, bila orang saleh berdoa, Tuhan akan meluputkan mereka dari berbagai kesulitan atau pencobaan (ayat nas). Di dalam doa terkandung kuasa yang dahsyat! Doa dapat meluputkan orang percaya dari bencana dan malapetaka. Ketika kita tekun berdoa ada jaminan perlindungan dari Tuhan. Percayalah bahwa Tuhan pasti menggenapi semua janji firmanNya. Maka "Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur." (Kolose 4:2). Bertekun dalam doa artinya senantiasa berdoa dengan disiplin yang tinggi. Senantiasa berdoa artinya tidak peduli ada masalah, capai atau terlalu sibuk, "Tetaplah berdoa." (1 Tesalonika 5:17).
Saudara ingin berkemenangan di setiap pergumulan? Tekunlah Berdoa!
Baca: Mazmur 32:1-11
"Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepadaMu, selagi Engkau dapat ditemui; sesungguhnya pada waktu banjir besar terjadi, itu tidak melandanya." Mazmur 32:6
Hidup di akhir zaman ini semakin hari semakin sulit dan tantangan kian bertambah-tambah, bahkan kita diperingatkan agar selalu waspada dan berjaga-jaga karena di sekeliling kita ada Iblis yang "...berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8). Ada pun yang menjadi mangsa Iblis adalah orang-orang percaya, karena orang-orang dunia sudah berada dalam cengkeramannya. Iblis mencari musuh-musuhnya yaitu orang-orang percaya yang tidak berjaga-jaga dalam doa.
Ada banyak percobaan yang harus dihadapi oleh para pengikut Kristus, dan untuk bisa menang melawan setiap pencobaan yang ada adalah melalui doa. Itulah sebabnya Yesus menegur Petrus saat berada di taman Getsemani, "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:40a-41). Yesus mendapati murid-muridNya tertidur. Sesungguhnya roh mereka mau berdoa tetapi daging mereka lemah. Karena tidak berdoa, para murid akhirnya tidak siap menghadapi pencobaan. Sewaktu Yesus ditangkap di taman Getsemani, tempat di mana Yesus sedang berdoa, "...semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri." (Markus 14:50). Petrus pun sempat menyangkal Yesus sebanyak tiga kali karena mengalami ketakutan.
Satu-satunya langkah agar kita tidak jatuh ke dalam pencobaan adalah dengan berdoa. Sebagaimana disampaikan oleh pemazmur, bila orang saleh berdoa, Tuhan akan meluputkan mereka dari berbagai kesulitan atau pencobaan (ayat nas). Di dalam doa terkandung kuasa yang dahsyat! Doa dapat meluputkan orang percaya dari bencana dan malapetaka. Ketika kita tekun berdoa ada jaminan perlindungan dari Tuhan. Percayalah bahwa Tuhan pasti menggenapi semua janji firmanNya. Maka "Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur." (Kolose 4:2). Bertekun dalam doa artinya senantiasa berdoa dengan disiplin yang tinggi. Senantiasa berdoa artinya tidak peduli ada masalah, capai atau terlalu sibuk, "Tetaplah berdoa." (1 Tesalonika 5:17).
Saudara ingin berkemenangan di setiap pergumulan? Tekunlah Berdoa!
Monday, December 20, 2010
HARUS BERDOA: Hal Perintah Tuhan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Desember 2010 -
Baca: Lukas 18:1-8
"Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu." Lukas 18:1
Kemarin disampaikan bahwa tubuh kita sebagai bait Tuhan harus menjadi rumah doa, bukan untuk melakukan hal-hal yang najis karena "...bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu." (1 Korintus 3:17b). Maka, amat mengherankan jika masih ada orang Kristen yang malas atau jarang sekali berdoa karena doa harus menjadi pola hidup orang percaya!
Arti rumah doa berarti rumah untuk berdoa, dan rumah itu adalah tubuh kita sendiri. Jadi berdoa adalah suatu keharusan, karena ini adalah perintah Tuhan. Dari ayat nas yang kita baca dikatakan bahwa kita harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Kata tidak jemu-jemu artinya tidak bosan-bosan atau terus melakukannya. Mengapa kita harus berdoa terus-menerus tanpa jemu-jemu? Alkitab menyatakan bahwa kehidupan orang percaya di dunia ini seperti seekor domba di tengah-tengah serigala. Mampukah kita menghadapinya bila kita mengandalkan kekuatan sendiri? Domba sangat bergantung sepenuhnya kepada gembalanya. Begitu pula kita. "...di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa." (Yohanes 15:5). Tanpa penyertaan Tuhan kita tidak punya kekuatan apa-apa karena hidup kita sepenuhnya di tangan Tuhan, seperti Gembala kita.
Jadi kita harus senantiasa berdoa. Berdoa berarti menyadari keterbatasan dan ketidak berdayaan kita. Kita harus berdoa karena kita sangat membutuhkan uluran tangan Tuhan yang penuh kuasa itu. Tuhan Yesus sendiri telah meninggalkan teladan bagi kita, selalu membangun kekariban dengan Bapa melalui doa. Orang Kristen yang suka berdoa berarti selalu mengandalkan Tuhan dalam seluruh kehidupannya. Dikatakan demikian, "Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan!" (Yeremia 17:7). Artinya hidupnya akan berbagia karena ia senantiasa dipelihara oleh Tuhan. Sebaliknya orang yang tidak suka berdoa berarti mengandalkan kekuatannya sendiri, dan inilah yang dikatakan Alkitab: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan!" (Yeremia 17:5).
Maka, "Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepadaNya selama Ia dekat!" Yesaya 55:6
Baca: Lukas 18:1-8
"Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu." Lukas 18:1
Kemarin disampaikan bahwa tubuh kita sebagai bait Tuhan harus menjadi rumah doa, bukan untuk melakukan hal-hal yang najis karena "...bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu." (1 Korintus 3:17b). Maka, amat mengherankan jika masih ada orang Kristen yang malas atau jarang sekali berdoa karena doa harus menjadi pola hidup orang percaya!
Arti rumah doa berarti rumah untuk berdoa, dan rumah itu adalah tubuh kita sendiri. Jadi berdoa adalah suatu keharusan, karena ini adalah perintah Tuhan. Dari ayat nas yang kita baca dikatakan bahwa kita harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Kata tidak jemu-jemu artinya tidak bosan-bosan atau terus melakukannya. Mengapa kita harus berdoa terus-menerus tanpa jemu-jemu? Alkitab menyatakan bahwa kehidupan orang percaya di dunia ini seperti seekor domba di tengah-tengah serigala. Mampukah kita menghadapinya bila kita mengandalkan kekuatan sendiri? Domba sangat bergantung sepenuhnya kepada gembalanya. Begitu pula kita. "...di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa." (Yohanes 15:5). Tanpa penyertaan Tuhan kita tidak punya kekuatan apa-apa karena hidup kita sepenuhnya di tangan Tuhan, seperti Gembala kita.
Jadi kita harus senantiasa berdoa. Berdoa berarti menyadari keterbatasan dan ketidak berdayaan kita. Kita harus berdoa karena kita sangat membutuhkan uluran tangan Tuhan yang penuh kuasa itu. Tuhan Yesus sendiri telah meninggalkan teladan bagi kita, selalu membangun kekariban dengan Bapa melalui doa. Orang Kristen yang suka berdoa berarti selalu mengandalkan Tuhan dalam seluruh kehidupannya. Dikatakan demikian, "Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan!" (Yeremia 17:7). Artinya hidupnya akan berbagia karena ia senantiasa dipelihara oleh Tuhan. Sebaliknya orang yang tidak suka berdoa berarti mengandalkan kekuatannya sendiri, dan inilah yang dikatakan Alkitab: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan!" (Yeremia 17:5).
Maka, "Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepadaNya selama Ia dekat!" Yesaya 55:6
Sunday, December 19, 2010
HARUS BERDOA: Hal Rumah Doa
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Desember 2010 -
Baca: Matius 21:12-17
"Ada tertulis: Rumahku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun." Matius 21:13
Suatu ketika Yesus masuk ke Bait Allah di Yerusalem. Betapa terkejutnya Dia saat melihat bahwa Bait itu telah disalahfungsikan. Bait Allah adalah tempat di mana hadiratNya hadir, tempat di mana orang-orang bersekutu untuk memuji dan juga mendengarkan firmanNya; tetapi telah disalahfungsikan untuk berdagang atau berjual beli.
Melihat penyalahgunaan BaitNya Yesus sangat marah, sehingga "Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati" (ayat 12b) dan mengusir mereka semua. Dengan keras Yesus menegur mereka dengan berkata, "Rumahku akan disebut romah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun." Namun ternyata teguran Tuhan Yesus itu justru membuat para imam kepala dan ahli-ahli Taurat menjadi tersinggung sehingga mereka berusaha mencari jalan untuk membinasakan Yesus (baca Markus 11:18). Seharusnya mereka bersyukur menerima teguran Yesus ini, tapi reaksi mereka malah sebaliknya: marah dan membenci Dia. Hal ini menunjukkan bahwa mereka (para imam kepala dan ahli Taurat) tidak sungguh-sungguh melakukan firman Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang munafik, mengerti kebenaran tapi tidak melakukannya. Bait Tuhan sudah selayaknya menjadi rumah doa, bukan dijadikan sarang penyamun atau untuk perkara-perkara dosa. FirmanNya menegaskan bahwa "...bait Allah adalah kudus dan baik Allah itu ialah kamu." (1 Korintus 3:17b). Jadi tubuh kita ini adalah baitNya yang kudus. Tuhan menghendaki agar tubuh kita selalu dalam keadaan kudus dan menjadi rumah doa!
Sudahkah kita menggunakan tubuh kita sebagai rumah doa? Seringkali kita merasa tidak punya waktu untuk berdoa. Kita merasa letih atau capai, dan terlalu sibuk. Kalau pun berdoa kita melakukannya dengan terburu-buru, bila perlu saja dan ala kadarnya untuk formalitas. Doa memang mudah untuk diucapkan, tetapi tidak semua orang sanggup melakukannya dengan setia dan tekun sehingga seolah kita tidak ada waktu untuk berdoa. Melalui renungan hari ini kita diingatkan: marilah menghargai tubuh kita karena tubuh kita adalah rumah doa.
Jangan membawa tubuh kita kepada hal-hal yang najis atau dosa, karena barangsiapa membinasakan bait Tuhan, Tuhan akan membinasakan dia (baca 1 Korintus 3:16-17).
Baca: Matius 21:12-17
"Ada tertulis: Rumahku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun." Matius 21:13
Suatu ketika Yesus masuk ke Bait Allah di Yerusalem. Betapa terkejutnya Dia saat melihat bahwa Bait itu telah disalahfungsikan. Bait Allah adalah tempat di mana hadiratNya hadir, tempat di mana orang-orang bersekutu untuk memuji dan juga mendengarkan firmanNya; tetapi telah disalahfungsikan untuk berdagang atau berjual beli.
Melihat penyalahgunaan BaitNya Yesus sangat marah, sehingga "Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati" (ayat 12b) dan mengusir mereka semua. Dengan keras Yesus menegur mereka dengan berkata, "Rumahku akan disebut romah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun." Namun ternyata teguran Tuhan Yesus itu justru membuat para imam kepala dan ahli-ahli Taurat menjadi tersinggung sehingga mereka berusaha mencari jalan untuk membinasakan Yesus (baca Markus 11:18). Seharusnya mereka bersyukur menerima teguran Yesus ini, tapi reaksi mereka malah sebaliknya: marah dan membenci Dia. Hal ini menunjukkan bahwa mereka (para imam kepala dan ahli Taurat) tidak sungguh-sungguh melakukan firman Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang munafik, mengerti kebenaran tapi tidak melakukannya. Bait Tuhan sudah selayaknya menjadi rumah doa, bukan dijadikan sarang penyamun atau untuk perkara-perkara dosa. FirmanNya menegaskan bahwa "...bait Allah adalah kudus dan baik Allah itu ialah kamu." (1 Korintus 3:17b). Jadi tubuh kita ini adalah baitNya yang kudus. Tuhan menghendaki agar tubuh kita selalu dalam keadaan kudus dan menjadi rumah doa!
Sudahkah kita menggunakan tubuh kita sebagai rumah doa? Seringkali kita merasa tidak punya waktu untuk berdoa. Kita merasa letih atau capai, dan terlalu sibuk. Kalau pun berdoa kita melakukannya dengan terburu-buru, bila perlu saja dan ala kadarnya untuk formalitas. Doa memang mudah untuk diucapkan, tetapi tidak semua orang sanggup melakukannya dengan setia dan tekun sehingga seolah kita tidak ada waktu untuk berdoa. Melalui renungan hari ini kita diingatkan: marilah menghargai tubuh kita karena tubuh kita adalah rumah doa.
Jangan membawa tubuh kita kepada hal-hal yang najis atau dosa, karena barangsiapa membinasakan bait Tuhan, Tuhan akan membinasakan dia (baca 1 Korintus 3:16-17).
Saturday, December 18, 2010
MUSUH HARUS KITA KASIHI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Desember 2010 -
Baca: Matius 5:38-48
"Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menaganiaya kamu." Matius 5:44
Dunia mengajar kita untuk membalas setiap perbuatan jahat yang dilakukan oleh orang lain terhadap kita. Siapa pun yang menyakiti dan melukai kita harus dibalas dengan setimpal. Kalau bisa, pembalasan itu lebih kejam dari pada perbuatan. Mereka kita anggap sebagai musuh! Tetapi sebagai orang percaya kita diajar untuk mengasihi musuh kita. Tuhan mengajar kita untuk berbuat baik dan mendoakan orang-orang yang menganiaya dan membenci kita. Dikatakan, "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu." (ayat 39-40).
Tentang hal mengasihi musuh ini kita bisa belajar dari Daud. Mari kita perhatikan bagaimana reaksi Daud saat mendapat kabar bahwa Saul dan Yonatan telah mati terbunuh di medan perang. "...Daud memegang pakaiannya dan mengoyakkannya; dan semua orang yang bersama-sama dengan dia berbuat demikian juga." (2 Samuel 1:11). Daud pun mengungkapkan demikian, "Saul dan Yonatan, orang-orang yang dicintai dan yang ramah, dalam hidup dan matinya tidak terpisah. Mereka lebih cepat dari burung rajawali, mereka lebih kuat dari singa." (2 Samuel 1:23). Luar biasa! Daud menyebut Saul sebagai orang yang banyak dicintai (termasuk oleh Daud) dan ramah, padahal Saul adalah seorang yang sangat membenci Daud. Hidup Daud menjadi tidak tenang dan menderita karena terus dikejar-kejar oleh Saul yang menginginkan kematiannya. Tetapi Daud tidak pernah membalas perbuatan jahat yang dilakukan Saul terhadapnya; ia tetap mengasihi Saul. Bahkan kematian Saul dan Yonatan benar-benar telah meninggalkan duka yang mendalam bagi Daud.
Seringkali kita menganggap teman sekantor yang suka memfitnah, rekan sepelayanan yang suka menyaingi kita, tetangga yang menjengkelkan atau orang lain yang berbeda status dan juga ras, sebagai musuh kita. Bila menjadi pengikut Kristus, mengasihi musuh adalah tindakan penyangkalan diri. Adakalanya Tuhan memakai orang-orang yang "menjengkelkan" sebagai cara untuk membentuk dan mempersiapkan kita menggenapi rencanaNya di dalam hidup kita.
Jika hal ini kita sadari, maka tindakan mengasihi musuh adalah sesuatu yang mutlak kita kerjakan!
Baca: Matius 5:38-48
"Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menaganiaya kamu." Matius 5:44
Dunia mengajar kita untuk membalas setiap perbuatan jahat yang dilakukan oleh orang lain terhadap kita. Siapa pun yang menyakiti dan melukai kita harus dibalas dengan setimpal. Kalau bisa, pembalasan itu lebih kejam dari pada perbuatan. Mereka kita anggap sebagai musuh! Tetapi sebagai orang percaya kita diajar untuk mengasihi musuh kita. Tuhan mengajar kita untuk berbuat baik dan mendoakan orang-orang yang menganiaya dan membenci kita. Dikatakan, "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu." (ayat 39-40).
Tentang hal mengasihi musuh ini kita bisa belajar dari Daud. Mari kita perhatikan bagaimana reaksi Daud saat mendapat kabar bahwa Saul dan Yonatan telah mati terbunuh di medan perang. "...Daud memegang pakaiannya dan mengoyakkannya; dan semua orang yang bersama-sama dengan dia berbuat demikian juga." (2 Samuel 1:11). Daud pun mengungkapkan demikian, "Saul dan Yonatan, orang-orang yang dicintai dan yang ramah, dalam hidup dan matinya tidak terpisah. Mereka lebih cepat dari burung rajawali, mereka lebih kuat dari singa." (2 Samuel 1:23). Luar biasa! Daud menyebut Saul sebagai orang yang banyak dicintai (termasuk oleh Daud) dan ramah, padahal Saul adalah seorang yang sangat membenci Daud. Hidup Daud menjadi tidak tenang dan menderita karena terus dikejar-kejar oleh Saul yang menginginkan kematiannya. Tetapi Daud tidak pernah membalas perbuatan jahat yang dilakukan Saul terhadapnya; ia tetap mengasihi Saul. Bahkan kematian Saul dan Yonatan benar-benar telah meninggalkan duka yang mendalam bagi Daud.
Seringkali kita menganggap teman sekantor yang suka memfitnah, rekan sepelayanan yang suka menyaingi kita, tetangga yang menjengkelkan atau orang lain yang berbeda status dan juga ras, sebagai musuh kita. Bila menjadi pengikut Kristus, mengasihi musuh adalah tindakan penyangkalan diri. Adakalanya Tuhan memakai orang-orang yang "menjengkelkan" sebagai cara untuk membentuk dan mempersiapkan kita menggenapi rencanaNya di dalam hidup kita.
Jika hal ini kita sadari, maka tindakan mengasihi musuh adalah sesuatu yang mutlak kita kerjakan!
Friday, December 17, 2010
KRITERIA CALON UTUSAN TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Desember 2010 -
Baca: Maleakhi 2:1-9
"Sebab bibir seorang imam memelihara pengetahuan dan orang mencari pengajaran dari mulutnya, sebab dialah utusan Tuhan semesta alam." Maleakhi 2:7
Kata 'Maleakhi' berarti 'utusanKu'. Tuhan memberi nama ini untuk Maleakhi bukan tanpa maksud dan tujuan, tetapi dari awal ada rencanaNya yang indah yaitu supaya ia menjadi hamba Tuhan yang menyampaikan kebenaran firmanNya. Tuhan berkata, "Lihat, Aku menyuruh utusanKu, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapanKu!" (Maleakhi 3:1a).
Untuk menjadi utusan Tuhan atau orang yang dipercaya olehNya kita pun harus memenuhi kriteria yang dikehendakiNya, seperti kata Rasul Paulus, "Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah." (1 Korintus 4:1). Rasul Paulus merasa sangat tersanjung karena telah dipilih dan dipercaya untuk menyatakan rahasia Allah. Ini adalah anugerah dan kemurahan Tuhan semata.
Ada pun kriteria untuk menjadi seorang utusan Tuhan adalah: 1. Memiliki hati yang takut akan Tuhan. "...ia (Lewi) takut kepadaKu dan gentar terhadap namaKu." (Maleakhi 2:5). Takut akan Tuhan adalah mutlak, artinya calon untuk utusan Tuhan (yaitu menjadi pelaku firman); berpikir benar dan bertindak benar, artinya pikiran dan tindakannya berjalan seirama. Ini berbicara tentang integritas! Sebagai utusan Tuhan, Rasul Paulus "...senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati yang murni di hadapan Allah dan manusia." (Kisah 24:16). 2. Menyatakan kebenaran. "Pengajaran yang benar ada dalam mulutnya (Lewi) dan kecurangan tidak terdapat pada bibirnya." (Maleakhi 2:6a). Calon pelayan yang benar selalu menjaga setiap perkataan atau ucapannya. Yang ia sampaikan adalah kebenaran, tidak ada rekayasa atau kompromi sedikit pun dengan dosa. 3. Senantiasa berjalan bersama Tuhan, "Dalam damai sejahtera dan kejujuran ia (Lewi) mengikuti Aku..." (Maleakhi 2:6b). Ia senantiasa karib dengan Tuhan dan ini menghasilkan kepekaan rohani dalam dirinya, artinya mampu memahami dan merespons setiap kegerakan Roh Kudus sehingga ia menjadi seorang yang teachable (rela diajar dan dikoreksi). 4. Membawa orang lain kembali kepada Tuhan (bertobat). "...banyak orang dibuatnya berbalik dari pada kesalahan." (Maleakhi 2:6c).
Hidup seorang utusan Tuhan sudah seharusnya menjadi teladan atau berdampak bagi orang lain, sehingga ia mampu menuntun orang datang kepada Tuhan (Yakobus 5:19-20).
Baca: Maleakhi 2:1-9
"Sebab bibir seorang imam memelihara pengetahuan dan orang mencari pengajaran dari mulutnya, sebab dialah utusan Tuhan semesta alam." Maleakhi 2:7
Kata 'Maleakhi' berarti 'utusanKu'. Tuhan memberi nama ini untuk Maleakhi bukan tanpa maksud dan tujuan, tetapi dari awal ada rencanaNya yang indah yaitu supaya ia menjadi hamba Tuhan yang menyampaikan kebenaran firmanNya. Tuhan berkata, "Lihat, Aku menyuruh utusanKu, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapanKu!" (Maleakhi 3:1a).
Untuk menjadi utusan Tuhan atau orang yang dipercaya olehNya kita pun harus memenuhi kriteria yang dikehendakiNya, seperti kata Rasul Paulus, "Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah." (1 Korintus 4:1). Rasul Paulus merasa sangat tersanjung karena telah dipilih dan dipercaya untuk menyatakan rahasia Allah. Ini adalah anugerah dan kemurahan Tuhan semata.
Ada pun kriteria untuk menjadi seorang utusan Tuhan adalah: 1. Memiliki hati yang takut akan Tuhan. "...ia (Lewi) takut kepadaKu dan gentar terhadap namaKu." (Maleakhi 2:5). Takut akan Tuhan adalah mutlak, artinya calon untuk utusan Tuhan (yaitu menjadi pelaku firman); berpikir benar dan bertindak benar, artinya pikiran dan tindakannya berjalan seirama. Ini berbicara tentang integritas! Sebagai utusan Tuhan, Rasul Paulus "...senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati yang murni di hadapan Allah dan manusia." (Kisah 24:16). 2. Menyatakan kebenaran. "Pengajaran yang benar ada dalam mulutnya (Lewi) dan kecurangan tidak terdapat pada bibirnya." (Maleakhi 2:6a). Calon pelayan yang benar selalu menjaga setiap perkataan atau ucapannya. Yang ia sampaikan adalah kebenaran, tidak ada rekayasa atau kompromi sedikit pun dengan dosa. 3. Senantiasa berjalan bersama Tuhan, "Dalam damai sejahtera dan kejujuran ia (Lewi) mengikuti Aku..." (Maleakhi 2:6b). Ia senantiasa karib dengan Tuhan dan ini menghasilkan kepekaan rohani dalam dirinya, artinya mampu memahami dan merespons setiap kegerakan Roh Kudus sehingga ia menjadi seorang yang teachable (rela diajar dan dikoreksi). 4. Membawa orang lain kembali kepada Tuhan (bertobat). "...banyak orang dibuatnya berbalik dari pada kesalahan." (Maleakhi 2:6c).
Hidup seorang utusan Tuhan sudah seharusnya menjadi teladan atau berdampak bagi orang lain, sehingga ia mampu menuntun orang datang kepada Tuhan (Yakobus 5:19-20).
Thursday, December 16, 2010
BENIH ILALANG DI ANTARA GANDUM
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Desember 2010 -
Baca: Matius 13:36-43
"Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis." Matius 13:39a
Dalam perumpamaan tentang lalang dan gandum Tuhan Yesus menjelaskan, "Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat." (ayat 38). Setiap penaburan selalu bertujuan untuk melipatgandakan atau reproduksi sehingga pada saatnya akan menghasilkan tuaian sebagaimana pada awal penciptaan, ketika Allah memerintahkan Adam dan Hawa: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kejadian 1:28). Ada pun maksud Allah memberkati mereka adalah supaya bumi ini dipenuhi oleh orang-orang yang serupa dan segambar dengan Allah.
Berbicara tentang benih, siapa pun orangnya, pasti akan menaburkan benih-benih yang baik di ladangnya. Tetapi dalam perumpamaan ini ternyata adalah lalang yang juga tumbuh di antara gandum. Dari manakah lalang itu? Tuhan Yesus menjelaskan bahwa ada musuh yang menabur lalang di ladang tuannya. Yang dimaksud ladang tuan di sini adalah ladang pelayanan. Sedangkan benih itu adalah Injil kebenaran. Benih kebenaran telah ditaburkan oleh Tuhan Yesus, dan kemudian pekerjaan 'menabur' ini dilanjutkan oleh murid-muridNya dan juga para Rasul yang telah menerima amanat agung dari Tuhan: "...pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu." (Matius 28:19-20a). Ternyata Iblis yang juga tidak mau ketinggalan, ia menaburkan benih lalang ke dalam hati Yudas Iskariot; ini adalah benih lalang perdana dalam ladang pelayanan.
Di akhir zaman ini para penyesat bekerja ekstra untuk menaburkan benih lalang seperti yang dikemukakan oleh Rasul Yohanes, "Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus." (2 Yohanes 7). Karena itu kita harus berhati-hati dan selalu waspada agar kita tidak hanyut oleh ajaran-ajaran sesat yang saat ini sedang marak.
Adalah tanggung jawab kita sebagai pekerja-pekerja Tuhan untuk menaburkan benih yang benar (Injil) supaya banyak jiwa diselamatkan, karena pada saatnya lalang itu akan dibakar!
Baca: Matius 13:36-43
"Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis." Matius 13:39a
Dalam perumpamaan tentang lalang dan gandum Tuhan Yesus menjelaskan, "Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat." (ayat 38). Setiap penaburan selalu bertujuan untuk melipatgandakan atau reproduksi sehingga pada saatnya akan menghasilkan tuaian sebagaimana pada awal penciptaan, ketika Allah memerintahkan Adam dan Hawa: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kejadian 1:28). Ada pun maksud Allah memberkati mereka adalah supaya bumi ini dipenuhi oleh orang-orang yang serupa dan segambar dengan Allah.
Berbicara tentang benih, siapa pun orangnya, pasti akan menaburkan benih-benih yang baik di ladangnya. Tetapi dalam perumpamaan ini ternyata adalah lalang yang juga tumbuh di antara gandum. Dari manakah lalang itu? Tuhan Yesus menjelaskan bahwa ada musuh yang menabur lalang di ladang tuannya. Yang dimaksud ladang tuan di sini adalah ladang pelayanan. Sedangkan benih itu adalah Injil kebenaran. Benih kebenaran telah ditaburkan oleh Tuhan Yesus, dan kemudian pekerjaan 'menabur' ini dilanjutkan oleh murid-muridNya dan juga para Rasul yang telah menerima amanat agung dari Tuhan: "...pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu." (Matius 28:19-20a). Ternyata Iblis yang juga tidak mau ketinggalan, ia menaburkan benih lalang ke dalam hati Yudas Iskariot; ini adalah benih lalang perdana dalam ladang pelayanan.
Di akhir zaman ini para penyesat bekerja ekstra untuk menaburkan benih lalang seperti yang dikemukakan oleh Rasul Yohanes, "Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus." (2 Yohanes 7). Karena itu kita harus berhati-hati dan selalu waspada agar kita tidak hanyut oleh ajaran-ajaran sesat yang saat ini sedang marak.
Adalah tanggung jawab kita sebagai pekerja-pekerja Tuhan untuk menaburkan benih yang benar (Injil) supaya banyak jiwa diselamatkan, karena pada saatnya lalang itu akan dibakar!
Wednesday, December 15, 2010
PELAYAN TUHAN HARUS LEMAH LEMBUT
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Desember 2010 -
Baca: 2 Timotius 2:24-26
"dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran," 2 Timotius 2:25
Apakah Saudara aktif melayani Tuhan di gereja, entah itu sebagai pendeta, penginjil, diaken, ketua persekutuan, worship leader, singer, anggota choirs dsb? Apakah Saudara seorang pelayan Tuhan yang lemah lembut? Atau sebaliknya, meski sudah terlibat dalam pelayanan, Saudara masih mudah emosi atau sering berkata-kata kasar yang mengakibatkan orang lain terluka? Seorang pelayan Tuhan tidak seharusnya bersikap seperti itu. Bagaimana kita bisa memenangkan jiwa bagi Tuhan atau menjadi berkat bagi orang lain bila kita tidak lemah lembut? "...seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan," (ayat 24:25a). Jadi, hati yang lemah lembut adalah unsur penting dalam melayani, karena kelemahlembutan adalah salah satu dari buah-buah Roh juga (baca Galatia 5:22-23).
Adalah tidak mudah menjadi seorang yang lemah lembut. Di mana-mana, kebanyakan orang begitu mudah terpancing emosi ketika menghadapi situasi-situasi 'panas'. Kelemahlembutan adalah sikap yang berlawanan dengan sikap kasar yang dilakukan oleh mereka yang keras kepala yang seringkali melukai perasaan orang lain. Seorang yang lemah lembut tidak akan mudah melakukan pembalasan meski telah disakiti atau diperlakukan tidak baik oleh orang lain; dan Tuhan Yesus adalah teladan utama kita! Saat melayani jiwa-jiwa Yesus selalu menunjukkan kelemahlembutannya, meski Ia sering ditentang, ditolak dan juga dihujat. Bahkan ketika harus menderita aniaya di kayu salib Yesus tidak pernah melakukan pembalasan. Sedikit pun tidak pernah terlontar kata-kata kutuk, justru Ia berdoa untuk mereka! Karena kelemahlembutanNya banyak orang bertobat dan diselamatkan.
Begitu juga kita. Meski orang yang kita layani mungkin menolak, mendebat atau mencemooh kita harus bisa bersabar dan membimbing mereka dengan lemah lembut. Jangan putus asa jika kita menghadapi ujian seperti ini. Juga kita yang melayani dengan cucuran air mata pada saatnya akan menuai dengan sorak-sorai.
Mohon pertolongan Roh Kudus untuk melembutkan hati kita, supaya pelayanan kita berdampak bagi orang lain!
Baca: 2 Timotius 2:24-26
"dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran," 2 Timotius 2:25
Apakah Saudara aktif melayani Tuhan di gereja, entah itu sebagai pendeta, penginjil, diaken, ketua persekutuan, worship leader, singer, anggota choirs dsb? Apakah Saudara seorang pelayan Tuhan yang lemah lembut? Atau sebaliknya, meski sudah terlibat dalam pelayanan, Saudara masih mudah emosi atau sering berkata-kata kasar yang mengakibatkan orang lain terluka? Seorang pelayan Tuhan tidak seharusnya bersikap seperti itu. Bagaimana kita bisa memenangkan jiwa bagi Tuhan atau menjadi berkat bagi orang lain bila kita tidak lemah lembut? "...seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan," (ayat 24:25a). Jadi, hati yang lemah lembut adalah unsur penting dalam melayani, karena kelemahlembutan adalah salah satu dari buah-buah Roh juga (baca Galatia 5:22-23).
Adalah tidak mudah menjadi seorang yang lemah lembut. Di mana-mana, kebanyakan orang begitu mudah terpancing emosi ketika menghadapi situasi-situasi 'panas'. Kelemahlembutan adalah sikap yang berlawanan dengan sikap kasar yang dilakukan oleh mereka yang keras kepala yang seringkali melukai perasaan orang lain. Seorang yang lemah lembut tidak akan mudah melakukan pembalasan meski telah disakiti atau diperlakukan tidak baik oleh orang lain; dan Tuhan Yesus adalah teladan utama kita! Saat melayani jiwa-jiwa Yesus selalu menunjukkan kelemahlembutannya, meski Ia sering ditentang, ditolak dan juga dihujat. Bahkan ketika harus menderita aniaya di kayu salib Yesus tidak pernah melakukan pembalasan. Sedikit pun tidak pernah terlontar kata-kata kutuk, justru Ia berdoa untuk mereka! Karena kelemahlembutanNya banyak orang bertobat dan diselamatkan.
Begitu juga kita. Meski orang yang kita layani mungkin menolak, mendebat atau mencemooh kita harus bisa bersabar dan membimbing mereka dengan lemah lembut. Jangan putus asa jika kita menghadapi ujian seperti ini. Juga kita yang melayani dengan cucuran air mata pada saatnya akan menuai dengan sorak-sorai.
Mohon pertolongan Roh Kudus untuk melembutkan hati kita, supaya pelayanan kita berdampak bagi orang lain!
Tuesday, December 14, 2010
DALAM SEGALA PERKARA TUHAN BEKERJA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Desember 2010 -
Baca: Mazmur 34:16-23
"Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka Tuhan mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya." Mazmur 34:18
Selama kita masih berada di dunia ini kehidupan kita tak luput dari masalah. Kita tak pernah luput dari masalah atau penderitaan. Mengapa dunia dipenuhi dengan masalah? Masalah dan penderitaan timbul karena dunia sudah jatuh dalam dosa. Dalam 1 Yohanes 5:19 dikatakan bahwa "...seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat." Namun sebagai orang percaya kita tidak usah takut dan cemas karena Tuhan bisa memakai semua masalah atau penderitaan yang terjadi untuk menarik kita lebih dekat kepada Dia. Seringkali situasi sulit atau masa-masa gelap di dalam kehidupan kita memaksa kita untuk datang kepada Tuhan dengan kesungguhan hati. Kala kita terkulai tak berdaya karena sakit, tidak punya uang untuk bayar kos atau kontrakan, gagal dalam rumah tangga atau studi, ditinggalkan oleh orang yang kita kasihi dan sebagainya, kita menangis dan berteriak kepada Tuhan. Pujian penyembahan kita naikkan kepada Tuhan dengan hati hancur dan mendalam. Seperti Hana. Dalam pergumulan berat, "...dengan hati pedih ia berdoa kepada Tuhan sambil menangis tersedu-sedu." (1 Samuel 1:10). Daud berkata, "Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya." (Mazmur 34:19).
Belajarlah untuk bersabar dan tetap menaruh iman pengharapan hanya kepada Tuhan, sebab "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28). Tuhan adalah pemegang kendali seluruh kehidupan yang ada di muka bumi ini, termasuk masalah-masalah yang terjadi dan kita alami. Oleh karenanya serahkan beban itu kepada Tuhan, maka Dia akan turut bekerja. Allah turut bekerja yaitu 'mengolah' masalah tersebut sehingga mendatangkan kebaikan bagi kita. Tuhan sanggup mengubah yang buruk menjadi baik karena ada pengorbanan yang sempurna yang sudah Tuhan Yesus kerjakan di atas kayu salib. Kita harus ingat bahwa kita memiliki Tuhan yang jauh lebih besar dari masalah apa pun yang ada di dunia ini. Alkitab mengatakan: "...semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita," (1 Yohanes 5:4).
Asal kita percaya penuh kepada Tuhan, setiap masalah selalu ada jalan keluarnya karena Dia turut bekerja!
Baca: Mazmur 34:16-23
"Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka Tuhan mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya." Mazmur 34:18
Selama kita masih berada di dunia ini kehidupan kita tak luput dari masalah. Kita tak pernah luput dari masalah atau penderitaan. Mengapa dunia dipenuhi dengan masalah? Masalah dan penderitaan timbul karena dunia sudah jatuh dalam dosa. Dalam 1 Yohanes 5:19 dikatakan bahwa "...seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat." Namun sebagai orang percaya kita tidak usah takut dan cemas karena Tuhan bisa memakai semua masalah atau penderitaan yang terjadi untuk menarik kita lebih dekat kepada Dia. Seringkali situasi sulit atau masa-masa gelap di dalam kehidupan kita memaksa kita untuk datang kepada Tuhan dengan kesungguhan hati. Kala kita terkulai tak berdaya karena sakit, tidak punya uang untuk bayar kos atau kontrakan, gagal dalam rumah tangga atau studi, ditinggalkan oleh orang yang kita kasihi dan sebagainya, kita menangis dan berteriak kepada Tuhan. Pujian penyembahan kita naikkan kepada Tuhan dengan hati hancur dan mendalam. Seperti Hana. Dalam pergumulan berat, "...dengan hati pedih ia berdoa kepada Tuhan sambil menangis tersedu-sedu." (1 Samuel 1:10). Daud berkata, "Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya." (Mazmur 34:19).
Belajarlah untuk bersabar dan tetap menaruh iman pengharapan hanya kepada Tuhan, sebab "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28). Tuhan adalah pemegang kendali seluruh kehidupan yang ada di muka bumi ini, termasuk masalah-masalah yang terjadi dan kita alami. Oleh karenanya serahkan beban itu kepada Tuhan, maka Dia akan turut bekerja. Allah turut bekerja yaitu 'mengolah' masalah tersebut sehingga mendatangkan kebaikan bagi kita. Tuhan sanggup mengubah yang buruk menjadi baik karena ada pengorbanan yang sempurna yang sudah Tuhan Yesus kerjakan di atas kayu salib. Kita harus ingat bahwa kita memiliki Tuhan yang jauh lebih besar dari masalah apa pun yang ada di dunia ini. Alkitab mengatakan: "...semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita," (1 Yohanes 5:4).
Asal kita percaya penuh kepada Tuhan, setiap masalah selalu ada jalan keluarnya karena Dia turut bekerja!
Monday, December 13, 2010
SEGALA SESUATU ADA WAKTUNYA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Desember 2010 -
Baca: Yesaya 28:23-29
"Setiap harikah orang membajak, mencangkul dan menyisir tanahnya untuk menabur?" Yesaya 28:24
Di dalam Pengkotbah 3:1-2 tertulis: "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;" Di sini dapat disimpulkan bahwa untuk segala sesuatu ada masanya atau waktunya. Ada waktu untuk membajak, mencangkul dan juga menabur. Jadi tidak seluruh waktu harus digunakan untuk membajak, atau tidak seluruh waktu kita gunakan untuk menabur saja, sebab nantinya juga ada waktu untuk menuai.
Daud berkata, "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap." (Mazmur 90:10). Artinya kita hidup di dunia ini ada batas waktunya. Karena itu kita harus menggunakan kesempatan yang ada sebaik mungkin untuk melakukan penaburan, sebab akan tiba waktunya kita akan mati; sewaktu-waktu kita pun dapat mati, karena hidup kita ini seperti uap saja, yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap.
Tuhan berfirman, "Jikalau kamu hidup menurut ketetapanKu dan tetap berpegang pada perintahKu serta melakukannya, maka Aku akan memberi kamu hujan pada masanya, sehingga tanah itu memberi hasilnya dan pohon-pohonan di ladangmu akan memberi buahnya. Lamanya musim mengirik bagimu akan sampai kepada musim memetik buah anggur dan lamanya musim memetik buah anggur akan sampai kepada musim menabur." (Imamat 26:3-5a). Berkat disediakan bagi umat yang hidup menurut ketetapan Tuhan dan perjanjianNya. Ini berbicara tentang berkat penuaian, dan berkat ini diberikan dengan maksud supaya kita giat menabur. Menabur dalam hal apa? Yaitu menabur dalam hukum Kristus. Kita tidak dapat melakukannya dengan hawa nafsu daging, tetapi harus di dalam Roh. Jadi, biji-biji buah Rohlah yang kita taburkan. Hal itu hanya dapat terwujud bila kita mau mematikan perbuatan-perbuatan daging, "Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh..." (Galatia 5:17). Ketika menabur dalam Roh, kita harus rela mematikan perbuatan daging karena tidak semua yang kita tabur akan mempunyai nilai kekal.
Hanya bila kita menabur dalam Roh, penaburan kita akan memiliki nilai yang kekal.
Baca: Yesaya 28:23-29
"Setiap harikah orang membajak, mencangkul dan menyisir tanahnya untuk menabur?" Yesaya 28:24
Di dalam Pengkotbah 3:1-2 tertulis: "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;" Di sini dapat disimpulkan bahwa untuk segala sesuatu ada masanya atau waktunya. Ada waktu untuk membajak, mencangkul dan juga menabur. Jadi tidak seluruh waktu harus digunakan untuk membajak, atau tidak seluruh waktu kita gunakan untuk menabur saja, sebab nantinya juga ada waktu untuk menuai.
Daud berkata, "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap." (Mazmur 90:10). Artinya kita hidup di dunia ini ada batas waktunya. Karena itu kita harus menggunakan kesempatan yang ada sebaik mungkin untuk melakukan penaburan, sebab akan tiba waktunya kita akan mati; sewaktu-waktu kita pun dapat mati, karena hidup kita ini seperti uap saja, yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap.
Tuhan berfirman, "Jikalau kamu hidup menurut ketetapanKu dan tetap berpegang pada perintahKu serta melakukannya, maka Aku akan memberi kamu hujan pada masanya, sehingga tanah itu memberi hasilnya dan pohon-pohonan di ladangmu akan memberi buahnya. Lamanya musim mengirik bagimu akan sampai kepada musim memetik buah anggur dan lamanya musim memetik buah anggur akan sampai kepada musim menabur." (Imamat 26:3-5a). Berkat disediakan bagi umat yang hidup menurut ketetapan Tuhan dan perjanjianNya. Ini berbicara tentang berkat penuaian, dan berkat ini diberikan dengan maksud supaya kita giat menabur. Menabur dalam hal apa? Yaitu menabur dalam hukum Kristus. Kita tidak dapat melakukannya dengan hawa nafsu daging, tetapi harus di dalam Roh. Jadi, biji-biji buah Rohlah yang kita taburkan. Hal itu hanya dapat terwujud bila kita mau mematikan perbuatan-perbuatan daging, "Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh..." (Galatia 5:17). Ketika menabur dalam Roh, kita harus rela mematikan perbuatan daging karena tidak semua yang kita tabur akan mempunyai nilai kekal.
Hanya bila kita menabur dalam Roh, penaburan kita akan memiliki nilai yang kekal.
Sunday, December 12, 2010
HIDUP DI DUNIA INI SINGKAT! SADARILAH.
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Desember 2010 -
Baca: Pengkotbah 7:1-22
"Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya." Pengkotbah 7:2
Setiap kita pasti pernah melayat ke rumah duka atau menghadiri upacara pemakaman seseorang, entah itu salah satu anggota keluarga kita, rekan bisnis, kenalan atau pun tetangga kita. Beberapa waktu yang lalu penulis menghadiri upacara pemakaman seorang sahabat rohani yang telah dipanggil pulang ke rumah Bapa di sorga di usia yang relatif masih sangat muda yaitu 24 tahun, meninggalkan dunia ini karena sakit. Kami semua sangat kehilangan dia. Rona kesedihan pun terpancar di setiap wajah yang hadir. Yang perlu kita renungkan setiap kali kita melayat orang yang meninggal adalah bukan masalah tata cara upacara pemakamannya atau bagaimana seseorang itu meninggal, melainkan makna rohani yang kita dapatkan seperti yang dikatakan oleh Salomo, di mana lebih baik pergi ke rumah duka dari pada pergi ke rumah pesta. Di rumah duka kita kembali diingatkan bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara. Kematian adalah sesuatu yang pasti dan akan dialami oleh semua orang. Kematian tidak mengenal usia dan juga status, tua atau muda, kaya atau miskin, laki-laki atau perempuan. Dan tak seorang pun yang tahu kapan hari kematian itu datang. Setiap hari bisa saja menjadi hari terakhir bagi kita.
Menjalani hidup ini seperti seseorang yang sedang berkemah. "...jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia. Selama kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini," (2 Korintus 5:1-2). Jadi, kematian bukanlah akhir dari kehidupan manusia. Kematian hanyalah alat Tuhan untuk membawa kita dari dunia yang fana menuju kepada kehidupan yang baru yaitu di sorga yang baka. Bagi orang percaya kematian bukanlah suatu hal yang menakutkan, karena setiap kita yang ada di dalam Kristus, meski telah mati (jasmani), kita akan hidup (baca Yohanes 11:25).
Pertanyaannya sekarang: sudahkah kita ada di dalam Kristus? Jika belum, mengapa kita masih menunda-nunda waktu untuk datang kepada Dia?
Dosa akan membawa seseorang pada kematian kekal, tapi kehidupan kekal tersedia bagi setiap orang yang percaya kepada Kristus!
Baca: Pengkotbah 7:1-22
"Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya." Pengkotbah 7:2
Setiap kita pasti pernah melayat ke rumah duka atau menghadiri upacara pemakaman seseorang, entah itu salah satu anggota keluarga kita, rekan bisnis, kenalan atau pun tetangga kita. Beberapa waktu yang lalu penulis menghadiri upacara pemakaman seorang sahabat rohani yang telah dipanggil pulang ke rumah Bapa di sorga di usia yang relatif masih sangat muda yaitu 24 tahun, meninggalkan dunia ini karena sakit. Kami semua sangat kehilangan dia. Rona kesedihan pun terpancar di setiap wajah yang hadir. Yang perlu kita renungkan setiap kali kita melayat orang yang meninggal adalah bukan masalah tata cara upacara pemakamannya atau bagaimana seseorang itu meninggal, melainkan makna rohani yang kita dapatkan seperti yang dikatakan oleh Salomo, di mana lebih baik pergi ke rumah duka dari pada pergi ke rumah pesta. Di rumah duka kita kembali diingatkan bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara. Kematian adalah sesuatu yang pasti dan akan dialami oleh semua orang. Kematian tidak mengenal usia dan juga status, tua atau muda, kaya atau miskin, laki-laki atau perempuan. Dan tak seorang pun yang tahu kapan hari kematian itu datang. Setiap hari bisa saja menjadi hari terakhir bagi kita.
Menjalani hidup ini seperti seseorang yang sedang berkemah. "...jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia. Selama kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini," (2 Korintus 5:1-2). Jadi, kematian bukanlah akhir dari kehidupan manusia. Kematian hanyalah alat Tuhan untuk membawa kita dari dunia yang fana menuju kepada kehidupan yang baru yaitu di sorga yang baka. Bagi orang percaya kematian bukanlah suatu hal yang menakutkan, karena setiap kita yang ada di dalam Kristus, meski telah mati (jasmani), kita akan hidup (baca Yohanes 11:25).
Pertanyaannya sekarang: sudahkah kita ada di dalam Kristus? Jika belum, mengapa kita masih menunda-nunda waktu untuk datang kepada Dia?
Dosa akan membawa seseorang pada kematian kekal, tapi kehidupan kekal tersedia bagi setiap orang yang percaya kepada Kristus!
Saturday, December 11, 2010
BAIK ATAU BURUK: Tetap Mengucap Syukur
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Desember 2010 -
Baca: Ayub 2:1-13
"Tetapi jawab Ayub kepadanya (isterinya - Red.): 'Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?' Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya." Ayub 2:10
Adalah sangat mudah mengucap syukur ketika keadaan selalu baik dan semuanya normal saja. Tetapi jika keadaan berbalik 180 derajat, ada kesesakan, penderitaan, sakit-penyakit dan sebagainya, masih bisakah kita menaikkan pujian syukur kepada Tuhan? Atau mungkin kita akan bersikap seperti isteri Ayub? Ketika Ayub mengalami masalah dan penderitaan yang bertubi-tubi, hingga semua yang dimilikinya ludes, isterinya berkata kepada Ayub, "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!" (ayat 9).
Mengarungi lautan kehidupan di dunia ini tidak selalu mulus dan tenang, kadang ada riak-riak kecil, deburan ombak, hembusan angin, bahkan gelombang yang besar dan sangat ganas. Orang dunia bilang bahwa hidup ini seperti roda yang berputar, kadang di atas kadang di bawah, ada suka ada duka. Dalam hal ini Ayub berkata, "Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Seringkali kita menuntut Tuhan untuk melakukan apa yang kita mau/kehendaki, sehingga ketika terjadi sesuatu dalam kehidupan kita yang tidak seperti yang kita inginkan kita langsung marah dan kecewa kepada Tuhan. Iman kita mulai goyah dan kita mulai malas berdoa, malas beribadah dan sebagainya. Kemudian kita mulai mereka-reka jalan sendiri yang menurut pemikiran kita baik, padahal belum tentu baik dan sesuai dengan kehendak Tuhan. Mari kita belajar dari Ayub, yang meski harus mengalami ujian berat masih bisa menyikapinya dengan pikiran yang positif: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!" (Ayub 1:21). Belajarlah menerima keadaan apa pun, karena Tuhan tahu yang terbaik bagi kita.
Bila saat ini kita sedang mengalami hal-hal buruk, berhentilah mengomel. Rasul Petrus juga menasihati, "...kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa." (1 Petrus 4:7b). Jangan sampai hal-hal buruk ini dimanfaatkan Iblis untuk merampas damai sejahtera kita. Mohon pertolongan Roh Kudus supaya kita diberi kekuatan untuk menjalaninya.
Tuhan berkata, "Aku akan membuat padang gurun menjadi telaga dan memancarkan air dari tanah kering." Yesaya 41:18b
Baca: Ayub 2:1-13
"Tetapi jawab Ayub kepadanya (isterinya - Red.): 'Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?' Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya." Ayub 2:10
Adalah sangat mudah mengucap syukur ketika keadaan selalu baik dan semuanya normal saja. Tetapi jika keadaan berbalik 180 derajat, ada kesesakan, penderitaan, sakit-penyakit dan sebagainya, masih bisakah kita menaikkan pujian syukur kepada Tuhan? Atau mungkin kita akan bersikap seperti isteri Ayub? Ketika Ayub mengalami masalah dan penderitaan yang bertubi-tubi, hingga semua yang dimilikinya ludes, isterinya berkata kepada Ayub, "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!" (ayat 9).
Mengarungi lautan kehidupan di dunia ini tidak selalu mulus dan tenang, kadang ada riak-riak kecil, deburan ombak, hembusan angin, bahkan gelombang yang besar dan sangat ganas. Orang dunia bilang bahwa hidup ini seperti roda yang berputar, kadang di atas kadang di bawah, ada suka ada duka. Dalam hal ini Ayub berkata, "Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Seringkali kita menuntut Tuhan untuk melakukan apa yang kita mau/kehendaki, sehingga ketika terjadi sesuatu dalam kehidupan kita yang tidak seperti yang kita inginkan kita langsung marah dan kecewa kepada Tuhan. Iman kita mulai goyah dan kita mulai malas berdoa, malas beribadah dan sebagainya. Kemudian kita mulai mereka-reka jalan sendiri yang menurut pemikiran kita baik, padahal belum tentu baik dan sesuai dengan kehendak Tuhan. Mari kita belajar dari Ayub, yang meski harus mengalami ujian berat masih bisa menyikapinya dengan pikiran yang positif: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!" (Ayub 1:21). Belajarlah menerima keadaan apa pun, karena Tuhan tahu yang terbaik bagi kita.
Bila saat ini kita sedang mengalami hal-hal buruk, berhentilah mengomel. Rasul Petrus juga menasihati, "...kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa." (1 Petrus 4:7b). Jangan sampai hal-hal buruk ini dimanfaatkan Iblis untuk merampas damai sejahtera kita. Mohon pertolongan Roh Kudus supaya kita diberi kekuatan untuk menjalaninya.
Tuhan berkata, "Aku akan membuat padang gurun menjadi telaga dan memancarkan air dari tanah kering." Yesaya 41:18b
Friday, December 10, 2010
JANGAN KECEWA MENERIMA TEGURAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Desember 2010 -
Baca: Amsal 3:1-12
"Karena Tuhan memberi ajaran kepada yang dikasihiNya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi." Amsal 3:12
Tak satu pun orangtua di dunia ini yang menginginkan anak-anaknya menjadi orang yang gagal atau menderita di kemudian hari. Semuanya berharap anak-anaknya menjadi orang yang berhasil dalam studi, karir dan juga rumah tangga. Itulah sebabnya orangtua selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya, bahkan mereka pun rela mengorbankan apa saja demi anak. Kasih, perhatian, perlindungan dan terkadang juga teguran diberikan orangtua kepada anak.
Dalam kehidupan rohani, Tuhan pun bertindak demikian. Di satu sisi Tuhan senantiasa melimpahkan kasih, kemurahan, pemeliharaan, penyertaan dan pertolongan kepada kita; di sisi lain Dia juga akan memberikan teguran atau hajaran kepada kita bila kita melakukan pelanggaran atau dosa di hadapanNya. Tujuan teguran itu adalah agar kita menjadi jera dan tidak lagi mengulangi kesalahan sehingga kita dapat bertumbuh ke arah yang benar sesuai dengan kehendakNya. Teguran Tuhan kepada kita dapat berupa masalah atau persoalan: sakit penyakit, krisis keuangan, masalah keluarga dan sebagainya. Tuhan mengijinkan hal itu terjadi agar kita segera menyadari kesalahan dan berbalik ke jalanNya yang benar. Oleh sebab itu "...janganlah engkau menolak didikan Tuhan, dan janganlah engkau bosan akan peringatanNya." (ayat 11). Daud pernah melakukan pelanggaran besar di hadapan Tuhan, berzinah dengan Betsyeba. Kemudian Tuhan memakai Natan untuk menegur Daud. Akhirnya Daud pun menyesal dan bertobat, katanya, " 'Aku sudah berdosa kepada Tuhan.' Dan Natan berkata kepada Daud: 'Tuhan telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati. Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista Tuhan, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati.' " (2 Samuel 12:13-14).
Kunci utama ketika kita menerima teguran dari Tuhan adalah bertobat. Pengakuan diri kita telah melakukan dosa di hadapan Tuhan itu sangat penting dan itu adalah kunci untuk mengalami pemulihan dan berkat dari Tuhan. Jadi bila kita mendapat teguran dari Tuhan jangan menjadi kecewa atau marah, ini berarti Tuhan sangat mengasihi kita. "Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?" (Ibrani 12:7).
Bersyukurlah bila kita ditegur Tuhan, karena hal itu mendatangkan kebaikan bagi kita.
Baca: Amsal 3:1-12
"Karena Tuhan memberi ajaran kepada yang dikasihiNya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi." Amsal 3:12
Tak satu pun orangtua di dunia ini yang menginginkan anak-anaknya menjadi orang yang gagal atau menderita di kemudian hari. Semuanya berharap anak-anaknya menjadi orang yang berhasil dalam studi, karir dan juga rumah tangga. Itulah sebabnya orangtua selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya, bahkan mereka pun rela mengorbankan apa saja demi anak. Kasih, perhatian, perlindungan dan terkadang juga teguran diberikan orangtua kepada anak.
Dalam kehidupan rohani, Tuhan pun bertindak demikian. Di satu sisi Tuhan senantiasa melimpahkan kasih, kemurahan, pemeliharaan, penyertaan dan pertolongan kepada kita; di sisi lain Dia juga akan memberikan teguran atau hajaran kepada kita bila kita melakukan pelanggaran atau dosa di hadapanNya. Tujuan teguran itu adalah agar kita menjadi jera dan tidak lagi mengulangi kesalahan sehingga kita dapat bertumbuh ke arah yang benar sesuai dengan kehendakNya. Teguran Tuhan kepada kita dapat berupa masalah atau persoalan: sakit penyakit, krisis keuangan, masalah keluarga dan sebagainya. Tuhan mengijinkan hal itu terjadi agar kita segera menyadari kesalahan dan berbalik ke jalanNya yang benar. Oleh sebab itu "...janganlah engkau menolak didikan Tuhan, dan janganlah engkau bosan akan peringatanNya." (ayat 11). Daud pernah melakukan pelanggaran besar di hadapan Tuhan, berzinah dengan Betsyeba. Kemudian Tuhan memakai Natan untuk menegur Daud. Akhirnya Daud pun menyesal dan bertobat, katanya, " 'Aku sudah berdosa kepada Tuhan.' Dan Natan berkata kepada Daud: 'Tuhan telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati. Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista Tuhan, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati.' " (2 Samuel 12:13-14).
Kunci utama ketika kita menerima teguran dari Tuhan adalah bertobat. Pengakuan diri kita telah melakukan dosa di hadapan Tuhan itu sangat penting dan itu adalah kunci untuk mengalami pemulihan dan berkat dari Tuhan. Jadi bila kita mendapat teguran dari Tuhan jangan menjadi kecewa atau marah, ini berarti Tuhan sangat mengasihi kita. "Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?" (Ibrani 12:7).
Bersyukurlah bila kita ditegur Tuhan, karena hal itu mendatangkan kebaikan bagi kita.
Thursday, December 9, 2010
ABRAHAM: Percaya Penuh Pada Janji Tuhan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Desember 2010 -
Baca: Roma 4:18-25
"Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup." Roma 4:19
Tuhan berkata kepada Abram, " 'Cuba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.' Maka firmanNya kepadanya: 'Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.' " (Kejadian 15:5). Itulah janji Tuhan kepada Abram bahwa Dia akan membuat keturunannya seperti debu tanah banyaknya dan juga seperti bintang-bintang yang bertebaran di langit.
Saat Tuhan berjanji, Abram sudah berumur kira-kira seratus tahun dan Sarai pun rahimnya sudah tertutup karena sudah berusia lanjut. Itulah sebabnya mereka sempat tertawa mendengar apa yang dikatakan Tuhan. Secara manusia itu adalah seperti 'mission impossible'! Namun pada akhirnya janji Tuhan itu digenapiNya: "Maka mengandunglah Sara, lalu ia melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abraham dalam masa tuanya, pada waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan firman Allah kepadanya. Abraham menamai anaknya yang baru lahir itu Ishak, yang dilahirkan Sara baginya." (Kejadian 21:2-3). Ketika Tuhan berjanji, apakah dengan serta merta janji itu langsung digenapi? Abraham membutuhkan penantian yang melelahkan dan itu tidak mudah. Perlu waktu bertahun-tahun untuk dapat menikmati janji Tuhan. Adalah tidak mudah bagi Abraham untuk percaya kepada janji Tuhan, apalagi usianya sudah tua dan fisiknya pun semakin lemah. Secara logika Abraham punya alasan kuat untuk meragukan janji Tuhan, namun "...sekalipun tidak ada dasar untuk berharap,...Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: 'Demikianlah banyaknya nanti keurunanmu,' " (Roma 4:18). Di tengah keadaan yang tidak mendukung pun Abraham tidak menjadi bimbang meski janji Tuhan tidak langsung digenapi.
Seringkali kita dihadapkan pada situasi-situasi yang tidak menjadi lebih baik ketika kita sedang menantikan janji Tuhan, sementara orang-orang di luar Tuhan sepertinya begitu mudah mendapatkan apa yang diinginkan. Akibatnya kita tidak lagi bersemangat menjalani hidup ini, kita terus menggerutu kepada Tuhan, padahal masa-masa sukar yang kita jalani itu adalah proses ujian bagi iman kita.
Tetaplah kuat menantikan janji Tuhan, karena "...Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan." (Roma 4:21)
Baca: Roma 4:18-25
"Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup." Roma 4:19
Tuhan berkata kepada Abram, " 'Cuba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.' Maka firmanNya kepadanya: 'Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.' " (Kejadian 15:5). Itulah janji Tuhan kepada Abram bahwa Dia akan membuat keturunannya seperti debu tanah banyaknya dan juga seperti bintang-bintang yang bertebaran di langit.
Saat Tuhan berjanji, Abram sudah berumur kira-kira seratus tahun dan Sarai pun rahimnya sudah tertutup karena sudah berusia lanjut. Itulah sebabnya mereka sempat tertawa mendengar apa yang dikatakan Tuhan. Secara manusia itu adalah seperti 'mission impossible'! Namun pada akhirnya janji Tuhan itu digenapiNya: "Maka mengandunglah Sara, lalu ia melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abraham dalam masa tuanya, pada waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan firman Allah kepadanya. Abraham menamai anaknya yang baru lahir itu Ishak, yang dilahirkan Sara baginya." (Kejadian 21:2-3). Ketika Tuhan berjanji, apakah dengan serta merta janji itu langsung digenapi? Abraham membutuhkan penantian yang melelahkan dan itu tidak mudah. Perlu waktu bertahun-tahun untuk dapat menikmati janji Tuhan. Adalah tidak mudah bagi Abraham untuk percaya kepada janji Tuhan, apalagi usianya sudah tua dan fisiknya pun semakin lemah. Secara logika Abraham punya alasan kuat untuk meragukan janji Tuhan, namun "...sekalipun tidak ada dasar untuk berharap,...Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: 'Demikianlah banyaknya nanti keurunanmu,' " (Roma 4:18). Di tengah keadaan yang tidak mendukung pun Abraham tidak menjadi bimbang meski janji Tuhan tidak langsung digenapi.
Seringkali kita dihadapkan pada situasi-situasi yang tidak menjadi lebih baik ketika kita sedang menantikan janji Tuhan, sementara orang-orang di luar Tuhan sepertinya begitu mudah mendapatkan apa yang diinginkan. Akibatnya kita tidak lagi bersemangat menjalani hidup ini, kita terus menggerutu kepada Tuhan, padahal masa-masa sukar yang kita jalani itu adalah proses ujian bagi iman kita.
Tetaplah kuat menantikan janji Tuhan, karena "...Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan." (Roma 4:21)
Wednesday, December 8, 2010
SETIA DARI PERKARA YANG KECIL
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Desember 2010 -
Baca: Mazmur 18:21-30
"Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela," Mazmur 18:26
Penulis sering mendengar keluhan dari banyak anak muda Kristen perihal pelayanan mereka di gereja. Keluh mereka, "Pelayanan di gereja cuma begitu-begitu saja, tidak ada peningkatan. Sudah capai melayani, yang hadir cuma sedikit. Malas ah jadi singer terus." Kemalasan seringkali melanda anak-anak Tuhan, apalagi bila disinggung tentang pelayanan. Kita ogah-ogahan dan tidak setia terhadap tugas yang dipercayakan. Kita inginnya melayani Tuhan dalam skala yang lebih besar, langsung di atas mimbar atau terlibat dalam pelayanan yang besar dan spektakuler sehingga banyak orang mengenal siapa kita. Benar apa kata Alkitab bahwa tidak mudah menemukan orang yang setia sebagaimana juga dikatakan oleh Salomo, "Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya." (Amsal 20:6).
Harus kita ketahui bahwa setiap hal yang besar akan datang dari hal-hal yang kecil. Ketika kita setia dalam perkara yang kecil, yang mungkin tidak berarti di mata manusia, itu sebenarnya adalah proses memperkuat kapasitas diri kita untuk dapat dipercaya mengemban tugas dan tanggungjawab yang lebih besar. Contoh tak asing bagi kita adalah perumpamaan tentang talenta: ada 3 orang hamba yang dipercayakan harta oleh tuannya. Yang pertama diberi 5 talenta, kedua diberi 2 talenta dan yang ketiga diberi 1 talenta sesuai dengan kesanggupan mereka masing-masing (baca Matius 25:15). Hamba pertama dan kedua dengan setia mengembangkan talenta yang dipercayakan kepada mreka, dan beroleh laba. Ketika tuannya datang mereka beroleh pujian: "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu." (Matius 25:23).
Tidak demikian dengan hamba yang ketiga. Dia tidak mau mengembangkan talenta yang dipercayakan kepadanya walaupun jumlahnya kecil, sehingga ketika tuannya datang, apa yang diberikan kepada hamba itu diambil darinya. Dan hamba yang tidak setia itu akhirnya dicampakkan "...ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi." (Matius 25:30).
Apakah kita sudah cukup setia dengan apa yang saat ini Tuhan percayakan kepada kita?
Baca: Mazmur 18:21-30
"Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela," Mazmur 18:26
Penulis sering mendengar keluhan dari banyak anak muda Kristen perihal pelayanan mereka di gereja. Keluh mereka, "Pelayanan di gereja cuma begitu-begitu saja, tidak ada peningkatan. Sudah capai melayani, yang hadir cuma sedikit. Malas ah jadi singer terus." Kemalasan seringkali melanda anak-anak Tuhan, apalagi bila disinggung tentang pelayanan. Kita ogah-ogahan dan tidak setia terhadap tugas yang dipercayakan. Kita inginnya melayani Tuhan dalam skala yang lebih besar, langsung di atas mimbar atau terlibat dalam pelayanan yang besar dan spektakuler sehingga banyak orang mengenal siapa kita. Benar apa kata Alkitab bahwa tidak mudah menemukan orang yang setia sebagaimana juga dikatakan oleh Salomo, "Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya." (Amsal 20:6).
Harus kita ketahui bahwa setiap hal yang besar akan datang dari hal-hal yang kecil. Ketika kita setia dalam perkara yang kecil, yang mungkin tidak berarti di mata manusia, itu sebenarnya adalah proses memperkuat kapasitas diri kita untuk dapat dipercaya mengemban tugas dan tanggungjawab yang lebih besar. Contoh tak asing bagi kita adalah perumpamaan tentang talenta: ada 3 orang hamba yang dipercayakan harta oleh tuannya. Yang pertama diberi 5 talenta, kedua diberi 2 talenta dan yang ketiga diberi 1 talenta sesuai dengan kesanggupan mereka masing-masing (baca Matius 25:15). Hamba pertama dan kedua dengan setia mengembangkan talenta yang dipercayakan kepada mreka, dan beroleh laba. Ketika tuannya datang mereka beroleh pujian: "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu." (Matius 25:23).
Tidak demikian dengan hamba yang ketiga. Dia tidak mau mengembangkan talenta yang dipercayakan kepadanya walaupun jumlahnya kecil, sehingga ketika tuannya datang, apa yang diberikan kepada hamba itu diambil darinya. Dan hamba yang tidak setia itu akhirnya dicampakkan "...ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi." (Matius 25:30).
Apakah kita sudah cukup setia dengan apa yang saat ini Tuhan percayakan kepada kita?
Tuesday, December 7, 2010
PERCAYA PENUH PADA KASIH SETIA TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Desember 2010 -
Baca: Mazmur 13:1-6
"...kepada kasih setiaMu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatanMu." Mazmur 13:6a
Berita tentang berbagai macam masalah dan kesusahan setiap hari menjadi menu utama di berbagai media massa dan televisi. Semua hal yang buruk itu tidak hanya terjadi di negara kita tetapi melanda semua negara di dunia ini. Dampak dari semua keadaan itu begitu luar biasa. Orang 'kecil' kian menjerit karena krisis ekonomi, dan hampir semua orang dilanda kesusahan dan ketakutan karena bencana alam dan terorisme. Keadaan manusia kian tertekan dan terjepit. Lalu, bagaimana seharusnya kita bersikap dalam menghadapi kondisi yang tidak baik ini?
Adalah manusiawi jika banyak orang menjadi takut dan kuatir. Hari ini firman Tuhan menasihatkan agar kita bisa menjaga sikap hati dengan benar. Jangan bersikap seperti orang dunia yang terus dihinggapi rasa takut dan kuatir karena Tuhan berjanji untuk menopang dan memlihara umatNya dari kesukaran yang ada. JanjiNya adalah ya dan amin, "Janji Tuhan adalah janji yag murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah." (Mazmur 12:7). Mari kita mencontoh Daud. Mazmur pasal 13 ini merupakan ungkapan isi hati Daud saat ia mengalami pergumulan yang sangat berat. Hari-hari Daud penuh kegelisahan karena ia terus dikejar-kejar Saul yang hendak membunuhya. Bisa dibayangkan betapa tidak tenangnya perasaan Daud karena dihantui oleh bahaya kematian. Selain itu Daud juga harus menghadapi bani Amalek, suatu bangsa yang menjadi musuh bangsa Israel. Daud benar-benar dalam tekanan yang hebat. Wajar bila Daud sempat putus asa dan mengeluh kepada Tuhan, "Berapa lama lagi, Tuhan, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajahMu terhadap aku? Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari? Berapa lama lagi musuhku meninggikan diri atasku?" (Mazmur 13:2-3).
Kita pun pasti pernah mengalami seperti yang dialami Daud. Tap, apakah kita juga bisa bertindak seperti Daud yang selalu mengingat-ingat segala perbuatan baik Tuhan? Atau, ketika masalah datang kita malah kian menjauh dari Tuhan dengan perasaan kecewa? Meski sempat mengeluh Daud tetap yakin bahwa Tuhan sanggup melepaskan dia dan itu telah terbukti.
Oleh sebab itu "Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepadaNya, dan Ia akan bertindak;" Mazmur 37:5
Baca: Mazmur 13:1-6
"...kepada kasih setiaMu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatanMu." Mazmur 13:6a
Berita tentang berbagai macam masalah dan kesusahan setiap hari menjadi menu utama di berbagai media massa dan televisi. Semua hal yang buruk itu tidak hanya terjadi di negara kita tetapi melanda semua negara di dunia ini. Dampak dari semua keadaan itu begitu luar biasa. Orang 'kecil' kian menjerit karena krisis ekonomi, dan hampir semua orang dilanda kesusahan dan ketakutan karena bencana alam dan terorisme. Keadaan manusia kian tertekan dan terjepit. Lalu, bagaimana seharusnya kita bersikap dalam menghadapi kondisi yang tidak baik ini?
Adalah manusiawi jika banyak orang menjadi takut dan kuatir. Hari ini firman Tuhan menasihatkan agar kita bisa menjaga sikap hati dengan benar. Jangan bersikap seperti orang dunia yang terus dihinggapi rasa takut dan kuatir karena Tuhan berjanji untuk menopang dan memlihara umatNya dari kesukaran yang ada. JanjiNya adalah ya dan amin, "Janji Tuhan adalah janji yag murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah." (Mazmur 12:7). Mari kita mencontoh Daud. Mazmur pasal 13 ini merupakan ungkapan isi hati Daud saat ia mengalami pergumulan yang sangat berat. Hari-hari Daud penuh kegelisahan karena ia terus dikejar-kejar Saul yang hendak membunuhya. Bisa dibayangkan betapa tidak tenangnya perasaan Daud karena dihantui oleh bahaya kematian. Selain itu Daud juga harus menghadapi bani Amalek, suatu bangsa yang menjadi musuh bangsa Israel. Daud benar-benar dalam tekanan yang hebat. Wajar bila Daud sempat putus asa dan mengeluh kepada Tuhan, "Berapa lama lagi, Tuhan, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajahMu terhadap aku? Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari? Berapa lama lagi musuhku meninggikan diri atasku?" (Mazmur 13:2-3).
Kita pun pasti pernah mengalami seperti yang dialami Daud. Tap, apakah kita juga bisa bertindak seperti Daud yang selalu mengingat-ingat segala perbuatan baik Tuhan? Atau, ketika masalah datang kita malah kian menjauh dari Tuhan dengan perasaan kecewa? Meski sempat mengeluh Daud tetap yakin bahwa Tuhan sanggup melepaskan dia dan itu telah terbukti.
Oleh sebab itu "Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepadaNya, dan Ia akan bertindak;" Mazmur 37:5
Monday, December 6, 2010
HAL BANGSA ISRAEL: Mata Yang Tertuju Hanya Pada Berkat
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Desember 2010 -
Baca: Keluaran 13:17-22
"Dengan tidak beralih tiang awan itu tetap ada pada siang hari dan tiang api pada waktu malam di depan bangsa itu." Keluaran 13:22
Peristiwa keluarnya bangsa Israel dari tanah perbudakan di Mesir menuju tanah Perjanjian, yaitu Kanaan, sangat menarik untuk disimak dan dijadikan pelajaran yang sangat berharga bagi kita. Di sepanjang perjalanan Tuhan menyatakan kasih dan perlindunganNya sehingga dengan mata kepala mereka sendiri mereka melihat betapa Tuhan sangat memperhatikan mereka. Bukti penyertaan Tuhan diwarnai tanda khusus yang berupa tiang awan dan tiang api. "Tuhan berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam" (ayat 21). Dengan itu mereka tidak mengalami panas terik yang begitu menyengat pada siang hari, dan pada malam hari mereka tidak mengalami kedinginan.
Mujizat dan penyertaan Tuhan ini sebagai bukti bahwa Tuhan sangat peduli dan mengasihi bangsa Israel. Dia rindu supaya bangsa Israel mengarahkan pandangannya hanya kepada Tuhan yang sanggup melakukan perkara-perkara besar dan ajaib. Namun kenyataannya mereka tetap tidak bisa mengucap syukur, dan selalu saja memberontak. Mata mereka hanya tertuju pada berkat-berkatNya saja (hal-hal jasmaniah). Bila tidak ada air mereka langsung mengeluh dan bersungut-sungut. "Hauslah bangsa itu akan air di sana; bersungut-sungutlah bangsa bangsa itu kepada Musa dan berkata: 'Mengapa pula engkau memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membunuh kami, anak-anak kami dan ternak kami dengan kehausan?'" (Keluaran 17:3). Bahkan mereka pun membuat patung lembu emas untuk mereka sembah. Akibatnya banyak yang tewas di padang gurun. Mengapa mereka mengalami kebinasaan? Karena mata mereka tidak tertuju kepada Tuhan dan tidak mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh, melainkan hanya mencari berkatNya saja.
Bukankah keadaan ini tidak jauh berbeda dengan orang-orang Kristen di zaman ini? Banyak yang beribadah ke gereja bukan untuk mencari Tuhan, tapi yang mereka cari adalah berkat-berkatNya saja. Dan ketika belum mengalami berkat-berkat Tuhan mereka mudah kecewa dan tidak lagi sungguh-sungguh mencari Tuhan.
Arahkan pandangan kepada Tuhan dan utamakan Dia, pasti berkatNya tersedia bagi kita!
Baca: Keluaran 13:17-22
"Dengan tidak beralih tiang awan itu tetap ada pada siang hari dan tiang api pada waktu malam di depan bangsa itu." Keluaran 13:22
Peristiwa keluarnya bangsa Israel dari tanah perbudakan di Mesir menuju tanah Perjanjian, yaitu Kanaan, sangat menarik untuk disimak dan dijadikan pelajaran yang sangat berharga bagi kita. Di sepanjang perjalanan Tuhan menyatakan kasih dan perlindunganNya sehingga dengan mata kepala mereka sendiri mereka melihat betapa Tuhan sangat memperhatikan mereka. Bukti penyertaan Tuhan diwarnai tanda khusus yang berupa tiang awan dan tiang api. "Tuhan berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam" (ayat 21). Dengan itu mereka tidak mengalami panas terik yang begitu menyengat pada siang hari, dan pada malam hari mereka tidak mengalami kedinginan.
Mujizat dan penyertaan Tuhan ini sebagai bukti bahwa Tuhan sangat peduli dan mengasihi bangsa Israel. Dia rindu supaya bangsa Israel mengarahkan pandangannya hanya kepada Tuhan yang sanggup melakukan perkara-perkara besar dan ajaib. Namun kenyataannya mereka tetap tidak bisa mengucap syukur, dan selalu saja memberontak. Mata mereka hanya tertuju pada berkat-berkatNya saja (hal-hal jasmaniah). Bila tidak ada air mereka langsung mengeluh dan bersungut-sungut. "Hauslah bangsa itu akan air di sana; bersungut-sungutlah bangsa bangsa itu kepada Musa dan berkata: 'Mengapa pula engkau memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membunuh kami, anak-anak kami dan ternak kami dengan kehausan?'" (Keluaran 17:3). Bahkan mereka pun membuat patung lembu emas untuk mereka sembah. Akibatnya banyak yang tewas di padang gurun. Mengapa mereka mengalami kebinasaan? Karena mata mereka tidak tertuju kepada Tuhan dan tidak mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh, melainkan hanya mencari berkatNya saja.
Bukankah keadaan ini tidak jauh berbeda dengan orang-orang Kristen di zaman ini? Banyak yang beribadah ke gereja bukan untuk mencari Tuhan, tapi yang mereka cari adalah berkat-berkatNya saja. Dan ketika belum mengalami berkat-berkat Tuhan mereka mudah kecewa dan tidak lagi sungguh-sungguh mencari Tuhan.
Arahkan pandangan kepada Tuhan dan utamakan Dia, pasti berkatNya tersedia bagi kita!
Sunday, December 5, 2010
MEMILIKI KEKUATAN SEPERTI KUDA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Desember 2010 -
Baca: Ayub 39:22-28
"Engkaukah yang memberi tenaga kepada kuda? Engkaukah yang mengenakan surat pada tengkuknya?" Ayub 39:22
Kuda melambangkan kekuatan, kecepatan dan juga ketangkasan. Semua yang ada pada kuda (kekuatan, kecepatan, ketangkasan) itu berasal dari Tuhan; Dia yang melengkapinya. Tuhan pernah berkata kepada Ayub, "Engkaukah yang memberi tenaga kepada kuda? Engkaukah yang mengenakan surai pada tengkuknya?" Maksud perkataan Tuhan ini adalah untuk menegaskan kepada Ayub bahwa Ialah yang memberi kekuatan kepada kuda. Kalau kuda saja diberi kekuatan dan kelebihan yang luar biasa oleh Tuhan, apalagi kita anak-anakNya; Dia pasti sanggup memberikan segala yang kita perlukan.
Mengapa Tuhan memberikan suatu contoh tentang kuda? Itu bukan tanpa maksud. Kuda memiliki kecepatan berlari untuk menghindari pemangsa. Di samping itu kuda mempumyai keseimbangan dan insting yang kuat untuk melawan atau melarikan diri. Itulah sebabnya kuda bisa tidur meski dalam keadaan beridiri. Nilai lebih dari kuda adalah tenaganya yang besar. Seringkali kita merasa tidak punya kekuatan atau kemampuan untuk melayani Tuhan. Kita punya banyak dalih untuk menghindarkan diri dari pekerjaan Tuhan. Namun sebenarnya kita malas dan tidak mau bertindak! Tenaga kita lebih banyak kita habiskan untuk nonton tv, shopping, bersantai dan sebagainya. Sesungguhnya kalau kita meminta kekuatan dan kemampuan kepada Tuhan, Dia pasti akan memberikannya sebagaimana Ia berikan kepada kuda. (Nah, bukankah kita lebih dari kuda?) FirmanNya berkata, "Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tidak berdaya." (Yesaya 40:29). Dibutuhkan keberanian untuk percaya bahwa Tuhan sanggup melakukan segala perkara di dalam kehidupan kita.
Saat ini Tuhan mencari orang-orang yang punya hati dan mau bertanggung jawab dengan apa yang Tuhan berikan. Hargailah setiap talenta dan pemberian Tuhan itu sebagai sesuatu yang sangat berharga. Jangan anggap remeh! Di hari-hari akhir ini Iblis terus melipatgandakan kekuatannya untuk menjerat orang-orang yang lemah, karena hari penghukuman itu akan segera tiba!
Maka dari itu kita harus punya kekuatan dan lompatan yang lebih dari kuda: lompatan dalam hal iman, lompatan dalam hal doa, lompatan dalam pelayanan dan lain-lain; jika tidak, kita akan tertinggal.
Baca: Ayub 39:22-28
"Engkaukah yang memberi tenaga kepada kuda? Engkaukah yang mengenakan surat pada tengkuknya?" Ayub 39:22
Kuda melambangkan kekuatan, kecepatan dan juga ketangkasan. Semua yang ada pada kuda (kekuatan, kecepatan, ketangkasan) itu berasal dari Tuhan; Dia yang melengkapinya. Tuhan pernah berkata kepada Ayub, "Engkaukah yang memberi tenaga kepada kuda? Engkaukah yang mengenakan surai pada tengkuknya?" Maksud perkataan Tuhan ini adalah untuk menegaskan kepada Ayub bahwa Ialah yang memberi kekuatan kepada kuda. Kalau kuda saja diberi kekuatan dan kelebihan yang luar biasa oleh Tuhan, apalagi kita anak-anakNya; Dia pasti sanggup memberikan segala yang kita perlukan.
Mengapa Tuhan memberikan suatu contoh tentang kuda? Itu bukan tanpa maksud. Kuda memiliki kecepatan berlari untuk menghindari pemangsa. Di samping itu kuda mempumyai keseimbangan dan insting yang kuat untuk melawan atau melarikan diri. Itulah sebabnya kuda bisa tidur meski dalam keadaan beridiri. Nilai lebih dari kuda adalah tenaganya yang besar. Seringkali kita merasa tidak punya kekuatan atau kemampuan untuk melayani Tuhan. Kita punya banyak dalih untuk menghindarkan diri dari pekerjaan Tuhan. Namun sebenarnya kita malas dan tidak mau bertindak! Tenaga kita lebih banyak kita habiskan untuk nonton tv, shopping, bersantai dan sebagainya. Sesungguhnya kalau kita meminta kekuatan dan kemampuan kepada Tuhan, Dia pasti akan memberikannya sebagaimana Ia berikan kepada kuda. (Nah, bukankah kita lebih dari kuda?) FirmanNya berkata, "Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tidak berdaya." (Yesaya 40:29). Dibutuhkan keberanian untuk percaya bahwa Tuhan sanggup melakukan segala perkara di dalam kehidupan kita.
Saat ini Tuhan mencari orang-orang yang punya hati dan mau bertanggung jawab dengan apa yang Tuhan berikan. Hargailah setiap talenta dan pemberian Tuhan itu sebagai sesuatu yang sangat berharga. Jangan anggap remeh! Di hari-hari akhir ini Iblis terus melipatgandakan kekuatannya untuk menjerat orang-orang yang lemah, karena hari penghukuman itu akan segera tiba!
Maka dari itu kita harus punya kekuatan dan lompatan yang lebih dari kuda: lompatan dalam hal iman, lompatan dalam hal doa, lompatan dalam pelayanan dan lain-lain; jika tidak, kita akan tertinggal.
Saturday, December 4, 2010
JALAN-JALAN TUHAN: Ajaib dan Berbeda
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Desember 2010 -
Baca: Yesaya 55:8-13
"Sebab rancanganKu bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalanKu, demikianlah firman Tuhan," Yesaya 55:8
Salah satu hal terindah dalam kehidupan orang percaya adalah kita belajar untuk mengenal jalan-jalan Tuhan yang luar biasa. Namun jalan Tuhan pada kenyataannya adalah sangat bertentangan dengan jalan-jalan kita. Jalan Tuhan itu terkadang aneh atau ganjil menurut penilaian kita dan hal itu sulit digambarkan atau dibayangkan. "Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalanKu dari jalanmu dan rancanganKu dari rancanganmu." (ayat 9). Jalan-jalan Tuhan juga acapkali bertentangan dengan apa yang kita harapkan dan inginkan.
Mengapa Tuhan mendesain jalan-jalanNya sedemikian rupa? Kita yang belum memiliki keintiman dengan Tuhan akan beranggapan bahwa jalan-jalan Tuhan itu sama atau sesuai dengan keinginan dan kehendak kita sendiri. Bila yang terjadi itu sesuai dengan keinginan dan kehendak kita, maka dengan cepat kita akan menyimpulkan, "Inilah jalan Tuhan. Sebaliknya, jika jalan-jalan Tuhan itu tidak seperti yang kita harapkan, kita pun akan berkata, "Ini bukan jalan Tuhan." Di dalam Alkitab kita akan menemukan betapa jalan-jalan Tuhan itu justru sangat bertentangan dengan segala keinginan dan juga logika kita. Contoh: ketika terjadi kekeringan dan kelaparan, Tuhan membawa Elia ke sungai Kerit dan burung-burung gagak memberinya makan. Setelah itu kita renungkan, apa yang dialami Elia itu sungguh tidak masuk akal. Tetapi itulah jalan Tuhan yang benar-benar tak dapat kita selami.
Dunia berprinsip: setiap kejahatan juga harus dibalas dengan kejahatan, bahkan pembalasan lebih kejam dari perbuatan. Bagaimana jalan Tuhan? Jalan Tuhan adalah agar kita mengasihi musuh atau orang yang membenci kita. Dikatakan, "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil." (Matius 5:39-41).
Jalan Tuhan dirancang agar kita senantiasa tinggal di dalam Dia dan belajar tunduk melakukan kehendakNya!
Baca: Yesaya 55:8-13
"Sebab rancanganKu bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalanKu, demikianlah firman Tuhan," Yesaya 55:8
Salah satu hal terindah dalam kehidupan orang percaya adalah kita belajar untuk mengenal jalan-jalan Tuhan yang luar biasa. Namun jalan Tuhan pada kenyataannya adalah sangat bertentangan dengan jalan-jalan kita. Jalan Tuhan itu terkadang aneh atau ganjil menurut penilaian kita dan hal itu sulit digambarkan atau dibayangkan. "Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalanKu dari jalanmu dan rancanganKu dari rancanganmu." (ayat 9). Jalan-jalan Tuhan juga acapkali bertentangan dengan apa yang kita harapkan dan inginkan.
Mengapa Tuhan mendesain jalan-jalanNya sedemikian rupa? Kita yang belum memiliki keintiman dengan Tuhan akan beranggapan bahwa jalan-jalan Tuhan itu sama atau sesuai dengan keinginan dan kehendak kita sendiri. Bila yang terjadi itu sesuai dengan keinginan dan kehendak kita, maka dengan cepat kita akan menyimpulkan, "Inilah jalan Tuhan. Sebaliknya, jika jalan-jalan Tuhan itu tidak seperti yang kita harapkan, kita pun akan berkata, "Ini bukan jalan Tuhan." Di dalam Alkitab kita akan menemukan betapa jalan-jalan Tuhan itu justru sangat bertentangan dengan segala keinginan dan juga logika kita. Contoh: ketika terjadi kekeringan dan kelaparan, Tuhan membawa Elia ke sungai Kerit dan burung-burung gagak memberinya makan. Setelah itu kita renungkan, apa yang dialami Elia itu sungguh tidak masuk akal. Tetapi itulah jalan Tuhan yang benar-benar tak dapat kita selami.
Dunia berprinsip: setiap kejahatan juga harus dibalas dengan kejahatan, bahkan pembalasan lebih kejam dari perbuatan. Bagaimana jalan Tuhan? Jalan Tuhan adalah agar kita mengasihi musuh atau orang yang membenci kita. Dikatakan, "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil." (Matius 5:39-41).
Jalan Tuhan dirancang agar kita senantiasa tinggal di dalam Dia dan belajar tunduk melakukan kehendakNya!
Friday, December 3, 2010
MEMILIKI BUAH-BUAH ROH: Bekal Melayani Jiwa-Jiwa
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Desember 2010 -
Baca: 2 Timotius 4:1-18
"Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!" 2 Timotius 4:5
Tuhan Yesus memberikan amanat agung kepada setiap orang percaya (Kristen): "...pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu." (Matius 28:19-20a).
Banyak dari kita yang tidak mau melaksanakan amanat Tuhan ini dengan dalih bukan seorang pendeta atau penginjil dan merasa tidak punya karunia menginjil, padahal ada banyak cara bagi kita untuk bisa terlibat dalam penginjilan. Saat ini hampir semua agama berlomba-lomba menarik jiwa-jiwa baru masuk dalam agamanya. Kalau agama lain saja begitu giat 'menginjil' kepada orang lain, lebih-lebih kita sebagai murid-muridNya, tidakkah kita tergerak untuk menjangkau jiwa-jiwa bagi Yesus? Harus kita akui tidak mudah melayani orang lain, karena sebelum melangkah dan menjangkau orang lain kehidupan kita harus mempunyai buah-buah Roh terlebih dahulu, yaitu karakter Kristus yang makin hari makin nyata di dalam perkataan dan perbuatan. Ada pun buah Roh itu adalah: "...kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri." (Galatia 5:22-23a). Bila dalam diri kita ada buah-buah Roh, dipastikan kita memiliki integritas di setiap aspek kehidupan kita, artinya perkataan dan perbuatan kita itu selaras. Bila kita hanya bisa berkata-kata namun tidak mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana kita bisa menginjili orang lain?
Untuk bisa melayani dan membawa orang lain kepada Kristus kita harus bisa menjadi orang yang rendah hati dan sabar, karena kerendahan hati dan kesabaran memberi kesempatan orang lain menerima semua perkataan yang kita ucapkan, sebab orang yang kita layani itu ibarat 'bayi-bayi' rohani yang baru lahir dan membutuhkan perhatian secara khusus. Jadi kita harus sabar dan telaten melayani mereka sepanjang waktu. Selain itu kita juga harus punya kepekaan akan pergumulan orang lain dan akan kehendak Tuhan. Dikatakan, "...nyatakanlah apa yang salah, tegarlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran." (2 Timotius 4:2).
Tanpa memiliki buah-buah Roh, hidup kita hanya akan menjadi batu sandungan bagi orang yang kita layani!
Baca: 2 Timotius 4:1-18
"Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!" 2 Timotius 4:5
Tuhan Yesus memberikan amanat agung kepada setiap orang percaya (Kristen): "...pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu." (Matius 28:19-20a).
Banyak dari kita yang tidak mau melaksanakan amanat Tuhan ini dengan dalih bukan seorang pendeta atau penginjil dan merasa tidak punya karunia menginjil, padahal ada banyak cara bagi kita untuk bisa terlibat dalam penginjilan. Saat ini hampir semua agama berlomba-lomba menarik jiwa-jiwa baru masuk dalam agamanya. Kalau agama lain saja begitu giat 'menginjil' kepada orang lain, lebih-lebih kita sebagai murid-muridNya, tidakkah kita tergerak untuk menjangkau jiwa-jiwa bagi Yesus? Harus kita akui tidak mudah melayani orang lain, karena sebelum melangkah dan menjangkau orang lain kehidupan kita harus mempunyai buah-buah Roh terlebih dahulu, yaitu karakter Kristus yang makin hari makin nyata di dalam perkataan dan perbuatan. Ada pun buah Roh itu adalah: "...kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri." (Galatia 5:22-23a). Bila dalam diri kita ada buah-buah Roh, dipastikan kita memiliki integritas di setiap aspek kehidupan kita, artinya perkataan dan perbuatan kita itu selaras. Bila kita hanya bisa berkata-kata namun tidak mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana kita bisa menginjili orang lain?
Untuk bisa melayani dan membawa orang lain kepada Kristus kita harus bisa menjadi orang yang rendah hati dan sabar, karena kerendahan hati dan kesabaran memberi kesempatan orang lain menerima semua perkataan yang kita ucapkan, sebab orang yang kita layani itu ibarat 'bayi-bayi' rohani yang baru lahir dan membutuhkan perhatian secara khusus. Jadi kita harus sabar dan telaten melayani mereka sepanjang waktu. Selain itu kita juga harus punya kepekaan akan pergumulan orang lain dan akan kehendak Tuhan. Dikatakan, "...nyatakanlah apa yang salah, tegarlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran." (2 Timotius 4:2).
Tanpa memiliki buah-buah Roh, hidup kita hanya akan menjadi batu sandungan bagi orang yang kita layani!
Thursday, December 2, 2010
BAGAIKAN RAJAWALI: Hal Mengerti Kehendak Tuhan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Desember 2010 -
Baca: Mazmur 119:17-32
"Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari TauratMu." Mazmur 119:18
Masalah dan situasi-situasi sulit mungkin diijinkan Tuhan dengan tujuan untuk melatih iman kita. Dia ingin mendewasakan kita. Tuhan tidak pernah salah atas setiap tindakanNya karena Dia tahu sejauh mana kekuatan dan kemampuan kita. "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." (1 Korintus 10:13). Oleh karenanya milikilah hati yang dapat menanggapi dengan benar setiap pencobaan yang sedang kita alami. Tuhan tidak akan pernah meninggalkan dan membiarkan kita! Mari camkan itu. Selalu ada rencanaNya yang indah.
Kembali kepada burung rajawali, ia memiliki pandangan mata yang sangat tajam. Ia bisa melihat ke arah depan dan samping pada waktu yang bersamaan. Rajawali bisa melihat ikan dalam air meski dari jarak yang sangat jauh saat sedang terbang melayang tinggi. Rajawali benar-benar memiliki ketajaman yang luar biasa dalam hal melihat. Memiliki ketajaman dalam hal melihat adalah kerinduan Tuhan bagi anak-anakNya. Mata yang tajam akan melihat kehendak Tuhan sehingga kita bisa membedakan mana yang baik dan tidak baik, mana yang benar dan tidak benar seperti tertulis: "Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan." (Efesus 5:17). Mata yang tajam pasti dapat melihat setiap kesempatan yang ada dan menggunakannya sebaik mungkin. Apalagi menjelang kedatangan Tuhan yang semakin dekat ini, bukan waktunya untuk santai atau bermalas-malasan lagi, sebaliknya "...perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat." (Efesus 5:15-16).
Jadi kita butuh mata setajam rajawali yang bisa mencermati dan melihat keadaan sekitar. Kita juga harus menggunakan mata kita untuk melihat hal-hal yang baik, karena mata kita adalah jendela hati kita; apa yang kita lihat akan mempengaruhi keadaan hati kita.
Mata rohani yang tajam pasti dapat mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidup ini.
Baca: Mazmur 119:17-32
"Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari TauratMu." Mazmur 119:18
Masalah dan situasi-situasi sulit mungkin diijinkan Tuhan dengan tujuan untuk melatih iman kita. Dia ingin mendewasakan kita. Tuhan tidak pernah salah atas setiap tindakanNya karena Dia tahu sejauh mana kekuatan dan kemampuan kita. "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." (1 Korintus 10:13). Oleh karenanya milikilah hati yang dapat menanggapi dengan benar setiap pencobaan yang sedang kita alami. Tuhan tidak akan pernah meninggalkan dan membiarkan kita! Mari camkan itu. Selalu ada rencanaNya yang indah.
Kembali kepada burung rajawali, ia memiliki pandangan mata yang sangat tajam. Ia bisa melihat ke arah depan dan samping pada waktu yang bersamaan. Rajawali bisa melihat ikan dalam air meski dari jarak yang sangat jauh saat sedang terbang melayang tinggi. Rajawali benar-benar memiliki ketajaman yang luar biasa dalam hal melihat. Memiliki ketajaman dalam hal melihat adalah kerinduan Tuhan bagi anak-anakNya. Mata yang tajam akan melihat kehendak Tuhan sehingga kita bisa membedakan mana yang baik dan tidak baik, mana yang benar dan tidak benar seperti tertulis: "Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan." (Efesus 5:17). Mata yang tajam pasti dapat melihat setiap kesempatan yang ada dan menggunakannya sebaik mungkin. Apalagi menjelang kedatangan Tuhan yang semakin dekat ini, bukan waktunya untuk santai atau bermalas-malasan lagi, sebaliknya "...perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat." (Efesus 5:15-16).
Jadi kita butuh mata setajam rajawali yang bisa mencermati dan melihat keadaan sekitar. Kita juga harus menggunakan mata kita untuk melihat hal-hal yang baik, karena mata kita adalah jendela hati kita; apa yang kita lihat akan mempengaruhi keadaan hati kita.
Mata rohani yang tajam pasti dapat mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidup ini.
Wednesday, December 1, 2010
BAGAIKAN RAJAWALI: Hal Didikan Tuhan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Desember 2010 -
Baca: Ulangan 32:9-13
"Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya," Ulangan 32:11a
Ayat di atas menggambarkan tentang perhatian dan kasih Tuhan kepada umat Israel yang diumpamakan seperti induk rajawali dengan anaknya.
Mungkin banyak yang tidak mengetahui kehidupan burung rajawali. Burung rajawali suka sekali membongkar-bongkar sarangnya dan membiarkan anak-anaknya terjun bebas. Kisahnya demikian: bila waktunya sudah sangat tepat, induk rajawali akan melatih anak-anaknya untuk terbang. Dibongkarnya sarangnya lapis demi lapis sampai tersisa lapisan yang kasar dan keras. Lalu induk rajawali akan menerjunkan anaknya, memaksa mereka mengembangkan sayap dan melatih ototnya untuk terbang. Tentu saja anak-anak rajawali itu tidak langsung bisa terbang, berkali-kali mereka akan meluncur dengan cepat ke tanah dan seolah-olah si induk membiarkan mereka untuk jatuh dan mati. Namun sebelum menyentuh tanah, si induk segera menyambar dan membawanya naik kembali. Inilah proses yang harus dialami anak-anak rajawali. Lambat laun mereka menjadi terlatih dan dapat terbang bebas tanpa merasa takut lagi.
Itulah yang juga Tuhan kerjakan dalam kehidupan anak-anakNya. Adakalanya Ia memproses dan membentuk kita, dibongkarnya semua 'sarang' yang selama ini membuat kita merasa nyaman. Bukan berarti Tuhan bertindak kejam terhadap kita. Dia membongkar semua kenyamanan yang ada karena kasihNya kepada kita, bukan karena Dia tega terhadap kita. Kenyamanan seringkali membuat seseorang menjadi malas dan terlena: malas berdoa, malas melayani Tuhan, malas beribadah dan sebagainya. Bila kenyamanan itu dibiarkan bisa mengakibatkan kematian rohani.
Seperti induk rajawali yang menyelamatkan anaknya sebelum terbentur ke tanah, lebih-lebih lagi Tuhan terhadap kita. Saat tertentu Ia ijinkan kita mengalami kondisi yang tidak baik dan sangat menyesakkan yang menurut kita itu sangat tidak enak. Acapkali kita marah, bersungut-sungut, mengeluh, menyalahkan Tuhan serta berpikir bahwa Tuhan telah meninggalkan kita, padahal tak sedetik pun Tuhan melepaskan pandanganNya terhadap kita. Dia sangat tahu kapan saat yang tepat untuk menolong dan melepaskan kita. Itu adalah bentuk didikan Tuhan dan semuanya mendatangkan kebaikan bagi kita. (Bersambung)
Baca: Ulangan 32:9-13
"Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya," Ulangan 32:11a
Ayat di atas menggambarkan tentang perhatian dan kasih Tuhan kepada umat Israel yang diumpamakan seperti induk rajawali dengan anaknya.
Mungkin banyak yang tidak mengetahui kehidupan burung rajawali. Burung rajawali suka sekali membongkar-bongkar sarangnya dan membiarkan anak-anaknya terjun bebas. Kisahnya demikian: bila waktunya sudah sangat tepat, induk rajawali akan melatih anak-anaknya untuk terbang. Dibongkarnya sarangnya lapis demi lapis sampai tersisa lapisan yang kasar dan keras. Lalu induk rajawali akan menerjunkan anaknya, memaksa mereka mengembangkan sayap dan melatih ototnya untuk terbang. Tentu saja anak-anak rajawali itu tidak langsung bisa terbang, berkali-kali mereka akan meluncur dengan cepat ke tanah dan seolah-olah si induk membiarkan mereka untuk jatuh dan mati. Namun sebelum menyentuh tanah, si induk segera menyambar dan membawanya naik kembali. Inilah proses yang harus dialami anak-anak rajawali. Lambat laun mereka menjadi terlatih dan dapat terbang bebas tanpa merasa takut lagi.
Itulah yang juga Tuhan kerjakan dalam kehidupan anak-anakNya. Adakalanya Ia memproses dan membentuk kita, dibongkarnya semua 'sarang' yang selama ini membuat kita merasa nyaman. Bukan berarti Tuhan bertindak kejam terhadap kita. Dia membongkar semua kenyamanan yang ada karena kasihNya kepada kita, bukan karena Dia tega terhadap kita. Kenyamanan seringkali membuat seseorang menjadi malas dan terlena: malas berdoa, malas melayani Tuhan, malas beribadah dan sebagainya. Bila kenyamanan itu dibiarkan bisa mengakibatkan kematian rohani.
Seperti induk rajawali yang menyelamatkan anaknya sebelum terbentur ke tanah, lebih-lebih lagi Tuhan terhadap kita. Saat tertentu Ia ijinkan kita mengalami kondisi yang tidak baik dan sangat menyesakkan yang menurut kita itu sangat tidak enak. Acapkali kita marah, bersungut-sungut, mengeluh, menyalahkan Tuhan serta berpikir bahwa Tuhan telah meninggalkan kita, padahal tak sedetik pun Tuhan melepaskan pandanganNya terhadap kita. Dia sangat tahu kapan saat yang tepat untuk menolong dan melepaskan kita. Itu adalah bentuk didikan Tuhan dan semuanya mendatangkan kebaikan bagi kita. (Bersambung)
Subscribe to:
Posts (Atom)