- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Agustus 2009 -
Baca: Yakobus 3:1-12
"Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah," Yakobus 3:9
Pentingnya penguasaan lidah bagi kehidupan orang percaya telah sering dibahas dalam renungan ini. Yakobus mengatakan bahwa lidah itu seperti api, "...ia dapat membakar hutan yang besar." (ayat 5b). Api memiliki kuasa yang sangat dahsyat! Hanya dengan sedikit percikan saja sebuah hutan yang luasnya beratus-ratus hektar dengan aneka ragam pepohonan dapat ludes terbakar dalam sekejap! Begitu juga lidah manusia, satu organ tubuh yang kecil, namun melalui lidah seluruh tubuh dapat merasakan apakah makanan yang masuk ke dalam mulut itu berasa enak atau pun hambar. Melalui lidah orang pula kita dapat merasakan perkataan-perkataan yang bersifat membangun, menyentuh hati, pujian atau yang menyakitkan dan membuat pedih hati kita, bahkan dengan lidah pula keluar umpatan, caci maki, atau suatu kutukan sekalipun.
Ada ungkapan yang mengatkan bahwa 'lidah itu tak bertulang'. Itu dikarenakan seringnya kita kurang bertanggung jawab terhadap apa saja yang kita ucapkan, dan tidak berpikir panjang tentang dampak perkataan tersebut. Memang "...tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan." (ayat 8). Acap kali perpecahan terjadi di antara jemaat Tuhan sebagai akibat dari 'lidah yang tak bertulang' ini, misalnya seorang jemaat mundur dan tidak lagi datang beribadah karena mendengar perkataan yang pedas atau sindiran dari saudara seiman lainnya. Perhatikan! Kita harus bisa menjaga lidah kita. Bagaimana? Dengan cara menaklukannya di bawah pimpinan Roh Kudus, sehingga lidah kita tetap terjada dan tidak membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Maka dari itu kita harus berani berkata, "Aku hendak menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku; aku hendak menahan mulutku dengan kekang..." (Mazmur 39:2).
Biarlah kita menggunakan lidah kita untuk memuji nama Tuhan, bersaksi tentang pekerjaan-pekerjaanNya yang besar dan memberitakan kabar keselamatan kepada siapa pun yang kita temui.
"Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat..." 1 Petrus 3:10
Showing posts with label Yakobus. Show all posts
Showing posts with label Yakobus. Show all posts
Saturday, August 22, 2009
Saturday, August 1, 2009
Pikiran Yang Selalu Diperbaharui
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Agustus 2009 -
Baca: Yakobus 1:12-15
"Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya." Yakobus 1:14
Ada pepatah berkata, "Kualitas seseorang ditentukan oleh apa yang dipikirkan orang tersebut." Pikiran akan menentukan sikap dan perbuatan seseorang; sikap dan perbuatan akan menentukan karakter orang itu; karakter akan menentukan masa depannya. Maka perhatikan dengan sungguh-sungguh apa yang ada di pikiran kira sebagaimana disampaikan Paulus kepada jemaat di Efesus, di mana sebagai orang percaya mereka diingatkan untuk tidak lagi hidup sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah, "Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia" (Efesus 4:17).
Dalam Kristus kita adalah ciptaan baru, "...yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Tetapi seringkali gambar 'manusia lama' masih ada dalam pikiran kira. Pikiran lama haruslah terus-menerus dihapus dan digantikan dengan pikiran-pikiran baru supaya kita tidak jatuh bangun dalam dosa, sebab semua dosa percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat, keserakahan dimulai dari mati (baca Matius 15:19). Tidak ada orang yang mendadak jatuh dalam dosa tanpa suatu proses. Dosa masuk dalam diri kita dengan proses yang seringkali tidak kita sadari. Kira sering menyalahkan Tuhan dan menganggap Dia sebagai penyebabnya.
Siapakan penyebabnya? Iblis adalah pemicu yang penggoda kita, sedangkan penyebab dari dosa adalah keinginan-keinginan kita sendiri. Iblis menggunakan ribuan cara untuk menggoda kita melalui situasi sekitar, orang dan materi untuk merobohkan pertahanan kita. Pada saat godaan itu datang kita sedang dihadapkan pada dua pilihan: merenungkan hal-hal yang ditawarkan oleh Iblis, atau tunduk kepada suara Roh Kudus. Bila kita terus-menerus merenungkan tawaran Iblis, maka keinginan kita itu menjadi begitu kuat sehingga ia memika dan menyeret kita untuk jatuh ke dalam dosa. Akhirnya keinginan-keinginan tersebut pasti menghasilkan buah dosa, dan dosa yang matang akan mengakibatkan kematian.
Maka "Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi."Kolose 3:2
Baca: Yakobus 1:12-15
"Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya." Yakobus 1:14
Ada pepatah berkata, "Kualitas seseorang ditentukan oleh apa yang dipikirkan orang tersebut." Pikiran akan menentukan sikap dan perbuatan seseorang; sikap dan perbuatan akan menentukan karakter orang itu; karakter akan menentukan masa depannya. Maka perhatikan dengan sungguh-sungguh apa yang ada di pikiran kira sebagaimana disampaikan Paulus kepada jemaat di Efesus, di mana sebagai orang percaya mereka diingatkan untuk tidak lagi hidup sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah, "Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia" (Efesus 4:17).
Dalam Kristus kita adalah ciptaan baru, "...yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Tetapi seringkali gambar 'manusia lama' masih ada dalam pikiran kira. Pikiran lama haruslah terus-menerus dihapus dan digantikan dengan pikiran-pikiran baru supaya kita tidak jatuh bangun dalam dosa, sebab semua dosa percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat, keserakahan dimulai dari mati (baca Matius 15:19). Tidak ada orang yang mendadak jatuh dalam dosa tanpa suatu proses. Dosa masuk dalam diri kita dengan proses yang seringkali tidak kita sadari. Kira sering menyalahkan Tuhan dan menganggap Dia sebagai penyebabnya.
Siapakan penyebabnya? Iblis adalah pemicu yang penggoda kita, sedangkan penyebab dari dosa adalah keinginan-keinginan kita sendiri. Iblis menggunakan ribuan cara untuk menggoda kita melalui situasi sekitar, orang dan materi untuk merobohkan pertahanan kita. Pada saat godaan itu datang kita sedang dihadapkan pada dua pilihan: merenungkan hal-hal yang ditawarkan oleh Iblis, atau tunduk kepada suara Roh Kudus. Bila kita terus-menerus merenungkan tawaran Iblis, maka keinginan kita itu menjadi begitu kuat sehingga ia memika dan menyeret kita untuk jatuh ke dalam dosa. Akhirnya keinginan-keinginan tersebut pasti menghasilkan buah dosa, dan dosa yang matang akan mengakibatkan kematian.
Maka "Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi."Kolose 3:2
Friday, July 31, 2009
Doa Berkuasa Melepaskan
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Juli 2009 -
Baca: Kisah Para Rasul 12:1-19
"Pada keesokan harinya gemparlah prajurit-prajurit itu. Mereka bertanya-tanya apakah yang telah terjadi dengan Petrus." Kisah 12:18
Raja Herodes sangat dikenal sebagai raja yang lalim. Dengan kekuasaan yang dimiliki ia bertindak semena-mena terhadap rakyatnya, bahkan melakukan penganiayaan dan pembunuhan secara kejam terhadap orang-orang percaya. Tercatalah demikian "Ia menyuruh membunuh Yakobus, saudara Yohanes, dengan pedang." (ayat 2).
Petrus tidak luput dari penahanan dan dipenjarakan. Sudah bisa dipastikan nasibnya juga tidak akan jauh berbeda dari Yakobus. Saat berada di penjara, Petrus "...di bawah penjagaan empat regu, masing-masing terdiri dari empat prajurit." (ayat 4a) Habislah sudah harapan Petrus untuk melihat 'dunia luar' sebab ia dijaga ketat oleh prajurit-prajurit Herodes, lagi pula kaki tangannya dibelenggu dengan rantai yang sangat kuat. Petrus tahu bahwa hidupnya tidak akan lama lagi. Ia hanya bisa pasrah sepenuhnya kepada kehendak Tuhan. Dalam kondisi letih dan tak berdaya, Petrus tertidur pulas di antara para prajurit yang menjaganya. Tapi "Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan dekat Petrus dan cahaya bersinar dalam ruang itu. Malaikat itu menepuk Petrus untuk membangunkannya, katanya: "Bangunlah segera!" Maka gugurlah rantai itu dari tangan Petrus." (ayat 7). Dengan caraNya yang ajaib Tuhan sanggup melepaskan Petrus dari penjara. "Pintu itu terbuka dengan sendirinya bagi mereka (Petrus dan malaikat). Sesudah tiba di luar, mereka berjalan sampai ke ujung jalan, dan tiba-tiba malaikat itu meninggalkan dia." (ayat 10b). Bagaimana Petrus dapat terlepas dari penjara? Oleh karena kekuatan doa! "Tetapi jemaat dengan tekun mendoakannya kepada Allah." (ayat 5b). Bukan sembarang doa, tetapi doa yang dilakukan dengan tekun. Karena doa tekun itu tergeraklah sorga dan kuasa Tuhan bekerja sehingga Ia menurunkan malaikatNya untuk melepaskan semua rantai yang membelenggu Petrus hingga ia luput dari kematian.
Mungkin saat ini kita sedang terbelenggu oleh permasalahan hidup yang ada dan sepertinya kita sudah tidak punya harapan lagi, semua pintu serasa sudah tertutup. Jangan menyerah dan putus asa, datanglah kepada Tuhan dan berseru-serulah kepadaNya dengan sungguh!
Kalau Tuhan turun tangan, tidak ada perkara yang sukar bagi Dia!
Baca: Kisah Para Rasul 12:1-19
"Pada keesokan harinya gemparlah prajurit-prajurit itu. Mereka bertanya-tanya apakah yang telah terjadi dengan Petrus." Kisah 12:18
Raja Herodes sangat dikenal sebagai raja yang lalim. Dengan kekuasaan yang dimiliki ia bertindak semena-mena terhadap rakyatnya, bahkan melakukan penganiayaan dan pembunuhan secara kejam terhadap orang-orang percaya. Tercatalah demikian "Ia menyuruh membunuh Yakobus, saudara Yohanes, dengan pedang." (ayat 2).
Petrus tidak luput dari penahanan dan dipenjarakan. Sudah bisa dipastikan nasibnya juga tidak akan jauh berbeda dari Yakobus. Saat berada di penjara, Petrus "...di bawah penjagaan empat regu, masing-masing terdiri dari empat prajurit." (ayat 4a) Habislah sudah harapan Petrus untuk melihat 'dunia luar' sebab ia dijaga ketat oleh prajurit-prajurit Herodes, lagi pula kaki tangannya dibelenggu dengan rantai yang sangat kuat. Petrus tahu bahwa hidupnya tidak akan lama lagi. Ia hanya bisa pasrah sepenuhnya kepada kehendak Tuhan. Dalam kondisi letih dan tak berdaya, Petrus tertidur pulas di antara para prajurit yang menjaganya. Tapi "Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan dekat Petrus dan cahaya bersinar dalam ruang itu. Malaikat itu menepuk Petrus untuk membangunkannya, katanya: "Bangunlah segera!" Maka gugurlah rantai itu dari tangan Petrus." (ayat 7). Dengan caraNya yang ajaib Tuhan sanggup melepaskan Petrus dari penjara. "Pintu itu terbuka dengan sendirinya bagi mereka (Petrus dan malaikat). Sesudah tiba di luar, mereka berjalan sampai ke ujung jalan, dan tiba-tiba malaikat itu meninggalkan dia." (ayat 10b). Bagaimana Petrus dapat terlepas dari penjara? Oleh karena kekuatan doa! "Tetapi jemaat dengan tekun mendoakannya kepada Allah." (ayat 5b). Bukan sembarang doa, tetapi doa yang dilakukan dengan tekun. Karena doa tekun itu tergeraklah sorga dan kuasa Tuhan bekerja sehingga Ia menurunkan malaikatNya untuk melepaskan semua rantai yang membelenggu Petrus hingga ia luput dari kematian.
Mungkin saat ini kita sedang terbelenggu oleh permasalahan hidup yang ada dan sepertinya kita sudah tidak punya harapan lagi, semua pintu serasa sudah tertutup. Jangan menyerah dan putus asa, datanglah kepada Tuhan dan berseru-serulah kepadaNya dengan sungguh!
Kalau Tuhan turun tangan, tidak ada perkara yang sukar bagi Dia!
Labels:
Doa,
harapan,
Herodes,
kisah para rasul,
menyerah,
mustahil,
Petrus,
putus asa,
sukar,
Yakobus
Friday, July 24, 2009
Doa Orang Benar Menghasilkan Mujizat
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Juli 2009 -
Baca: Yakobus 5:17-18
"Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumipun mengeluarkan buahnya." Yakobus 5:18
Alkitab jelas menyatakan bahwa "Elia adalah manusia biasa sama seperti kita," (ayat 17), namun mengapa doanya sangat manjur dan begitu mudahnya dijawab Tuhan? Ketika ia berdoa supaya hujan tidak turun sebagaimana dikatakannya kepada Ahab: "Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan." (1 Raja-Raja 17:1), maka hujan pun tidak turun di bumi selama tiga setengah tahun (3 tahun 6 bulan).
Demikian pula saat Elia berkata kepada Ahab bahwa akan turun hujan dengan berkata, "Pergilah, makanlah dan minumlah, sebab bunyi derau hujan sudah kedengaran." (1 Raja-Raja 18:41). Meskipun dia sendiri belum melihat tanda-tanda akan turun hujan, Elia tetap yakin bahwa hal itu akan terjadi. Oleh karena itu Elia berdoa dengan sungguh dan keyakinannya pada Tuhan semakin kuat, "...lalu ia membungkuk ke tanah, dengan mukanya di antara kedua lututnya." (1 Raja-Raja 18:42). Elia tidak pernah menyerah pada keadaan dan terus berdoa, dan setelah tujuh kali berdoa barulah tampak ada tanda kecil yaitu "...awal kecil sebesar telapan tangan timbul dari laut." (1 Raja-Raja 18:44). Melihat awan sekecil itu hati Elia semakin bertumbuh dalam iman dan pengharapan. Secara logika tak mungkin awan sekecil telapak tangan dapat menurunkan hujan. Memang bagi manusia itu mustahil, namun tidak ada perkara yang sukar bagi Tuhan. "Maka dalam sekejap mata langit menjadi kelam oleh awan badai, lalu turunlah hujan yang lebat." (1 Raja-Raja 18:45a).
Bila saat ini kita sedang menghadapi pergumulan hidup yang berat seolah-olah tidak sanggup menanggungnya, putus asa dan menganggap doa sudah tidak ada gunanya, ingat, Elia adalah manusia biasa seperti kita, tetapi doanya selalu dudengar Tuhan karena dia berdoa dengan penuh iman, tidak ragu dan tidak menyerah sampai ia beroleh jawaban. Apalagi Elia hidup dalam ketaatan. Bagaimana hidup kita? Sudah benarkah kita dihadapan Tuhan? Sebab dosa adalah penghalang utama memperoleh jawaban Tuhan.
"Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." Yakobus 5:16b
Baca: Yakobus 5:17-18
"Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumipun mengeluarkan buahnya." Yakobus 5:18
Alkitab jelas menyatakan bahwa "Elia adalah manusia biasa sama seperti kita," (ayat 17), namun mengapa doanya sangat manjur dan begitu mudahnya dijawab Tuhan? Ketika ia berdoa supaya hujan tidak turun sebagaimana dikatakannya kepada Ahab: "Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan." (1 Raja-Raja 17:1), maka hujan pun tidak turun di bumi selama tiga setengah tahun (3 tahun 6 bulan).
Demikian pula saat Elia berkata kepada Ahab bahwa akan turun hujan dengan berkata, "Pergilah, makanlah dan minumlah, sebab bunyi derau hujan sudah kedengaran." (1 Raja-Raja 18:41). Meskipun dia sendiri belum melihat tanda-tanda akan turun hujan, Elia tetap yakin bahwa hal itu akan terjadi. Oleh karena itu Elia berdoa dengan sungguh dan keyakinannya pada Tuhan semakin kuat, "...lalu ia membungkuk ke tanah, dengan mukanya di antara kedua lututnya." (1 Raja-Raja 18:42). Elia tidak pernah menyerah pada keadaan dan terus berdoa, dan setelah tujuh kali berdoa barulah tampak ada tanda kecil yaitu "...awal kecil sebesar telapan tangan timbul dari laut." (1 Raja-Raja 18:44). Melihat awan sekecil itu hati Elia semakin bertumbuh dalam iman dan pengharapan. Secara logika tak mungkin awan sekecil telapak tangan dapat menurunkan hujan. Memang bagi manusia itu mustahil, namun tidak ada perkara yang sukar bagi Tuhan. "Maka dalam sekejap mata langit menjadi kelam oleh awan badai, lalu turunlah hujan yang lebat." (1 Raja-Raja 18:45a).
Bila saat ini kita sedang menghadapi pergumulan hidup yang berat seolah-olah tidak sanggup menanggungnya, putus asa dan menganggap doa sudah tidak ada gunanya, ingat, Elia adalah manusia biasa seperti kita, tetapi doanya selalu dudengar Tuhan karena dia berdoa dengan penuh iman, tidak ragu dan tidak menyerah sampai ia beroleh jawaban. Apalagi Elia hidup dalam ketaatan. Bagaimana hidup kita? Sudah benarkah kita dihadapan Tuhan? Sebab dosa adalah penghalang utama memperoleh jawaban Tuhan.
"Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." Yakobus 5:16b
Wednesday, July 8, 2009
Bertahan Dalam Ujian
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Juli 2009 -
Baca: Yakobus 1:1-8
"Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan," Yakobus 1:2
Menjalani hidup sebagi orang Kristen bukanlah berarti langkah kita menjadi mudah dan tanpa masalah; sebaliknya kita justru menghadapi banyak ujian/pencobaan. "Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia," (Filipi 1:29). Namun, ujian dan pencobaan yang kita alami itu semuanya mendatangkan kebaikan bagi kita; Tuhan ingin melihat sejauh mana kualitas iman anak-anakNya. Ada dua kemungkinan yang akan terjadi apabila seseorang mengalami ujian dan pencobaan: ia kecewa dan meninggalkan Tuhan, atau akan semakin tekun dan melekat kepadaNya sehingga imannya semakin bertumbuh dan dewasa.
Adakalanya Tuhan memperingatkat kita dengan keras melalui keadaan atau situasi yang kita alami supaya kita belajar bergantung penuh kepadaNya dan berdiri di atas dasar iman yang teruji. Iman yang teruji tidak terjadi dalam semalam, namun harus melewati proses yang panjang, yang di dalamnya terkandung unsur ketekunan dan kesetiaan. Beberapa proses ujian yang harus kita alami adalah:
1. Kelimpahan. Hal lain, selain masalah dan penderitaan, yang terkadang diijinkan untuk menguji iman kita adalah kelimpahan. Banyak anak Tuhan yang jatuh alam dosa justru pada waktu ia diberkati dan dalam kelimpahan. Ketika sedang susah atau dalam keadaan miskin biasanya seseorang lebih mengutamakan Tuhan dan selalu berusaha untuk dekat dengan Dia, berdoa pun all out, tetapi pada waktu mengalami pemulihan, diberkati dan menjadi kaya, ia mulai lebih dekat dengan hartanya dibanding dengan Tuhan; yang diutamakan dan dicari bukan lagi Tuhan, melainkan dunia dengan segala kesenangannya.
2. Peristiwa buruk. Hal ini pernah dialami Ayub, padahal ia seorang yang "...saleh dan jujurl ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan." (Ayub 1:!). Semua anaknya mati, hartanya ludes, istrinya mengutuk dia, bahkan tubuhnya penuh borok. Namun Ayub tetap kuat karena dia tahu bahwa Tuhan sedang memprosesnya. Karena lulus dalam ujian, kehiudpan Ayub dipuluhkan secara luar biasa (baca Ayub 42:10-17).
Jangan pernah undur dari Tuhan saat dalam pencobaan, karena selalu ada rencanaNya di balik itu!
Baca: Yakobus 1:1-8
"Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan," Yakobus 1:2
Menjalani hidup sebagi orang Kristen bukanlah berarti langkah kita menjadi mudah dan tanpa masalah; sebaliknya kita justru menghadapi banyak ujian/pencobaan. "Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia," (Filipi 1:29). Namun, ujian dan pencobaan yang kita alami itu semuanya mendatangkan kebaikan bagi kita; Tuhan ingin melihat sejauh mana kualitas iman anak-anakNya. Ada dua kemungkinan yang akan terjadi apabila seseorang mengalami ujian dan pencobaan: ia kecewa dan meninggalkan Tuhan, atau akan semakin tekun dan melekat kepadaNya sehingga imannya semakin bertumbuh dan dewasa.
Adakalanya Tuhan memperingatkat kita dengan keras melalui keadaan atau situasi yang kita alami supaya kita belajar bergantung penuh kepadaNya dan berdiri di atas dasar iman yang teruji. Iman yang teruji tidak terjadi dalam semalam, namun harus melewati proses yang panjang, yang di dalamnya terkandung unsur ketekunan dan kesetiaan. Beberapa proses ujian yang harus kita alami adalah:
1. Kelimpahan. Hal lain, selain masalah dan penderitaan, yang terkadang diijinkan untuk menguji iman kita adalah kelimpahan. Banyak anak Tuhan yang jatuh alam dosa justru pada waktu ia diberkati dan dalam kelimpahan. Ketika sedang susah atau dalam keadaan miskin biasanya seseorang lebih mengutamakan Tuhan dan selalu berusaha untuk dekat dengan Dia, berdoa pun all out, tetapi pada waktu mengalami pemulihan, diberkati dan menjadi kaya, ia mulai lebih dekat dengan hartanya dibanding dengan Tuhan; yang diutamakan dan dicari bukan lagi Tuhan, melainkan dunia dengan segala kesenangannya.
2. Peristiwa buruk. Hal ini pernah dialami Ayub, padahal ia seorang yang "...saleh dan jujurl ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan." (Ayub 1:!). Semua anaknya mati, hartanya ludes, istrinya mengutuk dia, bahkan tubuhnya penuh borok. Namun Ayub tetap kuat karena dia tahu bahwa Tuhan sedang memprosesnya. Karena lulus dalam ujian, kehiudpan Ayub dipuluhkan secara luar biasa (baca Ayub 42:10-17).
Jangan pernah undur dari Tuhan saat dalam pencobaan, karena selalu ada rencanaNya di balik itu!
Subscribe to:
Posts (Atom)