- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Agustus 2009 -
Baca: Yesaya 2:6-22
"Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan; dan hanya TUHAN sajalah yang maha tinggi pada hari itu." Yesaya 2:11
Keberhasilan, kekayaan, jabatan sering membuat orang lupa diri dan sombong. Paulus mengatakan bahwa pada hari-hari akhir sebelum Yesus datang "Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah,..." (2 Timotius 3:2b).
Perihal kesombongan Salomo menulis demikian: "Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan." (Amsal 16:18). Bila saat ini kita sedang berada 'di atas angin', berhati-hatilah dan waspadalah, jangan kita jatuh. Sebagai raja, Herodes memiliki segala-galanya dan bisa melakukan apa saja termasuk menganiaya dan membunuh jemaat Tuhan. "Ia menyuruh membunuh Yakobus, saudara Yohanes, dengan pedang. Ketika ia melihat, bahwa hal itu menyenangkan hati orang Yahudi, ia melanjutkan perbuatannya itu dan menyuruh menahan Petrus." (Kisah 12:2-3a). Raja Herodes menyukai pujian manusia. Ia suka membual, sombong dan meninggikan diri sendiri. Pembual adalah orang yang meninggikan diri sendiri dan meremehkan Tuhan. Ketika rakyat mengelu-ngelukan dia dengan berkata, "Ini suara allah dan bukan suara manusia!" (Kisah 12:22). Herodes semakin tersanjung. Akhirnya ia harus menanggung akibatnya: "Dan seketika itu juga ia ditampar malaikat Tuhan karena ia tidak memberi hormat kepada Allah; ia mati dimakan cacing-cacing." (Kisah 12:23).
Selain pembual (sombong), di zaman sekarang ini banyak orang yang suka memfitnah orang lain sehingga menimbulkan pertikaian atau permusuhan, baik di lingkungan masyarakat, gereja atau pekerjaan. Pemfitnah adalah orang yang mencemarkan, menista, merugikan atau menjelekkan orang lain. Seperti yang disampaikan Petrus dalam suratnya, kini umat Tuhan juga dihadapkan pada pemfitnah-pemfitnah yang dengan sengaja mengejek iman percayanya, "...bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya." (2 Petrus 3:3)
Itulah sebabnya kita harus senantiasa melekat kepada Tuhan dan mohon pimpinan Roh Kudus supaya kita mampu bertahan dan tidak goyah!
Showing posts with label yesaya. Show all posts
Showing posts with label yesaya. Show all posts
Tuesday, August 11, 2009
Monday, August 10, 2009
Si Penghalang Berkat: Iblis
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Agustus 2009 -
Baca: 2 Korintus 4:1-6
"...orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah." 2 Korintus 4:4
Banyak anak Tuhan mengalami kegagalan di setiap pergumulan hidupnya. Hidupnya diwarnai frustrasi yang berkepanjangan dan kekecewaan yang mendalam sehingga mereka menyerah begitu saja di tengah perjalanan imannya. Mengapa mereka selalu gagal? Itu karena mereka memiliki cara berpikir yang salah sehingga iman mereka tidak teguh dan mudah goyah ketika sakit yang dideritanya tidak kunjung sembuh, atau apa yang ia doakan sekian lama ternyata belum juga beroleh jawaban dari Tuhan. Mereka berpikir Tuhanlah penyebab semua itu. Mereka beranggapan janjiNya teori saja, terbukti Ia tidak peduli dan membiarkan anak-anakNya dalam perderitaan dan masalah.
Alkitab jelas mencatat: "Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah. Engkau, TUHAN, yang akan menepatinya,..." (Mazmur 12:7-8). Tuhan tidak pernah mempermalukan orang yang bersandar kepadaNya. Apabila kita berdiri di atas firman, firmanNya itu akan bekerja. Tuhan sendiri berkata, "...firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya." (Yesaya 55:11). Tuhanlah yang menjanjikan kita pertolongan. Sayang, kita seringkali menjadi korban tipuan/Iblis yang berkata bahwa percaya dan mengimani firman Tuhan itu tidak akan pernah menyelesaikan persoalan.
Saat ini banyak orang yang pikirannya dibutakan oleh ilah zaman ini sehingga tidak dapat melihat kemuliaan cahaya Injil. Akibatnya mereka lebih percaya kepada bujuk rayu Iblis yang menawarkan penyelesaian dan jalan keluar secara instan tanpa perlu melewati proses yang panjang. Bukankah ini yang dicari banyak orang? Kita lupa kepada kemenangan Yesus di atas kayu salib! Kita bukanlah orang-orang yang kalah! Perasaan takut, kuatir dan semua hal negatif datangnya dari Iblis dan dilakukannya supaya berkat dan pertolonga yang disediakan Tuhan bagi kita terhalang!
"Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?" Roma 8:31b
Baca: 2 Korintus 4:1-6
"...orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah." 2 Korintus 4:4
Banyak anak Tuhan mengalami kegagalan di setiap pergumulan hidupnya. Hidupnya diwarnai frustrasi yang berkepanjangan dan kekecewaan yang mendalam sehingga mereka menyerah begitu saja di tengah perjalanan imannya. Mengapa mereka selalu gagal? Itu karena mereka memiliki cara berpikir yang salah sehingga iman mereka tidak teguh dan mudah goyah ketika sakit yang dideritanya tidak kunjung sembuh, atau apa yang ia doakan sekian lama ternyata belum juga beroleh jawaban dari Tuhan. Mereka berpikir Tuhanlah penyebab semua itu. Mereka beranggapan janjiNya teori saja, terbukti Ia tidak peduli dan membiarkan anak-anakNya dalam perderitaan dan masalah.
Alkitab jelas mencatat: "Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah. Engkau, TUHAN, yang akan menepatinya,..." (Mazmur 12:7-8). Tuhan tidak pernah mempermalukan orang yang bersandar kepadaNya. Apabila kita berdiri di atas firman, firmanNya itu akan bekerja. Tuhan sendiri berkata, "...firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya." (Yesaya 55:11). Tuhanlah yang menjanjikan kita pertolongan. Sayang, kita seringkali menjadi korban tipuan/Iblis yang berkata bahwa percaya dan mengimani firman Tuhan itu tidak akan pernah menyelesaikan persoalan.
Saat ini banyak orang yang pikirannya dibutakan oleh ilah zaman ini sehingga tidak dapat melihat kemuliaan cahaya Injil. Akibatnya mereka lebih percaya kepada bujuk rayu Iblis yang menawarkan penyelesaian dan jalan keluar secara instan tanpa perlu melewati proses yang panjang. Bukankah ini yang dicari banyak orang? Kita lupa kepada kemenangan Yesus di atas kayu salib! Kita bukanlah orang-orang yang kalah! Perasaan takut, kuatir dan semua hal negatif datangnya dari Iblis dan dilakukannya supaya berkat dan pertolonga yang disediakan Tuhan bagi kita terhalang!
"Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?" Roma 8:31b
Wednesday, August 5, 2009
Sudahkan Kita Bersaksi?
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Agustus 2009 -
Baca: Yesaya 52:7-12
"Betapa indahnya kelihatan dari puncak bukit-bukit kedatangan pembawa berita, yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik, yang mengabarkan berita selamat dan berkata kepada Sion: 'Allahmu itu Raja!' " Yesaya 52:7
Banyak anak Tuhan mengaku enggan dan malu bila diminta bersaksi di hadapan jemaat, bahkan ada yang berkata, "Bersaksi tentang apa? Hidupku biasa-biasa saja kok, tidak ada yang perlu disaksikan." Sungguh menyedihkan bila ada orang Kristen yang tidak mempunyai kesaksian hidup. Ini berarti ada yang salah dalam kehidupan kerohaniannya karena Tuhan memanggil kita untuk menjadi kesaksian yaitu sebagai garam dan terang bagi dunia ini, "...supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16).
Yesus telah memberikan Amanat Agung kepada kita supaya pergi bersaksi dan memberitakan kabar keselamatan. Namun kita menganggap perintah itu tidak penting dan merupakan tugas para pendeta, fulltimer atau siswa-siswa teologia saja, bukan bagian kita sebagai orang awam atau jemaat biasa. Lalu kita memilih duduk-duduk santai di rumah, menghabiskan waktu di depan televisi daripada harus bersusah-payah terlibat pelayanan dan sama sekali tidak terbeban memperkenalkan Yesus kepada orang lain. Di dunia kerja sekuler seperti MLM (multi level marketing) saja orang-orang berjuang begitu rupa, kerja siang malam demi mendapatkan anggota baru sebanyak-banyaknya supaya mereka beroleh bonus besar. Terhadap perkara fana saja orang mau melakukan segala hal, padahal dunia dan segala yang ada adalah sementara. Sedangkan untuk menjangkau jiwa-jiwa bagi Kerajaan Allah, di mana Tuhan telah menyediakan upah yang besar yaitu mahkota kehidupan kekal, kita malah enggan melakukannya, tidak mau meluangkan waktu sedikitpun dan 'hitung-hitungan' dengan Tuhan.
Jadi bersakti adalah tugas penting bagi kita. Sayang, banyak orang Kristen memiliki kehidupan yang 'sama saja' dengan orang-orang dunia sehingga sulit untuk membedakan mana orang percaya dan yang bukan.
"Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar." (Yohanes 15:2,6)
Baca: Yesaya 52:7-12
"Betapa indahnya kelihatan dari puncak bukit-bukit kedatangan pembawa berita, yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik, yang mengabarkan berita selamat dan berkata kepada Sion: 'Allahmu itu Raja!' " Yesaya 52:7
Banyak anak Tuhan mengaku enggan dan malu bila diminta bersaksi di hadapan jemaat, bahkan ada yang berkata, "Bersaksi tentang apa? Hidupku biasa-biasa saja kok, tidak ada yang perlu disaksikan." Sungguh menyedihkan bila ada orang Kristen yang tidak mempunyai kesaksian hidup. Ini berarti ada yang salah dalam kehidupan kerohaniannya karena Tuhan memanggil kita untuk menjadi kesaksian yaitu sebagai garam dan terang bagi dunia ini, "...supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16).
Yesus telah memberikan Amanat Agung kepada kita supaya pergi bersaksi dan memberitakan kabar keselamatan. Namun kita menganggap perintah itu tidak penting dan merupakan tugas para pendeta, fulltimer atau siswa-siswa teologia saja, bukan bagian kita sebagai orang awam atau jemaat biasa. Lalu kita memilih duduk-duduk santai di rumah, menghabiskan waktu di depan televisi daripada harus bersusah-payah terlibat pelayanan dan sama sekali tidak terbeban memperkenalkan Yesus kepada orang lain. Di dunia kerja sekuler seperti MLM (multi level marketing) saja orang-orang berjuang begitu rupa, kerja siang malam demi mendapatkan anggota baru sebanyak-banyaknya supaya mereka beroleh bonus besar. Terhadap perkara fana saja orang mau melakukan segala hal, padahal dunia dan segala yang ada adalah sementara. Sedangkan untuk menjangkau jiwa-jiwa bagi Kerajaan Allah, di mana Tuhan telah menyediakan upah yang besar yaitu mahkota kehidupan kekal, kita malah enggan melakukannya, tidak mau meluangkan waktu sedikitpun dan 'hitung-hitungan' dengan Tuhan.
Jadi bersakti adalah tugas penting bagi kita. Sayang, banyak orang Kristen memiliki kehidupan yang 'sama saja' dengan orang-orang dunia sehingga sulit untuk membedakan mana orang percaya dan yang bukan.
"Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar." (Yohanes 15:2,6)
Wednesday, July 22, 2009
Perihal Puasa
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Juli 2009 -
Baca: Yesaya 58:1-12
"Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya juga? Mengapa kami merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkannya juga?" Yesaya 58:3a
Banyak orang berpuasa karena suatu tujuan tertentu. Namun ada yang berpuasa hanya karena terpaksa atau karena kewajiban yang harus dijalankan. Tapi pada intinya orang berpuasa selalu mempunyai tujuan agar mendapatkan sesuatu yang dia doakan karena merasa tidak cukup bila berdoa saja; mungkin juga karena terlalu beratnya pergumulan yang dihadapi sehingga perlu disertai puasa. Puasa adalah sesuatu yang kita lakukan sebagai bentuk merendahkan diri di hadapan Tuhan, memohon pertolonganNya. Puasa bukan sekedar menahan lapar dan dahaga saja tapi juga nafsu kedagingan kita.
Seringkali kita tidak mengerti arti berpuasa yang sebenarnya, sehingga tidak jarang puasa yang kita lakukan itu menjadi sia-sia. Kita menjalankan puasa agar beroleh pujian dari orang lain, supaya kelihatan kita ini rohani. Dalam Matius 6:16 dikatakan, "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya." Hal lain yang membuat puasa kita menjadi percuma adalah apabila dalam hidup kita belum ada pemberesan dengan Tuhan, yaitu kita masih menyembunyikan dosa. Inilah yang menjadi penghalan hubungan kita dengan Tuhan sehingga puasa kita 'tidak sampai' kepadaNya. Ada tertulis "...yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:2).
Selain itu, selama berpuasa hati kita masih dipenuhi kekuatiran, sehingga kita sendiri tidak yakin akan pertolongan Tuhan setelah puasa yang kita lakukan sekian lama seolah-olah tidak memberi hasil yang diharapkan. Akhirnya kita mereka-reka jalan sendiri dan mencari jalan pintas! Kita sendiri yang membatasi kuasaNya bekerja hingga puasa kita pun percuma, padahal "Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yesaya 55:9).
Tanpa pertobatan dan penyerahan penuh kepada Tuhan, puasa kita tidak akan membawa hasil!
Monday, July 20, 2009
Di Mana Damai Sejahtera Itu?
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Juli 2009 -
Baca: Yesaya 48:12-22
"Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti," Yesaya 48:18
Banyak orang berpikir damai sejahtera dapat diperoleh ketika ia memiliki harta melimpah, jabatan/kedudukan yang tinggi atau meraih kesuksesan tertentu dalam hidup ini, sehingga mereka berusaha sedemikian rupa agar harapan untuk merasakan damai sejahtera itu benar-benar terwujud. Mereka berpikir asal punya uang yang cukup, apa saja yang diinginkan pasti akan terlaksana, lalu mereka pergi menghibur diri ke tempat-tempat hiburan malam, hang out sampai pagi. Keinginannya hanya satu yaitu supaya hati terhibur dan stres hilang. Mungkin saja di tempat itu mereka bisa tertawa lepas sepanjang malam, tapi bukan berarti mendapatkan damai sejahtera sejati. Itulah damai sejahtera sesaat yang ditawarkan dunia, di mana banyak orang Kristen terjerat di dalamnya.
Di manakah kita menemukan damai sejahtera sejati itu? Tidak ada yang lain selain hanya dalam Yesus Kristus. Dunia boleh menjanjikan apa pun, tapi kesemuanya itu hanya sesaat dan berujung kepada kebinasaan kekal. Bila saat itu kita sudah mulai kehilangan damai sejahtera dan merasakan kehampaan hidup, itu tandanya kita sedang jauh dari Sang Sumber damai itu. Kunci utama agar kita menikmati damai sejahera adalah selalu tinggal dalam hadirat Tuhan dan hidup dalam ketaatan. Ketika kita membangun keintiman dengan Tuhan serta menyediakan waktu untuk merenungkan firmanNya siang dan malam, maka kasihNya akan selalu mengalir memenuhi hati kita. Firman Tuhan sarat dengan perintah, namun juga janji, dan janji Tuhan itu ya dan amin. Setiap perintah dari Tuhan bukanlah suatu beban yang mengekang hidup kita.
Pilihan tetap ada pada kita. Dia memberikan kehendak bebas (free will) kepada kita untuk memilih. Memang bukanlah pekerjaan yang mudah untuk menjadi seorang yang taat karena daging kita akan terasa sakit "...roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41). Namun damai sejahteraNya tersedia bagi orang-orang yang setia dan taat kepadaNya.
FirmanNya dengan tegas mengatakan bahwa "Tidak ada damai sejahtera bagi orang-orang fasik!" Yesaya 48:22
Baca: Yesaya 48:12-22
"Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti," Yesaya 48:18
Banyak orang berpikir damai sejahtera dapat diperoleh ketika ia memiliki harta melimpah, jabatan/kedudukan yang tinggi atau meraih kesuksesan tertentu dalam hidup ini, sehingga mereka berusaha sedemikian rupa agar harapan untuk merasakan damai sejahtera itu benar-benar terwujud. Mereka berpikir asal punya uang yang cukup, apa saja yang diinginkan pasti akan terlaksana, lalu mereka pergi menghibur diri ke tempat-tempat hiburan malam, hang out sampai pagi. Keinginannya hanya satu yaitu supaya hati terhibur dan stres hilang. Mungkin saja di tempat itu mereka bisa tertawa lepas sepanjang malam, tapi bukan berarti mendapatkan damai sejahtera sejati. Itulah damai sejahtera sesaat yang ditawarkan dunia, di mana banyak orang Kristen terjerat di dalamnya.
Di manakah kita menemukan damai sejahtera sejati itu? Tidak ada yang lain selain hanya dalam Yesus Kristus. Dunia boleh menjanjikan apa pun, tapi kesemuanya itu hanya sesaat dan berujung kepada kebinasaan kekal. Bila saat itu kita sudah mulai kehilangan damai sejahtera dan merasakan kehampaan hidup, itu tandanya kita sedang jauh dari Sang Sumber damai itu. Kunci utama agar kita menikmati damai sejahera adalah selalu tinggal dalam hadirat Tuhan dan hidup dalam ketaatan. Ketika kita membangun keintiman dengan Tuhan serta menyediakan waktu untuk merenungkan firmanNya siang dan malam, maka kasihNya akan selalu mengalir memenuhi hati kita. Firman Tuhan sarat dengan perintah, namun juga janji, dan janji Tuhan itu ya dan amin. Setiap perintah dari Tuhan bukanlah suatu beban yang mengekang hidup kita.
Pilihan tetap ada pada kita. Dia memberikan kehendak bebas (free will) kepada kita untuk memilih. Memang bukanlah pekerjaan yang mudah untuk menjadi seorang yang taat karena daging kita akan terasa sakit "...roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41). Namun damai sejahteraNya tersedia bagi orang-orang yang setia dan taat kepadaNya.
FirmanNya dengan tegas mengatakan bahwa "Tidak ada damai sejahtera bagi orang-orang fasik!" Yesaya 48:22
Thursday, July 16, 2009
Janji Tuhan Digenapi
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Juli 2009 -
Baca: Kejadian 41:37-57
"Engkaulah menjadi kuasa atas istanaku, dan kepada perintahmu seluruh rakyatku akan taat; hanya takhta inilah kelebihanku dari padamu." Kejadian 41:40
Ketika masih berusia 17 tahun Yusuf telah menerima visi dari Tuhan tetnang masa depannya melalui mimpi. Visi itu berbicara tentang kepemimpinan, kekuasaan dan kedudukan yang tinggi (baca Kejadian 37:5-11). Yusuf sangat yakin bahwa Tuhan pasti menggenapi hal itu baginya. Namun visi itu justru membawanya ke masalah dan penderitaan yang seolah-olah tidak kunjung usah: dibuang ke sumur, dijual sebagai budak dan kemudian dibawa ke rumah Potifar dengan tangan dan kaki terikat rantai.
Secara manusia Yusuf terhina, kehilangan reputasi, menanggung malu dan derita. Bertahun-tahun Tuhan benar-benar menguji ketekunan, kesetiaan dan keteguhan imannya. Dalam dalam masa-masa yang gelap, ketika tampaknya ia gagal total dan hidupnya tak berarti lagi, Yurus tidak pernah kehilangan visi yang Tuhan berikan itu. Yusuf tetap memegang janji firmanNya dengan sungguh dan percaya bahwa pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat dan selalu tepat waktu.
Tuhan mempunyai berjuta-juta cara untuk mewujudkan rencanaNya. "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9). Pada saat Yusuf berserah penuh kepada Tuhan dan telah genap waktuNya, Tuhan memunculkan "Kemudian dengan sekonyong-konyong Aku melaksanakannya juga dan semuanya itu sudah menjadi kenyataan." (Yesaya 48:3b). Kini, Tuhan telah mendapatkan Yusuf sebagai 'bejanaNya' yang siap dipakai. Ketika terjadi 7 tahun kelaparan di Mesir Yusuf diberi hikmat oleh Tuhan mengatur Mesir dengan menimbun banyak sekali bahan makanan di waktu musim baik, sehingga saat kelaparan terjadi Mesir tetap berlimpah makanan, sehingga bangsa-bangsa lain datang meminta pertolongan. Firaun berkata kepada Yusuf "Oleh karena Allah telah memberitahukan semuanya ini kepadamu, tidaklah ada orang yang demikian berakal budi dan bijaksana seperti engkau." (Ayat 39 dari Kejarian 41).
Akhirnya Yusuf dibebaskan dari penjara dan diangkat sebagai penguasa Mesir. Sungguh, tidak ada rencanaNya yang gagal!
Baca: Kejadian 41:37-57
"Engkaulah menjadi kuasa atas istanaku, dan kepada perintahmu seluruh rakyatku akan taat; hanya takhta inilah kelebihanku dari padamu." Kejadian 41:40
Ketika masih berusia 17 tahun Yusuf telah menerima visi dari Tuhan tetnang masa depannya melalui mimpi. Visi itu berbicara tentang kepemimpinan, kekuasaan dan kedudukan yang tinggi (baca Kejadian 37:5-11). Yusuf sangat yakin bahwa Tuhan pasti menggenapi hal itu baginya. Namun visi itu justru membawanya ke masalah dan penderitaan yang seolah-olah tidak kunjung usah: dibuang ke sumur, dijual sebagai budak dan kemudian dibawa ke rumah Potifar dengan tangan dan kaki terikat rantai.
Secara manusia Yusuf terhina, kehilangan reputasi, menanggung malu dan derita. Bertahun-tahun Tuhan benar-benar menguji ketekunan, kesetiaan dan keteguhan imannya. Dalam dalam masa-masa yang gelap, ketika tampaknya ia gagal total dan hidupnya tak berarti lagi, Yurus tidak pernah kehilangan visi yang Tuhan berikan itu. Yusuf tetap memegang janji firmanNya dengan sungguh dan percaya bahwa pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat dan selalu tepat waktu.
Tuhan mempunyai berjuta-juta cara untuk mewujudkan rencanaNya. "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9). Pada saat Yusuf berserah penuh kepada Tuhan dan telah genap waktuNya, Tuhan memunculkan "Kemudian dengan sekonyong-konyong Aku melaksanakannya juga dan semuanya itu sudah menjadi kenyataan." (Yesaya 48:3b). Kini, Tuhan telah mendapatkan Yusuf sebagai 'bejanaNya' yang siap dipakai. Ketika terjadi 7 tahun kelaparan di Mesir Yusuf diberi hikmat oleh Tuhan mengatur Mesir dengan menimbun banyak sekali bahan makanan di waktu musim baik, sehingga saat kelaparan terjadi Mesir tetap berlimpah makanan, sehingga bangsa-bangsa lain datang meminta pertolongan. Firaun berkata kepada Yusuf "Oleh karena Allah telah memberitahukan semuanya ini kepadamu, tidaklah ada orang yang demikian berakal budi dan bijaksana seperti engkau." (Ayat 39 dari Kejarian 41).
Akhirnya Yusuf dibebaskan dari penjara dan diangkat sebagai penguasa Mesir. Sungguh, tidak ada rencanaNya yang gagal!
Subscribe to:
Posts (Atom)