Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Desember 2017
Baca: Yakobus 1:12-18
"Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya
dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada
perubahan atau bayangan karena pertukaran." Yakobus 1:17
Dalam tulisannya rasul Yakobus mengingatkan supaya kita jangan pernah mengatakan kalau kita sedang dalam pencobaan, lalu kita menyimpulkan bahwa pencobaan tersebut berasal dari Bapa. Mengapa? Karena Bapa tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun. "Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya." (Yakobus 1:14). Banyak dari kita yang tak menyadari bahwa segala yang baik itu berasal dan datang dari Bapa, karena Dia adalah sumber segala yang baik. Berbagai cara Bapa lakukan untuk menghadirkan kebaikan bagi kita, bahkan di balik masalah atau peristiwa yang menyakitkan sekali pun (Roma 8:28); dan apa pun yang Bapa berikan bagi anak-anak-Nya, sungguh tak dapat diukur dan dinilai berdasarkan akal dan pemikiran manusia.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan musim berganti musim, namun kasih, pemeliharaan dan penyertaan tak pernah berubah dalam hidup kita. Sungguh, tanpa Tuhan yang menyertai, kita takkan mampu menjalani hari-hari yang berat, hingga akhirnya tanpa terasa kita sudah berada di penghujung hari di tahun 2017. "Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!" (Mazmur 103:2). Haruslah selalu kita ingat bahwa Bapa memberikan sesuatu bukan semata-mata untuk kesenangan kita, tapi Ia memberikan segala yang baik supaya kita dapat memuliakan Dia dan menjadi saluran berkat bagi orang lain. "Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya, supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa." (Mazmur 67:2-3). Bapa memberkati kita supaya kita menjadi penyalur berkat-Nya, yaitu dengan menabur.
Kita patut bersyukur karena kita memiliki Bapa yang sungguh teramat baik, yang suka memberi dan selalu memberi; dan apa yang Bapa beri adalah berkat yang baru!
"Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" Ratapan 3:22
Sunday, December 31, 2017
Saturday, December 30, 2017
MENGHARAPKAN PENGGENAPAN JANJI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Desember 2017
Baca: Mazmur 119:81-88
"Habis mataku merindukan janji-Mu; aku berkata: 'Bilakah Engkau akan menghiburkan aku?'" Mazmur 119:82
Tinggal menghitung hari, tepatnya dua hari lagi tahun 2017 sudah akan berakhir, tapi masih banyak yang mengganjal dalam hati orang percaya dan timbul tanda tanya: "Mengapa janji Tuhan belum juga tergenapi dalam hidupku, padahal sudah setahun lamanya aku menunggu-nunggu?" Tak semua orang percaya menyadari bahwa antara janji sampai kepada kegenapannya membutuhkan waktu; dan Tuhan memakai waktu untuk membentuk dan memroses kita agar kita semakin dewasa rohani, mengajar kita untuk hidup bergantung sepenuhnya kepada Tuhan dan semakin mendekatkan diri kepada-Nya.
Orang percaya tak seharusnya ragu dan bimbang terhadap apa yang Tuhan telah janjikan, karena janji Tuhan adalah ya dan amin. Kalau Tuhan yang berjanji pasti Dia pasti akan menggenapinya, sebab Dia "bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?" (Bilangan 23:19). Namun yang harus diperhatikan adalah ada harga yang harus dibayar untuk kita melihat janji Tuhan itu digenapi.
Bagaimana sikap kita dalam mengharapkan kegenapan janji Tuhan? 1. Pegang teguh janji Tuhan. Kalau kita tahu bahwa yang berjanji itu Tuhan, bukan manusia, maka tidak ada hal-hal yang perlu dipertanyakan lagi, semisal: benarkah mujizat Tuhan masih ada? Sungguhkah penyakitku bisa sembuh? Dapatkah ekonomi keluarga pulih? Seharusnya pertanyaan kita ini: apa yang perlu berubah dari hidupku? Sudahkah hidupku berkenan kepada Tuhan? Karena itu jangan pernah memberontak saat dalam proses! 2. Jangan terpengaruh oleh situasi. Setelah kita tahu ada janji Tuhan, maka fokus kita harus pada janji Tuhan itu, bukan pada situasi atau kondisi yang ada. Sekalipun hari-hari yang kita jalani tampak berat, ada masalah dan kesulitan, tapi jika arah pandang kita senantiasa tertuju kepada Tuhan dan janji-Nya, kita takkan menjadi lemah dan putus asa. Ingatlah ahwa waktu Tuhan bukan waktu kita, dan waktu Tuhan adalah yang terbaik. Oleh karena itu belajarlah untuk tetap bersyukur, dan semakin kita bersyukur semakin kita beroleh kekuatan untuk menanti-nantikan Tuhan.
"Janji-Mu sangat teruji, dan hamba-Mu mencintainya." Mazmur 119:140
Baca: Mazmur 119:81-88
"Habis mataku merindukan janji-Mu; aku berkata: 'Bilakah Engkau akan menghiburkan aku?'" Mazmur 119:82
Tinggal menghitung hari, tepatnya dua hari lagi tahun 2017 sudah akan berakhir, tapi masih banyak yang mengganjal dalam hati orang percaya dan timbul tanda tanya: "Mengapa janji Tuhan belum juga tergenapi dalam hidupku, padahal sudah setahun lamanya aku menunggu-nunggu?" Tak semua orang percaya menyadari bahwa antara janji sampai kepada kegenapannya membutuhkan waktu; dan Tuhan memakai waktu untuk membentuk dan memroses kita agar kita semakin dewasa rohani, mengajar kita untuk hidup bergantung sepenuhnya kepada Tuhan dan semakin mendekatkan diri kepada-Nya.
Orang percaya tak seharusnya ragu dan bimbang terhadap apa yang Tuhan telah janjikan, karena janji Tuhan adalah ya dan amin. Kalau Tuhan yang berjanji pasti Dia pasti akan menggenapinya, sebab Dia "bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?" (Bilangan 23:19). Namun yang harus diperhatikan adalah ada harga yang harus dibayar untuk kita melihat janji Tuhan itu digenapi.
Bagaimana sikap kita dalam mengharapkan kegenapan janji Tuhan? 1. Pegang teguh janji Tuhan. Kalau kita tahu bahwa yang berjanji itu Tuhan, bukan manusia, maka tidak ada hal-hal yang perlu dipertanyakan lagi, semisal: benarkah mujizat Tuhan masih ada? Sungguhkah penyakitku bisa sembuh? Dapatkah ekonomi keluarga pulih? Seharusnya pertanyaan kita ini: apa yang perlu berubah dari hidupku? Sudahkah hidupku berkenan kepada Tuhan? Karena itu jangan pernah memberontak saat dalam proses! 2. Jangan terpengaruh oleh situasi. Setelah kita tahu ada janji Tuhan, maka fokus kita harus pada janji Tuhan itu, bukan pada situasi atau kondisi yang ada. Sekalipun hari-hari yang kita jalani tampak berat, ada masalah dan kesulitan, tapi jika arah pandang kita senantiasa tertuju kepada Tuhan dan janji-Nya, kita takkan menjadi lemah dan putus asa. Ingatlah ahwa waktu Tuhan bukan waktu kita, dan waktu Tuhan adalah yang terbaik. Oleh karena itu belajarlah untuk tetap bersyukur, dan semakin kita bersyukur semakin kita beroleh kekuatan untuk menanti-nantikan Tuhan.
"Janji-Mu sangat teruji, dan hamba-Mu mencintainya." Mazmur 119:140
Friday, December 29, 2017
JANGAN PERNAH MENDUA HATI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Desember 2017
Baca: Yeremia 44:1-30
"Mengapa kamu mau menimbulkan sakit hati-Ku dengan perbuatan tanganmu, yakni membakar korban kepada allah lain di tanah Mesir yang kamu masuki untuk tinggal sebagai orang asing di sana?" Yeremia 44:8
Salah satu faktor yang seringkali menjadi penyebab retaknya keharmonisan dalam sebuah rumah tangga adalah ketika salah satu dari mereka (suami/isteri) melakukan perselingkuhan, atau kehadiran orang ke-3. Hal itu menunjukkan bahwa salah satu dari pasangan telah mendua hati dan tidak lagi setia terhadap pasangannya. Inilah juga yang diperbuat oleh bangsa Yehuda, dimana mereka tidak lagi mengasihi Tuhan sepenuh hati, tidak lagi setia kepada-Nya. Bangsa Yehuda sudah tidak lagi menempatkan Tuhan sebagai Single Authority, karena ada allah lain yang bertakhta di hati mereka, tanda bahwa hati mereka telah bercabang.
Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa mereka telah "...beribadah kepada allah lain yang tidak dikenal oleh mereka sendiri..." (ayat 3), hidup mengandalkan dan berharap kepada Mesir, yang adalah gambaran tentang kekuatan dan kemegahan dunia. Perbuatan mereka telah menyakiti dan melukai hati Tuhan. Padahal sudah berkali-kali Tuhan memperingatkan mereka dengan mengutus nabi-nabi-Nya, salah satunya melalui Yeremia ini: "Janganlah hendaknya kamu melakukan kejijikan yang Aku benci ini! Tetapi mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau memperhatikan supaya berbalik dari kejahatan mereka dan tidak membakar korban lagi kepada allah lain." (ayat 4-5). Tetapi teguran dan peringatan Tuhan ini dianggapnya sebagai angin lalu.
Berhati-hatilah! "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya." (Galatia 6:7). Mereka tidak menyadari bahwa ketidaktaatan mereka mendatangkan hukuman bagi diri sendiri. "Inilah tanda bagimu, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menghukum kamu di tempat ini, supaya kamu mengetahui bahwa perkataan-perkataan-Ku terhadap kamu akan sungguh-sungguh terwujud untuk kecelakaanmu." (Yeremia 44:29). Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang setia, sehingga Ia pun menuntut kesetiaan kita kepada-Nya.
Jangan sekali-kali menduakan Tuhan dalam hidup ini, karena Dia adalah Tuhan yang cemburu (baca Keluaran 34:14).
Baca: Yeremia 44:1-30
"Mengapa kamu mau menimbulkan sakit hati-Ku dengan perbuatan tanganmu, yakni membakar korban kepada allah lain di tanah Mesir yang kamu masuki untuk tinggal sebagai orang asing di sana?" Yeremia 44:8
Salah satu faktor yang seringkali menjadi penyebab retaknya keharmonisan dalam sebuah rumah tangga adalah ketika salah satu dari mereka (suami/isteri) melakukan perselingkuhan, atau kehadiran orang ke-3. Hal itu menunjukkan bahwa salah satu dari pasangan telah mendua hati dan tidak lagi setia terhadap pasangannya. Inilah juga yang diperbuat oleh bangsa Yehuda, dimana mereka tidak lagi mengasihi Tuhan sepenuh hati, tidak lagi setia kepada-Nya. Bangsa Yehuda sudah tidak lagi menempatkan Tuhan sebagai Single Authority, karena ada allah lain yang bertakhta di hati mereka, tanda bahwa hati mereka telah bercabang.
Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa mereka telah "...beribadah kepada allah lain yang tidak dikenal oleh mereka sendiri..." (ayat 3), hidup mengandalkan dan berharap kepada Mesir, yang adalah gambaran tentang kekuatan dan kemegahan dunia. Perbuatan mereka telah menyakiti dan melukai hati Tuhan. Padahal sudah berkali-kali Tuhan memperingatkan mereka dengan mengutus nabi-nabi-Nya, salah satunya melalui Yeremia ini: "Janganlah hendaknya kamu melakukan kejijikan yang Aku benci ini! Tetapi mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau memperhatikan supaya berbalik dari kejahatan mereka dan tidak membakar korban lagi kepada allah lain." (ayat 4-5). Tetapi teguran dan peringatan Tuhan ini dianggapnya sebagai angin lalu.
Berhati-hatilah! "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya." (Galatia 6:7). Mereka tidak menyadari bahwa ketidaktaatan mereka mendatangkan hukuman bagi diri sendiri. "Inilah tanda bagimu, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menghukum kamu di tempat ini, supaya kamu mengetahui bahwa perkataan-perkataan-Ku terhadap kamu akan sungguh-sungguh terwujud untuk kecelakaanmu." (Yeremia 44:29). Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang setia, sehingga Ia pun menuntut kesetiaan kita kepada-Nya.
Jangan sekali-kali menduakan Tuhan dalam hidup ini, karena Dia adalah Tuhan yang cemburu (baca Keluaran 34:14).
Thursday, December 28, 2017
MENJADI HAMBA YANG DISUKAI TUANNYA (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Desember 2017
Baca: Lukas 12:41-48
"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya." Lukas 12:44
Selain rajin bekerja, hal yang disukai tuan terhadap hambanya adalah: 2. Hamba yang setia. Kesetiaan berbicara tentang loyalitas. Zaman sekarang tak mudah menemukan orang-orang yang setia. "Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?" (Amsal 20:6). Pada umumnya orang akan setia tapi disertai pamrih atau tendensi. Tuhan menghendaki kita menjadi hamba-hamba-Nya yang setia. Tak semua orang menyadari bahwa sesungguhnya kesetiaan adalah pintu gerbang untuk mengalami berkat dan promosi dari Tuhan. "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar." (Lukas 16:10a). Mungkinkah tuan memercayakan perkara-perkara besar kepada hambanya, jika hamba itu tidak terlebih dahulu setia dalam perkara-perkara kecil? Perhatikan apa yang dikatakan tuan terhadap hamba yang setia: "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu." (Matius 25:21).
3. Hamba yang mengerti kehendak tuannya. "Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut." (Lukas 12:47-48). Kristus telah memberikan teladan bagaimana Ia menempatkan kehendak Bapa sebagai yang terutama dalam hidup-Nya. Sebagai hamba-Nya hendaknya kita menjadikan kehendak Tuhan sebagai yang terpenting dan terutama pula, lebih dari apa pun.
Bagaimana kita tahu kehendak Tuhan? Ketika kita bergaul karib dengan Tuhan dan tinggal di dalam firman-Nya setiap hari.
Jadilah hamba yang setia dan senantiasa mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan, niscaya kita akan menjadi hamba kesayangan-Nya dan diberkati-Nya!
Baca: Lukas 12:41-48
"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya." Lukas 12:44
Selain rajin bekerja, hal yang disukai tuan terhadap hambanya adalah: 2. Hamba yang setia. Kesetiaan berbicara tentang loyalitas. Zaman sekarang tak mudah menemukan orang-orang yang setia. "Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?" (Amsal 20:6). Pada umumnya orang akan setia tapi disertai pamrih atau tendensi. Tuhan menghendaki kita menjadi hamba-hamba-Nya yang setia. Tak semua orang menyadari bahwa sesungguhnya kesetiaan adalah pintu gerbang untuk mengalami berkat dan promosi dari Tuhan. "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar." (Lukas 16:10a). Mungkinkah tuan memercayakan perkara-perkara besar kepada hambanya, jika hamba itu tidak terlebih dahulu setia dalam perkara-perkara kecil? Perhatikan apa yang dikatakan tuan terhadap hamba yang setia: "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu." (Matius 25:21).
3. Hamba yang mengerti kehendak tuannya. "Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut." (Lukas 12:47-48). Kristus telah memberikan teladan bagaimana Ia menempatkan kehendak Bapa sebagai yang terutama dalam hidup-Nya. Sebagai hamba-Nya hendaknya kita menjadikan kehendak Tuhan sebagai yang terpenting dan terutama pula, lebih dari apa pun.
Bagaimana kita tahu kehendak Tuhan? Ketika kita bergaul karib dengan Tuhan dan tinggal di dalam firman-Nya setiap hari.
Jadilah hamba yang setia dan senantiasa mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan, niscaya kita akan menjadi hamba kesayangan-Nya dan diberkati-Nya!
Wednesday, December 27, 2017
MENJADI HAMBA YANG DISUKAI TUANNYA (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Desember 2017
Baca: Lukas 12:41-48
"Jadi, siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya?" Lukas 12:42
Salah satu panggilan Tuhan yang sulit dilakukan orang percaya adalah menjadi hamba. Kita kurang menyadari bahwa sebagai orang percaya kita ini menyandang status sebagai hamba Tuhan. "Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya." (Kolose 3:24b). Tak mudah menjadi orang percaya yang benar-benar memiliki hati hamba, karena kecenderungan setiap orang adalah ingin menjadi tuan, ingin menjadi yang terbesar, ingin menjadi pemimpin, ingin dilayani tapi tak mau melayani, ingin selalu memerintah tapi merasa keberatan jika harus menerima perintah.
Ketika diselamatkan oleh pengorbanan Kristus di kayu salib "Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran...demikian hal kamu sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan." (Roma 6:18, 19). Karena Kristus telah memerdekakan kita dari dosa dan menjadikan kita hamba kebenaran, kini tugas kita adalah menghambakan diri sepenuhnya kepada Dia, melayani dan menyenangkan hati-Nya. Bagaimana menyenangkan hati Tuhan, Tuan kita? 1. Hamba yang rajin bekerja. "Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang." (Lukas 12:43). Inilah hamba yang disukai tuannya! Yaitu yang rajin bekerja bukan ketika dilihat tuannya atau ketika si tuan ada di dekatnya, tapi yang tetap rajin sekalipun tidak dilihat tuannya, sekalipun tuannya itu pergi, sekalipun situasi atau kondisi tampak kurang menyenangkan sekalipun, karena ia menyadari tugas utamanya adalah bekerja keras dan melakukan semua tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya.
Orang yang rajin bekerja pasti akan mendapatkan banyak keuntungan: "...tangan orang rajin menjadikan kaya." (Amsal 10:4); "Tangan orang rajin memegang kekuasaan..." (Amsal 12:24); "...hati orang rajin diberi kelimpahan." (Amsal 13:4).
Rasul Paulus menasihati, "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." Roma 12:11
Baca: Lukas 12:41-48
"Jadi, siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya?" Lukas 12:42
Salah satu panggilan Tuhan yang sulit dilakukan orang percaya adalah menjadi hamba. Kita kurang menyadari bahwa sebagai orang percaya kita ini menyandang status sebagai hamba Tuhan. "Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya." (Kolose 3:24b). Tak mudah menjadi orang percaya yang benar-benar memiliki hati hamba, karena kecenderungan setiap orang adalah ingin menjadi tuan, ingin menjadi yang terbesar, ingin menjadi pemimpin, ingin dilayani tapi tak mau melayani, ingin selalu memerintah tapi merasa keberatan jika harus menerima perintah.
Ketika diselamatkan oleh pengorbanan Kristus di kayu salib "Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran...demikian hal kamu sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan." (Roma 6:18, 19). Karena Kristus telah memerdekakan kita dari dosa dan menjadikan kita hamba kebenaran, kini tugas kita adalah menghambakan diri sepenuhnya kepada Dia, melayani dan menyenangkan hati-Nya. Bagaimana menyenangkan hati Tuhan, Tuan kita? 1. Hamba yang rajin bekerja. "Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang." (Lukas 12:43). Inilah hamba yang disukai tuannya! Yaitu yang rajin bekerja bukan ketika dilihat tuannya atau ketika si tuan ada di dekatnya, tapi yang tetap rajin sekalipun tidak dilihat tuannya, sekalipun tuannya itu pergi, sekalipun situasi atau kondisi tampak kurang menyenangkan sekalipun, karena ia menyadari tugas utamanya adalah bekerja keras dan melakukan semua tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya.
Orang yang rajin bekerja pasti akan mendapatkan banyak keuntungan: "...tangan orang rajin menjadikan kaya." (Amsal 10:4); "Tangan orang rajin memegang kekuasaan..." (Amsal 12:24); "...hati orang rajin diberi kelimpahan." (Amsal 13:4).
Rasul Paulus menasihati, "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." Roma 12:11
Tuesday, December 26, 2017
KRISTUS DATANG UNTUK MEMBAWA PEMISAHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Desember 2017
Baca: Matius 10:34-42
"Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang." Matius 10:34
Semua manusia, tanpa terkecuali, pasti membutuhkan kedamaian dalam hidupnya. Adapun kata damai dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti tidak ada perang, tidak ada kerusuhan, aman, tenteram, tenang, keadaan tidak bermusuhan dan rukun. Dengan kata lain manusia tidak mengingini adanya suatu pertikaian, permusuhan, perpecahan atau sengketa. Bersyukur kita punya Tuhan yang bukan hanya Tuhan dengan berlimpah dengan kasih setia, bukan hanya sumber segala mujizat, tetapi Dia adalah Raja Damai, seperti tertulis: "...namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai." (Yesaya 9:5).
Namun pada suatu kesempatan Kristus justru membuat pernyataan yang berbeda yang sangat mengejutkan telinga semua orang: "Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya." (Matius 10:35-36). Setiap orang yang memutuskan diri untuk mengikut Kristus harus siap untuk membayar harga! Bukankah kita sering mendengar kesaksian dari saudara-saudara seiman, yang karena imannya kepada Kristus, mereka harus ditentang, dikucilkan dan bahkan tidak diakui lagi oleh keluarga besarnya? Ada pula yang diperlakukan tidak adil di dunia pekerjaan, serta tidak sedikit dari mereka yang dijauhi oleh lingkungan. Mengikut Kristus berarti juga kita harus mau untuk memisahkan diri dari dunia! "Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu." (2 Korintus 6:17).
Alkitab jelas menyatakan bahwa "Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya." (Yesaya 32:17). Artinya bahwa kebenaran dan kedamaian adalah dua hal yang saling berkaitan dan tak terpisahkan. Untuk mengalami kedamaian yang sejati kita harus 'tinggal' di dalam Kristus, yang adalah Raja Damai dan kebenaran itu sendiri; dan itu butuh ketegasan dan sikap tidk mengenal kompromi!
Ada harga yang harus dibayar sebagai pengikut Kristus, siapkah kita?
Baca: Matius 10:34-42
"Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang." Matius 10:34
Semua manusia, tanpa terkecuali, pasti membutuhkan kedamaian dalam hidupnya. Adapun kata damai dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti tidak ada perang, tidak ada kerusuhan, aman, tenteram, tenang, keadaan tidak bermusuhan dan rukun. Dengan kata lain manusia tidak mengingini adanya suatu pertikaian, permusuhan, perpecahan atau sengketa. Bersyukur kita punya Tuhan yang bukan hanya Tuhan dengan berlimpah dengan kasih setia, bukan hanya sumber segala mujizat, tetapi Dia adalah Raja Damai, seperti tertulis: "...namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai." (Yesaya 9:5).
Namun pada suatu kesempatan Kristus justru membuat pernyataan yang berbeda yang sangat mengejutkan telinga semua orang: "Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya." (Matius 10:35-36). Setiap orang yang memutuskan diri untuk mengikut Kristus harus siap untuk membayar harga! Bukankah kita sering mendengar kesaksian dari saudara-saudara seiman, yang karena imannya kepada Kristus, mereka harus ditentang, dikucilkan dan bahkan tidak diakui lagi oleh keluarga besarnya? Ada pula yang diperlakukan tidak adil di dunia pekerjaan, serta tidak sedikit dari mereka yang dijauhi oleh lingkungan. Mengikut Kristus berarti juga kita harus mau untuk memisahkan diri dari dunia! "Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu." (2 Korintus 6:17).
Alkitab jelas menyatakan bahwa "Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya." (Yesaya 32:17). Artinya bahwa kebenaran dan kedamaian adalah dua hal yang saling berkaitan dan tak terpisahkan. Untuk mengalami kedamaian yang sejati kita harus 'tinggal' di dalam Kristus, yang adalah Raja Damai dan kebenaran itu sendiri; dan itu butuh ketegasan dan sikap tidk mengenal kompromi!
Ada harga yang harus dibayar sebagai pengikut Kristus, siapkah kita?
Monday, December 25, 2017
KESELAMATAN ITU TELAH DATANG!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Desember 2017
Baca: Lukas 21:25-28
"Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya." Lukas 21:27
Tak terbantahkan bahwa keadaan dunia ini semakin kacau dan mencemaskan. Banyak orang mengalami ketakutan dan kebimbangan yang luar biasa. Pertanyaan: ke manakah kita akan lari untuk meluputkan diri dari semuanya ini? Lari ke ujung dunia manapun takkan kita temukan perlindungan dan keselamatan yang sejati.
Sebagai orang percaya tak perlu kita takut, cemas dan kuatir, karena pada saatnya Kristus akan datang ke dunia, tidak lagi sebagai bayi yang dibungkus dengan lampin dan dibaringkan di dalam palungan, tetapi Ia akan datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya (ayat nas); dan karena kita ini adalah umat pilihan-Nya: "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu." (Yohanes 15:16a), dipilih oleh Tuhan sendiri, maka kita sangat percaya bahwa seburuk apa pun situasi dunia ini, kita takkan ditinggalkan Tuhan, Dia pasti bertanggung jawab penuh atas hidup kita. Oleh karena itu jangan menjadi lemah dan putus asa, melainkan "Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat." (Lukas 21:28). 'Angkatlah mukamu' memiliki arti tidak lagi tertunduk. Biasanya orang yang berjalan dengan muka tertunduk adalah orang yang sedang menahan malu, mengalami kekalahan atau kegagalan. Tak seharusnya kita berlaku demikian, sebaliknya kita harus mengangkat muka, sebab kita punya Tuhan yang perkasa, yang memberikan kemenangan dan jaminan keselamatan. "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." (Roma 8:37).
Bapa, "...yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?" (Roma 8:32). Inilah kasih Bapa yang tiada batas, dan Kristus adalah manifestasi dari kasih Bapa. Di dalam Kristus setiap orang percaya dapat berkata bahwa masa depan dan harapan itu ada (baca Amsal 23:18).
"Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud." Lukas 2:10-11
Baca: Lukas 21:25-28
"Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya." Lukas 21:27
Tak terbantahkan bahwa keadaan dunia ini semakin kacau dan mencemaskan. Banyak orang mengalami ketakutan dan kebimbangan yang luar biasa. Pertanyaan: ke manakah kita akan lari untuk meluputkan diri dari semuanya ini? Lari ke ujung dunia manapun takkan kita temukan perlindungan dan keselamatan yang sejati.
Sebagai orang percaya tak perlu kita takut, cemas dan kuatir, karena pada saatnya Kristus akan datang ke dunia, tidak lagi sebagai bayi yang dibungkus dengan lampin dan dibaringkan di dalam palungan, tetapi Ia akan datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya (ayat nas); dan karena kita ini adalah umat pilihan-Nya: "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu." (Yohanes 15:16a), dipilih oleh Tuhan sendiri, maka kita sangat percaya bahwa seburuk apa pun situasi dunia ini, kita takkan ditinggalkan Tuhan, Dia pasti bertanggung jawab penuh atas hidup kita. Oleh karena itu jangan menjadi lemah dan putus asa, melainkan "Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat." (Lukas 21:28). 'Angkatlah mukamu' memiliki arti tidak lagi tertunduk. Biasanya orang yang berjalan dengan muka tertunduk adalah orang yang sedang menahan malu, mengalami kekalahan atau kegagalan. Tak seharusnya kita berlaku demikian, sebaliknya kita harus mengangkat muka, sebab kita punya Tuhan yang perkasa, yang memberikan kemenangan dan jaminan keselamatan. "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." (Roma 8:37).
Bapa, "...yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?" (Roma 8:32). Inilah kasih Bapa yang tiada batas, dan Kristus adalah manifestasi dari kasih Bapa. Di dalam Kristus setiap orang percaya dapat berkata bahwa masa depan dan harapan itu ada (baca Amsal 23:18).
"Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud." Lukas 2:10-11
Sunday, December 24, 2017
PERCAKAPKAN PERBUATAN TUHAN SAJA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Desember 2017
Baca: Mazmur 105:1-11
"Bernyanyilah bagi-Nya, bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib!" Mazmur 105:2
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering bertemu dan berhadapan dengan orang-orang yang memiliki sifat, karakter dan kebiasaan yang berbeda-beda. Ada golongan orang yang setiap kali bertemu dengan sesama selalu mempercakapkan segala sesuatu yang berkenaan dengan diri sendiri, menonjolkan diri sendiri, terlebih-lebih bagi mereka yang punya nilai plus, keunggulan atau prestasi yang bisa dibanggakan. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang dengan sengaja menambahi dengan bumbu-bumbu supaya orang yang mendengar makin terkesima dan berdecak kagum dengan apa yang disampaikan.
Saat kita mempercakapkan kelebihan diri sendiri kepada orang lain, saat itu pula kita sedang bermegah diri alias sombong. Lainnya lagi ada sekelompok orang yang suka sekali mempercakapkan masalah atau kesulitan yang dialami, disertai dengan keluh kesah dan sikap mengasihani diri sendiri. Sadarilah bahwa sesungguhnya orang akan senang dan mau bersahabat dengan orang-orang yang rendah hati dan yang selalu punya pikiran positif (optimis). Sebaliknya orang yang suka sekali memegahkan diri sendiri dan mengasihani diri sendiri (pesimis), di mana pun berada ia pasti kurang disukai oleh semua orang, karena tanpa sadar mereka telah menunjukkan kelemahan diri.
Pemazmur menasihatkan agar kita senantiasa memfungsikan lidah atau mulut kita untuk memuji dan memuliakan Tuhan, serta mempercakapkan perbuatan-Nya yang ajaib (ayat nas), karena kita ini adalah saksi-saksi Tuhan di tengah dunia. Ketika kita senantiasa mempercakapkan tentang firman Tuhan, kasih-Nya, kebaikan-Nya, dan perbuatan-perbuatan-Nya kepada orang lain, maka siapa pun yang mendengarnya pasti akan terberkati, dikuatkan imannya dan semakin memuliakan nama Tuhan. Bukan hanya itu, Tuhan juga akan bekerja dan menyatakan kuasa-Nya atas hidup kita. Jadi seorang percaya haruslah berlaku bijak dalam berucap! Bukan hanya itu, Tuhan juga akan bekerja dan menyatakan kuasa-Nya atas hidup kita. Jadi seorang percaya haruslah berlaku bijak dalam berucap! Biarlah hanya tentang Tuhan dan kehebatan kuasa-Nya yang menjadi hiasan bibir kita setiap hari, bukan tentang kehebatan diri sendiri dan keluhan, kebutuhan atau masalah yang digemakan!
Jika langit dan cakrawala dapat menceritakan perbuatan Tuhan yang dahsyat (Mazmur 19:2), masakan kita umat-Nya tak mau melakukan hal yang sama?
Baca: Mazmur 105:1-11
"Bernyanyilah bagi-Nya, bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib!" Mazmur 105:2
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering bertemu dan berhadapan dengan orang-orang yang memiliki sifat, karakter dan kebiasaan yang berbeda-beda. Ada golongan orang yang setiap kali bertemu dengan sesama selalu mempercakapkan segala sesuatu yang berkenaan dengan diri sendiri, menonjolkan diri sendiri, terlebih-lebih bagi mereka yang punya nilai plus, keunggulan atau prestasi yang bisa dibanggakan. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang dengan sengaja menambahi dengan bumbu-bumbu supaya orang yang mendengar makin terkesima dan berdecak kagum dengan apa yang disampaikan.
Saat kita mempercakapkan kelebihan diri sendiri kepada orang lain, saat itu pula kita sedang bermegah diri alias sombong. Lainnya lagi ada sekelompok orang yang suka sekali mempercakapkan masalah atau kesulitan yang dialami, disertai dengan keluh kesah dan sikap mengasihani diri sendiri. Sadarilah bahwa sesungguhnya orang akan senang dan mau bersahabat dengan orang-orang yang rendah hati dan yang selalu punya pikiran positif (optimis). Sebaliknya orang yang suka sekali memegahkan diri sendiri dan mengasihani diri sendiri (pesimis), di mana pun berada ia pasti kurang disukai oleh semua orang, karena tanpa sadar mereka telah menunjukkan kelemahan diri.
Pemazmur menasihatkan agar kita senantiasa memfungsikan lidah atau mulut kita untuk memuji dan memuliakan Tuhan, serta mempercakapkan perbuatan-Nya yang ajaib (ayat nas), karena kita ini adalah saksi-saksi Tuhan di tengah dunia. Ketika kita senantiasa mempercakapkan tentang firman Tuhan, kasih-Nya, kebaikan-Nya, dan perbuatan-perbuatan-Nya kepada orang lain, maka siapa pun yang mendengarnya pasti akan terberkati, dikuatkan imannya dan semakin memuliakan nama Tuhan. Bukan hanya itu, Tuhan juga akan bekerja dan menyatakan kuasa-Nya atas hidup kita. Jadi seorang percaya haruslah berlaku bijak dalam berucap! Bukan hanya itu, Tuhan juga akan bekerja dan menyatakan kuasa-Nya atas hidup kita. Jadi seorang percaya haruslah berlaku bijak dalam berucap! Biarlah hanya tentang Tuhan dan kehebatan kuasa-Nya yang menjadi hiasan bibir kita setiap hari, bukan tentang kehebatan diri sendiri dan keluhan, kebutuhan atau masalah yang digemakan!
Jika langit dan cakrawala dapat menceritakan perbuatan Tuhan yang dahsyat (Mazmur 19:2), masakan kita umat-Nya tak mau melakukan hal yang sama?
Saturday, December 23, 2017
HAMBA YANG SELALU SIAP SEDIA (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Desember 2017
Baca: Lukas 12:35-40
"Dan apabila ia datang pada tengah malam atau pada dinihari dan mendapati mereka berlaku demikian, maka berbahagialah mereka." Lukas 12:38
Orang percaya dapat dikatakan sebagai hamba yang selalu siap sedia, bila: 2. Hidup menjadi terang. "...dan pelitamu tetap menyala." (Lukas 12:35). Dunia ini sedang diliputi oleh kegelapan yang pekat dan orang percaya dituntut untuk bisa menjadi pelita yang terus menyala di tengah kegelapan, sebab "Kamu adalah terang dunia...Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:14, 16). Namun sering terjadi sebaliknya, ada banyak orang percaya yang hidupnya tidak menjadi terang, melainkan menjadi batu sandungan, karena mereka terbawa oleh arus dunia ini dan hidup dalam kegelapan. Padahal Tuhan telah memanggil orang percaya dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib (1 Petrus 2:9). Karena itu Rasul Paulus menasihati, "...saudara-saudara, kamu tidak hidup di dalam kegelapan, sehingga hari itu tiba-tiba mendatangi kamu seperti pencuri, karena kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan." (1 Tesalonika 5:4-5).
3. Dengar-dengaran akan suara Tuhan. Dikatakan: "...supaya jika ia datang dan mengetok pintu, segera dibuka pintu baginya." (Lukas 12:36). Untuk bisa mendengar suara Tuhan orang harus bergaul karib dengan Tuhan. Pemazmur berkata, "TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." (Mazmur 25:14). Jadi orang yang senantiasa dekat dengan Tuhan pasti akan mengenal suara-Nya, seperti domba yang mengenal suara gembalanya, seperti murid yang senantiasa dengar-dengaran akan suara gurunya; jadi ketika pintu itu diketok ia akan segera membukanya, sebab ia tahu bahwa yang datang adalah Tuhan.
Di zaman sekarang ini banyak orang lebih suka menyendengkan telinganya untuk mendengar suara-suara dari dunia ini daripada mendengar suara Tuhan. Akhirnya mereka pun hanyut dan tenggelam dalam keduniawian. Ini berbahaya sekali!
"Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat." Lukas 21:34
Baca: Lukas 12:35-40
"Dan apabila ia datang pada tengah malam atau pada dinihari dan mendapati mereka berlaku demikian, maka berbahagialah mereka." Lukas 12:38
Orang percaya dapat dikatakan sebagai hamba yang selalu siap sedia, bila: 2. Hidup menjadi terang. "...dan pelitamu tetap menyala." (Lukas 12:35). Dunia ini sedang diliputi oleh kegelapan yang pekat dan orang percaya dituntut untuk bisa menjadi pelita yang terus menyala di tengah kegelapan, sebab "Kamu adalah terang dunia...Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:14, 16). Namun sering terjadi sebaliknya, ada banyak orang percaya yang hidupnya tidak menjadi terang, melainkan menjadi batu sandungan, karena mereka terbawa oleh arus dunia ini dan hidup dalam kegelapan. Padahal Tuhan telah memanggil orang percaya dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib (1 Petrus 2:9). Karena itu Rasul Paulus menasihati, "...saudara-saudara, kamu tidak hidup di dalam kegelapan, sehingga hari itu tiba-tiba mendatangi kamu seperti pencuri, karena kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan." (1 Tesalonika 5:4-5).
3. Dengar-dengaran akan suara Tuhan. Dikatakan: "...supaya jika ia datang dan mengetok pintu, segera dibuka pintu baginya." (Lukas 12:36). Untuk bisa mendengar suara Tuhan orang harus bergaul karib dengan Tuhan. Pemazmur berkata, "TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." (Mazmur 25:14). Jadi orang yang senantiasa dekat dengan Tuhan pasti akan mengenal suara-Nya, seperti domba yang mengenal suara gembalanya, seperti murid yang senantiasa dengar-dengaran akan suara gurunya; jadi ketika pintu itu diketok ia akan segera membukanya, sebab ia tahu bahwa yang datang adalah Tuhan.
Di zaman sekarang ini banyak orang lebih suka menyendengkan telinganya untuk mendengar suara-suara dari dunia ini daripada mendengar suara Tuhan. Akhirnya mereka pun hanyut dan tenggelam dalam keduniawian. Ini berbahaya sekali!
"Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat." Lukas 21:34
Friday, December 22, 2017
HAMBA YANG SELALU SIAP SEDIA (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Desember 2017
Baca: Lukas 12:35-40
"Dan hendaklah kamu sama seperti orang-orang yang menanti-nantikan tuannya yang pulang dari perkawinan, supaya jika ia datang dan mengetok pintu, segera dibuka pintu baginya." Lukas 12:36
Tuhan tidak pernah menjanjikan bahwa hidup Kristen adalah hidup yang terbebas dari masalah, kesulitan, tantangan, kesesakan atau pencobaan. Justru Tuhan ijinkan kita menghadapi semuanya itu, supaya kita makin bertumbuh dewasa secara rohani dan menjadi orang percaya yang tidak bergantung pada dunia ini atau berharap pada hal-hal daging, tetapi semakin menyadarkan kita untuk semakin hidup bergantung sepenuhnya kepada Tuhan, semakin berpegang pada janji firman-Nya, semakin bertekun menanti-nantikan kedatangan Tuhan, di mana kita akan ada bersama-sama dengan Dia untuk hidup selama-lamanya.
Yang seringkali menjadi persoalan dan pertanyaan adalah kapan Tuhan datang untuk menjemput kita dan membawa kita ke tempat di mana Ia berada? Alkitab menyatakan tidak ada seorang pun yang tahu waktunya, karena hari kedatangan Kristus akan datang seperti pencuri. Tugas kita adalah berjaga-jaga dan berdoa, serta dalam keadaan yang selalu siap sedia, supaya ketika Tuhan datang, hari itu menjadi hari yang penuh kemenangan dan sukacita bagi kita, bukan menjadi jerat. Bagaimana menjadi orang percaya yang siap sedia? 1. Tetap bekerja bagi Tuhan. "Hendaklah pinggangmu tetap berikat..." (Lukas 12:35). Pinggang berikat menunjukkan bahwa orang sedang bekerja. Jika kita tidak mau bekerja jangan berharap kita akan mendapatkan upah, sebab Tuhan tidak memberikan upah kepada orang-orang yang malas. Upah diberikan kepada mereka yang sungguh-sungguh mau bekerja keras. Mengapa kita harus bekerja? Kristus berkata, "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga." (Yohanes 5:17). Masakan kita tidak mau bekerja dan hanya berpangku tangan?
Dunia ini bukanlah tempat untuk kita beristirahat atau bersantai, tetapi dunia adalah tempat untuk bekerja, berkarya dan mengumpulkan harta sorgawi. "Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya." (Yohanes 6:27).
Baca: Lukas 12:35-40
"Dan hendaklah kamu sama seperti orang-orang yang menanti-nantikan tuannya yang pulang dari perkawinan, supaya jika ia datang dan mengetok pintu, segera dibuka pintu baginya." Lukas 12:36
Tuhan tidak pernah menjanjikan bahwa hidup Kristen adalah hidup yang terbebas dari masalah, kesulitan, tantangan, kesesakan atau pencobaan. Justru Tuhan ijinkan kita menghadapi semuanya itu, supaya kita makin bertumbuh dewasa secara rohani dan menjadi orang percaya yang tidak bergantung pada dunia ini atau berharap pada hal-hal daging, tetapi semakin menyadarkan kita untuk semakin hidup bergantung sepenuhnya kepada Tuhan, semakin berpegang pada janji firman-Nya, semakin bertekun menanti-nantikan kedatangan Tuhan, di mana kita akan ada bersama-sama dengan Dia untuk hidup selama-lamanya.
Yang seringkali menjadi persoalan dan pertanyaan adalah kapan Tuhan datang untuk menjemput kita dan membawa kita ke tempat di mana Ia berada? Alkitab menyatakan tidak ada seorang pun yang tahu waktunya, karena hari kedatangan Kristus akan datang seperti pencuri. Tugas kita adalah berjaga-jaga dan berdoa, serta dalam keadaan yang selalu siap sedia, supaya ketika Tuhan datang, hari itu menjadi hari yang penuh kemenangan dan sukacita bagi kita, bukan menjadi jerat. Bagaimana menjadi orang percaya yang siap sedia? 1. Tetap bekerja bagi Tuhan. "Hendaklah pinggangmu tetap berikat..." (Lukas 12:35). Pinggang berikat menunjukkan bahwa orang sedang bekerja. Jika kita tidak mau bekerja jangan berharap kita akan mendapatkan upah, sebab Tuhan tidak memberikan upah kepada orang-orang yang malas. Upah diberikan kepada mereka yang sungguh-sungguh mau bekerja keras. Mengapa kita harus bekerja? Kristus berkata, "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga." (Yohanes 5:17). Masakan kita tidak mau bekerja dan hanya berpangku tangan?
Dunia ini bukanlah tempat untuk kita beristirahat atau bersantai, tetapi dunia adalah tempat untuk bekerja, berkarya dan mengumpulkan harta sorgawi. "Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya." (Yohanes 6:27).
Thursday, December 21, 2017
KRISTUS SEBAGAI IMAM BESAR AGUNG
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Desember 2017
Baca: Ibrani 9:11-28
"demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia." Ibrani 9:28
Keimamatan Kristus tidak dapat disamakan dengan pribadi dan peran para imam lain yang hidup di zaman Perjanjian Lama. Menggapa? Para imam di Perjanjian Lama mempersembahkan hewan sebagai korban penghapusan dosa dan itu hanya menutup dosa untuk sementara waktu, tetapi pengorbanan Kristus itu sekali dan berlaku untuk selama-lamanya. Ini berarti karya keselamatan yang dikerjakan Kristus dengan mempersembahkan diri-Nya sebagai korban dapat menyelamatkan semua orang berdosa yang mau percaya kepada-Nya, dari zaman ke zaman.
Alkitab secara tegas menyatakan bahwa keimaman Kristus itu tidak akan pernah dapat beralih atau tergantikan oleh siapa pun: "...Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya" (Ibrani 7:21), dan Dia adalah jalan dan kebenaran dan hidup, tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada Bapa kalau tidak melalui-Nya (Yohanes 14:6). Karena itu "Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka." (Ibrani 7:25). Melalui karya pengorbanan Kristus yang sekali untuk selamanya ini setiap kita yang percaya kepada-Nya beroleh keberanian untuk menghampiri takhta kasih karunia Bapa, mendapatkan pengampunan dosa dan keselamatan yang pasti dan bersifat kekal. Dialah Imam Besar Agung yang sanggup menyelamatkan, dan tidak ada lagi yang dapat manusia lakukan untuk menambahi atau mengurangi kesempurnaan korban Kristus.
Tertulis: "...jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia," (Ibrani 9:13-14).
Kristus dengan membawa korban yang sempurna dan tak bercacat yaitu tubuh-Nya dan darah-Nya, menghasilkan pengampunan dosa dan keselamatan kekal.
Baca: Ibrani 9:11-28
"demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia." Ibrani 9:28
Keimamatan Kristus tidak dapat disamakan dengan pribadi dan peran para imam lain yang hidup di zaman Perjanjian Lama. Menggapa? Para imam di Perjanjian Lama mempersembahkan hewan sebagai korban penghapusan dosa dan itu hanya menutup dosa untuk sementara waktu, tetapi pengorbanan Kristus itu sekali dan berlaku untuk selama-lamanya. Ini berarti karya keselamatan yang dikerjakan Kristus dengan mempersembahkan diri-Nya sebagai korban dapat menyelamatkan semua orang berdosa yang mau percaya kepada-Nya, dari zaman ke zaman.
Alkitab secara tegas menyatakan bahwa keimaman Kristus itu tidak akan pernah dapat beralih atau tergantikan oleh siapa pun: "...Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya" (Ibrani 7:21), dan Dia adalah jalan dan kebenaran dan hidup, tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada Bapa kalau tidak melalui-Nya (Yohanes 14:6). Karena itu "Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka." (Ibrani 7:25). Melalui karya pengorbanan Kristus yang sekali untuk selamanya ini setiap kita yang percaya kepada-Nya beroleh keberanian untuk menghampiri takhta kasih karunia Bapa, mendapatkan pengampunan dosa dan keselamatan yang pasti dan bersifat kekal. Dialah Imam Besar Agung yang sanggup menyelamatkan, dan tidak ada lagi yang dapat manusia lakukan untuk menambahi atau mengurangi kesempurnaan korban Kristus.
Tertulis: "...jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia," (Ibrani 9:13-14).
Kristus dengan membawa korban yang sempurna dan tak bercacat yaitu tubuh-Nya dan darah-Nya, menghasilkan pengampunan dosa dan keselamatan kekal.
Subscribe to:
Posts (Atom)