Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Juni 2019
Baca: Matius 12:15b-21
"Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang
pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu
menang." Matius 12:20
Buluh adalah sejenis tumbuhan seperti alang-alang yang tumbuh liar yang sangat umum di sepanjang tepi sungai di Israel; tanaman berumpun, berakar serabut, batangnya beruas-ruas, berongga, dan keras; bambu. Buluh yang patah sangatlah lumrah bila dibuang orang, karena selain tidak ada harganya, juga tidak memiliki nilai guna. Buluh yang sudah terkulai dan tidak lagi tegak adalah tanda bahwa buluh tersebut tidak lama lagi akan mati. Sumbu adalah benang (kapas dan sebagainya) yang berfungsi sebagai jalan peresapan minyak dan sebagainya ke bagian yang disulut (tentang lampu, kompor, dan sebagainya). Bila sumbu sudah pudar nyalanya, sebentar lagi pasti akan mati.
Buluh yang terkulai dan sumbu yang pudar nyalanya adalah gambaran tentang orang yang hidup dalam kegagalan, orang-orang yang 'sakit', orang-orang yang frustasi, orang-orang yang dicap 'berdosa' dan sebagainya. Jika melihat orang-orang yang demikian, respons kebanyakan orang biasanya berusaha untuk menjauhi, meremehkan, mengucilkan, menghakimi, dan mendiskreditkan. Perhatikan apa yang Tuhan perbuat terhadap mereka: Tuhan tidak akan memutuskan buluh itu dan tidak akan memadamkan sumbu yang nyalanya tinggal sedikit (ayat nas). Firman Tuhan memberikan perintah kepada kita untuk mengasihi mereka dan memberikan perhatian yang lebih kepada mereka, sebab bila kita menjauhi mereka, hal itu justru akan membuat mereka semakin terpuruk, tertekan dan frustasi, karena merasa hidupnya tidak lagi berarti.
Memang kita harus membenci segala bentuk dosa, tetapi bukan membenci orangnya. Sedapat mungkin kita harus membawa mereka kembali kepada pertobatan! Kita harus menggandeng mereka, merangkul mereka, dan menguatkan mereka, agar kembali bangkit, karena di dalam Tuhan selalu ada harapan. Inilah panggilan Tuhan bagi orang percaya, yang adalah hamba-hamba-Nya. Tuhan memerintahkan penduduk tanah Tema untuk keluar dan menyambut mereka dengan membawa air dan roti (Yesaya 21:14-15), bukan pedang dan batu. Air dan roti berbicara tentang firman Tuhan.
"...tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada
yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat." 2 Petrus 3:9b
Sunday, June 30, 2019
Saturday, June 29, 2019
TUHAN PEMILIK SEGALANYA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Juni 2019
Baca: Amsal 9:1-18
"Karena oleh aku umurmu diperpanjang, dan tahun-tahun hidupmu ditambah." Amsal 9:11
Semua manusia pada umumnya akan mengalami kegentaran dan kengerian bila memikirkan bagaimana menghadapi kematian. Banyak orang gagah perkasa berani berperang di medan pertempuran dan tidak takut menghadapi binatang buas, tapi bila mereka mengingat apa yang ada di balik kematian, mereka pun menjadi gentar. Banyak orang yang sewaktu hidupnya bermulut besar mengatakan bahwa ia tidak percaya kepada Tuhan, dan tidak percaya akan adanya sorga dan neraka, tapi begitu maut mengintip dan ajal sudah hampir menjemput, ketakutan yang luar biasa terjadi dalam batinnya. Mereka minta segera dipanggilkan hamba Tuhan atau pemimpin rohani untuk berdoa baginya, barulah mereka bertobat. Syukur jika masih ada kesempatan... bagaimana jika tidak?
Sekaya dan sehebat apa pun manusia takkan dapat 'membeli' umur panjang. Umur panjang tak dapat dicari dengan usaha manusia, karena hanya Tuhanlah yang empunya. Tuhan adalah sumber segala-galanya, Dialah yang memberi umur panjang, Dia pula yang "...membuat miskin dan membuat kaya; Ia merendahkan, dan meninggikan juga. Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu, dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur, untuk mendudukkan dia bersama-sama dengan para bangsawan, dan membuat dia memiliki kursi kehormatan. Sebab TUHAN mempunyai alas bumi; dan di atasnya Ia menaruh daratan." (1 Samuel 2:7-8). Bagaimana pun panjangnya umur manusia, semua pasti ada batasnya dan pada akhirnya kita semua harus menghadap Sang Pencipta. Kematian jasmani bukan apa-apa, tetapi kematian kekal itulah yang sangat mengerikan dan menakutkan semua orang.
Bagaimana caranya memperoleh hidup kekal dan tak kehilangan nyawa, artinya nyawanya tidak binasa karena siksaan abadi di neraka? Kita harus mencari Tuhan. "Karena siapa mendapatkan aku, mendapatkan hidup, dan TUHAN berkenan akan dia. Tetapi siapa tidak mendapatkan aku, merugikan dirinya; semua orang yang membenci aku, mencintai maut." (Amsal 8:35-36). Jelas sekali bahwa barangsiapa tidak memiliki Kristus di dalam hidupnya semakin mendekatkan dirinya kepada maut.
Mumpung masih hidup, bertobatlah dan percayalah kepada Kristus!
Baca: Amsal 9:1-18
"Karena oleh aku umurmu diperpanjang, dan tahun-tahun hidupmu ditambah." Amsal 9:11
Semua manusia pada umumnya akan mengalami kegentaran dan kengerian bila memikirkan bagaimana menghadapi kematian. Banyak orang gagah perkasa berani berperang di medan pertempuran dan tidak takut menghadapi binatang buas, tapi bila mereka mengingat apa yang ada di balik kematian, mereka pun menjadi gentar. Banyak orang yang sewaktu hidupnya bermulut besar mengatakan bahwa ia tidak percaya kepada Tuhan, dan tidak percaya akan adanya sorga dan neraka, tapi begitu maut mengintip dan ajal sudah hampir menjemput, ketakutan yang luar biasa terjadi dalam batinnya. Mereka minta segera dipanggilkan hamba Tuhan atau pemimpin rohani untuk berdoa baginya, barulah mereka bertobat. Syukur jika masih ada kesempatan... bagaimana jika tidak?
Sekaya dan sehebat apa pun manusia takkan dapat 'membeli' umur panjang. Umur panjang tak dapat dicari dengan usaha manusia, karena hanya Tuhanlah yang empunya. Tuhan adalah sumber segala-galanya, Dialah yang memberi umur panjang, Dia pula yang "...membuat miskin dan membuat kaya; Ia merendahkan, dan meninggikan juga. Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu, dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur, untuk mendudukkan dia bersama-sama dengan para bangsawan, dan membuat dia memiliki kursi kehormatan. Sebab TUHAN mempunyai alas bumi; dan di atasnya Ia menaruh daratan." (1 Samuel 2:7-8). Bagaimana pun panjangnya umur manusia, semua pasti ada batasnya dan pada akhirnya kita semua harus menghadap Sang Pencipta. Kematian jasmani bukan apa-apa, tetapi kematian kekal itulah yang sangat mengerikan dan menakutkan semua orang.
Bagaimana caranya memperoleh hidup kekal dan tak kehilangan nyawa, artinya nyawanya tidak binasa karena siksaan abadi di neraka? Kita harus mencari Tuhan. "Karena siapa mendapatkan aku, mendapatkan hidup, dan TUHAN berkenan akan dia. Tetapi siapa tidak mendapatkan aku, merugikan dirinya; semua orang yang membenci aku, mencintai maut." (Amsal 8:35-36). Jelas sekali bahwa barangsiapa tidak memiliki Kristus di dalam hidupnya semakin mendekatkan dirinya kepada maut.
Mumpung masih hidup, bertobatlah dan percayalah kepada Kristus!
Friday, June 28, 2019
KUALITAS HIDUP YANG TERUJI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Juni 2019
Baca: Mazmur 18:1-20
"Terpujilah TUHAN, seruku; maka akupun selamat dari pada musuhku." Mazmur 18:4
Jangan pernah bermimpi akan terluput dari segala macam krisis atau masalah selama kita masih hdiup di dunia ini. Krisis atau masalah coraknya bermacam-macam, datang tanpa bisa diduga, tanpa permisi, dan sewaktu-waktu. Yang terpenting adalah bagaimana reaksi kita dalam menyikapi masalah atau krisis yang ada. Daud, yang hidup melekat kepada Tuhan, juga tak luput dari krisis atau masalah, namun ia telah siap sebelum krisis atau masalah menyerang, karena ia sudah 'tinggal' di dalam firman-Nya, sehingga dalam situasi yang buruk sekalipun, dengan penuh keyakinan, ia dapat berkata, "Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!" (Mazmur 18:3).
Apa yang terjadi esok tak seorang pun yang tahu! Bisa saja hari ini semuanya tampak tenang dan wajar, sampai suatu ketika krisis datang menyerang dengan tiba-tiba, sehingga keadaan yang semula tenang berubah menjadi lautan yang bergelora. Saat itulah orang lain akan memperhatikan bagaimana orang yang menyebut diri sebagai orang percaya itu bereaksi. Saat itu terbukalah keadaan rohani kita yang sesungguhnya. Respons kita terhadap krisis ini akan menyingkapkan kadar iman kita, kualitas hubungan kita dengan Tuhan. Tentu saja dalam keadaan yang normal semua orang dapat memuji-muji Tuhan, mengucap syukur dan mengutip ayat-ayat firman Tuhan.
Bila krisis datang melanda, sengsaralah orang yang tak hidup karib dengan Tuhan, yang baru mencari Dia kala tembok pertahanannya hampir runtuh. Reaksi yang mula-mula timbul pastilah kepahitan hati; dan kemudian kita marah kepada Tuhan, menyalahkan Dia, dan menganggap bahwa Dialah yang menjadi penyebabnya. "Jalanku ditutup-Nya dengan tembok, sehingga aku tidak dapat melewatinya, dan jalan-jalanku itu dibuat-Nya gelap. Ia telah menanggalkan kemuliaanku dan merampas mahkota di kepalaku. Ia membongkar aku di semua tempat, sehingga aku lenyap, dan seperti pohon harapanku dicabut-Nya." (Ayub 19:8-10). Berbeda dengan orang yang kualitas imannya teruji, yang di tengah krisis melanda ia mampu berkata, "Bangkitlah, ya TUHAN, di dalam kuasa-Mu! Kami mau menyanyikan dan memazmurkan keperkasaan-Mu." (Mazmur 21:14).
Kualitas iman seseorang akan teruji kualitasnya saat krisis atau masalah datang!
Baca: Mazmur 18:1-20
"Terpujilah TUHAN, seruku; maka akupun selamat dari pada musuhku." Mazmur 18:4
Jangan pernah bermimpi akan terluput dari segala macam krisis atau masalah selama kita masih hdiup di dunia ini. Krisis atau masalah coraknya bermacam-macam, datang tanpa bisa diduga, tanpa permisi, dan sewaktu-waktu. Yang terpenting adalah bagaimana reaksi kita dalam menyikapi masalah atau krisis yang ada. Daud, yang hidup melekat kepada Tuhan, juga tak luput dari krisis atau masalah, namun ia telah siap sebelum krisis atau masalah menyerang, karena ia sudah 'tinggal' di dalam firman-Nya, sehingga dalam situasi yang buruk sekalipun, dengan penuh keyakinan, ia dapat berkata, "Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!" (Mazmur 18:3).
Apa yang terjadi esok tak seorang pun yang tahu! Bisa saja hari ini semuanya tampak tenang dan wajar, sampai suatu ketika krisis datang menyerang dengan tiba-tiba, sehingga keadaan yang semula tenang berubah menjadi lautan yang bergelora. Saat itulah orang lain akan memperhatikan bagaimana orang yang menyebut diri sebagai orang percaya itu bereaksi. Saat itu terbukalah keadaan rohani kita yang sesungguhnya. Respons kita terhadap krisis ini akan menyingkapkan kadar iman kita, kualitas hubungan kita dengan Tuhan. Tentu saja dalam keadaan yang normal semua orang dapat memuji-muji Tuhan, mengucap syukur dan mengutip ayat-ayat firman Tuhan.
Bila krisis datang melanda, sengsaralah orang yang tak hidup karib dengan Tuhan, yang baru mencari Dia kala tembok pertahanannya hampir runtuh. Reaksi yang mula-mula timbul pastilah kepahitan hati; dan kemudian kita marah kepada Tuhan, menyalahkan Dia, dan menganggap bahwa Dialah yang menjadi penyebabnya. "Jalanku ditutup-Nya dengan tembok, sehingga aku tidak dapat melewatinya, dan jalan-jalanku itu dibuat-Nya gelap. Ia telah menanggalkan kemuliaanku dan merampas mahkota di kepalaku. Ia membongkar aku di semua tempat, sehingga aku lenyap, dan seperti pohon harapanku dicabut-Nya." (Ayub 19:8-10). Berbeda dengan orang yang kualitas imannya teruji, yang di tengah krisis melanda ia mampu berkata, "Bangkitlah, ya TUHAN, di dalam kuasa-Mu! Kami mau menyanyikan dan memazmurkan keperkasaan-Mu." (Mazmur 21:14).
Kualitas iman seseorang akan teruji kualitasnya saat krisis atau masalah datang!
Thursday, June 27, 2019
MELAYANI DAN KESAKSIAN HIDUP
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Juni 2019
Baca: 1 Timotius 3:8-13
"Karena mereka yang melayani dengan baik beroleh kedudukan yang baik sehingga dalam iman kepada Kristus Yesus mereka dapat bersaksi dengan leluasa." 1 Timotius 3:13
Setiap orang yang ingin melayani Tuhan wajib hidup sesuai firman Tuhan. Bila pelayan Tuhan hidupnya tak sesuai dengan kehendak Tuhan, mereka bukan hanya tak memuliakan Tuhan, tapi hidupnya juga menjadi batu sandungan bagi orang lain. Bila kita berkomitmen menyerahkan hidup bagi kemuliaan Tuhan, kita pun harus berani membereskan semua hal yang tak berkenan kepada Tuhan! Jangan menunggu perkara-perkara negatif berakar kuat dalam diri Saudara. "Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia." (2 Timotius 2:21).
Janganlah mengeraskan hati, pekalah terhadap suara Roh Kudus! "Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus..." (Kolose 3:3). Jadi "...hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu..." (Kolose 2:6-7). Alkitab menegaskan: "Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa." (Kolose 1:13-14). Jika kita telah dilepaskan dari kuasa kegelapan, tak selayaknya hidup kita sembrono dengan tetap tinggal di dalam kegelapan itu.
Menanggalkan segala hal yang disukai bukanlah perkara gampang dan mungkin menyakitkan, tapi bila kasih kita kepada Kristus sangat besar, maka 'penderitaan' yang kita alami akibat melepaskan kesenangan daging takkan menjadi rintangan untuk maju bersama Dia. Belajarlah dari rasul Paulus dengan kesaksian hidupnya yang luar biasa. Berbagai penderitaan telah dialaminya, namun tak setapak pun ia mundur dari pelayanan. Ia juga mampu mengalahkan segala keinginan daging demi Kristus yang dilayaninya. Ini menunjukkan bahwa Paulus tidak hanya pandai berbicara, tapi hidupnya benar-benar nyata menjadi kesaksian bagi banyak orang.
Tanpa kesaksian hidup, pelayanan kita tak lebih dari sekedar kegiatan rohani!
Baca: 1 Timotius 3:8-13
"Karena mereka yang melayani dengan baik beroleh kedudukan yang baik sehingga dalam iman kepada Kristus Yesus mereka dapat bersaksi dengan leluasa." 1 Timotius 3:13
Setiap orang yang ingin melayani Tuhan wajib hidup sesuai firman Tuhan. Bila pelayan Tuhan hidupnya tak sesuai dengan kehendak Tuhan, mereka bukan hanya tak memuliakan Tuhan, tapi hidupnya juga menjadi batu sandungan bagi orang lain. Bila kita berkomitmen menyerahkan hidup bagi kemuliaan Tuhan, kita pun harus berani membereskan semua hal yang tak berkenan kepada Tuhan! Jangan menunggu perkara-perkara negatif berakar kuat dalam diri Saudara. "Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia." (2 Timotius 2:21).
Janganlah mengeraskan hati, pekalah terhadap suara Roh Kudus! "Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus..." (Kolose 3:3). Jadi "...hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu..." (Kolose 2:6-7). Alkitab menegaskan: "Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa." (Kolose 1:13-14). Jika kita telah dilepaskan dari kuasa kegelapan, tak selayaknya hidup kita sembrono dengan tetap tinggal di dalam kegelapan itu.
Menanggalkan segala hal yang disukai bukanlah perkara gampang dan mungkin menyakitkan, tapi bila kasih kita kepada Kristus sangat besar, maka 'penderitaan' yang kita alami akibat melepaskan kesenangan daging takkan menjadi rintangan untuk maju bersama Dia. Belajarlah dari rasul Paulus dengan kesaksian hidupnya yang luar biasa. Berbagai penderitaan telah dialaminya, namun tak setapak pun ia mundur dari pelayanan. Ia juga mampu mengalahkan segala keinginan daging demi Kristus yang dilayaninya. Ini menunjukkan bahwa Paulus tidak hanya pandai berbicara, tapi hidupnya benar-benar nyata menjadi kesaksian bagi banyak orang.
Tanpa kesaksian hidup, pelayanan kita tak lebih dari sekedar kegiatan rohani!
Wednesday, June 26, 2019
ADA SEPASANG MATA MELIHAT
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Juni 2019
Baca: Amsal 15:1-33
"Mata TUHAN ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik." Amsal 15:3
Seringkali banyak orang berkamuflase menghiasi hidupnya dengan berbagai bentuk kemunafikan. Mereka sedemikian rupa menutup rapat-rapat 'kebusukan' hidupnya dengan penampilan luarnya: tutur kata halus, sikap ramah dan tindak tanduk yang tampak rohani, padahal kehidupan yang dijalani sesungguhnya adalah suatu kehidupan gelap yang penuh liku-liku. Mereka menyembunyikan 'belang'nya di hadapan manusia dengan berbagai trik, namun mereka tak menyadari bahwa ada sepasang mata yang tak berkedip mengawasi setiap gerak-gerik hidupnya tanpa ada yang terlewatkan. "Mata TUHAN ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik." (ayat nas).
Orang-orang seperti ini tak pernah menyesal atau merasa berdosa, bahkan mereka menganggap bahwa Tuhan tak melihat segala yang diperbuatnya. Mereka tetap tenang seolah-olah tak terjadi apa-apa dan tak pernah berbuat dosa. Apalah artinya nampak aktif ke gereja bila hidup kita tak berubah, dan dosa tetap saja kita lakukan dengan sembunyi-sembunyi? Itu sia-sia belaka. Alkitab menegaskan: "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 7:21). Kerajaan Sorga hanya disediakan bagi orang-orang yang taat melakukan kehendak Tuhan. Hendaknya kita berhati-hati dalam segala hal, sebab mata Tuhan ada di segala tempat.
Walaupun tidak ada pastur, pendeta, pemimpin rohani atau orang lain yang tahu, kita harus menjaga hidup agar tetap berkenan kepada Tuhan. Jangan sampai kita memakai 'kedok' apa pun! Sadarlah dan ingatlah bahwa "...tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab." (Ibrani 4:13). Ada orang yang melakukan dosa, tapi begitu mendengar teguran mereka segera sadar dan minta ampun kepada Tuhan. Tetapi tidak sedikit orang, yang sekalipun sudah mendengar kebenaran firman Tuhan, tetap saja melakukan dosa dengan sembunyi.
"Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu." Ibrani 10:26
Baca: Amsal 15:1-33
"Mata TUHAN ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik." Amsal 15:3
Seringkali banyak orang berkamuflase menghiasi hidupnya dengan berbagai bentuk kemunafikan. Mereka sedemikian rupa menutup rapat-rapat 'kebusukan' hidupnya dengan penampilan luarnya: tutur kata halus, sikap ramah dan tindak tanduk yang tampak rohani, padahal kehidupan yang dijalani sesungguhnya adalah suatu kehidupan gelap yang penuh liku-liku. Mereka menyembunyikan 'belang'nya di hadapan manusia dengan berbagai trik, namun mereka tak menyadari bahwa ada sepasang mata yang tak berkedip mengawasi setiap gerak-gerik hidupnya tanpa ada yang terlewatkan. "Mata TUHAN ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik." (ayat nas).
Orang-orang seperti ini tak pernah menyesal atau merasa berdosa, bahkan mereka menganggap bahwa Tuhan tak melihat segala yang diperbuatnya. Mereka tetap tenang seolah-olah tak terjadi apa-apa dan tak pernah berbuat dosa. Apalah artinya nampak aktif ke gereja bila hidup kita tak berubah, dan dosa tetap saja kita lakukan dengan sembunyi-sembunyi? Itu sia-sia belaka. Alkitab menegaskan: "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 7:21). Kerajaan Sorga hanya disediakan bagi orang-orang yang taat melakukan kehendak Tuhan. Hendaknya kita berhati-hati dalam segala hal, sebab mata Tuhan ada di segala tempat.
Walaupun tidak ada pastur, pendeta, pemimpin rohani atau orang lain yang tahu, kita harus menjaga hidup agar tetap berkenan kepada Tuhan. Jangan sampai kita memakai 'kedok' apa pun! Sadarlah dan ingatlah bahwa "...tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab." (Ibrani 4:13). Ada orang yang melakukan dosa, tapi begitu mendengar teguran mereka segera sadar dan minta ampun kepada Tuhan. Tetapi tidak sedikit orang, yang sekalipun sudah mendengar kebenaran firman Tuhan, tetap saja melakukan dosa dengan sembunyi.
"Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu." Ibrani 10:26
Tuesday, June 25, 2019
PELANGGARAN MENDATANGKAN MURKA TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Juni 2019
Baca: Yeremia 29:17-23
"Beginilah firman TUHAN semesta alam: Sesungguhnya, Aku akan mengirim pedang, kelaparan dan penyakit sampar ke antara mereka, dan Aku akan membuat mereka seperti buah ara yang busuk dan demikian jeleknya, sehingga tidak dapat dimakan." Yeremia 29:17
Di pemandangan mata Tuhan tidak ada yang namanya 'dosa besar atau dosa kecil', dosa tetaplah dosa, dan Tuhan sangat membenci dosa. Akibat dari dosa sangatlah jelas yaitu hukuman. Tuhan berkali-kali memperingatkan umat-Nya agar tidak berbuat dosa atau melanggar apa yang difirmankan-Nya, tapi pada kenyataannya sejak dari zaman dahulu hingga detik hari ini masih saja ada orang yang menganggap remeh peringatan Tuhan ini dan tetap saja hidup dalam ketidaktaatan. Padahal jelas sekali dinyatakan: "...setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal," (Ibrani 2:2).
Banyak orang seringkali mengabaikan pelanggaran-pelanggaran kecil atau menganggap sepele hal-hal kecil, padahal ada dampak yang besar dari setiap pelanggaran. Contoh: Akhan mencuri barang rampasan yang diangkut dari Yerikho, padahal ia tahu Tuhan berfirman bahwa barang rampasan dari kota itu tidak boleh disentuh atau dimiliki oleh siapa pun, jika ada yang melanggar pasti akan dihukum mati. Meski sudah diperingatkan dengan keras Akhan tetap saja mengingini barang jarahan tersebut, timbul sifat serakah sehingga ia berani ambil resiko mencuri jarahan itu. Mungkin Akhan berpikir tidak ada seorang pun tahu apa yang telah diperbuatnya, sehingga ia akan dapat menikmati hasil curiannya dengan bebas. Ia pun tidak akan mengira bahwa akibat dari perbuatannya itu seluruh bangsa Israel ikut menanggung akibatnya, yaitu kalah dari bangsa Ai, yang notabene adalah bangsa yang jauh lebih lemah dari bangsa Israel. Akhirnya Akhan dan keluarganya harus mengalami penghukuman di lembah Akhor (Yosua 7:24-25).
Yang menimpa Akhan dan keluarganya ini menjadi pelajaran dan peringatan buat kita agar tidak main-main dengan dosa. Pelanggaran terhadap firman Tuhan ternyata bukan hanya akan membuat pelakunya menderita, tapi seluruh keluarganya akan turut menanggung akibatnya.
Jangan sesat! Tuhan tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya (Galatia 6:7).
Baca: Yeremia 29:17-23
"Beginilah firman TUHAN semesta alam: Sesungguhnya, Aku akan mengirim pedang, kelaparan dan penyakit sampar ke antara mereka, dan Aku akan membuat mereka seperti buah ara yang busuk dan demikian jeleknya, sehingga tidak dapat dimakan." Yeremia 29:17
Di pemandangan mata Tuhan tidak ada yang namanya 'dosa besar atau dosa kecil', dosa tetaplah dosa, dan Tuhan sangat membenci dosa. Akibat dari dosa sangatlah jelas yaitu hukuman. Tuhan berkali-kali memperingatkan umat-Nya agar tidak berbuat dosa atau melanggar apa yang difirmankan-Nya, tapi pada kenyataannya sejak dari zaman dahulu hingga detik hari ini masih saja ada orang yang menganggap remeh peringatan Tuhan ini dan tetap saja hidup dalam ketidaktaatan. Padahal jelas sekali dinyatakan: "...setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal," (Ibrani 2:2).
Banyak orang seringkali mengabaikan pelanggaran-pelanggaran kecil atau menganggap sepele hal-hal kecil, padahal ada dampak yang besar dari setiap pelanggaran. Contoh: Akhan mencuri barang rampasan yang diangkut dari Yerikho, padahal ia tahu Tuhan berfirman bahwa barang rampasan dari kota itu tidak boleh disentuh atau dimiliki oleh siapa pun, jika ada yang melanggar pasti akan dihukum mati. Meski sudah diperingatkan dengan keras Akhan tetap saja mengingini barang jarahan tersebut, timbul sifat serakah sehingga ia berani ambil resiko mencuri jarahan itu. Mungkin Akhan berpikir tidak ada seorang pun tahu apa yang telah diperbuatnya, sehingga ia akan dapat menikmati hasil curiannya dengan bebas. Ia pun tidak akan mengira bahwa akibat dari perbuatannya itu seluruh bangsa Israel ikut menanggung akibatnya, yaitu kalah dari bangsa Ai, yang notabene adalah bangsa yang jauh lebih lemah dari bangsa Israel. Akhirnya Akhan dan keluarganya harus mengalami penghukuman di lembah Akhor (Yosua 7:24-25).
Yang menimpa Akhan dan keluarganya ini menjadi pelajaran dan peringatan buat kita agar tidak main-main dengan dosa. Pelanggaran terhadap firman Tuhan ternyata bukan hanya akan membuat pelakunya menderita, tapi seluruh keluarganya akan turut menanggung akibatnya.
Jangan sesat! Tuhan tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya (Galatia 6:7).
Monday, June 24, 2019
GAMPANG MENGHAKIMI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Juni 2019
Baca: Yohanes 8:1-11
"Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Yohanes 8:7
Pada suatu ketika ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mendapati ada seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Lalu mereka membawa perempuan itu kepada Kristus dengan maksud mencari celah untuk menyalahkan Dia. Mereka mendesak Kristus untuk memberikan komentar. Berkatalah Kristus kepada mereka, "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." (ayat nas). Bagaimana reaksi ahli Taurat dan orang Farisi? "...setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya." (Yohanes 8:9). Ternyata tak seorang pun dari mereka yang berani melempari perempuan berdosa itu dengan batu. Akhirnya mereka pun mengundurkan diri satu persatu.
Sampai sekarang ini masih banyak sekali orang Kristen yang berlaku seperti ahli Taurat dan orang Farisi, yang bertindak sok benar dan merasa diri lebih rohani dan suci. Mereka gampang sekali menghakimi orang lain, gampang sekali melihat kesalahan saudara seiman, dan jeli sekali mengorek-orek kelemahan atau kekurangan dari hamba-hamba Tuhan yang melayani. Terlihat sedikit saja kesalahan atau kelemahan saudara seiman atau hamba-hamba Tuhan, mereka langsung menjadikan hal itu sebagai bahan gosip, "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?" (Matius 7:3). Adakah di antara kita yang tak mempunyai kesalahan atau cacat cela sedikit pun?
Tak selayaknya kita menghakimi orang lain! Terlebih-lebih bila penghakiman itu kita tujukan kepada hamba-hamba Tuhan, orang-orang yang dipilih dan dipercaya Tuhan untuk sebuah pelayanan. Itu bukan urusan kita! Biarlah Tuhan sendiri yang berperkara dengan dia. "Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri." (Roma 14:4).
"Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain." Galatia 6:4
Baca: Yohanes 8:1-11
"Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Yohanes 8:7
Pada suatu ketika ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mendapati ada seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Lalu mereka membawa perempuan itu kepada Kristus dengan maksud mencari celah untuk menyalahkan Dia. Mereka mendesak Kristus untuk memberikan komentar. Berkatalah Kristus kepada mereka, "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." (ayat nas). Bagaimana reaksi ahli Taurat dan orang Farisi? "...setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya." (Yohanes 8:9). Ternyata tak seorang pun dari mereka yang berani melempari perempuan berdosa itu dengan batu. Akhirnya mereka pun mengundurkan diri satu persatu.
Sampai sekarang ini masih banyak sekali orang Kristen yang berlaku seperti ahli Taurat dan orang Farisi, yang bertindak sok benar dan merasa diri lebih rohani dan suci. Mereka gampang sekali menghakimi orang lain, gampang sekali melihat kesalahan saudara seiman, dan jeli sekali mengorek-orek kelemahan atau kekurangan dari hamba-hamba Tuhan yang melayani. Terlihat sedikit saja kesalahan atau kelemahan saudara seiman atau hamba-hamba Tuhan, mereka langsung menjadikan hal itu sebagai bahan gosip, "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?" (Matius 7:3). Adakah di antara kita yang tak mempunyai kesalahan atau cacat cela sedikit pun?
Tak selayaknya kita menghakimi orang lain! Terlebih-lebih bila penghakiman itu kita tujukan kepada hamba-hamba Tuhan, orang-orang yang dipilih dan dipercaya Tuhan untuk sebuah pelayanan. Itu bukan urusan kita! Biarlah Tuhan sendiri yang berperkara dengan dia. "Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri." (Roma 14:4).
"Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain." Galatia 6:4
Sunday, June 23, 2019
BANYAK ORANG MENJADI MURTAD
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Juni 2019
Baca: Lukas 8:4-15
"Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad." Lukas 8:13
Orang murtad adalah orang yang sudah mendengar kebenaran firman Tuhan, bahkan sudah percaya, namun tak dapat bertahan lama. Ketika berada dalam masalah dan pencobaan mereka meninggalkan Tuhan, karena firman yang didengarnya tak berakar kuat di dalam hatinya. Begitu masalah sedikit saja datang hilanglah iman percayanya kepada Tuhan. Kemudian mereka mencari-cari jalan bagaimana caranya agar dapat menyalahkan Tuhan dan menghujat nama-Nya. "Mereka meninggalkan TUHAN, menista Yang Mahakudus, Allah Israel, dan berpaling membelakangi Dia." (Yesaya 1:4b).
Orang-orang yang murtad tidak segan-segan menista dan mengejek Tuhan. Ketika terjadi musibah atau bencana, mereka dengan berani berkata, "Kalau Tuhan itu ada, mengapa Dia tidak menolong dan mencegahnya?" Bukankah ini perkataan yang kurang ajar terhadap Tuhan? Orang yang telah meninggalkan Tuhan, tak lagi setia kepada Tuhan dan tak lagi percaya kepada firman Tuhan hatinya kosong karena Roh Kudus tak lagi tinggal di situ, sehingga roh jahat akan segera kembali menguasainya. "Apabila roh jahat keluar dari manusia, iapun mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian. Tetapi ia tidak mendapatnya. Lalu ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu kosong, bersih tersapu dan rapih teratur. Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula. Demikian juga akan berlaku atas angkatan yang jahat ini." (Matius 12:43-45).
Alkitab sudah menyatakan bahwa di masa-masa akhir "...banyak orang akan murtad..." (Matius 24:10), "Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka," (2 Tesalonika 2:3).
"Di jalan kebenaran terdapat hidup, tetapi jalan kemurtadan menuju maut." Amsal 12:28
Baca: Lukas 8:4-15
"Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad." Lukas 8:13
Orang murtad adalah orang yang sudah mendengar kebenaran firman Tuhan, bahkan sudah percaya, namun tak dapat bertahan lama. Ketika berada dalam masalah dan pencobaan mereka meninggalkan Tuhan, karena firman yang didengarnya tak berakar kuat di dalam hatinya. Begitu masalah sedikit saja datang hilanglah iman percayanya kepada Tuhan. Kemudian mereka mencari-cari jalan bagaimana caranya agar dapat menyalahkan Tuhan dan menghujat nama-Nya. "Mereka meninggalkan TUHAN, menista Yang Mahakudus, Allah Israel, dan berpaling membelakangi Dia." (Yesaya 1:4b).
Orang-orang yang murtad tidak segan-segan menista dan mengejek Tuhan. Ketika terjadi musibah atau bencana, mereka dengan berani berkata, "Kalau Tuhan itu ada, mengapa Dia tidak menolong dan mencegahnya?" Bukankah ini perkataan yang kurang ajar terhadap Tuhan? Orang yang telah meninggalkan Tuhan, tak lagi setia kepada Tuhan dan tak lagi percaya kepada firman Tuhan hatinya kosong karena Roh Kudus tak lagi tinggal di situ, sehingga roh jahat akan segera kembali menguasainya. "Apabila roh jahat keluar dari manusia, iapun mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian. Tetapi ia tidak mendapatnya. Lalu ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu kosong, bersih tersapu dan rapih teratur. Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula. Demikian juga akan berlaku atas angkatan yang jahat ini." (Matius 12:43-45).
Alkitab sudah menyatakan bahwa di masa-masa akhir "...banyak orang akan murtad..." (Matius 24:10), "Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka," (2 Tesalonika 2:3).
"Di jalan kebenaran terdapat hidup, tetapi jalan kemurtadan menuju maut." Amsal 12:28
Saturday, June 22, 2019
TAKUT KARENA DIKEJAR DOSA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Juni 2019
Baca: Amsal 28:1-28
"Orang fasik lari, walaupun tidak ada yang mengejarnya, tetapi orang benar merasa aman seperti singa muda." Amsal 28:1
Seseorang yang berlaku fasik, sampai kapan pun, pasti tidak pernah tenang dalam menjalani hidupnya. (Orang fasik adalah orang yang tidak takut akan Tuhan, hidup dalam kejahatan, atau hidup menyimpang dari jalan Tuhan.) Mengapa? Karena ia terus dihantui oleh rasa bersalah dan selalu dijejar-kejar oleh rasa takut. Hati yang menyimpan dosa pasti merasa tidak tenang dan gelisah, tidur pun tak nyenyak. Rasa takut, tidak tenang dan gelisah disebabkan dosa-dosa yang telah diperbuatnya. "Orang tidak akan tetap tegak karena kefasikan," (Amsal 12:3). Sebaliknya, orang yang berlaku hidup benar di hadapan Tuhan dan manusia selalu merasa aman dan tak ada rasa cemas sedikit pun. "Orang benar diselamatkan dari kesukaran, lalu orang fasik menggantikannya." (Amsal 11:8).
Tentang orang yang melawan hukum Tuhan, tidak taat, atau berlaku fasik, Tuhan berkata, "...Aku akan mendatangkan kecemasan ke dalam hati mereka di dalam negeri-negeri musuh mereka, sehingga bunyi daun yang ditiupkan anginpun akan mengejar mereka, dan mereka akan lari seperti orang lari menjauhi pedang, dan mereka akan rebah, sungguhpun tidak ada orang yang mengejar. Dan mereka akan jatuh tersandung seorang kepada seorang seolah-olah hendak menjauhi pedang, sungguhpun yang mengejar tidak ada, dan kamu tidak akan dapat bertahan di hadapan musuh-musuhmu." (Imamat 26:36-37). Apakah hari-hari Saudara dipenuhi dengan kecemasan atau ketakutan? Kadang-kadang dosa yang tak kita sadari pun dapat menyebabkan hati merasa cemas dan takut. Perlu sekali kita datang kepada Tuhan dan mengundang Roh Kudus untuk menyelidiki dan membereskan hati kita.
Jika kita telah membereskan dosa-dosa yang tersembunyi, damai sejahtera Tuhan akan kembali kita rasakan. Tuhan selalu bersedia memberi pengampunan apabila kita memohon ampun kepada-Nya. "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9). Rasa takut juga menunjukkan adanya hubungan yang tak lagi harmonis dengan Tuhan, karena kita telah meninggalkan persekutuan dengan Tuhan.
Selama dosa belum beres, damai sejahtera Tuhan akan jauh dari hati kita!
Baca: Amsal 28:1-28
"Orang fasik lari, walaupun tidak ada yang mengejarnya, tetapi orang benar merasa aman seperti singa muda." Amsal 28:1
Seseorang yang berlaku fasik, sampai kapan pun, pasti tidak pernah tenang dalam menjalani hidupnya. (Orang fasik adalah orang yang tidak takut akan Tuhan, hidup dalam kejahatan, atau hidup menyimpang dari jalan Tuhan.) Mengapa? Karena ia terus dihantui oleh rasa bersalah dan selalu dijejar-kejar oleh rasa takut. Hati yang menyimpan dosa pasti merasa tidak tenang dan gelisah, tidur pun tak nyenyak. Rasa takut, tidak tenang dan gelisah disebabkan dosa-dosa yang telah diperbuatnya. "Orang tidak akan tetap tegak karena kefasikan," (Amsal 12:3). Sebaliknya, orang yang berlaku hidup benar di hadapan Tuhan dan manusia selalu merasa aman dan tak ada rasa cemas sedikit pun. "Orang benar diselamatkan dari kesukaran, lalu orang fasik menggantikannya." (Amsal 11:8).
Tentang orang yang melawan hukum Tuhan, tidak taat, atau berlaku fasik, Tuhan berkata, "...Aku akan mendatangkan kecemasan ke dalam hati mereka di dalam negeri-negeri musuh mereka, sehingga bunyi daun yang ditiupkan anginpun akan mengejar mereka, dan mereka akan lari seperti orang lari menjauhi pedang, dan mereka akan rebah, sungguhpun tidak ada orang yang mengejar. Dan mereka akan jatuh tersandung seorang kepada seorang seolah-olah hendak menjauhi pedang, sungguhpun yang mengejar tidak ada, dan kamu tidak akan dapat bertahan di hadapan musuh-musuhmu." (Imamat 26:36-37). Apakah hari-hari Saudara dipenuhi dengan kecemasan atau ketakutan? Kadang-kadang dosa yang tak kita sadari pun dapat menyebabkan hati merasa cemas dan takut. Perlu sekali kita datang kepada Tuhan dan mengundang Roh Kudus untuk menyelidiki dan membereskan hati kita.
Jika kita telah membereskan dosa-dosa yang tersembunyi, damai sejahtera Tuhan akan kembali kita rasakan. Tuhan selalu bersedia memberi pengampunan apabila kita memohon ampun kepada-Nya. "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9). Rasa takut juga menunjukkan adanya hubungan yang tak lagi harmonis dengan Tuhan, karena kita telah meninggalkan persekutuan dengan Tuhan.
Selama dosa belum beres, damai sejahtera Tuhan akan jauh dari hati kita!
Friday, June 21, 2019
BUKAN DARI DUNIA INI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Juni 2019
Baca: Yohanes 17:1-19
"Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia." Yohanes 17:16
Firman Tuhan memperingatkan orang percaya agar memiliki kehidupan yang 'berbeda' dengan dunia ini. "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini," (Roma 12:2). Mengapa? Karena kita bukan berasal dari dunia. Kita hidup di dunia ini dalam tubuh jasmani, namun manusia rohani kita bukanlah dari dunia ini. "Kamu berasal dari Allah, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia." (1 Yohanes 4:4).
Namun banyak di antara orang percaya yang memiliki cara hidup yang setali tiga uang dengan orang-orang dunia. Mereka berpikir seperti orang dunia berpikir, mereka berkata-kata seperti orang dunia berkata, dan perbuatan mereka seperti orang-orang dunia. Mereka telah terjebak dunia dan terperangkap oleh tipu muslihat Iblis sehingga mereka enggan untuk 'keluar' dan 'melepaskan diri' dari ikatan-ikatan dunia ini. Firman Tuhan dengan tegas memberikan perintah: "Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan," (2 Korintus 6:17), tapi kita malah semakin karib membangun persahabatan dengan dunia. "Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah." (Yakobus 4:4).
Dalam menghadapi masalah hidup ini kita pun seringkali membicarakan hal-hal yang negatif dengan membesar-besarkan ketidakmampuan, kemustahilan, kelemahan dan ketidakberdayaan kita. Kita lupa bahwa Tuhan memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban (2 Timotius 1:7), dan bahwa "...Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia." (1 Yohanes 4:4). Kita diberi kuasa dari atas, dari tempat yang mahatinggi, tempat di mana Tuhan berada. Kuasa itulah yang memberi jaminan kemenangan bagi kita! Tertulis: "Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu." (Lukas 10:19).
Selama kita memiliki kehidupan yang sama dengan dunia artinya kita telah kehilangan identitas diri kita sebagai orang-orang yang bukan dari dunia!
Baca: Yohanes 17:1-19
"Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia." Yohanes 17:16
Firman Tuhan memperingatkan orang percaya agar memiliki kehidupan yang 'berbeda' dengan dunia ini. "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini," (Roma 12:2). Mengapa? Karena kita bukan berasal dari dunia. Kita hidup di dunia ini dalam tubuh jasmani, namun manusia rohani kita bukanlah dari dunia ini. "Kamu berasal dari Allah, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia." (1 Yohanes 4:4).
Namun banyak di antara orang percaya yang memiliki cara hidup yang setali tiga uang dengan orang-orang dunia. Mereka berpikir seperti orang dunia berpikir, mereka berkata-kata seperti orang dunia berkata, dan perbuatan mereka seperti orang-orang dunia. Mereka telah terjebak dunia dan terperangkap oleh tipu muslihat Iblis sehingga mereka enggan untuk 'keluar' dan 'melepaskan diri' dari ikatan-ikatan dunia ini. Firman Tuhan dengan tegas memberikan perintah: "Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan," (2 Korintus 6:17), tapi kita malah semakin karib membangun persahabatan dengan dunia. "Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah." (Yakobus 4:4).
Dalam menghadapi masalah hidup ini kita pun seringkali membicarakan hal-hal yang negatif dengan membesar-besarkan ketidakmampuan, kemustahilan, kelemahan dan ketidakberdayaan kita. Kita lupa bahwa Tuhan memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban (2 Timotius 1:7), dan bahwa "...Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia." (1 Yohanes 4:4). Kita diberi kuasa dari atas, dari tempat yang mahatinggi, tempat di mana Tuhan berada. Kuasa itulah yang memberi jaminan kemenangan bagi kita! Tertulis: "Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu." (Lukas 10:19).
Selama kita memiliki kehidupan yang sama dengan dunia artinya kita telah kehilangan identitas diri kita sebagai orang-orang yang bukan dari dunia!
Thursday, June 20, 2019
TUHAN TELAH MEMILIH KITA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Juni 2019
Baca: Yesaya 61:1-11
"Tetapi kamu akan disebut imam TUHAN dan akan dinamai pelayan Allah kita." Yesaya 61:6a
Kesempurnaan seseorang dalam pengetahuan tentang Alkitab atau ilmu theologia bukan suatu jaminan untuk masuk dalam panggilan Ilahi, sebab Tuhan tidak melihat seberapa hebat dan pintarnya seseorang, tapi Dia mau berurusan dengan hati orang. "...manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (1 Samuel 16:7). Tuhan mencari hati orang yang bersedia dan rela untuk masuk dalam rencana-Nya di akhir zaman, yaitu menegakkan kerajaan-Nya di muka bumi ini.
Sekalipun seseorang menghabiskan banyak waktu untuk mempelajari Alkitab, bila tanpa tujuan untuk mencari kehendak-Nya, maka sia-sialah semua, sebab firman itu akhirnya hanya merupakan ilmu pengetahuan saja baginya. Mereka akan terus menanti dan menanti panggilan Tuhan, namun mereka belum sadar bahwa sesungguhnya ia telah dipanggil Tuhan. Tuhan sendiri telah mengatakan-Nya dan itu sudah cukup sebagai dasar pegangan yang kokoh; "...kamu akan disebut imam TUHAN dan akan dinamai pelayan Allah kita..." (ayat nas). Sudah tiba saatnya kita masuk dalam panggilan Tuhan, "...untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara," (Yesaya 61:6b).
Seperti telah dikatakan karena kita disebut imam Tuhan dan dinamai pelayan Tuhan, maka kita sudah ditandai dengan benang 'kirmizi', jadi kita tak dapat lari dari tujuan Ilahi ini. Dalam Alkitab dinyatakan bahwa ada tiga warna benang yang harus dipintal menjadi satu untuk membuat tirai pemisah antara tempat kudus dan tempat Mahakudus. "Haruslah kaubuat tabir dari kain ungu tua, dan kain ungu muda, kain kirmizi dan lenan halus yang dipintal benangnya; haruslah dibuat dengan ada kerubnya, buatan ahli tenun." (Keluaran 26:31). Warna 'biru' berbicara tentang sifat kenabian Kristus, warna sorgawi; warna 'ungu' berbicara tentang segala sesuatu yang bersifat kerajaan; dan 'kirmizi' (merah) menyatakan tentang pelayanan imam Tuhan.
Kita yang dahulu bukan umat Tuhan, sekarang telah dipilih untuk menjadi umat pilihan-Nya karena darah Kristus!
Baca: Yesaya 61:1-11
"Tetapi kamu akan disebut imam TUHAN dan akan dinamai pelayan Allah kita." Yesaya 61:6a
Kesempurnaan seseorang dalam pengetahuan tentang Alkitab atau ilmu theologia bukan suatu jaminan untuk masuk dalam panggilan Ilahi, sebab Tuhan tidak melihat seberapa hebat dan pintarnya seseorang, tapi Dia mau berurusan dengan hati orang. "...manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (1 Samuel 16:7). Tuhan mencari hati orang yang bersedia dan rela untuk masuk dalam rencana-Nya di akhir zaman, yaitu menegakkan kerajaan-Nya di muka bumi ini.
Sekalipun seseorang menghabiskan banyak waktu untuk mempelajari Alkitab, bila tanpa tujuan untuk mencari kehendak-Nya, maka sia-sialah semua, sebab firman itu akhirnya hanya merupakan ilmu pengetahuan saja baginya. Mereka akan terus menanti dan menanti panggilan Tuhan, namun mereka belum sadar bahwa sesungguhnya ia telah dipanggil Tuhan. Tuhan sendiri telah mengatakan-Nya dan itu sudah cukup sebagai dasar pegangan yang kokoh; "...kamu akan disebut imam TUHAN dan akan dinamai pelayan Allah kita..." (ayat nas). Sudah tiba saatnya kita masuk dalam panggilan Tuhan, "...untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara," (Yesaya 61:6b).
Seperti telah dikatakan karena kita disebut imam Tuhan dan dinamai pelayan Tuhan, maka kita sudah ditandai dengan benang 'kirmizi', jadi kita tak dapat lari dari tujuan Ilahi ini. Dalam Alkitab dinyatakan bahwa ada tiga warna benang yang harus dipintal menjadi satu untuk membuat tirai pemisah antara tempat kudus dan tempat Mahakudus. "Haruslah kaubuat tabir dari kain ungu tua, dan kain ungu muda, kain kirmizi dan lenan halus yang dipintal benangnya; haruslah dibuat dengan ada kerubnya, buatan ahli tenun." (Keluaran 26:31). Warna 'biru' berbicara tentang sifat kenabian Kristus, warna sorgawi; warna 'ungu' berbicara tentang segala sesuatu yang bersifat kerajaan; dan 'kirmizi' (merah) menyatakan tentang pelayanan imam Tuhan.
Kita yang dahulu bukan umat Tuhan, sekarang telah dipilih untuk menjadi umat pilihan-Nya karena darah Kristus!
Subscribe to:
Posts (Atom)