- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Agustus 2009 -
Baca: Mazmur 139:1-12
"maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang." Mazmur 139:12
Bukan dari kata orang Daud mengenai kebesaran dan keperkasaan Allah Israel, tetapi dia mengalaminya sendiri. Pembelaan dan penyertaanNya begitu nyata di sepanjang perjalanan hidup Daud. Melewati masa-masa sukar, jalan-jalan yang gelap, bahkan di lembah kekelaman sekali pun Dia tak pernah melepaskan genggaman tanganNya untuk menuntun dan menopang Daud sehingga ia berkata, "Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya." (ayat 6). Sungguh tak terukur betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Allah kepada Daud.
Di Perjanjian Baru Allah menghamparkan jalan di depan kita agar kita dapat masuk dalam rencanaNya bersama Kristus. Namun untuk mencapai tujuan kita bersama Kristus kita harus tunduk dan mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada tuntunanNya langkah demi langkah setiap hari. Dalam mengikuti pimpinan Tuhan masa depan tak selalu tampak cerah, terkadang mendung menyelimuti perjalanan kita dan rencanaNya bagi kita tak akan membuat malam itu terang. Upah dari Kerjaan Allah tidak selalu diberikan keesokan hari, tetapi upah itu pasti datang! "Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh." (Habakuk 2:3). Ketaatan kepada Tuhan dan firmanNya selalu akan mendatangkan upah. Namun taat berjalan dengan Tuhan sering kita harus melalui lorong-long yang belum kita kenal dan sangat asing bagi kita, eteapi tidak bagi Tuhan, sebab "Ia tahu jalan hidupku;", kata Ayub (Ayub 23:10a), dan kegelapan sepekat apa pun tidak menggelapkan Tuhan!
Kita tidak tahu apa yang akan terjadi hari esok, tapi Dia tahu benar! Dia mempunyai suatu rencana yang indah bagi kita sehingga Dia tahu bagaimanan mengatur langkah dan memimpin langkah kita agar rencanaNya terpenuhi. Jadi kita tidak menghadapi masa depan itu sendirian, melainkan bersama Yesus, Gembala yang baik, yang ada di sisi kita dan selalu menuntun kita.
Jangan takut dan tawar hari hadapi esok karena Tuhan ada di pihak kita!
Showing posts with label Kasih. Show all posts
Showing posts with label Kasih. Show all posts
Wednesday, August 19, 2009
Wednesday, August 5, 2009
Mefiboset: Yang Dipulihkan
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Agustus 2009 -
Baca: 2 Samuel 9:1-13
"Janganlah takut, sebab aku pasti akan menunjukkan kasihku kepadamu oleh karena Yonatan, ayahmu; aku akan mengembalikan kepadamu segala ladang Saul, nenekmu, dan engkau akan tetap makan sehidangan dengan aku." 2 Samuel 9:7
Ketika Daud menjadi raja Israel menggantikan Saul, ia teringat keluarga Yonatan, sahabatnya, dan juga perjanjian dengannya semasa ia masih hidup seperti dikatakan Yonatan kala itu, "Jika aku masih hidup, bukankah engkau akan menunjukkan kepadaku kasih setia TUHAN? Tetapi jika aku sudah mati, janganlah engkau memutuskan kasih setiamu terhadap keturunanku sampai selamanya." (1 Samuel 20:14-15a). Itulah sebabnya ketika orang mengabarkan bahwa Mefiboset, salah satu keluarga Saul, masih hidup segera Daud mengundangnya ke istana. Setelah bertemu Daud "...sujudlah Mefiboset dan berkata: 'Apakah hambamu ini, sehingga engkau menghiraukan anjing mati seperti aku?' " (ayat 8 dari 2 Samuel 9). Mefiboset merasa tidak layak datang kepada Daud, bahkan ia manyamakan dirinya seperti anjing mati yang tidak berguna; ia sudah kehilangan jati dirinya karena sekian lama telah terbuang.
Apa yang dilakukan Daud terhadapnya seperti mimpi yang menjadi kenyataan, laksana hujan yang menghapus kegersangan hati. Citra diri Mefiboset yang negatif berubah karena uluran tangan kasih Daud. Perhatian Daud memberikan pengharapan baru, semangat hidupnya kembali timbul karena merasa dihargai; Daud telah membuatnya merasa diterima dan memberinya rasa aman yang lama ia rindukan. Daud berkata, "Aku hendak menunjukkan kepadanya kasih yang dari Allah." (ayat 3 dari 2 Samuel 9). Namun Daud menegaskan semuanya itu bukan karena kehebatan dan kebaikannya sendiri, melainkan karena tuntunan Tuhan semata. Ia telah terlebih dahulu mengalami pertolongan dan kebaikan Tuhan yang begitu melimpah supaya ia pun dapat menyalurkan kasih itu kepada Mefiboset.
Bila saat ini situasi kita sulit seperti Mefiboset, jangan pernah merasa hidup kita tidak berharga. Ingat, ada satu Pribadi yang sangat memperhatikan dan mengasihi kita. Di tanganNya ada pemulihan, masa depan, pengharapan pasti: Ia adalah Yesus!
PengorbananNya di kayu salib menjadi bukti Ia sangat mengasihi kita; Ialah yang sanggup menyembuhkan luka-luka batin kita.
Baca: 2 Samuel 9:1-13
"Janganlah takut, sebab aku pasti akan menunjukkan kasihku kepadamu oleh karena Yonatan, ayahmu; aku akan mengembalikan kepadamu segala ladang Saul, nenekmu, dan engkau akan tetap makan sehidangan dengan aku." 2 Samuel 9:7
Ketika Daud menjadi raja Israel menggantikan Saul, ia teringat keluarga Yonatan, sahabatnya, dan juga perjanjian dengannya semasa ia masih hidup seperti dikatakan Yonatan kala itu, "Jika aku masih hidup, bukankah engkau akan menunjukkan kepadaku kasih setia TUHAN? Tetapi jika aku sudah mati, janganlah engkau memutuskan kasih setiamu terhadap keturunanku sampai selamanya." (1 Samuel 20:14-15a). Itulah sebabnya ketika orang mengabarkan bahwa Mefiboset, salah satu keluarga Saul, masih hidup segera Daud mengundangnya ke istana. Setelah bertemu Daud "...sujudlah Mefiboset dan berkata: 'Apakah hambamu ini, sehingga engkau menghiraukan anjing mati seperti aku?' " (ayat 8 dari 2 Samuel 9). Mefiboset merasa tidak layak datang kepada Daud, bahkan ia manyamakan dirinya seperti anjing mati yang tidak berguna; ia sudah kehilangan jati dirinya karena sekian lama telah terbuang.
Apa yang dilakukan Daud terhadapnya seperti mimpi yang menjadi kenyataan, laksana hujan yang menghapus kegersangan hati. Citra diri Mefiboset yang negatif berubah karena uluran tangan kasih Daud. Perhatian Daud memberikan pengharapan baru, semangat hidupnya kembali timbul karena merasa dihargai; Daud telah membuatnya merasa diterima dan memberinya rasa aman yang lama ia rindukan. Daud berkata, "Aku hendak menunjukkan kepadanya kasih yang dari Allah." (ayat 3 dari 2 Samuel 9). Namun Daud menegaskan semuanya itu bukan karena kehebatan dan kebaikannya sendiri, melainkan karena tuntunan Tuhan semata. Ia telah terlebih dahulu mengalami pertolongan dan kebaikan Tuhan yang begitu melimpah supaya ia pun dapat menyalurkan kasih itu kepada Mefiboset.
Bila saat ini situasi kita sulit seperti Mefiboset, jangan pernah merasa hidup kita tidak berharga. Ingat, ada satu Pribadi yang sangat memperhatikan dan mengasihi kita. Di tanganNya ada pemulihan, masa depan, pengharapan pasti: Ia adalah Yesus!
PengorbananNya di kayu salib menjadi bukti Ia sangat mengasihi kita; Ialah yang sanggup menyembuhkan luka-luka batin kita.
Monday, August 3, 2009
Ketaatan Yesus
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Agustus 2009 -
Baca: Yohanes 5:24-40
"sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku." Yohanes 5:30
Sebagaimana dibahas dalam renungan beberapa waktu yang lalu, ketaatan kepada Kritus adalah satu-satunya jalan bagi murid-muridNya untuk belajar lebih banyak tentang kebenaran. Yesus tidak menghendaki muridNya mengikuti apa yang mereka anggap tidak benar, karena tidak seorang pun mau mengikut Kristus bila mereka sendiri tidak yakin akan kebenaranNya. Yesus berkata, "Ajaran-Ku tidak berasal dari diri-Ku sendiri, tetapi dari Dia yang telah mengutus Aku. Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri. Barangsiapa berkata-kata dari dirinya sendiri, ia mencari hormat bagi dirinya sendiri, tetapi barangsiapa mencari hormat bagi Dia yang mengutusnya, ia benar dan tidak ada ketidakbenaran padanya." (Yohanes 7:16-18).
Untuk membuktikan bahwa seseorang mengasihi Tuhan adalah melalui ketaatannya. Ajaran inilah yang ditekankan Yesus kepada murid-muridNya pada malam menjelang kematianNya saat mereka berkumpul bersamaNya. Yesus berkata, "Jikalau kami mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu." (Yohanes 14:15). Perihal ketaatan ini Yesus tidak hanya bicara tetapi telah meninggalkan satu teladan hidup. Ketaatan yang mutlak kepada kehendak Bapa adalah prinsip yang menguasai seluruh kehidupan Yesus. Dalam sifat kemanusiaanNya Yesus tidak pernah menentang kehendak Bapa sehingga hidupNya dipakai Bapa sepenuhnya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan Bapa. Salib merupakan puncak kemenangan dari ketaatan Yesus melakukan kehendak Bapa; ketaatan total tanpa kompromi, bahkan sampai pada kematianNya.
Sebagaimana Yesus dengan segenap hidupNya melakukan kehendak Bapa, demikian pula seharusnya kita hidup taat kepadaNya. Inilah syarat yang tidak bisa ditawar sedikit pun untuk menjadi muridNya, sekalipun ini berarti kita harus meninggalkan segala sesuatu yang kita cintai, karena tanpa ketaatan hidup kita tidak dikenan Tuhan.
"MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya." Yohanes 4:34
Baca: Yohanes 5:24-40
"sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku." Yohanes 5:30
Sebagaimana dibahas dalam renungan beberapa waktu yang lalu, ketaatan kepada Kritus adalah satu-satunya jalan bagi murid-muridNya untuk belajar lebih banyak tentang kebenaran. Yesus tidak menghendaki muridNya mengikuti apa yang mereka anggap tidak benar, karena tidak seorang pun mau mengikut Kristus bila mereka sendiri tidak yakin akan kebenaranNya. Yesus berkata, "Ajaran-Ku tidak berasal dari diri-Ku sendiri, tetapi dari Dia yang telah mengutus Aku. Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri. Barangsiapa berkata-kata dari dirinya sendiri, ia mencari hormat bagi dirinya sendiri, tetapi barangsiapa mencari hormat bagi Dia yang mengutusnya, ia benar dan tidak ada ketidakbenaran padanya." (Yohanes 7:16-18).
Untuk membuktikan bahwa seseorang mengasihi Tuhan adalah melalui ketaatannya. Ajaran inilah yang ditekankan Yesus kepada murid-muridNya pada malam menjelang kematianNya saat mereka berkumpul bersamaNya. Yesus berkata, "Jikalau kami mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu." (Yohanes 14:15). Perihal ketaatan ini Yesus tidak hanya bicara tetapi telah meninggalkan satu teladan hidup. Ketaatan yang mutlak kepada kehendak Bapa adalah prinsip yang menguasai seluruh kehidupan Yesus. Dalam sifat kemanusiaanNya Yesus tidak pernah menentang kehendak Bapa sehingga hidupNya dipakai Bapa sepenuhnya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan Bapa. Salib merupakan puncak kemenangan dari ketaatan Yesus melakukan kehendak Bapa; ketaatan total tanpa kompromi, bahkan sampai pada kematianNya.
Sebagaimana Yesus dengan segenap hidupNya melakukan kehendak Bapa, demikian pula seharusnya kita hidup taat kepadaNya. Inilah syarat yang tidak bisa ditawar sedikit pun untuk menjadi muridNya, sekalipun ini berarti kita harus meninggalkan segala sesuatu yang kita cintai, karena tanpa ketaatan hidup kita tidak dikenan Tuhan.
"MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya." Yohanes 4:34
Saturday, July 11, 2009
Gembala Yang Baik
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Juli 2009 -
Baca: Mazmur 23:1-6
"Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;" Mazmur 23:2
Setiap kali kita membaca mazmur Daud ini, setiap kali pula kita merasakan betapa besar kasih, perhatian dan kebaikan Tuhan dalam kehidupan anak-anakNya. Kita tahu, Daud sendiri sebelum menjadi raja adalah seorang gembala, sehingga melalui pengalaman pribadinya dia dapat berbicara banyak soal gembala. Daud berkata, "Tuhan adalah gembalaku," (ayat 1) yang ditujukan kepada Allah Israel. Pernyataannya ini ditegaskan kembali oleh Tuhan Yesus sendiri ketika Dia berada di bumi, "Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku" (Yohanes 10:14).
Dalam mazmurnya Daud tidak berbicara tentang dirinya sebagai gembala, tetapi sebagai 'domba' yang sangat bangga, sangat memuji dan mengandalkan 'gembalanya'. Daud dengan bangganya ingin menunjukkan bahwa Tuhan itu gembalanya dan pemimpinnya. Karena pernah memiliki pengalaman sebagai seorang gembala maka Daud dapat merasakan dan memahami betapa domba-domba sangat bergantung penuh kepada gembalanya. Hidup mati domba-domba sangat bergantung penuh kepada siapa dan seperti apa gembalanya. Dalam tangan gembala tertentu (upahan), domba-domba terkadang harus berjuang sendiri untuk mendapatkan makanan serta mempertahankan hidupnya dari serangan binatang buas karena gembala tersebut sama sekali tidak memperhatikan domba-dombanya (baca Yohanes 10:12-13). Sebaliknya, dalam pemeliharaan gembala yang baik domba-domba akan merasa aman dan terpuaskan karena senantiasa dijaga, dipelihara dan dituntun ke padang rumput dan juga air yang tenang. Maka Daud dapat berkata, "...takkan kekurangan aku." (ayat 1 dari Mazmur 23) karena ia berada di bawah pengawasan dan pemeliharaan seorang gembala yang baik.
Sebagai anak-anakNya kita patut bersyukur karena memiliki Gembala yang baik yaitu Yesus; Dia tidak pernah membiarkan dan meninggalkan kita sendirian, sehingga seperti yang dituturkan Daud, ia tidak takut akan marabahaya (baca Mazmur 23:4).
"Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;" (Yohanes 10:11b)
Baca: Mazmur 23:1-6
"Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;" Mazmur 23:2
Setiap kali kita membaca mazmur Daud ini, setiap kali pula kita merasakan betapa besar kasih, perhatian dan kebaikan Tuhan dalam kehidupan anak-anakNya. Kita tahu, Daud sendiri sebelum menjadi raja adalah seorang gembala, sehingga melalui pengalaman pribadinya dia dapat berbicara banyak soal gembala. Daud berkata, "Tuhan adalah gembalaku," (ayat 1) yang ditujukan kepada Allah Israel. Pernyataannya ini ditegaskan kembali oleh Tuhan Yesus sendiri ketika Dia berada di bumi, "Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku" (Yohanes 10:14).
Dalam mazmurnya Daud tidak berbicara tentang dirinya sebagai gembala, tetapi sebagai 'domba' yang sangat bangga, sangat memuji dan mengandalkan 'gembalanya'. Daud dengan bangganya ingin menunjukkan bahwa Tuhan itu gembalanya dan pemimpinnya. Karena pernah memiliki pengalaman sebagai seorang gembala maka Daud dapat merasakan dan memahami betapa domba-domba sangat bergantung penuh kepada gembalanya. Hidup mati domba-domba sangat bergantung penuh kepada siapa dan seperti apa gembalanya. Dalam tangan gembala tertentu (upahan), domba-domba terkadang harus berjuang sendiri untuk mendapatkan makanan serta mempertahankan hidupnya dari serangan binatang buas karena gembala tersebut sama sekali tidak memperhatikan domba-dombanya (baca Yohanes 10:12-13). Sebaliknya, dalam pemeliharaan gembala yang baik domba-domba akan merasa aman dan terpuaskan karena senantiasa dijaga, dipelihara dan dituntun ke padang rumput dan juga air yang tenang. Maka Daud dapat berkata, "...takkan kekurangan aku." (ayat 1 dari Mazmur 23) karena ia berada di bawah pengawasan dan pemeliharaan seorang gembala yang baik.
Sebagai anak-anakNya kita patut bersyukur karena memiliki Gembala yang baik yaitu Yesus; Dia tidak pernah membiarkan dan meninggalkan kita sendirian, sehingga seperti yang dituturkan Daud, ia tidak takut akan marabahaya (baca Mazmur 23:4).
"Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;" (Yohanes 10:11b)
Thursday, July 2, 2009
Kasih Sejati Disertai Perbuatan (2)
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Juli 2009 -
Baca: Matius 23:34-40
"Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." Matius 22:40
Siapakah yang harus kita kasihi?
1. Tuhan. FirmanNya dengan tegas mengatakan "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu." (ayat 37). Kita harus mengasihi Tuhan dengan segenap keberadaan kita; Ia harus menjadi prioritas Tuhan dengan segenap keberadaan kita; Ia harus menjadi prioritas lebih dari segala yang ada. Untuk membuktikan bahwa kita mengasihi Tuhan tidak cukup hanya beribadah setiap Minggu, hadir di persekutuan dan memberikan korban persembahan. Bukti utama kita mengasihi Tuhan adalah melakukan perintah-perintahNya dan hidup dalam ketaatan. "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu." (Yohanes 14:15). Mengasihi Tuhan berarti menjadi pelaku firman dan hidup dalam pertobatan. "Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran." (Hosea 6:6).
2. Sesama. Yesus berkata, "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (ayat 39 dari Matius 22). Bila kita menyebut diri orang Kristen, kita harus mengasihi saudara yang lain dengan tindakan nyata, "Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya? Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran." (1 Yohanes 3:17-18). Sering dijumpai orang Kristen bersikap cuek dan tidak peduli terhadap orang-orang sekitar yang hidup dalam kekurangan, bahkan sengaja menjaga jarak takut diganggu.
3. Musuh. Kita diperintahkan mengasihi musuh? Orang yang telah menyakiti dan melukai hati kita? Orang yang membuat kita menderita? Yang benar saja? Nah, itulah bedanya kekristenan dengan kepercayaan lain! "Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu" (Lukas 6:27-28). Dengan kekuatan sendiri kita tidak mampu melakukannya.
Berbicara tentang kasih tidaklah cukup, yang perlu adalah kasih dalam tindakan!
Wednesday, July 1, 2009
Kasih Sejati Disertai Perbuatan (1)
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Juli 2009 -
Baca: Yohanes 13:31-35
"Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." Yohanes 13-34
Begitu pentingkah kasih bagi orang percaya, sehingga tak henti-hentinya kita perlu dan selalu diingatkan perihal kasih ini? Yesus memberikan perintah agar kita saling mengasihi seperti Dia yang telah lebih dulu mengasihi kita. Namun banyak orang berkata, "Aku akan mengasihi kamu jika kamu mengasihiku." Itulah prinsip kasih dunia: pengorbanan yang bersyarat. Kasih semacam itu bukanlah kasih sejati: "Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosapun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun berbuat demikian." (Lukas 6:32-33).
Kasih pada hakekatnya adalah untuk diberikan. Kita tidak dapat mengasihi tanpa memberi atau berbuat sesuatu. Allah telah memberiktan bukti nyata bagaimana Dia mengasihi kita. "Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi." (1 Yohanes 4:10-11). Ini menunjukkan bukan kita yang mengasihi Allah, namun Allah yang telah mengasihi kita. Bukti lain bahwa Allah sangat mengasihi manusia ialah telah diciptakanNya terlebih dahulu dunia ini dan segala isinya: terang, gelap, cakrawala, langit, bumi, binatang, tumbuhan, barulah Dia menciptakan manusia, sehingga manusia dapat menggunakan dan menikmati segala fasilitas yang disediakanNya.
Jadi kasih itu dari Allah kepada manusia. Artinya kita menerima kasihNya terlebih dahulu baru kemudian kita mengasihi, Allah sebagai pemberi dan kita adalah penerima; inilah prinsip utama kasih. Jadi kekristenan adalah kasih. Semua aktivitas rohani yang kita lakukan harus berpusatkan pada kasih. Tanpa kasih semuanya sia-sia!
Seperti kata Paulus, "...jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna...sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku" (baca 1 Korintus 13:1-3)
Subscribe to:
Posts (Atom)