Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Agustus 2010 -
Baca: Amsal 17:13-28
"Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang." Amsal 17:22
Para dokter terkenal di Amerika Serikat mengadakan penelitian dan akhirnya membuat satu kesimpulan: ternyata tertawa itu sehat. Tertawa dapat menjadi obat yang mujarab, sebab melalui tertawa humor yang sehat muncul, hati menjadi riang, tekanan darah dapat turun, saraf-saraf tidak lagi tegang, terutama lagi bila hal-hal ini disertai dengan kekuatan batiniah misalnya dengan keyakinan penuh akan Tuhan dan iman yang kuat.
Apa yang diungkapkan para dokter dalam penelitian itu benar karena Alkitab juga menegaskan: "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang." Semangat yang patah adalah semangat yang sudah padam, tak ada lagi gairah dalam hidup, wajah selalu bermuram durja dan sulit untuk tertawa. Orang Kristen yang menaruh pengharapan penuh di dalam Kristus pasti tidak akan mahal untuk tertawa, sebab mereka tahu bahwa hidup mereka dalam pengawasan dan pemeliharaan Tuhan yang penuh kasih. Bermuram durja dan selalu pesimistis di sepanjang hari tak ada faedahnya seperti tertulis: "Hari orang berkesusahan buruk semuanya, tetapi orang yang gembira hatinya selalu berpesta." (Amsal 15:15).
Sulitkah Anda tertawa? Tentu ada beban berat dan berbagai macam kecemasan merajai hati kita bila memang demikian. Bila berbeban berat tentu sulit tertawa. Beban itu seharusnya tidak kita tanggung dan pikul sendiri. Kita harus bawa beban itu dan menyerahkannya kepada Tuhan Yesus, pasti ada kelepasan dan kelegaan. Inilah undangan Tuhan Yesus, pasti ada kelepasan dan kelegaan. Inilah undangan Tuhan Yesus: "Marilah kepadaKu, semua yang lebih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28). Ingat! Kekuatiran itu tidak dapat mengubah keadaan dan kodisi kita seperti yang Yesus katakan, "Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?" (Matius 6:27). Tuhan mengetahui segala keperluan kita dan Dia akan memelihara kita dengan cukup, asal kita mendahulukan KerajaanNya dan kebenaranNya. Kalau fokus kita hanya pada masalah yang ada, hati kita jadi tawar dan sulit untuk tertawa.
"Aku senantiasa memandang kepada Tuhan; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku berosark-sorak,..." Mazmur 16:8-9a
Tuesday, August 31, 2010
Monday, August 30, 2010
TETAP KUAT MESKI TAK DIANGGAP
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Agustus 2010 -
Baca: Yohanes 17:1-26
"Karena itu baiklah juga mereka yang harus menderita karena kehendak Allah, menyerahkan jiwanya, dengan selalu berbuat baik, kepada Pencipta yang setia." 1 Petrus 4:19
Alkitab menyatakan, "Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah." (Ibrani 11:24-26)
Demi panggilan Tuhan Musa rela meninggalkan harta kekayaan dan segala kehormatan yang ia dapat saat berada di Mesir, untuk memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan. Tetapi bangsa Israel sama sekali tidak menunjukkan respons positif terhadap pengorbanan Musa ini. Sebaliknya mereka seringkali marah, menggerutu dan mengolok-olok Musa. Bahkan mereka menuduh bahwa Musalah penyebab penderitaan yang mereka alami selama ini. Bangsa Israel merasa lebih senang dan betah tinggal di Mesir dari pada harus mengembara di padang gurun menuju tanah Perjanjian, tidak ada makanan, tak ada air, tidak seperti di Mesir. Namun Musa bisa menjaga hati, tetap taat kepada pimpinan Tuhan dan terus berupaya menjalankan tugasnya demi kebaikan bangsa Israel itu, walau mereka memandangnya dengan sebelah mata.
Banyak hamba Tuhan yang tak luput dari hal yang demikian. Meski sudah melayani jiwa-jiwa dengan segenap hati dan jiwa, berkorban waktu dan tenaga, mereka masih kurang dianggap dan sering diremehkan pelayanannya. Janganlah kita berkecil hati! Tetaplah teguh pada tugas dan panggilan Tuhan seperti Musa. Kalau pun kita harus menderita karena melakukan kehendak Allah, kita harus menyerahkan jiwa kita kepadaNya. Sekalipun kita menderita karena perbuatan orang lain yang memusuhi perbuatan benar kita, jangan sekali-kali kita menuntut balas. Sebaliknya haruslah kita selalu berbuat baik kepada mereka dan juga kepada Allah Pencipta yang setia.
Itulah yang dikehendaki Allah kepada kita. Yang terpenting ialah motif pelayanan yang benar harus tetap kita pertahankan sekalipun banyak tantangan dan masalah yang menyerang. Percayalah, "Penjagamu tidak akan terlelap. Tuhan Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu." (Mazmur 121:3b, 5).
Jerih lelah kita bagi Tuhan tidak pernah sia-sia! Tetap lakukan tugasmu dengan setia.
Baca: Yohanes 17:1-26
"Karena itu baiklah juga mereka yang harus menderita karena kehendak Allah, menyerahkan jiwanya, dengan selalu berbuat baik, kepada Pencipta yang setia." 1 Petrus 4:19
Alkitab menyatakan, "Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah." (Ibrani 11:24-26)
Demi panggilan Tuhan Musa rela meninggalkan harta kekayaan dan segala kehormatan yang ia dapat saat berada di Mesir, untuk memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan. Tetapi bangsa Israel sama sekali tidak menunjukkan respons positif terhadap pengorbanan Musa ini. Sebaliknya mereka seringkali marah, menggerutu dan mengolok-olok Musa. Bahkan mereka menuduh bahwa Musalah penyebab penderitaan yang mereka alami selama ini. Bangsa Israel merasa lebih senang dan betah tinggal di Mesir dari pada harus mengembara di padang gurun menuju tanah Perjanjian, tidak ada makanan, tak ada air, tidak seperti di Mesir. Namun Musa bisa menjaga hati, tetap taat kepada pimpinan Tuhan dan terus berupaya menjalankan tugasnya demi kebaikan bangsa Israel itu, walau mereka memandangnya dengan sebelah mata.
Banyak hamba Tuhan yang tak luput dari hal yang demikian. Meski sudah melayani jiwa-jiwa dengan segenap hati dan jiwa, berkorban waktu dan tenaga, mereka masih kurang dianggap dan sering diremehkan pelayanannya. Janganlah kita berkecil hati! Tetaplah teguh pada tugas dan panggilan Tuhan seperti Musa. Kalau pun kita harus menderita karena melakukan kehendak Allah, kita harus menyerahkan jiwa kita kepadaNya. Sekalipun kita menderita karena perbuatan orang lain yang memusuhi perbuatan benar kita, jangan sekali-kali kita menuntut balas. Sebaliknya haruslah kita selalu berbuat baik kepada mereka dan juga kepada Allah Pencipta yang setia.
Itulah yang dikehendaki Allah kepada kita. Yang terpenting ialah motif pelayanan yang benar harus tetap kita pertahankan sekalipun banyak tantangan dan masalah yang menyerang. Percayalah, "Penjagamu tidak akan terlelap. Tuhan Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu." (Mazmur 121:3b, 5).
Jerih lelah kita bagi Tuhan tidak pernah sia-sia! Tetap lakukan tugasmu dengan setia.
Sunday, August 29, 2010
HIDUP YANG KEKAL
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Agustus 2010 -
Baca: Yohanes 17:1-26
"Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus." Yohanes 17:3
Berjuta-juta manusia di dunia ini sedang mencari hidup kekal. Semua orang ingin masuk Kerajaan Sorga tetapi mereka tidak tahu jalan yang benar menuju ke sorga. Ada juga yang berkata, "Banyak jalan menuju Roma" atau banyak jalan menuju kepada kehidupan kekal itu. Dan nabi-nabi palsu akhir zaman ini menggunakan kesempatan emas ini untuk menipu banyak orang dan membawa mereka kepada jalan yang salah.
Tetapi puji syukur kepada Allah, karena Dia telah memberikan Yesus Kristus kekuasaan atas semua manusia, yaitu memberi hidup yang kekal bagi setiap orang yang percaya kepadaNya. Alkitab menegaskan: "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." (Kisah 4:12). Jadi, "Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku (Yesus Kristus - red)." (Yohanes 14:6b).
Hidup kekal itu kita terima dari Allah melalui AnakNya Yesus Kristus. Tanpa itu tidak ada cara yang dapat kita tempuh untuk mengenal Allah. Kita dapat berbicara tentang Dia, tahu tentang Alkitab dan ajaran-ajaran di dalamNya, bahkan kita boleh bekerja keras bagi Dia dalam banyak pelayanan, tetapi semuanya tak berarti sampai kita menerima hidup kekal sebagai anugerahNya serta menikmati pengenalan secara pribadi bersama Dia. Tertulis: "Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah Tuhan yang menujukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi: sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman Tuhan." (Yeremia 9:23-24).
Iman secara pikiran orang tak dapat menggantikan untuk mengetahui Allah dalam roh kita. Percaya kepada Tuhan Yesus Kristus adalah langkah memasuki hidup yang kekal dan menemukan pengetahuan tentang Allah yang benar yang tidak pernah kita ketahui sebelumnya. Tuhan Yesus berkata, "...Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10b).
Hidup kekal kita terima dari Allah hanya melalui Yesus Kristus tidak ada jalan lain!
Baca: Yohanes 17:1-26
"Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus." Yohanes 17:3
Berjuta-juta manusia di dunia ini sedang mencari hidup kekal. Semua orang ingin masuk Kerajaan Sorga tetapi mereka tidak tahu jalan yang benar menuju ke sorga. Ada juga yang berkata, "Banyak jalan menuju Roma" atau banyak jalan menuju kepada kehidupan kekal itu. Dan nabi-nabi palsu akhir zaman ini menggunakan kesempatan emas ini untuk menipu banyak orang dan membawa mereka kepada jalan yang salah.
Tetapi puji syukur kepada Allah, karena Dia telah memberikan Yesus Kristus kekuasaan atas semua manusia, yaitu memberi hidup yang kekal bagi setiap orang yang percaya kepadaNya. Alkitab menegaskan: "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." (Kisah 4:12). Jadi, "Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku (Yesus Kristus - red)." (Yohanes 14:6b).
Hidup kekal itu kita terima dari Allah melalui AnakNya Yesus Kristus. Tanpa itu tidak ada cara yang dapat kita tempuh untuk mengenal Allah. Kita dapat berbicara tentang Dia, tahu tentang Alkitab dan ajaran-ajaran di dalamNya, bahkan kita boleh bekerja keras bagi Dia dalam banyak pelayanan, tetapi semuanya tak berarti sampai kita menerima hidup kekal sebagai anugerahNya serta menikmati pengenalan secara pribadi bersama Dia. Tertulis: "Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah Tuhan yang menujukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi: sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman Tuhan." (Yeremia 9:23-24).
Iman secara pikiran orang tak dapat menggantikan untuk mengetahui Allah dalam roh kita. Percaya kepada Tuhan Yesus Kristus adalah langkah memasuki hidup yang kekal dan menemukan pengetahuan tentang Allah yang benar yang tidak pernah kita ketahui sebelumnya. Tuhan Yesus berkata, "...Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10b).
Hidup kekal kita terima dari Allah hanya melalui Yesus Kristus tidak ada jalan lain!
Saturday, August 28, 2010
YAKIN TERHADAP INJIL
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Agustus 2010 -
Baca: Roma 1:16-17
"Sebab di dalamnya (Injil - red).) nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: 'Orang benar akan hidup oleh iman.' " Roma 1:17
Menjalani hidup kekristenan itu tidak mudah karena kekristenan bukanlah suatu permainan, tetapi adalah suatu medan pertempuran. Terlebih lagi hidup di zaman sekarang ini, dimana banyak 'ilah-ilah' dunia yang siap menjerat dan menyeret orang-orang Kristen yang tidak memiliki keyakinan teguh terhadap Injil.
Kehidupan orang Kristen yang tidak memiliki keyakinan kuat terhadap kebenaran Injil "...sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan hebatlah kerusakannya." (Lukas 6:49). Saat ini tidak sedikit orang Kristen yang mulai bimbang dan terpengaruh berbagai macam angin pengajaran yang menyesatkan. Saat dalam masalah atau kesulitan mereka tidak lagi lari kepada Tuhan atau meminta nasihat kepada hamba-hamba Tuhan, tetapi lebih memilih mencari pertolongan atau nasihat kepada paranormal dan juga orang pintar. Pemazmur berkata, "Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, " (Mazmur 1:1a), karenanya "...jalan orang fasik menuju kebinasaan." (Mazmur 1:6b).
Kita tidak boleh main-main dengan keyakinan iman kita. Sekali kita percaya kepada Kristus jangan sekali-kali mundur, apalagi meninggalkan Kristus. Hingga saat ini banyak orang Kristen yang terikat dengan perkara-perkara dunia ini sehingga kekristenan mereka hanya sebagai predikat saja. Akibatnya mereka belum sanggup melihat perkara-perkara dalam hidup ini dengan mata rohani. Apalagi peperangan yang kita hadapi saat ini tidak mudah, kita harus berperang melawan kuasa-kuasa kegelapan. Maka sangat perlu kita menggunakan senjata Roh untuk melawannya, yaitu firman Tuhan. Jika kita menggunakan firman Tuhan, dengan sendirinya kita harus punya keyakinan yang kuat atas firman itu. Namun jika kita sendiri tidak meyakiniNya, maka musuh akan mentertawakan kita. Bagaimana yakin, bila kita sendiri jarang membaca firmanNya? Kita harus seperti Paulus yang yakin akan kebenaran dan kuasa Injil sehingga dia sanggup berkata, "...aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya," (Roma 1:16).
Firman Tuhan itu keselamatan kita; sudahkah kita 'tinggal' di dalamnya, sehingga kita beroleh keyakinan?
Baca: Roma 1:16-17
"Sebab di dalamnya (Injil - red).) nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: 'Orang benar akan hidup oleh iman.' " Roma 1:17
Menjalani hidup kekristenan itu tidak mudah karena kekristenan bukanlah suatu permainan, tetapi adalah suatu medan pertempuran. Terlebih lagi hidup di zaman sekarang ini, dimana banyak 'ilah-ilah' dunia yang siap menjerat dan menyeret orang-orang Kristen yang tidak memiliki keyakinan teguh terhadap Injil.
Kehidupan orang Kristen yang tidak memiliki keyakinan kuat terhadap kebenaran Injil "...sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan hebatlah kerusakannya." (Lukas 6:49). Saat ini tidak sedikit orang Kristen yang mulai bimbang dan terpengaruh berbagai macam angin pengajaran yang menyesatkan. Saat dalam masalah atau kesulitan mereka tidak lagi lari kepada Tuhan atau meminta nasihat kepada hamba-hamba Tuhan, tetapi lebih memilih mencari pertolongan atau nasihat kepada paranormal dan juga orang pintar. Pemazmur berkata, "Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, " (Mazmur 1:1a), karenanya "...jalan orang fasik menuju kebinasaan." (Mazmur 1:6b).
Kita tidak boleh main-main dengan keyakinan iman kita. Sekali kita percaya kepada Kristus jangan sekali-kali mundur, apalagi meninggalkan Kristus. Hingga saat ini banyak orang Kristen yang terikat dengan perkara-perkara dunia ini sehingga kekristenan mereka hanya sebagai predikat saja. Akibatnya mereka belum sanggup melihat perkara-perkara dalam hidup ini dengan mata rohani. Apalagi peperangan yang kita hadapi saat ini tidak mudah, kita harus berperang melawan kuasa-kuasa kegelapan. Maka sangat perlu kita menggunakan senjata Roh untuk melawannya, yaitu firman Tuhan. Jika kita menggunakan firman Tuhan, dengan sendirinya kita harus punya keyakinan yang kuat atas firman itu. Namun jika kita sendiri tidak meyakiniNya, maka musuh akan mentertawakan kita. Bagaimana yakin, bila kita sendiri jarang membaca firmanNya? Kita harus seperti Paulus yang yakin akan kebenaran dan kuasa Injil sehingga dia sanggup berkata, "...aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya," (Roma 1:16).
Firman Tuhan itu keselamatan kita; sudahkah kita 'tinggal' di dalamnya, sehingga kita beroleh keyakinan?
Friday, August 27, 2010
KESELAMATAN: Kasih Karunia Allah
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Agustus 2010 -
Baca: Titus 2:11-15
"Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata." Titus 2:11
Penderitaan yang dialami oleh Yesus selama berada di bumi, bahkan sampai harus mati di atas kayu salib dan kemudian bangkit di hari yang ketiga, bukanlah suatu rentetan peristiwa dramatis yang tanpa makna dan sia-sia. Nyawa yang telah Ia pertaruhkan dan kerelaanNya menjadi kutuk adalah demi satu tujuan yang sangat mulia. Dikatakan: "Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita," (Galatia 3:13).
Yesus rela menanggung kutuk dosa supaya seluruh umat manusia di atas bumi diselamatkan. Coba renungkan! Andaikan Yesus tidak taat kepada Bapa dan gagal (tetapi Dia tidak pernah gagal), maka kita pun tidak punya pengharapan dan masa depan lagi. Tetapi Yesus berkata, "...tetapi janganlah seperti yang Kuhendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39). Bila Yesus tidak mati di kayu salib, kita semua akan mengalami kebinasaan yang kekal dan menjadi bagian dari 'keluarga besar' Iblis dan bala tentaranya. Betapa mengerikan!
Syukur bagi Tuhan! Yesus telah menyelesaikan tugas dari panggilanNya sebagai Juruselamat umat manusia. Saat berada di atas kayu salib dan "Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: 'Sudah selesai.' Lalu Ia menundukkan kepalaNya dan menyerahkan nyawaNya." (Yohanes 19:20). Dampak dari pengorbanan Yesus ini sungguh luar biasa: Kita dibebaskan dari belenggu dosa, kutuk dan maut. Tidak hanya itu, status kita pun berubah, kita bukan lagi menjadi hamba dosa, tetapi menjadi hamba kebenaran (baca Roma 6:18), kita disucikan, diperdamaikan dengan Allah dan diangkat sebagai anak-anakNya. Berkat keselamatan yang luar biasa! Oleh karena itu jangan pernah berkata bahwa keselamatan ini adalah hasil usaha dan pekerjaan kita, atau karena perbuatan baik dan jasa-jasa kita. Semuanya itu semata-mata karena kasih karunia Allah dan pekerjaan Allah di dalam Yesus Kristus sebagaimana tertulis di ayat nas yang kita baca hari ini (baca juga dalam Yohanes 3:16-17). Jadi, kita menerima keselamatan sendiri karena Allah sendiri yang memberikannya kepada kita melalui iman percaya kita di dalam Yesus Kristus.
Setelah diselamatkan kita harus '...meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi..." (Titus 2:12), tetaplah mengerjakan keselamatan itu dengan takut dan gentar (baca Filipi 2:12) dan beritakanlah kabar keselamatan ini kepada orang lain.
Baca: Titus 2:11-15
"Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata." Titus 2:11
Penderitaan yang dialami oleh Yesus selama berada di bumi, bahkan sampai harus mati di atas kayu salib dan kemudian bangkit di hari yang ketiga, bukanlah suatu rentetan peristiwa dramatis yang tanpa makna dan sia-sia. Nyawa yang telah Ia pertaruhkan dan kerelaanNya menjadi kutuk adalah demi satu tujuan yang sangat mulia. Dikatakan: "Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita," (Galatia 3:13).
Yesus rela menanggung kutuk dosa supaya seluruh umat manusia di atas bumi diselamatkan. Coba renungkan! Andaikan Yesus tidak taat kepada Bapa dan gagal (tetapi Dia tidak pernah gagal), maka kita pun tidak punya pengharapan dan masa depan lagi. Tetapi Yesus berkata, "...tetapi janganlah seperti yang Kuhendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39). Bila Yesus tidak mati di kayu salib, kita semua akan mengalami kebinasaan yang kekal dan menjadi bagian dari 'keluarga besar' Iblis dan bala tentaranya. Betapa mengerikan!
Syukur bagi Tuhan! Yesus telah menyelesaikan tugas dari panggilanNya sebagai Juruselamat umat manusia. Saat berada di atas kayu salib dan "Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: 'Sudah selesai.' Lalu Ia menundukkan kepalaNya dan menyerahkan nyawaNya." (Yohanes 19:20). Dampak dari pengorbanan Yesus ini sungguh luar biasa: Kita dibebaskan dari belenggu dosa, kutuk dan maut. Tidak hanya itu, status kita pun berubah, kita bukan lagi menjadi hamba dosa, tetapi menjadi hamba kebenaran (baca Roma 6:18), kita disucikan, diperdamaikan dengan Allah dan diangkat sebagai anak-anakNya. Berkat keselamatan yang luar biasa! Oleh karena itu jangan pernah berkata bahwa keselamatan ini adalah hasil usaha dan pekerjaan kita, atau karena perbuatan baik dan jasa-jasa kita. Semuanya itu semata-mata karena kasih karunia Allah dan pekerjaan Allah di dalam Yesus Kristus sebagaimana tertulis di ayat nas yang kita baca hari ini (baca juga dalam Yohanes 3:16-17). Jadi, kita menerima keselamatan sendiri karena Allah sendiri yang memberikannya kepada kita melalui iman percaya kita di dalam Yesus Kristus.
Setelah diselamatkan kita harus '...meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi..." (Titus 2:12), tetaplah mengerjakan keselamatan itu dengan takut dan gentar (baca Filipi 2:12) dan beritakanlah kabar keselamatan ini kepada orang lain.
Thursday, August 26, 2010
BAIT TUHAN ITU KUDUS
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Agustus 2010 -
Baca: Markus 11:15-19
"Sesudah Yesus masuk ke Bait Allah, mulailah Ia mengusir orang-orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dibalikkanNya," Markus 11:15b
Dalam 1 Korintus 3:16, 17 dikatakan: "Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu." Bait Allah adalah tempat di mana Allah hadir; tempat di mana hadiratNya bersemayam. Dikatakan bahwa bait Allah adalah kudus. Itulah sebabnya Tuhan Yesus sangat marah ketika melihat banyak orang menyalahgunakan Bait Allah di mana mereka menggunakannya sebagai tempat untuk berdagang dan berjual beli, sehingga akhirnya "Meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dibalikanNya, dan Ia tidak memperbolehkan orang membawa barang-barang melintasi halaman Bait Allah. Lalu Ia mengajar mereka, kataNya: Bukankah ada tertulis: RumahKu akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!' " (Markus 11:15b-17). Tindakan Tuhan Yesus menyucikan Bait Allah tidak hanya berlaku 2000 tahun yang lalu atau hanya sebagai peristiwa sejarah di masa lampau. Sampai saat ini pun Dia akan terus memperbaharui dan menyucikan gerejaNya! Tuhan sangat membenci segala bentuk kecemaran. Tidak ada istilah kompromi terhadap dosa.
Kita harus menyadari bahwa kita ini adalah baitNya, tempat di mana Roh Kudus tinggal. FirmanNya menegaskan: "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama dengan Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:15-16). Ketika mendengar kata kudus kita sering mengidentikkan dengan kesempuranaan. Memang tidak ada manusia yang sempurna, namun jangan jadikan hal ini sebagai alasan untuk tidak hidup kudus. Ingatlah bahwa kekudusan itu mutlak harus dimiliki oleh orang percaya, sebab tanpa kekudusan tidak ada seorang pun dapat melihat Allah. Dengan kekuatan sendiri kita tidak akan mampu hidup kudus, tapi ada Roh Kudus yang akan menolong kita. Setiap orang yang percaya kepada Kristus dikuduskan dan dipanggil menjadi orang yang percaya kepada Kristus dikuduskan dan dipanggil menjadi orang-orang kudus (baca Korintus 1:2).
Maka dari itu jangan sekali-kali bermain-main dengan dosa!
Baca: Markus 11:15-19
"Sesudah Yesus masuk ke Bait Allah, mulailah Ia mengusir orang-orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dibalikkanNya," Markus 11:15b
Dalam 1 Korintus 3:16, 17 dikatakan: "Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu." Bait Allah adalah tempat di mana Allah hadir; tempat di mana hadiratNya bersemayam. Dikatakan bahwa bait Allah adalah kudus. Itulah sebabnya Tuhan Yesus sangat marah ketika melihat banyak orang menyalahgunakan Bait Allah di mana mereka menggunakannya sebagai tempat untuk berdagang dan berjual beli, sehingga akhirnya "Meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dibalikanNya, dan Ia tidak memperbolehkan orang membawa barang-barang melintasi halaman Bait Allah. Lalu Ia mengajar mereka, kataNya: Bukankah ada tertulis: RumahKu akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!' " (Markus 11:15b-17). Tindakan Tuhan Yesus menyucikan Bait Allah tidak hanya berlaku 2000 tahun yang lalu atau hanya sebagai peristiwa sejarah di masa lampau. Sampai saat ini pun Dia akan terus memperbaharui dan menyucikan gerejaNya! Tuhan sangat membenci segala bentuk kecemaran. Tidak ada istilah kompromi terhadap dosa.
Kita harus menyadari bahwa kita ini adalah baitNya, tempat di mana Roh Kudus tinggal. FirmanNya menegaskan: "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama dengan Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:15-16). Ketika mendengar kata kudus kita sering mengidentikkan dengan kesempuranaan. Memang tidak ada manusia yang sempurna, namun jangan jadikan hal ini sebagai alasan untuk tidak hidup kudus. Ingatlah bahwa kekudusan itu mutlak harus dimiliki oleh orang percaya, sebab tanpa kekudusan tidak ada seorang pun dapat melihat Allah. Dengan kekuatan sendiri kita tidak akan mampu hidup kudus, tapi ada Roh Kudus yang akan menolong kita. Setiap orang yang percaya kepada Kristus dikuduskan dan dipanggil menjadi orang yang percaya kepada Kristus dikuduskan dan dipanggil menjadi orang-orang kudus (baca Korintus 1:2).
Maka dari itu jangan sekali-kali bermain-main dengan dosa!
Wednesday, August 25, 2010
HIDUP ORANG PERCAYA: Berhasil dan Beruntung
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Agustus 2010 -
Baca: Yosua 1:1-9
"Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung." Yosua 1:8
Tuhan memiliki rancangan hidup berkemenangan bagi umatNya. Dia sendiri berkata, "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11). Jelas bahwa Tuhan tidak merancangkan yang jahat terhadap anak-anakNya, sebaliknya merancangkan kemenangan yang gilang gemilang bagi setiap kita sehingga kita pun mengalami kehidupan yang senantiasa berhasil dan beruntung.
Ada perbedaan antara keberhasilan dan keberuntungan itu: Keberhasilan adalah sesuatu yang diraih melalui ketekunan, kerja keras dan perjuangan. Keberhasilan itu tidak seperti durian yang jatuh dari pohon atau dapat dicapai dalam semalam saja, namun selalu ada harga yang harus dibayar! Sedangkan keberuntungan adalah sebuah pencapaian yang diraih oleh karena pertolongan dan campur tangan Tuhan. Ayat nas di atas menegaskan bahwa perjalanan hidup orang percaya itu dirancang Tuhan untuk mengalami keberhasilan dan keberuntungan. Di dalam kenyataannya belum semua orang Kristen mengalami dan merasakan hidup dalam keberhasilan dan keberuntungan. Maka kepada Yosua Tuhan memberikan petunjuknya: 1. Kita harus kuat dan meneguhkan hati (baca Yosua 1:6-7). Bahkan perkataan "Kuatkan dan teguhkanlah hatimu" itu disampaikan sebanyak dua kali, berarti ini sangat penting, karena seringkali kita mudah down dan putus asa ketika mengalami permasalahan sedikit saja lalu berkata, "Aku sudah tidak kuat lagi, rasa-rasanya ingin mati saja!". 2. Kita haru merenungkan, memperkatakan dan melakukan firman Tuhan, Artinya: dalam keadaan apa pun kita tetap berpegang teguh pada firman Tuhan. Tuhan Yesus berkata, "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firmanKu tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya." (Yohanes 15:7).
Yosua mengalami keberhasilan dan keberuntungan dalam hidupnya, dan menikmati Kanaan karena ia melakukan kehendak Tuhan!
Baca: Yosua 1:1-9
"Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung." Yosua 1:8
Tuhan memiliki rancangan hidup berkemenangan bagi umatNya. Dia sendiri berkata, "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11). Jelas bahwa Tuhan tidak merancangkan yang jahat terhadap anak-anakNya, sebaliknya merancangkan kemenangan yang gilang gemilang bagi setiap kita sehingga kita pun mengalami kehidupan yang senantiasa berhasil dan beruntung.
Ada perbedaan antara keberhasilan dan keberuntungan itu: Keberhasilan adalah sesuatu yang diraih melalui ketekunan, kerja keras dan perjuangan. Keberhasilan itu tidak seperti durian yang jatuh dari pohon atau dapat dicapai dalam semalam saja, namun selalu ada harga yang harus dibayar! Sedangkan keberuntungan adalah sebuah pencapaian yang diraih oleh karena pertolongan dan campur tangan Tuhan. Ayat nas di atas menegaskan bahwa perjalanan hidup orang percaya itu dirancang Tuhan untuk mengalami keberhasilan dan keberuntungan. Di dalam kenyataannya belum semua orang Kristen mengalami dan merasakan hidup dalam keberhasilan dan keberuntungan. Maka kepada Yosua Tuhan memberikan petunjuknya: 1. Kita harus kuat dan meneguhkan hati (baca Yosua 1:6-7). Bahkan perkataan "Kuatkan dan teguhkanlah hatimu" itu disampaikan sebanyak dua kali, berarti ini sangat penting, karena seringkali kita mudah down dan putus asa ketika mengalami permasalahan sedikit saja lalu berkata, "Aku sudah tidak kuat lagi, rasa-rasanya ingin mati saja!". 2. Kita haru merenungkan, memperkatakan dan melakukan firman Tuhan, Artinya: dalam keadaan apa pun kita tetap berpegang teguh pada firman Tuhan. Tuhan Yesus berkata, "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firmanKu tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya." (Yohanes 15:7).
Yosua mengalami keberhasilan dan keberuntungan dalam hidupnya, dan menikmati Kanaan karena ia melakukan kehendak Tuhan!
Tuesday, August 24, 2010
BERKAT BAGI YANG MENGHORMATI ORANGTUA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Agustus 2010 -
Baca: Keluaran 20:1-17
"Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu." Keluaran 20:12
Demikian pentingnya menaruh rasa hormat kepada orangtua sampai-sampai Tuhan pun menuliskannya dalam kesepuluh firmanNya (10 hukum Taurat). Tidak hanya itu, ada berkat yang Dia sediakan!
Kalau seorang anak hormat kepada orangtuanya bukan hanya orangtuanya sendiri yang ingin membalas dan memberkati si anak, tetapi Tuhan pun menjadikan diriNya jaminan untuk membalas dan memberkati si anak yang tahu menghormati orangtuanya. Mungkin orangtua tidak mampu membalas sendiri perbuatan anak-anaknya, karena keterbatasannya, tetapi Tuhan selalu mampu dan pasti sanggup memberkati, dan berkat itu akan sampai pada anak-anak yang berkenan ini. Jadi anak-anak, jangan melihat apakah orangtuamu nantinya bisa memberkatimu atau tidak. Seringkali terjadi kalau orangtua punya kedudukan, perusahaan, kaya dan warisannya besar, maka si anak menjadi orang yang penurut, tidak terlalu berani kurang ajar, tetap hormat kepada orangtuanya sekalipun mereka sudah tua dan tidak berdaya. Sebaliknya kalau orangtuanya miskin, tidak punya apa-apa dan tidak terhormat, seringkali si anak kurang peduli, meremehkan, bahkan kadang-kadang ada yang tega menelantarkan dan menghina mereka.
Sebagai orang Kristen, sekalipun orangtua kita tidak punya apa-apa dan tidak bisa diharapkan, kita harus tetap menghormati mereka dengan penuh cinta dan kesungguhan hati karena itu adalah kehendak Tuhan bagi anak-anakNya. Kita harus taat akan firman Tuhan ini karena firmanNya jelas menyatakan bahwa Tuhan sendiri yang akan memberkati kita, bukan orangtua. Setiap anak yang sungguh-sungguh menghormati orangtuanya akan hidup diberkati Tuhan jasmani dan rohani. Jangan sekali-kali kurang ajar, jangan pernah hitung-hitungan ketika kita memberi sesuatu kepada orangtua, karena Tuhan yang akan membalas memberkati kembali dengan limpahnya.
Anak-anak yang sungguh-sungguh menghormati orangtuanya akan mengalami penggenapan segala janji Tuhan. Dikatakan: "...supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu." Kalau Tuhan yang memperpanjang hidup kita pastilah hidup kita akan senantiasa dalam pemeliharaanNya.
Sudahkah kita menghormati orang tua kita seperti yang dikehendaki Tuhan?
Baca: Keluaran 20:1-17
"Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu." Keluaran 20:12
Demikian pentingnya menaruh rasa hormat kepada orangtua sampai-sampai Tuhan pun menuliskannya dalam kesepuluh firmanNya (10 hukum Taurat). Tidak hanya itu, ada berkat yang Dia sediakan!
Kalau seorang anak hormat kepada orangtuanya bukan hanya orangtuanya sendiri yang ingin membalas dan memberkati si anak, tetapi Tuhan pun menjadikan diriNya jaminan untuk membalas dan memberkati si anak yang tahu menghormati orangtuanya. Mungkin orangtua tidak mampu membalas sendiri perbuatan anak-anaknya, karena keterbatasannya, tetapi Tuhan selalu mampu dan pasti sanggup memberkati, dan berkat itu akan sampai pada anak-anak yang berkenan ini. Jadi anak-anak, jangan melihat apakah orangtuamu nantinya bisa memberkatimu atau tidak. Seringkali terjadi kalau orangtua punya kedudukan, perusahaan, kaya dan warisannya besar, maka si anak menjadi orang yang penurut, tidak terlalu berani kurang ajar, tetap hormat kepada orangtuanya sekalipun mereka sudah tua dan tidak berdaya. Sebaliknya kalau orangtuanya miskin, tidak punya apa-apa dan tidak terhormat, seringkali si anak kurang peduli, meremehkan, bahkan kadang-kadang ada yang tega menelantarkan dan menghina mereka.
Sebagai orang Kristen, sekalipun orangtua kita tidak punya apa-apa dan tidak bisa diharapkan, kita harus tetap menghormati mereka dengan penuh cinta dan kesungguhan hati karena itu adalah kehendak Tuhan bagi anak-anakNya. Kita harus taat akan firman Tuhan ini karena firmanNya jelas menyatakan bahwa Tuhan sendiri yang akan memberkati kita, bukan orangtua. Setiap anak yang sungguh-sungguh menghormati orangtuanya akan hidup diberkati Tuhan jasmani dan rohani. Jangan sekali-kali kurang ajar, jangan pernah hitung-hitungan ketika kita memberi sesuatu kepada orangtua, karena Tuhan yang akan membalas memberkati kembali dengan limpahnya.
Anak-anak yang sungguh-sungguh menghormati orangtuanya akan mengalami penggenapan segala janji Tuhan. Dikatakan: "...supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu." Kalau Tuhan yang memperpanjang hidup kita pastilah hidup kita akan senantiasa dalam pemeliharaanNya.
Sudahkah kita menghormati orang tua kita seperti yang dikehendaki Tuhan?
Monday, August 23, 2010
MENGHORMATI ORANGTUA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Agustus 2010 -
Baca: Efesus 6:1-9
"Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu- ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini:" Efesus 6:1-2
Adalah suatu keharusan bagi anak untuk menghormati kedua orangtuanya karena orangtua bertindak sebagai wakil Tuhan untuk anak-anaknya dalam hal mengasihi, memelihara, mengasuh dan juga memperhatikan. Itulah sebabnya firman Tuhan memerintahkan agar anak-anak memiliki rasa hormat dan takut kepada orangtuanya seperti umat takut kepada Tuhan.
Takut akan Tuhan mempunyai arti segan dan hormat. Bukan rasa takut seperti seorang anak yang telah mencuri uang dan kepergok ayah ibunya. Atau seorang pencuri yang takut terhadap polisi dan sebagainya. Tetapki rasa takut ini menyebabkan anak-anak bersikap sebaik mungkin kepada orangtuanya supaya jangan sampai membuat kesalahan dan menyakiti hatinya, takut jangan sampai berbuat dosa kepadanya. Sudah sepantasnya bila anak menghormati orangtua dan takut kepadanya, sebab memang orangtua adalah orang-orang yang sangat terhormat bagi anak-anak, ibarat pahlawan tanpa tanda jasa yang setiap saat siap menolong, melindungi dan mencintai kita lebih dari pada semua orang lain di dunia ini. Oleh karenanya anak-anak harus takut, hormat dan selalu taat kepada mereka. Di zaman sekarang ini banyak anak memberontak dan melawan orangtua, bahkan cenderung meremehkan dan merendahkan mereka. Salomo memberi nasihat, "Dengarkanlah, hai anak-anak, didikan seorang ayah, dan perhatikanlah supaya engkau beroleh pengertian, karena aku memberikan ilmu yang baik kepadamu; janganlah meninggalkan petunjukku." (Amsal 4:1-2).
Dalam keluarga-keluarga di mana orangtua masih belum mengenal Tuhan, anak-anak harus tetap hormat dan takut akan orangtua, tetapi dalam hal-hal yang melawan firman Tuhan patutlah anak-anak menurut Tuhan lebih dari pada orangtua. Tuhan sangat benci terhadap anak yang tidak menghormati orangtuanya. Alkitab menyatakan: "Terkutuklah orang yang memandang rendah ibu dan bapanya." (Ulangan 27:16a). Contohnya Absalom. Ia menjadi orang yang berhasil dan memiliki segalanya (fasilitas dan harta) karena bapanya (Daud). Sayang, setelah dewasa ia malah mengusir bapanya sendiri dan hendak membunuhnya.
Hidup Absalom pun berakhir tragis sebagai akibat ia berlaku kurang ajar dan tidak menghormati ayahnya!
Baca: Efesus 6:1-9
"Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu- ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini:" Efesus 6:1-2
Adalah suatu keharusan bagi anak untuk menghormati kedua orangtuanya karena orangtua bertindak sebagai wakil Tuhan untuk anak-anaknya dalam hal mengasihi, memelihara, mengasuh dan juga memperhatikan. Itulah sebabnya firman Tuhan memerintahkan agar anak-anak memiliki rasa hormat dan takut kepada orangtuanya seperti umat takut kepada Tuhan.
Takut akan Tuhan mempunyai arti segan dan hormat. Bukan rasa takut seperti seorang anak yang telah mencuri uang dan kepergok ayah ibunya. Atau seorang pencuri yang takut terhadap polisi dan sebagainya. Tetapki rasa takut ini menyebabkan anak-anak bersikap sebaik mungkin kepada orangtuanya supaya jangan sampai membuat kesalahan dan menyakiti hatinya, takut jangan sampai berbuat dosa kepadanya. Sudah sepantasnya bila anak menghormati orangtua dan takut kepadanya, sebab memang orangtua adalah orang-orang yang sangat terhormat bagi anak-anak, ibarat pahlawan tanpa tanda jasa yang setiap saat siap menolong, melindungi dan mencintai kita lebih dari pada semua orang lain di dunia ini. Oleh karenanya anak-anak harus takut, hormat dan selalu taat kepada mereka. Di zaman sekarang ini banyak anak memberontak dan melawan orangtua, bahkan cenderung meremehkan dan merendahkan mereka. Salomo memberi nasihat, "Dengarkanlah, hai anak-anak, didikan seorang ayah, dan perhatikanlah supaya engkau beroleh pengertian, karena aku memberikan ilmu yang baik kepadamu; janganlah meninggalkan petunjukku." (Amsal 4:1-2).
Dalam keluarga-keluarga di mana orangtua masih belum mengenal Tuhan, anak-anak harus tetap hormat dan takut akan orangtua, tetapi dalam hal-hal yang melawan firman Tuhan patutlah anak-anak menurut Tuhan lebih dari pada orangtua. Tuhan sangat benci terhadap anak yang tidak menghormati orangtuanya. Alkitab menyatakan: "Terkutuklah orang yang memandang rendah ibu dan bapanya." (Ulangan 27:16a). Contohnya Absalom. Ia menjadi orang yang berhasil dan memiliki segalanya (fasilitas dan harta) karena bapanya (Daud). Sayang, setelah dewasa ia malah mengusir bapanya sendiri dan hendak membunuhnya.
Hidup Absalom pun berakhir tragis sebagai akibat ia berlaku kurang ajar dan tidak menghormati ayahnya!
Sunday, August 22, 2010
PERIHAL TUGAS ORANGTUA: Mendidik Anak Untuk Hormat
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Agustus 2010 -
Baca: Efesus 6:1-9
"Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." Eefesus 6:4
Secara garis besar ada tiga cara untuk mendidik anak supaya mereka memiliki rasa hormat terhadap orangtua: 1. Firman Tuhan. Anak-anak perlu tahu bahwa menghormati orangtua adalah kehendak Tuhan dan hal itu tertulis di dalam Alkitab, bukan hanya sekedar himbauan atau saran, atau tradisi turun-temurun. Jadi menghormati orangtua adalah Alkitabiah, suatu perintah dari Tuhan. Karena itulah orangtua punya tanggung jawab penuh untuk mengajar dan menanamkan nilai-nilai firman Tuhan kepada anak-anaknya sejak dini. Bila hati anak sudah diterangi oleh firman Tuhan, langkah hidupnya tidak lagi sembarangan karena Roh Kudus akan selalu mengingatkan setiap saat dan pada saat yang tepat. Kalau mereka tidak menghormati orangtuanya, hati nuraninya akan menyalahkannya sebab mereka sudah berdosa dan melawan Tuhan. Pemazmur berkata, "Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firmanMu." (Mazmur 119:9).
2. Doa. Ternyata tidak mudah mendidik anak meskipun itu anak sendiri. Ketika anak-anak memberontak dan kurang ajar seringkali orangtua langsung naik pitam dan marah kepada mereka. Ingatlah bahwa setiap didikan yang kita berikan kepada anak-anak membutuhkan doa juga! Janganlah mengira bahwa karena dia adalah anak sendiri lalu kita akan mudah mendidiknya. Kita sangat membutuhkan kuasa Roh Kudus untuk menyatakan yang salah dan menanamkan kebenaran firman Tuhan itu di hati anak. Tanpa kuasa Roh Kudus terlalu sukar mengubah yang salah atau memulai hal-hal yang benar dan baik kepada anak.
3. Hajaran (rotan). Anak yang berbuat salah harus dinasehati, ditegur bahkan kalau perlu dihajar dengan rotan. Yang dimaksud dengan 'rotan' di sini adalah lidi untuk dipukulkan ke anak dengan beberapa pukulan saja, bukan memukul dengan emosi. Alkitab mencatat: "Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?" (Ibrani 12:7b). Banyak orangtua kaya memanjakan anak dengan uang dan harta tapi tidak pernah bertindak 'keras' kepada anak. Akibatnya tidak sedikit anak dari keluarga berada yang malah memberontak dan terlibat narkoba dan lain-lain.
Orangtua yang dewasa rohani pasti akan mendidik anaknya dengan benar dan sesuai dengan kehendak Tuhan!
Baca: Efesus 6:1-9
"Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." Eefesus 6:4
Secara garis besar ada tiga cara untuk mendidik anak supaya mereka memiliki rasa hormat terhadap orangtua: 1. Firman Tuhan. Anak-anak perlu tahu bahwa menghormati orangtua adalah kehendak Tuhan dan hal itu tertulis di dalam Alkitab, bukan hanya sekedar himbauan atau saran, atau tradisi turun-temurun. Jadi menghormati orangtua adalah Alkitabiah, suatu perintah dari Tuhan. Karena itulah orangtua punya tanggung jawab penuh untuk mengajar dan menanamkan nilai-nilai firman Tuhan kepada anak-anaknya sejak dini. Bila hati anak sudah diterangi oleh firman Tuhan, langkah hidupnya tidak lagi sembarangan karena Roh Kudus akan selalu mengingatkan setiap saat dan pada saat yang tepat. Kalau mereka tidak menghormati orangtuanya, hati nuraninya akan menyalahkannya sebab mereka sudah berdosa dan melawan Tuhan. Pemazmur berkata, "Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firmanMu." (Mazmur 119:9).
2. Doa. Ternyata tidak mudah mendidik anak meskipun itu anak sendiri. Ketika anak-anak memberontak dan kurang ajar seringkali orangtua langsung naik pitam dan marah kepada mereka. Ingatlah bahwa setiap didikan yang kita berikan kepada anak-anak membutuhkan doa juga! Janganlah mengira bahwa karena dia adalah anak sendiri lalu kita akan mudah mendidiknya. Kita sangat membutuhkan kuasa Roh Kudus untuk menyatakan yang salah dan menanamkan kebenaran firman Tuhan itu di hati anak. Tanpa kuasa Roh Kudus terlalu sukar mengubah yang salah atau memulai hal-hal yang benar dan baik kepada anak.
3. Hajaran (rotan). Anak yang berbuat salah harus dinasehati, ditegur bahkan kalau perlu dihajar dengan rotan. Yang dimaksud dengan 'rotan' di sini adalah lidi untuk dipukulkan ke anak dengan beberapa pukulan saja, bukan memukul dengan emosi. Alkitab mencatat: "Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?" (Ibrani 12:7b). Banyak orangtua kaya memanjakan anak dengan uang dan harta tapi tidak pernah bertindak 'keras' kepada anak. Akibatnya tidak sedikit anak dari keluarga berada yang malah memberontak dan terlibat narkoba dan lain-lain.
Orangtua yang dewasa rohani pasti akan mendidik anaknya dengan benar dan sesuai dengan kehendak Tuhan!
Saturday, August 21, 2010
HIDUP DALAM KESALEHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Agustus 2010 -
Baca: 1 Timotius 4:1-16
"Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya." 1 Timotius 4:10
Sebagai orang percaya kita harus mengerti bahwa ada jaminan berkat khusus dalam hidup kita jika kita menuruti firman Tuhan dan hidup saleh di hadapanNya. Oleh sebab itu kita harus melatih diri untuk hidup saleh dengan cara memelihara ibadah kita kepada Tuhan.
Sebegitu pentingkah ibadah? Alkitab berkata, "Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (ayat 8). Jadi, ibadah itu mengandung janji! Lalu, apa arti kesalehan? Kesalehan berarti hidup bagi Tuhan dan melakukan apa yang difirmankanNya. Memiliki hidup yang saleh berarti hidup menjadi teladan bagi semua orang, "...dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (ayat 12). Hidup bagi Tuhan selalu memberi keuntungan. Janganlah menganggap bahwa semua janji Tuhan itu hanya untuk hidup yang akan datang. Tuhan memiliki rencana di dalam hidup kita saat ini, bukan hanya waktu kita berada di sorga. Dia rindu investasinya menghasilkan untung. Tuhan tidak hanya rindu untuk menyelamatkan kita, tetapi Dia menginginkan kita membawa kemuliaan bagi namaNya. Dia ingin agar setiap orang dapat melihat kemajuan kita karena kita hidup bagi Dia.
Hidup saleh bukan halangan bagi kita untuk sukses; sebaliknya ada keuntungan dalam segala hal. Ada jaminan berkat bila kita hidup bagi Tuhan: berkat-berkat rohani di dalam sorga (penebusan, perlindungan, damai sejahtera, kekayaan dan sebagainya) dikaruniakan kepada kita. Karena kita sekarang adalah milik Allah maka kita pun harus hidup dalam kesalehan. Paulus berkata, "Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri. Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!" (1 Korintus 6:18-20).
Hidup saleh adalah kunci untuk mengalami berkat-berkat Tuhan!
Baca: 1 Timotius 4:1-16
"Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya." 1 Timotius 4:10
Sebagai orang percaya kita harus mengerti bahwa ada jaminan berkat khusus dalam hidup kita jika kita menuruti firman Tuhan dan hidup saleh di hadapanNya. Oleh sebab itu kita harus melatih diri untuk hidup saleh dengan cara memelihara ibadah kita kepada Tuhan.
Sebegitu pentingkah ibadah? Alkitab berkata, "Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (ayat 8). Jadi, ibadah itu mengandung janji! Lalu, apa arti kesalehan? Kesalehan berarti hidup bagi Tuhan dan melakukan apa yang difirmankanNya. Memiliki hidup yang saleh berarti hidup menjadi teladan bagi semua orang, "...dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (ayat 12). Hidup bagi Tuhan selalu memberi keuntungan. Janganlah menganggap bahwa semua janji Tuhan itu hanya untuk hidup yang akan datang. Tuhan memiliki rencana di dalam hidup kita saat ini, bukan hanya waktu kita berada di sorga. Dia rindu investasinya menghasilkan untung. Tuhan tidak hanya rindu untuk menyelamatkan kita, tetapi Dia menginginkan kita membawa kemuliaan bagi namaNya. Dia ingin agar setiap orang dapat melihat kemajuan kita karena kita hidup bagi Dia.
Hidup saleh bukan halangan bagi kita untuk sukses; sebaliknya ada keuntungan dalam segala hal. Ada jaminan berkat bila kita hidup bagi Tuhan: berkat-berkat rohani di dalam sorga (penebusan, perlindungan, damai sejahtera, kekayaan dan sebagainya) dikaruniakan kepada kita. Karena kita sekarang adalah milik Allah maka kita pun harus hidup dalam kesalehan. Paulus berkata, "Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri. Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!" (1 Korintus 6:18-20).
Hidup saleh adalah kunci untuk mengalami berkat-berkat Tuhan!
Friday, August 20, 2010
MASIH DIBERI KESEMPATAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Agustus 2010 -
Baca: Galatia 6:1-10
"Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya." Galatia 6:7a
Seringkali kita berpikir apabila kita berhenti atau tidak lagi melakukan dosa, beres sudah segala persoalan, kita tak usah membayar harganya. Firman Tuhan menegaskan: "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diriNya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya." (Galatia 6:7). Sesungguhnya, Dia adalah Tuhan yang penuh kesabaran. Bila seseorang berdosa kepadaNya tidak segera diberiNya ganjaran. Dia selalu menunggu ia bertobat dan sadar akan segala perbuatannya. DibiarkanNya mereka terluput dari ganjaran sebab Dia rakhmani dan rakhimi, dengan tujuan agar orang itu cepat bertobat.
Kita hidup di zaman Roh Kudus yang berlainan dengan zaman Perjanjian Lama. Pada zaman Perjanjian Lama secepet orang berbuat dosa, secepat itu pula menerima ganjarannya. Di zaman Roh Kudus ini Tuhan penuh anugerah dan kesabaran, sehingga setiap orang punya banyak kesempatan untuk bertobat. Berbahagialah kita sebagai anak-anakNya, karena apabila kita berbuat dosa Roh Kudus akan selalu mengingatkan kita agar kita tidak mengulangi dosa itu. Dikatakan: "...Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu." (Yohanes 14:26). Tapi banyak di antara kita yang kurang peka terhadap peringatan Roh Kudus. Kita tetap melakukan dosa dan terasa berat sekali untuk berhenti. Dosa-dosa tetap diperbuat tapi ganjaran belum akan diterimanya secara langsung seperti di zaman Perjanjian Lama. Kemudian kita berhenti berbuat dosa, tapi kelakuan dan perbuatan dosa kita di masa lampau itu tetap harus dibayar harganya. Jadi penderitaan yang kita alami saat ini adakalanya sebagai akibat dari perbuatan dosa di masa lalu. Dosa sudah diampuni tapi ganjaran tetap harus kita rasakan.
Kita tak mungkin dapat melarikan diri dari akibat perbuatan di masa lalu ini yang disebut dengan istilah ganjaran. Memang pengampunan selalu diberikan Tuhan dan pemulihan hubungan dengan Allah dapat dibina lagi dengan baik. Akan tetapi satu-satunya cara untuk menjalani dan mempersingkat waktu berlakunya masa ganjaran ialah tunduk dan menyerah kepada Tuhan.
"...Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya orang berbalik dan bertobat." 2 Petrus 3:9
Baca: Galatia 6:1-10
"Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya." Galatia 6:7a
Seringkali kita berpikir apabila kita berhenti atau tidak lagi melakukan dosa, beres sudah segala persoalan, kita tak usah membayar harganya. Firman Tuhan menegaskan: "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diriNya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya." (Galatia 6:7). Sesungguhnya, Dia adalah Tuhan yang penuh kesabaran. Bila seseorang berdosa kepadaNya tidak segera diberiNya ganjaran. Dia selalu menunggu ia bertobat dan sadar akan segala perbuatannya. DibiarkanNya mereka terluput dari ganjaran sebab Dia rakhmani dan rakhimi, dengan tujuan agar orang itu cepat bertobat.
Kita hidup di zaman Roh Kudus yang berlainan dengan zaman Perjanjian Lama. Pada zaman Perjanjian Lama secepet orang berbuat dosa, secepat itu pula menerima ganjarannya. Di zaman Roh Kudus ini Tuhan penuh anugerah dan kesabaran, sehingga setiap orang punya banyak kesempatan untuk bertobat. Berbahagialah kita sebagai anak-anakNya, karena apabila kita berbuat dosa Roh Kudus akan selalu mengingatkan kita agar kita tidak mengulangi dosa itu. Dikatakan: "...Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu." (Yohanes 14:26). Tapi banyak di antara kita yang kurang peka terhadap peringatan Roh Kudus. Kita tetap melakukan dosa dan terasa berat sekali untuk berhenti. Dosa-dosa tetap diperbuat tapi ganjaran belum akan diterimanya secara langsung seperti di zaman Perjanjian Lama. Kemudian kita berhenti berbuat dosa, tapi kelakuan dan perbuatan dosa kita di masa lampau itu tetap harus dibayar harganya. Jadi penderitaan yang kita alami saat ini adakalanya sebagai akibat dari perbuatan dosa di masa lalu. Dosa sudah diampuni tapi ganjaran tetap harus kita rasakan.
Kita tak mungkin dapat melarikan diri dari akibat perbuatan di masa lalu ini yang disebut dengan istilah ganjaran. Memang pengampunan selalu diberikan Tuhan dan pemulihan hubungan dengan Allah dapat dibina lagi dengan baik. Akan tetapi satu-satunya cara untuk menjalani dan mempersingkat waktu berlakunya masa ganjaran ialah tunduk dan menyerah kepada Tuhan.
"...Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya orang berbalik dan bertobat." 2 Petrus 3:9
Thursday, August 19, 2010
BELUM MELIHAT KEMULIAAN KRISTUS
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Agustus 2010 -
Baca: 1 Korintus 2:6-16
"Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani." 1 Korintus 2:14
Seseorang mungkin sangat cerdas mengenai beberapa hal, tapi dapat ragu-ragu atau sama sekali tidak mengerti mengenai realitas kerohanian. Kata Paulus, "Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah." (2 Korintus 4:3-4). Dalam 'mata' mereka seolah-olah terdapat suatu selubung sehingga mereka tak dapat melihat hal-hal spiritual. Tetapi, "...apabila hati seorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu diambil dari padanya." (2 Korintus 3:16). Sebelum selubung mata seseorang disingkapkan tak mungkin ia dapat datang kepada Kristus dan bertobat. Pengangkatan atau penyingkapan selubung ini hanya dapat dikerjakan oleh kuasa Ilahi yaitu Roh Kudus.
Injil Kristus tidak antiintelektual. Untuk mengerti kebenaran Injil Kristus diperlukan pikiran, tetapi sayang pikiran manusia sudah tercemari dosa. Pikiran manusia telah dikendalikan oleh kemauannya sendiri yang cenderung memberontak kepada kebenaran Kristus dan lebih mengandalkan akal. Alkitab menyatakan; "...oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah." (Roma 10:3). Namun setelah mengalami kebuntuan banyak orang baru tersadar dan mulai mencari 'Penolong sejati' yaitu Yesus Kristus. Raja Daud berkata, "Sebelum aku terntindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janjiMu." (Mazmur 119:67).
Orang-orang yang diperbudak oleh dosa pada saatnya ingin melepaskan diri dari cengkeraman ini. Tetapi meski ada kemauan seringkali mereka gagal dan kembali jatuh dalam dosa lagi. Namun apabila selubung mata rohani itu tersingkap barulah mereka akan mengenal kebenaran Injil, "...dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." (Yohanes 8:32). Hamba dosa ini dapat merdeka apabila ada 'seseorang' yang membebaskannya.
"Jadi apabila Anak itu (Yesus Kristus - red.) memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka." Yohanes 8:36
Baca: 1 Korintus 2:6-16
"Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani." 1 Korintus 2:14
Seseorang mungkin sangat cerdas mengenai beberapa hal, tapi dapat ragu-ragu atau sama sekali tidak mengerti mengenai realitas kerohanian. Kata Paulus, "Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah." (2 Korintus 4:3-4). Dalam 'mata' mereka seolah-olah terdapat suatu selubung sehingga mereka tak dapat melihat hal-hal spiritual. Tetapi, "...apabila hati seorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu diambil dari padanya." (2 Korintus 3:16). Sebelum selubung mata seseorang disingkapkan tak mungkin ia dapat datang kepada Kristus dan bertobat. Pengangkatan atau penyingkapan selubung ini hanya dapat dikerjakan oleh kuasa Ilahi yaitu Roh Kudus.
Injil Kristus tidak antiintelektual. Untuk mengerti kebenaran Injil Kristus diperlukan pikiran, tetapi sayang pikiran manusia sudah tercemari dosa. Pikiran manusia telah dikendalikan oleh kemauannya sendiri yang cenderung memberontak kepada kebenaran Kristus dan lebih mengandalkan akal. Alkitab menyatakan; "...oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah." (Roma 10:3). Namun setelah mengalami kebuntuan banyak orang baru tersadar dan mulai mencari 'Penolong sejati' yaitu Yesus Kristus. Raja Daud berkata, "Sebelum aku terntindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janjiMu." (Mazmur 119:67).
Orang-orang yang diperbudak oleh dosa pada saatnya ingin melepaskan diri dari cengkeraman ini. Tetapi meski ada kemauan seringkali mereka gagal dan kembali jatuh dalam dosa lagi. Namun apabila selubung mata rohani itu tersingkap barulah mereka akan mengenal kebenaran Injil, "...dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." (Yohanes 8:32). Hamba dosa ini dapat merdeka apabila ada 'seseorang' yang membebaskannya.
"Jadi apabila Anak itu (Yesus Kristus - red.) memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka." Yohanes 8:36
Wednesday, August 18, 2010
FIRMAN TUHAN HARUS BERAKAR KUAT
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Agustus 2010 -
Baca: Mazmur 78:1-31
"supaya mereka menaruh kepercayaan kepada Allah dan tidak melupakan perbuatan-perbuatan Allah, tetapi memegang perintahNya;" Mazmur 78:7
Kondisi dan situasi yang seringkali mengombang-ambingkan stabilitas iman orang Kristen. Apa yang dirasa dan dilihat dapat menjatuhbangunkan kerohanian mereka, apalagi bagi yang masih dikuasai emosi dan suasana, belum dikuasai oleh firman Tuhan, sehingga firman itu belum seberapa dalam berakar dalam hidupnya.
Keadaan ini tidak beda jauh dengan kehidupan bangsa Israel di masa lampau. Kerohanian mereka belum stabil. Terbukti jika suasana enak dan menyenangkan, mereka bisa memuji-muji Tuhan. Namun saat keadaan tidak menyenangkan dan ada tantangan atau ujian hati mereka secepat kilat berubah, langsung menggerutu, bersungut-sungut dan memberontak kepada Tuhan seperti tertulis: "Sanggupkah Allah menyajikan hidangan di padang gurun? Memang, Ia memukul gunung batu, sehingga terpancar air dan membanjir sungai-sungai; tetapi sanggupkah Ia memberikan roti juga, atau menyediakan daging bagi umatNya?" (ayat 19:20). Namun, bukankah mata mereka sudah menyaksikan betapa Tuhan membelah Laut Teberau (Laut Merah) sehingga mereka dapat berjalan di tengah-tengahnya seperti di tanah kering? Saat itu mereka memuji Tuhan dan bersyukur dengan sorak-sorai, tapi pada kesempatan lain menghina Tuhan dengan perkataan yang sungguh menyakitkan hatiNya. "Sebab itu, ketika mendengar hal itu, Tuhan gemas, api menyala menimpa Yakub, bahkan murka bergejolak menimpa Israel, sebab mereka tidak percaya kepada Allah, dan tidak yakin akan keselamatan dari padaNya." (ayat 21-22).
Bila firman Tuhan berakar kuat di dalam hati, kita tidak akan bersikap seperti bangsa Israel itu meski berada di situasi yang tidak baik: ada penderitaan, sakit, kesesakan atau pun kegagalan. Kita akan memiliki hati seperti rasul Paulus yang berkata, "...hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat-" (2 Korintus 5:7). Jika kita terpaku pada masalah yang ada kita akan mudah lemah dan kecewa; sebaliknya bila kita menjalani hidup ini dengan 'mata iman', kita akan mampu bertahan melewati masalah karena kita percaya bahwa janji firmanNya tidak ada yang tidak ditepatiNya.
Sudahkah firmanNya itu berakar kuat di dalam kita? Sehebat apa pun badai menerpa, kita takkan goyah!
Baca: Mazmur 78:1-31
"supaya mereka menaruh kepercayaan kepada Allah dan tidak melupakan perbuatan-perbuatan Allah, tetapi memegang perintahNya;" Mazmur 78:7
Kondisi dan situasi yang seringkali mengombang-ambingkan stabilitas iman orang Kristen. Apa yang dirasa dan dilihat dapat menjatuhbangunkan kerohanian mereka, apalagi bagi yang masih dikuasai emosi dan suasana, belum dikuasai oleh firman Tuhan, sehingga firman itu belum seberapa dalam berakar dalam hidupnya.
Keadaan ini tidak beda jauh dengan kehidupan bangsa Israel di masa lampau. Kerohanian mereka belum stabil. Terbukti jika suasana enak dan menyenangkan, mereka bisa memuji-muji Tuhan. Namun saat keadaan tidak menyenangkan dan ada tantangan atau ujian hati mereka secepat kilat berubah, langsung menggerutu, bersungut-sungut dan memberontak kepada Tuhan seperti tertulis: "Sanggupkah Allah menyajikan hidangan di padang gurun? Memang, Ia memukul gunung batu, sehingga terpancar air dan membanjir sungai-sungai; tetapi sanggupkah Ia memberikan roti juga, atau menyediakan daging bagi umatNya?" (ayat 19:20). Namun, bukankah mata mereka sudah menyaksikan betapa Tuhan membelah Laut Teberau (Laut Merah) sehingga mereka dapat berjalan di tengah-tengahnya seperti di tanah kering? Saat itu mereka memuji Tuhan dan bersyukur dengan sorak-sorai, tapi pada kesempatan lain menghina Tuhan dengan perkataan yang sungguh menyakitkan hatiNya. "Sebab itu, ketika mendengar hal itu, Tuhan gemas, api menyala menimpa Yakub, bahkan murka bergejolak menimpa Israel, sebab mereka tidak percaya kepada Allah, dan tidak yakin akan keselamatan dari padaNya." (ayat 21-22).
Bila firman Tuhan berakar kuat di dalam hati, kita tidak akan bersikap seperti bangsa Israel itu meski berada di situasi yang tidak baik: ada penderitaan, sakit, kesesakan atau pun kegagalan. Kita akan memiliki hati seperti rasul Paulus yang berkata, "...hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat-" (2 Korintus 5:7). Jika kita terpaku pada masalah yang ada kita akan mudah lemah dan kecewa; sebaliknya bila kita menjalani hidup ini dengan 'mata iman', kita akan mampu bertahan melewati masalah karena kita percaya bahwa janji firmanNya tidak ada yang tidak ditepatiNya.
Sudahkah firmanNya itu berakar kuat di dalam kita? Sehebat apa pun badai menerpa, kita takkan goyah!
Tuesday, August 17, 2010
MERDEKA KARENA BERSATU
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Agustus 2010 -
Baca: Galatia 5:1-15
"Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih." Galatia 5:13
Selama 350 tahun bangsa Indonesia terkungkung dalam penindasan dan penjajahan Belanda. Belum lagi 3 setengah tahun di bawah kekejaman tentara Jepang. Suatu penderitaan yang luar biasa harus dialami oleh bangsa kita di masa lalu!
Begitu banyak pelajaran yang dapat dipetik dari lembar sejarah bangsa kita. Semangat juang para pendahulu kita untuk meraih kemerdekaan yang dicita-citakan sepatutnya menjadi contoh bagi kita yang hidup di zaman sekarang ini. Dengan latar belakang yang berbeda-beda mereka bersatu padu mengusir penjajah demi mewujudkan negera kesatuan RI. Sesungguhnya, impian mewujudkan negara kesatuan ini sudah sejak lama dirancangkan. Bahkan di zaman kerajaan Majapahit dulu ada Sumpah Palapa yang menjadi bukti dan simbol perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Semangat juang itulah yang mengilhami para pahlawan bangsa; mereka bersatu dan bersama-sama bangkit dari keterpurukan akibat penjajahan. Kemerdekaan pun bisa diraih! Kini kita terbebas dari ikatan belenggu penjajah!
5 tahun sudah bangsa kita menikmati kemerdekaan! Namun tidaklah berarti perjuangan kita sudah usai; perjuangan kita sesungguhnya baru dimulai! Sekarang ini perjuangan kita bukan lagi dengan mengangkat senjata melainkan dengan usaha mempertahankan persatuan dan kesatuan, serta mewujudkan cita-cita bangsa yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Kita berada di era reformasi. Di mana-mana kata reformasi didengungkan. Reformasi adalah perubahan radikal yang bertujuan memperbaiki kehidupan di segala aspek. Di era reformasi ini orang berani mengungkapkan pendapatnya tanpa harus takut dan terintimidasi pihak lain. Tapi sayang reformasi yang sedang berjalan ini tidak seperti tujuan semula. Bukan lagi kepentingan bersama yang diperjuangkan tapi orang memperjuangkan kepentingan golongannya sendiri-sendiri. Jika ini berlanjut, secara perlahan persatuan dan kesatuan bangsa akan luntur. Maka semangat kemerdekaan tidak akan lagi bergema seperti dahulu, nothing's special!
Di hari istimewa ini mari kita kembali meneladani semangat persatuan dan kesatuan para pendahulu kita. Tanpa persatuan dan kesatuan mustahil kemerdekan diraih; begitu pula tanpa persatuan dan kesatuan niscaya cita-cita bangsa akan sulit tercapai.
Baca: Galatia 5:1-15
"Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih." Galatia 5:13
Selama 350 tahun bangsa Indonesia terkungkung dalam penindasan dan penjajahan Belanda. Belum lagi 3 setengah tahun di bawah kekejaman tentara Jepang. Suatu penderitaan yang luar biasa harus dialami oleh bangsa kita di masa lalu!
Begitu banyak pelajaran yang dapat dipetik dari lembar sejarah bangsa kita. Semangat juang para pendahulu kita untuk meraih kemerdekaan yang dicita-citakan sepatutnya menjadi contoh bagi kita yang hidup di zaman sekarang ini. Dengan latar belakang yang berbeda-beda mereka bersatu padu mengusir penjajah demi mewujudkan negera kesatuan RI. Sesungguhnya, impian mewujudkan negara kesatuan ini sudah sejak lama dirancangkan. Bahkan di zaman kerajaan Majapahit dulu ada Sumpah Palapa yang menjadi bukti dan simbol perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Semangat juang itulah yang mengilhami para pahlawan bangsa; mereka bersatu dan bersama-sama bangkit dari keterpurukan akibat penjajahan. Kemerdekaan pun bisa diraih! Kini kita terbebas dari ikatan belenggu penjajah!
5 tahun sudah bangsa kita menikmati kemerdekaan! Namun tidaklah berarti perjuangan kita sudah usai; perjuangan kita sesungguhnya baru dimulai! Sekarang ini perjuangan kita bukan lagi dengan mengangkat senjata melainkan dengan usaha mempertahankan persatuan dan kesatuan, serta mewujudkan cita-cita bangsa yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Kita berada di era reformasi. Di mana-mana kata reformasi didengungkan. Reformasi adalah perubahan radikal yang bertujuan memperbaiki kehidupan di segala aspek. Di era reformasi ini orang berani mengungkapkan pendapatnya tanpa harus takut dan terintimidasi pihak lain. Tapi sayang reformasi yang sedang berjalan ini tidak seperti tujuan semula. Bukan lagi kepentingan bersama yang diperjuangkan tapi orang memperjuangkan kepentingan golongannya sendiri-sendiri. Jika ini berlanjut, secara perlahan persatuan dan kesatuan bangsa akan luntur. Maka semangat kemerdekaan tidak akan lagi bergema seperti dahulu, nothing's special!
Di hari istimewa ini mari kita kembali meneladani semangat persatuan dan kesatuan para pendahulu kita. Tanpa persatuan dan kesatuan mustahil kemerdekan diraih; begitu pula tanpa persatuan dan kesatuan niscaya cita-cita bangsa akan sulit tercapai.
Monday, August 16, 2010
I M A N U E L: Tuhan Beserta Kita
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Agustus 2010 -
Baca: Matius 1:18-25
"Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel." Matius 1:23
Alkitab mengatakan: "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus." (Roma 3:23-24). Harus kita ketahui bahwa seluruh pekerjaan penebusan didahului dengan tanda kedatangan Bayi itu di Betlehem. KedatanganNya itu digambarkan dalam suatu ketenangan yang adikodrati dan sebagian kecil karakter Allah. Hanya beberapa gembala yang rendah hati yang dipanggil untuk menjadi saksi kejadian unik bagi umat manusia ini, di mana Anak Allah menyatakan diri sebagai Anak Manusia. Tetapi ketika Yesus dilahirkan hanya beberapa orang saja yang percaya bahwa Ia adalah Mesias, sedangkan yang lain tidak mempercayaiNya, bahkan berniat hendak membunuhNya.
Sampai detik ini pun masih banyak orang menolak Yesus, bahkan melecehkan Sang Juruselamat umat manusia. Ketika Ia berada di atas bumi gelar Imanuel tidak pernah dimengerti sepenuhnya dan mungkin tidak pernah dipergunakan oleh orang-orang di sekitarNya. Akan tetapi sejak hari penyalibanNya dan Pentakosta orang-orang percaya mulai menyatakannya sebagai salah satu dari nama-namaNya yang agung. Dia sendiri meneguhkannya ketika Dia menguatkan para rasul yang dikasihiNya, dengan berkata, "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:20b).
Karena Dia sendiri telah mengatakan hendak menyertai mereka senantiasa sampai kepada akhir zaman, maka kita pun dapat mengklaimNya sebagai Imanuel yang kekal. Alkitab mengatakan kepada kita, "Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai." (Yesaya 9:5). Nubuat ini telah digenapi. Para malaikat membawa berita sukacita itu kepada gembala-gembala dengan berkata, "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa." (Lukas 2:10). Tidak ada yang perlu kita lakukan karena Dia Imanuel!
"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi ini di antara manusia yang berkenan kepadaNya." Lukas 2:14
Baca: Matius 1:18-25
"Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel." Matius 1:23
Alkitab mengatakan: "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus." (Roma 3:23-24). Harus kita ketahui bahwa seluruh pekerjaan penebusan didahului dengan tanda kedatangan Bayi itu di Betlehem. KedatanganNya itu digambarkan dalam suatu ketenangan yang adikodrati dan sebagian kecil karakter Allah. Hanya beberapa gembala yang rendah hati yang dipanggil untuk menjadi saksi kejadian unik bagi umat manusia ini, di mana Anak Allah menyatakan diri sebagai Anak Manusia. Tetapi ketika Yesus dilahirkan hanya beberapa orang saja yang percaya bahwa Ia adalah Mesias, sedangkan yang lain tidak mempercayaiNya, bahkan berniat hendak membunuhNya.
Sampai detik ini pun masih banyak orang menolak Yesus, bahkan melecehkan Sang Juruselamat umat manusia. Ketika Ia berada di atas bumi gelar Imanuel tidak pernah dimengerti sepenuhnya dan mungkin tidak pernah dipergunakan oleh orang-orang di sekitarNya. Akan tetapi sejak hari penyalibanNya dan Pentakosta orang-orang percaya mulai menyatakannya sebagai salah satu dari nama-namaNya yang agung. Dia sendiri meneguhkannya ketika Dia menguatkan para rasul yang dikasihiNya, dengan berkata, "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:20b).
Karena Dia sendiri telah mengatakan hendak menyertai mereka senantiasa sampai kepada akhir zaman, maka kita pun dapat mengklaimNya sebagai Imanuel yang kekal. Alkitab mengatakan kepada kita, "Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai." (Yesaya 9:5). Nubuat ini telah digenapi. Para malaikat membawa berita sukacita itu kepada gembala-gembala dengan berkata, "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa." (Lukas 2:10). Tidak ada yang perlu kita lakukan karena Dia Imanuel!
"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi ini di antara manusia yang berkenan kepadaNya." Lukas 2:14
Sunday, August 15, 2010
BERPEGANG TEGUH PADA FIRMAN TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Agustus 2010 -
Baca: Roma 15:1-13
"Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci." Roma 15:4
Sebagai anak-anak Tuhan kita harus mempercayai apa yang dikatakan oleh firman Tuhan. Melalui tulisan-tulisan yang tercantum di dalam Alkitab kita memperoleh suatu pengharapan yang benar. Dari pengharapan itulah kita dapat memperoleh iman. Jika kita tak mempunyai pengharapan, iman pun tak akan terbentuk, karena pengharapan dan iman bekerja sama dalam kehidupan orang percaya dengan cara yang sama seperti tertulis: "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." (Ibrani 11:1).
Pengalaman membuktikan bahwa orang yang kehilangan akan mudah mengalami stres dan depresi, dan tak mampu menguasai keadaan lagi. Tetapi Alkitab menasihati kita supaya teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci, sehingga kita pun akan dapat mengatasi semua permasalahan hidup dengan berpegang pada pengharapan dan iman pada janji-janji Tuhan. Jelas dikatakan bahwa "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17).
Tetapi, bagaimanakah kita dapat mendengar janji-janji Tuhan itu? Kita dapat mendengar janji-janji Tuhan dari pemberitaan secara lisan melalui kotbah para hambaNya, atau dengan membaca firman Tuhan serta merenungkannya siang dan malam sehingga janji-janji Tuhan itu benar-benar meresap ke dalam hati kita, dan menimbulkan pengharapan serta iman yang teguh. Seringkali kita berdoa dan menerapkan janji-janji firman Tuhan untuk orang lain dan orang itu pun tertolong. Namun bila kita sendiri tak dapat menggunakan pengharapan dan iman atas janji-janji Tuhan itu, maka berkat-berkat Tuhan tak dapat kita nikmati. "Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat." (Ibrani 11:3). Firman Tuhan yang sanggup menciptakan alam semesta dengan sangat mudah berkuasa 'menciptakan' segala kebutuhan kita, yang tak ada artinya bila dibandingkan dengan alam semesta.
Oleh karenanya mari berpeganglah teguh pada janji-janji firman Tuhan agar hidup kita tertolong dalam segala masalah!
Baca: Roma 15:1-13
"Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci." Roma 15:4
Sebagai anak-anak Tuhan kita harus mempercayai apa yang dikatakan oleh firman Tuhan. Melalui tulisan-tulisan yang tercantum di dalam Alkitab kita memperoleh suatu pengharapan yang benar. Dari pengharapan itulah kita dapat memperoleh iman. Jika kita tak mempunyai pengharapan, iman pun tak akan terbentuk, karena pengharapan dan iman bekerja sama dalam kehidupan orang percaya dengan cara yang sama seperti tertulis: "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." (Ibrani 11:1).
Pengalaman membuktikan bahwa orang yang kehilangan akan mudah mengalami stres dan depresi, dan tak mampu menguasai keadaan lagi. Tetapi Alkitab menasihati kita supaya teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci, sehingga kita pun akan dapat mengatasi semua permasalahan hidup dengan berpegang pada pengharapan dan iman pada janji-janji Tuhan. Jelas dikatakan bahwa "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17).
Tetapi, bagaimanakah kita dapat mendengar janji-janji Tuhan itu? Kita dapat mendengar janji-janji Tuhan dari pemberitaan secara lisan melalui kotbah para hambaNya, atau dengan membaca firman Tuhan serta merenungkannya siang dan malam sehingga janji-janji Tuhan itu benar-benar meresap ke dalam hati kita, dan menimbulkan pengharapan serta iman yang teguh. Seringkali kita berdoa dan menerapkan janji-janji firman Tuhan untuk orang lain dan orang itu pun tertolong. Namun bila kita sendiri tak dapat menggunakan pengharapan dan iman atas janji-janji Tuhan itu, maka berkat-berkat Tuhan tak dapat kita nikmati. "Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat." (Ibrani 11:3). Firman Tuhan yang sanggup menciptakan alam semesta dengan sangat mudah berkuasa 'menciptakan' segala kebutuhan kita, yang tak ada artinya bila dibandingkan dengan alam semesta.
Oleh karenanya mari berpeganglah teguh pada janji-janji firman Tuhan agar hidup kita tertolong dalam segala masalah!
Saturday, August 14, 2010
DUKACITA YANG MENDATANGKAN KEBAIKAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Agustus 2010 -
Baca: 2 Korintus 7:8-16
"Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian." 2 Korintus 7:10
Perjalanan hidup kita adalah bak sebuah proses. Seperti sebuah benda yang begitu indah dan berharga mahal, tidak ada yang dihasilkan secara kebetulan. Semuanya dihasilkan melalui suatu proses yang tidak mudah: diolah, diremukkan, dibentuk.
Begitu pula kita yang harus melewati berbagai tekanan, kesulitan, masalah dan juga penderitaan, yang kesemuanya itu membawa kita kepada dukacita. Namun bila kita mampu menguasai diri dan me-manage-nya dengan baik, serta membiarkan tangan Tuhan bekerja dalam hidup kita, kehidupan kita akan menjadi luar biasa dan berbeda. Tuhan tidak menghendaki kita bersedih atau berduka karena masalah yang ada. Justru Dia ingin memakai dukacita yang kita alami ini sebagai sarana membawa kita pada sebuah kehidupan yang lebih baik lagi. Maka dari itu firmanNya mengatakan: "Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur." (Matius 5:4). Tidak semua bentuk dukacita dapat membawa kebaikan; hanya ketika membawa dukacita itu kepada Tuhan, maka dukacita itu akan menjadi kebaikan bagi kita.
Lalu, dukacita yang bagaimanakah yang dapat membawa kebaikan dan menjadikan kita diberkati? Tuhan Yesus memberikan perumpamaan tentang seorang Farisi dan pemungut cukai (baca Lukas 18:10-14). Kita bisa melihat perbedaan sikap hati di antara keduanya. Pemungut cukai sangat berdukacita atas dosa-dosa yang telah ia perbuat; ia merasa hina dan tidak layak menghadap Tuhan. Itulah sebabnya "...pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu (orang Farisi - red.) tidak." (Lukas 18:13-14).
Tanpa adanya perasaan dukacita dan penyelesalan tidak akan pernah ada pertobatan. Dan tanpa pertobatan kita pun tidak akan pernah menerima anugerah pengampunan dan kasih karunia dari Tuhan.
Pemungut cukai disebut sebagai orang yang berbahagia, karena dukacitanya atas dosa membawanya mengalami pengampunan dan pembenaran oleh Tuhan.
Baca: 2 Korintus 7:8-16
"Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian." 2 Korintus 7:10
Perjalanan hidup kita adalah bak sebuah proses. Seperti sebuah benda yang begitu indah dan berharga mahal, tidak ada yang dihasilkan secara kebetulan. Semuanya dihasilkan melalui suatu proses yang tidak mudah: diolah, diremukkan, dibentuk.
Begitu pula kita yang harus melewati berbagai tekanan, kesulitan, masalah dan juga penderitaan, yang kesemuanya itu membawa kita kepada dukacita. Namun bila kita mampu menguasai diri dan me-manage-nya dengan baik, serta membiarkan tangan Tuhan bekerja dalam hidup kita, kehidupan kita akan menjadi luar biasa dan berbeda. Tuhan tidak menghendaki kita bersedih atau berduka karena masalah yang ada. Justru Dia ingin memakai dukacita yang kita alami ini sebagai sarana membawa kita pada sebuah kehidupan yang lebih baik lagi. Maka dari itu firmanNya mengatakan: "Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur." (Matius 5:4). Tidak semua bentuk dukacita dapat membawa kebaikan; hanya ketika membawa dukacita itu kepada Tuhan, maka dukacita itu akan menjadi kebaikan bagi kita.
Lalu, dukacita yang bagaimanakah yang dapat membawa kebaikan dan menjadikan kita diberkati? Tuhan Yesus memberikan perumpamaan tentang seorang Farisi dan pemungut cukai (baca Lukas 18:10-14). Kita bisa melihat perbedaan sikap hati di antara keduanya. Pemungut cukai sangat berdukacita atas dosa-dosa yang telah ia perbuat; ia merasa hina dan tidak layak menghadap Tuhan. Itulah sebabnya "...pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu (orang Farisi - red.) tidak." (Lukas 18:13-14).
Tanpa adanya perasaan dukacita dan penyelesalan tidak akan pernah ada pertobatan. Dan tanpa pertobatan kita pun tidak akan pernah menerima anugerah pengampunan dan kasih karunia dari Tuhan.
Pemungut cukai disebut sebagai orang yang berbahagia, karena dukacitanya atas dosa membawanya mengalami pengampunan dan pembenaran oleh Tuhan.
Friday, August 13, 2010
KUASA ILAHI TAK TERBATAS
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Agustus 2010 -
Baca: 2 Raja-Raja 4:1-7
"Berkatalah perempuan itu: "Hambamu ini tidak punya sesuatu apapun di rumah, kecuali sebuah buli-buli berisi minyak." 2 Raja-Raja 4:2b
Sebelum terangkat ke sorga Elia berkata kepada Elisa, " 'Mintalah apa yang hendak kulakukan kepadamu, sebelum aku terangkat dari padamu.' Jawab Elisa: 'Biarlah kiranya aku mendapat dua bagian dari rohmu.' " (2 Raja-Raja 2:9).
Elisa yang telah mendapatkan 'dua bagian' Roh nabi Elisa mengalami perubahan dalam hidup kerohaniannya. Ia memperoleh kuasa Ilahi sehingga dapat berkarya dengan heran dalam keadaan yang diperlukan. Suatu ketika ia berjumpa dengan janda yang terlilit hutang dan keadaannya cukup gawat, sebab penagih hutang hendak mengambil dua anaknya untuk dijadikan budak bila ia tidak bisa melunasi hutang itu. Elisa hendak menolong janda itu dan menanyakan apakah ia mempunyai sesuatu di rumahnya. Namun si janda hanya mempunyai sebuah buli-buli berisi minyak. Lalu Elisa memerintahkan janda itu untuk meminta bejana-bejana kosong dari para tetangganya dan menyuruhnya masuk ke dalam kamar, menutup pintu dan menuangkan minyak yang sedikit itu ke dalam semua bejana kosong yang ada. Maka mujizat pun terjadi! Semua bejana terisi penuh oleh minyak yang sedikit itu! Berkatalah Elisa kepada janda itu, "Pergilah, juallah minyak itu, bayarlah hutangmu, dan hiduplah dari lebihnya, engkau serta anak-anakmu." (2 Raja-Raja 4:7b).
Kuasa Ilahi yang ada di dalam diri Elisa mampu mengadakan hal-hal ajaib tanpa batas. Juga ketika Elisa mengetahui ada perempuan Suneam yang kaya tapi tak mempunyai anak dan suaminya pun sudah tua, kuasa Ilahi 'dua bagian' Roh nabi yang ada pada dirinya sanggup membuat perempuan itu mempunyai anak. "Mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan seorang anak laki-laki pada waktu seperti itu juga, pada tahun berikutnya, seperti yang dikatakan Elisa kepadanya." (2 Raja-Raja 4:17).
Walau Elisa telah beroleh karunia kuasa Ilahi dia tetap tak menyalahgunakan karunia yang diberikan Tuhan kepadanya. Ia tetap hidup sederhana dan rendah di hadapan Tuhan. Kita pun dapat mengalami pertolongan dalam kesesakan kita apabila kita berseru kepada Tuhan memohon kuasa IlahiNya berkarya dalam hidup kita.
Tuhan Yesus mengenal dan merasakan penderitaan kita; Dia sanggup mengubah air mata menjadi kesukaan karena kuasaNya tak terbatas!
Baca: 2 Raja-Raja 4:1-7
"Berkatalah perempuan itu: "Hambamu ini tidak punya sesuatu apapun di rumah, kecuali sebuah buli-buli berisi minyak." 2 Raja-Raja 4:2b
Sebelum terangkat ke sorga Elia berkata kepada Elisa, " 'Mintalah apa yang hendak kulakukan kepadamu, sebelum aku terangkat dari padamu.' Jawab Elisa: 'Biarlah kiranya aku mendapat dua bagian dari rohmu.' " (2 Raja-Raja 2:9).
Elisa yang telah mendapatkan 'dua bagian' Roh nabi Elisa mengalami perubahan dalam hidup kerohaniannya. Ia memperoleh kuasa Ilahi sehingga dapat berkarya dengan heran dalam keadaan yang diperlukan. Suatu ketika ia berjumpa dengan janda yang terlilit hutang dan keadaannya cukup gawat, sebab penagih hutang hendak mengambil dua anaknya untuk dijadikan budak bila ia tidak bisa melunasi hutang itu. Elisa hendak menolong janda itu dan menanyakan apakah ia mempunyai sesuatu di rumahnya. Namun si janda hanya mempunyai sebuah buli-buli berisi minyak. Lalu Elisa memerintahkan janda itu untuk meminta bejana-bejana kosong dari para tetangganya dan menyuruhnya masuk ke dalam kamar, menutup pintu dan menuangkan minyak yang sedikit itu ke dalam semua bejana kosong yang ada. Maka mujizat pun terjadi! Semua bejana terisi penuh oleh minyak yang sedikit itu! Berkatalah Elisa kepada janda itu, "Pergilah, juallah minyak itu, bayarlah hutangmu, dan hiduplah dari lebihnya, engkau serta anak-anakmu." (2 Raja-Raja 4:7b).
Kuasa Ilahi yang ada di dalam diri Elisa mampu mengadakan hal-hal ajaib tanpa batas. Juga ketika Elisa mengetahui ada perempuan Suneam yang kaya tapi tak mempunyai anak dan suaminya pun sudah tua, kuasa Ilahi 'dua bagian' Roh nabi yang ada pada dirinya sanggup membuat perempuan itu mempunyai anak. "Mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan seorang anak laki-laki pada waktu seperti itu juga, pada tahun berikutnya, seperti yang dikatakan Elisa kepadanya." (2 Raja-Raja 4:17).
Walau Elisa telah beroleh karunia kuasa Ilahi dia tetap tak menyalahgunakan karunia yang diberikan Tuhan kepadanya. Ia tetap hidup sederhana dan rendah di hadapan Tuhan. Kita pun dapat mengalami pertolongan dalam kesesakan kita apabila kita berseru kepada Tuhan memohon kuasa IlahiNya berkarya dalam hidup kita.
Tuhan Yesus mengenal dan merasakan penderitaan kita; Dia sanggup mengubah air mata menjadi kesukaan karena kuasaNya tak terbatas!
Thursday, August 12, 2010
ALLAH DANIEL ALLAH KITA JUGA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Agustus 2010 -
Baca: Daniel 6:20-29
"Lalu kata Daniel kepada raja: 'Ya raja, kekallah hidupmu! Allahku telah mengutus malaikatNya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu,'..." Daniel 6:22, 23
Raja Darius ditekan untuk membuat sebuah undang-undang dan mengeluarkan perintah bahwa dalam waktu tiga puluh hari setiap orang yang menyembah kepada salah satu dewa atau manusia, kecuali kepada raja, akan dilemparkan ke dalam gua singa.
Meskipun Daniel mendengar bahwa surat perintah itu telah dibuat, ia tetap berdoa setiap hari dan menyembah kepada Allah yang hidup. Pada saat musuh-musuh Daniel mendapatinya sedang berdoa, mereka menghadap raja dan meminta agar raja menghukum dan melemparkannya ke gua singa. Hati raja sangat sedih karena dia suka kepada Daniel dan tidak menginginkan kematian anak muda ini. Tetapi surat perintah itu tidak dapat diubah. Raja tidak dapat melakukan apa pun untuk menggantikannya, "Maka dibawalah sebuah batu dan diletakkan pada mulut gua itu, lalu raja mencap itu dengan cincin meterainya dan dengan cincin meterai para pembesarnya, supaya dalam hal Daniel tidak dibuat perubahan apa-apa." (ayat 18). Di sini kita dapat melihat perbedaan reaksi antara raja Darius dan Daniel dalam situasi yang tidak ada harapan. Setelah raja melemparkan Daniel ke gua singa ia tidak dapat tidur karena memikirkan nasib Daniel (ayat 19). Sebaliknya Daniel memiliki damai sejahtera karena ia hidup oleh iman dan mengharapkan hal-hal yang baik. Darius membayangkan hal-hal buruk dan mengira bahwa Daniel pasti akan dibunuh oleh singa-singa itu. "Pagi-pagi sekali ketika fajar menyingsing, bangunlah raja dan pergi dengan buru-buru ke gua singa; dan ketika ia sampai dekat gua itu, berserulah ia kepada Daniel dengan suara yang sayu. Berkatalah ia kepada Daniel: 'Daniel, hamba Allah yang hidup, Allahmu yang kausembah dengan tekun, telah sanggupkah Ia melepaskan engkau dari singa-singa itu?' Lalu kata Daniel kepada raja: 'Ya raja, kekallah hidupmu! Allahku telah mengutus malaikatNya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku,...' " (ayat 20-23).
Saat ini di mana-mana orang berbicara tentang masalah-masalah yang mengerikan yang terjadi di dunia. Tidaklah menutup kemungkinan kita juga mulai berpikir negatif seperti yang dilakukan oleh orang dunia.
Seburuk apa pun situasi di sekitar kita, Allah Daniel adalah Allah kita juga, Dia tidak pernah berubah, kuasaNya tetap sama! Jadi, buang semua pikiran yang negatif.
Baca: Daniel 6:20-29
"Lalu kata Daniel kepada raja: 'Ya raja, kekallah hidupmu! Allahku telah mengutus malaikatNya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu,'..." Daniel 6:22, 23
Raja Darius ditekan untuk membuat sebuah undang-undang dan mengeluarkan perintah bahwa dalam waktu tiga puluh hari setiap orang yang menyembah kepada salah satu dewa atau manusia, kecuali kepada raja, akan dilemparkan ke dalam gua singa.
Meskipun Daniel mendengar bahwa surat perintah itu telah dibuat, ia tetap berdoa setiap hari dan menyembah kepada Allah yang hidup. Pada saat musuh-musuh Daniel mendapatinya sedang berdoa, mereka menghadap raja dan meminta agar raja menghukum dan melemparkannya ke gua singa. Hati raja sangat sedih karena dia suka kepada Daniel dan tidak menginginkan kematian anak muda ini. Tetapi surat perintah itu tidak dapat diubah. Raja tidak dapat melakukan apa pun untuk menggantikannya, "Maka dibawalah sebuah batu dan diletakkan pada mulut gua itu, lalu raja mencap itu dengan cincin meterainya dan dengan cincin meterai para pembesarnya, supaya dalam hal Daniel tidak dibuat perubahan apa-apa." (ayat 18). Di sini kita dapat melihat perbedaan reaksi antara raja Darius dan Daniel dalam situasi yang tidak ada harapan. Setelah raja melemparkan Daniel ke gua singa ia tidak dapat tidur karena memikirkan nasib Daniel (ayat 19). Sebaliknya Daniel memiliki damai sejahtera karena ia hidup oleh iman dan mengharapkan hal-hal yang baik. Darius membayangkan hal-hal buruk dan mengira bahwa Daniel pasti akan dibunuh oleh singa-singa itu. "Pagi-pagi sekali ketika fajar menyingsing, bangunlah raja dan pergi dengan buru-buru ke gua singa; dan ketika ia sampai dekat gua itu, berserulah ia kepada Daniel dengan suara yang sayu. Berkatalah ia kepada Daniel: 'Daniel, hamba Allah yang hidup, Allahmu yang kausembah dengan tekun, telah sanggupkah Ia melepaskan engkau dari singa-singa itu?' Lalu kata Daniel kepada raja: 'Ya raja, kekallah hidupmu! Allahku telah mengutus malaikatNya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku,...' " (ayat 20-23).
Saat ini di mana-mana orang berbicara tentang masalah-masalah yang mengerikan yang terjadi di dunia. Tidaklah menutup kemungkinan kita juga mulai berpikir negatif seperti yang dilakukan oleh orang dunia.
Seburuk apa pun situasi di sekitar kita, Allah Daniel adalah Allah kita juga, Dia tidak pernah berubah, kuasaNya tetap sama! Jadi, buang semua pikiran yang negatif.
Wednesday, August 11, 2010
DAPATKAN APA YANG TUHAN JANJIKAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Agustus 2010 -
Baca: Yosua 14:6-15
"Oleh sebab itu, berikanlah kepadaku pegunungan, yang dijanjikan Tuhan pada waktu itu,..." Yosua 14:12
Tuhan menciptakan setiap umatNya dengan suatu tujuan atau rencana indah. Demi terlaksananya rencana Tuhan bagi kita, kita harus bekerjasama denganNya, tak boleh pasif. Apabila Ia mengungkapkan rencana itu kepada kita haruslah kita tanggapi dengan positif. Dengan keyakinan penuh kita akan sanggup memenuhi apa yang Ia inginkan dalam hidup kita, tak peduli besar atau berat rintangan yang mungkin menghadang.
Pada zaman Musa Tuhan berjanji akan memberi bangsa Israel suatu negeri bagi mereka. Sesuai perintah Tuhan Musa pun mengutus 12 kepala suku untuk mengintai keadaan negeri itu. Ada pun 10 utusan yang telah mengintai negeri Kanaan itu memberikan laporan bahwa negeri itu memang berlimpah dengan susu dan madu, hanya sayang bangsa yang mendiami negeri itu kuat-kuat sehingga mereka tak mungkin masuk ke sana, hanya Yosua dan Kaleb yang memberikan tanggapan dan pernyataan positif. Namun bangsa Israel justru mengikuti suara negatif yang lebih banyak jumlahnya. Mereka tak berani masuk ke negeri perjanjian itu sehingga mereka harus mengembara selama 40 tahun. Ketika Musa meninggal Tuhan mengangkat Yosua sebagai penggantinya. Di bawah pimpinan Yosua mereka masuk ke negeri perjanjian. Kemudian Kaleb datang kepada Yosua mengingatkan janji Tuhan. Kaleb mengembara di padang belantara selama 40 tahun bersama bangsa yang tak percaya mengenai negeri yang Ia janjikan. 45 tahun setelah janji itu diberikan kepadanya Kaleb datang kepada Yosua dan berkata, "...berikanlah kepadaku pegunungan, yang dijanjikan Tuhan pada waktu itu, sebab engkau sendiri mendengar pada waktu itu,..."
Seperti Kaleb, kita pun dapat meraih apa yang Tuhan janjikan kepada kita. Tak peduli apakah janji itu sudah lama atau baru. Tuhan tidak pernah ingkar janji, "Tuhan tidak lalai menepati janjiNya, sekalipun ada orang menganggapnya sebagai kelalaian," (2 Petrus 3:9). Untuk memiliki janji itu kita dapat bertindak seperti Kaleb mengingatkan Tuhan akan janjiNya.
Dan yang lebih penting jagalah sikap hati dan benar dan tetap teguh menanti-nantikan Dia!
Baca: Yosua 14:6-15
"Oleh sebab itu, berikanlah kepadaku pegunungan, yang dijanjikan Tuhan pada waktu itu,..." Yosua 14:12
Tuhan menciptakan setiap umatNya dengan suatu tujuan atau rencana indah. Demi terlaksananya rencana Tuhan bagi kita, kita harus bekerjasama denganNya, tak boleh pasif. Apabila Ia mengungkapkan rencana itu kepada kita haruslah kita tanggapi dengan positif. Dengan keyakinan penuh kita akan sanggup memenuhi apa yang Ia inginkan dalam hidup kita, tak peduli besar atau berat rintangan yang mungkin menghadang.
Pada zaman Musa Tuhan berjanji akan memberi bangsa Israel suatu negeri bagi mereka. Sesuai perintah Tuhan Musa pun mengutus 12 kepala suku untuk mengintai keadaan negeri itu. Ada pun 10 utusan yang telah mengintai negeri Kanaan itu memberikan laporan bahwa negeri itu memang berlimpah dengan susu dan madu, hanya sayang bangsa yang mendiami negeri itu kuat-kuat sehingga mereka tak mungkin masuk ke sana, hanya Yosua dan Kaleb yang memberikan tanggapan dan pernyataan positif. Namun bangsa Israel justru mengikuti suara negatif yang lebih banyak jumlahnya. Mereka tak berani masuk ke negeri perjanjian itu sehingga mereka harus mengembara selama 40 tahun. Ketika Musa meninggal Tuhan mengangkat Yosua sebagai penggantinya. Di bawah pimpinan Yosua mereka masuk ke negeri perjanjian. Kemudian Kaleb datang kepada Yosua mengingatkan janji Tuhan. Kaleb mengembara di padang belantara selama 40 tahun bersama bangsa yang tak percaya mengenai negeri yang Ia janjikan. 45 tahun setelah janji itu diberikan kepadanya Kaleb datang kepada Yosua dan berkata, "...berikanlah kepadaku pegunungan, yang dijanjikan Tuhan pada waktu itu, sebab engkau sendiri mendengar pada waktu itu,..."
Seperti Kaleb, kita pun dapat meraih apa yang Tuhan janjikan kepada kita. Tak peduli apakah janji itu sudah lama atau baru. Tuhan tidak pernah ingkar janji, "Tuhan tidak lalai menepati janjiNya, sekalipun ada orang menganggapnya sebagai kelalaian," (2 Petrus 3:9). Untuk memiliki janji itu kita dapat bertindak seperti Kaleb mengingatkan Tuhan akan janjiNya.
Dan yang lebih penting jagalah sikap hati dan benar dan tetap teguh menanti-nantikan Dia!
Tuesday, August 10, 2010
SYARAT YANG HARUS DIPENUHI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Agustus 2010 -
Baca: Yohanes 15:1-8
"Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firmanKu tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya." Yohanes 15:7
Tetapi sekalipun kita memakai ayat itu sebagai senjata menggugah hati Tuhan agar janji firmanNya dipenuhi, tidak akan berguna sama sekali jika 'syarat' yang diminta Tuhan tidak kita penuhi. Syarat pertama adalah kita tinggal di dalam Tuhan Yesus Kristus. Artinya: kehidupan kita seluruhnya disalut oleh pribadi Tuhan. Seluruh kehendak pribadi kita harus dimatikan dan ditaklukkan untuk Kristus. Tuhan Yesus harus menjadi teladan di segala aspek kehidupan kita. Rasul Paulus berkata, "Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihiku dan menyerahkan diriNya untuk aku." (Galatia 2:19-20). Kalau kita tinggal di dalam Kristus hidup kita akan mencerminkan sifat-sifat Kristus.
Ada pun syarat berikutnya: firmanNya tinggal di dalam kita. Jika firman Tuhan tinggal di dalam kita maka kita dapat menggunakannya untuk melepaskan kuasa cipta untuk memenuhi janji-janji firmanNya, karena setiap firman yang tertulis dalam Alkitab adalah perkataan Tuhan sendiri. FirmanNya tinggal di dalam kita berarti kita merenungkannya siang malam dan berpegang teguh kepada segala perintahNya, taat melakukan kehendak Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Salomo menasihati, "Hai anakku, berpeganglah pada perkataanku, dan simpanlah perintahku dalam hatimu. Berpeganglah pada perintahku, dan engkau akan hidup; simpanlah ajaranku seperti biji matamu." (Amsal 7:1-2).
Sudahkah kita hidup dalam ketaatan? Jangan menuntut Tuhan memberkati kita apabila kita tidak melakukan bagian kita!
Asal kita taat melakukan firmanNya dan meneladani Kristus dalam segala hal, apa pun yang kita perlukan pasti Dia sediakan!
Baca: Yohanes 15:1-8
"Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firmanKu tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya." Yohanes 15:7
Tetapi sekalipun kita memakai ayat itu sebagai senjata menggugah hati Tuhan agar janji firmanNya dipenuhi, tidak akan berguna sama sekali jika 'syarat' yang diminta Tuhan tidak kita penuhi. Syarat pertama adalah kita tinggal di dalam Tuhan Yesus Kristus. Artinya: kehidupan kita seluruhnya disalut oleh pribadi Tuhan. Seluruh kehendak pribadi kita harus dimatikan dan ditaklukkan untuk Kristus. Tuhan Yesus harus menjadi teladan di segala aspek kehidupan kita. Rasul Paulus berkata, "Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihiku dan menyerahkan diriNya untuk aku." (Galatia 2:19-20). Kalau kita tinggal di dalam Kristus hidup kita akan mencerminkan sifat-sifat Kristus.
Ada pun syarat berikutnya: firmanNya tinggal di dalam kita. Jika firman Tuhan tinggal di dalam kita maka kita dapat menggunakannya untuk melepaskan kuasa cipta untuk memenuhi janji-janji firmanNya, karena setiap firman yang tertulis dalam Alkitab adalah perkataan Tuhan sendiri. FirmanNya tinggal di dalam kita berarti kita merenungkannya siang malam dan berpegang teguh kepada segala perintahNya, taat melakukan kehendak Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Salomo menasihati, "Hai anakku, berpeganglah pada perkataanku, dan simpanlah perintahku dalam hatimu. Berpeganglah pada perintahku, dan engkau akan hidup; simpanlah ajaranku seperti biji matamu." (Amsal 7:1-2).
Sudahkah kita hidup dalam ketaatan? Jangan menuntut Tuhan memberkati kita apabila kita tidak melakukan bagian kita!
Asal kita taat melakukan firmanNya dan meneladani Kristus dalam segala hal, apa pun yang kita perlukan pasti Dia sediakan!
Monday, August 9, 2010
JANGAN RAGUKAN KUASA TUHAN!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Agustus 2010 -
Baca: Keluaran 15:1-21
"Karena nafas hidungMu segala air naik bertimbun-timbun; segala aliran berdiri tegak seperti bendungan; air bah membeku di tengah-tengah laut." Keluaran 15:8
Dengan kuasaNya yang dahsyat Allah membuat air laut mampu berdiri tegak pada kedua sisi seperti tembok. Di tanganNya air laut seperti membeku sehingga orang Israel berjalan melintasi lautan itu seperti berjalan di tanah kering. Puji Tuhan! Firman Allah berkuasa! Ketika firman diucapkan air kembali lagi memenuhi lautan! Dia Allah yang Mahakuasa sanggup melakukan segal perkara, sehingga "Ketika kuda Firaun dengan keretanya dan orangnya yang berkuda telah masuk ke laut, maka Tuhan membuat air laut berbalik meliputi mereka, tetapi orang Israel berjalan di tempat kering di tengah-tengah laut." (Ayat 19).
Ini bukti kasih setiaNya; tidak ada janji yang tidak Dia penuhi. Jika Allah berjanji menyertai, Dia akan melakukannya. Dia tak pernah meninggalkan kita. "Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau. Sebab Akulah Tuhan Allahmu, Yang Mahakudus, Allah Israel, Juruselamatmu." (Yesaya 43:2-3a). 'Air dan api' berbicara mengenai pencobaan dan penderitaan. Dia selalu menyertai kita sehingga tak satu pun perkara dapat menghancurkan kita jika kita selalu taat pada firmanNya; "...Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:20b).
Setelah Musa meninggal, Yosua dipilih Tuhan menadi pemimpin orang Israel. Tuhan berkata, "Seorangpun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu; seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau." (Yosua 1:5). Ketika bangsa Israel tiba di Kanaan mereka menghadapi banyak musuh, di antaranya pertempuran melawan orang Amori. Bangsa Israel menang pada siang hari, tetapi malam hari kalah. Yosua pun berdoa agar matahari dan bulan tetap di tempatnya, "Maka berhentilah matahari dan bulanpun tidak bergerak, sampai bangsa itu (Israel) membalaskan dendamnya kepada musuhnya." (Yosua 10:13a).
Tidak ada perkara yang mustahil bagi Tuhan karena Dia Mahakuasa!
Baca: Keluaran 15:1-21
"Karena nafas hidungMu segala air naik bertimbun-timbun; segala aliran berdiri tegak seperti bendungan; air bah membeku di tengah-tengah laut." Keluaran 15:8
Dengan kuasaNya yang dahsyat Allah membuat air laut mampu berdiri tegak pada kedua sisi seperti tembok. Di tanganNya air laut seperti membeku sehingga orang Israel berjalan melintasi lautan itu seperti berjalan di tanah kering. Puji Tuhan! Firman Allah berkuasa! Ketika firman diucapkan air kembali lagi memenuhi lautan! Dia Allah yang Mahakuasa sanggup melakukan segal perkara, sehingga "Ketika kuda Firaun dengan keretanya dan orangnya yang berkuda telah masuk ke laut, maka Tuhan membuat air laut berbalik meliputi mereka, tetapi orang Israel berjalan di tempat kering di tengah-tengah laut." (Ayat 19).
Ini bukti kasih setiaNya; tidak ada janji yang tidak Dia penuhi. Jika Allah berjanji menyertai, Dia akan melakukannya. Dia tak pernah meninggalkan kita. "Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau. Sebab Akulah Tuhan Allahmu, Yang Mahakudus, Allah Israel, Juruselamatmu." (Yesaya 43:2-3a). 'Air dan api' berbicara mengenai pencobaan dan penderitaan. Dia selalu menyertai kita sehingga tak satu pun perkara dapat menghancurkan kita jika kita selalu taat pada firmanNya; "...Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:20b).
Setelah Musa meninggal, Yosua dipilih Tuhan menadi pemimpin orang Israel. Tuhan berkata, "Seorangpun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu; seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau." (Yosua 1:5). Ketika bangsa Israel tiba di Kanaan mereka menghadapi banyak musuh, di antaranya pertempuran melawan orang Amori. Bangsa Israel menang pada siang hari, tetapi malam hari kalah. Yosua pun berdoa agar matahari dan bulan tetap di tempatnya, "Maka berhentilah matahari dan bulanpun tidak bergerak, sampai bangsa itu (Israel) membalaskan dendamnya kepada musuhnya." (Yosua 10:13a).
Tidak ada perkara yang mustahil bagi Tuhan karena Dia Mahakuasa!
Sunday, August 8, 2010
PERPISAHAN ABRAM DAN LOT
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Agustus 2010 -
Baca: Kejadian 13:1-13
"Tetapi negeri itu tidak cukup luas bagi mereka untuk diam bersama-sama, sebab harta milik mereka amat banyak, sehingga mereka tidak dapat diam bersama-sama" Kejadian 13:6
Allah memanggil Abram untuk meninggalkan negeri dan sanak saudaranya pergi ke negeri yang akan Dia tunjukkan. "...pergilah Abram dari Mesir ke Tanah Negeb dengan isterinya dan segala kepunyaannya, dan Lot pun bersama-sama dengan dia." (ayat 1).
Lot bukanlah orang yang terkenal atau pun orang yang istimewa, namun ia menjadi terkenal karena Abram adalah orang beriman yang setia. Sebelum Allah memanggilnya, Abram adalah orang dari keluarga yang berlatar belakang menyembah berhala: "Berkatalah Yosua kepada seluruh bangsa itu: 'Beginilah firman Tuhan, Allah Israel: Dahulu kala di seberang sungai Efrat, di situlah diam nenek moyangmu, yakni Terah, ayah Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain. Tetapi aku mengambil Abraham, bapamu itu, dari sungai Efrat, dan menyuruh dia menjelajahi seluruh tanah Kanaan. Aku membuat banyak keturunannya dan memberikan Ishak kepadanya." (Yosua 24:2-3). Mengetahui bahwa pamannya akan memisahkan diri dari dunia dan hidup sebagai anak Tuhan, Lot ikut dan turut meninggalkan Ur dengan Abram. Banyak di antara kita seperti Lot, tak pernah mendengar secara pribadi panggilan Ilahi, tetapi di bawa keluar dari dunia oleh sanak keluarga atau teman-teman yang sudah mendengar panggilan Tuhan. Itu tetap anugerah Allah dan sangat baik, bagaimanapun juga kita telah mengikuti mereka dalam jejak iman. Begitu juga Lot yang tidak hanya mengikuti Abram tetapi turut menjadi orang benar dan diselamatkan.
Awalnya Abram dan Lot mempunyai hubungan indah, namun akhirnya mereka harus berpisah dan perjalanan rohani mereka pun juga sangat berbeda. Ikut bersama Abram membuat kehidupan Lot turut diberkati Tuhan: mempunyai domba, lembu dan kemah, hartanya pun bertambah banyak sehingga negeri itu tak cukup bagi mereka untuk tinggal bersama. Mereka pun memutuskan berpisah. Memang sangatlah mudah berbagi dalam kesesakan, tetapi sangatlah sukar berbagi dalam hal kekayaan.
Persahabatan sangat indah bila dalam kesulitan; tetapi ketika salah seorang diberkati lebih, perpisahan pun terjadi.
Baca: Kejadian 13:1-13
"Tetapi negeri itu tidak cukup luas bagi mereka untuk diam bersama-sama, sebab harta milik mereka amat banyak, sehingga mereka tidak dapat diam bersama-sama" Kejadian 13:6
Allah memanggil Abram untuk meninggalkan negeri dan sanak saudaranya pergi ke negeri yang akan Dia tunjukkan. "...pergilah Abram dari Mesir ke Tanah Negeb dengan isterinya dan segala kepunyaannya, dan Lot pun bersama-sama dengan dia." (ayat 1).
Lot bukanlah orang yang terkenal atau pun orang yang istimewa, namun ia menjadi terkenal karena Abram adalah orang beriman yang setia. Sebelum Allah memanggilnya, Abram adalah orang dari keluarga yang berlatar belakang menyembah berhala: "Berkatalah Yosua kepada seluruh bangsa itu: 'Beginilah firman Tuhan, Allah Israel: Dahulu kala di seberang sungai Efrat, di situlah diam nenek moyangmu, yakni Terah, ayah Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain. Tetapi aku mengambil Abraham, bapamu itu, dari sungai Efrat, dan menyuruh dia menjelajahi seluruh tanah Kanaan. Aku membuat banyak keturunannya dan memberikan Ishak kepadanya." (Yosua 24:2-3). Mengetahui bahwa pamannya akan memisahkan diri dari dunia dan hidup sebagai anak Tuhan, Lot ikut dan turut meninggalkan Ur dengan Abram. Banyak di antara kita seperti Lot, tak pernah mendengar secara pribadi panggilan Ilahi, tetapi di bawa keluar dari dunia oleh sanak keluarga atau teman-teman yang sudah mendengar panggilan Tuhan. Itu tetap anugerah Allah dan sangat baik, bagaimanapun juga kita telah mengikuti mereka dalam jejak iman. Begitu juga Lot yang tidak hanya mengikuti Abram tetapi turut menjadi orang benar dan diselamatkan.
Awalnya Abram dan Lot mempunyai hubungan indah, namun akhirnya mereka harus berpisah dan perjalanan rohani mereka pun juga sangat berbeda. Ikut bersama Abram membuat kehidupan Lot turut diberkati Tuhan: mempunyai domba, lembu dan kemah, hartanya pun bertambah banyak sehingga negeri itu tak cukup bagi mereka untuk tinggal bersama. Mereka pun memutuskan berpisah. Memang sangatlah mudah berbagi dalam kesesakan, tetapi sangatlah sukar berbagi dalam hal kekayaan.
Persahabatan sangat indah bila dalam kesulitan; tetapi ketika salah seorang diberkati lebih, perpisahan pun terjadi.
Saturday, August 7, 2010
MEMILIKI HATI YANG MURNI DAN BERSIH
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Agustus 2010 -
Baca: Ibrani 10:19-25
"Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus iklas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni." Ibrani 10:22
Kepada jemaat di Efesus Paulus menegaskan bahwa hidup kekristenan adalah perjuangan melawan kuasa-kuasa gelap dan tipu muslihat Iblis. Maka "...berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan." (Efesus 6:14).
Apakah maksud berbaju zirah itu? Baju zirah adalah baju yang dipakai untuk melindungi dada prajurit dari serangan musuh. Hati dan Tuhan agar kita tak mudah tertembus peluru si Iblis. Seseorang yang mengenakan baju zirah keadilan dan kebenaran akan terjaga dari hal-hal cemar dan jahat, sehingga ia pun dapat menghadap Tuhan ranpa rintangan atau ganjalan dalam hati. Alkitab berkata: "...karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni." Agar dapat memperoleh kemenangan atas musuh kita (Iblis), hati kita harus bersih dari segala kejahatan. Terlebih lagi bila kita rindu dipakai menjadi alat kemuliaanNya kita harus memiliki hati yang benar dan bersih di hadapan Tuhan seperti kata rasul Paulus, "Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia. Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni." (2 Timotius 2:21-22).
Hati merupakan sumber segala sesuatu, berkat atau kutuk. Ia dapat memancarkan kehidupan atau kematian, "karena dari hati timbul pikiran jahat,..." (Matius 15:19). Jika hati tercemar dan memancarkan air berpolusi dan keruh, sanggupkah ia menyegarkan jiwa yang dahaga? Maka untuk dapat memberi kesegaran jiwa-jiwa, perlulah hati kita dibersihkan setiap saat oleh darah Kristus yang kudus sehingga segala noda hilang! Dan melalui firmanNya hati kita akan diperbaharui setiap saat.
"...Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya." Mazmur 73:1
Baca: Ibrani 10:19-25
"Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus iklas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni." Ibrani 10:22
Kepada jemaat di Efesus Paulus menegaskan bahwa hidup kekristenan adalah perjuangan melawan kuasa-kuasa gelap dan tipu muslihat Iblis. Maka "...berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan." (Efesus 6:14).
Apakah maksud berbaju zirah itu? Baju zirah adalah baju yang dipakai untuk melindungi dada prajurit dari serangan musuh. Hati dan Tuhan agar kita tak mudah tertembus peluru si Iblis. Seseorang yang mengenakan baju zirah keadilan dan kebenaran akan terjaga dari hal-hal cemar dan jahat, sehingga ia pun dapat menghadap Tuhan ranpa rintangan atau ganjalan dalam hati. Alkitab berkata: "...karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni." Agar dapat memperoleh kemenangan atas musuh kita (Iblis), hati kita harus bersih dari segala kejahatan. Terlebih lagi bila kita rindu dipakai menjadi alat kemuliaanNya kita harus memiliki hati yang benar dan bersih di hadapan Tuhan seperti kata rasul Paulus, "Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia. Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni." (2 Timotius 2:21-22).
Hati merupakan sumber segala sesuatu, berkat atau kutuk. Ia dapat memancarkan kehidupan atau kematian, "karena dari hati timbul pikiran jahat,..." (Matius 15:19). Jika hati tercemar dan memancarkan air berpolusi dan keruh, sanggupkah ia menyegarkan jiwa yang dahaga? Maka untuk dapat memberi kesegaran jiwa-jiwa, perlulah hati kita dibersihkan setiap saat oleh darah Kristus yang kudus sehingga segala noda hilang! Dan melalui firmanNya hati kita akan diperbaharui setiap saat.
"...Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya." Mazmur 73:1
Friday, August 6, 2010
TUHAN TAHU YANG KITA ALAMI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Agustus 2010 -
Baca: Yesaya 40:1-11
"Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternakNya dan menghimpunkannya dengan tanganNya; anak-anak domba dipangkuNya, induk-induk doba dituntunNya dengan hati-hati." Yesaya 40:11
Tuhan tahu setiap langkah hidup kita. Kesedihan, sakit, penderitaan atau kesendirian yang kita alami pun turut dirasakanNya. KasihNya kekal tak pernah berubah! Bagaimana pun kita dan berapa jauh kita telah salah melangkah tidak masalah bagiNya. Kegagalan kita tidak mengubah karakterNya. Asal kita dengan tulus datang kepadaNya dan merindukanNya, Dia bersedia menjadi Gembala kita.
Sebagai Gembala, Tuhan tidak mengendalikan domba-dombaNya tetapi membimbing dengan lemah lembut. "...Ia menggembalakan kawanan ternakNya dan menghimpunkannya dengan tanganNya; anak-anak domba dipangkuNya, induk-induk domba dituntunNya dengan hati-hati." Ketika kita tersesat dan kehilangan arah Dia akan menggendong dan menolong kita dengan kelembutanNya. Tuhan sangat peduli kesesakan yang menimpa kita sekalipun orang lain tidak mempedulikannya. TelingaNya mendengar setiap erangan dan jeritan kita.
Ketika bangsa Israel sangat menderita karena perbudakan di Mesir, Tuhan juga tahu dan sangat peduli. FirmanNya kepada Musa, "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umatKu di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka." (Keluaran 3:7). Tuhan pun bertindak menolong bangsa Israel. "Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, ke tempat orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus." (Keluaran 3:8). Sungguh, Tuhan sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti! Sebagaimana Tuhan memperhatikan dan menyelamatkan bangsa Israel, demikian juga Dia sanggup menolong kita.
"UmatKu tadinya seperti domba-domba yang hilang; ...mereka berjalan dari gunung ke bukit sehingga lupa akan tempat pembaringannya. Tetapi aku akan mengembalikan Israel ke padang rumputnya,..." Yeremia 50:6a, 19
Baca: Yesaya 40:1-11
"Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternakNya dan menghimpunkannya dengan tanganNya; anak-anak domba dipangkuNya, induk-induk doba dituntunNya dengan hati-hati." Yesaya 40:11
Tuhan tahu setiap langkah hidup kita. Kesedihan, sakit, penderitaan atau kesendirian yang kita alami pun turut dirasakanNya. KasihNya kekal tak pernah berubah! Bagaimana pun kita dan berapa jauh kita telah salah melangkah tidak masalah bagiNya. Kegagalan kita tidak mengubah karakterNya. Asal kita dengan tulus datang kepadaNya dan merindukanNya, Dia bersedia menjadi Gembala kita.
Sebagai Gembala, Tuhan tidak mengendalikan domba-dombaNya tetapi membimbing dengan lemah lembut. "...Ia menggembalakan kawanan ternakNya dan menghimpunkannya dengan tanganNya; anak-anak domba dipangkuNya, induk-induk domba dituntunNya dengan hati-hati." Ketika kita tersesat dan kehilangan arah Dia akan menggendong dan menolong kita dengan kelembutanNya. Tuhan sangat peduli kesesakan yang menimpa kita sekalipun orang lain tidak mempedulikannya. TelingaNya mendengar setiap erangan dan jeritan kita.
Ketika bangsa Israel sangat menderita karena perbudakan di Mesir, Tuhan juga tahu dan sangat peduli. FirmanNya kepada Musa, "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umatKu di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka." (Keluaran 3:7). Tuhan pun bertindak menolong bangsa Israel. "Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, ke tempat orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus." (Keluaran 3:8). Sungguh, Tuhan sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti! Sebagaimana Tuhan memperhatikan dan menyelamatkan bangsa Israel, demikian juga Dia sanggup menolong kita.
"UmatKu tadinya seperti domba-domba yang hilang; ...mereka berjalan dari gunung ke bukit sehingga lupa akan tempat pembaringannya. Tetapi aku akan mengembalikan Israel ke padang rumputnya,..." Yeremia 50:6a, 19
Thursday, August 5, 2010
KETIDAKTAATAN: Akar Kegagalan.
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Agustus 2010 -
Baca: 1 Samuel 15:1-35
"Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya." 1 Samuel 15:3a
Siapa pun pasti pernah mengalami kegagalan dalam hidup: gagal dalam studi, rumah tangga, pekerjaan atau mungkin dalam pelayanan. Sesungguhnya kita tidak diciptakan untuk mengalami kegagalan. Pada mulanya Allah menciptakan manusia untuk berkuasa atas segala sesuatu di bumi ini (baca Kejadian 1:26-27). Tetapi mengapa masih banyak orang percaya mengalami kegagalan demi kegagalan? Penyebab terbesar kegagalan adalah ketika kita tidak melakukan apa yang diperintahkan Tuhan. Beberapa di antara kita mampu mengatasi kegagalan tetapi tidak pernah menemukan 'akar' kegagalan itu.
Mari belajar dari pengalaman hidup Saul meremehkan dan mengabaikan perintah Allah. Alkitab mencatat: "...Saul dan rakyat itu menyelamatkan Agag dan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dan tambun, pula anak domba dan segala yang berharga: tidak berharga dan yang buruk, itulah yang ditumpas mereka." (1 Samuel 15:9). Saul menyimpan kambing domba dan lembu dengan alasan hendak dipersembahkan kepada Tuhan padahal Dia memerintahkan untuk menumpas semuanya! Melihat hal itu berkatalah Samuel kepada Saul, "Apakah Tuhan itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara Tuhan? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperlihatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan." (ayat 22). Akhirnya Saul harus menerima akibat ketidaktaatannya itu: "Tuhan telah mengoyakkan dari padamu jabatan raja atas Israel pada hari ini dan telah memberikannya kepada orang lain yang lebih baik dari padamu." (1 Samuel 15:28).
Hal pertama yang harus kita lakukan ketika gagal adalah mencari penyebab utama kegagalan itu. Saat gagal kita seringkali langsung menyalahkan Tuhan dan menduga Ia berlaku tidak adil kepada kita, padahal kita sendiri yang tidak taat kepadaNya.
Jika kita taat melakukan firmanNya Dia pasti akan memimpin kita dan memberkati segala usaha kita!
Baca: 1 Samuel 15:1-35
"Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya." 1 Samuel 15:3a
Siapa pun pasti pernah mengalami kegagalan dalam hidup: gagal dalam studi, rumah tangga, pekerjaan atau mungkin dalam pelayanan. Sesungguhnya kita tidak diciptakan untuk mengalami kegagalan. Pada mulanya Allah menciptakan manusia untuk berkuasa atas segala sesuatu di bumi ini (baca Kejadian 1:26-27). Tetapi mengapa masih banyak orang percaya mengalami kegagalan demi kegagalan? Penyebab terbesar kegagalan adalah ketika kita tidak melakukan apa yang diperintahkan Tuhan. Beberapa di antara kita mampu mengatasi kegagalan tetapi tidak pernah menemukan 'akar' kegagalan itu.
Mari belajar dari pengalaman hidup Saul meremehkan dan mengabaikan perintah Allah. Alkitab mencatat: "...Saul dan rakyat itu menyelamatkan Agag dan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dan tambun, pula anak domba dan segala yang berharga: tidak berharga dan yang buruk, itulah yang ditumpas mereka." (1 Samuel 15:9). Saul menyimpan kambing domba dan lembu dengan alasan hendak dipersembahkan kepada Tuhan padahal Dia memerintahkan untuk menumpas semuanya! Melihat hal itu berkatalah Samuel kepada Saul, "Apakah Tuhan itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara Tuhan? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperlihatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan." (ayat 22). Akhirnya Saul harus menerima akibat ketidaktaatannya itu: "Tuhan telah mengoyakkan dari padamu jabatan raja atas Israel pada hari ini dan telah memberikannya kepada orang lain yang lebih baik dari padamu." (1 Samuel 15:28).
Hal pertama yang harus kita lakukan ketika gagal adalah mencari penyebab utama kegagalan itu. Saat gagal kita seringkali langsung menyalahkan Tuhan dan menduga Ia berlaku tidak adil kepada kita, padahal kita sendiri yang tidak taat kepadaNya.
Jika kita taat melakukan firmanNya Dia pasti akan memimpin kita dan memberkati segala usaha kita!
Wednesday, August 4, 2010
PENGETAHUAN ILAHI YANG SEMPURNA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Agustus 2010 -
Baca: Yohanes 2:13-25
"...Ia mengenal mereka (orang-orang Yerusalem - red.) semua, dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepadaNya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia." Yohanes 2:24-25
Tuhan Yesus mengetahui apa yang ada dalam hati manusia. Segala perbuatan manusia, jahat atau baik, sekalipun disembunyikan begitu rupa di hadapan manusia, tak satupun lolos dari mata Tuhan. Menjadi Kristen saja tidaklah cukup sebab yang menyelamatkan kita bukanlah 'gelar' Kristen itu. Walaupun mengaku Kristen tapi bila kita tidak melakukan firman Tuhan, pengakuan itu tak ada manfaatnya bagi kehidupan rohani kita.
Ketika Tuhan Yesus berada di bumi Ia hidup dalam persekutuan yang sempurna dengan Allah Bapa, sehingga Ia memiliki pikiran Allah yang bekerja di dalamNya setiap saat. Oleh sebab itu ketika orang-orang berkata tentangNya di dalam hati mereka, Tuhan Yesus mengetahui pikiran mereka: "Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu?" (Matius 9:4). Bagi Yesus pikiran-pikiran yang terkandung dalam benak hati manusia, siapa pun dia, tampak jelas tanpa batas apa pun. Suatu ketika Yesus diundang makan oleh Simon, seorang Farisi. Yesus mengetahui apa yang dipikirkan Simon sehubungan dengan perempuan berdosa yang meminyaki kakiNya. Dengan mudah Yesus menjawab pikiran Simon yang disimpan dalam hati itu dengan bertanya, "Simon, ada yang hendak Kukatan kepadamu." (Lukas 7:40). Tuhan Yesus memiliki pengetahuan Ilahi tanpa batas dalam segala hal. Itulah yang Tuhan kehendaki dalam kehidupan orang percaya, yaitu memiliki pikiran Kristus. Dengan memiliki pikiran Kristus kita menjadi peka terhadap kehendak Tuhan dan dalam hidup ini sebagaimana disampaikan Paulus kepada jemaat di Filipi: "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus," (Filipi 2:5).
Bagaimana kita dapat memiliki pikiran Kristus? Ialah dengan keharusan membangun kekariban dengan Tuhan setiap waktu seperti Yesus yang selalu bersekutu dengan Bapa. Semakin kita intim dengan Tuhan semakin pikiran kita diperbaharui dari hari ke hari.
Hendaklah setiap saat kita berjalan sesuai firman Tuhan, karena segala perbuatan dan pikiran kita terbaca jelas olehNya, tidak ada yang tersembunyi!
Baca: Yohanes 2:13-25
"...Ia mengenal mereka (orang-orang Yerusalem - red.) semua, dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepadaNya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia." Yohanes 2:24-25
Tuhan Yesus mengetahui apa yang ada dalam hati manusia. Segala perbuatan manusia, jahat atau baik, sekalipun disembunyikan begitu rupa di hadapan manusia, tak satupun lolos dari mata Tuhan. Menjadi Kristen saja tidaklah cukup sebab yang menyelamatkan kita bukanlah 'gelar' Kristen itu. Walaupun mengaku Kristen tapi bila kita tidak melakukan firman Tuhan, pengakuan itu tak ada manfaatnya bagi kehidupan rohani kita.
Ketika Tuhan Yesus berada di bumi Ia hidup dalam persekutuan yang sempurna dengan Allah Bapa, sehingga Ia memiliki pikiran Allah yang bekerja di dalamNya setiap saat. Oleh sebab itu ketika orang-orang berkata tentangNya di dalam hati mereka, Tuhan Yesus mengetahui pikiran mereka: "Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu?" (Matius 9:4). Bagi Yesus pikiran-pikiran yang terkandung dalam benak hati manusia, siapa pun dia, tampak jelas tanpa batas apa pun. Suatu ketika Yesus diundang makan oleh Simon, seorang Farisi. Yesus mengetahui apa yang dipikirkan Simon sehubungan dengan perempuan berdosa yang meminyaki kakiNya. Dengan mudah Yesus menjawab pikiran Simon yang disimpan dalam hati itu dengan bertanya, "Simon, ada yang hendak Kukatan kepadamu." (Lukas 7:40). Tuhan Yesus memiliki pengetahuan Ilahi tanpa batas dalam segala hal. Itulah yang Tuhan kehendaki dalam kehidupan orang percaya, yaitu memiliki pikiran Kristus. Dengan memiliki pikiran Kristus kita menjadi peka terhadap kehendak Tuhan dan dalam hidup ini sebagaimana disampaikan Paulus kepada jemaat di Filipi: "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus," (Filipi 2:5).
Bagaimana kita dapat memiliki pikiran Kristus? Ialah dengan keharusan membangun kekariban dengan Tuhan setiap waktu seperti Yesus yang selalu bersekutu dengan Bapa. Semakin kita intim dengan Tuhan semakin pikiran kita diperbaharui dari hari ke hari.
Hendaklah setiap saat kita berjalan sesuai firman Tuhan, karena segala perbuatan dan pikiran kita terbaca jelas olehNya, tidak ada yang tersembunyi!
Tuesday, August 3, 2010
ALLAH YANG TAK TERBATAS
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Agustus 2010 -
Baca: Yohanes 3:22-36
"Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan RohNya dengan tidak terbatas." Yohanes 3:34
Sudah terlalu lama manusia membatasi Allah dengan segala macam pikiran sia-sia. Tetapi Allah ingin menunjukkan tentang ketidakterbatasan kuasaNya melalui PuteraNya Yesus Kristus. Hidup Tuhan Yesus merupakan gambaran kesempurnaan, tentang seorang Anak manusia yang hidup di antara manusia tetapi tanpa batas-batas. Kesempuranaan ini adalah karena Allah mengaruniakan RohNya tanpa batas kepada PuteraNya itu. Tertulis: "Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepadaNya." (Ayat 35).
Allah selalu menghendaki anak-anakNya juga hidup dalam kesempurnaan. Dia ingin umatNya selalu membuka mata rohaninya dengan baik, karena umat yang selalu tersandung, terjatuh dan meraba-raba ketika berjalan dalam kegelapan dunia ini tidaklah dapat memuliakan Allah. Pemazmur menulis: "FirmanMu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku." (Mazmur 119:105). Kalau kita menjadikan firman Allah sebagai pelita dan terang bagi jalan kita, kita tak akan tersandung menghadapi gelapnya situasi dunia ini. Itulah sebabnya Tuhan memerintahkan jemaat di Laodikia untuk melumas mata mereka dengan minyak agar mereka dapat melihat (baca Wahyu 3:18). Minyak lambang Roh Kudus, yang berkuasa membersihkan semua kotran yang menhalangi pandangan mata rohani manusia, agar orang-orang pilihanNya memiliki visi yang jelas, tak terbatas, sehingga siapa pun musuhnya tak dapat memperdaya.
Ada contoh tentang nabi Elisa ketika raja Aram hendak berperang melawan bangsa Israel. Setiap rencana raja Aram selalu diketahui Elisa sekalipun pembicaraan itu dilakukan di dalam kamar. Akibatnya raja Aram menjadi sangat marah sehingga ia menyuruh pasukan besar lengkap dengan kuda dan keretanya mengepung Elisa. Itu sangat mengejutkan bujang Elisa dan ia menjadi sangat takut. Tetapi Elisa mempunyai mata rohani yang tajam, yang sanggup menembus penglihatan yang tidak dapat dilihat oleh bujangnya. Elisa berkata, "Jangan takut, sebab lebih banyak yang menyertai kita dari pada yang menyertai mereka." (2 Raja-Raja 6:16). Elisa melihat ada sepasukan besar malaikat dengan kereta berapi yang siap menolong dan berperang bagi Elisa.
Dengan mata rohani kita dapat melihat kuasa Tuhan yang tak terbatas!
Baca: Yohanes 3:22-36
"Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan RohNya dengan tidak terbatas." Yohanes 3:34
Sudah terlalu lama manusia membatasi Allah dengan segala macam pikiran sia-sia. Tetapi Allah ingin menunjukkan tentang ketidakterbatasan kuasaNya melalui PuteraNya Yesus Kristus. Hidup Tuhan Yesus merupakan gambaran kesempurnaan, tentang seorang Anak manusia yang hidup di antara manusia tetapi tanpa batas-batas. Kesempuranaan ini adalah karena Allah mengaruniakan RohNya tanpa batas kepada PuteraNya itu. Tertulis: "Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepadaNya." (Ayat 35).
Allah selalu menghendaki anak-anakNya juga hidup dalam kesempurnaan. Dia ingin umatNya selalu membuka mata rohaninya dengan baik, karena umat yang selalu tersandung, terjatuh dan meraba-raba ketika berjalan dalam kegelapan dunia ini tidaklah dapat memuliakan Allah. Pemazmur menulis: "FirmanMu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku." (Mazmur 119:105). Kalau kita menjadikan firman Allah sebagai pelita dan terang bagi jalan kita, kita tak akan tersandung menghadapi gelapnya situasi dunia ini. Itulah sebabnya Tuhan memerintahkan jemaat di Laodikia untuk melumas mata mereka dengan minyak agar mereka dapat melihat (baca Wahyu 3:18). Minyak lambang Roh Kudus, yang berkuasa membersihkan semua kotran yang menhalangi pandangan mata rohani manusia, agar orang-orang pilihanNya memiliki visi yang jelas, tak terbatas, sehingga siapa pun musuhnya tak dapat memperdaya.
Ada contoh tentang nabi Elisa ketika raja Aram hendak berperang melawan bangsa Israel. Setiap rencana raja Aram selalu diketahui Elisa sekalipun pembicaraan itu dilakukan di dalam kamar. Akibatnya raja Aram menjadi sangat marah sehingga ia menyuruh pasukan besar lengkap dengan kuda dan keretanya mengepung Elisa. Itu sangat mengejutkan bujang Elisa dan ia menjadi sangat takut. Tetapi Elisa mempunyai mata rohani yang tajam, yang sanggup menembus penglihatan yang tidak dapat dilihat oleh bujangnya. Elisa berkata, "Jangan takut, sebab lebih banyak yang menyertai kita dari pada yang menyertai mereka." (2 Raja-Raja 6:16). Elisa melihat ada sepasukan besar malaikat dengan kereta berapi yang siap menolong dan berperang bagi Elisa.
Dengan mata rohani kita dapat melihat kuasa Tuhan yang tak terbatas!
Monday, August 2, 2010
JANJI PENYERTAAN TUHAN BAGI ORANG PERCAYA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Agustus 2010 -
Baca: Roma 15:1-13
"Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Matius 28:20b
Janji penyertaan Yesus kepada murid-muridNya berlaku juga bagi semua orang Kristen, karena kita adalah pengikutNya juga. Tetapi banyak yang masih ragu-ragu, tak mempercayai janji Tuhan. Murid-murid Yesus pun yang waktu itu bersama-sama dengan Dia banyak yang ragu-ragu. Maka Yesus kembali meyakinkan mereka: "KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus," (Ayat 18:19).
Kita seringkali takut dan kuatir karena merasa tidak mampu berbuat apa-apa. Tuhan ingatkan bahwa Dia adalah Imanuel: senantiasa menyertai kita. Segala kuasa di sorga dan di bumi di tanganNya, tidak perlu diragukan lagi! Bila nama Yesus kita sebut, kuasaNya bekerja atas kita. Kebutuhan materi pun diperhatikan dan dicukupkanNya: "Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padmu. Karena Allah telah berfirman: 'Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.' " (Ibrani 13:5).
Awalnya ketika Musa diutus Tuhan membawa bangsa Israel keluar dari negeri perbudakan (Mesir), ia diliputi keraguan dan kegentaran. Tetapi Tuhan berkata, "...pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan." (Keluaran 4:12). Janji penyertaan Tuhan pun terbukti; ketika bangsa Israel berdiri di depan laut Teberau karena dikejar tentara Firaun, Tuhan ada di sana dan menolong mereka. Saat itu pula Dia menguatkan Musa sehingga Musa dapat membangkitkan semangat orang Israel: "Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari Tuhan, yang akan diberikanNya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya." (Keluaran 14:13). Mujizat pun terjadi, laut Teberau terbelah! Dalam menghadapi badai apa pun tetaplah tenang, Tuhan tak akan membiarkan kita tenggelam dalam lautan penderitaan.
"Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku? "Ibrani 13:6
Baca: Roma 15:1-13
"Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Matius 28:20b
Janji penyertaan Yesus kepada murid-muridNya berlaku juga bagi semua orang Kristen, karena kita adalah pengikutNya juga. Tetapi banyak yang masih ragu-ragu, tak mempercayai janji Tuhan. Murid-murid Yesus pun yang waktu itu bersama-sama dengan Dia banyak yang ragu-ragu. Maka Yesus kembali meyakinkan mereka: "KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus," (Ayat 18:19).
Kita seringkali takut dan kuatir karena merasa tidak mampu berbuat apa-apa. Tuhan ingatkan bahwa Dia adalah Imanuel: senantiasa menyertai kita. Segala kuasa di sorga dan di bumi di tanganNya, tidak perlu diragukan lagi! Bila nama Yesus kita sebut, kuasaNya bekerja atas kita. Kebutuhan materi pun diperhatikan dan dicukupkanNya: "Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padmu. Karena Allah telah berfirman: 'Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.' " (Ibrani 13:5).
Awalnya ketika Musa diutus Tuhan membawa bangsa Israel keluar dari negeri perbudakan (Mesir), ia diliputi keraguan dan kegentaran. Tetapi Tuhan berkata, "...pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan." (Keluaran 4:12). Janji penyertaan Tuhan pun terbukti; ketika bangsa Israel berdiri di depan laut Teberau karena dikejar tentara Firaun, Tuhan ada di sana dan menolong mereka. Saat itu pula Dia menguatkan Musa sehingga Musa dapat membangkitkan semangat orang Israel: "Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari Tuhan, yang akan diberikanNya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya." (Keluaran 14:13). Mujizat pun terjadi, laut Teberau terbelah! Dalam menghadapi badai apa pun tetaplah tenang, Tuhan tak akan membiarkan kita tenggelam dalam lautan penderitaan.
"Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku? "Ibrani 13:6
Sunday, August 1, 2010
HAL IBADAH: Keharusan Menjaga Ucapan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Agustus 2010 -
Baca: Roma 15:1-13
"Jikalau ada seorang menganggap dirinya beibadah, tapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya." Yakobus 1:26
Hati manusia bisa diibaratkan seperti sumur yang dalam, yang bila belum ditimba airnya keadaannya tampak jernih dan bening. Tetapi begitu batu besar dan berat dijatuhkan ke dalamnya, kualitas air segera dapat kita ketahui: bila di dalamnya terdapat banyak kotoran, segeralah kotoran itu keluar semua dan airnya pun menjadi sangat keruh.
Demikian juga dengan hati manusia. Bila hati kita penuh melimpah dengan firman Tuhan saat kita berada dalam situasi yang tidak enak, tekanan atau kesesakan, maka yang ke luar dari mulut kita pun adalah perkataan yang selaras dengan firman Tuhan yaitu perkataan positif, bukan negatif. Alkitab menegaskan: "...yang diucapkan mulut meluap dari hati." (Matius 12:34b). Menguji keadaan hati seseorang mudah saja: bila dalam keadaan terjepit, perkataan apa yang meluncur ke luar? Bila hati kosong firman Tuhan, yang ke luar dari mulut kita pastilah perkataan-perkataan yang bernada negatif: umpatan, omelan, keluhan, putus asa, kecewa dan menyalahkan Tuhan. Jika kita mengaku sebagai orang yang beribadah, tapi tidak dapat mengekang lidah, maka ibadah kita akan sia-sia. Sia-sia artinya tak berfaedah. Bila kita membiarkan mulut kita mengucapkan perkataan-perkataan yang tidak sesuai firman Tuhan, Roh Kudus tak dapat berkarya dalam kehidupan kita. Berkat-berkat yang seharusnya akan kita nikmati melalui janji firmanNya akan hilang semua karena batal terjadi karena kita terperangkap oleh ucapan kita sendiri, seperti dikatakan: "...engkau terjerat dalam perkataan mulutmu, terperangkap dalam perkataan mulutmu," (Amsal 6:2). Ucapan negatif akan membuahkan hal-hal negatif pula. Bila berkat, kesembuhan, kemenangan, keselamatan, diucapkan sesuai firmanNya, maka terjadilah sesuai firman itu.
Berhati-hatilah! Jangan sampai kita celaka karena mulut kita seperti peribahasa demikian: "Mulutmu harimaumu!" Jadi segala yang kita ucapkan dapat menjadi bumerang bagi kita sendiri. Namun, "Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran." (Amsal 21:23).
Jika kita tak mampu mengendalikan lidah kita, apa bedanya dengan orang yang tidak beribadah? Akan percuma saja.
Baca: Roma 15:1-13
"Jikalau ada seorang menganggap dirinya beibadah, tapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya." Yakobus 1:26
Hati manusia bisa diibaratkan seperti sumur yang dalam, yang bila belum ditimba airnya keadaannya tampak jernih dan bening. Tetapi begitu batu besar dan berat dijatuhkan ke dalamnya, kualitas air segera dapat kita ketahui: bila di dalamnya terdapat banyak kotoran, segeralah kotoran itu keluar semua dan airnya pun menjadi sangat keruh.
Demikian juga dengan hati manusia. Bila hati kita penuh melimpah dengan firman Tuhan saat kita berada dalam situasi yang tidak enak, tekanan atau kesesakan, maka yang ke luar dari mulut kita pun adalah perkataan yang selaras dengan firman Tuhan yaitu perkataan positif, bukan negatif. Alkitab menegaskan: "...yang diucapkan mulut meluap dari hati." (Matius 12:34b). Menguji keadaan hati seseorang mudah saja: bila dalam keadaan terjepit, perkataan apa yang meluncur ke luar? Bila hati kosong firman Tuhan, yang ke luar dari mulut kita pastilah perkataan-perkataan yang bernada negatif: umpatan, omelan, keluhan, putus asa, kecewa dan menyalahkan Tuhan. Jika kita mengaku sebagai orang yang beribadah, tapi tidak dapat mengekang lidah, maka ibadah kita akan sia-sia. Sia-sia artinya tak berfaedah. Bila kita membiarkan mulut kita mengucapkan perkataan-perkataan yang tidak sesuai firman Tuhan, Roh Kudus tak dapat berkarya dalam kehidupan kita. Berkat-berkat yang seharusnya akan kita nikmati melalui janji firmanNya akan hilang semua karena batal terjadi karena kita terperangkap oleh ucapan kita sendiri, seperti dikatakan: "...engkau terjerat dalam perkataan mulutmu, terperangkap dalam perkataan mulutmu," (Amsal 6:2). Ucapan negatif akan membuahkan hal-hal negatif pula. Bila berkat, kesembuhan, kemenangan, keselamatan, diucapkan sesuai firmanNya, maka terjadilah sesuai firman itu.
Berhati-hatilah! Jangan sampai kita celaka karena mulut kita seperti peribahasa demikian: "Mulutmu harimaumu!" Jadi segala yang kita ucapkan dapat menjadi bumerang bagi kita sendiri. Namun, "Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran." (Amsal 21:23).
Jika kita tak mampu mengendalikan lidah kita, apa bedanya dengan orang yang tidak beribadah? Akan percuma saja.
Subscribe to:
Posts (Atom)