Wednesday, March 28, 2012

DI DALAM TUHAN SELALU ADA JALAN KELUAR!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Maret 2012 -

Baca:  Yunus 2:1-10

"Dan aku berkata:  telah terusir aku dari hadapan mata-Mu.  Mungkinkah aku memandang lagi bait-Mu yang kudus?"  Yunus 2:4

Ketika berada dalam lembah kekelaman, ujian atau masalah yang berat, seringkali kita bertanya kepada Tuhan,  "Mengapa Tuhan hal ini bisa terjadi?  Tuhan, mengapa Engkau meninggalkan aku?"  Ketahuilah bahwa adakalanya Tuhan mengijinkan kita masuk ke suatu keadaan yang sepertinya tidak ada harapan, dengan tujuan menguji kesetiaan dan iman kita.  Karena itu kita tidak boleh menyerah dan putus asa.

     Saat berada di dalam perut ikan, Yunus tetap mengarahkan imannya kepada Tuhan dengan berkata,  "Ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada Tuhan, dan sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus." (Yunus 2:7).  Jangan sekali-kali kita lari mencari pertolongan atau bersandar kepada manusia karena kita pasti akan kecewa dan Alkitab pun menentang hal itu.  Tertulis :  "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan!" (Yeremia 17:5).  Larilah kepada Tuhan, berseru-seru padaNya sampai pintu sorga terbuka.

     Berhentilah menggerutu dan berkeluh kesah sebaliknya tetaplah tenang dan ucapkanlah syukur kepada Tuhan, karena  "Hati yang tenang menyegarkan tubuh," (Amsal 14:30a) dan di situlah letak kekuatan kita (baca Yesaya 30:15).  Secara manusia Yunus sudah tidak memiliki harapan untuk hidup, tapi ia masih bisa berkata,  "Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepada-Mu;  apa yang kunazarkan akan kubayar.  Keselamatan adalah dari Tuhan!" (Yunus 2:9).  Dengan mengucap syukur semangat yang padam dapat bangkit kembali dan iman yang sudah lemah dapat dikuatkan.  Ingat!  Kuasa Tuhan tidak dapat bekerja apabila iman kita padam.  Sekalipun manusia berkata itu mustahil, penyakitmu tidak akan sembuh, rumah tanggamu akan hancur, selalu ada harapan dan jalan keluar di dalam Tuhan.  Tiada sesuatu yang mustahil bagi Tuhan!  Sebesar apa pun persoalan kita Tuhan Yesuslah jawaban!  Sebagaimana Tuhan sanggup mengeluarkan Yunus dari dalam perut ikan seperti tertulis:  "Lalu berfirmanlah Tuhan kepada ikan itu, dan ikan itupun memuntahkan Yunus ke darat."  (Yunus 2:10), Dia pun sanggup menolong kita.

"Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di paang belantara." Yesaya 43:19b

Tuesday, March 27, 2012

SELAGI MUDA LAYANILAH TUHAN!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Maret 2012 -

Baca:  Pengkotbah 11:9-10, 12:1-8

"Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: 'Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!'"  Pengkotbah 12:1

Kehidupan manusia tidak hanya berlangsung di dunia ini saja, tapi ada kehidupan baru setelah kematian.  Jadi hidup manusia ada dua tahap:  hidup sementara di dalam dunia dan hidup dalam kekekalan di akhirat nanti seperti dikatakan oleh Rasul Paulus,  "...jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia."  (2 Korintus 5:1).

     Adalah salah besar jika orang berkata bahwa hidup hanya sekali saja yaitu saat di bumi ini.  Dalam Yesaya 22:13 dikatakan:  "Tetapi lihat, di tengah-tengah mereka ada kegirangan dan sukacita, membantai lembu dan menyembelih domba, makan daging dan minum anggur, sambil berseru:  'Marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati!'".  Seorang kaya yang bodoh juga berkata kepada dirinya sendiri,  "Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya;  beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah."  (Lukas 12:19).  Orang kaya ini lupa bahwa hidup di dunia ini hanya sebentar.  Jika hidup ini hanya sebatas lubang kubur buat apa kita berlelah-lelah melayani Tuhan, tekun dalam ibadah dan mempertahankan iman di dalam Kristus?  Pengkotbah mengingatkan, selagi masih muda (dengan kata lain:  selagi masih ada kesempatan) biarlah kita gunakan waktu yang ada untuk mengejar perkara-perkara yang menuju kepada kekekalan.

     Biarlah waktu-waktu yang kita lewati ini adalah kesempatan bagi Tuhan untuk mengurapi kita dan memakai kita sebagai alat kemuliaanNya.  Terlebih bagi kita yang masih muda, masa muda adalah masa emas bagi kita berbuat sesuatu untuk Tuhan dan juga sesama.  Kita tahu usia muda adalah masa yang rawan bagi seseorang karena kebodohan melekat pada hati anak muda.  tertulis:  "Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya."  (Amsal 22:15).  Kebodohan membuat mereka gampang jatuh dalam dosa.  Sebagai anak-anak Tuhan, jangan sia-siakan kemudaanmu!

Potensi dalam dirimu adalah harta termahal.  Persembahkan itu kepada Tuhan sebagai alat kebenaranNya sehingga masa mudamu menjadi teladan bagi banyak orang dan nama Tuhan dipermuliakan!

Monday, March 26, 2012

ISI PIKIRAN DENGAN HAL YANG POSITIF!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Maret 2012 -

Baca:  Filipi 4:1-9

"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."  Filipi 4:8

Ayat nas di atas menegaskan betapa pentingnya mengisi pikiran dengan hal-hal yang positif karena hal itu akan berdampak dalam kehidupan kita.  Pikiran kita dapat menentukan setiap perkataan dan tindakan kita.  Bila yang ada dalam pikiran kita adalah hal-hal yang positif maka hal-hal yang baik akan terjadi bagi kita.

     Rasul Paulus menasihatkan agar pikiran setiap orang percaya diisi dengan hal-hal yang benar, mulia, adil, suci, manis, sedap didengar bajik (baik) dan semua yang patut dipuji.  Untuk memiliki pikiran yang selalu positif tidak ada jalan lain selain harus taat kepada firman Tuhan.  Inilah yang dilakukan Rasul Paulus:  "Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus,"  (2 Kristus 10:5b).  Menaklukkan pikiran kepada Kristus berarti kita mengisi pikiran kita dengan firman Tuhan setiap hari.  Dengan firman Tuhan kita dituntun untuk selalu berpikiran positif.  Itu berarti pikiran yang benar dan positif adalah modal bagi Tuhan untuk menyatakan kasih dan kuasaNya dalam kehidupan kita.  Oleh karena itu  "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,"  (Filipi 2:5).

     Bagaimana dengan Saudara?  Apakah hari-hari kita masih dipenuhi dengan pikiran-pikiran yang negatif?  Kuatir, takut, cemas, putus asa dan sebagainya?  Tanggalkan itu semua!  Jangan biarkan Iblis menjajah dan menghancurkan hidup kita dengan menebar hal-hal negatif di dalam pikiran kita.  Kita harus bisa melawannya!  Bawa semua beban permasalahan kepada Tuhan!  Kuncinya pada pikiran kita sendiri, bukan pada tangan orang lain.  Ada tertulis:  "Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia."  (Amsal 23:7a).  Mari kita belajar untuk mensyukuri segala berkat Tuhan yang ada pada kita, itu yang akan membebaskan kita dari beban-beban kehidupan yang menjadi sumber kekuatiran dan ketakutan kita.

Dengan berpikiran positif kita sedang mengaktifkan iman kita bekerja, yang ada pada saat yang tepat pasti akan terjadi dan menjadi kenyataan!

Sunday, March 25, 2012

KERENDAHAN HATI: Mengakui Kelebihan Orang Lain!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Maret 2012 -

Baca:  Amsal 29:1-27

"Keangkuhan merendahkan orang, tetapi orang yang rendah hati, menerima pujian."  Amsal 29:23

Semua orang tanpa terkecuali pasti suka dipuji, dihormati dan juga dihargai oleh orang lain.  Mereka tidak suka jika ada orang lain meremehkan, merendahkan atau menghina.  Pujian terhadap seseorang itu sangat berarti, bisa membangkitkan semangat baginya untuk bekerja dan berkarya lebih baik lagi dari yang telah dikerjakan.

     Jika seorang pemimpin perusahaan memuji pekerjaan salah satu karyawannya, si karyawan itu pasti akan makin bersemangat dalam bekerja dan berusaha untuk melakukan yang terbaik bagi perusahaannya.  Sebaliknya jika pemimpin perusahaan terus mencela dan memarahi karyawan, si karyawan bukannya tambah semangat tapi malah makin frustasi dan ogah-ogahan mengerjakan tugasnya karena merasa bahwa apa yang dikerjakan selama ini tidak dihargai.  Jadi pujian dapat meningkatkan mutu atau kualitas pekerjaan seseorang.  Tentunya pujian yang kita berikan bukan saja pada hal-hal yang besar saja tetapi juga untuk perkara-perkara sekecil apa pun, karena  "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar."  (Lukas 16:10a).

     Pujian juga dapat membuka hati seseorang untuk menerima teguran atau kritikan dari orang lain.  Sayang, tidak semua orang bisa memberikan pujian kepada orang lain.  Hanya orang yang memiliki kerendahan hati yang mau mengakui kelebihan atau prestasi orang lain.  Tanpa kerendahan hati, seseorang sulit memuji orang lain.  Dengan adanya sikap rendah hati, kita bisa mengikis rasa ego kita, mau belajar dari orang lain dan bisa memberi pujian.  Hanya orang yang rendah hatilah yang dapat memuji orang lain dan mengakui kelebihannya.

     Mari kita belajar untuk menjadi orang yang rendah hati dan bukan lagi orang yang sombong, karena  "Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan;  dan hanya Tuhan sajalah yang maha tinggi pada hari itu."  (Yesaya 2:11).  Sebaliknya, orang yang rendah hati dikasihi oleh Tuhan.  Pemazmur berkata,  "Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati."  (Mazmur 25:9).

Milikilah kerendahan hati karena itu berkenan di hati Tuhan dan ada berkat di dalamnya!

Saturday, March 24, 2012

BELAJAR DARI HIDUP KORNELIUS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Maret 2012 - 

Baca:  Kisah Para Rasul 10:1-48

"...Kornelius, seorang perwira yang tulus hati dan takut akan Allah, dan yang terkenal baik di antara seluruh bangsa Yahudi,..."  (Kisah 10:22)

Menjadi kesaksian bagi orang lain adalah tugas dan tanggung jawab setiap orang percaya.  Melalui kehidupan kita yang menjadi berkat bagi orang lain nama Tuhan dipermuliakan.  Contohnya adalah Kornelius.  Alkitab menyatakan,  "Ia  (Kornelius)  saleh, ia serta seisi rumahnya takut akan Allah dan ia memberi banyak sedekah kepada umat Yahudi dan senantiasa berdoa kepada Allah."  (Kisah 10:2).  Tidak hanya saleh dan takut akan Tuhan, Kornelius juga seorang yang murah hati, suka menolong dan memberikan banyak sedekah kepada orang lain.  Kornelius juga tekun berdoa kepada Allah bukan hanya waktu-waktu tertentu, tapi setiap saat.  Kornelius juga seorang yang tulus hatinya, tidak ada kepura-puraan dalam hidupnya sehingga ia memiliki reputasi yang baik di antara seluruh bangsa Yahudi.

     Adakah yang kurang dalam diri Kornelius?  Ada.  Kornelius belum pernah mendengar nama Yesus dan belum percaya kepadaNya.  Itulah yang kurang dalam diri Kornelius.  Kedatangan Petrus ke rumah Kornelius setelah dijemput dari Yope membuka babak baru dalam hidupnya.  Ketika berbicara dengan Kornelius Petrus tidak membicarakan hal-hal yang lain selain perihal Yesus Kristus karena itu sangat diperlukan oleh Kornelius.  Kornelius perlu mendengar perihal kehidupan Tuhan Yesus, baik itu kematianNya, kebangkitanNya dari antara orang mati dan juga kedatanganNya kelak kembali, karena  "...Dialah yang ditentukan Allah menjadi Hakim atas orang-orang hidup dan orang-orang mati.  Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa peraya kepada-Nya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena nama-Nya."  (Kisah 10:42-43).

     Bukan saja Kornelius harus mendengar tentang Yesus Kristus, tapi dia juga harus percaya kepadaNya dan menjadikan Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi.  Kesalehan manusia tanpa Yesus Kristus tidak ada artinya apa-apa karena  "...keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."  (Kisah 4:12).

Sudahkah kita bertobat dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat?

Friday, March 23, 2012

ALKITAB: Jauh Sangat Bernilai!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Maret 2012 - 

Baca:  2 Timotius 3:10-17

"Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus."  2 Timotius 3:15

Berapa harga sebuah Alkitab?  Bervariasi, tergantung kualitas kertas dan cover-nya.  Untuk Alkitab berbahasa Indonesia harganya tak lebih dari seratus ribu rupiah.  Untuk mendapatkan Alkitab juga tidaklah sulit karena tersedia di toko-toko buku.  Namun jangan sekali-kali Saudara menyamakan nilai Alkitab dengan buku-buku yang lain meski dilihat dari harganya tidak terlalu berbeda jauh.  Isi Alkitab sangat jauh bernilai dibanding buku yang lain karena Alkitab berisikan firman yang diilhamkan oleh Tuhan sendiri.  Alkitab adalah pikiran Tuhan, kehendak Tuhan, isi hati Tuhan, dan apa yang Tuhan rencanakan bagi kehidupan manusia.  Jika kita perhatikan, situasi dan segala peristiwa yang terjadi di dunia ini jauh sebelumnya telah dinubuatkan oleh Alkitab.  Dan semua nubuat itu tidak berasal dari kehendak manusia, tetapi atas dorongan kuasa Roh Kudus seperti tertulis:  "sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh kudus orang-orang berbicara atas nama Allah."  (2 Petrus 1:21).

     Apalagi keistimewaan Alkitab?  Alkitab berkuasa mengubah hati manusia dan mengoreksi kehidupan manusia, karena  "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran."  (2 Timotius 3:16).  Alkitab dapat mengubah seseorang yang jahat menjadi baik, mantan narapidana bisa menjadi hamba Tuhan.  Uang, kekayaan, jabatan tidak dapat mengubah hati manusia, tapi Firman Tuhanlah yang dapat melembutkan hati yang keras, bahkan dapat meleburkan hati yang telah membatu,  "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun;  ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum;  ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita."  (Ibrani 4:12).

     Alkitab berkuasa menuntun manusia kepada Tuhan Yesus.  Hal ini diakui Daud,  "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku."  (Mazmur 119:105).  Tuhan Yesus adalah pokok, pusat pemberitaan dan harta termahal yang terkandung di dalam Alkitab.

Alkitab jauh sangat bernilai karena tulisan-tulisan yang ada di dalamnya mengandung kuasa dan menuntun manusia kepada keselamatan kekal!

Thursday, March 22, 2012

MENGUTAMAKAN DIRI SENDIRI DARI PADA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Maret 2012 - 

Baca:  Hagai 1:1-14

"Oleh karena rumah-Ku yang tetap menjadi reruntuhan, sedang kamu masing-masing sibuk dengan urusan rumahnya sendiri."  Hagai 1:9b

Bait Suci adalah tempat di mana kemuliaan Tuhan dinyatakan atas umatNya. Sayang, Bait Suci dalam bacaan hari ini telah menjadi puing-puing atau reruntuhan. Oleh karena itu tanpa kenal lelah nabi Hagai mengajak umat Tuhan untuk membangun kembali Bait Suci yang telah runtuh itu.  Bagaiman respons mereka?  "Bangsa ini berkata:  Sekarang belum tiba waktunya untuk membangun kembali rumah Tuhan!"  (Hagai 1:2).

Orang-orang tidak menanggapinya dengan serius dan cenderung meremehkan ajakan nabi Hagai.  Mereka enggan mendirikan Bait Suci lagi dan lebih suka mendirikan rumah mereka sendiri.  Ini menunjukkan bahwa mereka lebih mementingkan diri sendiri dari pada perkara-perkara rohani.  Perkara-perkara rohani bukan lagi prioritas utama dalam hidup mereka.  Apakah ini yang disebut dengan kemajuan rohani?  Bangsa Israel telah mengalami kemunduran rohani yang teramat dalam.  Pengalaman bangsa Israel inilah yang mendorong Rasul Paulus untuk mengingatkan jemaat di Galatia,  "Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? Sia-siakah semua yang telah kamu alami sebanyak itu? Masakan sia-sia!"  (Galatia 3:3-4)

     Keadaan ini tidak jauh berbeda dengan kehidupan orang percaya saat ini;  semangat untuk melayani Tuhan sudah semakin kendor, padahal sebelumnya kita begitu berapi-api bagi Tuhan.  Namun setelah semuanya berjalan dengan lancar kita mulai berubah.  Hati kita mulai dingin!  Kini perkara-perkara duniawi lebih menyita sebagian besar waktu kita.  Kita tenggelam dalam kesibukan mengejar materi sampai-sampai waktu untuk bersekutu dengan Tuhan sudah tidak ada lagi, apalagi terlibat dalam pelayanan.  Kita biarkan Bait Suci menjadi reruntuhan dan kita sibuk membangun dan mempercantik rumah sendiri.  Tuhan berkata,  "...tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?" (1 Korintus 6:19).  Bukan berarti kita semua harus masuk sekolah Alkitab dan menjadi pendeta atau pelayan Tuhan penuh waktu.

Apa pun yang kita miliki:  waktu, tenaga, talenta, karunia, harta dan sebagainya dapat kita persembahkan untuk kemuliaan nama Tuhan;  jangan hanya memikirkan kepentingan sendiri saja.

Wednesday, March 21, 2012

HIDUP DALAM DAMAI KRISTUS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Maret 2012 -


"Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya."  Yesaya 32:17

Sebagai orang percaya kita bukan hidup dalam damai dengan konsep dunia, tetapi kita hidup dalam damai karena Kristus ada di dalam kita.  Ayat nas di atas menegaskan bahwa damai sejahtera, ketenangan dan ketenteraman akan menyertai hidup seseorang apabila ada kebenaran.  Artinya selama kita hidup dalam ketaatan dan kebenaran, damai sejahtera akan kita alami.

     Damai ini bukanlah sesuatu yang di luar yang mempengaruhi di dalam kita.  Tetapi damai itu adalah sesuatu yang ada di dalam kita yang memancar kuat sampai hendak ke luar dari kita.  Itulah damai sejahtera Kristus.  Tertulis  "Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh.  Dan bersyukurlah."  (Kolose 3:15).  Ketika seseorang memiliki damai sejahtera Kristus keinginan duniawinya pasti mati, karena baginya Yesus itu sudah lebih dari pada cukup.  Itulah yang dirasakan Rasul Paulus.  "Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.  Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya.  Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,"  (Filipi 3:7-8).

     Seseorang yang memiliki damai sejahtera Kristus akan tetap bersyukur meski berada dalam badai permasalahan.  Oleh karena  "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu.  Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu.  Janganlah gelisah dan gentar hatimu."  (Yohanes 14:27).  Damai sejahtera yang diberikan Tuhan berbeda dengan dunia ini.  Damai di dunia ini hanyalah semu dan tidak abadi, bergantung pada keadaan dan bisa hilang.  Mungkin seseorang merasa damai karena rumahnya dijaga oleh satpam, atau merasa damai karena depositonya di bank melimpah.  Tapi, adakah yang aman di dunia ini?  Jika masih ada orang Kristen yang hidupnya terus mengeluh dan bersungut-sungut berarti mereka belum menerima damai Kristus yang sempurna.  Jika kita telah menerima damai Kristus yang sempurna, masalah yang datang takkan menggoyahkan iman kita.

Karena itu jadilah anak-anak Tuhan yang taat supaya damai sejahtera Kristus ada di dalam kita!

Tuesday, March 20, 2012

HASIL DARI KETAATAN!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Maret 2012 -

Baca:  Mazmur 115:1-8

"memberkati orang-orang yang takut akan Tuhan, baik yang kecil maupun yang besar.  Kiranya Tuhan memberi pertambahan kepada kamu, kepada kamu dan kepada anak-anakmu."  Mazmur 115:13-14

Menjadi seorang yang taat tidak semudah membalikkan telapak tangan, bisa dikatakan berat karena setiap hari kita juga harus terus bergumul dengan kedagingan kita.  Namun firman Tuhan tak henti-hentinya menasihati,  "Hiduplah sebagai anak-anak yang taat jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu,"  (1 Petrus 1:14).

     Bila kita mengandalkan kekuatan sendiri kita tidak akan mampu menjadi seorang yang taat, karena itu "...janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.  Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka ia akan meluruskan jalanmu."  (Amsal 3:5b-6).  Tetapi ketika kita mau taat kepada Tuhan, kita akan melihat pengalaman-pengalaman yang luar biasa bersama Dia.  Seringkali kita tidak dapat melihat dan mengalami mujizat dari Tuhan oleh karena satu hal, yaitu kita tidak taat, karena mujizat justru terjadi ketika kita taat.

     Adalah baik bila kita didoakan dan ditumpangi tangan oleh hamba Tuhan ketika sedang sakit, lemah dan dalam pergumulan yang berat karena ada kuasa Tuhan yang bekerja melalui penumpangan tangan tersebut.  Namun Sadarkh, Mesakh dan Abednego mengalami mujizat yang luar biasa bukan karena penumpangan tangan seorang hamba Tuhan;  perkara ajaib dan dahsyat terjadi bagi mereka ketika mereka hidup dalam ketaatan.  Juga Daniel yang dimasukkan ke dalam gua singa.  Mereka adalah pribadi-pribadi yang taat.  Selain menghasilkan mujizat yang luar biasa, ketaatan juga akan membuat seseorang memiliki kekuatan.  Ia tidak akan mudah goyah, putus asa atau frustasi ketika berada dalam penderitaan dan ujian yang berat karena ia tahu kepada siapa ia berharap.  Siapa yang tidak kenal Rasul Paulus?  Meski didera ujian dan penderitaan yang berat karena memberitakan injil ia tetap berdiri tegak dan mampu bertahan.  Dia berkata,  "Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?  Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus?  Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?  Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita."  (Roma 8:31b, 35, 37).

Di akhir zaman ini Tuhan sedang mencari orang-orang Kristen yang taat;  kepadanya akan dicurahkan berkat dan kekuatan!

Monday, March 19, 2012

MENDENGAR: Bagian Tak Terpisahkan dari Ketaatan!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Maret 2012 - 

Baca:  Matius 7:24-27

"Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu."  Matius 7:24

Dalam bahasa Yunani ketaatan disebut 'aqu-o' yang artinya dalam bahasa Inggris adalah 'I will obey'.  Ketaatan yang dimaksud di sini bukan sekedar taat, tetapi juga mengandung arti mendengar.  Tidak ada orang yang bisa taat jika tidak mendengar terlebih dahulu, lalu menyimpannya dalam hati, merenungkannya dan kemudianh melakukannya.

     Itulah sebabnya nabi Yesaya berkata,  "Tuhan Allah telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid."  (Yesaya 50:4).  Yesaya mengatakan bahwa setiap pagi Tuhan mempertajam pendengarannya untuk mendengar karena tidak mungkin seseorang bisa taat tanpa mendengar terlebih dulu.  Ini berarti kita mendengar perintah Tuhan melalui kebenaran firmanNya, lalu kita taat dan pada saatnya kita akan melihat berkat Tuhan dinyatakan atas hidup kita seperti tertulis,  "Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia,"  (Ulangan 28:13).

     Ketaatan tidak hanya sekedar melakukan.  Banyak orang Kristen yang kelihatannya taat padahal ia melakukan itu semua dengan tidak tulus, merasa sungkan atau terpaksa.  "Ah, tidak enak tidak datang ke gereja karena sering ditelepon oleh pendeta saya;  Yah... aku terpaksa datang ke persekutuan doa karena dijemput terus oleh teman, tidak bisa menolak."  Ada juga yang datang ke gereja karena memiliki motivasi-motivasi tertentu.  Apakah ini bisa disebut taat?  Jadi, jika seseorang kelihatannya melakukan sesuatu yang baik tidak selamanya karena taat.  Ketaatan harus benar-benar jelas.  Dimulai dari mendengar, artinya mengerti terlebih dahulu apa yang menjadi kehendak Tuhan, lalu dengan sungguh-sungguh kita lakukan karena kita taat kepadaNya.

Mari kita terus mempertajam pendengaran kita terhadap firman Tuhan setiap hari sehingga kita semakin kuat di dalam Tuhan dan menjadi anak-anakNya yang taat.

Sunday, March 18, 2012

SUDAH BERARTIKAH HIDUP KITA SELAMA INI?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Maret 2012 - 

Baca:  Galatia 6:1-10

"Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri."  Galatia 6:3

Hidup ini adalah anugerah terbesar dari Tuhan.  Dan tidak ada seorang pun yang bisa berkata bahwa hidup yang ia jalani ini hanyalah sebagai sesuatu yang kebetulan saja,  "Karena aku lahir ke dunia ini, yah...dijalani saja, mengalir ikut arus.  Buat apa terlalu ngoyo!"  Ingat!  Tatkala seseorang dipercaya untuk hidup, berarti ada tujuan dan rencana Tuhan yang indah dan luar biasa di dalamnya.  Karena sejak dari semula, Tuhan telah memiliki rencana yang agung bagi kehidupan manusia.  Namun, bagaimana kita menjalani hidup dan bagaimana supaya hidup yang kita jalani ini berarti adalah sebuah pilihan dari masing-masing kita.

     Banyak orang yang menyia-nyiakan hari-hari dalam hidupnya dengan hal-hal yang tidak berarti, bahkan salah jalan, sehingga hidupnya menjadi kesaksian yang tidak baik bagi orang lain.  Yang Tuhan mau, setiap orang percaya memiliki hidup yang berarti, karena Tuhan telah merancangkan kehidupan yang baik dan masa depan baik bagi setiap kehidupan orang percaya.  Dalam Yeremia 29:11 dikatakan,  "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."  Jadi, rancangan Tuhan bagi kehidupan kita adalah baik adanya, tidak ada rancangan yang tidak baik atau jahat.  Itulah sebabnya, kita harus berusaha bagaimana supaya hidup kita ini berarti dan sesuai dengan apa yang Tuhan mau.  Kita harus bertanggung jawab dengan kehidupan kita masing-masing.  Kita diberi talenta untuk dikembangkan, diberi potensi untuk kita maksimalkan.  Perhatikan tekad Rasul Paulus,  "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.  Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah."  (Filipi 1:21-22a)  dan  "...aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku."  (Galatia 2:20a).

     Hidup yang berarti adalah hidup yang berbuah bagi Tuhan dan menjadi berkat bagi orang lain.  Salah satunya adalah ada buah-buah roh yang dihasilkan, yaitu:  "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri."  (Galatia 5:22-23a).  Sudahkah itu menjadi bagian hidup kita sehari-hari?

Jika hidup kita tidak berarti kita bisa disebut gagal sebagai orang Kristen!

Saturday, March 17, 2012

MENCARI YESUS KARENA MELIHAT TANDA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Maret 2012 - 

Baca:  Yohanes 6:25-29

"Yesus menjawab mereka: 'Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.'"  Yohanes 6:26

Alkitab mencatat banyak orang berbondong-bondong mencari Yesus bukan karena PribadiNya tetapi karena ingin mengalami mujizat dan telah makan roti sampai kenyang.  Bagaimana dengan kita?  Mengapa kita mencari Yesus?  Pertanyaan ini seharusnya kita tanyakan kepada diri kita sendiri karena di akhir zaman ini ada banyak alasan orang mencari Yesus:  supaya bisnisnya lancar, ingin beroleh kesembuhan, bahkan ingin mencari pasangan hidup.  Tuhan menghendaki kita mencari Dia karena kita telah melihat tanda-tanda, namun  "...sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda,..."

     Tuhan menghendaki kita mencariNya karena kita telah mengerti  'tanda-tanda'.  Tanda-tanda apa?  Tanda-tanda keselamatan karena kita percaya bahwa Dia adalah Sang Juruselamat sebagaimana tertulis:  "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."  (Kisah 4:12).  Tuhan juga mau kita mencariNya karena kita tahu bahwa Ia adalah Mesias.  Hal ini juga diakui oleh Marta,  "Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia."  (Yohanes 11:27).  Tidak hanya itu, Tuhan mau kita mencari Dia karena kita mengerti bahwa Ia adalah Raja di atas segala raja "...Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja."  (Wahyu 17:14b).  Dan Tuhan mau kita mencari PribadiNya karena kita percaya bahwa Ia adalah Tuhan.  Alkitab menyatakan,  "Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan."  (Roma 10:9)

     Biarlah kita mencari Yesus bukan karena kita hanya membutuhkan sesuatu atau mengharapkan sesuatu dari Dia, atau kita hanya menjadikan Tuhan Yesus sebagai penyedia atas setiap kebutuhan kita.  Tuhan Yesus sanggup menyediakan segala kebutuhan kita bukan karena Dia pelayan yang dapat kita perintah seenak kita tapi karena Dia adalah Tuhan, Mesias, Juruselamat, dan Raja di atas segala raja.

Hormati Dia dan Agungkan namaNya!

Friday, March 16, 2012

DOA YANG TIDAK BEROLEH JAWABAN (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Maret 2012 - 

Baca:  1 Yohanes 1:5-10

"Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan."  1 Yohanes 1:9

Tuhan tidak bisa disuap.  Apalagi kita tetap hidup dalam ketidaktaatan jangan harap doa kita didengar dan dijawab oleh Dia.  Sesungguhnya Tuhan ini panjang sabar;  Dia sudah menegur kita dan menasihati kita melalui firmanNya tetapi kita sendiri yang tidak mau mendengarkan teguranNya.  Akibatnya ketika kita memanggil-manggil Dia dan berseru-seru kepadaNya Ia pun tidak akan mendengarkan suara kita seperti tertulis:  "...mereka tidak mendengarkan pada waktu dipanggil, demikianlah Aku tidak akan mendengarkan pada waktu mereka memanggil, firman Tuhan semesta alam."  (Zakharia 7:13).

     Jika Tuhan begitu keras dalam hal dosa, bagaimana dengan kehidupan kita yang penuh dengan dosa itu?  Bersyukur, kita memiliki Tuhan yang penuh kasih dan penuh dengan pengampunan.  Jika kita bertobat dengan sungguh, mau jujur dan terbuka mengakui dosa-dosa kita, Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.  Tuhan tidak akan membuang kita!  Tuhan berfirman,  "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju;  sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba."  (Yesaya 1:18).

     Karena itu, akui dosa kita satu-persatu sampai tuntas, maka Tuhan akan mengampuni segala dosa-dosa kita dan darah Kristus akan membasuh serta menyucikan kita dari segala dosa.  Jangan sekalik-kali menyembunyikan dosa karena dosa-dosa yang disembunyikan merupakan penghalang bagi doa-doa kita sehingga tidak dijawab oleh Tuhan.  Karena itu kita membutuhkan pertolongan Roh Kudus untuk mengingatkan kita akan dosa-dosa yang belum kita akui di hadapan Tuhan;  akui itu seluruhnya dan minta pengampunan agar kita benar-benar menjadi orang yang merdeka di dalam Tuhan.  Tuhan sendiri berkata,  "Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan aku tidak mengingat-ingat dosamu."  (Yesaya 43:25).  Jangan biarkan dosa kita bertumpuk di dalam hidup kita, harus segera kita bereskan di hadapan Tuhan.

Seperti Daud yang selalu jujur dan terbuka mengakui segala dosanya di hadapan Tuhan, tidak ada yang disembunyikannya sehingga tidak ada ganjalan lagi menghadap Tuhan, tidak ada penghalang untuk datang kepadaNya;  tidak ada penghalang bagi doa-doa kita!

Thursday, March 15, 2012

DOA YANG TIDAK BEROLEH JAWABAN (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Maret 2012 - 

Baca:  Yesaya 59:1-21

"Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar;  tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu."  Yesaya 59:1-2

Akhir-akhir ini banyak anak Tuhan yang bukannya makin giat di dalam Tuhan, tapi malah kian lemah dan tidak bersemangat.  Apa penyebabnya?  Klise:  karena doanya tidak dijawab-jawab oleh Tuhan.  Kita menjadi marah kepada Tuhan dan merasa sia-sia mengikut Tuhan:  "Kok sampai sebegitunya?  Mengapa sudah begitu lama saya berdoa dan rajin beribadah tetapi doa saya belum juga dijawab oleh Tuhan?  "Tuhan itu tidak adil!"  Berhati-hatilah!"  Jangan sekali-kali kita menyalahkan Tuhan.

     Adalah penting bagi kita untuk berdiam diri sejenak dan bertanya kepada Tuhan mengapa hal ini bisa terjadi.  Mungkin kita dapat menemukan jawabannya di sini.  Karena kita masih menyimpan dosa.  Ada dosa yang belum dibereskan!  Tertulis:  "Kesalahanmu menghalangi semuanya ini, dan dosamu menghambat yang baik dari padamu."  (Yeremia 5:25).  Dosa dan kesalahan kitalah yang memisahkan kita dari Tuhan, yang membuat Tuhan menyembunyikan diriNya terhadap kita.

     Perhatikan!  Dosa memisahkan manusia dari Tuhan, tetapi kekuduskan mendekatkan manusia denganNya karena Ia yang kita sembah adalah Tuhan yang Mahakudus, sebab itu jika kita ingin menghadap Tuhan hidup kita juga harus kudus.  Ayat nas di atas dengan jelas menyatakan bahwa sesungguhnya Tuhan itu tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, pendengaranNya tidak kurang tajam untuk mendengar, tetapi yang menjadi penghalang sehingga doa-doa kita tidak beroleh jawaban adalah segala kejahatan dan dosa-dosa kita sendiri.  Bahkan Daud berkata,  "Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar."  (Mazmur 66:18).  Sebagai orang yang karib dengan Tuhan Daud sangat mengenal hati Tuhan;  kalau ada niat jahat dalam hati saja Tuhan sudah tidak mau mendengarkan doa dari seseorang.  Baru niat jahat saja Tuhan sudah tidak mau mendengar doa kita, apalagi bila kita sudah melakukan dan bahkan hidup dalam dosa.  Jangan sepelekan hal ini karena Tuhan sangat tegas dalam hal firmanNya.

Tuhan tidak pernah berkompromi dengan dosa sedikit pun!

Wednesday, March 14, 2012

JANGAN RAGUKAN JANJI TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Maret 2012 -

Baca:  Mazmur 119:137-144 

"Janji-Mu sangat teruji, dan hamba-Mu mencintainya."  Mazmur 119:140

Sebagai manusia adalah mudah bagi kita untuk berjanji, namun untuk menepati janji itu tidaklah gampang, bahkan seringkali meleset.  Banyak orang kecewa karena orang yang diharapkan ternyata telah ingkar janji.  Seorang pemuda berjanji hendak menikahi seorang gadis, ternyata janji itu tidak ia tepati, ia malah berpaling ke lain hati dan meninggalkan gadis itu.  Janji manusia seringkali berujung pada kekecewaan, padahal pepatah dunia mengatakan bahwa janji adalah utang, sebab itu bayarlah janjimu supaya jangan berutang.

     Bagaimana dengan Tuhan kalau Dia berjanji?  Alkitab menyatakan bahwa  "Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya,"  (2 Petrus 3:9a) dan  "Janji Tuhan adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah."  (Mazmur 12:7).  Karena itu jangan pernah ragu akan janji Tuhan.  Ketika berada dalam pergumulan yang berat jangan pernah putus pengharapan.  Pandanglah Tuhan Yesus dan pegang janji firmanNya.  Jangan melihat kepada berapa besar persoalan yang kita alami, tetapi lihat dengan mata iman betapa besar kuasa dan kemampuan Tuhan kita karena kuasaNya sungguh tak terbatas untuk menolong umatNya.

     Kalau pergumulan doa kita belum juga beroleh jawaban, jangan kecewa!  Sebaliknya tetap nanti-nantikan Tuhan dan praktekkan firmanNya.  Salah satu cara:  carilah ayat-ayat dalam Alkitab yang berkenaan dengan masalah yang kita alami, lalu berdoalah sesuai dengan janji Tuhan.  Saat kita sedang bergumul dalam masalah ekonomi, pegang ayat ini:  "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus."  (Filipi 4:19)  dan perkatakan itu dengan penuh iman.  Ketika kita sedang diliputi oleh rasa takut katakan pada hatimu,  "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekeaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku;  gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku."  (Mazmur 23:4).  Ketika kita sedang bergumul dengan sakit-penyakit pegang janji firman Tuhan ini:  "Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh."  (1 Petrus 2:24b).  Kuasa firman Tuhan itu amat dahsyat dan kekuatan janji firmanNya sangat teruji.  Oleh sebab itu peganglah teguh janji firman Tuhan, sediakan waktu untuk belajar dan merenungkan firmanNya karena Tuhan ada di balik setiap kata dari firmanNya.

Tuhan berkata,  "...sebab Aku siap sedia untuk melaksanakan firman-Ku."  (Yeremia 1:12)

Tuesday, March 13, 2012

AYUB: Tetap Kuat Di Tengah Penderitaan!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Maret 2012 - 

Baca:  Ayub 13:1-28

"Berapa besar kesalahan dan dosaku? Beritahukanlah kepadaku pelanggaran dan dosaku itu.  Mengapa Engkau menyembunyikan wajah-Mu, dan menganggap aku sebagai musuh-Mu?"  Ayub 13:23-34

Alkitab dengan jelas mencatat bahwa Ayub  "saleh dan jujur;  ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan."  (Ayub 1:1).  Ini menunjukkan bahwa Ayub adalah orang yang hidupnya benar dan tidak bercela di hadapan Tuhan.  Itulah sebabnya ketika kesengsaraan dan penderitaan menimpa hidupnya ia merasa berhak untuk bertanya kepada Tuhan:  apakah ini tidak  "salah alamat"?  Bukankah seharusnya orang fasik atau orang berdosa yang layak menerima segala penderitaan dan malapetaka?

     Seringkali kita juga marah kepada Tuhan dan menyalahkan Dia ketika melihat orang-orang di luar Tuhan hidupnya  "aman-aman"  saja.  Pemazmur menasihati,  "Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang;  sebab mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau."  (Mazmur 37:1-2).  Sebagai orang percaya kita harus belajar memahami kehendak Tuhan karena Dia memiliki sudut pandang yang berbeda.  Tuhan tidak pernah salah dalam setiap tindakanNya.  Segala penderitaan yang menimpa Ayub adalah ulah dari si Iblis yang hendak menjatuhkan iman Ayub.  Namun meski mengalami penderitaan yang luar biasa Ayub tetap mampu bertahan.  Bahkan dia masih bisa berkata,  "'Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?'  Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya."  (Ayub 2:10b).  Kehilangan segala-galanya tidak membuat Ayub menjadi lemah dan putus asa.  Bahkan teman-teman terdekatnya kelihatannya menasihati dia, padahal dalam nasihatnya itu terkandung tuduhan dan kecaman kepada Ayub.  Mereka menganggap bahwa Ayub telah melakukan suatu pelanggaran yang berakibat pada penderitaan yang harus ditanggungnya.

     Selama hidup di dunia ini kita tak luput dari masalah atau penderitaan.  Namun Tuhan berjanji untuk memberi kekuatan kepada kita dan memberikan Penolong yaitu Roh Kudus.  Karena itu dalam keadaan yang berat biarlah kita tetap kuat dan bertahan karena selalu ada maksud dan rencana Tuhan di balik penderitaan yang kita alami.

Itulah sebabnya di tengah penderitaan yang dialami, Ayub menyadari:  "Karena Ia tahu jalan hidupku;  seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas."  (Ayub 23:10).

Monday, March 12, 2012

DAMPAK BURUK MENGHAKIMI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Maret 2012 - 

Baca:  Roma 14:1-12

"Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri."  Roma 14:4

Kita harus tahu bahwa kita tidak memiliki kuasa untuk menghakimi, karena apa yang kita pandang baik dan benar menurut ukuran kita belum tentu demikian;  hanya Tuhan yang memiliki dan tahu akan kebenaran dan keadilan itu.  Itulah sebabnya firmanNya berkata,  "Pembalasan adalah hak-Ku.  Akulah yang akan menuntut pembalasan.'  Dan lagi:  'Tuhan akan menghakimi umat-Nya.'"  (Ibrani 10:30).

     Inilah yang seringkali menjadi masalah terbesar mengapa gereja tidak dapat bertumbuh, tidak dapat maju, menjadi terpecah, karena mereka saling menghakimi.  Banyak orang tidak mau datang ke gereja tertentu karena mereka mendengar bahwa hamba Tuhan di gereja tersebut saling menjatuhkan satu sama lain, yang satu merasa diri lebih hebat dan lebih diurapi dari yang lain.  Keadaan semacam ini pun sudah terjadi di zaman Tuhan Yesus.  Murid-murid Tuhan Yesus sendiri bertanya kepada Tuhan siapa di antara mereka yang paling besar.  Dengan tegas Tuhan Yesus menjawab siapa yang ingin menjadi yang terbesar haruslah menjadi pelayan bagi yang lainnya.  Jadi, tidak ada gereja yang dapat berkata bahwa gerejanyalah yang the best, paling diberkati dan sebagainya.

     Kita harus menyadari bahwa saling menghakimi itu adalah strategi Iblis untuk menghancurkan kehidupan orang percaya dan gereja Tuhan.  Saling menghakimi selalu membawa akibat atau dampak yang buruk:  1.  Menyebabkan perpecahan.  Saling menghakimi itu berasal dari si Iblis dengan tujuan memecahbelah umat Tuhan.  Oleh karena itu kita harus berhati-hati, tidak boleh lagi saling menghakimi supaya tidak terjadi perpecahan di antara umat Tuhan.  2.  Membuat orang lain sakit hati dan menjadi pahit.  Siapa pun dari kita pasti tidak suka dihakimi oleh orang lain.  Alangkah baiknya jika ada seseorang melakukan kesalahan ditegur dengan cara yang tepat, perkataan yang tepat dan waktu yang tepat pula, karena menghakimi itu berbeda dengan menegur.  Ketika kita menghakimi seseorang berarti kita menyatakan bahwa orang tersebut bersalah.  Itu hanya akan menimbulkan sakit hati dan membuat orang itu dipermalukan dan kian terpuruk. 

Menghakimi orang lain adalah strategi Iblis menghancurkan kehidupan orang percaya!

Sunday, March 11, 2012

BERHENTILAH MENGHAKIMI!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Maret 2012 - 

Baca: Roma 14:1-12

"Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu? Atau mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah."  Roma 14:10

Sampai saat ini masih sering terjadi saling menghakimi di antara anak-anak Tuhan.  Kita begitu mudahnya melihat dosa, kelemahan dan kekurangan orang lain.  Ketika ada saudara seiman yang jatuh dalam dosa kita langsung mencemooh dan sesegera mungkin menyebarkan  'kabar hangat'  ini ke orang lain.  Ketika ada saudara yang mengalami pergumulan berat dan sakit tak kunjung sembuh kita langsung berkata,  "Wah... dia terlalu banyak dosanya, makanya Tuhan menimpakan masalah berat padanya."  Ada peribahasa yang mengatakan bahwa tak ada gading yang tak retak.  Setiap orang itu tidak pernah luput dari kesalahan.  Tak ada manusia yang sempurna!  Bahkan hamba Tuhan atau pendeta pun tak luput dari kesalahan dan kekurangan.  Oleh karena itu  "...janganlah kita saling menghakimi lagi!  Tetapi lebih baik kamu menganut pandangan ini:  Jangan kita membuat saudara kita jatuh atau tersandung!"  (Roma 14:13).

     Di dalam Alkitab banyak sekali ayat yang mengingakan kita untuk tidak mudah menghakimi orang lain.  Hal ini menunjukkan bahwa menghakimi orang lain adalah dosa di hadapan Tuhan.  Melalui renungan ini kita disadarkan agar tidak mudah duduk sebagai hakim terhadap saudara yang lain.  Firman Tuhan dengan tegas menyatakan bahwa  "Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinaasakan.  Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau mau menghakimi sesamamu manusia?"  (Yakobus 4:12).

     Jika saat ini kita masih merasa sebagai orang yang paling benar dan menempatkan orang lain selalu menjadi terdakwa, segeralah bertobat sebelum semuanya terlambat, sebab  "...dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."  (Matius 7:2).  Jika ada saudara kita yang lemah dan jatuh justru adalah kesempatan bagi kita untuk menunjukkan kasih dengan menolong dan menguatkan, sehingga dia segera bangkit dan dipulihkan.  Jangan menjadi hakim dan maah menjatuhkan vonis.

Sebagai anak-anak Tuhan mari saling melengkapi, menjaga, mendukung, menopang dan menguatkan satu sama lain!

Saturday, March 10, 2012

DOA UNTUK MEMUASKAN KEINGINAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Maret 2012 - 

Baca:  Yakobus 4:1-10

"Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu."  Yakobus 4:3

Adalah penting bagi kita untuk selalu diingatkan betapa penting doa itu bagi orang percaya.  Doa adalah nafas hidup kita.  Dengan kata lain setiap orang percaya harus hidup di dalam doa setiap waktu.  Doa adalah sarana komunikasi kita dengan Tuhan dan itu berarti harus terjadi dua arah.  Ada saatnya kita yang berbicara kepada Tuhan dan Tuhan yang mendengarkan, dan ada saatnya Tuhan yang berbicara kepada kita melalui firmanNya kemudian kita yang mendengar.

     Tuhan menghendaki hubungan yang karib antara kita denganNya terjalin terus setiap hari dan setiap saat.  Namun banyak orang Kristen yang tekun berdoa hanya ketika mereka perlu saja, saat dalam masalah dan pergumulan yang berat.  Sebaliknya jika semuanya baik-baik saja, usaha lancar, tubuh sehat-sehat saja dan sebagainya, doa tidak lagi menjadi prioritas utama dalam hidupnya.  Lalu, doa yang berkenan kepada Tuhan itu doa yang bagaimana?  Doa yang berkenan kepada Tuhan adalah doa yang disertai dengan iman.  Artinya doa yang percaya kepada firman Tuhan yang terdiri dari rencanaNya yang baik untuk hidup kita, dan kepada janji-janjiNya yang adalah ya dan amin.  Mungkin selama ini kita sudah berdoa berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun tetapi doa kita belum juga dijawab Tuhan.  Jangan langsung menyalahkan Tuhan!  Koreksi terlebih dahulu dan perhatikan bagaimana kita berdoa.  Adakah kita berdoa dengan sikap hati yang benar, atau kita berdoa hanya bertujuan untuk memuaskan segala keinginan pribadi kita?

     Sesungguhnya Tuhan tahu persis apa pun yang menjadi kebutuhan kita, dan Dia pasti akan memenuhi kebutuhan kita.  Namun pada waktu berdoa kita harus bisa membedakan antara berdoa dengan iman dan berdoa memaksakan kehendak kepada Tuhan demi kepentingan diri sendiri.  Mengklaim janji Tuhan itu baik, tetapi janganlah hal itu demi memuaskan nafsu duniawi kita.  Seringkali kita menjadi iri hati ketika melihat orang lain lebih berhasil dari kita, lalu kita protes kepada Tuhan mengapa Tuhan tidak memberkati kita seperti orang itu.

Berdoalah bukan pada saat kita membutuhkan segala sesuatu, tetapi berdoalah kepada Tuhan setiap saat untuk membangun keintiman dengan Tuhan;  pasti berkat akan dicurahkan kepada kita.

Friday, March 9, 2012

KESEMPATAN BERTEMU YESUS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Maret 2012 - 

Baca:  Lukas 19:1-10

"Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ."  Lukas 19:4

Ada kalimat bijak yang mengatakan bahwa kesempatan itu tidak datang untuk kedua kalinya, karena itu jangan pernah disia-siakan.  Seorang atlet yang setiap harinya berlatih keras dan tidak mengenal lelah, ketika akhirnya dikirim untuk mengikuti sebuah kejuaraan pasti tidak akan menyia-nyiakannya, dia akan gunakan kesempatan itu sebaik mungkin untuk mengukur kemampuan dan kekuatannya.  Begitu juga kita;  jika kita beroleh kesempatan untuk melayani Tuhan, tangkap kesempatan itu sebaik mungkin.  Banyak orang yang menyesal ketika kesempatan yang diberikan itu tidak digunakan dan malah disia-siakan.  Berikutnya yang ada adalah penyesalan.

     Salah satu orang yang tidak menyia-nyiakan kesempatan dalam hidupnya adalah Zakheus.  Ia mendengar bahwa  "Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu.  Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek."  (Lukas 19:1, 3).  Tetapi Zakheus tidak menyerah begitu saja.  Pikirnya:  ini adalah kesempatan emas untuk bertemu dengan Yesus;  kapan lagi?  Ayat nas menunjukkan betapa ia berusaha sekuat tenaga supaya bisa melihat Yesus.  Meski memiliki keterbatasan dalam hal fisik  (bertubuh pendek), Zakheus tidak putus asa.  Ia tidak kehilangan akal, segera berlari dan memanjat pohon ara.  Ia tidak gengsi sedikit pun, tidak peduli dengan reaksi orang lain.  Padahal Zakheus adalah seorang yang kaya dan berprofesi sebagai pemungut cukai.  Kita tahu bahwa pekerjaan sebagai pemungut cukai adalah pekerjaan yang dibenci dan dicibir oleh banyak orang.  Namun Tuhan Yesus merasakan ada hati yang merindukannya.  Segeralah Tuhan Yesus memerintahkan Zakheus untuk turun dari pohon ara itu.

     Pertemuan dengan Tuhan Yesus menjadi babak baru bagi kehidupan Zakheus.  Hidupnya diubahkan secara total dan diselamatkan sehingga Zakheus berkata,  "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dan seseorang akan kukembalikan empat kali lipat."  (Lukas 19:8).

Hari ini masih banyak orang meremehkan Tuhan Yesus, tetap mengeraskan hati dan tidak mau menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat.  Pada saatnya, kesempatan itu akan lewat dan akhirnya penyesalan tiada guna!

Thursday, March 8, 2012

JANGAN MENUNGGU DITEGUR TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Maret 2012 - 

Baca:  2 Tawarikh 33:1-20 

"Ia melakukan banyak yang jahat di mata Tuhan, sehingga ia menimbulkan sakit hati-Nya."  2 Tawarikh 33:6b

Penyesalan tidak pernah datang di depan tetapi muncul di belakang atau di kemudian hari.  Maka alangkah bijaknya bila sebelum melakukan segala sesuatu kita pikirkan masak-masak sebab dan akibatnya supaya tidak menyesal.

     Hal ini dialami oleh Manasye.  Sebagai raja ia merasa dirinya mampu, kuat, dan punya kuasa dan harta yang melimpah.  Itulah sebabnya ia tidak lagi menghiraukan firman Tuhan.  Ia hidup dalam ketidaktaatan!  Menasye melakukan kejahatan yang luar biasa padahal ia tahu firman dan itu sangat menyakiti hati Tuhan.  Bahkan ia lebih memilih mendengarkan nasihat dari penasihatnya yang jahat dan menuruti rakyatnya daripada mendengarkan nasihat dari nabi Tuhan.  Dan lebih keji lagi, Manasye mendirikan bukit-bukit pengorbanan kepada dewa-dewa.  Tidak hanya itu, ia juga rela mengorbankan anak-anaknya sendiri sebagai persembahan kepada Baal.  Sungguh hati Manasye sudah benar-benar sesat!  Namun saat ditegur dan diingatkan Tuhan ia tidak bergeming seperti tertulis:  "Kemudian berfirmanlah Tuhan kepada Manasye dan rakyatnya, tetapi mereka tidak menghiraukannya.  Oleh sebab itu Tuhan mendatangkan kepada mereka panglima-panglima tentara raja Asyur yang menangkap Manasye dengan kaitan, membelenggunya dengan rantai tembaga dan membawanya ke Babel."  (2 Tawarikh 33:10-11).  Manasye benar-benar dipermalukan!

     Meski demikian Tuhan panjang sabar dan penuh kasih.  Tuhan tetap mengasihi umatNya.  Maka supaya tidak terlalu jauh tersesat dengan terpaksa Tuhan akhirnya menghukum Manasye.  Tujuannya bukan untuk menghancurkan tetapi supaya bangsa ini bertobat.  Maka dalam keadaan terjepit inilah Manasye baru menyadari kesalahannya.  Ia datang kepada Tuhan dan minta pengampunan.  Mendengar kesungguhan hati Manasye akhirnya hati Tuhan pun luluh.  Tuhan pun melepaskan dia dari tangan raja Asyur.  Lalu Manasye mulai hidup dalam pertobatan dengan menghancurkan dewa-dewa baal;  patung-patung dan bukit-bukit pengorbanan pun dimusnahkannya.  Akhirnya Manasye mengalami pemulihan.  Jika saat ini kita sudah jauh dari Tuhan, segeralah bertobat.

Jangan tunggu sampai kesulitan, penderitaan atau penghukuman Tuhan menimpa kita barulah kita menyesal dan mau bertobat!

Wednesday, March 7, 2012

BERKAT ADALAH MILIK ORANG PERCAYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Maret 2012 - 

Baca:  Ulangan 11:8-32

"berkat, apabila kamu mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu hari ini;"  Ulangan 11:27

Hidup yang diberkati sesungguhnya adalah bagian hidup orang percaya.  Namun kenyataannya banyak anak Tuhan yang masih belum merasakan dan mengalami berkat Tuhan secara penuh dalam hidupnya.  Mengapa hal ini bisa terjadi?  Mungkin karena kita tidak tahu rahasianya, padahal berkat sudah disediakan Tuhan dan kita tinggal meraihnya.

     Ayat nas jelas mengatakan bahwa berkat akan menjadi milik kita apabila kita mendengarkan perintah Tuhan yaitu hidup dalam ketaatan.  Kita terkadang masih bingung harus mulai dari mana melakukan perintah Tuhan itu;  bukan masalah dari mana, tetapi kesungguhan hati kita untuk taat adalah langkah awal dan yang paling penting.  Ini adalah seperti seorang pelari yang akan berlomba, selalu dimulai dari start, dan ia akan menyelesaikannya sampai garis akhir, entah dia menjadi yang pertama atau yang terkemudian.  Untuk mencapai jalan berkat Tuhan sudah memberikan langkah-langkahnya.  Tinggal kita, apakah kita mau atau tidak!  Mengalami berkat Tuhan bukanlah perkara yang sukar kalau kita tahu cara dan jalannya, tidak harus berkeliling sampai pusing tujuh keliling untuk menemukan berkat itu sebab setiap anak Tuhan berhak untuk diberkati.  Tuhan Yesus berkata,  "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."  (Matius 6:33).  Kepada Yosua Tuhan juga memberikan kiat bagaimana mengalami hidup yang diberkati:  "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung."  (Yosua 1:8).

     Jangan lagi mengeluh, bersungut-sungut dan berkeluh kesah kepada Tuhan, tetapi miliki tekad untuk hidup taat supaya kita melihat hasil-hasilnya.  Tuhan kita adalah Tuhan yang suka memberkati umatNya, tinggal bagaimana respons kita kepada Tuhan.  FirmanNya menegaskan,  "Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga."  (Efesus 1:3).

Kata  "telah"  berarti segala berkat sudah disediakan dan telah menjadi milik kita;  raih itu!

Tuesday, March 6, 2012

BERADA DI RUMAH TUHAN (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Maret 2012 - 

Baca:  Mazmur 26:1-12

"Tuhan, aku cinta pada rumah kediaman-Mu dan pada tempat kemuliaan-Mu bersemayam."  Mazmur 26:8

Ketika dikepung oleh Sanherib dan Yerusalem benar-benar terjepit, Hizkia mengoyakkan pakaiannya dan diselubunginya badannya dengan kain kabung, lalu masuklah ia ke rumah Tuhan.  Hizkia tahu benar bahwa tempat pelarian dan perlindungan yang aman adalah berada di rumah Tuhan.  Di dalam Tuhan Hizkia beroleh kekuatan dan pengharapan.  Tuhan berfirman,  "Ia  (raja Asyur)  tidak akan masuk ke kota ini dan tidak akan menembakkan panah kesana;  juga ia tidak akan mendatanginya dengan perisai dan tidak akan menimbun tanah menjadi tembok untuk mengepungnya.  Melalui jalan, dari mana ia datang, ia akan pulang, tetapi ke kota ini ia tidak akan masuk, demikianah firman Tuhan.  Dan Aku akan memagari kota ini untuk menyelamatkannya, oleh karena Aku dan oleh karena Daud, hamba-Ku."  (Yesaya 37:33-35).  Sungguh benar bahwa  "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti."  (Mazmur 46:2).

     Di dalam rumah Tuhan kita mendapatkan pengajaran melalui kebenaran firman Tuhan yang disampaikan oleh hambaNya.  Pengajaran sangat diperlukan agar kita dapat mengoreksi hidup:  sudahkah hidup kita seturut dengan kehendak Tuhan atau sudah menyimpang dari firmanNya.  Dalam Mikha 4:2 dikatakan,  "Mari, kita naik ke gunung Tuhan, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kia tentang jalan-jalan-Nya dan supaya kita berjalan menempuhnya;  sebab dari Sion akan keluar pengajaran, dan firman Tuhan dari Yerusalem."  Banyak orang Kristen yang mengabaikan firman Tuhan;  ketika hamba Tuhan menyampaikan pengajaran ada yang mengobrol, bermain handphone atau bahkan tidur mendengkur.

     Mendengar firman Tuhan sangat penting karena  "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat unuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran."  (2 Timotius 3:16).  Itulah sebabnya Daud merasakan sukacita yang luar biasa tatkala berada di rumah Tuhan.  Berada di pelataran saja sudah membuatnya bersukacita.

Karena itu sesibuk apa pun tidak ada alasan bagi kita untuk tidak ke gereja, karena dalam ibadah Tuhan hadir secara khusus dan siap mencurahkan berkatNya!

Monday, March 5, 2012

BERADA DI RUMAH TUHAN (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Maret 2012 - 

Baca:  Mazmur 84:1-13

"Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain;  lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik."  Mazmur 84:11

Perlukah kita pergi ke gereja?  Perlukah kita menyediakan waktu untuk datang beribadah ke gereja setiap hari Minggu?  Ya, tentu saja perlu...  Tapi masih banyak orang Kristen yang mengabaikan jam-jam ibadah dan tidak lagi pergi ke gereja, apalagi kalau misalnya tokonya lagi ramai pembeli, sayang kalau ditutup.  Bagi orang percaya beribadah ke gereja adalah tugas dan kewajiban yang tidak boleh diabaikan dan itu adalah sebuah keharusan.

     Pergi beribadah ke gereja adalah perintah Tuhan dan harus ditaati.  Tertulis:  "Tetapi tempat yang akan dipilih Tuhan, Allahmu, dari segala sukumu sebagai kediaman-Nya untuk menegakkan nama-Nya di sana, tempat itulah harus kamu cari dan ke sanalah harus kamu pergi."  (Ulangan 12:5).  Bila Tuhan memberikan perintah tidak ada alasan bagi kita untuk melanggarnya.  Di dalam gereja Tuhan telah menyediakan berkat-berkat bagi umatNya.  Oleh karena itu firman Tuhan menasihatkan,  "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat."  (Ibrani 10:25).  Setiap orang percaya yang aktif dan setia beribadah ke gereja adalah orang-orang yang berbahagia karena di dalam rumah Tuhan banyak berkat.  Permazmur berkata,  "Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau."  (Mazmur 84:5).  Ada urapan dan berkat yang dicurahkan Tuhan bagi perhimpunan orang-orang yang berkumpul bersehati di baitNya yang kudus,  "Sebab ke sanalah Tuhan memerintahkan berkat,..."  (Mazmur 133:3b).

     Adalah rugi besar jika kita malas untuk pergi beribadah ke gereja!  Selain ada berkat-berkat yang melimpah, di rumah Tuhan kita akan beroleh jawaban atas persoalan dan pergumulan yang sedang terjadi dalam kehidupan kita.  Di rumah Tuhan kita bawa beban yang ada dan kita serahkan kepada Dia.  Tuhan berkata,  "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat.  Aku akan memberi kelegaan kepadamu."  (Matius 11:28).

Ketika kita memuji dan mengagungkan nama Tuhan di situlah kita beroleh kekuatan baru dan penghiburan.

Sunday, March 4, 2012

HIDUP TAK BERCACAT CELA DI HADAPAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Maret 2012 - 

Baca:  Efesus 1:1-14

"Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya."  Efesus 1:4

Setiap hari kita selalu diperhadapkan pada persoalan yaitu bagaimana menyangkal kedagingan kita karena yang menjadi musuh utama kita adalah kedagingan kita sendiri.  Tertulis:  "...roh memang penurut, tetapi daging lemah."  (Matius 26:41b).  Karena itu kita harus berjuang untuk bisa mengalahkan kedagingan kita.  Kita harus tegas:  hidup menyenangkan hati Tuhan atau menyenangkan kedagingan kita.  Kalau kita menyenangkan kedagingan kita, kita akan jatuh ke dalam dosa dan berbagai-bagai pencobaan, tetapi kalau kita menyenangkan hati Tuhan, maka damai sejahtera itu menjadi milik kita.  Mari kita hidup sesuai firmanNya supaya kita berkenan kepada Tuhan dan hati Tuhan disenangkan.

     Alkitab jelas menyatakan bahwa kita ini dipanggil untuk hidup dalam kebenaran.  Kita dipanggil untuk melakukan kebenaran dan memiliki karakter seperti Kristus.  Dengan tegas Alkitab menyatakan,  "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.  Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu."  (1 Tesalonika 4:7-8).  Berhenti untuk melakukan perbuatan cemar!  Adalah sia-sia ibadah yang kita jalankan jika kita masih berkompromi dengan dosa dan tetap hidup menuruti keinginan duniawi.  Ingat!  Kita sudah diberi segala fasilitas yang baik oleh Tuhan.  Kita dilindungi, dijaga dan dipelihara olehNya, maka tidak ada alasan lagi untuk tidak hidup dalam kesalehan.  Tertulis:  "Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh Pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib."  (2 Petrus 1:3)

     Dengan pertolongan Roh Kudus kita pasti mampu untuk melakukan kebenaran.  Bukankah Tuhan sudah memberikan kepada kita kuasa dan kekuatan untuk bertindak dan Tuhan siap menolong kita dalam berbagai hal sehingga kita tidak akan mudah goyah dan jatuh?  Jadi,  "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis:  Kuduslah kamu, sebab Aku kudus."  (1 Petrus 1:15-16).

Tanpa kekudusan kita tidak akan mungkin bisa ikut memerintah bersama dengan Kristus!

Saturday, March 3, 2012

SERUPA DAN SEGAMBAR DENGAN KRISTUS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Maret 2012 - 

Baca:  Roma 1:1-7

"Kamu juga termasuk di antara mereka, kamu yang telah dipanggil menjadi milik Kristus."  Roma 1:6

Tuhan menciptakan manusia bukan tanpa maksud dan rencana, tetapi kita diciptakan di dalam citra dan rencanaNya.  Kita diciptakan supaya menghasilkan buah, berlipat ganda dan menaklukkan bumi, barulah tujuan hidup manusia di bumi memerintah bersama dengan Kristus tercapai.  Kita dipanggil untuk diselamatkan dan menjadi seperti Kristus.  Orang percaya akan ikut memerintah bersama Kristus.  Karena itu jangan sia-siakan apa yang sudah diberikan Tuhan kepada kita.  Kita dipanggil dan dibenarkan oleh Allah agar kita bisa memerintah bersama dengan Dia.  Tetapi tidak semua orang bisa memerintah bersama dengan Kristus.  Hanya orang-orang yang setia sampai akhirlah yang akan ikut memerintah bersama Kristus.

     Sebagai anak-anak Tuhan kita dipanggil untuk menjadi serupa dan segambar dengan Kristus.  Tuhan Yesus telah memberikan teladan yang sungguh baik kepada kita.  Karena itu setiap orang percaya harus belajar kepadaNya.  Kita harus belajar dari kerendahan hatiNya,  "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia."  (Filipi 2:6-7).  Tuhan Yesus datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani.  Alkitab menyatakan,  "Barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;"  (Matius 20:26b-27).  Seorang hamba berarti melayani, bukan minta dilayani.  Untuk menjadi serupa dan segambar dengan Kristus kita juga harus belajar dari ketaatanNya kepada kehendak Bapa.  Kristus taat melakukan kehendak Bapa, bahkan Ia taat sampai mati di atas kayu salib.  Meski dipandang hina, dicaci maki dan direndahkan oleh manusia, Tuhan Yesus tidak pernah membalas bahkan mendoakan mereka.

     Bagaimana dengan kita kalau kita dihina, disakiti dan dicaci maki oleh orang lain?  Apakah kita masih marah dan menaruh dendam?  Mampukah kita mengucap syukur atas segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita?

"Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."  1 Yohanes 2:6

Friday, March 2, 2012

ROH KITA HARUS SEMAKIN KUAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Maret 2012 - 

Baca:  Mazmur 51:1-21

"Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh."  Mazmur 51:12

Di akhir zaman ini kehidupan orang percaya harus memiliki roh yang semakin hari semakin kuat.  Roh yang kuat inilah yang dapat mengendalikan keinginan jiwa dan tubuh.  Sering terjadi kita ingin berbuat benar tetapi tubuh kita selalu ingin berbuat jahat.  Antara roh dan tubuh selalu bertentangan.  Seperti tertulis,  "...jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku.  Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku."  (Roma 7:21-23).

     Sebelum kita melakukan yang benar, yang jahat sudah kita kerjakan.  Sungguh, keinginan tubuh itu tidak pernah sejalan dengan keinginan roh.  Kita tahu bahwa orang yang hidup dalam daging tidak akan mungkin berkenan kepada Tuhan.  Oleh karena itu roh kita harus semakin kuat agar dapat mematikan keinginan daging dalam diri kita.  Mari kita koreksi hidup kita apakah selama ini kita lebih menuruti keinginan daging kita ataukah kita sudah hidup seturut dengan kehendak Tuhan.  Sebab untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga itu bukan pekerjaan yang mudah.  Jika seseorang tidak dapat mematikan dalam dirinya segala keinginan daging, maka dia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Sorga.  Jika seseorang selalu jatuh dalam dosa yang sama, dia tidak hanya membutuhkan pengampunan dosa saja, tetapi rohnya harus diperbaharui supaya selalu kuat.  Seseorang yang rohnya lemah akan selalu hidup dalam ketakutan, kekuatiran, cemas dan dipenuhi oleh pikiran-pikiran negatif.

     Bagaimana supaya manusia roh kita semakin hari semakin kuat?  Manusia roh kita harus diberi makan firman Tuhan.  Dikatakan,  "Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan,"  (1 Petrus 2:2).  Firman yang dimaksud bukanlah yang dihafalkan dan yang diucapkan, tetapi firman yang masuk dan diterima oleh roh kita.  Ada banyak orang Kristen yang pintar mengucapkan firman tetapi rohnya tidak punya firman.  Buktinya dapat dilihat ketika ia sedang dalam permasalahan:  mudah panik, stres, frustasi, kecewa dan sebagainya.

Miliki roh yang kuat supaya kita bisa mematikan segala perbuatan daging!

Thursday, March 1, 2012

JANGAN MENIPU TUHAN!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Maret 2012 - 

Baca:  Kisah Para Rasul 5:1-11

"Dengan setahu isterinya ia menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lain dibawa dan diletakkannya di depan kaki rasul-rasul."  Kisah 5:2

Jika memperhatikan cara hidup jemaat mula-mula, mungkin kita dibuat malu.  Mengapa?  Karena jemaat pada zaman rasul-rasul memiliki hati yang mau berbagi.  Mereka suka memberi persembahan, rela menjual harta kepunyaannya untuk dipersembahkan kepada rasul-rasul dan kemudian dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya sehingga  "...tidak ada seorangpun yang berkekurangan di antara mereka;"  (Kisah 4:34a).  Bahkan dikisahkan ada seorang yang bernama Yusuf dan para rasul memanggilnya Barnabas, orang Lewi dari Siprus, jauh-jauh datang untuk memberikan persembahan hasil menjual ladang.  Jumlah uang yang dipersembahkan pasti sangatlah besar dan itu sangat berarti bagi orang-orang yang membutuhkan.

     Melihat ada orang asing yang sangat kaya membawa persembahan yang banyak dari hasil menjual tanah mendorong Ananias dan Safira untuk turut pula menjual sesuatu yang mereka miliki.  Tapi sayang, dengan sepengetahuan isterinya, Ananias menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lagi dibawa dan diletakkan di depan kaki rasul-rasul.  Ananias dan Safira mungkin berharap bahwa persembahan mereka mendapat perhatian dan juga pujian dari jemaat. Namun rasul Petrus tahu isi hati mereka:  "Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu?  Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu?  Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu?  Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah."  (Kisah 5:3-4).

     Ananias dan Safira telah melakukan penipuan.  Penipuan adalah dosa!  Tidaklah salah menahan sebagian hasil penjualan dan uangnya mereka gunakan untuk kepentingan sendiri.  Namun, adalah bohong besar jika mereka mengatakan telah memberikan semua yang mereka miliki.  Mereka lebih menginginkan pujian dari manusia daripada takut akan Tuhan.  Bagi mereka reputasi diri sendiri sangatlah penting.  Dan pada akhirnya Ananias dan Safira harus menanggung akibat dari kesalahannya sendiri.

Jika kita memiliki rasa takut akan Tuhan kita pasti tidak akan melakukan kebohongan atau penipuan!

Wednesday, February 29, 2012

UTUSAN TUHAN DI BUMI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Februari 2012 - 

Baca:  Lukas 1:5-25

"Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu."  Lukas 1:19

Sebagai orang Kristen kita sering berpikir bahwa ibadah ke gereja tiap Minggu, hadir di persekutuan-persekutuan dan ikut terlibat dalam kegiatan apa pun di gereja adalah cukup dan itu sudah membuktikan bahwa kita ini adalah anak-anak Tuhan  (Pengikut Kristus).  Sesungguhnya keberadaan kita lebih dari itu!  Setiap orang percaya yang telah mengalami lahir baru memiliki predikat sebagai seorang utusan Tuhan.

     Hal ini tidak jauh berbeda dengan tugas malaikat Gabriel yaitu membawa kabar baik.  Demikian pula setiap amanat yang kita terima dari Tuhan merupakan tugas yang mulia.  Untuk memenuhi panggilan Tuhan ini kita harus memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi.  Segala tugas yang dipercayakan kepada kita biarlah kita lakukan dengan sungguh-sungguh.  Seringkali kita yang pada mulanya begitu menggebu-gebu melayani Tuhan, pada saat diperhadapkan dengan suatu ujian atau tantangan, kita mulai mundur dengan teratur dan meninggalkan tanggung jawab kita sebagai utusan Tuhan.  FirmanNya menasihatkan,  "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan."  (Roma 12:11).

     Kita bisa belajar dari kisah hidup Yunus yang telah dipilih sebagai nabi Tuhan.  Pada saat ia diperintahkan Tuhan untuk pergi ke Niniwe, ia justru lari dari tanggung jawabnya dan memilih pergi ke Tarsis.  Akibatnya Yunus harus mengalami persoalan yang begitu berat.  Bagaimanapun juga Tuhan masih tetap mengasihi dan memakai hidup Yunus sehingga Dia memberi kesempatan kepada Yunus untuk bertobat.  Pada akhirnya Yunus pergi juga ke Niniwe dan menyampaikan pesan Tuhan sehingga seluruh kota Niniwe bertobat, padahal kota tersebut hendak ditunggangbalikkan oleh Tuhan karena kejahatannya.

     Pengalaman Yunus ini biarlah menjadi suatu peringatan buat kita bahwa kita ini adalah utusan-utusan Tuhan yang diberi tanggung jawab untuk membawa kabar keselamatan kepada orang lain.  Jangan lari dari panggilan Tuhan, tetapi biarlah kita gunakan kesempatan yang ada untuk melakukan tugas yang dipercayakan kepada kita dengan sungguh-sungguh.

"Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang;  akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja."  Yohanes 9:4

Tuesday, February 28, 2012

JANGAN DITUNDA-TUNDA!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Februari 2012 - 

Baca:  1 Tesalonika 4:1-12

"Tetapi kami menasihati kamu, saudara-saudara, supaya kamu lebih bersungguh-sungguh lagi melakukannya."  1 Tesalonika 4:10b

Kita tahu bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara, tidak untuk selama-lamanya.  Artinya waktu yang ada sangat terbatas.  Karena itu kita harus mampu memanfaatkan waktu yang ada sebaik mungkin.  Banyak orang yang tanpa sadar telah membuang waktu-waktu yang ada dengan melakukan hal-hal yang sia-sia.  Ingat!  Hidup ini terdiri dari kesempatan demi kesempatan, dan waktu yang kita jalani ini adalah kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita.

     Apa itu kesempatan?  Salah satu pengertian mengenai kesempatan adalah kairos.  Dalam bahasa Yunani, kata  'kairos'  adalah kesempatan untuk mendapat atau memperoleh sesuatu, di mana kesempatan ini tidak akan pernah terjadi untuk kedua kalinya.  Oleh karena itu jangan tunda-tunda waktu lagi untuk melakukan yang terbaik selama kesempatan itu Tuhan berikan kepada kita.  Apalagi di tahun-tahun ke depan keadaan semakin sulit, tetapi yakinlah bahwa Tuhan selalu beserta dengan kita.  Alkitab menasihatkan,  "'Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu.'  Karena seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.  Sebab itu janganah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan."  (Efesus 5:14-17).  Tuhan menghendaki agar kita menjadi orang yang bijak, bukan seperti orang yang bebal atau bodoh.  Orang bijak selalu mendapatkan kesempatan dalam setiap kesulitan, sedangkan orang yang bodoh selalu mendapat kesulitan dalam setiap kesempatan yang ada.  Jangan sampai kita tenggelam dalam kenyamanan yang ada, sebaliknya kita harus selalu berjaga-jaga dalam doa dan terus melekat kepada Tuhan, dalam arti harus membangun hubungan yang karib dengan Tuhan.  Sekarang ini bukanah waktu untuk memegahkan diri dengan apa yang kita miiki karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi di hari esok.

    Jangan buang kesempatan yang ada dan jangan tunda-tunda apa pun yang bisa kita kerjakan untuk Tuhan!  Hizkia telah beroleh kemurahan dari Tuhan;  dia masih diberi kesempatan untuk hidup lima belas tahun lagi setelah divonis bahwa ia akan mati.

Setiap orang memiliki kesempatan yang berbeda-beda, tapi itu bukan suatu alasan bagi kita untuk tidak melakukan yang terbaik bagi Tuhan!

Monday, February 27, 2012

MERAIH BERKAT TUHAN DENGAN IMAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Februari 2012 - 

Baca:  Efesus 1:3-14

"Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga."  Efesus 1:3

Dari dahulu, sekarang dan sampai selama-lamanya Tuhan itu baik.  Bukti nyata dari kebaikan Tuhan bisa kita baca di ayat nas di atas, di mana Tuhan telah menyediakan segala berkat rohani yang ada di dalam sorga bagi anak-anakNya.  Hal ini berarti segala sesuatu yang kita butuhkan, baik itu damai sejahtera, sukacita, kemenangan, kelimpahan dan sebagainya sudah ada di dalam kehidupan kita.  Namun semua itu tidak akan terealisasi dalam kehidupan kita jika kita tidak melakukan bagian kita.  Jadi ada bagian yang Tuhan kerjakan, namun di sisi lain ada bagian yang harus kita kerjakan.  Banyak dari kita yang setiap hari hanya terpaku pada keadaan yang ada:  kita merasa lemah tak berdaya, sakit-sakitan, hidup dalam kekurangan dan hal-hal negatif lain.  Kita masih belum menyadari bahwa Tuhan telah menyediakan perkara-perkara besar bagi kita.

     Lalu, apa yang harus kita perbuat supaya berkat-berkat Tuhan itu menjadi milik kita?  Buanglah semua perkataan negatif yang mendatangkan ketakutan atas hidup kita.  Jika kita terus dihantui oleh rasa takut, maka ketakutan itu menghancurkan hidup kita sendiri.  Apabila kita terus mengisi pikiran dengan hal-hal negatif, maka kita sedang mengaktifkan ketakutan bekerja dalam hidup kita.  Jika kita terus dihantui oleh rasa takut berarti kita semakin memberi ruang gerak bagi Iblis utuk menjajah dan mengintimidasi kita.  Bagaimana mengaktifkan Tuhan bekerja dalam hidup kita?  Iman mengaktifkan Tuhan bekerja.  Karena itu kita harus hidup dalam iman setiap hari dan mengharapkan hal-hal yang positif dan baik terjadi dalam kehidupan kita.  Mulai hari baru dengan mengarahkan pandangan sepenuhnya kepada Tuhan!  Setiap pagi harapkan sesuatu yang besar dan baik terjadi!  Jika kita percaya kepada Tuhan dengan sungguh, tidak ada yang mustahil bagi orang percaya;  iman menciptakan sesuatu yang tidak ada seperti sudah ada.  Dalam Matius 9:29 ditegaskan:  "Jadilah kepadamu menurut imanmu."  (Matius 9:29).

     Jangan biarkan semua rasa takut dan bimbang menguasai hidup kita.  Mari kita berjalan bersama Tuhan setiap hari.  Mohon penyertaan Roh Kudus supaya kita beroleh kekuatan.  Yakinlah bahwa Tuhan akan memberkati seluruh bagian kehidupan kita.

Oleh sebab itu,  "...janganah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya."  (Ibrani 10:35).

Sunday, February 26, 2012

HURU-HARA DI EFESUS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Februari 2012 - 

Baca:  Kisah 19:21-40

"Mendengar itu meluaplah amarah mereka, lalu mereka berteriak-teriak, katanya:  'Besarlah Artemis dewi orang Efesus!'"  Kisah 19:28

Kata demonstrasi bukan lagi asing di telinga kita.  Hampir setiap hari surat kabar dan televisi memberitakan tentang demonstrasi:  buruh berdemo di depan pabrik menuntut perbaikan upah;  mahasiswa berdemo di jalan-jalan menuntut penegakan keadilan;  demo antikorupsi, demo antikekerasan dan sebagainya selalu saja terjadi di negeri ini.

     Suasana mencekam karena demonstrasi juga terjadi di kota Efesus.  Apa yang sedang terjadi?  "...ada seorang bernama Demetrius, seorang tukang perak, yang membuat kuil-kuilan dewi Artemis dari perak.  Usahanya itu mendatangkan penghasilan yang tidak sedikit bagi tukang-tukangnya.  Ia mengumpulka mereka bersama-sama dengan pekerja-pekerja lain dalam perusahaan itu dan berkata:  'Saudara-saudara, kamu tahu, bahwa kemakmuran kita dalah hasil perusahaan ini!'"  (Kisah 19:24-25).  Ternyata huru-hara atau kerusuhan ini timbul karena pemberitaan Inji yang diakukan oleh rasul Paulus:  "...bagaimana Paulus, bukan saja di Efesus, tetapi juga hampir di seluruh Asia telah membujuk dan menyesatkan banyak orang dengan mengatakan, bahwa apa yang dibuat oleh tangan manusia bukanlah dewa."  (Kisah 19:26).

     Pada waktu itu yang menjadi kebanggaan kota Efesus adalah kuil dewi Artemis yang sangat termasyur di seluruh dunia.  Karena pemberitaan Injil yang dilakukan Paulus, seorang pembuat berhala dari perak, Demetrius, merasa terusik dan bisnisnya terancam gulung tikar.  Dia berusaha untuk memprovokasi orang-orang di kota Efesus.  Dalam pidatonya, Demetrius berusaha mempengaruhi para tukang bahwa semua ini gara-gara ulah Paulus yang berusaha menghancurkan berhala Artemis itu.  Rasul Paulus benar-benar berada di ujung tanduk.  Sebagai hamba Tuhan, Paulus tentu memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi.  Karena itu ia hendak pergi ke tengah-tengah rakyat yang sedang berkumpul di gedung kesenian itu, tapi niat itu dihalangi oleh para murid dan sahabat-sahabatnya karena sangat beresiko.  Akhirnya Paulus mau menerima nasihat dari teman dan juga murid-muridnya sehingga ia mengurungkan niatnya itu.

     Meski menjadi seorang hamba yang dipakai Tuhan secara luar biasa Paulus tetap menjadi seorang yang rendah hati, mau menerima masukan dan juga nasihat dari orang lain.  Jika tidak, pasti nyawanya terancam.

Mau menerima nasihat dan teguran adalah bukti kebesaran hati Paulus!

Saturday, February 25, 2012

YESUS ADALAH SAHABAT SEJATI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Februari 2012 - 

Baca:  Yohanes 15:9-17

"Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya."  Yohanes 15:13

Dalam menjalani kehidupan di dunia ini tak mungkin kita sendirian, siapa pun kita pasti memerlukan orang lain sebagai teman atau sahabat.  Namun tidaklah mudah menemukan teman yang baik, apalagi teman yang setia di segala keadaan.  Teman datang dan pergi adalah hal yang biasa.  Teman dalam suka banyak, tapi bagaimana dengan teman dalam duka atau ketika sedang susah?  Terkadang pula  "Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara."  (Amsal 18:24).

     Sebagai orang percaya kita patut bersyukur karena kita mempunyai Tuhan Yesus yang bukan saja sebagai Juruselamat hidup kita, tapi juga menjadi sahabat sejati kita.  Bahkan Tuhan sendirilah yang memilih kita menjadi sahabatNya.  Tuhan Yesus berkata,  "Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.  Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu."  (Yohanes 15:15-16a).  Tidak hanya itu, Ia pun rela mengorbankan nyawaNya bagi kita.  Kalau Tuhan rela mengorbankan nyawaNya, masakan Dia akan tinggal diam ketika kita sedang dalam permasalahan yang berat?  Teman, sahabat dan orang-orang yang kita kasihi di dunia ini sewaktu-waktu bisa saja pergi meninggalkan kita.  Perhatikan apa yang dikatakan Tuhan Yesus ini,  "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."  (Ibrani 13:5).  Inilah yang seharusnya menjadi kekuatan dan penghiburan bagi kita setiap hari.

     Tuhan berjanji bahwa Dia tidak akan membiarkan dan meninggalkan kita bergumul sendirian.  Dan janji Tuhan itu ya dan amin!  Karena itu jangan pernah merasa sendirian, ada Tuhan Yesus di samping kita.  Kalau kita percaya bahwa Dia adalah Juruselamat dan Sahabat, maka sebesar apa pun persoalan yang kita alami, seberat apa pun pergumulan yang ada, kita akan sanggup berkata,  "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku."  (Filipi 4:13),

Mari kita jalani hidup ini dengan penuh iman karena kita memiliki Sahabat Sejati yang senantiasa menopang!

Friday, February 24, 2012

TIDAK MENYIMPAN DENDAM

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Februari 2012 - 

Baca:  2 Samuel 18:19-23

"Dan beginilah perkataannya sambil berjalan:  'Anakku Absalom, anakku, anakku Absalom!  Ah, kalau aku mati menggantikan engkau, Absalom, anakku, anakku!'  2 Samuel 18:33b

Absolom adalah anak Daud, tapi ia melakukan pemberontakan terhadap ayahnya sendiri.  Absalom ingin menjadi raja menggantikan Daud sampai-sampai Daud harus melarikan diri dari Yerusalem.  Tetapi peristiwa tragis terjadi.  "Adapun Absalom menunggangi bagal.  Ketika bagal itu lewat di bawah jalinan dahan-dahan pohon tarbantin yang besar, tersangkutlah kepalanya pada pohon terbantin itu, sehingga ia tergantung antara langit dan bumi, sedang bagal yang dikendarainya berlari terus."  (2 Samuel 18:9).  Kabar kematian Absalom pun akhirnya sampai ke telinga Daud.  Bagaimana reaksi Daud?  Bersukacitakah karena  'musuhnya'  telah tewas?  Tidak!  Sebab walaupun Absalom adalah pemberontak atau pengkhianat dan telah melakukan dosa terhadap ayahnya, Daud, ia tetaplah anak.  Bagaimanapun jahatnya si anak, ia tetaplah anak.  Hati Daud menjadi sangat sedih dan berpikir lebih baik ia yang mati menggantikan Absalom.

    Begitu juga ketika Saul mati di tangan orang Filistin, Daud juga sangat berdukacita.  Daud tak melompat kegirangan karena Saul telah mati, padahal Saullah yang membuat hidup Daud begitu menderita sehingga ia harus hidup dalam pelarian karena terus dikejar-kejar oleh Saul yang hendak membunuhnya.  Tertulis:  "Dan mereka meratap, menangis dan berpuasa sampai matahari terbenam karena Saul, karena Yonatan, anakya, karena umat Tuhan dan karena kaum Israel, sebab mereka telah gugur oleh pedang."  (2 Samuel 1:12).

     Umumnya orang akan bersukacita dan tertawa lepas ketika melihat musuhnya atau orang yang telah menyakitinya itu mengalami penderitaan.  Dalam hatinya mungkin berkata,  "Rasain lho...syukurin!"  Ketika orang lain berbuat jahat terhadap kita, berbagai upaya kita lakukan untuk membalasnya dengan kejahatan pula.  Alkitab menasihatkan,  "...jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang."  (1 Tesalonika 5:15).  Daud tidak meyimpan dendam terhadap Absalom dan juga Saul.  Sebaliknya, hatinya penuh dengan kasih dan pengampunan.  Itulah hati Bapa!

Meski berkali-kali kita memberontak, Dia tetap mengasihi kita, bahkan Ia rela mengorbankan PuteraNya yang tunggal untuk menebus dosa umat manusia!