Sunday, September 30, 2018

KEKUATAN PENUNJANG KEBERHASILAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 September 2018

Baca:  Mazmur 1:1-6

"Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil."  Mazmur 1:3

Setiap orang pasti menginginkan keberhasilan, bukan kegagalan.  Begitu pula kerinduan Tuhan bagi orang percaya, Ia mau anak-anak-Nya berhasil dalam apa pun yang dikerjakannya.  Namun keberhasilan bukanlah sesuatu yang terjadi dengan sendirinya, ada harga yang harus dibayar, ada langkah-langkah yang harus ditempuh, ada keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan hidup yang harus diambil.  Tuhan memberikan kunci utama untuk meraih keberhasilan hidup:  "...yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam."  (Mazmur 1:2).  Hidup bergaul karib dengan Tuhan dan taat melakukan firman-Nya akan menuntun kita kepada kehidupan yang berhasil dan beruntung, atau mengalami penggenapan janji Tuhan.

     Ada beberapa faktor penting lain penunjang keberhasilan hidup:  1.  Ucapan kita sendiri.  Perkataan atau ucapan kita memiliki kuasa.  "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya."  (Amsal 18:21).  Oleh karena itu Alkitab mengajarkan kita untuk selalu memperkatakan firman Tuhan  (Yosua 1:8).  Ucapan kita dapat membangun atau meruntuhkan, menyelamatkan atau bahkan membinasakan.  "Bibir orang benar menggembalakan banyak orang, tetapi orang bodoh mati karena kurang akal budi."  (Amsal 10:21).  Jadi ucapan kita merupkan modal yang sangat berharga dalam menjalani kehidupan ini.  Karena itu jagalah ucapanmu selalu!

     2.  Pergaulan/komunitas kita.  Bangunlah komunitas atau pergaulan yang sehat.  Belajarlah dari kebiasaan hidup orang-orang sukses!  Jadikan mereka sumber inspirasi dan motivasi untuk lebih maju.  Ingatlah, pergaulan kita memengaruhi hidup kita.  Rasul Paulus memperingatkan:  "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik."  (1 Korintus 15:33).  Teman kita, buku yang kita baca, tontonan yang kita lihat menentukan kualitas hidup kita.  "Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang."  (Amsal 13:20).

Keberhasilan hidup akan terwujud jika kita taat melakuka firman Tuhan dan tidak hidup sembrono!

Saturday, September 29, 2018

SAHABAT TUHAN: Mengasihi Saudara dan Musuh

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 September 2018

Baca:  Yohanes 15:9-17

"...Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku."  Yohanes 15:15

Tuhan berkata,  "Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu."  (Yohanes 15:14).  Apa perintah-Nya?  "Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain."  (Yohanes 15:17).

     Daud tak bersukacita atas kematian Saul, terbukti ketika Saul dan Yonatan gugur di medan pertempuran ia sangat terpukul dan sedih hati:  "Lalu Daud memegang pakaiannya dan mengoyakkannya; dan semua orang yang bersama-sama dengan dia berbuat demikian juga. Dan mereka meratap, menangis dan berpuasa sampai matahari terbenam karena Saul, karena Yonatan, anaknya, karena umat TUHAN dan karena kaum Israel, sebab mereka telah gugur oleh pedang."  (2 Samuel 1:11-12).  Meski Yonatan sudah mati Daud tetap menunjukkan kesetiaan dan tetap memegang teguh perjanjian yang pernah diucapkan kepada sahabatnya itu  (1 Samuel 20:14-17).  Tak mudah menemukan orang yang setia.  "Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya;"  (Amsal 19:22).  Daud berjanji untuk memelihara keluarga sahabatnya dan janji itu ditepatinya.  Daud bertanya kepada hamba keluarga Saul yaitu Ziba:  "'Tidak adakah lagi orang yang tinggal dari keluarga Saul? Aku hendak menunjukkan kepadanya kasih yang dari Allah.' Lalu berkatalah Ziba kepada raja: 'Masih ada seorang anak laki-laki Yonatan, yang cacat kakinya.'"  (2 Samuel 9:3).  Anak Yonatan  (cucu Saul) yang bernama Mefiboset itu pun menghadap raja Daud.  Berkatalah Daud kepadanya,  "'Janganlah takut, sebab aku pasti akan menunjukkan kasihku kepadamu oleh karena Yonatan, ayahmu; aku akan mengembalikan kepadamu segala ladang Saul, nenekmu, dan engkau akan tetap makan sehidangan dengan aku.' Lalu sujudlah Mefiboset dan berkata: 'Apakah hambamu ini, sehingga engkau menghiraukan anjing mati seperti aku?'"  (2 Samuel 9:7-8).

     Ini gambaran tentang kasih Bapa!  Kita dilayakkan masuk dalam kerajaan-Nya semata-mata karena Kristus.  Dapat makan sehidangan di meja Raja, padahal kita timpang dan hina, bagaikan anjing mati, tapi sudah diangkat menjadi anak-anak kerajaan-Nya!

"Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah,"  1 Yohanes 3:1a

Friday, September 28, 2018

KEKUATIRAN YANG TAK BERALASAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 September 2018

Baca:  1 Samuel 27:1-2

"Bagaimanapun juga pada suatu hari aku akan binasa oleh tangan Saul. Jadi tidak ada yang lebih baik bagiku selain meluputkan diri dengan segera ke negeri orang Filistin;"  1 Samuel 27:1

Alkitab mencatat bahwa sejak Daud mampu mengalahkan Goliat timbullah kebencian dan iri hati dalam diri Saul terhadapnya.  Berbagai upaya dilakukan Saul untuk dapat menghabisi nyawa Daud, tapi selalu berujung pada kegagalan.  Sebaliknya Daud punya kesempatan sebanyak 2 kali untuk membunuh Saul, tapi tak dilakukannya.  Berkatalah Saul kepada Daud,  "'Diberkatilah kiranya engkau, anakku Daud. Apa juapun yang kauperbuat, pastilah engkau sanggup melakukannya.' Lalu pergilah Daud meneruskan perjalanannya dan pulanglah Saul ke tempatnya."  (1 Samuel 26:25).

     Daud sangat percaya bahwa Tuhan tak pernah melepaskan tangan-Nya untuk selalu menopang hidupnya, dan Ia berkuasa untuk melepaskannya dari tangan Saul.  Namun ayat nas di atas mengindikasikan bahwa Daud sedang mengalami keruntuhan iman sehingga kekuatiran membayangi langkahnya.  Ia pun memutuskan untuk lari ke negeri orang Filistin.  Mengapa?  Karena ia terus membayangkan hal-hal yang buruk itu terjadi.  Daud lupa akan kedahsyatan kuasa Tuhan yang berulangkali sanggup melepaskannya dari rancangan-rancangan jahat manusia dan juga melepaskannya dari binatang buas, saat ia masih menggembalakan kambing domba.  Demikian pula dalam hidup ini, seringkali kita menguatirkan sesuatu yang buruk terjadi.  Kita membiarkan hati dan pikiran kita dibelenggu oleh kekuatiran yang sedemikian menyiksa.

     Ahli kejiwaan meneliti dan mendeskripsikan tetang kekuatiran:  40% kekuatiran manusia adalah mengenai hal-hal yang tidak terjadi, 30% mengenai hal yang sudah terjadi, 12% mengenai kesehatan, dan 10% mengenai keresehan sehari-hari.  Jadi 92% kekuatiran kita sesungguhnya tidak berdasar pada alasan yang kuat.  Kekuatiran itu ibarat kursi goyang yang tidak akan membawa kita ke mana-mana dan tidak akan mengubah keadaan kita.  Belenggu kekuatiran inilah yang membawa Daud kehilangan akal sehatnya dengan mencari pertolongan ke negeri orang Filistin.

"Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah."  Mazmur 55:23

Thursday, September 27, 2018

TETAPLAH KERJAKAN KESELAMATANMU!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 September 2018

Baca:  Filipi 2:12-18

"Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir,"  Filipi 2:12

Banyak orang percaya punya kerinduan besar untuk dapat memenangkan jiwa bagi Tuhan, tapi sayang, mereka tak memiliki kesaksian hidup yang baik.  Bagaimana mungkin bisa memperkenalkan Kristus kepada orang lain bila perbuatan-perbuatan kita sendiri menjadi batu sandungan.  Dunia tidak memerlukan teori yang muluk-muluk tentang ilmu Teologia, tapi yang mereka butuhkan adalah buah-buah dari kehidupan kita.  Inilah yang disebut lifestyle evangelism!  Karena itu rasul Paulus menghendaki demikian:  "supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia,"  (Filipi 2:15).

     Di tengah-tengah situasi dunia yang semakin menggila ini biarlah kita tetap memiliki semangat untuk terus mengerjakan keselamatan kita.  Jagalah agar roh kita tetap menyala-nyala bagi Tuhan sambil terus melatih kedisiplinan rohani sebagai murid Kristus.  Oleh karena itu  "Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan,"  (Filipi 2:14), dan  "Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain."  (Galatia 6:4).  Jadi, tak selayaknya kita menghakimi orang lain!

     Hari-hari ini Tuhan sedang mempersiapkan kita untuk menyambut kedatangan-Nya yang kedua kali.  Jangan sampai Tuhan mendapati kita tidak melakukan apa-apa.  "Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang."  (Lukas 12:43), atau Tuhan mendapati kita dalam keadaan suam-suam kuku.  Jika hal ini terjadi sungguh menjadi hari yang penuh kemalangan, sebab Tuhan akan berkata:  "Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku."  (Wahyu 3:15-16).

Keselamatan yang telah kita terima dari Tuhan pada saatnya harus kita pertanggungjawabkan dihadapan-Nya!

Wednesday, September 26, 2018

SUKARELA DAN PENUH PENGABDIAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 September 2018

Baca:  1 Petrus 5:1-11

"Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri."  1 Petrus 5:2

Dalam segala perkara cara dan jalan Tuhan itu berbeda dari dunia.  Seperti tertulis:  "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu."  (Yesaya 55:8-9).  Kalau hendak menguasai segala sesuatu atau mengajak orang untuk menjadi pengikutnya, dunia sering menggunakan prinsip kekerasan, pemaksaan, penipuan, siasat, motif terselubung, dan sebagainya.  Prinsip itu jelas-jelas bertentangan dengan kehendak Tuhan!

     Untuk dapat memenangkan jiwa-jiwa bagi kerajaan-Nya, Tuhan mempunyai cara yang seringkali tak bisa dimengerti oleh manusia, bukan dengan kekerasan atau paksaan, tapi dengan sikap dan cara yang penuh kasih.  "Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu."  (1 Petrus 5:3).  Kawanan domba itu berbicara tentang jiwa-jiwa.  Jadi bukan hanya pendeta, pastor atau mereka yang lulus dari sekolah Teologia saja yang berkewajiban menggembalakan kawanan domba, tapi setiap orang percaya memiliki tugas yang sama.  Bagaimana caranya?  Milikilah hati yang rela dan penuh pengabdian seperti Kristus.  Kerelaan Kristus dan pengabdian-Nya kepada umat manusia Ia buktikan dengan menyerahkan nyawa-Nya di kayu salib.

     Tuhan berkata,  "Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah."  (Yohanes 12:24).  Keteladanan Kristus ini mendorong murid-murid-nya untuk mengikut jejak-Nya yaitu melayani jiwa-jiwa dan memberitakan Injil.  Rasul Paulus pun berkata,  "Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah."  (Kisah 20:24).

Dalam melayani jiwa-jiwa jangan sampai kita memiliki motivasi yang salah seperti gembala upahan, yang melayani demi mencari keuntungan sendiri!

Tuesday, September 25, 2018

KEJAHATAN MENDATANGKAN MURKA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 September 2018

Baca:  1 Raja-Raja 21:1-29

"Bangunlah, ambillah kebun anggur Nabot, orang Yizreel itu, menjadi milikmu, karena Nabot yang menolak memberikannya kepadamu dengan bayaran uang, sudah tidak hidup lagi; ia sudah mati."  1 Raja-Raja 21:15

Hidup ini adalah sebuah pilihan, pilihan untuk berlaku benar atau jahat.  Semua ada di tangan kita masing-masing.  Tapi ketahuilah bahwa setiap perbuatan pasti akan membuahkan hasil, sesuai dengan baik atau buruknya perbuatan itu.  Jika yang kita tabur adalah benih yang baik, niscaya kita akan menuai hal yang baik.  Sebaliknya jika yang kita tabur adalah kejahatan, cepat atau lambat, kita pasti akan menuai bencana.

     Raja Ahab dan Izebel adalah contohnya.  Mereka adalah pasangan suami isteri yang sehati memilih untuk berlaku jahat di mata Tuhan dan manusia.  Selain menyembah kepada berhala dan membunuh nabi-nabi Tuhan, mereka juga sepakat untuk merampas kebun anggur milik Nabot dengan cara yang keji.  Kekuasaan dan harta telah membutakan mata hati mereka.  Mereka tak sadar bahwa perbuatan jahatnya ini akan mendatangkan kebinasaan di kemudian hari.  Ahab dan Izebel telah melakukan kejahatan berencana terhadap Nabot, dan karena rancangan jahat Izebel ini akhirnya Nabot mati dilempari dengan batu.  Akhirnya Ahab pun dapat leluasa mengambil kebun anggur warisan leluhur Nabot tersebut.  Namun Tuhan tidak pernah tinggal diam melihat kejahatan mereka dan Ia pun mengutus hamba-Nya  (Elia)  untuk menyampaikan nubuatan tentang bencana yang akan menimpa mereka:  "Di tempat anjing telah menjilat darah Nabot, di situ jugalah anjing akan menjilat darahmu."  (1 Raja-Raja 21:19).

     Ketika Ahab berperang melawan Ramot-Gileat ia tewas di medan perang dan darahnya dijilati anjing.  Tak membutuhkan waktu lama, Izebel pun mati, ia dijatuhkan oleh abdinya dari jendela dan jatuh tepat di atas tanah milik Nabot yang telah dirampasnya.  Ketika orang-orang mencari mayatnya mereka tidak menemukannya pula, sebab tubuhnya telah dimakan oleh anjing  (2 Raja-Rja 9:36-37).  Apa yang Tuhan firmankan benar-benar menjadi kenyataan.  "Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana, dan tongkat amarahnya akan habis binasa."  (Amsal 22:9).

"wajah TUHAN menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan kepada mereka dari muka bumi."  Mazmur 34:17

Monday, September 24, 2018

WAKTU MENUAI ITU BERBEDA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 September 2018

Baca:  Galatia 6:1-10

"Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya."  Galatia 6:7

Camkan baik-baik di dalam hati pernyataan ini, bahwa apa pun juga yang diperbuat orang  (baik atau jahat), semuanya tak lepas dari pengawasan Tuhan:  "...tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab."  (Ibrani 4:13), yang pada saatnya pasti akan menghasilkan suatu tuaian.  Namun saat menuai bagi setiap orang itu tidaklah sama waktunya.  Sama seperti petani yang menabur bibit padi dan bibit jagung, bertumbuh dan menuainya juga tak sama waktunya.

     Ada banyak orang tak berhenti menabur kejahatan, kekerasan dan kekejian terhadap orang lain dan mereka sama sekali tak memikirkan akibatnya di kemudian hari.  Untuk sekian waktu lamanya mungkin tidak terjadi apa-apa atau tidak ada hal-hal yang patut dikuatirkan.  Mereka masih dapat menikmati hidup dan semua sepertinya berjalan tanpa kendala.  Tapi begitu mereka menginjak masa tua, tanpa dirasa semua perbuatan yang telah ditabur di waktu-waktu lalu, kini mulai dituai.  Mereka panen, tapi yang dipanen adalah hal-hal buruk yang sama sekali tak diharapkan terjadi dan tak disangka-sangka.  Firman Tuhan secara tegas menyatakan:  "Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu."  (Galatia 6:8).

     Marilah kita menabur hal-hal yang baik:  "Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah."  (Galatia 6:9).  Mungkin ada di antara kita yang merasa jemu berbuat baik, karena selama ini tak membuahkan hasil apa-apa.  Tapi jangan lupa, saat menuai itu belum tentu sekarang, mungkin 1, 5, atau 10 tahun kemudian, atau mungkin juga anak cucu kita yang akan menuai.  Pastinya yang akan kita tuai adalah hal-hal yang baik sesuai apa yang kita tabur.  Coba bayangkan jika orangtua menabur kejahatan, tapi yang menuai bukan dirinya sendiri, melainkan anak cucunya, kasihan sekali, bukan?

"...selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman."  Galatia 6:10

Sunday, September 23, 2018

MANUSIA TAK PERNAH MAU MENGAKUI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 September 2018

Baca:  Roma 10:4-15

"Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan."  Roma 10:10

Bapa telah menawarkan keselamatan kepada manusia dengan jalan yang mudah dan sederhana melalui Kristus, Putera-Nya, namun karena gengsi dan keangkuhannya, manusia tak mau menerima keselamatan itu dan memilih jalan sendiri untuk mendapatkan keselamatan jiwanya!  Bahkan tidak sedikit orang menganggap bahwa neraka dan sorga itu hanya isapan jempol belaka.  Perlu ditegaskan kembali bahwa neraka dan sorga adalah suatu relita yang harus dihadapi oleh semua orang setelah mati.

     Pikirkanlah baik-baik, sebelum semuanya terlambat!  Jangan sampai kita dibutakan oleh ilah zaman ini;  jangan sampai kenikmatan duniawi mengalihkan fokus hidup kita, sehingga telinga rohani kita tertutup untuk berita Injil keselamatan.  Rasul Paulus pernah mengalami hal yang sama yaitu ketika ia memberitakan Injil banyak orang menutup telinganya dan bahkan menentangnya dengan keras.  "Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah."  (2 Korintus 4:3-4).  Karena kekerasan hatinya orang tak mau mengakui Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.  Ada tertulis:  "Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga."  (Matius 10:32-33).

     Sesungguhnya Tuhan sangat mengasihi manusia, karena itu Ia ingin semua orang diselamatkan melalui jalan keselamatan yang disediakan-Nya:  "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."  (Kisah 4:12).  Namun banyak manusia memusuhi Kristus dan bahkan menghujat nama-Nya, padahal Dia tidak pernah merugikan siapa pun, sebaliknya Ia telah mengorbankan diri-Nya mati di kayu salib untuk menebus dosa umat manusia.

Kebinasaan kekal tersedia bagi orang-orang yang menolak Jalan Keselamatan!

Saturday, September 22, 2018

SEMUA ORANG PERCAYA DISEBUT SAUDARA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 September 2018

Baca:  Ibrani 2:5-18

"Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara,"  Ibrani 2:11

Kehidupan kekristenan itu unik dan luar biasa, berbeda dengan agama atau kepercayaan lain.  Apa uniknya?  Semua orang yang percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat  (pengikut Kristus)  disebut bersaudara, padahal secara biologis kita lahir berbeda, tidak ada hubungan darah.  Alkitab menyatakan bahwa setiap orang percaya adalah bagian dari anggota keluarga Tuhan.  "Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan ...anggota-anggota keluarga Allah,"  (Efesus 2:19).

     Melalui karya penebusan Kristus semua orang percaya dibawa ke dalam satu persekutuan dalam diri Kristus sendiri dengan Bapa, karena Kristus telah menebus kita dengan darah-Nya sendiri, artinya Ia menganggap kita saudara-Nya.  "Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara, kata-Nya: 'Aku akan memberitakan nama-Mu kepada saudara-saudara-Ku, dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaat,' dan lagi: 'Aku akan menaruh kepercayaan kepada-Nya,' dan lagi: 'Sesungguhnya, inilah Aku dan anak-anak yang telah diberikan Allah kepada-Ku.'"  (Ibrani 2:11-13).  Kristus, Sang Penebus dunia adalah Saudara sulung kita, seperti tertulis:  "Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara."  (Roma 8:29).

     Karena itu Tuhan menghendaki anak-anak-Nya untuk hidup dalam kerukunan dan penuh kasih persaudaraan,  "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus."  (Galatia 6:2).  Jangan sampai ada iri hati, dengki atau kebencian, yang dapat menimbulkan perpecahan!  Kebencian yang tak cepat diselesaikan dapat menimbulkan  'pembunuhan'  di antara saudara, seperti yang dilakukan Kain terhadap Habel, saudaranya.  Panas hati adalah awal kebencian!  Ketika korban persembahan Habel diindahkan Tuhan dan persembahan Kain tak diindahkan-Nya, Kain menjadi panas hati  (Kejadian 4:6-7).

Sebagai saudara dan satu keluarga dalam Kristus, sepatutnya kita saling mengasihi!

Friday, September 21, 2018

MENANG ATAS TUBUH MAUT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 September 2018

Baca:  Roma 7:13-26

"Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?"  Roma 7:24

Pada zaman dahulu kala, di masa pemerintahan Romawi, orang yang melakukan pelanggaran berat akan mendapatkan hukuman yang tidak manusiawi dan sangat mengerikan.  Pada punggung orang yang dijatuhi hukuman akan diikatkan sesosok mayat orang.  Barangsiapa berusaha untuk melepaskan mayat itu dari punggung orang yang terhukum akan mendapatkan sanksi hukuman mati.  Karena itu tak seorang pun berani melepaskan mayat yang terikat di punggung orang hukuman.  Jadi kemana pun seorang terhukum melangkah, mayat yang di punggungnya pun turut serta.  Sungguh menjijikkan.

     Hukuman yang keji ini mengingatkan kita apa yang disampaikan oleh rasul Paulus  (ayat nas).  Ia merasa ada sesuatu yang mati terikat pada dirinya dan mengikutinya ke mana pun ia pergi.  Dalam hal ini, sesungguhnya Paulus sedang memberikan gambaran tentang pergumulan hidup orang percaya melawan dosa.  Kita rindu untuk menjaga kemurnian dan kekudusan hidup, tapi  'tubuh maut;  itu masih terasa terikat pada kita.  Walaupun kita telah menjadi ciptaan baru di dalam Kristus, kecenderungan untuk berbuat dosa selalu ada.  "Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat."  (Roma 7:19).  Hal inilah yang membuat rasul Paulus menjerit:  "Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?"  (ayat nas).

     Rasul Paulus beroleh jawaban dari pergumulannya melawan dosa kedagingan, yaitu bahwa melalui pengorbanan Kristus di kayu salib kita beroleh pengampunan dosa dan kita dibebaskan dari penghukuman kekal.  "Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus..."  (Roma 8:1).  Oleh kuasa Roh Kudus kita beroleh kekuatan dan kuasa untuk dapat melakukan kehendak Bapa.  "Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu."  (Roma 8:9a).  Kita mempunyai pengharapan teguh untuk dibebaskan dari  'tubuh maut'  (kedagingan)  ini, karena Kristus telah mematahkan kuasa dosa dan maut.

Kuasa kebangkitan Kristus memampukan kita untuk menang atas belenggu dosa kedagingan!

Thursday, September 20, 2018

BANGUNAN DENGAN KUALITAS BEDA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 September 2018

Baca:  Lukas 6:46-49

"Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?"  Lukas 6:46

Apalah artinya orang telah bertahun-tahun menjadi pengikut Kristus apabila kehidupan kekristenannya hanya sekedar teori?  Itu tak lebih dari  "...gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing."  (1 Korintus 13:1).  Tanpa buah yang dihasilkan, kehidupan kita takkan pernah mempermuliakan nama Tuhan,  "Sebab dari buahnya pohon itu dikenal."  (Matius 12:33b).  Betapa kecewanya hati Tuhan apabila anak-anak-Nya tak mau melakukan apa yang telah diperintahkan-Nya, sebab kekristenan itu bukan sekedar berseru Tuhan, Tuhan... namun lebih daripada itu, yaitu melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan atau menjadi pelaku firman, itulah yang terutama.

     Orang yang taat melakukan firman Tuhan  "...sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu."  (Lukas 6:48a).  Namun ada pula bangunan yang lain, seperti yang Tuhan katakan:  "Akan tetapi barangsiapa mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar."  (Lukas 6:49a).  Ditinjau secara fisik atau dari luarnya, dua bangunan tersebut tampak sama, tak jauh berbeda.  Perbedaan akan kelihatan jelas apabila terjadi goncangan dari luar.  Bangunan yang dasarnya di atas batu tidak akan goyah ketika air bah dan banjir melandanya.  Bangunan itu akan tetap tegak berdiri!  Akan tetapi, bangunan yang dibangun tanpa dasar yang kuat, secepat angin, badai taufan dan air bah datang melanda, secepat itu pula bangunan tersebut akan runtuh dan luluh lantak rata dengan tanah.

     Inilah saatnya kita berlomba-lomba mengangun  'rumah'  rohani:  membangun iman, ketaatan, kesetiaan, ketekunan dan perkara-perkara rohani lainnya.  Bangunan rohani kita harus berlandaskan firman Tuhan dan didirikan di atas dasar Batu Karang yang teguh, yaitu Kristus  (1 Korintus 10:4).  Bangunan  'rohani'  dari masing-masing orang akan tampak sama indahnya, tanpa perbedaan yang menyolok.  Tapi kualitas dari tiap-tiap bangunan rohani tersebut akan terlihat ketika ada masalah atau pencobaan.

Melakukan firman Tuhan berarti sedang membangun rumah rohani di atas dasar yang kuat!