Sunday, March 31, 2019

MENJADI BUAH BIBIR YANG POSITIF

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Maret 2019

Baca:  Galatia 1:11-24

"...ia yang dahulu menganiaya mereka, sekarang memberitakan iman, yang pernah hendak dibinasakannya."  Galatia 1:23

Paulus, lahir di Tarsus, sebuah kota yang terkemuka zaman itu di wilayah Kilikia.  Sebelum bertobat ia memiliki nama Saulus.  Ia menjadi bahan pembicaraan  (buah bibir)  orang-orang pada zamannya karena perubahan hidupnya yang sangat radikal sehingga menimbulkan kekaguman banyak orang.  Dari yang dulunya adalah penganiaya jemaat berubah menjadi berkat bagi jemaat.  Perubahan ini pun diakui sendiri oleh Paulus:  "Sebab kamu telah mendengar tentang hidupku dahulu dalam agama Yahudi: tanpa batas aku menganiaya jemaat Allah dan berusaha membinasakannya."  (Galatia 1:13).  Perubahan hidup yang dialami oleh Paulus ini bukan karena kekuatan dan gagah manusia, melainkan karena jamahan kuasa Roh Kudus.

     Paulus menjadi teladan hidup  (saksi hidup)  dari pekerjaan Roh Kudus yang hanya dapat dikerjakan oleh Tuhan sendiri di dalam hati manusia.  Pengalaman hidup bersama Tuhan yang mengubah hidupnya ini yang membuat Paulus dapat berkata,  "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."  (2 Korintus 5:17).  Inilah kuasa firman yang terkandung di dalam Injil yang mengubah hidup manusia, karena firman Tuhan berkuasa untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran  (2 Timotius 3:16).  Jika seorang sungguh-sunguh tinggal di dalam Tuhan dan firman-Nya, hidupnya pasti akan berubah.  Perubahan hidup inilah yang akan memuliakan nama Tuhan, karena menjadi saksi yang hidup.  Kekristenan yang sesungguhnya adalah proses perubahan hidup!  Orang Kristen yang tidak pernah berubah adalah orang Kristen yang mati rohaninya.  Bagaimana kita tahu bahwa kita sudah berubah?  Firman Tuhan berkata,  "Biarlah orang lain memuji engkau dan bukan mulutmu, orang yang tidak kaukenal dan bukan bibirmu sendiri."  (Amsal 27:2).

     Bagaimana dengan Saudara?  Pembicaraan apa yang orang lain buat tentang hidup Saudara?  Pembicaraan yang positif atau negatif?  Apakah kita dapat berkata seperti Paulus ini:  "Dan mereka memuliakan Allah karena aku."  (Galatia 1:24).

Orang Kristen yang benar, hidupnya menjadi berkat, bukan batu sandungan.

Saturday, March 30, 2019

DI MANA ADA KETAATAN, DI SITU ADA MUJIZAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Maret 2019

Baca:  Lukas 5:1-11

"Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu."  Lukas 5:3

Sesungguhnya Tuhan sudah menyediakan berkat bagi anak-anak-Nya yang mau berjalan menurut kehendak-Nya.  Simon, sebelum menikmati berkat Tuhan, terlebih dahulu menyediakan perahunya bagi Tuhan sebagai sarana untuk memberitakan firman Kerajaan sorga.  Tidak sedikit dari kita yang ingin memperoleh berkat dan mujizat dari Tuhan, tetapi  'enggan menyerahkan perahu'  hidupnya kepada Tuhan;  mereka tak mau berkorban untuk pekerjaan Tuhan.  Mereka sangat hitung-hitungan dengan Tuhan!  Berkat yang mereka terima dari Tuhan tak pernah dikembalikan untuk memuliakan nama Tuhan.

     Simon, sekalipun malam itu tak memperoleh berkat sedikit pun,  "...telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa,"  (Lukas 5:5), dengan rela hati menyerahkan perahunya kepada Tuhan untuk dipakai sebagai sarana pelayanan penginjilan.  Walaupun demikian Simon sama sekali tak mengharapkan suatu imbalan jasa, ia juga tak mengeluhkan tentang kesulitan yang dialaminya kepada Tuhan, tapi Tuhan tahu persis apa yang telah terjadi pada Simon.  Karena itu berkatalah Tuhan,  "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan."  (Lukas 5:4).  Bertolak ke  'tempat yang dalam'  memiliki makna rohani:  lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan lebih mengenal Dia secara lebih mendalam.

     Untuk memperoleh berkat dan mujizat dari Tuhan kita harus  'tinggal'  di dalam Tuhan dan firman-Nya  (Yohanes 15:7).  Sekalipun situasi dan keadaan tidak memungkinkan, asal kita mau taat akan perintah Tuhan, Dia pasti menolong.  Seperti pengalaman Simon:  "...karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga."  (Lukas 5:5).  Mujizat terjadi,  "...mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak."  (Lukas 5:6).  Setelah menerima berkat Simon tetaplah rendah hati, ia tak merasa bahwa ikan yang diperolehnya adalah karena kehebatannya sebagai nelayan:  "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa."  (Lukas 5:8).

Berkat Tuhan tersedia bagi orang-orang taat melakukan kehendak-Nya!

Friday, March 29, 2019

HIDUP KRISTEN: Tak Ada Kompromi

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Maret 2019

Baca:  2 Tawarikh 20:27-37

"'Karena engkau bersekutu dengan Ahazia, maka TUHAN akan merobohkan pekerjaanmu.' Lalu kapal-kapal itu pecah, dan tak dapat berlayar ke Tarsis."  2 Tawarikh 20:37b

Perjalanan hidup orang percaya tidaklah mudah, ada harga yang harus dibayar!  Karena Tuhan tidak menghendaki kita memiliki kehidupan yang serupa dengan dunia.  "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini,"  (Roma 12:2), artinya hidup Kristen adalah hidup yang tak mengenal kata  'kompromi'  dengan dunia ini.

     Yosafat, seorang yang takut akan Tuhan, tetapi karena tidak mawas diri menjadi kurang peka akan pimpinan Roh Tuhan, maka ia salah dalam melangkah:  "Kemudian Yosafat, raja Yehuda, bersekutu dengan Ahazia, raja Israel, yang fasik perbuatannya. Ia bersekutu dengan Ahazia untuk membuat kapal-kapal yang dapat berlayar ke Tarsis. Kapal-kapal itu dibuat mereka di Ezion-Geber."  (2 Tawarikh 20:35-36).  Yosafat lupa siapa dirinya, lalu ia bersekutu dengan orang fasik membuat kapal-kapal dengan tujuan supaya dapat pergi ke Ofir, dengan harapan dapat mengangkut emas untuk memuaskan keinginan dagingnya.  Tetapi Tuhan tidak berkenan dengan perbuatan Yosafat ini,  oleh sebab itu Dia mengutus Eliezer untuk bernubuat kepada Yosafat,  "...kapal-kapal itu tidak jadi pergi ke sana, sebab kapal-kapal itu pecah di Ezion-Geber."  (1 Raja-Raja 22:49).  Peristiwa yang menimpa pekerjaan Yosafat ini kiranya dapat menjadi pelajaran berharga bagi kita.  Karena berkompromi dengan orang fasik usaha Yosafat menjadi gagal.  Atas seijin Tuhan kapal-kapal yang mereka buat itu pecah di tengah perjalanan.

     Tuhan menghendaki anak-anaknya memiliki ketegasan untuk tidak  'bersahabat'  atau  'berkompromi'  dengan dunia ini, karena hal itu menimbulkan kecemburuan di hati Tuhan.  "Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?"  (2 Korintus 6:14b).  Pemazmur berkata,  "Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam... apa saja yang diperbuatnya berhasil."  (Mazmur 1:1-3).

Tak ingin gagal?  Miliki hidup yang berbeda dengan dunia, jangan berkompromi.

Thursday, March 28, 2019

IMAN SEORANG WANITA PENDOSA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Maret 2019

Baca:  Yosua 2:1-24

"Pergilah ke pegunungan, supaya pengejar-pengejar itu jangan menemui kamu, dan bersembunyilah di sana tiga hari lamanya, sampai pengejar-pengejar itu pulang; kemudian bolehlah kamu melanjutkan perjalananmu."  Yosua 2:16

Wanita yang berprofesi sebagai pelacur atau disebut wanita sundal dipandang rendah di mata masyarakat dan dianggap  'sampah'  masyarakat.  Semua orang menjauhi, mencibir, mencemooh, dan bahkan mengucilkannya.  Kebanyakan orang begitu mudah menghakimi sesamanya karena merasa diri lebih baik dan lebih benar.  Ada tertulis:  "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi."  (Matius 7:1).  Adakah di antara kita yang tidak pernah melakukan kesalahan atau berbuat dosa?  Tak seorang pun.  "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,"  (Roma 3:23).

     Rahab, sekalipun seorang pelacur, namanya tertulis di Alkitab sebagai salah satu saksi iman.  Dinyatakan:  "Karena iman maka Rahab, perempuan sundal itu, tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-orang durhaka, karena ia telah menyambut pengintai-pengintai itu dengan baik."  (Ibrani 11:31).  Ini menunjukkan bahwa Tuhan membenarkan hidup seseorang bukan karena perbuatan baiknya  (amal), melainkan berdasarkan iman dan pertobatannya.  Apa yang Rahab katakan kepada kedua pengintai?  "Aku tahu, bahwa TUHAN telah memberikan negeri ini kepada kamu dan bahwa kengerian terhadap kamu telah menghinggapi kami dan segala penduduk negeri ini gemetar menghadapi kamu. Sebab kami mendengar, bahwa TUHAN telah mengeringkan air Laut Teberau di depan kamu, ketika kamu berjalan keluar dari Mesir, dan apa yang kamu lakukan kepada kedua raja orang Amori yang di seberang sungai Yordan itu, yakni kepada Sihon dan Og, yang telah kamu tumpas."  (Yosua 2:9-10), menyiratkan iman.

     Sekalipun berasal dari bangsa kafir, dan selama ini ia hanya mendengar dari kata orang tentang perbuatan-perbuatan besar Tuhan, tapi Rahab begitu yakin bahwa Tuhannya bangsa Israel adalah Tuhan yang berkuasa.  "Ketika kami mendengar itu, tawarlah hati kami dan jatuhlah semangat setiap orang menghadapi kamu, sebab TUHAN, Allahmu, ialah Allah di langit di atas dan di bumi di bawah."  (Yosua 2:11).

Rahab punya iman yang luar biasa dengan mengakui kehebatan Tuhannya bangsa Israel!

Wednesday, March 27, 2019

KASIH DAN ANUGERAH TUHAN...TERAMAT BESAR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Maret 2019

Baca:  Matius 12:38-41

"Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!"  Matius 12:41b

Pada peristiwa Yunus orang terkagum-kagum akan ikan besar yang memuntahkan Yunus dari perutnya.  Tetapi orang lupa bahwa peristiwa ini terjadi hanya karena kasih dan anugerah Tuhan yang besar kepada Yunus dan kepada orang Niniwe yang telah diselamatkan juga.  Ketika Yunus tak menaati perintah Tuhan untuk pergi memberitakan kebenaran ke Niniwe.  Ia masih memberi kesempatan kepada Yunus untuk bertobat.

     Kisah Yunus berada di dalam perut ikan ini merupakan tipologi tentang kematian Kristus:  "Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam."  (Matius 12:40).  Bila orang Niniwe bertobat karena mendengar pemberitaan firman yang disampaikan oleh Yunus, maka tidak patutkah kita mempercayai Kristus lebih dari pada Yunus?  Kita yang hidup di zaman anugerah ini sesungguhnya lebih beruntung dari pada orang-orang yang hidup di zaman Kristus saat masih melayani di bumi.  Bila mereka ingin mendengarkan khotbah Tuhan mereka harus menempuh perjalanan yang jauh dengan berjalan kaki, terkadang harus naik perahu menyeberangi sungai.  Namun mereka lebih tekun, lebih semangat dan lebih setia daripada kita.  Mereka mengikuti Kristus ke mana pun Ia pergi mengajar tentang Kerajaan Sorga, karena hati mereka selalu haus dan lapar akan kebenaran.  Kini untuk membaca firman Tuhan kita masing-masing sudah punya Alkitab, bahkan sekarang zaman semakin canggih, Alkitab bisa di download via gadget;  ke gereja aksesnya juga mudah, bisa menggunakan fasilitas ojek online dan sebagainya.  Akan tetapi kesetiaan dan semangat kita mengejar perkara-perkara rohani begitu tipis, jauh berbeda dibandingkan ketekunan dan kesetiaan pengikut Kristus zaman dahulu.

     Kini orang Kristen modern tampak sekali kurang menghargai kasih dan anugerah Tuhan yang teramat besar!  Kristus yang jauh lebih besar dari Yunus, tak lagi dianggap penting.  Waktu dan kesempatan yang ada, banyak disia-siakan!

Semangat mengerjakan perkara rohani adalah wujud respons kita terhadap kasih dan anugerah Tuhan! 

Tuesday, March 26, 2019

TAK PUAS DENGAN APA YANG ADA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Maret 2019

Baca:  Ibrani 13:1-6

"...cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: 'Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.'"  Ibrani 13:5

Ada banyak orang tidak pernah merasa puas atau tidak pernah merasa cukup dengan keadaan hidupnya.  Mereka selalu merasa kurang, kurang dan kurang.  Seperti tertulis:  "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya."  (Pengkhotbah 5:9).  Rasa tidak puas dan tidak cukup inilah yang akhirnya menjerumuskan seseorang ke dalam berbagai masalah:  terjerat urusan hutang-piutang.  "...yang berhutang menjadi budak dari yang menghutangi."  (Amsal 22:7), tersandung kasus hukum, dan terlibat dalam berbagai tindak kejahatan.

     Seberapa pun besarnya berkat yang kita terima, belajarlah untuk tetap mengucap syukur kepada Tuhan,  "Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah."  (1 Timotius 6:6-8).  Karena itu  "...cukupkanlah dirimu dengan gajimu."  (Lukas 3:14b).  Kalau kita dapat puas dan bersyukur dengan keadaan yang ada pasti kita tak akan terserang berbagai penyakit syaraf, stres atau frustasi, dan kita dapat menjalani hidup dengan tenang.  Sebaliknya  "...mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan."  (1 Timotius 6:9).

     Kita harus berpegang teguh pada janji firman-Nya bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan dan membiarkan kita.  Sekecil apa pun berkat yang diberikan Tuhan tak akan mendatangkan malapetaka, tapi berkat yang dicari dengan jalan yang salah, sebesar apa pun pasti mendatangkan derita.  "Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya."  (Amsal 10:22).  Andalkan Tuhan dan libatkan Dia di setiap usaha dan pekerjaan kita, niscaya berkat-berkat-Nya dicurahkan dalam hidup kita.  Jika Tuhan yang membuka  'pintu'  berkat bagi kita, tak ada kuasa mana pun dan manusia siapa pun yang dapat menutupnya, sebab  "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka."  (Pengkhotbah 3:11).

Tanpa rasa syukur, sebesar apa pun berkat yang ada tak memberi rasa cukup!

Monday, March 25, 2019

PELAYAN YANG MENYAMAR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Maret 2019

Baca:  2 Korintus 11:7-33

"Sebab orang-orang itu adalah rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus."  2 Korintus 11:13

Orang dunia seringkali melihat segala sesuatu dari apa yang terlihat oleh kasat mata.  Itulah sebabnya mereka mudah tertipu dan terpedaya karena tidak sanggup membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang asli dan mana yang palsu.  Hal-hal tidak benar dan yang palsu ini tidak hanya terjadi di dunia luar, tapi juga terjadi di dunia pelayanan.  Ada banyak orang menyebut diri pelayan Tuhan, tapi cara hidupnya sangat bertolak belakang dengan firman Tuhan.  Rasul Paulus menyebutnya sebagai rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus  (ayat nas).

     Di zaman sekarang ini banyak orang lebih suka  "...mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng."  (2 Timotius 4:3-4).  Karena itu mereka tidak lagi peduli dengan  'kualitas rohani'  dari para pelayan Tuhan, yang penting keinginan telinganya terpuaskan.  Tak mengherankan banyak bermunculan pelayan-pelayan Tuhan palsu untuk menyamar.  Melihat hal ini rasul Paulus tidak tinggal diam!  "Tetapi apa yang kulakukan, akan tetap kulakukan untuk mencegah mereka yang mencari kesempatan guna menyatakan, bahwa mereka sama dengan kami dalam hal yang dapat dimegahkan. Sebab orang-orang itu adalah rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus. Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang. Jadi bukanlah suatu hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran. Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka."  (2 Korintus 11:12-15).

     Alkitab memperingatkan bahwa di masa-masa akhir  "Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang."  (Matius 24:11).  Kita harus selalu berjaga-jaga dan waspada!  Ingat!  "Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka."  (Matius 7:16a).  Kunci agar tidak jatuh dalam rupa-rupa pengajaran yang menyesatkan adalah semakin melekat kepada Tuhan dan makin meningkatkan kualitas kerohanian kita.

Orang yang dewasa rohani pasti tidak akan mudah terombang-ambingkan oleh ajaran palsu!

Sunday, March 24, 2019

KEPUTUSAN KITA MENENTUKAN HIDUP KITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Maret 2019

Baca:  1 Samuel 27:1-12

"Dan lamanya Daud tinggal di daerah orang Filistin adalah satu tahun empat bulan."  1 Samuel 27:7

Daud mengerti benar bahwa sesungguhnya Tuhan sudah memilih dan mengurapi dia sebagai raja atas Israel yang baru, namun butuh kesabaran sampai waktu itu tergenapi, sebab Saul tak berhenti untuk mengejar dan berusaha untuk membunuhnya.  Dalam pelariannya ini hati dan pikiran Daud pun berkecamuk:  "Bagaimanapun juga pada suatu hari aku akan binasa oleh tangan Saul."  (1 Samuel 27:1a).

     Karena dihantui rasa takut Daud membuat keputusan:  "...tidak ada yang lebih baik bagiku selain meluputkan diri dengan segera ke negeri orang Filistin; maka tidak ada harapan bagi Saul untuk mencari aku lagi di seluruh daerah Israel dan aku akan terluput dari tangannya."  (1 Samuel 27:1b), padahal ia tahu persis orang-orang Filistin adalah penyembah berhala dan Tuhan melarang keras bangsa Israel bergaul dengan bangsa penyembah berhala.  Daud membuat keputusan yang keliru!  "Maka pada hari itu Akhis memberikan Ziklag kepadanya; itulah sebabnya Ziklag menjadi kepunyaan raja-raja Yehuda sampai sekarang."  (1 Samuel 27:6), dan menetaplah Daud di daerah Ziklag.  Daud berpikir Tuhan akan berkenan dengan keputusannya ini.  Sejak saat itu Daud dan pasukannya turut membantu orang-orang berperang, termasuk berperang melawan bangsanya sendiri.  Karena kasihnya yang besar kepada Daud Tuhan tidak membiarkan dia berlama-lama tinggal di tengah-tengah bangsa kafir, sehingga Tuhan mengijinkan orang Amalek datang menyerang tanah Negap dan Ziklag, tepat pada saat pasukan Daud bersama orang-orang Filistin hendak pergi berperang melawan bangsa Israel.

     Untunglah raja-raja kota orang Filistin menolak keberadaan pasukan Daud sehingga mereka menyuruh Daud dan pasukannya pulang ke Ziklag.  Sesampai di Ziklag mereka melihat kota itu sudah habis terbakar, isteri serta anak-anak mereka ditawan.  Ini menimbulkan kepedihan mendalam!  Tiba-tiba rakyat berbalik memusuhi Daud, bahkan hendak melemparinya dengan batu.  Daud benar-benar dalam keadaan terjepit dan hari itu ia kehilangan segala-galanya.  "Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN,"  (1 Samuel 30:6b).

Karena telah membuat keputusan yang salah dan tak melibatkan Tuhan, Daud harus menuai masalah!

Saturday, March 23, 2019

RASUL PAULUS: Memberi Teladan Hidup

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Maret 2019

Baca:  Filipi 4:2-9

"Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu."  Filipi 4:9

Adalah hal yang bijak bila kita mau belajar dari pengalaman hidup orang lain, terutama berkenaan dengan proses hidupnya dalam meraih keberhasilan.  Kita pun juga bisa mengambil sisi positif  (hikmah)  di balik kegagalan yang orang lain alami.  Itulah sebabnya Alkitab secara lengkap menulis tentang perjalanan hidup tokoh-tokoh besar yang berhasil menggenapi rencana Tuhan dalam hidupnya, tak ketinggalan juga mengungkap tentang kegagalan tokoh-tokoh tertentu dalam menggenapi rencana Tuhan.

     Rasul Paulus ialah orang yang berhasil menggenapi rencana Tuhan dalam hidupnya.  Ia layak menjadi teladan atau panutan bagi para pelayan Tuhan atau pemimpin rohani.  Mengapa kita harus meneladani rasul Paulus?  Karena ia adalah orang yang tidak hanya sekedar mengajarkan kebenaran kepada orang lain secara teori, tapi ia juga hidup dalam kebenaran itu sendiri.  Rasul Paulus taat melakukan kehendak Tuhan  (pelaku firman).  Ini sangat kontradiktif dengan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang hanya mahir berteori:  "...mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya."  (Matius 23:3).  Karena itu patutlah kita mengikuti jejak Paulus yaitu hidup dalam ketaatan.

     Dalam mengerjakan panggilan Tuhan sebagai pemberita Injil Paulus tidak melakukannya dengan setengah-setengah, tapi totalitas.  Ia rela menderita bagi Injil Kristus, bahkan nyawa pun rela dipertaruhkan.  "...aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku..."  (Kisah 20:24), dan  "...aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak."  (1 Korintus 9:27).  Sekalipun harus diperhadapkan dengan berbagai tantangan, ujian, aniaya dan penderitaan, tak terbersit sedikit pun dalam pikiran Paulus untuk mundur atau berhenti memberitakan Injil.  Semangatnya untuk melayani Tuhan terus berkobar-kobar dan tak pernah padam.  Ia berprinsip:  "...bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah."  (Filipi 1:21-22).

Milikilah roh yang menyala-nyala dalam melayani Tuhan, seperti rasul Paulus!

Friday, March 22, 2019

SIAP MENANTIKAN KUASA TUHAN BEKERJA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Maret 2019

Baca:  Yohanes 5:1-18

"...di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam itu."  Yohanes 5:3

Alkitab menyatakan bahwa di dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam yang bernama Betesda.  Nama  'Betesda'  ini berasal dari bahasa Ibrani atau bahasa Aram:  'Bet hesda'  yang artinya rumah kemurahan atau rumah anugerah.  Di sini Tuhan telah menyediakan anugerah dan kemurahan-Nya bagi mereka yang buta, timpang dan lumpuh, yang sangat membutuhkan anugerah kesembuhan dari Tuhan.  Terlebih lagi mereka yang buta rohani, timpang rohani dan lumpuh rohani, yang seringkali menjadi penghambat pertumbuhan iman dan penghalang untuk mengalami kuasa dan mujizat dari Tuhan.

     Untuk beroleh kesembuhan dan pemulihan orang-orang sakit ini harus siap menantikan kegerakan pekerjaan Tuhan:  "Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apapun juga penyakitnya."  (Yohanes 5:4).  Goncangan  'air'  itu adalah gambaran gerakan atau aliran kuasa Roh Kudus yang siap untuk menjamah dan memulihkan hidup seseorang.  Karena itu kita harus selalu dalam keadaan siap;  bila hadirat Tuhan turun kita pun harus cepat bertindak yaitu membuka hati kita dengan iman untuk menerima anugerah-Nya.  Tetapi banyak di antara kita berada dalam keadaan seperti orang yang sudah sakit selama tiga puluh delapan tahun, tak dapat bergerak untuk masuk ke dalam kolam.  Artinya tak dapat bertindak dan berusaha dengan iman untuk menerima anugerah Tuhan yang sudah disediakan.  Ketika Tuhan bertanya,  "Maukah engkau sembuh?"  Jawabnya:  "Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku."  (Yohanes 5:6b-7).

     Saat Tuhan bertanya apakah ia mau sembuh justru dijawab dengan menyalahkan orang lain yang tak menolongnya saat terjadi goncangan.  Melalui renungan ini Tuhan hendak mengajar kita untuk selalu siap sedia menantikan gerakan kuasa-Nya bekerja.  Dan jangan sekali-kali hidup mengandalkan pertolongan manusia!

Iman yang disertai dengan tindakan adalah kunci kesembuhan dan pemulihan!

Thursday, March 21, 2019

SURYA KEBENARAN TELAH TERBIT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Maret 2019

Baca:  Maleakhi 4:1-6

"...kamu yang takut akan nama-Ku, bagimu akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya. Kamu akan keluar dan berjingkrak-jingkrak seperti anak lembu lepas kandang."  Maleakhi 4:2

Kitab Maleakhi merupakan kitab terakhir dari kitab Perjanjian Lama menuju Perjanjian Baru.  Nabi Maleakhi menubuatkan bahwa surya kebenaran akan terbit dengan kesembuhan pada sayapnya.  Lalu ia melanjutkan:  "Kamu akan keluar dan berjingkrak-jingkrak seperti anak lembu lepas kandang."  (ayat nas).  Nubuatan ini digenapi di dalam Kristus, Putera Tunggal Bapa.  "Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya,"  (Lukas 1:32), dan  "oleh rahmat dan belas kasihan dari Allah kita, dengan mana Ia akan melawat kita, Surya pagi dari tempat yang tinggi, untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan dan dalam naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera."  (Lukas 1:78-79).

     Kristus inilah yang diutus oleh Bapa untuk membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis  (1 Yohanes 3:8).  Melalui pengorbanan Kristus di kayu salib kutuk dosa telah dipatahkan-Nya, dan segala kelemahan dan sakit-penyakit kita ditanggung-Nya  (Matius 8:17).  Kedatangan Kristus benar-benar menggenapi apa yang Maleakhi nubuatkan bahwa Dia datang sebagai Tabib yang ajaib, Sang Penyembuh.  Matius menulis:  "Maka tersiarlah berita tentang Dia di seluruh Siria dan dibawalah kepada-Nya semua orang yang buruk keadaannya, yang menderita pelbagai penyakit dan sengsara, yang kerasukan, yang sakit ayan dan yang lumpuh, lalu Yesus menyembuhkan mereka."  (Matius 4:24).  Kristus bukan hanya berkuasa menyembuhkan penyakit fisik, sakit rohani pun Ia sanggup.  "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu."  (Matius 11:28), bahkan Ia berkuasa menyembuhkan ekonomi yang sakit, sebab  "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."  (Yohanes 10:10b).

     Kalau dulu Kristus adalah surya kebenaran dengan  'kesembuhan'  pada sayapnya, sampai sekarang pun dan bahkan selama-lamanya, Dia tidak pernah berubah  (Ibrani 13:8).

Surya Kebenaran hanya terbit bagi orang-orang yang takut akan nama Tuhan!