Sunday, January 31, 2021

TERJEBAK DALAM PENYEMBAHAN BERHALA!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Januari 2021

Baca:  1 Tawarikh 10:1-4

"Demikianlah Saul mati karena perbuatannya yang tidak setia terhadap TUHAN, oleh karena ia tidak berpegang pada firman TUHAN, dan juga karena ia telah meminta petunjuk dari arwah,"  1 Tawarikh 10:13

Bangsa Israel adalah bangsa pilihan yang sangat dikasihi oleh Tuhan.  Mereka menjadi obyek curahan kasih Tuhan!

     Meski selalu mengecap kebaikan Tuhan dan pertolongan-Nya, mereka suka sekali memberontak terhadap Tuhan dan tidak lagi setia kepada-Nya.  Salah satu contoh perbuatan mereka yang menyakiti hati Tuhan adalah ketika diperhadapkan dengan masalah, tidak lagi meminta petunjuk kepada Tuhan, tapi malah meminta petunjuk kepada peramal.  Padahal Tuhan sudah memperingatkan dengan keras,  "Di antaramu janganlah didapati seorangpun yang mempersembahkan anaknya laki-laki atau anaknya perempuan sebagai korban dalam api, ataupun seorang yang menjadi petenung, seorang peramal, seorang penelaah, seorang penyihir, seorang pemantera, ataupun seorang yang bertanya kepada arwah atau kepada roh peramal atau yang meminta petunjuk kepada orang-orang mati."  (Ulangan 18:10-11).  Saul, selaku pemimpin Israel, justru melanggar peringatan Tuhan ini!  Ketika orang Filistin berperang melawan orang Israel Saul mengalami ketakutan yang luar biasa, dan saat takut Saul bukannya mencari Tuhan dan meminta pertolongan kepada-Nya, tapi justru melakukan kesalahan yang sangat fatal, dengan meminta petunjuk kepada seorang perempuan pemanggil arawah.  "Janganlah kamu berpaling kepada arwah atau kepada roh-roh peramal; janganlah kamu mencari mereka dan dengan demikian menjadi najis karena mereka; Akulah TUHAN,..."  (Imamat 19:31).

     Memercayai arwah, peramal, dukun atau orang pintar artinya kita menajiskan diri dengan berhala dan bersepakat dengan kuasa gelap  (Iblis).  Banyak orang yang lebih percaya kepada dukun, peramal, atau paranormal, daripada kepada Tuhan.  Ketika usaha atau bisnis sedang sepi, ketika belum mendapatkan jodoh, supaya karir cepat menanjak, orang rela mengeluarkan uang untuk meminta petunjuk kepada dukun, arwah atau paranormal, agar mendapatkan pertolongan secara instan.  Mereka tidak sadar bahwa saat itu pula mereka sedang masuk dalam perangkap dan jerat dari kuasa kegelapan.

Penyembahan berhala adalah suatu dosa besar dan kekejian di mata Tuhan!

Saturday, January 30, 2021

BERHATI-HATILAH! Jangan Mau Disesatkan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Januari 2021

Baca:  2 Yohanes 1:4-11

"Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia."  2 Yohanes 1:7

Alkitab menyatakan di masa-masa akhir banyak sekali ajaran-ajaran palsu yang menyesatkan.  Ada orang-orang memberitakan Injil yang menyimpang.  Kalau kita berakar kuat di dalam firman Tuhan kita tak akan mudah terkecoh dan terombang-ambingkan.

     Tuhan Yesus sudah memperingatkan,  "Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka."  (Lukas 21:8).  Rasul Yohanes memperingatkan dengan keras agar orang percaya tidak mudah disesatkan oleh ajaran-ajaran yang menyimpang dari Injil Kristus.  Kata  'penyesat'  (Yunani, plane)  secara harfiah berarti menipu atau menyesatkan.  Istilah plane ini selalu dikaitkan dengan pekerjaan tukang kayu, yang berarti mengerut.  Jadi para penyesat memberitakan ajaran-ajaran yang menyimpang dari Injil Kristus dengan tujuan mengerutkan iman orang percaya, iman yang tebal akan menipis.  Salah satu cara yang para penyesat lakukan adalah menanamkan ajaran yang menolak kemanusiaan Yesus Kristus atau menolak keberadaan Yesus sebagai manusia.  Bila Yesus tidak datang ke dunia dalam wujud manusia  (tubuh insani),  jelas-jelas hal ini sangat bertentangan dengan ajaran yang tertulis di Alkitab.  Jika demikian berarti kematian Yesus di kayu salib untuk menebus dosa menusia tidak pernah terjadi!  Yang benar adalah Yesus Kristus  "...telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."  (Filipi 2:7-8).

     "Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar..."  (2 Yohanes 1:9), akan menjadi sasaran empuk para penyesat!

Friday, January 29, 2021

ORANG PERCAYA: Istimewa dan Berharga

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Januari 2021

Baca:  Yesaya 43:1-7

"Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau, maka Aku memberikan manusia sebagai gantimu, dan bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu."  Yesaya 43:4

Setiap orang yang percaya kepada Kristus disebut anak-anak Tuhan.  Oleh karena itu kita patut bersyukur dan berbangga sebab kita ini berharga di mata Tuhan  (ayat nas).  Berharga di mata Tuhan berarti istimewa di pemandangan-Nya.

     Mengapa kita disebut istimewa?  "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu."  (Yohanes 15:16a), dan kita dipilih sebelum dunia dijadikan  (Efesus 1:4).  Kata  'dipilih'  (Yunani, eleksegomai)  berarti memilih dengan pertimbangan khusus.  Kalau Tuhan sendiri yang memilih tentunya Ia tidak akan pernah salah dalam memilih dan tidak akan pernah pula menyesali sesuatu yang telah dipilih-Nya  (Roma 11:29).  Apa tujuan Tuhan memilih kita?  "...supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya."  (Efesus 1:4).  Jadi tujuannya adalah untuk pengudusan, dipisahkan dari cara hidup dunia, dipindahkan dari kegelapan dunia kepada terang-Nya yang ajaib untuk hidup sepenuhnya bagi Dia.  Kita ini istimewa dan berharga di mata Tuhan karena hidup kita telah ditebus melalui pengorbanan Kristus di atas kayu salib.  Hal penebusan dosa selalu berkaitan dengan darah dan juga kematian.  Di dalam Perjanjian Lama binatang yang dikorbankan harus mati untuk melunasi dosa, dan darah binatang-binatang yang dicurahkan akan menjadi suatu keharuman di hadapan Tuhan.  Tetapi dalam Perjanjian Baru ditegaskan bahwa Tuhan tidak lagi berkenan kepada persembahan binatang  (Ibrani 10:4-6);  kematian dan pengorbanan Kristus itulah yang berkenan kepada Tuhan  "...Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, ...Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan."  (Ibrani 10:12, 14).  Kesemuanya itu adalah bukti betapa Tuhan sangat mengasihi kita!

     Banyak orang Kristen tak menyadari dirinya istimewa dan berharga di mata Tuhan sehingga mereka menjalani hidup sembrono dan asal-asalan, padahal Tuhan menghendaki kita memiliki hidup yang berbeda dengan dunia.

Tuhan memilih kita supaya hidup kita ini kudus dan menjadi kesaksian bagi dunia!

Thursday, January 28, 2021

LAKSANA BURUNG RAJAWALI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Januari 2021

Baca:  Ulangan 32:1-43

"Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya,"  Ulangan 32:11

Burung rajawali adalah jenis burung yang sangat istimewa, juga dikenal sebagai salah satu burung predator terbesar.  Rajawali seringkali dijadikan simbol kekuatan dan keberanian.

     Beberapa keunikan burung ini:  ukuran tubuhnya berkisar antara 75-90 cm dan bentangan sayapnya bisa mencapai 157-200 cm, memiliki sarang yang jauh lebih besr bila dibandingkan dengan sarang burung lainnya.  Burung rajawali ini biasa membuat sarangnya di tempat-tempat tinggi yang berbatu-batu, dimana tidak ada orang yang bisa menjangkaunya.  Seperti halnya bayi manusia yang baru lahir, anak rajawali yang baru menetas juga tidak dapat melakukan apa-apa selain makan dan tidur.  Induk rajawali dengan setia membawa makananan untuk anak-anaknya hingga anak-anaknya merasa kenyang.  Setelah kenyang tidak ada yang dapat dilakukan oleh anak-anak rajawali itu selain tidur di dalam sarang dengan nyaman.  Tetapi tidak selamanya induk rajawali membiarkan anak-anaknya berada di zona nyaman.  Akan tiba waktunya induk rajawali akan membongkar sarangnya dan mendorong anak-anaknya dari tebing tinggi, agar mereka mau mengepak-ngepakkan sayapnya dan belajar terbang.  Begitu melihat anaknya jatuh induk rajawali akan terbang bersama anaknya dan menopangnya, lalu melepaskannya lagi.  Demikian proses yang berlangsung sampai anak rajawali mandiri dan mampu terbang sendiri.  Banyak di antara orang Kristen yang suka menjadi bayi, berlaku manja dan tak mau keluar dari zona nyaman.  Maunya hanya makanan halus dan lunak, tak mau menerima makanan yang keras.  Ditegur keras sedikit saja langsung berontak!  Ada tertulis:  "...makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat."  (Ibrani 5:14).  Begitu diperhadapkan masalah mereka langsung marah dan memberontak kepada Tuhan, padahal masalah adalah cara Tuhan melatih iman dan mendewasakan.

     Tak perlu takut menghadapi masalah sebab tangan Tuhan selalu siap menopang.

Tuhan menghendaki kita menjadi anak-anak-Nya yang kuat seperti burung rajawali!

Wednesday, January 27, 2021

KEMALASAN ADALAH PENYAKIT ROHANI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Januari 2021

Baca:  Ibrani 3:7-19

"Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman",  Ibrani 3:15

Sesungguhnya banyak orang Kristen menyadari bahwa hari-hari ini adalah jahat, dan zaman yang sedang dijalani ini adalah zaman akhir.  Meski tahu bahwa hari-hari ini adalah hari-hari akhir, mereka tetap saja tidak mau berubah;  mereka masih saja berkompromi dengan dosa;  mereka masih hitung-hitungan dengan Tuhan;  kehidupan kekristenan mereka tetap saja suam-suam kuku.  Tuhan tidak berkenan dengan kerohanian yang suam-suam kuku, seperti tertulis:  "Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku."  (Wahyu 3:16).

     Orang Kristen yang enggan berubah adalah salah satu tanda sedang terjangkit virus kemalasan rohani.  Meskipun sudah cukup sering mendengarkan teguran dan nasihat firman Tuhan tetap saja mengeraskan hati;  sudah lama mengikut Tuhan, hidupnya tak mengalami perubahan, karena selalu menunda-nunda waktu untuk taat.  Orang yang malas rohani adalah orang yang enggan keluar dari zona nyaman, tak mau membayar harga, membiarkan diri berada dalam kubangan dosa.  Ini terjadi dalam kehidupan bangsa Israel!  Meski  "...semua makan makanan rohani yang sama dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus."  (1 Korintus 10:3-4), mereka tetap saja mengeraskan hati dan memberontak kepada Tuhan, sehingga Tuhan menyebut mereka sebagai bangsa yang tegar tengkuk!  "...sesungguhnya mereka adalah bangsa yang tegar tengkuk."  (Ulangan 9:13).  Kemalasan rohani inilah yang akhirnya membuat sebagian besar bangsa Israel mengalami kebinasaan sebelum mencapai Kanaan.  Begitu pula yang dialami keluarga Imam Eli:  sekalipun sudah tahu bahwa anak-anaknya hidup menyimpang dari kebenaran, Imam Eli selalu menunda-nunda waktu untuk menegur, membiarkan mereka tetap hidup dalam dosa, sampai akhirnya Tuhan menimpakan hukuman atas keluarga ini.

     Penyakit  'malas rohani'  yang dibiarkan terus-menerus akan mengakibatkan kematian rohani!

Satu-satunya cara mengobati kemalasan rohani adalah segera bertobat!  Karena itu, bila hari ini kita diperingatkan, jangan mengeraskan hati.

Tuesday, January 26, 2021

LAKUKAN SEKARANG ATAU TIDAK SAMA SEKALI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Januari 2021

Baca:  Amsal 26:1-28

"Seperti pintu berputar pada engselnya, demikianlah si pemalas di tempat tidurnya."  Amsal 26:14

Tuhan memberikan berkat  'waktu'  kepada semua manusia di dunia ini dalam porsi yang sama, tidak ada yang lebih banyak atau lebih sedikit, yaitu 24 jam dalam sehari atau 168 jam dalam seminggu.  Masalahnya tidak semua orang bisa menghargai waktu dan menggunakannya sebaik mungkin.

     Pada umumnya manusia membutuhkan waktu untuk tidur 8 jam/hari.  Jadi kalau dihitung selama seminggu, waktu yang diperlukan manusia untuk tidur adalah 56 jam.  Berarti waktu produktif manusia selama seminggu adalah 112 jam.  Coba renungkan:  dari 112 jam tersebut, berapa jam waktu yang kita pergunakan untuk mengerjakan hal-hal penting dan berguna?  Berapa jam waktu yang terbuang untuk melakukan hal-hal yang tak bermanfaat?  Berapa jam waktu yang kita pergunakan atau sisihkan untuk mengerjakan perkara-perkara rohani:  beribadah, bersaat teduh  (doa dan baca Alkitab), melayani pekerjaan Tuhan, menabur kebaikan kepada sesama?  Setiap orang memiliki kebebasan untuk menggunakan waktu tersebut!  Jadi pilihan hidup atau keputusana ada pada kita masing-masing:  menjadi orang yang rajin atau malas, orang yang berhasil atau gagal.  Ingat!  Tuhan memberikan kesempatan dan tanggung jawab kepada setiap kita sesuai dengan talenta masing-masing.  Baca tentang perumpamaan talenta!  (Matius 25:14-30).  Dari perumpamaan ini akhirnya didapati ada dua jenis hamba, yaitu hamba yang setia dan hamba yang malas.  Tuhan sangat menghargai orang-orang yang setia, yang giat bekerja untuk mengembangkan talentanya, tanda bahwa mereka sangat menghargai waktu dan memanfaatkannya dengan baik.  Sebaliknya Tuhan mengecam keras hamba yang malas, yang membuang waktu percuma.  Tuhan menyebut hamba malas ini sebagai hamba yang jahat!  Akibat kemalasannya dalam mengembangkan talentanya, selain talentanya diambil kembali, ia pun dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap  (Matius 25:28-30).

     Kita masuk kategori hamba yang mana?  Yang setia atau yang malas?  Jika kita masih bermalas-malasan, segeralah berubah sebelum semuanya terlambat.

Pergunakan waktu sebaik mungkin, jangan bermalas-malasan!  Sebab kesempatan tidak datang dua kali!

Monday, January 25, 2021

TAK ADA KEADILAN HAKIKI DI DUNIA!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Januari 2021

Baca:  Mazmur 7:1-18

"Biarlah berakhir kejahatan orang fasik, tetapi teguhkanlah orang yang benar, Engkau, yang menguji hati dan batin orang..."  Mazmur 7:10

Di mana-mana terjadi ketidakadilan!  Itulah dunia...  Sampai kapan pun kita takkan menemukan keadilan yang hakiki di dunia ini!  Yang ada hanyalah keadilan yang diputarbalikkan, keadilan yang diperjualbelikan, dan keadilan yang hanya berpihak kepada orang kaya, berduit dan berpangkat.  Bagaimana nasib orang-orang yang lemah dan miskin?  Mereka selalu menjadi korban dari ketidakadilan.  "Kami sekalian meraung seperti beruang; suara kami redup seperti suara burung merpati; kami menanti-nantikan keadilan, tetapi tidak ada, menanti-nantikan keselamatan, tetapi tetap jauh dari kami."  (Yesaya 59:11).  Tak ada keadilan di dunia ini,  "...Keadilan dan kekuatan hanya ada di dalam TUHAN."  (Yesaya 45:24a), karena Dia adalah satu-satunya Hakim Yang Mahaadil!

     Pada saatnya, keadilan yang sesungguhnya pasti ditegakkan!  Sebab apa pun yang manusia perbuat di dunia ini kelak harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.  Di sinilah keadilan yang hakiki dinyatakan, sebab dalam mengadili setiap orang Tuhan tidak melihat rupa, tidak melihat harta, tidak melihat pangkat...  pengadilan Tuhan benar-benar adil tanpa rekayasa.  Oleh sebab itu pemazmur memperingatkan agar kita berhati-hati dalam setiap perkataan dan perbuatan, karena  "...tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab."  (Ibrani 4:13).  Setiap kejahatan dan pelanggaran yang kita lakukan selalu ada konsekuensinya.  Jangan pernah menyangka bahwa semua yang kita perbuat itu tidak membawa dampak apa pun, tetapi justru kejahatan yang kita lakukan terhadap orang lain bisa menjadi bumerang bagi diri kita sendiri:  "Kelaliman yang dilakukannya kembali menimpa kepalanya, dan kekerasannya turun menimpa batu kepalanya."  (Mazmur 7:17).

     Bagi orang yang hidup benar dan takut akan Tuhan tak perlu takut menjalani hidup ini, tak perlu gentar terhadap orang yang berlaku jahat atau merancangkan kejahatan terhadap kita, sebab ia akan selalu berada dalam pembelaan dan perlindungan Tuhan!

Tuhan tidak bisa dipermainkan,  "Sebab TUHAN adalah adil dan Ia mengasihi keadilan; orang yang tulus akan memandang wajah-Nya."  Mazmur 11:7

Sunday, January 24, 2021

DUNIA SEDANG MENDEKATI KESUDAHANNYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Januari 2021

Baca:  Matius 24:3-14

"Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun berawas-awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya."  Matius 24:6

Tuhan yang kita sembah di dalam nama Tuhan Yesus adalah Tuhan yang sangat mengasihi dan memperhatikan kehidupan umat pilihan-Nya!  Bukti kasih dan perhatian Tuhan kepada umat-Nya adalah memberitahukan sejak semula tentang keadaan dunia ketika mendekati kesudahannya, suatu keadaan yang penuh dengan penderitaan, yang membuat cemas semua manusia yang hidup di muka bumi ini.  Tuhan Yesus menasihati kita,  "Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang. Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun berawas-awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya."  (Matius 24:4-6).

     Bukankah apa yang Tuhan sampaikan ini satu demi satu mulai digenapi?  Saat ini kita sedang diperhadapkan dengan peperangan besar.  Kita berperang bukan melawan bangsa-bangsa lain atau musuh secara kasat mata, tapi kita berperang melawan musuh yang tak kelihatan secara kasat mata, tapi dapat menghancurkan dan bahkan membunuh manusia.  Kita sedang berperang melawan berbagai virus yang menyerang manusia, salah satunya adalah virus Covid-19.  Virus ini sangat ganas, bukan hanya menyerang tubuh manusia yang berujung kepada kematian, tapi juga menyerang seluruh aspek kehidupan manusia:  ekonomi, bisnis, pendidikan, hubungan antarmanusia pun menjadi terganggu.  Bahkan virus ini tidak hanya menyerang manusia dalam aspek jasmani, tapi juga aspek rohani.  Ini yang sangat berbahaya!  Karena pandemi Covid-19 ini tempat-tempat ibadah banyak yang ditutup, jemaat harus melakukan ibadah secara daring, jemaat tidak bisa bersekutu dengan saudara seiman lainnya karena harus saling menjaga jarak.

     Melihat keadaan ini marilah kita makin peka rohani!  Haruslah kita lebih sungguh-sungguh mengerjakan perkara-perkara rohani, jam-jam doa harus semakin ditingkatkan.

Jangan terus disibukkan dengan perkara-perkara duniawi sebab dunia ini sudah mendekati kesudahannya!

Saturday, January 23, 2021

BERBALIK KEPADA TUHAN, PASTI DIPULIHKAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Januari 2021

Baca:  Yoel 2:12-27

"Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya."  Yoel 2:13

Karena sering memberontak dan hidup menyimpang dari jalan-jalan Tuhan, bangsa Israel harus menanggung akibatnya:  mengalami berbagai kesulitan dan penderitaan.

     Salah satunya adalah hasil ladang mereka sangat mengecewakan, alias tak menghasilkan panenan seperti yang diharapkan, karena hasil pertanian mereka diserang berbagai jenis belalalang:  "Apa yang ditinggalkan belalang pengerip telah dimakan belalang pindahan, apa yang ditinggalkan belalang pindahan telah dimakan belalang pelompat, dan apa yang ditinggalkan belalang pelompat telah dimakan belalang pelahap."  (Yoel 1:4), sehingga  "Ladang sudah musnah, tanah berkabung, sebab gandum sudah musnah, buah anggur sudah kering, minyak sudah menipis. Para petani menjadi malu, tukang-tukang kebun anggur meratap karena gandum dan karena jelai, sebab sudah musnah panen ladang. Pohon anggur sudah kering dan pohon ara sudah merana; pohon delima, juga pohon korma dan pohon apel, segala pohon di padang sudah mengering."  (Yoel 1:10-12).  Tak bisa dibayangkan betapa menderitanya mereka!  Pada waktu itu umat Israel benar-benar berada di titik terendah, sepertinya sudah tidak memiliki pengharapan lagi.  Ini adalah bentuk teguran Tuhan kepada bangsa Israel!  "...setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal,"  (Ibrani 2:2).  Tuhan mengijinkan penderitaan dialami oleh bangsa Israel bukan berarti Tuhan tidak mengasihi atau berlaku kejam, tapi supaya mereka segera sadar dan bertobat.  Jadi Tuhan selalu memberi kesempatan kepada bangsa Israel untuk bertobat.

     Mungkin saat ini kita sedang mengalami hal seperti bangsa Israel, jangan langsung protes dan menyalahkan Tuhan!  Hal pertama yang kita lakukan adalah koreksi diri.  Mungkin ini akibat dari kesalahan dan pelanggaran yang kita perbuat.  Langkah terbaik adalah secepatnya datang kepada Tuhan dan memohon pengampunan dari-Nya!

"...apabila bangsa yang terhadap siapa Aku berkata demikian telah bertobat dari kejahatannya, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak menjatuhkan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka."  Yeremia 18:8

Friday, January 22, 2021

DALAM KEBENARAN TUHAN: Kunci Pemulihan Bangsa

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Januari 2021

Baca:  Amsal 14:1-35

"Kebenaran meninggikan derajat bangsa, tetapi dosa adalah noda bangsa."  Amsal 14:34

Tak bisa dipungkiri, keadaan bangsa Indonesia di segala bidang kehidupan saat-saat ini sedang memburuk, sebagai akibat pandemi Covid-19.  Bahkan dampak ini juga dirasakan seluruh negara lain di dunia.  Di tengah situasi bangsa yang sedang terpuruk ini masih saja ada oknum pejabat tak bertanggung jawab yang menggunakan jurus  'aji mumpung', menyalahgunakan jabatannya untuk mengeruk kekayaan demi kepentingan pribadi, ada pula berita tentang dana bantuan yang seharusnya disalurkan kepada rakyat kecil yang terdampak Covid-19, justru tidak tepat pada sasaran.  Orang-orang  'kecil'  pun semakin menjerit tak kuat menanggung beban hidup yang semakin berat.

     Ingat, dosa adalah noda bangsa  (ayat nas).  Bila setiap warga negara hidup taat kepada peraturan pemerintah, dan para pejabat pemerintahan menjalankan tugas yang diamanatkan kepadanya dengan hati yang takut akan Tuhan, dengan hidup tidak menyimpang dari kebenaran, keadaan bangsa pasti dapat segera dipulihkan.  "Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa, taat dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik."  (Titus 3:1).  Apa pun alasannya, ketaatan dan kepatuhan kita terhadap pemerintah dan undang-undang yang berlaku adalah perwujudan ketaatan dan kepatuhan kita kepada Tuhan.  Jika setiap warga negara dan juga para pemimpin menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan menolak dosa, Tuhan pasti turut campur tangan memulihkan keadaan bangsa kita.

     Maka, janganlah terjadi orang-orang  'besar'  memeras, menekan, dan menindas orang-orang  'kecil'  atau kaum lemah.  Kalau hal itu terjadi di bangsa ini, Tuhan sendiri yang akan berperkara, sebab Tuhan ada di pihak orang miskin dan lemah.  "Siapa menindas orang yang lemah, menghina Penciptanya, tetapi siapa menaruh belas kasihan kepada orang miskin, memuliakan Dia."  (Amsal 14:31).  Di tengah kondisi bangsa yang sedang memprihatinkan, marilah kita mendukung program pemerintah dan taat kepada pemimpin bangsa, karena mereka adalah orang-orang pilihan Tuhan, bukan menyalahkan dan menyudutkan pemimpin bangsa dengan segala cara.

Di mana ada kebenaran di situ pasti ada damai sejahtera, ketenangan dan ketenteraman  (Yesaya 32:17).

Thursday, January 21, 2021

ANAK TERANG: TIDAK HIDUP DALAM GELAP

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Januari 2021

Baca:  Efesus 5:1-21

"Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang,"  Efesus 5:8

Seorang pengikut Kristus sejati adalah orang yang mampu bersikap tegas dan tak mengenal kata kompromi terhadap segala bentuk dosa.  Betapa banyak orang Kristen, sekalipun tampak aktif dalam kegiatan-kegiatan kerohanian  (pelayanan), masih belum sepenuhnya meninggalkan dosa.  Mereka masih melakukan dosa meski secara sembunyi-sembunyi, bahkan ketika melihat perbuatan-perbuatan kegelapan di depan mata tetap bungkam, pura-pura tak melihat.

     Sebagai orang-orang yang telah diselamatkan dan disucikan oleh darah Kristus, janganlah menahan diri bila di depan mata kita melihat ada orang-orang yang melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari firman Tuhan;  sebaliknya tegurlah, nasihati, peringatkan mereka.  Seorang pengikut Kristus sejati harus memiliki keberanian menunjukkan sikap membenci dosa, tidak berpihak pada kefasikan melainkan memihak kepada Tuhan.  "Siapakah yang bangkit bagiku melawan orang-orang jahat, siapakah yang tampil bagiku melawan orang-orang yang melakukan kejahatan?"  (Mazmur 94:16).  Tanda bahwa orang memihak kepada Tuhan adalah menjauhkan diri dan tidak memiliki persekutuan dengan perbuatan-perbuatan kegelapan.  "...janganlah kamu berkawan dengan mereka."  (Efesus 5:7), sebab pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik  (1 Korintus 15:33).  "Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang."  (Amsal 13:20), dan  "Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu. Sebab menyebutkan sajapun apa yang dibuat oleh mereka di tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan."  (Efesus 5:11-12), sebab  "...dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran,"  (Efesus 5:8-9).

     Adakah buah-buah kebaikan, keadilan, kebenaran dihasilkan dari hidup Saudara?

Orang percaya memiliki tanggung jawab untuk menelanjangi perbuatan-perbuatan kegelapan, dengan menjalani hidup yang berlawanan dengan cara hidup dunia.

Wednesday, January 20, 2021

HIDUP SEPERTI KRISTUS: Penurut-Penurut Tuhan (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Januari 2021

Baca:  1 Yohanes 2:1-6

"Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."  1 Yohanes 2:6

Hidup sama seperti Kristus hidup atau menjadi penurut Dia berarti kita bersedia membayar harga untuk menyalibkan kedagingan dan menjaga kesucian hidup.  Kita harus ingat bahwa tubuh kita ini adalah bait Roh Kudus, karena itu kita tidak boleh membicarakan tubuh ini menjadi kotor, ternoda dan tercemar.

     Kita harus menjaga tubuh ini dari segala bentuk kecemaran!  Rasul Petrus menasihati,  "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus."  (1 Petrus 1:15-16).  Hidup dalam kekudusan bukanlah sekedar himbauan atau alternatif hidup, tapi merupakan suatu perintah yang harus ditaati.  Jadi menjaga kekudusan adalah hal yang mutlak bagi orang percaya.  Kita tidak boleh hidup sembrono!  Kita harus memisahkan diri dari cara hidup dunia yang sarat dengan kejahatan dan hawa nafsu, serta memberi diri hidup dalam kebenaran Tuhan... itulah persembahan yang berkenan, sebagaimana Kristus telah menjadikan diri-Nya sendiri sebagai persembahan yang harum bagi Bapa:  "...telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum..." (Efesus 5:2).  Karena itu jangan pernah menyia-nyiakan pengorbanan Kristus bagi kita!  Firman Tuhan memperingatkan dengan keras bahwa segala bentuk kecemaran dan kenajisan tidak akan mendapt tempat di dalam Kerajaan Sorga  (Efesus 5:5).  Siapa pun orangnya, tanpa terkecuali, selama masih melakukan hal-hal yang firman Tuhan sebutkan ini  (bersundal, cemar, serakah, penyembah berhala), tidak memiliki tempat di sorga.  Hidup seperti Kristus hidup atau menjadi penurut Tuhan berarti hidup dalam terang:  "Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang,"  (Efesus 5:8).

     Agar kehidupan kita dapat memancarkan terang di tengah dunia gelap ini, kita harus melekat kepada Sumber Terang:  Tuhan Yesus.  "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."  (Yohanes 8:12), sebab hanya terang yang dapat mengalahkan kegelapan! 

Orang Kristen harus menjadi penurut Kristus dan hidup sebagaimana Ia hidup!

Tuesday, January 19, 2021

HIDUP SEPERTI KRISTUS: Penurut-Penurut Tuhan (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Januari 2021

Baca:  1 Yohanes 2:1-6

"Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." 1 Yohanes 2:6

Sebagai orang percaya yang adalah pengikut Kristus, kita wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup  (ayat nas).  Hidup sama seperti Kristus telah hidup berarti juga menjadi penurut-penurut Tuhan  (Efesus 5:1).

     Kata  'penurut'  (mimetai)  artinya peniru.  Orang percaya harus menjadi penurut-penurut Kristus:  mengikuti jejak-Nya, mencontoh dan menjadikan-Nya teladan utama dalam hidup, sama seperti anak yang harus meniru bapanya, sama seperti murid yang meneladani gurunya.  Adalah mutlak kita menjadi penurut-penurut Tuhan karena kita ini diciptakan serupa dan segambar dengan Tuhan  (Kejadian 1:26), maka sudah seharusnya kita mewarisi karakter Ilahi.  Tuhan berkata,  "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."  (Matius 5:48).  Paulus menegaskan,  "...kita semua...diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar."  (2 Korintus 3:18).  Petrus menghendaki,  "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus."  (1 Petrus 1:15-16).

     Hidup sama seperti Kristus hidup atau menjadi penurut Dia berarti kita hidup dalam kasih.  "...hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita..."  (Efesus 5:2).  Seperti kata pepatah bahwa buah jatuh tidak jauh dari pohonya, begitu juga anak-anak Tuhan harus mewarisi karakter Ilahi.  Rasul Yohanes menegaskan Tuhan adalah kasih  (1 Yohanes 4:8), karena itu kita juga harus hidup di dalam kasih.  Mengasihi harus menjadi gaya hidup kita!  Menjalani hidup sebagai manusia baru berarti harus membuang karakter manusia lama yang cenderung mementingkan diri sendiri, mengasihi diri sendiri, dan mengabaikan orang lain.  Hidup di dalam kasih berarti punya empati terhadap orang lain, mudah peduli, bahkan mau berkorban bagi orang lain, sebab hakekat kasih adalah memberi, bukan menerima.  "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima."  (Kisah 20:35b).  Orang percaya harus memiliki kasih dan mempraktekkannya dalam tindakan:  mengasihi sesama, termasuk musuh! 

Monday, January 18, 2021

HAL-HAL YANG HARUS KITA BUANG

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Januari 2021

Baca:  Efesus 4:17-32

"Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota. Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu..."  Efesus 4:25-26

Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus ini Rasul Paulus mengingatkan tentang hal-hal yang harus dibuang dari kehidupan orang percaya, di antaranya adalah:  1.  Dusta.  Yaitu semua perkataan dan perbuatan yang palsu, bohong, tidak benar, penuh tipu muslihat atau kecurangan.  Sebagai pengikut Kristus kita harus membuang jauh-jauh dusta.  Tuhan menghendaki kita untuk berkata benar dan berlaku benar, hidup sesuai dengan firman Tuhan.  Ketahuilah bahwa dusta adalah pekerjaan Iblis.  Alkitab menyatakan,  "Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta."  (Yohanes 8:44).  Maukah kita disebut anak-anak Iblis?  Kalau tidak mau disebut anak Iblis, berhentilah untuk berkata dusta.  Adalah keharusan bagi setiap orang percaya untuk menyatakan kebenaran, sebab status kita adalah orang-orang yang telah dibenarkan oleh darah Kristus!

     2.  Marah.  Sering dijumpai banyak orang Kristen gampang sekali marah, emosinya meledak-ledak.  Memang, Alkitab tidak pernah mencatat kita tidak boleh marah, tetapi  "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis."  (Efesus 4:26-27).  Kelolahlah emosi dan kemarahan sebaik mungkin, sebab kemarahan yang lepas kendali berdampak buruk, bukan hanya terhadap diri sendiri, tapi juga orang lain:  menyakiti orang lain dan merusak suatu hubungan. Betapa penting memiliki penguasaan diri  (salah satu buah Roh), sebab orang yang mudah sekali marah atau terpancing emosi, tanpa melihat sebab-musababnya, cenderung terdorong untuk menyerang dan menyakiti orang lain, membenarkan diri sendiri.  Inilah celah yang dimanfaatkan Iblis!

     Tapi, ada kemarahan yang justru diperlukan dalam kehidupan kekristenan, yaitu kemarahan terhadap dosa.  Ini kemarahan yang bersifat menegur dan memperingatkan, sebagai tanda kita tidak mau berkompromi dengan dosa.

Dusta dan kemarahan tak terkendali adalah dua hal penting yang harus dibuang!

Sunday, January 17, 2021

Rasul Petrus: Hidup Yang Diubahkan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Januari 2021

Baca:  Kisah Para Rasul 2:14-47

"Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa."  Kisah 2:41

Tuhan tidak memilih seseorang untuk dipakai menjadi alat kemuliaan-Nya berdasarkan kriteria-kriteria jasmaniah, seperti yang biasa orang dunia ukurkan, yaitu orang-orang yang punya kelebihan:  kaya, pintar, hebat, gagah, tampan, cantik, berpangkat, terkenal, dan sebagainya.  Justru Tuhan seringkali  "Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti,"  (1 Korintus 1:27-28), serta memilih orang-orang yang rendah hati, yang mau dibentuk dan percaya kepada-Nya.

     Petrus memiliki banyak kelemahan dan kekurangan, pernah menyangkal Tuhan sebanyak tiga kali, namun ia beroleh kesempatan kedua menebus kesalahan-kesalahan yang diperbuatnya, dan Tuhan berkenan memakai hidupnya.  Berita kebangkitan Kristus menjadi titik balik kebangkitan iman Petrus sehingga ia berkomitmen mendedikasikan hidup sepenuhnya bagi Kristus.  Begitu pula ketika beroleh kesempatan menyaksikan secara langsung Kristus naik ke sorga, Petrus semakin yakin dan percaya bahwa Kristus adalah Tuhan yang hidup dan berkuasa.  Sejak saat itu ia semakin bertekun di dalam doa, bergabung dengan murid-murid Tuhan yang lain dan orang-orang percaya lainnya untuk bersekutu bersama di rumah Tuhan.  Bahkan sesudah mengalami jamahan Roh Kudus di hari Pentakosta Petrus benar-benar berbeda:  semakin berani untuk bersaksi tentang Kristus dan keilahian-Nya, serta menyerukan pertobatan kepada semua orang.  Ketika mendengar khotbah Petrus banyak orang tertempelak hatinya, sehingga ada tiga ribu jiwa bertobat.

     Di mana pun Petrus melayani Tuhan, Roh Kudus turut bekerja, sehingga pelayanannya ditandai banyak mujizat:  orang lumpuh disembuhkan, bahkan Dorkas yang sudah meninggal dibangkitkan kembali.

Tiada yang mustahil bagi Tuhan!  Dia sanggup memakai siapa saja yang mau berubah dan percaya kepada-Nya!

Saturday, January 16, 2021

JAWABAN DOA: Sesuai Ukuran Iman

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Januari 2021

Baca:  Matius 9:27-31

"Lalu Yesus menjamah mata mereka sambil berkata: 'Jadilah kepadamu menurut imanmu.'"  Matius 9:29

Kita sering tidak mengerti mengapa banyak orang Kristen tidak mendapatkan jawaban, kelepasan atau pertolongan dari persoalan yang dialami, padahal mereka sudah tekun berdoa, rajin baca Alkitab, rajin beribadah dan bahkan sudah terlibat dalam pelayanan.  Apakah kuasa Tuhan sudah berkurang?  Apakah Tuhan tidak lagi mengasihi dan mempedulikan anak-anak-Nya?  Ada banyak faktor yang terkadang membuat Tuhan harus menjawab  'tidak'  atau Tuhan menjawab  'tunggu'  untuk doa-doa yang kita pinta.

     Bagaimana kelepasan, pemulihan dan kesembuhan itu terjadi atas dua orang buta yang mengikuti Tuhan Yesus?  Kedua orang buta itu berseru-seru kepada Tuhan,  "Kasihanilah kami, hai Anak Daud."  (Matius 9:27b).  Berseru-seru saja tidak dapat menyembuhkan!  Jika berseru-seru dan berdoa saja dapat menolong dan memulihkan keadaan kita, pasti banyak orang sudah memperoleh jawaban atas doanya, sebab Tuhan mengasihi semua orang dengan kasih yang sama.  Pertanyaan:  mengapa ada orang yang menerima jawaban, ada pula yang tidak?  Apakah Tuhan pilih kasih?  Tidak!  Ada rahasia yang dapat membuka pintu sorga untuk memberikan pertolongan kepada setiap kita yang memerlukannya.  "Setelah Yesus masuk ke dalam sebuah rumah, datanglah kedua orang buta itu kepada-Nya dan Yesus berkata kepada mereka: 'Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?' Mereka menjawab: 'Ya Tuhan, kami percaya.' Lalu Yesus menjamah mata mereka sambil berkata: 'Jadilah kepadamu menurut imanmu.'"  (Matius 28-29).  Jelas sekali Tuhan tidak berkata,  "Jadilah kepadamu menurut iman orang lain."

     Tuhan bertindak untuk memberikan pertolongan bukan tergantung pada pendeta atau hamba Tuhan yang mendoakan, tapi menurut ukuran iman kita masing-masing.  Tanpa didoakan oleh hamba Tuhan pun, jika kita punya iman dan berpegang teguh pada janji firman Tuhan, kita pasti memperoleh jawaban.  "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu."  (Lukas 17:6).

Selama kita masih ragu dan bimbang, pertolongan Tuhan takkan pernah kita peroleh, karena itu miliki iman yang teguh.