Saturday, March 31, 2018

Kematian Kristus: Kemenangan Orang Percaya

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Maret 2018

Baca:  Yohanes 19:28-30

"Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: 'Sudah selesai.' Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya."  Yohanes 19:30

Perihal kematian Kristus sesungguhnya telah dinubuatkan oleh nabi-nabi yang terdahulu.  Bapa yang memiliki rencana telah memberitahukan kepada para nabi-Nya apa yang akan dilakukan-Nya.  Seruan dalam Mazmur 22:2 yang mengatakan:  "Adalah seruan yang sama saat Kristus berada di kayu salib:  "'Eli, Eli, lama sabakhtani?' Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?"  (Matius 27:46).  Hal ini menunjukkan keterpisahan dengan Bapa oleh karena dosa-dosa manusia yang harus ditanggung oleh Kristus.  Dosa begitu mencengkeram manusia sehingga tak seorang pun dapat selamat dan Bapa memberikan jalan keluar untuk masalah terbesar  (dosa)  yang dihadapi oleh manusia ini melalui pengorbanan Putera-Nya sendiri.

     Pernyataan  "Sudah selesai"  (ayat nas)  adalah seruan kemenangan.  Kemenangan Kristus di bukit Golgota sesungguhnya telah diraih-Nya di taman Getsemani ketika Ia berkata:  "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi."  (Lukas 22:42).  Pergumulan berat Kristus menjelang pengorbanan-Nya di Kalvari membuat pembuluh darah-Nya pecah, sehingga  "Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah."  (Lukas 22:44b).  Namun pada akhirnya Kristus memenangkan pergumulan itu dengan menyerahkan diri-Nya sepenuhnya kepada kehendak Bapa.

     Melalui kematian Kristus ini belenggu dosa telah dihancurkan.  Hancurnya belenggu dosa dengan pengorbanan Kristus adalah harga yang teramat mahal.  Manusia menerima kemenangan dan kebebasan itu dengan cuma-cuma, tetapi Bapa membayarnya dengan harta terbesar yaitu Putera-Nya sendiri.  Kematian Kristus menjadi bukti kebenaran bahwa Ia telah membayar hutang dosa dengan lunas, agar karya keselamatan-Nya dianugerahkan bagi kita yang percaya.  "Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!"  (1 Korintus 6:20).

Rahasia kemenangan orang percaya terletak pada kematian Kristus, yang olehnya kita diselamatkan dan diperdamaikan dengan Bapa!

Friday, March 30, 2018

KEMATIAN KRISTUS: Kegelapan Tiga Jam

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Maret 2018

Baca:  Matius 27:45-56

"Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga."  Matius 27:45

Ketika Kristus disalibkan di atas Kalvari terjadi peristiwa yang sangat fenomenal yaitu terjadi kegelapan selama tiga jam.  Dalam teks bahasa Yunani, kata daerah yang dipakai itu adalah  'ge'  yang bisa diartikan negeri, juga bisa berarti bumi.  Jadi  "Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh bumi itu sampai jam tiga."  (ayat nas).  Di sepanjang sejarah umat manusia tidak pernah terjadi kasus seperti ini, yaitu kegelapan meliputi bumi pada siang hari pukul 12.00 hingga pukul 15.00.  Artinya sesuatu yang dahsyat terjadi pada saat kematian Kristus di Kalvari.

     Kata kalvari berasal dari kata Latin calvaria yang berarti tengkorak.  Bukit itu berupa batu besar yang berdiri dengan tinggi sekitar 45 kaki  (13,5m).  Nama bukit Tengkorak atau Golgota itu kemungkinan timbul dari tampilannya yang menyerupai tengkorak.  Tengkorak merupakan simbol kematian.  Kematian adalah hal yang biasa dan lumrah bagi manusia, tapi hanya ada satu kematian yang luar biasa yaitu Kristus, Putera Tunggal Bapa yang harus mati dengan cara tragis, yaitu digantung pada kayu salib.  Ini tidak bisa diterima oleh akal manusia sampai sekarang.  "...pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah."  (1 Korintus 1:18).

     Kegelapan meliputi bumi adalah gambaran tentang kuasa kegelapan yang berusaha untuk menutupi kuasa salib Kristus, namun hal itu tidak berlangsung lama, hanya selama tiga jam saja!  Dan ketika Kristus berseru kepada Bapa dan menyerahkan nyawa-Nya, peristiwa alam lain turut menyertai:  "Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit."  (Matius 27:51-52).  Kematian Kristus ini bukanlah kematian yang sia-sia, dan bukan pula karena Ia tak berdaya.  Sesungguhnya Kristus bisa saja memerintahkan para malaikat untuk turun dan menghancurkan musuh-musuh-Nya  (Matius 26:53), namun tak dilakukan-Nya...

Kristus rela menyerahkan nyawa-Nya untuk menggenapi rencana Bapa, dan kematian-Nya adalah puncak rencana Bapa menyelamatkan umat manusia!

Thursday, March 29, 2018

BERPERANG MELAWAN MUSUH (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Maret 2018

Baca:  Ulangan 20:1-20

"karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara."  Efesus 6:12

Patut diketahui bahwa kerajaan Iblis mempunyai sistem pemerintahan seperti yang ada pada pemerintahan suatu negara.  Kata pemerintah  (dalam bahasa Gerika Archas)  adalah untuk menyatakan suatu hirarki atau susunan organisasi pemerintahan sesuai dengan tingkat atau kedudukan.  Jadi dalam kerajaan Iblis pun ada yang disebut pemerintahan pusat yang memerintah ke seluruh penjuru dunia, ada penguasa yang ditempatkan pada setiap daerah tertentu atau roh-roh teritorial yang dibagi-bagi lagi dan dikepalai oleh penghulu-penghulunya, serta roh-roh jahat yang tersebar di mana-mana.  Kata penghulu dunia  (Gerika Kosmokratores)  berarti tuan-tuan atau penguasa zaman ini yang bertujuan untuk menjajah dan menguasai, baik itu manusia atau suatu daerah atau wilayah tertentu. 

     Karena kita berada di alam nyata maka kita tidak dapat melihat sepak terjang Iblis dan bala tentaranya dengan mata jasmani.  Padahal di alam roh Iblis tidak pernah diam dan istirahat,  "...si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya."  (1 Petrus 5:8).  Sekali ada celah atau kesempatan seketika itu Iblis akan menyerang.  Karena itu kita tidak boleh diam saja, lari atau menyembunyikan diri, tetapi kita diperintahkan untuk melawan.  "Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama."  (1 Petrus 5:9),  "...lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!"  (Yakobus 4:7).  Iblis harus dilawan dengan iman yang teguh, maka ia akan lari daripada kita.  Kalau kita diam saja dan tidak melawan, ia akan semakin merajalela.  Kita harus menjadi orang Kristen yang aktif untuk menyerang, bukan bersikap pasif atau sekedar bertahan saja.  Jika tidak, kita akan dimangsa dan ditelannya!

     Taktik Iblis adalah perang gerilya yaitu baru menyerang ketika lawan lengah.  Banyak orang Kristen tak mengenal taktik Iblis ini sehingga mereka tak punya sikap waspada dan berjaga-jaga!  Akhirnya mereka mudah diperdaya dan masuk jerat Iblis.

"Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis;"  Efesus 6:11

Wednesday, March 28, 2018

BERPERANG MELAWAN MUSUH (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Maret 2018

Baca:  Roma 6:15-23

"Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran?"  Roma 6:16

Ketika seseorang mengaku percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, ia beroleh anugerah keselamatan seperti tertulis:  "Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan."  (Roma 10:10).  Kini ia memiliki status baru yaitu diangkat sebagai anak-anak Tuhan  (Yohanes 1:12).  Saat itulah ia telah menyatakan diri sebagai musuh dari si Iblis.  Mengapa?  Sebab sebelum percaya dan diselamatkan oleh Kristus keberadaannya adalah hamba dosa, yang artinya Iblis menjadi tuannya.  Tetapi setelah percaya kepada Kristus ia dimerdekakan dari dosa dan diubahkan menjadi hamba kebenaran, maka Tuhan yang menjadi tuannya.  "Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu. Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran."  (Roma 6:17-18).  Iblis yang menjadi musuh dari segala kebenaran, kini berbalik memusuhinya.

     Ketika ditanya siapa musuh Saudara?  Tidak sedikit orang Kristen menjawab bahwa musuhnya adalah orang yang telah membakar gereja, orang yang menyakiti, orang yang sudah memfitnah dan menjelek-jelekkan, mertua yang supercerewet, suami yang sudah selingkuh, tetangga yang galak dan sebagainya.  Bukan!  Musuh kita bukanlah sesama manusia, tetapi musuh kita adalah Iblis, penguasa-penguasa di udara dan bala tentaranya.  "karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara."  (Efesus 6:12).

     Di zaman Perjanjian Lama bangsa Israel harus berperang melawan musuh-musuhnya yang terlihat secara fisik.  Berbeda pada zaman sekarang ini, kita yang adalah Israel-Israel rohani juga berperang melawan musuh yang tidak terlihat secara fisik, sebab kita berperang secara roh berhadapan dengan Iblis dan roh-roh jahat.

Inilah yang disebut peperangan rohani dan ini akan berlangsung setiap saat!

Tuesday, March 27, 2018

IBLIS SEBAGAI PENGHALANG DOA (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Maret 2018

Baca:  Daniel 10:1-21

"Hai engkau yang dikasihi, janganlah takut, sejahteralah engkau, jadilah kuat, ya, jadilah kuat!"  Daniel 10:19

Kamus Concise Oxford mendefinisikan doa sebagai permohonan yang sungguh-sungguh kepada Tuhan.  Dari pengalaman Daniel ini kita mendapatkan sebuah pelajaran berharga bahwa kesungguhan hati dalam berdoa adalah kunci untuk mendapatkan jawaban doa.  Daniel menunjukkan kesungguhannya dalam berdoa dengan disertai puasa.  Ada tertulis:  "dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka."  (2 Tawarikh 7:14).  Setiap doa yang dinaikkan dengan sungguh-sungguh dan penuh kerendahan hati  (sikap hati yang benar)  pasti akan didengar dijawab oleh Tuhan.

     Iblis sangat tidak suka kalau kita mendapatkan jawaban atau pertolongan dari Tuhan, karena itu ia berusaha sedemikian rupa untuk menghalangi berkat Tuhan itu turun, bahkan ia akan mengerahkan bala tentaranya  (penghulu-penghulu di udara)  untuk menghambat dan menghentikan jawaban doa yang sedang kita tunggu-tunggu, supaya kita berpikir bahwa Tuhan tidak mau mendengar dan memperhatikan doa kita.  Akhirnya kita mulai mengeluh, bersungut-sungut, kecewa dan marah kepada Tuhan.  Lalu kita tidak lagi sabar menantikan Tuhan dan mulai memutar otak untuk mencari pertolongan di luar Tuhan.  "Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari TUHAN."  (Yesaya 31:1).

     Jangan berhenti berdoa!  "Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh."  (Habakuk 2:3).  Jangan biarkan Iblis merampas berkat yang sudah menjadi hak kita!

"Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?"  Lukas 18:7

Monday, March 26, 2018

IBLIS SEBAGAI PENGHALANG DOA (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Maret 2018

Baca:  Daniel 10:1-21

"Pemimpin kerajaan orang Persia berdiri dua puluh satu hari lamanya menentang aku; tetapi kemudian Mikhael, salah seorang dari pemimpin-pemimpin terkemuka, datang menolong aku, dan aku meninggalkan dia di sana berhadapan dengan raja-raja orang Persia."  Daniel 10:13

Pasal 10 ini menceritakan tentang Daniel yang saat itu sedang melakukan puasa selama tiga minggu penuh atau 21 hari.  Kata puasa memiliki arti:  berpantang secara sukarela dari dari makanan dan minuman demi mencapai tujuan rohani tertentu.  Dalam berpuasa orang secara sengaja menghindarkan diri dari sebentuk pemuasan fisik dalam periode tertentu guna memperoleh tujuan rohani yang lebih besar.  Inilah yang dilakukan Daniel:  "...tiga minggu penuh: makanan yang sedap tidak kumakan, daging dan anggur tidak masuk ke dalam mulutku dan aku tidak berurap sampai berlalu tiga minggu penuh."  (Daniel 10:3).  Tujuannya adalah untuk mendapatkan pewahyuan secara khusus dari Tuhan.  Setelah melakukan puasa selama 21 hari akhirnya Daniel mendapatkan sebuah penglihatan:  seorang malaikat menghampirinya dan menyampaikan sebuah pesan dari Tuhan.  "Janganlah takut, Daniel, sebab telah didengarkan perkataanmu sejak hari pertama engkau berniat untuk mendapat pengertian dan untuk merendahkan dirimu di hadapan Allahmu, dan aku datang oleh karena perkataanmu itu."  (Daniel 10:12).

     Malaikat tersebut memberitahukan bahwa doa yang Daniel panjatkan kepada Tuhan sesungguhnya sudah didengar oleh Tuhan sejak hari pertama ia berdoa.  Tetapi mengapa Daniel baru memperoleh jawaban doanya setelah dua puluh satu hari?  Ternyata selama dua puluh satu hari terjadi peperangan di udara!  Malaikat yang diutus Tuhan untuk membawa jawaban doa dihadang oleh penguasa di udara yang menguasai daerah kerajaan Persia yang disebut pemimpin kerajaan orang Persia:  "Pemimpin kerajaan orang Persia berdiri dua puluh satu hari lamanya menentang aku;"  (Daniel 10:13).

     Yang dimaksud dengan pemimpin kerajaan orang Persia di sini bukanlah raja Koresy yang pada waktu itu menjabat sebagai raja atas kerajaan Persia  (Yunani), tetapi dia adalah penguasa kerajaan Iblis yang menguasai daerah Persia.  Sampai akhirnya datanglah malaikat yang bernama Mikhael untuk menolong.

Iblis adalah penghalang utama bagi orang percaya untuk memperoleh jawaban doa!

Sunday, March 25, 2018

JANGAN SEKALI-KALI MEMPERMAINKAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Maret 2018

Baca:  Galatia 6:1-10

"Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan."  Galatia 6:7a

Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang tak mengenal kata kompromi.  Karena itu firman-Nya memperingatkan dengan keras:  "Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat jahat; barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar; dan barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran; barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus menguduskan dirinya!"  (Wahyu 22:11).  Dengan kata lain Tuhan adalah Pribadi yang tidak dapat dipermainkan oleh siapa pun.  "...apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya."  (Galatia 6:7b).  Kalau manusia saja tidak ingin dirinya dipermainkan oleh sesamanya, apalagi Tuhan.  Mungkin banyak di antara kita yang bertanya dalam hati:  "Bagaimana mungkin aku mempermainkan Tuhan?"  Faktanya?  Seringkali tanpa sadar kita sudah dan terlalu sering mempermainkan Tuhan.

     Bukti nyata bahwa kita sering mempermainkan Tuhan adalah kita masih sering melakukan pelanggaran atau dosa.  Ada orang yang menyadari akan kesalahannya lalu segera minta ampun kepada Tuhan, seperti yang dilakukan Daud  (Mazmur 51).  Tuhan panjang sabar dan berlimpah kasih setia, sehingga ketika kita mengakui dosa-dosa kita dihadapan-Nya Dia pasti akan mengampuni dan menyucikan kita  (1 Yohanes 1:9).  Tetapi ada orang yang secara sengaja mempermainkan Tuhan:  sudah tahu kebenaran tapi secara sengaja berbuat dosa;  sudah tahu dosa dan bisa menolak dosa tetapi memilih untuk tetap berbuat dosa, tetap melanggar firman Tuhan.  Orang seperti inilah yang telah mempermainkan Tuhan dan jelas tidak akan ada pengampunan baginya.  "Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu."  (Ibrani 10:26).

     Kita juga disebut sedang mempermainkan Tuhan yaitu ketika kita menduakan Tuhan.  Sudah percaya Tuhan tetapi pada saat yang bersamaan kita masih percaya kepada ilah lain  (berhala, dukun, paranormal, feng shui, horoskop).  Perbuatan semacam ini membangkitkan cemburu dan sakit hati Tuhan.  "Mereka membangkitkan cemburu-Nya dengan allah asing, mereka menimbulkan sakit hati-Nya dengan dewa kekejian,"  (Ulangan 32:16).  Ini adalah kekejian dan kejahatan besar di mata Tuhan!

Hukuman sudah tersedia bagi orang-orang yang mempermainkan Tuhan!

Saturday, March 24, 2018

KEMALASAN: Melanggar Firman Tuhan (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Maret 2018

Baca:  Yosua 18:1-10

"Berapa lama lagi kamu bermalas-malas, sehingga tidak pergi menduduki negeri yang telah diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allah nenek moyangmu?"  Yosua 18:3

Ayat nas di atas adalah teguran Yosua terhadap tujuh suku di antara orang Israel yang belum mendapat bagian milik pusaka.  Padahal tanah Kanaan sudah diberikan Tuhan bagi mereka.  Berkat telah Tuhan sediakan bagi kita, tapi dari pihak kita juga harus ada usaha atau tindakan untuk meraihnya, jika tidak, maka berkat itu tidak akan pernah kita miliki.

     Di dalam diri setiap orang percaya pada hakikatnya ada maksud dan tujuan Ilahi, di mana Tuhan mempercayakan masing-masing kita sebuah tanggung jawab.  Artinya bahwa hidup ini adalah sebuah pertanggungjawaban, segala sesuatu yang sudah dipercayakan Tuhan pada saatnya harus kita pertanggungjawabkan di hadapan Dia.  Alkitab menggambarkan hal itu dalam perumpamaan tentang talenta  (Matius 25:14-30).  Ada yang diberi lima talenta, dua talenta dan satu talenta, dan itu menurut kesanggupannya.  Ketika hamba yang lain bekerja dan menjalankan uang yang dipercayakan oleh tuannya dengan giat, si hamba yang menerima satu talenta justru  "...pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya."  (Matius 25:18).  Terhadap hamba yang giat bekerja berkatalah si tuan:  "Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."  (Matius 25:30).

     Orang yang malas sampai kapan pun takkan pernah bisa mencapai target yang Tuhan kehendaki, karena ia tidak mengoptimalkan potensi yang telah Tuhan berikan.  Dalam kekekalan nanti orang-orang yang malas selama hidup di dunia akan mengalami kerugian yang tidakternilai.  Jadi sesungguhnya mals itu adalah suatu pelanggaran terhadap firman Tuhan, karena pada hakikatnya orang yang malas adalah orang yang telah meremehkan dan tidak menghargai potensi yang Tuhan telah taruh dalam dirinya.  Bisa dikatakan orang yang malas adalah orang yang telah merusak rancangan Tuhan sehingga tidak tergenapai dalam hidupnya.  Mana yang Saudara pilih?  "Pilihan-pilihan kitalah yang menunjukkan siapa diri kita sebenarnya."  (JK Rowling).

"Orang yang bermalas-malas dalam pekerjaannya sudah menjadi saudara dari si perusak."  Amsal 18:9

Friday, March 23, 2018

KEMALASAN: Melanggar Firman Tuhan (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Maret 2018

Baca:  Efesus 2:1-10

"Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya."  Efesus 2:10

Alkitab dengan tegas menyatakan bahwa kita diselamatkan karena kasih karunia  (anugerah)  melalui iman, bukan karena hasil usaha, perbuatan, atau pekerjaan kita  (Efesus 2:8-9).  Setelah beroleh anugerah keselamatan ini setiap kita memiliki tanggung jawab yaitu melakukan pekerjaan baik yang telah Tuhan persiapkan sebelumnya.  Mengapa?  sebab  "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati."  (Yakobus 2:17).  Dan Tuhan bukan hanya ingin kita melakukan pekerjaan baik, tetapi Ia sendiri telah mempersiapkan pekerjaan baik tersebut.  "Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya."  (ayat nas).  Bagian kita adalah kita hidup di dalamnya.

     Apa yang dimaksudkan Tuhan dengan pekerjaan baik itu?  Rasul Paulus berkata,  "...tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan,"  (Filipi 2:12-14).  Wujud respons kita atas keselamatan yang telah kita terima adalah melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh dan berusaha untuk hidup tidak bercela.  Tuhan Yesus berkata,  "Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap,"  (Yohanes 15:8, 16).  Kata pergi dan berbuah banyak menunjukkan sebuah tindakan yang aktif, bukan pasif.  Dengan kata lain Tuhan menghendaki kita menjadi anak-anak-Nya yang giat bekerja melayani Dia, bukan bermalas-malasan.

     Orang yang giat adalah orang yang bersungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaan.  Dan kebalikannya, pemalas adalah orang yang tidak giat bekerja atau tidak bersungguh-sungguh dalam melakukan suatu pekerjaan.

Alkitab menyatakan bahwa orang yang berlaku malas itu disebut sebagai orang yang jahat di pemandangan mata Tuhan!  (Matius 25:26).

Thursday, March 22, 2018

PERUBAHAN NEGATIF: Menuju Kehancuran

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Maret 2018

Baca:  Yeremia 2:20-28

"Namun Aku telah membuat engkau tumbuh sebagai pokok anggur pilihan, sebagai benih yang sungguh murni. Betapa engkau berubah menjadi pohon berbau busuk, pohon anggur liar!"  Yeremia 2:21

Perubahan adalah hal yang tak bisa dihindari oleh semua orang.  Suka atau tidak suka, siap atau tidak siap semua orang pasti akan menghadapi dan mengalami perubahan, baik itu perubahan secara otomatis  (alamiah)  dan juga perubahan karena upaya.  Perubahan otomatis  (alamiah)  adalah perubahan-perubahan biasa, seperti bertambahnya usia yang secara otomatis disertai dengan perubahan fisik:  dari bayi bertumbuh menjadi kanak-kanak, remaja, dewasa dan akhirnya menjadi tua.  Perubahan karena upaya adalah perubahan yang terjadi karena ada upaya dari pihak kita untuk berubah, atau karena dorongan atau pengaruh dari pihak luar.  Perubahan tersebut bisa bersifat positif atau negatif.  "Perubahan tidak akan pernah terjadi jika kita terus menunggu waktu atau orang yang tepat.  Kita adalah perubahan itu sendiri."  (Barrack Obama).

     Melalui Yeremia Tuhan mengungkapkan kekecewaan-Nya terhadap bangsa Israel, yang adalah bangsa pilihan-Nya.  Betapa Tuhan telah mengasihi mereka sedemikian rupa:  merawat, memelihara, menjaga dan melindungi mereka dengan harapan supaya mereka dapat tumbuh menjadi pokok anggur pilihan dan berbuah lebat.  Yang terjadi apa?  Mereka tumbuh menjadi pohon yang berbau busuk, menghasilkan buah yang masam dan semakin liar.  Artinya mereka telah menunjukkan perubahan yang negatif.  Bahkan mereka telah meninggalkan Tuhan:  "...mengikuti dewa kesia-siaan, sampai mereka menjadi sia-sia? ...Aku telah membawa kamu ke tanah yang subur untuk menikmati buahnya dan segala yang baik dari padanya. Tetapi segera setelah kamu masuk, kamu menajiskan tanah-Ku; tanah milik-Ku telah kamu buat menjadi kekejian."  (Yeremia 2:5, 7).

     Kehidupan Kristen yang normal adalah kehidupan yang mengalami perubahan:  dari Kristen  'kanak-kanak'  menjadi Kristen dewasa rohani, dari kehidupan lama menjadi kehidupan baru, dan semakin berubah ke arah Kristus.  Kalau perubahan itu perubahan negatif, seperti pohon yang tidak berbuah, cepat atau lambat, kita pasti akan ditebang.

"Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya."  2 Korintus 5:9