Saturday, August 31, 2019

PERGUMULAN HIDUP ORANG BENAR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Agustus 2019

Baca:  Mazmur 42:1-12

"Air mataku menjadi makananku siang dan malam, karena sepanjang hari orang berkata kepadaku: 'Di mana Allahmu?'"  Mazmur 42:4

Menjalani hidup sebagai pengikut Kristus di tengah-tengah dunia yang jahat adalah sebuah proses ujian iman.  Mengapa?  Karena banyak orang yang tidak suka dan benci terhadap orang percaya.  Tentang hal itu Alkitab sudah menyatakannya:  "Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku;"  (Matius 10:22).  Jadi, bukan hal yang mengejutkan lagi bila orang percaya seringkali mendapatkan perlakuan yang kurang mengenakkan, ditindas, dicemooh, diintimidasi, dan diperlakukan tidak adil.  Hal itulah yang seringkali membuat jiwa kita sangat tertekan.

     Pergumulan hidup yang berat ini pun dialami oleh bani Korah!  Bani Korah adalah keturunan anak-anak Korah bin Yizhar bin Kehat bin Lewi, yang melayani di Kemah Suci sebagai penjaga-penjaga pintu masuk Kemah  (1 Tawarikh 9:19)  dan tim pemuji Tuhan  (2 Tawarikh 20:19).  Mereka mengalami tekanan yang luar biasa dari orang-orang fasik yang tak pernah berhenti untuk mencela, melemahkan, menekan dan mencemooh,  "Seperti tikaman maut ke dalam tulangku lawanku mencela aku, sambil berkata kepadaku sepanjang hari: 'Di mana Allahmu?'"  (Mazmur 42:11).  Suatu pengakuan jujur dari bani Korah yang jiwanya begitu tertekan sehingga ia pun menumpahkan keluh-kesahnya kepada Tuhan,  "Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku! Jiwaku tertekan dalam diriku, sebab itu aku teringat kepada-Mu dari tanah sungai Yordan dan pegunungan Hermon, dari gunung Mizar."  (Mazmur 42:6-7).  Meski demikian bani Korah tidak mau larut dalam keputusasaan dan kepedihan hati yang berkepanjangan, tak mau dikalahkan oleh situasi yang ada.  Mereka tetap berharap kepada Tuhan dan mengingat-ingat kasih setia Tuhan.

     Tak kuat hadapi tekanan hidup yang berat, banyak orang kehilangan semangat dan frustasi!  Inilah saat-saat yang dimanfaatkan Iblis untuk mendakwa dan mengalihkan fokus hidup kita untuk tidak memandang kepada Tuhan dan segala kebaikan-Nya!

Tuhan itu bagi kita...sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti!  (Mazmur 46:2).

Friday, August 30, 2019

TUHAN SANGGUP MENYEMBUHKAN SAKITMU

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Agustus 2019

Baca:  Mazmur 30:1-13

"TUHAN, Allahku, kepada-Mu aku berteriak minta tolong, dan Engkau telah menyembuhkan aku."  Mazmur 30:3

Di hadapan umat pilihan Tuhan  (bangsa Israel), Tuhan sendiri menyatakan diri-Nya sebagai Jehova Rapha, Tuhan yang menyembuhkan.  Demikianlah firman Tuhan,  "Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telingamu kepada perintah-perintah-Nya dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya, maka Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit manapun, yang telah Kutimpakan kepada orang Mesir; sebab Aku Tuhanlah yang menyembuhkan engkau."  (Keluaran 15:26).  Kesembuhan yang Tuhan sediakan bagi umat-Nya bukan hanya kesembuhan secara fisik, melainkan juga mencakup kesembuhan secara rohani yang berupa pengampunan dosa.  Tapi sayang, begitu banyak orang Kristen yang menganggap bahwa kesembuhan dari Tuhan adalah cerita usang di Alkitab, dan di masa sekarang kesembuhan hanya diperoleh melalui penanganan medis atau dokter.

     Dengar baik-baik!  Tuhan yang memberikan kesembuhan kepada umat-Nya di zaman Alkitab, adalah Tuhan yang sama yang kuasa-Nya tidak pernah berubah dari dahulu, sekarang, sampai selama-lamanya.  Alkitab menyatakan bahwa melalui pengorbanan Kristus di kayu salib segala kutuk dosa telah dipatahkan, dan salah satu kutuk dosa itu adalah sakit-penyakit.  "Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh."  (1 Petrus 2:24),  "Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita."  (Matius 8:17).

     Karena itu tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mempersembahkan korban syukur kepada Tuhan, seperti yang Daud lakukan:  "Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu,"  (Mazmur 103:2-3).  Bagi Saudara yang saat ini sedang terbaring tak berdaya di tempat tidur karena sakit-penyakit, arahkan pandangan Saudara kepada Tuhan, yang adalah Dokter di atas segala dokter, Sang Tabib yang ajaib.

"Sebab Aku akan mendatangkan kesembuhan bagimu, Aku akan mengobati luka-lukamu, demikianlah firman TUHAN,"  Yeremia 30:17

Thursday, August 29, 2019

GOLONGAN DOMBA ATAU KAMBING

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Agustus 2019

Baca:  Matius 25:31-46

"...Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya."  Matius 25:33

Alkitab menyatakan bahwa pada hari penghakiman kelak, apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, semua manusia dari berbagai suku bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya.  Saat itulah Tuhan akan membagi mereka ke dalam dua kelompok besar yaitu kelompok domba dan kelompok kambing.  Ini berbicara tentang pemisahan antara orang benar dan orang yang berlaku fasik!  Sama seperti perumpamaan ini:  lalang di antara gandum  (Matius 13:36-43);  pukat, dimana akan terjaring ikan baik dan ikan yang tidak baik  (Matius 13:47-50);  hamba setia dan hamba jahat  (Matius 24:45-51);  gadis bijaksana dan gadis bodoh  (Matius 25:1-13).

     Adapun kelompok  'domba'  adalah mereka yang setia kepada Tuhan dan taat melakukan firman Tuhan di semasa hidup.  Upah dari ketaatan mereka adalah diberkati oleh sang Raja dan disediakan tempat yang terbaik.  "Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan."  (Matius 25:34).  Sebaliknya, mereka yang tergolong  'kambing'  adalah yang semasa hidupnya tidak mau taat melakukan kehendak Tuhan.  "...setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal,"  (Ibrani 2:2b)  yaitu penghukuman kekal.  Dalam kemurkaan-Nya sang Raja berkata,  "Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya."  (Matius  25:41).

     Sadarilah bahwa kita sedang hidup di masa-masa akhir, suatu masa di mana akan terjadi penuaian besar, karena  "Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat. Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman."  (Matius 13:39-40).  Siapakah kita menghadapi masa penuaian tersebut?  "Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan."  (Matius 3:12).

Marilah kita semakin giat mengerjar perkara-perkara rohani agar kita tidak tertinggal.

Wednesday, August 28, 2019

JANGAN MENCURI KEMULIAAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Agustus 2019

Baca:  Kisah Para Rasul 12:20-23

"Dan seketika itu juga ia ditampar malaikat Tuhan karena ia tidak memberi hormat kepada Allah; ia mati dimakan cacing-cacing."  Kisah 12:23

Di zaman sekarang ini ada banyak orang yang haus akan pujian dan sanjungan dari sesamanya.  Fenomena ini tidak hanya terjadi di dunia luar, di kalangan umat Tuhan pun tak jauh berbeda.  Betapa banyak orang Kristen yang menamakan diri  'pelayan Tuhan atau hamba Tuhan'  merasa diri lebih suci atau lebih rohani.  Segala sesuatu yang dilakukan selalu mengatasnamakan Tuhan, sehingga umat pun mengelu-elukan mereka dan meninggalkan mereka.  Apa yang mereka katakan dianggapnya sebagai suara dari Tuhan dan apa yang diperintahkan dianggapnya sebagai perintah dari Tuhan.

     Boleh saja kita mengangumi atau mengidolakan seorang hamba Tuhan atau pemimpin rohani, asalkan kita tidak memberikan pujian kepada mereka secara berlebihan, mengultuskan hamba Tuhan.  Bila hamba Tuhan tersebut tidak kuat menerima pujian, ia akan cenderung lupa diri.  Mereka lupa bahwa jika mereka berhasil dalam pelayanan, itu semua karena campur tangan Tuhan, kuasa Tuhan yang bekerja, dan kita ini hanyalah alat-Nya saja.  Karena itu jangan sekali-kali kita memegahkan diri, merasa diri hebat, dan kemudian membusungkan dada.  Herodes adalah contoh orang yang lupa diri dan gila penghormatan dari manusia, seperti dikisahkan:  "Dan pada suatu hari yang ditentukan, Herodes mengenakan pakaian kerajaan, lalu duduk di atas takhta dan berpidato kepada mereka. Dan rakyatnya bersorak membalasnya: 'Ini suara allah dan bukan suara manusia!'"  (Kisah 12:21-22).  Rakyat begitu mengelu-elukan Herodes dan menganggap dia sama dengan Tuhan.  Tentu saja hal ini membuat Herodes menjadi sangat tersanjung dan berbangga diri.  Akibatnya sangat fatal  (ayat nas).

     Berbeda dengan Paulus dan Barnabas!  "Ketika orang banyak melihat apa yang telah diperbuat Paulus, mereka itu berseru dalam bahasa Likaonia: 'Dewa-dewa telah turun ke tengah-tengah kita dalam rupa manusia.' Barnabas mereka sebut Zeus dan Paulus mereka sebut Hermes, karena ia yang berbicara."  (Kisah 14:11-12).  Mendengar hal itu Paulus dan Barnabas menegur mereka,  "Hai kamu sekalian, mengapa kamu berbuat demikian? Kami ini adalah manusia biasa sama seperti kamu."  (Kisah 14:15a).

Tuhan saja yang layak dipuji dan dimuliakan, sebab semuanya berasal dari-Nya.

Tuesday, August 27, 2019

SERING MEREMEHKAN HAL KECIL

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Agustus 2019

Baca:  2 Raja-Raja 4:1-7

"Berkatalah perempuan itu: 'Hambamu ini tidak punya sesuatu apapun di rumah, kecuali sebuah buli-buli berisi minyak.'"  2 Raja-Raja 4:2

Adalah sifat manusia bila seringkali menganggap remeh hal-hal kecil karena dianggap kurang berarti, kurang berguna.  Fokus dan perhatian manusia semata-mata tertuju kepada hal-hal yang besar.  Akhirnya banyak orang menempuh jalan instan dengan menghalalkan segala cara demi menggapai hal-hal yang besar, tanpa mau berjuang dari bawah atau memulai dari hal-hal yang kecil.  Perhatikan!  Alkitab mencatat banyak peristiwa dahsyat terjadi dan mujizat Tuhan dinyatakan bermula dari hal-hal kecil dan sepele.  Contoh:  Tuhan sanggup memberi makan 5000 orang laki-laki, belum termasuk perempuan dan anak, hanya dengan 5 roti dan 2 ikan, yang menurut pemikiran manusia tidak ada artinya.

     Ada kisah seorang wanita yang ditinggal suaminya mengalami persoalan besar karena punya hutang banyak, dan penagih hutang akan mengambil kedua anaknya untuk dijadikan budak sebagai ganti utang.  Janda ini pun mengadukan permasalahan hidupnya kepada Elisa  (nabi Tuhan).  Bertanyalah Elisa kepada janda itu apa yang ia punyai di rumah.  "Hambamu ini tidak punya sesuatu apapun di rumah, kecuali sebuah buli-buli berisi minyak."  (ayat nas).  Jawaban janda ini menyiratkan bahwa ia tak punya sesuatu yang berarti, kecuali sebuah buli-buli berisi minyak.  Menurut pandangan manusia, minyak dalam buli-buli yang sedikit itu tak sebanding dengan besarnya masalah.  Namun cara pandang Elisa berbeda, yang melihat bahwa sebuah buli-buli berisi minyak bisa menjadi sarana bagi Tuhan untuk melakukan perkara-perkara besar.  Karena itu Elisa memberikan perintah,  "Pergilah, mintalah bejana-bejana dari luar, dari pada segala tetanggamu, bejana-bejana kosong, tetapi jangan terlalu sedikit."  (2 Raja-Raja 4:3).

     Banyak orang Kristen gagal karena melihat besarnya masalah, fokus pada keterbatasan.  Jangan anggap remeh hal kecil!  "Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, --maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu."  (Matius 17:20).

Jangan batasi kuasa Tuhan dengan keterbatasan yang ada, karena Dia Mahasanggup.

Monday, August 26, 2019

HATI YANG MUDAH HANCUR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Agustus 2019

Baca:  Mazmur 51:1-21

"Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!"  Mazmur 51:13

Ada perbedaan yang mencolok antara pribadi Saul dan Daud.  Salah satunya adalah, Saul tidak pernah berjiwa besar untuk mengakui kesalahan, tidak pernah merasa menyesal ketika melakukan sebuah pelanggaran, melainkan selalu berkilah dengan menyalahkan situasi atau menyalahkan orang lain.  Ini berbeda sekali dengan Daud!  Hati Daud selalu terbuka untuk teguran dan koreksi.  Ketika sadar telah melakukan kesalahan, ia segera datang kepada Tuhan, mengakui dengan jujur kesalahan yang telah diperbuatnya, memohon pengampunan kepada Tuhan dan bertobat, tanpa pernah menutup-nutupi kesalahannya, membenarkan diri sendiri ataupun menyalahkan orang lain.

     Mazmur 51 ini diakui sebagai pengakuan dosa Daud ketika nabi Natan membeberkan dosa perzinahannya dengan Batsyeba dan juga pembunuhan terselubung yang diperbuatnya terhadap Uria.  Ketika ditegur keras oleh nabi Natan, Daud pun tidak mengelak, tapi mengakuinya dengan jujur:  "Aku sudah berdosa kepada TUHAN."  (2 Samuel 12:13).  Setelah itu ia tidak lagi melakukan dosa yang sama, itulah pertobatan yang sesungguhnya.  Dengan penuh penyesalan Daud berdoa,  "Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!"  (Mazmur 51:3).  Pula, ketika diperingatkan karena memegahkan diri dengan menghitung jumlah prajuritnya, segeralah Daud menyadari kesalahannya di hadapan Tuhan.  "Aku telah sangat berdosa karena melakukan hal ini; maka sekarang, TUHAN, jauhkanlah kiranya kesalahan hamba-Mu, sebab perbuatanku itu sangat bodoh."  (2 Samuel 24:10).

     Betapa banyak orang Kristen yang berlaku seperti Saul, yaitu sulit sekali mengakui kesalahannya, tapi mudah sekali melihat selumbar di mata orang lain  (Matius 7:3);  mereka tak mau dikoreksi dan malah membenarkan diri sendiri;  mereka menyembunyikan dosa dan kesalahannya dengan rapat dan tetap hidup dalam kepura-puraan.  Perhatikan!  "Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi." (Amsal 28:13).

"Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah." Mazmur 51:19

Sunday, August 25, 2019

PERLINDUNGAN TUHAN ATAS ORANG BENAR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Agustus 2019

Baca:  Mazmur 91:1-16

"Walau seribu orang rebah di sisimu, dan sepuluh ribu di sebelah kananmu, tetapi itu tidak akan menimpamu."  Mazmur 91:7

Mazmur 91 ini berbicara tentang jaminan perlindungan Tuhan bagi orang percaya.  Orang percaya yang bagaimana?  Jaminan perlindungan Tuhan hanya tersedia bagi orang percaya yang hidup melekat dengan Tuhan.  Melekat dengan Tuhan berarti bergaul karib dengan Tuhan, seperti ranting yang melekat pada pokok anggur.  Inilah syarat mutlak untuk kita dapat mengalami janji perlindungan Tuhan ini.  Dikatakan:  "Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa akan berkata kepada TUHAN: 'Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai.'"  (Mazmur 91:1-2).  'Orang yang duduk dan bermalam'  memiliki makna:  orang yang mau menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak Tuhan dan berusaha untuk hidup benar di hadapan Tuhan setiap hari.

     Hidup melekat dengan Tuhan dan bergaul karib dengan-Nya menyiratkan adanya kehendak diri yang sudah ditaklukkan bagi Tuhan.  Sama seperti ranting yang harus  'dibersihkan'  supaya dapat berbuah lebat.  Ini adalah proses yang tidak mudah, butuh pendisiplinan diri dari hari ke sehari, karena  "...roh memang penurut, tetapi daging lemah."  (Matius 26:41).  Bila kita tidak hidup melekat dengan Tuhan dan bergaul karib dengan Dia secara konsisten, maka kita juga tidak akan penuh menikmati janji-janji Tuhan itu.  Ada bagian yang harus kita kerjakan, maka Tuhan akan mengerjakan bagian-Nya.  Pernyataan pemazmur bahwa Tuhan adalah Yang Mahatinggi adalah penegasan bahwa Tuhan lebih besar daripada ancaman apa saja yang kita hadapi;  Yang Mahakuasa adalah untuk menekankan bahwa kuasa-Nya sanggup mengalahkan dan membinasakan semua musuh.  Bahkan,  "...malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu."  (Mazmur 91:11).  Tuhan mengutus malaikat-Nya untuk mengawasi, menjaga, dan melindungi orang benar-Nya.

     Selama kita tinggal dekat Tuhan dan hidup seturut dengan kehendak Tuhan, maka tak ada yang perlu ditakutkan, karena ada jaminan perlindungan dari Tuhan.

"Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya..."  Mazmur 91:15

Saturday, August 24, 2019

PENTINGNYA HIKMAT BAGI ORANG PERCAYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Agustus 2019

Baca:  Amsal 2:1-22

"Karena hikmat akan masuk ke dalam hatimu dan pengetahuan akan menyenangkan jiwamu; kebijaksanaan akan memelihara engkau, kepandaian akan menjaga engkau"  Amsal 2:10-11

Secara umum kata  'hikmat'  (Inggris:  wisdom)  memiliki arti:  suatu pengertian dan pemahaman yang dalam mengenai orang, barang, kejadian atau situasi, yang menghasilkan kemampuan untuk menerapkan persepsi, penilaian dan perbuatan sesuai pengertian tersebut.  Hikmat adalah hal yang sangat penting yang harus dimiliki oleh setiap anak-anak Tuhan,  sebab  "...hikmat lebih berharga dari pada permata, apapun yang diinginkan orang, tidak dapat menyamainya."  (Amsal 8:11).  Dengan hikmat, orang dimampukan untuk membuat keputusan dengan benar, dapat membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak.

     Daud adalah contoh orang yang penuh hikmat.  Karena hikmatnya ini Daud mampu menjadi pemimpin yang benar-benar dikagumi oleh rakyatnya seperti tertulis:  "...perkataan tuanku raja tentulah akan menenangkan hati, sebab seperti malaikat Allah, demikianlah tuanku raja, yang dapat membeda-bedakan apa yang baik dan jahat. Dan TUHAN, Allahmu, kiranya menyertai tuanku."  (2 Samuel 14:17).  Hikmat mulai berkembang di dalam diri Daud sejak ia masih muda, kala ia berada di padang menggembalakan kawanan domba.  Di situlah Daud banyak belajar tentang bagaimana harus memimpin, membimbing, dan menuntun domba-dombanya.  "Ia menggembalakan mereka dengan ketulusan hatinya, dan menuntun mereka dengan kecakapan tangannya."  (Mazmur 78:72).  Begitu pula saat melayani di istana Saul, dengan hikmat yang dimiliki, Daud mampu mengerjakan semua tugas yang dipercayakan kepadanya dengan sangat baik.

     Dari manakah Daud beroleh hikmat?  Hikmat yang dimiliki Daud adalah buah dari persekutuannya yang karib dengan Tuhan dan ketekunannya dalam merenungkan firman Tuhan di sepanjang hidupnya.  "Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari. Perintah-Mu membuat aku lebih bijaksana dari pada musuh-musuhku, sebab selama-lamanya itu ada padaku. Aku lebih berakal budi dari pada semua pengajarku, sebab peringatan-peringatan-Mu kurenungkan."  (Mazmur 119:97-99).

Pemazmur hikmat adalah takut akan Tuhan!  Dari Tuhanlah hikmat diperoleh.

Friday, August 23, 2019

JANGAN LARI DARI TANGGUNG JAWAB

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Agustus 2019

Baca:  1 Samuel 10:17-27

"'Kamu lihatkah orang yang dipilih TUHAN itu? Sebab tidak ada seorangpun yang sama seperti dia di antara seluruh bangsa itu.'" Lalu bersoraklah seluruh bangsa itu, demikian: 'Hidup raja!'"  1 Samuel 10:24

Dipercaya Tuhan untuk mengerjakan suatu tugas pelayanan adalah anugerah, suatu berkat yang tak ternilai, karena tak semua orang beroleh kepercayaan.  Dipercaya berarti diberi mandat atau tanggung jawab, dan itu untuk dikerjakan atau dilaksanakan.  Apabila ada orang yang dipercaya untuk suatu tugas, tapi ia lari dari tanggung jawab tersebut, berarti ada kemungkinan orang itu tidak siap secara mental untuk mengemban tugas yang dipercayakan kepadanya, atau orang itu memandang remeh tugas tersebut.

     Sikap inilah yang ditunjukkan oleh Saul!  Ketika segenap umat Israel berkumpul untuk memilih seorang raja dengan membuang undi, maka Samuel  "...menyuruh segala suku Israel tampil ke muka, maka didapati suku Benyamin. Sesudah itu disuruhnyalah suku Benyamin tampil ke muka menurut kaum keluarganya, maka didapati kaum keluarga Matri. Akhirnya disuruhnyalah kaum keluarga Matri tampil ke muka seorang demi seorang, maka didapati Saul bin Kish."  (1 Samuel 10:20-21).  Hasilnya?  Terpilihlah Saul.  Namun pada saat nama Saul dipanggil agar berada di tengah-tengah mereka, ia tidak berada di tempat, melainkan bersembunyi di antara barang-barang, seperti tertulis:  "Tetapi ketika ia dicari, ia tidak diketemukan. Sebab itu ditanyakan pulalah kepada TUHAN: 'Apa orang itu juga datang ke mari?' TUHAN menjawab: 'Sesungguhnya ia bersembunyi di antara barang-barang.'"  (1 Samuel 10:21b-22).

     Sikap dan tindakan yang Saul tunjukkan dengan bersembunyi ini merupakan suatu tindakan bodoh dan kekanak-kanakan.  Sikap lari dari tanggung jawab inilah yang pada akhirnya selalu diperbuat oleh Saul di sepanjang hidupnya.  Ketika melakukan suatu kesalahan ia enggan mengakuinya, tapi cenderung menyalahkan orang lain atau mengambinghitamkan orang lain.  Bukankah banyak orang percaya punya sikap seperti Saul ini?  Mudah sekali lari dari panggilan Tuhan dengan berbagai dalih:  sibuk, merasa tidak siap.  Ketika melakukan kesalahan, kita enggan mengakuinya dengan jujur.

Lari dari tanggung jawab yang Tuhan percayakan adalah tanda orang tidak dewasa rohani.

Thursday, August 22, 2019

TETAP KUAT DI TENGAH ANCAMAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Agustus 2019

Baca:  Kisah Para Rasul 4:23-31

"Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk memberitakan firman-Mu."  Kisah 4:29

Bagaimana perasaan Saudara ketika sedang dalam keadaan terancam?  Kita pasti merasakan ketidaktenangan, tidak nyaman, tersiksa, dan terus dihantui oleh rasa takut.  Arti kata  'ancaman' adalah menyatakan maksud  (niat, rencana)  untuk melakukan sesuatu yang merugikan, menyulitkan, menyusahkan, atau mencelakakan pihak lain;  memberi pertanda atau peringatan mengenai kemungkinan malapetaka yang bakal terjadi.  Ancaman bisa berupa tekanan, intimidasi, aniaya, krisis ekonomi, kesehatan yang terganggu, keluarga yang sedang di ambang kehancuran, dan sebagainya.

     Karena mengerjakan panggilan Tuhan sebagai pemberita Injil, Petrus dan Yohanes, juga murid-murid yang lain, harus mengalami ancaman dari para pemimpin Yahudi, tua-tua dan ahli-ahli Taurat.  Inilah harga yang harus dibayar seorang pemberita Injil yaitu menghadapi berbagai ancaman dan nyawa menjadi taruhannya.  Bagaimana sikap kita ketika sedang diperhadapkan dengan ancaman di berbagai bidang kehidupan?  1.  Kuatkan percaya Saudara kepada Tuhan.  Saat dalam keadaan terjepit dan nyawanya terancam di Ziklag, apa yang Daud lakukan?  "...menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN,"  (1 Samuel 30:6b).  Adalah sia-sia menaruh kepercayaan kepada semua yang ada di dunia ini.  Percayalah hanya kepada satu Pribadi yaitu Kristus Sang Juruselamat, sebab  "...keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."  (Kisah 4:12).  Tuhanlah tempat perlindungan yang teguh bagi kita.

     2.  Pegang teguh janji firman Tuhan.  Tinggal di dalam firman Tuhan  (taat)  adalah kunci menggerakkan hati Tuhan untuk bertindak menolong kita.  "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya."  (Yohanes 15:7).  Perkataan firman Tuhan dengan iman:  "...firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya."  (Yesaya 55:11).

Tuhan ada di pihak orang benar!  Tak perlu takut menghadapi ancaman apa pun!