Tuesday, July 31, 2018

SEORANG MUDA YANG DIPAKAI TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Juli 2018

Baca:  2 Timotius 2:1-13

"Perhatikanlah apa yang kukatakan; Tuhan akan memberi kepadamu pengertian dalam segala sesuatu."  2 Timotius 2:7

Kehidupan anak-anak muda di jaman now ini selalu identik dengan hura-hura, gaya hidup bebas, ugal-ugalan, gaul dan enerjik.  Benarkah?  Tidak semuanya.  Ada banyak anak muda di negeri ini yang di masa kemudaannya justru memiliki prestasi yang dapat dibanggakan.  Contohnya:  Anthony Sinisuka Ginting, pebulutangkis muda Indonesia ini sudah mampu mengharumkan nama Indonesia dengan meraih gelar di kejuaraan bulutangkis kelas Superseries Korea Open 2017 dan Daihatsu Indonesia Master 2018.  Namun ada sebagian anak muda yang justru terpuruk dalam pergaulan yang menjerumuskan:  memakai narkoba, pesta miras, terlibat dugem dan bahkan berani melakukan seks bebas.  Ironis sekali!  Itulah fenomena kehidupan anak muda.

     Di dalam Perjanjian Baru ada anak muda yang sudah dipakai Tuhan secara luar biasa dalam melayani pekerjaan-Nya, yaitu Timotius.  Di usianya yang masih relatif muda Timotius sudah dipercaya Tuhan untuk menjadi pemimpin jemaat di Efesus.  Ini merupakan salah satu penggenapan dari janji Tuhan, seperti yang dikatakan oleh Petrus dalam khotbahnya di hari Pentakosta:  "Akan terjadi pada hari-hari terakhir--demikianlah firman Allah--bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi."  (Kisah 2:17).  Atas petunjuk dan pimpinan Tuhan rasul Paulus memilih Timotius untuk mengerjakan tanggung jawab pelayanan yang dipercayakan Tuhan kepadanya:  "Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu."  (2 Timotius 1:6).

     Hidup dipakai Tuhan di usia muda itu ada harga yang harus dibayar.  Karena itu rasul Paulus tak henti-hentinya berdoa untuk Timotius dan mendorongnya agar tidak mudah putus asa:  "Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu."  (1 Timotius 4:12).

Usia muda adalah kesempatan emas untuk melakukan yang terbaik bagi Tuhan!

Monday, July 30, 2018

PENGHAMBAT MENGGAPAI IMPIAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Juli 2018

Baca:  Amsal 12:1-28

"Tangan orang rajin memegang kekuasaan, tetapi kemalasan mengakibatkan kerja paksa."  Amsal 12:24

Tak seorang pun manusia di dunia ini yang mau hidup dalam kegagalan dan kehancuran.  Sebaliknya semua orang pasti punya impian menjadi orang yang berhasil atau sukses di setiap bidang yang ditekuninya.  Namun untuk mewujudkan impian tersebut tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, semuanya perlu usaha ekstra, kerja keras dan perjuangan.  Ada kalimat bijak:  "Ciri orang yang akan sukses adalah mereka yang menghargai setiap kegagalan sebagai suatu proses yang harus dijalani.  Bukan mereka yang mengutuki kegagalan sebagai penghalang kesuksesan."

     Bila orang ingin berhasil dan sukses, maka ia tak boleh takut gagal dan jangan pernah takut untuk terus mencoba.  Semakin besar tantangan yang menghadang berarti semakin kita dibawa menuju kepada puncak.  Sebaliknya, jalan yang palng sedikit tantangannya adalah jalan seorang pecundang.  Ada beberapa hal yang harus diperhatikan yang seringkali menjadi penghambat bagi kita untuk menggapai impian:  1.  Keputusasaan.  Tuhan berfirman:  "Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya."  (Ibrani 10:38).  Orang yang mengundurkan diri adalah orang yang menyerah sebelum mencapai garis finis, atau orang yang berputus asa.  Keputusasaan seringkali menghampiri hidup seseorang ketika apa yang dilakukan selalu berujung pada kegagalan, sementara melihat orang lain tampak berhasil.  Saat itulah timbul rasa kecewa dan akhirnya ia pun menjadi putus asa dan enggan untuk mencoba lagi.

     2.  Kemalasan.  Sampai kapan pun orang yang malas tidak akan pernah berhasil dalam hidupnya.  "Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia,"  (Amsal 13:4).  Cobalah bertanya kepada orang-orang yang sukses!  Pasti tidak ada kata malas dalam kamus hidupnya.  "...supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya, agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah."  (Ibrani 6:11-12).

Jangan putus asa dan buanglah kemalasan, niscaya impian Saudara akan terwujud!

Sunday, July 29, 2018

ORANG BENAR: Bercahaya Seperti Bintang

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Juli 2018

Baca:  Daniel 12:1-13

"Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya."  Daniel 12:3

Menjadi seorang bintang adalah dambaan setiap orang di dunia ini.  Orang berduyun-duyun mengikuti kompetisi yang diadakan oleh stasiun televisi swasta, seperti Indonesian Idol, KDI  (Kontes Dangdut Indonesia), Liga Dangdut Indonesia dan sebagainya, dengan tujuan ingin menjadi bintang terkenal.  Menurut pemahaman orang kebanyakan, seorang bintang adalah orang yang hebat, memiliki prestasi luar biasa, dikagumi oleh banyak orang, sukses atau orang yang terkenal/populer.  Secara umum definisi seorang bintang adalah orang terbaik di suatu bidang tertentu.

     Bagaimana arti seorang bintang di pemandangan mata Tuhan?  Ayat nas menyatakan:  "...orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya."  Jadi, orang dapat dikatakan seperti  'bintang'  apabila ia berhasil dalam menjalankan panggilan hidupnya sesuai yang ditentukan oleh Tuhan, yaitu bekerja dan menghasilkan buah.  Karena itu rasul Paulus menasihati,  "Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia,"  (Filipi 2:14-15).  Seseorang dapat dikatakan sebagai bintang di mata Tuhan adalah ketika mereka berani hidup  'berbeda'  dari dunia.

     Daniel, sekalipun hidup di tengah-tengah suatu bangsa yang menyembah kepada berhala, ia tidak terbawa arus.  Ia tetap mampu menjaga hidupnya berkenan kepada Tuhan sehingga kehidupan Daniel pun menjadi berkat bagi banyak orang.  Rasul Paulus tampil sebagai bintang di mata Tuhan karena punya komitmen:  "...jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah."  (Filipi 1:22), dan ia pun mampu menyelesaikan panggilan hidupnya sampai garis akhir.

Kitab kehidupan Tuhan hanya memuat nama-nama orang yang hidupnya seperti bintang.

Saturday, July 28, 2018

DIDIKAN TUHAN SEBAGAI BUKTI KASIH

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Juli 2018

Baca:  Hosea 11:1-11

"Aku tidak akan melaksanakan murka-Ku yang bernyala-nyala itu, tidak akan membinasakan Efraim kembali. Sebab Aku ini Allah dan bukan manusia, Yang Kudus di tengah-tengahmu, dan Aku tidak datang untuk menghanguskan."  Hosea 11:9

Perikop pembacaan firman Tuhan hari ini adalah kasih Tuhan mengalahkan kedegilan orang Israel.  Ini menunjukkan betapa besar dan ajaib kasih Tuhan kepada umat-Nya.  Semua anak pasti tak luput dari teguran dan didikan orangtuanya.  Terkadang orangtua harus berlaku keras dan jika perlu ia menghajar anaknya dengan menggunakan tongkat.  Bukan berarti orangtua tidak mengasihi anaknya, tapi hal itu dilakukan justru demi kebaikan si anak.  "Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya."  (Amsal 13:24).

     Sebagai anak-anak Tuhan kita pun pernah merasakan kerasnya didikan Tuhan.  Kita pernah merasakan bagaimana Tuhan marah kepada kita karena kesalahan dan kedegilan hati kita.  Tetapi ada satu hal yang perlu diketahui, Tuhan tidak pernah merencanakan hal-hal yang jahat atau merencanakan untuk membinasakan umat-Nya  (ayat nas).  Tuhan berfirman:  "Makin Kupanggil mereka, makin pergi mereka itu dari hadapan-Ku; mereka mempersembahkan korban kepada para Baal, dan membakar korban kepada patung-patung. Padahal Akulah yang mengajar Efraim berjalan dan mengangkat mereka di tangan-Ku, tetapi mereka tidak mau insaf, bahwa Aku menyembuhkan mereka."  (Hosea 11:2-3).  Sekalipun umat Israel terus hidup dalam ketidaktaatan dan pemberontakan, bahkan mereka telah melakukan perzinahan rohani, Tuhan tetap menunjukkan kesabaran-Nya, keagungan dan kebesaran kasih-Nya tidak pernah pudar.  "Aku menarik mereka dengan tali kesetiaan, dengan ikatan kasih."  (Hosea 11:4a).

     Jika saat ini kita mengalami badai hidup, situasi-situasi sulit harus kita alami, tak sepatutnya kita menggerutu, ngambek seperti anak kecil dan mengira Tuhan tidak mengasihi kita dan meninggalkan kita.  Adakalanya itu diijinkan Tuhan terjadi atas kita dengan tujuan agar kita sadar akan kesalahan-kesalahan kita, tapi seringkali kita salah paham dan kecewa atas didikan Tuhan ini, sebab menimbulkan rasa sakit secara badani.

"...Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."  Ibrani 12:6

Friday, July 27, 2018

TAKUT AKAN TUHAN: Warisan Rohani Anak

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Juli 2018

Baca:  1 Raja-Raja 2:1-12

"...supaya TUHAN menepati janji yang diucapkan-Nya tentang aku, yakni: Jika anak-anakmu laki-laki tetap hidup di hadapan-Ku dengan setia, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa, maka keturunanmu takkan terputus dari takhta kerajaan Israel."  1 Raja-Raja 2:4

Setiap orangtua pasti mengharapkan anak-anaknya berhasil dalam hidupnya.  Orangtua mana yang tak bahagia melihat anak-anaknya berhasil dalam studi, karir, rumah tangga.  Namun satu hal yang paling membahagiakan adalah ketika anak-anaknya memiliki hati yang takut akan Tuhan.  Takut akan Tuhan adalah kunci utama dalam menjalani hidup ini.

     Menjelang hari kematiannya Daud memberikan pesan terakhir kepada anak yang sangat dikasihinya yaitu Salomo.  Sebagai orangtua Daud sangat mengharapkan Salomo menjadi orang yang berhasil, terlebih-lebih menjadi orang yang takut akan Tuhan.  Dalam hal ini Daud telah meninggalkan sebuah teladan hidup bagi Salomo.  Di sepanjang hidupnya Daud sangat mengasihi Tuhan dan hidup takut akan Dia, sehingga Tuhan memberkati hidupnya secara luar biasa.  Karena itu Daud pun rindu Salomo mengikuti jejaknya.  Namun untuk mencapai apa yang diinginkan itu ada proses yang harus dijalani yaitu:  "Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan dengan tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan-Nya, seperti yang tertulis dalam hukum Musa, supaya engkau beruntung dalam segala yang kaulakukan dan dalam segala yang kautuju,"  (1 Raja-Raja 2:3).  Kalau kita taat melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan maka Tuhan akan turut campur tangan dalam setiap apa yang kita kerjakan.  Inilah warisan rohani yang harus orangtua tinggalkan bagi anak-anaknya!

     Jangan memanjakan anak-anak hanya dengan meninggalkan warisan materi dan mengabaikan warisan rohani  (menanamkan nilai-nilai firman Tuhan), karena warisan materi itu sifatnya sementara, cepat atau lambat akan habis dan lenyap.  "Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu."  (Amsal 29:17).

Jika anak memiliki hati yang takut akan Tuhan, tak ada yang perlu dikuatirkan dengan masa depannya!

Thursday, July 26, 2018

TAK BERBUAH: Pasti Dipotong Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Juli 2018

Baca:  Lukas 6:43-45

"Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya."  Lukas 6:44a

Ukuran keberhasilan seorang petani dapat dilihat dari hasil panenan dan kualitasnya.  Saat menuai hasil inilah jerih lelah seorang petani serasa telah terbayar lunas.  "Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya."  (2 Timotius 2:6).  Begitu pula dengan kehidupan kekristenan, seseorang yang dapat dikatakan  'dewasa'  rohani bukan dilihat dari seberapa lama ia mengikut Tuhan atau seberapa aktif terlibat dalam pelayanan, tapi melalui buah-buah yang dihasilkan dalam praktek hidupnya.  Oleh karena itu  "...hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan."  (Matius 3:8).

     Tuhan sangat menghendaki kita menjadi orang Kristen yang bertumbuh dan berbuah.  Bertumbuh dan berbuah adalah tanda adanya kehidupan.  Untuk dapat bertumbuh dan berbuah, hal mendasar yang harus kita lakukan adalah menyiapkan tanah hati kita untuk ditaburi benih firman Tuhan, sebab  "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."  (Roma 10:17).  Jadi respons hati kita terhadap firman Tuhan akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan rohani kita.  Yakobus menasihati,  "Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu."  (Yakobus 1:21).  Bagaimana keadaan hati Saudara:  seperti tanah yang keras, berbatu-batu, penuh semak duri atau tanah yang baik?

     Alkitab menyatakan bahwa benih  "...yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali lipat."  (Markus 4:20).  Dan  "...setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api."  (Matius 7:17-19).  Menjadi pelaku firman adalah bukti nyata bahwa kehidupan orang Kristen benar-benar menghasilkan buah.

"Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik,"  Matius 3:10

Wednesday, July 25, 2018

HIDUP SEKUAT TEMBOK

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Juli 2018

Baca:  Mazmur 51:1-21

"Lakukanlah kebaikan kepada Sion menurut kerelaan hati-Mu bangunkanlah tembok-tembok Yerusalem!"  Mazmur 51:20

Tembok Besar Tiongkok atau disebut Tembok Raksasa Tiongkok merupakan bangunan terpanjang yang pernah dibuat oleh tangan manusia, terletak di negeri Tirai Bambu.  Tembok ini dibangun pada masa pemerintahan Dinasti Ming, memiliki panjang 8.851 km.  Tembok Besar Tiongkok ini dianggap sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia dan dimasukkan dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1987.

     Jika pada zaman dahulu, untuk melindungi diri dari serangan musuh, sebuah kota atau kerajaan pasti memiliki benteng-benteng perlindungan yang dikelilingi oleh tembok-temboknya yang besar dan kokoh, begitu pula dengan kehidupan rohani kita, hendaknya sekuat tembok, agar tidak mudah roboh oleh tipu muslihat Iblis dan tidak mudah goyah oleh karena pengaruh dari dunia ini.  Amat terlebih, hidup di tengah-tengah dunia yang sudah mendekati akhir ini, kita harus bersandar kepada Tuhan dan tidak lagi mengandalkan kekuatan diri sendiri.  Supaya kita tetap makin kuat maka kita harus membangun  'tembok-tembok'  kembali.  Kata  'tembok'  berbicara tentang kehidupan rohani.  Sebagai umat yang telah ditebus oleh darah Kristus kita bukan lagi manusia lama, melainkan sebagai ciptaan baru  (2 Korintus 5:17).  Jadi kita harus meruntuhkan tembok-tembok manusia lama kita yang menghalangi kuasa Tuhan bekerja di dalam kita, dan membangun  'manusia baru'  itu dengan cara tidak lagi hidup menurut cara-cara duniawi yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, tidak lagi hidup menurut keinginan daging yang selama ini menguasai hdiup kita.  Alkitab menegaskan bahwa keinginan daging adalah maut, sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Tuhan  (Roma 8:6-7).

     Daud, memiliki kesungguhan hati untuk terus diperbaharui dan dipulihkan hidupnya dengan berkata,  "Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku."  (Mazmur 51:4-5).  Dengan kata lain Daud ingin hidupnya menjadi kudus.  Dengan hidup kudus berarti Daud sedang membangun sebuah tembok yang kokoh, yang memisahkan dia dari dosa dan segala bentuk kecemaran dosa.

Menjalani hidup sebagai manusia baru ibarat membangun tembok yang kokoh!

Tuesday, July 24, 2018

KOTORAN HARUS DIBERSIHKAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Juli 2018

Baca:  Zakharia 3:1-10

"'Tanggalkanlah pakaian yang kotor itu dari padanya.' Dan kepada Yosua ia berkata: 'Lihat, dengan ini aku telah menjauhkan kesalahanmu dari padamu! Aku akan mengenakan kepadamu pakaian pesta.'"  Zakharia 3:4b

Adipura adalah salah satu jenis penghargaan yang diberikan oleh pemerintah di setiap peringatan Hari Lingkungan Hidup yang jatuh pada 5 Juni.  Adipura merupakan penghargaan untuk kota di Indonesia yang berhasil dalam menjaga kebersihan dan pengelolaan lingkungan.  Karena itu berbagai usaha dilakukan oleh dinas terkait di setiap kota untuk menjaga lingkungannya agar tetap bersih.  Kota yang bersih, selain enak dipandang mata, juga memperkecil kemungkinan untuk menjadi sarang penyakit.

     Dunia ini dipenuhi  'kotoran':  kejahatan kian merajalela, pertikaian, peperangan, mewabahnya jenis penyakit yang aneh-aneh, nabi-nabi palsu dan pengajaran-pengajaran sesat juga bermunculan di mana-mana sebagai pertanda bahwa dunia sedang berada di penghujung zaman.  Justru inilah waktu bagi orang percaya untuk membersihkan diri dari segala kotoran yang ada.  Orang percaya harus bersikap tegas dalam membuat pilihan hidup.  Firman Tuhan memperingatkan:  "Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat jahat; barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar; dan barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran; barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus menguduskan dirinya!"  (Wahyu 22:11).  Jangan pernah mengira kalau kita sudah bertobat maka tidak ada lagi kotoran.  Karena itu kotoran yang masih menempel pada diri kita harus selalu dibersihkan, sebab selama masih ada kotoran dalam diri kita, dalam bentuk apa pun, maka hidup kita tidak akan berkenan kepada Tuhan.

     Nabi Zakharia mendapatkan suatu penglihatan:  imam besar Yosua berdiri dihadapan malaikat Tuhan dengan mengenakan pakaian kotor, sedangkan Iblis berdiri disebelah kanannya untuk mendakwa dia.  Oleh karena itu, Yosua pun harus dibersihkan sedemikian rupa dan kemudian dikenakan pakaian pesta, sehingga Yosua pun dilayakkan untuk mengerjakan tugas yang Tuhan percayakan kepadanya dengan baik.

"Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu."  2 Korintus 6:17

Monday, July 23, 2018

PERCAYALAH, MESKI TIDAK MELIHAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Juli 2018

Baca:  Kejadian 18:1-15

"Adapun Abraham dan Sara telah tua dan lanjut umurnya dan Sara telah mati haid. Jadi tertawalah Sara dalam hatinya, katanya: 'Akan berahikah aku, setelah aku sudah layu, sedangkan tuanku sudah tua?'"  Kejadian 18:11-12

Sudah menjadi rahasia umum jika manusia lebih mempercayai bukti terlebih dahulu, atau melihat kenyataan yang dapat dilihat dengan mata jasmaninya, untuk menguatkan keyakinannya.  Abraham, yang disebut bapa orang percaya, pada awalnya juga merasa sulit untuk mempercayai apa yang Tuhan janjikan kepadanya.  Tuhan berfirman:  "'Sesungguhnya Aku akan kembali tahun depan mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara, isterimu, akan mempunyai seorang anak laki-laki.' Dan Sara mendengarkan pada pintu kemah yang di belakang-Nya."  (Kejadian 18:10).  Ketika mendengar firman Tuhan itu Abraham dan Sara sempat menanggapinya dengan dingin, bahkan Sara sempat tertawa, tanda keraguan dan kebimbangan hati.  Sebab ditinjau dari segi fisik dan faktor usia mustahil bagi Sara untuk bisa memiliki keturunan.

     Tetapi Tuhan  "...bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?"  (Bilangan 23:19).  Janji Tuhan adalah ya dan amin!  Cepat atau lambat apa yang Tuhan telah janjikan pasti digenapi-Nya.  Tertulis:  "TUHAN memperhatikan Sara, seperti yang difirmankan-Nya, dan TUHAN melakukan kepada Sara seperti yang dijanjikan-Nya. Maka mengandunglah Sara, lalu ia melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abraham dalam masa tuanya, pada waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan firman Allah kepadanya."  (Kejadian 21:1-2).

     Sesulit apapun keadaan yang sedang kita alami, milikilah iman yang teguh kepada Tuhan, sebab tanpa iman tidak mungkin kita berkenan kepada Tuhan  (Ibrani 11:6a).  Jangan sekali-kali kita dikalahkan oleh situasi atau keadaan yang ada.  Adakalanya Tuhan ijinkan kita melewati situasi-situasi sulit yang sepertinya tidak ada jalan, karena Ia ingin melatih otot-otot iman kita dan mengajar kita untuk bergantung penuh kepada-Nya.

Sebagai orang percaya hidup kita  "...adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat"  (2 Korintus 5:7), karena  "...yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal."  (2 Korintus 4:18).

Sunday, July 22, 2018

ORANG PERCAYA: Beroleh Jaminan Perlindungan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Juli 2018

Baca:  Mazmur 91:1-16

"sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu."  Mazmur 91:11 

Setiap orang di dunia ini, bahkan termasuk suatu Negara sekalipun, membutuhkan perlindungan yang aman.  Agar terlindung dari segala jenis penyakit, manusia mengadakan vaksinasi, juga minum obat dan vitamin.  Agar terlindung dari pencuri, penjahat atau perampok, orang membuat pagar yang kuat di sekeliling rumahnya, atau memperkerjakan satpam.  Agar terlindung dari serangan musuh, setiap Negara membangun angkatan bersenjata.  Contoh:  Indonesia dengan TNI-nya.  Agar terlindung dari kerugian besar yang tak terduga, orang melengkapi diri dengan asuransi.  Intinya, di setiap aspek kehidupan, manusia sangat memerlukan perlindungan.
      
     Apakah semua perlindungan yang dibuat manusia ini sudah dapat menjamin keselamatan, keamanan dan kenyamanan mereka secara utuh?  Semua ada batasnya dan tidak ada yang sempurna.  Pertanyaan:  ke manakah kita harus mencari perlindungan yang aman dan sempurna?  Mau tidak mau manusia harus kembali kepada Tuhan.  Tetapi tidak semua orang bisa mendapatkan jaminan perlindungan Tuhan.  Pemazmur menegaskan:  “Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa akan berkata kepada TUHAN: ‘Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai.’”  (Mazmur 91:1-2).  Hanya orang-orang yang  “…hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku.”  (Mazmur 91:14).
     
     Melekat kepada Tuhan berarti memiliki persekutuan yang karib dengan Tuhan.  Mengenal nama Tuhan berarti mengenal kebenaran Tuhan dan hidup dalam kebenaran-Nya.  Sudahkah kita memiliki pengenalan yang benar akan Tuhan?  Orang yang mengenal Tuhan dengan benar akan mempercayakan hidup sepenuhnya kepada Tuhan.  “Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu, sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN.”  (Mazmur 9:11).  Di zaman yang serba modern ini tidak gampang orang mau mempercayakan hidup sepenuhnya kepada Tuhan. 

Dalam perlindungan Tuhan hidup kita akan terjaga dan terpelihara dengan aman!

Saturday, July 21, 2018

TUHAN SANGGUP MEMBERKATI KITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Juli 2018

Baca:  Kejadian 13:1-18

"Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan, sebab seluruh negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya."  Kejadian 13:14-15

Di zaman yang serba sulit seperti sekarang ini hampir semua orang sedang berlomba-lomba untuk mengumpulkan harta yang sebanyak-banyaknya.  Karena berfokus pada materi, orang tidak lagi punya kepedulian terhadap sesama, rasa kasih di antara insan manusia semakin terkikis habis, kasih kebanyakan orang menjadi dingin.  Marak terjadi, pasangan bercerai dan berselisih hebat memperebutkan harta gono gini;  di antara saudara kandung saling bersengketa gara-gara berebut warisan dari orangtuanya.  Mengapa hal ini bisa terjadi?  Penyebab utamanya adalah soal materi.  Semua beranggapan bahwa dengan memiliki materi yang berlimpah atau uang yang banyak maka semua persoalan hidup dapat terselesaikan dengan baik.  Benarkah?

     Alkitab mencatat bahwa Abram sangat kaya, banyak ternak, perak dan emasnya, begitu pula Lot yang ikut bersama-sama dengan Abram, mempunyai domba, lembu dan kemah.  Karena berlimpah dengan harta kekayaan, sampai-sampai  "...negeri itu tidak cukup luas bagi mereka untuk diam bersama-sama, sebab harta milik mereka amat banyak, sehingga mereka tidak dapat diam bersama-sama."  (Kejadian 13:6).  Untuk menghindari konflik dan supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di antara gembala Abram dan gembala Lot, mereka pun sepakat untuk berpisah.  Sikap bijak ditunjukkan Abram dengan mempersilahkan Lot untuk memilih lebih dahulu tempat yang dikehendaki, walau sesungguhnya Abram yang punya hak untuk memilih lebih dahulu.

     Tindakan Abram ini bukanlah tindakan untung-untungan, tetapi ia berpegang teguh pada janji Tuhan  (Kejadian 12:13);  dan apa yang dipandang baik dan indah menurut mata Lot ternyata menipu dan jahat adanya  (Kejadian 13:13).  Tertulis:  "Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya."  (Amsal 10:22).  Asal kita hidup benar di hadapan Tuhan dan mengutamakan Dia, apa saja yang kita perbuat pasti dijadikan berhasil.  Berkat Tuhan juga tak mengenal tempat dan musim.

"Sebab Engkaulah yang memberkati orang benar, ya TUHAN; Engkau memagari dia dengan anugerah-Mu seperti perisai."  Mazmur 5:13