Wednesday, November 30, 2011

PELAYAN TUHAN: Memiliki Reputasi yang Baik!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 November 2011 -

Baca:  Kisah 6:1-7

"Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu,"  Kisah 6:3

Melayani Tuhan adalah pekerjaan yang sangat mulia dan itu adalah anugerah Tuhan yang luar biasa.  Karena tugas melayani Tuhan adalah mulia, maka kita yang sudah dipercaya Tuhan untuk terlibat dalam pelayanan, di mana pun berada dan apa pun bentuknya, tidak boleh mengerjakan tugas tersebut sekendak sendiri atau asal-asalan.  Itulah sebabnya Rasul Paulus pun sangat berhati-hati dalam memilih dan menetapkan orang-orang yang hendak dipercaya untuk melayani jemaat Tuhan.  Secara kuantitas orang-orang yang telah bertobat dan percaya kepada Kristus jumlahnya memang banyak sekali, namun tidak semua orang layak dan bisa dipilih untuk menjadi pekerja Tuhan.  Akhirnya dari ribuan orang yang percaya kepada Tuhan Yesus hanya tujuh orang saja yang terpilih dan layak mengemban tugas sebagai pelayan Tuhan.

     Ini menjadi PR yang tidak mudah bagi para hamba Tuhan atau Gembala Sidang agar mereka tidak sembrono atau terlalu menggampangkan dalam memilih para pengerja atau pelayan.  Seringkali Gembala Sidang memilih para pengerjanya berdasarkan faktor like or dislike, ia seorang yang kaya atau menjadi donatur gereja, memiliki hubungan yang sangat dekat dan sebagainya, padahal orang-orang yang dipilihnya itu tidak memenuhi kualitas hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan:  masih hidup dalam keinginan duniawi  (tabiat daging), tidak bisa dipercaya, kurang setia, suka menghakimi, tidak bisa menguasai diri dalam hal perkataan dan tidak suka berdoa  (tidak memiliki kekariban dengan Tuhan secara pribadi).  Apabila ada pelayan Tuhan yang seperti ini, akankah ia bisa menjadi berkat bagi jemaat Tuhan?  Bukankah justru akan menjadi batu sandungan dan makin melemahkan jemaat Tuhan lainnya?

     Adapun kualitas hidup seorang pelayan Tuhan itu seharusnya demikian:  1.  Ia haruslah orang yang terkenal baik.  Artinya memiliki reputasi baik di antara jemaat dan juga lingkungan di mana ia tinggal.  2.  Ia memiliki kehidupan yang bisa diteladani oleh semua orang.  Menjadi teladan dalam hal apa?  Nasehat Paulus,  "Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu."  (1 Timotius 4:12b).

Jika kita masih hidup sebagai  'manusia lama'  dan tidak bisa menghasilkan buah-buah pertobatan, sia-sialah pelayanan kita di hadapan Tuhan dan juga di hadapan manusia!

Tuesday, November 29, 2011

MENGAPA TUHAN MEMILIH YOSUA?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 November 2011 -

Baca:  Yosua 1:1-18

"Hamba-Ku Musa telah mati;  sebab itu bersiaplah sekarang, seberangilah sungai Yordan ini, engkau dan seluruh bangsa ini, menuju negeri yang akan Kuberikan kepada mereka, kepada orang Israel itu."  Yosua 1:2

Yosua dipilih Tuhan menggantikan Musa.  Siapakah Yosua?  Yosua adalah keturunan Efraim, anak dari Nun.  Masa mudanya banyak dihabiskan di padang gurun dalam pengembaraan menuju ke Kanaan.  Nama sebenarnya adalah Hosea, yang artinya Keselamatan.  Tetapi Musa memanggilnya Yosua yang artinya Ia akan menyelamatkan atau Keselamatkan dari Yehovah.

     Yosua tidak pernah membayangkan suatu saat akan dipilih menjadi pemimpin Israel menggantikan Musa.  Mengapa Tuhan memilih Yosua dan karakter apakah yang ada padanya?  Yosua adalah pelayan Musa yang setia.  Ketika Musa menerima Taurat di gunung Sinai Yosua hadir di situ, menjadi penjaga tenda pertemuan ketika Musa bertemu dengan Tuhan.  Hidup Yosua benar-benar dihabiskan bersama Musa di padang gurun.  Bersama Musa ia mengalami masa-masa yang sulit, penuh ujian dan tantangan.

     Kesetiaan Yosua sebagai hamba benar-benar telah teruji.  Itulah sebabnya Tuhan memilihnya.  Alkitab mencatat bahwa orang-orang yang setialah yang dipakai Tuhan dalam hidupnya.  Kesetiaan adalah salah satu karakter Tuhan sendiri, di mana Ia setia melakukan kehendak Bapa, bahkan taat sampai mati di atas kayu salib.  Selain setia, Yosua hidupnya dipenuhi firman Tuhan.  Perintah Tuhan kepadanya,  "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung."  (ayat 8).  Dengan membaca dan merenungkan firman Tuhan siang dan malam Yosua semakin yakin akan kuasa dan penyertaan Tuhan dalam hidupnya.  Itulah modal utama untuk mengerjakan panggilan Tuhan!  Yosua pun adalah seorang pemberani.  Dari 12 orang yang diutus Musa mengintai Kanaan hanya Yosua dan Kaleb yang memberi laporan positif dan menguatkan iman.  Ini menunjukkan bahwa Yosua pemberani dan memiliki iman yang teguh seperti katanya,  "Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!"  (Yosua 24:15b).

Karena setia, berani dan memiliki iman yang teguh, Yosua dipakai Tuhan sebagai pemimpin Israel menggantikan Musa!

Monday, November 28, 2011

PEREMPUAN SUNEM: Melayani Tuhan dan Mengalami Mujizat! (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 November 2011 -

Baca:  2 Raja-Raja 4:25-37

"Masuklah perempuan itu, lalu tersungkur di depan kaki Elisa dan sujud menyembah dengan mukanya sampai ke tanah.  Kemudian diangkatnyalah anaknya, lalu keluar."  2 Raja-Raja 4:37

Melayani Tuhan tidak harus berkhotbah di depan mimbar seperti hamba Tuhan atau terlebih dahulu masuk ke sekolah Alkitab  (seminari), tetapi ada banyak hal yang dapat kita lakukan untuk melayani Tuhan.  Perempuan Sunem dalam kisah ini melayani Tuhan dengan apa yang ia miliki yaitu menjamu hamba Tuhan dan menyediakan tempat  (kamar)  untuk menginap atau beristirahat.  Dalam Amsal 3:9 dikatakan:  "Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu,"  Perempuan Sunem ini adalah orang yang kaya dan dengan kekayaannya ia melayani Tuhan.

     Apa yang bisa kita berikan untuk Tuhan?  Bila kita beroleh kesempatan memiliki materi atau kekayaan yang lebih kita dapat membantu pekabaran Injil dengan menjadi sponsor atau penyandang dana.  Kita juga bisa menjadi pendoa syafaat:  mendoakan para pemimpin rohani, berdoa bagi saudara seiman yang sedang terbaring sakit, menolong dan memberkati jemaat yang sedang dalam kekurangan dan lain-lain.  Perempuan Sunem ini tidak sendirian melayani Tuhan, ia juga mengajak suaminya untuk terlibat dalam pelayanan.

     Kesempatan melayani Tuhan adalah anugerah yang luar biasa, karena itu jangan pernah sia-siakan.  Ada tertulis:  "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang;  akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja."  (Yohanes 9:4).  Meski memiliki masalah yang besar  (tidak memiliki anak dan suaminya sudah tua), perempuan Sunem ini tidak menjadi lemah dalam melayani Tuhan.  Kesungguhan hatinya melayani Tuhan membuatnya mengalami penggenapan janji Tuhan:  "Mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan seorang anak laki-laki pada waktu seperti itu juga, pada tahun berikutnya, seperti yang dikatakan Elisa kepadanya."  (2 Raja-Raja 4:17).  Ketika anak yang diberikan Tuhan itu meninggal ia tetap sabar dan tidak menyalahkan Tuhan.  Karena kesabarannya menantikan Tuhan perempuan Sunem ini kembali mengalami mujizat yang luar biasa, di mana anaknya dibangkitkan kembali  (2 Raja-Raja 4:35).  Seberat apa pun persoalan menimpa kita janganlah kendor dalam melayani Tuhan sebab jerih payah kita tidak sia-sia.

Tuhan itu baik;  Dia sanggup mengubah yang buruk menjadi baik, mujizat demi mujizat pasti dinyatakan atas kita!

Sunday, November 27, 2011

PEREMPUAN SUNEM: Melayani Tuhan dan Mengalami Mujizat (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 November 2011 -

Baca:  2 Raja-Raja 4:8-24

"Sesungguhnya aku sudah tahu bahwa orang yang selalu datang kepada kita itu adalah abdi Allah yang kudus."  2 Raja-Raja 4:9

Dari pembacaan firman Tuhan yang kita baca hari ini kita dapat belajar tentang banyak hal dari kehidupan perempuan Sunem ini yang dapat kita jadikan teladan dalam hidup.  Perempuan Sunem ini adalah seorang wanita yang percaya kepada Tuhan dan memiliki kerinduan untuk melayani Tuhan.  Ayat nas jelas menyatakan bahwa ia mengundang nabi Tuhan  (Elisa)  untuk singgah dan makan di rumahnya.  Ini menunjukkan bahwa ia memiliki kepedulian yang tinggi terhadap orang lain.  Alkitab pun menyuruh demikian;  "Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat."  (Ibrani 13:2).

     Tuhan pun menghendaki kita seperti perempuan Sunem ini, memiliki kerinduan untuk melayani Tuhan dan juga sesama.  Sudahkah kita mengutamakan perkara-perkara yang dari Tuhan sebagaimana dinasihatkan Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose?  "...carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.  Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi."  (Kolose 3:1-2).

     Mengapa kita harus melayani Tuhan dengan sungguh?  Karena Tuhan sudah menyelamatkan hidup kita dan selalu menyatakan kebaikanNya kepada kita.  Dikatakan,  "...kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat."  (1 Petrus 1:18-19).  Rasul Yohanes dalam suratnya juga menyatakan bahwa kita ini telah dipindahkan dari kerajaan maut kepada hidup  (baca  1 Yohanes 3:14).  Dan harus kita akui bahwa apa pun yang kita miliki dan raih saat ini, baik itu keberhasilan, kekayaan, keluarga dan sebagainya adalah karena anugerah Tuhan semata, bukan karena kuat dan gagah kita, sebab di luar Dia  "...kamu tidak dapat berbuat apa-apa."  (baca  Yohanes 15:5b).

Jadi sudah seharusnya kita membalas kasih Tuhan dengan melayani Dia di segala keadaan dan memberi yang terbaik dari hidup kita, seperti yang diperbuat perempuan Sunem.  Sudahkah kita melakukannya?

Saturday, November 26, 2011

MENYENANGKAN HATI TUHAN: Bukti Mengerti KehendakNya!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 November 2011 -

Baca:  Mazmur 143

"Ajarlah aku melakukan kehendak-Mu, sebab Engkaulah Allahku!  Kiranya Roh-Mu yang baik itu menuntun aku di tanah yang rata!"  Mazmur 143:10

Saat ini dunia sedang berada di masa-masa akhir, oleh karena itu Tuhan menghendaki agar setiap orang percaya berusaha untuk mengerti kehendakNya.  Nasihat itu pula yang disampaikan rasul Paulus kepada jemaat di Efesus:  "...janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan."  (Efesus 5:17), karena hari-hari ini adalah jahat.  Namun banyak sekali dari kita yang tidak mengerti kehendak Tuhan ini sehingga kita masih melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak menyenangkan hati Tuhan.  Kita tidak mau dipimpin Roh Kudus dan lebih memilih menuruti keinginan daging, padahal jelas dinyatakan bahwa  "...keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh..."  (Galatia 5:17) dan  "...barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya,..."  (Galatia 6:8).

     Mengapa kita masih melakukan perbuatan-perbuatan daging?  Karena kita tidak memahami kehendak Tuhan.  Seharunya kita memiliki kerinduan seperti Daud yang senantiasa mau diajar untuk melakukan kehendakNya.  Bukankah Yesus rela mati untuk kita dan menyelamatkan kita agar melalui kehidupan ini kita senantiasa menyenangkan hati Tuhan dan mengerti kehendakNya?  Hal inilah yang terjadi pada murid-murid Yesus, yang walaupun telah mengikut Dia dan senantiasa bersama-sama dengan Dia, belum juga mengerti kehendakNya.  Ia berkata,  "Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku lagi dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku."  (Yohanes 16:16).  Mereka tidak mengerti apa yang disampaikan oleh Yesus ini, maka ketika Ia mati di kayu salib murid-muridNya menjadi kecewa dan putus asa.

     Jika kita tidak mengerti kehendak Tuhan, kita akan mudah kecewa dalam mengiring Dia.  Banyak orang Kristen yang tidak lagi bersemangat mengiring Tuhan karena orientasi mereka hanya terfokus pada berkat atau materi.  Kalau itu yang menjadi tujuan kita dalam mengikut Tuhan, berhati-hatilah, sebab kita nanti akan kecewa.  Tuhan Yesus berkata,  "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku."  (Matius 16:24).  Jika pengiringan kita akan Tuhan didasari oleh karena kasih kita kepada Tuhan, maka apa pun yang terjadi dan sampai kapan pun kita tidak akan kecewa, apalagi sampai mundur.

Hidup yang menyenangkan hati Tuhan adalah bukti bahwa kita mengerti kehendakNya.

Friday, November 25, 2011

TAK DAPAT LARI DARI PANGGILAN TUHAN!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 November 2011 -

Baca:  Yunus 1:10-17

"Bertanyalah mereka:  'Akan kami apakan engkau, supaya laut menjadi reda dan tidak menyerang kami lagi, sebab laut semakin bergelora.'"  Yunus 1:11

Tidak semua orang memberikan respon yang benar terhadap panggilan Tuhan.  Malah lebih banyak dari kita yang justru lari menjauh menghindari panggilan Tuhan itu, karena memenuhi panggilan Tuhan berarti harus keluar dari zona nyaman dan siap mengalami masa-masa sulit dengan segala resiko yang ada.

     Hal ini juga dialami oleh Yunus yang dipanggil Tuhan untuk suatu tugas sepesifik:  "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku."  (ayat 2).  Tapi reaksi Yunus?  Justru ia  "...bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan Tuhan;"  (ayat 3a).  Pikir Yunus, dengan melarikan diri berarti urusannya sudah beres!  Melarikan diri jelas bukan pilihan yang tepat, justru akan membawa konsekuensi yang berat.  Dan bukanlah kebetulan jika akhirnya terjadi bencana besar, yaitu badai dahsyat sehingga kapal yang ditumpangi Yunus ke Tarsis hampir-hampir terpukul hancur  (ayat 4).  Singkat cerita, angin kembali reda dan laut pun berhenti mengamuk setelah Yunus dilemparkan ke dalam laut.  Akhirnya  "...Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya."  (ayat 17).  Kejadian demi kejadian yang dialami menyadarkan Yunus bahwa ia tidak punya pilihan lain selain harus taat mengerjakan panggilan Tuhan tersebut.

     Haruskah kita mengalami penderitaan, kesesakan atau teguran dari Tuhan terlebih dahulu baru kita mau taat dan mengerjakan panggilanNya dengan setia?  Lari dari panggilan Tuhan bukanlah suatu way out!  Daud juga memiliki pengalaman akan hal ini:  "Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?  Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana;  jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situ pun Engkau.  Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku."  (Mazmur 139:7-10).

     Sesungguhnya panggilan Tuhan adalah sangat mulia dan itu merupakan anugerah.  Jika Tuhan memanggil kita, itu bukan karena kuat dan gagah kita!  Namun yang Dia cari adalah orang-orang yang memiliki hati rela dan mau dibentuk untuk menjadi alat kemuliaanNya!

"Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya.  Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya."  Roma 8:30b

Thursday, November 24, 2011

PENGAKUAN DOSA MENGHASILKAN PEMULIHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 November 2011 -

Baca:  Mazmur 32

"Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan;  aku berkata:  'Aku akan mengaku kepada Tuhan pelanggaran-pelanggaranku,'  Dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku."  Mazmur 32:5

Mazmur ini ditulis Daud setelah ia ditegur oleh Natan karena dosa perzinahannya dengan Batsyeba dan aksi pembunuhan terhadap Uria, suami Batsyeba.  Dari semula Daud berusaha menutupi dosa dan kesalahannya sehingga ia pun mengira tidak ada seorang pun yang tahu tentang hal ini.  Daud berpikir bahwa rahasianya itu akan rapi tertutup dengan matinya Uria.  Seharusnya Daud tidak perlu menyembunyikan dosanya, sebab  "...tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab."  (Ibrani 4:13).  Kita bisa saja mengelabui pemimpin rohani kita, membohongi suami atau isteri, membohongi rekan sepelayanan dan sebagainya, tetapi tidak seorang pun dapat membodohi atau membohongi Tuhan.  Tidak ada tempat yang sanggup menutupnya sehingga Tuhan tidak dapat melihat atau menjangkaunya. 

     Tuhan tahu persis kejahatan yang dilakukan Daud, namun Ia menunggu pengakuannya.  Entah berapa tahun Tuhan mendiamkan keadaan ini.  Semakin hidup dalam kebohongan dan kemunafikan, semakin Daud mengalami penderitaan batin yang luar biasa  (Mazmur 32:3-4), sampai Tuhan membawa Daud kepada penyesalan dan tidak dapat berkilah lagi kecuali datang kepada Tuhan dan menyerah.  Tuhan pun mengirim Natan untuk menegur Daud.  Daud pun menyadari kesalahan dan dosa yang telah diperbuatnya, ia segera datang kepada Tuhan, mengakui dosanya dan memohon pengampunan.  "Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah;  sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa."  (Ayub 5:17).

     Sebelum kita menerima pengampunan dari Tuhan, kita akan selalu mengalami tekanan dan penderitaan dalam diri kita.  Titik balik terjadi setelah Daud datang kepada Tuhan dan menyesali dosa-dosanya;  Tuhan mengampuni dosa-dosanya dan memulihkan keadaannya.  Kematian Kristus di atas kayu salib adalah bukti nyata betapa Ia menanggung dosa dan pelanggaran kita.  Pengampunan Tuhan berikan supaya kita diselamatkan.

"Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi."  Amsal 28:13

Wednesday, November 23, 2011

SOMBONG ROHANI: Penyakit Orang Kristen (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 November 2011 -

Baca:  3 Yohanes 5:15

"Aku telah menulis sedikit kepada jemaat, tetapi Diotrefes yang ingin menjadi orang terkemuka di antara mereka, tidak mau mengakui kami."  3 Yohanes 9

Diotrefes adalah contoh orang yang sombong rohani, karena ia tidak mau mengakui Yohanes dan rekan-rekannya dan merasa dirinya lebih baik dari yang lainnya Dalam bacaan kita jelas dinyatakan bahwa Diotrefes ingin menjadi orang yang terkemuka di antara jemaat sehingga ia menolak sang penatua dan teman-temannya dengan kata-kata kasar.  Ia juga melarang warga jemaat menerima teman-teman sang penatua di dalam rumah mereka.  Jika ada yang menerimanya maka warga jemaat tersebut akan dikucilkan.  Anehnya, Gayus yang menjadi tokoh di dalam jemaat tidak mengetahui sepak terjang Diotrefes, sehingga ketika sang penatua menyampaikan tentang tindakan Diotrefes, Gayus agak meragukan keterangannya.  Gayus justru menyangka Demetrius yang ingin menjadi orang terkemuka.  Oleh karena itu sang penatua meminta Gayus agar tidak salah menilai antara Diotrefes dan Demetrius.

     Firman Tuhan dengan tegas menyatakan bahwa orang yang tinggi hati  (sombong)  bukan hanya salah atau tidak benar, tetapi merupakan kekejian di mata Tuhan seperti tertulis:  "Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi Tuhan;  sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman."  (Amsal 16:5).  Mengapa sombong rohani itu sangat berbahaya?  Karena orang yang sombong rohani seringkali merasa dirinya paling benar dan paling mengerti sehingga merasa tidak perlu bertobat.  Ketika ibadah di gereja pun tak ubahnya ia seorang kritikus ulung:  mengkritik sana-sini, komentar ini-itu, bahkan ketika pengkhotbah menyampaikan firman, ia menganggap bahwa firman itu cocok untuk orang lain, bukan untuk dirinya.

     Kesombongan membuat seseorang tidak pernah tunduk kepada firman.  Adalah sia-sia dan tidak memiliki nilai di hadapan Tuhan apa pun yang kita kerjakan jika didasari dengan kesombongan.  Begitu juga dalam pelayanan, sebesar apa pun kontribusi kita untuk gereja dan pekerjaan Tuhan, jika didasari oleh kesombongan akan menjadi kejahatan di mata Tuhan.  Terlebih lagi jika motivasi kita dalam melayani Tuhan adalah untuk mencari pujian dan hormat untuk diri sendiri, maka pelayanan kita hanya akan menjadi batu sandungan bagi orang lain.  Pujian dan hormat itu hanyalah milik Tuhan!  Jangan sekali-kali mencuri kemuliaan Tuhan.

"Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan;"  Yesaya 2:11a

Tuesday, November 22, 2011

SOMBONG ROHANI: Penyakit Orang Kristen (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 November 2011 -

Baca:  1 Korintus 4:6-21

"...supaya jangan ada di antara kamu yang menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada yang lain."  1 Korintus 4:6b

Gereja di Korintus dikenal sebagai gereja yang memiliki program kerja yang baik, termasuk dalam hal pengajaran dan pengkhotbahnya.  Itulah sebabnya mereka mengalami kemajuan yang pesat dalam menjangkau jiwa-jiwa.  Karena merasa sudah berhasil mereka mulai terlena dan menjadi sombong secara rohani:  merasa lebih baik dari orang percaya lainnya, membanggakan diri dan menganggap rendah yang lain.  Hal inilah yang mendorong Rasul Paulus segera bertindak dan menegur jemaat di Korintus dengan keras,  "Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting?  Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima?  Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?"  (ayat 7).

     Ketika mulai merasa bahwa diri kita lebih baik dan lebih rohani dari orang lain, pelayanan kita lebih berhasil dari orang lain, atau gereja kita lebih besar dan maju dibanding gereja lain, saat itulah kita sedang jatuh dalam dosa kesombongan!  Dalam hal kerohanian, seringkali kesombongan itu tumbuh secara tersembunyi tanpa dapat kita sadari dan kita tetap merasa baik-baik saja dalam hal ini, padahal kesombongan itu adalah ketika kita mulai suka menghakimi dan membanding-bandingkan dengan orang lain.

     Orang yang sombong seringkali tidak menyadari kalau dirinya sombong.  Inilah tipu muslihat Iblis!  Ketika gagal mengupayakan segala cara agar kita jatuh dalam segala hal yang jahat di mata Tuhan, Iblis akan mencoba dengan cara yang lebih jitu yaitu membiarkan kita dengan kesibukan pelayanan kita sampai akhirnya kita merasa  'lebih', dan pada saat itulah kita menjadi sombong rohani.  Bukankah banyak orang Kristen dan juga para pelayan Tuhan yang mulai terjangkit  'penyakit'  ini?  Seseorang yang berbuat dosa atau terlibat dalam segala jenis kejahatan tidak ada yang dapat mereka sombongkan.  Tetapi orang yang merasa dirinya  'baik-baik saja', apalagi sudah terlibat dalam pelayanan dan dipercaya Tuhan dalam banyak hal, tanpa sadar menjadi sombong dan membanggakan kemuliaan yang seharusnya menjadi milik Tuhan.  Ini juga yang menjadi alasan mengapa Lucifer jatuh, yaitu karena kesombongannya.

Kesombongan adalah dosa terbesar dalam kehidupan kekristenan.

Monday, November 21, 2011

SETIAP MASALAH MENDATANGKAN KEBAIKAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 November 2011 -

Baca:  Mazmur 119:67-80

"Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu."  Mazmur 119:67

Masalah, kesesakan atau penindasan seringkali menjadi cara yang paling ampuh untuk membawa seseorang mendekat kepada Tuhan dan mencari Dia dengan sungguh-sungguh.  Namun terkadang pula seseorang malah semakin menjauh dan lari meninggalkan Tuhan.  Semua itu tergantung pada sikap dan respons kita terhadap masalah itu.  Simak pernyataan Daud ini:  "...aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-mu."  (ayat 71).  Daud sadar bahwa masalah adakalanya terjadi sebagai akibat dari kesalahan kita sendiri.  Jika kita peka, ini adalah kesempatan bagi kita untuk mengoreksi diri,  "...apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!"  (Mazmur 139:24).  Namun tidak semua orang bisa memandang setiap permasalahan dengan cara pandang yang positif.  Seharusnya kita bersyukur jika Tuhan menegur kita melalui masalah,  "karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."  (Ibrani 12:6).

     Siapa di antara kita yang mau mengalami keadaan yang tidak baik atau tertindas di sepanjang hidupnya?  Tidak ada!  Mengapa Daud bisa berkata bahwa tertindas itu baik baginya?  Karena dengan kondisi yang demikian ia lebih bisa memahami rencana Tuhan.  Jadi bukan tanpa tujuan jika Tuhan mengijinkan masalah terjadi dalam hidup ini.  Ada tertullis:  "Bukankah firman-Ku seperti api, demikianlah firman Tuhan dan seperti palu yang menghancurkan bukit batu?"  (Yeremia 23:29).  FirmanNya seperti api dan palu yang dipakai Tuhan untuk menghancurkan hal-hal yang tidak berkenan yang masih ada di dalam diri kita supaya kita timbul seperti emas dan semakin serupa dengan Kristus, karena  "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru:  yang lama sudah berlalu, seesungguhnya yang baru sudah datang."  (2 Korintus 5:17).

     Sebagai manusia kita memiliki kecenderungan memberontak dan mengandalkan kekuatan sendiri ketika berada dalam masalah.  Namun sebagai  'ciptaan baru'  di dalam Kristus, tidak seharusnya kita bertindak demikian.  Sebaliknya kita patut bersyukur karena peringatan-peringatan Tuhan ini membuat kita semakin melekat kepada Tuhan, menyadari keterbatasan kita dan tidak lagi memegahkan diri sendiri. 

Janganlah sampai kita mengalami masalah terlebih dahulu baru bersungguh-sungguh di dalam Dia!

Sunday, November 20, 2011

BATU PERINGATAN: Tangan Kuat Tuhan!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 November 2011 -

Baca:  Yosua 4:1-24

"maka haruslah kamu katakan kepada mereka:  Bahwa air sungai Yordan terputus di depan tabut perjanjian Tuhan;  ketika tabut itu menyeberangi sungai Yordan, air sungai Yordan itu terputus.  Sebab itu batu-batu ini akan menjadi tanda peringatan bagi orang Israel untuk selama-lamanya."  Yosua 4:7

Pembacaan firman Tuhan hari ini menyatakan bahwa Tuhan memerintahkan Yosua untuk memilih 12 orang dari tiap-tiap suku Israel dan mengambil batu dari tengah sungai Yordan di mana para imam menjejaknya.  Kemudian  "Kedua belas batu yang diambil dari sungai Yordan itu ditegakkan oleh Yosua di Gilgal."  (ayat 20).  Batu-batu didirikan oleh Yosua di Gilgal sebagai tanda peringatan supaya keturunan  (generasi)  Israel tahu bahwa Tuhanlah yang telah memimpin nenek moyang mereka masuk ke Tanah Perjanjian  (Kanaan), sehingga semua bangsa di dunia tahu  "...bahwa kuat tangan Tuhan, dan supaya mereka selalu takut kepada Tuhan, Allahmu."  (ayat 24).

     Jadi, oleh karena campur tangan Tuhan semata Yosua dan umat Israel dapat menyeberangi sungai Yordan.  Padahal, aliran sungai Yordan itu sangat deras dan tidak mungkin untuk diseberangi.  Itulah sebabnya sungai ini menjadi tempat perlindungan yang paling aman bagi bangsa-bangsa di sekitar Kanaan dari serangan musuh, karena mereka yakin bahwa musuh tidak akan mungkin bisa melewati sungai yang deras ini.  Namun Alkitab menyatakan bahwa ketika kaki para imam pembawa tabut perjanjian menyentuh air sungai Yordan, secara ajaib sungai itu terbelah menjadi dua dan bangsa Israel pun melintasi dasar sungai yang menjadi kering itu  (baca  Yosua 3:17).  Bangsa Israel mengalami mujizat luar biasa di sungai Yordan karena mereka mau taat melakukan apa yang diperintahkan oleh Tuhan  (Baca  Yosua 3:3-5)!

     Peristiwa menyeberangi sungai Yordan adalah suatu peristiwa besar bagi bangsa Israel di bawah kepemimpinan Yosua.  Suatu bukti nyata bahwa Allah bangsa Israel adalah Allah yang hidup dan penuh kuasa!  Dan ini semakin menguatkan iman bangsa Israel.  Karena itu,  "Apabila di kemudian hari anak-anakmu bertanya kepada ayahnya:  Apakah arti batu-batu ini?  maka haruslah kamu beritahukan kepada anak-anakmu, begini:  Israel telah menyeberangi sungai Yordan ini di tanah yang kering!  -  sebab Tuhan, Allahmu..."  (ayat 21-23).

Bukan karena kuat dan gagah mereka, tapi semata-mata tangan Tuhan yang kuat dan perkasa yang menopang mereka!

Saturday, November 19, 2011

KUNCI HIDUP DIBERKATI: Selalu Bersyukur dan Memberi!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 November 2011 -

Baca:  Markus 6:30-44

"Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti dua belas bakul penuh, selain dari pada sisa-sisa ikan."  Markus 6:43

Karena kondisi ekonomi tak menentu, hari-hari ini sebagian orang terpaksa mengencangkan ikat pinggangnya begitu rupa;  sebisa mungkin tidak boros atau konsumtif.  Akibat dari itu orang cenderung menjadi egois dan tidak lagi memiliki kepedulian terhadap orang lain.  Kita menghemat begitu rupa dengan harapan kita berkecukupan dan berkelimpahan, tidak kekurangan suatu apa pun.  Tertulis:  "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan."  (Amsal 11:24).

     Untuk mengalami kelimpahan atau hidup diberkati, kita harus mengikuti prinsip yang Tuhan ajarkan kepada kita:  "Berilah dan kamu akan diberi:  suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu.  Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."  (Lukas 6:38).  Namun seringkali kita berpikir,  "Bagaimana saya bisa memberi kepada orang lain, sedangkan untuk kebutuhan sendiri saja pas-pasan?"  Jangan pernah membatasi kuasa Tuhan dengan logika kita!  Tuhan Yesus melakukan mujizat yang besar.  Hanya dengan 5 roti dan 2 ikan Ia sanggup memberi makan 5000 orang lebih, bahkan masih ada sisa sebanyak 12 bakul.  Ketika mendapatkan 5 roti dan 2 ikan, Tuhan Yesus  "...menengadah ke langit dan mengucap berkat,"  (Markus 6:41).  Tuhan Yesus mengucap syukur atas apa yang ada padaNya meski jumlahnya sangat terbatas.  Dan Allah yang adalah Jehovah Jireh sanggup mengadakan dari yang tidak ada menjadi ada.

     Sekecil apa pun berkat yang kita miliki saat ini, belajarlah untuk tetap mengucap syukur.  Ucapan syukur adalah kekuatan sorga untuk mengubah keadaan.  Tidak ada keadaan yang tidak bisa diubah oleh kekuatan ucapan syukur.  Mungkin saat ini kita tidak memiliki uang atau harta yang berlebih, namun tetaplah bersyukur!  Hal penting lain yang harus kita lakukan adalah belajar memberi.  Jika rindu diberkati oleh Tuhan, kita harus banyak memberi.  Saat kita memberi itulah kita akan menerima berkat dari Tuhan, karena besar atau kecilnya kuasa dan kekayaan Tuhan yang diberikan kepada kita tergantung dari apa yang kita beri.  Oleh karena itu mulailah dengan memberi persepuluhan kepada Tuhan!  Dan belajarlah memberi kepada orang lain. 

Kita memberi dengan apa yang kita punyai, bukan dengan apa yang tidak kita miliki.

Friday, November 18, 2011

MEWARISI KARAKTER TUHAN: Kesabaran!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 November 2011 -

Baca:  Mazmur 145:1-21

"Tuhan itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya."  Mazmur 145:8

Hampir sebagian besar orang di dunia ini terserang 'virus' ketidaksabaran.  Kita tidak sabar terhadap suami atau isteri atau anak, tidak sabar terhadap pembantu kita di rumah, tidak sabar terhadap karyawan, bahkan kita tidak sabar menantikan jawaban doa dari Tuhan.  Semua orang menginginkan segala hal bersifat instan:  makan makanan yang cepat saji, ingin berhasil secara instan, ingin memperoleh kekayaan secara instan, ingin mendapatkan jodoh secara instan, semuanya ingin serba instan.

     Firman Tuhan menasihatkan,  "...sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah... kesabaran.  Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain,"  (Kolose 3:12-13a), sebab  "Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota."  (Amsal 16:32).  Mengapa setiap orang percaya harus memiliki kesabaran?  Karena kita adalah anak-anak Tuhan yang sudah seharusnya mewarisi sifat-sifat Bapa, salah satunya adalah sabar.  Tuhan itu panjang sabar dan besar kasih setiaNya.  Contoh:  manusia di zaman Nuh hidup dalam kejahatan, tetapi dengan kesabaranNya Tuhan masih memberi kesempatan kepada mereka selama 120 tahun untuk bertobat  (selama masa pembuatan bahtera), tapi mereka tetap saja hidup dalam pemberontakan dan akhirnya binasa oleh air bah, kecuali Nuh dan keluarganya.  Dalam Nahum 1:3a dikatakan:  "Tuhan itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah."  Juga bangsa Israel, yang senantiasa mengalami kebaikan Tuhan, masih saja suka bersungut-sungut dan memberontak kepadaNya.  Namun Tuhan tetap sabar terhadap mereka.  Sungguh, Tuhan Yesus adalah teladan utama dalam hal kesabaran.  Terhadap orang-orang yang mengejek, meludahi, menganiaya, bahkan menyalibkan Dia, Yesus tetap sabar dan berdoa:  "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."  (Lukas 23:34a).  Kesabaran Tuhan membuahkan pengampunan!

     Saat ini kasih Tuhan dicurahkan ke dalam hati kita melalui kuasa Roh KudusNya.  Dan karena pertolongan Roh Kuduslah kita beroleh kekuatan untuk mengasihi dan memiliki kesabaran terhadap orang lain.

Jika Roh Kudus ada di dalam kita, kita pasti dapat bersabar menghadapi segala sesuatu karena kesabaran adalah salah satu dari buah Roh  (baca Galatia 5:22).

Thursday, November 17, 2011

TUJUAN HIDUP ORANG PERCAYA: Memuliakan Nama Yesus!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 November 2011 -

Baca:  Filipi 1:12-26 

"Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan."  Filipi 1:21

Pernahkah Saudara bertanya pada diri sendiri tentang hidup ini:  "Mengapa saya hidup?  Untuk apa saya hidup?  Setelah saya mati nanti, apakah saya masuk sorga atau neraka?"  Ataukah kita tidak peduli dengan itu semua, yang penting hidup untuk makan dan makan untuk hidup.  Mungkin yang lain berprinsip:  mengalir saja dalam menjalani hidup ini, yang penting dibuat happy, urusan mati itu urusan nanti.  Ingat! Setiap orang harus memiliki tujuan dalam hidupnya, jangan sampai kita menjalani hidup ini tanpa ada tujuan.  Dengan memiliki tujuan hidup yang jelas  (sasaran yang hendak dituju), hidup kita akan lebih bermakna, semakin memotivasi kita, mendisiplinkan kita dan mengontrol kita ke arah yang benar.  Ada tertulis:  "Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi, demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang.  Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia."  (Ibrani 9:27-28).

     Masuk sorga atau neraka kelak sangat ditentukan oleh tujuan hidup kita.  Alkitab jelas menyatakan bahwa manusia ditetapkan untuk mati satu kali, setelah itu ia akan dihakimi.  Oleh karena itu hiduplah dengan tujuan yang benar seperti rasul Paulus berniat demikian:  "...bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan."  Rasul Paulus memiliki tujuan hidup yang jelas yaitu hidup yang meninggikan dan memuliakan nama Tuhan;  hidup Paulus adalah bagi Kristus dan untuk Kristus.  Karena itu dia berkata,  "...jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah."  (Filipi 1:22a).  Artinya Paulus berusaha untuk melakukan yang terbaik bagi Kristus, menjadikan Tuhan Yesus sebagai teladan utama dalam hidupnya, serta menempatkan Dia lebih dari apa pun yang ada di dunia ini.  Tertulis:  "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."  (1 Yohanes 2:6).  Semua itu harus dibuktikan dalam tindakan yang benar-benar nyata.

     Paulus telah membuktikan komitmennya itu:  seluruh hidupnya dicurahkan untuk Injil sehingga nama Yesus dimuliakan.

Ujian dan tantangan yang ada tak menggoyakan iman dan pengharapan Paulus di dalam Kristus, bahkan ia terus  "...berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus."  (Filipi 3:14).

Wednesday, November 16, 2011

MASA PADANG GURUN: Masa Penuh Mujizat!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 November 2011 -

Baca:  Ulangan 8:1-20

"Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak Tuhan, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak."  Ulangan 8:2

Tak seorang pun di dunia ini yang mau mengalami masa-masa padang gurun.  Masa padang gurun bisa diartikan masa-masa sukar dalam kehidupan kita:  ketika rumah tangga sedang menghadapi masalah berat, krisis keuangan, usaha seret dan mau pailit, anak-anak memberontak, sakit-penyakit tak kunjung sembuh dan sebagainya.  Di masa-masa seperti itu banyak dari kita yang tidak tahan:  mulai stres, mengeluh, bersungut-sungut dan mulai menyalahkan Tuhan.

     Sikap ini setali tiga uang dengan bangsa Israel, yang sekalipun mengalami mujizat-mujizat besar dari Tuhan tidak ada henti-hentinya bersungut-sungut dan memberontak kepada Tuhan.  Jika kita memperhatikan lebih teliti lagi, ada keindahan di balik masa padang gurun itu.  Justru saat berada di padang gurun inilah bangsa Israel merasakan pengalaman yang luar biasa bersama Tuhan, di mana Tuhan menyatakan mujizatnya secara luar biasa bersama Tuhan, di mana Tuhan ubahkan menjadi tawar;  ada tiang awan di waktu siang dan tiang api;  Laut Teberau terbelah;  ada roti sorga ('manna') dan juga burung puyuh sehingga bangsa Israel tidak mengalami kelaparan, bahkan kasut dan baju mereka bisa bertahan sampai 40 tahun!

     Jika kita sedang mengalami masa-masa padang gurun tetaplah kuat dan jangan mengeluh karena ini adalah kesempatan bagi kita melihat mujizat Tuhan dinyatakan.  Jadi kita harus dapat memandang 'masa padang gurun' ini dengan cara pandang yang positif karena ini adalah cara Tuhan untuk membentuk dan memproses kita sebelum kita mencapai Tanah Perjanjian atau menikmati berkat-berkat Tuhan.  Memang menjalani masa padang gurun tidak mudah, dibutuhkan kesabaran dan ketekunan.  Alkitab menyatakan,  "Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu."  (Ibrani 10:36).  Tanpa melewati padang gurun, bangsa Israel tidak akan menjadi bangsa yang kuat dan tangguh.  Di padang gurun inilah bangsa Israel juga dilatih untuk memiliki kerendahan hati dan belajar bergantung kepada Tuhan sepenuhnya.

Bersyukurlah jika Tuhan membawa kita ke padang gurun, karena semua itu akan mendatangkan kebaikan bagi kita!

Tuesday, November 15, 2011

NUH: Kualitas Hidup Berbeda Dari Dunia (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 November 2011 -

Baca:  Kejadian 7:1-24

"Masuklah ke dalam bahtera itu, engkau dan seisi rumahmu, sebab engkaulah yang Kulihat benar di hadapan-Ku di antara orang zaman ini."  Kejadian 7:1

Hidup Nuh berbeda dari orang-orang sezamannya.  Di saat orang-orang hidup dalam kejahatan dan melanggar firman Tuhan, ia berani melawan arus dan tetap hidup dalam kebenaran sekalipun lingkungan dan juga orang-orang di sekitarnya sangat tidak mendukung.  Kita pun dituntut untuk berani melawan arus dunia ini yaitu hidup berbeda dari orang-orang dunia meski ada harga yang harus di bayar.  Mungkin kita akan dicemooh, dipandang sebelah mata, dibenci atau bahkan akan dikucilkan.

     Apa kuncinya sehingga Nuh tetap kuat dan mampu bertahan di tengah dunia yang rusak?  Alkitab menyatakan,  "...Nuh itu hidup bergaul dengan Allah."  (Kejadian 6:9b).  Di tengah tekanan yang ada, Nuh memiliki hubungan yang karib dengan Tuhan.  Pemazmur menulis:  "Tuhan bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka."  (Mazmur 25:14).  Juga dikatakan,  "Kepada orang yang karib kepada-Ku Kunyatakan kekudusan-Ku, dan di muka seluruh bangsa itu akan Kuperlihatkan kemuliaan-Ku..."  (Imamat 10:3).  Tanda orang yang karib dengan Tuhan adalah selalu melibatkan Tuhan dan selalu melibatkan Tuhan dalam apa pun juga yang ia lakukan.  Karena itu Tuhan pun memberitahukan rahasianya kepada Nuh.

     Milikilah pola hidup bergaul dengan Tuhan dan libatkanlah Tuhan dalam segala sesuatu yang akan kita lakukan.  Nuh adalah orang yang taat kepada perintah Tuhan.  Ia melakukan perintah Tuhan sekalipun secara manusia tidak masuk akal.  Sudah pasti orang-orang di sekitarnya mentertawakan dan mengganggap Nuh sudah gila karena di tengah kekeringan yang ada, tidak ada hujan atau badai, Nuh malah membuat bahtera dengan ukuran yang sangat besar.  Apa pun yang terjadi,  "...Nuh melakukan semuanya itu;  tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya"  (Kejadian 6:22).  Bahkan  menurut sebuah tafsiran, waktu yang diperlukan Nuh untuk membuat bahtera yang sangat besar itu adalah selama 120 tahun!  Bisa dibayangkan betapa berat perjuangan Nuh untuk membuat bahtera;  adalah mustahil bahtera dapat terselesaikan bila Nuh tidak tekun dan setia mengerjakannya!

Karena kesetiaannya kepada Tuhan, Nuh dan keluarganya selamat!

Monday, November 14, 2011

NUH: Kualitas Hidup Berbeda Dari Dunia! (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 November 2011 -

Baca:  Kejadian 6:9-22

"Inilah riwayat Nuh:  Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya;"  Kejadian 6:9a

Jika memperhatikan kehidupan Nuh, ini adalah gambaran kehidupan orang percaya di akhir zaman ini.  Orang-orang di zaman Nuh mengabaikan perkara-perkara rohani, menyepelekan perintah Tuhan, hidup dalam kejahatan dan hawa nafsu.  Bukankah hal ini tidak jauh berbeda dari kehidupan orang-orang zaman sekarang ini?  Meski  "Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya."  (2 Timotius 3:5a).

     Alkitab dengan sangat jelas menyatakan bahwa  "...kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,"  (Kejahatan 6:5), sehingga  "...semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi."  (Kejadian 6:12b).  Bahkan kalau kita teliti lagi di ayat 11-12, kata rusak diulang sampai 3x banyaknya.  Jadi, hal ini menunjukkan betapa parahnya kerusakan yang terjadi dalam kehidupan manusia pada waktu itu:  kualitas moral manusia benar-benar sudah sampai pada titik terendah, sampai-sampai  "...menyesallah Tuhan, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya."  (Kejadian 6:6).

     Meskipun berada di tengah-tengah dunia yang telah rusak secara moral dan spiritual, Nuh tetap mampu menjaga kualitas hidupnya agar berkenan kepada Tuhan.  Memiliki kualitas hidup seperti Nuh inilah yang dikehendaki Tuhan bagi kehidupan orang percaya di akhir zaman ini.  Kualitas hidup yang seperti apakah?  Firman Tuhan tegas menyatakan,  "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah:  apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."  (Roma 12:2).

     Sebagai orang percaya yang telah diselamatkan Tuhan, kita harus memiliki kehidupan yang berbeda  (tidak serupa)  dengan orang-orang dunia;  kehidupan lama harus benar-benar kita tinggalkan dan hidup sebagai  'manusia baru' di dalam Kristus, karena  "...kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat."  (1 Petrus 1:18-19).  (Bersambung)

Sunday, November 13, 2011

MIMPI YANG MENJADI KENYATAAN (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 November 2011 -

Baca:  Kejadian 45:16-28

"Demikianlah dilakukan oleh anak-anak Israel itu.  Yusuf memberikan kereta kepada mereka menurut perintah Firaun;  juga diberikan kepada mereka bekal di jalan."  Kejadian 45:21

Dari kisah Yusuf kemarin bisa dibayangkan betapa sakitnya hati Yusuf, terlebih lagi yang membenci itu saudaranya sendiri;  tapi tidak sedikit pun ia menaruh rasa pahit hati kepada saudara-saudaranya itu.  Yusuf membebaskan dirinya dari kepahitan.  Inilah yang menjadi kunci keberhasilan hidupnya!  Yusuf sadar bahwa kepahitan hanya akan menghancurkan hidupnya dan menghambat penggenapan janji Tuhan.  Karena itu Yusuf tidak mau terus-menerus menyimpan kepahitan dalam hatinya.  Bukanlah kebetulan jika Yusuf menamai anak pertamanya Manasye, yang artinya Tuhan telah membuatku melupakan.  Tuhan telah membuatnya melupakan kesusahan dan kepahitan yang pernah dirasakannya.  Yusuf tidak mau terus-menerus menyimpan kepahitan dalam hatinya.  Bahkan ketika mendapati saudara-saudaranya kekurangan makanan, Yusuf tidak memiliki keinginan membalas dendam.  Ia justru mencium dan mengasihi saudara-saudaranya itu.

     Yusuf membalas kejahatan saudaranya dengan kebaikan.  Melakukan kesalahan adalah manusiawi, tetapi memaafkan adalah ilahi.  Ketika kita dipakai Tuhan dan kemudian proses itu datang, kita akan semakin didewasakan.  Oleh karena itu, jangan memberontak jika Tuhan membentuk kita.  Pada mulainya Yusuf adalah hamba, namun pada akhirnya dia naik pangkat menjadi penguasa atas istana Firaun.  Yusuf tampil sebagai pemenang karena dia telah lulus ujian.  Seringkali kita gagal melewati masa-masa sulit dalam hidup kita dan membiarkan rasa benci dan kepahitan itu menguasai hati kita, akibatnya mimpi yang Tuhan berikan tidak menjadi kenyataan.

     Jangan sekali-kali membatasi kuasa Tuhan bekerja!  Karena  "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di hati manusia:  semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."  (1 Korintus 2:9).  Tuhan memiliki 1001 cara untuk menolong dan mengangkat hidup kita seperti yang dialami oleh Yusuf.  Dan mungkin Dia mengijinkan kita mengalami ujian dan tantangan;  tetapi jika kita tetap mempercayai Tuhan dengan sepenuh hati dan tidak berubah, percayalah, cepat atau lambat Tuhan akan menggenapi janjiNya dalam kehidupan kita.

Yusuf mengalami peninggian dari Tuhan karena dia kuat dan menang melewati ujian!

Saturday, November 12, 2011

MIMPI YANG MENJADI KENYATAAN (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 November 2011 -

Baca:  Kejadian 45:1-15

"Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu."  Kejadian 45:5

Ketika mendapatkan mimpi dari Tuhan usia Yusuf masih sangat belia yaitu 17 tahun.  Mimpi yang diberikan Tuhan inilah yang menjadi visi dalam hidup Yusuf sehingga ia mampu berdiri teguh dan tetap kuat menghadapi berbagai ujian yang harus dilewatinya.  Waktu Yusuf menerima mimpi dari Tuhan, mimpi itu tidak langsung tergenapi.  Yusuf harus mengalami berbagai tes untuk menguji kemurnian dan kesungguhan hidupnya.  Yusuf ditolak oleh saudara-saudaranya dan diperlakukan tidak adil, dimasukkan ke dalam sumur, lalu dijual sebagai budak dan dihargai hanya dengan 30 keping perak.  Meski demikian Yusuf tidak pernah putus asa atau terus meratapi penderitaan itu, dia tetap bergantung sepenuhnya kepada Tuhan dan percaya pada visi yang Tuhan berikan itu sehingga Tuhan pun  "...membuat segala sesuatu indah pada waktunya,"  (Pengkotbah 3:11a).  Tuhan mengangkat Yusuf dan menjadikan dia penguasa di Mesir.

     Ada tertulis:  "Ketika Ia mendatangkan kelaparan ke atas negeri itu dan menghancurkan seluruh persediaan makanan, diutus-Nyalah seorang mendahului mereka:  Yusuf, yang dijual menjadi budak.  Mereka mengimpit kakinya dengan belenggu, lehernya masuk ke dalam besi, sampai saat firman-Nya sudah genap, dan janji Tuhan membenarkannya.  Raja menyuruh melepaskannya, penguasa bangsa-bangsa membebaskannya.  Dijadikannya dia tuan atas istananya, dan kuasa atas segala harta kepunyaannya,"  (Mazmur 105:16-21).

     Hidup sesuai jalan Tuhan bukanlah suatu jaminan untuk kita tidak mengalami masalah dan ujian.  Ketika kita hidup benar justru semua orang menyudutkan kita dan semakin membenci kita seperti yang dikeluhkan Daud,  "Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah.  Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi."  (Mazmur 73:13-14).  Yusuf pun ternyata mengalami hal yang sama, di mana saudara-saudaranya semakin membenci dia.  Tetapi dalam hal ini Yusuf lulus dari ujian oleh karena dia tidak membalas kebencian saudaranya itu dengan kebencian, atau kejahatan dengan kejahatan.

Bukankah banyak orang ketika mendapat perlakuan yang tidak baik oleh orang lain, hatinya menjadi pahit dan berusaha untuk membalasnya?

Friday, November 11, 2011

TUHAN: Di Balik Kemenangan Bangsa Israel!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 November 2011 -

Baca:  Mazmur 46:1-12

"Pergilah, pandanglah pekerjaan Tuhan, yang mengadakan pemusnahan di bumi, yang menghentikan peperangan sampai ke ujung bumi, yang mematahkan busur panah, menumpulkan tombak, membakar kereka-kereka perang dengan api!"  Mazmur 46:9-10

Sebelum mencapai Kanaan bangsa Israel harus terlebih dahulu menaklukkan bangsa-bangsa lain.  Dalam Yosua 12:1-24 tercatat daftar raja-raja yang telah dikalahkan oleh orang-orang Israel.  Bukankah hebat bangsa Israel?  Padahal orang-orang Israel tidak berpengalaman dalam hal militer, tetapi mereka berhasil mengalahkan musuh-musuhnya yang begitu banyak dan kuat-kuat.

     Lalu, siapa yang menjadi tokoh utama di balik semua kemenangan bangsa Israel ini?  Jawabnya adalah Tuhan, tidak ada yang lain.  Inilah janji Tuhan kepada Yosua:  "Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa."  (Yosua 1:3).  Bangsa Israel menjadi bangsa yang kuat dan perkasa oleh karena Tuhan yang campur tangan.  Di luar Tuhan mereka tidak dapat berbuat apa-apa.  Simak nyanyian Musa ini:  "Tuhan itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku.  Ia Allahku, kupuji Dia, Ia Allahku, kupuji Dia, itulah nama-Nya."  (Keluaran 15:2-3).  Mereka mengakui bahwa yang menjadi pahlawan perang bagi mereka adalah Tuhan sendiri!  Karena itu nama Tuhan harus selalu ditinggikan!

     Untuk meraih kemenangan dan mengalami penyertaan Tuhan tentu ada syaratnya!  Alkitab mencatat ketika bangsa Israel hidup seturut dengan kehendak Tuhan  (taat), mereka mampu mengalahkan musuh sekuat apa pun.  Sebaliknya ketika mereka tidak lagi setia kepada Tuhan dan memberontak kepadaNya, kekalahan demi kekalahan harus mereka alami.  Hidup kekristenan adalah hidup dalam peperangan.  Dalam hal ini tidak berbicara tentang perang secara fisik, tetapi peperangan melawan tipu muslihat Iblis, mempertahankan iman dan bagaimana bertahan di tengah persoalan.  Dengan kekuatan sendiri kita tidak akan mampu menghadapi semua itu.  Rasul Paulus berkata,  "Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya."  (2 Timotius 2:4).

Peperangan identik dengan perjuangan dan air mata, karena itu arahkan pandangan kepada Tuhan dan andalkan Dia dalam segala hal, niscaya kemenangan demi kemenangan akan kita raih, karena Dia yang berperang ganti kita.

Thursday, November 10, 2011

SEGALA SESUATU HARUS DIRENCANAKAN DENGAN BAIK

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 November 2011 -

Baca:  Lukas 14:28-35

"Segala siapakah di antara kamu yang mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu?"  Lukas 14:28

Suatu keinginan atau harapan untuk mencapai sesuatu pasti tak luput dari sebuah perencanaan yang matang, jika kita ingin meraih hasil yang maksimal.  Jadi dalam segala hal, alangkah bijaknya jika kita membuat perencanaan terlebih dahulu sebagai bahan acuan dan pertimbangan terhadap sesuatu yang hendak dilakukan.  Ada kalimat bijak yang mengatakan bahwa sebuah perencanaan yang baik sudah merupakan atau sama dengan separuh dari pekerjaan itu sendiri.  Contoh:  dalam hal keuangan.  Ketika liburan sekolah tiba dan kita hendak berpergian ke luar kota, mau tidak mau kita pun pasti membuat rencana:  pergi naik apa?  Berapa biaya yang harus kita siapkan?  Sudahkah kita mem-booking tempat untuk menginap?  Apalagi saat-saat ini semua harga kebutuhan sangat tinggi, kita pun harus berpikir ekstra dalam mengatur keuangan kita, jangan sampai pengeluaran lebih besar dibanding dengan pemasukan.

     Firman Tuhan mengajar kita untuk membuat perencanaan keuangan dengan baik.  Sebab, jika kita besar pasak daripada tiang, peluang untuk berhutang akan terbuka;  semakin kita memiliki banyak utang, keuangan kita jelas akan semakin amburadul.  Oleh karena itu belajarlah untuk selalu mengucap syukur kepada Tuhan untuk berkat-berkat yang telah kita terima.  Sebesar atau sekecil apa pun berkat yang kita terima patutlah disyukuri.  Alkitab menasihati:  "...cukupkanlah dirimu dengan gajimu."  (Lukas 3:14b), dan  "...ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar."  (1 Timotius 6:6);  jadi  "...asal ada makanan dan pakaian, cukuplah."  (1 Timotius 6:8).

     Sudahkah kita merencanakan keuangan kita dengan baik?  Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah memprioritaskan persepulahan terlebih dahulu ketika kita menerima berkat dari Tuhan  (baca  Maleakhi 3:10).  Kemudian buatlah anggaran untuk semua kebutuhan yang ada dan sesuaikan itu dengan pemasukan.  Ingat, jangan membuat anggaran yang melebihi pemasukan;  setiap pengeluaran harus sesuai dengan anggaran yang kita buat.  Karena itu kita harus bisa memilah mana itu kebutuhan dan mana itu keinginan.

Membuat perencanaan keuangan itu Alkitabiah;  kuasailah dirimu dan jangan sampai kita menjadi batu sandungan bagi orang lain karena kita berhutang sana-sini!

Wednesday, November 9, 2011

SAUDARA DALAM MASALAH? Tetap Pujilah Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 November 2011 -

Baca:  Mazmur 84:1-13

"Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau."  Mazmur 84:5

Sebagaimana renungan kemarin disampaikan, puji-pujian bagi orang percaya adalah sangat penting, bukan hanya dalam ibadah formal saja kita harus memuji Tuhan, melainkan juga dalam kehidupan kita sehari-hari.  Melalui pujian yang kita naikkan kepada Tuhan kita bisa merasakan, bahkan mengalami kasih dan kuasa Tuhan, sebab ketika kita memuji Tuhan berarti kita sedang berurusan dengan Tuhan dan Dia pasti bertindak, sebab  "...Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel."  (Mazmur 22:4).

     Lalu, apa yang terjadi jika kita memuji Tuhan?  Mari mempelajari kisah ini:  karena fitnah, Paulus dan Silas harus mengalami penganiayaan yang hebat dan dimasukkan ke dalam penjara, bahkan kaki mereka dibelenggu dalam pasungan yang kuat  (baca  Kisah 16:24).  Meski demikian mereka tidak berkecil hati, mengeluh atau putus asa, justru iman mereka semakin dikuatkan melalui kejadian ini.  Dalam kondisi tanpa harapan,  "...kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka."  (Kisah 16:25).  Mereka mememuji-muji Tuhan dengan penuh semangat dengan suara yang keras sehingga orang-orang lain yang berada dalam penjara turut mendengarnya.  Paulus dan Silas benar-benar mengerti bahwa ada kuasa dalam puji-pujian.  Dan benar terjadi:  kuasa Tuhan turun atas mereka dan terjadilah gempa yang dahsyat, yang mengakibatkan sendi-sendi penjara dan belenggu terlepas.  Penjara dan belenggu berbicara tentang masalah atau penderitaan yang kita alami, semua akan terlepaskan ketika kita memuji Tuhan.

     Ketika kita memuji Tuhan kita akan beroleh kekuatan;  bukan hanya kuat, tetapi makin lama makin kuat!  Bagaimana pujian dapat menjadi kuasa yang nyata?  Kita harus memuji Tuhan dengan penuh iman.  Masalah dan pencobaan boleh datang, tapi jangan pernah berhenti untuk memuji Tuhan.  Dengan begitu kita mengijinkan kuasaNya bekerja dalam kehidupan kita.  Apa yang dialami oleh Paulus dan Silas bukanlah hal kebetulan, karena Tuhan mengijinkan ini terjadi.  Melalui kejadian ini kepala penjara dan seisi rumahnya menjadi percaya kepada Tuhan!

Seberat apa pun masalah yang menimpa kita jangan pernah berhenti memuji-muji Tuhan, ada kuasa di dalamnya!

Tuesday, November 8, 2011

PUJI-PUJIAN: Menyenangkan Hati Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 November 2011 -

Baca:  Mazmur 104:1-35

"Aku hendak menyanyi bagi Tuhan selama aku hidup, aku hendak bermazmur bagi Allahku selagi aku ada."  Mazmur 104:33

Memuji-muji Tuhan bukanlah dikhususkan bagi orang-orang Kristen yang bersuara bagus, sudah rekaman atau memiliki album, atau yang sudah terlibat dalam pelayanan sebagai worship leader atau singer.  Menyanyi, menaikkan pujian bagi Tuhan dan membesarkan namaNya adalah bagian dari ibadah orang percaya tanpa terkecuali, baik itu anak-anak, pemuda atau juga orang dewasa.  Oleh karena itu semua orang yang percaya harus memuji-muji Tuhan dengan segenap hati.  Pemazmur berkata,  "Biarlah segala yang yang bernafas memuji Tuhan!"  (Mazmur 150:6).  Tuhan tidak menilai seberapa bagus suara kita, tapi yang Dia nilai adalah kesungguhan hati kita dalam memuji Tuhan.  Pujian yang keluar dari hati, sekali pun suaranya kurang bagus, tidak menjadi masalah bagi Tuhan.  Di Perjanjian Lama pun umat Tuhan selalu bermazmur bagi Dia dalam puji-pujian.  Dan kitab Mazmur ini adalah buku pujian bagi bangsa Israel.

     Ketika bangsa Israel berperang melawan musuh, mereka menyanyi bagi Tuhan dan tampil sebagai pemenang.  Perhatikan!  Setelah bangsa Israel terlepas dari tangan pasukan Firaun dan mengalami mujizat yang luar biasa, di mana Tuhan menuntun mereka menyeberangi Laut Teberau dengan caraNya yang ajaib, mereka bersorak-sorai dan memuji-muji Tuhan.  "Baiklah aku menyanyi bagi Tuhan, sebab Ia tinggi luhur, kuda dan penunggangnya dileparkan-Nya ke dalam laut.  Tuhan itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi ekselamatanku.  Ia Allahku, kupuji Dia, Ia Allah bapaku, kuluhurkan Dia.  Tuhan itu pahlawan perang;  Tuhan itulah nama-Nya.  Kereta Firaun dan pasukannya dibuang-Nya ke dalam laut;  para perwiranya yang pilihan dibenamkan ke dalam Laut Teberau."  (Keluaran 15:1-4).

     Tuhan menghendaki kita agar senantiasa memuji-muji Tuhan.  Daud adalah orang mengerti benar betapa pentingnya pujian bagi Tuhan, di mana dalam pujian ada kuasa!  Itulah sebabnya Daud dengan yakin berkata bahwa di sepanjang umur hidupnya ia akan terus memuji nama Tuhan  (baca  Mazmur 104:33).  Masih banyak orang Kristen yang ogah-ogahan memuji Tuhan, di gereja pun mereka memuji Tuhan dengan setengah hati.

Orang percaya yang penuh dengan Roh Kudus pasti tiada henti memuji dan meninggikan nama Tuhan dengan nyanyian rohani setiap waktu, karena mereka tahu bahwa itu adalah bagian dari ibadah kepada Tuhan.

Monday, November 7, 2011

HATI YANG SENANTIASA BERSYUKUR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 November 2011 -

Baca:  Mazmur 50:1-23

"Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku;"  Mazmur 50:32

Amerika Serikat adalah salah satu negara yang memiliki tradisi khusus yaitu menggelar acara Thanksgiving. atau hari ucapan syukur.  Tradisi ini bermula ketika para pendatang dari Eropa mendarat untuk pertama kalinya di benua Amerika, dan pada waktu itu mereka berhasil meraih keuntungan untuk pertama kalinya di tahun 1623.  Sejak itulah mereka menetapkan suatu hari sebagai tradisi yaitu hari ucapan syukur.

     Bagaimanakah hari-hari Saudara?  Apakah dipenuhi oleh ucapan syukur kepada Tuhan setiap waktu atau terus diliputi oleh kekuatiran, keluh kesah dan persungutan?  Perhatikan ayat nas di atas:  "Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku;" Hidup yang dipenuhi oleh ucapan syukur adalah hidup yang memuliakan Tuhan.  Hidup yang bersyukur itulah kunci kepuasan dan kebahagiaan hidup.  Namun jika yang keluar dari mulut kita hanyalah persungutan, mustahil kita merasakan kebahagiaan hidup.  Orang yang terus bersungut-sungut berarti tidak pernah menghargai pertolongan Tuhan dalam hidupnya, meragukan kuasa dan kesanggupan Tuhan.

     Mengapa kita harus selalu bersyukur kepada Tuhan?  Hidup yang selalu bersyukur menunjukkan bahwa kita percaya dan mengakui bahwa Tuhan adalah Sumber segala berkat.  Alkitab menyatakan,  "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu."  (1 Tesalonika 5:18).  Kita harus mengucap syukur kepada Tuhan dalam segala hal, baik dalam keadaan keberkatan atau pun sedang dalam pergumulan, baik dalam suka maupun duka.  Jadi, bukan hanya ketika segala sesuatu berjalan baik atau lancar.  Bila saat ini kita diijinkan mengalami masalah atau penderitaan sekali pun, tetaplah mengucap syukur, karena semuanya pasti akan mendatangkan kebaikan bagi kita.

     Pastilah Tuhan itu baik, ya Tuhan itu baik adanya:  di dalam Dia ada sukacita, ada damai sejahtera, ada kebahagiaan, ada pengharapan yang pasti, ada masa depan yang baik dan sebagainya.  Dan ucapan syukur terbesar dapat disebabkan karena kita telah diselamatkan!  Alkitab mengajak kita untuk tetap bersyukur meski sedang dalam kesukaran, sebab kesukaran bermanafaat untuk pengemban karakter kita.

Janganlah hidup seperti sembilan orang kusta itu, yang setelah beroleh kesembuhan dari Tuhan berlalu begitu saja dan melupakan kebaikan Tuhan.

Sunday, November 6, 2011

SUDAHKAH KITA TERBEBAS DARI KEBENCIAN?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 November 2011 -

Baca:  1 Yohanes 3:11-18

"Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia."  1 Yohanes 3:15a

Apakah Saudara adalah seorang Kristen atau pengikut Kristus?  Jika kita mengaku bahwa diri kita adalah seorang Kristen tapi dalam kenyataannya kita tidak memiliki kasih, berarti kekristenan kita adalah bohong;  sama artinya kita ini tidak mengenal Allah karena Allah adalah kasih  (baca 1 Yohanes 4:8).

     Mungkin kita tidak menyadari jika selama ini doa-doa kita tidak beroleh jawaban dari Tuhan;  salah satu penyebabnya adalah karena kita tidak mengasihi sesama saudara seiman.  Bila kita mengakui bahwa di dalam hati kita ada Roh Allah itu Roh Kasih.  Kita tidak perlu gembar-gembor kepada orang lain untuk menegaskan bahwa kita ini adalah orang percaya, karena dari buahnyalah kita mengenal suatu pohon.  Begitu pula dengan kehidupan orang percaya, dari buah-buah kehidupannya  (ucapan, perbuatan atau tindakan)  orang lain akan mengenal kita apakah kita ini seorang percaya atau bukan.  Seorang Kristen yang benar tidak akan pernah menyimpan kepahitan dan kebencian terhadap sesamanya.  Alkitab menyatakan:  "Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita.  Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut.  Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia.  Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya."  (1 Yohanes 3:14-15).

     Sadarkah kita bahwa yang menjadi penghambat doa untuk beroleh jawaban dari Tuhan adalah ketika kita masih menyimpan kebencian terhadap sesama dan tidak mau mengampuni orang lain yang bersalah kepada kita?  Ketika kita menolak mengampuni orang lain, akar pahit itu terus bertumbuh dalam hati kita dan semakin mencabik-cabik doa kita.  Bagaimana kita dapat berharap Tuhan akan mencurahkan berkat-berkatNya atas hidup kita kala kita masih menyimpan kebencian terhadap orang lain?  Bukankah Tuhan telah mengampuni dosa-dosa kita yang tak terhitung jumlahnya itu?  Karena itu Dia mengharapkan kita juga mengampuni orang lain sebagaimana dosa kita telah diampuni oleh Tuhan.  Bagaimana kita dapat berdoa kalau kita masih membenci orang lain ?

Apabila kita mengeraskan hati dan tetap membenci orang lain, maka dosa kebencian itulah yang memisahkan kita dari Tuhan, sehingga doa-doa kita pun hanya sampai di langit-langit kamar!

Saturday, November 5, 2011

DAUD: Mengalahkan Ketakutan (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi  5 November 2011 -

Baca:  Mazmur 56:1-14

"Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu."  Mazmur 56:9a

Ketika ketakutan datang menyerang kita dan tidak segera kita lawan, ia akan menjajah pikiran kita.  Itulah sebabnya Daud berkata,  "Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu;  kepada Allah, yang firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut.  Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?"  (Mazmur 56:4,5).  Dengan percaya kepada Tuhan, kita melawan rasa takut itu.

     Banyak orang yang selalu memikirkan masalah dan penderitaan yang dialaminya.  Dan semakin kita memikirkan penderitaan dan masalah yang ada, kita akan semakin lemah, stres dan kecewa.  Bawa dan serahkan semua permasalahan itu kepada Tuhan.  Jangan biarkan ketakutan itu menghalangi langkah kita untuk meraih janji-janji Tuhan.  Di akhir zaman ini Iblis melepaskan 'panah ketakutan' ke segala aspek kehidupan orang percaya, bisa saja melalui persoalan ekonomi, persoalan rumah tangga  (antara suami isteri), persoalan anak, bahkan persoalan dalam hal pelayanan di gereja, dengan tujuan agar kita menjadi takut dan tidak lagi mempercayakan hidup ini kepada Tuhan sepenuhnya.  Akhirnya banyak orang mulai tidak tahan menantikan pertolongan dari Tuhan dan lebih memilih pergi ke dukun atau orang pintar yang dirasa dapat memberikan pertolongan secara instan.  Ketakutan semakin menjajah kita apabila arah pandangan kita hanya tertuju pada masalah dan situasi-situasi yang ada.  Ingat, kita adalah anak-anak Tuhan, artinya adalah warga Kerajaan Allah yang secara otomatis mendapatkan perlindungan dan pemeliharaan dari Tuhan.  Oleh karena itu kita harus memandang ke atas yaitu kepada Tuhan, yang akan menjadi pembela kita, yang berperang ganti kita.

     Tuhan kita adalah Allah yang besar, jauh melebih semua masalah yang ada.  Daud pun menjadi kuat sehingga ia dapat berkata,  "kepada Allah, yang firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut.  Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?"  Di dalam Amsal 23:7a dikatakan,  "Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia."  Artinya, hidup ini sesungguhnya tergantung dari pikiran kita.  Kadangkala pikiran kita yang menjajah diri kita sendiri.

Terkadang pikiran kita sendirilah yang mengecilkan dan meragukan Tuhan.

Friday, November 4, 2011

DAUD: Mengalahkan Ketakutan (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi  4 November 2011 -

Baca:  Mazmur 56:1-14

"Maka musuhku akan mundur pada waktu aku berseru;  aku yakin, bahwa Allah memihak kepadaku."  Mazmur 56:10

Definisi ketakutan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah:  "Merasa gentar atau ngeri menghadapi sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bencana;  tidak berani  (berbuat, menempuh, menderita);  atau juga gelisah, kuatir".  Daud mengalami ketakutan yang luar biasa ketika orang-orang Filistin menangkap dia di Gat.  Dan pengalaman itulah yang melatarbelakangi Daud menulis Mazmur 56 ini. 

     Alkitab jelas menyatakan bahwa Daud menjadi sangat ketakutan sehingga meminta hikmat kepada Tuhan.  Ada pun satu-satunya cara agar ia dapat melepaskan diri dari raja Filistin adalah dengan berpura-pura menjadi gila:  "Sebab itu ia  (Daud)  berlaku seperti orang yang sakit ingatan di depan mata mereka dan berbuat pura-pura gila di dekat mereka;"  (1Samuel 21:13a), bahkan sampai-sampai ia menggores-gores pintu gerbang dan membiarkan air liurnya meleleh hingga ke janggutnya.  Berikut reaksi raja Filistin ketika melihat Daud:  "Tidakkah kamu lihat, bahwa orang itu gila?  Mengapa kamu membawa dia kepadaku?  Kekurangan orang gilakah aku, maka kamu bawa orang ini kepadaku supaya ia menunjukkan gilanya dekat aku?  Patutkah orang yang demikian masuk ke rumahku?"  (1 Samuel 21:14-15).  Mungkin Daud berpikir bahwa saat itu ia akan mati dan tidak punya pengharapan lagi.  Namun ternyata ia luput dari kematian dan terbebaskan.  Itu semua karena campur tangan Tuhan.  Daud pun membuat suatu miktam, yaitu nyanyian berulang-ulang untuk menguatkan hatinya.

     Siapa pun orangnya pasti pernah mengalami rasa takut ketika menghadapi permasalahan yang berat.  Tak terkecuali Daud, meski ia dikenal sebagai seorang pemberani, satu-satunya yang mampu mengalahkan Goliat.  Tapi jika kita memperhatikan Mazmur 56, betapa berat pergumulan yang harus dialami:  "...orang-orang menginjak-injak aku, sepanjang hari orang memerangi dan mengimpit aku!  Seteru-seteruku menginjak-injak aku sepanjang hari, bahkan banyak orang yang memerangi aku dengan sombong.  Sepanjang hari mereka mengacukan perkaraku;  mereka senantiasa bermaksud jahat terhadapku.  Mereka mau menyerbu, mereka mengintip, mengamat-amati langkahku, seperti orang-orang yang ingin mencabut nyawaku."  (Mazmur 56:2, 3, 6, 7).

Secara manusia, Daud tidak kuat menghadapi masalah yang berat ini.

Thursday, November 3, 2011

MAJIKAN KITA ADALAH TUHAN, BUKAN MANUSIA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi  3 November 2011 -

Baca:  1 Korintus 9:1-23

"Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu."  1 Korintus 9:14

Kalau kita melayani Tuhan, apa pun bentuknya, entah sebagai pengajar, penulis, diaken, pendeta, worship leader, singer, pendoa syafaat, kolektan, tim paduan suara dan sebagainya, tuan kita bukanlah gembala sidang atau pemimpin organisasi gereja tempat di mana kita berjemaat atau melayani.  Yang menjadi tuan kita adalah Tuhan Yesus sendiri.  Kita adalah hamba dan Tuhan Yesus adalah Tuan kita.  Jadi para pelayan Tuhan bukanlah seperti buruh atau pegawai dari organisasi gereja, melainkan seorang hamba yang telah dipanggil dan dipilih oleh Tuhan sendiri.


     Kita semua adalah hamba-hamba Tuhan, pelayan-pelayan pekerjaan Tuhan yang telah ditetapkan oleh Tuhan sendiri menurut kadar anugerah yang dikaruniakan kepada kita masing-masing.  Karunia atau kesanggupan yang ada pada kita itulah yang menetapkan kedudukan kita di dalam tubuh Kristus.  Kita adalah hamba-hamba Tuhan yang bersama-sama melayani satu Tuan, yang adalah majikan kita satu-satunya, yang kepada Dia kita harus tunduk dan taat secara mutlak.  Rasul Paulus berkata,  "Demikianlah hendaknya orang memandang kami:  sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah."  (1 Korintus 4:1).  Rasul Paulus menyadari bahwa Tuhan adalah Tuannya dan dia adalah hamba;  Tuhan memanggil, Tuhan juga yang akan memberikan upah kepadanya atas pelayanan yang ia lakukan.  Inilah kebenaran yang harus kita mengerti!  Banyak sekali pelayan Tuhan yang mundur dari pelayanan karena mereka kecewa kepada manusia atau organisasi gereja.  Mengapa demikian?  Karena fokus pelayanan mereka tertuju kepada manusia, bukan kepada Tuhan.  Namun jika mata kita terarah kepada Tuhan Yesus yang adalah Tuan kita, maka kita tidak akan mudah kecewa atau putus asa dalam pelayanan.  Rasul Paulus berkata pula,  "Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah.  Kristus adalah tuan dan kamu hambaNya."  (Kolose 3:24).


     Jika Tuhan yang memanggil kita, Ia juga pasti akan menyediakan upah itu bagi kita, sebab  "...dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia"  (1 Korintus 15:58).  Oleh karena itu berhentilah bersungut-sungut atau mengeluh dalam pelayanan.  Tuhan adalah Tuan dan Majikan kita, Dialah yang akan menjamin hidup kita.


Upah yang diberikan Tuhan selalu datang pada waktu yang tepat dan selalu cukup.

Wednesday, November 2, 2011

PELAYAN TUHAN: Melayani Jiwa-Jiwa (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi  2 November 2011 -

Baca:  Kolose 3:12-17

"Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran."  Kolose 3:12

Kepada jemaat Tuhan di Kolose rasul Paulus menasihatkan agar dalam melayani jiwa-jiwa kita melakukannya dengan sukacita, bukan karena terpaksa, dan juga  "...kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran."  Jika kita melayani jiwa-jiwa dengan belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran, kita tidak akan pernah merasa lelah, kecewa, putus asa dan sakit hati ketika kita dikecewakan atau ditolak saat melayani.  Sebaliknya kita akan tetap semangat dalam melayani, apa pun keadaannya;  tidak akan menahan mulut kita untuk bersaksi dan memberitakan Injil serta mengajar firman kepada orang lain.

     Timotius berkata demikian,  "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran."  (2 Timotius 4:2).  Mungkin kita berkata,  "Apa saya mampu?"  Perhatikan!  "...Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.  Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita..."  (2 Timotius 1:7-8).  Di dalam kita ada Roh Kudus;  Dialah yang mendorong dan memampukan kita untuk menginjil.  Setiap anggota jemaat sangat membutuhkan bimbingan dan pemeliharaan seperti anak-anak yang perlu mendapat pemeliharaan, mulai dari masa bayinya sampai kepada masa dewasa.  Terhadap jemaat yang rohaninya masih 'bayi' kita harus memberi mereka 'susu', dan bilamana mereka sudah bertambah besar kita pun harus memberikan mereka 'makanan yang keras'.  Tertulis:  "Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil.  Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat."  (Ibrani 5:13-14).

     Itu adalah tanggung jawab kita para pelayan Tuhan:  memelihara mereka dengan firmanNya dan menyatakan perbuatan kasih yang hangat sebagai pengikat kita satu sama lain.

Kasih Kristus itulah yang mendorong kita dalam segala pelayanan dan pengorbanan kita, karena tiap-tiap jemaat berhak mendapatkan pemeliharaan rohani yang sama.

Tuesday, November 1, 2011

PELAYAN TUHAN: Melayani Jiwa-Jiwa (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi  1 November 2011 -

Baca:  Lukas 15:8-10

"Aku berkata kepadamu:  Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat."  Lukas 15:10

Adalah sukacita besar jika saat ini kita dipercaya untuk terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan.  Melayani Tuhan berarti memberikan yang terbaik bagi Tuhan:  hidup, waktu, tenaga dan apa pun yang kita miliki kita persembahkan untuk Dia.  Melayani Tuhan berarti melayani jiwa-jiwa, membawa jiwa-jiwa mendekat kepada Tuhan sehingga mereka memiliki pengenalan yang benar akan Dia.  Sungguh, tidak ada sukacita yang lebih besar daripada sukacita dalam melayani jiwa-jiwa.

     Ayat nas di atas jelas menyatakan bahwa ada sukacita besar di sorga bila ada satu orang berdosa bertobat dan diselamatkan.  Alangkah berbahagianya jika kita menjadi bagian dari orang-orang yang dapat membawa jiwa-jiwa itu kepada Tuhan.  Oleh karena itu kita yang sudah terlibat dalam pelayanan harus benar-benar memiliki kepedulian terhadap orang lain, terlebih lagi terhadap saudara seiman atau jemaat Tuhan.  Apa itu jemaat Tuhan?  Adalah kumpulan atau persekutuan orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, atau disebut juga anggota gereja.  Sebagaimana tubuh mempunyai banyak macam anggota seperti mata, hidung, telinga, mulut, kaki, tangan dan sebagainya, begitu pula gereja Tuhan memiliki banyak anggota.  Dikatakan,  "Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya."  (1 Korintus 12:27).  Sebagai pelayan Tuhan kita memiliki tugas dan kewajiban untuk memperhatikan mereka;  ada yang bertugas menabur, ada pula yang berkewajiban untuk menyiram.  Apa yang kita tabur?  Benih yang hidup, yaitu firman Tuhan.  Namun,  "...yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.  Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama;  dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri."  (1 Korintus 3:7-8).

     Jadi, jika kita melihat anggota jemaat Tuhan dapat bertumbuh dan makin dewasa rohaninya, itu bukanlah hasil kepintaran atau jasa kita.  Apa pun alasannya, kita tidak punya hak untuk bermegah atau menyombongkan diri!  Ingat!  Kita ini hanyalah 'pelayanNya' saja, dan Tuhan sendirilah yang berkarya melalui pekerjaan Roh Kudus.  Tugas kita adalah melayani jiwa-jiwa lebih giat dan semakin giat lagi!  (Bersambung)