Sunday, July 31, 2011

BERUSAHALAH DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Juli 2011 -

Baca:  2 Petrus 1:3-15

"Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh.  Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung."  2 Petrus 1:10

Petrus mengingatkan kita tentang panggilan Tuhan yang harus kita kerjakan dengan sungguh-sungguh.  Tidak ada kata setengah-setengah dalam menjalani kehidupan kekristenan;  sebaliknya kita harus mengerjakan keselamatan itu dengan takut dan gentar (baca Filipi 2:12).  Karena itu Petrus menasihati agar kita berusaha dengan sungguh-sungguh,  "...untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang."  (2 Petrus 1:5-7).  Kata sungguh-sungguh berarti melakukan dengan sepenuh hati, tidak asal-asalan atau main-main.  Berusaha dengan sungguh-sungguh juga berarti bahwa kita berusaha tidak dengan kekuatan sendiri dalam melakukan apa yang difirmankan, tetapi mengacu pada respons kita terhadap panggilan Tuhan itu.

     Rasul Paulus telah menerima panggilan Tuhan sejak berada dalam kandungan ibunya  (baca Galatia 1:15-16).  Namun, dalam perjalanan hidupnya, Paulus, yang saat itu masih bernama Saulus, justru memusuhi Kristus dengan cara menganiaya para pengikut Tuhan.  Dengan segala cara Saulus berusaha untuk menumpas umat Tuhan sampai pada akhirnya Tuhan sendiri yang menegur dia ketika melakukan perjalanan ke Damsyik.  Sejak saat itu hidup Saulus diubahkan dan mengalami kelahiran baru, sehingga namanya pun diganti menjadi Paulus.

     Paulus menyadari bahwa dipanggil Tuhan adalah kasih karunia yang luar biasa.  Karena itu tidak ada alasan baginya untuk tidak bersungguh-sungguh dalam mengerjakan panggilan Tuhan ini.  Ia mulai bersungguh-sungguh dalam mengerjakan panggilan Tuhan ini.  Ia mulai menyadari akan artinya hidup:  "...aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku."  (Galatia 2:20a).  Paulus mengabdikan seluruh hidupnya untuk Kristus.  Apakah kita menjalankan ibadah dan pelayanan hanya untuk sekedar berpartisipasi ataukah kita sadar akan panggilan Tuhan? 

Bila kita merespons panggilanNya, kita akan bersungguh-sungguh dalam mengiring Tuhan;  apapun yang terjadi kita tidak akan pernah undur, tapi roh kita makin kuat dan makin menyala-nyala bagi Dia.

Saturday, July 30, 2011

IMAN SEORANG WANITA: Ia Pulih dan Sembuh

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Juli 2011 -

Baca:  Markus 5:25-34

"Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk."  Markus 5:26

Ada seorang wanita yang mengalami penderitaan begitu berat dalam hidupnya.  Selama dua belas tahun, bukan seminggu, sebulan atau setahun (waktu yang sangat lama), ia menderita pendarahan.  Darah yang seharusnya berada di dalam tubuh keluar terus sehingga keadaannya sudah sangat buruk.  Berbagai usaha telah ia lakukan demi mendapatkan kesembuhan tapi selalu saja gagal.  Bahkan sudah banyak tabib yang ia datangi tapi hasilnya tetap nihil, justru ia makin menderita karena sakit tidak kunjung sembuh dan semua harta yang ada padanya sudah ludes untuk biaya pengobatan.  Secara manusia wanita ini sudah tidak tahan dan putus pengharapan.  Harapan untuk hidup rasa-rasanya sudah sangat tipis.  Tak bisa dibayangkan betapa menderitanya wanita itu.  Jika orang lain yang mengalaminya belum tentu dapat bertahan, bisa saja mereka akan mengakhiri hidupnya alias bunuh diri.  Tetapi wanita ini tidak menyerah pada keadaan.

     Selalu ada jalan jika kita mau berusaha.  Setiap orang pasti memiliki masalah dalam hidupnya, tetapi yang menjadikan seseorang tampil sebagai pemenang adalah bagaimana cara ia mengatasi masalahnya.  Perempuan itu mendengar kabar tentang Yesus, lalu timbullah iman di dalam hatinya.  Ada tertulis bahwa  "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."  (Roma 10:17).  Melalui kesaksian banyak orang timbullah iman dalam diri wanita ini dan ia pun mulai melangkah dalam ketekunan.  Harapannya kembali timbul, dan karena pengharapannya itu ia mampu menerobos ribuan orang yang sedang mengerumuni Yesus.  Wanita ini tidak mempedulikan kodisi fisiknya yang lemah tetapi ia tetap bertekun dan berusaha menjamah jubah Yesus.  Mata wanita itu hanya tertuju kepada Yesus.

   Untuk berjumpa dengan Yesus ada banyak sekali penghalang karena Yesus selalu dikelilingi oleh banyak orang.  Ia juga tidak peduli dengan cemoohan dan hinaan orang-orang di sekitarnya.  Karena fokusnya adalah bertemu Yesus ia beroleh kekuatan.  Wanita itu percaya dengan iman bahwa Yesus sanggup melakukan perkara besar.  Iman adalah hal yang paling penting, karena tanpa iman tidak seorang pun dapat berkenan kepada Tuhan.

Masalah seberat apa pun, jika kita bersama Yesus kita pasti akan keluar sebagai pemenang.

Friday, July 29, 2011

MENYENANGKAN DIRI SENDIRI vs MENYENANGKAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Juli 2011 -

Baca:  Roma 15:1-13

"Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya."  Roma 15:2

Pada dasarnya setiap orang memiliki kecenderungan untuk mementingkan diri sendiri (egosentris), terlebih lagi di akhir zaman ini:  "...pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar.  Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang.  ...tidak tahu bererima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi..."  (2 Timotius 3:1-3).  Demi menyenangkan diri sendiri berbagai upaya dilakukan, tidak peduli berapa besar kocek yang harus dikeluarkan.  Contoh sederhana adalah masalah hobi.  Seseorang yang memiliki hobi mengoleksi benda-benda antik, berapa pun harganya pasti dibeli.  Demi hobinya ini ia rela memburunya sampai ke luar negeri, ke ujung dunia pun dicari.  Itu semua ditempuh banyak orang demi menyenangkan diri sendiri.  Menyenangkan diri sendiri adalah pekerjaan yang mudah dan semua orang pasti bisa melakukannya.  Tetapi bagaimana untuk menyenangkan hati orang lain?  Tidak semua orang mau melakukannya karena hal itu dirasa berat.  Terlebih lagi menyenangkan hati Tuhan!

     Paulus memberikan teladan hidup kepada kita betapa ia memiliki kepedulian terhadap orang lain.  Ia sadar, sebagai seorang hamba tugasnya adalah melayani, bukan untuk dilayani.  Oleh karena itu Paulus berusaha agar hidupnya menjadi berkat bagi orang lain;  ia tidak mencari hormat bagi diri sendiri.  Inilah pernyataan Paulus,  "Sama seperti  aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat."  (1 Korintus 10:33).  Paulus berusaha menyenangkan hati orang lain dan melakukan segala sesuatunya dengan tulus ikhlas tanpa ada 'udang di balik batu' atau kepura-puraan.  Dasarnya adalah dia ingin menyenangkan hati Tuhan melalui pelayanannya tersebut.

     Jadi,  "jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia."  (Efesus 6:6-7).

Sudahkah kehidupan kita menyenangkan hati Tuhan?  Atau malah Tuhan kecewa dan sedih karena kita lebih mementingkan kesenangan diri sendiri?

Thursday, July 28, 2011

KEHENDAK TUHAN ADALAH YANG UTAMA (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Juli 2011 -

Baca:  Matius 12:46-50

"Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku."  Matius 12:50

Kita harus punya prinsip bahwa apa yang kita lakukan harus sesuai dengan kehendak Tuhan.  Jika kita melakukan sesuai dengan kehendak Tuhan, kita percaya bahwa kita pasti berhasil, bahkan kita akan mengalami hidup yang berkelimpahan, sebab  "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."  (Yohanes 10:10b).  Pada kenyataannya banyak orang tidak mengalami hidup yang berkelimpahan karena mereka tidak melakukan segala sesuatu berdasarkan kehendak Tuhan.

     Bagaimana supaya kita dapat mengerti kehendak Tuhan?  Untuk dapat mengerti kehendak Tuhan dan melakukannya kita harus memiliki persekutuan yang karib dengan Tuhan.  Bila kita karib dengan Tuhan, kita pasti akan tahu apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidup kita, sebab  "Tuhan bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka."  (Mazmur 25:14).  Tuhan Yesus sendiri, yang adalah Tuhan dan Juruselamat, tidak melakukan segala sesuatu menurut diriNya sendiri melainkan menurut kehendak Bapa.  Ia berkata,  "Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku."  (Yohanes 6:38).  Inilah yang disebut dengan bergaul karib, yaitu suatu hubungan yang sangat dekat dan sangat pribadi, suatu hubungan yang berdasarkan kasih.  Walaupn Yesus mempunyai kehendak, keinginan bahkan mempunyai otoritas secara pribadi, Ia tetap mengutamakan kehendak BapaNya karena Dia tahu bahwa kehendak BapaNya itulah yang terbaik.  Kita pun harus tinggal di dalam firmanNya:  membaca, mendengar dan merenungkan firmanNya, yang akan membuat kita semakin mengerti kehendakNya.  Inilah yang dilakukan Maria, memilih bagian yang terbaik yaitu duduk di kakiNya dan mendengarkan firmanNya (baca Lukas 10:38-42).

     Orang yang melakukan kehedak Tuhan harus hidup dalam kebenaranNya yaitu kebenaran akan firman Tuhan.  Kebenaran firman Tuhan adalagh kebenaran yang memerdekakan kita.  Ketika kita melakukan kehendak Tuhan, kita akan menyenangkan hati Tuhan dan ketika kita menyenangkan hati Tuhan, firmanNya akan digenapi dalam hidup kita.

Sudahkah kita melakukan kehendak Tuhan?  Ataukah selama ini kita masih melakukan kehendak diri sendiri?

Wednesday, July 27, 2011

KEHENDAK TUHAN ADALAH YANG UTAMA (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Juli 2011 -

Baca:  Mazmur 143

"Ajarlah aku melakukan kehendak-Mu, sebab Engkaulah Allahku!  Kiranya Roh-Mu yang baik itu menuntun aku di tanah yang rata."  Mazmur 143:10

Di kalangan orang-orang percaya kata kehendak Tuhan sudah menjadi hal yang biasa dan seringkali digemakan.  Ketika mengharapkan sesuatu, semisal perihal jodoh/pasangan hidup, kita sering berkata:  "Ya...biarlah kehendak Tuhan yang jadi."  Ada pula yang dalam banyak hal selalu menggunakan kata kehendak Tuhan ini sebagai senjata supaya kelihatan rohaniah atau Alkitabiah,  "Kalau Tuhan kehendaki saya akan aktif dalam pelayanan ini.  Saya sih ikut kehendak Tuhan saja dalam hal ini."  Namun penggunaan kata kehendak Tuhan yang serampangan ini akan menimbulkan satu pertanyaan:  apa sebenarnya kehendak Tuhan itu dan bagaimana kita bisa memahami kehendak Tuhan tersebut?

     Dalam kehidupan ini, sadar atau tidak sadar, kita seringkali merasa jauh lebih kuat, lebih pintar, lebih hebat dan lebih tahu daripada Tuhan.  Padahal sebenarnya kita ini adalah orang-orang yang lemah dan tak berdaya.  Kita selalu berusaha mengatasi setiap persoalan dengan mengandalkan kekuatan dan kepintaran sendiri.  Di setiap perencanaan hidup pun jarang sekali kita melibatkan Tuhan dan bertanya kepadaNya, padahal  "Tuhan mengetahui rancangan-rancangan manusia;  sesungguhnya semuanya sia-sia belaka."  (Mazmur 94:11), karena itu Salomo menasihati,  "Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri."  (Amsal 3:5).

     Kita tidak pernah tahu akan apa yang terjadi di depan kita;  besok, lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan dan sebagainya, tetapi Tuhan sudah tahu apa yang akan terjadi, bahkan Dia melangkah lebih jauh dari apa yang ada di pikiran kita, karena Dia Omniscience (Mahatahu);  Allah yang menciptakan kita, merancang hidup kita dan membentuk hidup kita.  Oleh karena itu kita harus belajar untuk mengerti kehendak Tuhan.  Namun seringkali kita melakukan segala sesuatu karena menuruti kehendak diri sendiri, bukan menurut kehendak Tuhan.  Kita harus menyadari bahwa kehendak kita tidak pasti, yang pasti hanya satu yaitu kehendak Tuhan.  Tertulis,  "Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana."  (Amsal 19:21).

     Kita merasa yakin bahwa apa yang akan kita lakukan dan rancangan itu pasti akan berhasil.  Kenyataannya?  Kita banyak mengalami kegagalan. 

Mari lakukan segala sesuatu menurut kehendak Tuhan, bukan kehendak manusiawi kita.

Tuesday, July 26, 2011

MEMPERHATIKAN ORANG LEMAH: Memiutangi Tuhan!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Juli 2011 -

Baca:  Mazmur 41

"Berbahagialah orang yang memperhatikan orang lemah!  Tuhan akan meluputkan dia pada waktu celaka."  Mazmur 41:2

Siapakah orang baik itu?  Ada yang menjawab,  "Orang yang baik adalah orang yang selalu ramah dan santun dalam bertutur kata.  Orang yang baik tidak memiliki musuh karena ia tidak pernah menyakiti orang lain, sehingga di mana pun berada disukai banyak orang."  Dan masih banyak lagi pendapat tentang orang yang yang baik.  Salomo dalam amsalnya berkata,  "Orang yang baik hati akan diberkati, karena ia membagi rejekinya dengan si miskin."  (Amsal 22:9).

     Orang yang baik adalah orang yang mau menolong orang lain yang kekurangan atau lebih lemah dari dia meskipun saat itu mungkin dia ada dalam kekurangan, namun di dalam kekurangannya itu ia masih mau menolong dan memperhatikan orang yang lebih lemah dari dirinya.  Itulah orang yang baik, dan Tuhan pun tidak akan menutup mata terhadap apa pun yang diperbuatnya.  Dia akan memberkati dia dengan berlimpah-limpah sesuai dengan janji firmanNya.  Di dalam Amsal 19:17 juga dikatakan,  "Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi Tuhan, yang akan membalas perbuatannya itu."  Jadi jika kita menolong atau menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah atau lebih miskin dari kita, yang berhutang kepada kita bukanlah orang yang kita tolong itu tetapi Tuhan yang berhutang kepada kita, dan Dia pasti akan mengembalikan atau membalasnya kepada kita sampai berkelimpahan.

     Adalah tidak sia-sia jika memperhatikan orang yang lemah dan kekurangan karena Tuhan berjanji untuk memberkati siapa pun yang suka menolong orang lain.  Dikatakan,  "Tuhan akan melindungi dia dan memelihara nyawanya, sehingga ia disebut berbahagia di bumi;  Engkau takkan membiarkan dia dipermainkan musuhnya!"  (Mazmur 41:3).  Tuhan akan menyelamatkan dan melindungi kita dan Dia juga tidak akan membiarkan kita dipermainkan oleh musuh.  Juga  "Tuhan membantu dia di ranjangnya waktu sakit;  di tempat tidurnya Kaupulihkannya sama sekali dari sakitnya."  (Mazmur 41:4).  Tuhan akan menyembuhkan kita dari sakit penyakit.  Oleh karena itu mari kita mempraktekkan pelayanan kasih ini dalam hidup sehari-hari;  meskipun kita sedang lemah kita tetap harus membantu orang yang lebih lemah dari kita.

Kalau saat ini kita sudah diberkati Tuhan dengan berlimpah, itu adalah anugerah Tuhan yang harus disyukuri dan merupakan kesempatan bagi kita untuk menjadi berkat bagi orang lain.

Monday, July 25, 2011

Pikul Salib dan Bertanding Dalam Iman!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Juli 2011 -

Baca:  Efesus 1:15-23

"Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-nya:  betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang kudus,"  Efesus 1:18

Seringkali banyak dari kita yang salah mengerti dengan istilah panggilan Tuhan.  Ketika mendengar kata tersebut kita selalu menghubung-hubungkan dengan pelayanan di gereja, menjadi hamba Tuhan atau pendeta, masuk ke sekolah Alkitab atau seminari, menjadi worship leader, singer, team kunjungan rumah sakit dan sebagainya, padahal bukan hanya sebatas itu.  Kita dapat memenuhi panggilan Tuhan dengan tetap berada pada bidang pekerjaan atau profesi kita masing-masing selama bidang tersebut tidak bertentangan dengan kehendak Tuhan.  Alkitab menyatakan,  "Alkitab memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.  Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu."  (1 Tesalonika 4:7-8).

     Apa maksud panggilan Tuhan bagi kita?  Dan apa yang harus kita kerjakan untuk memenuhi panggilanNya itu?  Tertulis,  "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku."  (Lukas 9:23).  Bila kita menyadari bahwa setiap orang percaya harus menyangkal diri dan memikul salib, maka kita pun harus rela membayar harga.  Jika saat ini kita diijinkan menglami ujian atau penderitaan, kita pun harus bisa tetap mengucap syukur karena itu adalah bagian dari proses pendewasaan iman.  Kita harus dapat memandang hal itu sebagai salib yang harus kita pikul dan itu merupakan bagian dari panggilanNya, sebab penderitaan itu tidak seberapa bila dibandingkan dengan kemuliaan yang akan kita terima kelak  (baca Roma 8:18).  Dalam hal penyangkalan diri, sudahkah kita menaklukkan kehendak diri sendiri kepada kehendak Tuhan?  Sudahkah kita menyalibkan segala keinginan daging dan hidup menurut Roh?  Tuhan juga memanggil kita untuk bertanding dalam iman dan berjuang merebut hidup kekal  (baca 1 Timotius 6:12).

     Kita tahu bahwa kehidupan kekal hanya dapat kita peroleh melalui iman kepada Kristus.  Oleh karena itu kita harus berjuang untuk mempertahankan iman dan mengerjakan keselamatan itu dengan hati yang takut dan gentar, sampai Tuhan datang kali yang kedua. 

Jangan sampai gagal di tengah jalan karena kita tidak taat mengerjakan panggilan dan tidak memelihara iman.

Sunday, July 24, 2011

BERTANDING DAN MEMELIHARA IMAN!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Juli 2011 -

Baca:  1 Timotius 6:11-21

"Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal."  1 Tomotius 6:12a

Ibadah adalah perkara yang sangat penting bagi orang percaya.  Karena itu dalam menjalankan ibadah harus sepenuh hati;  jangan sampai kita beribadah kepada Tuhan dengan setengah hati, asal-asalan atau hanya sebagai rutinitas belaka.  Alkitab menyatakan,  "Latihlah dirimu beribadah.  Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang."  (1 Timotius 4:7b-8) dan  "...ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar."  (1 Timotius 6:6).  Mari perhatikan dengan sungguh ibadah Saudara.  Jangan sembarangan, apalagi menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah yang ada (baca Ibrani 10:25).  Mari gunakan waktu yang ada untuk melayani Tuhan.  Dan apa saja yang dipercayakan Tuhan lakukan itu dengan penuh kesetiaan.  Kehidupan kita harus menghasilkan buah-buah Roh secara nyata (baca Galatia 5:22-23).

     Hidup kekristenan ibarat berada di arena pertandingan, namun  "Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah?  Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya!"  (1 Korintus 9:24).  3.  Bertanding dalam iman.  Kita tidak akan tahu seberapa kuat iman kita sebelum kita masuk dalam pertandingan yang sesungguhnya.  Jadi  "Saudara-saudaraku yang kekasih,...  aku merasa terdorong untuk menulis ini kepada kamu dan menasihati kamu, supaya kamu tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus."  (Yudas 3).  Di tengah ujian dan penderitaan yang ada, tetaplah kuat!  Jangan sampai kita undur di tengah jalan.  Sebaliknya tetaplah  "...taat;  ...kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar,..."  (baca Filipi 2:12).

     Mari kita belajar dari Paulus.  Meski dihadapkan pada aniaya, penderitaan, ancaman dan segala bentuk kesukaran dia tetap maju, karena dia tahu bahwa Tuhan telah menyediakan upahnya yaitu mahkota kehidupan bagi setiap orang yang setia sampai akhir.  Jadi, tetaplah fight!

"Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman."  (2 Timotius 4:7).

Saturday, July 23, 2011

JAUHI DOSA DAN KEJAR KEBENARAN!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Juli 2011 -

Baca:  1 Timotius 6:11-21

"...jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan."  1 Timotius 6:11

Tuhan memanggil kita bukan hanya sebatas untuk diselamatkan, melainkan lebih daripada itu, yaitu supaya kita memiliki kehidupan yang semakin hari semakin serupa dengan Kristus.  Jadi, Tuhan  "...memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus."  (1 Tesalonika 4:7).  Tuhan menghendaki kita hidup di dalam kekudusan,  "...sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis:  Kuduslah kamu, sebab Aku kudus."  (1 Petrus 1:15).

     Kekudusan mungkin hal yang sering kita bicarakan, namun juga sekaligus hal yang sering dihindari.  Hidup kudus bagi setiap orang percaya bukan sekedar saran, anjuran atau nasihat saja, tetapi sebuah keharusan atau perintah, dan itu menuntut ketaatan kita yang telah dipanggil sebagai anak-anakNya.

     Untuk menjadi kudus atau serupa dengan Kristus diperlukan proses yang harus kita kerjakan terus-menerus:  1.  Menjauhi segala kejahatan.  Tuhan memerintahkan kita untuk lari menjauhi dosa.  Bukankah perintah ini sering kita dengar?  Meski demikian kita masih saja mengeraskan hati dan tidak mau taat.  Dalam 1 Korintus 6:18 dikatakakn:  "Jauhkanlah dirimu dari percabulan!  Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya.  Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri.  Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah.  -dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?  Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar:..."  (1 Korintus 6:18-20a) dan juga  "...jauhilah penyembahan berhala!"  (1 Korintus 10:14)..  Termasuk juga tentang cinta uang:  "Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang."  (1 Timotius 6:10a).  Firman Tuhan memperingatkan kita agar menjauhi itu semua (percabulan, penyembahan berhala dan cinta uang).  Menjauhi berarti ada tindakan dari kita untuk lari menjauh, bukan hanya diam.  Apabila kita hanya diam, semuanya itu tidak akan lari dari kita, namun akan kian mendekat.  2.  Mengejar perkara-perkara rohani (kebenaran).  Apa saja yang harus kita kejar?  Keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.  Bukankah masih banyak orang Kristen yang menganggap remeh atau sepele jam-jam ibadah?  (Bersambung)

Friday, July 22, 2011

DANIEL: Berani Melawan Arus

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Juli 2011 -

Baca:  Daniel 1

"Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja;  dimintanyalah kepada pimpinan pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya."  Daniel 1:8

Membaca kisah tentang Daniel di dalam Alkitab sungguh menjadi sumber inspirasi bagi kehidupan orang percaya.  Meski masih muda Daniel memiliki spirit of excellence (semangat untuk mencapai yang terbaik).  Alkitab mencatat bahwa Daniel  "...sepuluh kali lebih cerdas dari pada semua orang berilmu dan semua ahli jampi di seluruh kerajaannya."  (ayat 20).

     Pada awalnya Daniel hanyalah seorang tawanan yang dibawa oleh Nebukadnezar ke Babel.  Namun ia bersama tiga orang rekannya (Sadrakh, Mesakh dan Abednego) tetap mempertahankan jati dirinya sebagai umat Tuhan, hidup benar di mataNya sehingga mereka mengalami promosi dariNya.  Dan seorang tawanan menjadi pembantu-pembantu raja di negeri asing:  dari raja Nebukadnezar, Belsyazar sampai Darius, Daniel diangkat menjadi orang ke-2 setelah raja membawahi 120 pejabat setingkat Gubernur.

     Berkat dan promosi disediakan Tuhan bagi orang-orang yang hidup benar.  Daniel beroleh peninggian dari Tuhan karena ia memiliki kehidupan yang berkualitas.  Meski berada di tengah lingkungan masyarakat yang menyembah berhala Daniel berani melawan arus, tetap hidup kudus.  Menjalani hidup kudus di gereja, di retreat atau di persekutuan dengan orang-orang percaya tidaklah terlalu sukar.  Bayangkan jika kita hidup di tengah-tengah lingkungan yang jahat, rusak moralnya, di mana melakukan dosa sudah menjadi hal yang biasa, bisakah kita mempertahankan kekudusan dan hidup benar?  Daniel hidup di lingkungan yang setiap hari sarat dengan pesta pora dan hawa nafsu.  Tapi sejak menjejakkan kaki di lingkungan istana, Daniel berketetapan hati untuk tidak hanyut dalam pola hidup istana.  Berani menolak dosa, tidak mau menyembah kepada raja meski nyawa yang menjadi taruhannya.  Bahkan dari hal yang terkecil sekalipun (soal makanan), ia tidak mau memberi celah bagi tipu muslihat Iblis.

     Di akhir zaman ini jarang ditemukan orang yang demikian; kebanyakan orang ikut-ikutan dan terbawa arus dunia ini:  tidak berani menolak dosa, malah tenggelam di dalamnya.

Hidup kudus adalah panggilan Tuhan bagi kehidupan orang percaya dan Daniel telah memberi teladan bagi kita.

Thursday, July 21, 2011

KRISIS KASIH DI MANA-MANA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Juli 2011 -

Baca:  2 Timotius 3:1-9

"Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang."  2 Timotius 3:2a

Saat ini krisis kasih terjadi di mana-mana, entah dalam kehidupan masyarakat, bangsa, bahkan juga gereja.  Ayat 2-4 menggambarkan keadaan manusia di akhir zaman ini.  Intinya:  manusia kini memiliki kencenderungan mencintai dirinya sendiri dan tidak lagi mengasihi orang lain.  Kini karakter kasih sulit sekali ditemukan dalam diri manusia.

     Kasih mudah diucapkan, tapi untuk mempraktekkan ada harga yang harus dibayar.  Kebanyakan orang menjadikan kasih hanya sebagai slogan saja, tapi ketika dihadapkan pada dunia nyata, kasih hanyalah bayang-bayang dan yang sering muncul justru hal-hal sebaliknya.  Bagaimana reaksi kita saat dibenci, difitnah dan disakiti oleh orang lain?  Setiap kali kita diperlakukan secara buruk atau menyakitkan selalu timbul keinginan untuk membalas dengan perlakukan yang sama atau malah bahkan lebih buruk.  Perhatikan apa yang dikatakan Tuhan Yesus,  "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu."  (Matius 5:44).  Kasih adalah satu-satunya kekuatan yang mampu mengubah lawan menjadi kawan!

     Ada banyak hal yang membuat kita tidak dapat menunjukkan kasih kepada sesama.  Terkadang kita sudah berusaha mengasihi orang-orang yang membenci kita.  Tetapi mereka terus memperlakukan kita dengan buruk sehingga kekuatan kita mulai melemah.  Kasih kita menjadi semakin berkurang dan lambat laun menjadi pudar, dan sebagai gantinya, karakter-karakter lama kita kembali muncul.  Supaya kita bisa mengasihi orang lain secara bijaksana di tengah situasi yang sulit, adalah baik merenungkan betapa besar kasih Allah kepada kita.  Seharusnya hati kita menjadi hancur bila kita mengingat-ingat bagaimana Tuhan berulang-ulang mengampuni kita dan bersabar terhadap kita, padahal kita seringkali memberontak dan menyakiti Dia dengan ketidaktaatan kita.  Lalu, bagaimana mungkin kita terus membenci orang lain sedangkan Allah terus-menerus menunjukkan kasihNya kepada kita, sekalipun kita berdosa padaNya?  Bahkan, Ia rela menanggung penderitaan karena dosa-dosa kita sehingga kita beroleh keselamatan.  Alkitab menyatakan,  "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih."  (1 Yohanes 4:8).

Allah adalah kasih;  jika kita tidak mengasihi kita meyangkal Allah dan meragukan kasihNya dalam Yesus Kristus.

Wednesday, July 20, 2011

TAAT ADALAH BUKTI KITA MENGERTI KEHENDAK TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Juli 2011 -

Baca:  1 Petrus 4:1-6

"Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamu pun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, -karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa-, supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah."  1 Petrus 4:1-2

Penderitaan dan sampai pada kematian yang dialami oleh Yesus telah dinubuatkan ribuan tahun sebelumnya (baca Yesaya 53:1-12).  Dikatakan bahwa,  "...Tuhan berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan.  Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak Tuhan akan terlaksana olehnya."  (Yesaya 53:10).  Jadi, penderitaan dan kematian Yesus merupakan kehendak Allah yang tidak bisa dibatalkan oleh siapa pun.  Hal itu adalah perwujudan kasih Allah kepada dunia ini,  "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yangtunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."  (Yohanes 3:16).  Sebagai orang percaya kita merindukan kehendak Tuhan terjadi dalam kehidupan kita, tetapi tanpa disadari kita sendirilah yang justru sering membatalkan kehendak Tuhan itu oleh karena ketidaktaatan kita atau pemberontakan kita.

     Kehendak Bapa dalam diri Yesus tergenapi secara sempurna oleh sebab Yesus taat sepenuhnya kepada Bapa, bahkan Ia taat sampai mati di atas kayu salib.  Secara fisik Yesus memang harus mengalami penderitaan yang luar biasa, tapi secara roh, kuasa Allah sungguh nyata dalam kehidupanNya.

     Bagaimana kita mengerti kehendak Tuhan?  Tidak ada jalan lain selain kita harus belajar untuk tunduk sepenuhnya pada pimpinan Roh Kudus dan tidak lagi hidup menuruti daging (baca Galatia 5:16), sebab orang yang hidup dalam kedagingan tidak mungkin berkenan kepada Tuhan.  Roh Kudus akan berkarya dalam kehidupan kita jikalau kita taat melakukan kehendak Tuhan.  Kita harus berani menghadapi banyak penderitaan.  Bukan berarti kita harus hidup miskin, sengsara atau sakit-sakitan, tetapi kata menderita di sini dikarenakan kita melakukan kehendak Tuhan dan melawan dosa.

Saat ini kita hidup di penghujung zaman, saat di mana Tuhan sedang melakukan penampian dan hanya orang-orang yang melakukan kehendak Tuhanlah yang berhak menikmati janji-janjiNya!

Tuesday, July 19, 2011

JANGAN SIA-SIAKAN KASIH KARUNIA TUHAN!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Juli 2011 -

Baca:  1 Tawarikh 17:16-27

"Siapakah aku ini, ya Tuhan Allah, dan siapakah keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini?"  1 Tawarikh 17:16

Siapa yang tidak kenal dengan Daud, tokoh terkenal di dalam Alkitab?  Daud adalah anak bungsu Isai;  masa mudanya banyak dihabiskan di padang untuk menggembalakan domba.  Daud benar-benar berasal dari orang biasa, bukan dari keluarga elite.  Tetapi kita tahu bahwa Tuhan mengangkat hidup Daud.  Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan!  Ia meninggikan Daud menjadi raja atas Israel.  Sungguh benar bahwa  "...bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu, tetapi Allah adalah Hakim:  direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain."  (Mazmur 75:7-8).  Betapa hebatnya kasih karunia Tuhan yang dianugerahkan kepada Daud. Oleh sebab itu Daud tidak pernah berhenti untuk mengucap syukur.  Ia tidak pernah melupakan kebaikan Tuhan.  "Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan Tuhan, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala."  (Mazmur 77:12).

     Sudahkah kita mengingat selalu akan kebaikan Tuhan dalam hidup kita?  Siapakah kita ini dulu?  Kita dahulu adalah debu yang tiada berarti;  kita adalah orang-orang berdoasa yang patut dimurkai.  Tetapi Tuhan Yesus rela mengorbankan nyawaNya bagi kita supaya kita diselamatkan,  "dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus." (Roma 3:24).  Kini kita bukan lagi menjadi hamba dosa melainkan menjadi hamba kebenaran.  Bahkan oleh karena Kristus kita diangkat sebagai anak-anak Allah.  Tapi sayang, masih banyak orang Kristen yang menyia-nyiakan kasih karunia Tuhan ini.  Apa buktinya kalau kita menyia-nyiakan kasih karunia Tuhan?  Kita masih hidup dalam dosa dan belum sepenuhnya meninggalkan kehidupan lama kita.  Padahal di dalam Kristus kita adalah ciptaan baru.

     Bagi orang Kristen yang masih saja hidup dalam dosa, Alkitab menyatakan dengan keras:  "Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini:  'Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.' "  (Petrus 2:22).  Di hari Minggu bak malaikat yang alimnya tak tertandingi, tetapi hari-hari lainnya kita ditemukan sedang berendam dalam kubangan yang kotor (hidup dalam dosa).

Kita lupa bahwa Tuhan telah mengangkat kita dan menyelamatkan kita dari lumpur dosa!

Monday, July 18, 2011

YESUS ADA, KEKUATIRAN TIADA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Juli 2011 -

Baca:  Mazmur 55

"Serukanlah kuatirmu kepada Tuhan, maka Ia akan memelihara engkau!  Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah."  Mazmur 55:23

Salah satu tanda seseorang mengalami kekuatiran adalah gampang sekali mengeluh, mengomel dan bersungut-sungut.  Hal inilah yang dialami oleh bangsa Israel.  Ketika keluar dari Mesir menuju ke tanah Perjanjian, di mana bangsa Israel harus melintasi padang gurun.  Seperti yang kita ketahui padang gurun sangatlah gersang, panas, tidak ada air, tumbuh-tumbuhan atau pun hujan.  Selama 40 tahun berada di padang gurun mereka terus dibelenggu oleh kekuatiran dan ketakutan meskipun Tuhan sudah menyatakan mujizatNya di sepanjang perjalanan mereka hari lepas hari.  Makanan disediakan Tuhan berupa manna;  saat mereka membutuhkan daging, Tuhan menyediakan burung puyuh;  demikian juga ketika mereka butuh air untuk minum, Tuhan menyediakan dengan caraNya yang ajaib.  Meski demikian mereka tidak pernah mengucap syukur kepada Tuhan, justru mereka selalu mengeluh, bersungut-sungut dan mengomel.  Mereka merasa lebih enak dan nyaman tinggal di Mesir, padahal di Mesir mereka menjadi budak, artinya mereka direndahkan serta kehilangan harkat dan martabatnya sebagai umat pilihan Tuhan.

     Mungkin saat ini kita sedang mengalami seperti yang dialami oleh Bangsa Israel yaitu berada di 'padang gurun'.  Berhentilah mengomel dan bersungut-sungut, apalagi menyalahkan Tuhan, karena Dia tetap beserta dengan kita.  Firman Tuhan menasihati,  "...carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."  (Matius 6:33).  Kalau kita mencari dan mengutamakan kebenaran Tuhan lebih dari semuanya, di situlah kita sedang mengundang sorga untuk turun ke bumi.  Artinya, Tuhan akan bertindak dan memberikan pertolongan kepada kita sehingga kita akan mengalami dan menikmati Kerajaan Sorga.  Apabila kita taat kepada Tuhan, Dia akan memelihara hidup kita.

     Jadi, janganlah kita kuatir.  Apabila kita melibatkan Tuhan di segala perkara serta mengandalkan kekuatan Roh Kudus dalam kehidupan kita, kita akan melakukan perkara yang besar.  Kehadiran Tuhan Yesus dalam kehidupan kita selalu berdampak secara luar biasa.

Kuatir hanya akan merugikan diri sendiri dan menghambat kemajuan dalam segala hal.

Sunday, July 17, 2011

MENGALAMI KERAJAAN ALLAH: Menjadi Seperti Anak Kecil

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Juli 2011 -

Baca:  Markus 10:13-16

"Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah."  Markus 10:14

Tuhan Yesus rindu agar umatNya mengalami Kerajaan Allah dalam hidupnya, yang bukan saja akan kita alami saat kita bertemu dengan Dia di sorga kelak, tetapi Kerajaan Allah itu seharusnya juga kita alami saat kita masih hidup di bumi ini.  Ada pun yang menjadi ukuran bahwa kita mengalami kerajaanNya bukanlah dari banyaknya harta yang kita miliki (uang, mobil mewah, rumah megah) atau tingginya jabatan dan kedudukan kita dalam masyarakat,.  "Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus."  (Roma 14:17).  Mengalami Kerajaan Allah berarti dalam hidup kita ada sukacita, ketenangan, damai sejahtera dan sebagainya.

     Bagaimana caranya agar kita bisa mengalami KerajaanNya?  Kita harus menjadi seperti seorang anak kecil:  1.  Sederhana dan polos.  Sedangkan lawan dari sederhana dan polos adalah licik.  Contohnya adalah Yudas Iskariot.  Saat di taman Getsemani ia mencium Yesus, padahal di balik itu ada niat jahat, yaitu hendak menjual Yesus.  Orang yang hidup dalam kemunafikan (bermuka dua) tidak akan mengalami Kerajaan Allah dalam hidupnya.

     2.  Mudah untuk diajar.  Dalam Amsal 9:9 dikatakan,  "berilah orang bijak nasihat, maka ia akan menjadi lebih bijak, ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan bertambah."  Seorang anak kecil juga mudah untuk diajar.  Sudahkah kita memiliki hati yang mudah diajar dan dibentuk?  Ataukah hati kita masih keras dan sulit menerima teguran?  Bukankah masih banyak orang Kristen yang sulit sekali menerima teguran?  Kita gampang sekali tersinggung dan sakit hati ketika menerima firman Tuhan yang keras.  Ayub berkata,  "Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah;  sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa.  Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat;  dia yang memukuli, tetapi yang di tangan-Nya menyembuhkan pula."  (Ayub 5:17-18).

     3.  Percaya penuh pada bapanya.  Seorang anak kecil memiliki kepercayaan penuh kepada ayahnya.  Ia tidak pernah kuatir tentag apa pun karena semua kebutuhannya terpenuhi.  Kita juga harus percaya penuh kepada Tuhan dan jangan sekali-kali  "...bersandar kepada pengertianmu sendiri."  (Amsal 3:5).

Kita harus berubah, supaya Kerajaan Allah dapat kita alami dan rasakan setiap hari.

Saturday, July 16, 2011

ELIA: Terancam dan Lelah!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Juli 2011 -

Baca:  Roma 8:31-39

"Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?"  Roma 8:32

Terancam merupakan situasi yang tidak nyaman, dan orang terancam itu pasti sangat menderita karena terus dihantui rasa takut dan was-was.  Seperti itulah yang dirasakan oleh Elia.  Ia menerima ancaman yang tidak main-main dari Izebel.  Setelah mendengar bahwa Elia telah berhasil membunuh empat ratus lima puluh nabi Baal, Izebel menjadi sangat geram dan melakukan ancaman terhadap Elia,  "...jika besok kira-kira pada waktu ini aku tidak membuat nyawamu sama seperti nyawa salah seorang dari mereka."  (1 Raja-Raja 19:2).  Karena diancam hendak dibunuh hati Elia diliputi oleh perasaan takut yang luar biasa;  Elia kehilangan damai sejahtera, bahkan sepertinya ia sudah putus pengharapan dan ingin mati saja.

     Terkadang dalam hidup ini kita mengalami hal yang sama, kehilangan damai sejahtera dan sukacita, karena beratnya tekanan hidup.  Atau karena omongan orang lain yang berusaha untuk melemahkan dan merendahkan kita.  Iblis tidak pernah berhenti mendakwa adan mengintimidasi kita dengan mengungkit-ungkit kenangan buruk atau dosa-dosa masa lalu, sehingga kita pun menjadi lelah dan tak berdaya.  Jangan kuatir dan merasa terancam karena Tuhan sanggup menolong dan melepaskan kita dari persoalan-persoalan yang kita alami.  Dia Tuhan yang tidak hanya peduli, bahkan Ia turut merasakan apa yang telah kita rasakan (baca Ibrani 4:15).  Akibat merasa sendiri dan terancam hidupnya, Elia menjadi lelah dan rasa-rasanya ia sudah tidak sanggup lagi untuk melanjutkan tugas pelayanan yang dipercayakan Tuhan padanya.  Namun Tuhan tidak tinggal diam, disuruhnyalah seorang malaikat untuk memberi dia makan dan minum.

     Mungkin saat ini kita merasa lelah dan tidak lagi bersemangat dalam melayani Tuhan,  "Aku mau mundur saja dari pelayanan ini.  Percuma, sudah berkorban banyak tapi tidak mendapat apa-apa"  Ingatlah bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita!  Jangan menyerah pada keadaan, tetapi kuatkan hati,  "...karena besar upah yang menantinya,"  (Ibrani 10:35).

Sekecil apa pun pengorbanan kita untuk Tuhan, diperhitungkanNya dan itu tidak pernah sia-sia!

Friday, July 15, 2011

ELIA: Merasa Sendirian

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Juli 2011 -

Baca:  1 Raja-Raja 19:1-8

"Cukuplah itu!  Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku."  1 Raja-Raja 19:4b

Saudara tahu kisah tentang nabi Elia?  Nabi Elia adalah salah satu nabi yang dipakai Tuhan secara luar biasa.  Ia pernah berdoa  "...supaya hujan jangan turun, dan hujan pun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan.  Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumi pun mengeluarkan buahnya."  (Yakobus 5:17-18).  Juga saat berada di gunung Karmel Elia mampu menumpas 450 nabi-nabi Baal.  Luar biasa!

     Tetapi saat kita mempelajari kisahnya lebih mendalam, apalagi membaca ayat nas di atas, pasti timbul pertanyaan dalam benak kita,  "Mengapa seorang nabi besar sekaliber Elia kok tiba-tiba menjadi seorang yang rapuh, ingin segera mengakhiri hidupnya dan seolah-olah tidak memiliki harapan dalam hidupnya?"  Bagaimana pun juga Elia adalah manusia biasa.  Meskipun ada pelayannya (Elisa) yang selalu menemani di mana pun ia berada, dan juga ada ribuan orang yang percaya kepada Allah Israel, Elia tetap merasa sendiri (lonely).  Bukankah terkadang kita juga merasakan hal yang sama?  Kita merasa sendirian meski berada di tengah-tengah keluarga, teman atau kerabat.  Kita berpikir tak seorang pun mempedulikan kita.

     Jika saat ini Saudara merasakan hal demikian, segeralah sadar!  Lupakah kita akan janji Tuhan?  Dia berkata,  "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meniggalkan engkau."  (Ibrani 13:5b), bahkan  "...Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."  (Matius 28:20b).  Oleh karena itu kita harus percaya bahwa janji Tuhan itu ya dan amin, tidak ada janjiNya yang tidak Dia genapi sebagaimana tertulis,  "Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran."  (Yohanes 14:16-17a).

     Tetaplah melekat kepada Tuhan dan jangan pernah merasa sendiri, ada Roh Kudus yang senantiasa menyertai kita.  Hal ini membuktikan bahwa Tuhan sangat peduli dan memperhatikan hidup kita, bahkan  "...rambut kepalamu pun terhitung semuanya."  (Lukas 12:7a).  Jaminan penyertaan Tuhan tidak hanya sampai di situ, Dia juga telah menyediakan tempat bagi kita kelak yaitu di dalam Kerajaan Sorga.  Saudara tidak sendirian!

Semua ini membuktikan bahwa Tuhan sangat mengasihi dan memperhatikan kita;  kasihNya tak lekang oleh waktu, hari ini, esok dan sampai selama-lamanya!

Thursday, July 14, 2011

TUHAN ADALAH TEMPAT PERLINDUNGAN KITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Juli 2011 -

Baca:  Yosua 20

"Tentukanlah bagimu kota-kota perlindungan, yang telah Kusebutkan kepadamu dengan perantaraan Musa,"  Yosua 20:2

Ingatkah Saudara tentang kasus bom yang terjadi di Bali, Jakarta, Medan dan di kota-kota lain?  Berapa ratus orang yang telah menjadi korban dari perbuatan-perbuatan yang tidak bertanggung jawab dan biadab ini?  Ternyata ancaman bom belum juga berakhir, sampai saat ini pun negara kita masih dihebohkan oleh adanya teror bom yang terjadi di mana-mana.  Bahkan paket bom dikemas begitu rupa (paket buku, ransel dan sebagainya) sehingga tidak menimbulkan kecurigaan dari orang lain.  Pastilah teror bom ini menimbulkan dampak yang luar biasa:  orang menjadi kuatir, takut dan was-was.  Lalu, ke manakah kita dapat berlindung dari marabahaya?  Tidak ada tempat di belahan bumi mana pun yang dapat memberikan perlindungan yang aman bagi manusia.

     Dalam Perjanjian Lama umat Israel mempunyai tempat yang disebut kota perlindungan, yang dikhususkan sebagai tempat perlindungan seseorang dari penuntut tebusan darah.  Jika ada seseorang yang berbuat kesalahan dan meminta pertolongan atau perlindungan, mereka lari ke kota itu dan beroleh rasa aman.  Pada waktu masuk ke kota itu mereka harus memberitahukan perkaranya kepada tua-tua kota, dan penuntut tebusan darah tidak boleh masuk ke kota itu.  Saat ini banyak orang di dunia mencari tempat perlindungan yang aman, tetapi mereka tidak akan pernah menemukannya.  Tetapi sebagai orang percaya kita patut bersyukur karena kita memiliki Tuhan Yesus, yang adalah tempat perlindungan kita.  Daud berkata,  "Demikianlah Tuhan adalah tempat perlindungan bagi orang yang terinjak, tempat perlindungan pada waktu kesesakan."  (Mazmur 9:10).

     Kota perlindungan yang dimaksud dalam Yosua 20 adalah bayangan dari keselamatan yang akan datang.  Kota pertama yang disebutkan adalah Kadesh, yang artinya adalah kebenaran.  Melalui pengorbanan Kristus di atas kayu salib semua itu tergenapi.  "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah."  (2 Korintus 5:21).  Untuk beroleh perlindungan dari Tuhan kita harus hidup dalam kebenaran, jangan lagi berkompromi dengan dosa.

"Nama Tuhan adalah menara yang kuat, ke sanalah orang benar berlari dan ia menjadi selamat."  Amsal 18:10

Wednesday, July 13, 2011

BERIBADAH DENGAN SUNGGUH ATAU ASAL-ASALAN?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Juli 2011 -

Baca:  1 Samuel 7:1-14

"Jika kamu berbalik kepada Tuhan dengan segenap hati, maka jauhkanlah para allah asing dan para Asytoret dari tengah-tengahmu dan tunjukan hatimu kepada Tuhan dan beribadahlah hanya kepada-Nya;"  1 Samuel 7:3a

Bangsa Israel adalah bangsa pilihan Tuhan.  Itulah sebabnya mereka beroleh kasih dan kemurahan Tuhan secara luar biasa.  Sejak semula Tuhan berlaku sangat baik kepada umatNya itu,  "Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya;  anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati."  (Yesaya 40:11).  Dari hari ke hari umat Israel mengalami berkat-berkat Tuhan:  perlindungan, pemeliharaan dan pembelaanNya yang begitu nyata atas mereka.  Namun mereka masih saja tegar tengkuk, bahkan sering meninggalkan Tuhan dan berbalik kepada penyembahan berhala.

     Tatkala Samuel menjadi nabi Tuhan ia menemukan banyak sekali kejahatan yang dilakukan oleh umat Israel.  Mereka meninggalkan Tuhan dan menyembah kepada berhala, yaitu Baal dan Asytoret.  Akibat dari kesalahannya sendiri mereka harus menanggung akibatnya:  bangsa Filistin menyerang mereka secara bertubi-tubi sehingga mereka pun terus mengeluh kepada Tuhan.  Selain itu, kedua anak imam Eli juga telah mencemari Bait Allah.  Jadi bisa dikatakan bahwa bangsa Israel sedang berada dalam masa-masa yang gelap.  Melihat kondisi ini nabi Samuel menegur mereka dengan keras agar segera bertobat, berbalik keapda Tuhan dan menjauhkan para allah asing dari antara mereka supaya Ia melepaskan mereka dari tangan orang Filistin.  Sebagai seorang nabi pilihan Tuhan Samuel tahu bagaimana harus beribadah kepada Tuhan.  Karena itu Samuel segera mengumpulkan segenap umat Israel dan menyerukan agar mereka segera meninggalkan berhala dan beribadah dengan sungguh hanya kepada Tuhan saja.

     Banyak orang Kristen yang mungkin berkata,  "Aku sudah beribadah kepada Tuhan dengan sungguh dan terlibat dalam pelayanan."  Apakah ini jaminan bahwa ibadah kita dikenan Tuhan?  Tanpa disadari kita melakukannya dengan sikap yang asal-asalan dan setengah hati;  ibadah kita penuh dengan kepura-puraan;  kita masih hidup dalam dosa.

Kita beribadah hanya karena ingin diberkati Tuhan, bukan dengan ketulusan dan bukan karena kita mengasihiNya.  Di satu sisi kita beribadah kepada Tuhan, namun di sisi lain kita juga masih berhubungan dengan allah-allah lain di dunia ini!

Tuesday, July 12, 2011

MUJIZAT TERJADI DI SEGALA KEADAAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Juli 2011 -

Baca:  2 Raja-Raja 4:1-7

"Pergilah, juallah minyak itu, bayarlah hutangmu, dan hiduplah dari lebihnya, engkau serta anak-anakmu."  2 Raja-Raja 4:7

Perjalanan hidup manusia di dunia ini penuh dengan warna-warni, segala sesuatu bisa berubah dengan drastis:  kadang berada di atas, tapi dengan secepat kilat bisa berada di bawah;  hari ini berlimpah harta, esok masuk penjara;  hari ini berada di puncak popularitas, esok dengan gampang dilupakan orang dan tak dianggap lagi.  Itulah sebabnya pengkhotbah berkata,  "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya."  (Pengkhotbah 3:1).  Ada suka dan duka, sakit adan sehat, tertawa dan menangis, menabur dan menuai, berhasil dan gagal.  Namun yang pasti, dalam setiap keadaan Tuhan sanggup  "...membuat segala sesuatu indah pada waktunya,..."  (Pengkhotbah 3:11a).  Tuhan dapat menghadirkan mujizat dan kemenangan dalam situasi yang bagaimana pun, yang secara manusia adalah mustahil tapi bagi Dia tak ada yang tak mungkin.

     Ada kisah seorang wanita yang mengalami pergumulan sangat berat.  Kebahagiaan dan canda tawa yang ia rajut bersama suami terasa begitu cepat berlalu, berganti kepedihan dan penderitaan;  suaminya mati dan meninggalkan banyak hutang.  Dikatakannya,  "...penagih hutang sudah datang untuk mengambil kedua orang anakku menjadi budaknya."  (2 Raja-Raja 4:1).  Namun jika kita baca di akhir kisah, janda ini mengalami terobosan dalam hidupnya;  mujizat dan pertolongan Tuhan yang ajaib dinyatakan.  Apa rahasianya?  1.  Ia datang ke alamat yang tepat.  Janda ini menyampaikan permasalahannya kepada Tuhan dan pada akhirnya  ia beroleh pertolongan.  Tuhan berkata,  "Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau dan engkau akan memuliakan Aku."  (Mazmur 50:15).  2.  Ia bertindak dengan iman.  Sedikit minyak berubah menjadi banyak ketika janda ini mau melakukan apa yang diperintahkan Elisa yaitu meminta bejana-bejana dari tetangganya.  Perintah itu sungguh tidak masuk akal, tapi ketika kita mau taat, itulah permulaan dari mujizat!  Iman harus disertai dengan perbuatan  (baca Yakobus 2:17).

Peristiwa yang terjadi dalam hidup kita tidak pernah lepas dari perhatiaan Tuhan.  Terkadang itu diijinkan karena ada rencana Tuhan di balik itu, yaitu namaNya dimuliakan melalui kita.  Karena itu yakinlah, masih ada mujizat di segala keadaan kita!

Monday, July 11, 2011

KERJAKAN DENGAN SUNGGUH APA YANG ADA DI TANGAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Juli 2011 -

Baca:  Amsal 22:17-29

"Pernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya?  Di hadapan raja-raja ia akan berdiri, bukan di hadapan orang-orang yang hina."  Amsal 22:29

Surat kabar dan juga televisi sering memberitakan tentang orang-orang yang hebat di bidangnya masing-masing yang diundang oleh Bapak Presiden ke istana negara untuk menerima penghargaan dan juga jamuan makan malam.  Tidak semua orang dapat menerima undangan apalagi beroleh penghargaan dari presiden.  Mereka adalah orang-orang yang berperestasi:  atlit yang mengharumkan nama bangsa di ajang olah raga internasional, para pelajar yang menjuarai olimpiade bidang science, pelopor penyelamatan lingkungan hidup dan sebagainya.  Mengapa mereka bisa berprestasi?  Karena mereka mengerjakan tugas di bidangnya masing-masing dengan penuh integritas.  Tanpa integritas apa pun yang mereka kerjakan tidak akan membuahkan hasil yang maksimal.

     Setiap kita tanpa terkecuali diberikan Tuhan talenta, kecakapan, dan kesanggupan untuk mengerjakan sesuatu.  Tetapi mengapa masing-masing orang memiliki hasil yang berbeda-beda?  Itu semua tergantung dari kesanggupan kita sebagaimana digambarkan dalam Matius 25:14-30 tentang perumpamaan talenta:  Tertulis:  "Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat."  (Matius 25:15).  Kesanggupan kita adalah karuniaNya;  Tuhan yang memerintahkan kita untuk melakukan sesuatu, maka Ia juga yang akan memberikan kesanggupan untuk mengerjakannya.  Tidak ada alasan bagi kita untuk iri terhadap orang lain karena yang menilai pekerjaan kita bukanlah kita sendiri, tetapi Tuhan.  Dikatakan,  "Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri;  maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain."  (Galatia 6:4).

     Tuhan selalu menyediakan upah bagi setiap orang yang setia mengerjakan tugas dan tanggung jawab yang dipercayakannya.  "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar."  (Matius 25:23a).

Jangan berkata,  "Saya tidak bisa!"  Kunci permasalahannya adalah kita tidak sungguh-sungguh mengerjakan apa yang dipercayakan kepada kita selama ini.

Sunday, July 10, 2011

JANGAN SUKA MENUNDA PEKERJAAN!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Juli 2011 -

Baca:  Ibrani 3:7-19

"Tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama masih dapat dikatakan 'hari ini', supaya jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa."  Ibrani 3:13

Menunda pekerjaan adalah kebiasaan buruk yang masih sering dilakukan oleh banyak orang.  Contoh:  seorang siswa yang mendapat pekerjaan rumah (PR) dari sekolah seringkali berpikir,  "Ah, PR-nya nanti saja kukerjakan.  Besok kan masih ada waktu."  Menunda pekerjaan yang seharusnya bisa kita kerjakan saat ini adalah suatu tindakan yang justru akan merugikan diri kita sendiri.  Menunda berarti menyia-nyiakan waktu yang ada;  menunda berarti kita telah kehilangan waktu, karena waktu yang hilang tidak akan bisa tergantikan.  Kalau kita kehilangan suatu barang, kita masih dapat membelinya.  Namun sekali kita kehilangan waktu atau kesempatan, itu tidak akan pernah kembali.  Tidak ada tempat, toko, supermarket atau mal di dunia ini yang menyediakan 'waktu' cadangan atau menjual waktu.  Semakin kita terbiasa menunda-nunda pekerjaan semakin membuat kita menjadi malas.  Ingat!  Semakin kita menunda-nunda waktu semakin berat tugas dan pekerjaan kita.  Belum lagi selesai mengerjakan pekerjaan pertama itu, sudah datang lagi pekerjaan yang kedua, ketiga dan seterusnya.

     Begitu pentingnya hari ini sehingga Alkitab menasihatkan agar kita tidak menyia-nyiakan waktu yang ada.  Betapa pun hebatnya kita di hari kemarin, itu sudah berlalu.  Tidak ada satu pun yang dapat kita lakukan untuk mengubah sesuatu yang telah berlalu.  Begitu juga dengan hari esok, itu semua di luar jangkauan dan pikiran kita.  Kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok.  Karena itu marilah kita menaruh perhatian dengan sungguh pada apa yang sedang terjadi saat ini atau sekarang.  Kerjakan dengan sungguh, jangan tunda-tunda, apalagi hanya berpangku tangan, tanpa berbuat sesuatu.  Manfaatkan setiap kesempatan yang ada sebaik mungkin.  Karena seperti apa kita di hari esok adalah tuaian dari apa yang kita lakukan sekarang.  Masa depan kita adalah hasil dari apa yang kita kerjakan hari ini.

     Hari ini atau waktu sekarang adalah berkat dan pemberian Tuhan yang sangat berharga, oleh karena itu pusatkan pikiran, tenaga dan talenta untuk segala sesuatu yang ada di tangan kita.  Dan  "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!"  (Ibrani 4:7b).  Nah, tunggu kapan lagi?

Selagi kita masih dalam kondisi baik-baik saja, jangan sekali-kali menunda-nunda waktu.

Saturday, July 9, 2011

KRISTEN RAJAWALI: Mata Rohaninya Tajam!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Juli 2011 -

Baca:  2 Korintus 4:16-18

"Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal."  2 Korintus 4:18

Burung rajawali memiliki kebiasaan membuat sarang di bukit yang tinggi, ia  "...diam dan bersarang di bukit batu, di puncak bukit batu dan di gunung yang sulit didatangi."  (Ayub 39:31), sementara burung-burung lain kebanyakan membuat sarangnya di dahan pohon.  Di atas ketinggian induk rajawali melatih dan mendewasakan anak-anaknya.  Pada saatnya si induk pasti akan mengobrak-abrik sarangnya sehingga memaksa anak-anaknya untuk keluar dari sarang, mengepak-gepakkan sayapnya dan belajar terbang.  Pada saat anak rajawali belajar terbang, sang induk memperhatikan dan mengamat-amatinya dari kejauhan.  Sebelum anak rajawali itu jatuh ke batu-batu yang terjal, sang induk pun dengan sigap memberi pertolongan dan menopangnya  (baca Ulangan 32:11-12)

     Adakalanya Tuhan ijinkan kita mengalami ujian dan tantangan hidup yang berat untuk melatih 'otot-otot' iman kita dan membuat kita semakin dewasa.  Setiap kita yang telah belajar mengembangkan sayap rohani dengan benar akan mampu terbang tinggi, siap menghadapi badai apa pun dan pasti akan tampil sebagai pemenang.  Tanpa adanya ujian atau badai, bagaimana kita bisa dikatakan sebagai pribadi yang berkualitas dan tahn uji?  Yakobus berkata,  "sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan."  (Yakobus 1:3).

     Selain itu rajawali memiliki mata atau pandangan yang sangat tajam.  Ia mampu memandang dari jarak yang cukup jauh, bahkan dari atas ketinggian kurang lebih 3 mil (4,8 km) dari permukaan bumi atau permukaan laut ia masih dapat menangkap sinyal gerakan dari binatang buruannya.  Untuk memastikannya ia akan terbang merendah, lalu dengan kecepatan yang luar biasa ia akan segera menyambar mangsanya.

     Tuhan pun mau setiap kita memiliki mata rohani yang tajam, yang dapat melihat jauh ke depan, melihat janji-janjiNya dan rencanaNya serta dapat memandang segala sesuatu sebagaimana Tuhan memandang.  Jangan sampai mata kita hanya terfokus pada perkara-perkara yang lahiriah, tapi arahkan pandangan hanya kepada Kristus.  "Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kausa yang bekerja di dalam kita,"  (Efesus 3:20).

Tetapi kuat dalam segala keadaan karena Tuhan penopang dan sumber kekuatan kita.

Friday, July 8, 2011

KRISTEN RAJAWALI: Berani Menghadapi Badai!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Juli 2011 -

Baca:  Yesaya 40:25-31

"tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya;  mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah."  Yesaya 40:31

Tuhan kita adalah Allah yang luar biasa, hebat dan dahsyat segala perbuatanNya.  Dia menciptakan langit, bumi dan segala isinya dengan tiada pernah merasa lelah dan lesu.  Tuhan juga sangat mengasihi dan memperhatikan umatNya secara detil;  Dia tahu persis keadaan kita.  Ketika kita sedang dalam pergumulan yang berat, putus asa, lemah tak berdaya, Dia tidak pernah berhenti untuk menguatkan dan menolong kita.  Melalui kuasa Roh KudusNya  "Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya."  (ayat 29).

     Tidak ada alasan bagi kita untuk menyalahkan Tuhan, apalagi menuduh bahwa Dia tidak peduli terhadap kita dan membiarkan kita bergumul sendirian menghadapi setiap persoalan hidup ini.  Serahkan dan percayakan hidup Saudara bagi Tuhan sepenuhnya dan nantikan pertolonganNya, sebab bagi orang-orang yang tekun menantikan Tuhan, Alkitab menyatakan bahwa ia akan beroleh kekuatan baru seumpama rajawali yang terbang tinggi.  Mengapa Tuhan memberikan contoh kekuatan rajawali, bukan jenis burung lain?  Karena rajawali memiliki keberanian dan kekuatan yang lebih yang tidak dimiliki oleh burung-burung yang lain.  Karena keistimewaannya Alkitab mencatat kata rajawali sebanyak 32 kali.

     Apa saja nilai lebih dari burung rajawali itu?  Ayub berkata,  "Atas perintahmulah rajawali terbang membubung, dan membuat sarangnya di tempat yang tinggi?"  (Ayub 39:30).  Burung rajawali memiliki kebiasaan yang unik, ia selalu terbang tinggi di atas badai, bukan di dalam atau di bawah badai.  Karakter seperti itulah yang harus dimiliki oleh setiap orang percaya, memiliki keberanian untuk menghadapi badai persoalan.  Namun kenyataannya banyak orang Kristen yang justru larut dan tenggelam dalam badai persoalan.  Seringkali kita dikalahkan oleh situasi atau keadaan yang ada: frustasi, kecewa, putus asa dan kehilangan sukacita.  Bukankah Alkitab menyatakan bahwa  "...dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita."  (Roma 8:37).

Seberat apa pun persoalan yang menimpa, jangan menjadi lemah;  sebaliknya, kuatkan iman dan arahkan pandangan pada Tuhan.

Thursday, July 7, 2011

PEMUDA KRISTIANI: Harus Menjadi Teladan!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Juli 2011 -

Baca:  Mazmur 119:9-16

"Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih?  Dengan menjaganya sesuai dengan firman-mu."  Mazmur 119:9

Pemazmur menyatakan bahwa hanya dengan firman Tuhanlah anak muda dapat mempertahankan kelakuannya tetap bersih dan sesuai dengan kehendak Tuhan.  Oleh sebab itu para pemuda Kristiani harus banyak terlibat dalam kegiatan-kegiatan rohani supaya waktu-waktu luang yang ada mereka gunakan untuk hal-hal yang positif dan membangun iman.  Mereka harus melatih diri dalam hal ibadah, artinya:  tidak  "...menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang,... dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat."  (Ibrani 10:25).  Semakin banyak mereka mendengar Firman Tuhan semakin kuat pula iman mereka, karena  "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."  (Roma 10:17).  Bagi anak-anak Tuhan, tidak mengikuti tren teman-teman bukanlah akhir dari segalanya.  Sebaliknya, hal ini juga bukan berarti kita menjadi pemuda yang 'kuper' dan out of date.

     Tuhan menghendaki kita menjadi orang-orang muda Kristen yang berkualias dan memiliki kehidupan yang berbeda dari anak-anak muda di luar Tuhan, yang meski masih muda tetapi memiliki integritas dan tidak berkompromi dengan dosa;  berani berkata tidak dan menolak setiap ajakan maupun kebiasaan hidup yang tidak berkenan kepada Tuhan meski hal itu mengandung resiko:  ditinggalkan dan dikucilkan teman.  Yang Tuhan mau adalah kita menjauhi nafsu orang muda, karena segala keinginan untuk memenuhi hawa nafsu hanyalah akan membawa kita kepada kebinasaan. Karena itu kita harus memiliki kekariban dengan Tuhan supaya kita beroleh kekuatan untuk dapat menolak setiap hawa nafsu yang ada.  Rasul Paulus berpesan,  "Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda.  Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu."  (1 Timotius 4:12).

     Masa muda adalah masa emas bagi kita untuk memaksimalkan potensi yang ada dan memacu kita untuk do our best dalam segala hal, baik dalam perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan, ketekunan dan juga kesucian.

Nama Tuhan dipermuliakan ketika kemudian kita menjadi teladan bagi teman-teman dan lingkungan kita.

Wednesday, July 6, 2011

PEMUDA KRISTIANI: Aset Berharga!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Juli 2011 -

Baca:  2 Timotius 2:14-26

"Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni."  2 Timotius 2:22

Pemuda adalah tulang punggung bangsa;  di tangan merekalah tongkat estafet kepemimpinan akan diserahkan.  Begitu juga pemuda dalam kehidupan kekristenan.  Keberadaan komunitas muda di dalam gereja harus menjadi perhatian utama semua pihak karena pemuda adalah aset yang sangat berharga, dan masa depan gereja ada di pundak mereka.

     Jika melihat perkembangan teknologi saat ini yang begitu pesat, adalah suatu keharusan bagi kita untuk bisa menjaga dan menggembalakan anak-anak muda Kristiani sedemikian rupa supaya mereka tidak terseret oleh arus dunia ini dan tenggelam di dalamnya.  Kita tahu bahwa anak-anak muda memiliki kecenderungan untuk mengikuti tren yang ada.  Itu dilakukan demi mendapatkan pengakuan dari lingkungan sekitar dan juga demi memperoleh identitas diri.  Jika tidak mengikuti tren yang ada mereka dianggap kuno, gak gaul.  Akhirnya mereka pun tidak kuasa menolak ajakan teman.  Inilah yang sangat berbahaya.  Banyak sekali kasus-kasus kriminal yang melibatkan anak-anak muda:  mulai dari tawuran antarpelajar, geng motor, mengkonsumsi narkoba, pergaulan bebas dan bahkan ada yang sampai terjerumus ke dalam dunia prostitusi.  Pengaruh-pengaruh negatif itu bermula dari pergaulan antarteman.  Alkitab jelas menyatakan,  "Janganlah kamu sesat:  Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik."  (1 Korintus 15:33).

     Adalah tugas yang tidak mudah bagi keluarga-keluarga Kristen untuk memperhatikan sepak terjang anak-anak mereka saat berada di luar rumah.  Kita harus tahu dengan siapa mereka membangun persahabatan.  Dikatakan,  "Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang."  (Amsal 13:20).  Karena itu kita harus secara cermat menyeleksi setiap pengaruh yang masuk:  mana yang baik dan mana yang buruk agar kehidupan anak-anak muda tetap terjaga dan tidak menyimpang dari jalan-jalan Tuhan.

Iblis tahu benar bahwa usia muda adalah usia yang sangat rawan;  tak henti-hentinya ia melepaskan panah apinya dan berusaha memperdaya anak muda dengan menawarkan segala kenikmatan dunia ini, dengan harapan mereka semakin terlena dan semakin jauh dari Tuhan.

Tuesday, July 5, 2011

BUANG SEGALA AKAR PAHIT (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Juli 2011 -

Baca:  Ibrani 12:12-15

"Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yag mencemarkan banyak orang."  Ibrani 12:15

Apakah Saudara dapat bersukacita ketika hati Saudara dipenuhi oleh kepahitan?  Tentu tidak!  Kepahitan hanya akan merusak suasana hati kita;  sukacita sirna dan beban hidup serasa makin berat.  Namun Tuhan Yesus berkata,  "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu."  (Matius 11:28).  Bila saat ini kita sedang berbeban berat biarlah kita tidak menanggungnya sendiri tetapi kita serahkan kepada Tuhan, karena bagi Dia tidak ada yang mustahil. Kalau kita membiarkan diri hanyut dalam permasalahan yang ada, lalu kepahitan menguasai hati kita, apakah kita bisa menjadi kesaksian bagi orang-orang di sekitar kita?

     Perlakuan yang tidak baik, tindakan semena-mena, merendahkan, memfitnah, menyakiti, melontarkan kata-kata kotor dan sebagainya seringkali menyebabkan seseorang mengalami kepahitan.  Tidak adanya pengampunan atau karena adanya iri hati dalam diri kita juga menyebabkan kita makin terbelenggu oleh kepahitan.  Ada juga orang yang mengalami kepahitan karena penderitaan yang dialaminya.  Biasanya ia akan menyalahkan Tuhan dan menuduh Dia sebagai penyebabnya.  Inilah yang dikatakan oleh Naomi,  "...Janganlah sebutkan aku Naomi;  sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku.  Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosong, Tuhan memulangkan aku.  ...Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku."  (Rut 1:20-21).  Bukankah masih ada orang Kristen yang juga bersikap seperti Naomi?  Mogok tidak mau ke gereja karena merasa doanya tidak dijawab oleh Tuhan.  "Untuk apa saya harus berlelah-lelah melayani Tuhan?  Kenyataannya hidup saya juga tidak berubah, tetap saja pas-pasan dan tidak diberkati Tuhan.",  dan masih banyak lagi keluhan.

     Kalau kita mampu menyikapi setiap masalah dengan benar kita tidak akan masuk dalam kepahitan.  Orang yang hidup dalam kepahitan mustahil dapat berdoa.  Kepahitan juga semakin membuat orang menjadi tawanan dosa.  Kepahitan itu identik dengan ikatan kejahatan, karena jika kita biarkan kita akan menjadi tawanan dosa.

Kepahitan adalah senjata yang digunakan Iblis untuk menghancurkan kehidupan kita!

Monday, July 4, 2011

BUANG SEGALA AKAR PAHIT (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Juli 2011 -

Baca:  Keluaran 1

"Lalu dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja, dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat,..."  Keluaran 1:13-14

Dalam kehidupan ini banyak orang mengalami kepahitan dalam hati oleh karena masalah dan penderitaan yang terjadi.  Kepahitan hidup yang luar biasa juga dialami dan dirasakan oleh bangsa Israel ketika mereka berada di Mesir, di mana  "...dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja, dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya segala pekerjaan yang dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka itu."  (ayat 13:14).  Penderitaan yang hebat membuat hati mereka menjadi pahit.  Sampai-sampai karena kepahitan hidup yang mereka alami mereka pun diperintahkan untuk makan sayur yang pahit pada saat mempersiapkan perayaan paskah.  "Dagingnya harus dimakan mereka pada malam itu juga;  yang dipanggang mereka harus makan dengan roti yang tidak beragi beserta sayur pahit."  (Keluaran 12:8).  Sayur yang pahit ini untuk mengenang dan mengingatkan keadaan mereka saat di Mesir.

     Kepahitan adalah suatu fakta dalam kehidupan manusia.  Seberat apa pun ujian dan kesukaran yang menimpa, jangan sampai kita menjadi pahit hati.  Tuhan tidak menginginkan kita hidup dalam kepahitan.  Jika saat ini kita mengalami kesesakan yang sangat, datanglah pada Tuhan dan serahkan semua beban itu kepadaNya.  Jangan sampai menyimpan akar pahit di dalam hati.  Kepahitan adalah gambaran dari kehidupan orang yang tidak rohani, gambaran dari orang-orang yang belum diselamatkan.  Firman Tuhan jelas menegaskan bahwa  "...dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita."  (Roma 8:37).  Melalui pengorbananNya di atas kayu salib Kristus telah menebus kita dan menyelamatkan kita.  Kita bukan lagi orang-orang yang kalah, tapi orang-orang yang berkemenangan.

     Jadi sebesar apa pun masalah yang kita hadapi, tidak sebanding dengan kebesaran dan kuasa Tuhan kita.  Karena itu  "Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu,..."  (Efesus 4:31).

Kepahitan yang kita pendam di hati hanya akan membawa dampak buruk:  merusak dan menghancurkan diri kita sendiri.

Sunday, July 3, 2011

TUHAN BERGAUL ERAT DENGAN ORANG JUJUR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Juli 2011 -

Baca:  Amsal 3:27-35

"Karena orang yang sesat adalah kekejian bagi Tuhan, tetapi dengan orang jujur Ia bergaul erat."  Amsal 3:32

Jikalau kita ingin memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan, bergaul karib dengan Dia dan menjadi sahabatNya, ada hal-hal yang harus kita perhatikan.  Itu tidak asal.

     Syarat untuk bisa karib dengan Tuhan adalah harus hidup jujur dan tulus, karena  "...dengan orang jujur Ia bergaul erat."  Artinya kita harus menjadi orang yang terbuka di hadapan Tuhan dan tidak ada sesuatu yang kita tutup-tutupi atau sembunyikan.  Waktu kita berdoa, apa pun masalah, pergumulan, kekurangan, sukacita, bahagia, harus kita sampaikan semua kepadaNya dengan jujur dan terbuka sehingga hubungan kita denganNya tidak kaku atau sekedar pergaulan biasa, melainkan pergaulan yang sangat erat dari hati ke hati.  Ketika keintiman dengan Tuhan sampai pada taraf seperti itu kita akan bertumbuh dalam persekutuan denganNya dan kita akan semakin mengasihi Dia.  Tertulis:  "Siapa berjalan dengan jujur, takut akan Tuhan, tetapi orang yang sesat jalannya menghina Dia."  (Amsal 14:2).

     Tidak mudah menjadi orang yang jujur di zaman sekarang ini di mana banyak orang yang hidup dalam ketidakjujuran.  Mereka berprinsip:  "Jujur ajur"  (bahasa Jawa - Red.), artinya jika kita jujur kita pasti akan hancur.  Tetapi sebagai orang percaya kita dituntut untuk hidup dalam kejujuran.  Bagaimana kita bisa menjadi seorang yang jujur?  Kita harus hidup dalam ketulusan hati.  Alkitab mencatat,  "Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya."  (Amsal 11:3).  Jika kita ingin hidup jujur terhadap Tuhan kita juga harus tulus terhadap Dia.  Orang yang tulus adalah orang yang mengasihi Tuhan tanpa syarat, yang dalam melakukan segala sesuatu tidak akan menuntut upah.  Mengapa ada banyak pelayan Tuhan yang berselisih?  Karena mereka tidak tulus melayani Tuhan.  Orang yang tulus tidak akan mengeluh atau menggerutu dalam mengerjakan tugas pelayanannya.

     Tidak banyak orang dikatakan sebagai sahabat Tuhan selain Abraham dan Musa.  Lalu ada Daud yang disebut sebagai orang yang berkenan di hati Tuhan.  Apakah kita rindu menjadi sahabat Tuhan?  Hiduplah dalam kejujuran dalam ketulusan.

Daud berkata,  "Ketulusan dan kejujuran kiranya mengawal aku, sebab aku menanti-nantikan Engkau"  (Mazmur 25:21)

Saturday, July 2, 2011

LAHIR BARU: Dimerdekakan Dari Dosa!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Juli 2011 -

Baca:  Roma 8:1-17

"Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut."  Roma 8:2

Seseorang yang lahir baru berarti telah dimerdekakan dari kuasa dosa, dosa tidak berkuasa lagi atas hidupnya.  Banyak orang yang mengaku bahwa ia sudah dilahirkan kembali atau lahir baru, tetapi kenyataannya mereka masih hidup di dalam dosa atau terikat oleh dosa-dosa tertentu:  tidak bisa mengampuni orang lain, menyimpan kepahitan dan sakit hati, korupsi, berzinah, suka melihat situs-situs porno di internet dan sebagainya.  Ada pula yang masih terikat dengan kepercayaan nenek moyang atau takhayul dengan pergi ke paranormal atau dukun untuk minta kekayaan atau sekedar ingin tahu nasibnya.  Firman Tuhan menegaskan,  "...jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua.  Latihlah dirimu beribadah."  (1 Timotius 4:7).  Selama kita masih hidup dalam kegelapan kita belum lahir baru.

     Seseorang yang lahir baru tidak lagi hidup dalam kegelapan karena sudah di dalam terang Allah.  Oleh karena itu   "...marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang!  Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati.  Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya."  (Roma 13:12b-14).  Saat kita hidup dalam terang Allah (kebenaranNya) kita pasti akan mengalami kehidupan yang penuh dengan damai sejahtera dan ketenteraman (baca Yesaya 32:17).  Di zaman sekarang ini banyak orang kehilangan damai sejahtera dalam hidupnya karena mereka tidak lagi hidup dalam kebenaran, sehingga mereka berusaha mencari kedamaian dan ketenangan dengan pergi ke tempat-tempat hibuaran malam, mengkonsumsi narkoba dan sebagainya, padahal itu bukanlah jalan keluar, justru membawa mereka kepada kehancuran.

     Seseorang yang lahir baru, selain hidup dalam terang Tuhan, kehidupannya juga menjadi terang (kesaksian) bagi orang lain.  Bagaimana kehidupan Saudara?  Sudahkah kita benar-benar bisa dikatakan seorang Kristen yang lahir baru?

"Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."  1 Yohanes 2:6

Friday, July 1, 2011

LAHIR BARU: Hidup Sebagai Manusia Baru!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Juli 2011 -

Baca:  Yohanes 3:1-13

"Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan oleh Roh, adalah roh."  Yohanes 3:6

Pada suatu malam Nikodemus datang kepada Yesus hendak menanyakan sesuatu kepadaNya.  Namun sebelum ia menyampaikan unek-uneknya Yesus sudah tahu apa yang hendak ditanyakan olehnya, yaitu perihal keselamatan.  Yesus pun berkata,  "...sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah."  (ayat 3).  Jawaban Yesus ini membuat Nikodemus bertanya-tanya dalam hati,  "Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua?  Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?"  (ayat 4).  Secara lahiriah adalah mustahil seseorang yang sudah dilahirkan ke dalam dunia ini dapat masuk ke dalam rahim seorang wanita untuk dilahirkan kembali.  Jangankan orang yang sudah tua, balita pun tidak dapat dilahirkan kembali.

     Apa yang dimaksud dengan 'dilahirkan kembali'?  Dalam hal ini, yang dilahirkan kembali adalah 'manusia roh' kita (bukan tubuh lahiriah), supaya kita dapat melihat Kerajaan Allah.  Alkitab dengan tegas menyatakan bahwa kita dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah adalah karena kasih dan anugerah Tuhan semata, bukan hasil dari perbuatan baik yang telah kita lakukan,  "...tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus,"  (Titus 3:5).  Pertanyaannya sekarang:  sudahkah kita menjadi seorang Kristen yang benar-benar telah lahir baru?  Menjadi Kristen bertahun-tahun, rajin datang ke gereja setiap Minggu atau mungkin sudah terlibat pelayanan bukanlah suatu ukuran bahwa kita sudah lahir baru.

     Ada pun tanda bahwa seseorang telah lahir baru adalah kehidupannya yang berubah dari hari ke sehari, memiliki karakter seperti Kristus dan ada buah-buah roh yang dihasilkan.  Lahir baru berarti hidup kita juga baru;  kehidupan lama harus benar-benar kita tinggalkan, dan kita  "...mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya."  (Efesus 4:24), sebab   "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru:  yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."  (2 Korintus 5:17).

Jadi, lahir baru berarti tidak lagi hidup menurut daging, tapi dipimpin oleh Roh.