Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 April 2011 -
Baca: Amsal 3:1-26
"Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu." Amsal 3:3
Kesetiaan selalu didasari dengan kasih, contoh: seseorang setia pada tuannya karena mencintai pekerjaan yang dilakukannya; seorang isteri setia pada suaminya karena dasar kasih yang mengikat hatinya, begitu pula sebaliknya. Kesetiaan tidak datang dengan sendirinya namun perlu dilatih setiap saat, karena kesetiaan tidak dapat dibatasi oleh waktu maupun keadaan apa pun. Orang bisa dikatakan setia apabila kasih orang tersebut tidak mudah pudar meskipun dalam keadaan susah atau senang, baik atau tidak baik keadaannya. Maka dari itu perlu adanya hubungan dekat untuk saling mengenal, memahami, dan mengerti kepribadian seseorang yang kita kasihi agar terwujud satu kesetiaan yang kokoh. Bagaimana dengan kesetiaan kita pada Tuhan? Di kala hidup kita tidak ada masalah dan baik-baik saja kita bisa berkata, "Tuhan itu baik bagiku.", namun saat kita mengalami suatu proses yang mengharuskan kita untuk menderita bagi Tuhan, apakah kita tetap setia melayaniNya?
Kesetiaan adalah suatu perjuangan dan perjuangan itu sendiri membutuhkan pengorbanan. Seperti halnya seorang sahabat akan dikatakan setia apabila ia dalam keadaan susah, sedih, menderita selalu ada untuk menghibur, menguatkan dan menolong kita, sebab seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu dan rela berkorban untuk sahabatnya, bahkan dikatakan, "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." (Yohanes 15:13). Yesus adalah teladan pribadi yang setia; Ia setia sampai mati di atas kayu salib demi menebus dosa-dosa kita. Daud pun memiliki pengalaman betapa kesetiaan Tuhan itu tidak pernah berubah. Dikatakannya demikian, "Sebab Tuhan itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-selamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun." (Mazmur 100:5).
Mari kita wujudkan kesetiaan itu melalui perbuatan, bukan hanya perkataan semata. Dalam keadaan apa pun tetaplah setia melayani Tuhan dan lakukan kehendakNya, karena pada saatnya kelak kesetiaan tersebut akan mendatangkan upah.
Tuhan berfirman, "Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan." Wahyu 2:10b
Friday, April 29, 2011
Thursday, April 28, 2011
DIMURNIKAN DARI KEMUNAFIKAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 April 2011 -
Baca: Matius 23
"Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan." Matius 23:28
Matius pasal 23 ini berisikan tentang kecaman Tuhan Yesus terhadap ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Mengapa mereka dikecam? Karena mereka hidup dalam kemunafikan. Artinya hidup mereka penuh kepalsuan. Apa yang tampak dari luar berbeda dengan apa yang ada di dalam mereka; tahu kebenaran firman Tuhan tapi tidak melakukannya, bahkan perbuatan mereka jauh menyimpang dari apa yang mereka ajarkan kepada orang lain.
Sikap munafik adalah satu sikap di mana seseorang menutupi kekurangannya atau kesalahannya dengan cara yang licik dan eksklusif: di hadapan banyak orang mereka berlaku baik, ramah, sok rohani dan saleh, padahal apa yang ada di hati mereka sangat bertolak belakang. Bahkan motivasi pelayanan mereka tidak benar, karena "Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang;" (ayat 5a). Tidak ada kasih yang mendasari pelayanan mereka. Mereka melakukan pekerjaan-pekerjaan rohani dengan harapan beroleh pujian dan sanjungan dari orang lain, sehingga Tuhan Yesus memberi nasihat, "...turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya." (ayat 3).
Orang yang munafik digambarkan seperti "...kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran." (ayat 27). Di luar tampak putih dan menarik, tapi di dalamnya 'busuk'. Tanpa disadari sifat munafik ini telah mendarah daging dalam kehidupan orang percaya. Untuk itu kita perlu dimurnikan dari berbagai macam kemunafikan supaya apa yang kita lakukan berkenan di hadapan Tuhan. Ada pun sifat munafik antara lain: ingin dipuji dan dihormati orang, suka berpura-pura baik dan suka mencari kesalahan orang lain. FirmanNya tegas, "Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu." (Matius 7:5). Jika ada kemunafikan dalam hidup kita, apa pun yang kita lakukan akan menjadi sia-sia!
Buanglah segala kemunafikan, dan mari kita berusaha hidup benar di hadapan Tuhan dan juga manusia.
Baca: Matius 23
"Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan." Matius 23:28
Matius pasal 23 ini berisikan tentang kecaman Tuhan Yesus terhadap ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Mengapa mereka dikecam? Karena mereka hidup dalam kemunafikan. Artinya hidup mereka penuh kepalsuan. Apa yang tampak dari luar berbeda dengan apa yang ada di dalam mereka; tahu kebenaran firman Tuhan tapi tidak melakukannya, bahkan perbuatan mereka jauh menyimpang dari apa yang mereka ajarkan kepada orang lain.
Sikap munafik adalah satu sikap di mana seseorang menutupi kekurangannya atau kesalahannya dengan cara yang licik dan eksklusif: di hadapan banyak orang mereka berlaku baik, ramah, sok rohani dan saleh, padahal apa yang ada di hati mereka sangat bertolak belakang. Bahkan motivasi pelayanan mereka tidak benar, karena "Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang;" (ayat 5a). Tidak ada kasih yang mendasari pelayanan mereka. Mereka melakukan pekerjaan-pekerjaan rohani dengan harapan beroleh pujian dan sanjungan dari orang lain, sehingga Tuhan Yesus memberi nasihat, "...turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya." (ayat 3).
Orang yang munafik digambarkan seperti "...kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran." (ayat 27). Di luar tampak putih dan menarik, tapi di dalamnya 'busuk'. Tanpa disadari sifat munafik ini telah mendarah daging dalam kehidupan orang percaya. Untuk itu kita perlu dimurnikan dari berbagai macam kemunafikan supaya apa yang kita lakukan berkenan di hadapan Tuhan. Ada pun sifat munafik antara lain: ingin dipuji dan dihormati orang, suka berpura-pura baik dan suka mencari kesalahan orang lain. FirmanNya tegas, "Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu." (Matius 7:5). Jika ada kemunafikan dalam hidup kita, apa pun yang kita lakukan akan menjadi sia-sia!
Buanglah segala kemunafikan, dan mari kita berusaha hidup benar di hadapan Tuhan dan juga manusia.
Wednesday, April 27, 2011
ANAK ADALAH BERKAT ISTIMEWA DARI TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 April 2011 -
Baca: Mazmur 139:13-18
"Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku." Mazmur 139:13
Sebuah keluarga tidak akan terasa lengkap dan tampak sepi jika tidak ada kehadiran anak. Memiliki anak adalah impian setiap pasangan suami isteri. Sungguh, anak adalah harta yang tak ternilai dari Tuhan. Ketahuilah bahwa seorang anak berada di dunia ini bukan karena keinginannya sendiri, tetapi semua karena rencana dan kehendak Tuhan semata. Itulah sebabnya Tuhan sendiri yang membentuk dan menenun mereka sejak dalam kandungan ibunya, mulai dari warna kulit, sifat atau ciri-ciri lainnya. Meskipun demikian bukan berarti anak itu sempurna, ia memiliki juga kekurangan, namun kita sebagai orangtua tidak boleh menyepelekan mereka. Banyak orangtua yang tidak melihat anak-anaknya dari sudut pandang Tuhan. Akibatnya orangtua suka berlaku kasar terhadap anak atau mengata-ngatai anak dengan kata-kata yang tidak seharusnya diucapkan, seperti: kamu bodoh, bandel, atau menyesal ibu melahirkan kamu.
Seringkali para orangtua tidak mampu melihat potensi yang ada di dalam diri anak-anaknya padahal Tuhan telah memperlengkapi mereka dengan talenta dan karunia. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa anak-anak mendapat tempat istimewa di hati Tuhan. Dikatakan, "...anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada Tuhan, dan buah kandungan adalah suatu upah. Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda." (Mazmur 127:3-4). Oleh karenanya Tuhan menghendaki agar para orangtua mengasihi dan mendidik anak-anaknya dengan penuh kasih. Tuhan pun dapat memakai mereka dengan urapan dan panggilan khusus. Contohnya Samuel, ia dipanggil untuk melayani Tuhan saat usianya masih sangat belia (baca 1 Samuel 2:18).
Setiap anak diibaratkan seperti kertas yang masih putih dan bersih, karena itu para orangtua harus berhati-hati. Apa yang diajarkan dan ditanamkan pada anak akan sangat menentukan masa depan mereka (baca Amsal 22:6). Tuhan memberi tugas dan tanggung jawab kepada orangtua untuk mendidik anak-anaknya sesuai dengan firman Tuhan. Jadi "...kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." (Efesus 6:4).
Anak adalah harta istimewa dari Tuhan, karena itu kasihi dan didiklah mereka dengan benar!
Baca: Mazmur 139:13-18
"Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku." Mazmur 139:13
Sebuah keluarga tidak akan terasa lengkap dan tampak sepi jika tidak ada kehadiran anak. Memiliki anak adalah impian setiap pasangan suami isteri. Sungguh, anak adalah harta yang tak ternilai dari Tuhan. Ketahuilah bahwa seorang anak berada di dunia ini bukan karena keinginannya sendiri, tetapi semua karena rencana dan kehendak Tuhan semata. Itulah sebabnya Tuhan sendiri yang membentuk dan menenun mereka sejak dalam kandungan ibunya, mulai dari warna kulit, sifat atau ciri-ciri lainnya. Meskipun demikian bukan berarti anak itu sempurna, ia memiliki juga kekurangan, namun kita sebagai orangtua tidak boleh menyepelekan mereka. Banyak orangtua yang tidak melihat anak-anaknya dari sudut pandang Tuhan. Akibatnya orangtua suka berlaku kasar terhadap anak atau mengata-ngatai anak dengan kata-kata yang tidak seharusnya diucapkan, seperti: kamu bodoh, bandel, atau menyesal ibu melahirkan kamu.
Seringkali para orangtua tidak mampu melihat potensi yang ada di dalam diri anak-anaknya padahal Tuhan telah memperlengkapi mereka dengan talenta dan karunia. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa anak-anak mendapat tempat istimewa di hati Tuhan. Dikatakan, "...anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada Tuhan, dan buah kandungan adalah suatu upah. Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda." (Mazmur 127:3-4). Oleh karenanya Tuhan menghendaki agar para orangtua mengasihi dan mendidik anak-anaknya dengan penuh kasih. Tuhan pun dapat memakai mereka dengan urapan dan panggilan khusus. Contohnya Samuel, ia dipanggil untuk melayani Tuhan saat usianya masih sangat belia (baca 1 Samuel 2:18).
Setiap anak diibaratkan seperti kertas yang masih putih dan bersih, karena itu para orangtua harus berhati-hati. Apa yang diajarkan dan ditanamkan pada anak akan sangat menentukan masa depan mereka (baca Amsal 22:6). Tuhan memberi tugas dan tanggung jawab kepada orangtua untuk mendidik anak-anaknya sesuai dengan firman Tuhan. Jadi "...kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." (Efesus 6:4).
Anak adalah harta istimewa dari Tuhan, karena itu kasihi dan didiklah mereka dengan benar!
Tuesday, April 26, 2011
BERSYUKUR ATAS KEBAIKAN TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 April 2011 -
Baca: Mazmur 138
"Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu." Mazmur 138:2
Pada dasarnya setiap orang pasti menyadari bahwa dirinya memiliki keterbatasan. Namun hal ini biasanya baru dirasakan ketika ia sedang dalam permasalahan yang berat, sehingga ketika mengalami jalan buntu dan merasa tidak mampu dia akan berusaha mencari pertolongan kepada 'sesuatu yang dianggap lebih besar dan lebih kuat daripada dirinya'. Itulah sebabnya orang-orang dunia di luar Tuhan berusaha mencari pertolongan ke allah-allah lain: orang pintar atau dukun, tempat-tempat keramat dan sebagainya untuk mendapatkan solusi bagi permasalahan yang menimpanya, baik itu masalah ekonomi, sakit-penyakit, perjodohan, pekerjaan dan lain-lain. Mereka terperangkap oleh jerat Iblis yang menawarkan pertolongan instan, padahal ujungnya menuju kehancuran dan kebinasaan. Segala cara ditempuh demi mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya.
Sebagai orang percaya kita patut bersyukur karena kita memiliki Tuhan Yesus yang bukan sekedar Allah, namun adalah Bapa dan Gembala yang baik, yang dengan penuh kasih akan memenuhi segala kebutuhan sekaligus mendidik kita agar kita terus bertumbuh dan memiliki karakter seperti Dia. Tuhan adalah Jehovah, artinya Allah yang memenuhi segala yang kita butuhkan. Di dalam Yesus tersedia segala berkat yang kita perlukan. Tetapi seringkali kita selalu menterjemahkan 'berkat' Tuhan itu berupa uang atau hal-hal yang bersifat materi semata. Akibatnya ketika seseorang belum memiliki uang banyak atau harta yang melimpah ia akan merasa bahwa dirinya belum diberkati Tuhan. Kita lupa bahwa tubuh yang sehat, keluarga yang harmonis, anak-anak yang tumbuh sehat, bisnis yang lancar dan sebagainya adalah berkat. Kita jarang menghargai apa yang kita miliki saat ini.
Mari mulai belajar menghargai berkat-berkat yang Tuhan limpahkan dalam kehidupan kita bukan hanya materi, tapi juga berkat-berkat non materi yang kita terima. Betapa banyak hal-hal baik yang Tuhan karuniakan dalam hidup kita setiap hari. Uang dan materi hanyalah sebagian kecil dari berkat yang kita terima. Berkat Tuhan itu menyeluruh dan sempurna, meliputi berkat jasmani maupun berkat rohani.
Karena itu bersyukurlah senantiasa sebab Tuhan sangat baik!
Baca: Mazmur 138
"Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu." Mazmur 138:2
Pada dasarnya setiap orang pasti menyadari bahwa dirinya memiliki keterbatasan. Namun hal ini biasanya baru dirasakan ketika ia sedang dalam permasalahan yang berat, sehingga ketika mengalami jalan buntu dan merasa tidak mampu dia akan berusaha mencari pertolongan kepada 'sesuatu yang dianggap lebih besar dan lebih kuat daripada dirinya'. Itulah sebabnya orang-orang dunia di luar Tuhan berusaha mencari pertolongan ke allah-allah lain: orang pintar atau dukun, tempat-tempat keramat dan sebagainya untuk mendapatkan solusi bagi permasalahan yang menimpanya, baik itu masalah ekonomi, sakit-penyakit, perjodohan, pekerjaan dan lain-lain. Mereka terperangkap oleh jerat Iblis yang menawarkan pertolongan instan, padahal ujungnya menuju kehancuran dan kebinasaan. Segala cara ditempuh demi mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya.
Sebagai orang percaya kita patut bersyukur karena kita memiliki Tuhan Yesus yang bukan sekedar Allah, namun adalah Bapa dan Gembala yang baik, yang dengan penuh kasih akan memenuhi segala kebutuhan sekaligus mendidik kita agar kita terus bertumbuh dan memiliki karakter seperti Dia. Tuhan adalah Jehovah, artinya Allah yang memenuhi segala yang kita butuhkan. Di dalam Yesus tersedia segala berkat yang kita perlukan. Tetapi seringkali kita selalu menterjemahkan 'berkat' Tuhan itu berupa uang atau hal-hal yang bersifat materi semata. Akibatnya ketika seseorang belum memiliki uang banyak atau harta yang melimpah ia akan merasa bahwa dirinya belum diberkati Tuhan. Kita lupa bahwa tubuh yang sehat, keluarga yang harmonis, anak-anak yang tumbuh sehat, bisnis yang lancar dan sebagainya adalah berkat. Kita jarang menghargai apa yang kita miliki saat ini.
Mari mulai belajar menghargai berkat-berkat yang Tuhan limpahkan dalam kehidupan kita bukan hanya materi, tapi juga berkat-berkat non materi yang kita terima. Betapa banyak hal-hal baik yang Tuhan karuniakan dalam hidup kita setiap hari. Uang dan materi hanyalah sebagian kecil dari berkat yang kita terima. Berkat Tuhan itu menyeluruh dan sempurna, meliputi berkat jasmani maupun berkat rohani.
Karena itu bersyukurlah senantiasa sebab Tuhan sangat baik!
Monday, April 25, 2011
TAAT: Harus Dalam Tindakan Nyata
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 April 2011 -
Baca: Yakobus 2:14-26
"Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?" Yakobus 2:21
Ketaatan baru disebut sebagai ketaatan sampai hal itu diwujudkan dalam sebuah tindakan nyata, bukan hanya melalui perkataan atau pikiran saja! Yakobus menegaskan, "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (ayat 17). Abraham kembali dijadikan contoh tentang figur orang yang benar-benar hidup dalam ketaatan. Abraham tidak hanya taat dan percaya secara pikiran dan kemauan tapi ia juga mempraktekkannya, dan karena ketaatannya itu kehidupan Abraham menjadi berkat bagi bangsa-bangsa.
Rasul Paulus mengatakan, "Dan oleh sebab kamu telah tahan uji dalam pelayanan itu, mereka memuliakan Allah karena ketaatan kamu dalam pengakuan akan Injil Kristus dan karena kemurahan hatimu dalam membagikan segala sesuatu dengan mereka dan dengan semua orang," (2 Korintus 9:13). Ketika ketaatan seseorang diwujudkan melalui tindakan nyata, hal ini dapat dilihat dan dirasakan oleh orang lain sehingga nama Tuhan dipermuliakan melalui kehidupan orang tersebut. Ketaatan yang diwujudkan dalam tindakan nyata akan memiliki kekuatan dan berdampak kuat untuk membawa orang lain kepada Tuhan.
Bagaimana bisa menjadi orang yang taat? Kita harus mempertajam pendengaran kita dan melatih diri untuk banyak mendengar seperti yang dikatakan oleh Yesaya, "Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid." (Yesaya 50:4b). Kita tidak mungkin bisa menjadi orang yang taat jika kita tidak belajar untuk mendengar. Ketika kita mendengar firman Tuhan mulailah tumbuh iman di hati kita dan kemudian kita melangkan dalam ketaatan. Tapi masih banyak di antara kita yang tidak sungguh-sungguh hidup dalam ketaatan: datang ke gereja bukan karena taat tapi karena sungkan ditelponi terus oleh Gembala sidangnya, dan sebagainya.
Ingat, ketaatan itu harus jelas. Mulai mendengar terlebih dahulu, sehingga kita mengerti apa yang Tuhan kehendaki, lalu kita bertindak dengan iman. Itulah sebabnya firman Tuhan berkali-kali menasihatkan sebagaimana disampaikan kepada ketujuh sidang jemaat di kitab Wahyu, "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh..." (2:7)
Ketaatan tanpa disertai tindakan nyata sama dengan ketidaktaatan!
Baca: Yakobus 2:14-26
"Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?" Yakobus 2:21
Ketaatan baru disebut sebagai ketaatan sampai hal itu diwujudkan dalam sebuah tindakan nyata, bukan hanya melalui perkataan atau pikiran saja! Yakobus menegaskan, "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (ayat 17). Abraham kembali dijadikan contoh tentang figur orang yang benar-benar hidup dalam ketaatan. Abraham tidak hanya taat dan percaya secara pikiran dan kemauan tapi ia juga mempraktekkannya, dan karena ketaatannya itu kehidupan Abraham menjadi berkat bagi bangsa-bangsa.
Rasul Paulus mengatakan, "Dan oleh sebab kamu telah tahan uji dalam pelayanan itu, mereka memuliakan Allah karena ketaatan kamu dalam pengakuan akan Injil Kristus dan karena kemurahan hatimu dalam membagikan segala sesuatu dengan mereka dan dengan semua orang," (2 Korintus 9:13). Ketika ketaatan seseorang diwujudkan melalui tindakan nyata, hal ini dapat dilihat dan dirasakan oleh orang lain sehingga nama Tuhan dipermuliakan melalui kehidupan orang tersebut. Ketaatan yang diwujudkan dalam tindakan nyata akan memiliki kekuatan dan berdampak kuat untuk membawa orang lain kepada Tuhan.
Bagaimana bisa menjadi orang yang taat? Kita harus mempertajam pendengaran kita dan melatih diri untuk banyak mendengar seperti yang dikatakan oleh Yesaya, "Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid." (Yesaya 50:4b). Kita tidak mungkin bisa menjadi orang yang taat jika kita tidak belajar untuk mendengar. Ketika kita mendengar firman Tuhan mulailah tumbuh iman di hati kita dan kemudian kita melangkan dalam ketaatan. Tapi masih banyak di antara kita yang tidak sungguh-sungguh hidup dalam ketaatan: datang ke gereja bukan karena taat tapi karena sungkan ditelponi terus oleh Gembala sidangnya, dan sebagainya.
Ingat, ketaatan itu harus jelas. Mulai mendengar terlebih dahulu, sehingga kita mengerti apa yang Tuhan kehendaki, lalu kita bertindak dengan iman. Itulah sebabnya firman Tuhan berkali-kali menasihatkan sebagaimana disampaikan kepada ketujuh sidang jemaat di kitab Wahyu, "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh..." (2:7)
Ketaatan tanpa disertai tindakan nyata sama dengan ketidaktaatan!
Sunday, April 24, 2011
KEBANGKITAN YESUS: Tidak Sia-sia Iman Kristen
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 April 2011 -
Baca: Matius 28:1-10
"Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring." Matius 28:6
Menjelang Paskah semua gereja pasti disibukkan dengan banyak persiapan, mulai dari tim paduan suara yang berlatih keras menyiapkan puji-pujian dengan tema Paskah, para guru sekolah Minggu juga sibuk mengadakan lomba-lomba untuk anak didiknya, tak ketinggalan juga ada telur paskah lengkap dengan hiasannya. Alangkah pernik paskah ini menyadarkan kita akan makna dari paskah itu sendiri, bukan hanya sekedar tradisi atau seremonial belaka.
Paskah adalah kemenangan bagi orang percaya dan seharusnya menjadi kebanggan setiap orang yang percaya kepada Kristus. Ayat nas di atas adalah penggenapan dari apa yang dijanjikanNya, "...Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari." (Markus 8:31). Yesus telah bangkit dari kematianNya! Hebatnya, kuasa kebangkitanNya itu didahului oleh tanda-tanda yang ajaib: terjadi gempa bumi yang dahsyat dan turunnya malaikat dari langit yang wajahnya bagaikan kilat dengan pakaian putih seperti salju. KuburNya yang kosong membuktikan kuasaNya sangat hebat dan dahsyat. Maka dari itu setiap orang percaya tidak perlu takut dan ragu dalam mengiring Kristus. KebangkitanNya benar-benar memberi keyakinan dan kepastian akan jaminan keselamatan kekal bagi kita. Mari, jangan sia-siakan keselamatan yang telah kita terima ini karena keselamatan kekal itu hanya ada di dalam Yesus. Sangat memprihatinkan jika ada orang percaya yang rela meninggalkan iman Kristus demi mendapatkan pasangan hidup, jabatan atau kemewahan dunia ini. Rasul Paulus mengatakan, "Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu." (1 Korintus 15:14).
Kristus telah bangkit! Tidak seharusnya kita menjalani hidup ini dengan ketakutan dan keraguan. Sebaliknya, mari kita tatap masa depan dengan kepala tegak karena kita memiliki Tuhan yang hidup. Beritakanlah kabar kesukaan ini kepada dunia!
"Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu." 1 Korintus 15:17
Baca: Matius 28:1-10
"Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring." Matius 28:6
Menjelang Paskah semua gereja pasti disibukkan dengan banyak persiapan, mulai dari tim paduan suara yang berlatih keras menyiapkan puji-pujian dengan tema Paskah, para guru sekolah Minggu juga sibuk mengadakan lomba-lomba untuk anak didiknya, tak ketinggalan juga ada telur paskah lengkap dengan hiasannya. Alangkah pernik paskah ini menyadarkan kita akan makna dari paskah itu sendiri, bukan hanya sekedar tradisi atau seremonial belaka.
Paskah adalah kemenangan bagi orang percaya dan seharusnya menjadi kebanggan setiap orang yang percaya kepada Kristus. Ayat nas di atas adalah penggenapan dari apa yang dijanjikanNya, "...Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari." (Markus 8:31). Yesus telah bangkit dari kematianNya! Hebatnya, kuasa kebangkitanNya itu didahului oleh tanda-tanda yang ajaib: terjadi gempa bumi yang dahsyat dan turunnya malaikat dari langit yang wajahnya bagaikan kilat dengan pakaian putih seperti salju. KuburNya yang kosong membuktikan kuasaNya sangat hebat dan dahsyat. Maka dari itu setiap orang percaya tidak perlu takut dan ragu dalam mengiring Kristus. KebangkitanNya benar-benar memberi keyakinan dan kepastian akan jaminan keselamatan kekal bagi kita. Mari, jangan sia-siakan keselamatan yang telah kita terima ini karena keselamatan kekal itu hanya ada di dalam Yesus. Sangat memprihatinkan jika ada orang percaya yang rela meninggalkan iman Kristus demi mendapatkan pasangan hidup, jabatan atau kemewahan dunia ini. Rasul Paulus mengatakan, "Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu." (1 Korintus 15:14).
Kristus telah bangkit! Tidak seharusnya kita menjalani hidup ini dengan ketakutan dan keraguan. Sebaliknya, mari kita tatap masa depan dengan kepala tegak karena kita memiliki Tuhan yang hidup. Beritakanlah kabar kesukaan ini kepada dunia!
"Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu." 1 Korintus 15:17
Saturday, April 23, 2011
PENEBUSAN YESUS KRISTUS: Untuk Kehidupan Kekal
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 April 2011 -
Baca: Galatia 3:1-14
"Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: 'Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!' " Galatia 3:13
Sejak zaman Musa yang hidup di Perjanjian Lama sampai pada masa bait Allah dibangun oleh Herodes di Perjanjian Baru, di mana bait Allah itu sering dikunjungi oleh Yesus, terdapat tabir yang memisahkan antara ruang luar dengna ruang Mahasuci. Ini sebagai pertanda bahwa jalan kepada Allah masih belum terbuka, melainkan tertutup. Namun pada saat Yesus berseru, "Sudah selesai,", tabir Bait Suci itu pun terbelah menjadi dua. Yesus telah membuka jalan keselamatan bagi manusia.
Sebagai manusia berdosa kita tidak layak datang kepada Allah dan masuk ke hadiratNya. Allah itu Mahakudus adanya, namun "...oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-nya sendiri," (Ibrani 10:19-20). Jadi Yesus datang untuk sebuah Misi Agung yaitu sebagai jalan pendamaian: "...kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya." (Kolose 1:21). Ia datang untuk menanggung hukuman karena dosa manusia supaya dosa itu dihapus oleh Allah dan manusia pun terbebas dari hukuman.
Sungguh tak terkira betapa besar kasih Allah kepada kita dan itu tidak dapat diukur dan dibandingkan dengan siapa pun dan apa pun juga. Dia bertindak menurut kehendak dan kedaulatanNya untuk menyelamatkan manusia. Jadi penyelamatan itu adalah inisiatif dari Allah sendiri. Manusia tidak akan sampai kepadaNya karena manusia tetap menyandang status sebagai hamba dosa dan jelas dinyatakan bahwa upah dosa ialah maut. "Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal." (Roma 6:22). Sebagai orang-orang yang telah diselamatkan hendaknya kita merespons kasih Allah ini dengan tindakan nyata. Mari kita layani Tuhan lebih giat lagi dan makin bersemangat untuk menceritakan karya penebusan Kristus ini kepada orang-orang yang belum percaya.
Ada jaminan hidup kekal bagi yang percaya Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat!
Baca: Galatia 3:1-14
"Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: 'Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!' " Galatia 3:13
Sejak zaman Musa yang hidup di Perjanjian Lama sampai pada masa bait Allah dibangun oleh Herodes di Perjanjian Baru, di mana bait Allah itu sering dikunjungi oleh Yesus, terdapat tabir yang memisahkan antara ruang luar dengna ruang Mahasuci. Ini sebagai pertanda bahwa jalan kepada Allah masih belum terbuka, melainkan tertutup. Namun pada saat Yesus berseru, "Sudah selesai,", tabir Bait Suci itu pun terbelah menjadi dua. Yesus telah membuka jalan keselamatan bagi manusia.
Sebagai manusia berdosa kita tidak layak datang kepada Allah dan masuk ke hadiratNya. Allah itu Mahakudus adanya, namun "...oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-nya sendiri," (Ibrani 10:19-20). Jadi Yesus datang untuk sebuah Misi Agung yaitu sebagai jalan pendamaian: "...kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya." (Kolose 1:21). Ia datang untuk menanggung hukuman karena dosa manusia supaya dosa itu dihapus oleh Allah dan manusia pun terbebas dari hukuman.
Sungguh tak terkira betapa besar kasih Allah kepada kita dan itu tidak dapat diukur dan dibandingkan dengan siapa pun dan apa pun juga. Dia bertindak menurut kehendak dan kedaulatanNya untuk menyelamatkan manusia. Jadi penyelamatan itu adalah inisiatif dari Allah sendiri. Manusia tidak akan sampai kepadaNya karena manusia tetap menyandang status sebagai hamba dosa dan jelas dinyatakan bahwa upah dosa ialah maut. "Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal." (Roma 6:22). Sebagai orang-orang yang telah diselamatkan hendaknya kita merespons kasih Allah ini dengan tindakan nyata. Mari kita layani Tuhan lebih giat lagi dan makin bersemangat untuk menceritakan karya penebusan Kristus ini kepada orang-orang yang belum percaya.
Ada jaminan hidup kekal bagi yang percaya Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat!
Friday, April 22, 2011
PENEBUSAN YESUS KRISTUS: Sekali Untuk Selamanya
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 April 2011 -
Baca: Ibrani 9:11-28
"betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, ..." Ibrani 9:14
Kematian Yesus Kristus di atas kayu salib adalah penggenapan rencana Allah. Sebagaimana juga disampaikan oleh Petrus saat ia berkotbah di Yerusalem, "Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka." (Kisah 2:23). Hal ini juga sudah dinubuatkan jauh-jauh sebelumnya yaitu di dalam Perjanjian Lama, "Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh." (Yesaya 53:5). Di atas kayu salib ini Yesus harus menanggung dosa segenap umat manusia dan dalam keadaan terpisah sama sekali dari hubungan dengan Allah. Ketika itu "Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga. Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: 'Eli, Eli, lama sabakhtani?' Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku,mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (Matius 27:45-46).
Kematian adalah suatu hal yang umum dan lumrah bagi manusia, namun hanya ada satu kesengsaraan dan kematian yang luar biasa dan istimewa yaitu kematian Anak Allah. Yesus, Anak Allah, yang adalah Allah itu sendiri digantung di atas kayu salib dan wafat. Peristiwa kematianNya pun disertai dengan kegelapan pekat yang mencekam di tengah hari bolong selama tiga jam. Alkitab juga mengatakan, "Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: 'Sudah Selesai.' Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya." (Yohanes 19:30). Kata "sudah selesai" ini sebagai pernyataan bahwa Yesus sudah menggenapi segala sesuatu yang harus Ia lakukan.
Kematian Yesus Kristus adalah bukti kasih Allah kepada dunia, di mana Kristus sebagai korban untuk menebus dosa umat manusia. Pekerjaan penebusan itu hanya dilakukan sekali untuk selama-lamanya karena pekerjaan itu sempurna. "...Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia." (Ibrani 9:28).
Pengorbanan Kristus di salib adalah menggenapi rencana Agung Allah bagi manusia!
Baca: Ibrani 9:11-28
"betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, ..." Ibrani 9:14
Kematian Yesus Kristus di atas kayu salib adalah penggenapan rencana Allah. Sebagaimana juga disampaikan oleh Petrus saat ia berkotbah di Yerusalem, "Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka." (Kisah 2:23). Hal ini juga sudah dinubuatkan jauh-jauh sebelumnya yaitu di dalam Perjanjian Lama, "Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh." (Yesaya 53:5). Di atas kayu salib ini Yesus harus menanggung dosa segenap umat manusia dan dalam keadaan terpisah sama sekali dari hubungan dengan Allah. Ketika itu "Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga. Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: 'Eli, Eli, lama sabakhtani?' Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku,mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (Matius 27:45-46).
Kematian adalah suatu hal yang umum dan lumrah bagi manusia, namun hanya ada satu kesengsaraan dan kematian yang luar biasa dan istimewa yaitu kematian Anak Allah. Yesus, Anak Allah, yang adalah Allah itu sendiri digantung di atas kayu salib dan wafat. Peristiwa kematianNya pun disertai dengan kegelapan pekat yang mencekam di tengah hari bolong selama tiga jam. Alkitab juga mengatakan, "Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: 'Sudah Selesai.' Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya." (Yohanes 19:30). Kata "sudah selesai" ini sebagai pernyataan bahwa Yesus sudah menggenapi segala sesuatu yang harus Ia lakukan.
Kematian Yesus Kristus adalah bukti kasih Allah kepada dunia, di mana Kristus sebagai korban untuk menebus dosa umat manusia. Pekerjaan penebusan itu hanya dilakukan sekali untuk selama-lamanya karena pekerjaan itu sempurna. "...Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia." (Ibrani 9:28).
Pengorbanan Kristus di salib adalah menggenapi rencana Agung Allah bagi manusia!
Thursday, April 21, 2011
KUNCI UTAMA: Taat, Tidak Membantah (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 April 2011 -
Baca: 2 Raja-Raja 5:1-14
"Bapak, seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah bapak akan melakukannya? Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu: Mandilah dan engkau akan menjadi tahir." 2 Raja-Raja 5:13
Alkitab menyatakan, "Apa yang tidak pernah dilihat mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9). Ketika kita taat melakukan kehendak Tuhan dan berkat-berkat yang luar biasa yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, sebab Tuhan "...dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita," (Efesus 3:20).
Inilah yang juga dialami oleh Naaman, seorang panglima raja Aram, yang menderita penyakit kusta. Ia diperintahkan oleh nabi Tuhan, yaitu Elisa, agar menceburkan diri dan mandi sebanyak tujuh kali ke dalam sungan Yordan. Celakanya, peritah ini tidak disampaikan secara langsung oleh Elisa, melainkan melalui orang suruhannya (baca 2 Raja-Raja 5:10). Bagi Naaman hal ini merupakan sebuah penghinaan atau sikap tidak hormat kepadanya. Bagaimana mungkin Naaman mau mengerjakan apa yang disuruhkan Elisa kepadanya kalau semua perintah itu tidak masuk akal, terbilang aneh dan tidak sesuai dengan harapannya, apalagi Elisa dinilai tidak menghargai dia yang adalah panglima terpandang. Itulah reaksi pertama Naaman (baca 2 Raja-Raja 5:11-12). Namun atas saran dan desakan para pegawainya akhirnya Naaman mau melakukan apa yang diperintahkan nabi Allah itu, sekalipun tidak sesuai dengan apa yang dibayangkan; dan ketika Naaman mau taat dan belajar merendahkan diri serta tidak bersandar pada pengertiannya sendiri, ia pun mengalami kesembuhan secara total. Dikatakan, "Maka turunlah ia membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu. Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir." (2 Raja-Raja 5:14).
Bukankah kita sering bertindak seperti Naaman? Tidak mau taat dan lebih mengandalkan logika kita. Kita sering memilah-milah perintah Tuhan, mana yang akan ditaati dan mana yang tidak.
Naaman mengalami mujizat kesembuhan ketika ia mau bertindak dalam ketaatan terlebih dahulu, sehingga kita dapat mengerti ada rencana Tuhan di balik itu semua.
Baca: 2 Raja-Raja 5:1-14
"Bapak, seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah bapak akan melakukannya? Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu: Mandilah dan engkau akan menjadi tahir." 2 Raja-Raja 5:13
Alkitab menyatakan, "Apa yang tidak pernah dilihat mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9). Ketika kita taat melakukan kehendak Tuhan dan berkat-berkat yang luar biasa yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, sebab Tuhan "...dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita," (Efesus 3:20).
Inilah yang juga dialami oleh Naaman, seorang panglima raja Aram, yang menderita penyakit kusta. Ia diperintahkan oleh nabi Tuhan, yaitu Elisa, agar menceburkan diri dan mandi sebanyak tujuh kali ke dalam sungan Yordan. Celakanya, peritah ini tidak disampaikan secara langsung oleh Elisa, melainkan melalui orang suruhannya (baca 2 Raja-Raja 5:10). Bagi Naaman hal ini merupakan sebuah penghinaan atau sikap tidak hormat kepadanya. Bagaimana mungkin Naaman mau mengerjakan apa yang disuruhkan Elisa kepadanya kalau semua perintah itu tidak masuk akal, terbilang aneh dan tidak sesuai dengan harapannya, apalagi Elisa dinilai tidak menghargai dia yang adalah panglima terpandang. Itulah reaksi pertama Naaman (baca 2 Raja-Raja 5:11-12). Namun atas saran dan desakan para pegawainya akhirnya Naaman mau melakukan apa yang diperintahkan nabi Allah itu, sekalipun tidak sesuai dengan apa yang dibayangkan; dan ketika Naaman mau taat dan belajar merendahkan diri serta tidak bersandar pada pengertiannya sendiri, ia pun mengalami kesembuhan secara total. Dikatakan, "Maka turunlah ia membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu. Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir." (2 Raja-Raja 5:14).
Bukankah kita sering bertindak seperti Naaman? Tidak mau taat dan lebih mengandalkan logika kita. Kita sering memilah-milah perintah Tuhan, mana yang akan ditaati dan mana yang tidak.
Naaman mengalami mujizat kesembuhan ketika ia mau bertindak dalam ketaatan terlebih dahulu, sehingga kita dapat mengerti ada rencana Tuhan di balik itu semua.
Wednesday, April 20, 2011
KUNCI UTAMA: Taat, Tidak Membantah (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 April 2011 -
Baca: Ibrani 11:8-19
"Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal," Ibrani 11:17
Semua orang percaya tahu pasti bahwa kunci untuk mengalami berkat, kemenangan dan terobosan-terobosan dalam hidup adalah taat, artinya setia melakukan apa yang Tuhan kehendaki seperti Yesus, yang taat melakukan kehendak Bapa: "...janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39) dan Yesus juga mengatakan, "...sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku." (Yohanes 5:30b). Bahkan Alkitab menegaskan bahwa Yesus "...taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (Filipi 2:8).
Jadi ketaatan adalah masalah yang tidak asing lagi bagi kita tapi merupakan suatu hal yang paling sulit untuk dilakukan, apalagi bila harus menaati sesuatu yang tidak kita sukai, tidak masuk akal atau bertentangan dengan keinginan dan harapan kita. Contohnya adalah Abraham. Ia diperintahkan Tuhan untuk mempersembahkan anak semata wayangnya, Ishak, sebagai korban persembahan. Menurut pikiran manusia permintaan Tuhan ini sangat tidak masuk akal dan tidak pernah terbayangkan oleh Abraham sebelumnya. Meski demikian Abraham mengerjakan apa yang Tuhan mau dengan penuh semangat dan tanpa keterpaksaan. Tertulis: "Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya." (Kejadian 22:3). Hal ini menunjukkan bahwa Abraham taat kepada Tuhan sepenuhnya tanpa ada bantahan atau argumentasi sedikit pun. Hati Abraham begitu bersukacita dalam menjalankan perintah Tuhan, sulit atau mudah, sesuai dengan harapan atau tidak. Intinya, Abraham hanya punya satu tujuan yaitu taat kepada Tuhan dan menyenangkan hatiNya.
Abraham taat tanpa mengajukan syarat apa pun. Yang menjadi fokus utamanya adalah Pribadi Tuhan, bukan pada apa yang telah ia miliki atau berkat yang telah ia terima dari Tuhan. Abraham tahu benar bahwa ketika ia taat menjalankan perintah Tuhan, hal-hal yang luar biasa di luar pemikirannya, disediakan Tuhan baginya. (Bersambung)
Baca: Ibrani 11:8-19
"Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal," Ibrani 11:17
Semua orang percaya tahu pasti bahwa kunci untuk mengalami berkat, kemenangan dan terobosan-terobosan dalam hidup adalah taat, artinya setia melakukan apa yang Tuhan kehendaki seperti Yesus, yang taat melakukan kehendak Bapa: "...janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39) dan Yesus juga mengatakan, "...sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku." (Yohanes 5:30b). Bahkan Alkitab menegaskan bahwa Yesus "...taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (Filipi 2:8).
Jadi ketaatan adalah masalah yang tidak asing lagi bagi kita tapi merupakan suatu hal yang paling sulit untuk dilakukan, apalagi bila harus menaati sesuatu yang tidak kita sukai, tidak masuk akal atau bertentangan dengan keinginan dan harapan kita. Contohnya adalah Abraham. Ia diperintahkan Tuhan untuk mempersembahkan anak semata wayangnya, Ishak, sebagai korban persembahan. Menurut pikiran manusia permintaan Tuhan ini sangat tidak masuk akal dan tidak pernah terbayangkan oleh Abraham sebelumnya. Meski demikian Abraham mengerjakan apa yang Tuhan mau dengan penuh semangat dan tanpa keterpaksaan. Tertulis: "Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya." (Kejadian 22:3). Hal ini menunjukkan bahwa Abraham taat kepada Tuhan sepenuhnya tanpa ada bantahan atau argumentasi sedikit pun. Hati Abraham begitu bersukacita dalam menjalankan perintah Tuhan, sulit atau mudah, sesuai dengan harapan atau tidak. Intinya, Abraham hanya punya satu tujuan yaitu taat kepada Tuhan dan menyenangkan hatiNya.
Abraham taat tanpa mengajukan syarat apa pun. Yang menjadi fokus utamanya adalah Pribadi Tuhan, bukan pada apa yang telah ia miliki atau berkat yang telah ia terima dari Tuhan. Abraham tahu benar bahwa ketika ia taat menjalankan perintah Tuhan, hal-hal yang luar biasa di luar pemikirannya, disediakan Tuhan baginya. (Bersambung)
Tuesday, April 19, 2011
MUJIZAT TUHAN MASIH TERJADI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 April 2011 -
Baca: Mazmur 77
"Engkaulah Allah yang melakukan keajaiban; Engkau telah menyatakan kuasa-Mu di antara bangsa-bangsa." Mazmur 77:15
Banyak orang berpikir bahwa mujizat Tuhan hanya berlaku pada zaman dahulu dan tidak berlaku untuk kehidupan di masa sekarang ini. Tetapi faktanya adalah Tuhan masih melakukan mujizat. Bila ada orang yang tidak mengalami mujizat bukan karena Tuhan tidak sanggup melakukannya, tetapi karena orang itulah yang tidak percaya pada mujizat. Alkitab dengan tegas menulis: "Adakah sesuatu apa pun yang mustahil untuk Tuhan?" (Kejadian 18:14a). Sehingga dengan demikian "Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" (Markus 9:23b). Melalui ayat-ayat di atas jelas dikatakan bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan! Dia adalah Allah Sang Pembuat Mujizat karena Dia yang menciptakan bumi dengan segala isinya. Segala sesuatu yang dilakukanNya adalah ajaib. Kalau kita merasa memiliki Allah yang dahsyat dan luar biasa seperti itu tapi masih saja tidak percaya pada mujizatNya, kita adalah orang-orang yang paling bodoh dan rugi besar!
Mujizat dapat terjadi dalam hidup kita karena Dia sangat mengasihi kita. KasihNya tidak setengah-setengah, tapi total. Hal itu dibuktikanNya di atas kayu salib. Dia yang tidak berdosa rela menanggung dosa kita supaya kita dibenarkan; Dia rela terkutuk supaya kita berkemenangan; Dia bukan hanya Allah yang sanggup melakukan mujizat, tetapi juga sangat mengasihi kita, dan tak ada suatu apa pun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (baca Roma 8:38:39).
Kita harus berkata jujur bahwa kemampuan dan kekuatan kita sebagai manusia sangatlah terbatas. Tidak ada yang dapat kita banggakan dari diri kita ini. Karena itulah kita sangat membutuhkan dan memerlukan pertolongan dan mujizat dari Tuhan. Jangan sekali-kali menyombongkan diri dan merasa tidak membutuhkan Tuhan, sebaliknya bergantunglah penuh kepada Tuhan supaya mujizat dapat terjadi dalam hidup kita.
Untuk mengalami mujizat Tuhan ada hal-hal yang harus diperhatikan: kita harus memiliki hidup benar di hadapan Tuhan, tidak hidup dalam dosa, harus percaya penuh janji Tuhan dan tidak bimbang, setia dan tekun melakukan kehendak Tuhan dan tetap tahan uji.
Baca: Mazmur 77
"Engkaulah Allah yang melakukan keajaiban; Engkau telah menyatakan kuasa-Mu di antara bangsa-bangsa." Mazmur 77:15
Banyak orang berpikir bahwa mujizat Tuhan hanya berlaku pada zaman dahulu dan tidak berlaku untuk kehidupan di masa sekarang ini. Tetapi faktanya adalah Tuhan masih melakukan mujizat. Bila ada orang yang tidak mengalami mujizat bukan karena Tuhan tidak sanggup melakukannya, tetapi karena orang itulah yang tidak percaya pada mujizat. Alkitab dengan tegas menulis: "Adakah sesuatu apa pun yang mustahil untuk Tuhan?" (Kejadian 18:14a). Sehingga dengan demikian "Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" (Markus 9:23b). Melalui ayat-ayat di atas jelas dikatakan bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan! Dia adalah Allah Sang Pembuat Mujizat karena Dia yang menciptakan bumi dengan segala isinya. Segala sesuatu yang dilakukanNya adalah ajaib. Kalau kita merasa memiliki Allah yang dahsyat dan luar biasa seperti itu tapi masih saja tidak percaya pada mujizatNya, kita adalah orang-orang yang paling bodoh dan rugi besar!
Mujizat dapat terjadi dalam hidup kita karena Dia sangat mengasihi kita. KasihNya tidak setengah-setengah, tapi total. Hal itu dibuktikanNya di atas kayu salib. Dia yang tidak berdosa rela menanggung dosa kita supaya kita dibenarkan; Dia rela terkutuk supaya kita berkemenangan; Dia bukan hanya Allah yang sanggup melakukan mujizat, tetapi juga sangat mengasihi kita, dan tak ada suatu apa pun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (baca Roma 8:38:39).
Kita harus berkata jujur bahwa kemampuan dan kekuatan kita sebagai manusia sangatlah terbatas. Tidak ada yang dapat kita banggakan dari diri kita ini. Karena itulah kita sangat membutuhkan dan memerlukan pertolongan dan mujizat dari Tuhan. Jangan sekali-kali menyombongkan diri dan merasa tidak membutuhkan Tuhan, sebaliknya bergantunglah penuh kepada Tuhan supaya mujizat dapat terjadi dalam hidup kita.
Untuk mengalami mujizat Tuhan ada hal-hal yang harus diperhatikan: kita harus memiliki hidup benar di hadapan Tuhan, tidak hidup dalam dosa, harus percaya penuh janji Tuhan dan tidak bimbang, setia dan tekun melakukan kehendak Tuhan dan tetap tahan uji.
Monday, April 18, 2011
MENGAPA KITA HARUS MENGALAMI PROSES? (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 April 2011 -
Baca: 1 Petrus 3:13-22
"Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia." 1 Petrus 3:14a
Melanjutkan renungan kemarin mari lihat contoh lain, Daniel, yang juga harus mengalami pemrosesan dari Tuhan: "Sesudah itu raja memberi perintah, lalu diambillah Daniel dan dilemparkan ke dalam gua singa." (Daniel 6:17a). Meski demikian Daniel tidak marah dan menyalahkan Tuhan, ia tetap tenang. Ketika berhasil melewati proses itu Tuhan menunjukkan kuasa dan pembelaannya atas Daniel. Tertulis: "Allahku telah mengutus malaikat-nya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku, karena ternyata aku tak bersalah di hadapan-Nya; tetapi juga terhadap tuanku, ya raja, aku tidak melakukan kejahatan." (Daniel 6:23).
Bila saat ini kita sedang mengalami proses dari Tuhan jangan sekali-kali mengeluh dan kecewa kepada Tuhan, karena Dia tahu mana yang terbaik bagi kita, Tuhan Yesus berkata, "Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah." (Yohanes 15:2). Inilah maksud Tuhan membersihkan kita supaya kehidupan kita menjadi indah dan menghasilkan buah lebih banyak lagi. Bersyukurlah bila Tuhan masih memproses kita karena berarti Tuhan sedang mempersiapkan kita untuk menerima berkat-berkatNya yang baru. Ada tertulis: "Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu,sehingga anggur itu dan kantongnya dua-duanya terbuang. Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula." (Markus 2:22).
Jadi anggur yang baru tidak dapat disimpan dalam kirbat yang lama; anggur baru harus ada dalam kirbat yang baru pula. Artinya Tuhan akan terlebih dahulu membentuk dan memproses kita menjadi 'baru' supaya pada saatnya kita layak menerima berkatNya, karena tidak sedikit orang Kristen yang tidak siap menerima berkat dari Tuhan; ketika hidupnya sudah diberkati mereka malah berbuah tidak lagi setia kepada Tuhan, semakin diberkati malah semakin sombong, semakin diberkati malah semakin meninggalkan pelayanan dan jam-jam ibadah. Maka dari itu perlu kesiapan untuk menerima berkat itu.
Jika Tuhan menilai kita belum siap menerima berkatNya, Dia memproses kita lebih dulu!
Baca: 1 Petrus 3:13-22
"Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia." 1 Petrus 3:14a
Melanjutkan renungan kemarin mari lihat contoh lain, Daniel, yang juga harus mengalami pemrosesan dari Tuhan: "Sesudah itu raja memberi perintah, lalu diambillah Daniel dan dilemparkan ke dalam gua singa." (Daniel 6:17a). Meski demikian Daniel tidak marah dan menyalahkan Tuhan, ia tetap tenang. Ketika berhasil melewati proses itu Tuhan menunjukkan kuasa dan pembelaannya atas Daniel. Tertulis: "Allahku telah mengutus malaikat-nya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku, karena ternyata aku tak bersalah di hadapan-Nya; tetapi juga terhadap tuanku, ya raja, aku tidak melakukan kejahatan." (Daniel 6:23).
Bila saat ini kita sedang mengalami proses dari Tuhan jangan sekali-kali mengeluh dan kecewa kepada Tuhan, karena Dia tahu mana yang terbaik bagi kita, Tuhan Yesus berkata, "Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah." (Yohanes 15:2). Inilah maksud Tuhan membersihkan kita supaya kehidupan kita menjadi indah dan menghasilkan buah lebih banyak lagi. Bersyukurlah bila Tuhan masih memproses kita karena berarti Tuhan sedang mempersiapkan kita untuk menerima berkat-berkatNya yang baru. Ada tertulis: "Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu,sehingga anggur itu dan kantongnya dua-duanya terbuang. Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula." (Markus 2:22).
Jadi anggur yang baru tidak dapat disimpan dalam kirbat yang lama; anggur baru harus ada dalam kirbat yang baru pula. Artinya Tuhan akan terlebih dahulu membentuk dan memproses kita menjadi 'baru' supaya pada saatnya kita layak menerima berkatNya, karena tidak sedikit orang Kristen yang tidak siap menerima berkat dari Tuhan; ketika hidupnya sudah diberkati mereka malah berbuah tidak lagi setia kepada Tuhan, semakin diberkati malah semakin sombong, semakin diberkati malah semakin meninggalkan pelayanan dan jam-jam ibadah. Maka dari itu perlu kesiapan untuk menerima berkat itu.
Jika Tuhan menilai kita belum siap menerima berkatNya, Dia memproses kita lebih dulu!
Sunday, April 17, 2011
MENGAPA KITA HARUS MENGALAMI PROSES? (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 April 2011 -
Baca: Yakobus 1:2-8
"Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan." Yakobus 1:2-3
Tuhan selalu punya rencana yang indah di balik proses pembentukan yang diijinkan terjadi dalam kehidupan anak-anakNya. Ketika kita mau taat mengikuti proses Tuhan ini dengan benar hasilnya pasti akan luar biasa. Namun seringkali timbul pertanyaan dalam pikiran kita: "Kapan ya saya diberkati seperti hamba Tuhan itu? Kapan hidup saya dipulihkan? Kapan saya mengalami mujizat dari Tuhan?" Kita harus percaya bahwa berkat, pemulihan dan mujizat itu sesuatu yang pasti akan kita terima dari Tuhan. Tetapi sebelumnya kita harus siap melewati sebuah proses untuk mendapatkan itu semua. Alkitab mengatakan, "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada baangsiapa yang mengasihi Dia." (Yakobus 1:12).
Mengapa kita harus mengalami proses dari Tuhan? Karena kehidupan orang percaya memang tidak selamanya melewati jalan-jalan yang mulus, terkadang ada banyak tantangan dan pergumulan yang harus kita jalani. Namun yang pasti tangan Tuhan yang berkuasa selalu siap menopang dan menyertai lagkah kita. Tuhan memproses kita pasti ada maksud, yaitu supaya kehidupan kita semakin indah di hadapanNya. Ayub berkata, "Karena Ia tahu jalan hdupku; seandainya jejak-Nya, aku menuruti jalan-Nya dan tidak menyimpang. Perintah dari bibir-Nya tidak kulanggar, dalam sanubariku kusimpan ucapan mulut-Nya." (Ayub 23:10-12).
Banyak tokoh dalam Alkitab yang harus melewati proses pembentukan dari Tuhan, dan ketika mereka setia dan taat ketika diproses hidup mereka menjadi sangat luar biasa. Yusuf: dimasukkan ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya lalu dijual sebagai budak di Mesir, difitnah dan dipenjarakan. Namun ia tidak memberontak kepada Tuhan atau mengeluh, ia tetap percaya dan setia mengikuti alur Tuhan sehingga pada saat yang tepat kemuliaan Tuhan dinyatakan atas kehidupan Yusuf. Sarakh, Mesakh dan Abednego: harus menghadapi peerapian yang menyala-nyala, tapi sedikit pun tak menggoyahkan iman mereka (baca Daniel 3:17-18). (Bersambung)
Baca: Yakobus 1:2-8
"Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan." Yakobus 1:2-3
Tuhan selalu punya rencana yang indah di balik proses pembentukan yang diijinkan terjadi dalam kehidupan anak-anakNya. Ketika kita mau taat mengikuti proses Tuhan ini dengan benar hasilnya pasti akan luar biasa. Namun seringkali timbul pertanyaan dalam pikiran kita: "Kapan ya saya diberkati seperti hamba Tuhan itu? Kapan hidup saya dipulihkan? Kapan saya mengalami mujizat dari Tuhan?" Kita harus percaya bahwa berkat, pemulihan dan mujizat itu sesuatu yang pasti akan kita terima dari Tuhan. Tetapi sebelumnya kita harus siap melewati sebuah proses untuk mendapatkan itu semua. Alkitab mengatakan, "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada baangsiapa yang mengasihi Dia." (Yakobus 1:12).
Mengapa kita harus mengalami proses dari Tuhan? Karena kehidupan orang percaya memang tidak selamanya melewati jalan-jalan yang mulus, terkadang ada banyak tantangan dan pergumulan yang harus kita jalani. Namun yang pasti tangan Tuhan yang berkuasa selalu siap menopang dan menyertai lagkah kita. Tuhan memproses kita pasti ada maksud, yaitu supaya kehidupan kita semakin indah di hadapanNya. Ayub berkata, "Karena Ia tahu jalan hdupku; seandainya jejak-Nya, aku menuruti jalan-Nya dan tidak menyimpang. Perintah dari bibir-Nya tidak kulanggar, dalam sanubariku kusimpan ucapan mulut-Nya." (Ayub 23:10-12).
Banyak tokoh dalam Alkitab yang harus melewati proses pembentukan dari Tuhan, dan ketika mereka setia dan taat ketika diproses hidup mereka menjadi sangat luar biasa. Yusuf: dimasukkan ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya lalu dijual sebagai budak di Mesir, difitnah dan dipenjarakan. Namun ia tidak memberontak kepada Tuhan atau mengeluh, ia tetap percaya dan setia mengikuti alur Tuhan sehingga pada saat yang tepat kemuliaan Tuhan dinyatakan atas kehidupan Yusuf. Sarakh, Mesakh dan Abednego: harus menghadapi peerapian yang menyala-nyala, tapi sedikit pun tak menggoyahkan iman mereka (baca Daniel 3:17-18). (Bersambung)
Saturday, April 16, 2011
HIDUP KEKRISTENAN: Hidup Dalam Pembentukan (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 April 2011 -
Baca: Yeremia 18:1-17
"Sungguh, seperti tanah tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!" Yeremia 18:6b
Seringkali kita tidak mau mengalami proses yang ditentukan Tuhan bagi kita, yang kita pikirkan hanyalah bagimana mendapatkan berkat dan pertolongan Tuhan, sehingga ketika proses itu terjadi kita cenderung memberontak dan menyalahkan Tuhan; kita tidak tekun dan tidak setia menjalani proses tersebut. Mari renungkan ini: "Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?" (Bilangan 23:19).
Tuhan kita adalah Tuhan yang tidak pernah ingkar janji. Dia senantiasa menepati apa yang dijanjikanNya dan Dia Tuhan yang tidak pernah berhutang terhadap siapa pun yang mengasihinya. Maka dari itu kita harus percaya bahwa Tuhan pasti sanggup menolong kita, sebesar apa pun persoalan yang kita alami. Akan tetapi yang Tuhan kehendaki adalah kita harus mengikuti jalan-jalanNya, kita harus siap diproses dan dibentuk olehNya. Kita pun harus setia mulai dari perkara-perkara kecil terlebih dahulu, sebab jika kita setia dalam perkara kecil Tuhan akan mempercayakan perkara besar kepada kita.
Mari pelajari contoh kasus ini: Adalah pekerjaan yang mudah bagi Tuhan untuk membawa bangsa Israel keluar dari Mesir. Tapi mengapa sepertinya selalu dipersulit oleh Firaun? Firaun bukanlah apa-apa di hadapan Tuhan. Sekeras apa pun ia Tuhan selalu punya cara yang ajaib untuk menolong dan membela umat Israel. Ketika bangsa Israel dikejar oleh pasukan tentara Mesir Tuhan pun bertindak menyatakan kuasaNya: "Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka." (Keluaran 14:22) dan orang-orang Mesir pun dicampakkan Tuhan ke tengah-tengah laut Teberau. Hal ini menunjukkan betapa mudahnya tangan Tuhan memberikan pertolongan dan menyatakan mujizatNya. Namun perhatikanlah betapa Tuhan memerlukan waktu selama 40 tahun untuk memproses dan membentuk bangsa Israel, sampai-sampai Ia sendiri menyebut bangsa Israel sebagai bangsa yang tegar tengkuk (baca Keluaran 32:9).
Fokus bangsa Israel hanya pada berkat dan mujizat tapi menolak diproses oleh Tuhan, akibatnya mereka harus mengalami proses itu dalam waktu yang sangat lama!
Baca: Yeremia 18:1-17
"Sungguh, seperti tanah tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!" Yeremia 18:6b
Seringkali kita tidak mau mengalami proses yang ditentukan Tuhan bagi kita, yang kita pikirkan hanyalah bagimana mendapatkan berkat dan pertolongan Tuhan, sehingga ketika proses itu terjadi kita cenderung memberontak dan menyalahkan Tuhan; kita tidak tekun dan tidak setia menjalani proses tersebut. Mari renungkan ini: "Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?" (Bilangan 23:19).
Tuhan kita adalah Tuhan yang tidak pernah ingkar janji. Dia senantiasa menepati apa yang dijanjikanNya dan Dia Tuhan yang tidak pernah berhutang terhadap siapa pun yang mengasihinya. Maka dari itu kita harus percaya bahwa Tuhan pasti sanggup menolong kita, sebesar apa pun persoalan yang kita alami. Akan tetapi yang Tuhan kehendaki adalah kita harus mengikuti jalan-jalanNya, kita harus siap diproses dan dibentuk olehNya. Kita pun harus setia mulai dari perkara-perkara kecil terlebih dahulu, sebab jika kita setia dalam perkara kecil Tuhan akan mempercayakan perkara besar kepada kita.
Mari pelajari contoh kasus ini: Adalah pekerjaan yang mudah bagi Tuhan untuk membawa bangsa Israel keluar dari Mesir. Tapi mengapa sepertinya selalu dipersulit oleh Firaun? Firaun bukanlah apa-apa di hadapan Tuhan. Sekeras apa pun ia Tuhan selalu punya cara yang ajaib untuk menolong dan membela umat Israel. Ketika bangsa Israel dikejar oleh pasukan tentara Mesir Tuhan pun bertindak menyatakan kuasaNya: "Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka." (Keluaran 14:22) dan orang-orang Mesir pun dicampakkan Tuhan ke tengah-tengah laut Teberau. Hal ini menunjukkan betapa mudahnya tangan Tuhan memberikan pertolongan dan menyatakan mujizatNya. Namun perhatikanlah betapa Tuhan memerlukan waktu selama 40 tahun untuk memproses dan membentuk bangsa Israel, sampai-sampai Ia sendiri menyebut bangsa Israel sebagai bangsa yang tegar tengkuk (baca Keluaran 32:9).
Fokus bangsa Israel hanya pada berkat dan mujizat tapi menolak diproses oleh Tuhan, akibatnya mereka harus mengalami proses itu dalam waktu yang sangat lama!
Friday, April 15, 2011
HIDUP KEKRISTENAN: Hidup Dalam Pembentukan (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 April 2011 -
Baca: Yeremia 18:1-17
"Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya." Yeremia 18:4
Kehidupan seorang Kristen adalah kehidupan yang berproses, artinya kita harus mengalami pembentukan dari Tuhan. Seperti tanah liat yang berada di tangan tukang periuk, sebelum menjadi sebuah bejana yang indah dan bernilai tinggi, tanah itu harus diproses berulang-ulang sampai menjadi apa yang diinginkan oleh si penjunan.
Jika memperhatikan kehidupan orang-orang di dunia ini, sebagian besar hanya fokus atau berorientasi kepada hasil saja: berharap menjadi orang yang berhasil atau sukses seperti orang lain, tapi tidak mau bekerja keras; ingin memperoleh kekayaan sebanyak-banyaknya, tapi tidak peduli bagaimana cara harta itu diperoleh, bahkan segala cara ditempuhnya tanpa mempedulikan apakah cara itu benar, halal, haram atau melanggar hukum; karena ingin menduduki jabatan yang lebih tinggi, seseorang rela menempuh jalan yang sesat, melakukan suap atau mencari pertolongan kepada paranormal. Ada pula yang 'hantam kromo' demi mendapatkan jodoh atau pasangan hidup, padahal ternyata pasangannya itu sudah beristeri, tidak seiman dan sebagainya. Segala cara ditempuh oleh orang-orang yang ingin mendapatkan segala sesuatu secara cepat tanpa harus mengalami proses. Berhati-hatilah! Ketika seseorang menempuh cara yang tidak berkenan kepada Tuhan, apalagi sampai datang meminta pertolongan kepada Iblis atau kuasa gelap, kelihatannya pertolongan itu cepat datang, tapi Iblis tidak pernah memberikannya dengan gratis, ada harga yang harus dibayar oleh orang itu!
Dalam kehidupan orang percaya ada berkat, pertolongan dan mujizat yang secara pasti disediakan Tuhan bagi kita ketika kita mengikuti aturan-aturan yang ditentukan Tuhan untuk kita kerjakan. Inilah yang disebut proses! Tertulis: "Tetapi carilah dulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33). Artinya jika kita mampu melewati proses yang Tuhan kehendaki dengan benar, berkat-berkat itu telah tersedia bagi kita. Yang pasti semua janji Tuhan adalah ya dan amin; Dia tidak akan pernah mengecewakan umatNya! Pertanyaannya: sudahkah kita berhasil melewati proses yang ditentukan itu? (Bersambung)
Baca: Yeremia 18:1-17
"Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya." Yeremia 18:4
Kehidupan seorang Kristen adalah kehidupan yang berproses, artinya kita harus mengalami pembentukan dari Tuhan. Seperti tanah liat yang berada di tangan tukang periuk, sebelum menjadi sebuah bejana yang indah dan bernilai tinggi, tanah itu harus diproses berulang-ulang sampai menjadi apa yang diinginkan oleh si penjunan.
Jika memperhatikan kehidupan orang-orang di dunia ini, sebagian besar hanya fokus atau berorientasi kepada hasil saja: berharap menjadi orang yang berhasil atau sukses seperti orang lain, tapi tidak mau bekerja keras; ingin memperoleh kekayaan sebanyak-banyaknya, tapi tidak peduli bagaimana cara harta itu diperoleh, bahkan segala cara ditempuhnya tanpa mempedulikan apakah cara itu benar, halal, haram atau melanggar hukum; karena ingin menduduki jabatan yang lebih tinggi, seseorang rela menempuh jalan yang sesat, melakukan suap atau mencari pertolongan kepada paranormal. Ada pula yang 'hantam kromo' demi mendapatkan jodoh atau pasangan hidup, padahal ternyata pasangannya itu sudah beristeri, tidak seiman dan sebagainya. Segala cara ditempuh oleh orang-orang yang ingin mendapatkan segala sesuatu secara cepat tanpa harus mengalami proses. Berhati-hatilah! Ketika seseorang menempuh cara yang tidak berkenan kepada Tuhan, apalagi sampai datang meminta pertolongan kepada Iblis atau kuasa gelap, kelihatannya pertolongan itu cepat datang, tapi Iblis tidak pernah memberikannya dengan gratis, ada harga yang harus dibayar oleh orang itu!
Dalam kehidupan orang percaya ada berkat, pertolongan dan mujizat yang secara pasti disediakan Tuhan bagi kita ketika kita mengikuti aturan-aturan yang ditentukan Tuhan untuk kita kerjakan. Inilah yang disebut proses! Tertulis: "Tetapi carilah dulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33). Artinya jika kita mampu melewati proses yang Tuhan kehendaki dengan benar, berkat-berkat itu telah tersedia bagi kita. Yang pasti semua janji Tuhan adalah ya dan amin; Dia tidak akan pernah mengecewakan umatNya! Pertanyaannya: sudahkah kita berhasil melewati proses yang ditentukan itu? (Bersambung)
Thursday, April 14, 2011
BIMBANG KARENA KENYATAAN YANG ADA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 April 2011 -
Baca: Roma 4
"Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup." Roma 4:19
Kebimbangan seringkali menjadi penghalang bagi umat Tuhan untuk mengalami penggenapan janji Tuhan dalam hidup kita. Mengapa kita sering bimbang terhadap janji Tuhan? Karena kenyataan yang sedang kita hadapi dan alami tidak seperti yang kita harapkan, sepertinya kenyataan sangat bertolak belakang dengan apa yang Tuhan janjikan. Akibatnya yang menjadi fokus dan perhatian kita adalah kenyataan-kenyataan yang ada, bukan mengarahkan mata iman kepada janji Tuhan.
Inilah yang dihadapi oleh Abraham. Tuhan berjanji kepadanya, " 'Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.' Maka firman-Nya kepadanya: 'Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.' " (Kejadian 15:5). Tuhan menjanjikan keturunan Abraham seperti bintang-bintang di langit banyaknya! Namun inilah kenyataannya: "...tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup." Tetapi meskipun fakta sepertinyasemakin jauh dari apa yang dijanjikan Tuhan, Abraham tidak menjadi bimbang, "Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan mejadi bapa banyak bangsa,..." (Roma 4:18). Abraham tetap memegang teguh janjiNya sehingga imannya tidak menjadi lemah atau goyah, sehingga pada akhirnya ia menerima penggenapan janji Tuhan itu.
Banyak di antara kita tidak bisa menikmati janji Tuhan sekalipun janji Tuhan itu adalah janji yang besar dan luar biasa. Apa sebabnya? Karena kita sendirilah yang tidak konsisten; kita bimbang dan tidak mampu bertahan menghadapi kenyataan yang ada. Mari kita belajar seperti Abraham yang terus membangun imannya kepada Tuhan meski berada di tengah-tengah kemustahilan. Jangan pernah mengukur dan membatasi kuasa Tuhan dengan pikiran dan kekuatan kita yang terbatas, di mana untuk mengalami penggenapan janji Tuhan kita harus membangun iman dan melatih kesabaran, karena waktu Tuhan bukanlah waktu kita. Kalau kita memegang teguh janji Tuhan janji itulah yang akan menopang dan menguatkan kita pula. Sebaliknya semakin kita larut dalam kenyataan, semakin kita mengalami kesulitan melihat apa yang hendak Tuhan kerjakan dalam hidup kita.
Iman dan kesabaran adalah kunci menantikan janji Tuhan digenapi.
Baca: Roma 4
"Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup." Roma 4:19
Kebimbangan seringkali menjadi penghalang bagi umat Tuhan untuk mengalami penggenapan janji Tuhan dalam hidup kita. Mengapa kita sering bimbang terhadap janji Tuhan? Karena kenyataan yang sedang kita hadapi dan alami tidak seperti yang kita harapkan, sepertinya kenyataan sangat bertolak belakang dengan apa yang Tuhan janjikan. Akibatnya yang menjadi fokus dan perhatian kita adalah kenyataan-kenyataan yang ada, bukan mengarahkan mata iman kepada janji Tuhan.
Inilah yang dihadapi oleh Abraham. Tuhan berjanji kepadanya, " 'Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.' Maka firman-Nya kepadanya: 'Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.' " (Kejadian 15:5). Tuhan menjanjikan keturunan Abraham seperti bintang-bintang di langit banyaknya! Namun inilah kenyataannya: "...tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup." Tetapi meskipun fakta sepertinyasemakin jauh dari apa yang dijanjikan Tuhan, Abraham tidak menjadi bimbang, "Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan mejadi bapa banyak bangsa,..." (Roma 4:18). Abraham tetap memegang teguh janjiNya sehingga imannya tidak menjadi lemah atau goyah, sehingga pada akhirnya ia menerima penggenapan janji Tuhan itu.
Banyak di antara kita tidak bisa menikmati janji Tuhan sekalipun janji Tuhan itu adalah janji yang besar dan luar biasa. Apa sebabnya? Karena kita sendirilah yang tidak konsisten; kita bimbang dan tidak mampu bertahan menghadapi kenyataan yang ada. Mari kita belajar seperti Abraham yang terus membangun imannya kepada Tuhan meski berada di tengah-tengah kemustahilan. Jangan pernah mengukur dan membatasi kuasa Tuhan dengan pikiran dan kekuatan kita yang terbatas, di mana untuk mengalami penggenapan janji Tuhan kita harus membangun iman dan melatih kesabaran, karena waktu Tuhan bukanlah waktu kita. Kalau kita memegang teguh janji Tuhan janji itulah yang akan menopang dan menguatkan kita pula. Sebaliknya semakin kita larut dalam kenyataan, semakin kita mengalami kesulitan melihat apa yang hendak Tuhan kerjakan dalam hidup kita.
Iman dan kesabaran adalah kunci menantikan janji Tuhan digenapi.
Wednesday, April 13, 2011
MILIKILAH PENUNDUKAN DIRI!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 April 2011 -
Baca: Yakobus 4:6-10
"Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!" Yakobus 4:7
Menurut kamus Webster, arti kata penundukan diri adalah: secara sukarela berserah kepada satu sama lain; menyerahkan rencana-rencana atau tujuan seseorang kepada orang lain. Jadi penundukan diri membawa seseorang berada di bawah kepemimpinan orang lain. Begitu pula sebagai umat Tuhan kita harus memiliki penundukan diri kepada Tuhan, hidup seturut dengan kehendak Nya serta mau dipimpin olehNya. Untuk memiliki penundukan diri tidaklah mudah karena membutuhkan kerendahan hati. Alkitab tegas menyatakan, "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." (ayat 6b). Namun di zaman sekarang ini sulit rasanya menemukan orang yang punya krendahan hati. kebanyakan orang cenderung menjadi congkak dan suka membanggakan diri sendiri, apalagi kalau ia kaya atau berpangkat.
Penundukan diri dari kerendahan hati itu 'satu paket', tak terpisahkan. Ketika kita tunduk kepada Tuhan berarti kita mengikuti jalan-jalanNya dengan setia, "Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela." (Wahyu 15:4b, 5), serta mau dibentuk dan dikoreksi. Ketika kita tunduk kepada Tuhan berarti Tuhanlah yang memegang kendali hidup kita sehingga kita pun beroleh kekuatan untuk melewati setiap pencobaan demi pencobaan yang dilepaskan Iblis. Penundukan diri harus tumbuh dari diri kita dan itu merupakan tindakan nyata setiap hari, bukan hanya waktu-waktu tertentu saja.
Untuk tunduk kepada Tuhan ada harga yang harus kita bayar! Kita harus 'mati' terhadap daging, "Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging - karena keduanya bertentangan - ..." (Galatia 5:17). Ketika kita mati terhadap daging kita, kehidupan kita akan berdampak bagi orang lain karena kuasa Tuhan akan bekerja dalam kita. Yesus adalah teladan utama dalam hal penundukan diri; Dia tunduk dan hidup taat sepenuhnya kepada kehendak Bapa. Dampaknya adalah dalam diri Yesus mengalir kuasa dan otoritas sorga sehingga Dia sanggup melakukan perkara-perkara besar dan ajaib.
Tunduk kepada Tuhan berarti tunduk kepada firmanNya dan melakukan firman itu melalui tindakan nyata, bukan sekedar ucapan!
Baca: Yakobus 4:6-10
"Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!" Yakobus 4:7
Menurut kamus Webster, arti kata penundukan diri adalah: secara sukarela berserah kepada satu sama lain; menyerahkan rencana-rencana atau tujuan seseorang kepada orang lain. Jadi penundukan diri membawa seseorang berada di bawah kepemimpinan orang lain. Begitu pula sebagai umat Tuhan kita harus memiliki penundukan diri kepada Tuhan, hidup seturut dengan kehendak Nya serta mau dipimpin olehNya. Untuk memiliki penundukan diri tidaklah mudah karena membutuhkan kerendahan hati. Alkitab tegas menyatakan, "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." (ayat 6b). Namun di zaman sekarang ini sulit rasanya menemukan orang yang punya krendahan hati. kebanyakan orang cenderung menjadi congkak dan suka membanggakan diri sendiri, apalagi kalau ia kaya atau berpangkat.
Penundukan diri dari kerendahan hati itu 'satu paket', tak terpisahkan. Ketika kita tunduk kepada Tuhan berarti kita mengikuti jalan-jalanNya dengan setia, "Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela." (Wahyu 15:4b, 5), serta mau dibentuk dan dikoreksi. Ketika kita tunduk kepada Tuhan berarti Tuhanlah yang memegang kendali hidup kita sehingga kita pun beroleh kekuatan untuk melewati setiap pencobaan demi pencobaan yang dilepaskan Iblis. Penundukan diri harus tumbuh dari diri kita dan itu merupakan tindakan nyata setiap hari, bukan hanya waktu-waktu tertentu saja.
Untuk tunduk kepada Tuhan ada harga yang harus kita bayar! Kita harus 'mati' terhadap daging, "Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging - karena keduanya bertentangan - ..." (Galatia 5:17). Ketika kita mati terhadap daging kita, kehidupan kita akan berdampak bagi orang lain karena kuasa Tuhan akan bekerja dalam kita. Yesus adalah teladan utama dalam hal penundukan diri; Dia tunduk dan hidup taat sepenuhnya kepada kehendak Bapa. Dampaknya adalah dalam diri Yesus mengalir kuasa dan otoritas sorga sehingga Dia sanggup melakukan perkara-perkara besar dan ajaib.
Tunduk kepada Tuhan berarti tunduk kepada firmanNya dan melakukan firman itu melalui tindakan nyata, bukan sekedar ucapan!
Tuesday, April 12, 2011
DALAM NAMA TUHAN YESUS: Ada Otoritas
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 April 2011 -
Baca: Yohanes 14:1-14
"Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya." Yohanes 14:14
Nama Yesus bukanlah sembarang nama sebagaimana ditegaskan dalam Alkitab: "Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: 'Yesus Kristus adalah Tuhan,' bagi kemuliaan Allah, Bapa." (Filipi 2:9-11).
Jelas nyata bahwa nama Yesus adalah nama di atas segala nama, yang di dalamnya terkandung kuasa yang mahadahsyat sehingga segala yang ada di atas langit dan di bawah bumi bertekuk lutut, dan Allah memberikan jaminan yaitu jawaban doa kepada siapa pun yang berdoa atas nama Yesus Kristus. Jadi bukan asal sebut jika doa-doa kita selalu diakhiri di dalam nama Yesus. Mengapa harus dalam nama Yesus? Ketika kita berdoa meminta segala sesuatu kepada Bapa di sorga di dalam nama Yesus, kita sedang meminta di atas otoritas Yesus Kristus. Artinya seluruh otoritas Yesus Kristus akan menyertai kita, sehingga "...segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku." (Yohanes 16:23b). Dalam nama Yesus doa kita akan dijawab oleh Bapa dan apa yang kita minta akan dikabulkanNya.
Saat kita berdoa meminta segala sesuatu dalam nama Yesus kita memiliki penyerahan diri kepada Tuhan Yesus; berdoa menurut kehendakNya, bukan menurut kehendak diri sendiri. Kita tunduk pada apa yang Tuhan kehendaki bagi hidup kita karena Dia tahu mana yang terbaik bagi kita seperti yang dilakukan Yesus ketika Ia sedang berdoa di taman Getsemani, "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39). Doa Yesus bukan untuk memuaskan keinginanNya sendiri tetapi Ia belajar untuk tunduk dan mengutamakan apa yang dikehendaki Bapa. Sedangkan kita, seringkali kita "...berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu." (Yakobus 4:3). Kita memaksa Tuhan untuk menuruti keinginan kita dan menjawab doa-doa kita, padahal doa kita itu hanya untuk memuaskan keinginan kita sendiri.
Nama Yesus nama orang yang berkuasa, di dalamNya kita beroleh jaminan jawaban doa!
Baca: Yohanes 14:1-14
"Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya." Yohanes 14:14
Nama Yesus bukanlah sembarang nama sebagaimana ditegaskan dalam Alkitab: "Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: 'Yesus Kristus adalah Tuhan,' bagi kemuliaan Allah, Bapa." (Filipi 2:9-11).
Jelas nyata bahwa nama Yesus adalah nama di atas segala nama, yang di dalamnya terkandung kuasa yang mahadahsyat sehingga segala yang ada di atas langit dan di bawah bumi bertekuk lutut, dan Allah memberikan jaminan yaitu jawaban doa kepada siapa pun yang berdoa atas nama Yesus Kristus. Jadi bukan asal sebut jika doa-doa kita selalu diakhiri di dalam nama Yesus. Mengapa harus dalam nama Yesus? Ketika kita berdoa meminta segala sesuatu kepada Bapa di sorga di dalam nama Yesus, kita sedang meminta di atas otoritas Yesus Kristus. Artinya seluruh otoritas Yesus Kristus akan menyertai kita, sehingga "...segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku." (Yohanes 16:23b). Dalam nama Yesus doa kita akan dijawab oleh Bapa dan apa yang kita minta akan dikabulkanNya.
Saat kita berdoa meminta segala sesuatu dalam nama Yesus kita memiliki penyerahan diri kepada Tuhan Yesus; berdoa menurut kehendakNya, bukan menurut kehendak diri sendiri. Kita tunduk pada apa yang Tuhan kehendaki bagi hidup kita karena Dia tahu mana yang terbaik bagi kita seperti yang dilakukan Yesus ketika Ia sedang berdoa di taman Getsemani, "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39). Doa Yesus bukan untuk memuaskan keinginanNya sendiri tetapi Ia belajar untuk tunduk dan mengutamakan apa yang dikehendaki Bapa. Sedangkan kita, seringkali kita "...berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu." (Yakobus 4:3). Kita memaksa Tuhan untuk menuruti keinginan kita dan menjawab doa-doa kita, padahal doa kita itu hanya untuk memuaskan keinginan kita sendiri.
Nama Yesus nama orang yang berkuasa, di dalamNya kita beroleh jaminan jawaban doa!
Monday, April 11, 2011
MENGHARGAI FIRMAN TUHAN LEBIH DARI SEGALANYA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 April 2011 -
Baca: Mazmur 119:89-89
"Sekiranya Taurat-Mu tidak menjadi kegemaranku, maka aku telah binasa dalam sengsaraku." Mazmur 119:92
Apakah Saudara suka membaca? "Ya, saya suka sekali membaca buku, apalagi buku-buku tentang komputer dan otomotif." Ada juga yang hobi sekali membaca buku-buku sejarah dan para tokohnya. "Kalau aku sih suka baca buku tentang motivasi atau personality." "Membaca adalah hobi yang menyenangkan, tapi aku tidak suka membaca buku yang isinya terlalu berat, aku paling suka baca komik yang lucu-lucu, bahkan koleksi komikku bukan hanya puluhan, tapi sudah ratusan. Tiada hari tanpa membaca komik." Tentu inilah beberapa reaksi Saudara.
Di sela-sela menyalurkan hobi Saudara membaca buku-buku tersebut di atas, apakah Saudara juga suka membaca Alkitab? "Membaca Alkitab sih kadang-kadang, kalau sempat." "Kalau tidak bisa tidur saya mencari Alkitab dan membacanya, maka tidak seberapa lama saya langsung pulas; Alkitab benar-benar menjadi pilihan yang tepat sebagai pengantar waktu tidur." "Saya membuka Alkitab pas ibadah di gereja saja." Adalah sangat menyedihkan jika masih banyak orang Kristen yang tidak suka membaca Alkitab, atau membaca juga tapi asal-asalan. Perhatikan apa yang dikatakan oleh Daud, "Aku hendak merenungkan titah-titah-Mu dan mengamat-amati jalan-jalan-Mu. Aku akan bergemar dalam ketetapan-ketetapan-Mu; firman-Mu tidak akan kulupakan. Betapa aku mencintai perintah-perintah-Mu lebih dari pada emas, bahkan dari pada emas tua." (ayat 15, 16, 97, 127). Meski sebagai seorang raja besar dan berkuasa, Daud begitu menghormati firman Tuhan. Tiada hari tanpa merenungkan firman Tuhan. Daud sadar betapa berharganya firman Tuhan bagi hidupnya!
Mengapa Alkitab itu begitu penting bagi kehidupan orang percaya? Di dalam Alkitab tertuang isi hati Tuhan, dan di dalamnya terkandung perintah-perintahNya, rencana-rencanaNya dan juga janji-janjiNya; itulah sebabnya Alkitab juga disebut sebagai firman Tuhan. Alkitab tidak dapat disamakan dengan buku apa pun yang ada di dunia ini, isinya bukan hasil karangan manusia atau rekaan tapi merupakan ilham Allah sendiri. Jadi Alkitab adalah firman Tuhan yang penuh kuasa dan memiliki otoritas tertinggi dalam seluruh aspek kehidupan manusia.
Daud berkata, "Dasar firman-Mu adalah kebenaran dan segala hukum-hukum-Mu yang adil adalah untuk selama-lamanya." (ayat 160)
Baca: Mazmur 119:89-89
"Sekiranya Taurat-Mu tidak menjadi kegemaranku, maka aku telah binasa dalam sengsaraku." Mazmur 119:92
Apakah Saudara suka membaca? "Ya, saya suka sekali membaca buku, apalagi buku-buku tentang komputer dan otomotif." Ada juga yang hobi sekali membaca buku-buku sejarah dan para tokohnya. "Kalau aku sih suka baca buku tentang motivasi atau personality." "Membaca adalah hobi yang menyenangkan, tapi aku tidak suka membaca buku yang isinya terlalu berat, aku paling suka baca komik yang lucu-lucu, bahkan koleksi komikku bukan hanya puluhan, tapi sudah ratusan. Tiada hari tanpa membaca komik." Tentu inilah beberapa reaksi Saudara.
Di sela-sela menyalurkan hobi Saudara membaca buku-buku tersebut di atas, apakah Saudara juga suka membaca Alkitab? "Membaca Alkitab sih kadang-kadang, kalau sempat." "Kalau tidak bisa tidur saya mencari Alkitab dan membacanya, maka tidak seberapa lama saya langsung pulas; Alkitab benar-benar menjadi pilihan yang tepat sebagai pengantar waktu tidur." "Saya membuka Alkitab pas ibadah di gereja saja." Adalah sangat menyedihkan jika masih banyak orang Kristen yang tidak suka membaca Alkitab, atau membaca juga tapi asal-asalan. Perhatikan apa yang dikatakan oleh Daud, "Aku hendak merenungkan titah-titah-Mu dan mengamat-amati jalan-jalan-Mu. Aku akan bergemar dalam ketetapan-ketetapan-Mu; firman-Mu tidak akan kulupakan. Betapa aku mencintai perintah-perintah-Mu lebih dari pada emas, bahkan dari pada emas tua." (ayat 15, 16, 97, 127). Meski sebagai seorang raja besar dan berkuasa, Daud begitu menghormati firman Tuhan. Tiada hari tanpa merenungkan firman Tuhan. Daud sadar betapa berharganya firman Tuhan bagi hidupnya!
Mengapa Alkitab itu begitu penting bagi kehidupan orang percaya? Di dalam Alkitab tertuang isi hati Tuhan, dan di dalamnya terkandung perintah-perintahNya, rencana-rencanaNya dan juga janji-janjiNya; itulah sebabnya Alkitab juga disebut sebagai firman Tuhan. Alkitab tidak dapat disamakan dengan buku apa pun yang ada di dunia ini, isinya bukan hasil karangan manusia atau rekaan tapi merupakan ilham Allah sendiri. Jadi Alkitab adalah firman Tuhan yang penuh kuasa dan memiliki otoritas tertinggi dalam seluruh aspek kehidupan manusia.
Daud berkata, "Dasar firman-Mu adalah kebenaran dan segala hukum-hukum-Mu yang adil adalah untuk selama-lamanya." (ayat 160)
Sunday, April 10, 2011
ORANG BENAR: Hidupnya Dijamin oleh Tuhan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 April 2011 -
Baca: Mazmur 37:12-26
"Tuhan mengetahui hari-hari orang yang saleh, dan milik pusaka mereka akan tetap selama-lamanya;" Mazmur 37:18
Seiring berjalannya waktu keadaan dunia semakin hari semakin berubah secara drastis. Teknologi semakin mutakhir sehingga persaingan antarindividu kian ketat. Oleh karena itu tiap orang harus bisa meng-upgrade dirinya begitu rupa bila tidak ingin tertinggal. Karena tingginya tingkat persaingan yang ada, timbullah ketegangan-ketegangan yang mengakibatkan manusia mulai kehilangan jati dirinya. Banyak orang tidak lagi mengindahkan norma-norma yang ada, yang penting bisa survive! Bahkan tidak sedikit anak Tuhan yang akhirnya terbawa oleh arus dunia ini. Mereka beranggapan apabila tidak mengikuti arus yang ada mereka tidak akan berhasil. Padahal Tuhan menghendaki agar kita berani hidup melawan arus dunia, artinya tidak terbawa arus. Alkitab mengatakan, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah:..." (Roma 12:2). Jadi kita harus bisa cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.
Ada yang perlu digarisbawahi, yaitu bahwa kehidupan orang benar ada dalam jaminan Tuhan, sebab "Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya;" (Mazmur 37:23). Ini berarti hidup mereka diberkati oleh Tuhan. Ingin berbahagia dan diberkati Tuhan? Andalkan Tuhan dalam segala hal dan berharaplah hanya kepadaNya (baca Yeremia 17:7). Oleh karena itu kita tidak perlu takut atau gelisah akan hari esok dan masa depan kita sebab rancangan Tuhan adalah rancangan damai sejahtera, bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepada kita hari depan yang penuh harapan (baca Yeremia 29:11). Bagi orang benar Salomo menegaskan, "...masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." (Amsal 23:18). Bukan hanya masa depan kita yang dijamin, Dia juga akan menyertai setiap langkah hidup kita. Dikatakan, "apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab Tuhan menopang tangannya." (Mazmur 37:24).
Jadi wujud penyertaan Tuhan tidak hanya berupa pertolongan pada waktu kita menghadapi persoalan, tetapi Dia juga akan meluputkan kita dari marabahaya. Jangan sekali-sekali berharap dan bergantung pada kekayaan yang kita miliki, karena harta di dunia ini hanya bersifat sementara dan dapat lenyap dalam sekejap.
Asal kita hidup benar, berkat dan penyertaan Tuhan pasti nyata.
Baca: Mazmur 37:12-26
"Tuhan mengetahui hari-hari orang yang saleh, dan milik pusaka mereka akan tetap selama-lamanya;" Mazmur 37:18
Seiring berjalannya waktu keadaan dunia semakin hari semakin berubah secara drastis. Teknologi semakin mutakhir sehingga persaingan antarindividu kian ketat. Oleh karena itu tiap orang harus bisa meng-upgrade dirinya begitu rupa bila tidak ingin tertinggal. Karena tingginya tingkat persaingan yang ada, timbullah ketegangan-ketegangan yang mengakibatkan manusia mulai kehilangan jati dirinya. Banyak orang tidak lagi mengindahkan norma-norma yang ada, yang penting bisa survive! Bahkan tidak sedikit anak Tuhan yang akhirnya terbawa oleh arus dunia ini. Mereka beranggapan apabila tidak mengikuti arus yang ada mereka tidak akan berhasil. Padahal Tuhan menghendaki agar kita berani hidup melawan arus dunia, artinya tidak terbawa arus. Alkitab mengatakan, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah:..." (Roma 12:2). Jadi kita harus bisa cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.
Ada yang perlu digarisbawahi, yaitu bahwa kehidupan orang benar ada dalam jaminan Tuhan, sebab "Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya;" (Mazmur 37:23). Ini berarti hidup mereka diberkati oleh Tuhan. Ingin berbahagia dan diberkati Tuhan? Andalkan Tuhan dalam segala hal dan berharaplah hanya kepadaNya (baca Yeremia 17:7). Oleh karena itu kita tidak perlu takut atau gelisah akan hari esok dan masa depan kita sebab rancangan Tuhan adalah rancangan damai sejahtera, bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepada kita hari depan yang penuh harapan (baca Yeremia 29:11). Bagi orang benar Salomo menegaskan, "...masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." (Amsal 23:18). Bukan hanya masa depan kita yang dijamin, Dia juga akan menyertai setiap langkah hidup kita. Dikatakan, "apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab Tuhan menopang tangannya." (Mazmur 37:24).
Jadi wujud penyertaan Tuhan tidak hanya berupa pertolongan pada waktu kita menghadapi persoalan, tetapi Dia juga akan meluputkan kita dari marabahaya. Jangan sekali-sekali berharap dan bergantung pada kekayaan yang kita miliki, karena harta di dunia ini hanya bersifat sementara dan dapat lenyap dalam sekejap.
Asal kita hidup benar, berkat dan penyertaan Tuhan pasti nyata.
Saturday, April 9, 2011
JANGAN KUATIR: Tuhan Memelihara Kita
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 April 2011 -
Baca: Lukas 12:22-31
"Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta pada jalan hidupnya?" Lukas 12:25
Siapa pun orangnya, entah itu pria atau wanita, tua atau muda, orang kaya atau miskin, orang berpangkat atau pegawai rendahan, tinggal di kota, desa, di lereng gunung atau di daerah pelosok, semuanya pasti pernah merasa kuatir. Adalah bohong jika ada orang yang berkata, "Seumur hidup aku tidak pernah kuatir.", karena rasa kuatir adalah bagian dari kehidupan manusia. Merasa kuatir itu wajar, tapi kita tidak boleh larut dalam kekuatiran setiap hari atau keterusan hidup dalam kekuatiran.
Lalu bagaimana caranya untuk tidak larut dalam kekuatiran? Caranya ialah membangun kekariban dengan Tuhan setiap hari, karena kehadiranNya melenyapkan kekuatiran dan membuat damai sejahtera. Maka dari ini "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu." (1 Petrus 5:7). Bila kita tetap larut dalam kekuatiran, hal itu akan merugikan diri kita sendiri. Kita tidak akan bertumbuh dan maju, bahkan keadaan kita akan semakin buruk. Ketika seseorang terus dalam kekuatiran, dalam hidupnya pasti tidak ada ucapan syukur, yang ada hanya keluh kesah dan persungutan. Maka supaya kekuatiran itu lenyap, kita harus mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan Yesus dan percaya kepadaNya dengan sepenuh hati. Jangan terpaku, yang meski secara kasat mata di perhadapkan pada ujian, kesesakan, penderitaan, aniaya dan sebagainya, tidak larut dalam kekuatiran: "-sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat-" (2 Korintus 5:7). Perhatikan juga riwayat perjalanan bangsa Israel keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian. Meski harus melewati padang gurun yang gersang dan panas selama 40 tahun, mereka tidak pernah berkekurangan. Tuhan memelihara mereka dengan caraNya yang ajaib: tiang awan dan tiang api senantiasa menaungi mereka, ketika haus Tuhan menyediakan air, ketika lapar Dia mengirimkan manna (roti sorga) dan juga burung puyuh.
Mungkin saat ini kita sedang mengalami seperti yang dialami oleh bangsa Israel yaitu berada di 'padang gurun'. Ingatlah, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita! Jangan lagi kuatir! Yang terpenting, "...carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33).
Ketika mengutamakan Tuhan dan kebenarannya, tidak ada hal yang perlu kita kuatirkan!
Baca: Lukas 12:22-31
"Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta pada jalan hidupnya?" Lukas 12:25
Siapa pun orangnya, entah itu pria atau wanita, tua atau muda, orang kaya atau miskin, orang berpangkat atau pegawai rendahan, tinggal di kota, desa, di lereng gunung atau di daerah pelosok, semuanya pasti pernah merasa kuatir. Adalah bohong jika ada orang yang berkata, "Seumur hidup aku tidak pernah kuatir.", karena rasa kuatir adalah bagian dari kehidupan manusia. Merasa kuatir itu wajar, tapi kita tidak boleh larut dalam kekuatiran setiap hari atau keterusan hidup dalam kekuatiran.
Lalu bagaimana caranya untuk tidak larut dalam kekuatiran? Caranya ialah membangun kekariban dengan Tuhan setiap hari, karena kehadiranNya melenyapkan kekuatiran dan membuat damai sejahtera. Maka dari ini "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu." (1 Petrus 5:7). Bila kita tetap larut dalam kekuatiran, hal itu akan merugikan diri kita sendiri. Kita tidak akan bertumbuh dan maju, bahkan keadaan kita akan semakin buruk. Ketika seseorang terus dalam kekuatiran, dalam hidupnya pasti tidak ada ucapan syukur, yang ada hanya keluh kesah dan persungutan. Maka supaya kekuatiran itu lenyap, kita harus mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan Yesus dan percaya kepadaNya dengan sepenuh hati. Jangan terpaku, yang meski secara kasat mata di perhadapkan pada ujian, kesesakan, penderitaan, aniaya dan sebagainya, tidak larut dalam kekuatiran: "-sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat-" (2 Korintus 5:7). Perhatikan juga riwayat perjalanan bangsa Israel keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian. Meski harus melewati padang gurun yang gersang dan panas selama 40 tahun, mereka tidak pernah berkekurangan. Tuhan memelihara mereka dengan caraNya yang ajaib: tiang awan dan tiang api senantiasa menaungi mereka, ketika haus Tuhan menyediakan air, ketika lapar Dia mengirimkan manna (roti sorga) dan juga burung puyuh.
Mungkin saat ini kita sedang mengalami seperti yang dialami oleh bangsa Israel yaitu berada di 'padang gurun'. Ingatlah, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita! Jangan lagi kuatir! Yang terpenting, "...carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33).
Ketika mengutamakan Tuhan dan kebenarannya, tidak ada hal yang perlu kita kuatirkan!
Friday, April 8, 2011
SIAPA ORANG-ORANG TERDEKAT KITA?
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 April 2011 -
Baca: Amsal 27:17
"Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya." Amsal 27:17
Jika memperhatikan pergaulan anak-anak muda sekarang, terlebih di kota-kota besar, hati terasa miris. Maraknya pergaulan bebas, pesta narkoba, 'dugem' dan sebagainya adalah dampak dari pertemanan yang dibangun dengan orang-orang yang 'salah'. Apa dan siapa yang ada di dekat kita setiap hari akan membentuk pola pikir, sifat dan bahkan menentukan masa depan kita. Jika yang mengelilingi kita adalah orang-orang yang tepat dan benar, maka sifat-sifat dan kebiasaan mereka akan mewarnai hidup kita. Sebaliknya, jika orang-orang jahat dan 'amburadul' yang merupakan sahabat kita, di mana kita menghabiskan sebagian besar waktu bersama, maka lambat laun kita pun akan menjadi serupa dengan mereka. Itulah sebabnya Rasul Paulus menasihatkan, "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33). Pergaulan yang salah dapat merusak dan menghancurkan masa depan seseorang, bahkan membawanya semakin jauh dari jalan-jalan Tuhan. Karena itu jika ingin berhasil kita harus selektif memilih orang-orang yang akan kita jadikan sahabat atau orang terdekat kita.
Mengapa kita harus membangun hubungan dengan orang-orang yang tepat? Karena untuk berhasil kita membutuhkan panutan, dan yang layak menjadi panutan bagi kita sudah pasti adalah orang-orang yang berhasil dalam hidupnya. Pertanyaannya: apakah saat ini kita sedang dikelilingi oleh orang-orang yang membuat kita makin maju, makin bersemangat, makin berwawasan luas, makin setia melayani Tuhan dan makin menujukkan grafik peningkatan? Jika ya, belajarlah dari mereka dan teladanilah pola hidupnya, karena untuk maju dan berhasil kita memerlukan orang-orang yang lebih berhasil, lebih pintar dan memiliki nilai lebih di penilaian kita. Maksudnya supaya mereka dapat mendorong kita untuk maju, bukan melemahkan atau memberi dampak buruk bagi kita. Salomo mengatakan, "Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang." (Amsal 13:20).
Betapa pentingnya memiliki sahabat atau teman yang tepat, serta memiliki pergaulan dengan orang-orang yang tepat pula, karena apa yang kita lihat dan kita dengar akan mendorong kita meraih keberhasilan. Sebaliknya, kalau teman-teman kita adalah orang yang nakal, tidak tertib hidupnya, orang yang putus asa, berperilaku buruk dan memalukan, apa yang kita dapatkan dari mereka?
Karena itu jangan sembrono memilih teman.
Baca: Amsal 27:17
"Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya." Amsal 27:17
Jika memperhatikan pergaulan anak-anak muda sekarang, terlebih di kota-kota besar, hati terasa miris. Maraknya pergaulan bebas, pesta narkoba, 'dugem' dan sebagainya adalah dampak dari pertemanan yang dibangun dengan orang-orang yang 'salah'. Apa dan siapa yang ada di dekat kita setiap hari akan membentuk pola pikir, sifat dan bahkan menentukan masa depan kita. Jika yang mengelilingi kita adalah orang-orang yang tepat dan benar, maka sifat-sifat dan kebiasaan mereka akan mewarnai hidup kita. Sebaliknya, jika orang-orang jahat dan 'amburadul' yang merupakan sahabat kita, di mana kita menghabiskan sebagian besar waktu bersama, maka lambat laun kita pun akan menjadi serupa dengan mereka. Itulah sebabnya Rasul Paulus menasihatkan, "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33). Pergaulan yang salah dapat merusak dan menghancurkan masa depan seseorang, bahkan membawanya semakin jauh dari jalan-jalan Tuhan. Karena itu jika ingin berhasil kita harus selektif memilih orang-orang yang akan kita jadikan sahabat atau orang terdekat kita.
Mengapa kita harus membangun hubungan dengan orang-orang yang tepat? Karena untuk berhasil kita membutuhkan panutan, dan yang layak menjadi panutan bagi kita sudah pasti adalah orang-orang yang berhasil dalam hidupnya. Pertanyaannya: apakah saat ini kita sedang dikelilingi oleh orang-orang yang membuat kita makin maju, makin bersemangat, makin berwawasan luas, makin setia melayani Tuhan dan makin menujukkan grafik peningkatan? Jika ya, belajarlah dari mereka dan teladanilah pola hidupnya, karena untuk maju dan berhasil kita memerlukan orang-orang yang lebih berhasil, lebih pintar dan memiliki nilai lebih di penilaian kita. Maksudnya supaya mereka dapat mendorong kita untuk maju, bukan melemahkan atau memberi dampak buruk bagi kita. Salomo mengatakan, "Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang." (Amsal 13:20).
Betapa pentingnya memiliki sahabat atau teman yang tepat, serta memiliki pergaulan dengan orang-orang yang tepat pula, karena apa yang kita lihat dan kita dengar akan mendorong kita meraih keberhasilan. Sebaliknya, kalau teman-teman kita adalah orang yang nakal, tidak tertib hidupnya, orang yang putus asa, berperilaku buruk dan memalukan, apa yang kita dapatkan dari mereka?
Karena itu jangan sembrono memilih teman.
Thursday, April 7, 2011
JANGAN MENILAI ORANG KARENA PENAMPILAN!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 April 2011 -
Baca: Matius 7:1-5
"Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." Matius 7:2
Adalah hal yang wajar jika manusia menilai sesamanya berdasarkan penampilan luarnya atau apa yang terlihat oleh mata, sampai-sampai ada istilah cinta pada pandangan pertama: ketertarikan terhadap seseorang saat pertama jumpa yang pastilah didasari oleh penilaian dari penampilan luar. Acapkali penampilan seseorang adalah cerminan dari pribadi atau keadaan orang yang bersangkutan. Semisal saat ia sedang gembira, sedih, semangat, frustasi atau putus asa pasti akan terlihat dari penampilannya. Kadangkala dari sorotan mata saja seseorang bisa dinilai, apakah ia orang yang sombong atau punya niat yang tidak baik seperti tertulis: "Mata mereka penuh nafsu zinah dan mereka tidak pernah jemu berbuat dosa." (2 Petrus 2:14a). Atau mungkin kita berkata, "Ah, aku tidak suka dengan orang itu, dari raut mukanya saja sudah terlihat kalau dia itu judes atau jahat." Singkat kata, kita begitu gampangnya menilai atau mengomentari seseorang seperti layaknya kita menilai sebuah buku berdasarkan sampul atau cover-nya.
Penilaian kita terhadap seseorang bisa saja salah. Maka dari itu firman Tuhan melarang kita untuk menghakimi atau mengukur orang lain dengan ukuran kita, apalagi berdasarkan penampilan luarnya. Yang berhak menilai manusia itu Tuhan, bukan sesamanya, karena ukuran kita menilai orang berbeda dengan penilaian Tuhan. "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati." (1 Samuel 16:7b). Dalam kotbahnya Tuhan Yesus menasihati agar kita tidak terlalu memfokuskan diri pada hal-hal yang lahiriah (penampilan luar). Berkenan dengan hal ini Tuhan Yesus menegur keras orang-orang Farisi, "...sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran... di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan." (Matius 23:27:28). Ternyata penampilan luar seringkali menipu!
Memang kita tidak boleh meremehkan penampilan, namun itu bukan yang utama. Alkitab dengan tegas melarang kita untuk menilai, menghakimi atau mengukur seseorang berdasarkan penampilan luarnya. Yang berhak menilai seseorang adalah Tuhan, bukan kita.
Tugas kita adalah mengasihi dan memberkati sesama kita!
Baca: Matius 7:1-5
"Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." Matius 7:2
Adalah hal yang wajar jika manusia menilai sesamanya berdasarkan penampilan luarnya atau apa yang terlihat oleh mata, sampai-sampai ada istilah cinta pada pandangan pertama: ketertarikan terhadap seseorang saat pertama jumpa yang pastilah didasari oleh penilaian dari penampilan luar. Acapkali penampilan seseorang adalah cerminan dari pribadi atau keadaan orang yang bersangkutan. Semisal saat ia sedang gembira, sedih, semangat, frustasi atau putus asa pasti akan terlihat dari penampilannya. Kadangkala dari sorotan mata saja seseorang bisa dinilai, apakah ia orang yang sombong atau punya niat yang tidak baik seperti tertulis: "Mata mereka penuh nafsu zinah dan mereka tidak pernah jemu berbuat dosa." (2 Petrus 2:14a). Atau mungkin kita berkata, "Ah, aku tidak suka dengan orang itu, dari raut mukanya saja sudah terlihat kalau dia itu judes atau jahat." Singkat kata, kita begitu gampangnya menilai atau mengomentari seseorang seperti layaknya kita menilai sebuah buku berdasarkan sampul atau cover-nya.
Penilaian kita terhadap seseorang bisa saja salah. Maka dari itu firman Tuhan melarang kita untuk menghakimi atau mengukur orang lain dengan ukuran kita, apalagi berdasarkan penampilan luarnya. Yang berhak menilai manusia itu Tuhan, bukan sesamanya, karena ukuran kita menilai orang berbeda dengan penilaian Tuhan. "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati." (1 Samuel 16:7b). Dalam kotbahnya Tuhan Yesus menasihati agar kita tidak terlalu memfokuskan diri pada hal-hal yang lahiriah (penampilan luar). Berkenan dengan hal ini Tuhan Yesus menegur keras orang-orang Farisi, "...sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran... di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan." (Matius 23:27:28). Ternyata penampilan luar seringkali menipu!
Memang kita tidak boleh meremehkan penampilan, namun itu bukan yang utama. Alkitab dengan tegas melarang kita untuk menilai, menghakimi atau mengukur seseorang berdasarkan penampilan luarnya. Yang berhak menilai seseorang adalah Tuhan, bukan kita.
Tugas kita adalah mengasihi dan memberkati sesama kita!
Wednesday, April 6, 2011
MELAYANI TUHAN: Ada Mujizat Dialami
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 April 2011 -
Baca: 2 Raja-Raja 4:8-37
"Berkatalah perempuan itu kepada suaminya: 'Sesungguhnya aku sudah tahu bahwa orang yang selalu datang kepada kita itu adalah abdi Allah yang kudus.' " 2 Raja-Raja 4:9
Berbicara tentang pelayanan, tidak semua orang Kristen memberikan respons yang positif; ada yang suka dan ada pula yang tidak suka. Ada yang berkata, "Buat apa repot-repot ikut pelayanan di gereja, sudah capai tidak ada untungnya. Lebih baik di rumah nonton TV atau kerja lembur di kantor atau jaga toko, ada pemasukan. Ke gereja tiap minggu saja sudah lebih dari cukup." Tapi ketika sedang dalam kesukaran atau mengalami masalah yang berat kita baru merasakan betapa kita sangat membutuhkan Tuhan; kita mencari Tuhan dengan linangan air mata: "Tuhan tolong pulihkan keluargaku. Tuhan tolong sembuhkan sakitku. Nanti kalau sudah sembuh aku akan melayani Tuhan dengan sungguh." Kepada jemaat di Korintus Paulus menasihatkan, "...saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58). Ayat ini menegaskan bahwa setiap jerih payah, pengorbanan, kesetiaan dan ketekunan kita terhadap perkara-perkara rohani tidak pernah sia-sia.
Mari kita membuka mata rohani dan belajar dari kehidupan perempuan Sunem. Ia mengalami mujizat dari Tuhan karena ia melayani dan menghormati nabi Allah (Elisa) dengan baik. Tertulis: "Baiklah kita membuat sebuah kamar atas yang kecil yang berdinding batu, dan bailah kita menaruh di sana baginya sebuah tempat tidur, sebuah meja, sebuah kursi, dan sebuah kandil, maka apabila ia datang kepada kita, ia boleh masuk ke sana. Pada suatu hari datanglah ia (Elisa-Red.) ke sana, lalu masuklah ia ke kamar atas itu dan tidur di situ." (2 Raja-Raja 4:10-11). Ini menunjukkan bahwa perempuan Sunem ini mengasihi Tuhan dan mengutamakan Dia. Karena melayani Tuhan dengan sungguh ia menerima nubuatan yaitu ia akan memiliki anak. Dan nubuatan itu terjadi! (2 Raja-Raja 4:16-17).
Ada dampak yang luar biasa bagi orang-orang yang mengasihi dan melayani Tuhan: mujizat, berkat dan pemulihan. Ketika anaknya sakit dan dinyatakan sudah mati, Tuhan pun sanggup menyembuhkannya. Oleh karena itu, tetaplah setia dan jangan pernah merasa lelah untuk melayani Tuhan, karena pertolongan dari Tuhan pasti dinyatakan atas kita.
Selagi ada kesempatan, jangan pernah sia-siakan!
Baca: 2 Raja-Raja 4:8-37
"Berkatalah perempuan itu kepada suaminya: 'Sesungguhnya aku sudah tahu bahwa orang yang selalu datang kepada kita itu adalah abdi Allah yang kudus.' " 2 Raja-Raja 4:9
Berbicara tentang pelayanan, tidak semua orang Kristen memberikan respons yang positif; ada yang suka dan ada pula yang tidak suka. Ada yang berkata, "Buat apa repot-repot ikut pelayanan di gereja, sudah capai tidak ada untungnya. Lebih baik di rumah nonton TV atau kerja lembur di kantor atau jaga toko, ada pemasukan. Ke gereja tiap minggu saja sudah lebih dari cukup." Tapi ketika sedang dalam kesukaran atau mengalami masalah yang berat kita baru merasakan betapa kita sangat membutuhkan Tuhan; kita mencari Tuhan dengan linangan air mata: "Tuhan tolong pulihkan keluargaku. Tuhan tolong sembuhkan sakitku. Nanti kalau sudah sembuh aku akan melayani Tuhan dengan sungguh." Kepada jemaat di Korintus Paulus menasihatkan, "...saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58). Ayat ini menegaskan bahwa setiap jerih payah, pengorbanan, kesetiaan dan ketekunan kita terhadap perkara-perkara rohani tidak pernah sia-sia.
Mari kita membuka mata rohani dan belajar dari kehidupan perempuan Sunem. Ia mengalami mujizat dari Tuhan karena ia melayani dan menghormati nabi Allah (Elisa) dengan baik. Tertulis: "Baiklah kita membuat sebuah kamar atas yang kecil yang berdinding batu, dan bailah kita menaruh di sana baginya sebuah tempat tidur, sebuah meja, sebuah kursi, dan sebuah kandil, maka apabila ia datang kepada kita, ia boleh masuk ke sana. Pada suatu hari datanglah ia (Elisa-Red.) ke sana, lalu masuklah ia ke kamar atas itu dan tidur di situ." (2 Raja-Raja 4:10-11). Ini menunjukkan bahwa perempuan Sunem ini mengasihi Tuhan dan mengutamakan Dia. Karena melayani Tuhan dengan sungguh ia menerima nubuatan yaitu ia akan memiliki anak. Dan nubuatan itu terjadi! (2 Raja-Raja 4:16-17).
Ada dampak yang luar biasa bagi orang-orang yang mengasihi dan melayani Tuhan: mujizat, berkat dan pemulihan. Ketika anaknya sakit dan dinyatakan sudah mati, Tuhan pun sanggup menyembuhkannya. Oleh karena itu, tetaplah setia dan jangan pernah merasa lelah untuk melayani Tuhan, karena pertolongan dari Tuhan pasti dinyatakan atas kita.
Selagi ada kesempatan, jangan pernah sia-siakan!
Tuesday, April 5, 2011
TUNANGAN KRISTUS YANG BERKENAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 April 2011 -
Baca: 2 Korintus 11:1-6
"Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki dan membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus." 2 Korintus 11:2
Sebelum memasuki jenjang pernikahan kudus biasanya pasangan pria-wanita mengadakan pertunangan terlebih dahulu sebagai tanda ikatan kasih mereka. Dalam menjalani masa-masa pertunangan itu pria-wanita harus bisa menjaga hidupnya agar tetap kudus samai pernikahan itu tiba. Begitu pula setiap orang percaya atau jemaat Tuhan adalah calon mempelai Kristus.
Paulus menyatakan bahwa kita telah dipertunangkan dengan Kristus. Kita adalah mempelai wanita yang akan bertemu dengan mempelai laki-laki di dalam pesta kawin Anak Domba. Sebagaimana seperti seseorang yang sudah dipertunangkan dengan orang lain, maka calon mempelai perempuan harus bisa menjaga diri dan kuat menghadapi segala godaan yang ada. Ia harus fokus kepada pasangannya dan tidak boleh bercabang hati. Jangan sampai di masa-masa penantiannya ia terpikat dan berpaling kepada yang lain. Karena kita telah dipertunangkan dengan Kristus kita pun harus menjadi tunangan yang setia, jangan sampai kita tertipu dan disesatkan oleh kuasa-kuasa lain di luar Tuhan yang membuat kita semakin jauh dari Tuhan. Inilah yang dikuatirkan Paulus: "Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya." (2 Korintus 11:3). Berhati-hatilah! Jangan sampai hati kita berpaling pada dunia ini dan membuat hati Tuhan cemburu. "...Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah." (Yakobus 4:4). Kita tahu bahwa di dunia ini banyak sekali penyesat-penyesat yang dapat saja menghancurkan keluarga-keluarga Kristen, studi, bisnis dan bahkan juga pelayanan.
Sebagai tunangan Kristus mari kita tetap setia dan menjaga kekudusan sambil menanti-nantikan kedatanganNya sebagai mempelai laki-laki yang tidak akan lama lagi. Ingatlah, kita sudah dikuduskan dan ditebus oleh darah Kristus di atas kayu salib, berarti kita sudah sepenuhnya menadi milikNya.
Jagalah hidupmu agar tak bercacat cela, sehingga ketika mempelai laki-laki itu datang Dia tidak berkata, "...sesungguhnya aku tidak mengenal kamu." (Matius 25:12).
Baca: 2 Korintus 11:1-6
"Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki dan membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus." 2 Korintus 11:2
Sebelum memasuki jenjang pernikahan kudus biasanya pasangan pria-wanita mengadakan pertunangan terlebih dahulu sebagai tanda ikatan kasih mereka. Dalam menjalani masa-masa pertunangan itu pria-wanita harus bisa menjaga hidupnya agar tetap kudus samai pernikahan itu tiba. Begitu pula setiap orang percaya atau jemaat Tuhan adalah calon mempelai Kristus.
Paulus menyatakan bahwa kita telah dipertunangkan dengan Kristus. Kita adalah mempelai wanita yang akan bertemu dengan mempelai laki-laki di dalam pesta kawin Anak Domba. Sebagaimana seperti seseorang yang sudah dipertunangkan dengan orang lain, maka calon mempelai perempuan harus bisa menjaga diri dan kuat menghadapi segala godaan yang ada. Ia harus fokus kepada pasangannya dan tidak boleh bercabang hati. Jangan sampai di masa-masa penantiannya ia terpikat dan berpaling kepada yang lain. Karena kita telah dipertunangkan dengan Kristus kita pun harus menjadi tunangan yang setia, jangan sampai kita tertipu dan disesatkan oleh kuasa-kuasa lain di luar Tuhan yang membuat kita semakin jauh dari Tuhan. Inilah yang dikuatirkan Paulus: "Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya." (2 Korintus 11:3). Berhati-hatilah! Jangan sampai hati kita berpaling pada dunia ini dan membuat hati Tuhan cemburu. "...Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah." (Yakobus 4:4). Kita tahu bahwa di dunia ini banyak sekali penyesat-penyesat yang dapat saja menghancurkan keluarga-keluarga Kristen, studi, bisnis dan bahkan juga pelayanan.
Sebagai tunangan Kristus mari kita tetap setia dan menjaga kekudusan sambil menanti-nantikan kedatanganNya sebagai mempelai laki-laki yang tidak akan lama lagi. Ingatlah, kita sudah dikuduskan dan ditebus oleh darah Kristus di atas kayu salib, berarti kita sudah sepenuhnya menadi milikNya.
Jagalah hidupmu agar tak bercacat cela, sehingga ketika mempelai laki-laki itu datang Dia tidak berkata, "...sesungguhnya aku tidak mengenal kamu." (Matius 25:12).
Monday, April 4, 2011
SERUKAN KEMENANGAN DARI TUHAN!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 April 2011 -
Baca: Yohanes 16:16-33
"Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia." Yohanes 16:33
Tuhan Yesus sudah lebih dahulu menyatakan bahwa selama kita hidup di dunia ini kita akan dihadapkan pada masalah dan kesukaran. Namuun sebagai orang percaya kita tidak perlu takut dan cemas, karena tiap-tiap kita yang ada di dalam Kristus mempunyai jaminan kemenangan.
Tuhan Yesus telah mengalahkan segala jenis masalah yang ada melalui karya penebusanNya di atas Golgota. Dosa, kutuk, sakit-penyakit, perbudakan dan sebagainya telah dikalahkanNya. Tertulis demikian: "Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: 'Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!' " (Galatia 3:13). Jadi kita yang ada di dalam Kristus tidak berada di pihak yang kalah, melainkan sebagai orang-orang yang menang. "...dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." (Roma 8:37). Ketika kita menjadikan Yesus sebagai Tuhan dari kehidupan kita, kita sedang dilahirkan dalam kemenangan karena Yesus telah mengalahkan dunia ini. Oleh karena itu kita harus senantiasa menyerukan kemenangan itu setiap hari di manapun kita berada dan kemana pun kita melangkah. Serukan kemenangan itu melalui pujian kita. Sudahkah hari-hari Saudara dipenuhi dengan puji-pujian bagi Tuhan? Ataukah hari-hari kita diwarnai dengan kemurungan dan keluh kesah? Sekarang ini bukanlah waktu untuk meratap dan mengasihani diri sendiri tentang segala sesuatu yang terjadi. Mari kita belajar dari pemazmur yang senantiasa memuji-muji Tuhan di setiap waktu: pagi hari, tengah hari dan di malam hari. Pemazmur berkata, "Kiranya nama Tuhan dimasyhurkan, sekarang ini dan selama-lamanya. Dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari terpujilah nama Tuhan." (Mazmur 113:2-3).
Jika kita jarang sekali memuji Tuhan, mulailah dari sekarang. Serukan kemenangan melalui pujian saat berangkat ke kantor, membuka toko atau pulang bekerja. Iblis sangat tidak tahan mendengar puji-pujian yang dinaikkan oleh orang percaya! Sudah waktunya melangkah dan bertindak dengan iman, mengalami firman dan mengimani janji-janji Tuhan. Bila Iblis mulai menggoncang kita dengan masalah dan tekanan-tekanan jangan menyerah dan melarikan diri.
Serukan kemenangan dalam nama Yesus setiap saat, Iblis bertekuk lutut tak berdaya!
Baca: Yohanes 16:16-33
"Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia." Yohanes 16:33
Tuhan Yesus sudah lebih dahulu menyatakan bahwa selama kita hidup di dunia ini kita akan dihadapkan pada masalah dan kesukaran. Namuun sebagai orang percaya kita tidak perlu takut dan cemas, karena tiap-tiap kita yang ada di dalam Kristus mempunyai jaminan kemenangan.
Tuhan Yesus telah mengalahkan segala jenis masalah yang ada melalui karya penebusanNya di atas Golgota. Dosa, kutuk, sakit-penyakit, perbudakan dan sebagainya telah dikalahkanNya. Tertulis demikian: "Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: 'Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!' " (Galatia 3:13). Jadi kita yang ada di dalam Kristus tidak berada di pihak yang kalah, melainkan sebagai orang-orang yang menang. "...dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." (Roma 8:37). Ketika kita menjadikan Yesus sebagai Tuhan dari kehidupan kita, kita sedang dilahirkan dalam kemenangan karena Yesus telah mengalahkan dunia ini. Oleh karena itu kita harus senantiasa menyerukan kemenangan itu setiap hari di manapun kita berada dan kemana pun kita melangkah. Serukan kemenangan itu melalui pujian kita. Sudahkah hari-hari Saudara dipenuhi dengan puji-pujian bagi Tuhan? Ataukah hari-hari kita diwarnai dengan kemurungan dan keluh kesah? Sekarang ini bukanlah waktu untuk meratap dan mengasihani diri sendiri tentang segala sesuatu yang terjadi. Mari kita belajar dari pemazmur yang senantiasa memuji-muji Tuhan di setiap waktu: pagi hari, tengah hari dan di malam hari. Pemazmur berkata, "Kiranya nama Tuhan dimasyhurkan, sekarang ini dan selama-lamanya. Dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari terpujilah nama Tuhan." (Mazmur 113:2-3).
Jika kita jarang sekali memuji Tuhan, mulailah dari sekarang. Serukan kemenangan melalui pujian saat berangkat ke kantor, membuka toko atau pulang bekerja. Iblis sangat tidak tahan mendengar puji-pujian yang dinaikkan oleh orang percaya! Sudah waktunya melangkah dan bertindak dengan iman, mengalami firman dan mengimani janji-janji Tuhan. Bila Iblis mulai menggoncang kita dengan masalah dan tekanan-tekanan jangan menyerah dan melarikan diri.
Serukan kemenangan dalam nama Yesus setiap saat, Iblis bertekuk lutut tak berdaya!
Sunday, April 3, 2011
MEMPERKATAKAN FIRMAN: Ada Kuasa yang Dahsyat!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 April 2011 -
Baca: Yesaya 44:21-28
"Akulah yang menguatkan perkataan hamba-hamba-Ku dan melaksanakan keputusan-keputusan yang diberitakan utusan-utusan-Ku;" Yesaya 44:26a
Mungkin kita berpikir bahwa memperkatakan firman setiap hari adalah tindakan sia-sia dan membuang energi percuma. Salah besar! Justru ketika kita memperkatakan firman kita sedang mengetuk pintu sorga dan mengerakkan Roh Kudus bekerja. Roh Kudus selalu bekerja berdasakan firman yang diucapkan. Sebelum langit dan bumi ada, "...Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air." (Kejadian 1:2). Ketika Tuhan hendak menciptakan terang Ia berkata, " 'Jadilah terang'. Lalu terang itu jadi." (Kejadian 1:3). Sesudah firman diucapkan barulah Roh Kudus bekerja menciptakan terang, maka jadilah terang. Firman Tuhan dan Roh Kudus bekerja sama, tidak dapat dipisahkan. Tatkala firman diucapkan Roh Kudus bekerja.
Selama pelayananNya di bumi Tuhan Yesus juga selalu memperkatakan firman sebelum menyembuhkan orang sakit dan melakukan mujizat. Mengapa memperkatakan firman itu sangat penting? Ketika kita mengucapkan kata-kata yang positif dan benar akan timbul suatu imajinasi yang positif dan akhirnya menghasilkan keinginan yang positif pula. Contoh: ketika ia membaca biografi seseorang yang sukses akan timbul imajinasi ingin seperti orang itu, dan pada akhirnya menghasilkan keinginan untuk melakukan seperti yang dia lakukan (meneladani hidupnya). Begitu juga ketika ayat firman Tuhan tentang keberhasilan dan kesuksesan kita ucapkan akan menghasilkan imajinasi yang positif, lalu muncullah keinginan untuk melakukan firman itu.
Memperkatakan firman sangat penting karena itu adalah kekuatan menaklukkan Iblis. Iblis tidak lagi punya tempat untuk menjajah kita. Ketika sedang dicobai Iblis Yesus mengalahkannya dengan perkataan firman. Iblis akan lari tunggang langgang ketika mendengar perkataan firman yang keluar dari mulut kita. Selain itu ketika kita memperkatakan firman berarti kita sedang menggerakkan para malaikat sorga bekerja, karena mereka diutus Tuhan untuk melayani orang percaya. Mereka akan bekerja ketika kita memberikan perkataan firman Tuhan. Betapa dahsyatnya bila Tuhan bertindak dan memerintahkan para malaikat melaksanakan firmanNya itu!
Janganlah lupa memperkatakan firman Tuhan di sepanjang hidup kita, maka kita akan mengalami kuasa Tuhan yang dahsyat.
Baca: Yesaya 44:21-28
"Akulah yang menguatkan perkataan hamba-hamba-Ku dan melaksanakan keputusan-keputusan yang diberitakan utusan-utusan-Ku;" Yesaya 44:26a
Mungkin kita berpikir bahwa memperkatakan firman setiap hari adalah tindakan sia-sia dan membuang energi percuma. Salah besar! Justru ketika kita memperkatakan firman kita sedang mengetuk pintu sorga dan mengerakkan Roh Kudus bekerja. Roh Kudus selalu bekerja berdasakan firman yang diucapkan. Sebelum langit dan bumi ada, "...Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air." (Kejadian 1:2). Ketika Tuhan hendak menciptakan terang Ia berkata, " 'Jadilah terang'. Lalu terang itu jadi." (Kejadian 1:3). Sesudah firman diucapkan barulah Roh Kudus bekerja menciptakan terang, maka jadilah terang. Firman Tuhan dan Roh Kudus bekerja sama, tidak dapat dipisahkan. Tatkala firman diucapkan Roh Kudus bekerja.
Selama pelayananNya di bumi Tuhan Yesus juga selalu memperkatakan firman sebelum menyembuhkan orang sakit dan melakukan mujizat. Mengapa memperkatakan firman itu sangat penting? Ketika kita mengucapkan kata-kata yang positif dan benar akan timbul suatu imajinasi yang positif dan akhirnya menghasilkan keinginan yang positif pula. Contoh: ketika ia membaca biografi seseorang yang sukses akan timbul imajinasi ingin seperti orang itu, dan pada akhirnya menghasilkan keinginan untuk melakukan seperti yang dia lakukan (meneladani hidupnya). Begitu juga ketika ayat firman Tuhan tentang keberhasilan dan kesuksesan kita ucapkan akan menghasilkan imajinasi yang positif, lalu muncullah keinginan untuk melakukan firman itu.
Memperkatakan firman sangat penting karena itu adalah kekuatan menaklukkan Iblis. Iblis tidak lagi punya tempat untuk menjajah kita. Ketika sedang dicobai Iblis Yesus mengalahkannya dengan perkataan firman. Iblis akan lari tunggang langgang ketika mendengar perkataan firman yang keluar dari mulut kita. Selain itu ketika kita memperkatakan firman berarti kita sedang menggerakkan para malaikat sorga bekerja, karena mereka diutus Tuhan untuk melayani orang percaya. Mereka akan bekerja ketika kita memberikan perkataan firman Tuhan. Betapa dahsyatnya bila Tuhan bertindak dan memerintahkan para malaikat melaksanakan firmanNya itu!
Janganlah lupa memperkatakan firman Tuhan di sepanjang hidup kita, maka kita akan mengalami kuasa Tuhan yang dahsyat.
Saturday, April 2, 2011
PERNYATAAN IMAN MELALUI UCAPAN (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 April 2011 -
Baca: Yohanes 6:60-66
"Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup." Yohanes 6:63b
Tidaklah mengherankan bila banyak oang Kristen tidak sepenuhnya mengalami berkat-berkat Tuhan dan tidak mendapatkan apa yang ia yakini di hati karena menyepelekan yang satu ini, yaitu lupa memperkatakan firman Tuhan. Orang yang lupa atau tidak pernah memperkatakan firman Tuhan bisa diibaratkan seperti memiliki sebuah mesin, tapi tidak berfungsi sebagaimana mestinya karena orang itu tidak pernah mengoperasikan tombol yang ada di mesin tersebut; dan tombol itu adalah perkataan kita sendiri. Sebaliknya, orang yang senantiasa memperkatakan firman sesuai dengan apa yang kita percayai di hati sama dengan sedang menekan tombol 'on' pada mesin (mengaktifkan mesin untuk beroperasi). Akan tetapi, jikalau yang sering kita ucapkan atau perkatakan adalah kata-kata yang negatif atau bertolak belakang dengan firman Tuhan berarti kita sedang menekan tombol 'off', artinya mesin itu berhenti beroperasi. Mesin iman kita berhenti bekerja.
Lalu, apa yang harus kita perkatakan? Kepada jemaat di Efesus Paulus berkata, "Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia." (Efesus 4:29). Jadi yang harus kita perkatakan adalah kata-kata berkat yang membangun dan membangkitkan iman, sehingga siapa pun yang mendengarnya beroleh berkat. Salah satu contoh adalah kata shalom, yaitu kata yang harus kita ucapkan terhadap saudara-saudara kita. Ada pun arti shalom adalah selamat, makmur dan diberkati. Namun jarang sekali orang Kristen menggunakan kata shalom ini dalam kehidupan sehari-hari.
Sudahkah kita mengucapkan kata-kata yang memberkati orang lain? Tuhan Yesus memerintahkan kita untuk mengasihi dan memberkati orang-orang yang membenci, mengutuk dan mencaci kita, "mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu, berdoalah bagi orang-orang yang mencaci kamu." (Lukas 6:28). Mari kita jalani hari-hari dengan menjaga setiap perkataan kita. Jangan perkatakan kata-kata yang merusak apa yang sudah kita percayai di hati. Ingat, kata-kata kita menentukan apa yang akan kita alami dan nikmati. Tertulis: "Dari buah mulutnya seseorang akan makan yang baik, ..." (Amsal 13:2).
Firman Tuhan adalah jawaban bagi setiap kebutuhan hidup kita; semakin banyak kita memperkatakannya, semakin kita menikmati janjiNya.
Baca: Yohanes 6:60-66
"Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup." Yohanes 6:63b
Tidaklah mengherankan bila banyak oang Kristen tidak sepenuhnya mengalami berkat-berkat Tuhan dan tidak mendapatkan apa yang ia yakini di hati karena menyepelekan yang satu ini, yaitu lupa memperkatakan firman Tuhan. Orang yang lupa atau tidak pernah memperkatakan firman Tuhan bisa diibaratkan seperti memiliki sebuah mesin, tapi tidak berfungsi sebagaimana mestinya karena orang itu tidak pernah mengoperasikan tombol yang ada di mesin tersebut; dan tombol itu adalah perkataan kita sendiri. Sebaliknya, orang yang senantiasa memperkatakan firman sesuai dengan apa yang kita percayai di hati sama dengan sedang menekan tombol 'on' pada mesin (mengaktifkan mesin untuk beroperasi). Akan tetapi, jikalau yang sering kita ucapkan atau perkatakan adalah kata-kata yang negatif atau bertolak belakang dengan firman Tuhan berarti kita sedang menekan tombol 'off', artinya mesin itu berhenti beroperasi. Mesin iman kita berhenti bekerja.
Lalu, apa yang harus kita perkatakan? Kepada jemaat di Efesus Paulus berkata, "Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia." (Efesus 4:29). Jadi yang harus kita perkatakan adalah kata-kata berkat yang membangun dan membangkitkan iman, sehingga siapa pun yang mendengarnya beroleh berkat. Salah satu contoh adalah kata shalom, yaitu kata yang harus kita ucapkan terhadap saudara-saudara kita. Ada pun arti shalom adalah selamat, makmur dan diberkati. Namun jarang sekali orang Kristen menggunakan kata shalom ini dalam kehidupan sehari-hari.
Sudahkah kita mengucapkan kata-kata yang memberkati orang lain? Tuhan Yesus memerintahkan kita untuk mengasihi dan memberkati orang-orang yang membenci, mengutuk dan mencaci kita, "mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu, berdoalah bagi orang-orang yang mencaci kamu." (Lukas 6:28). Mari kita jalani hari-hari dengan menjaga setiap perkataan kita. Jangan perkatakan kata-kata yang merusak apa yang sudah kita percayai di hati. Ingat, kata-kata kita menentukan apa yang akan kita alami dan nikmati. Tertulis: "Dari buah mulutnya seseorang akan makan yang baik, ..." (Amsal 13:2).
Firman Tuhan adalah jawaban bagi setiap kebutuhan hidup kita; semakin banyak kita memperkatakannya, semakin kita menikmati janjiNya.
Friday, April 1, 2011
PERNYATAAN IMAN MELALUI UCAPAN (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 April 2011 -
Baca: 2 Korintus 4
" 'Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata', maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata." 2 Korintus 4:13b
Melalui renungan ini kita kerap kali diingatkan agar berhati-hati dengan apa yang kita perkatakan sebab kata-kata yang keluar dari mulut kita akan membentuk dan menentukan masa depan kita. Ibarat sebuah mesin, perkataan kita adalah tombol untuk mengoperasikan atau mengaktifkan mesin tersebut. Alkitab menegaskan, "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:17). Jadi iman seseorang harus dibuktikan dengan perkataan dan juga perbuatan.
Ada pun tanda awal dari iman adalah adanya pernyataan atau pengakuan dari mulut kita sebagaimana tertulis, "Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu. Itulah firman iman, yang kami beritakan. Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan, Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan." (Roma 10:8-10). Oleh karena itu setiap orang Kristen harus belajar mengucapkan apa yang ia percayai dalam hati sesuai dengan firman Tuhan.
Ketika dipilih Tuhan untuk memimpin bangsa Israel menggantikan Musa, Yosua diberi 'kunci' penting oleh Tuhan agar perjalanan hidupnya dan tugas dari Tuhan itu berhasil dan berkemenangan. Kunci itu adalah: "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung." (Yosua 1:8). Ayat ini jelas menyatakan bahwa memperkatakan firman dengan iman, yaitu melalui ucapan atau perkataan adalah langkah awal untuk mencapai keberhasilan dan keberuntungan bagi orang percaya. Namun banyak yang menganggap remeh atau sepele akan hal ini; kita menganggap bahwa tulisan-tulisan yang ada di dalam Alkitab itu tak jauh berbeda dengan tulisan di buku-buku sejarah atau ilmu pengetahuan lainnya, padahal "...Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya,... Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: 'Orang benar akan hidup oleh iman.' " (Roma 1:16-17). (Bersambung)
Baca: 2 Korintus 4
" 'Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata', maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata." 2 Korintus 4:13b
Melalui renungan ini kita kerap kali diingatkan agar berhati-hati dengan apa yang kita perkatakan sebab kata-kata yang keluar dari mulut kita akan membentuk dan menentukan masa depan kita. Ibarat sebuah mesin, perkataan kita adalah tombol untuk mengoperasikan atau mengaktifkan mesin tersebut. Alkitab menegaskan, "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:17). Jadi iman seseorang harus dibuktikan dengan perkataan dan juga perbuatan.
Ada pun tanda awal dari iman adalah adanya pernyataan atau pengakuan dari mulut kita sebagaimana tertulis, "Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu. Itulah firman iman, yang kami beritakan. Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan, Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan." (Roma 10:8-10). Oleh karena itu setiap orang Kristen harus belajar mengucapkan apa yang ia percayai dalam hati sesuai dengan firman Tuhan.
Ketika dipilih Tuhan untuk memimpin bangsa Israel menggantikan Musa, Yosua diberi 'kunci' penting oleh Tuhan agar perjalanan hidupnya dan tugas dari Tuhan itu berhasil dan berkemenangan. Kunci itu adalah: "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung." (Yosua 1:8). Ayat ini jelas menyatakan bahwa memperkatakan firman dengan iman, yaitu melalui ucapan atau perkataan adalah langkah awal untuk mencapai keberhasilan dan keberuntungan bagi orang percaya. Namun banyak yang menganggap remeh atau sepele akan hal ini; kita menganggap bahwa tulisan-tulisan yang ada di dalam Alkitab itu tak jauh berbeda dengan tulisan di buku-buku sejarah atau ilmu pengetahuan lainnya, padahal "...Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya,... Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: 'Orang benar akan hidup oleh iman.' " (Roma 1:16-17). (Bersambung)
Thursday, March 31, 2011
HAL AKHIR ZAMAN: Hati-Hati Dengan Ajaran Sesat!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Maret 2011 -
Baca: 1 Timotius 4:1-10
"Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa diwaktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan" 1 Timotius 4:1
Akhir-akhir ini banyak bermunculan ajaran-ajaran sesat yang dibungkus begitu rapi sampai-sampai banyak orang yang tidak tahu kalau mereka sedang diperdayai, semisal: aliran Mormon, saksi Yehovah dan sebagainya. Yang jelas, ajaran sesat adalah ajaran yang berlawanan dengan firman Tuhan dan tidak sesuai dengan Injil. Ajaran sesat ini dikerjakan oleh orang-orang yang berada di bawah kendali roh-roh penyesat atau Iblis. Misi mereka adalah menjerat orang-orang yang lemah imannya untuk dijadikan penganutnya.
Sebagai orang percaya kita tidak perlu terkejut atau takut karena Alkitab sudah lebih dulu menyatakan bahwa di hari-hari menjelang kedatangan Tuhan yang keduakalinya akan ada banyak ajaran-ajaran sesat. Tertulis: "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?" (Matius 7:15-16). Jadi Tuhan sudah tahu apa yang akan terjadi kelak, karena Dia adalah Mahatahu. Pertanyaannya: bagaimana supaya kita tetap kuat mengiring Tuhan dan tidak dapat disesatkan oleh mereka? Ingat! Setiap manusia diciptakan dengan kehendak bebas (free will). Kita punya hak memilih sebagaimana bangsa Israel di perhadapkan dengan pilihan: memilih beribadah kepada Tuhan atau allah lain. Tapi Yosua dengan tegas berkata, "...aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!" (Yosua 24:15b). Ketika orang membuka diri untuk ajaran-ajaran sesat, roh-roh penyesat akan bekerja dalam dirinya. Berhati-hatilah, jangan sampai kita lengah dan terpedaya! "...jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah." (1 Timotius 4:7).
Kita harus meningkatkan ibadah kita dan tidak menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah yang ada supaya 'telinga rohani' kita semakin peka dengan ajaran-ajaran yang sehat. Semakin banyak kita belajar dan merenungkan firman Tuhan, pancaindera kita pun akan semakin terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat (baca Ibrani 5:14).
Jangan kuatir, Roh Kudus akan menolong, membimbing dan mengurapi kita dengan kuasaNya, sehingga kita punya keberanian untuk menolak setiap ajaran yang tidak sesuai dengan Injil Kristus!
Baca: 1 Timotius 4:1-10
"Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa diwaktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan" 1 Timotius 4:1
Akhir-akhir ini banyak bermunculan ajaran-ajaran sesat yang dibungkus begitu rapi sampai-sampai banyak orang yang tidak tahu kalau mereka sedang diperdayai, semisal: aliran Mormon, saksi Yehovah dan sebagainya. Yang jelas, ajaran sesat adalah ajaran yang berlawanan dengan firman Tuhan dan tidak sesuai dengan Injil. Ajaran sesat ini dikerjakan oleh orang-orang yang berada di bawah kendali roh-roh penyesat atau Iblis. Misi mereka adalah menjerat orang-orang yang lemah imannya untuk dijadikan penganutnya.
Sebagai orang percaya kita tidak perlu terkejut atau takut karena Alkitab sudah lebih dulu menyatakan bahwa di hari-hari menjelang kedatangan Tuhan yang keduakalinya akan ada banyak ajaran-ajaran sesat. Tertulis: "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?" (Matius 7:15-16). Jadi Tuhan sudah tahu apa yang akan terjadi kelak, karena Dia adalah Mahatahu. Pertanyaannya: bagaimana supaya kita tetap kuat mengiring Tuhan dan tidak dapat disesatkan oleh mereka? Ingat! Setiap manusia diciptakan dengan kehendak bebas (free will). Kita punya hak memilih sebagaimana bangsa Israel di perhadapkan dengan pilihan: memilih beribadah kepada Tuhan atau allah lain. Tapi Yosua dengan tegas berkata, "...aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!" (Yosua 24:15b). Ketika orang membuka diri untuk ajaran-ajaran sesat, roh-roh penyesat akan bekerja dalam dirinya. Berhati-hatilah, jangan sampai kita lengah dan terpedaya! "...jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah." (1 Timotius 4:7).
Kita harus meningkatkan ibadah kita dan tidak menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah yang ada supaya 'telinga rohani' kita semakin peka dengan ajaran-ajaran yang sehat. Semakin banyak kita belajar dan merenungkan firman Tuhan, pancaindera kita pun akan semakin terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat (baca Ibrani 5:14).
Jangan kuatir, Roh Kudus akan menolong, membimbing dan mengurapi kita dengan kuasaNya, sehingga kita punya keberanian untuk menolak setiap ajaran yang tidak sesuai dengan Injil Kristus!
Wednesday, March 30, 2011
PERHATIKAN DAN AWASILAH HIDUPMU!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Maret 2011 -
Baca: 1 Timotius 4:11-16
"Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau." 1 Timotius 4:16
Kata awas berarti suatu peringatan agar kita berhati-hati. Bukankah kita sering menjumpai kata-kata peringatan semacam ini tertulis di mana-mana? Di jalan raya misalnya: "Awas ada tikungan; Awas ada perbaikan jalan; Awas banyak anak sekolah" dan sebagainya. Ada pula yang lebih ekstrem lagi, "Awas ada anjing galak!". Itu semua berarti kita harus memperhatikan peringatan ini dengan sungguh, sebab bila kita melanggarnya pasti sangat membahayakan diri sendiri dan juga orang lain.
Firman Tuhan menasihati agar kita mengawasi diri sendiri terlebih dahulu, bukan orang lain. Memang, pekerjaan yang mudah adalah kita mengawasi, mengamat-amati, menilai, mengoreksi kelemahan serta menghakimi orang lain. Sebaliknya untuk mengawasi diri sendiri atau bercermin pada diri sendiri tidak semua orang mau melakukannya. Tetapi rasul Paulus mengingatkan demikian, "Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain." (Galatia 6:4).
Berdasarkan ayat nas di atas ada 2 hal yang harus kita awasi: diri kita sendiri dan juga ajaran yang kita terima. Apa saja itu? Paulus berkata, "Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (1 Timotius 4:12b). Bagaimana dengan perkataan kita? Yang kita perkatakan menunjukkan siapa kita. Kata-kata firman yang membangun, menguatkan dan memberkati orang lain, ataukah kata-kata sia-sia yang terlontar (umpatan, kutuk dan sebagainya). Bagaimana dengan tingkah laku kita? Apakah selama ini tingkah laku kita sudah sesuai dengan firman Tuhan atau malah jadi batu sandungan bagi orang lain? Begitu pula dalam hal kasih, kesetiaan dan juga kesucian. Kalau kehidupan kita sudah baik dan berkenan kepada Tuhan barulah kita boleh mengawasi orang lain! Sedangkan hal ajaran berbicara tentang apa pun yang kita terima dan dengar, apakah firman Tuhan atau ajaran-ajaran lain. Akhir-akhir ini banyak sekali ajaran-ajaran yang menyesatkan. Bila kita tidak berakar kuat di dalam firman Tuhan, kita akan mudah tersesat.
Mari kita koreksi hidup kita, supaya hidup kita menjadi teladan!
Baca: 1 Timotius 4:11-16
"Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau." 1 Timotius 4:16
Kata awas berarti suatu peringatan agar kita berhati-hati. Bukankah kita sering menjumpai kata-kata peringatan semacam ini tertulis di mana-mana? Di jalan raya misalnya: "Awas ada tikungan; Awas ada perbaikan jalan; Awas banyak anak sekolah" dan sebagainya. Ada pula yang lebih ekstrem lagi, "Awas ada anjing galak!". Itu semua berarti kita harus memperhatikan peringatan ini dengan sungguh, sebab bila kita melanggarnya pasti sangat membahayakan diri sendiri dan juga orang lain.
Firman Tuhan menasihati agar kita mengawasi diri sendiri terlebih dahulu, bukan orang lain. Memang, pekerjaan yang mudah adalah kita mengawasi, mengamat-amati, menilai, mengoreksi kelemahan serta menghakimi orang lain. Sebaliknya untuk mengawasi diri sendiri atau bercermin pada diri sendiri tidak semua orang mau melakukannya. Tetapi rasul Paulus mengingatkan demikian, "Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain." (Galatia 6:4).
Berdasarkan ayat nas di atas ada 2 hal yang harus kita awasi: diri kita sendiri dan juga ajaran yang kita terima. Apa saja itu? Paulus berkata, "Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (1 Timotius 4:12b). Bagaimana dengan perkataan kita? Yang kita perkatakan menunjukkan siapa kita. Kata-kata firman yang membangun, menguatkan dan memberkati orang lain, ataukah kata-kata sia-sia yang terlontar (umpatan, kutuk dan sebagainya). Bagaimana dengan tingkah laku kita? Apakah selama ini tingkah laku kita sudah sesuai dengan firman Tuhan atau malah jadi batu sandungan bagi orang lain? Begitu pula dalam hal kasih, kesetiaan dan juga kesucian. Kalau kehidupan kita sudah baik dan berkenan kepada Tuhan barulah kita boleh mengawasi orang lain! Sedangkan hal ajaran berbicara tentang apa pun yang kita terima dan dengar, apakah firman Tuhan atau ajaran-ajaran lain. Akhir-akhir ini banyak sekali ajaran-ajaran yang menyesatkan. Bila kita tidak berakar kuat di dalam firman Tuhan, kita akan mudah tersesat.
Mari kita koreksi hidup kita, supaya hidup kita menjadi teladan!
Tuesday, March 29, 2011
MENABUR DENGAN SUKACITA, MENUAI YANG BAIK
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Maret 2011 -
Baca: 2 Korintus 9:6-15
"Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita." 2 Korintus 9:7
Setiap orang yang menanam benih pasti berharap pada saatnya ia akan mendapatkan panenan. Tapi seringkali terjadi kita menanam benih yang baik, tetapi mengapa hasil panen kita menjadi berasa masam? Ini seperti tertulis: "Apatah lagi yang harus diperbuat untuk kebun anggur-Ku itu, yang belum Kuperbuat kepadanya? Aku menanti supaya dihasilkannya buah anggur yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam?" (Yesaya 5:4). Jika demikian halnya, adakah yang salah dengan taburan kita? Mungkin kita berkata, "Aku sudah banyak menolong orang lain; aku jadi donatur pembangunan gereja.", dan lain-lain. Sedikit motivasi kita saat menanam atau menabur benih tersebut!
Kalau kita menabur dengan hati yang tidak baik: bersungut-sungut, sedih hati, terpaksa dan memiliki motivasi yang salah, hasil tuaian kita juga tidak baik. Sikap hati kita saat menabur adalah penentu bagi benih yang kita taburkan. Seorang janda miskin memberikan dua peser uangnya ke dalam peti persembahan dan persembahannya itu menyenangkan hati Tuhan. Memang jumlah benih yang ditabur janda itu sangat sedikit jika dibandingkan dengan persembahan orang kaya, tapi ia memberinya dengan sepenuh hati dan dari seluruh nafkahnya. Benih yang baik, hati yang baik dan motivasi yang baik akan menghasilkan tuaian yang baik pula. Banyak orang Kristen yang ingin diberkati melimpah tapi tidak mau menabur dan suka menunda-nunda waktu untuk menabur dengan berkata, "Penghasilanku pas-pasan, aku belum bisa memberi; aku belum digerakkan oleh Roh Kudus." dan sebagainya. Itu hanyalah alasan bagi orang-orang yang tidak mau menabur atau sengaja menghindarkan diri dari hukum menabur.
Orang yang malas menabur jangan pernah berharap tuaian! Apabila kita ingin menanam atau menabur, milikilah hati yang baik. Setiap kita pasti tidak ingin menuai buah yang masam, bukan? Penabur benih yang baik pada saatnya akan menuai hasil yang baik pula.
"Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya." Amsal 3:9-10
Baca: 2 Korintus 9:6-15
"Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita." 2 Korintus 9:7
Setiap orang yang menanam benih pasti berharap pada saatnya ia akan mendapatkan panenan. Tapi seringkali terjadi kita menanam benih yang baik, tetapi mengapa hasil panen kita menjadi berasa masam? Ini seperti tertulis: "Apatah lagi yang harus diperbuat untuk kebun anggur-Ku itu, yang belum Kuperbuat kepadanya? Aku menanti supaya dihasilkannya buah anggur yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam?" (Yesaya 5:4). Jika demikian halnya, adakah yang salah dengan taburan kita? Mungkin kita berkata, "Aku sudah banyak menolong orang lain; aku jadi donatur pembangunan gereja.", dan lain-lain. Sedikit motivasi kita saat menanam atau menabur benih tersebut!
Kalau kita menabur dengan hati yang tidak baik: bersungut-sungut, sedih hati, terpaksa dan memiliki motivasi yang salah, hasil tuaian kita juga tidak baik. Sikap hati kita saat menabur adalah penentu bagi benih yang kita taburkan. Seorang janda miskin memberikan dua peser uangnya ke dalam peti persembahan dan persembahannya itu menyenangkan hati Tuhan. Memang jumlah benih yang ditabur janda itu sangat sedikit jika dibandingkan dengan persembahan orang kaya, tapi ia memberinya dengan sepenuh hati dan dari seluruh nafkahnya. Benih yang baik, hati yang baik dan motivasi yang baik akan menghasilkan tuaian yang baik pula. Banyak orang Kristen yang ingin diberkati melimpah tapi tidak mau menabur dan suka menunda-nunda waktu untuk menabur dengan berkata, "Penghasilanku pas-pasan, aku belum bisa memberi; aku belum digerakkan oleh Roh Kudus." dan sebagainya. Itu hanyalah alasan bagi orang-orang yang tidak mau menabur atau sengaja menghindarkan diri dari hukum menabur.
Orang yang malas menabur jangan pernah berharap tuaian! Apabila kita ingin menanam atau menabur, milikilah hati yang baik. Setiap kita pasti tidak ingin menuai buah yang masam, bukan? Penabur benih yang baik pada saatnya akan menuai hasil yang baik pula.
"Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya." Amsal 3:9-10
Monday, March 28, 2011
KEMENANGAN = IMAN + KETAATAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Maret 2011 -
Baca: Mazmur 20
"Sekarang aku tahu, bahwa Tuhan memberi kemenangan kepada orang yang diurapi-nya dan menjawabnya dari sorga-Nya yang kudus dengan kemenangan yang gilang-gemilang oleh tangan kanan-Nya." Mazmur 20:7
Yosua dipilih Tuhan untuk memimpin bangsa Israel menggantikan Musa. Kata Tuhan, "Hamba-Ku Musa telah mati; sebab itu bersiaplah sekarang, seberangilah sungai Yordan ini, engkau dan seluruh bangsa ini, menuju negeri yang akan Kuberikan kepada mereka, kepada orang Israel itu." (Yosua 1:2). Tuhan tidak asal menyuruh Yosua tapi Ia menjanjikan kemenangan kepadanya, "Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa." (Yosua 1:3). Kemenangan yang dijanjikan Tuhan itu belum diraih Yosua saat ia mendengar perkataan Tuhan. Jadi, kemenangan akan menjadi kenyataan apabila Yosua mengikuti tuntunan Tuhan dan mau melangkah dengan iman.
Ini menunjukkan bahwa hidup berkemenangan disediakan Tuhan bagi anak-anakNya. Namun, mengapa tidak semua orang Kristen dapat menikmati kemenangan? Itu karena tidak tunduk kepada Tuhan dan tidak mengikuti cara-caraNya. Orang-orang dunia memiliki konsep: hidup berkemenangan dapat dicapai dengan cara apa pun meski melanggar firman Tuhan; hidup berkemenangan berarti memiliki uang banyak atau materi yang berlimpah. Akibatnya banyak orang nekat menempuh jalan yang salah atau kotor: menipu orang lain, korupsi, menekan orang lemah, bisnis narkoba, sampai pergi ke gunung Kawi atau dukun demi mendapatkan kekayaan secara instan, namun ujungnya kepada maut. Sebaliknya konsep kemenangan menurut Alkitab adalah: hasil yang kita raih karena Tuhan melakukannya untuk kita.
Kmenangan adalah hasil dari ketaatan. Ketika Yosua taat melakukan apa yang diperintahkan Tuhan (baca Yosua 1:6-8) apa saja yang diperbuatnya menjadi berhasil dan beruntung. Ingat! Kehidupan Kristen adalah hidup penuh perjuangan, tidak ada yang instan, tapi percayalah bahwa Tuhan akan menyertai kita dan memberikan jaminan kemenangan. Tertulis: "...sebab Tuhan, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai kamu untuk berperang bagimu melawan musuhmu, dengan maksud memberikan kemenangan kepadamu." (Ulangan 20:4).
Mari mencari Tuhan setiap waktu, karena orang yang senantiasa mengandalkan Tuhan hidupnya pasti berhasil dan mengalami berkat-berkat Tuhan yang pasti.
Baca: Mazmur 20
"Sekarang aku tahu, bahwa Tuhan memberi kemenangan kepada orang yang diurapi-nya dan menjawabnya dari sorga-Nya yang kudus dengan kemenangan yang gilang-gemilang oleh tangan kanan-Nya." Mazmur 20:7
Yosua dipilih Tuhan untuk memimpin bangsa Israel menggantikan Musa. Kata Tuhan, "Hamba-Ku Musa telah mati; sebab itu bersiaplah sekarang, seberangilah sungai Yordan ini, engkau dan seluruh bangsa ini, menuju negeri yang akan Kuberikan kepada mereka, kepada orang Israel itu." (Yosua 1:2). Tuhan tidak asal menyuruh Yosua tapi Ia menjanjikan kemenangan kepadanya, "Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa." (Yosua 1:3). Kemenangan yang dijanjikan Tuhan itu belum diraih Yosua saat ia mendengar perkataan Tuhan. Jadi, kemenangan akan menjadi kenyataan apabila Yosua mengikuti tuntunan Tuhan dan mau melangkah dengan iman.
Ini menunjukkan bahwa hidup berkemenangan disediakan Tuhan bagi anak-anakNya. Namun, mengapa tidak semua orang Kristen dapat menikmati kemenangan? Itu karena tidak tunduk kepada Tuhan dan tidak mengikuti cara-caraNya. Orang-orang dunia memiliki konsep: hidup berkemenangan dapat dicapai dengan cara apa pun meski melanggar firman Tuhan; hidup berkemenangan berarti memiliki uang banyak atau materi yang berlimpah. Akibatnya banyak orang nekat menempuh jalan yang salah atau kotor: menipu orang lain, korupsi, menekan orang lemah, bisnis narkoba, sampai pergi ke gunung Kawi atau dukun demi mendapatkan kekayaan secara instan, namun ujungnya kepada maut. Sebaliknya konsep kemenangan menurut Alkitab adalah: hasil yang kita raih karena Tuhan melakukannya untuk kita.
Kmenangan adalah hasil dari ketaatan. Ketika Yosua taat melakukan apa yang diperintahkan Tuhan (baca Yosua 1:6-8) apa saja yang diperbuatnya menjadi berhasil dan beruntung. Ingat! Kehidupan Kristen adalah hidup penuh perjuangan, tidak ada yang instan, tapi percayalah bahwa Tuhan akan menyertai kita dan memberikan jaminan kemenangan. Tertulis: "...sebab Tuhan, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai kamu untuk berperang bagimu melawan musuhmu, dengan maksud memberikan kemenangan kepadamu." (Ulangan 20:4).
Mari mencari Tuhan setiap waktu, karena orang yang senantiasa mengandalkan Tuhan hidupnya pasti berhasil dan mengalami berkat-berkat Tuhan yang pasti.
Sunday, March 27, 2011
YUSUF: Pribadi yang Disertai Tuhan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Maret 2011 -
Baca: Kejadian 39
"Dan kepala penjara tidak mencampuri segala yang dipercayakannya kepada Yusuf, karena Tuhan menyertai dia dan apa yang dikerjakannya dibuat Tuhan berhasil." Kejadian 39:23
Yusuf adalah orang pilihan Tuhan yang hidup dalam kebenaran walaupun bukan berarti ia luput dari segala macam kesukaran hidup. Alkitab berkata: "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia." (Yakobus 1:12). Alkitab mengisahkan tentang perjalanan hidup Yusuf yang hari-harinya penuh diwarnai berbagai pergumulan berat. Saudaranya sendiri, tanpa sepengetahuan ayah mereka, telah menjual Yusuf sebagai budak kepada orang Mesir. Di rumah orang Mesir ia difitnah oleh isteri Potifar, yang akhirnya memaksa Yusuf mendekam di penjara. Meski melewati berbagai ujian, hidup Yusuf senantiasa disertai Tuhan "...sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya;" (Kejadian 39:2a). Puncaknya, Yusuf diangkat menjadi orang kedua di Mesir.
Belajar dari perjalanan hidup Yusuf ini dapat disimpulkan bahwa Tuhan turut bekerja dalam segala perkara untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Asal kita hidup dalam kebenaran tidak ada hal yang perlu ditakutkan dan dikuatirkan, sebab "Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab Tuhan menopang tangannya." (Mazmur 37:23-24). Jangan pernah berkata bahwa keberhasilan dan kesuksesan itu buah dari jerih payah atau karena kekuatan kita sendiri, "...sebab di luar Aku (Tuhan-Red.) kamu tidak dapat berbuat apa-apa." (Yohanes 15:5b). Karena penyertaan Tuhan Yusuf menjadi orang yang rendah hati; sebaliknya, Ia benci terhadap orang-orang yang congkak.
Bila hidup kita disertai Tuhan tidak ada perkara yang mustahil: pintu berkat, pintu kesempatan, pintu pemulihan, pintu kesembuhan dan sebagainya dibukakan untuk kita. Tertulis: "...apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka." (Wahyu 3:7). Jadi dalam penyertaan Tuhan selalu ada pengharapan.
Ingin disertai Tuhan di segala jalan? Hiduplah seturut kehendak Tuhan seperti Yusuf!
Baca: Kejadian 39
"Dan kepala penjara tidak mencampuri segala yang dipercayakannya kepada Yusuf, karena Tuhan menyertai dia dan apa yang dikerjakannya dibuat Tuhan berhasil." Kejadian 39:23
Yusuf adalah orang pilihan Tuhan yang hidup dalam kebenaran walaupun bukan berarti ia luput dari segala macam kesukaran hidup. Alkitab berkata: "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia." (Yakobus 1:12). Alkitab mengisahkan tentang perjalanan hidup Yusuf yang hari-harinya penuh diwarnai berbagai pergumulan berat. Saudaranya sendiri, tanpa sepengetahuan ayah mereka, telah menjual Yusuf sebagai budak kepada orang Mesir. Di rumah orang Mesir ia difitnah oleh isteri Potifar, yang akhirnya memaksa Yusuf mendekam di penjara. Meski melewati berbagai ujian, hidup Yusuf senantiasa disertai Tuhan "...sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya;" (Kejadian 39:2a). Puncaknya, Yusuf diangkat menjadi orang kedua di Mesir.
Belajar dari perjalanan hidup Yusuf ini dapat disimpulkan bahwa Tuhan turut bekerja dalam segala perkara untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Asal kita hidup dalam kebenaran tidak ada hal yang perlu ditakutkan dan dikuatirkan, sebab "Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab Tuhan menopang tangannya." (Mazmur 37:23-24). Jangan pernah berkata bahwa keberhasilan dan kesuksesan itu buah dari jerih payah atau karena kekuatan kita sendiri, "...sebab di luar Aku (Tuhan-Red.) kamu tidak dapat berbuat apa-apa." (Yohanes 15:5b). Karena penyertaan Tuhan Yusuf menjadi orang yang rendah hati; sebaliknya, Ia benci terhadap orang-orang yang congkak.
Bila hidup kita disertai Tuhan tidak ada perkara yang mustahil: pintu berkat, pintu kesempatan, pintu pemulihan, pintu kesembuhan dan sebagainya dibukakan untuk kita. Tertulis: "...apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka." (Wahyu 3:7). Jadi dalam penyertaan Tuhan selalu ada pengharapan.
Ingin disertai Tuhan di segala jalan? Hiduplah seturut kehendak Tuhan seperti Yusuf!
Subscribe to:
Posts (Atom)