Sunday, December 25, 2016

BUKTI NYATA KASIH BAPA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Desember 2016

Baca1 Yohanes 5:6-12

"Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya."  1 Yohanes 5:11

Banyak orang Kristen memaknai natal dari sudut pandang yang berbeda-beda.  Ada yang menganggap bahwa natal itu tak lebih dari sekedar momen untuk berkumpul dengan keluarga, kerabat atau teman;  juga suatu momen di mana tiap-tiap gereja menggelar pesta sambil menghias diri dengan berbagai ornamen:  pohon natal, lilin dan hiasan lampu.  Sebatas itukah pengertian kita memaknai natal?  Inti natal bukan pada meriahnya pesta atau perayaan... inti natal yang sejati adalah Bapa telah memberikan anugerah-Nya bagi kita:  "Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai."  (Yesaya 9:5).

     Kelahiran Kristus merupakan bukti nyata kasih Bapa yang tidak menginginkan manusia mengalami kebinasaan kekal, karena itu Ia memberikan putera-Nya untuk menjadi Juruselamat bagi dunia dan membebaskan manusia dari hukuman dosa.  Yang menjadi dasar Bapa memberikan Putera-Nya, Yesus Kristus, adalah kasih agape.  Ekspresi kasih agape adalah berkorban.  "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."  (Yohanes 3:16).  Kasih akan kehilangan makna esensialnya bila tidak disertai dengan pengorbanan.

     Demikianlah kasih haruslah menjadi cara hidup kita anak-anak Tuhan.  "...jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah."  (Efesus 5:1-2).  Kasih adalah karakter yang bernilai mutlak:  kasih kepada Tuhan dan kepada sesama manusia.  Kasih kepada Tuhan diwujudkan dengan cara kita menuruti firman-Nya  (baca  Yohanes 14:21)  dan mengasihi sesama  (baca  Yohanes 15:9-17).  Mengasihi sesama dapat dilakukan dengan cara melakukan yang baik kepada orang sekitar kita, termasuk kepada musuh sekalipun, sebagaimana kita inginkan orang lain perbuat kepada kita  (baca  Matius 7:12).

Natal mengingatkan kita betapa besar kasih dan anugerah Bapa bagi kita!

Saturday, December 24, 2016

MENGHADAPI JALAN BUNTU

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Desember 2016

BacaMazmur 77:1-21

"Melalui laut jalan-Mu dan lorong-Mu melalui muka air yang luas, tetapi jejak-Mu tidak kelihatan."  Mazmur 77:20

Dalam kehidupan ini seringkali kita menghadapi masalah-masalah yang sepertinya tidak ada jalan keluarnya, alias jalan buntu.  Karena tidak segera mendapatkan jalan atau jawaban untuk permasalahan yang sedang digumulkan, tidak sedikit dari kita yang bersikap apatis, masa bodoh, menerima nasib atau menyerah kalah karena sudah tidak tahu harus berbuat apa dan kemana harus mencari pertolongan.  Mereka pun menjadi frustasi, putus asa, gelap pikiran, nekat melakukan tindakan yang menyimpang dari kebenaran, bahkan ada yang memilih jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya alias bunuh diri.

     Bagi orang percaya yang memiliki kehidupan doa selalu ada harapan.  "Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita."  (Roma 5:5).  Perhatikan ayat ini!  "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?"  (Lukas 18:7).  Selalu ada pertolongan dan jalan keluar untuk setiap permasalahan yang kita hadapi, asal kita mau bersungguh-sungguh dalam berdoa.  Bersungguh-sungguh berarti giat, tekun, setia dan sabar menanti-nantikan waktu Tuhan.  Tuhan Yesus adalah jaminan hidup orang percaya, karena Dia berkata,  "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup."  (Yohanes 14:6a).  Kalau dosa terbesar manusia, yaitu dosa, telah diselesaikan-Nya di atas Golgota, apalagi masalah-masalah kecil dalam kehidupan kita sehari-hari seperti sakit-penyakit, krisis ekonomi, masalah rumah tangga dan sebagainya.

     Ketika dikejar-kejar oleh Firaun dan pasukan berkudanya bangsa Israel menghadapi jalan buntu, karena di depan terbentang laut Teberau yang mustahil untuk diseberangi.  Pada saat yang tepat Tuhan menyatakan mujizat-Nya:  laut Teberau terbelah:  "Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka."  (Keluaran 14:22).

Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil!  "Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara."  Yesaya 43:19

Friday, December 23, 2016

OBAJA: Takut Kepada Tuhan Daripada Manusia

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Desember 2016

Baca1 Raja-Raja 18:1-15

"Sebab itu Ahab telah memanggil Obaja yang menjadi kepala istana. Obaja itu seorang yang sungguh-sungguh takut akan TUHAN."  1 Raja-Raja 18:3

Ada banyak tokoh yang bernama Obaja di Alkitab.  Pada kesempatan ini kita akan membahas salah satunya yaitu Obaja yang bekerja sebagai hamba raja Ahab.  Nama Obaja dalam bahasa Ibrani berarti abdi Tuhan atau penyembah Tuhan.  Sesuai dengan namanya Obaja yang kita bahas adalah orang yang takut akan Tuhan.

     Bukanlah perkara mudah bagi Obaja untuk bekerja di lingkungan kerajaan yang dipimpin oleh raja Ahab karena Ahab adalah seorang raja yang terkenal lalim dan berlaku jahat di mata Tuhan, bahkan  "Ahab bin Omri melakukan apa yang jahat di mata TUHAN lebih dari pada semua orang yang mendahuluinya."  (1 Raja-Raja 16:30), apalagi ia juga mengambil Izebel sebagai isteri, padahal Izebel adalah penyembah Baal.  Meski berada di lingkungan orang-orang yang menyembah berhala iman Obaja tak tergoyahkan, ia tetap berlaku benar di hadapan Tuhan dan tidak terbawa arus.  Dikisahkan Obaja berani menyembunyikan seratus nabi Tuhan ke dalam gua dan mengurus makan minum mereka  (1 Raja-Raja 18:4), karena pada waktu itu banyak nabi dibunuh atas perintah Izebel.  Ini menunjukkan bahwa Obaja lebih takut kepada Tuhan daripada kepada manusia.  Ketika dihadapkan pada pilihan:  taat kepada Tuhan atau kepada manusia, ia memilih taat kepada Tuhan.  "Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka."  (Matius 10:28).

     Berhadapan dengan himpitan atau tekanan, banyak orang memilih mencari  'aman'  dan melakukan kompromi karena takut kehilangan posisi atau jabatan, fasilitas atau popularitas.  Apalagi jika nyawa yang menjadi taruhannya, umumnya orang lebih takut kepada manusia daripada kepada Tuhan.  Karena imannya Tuhan memakai Obaja sebagai perantara pertemuan antara Elia dan raja Ahab, di mana akhirnya terjadi kesepakatan untuk mengumpulkan seluruh umat Israel dan 450 orang nabi Baal di gunung Karmel.  Di sanalah Tuhan mendemonstrasikan kuasa-Nya melalui Elia:  450 orang nabi Baal dibasmi habis.  Melalui peristiwa ini umat Israel pun kembali bertobat!

"Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia."  Kisah 5:29

Thursday, December 22, 2016

MENJADI WANITA CAKAP

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Desember 2016

BacaAmsal 12:1-28

"Isteri yang cakap adalah mahkota suaminya, tetapi yang membuat malu adalah seperti penyakit yang membusukkan tulang suaminya."  Amsal 12:4

Tak bisa dipungkiri hal pertama yang membuat pria menaruh hati atau tertarik kepada wanita adalah apa yang terlihat secara kasat mata.  Ketika memilih wanita untuk menjadi kekasih atau pasangan seringkali yang diperhatikan pria adalah fisik atau kecantikan luarnya.  Namun karena hanya terpaku dan memperhatikan penampilan fisik semata banyak pria terkecoh dan salah memilih pasangan, sehingga akhirnya mereka pun harus membayar harga seumur hidupnya, sebab ternyata kecantikan fisik tidak bisa menjamin langgengnya hubungan;  ternyata memperbaiki karakter  (inner beauty)  dalam diri wanita itu jauh lebih sulit daripada memoles kecantikan secara fisik.  Bagi wanita memiliki kecantikan fisik saja seharusnya tidaklah cukup, karena hal terpenting yang mesti ada dalam diri wanita adalah kualitas hidup yang sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.

     Arti kata cakap secara umum adalah sanggup melakukan sesuatu;  mempunyai kemampuan dan kepandaian mengerjakan sesuatu;  tangkas;  cekatan  (tidak lamban).  Kecakapan seseorang akan terlihat dari perilaku hidup sehari-hari kita, termasuk dalam hal membangun hubungan dengan orang lain.  Apalah artinya punya kecantikan setinggi langit jika ia tidak cakap dalam segala hal.  Wanita yang cakap pasti akan tercermin dari attitude-nya!  Ini berbicara tentang karakter atau moral yang baik, seperti yang dimiliki Rut, yang sekalipun berasal dari bangsa Moab  (kafir)  namun memiliki kualitas hidup yang mampu menjadi kesaksian bagi orang lain, sehingga masyarakat Betlehem pun mengakui dan mengenal Rut sebagai wanita yang baik.  "...sebab setiap orang dalam kota kami tahu, bahwa engkau seorang perempuan baik-baik."  (Rut 3:11).

     Wanita cakap adalah wanita yang baik.  Artinya ia bisa menjadi kesaksian yang baik bagi orang lain dalam perkataan dan perbuatan.  Yang menjadi ukuran adalah dari apa kata orang kebanyakan, bukan dari apa menurut diri sendiri.  Wanita cakap adalah wanita yang bukan sekedar bisa berdandan, bukan pemalas, tapi seorang yang rajin dan mampu menjalankan perannya dengan baik.

"Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata."  Amsal 31:10

Wednesday, December 21, 2016

ORANG PERCAYA SEBAGAI UMAT PILIHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Desember 2016

BacaMazmur 33:1-22

"Berbahagialah bangsa, yang Allahnya ialah TUHAN, suku bangsa yang dipilih-Nya menjadi milik-Nya sendiri!"  Mazmur 33:12

Bangsa Israel adalah bangsa pilihan Tuhan seperti tertulis:  "Sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu; engkaulah yang dipilih oleh TUHAN, Allahmu, dari segala bangsa di atas muka bumi untuk menjadi umat kesayangan-Nya. Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa manapun juga, maka hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih kamu--bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa? --tetapi karena TUHAN mengasihi kamu dan memegang sumpah-Nya yang telah diikrarkan-Nya kepada nenek moyangmu, maka TUHAN telah membawa kamu keluar dengan tangan yang kuat dan menebus engkau dari rumah perbudakan, dari tangan Firaun, raja Mesir."  (Ulangan 7:6-8).  Karena itu mereka mendapatkan perlakuan secara istimewa dari Tuhan.

     Ketika tulah menimpa negeri Mesir umat Israel luput dari tulah tersebut.  Tuhan pun mengutus Musa untuk memimpin bangsa ini keluar dari perbudakan di Mesir dengan tanda-tanda mujizat menyertai di sepanjang perjalanan di padang gurun.  Tujuan Tuhan memperlakukan mereka secara khusus adalah supaya mereka menjadi kesaksian hidup tentang kuasa dan kedahsyatan Tuhan, sehingga bangsa-bangsa lain datang menyembah kepada Tuhannya bangsa Israel.  Fakta menunjukkan, walau secara kuantitatif bangsa ini relatif kecil, namun mereka memiliki pengaruh cukup besar bagi perkembangan dunia sampai jaman modern ini.  Bukan kebetulan pula jika letak geografis bangsa Israel berada di pusat bumi  (baca  Yehezkiel 38:12).  Kita ini adalah  'Israel-Israel'  rohani yang telah dipanggil dari dunia supaya menjadi umat kepunyaan-Nya yang kudus.  "Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:"  (1 Petrus 2:9).

     Supaya mendapatkan perlakuan istimewa dari Tuhan dan dipandang berharga di mata-Nya kita harus  "...menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia."  (2 Timotius 2:21-22).

Umat pilihan Tuhan harus memiliki kehidupan yang berbeda dari orang dunia!

Tuesday, December 20, 2016

KARENA IMAN, KUSTA PUN TAHIRLAH!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Desember 2016

BacaMatius 8:1-4

"'Aku mau, jadilah engkau tahir.' Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya."  Matius 8:3

Orang sakit adalah orang yang kemerdekaannya terbelenggu oleh sakit-penyakit yang dideritanya.  Ini dialami oleh orang yang menderita sakit kusta.  Pada zaman itu kusta adalah jenis penyakit yang sangat mengerikan karena tidak ada obat penangkalnya, dan tidak ada dokter atau tabib yang mampu menyembuhkannya sehingga banyak orang beranggapan bahwa penderita kusta adalah orang yang menerima kutukan dari Tuhan.

     Selain mengalami penderitaan fisik penderita kusta juga sangat menderita secara batiniah, karena mereka tidak diperkenankan berada dalam satu kemah dengan orang lain.  Dengan kata lain mereka dikucilkan atau diasingkan oleh lingkungan atau orang-orang di sekitar.  "Orang yang sakit kusta harus berpakaian yang cabik-cabik, rambutnya terurai dan lagi ia harus menutupi mukanya sambil berseru-seru: Najis! Najis! Selama ia kena penyakit itu, ia tetap najis; memang ia najis; ia harus tinggal terasing, di luar perkemahan itulah tempat kediamannya."  (Imamat 13:45-46).  Adalah hal yang lazim kala itu bila orang berpapasan dengan orang kusta akan berusaha melemparinya dengan batu sampai mati.  Namun meski dihadapkan pada tekanan hidup yang berat orang kusta yang tidak disebutkan namanya pada kisah di atas memiliki semangat hidup yang luar biasa.  Ia tidak berputus asa dalam menjalani hidupnya sampai akhirnya waktu itu tiba, yaitu bertemu dengan Tuhan Yesus.  Kesempatan ini pun tak disia-siakannya karena ia tahu benar siapa Yesus itu.  "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku."  (Matius 8:2).  Perkataan ini mengandung makna orang kusta ini memiliki iman yang besar bahwa Yesus sanggup mentahirkan sakitnya.  Iman inilah yang menggerakkan hati Tuhan Yesus untuk bertindak dan menyatakan belas kasih-Nya,  "Aku mau, jadilah engkau tahir.", dan seketika itu tahirlah orang itu dari pada kustanya.  Tahir artinya bersih, suci, murni.

     Pergumulan apa yang Saudara alami saat ini?  Masalah sakit-penyakit, krisis keuangan, gagal dalam rumah tangga, gagal dalam usaha atau studi?  Jangan sekali-kali Saudara mencari pertolongan kepada yang lain selain hanya kepada Tuhan Yesus.  Pertanyaannya:  "...adakah Ia mendapati iman di bumi?"  (Lukas 18:8).

Milikilah iman percaya bahwa bagi Tuhan tidak ada perkara yang mustahil!

Monday, December 19, 2016

KEMENANGAN ORANG YANG DIURAPI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Desember 2016

BacaMazmur 20:1-9

"Sekarang aku tahu, bahwa TUHAN memberi kemenangan kepada orang yang diurapi-Nya dan menjawabnya dari sorga-Nya yang kudus dengan kemenangan yang gilang-gemilang oleh tangan kanan-Nya."  Mazmur 20:7

Istilah urapan di Perjanjian Lama selalu berkaitan dengan fungsi dan jabatan yang dipercayakan Tuhan kepada orang-orang tertentu.  Dalam budaya bangsa Israel yang biasanya diurapi adalah raja, imam dan nabi.  Urapan adalah karya Roh Tuhan dalam hidup seseorang yang merupakan impartasi atau pemberian kuasa Ilahi pada orang-orang tertentu untuk melakukan pekerjaan Tuhan.  Diurapi artinya dipilih oleh Tuhan dan diperlengkapi dengan kuasa-Nya untuk melakukan kehendak dan rencana-Nya.

     Berdasarkan fungsinya ada beberapa jenis urapan:  -The Annointing Upon, yaitu pengurapan yang memampukan kita untuk melakukan tugas pelayanan sesuai dengan karunia yang Tuhan berikan.  -The Annointing Within, yaitu kuasa yang bekerja di dalam kita sehingga kita beroleh kemampuan untuk melakukan kehendak Tuhan sehingga kita memiliki karakter semakin serupa dengan Kristus.  "Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya,"  (Roma 8:29).  Kunci untuk mengalami urapan Tuhan:  menjauhkan diri dari segala bentuk kecemaran  (hidup benar), punya kerendahan hati dan rasa haus dan lapar akan perkara rohani  (bergaul karib dengan Tuhan)  seperti Elisa yang merindukan urapan double portion  (baca  1 Raja-Raja 2:9-10), tanda bahwa ia sangat merindukan perkara-perkara rohani lebih dari apa pun.   

     Pemazmur menyatakan bahwa hidup diurapi Tuhan adalah hdiup yang berkemenangan  (ayat nas).  Bukan berarti kita bebas dari masalah atau tantangan, tetapi selalu ada pertolongan dari Tuhan karena Tuhan di pihak kita, sehingga kita dapat berkata:  "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku."  (Filipi 4:13).  Badai hidup bisa saja melanda dalam hidup, namun semua itu takkan mampu menggoyahkan karena tangan Tuhan selalu menopangnya.  Hidup diurapi Tuhan adalah hidup yang melihat dan mengalami jawaban doa  (ayat nas):  "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya."  (Yakobus 5:16b).

Orang yang diurapi Tuhan hidup dalam kemenangan dan doanya dijawab!

Sunday, December 18, 2016

BAGAIMANA TUHAN MEMPERLAKUKAN KITA?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Desember 2016

BacaMazmur 18:21-30

"TUHAN memperlakukan aku sesuai dengan kebenaranku, Ia membalas kepadaku sesuai dengan kesucian tanganku,"  Mazmur 18:21

Kalau kita menyadari betapa Tuhan begitu memperhatikan dan mengasihi kita sedemikian rupa, bahkan Ia sampai rela mengorbankan nyawa-Nya untuk menebus dosa-dosa kita, seharusnya kita pun meresponsnya dengan sikap dan perbuatan yang menyenangkan hati Tuhan.  Dari pihak Tuhan, Tuhan selalu memperlakukan kita dengan sangat baik dan selalu memberikan yang terbaik;  bagaimana dari pihak kita?  Kita justru seringkali menyakiti hati Tuhan, baik dalam perkataan maupun perbuatan, serta memperlakukan Dia dengan tidak sepantasnya.  Seharusnya kita berkata seperti yang pemazmur katakan:  "Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku?"  (Mazmur 116:12).

     Dengan apakah kita membalas apa yang sudah Tuhan perbuat bagi kita?  Melalui ketaatan kita melakukan firman-Nya.  Ada orang berkata,  "Jangan sok suci, seperti mau jadi pendeta saja?  Tidak perlu taat-taat mat, rugi lho...mumpung masih hidup di dunia ini, kapan lagi bisa memuaskan keinginan daging?"  Jangan pernah termakan oleh hasutan Iblis yang berusaha menghalangi kita untuk hidup taat.  Tidak ada kata rugi atau sia-sia untuk setiap ketaatan atau jerih payah kita kepada Tuhan  (baca  1 Korintus 15:58), di mana  "Dalam tiap jerih payah ada keuntungan,"  (Amsal 14:23).  Justru rugi besar kalau kita tidak mau taat kepada Tuhan, sebab Tuhan akan memberikan upah-Nya untuk setiap harga yang telah kita bayar.

     Janji-janji Tuhan pasti akan digenapi dalam hidup ini, sebab  "Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela, terhadap orang yang suci Engkau berlaku suci,"  (Mazmur 18:26-27).  Semakin kita hidup menurut kehendak Tuhan semakin Dia menjaga kita dan melindungi kita dari segala yang jahat, serta mencurahkan berkat-Nya.  Sebaliknya kalau kita sendiri tidak mau taat kepada Tuhan jangan pernah berharap mengalami penggenapan janji Tuhan.

"Mata TUHAN tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong;"  Mazmur 34:16

Saturday, December 17, 2016

ORANG FASIK: Takkan Bertahan Lama

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Desember 2016

BacaMazmur 10:1-18

"Kata orang fasik itu dengan batang hidungnya ke atas: 'Allah tidak akan menuntut! Tidak ada Allah!', itulah seluruh pikirannya."  Mazmur 10:4

Dalam kehidupan sehari-hari kita jarang sekali mendengar kata  'fasik'  atau orang  'fasik'.  Yang familiar di telinga kita adalah istilah orang  'jahat'.  Tetapi kata  'fasik'  ini justru banyak sekali disebutkan di Alkitab, namun masih banyak orang Kristen yang kurang memahami arti dan maksudnya.  Orang fasik adalah orang-orang yang seringkali mengalami penghukuman dari Tuhan.  Mengapa?  Karena mereka sesungguhnya telah mengenal Tuhan, tahu firman-Nya tetapi tidak mau melakukan firman tersebut;  bukti bahwa mereka meremehkan keberadaan Tuhan, tidak menganggap bahwa Tuhan itu ada.

      Menurut pemazmur ada beberapa ciri dari orang fasik:  1.  Suka sekali memuji-muji diri sendiri  (ayat 3).  Orang fasik adalah orang yang merasa dirinya paling benar, paling baik dan paling suci.  Intinya semua hal berpusat pada dirinya sendiri!  Meski tahu tentang Tuhan tetapi sebenarnya yang menjadi  'tuhan'  dalam hidupnya dan yang dia sembah adalah dirinya sendiri.  Hal ini jelas bertentangan dengan iman Kristiani yang mengajarkan bahwa yang terutama dalam hidup ini adalah kehendak Tuhan, bukan kehendak sendiri.  2.  Tidak takut akan Tuhan  (ayat nas).  Inilah ciri utama orang yang berlaku fasik yaitu tidak takut akan Tuhan, padahal dia tahu tentang Tuhan, tahu tentang kebenaran, namun sengaja tidak mau taat.  Tuhan tidak pernah dianggap sehingga melakukan dosa adalah hal yang biasa, karena mereka merasa bisa hidup tanpa Tuhan;  dan mereka juga berpikiran bahwa tidak ada dampak apa-apa untuk setiap pelanggaran.  "Aku takkan goyang. Aku tidak akan ditimpa malapetaka turun-temurun."  (ayat 6).  Benarkah demikian?  "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya."  (Galatia 6:7).

     Orang percaya diperingatkan untuk tidak iri hati terhadap orang fasik, yang sepertinya tampak mulus-mulus saja perjalanan hidupnya, padahal sesungguhnya tidak demikian... karena kebahagiaan orang fasik itu semu!  Pada saatnya Tuhan akan bertindak untuk melakukan pembalasan!  "...orang-orang fasik akan binasa;"  (Mazmur 37:20).

"Karena sedikit waktu lagi, maka lenyaplah orang fasik; jika engkau memperhatikan tempatnya, maka ia sudah tidak ada lagi."  Mazmur 37:10

Friday, December 16, 2016

RENDAH HATI: Kualitas Hidup Pengikut Kristus

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Desember 2016

BacaAmsal 29:1-27

"Keangkuhan merendahkan orang, tetapi orang yang rendah hati, menerima pujian."  Amsal 29:23

Lawan kesombongan adalah kerendahan hati!  Rendah hati adalah kualitas yang seharusnya ada dalam diri orang percaya, terlebih bagi pemimpin rohani.  Sering dijumpai banyak pemimpin rohani tidak memberikan teladan kerendahan hati.  Merasa sudah menjadi pelayan Tuhan atau pemimpin rohani mereka pun gila hormat, sehingga di mana pun berada selalu membusungkan dada dan harus dihormati!

     Perhatikan nasihat Rasul Paulus ini!  "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia."  (Filipi 2:5-7).  Kita seharusnya malu pada diri sendiri jika berani meninggikan diri dan tidak bisa rendah hati!  Tuhan Yesus saja yang adalah Tuhan dan Raja telah memberikan teladan dan mempraktekkan apa artinya kerendahan hati.  Kerendahan hati dalam diri seseorang akan tampak nyata ketika ia rela mengesampingkan kepentingan diri sendiri, dan menempatkan orang lain di tempat yang lebih utama.  Orang yang rendah hati tidak akan berhenti mengasihi hanya karena kasihnya tak terbalaskan.  Orang yang rendah hati selalu menyadari kelemahan, kekurangan dan keterbatasannya, dan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan lebih dari pada kekuatan sendiri.

     Di zaman yang dipenuhi dengan persaingan yang tidak sehat ini kerendahan hati dianggap sebagai kelemahan mental dan ketidakmampuan untuk bersaing, akibatnya semua orang didorong untuk mempertahankan egonya, fokus pada diri sendiri tanpa memperdulikan keberadaan orang lain.  Prinsip Alkitab mengajarkan:  "...hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga."  (Filipi 2:3b-4).

"Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan."  Amsal 22:4

Thursday, December 15, 2016

SOMBONG: Langkah Menuju Kehancuran

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Desember 2016

Baca2 Tawarikh 26:1-23

"Setelah ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang merusak."  2 Tawarikh 26:16a

Ketika segala sesuatu berjalan dengan baik dan lancar, ketika Tuhan membawa kehidupan semakin naik dan berada di puncak kesuksesan, memegang jabatan penting di perusahaan atau kantor, menjadi  OKB  (orang kaya baru), serta diberkati secara berkelimpahan, biasanya orang memiliki kecenderungan untuk meninggikan diri, menganggap diri lebih daripada yang lain dan akhirnya terperangkap dalam dosa kesombongan.  Berhati-hatilah!  Sebab ada banyak contoh di Alkitab tentang orang-orang yang mengalami kejatuhan dikarenakan berlaku sombong.

     Salah satunya adalah raja Uzia yang menjabat sebagai raja atas Yehuda ketika masih berumur 16 tahun.  Di awal pemerintahannya  "Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, tepat seperti yang dilakukan Amazia, ayahnya. Ia mencari Allah selama hidup Zakharia, yang mengajarnya supaya takut akan Allah. Dan selama ia mencari TUHAN, Allah membuat segala usahanya berhasil."  (ayat 4-5).  Karena memiliki hati yang takut akan Tuhan, Tuhan pun membuat berhasil apa saja yang diperbuat Uzia.  Di bawah kepemimpinan Uzia ini bangsa Yehuda mengalami kemajuan di berbagai sektor kehidupan, seperti pertanian dan juga peternakan yang berkembang begitu pesat.  Bukan hanya itu, bangsa ini pun memiliki angkatan bersenjata yang mumpuni sehingga nama Uzia semakin termashyur sampai ke Mesir karena kekuatannya yang besar  (ayat 8).  Uzia benar-benar telah berada di puncak kesuksesan!  Sayang, ia menjadi lupa diri:  lupa akan kebaikan dan campur tangan Tuhan, bahkan  "Ia berubah setia kepada TUHAN, Allahnya (melanggar - Red.), dan memasuki bait TUHAN untuk membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan."  (ayat 16b).  Padahal membakar ukupan di atas mezbah adalah tugas para imam keturunan Harun.  Ketika ditegur dan diperingatkan ia pun menjadi sangat marah.  Ini menunjukkan bahwa Uzia tidak lagi menghormati Tuhan!

     Karena kesombongannya Uzia harus menuai akibat:  "...sakit kusta sampai kepada hari matinya, dan sebagai orang yang sakit kusta ia tinggal dalam sebuah rumah pengasingan, karena ia dikucilkan dari rumah TUHAN."  (ayat 21).

Saat seseorang berlaku sombong, saat itulah ia sedang berjalan menuju kehancuran!

Wednesday, December 14, 2016

SOMBONG: Dosa Yang Mudah Dilakukan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Desember 2016

BacaAmsal 30:29-33

"Bila engkau menyombongkan diri tanpa atau dengan berpikir, tekapkanlah tangan pada mulut!"  Amsal 30:32

Berlaku sombong adalah tindakan yang paling mudah dilakukan orang karena bisa dilakukan di mana pun dan kapan pun, dengan hanya bermodalkan ucapan.  Itulah sebabnya orang menganggap kesombongan perkara sepele, tidak termasuk dosa.  Benarkah demikian?  "Mata yang congkak dan hati yang sombong, yang menjadi pelita orang fasik, adalah dosa."  (Amsal 21:4).  Kesombongan adalah salah satu perkara yang sangat dibenci Tuhan  (baca  Amsal 6:16-19).  Tuhan sangat menentang orang-orang sombong!

     Kesombongan adalah dosa yang kurang disadari oleh banyak orang, termasuk orang Kristen, padahal dosa ini mengantarkan si pelaku kepada kehancuran.  Ada banyak kasus terjadi di mana hamba Tuhan terkenal akhirnya mengalami kegagalan dalam pelayanan oleh karena jatuh dalam dosa kesombongan, nama baik menjadi tercemar dan reputasinya pun menjadi hancur berkeping-keping.  Ciri-ciri orang yang berlaku sombong adalah:  merasa diri hebat, paling benar dan patut dihormati.  Orang yang berlaku demikian memiliki kecenderungan untuk merendahkan orang lain.  Sadar atau tidak kesombongan akan terus membawa orang kepada dosa-dosa yang lain.  Itulah sebabnya orang yang sombong akan mudah sekali marah atau tersinggung apabila keberadaannya kurang dianggap.  Karena itulah orang yang sombong sangat suka dipuji dan dihormati  (gila hormat).  Karena merasa diri hebat dan benar orang yang sombong juga cenderung tidak mau menerima teguran atau kritikan dari orang lain.

     Sepatutnyakah kita berlaku sombong?  Bukankah di dalam kita ada banyak kelemahan dan kekurangan, dan kita pun tak luput dari kesalahan?  Kalau pun di satu sisi kita punya kelebihan, di sisi lain kita pasti punya kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki.  Jika sampai hari ini kita ada sebagaimana kita ada sekarang semua itu hanya karena anugerah-Nya semata, Tuhanlah yang bekerja dalam hidup kita, bukan karena kuat dan gagah kita!

"Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan; dan hanya TUHAN sajalah yang maha tinggi pada hari itu."  Yesaya 2:11

Tuesday, December 13, 2016

SIMSON: Jatuh Karena Tabiatnya

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Desember 2016

BacaHakim-Hakim 16:23-31

"Berkatalah Simson: 'Biarlah kiranya aku mati bersama-sama orang Filistin ini.'"  Hakim-Hakim 16:30a

Zaman hakim-hakim adalah zaman di mana tidak ada seorang pun yang memiliki wibawa sebesar Musa dan Yosua.  Saat itu orang-orang Israel hidup terpencar di berbagai penjuru tanah Kanaan sehingga secara formal mereka tidak memiliki pemimpin, yang ada adalah pemimpin informal yang dikenal sebagai hakim.  Pada masa Simson menjadi hakim kehidupan bangsa Israel sedang dalam bahaya besar karena sedang ditindas oleh orang Amon dari sebelah timur dan ditekan oleh orang Filistin di bagian barat.

     Yang disesalkan, sebagai nazir Tuhan kekuatan atau keperkasaan diri Simson ternyata tidak diimbangi dengan tabiat yang baik.  Bukankah ada banyak orang Kristen yang sudah terlibat dalam pelayanan atau menjadi seorang hamba Tuhan masih menjalani hidup sebagai  'manusia lama'  dengan karakter duniawi?  Sehingga hidupnya tidak bisa menjadi kesaksian, malah menjadi batu sandungan bagi orang lain.  Kelemahan yang paling menonjol dalam diri Simson adalah kurangnya penguasaan diri, terutama dalam hal keinginan daging atau hawa nafsu kedagingan.  Keinginan mata dan seks adalah titik lemah Simson, sehingga setiap kali bertemu dengan wanita cantik hasrat untuk memilikinya begitu besar, bahkan ia pernah jatuh dalam pelukan seorang pelacur  (baca  Hakim-Hakim 16:1).  Tidak lama berselang ia pun jatuh cinta pada perempuan dari lembah Sorek yang bernama Delila, dialah yang menyebabkan kehidupan Simson menjadi hancur dan berakhir dengan tragis.

     Simson tidak belajar dari pengalaman, masih saja melakukan kesalahan-kesalahan yang sama yaitu jatuh dalam dosa dengan perempuan.  Akhirnya dalam keadaan buta dan terbelenggu barulah Simson menyadari kesalahan yang telah diperbuatnya, namun Tuhan telah meninggalkan dia.  Berserulah Simson,  "Ya Tuhan ALLAH, ingatlah kiranya kepadaku dan buatlah aku kuat, sekali ini saja, ya Allah, supaya dengan satu pembalasan juga kubalaskan kedua mataku itu kepada orang Filistin."  (Hakim-Hakim 16:28).

Karena tidak mampu mempertahankan kesucian hidup sebagai nazir Tuhan Simson harus menanggung konsekuensinya, yaitu kehilangan kekuatan yang dikaruniakan Tuhan kepadanya dan Roh Tuhan pun meninggalkannya!

Monday, December 12, 2016

SIMSON: Kuat Karena Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Desember 2016

BacaHakim-Hakim 13:1-24

"Lalu perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki dan memberi nama Simson kepadanya. Anak itu menjadi besar dan TUHAN memberkati dia."  Hakim-Hakim 13:24

Simson adalah salah satu dari 12 hakim yang diangkat resmi oleh Tuhan untuk memimpin bangsa Israel.  Ada pun nama Simson dalam bahasa Ibrani berarti matahari atau bersinar.  Ia lahir dari keluarga Manoah, suku Dan yang tinggal di Zora.  Kehadiran Simson di tengah-tengah keluarga Manoah merupakan mujizat dari Tuhan karena dilahirkan dari kandungan seorang ibu yang sudah lama mandul.  Teristimewa lagi, saat masih dalam kandungan Simson telah ditentukan oleh Tuhan untuk menjadi seorang nazir:  "...sejak dari kandungan ibunya sampai pada hari matinya, anak itu akan menjadi seorang nazir Allah."  (ayat 7), yang kelak akan menjadi penyelamat bangsa Israel dari tangan orang Filistin.  Nazir  (kata Ibrani)  berarti orang yang dikhususkan, orang yang dibaktikan, orang yang dipisahkan bagi Tuhan.

     Karena Tuhan sendiri yang memilih, Simson pun dilengkapi-Nya dengan kekuatan yang luar biasa.  Ada beberapa peristiwa penting yang menunjukkan betapa besar kekuatan yang dimiliki nazir Tuhan ini:  1.  Mampu mengalahkan singa muda dengan tangan kosong  (Hakim-Hakim 14:5-6).  Simson tidak hanya mengalahkan singa muda yang sedang kelaparan, ia bahkan mencabik-cabiknya tanpa senjata apa pun di tangan.  Ini bukan karena kekuatan dan kemampuannya sendiri, tapi Roh Tuhan berkuasa atas dirinya.  2.  Mampu mengalahkan seribu orang Filistin dengan rahang keledai  (Hakim-Hakim 15:14-16).  Ketika orang Filistin ingin membalas dendam atas perbuatan Simson yang membakar tumpukan gandum dan kebun-kebun zaitun milik mereka, maka Roh Kudus berkuasa atas diri Simson.  Hanya dengan tulang rahang keledai ditewaskannya seribu orang Filistin.  3.  Mampu mengangkat daun pintu gerbang kota  (Hakim-Hakim 16:3).

     Sebagai orang yang dipilih dan dikhususkan oleh Tuhan, setidaknya Simson memiliki tiga keistimewaan, yaitu kelahirannya sudah dinubuatkan terlebih dahulu oleh malaikat Tuhan, memiliki kekuatan yang extraordinary karena Roh Tuhan menyertainya, dan menjadi hakim atas umat Israel selama kurang lebih 20 tahun.

"Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam."  Zakharia 4:6

Sunday, December 11, 2016

SUKA MENGHAKIMI HAMBA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Desember 2016

BacaBilangan 16:1-35

"Sekarang cukuplah itu! Segenap umat itu adalah orang-orang kudus, dan TUHAN ada di tengah-tengah mereka. Mengapakah kamu meninggi-ninggikan diri di atas jemaah TUHAN?"  Bilangan 16:3

Korah, Datan dan Abiram adalah tiga orang terkemuka di antara umat Israel yang merasa iri hati dan cemburu terhadap Musa;  mereka mengajak 250 orang terkemuka di Israel untuk melakukan pemberontakan terhadap Musa dan Harun.  Mereka menuduh Musa serta Harun telah meninggikan diri sendiri di antara umat Israel  (ayat nas).  Korah dan para pengikutnya adalah orang-orang Lewi yang mengincar jabatan imam yang telah dianugerahkan kepada Harun.  Sedangkan Datan dan Abiram adalah orang Ruben, yang menolak panggilan Musa untuk datang menghadap dengan melontarkan tuduhan dan mencela kepemimpinan Musa atas bangsa Israel.

     Secara garis besar ada tiga alasan pemberontakan, menganggap Musa dan Harun melakukan ini:  telah mengangkat diri sendiri menjadi pemimpin Israel, memonopoli jabatan imam, gagal membawa umat Israel ke tanah perjanjian.  Namun meski dihadapkan pada tekanan dan situasi yang berat Musa tetap tenang dengan segala tuduhan kepadanya, karena ia tahu Tuhanlah yang telah memanggil dan menetapkannya sebagai pemimpin Israel, bukan kehendak dirinya.  "...aku diutus TUHAN untuk melakukan segala perbuatan ini, dan hal itu bukanlah dari hatiku sendiri: jika orang-orang ini nanti mati seperti matinya setiap manusia, dan mereka mengalami yang dialami setiap manusia, maka aku tidak diutus TUHAN. Tetapi, jika TUHAN akan menjadikan sesuatu yang belum pernah terjadi, dan tanah mengangakan mulutnya dan menelan mereka beserta segala kepunyaan mereka, sehingga mereka hidup-hidup turun ke dunia orang mati, maka kamu akan tahu, bahwa orang-orang ini telah menista TUHAN."  (Ayat 28-30).

     Apa terjadi?  Tiba-tiba terbelahlah tanah dan bumi membuka mulutnya, serta menelan mereka semua, sehingga mereka sekalian terkubur hidup-hidup di dalam bumi.  Bukti bahwa Tuhan membela orang-orang yang telah diurapi-Nya dan menghukum mereka yang mengusik hamba-Nya dan berlaku khianat.

Jangan menghakimi hamba Tuhan, karena Tuhan sendiri yang akan berperkara dengan mereka, sebab Tuhan adalah api yang menghanguskan  (baca  Ibrani 12:29).

Saturday, December 10, 2016

TELINGA YANG PEKA UNTUK MENDENGAR (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Desember 2016

BacaMazmur 81:1-17

"Dengarlah hai umat-Ku, Aku hendak memberi peringatan kepadamu; hai Israel, jika engkau mau mendengarkan Aku!"  Mazmur 81:9

Sering kita jumpai saat ibadah berlangsung tidak sedikit orang Kristen yang kurang memberikan perhatian yang sungguh-sungguh ketika mendengarkan firman Tuhan:  mendengarkan khotbah sambil bercanda, mengobrol, main gadget, ada pula yang justru tertidur.  Itulah sebabnya banyak yang tidak mengalami pertumbuhan rohani secara normal meski sudah bertahun-tahun mengikut Tuhan;  level kerohanian mereka tetap saja  'jalan di tempat', tetap Kristen kanak-kanak atau kerdil rohani.

     Di zaman sekarang ini kebanyakan orang hanya mau mendengarkan firman yang disukai saja, memilih-milih firman yang didengarnya.  Mendengar firman Tuhan yang sedikit keras orang mulai tersinggung dan marah, lalu tidak mau ke gereja lagi.  Kita tidak perlu heran akan hal ini karena Alkitab sudah menyatakan:  "Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng."  (2 Timotius 4:3-4).

     Kemanakah telinga kita lebih terarah?  Apakah kita cenderung mendengarkan suara-suara yang berasal dari dunia ini yang dipenuhi keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup?  Ataukah kita suka sekali mendengarkan bisikan-bisikan Iblis yang dipenuhi dusta, tipu muslihat dan kejahatan, dan yang tak pernah berhenti melemahkan iman dan mendakwa kita siang dan malam?  Mulai hari ini marilah kita membuat keputusan untuk mendengar suara Tuhan melalui firman-Nya, karena suara inilah yang mendatangkan iman dan kehidupan, yang di dalamnya terkandung kekuatan, kesembuhan dan keselamatan.  Suara Tuhan inilah yang akan menuntun kita kepada suatu kehidupan yang penuh kuasa dan berkemenangan setiap hari;  dan semakin kita menyendengkan telinga untuk mendengar suara Tuhan, perkataan dan perbuatan kita semakin dipengaruhi oleh firman-Nya sehingga kita pun akan mengalami terobosan demi terobosan.

"berkat, apabila kamu mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini;"  Ulangan 11:27

Friday, December 9, 2016

TELINGA YANG PEKA UNTUK MENDENGAR (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Desember 2016

BacaYesaya 55:1-5

"Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah, maka kamu akan hidup!..."  Yesaya 55:3

Telinga adalah salah satu bagian dari pancaindera manusia, berfungsi untuk menerima suara dari luar tubuh.  Mengapa Tuhan menciptakan manusia dengan sepasang telinga dan hanya satu mulut?  Supaya manusia lebih banyak mendengar tetapi sedikit berbicara.  Namun dalam kesehariannya orang lebih banyak berbicara tapi kurang memperhatikan dalam hal mendengar.  Alkitab jelas menyatakan bahwa  "Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran,"  (Amsal 10:19).  Karena itu telinga memiliki peranan yang sungguh teramat penting dalam perjalanan hidup orang percaya.

     Contoh di Perjanjian Lama adalah saat pentahbisan Harun dan anak-anaknya untuk menjadi imam.  Untuk menjadi seorang imam telinga mereka harus ditahirkan terlebih dahulu.  "Domba jantan itu disembelih, lalu Musa mengambil sedikit dari darahnya dan membubuhnya pada cuping telinga kanan Harun, pada ibu jari tangan kanan dan pada ibu jari kaki kanannya. Musa menyuruh anak-anak Harun mendekat, lalu membubuh sedikit dari darah itu pada cuping telinga kanan mereka, pada ibu jari tangan kanan dan pada ibu jari kaki kanan mereka, lalu Musa menyiramkan darah selebihnya pada mezbah sekelilingnya."  (Imamat 8:23-24).  Ada pun makna rohaninya adalah supaya mereka memiliki kepekaan dalam hal mendengar suara Tuhan, sehingga mereka dapat memahami dan membedakan apa yang menjadi kehendak Tuhan dan mana yang bukan.

     Di Perjanjian baru kita dapat belajar dari perumpamaan tentang penabur  (baca  Matius 13:1-23).  Dalam ke-4 kasus ini sesungguhnya benih yang ditaburkan adalah sama, tetapi yang membuat perbedaan bukan si penaburnya, tetapi pada tanahnya atau si pendengar.  Banyak orang datang ke gereja dan mereka mendengar firman Tuhan yang sama yang disampaikan oleh hamba Tuhan dari atas mimbar, tetapi hasilnya berbeda pada tiap-tiap orang.  Mengapa bisa demikian?  Karena mereka memiliki respons yang berbeda-beda, memfungsikan telinganya secara berbeda:  ada yang sungguh-sungguh mendengarkan firman tersebut, namun ada pula yang mendengarkan firman sambil lalu, masuk dari telinga kanan dan keluar dari telinga kiri.
(Bersambung)

Thursday, December 8, 2016

HATI DAN TELINGA SUDAH MENEBAL

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Desember 2016

BacaMatius 13:10-23

"Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup;"  Matius 13:15

Sejak zaman dahulu nabi Yesaya mengatakan banyak bangsa mengalami kebutaan dan tuli rohaninya.  Keadaan ini setali tiga uang dengan orang-orang di zaman Tuhan Yesus, tetap saja mengeraskan hati dan telinga mereka, enggan mendengar berita kebenaran.  Dengan menggunakan perumpamaan Tuhan Yesus menyinggung keadaan ini:  "...sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti."  (ayat 13).  Banyak bangsa yang secara terang-terangan menolak dan sangat antipati terhadap berita kebenaran  (Injil),  "Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa,"  (1 Korintus 1:18).

     Lebih menyedihkan lagi ada pula orang-orang yang mengaku diri sebagai Kristen, yang telah ditebus oleh darah Kristus dan di setiap ibadah mendengar berita tentang kebenaran, namun mereka tetap saja hidup dalam dosa, meski hal itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi;  pikirnya orang lain tidak akan pernah tahu apa yang diperbuatnya, padahal  "...tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab."  (Ibrani 4:13).  Jika kita terus melakukan dosa meski sudah mengenal kebenaran, kekristenan kita sia-sia.

     Rasul Petrus menulis:  "Sebab jika mereka, oleh pengenalan mereka akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, telah melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia, tetapi terlibat lagi di dalamnya, maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula. Karena itu bagi mereka adalah lebih baik, jika mereka tidak pernah mengenal Jalan Kebenaran dari pada mengenalnya, tetapi kemudian berbalik dari perintah kudus yang disampaikan kepada mereka. Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: 'Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.'"  (2 Petrus 2:10-22).  Orang yang telah mengenal jalan kebenaran tetapi kembali kepada kehidupan dosa sama artinya telah meremehkan pengorbanan Kristus.

Jangan mengeraskan hati, berhentilah berbuat dosa!

Wednesday, December 7, 2016

ANGGUR YANG BERBUAH MANIS ATAU MASAM

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Desember 2016

BacaYesaya 5:1-7

"Aku hendak menyanyikan nyanyian tentang kekasihku, nyanyian kekasihku tentang kebun anggurnya: Kekasihku itu mempunyai kebun anggur di lereng bukit yang subur."  Yesaya 5:1

Melalui perumpamaan ini Tuhan menggambarkan kebun anggur yang tampak subur dan indah dipandang mata.  Kebun itu dirawat-Nya sedemikian rupa:  dipupuk, dicangkul, dibuang batu-batunya.  Di tengah kebun itu dibangun menara jaga, dan anggur yang ditanam adalah anggur pilihan.  Pemiliknya berharap kebun anggur itu menghasilkan buah yang rasanya masam.

     Kebun anggur yang dimaksud adalah gambaran tentang umat Israel, bangsa pilihan Tuhan yang mendapatkan perlakuan secara khusus dan istimewa dari Tuhan.  Namun demikian mereka tidak menunjukkan kualitas hidup yang sesuai dengan harapan.  "...dinanti-Nya keadilan, tetapi hanya ada kelaliman, dinanti-Nya kebenaran tetapi hanya ada keonaran."  (ayat 7).  Mereka gagal menjadi apa yang Tuhan inginkan!  Walaupun telah mengecap kebaikan Tuhan dan mengalami berbagai mujizat yang luar biasa mereka tetap saja menjadi bangsa yang tegar tengkuk, bahkan tega menyakiti hati Tuhan dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari firman-Nya sehingga hal itu menimbulkan murka Tuhan.  "Aku akan menebang pagar durinya, sehingga kebun itu dimakan habis, dan melanda temboknya, sehingga kebun itu diinjak-injak; Aku akan membuatnya ditumbuhi semak-semak, tidak dirantingi dan tidak disiangi, sehingga tumbuh puteri malu dan rumput; Aku akan memerintahkan awan-awan, supaya jangan diturunkannya hujan ke atasnya."  (ayat 5-6).  Karena telah mengecewakan, Tuhan pun menghukum mereka, bukan karena Ia benci terhadap umat-Nya tetapi sebagai wujud kasih dan perhatian-Nya,  "karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."  (Ibrani 12:6).

     Supaya kebenaran orang percaya seperti kebun anggur yang subur dan produktif  (menghasilkan buah)  kita harus mau  'dibersihkan'  dan  'ditata'  oleh Tuhan.  Jangan mengeraskan hati dan hidup menyimpang dari kehendak Tuhan karena kita ini telah dipilih dan dikuduskan-Nya, bahkan telah ditebus dengan darah-Nya yang mahal.

"Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan."  Matius 3:8

Tuesday, December 6, 2016

MUJIZAT MELALUI PERANTARAAN HAMBA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Desember 2016

Baca2 Raja-Raja 4:1-7

"Lalu berkatalah Elisa: 'Pergilah, mintalah bejana-bejana dari luar, dari pada segala tetanggamu, bejana-bejana kosong, tetapi jangan terlalu sedikit.'"  2 Raja-Raja 4:3

Dikisahkan ada seorang janda nabi yang sedang dalam kesukaran besar.  Suaminya meninggal dunia meninggalkan utang begitu banyak sehingga wanita ini tidak sanggup melunasinya.  Tidak ada warisan harta selain dua anak laki-laki yang masih belia.

     Syukurlah di tengah impitan ekonomi ini perempuan tersebut tidak putus asa atau frustasi, ia masih memiliki iman.  Terbukti ia datang kepada nabi Elisa untuk mencari pertolongan Tuhan.  Dengan kata lain ia datang ke alamat yang tepat, bukan mencari pertolongan kepada dukun, orang pintar atau mencari jalan pintas.  Tanya Elisa,  "'Apakah yang dapat kuperbuat bagimu? Beritahukanlah kepadaku apa-apa yang kaupunya di rumah.' Berkatalah perempuan itu: 'Hambamu ini tidak punya sesuatu apapun di rumah, kecuali sebuah buli-buli berisi minyak.'"  (ayat 2).  Kemudian Elisa memberikan perintah kepada perempuan itu untuk meminjam bejana-bejana kosong dari semua tetangganya, sebanyak mungkin, lalu membawanya masuk ke dalam rumah, menutup pintu dan menuangkan minyak itu ke dalam bejana-bejana itu sampai penuh.  Perkataan Elisa itu kedengarannya sangat aneh dan tidak masuk akal sama sekali.  Bagaimana mungkin minyak yang sedikit itu bisa memenuhi bejana-bejana kosong itu?  Tetapi perempuan itu percaya firman Tuhan yang telah disampaikan melalui nabi Elisa dan melakukan apa yang diperintahkan!  Mujizat pun terjadi:  minyak yang dituangkan itu tidak habis, mengalir terus hingga semua bejana itu menjadi penuh.

     Mujizat adalah perbuatan atau kenyataan ajaib yang Tuhan kerjakan untuk membuktikan bahwa Ia hidup dan berkuasa, suatu manifestasi kehendak Tuhan dalam keadaan tertentu untuk menggenapi firman-Nya.  Dalam kisah ini Tuhan menyatakan mujizat yang dikehendaki-Nya dengan perantaraan hamba-Nya.  Mujizat ini terjadi oleh karena doa dan tindakan iman yaitu menaati atau melakukan apa yang Tuhan firmankan.  Tidak ada mujizat yang terjadi atas kehendak manusia sendiri, semua itu adalah pekerjaan Tuhan semata-mata untuk membuktikan kebenaran firman-Nya.

Iman dan ketaatan melakukan firman Tuhan adalah kunci mengalami mujizat Tuhan!

Monday, December 5, 2016

MELAKUKAN KEHENDAK TUHAN: Menikmati Janji Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Desember 2016

BacaMatius 12:46-50

"Sebab siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku."  Matius 12:50

Tuhan Yesus mengatakan bahwa siapa pun yang sering melakukan kehendak Bapa akan menjadi bagian keluarga Kerajaan Sorga.  Bukan hanya itu... apa saja yang diminta akan diperolehnya.  "dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya."  (1 Yohanes 3:22).  Kunci mengalami penggenapan janji Tuhan adalah tekun melakukan kehendak Tuhan,   "Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu." (Ibrani 10:36).

     Ketekunan berbicara tentang proses waktu yang tidak singkat:  secara konsisten melakukan apa yang Tuhan kehendaki yang di dalamnya terkandung unsur sabar, setia, berjaga-jaga dan tetap menanti-nantikan Tuhan.  "...Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia."  (Ibrani 9:28).  Oleh karena itu kita harus berani mengadakan pemisahan hidup dengan dunia, bersikap tegas untuk tidak berkompromi dengan segala hal yang sifatnya duniawi.  "Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu."  (2 Korintus 6:17).

     Memisahkan diri dari dunia bukan berarti menjauhi atau mengadakan permusuhan dengan orang-orang yang bukan pengikut Kristus, tetapi kita memisahkan diri dari cara hidup dunia yang menyimpang dari kebenaran firman Tuhan.  Masih banyak orang percaya yang enggan memisahkan diri dari dunia, hatinya mendua, yaitu mengikut Tuhan dan tetap menjalin  'persahabatan'  dengan dunia.  Padahal Alkitab dengan tegas menyatakan,  "Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah."  (Yakobus 4:4).

 "Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya."  1 Yohanes 2:17

Sunday, December 4, 2016

MELAKUKAN KEHENDAK TUHAN: Berhak Masuk Sorga (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Desember 2016

BacaMatius 7:15-23

"Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"  Matius 7:23

Menjadi Kristen bukan jaminan masuk Sorga, apalagi syarat-syarat yang diminta Tuhan tak dipenuhi.  Untuk dapat masuk ke dalam kerajaan-Nya kita harus melakukan kehendak bapa, tidak cukup hanya rajin ke gereja atau sibuk pelayanan, atau dengan seruan kepada Tuhan saja.  "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga."  (ayat 21).  Melakukan kehendak Tuhan kunci utama masuk Kerajaan Sorga.

     Mengapa kita harus melakukan kehendak Tuhan?  Karena Tuhan Yesus sendiri telah memberikan teladan hidup bagaimana Ia menempatkan kehendak Bapa sebagai yang utama dalam hidup-Nya.  Alkitab menyatakan bahwa bagi Tuhan Yesus makanan-Nya adalah melakukan kehendak Bapa yang mengutus Dia  (baca  Yohanes 4:34).  Ini menunjukkan bahwa kehendak Bapa bagi Yesus adalah sesuatu yang sangat menyenangkan dan terasa nikmat, sama seperti orang yang suka dan menikmati menu makanannya.  Namun banyak orang menganggap bahwa melakukan kehendak Tuhan adalah sesuatu yang berat dan sangat menyiksa;  ini benar bila kita melakukannya dalam keadaan terpaksa atau menjadikan itu sebagai suatu beban.  Berbeda bila kita memiliki pengenalan yang benar akan Tuhan dan mengasihi-Nya dengan sungguh, kita pasti dapat berkata seperti pemazmur katakan,  "...perintah-perintah-Mu menjadi kesukaanku."  (Mazmur 119:143), karena itu  "...aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku."  (Mazmur 40:9).

     Tanda orang mengasihi Tuhan adalah menuruti perintah-Nya.  "Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat,"  (1 Yohanes 5:3).  Orang yang tahu bahwa ada berkat-berkat luar biasa yang Tuhan sediakan bagi orang-orang yang taat pasti akan melakukan kehendak Tuhan dengan sukacita.

Berkat terbesar bagi orang yang taat melakukan kehendak Tuhan adalah masuk ke dalam Kerjaan Sorga.

Saturday, December 3, 2016

WASPADA TERHADAP NABI PALSU

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Desember 2016

BacaMatius 7:15-23

"Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas."  Matius 7:15

Semua orang percaya tahu dan sadar bahwa hari-hari ini adalah hari yang sangat jahat, seperti peringatan rasul Paulus,  "...perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif,"  (Efesus 5:15).  Tanda-tanda zaman sangat jelas menunjukkan kedatangan Tuhan sangat dekat, salah satunya banyak bermunculan nabi-nabi palsu yang seringkali menyatakan aneka macam nubuatan yang bertujuan mengacaukan dan meresahkan jemaat.  "Tetapi siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia, ia membangun, menasihati dan menghibur."  (1 Korintus 14:3).  Kalau nubuatan menyimpang dari kebenaran, nubuatan tersebut patut diwaspadai!

     Hananya  adalah seorang nabi, tetapi ia adalah nabi palsu.  Umat Israel tidak mengetahuinya karena nubuatan yang disampaikan Hananya itu tampak baik dan benar.  "Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Aku telah mematahkan kuk raja Babel itu. Dalam dua tahun ini Aku akan mengembalikan ke tempat ini segala perkakas rumah TUHAN yang telah diambil dari tempat ini oleh Nebukadnezar, raja Babel, dan yang diangkutnya ke Babel...demikianlah firman TUHAN! Sungguh, Aku akan mematahkan kuk raja Babel itu!"  (Yeremia 28:2-4).  Hananya berani berkata,  "Beginilah firman TUHAN"  Tetapi nabi Yeremia yang mempunyai karunia membedakan roh mengetahui bahwa nubuatan yang disampaikan oleh Hananya itu palsu.

     Karunia membedakan roh adalah kesanggupan Ilahi yang Roh Tuhan berikan kepada seseorang untuk dapat membedakan dan mengenal suatu gejala atau kenyataan rohani, apakah itu berasal dari Tuhan, dari Iblis atau dari manusia.  "Dengarkanlah, hai Hananya! TUHAN tidak mengutus engkau, tetapi engkau telah membuat bangsa ini percaya kepada dusta."  (Yeremia 28:15), maka  "...matilah nabi Hananya dalam tahun itu juga,"  (Yeremia 28:17).  Setiap nubuatan harus diuji dengan kebenaran Injil, karena itu kita harus tekun membaca dan merenungkan firman Tuhan;  jika tidak, bagaimana kita tahu bahwa nubutan itu palsu atau tidak?

"...janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah;"  1 Yohanes 4:1

Friday, December 2, 2016

TAK PERNAH BERHENTI BERJUANG (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Desember 2016 

Baca2 Korintus 10:1-11

"Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi,"  2 Korintus 10:3

Kesukaran dan penderitaan adalah bagian hidup manusia, Musa pun mengakuinya.  Namun ia justru menyebutnya sebagai suatu kebanggaan  (baca  Mazmur 90:10), karena pengalaman hidup yang penuh proses seperti itu dapat menjadikannya kuat.  Adalah suatu kebanggaan ketika orang dapat bertahan atau mampu melewati setiap kesukaran dan penderitaan yang dialami.  Musa telah membuktikan betapa berat proses yang dijalaninya ketika harus memimpin umat Israel yang tegar tengkuk itu selama 40 tahun.  Seberat apa pun keadaannya, life must go on, harus tetap semangat menjalani hidup, sebab  "Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?"  (Amsal 18:14).

     Lalu kita harus berjuang dalam hal apa lagi?  Berjuang melawan keinginan daging.  Setiap detik, menit, jam kita selalu menghadapi pilihan hidup yang tidak mudah:  menuruti keinginan daging atau Roh Kudus.  Ini membutuhkan perjuangan yang tidak mudah, sebab  "...roh memang penurut, tetapi daging lemah."  (Matius 26:41).  Kelemahan utama daging adalah cenderung melakukan perbuatan yang bertentangan dengan firman Tuhan.  "Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah."  (Galatia 5:19-21).  Mengikuti keinginan daging mengakibatkan kebinasaan daging  (baca  Galatia 6:8), tidak mendapat tempat di Kerajaan Sorga.

     Hanya dengan pertolongan Roh Kudus saja kita dapat mematikan segala keinginan daging.  "Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup."  (Roma 8:13).  Sehebat apa pun seseorang, kalau  'daging'  nya lemah atau semata-mata hidup menuruti keinginan dagingnya, ia pasti akan menuai kegagalan!

Perjuangan orang percaya adalah perjuangan menyalibkan keinginan daging!

Thursday, December 1, 2016

TAK PERNAH BERHENTI BERJUANG (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Desember 2016 

BacaAyub 7:1-21

"Bukankah manusia harus bergumul di bumi, dan hari-harinya seperti hari-hari orang upahan?"  Ayub 7:1

Pernyataan bahwa hidup adalah perjuangan memang benar adanya.  Alkitab pun menyatakan bahwa manusia harus bergumul di bumi dan hari-harinya seperti hari-hari orang upahan.  Dalam Alkitab versi bahasa Indonesia sehari-hari demikian:  "Manusia itu seperti dipaksa berjuang;  hidupnya berat seperti hidup seorang upahan;"  Artinya setiap hari kita dihadapkan pada pergumulan demi pergumulan yang tidak ringan.  Untuk itu dibutuhkan kerja keras dan perjuangan karena tidak ada keberhasilan atau kesuksesan yang datang secara tiba-tiba turun dari langit, semuanya melalui proses yang panjang.  Bagi mereka yang memiliki cita-cita atau impian besar mustahil dapat meraihnya jika hanya bermalas-malasan atau berpangku tangan saja.

     Thomas Alfa Edison adalah salah seorang tokoh penemu terbesar di dunia.  Bola lampu adalah salah satu hasil temuannya sehingga semua manusia di muka bumi ini dapat menikmatinya.  Ia adalah seorang yang pantang menyerah, tidak pernah berhenti berjuang meski harus mengalami kegagalan ribuan kali saat melakukan eksperimen;  dan karena kegigihannya ini Edison pun disebut sebagai penemu yang paling produktif dalam sejarah kehidupan manusia.  Ia menyatakan bahwa kunci keberhasilan bukan semata-mata ditentukan oleh tingkat kecerdasan atau kejeniusan seseorang, tapi faktor terbesar yang menunjang keberhasilan seseorang adalah kerja keras.  "Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya."  (1 Timotius 4:10).

     Lalu, kita harus berjuang dalam hal apa?  Berjuang menghadapi masalah atau penderitaan.  Selama kaki kita masih berpijak di atas muka bumi ini, sampai kapan pun kita tidak dapat menghindarkan diri dari masalah, kesukaran atau penderitaan hidup.  Meski demikian kita tidak perlu berkecil hati dan berputus asa, karena kita punya Tuhan yang sangat peduli dan mengerti, yang berjanji tidak akan membiarkan dan meninggalkan kita sendiri.  Bahkan  "Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu."  (Yesaya 46:4a).

Tidak ada yang terlalu sukar bagi Tuhan, karena itu jalanilah hidup dengan iman!

Wednesday, November 30, 2016

DIPENUHI KEINGINAN-KEINGINAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 November 2016 

Baca:  Amsal 21:25-31

"Keinginan bernafsu sepanjang hari, tetapi orang benar memberi tanpa batas."  Amsal 21:26

Semua manusia yang ada di dunia ini pada dasarnya memiliki keinginan-keinginan dalam hidupnya, bahkan keinginan-keinginan baru selalu timbul setiap hari.

     Salahkah punya keinginan?  Tidak.  Namun yang harus kita ingat adalah keinginan-keinginan tersebut dapat membawa kita ke dua arah yang positif atau negatif.  Keinginan-keinginan yang positif pasti dapat membawa hidup kita pada segala kebaikan, sebaliknya keinginan-keinginan yang negatif akan mengantarkan hidup kita pada hal-hal buruk.  Sadar atau tidak keinginan kita hari ini akan sangat mempengaruhi keadaan kita di masa depan.  Artinya apa yang kita inginkan hari ini, jika itu hal-hal positif dan sesuai kehendak Tuhan, akan menjadikan hari esok kita baik.  Sebaliknya jika hari ini keinginan kita dipenuhi hal-hal negatif atau bertentangan dengan kehendak Tuhan, cepat atau lambat kita pun akan menuai dampaknya.

     Rasul Paulus menasihati agar kita tidak menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang dilakukan oleh umat Israel  (baca  1 Korintus 10:6)  sehingga Tuhan tidak berkenan kepada sebagian besar mereka.  Kegagalan sebagian besar umat Israel memasuki tanah perjanjian menjadi suatu peringatan keras bagi kita.  Mereka tidak mengalami penggenapan janji Tuhan karena hati mereka dipenuhi oleh keinginan-keinginan jahat.  Tak bisa dipungkiri bahwa dalam menjalani hidup ini setiap saat kita pasti dihadapkan pada banyak sekali ujian dan tantangan, karena bagaimana pun juga dunia ini bukanlah firdaus.  Artinya selama kaki kita masih menginjak bumi kita pun tak luput dari hal-hal yang bersifat jahat:  fitnahan, cemoohan, iri hati, kebencian, perlakuan tidak adil dari orang lain atau hal-hal menyakitkan lainnya.  Apabila hati dan pikiran kita dipenuhi oleh keinginan-keinginan untuk membalas kejahatan dengan kejahatan sama artinya kita sedang merintis jalan untuk menghancurkan hidup kita sendiri, sebab firman Tuhan sudah memeringatkan:  "...jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik,"  (1 Tesalonika 5:15).

Milikilah keinginan-keinginan yang selaras dengan kehendak Tuhan supaya masa depan kita menjadi baik, sebab keinginan orang benar pasti diluluskan-Nya!

Tuesday, November 29, 2016

LEBAH YANG MENGHASILKAN MADU

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 November 2016 

Baca:  Mazmur 81:1-17

"Tetapi umat-Ku akan Kuberi makan gandum yang terbaik dan dengan madu dari gunung batu Aku akan mengenyangkannya."  Mazmur 81:17

Membahas tentang madu tak lepas dari si penghasil madu itu sendiri yaitu lebah.  Ada hal-hal menarik yang dapat kita pelajari dari kehidupan seekor lebah, yang termasuk dalam golongan serangga.  Lebah suka sekali berada di suasana yang indah, selalu mencari, menemukan dan hinggap pada setiap bunga untuk menghisap sari madu bunga-bunga tersebut.  Lebah hinggap dari satu bunga ke bunga lain untuk menjemput sari madu dan mengumpulkannya di sarang.  Dengan kata lain lebah tertarik pada aroma yang harum dan sama sekali tidak tertarik pada sesuatu yang kotor.  Selain itu lebah hidup rukun dalam satu koloni dan patuh pada seekor ratu lebah selaku pemimpin koloni itu.  Lebah taat kepada pembagian kerja:  ada yang bertugas membuat sarang, ada yang khusus bertugas mencari madu, ada yang menjaga sarang, dan ada juga yang menjaga ratu lebah.  Lebah madu adalah serangga sosial.  Madu yang dihasilkannya kaya manfaat dan dikenal sangat berkhasiat untuk kesehatan:  meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menambah stamina dan lain-lain.

     Begitu pula dengan orang percaya yang hidup bersungguh-sungguh di dalam Tuhan.  Ia memiliki gaya hidup seperti lebah yang tidak lagi tertarik dengan hal-hal yang kotor dan jorok, melainkan lebih tertarik kepada hal-hal yang baik dan indah, dan menjauhkan diri dari segala bentuk kecemaran  (dosa), sebab  "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus."  (1 Tesalonika 4:7).  Selain itu ia akan suka  'tinggal'  di dalam firman:  dengan merenungkannya siang dan malam, sebab Taurat Tuhan itu  "...lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah."  (Mazmur 19:11).

     Tinggal di dalam firman-Nya ini juga berbicara tentang ketaatan!  Karena senantiasa melekat kepada Tuhan dan mau taat dipimpin oleh Roh Kudus, orang percaya pun dibekali  'sengat'  yang mematikan untuk melawan tipu muslihat si Iblis yang berusaha untuk menghancurkan kehidupan rohaninya.

Tuhan akan mengenyangkan kita dengan hal-hal yang manis seperti madu ketika kita hidup seturut dengan kehendak-Nya dan menjauhkan diri dari kecemaran.