Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Januari 2014
Baca: Lukas 15:1-32
"Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku." Lukas 15:12a
Kita patut bersyukur, oleh karena pengorbanan Tuhan kita Yesus Kristus di atas Kavlari, kita yang dahulunya terbuang jauh karena dosa diperdamaikan kembali dengan Allah, bahkan kita diangkat sebagai anak-anak Allah dengan panggilan yang sangat intim yaitu Bapa. Kata Bapa menunjukkan hubungan kasih yang tiada jarak, erat, tidak ada keraguan atau keengganan lagi. Bahkan lebih dari itu "...jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya
orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan
menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita
bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama
dengan Dia." (Roma 8:17). Sebagai anak kita juga berhak atas warisan yang telah disediakan oleh Bapa bagi anak-anakNya.
Dalam pembacaan firman hari ini Tuhan Yesus melukiskan kebesaran kasih Bapa melalui perumpamaan tentang anak yang hilang. Anak bungsu adalah gambaran dari kehidupan di dalam kasih karunia, sedangkan ayah yang baik adalah gambaran dari pribadi Bapa di sorga yang dipenuhi oleh kasih karunia untuk anak-anakNya. Anak bungsu memaksa ayahnya untuk segera membagikan harta kekayaannya kepada anak-anaknya. Si bungsu meminta harta yang menjadi haknya terlebih dahulu; dan karena kasihnya yang begitu besar, sang ayah pun membagi-bagikan harta kekayaannya tersebut. Setelah menerima harta dari sang ayah si bungsu ini pun segera menjual seluruh hartanya, lalu pergi ke negeri yang jauh meninggalkan ayah dan kakaknya. Di tempat jauh inilah si bungsu memboroskan harta kekayaan untuk berfoya-foya hingga harta yang dimilikinya tersebut ludes tak tersisa. Keadaannya makin buruk karena di negeri di mana ia tinggal terjadi bencana kelaparan yang hebat, sehingga ia pun menjadi sangat melarat. Untuk bertahan hidup ia bekerja sebagai penjaga babi, dan karena laparnya ia sampai ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi.
Anak bungsu menanggung akibat dari kesalahannya sendiri: hidupnya gagal dan hancur total sampai di titik terendah setelah keluar dan meninggalkan rumah ayahnya.
Saturday, January 11, 2014
Friday, January 10, 2014
ANAK ALLAH: Menerima Wasiat
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Januari 2014
Baca: Ibrani 9:11-28
"Sebab di mana ada wasiat, di situ harus diberitahukan tentang kematian pembuat wasiat itu." Ibrani 9:16
Secara umum arti kata 'wasiat' adalah pesan terakhir yang disampaikan oleh orang yang akan meninggal. Biasanya wasiat berkenaan dengan harta kekayaan yang hendak diwariskan kepada yang berhak menerima sesuai dengan yang dikehendaki oleh si pembuat wasiat, dan baru akan berlaku apabila yang memberi wasiat tersebut sudah meninggal (ayat 17).
Sesuai dengan pembacaan firman hari ini, pemberi wasiat itu adalah Allah. Namun, bukankah Allah tidak pernah mati, karena Dia adalah kekal? Allah bisa memberikan warisanNya kepada kita dengan jalan memberikan PuteraNya, Yesus, yang adalah Tuhan, menjadi manusia. Melalui kematianNya di atas kayu salib tersebut Allah bisa memberikan wasiat kepada kita. Setiap kita yang percaya kepada Yesus Kristus diangkat menjadi anak-anak Allah. "Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia." (Roma 8:17).
Wasiat di dalam Tuhan Yesus berkenaan dengan berkat-berkat yang diberikan Allah kepada Abraham. Ada tertulis: "Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: 'Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!' Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu." (Galatia 3:13-14). Karena kita adalah anak-anak Allah maka kita pun berhak menerima warisan atau berkat-berkat yang dijanjikanNya; dan untuk menerima berkat-berkat Tuhan atau mengalami penggenapan janji Allah ada syaratnya, yaitu jika kita mau menderita bersama-sama dengan Kristus. Kata 'menderita' identik dengan sesuatu yang tidak enak dan sakit. Menderita di sini dimaksudkan mematikan segala keinginan daging dan mau hidup dipimpin oleh Roh Kudus. Menderita bersama Tuhan berarti harus menyangkal diri, memikul salibNya dan mengikut Dia. Inilah harga yang harus kita bayar supaya warisan itu menjadi milik kita.
Tanpa Yesus berkat-berkat Allah tidak bisa turun kepada kita!
Baca: Ibrani 9:11-28
"Sebab di mana ada wasiat, di situ harus diberitahukan tentang kematian pembuat wasiat itu." Ibrani 9:16
Secara umum arti kata 'wasiat' adalah pesan terakhir yang disampaikan oleh orang yang akan meninggal. Biasanya wasiat berkenaan dengan harta kekayaan yang hendak diwariskan kepada yang berhak menerima sesuai dengan yang dikehendaki oleh si pembuat wasiat, dan baru akan berlaku apabila yang memberi wasiat tersebut sudah meninggal (ayat 17).
Sesuai dengan pembacaan firman hari ini, pemberi wasiat itu adalah Allah. Namun, bukankah Allah tidak pernah mati, karena Dia adalah kekal? Allah bisa memberikan warisanNya kepada kita dengan jalan memberikan PuteraNya, Yesus, yang adalah Tuhan, menjadi manusia. Melalui kematianNya di atas kayu salib tersebut Allah bisa memberikan wasiat kepada kita. Setiap kita yang percaya kepada Yesus Kristus diangkat menjadi anak-anak Allah. "Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia." (Roma 8:17).
Wasiat di dalam Tuhan Yesus berkenaan dengan berkat-berkat yang diberikan Allah kepada Abraham. Ada tertulis: "Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: 'Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!' Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu." (Galatia 3:13-14). Karena kita adalah anak-anak Allah maka kita pun berhak menerima warisan atau berkat-berkat yang dijanjikanNya; dan untuk menerima berkat-berkat Tuhan atau mengalami penggenapan janji Allah ada syaratnya, yaitu jika kita mau menderita bersama-sama dengan Kristus. Kata 'menderita' identik dengan sesuatu yang tidak enak dan sakit. Menderita di sini dimaksudkan mematikan segala keinginan daging dan mau hidup dipimpin oleh Roh Kudus. Menderita bersama Tuhan berarti harus menyangkal diri, memikul salibNya dan mengikut Dia. Inilah harga yang harus kita bayar supaya warisan itu menjadi milik kita.
Tanpa Yesus berkat-berkat Allah tidak bisa turun kepada kita!
Thursday, January 9, 2014
BOAS: Menjadi Saluran Berkat
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Januari 2014
Baca: Rut 4:1-17
"Terpujilah TUHAN, yang telah rela menolong engkau pada hari ini dengan seorang penebus." Rut 4:14
Jika membaca kitab Rut kita akan menemukan salah satu tokoh sentral yang olehnya kehidupan Rut dimuliakan dan terangkat dari keterpurukan. Dia adalah Boas, anak Salmon, yang merupakan sanak dari keluarga Elimelekh, mendiang suami Naomi.
Adapun nama Boas memiliki arti padanya ada kekuatan. Terbukti di dalam diri Boas ada kekuatan yang luar biasa: ia memiliki kekayaan yang melimpah, terpandang dan sangat berpengaruh di negerinya. Dengan keberadaannya ini sesungguhnya Boas punya banyak alasan untuk menjadi sombong dan bertindak semena-mena terhadap orang lain. Namun ia bukanlah sosok yang demikian: meski menjadi orang 'besar' ia tetap memiliki kepribadian yang baik, sederhana, rendah hati dan punya kepedulian terhadap orang lain yang hidup dalam penderitaan. Tak segan-segannya ia terjun langsung ke ladang dan memberi salam kepada pekerjanya, "TUHAN kiranya menyertai kamu." (Rut 2:4), makan bersama dengan pekerja-pekerjanya (baca Rut 2:14) dan juga tidak malu untuk tidur di tempak pengirikan (baca Rut 3:7).
Di ladang inilah Boas bertemu dengan Rut yang sedang memungut berkas gandum. Maka ia pun menaruh belas kasihnya kepada Rut dengan memerintahkan para pekerjanya untuk sengaja menjatuhkan sedikit-sedikit dari setiap jelai yang mereka tuai supaya Rut dapat memungut banyak. Mengapa? Sebab Boas sudah mendengar kesetiaan yang ditunjukkan Rut terhadap mertuanya (Naomi) yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengannya. Melihat kebaikan Boas ini Naomi menyarankan agar Rut mau jika diperisteri oleh Boas, karena itu ia diperintahkan untuk diam-diam tidur di dekat kaki Boas. Singakat cerita, gayung pun bersambut, Boas bersedia menebus dan menjadikan Rut sebagai isterinya dengan tujuan menyelamatkan Rut dan juga menegakkan nama keluarga Naomi di atas milik pusakanya (baca Rut 4:10).
Boas telah meninggalkan teladan hidup yang luar biasa: kekayaan yang dimiliki tidak sepenuhnya ia nikmati untuk diri sendiri, tapi juga untuk memberkati orang lain.
Melalui garis keturunan Boas pula lahirlah Yesus Kristus, Sang Juruselamat. Yesus adalah keturunan Daud dan Daud adalah cicit Boas!
Baca: Rut 4:1-17
"Terpujilah TUHAN, yang telah rela menolong engkau pada hari ini dengan seorang penebus." Rut 4:14
Jika membaca kitab Rut kita akan menemukan salah satu tokoh sentral yang olehnya kehidupan Rut dimuliakan dan terangkat dari keterpurukan. Dia adalah Boas, anak Salmon, yang merupakan sanak dari keluarga Elimelekh, mendiang suami Naomi.
Adapun nama Boas memiliki arti padanya ada kekuatan. Terbukti di dalam diri Boas ada kekuatan yang luar biasa: ia memiliki kekayaan yang melimpah, terpandang dan sangat berpengaruh di negerinya. Dengan keberadaannya ini sesungguhnya Boas punya banyak alasan untuk menjadi sombong dan bertindak semena-mena terhadap orang lain. Namun ia bukanlah sosok yang demikian: meski menjadi orang 'besar' ia tetap memiliki kepribadian yang baik, sederhana, rendah hati dan punya kepedulian terhadap orang lain yang hidup dalam penderitaan. Tak segan-segannya ia terjun langsung ke ladang dan memberi salam kepada pekerjanya, "TUHAN kiranya menyertai kamu." (Rut 2:4), makan bersama dengan pekerja-pekerjanya (baca Rut 2:14) dan juga tidak malu untuk tidur di tempak pengirikan (baca Rut 3:7).
Di ladang inilah Boas bertemu dengan Rut yang sedang memungut berkas gandum. Maka ia pun menaruh belas kasihnya kepada Rut dengan memerintahkan para pekerjanya untuk sengaja menjatuhkan sedikit-sedikit dari setiap jelai yang mereka tuai supaya Rut dapat memungut banyak. Mengapa? Sebab Boas sudah mendengar kesetiaan yang ditunjukkan Rut terhadap mertuanya (Naomi) yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengannya. Melihat kebaikan Boas ini Naomi menyarankan agar Rut mau jika diperisteri oleh Boas, karena itu ia diperintahkan untuk diam-diam tidur di dekat kaki Boas. Singakat cerita, gayung pun bersambut, Boas bersedia menebus dan menjadikan Rut sebagai isterinya dengan tujuan menyelamatkan Rut dan juga menegakkan nama keluarga Naomi di atas milik pusakanya (baca Rut 4:10).
Boas telah meninggalkan teladan hidup yang luar biasa: kekayaan yang dimiliki tidak sepenuhnya ia nikmati untuk diri sendiri, tapi juga untuk memberkati orang lain.
Melalui garis keturunan Boas pula lahirlah Yesus Kristus, Sang Juruselamat. Yesus adalah keturunan Daud dan Daud adalah cicit Boas!
Wednesday, January 8, 2014
LOT: Menuai Kegagalan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Januari 2014
Baca: Kejadian 19:1-29
"Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN, dari langit;" Kejadian 19:24
Lot tentu tidak menyangka bahwa keputusannya untuk tinggal di Sodom adalah awal malapetaka bagi dia dan seluruh keluarganya. Selain itu ia juga harus kehilangan persekutuan yang karib dengan pamannya, Abraham. Pilihan inilah yang akhirnya membawa Lot kepada kehancuran dan kegagalan dalam hidupnya. Apa yang menurut pemikiran kita baik belum tentu baik di mata Tuhan. "Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut." (Amsal 14:12). Firman Tuhan mengingatkan, "...carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33). Inilah yang diabaikan Lot, yaitu lebih memikirkan kesenangan duniawi daripada mengutamakan perkara-perkara rohani. Demikianlah Lot menentukan pilihan dalam hidupnya yaitu tinggal di Sodom, padahal pada waktu itu kota Sodom dipenuhi oleh kemaksiatan dan kebejatan moral. "Adapun orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap TUHAN." (Kejadian 13:13).
Sodom adalah gambaran dari kenikmatan daging atau kesenangan duniawi. Berhati-hatilah dalam mengambil setiap keputusan, sebab jika kita salah dalam membuat keputusan akan berakibat fatal. "...janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak," (Amsal 3:5-7). Awalnya hanya berkemah di dekat Sodom, pada akhirnya ia tinggal di kota itu dan bergaul dengan penduduknya. Alkitab menegaskan, "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korinus 15:33). Lot memilih untuk berkompromi dengan dosa.
Sebagai orang yang mengenal kebenaran seharusnya Lot bisa memberikan teladan hidup yang baik dan menjadi terang bagi orang-orang Sodom, namun ia malah terbawa arus dan 'bersahabat' dengan dunia. "...persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah?" (Yakobus 4:4). Ketika Sodom dan Gomora dibumihanguskan Tuhan Lot terkena dampaknya: harta benda ludes, isterinya pun menjadi tiang garam.
Tuhan masih menunjukkan kasihNya karena Ia ingat kepada Abraham sehingga Lot terluput dari bencana itu.
Baca: Kejadian 19:1-29
"Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN, dari langit;" Kejadian 19:24
Lot tentu tidak menyangka bahwa keputusannya untuk tinggal di Sodom adalah awal malapetaka bagi dia dan seluruh keluarganya. Selain itu ia juga harus kehilangan persekutuan yang karib dengan pamannya, Abraham. Pilihan inilah yang akhirnya membawa Lot kepada kehancuran dan kegagalan dalam hidupnya. Apa yang menurut pemikiran kita baik belum tentu baik di mata Tuhan. "Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut." (Amsal 14:12). Firman Tuhan mengingatkan, "...carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33). Inilah yang diabaikan Lot, yaitu lebih memikirkan kesenangan duniawi daripada mengutamakan perkara-perkara rohani. Demikianlah Lot menentukan pilihan dalam hidupnya yaitu tinggal di Sodom, padahal pada waktu itu kota Sodom dipenuhi oleh kemaksiatan dan kebejatan moral. "Adapun orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap TUHAN." (Kejadian 13:13).
Sodom adalah gambaran dari kenikmatan daging atau kesenangan duniawi. Berhati-hatilah dalam mengambil setiap keputusan, sebab jika kita salah dalam membuat keputusan akan berakibat fatal. "...janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak," (Amsal 3:5-7). Awalnya hanya berkemah di dekat Sodom, pada akhirnya ia tinggal di kota itu dan bergaul dengan penduduknya. Alkitab menegaskan, "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korinus 15:33). Lot memilih untuk berkompromi dengan dosa.
Sebagai orang yang mengenal kebenaran seharusnya Lot bisa memberikan teladan hidup yang baik dan menjadi terang bagi orang-orang Sodom, namun ia malah terbawa arus dan 'bersahabat' dengan dunia. "...persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah?" (Yakobus 4:4). Ketika Sodom dan Gomora dibumihanguskan Tuhan Lot terkena dampaknya: harta benda ludes, isterinya pun menjadi tiang garam.
Tuhan masih menunjukkan kasihNya karena Ia ingat kepada Abraham sehingga Lot terluput dari bencana itu.
Tuesday, January 7, 2014
LOT: Keputusan Yang Salah
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Januari 2014 -
Baca: Kejadian 13:1-18
"Abram menetap di tanah Kanaan, tetapi Lot menetap di kota-kota Lembah Yordan dan berkemah di dekat Sodom." Kejadian 13:12
Berbicara tentang Lot berarti berbicara tentang kota Sodom dan Gomora, dua kota yang dibumihanguskan Tuhan karena perbuatan bejat penduduknya. Apa hubungannya dengan Lot? Ya, Lot beserta seluruh keluarganya tinggal di kota itu.
Lot adalah keponakan Abraham yang diajak bersama-sama meninggalkan negeri nenek moyangnya. Abraham diberkati Tuhan secara luar biasa dan hal itu membawa dampak yang baik bagi kehidupan Lot. Perekonomian Lot turut terangkat dan terberkati. Alkitab mencatat bahwa keduanya memiliki banyak ternak, sampai-sampai tempat di mana mereka tinggal "...tidak cukup luas bagi mereka untuk diam bersama-sama, sebab harta milik mereka amat banyak, sehingga mereka tidak dapat diam bersama-sama." (Kejadian 13:6), kemudian terjadilah perkelahian antara para gembala Abraham dan para gembala Lot karena tanah Kanaan terlalu sempit untuk keduanya. Inilah yang menjadi penyebab terjadinya terjadinya perpisahan antara Abraham dan Lot. Namun dengan hati yang dipenuhi kasih Abraham memberi kesempatan kepada Lot untuk memilih tempat terlebih dahulu. Ini menunjukkan bahwa Abraham bukanlah seorang yang egois dan mementingkan diri sendiri. Ia lebih mengutamakan kepentingan orang lain lebih dari kepentingannya sendiri walaupun ia punya kuasa dan hak penuh untuk menentukan pilihannya karena status Lot hanyalah menumpang. Kesempatan ini tidak disia-siakan Lot, ia membuat pilihan sesuai keinginan matanya. "Lalu Lot melayangkan pandangnya dan dilihatnyalah, bahwa seluruh Lembah Yordan banyak airnya, seperti taman TUHAN, seperti tanah Mesir, sampai ke Zoar. --Hal itu terjadi sebelum TUHAN memusnahkan Sodom dan Gomora. -- Sebab itu Lot memilih baginya seluruh Lembah Yordan itu, lalu ia berangkat ke sebelah timur dan mereka berpisah." (Kejadian 13:10-11).
Lot memilih tempat sesuai dengan apa yang dipandangnya baik, indah, menarik dan lebih menguntungkan secara kasat mata. Ia lebih mementingkan perkara-perkara jasmani yang berkenaan dengan harta dan kekayaan. Fokus Lot adalah untuk kepuasan diri sendiri tanpa mempedulikan perasaan pamannya, Abraham.
Baca: Kejadian 13:1-18
"Abram menetap di tanah Kanaan, tetapi Lot menetap di kota-kota Lembah Yordan dan berkemah di dekat Sodom." Kejadian 13:12
Berbicara tentang Lot berarti berbicara tentang kota Sodom dan Gomora, dua kota yang dibumihanguskan Tuhan karena perbuatan bejat penduduknya. Apa hubungannya dengan Lot? Ya, Lot beserta seluruh keluarganya tinggal di kota itu.
Lot adalah keponakan Abraham yang diajak bersama-sama meninggalkan negeri nenek moyangnya. Abraham diberkati Tuhan secara luar biasa dan hal itu membawa dampak yang baik bagi kehidupan Lot. Perekonomian Lot turut terangkat dan terberkati. Alkitab mencatat bahwa keduanya memiliki banyak ternak, sampai-sampai tempat di mana mereka tinggal "...tidak cukup luas bagi mereka untuk diam bersama-sama, sebab harta milik mereka amat banyak, sehingga mereka tidak dapat diam bersama-sama." (Kejadian 13:6), kemudian terjadilah perkelahian antara para gembala Abraham dan para gembala Lot karena tanah Kanaan terlalu sempit untuk keduanya. Inilah yang menjadi penyebab terjadinya terjadinya perpisahan antara Abraham dan Lot. Namun dengan hati yang dipenuhi kasih Abraham memberi kesempatan kepada Lot untuk memilih tempat terlebih dahulu. Ini menunjukkan bahwa Abraham bukanlah seorang yang egois dan mementingkan diri sendiri. Ia lebih mengutamakan kepentingan orang lain lebih dari kepentingannya sendiri walaupun ia punya kuasa dan hak penuh untuk menentukan pilihannya karena status Lot hanyalah menumpang. Kesempatan ini tidak disia-siakan Lot, ia membuat pilihan sesuai keinginan matanya. "Lalu Lot melayangkan pandangnya dan dilihatnyalah, bahwa seluruh Lembah Yordan banyak airnya, seperti taman TUHAN, seperti tanah Mesir, sampai ke Zoar. --Hal itu terjadi sebelum TUHAN memusnahkan Sodom dan Gomora. -- Sebab itu Lot memilih baginya seluruh Lembah Yordan itu, lalu ia berangkat ke sebelah timur dan mereka berpisah." (Kejadian 13:10-11).
Lot memilih tempat sesuai dengan apa yang dipandangnya baik, indah, menarik dan lebih menguntungkan secara kasat mata. Ia lebih mementingkan perkara-perkara jasmani yang berkenaan dengan harta dan kekayaan. Fokus Lot adalah untuk kepuasan diri sendiri tanpa mempedulikan perasaan pamannya, Abraham.
Monday, January 6, 2014
ABRAHAM: Dipanggil Untuk Menjadi Berkat (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Januari 2014 -
Baca: Kejadian 12:10-20
"...Abram mendapat kambing domba, lembu sapi, keledai jantan, budak laki-laki dan perempuan, keledai betina dan unta." Kejadian 12:16
Ketika mengadakan perjanjian dengan Abraham Tuhan memberikan janji-janji kepadanya: menjadikannya bangsa yang besar, memberkati dan menjadi berkat. Untuk menerima kepenuhan janji Tuhan ini yang diperlukan bukan hanya iman, tapi Abraham dituntut untuk hidup dalam ketaatan dan menyenangkan hatiNya. Abraham menanggapi janji Tuhan itu dengan iman, percaya dan juga ketaatan. Itulah sebabnya Abraham dibenarkan oleh Tuhan. Ini menunjukkan bahwa Tuhan memiliki rencana di balik perjanjian berkatNya dengan Abraham seperti tertulis: "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11).
Setiap kita pasti rindu diberkati Tuhan, bukan? Supaya berkat Tuhan itu digenapi dalam hidup kita, kita harus mengerti terlebih dahulu apa yang menjadi kehendak dan rencana Tuhan memberkati kita. Tanpa memiliki pengertian yang benar akan hal ini bisa-bisa berkat yang kita terima tersebut malah akan membuat kita jatuh dalam dosa dan semakin jauh dari Tuhan. Sebesar apa pun kerinduan kita untuk menjadi berkat bagi orang lain, sebesar itu pula berkat yang akan Tuhan percayakan kepada kita. Jadi Tuhan akan memberkati kita jika kita benar-benar telah siap untuk menjadi berkat. "Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum." (Amsal 11:25). berkat Tuhan juga tidak pernah terpengaruh oleh situasi dan keadaan yang terjadi di sekeliling hidup kita. Mungkin saat ini dunia sedang dilanda krisis di segala bidang kehidupan dunia, namun satu hal yang harus kita tanamkan dalam hati adalah bahwa tidak ada krisis yang terlalu besar yang tidak dikendalikan oleh Tuhan, tidak ada badai kehidupan yang tidak dapat diredakanNya.
Seberat apa pun krisis masalah yang menerpa hari-hari kita, Tuhan lebih dari sanggup untuk memberkati kita. Sekali Tuhan berjanji, Dia pasti akan menggenapi janjiNya itu tepat pada waktunya. "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:19).
Di tengah bencana kelaparan yang hebat Abraham justru mengalami kelimpahan!
Baca: Kejadian 12:10-20
"...Abram mendapat kambing domba, lembu sapi, keledai jantan, budak laki-laki dan perempuan, keledai betina dan unta." Kejadian 12:16
Ketika mengadakan perjanjian dengan Abraham Tuhan memberikan janji-janji kepadanya: menjadikannya bangsa yang besar, memberkati dan menjadi berkat. Untuk menerima kepenuhan janji Tuhan ini yang diperlukan bukan hanya iman, tapi Abraham dituntut untuk hidup dalam ketaatan dan menyenangkan hatiNya. Abraham menanggapi janji Tuhan itu dengan iman, percaya dan juga ketaatan. Itulah sebabnya Abraham dibenarkan oleh Tuhan. Ini menunjukkan bahwa Tuhan memiliki rencana di balik perjanjian berkatNya dengan Abraham seperti tertulis: "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11).
Setiap kita pasti rindu diberkati Tuhan, bukan? Supaya berkat Tuhan itu digenapi dalam hidup kita, kita harus mengerti terlebih dahulu apa yang menjadi kehendak dan rencana Tuhan memberkati kita. Tanpa memiliki pengertian yang benar akan hal ini bisa-bisa berkat yang kita terima tersebut malah akan membuat kita jatuh dalam dosa dan semakin jauh dari Tuhan. Sebesar apa pun kerinduan kita untuk menjadi berkat bagi orang lain, sebesar itu pula berkat yang akan Tuhan percayakan kepada kita. Jadi Tuhan akan memberkati kita jika kita benar-benar telah siap untuk menjadi berkat. "Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum." (Amsal 11:25). berkat Tuhan juga tidak pernah terpengaruh oleh situasi dan keadaan yang terjadi di sekeliling hidup kita. Mungkin saat ini dunia sedang dilanda krisis di segala bidang kehidupan dunia, namun satu hal yang harus kita tanamkan dalam hati adalah bahwa tidak ada krisis yang terlalu besar yang tidak dikendalikan oleh Tuhan, tidak ada badai kehidupan yang tidak dapat diredakanNya.
Seberat apa pun krisis masalah yang menerpa hari-hari kita, Tuhan lebih dari sanggup untuk memberkati kita. Sekali Tuhan berjanji, Dia pasti akan menggenapi janjiNya itu tepat pada waktunya. "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:19).
Di tengah bencana kelaparan yang hebat Abraham justru mengalami kelimpahan!
Sunday, January 5, 2014
ABRAHAM: Dipanggil Untuk Menjadi Berkat (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Januari 2014 -
Baca: Kejadian 12:1-9
"Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat." Kejadian 12:2
Panggilan Tuhan atas Abraham dapat menjadi contoh panggilan Tuhan atas kehidupan orang percaya. Sebagaimana Tuhan berjanji untuk memberkati Abraham, Dia juga akan memberkati kita. Tujuan Tuhan memberkati kita adalah supaya kita dapat menjadi berkat bagi orang lain. "Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan." (2 Korintus 9:8).
Panggilan terhadap Abraham merupakan langkah awal yang dikerjakan Tuhan untuk menggenapi maksud dan rencanaNya menyelamatkan umatNya. Dari Abraham inilah Tuhan menghendaki munculnya suatu keluarga yang taat dan hidup benar di hadapanNya, suatu bangsa pilihan yang memiliki kehidupan yang 'berbeda' dari bangsa-bangsa lain di dunia ini. "Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, dengan melakukan kebenaran dan keadilan, dan supaya TUHAN memenuhi kepada Abraham apa yang dijanjikan-Nya kepadanya." (Kejadian 18:19). Melalui garis keturunan Abraham pula hadirlah Yesus Kristus, Sang Juruselamat manusia.
Adapun panggilan Tuhan terhadap Abraham ini tidak hanya terdiri atas berbagai janji berkat, tetapi juga terdiri atas tugas dan kewajiban. Tuhan menghendaki Abraham hidup taat, berjalan menurut jalan-jalannya agar ia memperoleh apa yang dijanjikan Tuhan kepadanya. Ketika Tuhan berjanji bahwa ia akan menjadi bangsa yang besar, sekalipun realisasi dari janji-janji tersebut nampak mustahil secara akal manusia, Abraham tetap percaya. "...TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: 'Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.' Maka firman-Nya kepadanya: 'Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.' Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." (Kejadian 15:5-6). Janji Tuhan pun digenapiNya, bahkan berkatNya bukan hanya berlaku bagi keturunan Abraham secara lahiriah saja, namun juga bagi semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.
Baca: Kejadian 12:1-9
"Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat." Kejadian 12:2
Panggilan Tuhan atas Abraham dapat menjadi contoh panggilan Tuhan atas kehidupan orang percaya. Sebagaimana Tuhan berjanji untuk memberkati Abraham, Dia juga akan memberkati kita. Tujuan Tuhan memberkati kita adalah supaya kita dapat menjadi berkat bagi orang lain. "Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan." (2 Korintus 9:8).
Panggilan terhadap Abraham merupakan langkah awal yang dikerjakan Tuhan untuk menggenapi maksud dan rencanaNya menyelamatkan umatNya. Dari Abraham inilah Tuhan menghendaki munculnya suatu keluarga yang taat dan hidup benar di hadapanNya, suatu bangsa pilihan yang memiliki kehidupan yang 'berbeda' dari bangsa-bangsa lain di dunia ini. "Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, dengan melakukan kebenaran dan keadilan, dan supaya TUHAN memenuhi kepada Abraham apa yang dijanjikan-Nya kepadanya." (Kejadian 18:19). Melalui garis keturunan Abraham pula hadirlah Yesus Kristus, Sang Juruselamat manusia.
Adapun panggilan Tuhan terhadap Abraham ini tidak hanya terdiri atas berbagai janji berkat, tetapi juga terdiri atas tugas dan kewajiban. Tuhan menghendaki Abraham hidup taat, berjalan menurut jalan-jalannya agar ia memperoleh apa yang dijanjikan Tuhan kepadanya. Ketika Tuhan berjanji bahwa ia akan menjadi bangsa yang besar, sekalipun realisasi dari janji-janji tersebut nampak mustahil secara akal manusia, Abraham tetap percaya. "...TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: 'Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.' Maka firman-Nya kepadanya: 'Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.' Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." (Kejadian 15:5-6). Janji Tuhan pun digenapiNya, bahkan berkatNya bukan hanya berlaku bagi keturunan Abraham secara lahiriah saja, namun juga bagi semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.
Saturday, January 4, 2014
Berkat Tuhan Selalu Baru
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Januari 2014 -
Baca: Ratapan 3:1-66
"Karena walau Ia mendatangkan susah, Ia juga menyayangi menurut kebesaran kasih setia-Nya." Ratapan 3:32
Prediksi bahwa tahun 2014 adalah tahun yang penuh ketidakpastian mendorong orang dunia untuk segera mencari jawaban dan mengadukan nasibnya kepada paranormal, dukun atau orang pintar. Mereka bertanya tentang kepastian hidupnya, masa depan, usaha, karir, jodoh dan sebagainya. Haruskah kita turut terprovokasi, lalu mengambil tindakan seperti yang mereka lakukan dengan lari mencari pertolongan kepada ilah lain?
Sebagai anak-anak Tuhan sudah seharusnya kita memiliki kehidupan yang berbeda dari orang dunia karena kita memiliki Tuhan yang heran dan ajaib. Perjalanan hidup kita di sepanjang tahun 2013 kemarin adalah bukti bahwa sesulit apa pun hari-hari yang kita jalani, kita tidak berjalan sendirian, tapi ada Tuhan yang selalu menopang dan menggendong kita. Tak dibiarkannya kita bergumul sendirian. Kasih dan pemeliharaanNya tak pernah berubah! Karena itu milikilah keyakinan bahwa kita pun pasti sanggup menjalani hari-hari ke depan dan menyongsong hari esok yang penuh pengharapan bersama Tuhan. Apa dasarnya? Firman Tuhan. Tertulis: "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (Ratapan 3:22-23). Artinya ada jaminan Tuhan yang luar biasa, dimana Ia selalu menyediakan berkatNya bagi kita dan berkat itu selalu baru setiap pagi, bukan berkat sisa-sisa. "Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok," (Matius 6:34). Kasih, berkat dan pemeliharaanNya akan kita alami dari hari ke hari di sepanjang hidup kita. Inilah janji Tuhan, dan janjiNya adalah ya dan amin. Ini membuktikan bahwa Tuhan selalu memberi yang terbaik dan tidak pernah mengecewakan anak-anakNya.
Bagaimana dengan kita? Kita seringkali mengecewakan Tuhan. Ketika dalam masalah kita langsung mengeluh, persungut-sungut, marah dan menyalahkan Tuhan, padahal hal ini diijinkan terjadi adalah demi kebaikan kita. Itulah manusia, begitu mudah berubah dan mengecewakan. Karena itu jangan pernah berharap dan mengandalkan manusia, melainkan berharaplah hanya kepada Tuhan, karena Dia adalah Pribadi yang tidak pernah mengecewakan kita!
Selalu ada berkat bagi orang percaya setiap hari!
Baca: Ratapan 3:1-66
"Karena walau Ia mendatangkan susah, Ia juga menyayangi menurut kebesaran kasih setia-Nya." Ratapan 3:32
Prediksi bahwa tahun 2014 adalah tahun yang penuh ketidakpastian mendorong orang dunia untuk segera mencari jawaban dan mengadukan nasibnya kepada paranormal, dukun atau orang pintar. Mereka bertanya tentang kepastian hidupnya, masa depan, usaha, karir, jodoh dan sebagainya. Haruskah kita turut terprovokasi, lalu mengambil tindakan seperti yang mereka lakukan dengan lari mencari pertolongan kepada ilah lain?
Sebagai anak-anak Tuhan sudah seharusnya kita memiliki kehidupan yang berbeda dari orang dunia karena kita memiliki Tuhan yang heran dan ajaib. Perjalanan hidup kita di sepanjang tahun 2013 kemarin adalah bukti bahwa sesulit apa pun hari-hari yang kita jalani, kita tidak berjalan sendirian, tapi ada Tuhan yang selalu menopang dan menggendong kita. Tak dibiarkannya kita bergumul sendirian. Kasih dan pemeliharaanNya tak pernah berubah! Karena itu milikilah keyakinan bahwa kita pun pasti sanggup menjalani hari-hari ke depan dan menyongsong hari esok yang penuh pengharapan bersama Tuhan. Apa dasarnya? Firman Tuhan. Tertulis: "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (Ratapan 3:22-23). Artinya ada jaminan Tuhan yang luar biasa, dimana Ia selalu menyediakan berkatNya bagi kita dan berkat itu selalu baru setiap pagi, bukan berkat sisa-sisa. "Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok," (Matius 6:34). Kasih, berkat dan pemeliharaanNya akan kita alami dari hari ke hari di sepanjang hidup kita. Inilah janji Tuhan, dan janjiNya adalah ya dan amin. Ini membuktikan bahwa Tuhan selalu memberi yang terbaik dan tidak pernah mengecewakan anak-anakNya.
Bagaimana dengan kita? Kita seringkali mengecewakan Tuhan. Ketika dalam masalah kita langsung mengeluh, persungut-sungut, marah dan menyalahkan Tuhan, padahal hal ini diijinkan terjadi adalah demi kebaikan kita. Itulah manusia, begitu mudah berubah dan mengecewakan. Karena itu jangan pernah berharap dan mengandalkan manusia, melainkan berharaplah hanya kepada Tuhan, karena Dia adalah Pribadi yang tidak pernah mengecewakan kita!
Selalu ada berkat bagi orang percaya setiap hari!
Friday, January 3, 2014
Yehovah Jireh
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Januari 2014 -
Baca: Mazmur 111:1-10
"Diberikan-Nya rezeki kepada orang-orang yang takut akan Dia. Ia ingat untuk selama-lamanya akan perjanjian-Nya." Mazmur 111:5
Yang tak kalah penting dalam menghadapi tahun baru ini adalah berpikiran positif: memenuhi pikiran dengan hal-hal yang baik dan positif. Mungkinkah perkataan atau perbuatan yang kita lakukan dalam nama Yesus adalah negatif? Tentunya tidak.
Perkataan dan perbuatan kita haruslah positif dan benar, yaitu sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Padahal perkataan dan perbuatan kita (positif atau negatif) sangat ditentukan oleh pikiran kita. Dengan pikiran, kita akan memikirkan, mengucapkan dan kemudian melakukan hal-hal yang baik atau pun yang jahat. Jadi pikiran merupakan aset yang sangat penting dalam kehidupan kita. Itulah sebabnya Daud berdoa kepada Tuhan, "Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku;" (Mazmur 139:23). Daud rindu agar Tuhan senantiasa memperbaharui hati dan pikirannya supaya selaras dengan kehendakNya.
Rindu perkara-perkara yang baik dan positif terjadi dalam hidup Saudara? Berpikiran positif mulai sekarang! Jadi berpikir positif adalah sebuah pilihan! Bagaimana supaya pikiran kita dipenuhi hal-hal yang positif? Yaitu mengisinya dengan firman Tuhan dan membangun keintiman dengan Tuhan senantiasa. Jika pikiran kita sudah berubah, perkataan dan perbuatan kita pun pasti berubah. Akhirnya, "...semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji," (Filipi 4:8), itulah yang kita pikirkan. Sebaliknya jika yang kita pikirkan adalah hal-hal yang buruk dan negatif, maka keburukan itu pula yang akan kita tuai, "Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku." (Ayub 3:25).
Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita untuk tidak kuatir tentang apa pun juga, sebab kita mempunyai Bapa di sorga yang tahu persis semua yang kita butuhkan. Dia adalah Yehovah Jireh, Allah yang sanggup menyediakan. Ingat, ketakutan atau kekuatiran tidak akan pernah menambah hal-hal yang baik di dalam hidup kita.
"Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus." Filipi 4:19
Baca: Mazmur 111:1-10
"Diberikan-Nya rezeki kepada orang-orang yang takut akan Dia. Ia ingat untuk selama-lamanya akan perjanjian-Nya." Mazmur 111:5
Yang tak kalah penting dalam menghadapi tahun baru ini adalah berpikiran positif: memenuhi pikiran dengan hal-hal yang baik dan positif. Mungkinkah perkataan atau perbuatan yang kita lakukan dalam nama Yesus adalah negatif? Tentunya tidak.
Perkataan dan perbuatan kita haruslah positif dan benar, yaitu sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Padahal perkataan dan perbuatan kita (positif atau negatif) sangat ditentukan oleh pikiran kita. Dengan pikiran, kita akan memikirkan, mengucapkan dan kemudian melakukan hal-hal yang baik atau pun yang jahat. Jadi pikiran merupakan aset yang sangat penting dalam kehidupan kita. Itulah sebabnya Daud berdoa kepada Tuhan, "Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku;" (Mazmur 139:23). Daud rindu agar Tuhan senantiasa memperbaharui hati dan pikirannya supaya selaras dengan kehendakNya.
Rindu perkara-perkara yang baik dan positif terjadi dalam hidup Saudara? Berpikiran positif mulai sekarang! Jadi berpikir positif adalah sebuah pilihan! Bagaimana supaya pikiran kita dipenuhi hal-hal yang positif? Yaitu mengisinya dengan firman Tuhan dan membangun keintiman dengan Tuhan senantiasa. Jika pikiran kita sudah berubah, perkataan dan perbuatan kita pun pasti berubah. Akhirnya, "...semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji," (Filipi 4:8), itulah yang kita pikirkan. Sebaliknya jika yang kita pikirkan adalah hal-hal yang buruk dan negatif, maka keburukan itu pula yang akan kita tuai, "Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku." (Ayub 3:25).
Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita untuk tidak kuatir tentang apa pun juga, sebab kita mempunyai Bapa di sorga yang tahu persis semua yang kita butuhkan. Dia adalah Yehovah Jireh, Allah yang sanggup menyediakan. Ingat, ketakutan atau kekuatiran tidak akan pernah menambah hal-hal yang baik di dalam hidup kita.
"Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus." Filipi 4:19
Thursday, January 2, 2014
TAHUN BARU: Tahun Pengharapan (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Januari 2014 -
Baca: 1 Petrus 1:3-12
"Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan," 1 Petrus 1:3
Kita harus menyadari bahwa waktu yang sudah lewat tak mungkin diputar kembali. Adalah sia-sia jika kita terus meratapi nasib dan murung memikirkan kegagalan atau luka di masa lalu; ini hanya akan menjadi penghalang bagi kemajuan kita. Kehidupan di tahun 2013 hendaknya kita jadikan pengalaman berharga. Segala ujian dan permasalahan yang Tuhan ijinkan terjadi di tahun kemarin adalah pelajaran berharga agar kita dapat hidup lebih baik lagi. Itu adalah bagian dari proses pembentukan Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kita. Agar kita tidak mengulang kesalahan yang sama di tahun yang baru ini marilah kita memiliki tekad seperti Rasul Paulus, "...aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku," (Filipi 3:13). Mari melangkah ke depan dengan penuh iman dan disertai perbuatan, pada saatnya kita pasti kan melihat mujizat dan karya-karya Tuhan yang besar dan ajaib terjadi!
Banyak orang dihantui oleh rasa takut dan kuatir melihat kenyataan yang ada, bahkan mungkin mereka berkata, "Sanggupkah aku?" Namun sebagai orang percaya kita harus berani berkata bahwa tahun baru adalah tahun penuh pengharapan, karena kita percaya bahwa Tuhan senantiasa menyertai kita. Ini adalah suatu kesempatan bagi kita untuk menata langkah baru supaya dalam tahun yang baru ini kita dapat melihat janji-janji Tuhan digenapi, doa-doa kita terjawab dan ada terobosan baru di segala aspek kehidupan kita. Untuk itu kita harus melibatkan Tuhan dan mengandalkan Dia senantiasa, sebab "Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!" (Yeremia 17:7).
Melibatkan Tuhan dan mengandalkan Dia berarti kita menjadikan Tuhan sebagai yang terutama dalam hidup ini, sebagai tanda bahwa kita memiliki penyerahan penuh kepada Tuhan sehingga segala sesuatu yang kita lakukan, baik itu perkataan atau pun perbuatan, semata-mata kita lakukan untuk Tuhan Yesus. "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 2:23).
Hadapi tahun baru ini dengan penuh iman..!!
Baca: 1 Petrus 1:3-12
"Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan," 1 Petrus 1:3
Kita harus menyadari bahwa waktu yang sudah lewat tak mungkin diputar kembali. Adalah sia-sia jika kita terus meratapi nasib dan murung memikirkan kegagalan atau luka di masa lalu; ini hanya akan menjadi penghalang bagi kemajuan kita. Kehidupan di tahun 2013 hendaknya kita jadikan pengalaman berharga. Segala ujian dan permasalahan yang Tuhan ijinkan terjadi di tahun kemarin adalah pelajaran berharga agar kita dapat hidup lebih baik lagi. Itu adalah bagian dari proses pembentukan Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kita. Agar kita tidak mengulang kesalahan yang sama di tahun yang baru ini marilah kita memiliki tekad seperti Rasul Paulus, "...aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku," (Filipi 3:13). Mari melangkah ke depan dengan penuh iman dan disertai perbuatan, pada saatnya kita pasti kan melihat mujizat dan karya-karya Tuhan yang besar dan ajaib terjadi!
Banyak orang dihantui oleh rasa takut dan kuatir melihat kenyataan yang ada, bahkan mungkin mereka berkata, "Sanggupkah aku?" Namun sebagai orang percaya kita harus berani berkata bahwa tahun baru adalah tahun penuh pengharapan, karena kita percaya bahwa Tuhan senantiasa menyertai kita. Ini adalah suatu kesempatan bagi kita untuk menata langkah baru supaya dalam tahun yang baru ini kita dapat melihat janji-janji Tuhan digenapi, doa-doa kita terjawab dan ada terobosan baru di segala aspek kehidupan kita. Untuk itu kita harus melibatkan Tuhan dan mengandalkan Dia senantiasa, sebab "Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!" (Yeremia 17:7).
Melibatkan Tuhan dan mengandalkan Dia berarti kita menjadikan Tuhan sebagai yang terutama dalam hidup ini, sebagai tanda bahwa kita memiliki penyerahan penuh kepada Tuhan sehingga segala sesuatu yang kita lakukan, baik itu perkataan atau pun perbuatan, semata-mata kita lakukan untuk Tuhan Yesus. "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 2:23).
Hadapi tahun baru ini dengan penuh iman..!!
Wednesday, January 1, 2014
Tahun Baru: Tahun Pengharapan (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Januari 2014 -
Baca: Mazmur 71:1-24
"Sebab Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya ALLAH." Mazmur 71:5
Tahun 2013 baru saja kita lewati, dan tentunya banyak sekali kenangan yang telah mengisi hidup kita. Di sepanjang tahun kemarin setiap kita pasti mengalami dinamika hidup yang luar biasa: baik, buruk, sehat, sakit, berhasil, gagal, masalah datang silih berganti mewarnai hari-hari kita. Tidak sedikit dari kita yang meninggalkan tahun 2013 dengan sebersit rasa kecewa di dalam hati, oleh karena mungkin semua harapan dan keinginan kita belum juga terwujud, doa-doa kita hingga detik ini belum juga beroleh jawaban. Meski demikian jangan sekali-kali menyalahkan keadaan ini, menyalahkan orang lain, apalagi sampai menyalahkan Tuhan. Hal utama yang harus kita lakukan adalah menguji pekerjaan kita sendiri, dengan kata lain mengoreksi diri. "Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain." (Galatia 6:4).
Memasuki tahun baru 2014 ini biarlah kita tetap mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan dan berpegang teguh pada janji firmanNya, karena janjiNya adalah ya dan amin. Janji Tuhan bagi umatNya tidak pernah berubah dan tetap berlaku. Orang-orang di luar Tuhan mungkin akan berkata bahwa tahun 2014 adalah tahun yang penuh dengan ketidakpastian, tahun kesuraman atau tahun yang menakutkan sehingga mereka menghadapi tahun baru ini dengan penuh ketakutan dan kekuatiran. Namun bagi orang percaya, apa pun keadaannya, "...masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." (Amsal 23:18). Meski dunia dipenuhi goncangan-goncangan, anak-anak Tuhan, tidak seharusnya turut tergoncang, sebab "...kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan," (Ibrani 12:28). Sungguh benar apa yang disampaikan pemazmur bahwa Tuhan adalah satu-satunya pengharapan bagi orang percaya; dan pengharapan di dalam Tuhan itu tidak pernah mengecewakan!
Tetap nantikanlah Tuhan dengan penuh ketekunan sampai Ia bertindak, karena "...semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu;" (Mazmur 25:3).
"Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada TUHAN, Allahnya:" Mazmur 146:5
Baca: Mazmur 71:1-24
"Sebab Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya ALLAH." Mazmur 71:5
Tahun 2013 baru saja kita lewati, dan tentunya banyak sekali kenangan yang telah mengisi hidup kita. Di sepanjang tahun kemarin setiap kita pasti mengalami dinamika hidup yang luar biasa: baik, buruk, sehat, sakit, berhasil, gagal, masalah datang silih berganti mewarnai hari-hari kita. Tidak sedikit dari kita yang meninggalkan tahun 2013 dengan sebersit rasa kecewa di dalam hati, oleh karena mungkin semua harapan dan keinginan kita belum juga terwujud, doa-doa kita hingga detik ini belum juga beroleh jawaban. Meski demikian jangan sekali-kali menyalahkan keadaan ini, menyalahkan orang lain, apalagi sampai menyalahkan Tuhan. Hal utama yang harus kita lakukan adalah menguji pekerjaan kita sendiri, dengan kata lain mengoreksi diri. "Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain." (Galatia 6:4).
Memasuki tahun baru 2014 ini biarlah kita tetap mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan dan berpegang teguh pada janji firmanNya, karena janjiNya adalah ya dan amin. Janji Tuhan bagi umatNya tidak pernah berubah dan tetap berlaku. Orang-orang di luar Tuhan mungkin akan berkata bahwa tahun 2014 adalah tahun yang penuh dengan ketidakpastian, tahun kesuraman atau tahun yang menakutkan sehingga mereka menghadapi tahun baru ini dengan penuh ketakutan dan kekuatiran. Namun bagi orang percaya, apa pun keadaannya, "...masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." (Amsal 23:18). Meski dunia dipenuhi goncangan-goncangan, anak-anak Tuhan, tidak seharusnya turut tergoncang, sebab "...kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan," (Ibrani 12:28). Sungguh benar apa yang disampaikan pemazmur bahwa Tuhan adalah satu-satunya pengharapan bagi orang percaya; dan pengharapan di dalam Tuhan itu tidak pernah mengecewakan!
Tetap nantikanlah Tuhan dengan penuh ketekunan sampai Ia bertindak, karena "...semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu;" (Mazmur 25:3).
"Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada TUHAN, Allahnya:" Mazmur 146:5
Tuesday, December 31, 2013
AKHIR ZAMAN: Berdoalah Senantiasa!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Desember 2013 -
Baca: Yudas 1:17-23
"... bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus." Yudas 20
Secara pasti kita telah berada di penghujung tahun 2013 dan jelas terlihat bahwa keadaan dunia ini semakin hari tidak bertambah baik, tetapi semakin buruk dan dipenuhi kejahatan. Kita pun mudah sekali terpancing dan terbawa arus dunia ini. Sekali lagi "...janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan." (Efesus 5:17).
Kata 'berdoa' menekanakan pada hubungan kita terhadap Tuhan. Bagi orang percaya doa adalah nafas hidup. Tanpa doa, kita akan mengalami 'kematian' rohani. Tanpa doa, kita akan gagal dalam berjaga-jaga sebab sumber kekuatan kita datangnya hanya dari Tuhan. Seringkali kita tekun berdoa hanya saat meminta sesuatu kepadaNya dengan menyodorkan segudang kebutuhan atau saat berada dalam masalah. Namun ketika segala sesuatunya berjalan dengan baik dan lancar kita malas dan ogah-ogahan berdoa. Berhati-hatilah! Ada banyak orang Kristen mengalami kejatuhan bukan dari banyaknya masalah yang dialami, tetapi justru saat mereka sedang diberkati dan segala sesuatunya baik, karena mereka merasa aman dalam segala hal sehingga akhirnya lengah. Ingat, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di depan atau di kemudian hari. Bahaya selalu ada di sekeliling kita, "...Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8). Tidak ada jalan lain selain waspada, berjaga-jaga dan berdoa. Biarlah hari terakhir ini kita jadikan sebagai hari untuk merefleksikan diri dan merenungkan segala kasih dan kebaikan Tuhan dalam hidup ini seperti yang dilakukan oleh Samuel, di mana ia berhenti dan mendirikan suatu batu peringatan dengan menamainya 'Eben Haezer' yang artinya 'sampai di sini Tuhan menolong kita' (baca 1 Samuel 7:12).
Hanya karena pertolongan Tuhan semata kita dapat melewati hari-hari kita di sepanjang 2013. Tuhan tidak pernah membiarkan dan meninggalkan kita; Tuhan selalu ada di setiap musim hidup kita. "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (Mazmur 46:2).
Menghadapi dunia yang bergelora ini tidak ada jalan lain, kita harus makin melekat kepada Tuhan melalui doa-doa kita.
Baca: Yudas 1:17-23
"... bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus." Yudas 20
Secara pasti kita telah berada di penghujung tahun 2013 dan jelas terlihat bahwa keadaan dunia ini semakin hari tidak bertambah baik, tetapi semakin buruk dan dipenuhi kejahatan. Kita pun mudah sekali terpancing dan terbawa arus dunia ini. Sekali lagi "...janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan." (Efesus 5:17).
Kata 'berdoa' menekanakan pada hubungan kita terhadap Tuhan. Bagi orang percaya doa adalah nafas hidup. Tanpa doa, kita akan mengalami 'kematian' rohani. Tanpa doa, kita akan gagal dalam berjaga-jaga sebab sumber kekuatan kita datangnya hanya dari Tuhan. Seringkali kita tekun berdoa hanya saat meminta sesuatu kepadaNya dengan menyodorkan segudang kebutuhan atau saat berada dalam masalah. Namun ketika segala sesuatunya berjalan dengan baik dan lancar kita malas dan ogah-ogahan berdoa. Berhati-hatilah! Ada banyak orang Kristen mengalami kejatuhan bukan dari banyaknya masalah yang dialami, tetapi justru saat mereka sedang diberkati dan segala sesuatunya baik, karena mereka merasa aman dalam segala hal sehingga akhirnya lengah. Ingat, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di depan atau di kemudian hari. Bahaya selalu ada di sekeliling kita, "...Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8). Tidak ada jalan lain selain waspada, berjaga-jaga dan berdoa. Biarlah hari terakhir ini kita jadikan sebagai hari untuk merefleksikan diri dan merenungkan segala kasih dan kebaikan Tuhan dalam hidup ini seperti yang dilakukan oleh Samuel, di mana ia berhenti dan mendirikan suatu batu peringatan dengan menamainya 'Eben Haezer' yang artinya 'sampai di sini Tuhan menolong kita' (baca 1 Samuel 7:12).
Hanya karena pertolongan Tuhan semata kita dapat melewati hari-hari kita di sepanjang 2013. Tuhan tidak pernah membiarkan dan meninggalkan kita; Tuhan selalu ada di setiap musim hidup kita. "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (Mazmur 46:2).
Menghadapi dunia yang bergelora ini tidak ada jalan lain, kita harus makin melekat kepada Tuhan melalui doa-doa kita.
Monday, December 30, 2013
AKHIR ZAMAN: Berjagalah Senantiasa!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Desember 2013 -
Baca: Lukas 21:34-38
"Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia." Lukas 21:36
Hari-hari ini kita berada di masa-masa yang sukar menjelang kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus yang kian mendekat. Coba perhatikan dengan seksama keadaan dunia sekarang ini! Sudah sangat jelas bahwa semua yang sedang terjadi adalah tanda-tanda akhir zaman, sebagaimana tertulis di dalam Alkitab.
Sebagai orang percaya seharusnya kita makin peka rohani melihat hal ini. Firman Tuhan tiada henti-hentinya mengingatkan dan menasehati agar kita benar-benar memperhatikan bagaimana kita hidup, "...janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif," (Efesus 5:15). Jangan lagi kita bertindak sembrono dan menyia-nyiakan waktu yang ada. Sebaliknya kita harus mempergunakan waktu/kesempatan yang ada sebaik mungkin, sebab "Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat." (2 Petrus 3:9). Kita diminta senantiasa berjaga-jaga sambil berdoa. 'Berjaga-jaga' mengacu pada kehati-hatian kita bertindak dan berperilaku; berpikir begitu rupa, penuh kesadaran dan pertimbangan sebelum melakukan tindakan atau perbuatan supaya tidak menyimpang dari kebenaran, sebab Tuhan menghendaki kita memiliki gaya hidup yang 'berbeda' dari orang-orang dunia. Dengan kata lain kita tidak berperilaku sama seperti yang orang dunia lakukan. Tuhan berfirman, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2).
Jika orang dunia hidup menurut keinginan daging (hawa nafsunya), larut dalam pesta pora dan kemabukan, maka kehidupan orang percaya tidak boleh demikian. Kita harus hidup menurut pimpinan Roh Tuhan, sehingga kehidupan kita seturut kehendakNya.
Dengan berjaga-jaga kita tidak mudah jatuh terjerumus ke dalam berbagai percobaan yang ada.
Baca: Lukas 21:34-38
"Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia." Lukas 21:36
Hari-hari ini kita berada di masa-masa yang sukar menjelang kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus yang kian mendekat. Coba perhatikan dengan seksama keadaan dunia sekarang ini! Sudah sangat jelas bahwa semua yang sedang terjadi adalah tanda-tanda akhir zaman, sebagaimana tertulis di dalam Alkitab.
Sebagai orang percaya seharusnya kita makin peka rohani melihat hal ini. Firman Tuhan tiada henti-hentinya mengingatkan dan menasehati agar kita benar-benar memperhatikan bagaimana kita hidup, "...janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif," (Efesus 5:15). Jangan lagi kita bertindak sembrono dan menyia-nyiakan waktu yang ada. Sebaliknya kita harus mempergunakan waktu/kesempatan yang ada sebaik mungkin, sebab "Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat." (2 Petrus 3:9). Kita diminta senantiasa berjaga-jaga sambil berdoa. 'Berjaga-jaga' mengacu pada kehati-hatian kita bertindak dan berperilaku; berpikir begitu rupa, penuh kesadaran dan pertimbangan sebelum melakukan tindakan atau perbuatan supaya tidak menyimpang dari kebenaran, sebab Tuhan menghendaki kita memiliki gaya hidup yang 'berbeda' dari orang-orang dunia. Dengan kata lain kita tidak berperilaku sama seperti yang orang dunia lakukan. Tuhan berfirman, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2).
Jika orang dunia hidup menurut keinginan daging (hawa nafsunya), larut dalam pesta pora dan kemabukan, maka kehidupan orang percaya tidak boleh demikian. Kita harus hidup menurut pimpinan Roh Tuhan, sehingga kehidupan kita seturut kehendakNya.
Dengan berjaga-jaga kita tidak mudah jatuh terjerumus ke dalam berbagai percobaan yang ada.
Sunday, December 29, 2013
MENGERJAKAN KESELAMATAN: Menuju Ke Arah Kristus
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Desember 2013 -
Baca: 2 Timotius 1:3-18
"Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman" 2 Timotius 1:9
Keselamatan memiliki arti dilepaskan atau dibebaskan dari hukuman, kutuk dan akibat-akibat dosa lainnya. Keselamatan ini tidak dapat kita raih dengan kekuatan sendiri, misalnya dengan berbuat baik, beramal dan sebagainya. Hanya ada satu cara untuk memperoleh keselamatan yaitu dengan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan menerima dia sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi. Namun proses keselamatan tidak hanya berhenti sampai di sini saja, atau sekali langsung selesai, tetapi harus dikerjakan terus-menerus di sepanjang hidup kita, karena keselamatan memiliki dua sisi yaitu sisi anugerah dan sisi ketaatan. "...karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. (Filipi 2:12-13).
Adapun sasaran mengerjakan keselamatan ini adalah untuk menjadi serupa dengan Kristus, maka karakter kita pun harus berubah dan bertumbuh ke arah Dia, sebab "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6). Saat kita mengalami kelahiran baru yang berubah adalah roh kita, tetapi karakter, pola berpikir, kebiasaan kita belum berubah. Maka Tuhan menghendaki kita menghasilkan buah sesuai pertobatan kita (baca Matius 3:8), di sinilah terjadi perubahan manusia lama ke manusia baru. Tuhan adalah Sang Penjunan dan kita ini adalah tanah liatnya. Dia selalu punya cara untuk membentuk dan memurnikan kita.
Proses pembentukan Tuhan memang 'sakit' karena di dalamnya terkandung: penyangkalan diri, pikul salib dan komitmen untuk mengikut Dia sampai akhir hidup kita (baca Matius 16:24).
"Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara." Roma 8:29
Baca: 2 Timotius 1:3-18
"Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman" 2 Timotius 1:9
Keselamatan memiliki arti dilepaskan atau dibebaskan dari hukuman, kutuk dan akibat-akibat dosa lainnya. Keselamatan ini tidak dapat kita raih dengan kekuatan sendiri, misalnya dengan berbuat baik, beramal dan sebagainya. Hanya ada satu cara untuk memperoleh keselamatan yaitu dengan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan menerima dia sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi. Namun proses keselamatan tidak hanya berhenti sampai di sini saja, atau sekali langsung selesai, tetapi harus dikerjakan terus-menerus di sepanjang hidup kita, karena keselamatan memiliki dua sisi yaitu sisi anugerah dan sisi ketaatan. "...karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. (Filipi 2:12-13).
Adapun sasaran mengerjakan keselamatan ini adalah untuk menjadi serupa dengan Kristus, maka karakter kita pun harus berubah dan bertumbuh ke arah Dia, sebab "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6). Saat kita mengalami kelahiran baru yang berubah adalah roh kita, tetapi karakter, pola berpikir, kebiasaan kita belum berubah. Maka Tuhan menghendaki kita menghasilkan buah sesuai pertobatan kita (baca Matius 3:8), di sinilah terjadi perubahan manusia lama ke manusia baru. Tuhan adalah Sang Penjunan dan kita ini adalah tanah liatnya. Dia selalu punya cara untuk membentuk dan memurnikan kita.
Proses pembentukan Tuhan memang 'sakit' karena di dalamnya terkandung: penyangkalan diri, pikul salib dan komitmen untuk mengikut Dia sampai akhir hidup kita (baca Matius 16:24).
"Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara." Roma 8:29
Saturday, December 28, 2013
TUHAN YESUS DATANG KE DUNIA (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Desember 2013 -
Baca: Matius 1:18-25
"'Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel' -- yang berarti: Allah menyertai kita." Matius 1:23
Di dalam Kolose 1:13 dikatakan bahwa, "Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa." (Kolose 1:13-14). Jelas sudah bahwa perbuatan baik itu tidak dapat meyelamatkan seseorang dari dosa. Perbuatan baik adalah buah dari keselamatan, bukan syarat untuk beroleh keselamatan kekal. Rasul Paulus pun menambahkan, "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8-9). Jadi kedatangan Yesus ke dunia adalah untuk mengemban misi penyelamatan dari bapa: menebus dosa dan menyelamatkan manusia dari penghukuman kekal. Dia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang (baca Matius 20:28). Tugas kita adalah membuka hati dan percaya kepadaNya, serta menerima keselamatan yang ditawarkan Tuhan. Jadi orang yang menolak Yesus berarti menolak Allah.
Selain itu Anak Manusia datang ke dunia untuk menyertai umatNya. Kata 'Imanuel' yang berarti Allah menyertai kita adalah janji Tuhan bagi orang yang percaya, dan penyertaanNya atas kita bukan hanya pada waktu-waktu tertentu, tapi di sepanjang musim hidup kita, bahkan Ia akan menyertai kita sampai kepada akhir zaman (baca Matius 28:20b). Oleh karena itu jangan pernah merasa sendiri dalam menghadapi pergumulan hidup ini. Tuhan berkata, "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b), bahkan "...rambut kepalamupun terhitung semuanya." (Matius 10:30), bukti betapa Tuhan sangat mempedulikan kita.
Bagi umat Kristiani natal bukanlah sekedar seremonial atau tradisi tahunan yang identik dengan pesta, hadiah dan atraksi. Momen natal hendaknya menyadarkan kita akan besarnya kasih dan anugerah Allah bagi dunia ini.
Tiada hadiah terbesar dan terindah bagi dunia selain kehadiran Yesus Kristus, karena Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa.
Baca: Matius 1:18-25
"'Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel' -- yang berarti: Allah menyertai kita." Matius 1:23
Di dalam Kolose 1:13 dikatakan bahwa, "Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa." (Kolose 1:13-14). Jelas sudah bahwa perbuatan baik itu tidak dapat meyelamatkan seseorang dari dosa. Perbuatan baik adalah buah dari keselamatan, bukan syarat untuk beroleh keselamatan kekal. Rasul Paulus pun menambahkan, "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8-9). Jadi kedatangan Yesus ke dunia adalah untuk mengemban misi penyelamatan dari bapa: menebus dosa dan menyelamatkan manusia dari penghukuman kekal. Dia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang (baca Matius 20:28). Tugas kita adalah membuka hati dan percaya kepadaNya, serta menerima keselamatan yang ditawarkan Tuhan. Jadi orang yang menolak Yesus berarti menolak Allah.
Selain itu Anak Manusia datang ke dunia untuk menyertai umatNya. Kata 'Imanuel' yang berarti Allah menyertai kita adalah janji Tuhan bagi orang yang percaya, dan penyertaanNya atas kita bukan hanya pada waktu-waktu tertentu, tapi di sepanjang musim hidup kita, bahkan Ia akan menyertai kita sampai kepada akhir zaman (baca Matius 28:20b). Oleh karena itu jangan pernah merasa sendiri dalam menghadapi pergumulan hidup ini. Tuhan berkata, "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b), bahkan "...rambut kepalamupun terhitung semuanya." (Matius 10:30), bukti betapa Tuhan sangat mempedulikan kita.
Bagi umat Kristiani natal bukanlah sekedar seremonial atau tradisi tahunan yang identik dengan pesta, hadiah dan atraksi. Momen natal hendaknya menyadarkan kita akan besarnya kasih dan anugerah Allah bagi dunia ini.
Tiada hadiah terbesar dan terindah bagi dunia selain kehadiran Yesus Kristus, karena Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa.
Friday, December 27, 2013
TUJUAN YESUS DATANG KE DUNIA (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Desember 2013 -
Baca: Matius 1:18-25
"Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." Matius 1:21
Natal adalah bukti nyata betapa sempurnanya kasih Allah kepada manusia. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16). Pertanyaannya: untuk apa Yesus Kristus datang ke dunia dan menjadi manusia? Ayat nas menegaskan bahwa Dia datang untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa. Kemudian timbullah pertanyaan dlam hati banyak orang: "Mana mungkin Allah menjadi manusia?" Jawabnya adalah tidak ada perkara yang mustahil bagi Dia, karena Allah adalah Mahakuasa.
Mengapa Allah harus turun ke dunia dan menjadi sama dengan manusia melalui pribadi Yesus Kristus? Karena tidak seorang pun manusia sanggup menyelesaikan persoalan dosanya, apa pun caranya. Adalah suatu anugerah yang luar biasa bila Yesus Kristus dengan kasihNya yang sempurna berkenan menebus dan menyelamatkan manusia dari dosa-dosa. Yesus Kristus adalah hadiah terindah bagi dunia. Jadi inisiatif keselamatan itu datangnya dari Allah sendiri; dan hanya melalui Yesus inilah manusia berdosa dapat diselamatkan. "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." (Kisah 4:12). Yesus datang ke dunia dengan membawa misi mulia "...untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." (Lukas 19:10).
Siapa di antara kita yang merasa tidak berdosa? Sesungguhnya setiap manusia di belahan bumi mana pun membutuhkan Yesus dalam hidupnya. Kata 'Dialah' (ayat nas) adalah penegas bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan bagi manusia sebagaimana yang Yesus katakan, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6). Hal ini menunjukkan bahwa keselamatan tidak dapat diraih melalui perbuatan baik yang kita lakukan, sebab perbuatan baik tidak akan pernah dapat melunasi dosa yang kita perbuat, melainkan semata-mata oleh karena anugerah penyelamatan yang dikerjakan oleh Yesus Kristus bagi orang yang percaya kepadaNya. (Bersambung)
Baca: Matius 1:18-25
"Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." Matius 1:21
Natal adalah bukti nyata betapa sempurnanya kasih Allah kepada manusia. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16). Pertanyaannya: untuk apa Yesus Kristus datang ke dunia dan menjadi manusia? Ayat nas menegaskan bahwa Dia datang untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa. Kemudian timbullah pertanyaan dlam hati banyak orang: "Mana mungkin Allah menjadi manusia?" Jawabnya adalah tidak ada perkara yang mustahil bagi Dia, karena Allah adalah Mahakuasa.
Mengapa Allah harus turun ke dunia dan menjadi sama dengan manusia melalui pribadi Yesus Kristus? Karena tidak seorang pun manusia sanggup menyelesaikan persoalan dosanya, apa pun caranya. Adalah suatu anugerah yang luar biasa bila Yesus Kristus dengan kasihNya yang sempurna berkenan menebus dan menyelamatkan manusia dari dosa-dosa. Yesus Kristus adalah hadiah terindah bagi dunia. Jadi inisiatif keselamatan itu datangnya dari Allah sendiri; dan hanya melalui Yesus inilah manusia berdosa dapat diselamatkan. "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." (Kisah 4:12). Yesus datang ke dunia dengan membawa misi mulia "...untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." (Lukas 19:10).
Siapa di antara kita yang merasa tidak berdosa? Sesungguhnya setiap manusia di belahan bumi mana pun membutuhkan Yesus dalam hidupnya. Kata 'Dialah' (ayat nas) adalah penegas bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan bagi manusia sebagaimana yang Yesus katakan, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6). Hal ini menunjukkan bahwa keselamatan tidak dapat diraih melalui perbuatan baik yang kita lakukan, sebab perbuatan baik tidak akan pernah dapat melunasi dosa yang kita perbuat, melainkan semata-mata oleh karena anugerah penyelamatan yang dikerjakan oleh Yesus Kristus bagi orang yang percaya kepadaNya. (Bersambung)
Thursday, December 26, 2013
SUKACITA BAGI DUNIA (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Desember 2013 -
Baca: Lukas 2:8-20
"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya." Lukas 2:14
Sesungguhnya kebahagiaan natal bukan dikarenakan mewah atau semaraknya perayaan, melainkan bagaimana sikap hati kita setelah bertemu dengan Yesus, Sang Juruselamat dunia itu. Karena itu patut bagi kita untuk meneladani sikap para gembala ini.
Setelah menerima kabar sukacita para gembala pun "...berkata seorang kepada yang lain: 'Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita.'" (ayat 15). Para gembala memiliki respons yang benar akan kedatangan Sang Juruselamat, sehingga tanpa menunda-nunda waktu mereka pun segera pergi ke Betlehem bukan sekedar ingin tahu, tetapi mereka memiliki kerinduan yang mendalam untuk bertemu dengan Yesus. Mereka pergi bukan dengan keterpaksaan, melainkan kerelaan dan dipenuhi sukacita. Sukacita mereka bukan berasal dari dunia tapi dari sorga. Inilah sukacita sejati! Mereka mengalami sukacita sejati karena telah bertemu secara pribadi dengan Sang Juruselamat. Setelah bertemu Yesus gembala-gembala itu tidak tinggal diam. Sukacita yang mereka peroleh tidak mereka nikmati sendiri tetapi mereka bagikan kepada orang lain. "Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu." (ayat 17).
Inilah yang Tuhan kehendaki bagi kita yaitu menjadi saksi-saksiNya di tengah dunia ini. Bersaksi tentang Yesus, Sang Juruselamat, supaya orang-orang yang belum mengenal Dia juga diselamatkan. Untuk bersaksi dan memberitakan Injil tidak harus menjadi pendeta, pengkotbah atau masuk sekolah teologia terlebih dahulu. Apa pun pekerjaan dan profesi kita, di mana pun dan kapan pun waktunya, kita bisa menjadi saksi-saksi Kristus. Kesaksian yang efektif adalah melalui kehidupan kita sehari-hari yang bisa menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar kita. Sayang sekali apabila orang Kristen tidak bisa menjadi berkat, malahan sebaliknya menjadi batu sandungan bagi banyak orang oleh karena perbuatan mereka yang tidak jauh berbeda dari orang-orang dunia.
Kelahiran Yesus Kristus membawa sukacita sejati bagi setiap orang percaya kepadaNya, karena di dalam Dia ada keselamatan!
Baca: Lukas 2:8-20
"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya." Lukas 2:14
Sesungguhnya kebahagiaan natal bukan dikarenakan mewah atau semaraknya perayaan, melainkan bagaimana sikap hati kita setelah bertemu dengan Yesus, Sang Juruselamat dunia itu. Karena itu patut bagi kita untuk meneladani sikap para gembala ini.
Setelah menerima kabar sukacita para gembala pun "...berkata seorang kepada yang lain: 'Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita.'" (ayat 15). Para gembala memiliki respons yang benar akan kedatangan Sang Juruselamat, sehingga tanpa menunda-nunda waktu mereka pun segera pergi ke Betlehem bukan sekedar ingin tahu, tetapi mereka memiliki kerinduan yang mendalam untuk bertemu dengan Yesus. Mereka pergi bukan dengan keterpaksaan, melainkan kerelaan dan dipenuhi sukacita. Sukacita mereka bukan berasal dari dunia tapi dari sorga. Inilah sukacita sejati! Mereka mengalami sukacita sejati karena telah bertemu secara pribadi dengan Sang Juruselamat. Setelah bertemu Yesus gembala-gembala itu tidak tinggal diam. Sukacita yang mereka peroleh tidak mereka nikmati sendiri tetapi mereka bagikan kepada orang lain. "Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu." (ayat 17).
Inilah yang Tuhan kehendaki bagi kita yaitu menjadi saksi-saksiNya di tengah dunia ini. Bersaksi tentang Yesus, Sang Juruselamat, supaya orang-orang yang belum mengenal Dia juga diselamatkan. Untuk bersaksi dan memberitakan Injil tidak harus menjadi pendeta, pengkotbah atau masuk sekolah teologia terlebih dahulu. Apa pun pekerjaan dan profesi kita, di mana pun dan kapan pun waktunya, kita bisa menjadi saksi-saksi Kristus. Kesaksian yang efektif adalah melalui kehidupan kita sehari-hari yang bisa menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar kita. Sayang sekali apabila orang Kristen tidak bisa menjadi berkat, malahan sebaliknya menjadi batu sandungan bagi banyak orang oleh karena perbuatan mereka yang tidak jauh berbeda dari orang-orang dunia.
Kelahiran Yesus Kristus membawa sukacita sejati bagi setiap orang percaya kepadaNya, karena di dalam Dia ada keselamatan!
Wednesday, December 25, 2013
SUKACITA BAGI DUNIA (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Desember 2013 -
Baca: Lukas 2:8-20
"Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud." Lukas 2:11
Natal telah tiba! Hari ini seluruh umat Kristiani di seluruh penjuru bumi diliputi sukacita, karena kita kembali beroleh kesempatan merayakan natal. Semarak lagu-lagu natal sudah kita dengar di berbagai tempat sejak minggu-minggu kemarin, baik itu di pusat-pusat perbelanjaan, hotel dan sebagainya. Terlebih lagi gereja-gereja tak kalah antusias merias diri, mulai dari pernak-pernik hingga berbagai atraksi yang telah dipersiapkan jauh-jauh hari guna menyambut momen yang sangat berbahagia ini, seperti latihan drama, paduan suara, gerak dan lagu, bahkan ada pula yang menggelar bazar atau pasar murah bagi jemaat. Seringkali waktu dan pikiran kita tersita hanya untuk menghias gereja dan mendisain acara natal semeriah mungkin, tapi kita lupa makna dari natal itu sendiri.
Biasanya suasana malam hari adalah sunyi senyap dan gelap gulita karena banyak orang sudah terlelap di balik selimutnya. Namun ada pemandangan yang berbeda di padang belantara, tempat di mana para gembala menjaga kawanan ternaknya pada suatu malam. Suatu tempat yang sama sekali tidak diperhitungkan oleh manusia, di mana biasanya hanya terdengar suara kambing domba mengembik, berubah menjadi gegap gempita. "Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. Lalu kata malaikat itu kepada mereka: 'Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa:'" (Lukas 2:9-10).
Apakah yang sedang terjadi? Terang dari sorga meliputi tempat itu seiring datangnya malaikat Tuhan membawa kabar sukacita bahwa telah lahir Sang Juruselamat yaitu Yesus Kristus di kota Daud. Uniknya orang yang pertama kali menerima kabar sukacita dari sorga ini bukanlah orang-orang yang ternama, berpangkat atau rohaniawan, tetapi orang-orang yang mungkin dipandang sebelah mata oleh dunia. Mereka adalah para gembala domba, sekelompok orang yang berstatus sosial rendah, kaum yang sama sekali tidak masuk perhitungan. Hal ini menunjukkan bahwa kedatangan Sang Juruselamat ke dunia bukan hanya untuk orang-orang atau golongan tertentu saja, melainkan juga untuk segala kaum bangsa tanpa memandang kulit dan juga status sosial. (Bersambung)
Baca: Lukas 2:8-20
"Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud." Lukas 2:11
Natal telah tiba! Hari ini seluruh umat Kristiani di seluruh penjuru bumi diliputi sukacita, karena kita kembali beroleh kesempatan merayakan natal. Semarak lagu-lagu natal sudah kita dengar di berbagai tempat sejak minggu-minggu kemarin, baik itu di pusat-pusat perbelanjaan, hotel dan sebagainya. Terlebih lagi gereja-gereja tak kalah antusias merias diri, mulai dari pernak-pernik hingga berbagai atraksi yang telah dipersiapkan jauh-jauh hari guna menyambut momen yang sangat berbahagia ini, seperti latihan drama, paduan suara, gerak dan lagu, bahkan ada pula yang menggelar bazar atau pasar murah bagi jemaat. Seringkali waktu dan pikiran kita tersita hanya untuk menghias gereja dan mendisain acara natal semeriah mungkin, tapi kita lupa makna dari natal itu sendiri.
Biasanya suasana malam hari adalah sunyi senyap dan gelap gulita karena banyak orang sudah terlelap di balik selimutnya. Namun ada pemandangan yang berbeda di padang belantara, tempat di mana para gembala menjaga kawanan ternaknya pada suatu malam. Suatu tempat yang sama sekali tidak diperhitungkan oleh manusia, di mana biasanya hanya terdengar suara kambing domba mengembik, berubah menjadi gegap gempita. "Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. Lalu kata malaikat itu kepada mereka: 'Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa:'" (Lukas 2:9-10).
Apakah yang sedang terjadi? Terang dari sorga meliputi tempat itu seiring datangnya malaikat Tuhan membawa kabar sukacita bahwa telah lahir Sang Juruselamat yaitu Yesus Kristus di kota Daud. Uniknya orang yang pertama kali menerima kabar sukacita dari sorga ini bukanlah orang-orang yang ternama, berpangkat atau rohaniawan, tetapi orang-orang yang mungkin dipandang sebelah mata oleh dunia. Mereka adalah para gembala domba, sekelompok orang yang berstatus sosial rendah, kaum yang sama sekali tidak masuk perhitungan. Hal ini menunjukkan bahwa kedatangan Sang Juruselamat ke dunia bukan hanya untuk orang-orang atau golongan tertentu saja, melainkan juga untuk segala kaum bangsa tanpa memandang kulit dan juga status sosial. (Bersambung)
Tuesday, December 24, 2013
TUHAN ADALAH GEMBALAKU (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Desember 2013 -
Baca: Yohanes 10:11-21
"Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;" Yohanes 10:11
Daud menyadari bahwa dirinya tak ubahnya seperti domba: lemah tak berdaya, tidak bisa menjaga diri sendiri, memiliki rasa takut namun keras kepala, mudah sekali lari dan memberontak sehingga rentan untuk tersesat. "Aku sesat seperti domba yang hilang, carilah hamba-Mu ini, sebab perintah-perintah-Mu tidak kulupakan." (Mazmur 119:176). Dalam keadaan demikian kehadiran seorang gembala sangat dibutuhkan. Bersama dengan gembala, domba dikelilingi dengan berkat, segala kebutuhannya terpenuhi.
Daud mengakui bahwa Tuhan adalah gembala yang baik. Sebagai gembala yang baik Tuhan akan membuat kita tidak berkekurangan sesuatu apa pun, bahkan Ia mau menerima kita apa adanya, menjaga, menopang, menolong dan menyatakan kasihNya setiap saat. Dengan penuh kesabaran Ia menuntun dan memandu kita, sehingga "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:4). Gembala yang baik selalu berjalan di depan, kemudian domba-dombanya akan mengikutinya. "Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya." (Yohanes 10:4). Selain itu, di tangan gembala selalu ada gada dan tongkat. Gada berfungsi menghajar dan membunuh binatang buas yang hendak mengganggu dan memangsa domba. Sedangkan tongkat berfungsi memukul dengan pelan bokong domba-domba yang sedang berlarian, memberontak dan bergerak menjauh dari gembala atau sedang ke luar dari jalur. Pukulan ini tidak keras tapi terasa sakit juga dengan tujuan mendisiplinkan mereka. Atau tongkat dikalungkan ke leher domba dengan tujuan menarik si domba agar kembali ke barisan atau rombongan, sebab jika domba berjalan sendiri dan tercerai dikhawatirkan akan tersesat dan kemungkinan besar akan menjadi mangsa binatang buas.
Memang tongkat didikan Tuhan itu terasa tidak nyaman dan sakit bagi daging kita, tapi semuanya mendatangkan kebaikan bagi kita.
Tuhan adalah Jehovah Rohi, Dia adalah Gembala dan kita adalah domba-dombaNya. Sebagai Gembala yang baik Dia tahu yang terbaik bagi kita.
Baca: Yohanes 10:11-21
"Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;" Yohanes 10:11
Daud menyadari bahwa dirinya tak ubahnya seperti domba: lemah tak berdaya, tidak bisa menjaga diri sendiri, memiliki rasa takut namun keras kepala, mudah sekali lari dan memberontak sehingga rentan untuk tersesat. "Aku sesat seperti domba yang hilang, carilah hamba-Mu ini, sebab perintah-perintah-Mu tidak kulupakan." (Mazmur 119:176). Dalam keadaan demikian kehadiran seorang gembala sangat dibutuhkan. Bersama dengan gembala, domba dikelilingi dengan berkat, segala kebutuhannya terpenuhi.
Daud mengakui bahwa Tuhan adalah gembala yang baik. Sebagai gembala yang baik Tuhan akan membuat kita tidak berkekurangan sesuatu apa pun, bahkan Ia mau menerima kita apa adanya, menjaga, menopang, menolong dan menyatakan kasihNya setiap saat. Dengan penuh kesabaran Ia menuntun dan memandu kita, sehingga "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:4). Gembala yang baik selalu berjalan di depan, kemudian domba-dombanya akan mengikutinya. "Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya." (Yohanes 10:4). Selain itu, di tangan gembala selalu ada gada dan tongkat. Gada berfungsi menghajar dan membunuh binatang buas yang hendak mengganggu dan memangsa domba. Sedangkan tongkat berfungsi memukul dengan pelan bokong domba-domba yang sedang berlarian, memberontak dan bergerak menjauh dari gembala atau sedang ke luar dari jalur. Pukulan ini tidak keras tapi terasa sakit juga dengan tujuan mendisiplinkan mereka. Atau tongkat dikalungkan ke leher domba dengan tujuan menarik si domba agar kembali ke barisan atau rombongan, sebab jika domba berjalan sendiri dan tercerai dikhawatirkan akan tersesat dan kemungkinan besar akan menjadi mangsa binatang buas.
Memang tongkat didikan Tuhan itu terasa tidak nyaman dan sakit bagi daging kita, tapi semuanya mendatangkan kebaikan bagi kita.
Tuhan adalah Jehovah Rohi, Dia adalah Gembala dan kita adalah domba-dombaNya. Sebagai Gembala yang baik Dia tahu yang terbaik bagi kita.
Monday, December 23, 2013
TUHAN ADALAH GEMBALAKU (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Desember 2013 -
Baca: Mazmur 23:1-6
"TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku." Mazmur 23:1
Kekristenan adalah sebuah kehidupan, karena itulah harus menjadi realita dalam hidup orang percaya setiap hari. Selama kita memandang kekristenan hanya sebatas agama dan bukan sebagai realita, sampai kapan pun kerohanian kita tidak akan maju, iman kita tidak akan bertumbuh dan pengenalan kita akan Pribadi Tuhan tetap saja dangkal. Namun jika kita memandang kekristenan sebagai suatu kehidupan yang tak terpisahkan dengan pribadi Tuhan Yesus dan sebuah hubungan yang karib dengan Dia, maka kita akan menjadi orang Kristen yang jauh berbeda, karena mengalami perjalanan rohani yang nyata dengan Dia sebagai akibat perjumpaan dengan Dia secara pribadi. Itulah sebabnya Daud berkata, "TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." (Mazmur 25:14). Artinya bagi setiap orang yang bertemu dengan Tuhan secara pribadi dan membangun hubungan yang karib dengan Dia, Dia pasti akan menyatakan diriNya sehingga orang tersebut menyebut namaNya.
Selain sebagai raja atas Israel, di masa hidupnya Daud memiliki pengalaman hidup sebagai gembala. Meski kambing domba yang digembalakannya hanya berjumlah 2-3 ekor ia melakukan tugasnya dengan penuh kesetiaan. Dengan penuh kesabaran ia membimbing kambing dombanya ke padang yang berumput hijau supaya cukup makanan dan ke air yang tenang, bahkan ia rela mempertaruhkan nyawanya demi keselamatan kambing dombanya dari terkaman binatang buas. "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya." (1 Samuel 17:34-35).
Berdasarkan pengalaman inilah terciptalah mazmur 23 ini. Daud menyadari dan merasakan betapa Tuhan sangat mengasihi dan memperhatikan hidupnya seperti seorang gembala yang begitu mempedulikan domba-dombanya sehingga ia pun berkata, "Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku." (Mazmur 23:2). (Bersambung)
Baca: Mazmur 23:1-6
"TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku." Mazmur 23:1
Kekristenan adalah sebuah kehidupan, karena itulah harus menjadi realita dalam hidup orang percaya setiap hari. Selama kita memandang kekristenan hanya sebatas agama dan bukan sebagai realita, sampai kapan pun kerohanian kita tidak akan maju, iman kita tidak akan bertumbuh dan pengenalan kita akan Pribadi Tuhan tetap saja dangkal. Namun jika kita memandang kekristenan sebagai suatu kehidupan yang tak terpisahkan dengan pribadi Tuhan Yesus dan sebuah hubungan yang karib dengan Dia, maka kita akan menjadi orang Kristen yang jauh berbeda, karena mengalami perjalanan rohani yang nyata dengan Dia sebagai akibat perjumpaan dengan Dia secara pribadi. Itulah sebabnya Daud berkata, "TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." (Mazmur 25:14). Artinya bagi setiap orang yang bertemu dengan Tuhan secara pribadi dan membangun hubungan yang karib dengan Dia, Dia pasti akan menyatakan diriNya sehingga orang tersebut menyebut namaNya.
Selain sebagai raja atas Israel, di masa hidupnya Daud memiliki pengalaman hidup sebagai gembala. Meski kambing domba yang digembalakannya hanya berjumlah 2-3 ekor ia melakukan tugasnya dengan penuh kesetiaan. Dengan penuh kesabaran ia membimbing kambing dombanya ke padang yang berumput hijau supaya cukup makanan dan ke air yang tenang, bahkan ia rela mempertaruhkan nyawanya demi keselamatan kambing dombanya dari terkaman binatang buas. "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya." (1 Samuel 17:34-35).
Berdasarkan pengalaman inilah terciptalah mazmur 23 ini. Daud menyadari dan merasakan betapa Tuhan sangat mengasihi dan memperhatikan hidupnya seperti seorang gembala yang begitu mempedulikan domba-dombanya sehingga ia pun berkata, "Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku." (Mazmur 23:2). (Bersambung)
Sunday, December 22, 2013
MENIPU DIRI SENDIRI (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Desember 2013 -
Baca: 1 Yohanes 2:1-6
"Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran." 1 Yohanes 2:4
Kita dikatakan menipu diri sendiri jika: 2. Kita hidup dalam ketidaktaatan atau tidak melakukan perintah Tuhan. Kita berkata bahwa kita mengasihi Tuhan dan mengenal Dia, tapi bila kita tidak menuruti perintahNya kita disebut sebagai pendusta atau penipu. Yakobus pun juga menegaskan, "...hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri." (Yakobus 1:22). Seringkali kita tampak 'rohani' di situasi-situasi tertentu saja, saat berada di gereja atau pada saat jam-jam ibadah saja. Selebihnya di hari-hari biasa, saat menjalani kehidupan di tengah-tengah dunia, kita terbawa oleh arus dunia ini dan hidup serupa dengan dunia ini, padahal firmannya menyatakan: "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2). Rasul Paulus mengingatkan, "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus." (1 Tesalonika 4:7).
Yakobus dalam suratnya berkata, "Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya." (Yakobus 1:26). Sudahkah kita menguasai ucapan atau lidah kita? Kita mudah sekali melakukan pelanggaran dalam hal ucapan. Kita mudah sekali berkata jorok, mengumpat orang lain, mengeluarkan sumpah serapah, menggosip atau membicarakan orang lain dan sebagainya. Berhati-hatilah! Jika kita bertindak demikian, sia-sialah ibadah kita. Itulah sebabnya pemazmur bertekad, "Aku hendak menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku;" (Mazmur 39:2), sebab "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya." (Amsal 18:21).
Selain daripada hal-hal di atas, Alkitab juga mencatat bahwa jika seseorang tidak mengembalikan persepuluhan yang merupakan milik Tuhan ia disebut juga sebagai orang yang telah menipu Tuhan (baca Maleakhi 3:8).
Ibadah yang tidak disertai dengan ketaatan melakukan firman Tuhan adalah penipuan terhadap diri sendiri!
Baca: 1 Yohanes 2:1-6
"Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran." 1 Yohanes 2:4
Kita dikatakan menipu diri sendiri jika: 2. Kita hidup dalam ketidaktaatan atau tidak melakukan perintah Tuhan. Kita berkata bahwa kita mengasihi Tuhan dan mengenal Dia, tapi bila kita tidak menuruti perintahNya kita disebut sebagai pendusta atau penipu. Yakobus pun juga menegaskan, "...hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri." (Yakobus 1:22). Seringkali kita tampak 'rohani' di situasi-situasi tertentu saja, saat berada di gereja atau pada saat jam-jam ibadah saja. Selebihnya di hari-hari biasa, saat menjalani kehidupan di tengah-tengah dunia, kita terbawa oleh arus dunia ini dan hidup serupa dengan dunia ini, padahal firmannya menyatakan: "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2). Rasul Paulus mengingatkan, "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus." (1 Tesalonika 4:7).
Yakobus dalam suratnya berkata, "Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya." (Yakobus 1:26). Sudahkah kita menguasai ucapan atau lidah kita? Kita mudah sekali melakukan pelanggaran dalam hal ucapan. Kita mudah sekali berkata jorok, mengumpat orang lain, mengeluarkan sumpah serapah, menggosip atau membicarakan orang lain dan sebagainya. Berhati-hatilah! Jika kita bertindak demikian, sia-sialah ibadah kita. Itulah sebabnya pemazmur bertekad, "Aku hendak menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku;" (Mazmur 39:2), sebab "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya." (Amsal 18:21).
Selain daripada hal-hal di atas, Alkitab juga mencatat bahwa jika seseorang tidak mengembalikan persepuluhan yang merupakan milik Tuhan ia disebut juga sebagai orang yang telah menipu Tuhan (baca Maleakhi 3:8).
Ibadah yang tidak disertai dengan ketaatan melakukan firman Tuhan adalah penipuan terhadap diri sendiri!
Saturday, December 21, 2013
MENIPU DIRI SENDIRI (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Desember 2013 -
Baca: Mazmur 5:1-13
"Engkau membinasakan orang-orang yang berkata bohong, TUHAN jijik melihat penumpah darah dan penipu." Mazmur 5:7
Tak seorang pun dari kita yang mau jika dirinya disebut sebagai penipu. Secara umum, gambaran kita tentang penipu adalah orang yang terlibat dalam aksi kejahatan atau kriminalitas. Penipu adalah orang yang telah berkata bohong (tidak jujur), menipu orang lain, memutarbalikkan fakta atau perkataannya menyimpang dari kebenaran. Yang jelas tindakan penipuan itu sangat merugikan orang lain dan juga bertentangan dengan hukum; dan penipu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga (baca 1 Korintus 6:9-10).
Alkitab menyatakan bahwa tindakan menipu itu tidak hanya sebatas berkenaan dengan ucapan atau perkataan seseorang, namun memiliki makna yang lebih luas. Pertanyaan: pernahkah kita menipu diri sendiri? Dengan spontan kita akan berkata bahwa itu pertanyaan yang tidak masuk akal. Masakan ada orang yang menipu dirinya sendiri? Inilah yang tidak disadari oleh banyak orang Kristen, padahal ini merupakan sebuah realita kehidupan. Berikut ini adalah bukti bahwa seseorang telah menipu dirinya sendiri: 1. Merasa diri tidak berdosa. Ada tertulis: "Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita." (1 Yohanes 1:8). Adakah di antara kita yang sempurna, tidak berbuat dosa atau melakukan pelanggaran? Alkitab menegaskan bahwa "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak." (Roma 3:10). Tapi masih banyak orang Kristen yang merasa dirinya paling benar dan paling suci sehingga dengan mudahnya menghakimi orang lain. Jika kita demikian tak ubahnya kita seperti ahli Taurat dan orang Farisi yang dikecam oleh Tuhan Yesus, "...di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan." (Matius 23:28). Jika kita merasa diri benar dan tidak berdosa, berarti kita ini adalah orang-orang yang menipu diri sendiri.
Jangan menjadi orang yang munafik! Mari jujur dan mengakui segala dosa dan pelanggaran kita di hadapan Tuhan, sebab "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9). Merasa diri benar adalah salah satu bukti bahwa kita menipu diri sendiri. (Bersambung)
Baca: Mazmur 5:1-13
"Engkau membinasakan orang-orang yang berkata bohong, TUHAN jijik melihat penumpah darah dan penipu." Mazmur 5:7
Tak seorang pun dari kita yang mau jika dirinya disebut sebagai penipu. Secara umum, gambaran kita tentang penipu adalah orang yang terlibat dalam aksi kejahatan atau kriminalitas. Penipu adalah orang yang telah berkata bohong (tidak jujur), menipu orang lain, memutarbalikkan fakta atau perkataannya menyimpang dari kebenaran. Yang jelas tindakan penipuan itu sangat merugikan orang lain dan juga bertentangan dengan hukum; dan penipu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga (baca 1 Korintus 6:9-10).
Alkitab menyatakan bahwa tindakan menipu itu tidak hanya sebatas berkenaan dengan ucapan atau perkataan seseorang, namun memiliki makna yang lebih luas. Pertanyaan: pernahkah kita menipu diri sendiri? Dengan spontan kita akan berkata bahwa itu pertanyaan yang tidak masuk akal. Masakan ada orang yang menipu dirinya sendiri? Inilah yang tidak disadari oleh banyak orang Kristen, padahal ini merupakan sebuah realita kehidupan. Berikut ini adalah bukti bahwa seseorang telah menipu dirinya sendiri: 1. Merasa diri tidak berdosa. Ada tertulis: "Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita." (1 Yohanes 1:8). Adakah di antara kita yang sempurna, tidak berbuat dosa atau melakukan pelanggaran? Alkitab menegaskan bahwa "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak." (Roma 3:10). Tapi masih banyak orang Kristen yang merasa dirinya paling benar dan paling suci sehingga dengan mudahnya menghakimi orang lain. Jika kita demikian tak ubahnya kita seperti ahli Taurat dan orang Farisi yang dikecam oleh Tuhan Yesus, "...di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan." (Matius 23:28). Jika kita merasa diri benar dan tidak berdosa, berarti kita ini adalah orang-orang yang menipu diri sendiri.
Jangan menjadi orang yang munafik! Mari jujur dan mengakui segala dosa dan pelanggaran kita di hadapan Tuhan, sebab "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9). Merasa diri benar adalah salah satu bukti bahwa kita menipu diri sendiri. (Bersambung)
Friday, December 20, 2013
BAPTISAN BAGI ORANG PERCAYA (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Desember 2013 -
Baca: Roma 6:1-14
"Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru." Roma 6:4
Tidak sedikit orang Kristen yang walaupun sudah dibaptis belum paham benar arti dan tujuan dari baptisan itu. baptisan bagi orang Kristen adalah sebagai deklarasi atau pernyataan iman kita kepada Tuhan Yesus. "Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 10:32). Karena itu baptisan tidak bisa dianggap main-main karena merupakan komitmen kita kepada Tuhan.
Memberikan diri untuk dibaptis berarti percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi. Jadi keinginan untuk dibaptis harus didasari oleh kerelaan, bukan karena terpaksa, desakan dari pihak lain atau hanya sekedar ikut-ikutan. Dengan baptisan air hidup kita dibersihkan dari segala kotoran/kenajisan sehingga kita memiliki hati yang bersih dan murni. "Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan--maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah--oleh kebangkitan Yesus Kristus," (1 Petrus 3:21).
Dibaptis juga berarti manusia lama kita turut dikuburkan bersama-sama dengan Kristus dalam kematianNya, dan kemudian kita dibangkitkan sebagai manusia baru... "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17), yang artinya berkomitmen untuk tidak lagi hidup menurut keinginan daging, melainkan menurut pimpinan Roh. Jadi baptisan adalah sebuah komitmen untuk hidup serupa dengan Kristus. Ada pun persyaratan baptis adalah orang yang sudah bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, yang atas dasar kerelaannya sendiri memberi diri untuk dibaptis. Alkitab menyatakan bahwa ada berkat di balik baptisan, yaitu kita beroleh pengampunan dosa dari Tuhan dan dariNya kita akan menerima karunia Roh Kudus (baca Kisah 2:38). Maka dari itu jangan pernah main-main dengan baptisan!
Memberi diri untuk dibaptis berarti berkomitmen untuk menyerahkan hidup sepenuhnya kepada Tuhan dan kita telah mati bagi dosa.
Baca: Roma 6:1-14
"Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru." Roma 6:4
Tidak sedikit orang Kristen yang walaupun sudah dibaptis belum paham benar arti dan tujuan dari baptisan itu. baptisan bagi orang Kristen adalah sebagai deklarasi atau pernyataan iman kita kepada Tuhan Yesus. "Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 10:32). Karena itu baptisan tidak bisa dianggap main-main karena merupakan komitmen kita kepada Tuhan.
Memberikan diri untuk dibaptis berarti percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi. Jadi keinginan untuk dibaptis harus didasari oleh kerelaan, bukan karena terpaksa, desakan dari pihak lain atau hanya sekedar ikut-ikutan. Dengan baptisan air hidup kita dibersihkan dari segala kotoran/kenajisan sehingga kita memiliki hati yang bersih dan murni. "Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan--maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah--oleh kebangkitan Yesus Kristus," (1 Petrus 3:21).
Dibaptis juga berarti manusia lama kita turut dikuburkan bersama-sama dengan Kristus dalam kematianNya, dan kemudian kita dibangkitkan sebagai manusia baru... "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17), yang artinya berkomitmen untuk tidak lagi hidup menurut keinginan daging, melainkan menurut pimpinan Roh. Jadi baptisan adalah sebuah komitmen untuk hidup serupa dengan Kristus. Ada pun persyaratan baptis adalah orang yang sudah bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, yang atas dasar kerelaannya sendiri memberi diri untuk dibaptis. Alkitab menyatakan bahwa ada berkat di balik baptisan, yaitu kita beroleh pengampunan dosa dari Tuhan dan dariNya kita akan menerima karunia Roh Kudus (baca Kisah 2:38). Maka dari itu jangan pernah main-main dengan baptisan!
Memberi diri untuk dibaptis berarti berkomitmen untuk menyerahkan hidup sepenuhnya kepada Tuhan dan kita telah mati bagi dosa.
Thursday, December 19, 2013
BAPTISAN BAGI ORANG PERCAYA (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Desember 2013 -
Baca: Matius 28:16-20
"Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus," Matius 28:19
Sebagai orang percaya kita memiliki tugas dan tanggung jawab yang tidak mudah di tengah-tengah dunia ini, karena keberadaan kita adalah sebagai garam dan terang dunia, artinya harus menjadi kesaksian dan teladan yang baik bagi orang-orang yang belum percaya. Bukan hanya sampai di situ, di atas pundak kita ada amanat agung yaitu pergi, menjadikan semua bangsa murid Tuhan dan membaptis mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh kudus (ayat nas). Memberitakan Injil dan melayani jiwa-jiwa adalah nilai mutlak dan tidak bisa ditawar lagi. Di samping itu ada hal lain yang merupakan elemen penting dalam kehidupan orang percaya yaitu berkenaan dengan baptisan.
Baptisan air merupakan keputusan yang harus kita ambil setelah diselamatkan, sebagai pernyataan iman percaya kita terhadap keselamatan yang telah kita terima berdasarkan anugerah dari Tuhan Yesus. Ada pun baptisan itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, baptizo yang artinya 'to dip' (menenggelamkan atau membenamkan ke dalam air lalu mengeluarkannya lagi). Alkitab pun mencatat bahwa 'Yesus keluar dari air' sebagai tanda bahwa Ia ditenggelamkan ke dalam air (sungai Yordan). Sebagai pengikut Kristus kita wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup (baca 1 Yohanes 2:6). Dengan kata lain kita harus meneladani Kristus. Salah satu teladan yang telah Tuhan Yesus berikan adalah tentang baptisan, di mana Ia sendiri rela menempuh perjalanan yang panjang dan melelahkan dari tanah Galilea di utara menuju tanah Yudea untuk dibaptis oleh Yohanes Pembaptis di sugai Yordan, maka dari itu kita pun harus mengikuti jejakNya. "Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya. Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: 'Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?' Lalu Yesus menjawab, kata-Nya kepadanya: 'Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.' Dan Yohanespun menuruti-Nya." (Matius 3:13-15).
Jadi baptisan adalah perintah Tuhan bagi orang percaya. Yang telah bertobat dan percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat harus dibaptis. Jika dilihat dari bahasa aslinya, praktek baptisan adalah ditenggelamkan ke dalam air. (Bersambung)
Baca: Matius 28:16-20
"Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus," Matius 28:19
Sebagai orang percaya kita memiliki tugas dan tanggung jawab yang tidak mudah di tengah-tengah dunia ini, karena keberadaan kita adalah sebagai garam dan terang dunia, artinya harus menjadi kesaksian dan teladan yang baik bagi orang-orang yang belum percaya. Bukan hanya sampai di situ, di atas pundak kita ada amanat agung yaitu pergi, menjadikan semua bangsa murid Tuhan dan membaptis mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh kudus (ayat nas). Memberitakan Injil dan melayani jiwa-jiwa adalah nilai mutlak dan tidak bisa ditawar lagi. Di samping itu ada hal lain yang merupakan elemen penting dalam kehidupan orang percaya yaitu berkenaan dengan baptisan.
Baptisan air merupakan keputusan yang harus kita ambil setelah diselamatkan, sebagai pernyataan iman percaya kita terhadap keselamatan yang telah kita terima berdasarkan anugerah dari Tuhan Yesus. Ada pun baptisan itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, baptizo yang artinya 'to dip' (menenggelamkan atau membenamkan ke dalam air lalu mengeluarkannya lagi). Alkitab pun mencatat bahwa 'Yesus keluar dari air' sebagai tanda bahwa Ia ditenggelamkan ke dalam air (sungai Yordan). Sebagai pengikut Kristus kita wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup (baca 1 Yohanes 2:6). Dengan kata lain kita harus meneladani Kristus. Salah satu teladan yang telah Tuhan Yesus berikan adalah tentang baptisan, di mana Ia sendiri rela menempuh perjalanan yang panjang dan melelahkan dari tanah Galilea di utara menuju tanah Yudea untuk dibaptis oleh Yohanes Pembaptis di sugai Yordan, maka dari itu kita pun harus mengikuti jejakNya. "Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya. Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: 'Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?' Lalu Yesus menjawab, kata-Nya kepadanya: 'Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.' Dan Yohanespun menuruti-Nya." (Matius 3:13-15).
Jadi baptisan adalah perintah Tuhan bagi orang percaya. Yang telah bertobat dan percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat harus dibaptis. Jika dilihat dari bahasa aslinya, praktek baptisan adalah ditenggelamkan ke dalam air. (Bersambung)
Wednesday, December 18, 2013
FIRMAN TUHAN BAGI ORANG PERCAYA (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Desember 2013 -
Baca: Mazmur 119:129-160
"Dasar firman-Mu adalah kebenaran dan segala hukum-hukum-Mu yang adil adalah untuk selama-lamanya." Mazmur 119:160
Alkitab juga menyatakan bahwa firman Tuhan adalah perlengkapan senjata bagi orang percaya. Ia diibaratkan sebagai pedang Roh yang dapat digunakan dalam peperangan rohani, "karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara." (Efesus 6:12). Bahkan, "...firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibrani 4:12). Jadi kita harus tinggal di dalam firmanNya, dengan tidak "...lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung." (Yosua 1:8).
Firman Tuhan berfungsi sebagai cermin bagi kita untuk mengoreksi diri dan berbenah. "...jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin." (Yakobus 1:23). Dengan bercermin kita akan tahu bahwa di dalam diri kita mungkin masih ada ketidakberesan atau kotoran yang melekat yang harus segera dibersihkan. "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16). Firman itu laksana api dan palu yang siap untuk menghanguskan, memurnikan dan menghancurkan yang keras. Tuhan berkata, "Bukankah firman-Ku seperti api, demikianlah firman TUHAN dan seperti palu yang menghancurkan bukit batu?" (Yeremia 23:29). Proses itu memang sakit, makanya tidak mudah seseorang bersikap 'legowo' (rela, ikhlas) untuk ditegur, dikoreksi dan ditelanjangi dosa-dosanya.
Mari sadari proses itu bertujuan membentuk karakter kita lebih baik dan makin serupa dengan Kristus.
Jadikan firman Tuhan menu setiap hari supaya kerohanian kita kuat dan sehat!
Baca: Mazmur 119:129-160
"Dasar firman-Mu adalah kebenaran dan segala hukum-hukum-Mu yang adil adalah untuk selama-lamanya." Mazmur 119:160
Alkitab juga menyatakan bahwa firman Tuhan adalah perlengkapan senjata bagi orang percaya. Ia diibaratkan sebagai pedang Roh yang dapat digunakan dalam peperangan rohani, "karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara." (Efesus 6:12). Bahkan, "...firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibrani 4:12). Jadi kita harus tinggal di dalam firmanNya, dengan tidak "...lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung." (Yosua 1:8).
Firman Tuhan berfungsi sebagai cermin bagi kita untuk mengoreksi diri dan berbenah. "...jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin." (Yakobus 1:23). Dengan bercermin kita akan tahu bahwa di dalam diri kita mungkin masih ada ketidakberesan atau kotoran yang melekat yang harus segera dibersihkan. "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16). Firman itu laksana api dan palu yang siap untuk menghanguskan, memurnikan dan menghancurkan yang keras. Tuhan berkata, "Bukankah firman-Ku seperti api, demikianlah firman TUHAN dan seperti palu yang menghancurkan bukit batu?" (Yeremia 23:29). Proses itu memang sakit, makanya tidak mudah seseorang bersikap 'legowo' (rela, ikhlas) untuk ditegur, dikoreksi dan ditelanjangi dosa-dosanya.
Mari sadari proses itu bertujuan membentuk karakter kita lebih baik dan makin serupa dengan Kristus.
Jadikan firman Tuhan menu setiap hari supaya kerohanian kita kuat dan sehat!
Tuesday, December 17, 2013
FIRMAN TUHAN BAGI ORANG PERCAYA (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Desember 2013 -
Baca: Mazmur 1:1-6
"...yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam." mazmur 1:2
Makanan adalah salah satu kebutuhan utama manusia, selain sandang dan juga papan. Tubuh jasmani kita setiap hari membutuhkan makanan dan juga asupan gizi yang cukup supaya kuat dan kesehatannya tetap terjaga. Jika kita tidak makan, tubuh jasmani kita pasti akan lemah dan tidak bertenaga. Sama seperti tubuh jasmani, tubuh rohani pun membutuhkan firman Tuhan sebagai makanan rohani setiap hari agar kerohaniannya terus bertumbuh makin hari makin kuat.
Firman Tuhan diibaratkan seperti air susu murni yang dibutuhkan oleh seorang bayi. Susu adalah makanan utama bagi bayi yang baru lahir supaya ia mengalami pertumbuhan. "...jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan," (1 Petrus 2:2). Namun tidak mungkin kita terus-terusan menjadi bayi atau kanak-kanak rohani, karena kekristenan kita harus terus bertumbuh, semakin hari harus semakin dewasa di dalam Tuhan. Kita pun perlu menyantap makanan yang keras, sebab "...makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat." (Ibrani 5:14). Namun masih banyak orang Kristen yang tidak suka dengan 'makanan keras', maunya 'susu' saja seperti bayi. Buktinya? Ketika menerima teguran sedikit, kita mudah ngambek; tertempelak firman Tuhan yang keras, kita pun langsung marah kepada hamba Tuhan, lalu mogok tidak mau ke gereja. Bertambahnya usia atau lamanya kita mengikut Tuhan seharusnya membuat kedewasaan kita di dalam Tuhan juga makin bertambah.
Di samping itu firman Tuhan berfungsi juga sebagi pelita yang dapat menerangi langkah hidup kita. Hal ini diakui oleh Daud, "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku." (Mazmur 119:105). Karena diterangi firman Tuhan langkah kaki kita tetap terarah, tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri, tidak terpelecok, serta kita dapat menahan kaki kita terhadap segala jalan kejahatan sehingga kelakuan kita tetap terjaga bersih. Keberadaan kita di tengah dunia adalah sebagai anak-anak terang, "Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang," (Efesus 5:8b). (Bersambung)
Baca: Mazmur 1:1-6
"...yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam." mazmur 1:2
Makanan adalah salah satu kebutuhan utama manusia, selain sandang dan juga papan. Tubuh jasmani kita setiap hari membutuhkan makanan dan juga asupan gizi yang cukup supaya kuat dan kesehatannya tetap terjaga. Jika kita tidak makan, tubuh jasmani kita pasti akan lemah dan tidak bertenaga. Sama seperti tubuh jasmani, tubuh rohani pun membutuhkan firman Tuhan sebagai makanan rohani setiap hari agar kerohaniannya terus bertumbuh makin hari makin kuat.
Firman Tuhan diibaratkan seperti air susu murni yang dibutuhkan oleh seorang bayi. Susu adalah makanan utama bagi bayi yang baru lahir supaya ia mengalami pertumbuhan. "...jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan," (1 Petrus 2:2). Namun tidak mungkin kita terus-terusan menjadi bayi atau kanak-kanak rohani, karena kekristenan kita harus terus bertumbuh, semakin hari harus semakin dewasa di dalam Tuhan. Kita pun perlu menyantap makanan yang keras, sebab "...makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat." (Ibrani 5:14). Namun masih banyak orang Kristen yang tidak suka dengan 'makanan keras', maunya 'susu' saja seperti bayi. Buktinya? Ketika menerima teguran sedikit, kita mudah ngambek; tertempelak firman Tuhan yang keras, kita pun langsung marah kepada hamba Tuhan, lalu mogok tidak mau ke gereja. Bertambahnya usia atau lamanya kita mengikut Tuhan seharusnya membuat kedewasaan kita di dalam Tuhan juga makin bertambah.
Di samping itu firman Tuhan berfungsi juga sebagi pelita yang dapat menerangi langkah hidup kita. Hal ini diakui oleh Daud, "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku." (Mazmur 119:105). Karena diterangi firman Tuhan langkah kaki kita tetap terarah, tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri, tidak terpelecok, serta kita dapat menahan kaki kita terhadap segala jalan kejahatan sehingga kelakuan kita tetap terjaga bersih. Keberadaan kita di tengah dunia adalah sebagai anak-anak terang, "Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang," (Efesus 5:8b). (Bersambung)
Monday, December 16, 2013
KEMENANGAN BAGI ORANG PERCAYA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Desember 2013 -
Baca: Yosua 5:13-15
"Bukan, tetapi akulah Panglima Balatentara TUHAN. Sekarang aku datang." Yosua 5:14
Bagi bangsa Israel, kota Yerikho adalah salah satu penghalang untuk mencapai tanah Perjanjian. Yerikho adalah gambaran masalah yang besar. Pada waktu itu Yosua sedang berada dekat kota itu. Dengan kata lain Yosua sedang dekat dengan permasalahan.
Meski berada dalam masalah besar Yosua tidak berkecil hati dan takut, mata rohaninya tetap tertuju kepada Tuhan. Dengan penuh keyakinan ia berpegang kepada janji Tuhan: "Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa." (Yosua 1:3). Saat berada di dekat Yerikho (masalah) ini Yosua justru mengalami perkara-perkara yang ajaib, di mana ia bertemu dengan Panglima Balatentara Tuhan. "Lalu sujudlah Yosua dengan mukanya ke tanah, menyembah dan berkata kepadanya: 'Apakah yang akan dikatakan tuanku kepada hambanya ini?'" (ayat 14b). Yosua belajar untuk peka akan suara Tuhan, dan ia juga belajar taat melakukan kehendakNya. "'Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat engkau berdiri itu kudus.' Dan Yosua berbuat demikian." (Yosua 5:15).
Ketika dalam permasalahan yang berat kita seringkali tidak peka akan suara Tuhan dan memilih untuk tidak taat kepadaNya karena kita merasa bahwa perintah Tuhan itu tidak masuk di akal dan aneh. Telinga kita pun tidak kita arahkan kepada Tuhan, tapi kepada suara Iblis yang membuat kita makin takut, kuatir dan cemas, padahal Tuhan telah berjanji, "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b). Dalam keadaan yang demikian akhirnya ada banyak orang memilih untuk meninggalkan Tuhan Yesus dan menggadaikan keselamatan demi mendapatkan materi/kekayaan yang berlimpah, jabatan, pasangan hidup atau pertolongan instan dari kuasa-kuasa gelap. Padahal kita tahu bahwa semua yang ada di dunia ini adalah sementara belaka. Apa pun bentuknya, perintah Tuhan itu demi kebaikan kita. Ketika Yosua taat melakukan apa yang diperintahkan Tuhan, janji Tuhan itu pun digenapiNya. Yerikho akhirnya dapat ditaklukkan, artinya kemenangan besar menjadi milik Yosua dan bangsa Israel.
Dibutuhkan ketekunan, karena sedikit waktu lagi Tuhan pasti akan memberikan kemenangan dan mujizatNya bagi kita, asal kita tetap taat kepadaNya!
Baca: Yosua 5:13-15
"Bukan, tetapi akulah Panglima Balatentara TUHAN. Sekarang aku datang." Yosua 5:14
Bagi bangsa Israel, kota Yerikho adalah salah satu penghalang untuk mencapai tanah Perjanjian. Yerikho adalah gambaran masalah yang besar. Pada waktu itu Yosua sedang berada dekat kota itu. Dengan kata lain Yosua sedang dekat dengan permasalahan.
Meski berada dalam masalah besar Yosua tidak berkecil hati dan takut, mata rohaninya tetap tertuju kepada Tuhan. Dengan penuh keyakinan ia berpegang kepada janji Tuhan: "Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa." (Yosua 1:3). Saat berada di dekat Yerikho (masalah) ini Yosua justru mengalami perkara-perkara yang ajaib, di mana ia bertemu dengan Panglima Balatentara Tuhan. "Lalu sujudlah Yosua dengan mukanya ke tanah, menyembah dan berkata kepadanya: 'Apakah yang akan dikatakan tuanku kepada hambanya ini?'" (ayat 14b). Yosua belajar untuk peka akan suara Tuhan, dan ia juga belajar taat melakukan kehendakNya. "'Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat engkau berdiri itu kudus.' Dan Yosua berbuat demikian." (Yosua 5:15).
Ketika dalam permasalahan yang berat kita seringkali tidak peka akan suara Tuhan dan memilih untuk tidak taat kepadaNya karena kita merasa bahwa perintah Tuhan itu tidak masuk di akal dan aneh. Telinga kita pun tidak kita arahkan kepada Tuhan, tapi kepada suara Iblis yang membuat kita makin takut, kuatir dan cemas, padahal Tuhan telah berjanji, "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b). Dalam keadaan yang demikian akhirnya ada banyak orang memilih untuk meninggalkan Tuhan Yesus dan menggadaikan keselamatan demi mendapatkan materi/kekayaan yang berlimpah, jabatan, pasangan hidup atau pertolongan instan dari kuasa-kuasa gelap. Padahal kita tahu bahwa semua yang ada di dunia ini adalah sementara belaka. Apa pun bentuknya, perintah Tuhan itu demi kebaikan kita. Ketika Yosua taat melakukan apa yang diperintahkan Tuhan, janji Tuhan itu pun digenapiNya. Yerikho akhirnya dapat ditaklukkan, artinya kemenangan besar menjadi milik Yosua dan bangsa Israel.
Dibutuhkan ketekunan, karena sedikit waktu lagi Tuhan pasti akan memberikan kemenangan dan mujizatNya bagi kita, asal kita tetap taat kepadaNya!
Sunday, December 15, 2013
KUNCI MENGALAMI PEMULIHAN (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Desember 2013 -
Baca: Yoel 2:18-27
"Aku akan memulihkan kepadamu tahun-tahun yang hasilnya dimakan habis oleh belalang pindahan, belalang pelompat, belalang pelahap dan belalang pengerip, tentara-Ku yang besar yang Kukirim ke antara kamu." Yoel 2:25
Alkitab menyatakan bahwa jiwa yang hancur, hati yang patah dan remuk tidak pernah dipandang hina oleh Tuhan (baca Mazmur 51:19). Sebaliknya Tuhan sangat membenci orang yang suka meninggikan diri, angkuh dan sombong seperti yang diperbuat oleh seorang Farisi saat berdoa (baca Lukas 18:9-14). Kesombongan adalah salah satu penyebab Tuhan memalingkan mukaNya terhadap seseorang, padahal yang meninggikan diri juga sulit mengakui segala kelemahan dan dosa-dosanya. Jika demikian, sampai kapan pun kita tidak akan pernah menemukan pemulihan. "Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan;" (Yesaya 2:11). Jadi "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." (Yakobus 4:6).
Yang kedua, kita harus memiliki hubungan yang karib dengan Tuhan. Banyak orang Kristen yang tekun berdoa ketika dalam masalah saja, namun saat segala sesuatunya berjalan baik dan lancar mereka tidak lagi sungguh-sungguh mencari Tuhan. Tuhan mau kita berdoa dengan tiada berkeputusan dan tidak jemu-jemu di segala keadaan. Itulah jawaban mengapa kita jarang beroleh jawaban atas doa-doa kita, yaitu karena kita tidak tekun berdoa. Mencari Tuhan harus menjadi fokus utama dalam kehidupan kita, "...sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN." (Mazmur 9:11), oleh karena itu, "Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu!" (Mazmur 105:4). Jangan hanya menginginkan berkatNya saja, sementara kita tidak mau mencari wajah-nya. "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?" (Lukas 18:7).
Selanjutnya, kita harus bertobat dengan sungguh: meninggalkan kehidupan lama dan hidup sebagai manusia baru (baca 2 Korintus 5:17), artinya tidak lagi hidup menurut keinginan daging, tetapi menurut pimpinan Roh Kudus.
Tuhan pasti pulihkan hidup kita asal kita melakukan apa yang Tuhan kehendaki!
Baca: Yoel 2:18-27
"Aku akan memulihkan kepadamu tahun-tahun yang hasilnya dimakan habis oleh belalang pindahan, belalang pelompat, belalang pelahap dan belalang pengerip, tentara-Ku yang besar yang Kukirim ke antara kamu." Yoel 2:25
Alkitab menyatakan bahwa jiwa yang hancur, hati yang patah dan remuk tidak pernah dipandang hina oleh Tuhan (baca Mazmur 51:19). Sebaliknya Tuhan sangat membenci orang yang suka meninggikan diri, angkuh dan sombong seperti yang diperbuat oleh seorang Farisi saat berdoa (baca Lukas 18:9-14). Kesombongan adalah salah satu penyebab Tuhan memalingkan mukaNya terhadap seseorang, padahal yang meninggikan diri juga sulit mengakui segala kelemahan dan dosa-dosanya. Jika demikian, sampai kapan pun kita tidak akan pernah menemukan pemulihan. "Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan;" (Yesaya 2:11). Jadi "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." (Yakobus 4:6).
Yang kedua, kita harus memiliki hubungan yang karib dengan Tuhan. Banyak orang Kristen yang tekun berdoa ketika dalam masalah saja, namun saat segala sesuatunya berjalan baik dan lancar mereka tidak lagi sungguh-sungguh mencari Tuhan. Tuhan mau kita berdoa dengan tiada berkeputusan dan tidak jemu-jemu di segala keadaan. Itulah jawaban mengapa kita jarang beroleh jawaban atas doa-doa kita, yaitu karena kita tidak tekun berdoa. Mencari Tuhan harus menjadi fokus utama dalam kehidupan kita, "...sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN." (Mazmur 9:11), oleh karena itu, "Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu!" (Mazmur 105:4). Jangan hanya menginginkan berkatNya saja, sementara kita tidak mau mencari wajah-nya. "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?" (Lukas 18:7).
Selanjutnya, kita harus bertobat dengan sungguh: meninggalkan kehidupan lama dan hidup sebagai manusia baru (baca 2 Korintus 5:17), artinya tidak lagi hidup menurut keinginan daging, tetapi menurut pimpinan Roh Kudus.
Tuhan pasti pulihkan hidup kita asal kita melakukan apa yang Tuhan kehendaki!
Saturday, December 14, 2013
KUNCI MENGALAMI PEMULIHAN (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Desember 2013 -
Baca: Mazmur 126:1-6
"Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb!" Mazmur 126:4
Kita harus percaya bahwa di dalam Tuhan ada berkat, pertolongan, kesembuhan dan juga pemulihan di segala aspek kehidupan kita. Tuhan Yesus sendiri berkata, "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10b). Namun untuk mengalami berkat dan pemulihan Tuhan ada syaratnya, sebagaimana yang disampaikan Tuhan kepada bangsa Israel, "dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka." (2 Tawarikh 7:14).
Inilah yang Tuhan kehendaki untuk kita perbuat supaya beroleh pemulihan: pertama, kita harus merendahkan diri di hadapan Tuhan dan mengakui dosa-dosa kita. Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa "...barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." (Matius 23:12). Merendahkan diri memiliki arti yang berbeda dari rendah diri atau minder. Merendahkan diri merupakan lawan kata dari meninggikan diri; merendahkan diri berarti membiarkan diri kita berada di tempat yang lebih rendah dari orang lain, di mana kita bersikap apa adanya, terbuka dengan kelemahan kita. Merendahkan diri di hadapan Tuhan berarti menyadari akan kekurangan, keterbatasan dan ketergantungan kita sepenuhnya kepada Tuhan; kita sadar bahwa di luar Tuhan kita tidak bisa berbuat apa-apa (baca Yohanes 15:5). Juga berarti menyadari akan keberadaan kita sebagai orang berdosa dan memohon pengampunanNya. Dan "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9). Merendahkan diri di hadapan Tuhan disebut pula sebagai orang yang rendah hati dan "...orang yang rendah hati dikasihani-Nya." (Amsal 3:34). Oleh karena itu marilah kita berkata jujur kepada Tuhan, mengakui segala dosa dan pelanggaran yang telah kita perbuat, maka Dia akan mengampuni dan memulihkan kita.
Merendahkan diri di hadapan Tuhan dan mengakui dosa adalah awal menuju kepada pemulihan! (Bersambung)
Baca: Mazmur 126:1-6
"Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb!" Mazmur 126:4
Kita harus percaya bahwa di dalam Tuhan ada berkat, pertolongan, kesembuhan dan juga pemulihan di segala aspek kehidupan kita. Tuhan Yesus sendiri berkata, "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10b). Namun untuk mengalami berkat dan pemulihan Tuhan ada syaratnya, sebagaimana yang disampaikan Tuhan kepada bangsa Israel, "dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka." (2 Tawarikh 7:14).
Inilah yang Tuhan kehendaki untuk kita perbuat supaya beroleh pemulihan: pertama, kita harus merendahkan diri di hadapan Tuhan dan mengakui dosa-dosa kita. Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa "...barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." (Matius 23:12). Merendahkan diri memiliki arti yang berbeda dari rendah diri atau minder. Merendahkan diri merupakan lawan kata dari meninggikan diri; merendahkan diri berarti membiarkan diri kita berada di tempat yang lebih rendah dari orang lain, di mana kita bersikap apa adanya, terbuka dengan kelemahan kita. Merendahkan diri di hadapan Tuhan berarti menyadari akan kekurangan, keterbatasan dan ketergantungan kita sepenuhnya kepada Tuhan; kita sadar bahwa di luar Tuhan kita tidak bisa berbuat apa-apa (baca Yohanes 15:5). Juga berarti menyadari akan keberadaan kita sebagai orang berdosa dan memohon pengampunanNya. Dan "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9). Merendahkan diri di hadapan Tuhan disebut pula sebagai orang yang rendah hati dan "...orang yang rendah hati dikasihani-Nya." (Amsal 3:34). Oleh karena itu marilah kita berkata jujur kepada Tuhan, mengakui segala dosa dan pelanggaran yang telah kita perbuat, maka Dia akan mengampuni dan memulihkan kita.
Merendahkan diri di hadapan Tuhan dan mengakui dosa adalah awal menuju kepada pemulihan! (Bersambung)
Friday, December 13, 2013
RANCANGAN TUHAN BAGI KITA (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Desember 2013 -
Baca: Kejadian 2:1-25
"Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur; disitulah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu." Kejadian 2:8
Rancangan Tuhan bagi kita selanjutnya adalah untuk berkuasa. "...berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kejadian 1:28). Kuasa untuk menaklukkan segala kedagingan; menaklukkan segala pikiran negatif; menaklukkan kegagalan, kemiskinan, sakit penyakit; menaklukkan segala tipu muslihat Iblis; menaklukkan segala rintangan yang menghalangi langkah kita untuk meraih kemenangan. Firman Tuhan menegaskan bahwa kita ini dirancang untuk menjadi pemenang dan bukan pecundang. "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." (Roma 8:37), karena Roh yang ada di dalam kita itu lebih besar daripada roh yang ada di dalam dunia ini (baca 1 Yohanes 4:4), yaitu "...roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." (2 Timotius 1:7).
Di samping itu Tuhan merancang kita untuk bekerja dan melayani Dia. Dikatakan, "TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu." (Kejadian 2:15). Ketika Adam diciptakan, Tuhan menempatkan dia di taman Eden. Tuhan memberikan tugas kepadanya untuk mengusahakan dan merawat taman itu. Kata 'mengusahakan dan memelihara' memiliki arti melakukan pekerjaan. Jadi Tuhan menghendaki Adam bekerja, bukan bermalas-malasan atau berpangku tangan saja. Demikian pula kita ini dirancang Tuhan untuk bekerja bagi Dia. Bahkan rasul Paulus dengan keras mengatakan, "...jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10). Yakobus pun menambahkan bahwa, "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:17).
Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bekerja bagi Tuhan, karena Tuhan telah memberikan kepada kita talenta dan karunia yang berbeda-beda. Jadi "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja." (Yohanes 9:4).
Rancangan Tuhan bagi kita sungguh luar biasa, jangan sia-siakan waktu yang ada!
Baca: Kejadian 2:1-25
"Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur; disitulah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu." Kejadian 2:8
Rancangan Tuhan bagi kita selanjutnya adalah untuk berkuasa. "...berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kejadian 1:28). Kuasa untuk menaklukkan segala kedagingan; menaklukkan segala pikiran negatif; menaklukkan kegagalan, kemiskinan, sakit penyakit; menaklukkan segala tipu muslihat Iblis; menaklukkan segala rintangan yang menghalangi langkah kita untuk meraih kemenangan. Firman Tuhan menegaskan bahwa kita ini dirancang untuk menjadi pemenang dan bukan pecundang. "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." (Roma 8:37), karena Roh yang ada di dalam kita itu lebih besar daripada roh yang ada di dalam dunia ini (baca 1 Yohanes 4:4), yaitu "...roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." (2 Timotius 1:7).
Di samping itu Tuhan merancang kita untuk bekerja dan melayani Dia. Dikatakan, "TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu." (Kejadian 2:15). Ketika Adam diciptakan, Tuhan menempatkan dia di taman Eden. Tuhan memberikan tugas kepadanya untuk mengusahakan dan merawat taman itu. Kata 'mengusahakan dan memelihara' memiliki arti melakukan pekerjaan. Jadi Tuhan menghendaki Adam bekerja, bukan bermalas-malasan atau berpangku tangan saja. Demikian pula kita ini dirancang Tuhan untuk bekerja bagi Dia. Bahkan rasul Paulus dengan keras mengatakan, "...jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10). Yakobus pun menambahkan bahwa, "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:17).
Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bekerja bagi Tuhan, karena Tuhan telah memberikan kepada kita talenta dan karunia yang berbeda-beda. Jadi "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja." (Yohanes 9:4).
Rancangan Tuhan bagi kita sungguh luar biasa, jangan sia-siakan waktu yang ada!
Thursday, December 12, 2013
RANCANGAN TUHAN BAGI KITA (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Desember 2013 -
Baca: Kejadian 1:1-31
"Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." Kejadian 1:26
Keberadaan kita di bumi ini bukanlah hasil evolusi, melainkan dirancang dan diciptakan oleh Tuhan. Bahkan kita adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia melebihi ciptaan-ciptaan Tuhan lainnya, karena kita diciptakan serupa dan segambar dengan Dia. Jadi kita ada bukan karena kebetulan, di balik itu semua Tuhan memiliki rancangan yang indah dan luar biasa atas hidup kita.
Adapun rancangan Tuhan dalam hidup kita adalah: Pertama, untuk memperoleh berkat Tuhan. Tertulis: "Allah memberkati mereka," (ayat 28). Jika keadaan kita sepertinya belum berubah dan belum mengalami berkat-berkat Tuhan, jangan kecewa. Kita harus dengan iman berkata bahwa hidup kita pasti diberkati Tuhan. Memang, akibat dosa, manusia hidup di bawah kutuk, tapi Tuhan Yesus datang ke dunia untuk mengubah kutuk itu menjadi berkat. Ia datang untuk memulihkan segala sesuatu yang telah rusak. "Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: 'Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!'" (Galatia 3:13). Tuhan Yesus sendiri menegaskan, "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10b).
Kedua, untuk beranak cucu dan hidup produktif. "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi..." (ayat 28). Kata 'produktif' di sini bukan hanya dalam hal keturunan, tetapi juga menghasilkan hal-hal yang baik bagi Tuhan sesuai dengan talenta dan karunia yang Dia berikan. "Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." (Efesus 2:10). Tuhan menghendaki kita menghasilkan keturunan-keturunan yang berkarakter Ilahi; dan melalui pekerjaan baik yang kita lakukan, kehidupan kita akan menjadi berkat dan kesaksian bagi dunia. Inilah kehendak Tuhan bagi kita, karena keberadaan kita di tengah-tengah dunia adalah sebagai terang dunia dan garam dunia (baca Matius 5:13-16). Kalau garam itu menjadi tawar, bukankah ia tidak berguna lagi, selain dibuang? (Bersambung)
Baca: Kejadian 1:1-31
"Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." Kejadian 1:26
Keberadaan kita di bumi ini bukanlah hasil evolusi, melainkan dirancang dan diciptakan oleh Tuhan. Bahkan kita adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia melebihi ciptaan-ciptaan Tuhan lainnya, karena kita diciptakan serupa dan segambar dengan Dia. Jadi kita ada bukan karena kebetulan, di balik itu semua Tuhan memiliki rancangan yang indah dan luar biasa atas hidup kita.
Adapun rancangan Tuhan dalam hidup kita adalah: Pertama, untuk memperoleh berkat Tuhan. Tertulis: "Allah memberkati mereka," (ayat 28). Jika keadaan kita sepertinya belum berubah dan belum mengalami berkat-berkat Tuhan, jangan kecewa. Kita harus dengan iman berkata bahwa hidup kita pasti diberkati Tuhan. Memang, akibat dosa, manusia hidup di bawah kutuk, tapi Tuhan Yesus datang ke dunia untuk mengubah kutuk itu menjadi berkat. Ia datang untuk memulihkan segala sesuatu yang telah rusak. "Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: 'Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!'" (Galatia 3:13). Tuhan Yesus sendiri menegaskan, "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10b).
Kedua, untuk beranak cucu dan hidup produktif. "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi..." (ayat 28). Kata 'produktif' di sini bukan hanya dalam hal keturunan, tetapi juga menghasilkan hal-hal yang baik bagi Tuhan sesuai dengan talenta dan karunia yang Dia berikan. "Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." (Efesus 2:10). Tuhan menghendaki kita menghasilkan keturunan-keturunan yang berkarakter Ilahi; dan melalui pekerjaan baik yang kita lakukan, kehidupan kita akan menjadi berkat dan kesaksian bagi dunia. Inilah kehendak Tuhan bagi kita, karena keberadaan kita di tengah-tengah dunia adalah sebagai terang dunia dan garam dunia (baca Matius 5:13-16). Kalau garam itu menjadi tawar, bukankah ia tidak berguna lagi, selain dibuang? (Bersambung)
Wednesday, December 11, 2013
BERUBAH DAN BERBUAH (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Desember 2013 -
Baca: Roma 7:1-12
"Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah." Roma 7:4
Buah merupakan indikator sebuah pohon sehat. Setiap pohon sehat pasti akan menghasilkan buah pada waktunya. Sebaliknya pohon yang tidak sehat sulit sekali untuk berbuah. Demikian pula orang percaya yang 'sehat' rohaninya pasti menghasilkan buah-buah sesuai pertobatannya. Buah-buah yang dimaksudkan adalah buah-buah Roh, yaitu "...kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu." (Galatia 5:22-23a). Sedangkan di dalam diri orang Kristen yang 'sakit' rohaninya mustahil ada buah-buah Roh.
Keberadaan kita ini diibaratkan sebuah ranting dan Tuhan Yesus adalah pokok anggurnya. Tuhan berkata, "Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah." (Yohanes 15:2). Dikatakan bahwa ranting yang tidak berbuah akan dipotongNya dan kemudian dicampakkan ke dalam api dan dibakar. Itulah akhir dari pohon yang tidak menghasilkan buah. Demikian pula perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah: sudah tiga tahun lamanya si pemilik kebun tidak menemukan buah pada pohon aranya sehingga ia pun memerintahkan pengurus kebunnya untuk menebang pohon itu dengan berkata, "Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!" (baca Lukas 13:6-9).
Setiap orang percaya tidak bisa menghindarkan diri dari proses 'berubah dan berbuah' ini. Mengapa demikian? Karena hidup yang berubah dan berbuah adalah syarat untuk mengalami penggenapan janji Tuhan dalam hidup kita. Kadangkala kita merasa bahwa janji Tuhan itu sangat jauh dari kehidupan kita; dan kita pun berpikir bahwa Tuhan itu ingkar akan janji-janjiNya. Tidak sama sekali! Tak satu pun janji Tuhan yang tidak ditepatiNya. Pada saat yang tepat pasti digenapiNya!
Sebelum Tuhan menggenapi janjiNya Ia terlebih dahulu memproses dan membentuk kita supaya kita benar-benar menjadi orang Kristen yang makin hari makin dewasa di dalam Dia, sehingga kehidupan kita pun menjadi kesaksian yang memuliakan namaNya.
Baca: Roma 7:1-12
"Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah." Roma 7:4
Buah merupakan indikator sebuah pohon sehat. Setiap pohon sehat pasti akan menghasilkan buah pada waktunya. Sebaliknya pohon yang tidak sehat sulit sekali untuk berbuah. Demikian pula orang percaya yang 'sehat' rohaninya pasti menghasilkan buah-buah sesuai pertobatannya. Buah-buah yang dimaksudkan adalah buah-buah Roh, yaitu "...kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu." (Galatia 5:22-23a). Sedangkan di dalam diri orang Kristen yang 'sakit' rohaninya mustahil ada buah-buah Roh.
Keberadaan kita ini diibaratkan sebuah ranting dan Tuhan Yesus adalah pokok anggurnya. Tuhan berkata, "Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah." (Yohanes 15:2). Dikatakan bahwa ranting yang tidak berbuah akan dipotongNya dan kemudian dicampakkan ke dalam api dan dibakar. Itulah akhir dari pohon yang tidak menghasilkan buah. Demikian pula perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah: sudah tiga tahun lamanya si pemilik kebun tidak menemukan buah pada pohon aranya sehingga ia pun memerintahkan pengurus kebunnya untuk menebang pohon itu dengan berkata, "Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!" (baca Lukas 13:6-9).
Setiap orang percaya tidak bisa menghindarkan diri dari proses 'berubah dan berbuah' ini. Mengapa demikian? Karena hidup yang berubah dan berbuah adalah syarat untuk mengalami penggenapan janji Tuhan dalam hidup kita. Kadangkala kita merasa bahwa janji Tuhan itu sangat jauh dari kehidupan kita; dan kita pun berpikir bahwa Tuhan itu ingkar akan janji-janjiNya. Tidak sama sekali! Tak satu pun janji Tuhan yang tidak ditepatiNya. Pada saat yang tepat pasti digenapiNya!
Sebelum Tuhan menggenapi janjiNya Ia terlebih dahulu memproses dan membentuk kita supaya kita benar-benar menjadi orang Kristen yang makin hari makin dewasa di dalam Dia, sehingga kehidupan kita pun menjadi kesaksian yang memuliakan namaNya.
Tuesday, December 10, 2013
BERUBAH DAN BERBUAH (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Desember 2013 -
Baca: Mazmur 92:1-15
"Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar, untuk memberitakan, bahwa TUHAN itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan pada-Nya." Mazmur 92:15
Tuhan memanggil dan menyelamatkan kita dengan tujuan supaya kita memiliki kehidupan yang berbeda dari orang-orang dunia. Dengan demikian kebenaran kita itu berdampak dan menjadi kesaksian bagi kemuliaan namaNya.
Kita dapat dikatakan 'berbeda' bila ada perubahan hidup yang benar-benar nampak dan bisa dilihat oleh orang lain dengan ditandai buah-buah Roh. "Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan." (Matius 3:8). Berubah dan berbuah merupakan kehendak Tuhan bagi setiap orang percaya. Inilah kehendak Tuhan itu: "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2), dan "Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku." (Yohanes 15:8).
Mengapa setiap orang percaya harus berubah dan berbuah? Seorang Kristen dapat dikatakan berubah apabila karakternya juga berubah. "Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu." (1 Korintus 13:11). Berubah berarti bergerak menuju ke arah Kristus dengan meninggalkan sifat kanak-kanak dan bertumbuh menjadi dewasa rohani. Bukankah masih banyak orang Kristen yang sudah bertahun-tahun mengikut Tuhan dan ditinjau dari sudut umur pun sudah dewasa (tua), namun mereka tetap saja memiliki kerohanian yang kerdil? "Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil." (Ibrani 5:12-13).
Jangan terus menjadi bayi atau kanak-kanak rohani! Jadilah orang Kristen yang makin hari makin dewasa. Perubahan karakter adalah salah satu tandanya. (Bersambung)
Baca: Mazmur 92:1-15
"Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar, untuk memberitakan, bahwa TUHAN itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan pada-Nya." Mazmur 92:15
Tuhan memanggil dan menyelamatkan kita dengan tujuan supaya kita memiliki kehidupan yang berbeda dari orang-orang dunia. Dengan demikian kebenaran kita itu berdampak dan menjadi kesaksian bagi kemuliaan namaNya.
Kita dapat dikatakan 'berbeda' bila ada perubahan hidup yang benar-benar nampak dan bisa dilihat oleh orang lain dengan ditandai buah-buah Roh. "Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan." (Matius 3:8). Berubah dan berbuah merupakan kehendak Tuhan bagi setiap orang percaya. Inilah kehendak Tuhan itu: "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2), dan "Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku." (Yohanes 15:8).
Mengapa setiap orang percaya harus berubah dan berbuah? Seorang Kristen dapat dikatakan berubah apabila karakternya juga berubah. "Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu." (1 Korintus 13:11). Berubah berarti bergerak menuju ke arah Kristus dengan meninggalkan sifat kanak-kanak dan bertumbuh menjadi dewasa rohani. Bukankah masih banyak orang Kristen yang sudah bertahun-tahun mengikut Tuhan dan ditinjau dari sudut umur pun sudah dewasa (tua), namun mereka tetap saja memiliki kerohanian yang kerdil? "Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil." (Ibrani 5:12-13).
Jangan terus menjadi bayi atau kanak-kanak rohani! Jadilah orang Kristen yang makin hari makin dewasa. Perubahan karakter adalah salah satu tandanya. (Bersambung)
Monday, December 9, 2013
MENANTIKAN JANJI TUHAN: Menjaga Perbuatan!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Desember 2013 -
Baca: Amsal 4:1-27
"Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan." Amsal 4:27
Saat dilanda persoalan atau pergumulan yang hebat banyak dari kita yang cenderung mengalami kemerosotan rohani. Kita tidak mampu lagi menjaga kualitas hidup rohani kita. Semakin besar masalah menerpa bukannya makin mendekat kepada Tuhan, tapi kita semakin menjauh. Bahkan kita menunjukkan sikap yang memberontak kepada Tuhan dengan mengomel, mengumpat, kecewa, jengkel, marah dan menyalahkan Tuhan. Hal ini pun berimbas pada keseharian kita: malas berdoa, malas baca Alkitab, malas beribadah. Kemudian kita mencoba menyelesaikan permasalahan dengan kekuatan sendiri, mencari pertolongan kepada manusia, dan akhirnya kembali kepada kehidupan lama. Kita tidak lagi hidup menurut pimpinan Roh Kudus, melainkan menuruti keinginan daging. Alkitab menegaskan, "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya." (Galatia 5:24).
Kalau kita kembali kepada kehidupan lama, siapa yang diuntungkan? Iblis! Ia (Iblis) akan lebih mudah menyerang kehidupan kita sehingga kita makin terpuruk dan jatuh. Karena itu dalam menantikan janji Tuhan kerohanian kita jangan sampai loyo dan semangat melayani Tuhan jangan mengendor. Dalam Roma 12:11 dikatakan, "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." Sesulit apa pun situasinya mari tetap mengutamakan Tuhan dan melayani Dia dengan sepenuh hati. Janganlah seperti Esau yang rela menjual hak kesulungannya demi sepiring makanan (baca Ibrani 12:16-17). Akhirnya penyesalan pun tiada guna. Jangan pula seperti para pengikut Daud saat Ziklag terbakar, yang hendak melempari Daud dengan batu. Namun Daud dalam keadaan terjepit dan pergumulan yang berat dapat menjaga sikap dan perilakunya dengan menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan (baca 1 Samuel 30:6).
Daud melakukan tindakan yang benar: datang kepada Tuhan dan menyerahkan segala permasalahan kepadaNya. Ia tidak bertindak mengandalkan kekuatannya sendiri.
Masa-masa penantian adalah masa yang sangat menentukan, karena itu jagalah perilaku dan tetap hidup benar di hadapan Tuhan supaya janjiNya dinyatakan bagi kita tepat pada waktuNya.
Baca: Amsal 4:1-27
"Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan." Amsal 4:27
Saat dilanda persoalan atau pergumulan yang hebat banyak dari kita yang cenderung mengalami kemerosotan rohani. Kita tidak mampu lagi menjaga kualitas hidup rohani kita. Semakin besar masalah menerpa bukannya makin mendekat kepada Tuhan, tapi kita semakin menjauh. Bahkan kita menunjukkan sikap yang memberontak kepada Tuhan dengan mengomel, mengumpat, kecewa, jengkel, marah dan menyalahkan Tuhan. Hal ini pun berimbas pada keseharian kita: malas berdoa, malas baca Alkitab, malas beribadah. Kemudian kita mencoba menyelesaikan permasalahan dengan kekuatan sendiri, mencari pertolongan kepada manusia, dan akhirnya kembali kepada kehidupan lama. Kita tidak lagi hidup menurut pimpinan Roh Kudus, melainkan menuruti keinginan daging. Alkitab menegaskan, "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya." (Galatia 5:24).
Kalau kita kembali kepada kehidupan lama, siapa yang diuntungkan? Iblis! Ia (Iblis) akan lebih mudah menyerang kehidupan kita sehingga kita makin terpuruk dan jatuh. Karena itu dalam menantikan janji Tuhan kerohanian kita jangan sampai loyo dan semangat melayani Tuhan jangan mengendor. Dalam Roma 12:11 dikatakan, "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." Sesulit apa pun situasinya mari tetap mengutamakan Tuhan dan melayani Dia dengan sepenuh hati. Janganlah seperti Esau yang rela menjual hak kesulungannya demi sepiring makanan (baca Ibrani 12:16-17). Akhirnya penyesalan pun tiada guna. Jangan pula seperti para pengikut Daud saat Ziklag terbakar, yang hendak melempari Daud dengan batu. Namun Daud dalam keadaan terjepit dan pergumulan yang berat dapat menjaga sikap dan perilakunya dengan menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan (baca 1 Samuel 30:6).
Daud melakukan tindakan yang benar: datang kepada Tuhan dan menyerahkan segala permasalahan kepadaNya. Ia tidak bertindak mengandalkan kekuatannya sendiri.
Masa-masa penantian adalah masa yang sangat menentukan, karena itu jagalah perilaku dan tetap hidup benar di hadapan Tuhan supaya janjiNya dinyatakan bagi kita tepat pada waktuNya.
Subscribe to:
Posts (Atom)