Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 September 2017
Baca: Lukas 17:1-6
"Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi
saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan
tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu." Lukas 17:6
Alkitab menyatakan: "Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita
doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di
dalam kita," (Efesus 3:20). Artinya bersama Tuhan, asal ada iman walaupun hanya sekecil biji sesawi, kita pasti dapat melakukan perkara-perkara yang besar. Tuhan Yesus tidak berkata bahwa kita harus mempunyai iman sebesar pohon sesawi. Tumbuhan sesawi (mustard - English, Red) adalah suatu pohon yang dapat tumbuh setinggi 3 meter (9 kaki), tetapi tumbuh dari biji yang sangat kecil. Iman yang hanya sebesar biji sesawi jika ditanam akan tumbuh pohon yang jauh lebih besar daripada bijinya.
Mungkin kita merasa tak memiliki iman sebesar nabi Elia, yang doanya seperti ini: "...supaya hujan jangan turun, dan hujanpun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan. Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumipun mengeluarkan buahnya." (Yakobus 5:17-18). Lalu kita berkata, "Mustahil sakitku bisa sembuh, mustahil ekonomi keluarga dipulihkan... mustahil!" Kita selalu melihat pada ketidakmampuan kita dan juga pada keterbatasan iman kita sehingga kita menjadi bimbang, benarkah Tuhan itu sanggup melakukan mujizat? Selama kita masih bimbang dan tak percaya, maka kuasa Tuhan tidak akan bekerja di dalam kita. Tuhan berkata, "Sesungguhnya, Akulah TUHAN, Allah segala makhluk; adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk-Ku?" (Yeremia 32:27). Bukankah Tuhan Yesus menegaskan, "Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" (Markus 9:23b). Tuhan Yesus tidak berkata bahwa ada perbedaan antara iman untuk hal yang kecil dan hal yang besar. Yang penting ialah iman yang kita miliki itu harus ditanam dan dipraktekkan agar dapat menghasilkan.
Bagaimana kita menanam benih iman itu? Yaitu dengan melakukan apa yang firman Tuhan katakan. Kita tak memerlukan iman lebih besar untuk hal-hal yang besar. Yang perlu kita lakukan ialah mempraktekkan iman yang kita miliki dengan berpegang pada firman Tuhan sepenuhnya!
Jika iman itu tidak disertai perbuatan maka pada hakekatnya adalah mati!
Saturday, September 16, 2017
Friday, September 15, 2017
SUPAYA TAK ADA YANG BINASA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 September 2017
Baca: Yehezkiel 33:1-20
"Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup. Bertobatlah, bertobatlah dari hidupmu yang jahat itu!" Yehezkiel 33:11
Banyak orang bertanya, "Kapan Tuhan datang kali yang kedua? Dari dulu digembar-gemborkan bahwa kedatangan Tuhan sudah sangat dekat, tapi mana buktinya? Bohong!" Rasul Petrus menyatakan, "...pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya. Kata mereka: 'Di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan.'" (2 Petrus 3:3-4). Apakah firman Tuhan itu bohong? Firman Tuhan adalah ya dan amin, dan semua yang difirmankan Tuhan pasti akan digenapi-Nya.
Ketahuilah bahwa Tuhan memberi kita banyak kesempatan dengan tujuan supaya tidak ada orang yang mengalami kebinasaan kekal. "Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat." (2 Petrus 3:9). Itulah maksud dari kesabaran Tuhan! Sesungguhnya Tuhan tidak ingin menghukum manusia, tapi Tuhan menghukum karena menegakkan keadilan-Nya. Neraka diciptakan untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya, bukan untuk manusia, tetapi manusia tetap ditipu oleh Iblis sehingga manusia masuk dalam jerat dan perangkap Iblis. Sayangnya kesempatan yang Tuhan beri justru disalahgunakan oleh manusia untuk memuaskan keinginan dagingnya. "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu." (Galatia 6:7-8).
Tuhan yang memberi kesempatan kepada kita adalah Tuhan yang menginginkan kita menghargai kesempatan itu dan merespons setiap kesempatan itu dengan meninggalkan dosa dan hdiup dalam pertobatan yang sungguh!
Bertobatlah dan jangan mengeraskan hati sebelum hari Tuhan itu tiba!
Baca: Yehezkiel 33:1-20
"Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup. Bertobatlah, bertobatlah dari hidupmu yang jahat itu!" Yehezkiel 33:11
Banyak orang bertanya, "Kapan Tuhan datang kali yang kedua? Dari dulu digembar-gemborkan bahwa kedatangan Tuhan sudah sangat dekat, tapi mana buktinya? Bohong!" Rasul Petrus menyatakan, "...pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya. Kata mereka: 'Di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan.'" (2 Petrus 3:3-4). Apakah firman Tuhan itu bohong? Firman Tuhan adalah ya dan amin, dan semua yang difirmankan Tuhan pasti akan digenapi-Nya.
Ketahuilah bahwa Tuhan memberi kita banyak kesempatan dengan tujuan supaya tidak ada orang yang mengalami kebinasaan kekal. "Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat." (2 Petrus 3:9). Itulah maksud dari kesabaran Tuhan! Sesungguhnya Tuhan tidak ingin menghukum manusia, tapi Tuhan menghukum karena menegakkan keadilan-Nya. Neraka diciptakan untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya, bukan untuk manusia, tetapi manusia tetap ditipu oleh Iblis sehingga manusia masuk dalam jerat dan perangkap Iblis. Sayangnya kesempatan yang Tuhan beri justru disalahgunakan oleh manusia untuk memuaskan keinginan dagingnya. "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu." (Galatia 6:7-8).
Tuhan yang memberi kesempatan kepada kita adalah Tuhan yang menginginkan kita menghargai kesempatan itu dan merespons setiap kesempatan itu dengan meninggalkan dosa dan hdiup dalam pertobatan yang sungguh!
Bertobatlah dan jangan mengeraskan hati sebelum hari Tuhan itu tiba!
Thursday, September 14, 2017
KESEMPATAN UNTUK MENGHASILKAN BUAH
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 September 2017
Baca: Matius 3:1-12
"Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api." Matius 3:10
Rancangan Tuhan bagi kehidupan anak-anak-Nya adalah rancangan yang baik dan bermasa depan cerah (baca Yeremia 29:11). Karena itu Tuhan memberikan segala sesuatu untuk kita, bahkan Ia rela mengorbankan nyawa-Nya supaya kita beroleh penebusan dosa, dibebaskan dari kutuk. "Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: "Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita." (Matius 8:17). Bukan hanya itu Tuhan juga memberikan Roh Kudus-Nya sebagai Penolong bagi kita. Semua Tuhan lakukan dengan tujuan supaya kita memiliki kesempatan untuk berbuah. Ini adalah target Tuhan dalam hidup setiap orang percaya! "Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya." (Lukas 6:44a).
Buah pertama yang harus dihasilkan orang percaya adalah buah pertobatan. "Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan." (Matius 3:8). Buah pertobatan dalam diri seseorang akan terlihat jelas melalui perubahan hidup yang semakin baik yaitu meninggalkan kehidupan lama dan menjalani hidup sebagai manusia baru (baca 2 Korintus 5:17). Manusia baru adalah proyek besar Bapa sendiri yang dikerjakan-Nya secara sempurna melalui Kristus. "...yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya." (Efesus 4:22-24).
Selanjutnya buah yang harus dihasilkan adalah buah Roh. Orang yang sudah mengalami pertobatan sejati pasti ada buah Roh di dalam kehidupannya yaitu "...kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu." (Galatia 5:22-23). Ketika buah pertobatan dan buah Roh berjalan secara seimbang, saat itulah kehidupan seseorang melangkah ke taraf yang lebih lagi yaitu hidup yang menjadi berkat atau kesaksian bagi orang lain. Inilah yang disebut buah jiwa. Melalui kesaksian hidup secara nyata kita dapat membawa orang lain datang kepada Kristus.
Kunci agar kehidupan kita berbuah adalah tinggal di dalam Tuhan dan firman-Nya!
Baca: Matius 3:1-12
"Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api." Matius 3:10
Rancangan Tuhan bagi kehidupan anak-anak-Nya adalah rancangan yang baik dan bermasa depan cerah (baca Yeremia 29:11). Karena itu Tuhan memberikan segala sesuatu untuk kita, bahkan Ia rela mengorbankan nyawa-Nya supaya kita beroleh penebusan dosa, dibebaskan dari kutuk. "Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: "Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita." (Matius 8:17). Bukan hanya itu Tuhan juga memberikan Roh Kudus-Nya sebagai Penolong bagi kita. Semua Tuhan lakukan dengan tujuan supaya kita memiliki kesempatan untuk berbuah. Ini adalah target Tuhan dalam hidup setiap orang percaya! "Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya." (Lukas 6:44a).
Buah pertama yang harus dihasilkan orang percaya adalah buah pertobatan. "Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan." (Matius 3:8). Buah pertobatan dalam diri seseorang akan terlihat jelas melalui perubahan hidup yang semakin baik yaitu meninggalkan kehidupan lama dan menjalani hidup sebagai manusia baru (baca 2 Korintus 5:17). Manusia baru adalah proyek besar Bapa sendiri yang dikerjakan-Nya secara sempurna melalui Kristus. "...yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya." (Efesus 4:22-24).
Selanjutnya buah yang harus dihasilkan adalah buah Roh. Orang yang sudah mengalami pertobatan sejati pasti ada buah Roh di dalam kehidupannya yaitu "...kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu." (Galatia 5:22-23). Ketika buah pertobatan dan buah Roh berjalan secara seimbang, saat itulah kehidupan seseorang melangkah ke taraf yang lebih lagi yaitu hidup yang menjadi berkat atau kesaksian bagi orang lain. Inilah yang disebut buah jiwa. Melalui kesaksian hidup secara nyata kita dapat membawa orang lain datang kepada Kristus.
Kunci agar kehidupan kita berbuah adalah tinggal di dalam Tuhan dan firman-Nya!
Wednesday, September 13, 2017
HIDUP ADALAH SEBUAH KESEMPATAN BERHARGA (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 September 2017
Baca: Pengkhotbah 9:1-12
"Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba." Pengkhotbah 9:12
Menyadari betapa berharganya waktu atau kesempatan dalam hidup ini rasul Paulus pun menasihati agar kita benar-benar memperhatikan dengan seksama hal ini: "...bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat." (Efesus 5:15-16). Kalau kita tidak cermat memperhatikan, maka kita akan kehilangan kesempatan. Karena itu kita harus memperhatikan waktu pintu terbuka dan waktu pintu tertutup. Ada tertulis: "...apabila Ia (Tuhan Yesus) membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka." (Wahyu 3:7). Artinya ada waktunya Tuhan membuka pintu masuk bagi kita dalam sebuah kesempatan; bilamana kita tidak masuk, pintu akan tertutup. Pintu itu bisa sebuah kesempatan-kesempatan baik yang kita miliki, yang mungkin cuma sekali saja. Jadi, perhatikan kairos yang Tuhan berikan!
Pengkhotbah menyatakan bahwa nasib semua orang sama, yang membedakan antara yang satu dengan yang lain adalah apakah kita bisa menggunakan kesempatan dalam hidup ini dengan baik, ataukah justru menyia-nyiakannya. Maka dari itu "Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi." (Pengkhotbah 9:10). Selagi ada waktu dan kesempatan, selagi kita masih diberi nafas hidup oleh Tuhan, mari kita kerjakan segala sesuatu yang Tuhan sudah percayakan dalam bidang apa pun (pelayanan, pekerjaan, studi dan sebagainya) dengan begitu sungguh-sungguh, sepenuh hati dan tidak setengah-setengah.
Betapa banyak dari kita yang memiliki kebiasaan klasik suka sekali menunda-nunda waktu dalam mengerjakan sesuatu. Kita berkata, "Ah nanti saja kan bisa... besok atau lusa, pasti akan kukerjakan...!" Padahal manusia tidak mengetahui waktunya (ayat nas), tidak tahu apa yang terjadi satu jam di depan, besok atau lusa.
Karena itu jadilah peka dan berlakulah bijaksana, atau kita akan menyesalinya!
Baca: Pengkhotbah 9:1-12
"Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba." Pengkhotbah 9:12
Menyadari betapa berharganya waktu atau kesempatan dalam hidup ini rasul Paulus pun menasihati agar kita benar-benar memperhatikan dengan seksama hal ini: "...bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat." (Efesus 5:15-16). Kalau kita tidak cermat memperhatikan, maka kita akan kehilangan kesempatan. Karena itu kita harus memperhatikan waktu pintu terbuka dan waktu pintu tertutup. Ada tertulis: "...apabila Ia (Tuhan Yesus) membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka." (Wahyu 3:7). Artinya ada waktunya Tuhan membuka pintu masuk bagi kita dalam sebuah kesempatan; bilamana kita tidak masuk, pintu akan tertutup. Pintu itu bisa sebuah kesempatan-kesempatan baik yang kita miliki, yang mungkin cuma sekali saja. Jadi, perhatikan kairos yang Tuhan berikan!
Pengkhotbah menyatakan bahwa nasib semua orang sama, yang membedakan antara yang satu dengan yang lain adalah apakah kita bisa menggunakan kesempatan dalam hidup ini dengan baik, ataukah justru menyia-nyiakannya. Maka dari itu "Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi." (Pengkhotbah 9:10). Selagi ada waktu dan kesempatan, selagi kita masih diberi nafas hidup oleh Tuhan, mari kita kerjakan segala sesuatu yang Tuhan sudah percayakan dalam bidang apa pun (pelayanan, pekerjaan, studi dan sebagainya) dengan begitu sungguh-sungguh, sepenuh hati dan tidak setengah-setengah.
Betapa banyak dari kita yang memiliki kebiasaan klasik suka sekali menunda-nunda waktu dalam mengerjakan sesuatu. Kita berkata, "Ah nanti saja kan bisa... besok atau lusa, pasti akan kukerjakan...!" Padahal manusia tidak mengetahui waktunya (ayat nas), tidak tahu apa yang terjadi satu jam di depan, besok atau lusa.
Karena itu jadilah peka dan berlakulah bijaksana, atau kita akan menyesalinya!
Tuesday, September 12, 2017
HIDUP ADALAH SEBUAH KESEMPATAN BERHARGA (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 September 2017
Baca: Lukas 13:6-9
"Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!" Lukas 13:7
Dalam perumpamaan tentang pohon ara yang kita baca, dikatakan sudah tiga tahun lamanya si pemilik kebun mencari buah pada pohon ara itu, namun ia tidak mendapatkannya. Lalu si pengurus kebuh meminta kepada pemilik kebun untuk diberi kesempatan setahun lagi; "...aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!" (ayat 8-9). Ini berbicara tentang sebuah kesempatan!
Dalam hidup kita menjumpai ada banyak kesempatan. Dengan kata lain hidup ini adalah sebuah kesempatan. Pertanyaannya: bagaimana agar kita dapat melihat kesempatan itu dan menggunakannya dengan baik? Orang-orang yang berhasil dalam bidang apa pun yang ditekuninya adalah mereka yang mampu menangkap setiap kesempatan yang menghampiri hidupnya. Bukan berarti mereka tidak pernah gagal, tapi mereka mampu menjadikan kegagalan sebagai kesempatan untuk belajar, berbenah dan memperbaiki diri. Sebaliknya ada banyak orang yang hidup dalam kegagalan demi kegagalan oleh karena telah menyia-nyiakan dan membuang kesempatan yang datang dalam hidupnya.
Bicara tentang kesempatan selalu berkaitan dengan waktu. Dalam membicarakan waktu Tuhan ada tiga istilah dalam Alkitab: 1. Waktu kronos. Yang dimaksud kronos adalah waktu yang biasa, yang selalu ada. Kronos menunjukkan jangka waktu tertentu, entah itu waktu yang singkat (sekejap saja) atau waktu yang lama. Kata Yunani kronos dipakai berhubungan dengan jam, bulan dan tahun. Waktu kronos adalah siklus waktu yang biasa. 2. Waktu aion. Kata aion dipakai untuk menunjukkan entah waktu yang lama sekali, ada waktu yang tanpa batas. Oleh sebab itu aion dipakai untuk waktu yang dimulai dengan penciptaan dan berakhir dengan kedatangan Kristus yang kedua kali; atau juga tentang waktu kekekalan, yaitu waktu tanpa batas. 3. Waktu kairos. Kata kairos berbicara tentang periode tertentu. Kalau waktu itu sudah lewat tidak akan kembali lagi. Ini berbicara tentang kesempatan dan momentum yang ada di waktu-waktu tertentu. Kalau tidak digunakan, maka waktu (kairos) itu akan hilang. (Bersambung)
Baca: Lukas 13:6-9
"Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!" Lukas 13:7
Dalam perumpamaan tentang pohon ara yang kita baca, dikatakan sudah tiga tahun lamanya si pemilik kebun mencari buah pada pohon ara itu, namun ia tidak mendapatkannya. Lalu si pengurus kebuh meminta kepada pemilik kebun untuk diberi kesempatan setahun lagi; "...aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!" (ayat 8-9). Ini berbicara tentang sebuah kesempatan!
Dalam hidup kita menjumpai ada banyak kesempatan. Dengan kata lain hidup ini adalah sebuah kesempatan. Pertanyaannya: bagaimana agar kita dapat melihat kesempatan itu dan menggunakannya dengan baik? Orang-orang yang berhasil dalam bidang apa pun yang ditekuninya adalah mereka yang mampu menangkap setiap kesempatan yang menghampiri hidupnya. Bukan berarti mereka tidak pernah gagal, tapi mereka mampu menjadikan kegagalan sebagai kesempatan untuk belajar, berbenah dan memperbaiki diri. Sebaliknya ada banyak orang yang hidup dalam kegagalan demi kegagalan oleh karena telah menyia-nyiakan dan membuang kesempatan yang datang dalam hidupnya.
Bicara tentang kesempatan selalu berkaitan dengan waktu. Dalam membicarakan waktu Tuhan ada tiga istilah dalam Alkitab: 1. Waktu kronos. Yang dimaksud kronos adalah waktu yang biasa, yang selalu ada. Kronos menunjukkan jangka waktu tertentu, entah itu waktu yang singkat (sekejap saja) atau waktu yang lama. Kata Yunani kronos dipakai berhubungan dengan jam, bulan dan tahun. Waktu kronos adalah siklus waktu yang biasa. 2. Waktu aion. Kata aion dipakai untuk menunjukkan entah waktu yang lama sekali, ada waktu yang tanpa batas. Oleh sebab itu aion dipakai untuk waktu yang dimulai dengan penciptaan dan berakhir dengan kedatangan Kristus yang kedua kali; atau juga tentang waktu kekekalan, yaitu waktu tanpa batas. 3. Waktu kairos. Kata kairos berbicara tentang periode tertentu. Kalau waktu itu sudah lewat tidak akan kembali lagi. Ini berbicara tentang kesempatan dan momentum yang ada di waktu-waktu tertentu. Kalau tidak digunakan, maka waktu (kairos) itu akan hilang. (Bersambung)
Monday, September 11, 2017
JANGAN BERSUMPAH PALSU ATAU DUSTA (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 September 2017
Baca: Matius 5:33-37
"Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat." Matius 5:37
Mereka yang suka bersumpah palsu atau berbohong hidupnya pasti akan mengalami masalah demi masalah karena berkat Tuhan pasti terhalang. Orang yang suka bersumpah palsu atau berbohong adalah pertanda bahwa mereka telah meremehkan Tuhan dan menganggap bahwa Tuhan tidak mendengar apa yang diucapkannya. Mereka lupa bahwa ada hukuman atas orang-orang yang tidak takut akan Tuhan dan melecehkan kemahatahuan Tuhan. "Janganlah kamu bersumpah dusta demi nama-Ku, supaya engkau jangan melanggar kekudusan nama Allahmu; Akulah TUHAN." (Imamat 19:12).
Pembacaan firman Tuhan hari ini mengajarkan bahwa manusia tidak boleh bersumpah, apalagi bersumpah palsu: "Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar; janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun. Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat." (Matius 5:34-37). Jika kita telah terlanjur melakukan hal-hal yang bertentangan dengan firman Tuhan ini, telah melakukan suatu kesalahan atau kekhilafan, adalah lebih baik kita mengakui kesalahan itu dan cepat berbalik kepada Tuhan. Segeralah berlutut di bawah kaki Tuhan, mengakui semua pelanggaran yang telah kita lakukan secara terperinci dan meminta pengampunan serta belas kasihan Tuhan!
Melalui nabi Zakharia Tuhan berfirman, "Janganlah merancang kejahatan dalam hatimu seorang terhadap yang lain dan janganlah mencintai sumpah palsu. Sebab semuanya itu Kubenci, demikianlah firman TUHAN." (Zakharia 8:17). Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu (baca 1 Petrus 3:10).
"Pembual tidak akan tahan di depan mata-Mu... Engkau membinasakan orang-orang yang berkata bohong, TUHAN jijik melihat penumpah darah dan penipu." Mazmur 5:6-7
Baca: Matius 5:33-37
"Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat." Matius 5:37
Mereka yang suka bersumpah palsu atau berbohong hidupnya pasti akan mengalami masalah demi masalah karena berkat Tuhan pasti terhalang. Orang yang suka bersumpah palsu atau berbohong adalah pertanda bahwa mereka telah meremehkan Tuhan dan menganggap bahwa Tuhan tidak mendengar apa yang diucapkannya. Mereka lupa bahwa ada hukuman atas orang-orang yang tidak takut akan Tuhan dan melecehkan kemahatahuan Tuhan. "Janganlah kamu bersumpah dusta demi nama-Ku, supaya engkau jangan melanggar kekudusan nama Allahmu; Akulah TUHAN." (Imamat 19:12).
Pembacaan firman Tuhan hari ini mengajarkan bahwa manusia tidak boleh bersumpah, apalagi bersumpah palsu: "Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar; janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun. Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat." (Matius 5:34-37). Jika kita telah terlanjur melakukan hal-hal yang bertentangan dengan firman Tuhan ini, telah melakukan suatu kesalahan atau kekhilafan, adalah lebih baik kita mengakui kesalahan itu dan cepat berbalik kepada Tuhan. Segeralah berlutut di bawah kaki Tuhan, mengakui semua pelanggaran yang telah kita lakukan secara terperinci dan meminta pengampunan serta belas kasihan Tuhan!
Melalui nabi Zakharia Tuhan berfirman, "Janganlah merancang kejahatan dalam hatimu seorang terhadap yang lain dan janganlah mencintai sumpah palsu. Sebab semuanya itu Kubenci, demikianlah firman TUHAN." (Zakharia 8:17). Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu (baca 1 Petrus 3:10).
"Pembual tidak akan tahan di depan mata-Mu... Engkau membinasakan orang-orang yang berkata bohong, TUHAN jijik melihat penumpah darah dan penipu." Mazmur 5:6-7
Sunday, September 10, 2017
JANGAN BERSUMPAH PALSU ATAU DUSTA (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 September 2017
Baca: Amsal 19:1-9
"Saksi dusta tidak akan luput dari hukuman, orang yang menyembur-nyemburkan kebohongan tidak akan terhindar." Amsal 19:5
Zaman sekarang ini keadaan makin bertambah jahat, orang lebih suka berbuat kejahatan daripada melakukan hal-hal yang baik. Lebih banyak pembohong daripada orang yang berkata jujur, bahkan di pengadilan sekalipun banyak sekali terdapat ketidakadilan, ketidakjujuran, banyak saksi-saksi dusta atau sumpah-sumpah palsu sebagai pertanda bahwa manusia tidak lagi takut akan Tuhan. Sering dijumpai banyak orang rela bersumpah palsu atau bersaksi dusta demi rasa solidernya kepada atasan, relasi bisnis, sahabat atau teman dekat. Rasa solider ini seringkali 'buta' dan tidak obyektif; walaupun tahu benar bahwa atasan, relasi bisnis, sahabat atau teman dekatnya itu melakukan kesalahan atau pelanggaran, mereka tetap saja mau menjadi saksi dusta. Ada pula orang yang rela menyampaikan saksi dusta meski hal itu bertentangan dengan hati nuraninya, karena mereka diiming-imingi uang, jabatan atau materi, sehingga matanya menjadi 'silau' dan akhirnya mau melakukan kompromi.
Berhati-hatilah, Tuhan tidak pernah menutup mata terhadap apa yang kita perbuat! Mungkin kita bisa berkilah atau menyembunyikan kebohongan itu di hadapan manusia, tapi di hadapan Tuhan tidak, sebab "...tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab." (Ibrani 4:13). Tuhan tidak bisa dipermainkan, Ia tidak akan tinggal diam, apa yang telah difirmankan-Nya pasti akan dilaksanakan. Amatlah penting firman Tuhan mengenai hukuman atas orang yang suka menggemakan kebohongan atau saksi dusta sampai-sampai peringatan ini diulangi: "Saksi dusta tidak akan luput dari hukuman, orang yang menyembur-nyemburkan kebohongan akan binasa." (Amsal 19:9).
Daud dalam mazmurnya juga menegaskan bahwa tidak sembarangan orang boleh naik ke gunung Tuhan atau berdiri di tempat-Nya yang kudus! Hanya "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia." (Mazmur 24:4-5). (Bersambung)
Baca: Amsal 19:1-9
"Saksi dusta tidak akan luput dari hukuman, orang yang menyembur-nyemburkan kebohongan tidak akan terhindar." Amsal 19:5
Zaman sekarang ini keadaan makin bertambah jahat, orang lebih suka berbuat kejahatan daripada melakukan hal-hal yang baik. Lebih banyak pembohong daripada orang yang berkata jujur, bahkan di pengadilan sekalipun banyak sekali terdapat ketidakadilan, ketidakjujuran, banyak saksi-saksi dusta atau sumpah-sumpah palsu sebagai pertanda bahwa manusia tidak lagi takut akan Tuhan. Sering dijumpai banyak orang rela bersumpah palsu atau bersaksi dusta demi rasa solidernya kepada atasan, relasi bisnis, sahabat atau teman dekat. Rasa solider ini seringkali 'buta' dan tidak obyektif; walaupun tahu benar bahwa atasan, relasi bisnis, sahabat atau teman dekatnya itu melakukan kesalahan atau pelanggaran, mereka tetap saja mau menjadi saksi dusta. Ada pula orang yang rela menyampaikan saksi dusta meski hal itu bertentangan dengan hati nuraninya, karena mereka diiming-imingi uang, jabatan atau materi, sehingga matanya menjadi 'silau' dan akhirnya mau melakukan kompromi.
Berhati-hatilah, Tuhan tidak pernah menutup mata terhadap apa yang kita perbuat! Mungkin kita bisa berkilah atau menyembunyikan kebohongan itu di hadapan manusia, tapi di hadapan Tuhan tidak, sebab "...tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab." (Ibrani 4:13). Tuhan tidak bisa dipermainkan, Ia tidak akan tinggal diam, apa yang telah difirmankan-Nya pasti akan dilaksanakan. Amatlah penting firman Tuhan mengenai hukuman atas orang yang suka menggemakan kebohongan atau saksi dusta sampai-sampai peringatan ini diulangi: "Saksi dusta tidak akan luput dari hukuman, orang yang menyembur-nyemburkan kebohongan akan binasa." (Amsal 19:9).
Daud dalam mazmurnya juga menegaskan bahwa tidak sembarangan orang boleh naik ke gunung Tuhan atau berdiri di tempat-Nya yang kudus! Hanya "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia." (Mazmur 24:4-5). (Bersambung)
Saturday, September 9, 2017
JANGAN MENJADI BATU SANDUNGAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 September 2017
Baca: 2 Timotius 2:14-26
"Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu." 2 Timotius 2:15
Semua orang percaya tanpa terkecuali memiliki tanggung jawab sebagai pekerja-pekerja Tuhan. Yang disebut pekerja Tuhan bukan hanya mereka yang mempunyai jabatan resmi di gereja, semisal pendeta, gembala sidang, diaken, atau yang sudah terlibat dalam pelayanan mimbar, akan tetapi semua orang yang mengaku diri sebagai orang percaya atau pengikut Kristus.
Rasul Paulus mengatakan bahwa tugas utama seorang pekerja Kristus adalah memberitakan kebenaran. Karena kita adalah pemberita kebenaran maka kita pun tidak boleh main-main dengan kekristenan kita. Adalah mutlak bagi seorang pekerja Tuhan untuk memiliki sifat Ilahi, yaitu hidup yang mencerminkan Kristus. "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6). Rasul Paulus meminta kepada Timotius untuk memperingatkan semua orang percaya: "Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan." (2 Timotius 2:19). Tetapi banyak dijumpai orang Kristen yang, justru, bukan teladan baik yang ditunjukkan, sebaliknya malah menjadi batu sandungan bagi orang lain; sering terjadi pertengkaran, percekcokan, perselisihan, fitnah, gosip dan saling menjatuhkan satu sama lain di antara jemaat dalam satu lingkup gereja; dan yang lebih menyedihkan Roh Kudus ialah terjadi persaingan yang tidak sehat antar denominasi gereja sehingga gereja menjadi terpecah-pecah atau membentuk kubu-kubu.
Rasul Paulus mengingatkan bahwa seorang pekerja Tuhan harus mampu mengekang lidahnya, "...agar jangan mereka bersilat kata, karena hal itu sama sekali tidak berguna, malah mengacaukan orang yang mendengarnya... hindarilah omongan yang kosong dan yang tak suci yang hanya menambah kefasikan." (2 Timotius 2:14, 16). Kalau hidup kita sendiri tidak mampu menjadi kesaksian yang baik, bagaimana kita bisa melayani jiwa-jiwa dan memberitakan kebenaran kepada orang lain?
Jika seseorang menyucikan diri dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia (baca 2 Timotius 2:21).
Baca: 2 Timotius 2:14-26
"Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu." 2 Timotius 2:15
Semua orang percaya tanpa terkecuali memiliki tanggung jawab sebagai pekerja-pekerja Tuhan. Yang disebut pekerja Tuhan bukan hanya mereka yang mempunyai jabatan resmi di gereja, semisal pendeta, gembala sidang, diaken, atau yang sudah terlibat dalam pelayanan mimbar, akan tetapi semua orang yang mengaku diri sebagai orang percaya atau pengikut Kristus.
Rasul Paulus mengatakan bahwa tugas utama seorang pekerja Kristus adalah memberitakan kebenaran. Karena kita adalah pemberita kebenaran maka kita pun tidak boleh main-main dengan kekristenan kita. Adalah mutlak bagi seorang pekerja Tuhan untuk memiliki sifat Ilahi, yaitu hidup yang mencerminkan Kristus. "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6). Rasul Paulus meminta kepada Timotius untuk memperingatkan semua orang percaya: "Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan." (2 Timotius 2:19). Tetapi banyak dijumpai orang Kristen yang, justru, bukan teladan baik yang ditunjukkan, sebaliknya malah menjadi batu sandungan bagi orang lain; sering terjadi pertengkaran, percekcokan, perselisihan, fitnah, gosip dan saling menjatuhkan satu sama lain di antara jemaat dalam satu lingkup gereja; dan yang lebih menyedihkan Roh Kudus ialah terjadi persaingan yang tidak sehat antar denominasi gereja sehingga gereja menjadi terpecah-pecah atau membentuk kubu-kubu.
Rasul Paulus mengingatkan bahwa seorang pekerja Tuhan harus mampu mengekang lidahnya, "...agar jangan mereka bersilat kata, karena hal itu sama sekali tidak berguna, malah mengacaukan orang yang mendengarnya... hindarilah omongan yang kosong dan yang tak suci yang hanya menambah kefasikan." (2 Timotius 2:14, 16). Kalau hidup kita sendiri tidak mampu menjadi kesaksian yang baik, bagaimana kita bisa melayani jiwa-jiwa dan memberitakan kebenaran kepada orang lain?
Jika seseorang menyucikan diri dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia (baca 2 Timotius 2:21).
Friday, September 8, 2017
SALING JEGAL: Tidak Hidup Dalam Kasih
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 September 2017
Baca: Lukas 9:49-50
"Guru, kami lihat seorang mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita." Lukas 9:49
Semakin hari dunia semakin 'panas' dengan persaingan antar manusia. Karena keadaan ini banyak orang mudah tersulut emosi. Kasih menjadi sesuatu yang langka dan tak mudah ditemukan, karena hubungan antarinsani selalu dilandasi kepentingan tertentu. Saling jegal menjadi sesuatu yang biasa terjadi.
Saling jegal juga terjadi di dunia pelayanan! Para pelayan Tuhan menjegal rekan sepelayanan di ladang Tuhan karena merasa tersaingi. Intinya orang saling jegal karena tidak suka melihat orang lain lebih maju, lebih berhasil, atau lebih dipakai Tuhan dalam pelayanan. Karena itu beerbagai cara ditempuh untuk menghambat dan menghalangi langkahnya. Mengapa Yohanes pembaptis berkata kepada Tuhan Yesus, "...kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita." (ayat nas)? Mulai ada iri hati dalam diri Yohanes: mengapa ada orang lain yang bukan pengikut Kristus mengusir setan demi nama-Nya dan berhasil. Mungkin timbul pertanyaan di benaknya: "Mengapa harus orang lain yang dapat melakukannya, mengapa bukan aku?"
Seharusnya kita bersyukur jika ada orang lain yang hidupnya dipakai Tuhan secara luar biasa. Itu menjadi pendorong atau motivasi bagi kita untuk belajar lebih lagi dan berusaha untuk meningkatkan kualitas kerohanian kita. Sebagai kawan sekerja di ladang Tuhan seharusnya kita saling menopang dan bahu-membahu dalam melayani Tuhan. Sikap saling jegal adalah tanda bahwa kita tidak memiliki kasih. Orang yang memiliki kasih justru akan belajar untuk menghargai kelebihan orang lain, dan membuat kita bisa bersyukur karena nama Tuhan dipermuliakan melalui orang-orang yang dipakai Tuhan secara luar biasa, jangan justru kita iri hati dan dengki kepada mereka. Tuhan Yesus berkata, "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yohanes 13:34-35).
Memiliki kasih adalah tanda bahwa kita ini adalah anak-anak Tuhan, jangan malah menjegal!
Baca: Lukas 9:49-50
"Guru, kami lihat seorang mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita." Lukas 9:49
Semakin hari dunia semakin 'panas' dengan persaingan antar manusia. Karena keadaan ini banyak orang mudah tersulut emosi. Kasih menjadi sesuatu yang langka dan tak mudah ditemukan, karena hubungan antarinsani selalu dilandasi kepentingan tertentu. Saling jegal menjadi sesuatu yang biasa terjadi.
Saling jegal juga terjadi di dunia pelayanan! Para pelayan Tuhan menjegal rekan sepelayanan di ladang Tuhan karena merasa tersaingi. Intinya orang saling jegal karena tidak suka melihat orang lain lebih maju, lebih berhasil, atau lebih dipakai Tuhan dalam pelayanan. Karena itu beerbagai cara ditempuh untuk menghambat dan menghalangi langkahnya. Mengapa Yohanes pembaptis berkata kepada Tuhan Yesus, "...kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita." (ayat nas)? Mulai ada iri hati dalam diri Yohanes: mengapa ada orang lain yang bukan pengikut Kristus mengusir setan demi nama-Nya dan berhasil. Mungkin timbul pertanyaan di benaknya: "Mengapa harus orang lain yang dapat melakukannya, mengapa bukan aku?"
Seharusnya kita bersyukur jika ada orang lain yang hidupnya dipakai Tuhan secara luar biasa. Itu menjadi pendorong atau motivasi bagi kita untuk belajar lebih lagi dan berusaha untuk meningkatkan kualitas kerohanian kita. Sebagai kawan sekerja di ladang Tuhan seharusnya kita saling menopang dan bahu-membahu dalam melayani Tuhan. Sikap saling jegal adalah tanda bahwa kita tidak memiliki kasih. Orang yang memiliki kasih justru akan belajar untuk menghargai kelebihan orang lain, dan membuat kita bisa bersyukur karena nama Tuhan dipermuliakan melalui orang-orang yang dipakai Tuhan secara luar biasa, jangan justru kita iri hati dan dengki kepada mereka. Tuhan Yesus berkata, "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yohanes 13:34-35).
Memiliki kasih adalah tanda bahwa kita ini adalah anak-anak Tuhan, jangan malah menjegal!
Thursday, September 7, 2017
SEBERAT APA PUN JANGAN MENGGERUTU
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 September 2017
Baca: Kisah Para Rasul 16:6-35
"Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana." Kisah 16:10
Pada suatu malam rasul Paulus mendapat penglihatan, tampaklah seorang Makedonia berseru kepadanya: "Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!" (Kisah 16:9). Ia percaya penglihatan itu merupakan panggilan Tuhan untuk mengabarkan injil kepada orang-orang di sana. Segeralah Paulus dan Silas merespons panggilan Tuhan ini dan pergi menuju ke daerah penginjilan baru itu.
Begitu sampai di wilayah Makedonia bagaimana reaksi orang-orang? Ketika Paulus dan Silas sampai di Filipi banyak orang menentang keras. Mereka menyeret Paulus dan Silas ke pasar dan menghadapkannya kepada penguasa kota: pakaian mereka dikoyak dan didera berkali-kali, lalu keduanya dimasukkan ke dalam ruang penjara yang paling tengah dengan kaki terbelenggu dalam pasungan. Seandainya Paulus dan Silas berkarakter seperti orang-orang Kristen kebanyakan pastilah mereka mengeluh, bersungut-sungut, menggerutu, marah kepada Tuhan. Mungkin mereka berkata, "Aku sudah taat mengerjakan panggilan-Mu, mengapa seperti ini?" Tapi Paulus dan Silas adalah hamba Tuhan yang patut diteladani. Dalam situasi sulit mereka tetap memuliakan nama Tuhan. "Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka." (Kisah 16:25).
Paulus dan Silas percaya ada rencana Tuhan yang indah di balik penderitaan yang dialaminya. Seringkali kita juga mengalami penderitaan karena kesetiaan kita dalam melayani Tuhan dan hidup benar. Namun seringkali kita menggerutu dan menyalahkan Tuhan. Kita lupa bahwa Tuhan bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia, yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana-Nya (baca Roma 8:28).
"Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya." 1 Petrus 2:21
Baca: Kisah Para Rasul 16:6-35
"Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana." Kisah 16:10
Pada suatu malam rasul Paulus mendapat penglihatan, tampaklah seorang Makedonia berseru kepadanya: "Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!" (Kisah 16:9). Ia percaya penglihatan itu merupakan panggilan Tuhan untuk mengabarkan injil kepada orang-orang di sana. Segeralah Paulus dan Silas merespons panggilan Tuhan ini dan pergi menuju ke daerah penginjilan baru itu.
Begitu sampai di wilayah Makedonia bagaimana reaksi orang-orang? Ketika Paulus dan Silas sampai di Filipi banyak orang menentang keras. Mereka menyeret Paulus dan Silas ke pasar dan menghadapkannya kepada penguasa kota: pakaian mereka dikoyak dan didera berkali-kali, lalu keduanya dimasukkan ke dalam ruang penjara yang paling tengah dengan kaki terbelenggu dalam pasungan. Seandainya Paulus dan Silas berkarakter seperti orang-orang Kristen kebanyakan pastilah mereka mengeluh, bersungut-sungut, menggerutu, marah kepada Tuhan. Mungkin mereka berkata, "Aku sudah taat mengerjakan panggilan-Mu, mengapa seperti ini?" Tapi Paulus dan Silas adalah hamba Tuhan yang patut diteladani. Dalam situasi sulit mereka tetap memuliakan nama Tuhan. "Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka." (Kisah 16:25).
Paulus dan Silas percaya ada rencana Tuhan yang indah di balik penderitaan yang dialaminya. Seringkali kita juga mengalami penderitaan karena kesetiaan kita dalam melayani Tuhan dan hidup benar. Namun seringkali kita menggerutu dan menyalahkan Tuhan. Kita lupa bahwa Tuhan bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia, yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana-Nya (baca Roma 8:28).
"Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya." 1 Petrus 2:21
Wednesday, September 6, 2017
YABES: Menang Atas Penderitaan (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 September 2017
Baca: 1 Tawarikh 4:9-10
"Dan Allah mengabulkan permintaannya itu." 1 Tawarikh 4:10b
Yabes berdoa, "Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!" (1 Tawarikh 4:10). Ini merupakan cermin iman! ia berkeyakinan Tuhan sanggup melakukan segala perkara. Permohonannya untuk memberkati, memperluas daerah, menyertai dan melindungi adalah wujud tanggung jawabnya terhadap tugas-tugas yang harus diembannya, yaitu tugas dan tanggung jawab kepuakan. Puak artinya golongan, kelompok atau kaum (golongan keluarga, suku bangsa). Yabes berdoa bukan untuk kepentingan diri sendiri, tapi untuk banyak orang, dan bertujuan untuk kemuliaan nama Tuhan. Ini berbicara tentang motivasi atau sikap hati!
Betapa banyak orang Kristen yang kecewa karena doa-doanya tidak dijawab Tuhan. Seharusnya kita mengoreksi diri mengapa doa kita tidak dijawab? Karena kita memiliki motivasi yang salah saat berdoa. Jangan sampai terselip sedikitpun untuk mencari kemuliaan diri sendiri, atau ada motivasi terselubung. "Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu." (Yakobus 4:3). Ingat! Tuhan menyelidiki hati dan menguji batin kita, Ia tahu motivasi hati kita saat berdoa.
Rahasia ke-3 doa Yabes: Untuk kemuliaan nama Tuhan. Kehendak Tuhan adalah memberkati kita dengan hidup berlimpah dan lebih dari pemenang, dengan tujuan supaya kita menjadi berkat sehingga Tuhan dipermuliakan melalui hidup kita. Yabes mempertanggungjawabkan berkat-berkatnya bukan untuk dirinya sendiri, melainkan terlebih untuk puaknya. Perluasan kekuasaan berkaitan dengan pemashyuran nama Tuhan. Yabes sadar bahwa tanpa Tuhan semuanya sia-sia, karena segala sesuatu yang diterimanya itu berasal dari Tuhan dan karena campur tangan-Nya semata. Pengakuan sedemikian ini membuat Tuhan berkenan kepadanya. Kesadaran itu sejalan dengan pernyataan Tuhan Yesus bahwa di luar Dia kita tidak dapat berbuat apa-apa (Yohanes 15:7). Segala sesuatu yang kita kerjakan haruslah untuk memuliakan nama Tuhan!
Karena melibatkan Tuhan dan mengandalkan-Nya, hidup Yabes dipulihkan dan menjadi berkat!
Baca: 1 Tawarikh 4:9-10
"Dan Allah mengabulkan permintaannya itu." 1 Tawarikh 4:10b
Yabes berdoa, "Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!" (1 Tawarikh 4:10). Ini merupakan cermin iman! ia berkeyakinan Tuhan sanggup melakukan segala perkara. Permohonannya untuk memberkati, memperluas daerah, menyertai dan melindungi adalah wujud tanggung jawabnya terhadap tugas-tugas yang harus diembannya, yaitu tugas dan tanggung jawab kepuakan. Puak artinya golongan, kelompok atau kaum (golongan keluarga, suku bangsa). Yabes berdoa bukan untuk kepentingan diri sendiri, tapi untuk banyak orang, dan bertujuan untuk kemuliaan nama Tuhan. Ini berbicara tentang motivasi atau sikap hati!
Betapa banyak orang Kristen yang kecewa karena doa-doanya tidak dijawab Tuhan. Seharusnya kita mengoreksi diri mengapa doa kita tidak dijawab? Karena kita memiliki motivasi yang salah saat berdoa. Jangan sampai terselip sedikitpun untuk mencari kemuliaan diri sendiri, atau ada motivasi terselubung. "Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu." (Yakobus 4:3). Ingat! Tuhan menyelidiki hati dan menguji batin kita, Ia tahu motivasi hati kita saat berdoa.
Rahasia ke-3 doa Yabes: Untuk kemuliaan nama Tuhan. Kehendak Tuhan adalah memberkati kita dengan hidup berlimpah dan lebih dari pemenang, dengan tujuan supaya kita menjadi berkat sehingga Tuhan dipermuliakan melalui hidup kita. Yabes mempertanggungjawabkan berkat-berkatnya bukan untuk dirinya sendiri, melainkan terlebih untuk puaknya. Perluasan kekuasaan berkaitan dengan pemashyuran nama Tuhan. Yabes sadar bahwa tanpa Tuhan semuanya sia-sia, karena segala sesuatu yang diterimanya itu berasal dari Tuhan dan karena campur tangan-Nya semata. Pengakuan sedemikian ini membuat Tuhan berkenan kepadanya. Kesadaran itu sejalan dengan pernyataan Tuhan Yesus bahwa di luar Dia kita tidak dapat berbuat apa-apa (Yohanes 15:7). Segala sesuatu yang kita kerjakan haruslah untuk memuliakan nama Tuhan!
Karena melibatkan Tuhan dan mengandalkan-Nya, hidup Yabes dipulihkan dan menjadi berkat!
Subscribe to:
Posts (Atom)