Wednesday, December 7, 2016

ANGGUR YANG BERBUAH MANIS ATAU MASAM

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Desember 2016

BacaYesaya 5:1-7

"Aku hendak menyanyikan nyanyian tentang kekasihku, nyanyian kekasihku tentang kebun anggurnya: Kekasihku itu mempunyai kebun anggur di lereng bukit yang subur."  Yesaya 5:1

Melalui perumpamaan ini Tuhan menggambarkan kebun anggur yang tampak subur dan indah dipandang mata.  Kebun itu dirawat-Nya sedemikian rupa:  dipupuk, dicangkul, dibuang batu-batunya.  Di tengah kebun itu dibangun menara jaga, dan anggur yang ditanam adalah anggur pilihan.  Pemiliknya berharap kebun anggur itu menghasilkan buah yang rasanya masam.

     Kebun anggur yang dimaksud adalah gambaran tentang umat Israel, bangsa pilihan Tuhan yang mendapatkan perlakuan secara khusus dan istimewa dari Tuhan.  Namun demikian mereka tidak menunjukkan kualitas hidup yang sesuai dengan harapan.  "...dinanti-Nya keadilan, tetapi hanya ada kelaliman, dinanti-Nya kebenaran tetapi hanya ada keonaran."  (ayat 7).  Mereka gagal menjadi apa yang Tuhan inginkan!  Walaupun telah mengecap kebaikan Tuhan dan mengalami berbagai mujizat yang luar biasa mereka tetap saja menjadi bangsa yang tegar tengkuk, bahkan tega menyakiti hati Tuhan dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari firman-Nya sehingga hal itu menimbulkan murka Tuhan.  "Aku akan menebang pagar durinya, sehingga kebun itu dimakan habis, dan melanda temboknya, sehingga kebun itu diinjak-injak; Aku akan membuatnya ditumbuhi semak-semak, tidak dirantingi dan tidak disiangi, sehingga tumbuh puteri malu dan rumput; Aku akan memerintahkan awan-awan, supaya jangan diturunkannya hujan ke atasnya."  (ayat 5-6).  Karena telah mengecewakan, Tuhan pun menghukum mereka, bukan karena Ia benci terhadap umat-Nya tetapi sebagai wujud kasih dan perhatian-Nya,  "karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."  (Ibrani 12:6).

     Supaya kebenaran orang percaya seperti kebun anggur yang subur dan produktif  (menghasilkan buah)  kita harus mau  'dibersihkan'  dan  'ditata'  oleh Tuhan.  Jangan mengeraskan hati dan hidup menyimpang dari kehendak Tuhan karena kita ini telah dipilih dan dikuduskan-Nya, bahkan telah ditebus dengan darah-Nya yang mahal.

"Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan."  Matius 3:8

Tuesday, December 6, 2016

MUJIZAT MELALUI PERANTARAAN HAMBA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Desember 2016

Baca2 Raja-Raja 4:1-7

"Lalu berkatalah Elisa: 'Pergilah, mintalah bejana-bejana dari luar, dari pada segala tetanggamu, bejana-bejana kosong, tetapi jangan terlalu sedikit.'"  2 Raja-Raja 4:3

Dikisahkan ada seorang janda nabi yang sedang dalam kesukaran besar.  Suaminya meninggal dunia meninggalkan utang begitu banyak sehingga wanita ini tidak sanggup melunasinya.  Tidak ada warisan harta selain dua anak laki-laki yang masih belia.

     Syukurlah di tengah impitan ekonomi ini perempuan tersebut tidak putus asa atau frustasi, ia masih memiliki iman.  Terbukti ia datang kepada nabi Elisa untuk mencari pertolongan Tuhan.  Dengan kata lain ia datang ke alamat yang tepat, bukan mencari pertolongan kepada dukun, orang pintar atau mencari jalan pintas.  Tanya Elisa,  "'Apakah yang dapat kuperbuat bagimu? Beritahukanlah kepadaku apa-apa yang kaupunya di rumah.' Berkatalah perempuan itu: 'Hambamu ini tidak punya sesuatu apapun di rumah, kecuali sebuah buli-buli berisi minyak.'"  (ayat 2).  Kemudian Elisa memberikan perintah kepada perempuan itu untuk meminjam bejana-bejana kosong dari semua tetangganya, sebanyak mungkin, lalu membawanya masuk ke dalam rumah, menutup pintu dan menuangkan minyak itu ke dalam bejana-bejana itu sampai penuh.  Perkataan Elisa itu kedengarannya sangat aneh dan tidak masuk akal sama sekali.  Bagaimana mungkin minyak yang sedikit itu bisa memenuhi bejana-bejana kosong itu?  Tetapi perempuan itu percaya firman Tuhan yang telah disampaikan melalui nabi Elisa dan melakukan apa yang diperintahkan!  Mujizat pun terjadi:  minyak yang dituangkan itu tidak habis, mengalir terus hingga semua bejana itu menjadi penuh.

     Mujizat adalah perbuatan atau kenyataan ajaib yang Tuhan kerjakan untuk membuktikan bahwa Ia hidup dan berkuasa, suatu manifestasi kehendak Tuhan dalam keadaan tertentu untuk menggenapi firman-Nya.  Dalam kisah ini Tuhan menyatakan mujizat yang dikehendaki-Nya dengan perantaraan hamba-Nya.  Mujizat ini terjadi oleh karena doa dan tindakan iman yaitu menaati atau melakukan apa yang Tuhan firmankan.  Tidak ada mujizat yang terjadi atas kehendak manusia sendiri, semua itu adalah pekerjaan Tuhan semata-mata untuk membuktikan kebenaran firman-Nya.

Iman dan ketaatan melakukan firman Tuhan adalah kunci mengalami mujizat Tuhan!

Monday, December 5, 2016

MELAKUKAN KEHENDAK TUHAN: Menikmati Janji Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Desember 2016

BacaMatius 12:46-50

"Sebab siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku."  Matius 12:50

Tuhan Yesus mengatakan bahwa siapa pun yang sering melakukan kehendak Bapa akan menjadi bagian keluarga Kerajaan Sorga.  Bukan hanya itu... apa saja yang diminta akan diperolehnya.  "dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya."  (1 Yohanes 3:22).  Kunci mengalami penggenapan janji Tuhan adalah tekun melakukan kehendak Tuhan,   "Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu." (Ibrani 10:36).

     Ketekunan berbicara tentang proses waktu yang tidak singkat:  secara konsisten melakukan apa yang Tuhan kehendaki yang di dalamnya terkandung unsur sabar, setia, berjaga-jaga dan tetap menanti-nantikan Tuhan.  "...Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia."  (Ibrani 9:28).  Oleh karena itu kita harus berani mengadakan pemisahan hidup dengan dunia, bersikap tegas untuk tidak berkompromi dengan segala hal yang sifatnya duniawi.  "Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu."  (2 Korintus 6:17).

     Memisahkan diri dari dunia bukan berarti menjauhi atau mengadakan permusuhan dengan orang-orang yang bukan pengikut Kristus, tetapi kita memisahkan diri dari cara hidup dunia yang menyimpang dari kebenaran firman Tuhan.  Masih banyak orang percaya yang enggan memisahkan diri dari dunia, hatinya mendua, yaitu mengikut Tuhan dan tetap menjalin  'persahabatan'  dengan dunia.  Padahal Alkitab dengan tegas menyatakan,  "Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah."  (Yakobus 4:4).

 "Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya."  1 Yohanes 2:17

Sunday, December 4, 2016

MELAKUKAN KEHENDAK TUHAN: Berhak Masuk Sorga (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Desember 2016

BacaMatius 7:15-23

"Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"  Matius 7:23

Menjadi Kristen bukan jaminan masuk Sorga, apalagi syarat-syarat yang diminta Tuhan tak dipenuhi.  Untuk dapat masuk ke dalam kerajaan-Nya kita harus melakukan kehendak bapa, tidak cukup hanya rajin ke gereja atau sibuk pelayanan, atau dengan seruan kepada Tuhan saja.  "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga."  (ayat 21).  Melakukan kehendak Tuhan kunci utama masuk Kerajaan Sorga.

     Mengapa kita harus melakukan kehendak Tuhan?  Karena Tuhan Yesus sendiri telah memberikan teladan hidup bagaimana Ia menempatkan kehendak Bapa sebagai yang utama dalam hidup-Nya.  Alkitab menyatakan bahwa bagi Tuhan Yesus makanan-Nya adalah melakukan kehendak Bapa yang mengutus Dia  (baca  Yohanes 4:34).  Ini menunjukkan bahwa kehendak Bapa bagi Yesus adalah sesuatu yang sangat menyenangkan dan terasa nikmat, sama seperti orang yang suka dan menikmati menu makanannya.  Namun banyak orang menganggap bahwa melakukan kehendak Tuhan adalah sesuatu yang berat dan sangat menyiksa;  ini benar bila kita melakukannya dalam keadaan terpaksa atau menjadikan itu sebagai suatu beban.  Berbeda bila kita memiliki pengenalan yang benar akan Tuhan dan mengasihi-Nya dengan sungguh, kita pasti dapat berkata seperti pemazmur katakan,  "...perintah-perintah-Mu menjadi kesukaanku."  (Mazmur 119:143), karena itu  "...aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku."  (Mazmur 40:9).

     Tanda orang mengasihi Tuhan adalah menuruti perintah-Nya.  "Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat,"  (1 Yohanes 5:3).  Orang yang tahu bahwa ada berkat-berkat luar biasa yang Tuhan sediakan bagi orang-orang yang taat pasti akan melakukan kehendak Tuhan dengan sukacita.

Berkat terbesar bagi orang yang taat melakukan kehendak Tuhan adalah masuk ke dalam Kerjaan Sorga.

Saturday, December 3, 2016

WASPADA TERHADAP NABI PALSU

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Desember 2016

BacaMatius 7:15-23

"Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas."  Matius 7:15

Semua orang percaya tahu dan sadar bahwa hari-hari ini adalah hari yang sangat jahat, seperti peringatan rasul Paulus,  "...perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif,"  (Efesus 5:15).  Tanda-tanda zaman sangat jelas menunjukkan kedatangan Tuhan sangat dekat, salah satunya banyak bermunculan nabi-nabi palsu yang seringkali menyatakan aneka macam nubuatan yang bertujuan mengacaukan dan meresahkan jemaat.  "Tetapi siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia, ia membangun, menasihati dan menghibur."  (1 Korintus 14:3).  Kalau nubuatan menyimpang dari kebenaran, nubuatan tersebut patut diwaspadai!

     Hananya  adalah seorang nabi, tetapi ia adalah nabi palsu.  Umat Israel tidak mengetahuinya karena nubuatan yang disampaikan Hananya itu tampak baik dan benar.  "Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Aku telah mematahkan kuk raja Babel itu. Dalam dua tahun ini Aku akan mengembalikan ke tempat ini segala perkakas rumah TUHAN yang telah diambil dari tempat ini oleh Nebukadnezar, raja Babel, dan yang diangkutnya ke Babel...demikianlah firman TUHAN! Sungguh, Aku akan mematahkan kuk raja Babel itu!"  (Yeremia 28:2-4).  Hananya berani berkata,  "Beginilah firman TUHAN"  Tetapi nabi Yeremia yang mempunyai karunia membedakan roh mengetahui bahwa nubuatan yang disampaikan oleh Hananya itu palsu.

     Karunia membedakan roh adalah kesanggupan Ilahi yang Roh Tuhan berikan kepada seseorang untuk dapat membedakan dan mengenal suatu gejala atau kenyataan rohani, apakah itu berasal dari Tuhan, dari Iblis atau dari manusia.  "Dengarkanlah, hai Hananya! TUHAN tidak mengutus engkau, tetapi engkau telah membuat bangsa ini percaya kepada dusta."  (Yeremia 28:15), maka  "...matilah nabi Hananya dalam tahun itu juga,"  (Yeremia 28:17).  Setiap nubuatan harus diuji dengan kebenaran Injil, karena itu kita harus tekun membaca dan merenungkan firman Tuhan;  jika tidak, bagaimana kita tahu bahwa nubutan itu palsu atau tidak?

"...janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah;"  1 Yohanes 4:1

Friday, December 2, 2016

TAK PERNAH BERHENTI BERJUANG (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Desember 2016 

Baca2 Korintus 10:1-11

"Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi,"  2 Korintus 10:3

Kesukaran dan penderitaan adalah bagian hidup manusia, Musa pun mengakuinya.  Namun ia justru menyebutnya sebagai suatu kebanggaan  (baca  Mazmur 90:10), karena pengalaman hidup yang penuh proses seperti itu dapat menjadikannya kuat.  Adalah suatu kebanggaan ketika orang dapat bertahan atau mampu melewati setiap kesukaran dan penderitaan yang dialami.  Musa telah membuktikan betapa berat proses yang dijalaninya ketika harus memimpin umat Israel yang tegar tengkuk itu selama 40 tahun.  Seberat apa pun keadaannya, life must go on, harus tetap semangat menjalani hidup, sebab  "Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?"  (Amsal 18:14).

     Lalu kita harus berjuang dalam hal apa lagi?  Berjuang melawan keinginan daging.  Setiap detik, menit, jam kita selalu menghadapi pilihan hidup yang tidak mudah:  menuruti keinginan daging atau Roh Kudus.  Ini membutuhkan perjuangan yang tidak mudah, sebab  "...roh memang penurut, tetapi daging lemah."  (Matius 26:41).  Kelemahan utama daging adalah cenderung melakukan perbuatan yang bertentangan dengan firman Tuhan.  "Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah."  (Galatia 5:19-21).  Mengikuti keinginan daging mengakibatkan kebinasaan daging  (baca  Galatia 6:8), tidak mendapat tempat di Kerajaan Sorga.

     Hanya dengan pertolongan Roh Kudus saja kita dapat mematikan segala keinginan daging.  "Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup."  (Roma 8:13).  Sehebat apa pun seseorang, kalau  'daging'  nya lemah atau semata-mata hidup menuruti keinginan dagingnya, ia pasti akan menuai kegagalan!

Perjuangan orang percaya adalah perjuangan menyalibkan keinginan daging!

Thursday, December 1, 2016

TAK PERNAH BERHENTI BERJUANG (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Desember 2016 

BacaAyub 7:1-21

"Bukankah manusia harus bergumul di bumi, dan hari-harinya seperti hari-hari orang upahan?"  Ayub 7:1

Pernyataan bahwa hidup adalah perjuangan memang benar adanya.  Alkitab pun menyatakan bahwa manusia harus bergumul di bumi dan hari-harinya seperti hari-hari orang upahan.  Dalam Alkitab versi bahasa Indonesia sehari-hari demikian:  "Manusia itu seperti dipaksa berjuang;  hidupnya berat seperti hidup seorang upahan;"  Artinya setiap hari kita dihadapkan pada pergumulan demi pergumulan yang tidak ringan.  Untuk itu dibutuhkan kerja keras dan perjuangan karena tidak ada keberhasilan atau kesuksesan yang datang secara tiba-tiba turun dari langit, semuanya melalui proses yang panjang.  Bagi mereka yang memiliki cita-cita atau impian besar mustahil dapat meraihnya jika hanya bermalas-malasan atau berpangku tangan saja.

     Thomas Alfa Edison adalah salah seorang tokoh penemu terbesar di dunia.  Bola lampu adalah salah satu hasil temuannya sehingga semua manusia di muka bumi ini dapat menikmatinya.  Ia adalah seorang yang pantang menyerah, tidak pernah berhenti berjuang meski harus mengalami kegagalan ribuan kali saat melakukan eksperimen;  dan karena kegigihannya ini Edison pun disebut sebagai penemu yang paling produktif dalam sejarah kehidupan manusia.  Ia menyatakan bahwa kunci keberhasilan bukan semata-mata ditentukan oleh tingkat kecerdasan atau kejeniusan seseorang, tapi faktor terbesar yang menunjang keberhasilan seseorang adalah kerja keras.  "Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya."  (1 Timotius 4:10).

     Lalu, kita harus berjuang dalam hal apa?  Berjuang menghadapi masalah atau penderitaan.  Selama kaki kita masih berpijak di atas muka bumi ini, sampai kapan pun kita tidak dapat menghindarkan diri dari masalah, kesukaran atau penderitaan hidup.  Meski demikian kita tidak perlu berkecil hati dan berputus asa, karena kita punya Tuhan yang sangat peduli dan mengerti, yang berjanji tidak akan membiarkan dan meninggalkan kita sendiri.  Bahkan  "Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu."  (Yesaya 46:4a).

Tidak ada yang terlalu sukar bagi Tuhan, karena itu jalanilah hidup dengan iman!

Wednesday, November 30, 2016

DIPENUHI KEINGINAN-KEINGINAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 November 2016 

Baca:  Amsal 21:25-31

"Keinginan bernafsu sepanjang hari, tetapi orang benar memberi tanpa batas."  Amsal 21:26

Semua manusia yang ada di dunia ini pada dasarnya memiliki keinginan-keinginan dalam hidupnya, bahkan keinginan-keinginan baru selalu timbul setiap hari.

     Salahkah punya keinginan?  Tidak.  Namun yang harus kita ingat adalah keinginan-keinginan tersebut dapat membawa kita ke dua arah yang positif atau negatif.  Keinginan-keinginan yang positif pasti dapat membawa hidup kita pada segala kebaikan, sebaliknya keinginan-keinginan yang negatif akan mengantarkan hidup kita pada hal-hal buruk.  Sadar atau tidak keinginan kita hari ini akan sangat mempengaruhi keadaan kita di masa depan.  Artinya apa yang kita inginkan hari ini, jika itu hal-hal positif dan sesuai kehendak Tuhan, akan menjadikan hari esok kita baik.  Sebaliknya jika hari ini keinginan kita dipenuhi hal-hal negatif atau bertentangan dengan kehendak Tuhan, cepat atau lambat kita pun akan menuai dampaknya.

     Rasul Paulus menasihati agar kita tidak menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang dilakukan oleh umat Israel  (baca  1 Korintus 10:6)  sehingga Tuhan tidak berkenan kepada sebagian besar mereka.  Kegagalan sebagian besar umat Israel memasuki tanah perjanjian menjadi suatu peringatan keras bagi kita.  Mereka tidak mengalami penggenapan janji Tuhan karena hati mereka dipenuhi oleh keinginan-keinginan jahat.  Tak bisa dipungkiri bahwa dalam menjalani hidup ini setiap saat kita pasti dihadapkan pada banyak sekali ujian dan tantangan, karena bagaimana pun juga dunia ini bukanlah firdaus.  Artinya selama kaki kita masih menginjak bumi kita pun tak luput dari hal-hal yang bersifat jahat:  fitnahan, cemoohan, iri hati, kebencian, perlakuan tidak adil dari orang lain atau hal-hal menyakitkan lainnya.  Apabila hati dan pikiran kita dipenuhi oleh keinginan-keinginan untuk membalas kejahatan dengan kejahatan sama artinya kita sedang merintis jalan untuk menghancurkan hidup kita sendiri, sebab firman Tuhan sudah memeringatkan:  "...jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik,"  (1 Tesalonika 5:15).

Milikilah keinginan-keinginan yang selaras dengan kehendak Tuhan supaya masa depan kita menjadi baik, sebab keinginan orang benar pasti diluluskan-Nya!

Tuesday, November 29, 2016

LEBAH YANG MENGHASILKAN MADU

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 November 2016 

Baca:  Mazmur 81:1-17

"Tetapi umat-Ku akan Kuberi makan gandum yang terbaik dan dengan madu dari gunung batu Aku akan mengenyangkannya."  Mazmur 81:17

Membahas tentang madu tak lepas dari si penghasil madu itu sendiri yaitu lebah.  Ada hal-hal menarik yang dapat kita pelajari dari kehidupan seekor lebah, yang termasuk dalam golongan serangga.  Lebah suka sekali berada di suasana yang indah, selalu mencari, menemukan dan hinggap pada setiap bunga untuk menghisap sari madu bunga-bunga tersebut.  Lebah hinggap dari satu bunga ke bunga lain untuk menjemput sari madu dan mengumpulkannya di sarang.  Dengan kata lain lebah tertarik pada aroma yang harum dan sama sekali tidak tertarik pada sesuatu yang kotor.  Selain itu lebah hidup rukun dalam satu koloni dan patuh pada seekor ratu lebah selaku pemimpin koloni itu.  Lebah taat kepada pembagian kerja:  ada yang bertugas membuat sarang, ada yang khusus bertugas mencari madu, ada yang menjaga sarang, dan ada juga yang menjaga ratu lebah.  Lebah madu adalah serangga sosial.  Madu yang dihasilkannya kaya manfaat dan dikenal sangat berkhasiat untuk kesehatan:  meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menambah stamina dan lain-lain.

     Begitu pula dengan orang percaya yang hidup bersungguh-sungguh di dalam Tuhan.  Ia memiliki gaya hidup seperti lebah yang tidak lagi tertarik dengan hal-hal yang kotor dan jorok, melainkan lebih tertarik kepada hal-hal yang baik dan indah, dan menjauhkan diri dari segala bentuk kecemaran  (dosa), sebab  "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus."  (1 Tesalonika 4:7).  Selain itu ia akan suka  'tinggal'  di dalam firman:  dengan merenungkannya siang dan malam, sebab Taurat Tuhan itu  "...lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah."  (Mazmur 19:11).

     Tinggal di dalam firman-Nya ini juga berbicara tentang ketaatan!  Karena senantiasa melekat kepada Tuhan dan mau taat dipimpin oleh Roh Kudus, orang percaya pun dibekali  'sengat'  yang mematikan untuk melawan tipu muslihat si Iblis yang berusaha untuk menghancurkan kehidupan rohaninya.

Tuhan akan mengenyangkan kita dengan hal-hal yang manis seperti madu ketika kita hidup seturut dengan kehendak-Nya dan menjauhkan diri dari kecemaran.

Monday, November 28, 2016

HAK DAN KEWAJIBAN HARUS SEIMBANG

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 November 2016 

Baca:  Efesus 6:1-9

"Kamu tahu, bahwa setiap orang, baik hamba, maupun orang merdeka, kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan."  Efesus 6:8

Secara umum hak adalah sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya tergantung kepada kita sendiri.  Sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan.  Hak dan kewajiban adalah dua aspek yang tidak terpisahkan dan saling berkaitan.  Bila seseorang sudah melaksanakan kewajibannya dengan baik maka secara otomatis hak akan menjadi bagiannya.  Namun banyak orang lebih mengedepankan hak, alias menuntut haknya dipenuhi terlebih dahulu, tetapi urusan kewajiban diabaikan.  Jadi menuntut hak secara penuh tetapi tidak menjalankan kewajiban sesuai harapan.

     Untuk mewujudkan sebuah kemitraan yang baik hak dan kewajiban haruslah berjalan secara seimbang.  Seorang hamba, dalam situasi dan kondisi apa pun, berkewajiban untuk taat pada tuannya yaitu mengerjakan dengan sungguh-sungguh apa yang menjadi tugasnya.  "Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia."  (Efesus 6:5-7).  Taat artinya memberi diri dengan menundukkan keberadaan diri sebagai sikap hormat yang keluar dari dasar hati yang terdalam, bukan kepura-puraan atau sebatas menyenangkan sang tuan.  Ini berbicara tentang dedikasi dan loyalitas.

     Ketaatan kepada tuan harus disamakan dengan taat kepada Kristus, yaitu melakukan tugas dengan segenap hati sebagai kehendak Tuhan atas dirinya.  Sebagai tuan kita pun harus tahu apa yang menjadi bagian kita yaitu memenuhi kewajiban dengan baik.  Firman Tuhan memperingatkan,  "Janganlah engkau memeras sesamamu manusia...janganlah kautahan upah seorang pekerja harian sampai besok harinya."  (Imamat 19:13).  Secara tegas rasul Paulus menyatakan entang kemahatahuan dan keadilan Tuhan atas para tuan yang tidak memenuhi tanggung jawabnya  (Efesus 6:9).

Berkat tersedia bagi hamba-hamba dan tuan-tuan yang mampu menjalankan perannya sesuai kehendak Tuhan!

Sunday, November 27, 2016

MENJADI BERKAT DI TENGAH KESESAKAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 November 2016 

Baca:  Mazmur 142:1-8

"Perhatikanlah teriakku, sebab aku telah menjadi sangat lemah. Lepaskanlah aku dari pada orang-orang yang mengejar aku, sebab mereka terlalu kuat bagiku."  Mazmur 142:7

Adalah mudah untuk mengatakan hal-hal yang positif:  membangun, menguatkan, menghibur orang lain ketika orang sedang dalam keadaan baik dan tanpa masalah;  namun jika diri sendiri sedang mengalami situasi sulit atau dalam kondisi yang buruk, mampukah mempertahankan konsistensi untuk berkata positif?  Jangankan menguatkan orang lain, menghibur diri sendiri saja mungkin sulit.  Yang terjadi adalah kita mengasihani diri sendiri, dan tidak peduli dengan orang lain.

     Mari belajar dari pengalaman hidup Daud!  Ketika itu Daud sedang dalam tekanan yang hebat karena dikejar-kejar Saul yang hendak membunuhnya.  Daud pun melarikan diri dan bersembunyi di gua Adulam dengan maksud menenangkan diri dan berlindung.  Daud mengungkapkan jerit hatinya kepada Tuhan dan memohon pertolongan-Nya,  "Aku mencurahkan keluhanku ke hadapan-Nya, kesesakanku kuberitahukan ke hadapan-Nya."  (ayat 3).  Apa yang selanjutnya dialami Daud di gua itu?  "Berhimpunlah juga kepadanya setiap orang yang dalam kesukaran, setiap orang yang dikejar-kejar tukang piutang, setiap orang yang sakit hati,"  (1 Samuel 22:2).  Datanglah kepadanya orang-orang yang sedang bermasalah, yang jumlahnya kira-kira empat ratus orang.  Tak bisa dibayangkan bagaimana reaksi Daud saat itu, ia yang sebenarnya membutuhkan kekuatan, penghiburan dan dorongan semangat, justru mendapat kiriman Tuhan orang-orang yang bernasib sama ke tempat persembunyiannya, untuk dihibur dan dikuatkan olehnya.  Ada rencana Tuhan di balik masalah yang dialami Daud!  Tuhan menempatkan Daud sebagai penolong bagi orang lain:  menghibur, menguatkan, membangkitkan semangat seperti tertulis:  "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya."  (Amsal 27:17).

     Melalui kehadiran orang-orang yang bermasalah, Daud diharapkan mampu menjalankan perannya sebagai seorang konselor, bahkan menjadi pemimpin atas mereka.  Berbicara tentang kepemimpinan berarti pula berbicara tentang keteladanan.  Meski Alkitab tidak mencatat secara detil kejadian di gua Adulam itu, kita percaya bahwa Daud menunjukkan kualitas hidup yang berbeda.

Tuhan punya cara yang ajaib untuk menolong dan membangkitkan semangat Daud!

Saturday, November 26, 2016

EDOM: Bersukacita Di Atas Penderitaan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 November 2016 

Baca:  Yehezkiel 35:1-15

"Oleh karena dalam hatimu terpendam rasa permusuhan yang turun-temurun dan engkau membiarkan orang Israel menjadi makanan pedang pada hari sial mereka, waktu saatnya tiba untuk penghakiman terakhir,"  Yehezkiel 35:5

Dalam praktek hidup sehari-hari kita sering mendengar istilah  'menari di atas penderitaan orang lain', yaitu seseorang yang tampak senang atau bersukacita ketika melihat orang lain hidup menderita, tertawa lebar karena kemalangan yang dialami orang lain.  Benarkah sikap yang demikian?  Tuhan tidak menghendaki kita bersukacita karena kesusahan, penderitaan atau kemalangan yang dialami oleh orang lain, termasuk yang dialami oleh musuh sekalipun.  Inilah nasihat rasul Paulus,  "Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!"  (Roma 12:15).  Inilah yang disebut tepa selira  (bahasa Jawa), berbela rasa.  Ketika melihat orang lain sedang tertimpa kesusahan atau kemalangan, Tuhan menghendaki kita berbuat sesuatu untuk menolong, bukan malah ketawa-ketiwi, dan berkata dalam hati:  "Rasain lho...!"

     Edom memusuhi bangsa Israel, yang adalah umat pilihan Tuhan, dan menutup mata ketika melihat penderitaan umat Israel yang diakibatkan serangan musuh, bahkan mereka tampak bersukacita melihat umat Israel begitu menderita.  Edom merupakan nama tempat yang sebelumnya dikenal dengan nama pegunungan Seir.  Tanah dan penghuni Edom ini dapat ditemukan di dataran selatan dan tenggara Laut Mati.  Nama Edom memiliki tiga makna:  *nama lain dari Esau sebagai peringatan bahwa ia telah menukarkan hak kesulungannya dengan sup merah;  *Edom sebagai satu kelompok bangsa;  *tanah yang diduduki oleh keturunan Esau, yang sebelumnya dikenal dengan nama Seir.

     Kata Edom sendiri memiliki arti merah.  Dan akhirnya warna  'merah'  itupun menjadi sebuah kenyataan, karena tempat itu dipenuhi oleh warna merah oleh tumpahan darah para penduduknya yang mendapatkan penghukuman atau pembalasan dari Tuhan.  "Aku akan menjadikan engkau darah dan darah akan mengejar engkau; oleh sebab engkau bersalah karena mencurahkan darah, maka darah akan mengejar engkau. Aku akan menjadikan pegunungan Seir musnah dan sunyi sepi dan melenyapkan dari padanya orang-orang yang lalu lalang."  (Yehezkiel 35:6-7).

Karena memusuhi umat pilihan Tuhan, Edom harus menanggung akibatnya!

Friday, November 25, 2016

KERENDAHAN HATI DAN IMAN: Menggerakkan Hati Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 November 2016 

Baca:  Lukas 7:1-10

"Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!"  Lukas 7:9

Seorang hamba yang setia melakukan tugas dan dapat dipercaya pasti sangat dikasihi, sebab  "Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya;"  (Amsal 19:22).

     Dalam bacaan di atas, begitu tahu hambanya sedang sakit tuannya pun menunjukkan perhatiannya dan berusaha mencari jalan untuk kesembuhannya.  Ketika mendengar bahwa Tuhan Yesus berada di Kapernaum perwira itu menyuruh beberapa orang tua-tua Yahudi untuk memberitahukan hal itu kepada Tuhan dan meminta-Nya datang menyembuhkan hambanya itu.  Yesus pun menyatakan kesediaan-Nya.  Tetapi perwira itu menganggap diri tidak layak dikunjungi oleh-Nya:  "Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku; sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu."  (Lukas 7:6-7).  Pernyataan ini menunjukkan bahwa perwira itu memiliki kerendahan hati.  Meskipun sebenarnya ia adalah orang yang berpangkat atau terpandang tapi ia tidak memegahkan diri.  Kerendahan hati adalah modal penting untuk menghadap Tuhan, sebab Tuhan mengasihi orang-orang yang punya kerendahan hati.  "...orang yang rendah hati dikasihani-Nya."  (Amsal 3:34), dan menentang orang-orang yang congkak.  "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."  (Yakobus 4:6).  Ada kalimat bijak mengatakan,  "Kerendahan hati dapat membuat seseorang terlihat istimewa di mata orang lain."  Perwira itu juga memiliki iman yang luar biasa.  "Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh."  (Lukas 7:7b).

     Sikap perwira ini sungguh jauh berbeda bila dibandingkan dengan Naaman yang merasa diri sebagai orang  'penting'  yang berharap supaya abdi Tuhan datang kepadanya dan melakukan seperti yang diharapkan  (baca  2 Raja-Raja 5:11).  Tanpa harus menumpangkan tangan kepada hambanya, perwira dari Kapernaum itu sangat percaya Yesus sanggup menyembuhkan sakit yang diderita hambanya itu.  Iman perwira Romawi itu melampaui iman yang Tuhan Yesus lihat di kalangan orang-orang Yahudi sendiri.

Ingin mengalami pemulihan dan kesembuhan?  Milikilah kerendahan hati dan iman yang hidup seperti yang dimiliki oleh perwira Romawi itu.

Thursday, November 24, 2016

KUNCI BERSUKACITA: Berserah Kepada Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 November 2016 

Baca:  Filipi 4:4-9

"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."  Filipi 4:8

Banyak orang Kristen tidak lagi bisa bersukacita, ketika sedang terhimpit beban atau masalah yang berat.  Mereka dikalahkan oleh keadaan atau situasi.  Sebagai orang percaya seharusnya hal ini tidak boleh terjadi!

     Mahatma Gandhi, tokoh kenamaan dari India pernah berkata,  "Tak ada yang menguras tubuh seperti kekuatiran, dan orang yang mempunyai iman pada Tuhan harus malu untuk kuatir tentang apa pun."  Pemazmur menasihati,  "Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah."  (Mazmur 55:23).  Seburuk apa pun keadaan, asal kita memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan kita akan mampu tetap bersukacita.  Ketika kita memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan kita berpotensi beroleh kekuatan adikodrati sehingga kita dapat berkata seperti rasul Paulus berkata,  "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku."  (Filipi 4:13).

     Berserah kepada Tuhan bukan berarti bersikap pasif dan menjadi malas.  Berserah kepada Tuhan artinya membawa segala pergumulan yang kita kuatirkan kepada Tuhan dengan penuh penyerahan, dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.  Kalau kita sudah menyerahkan segala pergumulan kepada Tuhan dalam doa kita pun harus meyakini bahwa Tuhan akan menjawab doa.  Ada unsur iman yang bekerja, sebab iman tanpa disertai perbuatan pada hakekatnya adalah mati  (baca  Yakobus 2:17).  Permohonan artinya memohon belas kasihan Tuhan yang biasanya disertai dengan sikap merendahkan diri, meratap, mengerang dan berpuasa untuk menarik simpati Tuhan.  "dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan..."  (2 Tawarikh 7:14).  Ucapan syukur adalah perwujudan dari sikap hati yang benar atau pikiran yang positif.

Berserah kepada Tuhan berarti kita mempercayai Dia sebagai Pribadi yang Mahasanggup, yang kuasa-Nya jauh lebih besar dari masalah kita!

Wednesday, November 23, 2016

KUNCI BERSUKACITA: Buang Rasa Kuatir

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 November 2016 

Baca:  Filipi 4:4-9

"Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!"  Filipi 4:4

Tak terbantahkan bahwa hari-hari ini banyak orang mengalami kekuatiran dalam hidup disebabkan keadaan dunia yang serba tidak menentu dan penuh goncangan-goncangan di segala aspek.  Karena dikuasai oleh kekuatiran hilanglah sukacita dalam diri seseorang, mungkin mulut masih bisa tertawa atau tersenyum, tetapi sesungguhnya hati bisa saja merana.  Kekuatiran adalah pencuri sukacita terbesar!

     Rasul Paulus menasihati,  "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur."  (ayat 6).  Sesungguhnya Paulus memiliki 1001 alasan untuk kuatir dan tidak bersukacita, karena pada saat itu ia sedang berada di dalam penjara dan juga menunggu eksekusi hukuman mati yang akan dilaksanakan terhadapnya.  Belum lagi ia mendengar kabar bahwa di gereja Efesus terjadi perpecahan di antara para pemimpin rohaninya.  Kesemuanya itu berpotensi membuatnya tidak bersukacita, tetapi ia justru dapat berkata,  "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!"  (ayat nas).  Apa rahasia hidup Paulus yang dalam kondisi sangat memprihatinkan tetap mampu bersukacita?  Bersukacita atau tetap kuatir adalah sebuah keputusan,  "Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia."  (Amsal 23:7).  Paulus membuat keputusan untuk tidak mau dikuasai oleh kekuatiran karena ia tahu bahwa kekuatiran bukan hanya akan mematahkan semangat di dalam diri, tetapi juga akan menguras energi/staminanya.

     Bukankah hati yang tidak bersukacita memicu terciptanya berbagai penyakit alias mengganggu kesehatan kita?  Kekuatiran benar-benar hanya akan menarik kita ke arah berlawanan, menjauh dari sasaran yang hendak kita tuju sehingga fokus kita pun terpecah-belah.  Itulah sebabnya Paulus tidak mau dikuasai oleh kekuatiran.  Hal ini bukan menunjuk pada sikap menolak atau melarikan diri dari perasaan yang sedang dialaminya, tetapi suatu sikap yang tidak ingin dikuasai atau digerogoti oleh kekuatan yang sedang terjadi.

Berdasarkan pengalaman dan survei:  apa yang kita kuatirkan itu kebanyakan tidak pernah terjadi, rugi sekali bila kita terus diliputi rasa kuatir!

Tuesday, November 22, 2016

MASIH TERTUTUPI SELUBUNG

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 November 2016 

Baca:  Titus 2:1-10

"...jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu, sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita."  Titus 2:7-8

Menjadi terang dunia adalah kehendak Tuhan bagi setiap orang percaya!  Menjadi terang berarti mampu memancarkan sinar terang bagi orang lain.  Namun banyak orang Kristen belum menjalankan fungsi seperti yang Tuhan kehendaki, tidak dapat menyinarkan terang kepada orang lain, padahal firman-Nya jelas mengatakan:  "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."  (Matius 5:16).

     Mengapa kita tidak bisa memancarkan terang?  Karena di dalam diri kita masih ada selubung-selubung yang menghalangi sehingga terang Ilahi tak bisa memancar keluar.  Selubung-selubung itu adalah perbuatan-perbuatan dosa yang masih dilakukan, baik secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan.  Selama kita masih hidup dalam dosa, tidak menunjukkan keteladanan hidup, kita tidak bisa menjadi berkat bagi orang lain.  Percuma fasih berbicara tentang firman Tuhan jika perbuatan kita tidak berpadanan dengan firman itu sendiri, justru hanya akan menjadi batu sandungan atau cemoohan orang lain, karena menjadi terang berbicara tentang keteladanan hidup  (ayat nas).  Kalau kita sudah menunjukkan teladan hidup maka orang lain tidak akan punya alasan untuk mempermalukan kita,  "...karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita."  (ayat nas).

     Terang hanya berbuahkan kebaikan, keadilan dan kebenaran, maka  "Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu. Sebab menyebutkan sajapun apa yang dibuat oleh mereka di tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan."  (Efesus 5:12).  Dengan demikian kehidupan kita benar-benar menjadi teladan yang bisa diartikan sebagai contoh, patokan, atau pola, sehingga nama Tuhan pun dipermuliakan.

Pelita yang padam pasti tidak akan berguna, demikian pula kehidupan orang Kristen yang tak memancarkan sinar Kristus!

Monday, November 21, 2016

BERHARAP HANYA KEPADA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 November 2016 

Baca:  Ratapan 3:21-26

"Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap:"  Ratapan 3:21

Keterbatasan adalah milik manusia,  "...sebab ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?"  (Yesaya 2:22), sedangkan ketidakterbatasan adalah milik Tuhan,  "Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu."  (Yesaya 55:9).  Manusia tidak tahu apa yang akan terjadi di depannya, berbeda dengan Tuhan yang Mahatahu, mengetahui apa yang bakal terjadi dalam hidup ini.  "Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita..."  (Ulangan 29:29).

     Firman Tuhan mengajarkan kita untuk tidak berharap kepada manusia atau sesama, tetapi menaruh pengharapan sepenuhnya hanya kepada Tuhan sebab Dia adalah penguasa tunggal alam semesta ini dan semua perkara berada dalam kendali tangan-Nya yang kuat dan perkasa.  Bapa kita yang di sorga, Ialah  "...yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar."  (Matius 5:45).  Dengan kata lain kalau Tuhan juga menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan tidak benar, bukankah Tuhan akan lebih memperhatikan anak-anak-Nya yang senantiasa berharap kepada-Nya?  "Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah."  (Yeremia 17:7-8).  Semakin banyak orang tergoncang karena mendengar dan melihat keadaan ekonomi dunia yang memburuk.  Dunia boleh mengalami krisis, tetapi orang percaya tidak perlu takut, sebab  "...kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan,"  (Ibrani 12:28).

     Dalam segala sesuatu yang kita kerjakan Tuhan adalah jaminan kita, asal kita percaya dan mempercayakan hidup hanya kepada-Nya.  "Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak;"  (Mazmur 37:5).

Bagi orang percaya  "...masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang."  Amsal 23:18

Sunday, November 20, 2016

TERTINDAS TETAP PUNYA INTEGRITAS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 November 2016 

Baca:  Daniel 6:1-29

"Allahku telah mengutus malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku,..."  Daniel 6:23

Ketika berada dalam kesulitan, tekanan atau masalah berat biasanya orang mudah sekali melupakan Tuhan, karena mata jasmaninya hanya tertuju kepada besarnya masalah.  Daniel adalah salah satu tokoh besar di Alkitab yang pernah melewati masa-masa sulit dalam hidupnya.  Kala itu para pejabat tinggi pemerintahan Darius berusaha mencari alasan untuk menuduh dan menyalahkan Daniel dengan meminta raja mengeluarkan surat ketetapan:  melarang semua orang menyembah Tuhan, dewa atau manusia lain kecuali kepada raja, dan bagi yang melanggar akan dilemparkan ke gua singa.

     Siapa Daniel?  Adalah tawanan perang yang ditangkap Nebukadnezar yang bersama dengan orang-orang Yahudi dari golongan atas lainnya diangkut ke Babel untuk dididik dan diperkerjakan di pemerintahan;  Daniel bekerja di bawah pemerintahan raja Nebukadnezar, Belsyazar dan Darius dari tahun 605-536 SM.  Dalam bahasa Ibrani nama Daniel berarti Tuhanlah hakimku.  Mendengar surat perintah raja, Daniel tidak takut atau gentar sedikit pun melainkan tetap menjaga integritas rohaninya.  "Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya."  (Daniel 6:11).  Apa yang diyakini dan dikatakan sesuai dengan apa yang dilakukan.  Ia percaya tidak ada yang layak disembah dan ditinggikan selain Tuhan yang hidup, yang duduk di atas takhta-Nya yang kudus di dalam Kerajaan Sorga.  Sesuai arti namanya Daniel berkeyakinan bahwa Tuhanlah hakim yang adil, pasti sanggup menegakkan keadilan di tengah ketidakadilan.

      Begitu melihat Daniel sedang berdoa kepada Tuhannya segeralah orang-orang melaporkan kepada raja, sehingga raja pun terpaksa melaksanakan ketetapannya:  melemparkan Daniel ke gua singa.  Selama Daniel berada di gua singa  "...pergilah raja ke istananya dan berpuasalah ia semalam-malaman itu; ia tidak menyuruh datang penghibur-penghibur, dan ia tidak dapat tidur."  (Daniel 6:19), karena membayangkan hal-hal buruk menimpa Daniel.  Apa yang dikuatirkan raja tak terjadi!  Karena Tuhan benar-benar telah menjadi hakim yang membela perkara Daniel.

Pembelaan Tuhan benar-benar nyata bagi orang yang berintegritas!

Saturday, November 19, 2016

KEADILAN TUHAN ITU SEMPURNA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 November 2016 

Baca:  Ulangan 32:1-14

"...karena segala jalan-Nya adil, Allah yang setia, dengan tiada kecurangan, adil dan benar Dia."  Ulangan 32:4

Salah satu sifat Tuhan adalah adil.  Yang dimaksud adil adalah bertindak benar sesuai standar kebenaran dan ketetapan hukum yang berlaku.  Tuhan itu adil, artinya Ia akan selalu berlaku benar sesuai prinsip kebenaran-Nya.  Keadilan Tuhan adalah sempurna, utuh, tidak bercacat cela, artinya semua yang Tuhan rencanakan, putuskan dan kerjakan selalu berada pada koridor keadilan.  "Perbuatan tangan-Nya ialah kebenaran dan keadilan, segala titah-Nya teguh, kokoh untuk seterusnya dan selamanya, dilakukan dalam kebenaran dan kejujuran."  (Mazmur 111:7-8).

     Wujud nyata keadilan Tuhan adalah Ia mencintai kebenaran dan membenci kefasikan.  Oleh karena itu  "TUHAN menguji orang benar dan orang fasik,"  (Mazmur 11:5).  1.  Mencintai kebenaran.  "Mata TUHAN tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong;"  (Mazmur 34:16).  Artinya Tuhan sangat memperhatikan dan mengasihi orang-orang yang hidup dalam kebenaran, dan Ia akan memberikan upah atau reward kepada mereka.  "Karena itu TUHAN membalas kepadaku sesuai dengan kebenaranku, sesuai dengan kesucian tanganku di depan mata-Nya. Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela, terhadap orang yang suci Engkau berlaku suci,"  (Mazmur 18:25-27).  Tidak ada yang sia-sia untuk tetap berlaku benar di tengah dunia yang dipenuhi kejahatan ini.  Meski manusia tidak melihat dan tidak menganggapnya tapi di atas takhta-Nya yang kudus Tuhan selalu memperhitungkannya.  2.  Membenci kefasikan.  Tuhan sangat menentang segala bentuk kefasikan, karena itu Ia tidak akan membiarkan setiap pelanggaran dan dosa berlalu begitu saja dari hadapan-Nya, tetapi Ia akan mengganjarnya dengan hukuman...ini bukti bahwa Ia adalah Tuhan yang adil dan tidak bisa dipermainkan!  "...semua orang fasik akan dibinasakan-Nya."  (Mazmur 145:20).

     Jelas sekali bahwa Tuhan akan mengganjar setiap dosa dan kejahatan yang diperbuat manusia dengan hukuman yang setimpal, sebaliknya Ia akan mengapresiasi dengan memberikan upah untuk setiap kebenaran dan perbuatan baik yang dilakukan.

"...Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu."  Mazmur 51:6

Friday, November 18, 2016

KRISTUS ADALAH RAJA YANG ADIL

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 November 2016 

Baca:  Yesaya 32:1-8

"Sesungguhnya, seorang raja akan memerintah menurut kebenaran, dan pemimpin-pemimpin akan memimpin menurut keadilan,"  Yesaya 32:1

Semua manusia di dunia ini pasti mendambakan kehidupan yang aman, tenteram, damai dan adil di segala sisi, namun sayang dunia yang sempurna adalah utopia  (hanya ada dalam bayangan dan sulit atau tidak mungkin untuk diwujudkan), sebab fakta yang ada justru menunjukkan suatu keadaan yang bertolak belakang, di mana dunia dipenuhi dengan kekerasan, pertikaian penindasan, ketidakadilan.  Saat ini uanglah yang berbicara.  Dengan uang orang bisa membeli jabatan, kekuasaan dan keadilan.  Dengan uang orang bisa memerlakukan orang lain dengan semena-mena, menindas yang lemah dan miskin.  Sungguh...tidak ada keadilan yang hakiki di belahan bumi mana pun!

     Ayat nas adalah nubuatan nabi Yesaya mengenai Raja adil yang adalah Yesus, yang kedatangan-Nya ke dunia juga sudah diberitahukan sebelumnya:  "Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel."  (Yesaya 7:14).  Karena Tuhan Yesus adalah Raja yang adil maka Dia tidak seperti raja-raja atau pemimpin-pemimpin dunia yang seringkali berpihak kepada orang kaya, sedangkan orang miskin ditindasnya habis-habisan, karena  "Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN; ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang. Tetapi ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan, dan akan menjatuhkan keputusan terhadap orang-orang yang tertindas di negeri dengan kejujuran; ia akan menghajar bumi dengan perkataannya seperti dengan tongkat, dan dengan nafas mulutnya ia akan membunuh orang fasik."  (Yesaya 11:2-4).

     Sebaliknya Yesus adalah naungan dan tempat perteduhan orang-orang miskin, lemah, tak berdaya, rendah, yang diperlakukan semena-mena dan tidak adil.  "Kiranya ia memberi keadilan kepada orang-orang yang tertindas dari bangsa itu, menolong orang-orang miskin, tetapi meremukkan pemeras-pemeras!"  (Mazmur 72:4).

"TUHAN menjalankan keadilan dan hukum bagi segala orang yang diperas."  Mazmur 103:6

Thursday, November 17, 2016

DOSA MEMIKAT, TAPI MEMATIKAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 November 2016 

Baca:  Ayub 20:1-29

"Sungguhpun kejahatan manis rasanya di dalam mulutnya, sekalipun ia menyembunyikannya di bawah lidahnya, ...namun berubah juga makanannya di dalam perutnya, menjadi bisa ular tedung di dalamnya."  Ayub 20:12, 14

Ada istilah-istilah dalam Alkitab yang mendefinisikan kata dosahatta  (bahasa Ibrani)  artinya:  jatuh dan mengurangi standar dari Tuhan yang suci;  hamartia  (bahasa Yunani)  berarti:  kehilangan, meleset dari target atau sasaran yang ditetapkan.  Dosa pada hakekatnya hanya akan mendatangkan malapetaka dan menuntun seseorang kepada kebinasaan kekal,  "Sebab upah dosa ialah maut;"  (Roma 6:23).

     Meski tahu akibat dosa adalah maut tapi masih banyak orang yang demikian terikat dengan dosa, bahkan enggan melepaskan dan meninggalkannya.  Mengapa?  Karena mereka telah merasakan manis dan nikmatnya dosa, sebab dosa seringkali hadir dalam bentuk yang indah dan menyenangkan, memberi kepuasan dan kenikmatan walaupun itu adalah sebuah jebakan yang mematikan.  Mereka tidak menyadari bahwa dosa itu seperti racun jahat yang menyebar ke seluruh aspek kehidupan orang yang melakukannya.  Racun biasanya tidak seketika itu mematikan, tapi membutuhkan waktu untuk menyebar terlebih dahulu hingga akhirnya membunuh.  Begitu pula dosa, membutuhkan waktu hingga orang merasakan dampaknya.  Dampak mendasar dari ikatan dosa adalah ketidaktenangan dalam menjalani hidup, karena sukacita dan damai sejahtera telah lenyap dari hati, yang ada hanyalah kegelisahan setiap saat.  "Pada waktu pagi engkau akan berkata: Ah, kalau malam sekarang! dan pada waktu malam engkau akan berkata: Ah, kalau pagi sekarang! karena kejut memenuhi hatimu, dan karena apa yang dilihat matamu."  (Ulangan 28:67).

     Jangan pernah kompromi dengan dosa sebab hal itu adalah kejijikan di mata Tuhan:  "Janganlah hendaknya kamu melakukan kejijikan yang Aku benci ini!"  (Yeremia 44:4).  Dosa inilah yang akhirnya menjadi jurang pemisah hubungan kita dengan Allah,  "tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu."  (Yesaya 59:2).

Berhentilah berbuat dosa jika tidak ingin menanggung akibat yang mengerikan!

Wednesday, November 16, 2016

MENYEMBAH BERHALA: Menentang Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 November 2016 

Baca:  Roma 1:18-32

"Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya..."  Roma 1:25

Tuhan tegas melarang umat ciptaan-Nya menyembah berhala atau membuat patung untuk disembah.  "Janganlah kamu berpaling kepada berhala-berhala dan janganlah kamu membuat bagimu dewa tuangan; Akulah TUHAN, Allahmu."  (Imamat 19:4).

     Secara logika saja jelaslah bahwa berhala atau patung adalah buatan tangan manusia sendiri, mungkinkah ia dapat menolong dan menyelamatkan para pemujanya?  Sungguh aneh bila orang menyembah berhala atau patung dan meminta pertolongan kepadanya.  Lebih mengherankan lagi ada orang yang mengaku percaya dan mengenal Tuhan Yesus namun masih juga mencari pertolongan lain kepada berhala!  Ini bukan isapan jempol belaka, tapi fakta:  "Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh. Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar."  (Roma 1:21-23).

     Waspadalah terhadap segala berhala!  Sebab Alkitab mencatat bahwa penyembah berhala tidak akan mendapatkan tempat di dalam kerajaan Allah:  "Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah."  (1 Korintus 6:9b-10).  Di dalam Wahyu 21:8 juga tertulis:  "...orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua."  (Wahyu 21:8).

Di mata Tuhan menyembah berhala adalah dosa yang sangat mematikan, sebab Ia telah berfirman,  "Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku."  (Keluaran 20:3).

Tuesday, November 15, 2016

BEBAN DOA RASUL PAULUS (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 November 2016 

Baca:  Filipi 1:3-11

"...sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus,"  Filipi 1:10

Kota Filipi adalah kota yang sangat maju dalam perdagangan dan menjadi kota terpenting di Makedonia  (baca  Kisah 16:12)  karena letaknya yang sangat strategis kala itu.  Reruntuhan kota ini masih ada sampai sekarang yaitu terletak di daerah timur laut negara Yunani.  Selain sebagai kota perdagangan kota Filipi juga dikenal sebagai kota penyembahan berhala.  Hal itu bisa terlihat dari kepercayaan orang-orang Filipi yang mencari kekayaan melalui tenung  (baca  Kisah 16:16-19), dan mereka sangat anti terhadap Yudaisme, sehingga mereka pun menangkap Paulus dan Silas lalu menjebloskan keduanya ke penjara  (baca  Kisah 16:20-21).  Di kota itu tidak ada rumah ibadah bagi orang Yahudi  (sinagoga), melainkan hanya ada satu tempat sembahyang kecil, itu pun berada di luar pintu gerbang kota  (baca  Kisah 16:13).

     Mengingat betapa besarnya pengaruh kekafiran atau penyembahan berhala di Filipi yang dapat mengguncang iman jemaat, maka rasul Paulus menjadikan itu sebagai pokok doa.  Tak henti-hentinya ia berdoa agar mereka tetap kuat di dalam Tuhan.  "Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus,"  (Filipi 1:27).  Berpadanan dengan Injil artinya selaras atau sesuai dengan Injil, tidak menyimpang dari kebenaran.  Pokok doa yang dimaksud adalah:  supaya mereka hidup dalam kekudusan.  Ada tertulis:  "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus."  (1 Petrus 1:15-16).  Kata kudus diterjemahkan dari kata sifat dalam bahasa Yunani yaitu hagios yang menunjuk pada pengertian pemisahan atau pemotongan.  Orang percaya adalah orang-orang yang telah dipisahkan keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib  (baca  1 Petrus 2:9).  Kita harus memiliki kemauan diri untuk secara terus-menerus dipisahkan dari kehidupan dosa, dan memberi diri hidup dalam kebenaran setiap hari;  itulah sesungguhnya arti kekudusan.

     Orang percaya dimampukan hidup dalam kekudusan karena Kristus telah menebus dosa-dosa kita, menempatkan kita dalam kekudusan melalui korban-Nya di kayu salib.

Tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan  (baca  Ibrani 12:14).

Monday, November 14, 2016

BEBAN DOA RASUL PAULUS (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 November 2016 

Baca:  Filipi 1:3-11

"Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian,"  Filipi 1:9

Setiap pemimpin rohani atau hamba Tuhan pasti memiliki beban doa bagi jemaat yang dilayaninya.  Mereka berdoa syafaat untuk jemaat agar diberi kesehatan, disembuhkan dari sakit, diberkati dalam segala hal.  Tak terkecuali rasul Paulus yang berdoa untuk jemaat di Filipi ini.  Gereja Filipi adalah gereja yang dirintis oleh Paulus setelah mendapatkan penglihatan tentang orang Makedonia yang berseru memanggilnya untuk datang dan minta diselamatkan  (baca  Kisah 16:9).  Petobat pertama di kota itu adalah Lidia, lalu diikuti seluruh anggota keluarganya.  Lidia pun mengijinkan rumahnya dijadikan tempat persekutuan doa bagi orang-orang Kristen di kota tersebut  (baca  Kisah 16:13-15).

     Rasul Paulus mengerti benar apa yang sedang dibutuhkan dan digumulkan oleh umat Tuhan, namun ia tidak semata-mata berdoa untuk hal-hal yang berkenaan dengan kebutuhan lahiriah mereka karena ada pokok doa lain yang dianggapnya lebih mulia dan lebih penting dari semuanya itu, antara lain:  supaya mereka hidup dalam kasih.  Menjalani hidup tanpa kasih adalah sia-sia, tak berguna,  "...sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing."  (1 Korintus 13:1).  Ia berdoa kepada Tuhan agar jemaat di Filipi makin melimpah dalam kasih.  Dengan kasih orang akan berupaya untuk lebih mengenal Kristus secara pribadi.  Alkitab menyatakan bahwa  "...kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita."  (Roma 5:5).

     Saat kita percaya dan beriman kepada Kristus, Roh Kudus mencurahkan kasih Allah itu di dalam hati kita.  Bagian kita adalah mengobarkan kasih Allah yang telah ada pada kita, menghadirkan kasih itu dalam kelangsungan hidup sehari-hari.  Jadi kasih Allah itu perlu dijaga dan diperhatikan secara seksama.  Gereja Efesus dicela oleh Tuhan karena mereka telah kehilangan kasih mula-mula  (Baca  Wahyu 2:2-4).  Meski mereka tampak tahan di tengah masalah dan penderitaan, berpegang teguh kepada ajaran yang benar dan giat melayani Tuhan, tapi mereka melakukannya tanpa didasari oleh kasih.  Apa yang mereka kerjakan tak lebih dari sekedar legalitas dan rutinitas agamawi semata.

Kasih adalah aspek dasar yang harus dimiliki dan dipraktekkan orang percaya!

Sunday, November 13, 2016

TEMPUHLAH JALAN TUHAN!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 November 2016 

Baca:  Amsal 3:1-8

"Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu."  Amsal 3:6

Untuk mencapai suatu tujuan hal yang paling kita butuhkan adalah jalan, sebab tanpa adanya jalan sampai kapan pun kita tidak akan pernah mencapai tempat yang hendak kita tuju.  Begitu pula bila kita salah dalam memilih jalan akan berakibat sangat fatal dan tidak akan pernah membawa kita ke tempat tujuan, sebab  "Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut."  (Amsal 14:12).

     Pemazmur menyatakan,  "Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya."  (Mazmur 25:10).  Sayang, tidak semua orang mau menempuh jalan Tuhan, mereka lebih memilih berjalan menurut pengertian dan kehendaknya sendiri.  Pikir mereka jalan Tuhan itu penuh aturan atau rambu-rambu,  "...lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya."  (Matius 7:13-14).  Memang, jalan menuju kepada kesejahteraan dipenuhi kesulitan, dan itulah yang membuat banyak orang tidak mau menempuh jalan itu  (T. Harv Eker).  Ada kata bijak yang mengatakan, "You are what you believe."  Artinya apa yang kita percayai akan menentukan bagaimana sikap dan perilaku kita.  Jika kita percaya kepada uang maka perjalanan hidup kita akan sama seperti uang yang mengalami fluktuasi, yaitu keadaan turun-naik harga;  ketidaktepatan atau guncangan.  Namun bila kita percaya kepada Tuhan Yesus dan mempercayakan hidup sepenuhnya kepada-Nya keberadaan hidup kita akan seteguh batu karang yang tidak mudah diombang-ambingkan oleh badai apa pun.

     Percaya kepada Tuhan dengan segenap hati berarti tidak lagi mengandalkan kekuatan dan kemampuan diri sendiri, karena sebagai manusia kita ini penuh kelemahan, kekurangan dan keterbatasan.  Mengakui Dia dalam segala laku berarti tunduk dalam pimpinan Tuhan dan berusaha untuk hidup selaras dengan kehendak-Nya.

"...sebab kepada-Mulah aku percaya! Beritahukanlah aku jalan yang harus kutempuh,..."  Mazmur 143:8

Saturday, November 12, 2016

WASPADALAH TERHADAP PENYESATAN (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 November 2016 

Baca:  Matius 24:3-14

"Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu!"  Matius 24:4

Tuhan Yesus telah memperingatkan bahwa di hari-hari akhir menjelang kedatangan-Nya, ada banyak sekali penyesat-penyesat yang bermunculan dimana-mana,  "...banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang."  (ayat 5).  Begitu pula dengan ajaran-ajaran yang menyimpang dari ajaran Injil Kristus pun kian marak dan terjadi di mana-mana.

     Kata penyesat bisa diartikan orang yang penuh kebohongan atau tipu muslihat, yang melakukan segala cara dan berbagai aksi untuk mengerutkan iman, sehingga ketebalan iman orang percaya kian menipis.  Yang dimaksud penyesat di sini bukan hanya sebatas oknum, namun bisa juga dipahami sebagai sistem dunia yang ditunggangi Iblis untuk menjerat orang percaya.  Sedangkan kata waspada memiliki arti harafiah berhati-hati dan berjaga-jaga, atau bersiap siaga.

     Kita patut mewaspadai atau menjaga diri dari jerat Iblis dalam bentuk apa pun.  Ada pun rupa-rupa jerat Iblis:  1.  Kemabukan, alkohol, atau narkoba.  Rasul Paulus menasihati,  "Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh,"  (Efesus 5:18).  Ela  (raja Israel), mengalami kejatuhan akibat mabuk minuman keras  (baca  1 Raja-Raja 16:9).  Di zaman sekarang jerat alkohol atau minum minuman keras dan juga narkoba makin hari makin marak dan banyak menelan korban, bukan hanya kalangan anak muda saja yang menjadi korbannya, tapi juga anak-anak di bawah umur dan orang-orang tua.  2.  Pesta pora dan pergaulan bebas.  Banyak anak muda jatuh dalam dosa perzinahan atau seks bebas karena mereka suka sekali keluyuran, dugem dan salah dalam bergaul.  Alkitab mengingatkan:  "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik."  (1 Korintus 15:33).  3.  Kecanggihan teknologi.  Media-media teknologi sekarang ini  (televisi, gadget, internet dan sebagainya)  banyak sekali ditunggangi oleh Iblis dengan menyajikan hal-hal yang berbau pornografi, kekerasan dan lain-lain.  Jika kita tidak kuat kita pasti akan terjerumus di dalamnya.

"Waspadalah, supaya kamu jangan kehilangan apa yang telah kami kerjakan itu, tetapi supaya kamu mendapat upahmu sepenuhnya."  2 Yohanes 1:8