Sunday, October 18, 2015

HIDUP SEBAGAI KIRBAT BARU (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Oktober 2015

Baca:  Matius 9:14-17

"Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya."  Matius 9:17b

Tuhan Yesus seringkali menggambarkan pengurapan dan kuasa Allah sebagai anggur baru, anggur yang menyegarkan, menyejukkan, memberikan kekuatan baru.  Sementara hidup kita ini digambarkan sebagai kirbat atau kantong yang menampung anggur, yang adalah lambang pengurapan dan kuasa Tuhan yang mengalir dalam hidup orang percaya.

     Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kirbat adalah:  pundi-pundi yang terbuat dari kulit sebagai tempat air, susu, anggur dan sebagainya;  wadah dari kulit binatang yang terutama digunakan oleh orang-orang pada zaman dahulu untuk tempat air, minyak, susu, anggur, mentega, dan keju.  Umumnya orang membuat kirbat dengan cara membunuh seekor binatang  (domba, kambing, lembu atau sapi), lalu memotong kepala dan kakinya, dan kemudian dengan hati-hati seluruh isi tubuhnya dikeluarkan sedemikian rupa sehingga perut binatang itu tidak perlu dibelah.  Kulitnya disamak, kemudian semua lubang dijahit rapat kecuali satu sisi.  Bagian leher atau mungkin salah satu bagian yang menjorok bekas kakinya dibiarkan tidak dijahit, dan ini menjadi mulut kirbat, yang dapat ditutup dengan sumbat atau tali.

     Anggur yang baru harus ditempatkan dalam kirbat atau kantong yang baru, karena kirbat yang masih baru mampu menahan tekanan dari dalam yang semakin besar karena fermentasi aktif dari anggur.  Sementara kirbat yang sudah tua lama-kelamaan akan menjadi keras dan kehilangan kelenturannya, sehingga besar kemungkinan besar akann pecah dan tidak sanggup lagi menampung anggur.  Begitu pula setiap orang percaya harus menjadi  'kantong atau kirbat yang baru'  supaya siap menerima curahan anggur yang baru dari Tuhan, karena kalau kita tetap menjadi  'kantong/kirbat'  yang lama maka kita tidak akan siap menerima curahan  'anggur yang baru'.  Anggur baru berbicara tentang urapan baru, mujizat atau perkara-perkara yang besar dari Tuhan.  Menjadi kirbat yang baru berarti hidup sebagai manusia baru, sebab ada tertulis:  "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."  (2 Korintus 5:17).  Artinya kehidupan lama dengan segala sifat dan karakternya harus benar-benar kita tinggalkan.  (Bersambung)

Saturday, October 17, 2015

TAK ADA YANG TAK MUNGKIN BAGI TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Oktober 2015

Baca:  Matius 14:13-21

"Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa."  Matius 14:15b

Selama masih hidup di dunia ini semua orang takkan dapat menghindarkan diri dari masalah.  Jangan pernah berpikir pula bahwa menjadi pengikut Kristus berarti akan bebas dari masalah, karena Tuhan tidak pernah menjanjikan hal itu.  Bahkan pemazmur menyatakan bahwa  "Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu;"  (Mazmur 34:20).  Adalah hal lumrah kita mengalami masalah, bahkan bisa saja terjadi secara bertubi-tubi, tapi percayalah di dalam Tuhan pasti ada jalan keluar, ada pertolongan, dan tidak dibiarkan kita jatuh tergeletak.  "Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana."  (Amsal 24:16a), sebab  "...TUHAN menopang tangannya."  (Mazmur 37:24).

     Saat Tuhan Yesus ada bersama mereka murid-murid juga mengalami masalah.  Ketika Tuhan memerintahkan mereka untuk memberi makan lima ribu orang,  "Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan."  (Matius 14:17).  Secara akal manusia hal itu sangat mustahil.  Itulah sebabnya dengan berbagai alasan murid-murid-Nya berusaha lari dari masalah yang ada.  "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa."  (Matius 14:15).  Perhatikan apa yang dikatakan Tuhan Yesus,  "Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan...Bawalah ke mari kepada-Ku."  (Matius 14:16, 18).

     Tak ada masalah yang tak terselesaikan bila kita mau menyerahkannya kepada Tuhan Yesus, karena Dia Mahasanggup:  mengubah masalah menjadi berkat, mengubah tidak ada menjadi ada.  Masalah terkadang diijinkan terjadi agar kita belajar berserah kepada Tuhan, tidak mengandalkan kekuatan sendiri dan tidak membatasi kuasa Tuhan dengan keterbatasan kita.  Ketika lima roti dan dua ikan itu diserahkan kepada Tuhan Yesus, Ia  "...menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak."  (Matius 14:19).  Akhirnya lima ribu orang dikenyangkan, bahkan ada sisa dua belas bakul.  Akhirnya lima ribu orang dikenyangkan, bahkan ada sisa dua belas bakul.

"Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan,"  Efesus 3:20

Friday, October 16, 2015

MEMANDANG DARI SISI BERBEDA (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Oktober 2015

Baca:  Mazmur 123:1-4

"Kepada-Mu aku melayangkan mataku, ya Engkau yang bersemayam di sorga."  Mazmur 123:1

Ketika mata hanya tertuju kepada yang kelihatan, maka ketakutan, kekuatiran dan kebimbangan akan memenuhi hati dan pikiran kita, sehingga kita akan merasakan seperti yang dirasakan oleh bujang Elisa.  Ketika melihat tentara Aram lengkap dengan kuda dan keretanya sedang mengepung kota, ia pun berkata,  "Celaka tuanku! Apakah yang akan kita perbuat?"  (2 Raja-Raja 6:15b).  Lalu Elisa berdoa,  "'Ya TUHAN: Bukalah kiranya matanya, supaya ia melihat.' Maka TUHAN membuka mata bujang itu, sehingga ia melihat. Tampaklah gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi sekeliling Elisa."  (2 Raja-Raja 6:17).  Akhirnya bujang Elisa pun melihat apa yang tidak kelihatan  (alam roh), di mana ada bala tentara sorgawi yang kekuatannya jauh lebih besar, mengelilingi mereka.

     Rasul Paulus, meski dihadapkan pada ujian, kesesakan dan penderitaan tidak tawar hati,  "...tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari."  (2 Korintus 4:16).  Apa kuncinya?  "...hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat--"  (2 Korintus 5:7), sebab  "...yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal."  (2 Korintus 4:18).  Ia tetap kuat karena matanya tertuju kepada janji Tuhan bahwa penderitaan yang dialami tidak sebanding dengan kemuliaan kekal yang Tuhan sediakan kelak  (baca  Roma 8:12).

     Jika mata kita memandang Tuhan dan kebesaran kuasa-Nya, sebesar apa pun masalah seberat apa pun hari-hari yang kita jalani kita tetap kuat dan mampu bertahan, sebab  "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku."  (Filipi 4:13).  Pergumulan berat apa yang Saudara sedang alami?  Jangan cepat putus asa, arahkan pandanganmu hanya kepada Tuhan, karena dari Tuhanlah datang pertolongan kita, dan  "...sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti."  (Mazmur 46:2).  Adakah yang mustahil bagi Tuhan?  Tidak ada!

"Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan,"  Ibrani 12:2

Thursday, October 15, 2015

MEMANDANG DARI SISI BERBEDA (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Oktober 2015

Baca:  2 Korintus 4:16-18

"Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan,"  2 Korintus 4:18

Dalam menjalani kehidupan ini seringkali apa yang kita lihat dan situasi-situasi yang ada turut mempengaruhi sikap hati kita.  Manakala dihadapkan pada masalah yang berat iman seseorang mudah sekali goyah.  Saat itu pula kita mulai mempertanyakan kehadiran Tuhan dan meragukan kuasa-Nya.

     Mengapa hal ini bisa terjadi?  Karena kita melihat apa yang tampak secara kasat mata sehingga yang kita pikirkan semata-mata besarnya masalah dan ketidakberdayaan kita.  Akibatnya keadaan kita menjadi semakin terpuruk, lemah dan putus asa.  Kesetiaan dan ketekunan kita dalam mengiring Tuhan turut memudar.  Kita mengalami apa yang disebut spiritual drop out.  Namun situasi akan berbeda jika kita melihat masalah dari sudut pandang berbeda.  Sebagai orang percaya seharusnya kita menyikapi masalah dengan pikiran positif sebagai kesempatan makin mendekat kepada Tuhan, memiliki penyerahan diri penuh kepada-Nya dan mengandalkan Dia.  Saat kita punya kepekaan rohani seperti ini kita akan mampu melihat masalah melalui alam roh yang tidak kelihatan.  Pada saat kita melihat alam roh melalui iman, kita dapat melihat janji-janji Tuhan yang telah tercipta oleh firman-Nya.  "Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat."  (Ibrani 11:3).

     Mari belajar dari Yosua dan Kaleb ketika diutus Musa mengintai tanah Kanaan bersama 10 pengintai lainnya.  Kedua orang ini mampu melihat apa yang tidak kelihatan yaitu alam roh, sehingga mereka percaya kuasa Tuhan menyertainya itu lebih besar daripada apa pun juga.  Karena iman, Yosua dan Kaleb akhirnya dapat memasuki Tanah Kanaan.  Sebaliknya kesepuluh pengintai terus-menerus memandang dan memperhatikan yang kelihatan, di mana mereka melihat raksasa dan tantangan yang begitu besar:  "Negeri yang telah kami lalui untuk diintai adalah suatu negeri yang memakan penduduknya, dan semua orang yang kami lihat di sana adalah orang-orang yang tinggi-tinggi perawakannya."  (Bilangan 13:32).  Akibatnya, kesepuluh pengintai itu pun tidak dapat menikmati janji Tuhan karena mati sebelum mencapai Tanah Kanaan.  (Bersambung)

Wednesday, October 14, 2015

TAKUT AKAN TUHAN: Kunci Kepercayaan Diri

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Oktober 2015

Baca:  Amsal 14:26-35

"Dalam takut akan TUHAN ada ketenteraman yang besar, bahkan ada perlindungan bagi anak-anak-Nya."  Amsal 14:26

Di era seperti sekarang ini memiliki rasa percaya diri  (self-confidence)  sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terlebih dalam dunia kerja atau bisnis.  Seorang pelamar kerja harus memiliki rasa percaya diri ketika menjalani sesi wawancara karena hal ini merupakan bagian dari penilaian.  Ketika melakukan peresentasi di depan banyak orang  (audience)  seseorang harus punya rasa percaya diri yang tinggi, jika tidak, ia akan tampak gugup atau nervous.  Begitu pula ketika dihadapkan pada situasi-situasi sulit atau kritis yang membutuhkan sebuah keputusan tegas, sikap percaya diri kepada kemampuan sangat menentukan.  Karena itulah di mana-mana banyak digelar seminar motivasi yang dipandu motivator handal.  Konsep percaya diri yang diajarkan dunia cenderung membawa seseorang yang mengandalkan kepintaran, kekuatan dan kemampuan diri sendiri yang akhirnya mencondongkannya menjadi sombong alias memegahkan diri sendiri.

     Dalam terjemahan English Amplified Bible, kalimat ketentraman besar adalah strong confidence, berarti rasa percaya diri yang besar atau keyakinan yang kokoh.  Sikap  ini timbul sebagai akibat takut akan Tuhan, bukan mengandalkan kekuatan dan kemampuan sendiri, kekayaan atau jabatan, tetapi karena memiliki penyerahan hidup secara penuh kepada Tuhan dan mengandalkan Dia.  "Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari TUHAN. Sebab orang Mesir adalah manusia, bukan allah, dan kuda-kuda mereka adalah makhluk yang lemah, bukan roh yang berkuasa. Apabila TUHAN mengacungkan tangan-Nya, tergelincirlah yang membantu dan jatuhlah yang dibantu, dan mereka sekaliannya habis binasa bersama-sama."  (Yesaya 31:1, 3).

     Kunci percaya diri bagi kita adalah takut akan Tuhan, dan Tuhan senantiasa akan menyertai hidup orang yang takut kepada-Nya.

"Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda, tetapi kita bermegah dalam nama TUHAN, Allah kita."  Mazmur 20:8

Tuesday, October 13, 2015

MATA TUHAN MENJELAJAH SELURUH BUMI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Oktober 2015

Baca:  Ibrani 4:1-13

"Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab."  Ibrani 4:13

Saat ini dunia tidak bertambah baik, kejahatan semakin merajalela di mana-mana.  Rasa-rasanya banyak orang sudah tidak punya rasa takut akan Tuhan.  Mereka berpikir bahwa segala kejahatan yang diperbuatnya itu tidak terlepas begitu saja dari pengamatan Tuhan.

     Di hadapan sesama manusia kita bisa saja menyembunyikan kejahatan tersebut secara rapi, tapi hal itu tidak berlaku di hadapan Tuhan,  "...sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab."  (ayat nas).  Kita bisa bersandiwara di depan manusia tetapi tidak di hadapan Tuhan, karena bagi Dia tidak ada yang tertutup dan tersembunyi.  Segala sesuatu yang kita perbuat, entah itu baik atau jahat, tidak ada yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab Dia Mahatahu dan Mahahadir.  "Mata TUHAN ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik."  (Amsal 15:3).

     Alkitab menegaskan bahwa mata Tuhan menjelajah seluruh bumi  (baca  Zakharia 4:10b), bahkan ketajaman mata-Nya sanggup menembus sampai kedalaman hati, sementara kita hanya bisa  "...melihat apa yang di depan mata,..."  (1 Samuel 16:7b).  Sebagai manusia kita ini penuh dengan keterbatasan dan kelemahan;  dan menutupi segala perbuatan jahat adalah tindakan bodoh dan sia-sia, sebab cepat atau lambat apa yang telah kita tabur pasti akan kita tuai.  Bukan saja kelak saat kita menghadapi tahta pengadilan Tuhan, akan tetapi bisa terjadi ketika kita masih hidup di dalam dunia ini.  "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu."  (Galatia 6:7-8).  Tuhan adalah Hakim adil, yang menghakimi dengan adil segala perbuatan manusia, baik atau jahat.

"Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat."  1 Petrus 3:12

Monday, October 12, 2015

MENGANDALKAN TUHAN: Percaya Dan Bergantung Kepada-Nya

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Oktober 2015

Baca:  Yeremia 17:5-8

"Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!"  Yeremia 17:7

Setiap orang yang mengikut Kristus dan percaya kepada-Nya selain disebut Kristen juga disebut orang percaya.  Walaupun dikatakan sebagai orang yang percaya kepada Tuhan, masih banyak yang tidak benar-benar percaya kepada-Nya.  Apa buktinya?  Mereka tidak bergantung penuh kepada Tuhan dan mengandalkan Dia.  Sebaliknya mereka cenderung mengandalkan kekuatan sendiri dan juga manusia.  Apa kata Alkitab?  "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!"  (Ayat 5).  Ada akibat yang sangat mengerikan jika seseorang lebih mengandalkan manusia dan kekuatannya sendiri, bukan hanya tidak mendatangkan berkat, melainkan akan mendatangkan kutuk.

     Dalam kehidupan ini seringkali ada orang yang mengandalkan orang-orang kaya yang diharapkan dapat memberikan pertolongan.  Sementara ada pula orang yang lebih mengandalkan kekayaan, jabatan, koneksi, gelar, popularitas dan sebagainya, dan yang paling diandalkan oleh manusia di zaman sekarang ini adalah uang.  Siapakah orang yang tidak membutuhkan uang?  Mereka mengandalkan uang, tabungan atau deposito yang disimpan di bank, yang diharapkan dapat memberikan rasa aman, tenang dan juga jaminan bagi masa depannya.  Mereka pun menempatkan uang sebagai segala-galanya dalam hidupnya.  Benarkah uang dapat menjadi sandaran hidup ini?  Adalah sia-sia jika kita mempercayakan diri kepada uang maupun kekayaan, karena cepat atau lambat kita akan jatuh.  "Siapa mempercayakan diri kepada kekayaannya akan jatuh; tetapi orang benar akan tumbuh seperti daun muda."  (Amsal 11:28).

     Sebagai orang percaya milikilah keberanian untuk mempercayakan hidup sepenuhnya kepada Tuhan.  Inilah yang disebut mengandalkan Tuhan!  Jadi mengandalkan Tuhan itu harus disertai iman dan perbuatan yaitu penyerahan diri.  Iman adalah percaya bahwa Tuhan sanggup melakukan, dan mengandalkan Tuhan berarti komitmen untuk melakukan apa yang dipercayai.

Ada dampak yang luar biasa ketika seseorang mengandalkan Tuhan dan menaruh harapan kepada-Nya, yaitu diberkati secara berlimpah dan tinggal tenang.

Sunday, October 11, 2015

BERKAT TUHAN: Untuk Orang Benar (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Oktober 2015

Baca:  Mazmur 1:1-6

"sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan."  Mazmur 1:6

Sebuah pohon yang tertanam di tepi aliran air atau dekat sumber air pasti akan menghasilkan buah.  Pohon tersebut tidak akan layu di segala situasi, bahkan di musim keriang sekalipun, karena akarnya menancap kuat dan dalam pada sumber air.  Itulah keberadaan orang benar yang senantiasa tinggal di dalam firman-Nya:  "apa saja yang diperbuatnya berhasil."  (ayat 3);  berhasil oleh karena Tuhan.  Ia menegaskan,  "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya."  (Yohanes 15:7).  Inilah orang Kristen yang sejati:  bukan hanya menjauhi segala jenis kejahatan, namun juga mencintai firman Tuhan dan merenungkan itu siang dan malam.  Ketika kita merenungkan firman-Nya maka firman itu akan membentuk pikiran, perkataan, sikap dan perbuatan kita.

     Prinsip merenungkan firman dan tinggal di dalam-Nya sebagai kunci meraih keberhasilan dan berkat juga disampaikan Tuhan kepada Yosua, ketika ia dipercaya memegang tongkat estafet kepemimpinan menggantikan Musa.  Nama Yosua artinya Tuhan menyelamatkan, atau Tuhan keselamatan.  Firman-Nya kepada Yosua,  "...janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung, ke manapun engkau pergi. Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung."  (Yosua 1:7-8).

     Orang-orang fasik akan mengalami keadaan yang berbeda:  "...mereka seperti sekam yang ditiupkan angin."  (Mazmur 1:4).  Ada tertulis,  "Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan."  (Matius 3:12).  Mereka bukan saja tidak akan menikmati berkat dari Tuhan, tapi akan dibuang dan dihempaskan-Nya.

Tuhan akan membuat perbedaan antara orang benar dan orang fasik, orang yang beribadah kepada-Nya dan yang tidak beribadah kepada-Nya  (baca  Maleakhi 3:18).

Saturday, October 10, 2015

BERKAT TUHAN: Untuk Orang Benar (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Oktober 2015

Baca:  Mazmur 1:1-6

"Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,"  Mazmur 1:1

Hidup berbahagia dan diberkati adalah dambaan setiap orang, tanpa terkecuali.  Namun untuk memiliki kehidupan yang berbahagia dan diberkati bukanlah perkara mudah, ada harga yang harus kita bayar sebagaimana disampaikan oleh pemazmur.  Hidup kita akan diberkati dan berbahagia apabila kita tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, tidak berdiri di jalan orang berdosa dan tidak berada dalam kumpulan pencemooh.

     Orang fasik adalah orang yang tidak beriman, tahu tentang Tuhan dan firman-Nya tapi tidak mau melakukannya;  orang berdosa adalah orang yang melakukan kejahatan dan hidup menuruti hawa nafsunya.  Sementara pencemooh adalah orang yang kesukaannya mencari-cari kesalahan, menghakimi, mengejek, mengritik, menggosip dan merendahkan sesamanya;  orang seperti ini mudah sekali menemukan selumbar di mata orang lain tapi tidak dapat melihat balok matanya sendiri.  Mereka juga meremehkan dan memandang rendah kebenaran Tuhan.  Orang fasik, orang berdosa dan pencemooh adalah gambaran dari kehidupan duniawi.

     Selama kita masih hidup sama seperti ketiga jenis orang tersebut maka berkat Tuhan akan semakin menjauh dari kehidupan kita, tetap bila kita  "...kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam."  (ayat 2), dengan kata lain kita menjadikan firman Tuhan sebagai hal yang terutama dan lebih berharga dari apa pun sehingga kita mau merenungkannya dengan sepenuh hati, maka kita sedang hidup dalam perjanjian berkat Tuhan dan disebut sebagai orang yang berbahagia.  Siang dan malam berarti setiap hari, bukan hanya sehari dua hari, atau saat perlu saja, namun di segala situasi atau keadaan, dan secara konsisten.  Inilah kunci hidup terberkati!  Bahkan keberadaan orang yang suka merenungkan firman Tuhan itu diibaratkan  "...seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil."  (ayat 3).

Ingin diberkati?  Jangan menjadi bagian dari orang fasik, orang berdosa atau pun pencemooh!

Friday, October 9, 2015

SEDIKIT TAPI BENAR: Itu Lebih Baik

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Oktober 2015

Baca:  Mazmur 37:16-26

"Lebih baik yang sedikit pada orang benar dari pada yang berlimpah-limpah pada orang fasik;"  Mazmur 37:16

Dalam kehidupan masyarakat, umumnya orang akan menilai sesamanya dengan melihat status ekonominya, sehingga orang kaya akan lebih dihargai dan dihormati dibandingkan orang yang keadaan ekonominya biasa-biasa saja;  apalagi orang yang miskin, mereka pasti tidak dianggap.  Itulah dunia!  Selalu menekankan pada hasil atau jumlah banyak sehingga mereka tidak peduli bagaimana mendapatkannya.  Itulah sebabnya banyak orang menempuh jalan pintas demi mendapatkan harta kekayaan:  mencari pesugihan, korupsi, berjudi, melakukan pemerasan, merampok, mencuri, bisnis narkoba, atau bahkan ada yang terjun ke dunia prostitusi.

     Hidup bukan hanya soal apa yang bisa kita miliki, tapi cara untuk memperolehnya juga harus benar.  Inilah yang seringkali diabaikan kebanyakan orang.  "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?"  (Matius 16:26).  Apalah artinya memiliki kekayaan yang berlimpah jika untuk mendapatkan itu orang harus mengorbankan harga diri, melanggar hukum dan menyimpang dari kebenaran?  Tuhan mau cara yang kita lakukan untuk mendapatkan kekayaan itu benar.  Ia juga menghendaki kita mau bekerja, berusaha dan berdoa  (hidup dalam kebenaran), sampai kita meraih semua yang Tuhan sediakan bagi kita.  Itulah sebabnya  "Lebih baik yang sedikit pada orang benar dari pada yang berlimpah-limpah pada orang fasik;"   (ayat nas).

     Sedikit jika disertai kebenaran suatu saat pasti akan bertambah dan mendatangkan damai sejahtera di hati.  Tetapi yang banyak tanpa disertai dengan kebenaran dan hasil dari kejahatan, maka lenyapnya pun juga akan seketika atau sesaat, tanpa manfaat, tidak mendatangkan damai sejahtera dan sukacita, sebaliknya justru akan mendatangkan damai sejahtera dan sukacita, sebaliknya justru akan mendatangkan masalah dan malapetaka dalam hidup ini.  "Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini. Kalau engkau mengamat-amatinya, lenyaplah ia, karena tiba-tiba ia bersayap, lalu terbang ke angkasa seperti rajawali."  (Amsal 23:4-5).

"Lebih baik sedikit barang dengan disertai takut akan TUHAN dari pada banyak harta dengan disertai kecemasan."  Amsal 15:16

Thursday, October 8, 2015

TERJEBAK TIPUAN IBLIS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Oktober 2015

Baca:  Mazmur 37:1-15

"jangan marah karena orang yang berhasil dalam hidupnya, karena orang yang melakukan tipu daya."  Mazmur 37:7

Firman Tuhan dengan begitu gamblang memberitahukan kepada kita bahwa Iblis adalah,  "...pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta."  (Yohanes 8:44b).  Segala hal yang dikerjakan Iblis semata-mata bertujuan mencuri, merampas, menghancurkan, membunuh dan membinasakan.  Semua yang berasal dari Iblis adalah kefasikan.  Iblis menggunakan dosa yang dibalut dengan kenikmatan dan kesenangan semu, serta tawaran-tawaran  'berkat'  yang tampak menggiurkan dan menyilaukan mata, tetapi di dalamnya penuh dengan jebakan yang mematikan.  Iblis berusaha membelenggu manusia dan membutakan mata banyak orang dengan iming-iming duniawi.

     Hal ini berbanding terbalik dengan apa yang dikerjakan Yesus, semuanya adalah positif.  Ia datang ke dunia dengan tujuan mencari dan menyelamatkan orang berdosa, memindahkan mereka dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib, memberikan hidup berkelimpahan kepada barangsiapa yang percaya kepada-Nya.  Anehnya banyak orang lebih memihak Iblis dan berkompromi dengannya.  Mereka termakan oleh bujuk rayu dan tipu muslihat Iblis yang menjanjikan berkat materi secara instan, padahal ujungnya menuju kepada kebinasaan.  "...lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya;"  (Matius 7:13).  Sementara sedikit orang mau mengikut jalan Tuhan, karena pikirnya untuk memperoleh berkat ada banyak sekali rambu-rambunya.  "...karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya."  (Matius 7:14).

     Di masa-masa sulit seperti sekarang ini tidak sedikit orang percaya yang turut terprovokasi Iblis.  Ketika mengalami kesesakan karena masalah, mereka berani menyalahkan Tuhan dan mulai membanding-bandingkan diri dengan orang-orang di luar Tuhan yang sepertinya hidup terberkati.  Masakan kita hanya menginginkan berkat Tuhan tetapi tidak mau mengikuti aturan-Nya?

'Berkat'  dari Iblis itu semu, di dalamnya terkandung jebakan mematikan!

Wednesday, October 7, 2015

BERHEMAT BUKAN BERARTI KIKIR (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Oktober 2015

Baca:  Amsal 28:20-28

"Siapa memberi kepada orang miskin tak akan berkekurangan, tetapi orang yang menutup matanya akan sangat dikutuki."  Amsal 28:27

Orang yang kikir atau pelit pikirannya hanya terfokus kepada uang atau hartanya.  "...di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada."  (Matius 6:21), sampai-sampai mereka tidak bisa nyenyak tidur dan selalu gelisah karena terus memikirkan bagaimana cara mengumpulkan uang atau harta sebanyak-banyaknya.  "...kekenyangan orang kaya sekali-kali tidak membiarkan dia tidur."  (Pengkotbah 5:11), tetapi susah sekali kalau harus mengeluarkan uang.  Mengeluarkan uang untuk kepentingan diri sendiri saja serasa berat, apalagi mengeluarkan uang untuk berbagi dengan sesama atau membantu pekerjaan Tuhan, baginya adalah kerugian besar.  Itulah ciri orang yang kikir atau pelit!

     Kepada jemaat di Kolose rasul Paulus memperingatkan dengan keras,  "Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala,"  (Kolose 3:5).  Orang kikir sama seperti orang serakah.  Berhati-hatilah, Alkitab menyatakan bahwa kikir termasuk dosa penyembahan berhala, karena orang kikir menempatkan uang, materi atau harta lebih dari segala-galanya.  Dengan kata lain ia memberhalakan uang atau kekayaan.  "Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah."  (1 Korintus 6:9b-10).

     Hari ini kita dihadapkan pada dua pilihan:  menjadi orang kikir dan memperkaya diri sendiri tetapi tidak mendapatkan bagian dalam kerajaan sorga, ataukah menjadi orang yang murah hati dan suka memberi.  Murah hati sama artinya berbuat baik kepada diri sendiri  (baca  Amsal 11:17).  Ingat,  "...kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar."  (1 Timotius 6:7).  Karena itu Rasul Paulus berpesan kepada Timotius agar ia memperingatkan orang-orang kaya di dunia ini supaya berbuat baik, kaya dalam kebajikan, suka memberi dan berbagi  (baca  1 Timotius 6:18).

"Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga."  2 Korintus 9:6

Tuesday, October 6, 2015

BERHEMAT BUKAN BERARTI KIKIR (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Oktober 2015

Baca:  Amsal 11:24-31

"Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan."  Amsal 11:24

Dunia mengajarkan prinsip hidup bahwa jika seseorang ingin hartanya bertambah atau kaya maka ia harus menghemat dan terus memperoleh.  Prinsip berhemat itu bagus karena ada kalimat bijak yang mengatakan bahwa hemat pangkal kaya.  Hemat artinya kita berhati-hati dalam hal membelanjakan uang, cermat, tidak boros, tidak besar pasak daripada tiang;  namun banyak orang yang karena berhasrat kuat ingin cepat kaya atau memiliki harta berlimpah menghemat begitu rupa dan cenderung menjadi orang yang sangat kikir.  Mereka pun memegang prinsip adalah lebih baik menerima daripada memberi, karena dengan menerima berarti kita memperoleh pemasukan dan keuntungan, sementara kalau memberi berarti harus kehilangan sesuatu, ada yang dikorbankan dan itu merupakan sebuah kerugian besar.

     Prinsip dunia itu sangat bertentangan dengan prinsip firman Tuhan yang mengajarkan:  "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima."  (Kisah 20:35).  Justru orang yang diberkati adalah orang yang suka memberi dan menabur harta.  Ayat nas menyatakan bahwa ada yang menyebar harta tetapi justru bertambah kaya.  Sementara ada orang yang menghemat secara luar biasa namun selalu berkekurangan.  Secara matematis orang yang menyebar harta seharusnya hartanya semakin berkurang dan lambat laun menjadi habis.  Itulah sebabnya orang dunia menganggap ajaran tersebut sangat tidak masuk akal;  dan menyedihkan lagi, banyak orang Kristen yang memilih untuk mengikuti prinsip dunia ini daripada apa yang Tuhan perintahkan.

     Menurut  'Collins English Dictionary', cheapskate  (pelit)  as  'a miserly person'  or  "a stingy hoarder of money and possesions  (often living miserably)":  orang yang kikir atau pelit adalah orang yang sengsara atau menderita, penimbun uang dan harta benda;  hati mereka terikat, diperhamba, dikuasai uang atau kekayaannnya.  Tujuan hidupnya hanyalah mengumpulkan uang dan kekayaan, tapi mereka sendiri tidak menikmatinya karena tidak pernah merasa puas, selalu merasa kurang dengan apa yang ada.  "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia."  (Pengkotbah 5:9).  (Bersambung)

Monday, October 5, 2015

PRIORITASKAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Oktober 2015

Baca:  Keluaran 36:1-7

"Tetapi orang Israel itu masih terus membawa pemberian sukarela kepada Musa tiap-tiap pagi."  Keluaran 36:3b

Alkitab menyatakan bahwa ketika memberikan persembahan untuk mendukung pembangunan Bait Suci orang-orang Israel membawa persembahannya tiap-tiap pagi.  Kata tiap-tiap pagi menunjukkan bahwa mereka memprioritaskan Tuhan terlebih dahulu sebelum mereka melakukan aktivitas-aktivitas lain.  Dengan kata lain mereka tidak memberikan dari sisa-sisa berkat yang telah diterimanya dan kemudian membawanya kepada Musa pada malam hari untuk dipersembahkan, tetapi mereka memberikannya tiap-tiap pagi.  Mereka mengutamakan kepentingan rohani terlebih dahulu.

     Persembahan kita akan berkenan kepada Tuhan dan menyenangkan hati-Nya apabila kita menempatkan Tuhan sebagai prioritas kita.  Oleh karena itu  "Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya."  (Amsal 3:9-10).  Bila semua orang percaya menempatkan Tuhan sebagai prioritas utama dalam hidupnya, baik itu dalam hal waktu, tenaga, pikiran, materi atau segala yang dimilikinya, maka pekerjaan Tuhan akan semakin dahsyat, Injil akan mampu menjangkau jiwa-jiwa di belahan bumi mana pun dan hamba-hamba Tuhan dapat menjalankan tugasnya sebagai penjala jiwa secara maksimal, sehingga banyak jiwa dimenangkan dan diselamatkan, dan nama Tuhan semakin ditinggikan dan dipermuliakan.

     Setiap orang yang memprioritaskan Tuhan di segala aspek kehidupannya juga akan memperoleh berkat yang berkelimpahan, bahkan mampu menjadi saluran berkat bagi orang lain.  "Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."  (Lukas 6:38).  Persembahan yang sesuai firman Tuhan akan menciptakan berkat bukan hanya untuk kita secara pribadi, tapi juga berdampak terhadap perkembangan gereja dan pelayanan.

"Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."  Matius 6:33

Sunday, October 4, 2015

PERSEMBAHAN: Apa Yang Kita Punyai

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Oktober 2015

Baca:  2 Korintus 8:1-15

"Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu."  2 Korintus 8:12

Hal memberi seringkali masih menjadi ganjalan bagi banyak orang Kristen.  Ketika harus mengembalikan persepuluhan, memberi persembahan untuk mendukung pelayanan, memberi untuk sesama yang membutuhkan, seringkali kita lakukan dengan berat hati;  atau mungkin ada motivasi terselubung.  Terkadang pula kita tergesa-gesa memikirkan kapan Tuhan segera membalas pemberian kita itu.

     Memberi haruslah menjadi bagian hidup orang percaya.  Hal memberi tidaklah selalu berhubungan dengan berapa besar nilai atau jumlahnya, tetapi selalu berhubungan dengan seberapa tulus hati kita terlibat dalam pemberian itu kembali.  Mari kita belajar untuk memberi tanpa mengharapkan pemberian itu kembali.  Kunci persembahan yang berkenan kepada Tuhan adalah ketika kita memberi persembahan dengan rela hati.  Selain itu, persembahan yang berkenan kepada Tuhan adalah jika kita memberi berdasarkan apa yang kita punyai.  Ketika membawa persembahan, orang-orang Israel tidak memberikan persembahan dalam jumlah yang sama, tapi sesuai dengan kemampuan mereka.  Seringkali kita menunggu sampai mempunyai uang atau harta lebih baru mau memberikan persembahan.  Tetapi begitu memiliki uang lebih kita pun berubah sikap dan berpikir ulang 1000x untuk memberi, bahkan kita berani  'mencuri'  milik Tuhan.

     "Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?" Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus! Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan."  (Maleakhi 3:8, 10).

Tuhan tidak pernah menuntut apa yang tidak kita punyai;  yang ada pada kita, sekalipun sedikit, kalau dipersembahkan kepada Tuhan dengan sukarela menyenangkan hati Tuhan!

Saturday, October 3, 2015

CAKAP SAJA TIDAK CUKUP

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Oktober 2015

Baca:  Keluaran 35:30-35

"Ia telah memenuhi mereka dengan keahlian, untuk membuat segala macam pekerjaan seorang tukang, pekerjaan seorang ahli...yakni sebagai pelaksana segala macam pekerjaan dan perancang segala sesuatu."  Keluaran 35:35

Keahlian atau kecakapan dibutuhkan dalam melakukan suatu pekerjaan.  Ketika seseorang ahli atau cakap dalam bidang tertentu maka karya yang dihasilkannya pun pasti akan berbeda dan luar biasa.  Namun dalam hal melayani pekerjaan Tuhan keahlian atau kecakapan saja tidak cukup, diperlukan pula hati yang tergerak dan terbeban.  Jika hanya mengandalkan keahlian atau kecakapan, seseorang cenderung akan menjadi performer, melayani sebagai sarana unjuk kebolehan, one man show.  Banyak orang punya bakat atau talenta luar biasa tapi sedikit yang memiliki hati yang terbeban melayani pekerjaan Tuhan dengan sepenuh hati.

     Untuk mengerjakan proyek kudus-Nya Tuhan menunjuk:  "...Bezaleel bin Uri bin Hur, dari suku Yehuda, dan telah memenuhinya dengan Roh Allah, dengan keahlian, pengertian dan pengetahuan, dalam segala macam pekerjaan, yakni untuk membuat berbagai rancangan supaya dikerjakan dari emas, perak dan tembaga; untuk mengasah batu permata supaya ditatah; untuk mengukir kayu dan untuk bekerja dalam segala macam pekerjaan yang dirancang itu."  (Keluaran 35:30-33).  Arti nama Bezaleel:  Tuhanlah perlindungan.  Makna rohaninya:  dalam menjalankan tugas pelayanan haruslah senantiasa mengandalkan Tuhan dan melibatkan Dia.  Ingat!  Di luar Tuhan kita tidak bisa berbuat apa-apa.  Selain itu Tuhan juga memilih:  "...Aholiab bin Ahisamakh dari suku Dan, kepandaian untuk mengajar."  (Keluaran 35:34).  Nama Aholiab berarti:  Bapa adalah kemahku.  Ini berbicara tentang persekutuan yang karib dengan Tuhan.

     Pelayanan kita tidak akan berdampak bila kita sendiri tidak suka berada di dalam hadirat-Nya, bergaul karib dengan Dia.  Sepadat apa pun jadwal pelayanan jangan pernah kita meninggalkan persekutuan pribadi dengan Tuhan.  Kepada Bezaleel dan Aholiab Tuhan memberikan keahlian di dalam hati mereka, terlebih karena mereka merespons panggilan Tuhan tersebut dengan sikap hati yang rela untuk melayani.

Karunia dan talenta plus hati yang rela adalah bekal melayani Tuhan secara maksimal.

Friday, October 2, 2015

HATI YANG TERGERAK: Mendatangkan Kelimpahan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Oktober 2015

Baca:  Keluaran 36:1-7

"Lalu Musa memanggil Bezaleel dan Aholiab dan setiap orang yang ahli, yang dalam hatinya telah ditanam TUHAN keahlian, setiap orang yang tergerak hatinya untuk datang melakukan pekerjaan itu."  Keluaran 36:2

Tercatat demikian:  "Semua laki-laki dan perempuan, yang terdorong hatinya akan membawa sesuatu untuk segala pekerjaan yang diperintahkan TUHAN dengan perantaraan Musa untuk dilakukan--mereka itu, yakni orang Israel, membawanya sebagai pemberian sukarela bagi TUHAN."  (Keluaran 35:29).  Orang-orang Israel membawa persembahan dalam keadaan bebas dari tekanan atau paksaan.  Mereka memberi persembahan dengan sukarela sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan.

     Persembahan itulah yang menyenangkan hati Tuhan sehingga mujizat pun terjadi, berkat terus mengalir sehingga orang-orang yang mengerjakan pembangunan Kemah Suci berkata,  "Rakyat membawa lebih banyak dari yang diperlukan untuk mengerjakan pekerjaan yang diperintahkan TUHAN untuk dilakukan."  (ayat 5).  Sampai-sampai Musa harus membuat pengumuman:  "Tidak usah lagi ada orang laki-laki atau perempuan yang membuat sesuatu menjadi persembahan khusus bagi tempat kudus. Demikianlah rakyat itu dicegah membawa persembahan lagi. Sebab bahan yang diperlukan mereka telah cukup untuk melakukan segala pekerjaan itu, bahkan berlebih."  (ayat 6-7).

     Di zaman Perjanjian Baru persembahan sukarela juga di tunjukkan oleh Zakheus:  "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin..."  (Lukas 19:8), persembahan yang tanpa direncanakan, tapi digerakkan oleh Roh Kudus.  Demikian juga jemaat di Filipi, memberikan persembahan secara sukarela untuk mendukung pelayanan Paulus:  "Kini aku telah menerima semua yang perlu dari padamu, malahan lebih dari pada itu. Aku berkelimpahan, karena aku telah menerima kirimanmu dari Epafroditus, suatu persembahan yang harum, suatu korban yang disukai dan yang berkenan kepada Allah."  (Filipi 4:18).  Persembahan sukarela hanya terjadi karena gerakan atau dorongan Roh Kudus atau seseorang.  Sukarela adalah dasar persembahan yang diberkati Tuhan!

"Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan."  2 Korintus 9:8

Thursday, October 1, 2015

HATI YANG TERGERAK: Persembahan Berkenan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Oktober 2015

Baca:  Keluaran 35:4-29

"Ambillah bagi TUHAN persembahan khusus dari barang kepunyaanmu; setiap orang yang terdorong hatinya harus membawanya sebagai persembahan khusus kepada TUHAN:"  Keluaran 35:5

Sebagaimana disampaikan Musa kepada umat Israel, persembahan yang berkenan di hati Tuhan bukanlah dilihat dari nominalnya, melainkan yang keluar dari hati yang tergerak, dilakukan dengan sukarela, bukan dalam keadaan terpaksa atau berat hati.  Terpaksa adalah berbuat di luar kemauan sendiri karena terdesak oleh keadaan atau pihak lain.  Rasul Paulus juga menegaskan,  "Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita."  (2 Korintus 9:7).

     Setelah mendengar nasihat Musa itu setiap orang tergerak hatinya untuk mempersembahkan barang-barang yang dimilikinya untuk mendukung pekerjaan Tuhan, dalam rangka pembangunan Kemah Suci.  "Lalu pergilah segenap jemaah Israel dari depan Musa. Sesudah itu datanglah setiap orang yang tergerak hatinya, setiap orang yang terdorong jiwanya, membawa persembahan khusus kepada TUHAN untuk pekerjaan melengkapi Kemah Pertemuan dan untuk segala ibadah di dalamnya dan untuk pakaian kudus itu."  (Keluaran 35:20-21).  Musa tidak memanggil semua orang untuk memberikan persembahan, tetapi hanya mereka yang tergerak hatinya saja.  Mengapa?  Karena untuk melakukan pekerjaan Tuhan atau melayani Dia diperlukan hati yang rela terbeban, bukan karena terpaksa.  Adapun persembahan kepada Tuhan itu tidak terbatas pada materi atau uang saja, namun termasuk melayani atau mengerjakan sesuatu untuk Tuhan dengan mempersembahkan waktu, tenaga, pikiran dan seluruh keberadaan hidup kita,  "...supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati."  (Roma 12:1).

     Tuhan tidak melihat seberapa besar persembahan materi atau seberapa hebat seseorang mengerjakan sesuatu untuk Tuhan, tetapi yang Dia cari dan inginkan dari umat-Nya adalah hati yang tergerak.  Itulah persembahan yang harum di hadapan Tuhan.

Hati yang tergerak dan penuh kerelaan adalah kunci memberi persembahan bagi Tuhan!

Wednesday, September 30, 2015

TUHAN TIDAK PERNAH INGKAR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 September 2015

Baca:  Ulangan 7:1-20

"tetapi karena TUHAN mengasihi kamu dan memegang sumpah-Nya yang telah diikrarkan-Nya kepada nenek moyangmu, maka TUHAN telah membawa kamu keluar dengan tangan yang kuat dan menebus engkau dari rumah perbudakan,..."  Ulangan 7:8

Bangsa Israel adalah bangsa Allah.  Ini dinyatakan dalam Alkitab,  "Sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu; engkaulah yang dipilih oleh TUHAN, Allahmu, dari segala bangsa di atas muka bumi untuk menjadi umat kesayangan-Nya."  (Ulangan 7:6).  Mereka menjadi umat pilihan-Nya sampai kesudahan jaman dan sampai Dia menggenapi setiap janji yang dibuat-Nya bagi mereka.  Meskipun Dia menggenapi setiap janji yang dibuat-Nya bagi mereka.  Meskipun mereka berulang kali tidak taat kepada Tuhan, Tuhan tidak pernah melalaikan perjanjian-Nya.  Tuhan yang penuh kasih tidak pernah melupakan Israel, seperti ibu tidak pernah melupakan anaknya.

     Dari sejak permulaan waktu, Tuhan Allah memisahkan suatu umat yang akan mengasihi, melayani dan menaati-Nya;  dan Dia membuat sebuah janji kepada umat-Nya, suatu perjanjian yang kekal yang akan berlaku turun-temurun.  Dia berjanji pada Abraham,  "Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu."  (Kejadian 17:7).

     Allah kita adalah Allah yang setia.  Dia tidak pernah mengingkari perjanjian dengan Israel atau meninggalkan orang-orang pilihan-Nya.  Bahkan ketika umat Israel berpaling meninggalkan Tuhan dan berulang kali tidak taat Dia tidak memusnahkan mereka hingga habis.  Tetapi, tentu saja mereka dihukum dan Alkitab berkata Dia  'menyembunyikan'  wajah-Nya dari umat-Nya karena dosa-dosa mereka.  Namun meskipun Tuhan menghukum mereka Dia tidak meninggalkan mereka.  "Hanya sesaat lamanya Aku meninggalkan engkau, tetapi karena kasih sayang yang besar Aku mengambil engkau kembali. Dalam murka yang meluap Aku telah menyembunyikan wajah-Ku terhadap engkau sesaat lamanya, tetapi dalam kasih setia abadi Aku telah mengasihani engkau, firman TUHAN, Penebusmu."  (Yesaya 54:7-8).

"tetapi hanya oleh nenek moyangmulah hati TUHAN terpikat sehingga Ia mengasihi mereka, dan keturunan merekalah, yakni kamu, yang dipilih-Nya dari segala bangsa, seperti sekarang ini."  Ulangan 10:15

Tuesday, September 29, 2015

ALLAH TELAH MEMILIH YANG MISKIN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 September 2015

Baca:  Yakobus 2:1-13

"...Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia?"  Yakobus 2:5

Tujuan dan upah dari kemiskinan yang sementara adalah kekayaan surgawi.  Allah yang penuh kasih tidak pernah menginginkan masalah dan kemiskinan tanpa jalan keluar.  Tujuannya adalah bahwa semua tekanan harus membuat kita semakin besar, dan semua kemiskinan membuat kita kaya.  Rencana-Nya untuk umat-Nya bukanlah kesesakan yang terus-menerus dan kemiskinan yang permanen.  Semuanya ini bukanlah tujuan akhir tetapi sarana menuju akhir.

     Ada banyak yang tidak kita pahami dalam pewahyuan Yohanes tentang Yerusalem baru, tetapi kita melihat suatu kota dengan kekayaan yang tak terbatas.  Yohanes berkata,  "Tembok itu terbuat dari permata yaspis; dan kota itu sendiri dari emas tulen, bagaikan kaca murni. Dan dasar-dasar tembok kota itu dihiasi dengan segala jenis permata. Dasar yang pertama batu yaspis, dasar yang kedua batu nilam, dasar yang ketiga batu mirah, dasar yang keempat batu zamrud, dasar yang kelima batu unam, dasar yang keenam batu sardis, dasar yang ketujuh batu ratna cempaka, yang kedelapan batu beril, yang kesembilan batu krisolit, yang kesepuluh batu krisopras, yang kesebelas batu lazuardi dan yang kedua belas batu kecubung. Dan kedua belas pintu gerbang itu adalah dua belas mutiara: setiap pintu gerbang terdiri dari satu mutiara dan jalan-jalan kota itu dari emas murni bagaikan kaca bening."  (Wahyu 21:18, 19, 21).  Namun tidak sepotong emas pun dalam kota itu yang tidak dimurnikan lewat dapur perapian kesusahan, tak ada satu pun batu berharga yang melewati api, dan tak ada satu pun mutiara yang tak lahir dari penderitaan.  Oleh karenanya adalah benar untuk menjadi kaya dalam iman.  Tuhan berkata,  "maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat."  (Wahyu 3:18).

     Rendahkan diri di hadapan Allah, dan jangan berkata,  "Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang,"  (Wahyu 3:17).

DIA yang berasal dari hadirat Allah adalah kaya, tetapi tidak menyadari kekayaan-Nya.

Monday, September 28, 2015

JANGAN MEMILIKI KONSEP YANG SALAH

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 September 2015

Baca:  Ibrani 12:1-17

"...tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya."  Ibrani 12:10

Allah adalah kasih.  Tetapi banyak orang menyia-nyiakan kasih Allah dengan tidak hidup dalam kekudusan.  Mereka berkata,  "Meskipun aku hidup tidak kudus, Allah tidak mendisiplinkan aku karena kasih-Nya yang tak berubah."  Ini adalah pemikiran bodoh.

     Ada banyak orang Kristen yang mencintai dosa dan suatu fakta bahwa mereka hidup bahagia tanpa ada masalah dalam hidup mereka.  Jika mereka adalah orang Kristen dan terus berdosa sepanjang waktu, tetapi Tuhan tidak menghajar mereka, itu berarti Tuhan tidak menganggap mereka sebagai anak-anak-Nya.  Tuhan menghajar yang dikasihi-Nya, dan menghukum setiap orang yang diterima-Nya sebagai anak-Nya.  Jangan pernah memiliki konsep yang salah!  Beberapa orang berkata,  "Tuhan begitu mengasihiku, meski aku berdosa Dia tidak pernah menegurku."  Itu pemikiran yang dipengaruhi Iblis.  Jika ada yang salah dalam hati kita Roh Kudus akan berbicara kepada hati kita mengingatkan,  "Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang."  (Ibrani 12:7-8).  Ada orang-orang tidak menyadari berjalan di jalan yang salah.  Karena mereka tidak menyadari, mereka tidak bertobat dan menyesal.  Kecuali kita mengakui dosa kita maka Tuhan tidak akan mengampuni kita.  "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan."  (1 Yohanes 1:9).

     Berbahagialah orang yang dihajar Allah dan Dia tidak akan menolak umat-Nya.  Rasul Paulus berkata,  "...karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka."  (2 Tesalonika 2:10).  Jika Anda telah berdosa pulanglah kembali ke Bapamu dan berkatalah.  "Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa."  (Lukas 15:21).  Bapa tidak akan menolak Anda.

Begitu besar kasih Allah sehingga Dia selalu rindu anak-anak-Nya hidup berbahagia dan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat mereka.

Sunday, September 27, 2015

JANGAN SIA-SIAKAN KASIH ALLAH

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 September 2015

Baca:  2 Korintus 6:1-10

"Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau."  2 Korintus 6:2a

Mungkin ada beberapa orang pembaca renungan ini pada hari ini yang belum diselamatkan.  Jika Roh Kudus berbicara kepada hati Anda, jangan keraskan hati;  dan jika Anda sudah begitu jauh dari Tuhan atau murtad, kembalilah pulang ke  'Bapa'  seperti anak hilang dan katakan,  "Ampuni aku Bapa, aku telah berdosa kepada-Mu.  Terimalah aku sebagai anak-Mu."  Tuhan berkata,  "'Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau.' Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu."  (2 Korintus 6:2).  Yesus telah membuka pintu keselamatan bagi Anda.  Ketika masih ada perkenanan di hari keselamatan jangan melecehkan pintu kemurahan dan anugerah Allah.  Akan datang hari ketika pintu ditutup, dan Anda akan menyesal tanpa akhir.

     Undanglah Roh Kudus memimpin Anda masuk melalui pintu yang dibukakan Yesus.  Yesus adalah pintu seperti yang dikatakan-Nya,  "Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput."  (Yohanes 10:9).  Banyak orang mengabaikan jalan keselamatan.  Mereka mencoba jalan mereka sendiri yang akan menyelamatkan mereka menurut pendapat mereka.  Alkitab berkata,  "Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut."  (Amsal 14:12).  Orang murtad berpikir bahwa jalan yang dijalaninya benar;  dia tidak berjalan menurut nasihat orang benar.  "Orang yang murtad hatinya menjadi kenyang dengan jalannya, dan orang yang baik dengan apa yang ada padanya."  (Amsal 14:14).

     Raja Daud mengetahui dengan baik bagaimana menghabiskan waktu yang berharga dengan mencari Tuhan.  Doanya,  "Tetapi aku, aku berdoa kepada-Mu, ya TUHAN, pada waktu Engkau berkenan, ya Allah; demi kasih setia-Mu yang besar jawablah aku dengan pertolongan-Mu yang setia!"  (Mazmur 69:13).

Sangatlah penting untuk menerima Kristus sebagai Juruselamat untuk mendapatkan hidup yang kekal.

Saturday, September 26, 2015

PENGAKUAN KITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 September 2015

Baca:  Ibrani 4:14-16

"Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita."  Ibrani 4:14

Ada beberapa macam pengakuan dalam Perjanjian Baru:  (1)  Pengakuan yang berkaitan dengan orang Yahudi.  Allah menuntut umat perjanjian-Nya mengakui dosa mereka supaya ada pengampunan.  "Maka datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan. Lalu sambil mengaku dosanya mereka dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan."  (Matius 3:5-6).  (2)  Pengakuan orang berdosa hari ini.  Yesus berkata bahwa orang berdosa akan diinsyafkan oleh Roh Kudus untuk satu dosa:  "...karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku;"  (Yohanes 16:9).  Jika orang berdosa membuat pengakuan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, ia akan diselamatkan.  "Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan."  (Roma 10:9-10).

     Ada 2 bentuk pengakuan yang dibuat orang percaya:  pengakuan dosa dan pengakuan iman sebagai orang percaya.  Pengakuan dosa dibuat ketika keluar dari persekutuan dengan Tuhan.  "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan."  (1 Yohanes 1:9).  Apa pengakuan iman kita dalam Firman, dalam Kristus dan dalam Allah Bapa?  "Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita."  Pengakuan iman kita ialah Yesus Kristus adalah Anak Allah.

     Kesaksian adalah bagian dari pengakuan.  Bersaksi tentang apa yang dilakukann Iblis berarti mengijinkan Iblis menguasai kita.  Ini bertentangan dengan firman tentang mengakui Yesus yang memerintah dan menjadi Tuhan atas hidup kita.  Ketika kita menghadapi saat yang buruk, jangan terus membicarakannya.

Ketika kita berbicara tentang Allah dan Firman-Nya dan tentang apa yang dilakukan-Nya dalam hidup kita, kemenangan pasti datang.

Friday, September 25, 2015

DAMAI SEJAHTERA ALLAH

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 September 2015

Baca:  Filipi 4:1-9

"Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus."  Filipi 4:7

Ketika berada di dunia Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,  "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu."  (Yohanes 14:27).  Damai sejahtera Tuhan bukan sekedar salah satu bentuk damai yang dia anugerahkan.  Itu adalah damai Tuhan sendiri, damai yang ada dalam pribadi-Nya, yang tidak bisa diganggu apa pun.

     Ketika Tuhan menciptakan malaikat,  --  dan ketika pemberontakan pecah di antara mereka dengan efek yang berpengaruh luas dalam alam semesta, bahkan kekacauan begitu kelam seperti itu dapat mengusik Dia,  --  Dia terus mewujudkan kerinduan hati-Nya memperbaiki kerusakan yang terjadi pada dunia dan menciptakan tatanan makhluk yang lain yaitu manusia.  Tetapi kemudian manusia juga jatuh.  Namun damai Tuhan tetap tak terusik.  Kita mungkin menyangka bahwa Dia akan segera bertindak memperbaiki kerusakan sehingga langsung menjadi baik;  tetapi tidak demikian.  "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu."  (Yesaya 55:8-9).  Allah dapat menunggu 'kegenapan waktu'  sebelum mengutus anak-Nya memulihkan apa yang hilang.  Penantian ribuan tahun tidak membuat ketegangan dalam damai sejahtera-Nya.

     Allah menjanjikan damai dengan kualitas seperti ini untuk menjaga hati dan pikiran mereka yang memenuhi persyaratan-Nya, yang menyerahkan segalanya kepada-Nya dalam doa.  Inilah nyanyian pujian orang percaya:  "Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya. Percayalah kepada TUHAN selama-lamanya, sebab TUHAN ALLAH adalah gunung batu yang kekal."  (Yesaya 26:3-4).  "Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya."  (Yesaya 32:17).

"Bangsaku akan diam di tempat yang damai, di tempat tinggal yang tenteram di tempat peristirahatan yang aman."  Yesaya 32:18

Thursday, September 24, 2015

KUASA KEBANGKITAN KRISTUS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 September 2015

Baca:  2 Korintus 4:1-15

"Karena kami tahu, bahwa Ia, yang telah membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga bersama-sama dengan Yesus. Dan Ia akan menghadapkan kami bersama-sama dengan kamu kepada diri-Nya."  2 Korintus 4:14

Saatnya untuk menyadari siapa kita dan apa yang sedang dilakukan Tuhan di dalam kita.  Tetapi untuk mendapatkan pengetahuan sejati akan hal itu kita harus pertama-tama mengetahui siapa Yesus sebenarnya, dan apa yang Dia telah lakukan bagi kita.

     Ketika rasul Paulus duduk dalam penjara Roma dia berseru dengan sungguh-sungguh,  "Aku ingin mengenal Kristus!"  Manusia tidak akan pernah bisa mempelajari apa yang mereka ketahui tentang Yesus dari buku-buku sejarah.  Betapa bodohnya pikiran jasmani!  Pengenalan yang benar akan Kristus hanya datang dari Roh yang menghidupkan ayat-ayat Alkitab untuk hati-hati yang lapar.  Banyak orang menghabiskan banyak waktu dalam debat filosofi tentang pribadi Allah.  Kebanyakan dari debat ini hanya karena mereka haus akan pengetahuan tentang hal-hal yang belum diketahui.

     Roh Allah menyingkapkan kebenaran-kebenaran ini kepada para rasul dan nabi yang memberikan pada kita ayat-ayat tertulis.  Pertanyaan terpenting yang sekarang terjawab adalah,  "Siapakah Yesus?  Mengapa Dia datang ke dunia dan apa yang telah Dia selesaikan?"  Jawabnya sangat sederhana:  "Dia mati di kayu salib dan mencurahkan darah-Nya untuk menebus kita dari dosa."  Alkitab berkata,  "dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus. Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya."  (Kolose 1:20-22).

     Anda harus mulai memfokuskan mata pada Yesus dan harus terus beriman, teguh dan kuat, tidak bergeser dari pengharapan yang terdapat dalam Injil.  Ketika Anda telah menerima Kristus sebagai Juruselamat pribadi, jangan pernah meninggalkan-Nya.

Biarlah Yesus menjadi Raja dalam hidup Anda karena Ia telah mengorbankan diri-Nya sampai mati demi kebaikan Anda.

Wednesday, September 23, 2015

ROH MANUSIA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 September 2015

Baca:  Ayub 32:1-22

"Tetapi roh yang di dalam manusia, dan nafas Yang Mahakuasa, itulah yang memberi kepadanya pengertian."  Ayub 32:8

Keindahan seorang Kristen harus keluar dari bagian yang terdalam.  Maka tak seharusnya kita bermegah dengan apa yang dilihat lebih dari apa yang di dalam hati.  Yesus berkata pada kita,  "Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil."  (Yohanes 7:24).

     Roh kita merupakan bagian terpenting dari diri kita karena roh kita adalah manusia yang sebenarnya di dalam kita.  Karena Allah adalah Roh, kita juga makhluk roh.  Mengapa?  Karena kita diciptakan menurut gambar dan citra Allah  (Kejadian 1:26).  Kita adalah roh yang memiliki jiwa, dan kita hidup dalam tubuh jasmani yang dapat dilihat dan dijamah.  Roh, jiwa, dan tubuh harus dijaga tidak bercacat cela seperti yang dikatakan ayat Alkitab:  "...semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita."  (1 Tesalonika 5:23).

     Karena mungkin bagi kita untuk mengembangkan tubuh kita, maka juga tidak mustahil untuk mengembangkan pikiran sekaligus roh kita.  Pikiran adalah bagian dari jiwa kita.  Satu-satunya cara untuk mengembangkan roh kita adalah dengan Firman Allah.  Tuhan Yesus berkata,  "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."  (Matius 4:4).  Dapat dipahami bahwa manusia tidak dapat berkembang secara fisik tanpa makan, maka orang juga tidak dapat berkembang rohnya tanpa makanan rohani.  Dalam hal ini makanan rohani adalah Firman Allah.

     Sesungguhnya ada kelaparan secara rohani dalam hati setiap manusia di dunia.  Kelaparan rohani di dalam diri setiap manusia di dunia adalah untuk didamaikan dengan Sang Pencipta - Allah - dan bersekutu dengan Dia.  Tetapi manusia tidak menyadari bahwa kelaparan di hatinya adalah untuk memiliki persekutuan yang baik dengan Tuhan.  Seringkali kelaparan hati tersebut mendorongnya pada hal-hal duniawi yang buruk untuk memuaskan  'jeritan hati'  di dalam dirinya.

Kelaparan akan kasih Allah tidak bisa dipuaskan dengan keduniawian dan hal-hal materi.

Tuesday, September 22, 2015

HIDUP MELALUI KRISTUS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 September 2015

Baca:  Yohanes 5:19-30

"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup."  Yohanes 5:24

Kristus satu-satunya jalan pemulihan hubungan manusia dengan Allah.  Ketika seseorang menerima Kristus ia menerima hidup kekal.  Orang yang telah dipulihkan hubungannya dengan Tuhan dipulihkan persekutuannya dengan Dia.  Yesus berkata,  "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."  (Yohanes 3:16).  "...tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya."  (Yohanes 3:36).

     Allah adalah Roh, maka kita tidak berkomunikasi dengan-Nya menggunakan indera jasmani atau pikiran kita.  Roh manusia dapat berkomunikasi dengan Allah dan mengalami realita tertinggi.  Cara menemukan realita ini adalah melalui kelahiran baru.  Tuhan menyatakan pada Nikodemus,  "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah."  (Yohanes 3:3).  Ayat berikut memperjelas kelahiran baru:  "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami."  (2 Korintus 5:17-19).

     Jika Anda menerima Kristus sebagai Juruselamat maka roh Anda dilahirkan kembali dan Anda tidak lagi orang yang sama.  Anda ciptaan baru!  Kemudian Anda harus bertumbuh secara rohani dan mengembangkan roh Anda seperti Anda bertumbuh dan berkembang secara alamiah dalam pikiran dan tubuh Anda.  Anda harus mengembangkan roh dengan firman Tuhan, bukan dengan kesenangan dunia.  Beri makan roh Anda dengan firman Allah.  Tetapi firman tidak akan berarti jika Anda tidak merenungkannya.

Tuhan mau memenuhi hati kita dengan firman Allah.

Monday, September 21, 2015

MENEMUKAN DAMAI MELALUI KRISTUS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 September 2015

Baca:  Roma 5:1-11

"Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus."  Roma 5:1

Jutaan orang di dunia selalu mencari damai sejahtera tetapi tidak bisa memperolehnya.  Semakin mendekat ke damai itu  (yang hanya ditemukan dalam Kristus Yesus), semakin setan menarik mereka menjauh.  Setan membutakan mereka dengan berbagai doktrin teoritis yang dibuat manusia.  Tetapi puji Tuhan untuk kasih-Nya, kita, orang-orang Kristen, menemukan damai sejahtera melalui Yesus Kristus.

     Hari-hari ini dunia masih mencari suatu kedamaian.  Seolah-olah dunia sedang berlari menuju ke suatu kondisi yang lebih baik dalam setiap aspek yang menyangkut kedamaian.  Tetapi sebenarnya manusia tidak tahu bahwa jalan untuk menerima damai sejati  (yang sesungguhnya telah Allah berikan kepada mereka)  adalah melalui anak-Nya.  Paulus berkata,  "dan jalan damai tidak mereka kenal; rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang itu."  (Roma 3:17-18).

     Kita harus berusaha untuk suatu kedamaian.  Tetapi Tuhan berkata,  "Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun berawas-awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya. Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. Akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat."  (Matius 24:6-7).  Manusia tidak bisa menciptakan kedamaian dengan usaha sendiri.  Damai sejahtera dapat dialami hanya ketika kita menerima pengampunan Allah dan dipulihkannya hubungan kita dengan Dia melalui darah Kristus.  Dengan cara ini kita dapat memiliki hubungan harmonis dengan Allah Bapa kita.  Tanpa pencurahan darah Kristus di kayu salib tidak akan ada damai Tuhan, dan hanya dengan iman kita menerima Yesus.  Kita dibenarkan oleh Allah dan ketika Kristus masuk dalam hati, kita dimerdekakan dari rasa berdosa yang menghantui kita.

     Alkitab berkata,  "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus."  (Roma 3:23-24).

Kita sekarang memiliki damai sejahtera dalam hati kita sehingga kita dapat dengan bebas tanpa rasa takut datang kepada Bapa kita.

Sunday, September 20, 2015

MENYANGKAL DIRI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 September 2015

Baca:  Lukas 9:22-27

"...Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku."  Lukas 9:23

Paulus berkata,  "namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku."  (Galatia 2:20).  Apakah Paulus disalibkan secara fisik bersama Kristus?  Bukan secara fisik yang harus disalibkan, tetapi sifat lama kita yang harus disalibkan.  Akan menjadi lebih jelas bagi kita jika kita membaca dalam Roma 6:6-7 apa yang dimaksudkan Paulus:  "Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa. Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa."  Paulus juga menambahkan,  "Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia."  (Roma 6:8)

     Kita dikatakan harus  'disalibkan'  bersama Kristus, tetapi tidak akan pernah dikaitkan dengan dosa.  Kelepasan dari dosa dan konsekuensinya adalah fakta yang telah dituntaskan.  Manusia tidak diharuskan berbuat apa pun karena ia tidak sanggup.  Ia hanya perlu menerimana dengan iman sebagai karya Kristus yang telah dituntaskan di kayu salib, sehingga kita bisa beroleh keuntungan dari kematian Kristus bagi kita.

     Apa yang dimaksud Alkitab saat kita harus memikul salib?  Adalah dalam pengertian mematikan diri kita sendiri, dan ini harus menjadi sikap kita yang terus menerus.  Tuhan Yesus mengajar kita beberapa kali untuk mengikut Dia.  Cara Allah berurusan dengan dosa kita dan dengan diri kita adalah dua hal yang berbeda.  Untuk mengalahkan dosa, orang percaya hanya membutuhkan sekejap saja;  untuk menyangkal diri, kita membutuhkan waktu seumur hidup kita.  Hanya sekali, di kayu salib,  Yesus Kristus menanggung dosa kita, namun sepanjang umur hidup-Nya Dia menyangkal diri-Nya.  Hal yang sama berlaku bagi kita, bahwa penyangkalan diri adalah sebuah pengalaman hubungan kerjasama dengan Kristus yang panjang;  dan kita mengikut Dia sepanjang hidup kita sampai akhir hidup kita.

"Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh,"  Galatia 5:24-25

Saturday, September 19, 2015

YESUS DATANG MEMBERIKAN HIDUP

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 September 2015

Baca:  Yohanes 10:1-21

"Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."  Yohanes 10:10

Allah tidak berkata kita tidak akan memiliki masalah hanya karena kita telah lahir baru dan dipenuhi dengan Roh Kudus.  Bahkan Dia menunjukkan bahwa kita akan lebih mengalami masalah karena kita orang Kristen.  Dunia akan menganiaya kita.  Mereka akan berbicara negatif tentang kita.  Dan Iblis, yang adalah ilah atas dunia ini, akan memberi tekanan pada kita di setiap langkah kita.

     Ketika hal ini terjadi banyak orang berpikir bahwa Tuhanlah yang memberi tekanan pada anak-anak-Nya.  Itu tidak benar!  Setan adalah penyebab dari penyakit dan masalah.  Perhatikan apa yang dikatakan Tuhan Yesus tentang karya-Nya dibandingkan pekerjaan Iblis:  "Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."  (Yohanes 10:10).  Allah sama sekali bukanlah seorang pencuri.  Yesus Kristus bukan seorang pencuri.  Tetapi Iblis adalah pencuri.  Iblis disebut sebagai ilah dari dunia ini,  "yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah."  (2 Korintus 4:4).

     Petrus berkata tentang Iblis,  "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya."  (1 Petrus 5:8).  Waspadalah!  Iblis akan menelan Anda jika Anda membiarkan dia.  Tetapi jangan berkecil hati karena Allah tak pernah meninggalkan Anda sendiri.  Allah berkata Anda tidak akan pernah mengalami masalah, tetapi Dia berkata,  "Aku akan menyertaimu di tengah masalah."

     Daud berkata,  "Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu;"  (Mazmur 34:20)

"TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya."  (Mazmur 37:23-24)

Friday, September 18, 2015

DOA YANG DIJAWAB

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 September 2015

Baca:  Yohanes 16:16-33

"Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu."  Yohanes 16:24

Mari belajar tentang doa sebab doa adalah yang paling utama dan paling sederhana dari semua praktek kekristenan.  Seseorang yang baru saja diselamatkan pun bisa berdoa.  Doa yang terjawab adalah salah satu keuntungan istimewa atau hak orang Kristen.  Allah memberikan kepada kita hak agar doa kita didengar.  Jika seseorang telah menjadi Kristen bertahun-tahun tapi belum mendapat jawaban doa satu pun, hidup kekristenannya perlu dipertanyakan.  Bagi anak Tuhan tidak menerima jawaban doa adalah sesuatu yang tidak benar.  Doa-doa orang percaya seharusnya menerima jawaban.  Tuhan Yesus mengajar pada kita untuk meminta segala sesuatu dalam nama-Nya dan kita akan menerimanya.

     Orang yang sering berdoa dan doa-doanya dijawab adalah orang Kristen yang berbahagia.  Ini adalah pengalaman mendasar yang seharusnya dimiliki setiap orang percaya.  Seseorang mungkin ceroboh dalam hal rohani yang lain, tetapi dalam hal doa yang menerima jawaban, orang percaya tidak bisa menipu dirinya sendiri.  Setiap orang harus mencari tahu bagaimana supaya doanya dijawab.  Doa bukan sekedar penyembahan rohani tetapi juga supaya didengar.  Jika hanya untuk menyembah maka seseorang bisa berdoa berjam-jam tanpa mengharapkan ada jawaban;  namun jika doa adalah untuk menerima jawaban, maka seseorang harus berdoa sampai mendapat jawaban.

     Tuhan Yesus mengajar kita bagaimana harus berdoa, di mana kita harus meminta, mencari dan mengetuk.  "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan."  (Matius 7:7-8).  Allah adalah Bapa yang penuh kasih, dan Dia tidak akan menolak anak-anak-Nya.  Yesus Kristus berkata,  "Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya."  (Matius 7:9-11).

Mari berdoa sesuai dengan Firman Tuhan agar doa kita menerima jawaban.