Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Juni 2014
Baca: 2 Petrus 1:3-15
"Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh." 2 Petrus 1:10
Tantangan dalam melayani pekerjaan Tuhan tidak semata-mata datang dari pihak luar (orang-orang yang belum percaya). Acapkali tantangan terbesar datang dari pihak dalam yaitu orang-orang terdekat, saudara seiman, orang-orang yang kita layani atau bahkan dari sesama pekerja. Mulai dari sikap sinis yang memandang kita dengan sebelah mata tanda meremehkan, menuduh sok suci/sok rohani, dianggap pesaing berat, dan tidak sedikit pula yang memusuhi dan menjauhi kita; mereka diibaratkan 'duri dalam daging'. Namun jangan sampai tantangan yang ada membuat kita down, sebaliknya semakin melecut kita untuk melakukan yang terbaik dan semakin maju dalam melayani.
Rasul Paulus menasihati Timotius, "Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah
teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah
lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (1 Timotius 4:12). Kata berusahalah (ayat nas) atau usahakanlah mengandung unsur kemauan dan tekad yang kuat dalam mengerjakan tugas pelayanan, sebab setiap saat kita diperhadapkan dengan peperangan rohani di berbagai aspek kehidupan: perang melawan tipu muslihat Iblis, melawan roh-roh jahat di udara, dan melawan hawa nafsu (keinginan daging), sebab "...tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:14).
Untuk menjadi pekerja Tuhan yang baik kita harus punya tekad yang kuat dalam melayani. Bukan hanya motivasi yang harus tulus dan murni, tapi juga harus punya kerelaan untuk menyerahkan hak, keinginan dan kehendak pribadi kepada Tuhan demi mendapatkan perkenanan itu. Inilah yang harus menjadi tujuan utama setiap pekerja di ladang Tuhan. Perkenanan dari Tuhanlah yang membuat pelayanan kita berdampak dan mampu memberkati banyak orang, karena dalam pelayanan ini kita tidak mengandalkan kekuatan sendiri, melainkan Roh Kudus yang bekerja di dalam kita.
Miliki tekad yang kuat dalam melayani hingga beroleh perkenanan dari Tuhan!
Sunday, June 22, 2014
Saturday, June 21, 2014
Seri Pekerja Tuhan: BERTEKAD KUAT
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Juni 2014
Baca: 2 Timotius 2:14-26
"Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu." 2 Timotius 2:15
Melayani Tuhan adalah suatu anugerah, karena itu kita harus mempergunakan kesempatan dan kepercayaan itu sebaik mungkin. Jangan pernah sia-siakan "...supaya pelayanan yang kauterima dalam Tuhan kaujalankan sepenuhnya." (Kolose 4:17), sebab ada banyak orang yang tidak melakukannya dengan sepenuh hati. Ada yang sengaja menunda-nunda waktu untuk melayani dan cenderung mengabaikan panggilan pelayanan tersebut, padahal ladang sudah menguning. "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit." (Matius 9:37). Orang-orang yang melayani Tuhan disebut pula sebagai pekerja di ladang Tuhan.
Bukanlah suatu perkara yang mudah untuk menjadi pekerja-pekerja Tuhan karena ada harga yang harus kita bayar. Harus ada usaha agar kita memiliki kehidupan yang benar-benar layak di hadapanNya. Kita harus berjuang untuk mendapatkan perkenanan dari Tuhan. Kapan waktu perkenanan itu? "Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu." (2 Korintus 6:2b). Bila saat ini kita sedang bekerja di ladang Tuhan, marilah kita bekerja dengan sebaik mungkin. Inilah yang diupayakan oleh Paulus: "Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya." (2 Korintus 5:9). Jangan sampai kita melayani pekerjaan Tuhan karena kita hanya ingin menyenangkan hati manusia, supaya dilihat orang dan berharap beroleh pujian dari mereka. Berhati-hatilah! Paulus berkata, "...adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus." (Galatia 1:10).
Jika tujuan kita melayani adalah untuk mencari perkenanan dari manusia semata maka kita tidak layak disebut sebagai hamba Tuhan, dan upah yang kita dapatkan pun hanya sebatas pujian dari manusia itu. Adalah sangat mungkin ketika kita berusaha untuk mendapatkan perkenanan dari Tuhan justru kita semakin diperhadapkan dengan banyak tantangan, dan saat itulah banyak dari kita yang lebih memilih mundur.
Bagaimana dengan kita semua? Bertekad kuatkah kita?
Baca: 2 Timotius 2:14-26
"Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu." 2 Timotius 2:15
Melayani Tuhan adalah suatu anugerah, karena itu kita harus mempergunakan kesempatan dan kepercayaan itu sebaik mungkin. Jangan pernah sia-siakan "...supaya pelayanan yang kauterima dalam Tuhan kaujalankan sepenuhnya." (Kolose 4:17), sebab ada banyak orang yang tidak melakukannya dengan sepenuh hati. Ada yang sengaja menunda-nunda waktu untuk melayani dan cenderung mengabaikan panggilan pelayanan tersebut, padahal ladang sudah menguning. "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit." (Matius 9:37). Orang-orang yang melayani Tuhan disebut pula sebagai pekerja di ladang Tuhan.
Bukanlah suatu perkara yang mudah untuk menjadi pekerja-pekerja Tuhan karena ada harga yang harus kita bayar. Harus ada usaha agar kita memiliki kehidupan yang benar-benar layak di hadapanNya. Kita harus berjuang untuk mendapatkan perkenanan dari Tuhan. Kapan waktu perkenanan itu? "Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu." (2 Korintus 6:2b). Bila saat ini kita sedang bekerja di ladang Tuhan, marilah kita bekerja dengan sebaik mungkin. Inilah yang diupayakan oleh Paulus: "Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya." (2 Korintus 5:9). Jangan sampai kita melayani pekerjaan Tuhan karena kita hanya ingin menyenangkan hati manusia, supaya dilihat orang dan berharap beroleh pujian dari mereka. Berhati-hatilah! Paulus berkata, "...adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus." (Galatia 1:10).
Jika tujuan kita melayani adalah untuk mencari perkenanan dari manusia semata maka kita tidak layak disebut sebagai hamba Tuhan, dan upah yang kita dapatkan pun hanya sebatas pujian dari manusia itu. Adalah sangat mungkin ketika kita berusaha untuk mendapatkan perkenanan dari Tuhan justru kita semakin diperhadapkan dengan banyak tantangan, dan saat itulah banyak dari kita yang lebih memilih mundur.
Bagaimana dengan kita semua? Bertekad kuatkah kita?
Friday, June 20, 2014
Seri Pertobatan: HATI, PIKIRAN DAN KEHENDAK (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Juni 2014
Baca: 2 Timotius 2:14-26
"Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan." 2 Timotius 2:19
Pertobatan juga menekankan pada sikap hati, karena hati adalah pusat dari pikiran, perasaan dan kehendak kita. Hati juga memiliki peranan besar terhadap perilaku lahiriah kita. "...dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang." (Markus 7:21). Penulis amsal pun menyatakan, "Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu." (Amsal 27:19). Maka dari itu "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Hati yang senantiasa terjaga bersih dan murni akan berdampak positif pula terhadap setiap perkataan dan tindakan kita.
Bagaimana menjaga hati kita supaya tetap bersih dan murni? Kita harus mengijinkan Roh Kudus untuk menyelidiki dan memperbarui hati kita. Daud berdoa, "Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!" (Mazmur 51:12). Pikiran dan hati yang telah diperbaharui oleh firman Tuhan akan mempengaruhi kehendak kita. Kesadaran terhadap segala kesalahan dan pelanggaran pastilah akan diikuti oleh kehendak/keinginan untuk berhenti berbuat dosa, dan komitmen untuk hidup dalam pertobatan setiap hari. Itu membutuhkan proses yang tidak instan tapi secara bertahap dan terus-menerus seumur hidup kita, hingga kita memiliki kehidupan yang sesuai dengan standar yang dikehendaki Tuhan.
Seseorang yang memiliki pertobatan yang sejati imannya tetap teguh untuk hidup seturut dengan kehendak Tuhan, apa pun yang terjadi dan di mana pun berada, karena pertobatan adalah suatu tindakan yang menghasilkan perubahan pikiran, hati dan kehendak, di mana kita semakin mengasihi Tuhan dan hidup seturut dengan firmanNya. Saat menghadapi pergumulan yang berat sekalipun kita bisa berkata: janganlah seperti yang kukehendaki, melainkan seperti yang Tuhan kehendaki. Ketika kita menyerahkan seluruh kehendak kepada Tuhan kita akan tinggal di dalam firmanNya.
Sudahkah kita menjadi orang Kristen yang benar-benar hidup dalam pertobatan?
Baca: 2 Timotius 2:14-26
"Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan." 2 Timotius 2:19
Pertobatan juga menekankan pada sikap hati, karena hati adalah pusat dari pikiran, perasaan dan kehendak kita. Hati juga memiliki peranan besar terhadap perilaku lahiriah kita. "...dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang." (Markus 7:21). Penulis amsal pun menyatakan, "Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu." (Amsal 27:19). Maka dari itu "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Hati yang senantiasa terjaga bersih dan murni akan berdampak positif pula terhadap setiap perkataan dan tindakan kita.
Bagaimana menjaga hati kita supaya tetap bersih dan murni? Kita harus mengijinkan Roh Kudus untuk menyelidiki dan memperbarui hati kita. Daud berdoa, "Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!" (Mazmur 51:12). Pikiran dan hati yang telah diperbaharui oleh firman Tuhan akan mempengaruhi kehendak kita. Kesadaran terhadap segala kesalahan dan pelanggaran pastilah akan diikuti oleh kehendak/keinginan untuk berhenti berbuat dosa, dan komitmen untuk hidup dalam pertobatan setiap hari. Itu membutuhkan proses yang tidak instan tapi secara bertahap dan terus-menerus seumur hidup kita, hingga kita memiliki kehidupan yang sesuai dengan standar yang dikehendaki Tuhan.
Seseorang yang memiliki pertobatan yang sejati imannya tetap teguh untuk hidup seturut dengan kehendak Tuhan, apa pun yang terjadi dan di mana pun berada, karena pertobatan adalah suatu tindakan yang menghasilkan perubahan pikiran, hati dan kehendak, di mana kita semakin mengasihi Tuhan dan hidup seturut dengan firmanNya. Saat menghadapi pergumulan yang berat sekalipun kita bisa berkata: janganlah seperti yang kukehendaki, melainkan seperti yang Tuhan kehendaki. Ketika kita menyerahkan seluruh kehendak kepada Tuhan kita akan tinggal di dalam firmanNya.
Sudahkah kita menjadi orang Kristen yang benar-benar hidup dalam pertobatan?
Thursday, June 19, 2014
Seri Pertobatan: HATI, PIKIRAN DAN KEHENDAK (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Juni 2014
Baca: 2 Korintus 7:1-16
"Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian." 2 Korintus 7:10
Pertobatan adalah kata yang tidak akan berhenti untuk diberitakan kepada setiap orang percaya, sebab pertobatan adalah langkah awal di mana seseorang menyadari kesalahan dan pelanggarannya, lalu berpaling dari dosa-dosanya dan meninggalkannya. Pertobatan disebut juga suatu keadaan di mana orang berdosa menyesal karena dosa-dosanya dinyatakan kepadanya oleh terang firman Tuhan dan Roh Kudus, sehingga dengan kehendaknya ia bertekad untuk berubah, yaitu berbalik dari dosanya dan berpaling kepada Tuhan. Di padang Yudea Yohanes Pembaptis dengan suara yang lantang menyerukan, "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" (Matius 3:2). Berita ini pula yang diserukan oleh Yesus, "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" (Markus 1:15).
Sebelum hidup dalam pertobatan, apa yang ada dalam pikiran, hati dan kehendak kita semata-mata dikuasai segala hal yang bersifat duniawi, sehingga yang dihasilkan pun adalah perbuatan-perbuatan daging. Itulah sebabnya pertobatan yang sejati meliputi tiga aspek penting ini: pikiran, hati dan juga kehendak. Pikiran adalah medan peperangan dalam kehidupan manusia. Alkitab menyatakan, "Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia." (Amsal 23:7a). Apa yang kita pikirkan itulah yang aka membentuk setiap tindakan kita. Dengan kata lain, pikiran adalah pemimpin atau pelopor dari semua tindakan, artinya tindakan yang kita lakukan adalah akibat langsung dari apa yang kita pikirkan. Jika yang kita pikirkan adalah hal-hal yang berasal dari daging, maka kita akan berjalan dalam daging dan perbuatan kita pun akan semakin jauh dari kebenaran.
Supaya kita memiliki pikiran yang benar kita harus menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus, sehingga kita "...menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus," (Filipi 2:5). Ketika kita memiliki pikiran Kristus, pikiran kita akan terus diperbaharui sehingga kita dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (baca Roma 12:2) (Bersambung)
Baca: 2 Korintus 7:1-16
"Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian." 2 Korintus 7:10
Pertobatan adalah kata yang tidak akan berhenti untuk diberitakan kepada setiap orang percaya, sebab pertobatan adalah langkah awal di mana seseorang menyadari kesalahan dan pelanggarannya, lalu berpaling dari dosa-dosanya dan meninggalkannya. Pertobatan disebut juga suatu keadaan di mana orang berdosa menyesal karena dosa-dosanya dinyatakan kepadanya oleh terang firman Tuhan dan Roh Kudus, sehingga dengan kehendaknya ia bertekad untuk berubah, yaitu berbalik dari dosanya dan berpaling kepada Tuhan. Di padang Yudea Yohanes Pembaptis dengan suara yang lantang menyerukan, "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" (Matius 3:2). Berita ini pula yang diserukan oleh Yesus, "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" (Markus 1:15).
Sebelum hidup dalam pertobatan, apa yang ada dalam pikiran, hati dan kehendak kita semata-mata dikuasai segala hal yang bersifat duniawi, sehingga yang dihasilkan pun adalah perbuatan-perbuatan daging. Itulah sebabnya pertobatan yang sejati meliputi tiga aspek penting ini: pikiran, hati dan juga kehendak. Pikiran adalah medan peperangan dalam kehidupan manusia. Alkitab menyatakan, "Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia." (Amsal 23:7a). Apa yang kita pikirkan itulah yang aka membentuk setiap tindakan kita. Dengan kata lain, pikiran adalah pemimpin atau pelopor dari semua tindakan, artinya tindakan yang kita lakukan adalah akibat langsung dari apa yang kita pikirkan. Jika yang kita pikirkan adalah hal-hal yang berasal dari daging, maka kita akan berjalan dalam daging dan perbuatan kita pun akan semakin jauh dari kebenaran.
Supaya kita memiliki pikiran yang benar kita harus menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus, sehingga kita "...menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus," (Filipi 2:5). Ketika kita memiliki pikiran Kristus, pikiran kita akan terus diperbaharui sehingga kita dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (baca Roma 12:2) (Bersambung)
Wednesday, June 18, 2014
Seri Keselamatan: KARENA KASIH KARUNIA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Juni 2014
Baca: Titus 2:11-15
"Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata." Titus 2:11
Kasih adalah salah satu sifat dasar Allah. "...sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1 Yohanes 4:7-8). Bila kasih ini dihubungkan dengan penyelamatan terhadap manusia berdosa, maka dikatakan sebagai kasih karunia atau anugerah.
Istilah kasih karunia diterjemahkan dari kata Yunani 'kharis' yang dapat diartikan: anugerah, pemberian, kemurahan hati, pahala. Di dalam Perjanjian Baru kata ini bermakna: kemurahan hati Allah yang tidak pantas diterima oleh orang yang seharusnya layak untuk dihukum. Adapun arti umum dari kata kasih karunia adalah pemberian yang dilandasi dengan sukacita, bukan karena keterpaksaan. Jadi kematian Yesus Kristus di atas Kalvari untuk menebus dosa umat manusia itu bukan dilakukan dengan keterpaksaan, tetapi karena kasih karunia yang Allah berikan didasari oleh kasihNya yang besar kepada umatNya. Dengan demikian jelas sekali bahwa keselamatan manusia berdosa bukan oleh karena perbuatan baik, amal atau karena kesalehan hidupnya, melainkan semata-mata karena pemberian atau kasih karunia dari Allah. "Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman" (2 Timotius 1:9).
Perbuatan baik tidak akan pernah sanggup membenarkan manusia yang berdosa, sebab pada dasarnya "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak." (Roma 3:10). Inilah yang mendasari mengapa Allah menyatakan kasih karuniaNya, yaitu supaya kita yang berdosa beroleh pembenaran dan keselamatan. Pemberian secara cuma-cuma dari Allah inilah yang merupakan hakekat dari kasih karunia. Kemudian kita yang telah beroleh kasih karunia itu harus mau dibentuk dan dididik oleh Tuhan supaya kita benar-benar meninggalkan kehidupan dosa dan beribadah kepadaNya dengan sungguh-sungguh.
Kita diselamatkan karena anugerah Tuhan semata, bukan karena siapa kita!
Baca: Titus 2:11-15
"Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata." Titus 2:11
Kasih adalah salah satu sifat dasar Allah. "...sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1 Yohanes 4:7-8). Bila kasih ini dihubungkan dengan penyelamatan terhadap manusia berdosa, maka dikatakan sebagai kasih karunia atau anugerah.
Istilah kasih karunia diterjemahkan dari kata Yunani 'kharis' yang dapat diartikan: anugerah, pemberian, kemurahan hati, pahala. Di dalam Perjanjian Baru kata ini bermakna: kemurahan hati Allah yang tidak pantas diterima oleh orang yang seharusnya layak untuk dihukum. Adapun arti umum dari kata kasih karunia adalah pemberian yang dilandasi dengan sukacita, bukan karena keterpaksaan. Jadi kematian Yesus Kristus di atas Kalvari untuk menebus dosa umat manusia itu bukan dilakukan dengan keterpaksaan, tetapi karena kasih karunia yang Allah berikan didasari oleh kasihNya yang besar kepada umatNya. Dengan demikian jelas sekali bahwa keselamatan manusia berdosa bukan oleh karena perbuatan baik, amal atau karena kesalehan hidupnya, melainkan semata-mata karena pemberian atau kasih karunia dari Allah. "Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman" (2 Timotius 1:9).
Perbuatan baik tidak akan pernah sanggup membenarkan manusia yang berdosa, sebab pada dasarnya "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak." (Roma 3:10). Inilah yang mendasari mengapa Allah menyatakan kasih karuniaNya, yaitu supaya kita yang berdosa beroleh pembenaran dan keselamatan. Pemberian secara cuma-cuma dari Allah inilah yang merupakan hakekat dari kasih karunia. Kemudian kita yang telah beroleh kasih karunia itu harus mau dibentuk dan dididik oleh Tuhan supaya kita benar-benar meninggalkan kehidupan dosa dan beribadah kepadaNya dengan sungguh-sungguh.
Kita diselamatkan karena anugerah Tuhan semata, bukan karena siapa kita!
Tuesday, June 17, 2014
Seri Keselamatan: MENERIMA INJIL
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Juni 2014
Baca: Efesus 1:1-14
"Di dalam Dia kamu juga--karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu," Efesus 1:13
Saudarakau, perlulah senantiasa kita ingat bahwa perbuatan baik tidak akan pernah membuat manusia yang berdosa mendapatkan keselamatan dan beroleh hidup yang kekal. Perbuatan baik adalah buah dari keselamatan, bukan sarana keselamatan. Artinya kita yang telah diselamatkan di dalam Yesus Kristus mutlak berbuat baik. "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." (Efesus 2:8-10). Sarana untuk mendapatkan keselamatan adalah menerima dan mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Mengapa harus Yesus? Karena Yesus bukanlah salah satu jalan untuk memperoleh keselamatan, tapi Dia adalah satu-satunya jalan keselamatan itu.
Untuk dapat mengenal Kristus lebih dalam kita harus menerima Injil (Kitab Suci), yang adalah tuntunan untuk memperoleh keselamatan itu. "Karena Kitab Suci berkata: 'Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan.'" (Roma 10:11). Siapa pun yang membaca Kitab Suci dan merenungkan itu siang dan malam berpotensi untuk menjadi orang percaya, sebab "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17); dan Alkitab mengatakan bahwa barang siapa yang percaya kepada Yesus Kristus akan "...beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya," (Efesus 1:7). Bukan hanya itu, kita juga "...dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya." (Efesus 1:13-14).
Karena Injil adalah kabar baik tentang keselamatan, maka setiap orang percaya harus bersedia untuk diutus sebagai pembawa kabar baik ini kepada dunia. Ada tertulis: "Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!" (Roma 10:15).
"Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya," 2 Timotius 4:2
Baca: Efesus 1:1-14
"Di dalam Dia kamu juga--karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu," Efesus 1:13
Saudarakau, perlulah senantiasa kita ingat bahwa perbuatan baik tidak akan pernah membuat manusia yang berdosa mendapatkan keselamatan dan beroleh hidup yang kekal. Perbuatan baik adalah buah dari keselamatan, bukan sarana keselamatan. Artinya kita yang telah diselamatkan di dalam Yesus Kristus mutlak berbuat baik. "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." (Efesus 2:8-10). Sarana untuk mendapatkan keselamatan adalah menerima dan mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Mengapa harus Yesus? Karena Yesus bukanlah salah satu jalan untuk memperoleh keselamatan, tapi Dia adalah satu-satunya jalan keselamatan itu.
Untuk dapat mengenal Kristus lebih dalam kita harus menerima Injil (Kitab Suci), yang adalah tuntunan untuk memperoleh keselamatan itu. "Karena Kitab Suci berkata: 'Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan.'" (Roma 10:11). Siapa pun yang membaca Kitab Suci dan merenungkan itu siang dan malam berpotensi untuk menjadi orang percaya, sebab "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17); dan Alkitab mengatakan bahwa barang siapa yang percaya kepada Yesus Kristus akan "...beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya," (Efesus 1:7). Bukan hanya itu, kita juga "...dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya." (Efesus 1:13-14).
Karena Injil adalah kabar baik tentang keselamatan, maka setiap orang percaya harus bersedia untuk diutus sebagai pembawa kabar baik ini kepada dunia. Ada tertulis: "Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!" (Roma 10:15).
"Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya," 2 Timotius 4:2
Monday, June 16, 2014
Seri Keselamatan: PERCAYA PADA YESUS
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Juni 2014
Baca: Roma 10:4-15
"Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan." Roma 10:13
Karena merupakan kebutuhan terpenting dalam hidup manusia, keselamatan pun menjadi tema utama di dalam Alkitab. Namun banyak orang meremehkan dan menganggap sepele keselamatan itu. Mereka menolak Injil yang adalah berita keselamatan itu, dan tidak percaya kepada Yesus Kristus, satu-satunya jalan keselamatan, "...pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah." (1 Korintus 1:18).
Keselamatan berarti pembebasan dari kutuk dan hukuman sebagai akibat dari dosa. Hal itu akan terwujud apabila orang merespons keselamtan di dalam Yesus Kristus, artinya mau percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam hidupnya. Inilah yang Alkitab sampaikan mengenai keselamatan itu: "Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan." (Roma 10:9). Artinya setiap kita yang percaya akan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat akan beroleh keselamatan itu. Dengan kata lain, Yesus adalah Tuhan yang menyelamatkan manusia berdosa. Yesus telah membuktikan diri bahwa Ia adalah Tuhan yang sesungguhnya, karena Dia telah bangkit dari kematian dan hidup untuk selama-lamanya. Inilah janji Tuhan kepada setiap kita yang percaya kepadaNya, "...kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus." (2 Petrus 1:11).
Jadi, inisiatif untuk menyelamatkan manusia dari dosa adalah dari Tuhan sendiri. Mengapa? Selain karena didasari oleh kasihNya, juga karena faktor ketidakmampuan manusia untuk menyelesaikan permasalahan dosanya. Itulah sebabnya Tuhan sendiri yang turun tangan untuk menyelamatkan umatNya yang terbelenggu oleh dosa. Manusia yang berdosa hanya dituntut untuk mengakui dengan mulutnya dan percaya dengan segenap hati kepada Yesus Kristus, sehingga ia akan diselamatkan.
Yesus adalah Tuhan yang menyelamatkan manusia berdosa, tidak ada yang lain!
Baca: Roma 10:4-15
"Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan." Roma 10:13
Karena merupakan kebutuhan terpenting dalam hidup manusia, keselamatan pun menjadi tema utama di dalam Alkitab. Namun banyak orang meremehkan dan menganggap sepele keselamatan itu. Mereka menolak Injil yang adalah berita keselamatan itu, dan tidak percaya kepada Yesus Kristus, satu-satunya jalan keselamatan, "...pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah." (1 Korintus 1:18).
Keselamatan berarti pembebasan dari kutuk dan hukuman sebagai akibat dari dosa. Hal itu akan terwujud apabila orang merespons keselamtan di dalam Yesus Kristus, artinya mau percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam hidupnya. Inilah yang Alkitab sampaikan mengenai keselamatan itu: "Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan." (Roma 10:9). Artinya setiap kita yang percaya akan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat akan beroleh keselamatan itu. Dengan kata lain, Yesus adalah Tuhan yang menyelamatkan manusia berdosa. Yesus telah membuktikan diri bahwa Ia adalah Tuhan yang sesungguhnya, karena Dia telah bangkit dari kematian dan hidup untuk selama-lamanya. Inilah janji Tuhan kepada setiap kita yang percaya kepadaNya, "...kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus." (2 Petrus 1:11).
Jadi, inisiatif untuk menyelamatkan manusia dari dosa adalah dari Tuhan sendiri. Mengapa? Selain karena didasari oleh kasihNya, juga karena faktor ketidakmampuan manusia untuk menyelesaikan permasalahan dosanya. Itulah sebabnya Tuhan sendiri yang turun tangan untuk menyelamatkan umatNya yang terbelenggu oleh dosa. Manusia yang berdosa hanya dituntut untuk mengakui dengan mulutnya dan percaya dengan segenap hati kepada Yesus Kristus, sehingga ia akan diselamatkan.
Yesus adalah Tuhan yang menyelamatkan manusia berdosa, tidak ada yang lain!
Sunday, June 15, 2014
Seri Keselamatan: HANYA DALAM YESUS
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Juni 2014
Baca: Yohanes 3:14-24
"Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia." Yohanes 3:17
Keselamatan adalah kebutuhan yang mutlak diperlukan setiap orang. Namun banyak orang kurang memahami arti keselamatan. Mereka tidak tahu bagaimana mendapatkan keselamatan itu sendiri.
Sering kita dengar mereka berkata, "Banyak jalan menuju Roma", artinya banyak jalan menuju sorga. Benarkah? "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." (Kisah 4:12). Artinya jalan untuk memperoleh keselamatan hanya ada satu saja yaitu melalui Yesus Kristus. Dia berkata, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6). Jadi, tak seorang pun akan mencapai Kerajaan Sorga jika mereka tidak percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Berbicara tentang keselamatan berarti berbicara tentang karya penebusan yang dilakukan Yesus Kristus melalui kematian dan kebangkitanNya. OlehNya manusia memperoleh pengharapan untuk diselamatkan, asal ia percaya kepadaNya. "...setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16). Apa arti keselamatan? Yaitu dilepaskan atau dibebaskan dari hukuman, kutuk dan akibat-akibat dari dosa. Keselamatan tidak dapat kita raih dengan kekuatan sendiri. Manusia berusaha mengatasi perbuatan dosanya dengan berbuat baik (beramal) dan melakukan ajaran agama, dengan harapan dosa-dosanya diampuni dan bisa masuk sorga. Perbuatan baik saja tidak bisa menebus dosa-dosa kita dan dijadikan ukuran untuk mendapatkan keselamatan, artinya manusia tidak dapat memperoleh keselamatan melalui usahanya sendiri. "Pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan," (Titus 3:5).
Puji syukur, Allah telah menyediakan keselamatan dan jalan sampai kepada sorga yaitu melalui pengorbanan AnakNya Yesus Kristus.
Percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat adalah jalan keselamatan!
Baca: Yohanes 3:14-24
"Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia." Yohanes 3:17
Keselamatan adalah kebutuhan yang mutlak diperlukan setiap orang. Namun banyak orang kurang memahami arti keselamatan. Mereka tidak tahu bagaimana mendapatkan keselamatan itu sendiri.
Sering kita dengar mereka berkata, "Banyak jalan menuju Roma", artinya banyak jalan menuju sorga. Benarkah? "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." (Kisah 4:12). Artinya jalan untuk memperoleh keselamatan hanya ada satu saja yaitu melalui Yesus Kristus. Dia berkata, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6). Jadi, tak seorang pun akan mencapai Kerajaan Sorga jika mereka tidak percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Berbicara tentang keselamatan berarti berbicara tentang karya penebusan yang dilakukan Yesus Kristus melalui kematian dan kebangkitanNya. OlehNya manusia memperoleh pengharapan untuk diselamatkan, asal ia percaya kepadaNya. "...setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16). Apa arti keselamatan? Yaitu dilepaskan atau dibebaskan dari hukuman, kutuk dan akibat-akibat dari dosa. Keselamatan tidak dapat kita raih dengan kekuatan sendiri. Manusia berusaha mengatasi perbuatan dosanya dengan berbuat baik (beramal) dan melakukan ajaran agama, dengan harapan dosa-dosanya diampuni dan bisa masuk sorga. Perbuatan baik saja tidak bisa menebus dosa-dosa kita dan dijadikan ukuran untuk mendapatkan keselamatan, artinya manusia tidak dapat memperoleh keselamatan melalui usahanya sendiri. "Pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan," (Titus 3:5).
Puji syukur, Allah telah menyediakan keselamatan dan jalan sampai kepada sorga yaitu melalui pengorbanan AnakNya Yesus Kristus.
Percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat adalah jalan keselamatan!
Saturday, June 14, 2014
SIKAP MENANTIKAN TUHAN (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Juni 2014
Baca: 1 Tesalonika 5:1-11
"Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar." 1 Tesalonika 5:6
Bosan dan jenuh adalah perasaan yang seringkali timbul ketika seseorang sedang menanti, apalagi yang dinantikan itu belum kunjung datang juga. Semakin kita meremehkan dan menyepelekan sebuah penantian, semakin kita akan bertindak sembrono. Demikian halnya pada masa-masa penantian kita akan kedatangan Tuhan keduakalinya ini. Ada banyak orang Kristen yang justru tidak lagi menggebu-gebu dalam Tuhan. Sebaliknya mereka malah tenggelam dalam aktivitas-aktivitas duniawi dan melenakan.
Dalam masa-masa penantian ini seharusnya kita semakin giat melayani Tuhan dan tidak menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah (baca: Ibrani 10:25), tapi terus melatih diri dalam hal ibadah, karena "...ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (1 Timotius 4:8), artinya kita mempersiapkan diri dengan baik sambil terus bekerja dan berkarya bagi Tuhan. Berhenti bekerja dan berhenti melayani Tuhan sementara kita menanti-nantikan kedatangan Tuhan adalah sebuah tindakan yang bodoh dan keliru. Jika berlaku demikian kita tak ubahnya seperti lima gadis yang bodoh yang membawa pelitanya tetapi tidak membawa persediaan minyak. Kita harus menanti kedatangan Tuhan Yesus dengan tetap melaksanakan semua tugas dan tanggung jawab kita sebaik-baiknya, karena tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui secara persis waktu kedatangan Tuhan Yesus. Ada tertulis, "Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang." (Matius 24:46).
Paulus memberikan gambaran kedatangan Tuhan seperti pencuri yang datang di malam hari dan seperti seorang perempuan hamil yang mengalami sakit bersalin; artinya kedatangan Tuhan bisa terjadi secara tiba-tiba, tidak terduga, tidak dapat diramalkan secara tepat, namun pasti akan terjadi. "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat." (Efesus 5:15-16).
Berjaga-jaga berarti sadar akan keberadaan kita yang adalah anak-anak terang, sehingga kita tidak lagi hidup dalam kegelapan.
Baca: 1 Tesalonika 5:1-11
"Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar." 1 Tesalonika 5:6
Bosan dan jenuh adalah perasaan yang seringkali timbul ketika seseorang sedang menanti, apalagi yang dinantikan itu belum kunjung datang juga. Semakin kita meremehkan dan menyepelekan sebuah penantian, semakin kita akan bertindak sembrono. Demikian halnya pada masa-masa penantian kita akan kedatangan Tuhan keduakalinya ini. Ada banyak orang Kristen yang justru tidak lagi menggebu-gebu dalam Tuhan. Sebaliknya mereka malah tenggelam dalam aktivitas-aktivitas duniawi dan melenakan.
Dalam masa-masa penantian ini seharusnya kita semakin giat melayani Tuhan dan tidak menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah (baca: Ibrani 10:25), tapi terus melatih diri dalam hal ibadah, karena "...ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (1 Timotius 4:8), artinya kita mempersiapkan diri dengan baik sambil terus bekerja dan berkarya bagi Tuhan. Berhenti bekerja dan berhenti melayani Tuhan sementara kita menanti-nantikan kedatangan Tuhan adalah sebuah tindakan yang bodoh dan keliru. Jika berlaku demikian kita tak ubahnya seperti lima gadis yang bodoh yang membawa pelitanya tetapi tidak membawa persediaan minyak. Kita harus menanti kedatangan Tuhan Yesus dengan tetap melaksanakan semua tugas dan tanggung jawab kita sebaik-baiknya, karena tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui secara persis waktu kedatangan Tuhan Yesus. Ada tertulis, "Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang." (Matius 24:46).
Paulus memberikan gambaran kedatangan Tuhan seperti pencuri yang datang di malam hari dan seperti seorang perempuan hamil yang mengalami sakit bersalin; artinya kedatangan Tuhan bisa terjadi secara tiba-tiba, tidak terduga, tidak dapat diramalkan secara tepat, namun pasti akan terjadi. "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat." (Efesus 5:15-16).
Berjaga-jaga berarti sadar akan keberadaan kita yang adalah anak-anak terang, sehingga kita tidak lagi hidup dalam kegelapan.
Friday, June 13, 2014
SIKAP MENANTIKAN TUHAN (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Juni 2014
Baca: Matius 25:1-13
"Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki." Matius 25:1
Saat mendengar kabar bahwa kedatangan Tuhan sudah sangat dekat, respons tiap-tiap orang berbeda-beda. Ada yang sangat tidak peduli dan masa bodoh, tapi ada pula yang meresponsnya dengan tindakan yang konyol: langsung memutuskan berhenti dari pekerjaan, menjual seluruh harta bendanya, lalu berkumpul di suatu tempat sambil berdoa menanti-nantikan kedatangan Tuhan. Atau mungkin yang memiliki banyak uang langsung terbang ke Yerusalem (Israel), menantikan kedatangan Tuhan di sana, karena mereka ingat akan ayat Alkitab yang menyatakan: "Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga." (Kisah 1:11b). Namun begitu yang diharapkan belum juga datang ada banyak dari mereka yang akhirnya frustasi dan kecewa.
Apakah Tuhan ingkar dengan janjiNya sehingga Ia mengulur-ulur waktu untuk datang menjemput umatNya? Dalam 2 Petrus 3:9 dikatakan, "Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat." Seiring berjalannya waktu banyak anak Tuhan yang kian terlena dan disibukkan dengan perkara-perkara dunia ini, sehingga mereka lupa berjaga-jaga dan mempersiapkan diri sebaik mungkin menyambut kedatangan mempelai Kristus. Selain daripada itu kita juga harus semakin giat mengerjakan tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan Tuhan. "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja." (Yohanes 9:4).
Dalam menanti-nantikan Tuhan saat ini apakah kita bersikap seperti lima gadis yang bijaksana, atau sebaliknya kita bersikap seperti gadis yang bodoh? Lima gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka. Artinya mereka terus berjaga-jaga sambil terus hidup dalam ketaatan (melakukan firman), sehingga pelitanya terus menyala dan menerangi sekitarnya, hidup yang terus menjadi kesaksian bagi orang-orang di sekitarnya. (Bersambung)
Baca: Matius 25:1-13
"Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki." Matius 25:1
Saat mendengar kabar bahwa kedatangan Tuhan sudah sangat dekat, respons tiap-tiap orang berbeda-beda. Ada yang sangat tidak peduli dan masa bodoh, tapi ada pula yang meresponsnya dengan tindakan yang konyol: langsung memutuskan berhenti dari pekerjaan, menjual seluruh harta bendanya, lalu berkumpul di suatu tempat sambil berdoa menanti-nantikan kedatangan Tuhan. Atau mungkin yang memiliki banyak uang langsung terbang ke Yerusalem (Israel), menantikan kedatangan Tuhan di sana, karena mereka ingat akan ayat Alkitab yang menyatakan: "Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga." (Kisah 1:11b). Namun begitu yang diharapkan belum juga datang ada banyak dari mereka yang akhirnya frustasi dan kecewa.
Apakah Tuhan ingkar dengan janjiNya sehingga Ia mengulur-ulur waktu untuk datang menjemput umatNya? Dalam 2 Petrus 3:9 dikatakan, "Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat." Seiring berjalannya waktu banyak anak Tuhan yang kian terlena dan disibukkan dengan perkara-perkara dunia ini, sehingga mereka lupa berjaga-jaga dan mempersiapkan diri sebaik mungkin menyambut kedatangan mempelai Kristus. Selain daripada itu kita juga harus semakin giat mengerjakan tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan Tuhan. "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja." (Yohanes 9:4).
Dalam menanti-nantikan Tuhan saat ini apakah kita bersikap seperti lima gadis yang bijaksana, atau sebaliknya kita bersikap seperti gadis yang bodoh? Lima gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka. Artinya mereka terus berjaga-jaga sambil terus hidup dalam ketaatan (melakukan firman), sehingga pelitanya terus menyala dan menerangi sekitarnya, hidup yang terus menjadi kesaksian bagi orang-orang di sekitarnya. (Bersambung)
Thursday, June 12, 2014
Seri Roh Kudus: FUNGSI BAHASA ROH
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Juni 2014
Baca: 1 Korintus 14:1-9
"Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat." 1 Korintus 14:4
Adapun tujuan berbahasa roh adalah kepada Tuhan sebagai bahasa doa. Hanya Tuhan yang mengetahui artinya, kecuali ada yang menafsirkannya melalui karunia menafsirkan bahasa roh. Tertulis: "Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu." (1 Korintus 12:10).
Karunia berbahasa roh mempunyai dua fungsi. Yang pertama, bahasa roh untuk pribadi dan merupakan bahasa rahasia antara diri sendiri dan Tuhan, sehingga tidak perlu ditafsirkan, "Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri," (1 Korintus 14:4). Bahasa roh ini bertujuan untuk menyampaikan isi hati kita kepada Tuhan. Karena sifatnya dari kita kepada Tuhan maka tidak perlu dimengerti oleh orang lain, sehingga tidak perlu ditafsirkan. Bahasa roh dipakai oleh Roh Kudus untuk membantu kita menyampaikan doa-doa kepada Tuhan, "Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan." (Roma 8:26). Dengan banyak berbahasa roh, doa-doa kita akan semakin bergairah dan berapi-api.
Sedangkan fungsi bahasa roh yang kedua adalah berbahasa roh untuk jemaat, di mana Tuhan, - melalui seseorang yang mengucapkan bahasa roh kemudian ditafsirkan -, ingin berbicara dengan jemaat. Orang yang dipakai itu menyampaikan pesanNya kepada orang lain. Bentuknya sama dengan nubuat, hanya disampaikan dengan bahasa roh yang perlu ditafsirkan supaya orang lain dapat mengerti dan dibangun. (baca 1 Korintus 14:27-28). Menafsirkan bahasa roh ini juga termasuk salah satu karunia Roh Kudus, yaitu kemampuan khusus yang diberikan Tuhan kepada anggota tubuh Kristus untuk menafsirkan pesan Tuhan yang disampaikan melalui bahasa roh.
Bahasa roh berguna untuk membangun diri sendiri dan membangun jemaat.
Baca: 1 Korintus 14:1-9
"Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat." 1 Korintus 14:4
Adapun tujuan berbahasa roh adalah kepada Tuhan sebagai bahasa doa. Hanya Tuhan yang mengetahui artinya, kecuali ada yang menafsirkannya melalui karunia menafsirkan bahasa roh. Tertulis: "Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu." (1 Korintus 12:10).
Karunia berbahasa roh mempunyai dua fungsi. Yang pertama, bahasa roh untuk pribadi dan merupakan bahasa rahasia antara diri sendiri dan Tuhan, sehingga tidak perlu ditafsirkan, "Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri," (1 Korintus 14:4). Bahasa roh ini bertujuan untuk menyampaikan isi hati kita kepada Tuhan. Karena sifatnya dari kita kepada Tuhan maka tidak perlu dimengerti oleh orang lain, sehingga tidak perlu ditafsirkan. Bahasa roh dipakai oleh Roh Kudus untuk membantu kita menyampaikan doa-doa kepada Tuhan, "Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan." (Roma 8:26). Dengan banyak berbahasa roh, doa-doa kita akan semakin bergairah dan berapi-api.
Sedangkan fungsi bahasa roh yang kedua adalah berbahasa roh untuk jemaat, di mana Tuhan, - melalui seseorang yang mengucapkan bahasa roh kemudian ditafsirkan -, ingin berbicara dengan jemaat. Orang yang dipakai itu menyampaikan pesanNya kepada orang lain. Bentuknya sama dengan nubuat, hanya disampaikan dengan bahasa roh yang perlu ditafsirkan supaya orang lain dapat mengerti dan dibangun. (baca 1 Korintus 14:27-28). Menafsirkan bahasa roh ini juga termasuk salah satu karunia Roh Kudus, yaitu kemampuan khusus yang diberikan Tuhan kepada anggota tubuh Kristus untuk menafsirkan pesan Tuhan yang disampaikan melalui bahasa roh.
Bahasa roh berguna untuk membangun diri sendiri dan membangun jemaat.
Wednesday, June 11, 2014
Seri Roh Kudus: BAHASA BARU
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Juni 2014
Baca: Kisah Para Rasul 2:1-13
"Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya." Kisah 2:4
Tanda lain yang dialami oleh murid-murid Tuhan ketika Roh Kudus dicurahkan adalah berkata-kata dalam bahasa baru. Tuhan Yesus menyatakan bahwa "Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka," (Markus 16:17). Apa yang dikatakan Tuhan Yesus, benar-benar digenapiNya.
Bahasa roh adalah: salah satu karunia Roh Kudus yang diberikan Tuhan kepada orang percaya secara khusus dan sesuai dengan kehendak Roh Kudus; kemampuan khusus yang diberikan Tuhan kepada anggota tubuh Kristus untuk mengucapkan secara spontan kata-kata yang diinspirasikan oleh Roh Kudus, baik kepada Tuhan maupun kepada orang lain dalam bahasa yang tidak kita mengerti dan tidak pernah kita pelajari sebelumnya; suatu ucapkan yang diilhami oleh Roh Kudus melalui diri orang percaya, yang berkata-kata dalam suatu bahasa baru, yang tidak pernah dipelajari dan mungkin tidak dikenal oleh dunia ini, yang merupakan bukti fisik awal seseorang mengalami baptisan Roh Kudus. "Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia." (1 Korintus 14:2).
Berbahasa roh adalah salah satu karunia yang diberikan Tuhan untuk memperlengkapi orang percaya. "...mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh." (1 Korintus 12:28b). Kalau kita memang tidak dikehendaki oleh Roh Kudus untuk menerima karunia berbahasa roh, jangan memaksakan diri untuk berbahasa roh, atau sekedar ikut-ikutan berbahasa roh. Jangan pula memaksakan orang lain untuk berbahasa roh, apalagi sampai menghakimi orang lain yang tidak berbahasa roh dan menganggap bahwa mereka tidak rohani.
Berbahasa roh adalah tanda seseorang mengalami lawatan Roh Kudus dan itu merupakan salah satu karunia yang diberikan Tuhan!
Baca: Kisah Para Rasul 2:1-13
"Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya." Kisah 2:4
Tanda lain yang dialami oleh murid-murid Tuhan ketika Roh Kudus dicurahkan adalah berkata-kata dalam bahasa baru. Tuhan Yesus menyatakan bahwa "Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka," (Markus 16:17). Apa yang dikatakan Tuhan Yesus, benar-benar digenapiNya.
Bahasa roh adalah: salah satu karunia Roh Kudus yang diberikan Tuhan kepada orang percaya secara khusus dan sesuai dengan kehendak Roh Kudus; kemampuan khusus yang diberikan Tuhan kepada anggota tubuh Kristus untuk mengucapkan secara spontan kata-kata yang diinspirasikan oleh Roh Kudus, baik kepada Tuhan maupun kepada orang lain dalam bahasa yang tidak kita mengerti dan tidak pernah kita pelajari sebelumnya; suatu ucapkan yang diilhami oleh Roh Kudus melalui diri orang percaya, yang berkata-kata dalam suatu bahasa baru, yang tidak pernah dipelajari dan mungkin tidak dikenal oleh dunia ini, yang merupakan bukti fisik awal seseorang mengalami baptisan Roh Kudus. "Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia." (1 Korintus 14:2).
Berbahasa roh adalah salah satu karunia yang diberikan Tuhan untuk memperlengkapi orang percaya. "...mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh." (1 Korintus 12:28b). Kalau kita memang tidak dikehendaki oleh Roh Kudus untuk menerima karunia berbahasa roh, jangan memaksakan diri untuk berbahasa roh, atau sekedar ikut-ikutan berbahasa roh. Jangan pula memaksakan orang lain untuk berbahasa roh, apalagi sampai menghakimi orang lain yang tidak berbahasa roh dan menganggap bahwa mereka tidak rohani.
Berbahasa roh adalah tanda seseorang mengalami lawatan Roh Kudus dan itu merupakan salah satu karunia yang diberikan Tuhan!
Tuesday, June 10, 2014
Seri Roh Kudus: DALAM NYALA API
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Juni 2014
Baca: Kisah Para Rasul 2:1-3
"dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing." Kisah 2:3
Tanda kedua kehadiran Roh Kudus adalah api. "dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing." (Kisah 2:3). Api dapat berfungsi sebagai penerang atau memberi terang saat keadaan gelap. Demikian juga dengan Roh Kudus, Ia hadir untuk memimpin dan menerangi langkah hidup orang percaya sehingga kita tidak akan tersandung.
Namun api juga dapat membakar dan menghanguskan. Ingat apa yang terjadi pada Nadab dan Abihu: oleh karena ketidaktaatan mereka kepada Tuhan, yaitu mempersembahkan ke hadapan Tuhan dengan api asing yang tidak diperintahkan oleh Tuhan, "Maka keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan keduanya, sehingga mati di hadapan TUHAN." (Imamat 10:2). Sungguh, Tuhan adalah api untuk menghanguskan (baca Ulangan 4:24). Api juga berfungsi untuk memberi kehangatan. Jika kehidupan rumah tangga kita sedang mengalami kebekuan, undanglah dan ijinkan Roh Kudus hadir dan berkarya, maka Ia akan memberikan kehangatan dan memulihkan keadaan keluarga kita. Roh Kudus pun adalah api yang menyucikan dan memurnikan. Seperti emas yang sedang dilebur dalam perapian, semua kotoran dapat dipisahkan oleh api, sehingga emas itu akan timbul menjadi emas yang murni. Api juga dipakai untuk melebur, sehingga logam sekeras apa pun dapat dibentuk seperti yang diinginkan. Itulah pekerjaan Roh Kudus yang dahsyat dan luar biasa! Ketika kita membuka hati dan memberi diri untuk dibentuk dan dipimpin oleh Roh Kudus, Ia akan semakin memurnikan hidup kita sehingga kita makin berkenan kepada Tuhan, dan sekeras apa pun karakter seseorang Roh Kudus dapat mengubah dan melembutkannya.
Saat murid-murid Tuhan mengalami lawatan Roh Kudus nampaklah di atas mereka itu lidah api. Inilah api Roh Kudus, yang sanggup membakar dan melenyapkan segala dosa-dosa kita. Oleh sebab itu kita tidak boleh berlaku sembarangan dalam pengiringan kita kepada Tuhan.
Saat kita tunduk pada pimpinan Roh Kudus Ia akan menjadi 'tiang api' yang akan memimpin hidup kita, dan bersamaNya tidak ada perkara yang mustahil!
Baca: Kisah Para Rasul 2:1-3
"dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing." Kisah 2:3
Tanda kedua kehadiran Roh Kudus adalah api. "dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing." (Kisah 2:3). Api dapat berfungsi sebagai penerang atau memberi terang saat keadaan gelap. Demikian juga dengan Roh Kudus, Ia hadir untuk memimpin dan menerangi langkah hidup orang percaya sehingga kita tidak akan tersandung.
Namun api juga dapat membakar dan menghanguskan. Ingat apa yang terjadi pada Nadab dan Abihu: oleh karena ketidaktaatan mereka kepada Tuhan, yaitu mempersembahkan ke hadapan Tuhan dengan api asing yang tidak diperintahkan oleh Tuhan, "Maka keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan keduanya, sehingga mati di hadapan TUHAN." (Imamat 10:2). Sungguh, Tuhan adalah api untuk menghanguskan (baca Ulangan 4:24). Api juga berfungsi untuk memberi kehangatan. Jika kehidupan rumah tangga kita sedang mengalami kebekuan, undanglah dan ijinkan Roh Kudus hadir dan berkarya, maka Ia akan memberikan kehangatan dan memulihkan keadaan keluarga kita. Roh Kudus pun adalah api yang menyucikan dan memurnikan. Seperti emas yang sedang dilebur dalam perapian, semua kotoran dapat dipisahkan oleh api, sehingga emas itu akan timbul menjadi emas yang murni. Api juga dipakai untuk melebur, sehingga logam sekeras apa pun dapat dibentuk seperti yang diinginkan. Itulah pekerjaan Roh Kudus yang dahsyat dan luar biasa! Ketika kita membuka hati dan memberi diri untuk dibentuk dan dipimpin oleh Roh Kudus, Ia akan semakin memurnikan hidup kita sehingga kita makin berkenan kepada Tuhan, dan sekeras apa pun karakter seseorang Roh Kudus dapat mengubah dan melembutkannya.
Saat murid-murid Tuhan mengalami lawatan Roh Kudus nampaklah di atas mereka itu lidah api. Inilah api Roh Kudus, yang sanggup membakar dan melenyapkan segala dosa-dosa kita. Oleh sebab itu kita tidak boleh berlaku sembarangan dalam pengiringan kita kepada Tuhan.
Saat kita tunduk pada pimpinan Roh Kudus Ia akan menjadi 'tiang api' yang akan memimpin hidup kita, dan bersamaNya tidak ada perkara yang mustahil!
Monday, June 9, 2014
Seri Roh Kudus: SEPERTI ANGIN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Juni 2014
Baca: Kisah Para Rasul 2:1-13
"Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk;" Kisah 2:2
Alkitab menyatakan bahwa tepat di hari Pentakosta, ketika waktu itu semua orang percaya berkumpul di suatu tempat, sesuatu yang dahsyat terjadi. Roh Kudus datang melawat dan memenuhi tempat itu sehingga orang-orang mengalami hadirat Tuhan secara luar biasa.
Kita membaca ada tiga tanda kehadiran Roh Kudus: angin, nyala api dan bahasa-bahasa baru. Tanda pertama adalah angin. "Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk;" (ayat 2). Kedatangan Roh Kudus digambarkan seperti angin yang bertiup keras memenuhi seluruh ruangan. Angin itu secara kasat mata tidak kelihatan bentuknya, tetapi ada dan dapat kita rasakan hembusan dan kehadirannya. Ia bisa berhembus secara lembut, tetapi dapat juga bertiup dengan keras, bahkan seperti topan yang dapat menghancurkan apa pun. Demikian juga dengan Roh Kudus, kehadiranNya tidak dapat kita lihat dengan mata jasmani, tapi Ia ada, dapat begitu lembut dan menyejukkan, tetapi Roh itu juga Roh yang kuat dan berkuasa. Ketika di sebuah lembah penuh tulang-tulang kering itu, "Aku memberi nafas hidup di dalammu, supaya kamu hidup kembali. Aku akan memberi urat-urat padamu dan menumbuhkan daging padamu, Aku akan menutupi kamu dengan kulit dan memberikan kamu nafas hidup, supaya kamu hidup kembali. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN." (Yehezkiel 37:5-6). Sesuatu yang dahsyat terjadi, bangkitlah tulang-tulang kering itu menjadi suatu tentara yang besar. Hembusan nafas hidup adalah gambaran dari Roh Kudus.
Kepada Nikodemus Tuhan Yesus juga mengatakan bahwa pekerjaan Roh Kudus adalah seperti angin yang bertiup. Dari mana datangnya dan ke mana perginya angin itu kita tidak tahu, tetapi tiupannya dapat kita rasakan. Kita tahu dengan yakin bahwa angin itu ada karena kita merasakan hadiratNya.
Kehadiran Roh Kudus itu nyata di dalam hidup orang percaya; meski tidak terlihat, karyaNya yang ajaib dan dapat kita rasakan.
Baca: Kisah Para Rasul 2:1-13
"Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk;" Kisah 2:2
Alkitab menyatakan bahwa tepat di hari Pentakosta, ketika waktu itu semua orang percaya berkumpul di suatu tempat, sesuatu yang dahsyat terjadi. Roh Kudus datang melawat dan memenuhi tempat itu sehingga orang-orang mengalami hadirat Tuhan secara luar biasa.
Kita membaca ada tiga tanda kehadiran Roh Kudus: angin, nyala api dan bahasa-bahasa baru. Tanda pertama adalah angin. "Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk;" (ayat 2). Kedatangan Roh Kudus digambarkan seperti angin yang bertiup keras memenuhi seluruh ruangan. Angin itu secara kasat mata tidak kelihatan bentuknya, tetapi ada dan dapat kita rasakan hembusan dan kehadirannya. Ia bisa berhembus secara lembut, tetapi dapat juga bertiup dengan keras, bahkan seperti topan yang dapat menghancurkan apa pun. Demikian juga dengan Roh Kudus, kehadiranNya tidak dapat kita lihat dengan mata jasmani, tapi Ia ada, dapat begitu lembut dan menyejukkan, tetapi Roh itu juga Roh yang kuat dan berkuasa. Ketika di sebuah lembah penuh tulang-tulang kering itu, "Aku memberi nafas hidup di dalammu, supaya kamu hidup kembali. Aku akan memberi urat-urat padamu dan menumbuhkan daging padamu, Aku akan menutupi kamu dengan kulit dan memberikan kamu nafas hidup, supaya kamu hidup kembali. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN." (Yehezkiel 37:5-6). Sesuatu yang dahsyat terjadi, bangkitlah tulang-tulang kering itu menjadi suatu tentara yang besar. Hembusan nafas hidup adalah gambaran dari Roh Kudus.
Kepada Nikodemus Tuhan Yesus juga mengatakan bahwa pekerjaan Roh Kudus adalah seperti angin yang bertiup. Dari mana datangnya dan ke mana perginya angin itu kita tidak tahu, tetapi tiupannya dapat kita rasakan. Kita tahu dengan yakin bahwa angin itu ada karena kita merasakan hadiratNya.
Kehadiran Roh Kudus itu nyata di dalam hidup orang percaya; meski tidak terlihat, karyaNya yang ajaib dan dapat kita rasakan.
Sunday, June 8, 2014
Seri Roh Kudus: ROH KUDUS DICURAHKAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Juni 2014
Baca: Yoel 2:28-32
"Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia," Yoel 2:28
Sebelum naik ke sorga Tuhan Yesus berkata kepada murid-muridNya, "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah 1:8). Namun Tuhan memerintahkan murid-muridNya untuk menunggu terlebih dahulu. "...Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa," (Kisah 1:4). Akhirnya sepuluh hari setelah kenaikanNya ke sorga janji tentang turunnya Roh Kudus itu pun digenapiNya.
Roh Kudus yang dianugerahkan Tuhan kepada gerejaNya dalam Perjanjian Baru itu adalah penggenapan janji Tuhan dalam Perjanjian Lama. Ini menunjukkan tidak ada satu perkara pun yang terjadi di luar kehendak dan rencana Tuhan. Selain nabi Yoel yang menyatakan bahwa Tuhan akan mencurahkan RohNya, Yehezkiel juga telah menubuatkan demikian, "Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya." (Yehezkiel 36:26-27). Di dalam Yesaya 32:15 pun sudah dinubuatkan: "Sampai dicurahkan kepada kita Roh dari atas:"
Hari pencurahan Roh Kudus atau hari Pentakosta seringkali dilupakan dan diabaikan oleh banyak orang Kristen, padahal ini merupakan hari yang sangat penting, hari di mana Tuhan Yesus menepati janjiNya memberikan Penolong kepada umatNya. "Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu." (Yohanes 14:16-17).
Roh Kudus adalah Roh yang menolong, menghibur, menuntun, menguatkan, menopang dan menyertai hidup orang percaya, bahkan sampai pada akhir zaman.
Baca: Yoel 2:28-32
"Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia," Yoel 2:28
Sebelum naik ke sorga Tuhan Yesus berkata kepada murid-muridNya, "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah 1:8). Namun Tuhan memerintahkan murid-muridNya untuk menunggu terlebih dahulu. "...Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa," (Kisah 1:4). Akhirnya sepuluh hari setelah kenaikanNya ke sorga janji tentang turunnya Roh Kudus itu pun digenapiNya.
Roh Kudus yang dianugerahkan Tuhan kepada gerejaNya dalam Perjanjian Baru itu adalah penggenapan janji Tuhan dalam Perjanjian Lama. Ini menunjukkan tidak ada satu perkara pun yang terjadi di luar kehendak dan rencana Tuhan. Selain nabi Yoel yang menyatakan bahwa Tuhan akan mencurahkan RohNya, Yehezkiel juga telah menubuatkan demikian, "Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya." (Yehezkiel 36:26-27). Di dalam Yesaya 32:15 pun sudah dinubuatkan: "Sampai dicurahkan kepada kita Roh dari atas:"
Hari pencurahan Roh Kudus atau hari Pentakosta seringkali dilupakan dan diabaikan oleh banyak orang Kristen, padahal ini merupakan hari yang sangat penting, hari di mana Tuhan Yesus menepati janjiNya memberikan Penolong kepada umatNya. "Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu." (Yohanes 14:16-17).
Roh Kudus adalah Roh yang menolong, menghibur, menuntun, menguatkan, menopang dan menyertai hidup orang percaya, bahkan sampai pada akhir zaman.
Saturday, June 7, 2014
Seri Berkat: PROSES DIBERKATI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Juni 2014
Baca: 1 Korintus 3:10-23
"Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah." 1 Korintus 3:14
Hal memberkati adalah perkara yang sangat mudah bagi Tuhan. Namun untuk memperoleh berkat Tuhan secara penuh tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, karena Tuhan tidak asal-asalan mencurahkan berkatNya kepada siapa saja. "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia." (Mazmur 24:4-5).
Tuhan perlu menguji dan memproses kita apakah kita sudah layak dan siap untuk menerima berkat dan kelimpahanNya, sebab jika kita sendiri belum siap dan belum layak, berkat dan kelimpahan yang diberikan Tuhan kepada kita justru bisa jadi bumerang. Fakta membuktikan bahwa ada banyak orang yang mengalami kejatuhan iman dan kemudian meninggalkan Tuhan justru dalam posisi berlimpah berkat. Mereka menjadi sombong, mengandalkan kekuatan sendiri dan menyalahgunakan berkat yang diterimanya itu untuk memuaskan keinginan dagingnya dan membawanya semakin jauh meninggalkan Tuhan. Abraham, sebelum mengalami penggenapan janji Tuhan dan diberkati secara luar biasa, harus mengalami ujian dan proses dari Tuhan: keluar dari negeri nenek moyangnya dan harus bersabar menantikan janji Tuhan perihal keturunan selama 25 tahun. Lalu diuji lagi ketika diperintahkan Tuhan untuk mempersembahkan Ishak. Yusuf harus melewati masa-masa sulit dalam hidupnya selama 13 tahun: dimasukkan sumur, dijual sebagai budak di mesir, dipenjara karena fitnah isteri Potifar, "sampai saat firman-Nya sudah genap, dan janji TUHAN membenarkannya. Raja menyuruh melepaskannya, penguasa bangsa-bangsa membebaskannya. Dijadikannya dia tuan atas istananya, dan kuasa atas segala harta kepunyaannya," (Mazmur 105:19-21).
Ada proses yang harus kita lewati sebelum janji berkatNya dinyatakan. Proses itu bisa saja singkat, tapi ada pula yang memerlukan waktu yang lama. Milikilah kerelaan untuk masuk dalam prosesNya, karena di balik itu ada rencanaNya yang indah.
Tetaplah setia dan jaga hati dalam proses, sebab "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya," Pengkotbah 3:11
Baca: 1 Korintus 3:10-23
"Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah." 1 Korintus 3:14
Hal memberkati adalah perkara yang sangat mudah bagi Tuhan. Namun untuk memperoleh berkat Tuhan secara penuh tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, karena Tuhan tidak asal-asalan mencurahkan berkatNya kepada siapa saja. "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia." (Mazmur 24:4-5).
Tuhan perlu menguji dan memproses kita apakah kita sudah layak dan siap untuk menerima berkat dan kelimpahanNya, sebab jika kita sendiri belum siap dan belum layak, berkat dan kelimpahan yang diberikan Tuhan kepada kita justru bisa jadi bumerang. Fakta membuktikan bahwa ada banyak orang yang mengalami kejatuhan iman dan kemudian meninggalkan Tuhan justru dalam posisi berlimpah berkat. Mereka menjadi sombong, mengandalkan kekuatan sendiri dan menyalahgunakan berkat yang diterimanya itu untuk memuaskan keinginan dagingnya dan membawanya semakin jauh meninggalkan Tuhan. Abraham, sebelum mengalami penggenapan janji Tuhan dan diberkati secara luar biasa, harus mengalami ujian dan proses dari Tuhan: keluar dari negeri nenek moyangnya dan harus bersabar menantikan janji Tuhan perihal keturunan selama 25 tahun. Lalu diuji lagi ketika diperintahkan Tuhan untuk mempersembahkan Ishak. Yusuf harus melewati masa-masa sulit dalam hidupnya selama 13 tahun: dimasukkan sumur, dijual sebagai budak di mesir, dipenjara karena fitnah isteri Potifar, "sampai saat firman-Nya sudah genap, dan janji TUHAN membenarkannya. Raja menyuruh melepaskannya, penguasa bangsa-bangsa membebaskannya. Dijadikannya dia tuan atas istananya, dan kuasa atas segala harta kepunyaannya," (Mazmur 105:19-21).
Ada proses yang harus kita lewati sebelum janji berkatNya dinyatakan. Proses itu bisa saja singkat, tapi ada pula yang memerlukan waktu yang lama. Milikilah kerelaan untuk masuk dalam prosesNya, karena di balik itu ada rencanaNya yang indah.
Tetaplah setia dan jaga hati dalam proses, sebab "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya," Pengkotbah 3:11
Friday, June 6, 2014
Seri Berkat: TUHAN SENANG MEMBERKATI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Juni 2014
Baca: Ulangan 28:1-14
"Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu," Ulangan 28:2
Saudaraku, apakah saat ini Anda sedang berkelimpahan materi? Jangan sekali-kali membanggakan diri dan berkata bahwa semua ini merupakan hasil usahamu sendiri, sebab dari Tuhanlah kita beroleh "...kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini." (Ulangan 8:18). Tanpa pertolongan dan campur tangan Tuhan kita takkan mampu berbuat apa-apa.
Kekuatan yang diberikan Tuhan untuk memperoleh kekayaan itu bisa berupa talenta, hikmat, kesehatan, kecerdasan dan sebagainya sehingga kita mampu bekerja dan menghasilkan suatu karya. Jadi meski Tuhan berjanji akan memberikan berkat dan kelimpahan kepada umatNya, bukan berarti kita diam saja, tapi kita juga harus bekerja dan berusaha. Adapun yang menjadi dasar kita memperoleh berkat dan kelimpahan itu bukan karena perbuatan dan kerja keras kita semata, tapi karena Tuhan memang senang untuk memberkati kita. "...Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10). Namun Tuhan menghendaki agar berkat yang telah kita terima itu tidak kita nikmati sendiri, tapi kita salurkan kepada orang lain. Inilah tujuan Tuhan memberkati kita yaitu supaya kita bisa menjadi berkat bagi bangsa-bangsa.
Ada perbedaan cara pandang tentang berkat antara orang dunia dan orang percaya. Bagi orang dunia, berkat adalah semata-mata tentang uang, harta, mobil, rumah mewah dan sebagainya. Olehnya mereka bekerja sekeras mungkin untuk memperoleh semuanya itu, bahkan tidak sedikit yang menempuh jalan yang sesat demi mendapatkan berkat tersebut. Namun bagi orang percaya, berkat adalah sumbernya yang sejati yaitu Tuhan Yesus, yang olehNya apa yang kita kerjakan menjadi berhasil.
Mari pergunakan berkat yang telah kita terima untuk kemuliaan nama Tuhan dan untuk memberkati orang lain!
Baca: Ulangan 28:1-14
"Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu," Ulangan 28:2
Saudaraku, apakah saat ini Anda sedang berkelimpahan materi? Jangan sekali-kali membanggakan diri dan berkata bahwa semua ini merupakan hasil usahamu sendiri, sebab dari Tuhanlah kita beroleh "...kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini." (Ulangan 8:18). Tanpa pertolongan dan campur tangan Tuhan kita takkan mampu berbuat apa-apa.
Kekuatan yang diberikan Tuhan untuk memperoleh kekayaan itu bisa berupa talenta, hikmat, kesehatan, kecerdasan dan sebagainya sehingga kita mampu bekerja dan menghasilkan suatu karya. Jadi meski Tuhan berjanji akan memberikan berkat dan kelimpahan kepada umatNya, bukan berarti kita diam saja, tapi kita juga harus bekerja dan berusaha. Adapun yang menjadi dasar kita memperoleh berkat dan kelimpahan itu bukan karena perbuatan dan kerja keras kita semata, tapi karena Tuhan memang senang untuk memberkati kita. "...Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10). Namun Tuhan menghendaki agar berkat yang telah kita terima itu tidak kita nikmati sendiri, tapi kita salurkan kepada orang lain. Inilah tujuan Tuhan memberkati kita yaitu supaya kita bisa menjadi berkat bagi bangsa-bangsa.
Ada perbedaan cara pandang tentang berkat antara orang dunia dan orang percaya. Bagi orang dunia, berkat adalah semata-mata tentang uang, harta, mobil, rumah mewah dan sebagainya. Olehnya mereka bekerja sekeras mungkin untuk memperoleh semuanya itu, bahkan tidak sedikit yang menempuh jalan yang sesat demi mendapatkan berkat tersebut. Namun bagi orang percaya, berkat adalah sumbernya yang sejati yaitu Tuhan Yesus, yang olehNya apa yang kita kerjakan menjadi berhasil.
Mari pergunakan berkat yang telah kita terima untuk kemuliaan nama Tuhan dan untuk memberkati orang lain!
Thursday, June 5, 2014
Seri Berkat: KETAATAN MENGHASILKAN BERKAT
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Juni 2014
Baca: Ulangan 11:8-28
"berkat, apabila kamu mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini;" Ulangan 11:27
Alkitab menegaskan bahwa jika kita taat melakukan firman Tuhan, berkat Tuhan pasti akan mengikuti hidup kita. Sebaliknya ketidaktaatan akan menghambat berkat dan mendatangkan kutuk. "Lihatlah, aku memperhadapkan kepadamu pada hari ini berkat dan kutuk: berkat, apabila kamu mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini; dan kutuk, jika kamu tidak mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, dan menyimpang dari jalan yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain yang tidak kamu kenal." (Ulangan 26:28). Artinya janji Tuhan mengenai berkat pasti akan digenapi dalam hidup ini asalkan kita memiliki ketaatan untuk melakukan kehendakNya.
Sebagai keturunan Abraham rohani kita hidup dalam perjanjian berkat Tuhan. "Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah." (Galatia 3:29). Bila mindset kita demikian, maka kita akan menjalani hari-hari dengan penuh iman dan ucapan syukur karena kita "...lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." (Roma 8:37). Kita akan memiliki mental keberkatan, bukan kemiskinan; suka memberi, bukan menerima saja. "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." (Kisah 20:35b).
Adapun ciri-ciri orang yang bermental pemenang, keberkatan dan suka memberi adalah pikirannya dipenuhi oleh "semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Philipi 4:8), sehingga ia "...hidup karena percaya, bukan karena melihat." (2 Korintus 5:7). Meski secara kasat mata kita sedang berada di tengah situasi terburuk sekali pun, namun kita tetap berkeyakinan bahwa Tuhan sanggup menolong dan memelihara hidup kita karena dia adalah Jehovah Jireh, Dia yang menyediakan.
"Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya." (Yohanes 15:7).
Baca: Ulangan 11:8-28
"berkat, apabila kamu mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini;" Ulangan 11:27
Alkitab menegaskan bahwa jika kita taat melakukan firman Tuhan, berkat Tuhan pasti akan mengikuti hidup kita. Sebaliknya ketidaktaatan akan menghambat berkat dan mendatangkan kutuk. "Lihatlah, aku memperhadapkan kepadamu pada hari ini berkat dan kutuk: berkat, apabila kamu mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini; dan kutuk, jika kamu tidak mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, dan menyimpang dari jalan yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain yang tidak kamu kenal." (Ulangan 26:28). Artinya janji Tuhan mengenai berkat pasti akan digenapi dalam hidup ini asalkan kita memiliki ketaatan untuk melakukan kehendakNya.
Sebagai keturunan Abraham rohani kita hidup dalam perjanjian berkat Tuhan. "Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah." (Galatia 3:29). Bila mindset kita demikian, maka kita akan menjalani hari-hari dengan penuh iman dan ucapan syukur karena kita "...lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." (Roma 8:37). Kita akan memiliki mental keberkatan, bukan kemiskinan; suka memberi, bukan menerima saja. "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." (Kisah 20:35b).
Adapun ciri-ciri orang yang bermental pemenang, keberkatan dan suka memberi adalah pikirannya dipenuhi oleh "semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Philipi 4:8), sehingga ia "...hidup karena percaya, bukan karena melihat." (2 Korintus 5:7). Meski secara kasat mata kita sedang berada di tengah situasi terburuk sekali pun, namun kita tetap berkeyakinan bahwa Tuhan sanggup menolong dan memelihara hidup kita karena dia adalah Jehovah Jireh, Dia yang menyediakan.
"Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya." (Yohanes 15:7).
Wednesday, June 4, 2014
Seri Berkat: HUBUNGAN SEBAB AKIBAT FIRMAN DAN BERKAT
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Juni 2014
Baca: 1 Yohanes 2:7-17
"Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya." 1 Yohanes 2:17
Ada banyak orang Kristen yang beranggapan bahwa firman dan berkat adalah dua hal yang berbeda dan tidak memiliki keterkaitan satu sama lain. Menurut mereka berkat adalah hasil dari sebuah kerja keras, artinya berkat atau kelimpahan masih bisa mereka dapatkan meski mereka memiliki kehidupan yang bertentangan dengan firman Tuhan. Mereka melihat bukti banyak orang yang hidupnya sangat jauh dari kata taat tapi berkelimpahan materi, asal mereka mau bekerja keras. Lalu mereka pun berkata, "Ah jadi Kristen gak usah fanakatik-fanatik, yang biasa-biasa saja. Gak usah terlalu rohani, toh...hidup kita sudah berkecukupan. Lihat! Mereka yang aktif beribadah dan setia melayani Tuhan, hidupnya tak lebih baik dari kita."
Memang, orang bisa memperoleh kekayaan dari hasil kerja kerasnya sendiri, namun jika berkat itu diperoleh di luar kebenaran firman Tuhan akan sangat mudah membuatnya jatuh dalam dosa dan semakin menjauh dari kebenaran Tuhan. Situasi-situasi inilah yang dimanfaatkan dengan baik oleh Iblis dengan menawarkan 'berkat atau kekayaan' secara instan, dan berlomba-lombalah orang untuk mendapatkannya. Firman Tuhan memperingatkan: "Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini. Kalau engkau mengamat-amatinya, lenyaplah ia, karena tiba-tiba ia bersayap, lalu terbang ke angkasa seperti rajawali." (Amsal 23:4-5), apalagi mengejar berkat atau kekayaan dengan cara yang tidak wajar: mencari pesugihan dengan pergi ke gunung kawi, dukun/paranormal, menyuap, korupsi dan lain-lain. Memang dunia dengan segala kemegahan dan kenikmatannya menjadi daya tarik tersendiri, sehingga banyak orang mengabaikan jalan Tuhan asalkan segala hasrat dan keinginannya terwujud. Tak peduli apa pun caranya, yang penting bisa kaya dan mendapatkan uang sebanyak-banyaknya.
Inilah fenomena yang sedang terjadi! Mereka lupa bahwa "...semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. " (1 Yohanes 2:16). Firman dan berkat adalah dua hal yang tak terpisahkan dan merupakan hubungan sebab akibat.
Saat kita taat melakukan firman, hidup kita pasti diberkati Tuhan.
Baca: 1 Yohanes 2:7-17
"Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya." 1 Yohanes 2:17
Ada banyak orang Kristen yang beranggapan bahwa firman dan berkat adalah dua hal yang berbeda dan tidak memiliki keterkaitan satu sama lain. Menurut mereka berkat adalah hasil dari sebuah kerja keras, artinya berkat atau kelimpahan masih bisa mereka dapatkan meski mereka memiliki kehidupan yang bertentangan dengan firman Tuhan. Mereka melihat bukti banyak orang yang hidupnya sangat jauh dari kata taat tapi berkelimpahan materi, asal mereka mau bekerja keras. Lalu mereka pun berkata, "Ah jadi Kristen gak usah fanakatik-fanatik, yang biasa-biasa saja. Gak usah terlalu rohani, toh...hidup kita sudah berkecukupan. Lihat! Mereka yang aktif beribadah dan setia melayani Tuhan, hidupnya tak lebih baik dari kita."
Memang, orang bisa memperoleh kekayaan dari hasil kerja kerasnya sendiri, namun jika berkat itu diperoleh di luar kebenaran firman Tuhan akan sangat mudah membuatnya jatuh dalam dosa dan semakin menjauh dari kebenaran Tuhan. Situasi-situasi inilah yang dimanfaatkan dengan baik oleh Iblis dengan menawarkan 'berkat atau kekayaan' secara instan, dan berlomba-lombalah orang untuk mendapatkannya. Firman Tuhan memperingatkan: "Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini. Kalau engkau mengamat-amatinya, lenyaplah ia, karena tiba-tiba ia bersayap, lalu terbang ke angkasa seperti rajawali." (Amsal 23:4-5), apalagi mengejar berkat atau kekayaan dengan cara yang tidak wajar: mencari pesugihan dengan pergi ke gunung kawi, dukun/paranormal, menyuap, korupsi dan lain-lain. Memang dunia dengan segala kemegahan dan kenikmatannya menjadi daya tarik tersendiri, sehingga banyak orang mengabaikan jalan Tuhan asalkan segala hasrat dan keinginannya terwujud. Tak peduli apa pun caranya, yang penting bisa kaya dan mendapatkan uang sebanyak-banyaknya.
Inilah fenomena yang sedang terjadi! Mereka lupa bahwa "...semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. " (1 Yohanes 2:16). Firman dan berkat adalah dua hal yang tak terpisahkan dan merupakan hubungan sebab akibat.
Saat kita taat melakukan firman, hidup kita pasti diberkati Tuhan.
Tuesday, June 3, 2014
Seri RUT: Ketaatan Mendatangkan Upah
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Juni 2014
Baca: Rut 3:1-18
"Anakku, apakah tidak ada baiknya jika aku mencari tempat perlindungan bagimu supaya engkau berbahagia?" Rut 3:1
Menurut adat-istiadat Yahudi jika ada seorang laki-laki yang telah menikah meninggal, isteri yang ditinggalkan itu harus menikah dengan saudara laki-laki dari keluarga suaminya, sehingga ia bisa memberikan keturunan baginya. Inilah yang menjadi alasan Naomi mengatakan kepada Rut bahwa yang berhak untuk menebus Rut dan membeli ladangnya adalah pihak keluarga Elimelekh (ayah mertua Rut). Kemudian Naomi menyuruh Rut tidur di dekat kaki Boas (ayat 4). Meski hal itu sangat tidak lazim bagi orang Yahudi maupun orang Moab, Rut melakukan apa yang diperintahkan Naomi. "Segala yang engkau katakan itu akan kulakukan." (ayat 5). Ini menunjukkan bahwa Rut adalah orang yang taat. Meski perintah itu tidak masuk akal, ia tetap melakukan sebagai wujud hormatnya kepada mertua tanpa ada perbantahan.
Sungguh, ada banyak pelajaran berharga yang dapat kita teladani dari kehidupan Rut ini. Saat di persimpangan jalan Rut membuat tindakan iman: meninggalkan akar keluarganya dan tetap mengikuti Allah bangsa Israel, Allah yang baru dikenalnya setelah menikah. Selain itu Rut bukanlah menantu yang malas. Ia rela bekerja memungut berkas-berkas jelai di ladang Boas untuk bertahan hidup. Ia setia melakukannya meski itu perkara kecil dan hina di pemandangan manusia. Ada janji dalam Alkitab: "Maka kedudukanmu yang dahulu akan kelihatan hina, tetapi kedudukanmu yang kemudian akan menjadi sangat mulia." (Ayub 8:7). Kalau kita setia dalam perkara-perkara kecil, pada saatnya Tuhan akan mempercayakan kita perkara-perkara yang jauh lebih besar. Apa yang dilakukan Rut ini adalah bukti bahwa ia mempunyai integritas dan loyalitas.
Rut menjadi wanita pilihan yang diberkati Tuhan. Dari latar belakang keluarga orang berdosa dan tidak punya masa depan, bahkan dikatakan dari suku yang terkutuk, Tuhan mengubahnya menjadi masa depan yang gemilang. Namun ada ujian bermula dari perkara-perkara kecil, adakah kita tekun, setia, taat dan rendah hati? Tersungkur di bawah kaki Boas adalah gambaran dari kerendahan hati.
Inilah yang harus kita lakukan: senantiasa datang tersungkur di bawah kaki Tuhan dan merendahkan diri di hadapanNya.
Baca: Rut 3:1-18
"Anakku, apakah tidak ada baiknya jika aku mencari tempat perlindungan bagimu supaya engkau berbahagia?" Rut 3:1
Menurut adat-istiadat Yahudi jika ada seorang laki-laki yang telah menikah meninggal, isteri yang ditinggalkan itu harus menikah dengan saudara laki-laki dari keluarga suaminya, sehingga ia bisa memberikan keturunan baginya. Inilah yang menjadi alasan Naomi mengatakan kepada Rut bahwa yang berhak untuk menebus Rut dan membeli ladangnya adalah pihak keluarga Elimelekh (ayah mertua Rut). Kemudian Naomi menyuruh Rut tidur di dekat kaki Boas (ayat 4). Meski hal itu sangat tidak lazim bagi orang Yahudi maupun orang Moab, Rut melakukan apa yang diperintahkan Naomi. "Segala yang engkau katakan itu akan kulakukan." (ayat 5). Ini menunjukkan bahwa Rut adalah orang yang taat. Meski perintah itu tidak masuk akal, ia tetap melakukan sebagai wujud hormatnya kepada mertua tanpa ada perbantahan.
Sungguh, ada banyak pelajaran berharga yang dapat kita teladani dari kehidupan Rut ini. Saat di persimpangan jalan Rut membuat tindakan iman: meninggalkan akar keluarganya dan tetap mengikuti Allah bangsa Israel, Allah yang baru dikenalnya setelah menikah. Selain itu Rut bukanlah menantu yang malas. Ia rela bekerja memungut berkas-berkas jelai di ladang Boas untuk bertahan hidup. Ia setia melakukannya meski itu perkara kecil dan hina di pemandangan manusia. Ada janji dalam Alkitab: "Maka kedudukanmu yang dahulu akan kelihatan hina, tetapi kedudukanmu yang kemudian akan menjadi sangat mulia." (Ayub 8:7). Kalau kita setia dalam perkara-perkara kecil, pada saatnya Tuhan akan mempercayakan kita perkara-perkara yang jauh lebih besar. Apa yang dilakukan Rut ini adalah bukti bahwa ia mempunyai integritas dan loyalitas.
Rut menjadi wanita pilihan yang diberkati Tuhan. Dari latar belakang keluarga orang berdosa dan tidak punya masa depan, bahkan dikatakan dari suku yang terkutuk, Tuhan mengubahnya menjadi masa depan yang gemilang. Namun ada ujian bermula dari perkara-perkara kecil, adakah kita tekun, setia, taat dan rendah hati? Tersungkur di bawah kaki Boas adalah gambaran dari kerendahan hati.
Inilah yang harus kita lakukan: senantiasa datang tersungkur di bawah kaki Tuhan dan merendahkan diri di hadapanNya.
Monday, June 2, 2014
Seri RUT: Iman di Persimpangan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Juni 2014
Baca: Rut 2:1-23
"TUHAN kiranya membalas perbuatanmu itu, dan kepadamu kiranya dikaruniakan upahmu sepenuhnya oleh TUHAN, Allah Israel, yang di bawah sayap-Nya engkau datang berlindung." Rut 2:12
Di tengah situasi yang sangat sulit dan serasa di persimpangan Rut membuat sebuah keputusan yang dilandasi oleh iman, suatu keputusan yang sangat menentukan nasib hidupnya di kemudian hari, yakni memilih hidup bersama mertuanya yang juga sudah menjadi janda. Mungkin banyak orang mengatakan bahwa tindakan Rut itu sebuah kebodohan.
Rut rela membayar harga dengan mempertaruhkan hidupnya, meninggalkan sanak keluarga dan bangsanya, memilih hidup di negeri asing dan percaya kepada Allah yang disembah oleh mertuanya itu. Apa yang dilakukan Rut ini bukanlah tindakan coba-coba, tapi suatu tindakan iman, di mana ia sedang menuju kepada suatu kehidupan yang menempatkan dirinya dalam kasih karunia karena ia percaya kepada Allah yang hidup. "Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai." (Mazmur 91:2). Sebaliknya Orpa lebih memilih untuk meninggalkan Naomi. Artinya ia tidak mau membayar harga, lebih suka pulang ke kampung halamannya, kembali kepada kenyamanan dan kehidupan lamanya. Inilah yang terjadi dengan kebanyakan orang Kristen, memilih untuk meninggalkan Tuhan dan kembali kepada kehidupan lamanya ketika berada dalam masalah dan sedang di persimpangan jalan. Padahal Alkitab menegaskan: "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Kita memilih untuk lari menjauh dari panggilan Tuhan dan rencanaNya.
Tuhan berfirman, "...Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu." (2 Korintus 6:17). Rut tidak mau kembali kepada bangsanya yang kafir dan memilih meninggalkan kehidupan lamanya. Paulus pun demikian, "...aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah," (Filipi 3:13-14).
Saat di persimpangan jalan inilah kualitas iman seseorang sedang diuji!
Baca: Rut 2:1-23
"TUHAN kiranya membalas perbuatanmu itu, dan kepadamu kiranya dikaruniakan upahmu sepenuhnya oleh TUHAN, Allah Israel, yang di bawah sayap-Nya engkau datang berlindung." Rut 2:12
Di tengah situasi yang sangat sulit dan serasa di persimpangan Rut membuat sebuah keputusan yang dilandasi oleh iman, suatu keputusan yang sangat menentukan nasib hidupnya di kemudian hari, yakni memilih hidup bersama mertuanya yang juga sudah menjadi janda. Mungkin banyak orang mengatakan bahwa tindakan Rut itu sebuah kebodohan.
Rut rela membayar harga dengan mempertaruhkan hidupnya, meninggalkan sanak keluarga dan bangsanya, memilih hidup di negeri asing dan percaya kepada Allah yang disembah oleh mertuanya itu. Apa yang dilakukan Rut ini bukanlah tindakan coba-coba, tapi suatu tindakan iman, di mana ia sedang menuju kepada suatu kehidupan yang menempatkan dirinya dalam kasih karunia karena ia percaya kepada Allah yang hidup. "Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai." (Mazmur 91:2). Sebaliknya Orpa lebih memilih untuk meninggalkan Naomi. Artinya ia tidak mau membayar harga, lebih suka pulang ke kampung halamannya, kembali kepada kenyamanan dan kehidupan lamanya. Inilah yang terjadi dengan kebanyakan orang Kristen, memilih untuk meninggalkan Tuhan dan kembali kepada kehidupan lamanya ketika berada dalam masalah dan sedang di persimpangan jalan. Padahal Alkitab menegaskan: "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Kita memilih untuk lari menjauh dari panggilan Tuhan dan rencanaNya.
Tuhan berfirman, "...Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu." (2 Korintus 6:17). Rut tidak mau kembali kepada bangsanya yang kafir dan memilih meninggalkan kehidupan lamanya. Paulus pun demikian, "...aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah," (Filipi 3:13-14).
Saat di persimpangan jalan inilah kualitas iman seseorang sedang diuji!
Sunday, June 1, 2014
Seri RUT: Pribadi Yang Setia
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Juni 2014
Baca: Rut 1:1-22
"Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!" Rut 1:17
Rut dicatat Alkitab dalam silsilah Yesus Kristus (baca Matius 1-16), artinya Rut menjadi wanita yang terhormat dan dipilih Tuhan. Secara latar belakang Rut berasal dari suku Moab, suku yang sesungguhnya dikutuk Tuhan, karena lahir dari hubungan terlarang antara Lot dengan kedua puterinya. Dari hubungan Lot dengan putri pertama lahirlah suku Moab, sedangkan dari putri yang satunya lagi lahirnya suku Amon.
Rut menikah dengan anak laki-laki dari Naomi dan Elimelekh yaitu Mahlon, yang artinya kecil, mungil. Sedangkan anak Naomi lainnya, Kilyon, yang berarti tidak sehat, menikah dengan Orpa. Setelah sepuluh tahun berjalan, kedua anak Naomi itu pun meninggal. Tinggallah Naomi hidup bersama kedua menantunya itu karena suaminya (Elimelekh) juga sudah meninggal. Karena itu Naomi memerintahkan kedua menantunya untuk pulang saja ke daerah asalnya, "Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya; TUHAN kiranya menunjukkan kasih-Nya kepadamu, seperti yang kamu tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan kepadaku;" (Rut 1:8). Kedua menantunya itu menolak untuk pergi. Namun belakangan hati Orpa luluh juga sehingga ia berpamitan untuk kembali ke daerah asalnya. Sementara hati Rut tetap berpaut pada mertuanya itu. Meski ditantang sampai tiga kembali ke daerah asalnya ia bersikeras untuk tetap tinggal bersama Naomi, "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan." (Rut 1:16-17a).
Sekalipun kondisi sangat tidak berpihak, Rut tetap setia dan mengasihi mertuanya. Ia rela tinggal di mana pun Naomi tinggal untuk memulai kehidupan baru bersama dengannya. Kesetiaan Rut tidak berubah meski di tengah masalah!
Hidup Rut diberkati dan beroleh peninggian dari Tuhan karena ia seorang yang setia, taat dan punya kerendahan hati!
Baca: Rut 1:1-22
"Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!" Rut 1:17
Rut dicatat Alkitab dalam silsilah Yesus Kristus (baca Matius 1-16), artinya Rut menjadi wanita yang terhormat dan dipilih Tuhan. Secara latar belakang Rut berasal dari suku Moab, suku yang sesungguhnya dikutuk Tuhan, karena lahir dari hubungan terlarang antara Lot dengan kedua puterinya. Dari hubungan Lot dengan putri pertama lahirlah suku Moab, sedangkan dari putri yang satunya lagi lahirnya suku Amon.
Rut menikah dengan anak laki-laki dari Naomi dan Elimelekh yaitu Mahlon, yang artinya kecil, mungil. Sedangkan anak Naomi lainnya, Kilyon, yang berarti tidak sehat, menikah dengan Orpa. Setelah sepuluh tahun berjalan, kedua anak Naomi itu pun meninggal. Tinggallah Naomi hidup bersama kedua menantunya itu karena suaminya (Elimelekh) juga sudah meninggal. Karena itu Naomi memerintahkan kedua menantunya untuk pulang saja ke daerah asalnya, "Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya; TUHAN kiranya menunjukkan kasih-Nya kepadamu, seperti yang kamu tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan kepadaku;" (Rut 1:8). Kedua menantunya itu menolak untuk pergi. Namun belakangan hati Orpa luluh juga sehingga ia berpamitan untuk kembali ke daerah asalnya. Sementara hati Rut tetap berpaut pada mertuanya itu. Meski ditantang sampai tiga kembali ke daerah asalnya ia bersikeras untuk tetap tinggal bersama Naomi, "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan." (Rut 1:16-17a).
Sekalipun kondisi sangat tidak berpihak, Rut tetap setia dan mengasihi mertuanya. Ia rela tinggal di mana pun Naomi tinggal untuk memulai kehidupan baru bersama dengannya. Kesetiaan Rut tidak berubah meski di tengah masalah!
Hidup Rut diberkati dan beroleh peninggian dari Tuhan karena ia seorang yang setia, taat dan punya kerendahan hati!
Saturday, May 31, 2014
MENGEJAR HARTA ROHANI (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Mei 2014
Baca: Yesaya 33:1-24
"...kekayaan yang menyelamatkan ialah hikmat dan pengetahuan; takut akan TUHAN, itulah harta benda Sion." Yesaya 33:6
Harta rohani yang dimaksud adalah takut akan Tuhan dan hikmat untuk memiliki pengenalan akan Tuhan lebih dalam. Ketika mengejar harta rohani itu "...engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah. Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian." (Amsal 2:5-6). Alkitab menegaskan: "Dalam takut akan TUHAN ada ketenteraman yang besar, bahkan ada perlindungan bagi anak-anak-Nya." (Amsal 14:26). Kunci mendapatkan kebahagiaan, ketenteraman, sukacita, kelepasan, kemenangan, damai sejahtera, kekuatan, penghiburan dan kasih yang berlimpah-limpah adalah ketika kita takut akan Tuhan.
Memiliki hati yang takut akan Tuhan dan memiliki pengenalan yang benar akan Dia adalah harta rohani yang sangat berharga, karena itu kita harus berjuang dengan keras dan mengejarnya sedemikian rupa, sebab 'harta' itu jauh lebih mulia dari segala sesuatu apa pun yang ada di dunia ini. Inilah kekayaan yang menyelamatkan jiwa kita! Itulah sebabnya rasul Paulus rela melepaskan segala kesenangan dunia demi mendapatkan Kristus, bahkan katanya, "Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus." (Filipi 3:7). Bagi Paulus memperoleh Kristus dan kebenaranNya adalah sebuah keuntungan besar, karena itu adalah harta kekal yang tidak dapat berkarat dan tidak dapat binasa. Jangan sampai harta dunia dan segala kesenangan dunia ini meninabobokan kita sehingga kita pun mengabaikan dan tidak lagi antusias mengejar harta rohani itu.
Begitu juga untuk memiliki hati yang takut akan Tuhan, kita pun harus membangun keintiman dengan Tuhan secara disiplin setiap hari. Orang yang tidak disiplin, tidak bersungguh-sungguh, malas dan lalai dalam melakukan suatu pekerjaan mustahil mendapatkan hasil yang maksimal.
Tanpa kita mau mengejarnya dengan kerja keras dan disiplin, harta rohani tidak akan pernah kita miliki.
Baca: Yesaya 33:1-24
"...kekayaan yang menyelamatkan ialah hikmat dan pengetahuan; takut akan TUHAN, itulah harta benda Sion." Yesaya 33:6
Harta rohani yang dimaksud adalah takut akan Tuhan dan hikmat untuk memiliki pengenalan akan Tuhan lebih dalam. Ketika mengejar harta rohani itu "...engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah. Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian." (Amsal 2:5-6). Alkitab menegaskan: "Dalam takut akan TUHAN ada ketenteraman yang besar, bahkan ada perlindungan bagi anak-anak-Nya." (Amsal 14:26). Kunci mendapatkan kebahagiaan, ketenteraman, sukacita, kelepasan, kemenangan, damai sejahtera, kekuatan, penghiburan dan kasih yang berlimpah-limpah adalah ketika kita takut akan Tuhan.
Memiliki hati yang takut akan Tuhan dan memiliki pengenalan yang benar akan Dia adalah harta rohani yang sangat berharga, karena itu kita harus berjuang dengan keras dan mengejarnya sedemikian rupa, sebab 'harta' itu jauh lebih mulia dari segala sesuatu apa pun yang ada di dunia ini. Inilah kekayaan yang menyelamatkan jiwa kita! Itulah sebabnya rasul Paulus rela melepaskan segala kesenangan dunia demi mendapatkan Kristus, bahkan katanya, "Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus." (Filipi 3:7). Bagi Paulus memperoleh Kristus dan kebenaranNya adalah sebuah keuntungan besar, karena itu adalah harta kekal yang tidak dapat berkarat dan tidak dapat binasa. Jangan sampai harta dunia dan segala kesenangan dunia ini meninabobokan kita sehingga kita pun mengabaikan dan tidak lagi antusias mengejar harta rohani itu.
Begitu juga untuk memiliki hati yang takut akan Tuhan, kita pun harus membangun keintiman dengan Tuhan secara disiplin setiap hari. Orang yang tidak disiplin, tidak bersungguh-sungguh, malas dan lalai dalam melakukan suatu pekerjaan mustahil mendapatkan hasil yang maksimal.
Tanpa kita mau mengejarnya dengan kerja keras dan disiplin, harta rohani tidak akan pernah kita miliki.
Friday, May 30, 2014
MENGEJAR HARTA ROHANI (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Mei 2014
Baca: Amsal 2:1-22
"Jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam," Amsal 2:4
Setiap orang pasti memiliki impian, cita-cita dan keinginan dalam hidupnya. Ada yang bermimpi untuk menjadi orang kaya, artis terkenal, pejabat di pemerintahan, pengusaha sukses dan sebagainya. Namun tidak semua impian dan keinginan itu bisa terwujud. Semua sangat tergantung pada usaha dan kerja keras masing-masing. Semakin kita mau berusaha dan bekerja keras, semakin kita dekat dengan impian dan cita-cita tersebut. "Dalam tiap jerih payah ada keuntungan," (Amsal 14:23), oleh karena itu "Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga," (Pengkotbah 9:10). Tidak boleh ada istilah setengah-setengah dalam mengerjakan segala sesuatunya. Bagi kita anak Tuhan, "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23).
Demi memperoleh harta dunia, yang sifatnya hanya sementara saja, semua orang rela melakukan apa saja dan mau membayar harga; terlebih-lebih untuk harta rohani, seharusnya kita pun memiliki semangat yang sama, bahkan lebih dari itu, karena harta rohani jauh lebih berharga nilainya dan bersifat kekal adanya. Inilah yang dilakukan Paulus, "Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus." (Filipi 3:12). Alkitab menasihati, "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya." (Matius 6:19-20).
Adalah lebih bijak bila keberhasilan kita mendapatkan harta yang melimpah di dunia ini juga kita imbangi dengan keberhasilan kita memperoleh harta rohani, "...karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal." (2 Korintus 4:18).
Apalah artinya seseorang hanya sukses di dunia, memiliki harta yang melimpah di dunia ini, jika harta sorgawi tidak didapatnya? (baca Lukas 12:13-21)
Baca: Amsal 2:1-22
"Jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam," Amsal 2:4
Setiap orang pasti memiliki impian, cita-cita dan keinginan dalam hidupnya. Ada yang bermimpi untuk menjadi orang kaya, artis terkenal, pejabat di pemerintahan, pengusaha sukses dan sebagainya. Namun tidak semua impian dan keinginan itu bisa terwujud. Semua sangat tergantung pada usaha dan kerja keras masing-masing. Semakin kita mau berusaha dan bekerja keras, semakin kita dekat dengan impian dan cita-cita tersebut. "Dalam tiap jerih payah ada keuntungan," (Amsal 14:23), oleh karena itu "Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga," (Pengkotbah 9:10). Tidak boleh ada istilah setengah-setengah dalam mengerjakan segala sesuatunya. Bagi kita anak Tuhan, "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23).
Demi memperoleh harta dunia, yang sifatnya hanya sementara saja, semua orang rela melakukan apa saja dan mau membayar harga; terlebih-lebih untuk harta rohani, seharusnya kita pun memiliki semangat yang sama, bahkan lebih dari itu, karena harta rohani jauh lebih berharga nilainya dan bersifat kekal adanya. Inilah yang dilakukan Paulus, "Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus." (Filipi 3:12). Alkitab menasihati, "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya." (Matius 6:19-20).
Adalah lebih bijak bila keberhasilan kita mendapatkan harta yang melimpah di dunia ini juga kita imbangi dengan keberhasilan kita memperoleh harta rohani, "...karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal." (2 Korintus 4:18).
Apalah artinya seseorang hanya sukses di dunia, memiliki harta yang melimpah di dunia ini, jika harta sorgawi tidak didapatnya? (baca Lukas 12:13-21)
Thursday, May 29, 2014
TUHAN YESUS NAIK KE SORGA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Mei 2014
Baca: Markus 16:9-20
"Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah." Markus 16:19
Hari ini kita memperingati peristiwa spektakuler yang menancapkan tonggak kemenangan iman Kristiani yaitu kenaikan Yesus Kristus, yang terjadi 40 hari setelah kebangkitanNya.
Mengapa disebut sangat spektakuler dan luar biasa? Karena Yesus Kristus terangkat naik ke langit disaksikan langsung oleh murid-muridNya: "...terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka. Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka, dan berkata kepada mereka: 'Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.'" (Kisah 1:9-11). Ini bukti nyata dan tak bisa diragukan lagi bahwa Yesus berasal dari Sorga. "Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia." (Yohanes 3:13). Maka adalah janji yang pasti jika Yesus menjanjikan tempat di sorga bagi kita anak-anakNya. "Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu." (Yohanes 14:2). Saat Yesus kembali ke sorga Ia tidak meninggalkan dan membiarkan kita sendirian menghadapi pergumulan hidup: "Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu." (Yohanes 16:7). Yesus telah menyelesaikan tugas dan menggenapi misi Allah bagi dunia, karena itu Ia harus kembali ke sorga, bukti bahwa Yesus adalah benar-benar utusan Allah.
Biarlah melalui peristiwa ini iman setiap orang percaya makin teguh dan berakar kuat di dalam Tuhan, sebab ada jaminan keselamatan dan kehidupan kekal di sorga bagi kita yang percaya. Sebaliknya bagi orang-orang yang tidak percaya dan menolak Dia, penghukuman kekal sedang menanti.
Hidup kekal bukan omong kosong, tapi jaminan pasti karena telah disediakan Yesus!
Baca: Markus 16:9-20
"Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah." Markus 16:19
Hari ini kita memperingati peristiwa spektakuler yang menancapkan tonggak kemenangan iman Kristiani yaitu kenaikan Yesus Kristus, yang terjadi 40 hari setelah kebangkitanNya.
Mengapa disebut sangat spektakuler dan luar biasa? Karena Yesus Kristus terangkat naik ke langit disaksikan langsung oleh murid-muridNya: "...terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka. Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka, dan berkata kepada mereka: 'Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.'" (Kisah 1:9-11). Ini bukti nyata dan tak bisa diragukan lagi bahwa Yesus berasal dari Sorga. "Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia." (Yohanes 3:13). Maka adalah janji yang pasti jika Yesus menjanjikan tempat di sorga bagi kita anak-anakNya. "Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu." (Yohanes 14:2). Saat Yesus kembali ke sorga Ia tidak meninggalkan dan membiarkan kita sendirian menghadapi pergumulan hidup: "Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu." (Yohanes 16:7). Yesus telah menyelesaikan tugas dan menggenapi misi Allah bagi dunia, karena itu Ia harus kembali ke sorga, bukti bahwa Yesus adalah benar-benar utusan Allah.
Biarlah melalui peristiwa ini iman setiap orang percaya makin teguh dan berakar kuat di dalam Tuhan, sebab ada jaminan keselamatan dan kehidupan kekal di sorga bagi kita yang percaya. Sebaliknya bagi orang-orang yang tidak percaya dan menolak Dia, penghukuman kekal sedang menanti.
Hidup kekal bukan omong kosong, tapi jaminan pasti karena telah disediakan Yesus!
Wednesday, May 28, 2014
ISTIMEWA DI MATA TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Mei 2014
Baca: Roma 8:28-30
"Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya." Roma 8:30b
Saat hendak mengangkat dan meninggikan seseorang Tuhan tidak pernah melihat berdasarkan latar belakang pendidikan, rupa, status sosial, jabatan, tingkat kecerdasan, suku bangsa dan bahasa, namun semata-mata karena anugerah yang disediakan bagi siapa saja yang percaya kepadaNya. Ada tertulis: "Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani." (Keluaran 33:19). Namun banyak orang Kristen yang tidak menyadari betapa besar anugerah yang disediakan Tuhan bagi hidup mereka.
Seseorang yang sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi hidup di dalam kasih karunia Tuhan. Namun ada hal-hal yang patut diperhatikan supaya kita masuk dalam rencanaNya yang sempurna yaitu menjadi orang-orang yang dimuliakanNya. Percaya kepada Yesus, percaya Injil, bertobat dan lahir baru adalah tahap dasar bagi kita untuk mengalami anugerah dan berada di posisi yang Tuhan tentukan. Tetapi hal itu tidaklah cukup, kita pun harus melangkah kepada kehidupan yang makin hari makin berkenan kepada Tuhan, sehingga mata Tuhan dan hatiNya terarah kepada kita. Inilah yang akan membawa kita kepada posisi yang semakin dimuliakan, seperti yang terjadi dalam diri Daud. "Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku." (Kisah 13:22). Grafik kehidupan Daud semakin hari semakin naik, bukan turun.
Di dalam 1 Petrus 2:9 dikatakan: "...kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:" Inilah posisi orang percaya di hadapan Tuhan, sungguh sangat istimewa! Namun di balik itu ada tanggung jawab besar di pundak kita yaitu harus memberitakan perbuatan-perbuatan Tuhan yang heran dan ajaib itu kepada bangsa-bangsa. Jadi kita harus melangkah menjadi saksi-saksiNya di tengah dunia ini.
Saat dimuliakan Tuhan inilah kita sanggup melakukan perkara-perkara yang jauh lebih besar (baca Yohanes 14:12).
Baca: Roma 8:28-30
"Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya." Roma 8:30b
Saat hendak mengangkat dan meninggikan seseorang Tuhan tidak pernah melihat berdasarkan latar belakang pendidikan, rupa, status sosial, jabatan, tingkat kecerdasan, suku bangsa dan bahasa, namun semata-mata karena anugerah yang disediakan bagi siapa saja yang percaya kepadaNya. Ada tertulis: "Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani." (Keluaran 33:19). Namun banyak orang Kristen yang tidak menyadari betapa besar anugerah yang disediakan Tuhan bagi hidup mereka.
Seseorang yang sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi hidup di dalam kasih karunia Tuhan. Namun ada hal-hal yang patut diperhatikan supaya kita masuk dalam rencanaNya yang sempurna yaitu menjadi orang-orang yang dimuliakanNya. Percaya kepada Yesus, percaya Injil, bertobat dan lahir baru adalah tahap dasar bagi kita untuk mengalami anugerah dan berada di posisi yang Tuhan tentukan. Tetapi hal itu tidaklah cukup, kita pun harus melangkah kepada kehidupan yang makin hari makin berkenan kepada Tuhan, sehingga mata Tuhan dan hatiNya terarah kepada kita. Inilah yang akan membawa kita kepada posisi yang semakin dimuliakan, seperti yang terjadi dalam diri Daud. "Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku." (Kisah 13:22). Grafik kehidupan Daud semakin hari semakin naik, bukan turun.
Di dalam 1 Petrus 2:9 dikatakan: "...kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:" Inilah posisi orang percaya di hadapan Tuhan, sungguh sangat istimewa! Namun di balik itu ada tanggung jawab besar di pundak kita yaitu harus memberitakan perbuatan-perbuatan Tuhan yang heran dan ajaib itu kepada bangsa-bangsa. Jadi kita harus melangkah menjadi saksi-saksiNya di tengah dunia ini.
Saat dimuliakan Tuhan inilah kita sanggup melakukan perkara-perkara yang jauh lebih besar (baca Yohanes 14:12).
Tuesday, May 27, 2014
KRISTEN RAJAWALI: Fokus dan Setia Meski Diproses
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Mei 2014
Baca: 1 Timotius 6:11-16
"Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal." 1 Timotius 6:12a
Burung rajawali memiliki pandangan yang tajam, sanggup memandang dalam jarak yang cukup jauh kurang lebih 6 km. Ini perihal visi atau sasaran yang hendak kita capai.
Paulus, meski diperhadapkan dengan berbagai tantangan, tetap fokus dan mengarahan pandangannya kepada panggilan sorgawi, karena ia tahu ada upah yang Tuhan sediakan bagi anak-anakNya yang setia sampai akhir. Inilah janji firman Tuhan yang harus kita pegang teguh! bagi orang percaya "...masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." (Amsal 23:18). Gambaran tentang masa depan yang pasti inilah yang membuat kita terus bersemangat dan kian bergairah dalam mengiring Tuhan.
Karakter lain dari si rajawali adalah setia terhadap pasangannya. Kita diingatkan tentang kesetiaan. Tanpa kesetiaan langkah kaki kita tidak akan pernah mencapai garis finis. Setia dalam mengerjakan perkara apa pun yang dipercayakan Tuhan kepada kita. "Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya;" (Amsal 19:22). Tuhan Yesus telah meninggalkan teladan hidup yang luar biasa, bagaimana Ia setia melakukan kehendak Bapa, bahkan "...Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: 'Yesus Kristus adalah Tuhan,' bagi kemuliaan Allah, Bapa!" (Filipi 2:9-11). Yesus beroleh peninggian dari Bapa karena kesetiaan dan ketaatanNya.
Banyak orang Kristen gagal dalam ujian kesetiaan ini. Begitu mudah meninggalkan Tuhan dan menerima tawaran-tawaran dunia yang menggiurkan, serba instan, meski itu semu. Kita tidak mau masuk dalam proses Tuhan, sementara rajawali saja harus melewati fase-fase berat, yaitu harus melewati proses transformasi tubuh yang sangat menyakitkan, mulai dari paruh, cakar, kuku, termasuk bulu-bulunya.
Ingin menikmati kemuliaan bersama Kristus? Fokus dan setialah meski harus melewati proses!
Baca: 1 Timotius 6:11-16
"Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal." 1 Timotius 6:12a
Burung rajawali memiliki pandangan yang tajam, sanggup memandang dalam jarak yang cukup jauh kurang lebih 6 km. Ini perihal visi atau sasaran yang hendak kita capai.
Paulus, meski diperhadapkan dengan berbagai tantangan, tetap fokus dan mengarahan pandangannya kepada panggilan sorgawi, karena ia tahu ada upah yang Tuhan sediakan bagi anak-anakNya yang setia sampai akhir. Inilah janji firman Tuhan yang harus kita pegang teguh! bagi orang percaya "...masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." (Amsal 23:18). Gambaran tentang masa depan yang pasti inilah yang membuat kita terus bersemangat dan kian bergairah dalam mengiring Tuhan.
Karakter lain dari si rajawali adalah setia terhadap pasangannya. Kita diingatkan tentang kesetiaan. Tanpa kesetiaan langkah kaki kita tidak akan pernah mencapai garis finis. Setia dalam mengerjakan perkara apa pun yang dipercayakan Tuhan kepada kita. "Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya;" (Amsal 19:22). Tuhan Yesus telah meninggalkan teladan hidup yang luar biasa, bagaimana Ia setia melakukan kehendak Bapa, bahkan "...Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: 'Yesus Kristus adalah Tuhan,' bagi kemuliaan Allah, Bapa!" (Filipi 2:9-11). Yesus beroleh peninggian dari Bapa karena kesetiaan dan ketaatanNya.
Banyak orang Kristen gagal dalam ujian kesetiaan ini. Begitu mudah meninggalkan Tuhan dan menerima tawaran-tawaran dunia yang menggiurkan, serba instan, meski itu semu. Kita tidak mau masuk dalam proses Tuhan, sementara rajawali saja harus melewati fase-fase berat, yaitu harus melewati proses transformasi tubuh yang sangat menyakitkan, mulai dari paruh, cakar, kuku, termasuk bulu-bulunya.
Ingin menikmati kemuliaan bersama Kristus? Fokus dan setialah meski harus melewati proses!
Monday, May 26, 2014
KRISTEN RAJAWALI: Memiliki Semangat Tinggi
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Mei 2014
Baca: Mazmur 142:1-8
"Ketika semangatku lemah lesu di dalam diriku, Engkaulah yang mengetahui jalanku." Mazmur 142:4a
Karakter lain dari burung rajawali adalah bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi. Ini berbicara tentang semangat! Coba bayangkan jika seorang pebulutangkis tidak memiliki semangat saat bertanding di lapangan! Mustahil ia akan memenangkan pertandingan, sebaliknya hanya akan menjadi bulan-bulanan si lawan. Dalam kehidupan rohani, kita pun harus memiliki semangat. "Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?" (Amsal 18:14). Dalam bidang apa pun jika kita melakukan segala sesuatunya tanpa semangat, kita tidak akan memetik hasil yang maksimal.
Jangan sampai kita hanya puas sebagai pengikut Kristen (orang Kristen) saja, yang hanya menjadi simpatisan di gereja, tetapi kita harus melangkah ke tahap yang lebih lagi yaitu memiliki hati yang terbeban untuk pekerjaan Tuhan dengan melibatkan diri dalam pelayanan, yang harus kita lakukan dengan penuh semangat. "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." (Roma 12:11). Orang yang memiliki semangat melayani Tuhan tidak akan mudah lelah atau pun putus asa meski diterpa badai permasalahan. Ia tidak akan berhenti dan mundur, tapi makin berlari kencang dengan mata yang tertuju kepada panggilan Tuhan. Inilah yang dilakukan Paulus: "...mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." (Filipi 3:13b-14). Ketika badai datang burung rajawali bukannya lari menjauh, ia justru menantang badai itu; ia akan mengembangkan sayapnya dan memperhatikan dengan seksama kapan badai itu datang. Ini adalah sikap berjaga-jaga. ia akan menggunakan badai itu untuk terbang lebih tinggi lagi.
Masalah dan ujian adalah bagian dari proses. Hendaknya hal itu semakin memacu kita untuk 'terbang tinggi' bersama dengan Tuhan karena kita tahu dalam segala perkara Tuhan turut bekerja.
Semakin kita bersemangat di dalam Tuhan, semakin kita mengalami perkara-perkara yang ajaib bersama Dia!
Baca: Mazmur 142:1-8
"Ketika semangatku lemah lesu di dalam diriku, Engkaulah yang mengetahui jalanku." Mazmur 142:4a
Karakter lain dari burung rajawali adalah bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi. Ini berbicara tentang semangat! Coba bayangkan jika seorang pebulutangkis tidak memiliki semangat saat bertanding di lapangan! Mustahil ia akan memenangkan pertandingan, sebaliknya hanya akan menjadi bulan-bulanan si lawan. Dalam kehidupan rohani, kita pun harus memiliki semangat. "Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?" (Amsal 18:14). Dalam bidang apa pun jika kita melakukan segala sesuatunya tanpa semangat, kita tidak akan memetik hasil yang maksimal.
Jangan sampai kita hanya puas sebagai pengikut Kristen (orang Kristen) saja, yang hanya menjadi simpatisan di gereja, tetapi kita harus melangkah ke tahap yang lebih lagi yaitu memiliki hati yang terbeban untuk pekerjaan Tuhan dengan melibatkan diri dalam pelayanan, yang harus kita lakukan dengan penuh semangat. "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." (Roma 12:11). Orang yang memiliki semangat melayani Tuhan tidak akan mudah lelah atau pun putus asa meski diterpa badai permasalahan. Ia tidak akan berhenti dan mundur, tapi makin berlari kencang dengan mata yang tertuju kepada panggilan Tuhan. Inilah yang dilakukan Paulus: "...mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." (Filipi 3:13b-14). Ketika badai datang burung rajawali bukannya lari menjauh, ia justru menantang badai itu; ia akan mengembangkan sayapnya dan memperhatikan dengan seksama kapan badai itu datang. Ini adalah sikap berjaga-jaga. ia akan menggunakan badai itu untuk terbang lebih tinggi lagi.
Masalah dan ujian adalah bagian dari proses. Hendaknya hal itu semakin memacu kita untuk 'terbang tinggi' bersama dengan Tuhan karena kita tahu dalam segala perkara Tuhan turut bekerja.
Semakin kita bersemangat di dalam Tuhan, semakin kita mengalami perkara-perkara yang ajaib bersama Dia!
Sunday, May 25, 2014
KRISTEN RAJAWALI: Selalu Terbang Tingggi
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Mei 2014
Baca: Yesaya 40:28-31
"tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya;" Yesaya 40:31
Tuhan memiliki rancangan yang baik bagi umat-Nya yaitu rancangan damai sejahtera dan hari depan penuh harapan (baca Yeremia 29:11). Karena itulah sudah seharusnya kehidupan orang Kristen dipenuhi oleh kemenangan dan keberhasilan, bukan terus berkutat dengan kegagalan dan keterpurukan.
Tak terbilang banyaknya orang Kristen yang masih saja 'berputar-putar di padang gurun, belum juga menikmati Kanaan.' Hari-hari mereka dipenuhi dengan sungut-sungut, kecewa dan putus asa. Akibatnya mereka tidak lagi bersemangat menjalani hidup ini dan akan mengalami kemunduran dalam pengiringannya kepada Tuhan. Namun kita patut bersyukur karena kita punya Tuhan yang begitu peduli dan mengasihi kita. Terhadap anak-anaknya yang sedang lemah dan putus asa Tuhan tidak pernah berhenti untuk "...memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya." (Yesaya 40:29). Tuhan menghendaki kita menjadi orang-orang Kristen yang kuat seperti burung rajawali. Mengapa Alkitab menggambarkan kehidupan orang Kristen yang kuat itu seumpama rajawali, bukan burung yang lain? Semua tak lepas dari karakteristik burung rajawali yang memiliki banyak kelebihan. Salah satunya adalah selalu terbang tinggi. Karakter inilah yang harus dimiliki oleh setiap orang percaya yaitu menyukai tempat tinggi, artinya mengutamakan perkara-perkara yang di atas, mengejar hadirat Tuhan, suka bersekutu dengan Tuhan. Inilah kunci hidup berkemenangan bagi orang Kristen! Paulus menasihati kita, "...carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi." (Kolose 3:1-2). Kita tidak akan mampu bertahan di tengah situasi sulit seperti sekarang ini, jika kita tidak bergaul karib dengan Tuhan.
Daniel tetap kuat dan tampil sebagai pemenang meski berada di tengah situasi yang sangat sulit, karena ia senantiasa bersekutu dengan Tuhan setiap hari, "...tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya." (Daniel 6:11b).
Senantiasa bersekutu dengan Tuhan memberi kita kekuatan mengatasi badai hidup.
Baca: Yesaya 40:28-31
"tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya;" Yesaya 40:31
Tuhan memiliki rancangan yang baik bagi umat-Nya yaitu rancangan damai sejahtera dan hari depan penuh harapan (baca Yeremia 29:11). Karena itulah sudah seharusnya kehidupan orang Kristen dipenuhi oleh kemenangan dan keberhasilan, bukan terus berkutat dengan kegagalan dan keterpurukan.
Tak terbilang banyaknya orang Kristen yang masih saja 'berputar-putar di padang gurun, belum juga menikmati Kanaan.' Hari-hari mereka dipenuhi dengan sungut-sungut, kecewa dan putus asa. Akibatnya mereka tidak lagi bersemangat menjalani hidup ini dan akan mengalami kemunduran dalam pengiringannya kepada Tuhan. Namun kita patut bersyukur karena kita punya Tuhan yang begitu peduli dan mengasihi kita. Terhadap anak-anaknya yang sedang lemah dan putus asa Tuhan tidak pernah berhenti untuk "...memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya." (Yesaya 40:29). Tuhan menghendaki kita menjadi orang-orang Kristen yang kuat seperti burung rajawali. Mengapa Alkitab menggambarkan kehidupan orang Kristen yang kuat itu seumpama rajawali, bukan burung yang lain? Semua tak lepas dari karakteristik burung rajawali yang memiliki banyak kelebihan. Salah satunya adalah selalu terbang tinggi. Karakter inilah yang harus dimiliki oleh setiap orang percaya yaitu menyukai tempat tinggi, artinya mengutamakan perkara-perkara yang di atas, mengejar hadirat Tuhan, suka bersekutu dengan Tuhan. Inilah kunci hidup berkemenangan bagi orang Kristen! Paulus menasihati kita, "...carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi." (Kolose 3:1-2). Kita tidak akan mampu bertahan di tengah situasi sulit seperti sekarang ini, jika kita tidak bergaul karib dengan Tuhan.
Daniel tetap kuat dan tampil sebagai pemenang meski berada di tengah situasi yang sangat sulit, karena ia senantiasa bersekutu dengan Tuhan setiap hari, "...tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya." (Daniel 6:11b).
Senantiasa bersekutu dengan Tuhan memberi kita kekuatan mengatasi badai hidup.
Saturday, May 24, 2014
ABRAHAM: Membangun Mezbah
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Mei 2014
Baca: Maleakhi 3:13-18
"Maka kamu akan melihat kembali perbedaan antara orang benar dan orang fasik, antara orang yang beribadah kepada Allah dan orang yang tidak beribadah kepada-Nya." Maleakhi 3:18
Iman dan ketaatan Abraham adalah buah ketekunannya beribadah kepada Tuhan. Bukti bahwa ia tekun beribadah dan memiliki persekutuan karib dengan Tuhan adalah mezbah-mezbah yang dibangunNya. Mezbah berbicara tentang ibadah, artinya Abraham menghormati Tuhan, karena di atas mezbah ada korban yang dipersembahkan kepada Tuhan. Tidak hanya satu, tapi ada empat mezbah yang telah dibangunnya.
Ke-4 mezbah yang telah dibangun Abraham adalah: 1. Mezbah di dekat Sikhem (Kejadian 12:6-7). Kata Sikhem berarti bahu. Membuktikan bahwa Abraham telah menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan: segala permasalahan dan beban hidup ia letakkan di atas bahu Tuhan. Dengan kata lain Abraham tidak lagi mengandalkan kekuatannya sendiri, tapi mengandalkan Tuhan dalam segala hal. Jangan sekali-kali mengandalkan kekuatan sendiri, tetapi taruhlah segala beban hidup kita di bahu Tuhan. Yakinlah jika kita mengangkat tangan berserah, Tuhan pasti turun tangan menolong kita.
2. Mezbah dekat Betel (Kejadian 12:8). Betel berarti rumah Tuhan. Abraham sangat menghormati rumah Tuhan, tempat di mana Ia hadir. Setiap orang yang menghormati rumah Tuhan pasti akan diberkati secara luar biasa. Contohnya keluarga Obed Edom: "Tiga bulan lamanya tabut Tuhan itu tinggal di rumah Obed-Edom, orang Gat itu, dan TUHAN memberkati Obed-Edom dan seisi rumahnya." (2 Samuel 6:11-12).
3. Mezbah di Hebron (baca Kejadian 13:18). Kata Hebron berarti damai sejahtera. Ketika ke luar dari negerinya Abraham tidak hanya membawa keluarga, tapi juga Lot (keponakannya) sehingga Lot pun merasakan dampaknya, turut diberkati. Karena kekayaannya yang melimpah mereka harus berpisah. Abraham memilih untuk mengalah dan tidak mau bertengkar dengan Lot, sehingga ada damai sejahtera dalam diri Abraham.
4. Mezbah di gunung Moria (Kejadian 22:1-2). Di gunung Moria ini Abraham telah membuktikan kasihnya yang besar kepada Tuhan dengan mempersembahkan Ishak.
Jika kita beribadah kepada Tuhan dengan sungguh kita pasti akan mengalami berkat-berkatNya yang melimpah!
Baca: Maleakhi 3:13-18
"Maka kamu akan melihat kembali perbedaan antara orang benar dan orang fasik, antara orang yang beribadah kepada Allah dan orang yang tidak beribadah kepada-Nya." Maleakhi 3:18
Iman dan ketaatan Abraham adalah buah ketekunannya beribadah kepada Tuhan. Bukti bahwa ia tekun beribadah dan memiliki persekutuan karib dengan Tuhan adalah mezbah-mezbah yang dibangunNya. Mezbah berbicara tentang ibadah, artinya Abraham menghormati Tuhan, karena di atas mezbah ada korban yang dipersembahkan kepada Tuhan. Tidak hanya satu, tapi ada empat mezbah yang telah dibangunnya.
Ke-4 mezbah yang telah dibangun Abraham adalah: 1. Mezbah di dekat Sikhem (Kejadian 12:6-7). Kata Sikhem berarti bahu. Membuktikan bahwa Abraham telah menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan: segala permasalahan dan beban hidup ia letakkan di atas bahu Tuhan. Dengan kata lain Abraham tidak lagi mengandalkan kekuatannya sendiri, tapi mengandalkan Tuhan dalam segala hal. Jangan sekali-kali mengandalkan kekuatan sendiri, tetapi taruhlah segala beban hidup kita di bahu Tuhan. Yakinlah jika kita mengangkat tangan berserah, Tuhan pasti turun tangan menolong kita.
2. Mezbah dekat Betel (Kejadian 12:8). Betel berarti rumah Tuhan. Abraham sangat menghormati rumah Tuhan, tempat di mana Ia hadir. Setiap orang yang menghormati rumah Tuhan pasti akan diberkati secara luar biasa. Contohnya keluarga Obed Edom: "Tiga bulan lamanya tabut Tuhan itu tinggal di rumah Obed-Edom, orang Gat itu, dan TUHAN memberkati Obed-Edom dan seisi rumahnya." (2 Samuel 6:11-12).
3. Mezbah di Hebron (baca Kejadian 13:18). Kata Hebron berarti damai sejahtera. Ketika ke luar dari negerinya Abraham tidak hanya membawa keluarga, tapi juga Lot (keponakannya) sehingga Lot pun merasakan dampaknya, turut diberkati. Karena kekayaannya yang melimpah mereka harus berpisah. Abraham memilih untuk mengalah dan tidak mau bertengkar dengan Lot, sehingga ada damai sejahtera dalam diri Abraham.
4. Mezbah di gunung Moria (Kejadian 22:1-2). Di gunung Moria ini Abraham telah membuktikan kasihnya yang besar kepada Tuhan dengan mempersembahkan Ishak.
Jika kita beribadah kepada Tuhan dengan sungguh kita pasti akan mengalami berkat-berkatNya yang melimpah!
Friday, May 23, 2014
ABRAHAM: Mengalami Berkat Tuhan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Mei 2014
Baca: Galatia 3:15-29
"Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah." Galatia 3:29
Menjadi orang Kristen atau pengikut Kristus adalah suatu keuntungan besar, sebab kita bukan hanya disediakan berkat-berkat rohani, yang puncaknya adalah menikmati kehidupan kekal di dalam Kerajaan Sorga, tetapi juga mengalami penggenapan janji-janji Tuhan dalam hidup ini (berkat-berkat jasmani). Ada tertulis: "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10b). Alkitab juga menyatakan bahwa setiap kita yang ada di dalam Kristus berhak menerima segala janji yang diberikan Tuhan kepada Abraham.
Apa janji-janji Tuhan kepada Abraham? Dalam Kejadian 12:2-3 Tuhan berfirman kepada Abraham: "Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat." Janji-janji Tuhan kepada Abraham pun digenapiNya: Abraham diberkati dengan melimpah dan juga menjadi berkat bagi bangsa-bangsa.
Namun untuk mengalami penggenapan janji Tuhan dalam hidupnya Abraham harus berani membayar harga, di antaranya: harus meninggalkan negerinya, Ur-Kasdim, artinya berpisah dari sanak saudaranya dan juga rumah bapanya. "Karena iman Abraham taat," (Ibrani 11:8). Iman Abraham adalah iman yang hidup, iman yang disertai dengan perbuatan. "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:17); dan ketika Tuhan berjanji kepada Abraham bahwa keturunannya akan seperti bintang di langit banyaknya, meski secara manusia hal itu sangat mustahil, ia pun percaya, "...maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." (Kejadian 15:6). Juga saat diperhadapkan dengan ujian kasih, yaitu diminta untuk mempersembahkan anak semata wayangnya, Ishak, kepada Tuhan, ia pun taat melakukan apa yang diperintahkan kepadanya. Ini membuktikan bahwa Abraham mengasihi Tuhan lebih dari segala-galanya.
Tuhan memberkati Abraham secara melimpah karena ia punya iman dan ketaatan!
Baca: Galatia 3:15-29
"Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah." Galatia 3:29
Menjadi orang Kristen atau pengikut Kristus adalah suatu keuntungan besar, sebab kita bukan hanya disediakan berkat-berkat rohani, yang puncaknya adalah menikmati kehidupan kekal di dalam Kerajaan Sorga, tetapi juga mengalami penggenapan janji-janji Tuhan dalam hidup ini (berkat-berkat jasmani). Ada tertulis: "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10b). Alkitab juga menyatakan bahwa setiap kita yang ada di dalam Kristus berhak menerima segala janji yang diberikan Tuhan kepada Abraham.
Apa janji-janji Tuhan kepada Abraham? Dalam Kejadian 12:2-3 Tuhan berfirman kepada Abraham: "Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat." Janji-janji Tuhan kepada Abraham pun digenapiNya: Abraham diberkati dengan melimpah dan juga menjadi berkat bagi bangsa-bangsa.
Namun untuk mengalami penggenapan janji Tuhan dalam hidupnya Abraham harus berani membayar harga, di antaranya: harus meninggalkan negerinya, Ur-Kasdim, artinya berpisah dari sanak saudaranya dan juga rumah bapanya. "Karena iman Abraham taat," (Ibrani 11:8). Iman Abraham adalah iman yang hidup, iman yang disertai dengan perbuatan. "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:17); dan ketika Tuhan berjanji kepada Abraham bahwa keturunannya akan seperti bintang di langit banyaknya, meski secara manusia hal itu sangat mustahil, ia pun percaya, "...maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." (Kejadian 15:6). Juga saat diperhadapkan dengan ujian kasih, yaitu diminta untuk mempersembahkan anak semata wayangnya, Ishak, kepada Tuhan, ia pun taat melakukan apa yang diperintahkan kepadanya. Ini membuktikan bahwa Abraham mengasihi Tuhan lebih dari segala-galanya.
Tuhan memberkati Abraham secara melimpah karena ia punya iman dan ketaatan!
Thursday, May 22, 2014
PENYESALAN DAUD
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Mei 2014
Baca: 1 Tawarikh 21:18-30
"Lalu Daud mendirikan di sana mezbah bagi TUHAN, mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan dan memanggil TUHAN." 1 Tawarikh 21:26a
Daud menyadari kesalahan yang telah dilakukannya. "Aku telah sangat berdosa karena melakukan hal ini; maka sekarang, jauhkanlah kiranya kesalahan hamba-Mu, sebab perbuatanku itu sangat bodoh." (1 Tawarikh 21:8).
Penyesalan selalu datang terlambat setelah semuanya terjadi. Akibat pelanggaran yang dilakukan Daud Tuhan murka kepada umat Israel dengan mendatangkan penyakit sampar, sehingga "...tewaslah dari orang Israel tujuh puluh ribu orang." (1 Tawarikh 21:14). Namun melihat penyesalan mendalam dalam diri Daud surutlah kemarahan Tuhan. Daud mengakui: "...Engkau, ya Tuhan, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih dan setia." (Mazmur 86:15). Melalui Gad, malaikat Tuhan memberikan sebuah petunjuk kepada Daud tentang apa yang harus dilakukannya sebagai jalan pendamaian bagi bangsa Israel, yaitu mendirikan mezbah bagi Tuhan dan mempersembahkan korban bakaran. Setelah Daud melakukan apa yang diperintahkan itu, "...TUHAN menjawab dia dengan menurunkan api dari langit ke atas mezbah korban bakaran itu. Lalu berfirmanlah TUHAN kepada malaikat itu supaya dikembalikannya pedangnya ke dalam sarungnya." (1 Tawarikh 21:26-27), dan seketika itu tulah pun berhenti menimpa bangsa Israel.
Mezbah berbicara tentang pendamaian antara manusia dan Tuhan. Sejak manusia jatuh dalam dosa Tuhan sudah menetapkan bahwa pendamaian hanya dapat terjadi melalui penumpahan darah, sebab "...tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan." (Ibrani 9:22). Demikian pula dengan dosa yang dilakukan Daud, haruslah ada penumpahan darah binatang dan mengorbankannya kepada Tuhan sebagai korban pendamaian, sehingga Tuhan menerimanya. Ada pun korban-korban Perjanjian Lama ini telah disempurnakan melalui pengorbanan Yesus Kristus di atas Kalvari. Darah Kristus telah ditentukan sebagai korban pendamaian antara kita dengan Allah, sekali untuk selamanya. "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9).
Pertobatan Daud akhirnya membawa pemulihan bagi bangsa Israel.
Baca: 1 Tawarikh 21:18-30
"Lalu Daud mendirikan di sana mezbah bagi TUHAN, mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan dan memanggil TUHAN." 1 Tawarikh 21:26a
Daud menyadari kesalahan yang telah dilakukannya. "Aku telah sangat berdosa karena melakukan hal ini; maka sekarang, jauhkanlah kiranya kesalahan hamba-Mu, sebab perbuatanku itu sangat bodoh." (1 Tawarikh 21:8).
Penyesalan selalu datang terlambat setelah semuanya terjadi. Akibat pelanggaran yang dilakukan Daud Tuhan murka kepada umat Israel dengan mendatangkan penyakit sampar, sehingga "...tewaslah dari orang Israel tujuh puluh ribu orang." (1 Tawarikh 21:14). Namun melihat penyesalan mendalam dalam diri Daud surutlah kemarahan Tuhan. Daud mengakui: "...Engkau, ya Tuhan, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih dan setia." (Mazmur 86:15). Melalui Gad, malaikat Tuhan memberikan sebuah petunjuk kepada Daud tentang apa yang harus dilakukannya sebagai jalan pendamaian bagi bangsa Israel, yaitu mendirikan mezbah bagi Tuhan dan mempersembahkan korban bakaran. Setelah Daud melakukan apa yang diperintahkan itu, "...TUHAN menjawab dia dengan menurunkan api dari langit ke atas mezbah korban bakaran itu. Lalu berfirmanlah TUHAN kepada malaikat itu supaya dikembalikannya pedangnya ke dalam sarungnya." (1 Tawarikh 21:26-27), dan seketika itu tulah pun berhenti menimpa bangsa Israel.
Mezbah berbicara tentang pendamaian antara manusia dan Tuhan. Sejak manusia jatuh dalam dosa Tuhan sudah menetapkan bahwa pendamaian hanya dapat terjadi melalui penumpahan darah, sebab "...tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan." (Ibrani 9:22). Demikian pula dengan dosa yang dilakukan Daud, haruslah ada penumpahan darah binatang dan mengorbankannya kepada Tuhan sebagai korban pendamaian, sehingga Tuhan menerimanya. Ada pun korban-korban Perjanjian Lama ini telah disempurnakan melalui pengorbanan Yesus Kristus di atas Kalvari. Darah Kristus telah ditentukan sebagai korban pendamaian antara kita dengan Allah, sekali untuk selamanya. "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9).
Pertobatan Daud akhirnya membawa pemulihan bagi bangsa Israel.
Wednesday, May 21, 2014
KESOMBONGAN DAUD
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Mei 2014
Baca: 1 Tawarikh 21:1-17
"Pergilah, hitunglah orang Israel dari Bersyeba sampai Dan, dan bawalah hasilnya kepadaku, supaya aku tahu jumlah mereka." 1 Tawarikh 21:2
Ada pepatah "Tak ada gading yang tak retak", artinya di dunia ini tidak ada yang sempurna. Tak terkecuali dengan Daud. Sebagai manusia ia pun memiliki banyak kelemahan dan kekurangan, serta tidak luput dari kesalahan. Salah satu kesalahan Daud adalah ketika ia menyuruh Yoab untuk menghitung jumlah tentara Israel setelah berhasil mengalahkan lawan-lawannya.
Awalnya Yoab enggan untuk melakukannya, dengan berkata, "Kiranya TUHAN menambahi rakyat-Nya seratus kali lipat dari pada yang ada sekarang. Ya tuanku raja, bukankah mereka sekalian, hamba-hamba tuanku? Mengapa tuanku menuntut hal ini? Mengapa orang Israel harus menanggung kesalahan oleh karena hal itu?" (1 Tawarikh 21:3). Namun akhirnya Yoab dengan terpaksa melakukan apa yang diperintahkan oleh Daud. Ini adalah wujud ketaatannya terhadap raja, walaupun ia tahu bahwa tindakan melakukan sensus ini adalah jahat di mata Tuhan. Mengapa tindakan Daud ini dianggap jahat di mata Tuhan? Kalau sekedar menghitung saja bukanlah kejahatan, tapi Tuhan melihat apa yang sesungguhnya ada di hati Daud, "...sebab TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita." (1 Tawarikh 28:9). Pada waktu itu kemenangan demi kemenangan telah diraih oleh bangsa Israel dan musuh terakhir yang dikalahkannya adalah bangsa Filistin (baca 2 Samuel 21:15-22). Atas keberhasilannya itu Daud pun tak lupa untuk bersyukur kepada Tuhan (baca 2 Samuel 22:1-51). Namun rasa syukurnya berubah menjadi sebuah kesombongan. Ia mulai merasa bahwa kemenangan-kemenangan yang diraihnya selama ini adalah karena kekuatan tentaranya, yang ada di bawah kepemimpinannya. Artinya Daud merasa punya andil besar dalam hal ini.
Kemenangan demi kemenangan sedikit banyak telah membuat Daud terlena dan merasa di atas angin. Celah inilah yang dimanfaatkan oleh Iblis untuk membujuk Daud supaya ia menghitung jumlah pasukan Israel. Kesombongan yang tersirat itulah yang dilihat Tuhan sebagai sebuah kejahatan; dan akibat kesalahan Daud mengadakan sensus inilah akhirnya tulah dijatuhkan atas segenap orang Israel.
Manusia yang sombong yang angkuh akan direndahkan dan ditundukkanNya (baca: Yesaya 2:11).
Baca: 1 Tawarikh 21:1-17
"Pergilah, hitunglah orang Israel dari Bersyeba sampai Dan, dan bawalah hasilnya kepadaku, supaya aku tahu jumlah mereka." 1 Tawarikh 21:2
Ada pepatah "Tak ada gading yang tak retak", artinya di dunia ini tidak ada yang sempurna. Tak terkecuali dengan Daud. Sebagai manusia ia pun memiliki banyak kelemahan dan kekurangan, serta tidak luput dari kesalahan. Salah satu kesalahan Daud adalah ketika ia menyuruh Yoab untuk menghitung jumlah tentara Israel setelah berhasil mengalahkan lawan-lawannya.
Awalnya Yoab enggan untuk melakukannya, dengan berkata, "Kiranya TUHAN menambahi rakyat-Nya seratus kali lipat dari pada yang ada sekarang. Ya tuanku raja, bukankah mereka sekalian, hamba-hamba tuanku? Mengapa tuanku menuntut hal ini? Mengapa orang Israel harus menanggung kesalahan oleh karena hal itu?" (1 Tawarikh 21:3). Namun akhirnya Yoab dengan terpaksa melakukan apa yang diperintahkan oleh Daud. Ini adalah wujud ketaatannya terhadap raja, walaupun ia tahu bahwa tindakan melakukan sensus ini adalah jahat di mata Tuhan. Mengapa tindakan Daud ini dianggap jahat di mata Tuhan? Kalau sekedar menghitung saja bukanlah kejahatan, tapi Tuhan melihat apa yang sesungguhnya ada di hati Daud, "...sebab TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita." (1 Tawarikh 28:9). Pada waktu itu kemenangan demi kemenangan telah diraih oleh bangsa Israel dan musuh terakhir yang dikalahkannya adalah bangsa Filistin (baca 2 Samuel 21:15-22). Atas keberhasilannya itu Daud pun tak lupa untuk bersyukur kepada Tuhan (baca 2 Samuel 22:1-51). Namun rasa syukurnya berubah menjadi sebuah kesombongan. Ia mulai merasa bahwa kemenangan-kemenangan yang diraihnya selama ini adalah karena kekuatan tentaranya, yang ada di bawah kepemimpinannya. Artinya Daud merasa punya andil besar dalam hal ini.
Kemenangan demi kemenangan sedikit banyak telah membuat Daud terlena dan merasa di atas angin. Celah inilah yang dimanfaatkan oleh Iblis untuk membujuk Daud supaya ia menghitung jumlah pasukan Israel. Kesombongan yang tersirat itulah yang dilihat Tuhan sebagai sebuah kejahatan; dan akibat kesalahan Daud mengadakan sensus inilah akhirnya tulah dijatuhkan atas segenap orang Israel.
Manusia yang sombong yang angkuh akan direndahkan dan ditundukkanNya (baca: Yesaya 2:11).
Tuesday, May 20, 2014
HATI YANG RELA (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Mei 2014
Baca: Keluaran 4:1-17
"Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan." Keluaran 4:12
Dalam memilih seseorang Tuhan tidak pernah melihatnya dari sudut pandang secara fisik atau kecerdasan secara intelektual. "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (1 Samuel 16:7b). Begitu juga panggilanNya terhadap Musa, Tuhan tidak menanyakan seberapa kuat dan hebatnya dia, namun Tuhan ingin mengetahui isi hatinya: adakah ia memiliki kerelaan hati untuk dibentuk dipakaiNya?
Tuhan tidak pernah salah dalam memanggil seseorang karena Dia tahu persis siapa kita, kesanggupan kita, kekuatan kita, kelemahan kita dan keterbatasan kita. Karena itu Tuhan berkata kepada Musa, "...pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan." (Keluaran 4:12). Tuhan juga mendemonstrasikan kuasaNya di depan Musa secara langsung: diperintahkan untuk melemparkan tongkatnya ke tanah dan tongkat itu menjadi ular; memasukkan tangannya ke dalam baju dan setelah ditarik ke luar tangannya pun terkena kusta, putih seperti salju. Melalui peristiwa ini Tuhan hendak menegaskan, "Adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk TUHAN?" (Kejadian 18:14). Jadi tidak ada alasan bagi musa untuk lari dari panggilan Tuhan ini. Namun semua sangat tergantung dari sikap dan respons hati kita. Sekalipun Tuhan mengenal kita secara sempurna tapi Ia tidak akan berbuat apa-apa sebelum kita menyerahkan kemauan kita kepadaNya. Tuhan sangat rindu kita menyerahkan kerelaan hati kita ke dalam tanganNya dan masuk ke dalam rencanaNya yang indah.
Mari kita belajar dari Daud yang punya hati yang rela untuk dibentuk Tuhan: "Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku;" (Mazmur 139:23). Saat kita punya penyerahan diri, saat itu pula Tuhan akan bekerja di dalam kita; dan ketika Tuhan bekerja saat itulah kita beroleh kekuatan dan kesanggupan untuk mengerjakan panggilanNya, bahkan kita dapat melakukan perkara-perkara yang besar. Asal kita punya hati yang rela, Tuhan akan berkarya secara ajaib di dalam kita.
Hati yang rela adalah hal yang senantiasa Tuhan nantikan dari umatNya!
Baca: Keluaran 4:1-17
"Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan." Keluaran 4:12
Dalam memilih seseorang Tuhan tidak pernah melihatnya dari sudut pandang secara fisik atau kecerdasan secara intelektual. "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (1 Samuel 16:7b). Begitu juga panggilanNya terhadap Musa, Tuhan tidak menanyakan seberapa kuat dan hebatnya dia, namun Tuhan ingin mengetahui isi hatinya: adakah ia memiliki kerelaan hati untuk dibentuk dipakaiNya?
Tuhan tidak pernah salah dalam memanggil seseorang karena Dia tahu persis siapa kita, kesanggupan kita, kekuatan kita, kelemahan kita dan keterbatasan kita. Karena itu Tuhan berkata kepada Musa, "...pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan." (Keluaran 4:12). Tuhan juga mendemonstrasikan kuasaNya di depan Musa secara langsung: diperintahkan untuk melemparkan tongkatnya ke tanah dan tongkat itu menjadi ular; memasukkan tangannya ke dalam baju dan setelah ditarik ke luar tangannya pun terkena kusta, putih seperti salju. Melalui peristiwa ini Tuhan hendak menegaskan, "Adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk TUHAN?" (Kejadian 18:14). Jadi tidak ada alasan bagi musa untuk lari dari panggilan Tuhan ini. Namun semua sangat tergantung dari sikap dan respons hati kita. Sekalipun Tuhan mengenal kita secara sempurna tapi Ia tidak akan berbuat apa-apa sebelum kita menyerahkan kemauan kita kepadaNya. Tuhan sangat rindu kita menyerahkan kerelaan hati kita ke dalam tanganNya dan masuk ke dalam rencanaNya yang indah.
Mari kita belajar dari Daud yang punya hati yang rela untuk dibentuk Tuhan: "Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku;" (Mazmur 139:23). Saat kita punya penyerahan diri, saat itu pula Tuhan akan bekerja di dalam kita; dan ketika Tuhan bekerja saat itulah kita beroleh kekuatan dan kesanggupan untuk mengerjakan panggilanNya, bahkan kita dapat melakukan perkara-perkara yang besar. Asal kita punya hati yang rela, Tuhan akan berkarya secara ajaib di dalam kita.
Hati yang rela adalah hal yang senantiasa Tuhan nantikan dari umatNya!
Monday, May 19, 2014
HATI YANG RELA (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Mei 2014
Baca: Keluaran 3:1-22
"Tetapi Musa berkata kepada Allah: "Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?" Keluaran 3:11
Seringkali kita bersikap 'jual mahal' dan 'jaim' (jaga image) kepada Tuhan. Dengan berbagai alasan kita berusaha menghindar dan lari dari panggilan Tuhan. Beribadah saja keterpaksaan, apalagi melayani pekerjaan Tuhan.
Siapakah kita ini hingga kita bersikap demikian? Apakah Tuhan membutuhkan kita atau kita yang sangat membutuhkanNya? Sesungguhnya Tuhan tidak membutuhkan tenaga kita, "...sebab Ia maha kuasa dan maha kuat." (Yesaya 40:26b); Tuhan tidak membutuhkan hikmat atau kepintaran kita karena Ia adalah sumber hikmat itu sendiri. "...TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian." (Amsal 2:6). Tetapi seringkali kita yang berlagak sok pintar dan sok tahu. Tuhan juga tidak membutuhkan uang atau harta kita karena Dia lebih kaya dari manusia mana pun yang ada di bumi ini. Yang Tuhan butuhkan dari kita adalah kerelaan hati kita merespons panggilan Tuhan; kerelaan berjalan bersamaNya; kerelaan melakukan firmanNya; kerelaan melayani Dia, memberitakan Injil dan menjadi saksi-saksiNya. Saat pertama kalinya dipanggil Tuhan untuk melayani, Musa pun bersikap seperti kebanyakan orang Kristen saat ini yaitu menolak dengan berbagai dalih dan alasan, "Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman keada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah." (Keluaran 4:10), karena itu "...Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus." (Keluaran 4:13).
Jawaban Musa ini didasarkan pada kekuatan dan kemampuannya yang sangat terbatas. Ia sadar bahwa dirinya bukan siapa-siapa. Secara manusia mustahil bagi Musa bisa mengerjakan tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan Tuhan ini yaitu memimpin suatu bangsa yang besar dan membawa mereka ke luar dari perbudakannya di mesir. Saat itu Musa benar-benar sedang dalam pergumulan yang berat dan mengalami krisis percaya diri: takut, kuatir, cemas, ragu dan minder berkecemuk jadi satu. Musa menolak panggilan Tuhan karena merasa diri tidak mampu! (Bersambung)
Baca: Keluaran 3:1-22
"Tetapi Musa berkata kepada Allah: "Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?" Keluaran 3:11
Seringkali kita bersikap 'jual mahal' dan 'jaim' (jaga image) kepada Tuhan. Dengan berbagai alasan kita berusaha menghindar dan lari dari panggilan Tuhan. Beribadah saja keterpaksaan, apalagi melayani pekerjaan Tuhan.
Siapakah kita ini hingga kita bersikap demikian? Apakah Tuhan membutuhkan kita atau kita yang sangat membutuhkanNya? Sesungguhnya Tuhan tidak membutuhkan tenaga kita, "...sebab Ia maha kuasa dan maha kuat." (Yesaya 40:26b); Tuhan tidak membutuhkan hikmat atau kepintaran kita karena Ia adalah sumber hikmat itu sendiri. "...TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian." (Amsal 2:6). Tetapi seringkali kita yang berlagak sok pintar dan sok tahu. Tuhan juga tidak membutuhkan uang atau harta kita karena Dia lebih kaya dari manusia mana pun yang ada di bumi ini. Yang Tuhan butuhkan dari kita adalah kerelaan hati kita merespons panggilan Tuhan; kerelaan berjalan bersamaNya; kerelaan melakukan firmanNya; kerelaan melayani Dia, memberitakan Injil dan menjadi saksi-saksiNya. Saat pertama kalinya dipanggil Tuhan untuk melayani, Musa pun bersikap seperti kebanyakan orang Kristen saat ini yaitu menolak dengan berbagai dalih dan alasan, "Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman keada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah." (Keluaran 4:10), karena itu "...Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus." (Keluaran 4:13).
Jawaban Musa ini didasarkan pada kekuatan dan kemampuannya yang sangat terbatas. Ia sadar bahwa dirinya bukan siapa-siapa. Secara manusia mustahil bagi Musa bisa mengerjakan tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan Tuhan ini yaitu memimpin suatu bangsa yang besar dan membawa mereka ke luar dari perbudakannya di mesir. Saat itu Musa benar-benar sedang dalam pergumulan yang berat dan mengalami krisis percaya diri: takut, kuatir, cemas, ragu dan minder berkecemuk jadi satu. Musa menolak panggilan Tuhan karena merasa diri tidak mampu! (Bersambung)
Subscribe to:
Posts (Atom)