Wednesday, June 6, 2012

MEMPELAI KRISTUS: Harus Dewasa Rohani! (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Juni 2012 -

Baca:  Efesus 4:1-16

"sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,"  Efesus 4:13

Orang Kristen yang sudah bertahun-tahun menjadi Kristen tapi tetap saja  'kanak-kanak'  rohaninya bisa diibaratkan seperti pohon bonsai, pohon yang sudah ditanam selama berpuluh-puluh tahun tapi tetap saja kerdil.  Kemarin disampaikan bahwa untuk bisa bertumbuh menjadi dewasa harus melalui proses, maka dari itu dibutuhkan komitmen yang sungguh.  Tanpa komitmen yang sungguh kita tidak akan mencapai kedewasaan rohani.  Komitmen itu harus dilakukan dan dipraktekkan, tidak hanya lips service.  Aktif di setiap ibadah dan persekutuan tanpa ada komitmen untuk melakukan firman Tuhan adalah sia-sia belaka, karena  "...iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna."  (Yakobus 2:22).

     Jadi beriman saja tidak cukup, mendengarkan firman saja juga tidak cukup, tapi kita juga harus taat dan mempraktekkan apa yang sudah kita dengar dan pelajari supaya dapat bertumbuh.  Alkitab menyatakan,  "Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga."  (Matius 5:20).  Ahli- ahli Taurat dan orang-orang Farisi sangat fasih dengan isi Alkitab, menguasai ilmu teologia dan sebagainya, tapi mereka tidak menjadi pelaku firman dengan sungguh.

     "Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan."  (Matius 3:8).  Pertumbuhan rohani seseorang pasti disertai dengan adanya perubahan karakter.  Bukankah masih sering ditemukan orang Kristen yang sudah mengerti firman Tuhan, bahkan sudah terlibat dalam pelayanan, tapi hidupnya belum juga menunjukkan perubahan, masih hidup menuruti keinginan daging:  tidak bisa menguasai ucapan, masih menyimpan dendam, kebencian, kepahitan, terlibat dalam perzinahan?  Hal ini menunjukkan bahwa kita tidak memiliki komitmen untuk berubah dan bertumbuh.  Kalau seperti itu terus, sampai kapan pun kita tetap menjadi Kristen kanak-kanak.

Padahal untuk bisa memerintah dengan Kristus dan layak menjadi mempelaiNya kita haruslah dewasa rohani!

Tuesday, June 5, 2012

MEMPELAI KRISTUS: Harus Dewasa Rohani! (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Juni 2012 -

Baca:  Wahyu 19:6-10

"Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia."  Wahyu 19:7

Secara umum orang Kristen terbagi menjadi dua kelompok yaitu orang Kristen kanak-kanak dan orang Kristen dewasa.  Ayat di atas menunjukkan bahwa ada 2 jenis orang Kristen yaitu orang Kristen kanak-kanak rohani dan orang Kristen yang dewasa rohani.  Jika menyimak perjalanan hidup kita sebagai orang percaya, kita ini masuk dalam kategori yang mana?  Masa-masa sekarang adalah masa-masa akhir di mana setiap orang percaya sedang menanti-nantikan kedatangan Tuhan Yesus kali yang ke-2.  Saat Yesus datang ke dunia kelak, Ia datang bukan lagi sebagai bayi mungil, namun Dia datang sebagai Pengantin Laki-Laki Sorga yang hendak menjemput mempelai wanitaNya.

     Siapa itu mempelai wanitaNya?  'Mempelai wanita'  berbicara mengenai gereja Tuhan yang dewasa atau orang-orang Kristen yang dewasa rohaninya, bukan kekristenan yang kanak-kanak.  Yang dapat menjadi mempelai wanita haruslah orang yang telah dewasa, bukan kanak-kanak.  Begitu pula untuk bisa menjadi mempelai Kristus kita harus benar-benar telah meninggalkan semua sifat kanak-kanak kita dan menuju kepada kedewasaan secara penuh.  Rasul Paulus berkata,  "Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu."  (1 Korintus 13:11).  Jadi Tuhan tidak menghendaki kita menjadi orang Kristen yang kanak-kanak seumur hidup alias mengalami  'kerdil'  rohani, tetapi Tuhan ingin kita terus mengalami pertumbuhan rohani dari hari ke sehari sampai kita menjadi  "...orang-orang yang dewasa dan yang berkeyakinan penuh dengan segala hal yang dikehendaki Allah."  (Kolose 4:12).

     Kita tahu bahwa kedewasaan rohani tidak otomatis terjadi namun perlu proses dan waktu, sama seperti anak yang untuk mencapai kedewasaan harus melewati masa bayi, kanak-kanak, remaja, pemuda dan dewasa hingga akhirnya menjadi orang tua.  Namun kita harus ingat bahwa menjadi Kristen bertahun-tahun atau lama tetap tidak menjamin bahwa ia telah menjadi dewasa rohani dalam Kristus.

Dewasa rohani selalu ditandai oleh perubahan karakter!

Monday, June 4, 2012

PERCAYA DAN JANGAN LAGI KUATIR!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Juni 2012 -

Baca:  Mazmur 56:1-14

"Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu. Bukankah semuanya telah Kaudaftarkan?"  Mazmur 56:9

Mengapa kita sering merasa takut dan kuatir?  Karena kita suka sekali menghitung-hitung masalah, kesukaran dan penderitaan yang kita alami.  Jika hal itu terus kita lakukan, kita akan semakin kecewa dan terpuruk.  Sesungguhnya kita tidak memiliki kuasa untuk menghitung-hitung masalah dan penderitaan kita.  Semakin kita menghitungnya, semakin kita menjadi lemah.  Ingat, ketika berdoa dan menyerahkan seluruh beban hidup kita kepada Tuhan dengan linangan air mata, air mata kita telah Tuhan daftarkan.  Artinya, air mata kita telah ditampung di dalam kirbat Tuhan dan Ia hendak menggantikannya dengan berkat dan sukacita yang berkelimpahan.  Karena itu berhentilah menghitung-hitung, milikilah iman yang teguh bahwa Tuhan sangat peduli dengan apa yang kita alami.

     Kita harus sadar bahwa kekuatiran, ketakutan dan kebimbangan adalah bentuk serangan Iblis bagi orang percaya di akhir zaman.  Iblis selalu memiliki rancangan yang buruk bagi kehidupan manusia, tidak terkecuali bagi orang percaya.  Iblis sangat suka melihat orang Kristen yang selalu kuatir, takut dan bimbang.  Memang itulah agenda Iblis:  menyerang manusia di segala aspek kehidupannya, baik lewat perekonomian, keluarga atau rumah tangga, pelayanan dan sebagainya sehingga manusia akan kehilangan damai sejahtera, sukacita, dan tidak percaya lagi alias mulai ragu akan kuasa Tuhan.  Akibatnya manusia mulai mencari pertolongan instan kepada ilah-ilah lain.

     Semakin kita memandang sekeliling kita, kita akan semakin memikirkan masalah dan hal itu membuat kita menjadi lemah.  Mari kita arahkan pandangan kita pada kebesaran dan kedahsyatan kuasa Tuhan saja.  Tidak seharusnya kita kuatir dan bimbang sebab kita memiliki Tuhan yang besar, yang jauh melebihi besarnya semua masalah yang kita alami di dunia ini.  Apakah dengan kuatir, masalah kita terselesaikan?  Justru sebaliknya, kekuatiran dan kebimbangan semakin menjauhkan kita dari mujizat Tuhan, karena  "...orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin.  Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan."  (Yakobus 1:6-7).

Buang semua kekuatiran, dan percayalah!

Sunday, June 3, 2012

TUHAN DAPAT MEMAKAI SIAPA SAJA!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Juni 2012 -

Baca:  Amos 7:10-17

"Aku ini bukan nabi dan aku ini tidak termasuk golongan nabi, melainkan aku ini seorang peternak dan pemungut buah ara hutan."  Amos 7:14

Banyak orang Kristen berpikir bahwa yang boleh melayani Tuhan atau memberitakan firman Tuhan hanyalah orang-orang yang menyandang gelar sarjana teologia atau para lulusan sekolah Alkitab, pendeta, mereka yang sudah lama menjadi Kristen, atau yang punya keahlian bermain musik dan talenta lain.  Perhatikan!  Semua anak Tuhan tanpa terkecuali, besar atau kecil, tua atau muda, pendeta atau bukan, sekolah Alkitab atau tidak, punya tugas dan kewajiban untuk melayani Tuhan dan turut ambil bagian dalam pelebaran kerajaan Allah di muka bumi ini.  Jadi tidak ada batasannya karena tingkat pelayanan masing-masing orang berbeda, dari yang paling sederhana hingga yang paling besar tanggung jawab serta konsekuensinya di hadapan Tuhan dan juga manusia.

     Salah satu contohnya adalah Amos.  Siapakah Amos?  Amos adalah orang biasa yang hanya berprofesi sebagai peternak dan juga pemungut buah ara di hutan.  Meski demikian, bukanlah halangan bagi dia untuk dipakai Tuhan menjadi alatNya yang luar biasa.  Amos dipanggil Tuhan untuk menyampaikan firman Tuhan kepada orang-orang yang berada di Israel Utara, di mana kejahatan pada waktu itu sangat merajarela dan mereka tidak takut akan Tuhan.  Itulah sebabnya Tuhan mengutus Amos untuk menyampaikan nubuatan-nubuatan tentang penghukuman atas mereka.  Nama  'Amos'  sendiri berarti  'yang diangkat atau ditopang oleh Tuhan'.  Sesuai dengan namanya, dalam menjalankan tugasnya Amos mendapat topangan langsung dari Tuhan, karena dengan kekuatan sendiri ia pasti tidak akan mampu mengerjakan tugas dari Tuhan ini.

     Dengan penyertaan tangan Tuhan, Amos rela meninggalkan kampung halamannya di Tekoa (Israel Selatan), pergi ke tempat di mana Tuhan telah tunjukkan.  Sebagai anak-anak Tuhan kita tidak perlu takut atau merasa kecil hati untuk melayani Tuhan.  Ingat, Tuhan tidak pernah memanggil dan memilih seseorang menurut kriteria manusia, tapi Ia melihat hati.

Yang pasti  "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah."  Roma 8:28

Saturday, June 2, 2012

YANG DIPAKAI TUHAN ADALAH....

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Juni 2012 -

Baca:  1 Korintus 1:18-31

"Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita."  1 Korintus 1:30

Rasul Paulus menyadari bahwa keberadaannya sebagai pemberita Injil tak lebih sebagai  "...hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah."  (1 Korintus 4:1).  Sebagai seorang hamba, tugasnya hanyalah taat dan tak punya hak untuk menuntut;  baginya, dipercaya sebagai pemberita Injil sudah merupakan anugerah yang luar biasa, karena itulah kepercayaan ini tidak pernah disia-siakannya.  Setiap kita adalah hamba-hamba Tuhan dan kita punya kesempatan untuk dipakai Tuhan seperti Rasul Paulus.

     Siapa yang Tuhan pakai?  Pertama, Tuhan akan memakai orang-orang yang setia.  Tuhan sangat memperhatikan orang-orang yang setia mengerjakan perkara-perkara kecil.  Contohnya adalah Daud.  Sebelum menjadi raja, Daud hanyalah seorang penggembala domba yang jumlahnya hanya 2-3 ekor, tapi ia begitu setia mengerjakan tugas itu.  Banyak orang maunya langsung memulai perkara-perkara besar tapi tidak suka dan tidak setia mengerjakan perkara-perkara kecil.  Justru orang yang telah teruji kesetiaannya dalam mengerjakan perkara-perkara kecil pada saatnya akan dipercaya Tuhan untuk perkara-perkara yang lebih besar.  Tertulis,  "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar."  (Lukas 16:10).  Oleh karena itu setialah terhadap perkara apa pun yang dipercayakan Tuhan kepada kita saat ini meski itu perkara-perkara kecil, karena cepat atau lambat Ia akan memberikan upah kepada setiap orang yang setia kepadaNya.

     Kedua, Tuhan memakai orang-orang yang rendah hati yang memberikan segala kemuliaan kepadaNya, yaitu orang yang rela memberikan segenap hidupnya untuk Tuhan tanpa mencari hormat dan pujian dari manusia.  Itulah sebabnya mengapa Tuhan memakai orang-orang yang dipandang kurang berarti oleh dunia supaya jangan ada seorang pun yang memegahkan diri di hadapan Tuhan dan manusia, yaitu orang-orang yang mau dibentuk, dibersihkan dan dipotong, karena tidak ada seorang pun bisa langsung siap dipakai Tuhan tanpa melalui proses.

Mari sabar saat Ia membentuk kita, karena rencanaNya selalu sempurna atas kita!

Friday, June 1, 2012

DARI BIASA MENJADI LUAR BIASA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Juni 2012 -

Baca:  Efesus 3:14-21

"Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita,"  Efesus 3:20

Banyak dari kita yang berpikir Tuhan hanya memakai orang-orang yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata atau pintar, kaya dan kuat saja untuk Ia pakai sebagai kemuliaanNya.  Lalu, kita yang merasa diri sebagai orang yang biasa-biasa saja dan tidak punya sesuatu yang bisa dibanggakan, menjadi rendah diri dan merasa tidak layak di hadapan Tuhan.  Perhatikan ayat ini:  "Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah."  (1 Korintus 1:27-29).  Justru orang-orang yang dipandang sebelah mata oleh dunia dan orang-orang  "biasa"  dapat dipakai Tuhan secara ajaib, karena  "...Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan,"  Jadi kita pun dapa melakukan perkara-perkara besar dan ajaib asal kita percaya bahwa Tuhan sanggup memakai hidup kita menurut kuasaNya.

     Tokoh-tokoh besar seperti Abraham, Musa, Daud, Gideon, Yosua dan lain-lain adalah orang-orang biasa yang dipakai dan diurapi Tuhan menjadi orang-orang yang luar biasa.  Tuhan tidak mencari orang-orang yang mampu, kuat atau pintar, tetapi Dia mencari orang yang mau, yaitu mau untuk diproses dan dibentuknya menjadi bejanaNya yang mulia dan berharga.  Saat ini Tuhan sedang mencari orang-orang yang mengasihi Dia dengan sungguh, memiliki hati yang benar dan memiliki tekad untuk memberi yang terbaik bagiNya.  Manusia melihat penampilan luar seseorang dan apa yang terlihat secara kasat mata, tetapi Tuhan melihat hati  (baca 1 Samuel 16:7). 

     Jika saat ini Tuhan memilih dan mengurapi kita menjadi alatNya, itu semata-mata karena anugerahNya.  Karena itu jangan ada yang membanggakan diri atau menyombongkan diri.  Tidak ada alasan sedikit pun bagi kita untuk bermegah.

Tetaplah rendah hati dalam pelayanan, jangan sekali-kali mencari hormat pujian manusia, karena segala pujian, hormat dan kemuliaan hanya bagi Tuhan saja!

Thursday, May 31, 2012

ORANG KRISTEN HARUS PUNYA KASIH (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Mei 2012 -

Baca:  1 Yohanes 4:1-21 

"Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih."  1 Yohanes 4:8

Tuhan Yesus berkata,  "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.  Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."  (Matius 22:37-40).  Itulah sebabnya jika kita menguasai semua hukum atau ajaran Kristen tapi kita kehilangan kasih sebagai inti dan yang utama, maka semua yang kita miliki dan semua yang kita lakukan tidak ada artinya sama sekali.  Bila saat ini yang kita pikirkan hanyalah diri sendiri, kesibukan kita, kesenangan kita tanpa kita mau mempedulikan orang lain yang sangat membutuhkan uluran tangan kita, ini adalah tanda bahwa kasih kita mulai luntur, dan bisa dipastikan kita tidak lagi mencintai Tuhan dengan sungguh dan terhadap sesama kita.

     Kedua, kasih adalah Allah itu sendiri.  Jadi Allah bukan saja memiliki kasih, tetapi Dia adalah kasih.  Tidak ada sifat yang lebih agung daripada kasih Allah.  Bukti nyata kasih Allah adalah  "...Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."  (Yohanes 3:16).  Jika kita mengaku bahwa kita adalah anak-anak Allah, kasih harus menjadi bagian hidup kita.  Bukan kasih yang hanya digembar-gemborkan melalui ucapan saja, tapi kasih yang diwujudkan dalam tindakan yang konkrit.  Jika orang Kristen yang tidak memiliki kasih ia telah gagal dalam pengiringannya kepada Tuhan dan sia-sialah kekristenannya.  Ditegaskan:  "...jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi."  (1 Yohanes 4:11).  Sudahkah kasih itu terpancar melalui hidup kita?  Ataukah banyak orang sudah terlanjur kecewa karena melihat tidak ada kasih di dalam kita?

     Ketiga, kasih adalah perintah Tuhan.  Dikatakan:  "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi."  (Yohanes 13:34).  Karena memiliki kasih itu adalah perintah dari Tuhan, maka mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus taat.

Kasih adalah untuk membuktikan bahwa kita ini adalah murid-murid Yesus;  jika tidak ada kasih di dalam kita, kita tidak layak disebut murid Yesus!

Wednesday, May 30, 2012

ORANG KRISTEN HARUS PUNYA KASIH (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Mei 2012 -

Baca:  1 Korintus 13:1-13

"Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih."  1 Korintus 13:13

Jika memperhatikan keadaan yang ada di sekeliling kita, sungguh kaki kita sudah menapak di hari-hari di mana Tuhan segera datang menjemput umatNya.  Berita-berita di surat kabar atau pun tayangan-tayangan televisi menunjukkan betapa dunia ini dipenuhi dengan hal-hal yang menakutkan dan mengkhawatirkan:  bencana alam, konflik antargolongan, demonstrasi diwarnai dengan kekerasan dan kebrutalan terjadi di mana-mana, belum lagi kejahatan yang kian merajalela.  Sekarang ini  "Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah."  (2 Timotius 3:2-4).  Dunia ini benar-benar telah mengalami krisis, bahkan kehilangan kasih.

     Bagaimana dengan keberadaan orang Kristen sendiri?  Kasih adalah satu aspek yang harus menjadi bagian hidup orang percaya dan itu tidak bisa diganggu gugat.  Jika kasih yang seharusnya terus memancar di tengah-tengah kehidupan orang percaya sudah hilang dan luntur, bisa dibayangkan betapa gelapnya dunia ini, betapa keringnya dunia ini.  Di saat kasih sudah hilang, sudah bisa ditebak, yang muncul adalah sifat egois, sombong, dingin, kejam, manusia tidak lagi punya perasaan dan tidak mau mengerti orang lain.  Sangat menyedihkan jika di antara orang Kristen sendiri sudah tidak memiliki kasih, padahal tugas dan tanggung jawab orang Kristen di tengah dunia ini adalah menjadi berkat dan menunjukkan kasih itu kepada dunia.  Itulah sebabnya Tuhan tak henti-hentinya dan begitu tegas menuntut agar kehidupan orang percaya dipenuhi dengan kasih.  Mengapa?  Pertama, kasih merupakan dasar utama seluruh pengajaran Injil.

Kepada jemaat Korintus Paulus menegaskan:  meskipun seseorang dapat melakukan segala sesuatu, punya karunia yang hebat, dapat menyembuhkan orang sakit, bisa berbahasa malaikat, memiliki pengetahuan dan menguasai isi Alkitab, sudah melayani Tuhan sampai ujung bumi tidak ada arti apa-apa jika ia tidak memiliki kasih.

Tuesday, May 29, 2012

YOHANES PEMBAPTIS: Berani Menyatakan Kebenaran!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Mei 2012 -

Baca:  Matius 3:1-12

"Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan."  Matius 3:8

Sebagai hamba Tuhan biarlah kita memiliki kerendahan hati dalam pelayanan karena semua itu adalah anugerah Tuhan semata.  Jika dipercaya dan dipakai olehNya, itu bukan karena kuat dan gagah kita, bukan karena kita pintar dan bukan karena kita kaya.  Jadi tidak ada alasan sedikit pun untuk kita menjadi sombong, apalagi sampai mencari hormat dan pujian dari manusia.  Tugas kita adalah menyatakan kebenaran dan membawa umat kepada pertobatan.

     Sarana dan prasana di mana seseorang berkhotbah itu tidak penting.  Buktinya Yohanes pembaptis tidak berkhotbah di tempat-tempat yang besar atau gereja yang megah, tapi justru berkhotbah di padang gurun Yudea.  Baginya yang penting adalah menyelesaikn tugas dan misinya bagi Kerajaan Sorga.  Tuhan Yesus sendiri  "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia."  (Filipi 2:6-7), demi menyelesaikan tugas dari Bapa, bahkan Ia taat sampai mati di atas kayu salib.  Dalam pelayanan pun Yohanes pembaptis adalah seorang yang tegas.  Dia berkata,  "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!"  (Matius 3:2).  Hal ini menunjukkan bahwa ia tidak takut untuk menyerukan supaya semua orang bertobat;  ia tidak takut menelanjangi dosa-dosa manusia;  ia tidak takut menegakkan kebenaran Injil, sebab jika manusia tidak segera bertobat mereka akan mengalami kebinasaan kekal, sebab  "...upah dosa ialah maut;  tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita."  (Roma 6:23).  Satu-satunya jalan memperoleh keselamatan kekal adalah percaya kepada Yesus Kristus, bukan yang lain, karena Dialah satu-satunya jalan keselamatan itu.  Tertulis:  "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."  (Kisah 4:12).

     Bukankah kita seringkali takut dan malu menyerukan kata pertobatan?  Kita tidak berani menyinggung dosa secara terang-terangan karena kita takut dibenci dan dijauhi oleh teman atau rekan bisnis.  Jika dengan tegas menegur dosa, kita takut tidak diundang lagi untuk berkhotbah sehingga isi khotbah kita pun hanyalah berbicara tentang berkat, berkat dan berkat.

Jangan pernah takut menyerukan kebenaran Injil karena Roh Kudus turut bekerja dan menyertai kita!

Monday, May 28, 2012

YOHANES PEMBAPTIS: Pribadi yang Rendah Hati

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Mei 2012 -

Baca:  Matius 3:1-12

"Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya."  Matius 3:3

Alkitab menyatakan bahwa Yohanes pembaptis memiliki hubungan yang dekat dengan Yesus (sepupu) karena ibunya (Elisabet) masih ada hubungan kekerabatan (sepupu pula) dengan Maria (ibu Yesus).  Selain itu kelahiran Yohanes pembaptis juga ajaib dan mengherankan sebab ia dilahirkan dari seorang wanita yang sebenarnya mandul.  Juga ketika ia berada dalam kandungan, ayahnya mendadak menjadi bisu, dan baru dapat berbicara ketika ia lahir.

     Sesungguhnya ada banyak alasan bagi Yohanes untuk membanggakan diri atau menjadi seorang yang 'besar'.  Namun Yohanes tidak melakukan itu, ia tetaplah seorang yang rendah hati.  Padahal ia adalah pembuka jalan bagi kedatangan Sang Juruselamat yang sudah dinubuatkan sejak zaman nabi Yesaya (baca Yesaya 40:3).  Yohanes berkata,  "Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api." (Matius 3:11).  Simak pula pernyataan Yohanes,  "Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil."  (Yohanes 3:30).  Hal ini menunjukkan bahwa Yohanes tidak haus pujian atau ingin dihormati, ia tetap menempatkan Yesus sebagai yang utama dan terbesar.  Dialah yang patut ditinggikan dan diagungkan, bukan dirinya.

     Yohanes pembaptis telah memberikan teladan yang luar biasa bagi setiap orang percaya, terlebih lagi bagi para pelayan Tuhan bagaimana memiliki hati hamba dan rendah hati.  Seringkali ketika seseorang sudah dipercaya untuk melayani Tuhan, hatinya mulai berubah.  Apalagi yang sudah menyandang predikat 'hamba Tuhan' dengan 'jam terbang' yang sudah tinggi, penuh urapan dan terkenal.  Kita mulai membusungkan dada sehingga dalam hal pelayanan kita pun pilih-pilih, bahkan berani memasang bandrol alias pasang tarif:  mau melayani asal fasilitas yang disediakan sesuai dengan yang dikehendaki.  Kita sudah lupa dengan esensi seorang 'hamba':  tugas seorang hamba adalah untuk melayani, bukan dilayani.

Tuhan Yesus berkata,  "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu,"  Matius 20:26b-27

Sunday, May 27, 2012

INJIL ADALAH PENGHARAPAN ORANG PERCAYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Mei 2012 -

Baca:  Kolose 1:15-23

"Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya."  Kolose 1:23

Sungguh ironis jika orang Kristen meninggalkan imannya dan berpaling kepada ilah lain.  Mereka menukar Tuhan Yesus dengan jabatan, harta kekayaan, ketenaran, jodoh dan sebagainya.  Sekian lama mengiring Tuhan, masakan mereka tidak tahu tentang pengharapan yang terkandung di dalam Injil?  Tertulis:  "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."  (Kisah 4:12).

     Jadi, kita yang telah percaya kepada Tuhan Yesus Kristus telah memiliki kepastian keselamatan dan kehidupan yang kekal.  Hal ini seharusnya menjadi pengharapan yang kokoh bagi kita untuk menjalani kehidupan di dunia ini.  Karena itu kita tidak perlu takut dan kuatir akan hidup kita.  Masalah, penderitaan, tantangan dan cobaan hidup hendaknya tidak membuat kita menyerah dan putus asa, lalu berpaling dari Injil.  Tetapi justru kita harus tetap taat dan mengerjakan keselamatan itu dengan takut dan gentar (baca Filipi 2:12), karena "...penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita."  (Roma 8:18).

     Inilah pengharapan iman di dalam Kristus yaitu kepastian kehidupan kekal.  Karena kepastian hidup kekal itu ada di dalam Yesus Kristus, maka Injil harus terus diberitakan ke seluruh penjuru bumi.  Itulah sebabnya, rasul Paulus tidak pernah berhenti untuk memberitakan Injil meski harus menghadapi penderitaan dan membayarnya dengan nyawa.  Rasul Paulus juga tak henti-hentinya memberi semangat kepada Timotius dan Titus untuk tetap kuat dan tidak setengah-setengah dalam melayani Tuhan.  Tertulis:  "Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah."  (2 Timotius 1:8) dan "Beritakanlah semuanya itu, nasihatilah dan yakinkanlah orang dengan segala kewibawaanmu."  (Titus 2:15a).

Injil adalah berita tentang pengharapan kepastian kehidupan kekal di dalam Yesus Kristus;  karena itu jangan sekali-kali menolak Injil apalagi melecehkannya, kita akan menyesal di kemudian hari.

Saturday, May 26, 2012

BERKORBAN UNTUK TUHAN (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Mei 2012 -

Baca:  1 Timotius 1:12-17

"Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku--"  1 Timotius 1:12

Mengapa kita harus mempersembahkan hidup kita kepada Tuhan?  Karena tubuh kita ini adalah milik Tuhan dan  "...kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!"  (1 Korintus 6:20).

     Jangan tunda-tunda waktu lagi untuk melayani Tuhan.  Banyak dari kita enggan terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan karena berbagai alasan.  Sementara, waktu kita habiskan untuk bekerja, jalan-jalan dengan keluarga ke luar kota, shopping atau ke salon berjam-jam yang masih bisa kita sempatkan.  Atau mungkin kita berkata,  "Maaf aku sangat sibuk, nanti saja kalau ada waktu luang.  Melayani Tuhan nanti saja, kalau saya sudah menikah.  Ah, terlibat dalam pelayanan itu tak penting, toh aku sudah rajin ibadah di hari Minggu."  Namun justru di hari-hari menjelang kedatangan Tuhan yang semakin dekat kita harus giat dalam perkara-perkara rohani.  "...selama masih siang;  akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja."  (Yohanes 9:4).  Banyak hal yang bisa kita kerjakan untuk Tuhan.  Mungkin kita tidak bisa berkhotbah, suara kita fals dan tidak mungkin menjadi worship leader.  Namun mungkin kita bisa menjadi singer, anggota paduan suara, usher, tim pendoa syafaat dan sebagainya.  Jika kita tidak juga punya waktu untuk itu, kita yang diberkati Tuhan lebih dapat mempersembahkan uang kita untuk membantu pekerjaan Tuhan, menjadi donatur untuk siswa-siswi sekolah teologia, memberkati hamba-hamba Tuhan di desa-desa terpencil dan lain-lain.

     Mempersembahkan hidup kepada Tuhan juga berarti kita mematikan segala keinginan daging kita dan mau hidup dipimpin oleh Roh Kudus, supaya persembahan hidup kita ini berkenan kepada Tuhan dan dapat dipakai sebagai senjata kebenaran  (baca Roma 6:13).  Karena itu perbuatan daging dan hal-hal duniawi yang ada dalam diri kita harus benar-benar mati,  "Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya,"  (Galatia 6:8).  Ingat!  "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus."  (1 Tesalonika 4:7).  Ada harga yang harus kita bayar!  Di akhir zaman ini kita jangan main-main lagi dengan dosa.

Marilah kita menjaga hidup kita tetap kudus dan tidak bercela sebagai persembahan terbaik kita bagi Tuhan!

Friday, May 25, 2012

BERKORBAN UNTUK TUHAN (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Mei 2012 -

Baca:  1 Tawarikh 29:10-19

"Aku tahu, ya Allahku, bahwa Engkau adalah penguji hati dan berkenan kepada keikhlasan, maka akupun mempersembahkan semuanya itu dengan sukarela dan tulus ikhlas."  1 Tawarikh 29:17a

Daud adalah salah satu tokoh besar di dalam Alkitab yang begitu mengasihi Tuhan.  Ratusan pasal yang termuat dalam Mazmur itu adalah bukti betapa ia sangat karib dengan Tuhan dan mengasihi Dia dengan segenap hati.

     Bukti lain betapa kasih Daud kepada Tuhan adalah ketika Salomo hendak membangun Bait Suci.  Ia dengan sukarela dan tulus ikhlas mempersembahkan harta miliknya untuk membantu pekerjaan Tuhan ini.  Daud berkata,  "... karena cintaku kepada rumah Allahku, maka sebagai tambahan pada segala yang telah kusediakan bagi rumah kudus, aku dengan ini memberikan kepada rumah Allahku dari emas dan perak kepunyaanku sendiri tiga ribu talenta emas dari emas Ofir dan tujuh ribu talenta perak murni..."  (1 Tawarikh 29:3-4).  Begitu pula dari pemimpin-pemimpin lainnya terkumpul 5.000 talenta emas dan 10.000 talenta perak, belum termasuk persembahan-persembahan lainnya.  Bayangkan, persembahan yang demikian besarnya diserahkan untuk pembangunan rumah Tuhan dengan sukarela, tulus ikhlas, bahkan dengan sukacita.  Persembahan seperti inilah yang berkenan kepada Tuhan, karena Dia  "...mengasihi orang yang memberi dengan sukacita."  (2 Korintus 9:7).  Mereka sadar betapa Ia mengasihi umat Israel dengan menuntun nenek moyang mereka keluar dari Mesir, berjalan di padang gurun dengan mujizat-mujizatNya yang ajaib hingga sampai ke Tanah Perjanjian  (Kanaan).  Sudah seharusnya jika mereka membalas kasih Tuhan itu dengan apa yang mereka miliki.

     Mungkin saat ini kita berpikir,  "Saya tidak punya harta atau materi yang bisa kupersembahkan untuk Tuhan.  Apa yang bisa kuberikan untuk Tuhan?"  Jangan pernah berpikir bahwa yang dapat kita pesembahkan kepada Tuhan itu hanyalah berkaitan dengan harta, materi atau uang.  Banyak hal yang dapat kita persembahkan kepada Tuhan sebagai wujud kasih kita kepadaNya.  Tertulis:  "...supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah:  itu adalah ibadahmu yang sejati."  (Roma 12:1).  Kita dapat memberikan hidup kita untuk Tuhan.  Waktu, tenaga dan juga talenta yang kita miliki dapat kita persembahkan melalui pelayanan di gereja kita masing-masing.

Masih banyak orang Kristen yang menolak untuk melayani Tuhan!

Thursday, May 24, 2012

PEMIMPIN ROHANI: Harus Memberi Teladan (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Mei 2012 -

Baca: 1 Timotius 3:1-7

"Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis."  1 Timotius 3:7

Menjadi berkat bagi orang lain adalah syarat mutlak bagi seorang pemimpin rohani.  Karena itulah kita mempunyai tugas menunjukkan prinsip-prinsip hidup ilahi secara nyata kepada orang lain sehingga mereka melihat bahwa kehidupan orang Kristen itu baik dan memiliki perilaku yang bersih.  Dikatakan pula bahwa seorang pemimpin rohani haruslah  "seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya.  Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah?"  (ayat 4-5).  Artinya, ia harus dapat mengatur rumah tangganya dengan baik:  dapat mendidik anak-anak untuk memiliki rasa takut akan Tuhan dan juga punya rasa hormat kepada orangtua.  Salomo menasihatkan,  "Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya.  Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu."  (Amsal 29:15, 17).

     Jika seseorang tidak tahu bagaimana mengatur rumah tangganya, bagaimana mungkin ia bisa mengatur jemaat?  Mengatur rumah tangga yang dimaksud bukan berbicara tentang bagaimana ia menerapkan aturan-aturan yang keras, ketat dan otoriter, tetapi bagaimana ia sebagai pemimpin mampu membimbing, memperlakukan dan juga mengarahkan seisi keluargaya dengan kasih Kristus.  Di samping itu seorang pemimpin rohani  "Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis."  (1 Timotius 3:6).  Seorang pemimpin rohani haruslah orang yang sudah memiliki pengalaman alias punya  "jam terbang"  tinggi, terbukti kemampuannya dan telah teruji kesetiaan dan ketekunannya melalui proses waktu.  Itulah sebabnya rasul Paulus melarang untuk menempatkan seseorang yang masih baru pada posisi kepemimpinan.  Ia harus ditempa dan dipersiapkan terlebih dahulu melalui ujian demi ujian supaya karakternya benar-benar kuat, dan yang lebih penting lagi dia harus dewasa secara rohani.  Jika tidak, itu akan sangat berbahaya!

     Tanpa persiapan yang matang seorang pemimpin akan mudah menjadi sombong dan membanggakan diri sendiri.

Pemimpin rohani yang benar selalu menjadi teladan dalam segala hal dan teguh mengerjakan panggilan Tuhan!

Wednesday, May 23, 2012

PEMIMPIN ROHANI: Harus Memberi Teladan (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Mei 2012 -

Baca:  1 Timotius 3:1-7

"Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah."  1 Timotius 3:1

Menjadi seorang pemimpin ternyata bukanlah pekerjaan yang mudah, terlebih lagi menjadi seorang pemimpin rohani atau pemimpin gereja.  Seorang pemimpin rohani  "...Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang,"  (ayat 2-3).  Artinya ia haruslah seorang yang bisa menjadi teladan dalam segala hal.  Menjadi teladan berarti memiliki perilaku yang sangat baik sehingga tidak ada alasan bagi orang lain untuk menuduhkan suatu kesalahan atau memberikan dakwaan apa pun terhadap dirinya.

     Seseorang tidak layak menempati posisi sebagai pemimpin dan mengajar orang lain bagaimana seharusnya menjalani hidup dengan benar apabila ia sendiri tidak menunjukkan tingkah laku yang benar dan rohani.  Karena itu jika kita berkeinginan untuk menjadi seorang pemimpin, kita harus menjadi teladan bagi orang lain terlebih dahulu.  Orang lain akan mentertawakan kita jika kita begitu getol mengajar orang lain untuk hidup benar sedangkan kita sendiri masih hidup dalam ketidakbenaran.  Bukankah kita justru akan menjadi batu sandungan bagi orang lain?  Jika demikian, kita ini  "setali tiga uang"  dengan kehidupan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi:  mereka paham firman Tuhan dan mengajar orang lain bagaimana hidup benar tetapi mereka sendiri tidak hidup dalam kebenaran, sehingga Tuhan Yesus sangat mengecam keras kehidupan mereka dan menyebutnya sebagai orang-orang munafik,  "...sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.  Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan."  (Matius 23:27-28).

     Seorang pemimpin rohani bukan hanya fasih bicara tapi perlu mengoreksi diri apakah perkataannya sesuai dengan perbuatannya.  Jika tidak, mereka tidak layak menjadi seorang pemimpin.

"Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu."  1 Timotius 4:12b

Tuesday, May 22, 2012

TERBEBAS DARI RASA KUATIR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Mei 2012 -

Baca: Filipi 4:1-9

"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur."  Filipi 4:6

Seringkali kita berpikir bahwa memiliki kekuatiran adalah hal yang biasa, wajar dan normal bagi kehidupan manusia.  Namun bagi kehidupan orang percaya hal itu tidak seharusnya terjadi, karena kekuatiran adalah salah satu bentuk penjajahan Iblis.  Kekuatiran membuat seseorang larut dalam kesedihan, murung sehingga sukacita dan damai sejahtera menjadi hilang.  Ingat, ketika kita kuatir berarti kita sedang meragukan kuasa Tuhan.  Kebenarannya adalah Tuhan tidak pernah memberikan roh yang mendatangkan kekuatiran dalam hidup orang percaya.  Normalnya, hidup seorang Kristen adalah hidup yang terbebas dari rasa kuatir.  Itulah sebabnya rasul Paulus menasihatkan,  "Aku ingin, supaya kamu hidup tanpa kekuatiran."  (1 Korintus 7:32a).  Mana mungkin kita hidup tanpa rasa kuatir?  Tidak ada perkara yang mustahil!  Asal kita memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan.

     Tuhan Yesus berkata,  "Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?"  (Matius 6:25).  Karena itu  "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu."  (1 Petrus 5:7).  Jadi terbebas dari rasa kuatir adalah pilihan hidup karena kekuatiran itu adalah serangan.  Dengan kata lain, ketika serangan kekuatiran itu datang, dan tidak kita lawan, ia akan menjajah dan mengintimidasi kita.  Karena itu ketika serangan kekuatiran itu datang kita harus bertindak dan melawannya dengan percaya kepada Tuhan.

     Mengapa kita tidak boleh kuatir?  Karena itu merupakan perintah Tuhan dan kita pun harus mentaatinya.  Bukankah firman Tuhan tak henti-hentinya mengingatkan kita untuk tidak kuatir?  Di dalam Amsal 12:25a dikatakan,  "Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang,"  Ayat ini jelas menunjukkan bahwa kekuatiran sama sekali tidak mendatangkan kebaikan atau keuntungan bagi hidup kita, sebaliknya, malah merugikan.  Jadi kekuatiran itu sama sekali tidak ada gunanya.

Buang semua kekuatiran karena kita memiliki Bapa yang sanggup memelihara hidup kita dan tidak pernah meninggalkan kita!

Monday, May 21, 2012

DAUD: Hamba Yang Berkenan di Hati Tuhan (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Mei 2012 -

Baca:  Mazmur 51:1-21

"Sembunyikanlah wajah-Mu terhadap dosaku, hapuskanlah segala kesalahanku!"  Mazmur 51:11

Hal kedua, Tuhan melihat kesetiaan Daud yang sangat teruji.  Sejak usia muda Daud mendapat tugas dari ayahnya untuk menggembalakan domba.  Meski jumlah dombanya hanya 2-3 ekor ia menjaganya dengan setia, bahkan rela mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan dombanya itu dari serangan binatang buas yang hendak memangsanya.  Dalam perkara yang kecil saja Daud begitu setia, pasti ia akan setia saat dipercaya Tuhan untuk perkara-perkara yang lebih besar seperti memimpin bangsa Israel.  Dalam Lukas 16:10 dikatakan:  "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar."  Oleh karena itu marilah kita setia dengan apa yang dipercayakan Tuhan kepada kita meski itu perkara kecil yang kelihatannya kurang berarti di penilaian manusia.

     Ketiga, Daud adalah seorang yang menghormati otoritas.  Daud sangat menghormati Saul yang pada waktu itu menjadi raja atas Israel.  Kita tahu bahwa Saul sangat membenci Daud sehingga berbagai upaya ia lakukan untuk membunuh Daud, meski selalu gagal.  Walau demikian Daud tidak pernah menaruh dendam terhadap Saul.  Daud berkata,  "Jangan musnahkan dia, sebab siapakah yang dapat menjamah orang yang diurapi Tuhan, dan bebas dari hukuman?"  (1 Samuel 26:9).  Daud sadar bahwa melawan otoritas berarti melawan Sang Pemberi Otoritas.  Hal ini juga menunjukkan bahwa Daud memiliki hati yang suka mengampuni orang lain.  Saat Saul mangkat hatinya sanagat sedih dan benar-benar merasa kehilangan.

     Keempat, Daud juga orang yang mudah bertobat, tidak menyembunyikan dosa dan jujur kepada Tuhan.  Daud pernah berbuat dosa dan melakukan kekejian di mata Tuhan, di mana ia berzinah dengan Betsyeba  (isteri Uria), dan dengan caranya yang licik ia membunuh Uria.  Setelah ditegur oleh abdi Tuhan  (Natan)  Daud tidak marah, justru ia menyatakan penyesalannya dan mau bertobat dengan sungguh.  Daud berkata,  "Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!  Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!"  (Mazmur 51:3-4).

Sudahkah kita menjadi orang Kristen yang berkenan di hati Tuhan seperti Daud?

Sunday, May 20, 2012

DAUD: Hamba yang Berkenan di Hati Tuhan! (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Mei 2012 -

Baca:  Yesaya 42:1-9

"Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan."  Yesaya 42:1a

Pengiringan kita kepada Tuhan harus mempunyai sasaran yang harus kita capai.  Kita tidak cukup hanya menjadi orang Kristen yang rajin ke gereja atau aktif dalam pelayanan tetapi harus lebih dari itu, karena rajin ke gereja atau aktif dalam pelayanan tidak menjamin hidup kita dikenan oleh Tuhan.  Tuhan Yesus berkata,  "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga."  (Matius 7:21).

     Yang dapat masuk ke dalam Kerajaan Sorga adalah orang-orang yang melakukan kehendak Tuhan.  Kekristenan kita akan menjadi sia-sia bila kita tidak menjadi pelaku firman, tidak hidup dalam ketaatan.  Bukankah hati kita sudah senang bukan kepalang ketika apa yang kita perbuat dikenan oleh pimpinan di kantor, atau pelayanan kita dinilai cukup baik oleh orang lain?  Dikenan oleh manusia saja membuat kita merasa bahagia dan bangga, coba bayangkan bila hidup kita ini dikenan oleh Tuhan, yang adalah Bapa yang bertakhta di dalam Kerajaan Sorga, Pencipta langit dan bumi dan juga Raja di atas segala raja.  Inilah yang harus kita kejar!  Inilah sasaran hidup seorang Kristen!

     Daud adalah contoh orang yang hidupnya dikenan Tuhan.  Tertulis,  "Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku."  (Kisah 13:22).  Pasti ada banyak faktor yang membuat hidup Daud berkenan di hati Tuhan.  Di antaranya adalah:  pertama, Daud sangat mengasihi Tuhan.  Kasihnya kepada Tuhan melebihi segala-galanya.  Kerinduannya untuk tinggal dalam hadirat Tuhan begitu mendalam.  "Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya Tuhan semesta alam! Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran Tuhan;"  (Mazmur 84:2-3a).  Bagi Daud,  "...lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik."  (Mazmur 84:11).  Meski sudah menjadi raja atas Israel, tinggal di istana yang megah, perabot yang mewah, dengan tentara yang kuat, dia tetap merasa bahwa lebih baik berada di rumah Tuhan.
(Bersambung).

Saturday, May 19, 2012

PETRUS: Hidup yang Diubahkan Roh Kudus!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Mei 2012 -

Baca:  Kisah 2:14-40

"Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: 'Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?'"  Kisah 2:37

Beberapa waktu lalu (edisi 6 Februari 2012) kita pernah membahas tentang ketidaksetiaan Petrus kepada Tuhan.  Petrus pada awalnya begitu yakin dengan kesetiaannya kepada Tuhan, bahkan ia rela melakukan apa saja untuk Tuhan, mati pun mau.  Namun seiring berjalannya waktu, ternyata perkataan Petrus itu hanya isapan jempol belaka, komitmennya tidak bisa dipegang.  Menjelang hari penyaliban Tuhan Yesus ia sudah menyangkalNya sampai 3x.  Petrus tak lebih dari seorang pengecut yang diliputi oleh ketakutan dan kekuatiran.

     Tapi pembacaan firman Tuhan hari ini menyatakan adanya perubahan hidup dalam diri Petrus yang begitu drastis, dari seorang pengecut menjadi seorang pemberani, bahkan ia dipakai Tuhan secara luar biasa.  Apa yang terjadi dengan diri Petrus?  Ini adalah penggenapan dari kitab Yoel (baca Yoel 2:28-32), di mana pada hari-hari akhir Tuhan akan mencurahkan RohNya yang kudus dan itu tergenapi di hari raya Pentakosta.  Saat Tuhan mencurahkan RohNya di kamar loteng Yerusalem inilah Petrus mengalami lawatan dan jamahan Tuhan seperti tertulis:  "...kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."  (Kisah 1:8).  Karena mengalami jamahan Roh Kudus inilah hidup Petrus diubahkan secara luar biasa.  "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."  (2 Korintus 5:17).

     Meski tidak mengeyam pendidikan di sekolah Alkitab dan juga tanpa 'jam terbang' dalam hal berkhotbah, Petrus beroleh kekuatan dan keberanian untuk berdiri di hadapan ribuan orang untuk menyampaikan berita injil.  Itu adalah kekuatan adikodrati (supernatural)!  Roh Kudus bekerja di dalam diri Petrus.  Dikatakan,  "Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu."  (Matius 10:20).  Alkitab mencatat, melalui khotbah yang disampaikan Petrus ini 3000 orang bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Perkara-perkara ajaib dan dahsyat pasti terjadi ketika Roh Kudus bekerja!

Friday, May 18, 2012

DOA HANA: Tuhan Memperhatikan Penderitaan Kita!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Mei 2012 -

Baca:  1 Samuel 2:1-10

"Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu, dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur,"  1 Samuel 2:8

Dalam masyarakat Yahudi, melahirkan anak laki-laki bagi suaminya adalah tugas dan kewajiban bagi seorang wanita yang sudah menikah.  Jika wanita itu mandul alias tidak bisa memberikan keturunan, maka hal ini akan menimbulkan rasa malu dan menjadi celaan bagi suaminya, keluarganya dan juga lingkungan di sekitarnya.  Jadi kemandulan dianggap sebagai sesuatu yang memalukan.  Inilah yang sedang dialmi oleh Hana, di mana tanggung jawab untuk melanjutkan garis keturunan suami ada di tangannya.  Jika tidak, ia akan menghadapi masalah yang berat:  bisa saja diceraikan oleh suaminya atau harus menanggung malu dan mengalami penolakan dari orang-orang yang ada di sekitarnya.  Bisa dibayangkan betapa remuk redam hati Hana karena ia tidak punya anak (mandul).  Belum lagi perlakuan yang tidak baik dari Penina, 'madunya' yang justru memiliki anak.  Hal ini semakin menambah rasa sedih dan pahit di hati Hana.

     Secara manusia, Hana sudah hilang pengharapan karena Tuhan telah menutup rahimnya.  Ia pun yakin satu-satunya Pribadi yang dapat menolongnya adalah Tuhan.  Karena itu segeralah ia datang kepada Tuhan.  Di baitNya yang kudus, dengan hati hancur, Hana mencurahkan segala beban hidupnya.  Meski dikira mabuk oleh iman Eli ia tidak peduli, karena  "Korban sembelihan kepada Allah ia jiwa yang hancur;  hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah."  (Mazmur 51:19).  Saat berdoa inilah Hana bernazar, "Tuhan semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada Tuhan..."  (1 Samuel 1:11).  Akhirnya Tuhan pun mengabulkan doa Hana,  "...setahun kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki.  Ia menamai anak itu Samuel,..." (1 Samuel 1:20).

     Mungkin Tuhan telah menutup rahim Hana selama bertahun-tahun, tetapi Dia tidak pernah menutup telingaNya terhadap umat yang siang malam berseru-seru kepadaNya.  Ketika kita berdoa dengan hati hancur dan berserah penuh memohon belas kasihan Tuhan, pada saatnya Dia pasti bertindak dan pertolonganNya tidak pernah terlambat.

"Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai."  Mazmur 126:5

Thursday, May 17, 2012

YESUS NAIK KE SORGA: Menyediakan Tempat Bagi Kita!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Mei 2012 -

Baca:  Yohanes 14:1-14

"Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu."  Yohanes 14:2

Setelah mati di atas kayu salib, pada hari yang ketiga Yesus bangkit dan empat puluh hari setelah itu Dia naik ke sorga:  "...terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka.  Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka, dan berkata kepada mereka: 'Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.'"  (Kisah 1:9-11).  Yesus telah menggenapi rencana Allah!  Karena itu Dia harus kembali ke sorga.  Jika Yesus tidak naik ke sorga, bagaimana Ia dapat membuktikan bahwa diriNya adalah utusan dari sorga?  Jadi, kenaikan Yesus ke sorga semakin menegaskan bahwa Dia adalah Anak Allah,  "...Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah."  (Yohanes 13:3).

     Kenaikan Yesus ke sorga juga untuk menggenapi janjiNya kepada umatNya yaitu untuk memberikan seorang penolong bagi kita.  Ia berkata,  "Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu."  (Yohanes 16:7).  Kini, tidak ada alasan bagi orang percaya untuk menjadi takut dan kuatir dalam menjalani hidup ini karena ada Roh Kudus yang senantiasa menopang, menghibur, menguatkan dan menolong kita.  "...Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu."  (Yohanes 14:17b).  Kenaikan Yesus ke sorga juga semakin memberi jaminan dan kepastian bagi orang percaya tentang kehidupan kekal dalam Kerajaan Sorga karena Dia pergi untuk menyediakan tempat bagi kita.  Karena itu  "Janganlah gelisah hatimu;"  (Yohanes 14:1).  "...jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia."  (2 Korintus 5:1).  Haleluyah!

Karena itu, sambil menyongsong kedatanganNya kembali menjemput kita, marilah kita senantiasa hidup dalam ketaatan;  ada upah besar menanti!

Wednesday, May 16, 2012

PERCAYA KEPADA ARWAH: Menjadikan Kita Musuh Tuhan!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Mei 2012 -

Baca:  Imamat 20:1-27

"Orang yang berpaling kepada arwah atau kepada roh-roh peramal, yakni yang berzinah dengan bertanya kepada mereka, Aku sendiri akan menentang orang itu dan melenyapkan dia dari tengah-tengah bangsanya."  Imamat 20:6

Adalah perbuatan bodoh jika sampai hari ini masih banyak orang yang mencari pertolongan kepada dukun, orang pintar, paranormal, peramal, bahkan masih percaya kepada arwah-arwah orang mati, menyembah kepada patung, pohon besar yang dikeramatkan dan sebagainya.  Yang lebih aneh lagi, tindakan ini tidak hanya dilakukan oleh orang-orang dunia saja, tetapi juga orang-orang Kristen yang sudah diselamatkan dan ditebus oleh darah Kristus, yang telah mengecap kebaikan dan pertolongan Tuhan dalam hidupnya.  Apakah kita lupa dengan firman Tuhan yang berkata,  "Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa,"?  (Mazmur 1:1).  Alkitab juga menyatakan bahwa percaya kepada dukun, arwah atau roh-roh peramal adalah dosa besar dan merupakan kekejian di hadapan Tuhan:  "Aku sendiri akan menentang orang itu dan melenyapkan dia dari tengah-tengah bangsanya."

     Jika ada orang Kristen yang tetap saja berbuat demikian dan tidak segera bertobat, berarti ia sedang membuka peluang bagi dirinya sendiri untuk menerima hukuman dan murka dari Tuhan.  Karena dalam Ulangan 6:13-15 dikatakan,  "Engkau harus takut akan Tuhan, Allahmu;  kepada Dia haruslah engkau beribadah dan demi nama-Nya haruslah engkau bersumpah.  Janganlah kamu mengikuti allah lain, dari antara allah bangsa-bangsa sekelilingmu, sebab Tuhan, Allahmu, adalah Allah yang cemburu di tengah-tengahmu, supaya jangan bangkit murka Tuhan, Allahmu, terhadap engkau, sehingga Ia memunahkan engkau dari muka bumi."  Kalau kita baca secara teliti dalam Alkitab, banyak kisah orang-orang terkenal yang harus mengalami akhir hidup tragis dan tidak luput dari hukuman Tuhan karena mereka melakukan suatu kekejian di hadapan Tuhan.

     Jika sampai hari ini kita merasa fine-fine saja padahal kita melakukan perbuatan seperti di atas, berhati-hatilah!  Saatnyalah kita bertobat dan meninggalkan semuanya itu.

Jika kita beribadah kepada Tuhan dengan sungguh dan tidak berkompromi dengan dosa, kita akan mengecap dan menikmati berkat-berkatNya yang luar biasa.

Tuesday, May 15, 2012

MELAKUKAN SEGALA SESUATU DENGAN SUNGGUH

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Mei 2012 -

Baca:  Ibrani 6:9-20

"Tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya,"  Ibrani 6:11

Keberhasilan seorang atlit mendapatkan gelar juara dalam sebuah even bukanlah sesuatu yang instan, tapi buah dari kesungguhannya dalam berlatih, taat kepada instruksi pelatih.  Tanpa kesungguhan, mustahil mereka berhasil!  Bukan hanya di bidang olahraga, tapi juga di segala bidang kehidupan ini termasuk dalam hal kerohanian.  Jadi kesungguhan kita dalam mengerjakan segala sesuatu adalah faktor penting dalam menentukan keberhasilan.  Sebagus apa pun suatu teori atau secemerlang apa pun ide seseorang jika tidak disertai oleh tindakan yang serius atau sungguh-sungguh akan menghasilkan yang biasa-biasa dan tidak maksimal.  Bagaimana dengan kita?  Tuhan berkata, "Aku mengasihi orang yang mengasihi aku, dan orang yang tekun mencari aku akan mendapatkan daku."  (Amsal 8:17).

     Bersungguh-sungguh artinya melakukan sesuatu dengan segenap hati, pikiran, tenaga dan kemampuan di dalam semangat dan rasa penuh tanggung jawab.  Inilah yang dikehendaki Tuhan!  Sudahkah kita bersungguh-sungguh dalam segala hal?  Ataukah selama ini kita belum bersungguh-sungguh?  Kita melakukan segala sesuatu dengan asal-asalan, setengah-setengah, sambil bersungut-sungut, mengomel, menggerutu, seperti bangsa Israel ketika berada di padang gurun?  Ingat, mereka yang tidak bersungguh-sungguh akhirnya mati di padang gurun sebelum mencapai Tanah Perjanjian;  mereka tidak menikmati janji Tuhan sepenuhnya.  "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah."  (Kolose 3:23-24a).

     Bila kita ingin menikmati dan mengalami berkat-berkat Tuhan kita pun harus bersungguh-sungguh dalam segala hal.  Anugerah karunia, talenta dan potensi yang begitu besar dari Tuhan harus kita maksimalkan.  Bagaimana hidup kita bisa berdampak dan menjadi berkat bagi dunia bila kita menghasilkan karya yang biasa-biasa saja?

Mulai hari ini sungguh-sungguhlah mengerjakan tugas yang Tuhan percayakan!

Monday, May 14, 2012

PERKATAAN IMAN PERWIRA KAPERNAUM

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Mei 2012 -

Baca:  Matius 8:5-13

"Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh."  Matius 8:8

Alkitab menyatakan,  "Orang benar akan hidup oleh iman."  (Roma 1:17).  Yakobus menambahkan,  "...iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna."  (Yakobus 2:22), karena iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati.  Dalam menjalani kehidupan kekristenan, kita pun dituntut untuk memiliki iman yang benar-benar hidup dan nyata.

     Dalam renungan kemarin disampaikan bahwa tanda seseorang beriman kepada Tuhan adalah memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan dan percaya bahwa Dia sanggup melakukan segala perkara.  Apa yang dikatakan Perwira Kapernaum ini:  "...katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh."  adalah perkataan penuh iman kepada Tuhan Yesus mengenai hambanya yang terbaring lumpuh di rumah.  Meski secara kasat mata hambanya itu terkulai tak berdaya dan sangat menderita, perwira itu sangat percaya dan tidak ragu bahwa Tuhan Yesus sanggup menyembuhkan hambanya itu.  Bahkan Tuhan Yesus tidak perlu datang ke rumahnya dan menjamah tubuh hambanya itu, hanya melalui perkataan atau mengucapkan sepatah kata saja hambanya itu pasti disembuhkan.  Tuhan Yesus berkata,  "...sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel."  (Matius 8:10).  Perwira Kapernaum percaya bahwa yang keluar dari mulutNya adalah firman yang hidup dan penuh kuasa.

     Adakah kita memiliki iman seperti perwira Kapernaum ini?  Apa pun keadaan kita saat ini, jangan putus asa, arahkan mata kita kepada Tuhan Yesus.  Milikilah iman seperti perwira Kapernaum!  Jika mata kita hanya tertuju pada masalah dan apa yang sedang kita alami kita akan menjadi lemah dan semakin kuatir.  Itulah yang disukai Iblis.  Lawanlah semua ketakutan dan kekuatiran dengan iman!  Berhentilah memperkatakan yang negatif, sebaliknya selalu perkatakan firman Tuhan, maka oleh RohNya yang bekerja di dalam kita Ia akan menghidupkan firman yang ada di dalam hati dan pikiran kita.  Roma 10:8:  "Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu." 

Ketika memperkatakan firman dengan iman, kita menyingkirkan keterbatasan dan kemustahilan manusia.

Sunday, May 13, 2012

BERSERAH DAN PERCAYA KEPADA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Mei 2012 -

Baca:  Mazmur 31:1-25

"Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku; Engkau membebaskan aku, ya Tuhan, Allah yang setia."  Mazmur 31:6

Sebagai pengikut Kristus status kita adalah anak-anak Tuhan dan kita disebut pula sebagai orang percaya, yaitu percaya kepada Kristus.  Kepercayaan yang dimaksud bukanlah sekedar percaya, tetapi penyerahan penuh kepada Tuhan dan mempercayakan seluruh hidup kita kepadaNya.  Tertulis:  "Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak;"  (Mazmur 37:5).

     Ayat nas di atas menggambarkan tentang penyerahan hidup Daud kepada Tuhan, di mana ia yakin bahwa perlindungan yang aman hanya ia temukan di dalam Dia.  Daud berkata,  "Sebab Engkau bukit batuku dan pertahananku, dan oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun dan membimbing aku.  Engkau akan mengeluarkan aku dari jaring yang dipasang orang terhadap aku, sebab Engkaulah tempat perlindunganku."  (Mazmur 31:4-5).  Sebagai raja atas Israel bukan berarti Daud bebas dari masalah, malah dia banyak mengalami kesesakan, penderitaan dan melewati masa-masa sukar yang disebabkan oleh musuh-musuhnya yang berusaha untuk menjatuhkan dia.

     Berserah berarti kita menyerahkan hidup kita kepada Tuhan di segala keadaan, baik suka maupun duka, saat dalam masalah, penderitaan, sakit, kesulitan, sedang diberkati atau sehat wal'afiat hari lepas hari, bukan pada saat-saat tertentu saja.  Inilah yang disebut dengan tindakan iman, di mana kita mempercayakan hidup dan mempersilahkan Tuhan berkarya dalam hidup kita.  Bukan iman yang setengah-setengah, bukan iman musiman, tetapi iman yang utuh dan seluruh.

     Mengapa perlu memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan?  Supaya hidup kita sesuai dengan kehendak dan rencanaNya.  Ini tidaklah mudah karena sebagai manusia kita cenderung mengandalkan kekuatan dan kepintaran sendiri dibanding tunduk kepada kehendak Tuhan.  Namun untuk berkenan kepada Tuhan tidak ada jalan lain selain harus mau dibentuk seperti tanah liat.  Adakah tanah liat memberontak ketika dibentuk diproses?  Tanah liat hanya bisa berserah dan percaya penuh kepada si penjunan.

Milikilah penyerahan penuh kepada Tuhan karena Dia tahu yang terbaik bagi kita dan tidak ada rancanganNya yang gagal atau salah!

Saturday, May 12, 2012

MUJIZAT ITU MASIH ADA! (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Mei 2012 -

Baca:  Markus 5:35-43

"Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub."  Markus 5:42

Mujizat yang kedua adalah anak Yairus (seorang kepala rumah ibadat) yang dibangkitkan dari kematian.  Status sebagai kepala rumah ibadat menunjukkan bahwa Yairus adalah seorang hamba Tuhan, rohaniawan atau orang yang sudah melayani Tuhan.  Dari sini kita tahu bahwa masalah, persoalan, sakit-penyakit dapat dialami dan menimpa siapa saja, tidak terkecuali seorang hamba Tuhan.  Sering terdengar keluh kesah di antara anak-anak Tuhan yang berkata,  "Saya sudah melayani Tuhan dengan setia, kok masih saja ada masalah, kesulitan, sakit-penyakit.  Mengapa Tuhan membiarkan hal ini terjadi?" 

     Sebagai pelayan Tuhan, bukan berarti kita bebas dari persoalan.  Hal ini juga menimpa keluarga Yairus, anak perempuannya sakit dan hampir mati.  Segeralah ia datang kepada Tuhan Yesus dan tersungkurlah ia dibawah kakiNya.  Namun dalam perjalanan ke rumah Yairus, Yesus harus menerobos orang banyak yang berdesak-desakan dan sempat mengalami penundaan (interupsi) oleh seorang wanita yang mengalami pendarahan selama dua belas tahun yang juga ingin disembuhkan Yesus.  Lalu terdengar kabar dari rumah Yairus bahwa anak perempuannya sudah mati.  Kelihatannya sudah tidak ada harapan lagi.  Pasti dalam hati kecilnya Yairus kecewa:  "Andai Yesus tidak berhenti, anakku pasti segera tertolong."  Namun perkataan Yesus, "Anak ini tidak mati, tetapi tidur!"  (ayat 39b) memberi kekuatan pada iman Yairus.  Ia yakin bahwa Tuhan Yesus sanggup melakukan perkara besar dan itu terbukti!

     Sedang berbeban beratkah Saudara saat ini?  Sedang sakitkah Saudara saat ini?  Mari datang kepada Yesus, berserulah dan panggil namaNya dengan iman, serta mohon belas kasihanNya.  KuasaNya dari dulu, sekarang dan sampai selama-lamanya tidak pernah berubah.  Dia sanggup menyelesaikan segala persoalan yang kita alami.  Mujizat itu masih ada dan terus ada bagi orang percaya tanpa ada batas waktu!  Pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat.  Segala sesuatu yang diijinkan terjadi atas hidup kita pasti mendatangkan kebaikan bagi kita, karena Tuhan selalu turut bekerja  (baca  Roma 8:28).  Amin!

"Sesungguhnya, Akulah Tuhan, Allah segala makhluk;  adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk-Ku?"  Yeremia 32:27

Friday, May 11, 2012

MUJIZAT ITU MASIH ADA! (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Mei 2012 -

Baca:  Markus 5:21-34

"Maka kata-Nya kepada perempuan itu: "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!"  Markus 5:34

Sebuah pertanyaan yang kerapkali timbul di dalam hati banyak orang Kristen:  "Masihkah mujizat Tuhan terjadi hingga saat ini?  Ataukah mujizat itu hanya terjadi di zaman dahulu kala semasa Tuhan Yesus melayani di bumi dan sekarang tidak?  Jika mujizat itu masih terjadi, mengapa masalahku sampai detik ini belum ada jalan keluar, mengapa sakit-penyakitku juga tak kunjung sembuh, padahal sudah lama aku berdoa dan juga didoakan oleh para hamba Tuhan?"  Mari kita perhatikan kisah yang terdapat dalam Alkitab ini:  Ada dua orang yang mengalami persoalan dan menghadapi jalan buntu.  Mujizat pertama adalah seorang wanita yang mengalami pendarahan selama dua belas tahun dan disembuhkan ketika ia bertemu dengan Tuhan Yesus.

     Dua belas tahun bukanlah waktu yang singkat.  Tak bisa kita bayangkan betapa sakit dan menderitanya wanita itu.  Banyak orang pasti tidak akan tahan dan akhirnya berputus asa (menyerah) bila menderita terus-menerus dalam waktu yang sangat lama.  Selama bertahun-tahun wanita itu pasti berusaha mencari kesembuhan ke mana-mana dan bisa dipastikan biaya yang dikeluarkan sudah sangat banyak dan mungkin kekayaannya sudah habis ia gunakan untuk berobat, namun tidak ada hasil.  Tapi wanita ini tidak putus asa dan percaya bahwa selalu ada harapan selama mau berusaha.  Ketika ia mendengar tentang Yesus, pengharapannya untuk mendapatkan mujizat semakin kuat.  Dengan penuh iman wanita itu berkata,  "Asal kujamah jubah-Nya, aku akan sembuh."  (ayat 28).  Setelah menjamah jubah Yesus, seketika itu juga mujizat terjadi.  "Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya." (ayat 29).  Tuhan Yesus menghargai iman wanita ini, Imannya telah menyelamatkan dan karena itu ia mengalami mujizat kesembuhan dari Tuhan.

     Iman adalah kunci jalan bagi mujizat Tuhan terjadi dalam hidup kita.  Iman adalah kunci yang menggerakkan hati Tuhan untuk bertindak.  Karena itu jangan pernah meragukan kuasa Tuhan!

Mujizat itu masih ada asal kita dengan iman datang kepada Tuhan Yesus, karena Dia adalah "Jehovah Rapha", dokter di atas segala dokter!

Thursday, May 10, 2012

DEBORA: Tidak Ada yang Mustahil! (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Mei 2012 -

Baca:  Hakim-Hakim 5:1-31

"Dengarlah, ya raja-raja! Pasanglah telingamu, ya pemuka-pemuka! Kalau aku, aku mau bernyanyi bagi Tuhan, bermazmur bagi Tuhan, Allah Israel."  Hakim-Hakim 5:3

Inilah respon barak:  "Jika engkau turut maju akupun maju, tetapi jika engkau tidak turut maju akupun tidak maju." (Hakim-Hakim  4:8).  Karena kepekaannya mendengar suara Tuhan dan keyakinannya bahwa Tuhan akan berperang ganti mereka, Debora beroleh keberanian untuk maju berperang bersama dengan Barak.  Dengan penuh iman Debora berkata,  "'Bersiaplah, sebab inilah harinya Tuhan menyerahkan Sisera ke dalam tanganmu. Bukankah Tuhan telah maju di depan engkau?' Lalu turunlah Barak dari gunung Tabor dan sepuluh ribu orang mengikuti dia, dan Tuhan mengacaukan Sisera serta segala keretanya dan seluruh tentaranya oleh mata pedang di depan Barak, sehingga Sisera turun dari keretanya dan melarikan diri dengan berjalan kaki." (Hakim-Hakim 4:14-15).  Dan akhirnya Debora mampu membawa bangsa Israel kepada kemenangan yang gilang-gemilang.  Itu semua bukan karena gagah dan kuat manusia, tapi semata-mata karena Tuhan yang menyertainya.  "Demikianlah Allah pada hari itu menundukkan Yabin, raja Kanaan, di depan orang Israel."  (Hakim-Hakim 4:23).

     Tuhan benar-benar menunjukkan kuasaNya dan menjadi Jehovah Nissi bagi bangsa Israel.  Meski dipimpin seorang wanita bukan berarti Israel lemah dan mudah ditaklukkan.  Israel mempunyai Tuhan yang hidup dan berkuasa.  Tidak ada perkara yang mustahil bagi Tuhan!  Dia sanggup memakai Debora sebagai pahlawan bagi bangsa Israel.  "Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah." (1 Korintus 1:27-29).

     Karena itu Deborah menaikkan pujian dan pengagungan bagi Tuhan, nyanyian syukur karena Tuhan telah menjadi pembela bagi bangsanya.  Sungguh,  "Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?" (Roma 8:31b).  Di dalam Tuhan, kita lebih daripada pemenang.

Di bawah kepemimpinan Debora amanlah bangsa Israel selama 40 tahun.

Wednesday, May 9, 2012

DEBORA: Tidak Ada yang Mustahil! (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Mei 2012 -

Baca: Hakim-Hakim 4:1-24

"Jawab Barak kepada Debora: 'Jika engkau turut maju akupun maju, tetapi jika engkau tidak turut maju akupun tidak maju.'"  Hakim-Hakim 4:8

Setelah Yosua mati, bangsa Israel seperti anak ayam kehilangan induk; mereka tidak punya pemimpin yang bisa menjadi panutan.  "Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan dan mereka beribadah kepada para Baal.  Mereka meninggalkan TUHAN, Allah nenek moyang mereka yang telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir, lalu mengikuti allah lain, dari antara allah bangsa-bangsa di sekeliling mereka, dan sujud menyembah kepadanya, sehingga mereka menyakiti hati Tuhan."  (Hakim-Hakim 2:11-12).  Kemudian Tuhan mengangkat hakim-hakim untuk memimpin dan memerintah bangsa Israel.  Hakim yang pertama dipakai Tuhan adalah Otniel, Ehud, dan Samgar.  Meski berganti-ganti hakim, orang Israel selalu melakukan kejahatan di mata Tuhan, termasuk generasi di mana Debora dipilih Tuhan untuk menjadi hakim.  Orang Israel tetap saja tidak berubah sehingga Tuhan pun menghajar mereka dengan menyerahkannya ke dalam tangan Yabin, raja Kanaan.

     Debora, meski seorang wanita dan berstatus seperti ibu rumah tangga, mampu menjalankan tugas yang dipercayakan Tuhan kepadanya yaitu sebagai hakim atas umat Israel.  Ruang kerja Debora tidak berada di istana atau di kantor yang bertingkat, melainkan di bawah pohon kurma di pegunungan Efraim.  Di situlah ia biasa menyelesaikan tugas-tugas kenegaraannya, di mana banyak orang datang kepadanya untuk meminta nasihat dan juga solusi untuk setiap permasalahan yang dihadapi.  Tugas yang tidak bisa dianggap mudah, apalagi bangsa Israel telah hidup di bawah penindasan  raja Kanaan itu dengan Sisera selaku kepala pasukan selama 20 tahun, apalagi Sisera mempunyai 900 kereta besi, sementara bangsa Israel tidak memiliki satu pun kereta perang; belum lagi konflik intern bangsa Israel yang semakin menjadi-jadi.  Sebagai wanita biasa, ada kemungkinan dia kurang dianggap oleh orang lain.

     Meski menghadap situasi sulit Debora tidak menyerah.  Ketika Tuhan memanggilnya ia yakin Dia akan memberi kekuatan dan kemampuan kepadanya.  Melalui petunjuk dan perintah Tuhan ia memanggil Barak dan memerintahkannya mengumpulkan 10.000 orang dari suku Naftali dan Zebulon untuk pergi ke Gunung Tabor.  (Bersambung)

Tuesday, May 8, 2012

ADA SAATNYA HARUS MENANTI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Mei 2012 -

Baca: Mazmur 40:1-18

"Aku sangat menanti-nantikan Tuhan; lalu Ia menjenguk kepadaku dan mendengar teriakku minta tolong."  Mazmur 40:2

Banyak orang Kristen yang bertanya-tanya dalam hati, "Mengapa pertolongan Tuhan itu begitu lama?" Padahal Tuhan berkata sendiri, "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.  Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan."  (Matius 7:7-8).  Apa Ia ingkar dengan janjiNya?  Camkan dalam hati bahwa Ia tidak pernah ingkar dengan janjiNya.  JanjiNya yang tertulis dalam Alkitab pasti akan digenapi asalkan kita mau bersabar untuk menantikan Dia.

     Mazmur 40:2-4 adalah kesabaran Daud dalam menantikan jawaban Tuhan.  Daud percaya bahwa cepaat atau lambat doanya pasti dijawab Tuhan, karena "Tuhan dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan."  (Mazmur 145:18).  Terkadang doa kita dijawab Tuhan dalam waktu singkat.  Namun adakalanya doa kita dijawab Tuhan dalam waktu yang cukup lama, seperti Abraham yang harus menunggu selama 25 tahun untuk mendapatkan Ishak.  Namun yakinlah bahwa di dalam Tuhan tidak ada deadlock (jalan buntu).  Kita tidak perlu takut pada jalan buntu.  Semua orang pasti pernah mengalami tidak ada jalan bagi masalahnya, tapi bagi orang-orang yang dikasihi Tuhan selalu ada jalan keluar.  Oleh karena itu  "...kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab Tuhan, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi." (Yosua 1:9).  Untuk dapat menantikan jawaban Tuhan diperlukan suatu keberanian dalam diri kita, karena di dalamnya ada harga yang harus kita bayar, baik ketekunan, kesabaran, maupun kesetiaan.  Ketiga hal ini kerapkali kita abaikan dan kita pun langsung menyalahkan Tuhan dan beranggapan bahwa Tuhan terlalu lambat untuk menolong kita.

     Mengapa Ia lambat menjawab doa kita?  Mungkin hidup kita dalam posisi tidak benar sehingga Tuhan harus menunggu sampai kita bertobat dan mengerti kehendakNya.

Mungkin saat ini Tuhan sedang membentuk kita sampai kita dapat berkata, "Tuhan, aku tidak mampu tanpa Engkau!  Aku memerlukan Engkau." 

Monday, May 7, 2012

BANYAK MEMBERI: Makin Diberkati Tuhan (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Mei 2012 -

Baca:  Amsal 28:1-28

"Siapa memberi kepada orang miskin tak akan berkekurangan, tetapi orang yang menutup matanya akan sangat dikutuki."  Amsal 28:27

Seseorang yang dapat menjadi saluran berkat bagi orang lain adalah seorang yang kaya sejati.  Pikiran:  kalau kita tidak kaya, bagaimana mungkin kita dapat memberi kepada orang lain, bukan?  Banyak orang masih pikir-pikir jika hendak memberi kepada orang lain:  "Wah, kalau aku memberi berarti uangku berkurang.  Untuk kebutuhan diri sendiri saja tidak cukup, apalagi memikirkan orang lain."

     Kita tidak akan menjadi miskin karena kita memberi, justru dengan memberi menunjukkan bahwa kita hidup dalam kelimpahan.  Dalam Amsal 11:24 dikatakan:  "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat luar biasa, namun selalu berkekurangan."  Memberi juga menunjukkan bahwa kita hidup dalam kelimpahan.  Tuhan akan mencurahkan berkatNya ketika kita memberi, karena  "Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri,"  (Amsal 11:17a).  Kita pun tidak akan rugi jika kita memberi kepada orang lain; malahan ketika kita memberkati orang lain Tuhan akan memelihara hidup kita.  Saat kita memperhatikan kebutuhan orang lain, percayalah Tuhan akan mengambil alih semua kesulitan yang kita alami.  Tertulis: "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:19).

     Apakah Tuhan membutuhkan uang atau harta kita? Tidak! Tuhan berkata, "Kepunyaan-Kulah perak dan kepunyaan-Kulah emas,"  (Hagai 2:9).  Pemazmur juga berkata, "Punya-Mulah langit, punya-Mulah juga bumi," (Mazmur 89:12).  Namun mengapa Tuhan mengajarkan kita untuk membiasakan diri memberi? Itu adalah demi kepentingan kita sendiri (yaitu orang yang memberi) juga, karena ketika kita memberkati orang lain kita akan diberkati kembali.  Semakin banyak kita diberkati Tuhan, kita dituntut untuk memberkati atau menolong orang lain lebih banyak lagi pula.  Jadi kita yang sudah diberkati Tuhan lebih, memiliki tanggung jawab yang semakin besar di hadapan Tuhan.  "Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut," (Lukas 12:48b).

Tuhan memberkati kita supaya kita menjadi saluran berkat bagi orang lain!

Sunday, May 6, 2012

BANYAK MEMBERI: Makin Diberkati Tuhan (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Mei 2012 -

Baca:  Amsal 11:1-31

"Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum."  Amsal 11:25

Ketika Tuhan memanggil Abraham keluar dari negerinya, Dia berkata,  "...engkau akan menjadi berkat."  (Kejadian 12:2b).  Dan benar, hidup Abraham menjadi berkat bagi bangsa-bangsa.

     Sebagai orang percaya kita ini adalah milik Kristus, artinya kita juga adalah keturunan Abraham (baca Galatia 3:39);  berarti kita juga dipanggil untuk menjadi berkat bagi dunia ini.  Kita dipanggil bukan untuk mementingkan diri sendiri.  Menjadi berkat berarti hidup untuk memberi, bukan menerima.  Jadi prinsip hidup orang percaya adalah hidup untuk memberi.  Alkitab juga menegaskan,  "...Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima."  (Kisah 20:35).  Ini sangatlah kontras dengan konsep hidup dunia yang mengajarkan bahwa hidup itu harus menerima (to get something).  Di dunia ini banyak orang yang hanya ingin mementingkan diri sendiri, mencari kemuliaan diri sendiri dan kesenangan diri sendiri, tapi Tuhan justru mengajarkan supaya kita memberi, dengan demikian hidup kita menjadi berkat bagi orang lain.

     Bila kita memiliki sesuatu yang dapat kita berikan kepada orang lain, ingatlah itu semua bukan milik kita, tapi berasal dari Tuhan.  Jangan pernah terlintas di benak kita bahwa uang atau kekayaan yang kita miliki adalah hasil kerja kita sendiri,  "Tetapi haruslah engkau ingat kepada Tuhan, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini."  (Ulangan 8:18).  Kepintaran, kehebatan, pekerjaan, karir, kekayaan, bahkan pelayanan yang dipercayakan Tuhan kepada kita semuanya berasal dari Tuhan.  Adalah suatu anugerah bila kita dapat memperoleh semuanya itu.  Itulah sebabnya Ayub dapat berkata,  "Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!" (Ayub 1:21b).  Tuhan menghendaki agar berkat yang kita terima kita salurkan kepada orang lain.  Itulah tujuan Tuhan memberkati kita:  menggunakan berkat-berkat itu untuk memberkati orang lain.  Mari bersyukur jika Tuhan berkenan memakai kita menjadi saluran berkat bagi orang lain.  Dapat memberi menunjukkan bahwa kita adalah orang kaya sejati.  (Bersambung).

Saturday, May 5, 2012

PENTINGNYA MENDISIPLINKAN LIDAH (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Mei 2012 -

Baca:  Lukas 12:1-12

"Sebab pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan."  Lukas 12:12

Mengapa kita perlu mendisiplin lidah kita?  Karena lidah adalah salah satu anggota tubuh yang meski kecil, dapat mencemari seluruh tubuh kita.  Itulah sebabnya salah satu taktik Iblis untuk menghancurkan hidup orang percaya adalah dengan mengambil alih kendali lidah kita, sehingga seluruh hidup kita akan dirusak olehnya.  Setiap kali kita menggunakan lidah kita untuk memperkatakan hal-hal yang negatif, seperti ketakutan, kekuatiran, kecemasan, membenci, memfitnah, menggosip atau berbohong, kita sedang menyerahkan lidah kita kepada kendali Iblis.  Semakin lidah kita mengucapkan berbagai jenis kejahatan semakin kita memberi ruang gerak kepada Iblis untuk menghancurkan hidup kita.  Firman Tuhan,  "...janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran."  (Roma 6:13).

     Kita yang sudah diselamatkan melalui karya penebusan Kristus di kayu salib tidak boleh lagi menyerahkan seluruh anggota tubuh kita kepada dosa, tapi kepada Tuhan.  Jadi kita harus bisa mengekang lidah kita dan menyerahknnya kepada Tuhan karena dengan kekuatan sendiri kita tidak akan mampu.  Hanya melalui kuasa Roh Kudus yang bekerja di dalam kita, kita akan beroleh kemampuan untuk mengekang dan menundukkan lidah kita.

     Tuhan Yesus telah meninggalkan teladan yang luar biasa dalam hal lidah ini, di mana Ia tidak pernah mengeluarkan perkataan-perkataan yang negatif meskipun dianiaya, dihina, dicacimaki, diludahi dan pada akhirnya harus menderita dan mati di atas kayu salib.  "Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya.  (1 Petrus 2:22).  Tuhan Yesus mampu mengekang lidahNya.  Dia berkata,  "...Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku."  (Yohanes 8:28).  Itulah sebabnya perkataan Tuhan Yesus senantiasa penuh dengan kuasa.  Berhati-hatilah dengan lidah! 

Adalah percuma kita rajin ke gereja jika kita tidak mampu mengekang lidah kita di bawah pimpinan Roh Kudus!

Friday, May 4, 2012

PENTINGNYA MENDISIPLINKAN LIDAH (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Mei 2012 -

Baca:  Pengkotbah 5:1-6

"Janganlah mulutmu membawa engkau ke dalam dosa,"  Pengkotbah 5:5a

Ada dua belas orang diutus Musa untuk mengintai tanah Kanaan.  Selama empat puluh hari mereka melakukan pengintaian di negeri itu dan pada saatnya mereka harus memberikan laporan kepada Musa tentang keadaan negeri yang mereka intai itu secara mendetil.

     12 orang yang ditugaskan untuk mengamat-amati Kanaan kembali dengan laporan yang berbeda.  Sepuluh orang memberi laporan yang bernada pesimistis atau negatif:  "Kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu, karena mereka lebih kuat dari pada kita." ...Negeri yang telah kami lalui untuk diintai adalah suatu negeri yang memakan penduduknya, dan semua orang yang kami lihat di sana adalah orang-orang yang tinggi-tinggi perawakannya.  Juga kami lihat di sana orang-orang raksasa, orang Enak yang berasal dari orang-orang raksasa, dan kami lihat diri kami seperti belalang, dan demikian juga mereka terhadap kami."  (Bilangan 13:31-33).  Lidah kesepuluh orang itu mengucapkan perkataan-perkataan negatif yang menyiratkan ketakutan, kekuatiran dan ketidakberdayaan.  Yang pasti, laporan kesepuluh orang itu akan melemahkan iman orang yang mendengarnya.  Namun sebaliknya Kaleb dan Yosua memberikan laporan yang sangat berbeda;  keduanya mengucapkan perkataan-perkataan yang positif:  "Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!"  (Bilangan 13:30).  Apa yang keluar dari lidah mereka adalah perkataan iman yang membangkitkan semangat, melenyapkan ketakutan dan juga kekuatiran.

     Kita harus berhati-hati dengan lidah kita, karena lidah kita dapat menentukan seluruh arah hidup kita:  kemenangan atau kekalahan.  Andai Musa terpengaruh dengan laporan kesepuluh orang itu, bisa dipastikan bangsa Israel tidak akan pernah mencapai Kanaan;  mereka akan menyerah kalah sebelum berperang.  Maka mulai hari ini ubahlah kekalahan menjadi kemenangan!  Milikilah iman seperti Kaleb dan Yosua!  Sebagai laskar-laskar kristus akhir zaman kita harus bergerak maju dan siap berperang melawan musuh kita yaitu Iblis.  Dan langkah awal untuk memulai semua ini adalah dengan cara mendisiplin lidah atau ucapan kita seperti yang dilakukan Daud:  "Aku hendak menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku; aku hendak menahan mulutku dengan kekang selama orang fasik masih ada di depanku."  (Bersambung)

Thursday, May 3, 2012

DOA ADALAH NAFAS HIDUP KITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Mei 2012 -

Baca:  Roma 12:9-21

"Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!"  Roma 12:12

Alkitab tidak pernah berhenti menasihati agar kita selalu bertekun di dalam doa.  Itulah yang dikehendaki Tuhan!  Banyak orang Kristen yang merasa dan menjadikan doa sebagai suatu hal yang sulit dilakukan.  Sehari ada 24 jam, tapi rasa-rasanya kita sulit menyediakan waktu;  jangankan 1 jam, beberapa menit saja kita sepertinya tak mampu, padahal berdoa itu sangat penting dan harus menjadi bagian hidup kita.  Bagi orang percaya, doa itu menjadi nafas hidup!  Bayangkan jika kita tidak dapat bernafas beberapa menit saja kita pasti akan mati.  Tanpa doa kita pun akan mengalami kematian rohani.  Terlebih di masa-masa sulit sekarang ini, masihkah kita tidak mau berdoa?  "Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu, selagi Engkau dapat ditemui; sesungguhnya pada waktu banjir besar terjadi, itu tidak melandanya."  (Mazmur 32:6).  Karena itu doa harus menjadi prioritas agar kerohanian kita mengalami kemajuan dan kuat di segala keadaan.

     Apa sebenarnya yang terjadi ketika kita berdoa?  Kita berkomunikasi dengan Tuhan;  suatu hubungan yang intim/akrab antara kita sebagai anak dengan Tuhan sebagai Bapa kita.  Hubungan ini bersifat dua arah: kita mencurahkan isi hati kita kepada Tuhan dan kita memberi kesempatan Dia berbicara kepada kita.  Seringkali yang terjadi kita hanya berdoa ketika rincian kebutuhan kita sudah menumpuk tanpa mempedulikan apa yang Tuhan mau.  Ketika kita mendisiplinkan diri dalam hal berdoa, kita akan semakin dewasa rohani sehingga kita pun semakin mengenal Tuhan dan semakin mengerti kehendakNya atas kita.  Kehebatan pelayanan Tuhan Yesus bukanlah karena Ia mengandalkan keberadaanNya sebagai Anak Allah, tetapi sebagai Anak Manusia yang senantiasa mengandalkan BapaNya melalui doa-doaNa.  Ia tidak pernah melewatkan waktuNya tanpa doa.  KehidupanNya selama di bumi penuh dengan doa.

     Jikalau kita ingin hidup seperti Tuhan Yesus tidak ada jalan lain selain kita harus mendisplinkan diri dalam hal berdoa.  Ia berkata,  "Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu."  (Yohanes 14:12).


Disiplin dalam berdoa adalah kunci kemenangan orang percaya!

Wednesday, May 2, 2012

MEMPEROLEH BERKAT LEBIH (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Mei 2012 -

Baca:  1 Korintus 2:6-16

"Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."  1 Korintus 2:9

Dari ayat nas di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada perkara yang mustahil bagi Tuhan.  Bahkan yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan yang tidak pernah timbul di dalam hati kita, itu yang disediakan Tuhan bagi orang percaya.  Tuhan berkata kepada Salomo,  "Dan juga apa yang tidak kauminta Aku berikan kepadamu, baik kekayaan maupun kemuliaan, sehingga sepanjang umurmu takkan ada seorangpun seperti engkau di antara raja-raja."  (1 Raja-Raja 3:13).

     Mengapa Salomo mendapatkan berkat lebih dari Tuhan?  1.  Ia memiliki kerendahan hati, berani mengakui kekurangan dan kelemahannya.  Salomo berkata,  "...ya Tuhan, Allahku, Engkaulah yang mengangkat hamba-Mu ini menjadi raja menggantikan Daud, ayahku, sekalipun aku masih sangat muda dan belum berpengalaman."  (1 Raja-Raja 3:7).  Tidak mudah menemukan orang yang rendah hati.  Sebaliknya banyak sekali ditemukan orang yang cenderung mengatakan:  dirinya lebih hebat, lebih pintar dari orang lain;  gerejanya tidak akan maju jika ia tidak melayani di situ;  perusahaan tempatnya bekerja tidak akan menjadi besar dan berkembang tanpa dia dan sebagainya.  Bukankah sikap seperti ini menunjukkan bahwa kita ini sombong?  Firman Tuhan mengatakan,  "Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan;"  (Yesaya 2:11a).  Orang yang sombong adalah lawan Allah (Yesaya 2:12).  Oleh karena itu  "...rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya."  (1 Petrus 5:6).  Tuhan kita adalah Tuhan yang besar, dan bagi Dia tidak sulit untuk memberkati kita.

     2.  Ia hidup sesuai dengan jalan yang Tuhan tunjukkan  (baca 1 Raja-Raja 3:14).  Dengan hikmat itu Tuhan memerintahkan Salomo untuk hidup dalam ketaatan.  Artinya kalau sudah menerima apa yang kita doakan, gunakan itu untuk kemuliaan nama Tuhan.  Waktu, tenaga, talenta yang Tuhan berikan hendaknya kita maksimalkan untuk Dia.

"Sebab Engkaulah yang memberkati orang benar, ya Tuhan;  Engkau memagari dia dengan anugerah-Mu seperti perisai."  Mazmur 5:13