Monday, May 28, 2012

YOHANES PEMBAPTIS: Pribadi yang Rendah Hati

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Mei 2012 -

Baca:  Matius 3:1-12

"Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya."  Matius 3:3

Alkitab menyatakan bahwa Yohanes pembaptis memiliki hubungan yang dekat dengan Yesus (sepupu) karena ibunya (Elisabet) masih ada hubungan kekerabatan (sepupu pula) dengan Maria (ibu Yesus).  Selain itu kelahiran Yohanes pembaptis juga ajaib dan mengherankan sebab ia dilahirkan dari seorang wanita yang sebenarnya mandul.  Juga ketika ia berada dalam kandungan, ayahnya mendadak menjadi bisu, dan baru dapat berbicara ketika ia lahir.

     Sesungguhnya ada banyak alasan bagi Yohanes untuk membanggakan diri atau menjadi seorang yang 'besar'.  Namun Yohanes tidak melakukan itu, ia tetaplah seorang yang rendah hati.  Padahal ia adalah pembuka jalan bagi kedatangan Sang Juruselamat yang sudah dinubuatkan sejak zaman nabi Yesaya (baca Yesaya 40:3).  Yohanes berkata,  "Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api." (Matius 3:11).  Simak pula pernyataan Yohanes,  "Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil."  (Yohanes 3:30).  Hal ini menunjukkan bahwa Yohanes tidak haus pujian atau ingin dihormati, ia tetap menempatkan Yesus sebagai yang utama dan terbesar.  Dialah yang patut ditinggikan dan diagungkan, bukan dirinya.

     Yohanes pembaptis telah memberikan teladan yang luar biasa bagi setiap orang percaya, terlebih lagi bagi para pelayan Tuhan bagaimana memiliki hati hamba dan rendah hati.  Seringkali ketika seseorang sudah dipercaya untuk melayani Tuhan, hatinya mulai berubah.  Apalagi yang sudah menyandang predikat 'hamba Tuhan' dengan 'jam terbang' yang sudah tinggi, penuh urapan dan terkenal.  Kita mulai membusungkan dada sehingga dalam hal pelayanan kita pun pilih-pilih, bahkan berani memasang bandrol alias pasang tarif:  mau melayani asal fasilitas yang disediakan sesuai dengan yang dikehendaki.  Kita sudah lupa dengan esensi seorang 'hamba':  tugas seorang hamba adalah untuk melayani, bukan dilayani.

Tuhan Yesus berkata,  "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu,"  Matius 20:26b-27

No comments:

Post a Comment