Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Maret 2012 -
Baca: Ayub 13:1-28
"Berapa besar kesalahan dan dosaku? Beritahukanlah kepadaku pelanggaran dan dosaku itu. Mengapa Engkau menyembunyikan wajah-Mu, dan menganggap aku sebagai musuh-Mu?" Ayub 13:23-34
Alkitab dengan jelas mencatat bahwa Ayub "saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan." (Ayub 1:1). Ini menunjukkan bahwa Ayub adalah orang yang hidupnya benar dan tidak bercela di hadapan Tuhan. Itulah sebabnya ketika kesengsaraan dan penderitaan menimpa hidupnya ia merasa berhak untuk bertanya kepada Tuhan: apakah ini tidak "salah alamat"? Bukankah seharusnya orang fasik atau orang berdosa yang layak menerima segala penderitaan dan malapetaka?
Seringkali kita juga marah kepada Tuhan dan menyalahkan Dia ketika melihat orang-orang di luar Tuhan hidupnya "aman-aman" saja. Pemazmur menasihati, "Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang; sebab mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau." (Mazmur 37:1-2). Sebagai orang percaya kita harus belajar memahami kehendak Tuhan karena Dia memiliki sudut pandang yang berbeda. Tuhan tidak pernah salah dalam setiap tindakanNya. Segala penderitaan yang menimpa Ayub adalah ulah dari si Iblis yang hendak menjatuhkan iman Ayub. Namun meski mengalami penderitaan yang luar biasa Ayub tetap mampu bertahan. Bahkan dia masih bisa berkata, "'Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?' Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya." (Ayub 2:10b). Kehilangan segala-galanya tidak membuat Ayub menjadi lemah dan putus asa. Bahkan teman-teman terdekatnya kelihatannya menasihati dia, padahal dalam nasihatnya itu terkandung tuduhan dan kecaman kepada Ayub. Mereka menganggap bahwa Ayub telah melakukan suatu pelanggaran yang berakibat pada penderitaan yang harus ditanggungnya.
Selama hidup di dunia ini kita tak luput dari masalah atau penderitaan. Namun Tuhan berjanji untuk memberi kekuatan kepada kita dan memberikan Penolong yaitu Roh Kudus. Karena itu dalam keadaan yang berat biarlah kita tetap kuat dan bertahan karena selalu ada maksud dan rencana Tuhan di balik penderitaan yang kita alami.
Itulah sebabnya di tengah penderitaan yang dialami, Ayub menyadari: "Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas." (Ayub 23:10).
Tuesday, March 13, 2012
Monday, March 12, 2012
DAMPAK BURUK MENGHAKIMI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Maret 2012 -
Baca: Roma 14:1-12
"Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri." Roma 14:4
Kita harus tahu bahwa kita tidak memiliki kuasa untuk menghakimi, karena apa yang kita pandang baik dan benar menurut ukuran kita belum tentu demikian; hanya Tuhan yang memiliki dan tahu akan kebenaran dan keadilan itu. Itulah sebabnya firmanNya berkata, "Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan.' Dan lagi: 'Tuhan akan menghakimi umat-Nya.'" (Ibrani 10:30).
Inilah yang seringkali menjadi masalah terbesar mengapa gereja tidak dapat bertumbuh, tidak dapat maju, menjadi terpecah, karena mereka saling menghakimi. Banyak orang tidak mau datang ke gereja tertentu karena mereka mendengar bahwa hamba Tuhan di gereja tersebut saling menjatuhkan satu sama lain, yang satu merasa diri lebih hebat dan lebih diurapi dari yang lain. Keadaan semacam ini pun sudah terjadi di zaman Tuhan Yesus. Murid-murid Tuhan Yesus sendiri bertanya kepada Tuhan siapa di antara mereka yang paling besar. Dengan tegas Tuhan Yesus menjawab siapa yang ingin menjadi yang terbesar haruslah menjadi pelayan bagi yang lainnya. Jadi, tidak ada gereja yang dapat berkata bahwa gerejanyalah yang the best, paling diberkati dan sebagainya.
Kita harus menyadari bahwa saling menghakimi itu adalah strategi Iblis untuk menghancurkan kehidupan orang percaya dan gereja Tuhan. Saling menghakimi selalu membawa akibat atau dampak yang buruk: 1. Menyebabkan perpecahan. Saling menghakimi itu berasal dari si Iblis dengan tujuan memecahbelah umat Tuhan. Oleh karena itu kita harus berhati-hati, tidak boleh lagi saling menghakimi supaya tidak terjadi perpecahan di antara umat Tuhan. 2. Membuat orang lain sakit hati dan menjadi pahit. Siapa pun dari kita pasti tidak suka dihakimi oleh orang lain. Alangkah baiknya jika ada seseorang melakukan kesalahan ditegur dengan cara yang tepat, perkataan yang tepat dan waktu yang tepat pula, karena menghakimi itu berbeda dengan menegur. Ketika kita menghakimi seseorang berarti kita menyatakan bahwa orang tersebut bersalah. Itu hanya akan menimbulkan sakit hati dan membuat orang itu dipermalukan dan kian terpuruk.
Menghakimi orang lain adalah strategi Iblis menghancurkan kehidupan orang percaya!
Baca: Roma 14:1-12
"Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri." Roma 14:4
Kita harus tahu bahwa kita tidak memiliki kuasa untuk menghakimi, karena apa yang kita pandang baik dan benar menurut ukuran kita belum tentu demikian; hanya Tuhan yang memiliki dan tahu akan kebenaran dan keadilan itu. Itulah sebabnya firmanNya berkata, "Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan.' Dan lagi: 'Tuhan akan menghakimi umat-Nya.'" (Ibrani 10:30).
Inilah yang seringkali menjadi masalah terbesar mengapa gereja tidak dapat bertumbuh, tidak dapat maju, menjadi terpecah, karena mereka saling menghakimi. Banyak orang tidak mau datang ke gereja tertentu karena mereka mendengar bahwa hamba Tuhan di gereja tersebut saling menjatuhkan satu sama lain, yang satu merasa diri lebih hebat dan lebih diurapi dari yang lain. Keadaan semacam ini pun sudah terjadi di zaman Tuhan Yesus. Murid-murid Tuhan Yesus sendiri bertanya kepada Tuhan siapa di antara mereka yang paling besar. Dengan tegas Tuhan Yesus menjawab siapa yang ingin menjadi yang terbesar haruslah menjadi pelayan bagi yang lainnya. Jadi, tidak ada gereja yang dapat berkata bahwa gerejanyalah yang the best, paling diberkati dan sebagainya.
Kita harus menyadari bahwa saling menghakimi itu adalah strategi Iblis untuk menghancurkan kehidupan orang percaya dan gereja Tuhan. Saling menghakimi selalu membawa akibat atau dampak yang buruk: 1. Menyebabkan perpecahan. Saling menghakimi itu berasal dari si Iblis dengan tujuan memecahbelah umat Tuhan. Oleh karena itu kita harus berhati-hati, tidak boleh lagi saling menghakimi supaya tidak terjadi perpecahan di antara umat Tuhan. 2. Membuat orang lain sakit hati dan menjadi pahit. Siapa pun dari kita pasti tidak suka dihakimi oleh orang lain. Alangkah baiknya jika ada seseorang melakukan kesalahan ditegur dengan cara yang tepat, perkataan yang tepat dan waktu yang tepat pula, karena menghakimi itu berbeda dengan menegur. Ketika kita menghakimi seseorang berarti kita menyatakan bahwa orang tersebut bersalah. Itu hanya akan menimbulkan sakit hati dan membuat orang itu dipermalukan dan kian terpuruk.
Menghakimi orang lain adalah strategi Iblis menghancurkan kehidupan orang percaya!
Sunday, March 11, 2012
BERHENTILAH MENGHAKIMI!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Maret 2012 -
Baca: Roma 14:1-12
"Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu? Atau mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah." Roma 14:10
Sampai saat ini masih sering terjadi saling menghakimi di antara anak-anak Tuhan. Kita begitu mudahnya melihat dosa, kelemahan dan kekurangan orang lain. Ketika ada saudara seiman yang jatuh dalam dosa kita langsung mencemooh dan sesegera mungkin menyebarkan 'kabar hangat' ini ke orang lain. Ketika ada saudara yang mengalami pergumulan berat dan sakit tak kunjung sembuh kita langsung berkata, "Wah... dia terlalu banyak dosanya, makanya Tuhan menimpakan masalah berat padanya." Ada peribahasa yang mengatakan bahwa tak ada gading yang tak retak. Setiap orang itu tidak pernah luput dari kesalahan. Tak ada manusia yang sempurna! Bahkan hamba Tuhan atau pendeta pun tak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu "...janganlah kita saling menghakimi lagi! Tetapi lebih baik kamu menganut pandangan ini: Jangan kita membuat saudara kita jatuh atau tersandung!" (Roma 14:13).
Di dalam Alkitab banyak sekali ayat yang mengingakan kita untuk tidak mudah menghakimi orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa menghakimi orang lain adalah dosa di hadapan Tuhan. Melalui renungan ini kita disadarkan agar tidak mudah duduk sebagai hakim terhadap saudara yang lain. Firman Tuhan dengan tegas menyatakan bahwa "Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinaasakan. Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau mau menghakimi sesamamu manusia?" (Yakobus 4:12).
Jika saat ini kita masih merasa sebagai orang yang paling benar dan menempatkan orang lain selalu menjadi terdakwa, segeralah bertobat sebelum semuanya terlambat, sebab "...dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Matius 7:2). Jika ada saudara kita yang lemah dan jatuh justru adalah kesempatan bagi kita untuk menunjukkan kasih dengan menolong dan menguatkan, sehingga dia segera bangkit dan dipulihkan. Jangan menjadi hakim dan maah menjatuhkan vonis.
Sebagai anak-anak Tuhan mari saling melengkapi, menjaga, mendukung, menopang dan menguatkan satu sama lain!
Baca: Roma 14:1-12
"Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu? Atau mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah." Roma 14:10
Sampai saat ini masih sering terjadi saling menghakimi di antara anak-anak Tuhan. Kita begitu mudahnya melihat dosa, kelemahan dan kekurangan orang lain. Ketika ada saudara seiman yang jatuh dalam dosa kita langsung mencemooh dan sesegera mungkin menyebarkan 'kabar hangat' ini ke orang lain. Ketika ada saudara yang mengalami pergumulan berat dan sakit tak kunjung sembuh kita langsung berkata, "Wah... dia terlalu banyak dosanya, makanya Tuhan menimpakan masalah berat padanya." Ada peribahasa yang mengatakan bahwa tak ada gading yang tak retak. Setiap orang itu tidak pernah luput dari kesalahan. Tak ada manusia yang sempurna! Bahkan hamba Tuhan atau pendeta pun tak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu "...janganlah kita saling menghakimi lagi! Tetapi lebih baik kamu menganut pandangan ini: Jangan kita membuat saudara kita jatuh atau tersandung!" (Roma 14:13).
Di dalam Alkitab banyak sekali ayat yang mengingakan kita untuk tidak mudah menghakimi orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa menghakimi orang lain adalah dosa di hadapan Tuhan. Melalui renungan ini kita disadarkan agar tidak mudah duduk sebagai hakim terhadap saudara yang lain. Firman Tuhan dengan tegas menyatakan bahwa "Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinaasakan. Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau mau menghakimi sesamamu manusia?" (Yakobus 4:12).
Jika saat ini kita masih merasa sebagai orang yang paling benar dan menempatkan orang lain selalu menjadi terdakwa, segeralah bertobat sebelum semuanya terlambat, sebab "...dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Matius 7:2). Jika ada saudara kita yang lemah dan jatuh justru adalah kesempatan bagi kita untuk menunjukkan kasih dengan menolong dan menguatkan, sehingga dia segera bangkit dan dipulihkan. Jangan menjadi hakim dan maah menjatuhkan vonis.
Sebagai anak-anak Tuhan mari saling melengkapi, menjaga, mendukung, menopang dan menguatkan satu sama lain!
Saturday, March 10, 2012
DOA UNTUK MEMUASKAN KEINGINAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Maret 2012 -
Baca: Yakobus 4:1-10
"Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu." Yakobus 4:3
Adalah penting bagi kita untuk selalu diingatkan betapa penting doa itu bagi orang percaya. Doa adalah nafas hidup kita. Dengan kata lain setiap orang percaya harus hidup di dalam doa setiap waktu. Doa adalah sarana komunikasi kita dengan Tuhan dan itu berarti harus terjadi dua arah. Ada saatnya kita yang berbicara kepada Tuhan dan Tuhan yang mendengarkan, dan ada saatnya Tuhan yang berbicara kepada kita melalui firmanNya kemudian kita yang mendengar.
Tuhan menghendaki hubungan yang karib antara kita denganNya terjalin terus setiap hari dan setiap saat. Namun banyak orang Kristen yang tekun berdoa hanya ketika mereka perlu saja, saat dalam masalah dan pergumulan yang berat. Sebaliknya jika semuanya baik-baik saja, usaha lancar, tubuh sehat-sehat saja dan sebagainya, doa tidak lagi menjadi prioritas utama dalam hidupnya. Lalu, doa yang berkenan kepada Tuhan itu doa yang bagaimana? Doa yang berkenan kepada Tuhan adalah doa yang disertai dengan iman. Artinya doa yang percaya kepada firman Tuhan yang terdiri dari rencanaNya yang baik untuk hidup kita, dan kepada janji-janjiNya yang adalah ya dan amin. Mungkin selama ini kita sudah berdoa berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun tetapi doa kita belum juga dijawab Tuhan. Jangan langsung menyalahkan Tuhan! Koreksi terlebih dahulu dan perhatikan bagaimana kita berdoa. Adakah kita berdoa dengan sikap hati yang benar, atau kita berdoa hanya bertujuan untuk memuaskan segala keinginan pribadi kita?
Sesungguhnya Tuhan tahu persis apa pun yang menjadi kebutuhan kita, dan Dia pasti akan memenuhi kebutuhan kita. Namun pada waktu berdoa kita harus bisa membedakan antara berdoa dengan iman dan berdoa memaksakan kehendak kepada Tuhan demi kepentingan diri sendiri. Mengklaim janji Tuhan itu baik, tetapi janganlah hal itu demi memuaskan nafsu duniawi kita. Seringkali kita menjadi iri hati ketika melihat orang lain lebih berhasil dari kita, lalu kita protes kepada Tuhan mengapa Tuhan tidak memberkati kita seperti orang itu.
Berdoalah bukan pada saat kita membutuhkan segala sesuatu, tetapi berdoalah kepada Tuhan setiap saat untuk membangun keintiman dengan Tuhan; pasti berkat akan dicurahkan kepada kita.
Baca: Yakobus 4:1-10
"Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu." Yakobus 4:3
Adalah penting bagi kita untuk selalu diingatkan betapa penting doa itu bagi orang percaya. Doa adalah nafas hidup kita. Dengan kata lain setiap orang percaya harus hidup di dalam doa setiap waktu. Doa adalah sarana komunikasi kita dengan Tuhan dan itu berarti harus terjadi dua arah. Ada saatnya kita yang berbicara kepada Tuhan dan Tuhan yang mendengarkan, dan ada saatnya Tuhan yang berbicara kepada kita melalui firmanNya kemudian kita yang mendengar.
Tuhan menghendaki hubungan yang karib antara kita denganNya terjalin terus setiap hari dan setiap saat. Namun banyak orang Kristen yang tekun berdoa hanya ketika mereka perlu saja, saat dalam masalah dan pergumulan yang berat. Sebaliknya jika semuanya baik-baik saja, usaha lancar, tubuh sehat-sehat saja dan sebagainya, doa tidak lagi menjadi prioritas utama dalam hidupnya. Lalu, doa yang berkenan kepada Tuhan itu doa yang bagaimana? Doa yang berkenan kepada Tuhan adalah doa yang disertai dengan iman. Artinya doa yang percaya kepada firman Tuhan yang terdiri dari rencanaNya yang baik untuk hidup kita, dan kepada janji-janjiNya yang adalah ya dan amin. Mungkin selama ini kita sudah berdoa berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun tetapi doa kita belum juga dijawab Tuhan. Jangan langsung menyalahkan Tuhan! Koreksi terlebih dahulu dan perhatikan bagaimana kita berdoa. Adakah kita berdoa dengan sikap hati yang benar, atau kita berdoa hanya bertujuan untuk memuaskan segala keinginan pribadi kita?
Sesungguhnya Tuhan tahu persis apa pun yang menjadi kebutuhan kita, dan Dia pasti akan memenuhi kebutuhan kita. Namun pada waktu berdoa kita harus bisa membedakan antara berdoa dengan iman dan berdoa memaksakan kehendak kepada Tuhan demi kepentingan diri sendiri. Mengklaim janji Tuhan itu baik, tetapi janganlah hal itu demi memuaskan nafsu duniawi kita. Seringkali kita menjadi iri hati ketika melihat orang lain lebih berhasil dari kita, lalu kita protes kepada Tuhan mengapa Tuhan tidak memberkati kita seperti orang itu.
Berdoalah bukan pada saat kita membutuhkan segala sesuatu, tetapi berdoalah kepada Tuhan setiap saat untuk membangun keintiman dengan Tuhan; pasti berkat akan dicurahkan kepada kita.
Friday, March 9, 2012
KESEMPATAN BERTEMU YESUS
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Maret 2012 -
Baca: Lukas 19:1-10
"Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ." Lukas 19:4
Ada kalimat bijak yang mengatakan bahwa kesempatan itu tidak datang untuk kedua kalinya, karena itu jangan pernah disia-siakan. Seorang atlet yang setiap harinya berlatih keras dan tidak mengenal lelah, ketika akhirnya dikirim untuk mengikuti sebuah kejuaraan pasti tidak akan menyia-nyiakannya, dia akan gunakan kesempatan itu sebaik mungkin untuk mengukur kemampuan dan kekuatannya. Begitu juga kita; jika kita beroleh kesempatan untuk melayani Tuhan, tangkap kesempatan itu sebaik mungkin. Banyak orang yang menyesal ketika kesempatan yang diberikan itu tidak digunakan dan malah disia-siakan. Berikutnya yang ada adalah penyesalan.
Salah satu orang yang tidak menyia-nyiakan kesempatan dalam hidupnya adalah Zakheus. Ia mendengar bahwa "Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek." (Lukas 19:1, 3). Tetapi Zakheus tidak menyerah begitu saja. Pikirnya: ini adalah kesempatan emas untuk bertemu dengan Yesus; kapan lagi? Ayat nas menunjukkan betapa ia berusaha sekuat tenaga supaya bisa melihat Yesus. Meski memiliki keterbatasan dalam hal fisik (bertubuh pendek), Zakheus tidak putus asa. Ia tidak kehilangan akal, segera berlari dan memanjat pohon ara. Ia tidak gengsi sedikit pun, tidak peduli dengan reaksi orang lain. Padahal Zakheus adalah seorang yang kaya dan berprofesi sebagai pemungut cukai. Kita tahu bahwa pekerjaan sebagai pemungut cukai adalah pekerjaan yang dibenci dan dicibir oleh banyak orang. Namun Tuhan Yesus merasakan ada hati yang merindukannya. Segeralah Tuhan Yesus memerintahkan Zakheus untuk turun dari pohon ara itu.
Pertemuan dengan Tuhan Yesus menjadi babak baru bagi kehidupan Zakheus. Hidupnya diubahkan secara total dan diselamatkan sehingga Zakheus berkata, "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dan seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." (Lukas 19:8).
Hari ini masih banyak orang meremehkan Tuhan Yesus, tetap mengeraskan hati dan tidak mau menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat. Pada saatnya, kesempatan itu akan lewat dan akhirnya penyesalan tiada guna!
Baca: Lukas 19:1-10
"Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ." Lukas 19:4
Ada kalimat bijak yang mengatakan bahwa kesempatan itu tidak datang untuk kedua kalinya, karena itu jangan pernah disia-siakan. Seorang atlet yang setiap harinya berlatih keras dan tidak mengenal lelah, ketika akhirnya dikirim untuk mengikuti sebuah kejuaraan pasti tidak akan menyia-nyiakannya, dia akan gunakan kesempatan itu sebaik mungkin untuk mengukur kemampuan dan kekuatannya. Begitu juga kita; jika kita beroleh kesempatan untuk melayani Tuhan, tangkap kesempatan itu sebaik mungkin. Banyak orang yang menyesal ketika kesempatan yang diberikan itu tidak digunakan dan malah disia-siakan. Berikutnya yang ada adalah penyesalan.
Salah satu orang yang tidak menyia-nyiakan kesempatan dalam hidupnya adalah Zakheus. Ia mendengar bahwa "Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek." (Lukas 19:1, 3). Tetapi Zakheus tidak menyerah begitu saja. Pikirnya: ini adalah kesempatan emas untuk bertemu dengan Yesus; kapan lagi? Ayat nas menunjukkan betapa ia berusaha sekuat tenaga supaya bisa melihat Yesus. Meski memiliki keterbatasan dalam hal fisik (bertubuh pendek), Zakheus tidak putus asa. Ia tidak kehilangan akal, segera berlari dan memanjat pohon ara. Ia tidak gengsi sedikit pun, tidak peduli dengan reaksi orang lain. Padahal Zakheus adalah seorang yang kaya dan berprofesi sebagai pemungut cukai. Kita tahu bahwa pekerjaan sebagai pemungut cukai adalah pekerjaan yang dibenci dan dicibir oleh banyak orang. Namun Tuhan Yesus merasakan ada hati yang merindukannya. Segeralah Tuhan Yesus memerintahkan Zakheus untuk turun dari pohon ara itu.
Pertemuan dengan Tuhan Yesus menjadi babak baru bagi kehidupan Zakheus. Hidupnya diubahkan secara total dan diselamatkan sehingga Zakheus berkata, "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dan seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." (Lukas 19:8).
Hari ini masih banyak orang meremehkan Tuhan Yesus, tetap mengeraskan hati dan tidak mau menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat. Pada saatnya, kesempatan itu akan lewat dan akhirnya penyesalan tiada guna!
Thursday, March 8, 2012
JANGAN MENUNGGU DITEGUR TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Maret 2012 -
Baca: 2 Tawarikh 33:1-20
"Ia melakukan banyak yang jahat di mata Tuhan, sehingga ia menimbulkan sakit hati-Nya." 2 Tawarikh 33:6b
Penyesalan tidak pernah datang di depan tetapi muncul di belakang atau di kemudian hari. Maka alangkah bijaknya bila sebelum melakukan segala sesuatu kita pikirkan masak-masak sebab dan akibatnya supaya tidak menyesal.
Hal ini dialami oleh Manasye. Sebagai raja ia merasa dirinya mampu, kuat, dan punya kuasa dan harta yang melimpah. Itulah sebabnya ia tidak lagi menghiraukan firman Tuhan. Ia hidup dalam ketidaktaatan! Menasye melakukan kejahatan yang luar biasa padahal ia tahu firman dan itu sangat menyakiti hati Tuhan. Bahkan ia lebih memilih mendengarkan nasihat dari penasihatnya yang jahat dan menuruti rakyatnya daripada mendengarkan nasihat dari nabi Tuhan. Dan lebih keji lagi, Manasye mendirikan bukit-bukit pengorbanan kepada dewa-dewa. Tidak hanya itu, ia juga rela mengorbankan anak-anaknya sendiri sebagai persembahan kepada Baal. Sungguh hati Manasye sudah benar-benar sesat! Namun saat ditegur dan diingatkan Tuhan ia tidak bergeming seperti tertulis: "Kemudian berfirmanlah Tuhan kepada Manasye dan rakyatnya, tetapi mereka tidak menghiraukannya. Oleh sebab itu Tuhan mendatangkan kepada mereka panglima-panglima tentara raja Asyur yang menangkap Manasye dengan kaitan, membelenggunya dengan rantai tembaga dan membawanya ke Babel." (2 Tawarikh 33:10-11). Manasye benar-benar dipermalukan!
Meski demikian Tuhan panjang sabar dan penuh kasih. Tuhan tetap mengasihi umatNya. Maka supaya tidak terlalu jauh tersesat dengan terpaksa Tuhan akhirnya menghukum Manasye. Tujuannya bukan untuk menghancurkan tetapi supaya bangsa ini bertobat. Maka dalam keadaan terjepit inilah Manasye baru menyadari kesalahannya. Ia datang kepada Tuhan dan minta pengampunan. Mendengar kesungguhan hati Manasye akhirnya hati Tuhan pun luluh. Tuhan pun melepaskan dia dari tangan raja Asyur. Lalu Manasye mulai hidup dalam pertobatan dengan menghancurkan dewa-dewa baal; patung-patung dan bukit-bukit pengorbanan pun dimusnahkannya. Akhirnya Manasye mengalami pemulihan. Jika saat ini kita sudah jauh dari Tuhan, segeralah bertobat.
Jangan tunggu sampai kesulitan, penderitaan atau penghukuman Tuhan menimpa kita barulah kita menyesal dan mau bertobat!
Baca: 2 Tawarikh 33:1-20
"Ia melakukan banyak yang jahat di mata Tuhan, sehingga ia menimbulkan sakit hati-Nya." 2 Tawarikh 33:6b
Penyesalan tidak pernah datang di depan tetapi muncul di belakang atau di kemudian hari. Maka alangkah bijaknya bila sebelum melakukan segala sesuatu kita pikirkan masak-masak sebab dan akibatnya supaya tidak menyesal.
Hal ini dialami oleh Manasye. Sebagai raja ia merasa dirinya mampu, kuat, dan punya kuasa dan harta yang melimpah. Itulah sebabnya ia tidak lagi menghiraukan firman Tuhan. Ia hidup dalam ketidaktaatan! Menasye melakukan kejahatan yang luar biasa padahal ia tahu firman dan itu sangat menyakiti hati Tuhan. Bahkan ia lebih memilih mendengarkan nasihat dari penasihatnya yang jahat dan menuruti rakyatnya daripada mendengarkan nasihat dari nabi Tuhan. Dan lebih keji lagi, Manasye mendirikan bukit-bukit pengorbanan kepada dewa-dewa. Tidak hanya itu, ia juga rela mengorbankan anak-anaknya sendiri sebagai persembahan kepada Baal. Sungguh hati Manasye sudah benar-benar sesat! Namun saat ditegur dan diingatkan Tuhan ia tidak bergeming seperti tertulis: "Kemudian berfirmanlah Tuhan kepada Manasye dan rakyatnya, tetapi mereka tidak menghiraukannya. Oleh sebab itu Tuhan mendatangkan kepada mereka panglima-panglima tentara raja Asyur yang menangkap Manasye dengan kaitan, membelenggunya dengan rantai tembaga dan membawanya ke Babel." (2 Tawarikh 33:10-11). Manasye benar-benar dipermalukan!
Meski demikian Tuhan panjang sabar dan penuh kasih. Tuhan tetap mengasihi umatNya. Maka supaya tidak terlalu jauh tersesat dengan terpaksa Tuhan akhirnya menghukum Manasye. Tujuannya bukan untuk menghancurkan tetapi supaya bangsa ini bertobat. Maka dalam keadaan terjepit inilah Manasye baru menyadari kesalahannya. Ia datang kepada Tuhan dan minta pengampunan. Mendengar kesungguhan hati Manasye akhirnya hati Tuhan pun luluh. Tuhan pun melepaskan dia dari tangan raja Asyur. Lalu Manasye mulai hidup dalam pertobatan dengan menghancurkan dewa-dewa baal; patung-patung dan bukit-bukit pengorbanan pun dimusnahkannya. Akhirnya Manasye mengalami pemulihan. Jika saat ini kita sudah jauh dari Tuhan, segeralah bertobat.
Jangan tunggu sampai kesulitan, penderitaan atau penghukuman Tuhan menimpa kita barulah kita menyesal dan mau bertobat!
Wednesday, March 7, 2012
BERKAT ADALAH MILIK ORANG PERCAYA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Maret 2012 -
Baca: Ulangan 11:8-32
"berkat, apabila kamu mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu hari ini;" Ulangan 11:27
Hidup yang diberkati sesungguhnya adalah bagian hidup orang percaya. Namun kenyataannya banyak anak Tuhan yang masih belum merasakan dan mengalami berkat Tuhan secara penuh dalam hidupnya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Mungkin karena kita tidak tahu rahasianya, padahal berkat sudah disediakan Tuhan dan kita tinggal meraihnya.
Ayat nas jelas mengatakan bahwa berkat akan menjadi milik kita apabila kita mendengarkan perintah Tuhan yaitu hidup dalam ketaatan. Kita terkadang masih bingung harus mulai dari mana melakukan perintah Tuhan itu; bukan masalah dari mana, tetapi kesungguhan hati kita untuk taat adalah langkah awal dan yang paling penting. Ini adalah seperti seorang pelari yang akan berlomba, selalu dimulai dari start, dan ia akan menyelesaikannya sampai garis akhir, entah dia menjadi yang pertama atau yang terkemudian. Untuk mencapai jalan berkat Tuhan sudah memberikan langkah-langkahnya. Tinggal kita, apakah kita mau atau tidak! Mengalami berkat Tuhan bukanlah perkara yang sukar kalau kita tahu cara dan jalannya, tidak harus berkeliling sampai pusing tujuh keliling untuk menemukan berkat itu sebab setiap anak Tuhan berhak untuk diberkati. Tuhan Yesus berkata, "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33). Kepada Yosua Tuhan juga memberikan kiat bagaimana mengalami hidup yang diberkati: "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung." (Yosua 1:8).
Jangan lagi mengeluh, bersungut-sungut dan berkeluh kesah kepada Tuhan, tetapi miliki tekad untuk hidup taat supaya kita melihat hasil-hasilnya. Tuhan kita adalah Tuhan yang suka memberkati umatNya, tinggal bagaimana respons kita kepada Tuhan. FirmanNya menegaskan, "Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga." (Efesus 1:3).
Kata "telah" berarti segala berkat sudah disediakan dan telah menjadi milik kita; raih itu!
Baca: Ulangan 11:8-32
"berkat, apabila kamu mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu hari ini;" Ulangan 11:27
Hidup yang diberkati sesungguhnya adalah bagian hidup orang percaya. Namun kenyataannya banyak anak Tuhan yang masih belum merasakan dan mengalami berkat Tuhan secara penuh dalam hidupnya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Mungkin karena kita tidak tahu rahasianya, padahal berkat sudah disediakan Tuhan dan kita tinggal meraihnya.
Ayat nas jelas mengatakan bahwa berkat akan menjadi milik kita apabila kita mendengarkan perintah Tuhan yaitu hidup dalam ketaatan. Kita terkadang masih bingung harus mulai dari mana melakukan perintah Tuhan itu; bukan masalah dari mana, tetapi kesungguhan hati kita untuk taat adalah langkah awal dan yang paling penting. Ini adalah seperti seorang pelari yang akan berlomba, selalu dimulai dari start, dan ia akan menyelesaikannya sampai garis akhir, entah dia menjadi yang pertama atau yang terkemudian. Untuk mencapai jalan berkat Tuhan sudah memberikan langkah-langkahnya. Tinggal kita, apakah kita mau atau tidak! Mengalami berkat Tuhan bukanlah perkara yang sukar kalau kita tahu cara dan jalannya, tidak harus berkeliling sampai pusing tujuh keliling untuk menemukan berkat itu sebab setiap anak Tuhan berhak untuk diberkati. Tuhan Yesus berkata, "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33). Kepada Yosua Tuhan juga memberikan kiat bagaimana mengalami hidup yang diberkati: "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung." (Yosua 1:8).
Jangan lagi mengeluh, bersungut-sungut dan berkeluh kesah kepada Tuhan, tetapi miliki tekad untuk hidup taat supaya kita melihat hasil-hasilnya. Tuhan kita adalah Tuhan yang suka memberkati umatNya, tinggal bagaimana respons kita kepada Tuhan. FirmanNya menegaskan, "Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga." (Efesus 1:3).
Kata "telah" berarti segala berkat sudah disediakan dan telah menjadi milik kita; raih itu!
Tuesday, March 6, 2012
BERADA DI RUMAH TUHAN (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Maret 2012 -
Baca: Mazmur 26:1-12
"Tuhan, aku cinta pada rumah kediaman-Mu dan pada tempat kemuliaan-Mu bersemayam." Mazmur 26:8
Ketika dikepung oleh Sanherib dan Yerusalem benar-benar terjepit, Hizkia mengoyakkan pakaiannya dan diselubunginya badannya dengan kain kabung, lalu masuklah ia ke rumah Tuhan. Hizkia tahu benar bahwa tempat pelarian dan perlindungan yang aman adalah berada di rumah Tuhan. Di dalam Tuhan Hizkia beroleh kekuatan dan pengharapan. Tuhan berfirman, "Ia (raja Asyur) tidak akan masuk ke kota ini dan tidak akan menembakkan panah kesana; juga ia tidak akan mendatanginya dengan perisai dan tidak akan menimbun tanah menjadi tembok untuk mengepungnya. Melalui jalan, dari mana ia datang, ia akan pulang, tetapi ke kota ini ia tidak akan masuk, demikianah firman Tuhan. Dan Aku akan memagari kota ini untuk menyelamatkannya, oleh karena Aku dan oleh karena Daud, hamba-Ku." (Yesaya 37:33-35). Sungguh benar bahwa "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (Mazmur 46:2).
Di dalam rumah Tuhan kita mendapatkan pengajaran melalui kebenaran firman Tuhan yang disampaikan oleh hambaNya. Pengajaran sangat diperlukan agar kita dapat mengoreksi hidup: sudahkah hidup kita seturut dengan kehendak Tuhan atau sudah menyimpang dari firmanNya. Dalam Mikha 4:2 dikatakan, "Mari, kita naik ke gunung Tuhan, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kia tentang jalan-jalan-Nya dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran, dan firman Tuhan dari Yerusalem." Banyak orang Kristen yang mengabaikan firman Tuhan; ketika hamba Tuhan menyampaikan pengajaran ada yang mengobrol, bermain handphone atau bahkan tidur mendengkur.
Mendengar firman Tuhan sangat penting karena "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat unuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16). Itulah sebabnya Daud merasakan sukacita yang luar biasa tatkala berada di rumah Tuhan. Berada di pelataran saja sudah membuatnya bersukacita.
Karena itu sesibuk apa pun tidak ada alasan bagi kita untuk tidak ke gereja, karena dalam ibadah Tuhan hadir secara khusus dan siap mencurahkan berkatNya!
Baca: Mazmur 26:1-12
"Tuhan, aku cinta pada rumah kediaman-Mu dan pada tempat kemuliaan-Mu bersemayam." Mazmur 26:8
Ketika dikepung oleh Sanherib dan Yerusalem benar-benar terjepit, Hizkia mengoyakkan pakaiannya dan diselubunginya badannya dengan kain kabung, lalu masuklah ia ke rumah Tuhan. Hizkia tahu benar bahwa tempat pelarian dan perlindungan yang aman adalah berada di rumah Tuhan. Di dalam Tuhan Hizkia beroleh kekuatan dan pengharapan. Tuhan berfirman, "Ia (raja Asyur) tidak akan masuk ke kota ini dan tidak akan menembakkan panah kesana; juga ia tidak akan mendatanginya dengan perisai dan tidak akan menimbun tanah menjadi tembok untuk mengepungnya. Melalui jalan, dari mana ia datang, ia akan pulang, tetapi ke kota ini ia tidak akan masuk, demikianah firman Tuhan. Dan Aku akan memagari kota ini untuk menyelamatkannya, oleh karena Aku dan oleh karena Daud, hamba-Ku." (Yesaya 37:33-35). Sungguh benar bahwa "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (Mazmur 46:2).
Di dalam rumah Tuhan kita mendapatkan pengajaran melalui kebenaran firman Tuhan yang disampaikan oleh hambaNya. Pengajaran sangat diperlukan agar kita dapat mengoreksi hidup: sudahkah hidup kita seturut dengan kehendak Tuhan atau sudah menyimpang dari firmanNya. Dalam Mikha 4:2 dikatakan, "Mari, kita naik ke gunung Tuhan, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kia tentang jalan-jalan-Nya dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran, dan firman Tuhan dari Yerusalem." Banyak orang Kristen yang mengabaikan firman Tuhan; ketika hamba Tuhan menyampaikan pengajaran ada yang mengobrol, bermain handphone atau bahkan tidur mendengkur.
Mendengar firman Tuhan sangat penting karena "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat unuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16). Itulah sebabnya Daud merasakan sukacita yang luar biasa tatkala berada di rumah Tuhan. Berada di pelataran saja sudah membuatnya bersukacita.
Karena itu sesibuk apa pun tidak ada alasan bagi kita untuk tidak ke gereja, karena dalam ibadah Tuhan hadir secara khusus dan siap mencurahkan berkatNya!
Monday, March 5, 2012
BERADA DI RUMAH TUHAN (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Maret 2012 -
Baca: Mazmur 84:1-13
"Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik." Mazmur 84:11
Perlukah kita pergi ke gereja? Perlukah kita menyediakan waktu untuk datang beribadah ke gereja setiap hari Minggu? Ya, tentu saja perlu... Tapi masih banyak orang Kristen yang mengabaikan jam-jam ibadah dan tidak lagi pergi ke gereja, apalagi kalau misalnya tokonya lagi ramai pembeli, sayang kalau ditutup. Bagi orang percaya beribadah ke gereja adalah tugas dan kewajiban yang tidak boleh diabaikan dan itu adalah sebuah keharusan.
Pergi beribadah ke gereja adalah perintah Tuhan dan harus ditaati. Tertulis: "Tetapi tempat yang akan dipilih Tuhan, Allahmu, dari segala sukumu sebagai kediaman-Nya untuk menegakkan nama-Nya di sana, tempat itulah harus kamu cari dan ke sanalah harus kamu pergi." (Ulangan 12:5). Bila Tuhan memberikan perintah tidak ada alasan bagi kita untuk melanggarnya. Di dalam gereja Tuhan telah menyediakan berkat-berkat bagi umatNya. Oleh karena itu firman Tuhan menasihatkan, "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:25). Setiap orang percaya yang aktif dan setia beribadah ke gereja adalah orang-orang yang berbahagia karena di dalam rumah Tuhan banyak berkat. Permazmur berkata, "Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau." (Mazmur 84:5). Ada urapan dan berkat yang dicurahkan Tuhan bagi perhimpunan orang-orang yang berkumpul bersehati di baitNya yang kudus, "Sebab ke sanalah Tuhan memerintahkan berkat,..." (Mazmur 133:3b).
Adalah rugi besar jika kita malas untuk pergi beribadah ke gereja! Selain ada berkat-berkat yang melimpah, di rumah Tuhan kita akan beroleh jawaban atas persoalan dan pergumulan yang sedang terjadi dalam kehidupan kita. Di rumah Tuhan kita bawa beban yang ada dan kita serahkan kepada Dia. Tuhan berkata, "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28).
Ketika kita memuji dan mengagungkan nama Tuhan di situlah kita beroleh kekuatan baru dan penghiburan.
Baca: Mazmur 84:1-13
"Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik." Mazmur 84:11
Perlukah kita pergi ke gereja? Perlukah kita menyediakan waktu untuk datang beribadah ke gereja setiap hari Minggu? Ya, tentu saja perlu... Tapi masih banyak orang Kristen yang mengabaikan jam-jam ibadah dan tidak lagi pergi ke gereja, apalagi kalau misalnya tokonya lagi ramai pembeli, sayang kalau ditutup. Bagi orang percaya beribadah ke gereja adalah tugas dan kewajiban yang tidak boleh diabaikan dan itu adalah sebuah keharusan.
Pergi beribadah ke gereja adalah perintah Tuhan dan harus ditaati. Tertulis: "Tetapi tempat yang akan dipilih Tuhan, Allahmu, dari segala sukumu sebagai kediaman-Nya untuk menegakkan nama-Nya di sana, tempat itulah harus kamu cari dan ke sanalah harus kamu pergi." (Ulangan 12:5). Bila Tuhan memberikan perintah tidak ada alasan bagi kita untuk melanggarnya. Di dalam gereja Tuhan telah menyediakan berkat-berkat bagi umatNya. Oleh karena itu firman Tuhan menasihatkan, "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:25). Setiap orang percaya yang aktif dan setia beribadah ke gereja adalah orang-orang yang berbahagia karena di dalam rumah Tuhan banyak berkat. Permazmur berkata, "Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau." (Mazmur 84:5). Ada urapan dan berkat yang dicurahkan Tuhan bagi perhimpunan orang-orang yang berkumpul bersehati di baitNya yang kudus, "Sebab ke sanalah Tuhan memerintahkan berkat,..." (Mazmur 133:3b).
Adalah rugi besar jika kita malas untuk pergi beribadah ke gereja! Selain ada berkat-berkat yang melimpah, di rumah Tuhan kita akan beroleh jawaban atas persoalan dan pergumulan yang sedang terjadi dalam kehidupan kita. Di rumah Tuhan kita bawa beban yang ada dan kita serahkan kepada Dia. Tuhan berkata, "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28).
Ketika kita memuji dan mengagungkan nama Tuhan di situlah kita beroleh kekuatan baru dan penghiburan.
Sunday, March 4, 2012
HIDUP TAK BERCACAT CELA DI HADAPAN TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Maret 2012 -
Baca: Efesus 1:1-14
"Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya." Efesus 1:4
Setiap hari kita selalu diperhadapkan pada persoalan yaitu bagaimana menyangkal kedagingan kita karena yang menjadi musuh utama kita adalah kedagingan kita sendiri. Tertulis: "...roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41b). Karena itu kita harus berjuang untuk bisa mengalahkan kedagingan kita. Kita harus tegas: hidup menyenangkan hati Tuhan atau menyenangkan kedagingan kita. Kalau kita menyenangkan kedagingan kita, kita akan jatuh ke dalam dosa dan berbagai-bagai pencobaan, tetapi kalau kita menyenangkan hati Tuhan, maka damai sejahtera itu menjadi milik kita. Mari kita hidup sesuai firmanNya supaya kita berkenan kepada Tuhan dan hati Tuhan disenangkan.
Alkitab jelas menyatakan bahwa kita ini dipanggil untuk hidup dalam kebenaran. Kita dipanggil untuk melakukan kebenaran dan memiliki karakter seperti Kristus. Dengan tegas Alkitab menyatakan, "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus. Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu." (1 Tesalonika 4:7-8). Berhenti untuk melakukan perbuatan cemar! Adalah sia-sia ibadah yang kita jalankan jika kita masih berkompromi dengan dosa dan tetap hidup menuruti keinginan duniawi. Ingat! Kita sudah diberi segala fasilitas yang baik oleh Tuhan. Kita dilindungi, dijaga dan dipelihara olehNya, maka tidak ada alasan lagi untuk tidak hidup dalam kesalehan. Tertulis: "Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh Pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib." (2 Petrus 1:3)
Dengan pertolongan Roh Kudus kita pasti mampu untuk melakukan kebenaran. Bukankah Tuhan sudah memberikan kepada kita kuasa dan kekuatan untuk bertindak dan Tuhan siap menolong kita dalam berbagai hal sehingga kita tidak akan mudah goyah dan jatuh? Jadi, "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:15-16).
Tanpa kekudusan kita tidak akan mungkin bisa ikut memerintah bersama dengan Kristus!
Baca: Efesus 1:1-14
"Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya." Efesus 1:4
Setiap hari kita selalu diperhadapkan pada persoalan yaitu bagaimana menyangkal kedagingan kita karena yang menjadi musuh utama kita adalah kedagingan kita sendiri. Tertulis: "...roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41b). Karena itu kita harus berjuang untuk bisa mengalahkan kedagingan kita. Kita harus tegas: hidup menyenangkan hati Tuhan atau menyenangkan kedagingan kita. Kalau kita menyenangkan kedagingan kita, kita akan jatuh ke dalam dosa dan berbagai-bagai pencobaan, tetapi kalau kita menyenangkan hati Tuhan, maka damai sejahtera itu menjadi milik kita. Mari kita hidup sesuai firmanNya supaya kita berkenan kepada Tuhan dan hati Tuhan disenangkan.
Alkitab jelas menyatakan bahwa kita ini dipanggil untuk hidup dalam kebenaran. Kita dipanggil untuk melakukan kebenaran dan memiliki karakter seperti Kristus. Dengan tegas Alkitab menyatakan, "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus. Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu." (1 Tesalonika 4:7-8). Berhenti untuk melakukan perbuatan cemar! Adalah sia-sia ibadah yang kita jalankan jika kita masih berkompromi dengan dosa dan tetap hidup menuruti keinginan duniawi. Ingat! Kita sudah diberi segala fasilitas yang baik oleh Tuhan. Kita dilindungi, dijaga dan dipelihara olehNya, maka tidak ada alasan lagi untuk tidak hidup dalam kesalehan. Tertulis: "Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh Pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib." (2 Petrus 1:3)
Dengan pertolongan Roh Kudus kita pasti mampu untuk melakukan kebenaran. Bukankah Tuhan sudah memberikan kepada kita kuasa dan kekuatan untuk bertindak dan Tuhan siap menolong kita dalam berbagai hal sehingga kita tidak akan mudah goyah dan jatuh? Jadi, "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:15-16).
Tanpa kekudusan kita tidak akan mungkin bisa ikut memerintah bersama dengan Kristus!
Saturday, March 3, 2012
SERUPA DAN SEGAMBAR DENGAN KRISTUS
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Maret 2012 -
Baca: Roma 1:1-7
"Kamu juga termasuk di antara mereka, kamu yang telah dipanggil menjadi milik Kristus." Roma 1:6
Tuhan menciptakan manusia bukan tanpa maksud dan rencana, tetapi kita diciptakan di dalam citra dan rencanaNya. Kita diciptakan supaya menghasilkan buah, berlipat ganda dan menaklukkan bumi, barulah tujuan hidup manusia di bumi memerintah bersama dengan Kristus tercapai. Kita dipanggil untuk diselamatkan dan menjadi seperti Kristus. Orang percaya akan ikut memerintah bersama Kristus. Karena itu jangan sia-siakan apa yang sudah diberikan Tuhan kepada kita. Kita dipanggil dan dibenarkan oleh Allah agar kita bisa memerintah bersama dengan Dia. Tetapi tidak semua orang bisa memerintah bersama dengan Kristus. Hanya orang-orang yang setia sampai akhirlah yang akan ikut memerintah bersama Kristus.
Sebagai anak-anak Tuhan kita dipanggil untuk menjadi serupa dan segambar dengan Kristus. Tuhan Yesus telah memberikan teladan yang sungguh baik kepada kita. Karena itu setiap orang percaya harus belajar kepadaNya. Kita harus belajar dari kerendahan hatiNya, "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia." (Filipi 2:6-7). Tuhan Yesus datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani. Alkitab menyatakan, "Barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;" (Matius 20:26b-27). Seorang hamba berarti melayani, bukan minta dilayani. Untuk menjadi serupa dan segambar dengan Kristus kita juga harus belajar dari ketaatanNya kepada kehendak Bapa. Kristus taat melakukan kehendak Bapa, bahkan Ia taat sampai mati di atas kayu salib. Meski dipandang hina, dicaci maki dan direndahkan oleh manusia, Tuhan Yesus tidak pernah membalas bahkan mendoakan mereka.
Bagaimana dengan kita kalau kita dihina, disakiti dan dicaci maki oleh orang lain? Apakah kita masih marah dan menaruh dendam? Mampukah kita mengucap syukur atas segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita?
"Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." 1 Yohanes 2:6
Baca: Roma 1:1-7
"Kamu juga termasuk di antara mereka, kamu yang telah dipanggil menjadi milik Kristus." Roma 1:6
Tuhan menciptakan manusia bukan tanpa maksud dan rencana, tetapi kita diciptakan di dalam citra dan rencanaNya. Kita diciptakan supaya menghasilkan buah, berlipat ganda dan menaklukkan bumi, barulah tujuan hidup manusia di bumi memerintah bersama dengan Kristus tercapai. Kita dipanggil untuk diselamatkan dan menjadi seperti Kristus. Orang percaya akan ikut memerintah bersama Kristus. Karena itu jangan sia-siakan apa yang sudah diberikan Tuhan kepada kita. Kita dipanggil dan dibenarkan oleh Allah agar kita bisa memerintah bersama dengan Dia. Tetapi tidak semua orang bisa memerintah bersama dengan Kristus. Hanya orang-orang yang setia sampai akhirlah yang akan ikut memerintah bersama Kristus.
Sebagai anak-anak Tuhan kita dipanggil untuk menjadi serupa dan segambar dengan Kristus. Tuhan Yesus telah memberikan teladan yang sungguh baik kepada kita. Karena itu setiap orang percaya harus belajar kepadaNya. Kita harus belajar dari kerendahan hatiNya, "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia." (Filipi 2:6-7). Tuhan Yesus datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani. Alkitab menyatakan, "Barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;" (Matius 20:26b-27). Seorang hamba berarti melayani, bukan minta dilayani. Untuk menjadi serupa dan segambar dengan Kristus kita juga harus belajar dari ketaatanNya kepada kehendak Bapa. Kristus taat melakukan kehendak Bapa, bahkan Ia taat sampai mati di atas kayu salib. Meski dipandang hina, dicaci maki dan direndahkan oleh manusia, Tuhan Yesus tidak pernah membalas bahkan mendoakan mereka.
Bagaimana dengan kita kalau kita dihina, disakiti dan dicaci maki oleh orang lain? Apakah kita masih marah dan menaruh dendam? Mampukah kita mengucap syukur atas segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita?
"Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." 1 Yohanes 2:6
Friday, March 2, 2012
ROH KITA HARUS SEMAKIN KUAT
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Maret 2012 -
Baca: Mazmur 51:1-21
"Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh." Mazmur 51:12
Di akhir zaman ini kehidupan orang percaya harus memiliki roh yang semakin hari semakin kuat. Roh yang kuat inilah yang dapat mengendalikan keinginan jiwa dan tubuh. Sering terjadi kita ingin berbuat benar tetapi tubuh kita selalu ingin berbuat jahat. Antara roh dan tubuh selalu bertentangan. Seperti tertulis, "...jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku." (Roma 7:21-23).
Sebelum kita melakukan yang benar, yang jahat sudah kita kerjakan. Sungguh, keinginan tubuh itu tidak pernah sejalan dengan keinginan roh. Kita tahu bahwa orang yang hidup dalam daging tidak akan mungkin berkenan kepada Tuhan. Oleh karena itu roh kita harus semakin kuat agar dapat mematikan keinginan daging dalam diri kita. Mari kita koreksi hidup kita apakah selama ini kita lebih menuruti keinginan daging kita ataukah kita sudah hidup seturut dengan kehendak Tuhan. Sebab untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga itu bukan pekerjaan yang mudah. Jika seseorang tidak dapat mematikan dalam dirinya segala keinginan daging, maka dia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Sorga. Jika seseorang selalu jatuh dalam dosa yang sama, dia tidak hanya membutuhkan pengampunan dosa saja, tetapi rohnya harus diperbaharui supaya selalu kuat. Seseorang yang rohnya lemah akan selalu hidup dalam ketakutan, kekuatiran, cemas dan dipenuhi oleh pikiran-pikiran negatif.
Bagaimana supaya manusia roh kita semakin hari semakin kuat? Manusia roh kita harus diberi makan firman Tuhan. Dikatakan, "Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan," (1 Petrus 2:2). Firman yang dimaksud bukanlah yang dihafalkan dan yang diucapkan, tetapi firman yang masuk dan diterima oleh roh kita. Ada banyak orang Kristen yang pintar mengucapkan firman tetapi rohnya tidak punya firman. Buktinya dapat dilihat ketika ia sedang dalam permasalahan: mudah panik, stres, frustasi, kecewa dan sebagainya.
Miliki roh yang kuat supaya kita bisa mematikan segala perbuatan daging!
Baca: Mazmur 51:1-21
"Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh." Mazmur 51:12
Di akhir zaman ini kehidupan orang percaya harus memiliki roh yang semakin hari semakin kuat. Roh yang kuat inilah yang dapat mengendalikan keinginan jiwa dan tubuh. Sering terjadi kita ingin berbuat benar tetapi tubuh kita selalu ingin berbuat jahat. Antara roh dan tubuh selalu bertentangan. Seperti tertulis, "...jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku." (Roma 7:21-23).
Sebelum kita melakukan yang benar, yang jahat sudah kita kerjakan. Sungguh, keinginan tubuh itu tidak pernah sejalan dengan keinginan roh. Kita tahu bahwa orang yang hidup dalam daging tidak akan mungkin berkenan kepada Tuhan. Oleh karena itu roh kita harus semakin kuat agar dapat mematikan keinginan daging dalam diri kita. Mari kita koreksi hidup kita apakah selama ini kita lebih menuruti keinginan daging kita ataukah kita sudah hidup seturut dengan kehendak Tuhan. Sebab untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga itu bukan pekerjaan yang mudah. Jika seseorang tidak dapat mematikan dalam dirinya segala keinginan daging, maka dia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Sorga. Jika seseorang selalu jatuh dalam dosa yang sama, dia tidak hanya membutuhkan pengampunan dosa saja, tetapi rohnya harus diperbaharui supaya selalu kuat. Seseorang yang rohnya lemah akan selalu hidup dalam ketakutan, kekuatiran, cemas dan dipenuhi oleh pikiran-pikiran negatif.
Bagaimana supaya manusia roh kita semakin hari semakin kuat? Manusia roh kita harus diberi makan firman Tuhan. Dikatakan, "Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan," (1 Petrus 2:2). Firman yang dimaksud bukanlah yang dihafalkan dan yang diucapkan, tetapi firman yang masuk dan diterima oleh roh kita. Ada banyak orang Kristen yang pintar mengucapkan firman tetapi rohnya tidak punya firman. Buktinya dapat dilihat ketika ia sedang dalam permasalahan: mudah panik, stres, frustasi, kecewa dan sebagainya.
Miliki roh yang kuat supaya kita bisa mematikan segala perbuatan daging!
Thursday, March 1, 2012
JANGAN MENIPU TUHAN!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Maret 2012 -
Baca: Kisah Para Rasul 5:1-11
"Dengan setahu isterinya ia menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lain dibawa dan diletakkannya di depan kaki rasul-rasul." Kisah 5:2
Jika memperhatikan cara hidup jemaat mula-mula, mungkin kita dibuat malu. Mengapa? Karena jemaat pada zaman rasul-rasul memiliki hati yang mau berbagi. Mereka suka memberi persembahan, rela menjual harta kepunyaannya untuk dipersembahkan kepada rasul-rasul dan kemudian dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya sehingga "...tidak ada seorangpun yang berkekurangan di antara mereka;" (Kisah 4:34a). Bahkan dikisahkan ada seorang yang bernama Yusuf dan para rasul memanggilnya Barnabas, orang Lewi dari Siprus, jauh-jauh datang untuk memberikan persembahan hasil menjual ladang. Jumlah uang yang dipersembahkan pasti sangatlah besar dan itu sangat berarti bagi orang-orang yang membutuhkan.
Melihat ada orang asing yang sangat kaya membawa persembahan yang banyak dari hasil menjual tanah mendorong Ananias dan Safira untuk turut pula menjual sesuatu yang mereka miliki. Tapi sayang, dengan sepengetahuan isterinya, Ananias menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lagi dibawa dan diletakkan di depan kaki rasul-rasul. Ananias dan Safira mungkin berharap bahwa persembahan mereka mendapat perhatian dan juga pujian dari jemaat. Namun rasul Petrus tahu isi hati mereka: "Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah." (Kisah 5:3-4).
Ananias dan Safira telah melakukan penipuan. Penipuan adalah dosa! Tidaklah salah menahan sebagian hasil penjualan dan uangnya mereka gunakan untuk kepentingan sendiri. Namun, adalah bohong besar jika mereka mengatakan telah memberikan semua yang mereka miliki. Mereka lebih menginginkan pujian dari manusia daripada takut akan Tuhan. Bagi mereka reputasi diri sendiri sangatlah penting. Dan pada akhirnya Ananias dan Safira harus menanggung akibat dari kesalahannya sendiri.
Jika kita memiliki rasa takut akan Tuhan kita pasti tidak akan melakukan kebohongan atau penipuan!
Baca: Kisah Para Rasul 5:1-11
"Dengan setahu isterinya ia menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lain dibawa dan diletakkannya di depan kaki rasul-rasul." Kisah 5:2
Jika memperhatikan cara hidup jemaat mula-mula, mungkin kita dibuat malu. Mengapa? Karena jemaat pada zaman rasul-rasul memiliki hati yang mau berbagi. Mereka suka memberi persembahan, rela menjual harta kepunyaannya untuk dipersembahkan kepada rasul-rasul dan kemudian dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya sehingga "...tidak ada seorangpun yang berkekurangan di antara mereka;" (Kisah 4:34a). Bahkan dikisahkan ada seorang yang bernama Yusuf dan para rasul memanggilnya Barnabas, orang Lewi dari Siprus, jauh-jauh datang untuk memberikan persembahan hasil menjual ladang. Jumlah uang yang dipersembahkan pasti sangatlah besar dan itu sangat berarti bagi orang-orang yang membutuhkan.
Melihat ada orang asing yang sangat kaya membawa persembahan yang banyak dari hasil menjual tanah mendorong Ananias dan Safira untuk turut pula menjual sesuatu yang mereka miliki. Tapi sayang, dengan sepengetahuan isterinya, Ananias menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lagi dibawa dan diletakkan di depan kaki rasul-rasul. Ananias dan Safira mungkin berharap bahwa persembahan mereka mendapat perhatian dan juga pujian dari jemaat. Namun rasul Petrus tahu isi hati mereka: "Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah." (Kisah 5:3-4).
Ananias dan Safira telah melakukan penipuan. Penipuan adalah dosa! Tidaklah salah menahan sebagian hasil penjualan dan uangnya mereka gunakan untuk kepentingan sendiri. Namun, adalah bohong besar jika mereka mengatakan telah memberikan semua yang mereka miliki. Mereka lebih menginginkan pujian dari manusia daripada takut akan Tuhan. Bagi mereka reputasi diri sendiri sangatlah penting. Dan pada akhirnya Ananias dan Safira harus menanggung akibat dari kesalahannya sendiri.
Jika kita memiliki rasa takut akan Tuhan kita pasti tidak akan melakukan kebohongan atau penipuan!
Wednesday, February 29, 2012
UTUSAN TUHAN DI BUMI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Februari 2012 -
Baca: Lukas 1:5-25
"Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu." Lukas 1:19
Sebagai orang Kristen kita sering berpikir bahwa ibadah ke gereja tiap Minggu, hadir di persekutuan-persekutuan dan ikut terlibat dalam kegiatan apa pun di gereja adalah cukup dan itu sudah membuktikan bahwa kita ini adalah anak-anak Tuhan (Pengikut Kristus). Sesungguhnya keberadaan kita lebih dari itu! Setiap orang percaya yang telah mengalami lahir baru memiliki predikat sebagai seorang utusan Tuhan.
Hal ini tidak jauh berbeda dengan tugas malaikat Gabriel yaitu membawa kabar baik. Demikian pula setiap amanat yang kita terima dari Tuhan merupakan tugas yang mulia. Untuk memenuhi panggilan Tuhan ini kita harus memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi. Segala tugas yang dipercayakan kepada kita biarlah kita lakukan dengan sungguh-sungguh. Seringkali kita yang pada mulanya begitu menggebu-gebu melayani Tuhan, pada saat diperhadapkan dengan suatu ujian atau tantangan, kita mulai mundur dengan teratur dan meninggalkan tanggung jawab kita sebagai utusan Tuhan. FirmanNya menasihatkan, "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." (Roma 12:11).
Kita bisa belajar dari kisah hidup Yunus yang telah dipilih sebagai nabi Tuhan. Pada saat ia diperintahkan Tuhan untuk pergi ke Niniwe, ia justru lari dari tanggung jawabnya dan memilih pergi ke Tarsis. Akibatnya Yunus harus mengalami persoalan yang begitu berat. Bagaimanapun juga Tuhan masih tetap mengasihi dan memakai hidup Yunus sehingga Dia memberi kesempatan kepada Yunus untuk bertobat. Pada akhirnya Yunus pergi juga ke Niniwe dan menyampaikan pesan Tuhan sehingga seluruh kota Niniwe bertobat, padahal kota tersebut hendak ditunggangbalikkan oleh Tuhan karena kejahatannya.
Pengalaman Yunus ini biarlah menjadi suatu peringatan buat kita bahwa kita ini adalah utusan-utusan Tuhan yang diberi tanggung jawab untuk membawa kabar keselamatan kepada orang lain. Jangan lari dari panggilan Tuhan, tetapi biarlah kita gunakan kesempatan yang ada untuk melakukan tugas yang dipercayakan kepada kita dengan sungguh-sungguh.
"Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja." Yohanes 9:4
Baca: Lukas 1:5-25
"Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu." Lukas 1:19
Sebagai orang Kristen kita sering berpikir bahwa ibadah ke gereja tiap Minggu, hadir di persekutuan-persekutuan dan ikut terlibat dalam kegiatan apa pun di gereja adalah cukup dan itu sudah membuktikan bahwa kita ini adalah anak-anak Tuhan (Pengikut Kristus). Sesungguhnya keberadaan kita lebih dari itu! Setiap orang percaya yang telah mengalami lahir baru memiliki predikat sebagai seorang utusan Tuhan.
Hal ini tidak jauh berbeda dengan tugas malaikat Gabriel yaitu membawa kabar baik. Demikian pula setiap amanat yang kita terima dari Tuhan merupakan tugas yang mulia. Untuk memenuhi panggilan Tuhan ini kita harus memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi. Segala tugas yang dipercayakan kepada kita biarlah kita lakukan dengan sungguh-sungguh. Seringkali kita yang pada mulanya begitu menggebu-gebu melayani Tuhan, pada saat diperhadapkan dengan suatu ujian atau tantangan, kita mulai mundur dengan teratur dan meninggalkan tanggung jawab kita sebagai utusan Tuhan. FirmanNya menasihatkan, "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." (Roma 12:11).
Kita bisa belajar dari kisah hidup Yunus yang telah dipilih sebagai nabi Tuhan. Pada saat ia diperintahkan Tuhan untuk pergi ke Niniwe, ia justru lari dari tanggung jawabnya dan memilih pergi ke Tarsis. Akibatnya Yunus harus mengalami persoalan yang begitu berat. Bagaimanapun juga Tuhan masih tetap mengasihi dan memakai hidup Yunus sehingga Dia memberi kesempatan kepada Yunus untuk bertobat. Pada akhirnya Yunus pergi juga ke Niniwe dan menyampaikan pesan Tuhan sehingga seluruh kota Niniwe bertobat, padahal kota tersebut hendak ditunggangbalikkan oleh Tuhan karena kejahatannya.
Pengalaman Yunus ini biarlah menjadi suatu peringatan buat kita bahwa kita ini adalah utusan-utusan Tuhan yang diberi tanggung jawab untuk membawa kabar keselamatan kepada orang lain. Jangan lari dari panggilan Tuhan, tetapi biarlah kita gunakan kesempatan yang ada untuk melakukan tugas yang dipercayakan kepada kita dengan sungguh-sungguh.
"Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja." Yohanes 9:4
Tuesday, February 28, 2012
JANGAN DITUNDA-TUNDA!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Februari 2012 -
Baca: 1 Tesalonika 4:1-12
"Tetapi kami menasihati kamu, saudara-saudara, supaya kamu lebih bersungguh-sungguh lagi melakukannya." 1 Tesalonika 4:10b
Kita tahu bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara, tidak untuk selama-lamanya. Artinya waktu yang ada sangat terbatas. Karena itu kita harus mampu memanfaatkan waktu yang ada sebaik mungkin. Banyak orang yang tanpa sadar telah membuang waktu-waktu yang ada dengan melakukan hal-hal yang sia-sia. Ingat! Hidup ini terdiri dari kesempatan demi kesempatan, dan waktu yang kita jalani ini adalah kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita.
Apa itu kesempatan? Salah satu pengertian mengenai kesempatan adalah kairos. Dalam bahasa Yunani, kata 'kairos' adalah kesempatan untuk mendapat atau memperoleh sesuatu, di mana kesempatan ini tidak akan pernah terjadi untuk kedua kalinya. Oleh karena itu jangan tunda-tunda waktu lagi untuk melakukan yang terbaik selama kesempatan itu Tuhan berikan kepada kita. Apalagi di tahun-tahun ke depan keadaan semakin sulit, tetapi yakinlah bahwa Tuhan selalu beserta dengan kita. Alkitab menasihatkan, "'Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu.' Karena seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan." (Efesus 5:14-17). Tuhan menghendaki agar kita menjadi orang yang bijak, bukan seperti orang yang bebal atau bodoh. Orang bijak selalu mendapatkan kesempatan dalam setiap kesulitan, sedangkan orang yang bodoh selalu mendapat kesulitan dalam setiap kesempatan yang ada. Jangan sampai kita tenggelam dalam kenyamanan yang ada, sebaliknya kita harus selalu berjaga-jaga dalam doa dan terus melekat kepada Tuhan, dalam arti harus membangun hubungan yang karib dengan Tuhan. Sekarang ini bukanah waktu untuk memegahkan diri dengan apa yang kita miiki karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi di hari esok.
Jangan buang kesempatan yang ada dan jangan tunda-tunda apa pun yang bisa kita kerjakan untuk Tuhan! Hizkia telah beroleh kemurahan dari Tuhan; dia masih diberi kesempatan untuk hidup lima belas tahun lagi setelah divonis bahwa ia akan mati.
Setiap orang memiliki kesempatan yang berbeda-beda, tapi itu bukan suatu alasan bagi kita untuk tidak melakukan yang terbaik bagi Tuhan!
Baca: 1 Tesalonika 4:1-12
"Tetapi kami menasihati kamu, saudara-saudara, supaya kamu lebih bersungguh-sungguh lagi melakukannya." 1 Tesalonika 4:10b
Kita tahu bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara, tidak untuk selama-lamanya. Artinya waktu yang ada sangat terbatas. Karena itu kita harus mampu memanfaatkan waktu yang ada sebaik mungkin. Banyak orang yang tanpa sadar telah membuang waktu-waktu yang ada dengan melakukan hal-hal yang sia-sia. Ingat! Hidup ini terdiri dari kesempatan demi kesempatan, dan waktu yang kita jalani ini adalah kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita.
Apa itu kesempatan? Salah satu pengertian mengenai kesempatan adalah kairos. Dalam bahasa Yunani, kata 'kairos' adalah kesempatan untuk mendapat atau memperoleh sesuatu, di mana kesempatan ini tidak akan pernah terjadi untuk kedua kalinya. Oleh karena itu jangan tunda-tunda waktu lagi untuk melakukan yang terbaik selama kesempatan itu Tuhan berikan kepada kita. Apalagi di tahun-tahun ke depan keadaan semakin sulit, tetapi yakinlah bahwa Tuhan selalu beserta dengan kita. Alkitab menasihatkan, "'Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu.' Karena seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan." (Efesus 5:14-17). Tuhan menghendaki agar kita menjadi orang yang bijak, bukan seperti orang yang bebal atau bodoh. Orang bijak selalu mendapatkan kesempatan dalam setiap kesulitan, sedangkan orang yang bodoh selalu mendapat kesulitan dalam setiap kesempatan yang ada. Jangan sampai kita tenggelam dalam kenyamanan yang ada, sebaliknya kita harus selalu berjaga-jaga dalam doa dan terus melekat kepada Tuhan, dalam arti harus membangun hubungan yang karib dengan Tuhan. Sekarang ini bukanah waktu untuk memegahkan diri dengan apa yang kita miiki karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi di hari esok.
Jangan buang kesempatan yang ada dan jangan tunda-tunda apa pun yang bisa kita kerjakan untuk Tuhan! Hizkia telah beroleh kemurahan dari Tuhan; dia masih diberi kesempatan untuk hidup lima belas tahun lagi setelah divonis bahwa ia akan mati.
Setiap orang memiliki kesempatan yang berbeda-beda, tapi itu bukan suatu alasan bagi kita untuk tidak melakukan yang terbaik bagi Tuhan!
Monday, February 27, 2012
MERAIH BERKAT TUHAN DENGAN IMAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Februari 2012 -
Baca: Efesus 1:3-14
"Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga." Efesus 1:3
Dari dahulu, sekarang dan sampai selama-lamanya Tuhan itu baik. Bukti nyata dari kebaikan Tuhan bisa kita baca di ayat nas di atas, di mana Tuhan telah menyediakan segala berkat rohani yang ada di dalam sorga bagi anak-anakNya. Hal ini berarti segala sesuatu yang kita butuhkan, baik itu damai sejahtera, sukacita, kemenangan, kelimpahan dan sebagainya sudah ada di dalam kehidupan kita. Namun semua itu tidak akan terealisasi dalam kehidupan kita jika kita tidak melakukan bagian kita. Jadi ada bagian yang Tuhan kerjakan, namun di sisi lain ada bagian yang harus kita kerjakan. Banyak dari kita yang setiap hari hanya terpaku pada keadaan yang ada: kita merasa lemah tak berdaya, sakit-sakitan, hidup dalam kekurangan dan hal-hal negatif lain. Kita masih belum menyadari bahwa Tuhan telah menyediakan perkara-perkara besar bagi kita.
Lalu, apa yang harus kita perbuat supaya berkat-berkat Tuhan itu menjadi milik kita? Buanglah semua perkataan negatif yang mendatangkan ketakutan atas hidup kita. Jika kita terus dihantui oleh rasa takut, maka ketakutan itu menghancurkan hidup kita sendiri. Apabila kita terus mengisi pikiran dengan hal-hal negatif, maka kita sedang mengaktifkan ketakutan bekerja dalam hidup kita. Jika kita terus dihantui oleh rasa takut berarti kita semakin memberi ruang gerak bagi Iblis utuk menjajah dan mengintimidasi kita. Bagaimana mengaktifkan Tuhan bekerja dalam hidup kita? Iman mengaktifkan Tuhan bekerja. Karena itu kita harus hidup dalam iman setiap hari dan mengharapkan hal-hal yang positif dan baik terjadi dalam kehidupan kita. Mulai hari baru dengan mengarahkan pandangan sepenuhnya kepada Tuhan! Setiap pagi harapkan sesuatu yang besar dan baik terjadi! Jika kita percaya kepada Tuhan dengan sungguh, tidak ada yang mustahil bagi orang percaya; iman menciptakan sesuatu yang tidak ada seperti sudah ada. Dalam Matius 9:29 ditegaskan: "Jadilah kepadamu menurut imanmu." (Matius 9:29).
Jangan biarkan semua rasa takut dan bimbang menguasai hidup kita. Mari kita berjalan bersama Tuhan setiap hari. Mohon penyertaan Roh Kudus supaya kita beroleh kekuatan. Yakinlah bahwa Tuhan akan memberkati seluruh bagian kehidupan kita.
Oleh sebab itu, "...janganah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya." (Ibrani 10:35).
Baca: Efesus 1:3-14
"Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga." Efesus 1:3
Dari dahulu, sekarang dan sampai selama-lamanya Tuhan itu baik. Bukti nyata dari kebaikan Tuhan bisa kita baca di ayat nas di atas, di mana Tuhan telah menyediakan segala berkat rohani yang ada di dalam sorga bagi anak-anakNya. Hal ini berarti segala sesuatu yang kita butuhkan, baik itu damai sejahtera, sukacita, kemenangan, kelimpahan dan sebagainya sudah ada di dalam kehidupan kita. Namun semua itu tidak akan terealisasi dalam kehidupan kita jika kita tidak melakukan bagian kita. Jadi ada bagian yang Tuhan kerjakan, namun di sisi lain ada bagian yang harus kita kerjakan. Banyak dari kita yang setiap hari hanya terpaku pada keadaan yang ada: kita merasa lemah tak berdaya, sakit-sakitan, hidup dalam kekurangan dan hal-hal negatif lain. Kita masih belum menyadari bahwa Tuhan telah menyediakan perkara-perkara besar bagi kita.
Lalu, apa yang harus kita perbuat supaya berkat-berkat Tuhan itu menjadi milik kita? Buanglah semua perkataan negatif yang mendatangkan ketakutan atas hidup kita. Jika kita terus dihantui oleh rasa takut, maka ketakutan itu menghancurkan hidup kita sendiri. Apabila kita terus mengisi pikiran dengan hal-hal negatif, maka kita sedang mengaktifkan ketakutan bekerja dalam hidup kita. Jika kita terus dihantui oleh rasa takut berarti kita semakin memberi ruang gerak bagi Iblis utuk menjajah dan mengintimidasi kita. Bagaimana mengaktifkan Tuhan bekerja dalam hidup kita? Iman mengaktifkan Tuhan bekerja. Karena itu kita harus hidup dalam iman setiap hari dan mengharapkan hal-hal yang positif dan baik terjadi dalam kehidupan kita. Mulai hari baru dengan mengarahkan pandangan sepenuhnya kepada Tuhan! Setiap pagi harapkan sesuatu yang besar dan baik terjadi! Jika kita percaya kepada Tuhan dengan sungguh, tidak ada yang mustahil bagi orang percaya; iman menciptakan sesuatu yang tidak ada seperti sudah ada. Dalam Matius 9:29 ditegaskan: "Jadilah kepadamu menurut imanmu." (Matius 9:29).
Jangan biarkan semua rasa takut dan bimbang menguasai hidup kita. Mari kita berjalan bersama Tuhan setiap hari. Mohon penyertaan Roh Kudus supaya kita beroleh kekuatan. Yakinlah bahwa Tuhan akan memberkati seluruh bagian kehidupan kita.
Oleh sebab itu, "...janganah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya." (Ibrani 10:35).
Sunday, February 26, 2012
HURU-HARA DI EFESUS
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Februari 2012 -
Baca: Kisah 19:21-40
"Mendengar itu meluaplah amarah mereka, lalu mereka berteriak-teriak, katanya: 'Besarlah Artemis dewi orang Efesus!'" Kisah 19:28
Kata demonstrasi bukan lagi asing di telinga kita. Hampir setiap hari surat kabar dan televisi memberitakan tentang demonstrasi: buruh berdemo di depan pabrik menuntut perbaikan upah; mahasiswa berdemo di jalan-jalan menuntut penegakan keadilan; demo antikorupsi, demo antikekerasan dan sebagainya selalu saja terjadi di negeri ini.
Suasana mencekam karena demonstrasi juga terjadi di kota Efesus. Apa yang sedang terjadi? "...ada seorang bernama Demetrius, seorang tukang perak, yang membuat kuil-kuilan dewi Artemis dari perak. Usahanya itu mendatangkan penghasilan yang tidak sedikit bagi tukang-tukangnya. Ia mengumpulka mereka bersama-sama dengan pekerja-pekerja lain dalam perusahaan itu dan berkata: 'Saudara-saudara, kamu tahu, bahwa kemakmuran kita dalah hasil perusahaan ini!'" (Kisah 19:24-25). Ternyata huru-hara atau kerusuhan ini timbul karena pemberitaan Inji yang diakukan oleh rasul Paulus: "...bagaimana Paulus, bukan saja di Efesus, tetapi juga hampir di seluruh Asia telah membujuk dan menyesatkan banyak orang dengan mengatakan, bahwa apa yang dibuat oleh tangan manusia bukanlah dewa." (Kisah 19:26).
Pada waktu itu yang menjadi kebanggaan kota Efesus adalah kuil dewi Artemis yang sangat termasyur di seluruh dunia. Karena pemberitaan Injil yang dilakukan Paulus, seorang pembuat berhala dari perak, Demetrius, merasa terusik dan bisnisnya terancam gulung tikar. Dia berusaha untuk memprovokasi orang-orang di kota Efesus. Dalam pidatonya, Demetrius berusaha mempengaruhi para tukang bahwa semua ini gara-gara ulah Paulus yang berusaha menghancurkan berhala Artemis itu. Rasul Paulus benar-benar berada di ujung tanduk. Sebagai hamba Tuhan, Paulus tentu memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi. Karena itu ia hendak pergi ke tengah-tengah rakyat yang sedang berkumpul di gedung kesenian itu, tapi niat itu dihalangi oleh para murid dan sahabat-sahabatnya karena sangat beresiko. Akhirnya Paulus mau menerima nasihat dari teman dan juga murid-muridnya sehingga ia mengurungkan niatnya itu.
Meski menjadi seorang hamba yang dipakai Tuhan secara luar biasa Paulus tetap menjadi seorang yang rendah hati, mau menerima masukan dan juga nasihat dari orang lain. Jika tidak, pasti nyawanya terancam.
Mau menerima nasihat dan teguran adalah bukti kebesaran hati Paulus!
Baca: Kisah 19:21-40
"Mendengar itu meluaplah amarah mereka, lalu mereka berteriak-teriak, katanya: 'Besarlah Artemis dewi orang Efesus!'" Kisah 19:28
Kata demonstrasi bukan lagi asing di telinga kita. Hampir setiap hari surat kabar dan televisi memberitakan tentang demonstrasi: buruh berdemo di depan pabrik menuntut perbaikan upah; mahasiswa berdemo di jalan-jalan menuntut penegakan keadilan; demo antikorupsi, demo antikekerasan dan sebagainya selalu saja terjadi di negeri ini.
Suasana mencekam karena demonstrasi juga terjadi di kota Efesus. Apa yang sedang terjadi? "...ada seorang bernama Demetrius, seorang tukang perak, yang membuat kuil-kuilan dewi Artemis dari perak. Usahanya itu mendatangkan penghasilan yang tidak sedikit bagi tukang-tukangnya. Ia mengumpulka mereka bersama-sama dengan pekerja-pekerja lain dalam perusahaan itu dan berkata: 'Saudara-saudara, kamu tahu, bahwa kemakmuran kita dalah hasil perusahaan ini!'" (Kisah 19:24-25). Ternyata huru-hara atau kerusuhan ini timbul karena pemberitaan Inji yang diakukan oleh rasul Paulus: "...bagaimana Paulus, bukan saja di Efesus, tetapi juga hampir di seluruh Asia telah membujuk dan menyesatkan banyak orang dengan mengatakan, bahwa apa yang dibuat oleh tangan manusia bukanlah dewa." (Kisah 19:26).
Pada waktu itu yang menjadi kebanggaan kota Efesus adalah kuil dewi Artemis yang sangat termasyur di seluruh dunia. Karena pemberitaan Injil yang dilakukan Paulus, seorang pembuat berhala dari perak, Demetrius, merasa terusik dan bisnisnya terancam gulung tikar. Dia berusaha untuk memprovokasi orang-orang di kota Efesus. Dalam pidatonya, Demetrius berusaha mempengaruhi para tukang bahwa semua ini gara-gara ulah Paulus yang berusaha menghancurkan berhala Artemis itu. Rasul Paulus benar-benar berada di ujung tanduk. Sebagai hamba Tuhan, Paulus tentu memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi. Karena itu ia hendak pergi ke tengah-tengah rakyat yang sedang berkumpul di gedung kesenian itu, tapi niat itu dihalangi oleh para murid dan sahabat-sahabatnya karena sangat beresiko. Akhirnya Paulus mau menerima nasihat dari teman dan juga murid-muridnya sehingga ia mengurungkan niatnya itu.
Meski menjadi seorang hamba yang dipakai Tuhan secara luar biasa Paulus tetap menjadi seorang yang rendah hati, mau menerima masukan dan juga nasihat dari orang lain. Jika tidak, pasti nyawanya terancam.
Mau menerima nasihat dan teguran adalah bukti kebesaran hati Paulus!
Saturday, February 25, 2012
YESUS ADALAH SAHABAT SEJATI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Februari 2012 -
Baca: Yohanes 15:9-17
"Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." Yohanes 15:13
Dalam menjalani kehidupan di dunia ini tak mungkin kita sendirian, siapa pun kita pasti memerlukan orang lain sebagai teman atau sahabat. Namun tidaklah mudah menemukan teman yang baik, apalagi teman yang setia di segala keadaan. Teman datang dan pergi adalah hal yang biasa. Teman dalam suka banyak, tapi bagaimana dengan teman dalam duka atau ketika sedang susah? Terkadang pula "Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara." (Amsal 18:24).
Sebagai orang percaya kita patut bersyukur karena kita mempunyai Tuhan Yesus yang bukan saja sebagai Juruselamat hidup kita, tapi juga menjadi sahabat sejati kita. Bahkan Tuhan sendirilah yang memilih kita menjadi sahabatNya. Tuhan Yesus berkata, "Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu." (Yohanes 15:15-16a). Tidak hanya itu, Ia pun rela mengorbankan nyawaNya bagi kita. Kalau Tuhan rela mengorbankan nyawaNya, masakan Dia akan tinggal diam ketika kita sedang dalam permasalahan yang berat? Teman, sahabat dan orang-orang yang kita kasihi di dunia ini sewaktu-waktu bisa saja pergi meninggalkan kita. Perhatikan apa yang dikatakan Tuhan Yesus ini, "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5). Inilah yang seharusnya menjadi kekuatan dan penghiburan bagi kita setiap hari.
Tuhan berjanji bahwa Dia tidak akan membiarkan dan meninggalkan kita bergumul sendirian. Dan janji Tuhan itu ya dan amin! Karena itu jangan pernah merasa sendirian, ada Tuhan Yesus di samping kita. Kalau kita percaya bahwa Dia adalah Juruselamat dan Sahabat, maka sebesar apa pun persoalan yang kita alami, seberat apa pun pergumulan yang ada, kita akan sanggup berkata, "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:13),
Mari kita jalani hidup ini dengan penuh iman karena kita memiliki Sahabat Sejati yang senantiasa menopang!
Baca: Yohanes 15:9-17
"Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." Yohanes 15:13
Dalam menjalani kehidupan di dunia ini tak mungkin kita sendirian, siapa pun kita pasti memerlukan orang lain sebagai teman atau sahabat. Namun tidaklah mudah menemukan teman yang baik, apalagi teman yang setia di segala keadaan. Teman datang dan pergi adalah hal yang biasa. Teman dalam suka banyak, tapi bagaimana dengan teman dalam duka atau ketika sedang susah? Terkadang pula "Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara." (Amsal 18:24).
Sebagai orang percaya kita patut bersyukur karena kita mempunyai Tuhan Yesus yang bukan saja sebagai Juruselamat hidup kita, tapi juga menjadi sahabat sejati kita. Bahkan Tuhan sendirilah yang memilih kita menjadi sahabatNya. Tuhan Yesus berkata, "Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu." (Yohanes 15:15-16a). Tidak hanya itu, Ia pun rela mengorbankan nyawaNya bagi kita. Kalau Tuhan rela mengorbankan nyawaNya, masakan Dia akan tinggal diam ketika kita sedang dalam permasalahan yang berat? Teman, sahabat dan orang-orang yang kita kasihi di dunia ini sewaktu-waktu bisa saja pergi meninggalkan kita. Perhatikan apa yang dikatakan Tuhan Yesus ini, "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5). Inilah yang seharusnya menjadi kekuatan dan penghiburan bagi kita setiap hari.
Tuhan berjanji bahwa Dia tidak akan membiarkan dan meninggalkan kita bergumul sendirian. Dan janji Tuhan itu ya dan amin! Karena itu jangan pernah merasa sendirian, ada Tuhan Yesus di samping kita. Kalau kita percaya bahwa Dia adalah Juruselamat dan Sahabat, maka sebesar apa pun persoalan yang kita alami, seberat apa pun pergumulan yang ada, kita akan sanggup berkata, "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:13),
Mari kita jalani hidup ini dengan penuh iman karena kita memiliki Sahabat Sejati yang senantiasa menopang!
Friday, February 24, 2012
TIDAK MENYIMPAN DENDAM
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Februari 2012 -
Baca: 2 Samuel 18:19-23
"Dan beginilah perkataannya sambil berjalan: 'Anakku Absalom, anakku, anakku Absalom! Ah, kalau aku mati menggantikan engkau, Absalom, anakku, anakku!' 2 Samuel 18:33b
Absolom adalah anak Daud, tapi ia melakukan pemberontakan terhadap ayahnya sendiri. Absalom ingin menjadi raja menggantikan Daud sampai-sampai Daud harus melarikan diri dari Yerusalem. Tetapi peristiwa tragis terjadi. "Adapun Absalom menunggangi bagal. Ketika bagal itu lewat di bawah jalinan dahan-dahan pohon tarbantin yang besar, tersangkutlah kepalanya pada pohon terbantin itu, sehingga ia tergantung antara langit dan bumi, sedang bagal yang dikendarainya berlari terus." (2 Samuel 18:9). Kabar kematian Absalom pun akhirnya sampai ke telinga Daud. Bagaimana reaksi Daud? Bersukacitakah karena 'musuhnya' telah tewas? Tidak! Sebab walaupun Absalom adalah pemberontak atau pengkhianat dan telah melakukan dosa terhadap ayahnya, Daud, ia tetaplah anak. Bagaimanapun jahatnya si anak, ia tetaplah anak. Hati Daud menjadi sangat sedih dan berpikir lebih baik ia yang mati menggantikan Absalom.
Begitu juga ketika Saul mati di tangan orang Filistin, Daud juga sangat berdukacita. Daud tak melompat kegirangan karena Saul telah mati, padahal Saullah yang membuat hidup Daud begitu menderita sehingga ia harus hidup dalam pelarian karena terus dikejar-kejar oleh Saul yang hendak membunuhnya. Tertulis: "Dan mereka meratap, menangis dan berpuasa sampai matahari terbenam karena Saul, karena Yonatan, anakya, karena umat Tuhan dan karena kaum Israel, sebab mereka telah gugur oleh pedang." (2 Samuel 1:12).
Umumnya orang akan bersukacita dan tertawa lepas ketika melihat musuhnya atau orang yang telah menyakitinya itu mengalami penderitaan. Dalam hatinya mungkin berkata, "Rasain lho...syukurin!" Ketika orang lain berbuat jahat terhadap kita, berbagai upaya kita lakukan untuk membalasnya dengan kejahatan pula. Alkitab menasihatkan, "...jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang." (1 Tesalonika 5:15). Daud tidak meyimpan dendam terhadap Absalom dan juga Saul. Sebaliknya, hatinya penuh dengan kasih dan pengampunan. Itulah hati Bapa!
Meski berkali-kali kita memberontak, Dia tetap mengasihi kita, bahkan Ia rela mengorbankan PuteraNya yang tunggal untuk menebus dosa umat manusia!
Baca: 2 Samuel 18:19-23
"Dan beginilah perkataannya sambil berjalan: 'Anakku Absalom, anakku, anakku Absalom! Ah, kalau aku mati menggantikan engkau, Absalom, anakku, anakku!' 2 Samuel 18:33b
Absolom adalah anak Daud, tapi ia melakukan pemberontakan terhadap ayahnya sendiri. Absalom ingin menjadi raja menggantikan Daud sampai-sampai Daud harus melarikan diri dari Yerusalem. Tetapi peristiwa tragis terjadi. "Adapun Absalom menunggangi bagal. Ketika bagal itu lewat di bawah jalinan dahan-dahan pohon tarbantin yang besar, tersangkutlah kepalanya pada pohon terbantin itu, sehingga ia tergantung antara langit dan bumi, sedang bagal yang dikendarainya berlari terus." (2 Samuel 18:9). Kabar kematian Absalom pun akhirnya sampai ke telinga Daud. Bagaimana reaksi Daud? Bersukacitakah karena 'musuhnya' telah tewas? Tidak! Sebab walaupun Absalom adalah pemberontak atau pengkhianat dan telah melakukan dosa terhadap ayahnya, Daud, ia tetaplah anak. Bagaimanapun jahatnya si anak, ia tetaplah anak. Hati Daud menjadi sangat sedih dan berpikir lebih baik ia yang mati menggantikan Absalom.
Begitu juga ketika Saul mati di tangan orang Filistin, Daud juga sangat berdukacita. Daud tak melompat kegirangan karena Saul telah mati, padahal Saullah yang membuat hidup Daud begitu menderita sehingga ia harus hidup dalam pelarian karena terus dikejar-kejar oleh Saul yang hendak membunuhnya. Tertulis: "Dan mereka meratap, menangis dan berpuasa sampai matahari terbenam karena Saul, karena Yonatan, anakya, karena umat Tuhan dan karena kaum Israel, sebab mereka telah gugur oleh pedang." (2 Samuel 1:12).
Umumnya orang akan bersukacita dan tertawa lepas ketika melihat musuhnya atau orang yang telah menyakitinya itu mengalami penderitaan. Dalam hatinya mungkin berkata, "Rasain lho...syukurin!" Ketika orang lain berbuat jahat terhadap kita, berbagai upaya kita lakukan untuk membalasnya dengan kejahatan pula. Alkitab menasihatkan, "...jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang." (1 Tesalonika 5:15). Daud tidak meyimpan dendam terhadap Absalom dan juga Saul. Sebaliknya, hatinya penuh dengan kasih dan pengampunan. Itulah hati Bapa!
Meski berkali-kali kita memberontak, Dia tetap mengasihi kita, bahkan Ia rela mengorbankan PuteraNya yang tunggal untuk menebus dosa umat manusia!
Thursday, February 23, 2012
TUHAN SELALU BUKA JALAN!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Februari 2012 -
Baca: Keluaran 14:15-31
"Demikianlah pada hari itu Tuhan menyelamatkan orang Israel dari tangan orang Mesir. Dan orang Israel melihat orang Mesir mati terhantar di pantai laut." Keluaran 14:30
Bangsa Israel sedang menghadapi persoalan yang sangat pelik karena mereka berhadapan dengan Laut Teberau dan di belakang mereka ada pasukan Firaun yang datang mengejar. Mereka tidak hanya menghadapi persoalan di depan yang keadaannya belum pasti, tetapi juga menghadapi persoalan di belakang yaitu masa lalu mereka saat diperbudak di Mesir. Kita tahu bahwa bangsa Israel adalah bangsa pilihan Tuhan, umat kesayangan Tuhan sendiri. Meski demikian mereka juga mengalami persoalan. Jadi, persoalan adalah realita dan janganlah heran bila setiap kita juga diperhadapkan dengan persoalan, karena hidup ini tak ubahnya seperti sekolah di mana ada ujian demi ujian, dan Tuhan mengajarkan kita untuk tidak lari dari masalah, melainkan harus kita hadapi.
Bagaimana reaksi bangsa Israel ketika menghadapi persoalan yang berat ini? 1. Mereka menjadi takut. Tertulis: "Ketika Firaun telah dekat, orang Israel menoleh, maka tampaklah orang Mesir bergerak menyusul mereka. Lalu sangat ketakutanlah orang Israel dan mereka berseru-seru kepada Tuhan," (Keluaran 14:10). Takut adalah reaksi yang normal, tapi seharusnya ketakutan itu memotivasi kita untuk mencari Tuhan dan berseru-seru kepadaNya, karena "...Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." (2 Timotius 1:7). Seberat apa pun persoalan yang kita alami, di dalam Tuhan pasti ada jalan keluarnya. Jangan biarkan ketakutan itu membelenggu hidup kita! 2. Mereka saling menyalahkan. Keluh mereka kepada Musa, "Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang Kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir?" (Keluaran 14:11). Bangsa Israel memiliki rencana untuk berbalik ke Mesir dengan mengatakan lebih baik menjadi budak saja daripada mati sia-sia di padang gurun.
Ketika permasalahan datang seringkali kita langsung mencari kambing hitam atau menyalahkan orang lain. Tidak sedikit pula yang kecewa dan berkata, "Percuma melayani Tuhan, toh masalah tidak henti-hentinya menerpa."
Berhentilah bersungut-sungut! Tetaplah yakin bahwa Tuhan selalu memberikan jalan keluar dan pertolonganNya tepat pada waktuNya!
Baca: Keluaran 14:15-31
"Demikianlah pada hari itu Tuhan menyelamatkan orang Israel dari tangan orang Mesir. Dan orang Israel melihat orang Mesir mati terhantar di pantai laut." Keluaran 14:30
Bangsa Israel sedang menghadapi persoalan yang sangat pelik karena mereka berhadapan dengan Laut Teberau dan di belakang mereka ada pasukan Firaun yang datang mengejar. Mereka tidak hanya menghadapi persoalan di depan yang keadaannya belum pasti, tetapi juga menghadapi persoalan di belakang yaitu masa lalu mereka saat diperbudak di Mesir. Kita tahu bahwa bangsa Israel adalah bangsa pilihan Tuhan, umat kesayangan Tuhan sendiri. Meski demikian mereka juga mengalami persoalan. Jadi, persoalan adalah realita dan janganlah heran bila setiap kita juga diperhadapkan dengan persoalan, karena hidup ini tak ubahnya seperti sekolah di mana ada ujian demi ujian, dan Tuhan mengajarkan kita untuk tidak lari dari masalah, melainkan harus kita hadapi.
Bagaimana reaksi bangsa Israel ketika menghadapi persoalan yang berat ini? 1. Mereka menjadi takut. Tertulis: "Ketika Firaun telah dekat, orang Israel menoleh, maka tampaklah orang Mesir bergerak menyusul mereka. Lalu sangat ketakutanlah orang Israel dan mereka berseru-seru kepada Tuhan," (Keluaran 14:10). Takut adalah reaksi yang normal, tapi seharusnya ketakutan itu memotivasi kita untuk mencari Tuhan dan berseru-seru kepadaNya, karena "...Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." (2 Timotius 1:7). Seberat apa pun persoalan yang kita alami, di dalam Tuhan pasti ada jalan keluarnya. Jangan biarkan ketakutan itu membelenggu hidup kita! 2. Mereka saling menyalahkan. Keluh mereka kepada Musa, "Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang Kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir?" (Keluaran 14:11). Bangsa Israel memiliki rencana untuk berbalik ke Mesir dengan mengatakan lebih baik menjadi budak saja daripada mati sia-sia di padang gurun.
Ketika permasalahan datang seringkali kita langsung mencari kambing hitam atau menyalahkan orang lain. Tidak sedikit pula yang kecewa dan berkata, "Percuma melayani Tuhan, toh masalah tidak henti-hentinya menerpa."
Berhentilah bersungut-sungut! Tetaplah yakin bahwa Tuhan selalu memberikan jalan keluar dan pertolonganNya tepat pada waktuNya!
Wednesday, February 22, 2012
BERPERANG MELAWAN MUSUH!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Februari 2012 -
Baca: 1 Petrus 5:8-11
"Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama." 1 Petrus 5:9
Menurut kamus bahasa Indonesia, kata perang berarti permusuhan antara dua negara; pertempuran besar bersenjata antara dua pasukan atau lebih; perkelahian atau konflik. Jadi suatu negara berperang karena mereka memiliki musuh. Apalagi kalau musuhnya itu menyerang, maka yang diserang pasti akan mengangkat senjata dan melakukan pembalasan. Tujuannya adalah supaya musuhnya hancur lebur dan ia keluar sebagai pemenang. Di setiap peperangan para tentara pasti memperlengkapi dirinya dengan senjata yang canggih. Tidak ada tentara yang terjun ke medan perang tanpa senjata apa pun, karena bisa-bisa ia akan mati konyol. Begitu juga dengan kehidupan orang percaya; kita ini sedang berada di medan peperangan. Sebagai laskar-laskar Kristus kita harus selalu sigap dan berjaga-jaga. Jadi tidak ada istilah santai-santai bagi kita karena musuh ada di sekitar kita dan terus mengincar kita.
Siapakah musuh kita? Teman kerja, tetangga, mertua yang galak, bos kitakah di kantor? Bukan! Musuh kita adalah Iblis. Tertulis, "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Perus 5:8). Iblis tidak pernah diam dan istirahat, dia terus berjalan keliling seperti singa kelaparan yang sedang mencari mangsa yang dapat ditelannya. Apa yang harus kita lakukan? Diam saja, lari dan menyembunyikan diri? Kita tidak disuruh diam saja, lari atau menyembunyikan diri, tetapi firman Tuhan memerintahkan kita untuk melawan Iblis dengan iman yang teguh sebagaimana dikatakan, "Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!" (Yakobus 4:7).
Oleh sebab itu kita harus senantiasa sadar dan terus berjaga-jaga. Jangan sampai kita lengah, apalagi sampai tertidur. Sadar dan berjaga-jaga artinya kita harus terus-menerus berdoa. Ingat! Taktik Iblis adalah perang gerilya yaitu menyerang saat musuh sedang lengah. Iblis yang adalah musuh kita akan lari bila kita lawan dalam nama Tuhan Yesus, sebaliknya bila kita diam saja maka dia akan menyerang kita dengan leluasa dan merajalela.
Tekun di dalam doa dan terus berpaut pada Tuhan adalah kunci untuk mengalahkan musuh!
Baca: 1 Petrus 5:8-11
"Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama." 1 Petrus 5:9
Menurut kamus bahasa Indonesia, kata perang berarti permusuhan antara dua negara; pertempuran besar bersenjata antara dua pasukan atau lebih; perkelahian atau konflik. Jadi suatu negara berperang karena mereka memiliki musuh. Apalagi kalau musuhnya itu menyerang, maka yang diserang pasti akan mengangkat senjata dan melakukan pembalasan. Tujuannya adalah supaya musuhnya hancur lebur dan ia keluar sebagai pemenang. Di setiap peperangan para tentara pasti memperlengkapi dirinya dengan senjata yang canggih. Tidak ada tentara yang terjun ke medan perang tanpa senjata apa pun, karena bisa-bisa ia akan mati konyol. Begitu juga dengan kehidupan orang percaya; kita ini sedang berada di medan peperangan. Sebagai laskar-laskar Kristus kita harus selalu sigap dan berjaga-jaga. Jadi tidak ada istilah santai-santai bagi kita karena musuh ada di sekitar kita dan terus mengincar kita.
Siapakah musuh kita? Teman kerja, tetangga, mertua yang galak, bos kitakah di kantor? Bukan! Musuh kita adalah Iblis. Tertulis, "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Perus 5:8). Iblis tidak pernah diam dan istirahat, dia terus berjalan keliling seperti singa kelaparan yang sedang mencari mangsa yang dapat ditelannya. Apa yang harus kita lakukan? Diam saja, lari dan menyembunyikan diri? Kita tidak disuruh diam saja, lari atau menyembunyikan diri, tetapi firman Tuhan memerintahkan kita untuk melawan Iblis dengan iman yang teguh sebagaimana dikatakan, "Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!" (Yakobus 4:7).
Oleh sebab itu kita harus senantiasa sadar dan terus berjaga-jaga. Jangan sampai kita lengah, apalagi sampai tertidur. Sadar dan berjaga-jaga artinya kita harus terus-menerus berdoa. Ingat! Taktik Iblis adalah perang gerilya yaitu menyerang saat musuh sedang lengah. Iblis yang adalah musuh kita akan lari bila kita lawan dalam nama Tuhan Yesus, sebaliknya bila kita diam saja maka dia akan menyerang kita dengan leluasa dan merajalela.
Tekun di dalam doa dan terus berpaut pada Tuhan adalah kunci untuk mengalahkan musuh!
Tuesday, February 21, 2012
AMBISI YANG SALAH
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Februari 2012 -
Baca: Matius 23:1-12
"...barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." Matius 23:12
Setiap manusia boleh saja memiliki ambisi, dan memang harus memiliki ambisi dalam hidupnya. Memiliki ambisi akan menjadi suatu dorongan atau memacu seseorang untuk mengerjakan sesuatu dengan hasil yang lebih baik. Jika seseorang tidak memiliki ambisi ia tidak memiliki gairah dalam mengisi kehidupannya.
Pada dasarnya memiliki ambisi itu bagus selama masih bisa dikendalikan dengan baik. Jika tidak, ambisi tersebut akan menghasilkan sikap ambisius. Ambisi yang positif mendorong seseorang untuk menghasilkan karya yang lebih baik dan meraih prestasi lebih baik dari sebelumnya. Sebaliknya, ambisi yang negatif adalah ambisi yang tidak sebanding dengan potensi yang dimilikinya sehingga seseorang akan menempuh segala cara untuk mewujudkan ambisinya itu. Di balik ambisi yang negatif, seseorang tak mau kalah dengan orang lain, ingin memperoleh popularitas, ingin memperoleh pujian dari dunia, ingin memperoleh kedudukan yang tinggi dengan kekuatan sendiri dan sebagainya. Kalau ambisi sudah melampaui kehendak Tuhan dan sudah keluar dari jalur firman Tuhan, ambisi ini tidak benar dan akan mendatangkan kehancuran. Tuhan mengatakan, "Masakan engkau mencari hal-hal yang besar bagimu sendiri?" (Yeremia 45:5a).
Tuhan tidak senang terhadap orang-orang yang memiliki ambisi untuk mencari hal-hal yang besar bagi dirinya sendiri hal ini akan mendatangkan dosa, karena orang yang mencari hal-hal bagi dirinya senidiri tentu tak mau disaingi oleh orang lain sehingga timbullah iri hati, kebencian dan fitnah. Pula tidak menutup kemungkina bahwa dia ingin menjatuhkan lawannya dengan berbagai usaha yang konkrit maupun secara tidak langsung. Maka kita harus dapat membedakan antara ambisi dan kehendak Tuhan. Kehendak dan rencana Tuhan dalam setiap hidup orang percaya akan terjadi tanpa suatu ambisi. Kalau Tuhan merencanakan tak seorang pun dapat menggagalkannya. Namun jika Tuhan meredahkan kita, siapa pula sanggup menghalagi Dia? Begitu juga jika Tuhan yang mengangkat kita, siapa gerangan yang mampu menahan kehendakNya atas kita?
Kedudukan tinggi, popularitas atau keimpahan tak peru dikejar dengan ambisi! Asal kita hidup seturut kehendak Tuhan, berkatNya tersedia untuk kita!
Baca: Matius 23:1-12
"...barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." Matius 23:12
Setiap manusia boleh saja memiliki ambisi, dan memang harus memiliki ambisi dalam hidupnya. Memiliki ambisi akan menjadi suatu dorongan atau memacu seseorang untuk mengerjakan sesuatu dengan hasil yang lebih baik. Jika seseorang tidak memiliki ambisi ia tidak memiliki gairah dalam mengisi kehidupannya.
Pada dasarnya memiliki ambisi itu bagus selama masih bisa dikendalikan dengan baik. Jika tidak, ambisi tersebut akan menghasilkan sikap ambisius. Ambisi yang positif mendorong seseorang untuk menghasilkan karya yang lebih baik dan meraih prestasi lebih baik dari sebelumnya. Sebaliknya, ambisi yang negatif adalah ambisi yang tidak sebanding dengan potensi yang dimilikinya sehingga seseorang akan menempuh segala cara untuk mewujudkan ambisinya itu. Di balik ambisi yang negatif, seseorang tak mau kalah dengan orang lain, ingin memperoleh popularitas, ingin memperoleh pujian dari dunia, ingin memperoleh kedudukan yang tinggi dengan kekuatan sendiri dan sebagainya. Kalau ambisi sudah melampaui kehendak Tuhan dan sudah keluar dari jalur firman Tuhan, ambisi ini tidak benar dan akan mendatangkan kehancuran. Tuhan mengatakan, "Masakan engkau mencari hal-hal yang besar bagimu sendiri?" (Yeremia 45:5a).
Tuhan tidak senang terhadap orang-orang yang memiliki ambisi untuk mencari hal-hal yang besar bagi dirinya sendiri hal ini akan mendatangkan dosa, karena orang yang mencari hal-hal bagi dirinya senidiri tentu tak mau disaingi oleh orang lain sehingga timbullah iri hati, kebencian dan fitnah. Pula tidak menutup kemungkina bahwa dia ingin menjatuhkan lawannya dengan berbagai usaha yang konkrit maupun secara tidak langsung. Maka kita harus dapat membedakan antara ambisi dan kehendak Tuhan. Kehendak dan rencana Tuhan dalam setiap hidup orang percaya akan terjadi tanpa suatu ambisi. Kalau Tuhan merencanakan tak seorang pun dapat menggagalkannya. Namun jika Tuhan meredahkan kita, siapa pula sanggup menghalagi Dia? Begitu juga jika Tuhan yang mengangkat kita, siapa gerangan yang mampu menahan kehendakNya atas kita?
Kedudukan tinggi, popularitas atau keimpahan tak peru dikejar dengan ambisi! Asal kita hidup seturut kehendak Tuhan, berkatNya tersedia untuk kita!
Monday, February 20, 2012
DIKUASAI OLEH INDERA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Februari 2012 -
Baca: 1 Korintus 9:24-27
"Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal." 1 Korintus 9:25a
Diri sendiri seringkali menjadi musuh terberat dan terbesar bagi kita. Semua pasti merasakan betapa sulitnya menaklukkan diri sendiri; salah satu contoh sederhana adalah hal berdoa. Adalah tidak mudah bagi kita mengajak tubuh ini untuk berdoa atau bersaat teduh. Rasa-rasanya tubuh ini tak berdaya, apalagi bila rasa kantuk dan malas datang menyerang. Benar apa yang dikatakan Alkitab: "...roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41). Ini menunjukkan betapa mudah kita dikendalikan oleh daging atau kelima indera kita.
Firman Tuhan menasihatkan agar kita tidak dikuasai oleh daging atau indera kita yang dapat mengikat kita pada perkara-perkara dunia ini, dan bukan pada firman Tuhan. Kita terlalu sering yakin pada indera kita dan bukan pada apa yang dikatakan oleh Alkitab. Apa buktinya? Kita sering membicarakan kekuatiran, ketidakpercayaan, ketakutan, keragu-raguan atau hal-hal yang bertolak belakang dengan apa yang Tuhan katakan dalam firmanNya. Itu semua terjadi karena hidup kita dikendalikan oleh indera kita atau apa yang nampak oleh mata. Ada tertulis: "Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya." (Roma 8:6-7).
Sebagai orang percaya, kita juga dapat dikendalikan dan dikuasai oleh kelima indera kita jika kita tidak menyerahkan semuanya di bawah kuasa Roh Kudus dan firman Tuhan, karena hal ini akan menghalangi perjalanan iman kita. Inilah yang dilakukan Rasul Paulus: "Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus." (2 Korintus 10:5). Karena dikendalikan oleh indera, kita menjadi mudah lemah dan putus asa. Masalah yang kita alami seringkali kita bayangkan seperti raksasa yang siap menerkam kita dan sepertinya tidak ada jalan keluarnya. Penguasaan diri itu sangat penting sehingga kita tidak akan mudah digoyahkan oleh apa yang kita lihat dan rasakan!
Karena itu serahkan hidup ini sepenuhnya kepada Tuhan dan mohon pimpinan Roh Kudus!
Baca: 1 Korintus 9:24-27
"Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal." 1 Korintus 9:25a
Diri sendiri seringkali menjadi musuh terberat dan terbesar bagi kita. Semua pasti merasakan betapa sulitnya menaklukkan diri sendiri; salah satu contoh sederhana adalah hal berdoa. Adalah tidak mudah bagi kita mengajak tubuh ini untuk berdoa atau bersaat teduh. Rasa-rasanya tubuh ini tak berdaya, apalagi bila rasa kantuk dan malas datang menyerang. Benar apa yang dikatakan Alkitab: "...roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41). Ini menunjukkan betapa mudah kita dikendalikan oleh daging atau kelima indera kita.
Firman Tuhan menasihatkan agar kita tidak dikuasai oleh daging atau indera kita yang dapat mengikat kita pada perkara-perkara dunia ini, dan bukan pada firman Tuhan. Kita terlalu sering yakin pada indera kita dan bukan pada apa yang dikatakan oleh Alkitab. Apa buktinya? Kita sering membicarakan kekuatiran, ketidakpercayaan, ketakutan, keragu-raguan atau hal-hal yang bertolak belakang dengan apa yang Tuhan katakan dalam firmanNya. Itu semua terjadi karena hidup kita dikendalikan oleh indera kita atau apa yang nampak oleh mata. Ada tertulis: "Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya." (Roma 8:6-7).
Sebagai orang percaya, kita juga dapat dikendalikan dan dikuasai oleh kelima indera kita jika kita tidak menyerahkan semuanya di bawah kuasa Roh Kudus dan firman Tuhan, karena hal ini akan menghalangi perjalanan iman kita. Inilah yang dilakukan Rasul Paulus: "Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus." (2 Korintus 10:5). Karena dikendalikan oleh indera, kita menjadi mudah lemah dan putus asa. Masalah yang kita alami seringkali kita bayangkan seperti raksasa yang siap menerkam kita dan sepertinya tidak ada jalan keluarnya. Penguasaan diri itu sangat penting sehingga kita tidak akan mudah digoyahkan oleh apa yang kita lihat dan rasakan!
Karena itu serahkan hidup ini sepenuhnya kepada Tuhan dan mohon pimpinan Roh Kudus!
Sunday, February 19, 2012
TUHAN YANG MENYELESAIKAN!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Februari 2012 -
Baca: Mazmur 138:1-8
"Tuhan akan menyelesaikannya bagiku! Ya Tuhan, kasih setia-Mu untuk selama-lamanya; janganlah Kautinggalkan perbuatan tangan-Mu!" Mazmur 138:8
Daud bisa berkata, "Tuhan akan menyelesaikan bagiku!" karena ia tahu bahwa Tuhan adalah pemegang kendali hidupnya dan Dia pasti akan mengarahkannya untuk suatu tujuan akhir yang sempurna. Tuhan berkata, Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11).
Tuhan itu Mahakuasa sehingga Ia dapat mengatur setiap peristiwa demi peristiwa dalam kehidupan kita sesuai dengan rencanaNya. Seringkali kita sulit untuk menerima cara kerja Tuhan yang sepertinya tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, terlebih lagi bila peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidup kita begitu menyakitkan. Tetapi sebenarnya di atas segala peristiwa yang terjadi dalam hidup kita Tuhanlah yang memegang kendali dan melakukan apa yang Ia kehendaki. Contohnya adalah Yusuf yang diperlakukan dengan jahat oleh saudara-saudaranya. Dalam peristiwa tersebut seolah-olah Tuhan tidak peduli dan membiarkan Yusuf hidup dalam penderitaan. Tetapi pada akhir peristiwa itu nyata benar apa yang direncanakan Tuhan dalam hidup Yusuf. Hal itu diakui Yusuf bahwa melalui perbuatan saudara-saudaranya Tuhan turut bekerja. Yusuf berkata, "Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong. Jadi bukanah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir." (Kejadian 45:7-8).
Yusuf mengakui bahwa semua yang terjadi dalam hidupnya adalah karena campur tangan Tuhan. Mungkin kita berpikir bahwa hanya terhadap Yusuf saja Tuhan menyatakan jalan-jalanNya yang ajaib, padahal Tuhan pun memiliki rencana yang indah atas hidup kita.
"Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci." (Roma 15:4).
Baca: Mazmur 138:1-8
"Tuhan akan menyelesaikannya bagiku! Ya Tuhan, kasih setia-Mu untuk selama-lamanya; janganlah Kautinggalkan perbuatan tangan-Mu!" Mazmur 138:8
Daud bisa berkata, "Tuhan akan menyelesaikan bagiku!" karena ia tahu bahwa Tuhan adalah pemegang kendali hidupnya dan Dia pasti akan mengarahkannya untuk suatu tujuan akhir yang sempurna. Tuhan berkata, Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11).
Tuhan itu Mahakuasa sehingga Ia dapat mengatur setiap peristiwa demi peristiwa dalam kehidupan kita sesuai dengan rencanaNya. Seringkali kita sulit untuk menerima cara kerja Tuhan yang sepertinya tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, terlebih lagi bila peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidup kita begitu menyakitkan. Tetapi sebenarnya di atas segala peristiwa yang terjadi dalam hidup kita Tuhanlah yang memegang kendali dan melakukan apa yang Ia kehendaki. Contohnya adalah Yusuf yang diperlakukan dengan jahat oleh saudara-saudaranya. Dalam peristiwa tersebut seolah-olah Tuhan tidak peduli dan membiarkan Yusuf hidup dalam penderitaan. Tetapi pada akhir peristiwa itu nyata benar apa yang direncanakan Tuhan dalam hidup Yusuf. Hal itu diakui Yusuf bahwa melalui perbuatan saudara-saudaranya Tuhan turut bekerja. Yusuf berkata, "Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong. Jadi bukanah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir." (Kejadian 45:7-8).
Yusuf mengakui bahwa semua yang terjadi dalam hidupnya adalah karena campur tangan Tuhan. Mungkin kita berpikir bahwa hanya terhadap Yusuf saja Tuhan menyatakan jalan-jalanNya yang ajaib, padahal Tuhan pun memiliki rencana yang indah atas hidup kita.
"Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci." (Roma 15:4).
Saturday, February 18, 2012
TUHAN TAK PERNAH MENGULUR WAKTU
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Februari 2012 -
Baca: Lukas 18:1-8
"Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?" Lukas 18:7
Pada umumnya sifat manusia memang gampang putus asa dan tidak sabar, apalagi saat menantikan jawaban atas doa yang dipanjatkan kepada Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan Yesus menasihati agar kita tidak bosan-bosannya berdoa sampai doa kita beroleh jawaban dari Tuhan. "Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu." (Lukas 18:1).
Kita seringkali kecewa, putus asa dan berkecil hati karena doa kita seolah-olah tidak sampai ke telinga Tuhan, bahkan rasanya langit menjadi setebal tembaga yang menghalangi doa kita. Hal ini juga dialami oleh Daud: "Lesu aku karena berseru-seru, kerongkonganku kering; mataku nyeri karena mengharapkan Allahku. Janganlah sembunyikan wajah-Mu kepada hamba-Mu, sebab aku tersesak; segeralah menjawab aku!" (Mazmur 69:4, 18). Walaupun kita belum meliha tanda-tanda terkabulnya doa kita, Tuhan menghendaki kita untuk tetap berdoa dengan tidak jemu-jemu. Sesungguhya Tuhan tidak mengulur-ulur waktu, tetapi kadangkala kita harus belajar bersabar untuk memperoleh segala sesuatu menurut rencana dan waktu Tuhan.
Apa yang kita butuhkan itu sebenarnya sudah disediakan Tuhan, hanya perlu waktu sedikit lagi jawabanNya dinyatakan bagi kita. Seorang petani yang menabur benih juga tak akan menuai seketika itu juga. Benih yang ditaburkan tak akan tumbuh daam waktu semalam saja, tapi butuh waktu beberapa hari. Apalagi menuai hasil panen, memerlukan waktu beberapa bulan, kadang sampai beberapa tahun. Tapi petani tetapi sabar menanti waktunya. Demikian juga halnya dengan doa, adakalanya doa memerlukan waktu yang lama sampai hasilnya dapat kita nikmati. Tak perlu kita putus asa! Tuhan Yesus berkata, "Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan." (Lukas 11:10). Bagi kita yang masih belum menerima apa yang kita doakan, tetaplah bersabar! Tunggu sampai Tuhan bertidak! Mungkin Tuhan ingin menguji kesetiaan dan kesabaran kita.
Setiap persoalan pasti ada jalan keluarnya di dalam Tuhan. Karena itu jangan berhenti berdoa, berserulah terus sampai Tuhan menjawab doa kita!
Baca: Lukas 18:1-8
"Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?" Lukas 18:7
Pada umumnya sifat manusia memang gampang putus asa dan tidak sabar, apalagi saat menantikan jawaban atas doa yang dipanjatkan kepada Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan Yesus menasihati agar kita tidak bosan-bosannya berdoa sampai doa kita beroleh jawaban dari Tuhan. "Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu." (Lukas 18:1).
Kita seringkali kecewa, putus asa dan berkecil hati karena doa kita seolah-olah tidak sampai ke telinga Tuhan, bahkan rasanya langit menjadi setebal tembaga yang menghalangi doa kita. Hal ini juga dialami oleh Daud: "Lesu aku karena berseru-seru, kerongkonganku kering; mataku nyeri karena mengharapkan Allahku. Janganlah sembunyikan wajah-Mu kepada hamba-Mu, sebab aku tersesak; segeralah menjawab aku!" (Mazmur 69:4, 18). Walaupun kita belum meliha tanda-tanda terkabulnya doa kita, Tuhan menghendaki kita untuk tetap berdoa dengan tidak jemu-jemu. Sesungguhya Tuhan tidak mengulur-ulur waktu, tetapi kadangkala kita harus belajar bersabar untuk memperoleh segala sesuatu menurut rencana dan waktu Tuhan.
Apa yang kita butuhkan itu sebenarnya sudah disediakan Tuhan, hanya perlu waktu sedikit lagi jawabanNya dinyatakan bagi kita. Seorang petani yang menabur benih juga tak akan menuai seketika itu juga. Benih yang ditaburkan tak akan tumbuh daam waktu semalam saja, tapi butuh waktu beberapa hari. Apalagi menuai hasil panen, memerlukan waktu beberapa bulan, kadang sampai beberapa tahun. Tapi petani tetapi sabar menanti waktunya. Demikian juga halnya dengan doa, adakalanya doa memerlukan waktu yang lama sampai hasilnya dapat kita nikmati. Tak perlu kita putus asa! Tuhan Yesus berkata, "Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan." (Lukas 11:10). Bagi kita yang masih belum menerima apa yang kita doakan, tetaplah bersabar! Tunggu sampai Tuhan bertidak! Mungkin Tuhan ingin menguji kesetiaan dan kesabaran kita.
Setiap persoalan pasti ada jalan keluarnya di dalam Tuhan. Karena itu jangan berhenti berdoa, berserulah terus sampai Tuhan menjawab doa kita!
Friday, February 17, 2012
MENEGUR DENGAN BIJAKSANA!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Februari 2012 -
Baca: Amsal 25:1-28
"Teguran orang yang bijak adalah seperti cincin emas dan hiasan kencana untuk telinga yang mendengar." Amsal 25:12
Ketika ada orang lain yang berbuat kesalahan, adalah tugas kita untuk menegor dan mengingatkan mereka. Menegor orang lain yang berbuat kesalahan adalah sebuah keharusan supaya mereka segera sadar atas kesalahannya dan kembali ke jalur yang benar. Tetapi kita tidak boleh asal menegor!
Banyak orang yang menjadi kecewa, 'nelangsa', tersinggung, marah dan sakit hati karena menerima tegoran dari orang lain. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena tegoran tersebut sangat tidak bijaksana, diutarakan dengan kata-kata yang pedas, kasar dan tidak pada 'sikon' yang tepat. Seringkali dalam menegor kita pun memiliki kecenderungan untuk menghakimi, mempermalukan atau menyalahkan orang tersebut. Akibatnya orang yang ditegor itu bukannya menerima, malah menjadi down dan frustasi. Rasul Paulus menasihatkan, jika ada yang berbuat salah "...janganlah anggap dia sebagai musuh, tetapi tegorlah dia sebagai seorang saudara." (2 Tesalonika 3:15). Jadi "...nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran." (2 Timotius 4:2).
Sebagai orang percaya, nasihat atau tegoran yang kita berikan harusah dilakukan dengan bijaksana dan kasih. Ucapan dan tindakan kita harus benar-benar terkendali dan menurut tuntunan Roh Kudus, jangan seperti orang-orang yang belum mengenal Tuhan. Tertulis: "Hati orang benar menimbang-nimbang jawabannya, tetapi orang fasik mencurahkan hal-hal yang jahat." (Amsal 15:28). Perkataan yang kita ucapkan hendaknya selalu sedap dan bermuatan kasih sehingga yang mendengarnya akan merasakan keteduhan dan damai sejahtera. Dalam Amsal 16:24 dikatakan, "Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang." Setiap persoalan haruslah diselesaikan dengan penuh kesabaran sebagaimana yang Tuhan Yesus ajarkan, karena "Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota." (Amsal 16:32).
Sebelum menegor orang lain, adalah sangat bijak bila kita mengoreksi diri sendiri terlebih dahulu: apakah tutur kata kita sudah mencerminkan karakter Kristus? Terlebih lagi perbuatan kita, supaya kita tidak menjadi batu sandungan bagi mereka.
Baca: Amsal 25:1-28
"Teguran orang yang bijak adalah seperti cincin emas dan hiasan kencana untuk telinga yang mendengar." Amsal 25:12
Ketika ada orang lain yang berbuat kesalahan, adalah tugas kita untuk menegor dan mengingatkan mereka. Menegor orang lain yang berbuat kesalahan adalah sebuah keharusan supaya mereka segera sadar atas kesalahannya dan kembali ke jalur yang benar. Tetapi kita tidak boleh asal menegor!
Banyak orang yang menjadi kecewa, 'nelangsa', tersinggung, marah dan sakit hati karena menerima tegoran dari orang lain. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena tegoran tersebut sangat tidak bijaksana, diutarakan dengan kata-kata yang pedas, kasar dan tidak pada 'sikon' yang tepat. Seringkali dalam menegor kita pun memiliki kecenderungan untuk menghakimi, mempermalukan atau menyalahkan orang tersebut. Akibatnya orang yang ditegor itu bukannya menerima, malah menjadi down dan frustasi. Rasul Paulus menasihatkan, jika ada yang berbuat salah "...janganlah anggap dia sebagai musuh, tetapi tegorlah dia sebagai seorang saudara." (2 Tesalonika 3:15). Jadi "...nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran." (2 Timotius 4:2).
Sebagai orang percaya, nasihat atau tegoran yang kita berikan harusah dilakukan dengan bijaksana dan kasih. Ucapan dan tindakan kita harus benar-benar terkendali dan menurut tuntunan Roh Kudus, jangan seperti orang-orang yang belum mengenal Tuhan. Tertulis: "Hati orang benar menimbang-nimbang jawabannya, tetapi orang fasik mencurahkan hal-hal yang jahat." (Amsal 15:28). Perkataan yang kita ucapkan hendaknya selalu sedap dan bermuatan kasih sehingga yang mendengarnya akan merasakan keteduhan dan damai sejahtera. Dalam Amsal 16:24 dikatakan, "Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang." Setiap persoalan haruslah diselesaikan dengan penuh kesabaran sebagaimana yang Tuhan Yesus ajarkan, karena "Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota." (Amsal 16:32).
Sebelum menegor orang lain, adalah sangat bijak bila kita mengoreksi diri sendiri terlebih dahulu: apakah tutur kata kita sudah mencerminkan karakter Kristus? Terlebih lagi perbuatan kita, supaya kita tidak menjadi batu sandungan bagi mereka.
Thursday, February 16, 2012
JANGAN KECEWA DAN PUTUS-ASA!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Februari 2012 -
Baca: Matius 15:21-28
"Tetapi Yesus menjawab: 'Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.'" Matius 15:26
Kita pasti terkejut jika mendengar perkataan Tuhan Yesus pada ayat nas di atas. Bukankah Tuhan Yesus dikenal sebagai Pribadi yang lemah lembut, penuh kasih dan memperhatikan orang-orang yang lemah, menderita dan membutuhkan pertolongan? Tetapi ketika ada seorang perempuan yang sedang dalam kesesakan karena anaknya sedang dirasuk setan dan membutuhkan uluran tanganNya justru Tuhan Yesus bersikap kasar dengan perkataan yang sangat menyakitkan hati.
Jika kita berada di posisi perempuan itu kita pasti akan sedih, kecewa dan meninggalkan Dia. Apalagi Tuhan Yesus berkata, "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel." (Matius 15:24). Namun, suatu sikap hati yang luar biasa ditunjukkan oleh perempuan itu, ia tidak putus asa dan tetap menantikan jawaban dari Tuhan. Sesungguhnya Dia hanya ingin menguji iman perempuan itu. Setelah imannya teruji, Tuhan Yesus pun berkata, "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki. Dan seketika itu juga anaknya sembuh." (Matius 15:28).
Mungkin saat ini kita sedang mengalami pergumulan seperti perempuan itu; kita berseru-seru kepada Tuhan, tapi sepertinya Dia tidak menghiraukan seruan kita, bahkan sepertinya Dia meninggalkan kita; keadaan kita tidak bertambah baik dan malah semakin buruk, sepertinya Tuhan menjawab, "Makanan anak-anak tidak patut diberikan kepada anjing." Jangan kecewa dan putus asa! Tuhan sedang menguji iman kita dan kesungguhan hati kita. Daud pun mengalami hal yang sama ketika ia sedang dalam kesesakan dan membutuhkan pertolongan; sepertinya Tuhan tidak peduli dan membiarkan Daud bergumul dengan masalahnya. Seru Daud, "Berapa lama lagi, Tuhan, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku? Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari? Berapa lama lagi musuhku meninggikan diri atasku?" (Mazmur 13:2-3). Bukannya Tuhan mengulur-ulur waktu untuk menolong kita, namun Dia ingin supaya kita memiliki iman yang hidup.
"sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan." Yakobus 1:3
Baca: Matius 15:21-28
"Tetapi Yesus menjawab: 'Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.'" Matius 15:26
Kita pasti terkejut jika mendengar perkataan Tuhan Yesus pada ayat nas di atas. Bukankah Tuhan Yesus dikenal sebagai Pribadi yang lemah lembut, penuh kasih dan memperhatikan orang-orang yang lemah, menderita dan membutuhkan pertolongan? Tetapi ketika ada seorang perempuan yang sedang dalam kesesakan karena anaknya sedang dirasuk setan dan membutuhkan uluran tanganNya justru Tuhan Yesus bersikap kasar dengan perkataan yang sangat menyakitkan hati.
Jika kita berada di posisi perempuan itu kita pasti akan sedih, kecewa dan meninggalkan Dia. Apalagi Tuhan Yesus berkata, "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel." (Matius 15:24). Namun, suatu sikap hati yang luar biasa ditunjukkan oleh perempuan itu, ia tidak putus asa dan tetap menantikan jawaban dari Tuhan. Sesungguhnya Dia hanya ingin menguji iman perempuan itu. Setelah imannya teruji, Tuhan Yesus pun berkata, "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki. Dan seketika itu juga anaknya sembuh." (Matius 15:28).
Mungkin saat ini kita sedang mengalami pergumulan seperti perempuan itu; kita berseru-seru kepada Tuhan, tapi sepertinya Dia tidak menghiraukan seruan kita, bahkan sepertinya Dia meninggalkan kita; keadaan kita tidak bertambah baik dan malah semakin buruk, sepertinya Tuhan menjawab, "Makanan anak-anak tidak patut diberikan kepada anjing." Jangan kecewa dan putus asa! Tuhan sedang menguji iman kita dan kesungguhan hati kita. Daud pun mengalami hal yang sama ketika ia sedang dalam kesesakan dan membutuhkan pertolongan; sepertinya Tuhan tidak peduli dan membiarkan Daud bergumul dengan masalahnya. Seru Daud, "Berapa lama lagi, Tuhan, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku? Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari? Berapa lama lagi musuhku meninggikan diri atasku?" (Mazmur 13:2-3). Bukannya Tuhan mengulur-ulur waktu untuk menolong kita, namun Dia ingin supaya kita memiliki iman yang hidup.
"sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan." Yakobus 1:3
Wednesday, February 15, 2012
KASIH YANG TIDAK MEMANJAKAN!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Februari 2012 -
Baca: 2 Tesalonika 3:1-15
"Tetapi Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu dan memelihara kamu terhadap yang jahat." 2 Tesalonika 3:3
Tuhan adalah kasih. Hal ini ditegaskan juga oleh pemazmur, "Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan Tuhan untuk selama-amanya." (Mazmur 117:2). Meski demikian, kasihNya tidak selalu memanjakan kita. Apa yang kita minta tidak selalu Dia berikan, tetapi apa yang kita perlukan pasti disediakanNya.
Kasih Tuhan adalah kasih yang mendidik dan mendisiplinkan seperti tertulis: "Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu..." (Wahyu 3:19). Adakah seorang anak yang tidak mengalami didikan keras dari orangtuanya? Begitu pula kita sebagai anggota keluarga Tuhan pasti akan mengalami didikan dari Tuhan sendiri. Adapun didikan dan pembentukan terhadap tiap-tiap orang itu beragam dan tidak selalu sama. Oleh karena itu jangan putus asa dan tawar hati apabila saat ini Tuhan mendidik kita, baik melalui masalah, penderitaan, sakit-penyakit, kesesakan dan sebagainya.
Dalam Amsal 3:11-12 dikatakan: "Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan Tuhan, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya. Karena Tuhan memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi." Dengan cara inilah Tuhan hendak mendewasakan kita. Banyak di antara kita yang memberontak dan lari dari didikan Tuhan. Kita berpikir bahwa Tuhan itu tidak adil dan tidak mengasihi kita. Ingat! Seringkali cara Tuhan itu tidak terpahami dan jalan-jalanNya tak terselami oleh kita. "Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalanNya." (Roma 11:33b).
Kita tidak perlu takut terhadap apa pun yang sedang terjadi dan menimpa hidup kita. Jika semua itu diijinkan Tuhan terjadi pasti akan mendatangkan kebaikan bagi kita. Ada rencanaNya yang indah di balik didikan Tuhan yang keras itu. Yang pasti, "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarakan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya." (1 Korintus 10:13).
Mengalami didikan dari Tuhan menunjukkan bahwa kita ini bukan anak gampang!
Baca: 2 Tesalonika 3:1-15
"Tetapi Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu dan memelihara kamu terhadap yang jahat." 2 Tesalonika 3:3
Tuhan adalah kasih. Hal ini ditegaskan juga oleh pemazmur, "Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan Tuhan untuk selama-amanya." (Mazmur 117:2). Meski demikian, kasihNya tidak selalu memanjakan kita. Apa yang kita minta tidak selalu Dia berikan, tetapi apa yang kita perlukan pasti disediakanNya.
Kasih Tuhan adalah kasih yang mendidik dan mendisiplinkan seperti tertulis: "Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu..." (Wahyu 3:19). Adakah seorang anak yang tidak mengalami didikan keras dari orangtuanya? Begitu pula kita sebagai anggota keluarga Tuhan pasti akan mengalami didikan dari Tuhan sendiri. Adapun didikan dan pembentukan terhadap tiap-tiap orang itu beragam dan tidak selalu sama. Oleh karena itu jangan putus asa dan tawar hati apabila saat ini Tuhan mendidik kita, baik melalui masalah, penderitaan, sakit-penyakit, kesesakan dan sebagainya.
Dalam Amsal 3:11-12 dikatakan: "Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan Tuhan, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya. Karena Tuhan memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi." Dengan cara inilah Tuhan hendak mendewasakan kita. Banyak di antara kita yang memberontak dan lari dari didikan Tuhan. Kita berpikir bahwa Tuhan itu tidak adil dan tidak mengasihi kita. Ingat! Seringkali cara Tuhan itu tidak terpahami dan jalan-jalanNya tak terselami oleh kita. "Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalanNya." (Roma 11:33b).
Kita tidak perlu takut terhadap apa pun yang sedang terjadi dan menimpa hidup kita. Jika semua itu diijinkan Tuhan terjadi pasti akan mendatangkan kebaikan bagi kita. Ada rencanaNya yang indah di balik didikan Tuhan yang keras itu. Yang pasti, "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarakan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya." (1 Korintus 10:13).
Mengalami didikan dari Tuhan menunjukkan bahwa kita ini bukan anak gampang!
Tuesday, February 14, 2012
TUHAN ADALAH PERLINDUNGAN YANG SEJATI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Februari 2012 -
Baca: Keluaran 12:1-28
"Dan darah itu menjadi tanda bagimu pada rumah-rumah di mana kamu tinggal: Apabila Aku melihat darah itu, maka Aku akan lewat dari pada kamu. Jadi tidak akan ada tulah kemusnahan di tengah-tengah kamu, apabila Aku menghukum tanah Mesir." Keluaran 12:13
Semua orang yang ada di dunia ini membutuhkan perlindungan dalam hidupnya, baik itu perlindungan dari segala marabahaya, sakit penyakit dan juga maut yang setiap saat bisa mengancam hidup manusia. Tidak sedikit orang yang menjadikan kuasa gelap sebagai benteng perlindungan mereka. Namun bagi kita orang percaya, yang menjadi perlindungan kita adalah Tuhan Yesus Kristus. Pemazmur berkata, "Demikianlah Tuhan adalah tempat perlindungan bagi orang yang terinjak, tempat perlindungan pada waktu kesesakan." (Mazmur 9:10).
Gambaran yang luar biasa tentang perlindungan Tuhan adalah perayaan Paskah di Israel, di mana setiap keluarga harus mengambil anak domba atau kambing jantan yang tidak bercela, berumur setahun dan yang dikurung selama empat belas hari; lalu disembelih pada waktu senja dan darahnya diambil sedikit dan dibubuhkan pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas pintu rumah-rumah di mana orang memakan daging dari domba atau kambing tersebut. Dagingnya harus dibakar dan dimakan dengan roti yang tidak beragi beserta sayur pahit. Dan pada saat Tuhan melawat Mesir untuk menghukumnya dengan jalan membunuh semua anak sulung, baik anak sulung manusia maupun binatang, maka darah yang dibubuhkan pada tiang dan ambang atas dari pintu rumah tersebut tidak akan kena tulah atau luput dari kebinasaan. Darah domba telah menjadi perlindungan bagi bangsa Israel di tanah Mesir.
Yesus Kristus adalah Anak Domba Allah yang menyerahkan darahNya di atas kayu salib untuk menjadi perlindungan kita. Darah Kristus telah membebaskan kita dari kutuk maut. Di sepanjang perjalanan hidup bangsa Israel, perlindungan Tuhan benar-benar nyata dan sempurna, bahkan Ia berulang kali meyakinkan umatNya bahwa hanya Dia saja perlindungan mereka. "Seperti burung yang berkepak-kepak melindungi sarangnya, demikianlah Tuhan semesta alam akan melindungi Yerusalem, ya, melindungi dan menyelamatkannya, memeliharanya dan menjauhkan celaka." (Yesaya 31:15).
Hanya Tuhan Yesus saja satu-satunya perlindungan kita, bukan yang lain.
Baca: Keluaran 12:1-28
"Dan darah itu menjadi tanda bagimu pada rumah-rumah di mana kamu tinggal: Apabila Aku melihat darah itu, maka Aku akan lewat dari pada kamu. Jadi tidak akan ada tulah kemusnahan di tengah-tengah kamu, apabila Aku menghukum tanah Mesir." Keluaran 12:13
Semua orang yang ada di dunia ini membutuhkan perlindungan dalam hidupnya, baik itu perlindungan dari segala marabahaya, sakit penyakit dan juga maut yang setiap saat bisa mengancam hidup manusia. Tidak sedikit orang yang menjadikan kuasa gelap sebagai benteng perlindungan mereka. Namun bagi kita orang percaya, yang menjadi perlindungan kita adalah Tuhan Yesus Kristus. Pemazmur berkata, "Demikianlah Tuhan adalah tempat perlindungan bagi orang yang terinjak, tempat perlindungan pada waktu kesesakan." (Mazmur 9:10).
Gambaran yang luar biasa tentang perlindungan Tuhan adalah perayaan Paskah di Israel, di mana setiap keluarga harus mengambil anak domba atau kambing jantan yang tidak bercela, berumur setahun dan yang dikurung selama empat belas hari; lalu disembelih pada waktu senja dan darahnya diambil sedikit dan dibubuhkan pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas pintu rumah-rumah di mana orang memakan daging dari domba atau kambing tersebut. Dagingnya harus dibakar dan dimakan dengan roti yang tidak beragi beserta sayur pahit. Dan pada saat Tuhan melawat Mesir untuk menghukumnya dengan jalan membunuh semua anak sulung, baik anak sulung manusia maupun binatang, maka darah yang dibubuhkan pada tiang dan ambang atas dari pintu rumah tersebut tidak akan kena tulah atau luput dari kebinasaan. Darah domba telah menjadi perlindungan bagi bangsa Israel di tanah Mesir.
Yesus Kristus adalah Anak Domba Allah yang menyerahkan darahNya di atas kayu salib untuk menjadi perlindungan kita. Darah Kristus telah membebaskan kita dari kutuk maut. Di sepanjang perjalanan hidup bangsa Israel, perlindungan Tuhan benar-benar nyata dan sempurna, bahkan Ia berulang kali meyakinkan umatNya bahwa hanya Dia saja perlindungan mereka. "Seperti burung yang berkepak-kepak melindungi sarangnya, demikianlah Tuhan semesta alam akan melindungi Yerusalem, ya, melindungi dan menyelamatkannya, memeliharanya dan menjauhkan celaka." (Yesaya 31:15).
Hanya Tuhan Yesus saja satu-satunya perlindungan kita, bukan yang lain.
Monday, February 13, 2012
HARTA DUNIA BUKAN TUJUAN AKHIR
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Februari 2012 -
Baca: Pengkhotbah 5:7-19
"Enak tidurnya orang yang bekerja, baik ia makan sedikit maupun banyak; tetapi kekenyangan orang kaya sekali-kali tidak membiarkan dia tidur." Pengkhotbah 5:11
Apa yang menjadi tujuan hidup Saudara? Apakah mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya mumpung masih hidup? Jika seseorang sudah memiliki kekayaan yang melimpah, berbahagiakah hidupnya? Salomo, seorang raja yang sangat terkenal dengan hikmah dan kekayaan yang melimpah, menyatakan bahwa kekayaan duniawi itu adalah kesia-siaan.
Ternyata memiliki kekayaan tidak dengan serta-merta membuat seseorang hidup dalam kebahagiaan. Salomo berkata, "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan peghasilannya. Inipun sia-sia." (Pengkhotbah 5:9). Ayat nas di atas juga menegaskan bahwa "...kekenyangan orang kaya sekali-kali tidak membiarkan dia tidur." Orang kaya selalu tidak tenang dalam hidupnya, tidur pun tidak bisa nyenyak, sebab mereka selalu memikirkan kekayaannya. Sungguh benar apa yang dikatakan Alkitab, "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Matius 6:21). Dan oleh karena ketidakpuasannya, orang kaya selalu berupaya bagaimana cara meningkatkan kekayaannya. Banyak sekali fakta orang-orang kaya tersandung dalam berbagai kasus penipuan, korupsi dan sebagainya. Hal ini semata karena mereka ingin memperoleh kekayaan dengan jalan pintas di luar anugerah Tuhan. Firman Tuhan tak pernah berhenti untuk mengingatkan "...kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaanNya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati." (1 Timotius 6:17).
Harta kekayaan bukanlah tujuan akhir hidup ini karena semua yang ada di dunia ini hanyalah sementara. Apakah semua harta yang kita miliki tersebut akan kita bawa pada saat kita mati? "Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar." (1 Timotius 6:7). Jika saat ini kita dipercaya Tuhan untuk memiliki kekayaan lebih, ini adalah kesempatan bagi kita untuk "...berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi" (1 Timotius 6:18). Jadi megumpulkan harta di sorga itu lebih utama bagi orang percaya!
Karena itu "Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi." (Kolose 3:2).
Baca: Pengkhotbah 5:7-19
"Enak tidurnya orang yang bekerja, baik ia makan sedikit maupun banyak; tetapi kekenyangan orang kaya sekali-kali tidak membiarkan dia tidur." Pengkhotbah 5:11
Apa yang menjadi tujuan hidup Saudara? Apakah mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya mumpung masih hidup? Jika seseorang sudah memiliki kekayaan yang melimpah, berbahagiakah hidupnya? Salomo, seorang raja yang sangat terkenal dengan hikmah dan kekayaan yang melimpah, menyatakan bahwa kekayaan duniawi itu adalah kesia-siaan.
Ternyata memiliki kekayaan tidak dengan serta-merta membuat seseorang hidup dalam kebahagiaan. Salomo berkata, "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan peghasilannya. Inipun sia-sia." (Pengkhotbah 5:9). Ayat nas di atas juga menegaskan bahwa "...kekenyangan orang kaya sekali-kali tidak membiarkan dia tidur." Orang kaya selalu tidak tenang dalam hidupnya, tidur pun tidak bisa nyenyak, sebab mereka selalu memikirkan kekayaannya. Sungguh benar apa yang dikatakan Alkitab, "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Matius 6:21). Dan oleh karena ketidakpuasannya, orang kaya selalu berupaya bagaimana cara meningkatkan kekayaannya. Banyak sekali fakta orang-orang kaya tersandung dalam berbagai kasus penipuan, korupsi dan sebagainya. Hal ini semata karena mereka ingin memperoleh kekayaan dengan jalan pintas di luar anugerah Tuhan. Firman Tuhan tak pernah berhenti untuk mengingatkan "...kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaanNya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati." (1 Timotius 6:17).
Harta kekayaan bukanlah tujuan akhir hidup ini karena semua yang ada di dunia ini hanyalah sementara. Apakah semua harta yang kita miliki tersebut akan kita bawa pada saat kita mati? "Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar." (1 Timotius 6:7). Jika saat ini kita dipercaya Tuhan untuk memiliki kekayaan lebih, ini adalah kesempatan bagi kita untuk "...berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi" (1 Timotius 6:18). Jadi megumpulkan harta di sorga itu lebih utama bagi orang percaya!
Karena itu "Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi." (Kolose 3:2).
Sunday, February 12, 2012
MENANTI TUHAN DENGAN SETIA DAN BERJAGA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Februari 2012 -
Baca: Lukas 12:35-48
"Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang." Lukas 12:43
Di hari-hari akhir ini bukan saatnya untuk kita tidur, bermalas-malasan atau berpangku tangan. Tuhan Yesus menasihatkan agar kita selalu siap, berjaga-jaga, semangat melayani dan menjaga agar lampu kita tetap menyala. Seperti seseorang yang sedang menunggu tuannya kembali dari pesta kawin, maka ketika Ia datang dan mengetuk pintu, kita dapat dengan segera membuka pintu bagiNya. Tuhan Yesus berkata, "Dan apabila ia datang pada tengah malam atau pada dinihari dan mendapati mereka berlaku demikian, maka berbahagialah mereka." (Lukas 12:38).
Masa-masa penantian adalah masa yang sangat menentukan bagi kita. Kita tahu bahwa pekerjaan menanti itu sangat menjemukan, apalagi yang dinanti-nanti tidak kunjung datang. Banyak orang menjadi tidak sabar dalam hal menanti sehingga mereka pun tidak lagi tahan dan akhirnya berubah sikap. Tuhan menghendaki agar kita selalu dalam kondisi siap sedia dan berjaga-jaga. Dikatakan, "Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala." (Lukas 12:35). Kita bisa belajar dari kehidupan Nuh, yang tekun bekerja dan mempersiapkan bahtera, padahal dia tidak tahu kapan air bah itu datang. Alkitab menyatakan, "Karena iman, maka Nuh -dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan- dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya." (Ibrani 11:7). Nuh taat melakukan segala yang diperintahkan Tuhan kepadanya, sementara orang-orang sezamannya tidak peduli. Akhirnya, ketika air bah itu datang, Nuh dan seisi rumahnya diselamatkan. Oleh karena itu "Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan." (Lukas 12:40)
Mari kita gunakan waktu-waktu yang singkat ini untuk bekerja dan berkarya bagi Tuhan. Apa pun tugas dan panggilan kita biarlah kita kerjakan itu dengan setia. Selagi ada waktu untuk hidup, alangkah indahnya jika kita bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
"Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal ini menimpa mereka secara tiba-tiba." (Pengkotbah 9:12).
Baca: Lukas 12:35-48
"Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang." Lukas 12:43
Di hari-hari akhir ini bukan saatnya untuk kita tidur, bermalas-malasan atau berpangku tangan. Tuhan Yesus menasihatkan agar kita selalu siap, berjaga-jaga, semangat melayani dan menjaga agar lampu kita tetap menyala. Seperti seseorang yang sedang menunggu tuannya kembali dari pesta kawin, maka ketika Ia datang dan mengetuk pintu, kita dapat dengan segera membuka pintu bagiNya. Tuhan Yesus berkata, "Dan apabila ia datang pada tengah malam atau pada dinihari dan mendapati mereka berlaku demikian, maka berbahagialah mereka." (Lukas 12:38).
Masa-masa penantian adalah masa yang sangat menentukan bagi kita. Kita tahu bahwa pekerjaan menanti itu sangat menjemukan, apalagi yang dinanti-nanti tidak kunjung datang. Banyak orang menjadi tidak sabar dalam hal menanti sehingga mereka pun tidak lagi tahan dan akhirnya berubah sikap. Tuhan menghendaki agar kita selalu dalam kondisi siap sedia dan berjaga-jaga. Dikatakan, "Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala." (Lukas 12:35). Kita bisa belajar dari kehidupan Nuh, yang tekun bekerja dan mempersiapkan bahtera, padahal dia tidak tahu kapan air bah itu datang. Alkitab menyatakan, "Karena iman, maka Nuh -dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan- dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya." (Ibrani 11:7). Nuh taat melakukan segala yang diperintahkan Tuhan kepadanya, sementara orang-orang sezamannya tidak peduli. Akhirnya, ketika air bah itu datang, Nuh dan seisi rumahnya diselamatkan. Oleh karena itu "Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan." (Lukas 12:40)
Mari kita gunakan waktu-waktu yang singkat ini untuk bekerja dan berkarya bagi Tuhan. Apa pun tugas dan panggilan kita biarlah kita kerjakan itu dengan setia. Selagi ada waktu untuk hidup, alangkah indahnya jika kita bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
"Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal ini menimpa mereka secara tiba-tiba." (Pengkotbah 9:12).
Saturday, February 11, 2012
YESUS JALAN SATU-SATUNYA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Februari 2012 -
Baca: Roma 5:1-11
"Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!" Roma 5:10
Tuhan Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan bagi manusia untuk dapat diperdamaikan dengan Allah. Dia adalah satu-satunya jalan menuju sorga. Tuhan Yesus berkata, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia." (Yohanes 14:6-7).
Ketika seseorang menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, ia akan menerima hidup yang kekal, diperdamaikan dengan Allah dan dipulihkan persekutuannya dengan Dia, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16), tetapi "...barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya." (Yohanes 3:36). Karena Allah adalah Roh, maka kita tidak berhubungan dengan Dia melalui pancaindera atau dengan pikiran kita. Namun roh manusia dapat berhubungan dengan Allah dan mengalami kenyataan melalui kelahiran baru. Ini dinyatakan Tuhan Yesus kepada Nikodemus, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." (Yohanes 3:3). Tentang kelahiran baru, simak ayat ini: "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diriNya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami." (2 Korintus 5:17-18).
Jika kita menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, roh kita dilahirkan kembali dan kita bukanlah manusia yang sama lagi, melainkan kita menjadi ciptaan baru! Inilah pernyataan Paulus, "namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku," (Galatia 2:20a).
Yang menjadi bukti nyata bahwa kita telah diperdamaikan dengan Allah adalah kita hidup sebagai 'manusia baru' dan Kristus benar-benar nyata di dalam hidup kita!
Baca: Roma 5:1-11
"Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!" Roma 5:10
Tuhan Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan bagi manusia untuk dapat diperdamaikan dengan Allah. Dia adalah satu-satunya jalan menuju sorga. Tuhan Yesus berkata, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia." (Yohanes 14:6-7).
Ketika seseorang menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, ia akan menerima hidup yang kekal, diperdamaikan dengan Allah dan dipulihkan persekutuannya dengan Dia, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16), tetapi "...barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya." (Yohanes 3:36). Karena Allah adalah Roh, maka kita tidak berhubungan dengan Dia melalui pancaindera atau dengan pikiran kita. Namun roh manusia dapat berhubungan dengan Allah dan mengalami kenyataan melalui kelahiran baru. Ini dinyatakan Tuhan Yesus kepada Nikodemus, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." (Yohanes 3:3). Tentang kelahiran baru, simak ayat ini: "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diriNya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami." (2 Korintus 5:17-18).
Jika kita menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, roh kita dilahirkan kembali dan kita bukanlah manusia yang sama lagi, melainkan kita menjadi ciptaan baru! Inilah pernyataan Paulus, "namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku," (Galatia 2:20a).
Yang menjadi bukti nyata bahwa kita telah diperdamaikan dengan Allah adalah kita hidup sebagai 'manusia baru' dan Kristus benar-benar nyata di dalam hidup kita!
Friday, February 10, 2012
TUHAN MENCARI YANG HILANG
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Februari 2012 -
Baca: Lukas 19:1-10
"Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham." Lukas 19:9
Zakheus dikenal sebagai seorang kepala pemungut cukai dan bisa dipastikan bahwa ia sangatlah kaya. Tidak jauh berbeda dengan pemungut cukai lainnya, ia dikenal tamak dan suka memeras orang lain. Sangatlah wajar jika profesinya sebagai pemungut cukai ini membuatnya sangat dibenci oleh banyak orang, karena di mana-mana pemungut cukai memiliki reputasi yang buruk. Pada suatu ketika Tuhan Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. Keberadaan Yesus ini di dengar oleh Zakheus, karena itu "Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek. Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ." (Lukas 19:3-4). Betapa besar kuasa Tuhan Yesus sehingga kehadiranNya menarik banyak orang untuk melihat dan datang kepadaNya. Dalam Yohanes 6:44 dikatakan, "Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkikan pada akhir zaman."
Tak seorang pun memerintahkan Zakheus untuk melihat Tuhan Yesus, tetapi ia ditarik sendiri oleh Bapa kepada PuteraNya. Ada rasa lapar dan haus di dalam hati Zakheus untuk bertemu dengan Yesus. Tuhan Yesus tahu apa yang ada di dalam hati Zakheus. Ada tertulis: "Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan." (Matius 5:6). Tuhan Yesus tidak mengkhotbahi, menegur atau mencela Zakheus karena dosa-dosanya. Dia hanya mengatakan beberapa kata sederhana, "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." (Lukas 19:5). Perkataan Tuhan Yesus ini sudah meluluhlantakkan hati Zakheus karena selama ini yang ia terima hanyalah cibiran dan tatapan sinis dari orang lain. Karena itu "...Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita." (Lukas 19:6). Melihat hal ini banyak orang tidak suka dan bersungut-sungut karena Yesus justru menumpang di rumah orang berdosa.
Tuhan tidak melihat buruknya masa lalu seseorang asal dia bertobat dengan sungguh, sebab "...Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." Lukas 19:10
Baca: Lukas 19:1-10
"Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham." Lukas 19:9
Zakheus dikenal sebagai seorang kepala pemungut cukai dan bisa dipastikan bahwa ia sangatlah kaya. Tidak jauh berbeda dengan pemungut cukai lainnya, ia dikenal tamak dan suka memeras orang lain. Sangatlah wajar jika profesinya sebagai pemungut cukai ini membuatnya sangat dibenci oleh banyak orang, karena di mana-mana pemungut cukai memiliki reputasi yang buruk. Pada suatu ketika Tuhan Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. Keberadaan Yesus ini di dengar oleh Zakheus, karena itu "Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek. Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ." (Lukas 19:3-4). Betapa besar kuasa Tuhan Yesus sehingga kehadiranNya menarik banyak orang untuk melihat dan datang kepadaNya. Dalam Yohanes 6:44 dikatakan, "Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkikan pada akhir zaman."
Tak seorang pun memerintahkan Zakheus untuk melihat Tuhan Yesus, tetapi ia ditarik sendiri oleh Bapa kepada PuteraNya. Ada rasa lapar dan haus di dalam hati Zakheus untuk bertemu dengan Yesus. Tuhan Yesus tahu apa yang ada di dalam hati Zakheus. Ada tertulis: "Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan." (Matius 5:6). Tuhan Yesus tidak mengkhotbahi, menegur atau mencela Zakheus karena dosa-dosanya. Dia hanya mengatakan beberapa kata sederhana, "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." (Lukas 19:5). Perkataan Tuhan Yesus ini sudah meluluhlantakkan hati Zakheus karena selama ini yang ia terima hanyalah cibiran dan tatapan sinis dari orang lain. Karena itu "...Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita." (Lukas 19:6). Melihat hal ini banyak orang tidak suka dan bersungut-sungut karena Yesus justru menumpang di rumah orang berdosa.
Tuhan tidak melihat buruknya masa lalu seseorang asal dia bertobat dengan sungguh, sebab "...Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." Lukas 19:10
Thursday, February 9, 2012
TIDAK PERNAH INGKAR
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Februari 2012 -
Baca: Yesaya 49:8-26
"Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau." Yesaya 49:15
Bangsa Israel adalah bangsa pilihan Tuhan, umat kesayangan Tuhan. Hal ini dinyatakan Tuhan sendiri dalam firmanNya, "Sebab engkaulah umat yang kudus bagi Tuhan, Allahmu; engkaulah yang dipilih oleh Tuhan, Allahmu, dari segala bangsa di atas muka bumi untuk menjadi umat kesayangan-Nya." (Ulangan 7:6). Bangsa Israel akan dipilih sampai pada penyempurnaan akhir dari zaman ini, sampai Tuhan memenuhi setiap janji yang Ia buat dengan mereka. Walaupun seringkali mereka memberontak dan tidak taat kepada Tuhan, Tuhan tak pernah mengingkari perjanjianNya. Ada tertulis: "Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?" (Bilangan 23:19). Seorang ibu bisa saja melupakan bayi atau anak kandungnya, tetapi Tuhan takkan pernah melupakan bangsa Israel sedikit pun.
Dari semula Tuhan telah memilih suatu umat yang mau mengasihi, melayani dan taat kepadaNya. Itulah sebabnya Dia membuat suatu janji kepada umat pilihanNya tersebut, suatu perjanjian yang kekal yang akan berlangsung dari satu generasi ke generasi berikutnya, sebagaimana janjiNya kepada Abraham, "Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu." (Kejadian 17:7). Tuhan adalah setia, Dia tidak akan pernah mengingkari perjanjian dengan umatNya dan tidak akan meninggalkan umat pilihanNya itu. Meskipun bangsa Israel seringkali berpaling dariNya dan hidup dalam ketidaktaatan, Dia tak akan membinasakan mereka sampai habis; namun bukan berarti mereka bebas dari hukuman. Tuhan pun menyembunyikan wajahNya dari bangsa Israel oleh karena pelanggaran-pelanggaran mereka. Tertulis: "Hanya sesaat lamanya Aku meninggalkan engkau, tetapi karena kasih sayang yang besar Aku mengambil engkau kembali." (Yesaya 54:7).
Jangan sekali pun ragu akan kasih Tuhan! KasihNya sungguh sangat tak terbatas. Karena itu jangan kecewakan Tuhan!
Sebagai umat pilihanNya kita harus memashyurkan perbuatan-perbuatanNya yang perkasa dan menjadi kesaksian bagi dunia!
Baca: Yesaya 49:8-26
"Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau." Yesaya 49:15
Bangsa Israel adalah bangsa pilihan Tuhan, umat kesayangan Tuhan. Hal ini dinyatakan Tuhan sendiri dalam firmanNya, "Sebab engkaulah umat yang kudus bagi Tuhan, Allahmu; engkaulah yang dipilih oleh Tuhan, Allahmu, dari segala bangsa di atas muka bumi untuk menjadi umat kesayangan-Nya." (Ulangan 7:6). Bangsa Israel akan dipilih sampai pada penyempurnaan akhir dari zaman ini, sampai Tuhan memenuhi setiap janji yang Ia buat dengan mereka. Walaupun seringkali mereka memberontak dan tidak taat kepada Tuhan, Tuhan tak pernah mengingkari perjanjianNya. Ada tertulis: "Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?" (Bilangan 23:19). Seorang ibu bisa saja melupakan bayi atau anak kandungnya, tetapi Tuhan takkan pernah melupakan bangsa Israel sedikit pun.
Dari semula Tuhan telah memilih suatu umat yang mau mengasihi, melayani dan taat kepadaNya. Itulah sebabnya Dia membuat suatu janji kepada umat pilihanNya tersebut, suatu perjanjian yang kekal yang akan berlangsung dari satu generasi ke generasi berikutnya, sebagaimana janjiNya kepada Abraham, "Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu." (Kejadian 17:7). Tuhan adalah setia, Dia tidak akan pernah mengingkari perjanjian dengan umatNya dan tidak akan meninggalkan umat pilihanNya itu. Meskipun bangsa Israel seringkali berpaling dariNya dan hidup dalam ketidaktaatan, Dia tak akan membinasakan mereka sampai habis; namun bukan berarti mereka bebas dari hukuman. Tuhan pun menyembunyikan wajahNya dari bangsa Israel oleh karena pelanggaran-pelanggaran mereka. Tertulis: "Hanya sesaat lamanya Aku meninggalkan engkau, tetapi karena kasih sayang yang besar Aku mengambil engkau kembali." (Yesaya 54:7).
Jangan sekali pun ragu akan kasih Tuhan! KasihNya sungguh sangat tak terbatas. Karena itu jangan kecewakan Tuhan!
Sebagai umat pilihanNya kita harus memashyurkan perbuatan-perbuatanNya yang perkasa dan menjadi kesaksian bagi dunia!
Wednesday, February 8, 2012
NAMA BAIK LEBIH BERHARGA DARI KEKAYAAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Februari 2012 -
Baca: Amsal 22:1-16
"Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas." Amsal 22:1
Siapakah yang disebut orang kaya? Menurut penilaian dunia, seseorang bisa dikatakan kaya apabila ia memiliki banyak uang atau harta kekayaan tanpa mempedulikan nama baik. Bagi dunia, harta kekayaan tak memerlukan adanya reputasi yang baik. Meskipun kekayaan yang dimiliki itu berasal dari kecurangan, korupsi atau dukun, tak jadi masalah, orang-orang dunia tetap menyebutnya kaya. Tetapi Akitab dengan tegas menyatakan demikian: "Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar,..." (ayat nas).
Bagi orang percaya, memiliki harta yang melimpah bukanlah tujuan utama hidup ini. Tertulis: "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?" (Matius 16:26). Jadi, memiliki nama baik di hadapan Tuhan adalah seorang yang hidupnya senantiasa menyenangkan hati Tuhan, setia dan taat melakukan segala firmanNya, dan "Ganjaran kerendahan hati dan takut akan Tuhan adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan." (Amsal 22:4). Jadi, apabila kita mempunyai nama baik sesuai dengan penilaian Tuhan berarti kita mempunyai kekayaan besar. Tuhan juga berkata, "Sebab siapa yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi siapa yang menghina Aku, akan dipandang rendah." (1 Samuel 2:30b).
Kekayaan yang berasal dari Tuhan itu mendatangkan sukacita dan kedamaian karena bukan berasal dari kecurangan, manipulasi, suap atau korupsi. Ada tertulis demikian: "Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya." (Amsal 10:22). Sebaliknya kekayaan yang diperoleh secara instan dan melalui 'jalan yang tidak wajar' akan mendatangkan kecemasan. Salomo menasihati, "...orang yang ingin cepat menjadi kaya, tidak akan luput dari hukuman." (Amsal 28:20), oleh karena itu "Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini." (Amsal 23:4).
Adalah sia-sia memiliki kekayaan yang melimpah bila kita tidak memiliki 'nama baik'.
Baca: Amsal 22:1-16
"Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas." Amsal 22:1
Siapakah yang disebut orang kaya? Menurut penilaian dunia, seseorang bisa dikatakan kaya apabila ia memiliki banyak uang atau harta kekayaan tanpa mempedulikan nama baik. Bagi dunia, harta kekayaan tak memerlukan adanya reputasi yang baik. Meskipun kekayaan yang dimiliki itu berasal dari kecurangan, korupsi atau dukun, tak jadi masalah, orang-orang dunia tetap menyebutnya kaya. Tetapi Akitab dengan tegas menyatakan demikian: "Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar,..." (ayat nas).
Bagi orang percaya, memiliki harta yang melimpah bukanlah tujuan utama hidup ini. Tertulis: "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?" (Matius 16:26). Jadi, memiliki nama baik di hadapan Tuhan adalah seorang yang hidupnya senantiasa menyenangkan hati Tuhan, setia dan taat melakukan segala firmanNya, dan "Ganjaran kerendahan hati dan takut akan Tuhan adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan." (Amsal 22:4). Jadi, apabila kita mempunyai nama baik sesuai dengan penilaian Tuhan berarti kita mempunyai kekayaan besar. Tuhan juga berkata, "Sebab siapa yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi siapa yang menghina Aku, akan dipandang rendah." (1 Samuel 2:30b).
Kekayaan yang berasal dari Tuhan itu mendatangkan sukacita dan kedamaian karena bukan berasal dari kecurangan, manipulasi, suap atau korupsi. Ada tertulis demikian: "Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya." (Amsal 10:22). Sebaliknya kekayaan yang diperoleh secara instan dan melalui 'jalan yang tidak wajar' akan mendatangkan kecemasan. Salomo menasihati, "...orang yang ingin cepat menjadi kaya, tidak akan luput dari hukuman." (Amsal 28:20), oleh karena itu "Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini." (Amsal 23:4).
Adalah sia-sia memiliki kekayaan yang melimpah bila kita tidak memiliki 'nama baik'.
Subscribe to:
Posts (Atom)