Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Februari 2012 -
Baca: Kisah Para Rasul 14:1-20
"Kami ada di sini untuk memberitakan Injil kepada kamu, supaya kamu
meninggalkan perbuatan sia-sia ini dan berbalik kepada Allah yang hidup,
yang telah menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya." Kisah 14:15b
Biasanya keselamatan sealu dikaitkan dengan pengampunan dosa melalui pengorbanan darah Kristus di atas kayu salib dan juga 'kelahiran baru' di dalam Dia. Memang benar, sebab pengampunan dosa dan juga lahir baru adalah dua hal penting yang saling terkait.
Sesungguhnya keselamatan itu mempunyai aspek yang sangat luas. Keselamatan juga berarti sukacita, damai sejahtera, kelepasan, perlindungan, kemenangan, pemulihan dan juga kesembuhan jasmani dan rohani. Kita melihat dan menyaksikan di acara KKR, ketika Injil keselamatan diberitakan, kuasa Tuhan dinyatakan sehingga terjadi banyak mujizat: yang buta melihat, yang lumpuh berjalan dan sebagainya. Salah satu contohnya adalah yang terjadi di Listra. Ketika rasul Paulus memberitakan Injil di situ, "...ada seorang yang duduk saja, karena lemah kakinya dan lumpuh sejak ia dilahirkan dan belum pernah dapat berjalan. Ia duduk mendengarkan, ketika Paulus berbicara. Dan Paulus menatap dia dan melihat, bahwa ia beriman dan dapat disembuhkan. Lalu kata Paulus dengan suara nyaring: 'Berdirilah tegak di atas kakimu!' Dan orang itu melonjak berdiri, lalu berjalan kian ke mari." (Kisah 14:8-10). Luar biasa! Kuasa Injil keselamatan benar-benar nyata. Setelah mendengar Injil orang yang lumpuh itu mengalami mujizat kesembuhan. Begitu berkuasanyakah Injil itu? Alkitab menegaskan demikian: "...Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya...Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: 'Orang benar akan hidup oleh iman.'" (Roma 1:16-17).
Apabila kita memberitakan Injil yang sama yang diberitakan Paulus pastilah akan terjadi pelepasan kuasa Tuhan dari sorga. Sayangnya banyak orang meremehkan kuasa Tuhan; mereka beprikir bahwa zaman mujizat itu sudah lewat. Perhatikanlah ini: "Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya." (Ibrani 13:8). Kuasa Injil tak pernah berubah di sepanjang abad.
Mujizat Tuhan selalu ada dan tetap terjadi asal kita percaya dengan penuh iman karena Injil Kristus tak pernah berubah kuasaNya!
Saturday, February 4, 2012
Friday, February 3, 2012
MASIH MENYIMPAN KEPAHITAN?
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Februari 2012 -
Baca: Efesus 4:17-32
"Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan." Efesus 4:31
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan akhirnya tahun pun berganti tahun menunjukkan bahwa segala sesuatu ada akhirnya dan selalu berubah. Bila segala sesuatu harus ada akhirnya dan berganti dengan suasana baru, bagaimana dengan keadaan dan suasana hati kita? Apakah juga sudah mengalami pembaharuan? Jika di masa-masa lalu terjadi kegeraman, pertikaian, saling membenci, saling memfitnah di antara keluarga, teman, rekan sepelayanan atau di mana saja, apakah sampai hari ini rasa itu masih tertanam di dalam kita, sehingga timbul suatu akar pahit? Apakah kita terus diam saja dan bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa, padahal di hati kita masih berkemelut rasa dendam, pahit dan sakit hati?
Sebagai anak-anak Tuhan kita tidak boleh terus-menerus menyimpan akar pahit itu. Harus segera dibereskan! Kita harus dengan rendah hati datang kepada Tuhan Yesus dan membuka hati kita untuk dijamah dan diselidiki oleh Roh Kudus sehingga kita menyadari segala perbuatan salah kita dan bukan sebaliknya: kita tetap merasa benar dan menyalahkan orang lain. Jika telah diperdamaikan atau ditegur oleh pihak lain demi kebaikan kita janganah kita marah dan dendam. Ingat, "Apabila kamu menjadi marah, janganah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis." (Efesus 4:26-27). Sebaliknya "...hendakah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu." (Efesus 4:32). Jangan pernah berharap Tuhan akan mengampuni kita apabila kita tidak mau mengampuni orang lain. Ditegaskan kembali demikian: "...jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang. Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." (Matius 6:14-15).
Tuhan tidak menghendaki kita memiliki dendam dan terus-menerus menyimpan akar pahit. Kita harus bersikap ramah, penuh kasih mesra dan saling mengampuni satu sama lain.
Kita yang telah beroleh pengampunan dari Tuhan juga harus mau membuka hati untuk mengampuni orang lain, dan buanglah semua kepahitan yang ada!
Baca: Efesus 4:17-32
"Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan." Efesus 4:31
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan akhirnya tahun pun berganti tahun menunjukkan bahwa segala sesuatu ada akhirnya dan selalu berubah. Bila segala sesuatu harus ada akhirnya dan berganti dengan suasana baru, bagaimana dengan keadaan dan suasana hati kita? Apakah juga sudah mengalami pembaharuan? Jika di masa-masa lalu terjadi kegeraman, pertikaian, saling membenci, saling memfitnah di antara keluarga, teman, rekan sepelayanan atau di mana saja, apakah sampai hari ini rasa itu masih tertanam di dalam kita, sehingga timbul suatu akar pahit? Apakah kita terus diam saja dan bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa, padahal di hati kita masih berkemelut rasa dendam, pahit dan sakit hati?
Sebagai anak-anak Tuhan kita tidak boleh terus-menerus menyimpan akar pahit itu. Harus segera dibereskan! Kita harus dengan rendah hati datang kepada Tuhan Yesus dan membuka hati kita untuk dijamah dan diselidiki oleh Roh Kudus sehingga kita menyadari segala perbuatan salah kita dan bukan sebaliknya: kita tetap merasa benar dan menyalahkan orang lain. Jika telah diperdamaikan atau ditegur oleh pihak lain demi kebaikan kita janganah kita marah dan dendam. Ingat, "Apabila kamu menjadi marah, janganah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis." (Efesus 4:26-27). Sebaliknya "...hendakah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu." (Efesus 4:32). Jangan pernah berharap Tuhan akan mengampuni kita apabila kita tidak mau mengampuni orang lain. Ditegaskan kembali demikian: "...jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang. Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." (Matius 6:14-15).
Tuhan tidak menghendaki kita memiliki dendam dan terus-menerus menyimpan akar pahit. Kita harus bersikap ramah, penuh kasih mesra dan saling mengampuni satu sama lain.
Kita yang telah beroleh pengampunan dari Tuhan juga harus mau membuka hati untuk mengampuni orang lain, dan buanglah semua kepahitan yang ada!
Thursday, February 2, 2012
BENIH UNTUK DITABUR
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Februari 2012 -
Baca: 2 Korintus 9:6-15
"Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu;" 2 Korintus 9:10
Di dalam kehidupan ini semuanya tak lepas dari hukum tabur-tuai. Berbicara mengenai tuaian, kita diajak untuk mengetahui prinsip menabur dan menuai. Alkitab menyatakan bahwa, "Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam" (Kejadian 8:22). Di sini kita melihat bahwa prinsip menabur dan menuai itu akan selalu berlangsung terus-menerus selama bumi masih ada.
Segala sesuatu dalam kehidupan ini berasal dari benih, baik itu tanaman, binatang atau juga manusia. Perihal benih, Tuhan Yesus mengatakan tentang diriNya, "Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah." (Yohanes 12:24). Jikalau kita ingin biji (benih) yang kita taburkan menghasilkan buah yang banyak, ia harus mati, artinya ditanam ke dalam tanah. Tuhan Yesus mengumpamakan dirinya sebagai benih atau biji gandum. Karena itu Dia harus mati, karena jika tidak, Dia tetap tinggal seorang; namun apabila Dia mati dan bangkit kembali akan memunculkan banyak anak Tuhan, yaitu orang percaya, di muka bumi ini.
Firman Tuhan adalah benih yang harus ditaburkan dalam hati setiap manusia. Jika benih firman itu jatuh di tanah hati yang baik tentunya akan bertumbuh dengan baik dan pada akhirnya menghasilkan buah yang lebat. Karena itu kita yang telah menerima segala sesuatu dari Tuhan melalui firmanNya harus pula memberi atau menabur. Dalam ayat nas dikatakan bahwa, "Ia yang menyediakan benih bagi penabur," Ada pun benih dalam kerajaan Tuhan adalah firmanNya. Firman Tuhan adalah sumber kehidupan manusia, oleh karena itu patuhilah firman itu diberitakan ke seluruh penjuru dunia dan merupakan tugas dan tanggungjawab kita. FirmanNya berkata, "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran." (2 Timotius 4:2).
Siapa pun yang menabur benih firman Tuhan akan juga menuai segala kebajikan dan kehidupan kekal dari hasil taburan tersebut.
Baca: 2 Korintus 9:6-15
"Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu;" 2 Korintus 9:10
Di dalam kehidupan ini semuanya tak lepas dari hukum tabur-tuai. Berbicara mengenai tuaian, kita diajak untuk mengetahui prinsip menabur dan menuai. Alkitab menyatakan bahwa, "Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam" (Kejadian 8:22). Di sini kita melihat bahwa prinsip menabur dan menuai itu akan selalu berlangsung terus-menerus selama bumi masih ada.
Segala sesuatu dalam kehidupan ini berasal dari benih, baik itu tanaman, binatang atau juga manusia. Perihal benih, Tuhan Yesus mengatakan tentang diriNya, "Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah." (Yohanes 12:24). Jikalau kita ingin biji (benih) yang kita taburkan menghasilkan buah yang banyak, ia harus mati, artinya ditanam ke dalam tanah. Tuhan Yesus mengumpamakan dirinya sebagai benih atau biji gandum. Karena itu Dia harus mati, karena jika tidak, Dia tetap tinggal seorang; namun apabila Dia mati dan bangkit kembali akan memunculkan banyak anak Tuhan, yaitu orang percaya, di muka bumi ini.
Firman Tuhan adalah benih yang harus ditaburkan dalam hati setiap manusia. Jika benih firman itu jatuh di tanah hati yang baik tentunya akan bertumbuh dengan baik dan pada akhirnya menghasilkan buah yang lebat. Karena itu kita yang telah menerima segala sesuatu dari Tuhan melalui firmanNya harus pula memberi atau menabur. Dalam ayat nas dikatakan bahwa, "Ia yang menyediakan benih bagi penabur," Ada pun benih dalam kerajaan Tuhan adalah firmanNya. Firman Tuhan adalah sumber kehidupan manusia, oleh karena itu patuhilah firman itu diberitakan ke seluruh penjuru dunia dan merupakan tugas dan tanggungjawab kita. FirmanNya berkata, "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran." (2 Timotius 4:2).
Siapa pun yang menabur benih firman Tuhan akan juga menuai segala kebajikan dan kehidupan kekal dari hasil taburan tersebut.
Wednesday, February 1, 2012
MENGALAMI BERKAT-BERKAT ABRAHAM
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Februari 2012 -
Baca: Galatia 3:1-14
"Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu." Galatia 3:14
Abraham adalah salah satu tokoh besar dalam Alkitab yang diberkati Tuhan secara melimpah-limpah. Berkat-berkat itu tidak hanya menjadi milik Abraham secara pribadi, tetapi bisa sampai pula kepada bangsa-bangsa termasuk kita sebagaimana tertulis: "...dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat." (Kejadian 12:3). Ayat nas di atas menyatakan bahwa di dalam Kristus berkat Abraham bisa sampai kepada bangsa-bangsa. Semua yang dijanjikan Tuhan telah digenapiNya sehingga Abraham hidup dalam kelimpahan.
Mengapa Abraham diberkati Tuhan? 1. Taat pada perintah Tuhan. Ketika Tuhan berfirman, "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;" (Kejadian 12:1), Abraham taat terhadap perintah Tuhan. "Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan Tuhan kepadanya," (Kejadian 12:4a). Ketaatan Abraham adalah bukti bahwa ia sangat mengasihi Tuhan; bahkan ketika Tuhan menyuruh dia untuk menyerahkan anaknya yaitu Ishak, Abraham pun rela mempersembahkannya bagi Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa Abraham mengasihi Tuhan lebih dari apa pun juga. Demikian pula dalam kehidupan kita. Apabila kita taat dan dengar-dengaran akan firmanNya, berkat Abraham akan nyata dalam hidup kita. Banyak dari kita yang menutup telinga terhadap firman Tuhan dan membuka telinga kepada kekuatiran. Namun sesungguhnya kita harus percaya bahwa firman Tuhan itu lebih daripada fakta yang ada, sehingga cepat atau lambat janjiNya pasti akan digenapi dalam hidup kita.
2. Senantiasa membangun mezbah bagi Tuhan. Abraham selalu membuat mezbah di semua tempat yang ia datangi sebagai tanda syukur dan kasihnya kepada Tuhan. Tertulis: "Ketika itu Tuhan menampakkan diri kepada Abram dan berfirman: 'Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu.' Maka didirikannya di situ mezbah bagi Tuhan yang telah menampakkan diri kepadanya." (Kejadian 12:7). Membangun mezbah berarti membangun keintiman dengan Tuhan, mengundang hadirat Tuhan hadir. Sudahkah kita membangun mezbah bagi Tuhan di tengah-tengah keluarga kita, usaha kita dan sebagainya?
Ketaatan dan memiliki keintiman dengan Tuhan adalah kunci mengalami berkat-berkat Abraham!
Baca: Galatia 3:1-14
"Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu." Galatia 3:14
Abraham adalah salah satu tokoh besar dalam Alkitab yang diberkati Tuhan secara melimpah-limpah. Berkat-berkat itu tidak hanya menjadi milik Abraham secara pribadi, tetapi bisa sampai pula kepada bangsa-bangsa termasuk kita sebagaimana tertulis: "...dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat." (Kejadian 12:3). Ayat nas di atas menyatakan bahwa di dalam Kristus berkat Abraham bisa sampai kepada bangsa-bangsa. Semua yang dijanjikan Tuhan telah digenapiNya sehingga Abraham hidup dalam kelimpahan.
Mengapa Abraham diberkati Tuhan? 1. Taat pada perintah Tuhan. Ketika Tuhan berfirman, "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;" (Kejadian 12:1), Abraham taat terhadap perintah Tuhan. "Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan Tuhan kepadanya," (Kejadian 12:4a). Ketaatan Abraham adalah bukti bahwa ia sangat mengasihi Tuhan; bahkan ketika Tuhan menyuruh dia untuk menyerahkan anaknya yaitu Ishak, Abraham pun rela mempersembahkannya bagi Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa Abraham mengasihi Tuhan lebih dari apa pun juga. Demikian pula dalam kehidupan kita. Apabila kita taat dan dengar-dengaran akan firmanNya, berkat Abraham akan nyata dalam hidup kita. Banyak dari kita yang menutup telinga terhadap firman Tuhan dan membuka telinga kepada kekuatiran. Namun sesungguhnya kita harus percaya bahwa firman Tuhan itu lebih daripada fakta yang ada, sehingga cepat atau lambat janjiNya pasti akan digenapi dalam hidup kita.
2. Senantiasa membangun mezbah bagi Tuhan. Abraham selalu membuat mezbah di semua tempat yang ia datangi sebagai tanda syukur dan kasihnya kepada Tuhan. Tertulis: "Ketika itu Tuhan menampakkan diri kepada Abram dan berfirman: 'Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu.' Maka didirikannya di situ mezbah bagi Tuhan yang telah menampakkan diri kepadanya." (Kejadian 12:7). Membangun mezbah berarti membangun keintiman dengan Tuhan, mengundang hadirat Tuhan hadir. Sudahkah kita membangun mezbah bagi Tuhan di tengah-tengah keluarga kita, usaha kita dan sebagainya?
Ketaatan dan memiliki keintiman dengan Tuhan adalah kunci mengalami berkat-berkat Abraham!
Tuesday, January 31, 2012
PEMUDA EUTHIKUS: Iman Paulus bekerja!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Januari 2012 -
Baca: Kisah 20:7-12
"Sementara itu mereka mengantarkan orang muda itu hidup ke rumahnya, dan mereka semua merasa sangat terhibur." Kisah 20:12
Pernahkah Saudara mengantuk saat ibadah? Jujur kita jawab: pernah atau mungkin malah sering, apalagi kalau jam ibadahnya di siang hari, benar-benar tak bisa ditahan rasa kantuknya; belum lagi cara si pengkotbah menyampaikan firman Tuhan yang begitu membosankan.
Rasa kantuk yang luar biasa juga dialami oleh seorang pemuda yang bernama Euthikus, yang "...duduk di jendela. Karena Paulus amat lama berbicara, orang muda itu tidak dapat menahan kantuknya." (Kisah 20:9a). Euthikus sedang berada dalam rasa kantuk yang berat saat ia mendengarkan Paulus berkhotbah, padahal Paulus berkhotbah dengan berapi-api dan suara yang menggelegar, tetapi tetap saja ia tidak dapat mengusir beban kantuk yang begitu berat, menggelayuti kedua matanya. Setelah mencoba dengan sekuat tenaga untuk bertahan menghadapi serangan kantuk itu akhirnya Euthikus sudah tidak tahan lagi dan tertidur lelap, sampai terjatuh dari tingkat tiga ke bawah. Melihat kejadian ini semua orang menjadi gempar, ia pasti mati. Rasul Paulus merasa bertanggung jawab atas musibah yang menimpa Euthikus ini. Simak pernyataannya, "Jangan ribut, sebab ia masih hidup." (Kisah 20:10). Mengapa Paulus begitu yakin bahwa Euthikus masih hidup? Pasti Paulus tidak asal bicara. Ia bukannya tidak tahu cara membedakan antara orang mati dan hidup. Iman! Inilah yang membuat Paulus merasa yakin bahwa pemuda itu hidup dan dapat dibangkitkan lagi. Ada tertulis: "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." (Ibrani 11:1). Paulus sedang memperkatakan iman! Iman memampukan seseorang menentang alam logika manusia. Dengan iman, Paulus percaya meski segala sesuatunya belum terlihat secara kasat mata; dan terbukti: Euthikus bangkit kembali. Itu bukan karena Paulus, tapi karena iman yang ada di dalam diri Paulus.
Sebagai orang percaya kita pun harus belajar memandang dengan mata iman. Iman di sini bukan sekedar untuk mempercayai bahwa Tuhan Yesus adalah Juruselamat, tetapi juga iman untuk menghadapi segala persoalan yang terjadi dalam kehidupan kita. Mari kita jalani hari ini dengan penuh iman kepada Tuhan. Yakinlah bahwa tiada yang mustahil bagi Dia!
Tidak ada cara lain untuk mengalami dan merasakan perbuatan-perbuatan ajaib dari Tuhan kecuali kita berjalan dalam iman setiap hari!
Baca: Kisah 20:7-12
"Sementara itu mereka mengantarkan orang muda itu hidup ke rumahnya, dan mereka semua merasa sangat terhibur." Kisah 20:12
Pernahkah Saudara mengantuk saat ibadah? Jujur kita jawab: pernah atau mungkin malah sering, apalagi kalau jam ibadahnya di siang hari, benar-benar tak bisa ditahan rasa kantuknya; belum lagi cara si pengkotbah menyampaikan firman Tuhan yang begitu membosankan.
Rasa kantuk yang luar biasa juga dialami oleh seorang pemuda yang bernama Euthikus, yang "...duduk di jendela. Karena Paulus amat lama berbicara, orang muda itu tidak dapat menahan kantuknya." (Kisah 20:9a). Euthikus sedang berada dalam rasa kantuk yang berat saat ia mendengarkan Paulus berkhotbah, padahal Paulus berkhotbah dengan berapi-api dan suara yang menggelegar, tetapi tetap saja ia tidak dapat mengusir beban kantuk yang begitu berat, menggelayuti kedua matanya. Setelah mencoba dengan sekuat tenaga untuk bertahan menghadapi serangan kantuk itu akhirnya Euthikus sudah tidak tahan lagi dan tertidur lelap, sampai terjatuh dari tingkat tiga ke bawah. Melihat kejadian ini semua orang menjadi gempar, ia pasti mati. Rasul Paulus merasa bertanggung jawab atas musibah yang menimpa Euthikus ini. Simak pernyataannya, "Jangan ribut, sebab ia masih hidup." (Kisah 20:10). Mengapa Paulus begitu yakin bahwa Euthikus masih hidup? Pasti Paulus tidak asal bicara. Ia bukannya tidak tahu cara membedakan antara orang mati dan hidup. Iman! Inilah yang membuat Paulus merasa yakin bahwa pemuda itu hidup dan dapat dibangkitkan lagi. Ada tertulis: "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." (Ibrani 11:1). Paulus sedang memperkatakan iman! Iman memampukan seseorang menentang alam logika manusia. Dengan iman, Paulus percaya meski segala sesuatunya belum terlihat secara kasat mata; dan terbukti: Euthikus bangkit kembali. Itu bukan karena Paulus, tapi karena iman yang ada di dalam diri Paulus.
Sebagai orang percaya kita pun harus belajar memandang dengan mata iman. Iman di sini bukan sekedar untuk mempercayai bahwa Tuhan Yesus adalah Juruselamat, tetapi juga iman untuk menghadapi segala persoalan yang terjadi dalam kehidupan kita. Mari kita jalani hari ini dengan penuh iman kepada Tuhan. Yakinlah bahwa tiada yang mustahil bagi Dia!
Tidak ada cara lain untuk mengalami dan merasakan perbuatan-perbuatan ajaib dari Tuhan kecuali kita berjalan dalam iman setiap hari!
Monday, January 30, 2012
KASIH TUHAN TIADA BERKESUDAHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Januari 2012 -
Baca: Hosea 11:1-11
"Makin Kupanggil mereka (Israel - Red.), makin pergi mereka itu dari hadapan-Ku; mereka mempersembahkan korban kepada para Baal, dan membakar korban kepada patung-patung." Hosea 11:2
Manusia yang hanya berasal dari debu tak mungkin mampu memahami, menyelami dan mengerti pikiran Tuhan yang Mahabesar dan tak terukur itu. Menurut pemikiran manusia -karena Tuhan adalah Pribadi yang Mahakudus- tentunya mereka yang bersalah, berbuat dosa dan menyeleweng dari jalan-jalanNya pasti segera dibinasakanNya. Namun pikiran manusia bukanlah pikiran Tuhan! Tertulis: "Sebab Aku ini Allah dan bukan manusia, Yang Kudus di tengah-tengahmu, dan Aku tidak datang untuk menghanguskan." (Hosea 11:9b). Tak semudah cara manusia berpikir bahwa Tuhan akan membinasakan umat yang menyimpang dari jalan-jalanNya. Akan tetapi Tuhan itu panjang sabar dan senantiasa memberi kesempatan kepada manusia untuk kembali bertobat. Memang Tuhan sangat sedih dan menyesal jika umat yang dipilih dan dikasihiNya itu semakin dipanggil semakin menjauh dari hadapanNya.
Sudah sangat jelas bahwa bangsa Israel kala itu adalah bangsa yang degil dan tegar tengkuk, namun kasih Tuhan tidak berkesudahan. Dalam kekecewaanNya Tuhan berkata, "Padahal Akulah yang mengajar Efraim berjalan dan mengangkat mereka di tangan-Ku, tetapi mereka tidak mau insaf, bahwa Aku menyembuhkan mereka. Aku menarik mereka dengan tali kesetiaan, dengan ikatan kasih. Bagi mereka Aku seperti orang yang mengangkat kuk dari tulang rahang mereka; Aku membungkuk kepada mereka untuk memberi mereka makan." (Hosea 11:3-4).
Pengalaman bangsa Israel ini menjadi pelajaran berharga bagi kita. Mari kita belajar untuk menghargai betapa besar kasih Tuhan kepada kita. Mengertilah bahwa apabila persoalan atau kesesakan datang menimpa hidup kita, itu bukan berarti Tuhan tidak mengasihi kita. Tuhan ingin melalui 'proses hidup' ini kita dapat kembali mengingat kasih dan kebaikanNya. Mungkin selama ini kita telah melangkah jauh dari hadapanNya, dan melalui masalah dan penderitaan yang kita alami ini tali kasih Tuhan ingin menarik dan mengait hati kita untuk kembai bersimpuh di hadapan kakiNya untuk menerima kembali pemulihan dari Tuhan.
Kasih tidak selamanya memanjakan, tetapi adakalanya mendidik dan mendisiplinkan. Kasih yang tegas harus Tuhan lakukan agar kita tidak tersesat jauh!
Baca: Hosea 11:1-11
"Makin Kupanggil mereka (Israel - Red.), makin pergi mereka itu dari hadapan-Ku; mereka mempersembahkan korban kepada para Baal, dan membakar korban kepada patung-patung." Hosea 11:2
Manusia yang hanya berasal dari debu tak mungkin mampu memahami, menyelami dan mengerti pikiran Tuhan yang Mahabesar dan tak terukur itu. Menurut pemikiran manusia -karena Tuhan adalah Pribadi yang Mahakudus- tentunya mereka yang bersalah, berbuat dosa dan menyeleweng dari jalan-jalanNya pasti segera dibinasakanNya. Namun pikiran manusia bukanlah pikiran Tuhan! Tertulis: "Sebab Aku ini Allah dan bukan manusia, Yang Kudus di tengah-tengahmu, dan Aku tidak datang untuk menghanguskan." (Hosea 11:9b). Tak semudah cara manusia berpikir bahwa Tuhan akan membinasakan umat yang menyimpang dari jalan-jalanNya. Akan tetapi Tuhan itu panjang sabar dan senantiasa memberi kesempatan kepada manusia untuk kembali bertobat. Memang Tuhan sangat sedih dan menyesal jika umat yang dipilih dan dikasihiNya itu semakin dipanggil semakin menjauh dari hadapanNya.
Sudah sangat jelas bahwa bangsa Israel kala itu adalah bangsa yang degil dan tegar tengkuk, namun kasih Tuhan tidak berkesudahan. Dalam kekecewaanNya Tuhan berkata, "Padahal Akulah yang mengajar Efraim berjalan dan mengangkat mereka di tangan-Ku, tetapi mereka tidak mau insaf, bahwa Aku menyembuhkan mereka. Aku menarik mereka dengan tali kesetiaan, dengan ikatan kasih. Bagi mereka Aku seperti orang yang mengangkat kuk dari tulang rahang mereka; Aku membungkuk kepada mereka untuk memberi mereka makan." (Hosea 11:3-4).
Pengalaman bangsa Israel ini menjadi pelajaran berharga bagi kita. Mari kita belajar untuk menghargai betapa besar kasih Tuhan kepada kita. Mengertilah bahwa apabila persoalan atau kesesakan datang menimpa hidup kita, itu bukan berarti Tuhan tidak mengasihi kita. Tuhan ingin melalui 'proses hidup' ini kita dapat kembali mengingat kasih dan kebaikanNya. Mungkin selama ini kita telah melangkah jauh dari hadapanNya, dan melalui masalah dan penderitaan yang kita alami ini tali kasih Tuhan ingin menarik dan mengait hati kita untuk kembai bersimpuh di hadapan kakiNya untuk menerima kembali pemulihan dari Tuhan.
Kasih tidak selamanya memanjakan, tetapi adakalanya mendidik dan mendisiplinkan. Kasih yang tegas harus Tuhan lakukan agar kita tidak tersesat jauh!
Sunday, January 29, 2012
DAMPAK DUA KATA SEDERHANA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Januari 2012 -
Baca: Yakobus 5:12-20
"Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, supaya kamu jangan kena hukuman." Yakobus5:12b
Perkataan mengandung kuasa, karena itu kita perlu berhati-hati. Perkataan seseorang menggambarkan apa yang ada di dalam hatinya, sekaligus menunjukkan siapa dia sesungguhnya sebagaimana tertulis: "Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedangkan pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik." (Matius 7:17-18). Dengan kata lain, seseorang yang jahat atau baik ditandai melalui kata-kata yang keluar dari mulutnya.
Ayat nas di atas menggambarkan betapa hebatnya kuasa dari dua kata yaitu ya dan tidak. Dua kata sederhana ini ternyata memiliki dampak yang luar biasa bagi yang memperkatakannya; baik atau buruk tergantung pada siapa dan kapan kata-kata itu dipergunakan. Untuk bisa berkata tidak terhadap dosa atau perkara-perkara yang tidak sesuai dengan firman Tuhan dibutuhkan keberanian dan ketegasan. Perhatikan apa yang dikatakan oleh Sadrakh, Mesakh dan Abednego di hadapan raja Nebukadnezar, "Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." (Daniel 3:17-18). Tiga orang muda ini berani berkata tidak terhadap raja, berani menolak untuk tidak menyembah patung emas yang didirikan oleh raja Nebukadnezar. Suatu keputusan yang membawa resiko pada diri orang yang mengucapkannya: mereka harus dibuang ke dapur perapian yang dibuat tujuh kali lebih panas dari yang biasa (baca Daniel 3:19). Hal ini juga dialami oleh Daniel, yang karena berani berkata tidak terhadap peraturan yang telah ditetapkan oleh raja, ia dimasukkan ke dalam gua singa.
Seseorang yang berani berkata tidak terhadap dosa beroleh pembelaan dari Tuhan. Sadrakh, Mesakh, Abenego dan juga Daniel mengalami mujizat yang luar biasa.
Di akhir zaman ini Tuhan mencari orang-orang yang memiliki keberanian berkata tidak terhadap dosa. Sebaliknya berkatalah ya terhadap perkara-perkara rohani yang dari Tuhan, karena di balik dua kata sederhana itu ada dampak yang luar biasa!
Baca: Yakobus 5:12-20
"Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, supaya kamu jangan kena hukuman." Yakobus5:12b
Perkataan mengandung kuasa, karena itu kita perlu berhati-hati. Perkataan seseorang menggambarkan apa yang ada di dalam hatinya, sekaligus menunjukkan siapa dia sesungguhnya sebagaimana tertulis: "Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedangkan pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik." (Matius 7:17-18). Dengan kata lain, seseorang yang jahat atau baik ditandai melalui kata-kata yang keluar dari mulutnya.
Ayat nas di atas menggambarkan betapa hebatnya kuasa dari dua kata yaitu ya dan tidak. Dua kata sederhana ini ternyata memiliki dampak yang luar biasa bagi yang memperkatakannya; baik atau buruk tergantung pada siapa dan kapan kata-kata itu dipergunakan. Untuk bisa berkata tidak terhadap dosa atau perkara-perkara yang tidak sesuai dengan firman Tuhan dibutuhkan keberanian dan ketegasan. Perhatikan apa yang dikatakan oleh Sadrakh, Mesakh dan Abednego di hadapan raja Nebukadnezar, "Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." (Daniel 3:17-18). Tiga orang muda ini berani berkata tidak terhadap raja, berani menolak untuk tidak menyembah patung emas yang didirikan oleh raja Nebukadnezar. Suatu keputusan yang membawa resiko pada diri orang yang mengucapkannya: mereka harus dibuang ke dapur perapian yang dibuat tujuh kali lebih panas dari yang biasa (baca Daniel 3:19). Hal ini juga dialami oleh Daniel, yang karena berani berkata tidak terhadap peraturan yang telah ditetapkan oleh raja, ia dimasukkan ke dalam gua singa.
Seseorang yang berani berkata tidak terhadap dosa beroleh pembelaan dari Tuhan. Sadrakh, Mesakh, Abenego dan juga Daniel mengalami mujizat yang luar biasa.
Di akhir zaman ini Tuhan mencari orang-orang yang memiliki keberanian berkata tidak terhadap dosa. Sebaliknya berkatalah ya terhadap perkara-perkara rohani yang dari Tuhan, karena di balik dua kata sederhana itu ada dampak yang luar biasa!
Saturday, January 28, 2012
WAKTU SUNGGUH SANGAT BERHARGA!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Januari 2012 -
Baca: Pengkhotbah 3:10-15
"Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya." Pengkotbah 3:1
Begitu berharganya waktu sehingga orang mengatakan 'waktu adalah uang'. Ini menunjukkan bahwa waktu adalah sesuatu yang sangat berarti dan bernilai bagi kehidupan manusia.
Ada tiga fase waktu yaitu kemarin, yang adalah kenangan di mana semuanya tak mungkin terulang; hari ini atau sekarang adalah kenyataan yang sedang kita jalani dan merupakan anugerah dari Tuhan; sedangkan esok adalah harapan dan itu masih misteri atau rahasia Tuhan. Jadi kita yang beroleh kesempatan menjalani hidup sampai hari ini pergunakan itu sebaik-baiknya dan jangan sia-siakan, karena "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya." (ayat nas). Sesibuk apa pun pekerjaan dan aktivitas kita, jangan pernah lupa memberi waktu kita untuk Tuhan. Tuhan berkata, "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?" (Matius 26:40). Dalam sehari berapa lama kita bersekutu dengan Tuhan: berdoa, membaca dan merenugkan firman Tuhan? Ataukah kita berdoa hanya saat bangun tidur, mau makan dan hendak beranjak tidur? Pemazmur menasihatkan agar kita senantiasa menyukai firman Tuhan dan merenungkanNya itu siang dan malam (baca Mazmur 1:2). Waktu-waktu yang ada hendaknya kita gunakan juga untuk memperhatikan jam-jam ibadah kita. "...ibadah itu berguna dalam segaa hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (1 Timotius 4:8). Oleh karena itu, "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati; dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:25).
Hal lain yang tak boleh kita abaikan juga adalah memberi waktu untuk keluarga: memberi perhatian kepada suami, isteri dan anak. Seringkali karena sibuk kita melupakan waktu untuk keluarga. Kesibukan membuat banyak orang terpisah dari keluarganya. Anak-anak memberontak dan akhirnya terjerumus narkoba dan sebagainya karena kurangnya perhatian dari orangtua. Selain itu, sebagai makhluk sosial kita tidak bisa hidup sendiri, kita memerlukan orang lain atau sesama kita. "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya." (Amsal 27:17).
Waktu dan kesempatan yang baik tidak pernah datang untuk kedua kalinya, karena itu pergunakanlah dengan baik.
Baca: Pengkhotbah 3:10-15
"Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya." Pengkotbah 3:1
Begitu berharganya waktu sehingga orang mengatakan 'waktu adalah uang'. Ini menunjukkan bahwa waktu adalah sesuatu yang sangat berarti dan bernilai bagi kehidupan manusia.
Ada tiga fase waktu yaitu kemarin, yang adalah kenangan di mana semuanya tak mungkin terulang; hari ini atau sekarang adalah kenyataan yang sedang kita jalani dan merupakan anugerah dari Tuhan; sedangkan esok adalah harapan dan itu masih misteri atau rahasia Tuhan. Jadi kita yang beroleh kesempatan menjalani hidup sampai hari ini pergunakan itu sebaik-baiknya dan jangan sia-siakan, karena "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya." (ayat nas). Sesibuk apa pun pekerjaan dan aktivitas kita, jangan pernah lupa memberi waktu kita untuk Tuhan. Tuhan berkata, "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?" (Matius 26:40). Dalam sehari berapa lama kita bersekutu dengan Tuhan: berdoa, membaca dan merenugkan firman Tuhan? Ataukah kita berdoa hanya saat bangun tidur, mau makan dan hendak beranjak tidur? Pemazmur menasihatkan agar kita senantiasa menyukai firman Tuhan dan merenungkanNya itu siang dan malam (baca Mazmur 1:2). Waktu-waktu yang ada hendaknya kita gunakan juga untuk memperhatikan jam-jam ibadah kita. "...ibadah itu berguna dalam segaa hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (1 Timotius 4:8). Oleh karena itu, "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati; dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:25).
Hal lain yang tak boleh kita abaikan juga adalah memberi waktu untuk keluarga: memberi perhatian kepada suami, isteri dan anak. Seringkali karena sibuk kita melupakan waktu untuk keluarga. Kesibukan membuat banyak orang terpisah dari keluarganya. Anak-anak memberontak dan akhirnya terjerumus narkoba dan sebagainya karena kurangnya perhatian dari orangtua. Selain itu, sebagai makhluk sosial kita tidak bisa hidup sendiri, kita memerlukan orang lain atau sesama kita. "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya." (Amsal 27:17).
Waktu dan kesempatan yang baik tidak pernah datang untuk kedua kalinya, karena itu pergunakanlah dengan baik.
Friday, January 27, 2012
INGIN KAYA DAN CINTA UANG
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Januari 2012 -
Baca: 1 Timotius 6:2b-10
"Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar." 1 Timotius 6:7
Hidup orang percaya sepenuhnya tergantung pada iman di dalam janji-janji Tuhan. Perlu kita sadari bahwa selama kita hidup di bumi ini kita akan mengalami banyak pergumulan dan juga peperangan rohani. Namun Alkitab tegas menyatakan bahwa iman orang percaya mampu mengalahkan dunia. Tertulis: "Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita. Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah?" (1 Yohanes 5:4b-5).
Apa yang dimaksud dengan kata 'dunia' di sini? Yaitu segala sistem atau cara hidup dunia: berlaku curang, mementingkan diri sendiri, mengumpulkan harta dengan dengan cara yang tidak benar, menekan orang lemah dan mengambil keuntungan dari orang lain adalah beberapa contoh cara hidup dunia. Hanya imanlah yang mampu menaklukkan kecenderungan yang ada di dalam diri kita yang selalu ingin melakukan perkara-perkara duniawi itu sehingga kita mampu menjalani hidup sesuai dengan cara Tuhan. Salah satu contoh adalah sifat ingin memiliki atau mengingini sesuatu. Memiliki keinginan terhadap sesuatu itu tidaklah salah; jika diarahkan kepada perkara yang tepat dan benar itu akan menghasilkan hal-hal luar biasa. Sebaliknya, jika sifat mengingini ini terarah pada hal-hal yang negatif akan membawa seseorang kepada kehancuran. Perhatikan ini: "Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka." (1 Timotius 6:9-10).
Ingin cepat kaya dan cinta terhadap uang adalah hal yang diingini oleh manusia. Keinginan seseorang untuk menjadi kaya dan cinta uang akhirnya akan menghancurkan kehidupannya sendiri. Karena itu Salomo menasihati, "Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini." (Amsal 23:4).
Karena memburu uanglah banyak orang makin tersesat dan meninggalkan imannya, artinya mereka tidak bisa bertahan dan ujung-ujungnya adalah mengalami kebinasaan kekal, karena mereka lebih mengasihi harta dan uang daripada mencari Tuhan!
Baca: 1 Timotius 6:2b-10
"Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar." 1 Timotius 6:7
Hidup orang percaya sepenuhnya tergantung pada iman di dalam janji-janji Tuhan. Perlu kita sadari bahwa selama kita hidup di bumi ini kita akan mengalami banyak pergumulan dan juga peperangan rohani. Namun Alkitab tegas menyatakan bahwa iman orang percaya mampu mengalahkan dunia. Tertulis: "Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita. Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah?" (1 Yohanes 5:4b-5).
Apa yang dimaksud dengan kata 'dunia' di sini? Yaitu segala sistem atau cara hidup dunia: berlaku curang, mementingkan diri sendiri, mengumpulkan harta dengan dengan cara yang tidak benar, menekan orang lemah dan mengambil keuntungan dari orang lain adalah beberapa contoh cara hidup dunia. Hanya imanlah yang mampu menaklukkan kecenderungan yang ada di dalam diri kita yang selalu ingin melakukan perkara-perkara duniawi itu sehingga kita mampu menjalani hidup sesuai dengan cara Tuhan. Salah satu contoh adalah sifat ingin memiliki atau mengingini sesuatu. Memiliki keinginan terhadap sesuatu itu tidaklah salah; jika diarahkan kepada perkara yang tepat dan benar itu akan menghasilkan hal-hal luar biasa. Sebaliknya, jika sifat mengingini ini terarah pada hal-hal yang negatif akan membawa seseorang kepada kehancuran. Perhatikan ini: "Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka." (1 Timotius 6:9-10).
Ingin cepat kaya dan cinta terhadap uang adalah hal yang diingini oleh manusia. Keinginan seseorang untuk menjadi kaya dan cinta uang akhirnya akan menghancurkan kehidupannya sendiri. Karena itu Salomo menasihati, "Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini." (Amsal 23:4).
Karena memburu uanglah banyak orang makin tersesat dan meninggalkan imannya, artinya mereka tidak bisa bertahan dan ujung-ujungnya adalah mengalami kebinasaan kekal, karena mereka lebih mengasihi harta dan uang daripada mencari Tuhan!
Thursday, January 26, 2012
MEMBERI PERSEMBAHAN DENGAN SUKARELA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Januari 2012 -
Baca: Keluaran 35:4-29
"Semua laki-laki dan perempuan, yang terdorong hatinya akan membawa sesuatu untuk segala pekerjaan yang diperintahkan Tuhan dengan perantaraan Musa untuk dilakukan - mereka itu, yakni orang Israel, membawanya sebagai pemberian sukarela bagi Tuhan." Keluaran 35:29
Melalui Musa Tuhan memberitahukan hal-hal yang harus dilakukan oleh jemaat, di antaranya ialah persembahan sukarela yang keluar dari hati yang tergerak, bukan karena terpaksa atau dengan sedih hati. Dari pembacaan firman Tuhan hari ini kita mengetahui bahwa setiap orang mempersembahkan barang-barang yang dimilikinya seperti: "...setiap orang yang terdorong hatinya harus membawanya sebagai persembahan khusus kepada Tuhan: emas, perak, tembaga, kain ungu tua, kain ungu muda, kain kirmizi, lenan halus, bulu kamabing; penaga, minyak untuk penerangan, rempah-rempah untuk minyak urapan dan untuk ukupan dari wangi-wangian, permata krisopras dan permata tatahan untuk baju efod dan untuk tutup dada." (Keluaran 35:5b-9). Alkitab tidak menyebutkan bahwa mereka membawa persembahan kepada Tuhan dengan suatu motivasi tertentu atau ada 'udang di balik batu'.
Tidak sedikit orang yang memberi persembahan untuk pekerjaan Tuhan (menolong orang yang sedang dalam kesusahan, membantu korban bencana, menjadi donatur untuk yayasan-yayasan sosial dan sebagainya) oleh karena mereka memiiki motivasi-motivasi tertentu, tidak tulus ikhlas: supaya terkenal, beroleh pujian dan decak kagum dari orang yang melihatnya dan lain-lain. Tuhan tidak menghendaki persembahan yang demikian. Jadi, "...jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu." (Matius 6:3).
Tuhan mau apa pun yang kita persembahkan, baik itu untuk pekerjaan Tuhan atau menolong orang lain, kita memberikannya dengan hati yang tulus murni. Akitab menyatakan, "Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan." (2 Korintus 9:7-8).
Memberi dengan sukarela dan tulus hati menyenangkan hati Tuhan!
Baca: Keluaran 35:4-29
"Semua laki-laki dan perempuan, yang terdorong hatinya akan membawa sesuatu untuk segala pekerjaan yang diperintahkan Tuhan dengan perantaraan Musa untuk dilakukan - mereka itu, yakni orang Israel, membawanya sebagai pemberian sukarela bagi Tuhan." Keluaran 35:29
Melalui Musa Tuhan memberitahukan hal-hal yang harus dilakukan oleh jemaat, di antaranya ialah persembahan sukarela yang keluar dari hati yang tergerak, bukan karena terpaksa atau dengan sedih hati. Dari pembacaan firman Tuhan hari ini kita mengetahui bahwa setiap orang mempersembahkan barang-barang yang dimilikinya seperti: "...setiap orang yang terdorong hatinya harus membawanya sebagai persembahan khusus kepada Tuhan: emas, perak, tembaga, kain ungu tua, kain ungu muda, kain kirmizi, lenan halus, bulu kamabing; penaga, minyak untuk penerangan, rempah-rempah untuk minyak urapan dan untuk ukupan dari wangi-wangian, permata krisopras dan permata tatahan untuk baju efod dan untuk tutup dada." (Keluaran 35:5b-9). Alkitab tidak menyebutkan bahwa mereka membawa persembahan kepada Tuhan dengan suatu motivasi tertentu atau ada 'udang di balik batu'.
Tidak sedikit orang yang memberi persembahan untuk pekerjaan Tuhan (menolong orang yang sedang dalam kesusahan, membantu korban bencana, menjadi donatur untuk yayasan-yayasan sosial dan sebagainya) oleh karena mereka memiiki motivasi-motivasi tertentu, tidak tulus ikhlas: supaya terkenal, beroleh pujian dan decak kagum dari orang yang melihatnya dan lain-lain. Tuhan tidak menghendaki persembahan yang demikian. Jadi, "...jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu." (Matius 6:3).
Tuhan mau apa pun yang kita persembahkan, baik itu untuk pekerjaan Tuhan atau menolong orang lain, kita memberikannya dengan hati yang tulus murni. Akitab menyatakan, "Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan." (2 Korintus 9:7-8).
Memberi dengan sukarela dan tulus hati menyenangkan hati Tuhan!
Wednesday, January 25, 2012
BUKIT DAN GUNUNG: Bukanlah Tempat Perlindungan!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Januari 2012 -
Baca: Yeremia 3:14-25
"Sesungguhnya, bukit-bukit pengorbanan adalah tipu daya, yakni keramaian di atas bukit-bukit itu! Sesungguhnya, hanya pada Tuhan, Allah kita, ada keselamatan Israel!" Yeremia 3:23
Biasanya bukit-bukit dan gunung-gunung yang tinggi menjadi kebanggaan bangsa-bangsa; dan menurut pemikiran mereka apabila musuh datang menyerang, mereka akan lari secepatnya ke bukit atau gunung, dan apabila musuh telah tiada mereka akan kembali ke ladangnya untuk bekerja. Jadi bukit-bukit dan gunung-gunung menjadi harapan semua orang untuk berlindung dan menyelamatkan diri dari segala marabahaya.
Tetapi Yeremia menegaskan bahwa semua itu adalah tipu daya belaka dan sia-sia. Ada tertulis: "Celaka atas orang-orang yang merasa aman di Sion, atas orang-orang yang merasa tenteram di gunung Samaria, atas orang-orang terkemuka dari bangsa yang utama, orang-orang yang kepada mereka kaum Israel biasa datang!" (Amos 6:1). Bukankah masih banyak orang pergi ke gunung-gunung, gua-gua dan juga makam-makam untuk mencari pertolongan dan berkah. Kalau pun di situ mereka beroleh jawaban, itu hanyalah tipu muslihat Iblis, hanya sementara dan semu belaka, yang akhirnya akan datang membawanya kepada kehancuran. Memang manusia memiliki kecenderungan mengandalkan kekuatan diri sendiri dan bergantung pada sesuatu yang kelihatan. Bukit dan gunung-gunung yang kokoh dan tinggi menjulang bisa berbicara tentang uang yang ada di banak, emas, mobil dan aset-aset berharga yang kita miliki, dokter yang selalu kita andalkan, suami atau isteri, anak-anak atau juga sahabat. Betapa banyak 'gunung-gunung' mengelilingi kita untuk tempat kita berlindung dan berlari kepadanya ketika kesesakan datang. Nampaknya begitu kokoh dan bisa kita banggakan. Namun Wahyu 16:20 mengatakan, "Dan semua pulau hilang lenyap, dan tidak ditemukan lagi gunung-gunung."
Demikianlah gunung-gunung pengharapan kita itu tidak kekal dan mudah lenyap. Ada sumber pertolongan yang jauh lebih hebat dari gunung-gunung yang tampak, yaitu Tuhan. Dialah satu-satunya penolong hidup kita. "Allah yang abadi adalah tempat perlindunganmu, dan di bawahmu ada lengan-lengan yang kekal." (Ulangan 33:27a).
Lengan Tuhan yang kuat dan perkasalah yang menjadi sumber pertolongan kita, bukan bukit-bukit atau gunung-gunung!
Baca: Yeremia 3:14-25
"Sesungguhnya, bukit-bukit pengorbanan adalah tipu daya, yakni keramaian di atas bukit-bukit itu! Sesungguhnya, hanya pada Tuhan, Allah kita, ada keselamatan Israel!" Yeremia 3:23
Biasanya bukit-bukit dan gunung-gunung yang tinggi menjadi kebanggaan bangsa-bangsa; dan menurut pemikiran mereka apabila musuh datang menyerang, mereka akan lari secepatnya ke bukit atau gunung, dan apabila musuh telah tiada mereka akan kembali ke ladangnya untuk bekerja. Jadi bukit-bukit dan gunung-gunung menjadi harapan semua orang untuk berlindung dan menyelamatkan diri dari segala marabahaya.
Tetapi Yeremia menegaskan bahwa semua itu adalah tipu daya belaka dan sia-sia. Ada tertulis: "Celaka atas orang-orang yang merasa aman di Sion, atas orang-orang yang merasa tenteram di gunung Samaria, atas orang-orang terkemuka dari bangsa yang utama, orang-orang yang kepada mereka kaum Israel biasa datang!" (Amos 6:1). Bukankah masih banyak orang pergi ke gunung-gunung, gua-gua dan juga makam-makam untuk mencari pertolongan dan berkah. Kalau pun di situ mereka beroleh jawaban, itu hanyalah tipu muslihat Iblis, hanya sementara dan semu belaka, yang akhirnya akan datang membawanya kepada kehancuran. Memang manusia memiliki kecenderungan mengandalkan kekuatan diri sendiri dan bergantung pada sesuatu yang kelihatan. Bukit dan gunung-gunung yang kokoh dan tinggi menjulang bisa berbicara tentang uang yang ada di banak, emas, mobil dan aset-aset berharga yang kita miliki, dokter yang selalu kita andalkan, suami atau isteri, anak-anak atau juga sahabat. Betapa banyak 'gunung-gunung' mengelilingi kita untuk tempat kita berlindung dan berlari kepadanya ketika kesesakan datang. Nampaknya begitu kokoh dan bisa kita banggakan. Namun Wahyu 16:20 mengatakan, "Dan semua pulau hilang lenyap, dan tidak ditemukan lagi gunung-gunung."
Demikianlah gunung-gunung pengharapan kita itu tidak kekal dan mudah lenyap. Ada sumber pertolongan yang jauh lebih hebat dari gunung-gunung yang tampak, yaitu Tuhan. Dialah satu-satunya penolong hidup kita. "Allah yang abadi adalah tempat perlindunganmu, dan di bawahmu ada lengan-lengan yang kekal." (Ulangan 33:27a).
Lengan Tuhan yang kuat dan perkasalah yang menjadi sumber pertolongan kita, bukan bukit-bukit atau gunung-gunung!
Tuesday, January 24, 2012
KECEMASAN DI HARI TUA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Januari 2012 -
Baca: Mazmur 71:1-24
"Janganlah membuang aku pada masa tuaku, janganlah meninggalkan aku apabila kekuatanku habis." Mazmur 71:9
Bertambah hari umur manusia tidak semakin berkurang, tapi makin bertambah. Pada saatnya kita akan menjadi tua: keriput, kekuatan tubuh berangsur-angsur merosot, menjadi lemah dan aktivitas pun sudah sangat terbatas. Tidak sedikit orang takut menjadi tua sehingga berbagai upaya dilakukan agar supaya tetap awet muda. Ada yang menempuh jalan operasi plastik (permak wajah) ke luar negeri dengan biaya yang selangit. Sebesar apa pun biaya yang harus dikeluarkan, ia rela, yang penting hasilnya memuaskan: tetap cantik dan awet muda.
Banyak orang dihinggapi rasa cemas dan kuatir ketika mereka menginjak masa tua. Mungkin karena anak-anaknya sudah tinggal jauh dari mereka, atau jika masih ada di dekatnya, ia merasa anaknya sudah tak membutuhkan dirinya lagi. Banyak sekali orang-orang tua yang harus menghabiskan sisa hidupnya di panti jompo: ada yang memang sudah tidak memiliki sanak famili alias sebatang kara, ada pula yang memang sengaja dititipkan oleh anak-anaknya karena mereka merasa kerepotan dan tidak sanggup merawat oleh karena sibuk.
Rasa cemas ini juga sempat menyerang Daud karena ia tahu benar bahwa tak mungkin seseorang tetap muda dan tetap perkasa. Namun pada akhirnya Daud yakin benar bahwa Tuhan tidak pernah meninggakan orang yang dikasihiNya. Ia mengerti benar bahwa satu-satunya tempat bersandar adalah Tuhan saja. Daud tak pernah berharap pada anak-anaknya, dia pun tidak takut ditinggalkan oleh anak-anaknya. Yang ia takutkan adalah bila ia ditinggalkan Tuhan. Ituah sebabnya Daud memohon, "Janganlah membuang aku pada masa tuaku, janganlah meninggalkan aku apabila kekuatanku habis." (ayat nas). Dalam doanya Daud juga berkata, "Sebab Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya Allah. Kepada-Mulah aku bertopang mulai dari kandungan, Engkau telah mengeluarkan aku dari perut ibuku; Engkau yang selalu kupuji-puji. Bagi banyak orang aku seperti tanda ajaib, karena Engkaulah tempat perlindunganku yang kuat." (Mazmur 71:5-7).
Jangan cemas akan hari tua, sebab "Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu." Yesaya 46:4a
Baca: Mazmur 71:1-24
"Janganlah membuang aku pada masa tuaku, janganlah meninggalkan aku apabila kekuatanku habis." Mazmur 71:9
Bertambah hari umur manusia tidak semakin berkurang, tapi makin bertambah. Pada saatnya kita akan menjadi tua: keriput, kekuatan tubuh berangsur-angsur merosot, menjadi lemah dan aktivitas pun sudah sangat terbatas. Tidak sedikit orang takut menjadi tua sehingga berbagai upaya dilakukan agar supaya tetap awet muda. Ada yang menempuh jalan operasi plastik (permak wajah) ke luar negeri dengan biaya yang selangit. Sebesar apa pun biaya yang harus dikeluarkan, ia rela, yang penting hasilnya memuaskan: tetap cantik dan awet muda.
Banyak orang dihinggapi rasa cemas dan kuatir ketika mereka menginjak masa tua. Mungkin karena anak-anaknya sudah tinggal jauh dari mereka, atau jika masih ada di dekatnya, ia merasa anaknya sudah tak membutuhkan dirinya lagi. Banyak sekali orang-orang tua yang harus menghabiskan sisa hidupnya di panti jompo: ada yang memang sudah tidak memiliki sanak famili alias sebatang kara, ada pula yang memang sengaja dititipkan oleh anak-anaknya karena mereka merasa kerepotan dan tidak sanggup merawat oleh karena sibuk.
Rasa cemas ini juga sempat menyerang Daud karena ia tahu benar bahwa tak mungkin seseorang tetap muda dan tetap perkasa. Namun pada akhirnya Daud yakin benar bahwa Tuhan tidak pernah meninggakan orang yang dikasihiNya. Ia mengerti benar bahwa satu-satunya tempat bersandar adalah Tuhan saja. Daud tak pernah berharap pada anak-anaknya, dia pun tidak takut ditinggalkan oleh anak-anaknya. Yang ia takutkan adalah bila ia ditinggalkan Tuhan. Ituah sebabnya Daud memohon, "Janganlah membuang aku pada masa tuaku, janganlah meninggalkan aku apabila kekuatanku habis." (ayat nas). Dalam doanya Daud juga berkata, "Sebab Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya Allah. Kepada-Mulah aku bertopang mulai dari kandungan, Engkau telah mengeluarkan aku dari perut ibuku; Engkau yang selalu kupuji-puji. Bagi banyak orang aku seperti tanda ajaib, karena Engkaulah tempat perlindunganku yang kuat." (Mazmur 71:5-7).
Jangan cemas akan hari tua, sebab "Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu." Yesaya 46:4a
Monday, January 23, 2012
JANGAN MENGANDALKAN MESIR!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Januari 2012 -
Baca: Yesaya 31:1-9
"Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari Tuhan." Yesaya 31:1
Kata 'Mesir' adalah lambang dunia; kuda, kereta dan pasukan berkuda adalah gambaran dari kekuatan dunia. Firman Tuhan mengingatkan agar kehidupan orang percaya tidak bergantung padanya, dan tidak bersandar atau mengandalkan apa pun yang ada di dunia ini.
Tertulislah demikian: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan!" (Yeremia 17:5). Ini artinya Tuhan tidak menghendaki kita mengandalkan kekuatan dan pertolongan di luar Dia. Tuhan tidak menghendaki kita berharap kepada sesuatu di luar Dia seperti kekayaan, kepandaian dan kekuatan diri sendiri sebab semuanya serba terbatas. Bila kita mengandalkan atau mengharapkan kekayaan, kehormatan, popuaritas, jabatan, reputasi, prestise dan sebagainya, pada saatnya akan kecewa karena semuanya itu tidak ada yang kekal. Alkitab menegaskan, "Sebab orang Mesir adalah manusia, bukan allah, dan kuda-kuda mereka adalah makhluk yang lemah, bukan roh yang membantu dan jatuhlah yang dibantu, dan mereka sekaliannya habis binasa bersama-sama." (Yesaya 31:3). Kekecewaan tidak hanya berhenti sampai di situ; Iblis akan merasuki pikiran manusia dengan berbagai rohnya yaitu roh putus asa, pesimis, ketakutan, frustasi, dan akhirnya karena tak kuat menanggung beban mental ini seseorang bisa melakukan perbuatan yang nekat yaitu bunuh diri. Beberapa waktu yang lalu surat kabar lokal Surabaya mencatat beberapa nama artis Korea yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri padahal mereka masih muda, cantik dan juga populer. Tindakan bunuh diri tersebut didasari oleh kekecewaan, frustasi dan merasa gagal.
Hari ini kita diingatkan untuk tidak berharap pada dunia ini, sebaliknya mari kita andalkan Tuhan dan menaruh pengharapan itu hanya kepadaNya sebab pengharapan di dalam Dia tidak pernah mengecewakan!
"Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan!" Yeremia 17:7
Baca: Yesaya 31:1-9
"Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari Tuhan." Yesaya 31:1
Kata 'Mesir' adalah lambang dunia; kuda, kereta dan pasukan berkuda adalah gambaran dari kekuatan dunia. Firman Tuhan mengingatkan agar kehidupan orang percaya tidak bergantung padanya, dan tidak bersandar atau mengandalkan apa pun yang ada di dunia ini.
Tertulislah demikian: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan!" (Yeremia 17:5). Ini artinya Tuhan tidak menghendaki kita mengandalkan kekuatan dan pertolongan di luar Dia. Tuhan tidak menghendaki kita berharap kepada sesuatu di luar Dia seperti kekayaan, kepandaian dan kekuatan diri sendiri sebab semuanya serba terbatas. Bila kita mengandalkan atau mengharapkan kekayaan, kehormatan, popuaritas, jabatan, reputasi, prestise dan sebagainya, pada saatnya akan kecewa karena semuanya itu tidak ada yang kekal. Alkitab menegaskan, "Sebab orang Mesir adalah manusia, bukan allah, dan kuda-kuda mereka adalah makhluk yang lemah, bukan roh yang membantu dan jatuhlah yang dibantu, dan mereka sekaliannya habis binasa bersama-sama." (Yesaya 31:3). Kekecewaan tidak hanya berhenti sampai di situ; Iblis akan merasuki pikiran manusia dengan berbagai rohnya yaitu roh putus asa, pesimis, ketakutan, frustasi, dan akhirnya karena tak kuat menanggung beban mental ini seseorang bisa melakukan perbuatan yang nekat yaitu bunuh diri. Beberapa waktu yang lalu surat kabar lokal Surabaya mencatat beberapa nama artis Korea yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri padahal mereka masih muda, cantik dan juga populer. Tindakan bunuh diri tersebut didasari oleh kekecewaan, frustasi dan merasa gagal.
Hari ini kita diingatkan untuk tidak berharap pada dunia ini, sebaliknya mari kita andalkan Tuhan dan menaruh pengharapan itu hanya kepadaNya sebab pengharapan di dalam Dia tidak pernah mengecewakan!
"Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan!" Yeremia 17:7
Sunday, January 22, 2012
YESUS DATANG UNTUK ORANG BERDOSA!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Januari 2012 -
Baca: Matius 9:9-13
"Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit." Matius 9:12
Rumah sakit dan puskesmas adalah tempat di mana orang yang menderita sakit mendapatkan pengobatan supaya ia sembuh. Banyak orang menolak untuk memeriksakan dirinya kepada dokter karena mereka menganggap dirinya masih cukup sehat. Tetapi sekali penyakitnya ketahuan, penyakit itu sudah sangat parah dan gawat sehingga terlambat untuk diobati.
Demikian pula dengan keselamatan; tidak sedikit orang menolak untuk datang kepada Tuhan Yesus karena mereka menganggap bahwa dirinya sudah cukup baik, tak ada kekurangan atau melakukan perbuatan dosa sedikit pun. Golongan yang menganggap dirinya lebih baik dari pada orang lain adalah orang-orang Farisi. Mereka (orang-orang Farisi) beranggapan bahwa orang berdosa itu tak mungkin akan menjadi baik dan bertobat. Ketika melihat Yesus makan bersama-sama dengan para pemungut cukai dan orang berdosa, orang Farisi menunjukkan ketidaksenangannya dengan berkata, "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdsoa?" (Matius 9:11).
Adalah mudah bagi kita untuk melihat kelemahan, kekuarangan dan juga dosa yang diperbuat oleh orang lain. Kita dengan gampanganya melontarkan kritikan atau menghakimi mereka dan menganggap diri kita ini lebih benar dari mereka. Tuhan Yesus berkata, "Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum;... Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?" (Lukas 6:37, 41). Tuhan Yesus juga menegaskan bahwa Ia datang "...bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." (Matius 9:13).
Jadi, Tuhan Yesus datang ke dunia untuk mencari orang-orang berdosa dan bukan mencari orang-orang yang mengaku dirinya sudah benar. Orang-orang yang merasa dirinya benar sangatlah sulit untuk bertobat. Bukankah masih ada anak-anak Tuhan dan bahkan para pelayan Tuhan yang merasa dirinya lebih baik dan lebih benar dari orang lain, sehingga dalam hidupnya selalu mencela dan meghakimi orang lain?
Jangan sekali pun menghakimi orang lain, apalagi merasa diri kita benar. Sebaliknya kita harus merangkul orang lain yang belum diselamatkan dan membawanya kepada Tuhan Yesus.
Baca: Matius 9:9-13
"Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit." Matius 9:12
Rumah sakit dan puskesmas adalah tempat di mana orang yang menderita sakit mendapatkan pengobatan supaya ia sembuh. Banyak orang menolak untuk memeriksakan dirinya kepada dokter karena mereka menganggap dirinya masih cukup sehat. Tetapi sekali penyakitnya ketahuan, penyakit itu sudah sangat parah dan gawat sehingga terlambat untuk diobati.
Demikian pula dengan keselamatan; tidak sedikit orang menolak untuk datang kepada Tuhan Yesus karena mereka menganggap bahwa dirinya sudah cukup baik, tak ada kekurangan atau melakukan perbuatan dosa sedikit pun. Golongan yang menganggap dirinya lebih baik dari pada orang lain adalah orang-orang Farisi. Mereka (orang-orang Farisi) beranggapan bahwa orang berdosa itu tak mungkin akan menjadi baik dan bertobat. Ketika melihat Yesus makan bersama-sama dengan para pemungut cukai dan orang berdosa, orang Farisi menunjukkan ketidaksenangannya dengan berkata, "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdsoa?" (Matius 9:11).
Adalah mudah bagi kita untuk melihat kelemahan, kekuarangan dan juga dosa yang diperbuat oleh orang lain. Kita dengan gampanganya melontarkan kritikan atau menghakimi mereka dan menganggap diri kita ini lebih benar dari mereka. Tuhan Yesus berkata, "Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum;... Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?" (Lukas 6:37, 41). Tuhan Yesus juga menegaskan bahwa Ia datang "...bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." (Matius 9:13).
Jadi, Tuhan Yesus datang ke dunia untuk mencari orang-orang berdosa dan bukan mencari orang-orang yang mengaku dirinya sudah benar. Orang-orang yang merasa dirinya benar sangatlah sulit untuk bertobat. Bukankah masih ada anak-anak Tuhan dan bahkan para pelayan Tuhan yang merasa dirinya lebih baik dan lebih benar dari orang lain, sehingga dalam hidupnya selalu mencela dan meghakimi orang lain?
Jangan sekali pun menghakimi orang lain, apalagi merasa diri kita benar. Sebaliknya kita harus merangkul orang lain yang belum diselamatkan dan membawanya kepada Tuhan Yesus.
Friday, January 20, 2012
HARUS MENINGGALKAN 'MESIR'
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Januari 2012 -
Baca: Keluaran 12:29-42
"Orang Mesir juga mendesak dengan keras kepala kepada bangsa itu, menyuruh bangsa itu pergi dengan segera dari negeri itu, sebab kata mereka: 'Nanti kami mati semuanya.'" Keluaran 12:33
Alkitab menyatakan bahwa semua yang diselamatkan oleh kasih anugerah Tuhan, ditebus dengan darah. Inilah yang dialami oleh bangsa Israel kala itu, bangsa yang sangat dikasihi Tuhan. Karena itu mereka harus segera meninggalkan Mesir.
Setiap orang yang telah ditebus dan diselamatkan Tuhan seperti bangsa Israel ini, sekali dibebaskan, harus segera mengambil tindakan tegas untuk keluar dari tempat itu. Penebusan melalui darah tidak hanya memisahkan yang hidup dari yang mati, tetapi darah itu juga memisahkan anak-anak Tuhan dari belenggu dunia ini. Akibat dari penebusan terjadilah pemisahan. Setelah terlepas dari maut yang mematikan setiap anak sulung bangsa Mesir, umat Israel harus bergegas keluar meninggalkan Mesir sesuai dengan perintah Tuhan, karena "...mereka diusir dari Mesir dan tidak dapat berlambat-lambat," (Keluaran 12:39). Sebagai umat yang telah ditebus oleh darah Kristus kita harus memisahkan diri dari 'Mesir' yang adalah gambaran dari kehidupan dunia ini.
Kini, dunia sangat membenci kita sebab kita bukan lagi menjadi miliknya seperti yang dikatakan Tuhan Yesus, "Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu." (Yohanes 15:18-19). Mungkin saja rekan kerja kita membenci kita karena Kristus, tetangga kanan kiri mulai mencibir, atau bahkan orang-orang terdekat (keluarga) juga mengasingkan dan mengucilka kita karena kita telah menjadi milik Kristus. Keadaan ini jangan membuat kita jadi lemah, justru kesempatan bagi kita untuk menjadi saksi Kristus di tengah-tengah mereka. Tuhan menghendaki agar kita yang menjadi milikNya benar-benar memiliki kehidupan yang 'berbeda', karena "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17).
Darah Kristus sangat mahal, karena itu setiap orang yang telah ditebus tak boleh hidup seenaknya sendiri, harus benar-benar menjadi manusia baru: artinya kehidupan lama harus benar-benar kita tingggakan!
Baca: Keluaran 12:29-42
"Orang Mesir juga mendesak dengan keras kepala kepada bangsa itu, menyuruh bangsa itu pergi dengan segera dari negeri itu, sebab kata mereka: 'Nanti kami mati semuanya.'" Keluaran 12:33
Alkitab menyatakan bahwa semua yang diselamatkan oleh kasih anugerah Tuhan, ditebus dengan darah. Inilah yang dialami oleh bangsa Israel kala itu, bangsa yang sangat dikasihi Tuhan. Karena itu mereka harus segera meninggalkan Mesir.
Setiap orang yang telah ditebus dan diselamatkan Tuhan seperti bangsa Israel ini, sekali dibebaskan, harus segera mengambil tindakan tegas untuk keluar dari tempat itu. Penebusan melalui darah tidak hanya memisahkan yang hidup dari yang mati, tetapi darah itu juga memisahkan anak-anak Tuhan dari belenggu dunia ini. Akibat dari penebusan terjadilah pemisahan. Setelah terlepas dari maut yang mematikan setiap anak sulung bangsa Mesir, umat Israel harus bergegas keluar meninggalkan Mesir sesuai dengan perintah Tuhan, karena "...mereka diusir dari Mesir dan tidak dapat berlambat-lambat," (Keluaran 12:39). Sebagai umat yang telah ditebus oleh darah Kristus kita harus memisahkan diri dari 'Mesir' yang adalah gambaran dari kehidupan dunia ini.
Kini, dunia sangat membenci kita sebab kita bukan lagi menjadi miliknya seperti yang dikatakan Tuhan Yesus, "Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu." (Yohanes 15:18-19). Mungkin saja rekan kerja kita membenci kita karena Kristus, tetangga kanan kiri mulai mencibir, atau bahkan orang-orang terdekat (keluarga) juga mengasingkan dan mengucilka kita karena kita telah menjadi milik Kristus. Keadaan ini jangan membuat kita jadi lemah, justru kesempatan bagi kita untuk menjadi saksi Kristus di tengah-tengah mereka. Tuhan menghendaki agar kita yang menjadi milikNya benar-benar memiliki kehidupan yang 'berbeda', karena "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17).
Darah Kristus sangat mahal, karena itu setiap orang yang telah ditebus tak boleh hidup seenaknya sendiri, harus benar-benar menjadi manusia baru: artinya kehidupan lama harus benar-benar kita tingggakan!
JEMAAT MAKEDONIA: Mengenal Kasih Karunia
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Januari 2012 -
Baca: 2 Korintus 8:1-15
"Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya." 2 Korintus 8:98
Ketika tidak ada masalah dan pencobaan banyak dari kita yang masih bisa bersemangat dan berapi-api dalam mengiring Tuhan; tetapi kondisinya akan berbeda ketika ada persoalan untuk ujian datang menerpa hidup kita: terjadilah perubahan yang sangat drastis, kita tidak lagi bersemangat, ogah-ogahan dan bersikap acuh tak acuh terhadap perkara-perkara rohani. Semula tampaknya segenap kehidupan kita berperisaikan iman, tetapi ketika angin kecil bertiup gugurlah perisai itu.
Angin-angin kecil yang melambangkan pencobaan memang sebagai alat penguji kesungguhan dan iman kita. Kalau diterpa angin kecil saja perisai iman kita sudah gugur, bagaimana jadinya bila suatu saat badai dan gelombang besar menyerang? Ketika perisai iman mulai gugur, pikiran manusia kita mulai bekerja secara aktif. Kita mulai mencari-cari jalan keluar dengan kekuatan dan akal sendiri. Dan kita pun jadi lupa bahwa kita mempunyai Tuhan yang besar. Perhatikan kehidupan jemaat yang ada di Makedonia dalam kisah hari ini: meski menghadapi banyak persoalan, hatinya tetap berlimpah dengan syukur. Dikatakan, "Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka." (2 Korintus 8:2, 3). Mengapa bisa seperti itu? Karena mereka telah mengenal kasih karunia Tuhan.
Jadi, setiap orang yang mengaku telah mengenal kasih karunia Tuhan Yesus tapi sikap dan perbuatannya tidak menunjukkan perubahan, orang itu sebenarnya belum mengenal kasih karunia Tuhan. Orang yang telah mengenal kasih karunia Tuhan pasti menghasilkan buah-buah roh dalam hidupnya: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan juga penguasaan diri. Orang yang telah mengenal kasih karunia Tuhan hatinya akan peka terhadap orang lain dan senantiasa menunjukkan kasih dan kemurahan hati seperti yang dilakukan oleh jemaat di Makedonia ini.
Mengasihi orang lain dalam tindakan nyata adalah bukti bahwa kita telah mengenal kasih karunia Tuhan!
Baca: 2 Korintus 8:1-15
"Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya." 2 Korintus 8:98
Ketika tidak ada masalah dan pencobaan banyak dari kita yang masih bisa bersemangat dan berapi-api dalam mengiring Tuhan; tetapi kondisinya akan berbeda ketika ada persoalan untuk ujian datang menerpa hidup kita: terjadilah perubahan yang sangat drastis, kita tidak lagi bersemangat, ogah-ogahan dan bersikap acuh tak acuh terhadap perkara-perkara rohani. Semula tampaknya segenap kehidupan kita berperisaikan iman, tetapi ketika angin kecil bertiup gugurlah perisai itu.
Angin-angin kecil yang melambangkan pencobaan memang sebagai alat penguji kesungguhan dan iman kita. Kalau diterpa angin kecil saja perisai iman kita sudah gugur, bagaimana jadinya bila suatu saat badai dan gelombang besar menyerang? Ketika perisai iman mulai gugur, pikiran manusia kita mulai bekerja secara aktif. Kita mulai mencari-cari jalan keluar dengan kekuatan dan akal sendiri. Dan kita pun jadi lupa bahwa kita mempunyai Tuhan yang besar. Perhatikan kehidupan jemaat yang ada di Makedonia dalam kisah hari ini: meski menghadapi banyak persoalan, hatinya tetap berlimpah dengan syukur. Dikatakan, "Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka." (2 Korintus 8:2, 3). Mengapa bisa seperti itu? Karena mereka telah mengenal kasih karunia Tuhan.
Jadi, setiap orang yang mengaku telah mengenal kasih karunia Tuhan Yesus tapi sikap dan perbuatannya tidak menunjukkan perubahan, orang itu sebenarnya belum mengenal kasih karunia Tuhan. Orang yang telah mengenal kasih karunia Tuhan pasti menghasilkan buah-buah roh dalam hidupnya: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan juga penguasaan diri. Orang yang telah mengenal kasih karunia Tuhan hatinya akan peka terhadap orang lain dan senantiasa menunjukkan kasih dan kemurahan hati seperti yang dilakukan oleh jemaat di Makedonia ini.
Mengasihi orang lain dalam tindakan nyata adalah bukti bahwa kita telah mengenal kasih karunia Tuhan!
Thursday, January 19, 2012
INJIL KRISTUS: Berkuasa dan Tidak Terbelenggu!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Januari 2012 -
Baca: 2 Timotius 2:1-13
"Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu." 2 Timotius 2:9
Injil Kristus bukanlah kitab biasa, tidak bisa disamakan dengan kitab-kitab lain atau buku-buku ilmu pengetahuan apa pun yang ada di dunia ini, "...karena Inji adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya,..." (Roma 1:16). Jadi, Injil adalah perkataan Tuhan sendiri yang mengandung kuasa yang sangat dahsyat.
Kalau kita baca dalam Kisah Para Rasul, kita mengetahui bahwa Tuhan telah melakukan banyak mujizat melalui gereja mula-mula. Di mana saja para rasul Tuhan pergi memberitakan Injil selalu ada buah-buah yang dihasilkan yaitu mujizat demi mujizat. Injil Kristus selalu akan menghasilkan mujizat apabila firman itu diberitakan secara berani dengan penuh iman, karena "...firman Allah tidak terbelenggu." (ayat nas). Manusia bisa saja membungkam mulut si pemberita Injil, tapi kuasa Tuhan tak akan pernah terbelenggu, "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibrani 4:12).
Salah satu mujizat yang terjadi ialah kesembuhan orang yang lumpuh di Listra. Kesembuhan itu terjadi karena firman Tuhan. Orang lumpuh itu sembuh bukan karena Paulus dan Barnabas, tapi karena iman dia. Bukan manusia yang menyebabkan iman timbul dan hati seseorang, tetapi "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17). Kuasa firman Tuhan itu sanggup menembus hati orang untuk menimbulkan iman.
Oleh pemberitaan firman Tuhanlah terjadi perkara-perkara ajaib di muka bumi ini karena firman Tuhan akan melaksanakan apa yang telah dikehendakiNya. Tertulis: "demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kuhendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya." (Yesaya 55:11).
Manusia akan diselamatkan dan beroleh pertolongan melalui pemberitaan Injil Kristus. Sayang, masih banyak orang yang menolak bahkan melecehkan Inji, padahal Injil adalah kekuatan Allah yang berkuasa!
Baca: 2 Timotius 2:1-13
"Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu." 2 Timotius 2:9
Injil Kristus bukanlah kitab biasa, tidak bisa disamakan dengan kitab-kitab lain atau buku-buku ilmu pengetahuan apa pun yang ada di dunia ini, "...karena Inji adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya,..." (Roma 1:16). Jadi, Injil adalah perkataan Tuhan sendiri yang mengandung kuasa yang sangat dahsyat.
Kalau kita baca dalam Kisah Para Rasul, kita mengetahui bahwa Tuhan telah melakukan banyak mujizat melalui gereja mula-mula. Di mana saja para rasul Tuhan pergi memberitakan Injil selalu ada buah-buah yang dihasilkan yaitu mujizat demi mujizat. Injil Kristus selalu akan menghasilkan mujizat apabila firman itu diberitakan secara berani dengan penuh iman, karena "...firman Allah tidak terbelenggu." (ayat nas). Manusia bisa saja membungkam mulut si pemberita Injil, tapi kuasa Tuhan tak akan pernah terbelenggu, "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibrani 4:12).
Salah satu mujizat yang terjadi ialah kesembuhan orang yang lumpuh di Listra. Kesembuhan itu terjadi karena firman Tuhan. Orang lumpuh itu sembuh bukan karena Paulus dan Barnabas, tapi karena iman dia. Bukan manusia yang menyebabkan iman timbul dan hati seseorang, tetapi "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17). Kuasa firman Tuhan itu sanggup menembus hati orang untuk menimbulkan iman.
Oleh pemberitaan firman Tuhanlah terjadi perkara-perkara ajaib di muka bumi ini karena firman Tuhan akan melaksanakan apa yang telah dikehendakiNya. Tertulis: "demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kuhendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya." (Yesaya 55:11).
Manusia akan diselamatkan dan beroleh pertolongan melalui pemberitaan Injil Kristus. Sayang, masih banyak orang yang menolak bahkan melecehkan Inji, padahal Injil adalah kekuatan Allah yang berkuasa!
Wednesday, January 18, 2012
TERANG TUHAN MENGALAHKAN KEGELAPAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Januari 2012 -
Baca: Mazmur 36:1-13
"Sebab pada-Mu ada sumber hayat, di dalam terang-Mu kami melihat terang." Mazmur 36:10
Tak bisa dibayangkan andai saja tidak ada sinar matahari pada waktu siang dan juga tidak ada bulan dan bintang-bintang di malam hari, sungguh kegelapan akan menyelimuti bumi ini.
Tuhan tahu benar, tak ada gunanya menciptakan manusia dan makhluk-makhluk lain apabila bumi masih diliputi kegelapan, karena bagaimana pun juga indahnya ciptaan Tuhan, manusia tak mungkin dapat melihat dan menikmatinya. Oleh sebab itu terang diciptakan terebih dahulu sebelum Ia menciptakan yang lainnya. Tuhan mengerti setiap kebutuhan kita, tetapi Dia mengerti bahwa yang utama dibutuhkan oleh manusia dan segala makhluk adalah terang. Hal inilah yang menyadarkan Daud bahwa Tuhan adalah sumber hayat dan terang bagi kehidupan manusia. Jadi kehidupan tanpa Tuhan berarti mati dan gelap. Manusia akan hidup dalam kegelapan jika mereka jauh meninggalkan Tuhan. Sebaliknya jika kita tetap tinggal di dalam Tuhan kegelapan tak akan menguasai hidup kita. Ada tertulis: "Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya." (Yohanes 1:4-5).
Ketika kita berada di dalam situasi yang gelap, mungkin karena listrik padam dan sebagainya, kita pasti akan mengalami kepanikan dan kita akan berusaha untuk mencari lampu, senter atau lilin; kita tidak membutuhkan barang-barang berharga lainnya. Demikian juga apabila saat ini hati kita sedang mengalami kegelapan, segeralah undang Tuhan Yesus yang adalah Terang dunia itu masuk ke dalam hati kita, maka kegelapan pasti akan lenyap. Sebagai anak-anak Tuhan kita telah dipanggil dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib. Dikatakan, "Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang." (Efesus 5:8). Setelah kita memiliki 'Terang' itu maka kita harus benar-benar berpisah dengan gelap. Jangan lagi hidup dalam kegelapan, tetapi kita harus berjalan di dalam terang Tuhan, "karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran," (Efesus 5:9).
Bagaimana pun juga gelapnya keadaan hidup kita, apabila kita mau menerima Tuhan Yesus sebagai Terang dunia, maka kegelapan itu akan lenyap dan kita akan melihat terang kemuliaanNya dinyatakan atas kita!
Baca: Mazmur 36:1-13
"Sebab pada-Mu ada sumber hayat, di dalam terang-Mu kami melihat terang." Mazmur 36:10
Tak bisa dibayangkan andai saja tidak ada sinar matahari pada waktu siang dan juga tidak ada bulan dan bintang-bintang di malam hari, sungguh kegelapan akan menyelimuti bumi ini.
Tuhan tahu benar, tak ada gunanya menciptakan manusia dan makhluk-makhluk lain apabila bumi masih diliputi kegelapan, karena bagaimana pun juga indahnya ciptaan Tuhan, manusia tak mungkin dapat melihat dan menikmatinya. Oleh sebab itu terang diciptakan terebih dahulu sebelum Ia menciptakan yang lainnya. Tuhan mengerti setiap kebutuhan kita, tetapi Dia mengerti bahwa yang utama dibutuhkan oleh manusia dan segala makhluk adalah terang. Hal inilah yang menyadarkan Daud bahwa Tuhan adalah sumber hayat dan terang bagi kehidupan manusia. Jadi kehidupan tanpa Tuhan berarti mati dan gelap. Manusia akan hidup dalam kegelapan jika mereka jauh meninggalkan Tuhan. Sebaliknya jika kita tetap tinggal di dalam Tuhan kegelapan tak akan menguasai hidup kita. Ada tertulis: "Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya." (Yohanes 1:4-5).
Ketika kita berada di dalam situasi yang gelap, mungkin karena listrik padam dan sebagainya, kita pasti akan mengalami kepanikan dan kita akan berusaha untuk mencari lampu, senter atau lilin; kita tidak membutuhkan barang-barang berharga lainnya. Demikian juga apabila saat ini hati kita sedang mengalami kegelapan, segeralah undang Tuhan Yesus yang adalah Terang dunia itu masuk ke dalam hati kita, maka kegelapan pasti akan lenyap. Sebagai anak-anak Tuhan kita telah dipanggil dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib. Dikatakan, "Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang." (Efesus 5:8). Setelah kita memiliki 'Terang' itu maka kita harus benar-benar berpisah dengan gelap. Jangan lagi hidup dalam kegelapan, tetapi kita harus berjalan di dalam terang Tuhan, "karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran," (Efesus 5:9).
Bagaimana pun juga gelapnya keadaan hidup kita, apabila kita mau menerima Tuhan Yesus sebagai Terang dunia, maka kegelapan itu akan lenyap dan kita akan melihat terang kemuliaanNya dinyatakan atas kita!
Tuesday, January 17, 2012
TUHAN ITU BUKIT BATU KITA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Januari 2012 -
Baca: Mazmur 104:1-35
"Engkau yang melepas mata-mata air ke dalam lembah-lembah, mengalir di antara gunung-gunung, memberi minum segala binatang di padang, memuaskan haus keledai-keledai hutan;" Mazmur 104:10-11
Kasih Tuhan itu tak terhingga, tak terukur dan tak terduga dalamnya. KasihNya tak hanya Ia curahkan kepada manusia, diperhatikan pula ciptaanNya yang lain. Tuhan sangat memperhatikan hewan-hewan, dipeliharanya dan disediakan pula segala kebutuhannya.
Terhadap hewan-hewan Tuhan menaruh hikmat untuk melindungi diri terhadap bahaya yang mengancam dan juga musuh yang selalu memangsa seperti tertulis: "pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu," (Amsal 30:26). Pemazmur juga menyatakan bahwa "gunung-gunung tinggi adalah bagi kambing-kambing hutan, bukit-bukit batu adalah tempat perlindungan bagi pelanduk." (Mazmur 104:18). Pelanduk adalah binatang yang sangat lemah tapi cerdas, ia membuat rumahnya di bukit-bukit batu untuk menyelamatkan diri dan menghindari terkaman binatang buas. Manusia juga seharusnya selalu sadar dan mengerti bahwa dirinya sangat lembah sehingga memudahkan Iblis untuk menerkam dan memangsanya. Karena itu kita juga harus belajar seperti pelanduk, yang membuat rumah di bukit batu yang teguh yaitu Tuhan Yesus Kristus. Jika pelanduk dikejar oleh binatang buas segeralah ia berlari dan berlindung masuk ke dalam celah-celah bukit batu itu, sehingga binatang yang besar itu tak mungkin dapat memasuki lubang si pelanduk.
Alkitab menyatakan, "...si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8). Tidak ada jalan lain selain kita harus berindung di 'Bukit Batu' yaitu 'Batu Karang Keselamatan' Yesus Kristus. Walaupun badai keras menerpa kehidupan kita, apabila kita berlindung padaNya, maka aman dan tenanglah kita. Sebesar apa pun badai yang menyerang kehidupan kita, kalau kita berlindung pada 'Bukit Batu' yaitu Tuhan Yesus Kristus, pastilah Dia sanggup meredakannya.
Karena itu serahkan semua beban dan persoalan hidup ini ke dalam tangan Tuhan yang Mahakuasa dan jangan pernah ragu akan Dia. Bukankah semesta alam ini tunduk kepada perintahNya?
"Sebab Engkau bukit batuku dan pertahananku, dan oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun dan membimbing aku." Mazmur 31:4
Baca: Mazmur 104:1-35
"Engkau yang melepas mata-mata air ke dalam lembah-lembah, mengalir di antara gunung-gunung, memberi minum segala binatang di padang, memuaskan haus keledai-keledai hutan;" Mazmur 104:10-11
Kasih Tuhan itu tak terhingga, tak terukur dan tak terduga dalamnya. KasihNya tak hanya Ia curahkan kepada manusia, diperhatikan pula ciptaanNya yang lain. Tuhan sangat memperhatikan hewan-hewan, dipeliharanya dan disediakan pula segala kebutuhannya.
Terhadap hewan-hewan Tuhan menaruh hikmat untuk melindungi diri terhadap bahaya yang mengancam dan juga musuh yang selalu memangsa seperti tertulis: "pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu," (Amsal 30:26). Pemazmur juga menyatakan bahwa "gunung-gunung tinggi adalah bagi kambing-kambing hutan, bukit-bukit batu adalah tempat perlindungan bagi pelanduk." (Mazmur 104:18). Pelanduk adalah binatang yang sangat lemah tapi cerdas, ia membuat rumahnya di bukit-bukit batu untuk menyelamatkan diri dan menghindari terkaman binatang buas. Manusia juga seharusnya selalu sadar dan mengerti bahwa dirinya sangat lembah sehingga memudahkan Iblis untuk menerkam dan memangsanya. Karena itu kita juga harus belajar seperti pelanduk, yang membuat rumah di bukit batu yang teguh yaitu Tuhan Yesus Kristus. Jika pelanduk dikejar oleh binatang buas segeralah ia berlari dan berlindung masuk ke dalam celah-celah bukit batu itu, sehingga binatang yang besar itu tak mungkin dapat memasuki lubang si pelanduk.
Alkitab menyatakan, "...si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8). Tidak ada jalan lain selain kita harus berindung di 'Bukit Batu' yaitu 'Batu Karang Keselamatan' Yesus Kristus. Walaupun badai keras menerpa kehidupan kita, apabila kita berlindung padaNya, maka aman dan tenanglah kita. Sebesar apa pun badai yang menyerang kehidupan kita, kalau kita berlindung pada 'Bukit Batu' yaitu Tuhan Yesus Kristus, pastilah Dia sanggup meredakannya.
Karena itu serahkan semua beban dan persoalan hidup ini ke dalam tangan Tuhan yang Mahakuasa dan jangan pernah ragu akan Dia. Bukankah semesta alam ini tunduk kepada perintahNya?
"Sebab Engkau bukit batuku dan pertahananku, dan oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun dan membimbing aku." Mazmur 31:4
Monday, January 16, 2012
SEMAKIN LAMA SEMAKIN KUAT
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Januari 2012 -
Baca: Mazmur 84:1-13
"Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah!" Mazmur 84:6
Selama hidup di dunia ini kita diperhadapkan dengan berbagai macam pergumulan hidup yang tidak mudah. Ada orang yang tetap kuat menghadapinya, ada pula yang semakin lemah dan tidak berdaya. Ada tertulis: "Entahkah orang yang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami," (1 Korintus 3:12).
Ada perbedaan mencolok antara jerami dan kayu, emas dan juga perak. Jika dibakar, jerami dan kayu pasti akan musnah, tetapi emas dan perak justru sebaliknya: semakin menjadi murni. Kehidupan orang percaya seharusnya demikian, meski harus "...melintasi lembah Baka, mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air; bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat. Mereka berjalan makin lama makin kuat,..." (Mazmur 84:7-8). Ujian dan tantangan yang semakin berat biarlah membuat kita semakin kuat pula di dalam Tuhan. Karena itu kita harus memandang setiap permasalahan yang ada dengan kacamata iman.
Bagaimana supaya kita tetap kuat dan mampu bertahan? Kita harus memiliki persekutuan yang karib dengan Tuhan atau meluangkan waktu untuk senantiasa berada di hadiratNya, sehingga tantangan sebesar apa pun tidak akan membuat kita goyah. Dikatakan, "Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus menerus memuji-muji Engkau. Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik." (Mazmur 84:5, 11). Untuk beroleh kekuatan kita harus melekat kepada Tuhan, karena tanpa pertolonganNya kita tidak akan mampu menghadapi semuanya itu. Ini perlu latihan, artinya setiap hari kita harus rela dilatih dan dibentuk Tuhan melalui berbagai ujian dan tantangan yang ada. Adakah yang bisa kita banggakan di dunia ini: uang, harta, kekayaan atau jabatan? Semuanya tidak bisa menolong dan menyelamatkan kita.
Daud berkata, "Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi. Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap." Mazmur 121:1-3
Baca: Mazmur 84:1-13
"Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah!" Mazmur 84:6
Selama hidup di dunia ini kita diperhadapkan dengan berbagai macam pergumulan hidup yang tidak mudah. Ada orang yang tetap kuat menghadapinya, ada pula yang semakin lemah dan tidak berdaya. Ada tertulis: "Entahkah orang yang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami," (1 Korintus 3:12).
Ada perbedaan mencolok antara jerami dan kayu, emas dan juga perak. Jika dibakar, jerami dan kayu pasti akan musnah, tetapi emas dan perak justru sebaliknya: semakin menjadi murni. Kehidupan orang percaya seharusnya demikian, meski harus "...melintasi lembah Baka, mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air; bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat. Mereka berjalan makin lama makin kuat,..." (Mazmur 84:7-8). Ujian dan tantangan yang semakin berat biarlah membuat kita semakin kuat pula di dalam Tuhan. Karena itu kita harus memandang setiap permasalahan yang ada dengan kacamata iman.
Bagaimana supaya kita tetap kuat dan mampu bertahan? Kita harus memiliki persekutuan yang karib dengan Tuhan atau meluangkan waktu untuk senantiasa berada di hadiratNya, sehingga tantangan sebesar apa pun tidak akan membuat kita goyah. Dikatakan, "Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus menerus memuji-muji Engkau. Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik." (Mazmur 84:5, 11). Untuk beroleh kekuatan kita harus melekat kepada Tuhan, karena tanpa pertolonganNya kita tidak akan mampu menghadapi semuanya itu. Ini perlu latihan, artinya setiap hari kita harus rela dilatih dan dibentuk Tuhan melalui berbagai ujian dan tantangan yang ada. Adakah yang bisa kita banggakan di dunia ini: uang, harta, kekayaan atau jabatan? Semuanya tidak bisa menolong dan menyelamatkan kita.
Daud berkata, "Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi. Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap." Mazmur 121:1-3
Sunday, January 15, 2012
KRISTUS BANGKIT: Ketakutan Iblis!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Januari 2012 -
Baca: 1 Korintus 15:1-11
"...bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci;" 1 Korintus 15:3-4
Berita tentang kebangkitan Tuhan Yesus Kristus dari kematian adalah hal yang sangat menakutkan bagi Iblis dan merupakan kebencian bagi orang-orang yang sesat. Sudah sejak zaman para rasul Kristus banyak ahli Taurat dan pemuka agama yang menyangkal kebangkitan Kristus ini. Dan sampai hari ini pun Iblis terus berusaha meyakinkan manusia yang ada di bumi ini bahwa Yesus Kristus itu tidak bangkit dari kematian sebab Dia tak pernah disalibkan. Memang banyak pendapat dan teori manusia yang dipaksa-paksakan untuk memutarbalikkan fakta tentang penyaliban dan juga kebangkitan Yesus Kristus. Yang pasti, teori penyangkalan manusia akan kebangkitan Yesus Kristus itu didalangi oleh roh Iblis karena Iblis tahu benar bahwa apabila manusia mengerti kuasa kebangkitan Kristus, manusia dapat menggunakan kuasa itu untuk mengalahkan semua tipu muslihat Iblis yang berusaha untuk membinasakan setiap segi kehidupan manusia. Mengahadapi semua itu biarlah kita tetap bersikap tenang dan tak perlu menanggapi teori-teori atau berita yang bertentangan dengan firman Tuhan. Jangan sedikit pun ragu akan kebenaran Injil.
Rasul Paulus berkata, "Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu." (1 Korintus 15:14). Umumnya gereja-gereja hanya membahas dan membicarakan soa kebangkitan Kristus pada hari Raya Paskah saja. Salib dan kebangkitan merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan dan saling terkait. Tanpa kebangkitan, salib tak punya arti apa-apa. Tanpa kebangkitan Kristus, salib hanya merupakan suatu tragedi memilukan dan sebuah kekalahan belaka. Jika Kristus terus terbaring di dalam kubur dan tidak bangkit, dunia tetap berada di dalam kegelapan dan hidup manusia tidak berarti apa-apa.
Itulah yang dilakukan Iblis yaitu meracuni pikiran manusia sehingga manusia tidak percaya bahwa Kristus disalibkan dan pada hari yang ketiga telah bangkit.
Dengan ketidakpercayaannya kepada Kristus manusia pasti akan mengalami kebinasaan kekal. Sebaliknya, barangsiapa yang percaya kepada Kristus akan diselamatkan!
Baca: 1 Korintus 15:1-11
"...bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci;" 1 Korintus 15:3-4
Berita tentang kebangkitan Tuhan Yesus Kristus dari kematian adalah hal yang sangat menakutkan bagi Iblis dan merupakan kebencian bagi orang-orang yang sesat. Sudah sejak zaman para rasul Kristus banyak ahli Taurat dan pemuka agama yang menyangkal kebangkitan Kristus ini. Dan sampai hari ini pun Iblis terus berusaha meyakinkan manusia yang ada di bumi ini bahwa Yesus Kristus itu tidak bangkit dari kematian sebab Dia tak pernah disalibkan. Memang banyak pendapat dan teori manusia yang dipaksa-paksakan untuk memutarbalikkan fakta tentang penyaliban dan juga kebangkitan Yesus Kristus. Yang pasti, teori penyangkalan manusia akan kebangkitan Yesus Kristus itu didalangi oleh roh Iblis karena Iblis tahu benar bahwa apabila manusia mengerti kuasa kebangkitan Kristus, manusia dapat menggunakan kuasa itu untuk mengalahkan semua tipu muslihat Iblis yang berusaha untuk membinasakan setiap segi kehidupan manusia. Mengahadapi semua itu biarlah kita tetap bersikap tenang dan tak perlu menanggapi teori-teori atau berita yang bertentangan dengan firman Tuhan. Jangan sedikit pun ragu akan kebenaran Injil.
Rasul Paulus berkata, "Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu." (1 Korintus 15:14). Umumnya gereja-gereja hanya membahas dan membicarakan soa kebangkitan Kristus pada hari Raya Paskah saja. Salib dan kebangkitan merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan dan saling terkait. Tanpa kebangkitan, salib tak punya arti apa-apa. Tanpa kebangkitan Kristus, salib hanya merupakan suatu tragedi memilukan dan sebuah kekalahan belaka. Jika Kristus terus terbaring di dalam kubur dan tidak bangkit, dunia tetap berada di dalam kegelapan dan hidup manusia tidak berarti apa-apa.
Itulah yang dilakukan Iblis yaitu meracuni pikiran manusia sehingga manusia tidak percaya bahwa Kristus disalibkan dan pada hari yang ketiga telah bangkit.
Dengan ketidakpercayaannya kepada Kristus manusia pasti akan mengalami kebinasaan kekal. Sebaliknya, barangsiapa yang percaya kepada Kristus akan diselamatkan!
Saturday, January 14, 2012
API TUHAN: Membakar dan Memurnikan!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Januari 2012 -
Baca: 2 Petrus 3:1-16
"Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya." 2 Petrus 3:12b
Nubuat tentang datangnya hari penghakiman dan penghangusan bumi oleh api Tuhan sudah sering disampaikan oleh para nabiNya sejak zaman dahulu. Waktu itulah yang dinamakan hari Tuhan: "Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap." (2 Petrus 3:10b). Bumi akan berguncang begitu hebatnya, langit akan gemetar, matahari dan bulan akan menjadi gelap dan bintang-bintang di langit tidak bercahaya lagi.
Jika kita pelajari lebih dalam lagi banyak kita temukan kata api di dalam Alkitab, tetapi api yang dimaksudkan bukanlah dalam arti harafiah. Tuhan seringkali menggunakan kata api sebagai unsur untuk menyucikan dan memurnikan. Kita sering mendengar pernyataan: "Api Roh Kudus membakar setiap hati untuk Tuhan." Tentunya yang dimaksud api di sini bukan dalam arti yang sesungguhnya. Namun yang pasti api penghakiman yang sebenarnya adalah disediakan Tuhan bagi orang-orang fasik.
Jadi api juga dipakai Tuhan dengan tujuan untuk memurnikan umatNya seperti tertulis: "Sesungguhnya, Aku telah memurnikan engkau, namun bukan seperti perak, tetapi Aku telah menguji engkau dalam dapur kesengsaraan." (Yesaya 48:10). Setiap orang percaya harus terlebih dahulu masuk dalam dapur kesengsaraan supaya sifat-sifat lama kita hilang. Seseorang yang sudah mengalami pemurnian dari Tuhan hidupnya pasti akan berbeda, baik itu sifat dan karakternya. Pembentukan karakter melalui 'api' pemurnian ini memerlukan kerendahan hati kita, sehingga hati yang semula congkak dan sombong akan merendahkan diri kepada Tuhan untuk memohon kekuatan dan pertolonganNya. Hampir semua tokoh di dalam Alkitab dan juga para hamba Tuhan yang dipakai Tuhan secara luar bisa sudah pernah merasakan dan mengalami kesengsaraan ketika mereka dimurnikan oleh api Roh Kudus, dan hasilnya menjadi indah. Inilah yang juga dirasakan Daud: "Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu. Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu." (Mazmur 119:67, 71).
Tuhan memurnikan kita dengan apiNya sebagai bukti Ia sangat mengasihi kita!
Baca: 2 Petrus 3:1-16
"Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya." 2 Petrus 3:12b
Nubuat tentang datangnya hari penghakiman dan penghangusan bumi oleh api Tuhan sudah sering disampaikan oleh para nabiNya sejak zaman dahulu. Waktu itulah yang dinamakan hari Tuhan: "Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap." (2 Petrus 3:10b). Bumi akan berguncang begitu hebatnya, langit akan gemetar, matahari dan bulan akan menjadi gelap dan bintang-bintang di langit tidak bercahaya lagi.
Jika kita pelajari lebih dalam lagi banyak kita temukan kata api di dalam Alkitab, tetapi api yang dimaksudkan bukanlah dalam arti harafiah. Tuhan seringkali menggunakan kata api sebagai unsur untuk menyucikan dan memurnikan. Kita sering mendengar pernyataan: "Api Roh Kudus membakar setiap hati untuk Tuhan." Tentunya yang dimaksud api di sini bukan dalam arti yang sesungguhnya. Namun yang pasti api penghakiman yang sebenarnya adalah disediakan Tuhan bagi orang-orang fasik.
Jadi api juga dipakai Tuhan dengan tujuan untuk memurnikan umatNya seperti tertulis: "Sesungguhnya, Aku telah memurnikan engkau, namun bukan seperti perak, tetapi Aku telah menguji engkau dalam dapur kesengsaraan." (Yesaya 48:10). Setiap orang percaya harus terlebih dahulu masuk dalam dapur kesengsaraan supaya sifat-sifat lama kita hilang. Seseorang yang sudah mengalami pemurnian dari Tuhan hidupnya pasti akan berbeda, baik itu sifat dan karakternya. Pembentukan karakter melalui 'api' pemurnian ini memerlukan kerendahan hati kita, sehingga hati yang semula congkak dan sombong akan merendahkan diri kepada Tuhan untuk memohon kekuatan dan pertolonganNya. Hampir semua tokoh di dalam Alkitab dan juga para hamba Tuhan yang dipakai Tuhan secara luar bisa sudah pernah merasakan dan mengalami kesengsaraan ketika mereka dimurnikan oleh api Roh Kudus, dan hasilnya menjadi indah. Inilah yang juga dirasakan Daud: "Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu. Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu." (Mazmur 119:67, 71).
Tuhan memurnikan kita dengan apiNya sebagai bukti Ia sangat mengasihi kita!
Friday, January 13, 2012
ANUGERAH KESEMBUHAN DARI TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Januari 2012 -
Baca: Yohanes 5:1-18
"Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan." Yohanes 5:9
Alkitab menyebutkan bahwa di dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam yang dalam bahasa Ibrani disebut Betseda, artinya 'rumah anugerah'. Ini menunjukkan bahwa Tuhan telah menyediakan anugerahNya bagi semua orang yang hidup dalam penderitaan karena buta, timpang dan juga lumpuh. Orang-orang yang sakit sangat memerlukan anugerah dari Tuhan, terlebih bagi mereka yang sakit rohani, buta rohani, timpang rohani dan juga lumpuh rohani. Inilah yang menjadi menghalang iman mereka sehingga tidak dapat bertumbuh.
Pada waktu itu dikisahkan bahwa orang-orang yang sakit harus selalu siap menantikan waktu kapan gerangan pertolongan Tuhan terjadi, "Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya, sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apa pun juga penyakitnya." (Yohanes 5:4). Goncangan air itu sama halnya dengan gerakan kuasa Roh Kudus yang siap menolong anak-anak Tuhan yang membutuhkan pertolongan. Tapi kita juga harus selalu dalam keadaan siap menantikan kehadiranNya, karena bila hadirat Tuhan turun kita juga harus segera bertindak, yaitu membuka hati kita dengan iman untuk menerima anugerahNya.
Firman Tuhan merupakan suatu gerakan atau goncangan kuasa Tuhan yang sanggup memberikan pertolongan bagi setiap orang yang sakit, baik sakit secara fisik atau spiritual. Tetapi banyak di antara kita yang keadaannya seperti orang yang sudah sakit selama tiga puluh delapan tahun, tak dapat bergerak untuk masuk ke dalam kolam. Artinya tidak dapat bertindak dan berusaha dengan iman untuk menerima anugerah Tuhan yang sudah disediakanNya. Ketika Tuhan Yesus melihat orang yang sakit itu bertanyalah Ia, "'Maukah engkau sembuh?' Jawab orang sakit itu kepadanya: 'Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.,'" (Yohanes 5:6b-7). Jawabannya justru seolah-olah ia sedang menyalahkan orang lain dan berharap orang lain dapat menolongnya.
Jangan ragu dan pesimis, anugerah Tuhan selalu tersedia bagi kita yang mau datang kepadanya!
Baca: Yohanes 5:1-18
"Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan." Yohanes 5:9
Alkitab menyebutkan bahwa di dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam yang dalam bahasa Ibrani disebut Betseda, artinya 'rumah anugerah'. Ini menunjukkan bahwa Tuhan telah menyediakan anugerahNya bagi semua orang yang hidup dalam penderitaan karena buta, timpang dan juga lumpuh. Orang-orang yang sakit sangat memerlukan anugerah dari Tuhan, terlebih bagi mereka yang sakit rohani, buta rohani, timpang rohani dan juga lumpuh rohani. Inilah yang menjadi menghalang iman mereka sehingga tidak dapat bertumbuh.
Pada waktu itu dikisahkan bahwa orang-orang yang sakit harus selalu siap menantikan waktu kapan gerangan pertolongan Tuhan terjadi, "Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya, sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apa pun juga penyakitnya." (Yohanes 5:4). Goncangan air itu sama halnya dengan gerakan kuasa Roh Kudus yang siap menolong anak-anak Tuhan yang membutuhkan pertolongan. Tapi kita juga harus selalu dalam keadaan siap menantikan kehadiranNya, karena bila hadirat Tuhan turun kita juga harus segera bertindak, yaitu membuka hati kita dengan iman untuk menerima anugerahNya.
Firman Tuhan merupakan suatu gerakan atau goncangan kuasa Tuhan yang sanggup memberikan pertolongan bagi setiap orang yang sakit, baik sakit secara fisik atau spiritual. Tetapi banyak di antara kita yang keadaannya seperti orang yang sudah sakit selama tiga puluh delapan tahun, tak dapat bergerak untuk masuk ke dalam kolam. Artinya tidak dapat bertindak dan berusaha dengan iman untuk menerima anugerah Tuhan yang sudah disediakanNya. Ketika Tuhan Yesus melihat orang yang sakit itu bertanyalah Ia, "'Maukah engkau sembuh?' Jawab orang sakit itu kepadanya: 'Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.,'" (Yohanes 5:6b-7). Jawabannya justru seolah-olah ia sedang menyalahkan orang lain dan berharap orang lain dapat menolongnya.
Jangan ragu dan pesimis, anugerah Tuhan selalu tersedia bagi kita yang mau datang kepadanya!
Thursday, January 12, 2012
HARUS MELEWATI PROSES PEMURNIAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Januari 2012 -
Baca: 1 Petrus 2:18-25
"Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya." 1 Petrus 2:21
Semua orang di dunia ini tanpa terkecuali pasti pernah mengalami masalah. Masalah, sakit-penyakit, penderitaan, kesesakan dan sebagainya adalah bagian dari kehidupan manusia selama hidup di dunia ini. Berbicara tentang masalah dan penderitaan, tidak seorang pun yang rela mengalaminya walau kenyataannya hampir semua orang pernah menderita. Masalah dan penderitaan itu datang bukan karena dicari, bahkan ia begitu saja datang tanpa diundang; sekalipun kita berusaha untuk lari menghindarinya pada akhirnya ia datang juga dan melanda hidup kita. Tetapi Alkitab menyatakan, "Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah." (1 Petrus 2:20). Saat ini kita hidup di hari-hari akhir di mana Tuhan hendak memurnikan umatNya.
Masalah dan penderitaan bagi orang percaya merupakan suatu proses pemurnian yang harus dilewatinya. Penderitaan bisa saja terjadi karena perbuatan Iblis, karena "Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;" (Yohanes 10:10a). Adalah tugas kita untuk melawan segala tipu muslihat Iblis. "Lawanlah dia (Iblis) dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama." (1 Petrus 5:9). Kita harus percaya bahwa Tuhan senantiasa menjaga dan memelihara umatNya, kecuali jika ada celah yang terbuka bagi Iblis karena dosa dan pelanggaran kita. Jika kita tidak segera bertobat, Iblis akan masuk dan menguasai kita sehingga kita menderita. Masalah dan penderitaan bisa terjadi karena seijin Tuhan karena Dia hendak memurnikan kita.
Dengan mengerti maksud Tuhan di balik masalah dan penderitaan kita akan sadar bahwa kita tidak sendirian menghadapinya, karena Tuhan Yesus senantiasa menyertai dan memberi kekuatan kepada kita. Di balik masalah dan penderitaan yang kita alami selalu ada maksud mulia Tuhan bagi kita, karena itu tetaplah kuat dan jangan mengeluh.
Milikilah sikap hati yang benar di hadapan Tuhan, sebab masalah dan penderitaan pasti akan berlalu karena "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya," Pengkotbah 3:11a
Baca: 1 Petrus 2:18-25
"Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya." 1 Petrus 2:21
Semua orang di dunia ini tanpa terkecuali pasti pernah mengalami masalah. Masalah, sakit-penyakit, penderitaan, kesesakan dan sebagainya adalah bagian dari kehidupan manusia selama hidup di dunia ini. Berbicara tentang masalah dan penderitaan, tidak seorang pun yang rela mengalaminya walau kenyataannya hampir semua orang pernah menderita. Masalah dan penderitaan itu datang bukan karena dicari, bahkan ia begitu saja datang tanpa diundang; sekalipun kita berusaha untuk lari menghindarinya pada akhirnya ia datang juga dan melanda hidup kita. Tetapi Alkitab menyatakan, "Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah." (1 Petrus 2:20). Saat ini kita hidup di hari-hari akhir di mana Tuhan hendak memurnikan umatNya.
Masalah dan penderitaan bagi orang percaya merupakan suatu proses pemurnian yang harus dilewatinya. Penderitaan bisa saja terjadi karena perbuatan Iblis, karena "Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;" (Yohanes 10:10a). Adalah tugas kita untuk melawan segala tipu muslihat Iblis. "Lawanlah dia (Iblis) dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama." (1 Petrus 5:9). Kita harus percaya bahwa Tuhan senantiasa menjaga dan memelihara umatNya, kecuali jika ada celah yang terbuka bagi Iblis karena dosa dan pelanggaran kita. Jika kita tidak segera bertobat, Iblis akan masuk dan menguasai kita sehingga kita menderita. Masalah dan penderitaan bisa terjadi karena seijin Tuhan karena Dia hendak memurnikan kita.
Dengan mengerti maksud Tuhan di balik masalah dan penderitaan kita akan sadar bahwa kita tidak sendirian menghadapinya, karena Tuhan Yesus senantiasa menyertai dan memberi kekuatan kepada kita. Di balik masalah dan penderitaan yang kita alami selalu ada maksud mulia Tuhan bagi kita, karena itu tetaplah kuat dan jangan mengeluh.
Milikilah sikap hati yang benar di hadapan Tuhan, sebab masalah dan penderitaan pasti akan berlalu karena "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya," Pengkotbah 3:11a
Wednesday, January 11, 2012
MEMENANGKAN JIWA BAGI TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Januari 2012 -
Baca: 1 Petrus 5:1-11
"Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena kamu mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri." 1 Petrus 5:2
Dalam segala perkara, cara Tuhan berbeda dengan cara dunia. Untuk bisa menguasai segala sesuatu, dunia menggunakan cara yang dipenuhi dengan kekerasan, pemaksaan, penipuan, terkadang dengan intrik atau tipu muslihat. Namun Tuhan memberikan cara yang berbeda untuk memenangkan jiwa bagi kerajaanNya. Bila kita ingin membawa jiwa baru bagi Tuhan bukanlah dengan kekerasan dan juga paksaan, tapi harus dengan sikap yang penuh dengan kasih. Kita harus ingat bahwa tugas menggembalakan kawanan domba itu bukan semata-mata di pundak para hamba Tuhan atau pendeta, tapi setiap orang percaya juga harus menjadi gembala bagi domba-domba yang terhilang dan tersesat.
Terkadang banyak orang Kristen yang ingin memenangkan jiwa bagi Tuhan tapi hidupnya belum bisa menjadi kesaksian bagi orang lain. Hal ini bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain yang ingin menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruseamat. Karena itu Paulus menasihati, "...supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia," (Filipi 2:15). Di tengah situasi dunia yang tidak menentu ini biarah kita tetap semangat dan menjaga 'api' agar tetap membara dalam hati kita untuk melayani orang lain dengan penuh kesungguhan hati. "Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan," (Filipi 2:14).
Mari kita menangkan jiwa sebanyak mungkin bagi Tuhan dengan pengabdian, sukarela dan kasih seperti Tuhan Yesus. Dalam melayani jiwa-jiwa janganlah kita mencari keuntungan diri sendiri atau memiliki motivasi yang salah, melainkan mengasihinya dengan sungguh karena mereka adalah domba-domba yang tersesat dan harus diselamatkan. Kerelaan hati dalam berbakti dan melayani itulah hal yang berkenan di hadapan Tuhan.
Karena kedatangan Tuhan sudah sangat dekat, biarlah waktu-waktu yang ada sekarang ini kita gunakan untuk mengejar perkara-perkara rohani lebih dari apa pun yang ada di dunia ini, serta membawa jiwa-jiwa baru bagi Dia!
Baca: 1 Petrus 5:1-11
"Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena kamu mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri." 1 Petrus 5:2
Dalam segala perkara, cara Tuhan berbeda dengan cara dunia. Untuk bisa menguasai segala sesuatu, dunia menggunakan cara yang dipenuhi dengan kekerasan, pemaksaan, penipuan, terkadang dengan intrik atau tipu muslihat. Namun Tuhan memberikan cara yang berbeda untuk memenangkan jiwa bagi kerajaanNya. Bila kita ingin membawa jiwa baru bagi Tuhan bukanlah dengan kekerasan dan juga paksaan, tapi harus dengan sikap yang penuh dengan kasih. Kita harus ingat bahwa tugas menggembalakan kawanan domba itu bukan semata-mata di pundak para hamba Tuhan atau pendeta, tapi setiap orang percaya juga harus menjadi gembala bagi domba-domba yang terhilang dan tersesat.
Terkadang banyak orang Kristen yang ingin memenangkan jiwa bagi Tuhan tapi hidupnya belum bisa menjadi kesaksian bagi orang lain. Hal ini bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain yang ingin menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruseamat. Karena itu Paulus menasihati, "...supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia," (Filipi 2:15). Di tengah situasi dunia yang tidak menentu ini biarah kita tetap semangat dan menjaga 'api' agar tetap membara dalam hati kita untuk melayani orang lain dengan penuh kesungguhan hati. "Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan," (Filipi 2:14).
Mari kita menangkan jiwa sebanyak mungkin bagi Tuhan dengan pengabdian, sukarela dan kasih seperti Tuhan Yesus. Dalam melayani jiwa-jiwa janganlah kita mencari keuntungan diri sendiri atau memiliki motivasi yang salah, melainkan mengasihinya dengan sungguh karena mereka adalah domba-domba yang tersesat dan harus diselamatkan. Kerelaan hati dalam berbakti dan melayani itulah hal yang berkenan di hadapan Tuhan.
Karena kedatangan Tuhan sudah sangat dekat, biarlah waktu-waktu yang ada sekarang ini kita gunakan untuk mengejar perkara-perkara rohani lebih dari apa pun yang ada di dunia ini, serta membawa jiwa-jiwa baru bagi Dia!
Tuesday, January 10, 2012
DI BALIK DOA DANIEL
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Januari 2012 -
Baca: Daniel 10:1-14
"Janganlah takut, Daniel, sebab telah didengarkan perkataanmu sejak hari pertama engkau berniat untuk mendapat pengertian dan untuk merendahkan dirimu di hadapan Allahmu, dan aku datang oleh karena perkataanmu itu." Daniel 10:12
Ketika Koresh, raja orang Persia memerintah, Daniel mendapatkan pernyataan dari Tuhan bahwa akan terjadi kesusahan yang besar di kerajaan Persia. Lalu, Daniel pun berdoa kepada Tuhan meminta peneguhan tentang penglihatan yang telah ia terima itu, dan Alkitab mencatat bahwa saat itu juga doa yang dipanjatkan Daniel didengar Tuhan. Tapi peneguhan itu belumlah terjadi, Daniel harus menunggu selama 24 hari barulah Tuhan menyatakannya dengan jelas. Tertulis: "Hanya aku, Daniel, melihat penglihatan itu, tetapi orang-orang yang bersama-sama dengan aku, tidak melihatnya; tetapi mereka ditimpa oleh ketakutan yang besar, sehingga mereka lari bersembunyi;" (Daniel 10:7).
Mungkin saat ini kita sedang bergumul dengan masalah yang berat dan sudah berdoa sekian lama tapi sepertinya doa kita tidak didengar dan dijawab oleh Tuhan. Kita pun mulai ragu dan bimbang. Sesungguhnya setiap doa yang kita panjatkan pasti didengar Tuhan. Yang menjadi persoalannya adalah Tuhan tidak selalu menjawab 'ya' dan adakalanya jawaban Tuhan 'ya' tapi 'tunggu dulu', artinya kita harus sabar menunggu waktunya Tuhan. Ketidaksabaran dan ketidakmengertian akan kehendak Tuhan ini membuat kita putus asa dan berpikir bahwa Tuhan tidak akan mengabulkan doa-doa kita, dan akhirnya kita tidak lagi berharap kepada Dia dan mulai mereka-reka jalan sendiri mencari pertolongan dunia. FirmanNya mengatakan, "Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya." (Matius 21:22).
Jadi, kunci untuk beroleh jawaban doa adalah percaya dan tidak bimbang. Kebimbangan membuat seseorang ragu akan kuasa Tuhan. Dalam berdoa kita juga harus memiliki kerendahan hati, artinya kita mengakui kelemahan dan ketidak berdayaan kita di hadapan Tuhan, serta mempercayakan seluruh kendali hidup kita kepada Tuhan mealui pimpinan Roh Kudus dan firmanNya. Selain itu Daniel hidup dalam kebenaran, karena itu doanya berkenan membuat Tuhan menyatakan kuasaNya.
Doa orang benar pasti dijawab Tuhan; bisa sekarang tapi bisa juga nanti, karena itu jangan bimbang!
Baca: Daniel 10:1-14
"Janganlah takut, Daniel, sebab telah didengarkan perkataanmu sejak hari pertama engkau berniat untuk mendapat pengertian dan untuk merendahkan dirimu di hadapan Allahmu, dan aku datang oleh karena perkataanmu itu." Daniel 10:12
Ketika Koresh, raja orang Persia memerintah, Daniel mendapatkan pernyataan dari Tuhan bahwa akan terjadi kesusahan yang besar di kerajaan Persia. Lalu, Daniel pun berdoa kepada Tuhan meminta peneguhan tentang penglihatan yang telah ia terima itu, dan Alkitab mencatat bahwa saat itu juga doa yang dipanjatkan Daniel didengar Tuhan. Tapi peneguhan itu belumlah terjadi, Daniel harus menunggu selama 24 hari barulah Tuhan menyatakannya dengan jelas. Tertulis: "Hanya aku, Daniel, melihat penglihatan itu, tetapi orang-orang yang bersama-sama dengan aku, tidak melihatnya; tetapi mereka ditimpa oleh ketakutan yang besar, sehingga mereka lari bersembunyi;" (Daniel 10:7).
Mungkin saat ini kita sedang bergumul dengan masalah yang berat dan sudah berdoa sekian lama tapi sepertinya doa kita tidak didengar dan dijawab oleh Tuhan. Kita pun mulai ragu dan bimbang. Sesungguhnya setiap doa yang kita panjatkan pasti didengar Tuhan. Yang menjadi persoalannya adalah Tuhan tidak selalu menjawab 'ya' dan adakalanya jawaban Tuhan 'ya' tapi 'tunggu dulu', artinya kita harus sabar menunggu waktunya Tuhan. Ketidaksabaran dan ketidakmengertian akan kehendak Tuhan ini membuat kita putus asa dan berpikir bahwa Tuhan tidak akan mengabulkan doa-doa kita, dan akhirnya kita tidak lagi berharap kepada Dia dan mulai mereka-reka jalan sendiri mencari pertolongan dunia. FirmanNya mengatakan, "Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya." (Matius 21:22).
Jadi, kunci untuk beroleh jawaban doa adalah percaya dan tidak bimbang. Kebimbangan membuat seseorang ragu akan kuasa Tuhan. Dalam berdoa kita juga harus memiliki kerendahan hati, artinya kita mengakui kelemahan dan ketidak berdayaan kita di hadapan Tuhan, serta mempercayakan seluruh kendali hidup kita kepada Tuhan mealui pimpinan Roh Kudus dan firmanNya. Selain itu Daniel hidup dalam kebenaran, karena itu doanya berkenan membuat Tuhan menyatakan kuasaNya.
Doa orang benar pasti dijawab Tuhan; bisa sekarang tapi bisa juga nanti, karena itu jangan bimbang!
Monday, January 9, 2012
MENDEKAT KEPADA TUHAN: Rasa Takut Hilang!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Januari 2012 -
Baca: Yakobus 4:1-10
"Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu." Yakobus 4:8a
Tuhan itu hanya sejauh doa, artinya Dia sangat dekat dengan kita. Tapi bila kita ingin mendekat kepada Tuhan agar Dia mendekat kepada kita, maka kita harus berusaha keras untuk mencari Dia. Ketika Azarya bin Obed dihinggapi Roh Tuhan ia segera menemui Asa, raja Yehuda: "Dengarlah kepadaku, Asa dan seluruh Yehuda dan Benyamin! TUHAN beserta dengan kamu bilamana kamu beserta dengan Dia. Bilamana kamu mencari-Nya, Ia berkenan ditemui olehmu, tetapi bilamana kamu meninggalkan-Nya, kamu akan ditinggalkan-Nya" (2 Tawarikh 15:2). Jadi untuk mendekat kepada Tuhan kita harus mencari Dia dengan sungguh-sungguh. Kedekatan seseorang dengan Tuhan akan menghasilkan sukacita yang luar biasa, sebab Dia akan memberikan apa yang kita inginkan. Daud berkata, "...bergembiralah karena Tuhan; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu." (Mazmur 37:4).
Daud memiliki hubungan yang sangat karib dengan Tuhan sehingga ia mengalami pengalaman-pengalaman yang luar biasa bersama Tuhan. Daud merasakan bahwa di setiap kesesakannya pertolongan Tuhan sangat terbukti. Karena itu Daud memberi nasihat, "Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang." (Mazmur 37:5-6). Banyak sekali orang terlalu terpengaruh dengan masalah yang dialami dan juga persoalan-persoalan yang terjadi di sekitarnya, sehingga mereka kehilangan damai sejahtera dan sukacita. Akibatnya mereka mulai lupa untuk hidup dekat dengan Tuhan, malah kian menjauh dari Tuhan, dan semakin terbelenggu oleh rasa takut dan kuatir. Ingat! Barang siapa yang lengah akan menjadi sasaran empuk si Iblis yang selalu "...berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8). Iblis selalu masuk ke dalam hati seseorang dengan melepaskan panah ketakutan, kekuatiran dan ketidakpercayaan.
Dunia saat ini dipenuhi dengan ketakutan dan kadang-kadang orang Kristen pun merasa takut. Jujur kita akui, adalah mudah bagi kita terjatuh dalam perasaan takut karena seringkali pandangan mata kita selalu tertuju pada keadaan yang sedang terjadi.
Ketakutan akan lenyap bila kita segera mendekatkan diri kepada Tuhan!
Baca: Yakobus 4:1-10
"Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu." Yakobus 4:8a
Tuhan itu hanya sejauh doa, artinya Dia sangat dekat dengan kita. Tapi bila kita ingin mendekat kepada Tuhan agar Dia mendekat kepada kita, maka kita harus berusaha keras untuk mencari Dia. Ketika Azarya bin Obed dihinggapi Roh Tuhan ia segera menemui Asa, raja Yehuda: "Dengarlah kepadaku, Asa dan seluruh Yehuda dan Benyamin! TUHAN beserta dengan kamu bilamana kamu beserta dengan Dia. Bilamana kamu mencari-Nya, Ia berkenan ditemui olehmu, tetapi bilamana kamu meninggalkan-Nya, kamu akan ditinggalkan-Nya" (2 Tawarikh 15:2). Jadi untuk mendekat kepada Tuhan kita harus mencari Dia dengan sungguh-sungguh. Kedekatan seseorang dengan Tuhan akan menghasilkan sukacita yang luar biasa, sebab Dia akan memberikan apa yang kita inginkan. Daud berkata, "...bergembiralah karena Tuhan; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu." (Mazmur 37:4).
Daud memiliki hubungan yang sangat karib dengan Tuhan sehingga ia mengalami pengalaman-pengalaman yang luar biasa bersama Tuhan. Daud merasakan bahwa di setiap kesesakannya pertolongan Tuhan sangat terbukti. Karena itu Daud memberi nasihat, "Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang." (Mazmur 37:5-6). Banyak sekali orang terlalu terpengaruh dengan masalah yang dialami dan juga persoalan-persoalan yang terjadi di sekitarnya, sehingga mereka kehilangan damai sejahtera dan sukacita. Akibatnya mereka mulai lupa untuk hidup dekat dengan Tuhan, malah kian menjauh dari Tuhan, dan semakin terbelenggu oleh rasa takut dan kuatir. Ingat! Barang siapa yang lengah akan menjadi sasaran empuk si Iblis yang selalu "...berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8). Iblis selalu masuk ke dalam hati seseorang dengan melepaskan panah ketakutan, kekuatiran dan ketidakpercayaan.
Dunia saat ini dipenuhi dengan ketakutan dan kadang-kadang orang Kristen pun merasa takut. Jujur kita akui, adalah mudah bagi kita terjatuh dalam perasaan takut karena seringkali pandangan mata kita selalu tertuju pada keadaan yang sedang terjadi.
Ketakutan akan lenyap bila kita segera mendekatkan diri kepada Tuhan!
Sunday, January 8, 2012
SIMON: Ketaatan di Tengah Kegagalan!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Januari 2012 -
Baca: Lukas 5:1-11
"Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak." Lukas 5:6
Ketika seseorang berada dalam keadaan baik, normal dan tenang, tiada masalah dan pencobaan, mudah baginya untuk taat kepada Tuhan. Berbeda dengan orang-orang yang berada dalam kesulitan, terpuruk, kecewa, putus asa dan kesal hati, sulit rasanya untuk menjadi taat. Dalam keadaan yang demikian orang akan mudah tersinggung, dan sulit mengendalikan emosi dan menjadi marah.
Perasaan inilah yang sedang berkecamuk di hati Simon dalam bacaan hari ini. Ia dalam keadaan lelah yang luar biasa, kecewa dan putus asa karena sepanjang malam bekerja keras di tengah laut tapi tak seekor pun ikan diperoleh. Tuhan Yesus tahu apa yang dialami Simon, lalu "Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai... 'Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.'" (Lukas 5:3a, 4). Namun inilah reaksi Simon ketika diperintahkan oleh Tuhan Yesus untuk bertolak ke tempat yang dalam dan menebarkan jala lagi: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." (Lukas 5:5). Sesungguhnya hati Simon sangat kesal sebab dia telah bekerja keras sepanjang malam tanpa hasil, tetapi tiba-tiba ia harus memenuhi keinginan Tuhan Yesus yang dirasa sangat tidak masuk akal. Bukankah Simon adalah seorang nelayan yang ulung? Pastilah dia sudah paham betul 'medan' nya dan kapan saat yang tepat untuk menjala ikan. Belum lagi ia harus mendengarkan Tuhan Yesus mengajar firman Tuhan di atas perahunya. Tak bisa dibayangkan betapa bergemuruhnya perasaan Simon waktu itu. Biasanya orang yang sedang kesal hati dan putus asa sulit untuk menerima firman Tuhan. Tapi Simon mencoba untuk melakukan apa yang diperintahkan Tuhan Yesus kepadanya, "...karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga."
Ketaatan Simon tidak pernah sia-sia; secara manusia itu tidak mungkin, tapi bagi Tuhan tidak ada perkara yang mustahil. Tertulis: "Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak...lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam" (Lukas 5:6, 7b).
Karena taat, Simon mengalami mujizat dan diberkati Tuhan secara luar biasa!
Baca: Lukas 5:1-11
"Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak." Lukas 5:6
Ketika seseorang berada dalam keadaan baik, normal dan tenang, tiada masalah dan pencobaan, mudah baginya untuk taat kepada Tuhan. Berbeda dengan orang-orang yang berada dalam kesulitan, terpuruk, kecewa, putus asa dan kesal hati, sulit rasanya untuk menjadi taat. Dalam keadaan yang demikian orang akan mudah tersinggung, dan sulit mengendalikan emosi dan menjadi marah.
Perasaan inilah yang sedang berkecamuk di hati Simon dalam bacaan hari ini. Ia dalam keadaan lelah yang luar biasa, kecewa dan putus asa karena sepanjang malam bekerja keras di tengah laut tapi tak seekor pun ikan diperoleh. Tuhan Yesus tahu apa yang dialami Simon, lalu "Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai... 'Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.'" (Lukas 5:3a, 4). Namun inilah reaksi Simon ketika diperintahkan oleh Tuhan Yesus untuk bertolak ke tempat yang dalam dan menebarkan jala lagi: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." (Lukas 5:5). Sesungguhnya hati Simon sangat kesal sebab dia telah bekerja keras sepanjang malam tanpa hasil, tetapi tiba-tiba ia harus memenuhi keinginan Tuhan Yesus yang dirasa sangat tidak masuk akal. Bukankah Simon adalah seorang nelayan yang ulung? Pastilah dia sudah paham betul 'medan' nya dan kapan saat yang tepat untuk menjala ikan. Belum lagi ia harus mendengarkan Tuhan Yesus mengajar firman Tuhan di atas perahunya. Tak bisa dibayangkan betapa bergemuruhnya perasaan Simon waktu itu. Biasanya orang yang sedang kesal hati dan putus asa sulit untuk menerima firman Tuhan. Tapi Simon mencoba untuk melakukan apa yang diperintahkan Tuhan Yesus kepadanya, "...karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga."
Ketaatan Simon tidak pernah sia-sia; secara manusia itu tidak mungkin, tapi bagi Tuhan tidak ada perkara yang mustahil. Tertulis: "Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak...lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam" (Lukas 5:6, 7b).
Karena taat, Simon mengalami mujizat dan diberkati Tuhan secara luar biasa!
Saturday, January 7, 2012
KEGAGALAN: Langkah Awal Menuju Keberhasilan!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Januari 2012 -
Baca: Ayub 42:1-6
"Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal." Ayub 42:2
Ada kalimat bijak yang mengatakan, "Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda." Siapa pun dari kita pasti tidak mau mengalami kegagalan dalam hidupnya: entah itu gagal dalam studi, karir dan juga rumah tangga. Kegagalan ibarat hantu yang sangat menakutkan semua orang, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk menghindari dan menjauhinya.
Apa itu kegagalan? Kegagalan adalah suatu proses ketidakberhasilan mencapai apa yang diusahakan atau direncanakan. Jika saat ini kita mengalami kegagalan, jangan putus asa dan larut dalam kekecewaan terus-menerus. Sejarah dunia mencatat bahwa orang-orang yang sukses bukanlah orang-orang yang tidak pernah gagal dalam hidupnya; justru mereka juga pernah atau mungkin berkali-kali mengalami kegagalan, tapi mereka tidak menyerah pada keadaan dan kemudian bangkit. Oleh karena itu andalkan Tuhan dan libatkan Dia dalam segala hal. Serahkan setiap rencana hidup kita kepada Tuhan sepenuhnya. Ada tertulis: "Hari ini atau besok kamu berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung;, sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata: 'Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.;" (Yakobus 4:13-14). Rencana manusia bisa gagal, tetapi rencana Tuhan tidak pernah gagal. "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan." (Yesaya 55:8).
Berjalan bersama Tuhan dan hidup seturut dengan firmanNya adalah kunci untuk terbebas dari kegagalan. Ambil sisi positif dari setiap kegagalan yang terjadi. Percayalah bahwa melalui kegagalan ini Tuhan sedang memberikan kita pelajaran dan pengalaman yang sangat berharga, sebab setelah mengalami kegagalan kita akan menjadi lebih bijaksana, berhati-hati dan semakin siap untuk menjalani hidup ini. Salomo berkata, "Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri...Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak," (Amsal 3:5, 7a).
Mengandalkan Tuhan dalam segala hal adalah kunci terhindar dari kegagalan!
Baca: Ayub 42:1-6
"Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal." Ayub 42:2
Ada kalimat bijak yang mengatakan, "Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda." Siapa pun dari kita pasti tidak mau mengalami kegagalan dalam hidupnya: entah itu gagal dalam studi, karir dan juga rumah tangga. Kegagalan ibarat hantu yang sangat menakutkan semua orang, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk menghindari dan menjauhinya.
Apa itu kegagalan? Kegagalan adalah suatu proses ketidakberhasilan mencapai apa yang diusahakan atau direncanakan. Jika saat ini kita mengalami kegagalan, jangan putus asa dan larut dalam kekecewaan terus-menerus. Sejarah dunia mencatat bahwa orang-orang yang sukses bukanlah orang-orang yang tidak pernah gagal dalam hidupnya; justru mereka juga pernah atau mungkin berkali-kali mengalami kegagalan, tapi mereka tidak menyerah pada keadaan dan kemudian bangkit. Oleh karena itu andalkan Tuhan dan libatkan Dia dalam segala hal. Serahkan setiap rencana hidup kita kepada Tuhan sepenuhnya. Ada tertulis: "Hari ini atau besok kamu berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung;, sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata: 'Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.;" (Yakobus 4:13-14). Rencana manusia bisa gagal, tetapi rencana Tuhan tidak pernah gagal. "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan." (Yesaya 55:8).
Berjalan bersama Tuhan dan hidup seturut dengan firmanNya adalah kunci untuk terbebas dari kegagalan. Ambil sisi positif dari setiap kegagalan yang terjadi. Percayalah bahwa melalui kegagalan ini Tuhan sedang memberikan kita pelajaran dan pengalaman yang sangat berharga, sebab setelah mengalami kegagalan kita akan menjadi lebih bijaksana, berhati-hati dan semakin siap untuk menjalani hidup ini. Salomo berkata, "Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri...Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak," (Amsal 3:5, 7a).
Mengandalkan Tuhan dalam segala hal adalah kunci terhindar dari kegagalan!
Friday, January 6, 2012
TUHAN YANG MEMBERI KEMENANGAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Januari 2012 -
Baca: Ulangan 20:1-20
"Dengarlah, hai orang Israel! Kamu sekarang menghadapi pertempuran melawan musuhmu; janganlah lemah hatimu, janganlah takut, janganlah gentar dan janganlah gemetar karena mereka," Ulangan 20:3
Perjalanan hidup orang percaya yang walaupun berada dalam penyertaan dan pimpinan Tuhan bukanlah mulus tanpa hambatan; justru sebaliknya kita akan menghadapi tantangan dan peperangan yang tidak mudah, bahkan jauh lebih besar. Tertulis: "Apabila engkau keluar berperang melawan musuhmu, dan engkau melihat kuda dan kereta, yakni tentara yang lebih banyak dari padamu,..." (Ulangan 20:1).
Mengapa Tuhan ijinkan hal itu terjadi di dalam kehidupan kita? Karena di balik itu semua Tuhan punya rencana di mana Dia akan memberikan kemenangan yang besar bagi kita. Jadi sesungguhnya rancangan Tuhan atas kita bukan sekedar menyediakan berkat-berkatNya, tetapi Ia juga menghendaki agar kita dapat melihat dan mengalami kemenangan atas permasalahan sebesar apa pun. Perlu dipahami bahwa kemenangan yang gilang-gemilang adalah rancangan Tuhan bagi kehidupan orang percaya: "Tuhan Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai," (Zefanya 3:17).
Mengapa masih banyak anak Tuhan yang belum mengalami kemenangan yang sesungguhnya? Ada hal-hal yang seringkali menjadi penghambat kemenangan kita, salah satunya adalah ketidaksabaran kita menantikan Tuhan. Ketidaksabaran membuat seseorang menyerah di tengah jalan, tidak lagi bertekun dan menjadi tawar hati. Yakobus menasihati, "...petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi. Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu," (Yakobus 5:7b-8). Waktu kita bukanlah waktu Tuhan; Dia tahu yang terbaik dan pertolonganNya tidak pernah terlambat. Hal lain adalah karena kita tidak mau membayar harga! Di setiap peperangan selalu ada pengorbanan dan juga air mata. Sudahkah kita berkorban waktu, tenaga dan memberi yang terbaik untuk Tuhan?
Seberat apa pun masalah yang kita hadapi, janganlah takut, "sebab Tuhan, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai kamu untuk berperang bagimu melawan musuhmu, dengan maksud memberikan kemenangan kepadamu" Ulangan 20:4
Baca: Ulangan 20:1-20
"Dengarlah, hai orang Israel! Kamu sekarang menghadapi pertempuran melawan musuhmu; janganlah lemah hatimu, janganlah takut, janganlah gentar dan janganlah gemetar karena mereka," Ulangan 20:3
Perjalanan hidup orang percaya yang walaupun berada dalam penyertaan dan pimpinan Tuhan bukanlah mulus tanpa hambatan; justru sebaliknya kita akan menghadapi tantangan dan peperangan yang tidak mudah, bahkan jauh lebih besar. Tertulis: "Apabila engkau keluar berperang melawan musuhmu, dan engkau melihat kuda dan kereta, yakni tentara yang lebih banyak dari padamu,..." (Ulangan 20:1).
Mengapa Tuhan ijinkan hal itu terjadi di dalam kehidupan kita? Karena di balik itu semua Tuhan punya rencana di mana Dia akan memberikan kemenangan yang besar bagi kita. Jadi sesungguhnya rancangan Tuhan atas kita bukan sekedar menyediakan berkat-berkatNya, tetapi Ia juga menghendaki agar kita dapat melihat dan mengalami kemenangan atas permasalahan sebesar apa pun. Perlu dipahami bahwa kemenangan yang gilang-gemilang adalah rancangan Tuhan bagi kehidupan orang percaya: "Tuhan Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai," (Zefanya 3:17).
Mengapa masih banyak anak Tuhan yang belum mengalami kemenangan yang sesungguhnya? Ada hal-hal yang seringkali menjadi penghambat kemenangan kita, salah satunya adalah ketidaksabaran kita menantikan Tuhan. Ketidaksabaran membuat seseorang menyerah di tengah jalan, tidak lagi bertekun dan menjadi tawar hati. Yakobus menasihati, "...petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi. Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu," (Yakobus 5:7b-8). Waktu kita bukanlah waktu Tuhan; Dia tahu yang terbaik dan pertolonganNya tidak pernah terlambat. Hal lain adalah karena kita tidak mau membayar harga! Di setiap peperangan selalu ada pengorbanan dan juga air mata. Sudahkah kita berkorban waktu, tenaga dan memberi yang terbaik untuk Tuhan?
Seberat apa pun masalah yang kita hadapi, janganlah takut, "sebab Tuhan, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai kamu untuk berperang bagimu melawan musuhmu, dengan maksud memberikan kemenangan kepadamu" Ulangan 20:4
Thursday, January 5, 2012
BATU BUANGAN MENJADI BATU PENJURU
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Januari 2012 -
Baca: Mazmur 118:1-29
"Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru." Mazmur 118:22
Segala perbuatan Tuhan itu heran dan ajaib. Tidak bisa diukur oleh akal sehat manusia. Ada tertulis: "...jalanmu bukanah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yesaya 55:8-9).
Jika seorang tukang bangunan atau ahli bangunan sudah berkata bahwa batu tertentu tidak cocok untuk membangun sebuah rumah, adalah percuma kita menanyakan hal itu lagi kepada orang lain yang bukan ahlinya. Tetapi, hal yang aneh dan tidak lazim justru telah terjadi, "Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru." (ayat nas). Siapakah yang dimaksud dengan batu itu? Alkitab dengan tegas menyatakan, "Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan -yaitu kamu sendiri-, namun ia telah menjadi batu penjuru." (Kisah 4:11). Sungguh, bagi Tuhan tidak ada perkara yang mustahil!
Ituah sebabnya pemazmur berkata, "Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!" (Mazmur 118:24). Hari yang dijadikan Tuhan adalah hari ketika batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan itu telah menjadi batu penjuru, "Hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita," (Mazmur 118:23). Hari yang teramat sangat istimewa di mana Allah telah menentukan Tuhan Yesus Kristus sebagai batu penjuru; hari di mana "...Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati-" (Kisah 4:10). Jadi, hari yang telah dijadikan Tuhan adalah hari kebangkitan Kristus dari antara orang mati. Rasul Petrus berkata, "...datangah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah. Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: 'Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan.' Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: 'Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan.'" (1 Petrus 2:4, 6, 7).
Tuhan Yesus adalah batu penjuru kita, olehNya kita beroleh keselamatan!
Baca: Mazmur 118:1-29
"Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru." Mazmur 118:22
Segala perbuatan Tuhan itu heran dan ajaib. Tidak bisa diukur oleh akal sehat manusia. Ada tertulis: "...jalanmu bukanah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yesaya 55:8-9).
Jika seorang tukang bangunan atau ahli bangunan sudah berkata bahwa batu tertentu tidak cocok untuk membangun sebuah rumah, adalah percuma kita menanyakan hal itu lagi kepada orang lain yang bukan ahlinya. Tetapi, hal yang aneh dan tidak lazim justru telah terjadi, "Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru." (ayat nas). Siapakah yang dimaksud dengan batu itu? Alkitab dengan tegas menyatakan, "Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan -yaitu kamu sendiri-, namun ia telah menjadi batu penjuru." (Kisah 4:11). Sungguh, bagi Tuhan tidak ada perkara yang mustahil!
Ituah sebabnya pemazmur berkata, "Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!" (Mazmur 118:24). Hari yang dijadikan Tuhan adalah hari ketika batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan itu telah menjadi batu penjuru, "Hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita," (Mazmur 118:23). Hari yang teramat sangat istimewa di mana Allah telah menentukan Tuhan Yesus Kristus sebagai batu penjuru; hari di mana "...Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati-" (Kisah 4:10). Jadi, hari yang telah dijadikan Tuhan adalah hari kebangkitan Kristus dari antara orang mati. Rasul Petrus berkata, "...datangah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah. Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: 'Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan.' Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: 'Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan.'" (1 Petrus 2:4, 6, 7).
Tuhan Yesus adalah batu penjuru kita, olehNya kita beroleh keselamatan!
Wednesday, January 4, 2012
JANGAN MENJADI ANGKUH!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Januari 2012 -
Baca: 1 Tawarikh 29:10-19
"Terpujilah Engkau, ya Tuhan, Allahnya bapa kami Israel, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya." 1 Tawarikh 29:10
Acapkali keberhasilan, kesuksesan, kekuatan dan ketenaran membuat orang mudah lupa diri dan menjadi semakin angkuh. Perhatikan apa yang ditulis Rasul Yohanes ini: "...semua yang ada di dalam dunia, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia." (1 Yohanes 2:16). Jadi keangkuhan hidup berasal dari dunia, bukan dari Tuhan.
Banyak orang sudah jatuh terjerembab ke suatu kehidupan yang angkuh, apalagi mereka yang kaya dan berpangkat. Mulai memandang sebelah mata orang lain dan hanya mau menjalin hubungan dengan orang-orang selevelnya saja. Terhadap orang yang ada 'di bawahnya' mereka menjaga jarak. Ingat! Setiap keegahan yang tidak memuliakan nama Tuhan adalah suatu keangkuhan. Oleh karena itu kita perlu berhati-hati. Jika kita saat ini berhasil dan sukses semata-mata karena campur tangan Tuhan, bukan karena kuat dan gagah kita. Kesuksesan haruslah disertai dengan kerendahan hati dan juga ucapan syukur kepada Tuhan sehingga kita tidak mencuri kemuliaan nama Tuhan, sebab semua itu karena Dia dan berasal dari Dia.
Belajarlah dari raja Daud, yang walaupun dilimpahi dengan kekayaan dan kejayaan yang luar biasa tetap sadar bahwa semua yang dia miliki itu berasal dari Tuhan, Daud tidak punya arti apa-apa. Tertulis: "...di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa." (Yohanes 15:5b). Meski telah menjadi 'orang besar' Daud tidak menjadi angkuh. Simak pengakuan Daud ini: "Ya Tuhan, punya-Mulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan, kemasyhuran dan keagungan, ya, segala-galanya yang ada di langit dan di bumi! Ya TUHAN, punya-Mulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu melebihi segala-galanya sebagai kepala. Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu dan Engkaulah yang berkuasa atas segala-galanya; dalam tangan-Mulah kekuatan dan kejayaan; dalam tangan-Mulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-galanya. Sekarang, ya Allah kami, kami bersyukur kepada-Mu dan memuji nama-Mu yang agung itu." (1 Tawarikh 29:11-13).
Bila kita sadar dan mengerti bahwa semua yang kita miliki ini berasal dari Tuhan, tentunya kita tidak akan angkuh!
Baca: 1 Tawarikh 29:10-19
"Terpujilah Engkau, ya Tuhan, Allahnya bapa kami Israel, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya." 1 Tawarikh 29:10
Acapkali keberhasilan, kesuksesan, kekuatan dan ketenaran membuat orang mudah lupa diri dan menjadi semakin angkuh. Perhatikan apa yang ditulis Rasul Yohanes ini: "...semua yang ada di dalam dunia, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia." (1 Yohanes 2:16). Jadi keangkuhan hidup berasal dari dunia, bukan dari Tuhan.
Banyak orang sudah jatuh terjerembab ke suatu kehidupan yang angkuh, apalagi mereka yang kaya dan berpangkat. Mulai memandang sebelah mata orang lain dan hanya mau menjalin hubungan dengan orang-orang selevelnya saja. Terhadap orang yang ada 'di bawahnya' mereka menjaga jarak. Ingat! Setiap keegahan yang tidak memuliakan nama Tuhan adalah suatu keangkuhan. Oleh karena itu kita perlu berhati-hati. Jika kita saat ini berhasil dan sukses semata-mata karena campur tangan Tuhan, bukan karena kuat dan gagah kita. Kesuksesan haruslah disertai dengan kerendahan hati dan juga ucapan syukur kepada Tuhan sehingga kita tidak mencuri kemuliaan nama Tuhan, sebab semua itu karena Dia dan berasal dari Dia.
Belajarlah dari raja Daud, yang walaupun dilimpahi dengan kekayaan dan kejayaan yang luar biasa tetap sadar bahwa semua yang dia miliki itu berasal dari Tuhan, Daud tidak punya arti apa-apa. Tertulis: "...di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa." (Yohanes 15:5b). Meski telah menjadi 'orang besar' Daud tidak menjadi angkuh. Simak pengakuan Daud ini: "Ya Tuhan, punya-Mulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan, kemasyhuran dan keagungan, ya, segala-galanya yang ada di langit dan di bumi! Ya TUHAN, punya-Mulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu melebihi segala-galanya sebagai kepala. Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu dan Engkaulah yang berkuasa atas segala-galanya; dalam tangan-Mulah kekuatan dan kejayaan; dalam tangan-Mulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-galanya. Sekarang, ya Allah kami, kami bersyukur kepada-Mu dan memuji nama-Mu yang agung itu." (1 Tawarikh 29:11-13).
Bila kita sadar dan mengerti bahwa semua yang kita miliki ini berasal dari Tuhan, tentunya kita tidak akan angkuh!
Tuesday, January 3, 2012
PENYANGKALAN DIRI: Ciri Pengikut Kristus!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Januari 2012 -
Baca: Markus 8:31-38
"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." Markus 8:34
Sebagai anak-anak Tuhan (pengikut Kristus) kita haruslah mempunyai bukti identitas yang diakui oleh Tuhan Yesus, yaitu mengalami kelahiran baru yang dimeteraikan oleh Roh Kudus. Selama ini masih banyak Kristen yang mengaku dirinya sudah lahir baru tetapi hidupnya masih belum menunjukkan perubahan atau tak mau mengubah pola hidupnya. Mungkin kita sudah terlibat dalam pelayanan, bisa mengajar dan memberitakan Injil, serta berbagi kasih kesaksian pertolongan Tuhan dalam hidup kita kepada orang lain; tapi bisa saja hidup kita belum menyenangkan hati Tuhan karena cara hidup kita tidak jauh berbeda dari orang-orang di luar Tuhan.
Alkitab menasihatkan, "Baikah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain." (Galatia 6:4). Hidup kekristenan adalah hidup yang penuh penyangkalan diri. Apabila tak ada penyertaan sepenuhnya kepada Tuhan sulit bagi kita menyangkal diri, karena dalam penyangkalan diri ada harga yang harus dibayar: perasaan, gengsi, reputasi dan juga kerendahan hati. Selama kita masih menuruti jalan pikiran sendiri sukar rasanya menyangkal diri dan memikul salib. Mari teladani kehidupan Rasul Paulus yang berani berkata, "Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku." (Galatia 2:19b-20).
Bila Kristus benar-benar hidup di dalam kita, kita tidak lagi punya keinginan untuk menonjolkan diri atau bermegah terhadap diri sendiri. Yang harus menonjol dan bersinar dari dalam kita adalah Kristus saja. Jadi "...aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia." (Galatia 6:14). Karena itu kita pun tak berhak menentukan jalan hidup sendiri, serahkanlah kepada Yesus yang tahu mana yang terbaik bagi kita. Kita harus tunduk sepenuhnya menurut kehendak Tuhan.
"Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu!" 2 Korintus 13:5a, b
Baca: Markus 8:31-38
"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." Markus 8:34
Sebagai anak-anak Tuhan (pengikut Kristus) kita haruslah mempunyai bukti identitas yang diakui oleh Tuhan Yesus, yaitu mengalami kelahiran baru yang dimeteraikan oleh Roh Kudus. Selama ini masih banyak Kristen yang mengaku dirinya sudah lahir baru tetapi hidupnya masih belum menunjukkan perubahan atau tak mau mengubah pola hidupnya. Mungkin kita sudah terlibat dalam pelayanan, bisa mengajar dan memberitakan Injil, serta berbagi kasih kesaksian pertolongan Tuhan dalam hidup kita kepada orang lain; tapi bisa saja hidup kita belum menyenangkan hati Tuhan karena cara hidup kita tidak jauh berbeda dari orang-orang di luar Tuhan.
Alkitab menasihatkan, "Baikah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain." (Galatia 6:4). Hidup kekristenan adalah hidup yang penuh penyangkalan diri. Apabila tak ada penyertaan sepenuhnya kepada Tuhan sulit bagi kita menyangkal diri, karena dalam penyangkalan diri ada harga yang harus dibayar: perasaan, gengsi, reputasi dan juga kerendahan hati. Selama kita masih menuruti jalan pikiran sendiri sukar rasanya menyangkal diri dan memikul salib. Mari teladani kehidupan Rasul Paulus yang berani berkata, "Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku." (Galatia 2:19b-20).
Bila Kristus benar-benar hidup di dalam kita, kita tidak lagi punya keinginan untuk menonjolkan diri atau bermegah terhadap diri sendiri. Yang harus menonjol dan bersinar dari dalam kita adalah Kristus saja. Jadi "...aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia." (Galatia 6:14). Karena itu kita pun tak berhak menentukan jalan hidup sendiri, serahkanlah kepada Yesus yang tahu mana yang terbaik bagi kita. Kita harus tunduk sepenuhnya menurut kehendak Tuhan.
"Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu!" 2 Korintus 13:5a, b
Monday, January 2, 2012
KUNCI KEKUATAN: Percaya Tuhan dan firmanNya!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Januari 2012 -
Baca: Habakuk 3:1-19
"Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang." Habakuk 3:17
Adalah tidak mudah bagi kita untuk melupakan peristiwa atau kejadian-kejadian dalam hidup kita, terutama apabila peristiwa atau kejadian tersebut sempat membuat hati kita kecewa, getir, takut dan gentar. Menginjak hari kedua di tahun baru ini kita pun tak tahu lorong-lorong yang akan kita lalui dan jalani, serta peristiwa-peristiwa yang akan kita alami: adalah lorong-lorong di depan kita itu lurus ataukah semakin terjal penuh dengan batu dan onak duri. Meski demikian kita yang memiliki Tuhan Yesus sebagai Juruselamat dalam hidup kita tetap dapat mengalami sukacita dan beroleh kekuatan walaupun kenyataan yang ada begitu mencemaskan dan mengkuatirkan.
Hal inilah yang juga dialami Habakuk. Ia menghadapi masa-masa sulit dan tidak tahu apa yang akan terjadi, tetapi ia tetap menguatkan hatinya di dalam Tuhan sehingga masih dapat berkata, "...aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. Allah Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku." (Habakuk 3:18-19). Ada satu rahasia yang membuat habakuk sanggup mengucapkan perkataan-perkataan iman di segala situasi yaitu "...orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya." (Habakuk 2:4). Percaya kepada siapa? Dalam Yohanes 1:12 dikatakan bahwa "...semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya;" Jadi, "Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya." (Yohanes 3:36).
Untuk memperoleh kehidupan di dalam Tuhan Yesus kita harus percaya dan mempunyai keyakinan yang teguh akan Injil firmanNya seperti pernyataan Paulus ini, "...aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Alah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya," (Roma 1:16).
Yakinlah! Orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dan firmanNya tidak pernah ditinggalkan Tuhan dan aku kuat bertahan dalam menghadapi ujian!
Baca: Habakuk 3:1-19
"Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang." Habakuk 3:17
Adalah tidak mudah bagi kita untuk melupakan peristiwa atau kejadian-kejadian dalam hidup kita, terutama apabila peristiwa atau kejadian tersebut sempat membuat hati kita kecewa, getir, takut dan gentar. Menginjak hari kedua di tahun baru ini kita pun tak tahu lorong-lorong yang akan kita lalui dan jalani, serta peristiwa-peristiwa yang akan kita alami: adalah lorong-lorong di depan kita itu lurus ataukah semakin terjal penuh dengan batu dan onak duri. Meski demikian kita yang memiliki Tuhan Yesus sebagai Juruselamat dalam hidup kita tetap dapat mengalami sukacita dan beroleh kekuatan walaupun kenyataan yang ada begitu mencemaskan dan mengkuatirkan.
Hal inilah yang juga dialami Habakuk. Ia menghadapi masa-masa sulit dan tidak tahu apa yang akan terjadi, tetapi ia tetap menguatkan hatinya di dalam Tuhan sehingga masih dapat berkata, "...aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. Allah Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku." (Habakuk 3:18-19). Ada satu rahasia yang membuat habakuk sanggup mengucapkan perkataan-perkataan iman di segala situasi yaitu "...orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya." (Habakuk 2:4). Percaya kepada siapa? Dalam Yohanes 1:12 dikatakan bahwa "...semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya;" Jadi, "Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya." (Yohanes 3:36).
Untuk memperoleh kehidupan di dalam Tuhan Yesus kita harus percaya dan mempunyai keyakinan yang teguh akan Injil firmanNya seperti pernyataan Paulus ini, "...aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Alah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya," (Roma 1:16).
Yakinlah! Orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dan firmanNya tidak pernah ditinggalkan Tuhan dan aku kuat bertahan dalam menghadapi ujian!
Sunday, January 1, 2012
TAHUN BARU: Hidup Dalam Ketenangan!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Januari 2012 -
Baca: Mazmur 62:1-13
"Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku." Mazmur 62:6
Hari ini adalah awal kaki kita menapaki hari baru di tahun yang baru. Sejuta angan dan harapan ada di benak setiap orang. Banyak prediksi bahwa hari-hari ke depan tidak semakin mudah, sebaliknya semakin sulit, banyak ujian dan tantangan yang menghadang.
Sebagai orang percaya kita harus tetap tenang. Ketenangan bukanlah sebuah keadaan melainkan sebuah keputusan. Artinya seburuk apa pun situasi yang ada dan membuat hati tidak tenang kita dapat memutuskan agar tetap tenang. Mengapa kita harus tetap tenang dalam menjalani hari-hari yang sulit? Karena kita mempunyai Tuhan yang tidak pernah meninggalkan kita dan pertolonganNya selalu tepat pada waktunya. Daud berkata, "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (Mazmur 46:2). Jadi tidak ada alasan untuk tidak tenang.
Hari-hari ini dunia sudah semakin kehilangan ketenanganan. Orang yang kaya gelisah dan tidak tenang hidupnya karena memikirkan bagaimana cara menyimpan uang dan hartanya secara aman. Sebaliknya orang miskin juga tidak bisa tenang karena hari-harinya dipenuhi oleh rasa kuatir bagaimana memenuhi kebutuhan hidupnya. Kunci untuk hidup tenang adalah memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan. Dalam Yesaya 30:15 dikatakan, "Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu." (Yesaya 30:15). Ternyata ketenangan dalam diri seseorang mendatangkan kekuatan yang luar biasa! Orang yang tenang dapat kuat menghadapi persoalan apa pun. Sebaliknya orang yang tidak tenang, pikirannya akan cenderung menuju ke arah negatif. Banyak keputusan-keputusan yang salah atau keliru kita buat ketika kondisi hati kita sedang tidak tenang.
"Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa." (1 Petrus 4:7b). Bila kita tenang kita bisa berdoa dan banyak persoalan yang dapat kita selesaikan ketika kita berdoa. Sungguh, "Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatkanku." (Mazmur 62:2). Artinya, ketenangan hanya kita dapatkan ketika kita hidup dan tinggal dekat Tuhan.
Mari kita jalani hari-hari di tahun 2012 ini dengan penuh penyerahan diri kepada Tuhan, sehingga kita tetap tenang di segala situasi!
Baca: Mazmur 62:1-13
"Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku." Mazmur 62:6
Hari ini adalah awal kaki kita menapaki hari baru di tahun yang baru. Sejuta angan dan harapan ada di benak setiap orang. Banyak prediksi bahwa hari-hari ke depan tidak semakin mudah, sebaliknya semakin sulit, banyak ujian dan tantangan yang menghadang.
Sebagai orang percaya kita harus tetap tenang. Ketenangan bukanlah sebuah keadaan melainkan sebuah keputusan. Artinya seburuk apa pun situasi yang ada dan membuat hati tidak tenang kita dapat memutuskan agar tetap tenang. Mengapa kita harus tetap tenang dalam menjalani hari-hari yang sulit? Karena kita mempunyai Tuhan yang tidak pernah meninggalkan kita dan pertolonganNya selalu tepat pada waktunya. Daud berkata, "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (Mazmur 46:2). Jadi tidak ada alasan untuk tidak tenang.
Hari-hari ini dunia sudah semakin kehilangan ketenanganan. Orang yang kaya gelisah dan tidak tenang hidupnya karena memikirkan bagaimana cara menyimpan uang dan hartanya secara aman. Sebaliknya orang miskin juga tidak bisa tenang karena hari-harinya dipenuhi oleh rasa kuatir bagaimana memenuhi kebutuhan hidupnya. Kunci untuk hidup tenang adalah memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan. Dalam Yesaya 30:15 dikatakan, "Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu." (Yesaya 30:15). Ternyata ketenangan dalam diri seseorang mendatangkan kekuatan yang luar biasa! Orang yang tenang dapat kuat menghadapi persoalan apa pun. Sebaliknya orang yang tidak tenang, pikirannya akan cenderung menuju ke arah negatif. Banyak keputusan-keputusan yang salah atau keliru kita buat ketika kondisi hati kita sedang tidak tenang.
"Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa." (1 Petrus 4:7b). Bila kita tenang kita bisa berdoa dan banyak persoalan yang dapat kita selesaikan ketika kita berdoa. Sungguh, "Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatkanku." (Mazmur 62:2). Artinya, ketenangan hanya kita dapatkan ketika kita hidup dan tinggal dekat Tuhan.
Mari kita jalani hari-hari di tahun 2012 ini dengan penuh penyerahan diri kepada Tuhan, sehingga kita tetap tenang di segala situasi!
Subscribe to:
Posts (Atom)