Tuesday, September 6, 2011

RASA TAKUT: Jangan Dipelihara!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi  6 September 2011 -

Baca:  Mazmur 118:1-29

"Tuhan di pihakku.  Aku tidak akan takut.  Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?"  Mazmur 118:6

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata takut berarti merasa gentar (ngeri) menghadapi sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bencana.  Rasa takut yang 'dipelihara' akan menimbulkan dampak yang buruk tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga terhadap orang lain.  Ketika hendak berperang melawan bangsa Midian Tuhan memerintahkan Gideon untuk memisahkan tentara yang takut dan gentar.  Tuhan berkata,  "Siapa yang takut dan gentar, biarlah ia pulang, enyah dari pegunungan Gilead.  Lalu pulanglah dua puluh dua ribu orang dari rakyat itu dan tinggallah sepuluh ribu orang."  (Hakim-Hakim 7:3a).  Mengapa?  Karena ketakutan itu bisa menjalar dan mempengaruhi yang lain.  Rasa takut juga bisa menjadi penghalang utama dalam merebut kemenangan dan janji-janji Tuhan.  Itulah sebabnya tentara yang penakut tidak boleh turut berperang.

     Mengapa rasa takut harus dikalahkan?  Karena ketakutan adalah salah satu senjata yang digunakan Iblis untuk menghancurkan kehidupan orang percaya.  Karena itu  "...janganlah beri kesempatan kepada Iblis."  (Efesus 4:27).  Jangan memberi celah sedikit pun kepada Iblis karena ketika kita berkompromi, Iblis akan memasuki wilayah kehidupan kita.  Kompromi akan membawa kita kepada kekalahan dan kehancuran karena ketika berada dalam persoalan atau tekanan, rasa takut membuat orang mudah putus asa, kehilangan semangat dan pada akhirnya akan menyerah pada keadaan.  Inilah yang menjadi musuh iman!  Contoh:  menyerah pada keadaan.  Inilah yang menjadi musuh iman!  Contoh:  ketika dikejar-kejar oleh Firaun dan pasukannya, bangsa Israel mengalami ketakutan yang luar biasa sehingga mereka menjadi putus asa, tidak mau melanjutkan perjalanan dan ingin kembali saja ke Mesir.

     Bagaimana kita dapat menang atas ketakutan?  Kita harus mengandalkan Tuhan dalam segala hal  (baca Yeremia 17:7).  Simak pernyataan Daud,  "Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu;  kepada Allah, yang firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut.  Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?"  (Mazmur 56:4-5).  Banyak orang Kristen yang mengandalkan kekayaan yang dimiliki, padahal Alkitab menegaskan bahwa kekayaan itu memiliki sayap dan dapat terbang atau bisa lenyap sewaktu-waktu  (baca Amsal 23:4-5).

Jangan takut, Tuhan menyertai kita!

Monday, September 5, 2011

SEKARANG WAKTUNYA UNTUK MEMBERITAKAN INJIL!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 September 2011 -

Baca:  Matius 4:23-25

"Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea;  Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu."  Matius 4:23

Selama berada di bumi Yesus tidak pernah berhenti untuk bekerja.  Dia berkata,  "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga."  (Yohanes 5:17).  Sebagaimana dinyatakan dalam ayat nas, Yesus tidak pernah menyia-nyiakan setiap waktu dan kesempatan yang ada:  berkeliling, mengajar dan memberitakan Injil serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.  Bagaimana kita?  Tuhan Yesus telah meninggalkan teladan bagaimana Ia dengan sepenuh hati mengerjakannya:  "...segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakanNya."  (Yohanes 5:36a).  Kini tugas itu ada di pundak kita!  Tuhan Yesus memberi perintah kepada setiap orang percaya untuk memberitakan Injil.  PerintahNya kepada kita:  "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk."  (Markus 16:15).

     Sudahkah kita melakukan perintah Tuhan ini?  "Ah nanti saja kalau sudah bekerja aku akan memberitakan Injil.  Kalau Tuhan sudah menyembuhkan sakitku aku pasti akan bersaksi dan memberitakan Injil.  Nanti kalau usahaku sudah pulih aku akan ikut pelayanan.  Ah itu kan tugasnya pendeta atau hamba Tuhan, sedangkan aku hanya jemaat biasa atau orang awam."  dan macam-macam alasan.  Banyak orang Kristen yang masih terfokus mengejar materi dan kesibukan.  Masih banyak pula yang enggan dan tidak tergerak hati untuk memberitakan Injil.  Ingat, memberitakan Injil adalah tugas yang tidak dapat ditawar-tawar lagi oleh setiap orang Kristen.  Kalau tidak sekarang, kapan lagi?  Selagi kita masih hidup dan memiliki tubuh yang sehat, selagi ada waktu dan kesempatan, jangan sia-siakan!

     Kepada siapa kita perlu memberitakan Injil?  Mulailah dengan orang-orang yang terdekat (sanak saudara, teman kantor, tetangga).  Alkitab jelas menyatakan bahwa memberitakan Injil adalah pekerjaan utama semua orang percaya sebelum Tuhan Yesus datang kali yang kedua  (baca Matius 24:14).  Jangan memiliki perasaan takut ditolak atau diejek sebelum mencoba memberitakan Injil.

"Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang;  akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja."  Yohanes 9:4

Sunday, September 4, 2011

TAKUT AKAN TUHAN: Kunci Mengalami Kebaikan!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 September 2011 -

Baca:  Mazmur 31

"Alangkah limpahnya kebaikan-Mu yang telah Kausimpan bagi orang yang takut akan Engkau, yang telah Kaulakukan bagi orang yang berlindung pada-Mu, di hadapan manusia!"  Mazmur 31:20

Takut akan Tuhan adalah unsur penting dalam kehidupan orang percaya.  Takut yang bagaimana?  Ada banyak di antara kita yang takut akan banyak hal, seperti takut akan hantu, takut akan ketinggian, takut akan keramaian dan sebagainya.  Takut akan Tuhan bukanlah seperti itu.  Pengertian takut akan Tuhan menjadi jelas jika kita mengerti siapa dan seperti apa Tuhan itu.

     Secara Alkitabiah takut akan Tuhan berbicara tentang kekuatan, kebesaran, otoritas dan kekudusan Tuhan.  Takut akan Tuhan di sini adalah wujud rasa takut dalam arti positif.  Artinya kita menghormati Dia karena kebesaranNya, kekudusanNya, keadilanNya dan juga kebenaranNya.  Tanpa rasa takut akan Tuhan orang Kristen cenderung berpikir, berkata, dan berbuat sesuka hatinya sendiri.  Rasa takut akan Tuhan yang seperti ini juga tidak didasari oleh karena takut mengalami hukuman atau takut masuk neraka, karena jika ini yang terjadi maka rasa takut semacam ini tidak didasarkan pada kasih kepada Tuhan.

     Takut akan Tuhan adalah ketetapan hati dan pikiran orang percaya yang tidak mau mengecewakan Tuhan melalui pikiran, ucapan dan tindakannya sebagai ekspresi kasih kepadaNya.  Jadi orang yang takut akan Tuhan akan berusaha untuk hidup seturut firmanNya, menjauhkan diri dari segala bentuk kejahatan (dosa) dengan kerelaan hatinya sendiri, bukan karena terpaksa atau karena dorongan dari orang lain.  Dalam Pengkotbah 12:13 dikatakan:  "Akhir kata dari segala yang didengar ialah:  takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintahNya, karena ini adalah kewajiban setiap orang."

     Ada berkat-berkat yang disediakan Tuhan bagi orang-orang yang takut akan Dia:  1.  Kita akan hidup dalam kebahagiaan dan ketenteraman (baca Mazmur 128:1 dan Amsal 14:26).  2.  Kita tidak akan kekurangan sesuatu pun yang baik dari Tuhan.  "Alangkah limpahnya kebaikan-Mu yang telah Kausimpan bagi orang yang takut akan Engkau,"  (Mazmur 31:20a).  3.  Kita akan diperhatikan oleh Tuhan (baca Mazmur 33:18).  4.  Doa kita akan didengar dan dijawab Tuhan.  "Ia melakukan kehendak orang-orang yang takut akan Dia, mendengarkan teriak mereka minta tolong dan menyelamatkan mereka."  (Mazmur 145:19).

Orang yang takut akan Tuhan pasti akan mengalami semua kebaikan Tuhan!

Saturday, September 3, 2011

MENGELOLA KEUANGAN DENGAN BAIK: Keluar dari Jerat Utang!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 September 2011 -

Baca:  Amsal 21

"Harta yang indah dan minyak ada di kediaman orang bijak, tetapi orang yang bebal memboroskannya."  Amsal 21:20

Saudara pernah memiliki utang?  Utang seringkali menjadi sumber pertengkaran dan beban berat dalam kehidupan rumah tangga;  utang juga menjadi penghalang untuk bisa memberi atau menabur.  Oleh karena itu Alkitab mengingatkan kita untuk hidup sesuai dengan kemampuan atau penghasilan yang ada.  Ketika seseorang memiliki penghasilan yang masih minim dia masih bisa mencukupkan diri karena kebutuhannya juga masih sedikit (tidak berpikir 'macam-macam').  Namun meningkatnya pendapat seseorang seringkali diikuti pula dengan peningkatan kebutuhan, bahkan sampai kebablasan, 'besar pasak daripada tiang'.  Siapa pun kita bisa terbebas dari jerat utang jika kita sangat menginginkan hal itu.  Dan kita bisa memulainya sejak saat ini juga.

     Utang adalah suatu kewajiban atau tanggung jawab untuk membayar atau mengembalikan sesuatu yang dipinjam kepada orang lain yang memilikinya.  Memiliki utang seringkali sebagai akibat dari ketidakmampuan kita mengelola keuangan dengan baik, padahal kemampuan kita mengelola uang akan menentukan kepercayaan Tuhan kepada kita atas kekayaanNya.  Setelah mengembalikan persepuluhan banyak dari kita yang berpikir bahwa sisa yang 90% adalah milik kita sendiri.  Sesungguhnya kita ini hanyalah bendaharaNya saja;  ketidakmengertian inilah yang akhirnya mendorong orang Kristen hidup boros.  Salomo menyebut orang yang boros sebagai orang yang bebal.  Perhatikanlah:  yang penting bukanlah seberapa banyak uang yang kita miliki, melainkan seberapa bijak kita mengendalikan pengeluaran.  Mengapa banyak orang Kristen tidak dapat mengelola uang mereka dengan bijak?  Karena kita memiliki gaya hidup konsumtif.  Seringkali kita mengeluarkan uang bukan untuk hal-hal yang penting dan yang benar-benar dibutuhkan, tetapi hanya sekedar memuaskan mata.

     Mari berubah!  Milikilah sikap hidup hemat dan sederhana.  Pikirkan masak-masak sebelum membeli segala sesuatu, apakah barang tersebut benar-benar kita butuhkan atau tidak?  Dan berhentilah membandingkan diri kita dengan orang lain!  Karena itu buatlah anggaran keuangan sesuai dengan prioritas yang benar.  Prioritas yang benar adalah;  persepuluhan, lalu kebutuhan hidup yang utama, lalu benih untuk ditabur, dan terakhir tabungan. 

Jika dapat mengelola uang dengan benar kita pasti tidak lagi berutang!

Friday, September 2, 2011

JANGAN MALAS, JADILAH ORANG YANG RAJIN!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 September 2011 -

Baca:  Amsal 10

"Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya."  Amsal 10:4

Adakah kita menemukan orang yang malas dan lamban berhasil dalam hidupnya?  Mustahil bila ada.  Alkitab jelas menyatakan bahwa  "Tangan yang lamban membuat miskin,..."  Tidak hanya itu,  "Kemalasan mendatangkan tidur nyenyak, dan orang yang lamban akan menderita lapar."  (Amsal 19:15), bahkan Alkitab mengkategorikan orang yang malas sebagai perusak.  Tertulis:  "Orang yang bermalas-malas dalam pekerjaannya sudah menjadi saudara si perusak."  (Amsal 18:9).  Di mana pun berada, baik itu di kantor, di sekolah, di rumah, di gereja atau pelayanan, seorang pemalas hanya akan menjadi pengganggu atau perusak bagi yang lain.  Itulah sebabnya firman Tuhan menasihatkan agar kita mau belajar dari kebiasaan semut.  "...pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak:  biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panewn.  Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring?  Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu?  'Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk berbaring' - maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekuarangn seperti orang bersenjata."  (Amsal 6:6-11).

     Seorang pemalas biasanya suka menunda-nunda pekerjaan atau tugas sehingga pekerjaannya kian menumpuk.  Prinsip mereka:  "Besok masih ada waktu, sekarang santai dulu saja!"  Orang yang lamban dan pemalas selalu menyia-nyiakan waktu dan kesempatan yang ada seperti yang diperbuat oleh orang yang menerima satu talenta, sehingga tuannya menjadi sangat marah:  "Hai kamu, hamba yang jahat dan malas,...Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap.  Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."  (Matius 25:26, 30).  Jadi kemalasan dapat dikategorikan sebagai kejahatan.  Langkah untuk mengalahkan kemalasan adalah keharusan hidup disiplin dan bekerja lebih keras lagi.

     Kerja keras adalah faktor penting penentu keberhasilan!  Maka belajarlah menggunakan waktu sebaik mungkin, jangan lagi menunda-nunda mengerjakan tugas yang ada supaya tidak semakin menumpuk.  Kemalasan dan kelambanan hanya akan membawa kita kepada kegagalan.

Karena itu jadilah seorang yang rajin!

Thursday, September 1, 2011

ORANG KRISTEN HARUS MENJADI SAKSI KRISTUS!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 September 2011 -

Baca:  Yesaya 43:8-21

"'Kamu inilah saksi-saksi-Ku,' dan hamba-Ku yang telah Kupilih, supaya kamu tahu dan percaya kepada-Ku dan mengerti, bahwa Aku tetap Dia."  Yesaya 43:10a

Tuhan menghendaki agar setiap orang Kristen berperan menjadi saksi di tengah dunia.  Alkitab menyatakan bahwa setiap orang percaya adalah garam dunia dan terang dunia  (baca  Matius 5:13-14).  Dengan demikian kita harus memiliki kehidupan yang berbeda dari orang-orang dunia.

     Saksi tidak sama dengan reporter.  Reporter memiliki tugas menyampaikan informasi tentang orang lain, sedangkan tugas saksi adalah memberi kesaksian tentang apa yang dialami, dilihat dan dirasakannya secara pribadi, bukan menceritakan pengalaman orang lain.  Itulah sebabnya Roh Kudus dicurahkan kepada para rasul agar mereka memperoleh kuasa untuk menjadi saksi.  "...kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."  (Kisah 1:8).

     Kita melihat bahwa masih banyak orang Kristen yang hidupnya tidak menjadi saksi yang baik bagi orang lain.  Mungkin kita pandai merangkai kata saat bersaksi di depan jemaat, tapi sesungguhnya kita belum sepenuhnya menjadikan hidup kita benar-benar sebagai saksi.  Jadi banyak orang Kristen pandai bersaksi tetapi tidak menjadikan hidupnya sebagai saksi.  Menjadi saksi bukan dengan perkataan semata tapi harus melalui kehidupan kita secara nyata.  Jadi, orang lain dapat melihat kehidupan Kristen itu nyata dalam kehidupan kita setiap hari.  Ucapan dan perbuatan kita selaras, tidak ada perbedaan, dan kesemuanya itu mencerminkan bahwa ada Kristus di dalam kita.  Seorang saksi, pastinya akan sangat antusias untuk bersaksi kepada orang-orang di sekitar tentang pengalaman hidupnya di dalam Tuhan, sehingga orang lain boleh mengenal Kristus melalui hidupnya.  Jika keKristenan kita biasa-biasa saja dan tidak jauh berbeda dengan orang dunia, maka kita pun akan mengalami kesulitan bersaksi, karena menjadi saksi berarti iman dan juga nilai-nilai kebenaran Kristus tidak disembunyikan, tetapi justru dinyatakan melalui sikap, perkataan dan perbuatan.  Ternyata tidak mudah menjadi saksi bagi dunia!

"Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapa-mu yang di sorga."  Matius 5:16

Wednesday, August 31, 2011

TURUT DALAM PERLOMBAAN IMAN (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Agustus 2011 -

Baca:  Ibrani 12:1-17

"Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa."  Ibrani 12:3

Di akhir zaman ini banyak orang Kristen berhenti di tengah jalan dan tidak mau melanjutkan perlombaan imannya karena beban yang ada:  kecewa kepada Tuhan karena merasa hidupnya tidak diberkati, sakit-penyakitnya belum disembuhkan, mengalami kepahitan terhadap hamba Tuhan, atau rela menjual imannya demi jabatan, harta atau pasangan hidup.  Alkitab menyatakan,  "Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku."  (Lukas 7:23).

     Adakalanya dalam perlombaan iman ini kita harus melewati lembah-lembah kekelaman sebagaimana Yesus juga harus melewati jalan salib yang penuh penderitaan;  tapi Ia mampu menjalaninya.  Simak pernyataan Daud,  "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku;  gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku."  (Mazmur 23:4).  Langkah berikutnya:  berlari.  Artinya, melangkah dengan iman dan percaya penuh kepada Tuhan.  Tuhan tidak menghendaki kita hanya sebagai penonton, tapi sebagai peserta lomba yang terus berlari menuju kepada sasaran yaitu garis finis.  Bersediakah kita?

     Tuhan tidak mencari orang yang kaya atau pandai menurut ukuran dunia, yang Dia cari adalah orang yang dapat dipercaya dan memiliki hati hamba.  Karena itu jangan puas hanya menjadi penonton.  Harus lebih dari itu, jadilah peserta dan mulailah berlari.  Masuklah gelanggang dan berlarilah sekencang mungkin menuju sasaran!  Kegagalan bangsa Israel mencapai Tanah Perjanjian menjadi pelajaran berharga bagi kita.  "...mereka tidak dapat masuk oleh karena ketikdakpercayaan mereka."  (Ibrani 3:19), padahal mereka adalah orang-orang yang selama 40 tahun telah melihat dan mengalami mujizat dan kuasa Tuhan setiap hari di padang gurun.  Setiap hari Tuhan memberi mereka roti dari sorga  (manna);  tiang awan menaungi mereka di siang hari, dan tiang api menuntun mereka di malam hari.  Namun kesemuannya itu tidak serta merta membuat mereka percaya, tetapi hati mereka tetap keras.

Haruslah kita bisa menguasai diri dalam segala hal, jangan biarkan perkara-perkara duniawi menghalangi kita mencapai sasaran, sebab hanya peserta yang berlari dengan mata memandang ke depan, memandang pada tujuan, yang dapat menyelesaikan pertandingan dan berhak memperoleh hadiah.

Tuesday, August 30, 2011

TURUT DALAM PERLOMBAAN IMAN (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Agustus 2011 -

Baca:  Ibrani 12:1-17

"Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita."  Ibrani 12:1

Dua ribu tahun lalu Bapa mengutus AnakNya untuk bertanding dalam perlombaan iman.  Bapa tidak memberikan mahkota atau Nama di atas segala nama, dan tidak menjadikan Dia Tuhan atas segala tuan karena Dia adalah AnakNya sendiri.  Tidak!  Bapa memahkotai Yesus, menganugerahi Nama di atas segala nama dan menjadikan Dia Tuhan atas segala tuan karena sebagai manusia Dia telah menyelesaikan dan memenangkan sebuah perlombaan iman, mampu melewati semua ujian, pencobaan dan rintangan.  Apa rahasianya?  Karena Dia memiliki ketaatan yang sempurna.  Dia taat sampai pada titik darah penghabisan untuk menggenapi seluruh rencana dan kehendak BapaNya.  Itulah sebabnya, Yesus  "Anak domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat dan kemuliaan, dan puji-pujian!"  (Wahyu 5:12).

     Sebagai umat tebusan Kristus kita ini adalah peserta perlombaan iman untuk memperoleh hadiah yaitu mahkota kehidupan.  Tuhan Yesus sendiri yang akan memimpin kita dan memberi kekuatan kepada kita sehingga kita beroleh kekuatan untuk menyelesaikan perlombaan itu.  Jadi,  "Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan,..."  (Ibrani 12:2a).

     Langkah-langkah apa saja yang harus ditempuh supaya kita bisa memenangkan perlombaan iman ini?  Langkah awal yang harus kita lakukan adalah menanggalkan semua beban dan dosa.  Dosa adalah penghalang utama meraih kemenangan!  Penghalang lainnya adalah beban.  Beban dapat menjadi kekuatan yang menghancurkan dan menggagalkan kita dalam perlombaan.  Beban itu dapat berupa kekecewaan, kepahitan, letih lesu, rasa putus asa,  penyesalan dan sebagainya.  Untuk dapat melepaskan segala beban itu kita harus datang kepada Yesus dan belajar kepadaNya  (baca Matius 11:18-30).  Orang yang letih lesu dan berbeban berat pasti tidak dapat berlomba dengan baik.  Elia, nabi Tuhan, nyaris tidak mau melanjutkan tugas pelayanannya  (perlombaan iman)  karena larut dalam keputusasaannya  (baca 1 Raja-Raja 19:4).

Akhirnya Tuhan memulihkan keadaan Elia dan membangkitkan dia dari kegagalan.

Monday, August 29, 2011

PESERTA LOMBA ATAU PENONTON

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Agustus 2011 -

Baca:  1 Korintus 9:24-27

"Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah?  Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya!"  1 Korintus 9:24

Kehidupan kekristenan kita ini diambarkan seperti sebuah arena pertandingan lari.  Ada pun jarak yang harus kita tempuh itu cukup jauh dengan medan yang beraneka.  Kadangkala jalan yang kita tempuh itu rata, menanjak melewati bukit dan terkadang kita harus menyusuri lembah yang curam.  Dalam pertandingan ini Tuhan mengundang semua umat manusia untuk menjadi peserta, tetapi tidak semua orang menanggapi undangan itu.  Bahkan sebagian besar orang mengabaikannya dengan berbagai dalih atau alasan:  "Sibuk;  capai;  aku sudah tua, biar yang muda-muda saja;  nanti kalau aku sudah kaya."  dan sebagainya.

     Alkitab menyatakan,  "Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih."  (Matis 22:14).  Memang, bagi kita yang merespons panggilan Tuhan, kita pun harus sadar segala resikonya:  ada banyak ujian, tantangan dan rintangan.  Akibatnya ada sebagian peserta yang akhirnya berhenti di tengah jalan karena merasa tidak sanggpu melanjutkan perlombaan, ada yang masih terus memikul beban berat sehingga mereka tidak sanggup lagi berlari.  Sementara peserta yang lainnya mampu berlari dan terus berlari hingga mencapai garis akhir dan menjadi pemenang!  Dan hanya mereka yang bertanding sesuai dengan aturan perlombaan dan berhasil mencapai garis akhirlah yang berhak memperoleh medali atau hadiah, sebagaimana tertulis:  "Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga."  (2 Timotius 2:5).

     Tuhan memanggil kita untuk menjadi peserta pertandinga, bukan sebagai penonton saja, karena ada perbedaan yang hakiki antara seorang peserta dan penonton.  Umumnya seorang penonton akan lebih gampang berkomentar dan mengkritik karena ia hanya menonton, bukan bertanding.  Penonton jarang mendapat cedera atau bermandi peluh, atau terengah-engah kelelahan karena mereka hanya duduk-duduk sambil menonton.  Adalah wajar bila seorang penonton terbaik sekali pun tidak berhak atas medali atau hadiah apa pun dalam perlombaan tersebut.  Yang berhak memperoleh medali atau hadiah adalah peserta lomba yang telah bekerja keras dan memenangkan perlombaan.    

Menjadi peserta lomba mengharuskan ada harga yang dibayar;  siapkah kita?

Sunday, August 28, 2011

JANGAN TAWAR HATI KARENA MASALAH

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Agustus 2011 -

Baca:  Efesus 3:1-13

"Sebab itu aku minta kepadamu, supaya kamu jangan tawar hati melihat kesesakanku karena kamu, karena kesesakanku itu adalah kemuliaanmu."  Efesus 3:13

Masalah adalah bagian dari kehidupan manusia, tanpa terkecuali.  Jadi kita tidak dapat menghindar atau lari dari masalah.  Kita harus menghadapinya!  Mungkin kita berpikir,  "Mengikut Tuhan Yesus kok malah banyak ujian dan permasalahan?" 

     Percaya kepada Yesus bukan berarti perjalanan hidup mulus ibarat melewati jalan tol.  Bukan berarti pula kita langsung memiliki kehidupan yang berlimpah dengan berkat.  Justru pada saat kita 'berlabel Kristen' kita harus siap dengan segala konsekuensinya.  Tuhan Yesus berkata,  "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku."  (Matius 16:24).  Dengan adanya masalah demi masalah yang menghiasi perjalanan hidup kita bukan berarti Tuhan tidak mengasihi dan mempedulikan kita.  Justru dengan masalah yang ada Dia hendak membentuk dan memproses kita supaya iman kita makin kuat dan berakar di dalam Dia.  Seringkali kita menjadi lemah dan tawar hati ketika permasalahan datang menimpa.  Kita berharap Tuhan segera memberikan pertolongan dan menjawab doa-doa kita.  Namun jika pertolongan Tuhan tidak kunjung datang kita kecewa dan tidak lagi punya semangat untuk mencari Tuhan lagi.  Mari belajar dari Rasul Paulus!  Meski harus menghadapi masalah dan penderitaan ia tetap bertahan dan mampu menjaga hatinya agar tidak menjadi tawar.  "...kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari."  (2 Korintus 4:16).

     Paulus tahu pasti bahwa penderitaan yan dialaminya itu tidak sebanding dengan kemuliaan kekal yang Tuhan sediakan kelak.  Inilah yang menjadi kekuatan Paulus!  Tawar hati hanya akan membuat kita makin lemah dan tak berdaya menghadapi masalah yang ada, sebab  "Jika enkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu."  (Amsal 24:10).  Sebaliknya, hadapi setiap masalah yang ada dengan penuh iman!  Jangan hanya karena masalah, kita menjadi undur dan meninggalkan Tuhan.  Kita akan rugi besar!

"...penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandinkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita."  Roma 8:18

Saturday, August 27, 2011

BISAKAH KITA MENGUASAI DIRI?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Agustus 2011 -

Baca:  Amsal 25

"Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya."  Amsal 25:28

Penguasaan diri atau pengendalian diri adalah salah satu aspek dari buah Roh (baca Galatia 5:23).  Penguasaan diri adalah kemampuan Ilahi yang diberikan Tuhan kepada orang percaya:  merupakan ketetapan hati serta pikiran untuk menahan dan mengendalikan dirinya agar ia bereaksi, berbicara, berpikir dan bertindak sesuai dengan firman Tuhan.

     Penguasaan diri bisa juga diartikan sebagai sikap kehidupan yang tegas, baik terhadap orang luar maupun terhadap diri sendiri dan juga terhadap keinginan-keinginan duniawi.  Ketika kita tahu sesuatu itu salah, kita harus tegas terhadap diri sendiri dan berkata:  tidak!  Jadi, ketika kita berbicara mengenai penguasaan ini kita berbicara mengenai dua hal yaitu berlatih dan berjuang.  Alkitab menyatakan,  "Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota."  (Amsal 16:32);  sebaliknya, orang yang tidak dapat mengendalikan diri seperti kota yang roboh temboknya.  Kata tembok tidak hanya berbicara mengenai batasan suatu wilayah, namun juga bisa diartikan sebagai keamanan dan ketenangan.  Ketika tembok tegak berdiri, tembok tersebut berfungsi untuk memberikan keamanan;  tapi jika tembok itu roboh, siapa pun yang tinggal di dalam kota itu pasti tidak akan merasa aman dan tenang lagi.  Kota yang roboh temboknya akan dengan mudah diporakporandakan oleh musuh.  Begitu juga seseorang yang memiliki karunia yang luar biasa:  pelayanan atau karir yang diberkati Tuhan, namun tidak dapat menguasai diri, maka Iblis akan dengan mudah menyerang hidupnya berkali-kali.

     Kita harus bisa menguasai diri;  dalam hal apa?  1. Emosi.  Jika emosi seseorang tidak terkendali akan menimbulkan pertengkaran.  "Si pemarah menimbulkan pertengkaran, dan orang yang lekas gusar, banyak pelanggarannya."  (Amsal 29:22).  2. Ucapan.  Menguasai diri dalam hal ucapan adalah penting sekali, karena  "...barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya."  (Yakobus 3:2).  Hendaknya ucapan atau perkataan kita sesuai dengan firman Tuhan.  3. Hawa nafsu.  Ingat!  Nafsu yang tidak terkendali dapat berakhir dengan perbuatan dosa.  Karena itu,  "...matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi,..."  (Kolose 3:5).

Tanpa penguasaan diri, apa pun yang kita kerjakan tidak akan berhasil!

Friday, August 26, 2011

MENGAPA SULIT MENGAMPUNI ORANG LAIN?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Agustus 2011 -

Baca:  Mazmur 32

"Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi!"  Mazmur 32:1
Hampir semua orang mengatakan bahwa memberikan pengampunan kepada orang lain yang bersalah kepada kita adalah pekerjaan yang sulit untuk dilakukan.  Banyak orang berkata,  "Aku tidak memaafkan dia, hatiku sudah terlanjur sakit.  Mengampuni?  Kok enak, dia sudah berbuat jahat dan menyakiti aku."  Harus kita akui bahwa hal mengampuni ini memang hal yang tidak mudah untuk dilakukan, terlebih lagi jika orang yang menyakiti dan berbuat jahat kepada kita adalah orang-orang terdekat atau orang yang kita kasihi:  sahabat, suami, isteri, anak, rekan sepelayanan, rekan kerja dan lain-lain.  Rasa sakit karena dikhianati masih membekas begitu dalam di hati kita.

     Firman Tuhan mengajar kita untuk memberi pengampunan kepada orang yang telah melukai kita.  Kita sering berkata,  "Oke saya maafkan kesalahannya, tapi jangan harap saya mau ketemu dia lagi."  Namun Alkitab menyatakan bahwa kita harus memberi pengampunan kepada orang lain tidak hanya sekali, dua kali, atau sampai tujuh kali.  "Bukan!  Aku berkata kepadamu:  Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali."  (Matius 18:22).  Tidak peduli betapa dalam luka yang telah mereka tancapkan di hati kita, tugas kita tetaplah memberikan pengampunan.  Mengapa kita harus memberi pengampunan?  Karena dosa-dosa kita telah diampuni oleh Tuhan Yesus melalui pengorbananNya di atas kayu salib.  Sebesar apa pun dosa atau pelangaran yang telah kita perbuat, darah Yesus selalu menyucikan kita ketika kita mau datang kepada Tuhan dan bertobat.  FirmanNya,  "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju;  sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba."  (Yesaya 1:18).  Luar biasa!

     Penampunan telah dilepaskan Tuhan bagi kita, masakan kita tidak mau mengampuni orang yang bersalah kepada kita?  Coba hitung:  berapa banyak pelangaran kita kepada Tuhan?  Berapa kali kita menyakiti hati Tuhan dengan ketidaktaatan kita?  Sejahat apa pun dan seberapa besar kesalahan orang lain kepada kita, kita harus bisa mengampuni, karena Tuhan Yesus telah mengampuni kita tanpa syarat.

Ingatlah ini:  "...jikalau kamu tidak mengampuni orang,  Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu."  Matius 6:15

Thursday, August 25, 2011

KESUKSESAN SEJATI: Melakukan Kehendak Tuhan!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Agustus 2011 -

Baca:  Amsal 3:1-26

"Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan Tuhan dan jauhilah kejahatan."  Amsal 3:7

Menjadi orang yang sukses adalah impian setiap orang.  Seorang pelajar atau mahasiswa belajar giat dengan harapan kelak bisa sukses menggapai cita-citanya;  para pebisnis rela kerja ekstra dan berusaha menyusun strategi bagaimana caranya supaya usahanya sukses dan bertambah maju;  setiap atlit harus menyantap menu latihan berjam-jam dalam sehari demi meraih sukses di lapangan pertandingan.  Semua orang berorientasi kepada kesuksesan.  Namun, pada umumnya semua orang di dunia ini berpendapat bahwa sukses identik dengan uang yang banyak, rumah dan mobil mewah, terkenal dan memiliki jabatan yang tinggi.  Perhatikan apa yang dikatakan Tuhan Yesus,  "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya."  (Markus 8:36).

     Ternyata, orang yang memiliki kekayaan melimpah atau bahkan telah memiliki seluruh isi dunia ini pun belum bisa disebut orang yang sukses, karena tidak ada gunanya seseorang memiliki segala-galanya tapi pada akhirnya harus mengalami kematian kekal.  Jadi, uang atau kekayaan dan segala hal yang duniawi bukanlah ukuran sukses bagi kita.  Seseorang dapat dikatakan sukses apabila ia mampu menjadi pelaku firman, artinya melakukan kehendak Tuhan dalam hidupnya.  FirmanNya menyatakan,  "Hai anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku, karena panjang umur dan lanjut usia serta sejahtera akan ditambahkannya kepadamu."  (Amsal 3:1-2) dan "Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri."  (Amsal 3:5).

     Jadi kalau kita ingin sukses di hadapan manusia, terlebih lagi di mata Tuhan, tidak ada jalan lain selain harus percaya kepada Tuhan dengan segenap hati di segala keadaan.  Acapkali ketika tantangan datang, banyak dari kita yang tidak lagi percaya kepada Tuhan tapi lebih bersandar pada kekuatan dan kepintaran diri sendiri, padahal pikiran dan kekuatan manusia itu terbatas.  Firman Tuhan mengajarkan supaya kita tetap mengandalkan Tuhan.  Jangan bersandar kepada pengertian sendiri, tetapi biarlah kita bersandar kepada firman Tuhan.

Jika saat ini kita berhasil dalam segala bidang, bahkan memiliki harta yang melimpah, biarlah kita sadar dan mengakui semua itu datangnya dari Tuhan, bukan karena kuat dan gagah kita.

Wednesday, August 24, 2011

HIDUP TANPA KEKUATIRAN, MUNGKINKAH?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Agustus 2011 -

Baca:  Amsal 12

"Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang,"  Amsal 12:25a

Bagi orang dunia, memiliki kekuatiran adalah hal yang biasa atau sesuatu yang normal, namun TIDAK bagi orang percaya.  Firman Tuhan menyatakan,   "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur."  (Filipi 4:6).  Perlu diketahui bahwa kekuatiran adalah salah satu bentuk dari intimidasi Iblis.  Berbagai upaya dilakukan Iblis untuk melemahkan iman kita, salah satunya melalui kekuatiran ini.  Ketika kita sedang kuatir berarti kita sedang meragukan kuasa Tuhan dalam hidup kita.  Meragukan kuasa Tuhan sama artinya tidak percaya!  Normalnya, kehidupan orang Kristen adalah kehidupan yang bebas dari kekuatiran, karena kita memiliki Tuhan yang adalah Jehovah Jireh, Tuhan yang menyediakan apa yang menjadi kebutuhan kita, sebagaimana disampaikan oleh Paulus,  "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus."  (Filipi 4:19).

     Bagaimana kita bisa terbebas dari kekuatiran?  Kita harus mengambil suatu tindakan seperti yang Alkitab sampaikan:  "...carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu,"  (Matius 6:33).  Jadi kalau kita mencari, di dalamnya ada tindakan meminta.  Kalau kita mencari maka kita akan mendapat;  apabila kita mengetuk maka pintu akan dibukakan bagi kita (baca Matius 7:7-8).  Di akhir zaman ini, menanamkan kekuatiran adalah agenda kerja Iblis.  Iblis sangat suka bila ada orang Kristen yang selalu kuatir setiap hari, sebab bila seseorang kuatir, hidupnya pasti tidak akan tenang, tidak ada damai sejahtera, sehingga mereka pun akan mengeluh dan bersungut-sungut kepada Tuhan.  Itulah yang dimaui Iblis!  Rasa kuatir menyerang ketika mata kita hanya tertuju pada masalah dan situasi yang ada di sekitar kita.

     Arahkan pandangan kepada Tuhan saja!  Sebesar apa pun masalah yang kita alami tidak sebanding dengan besarnya kuasa Tuhan.  Karena itu jangan terpengaruh oleh situasi dan fakta yang ada.  Ketika berhadapan dengan Goliat (pahlawan Filistin), Daud tidak kuatir sedikit pun, karena ia tahu bahwa Tuhan menyertainya.  Dan terbukti Daud mampu mengalahkan Goliat.  Seandainya Daud kuatir, perkara besar tidak akan pernah terjadi!

Kekuatiran menghambat Tuhan bekerja!

Tuesday, August 23, 2011

MEMILIKI PIKIRAN KRISTUS: Perkara Rohani dan Positif!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Agustus 2011 -

Baca:  Kolose 3:1-4

"Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi."  Kolose 3:2

Seringkali keadaan atau situasi yang ada di sekitar membawa dampak yang besar terhadap pola pikir seseorang.  Dengan kata lain, apa yang kita pikirkan setiap saat dipengaruhi oleh keadaan atau situasi yang ada di sekitar kita.  Pikiran kita dipenuhi oleh perkara-perkara yang ada:  Kesulitan, sakit-penyakit, pekerjaan, keuangan.  Akibatnya banyak orang yang hidup dalam kekuatiran, kebimbangan, kegelisahan, ketakutan, tekanan, putus asa, kebencian, kecewa dan lain-lain.

     Selama hidup di dunia ini kita takkan lepas dari berbagai macam permasalahan, namun kita harus selalu waspada dan bertindak hati-hati, sebab pikiran kita itu ibarat medan peperangan.  Karena itu jangan beri tempat kepada Iblis untuk masuk ke pikiran kita.  Kalau kita ijinkan Iblis menguasai pikiran kita, ia hanya akan menuduh, mendakwa dan mengintimidasi kita, sehingga kita pun hanya memikirkan yang buruk-buruk atau negatif tentang hidup kita.  Jangan sampai Iblis diuntungkan dalam hal ini, jangan sampai Iblis mengambil kesempatan untuk meracuni pikiran kita dengan hal-hal negatif.  Oleh sebab itu Alkitab mengingatkan agar kita memikirkan perkara-perkara yang di atas (sorgawi) lebih dari perkara-perkara yang ada di dunia ini.  Memenuhi pikiran kita dengan perkara-perkara rohani:  inilah yang dimaksud dengan memiliki pikiran Kristus sebagaimana Rasul Paulus tegaskan kepada jemaat di Korintus:  "...kami memiliki pikiran Kristus."  (1 Korintus 2:16b).  Memiliki pikiran Kristus berarti kita  "...menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus,"  (2 Korintus 10:5b), berarti pikiran kita sepenuhnya dipimpin, dituntun, diarahkan dan dikendalikan sepenuhnya oleh Roh Kudus.  Ketika kita memikirkan perkara-perkara rohani atau hal-hal yang positif berarti kita sedang mengenakan pikiran Kristus, sebab Kristus senantiasa berpikir tentang hal-hal baik atau positif dalam kehidupan kita, terlepas dari keadaan kita dan bagaimana pun adanya kita.

     Tuhan berfirman,  "...Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."  (Yeremia 29:11).  Kalau kita berpikir ke arah yang buruk, maka yang buruk terjadi;  sebaliknya bila kita berpikir yang baik-baik (firman Tuhan), maka kebaikan akan terjadi atas hidup kita.  Pikiran rohani datanganya dari Tuhan dan membawa kita kepada kemenangan.

Jadi, relakan firmanNya membentuk dan mengisi pikiran kita setiap waktu!

Monday, August 22, 2011

TEGUH DALAM IMAN DAN BERSIKAP SEBAGAI LAKI-LAKI!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Agustus 2011 -

Baca:  2 Tesalonika 2:13-17

"Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis."  2 Tesalonika 2:15

Berpegang teguh di dalam iman yang dimaksudkan Paulus di sini adalah berpegang teguh pada kebenaran atau isi dari Injil Kristus.  Setan tidak dapat merebut iman keselamatan kita, namun ia dapat dan seringkali membuat orang Kristen mudah bimbang atau ragu akan kualitas imannya sendiri.

     Apabila kita tidak berakar kuat di dalam firman dan tidak berpegang teguh pada Injil, kita akan mudah terpedaya dan mulai mengkompromikan hal-hal di luar kebenaran.  Hal ini terjadi dan dialami oleh orang-orang di Korintus pada waktu itu, di mana mereka menganggap bahwa kebenaran Injil adalah sebuah kebodohan, sehingga mereka pun lebih condong mengandalkan filsafat dan hikmat manusia sebagai pegangan hidup mereka.  Karena keadaan itulah Rasul Paulus menegur mereka dengan keras dan memberikan perintah kepada mereka agar berdiri teguh di dalam iman dan tetap berpegang pada kebenaran Injil Kristus.  Bertindak sebagai laki-laki artinya bertindak berprilaku selayaknya sebagai orang yang dewasa.  Orang dewasa seharusnyalah memiliki penguasaan diri, pola pikir yang sudah matang, serta mampu membedakan mana yang baik dan tidak, serta memiliki semangat yang tidak dimiliki oleh seorang anak kecil, apalagi bayi.  Jadi  "Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu.  Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu!"  (1 Korintus 14:20).  Kekristenan yang hidup adalah kekristenan yang terus bertumbuh, makin hari makin dewasa.  Kedewasaan adalah salah satu tanda dari kasih  (1 Korintus 13:11).

     Bagaimana seorang percaya dapat bertumbuh dan menjadi dewasa?  Milikilah rasa haus dan lapar akan susu yang murni dan yang rohani  (baca  1 Petrus 2:2).  Alkitab menyediakan segala kebutuhan rohani kita, sebab  "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.  Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik."  (2 Timotius 3:16-17).

Untuk menjadi seorang Kristen yang dewasa kita harus berpegang teguh pada firman Tuhan dan menjadi pelaku dari firman itu!

Sunday, August 21, 2011

HIDUP PENUH KUASA: Berjaga-jaga Senantiasa!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Agustus 2011 -

Baca:  1 Korintus 16:13-18

"Berjaga-jagalah!  Berdirilah dengan teguh dalam iman!  Bersikaplah sebagai laki-laki!  Dan tetap kuat!  Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!"  1 Korintus 16:13-14

Rasul Paulus memberikan perintah terakhirnya kepada jemaat di Korintus supaya mereka berjaga-jaga, berdiri teguh dalam iman, bersikap sebagai laki-laki, tetap kuat dan melakukan segala sesuatu di dalam kasih.

     Mengapa kita harus senantiasa berjaga-jaga?  Dalam bahasa aslinya, kata berjaga-jaga itu dapat diartikan berhati-hati, bangun dan waspada.  Berjaga-jaga terhadap apa?  Kita harus berjaga-jaga terhadap si Iblis, sebab ia (Iblis)  "...berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.  Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama."  (1 Petrus 5:8,9).  Karena itu kita harus dapat memahami strategi dari Iblis yang, walaupun secara halus dan perlahan, pasti akan berusaha untuk menghancurkan manusia.  Selain itu kita juga harus berjaga-jaga terhadap pencobaan sebagaimana yang Tuhan Yesus katakan,  "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan;  roh memang penurut, tetapi daging lemah."  (Markus 14:38).

     Apabila kita tidak berjaga-jaga serta melekat kepada Tuhan melalui doa-doa kita, seringkali kita terlambat untuk menyadari ternyata pencobaan telah menimpa kita.  Karena itu bangun terus hubungan dengan Tuhan.  Jangan hanya berdoa pas ada masalah saja, sementara ketika segala sesuatunya berjalan dengan baik, kita tidak lagi berdoa.  Itulah sebabnya Tuhan menegur jemaat yang ada di Sardis karena mereka beranggapakan bahwa mereka memiliki kehidupan rohani yang berkenan kepada Tuhan, padahal mereka tidak menyadari bahwa sesungguhnya mereka mengalami kematian rohani;  pekerjaan atau pelayanan yang mereka lakukan hanya sebatas rutinitas belaka.  Tuhan berkata,  "Aku tahu segala pekerjaanmu:  engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!  Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku."  (Wahyu 3:1-2).  Jika saat ini kita merasa bahwa kerohanian kita sudah mapan, berhati-hatilah!  Jangan pernah berpuas diri.

Yang menilai kualitas iman kita, pekerjaan kita dan jaga pelayanan kita adalah Tuhan, bukan diri kita sendiri, karena itu jangan sekali-kali memegahkan diri!

Saturday, August 20, 2011

HATI YANG MAU DIBENTUK

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Agustus 2011 -

Baca:  Mazmur 51

"Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku."  Mazmur 51:5

Adalah tidak mudah bagi kita untuk menerima teguran dari orang lain.  Seringkali kita menjadi marah, tersinggung atau merasa direndahkan ketika orang lain menegur dan mengingatkan kesalahan yang telah kita perbuat.

     Ada teguran yang mendidik yang membuat seseorang sadar akan kesalahannya, namun ada pula teguran yang justru mematahkan semangat.  Teguran yang bertujuan untuk mendidik dan meluruskan jalan yang bengkok adalah yang sesuai dengan firman Tuhan, seperti teguran Natan terhadap Daud berkenaan dengan perselingkuhannya dengan Betsyeba:  "Mengapa engkau menghina Tuhan dengan melakukan apa yang jahat dimataNya?  Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang;  isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon."  (2 Samuel 12:9).  Meski sebagai raja atau pemimpin besar, Daud tidak tersinggung dengan teguran itu.  Sebagai seorang pemimpin besar pun, kita harus siap menerima teguran.  Karena pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mau diajar dan ditegur.  Inilah yang disebut kerendahan hati.  Alkitab menegaskan,  "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."  (Yakobus 4:6).  Daud menerima teguran keras dari nabi Natan tersebut yang akhirnya membuat Daud bertobat dan menulis Mazmur 51 ini sebagai doa pengakuannya.  Dengan hati yang hancur Daud datang kepada Tuhan dan memohon pengampunan atas segala dosa-dosanya, memohon pengudusan serta perkenanan Tuhan.  Daud juga senantiasa membuka hati untuk dikoreksi dan diselidiki oleh Tuhan.  "Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!"  (Mazmur 51:12).  Hati yang terbuka artinya hati yang siap ditegur dan dikoreksi oleh Roh Kudus.

     Karena memiliki hati yang tulus dan jujur mengakui dosa-dosanya di hadapan seluruh rakyat dan tidak takut dipermalukan oleh manusia, Daud beroleh pengampunan dari Tuhan.  Pertobatan menghasilkan pemulihan dan urapan yang baru!  Setelah jatuh, Daud tidak membiarkan dirinya terpuruk, ia tetap bangkit sekalipun harus bayar harga yang sangat mahal.

Asal kita mau merendahkan diri di hadapan Tuhan, siap ditegur dan bertobat dengan sungguh, Tuhan pasti akan memulihkan keadaan kita!

Friday, August 19, 2011

TETAP TEGUH DAN TETAP BERKOMITMEN!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Agustus 2011 -

Baca:  1 Korintus 15:35-58

"Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan!  Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia."  1 Korintus 15:58

Saat diutus ke dalam dunia, Yesus dengan penuh komitmen melakukan kehendak Bapa.  Yesus bukan sekedar menjalankan perintah Bapa, tetapi juga didasari oleh visi yang telah diterimaNya:  "...Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk meberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."  (Matius 20:28).

     Yesus mengerjakan visi ini dengan ketaatan penuh dan tak tergoyahkan meskipun harus menghadapi resiko yang besar.  Alkitab mencatat:  "...Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.  Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."  (Filipi 2:5-8).  Oleh karena itu Paulus memberi nasihat agar setiap orang percaya meneladani Tuhan Yesus yang taat sampai mati di kayu salib!  Dalam keadaan apa pun hendaknya kita tetap teguh, tidak goyah dan semakin giat dalam melayani Tuhan.  Kata teguh dalam bahasa aslinya berarti setia.  Dalam kesetiaan terkandung komitmen yang tinggi.  Ingat!  Perjalanan kekristenan itu tidak mudah, ada banyak ujian dan tantangan, namun Tuhan berjanji akan memberikan kekuatan kepada kita, seperti yang disampaikan oleh Rasul Paulus,  "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku."  (Filipi 4:13).  Jika kita mengandalkan kekuatan sendiri, kita tidak akan mampu dan pasti akan gagal.

     Akhir-akhir ini tidak sedikit orang Kristen yang mulai goyah imannya dan tidak lagi giat melayani Tuhan:  ibadah kendor, berdoa kendor, pelayanan kendor dan sebagainya karena masalah atau penderitaan yang dialaminya.  Namun justru ketika berada dalam ujian seharusnya kita makin melekat kepada Tuhan Yesus sebagai pokok anggur, sebab di luar Dia kita tidak dapat berbuat apa-apa  (baca Yohanes 15:5b).  Mari kita koreksi kehidupan kita, apakah kita sudah melenceng dari kehendak Tuhan?  Mari kita perbarui komitmen kita.

Bila kita teguh dalam melakukan kehendak Tuhan, Dia akan mempercayakan perkara-perkara besar kepada kita, meskipun itu harus dimulai dari perkara kecil dahulu.

Thursday, August 18, 2011

BELAJAR MENGHARGAI PENYERTAAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Agustus 2011 -

Baca:  1 Raja-Raja 8:54-66

"Kiranya Tuhan, Allah kita, menyertai kita sebagaimana ia telah menyertai nenek moyang kita, janganlah Ia meninggalkan kita dan janganlah Ia membuangkan kita,"  1 Raja-Raja 8-57

Firman Tuhan menegaskan bahwa  "...tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar;  tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga ia tidak mendengar, ialah segala dosamu."  (Yesaya 59:1-2).  Jelas bahwa yang menjadi pemisah hubungan antara Tuhan dan manusia adalah dosa.  Ini yang seringkali tidak kita sadari!  Ketika sedang dalam kesesakan, menderita sakit-penyakit atau mengalami pergumulan yang berat kita langsung menyimpulkan bahwa Tuhan telah meninggalkan kita dan tidak lagi menyertai kita.

    Sejak dari mulanya Tuhan itu tidak pernah meninggalkan kita sebagaimana firmanNya yang mengatakan,  "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."  (Ibrani 13:5b).  Dia adalah Imanuel, Allah yang menyertai kita dan penyertaanNya itu sempurna.  Banyak orang Kristen yang berdoa dan memohon agar Tuhan menyertai dan menjaga hidupnya, namun di sisi lain mereka kurang bisa menghargai penyertaanNya.  Mungkin kita berkata,  "Kapan saya tidak menghargai penyertaan Tuhan?"  Ialah ketika kita tidak lagi hidup dalam ketaatan dan lebih memilih hidup menurut keinginan daging kita, itulah saat kita sedang tidak menghargai penyertaanNya;  ketika kita membenci orang lain dan tidak mau pengampuni;  ketika kita berbohong;  ketika kita mengabaikan jam-jam ibadah, malas berdoa, malas baca firman;  ketika kita menutup 'mata' terhadap orang yang miskin atau lemah dan sebagainya.  Saat kita melakukan itu semua kita sedang tidak menghargai penyertaanNya.

     Maka dari itu mari kita terus mencondongkan hati kepada Tuhan (1 Raja-Raja 8:58) dan berpaut kepadaNya (61) supaya langkah hidup kita senantiasa selaras dengan kehendak dan rencanaNya.  Selain itu kita harus mempersembahkan yang terbaik dari hidup kita, bukan hanya dalam bentuk materi/uang, tetapi juga tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus dan yang berkenan kepadaNya (1 Raja-Raja 8:62).

Hidup dalam kebenaran firmanNya adalah tanda bahwa kita ini menghargai penyertaan Tuhan dalam hidup ini!

Wednesday, August 17, 2011

MERDEKA BANGSAKU, MENANGIS NEGERIKU!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Agustus 2011 -

Baca:  Galatia 5:1-15 

"Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa,..."  Galatia 5:13b

Hari ini seluruh rakyat Indonesia bersukacita merayakan kemerdekaan yang ke-66.  Gegap gempita bergema dipelosok negeri.  Beragam kegiatan digelar, mulai dari upacara bendera, berkumandangnya lagu Indonesia Raya, pembacaan naskah proklamasi, tabur bunga di makam pahlawan, hingga diadakannya berbagai jenis perlombaan tradisional:  karnaval, makan kerupuk, panjat pinang, lomba kelereng, balap karung, bola kasti dan lain-lain.  Kita patut merayakan kemerdekaan ini sebagai perwujudan rasa syukur kita kepada Tuhan, karena dengan pertolonganNya bangsa kita meraih kemerdekaan dan terbebas dari belenggu penjajahan bangsa lain.  Rasa terima kasih tak terhingga juga patut kita haturkan kepada para pahlawan bangsa, di mana mereka rela mengorbankan jiwa dan raganya demi membela bangsa dan negara.  Ini merupakan hasil dari sebuah perjuangan terus menerus tak kenal lelah dari para pejuang kita melawan para penjajah di negeri ini.

     Dan kini sebagai generasi penerus bangsa, tugas kita adalah mengisi kemerdekaan itu dengan prestasi.  Tapi sayang, kini kemerdekaan RI ternodai oleh ulah para anak bangsa sendiri yang tidak menghargai perjuangan para pahlawan bangsa.  Mereka justru "...mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa,..."  Siapa itu?  Para koruptor yang tidak lain adalah orang-orang yang dipercaya oleh rakyat, yang justru mengatasnamakan kepentingan rakyat, menimbun kekayaan untuk diri sendiri dan juga golongan.  Para pejuang dahulu berharap bahwa dengan kemerdekaan, bangsa Indonesia memiliki kesempatan besar untuk membangun bangsa demi kesejahteraan seluruh rakyat.  Namun tak bisa dipungkiri bahwa sampai saat ini pembangunan yang ada belum juga mampu mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia.  Masih banyak rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan.  Begitu juga dalam hal pendidikan, daerah-daerah terpencil terabaikan.

     Di mana hati nurani para pemimpin negeri ini?  Bersyukur, bangsa Indonesia masih bisa berbangga oleh kiprah para atlit yang berprestasi di berbagai cabang olahraga, para pelajar yang sukses menjuarai olympiade science.  Di tengah keterpurukan negeri ini mereka masih menunjukkan prestasi dan membawa harum nama bangsa di mata dunia!

Dirgahayu bangsaku!  Merdeka!  Merdeka!

Tuesday, August 16, 2011

WAKTU TUHAN ADALAH YANG TERBAIK!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Agustus 2011 -

Baca:  1 Tawarikh 12:23-40

"Dari bani Isakhar orang-orang yang mempunyai pengertian tentang saat-saat yang baik, sehingga mereka mengetahui apa yang harus diperbuat orang Israel:  dua ratus orang kepala dengan segala saudara sesukunya yang di bawah perintah mereka."  1 Tawarikh 12:32

Ketidaksabaran seringkali menjadi penyebab utama mengapa kita tidak mengalami penggenapan janji Tuhan.  Kita selalu tergesa-gesa dan tidak sabar dalam menantikan waktu Tuhan sehingga semuanya menjadi berantakan!  Kita selalu ingin mendapatkan hasil secara instan atau serba cepat.  Tapi harus kita ingat bahwa waktu kita bukanlah waktu Tuhan!  Tuhan bekerja sesuai dengan waktuNya sendiri, dan yakinlah bahwa  "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,..."  (Pengkhotbah 3:11a).

     Saul ditolak menjadi raja Israel karena ketidaksabarannya menantikan waktu Tuhan (baca 1 Samuel 13:5-14).  Ketika Lazarus jatuh sakit Alkitab mencatat:  "... Ia (Yesus) sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada."  (Yohanes 11:6).  Kemudian dinyatakan bahwa Lazarus telah empat hari dibaringkan di dalam kubur (meninggal).  Secara manusia, Marta dan Maria kecewa karena Yesus menunda waktu untuk datang, sehingga saudaranya (Lazarus) akhirnya meninggal.  Tetapi tidak ada kata terlambat bagi Tuhan!  Tuhan Yesus justru berkata,  "tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya."  (Yohanes 11:15a).  Dan pada waktu yang tepat, Tuhan Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian.  Selalu ada rencanaNya yang indah di balik masalah yang kita alami.  Sering kita berkata,  "Mengapa Tuhan tidak segera menolongku?  Mengapa Tuhan sepertinya diam dan tidak bertindak?"  Kita kecewa dan tidak lagi tekun menantikan Dia.

    Ayat nas menyatakan bahwa bani Isakhar adalah orang-orang yang mengerti waktu Tuhan sehingga mereka tidak gegabah dalam bertindak.  Saat menghadapi orang Filistin, Tuhan meminta Daud untuk sabar menantikan waktuNya, tidak asal serang  (1 Tawarikh 14:15), lalu Daud pun  "...berbuat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, maka mereka memukul kalah tentara orang Filistin, mulai dari Gibeon sampai Gezer."  (1 Tawarikh 14:16).  Karena taat kepada tuntunan Tuhan, Daud mengalami kemenangan.  Kita harus bisa memahami cara kerja dan waktu Tuhan!

Sabar menantikan waktu Tuhan adalah kunci mengalami pertolongan dari Tuhan dan menikmati janji-janjiNya!

Monday, August 15, 2011

MENDENGAR, MENDENGAR DAN MENDENGAR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Agustus 2011 -

Baca:  Yesaya 42:18-25

"Engkau melihat banyak, tetapi tidak memperhatikan, engkau memasang telinga, tetapi tidak mendengar."  Yesaya 42:20

Bukanlah tanpa tujuan jika Tuhan menciptakan 2 telinga dan 1 mulut bagi manusia;  tujuannya adalah supaya kita lebih banyak mendengar daripada berkata-kata, sebab  "Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi."  (Amsal 10:19).  Maka dari itu firman Tuhan menasihatkan,  "setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata,..."  (Yakobus 1:19).  Tuhan menghendaki kita banyak mendengar, terutama dalam hal mendengarkan firman, sebab  "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."  (Roma 10:17).  Banyak orang yang maunya hanya didengar oleh orang lain sementara dirinya sendiri tidak mau mendengar orang lain.

     Ketahuilah, salah satu penyebab kegagalan bangsa Israel adalah karena mereka tidak mendengarkan firman Tuhan dengan baik.  "...engkau memasang telinga, tetapi tidak mendengar."  Karenanya Tuhan menyebut mereka sebagai bangsa yang tegar tengkuk.  Banyak orang Kristen yang kurang memperhatikan dengan sungguh-sungguh ketika mereka sedang mendengarkan firman Tuhan.  Secara fisik mereka berada di dalam gereja, tapi telinga tidak sepenuhnya diarahkan pada firman.  Sementara seorang pengkotbah menyampaikan firman Tuhan, ada yang justru tertidur pulas, atau memikirkan hal-hal lain di luar ibadah.  Tetapi terhadap berita-berita yang negatif, gosip tentang kejelekan orang lain dan sebagainya, kita memasang telinga lebar-lebar. Semakin kita banyak mendengar berita-berita dari dunia ini semakin kehidupan kita terbentuk sama seperti orang-orang dunia.  Itulah sebabnya mengapa banyak orang Kristen yang tidak bertumbuh imannya, masih mengenakan manusia lama, padahal Alkitab jelas menyatakan bahwa  "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru:  yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."  (2 Korintus 5:17).

     Apabila kita dengan sungguh-sungguh mendengarkan firman Tuhan dan menerima firman itu di dalam hati kita, iman kita akan bangkit, aktif dan berfungsi dengan benar, sebab  "...tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah."  (Ibrani 11:6a).

Mari kita terus belajar mempertajam pendengaran kita terhadap firman setiap hari supaya kita beroleh kekuatandalam menghadapi permasalahan hidup.

Sunday, August 14, 2011

MARI MELAYANI TUHAN!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Agustus 2011 -

Baca:  1 Petrus 4:7-11

"Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah."  1 Petrus 4:10

Sebagai orang percaya yang telah diselamatkan kita memiliki tugas dan tanggungjawab yang tidak mudah.  Kita harus dapat memelihara dan mempertahankan keselamatan yang telah kita terima dan kita juga harus dapat mempertahankan identitas kita sebagai umat pilihan Allah,  "...imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:"  (1 Petrus 2:9).  Salah satu caranya adalah dengan terlibat di dalam pelayanan.

     Apakah Saudara sudah melayani Tuhan?  Banyak orang Kristen menyatakan bahwa mereka sudah melayani:  ada yang terlibat dalam pelayanan musik pujian, tim bezuk, tim pendoa, bahkan sudah menyampaikan firman Tuhan di kelompok sel atau persekutuan-persekutuan doa.  Tapi masih ada juga orang Kristen yang alergi dengan pelayanan dengan alasan malas, sibuk, tidak punya talenta dan sebagainya.  Mengapa kita harus melayani Tuhan?  Karena Ia telah terlebih dahulu melayani kita;  Dia memberikan hidupNya bagi kita.  Alkitab menyatakan:  "...Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."  (Matius 20:28).  Itulah sebabnya kita harus mengikuti teladanNya.  Tidak ada alasan untuk tidak melayani Tuhan karena kita diciptakan untuk melayani Dia,  "Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya.  Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya."  (Efesus 2:10).  Jadi, kita diselamatkan dan dipanggil untuk melayani Tuhan!  Paulus pun menyampaikan ini kepada jemaat di Galatia,  "...Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karuniaNya, berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa..."  (Galatia 1:15).

     Tuhan tidak hanya memanggil kita untuk melayani, tapi Dia juga memberikan karunia yang berbeda-beda kepada kita untuk melayani dan saling melengkapi.  Jangan tunda-tunda waktu untuk melayani!

...karena pada saatnya kita harus memberi pertanggungan jawab kepada Tuhan, dan pastilah ada berkat yang disediakan Tuhan bagi orang-orang yang setia melayani Dia!

Saturday, August 13, 2011

TANPA KETEKUNAN MUSTAHIL MENCAPAI HASIL MAKSIMAL!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Agustus 2011 -

Baca:  Amsal 8:1-36

"Aku mengasihi orang yang mengasihi aku, dan orang yang tekun mencari aku akan mendapatkan daku."  Amsal 8:17

Banyak orang Kristen yang pada awal-awal mengikut Tuhan tampak begitu bersemangat dan menggebu-gebu di dalam Tuhan.  Namun seiring berjalannya waktu semangat itu tidak lagi tampak.  Yang sebelumnya begitu tekun melayani Tuhan kini mulai kendor.  Yang sebelumnya begitu tekun bersaat teduh setiap hari kini sudah bolong-bolong.  Alkitab menasihatkan,  "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan."  (Roma 12:11).  Kita telah kehilangan kasih mula-mula kita kepada Tuhan seperti yang terjadi pada jemaat di Efesus.  "...Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula."  (Wahyu 2:4).  Tanpa ketekunan, apa pun yang kita kerjakan tidak akan pernah membawa hasil yang maksimal.

     Tekun adalah ketetapan hati yang kuat (teguh) untuk bersungguh-sungguh dalam melakukan tugas apa pun.  Tekun juga berarti fokus, konsisten dan tidak mudah putus asa terhadap apa yang sedang dikerjakannya.  Alkitab mencatat:  "Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperolah apa yang dijanjikan itu."  (Ibrani 10:36).  Orang yang tekun sajalah yang akan menghasilkan buah dan menikmati upah.  Ada tertulis:  "Yang jauh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan."  (Lukas 8:15).  Banyak orang Kristen yang sangat merindukan agar janji-janji Tuhan tergenapi dalam hidupnya, namun hal itu akan sulit terwujud apabila tidak disertai dengan ketekunan kita dalam melakukan kehendak Tuhan.  Jadi ketekunan adalah unsur terpenting dalam setiap keberhasilan.  Terlebih di era sekarang ini, semua orang menginginkan segala sesuatu yang serba instan.  Ingin cepat kaya, tapi tidak mau bekerja keras;  ingin berhasil, tapi tidak mau berusaha.

     Bagaimana ketekunan itu dapat tebentuk?  1.  Melalui ujian (baca Yakobus 1:3).  Itulah sebabnya terkadang Tuhan ijinkan masalah terjadi dalam hidup kita dengan tujuan agar kita memiliki ketekunan.  2.  Melalui latihan.  Ketekunan itu tidak terjadi dalam sekejap mata tetapi perlu dilatih dari perkara-perkara yang kecil.

Ingin menikmati janji Tuhan?  Tekunlah dalam segala hal!

Friday, August 12, 2011

MENGUATKAN HATI UNTUK TETAP PERCAYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Agustus 2011 -

Baca:  1 Samuel 30:1-25

"Lalu menangislah Daud dan rakyat yang bersama-sama dengan dia itu dengan nyaring, sampai mereka tidak kuat lagi menangis."  1 Samuel 30:4

Ayat nas di atas menunjukkan betapa berat pergumulan yang dialami Daud sehingga ia dan seluruh rakyatnya menangis dengan nyaringnya sampai akhirnya mereka sudah tidak kuat lagi menangis.  Rasa-rasanya sudah tidak kuat lagi menanggungnya,  "...tampaklah kota itu terbakar habis, dan isteri mereka serta anak mereka yang laki-laki dan perempuan telah ditawan."  (ayat 3).  Sungguh,  "...Daud sangat terjepit, karena rakyat mengatakan hendak melempari dia dengan batu."  (ayat 6a).

     Sudah jatuh tertimpa tangga pula, begitulah keadaan Daud pada waktu itu.  Mungkin apa yang menimpa Daud ini juga pernah kita rasakan, atau malahan sedang kita alami.  Orang-orang terdekat, teman, sahabat, dan kerabat yang kita harapkan dapat menolong, menguatkan dan meneguhkan kita justru beranjak menjauh dan meninggalkan kita.  Dalam keadaan yang seperti ini, sebagai orang percaya, hendaknya kita tidak cepat putus asa.  Mari kita belajar untuk menyikapinya dengan benar seperti yang dilakukan Daud yaitu  "...menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan, Allahnya."  (ayat 6c).  Peristiwa demi peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita bukanlah sebuah kebetulan, sesungguhnya ada rencana Tuhan di balik itu semua, sebab  "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah."  (Roma 8:28).  Ketika masalah berat menimpa kita, jangan panik!  Kuatkan hati untuk datang kepada Tuhan, karena  "...dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu."  (Yesaya 30:15).  Daud menguatkan hatinya dan mau mendengarkan Tuhan sehingga ia dapat mengerti apa kehendakNya.  Daud tidak lagi lemah, semangatnya bangkit kembali.  Semangatlah menjadikan kita kuat, dan siap mengatasi setiap masalah yang ada.  "maka Daud melanjutkan pengejaran itu beserta empat ratus orang."  (ayat 10a).

     Di balik semangat hidup ada kekuatan iman.  Dengan menguatkan hati di dalam Tuhan Daud lebih tenang dan sabar meski banyak prajuritnya tidak kuat dan berbalik meninggalkannya.  Daud yakin bahwa Tuhan ada di pihaknya dan akan memberikan kemenangan.

Seberat apa pun masalah kita, jangan putus asa, tetapi kuatkan hati di dalam Tuhan karena pertolonganNya selalu tepat pada waktunya!

Thursday, August 11, 2011

HIDUP DALAM KEBENARAN: Kunci Jawaban Doa!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Agustus 2011 -

Baca:  Amsal 15

"Tuhan itu jauh dari pada orang fasik, tetapi doa orang benar didengar-Nya."  Amsal 15:29

Berapa kali Saudara berdoa dalam sehari?  "Kadang-kadang sih, kalau sempat.  Tahu sendiri 'kan, Jakarta macet, berangkat ke kantor harus sepagi mungkin untuk menghindari kemacetan, sementara pulang dari kantor sudah larut malam.  Capai, lelah, bete, campur aduk jadi satu.  Tapi saya sempatkan berdoa sebentar sebelum tidur."  Alasan-alasan seperti ini sepertinya sudah menjadi hal yang biasa.

     Banyak orang Kristen yang malas atau jarang berdoa dengan alasan capai atau sibuk.  Sebaliknya, kalau kita sedang dalam masalah yang berat?  Menderita sakit?  Usaha seret?  Tanpa harus dikomando kita berdoa all out, siang dan malam terus berseru-seru kepada Tuhan.  Perhatikan Daniel,  "Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalam;  tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya."  (Daniel 6:11b).  Secara konsisten Daniel berdoa 3x sehari termasuk ketika berada dalam ancaman.  Doa adalah hal terpenting di dalam hidup kekristenan kita.  Karena itu kita harus berdoa senantiasa, tidak tergantung pada waktu, tidak dibatasi oleh tempat, di mana saja dan kapan saja.  Doa adalah sarana untuk kita bertemu dengan Tuhan, berkomunikasi dengan Dia, serta mencurahkan seluruh pengharapan kita kepadanya.  Dan kita berharap Tuhan berkenan menjawab setiap permohonan doa kita.  Persoalannya, tidak sedikit orang percaya yang menjadi bimbang ketika doa mereka belum menerima jawaban.  Apa kendalanya?  Iman.  Kita harus berdoa dengan iman.  Sebelum melihat bukti kita harus sudah percaya bahwa Tuhan pasti menjawab doa kita.  Itulah iman!  (baca  Yakobus 1:6-7).

     Banyak dari kita yang berdoa dengan tidak sungguh-sungguh, hanya asal-asalan atau rutinitas belaka.  Berdoa dengan hati hancur, itulah yang berkenan bagi Tuhan.  Ini membuktikan kesungguhan hati kita.  Tertulis:  "Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur;  hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah."  (Mazmur 51:19).  Ketika doa belum dijawab Tuhan, jangan putus asa, apalagi berhenti berdoa.  Justru kita harus berdoa dengan tidak berkeputusan dan tidak jemu-jemu  (baca  Lukas 18:1).  Dan kunci utama agar doa kita beroleh jawaban dari Tuhan adalah kita harus hidup dalam kebenarannya, karena doa orang benar itu besar kuasanya.

...sebaliknya, dosa adalah penghalang utama untuk memperoleh jawaban doa!

Wednesday, August 10, 2011

PENGALAMAN ADALAH GURU YANG TERBAIK!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Agustus 2011 -

Baca:  1 Korintus 10:1-10

"Tetapi sungguhpun demikian Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka, karena mereka ditewaskan di padang gurun."  1 Korintus 10:5

Ada kalimat bijak yang mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik.  Dari pengalaman, kita bisa belajar tentang banyak hal, baik itu tentang kegagalan dan juga keberhasilan, dan bisa menjadi suatu evaluasi bagi kita.

     Firman Tuhan yang kita baca hari ini adalah peristiwa yang terjadi dan dialami oleh bangsa Israel yang dapat kita jadikan pelajaran berharga dalam perjalanan hidup kekristenan kita saat ini.  Bangsa Israel dipanggil Tuhan keluar dari Mesir dan dibawa kepada rencanaNya yang indah yaitu masuk ke Tanah Perjanjian (Kanaan).  Tetapi sayang, di tengah perjalanan sebagian besar dari mereka mati di padang gurun.  Ada tertulis:  "...banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih."  (Matius 22:14).  Pasti ada sebabnya mengapa mereka tidak bisa masuk ke Kanaan!  Alkitab mencatat bahwa mereka melakukan hal-hal yang jahat (1 Korintus 10:6).  Meski dalam perjalanan dipelihara Tuhan begitu rupa, mereka tidak tahu bersyukur.  Terus saja menyalahkan Tuhan!  Padahal mereka diberi manna dari sorga setiap hari dan ketika minta daging, Tuhan pun memberikan burung puyuh.  Bahkan mereka makan daging puyuh itu sampai kekenyangan hingga tersedak.  Akibatnya puluhan ribu orang mati karena kerakusan mereka sendiri.  Tidak hanya itu, mereka juga menyembah berhala (1 Korintus 10:7).  Ketika tidak sabar menantikan Musa turun dari gunung Sinai,  "...mereka telah membuat anak lembu tuangan, dan kepadanya mereka sujud menyembah dan mempersembahkan korban,"  (Keluaran 32:8).  Tidak sabar menantikan jawaban dari Tuhan, mereka berpaling kepada berhala!

     Sampai hari ini masih banyak orang Kristen yang karena belum beroleh jawaban doa dari Tuhan secepat kilat lari mencari pertolongan kepada berhala:  pergi ke klenteng, Gunung Kawi, dukun dan sebagainya.  Hal ini sangat jahat di mata Tuhan karena berhubungan dengan kuasa kegelapan atau si Iblis yang adalah musuh Allah.  Jika kita berhubungan dengan Iblis, kita telah memposisikan diri kita sebagai musuh Tuhan.  Bertobatlah sebelum semuanya terlambat!  Jangan sampai pengalaman bangsa Israel ini terjadi dan menimpa kita.

Tanah Perjanjian disediakan Tuhan bagi orang-orang yang setia dan hidup benar!

Tuesday, August 9, 2011

KUMPULKAN HARTA DI SORGA (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Agustus 2011 -

Baca:  Amsal 11

"Pada hari kemurkaan harta tidak berguna, tetapi kebenaran melepaskan orang dari maut."  Amsal 11:4

Rasul Paulus menasihati,  "Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.  Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar.  Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah."  (1 Timotius 6:6-8).  Memang benarlah bahwa kita tidak membawa apa pun ketika lahir ke dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ketika meninggal.  Ayub juga menyadari akan hal ini.  "Dengan telanjang aku keluar dari kandungna ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya.  Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!"  (Ayub 1:21).  Namun hal ini bukan berarti Tuhan tidak menghendaki anak-anakNya hidup dalam kelimpahan.  Dia juga tidak menghendaki anak-anakNya hidup dalam kemiskinan demi menunjukkan tingkat kerohaniannya yang tinggi pada dunia.

     Dahulu, yang menjadi salah satu ukuran kekayaan seseorang adalah pakaian yang dikenakannya.  Orang kaya pasti akan melengkapi pakaiannya dengan berbagai aksesoris berlapis emas.  Ada pun bahan pakaian mereka itu terbuat dari wol, sedangkan wol adalah bahan yang paling disukai oleh ngengat, sehingga mereka pun mengalami kesulitan mencegah pakaian mereka dari gigitan ngengat.  Dan kita semua tahu bahwa hampir semua jenis harta kekayaan selalu menjadi incaran para pencuri.  Karena itu banyak orang berusaha menguburkan hartanya yang berharga tersebut di bawah tanah di luar rumahnya atau ladangnya, namun  "...pencuri membongkar serta mencurinya."  (Matius 6:19).  Kata 'membongkar' dalam arti harfiahnya:  menggali, yaitu kegiatan menggali tanah di ladang orang lain.  Tatkala kita mengumpulkan harta di dunia ini demi keuntungan diri sendiri atau untuk sekedar show off atau memboroskannya dengan tiada batas, sesungguhnya kita sudah menjadikan harta kita sebagai berhala.

     Kita harus ingat bahwa tak ada satu pun dari harta kita yang aman dari pencuri meski kita menjaganya secara ekstra;  harta yang telah kita usahakan seumur hidup itu tetap saja tidak akan kita bawa saat kita mati kelak.  Karena itu  "Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu,"  (Amsal 3:9).

Ketika kita menggunakan harta kita untuk tujuan Kerajaan Allah, kita sedang melakukan investasi sorgawi;  dan di sorga tidak ada ngengat, karat dan juga pencuri.

Monday, August 8, 2011

KUMPULKAN HARTA DI SORGA (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Agustus 2011 -

Baca:  Matius 6:19-24

"Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi;  di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya."  Matius 6:19

Secara alamiah manusia memiliki dorongan yang kuat untuk mencari, mengejar dan menikmati benda-benda atau materi di dunia ini.  Terlebih lagi dalam keadaan ekonomi yang sangat sulit seperti sekarang ini semua orang dituntut untuk bekerja lebih keras lagi demi mendapatkan penghasilan lebih dan materi yang sebanyak-banyaknya.  Kini tidak sedikit orang lebih mengejar materi atau perkara dunia ini daripada perkara-perkara rohani.  Alkitab menasihati,  "Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi."  (Kolose 3:2).

     Hal mengejar materi atau harta ini juga terjadi pada zaman Yesus di mana para pemimpin agama memiliki kecenderungan menjadi sangat materialistis, tamak, bahkan ada kalanya mereka licik dalam memenuhi ambisi mereka.  Itulah sebabnya Tuhan Yesus sangat mengecam orang-orang Farisi yang dikenal sebagai hamba-hamba uang (baca Lukas 16:14).  "Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang."  (Matius 23:14a).  Mengapa Tuhan Yesus mengecam mereka?  Karena mereka begitu serakah, demi materi mereka menghalalkan segala cara.  Ini juga yang terjadi pada anak-anak imam Eli yaitu Hofni dan Pinehas.  Sebagai anak-anak imam besar mereka telah menyalahgunakan otoritas ayahnya dengan tidak menghargai korban persembahan.  Mereka mengambil porsi yang lebih untuk diri sendiri, bahkan mereka berani bertindak lebih jauh lagi dengan melakukan perzinahan dengan perempuan-perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan (Baca 1 Samuel 2:22).

     Bukankah saat ini banyak orang telah menyalahgunakan jabatan untuk meraih keuntungan atau memperkaya diri sendiri?  Wakil rakyat yang duduk di kursi pemerintahan terlibat suap dan korupsi.  Mereka seringkali menghalalkan berbagai cara mengatasnamakan rakyat, padahal itu semua hanyalah akal-akalan mereka untuk mengeruk keuntungan.  Banyak ayat dalam Alkitab yang memperingatkan kita supaya tidak mengumpulkan kekayaan demi kepentingan diri sendiri.  Salomo berkata,  "Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini!"  (Amsal 23:4).
(Bersambung)

Sunday, August 7, 2011

MELAKUKAN PERKARA-PERKARA BESAR: Bukan Mimpi!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Agustus 2011 -

Baca:  Mazmur 60

"Dengan Allah akan kita lakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa, sebab Ia sendiri akan menginjak-injak para lawan kita."  Mazmur 60:14

Memiliki impian besar dan melakukan perkara-perkara yang besar bukanlah hal yang mustahil bagi orang percaya!  Tuhan Yesus sendiri menegaskan,  "Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu."  (Yohanes 14:12a).  Seringkali kita merasa tidak mampu dan berkata,  "Ah, mana mungkin!  Aku tidak punya sesuatu yang bisa kubanggakan."

     Musa, pada waktu awal dipanggil Tuhan untuk membawa bangsa Israel keluar dari Mesir sempat menolak karena merasa tidak mampu dan tidak fasih bicara.  Namun akhirnya Musa merespons panggilan Tuhan ini dan mampu memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir.  Ketika malaikat Tuhan berfirman kepada Gideon,  "Tuhan menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani."  (Hakim-Hakim 6:12), Gideon merasa dirinya tidak layak.  Tapi bila kita baca kisah selanjutnya, Gideon mampu mengalahkan bangsa Midian.  Tidak ada perkara yang mustahil bagi Tuhan!  Karena kita memiliki Allah yang besar, dan dengan Allah akan kita lakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa!  Sekaranglah waktunya untuk kita bermimpi besar, mendoakan hal-hal besar dan mengerjakan perkara-perkara besar bagi kemuliaan Tuhan dan juga sesama kita.  Selagi ada kesempatan jangan menundanya!  Jangan sia-siakan setiap talenta dan juga karunia yang sudah Tuhan percayakan kepada kita.

     Ingatlah bahwa hidup kita di dunia ini singkat, dan sudah tidak ada harapan dan juga kesempatan di dunia orang mati, seperti disampaikan Salomo,  "Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangkan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi."  (Pengkhotbah 9:10).  Satu perkara yang harus kita ingat:  jangan sekali-kali mengandalkan kekuatan sendiri.  Jaminan bagi orang percaya untuk melakukan perkara-perkara besar dan mendoakan hal-hal besar adalah pasti, karena apa pun yang kita minta dalam nama Yesus, Ia akan melakukannya.

"Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita,"  Efesus 3:20

Saturday, August 6, 2011

BUKTIKAN DENGAN PERBUATAN: Jangan Hanya berkata-kata!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Agustus 2011 -

Baca:  Amsal 17

"Orang bebal tidak layak mengucapkan kata-kata yang bagus, apalagi orang mulia mengucapkan kata-kata dusta."  Amsal 17:7

Menjadi pengikut Kristus berarti seluruh kehidupan kita meneladani apa yang Kristus perbuat.  Tertulis:  "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."  (1 Yohanes 2:6).  Jadi perlu bukti nyata melalui kehidupan kita sehari-hari, bukan hanya berkata-kata atau berkoar-koar!

     Sesungguhnya kehidupan kekristenan kita ini ibarat sebuah kebun.  Kebun itu akan bermanfaat apabila di dalamnya ditanami dengan sayur-mayur atau tanaman yang dapat menghasilkan buah, sehingga dapat dikonsumsi oleh banyak orang.  Oleh karena itu kebun tersebut harus dirawat dengan baik:  dibersihkan, dibajak tanahnya dan ditanami benih yang baik. Sebaliknya jika kebun itu tidak dibersihkan dan dibiarkan begitu saja, maka semak belukar yang akan memenuhinya.  Tanah itu pun menjadi sia-sia dan tiada guna!  Seorang Kristen yang hanya pandai berkata-kata tapi tidak melakukan apa yang dikatakannya bisa diibaratkan seperti kebun yang penuh dengan semak belukar saja, karena kualitas hidup seseorang itu dapat dilihat dari buahnya:  "...tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik.  Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya.  Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur."  (Lukas 6:43-44).  Salomo menyatakan bahwa orang yang bebal (tidak takut akan Tuhan) itu tidak patut mengucapkan kata-kata yang bagus, karena ia akan dianggap dusta oleh orang yang mendengarnya.  Mengapa?  Karena apa yang diucapkan itu tidak cocok dengan perbuatannya!  Begitu pula jika ada orang benar yang mengucapkan kata-kata dusta, maka ia tidak berguna bagi sesamanya.

     Ada kalimat bijak yang mengatakan bahwa suatu perbuatan lebih tajam daripada kata-kata yang banyak.  Apakah perbuatan kita sudah mencerminkan bahwa kita ini anak-anak Tuhan?  Kita harus membuktikan itu melalui perbuatan!  Jadi,  "...seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati."  (Yakobus 2:26).

Orang yang melakukan firman diibaratkan sebuah kebun yang di dalamnya tumbuh pohon-pohonan yang berbuah dan membawa manfaat bagi banyak orang!

Friday, August 5, 2011

TUHAN MENYERTAI PERJALANAN KITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Agustus 2011 -

Baca:  Yeremia 10:17-25

"Aku tahu, ya Tuhan, bahwa manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa menetapkan langkahnya."  Yeremia 10:23

Tidak ada seorang pun yang menjalani hidup ini tanpa tujuan;  semua orang memiliki sasaran atau impian yang hendak diraih.  Dan untuk sampai kepada tujuan, kita harus menempuh jalan yang lurus atau benar, jalan yang ditunjukkan Tuhan kepada kita, karena jika Tuhan yang menyuruh kita untuk melewati jalan itu, Dia juga yang akan menuntun dan memampukan kita.  Ada tertulis,  "Dibawa-Nya mereka menempuh jalan yang lurus, sehingga sampai ke kota tempat kediaman orang."  (Mazmur 107:7).

     Perjalanan bangsa Israel dari Mesir (perbudakan) menuju ke Tanah Perjanjian (Kanaan) adalah gambaran perjalanan hidup orang percaya.  Suatu perjalanan yang tidak mudah, tidak nyaman, naik-turun, penuh dengan tantangan, melewati onak duri, panas terik dan juga dinginnya malam.  Ketika perjalanan sampai di Mara,  "...mereka tidak dapat meminum air yang di Mara itu, karena pahit rasanya."  (Keluaran 15:23a).  Bahkan pemazmur juga menyatakan,  "Singa dan ular tedung akan kaulangkahi, engkau akan menginjak anak singa dan ular naga."  (Mazmur 91:13).  Setiap langkah mereka diwarnai dengan bahaya maut yang mengancam.  Namun itulah satu-satunya jalan menuju Kanaan.

     Percayalah bahwa dalam perjalanan hidup ini kita tidak sendirian, ada Tuhan yang menyertai kita dan penyertaanNya itu sempurna;  Ia sangat peduli dan menyediakan apa pun yang kita perlukan.  Kita tidak perlu takut, kita akan aman dalam perlindungan Tuhan!  Seperti yang diungkapkan Daud,  "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku;  gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku."  (Mazmur 23:4).  Oleh karena itu dalam menempuh perjalanan ini kita harus menjaga pikiran dan mengarahkannya hanya kepada Tuhan.  Buang semua pikiran-pikiran negatif yang ada!  Jadi,  "...semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."  (Filipi 4:8).  Begitu juga dengan ucapan kita, haruslah benar, membangun, menghibur dan menguatkan orang lain  (Efesus 4:29).

Arahkan pandangan kepada Tuhan:  pada saatnya kita pasti mencapai Tanah Perjanjian itu!

Thursday, August 4, 2011

HIDUP KRISTEN: Pohon yang Menghasilkan Buah!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Agustus 2011 -

Baca:  Mazmur 1:1-3

"Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya,"  Mazmur 1:3a

Dalam kisah kemarin Tuhan sangat kecewa karena kehidupan kita tidak menghasilkan buah seperti yang Dia kehendaki.  Kita mengecewakan Dia, padahal Dia sebagai pemilik kebun anggur telah merawat kebun itu dengan baik:  tanahnya dicangkul dan diratakan, kerikil dan batu-batu yang ada dibuang, di tengah-tengahnya juga didirikan sebuah menara jaga, digalinya juga lubang untuk tempat pemerasan anggur.  Apa lagi yang kurang?  Jika demikian, kehidupan kita setali tiga uang dengan bangsa Israel sebagai pokok anggur yang ditanam Tuhan, tetapi telah mengecewakan dan gagal menjadi berkat bagi bangsa lain.

     Perhatikan pembacaan firman kita hari ini:  "Berbahagialah orang... yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.  Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya;  apa saja yang diperbuatnya berhasil."  (Mazmur 1:1-3).  Pohon ini menghasilkan buah, daunnya tidak pernah layu dan apa saja yang diperbuatnya berhasil.  Ini adalah gambaran orang Kristen yang senantiasa melekat kepada Tuhan dan yang senantiasa merenungkan firman Tuhan siang dan malam.  Suatu kehidupan yang berdampak, menjadi berkat bagi orang lain.  Simak juga Yeremia 17:7-8,  "...orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan!  Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah."  (Yeremia 17:7-8).

     Apalah artinya sebuah pohon berdaun rimbun jika tanpa buah.  Itu menjadi sia-sia!  Yang Tuhan kehendaki adalah hidup yang menghasilkan buah, artinya hidup kita menjadi berkat dan berdampak bagi orang lain.  Oleh karena itu hidup kekristenan adalah hidup yang terus berproses, makin hari makin dewasa, makin hari makin berakar di dalam firman, bertumbuh di dalam Tuhan dan semakin serupa dengan Dia.  Semua ini secara otomatis akan disertai dengan perubahan karakter dalam hidup kita.

"Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api."  Matius 7:19