Wednesday, June 15, 2011

KEKAGUMAN DAUD AKAN KEAGUNGAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Juni 2011 -

Baca:  Mazmur 8

"Ya Tuhan, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!"  Mazmur 8:10

Dalam 2 Samuel 6:12-18 dikisahkan bagaimana Daud membawa Tabut Perjanjian dari rumah Obed-Edom menuju ke Yerusalem.  Digambarkan betapa Daud sangat menghormati Tabut Perjanjian tersebut karena Tabut Perjanjian merupakan lambang kehadiran Tuhan.  Tertulis:  "Dan Daud menari-nari di hadapan Tuhan dengan sekuat tenaga;  ia berbaju efod dari kain lenan."  (2 Samuel 6:14).  Tidak hanya itu;  di sepanjang perjalanan, setiap enam langkah Daud mempersembahkan korban bagi Tuhan berupa seekor lembu dan seekor anak lembu gemukan sebagai tanda ucapan syukurnya atas penyertaan Tuhan.  Dampak dari kehadiran Tuhan itu sungguh luar biasa;  ketika Tabut Perjanjian berada di rumah Obed-Edom, ia dan seisi rumahnya diberkati Tuhan.  Juga saat Tabut Perjanjian berada di kota Daud,  "...diberkatinyalah bangsa itu demi nama Tuhan semesta alam."  (2 Samuel 6:18).

     Daud sangat menghormati dan mengangungkan Tuhan karena ia sadar siapa dirinya di hadapan Tuhan.  Karena itu Daud berkata,  "Ya Tuhan, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!  Keagungan-Mu yang mengatasi langit dinyanyikan."  (Mazmur 8:2).  Sungguh ajaib dan agung segala perbuatan Tuhan itu.  Tidak ada rencanaNya yang gagal!  Tuhan sangat mengasihi manusia, karena itu Dia tidak pernah putus asa untuk memulihkan dan terus memperbaharui manusia:  "Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?  Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat."  (Mazmur 8:5b-6).  Hal ini sangat dirasakan oleh Daud, hidupnya menjadi baru setelah Tabut itu kembali kepadanya.  Sekian lamanya Tabut itu berada di tangan musuh sehingga bangsa Israel senantiasa engalami kekalahan.  Namun setelah Tabut itu kembali berada di tanan orang Israel, terjadi suatu pemulihan yang luar biasa.

     Walaupun manusia telah menjadi makhluk yang hina karena dosa, namun selalu diingat dan diindahkan oleh Tuhan.  Bahkan Tuhan sendiri rela turun ke dunia dan mati di atas kayu salib untuk menebus dosa umat manusia sehinga kita tidak lagi hidup dalam kegelapan, menjadi ciptaan baru, beroleh pendamaian dengan Allah dan diangkat sebagai anak-anakNya.

Pengorbanan Kristus di Kalvari bukti karya agung Allah bagi manusia!

Tuesday, June 14, 2011

HIDUP DALAM IMAN: Siap Menanggung Resiko

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Juni 2011 -

Baca:  Ibrani 11

"Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah."  Ibrani 11:6a

Kita harus menyadari bahwa kekristenan itu dimulai dengan iman, karena  "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat."  (ayat 1).  Karena iman telah terbuka pintu hubungan antara kita dengan Allah, sebab tanpa iman kita tidak mungkin berkenan kepada Allah.

     Dalam Ibrani 11 ini kita baca bagaimana para saksi iman ini harus mengalami pergumulan yang tidak mudah.  Namun mereka tidak mempersoalkan besarnya ujian dan tantangan yang harus dihadapi, karena arah pandang mereka hanya tertuju kepada Allah.  Musa,  "...setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa.  Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah."  (ayat 24-26).  Abraham rela meninggalkan kampung halamannya di Urkasdim tanpa tahu tempat yang ia tuju (ayat 8).  Di tengah ujian yang menerpa mereka semakin meningkatkan iman, karena mereka tahu bahwa Allah yang mereka sembah adalah Allah yang hidup, sumber kekuatan, pertolongan, sukacita, penghiburan, dan jalan keluar yang terbaik.

     Saksi-saksi iman adalah mereka yang beralan dengan iman, bukan dengan penglihatan.  Berjalan dalam iman berarti harus siap menanggung resiko.  Terlebih di akhir zaman ini tantangan semakin besar menghadang kita, namun kita harus tetap kuat.  Sayang, tidak sedikit orang Kristen yang takut menanggung resiko sehingga rela meninggalkan imannya demi karir, jabatan dan sebagainya.  Sadrakh, Mesakh dan Abednego, karena imannya kepada Allah berani menanggung resiko, rela dimasukkan ke dalam perapian yang apinya dipanaskan tujuh kali lipat (baca Daniel 3:16-18).

     Berjalan dengan iman berarti taat menantikan janji Tuhan digenapi.  Karena itu Daud berdoa,  "Teguhkanlah pada hamba-Mu ini janji-Mu, yang berlaku bagi orang yang takut kepada-Mu."  (Mazmur 119:38).  Maka bersabarlah sampai waktu Tuhan dinyatakan, walaupun saat menantikan itu mungkin kita harus menanggung olokan atau sindiran dari orang lain.

Mari arahkan pandangan hanya kepada Allah, karena dengan iman masalah sebesar apa pun pasti terselesaikan!

Monday, June 13, 2011

ROH KUDUS DICURAHKAN: Perubahan dan Kuasa (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Juni 2011 -

Baca:  Kisah Para Rasul 2:14-40

"Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini."  Kisah Para Rasul 2:33

Akibat kehadiran Roh Kudus mereka yang berkumpul itu dipenuhi dengan Roh Kudus.  Dipenuhi Roh Kudus artinya dikontrol olehNya;  akibatnya mereka mulai berbicara dalam bahasa-bahasa lain.  Karunia bahasa lidah di sini merupakan kemampuan untuk berbicara suatu bahasa tanpa dipelajari terlebih dahulu.

     Saat Roh Kudus turun ke atas para murid Yesus, mereka menerima kuasa yang dijanjikan Tuhan itu.  Sejak saat itu perubahan besar terjadi!  Petrus yang pernah meyangkal Yesus sebanyak tiga kali dan sempat tidak percaya pada kebangkitan Kristus, setelah menerima Roh Kudus, mengalami sesuatu dalam dirinya.  Petrus dengan penuh keberanian bangkit dan menyampaikan kebenaran firman Tuhan, dan menyatakan kepada semua orang tentang Yesus Kristus yang telah mengalahkan maut dan bangkit dari kematian.  Dengan penuh keberanian Petrus berkata,  "Dan barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan."  (ayat 21).  Dengan kata-kata yang sederhana Petrus membangun dasar-dasar pengampunan dosa dan keselamatan.  Bagaimana ia bisa berkata-kata seperti itu?  Itu semua karena pekerjaan Roh Kudus.  Roh Kudus yang mengajarinya, karena  "...Roh Kudus, yang diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu."  (Yohanes 14:26).  Setelah mendengar kotbah Petrus orang-orang yang hadir mengalami jamahan Tuhan.  Mereka terharu dan bertanya apa yang harus mereka perbuat.  Jawab Petrus,  "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus."  (Kisah 2:38).

     Kita harus menyadari bahwa pekerjaan Roh Kudus adalah kuasa yang dikaruniakan Tuhan kepada gerejaNya di akhir zaman ini;  kuasa untuk memberitakan rahasia kebenaran firman Tuhan;  kuasa yang diberikan Tuhan kepada anak-anakNya supaya pelayanannya berdampak bagi dunia.  Orang yang dipimpin Roh Kudus tidak akan memberitakan Injil dengan kata-kata yang berasal dari hikmat manusia, tapi dengan kata-kata yang diajarkan Roh Kudus.

Tanpa kehadiran Roh Kudus pelayanan kita tidak akan membawa perubahan apa-apa!

Sunday, June 12, 2011

ROH KUDUS DICURAHKAN: Perubahan dan Kuasa (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Juni 2011 -

Baca:  Yohanes 14:15-31

"Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan seorang penolong yang lain, supaya Ia meyertai kamu selama-lamanya,"  Yohanes 14:16

Hari Pentakosta selalu jatuh pada minggu ke-7 sesudah Paskah.  Di hari itu, untuk pertama kalinya, Roh Kudus dicurahkan di Yerusalem ke atas murid-murid Yesus.  Seperti tertulis:  "Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk;  dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.  Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya."  (Kisah 2:2-4).  Awalnya tidak banyak yang mengerti apa itu Roh Kudus dan tujuannya dicurahkan ke bumi.  Namun yang pasti kehadiran Roh Kudus telah membawa perubahan besar dalam diri murid-murid Yesus, seperti api yang membakar semangat mereka untuk memberitakan Injil dan menjadi penggerak gereja mula-mula.

     Pencurahan Roh Kudus adalah penggenapan dari janji Tuhan.  Sebelum terangkat ke sorga Yesus berkata:  "...kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yeresalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."  (Kisah 1:8).  Kuasa apa yang dimaksudkan Yesus?  Ialah kuasa untuk mengadakan tanda dan mujizat.  Kuasa Roh Kudus adalah sangat unik, sehingga tanpaNya, kita tidak akan mampu menjadi saksi Kristus di tengah-tengah dunia ini.  Dikatakan:  "...apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran;  sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang."  (Yohanes 16:13).

     Kuasa Roh Kudus itu jauh melampaui bakat alami dan ilmu pengetahuan yang diperoleh manusia dari lembaga pendidikan mana pun.  Roh Kudus memberikan kepada orang-orang percaya kemampuan untuk memahami rahasia kebenaran.  Itulah sebabnya Tuhan Yesus memerintahkan para muridNya untuk tidak meninggalkan Yerusalem dan menunggu kuasa itu dinyatakan (baca Kisah 1:4).

Jika hanya kabar pertobatan yang diberitakan tanpa menanamkan nilai-nilai kebenaran, bagaimana kita dapat memperoleh kehidupan kekal?

Saturday, June 11, 2011

WAKTU ADALAH BERKAT DARI TUHAN! Jangan Sia-siakan!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Juni 2011 -

Baca:  Amsal 20

"Pada musim dingin si pemalas tidak membajak;  jikalau ia mencari pada musim menuai, maka tidak ada apa-apa."  Amsal 20:4

Seberapa berhargakah waktu bagi Saudara?  Ada yang berkata, "Waktu adalah uang, karena itu saya gunakan waktu sebaik mungkin.  Satu jam saja lewat, sudah berapa dollar yang melayang?"  Di sisi lain ada orang lain yang menganggap sepele waktu sehingga ia suka menunda-nunda apa yang seharusnya bisa dikerjakan sekarang, katanya:  "Ah, besok-besok saja, kan masih banyak waktu."  Ingat!  Waktu akan terus melaju dan siap menggilas orang-orang yang menyia-nyiakannya.  Jadi, mari gunakan setiap kesempatan yang ada dengan baik.

     Ketika musim menuai datang seorang pemalas tidak akan memanen apa-apa dari ladangnya, karena pada musim sebelumnya, ketika orang lain bekerja, ia tidak melakukan apa-apa, membiarkan waktu itu berlalu begitu saja.  Musim menabur haruslah kita gunakan untuk menabur supaya pada musim menuai kita mendapatkan hasil yang kita harapkan.  Dalam Pengkotbah 11:6 dikatakan:  "Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik."

     Mengapa kita harus menggunakan waktu dengan baik? Karena setiap waktu/kesempatan adalah berkat dari Tuhan bagi kita, baik itu pagi, siang maupun malam.  Dan berkat yang disediakan Tuhan bagi kita adalah berkat yang selalu baru, bukan kadaluarsa, sesuai dengan yang kita butuhkan.  Tertulis:  "Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-haisnya rahmat-Nya, selalu baru setiap pagi;  besar kesetiaan-Mu!"  (Ratapan 3:22-23).  Ada berkat baru setiap pagi.  Bangsa Israel mengalaminya:  pagi-pagi sebelum matahari terbit Tuhan menyediakan manna bagi mereka.  Pada waktu malam pu Tuhan berjanji memberikan berkatNya:  "Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah--sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.."  (Mazmur 127:2).

Jika kita rindu mengalami berkat-berkat Tuhan gunakanlah setiap waktu/kesempatan yang Dia beri dengan sebaik-aiknya, jangan sampai kita tertinggal oleh waktu sehingga akhirnya kita hanya bisa meratap dan menyesali diri.  Percuma!

Friday, June 10, 2011

KETENANGAN HANYA ADA DALAM TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Juni 2011 -

Baca:  Mazmur 62

"Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku."  Mazmur 62:2

Dalam perjalanan hidupnya, mulai dari saat masih menjadi seorang penggembala domba hingga menjadi raja atas Israel, kehidupan Daud diwarnai dengan hal-hal yang menakutkan, sehingga ia merasa tidak aman.  Saat menggembalakan kawanan domba ayahnya ia harus berhadapan dan bergumul dengan binatang buas:  singa dan juga beruang yang hendak menerkam domba-dombanya.  Jika ada singa atau beruang yang menerkam salah satu dombanya, Daud pun mengejarnya sampai ditemukan dan merebut kembali dombanya dari mulut singa atau beruang yang menerkamnya.  Jadi,  "Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini."  (1 Samuel 17:36a).

     Namun saat melawan Goliat tidak ada rasa takut sedikit pun dalam diri Daud karena ia tahu bahwa Tuhan yang menyertainya, dan terbukti ia mampu mengalahkan pahlawan Filistin itu dan meraih kemenangan secara gemilang.  Ujian yang harus dilewati tidak hanya sampai di situ, Daud pun selalu dikejar-kejar oleh Saul yang hendak membunuhnya.  Hidup Daud seperti berada di ujung tanduk.  Secara manusia ia kerapkali merasa takut dan kuatir, namun ia tetap tenang, karena ia yakin ada Tuhan yang tidak pernah meninggalkannya.  Inilah pernyataan Daud,  "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku;  gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku."  (Mazmur 23:4).

    Daud sadar bahwa rasa tenang dan aman itu tidak ditentukan atau dipengaruhi oleh keadaan dan suasana sekitar, orang lain, uang atau harta yang kita miliki atau kuasa-kuasa di luar Tuhan, tetapi rasa tenang dan aman hanya akan kita rasakan ketika kita dekat dengan Tuhan, karena Dia adalah  "...tempat perlindungan kita."  (Mazmur 62:9b);  dengan kata lain jika kita merasa aman bukan berarti tidak ada masalah atau ujian, tetapi karena ada Tuhan.  Tuhan adlah jaminan rasa aman kita;  perlindungan yang Dia berikan itu sempurna, dan melalui kuasa Roh Kudus Ia menopang, menghibur dan menguatkan kita senantiasa.  Oleh karena itu mari percaya keapdaNya dengan sepenuh hati dan tidak bimbang.  Percaya kepada Tuhan adalah keharusan bagi orang percaya.

Percaya kepada Tuhan berarti menyerahkan semua beban kita kepada Tuhan dan kita pun tidak meninggalkan Tuhan dalam keadaan apa pun dan bagaimana pun, sehingga pastilah rasa tenang akan tinggal tetap di dalam hati kita!

Thursday, June 9, 2011

TIDAK HANYA PERCAYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Juni 2011 -

Baca:  Yohanes 3:16-21

"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."  Yohanes 3:16

Jika kita menyadari bahwa hidup di dunia ini tidak untuk selamanya, untuk apa sebenarnya kita hidup?  Mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, meraih kesuksesan dan popularitas, menuntut ilmu setinggi langit, ataukah kita mulai berpikir akan keselamatan hidup kita kelak?

     Pada mulanya Tuhan menciptakan manusia di bumi ini dengan satu tujuan yaitu menjadikan manusia serupa dan segambar denganNya, supaya manusia berkuasa atas segala ciptaanNya dan berkuasa atas seluruh bumi (baca Kejadian 1:26).  Sayang, manusia (Adam dan Hawa) hidup dalam ketidaktaatan, akibatnya gambar dan rupa Tuhan dalam diri manusia itu menjadi rusak.  Dan jelas bahwa  "...upah dosa ialah maut;  tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita."  (Roma 6:23).  Meski demikian tujuan Tuhan tetap berlaku bagi setiap orang yang percaya kepadaNya.  Untuk itulah Ia datang sebagai manusia, rela menderita dan mati di atas Kalvari untuk menebus dosa manusia.  Jadi keselamatan itu dapat kita peroleh asalkan kita percaya kepada Yesus, sebab  "...keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."  (Kisah 4:12).

     Banyak orang menyalahartikan kata 'percaya' ini;  mereka menganggap bahwa keselamatan itu sangat mudah didapat, modalnya hanya percaya, sementara mereka masih terus melakukan perbuatan-perbuatan dosa.  Sebaliknya tidak sedikit pula orang Kristen yang malah kehilangan rasa percayanya kepada Tuhan karena 'mata' mereka telah dibutakan oleh besarnya masalah yang dialami, padahal Tuhan ijinkan hal itu terjadi supaya nyata kuasa Tuhan di dalamnya, bahwa bukan kita sendiri yang bertindak, tapi Tuhanlah yang bertindak melalui iman kita yang bergerak aktif.  Dalam Mazmur 37:5 dikatakan:  "Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak;"

Jadi kita harus selalu bergantung penuh pada Tuhan dan mengandalkanNya dalam segala hal, maka kita tetap percaya bahwa apa pun yang terjadi dalam hidup ini Tuhan selalu menyelamatkan hidup kita.

Wednesday, June 8, 2011

KARUNIA ROHANI DARI TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Juni 2011 -

Baca:  1 Petrus 4:7-11

"Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-riap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah."  1 Petrus 4:10

Bahasa Yunani untuk kata karunia adalah charisma, yang bisa diartikan kemampuan-kemampuan rohani yang diberikan Tuhan untuk memperlengkapi orang-orang percaya oleh karya Roh Kudus.  Jadi setiap orang percaya, tanpa terkecuali, menerima karunia dari Tuhan.  Karena itu tidak ada alasan bagi kita untuk tidak melayani Tuhan.  Namun seringkali kita merasa tidak pantas, tidak layak, tidak mampu untuk melayani, padahal  "...kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus."  (Efesus 4:7).  Sama seperti tubuh jasmani kita terdiri atas banyak anggota,demikian juga anggota-anggota tubuh Kristus berfungsi dalam panggilan dan karunia yang berbeda.  Tuhan yang menentukan tujuan dan fungsi kita dan setiap bagian itu penting, tak ada bagian yang dapat memisahkan diri dari yang lain.

     Karena kita telah diberi karunia atau kemampuan supranatural oleh Tuhan, maka apa pun bentuk pelayanan yang kita kerjakan, baik itu berkotbah, mengajar, menginjil, menyanyi, bernubuat dan sebagainya harus dengan karunia itu, bukan dengan kekuatan atau kepintaran kita sendiri.  Apabila kita melayani tanpa karunia dari Tuhan, pelayanan kita akan sia-sia.  Dan bila kita menyadari bahwa di dalam kita ada karunia dari Tuhan harus kita optimalkan.  Pesan Paulus kepada Timotius,  "Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu."  (2 Timotius 1:6).  Karunia sudah ada di dalam Timotius!  Apabila Tuhan menempatkan karuniaNya, itu tidak datang dan pergi, tetapi tinggal di dalam,  "Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya."  (Roma 11:29).

     Karunia atau kuasa ini adalah perlengkapan yang dibutuhkan untuk memenuhi panggilan Tuhan atas diri kita masing-masing.  Gereja tak akan berdiri teguh tanpa karunia-karunia ini, karena itu  "Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah."  (1 Petrus 4:10).

Karunia yang ada pada kita adalah anugerah Tuhan, bukan milik kita, kita hanyalah pengurusnya;  "Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma."  Matius 10:8b

Tuesday, June 7, 2011

MENANG TERHADAP INTIMIDASI IBLIS (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Juni 2011 -

Baca:  Nehemia 6

"Karena mereka semua mau menakut-nakutkan kami, pikirnya:  'Mereka akan membiarkan pekerjaan itu, sehingga tak dapat diselesaikan.'.  Tetapi aku justru berusaha sekuat tenaga."  Nehemia 6:9

Nehemia tidak terpengaruh oleh hasutan-hasutan mereka. Jika ia menyerah di tengah jalan dan tidak lagi melanjutkan pembangunan itu, maka mereka (musuh) pasti akan melompat kegirangan dan bersukacita atas kegagalan Nehemia.  Itulah yang dimaui oleh Iblis, karena memang pekerjaan Iblis adalah  "...untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;"  (Yohanes 10:10a).

     Di tengah ujian berat yang mendera, Nehemia tidak putus asa.  Ia datang kepada Tuhan dengan berpuasa dan berdoa sehingga ia beroleh kekuatan untuk menghadapi lawan-lawannya.  Pemazmur berkata,  "Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung;  dari manakah akan datang pertolonganku?  Pertolonganku ialah dari Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi."  (Mazmur 121:1-2).  Nehemia pun berani berkata,  "Allah semesta langit, Dialah yang membuat kami berhasil!  Kami, hamba-hamba-Nya, telah siap untuk membangun.  Tetapi kamu tak punya bagian atau hak dan tidak akan diingat di Yerusalem!"  (Nehemia 2:20).  Para pengacau (Sanbalat dan Gesyem) tidak pernah berhenti untuk menggagalkan usaha Nehemia.  Bahkan Sanbalat mengutus hambanya untuk yang kelima kalinya kepada Nehemia dengan membawa surat tuduhan bahwa Nehemia telah memberontak dan mencalonkan dirinya sebagai raja Yehuda (Nehemia 6:6).  Berbagai upaya telah mereka lakukan, tapi semuanya tidak ada yang berhasil karena Tuhan menyertai Nehemia.  Nehemia tetap kuat dan fokus terhadap tugas yang dipercayakan Tuhan untuk membangun kembali Yerusalem.  Ia menjalankan tugas ini dengan penuh komitmen dan tidak menyalahgunakannya.

     Bila saat ini kita sedang mengalami pergumulan yang tidak jauh berbeda dengan Nehemia, jangan putus asa!  Memang, Iblis tidak pernah lelah untuk melemahkan kita.  Jangan menyerah pada keadaan dan terpengaruh kata-kata negatif yang dilontarkan orang lain kepada kita.  Tetaplah maju!  Ada tertulis:  "dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti,"  (1 Korintus 1:28).

Serahkan setiap perkara kepada Tuhan, maka Dia akan menyelesaikannya, karena tak ada rencanaNya yang gagal!

Monday, June 6, 2011

MENANG TERHADAP INTIMIDASI IBLIS (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Juni 2011 -

Baca:  Nehemia 4

"Ketika Sanbalat mendengar, bahwa kami sedang membangun kembali tembok, bangkitlah amarahnya dan ia sangat sakit hati.  Ia mengolok-olokan orang Yahudi"  Nehemia 4:1

Seringkali seseorang menjadi lemah dan tak berdaya oleh karena perkataan dari orang lain yang menyakitkan, melemahkan dan mengitimidasinya.  Oleh karena itu kita harus berhati-hati terhadap apa pun yang kita ucapkan.

     Hal serupa dialami oleh Nehemia, orang Yahudi yang hidup pada masa Israel berada dalam tawanan.  Alkitab menyatakan bahwa beberapa tahun sebelumnya, orang-orang Babilonia telah datang dan menghancurkan Yerusalem.  Mereka juga membunuh atau menawan sebagian besar penduduk.  Tidak hanya itu, tembok-tembok dibakar dan diruntuhkan sehingga kota itu tinggal puing-puing.  Kondisi ini benar-benar memilukan hati Nehemia dan Tuhan pun menaruh kerinduan dalam hatinya untuk pulang ke Yerusalem dan membangun kembali kota itu.  Selama di pembuangan, Nehemia telah setia mengabdi kepada sang raja asing dan ia pun disukai raja itu.  Karena itu raja mengijinkan dia untuk pergi dan melaksanakan semua yang telah Tuhan suruhkan kepadanya.  Dengan segera Nehemia berangkat ke Yerusalem dan mengumpulkan orang-orang Israel yang tersisa, mendorong mereka untuk memperbaiki semua yang telah dihancurkan oleh musuh.  Untuk mewujudkan rencana itu Nehemia harus menghadapi tantangan yang tidak mudah.  Ada sekumpulan orang yang tidak menyukai niat mulianya, di mana mereka berusaha untuk mengintimidasi Nehemia dengan perkataan-perkataan yang melemahkan.  Sanbalat, Tobia dan Gesyem tidak ingin tembok itu dibangun kembali.  Mereka berusaha menentang dan menghentikan usaha Nehemia ini.  Dikatakan,  "...mereka mengolok-olokkan dan menghina kami.  Kata mereka:  'Apa yang kamu lakukan itu?  Apa kamu mau berontak terhadap raja?"  (Nehemia 2:19).  Mereka juga berusaha untuk menghancurkan dan mengintimidasi Nehemia dengan perkataan-perkataan yang merendahkan.  Ejek orang-orang itu,  "Sekalipun mereka membangun kembali, kalau seekor anjing hutan meloncat dan menyentuhnya, robohlah tembok batu mereka."  (Nehemia 4:3).  Apa yang dikerjakan Nehemia menjadi bahan tertawaan mereka.  Meskipun demikian Nehemia tidak termakan oleh provokasi mereka, dia terus maju.  (Bersambung)

Sunday, June 5, 2011

MENGERJAKAN KESELAMATAN: Makin Melekat Pada Tuhan!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Juni 2011 -

Baca:  Mazmur 62

"Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku."  Mazmur 62:6

Kita harus mempersiapkan diri dengan sungguh menjelang kedatangan Tuhan yang semakin dekat.  Perwujudannya adalah menghormati Roh Kudus, yaitu dengan melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan yang kesemuanya tidak terlepas dari pimpinan Roh Kudus.  Ketika kita hidup dalam pimpinan Roh Kudus kita pasti tidak akan menuruti keinginan daging.  Oleh karenanya kita harus menjauhkan diri dari segala bentuk kecemaran dunia ini, sebab  "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus."  (1 Tesalonika 4:7).

     Seseorang yang menyadari bahwa keselamatan yang ia terima adalah kasih karunia dari Tuhan akan memiliki kerinduan untuk selalu melekat kepadaNya.  Inilah yang dilakukan Daud, senantiasa merindukan hadirat Tuhan:  "Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya Tuhan semesta alam!  Jiwaku hancur karena merindukan pelantaran-pelantaran Tuhan;  hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup."  (Mazmur 84:2-3).  Daud tahu bahwa di dalam hadirat Tuhan ada sukacita, pemulihan, kemenangan, penghiburan dan kekuatan.  Dan respons hati Tuhan terhadap siapa pun yang senantiasa melekat kepadaNya adalah seperti yang dikatakanNya,  "Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku."  (Mazmur 91:14).  Hal ini sungguh terbukti ketika Daud mengalami persoalan yang berat, di mana Tuhan menyatakan kuasaNya,  "...sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti."  (Mazmur 46:2b).

     Seberapa dalam kerinduan kita kepada Tuhan?  Seringkali kita malah menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah.  Kita jarang sekali membaca Alkitab (firman Tuhan), apalagi merenungkannya, dan juga malas berdoa.  Di akhir zaman ini jemaat Tuhan harus semakin intim dengan Kristus.  Ketika kita melekat kepada Dia kita akan beroleh kekuatan dan mampu menang terhadap segala godaan dunia ini, sehingga keselamatan yang telah kita terima tetap terpelihara.  Bahkan iman kita akan semakin bertumbuh.

...dan pada saatnya kehidupan kita menghasilkan buah bagi Tuhan, yaitu menjadi berkat bagi orang lain,  "...supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela..."  Filipi 2:15

Saturday, June 4, 2011

MENGERJAKAN KESELAMATAN: Menjauhi Kejahatan!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Juni 2011 -

Baca:  Filipi 2:12-18

"Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat;  karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir,"  Filipi 2:12

Banyak orang yang mengaku dirinya percaya dan beriman kepada Yesus tetapi masih memandang rendah nilai pengorbanan Kristus di atas kayu salib.  Mereka mengganggap sepele keselamatan yang telah diberikan Tuhan.  Petrus menegaskan,  "...kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat."  (1 Petrus 1:18-19).

     Apa buktinya seseorang dikatakan sudah tidak peduli lagi terhadap keselamatan yang telah diterimanya dari Tuhan itu?  Hal ini bisa dilihat dari gaya hidupnya yang tidak mencerminkan sebagai anak Tuhan.  Sebagai orang-orang yang telah diselamatkan oleh kasih karunia kita telah dipindahkan dari kegelapan menuju terang.  Maka dari itu kita harus  "...meninggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang!  Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati.  Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya."  (Roma 13:12b-14).  Bukankah masih ada orang percaya yang belum sepenuhnya meninggalkan hidup lamanya, masih bersahabat dengan dunia ini dan mencintai dosa?

     Rasul Paulus menasihati agar kita senantiasa taat dan mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar.  Artinya kita harus berani berkata tidak terhadap dosa dan menghormati kehadiran Roh Kudus dalam hidup kita.  Rasa takut dan gentar yang dimaksud adalah menghormati Tuhan karena kuasaNya, kekudusanNya dan keadilanNya, sehingga kita pun takut melakukan dosa, karena setiap pelanggaran akan membawa konsekuensi.  Salomo dalam amsalnya juga menyebutkan,  "Takut akan Tuhan ialah membenci kejahatan;  aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat."  (Amsal 8:13).  (lanjut)

Friday, June 3, 2011

TUHAN PEDULIKAN KITA: Berharga di MataNya!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Juni 2011 -

Baca:  Yesaya 43:1-7

"Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau, maka Aku memberikan manusia sebagai gantimu, dan bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu."  Yesaya 43:4

Adalah suatu kebanggaan tersendiri apabila kita mendapat hormat, pujian dan penghargaan dari sesama kita karena kesuksesan atau prestasi yang telah kita raih.  Contoh:  keberhasilan tim sepakbola nasional Indonesia menjadi runner up dalam piala AFF beberapa waktu lalu.  Semua pemain begitu dielu-elukan dan beroleh sanjungan dari para penggila bola tanah air.  Hampir semua media menampilkan berita tentang mereka.  Penghargaan dan bonus mengalir deras.  Mereka menjadi aset berharga di dunia olahraga nasional.  Tapi, apakah kita pernah menyadari bahwa kita ini sangat berharga di mata Tuhan?  Tuhan tidak pernah memandang rupa, jabatan, atau kekayaan yang kita miliki.  Sesungguhnya  "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah;  manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati."  (1 Samuel 16:7b).  Seburuk apa pun kita di mata dunia ini, bahkan mungkin kita telah dihina, dicaci, dan direndahkan, tetapi kita tetap berharga di mataNya.  Kalau kita begitu bangga dipuji dan dihormati oleh orang lain, alangkah lebihnya bila kita dipandang sangat berharga dan mulia di hadapan Tuhan, bahkan disebutNya kita sebagai biji mataNya sendiri!  Dan Alkitab menyatakan,  "...siapa yang menjamah kamu, berarti menjamah biji mata-Nya-"  (Zakharia 2:8b).

     Sudah sepatutnya hati kita berlimpah dengan syukur dan berhentilah untuk mengeluh dan bersungut-sungut dengan kondisi kita yang mungkin menurut kita tidak sebanding dengan orang-orang yang di luar Tuhan, sebab dengan ucapakan syukur kepada Tuhan kita akan semakin kuat di dalam Dia dan itulah awal dari karya Roh Kudus dalam hidup kita.  Ketika Tuhan Yesus hendak memberi makan lima ribu orang, Ia  "...mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuatNya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki."  (Yohanes 6:11).

     Dalam ucapan syukur ada kuasa yang turun dari tempat mahatinggi, sebab di dalamnya kita selalu percaya bahwa Tuhan sanggup melakukan perkara yang ajab atas hidup kita.  Ingat, kita berharga di mata Tuhan!

Keadaan apa pun yang kita alami saat ini, Tuhan tahu dan Dia sangat mempedulikan kita!

Thursday, June 2, 2011

RENCANA ALLAH TERGENAPI: Yesus Naik ke Sorga

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Juni 2011 -

Baca:  Ibrani 10:19-39

"karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah."  Ibrani 10:20-21

Alkitab telah menegaskan bahwa jalan untuk sampai ke tempat Mahakudus sudah terbuka bagi kita melalui pengorbanan Yesus.  Oleh darah Yesus kita sudah dibersihkan dan disucikan sehingga kita bisa masuk ke ruang Maha Kudus.  Sungguh, kedatangan Yesus ke dalam dunia ini adalah untuk menggenapi rencana Allah bagi kita;  Allah mengutus Yesus supaya kita mengenal Dia sebagaimana tertulis:  "Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah;  tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya."  (Yohanes 1:18).

     KebangkitanNya dari kematian telah membuktikan kuasa ke-Ilahian-Nya;  perbuatan-perbuatan Iblis telah dihancurkan,  "...Maut telah ditelan dalam kemenangan."  (1 Korintus 15:54b).  Melalui karyaNya, jaminan keselamatan telah disediakan bagi kita.  Tertulis:  "demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang.  Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia."  (Ibrani 9:28).

     Yesus telah menggenapi rencana Allah dengan sempurna!  Dan kenaikan Yesus ke sorga, 40 hari setelah kebangkitanNya, merupakan klimaks kehidupanNya di dunia.  Ini membuktikan Dia adalah Tuhan dan Juruselamat yang diutus Bapa dan kembali kepada Bapa.  Yesus datang dari kekekalan dan kembali kepada kekekalan.  Yesus berkata,  "Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia;  Aku meninggalkan dunia pula dan pergi kepada Bapa."  (Yohanes 16:28).  Yesus kembali kepada Bapa untuk menyediakan tempat bagi orang percaya:  "Di rumah bapa-Ku banyak tempat tinggal.  Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu.  Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.  Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada."  (Yohanes 14:2-3).

     Di dalam Yesus ada jaminan kepastian hidup kekal.  Jadi marilah kita menanti Dia dengan tekun sambil mengerjakan keselamatan itu dengan takut dan gentar.

"...Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga."  Kisah 1:11

Wednesday, June 1, 2011

DALAM PUJIAN PENYEMBAHAN: Tuhan Bekerja!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Juni 2011 -

Baca:  Mazmur 103 

"Pujilah Tuhan, hai jiwaku!  Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku!"  Mazmur 103:1 

Setiap ibadah selalu diawali dengan pujian penyembahan.  Mengapa?  Karena pujian dan penyembahan kepada Tuhan sudah seharusnya merupakan gaya hidup yang tidak terpisahkan dari iman Kristen.  Sejak awal Tuhan telah merancang kita untuk menjadi umat pemuji, bahkan sampai pada kekekalan di sorga tiada hentinya pujian dan penyembahan dinaikkan bagi Tuhan.  Melalui pujian dan penyembahan nama Tuhan ditinggikan, sebab Dia hadir dalam pujian umatNya.  Dengan pujian penyembahan kita mengundang hadiratNya yang penuh kuasa untuk melawat dan memulihkan keadaan kita.  Terkadang tidak banyak orang percaya yang menyadari betapa pentingnya pujian penyembahan dalam suatu ibadah.  Kita menganggapnya sebagai hal yang biasa dan rutin sehingga banyak orang yang sengaja datang ke gereja terlambat.  "Ah, masih puji-pujian, nanti saja datang ketika firman akan dimulai!"  Bahkan tidak sedikit orang Kristen yang lebih menyukai dan hafal dengan lagu-lagu duniawi daripada lagu-lagu rohani.  Mereka tidak menyadari akan kuasa yang terkandung dalam puji-pujian kepada Tuhan.

     Bila kita memuji Tuhan dengan segenap hati, kita akan mengalami perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan.  Orang yang mengalami perjumpaan dengan Tuhan pasti mengalami pembaharuan dalam hidupnya.  Dampaknya:  ia akan makin berkobar-kobar bagi Tuhan karena menyadari betapa besar kasih dan kebaikan Tuhan dalam hidupnya;  betapa hidupnya berharga karena telah diselamtkan oleh Tuhan.  Simak ungkapan hati Daud ini yang menyadari akan kasih Tuhan:  "Tuhan adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. ...setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setiaNya atas orang-orang yang takut akan Dia;"  (Mazmur 103:8,11).  Oleh karena itu penghormatan tertinggi hanya layak bagi Tuhan saja!

     Apabila kita bisa mengingat betapa baiknya Tuhan dalam hidup ini tidak ada yang bisa kita perbuat untuk membalas kebaikanNya selain hanya pujian dan penyembahan yang selayakya kita haturkan sebagai rasa syukur kita.

Tidak ada alasan untuk tidak memuji Tuhan di segala waktu, sebab dalam pujian penyembahan yang kita naikkan kuasa Tuhan turut bekerja dan kita pun akan mengalami pemulihan yang luar biasa!

Tuesday, May 31, 2011

MEMPERTAHANKAN IDENTITAS (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Mei 2011 -

Baca:  Mazmur 101:1-8

"Aku hendak memperhatikan hidup yang tidak bercela:  Bilakah engkau datang kepadaku?  Aku hendak hidup dalam ketutulsan di dalam rumahku."  Mazmur 101:2

Pada masa ini kejahatan begitu merajalela, mulai dari percabulan, korupsi kecil hingga besar, penipuan pajak dan lainnya.  Begitu marak pula selebritis yang tertangkap karena menggunakan narkoba.  Uang dan popularitas telah membius mereka.  Mengapa mereka menggunakan narkoba?  Untuk menenggelamkan kesedihan mereka, mencari kebahagiaan, atau lari dari permasalahan hidup.  Mereka sudah kehilangan identitas diri!  Sebagai orang percaya yang telah ditebus dan diselamatkan, haruskah kita turut tenggelam dalam kehidupan dunia yang menyesatkan ini?  Ketika norma-norma masyarakat mulai memudar, haruskah identitas kita sebagai umat pilihan Tuhan turut juga memudar dan mulai berkompromi dengan dosa seperti mereka?  Justru di tengah-tengah dunia yang gelap ini "...hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."  (Matius 5:16).

     Kita harus bisa mempertahankan identitas kita ini dan tetap menjaga diri supaya hidup kita membawa pengaruh yang positif bagi orang lain.  Mungkinkah?  Tidak ada yang mustahil bagi orang percaya.  Daniel, meski hidup di negeri asing yang penuh dengan kesenangan dan penyembahan berhala, tetap bertekad menjaga identitasnya sebagai orang percaya agar dirinya tetap murni, dan menolak untuk mencemakan diri dengan hidangan raja.  Tertulis:  "Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja;  dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya."  (Daniel 1:8).  Daniel berani hidup berbeda dari orang lain dan mampu mempertahankan identitas rohaninya.  Meski berada di tengah-tengah orang-orang dunia dia tidak turut hidup dengan cara-cara duniawi.

     Contoh lain, adalah Yusuf, yang ketika hidup di Mesir tidak kehilangan identitasnya sebagai orang benar, tetap kuat menghadapi godaan isteri Potifar dan lebih memilih lari daripada harus berkompromi dengan dosa.  Pemazmur pun berjuang agar hidupnya tetap berkenan kepada Tuhan.  "Tiada kutaruh di depan mataku perkara dursila;  perbuatan murtad aku benci, itu takkan melekat padaku.  Hati yang bengkok akan menjauh dari padaku, kejahatan aku tidak mau tahu."  (Mazmur 101:3-4).  Ingatlah identitas kita!

Karena itu jadilah teladan dalam segala hal bagi orang-orang dunia.

Monday, May 30, 2011

MEMPERTAHANKAN IDENTITAS (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Mei 2011 -

Baca:  1 Petrus 2:1-10

"Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib."  1 Petrus 2:9

Adalah sangat penting bagi orang percaya untuk menyadari siapa sesungguhnya kita ini di dalam Tuhan.  Siapa sesungguhnya kita?  Jika kita tahu jawabannya, inilah yang menjadi identitas kita.

     Setiap orang pastilah memiliki latar belakang yang berbeda-beda:  siapa orang tua kita, asal usul kita dari mana, atau kewarganegaraan kita apa dan sebagainya.  Dalam edisi Maret lalu disampaikan bahwa setiap orang percaya memiliki kewargaan yang berbeda dari orang-orang dunia, karena kewargaan kita adalah di dalam sorga (baca Filipi 3:20).  Sebagai warga Kerajaan Sorga kita memiliki tugas dan tanggung jawab yang tidak mudah karena kita dituntut untuk hidup menurut hukum-hukum Sorga (firman Tuhan).  Karena itu kita harus berhati-hati dalam berperilaku karena setiap hari kita menghabiskan sebagian besar waktu kita bersama-sama dengan orang-orang di luar Tuhan:  dengan teman sekolah, teman sekantor atau pun dengan tetangga di lingkungan tempat tinggal kita.  Setiap hari kita memperhatikan dan melihat setiap tingkah laku dan juga perkataan mereka.  Namun yang Tuhan kehendaki adalah kita tidak kehilangan identitas kita sebagai orang percaya, baik itu di lingkungan sekolah, tempat kerja atau pun di tengah-tengah masyarakat.

     Ayat nas di atas menyatakan bahwa kita ini adalah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus dan umat kepunyaan Allah sendiri.  Luar biasa!  Kita patut bersyukur kepada Tuhan karena kita sudah memperoleh anugerah dan kemurahanNya.  Dikatakan:  "...kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat."  (1 Petrus 1:18-19).  Jadi,  "...kamu bukan lagi hamba, melainkan anak;  jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah."  (Galatia 4:7).  Identitas baru ini kita dapatkan melalui pengorbanan Yesus di atas Kalvari;  Dia telah mengangkat kita dari gelap kepada terangNya yang ajaib sehingga kita  "...memperoleh pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan."  (Kisah 26:18).  (Bersambung).

Sunday, May 29, 2011

MENGASIHI TUHAN: Adalah Mengasihi Sesama!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Mei 2011 -

Baca:  1 Yohanes 4:7-21

"Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah;  dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah."  1 Yohanes 4:7

Berbicara tentang kasih tak ada habisnya, apalagi bagi setiap orang yang berlabelkan Kristen, karena kekristenan dan kasih itu tak terpisahkan.  Jika kita tidak memiliki kasih ada yang salah dan tidak beres dalam pengiringan kita kepada Tuhan selama ini.  Ada seorang teman yang curhat dan berkeluh kesah kepada penulis bahwa pimpinannya di kantor sangat cerewet, pelit dan suka mendamprat pegawainya dengan kata-kata kasar.  Ia pun menambahkan,  "Bosku itu kan orang Kristen, dan katanya juga ikut pelayanan di gereja, tapi koq begitu ya, tidak punya kasih.  Padahal setahuku orang Kristen itu baik dan selalu mengasihi orang lain."  Mendengar curhat teman yang 'tidak seiman' itu penulis hanya bisa bungkam dan benar-benar dibuat malu.  Orang Kristen yang tidak memiliki kasih bisa dikatakan sebagai orang Kristen yang gagal;  gagal menadi teladan yang baik dan gagal menjadi terang bagi sesamanya.

     Mengapa kita harus memiliki kasih dan mengasihi sesama kita?  Alkitab menyatakan bahwa kita mengasihi karena Allah telah terlebih dahulu mengasihi kita.  Dan bagaimana kita dapat mengasihi Allah jikalau mengasihi sesama manusia saja kita tidak bisa?  Kasih Allah inilah yang seharusnya memotivasi kita untuk dapat mengasihi orang lain.  Jadi mengasihi orang lain adalah suatu perintah yang harus kita taati.  Tertulis:  "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."  (Lukas 10:27).  Kata kasihilah merujuk pada suatu perintah dan itu tidak dapat dilanggar.  Dalam kenyataannya kita sering melakukan tindakan kasih yang disertai dengan syarat-syarat tertentu atau pilih-pilih.  Kita mengasihi seseorang apabila orang tersebut juga mengasihi kita atau memberi keuntungan kepada kita.  Sebaliknya bila tidak, orang tersebut kita anggap sebagai lawan atau musuh.

     Bukti dari pernyataan kasih dalam kehidupan kita adalah kasih kepada Tuhan dan juga sesama.  Bagian tersukar adalah kasih kepada Tuhan.  Kalau kita berkata bisa mengasihi Tuhan, tapi bukti mengasihi saudara atau sesama tidak ada berarti nonsens.

Bukti bahwa kita mengasihi Tuhan adalah jika kita mengasihi sesama kita!

Saturday, May 28, 2011

GARAM TAWAR TIDAK BERGUNA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Mei 2011 -

Baca:  Matius 5:13-16

"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?  Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang."  Matius 5:13

Saat ini acara wisata kuliner menjadi tren di hampir semua stasiun telebisi.  Demikian pula acara masak-memasak aneka jajanan, masakan tradisional hingga menu masakan luar negeri pun dikemas secara menarik dengan menampilan orang-orang yang memang expert di bidangnya atau seorang chef terkenal.  Apa pun jenis makanannya dengan resep yang berbeda-beda, hampir selalu ada garam yang menjadi salah satu bahan utamanya.  Selain sebagai penyedap untuk setiap masakan, garam bergungsi untuk mengawetkan sesuatu yang telah mati agar tidak membusuk dan berbau.  Makanan tanpa garam akan terasa hambar.

     Alkitab mengatakan bahwa keberadaan orang percaya di tengah-tengah dunia ini adalah sebagai 'garam'.  Suatu tugas dan tanggungjawab yang tidak semudah membalikkan telapak tangan.  Sudahkah kita menjalankan fungsi kita sebagai garam dunia dengan benar?  Dunia ini penuh dengan kebobrokan dan bisa dikatakan dalam proses membusuk karena dosa.  Karena itu keberadaan orang percaya sebagai 'garam dunia' sangat dibutuhkan. Menjadi garam dunia berarti menjadi kesaksian bagi orang lain.  Melalui hidup kita seharusnya banyak jiwa yang diselamatkan sehingga proses pembusukan dunia karena dosa dapat diperlambat.  Sebagaimana Kristus  "...datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."  (Lukas 19:10), begitu pula tugas kita sebagai garam dunia adalah menebarkan pengaruh bagi jiwa-jiwa di sekitar kita.  Mungkin banyak orang di sekeliling kita telah menempuh hidup yang tidak benar:  ada yang terlibat narkoba, seks bebas, perselingkuhan, korupsi dan perbuatan-perbuatan dosa lainnya.  Adakah karena kesaksian hidup kita mereka bertobat?

     Kesaksian hidup kita harus terus bergulir hingga Tuhan Yesus datang kelak.  Sayang, tidak sedikit orang percaya yang tidak bisa menjadi garam dunia karena hidupnya setali tiga uang dengan orang-orang dunia;  tetap saja berkompromi dengan dosa sehingga susah dibedakan mana itu orang percaya dan yang bukan.  Jika garam menjadi tawar berarti telah kehilangan fungsi dan pastilah sudah tidak berguna untuk apa pun.  Garam tawar adalah garam yang telah hilang kegunaannya, ia hanya akan dibuang dan diinjak-injak orang (baca Lukas 14:34-35).  Kita menjadi tidak berguna bagi Tuhan maupun bagi manusia.  Keadaan ini sungguh memalukan!

Orang Kristen yang hidupnya tidak menjadi kesaksian sama dengan garam yang tawar!

Friday, May 27, 2011

BERJUANG MEMPEROLEH KRISTUS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Mei 2011 -

Baca:  Filpi 3:1-16

"Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus."  Filipi 3:12

Tanpa sadar banyak orang Kristen merasa dirinya telah mencapai tingkat kerohanian yang tinggi, yang dirasa sudah lebih dari cukup:  ibadah di gereja tidak pernah absen, setia membayar persepuluhan dan sudah terlibat dalam pelayanan.  Apa lagi yang kurang?  Cukuplah sudah.  Tidak perlu lagi bersusah-payah, menggebu-gebu atau mengejar hal-hal rohani begitu rupa.  Jika kita berpikiran seperti itu, berhati-hatilah, karena kita sedang dalam bahaya yang besar.

     Rasul Paulus memiliki reputasi yang luar biasa dalam hal agama Yahudi, bahkan diakuinya sendiri bahwa  "dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat."  (ayat 6).  Meski demikian Paulus merasa bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa dan tidak ada alasan baginya untuk memegahkan diri.  "Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.  Malahan segala sesuatu yang kuanggap rugi, karena pengenalan aku Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya.  Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,"  (ayat 7-9).  Tidak ada yang lebih mulia dalam diri Paulus sebelum ia benar-benar mendapatkan Kristus dalam hidupnya.  Maka dari itu ia terus berusaha dan berlari mengejar Kristus.  "dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus."  (ayat 14).  Paulus meyadari bahwa jika ia mendapatkan Kristus dan Kerajaan Sorga bukanlah dua hal yang terpisah, tapi merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.

     Sudahkah kita memiliki Kristus sepenuhnya?  Kehidupan orang percaya ibarat berada di arena pertandingan, di mana kita harus terus berjuang dan berlari untuk mendapatkan Kristus dan juga KerajaanNya.  Jadi upaya mendapatkan Kristus adalah tugas seumur hidup kita.  Jangan pernah merasa puas dengan apa yang kita lakukan saat ini.  Masa lalu tidak bisa kita bangga-banggakan atau kita jadikan patokan.  Apakah yang kurang dari Paulus?  Namun dia tidak pernah berhenti berjuang.  Bagi Paulus segala sesuatu selain Kristus adalah sampah.  Apalah artinya kita memperoleh seluruh dunia ini jika pada akhirnya binasa?

Hanya Kristus yang terbaik, kita harus mengejar dan mendapatkan Dia.

Thursday, May 26, 2011

MENINGGALKAN TUHAN KARENA DUNIA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Mei 2011 -

Baca:  2 Tawarikh 12:1-16 

"Rehabeam berserta seluruh Israel meninggalkan hukum Tuhan, ketika kerajaannya menjadi kokoh dan kekuasaannya menjadi teguh."  2 Tawarikh 12:1

Akhir-akhir ini banyak orang percaya yang mengalami kelesuan dalam pengiringannya kepada Tuhan.  Banyak faktor yang mengakibatkan seseorang tidak lagi setia kepada Tuhan, bahkan ada yang meninggalkan Tuhan dan secara terang-terangan telah menjual imannya.  Salah satunya dalah karena kemapanan atau kemakmuran.  Karena sudah memiliki jabatan yang tinggi dan bergelimangan harta, seseorang tidak lagi mengutamakan perkara-perkara rohani dan lebih mencintai jabatan dan hartanya itu daripada Tuhan.  Ayat nas di atas sudah sangat jelas menyatakan bahwa Rehabeam adalah seorang raja yang sudah lupa diri;  ia mabuk jabatan dan juga harta.  Karena sudah merasa kuat, kaya, terkenal dan berkuasa ia pun meninggalkan Tuhan dan tidak lagi mengindahkan hukumNya.  Rehabeam sepertinya sudah tidak membutuhkan Tuhan lagi dalam hidupnya.
    
      Contoh lain orang yang meninggalkan Tuhan adalah Demas.  Alkitab menyatakan bahwa Demas sebelumnya adalah seorang pelayan Tuhan dan rekan sekerja Paulus di ladang Tuhan;  ia begitu setia menyertai Paulus di setiap pelayanannya. Namun dalam kisah berikutnya dikatakan oleh Paulus demikian:  "...Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku."  (2 Timotius 4:10a).  Kepada Timotius Paulus menyatakan kesedihannya karena Demas telah berubah sikap, di mana dia lebih mencintai dunia ini dan tidak lagi turut ambil bagian dalam pelayanan pekabaran Injil.  "Adakah kamu sebodoh itu?  Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?"  (Galatia 3:3).  Alkitab juga menyatakan bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah,  "...Jadi barang siapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah."  (Yakobus 4:4).
    
     Ternyata bila kita bersahabat saja dengan dunia, tindakan kita ini sudah disebut telah memusuhi Allah, apalagi bila kita mencintai dunia ini.  Mencintai dunia berarti mencintai segala sesuatu yang duniawi yang meliputi:  keinginan daging, keinginan mata dan juga keangkuhan hidup (baca 1 Yohanes 2:16).  Adalah tidak mungkin seseorang berkenan kepada Tuhan selama ia masih hidup dalam kedagingan dan mementingkan perkara-perkara duniawi!

Jangan pernah meninggalkan Tuhan dengan alasan apa pun, karena akibatnya akan sangat fatal!

Wednesday, May 25, 2011

MENGAKUI DOSA DAN BERDOA DENGAN IMAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Mei 2011 -

Baca:  Mazmur 88

"Tetapi aku ini, ya Tuhan, kepada-Mu aku berteriak minta tolong, dan pada waktu pagi doaku datang ke hadapan-Mu."  Mazmur 88:14

Banyak dari kita adakalanya merasa jenuh berdoa.  Mengapa?  Mungkin kita merasa doa-doa kita belum juga dijawab Tuhan padahal kita sudah berdoa selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun;  entah untuk mendapatkan jodoh, keturunan (anak), kesembuhan, perlindungan, pemulihan keuangan, rumah tangga dan sebagainya.  Atau mungkin kita sendiri merasa kurang yakin apakah doa yang kita panjatkan itu benar-benar didengar oleh Tuhan.  Bahkan kita juga sudah meminta orang lain yang kita anggap 'lebih rohani' untuk berdoa bagi kita.  Kita menganggap kalau mereka yang berdoa pasti akan lebih sakti dan manjur dibandingkan bila kita sendiri yang berdoa.

     Tuhan memang memakai sebagian orang secara khusus untuk melayani jiwa-jiwa dengan karunia kesembuhan dan sebagainya, dan otoritasNya juga turun ke atas mereka.  Bukan hal yang salah bila kita meminta dukungan doa dari mereka.  Tetapi dalam hal berdoa Tuhan tidak membatasi siapa saja yang boleh menaikkan doa yang sekiranya memiliki kuasa.  Yakobus memberikan kuncinya:  "Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh.  Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya."  (Yakobus 5:16).  Ada 3 hal yang harus kita perhatikan yaitu:  kita harus mengakui dosa, saling mendoakan dan berdoa dengan yakin.  Penghalang utama doa kita tidak didengar Tuhan adalah dosa.  (baca Yesaya 59:1-2).  Jika selama ini masih ada dosa yang kita perbuat maka kita tidak akan memiliki doa yang berkuasa.  Karena itu kita harus mengakui dosa itu dengan jujur di hadapan Tuhan dan segera bertobat, Dia yang setia pasti akan mengampuni dosa kita.  Adakalanya ketika kita sendiri sedang dalam masalah Tuhan meminta kita untuk berdoa juga bagi orang lain.  Kita harus siap berdoa untuk orang-orang yang membutuhkan dukungan doa, sehingga Tuhan pun akan memberikan apa yang kita ingini.

     Selain itu kita harus berdoa dengan yakin, artinya tidak ragu atau bimbang.  Ketika menanti-nantikan jawaban dari Tuhan seringkali kita tidak sabar dan mulai meragukan kuasa Tuhan.  Keraguan dan kebimbangan itu sama dengan ketidakpercayaan.  Alkitab menyatakan,  "Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan."  (Yakobus 1:7).

Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!  Peganglah itu!

Tuesday, May 24, 2011

TETAP KUAT DI TENGAH KESUKARAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Mei 2011 -

Baca:  Mazmur 68:1-7

"Tetapi orang-orang benar bersukacita, mereka beria-ria di hadapan Allah, bergembira dan bersukacita."  Mazmur 68:4

Ketika mengalami permasalahan yang berat kebanyakan orang menjadi letih lesu, sedih dan frustasi.  Rasa-rasanya dunia mau runtuh.  Tetapi Alkitab menasihatkan,  "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia."  (Yakobus 1:12).  Di tengah kesulitan yang terjadi, kita harus menguatkan hati untuk tetap bersandar kepada Tuhan.

     Mari kita belajar dari nabi Habakuk yang hidup pada jaman di mana bangsa Israel sedang mengalami penderitaan hebat karena ditindas oleh musuh-musuhnya.  Bukan hal yang mudah baginya untuk dapat terus mempertahankan imannya dan bersukacita.  Rakyat sangat menderita karena ladang yang biasanya menjadi sumber penghasilan dan tumpuan penghidupan mereka tidak lagi membuahkan hasil.  Begitu juga ternak yang menjadi harta kekayaan telah terhalau dari kandang.  Suatu keadaan yang benar-benar hopeless  (baca Habakuk 3:17).  Mungkinkah bersukacita dan beria-ria di tengah penderitaan?  Ingat!  Tembok Yerikho runtuh bukan karena kekuatan pasukan bersenjata, namun justru ketika bangsa Israel selesai mengelilingi kota itu pada hari ke tujuh dengan sorak-sorai.

     Puji-pujian bagi Tuhan menghasilkan kuasa yang dahsyat.  Tembok permasalahan sebesar apa pun yang kita hadapi dapat diruntuhkan ketika kita tetap bersorak-sorai bagi Tuhan.  Oleh karena itu tetaplah bersukacita dalam keadaan apa pun yang kita alami supaya kita bisa terus bertahan sampai pada akhirnya.  Salomo menulis:  "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang."  (Amsal 17:22).  Bila mengandalkan kekuatan sendiri kita pasti tidak akan mampu.  Yakinlah kita tidak menghadapi penderitaan itu sendirian, ada Roh Kudus yang akan menyertai dan menopang kita senantiasa.

Dia sekali-kali tidak akan membiarkan dan meninggalkan kita, karena itu kuatkan hati dan tetaplah bersukacita.

Monday, May 23, 2011

UPAH KESETIAAN DAN KETAATAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Mei 2011 -

Baca:  Rut 4:1-17

"Lalu Boas mengambil Rut dan perempuan itu menjadi isterinya dan dihampirinyalah dia.  Maka atas karunia Tuhan perempuan itu mengandung, lalu melahirkan seorang anak laki-laki."  Rut 4:13

Ada beberapa tokoh wanita dalam Alkitab yang dipakai Tuhan secara luar biasa.  Mereka dipakai Tuhan oleh karena ketaatannya.  Adalah perkara yang tidak mudah untuk menjadi orang-orang pilihan Tuhan, apalagi dia adalah seorang wanita.

     Salah satu contoh adalah Rut, wanita Moab menantu Naomi.  Belum lama menikmati kebahagiaan dalam berumah tangga, bencana terjadi.  Keadaan menjadi berubah seketika:  suami Naomi meninggal, demikian juga kedua anak laki-lakinya.  Jadi, Rut tidak hanya kehilangan mertua laki-laki, tapi juga suami.  Ditambah lagi bencana kelaparan sedang melanda seluruh negeri.  Di tengah situasi yang sangat sulit ini Naomi meminta Rut untuk pergi meninggalkan dia, namun Rut berkata,  "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau;  sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam:  bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku;  di mana engkau mati, aku pun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan.  Beginilah kiranya Tuhan menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apa pun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!"  (Rut 1:16-17).  Rut mengambil keputusan yang tidak mudah dilakukan, bahkan ia berjanji apa pun yang terjadi tidak akan meninggalkan Naomi, mertuanya, dan akan setia hingga maut memisahkan!  Luar biasa!  Tidak semua orang bisa setia di tengah kesulitan dan penderitaan.  Ketika keadaan berubah menjadi sesuatu yang tidak bisa diharapkan lagi, dapatkah kita tetap setia seperti Rut ini?  Rut tidak hanya setia, ia juga seorang yang taat.  Ini bisa dilihat dari pernyataannya,  "Segala yang engkau katakan itu akan kulakukan."  (Rut 3:5).  Ketaatan Rut ini bukan karena terpaksa, tapi ia lakukan dengan sepenuh hati.

     Kesetiaan dan ketaatan Rut tidak sia-sia, Tuhan memperhatikannya.  Dia selalu memberikan upah kepada setiap orang yang berlaku setia dan taat.  Dengan caraNya yang ajaib Tuhan memberkati Rut.  Ayat nas menyatakan akhirnya Rut diperistri oleh Boas (seorang kaya raya) dan mereka dianugerahi seorang anak laki-laki yang diberi nama Obed;  dan Obed ini adalah kakek dari raja Daud.

Berkat Tuhan tersedia bagi orang-orang setia dan taat! 

Sunday, May 22, 2011

BERSUKACITA DALAM SEGALA KEADAAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Mei 2011 -

Baca:  Mazmur 16

"Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan;  di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa."  Mazmur 16:11

Kapan Saudara merasakan sukacita?  Beraneka ragam jawaban terlontar:  "Ketika suamiku memberi uang belanja lebih dari biasanya;  Setiap awal bulan (tanggal muda) aku pasti bersukacita karena dompet lagi tebal;  Sukacitaku meluap-luap setiap menghabiskan akhir pekan bersama keluarga di Puncak;  Aku baru akan bersukacita kalau anak-anakku sudah mapan dan berumah tangga."  Acapkali rasa sukacita seseorang dipengaruhi oleh situasi dan kondisi yang ada.  Sebaliknya ketika sedang dalam masalah, sakit-penyakit atau mengalami masa-masa sulit seringkali sukacita itu sirna bak ditelan bumi sehingga tersenyum pun tidak dapat.

     Sukacita adalah suasana di dalam hati seseorang di mana ia dapat menikmati segala yang terjadi dalam kehidupannya dengan ucapan syukur.  Jadi sukacita dan ucapan syukur adalah dua hal yang tak terpisahkan.  Sukacita dan ucapan syukur seharusnya menjadi life style orang percaya.  Mengapa?  Karena adanya jaminan pemeliharaan dari Tuhan.  Kita percaya bahwa Tuhan yang kita sembah di dalam nama Tuhan Yesus Kristus adalah Allah yang hidup dan Dia tidak pernah mengecewakan kita.  Tuhan berfirman,  "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."  (Ibrani 13:5b).  Tidak ada janji yang tidak ditepatiNya.  Hal ini diakui oleh Daud:  "Janji-Mu sangat teruji, dan hampa-Mu mencintainya."  (Mazmur 119:140).

     Oleh karena itu apa pun masalah yang kita sedang hadapi saat ini, tetaplah bersukacita dan mengucap syukur.  Tuhan memiliki rancangan yang indah bagi kehidupan orang percaya (baca Yeremia 29:11Yohanes 10:10).  Tidak seharusnya sukacita kita dikalahkan oleh masalah atau keadaan yang terjadi di sekitar kita;  artinya sekalipun dunia sedang bergoncang, banyak masalah yang menerpa, kita tetap bersukacita.  Memang hal itu tidak mudah dan terasa berat untuk dilakukan, tapi inilah perintah Tuhan yang harus kita taati.  Ketika kita bertindak dan taat melakukan perintah Tuhan ini, sukacitaNya akan memenuhi hati kita (baca Yohanes 15:10-11).  Rasul Paulus tetap bersukacita meski harus menghadapi pelbagai penderitaan dan ujian, karena ia yakin bahwa dalam segala perkara Tuhan turut bekerja.

Tetaplah berpegang penuh pada janji Tuhan;  di dalam Dia ada pengharapan yang pasti, karena itu jalani harimu dengan sukacita!

Saturday, May 21, 2011

TAK ADA LAGI KEGAGALAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Mei 2011 -

Baca:  Ayub 42:1-6

"Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal."  Ayub 42:2

Bagi seorang atlet, entah itu bulutangkis, tenis, renang dan semua atlet di segala cabang olahraga, latihan keras adalah 'menu' mereka stiap hari.  Tiada hari tanpa latihan!  Mengapa mereka berlatih keras tanpa mengenal lelah?  Karena mereka tidak mau gagal, melainkan ingin berhasil meraih kemenangan dan menjadi juara di setiap kejuaraan yang diikutinya.  Kata gagal selalu menjadi momok yang menakutkan, paling dibenci, tidak disukai dan dihindari oleh semua orang.

     Apa itu kegagalan?  Kegagalan adalah suatu keadaan tidak berhasil mencapai apa yang diusahakan atau direncanakan.  Tak seorang pun dari kita yang berharap mengalami kegagalan dalam hidup:  gagal dalam rumah tangga, gagal dalam studi, gagal dalam usaha, gagal dalam pelayanan dan sebagainya.  Namun kegagalan tidak sepenuhnya berdampak buruk bagi kita;  kegagalan dapat menjadi sebuah pengalaman yang berharga, cermin untuk kita lebih maju, menjadi koreksi supaya kita tidak lagi melakukan kesalahan yang sama.  Ada kata bijak yang menguatkan kita:  "Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda."  Banyak tokoh besar dan orang-orang yang berhasil di bidangnya masing-masing pernah mengalami kegagalan, namun mereka tidak menyerah dan putus asa, tapi mampu bangkit!

     Alkitab menegaskan bahwa Tuhan sanggup melakukan segala sesuatu dan tidak ada rencanaNya yang gagal (ayat nas).  Biarlah ini menjadi kekuatan bagi kita dalam menjalani hari-hari kita.  Untuk menjadi orang-orang yang berhasil, langkah tepat yang harus kita ambil adalah mengandalkan Tuhan dalam segala perkara dan mempercayakan hidup ini sepenuhnya kepada Dia, karena rancangan Tuhan bukanlah rancangan kita.  RancanganNya selalu yang terbaik bagi kita.  Tertulis:  "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-ku, demikianlah firman Tuhan."  (Yesaya 55:8).  Oleh sebab itu jangan pernah mengandalkan kekuatan sendiri, apalagi bersandar dan berharap kepada manusia, sebab  "Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapnya pada Tuhan!"  (Yeremia 17:7).  Dan firman Tuhan adalah kunci untuk meraih keberhasilan itu  (baca Mazmur 1:1-3).  Jika saat ini kita sedang gagal, berarti Tuhan sedang memberikan kita pelajaran dan pengalaman berharga.

Andalkan Tuhan di segala perkara, yakinlah keberhasilan akan menjadi milik kita!

Friday, May 20, 2011

TIDAK MENGINGAT KEBAIKAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Mei 2011 -

Baca:  Mazmur 106:1-25

"Nenek moyang kami di Mesir tidak mengerti perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib, tidak ingat besarnya kasih setia-Mu, tetapi mereka memberontak Yang Mahatinggi di tepi Laut Teberau."  Mazmur 106:7

Seringkali sulit bagi kita melupakan pengalaman-pengalaman buruk yang terjadi dalam hidup ini.  Ketika seseorang menyakiti kita, melukai kita, berlaku tidak adil terhadap kita, atau kita mengalami kegagalan begitu membekas dalam dan terlalu mudah untuk kita ingat-ingat kembali.  Beberapa waktu yang lalu di Surabaya dan Probolinggo (Jatim) ada kasus pembunuhan sadis yang dilakukan oleh mantan karyawan terhadap pimpinannya.  Mengapa mereka sampai tega membunuh?  Karena dendam dan sakit hati yang menggunung.  Artinya mereka tidak bisa melupakan pengalaman pahit yang mungkin dialaminya.  Sebaliknya kebaikan seseorang, keberhasilan, kesembuhan dan hal-hal baik yang kita terima dari Tuhan justru mudah kita lupakan dan tidak kita ingat.

     Inilah yang dilakukan bangsa Israel yang selalu mengingat-ingat saat masih berada di Mesir walaupun di sana mereka hidup dalam perbudakan.  Keluh mereka,  "Mengapakah Tuhan membawa kami ke negeri ini, supaya kami tewas oleh pedang, dan isteri serta anak-anak kami menjadi tawanan?  Bukankah lebih baik kami pulang ke Mesir?"  (Bilangan 14:3).  Bahkan,  "Mereka menolak untuk patuh dan tidak mengingat perbuatan-perbuatan yang ajaib yang telah Kaubuat di antara mereka.  Mereka bersitegang leher malah berkeras kepala untuk kembali ke perbudakan di Mesir.  Tetapi Engkaulah Allah yang sudi mengampuni, yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia-Nya.  Engkau tidak meninggalkan mereka."  (Nehemia 9:17).  Mereka lupa akan pertolongan dan kebaikan Tuhan, di mana selama berada di padang gurun Tuhan memelihara mereka dengan caraNya yang heran dan ajaib.  Namun begitu mudahnya bangsa Israel melupakan perbuatan Tuhan itu.

     Renungan hari ini mengajar kita untuk senantiasa mengingat-ingat kebaikan Tuhan.  Jika saat ini kita berhasil dan diberkati dengan materi yang melimpah, tubuh sehat, keluarga utuh dan sebagainya, itu semua karena anugerahNya semata, bukan karena kuat dan gagah kita.  Oleh karena itu jangan ada seorang pun dari kita yang memegahkan diri atas hidupnya, tetapi biarlah kita bermegah karena di dalam Tuhan saja. 

Ingatlah kebaikanNya, jangan lupakan itu;  di luar Dia kita tak bisa berbuat apa-apa!

Thursday, May 19, 2011

NYANYIKAN NYANYIAN KEMENANGAN!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Mei 2011 -

Baca:  Mazmur 44

"Sebab bukan dengan pedang mereka menduduki negeri, bukan lengan mereka yang memberikan mereka kemenangan, melainkan tangan kanan-Mu dan lengan-Mu dan cahaya wajah-Mu, sebab engkau berkenan kepada mereka."  Mazmur 44:4

Ketika seseorang sedang berduka, kecewa atau putus asa, jarang sekali dari mulutnya nyanyian atau puji-pujian.  Kalau pun mereka bersenandung, seringkali yang dinyanyikan adalah lagu-lagu cengeng atau lagu-lagu yang sesuai dengan keadaan yang menimpa.  Contoh:  Ketika sedang diputus pacar, lagu yang dinyanyikan bertema putus cinta.  Namun biarlah 'orang-orang dunia' saja yang bernyanyi demikian!  Bagi kita orang percaya, nyanyian kemenangan dan sukacitalah yang harus keluar dari mulut kita setiap waktu, bukan nyanyian cengeng tanda frustasi, kecewa dan kegagalan!  Biarlah setiap nyanyian dan pujian kita selalu menjadi tanda adanya kemenangan dalam kehidupan kita, tanda bahwa kita percaya kepada janji-janji Tuhan.

     Mari lihat contoh nyanyian yang dinyanyikan oleh Debora (baca Hakim-Hakim 5).  Di sini Debora sedang menyanyikan nyanyian kemenangan bagi bangsa Israel atas musuh-musuhnya;  nyanyian yang bermuatan iman, yang membuat musuh menjadi gemetar dan takut;  nyanyian pengagungan bagi Tuhan, yang menggerakkan hatiNya untuk bertindak.  Perhatikan nyanyian Debora ini:  "Dengarlah, ya raja-raja!  Pasanglah telingamu, ya pemuka-pemuka!  Kalau aku, aku mau bernyanyi bagi Tuhan, bermazmur bagi Tuhan, Allah Israel!  Demikianlah akan binasa segala musuh-Mu, ya Tuhan!  Tetapi orang yang mengasihi-Nya bagaikan matahari terbit dalam kemegahannya."  (Hakim-Hakim 5:3, 31).  Debora sangat percaya akan kuasa Tuhan!  Ia yakin jika Tuhan ada di pihak bangsa Israel tak ada bangsa mana pun yang sanggup melawannya.  Nyanyian kemenangan seperti inilah yang dapat menghasilkan mujizat, sebab Tuhan hadir di setiap pujian umatNya seperti tertulis:  "Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel."  (Mazmur 22:4).  Bila Tuhan sendiri yang bertakhta di atas puji-pujian kita bisa dipastikan kemenangan, pemulihan, kesembuhan dan berkat-berkatNya dinyatakan atas kita.

     Apa yang Saudara alami saat ini?  Apakah hari-hari Saudara dipenuhi kekuatiran, ketakutan, kekecewaan, kekalahan dan sebagainya?  Mulai hari ini mari belajar memuji-muji Tuhan!  Jangan diam dan merenungi nasib saja!

Nyanyikan nyanyian kemenangan Tuhan setiap waktu, hidup Saudara pasti diubahkan!