Saturday, February 19, 2011

IBADAH: Latihan Rohani

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Februari 2011 -

Baca:  1 Timotius 4:1-16 

"Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang."  1 Timotius 4:8

Pada bulan November 2010 lalu bangsa-bangsa di benua Asia ambil bagian dalam kejuaraan olahraga terbesar se-Asia yaitu Asian Games di Guangzhou, Cina.  Tak terkecuali negara kita pun mengirimkan atlet-atlet terbaiknya di berbagai cabang olahraga:  ada atlet dari cabang tenis, bulutangkis, renang, balap sepeda, voli indoor dan sebagainya.  Sudah dipastikan bahwa setiap atlet atau olahragawan yang dikirim adalah orang-orang yang sehat dan bugar, karena mereka secara rutin berlatih dan melakukan olahraga setiap hari.  Tujuan berolah raga adalah supaya tubuh jasmani kita sehat dan kuat.

     Begitu juga dengan manusia 'rohani' kita, perlu dilatih secara teratur supaya kuat.  Bagaimana latihannya?  Yaitu melalui ibadah.  Beribadah adalah latihan untuk manusia rohani kita.  Karena itu  "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat."  (Ibrani 10:25).  Olahraga dan ibadah itu sama-sama menjadikan diri kita kuat, tapi sasarannya berbeda;  yang satu semakin membuat tubuh jasmani kita kuat dan sehat, sedangkan ibadah membuat roh kita semakin kuat.

     Mari kita melatih manusia rohani kita lebih dari latihan badaniah kita.  Tubuh jasmani kita ini ada batasnya dan hanya bersifat sementara saja yaitu selama kita hidup di dunia ini.  Tapi dampak dari ibadah atau latihan rohani, sampai kepada kekekalan,  "...mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun hidup yang akan datang."  Ada berkat, damai, sejahtera, pemulihan, sukacita, kemenangan, terlebih lagi mahkota kehidupan dan sorga yang kekal telah disediakan Tuhan sebagai upah.  Mana yang menjadi prioritas kita?  Berdoa dengan tekun, membaca dan merenungkan firman Tuhan, serta memberikan pujian dan penyembahan kepada Tuhan adalah program-program latihan rohani yang harus kita kembangkan setiap hari.  Kedatangan Tuhan sudah sangat dekat!

Jadikan ibadah kepada Tuhan sebagai prioritas utama dalam hidup kita, lebih dari perkara-perkara jasmani yang ada di dunia ini!

Friday, February 18, 2011

BAGI TUHAN TAK ADA YANG TAK MUNGKIN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Februari 2011 -

Baca:  Hakim-Hakim 6:1-16

 "Berfirmanlah Tuhan kepadanya (Gideon - Red.):  'Tetapi Akulah yang menyertai engkau, sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai habis.' "  Hakim-Hakim 6:16

Suatu ketika bangsa Israel mengalami keterpurukan, selama tujuh tahun mereka dijajah oleh bangsa Midian,  "sehingga orang Israel menjadi sangat melarat oleh perbuatan orang Midian itu."  (ayat 6a).  Mengapa hal ini terjadi?  Bangsa Israel memberontak kepada Tuhan;  mereka melakukan apa yang jahat di mata Tuhan, itulah sebabnya Tuhan mengijinkan kesesakan terjadi atas bangsa Israel.

     Selalu ada konsekuensi bila kita menyimpang dari jalan-jalan Tuhan.  Begitu perkasanya bangsa Midian sehingga bangsa Israel mengalami ketakutan yang luar biasa, sampai-sampai mereka harus bersembunyi di gua-gua dan kubu-kubu.  Meski demikian, ketika mereka berseru-seru kepada Tuhan, Ia pun tetap mengindahkannya dan memberikan pertolongan.  Lalu Tuhan mengutus malaikatNya untuk memanggil seorang muda yaitu Gideon, yang sedang mengirik gandum dalam tempat pemerasan anggur (karena ia juga sangat ketakutan terhadap bangsa Midian dan Amalek).  Secara manusia Gideon bukanlah orang yang gagah berani.  Ia juga seorang yang penakut dan tidak punya kemampuan yang bisa diandalkan.  Mana mungkin dia bisa memimpin bangsa Israel menghalau bangsa Midian dan juga Amalek?  Impossible!  Perhatikan firman Tuhan,  "Adakah sesuatu apa pun yang mustahil untuk Tuhan?"  (Kejadian 18:14a) dan  "...apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat,"  (1 Korintus 1:27).

     Bukankah hal sama juga terjadi pada Daud?  Siapa sangka Daud dipilih Tuhan untuk menjadi raja menggantikan Saul?  Gideon juga demikian, ia hanya berasal dari kaum yang paling kecil di antara suku Manasye dan termuda di antara kaum keluarganya.  Bila kita baca kisah Gideon lebih lanjut, terlihat betapa Tuhan memakai Gideon menjadi pahlawan Israel yang gagah perkasa dan sanggup mengalahkan bangsa Midian!  Apa pun keadaan kita saat ini, jangan pernah menyerah!  Tuhan selalu punya jalan keajaiban.  Dia sanggup mengubahkan segala sesuatu, dari keterpurukan menjadi kemenangan.  Dari hopeless menjadi hopeful!

Kita punya Tuhan yang kuasaNya tak terbatas, Dia yang menyertai kita senantiasa.

Thursday, February 17, 2011

KERINDUAN DAUD KEPADA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Februari 2011 -

Baca:  Mazmur 63:1-12

"Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair."  Mazmur 63:2

Mazmur 63 ini adalah ungkapan kerinduan Daud kepada Tuhan ketika ia berada di padang gurun Yehuda.  Apa yang dikatakan Daud ini bukan sekedar lips service atau di bibir doang, tetapi ungkapan ini benar-benar ke luar dari lubuk hatinya yang paling dalam.  Mengapa Daud sampai harus pergi ke padang gurun kalau hanya untuk mengungkapkan kerinduannya kepada Tuhan?  Bukankah ia seorang raja?  Tidak cukupkah ia mengungkapkan isi hatinya itu di dalam istananya yang megah, tanpa harus bersusah payah pergi ke padang gurun?  Bagi Daud, kerinduannya kepada Tuhan tak ternilai harganya, tidak bisa diukur dengan materi atau kemewahan yang ia miliki.  Ia pergi ke padang gurun untuk mengingat-ingat bagaimana Allah menyertai dan memberkati nenek moyangnya saat perjalanan menuju tanah perjanjian.  "Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan Tuhan, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala."  (Mazmur 77:12).  Daud belajar untuk menjadi orang yang tidak sombong walau ia memiliki kedudukan tertinggi di Israel;  ia sadar bahwa semua itu karena Tuhan.

     Adakah kita memiliki kerinduan hati yang mendalam kepada Tuhan?  Kerinduan Daud kepada Tuhan tidak hanya digambarkan seperti tanah yang tandus dan kering, tetapi dilukiskan pula seperti rusa yang merindukan aliran sungai (baca Mazmur 42:2).  Seekor rusa pasti tidak dapat menahan diri apabila ia sudah haus akan air.  Bahkan rusa-rusa itu tidak peduli terhadap bahaya yang mengancam (mungkin ada binatang buas yang hendak menyerangnya) apabila ia sudah ingin menikmati kesejukan air sungai.  Begitu pula kerinduan hati Daud kepada Tuhan, tidak ada satu pun yang dapat menahan atau menghalangi dia untuk bertemu dengan Tuhan.  Hal ini bukan karena kedudukan dia sebagai raja yang berkuasa, sehingga tak seorang pun bisa menghentikan niatnya, tetapi itu karena kekuatan cintanya yang luar biasa kepada Tuhan.  Marilah kita pun memiliki hati yang rindu, haus dan lapar kepada Tuhan.  Selagi ada kesempatan mari kita kejar hadirat Tuhan!  Tertulis, "Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui;  berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!"  (Yesaya 55:6).

Seberapa dalam rasa rindu kita kepada Tuhan?  Atau perasaan kita 'biasa-biasa' saja kepada Tuhan dan kita lebih mencintai dunia ini daripada mencari Tuhan?

Wednesday, February 16, 2011

TUHAN TAHU BENAR MASALAH KITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Februari 2011 -

Baca:  Pengkotbah 9:1-12

"Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba."  Pengkotbah 9:12

Siapa yang tahu kapan masalah datang dan terjadi?  Tak seorang pun tahu atau pun berharap masalah terus mewarnai hidup tiada henti.  Pastinya kita tidak tahu kapan dan apa yang terjadi di kemudian hari.  Salomo menasihatkan,  "Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu."  (Amsal 27:1).  Namun ada satu hal yang harus kita ketahui bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita;  Dia selalu ada untuk kita.  Hidup kita selalu berada dalam pengawasan Tuhan, dijagai dan dipeliharaNya kita.  "Tuhanlah Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu."  (Mazmur 121:5).  Adalah manusiawi jika kita merasa takut dan kuatir saat menghadapi masalah.  Tapi sebagai anak-anak Tuhan, milikilah kebiasaan hidup rohani yaitu senantiasa mempercayai Tuhan sepenuhnya dan tidak lagi takut terhadap masalah yang ada.  Ingat!  Tuhan kita adalah hidup!  Maka kita pun harus percaya bahwa Dia sanggup menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan kita.

     Pemazmur berkata,  "Tuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku;  Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh."  (Mazmur 139:1-2).  Ini menunjukkan Tuhan Mahatahu.  Segala apa yang terjadi dan apa yang kita kerjakan Ia tahu.  Berhentilah mengeluh dan berputus asa.  Ingat, Tuhan tahu apa yang terbaik dalam hidup kita.  Oleh karena itu  "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu."  (1 Petrus 5:7), dan jangan sekali-kali mencari pertolongan kepada yang lain!  Yesus sudah lebih daripada cukup.  Ia berkata,  "Tenanglah!  Aku ini, jangan takut!"  (baca Markus 6:50a).  Ketakutan adalah senjata utama yang digunakan Iblis untuk menghancurkan iman orang percaya.  Bukankah banyak orang yang ketika mengalami ketakutan sering bertindak bodoh yaitu pergi ke dukun, bahkan ada yang bunuh diri?

     Hari ini Tuhan menegaskan:  jangan takut!  Percayalah pada Tuhan dan arahkan pandangan kita pada Tuhan, maka angin badai pun akan reda. Tuhan Yesus adalah Gembala yang baik bagi kita, karena itu tidak ada yang perlu kita takutkan!

Hidup kita ini lebih berharga dari burung di udara (baca Lukas 12:7b), Tuhan pasti memberi jalan keluar yang terbaik untuk setiap masalah yang ada!

Tuesday, February 15, 2011

JANGAN BANGKITKAN CEMBURU TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Februari 2011 -

Baca:  2 Korintus 11:1-6

"Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi.  Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus."  2 Korintus 11:2

Bagaimana perasaan Saudara jika pacar, suami atau isteri kita tertarik kepada orang lain atau menjalin hubungan secara tersembunyi dengan orang lain?  Kita pasti terbakar rasa cemburu, bukan?  Mendengar kata 'cemburu' pasti kita akan menilainya sebagai sesuatu yang negatif, karena makna konotasi dari 'cemburu' adalah iri hati.  Tapi kepada jemaat di Korintus ini Paulus mengatakan tentang kecemburuan ilahi.  Sebagai orang-orang yang telah diselamatkan, mereka telah 'dipertunangkan' dengan Kristus.  Karena itu dituntut kesetiaan mutlak, jangan sampai mereka mendua hati dan tidak lagi setia kepada Tuhan.  FirmanNya menegaskan,  "...janganlah engkau sujud menyembah kepada allah lain, karena Tuhan, yang nama-Nya Cemburuan, adalah Allah yang cemburu."  (Keluaran 34:14).  Ayat ini jelas menyatakan bahwa Allah kita adalah Allah yang cemburu, yang tidak ingin milik kesayanganNya dimiliki oleh yang lain.  Kata 'cemburu' disini bukan iri hati, karena cemburu yang memiliki arti iri hati biasanya disertai dengan suatu tindakan mengambil milik orang lain, karena ia tidak memilikinya.

     Dalam Yakobus 4:4-5 dinyatakan bahwa Roh Allah yang ditempatkan dalam hati kita memiliki sifat cemburu.  Karena itu kita harus menjaga perasaan Tuhan!  Seringkali kita tidak sadar bahwa apa yang kita lakukan selama ini telah menduakan hati Tuhan dan membuatNya cemburu.  Tertulis:  "Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah.  Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah."  (Yakobus 4:4).  Jangan sampai Roh yang ada dalam diri kita cemburu oleh karena kita bersahabat dengan dunia ini:  hati kita mulai condong kepada perkara-perkara dunia, materi dan kesenangan daging sehingga ibadah mulai terabaikan;  saat teduh sering kita tunda-tunda karena capai dan sibuk.  Tuhan tidak lagi menjadi prioritas utama hidup kita.

     Hari ini kita diingatkan untuk tidak melakukan hal-hal yang akan membangkitkan Dia cemburu.  Tuhan sangat mengasihi kita, bahkan Dia rela mengorbankan nyawaNya bagi kita, masakan kita berpaling dari Dia dan lebih mengasihi dunia ini?

Supaya Tuhan tidak cemburu, marilah kita hidup berpadanan dengan Injil dan melayani Dia dengan kesungguhan hati.

Monday, February 14, 2011

KEBERHASILAN MENYERTAI HIDUP ORANG BENAR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Februari 2011 -

Baca:  Mazmur 20:1-10

"Kiranya diberikan-Nya kepadamu apa yang kau kehendaki dan dijadikan-Nya berhasil apa yang kaurancangkan."  Mazmur 20:5

Dalam Yeremia 29:11 jelas dikatakan bahwa rancangan Tuhan bagi orang percaya adalah rancangan damai sejahtera dan masa depan yang penuh harapan.  Namun janji Tuhan ini Ia sediakan bagi orang-orang yang hidupnya benar dan berkenan kepadaNya.  Oleh karena itu kita harus memiliki iman bahwa jika kita hidup dalam Tuhan dengan benar dan kudus, keberhasilan akan menjadi milik kita, bahkan apa saja yang kita perbuat pasti berhasil.

     Jika sampai saat ini kita lebih banyak mengalami kegagalan daripada keberhasilan, atau sepertinya janji Tuhan itu serasa menjauh dari kehidupan kita, adalah bijak bila kita segera mengoreksi diri sendiri terlebih dahulu sebelum kita bersungut-sungut, mengeluh lalu menyalahkan Tuhan.  Sudahkah kita memiliki persekutuan yang karib dengan Tuhan serta beribadah kepadaNya dengan sungguh?  Setiakah kita mengerjakan apa yang dipercayakan Tuhan?  Sudahkah kita meninggalkan kehidupan lama kita, sebagaimana tertulis dalam 1 Petrus 2:1  ("Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah.")  Yang pasti, keberhasilan adalah rancangan Tuhan bagi orang percaya yang senantiasa mengandalkan Tuhan dalam segala hal dan memiliki kehidupan yang seturut dengan firmanNya.

     Keberhasilan apakah itu?  Dikatakan,  "Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya;  apa saja yang diperbuatnya berhasil."  (Mazmur 1:3).  Inilah janji Tuhan bagi orang benar:  apa saja yang diperbuat atau kerjakan, pasti berhasil.  Amin!  Dalam hal apa pun kita akan mengalami peningkatan dari hari ke hari:  toko makin diberkati, karir makin naik, studi berhasil dan lain-lain.  Bila kita diberkati maka dipastikan  "...lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya."  (Amsal 3:10).  Semakin diberkati semakin kita menjadi berkat bagi orang lain!  Semakin diberkati berarti kita memiliki banyak kesempatan berbuat baik, menolong yang lemah dan miskin, serta mendukung pelayanan pekabaran Injil.  Jadi,  "Muliakanlah Tuhan dengan hartamu..."  (Amsal 3:9).

Keberhasilan senantiasa mengikuti perjalanan hidup orang percaya, asal kita dengan sungguh-sungguh mengasihi Dia dan hidup berkenan kepadaNya!

Sunday, February 13, 2011

HATI YANG MELAYANI SEPERTI YESUS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Februari 2011 -

Baca:  Yohanes 13:1-20

"sebab Aku telah memberikan suatu teladan seperti kamu, supaya kamu juga berbuat yang sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu."  Yohanes 13:1

Alkitab mencatat:  "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.  Dan dalam keadaan seperti manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."  (Filipi 2:6-8).  Dia adalah Yesus Kristus,  "...nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,"  (Filipi 2:9-10).  Pribadi Yesus tidak dapat dibandingkan dengan siapa pun di dunia ini.  Seberapa pun terhormatnya seseorang dengan titel yang berlapis-lapis atau seberapa hebat dia, sungguh tidak sebanding dengan kebesaran dan keagungan Yesus Kristus, karena Dia adalah Raja di atas segala raja, Tuhan segala tuhan.  Namun Yesus tetap rendah hati dan rela melayani manusia.  Bahkan Ia memberikan satu teladan yang luar biasa:  rela membasuh kaki para muridNya, padahal Dia adalah Tuhan dan Guru Agung.

     Lalu, siapakah kita ini?  Kita hanyalah orang yang tak berarti.  Dapatkah kita belajar dari teladan Yesus, mau melayani keluarga, kerabat, teman atau orang lain dengan kerendahan hati dan tanpa pamrih sepertinya?  Ketika melihat ada saudara kita yang lapar, sudikah kita mengulurkan tangan dan memberinya makan?  Sewaktu melihat saudara kita tertimpa musibah, relakah kita menolongnya?  Itulah yang dinamakan kasih, yaitu melihat kebutuhan orang lain sebagai kewajiban diri sendiri.  Sesungguhnya pelayanan itu sangatlah sederhana!  Tetapi dalam prakteknya, pelayanan juga tidak semudah diucapkan.  Banyak orang melayani tapi enggan menanggalkan keakuannya;  mau melayani tapi sulit melepaskan kehormatan atau kedudukannya.  Melayani berarti rela menjadi hamba!  Itulah pelayanan yang dilakukan Yesus!  Tertulis:  "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;"  (Matius 20:26a-27).  Maukah kita?  Bukankah banyak orang mau melayani dengan harapan makin dikenal orang dan dihormati?

Mari kita memiliki hati seperti Yesus, rela melayani jiwa-jiwa dengan motivasi tulus dan benar!

Saturday, February 12, 2011

TUHAN SANGAT MEMBENCI PERCERAIAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Februari 2011 -

Baca:  Maleakhi 2:10-16

"Sebab Aku membenci perceraian, firman Tuhan, Allah Israel - juga orang yang menutupi pakaiannya dengan kekerasan, firman Tuhan semesta alam.  Maka jagalah dirimu dan janganlah berkhianat!"  Maleakhi 2:16

Perceraian di kalangan para artis atau selebritas adalah hal biasa.  Ada yang menikah hanya dalam hitungan bulan, setelah itu mereka bercerai dengan alasan klise:  merasa tidak cocok satu sama lain!  Bagaimana bisa ya?  Sungguh menyedihkan!

     Tuhan sangat membenci dosa perceraian.  Pernikahan bukanlah suatu hal yang harus kita jalani dengan keadaan terpaksa.  Dalam sebuah hubungan pernikahan, kasih tak bersyarat adalah sebuah keputusan.  Jika kasih Tuhan ada dalam diri kita, kita akan dapat memutuskan untuk membiarkan kasih itu terus mengalir.  Mengapa perceraian dibenci Tuhan?  Karena perceraian merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan yang di dalamnya melibatkan Tuhan.  Ketika dua orang yaitu laki-laki dan perempuan (bukan laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan) dipersatukan dalam sebuah lembaga pernikahan, Tuhan menjadi pihak ketiga dalam perjanjian yang mereka buat.

     Perceraian menyerang dan mempengaruhi benih-benih Ilahi.  Hal terburuk yang mungkin kita lihat dalam kasus perceraian adalah anak-anak yang menjadi korban, padahal Tuhan memiliki rancangan yang indah dalam keluarga-keluarga Kristen.  Jika setiap terjadi konflik dalam rumah tangga kita sering menyerukan kata-kata cerai terhadap pasangan, berhati-hatilah!  Karena kita menabur benih perceraian dalam pernikahan, benih itu akan tumbuh karena Iblis menyuburkannya.  Banyak kasus kenakalan remaja terjadi, dan salah satu penyebabnya dalah karena masalah keluarga (broken home).  Anak-anak memberontak dan mencari kedamaian di luar karena suasana di rumah yang tidak lagi kondusif.  Anak-anak kita adalah hasil dari apa yang terjadi di dalam rumah tangga.  Perceraian yang menimpa orangtua seringkali membuat anak-anak menjadi trauma, sehingga ketika beranjak dewasa timbul ketakutan dan kekuatiran dalam diri mereka untuk menikah.  Takut jika mereka harus mengalami rasa sakit yang sama.

     Pernikahan Kristen adalah pernikahan sekali seumur hidup.  Tidak ada istilah cerai dalam kehidupan kekristenan karena itu adalah kebencian Tuhan!

"Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.  Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."  Matius 19:6

Friday, February 11, 2011

PERNIKAHAN: Suci dan Diberkati Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Februari 2011 -

Baca:  Efesus 5:22-23

"...kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya."  Efesus 5:33

Tuhan menghendaki ada keintiman antara suami isteri sehingga seluruh kebutuhan fisik dan emosional terpenuhi melalui hubungan ini.  Keintiman akan terwujud bila ada komitmen satu sama lain.  Apa itu keintiman?  Keintiman adalah kesediaan diri satu sama lain sehingga tidak ada sesuatu yang ditutup-tutupi, disembunyikan atau ditahan-tahan.  Sungguh, tidak ada perjanjian atau kesepakatan di bumi yang lebih kuat daripada perjanjian pernikahan, karena di dalam Kristus suami isteri adalah satu.  Alkitab menyatakan:  "...dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."  (Matius 18:20).

     Apa yang menjadi tujuan Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama dalam sebuah ikatan pernikahan?  Supaya mereka memenuhi bumi dengan keturunan-keturunan Ilahi.  FirmanNya,  "...Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."  (Kejadian 1:28).

     Pernikahan Kristen adalah suci, karena Tuhan menjadi pihak ketiga yang menjadi saksi di dalam penyatuan pernikahan.  Jadi pernikahan Kristen merupakan hubungan perjanjian yang melibatkan Tuhan.  Dua orang dapat bersatu menjadi satu daging secara fisik, tetapi hanya Tuhan yang dapat menyatukan mereka secara jiwa.  Dalam Perjanjian Lama, pernikahan merupakan sesuatu yang sangat sakral sehingga saat seorang laki-laki dan perempuan memutuskan untuk menjadi suami isteri, namun diketahui bahwa sang isteri sebelum menikah telah berhubungan dengan laki-laki lain, maka ia akan dirajam sampai mati.  Kesucian dalam pernikahan adalah hal utama dan tidak bisa ditawar lagi, karena melalui keluarga baru ini Tuhan mencurahkan berkatNya.  Ada perintah Tuhan yang harus ditaati oleh para suami isteri yang terikat dalam lembaga pernikahan kudus,  "Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat.  Dialah yang menyelamatkan tubuh.  Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.  Hai suami, kasihilah sistrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya"  (Efesus 5:22-25).

Pernikahan Kristen adalah pernikahan yang suci dan diberkati oleh Tuhan!

Thursday, February 10, 2011

PERNIKAHAN: Kehendak Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Februari 2011 -

Baca:  Kejadian 2:8-25

"Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging."   Kejadian 2:24

Selain Adam, banyak sekali ciptaan Tuhan di bumi, tetapi tidak ada teman yang cocok atau penolong yang sepadan untunya.  Tidak ada seorang pun dapat menjadi teman bagi Adam untuk menjalani hari-harinya di bumi.  Maka Tuhan berfirman,  "Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja.  Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."  (ayat 18).

     Kata 'sepadan' artinya cocok, mampu, bisa menyesuaikan diri, pelengkap atau sesuai dengan.  Kemudian Tuhan pun  "...membuat manusia itu tidak nyenyak;  ketika ia tidur, Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging.  Dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu.  Dan berkatalah manusia itu,  'Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku.  Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.' "  (ayat 21-23).  Jadi, Tuhan menciptakan perempuan sebagai pendamping bagi laki-laki.

     Adam, meski memiliki semua hal yang mungkin ia perlukan di dunia ini, tetapi di dalam dirinya ada kekosongan yang tidak terpuaskan;  Adam pasti merasa sangat kesepian.  Hawa memenuhi kebutuhannya itu, ia melengkapi Adam, seperti juga Tuhan telah menciptakan para isteri sekarang ini untuk melengkapi suami mereka melalui pernikahan.  Pernikahan adalah lembaga pertama yang diciptakan Tuhan.  Ikatan bersama antara suami dan isteri adalah sel terkecil suatu gereja, di mana dua orang yang mengasihi Tuhan bergabung menjadi satu.  Di dalam pernikahan, suami dan isteri akan mengikat janji dan menyatu,  "...sehingga keduanya menjadi satu daging."  Dua orang menjadi satu, disatukan dalam cita-cita, pikiran, arah, kehendak dan tujuan hidup.  Itulah sebabnya para single perlu menyatukan pikiran dan hati dengan calon pasangannya sebelum mereka menikah.  Banyak orang yang hanya bersatu secara fisik namun tidak pernah bersatu dalam roh.  Banyak orang menikah dan kemudian baru menyadari bahwa orang yang telah ia nikahi itu punya rencana hidup yang berbeda.  Karena itu perlu waktu untuk saling menjajaki atau mengenal satu sama lain.  Untuk membangun pengertian ini tidak dapat secara instan, butuh proses.

Penyesuaian diri itu sangat penting agar kita dapat mencapai sasaran yang tepat dalam sebuah pernikahan!

Wednesday, February 9, 2011

KEBIASAAN HIDUP MANUSIA BARU

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Februari 2011 -

Baca:  Roma 6:15-23

"...kamu sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan."  Roma 6:19b

Untuk menjadi murid Kristus yang sejati kita harus melatih diri dan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan hidup yang baik dan benar, mulai dari hal bertutur kata, sikap, cara berpikir dan juga perilaku kita sehari-hari, karena di dalam Kristus kita adalah  "...ciptaan baru:  yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."  (2 Korintus 5:17).  Kita harus berkomitmen untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan hidup lama yang tidak sesuai dengan firman Tuhan, dan melatih diri membentuk kebiasaan hidup yang baru.  Itu pun harus kita lakukan dengan sukarela tanpa ada paksaan dari pihak lain.  Kita tidak lagi menyerahkan tubuh kita  "...untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup.  Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran."  (Roma 6:13-14).

     Apa kebiasaan Saudara?  Mungkin ada yang setelah bangun kopi terbiasa minum kopi sambil membaca koran;  atau sepulang kantor nongkrong dengan teman-teman di cafe;  atau nonton sinetron di TV berjam-jam;  atau kalau tidur selalu mendengkur dan lain-lain.  Definisi kata 'kebiasaan' menurut kamus Webster adalah:  kecenderungan melakukan aktivitas tertentu secara terus-menerus atau berulang-ulang;  latihan atau praktek yang dilakukan secara konsisten dan kontinyu.  Kebiasaan adalah hasil dari tindakan yang dilakukan secara rutin dan berulang-ulang.  Kebiasaan inilah yang akan membentuk karakter kita.  Kepada jemaat di Kolose rasul Paulus menasihatkan agar mereka  "...menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui..."  (Kolose 3:9-10).  Artinya kita harus mengenakan 'manusia baru' yang secara terus menerus diperbaharui dari hari ke hari.

     Hal-hal apa saja yang harus kita biasakan atau latih supaya menjadi pola hidup kita?  1.  Bersaat teduh, menyediakan waktu secara pribadi secara rutin untuk bersekutu dengan Tuhan, membaca dan merenungkan firmanNya.  2.  Berdoa senantiasa  (Lukas 18:1).  3.  Memberikan persepuluhan  (Maleakhi 3:6-12).  4.  Ibadah  (Ibrani 10:25).  5.  Mengasihi saudara seiman  (Yohanes 13:34-35).

Sudahkah kita memiliki kebiasaan hidup yang benar, yang menunjukkan citra diri kita sebagai orang percaya?

Tuesday, February 8, 2011

SAAT TEDUH: Penting dan Berdampak!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Februari 2011 -

Baca:  Yakobus 1:22-25

"Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya."  Yakobus 1:25

Mengapa bersaat teduh sangat penting bagi orang percaya?  Menyediakan waktu secara pribadi untuk beersekutu dengan Tuhan adalah kehendak Tuhan karena kita diciptakan segambar dan serupa dengan Allah agar kita bisa bersekutu denganNya.  Allah rindu dan menantikan kita untuk mau membuka hati dan hidup bersekutu dengan Dia secara pribadi dan lebih intim.  Dalam Wahyu 3:20 dikatakan:  "Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok;  jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama -sama dengan Aku."

     Sejauh mana kita memiliki kerinduan untuk bersekutu dengan Tuhan?  Sebagai manusia yang berdosa adalah mustahil untuk bisa bersekutu atau karib dengan Allah, tapi oleh karena karya Yesus Kristus di atas kayu salib semua menjadi mungkin.  Yesus telah menjadi jalan perdamaian bagi kita.  Ada tertulis:  "Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya...Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka."  (2 Korintus 5:18-19a).  Waktu pribadi dengan Tuhan merupakan sumber kekuatan dan kuasa.  Kita bisa belajar dan meneladani Tuhan Yesus di mana Ia selalu menyediakan waktu untuk intim dengan Bapa.  Dia sering kali menyendiri untuk bersekutu dengan Allah Bapa seperti tertulis:  "Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar.  Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana."  (Markus 1:35).  Injil Lukas 5:16 juga menyatakan:  "...Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa."  Selalu bersekutu dengan Bapa adalah kunci keberhasilan pelayanan Yesus.

     Tuhan Yesus saja secara rutin menyediakan waktu bersaat teduh, siapa kita ini sehingga kita malas dan ogah-ogahan untuk berdoa secara pribadi?  Ketika kita secara rutin bersaat teduh, kita akan semakin berakar di dalam firman dan bertumbuh di dalam iman.  Semakin kita disiplin dalam bersaat teduh, semakin kita intim dengan Tuhan.  Ini adalah akar dari kehidupan yang berbuah.

Dan hidup yang berbuah adalah bukti bahwa kita adalah orang-orang Kristen berkualitas.

Monday, February 7, 2011

SAAT TEDUH: Wujud Disiplin Rohani

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Februari 2011 -

Baca:  Lukas 22:39-46 

"Lalu pergilah Yesus ke luar kota dan sebagaimana biasa Ia menuju Bukit Zaitun."   Lukas 22:39a

Berapa lama Saudara selalu menyediakan waktu secara rutin untuk bersekutu dengan Tuhan (berdoa) setiap harinya?  Ada yang menjawab,  "Saya selalu berdoa selama 1 jam di pagi hari sebelum melakukan aktivitas apa pun.";  "Saya tidak sempat berdoa karena harus buru-buru berangkat ke kantor, tapi pada malam hari sebelum tidur saya sempatkan berdoa sebentar selama 15 menit.";  "Maaf saya tidak ada waktu untuk berdoa, seharian harus menjaga toko, pulang ke rumah sudah sangat capai dan mengatuk.";  dan sebagainya.

     Adalah tidak mudah membiasakan diri untuk berdoa secara kontinyu.  Banyak sekali tantangan dan godaannya.  Seringkali kita mengemukakan alasan-alasan atau dalih untuk membela diri karena kita tidak mau bila disebut sebagai orang Kristen yang malas berdoa.  Padahal kenyataannya kita memang jarang berdoa dan tidak memiliki kedisiplinan untuk berdoa.  Ayat nas di atas jelas menyatakan bahwa Yesus selalu menyediakan waktu untu berdoa.  Kata  'sebagaimana biasa'  menunjukkan suatu tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang atau rutin.  Jadi Yesus selalu menyediakan waktu secara rutin untuk berdoa.  Inilah yang disebut bersaat teduh.

     Saat teduh adalah waktu yang secara rutin kita sisihkan setiap hari supaya kita bisa bersekutu secara pribadi dengan Tuhan.  Ketika bersaat teduh kita memberikan pujian dan penyembahan kepada Tuhan, berdoa dan juga mendengarkan Dia berbicara melalui firmanNya yang kita baca.  Membiasakan diri untuk bersaat teduh setiap hari adalah tindakan bagi kita untuk membangun fondasi kehidupan rohani yang kokoh.  Alkitab menyatakan,  "Setiap orang yang mendengarkan perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu."  (Matius 7:24-25).  Ada pun hakekat utama dari saat teduh adalah mendengar dan melakukan firman Tuhan.  Tertulis bahwa  "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."  (Roma 10:17).  Maka dari itu kita harus menjadikan saat teduh atau waktu pribadi setiap hari bersama Tuhan sebagai prioritas utama dalam agenda harian kita. 

Bersaat teduh sangatlah penting bagi orang percaya!  Sudahkah kita mempraktekkan itu?

Sunday, February 6, 2011

JANGAN PERNAH PUTUS ASA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Februari 2011 -

Baca:  Mazmur 43:1-5 

"Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku?  Berharaplah kepada Allah!  Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!"   Mazmur 43:5

Karena tekanan hidup yang kian berat dan permasalahan yang dialami, banyak orang menjadi putus asa dan frustasi.  Mengapa bisa terjadi?

     Rasa putus asa muncul ketika seseorang mengalami jalan buntu.  Celah inilah yang digunakan Iblis untuk menanamkan rasa putus asa dalam diri seseorang, sehingga dalam dirinya timbul rasa mengasihani diri sendiri (self pity) dan merasa sudah tidak ada pertolongan lagi.  Kita  tidak lagi mengarahkan pandangan kepada Tuhan dan mulai meragukan kuasaNya.  Dengan kata lain kita putus asa dan menjadi tawar, merasa bahwa Tuhan tidak sanggup melakukan perkara besar dalam kehidupan kita, padahal firman Tuhan menegaskan bahwa  "...semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia.  Dan inilah kemenangan atau pun rasa putus asa dimulai dari hati kita.  Tertulis:  "Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu."  (Amsal 24:10).

     Rasa putus asa bukanlah karakter anak-anak Tuhan!  Kita adalah lebih dari pemenang karena Tuhan selalu ada di pihak orang percaya.  Daud, ketika berhadapan dengan Goliat, tak sedikit pun merasa takut dan gentar, apalagi putus asa.  Dengan penuh iman Daud siap berperang melawannya.  Bahkan kemenangan itu sudah ada di hati Daud sebelum peperangan itu terjadi.  Hal ini bisa terlihat dari perkataan Daud di hadapan Goliat, orang Filistin itu:  "Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama Tuhan semesta alam Allah segala barisan Israel yang kautantang itu.  Hari ini juga Tuhan akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu;"  (1 Samuel 17:45-46a).  Seberat apa pun masalah yang kita hadapi, jangan putus asa, serahkan semuanya kepada Tuhan.  Jangan buang waktu dan tenaga pada hal-hal yang membuat kita putus asa dan lemah.  Mari kita lebih lagi melekat kepada Tuhan.   

Jika Tuhan ada di hati kita, kita tidak akan takut dan putus asa dalam keadaan apa pun, karena tidak pernah ditinggalkanNya orang-orang benar!

Saturday, February 5, 2011

BERMULA DARI HAL KECIL

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Februari 2011 -

Baca:  Lukas 16:10-13 

"Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar."   Lukas 16:10a

Seorang pendaki bisa mencapai puncak gunung diawali oleh pijakan pertama.  Seorang pelari mampu mencapai garis finis dan menjadi juara juga bermula dari langkah awal yang baik.  Segala sesuatu yang besar bermula dari hal-hal yang kecil terlebih dahulu.  Pohon nangka yang besar dan berbuah lebat serta tampak rindang di belakang rumah kita pun juga berasal dari satu biji nangka yang kecil.  Coba renungkanlah itu.

     Dalam perumpamaan tentang biji sesawi Tuhan Yesus berkata,  "Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya."  (Matius 13:32).  Karena itu jangan pernah meremehkan perkara-perkara kecil yang tampaknya sederhana.  Untuk menjadi besar kita harus bersedia memulai sesuatu dari perkara yang kecil.  Perkara yang kecil bermula dari apa yang ada pada kita saat ini.  Apa yang kita miliki adalah permulaan dari segala sesuatu yang akan kita miliki di masa yang akan datang:  pekerjaan atau profesi yang kita jalani, pelayanan yang dipercayakan kepada kita, talenta, harta yang kita miliki dan lain-lain.  Jangan sampai kita seperti orang yang memiliki satu talenta, yang hanya menyimpan talentanya itu di dalam tanah dan tidak mengembangkannya (baca  Matius 25:24-30).  Mari kita kerjakan dengan setia apa pun yang dikaruniakan Tuhan bagi kita, supaya pada saatnya, perkara-perkara besar atau hal-hal yang tidak terpikirkan, akan disediakanNya bagi kita.  "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia:  semua disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."  (1 Korintus 2:9).

     Yesus juga memulai pelayananNya dari bawah.  Karena kesetiaan dan ketaatanNya pada Bapa dari hal-hal kecil, akhirnya Yesus menjadi yang terbesar dan  "...Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,"  (Filipi 2:9).  Yusuf, sebelum menjadi the second man di Mesir, terlebih dulu setia dan tekun melakukan perkara-perkara kecil, sehingga pada saatnya ia beroleh kepercayaan terhadap hal-hal yang besar.

Apa pun yang Tuhan percayakan kepada kita, mari kita kerjakan dengan setia, karena ini adalah permulaan dari perkara-perkara besar.

Friday, February 4, 2011

HIDUP KEKRISTENAN ADALAH SEBUAH PROSES

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Februari 2011 -

Baca:  Ibrani 5:11-14 

"Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat."   Ibrani 5:14

Perjalanan hidup seorang Kristen harus mengalami pertumbuhan dari hari ke hari.  Sebagaimana seorang bayi yang dilahirkan bukan sekedar menjadi bayi yang lucu dan imut selama bertahun-tahun, tapi pada saatnya ia akan berkembang menjadi anak yang sehat dan cerdas, masuk ke jenjang pendidikan dan akhirnya menjadi seorang dewasa yang mandiri.

     Pula sebagai orang Kristen kita tidak hanya berhenti sebatas percaya kepada Kristus saja.  Kita harus mengalami kelahiran baru, lalu terus berproses hingga menjadi seorang Kristen yang dewasa secara rohani.  Itulah kehendak Tuhan bagi kita.  Rasul Petrus menasihatkan,  "...bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus."  (2 Petrus 3:18a), agar supaya  "...kamu berdiri teguh, sebagai orang-orang yang dewasa dan berkeyakinan penuh dengan segala hal yang dikehendaki Allah."  (Kolose 4:12).  Apa yang dimaksud dengan dewasa rohani?  Dewasa rohani berarti menjadi serupa dengan Kristus dalam hal karakter.  Jadi setiap orang percaya harus memiliki perubahan hidup, salah satunya dalam hal karakter, yang semakin menyerupai karakter Kristus.  Sudahkah karakter Kristus ada dan menjadi bagian dalam hidup kita sehari-hari?  Memiliki buah-buah Roh adalah tanda bahwa seseorang memiliki karakter Kristus:  "...kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri."  (Galatia 5:22-23a).

     Dewasa rohani juga berarti mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan dan mau melakukan ketaatan.  Kita bukan hanya sekedar mahir dan paham akan isi Alkitab, namun perbuatan dan tindakan kita juga harus benar-benar selaras dengan firman tersebut.  Perlu kita ketahui bahwa kedewasaan rohani itu tidak terjadi secara otomatis, tetapi merupakan suatu proses dan butuh kedisiplinan dari kita.  Oleh karena itu  "Latihlah dirimu beribadah.  Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang."  (1 Timotius 4:7b-8).  Jangan sekali-kali menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah karena kedewasaan rohani tidak terjadi secara instan!

Mempelai Kristus adalah orang-orang Kristen yang dewasa.

Thursday, February 3, 2011

MENGHARGAI PERANAN ISTERI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Februari 2011 -

Baca:  Amsal 18:1-24 

"Siapa mendapat isteri, mendapat sesuatu yang baik, dan ia dikenan Tuhan."  Amsal 18:22

Hamba Tuhan besar dan terkenal di dunia, Bapak Billy Graham, pernah berkata,  "Di balik kesuksesan pria selalu ada wanita besar di sampingnya."  Tidak semua orang menyadari akan hal ini, sehingga jarang sekali, para pria, memberikan pujian kepada wanita atau isteri kita.  Jangankan memberikan pujian, malah masih ada dari kita yang cenderung meremehkan dan mengabaikan peranan seorang wanita (isteri).  Bila kita perhatikan lebih mendalam, sesungguhnya peranan isteri dalam sebuah rumah tangga sangat luar biasa dan sudah seharusnya kita melepaskan pujian baginya.  Ada banyak rumah tangga yang sudah tidak bahagia lagi dikarenakan di rumah itu tidak ada pujian lagi, baik dari suami kepada isteri, atau juga pujian isteri terhadap suami.  Akibatnya suami atau isteri akan merasa kurang dihargai.

     Mari kita perhatikan apa sebenarnya yang menjadi dasar bahwa seorang isteri itu layak untuk menerima pujian dan diperhatikan.  Tuhan menempatkan wanita bukan sebagai pelengkap dalam hidup ini, tetapi sebenarnya wanita adalah penolong bagi para pria.  Di dalam Amsal 31:10-11 dikatakan:  "Isteri yang cakap siapakah yang akan mendapatkannya?  Ia lebih berharga dari pada permata.  Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan."  Adalah suatu berkat yang luar biasa bila seorang pria mendapatkan isteri yang dapat dipercaya, yang dapat mengatur keuangan keluarga dengan baik, sehingga hidup rumah tangganya tidak berkekurangan.  "Ia tahu bahwa pendapatannya menguntungkan, pada malam hari pelitanya tidak padam.  Tangannya ditaruhnya pada jentera, jari-jarinya memegang pemintal."  (Amsal 31:18-19).  Seorang isteri pun berhak beroleh pujian apabila ia dapat menguasai diri dan menjaga ucapannya dengan baik.  Kalau pun harus berbicara,  "Ia membuka mulutnya dengan hikmat, pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya."  (Amsal 31:26).

     Pujian bagi seorang wanita terletak juga pada kesetiaan dan imannya.  Contohnya Hana.  Ketika menghadapi masalah yang berat dia tidak pernah lari atau menghindar dari masalah yang ada, tapi ia memiliki penyerahan penuh kepada Tuhan.  Dan karena imannya, Hana mengalami mujizat dari Tuhan.  Isteri yang takut akan Tuhan dan memiliki kesetiaan terhadap suami berhak untuk mendapatkan pujian.

Sudahkah kita, kaum wanita, menjadi isteri yang baik dan benar?  

Catatan:  
"Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan. Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya."  Kolose 3:18-21

Wednesday, February 2, 2011

UCAPAN KITA: Mendatangkan Berkat atau Kutuk?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Februari 2011 -

Baca:  Yakobus 3:1-12 

"Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi."  Yakobus 3:4

Sebesar apa pun sebuah kapal yang sedang berlayar di laut lepas, ia dikendalikan oleh sebuah kemudi yang kecil;  arah ke mana kapal itu berlabuh sangat bergantung pada kemudi kecil itu.  Meski kemudi itu kecil, peranannya sangat besar dan menentukan.  Begitu juga perkatan yang kita ucapkan dalam kehidupan sehari-hari dapat mengendalikan keseluruhan hidup kita.

     Ucapan atau perkataan kita yang positif akan memberikan dampak yang positif juga bagi kehidupan kita, terlebih lagi jika yang kita perkatakan adalah firman Tuhan, di mana firman itu akan membentuk kehidupan kita.  Alkitab menyatakan,  "Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku:  ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kuhendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya."  (Yesaya 55:10-11).  Jadi setiap ayat firman Tuhan yang kita ucapkan dengan iman tidak akan pernah keluar dengan sia-sia, ia akan bekerja secara heran dan ajaib, membentuk, menciptakan, menyembuhkan, memulihkan dan mengubah keseluruhan hidup kita sesuai dengan rencanaNya.  Mari perhatikan ini:  Ketika Allah menciptakan dunia dan segala isinya, Ia memperkatakan firman.  Contoh:  "Berfirmanlah Allah:  'Jadilah terang.'  Lalu terang itu jadi."  (Kejadian 1:3), maka semuanya itu terjadi.  Juga ketika Yesus sedang dicobai oleh Iblis, Dia selalu memperkatakan firman untuk menyangkal setiap serangannya dan oleh karena firman yang diucapkanNya, Iblis dapat dikalahkan.

     Perkataan apa yang sering kita lontarkan setiap hari?  Hal yang positif atau negatif?  Perkataan negatif akan membentuk hal yang negatif juga dalam kehidupan kita.  Seringkali karena masalah, rasa kecewa, marah, benci dan sebagainya kita tidak bisa menguasai diri dan akhirnya kita mengeluarkan kata-kata negatif.  Mari lebih berhati-hati.  "Perut orang dikenyangkan oleh hasil mulutnya, ia dikenyangkan oleh hasil bibirnya."  (Amsal 18:20).

Ucapkanlah yang positif dan perkatakan firman dalam segala keadaan, supaya berkat itu nyata dalam kita! 

Tuesday, February 1, 2011

LAHIRIAH MEROSOT, BATINIAH HARUS MAKIN KUAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Februari 2011 -

Baca:  2 Korintus 4:16-18 

"Sebab itu kami (Paulus dan rekan - Red.) tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari."  2 Korintus 4:16

Orang ateis tidak percaya kepada Tuhan.  Mereka meyakini bahwa Tuhan itu tidak ada karena tidak terlihat oleh mata jasmani.  Namun, kita harus percaya bahwa Tuhan itu ada.

     Bagi kita, dikaruniai untuk percaya merupakan suatu keuntungan, sebab bila kita mempunyai iman dan percaya, akan ada perkara-perkara indah yang kita dapatkan.  Namun Alkitab juga menegaskan bahwa  "...kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia,"  (Filipi 1:29).  Tujuannya adalah untuk menguji kualitas iman percaya kita kepada Tuhan dan juga kesetiaan kita dalam mengiringNya.  Banyak orang yang hanya terpaku pada perkara-perkara yang kelihatan seperti kekayaan, jabatan, popularitas dan sebagainya, padahal yang kita lihat sehari-sehari itu hanya bersifat sementara dan akan lenyap.  Tuhan jasmani kita pun lambat laun akan semakin merosot dan menjadi tua.  Dengan cara apa pun kita tidak akan mampu mempertahankan kemudaan kita.

     Kalau dalam hidup kita hanya terfokus pada apa yang kelihatan, kita akan mudah lemah dan tawar hati.  Memang, penderitaan yang kita hadapi itu kelihatan, tetapi ada yang tidak kelihatan yaitu kemuliaan.  Rasul Paulus mengalami banyak penderitaan, tapi ia tetap kuat dan tidak tawar hati karena ia fokus pada apa yang tidak kelihatan, yang bersifat kekal.  Tuhan berjanji bahwa di balik penderitaan ada kemuliaan.  Ingatlah bahwa ada hal-hal yang kelihatan, tetapi ada pula hal-hal yang tidak kelihatan yang sifatnya kekal, dan kekekalan itu memang tidak kelihatan.  Maka, meski manusia jasmaninya terus merosot, manusia batiniah Paulus terus diperbaharui dan semakin dikuatkan.  Ia yakin bahwa  "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah."  (Roma 8:28).  Jadi, kita jangan hanya sibuk mendandani manusia lahiriah saja, tetapi perhiasan kita haruslah manusia batiniah yang tersembunyi;  itulah yang harus kita benahi.  Agar manusia batiniah diperbaharui oleh Roh Kudus maka kita harus mematikan segala sesuatu yang duniawi.  Jangan sampai manusia jasmani kita merosot, manusia batiniah kita juga merosot. 

Meski harus melewati penderitaan, tetaplah kuat, ada kemuliaan yang disediakan Tuhan.

Monday, January 31, 2011

PENTINGKAH FIRMAN TUHAN BAGI SAUDARA? (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Januari 2011 -

Baca:  Ibrani 4:1-13 

"Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun;  ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum;  ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita."   Ibrani 4:12

Di dalam firman Tuhan yang kita baca setiap hari terkandung hikmat yang akan menjadi seperti tongkat pengukur bagi kita.  Segala sesuatu yang kita perbuat dalam hidup ini akan diukur dan dinilai:  sudah sesuaikah hidup kita dengan firman Tuhan atau selaras dengan kehendakNya?

     Firman Tuhan punya cara tersendiri untuk mengoreksi, menegur serta membongkar kedagingan kita, karena  "...firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun;"  Semakin kita banyak membaca dan merenugkan firman Tuhan, kita akan semakin memiliki kepekaan dan semakin mampu membedakan manakah yang sesuai dengan kehendak Tuhan dan mana yang tidak.  Firman Tuhan akan membantu kita untuk bisa membedakan apakah motivasi kita itu benar atau sudah melenceng jauh.  Alkitab jelas menyatakan:  "Segala hal yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.  Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik."  (2 Timotius 3:16-17).  Jadi firmanNya akan menunjukkan tindakan kita yang salah dan mengajarkan bagaimana bertindak dan hidup benar bagi Tuhan dan juga kepada orang lain.

     Ketika seseorang membuat komitmen untuk hidup oleh firman, ia pasti akan berbeda dari orang-orang yang ada di sekelilingnya.  Hidup berbeda dari dunia itulah yang memang dikehendaki Tuhan bagi orang percaya.  Karena itulah Tuhan memerintahkan kita untuk tetap tinggal di dalam firmanNya dan itu adalah tanda bahwa kita murid-muridNya (baca  Yohanes 8:31-32).  Semakin kita tinggal tetap di dalam firmanNya semakin kita mengetahui kebenaranNya, dan kebenaran itu yang akan memerdekakan kita.  Firman Tuhan bukanlah seperti sebuah cerita fiksi yang bila habis dibaca satu atau dua kali kita letakkan atau simpan bukunya.  Firman Tuhan itu hidup dan berkuasa mengubah hidup kita.  Kita harus membuat keputusan untuk hidup dalam firman di segala aspek kehidupan kita, artinya rela untuk taat dan menyesuaikan hidup dengan firman.

Janji firmanNya pasti juga akan tergenapi di dalam kita!

Sunday, January 30, 2011

PENTINGKAH FIRMAN TUHAN BAGI SAUDARA? (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Januari 2011 -

Baca:  Yeremia 15:15-21 

"Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya;  firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku,..."  Yeremia 15:16

Berapa kali Saudara makan dalam sehari?  Pada umumnya kita makan tiga kali sehari:  pagi, siang dan malam.  Lalu ada pertanyaan lain:  berapa kali saudara membaca Alkitab dalam sehari?  Ada yang menjawab 2x, pada saat pagi sebelum melakukan aktivitas dan pada malam hari menjelang tidur.  Namun tidak sedikit orang Kristen yang mengaku jarang sekali baca Alkitab, hanya kalau sempat saja, atau kalau tidak capai dan macam-macam lagi alasan.

     Perhatikan apa yang dikatakan Tuhan Yesus,  "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."  (Matius 4:4).  Hal ini menunjukkan bahwa firman Tuhan itu harus menjadi bagian penting dalam kehidupan kita orang percaya.  Makanan jasmani sangat dibutuhkan oleh tubuh jasmani kita, sedangkan tubuh rohani kita juga sangat membutuhkan makanan supaya tetap kuat dan tidak mati.  Firman Tuhan adalah makanan pokok bagi manusia rohani kita.  Jadi, firman Tuhan itu harus menjadi kebutuhan utama kita setiap hari dan menjadi sesuatu yang harus kita kejar dan upayakan, sebagaimana kita berjuang mati-matian mengejar harta, pendidikan, jabatan, pekerjaan dan semacamnya yang kita anggap begitu berharga dan bernilai dalam kehidupan jasmani kita.

     Salomo berkata,  "jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan Tuhan dan mendapat pengenalan akan Allah."  (Amsal 2:4-5).  Jadi kita harus bertekad untuk hidup oleh firman dan mengejar firman itu setiap hari.  Ketika kita mencari firman Tuhan sebagai hikmat kita setiap hari,  Tuhan sanggup mengerjakan kehendakNya dalam hidup kita.  Namun masih jarang ditemukan orang Kristen yang membaca Alkitab setiap hari secara konsisten, yang ada ialah cenderung mengabaikan firman tersebut dan lebih asyik menghabiskan waktu di depan televisi atau membaca surat kabar, padahal setiap ayat demi ayat dalam Alkitab itu terkandung hikmat dan kuasa,  "...karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya,...Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman,"  (Roma 1:16-17).

Mulai hari ini mari belajar untuk menghargai firman Tuhan dan jangan sekali-kali meremehkannya!

Saturday, January 29, 2011

JEHOVAH JIREH: Tuhan yang Menyediakan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Januari 2011 -

Baca:  Kejadian 22:1-19 

"Dan Abraham menamai tempat itu:  'Tuhan menyediakan';  sebab itu sampai sekarang dikatakan orang:  'Di atas gunung Tuhan, akan disediakan'."  Kejadian 22:14

Ada banyak nama Allah di dalam Alkitab, di mana nama itu bukan sekedar nama yang diberikan oleh orang, tapi merupakan penggambaran Allah tentang diriNya sendiri.  Nama-nama tersebut menyatakan aspek-aspek sifatNya.  Di antaranya adalah:  Elohim, dipakai untuk menggambarkan Dia sebagai Allah seluruh bumi (baca  Yesaya 54:5);  El-Shaddai, menggambarkan Allah sebagai yang Mahakuasa;  Jehovah Nissi, Tuhan adalah panji-panjiku;  Jehovah Shalom, Tuhan itu damai sejahtera dan sebagainya.

     Ada nama Allah yang mungkin sering disebut oleh banyak orang percaya yaitu Jehovah Jireh yang artinya Tuhan menyediakan.  Nama tersebut untuk pertama kalinya disebut oleh Abraham di atas gunung Moria saat dia hendak mengorbankan anak yang dikasihinya, Ishak, kepada Tuhan.  Begitu tahu bahwa Abraham taat melakukan apa yang diperintahkanNya, berfirmanlah Dia melalui malaikat,  "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku."  (Kejadian 22:12).  Kemudian Tuhan menyediakan seekor domba sebagai pengganti untuk dikorbankan.  Dari sinilah muncul nama Jehovah Jireh yang berarti Tuhan menyediakan.  Sesungguhnya, bila kita mencermati kisah dalam Kejadian pasal 22 ini, kata  'Tuhan menyediakan' lahir sesudah Abraham melakukan apa yang diperintahkan Tuhan kepadanya;  ada tindakan iman yaitu rela menyerahkan harta miliknya yang paling berharga dalam hidupnya, yaitu Ishak.

     Seperti bapa sayang kepada anaknya, Tuhan pun juga sangat mengasihi kita sebagai anak-anakNya.  Dia pun akan menyediakan apa yang kita butuhkan.  Tuhan berkata,  "Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai."  (Matius 6:25a).  Seringkali kita menuntut Tuhan untuk menyediakan apa pun yang kita perlukan tapi kita tidak mau menyerahkan apa yang berharga dalam hidup kita, entah itu berupa waktu, tenaga, pikiran, bahkan harta kita untuk Dia. 

Jika kita mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan mau melakukan semua yang diperintahkanNya, apa pun yang kita perlukan pasti disediakan, karena Dia adalah Jehovah Jireh.

Friday, January 28, 2011

JANGAN ADA BERHALA DI HIDUPMU!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Januari 2011 -

Baca:  Kisah Para Rasul 17:16-34 

"Sementara Paulus menantikan mereka di Atena, sangat sedih hatinya karena ia melihat, bahwa kota itu penuh dengan patung-patung berhala."  Kisah 17:16

Dalam tour pelayanannya sampailah rasul Paulus di Atena dan betapa sedih hatinya ketika melihat bahwa kota itu penuh dengan patung-patung berhala.  Itulah sebabnya Paulus menegur orang-orang di kota itu,  "Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa.  Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku tidak dikenal.  Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu."  (Ayat 22-23).  Teguran Paulus itu pun membuat banyak orang menjadi marah dan juga mengejeknya.

     Menyembah berhala adalah salah satu siasat Iblis supaya manusia terpisah dari Tuhan, mencari jalan ke luar dan kesenangan hidup dengan kecenderungan mengambil jalan pintas.  Kita pasti tahu isi 10 hukum Tuhan, bahkan mungkin sudah sangat hafal.  Salah satunya adalah  "Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.  Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya,"  (Ulangan 5:7, 9a).  Artinya kita tidak boleh menyembah apa pun selain Tuhan.  Bukankah sampai hari ini masih banyak orang Kristen yang tidak sepenuhnya menyembah Tuhan?  Ada berhala kuno dan modern.  Yang termasuk jenis berhala kuno:  jimat, takhayul, patung, gambar-gambar atau benda-benda lainnya yang dikeramatkan.  Mungkin kita berkata,  "Aku tidak punya jimat dan tidak menyembah patung kok."  Namun perhatikan, ada pula berhala modern:  hobi, uang, karir dan lain-lain.  Ketika kita lebih mengutamakan perkara di dunia ini lebih daripada Tuhan, ini juga disebut berhala.  Jadi berhala bukan hanya berwujud benda atau patung saja.  Dalam Kejadian 35:2 dikatakan,  "Jauhkanlah dewa-dewa asing yang ada di tengah-tengah kamu, tahirkanlah dirimu..."  Artinya Tuhan tidak senang jika kita memberhalakan suatu apa pun itu.

     Seringkali kita tidak sadar kalau kita memiliki berhala dalam hidup kita.  Tuhan sangat pencemburu!  Jika saat ini kita masih memiliki benda-benda atau hal-hal seperti itu, segeralah musnahkan itu semua dari kehidupan Saudara, karena hal itu merupakan kebencian Tuhan.

Utamakan Tuhan lebih dari segalanya, karena hanya Dia yang berkuasa, suci, kudus dan layak untuk disembah dan diagungkan, tidak ada yang lain.

Thursday, January 27, 2011

JANGAN BERHENTI BERDOA!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Januari 2011 -

Baca:  1 Petrus 4:7-11 

"Kesudahan segala sesuatu sudah dekat.  Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa."  1 Petrus 4:7

Rasul Petrus mengingatkan kita bahwa kesudahan segala sesuatu sudah dekat, oleh karena itu kita harus banyak berdoa.  Bagi orang percaya, kehidupan setiap hari adalah doa.  Tiap detik, tiap menit, tiap jam, tiap waktu, setiap hari kita harus berada dalam 'roh doa'.  Kita berdoa bukan hanya pada waktu-waktu tertentu saja, tetapi sepanjang hari.  Ingatlah bahwa kita sedang berada di penghujung zaman.  Perhatikan peristiwa-peristiwa yang terjadi saat ini!  Jadi, berdoa adalah suatu keharusan bagi kehidupan orang Kristen.  Menghadapi masa-masa sukar saat ini tidak ada jalan lain selain harus mencari Tuhan!  "Carilah Tuhan dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu!"  (1 Tawarikh 16:11),  "...sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya Tuhan."  (Mazmur 9:11b).

     Mari kita belajar dari Daniel, seorang yang tekun berdoa.  "Dalam kamar atasnya ada tingkatp-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem;  tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya."  (Daniel 6:11b).  Selama bertahun-tahun ia tertawan di kerajaan lain, namun Daniel tidak putus asa atau berubah sikap tidak lagi setia kepada Tuhan;  ia tetap menjaga hubungannya dengan Tuhan melalui doa yang ia lakukan tiga kali sehari.  Meski sepertinya waktu demi waktu, tahun demi tahun yang ia lewati tidak menunjukkan sesuatu pun terjadi, Alkitab jelas menyatakan bahwa kehidiupan doa Daniel tidak terpengaruh oleh situasi yang ada.  Nyata sekali ada dampak yang luar biasa dari kehidupan doanya:  Daniel tampil sebagai seorang muda yang istimewa dan memiliki roh yang luar biasa sehingga raja pun memberikan kepadanya jabatan yang tinggi (baca  Daniel 6:29), sebab tidak ditemukan sesuatu yang buruk dalam kehidupan Daniel.

     Kesetiaan Daniel dalam hal doa bukan tanpa ujian, justru tantangan yang harus ia hadapi sangat berat;  tapi dia tidak pernah berkompromi.  Karena ketegasannya terhadap dosa, Daniel dimasukkan ke dalam gua singa yang tampaknya menjadi akhir dari segalanya.  Namun justru hal itu menjadi kesempatan bagi Tuhan untuk menunjukkan kuasaNya!

Mari kita bangun roh kita melalui doa, karena dengan berdoa kita sedang melibatkan Tuhan dalam kehidupan kita dan pada saatNya Dia pasti menyatakan kuasaNya atas kita.

Wednesday, January 26, 2011

ORANG BENAR TIDAK DITINGGALKAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Januari 2011 -

Baca:  Mazmur 73:1-28 

"Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau?  Selain engkau tidak ada yang kuingini di bumi."  Mazmur 73:25

Ketika mengalami masalah yang berat di dalam kehidupan kita, plus memperhatikan peristiwa-peristiwa buruk dan goncangan yang terjadi di sekitar kita, seringkali kita jadi lemah dan tidak bisa melihat kebaikan-kebaikan Tuhan;  namun pemazmur mengingatkan kita,  "Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik!  Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya."  (Mazmur 106:1).  Tuhan menghendaki supaya kita senantiasa mengingat-ingat kebaikanNya dan mengucap syukur dalam segala hal, entah di kala suka maupun duka, sedih atau pun gembira.

     Dalam pasal 73 ini terlihat betapa pemazmur mengalami pergumulan yang sangat berat dalam hidupnya.  Awalnya ia merasa kecewa dan cemburu bila melihat orang-orang di luar Tuhan karena hidup mereka seperti selalu mujur, berbahagia, tanpa penderitaan atau pun kesusahan, padahal mereka menentang Tuhan dan hidup jauh dari kehendakNya.  Sebaliknya, pemazmur yang selalu berusaha hidup benar dan menjaga hati agar tetap bersih justru harus mengalami ujian demi ujian:  "...sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi."  (Mazmur 73:14).  Pemazmur pun merasa percuma mempertahankan hidup benar.

     Bukankah pergumulan semacam ini seringkali dialami oleh banyak orang percaya?  Mari kita perhatikan janji firman Tuhan:  "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia."  (Yakobus 1:12).  Tuhan tidak pernah membiarkan kita bergumul sendirian.  Adalah tidak sia-sia kita hidup benar di hadapan Tuhan, karena  "Mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar,"  (Mazmur 34:16a).  Pada saatnya orang-orang fasik akan menuai apa yang telah mereka perbuat.  Orang-orang benar akan melihat kesudahan orang-orang fasik.  Ada penghukuman bagi orang-orang fasik (Mazmur 73:18-20).

     Apa pun keadaannya, biarlah kita senantiasa menjaga hubungan kita dengan Tuhan.  Saat kita makin melekat pada Tuhan bukan berarti keadaan kita langsung berubah seketika, tetapi justru kita sendiri yang akan diubahkan oleh Tuhan.  Kita akan diangkat masuk ke dalam kemuliaanNya.  Oleh karena itu jangan pernah iri hati kepada keberhasilan orang-orang di luar Tuhan.  Percayalah! 

Berkat telah Tuhan sediakan bagi yang setia kepadaNya.

Tuesday, January 25, 2011

BELAS KASIH KEPADA ORANG MISKIN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Januari 2011 -

Baca:  Galatia 2:1-10 

"hanya kami harus tetap mengingat orang-orang miskin dan memang itulah yang sungguh-sungguh kuusahakan melakukannya."  Galatia 2:10

Di dalam Yakobus 1:27 dikatakan,  "Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia."  Ibadah kita kepada Tuhan tidak hanya cukup terlihat aktif menghadiri kebaktian-kebaktian, terlibat pelayanan di gereja dengan baju seragam yang eyecatching, melalui suara kita yang indah saat memuji-muji Tuhan atau melalui doa-doa yang kita panjatkan dengan bahasa begitu indah sehingga menggetarkan hati setiap orang yang mendengarnya, tetapi ibadah juga merupakan sebuah tindakan kasih kita dalam bentuk nyata.  Banyak di antara kita tampak seperti angels saat berada di gereja, tapi sepulang dari ibadah kita cuek dan don't care terhadap orang lain.  Kasih kita kepada Tuhan hanya dalam bentuk kata-kata tetapi harus juga dalam perbuatan nyata yang kita tunjukkan kepada saudara kita yang miskin.  Inilah kesempatan kita untuk menyatakan kasih.

     Banyak anggota jemaat di Gereja kita hidup dalam kekurangan:  para janda, atau anak yatim piatu, terlantar dan kesulitan biaya untuk sekolah dan lain-lain.  Mereka sangat membutuhkan uluran tangan kasih kita.  Inilah yang disampaikan Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia agar mereka juga mau memperhatikan dan membantu orang-orang miskin dalam tindakan nyata.  Kita harus menyatakan kasih kita kepada Tuhan melalui perbuatan kasih dalam bentuk amal dan sedekah.  Firman Tuhan jelas menyatakan bahwa apa yang kita lakukan kepada orang miskin dan berkekurangan adalah bukti bahwa kita mengasihi Tuhan, dan itu sama dengan kita melakukannya untuk Tuhan.  Tuhan Yesus berkata,  "...sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku."  (Matius 25:40, 45).

     Ini suatu peringatan bagi orang-orang Kristen yang berlimpah secara materi supaya mereka  "...berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi"  (1 Timotius 6:18).  Ingat, iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati!

"Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi Tuhan, yang akan membalas perbuatannya itu."  Amsal 19:17

Monday, January 24, 2011

ORANG MUDA YANG TAKUT AKAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Januari 2011 -

Baca:  Amsal 22:1-16

"Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu."  Amsal 22:6

Memperhatikan perkembangan zaman yang pesat saat ini, hampir semua orangtua was-was dengan apa yang mungkin diperbuat anak-anaknya:  dengan siapa bergaul, apa yang dikerjakan sepulang sekolah bersama temanya, apa isi inbox di handphonenya, info apa yang di browse saat di warnet;  semuanya benar-benar harus menjadi perhatian serius para orangtua.  Tidak dapat dipungkiri, anak muda sekarang selalu up date terhadap tren yang ada, positif maupun negatif.  Kita harus berhati-hati karena pengaruh pergaulan di luar rumah sangat kuat bagi anak muda.  Terutama bagi anak-anak muda Kristen, perhatikan hidupmu dengan sungguh-sungguh.  Jangan sampai engkau terjerumus kepada pergaulan sesat, sebab  "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik."  (1 Korintus 15:33), dan masa depanmu dipengaruhi oleh apa yang kaulakukan pada masa muda.

     Tuhan ingin agar anak-anak muda tetap berjalan dalam kebenaran.  Pergaulan memang dibutuhkan, tetapi mereka harus tetap berada dalam pergaulan yang sehat dan positif.  Dengan siapa anak muda bergaul, seperti itulah mereka akan terbentuk.  Jika mereka bergaul dengan teman-teman yang cerdas, takut akan Tuhan, rajin beribadah, aktif pelayanan di gereja atau kegiatan positif lainnya seperti olah raga, maka anak muda itu akan menjadi seperti teman-temannya.  Sebaliknya, jika anak muda bergaul dengan teman-teman yang punya kebiasaan buruk:  merokok, suka bolos, nongkrong tiap malam, bergaul bebas, pemakai narkoba, maka tinggal menunggu waktu saja mereka akan menjadi sama dengan teman-temannya itu.  Pengkotbah memperingatkan dengan keras,  "Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan!"  (Pengkotbah 11:9).

     Supaya anak-anak muda kita memiliki rasa takut akan Tuhan kita harus menanamkan nilai-nilai kebenaran firman Tuhan sedari kecil, karena firman Tuhan adalah perisai dan filter paling ampuh untuk dapat tetap berada dalam pergaulan positif (baca  Mazmur 119:9).

Mengajarkan firman Tuhan dan mengawasi pergaulannya adalah langkah awal membangun masa depan anak muda!

Sunday, January 23, 2011

KISAH YAIRUS: Pertolongan yang Sempat Tertunda

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Januari 2011 -

Baca:  Markus 5:21-43

"Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?"  Markus 5:35

Alkitab menyatakan,  "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat."  (Ibrani 11:1).  Artinya kita percaya meski belum melihat hasil.  Ketika kita beriman kepada Tuhan berarti kita percaya kepada Tuhan bahwa Dia berkuasa untuk melakukan mujizat.  Beriman kepada Tuhan juga berarti kita memiliki penyerahan penuh kepada Dia.  Berserah bukanlah suatu tindakan yang nekat, bukan pula suatu tindakan yang diambil karena kita sudah menemui jalan buntu.  Akan tetapi, berserah adalah tindakan yang lahir dari pergumulan yang positif karena menyadari bahwa Tuhan tidak akan mengecewakan orang yang berharap kepadaNya.  Tertulis:  "Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita."  (Roma 5:5).  Penyerahan diri kepada Tuhan adalah sebuah keputusan yang beresiko.

     Inilah yang dialami Yairus yang sedang terjepit pada suatu keadaan yang beresiko.  Ketika anaknya sedang sakit keras dan hampir mati, Yairus justru mengambil keputusan beresiko dengan meninggalkan anaknya itu dan pergi mencari Yesus yang diyakini dapat menyembuhkan anaknya.  Ketika sudah bertemu dengan Yesus dan hendak menuju rumahnya, di tengah jalan ada seorang wanita yang mengalami pendarahan selama 12 tahun sedang menjamah jubah Yesus, sehingga langkah Yesus pun jadi terhenti.  Tentunya kejadian ini membuat Yairus bertambah panik karena keadaan anaknya sangat kritis.  Meskipun demikian Yairus tetap setia menunggu, bukti bahwa ia sangat peduli akan penderitaan anaknya.  Namun datang kabar dari keluarganya bahwa anaknya akhirnya mati.  Maka bisa saja Yairus marah dan kecewa kepada Tuhan Yesus, karena Ia tidak dapat segera datang ke rumahnya.  Tapi Yairus sama sekali tidak terpengaruh dengan berita buruk yang didengarnya (ayat nas), ia tetap berharap dan menantikan Yesus bertindak.

     Seringkali berita-berita negatif membuat kita goyah dan tidak lagi berserah penuh kepada Tuhan.  Maka karena kesabarannya menantikan Tuhan, keluarga Yairus mengalami mujizat yaitu anaknya disembuhkan.

Jangan berhenti berharap pada Tuhan;  pada saat yang tepat Dia pasti bertindak.  Sungguh,  "Semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu;"  (Mazmur 25:3a).

Saturday, January 22, 2011

KESABARAN: Salah Satu Kunci Kesuksesan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Januari 2011 -

Baca:  Roma 12:9-21

"Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!"  Roma 12:12

Menjadi orang yang sabar, bisa nggak ya?  Pasti bisa.  Harus kita akui bahwa kesabaran adalah salah satu karakter yang dapat menunjang kesuksesan seseorang, tapi tidak mudah untuk dimiliki.  Bagi orang Kristen, memiliki kesabaran itu hukumnya adalah wajib, karena kesabaran adalah bagian dari buah-buah Roh.  Kesabaran itu sebuah kekuatan, bahkan kekuatannya melebihi seorang pahlawan dan orang yang merebut kota (baca  Amsal 16:32).  Ibarat tanaman, kesabaran itu harus dirawat dan dipupuk setiap saat supaya dapat tumbuh dengan subur, dan pada saatnya berbuah lebat.  Bila kita perhatikan, orang-orang yang sukses ternyata adalah orang-orang yang memiliki kesabaran.  Tanpa kesabaran sulit untuk meraih kesuksesan.  Banyak orang yang ingin berhasil dan sukses tapi tidak mau sabar dan tekun;  maunya sukses secara cepat (instant), tidak mau menderita.

     Kesabaran adalah kunci keberhasilan.  Cobalah bertanyalah kepada orang-orang sukses di sekitar Saudara, mereka pasti akan mengakui bahwa tidak ada keberhasilan tanpa kesabaran, karena keberhasilan itu tidak didapat secara kebetulan, melainkan melalui proses tahap demi tahap serta direncanakan dengan penuh kesabaran.  Kesabaran membuat seseorang memandang jauh ke depan.  Kita harus sabar, karena kesabaran menolong kita dari hal-hal yang merugikan diri sendiri.  Kesabaran menolong kita untuk tidak terlibat suatu masalah dengan orang lain seperti tertulis:  "Si pemarah membangkitkan pertengkaran, tetapi orang yang sabar memadamkan perbantahan."  (Amsal 15:18);  Kesabaran menolong kita tetap kuat dalam menghadapi segala masalah dan tantangan yang ada.

     Dalam pelayanan pemberitaan Injil, Paulus harus banyak mengalami ujian dan penderitaan, tapi dia tetap sabar menjalaninya.  "Jika kami menderita, hal itu menjadi penghiburan dan keselamatan kamu;  jika kami dihibur, maka hal itu adalah untuk penghiburan kamu, sehingga kamu beroleh kekuatan untuk dengan sabar menderita kesengsaraan yang sama seperti yang kami derita juga."  (2 Korintus 1:6).  Begitu pula untuk memperoleh jawaban doa dibutuhkan kesabaran untuk menunggu, karena waktu Tuhan bukanlah waktu kita.

Keberhasilan tidak didapat dengan instan, butuh proses yang panjang dan kesabaran.

Friday, January 21, 2011

YANG MENGHAMBAT JANJI TUHAN (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Januari 2011 -

Baca:  1 Petrus 3:8-12

"Ia harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ia harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya."  1 Petrus 3:11

Setiap tindakan atau perbuatan adalah refleksi dari apa yag ada di dalam pikiran kita, buah dari pikiran.  Oleh karena itu kita harus berhati-hati dalam mengisi perbendaharaan hati kita, sebab  "...dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan."  (Markus 7:21).  Dalam Lukas 6:45a juga dikatakan bahwa,  "Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat."  Kita harus berusaha membangun karakter yang baik di dalam hidup ini bila kita rindu janji-janji Tuhan itu tergenapi.  Mari kita isi hati dan pikiran kita dengan hal-hal yang baik dan itu bersumber dari firman Tuhan.

    4.  Putus asa.  Orang yang mudah putus asa atau menyerah di tengah jalan pasti tidak akan pernah mencapai tujuan.  Pada saat awal menerima panggilan dari Tuhan Musa sempat putus asa dan hampir menyerah pada keadaan.  Tetapi Tuhan terus meyakinkan Musa bahwa Dia yang akan menyertai dan menuntunnya.  Akhirnya Musa pun taat melakukan apa yang diperintahkan Tuhan.  Bila melihat situasi yang ada dan besarnya masalah yang kita alami, banyak alasan bagi kita untuk berputus asa dan menyerah.  Namun itu hanya akan membawa kita kepada kegagalan.  Kita harus bangkit!  Alkitab menegaskan bahwa  "...dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita."  (Roma 8:37).  Tanpa ketekunan dan kesetiaan adalah mustahil bagi seseorang menikmati janji Tuhan.

     5.  Suka mendendam alias tidak bisa mengampuni.  "...jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu."  (Matius 6:15) dan dipastikan bahwa doa-doa kita tidak akan dijawab oleh Tuhan.  Oleh karena itu buang semua kebencian dan rasa dendam yang ada di hati (baca  Imamat 19:17-18).  Tuhan menjanjikan suatu kehidupan yang penuh berkat dan berkemenangan bagi kita, namun kita pun harus memberikan respons yang benar melalui sikap dan perbuatan yang benar pula supaya janjiNya itu tergenapi.

Buang semua perkara yang negatif dan berubahlah mulai sekarang!

Thursday, January 20, 2011

YANG MENGHAMBAT JANJI TUHAN (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Januari 2011 -

Baca:  1 Petrus 3:8-12

"Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu."  1 Petrus 3:10

Tuhan berkata dalam firmanNya,  "...Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."  (Yeremia 29:11).  Jelas sekali bahwa rancangan Tuhan dalam kehidupan orang percaya adalah keberhasilan, hari-hari baik dan masa depan yang penuh pengharapan.  Tuhan telah menyediakan segalanya bagi kita:  hikmat, berkat, perlindungan, kesembuhan, mujizat, pemeliharaan, penyertaan, anugerah dan juga pengampunan.  Namun semuanya itu belumlah cukup, salah satu kunci yang menentukan untuk mendapatkan semua yang baik dari Tuhan adalah jika kita memiliki karakter yang baik.  Tanpa karakter yang berkenan di hati Tuhan kita takkan menikmati janji Tuhan itu,  "Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat."  (1 Petrus 3:12).

     Ada beberapa karakter yang seringkali menjadi penghambat berkat atau keberhasilan kita sebagai orang percaya, di antaranya adalah:  1.  Hati yang tidak mau percaya.  Ketidakpercayaan menjadi penghalang utama mengalami mujizat Tuhan.  Jangan keraskan hatimu, percayalah kepada Tuhan sepenuhnya.  Tuhan Yesus berkata,  "Katamu:  jika Engkau dapat?  Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!"  (Markus 9:23).  Banyak orang Kristen yang baru mau percaya bila sudah melihat bukti.  Tetapi, mari kita belajar seperti Paulus, yang meski menghadapi banyak tantangan hidup tetap percaya kepada Tuhan.  Paulus berkata,  "sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat-"  (2 Korintus 5:7).

     2.  Tidak bisa menguasai diri.  Penguasaan diri itu penting, karena itu adalah salah satu buah-buah Roh.  Jika tidak memiliki penguasaan diri kita  "...seperti kota yang roboh temboknya."  (Amsal 25:28), sehingga musuh (Iblis) akan mudah menyerang dan menjajah kita.

     3.  Suka berbohong atau dusta.  Berbohong berarti melawan kebenaran dan  "Orang yang dusta bibirnya dalah kekejian bagi Tuhan,"  (Amsal 12:22).  Alkitab jelas menyatakan bahwa Iblis adalah pendusta dan bapa segala dusta (baca Yohanes 8:44).  (Bersambung)

Wednesday, January 19, 2011

MENJADI SAHABAT TUHAN. MUNGKINKAH?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Januari 2011 -

Baca:  Yohanes 14:14-17 

"Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.  Yohanes 15:14

Memiliki teman karib atau sahabat adalah mudah bagi orang yang berpangkat, terkenal dan juga kaya seperti tertulis:  "Kekayaan menambah banyak sahabat, tetapi orang miskin ditinggalkan sahabatnya"  (Amsal 19:4).  Sebaliknya bagi kita yang susah, miskin, gagal dan terpuruk, sangat mudah ditinggalkan atau diabaikan teman dan sahabat.  Kita merasa sangat rendah dan membayangkan betapa sulitnya orang mau menjadi sahabat kita, terlebih di zaman sekarang ini susah sekali menemukan a real friend, apalagi sahabat yang  "...menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran."  (Amsal 17:17).  Banyak orang berprinsip:  "Asal dia menguntungkan, saya mau jadi sahabatnya.  Kalau tidak, I am so sorry, I say goodble!"

     Mencari sahabat di antara sesama manusia saja begitu sulit, mana mungkin kita bisa mempercayai bahwa Tuhan Yesus, yang adalah Raja di atas segala raja, Tuhan di atas segala tuhan, mau memilih kita untuk menjadi sahabatNya.  Siapakah kita ini?  Tapi dari pembacaan firman hari ini Ia berkata,  "Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku."  (Yohanes 15:15).  Tuhan menggambarkan hubunganNya dengan kita dalam tingkatan yang intim yaitu sebagai sahabat.  Lagi-lagi, Dialah yang lebih dulu memilih kita sebagai sahabatNya, bukan kita.  Suatu anugerah yang tak terkira, di mana Yesus Kristus telah memilih kita untuk menjadi sahabatNya.

     Persahabataan akan terjalin karena di dalamnya ada kasih di antara dua pihak, ada take and give.  Tuhan pun memiliki standar untuk menjalin persahabatan dengan kita.  Itulah sebabnya Tuhan memberikan firmanNya dan hukum-hukumNya itu untuk kita.  Syarat utama persahabaan dengan Tuhan adalah ketaatan kita terhadap firmanNya (ayat nas).  Bersahabat dengan Tuhan berarti mau berjalan dalam terangNya senantiasa karena Ia adalah terang dunia, yang berarti langkah kita seiring dengan langkah Tuhan, berjalan ke mana pun Tuhan menuntun kita.

Sebaliknya jika kita tidak taat melakukan firmanNya, tidak karib dengan Dia dan tetap berjalan dalam kegelapan, kita tidak layak disebut sahabat Tuhan.

Tuesday, January 18, 2011

PERKATAAN KITA MASA DEPAN KITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Januari 2011 -

Baca:  Lukas 6:43-45

"Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik..."  Lukas 6:45a

Penulis Amsal berkata,  "Hidup dan mati dikuasai oleh lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya."  (Amsal 18:21).  Ini menandakan bahwa apa yang kita ucapkan, atau perkataan yang keluar dari mulut kita itu angat berdampak karena apa yang kita ucapkan dan kita percayai akan benar-benar terjadi.  Tuhan Yesus berkata,  "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini:  Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu."  (Lukas 17:6)

     Karena perkataan kita itu sangat penting, maka kita perlu memastikan bahwa apa yang kita ucapkan itu sesuai dengan apa yang Tuhan katakan melalui firmanNya.  Memperkatakan firman Tuhan adalah cara yang sangat baik untuk membangun iman kita.  Sebagai orang percaya, setiap kita memiliki kuasa atas kehidupan atau kematian, kemenangan atau kekalahan, berkat atau kutuk, melalui perkataan kita setiap hari.  Mari perhatikan:  apa yang senantiasa kita ucapkan atau gemakan akan sangat menentukan masa depan kita.  Perkataan kita cerminan dari apa yang ada di dalam hati kita sendiri.  Karena itu, kita harus mengisi perbendaharaan hati kita dengan hal-hal yang baik dan benar.  "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua orang yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji pikirkanlah semuanya itu."  (Filipi 4:8).

     Mengucapkan yang benar akan memberikan pengaruh yang baik dalam setiap area kehidupan kita.  Karena itu kita harus menjaga perkataan iman kita, sebab iman dilepaskan melalui mulut atau ucapan kita dan itu sangat menentukan masa depan kita.  Ketika Musa mengutus 12 orang untuk mengintai negeri Kanaan, hanya Yosua dan Kaleb yang memperkarakan hal-hal baik sebagai perkataan iman.  Sedangkan 10 orang lainnya (mayoritas) memberikan laporan yang negatif atau buruk.  Seluruh rakyat justru terpengaruh dengan laporan yang negatif itu sehingga mereka tawar hati dan menolak untuk memasuki negeri itu.  Akibat dari ketidaktaatan itu Tuhan 'mendidik' mereka di padang gurun selama empat puluh tahun lamanya, sampai semua angkatan yang memberontak itu mati, kecuali Kaleb dan Yosua.

Bangsa Israel mengalami kegagalan karena lebih percaya pada perkataan-perkataan negatif.

Monday, January 17, 2011

MENGALAHKAN PENCOBAAN: Dengan Kuasa Firman

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Januari 2011 -

Baca:  Lukas 4:1-13

"Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik."  Lukas 4:13

Selama hidup di dunia ini kita akan terus diperhadapkan pada ujian dan pencobaan karena dunia di mana kita tinggal ini telah dikuasai oleh dosa, dan sudah sangat jelas bahwa sifat-sifat dosa itu sangat bertentangan dengan kehendak Tuhan.  Itulah sebabnya setiap orang yang percaya harus terus berjuang melawan pencobaan dan godaan yang dipanahkan Iblis.  Adalah tidak mudah menang melawan pencobaan-pencobaan yang menyerang kita, karena  "...roh memang penurut, tetapi daging lemah."  (Matius 26:41).

     Mengapa kita harus diperhadapkan pada pencobaan-pencobaan?  Ketahuilah bahwa Tuhan tidak pernah menjanjikan kehidupan orang percaya itu bebas dari segala pencobaan, tapi yang pasti Dia berjanji untuk selalu memberikan jalan keluar, sedangkan  "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia.  Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu.  Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya."  (1 Korintus 10:13).  Bagaimana supaya kita bisa menang melawan pencobaan dari Iblis?  Cara terbaik adalah harus melekat pada Tuhan dan senantiasa tinggal di dalam firmanNya.  Tuhan Yesus telah meninggalkan teladan yang luar biasa bagaimana melawan pencobaan.  Ketika sedang dicobai Iblis, tak henti-hentinya Yesus menggunakan firman Allah sebagai pedang Roh untuk mematahkan setiap tipu muslihat Iblis.  Sebagaimana tertulis, selama empat puluh hari Yesus berpuasa di padang gurun, di mana kesempatan ini tidak disia-siakan Iblis untuk mencobai Dia.  Tiga kali Iblis berusaha untuk melemahkan Yesus dengan harapan Dia gagal menggenapi rencana Bapa dalam hidupNya, agar Dia berbalik dari jalan yang sudah ditentukan oleh BapaNya.  Tiga kali pula Yesus membalas serangan Iblis itu dengan memperkatakan firman Tuhan,  "Ada teretulis..."  Dan akhirnya Yesus menang!

     Firman itu hidup dan berkuasa karena itu adalah perkataan Allah sendiri!  Kuasa itu semakin nyata bila kita memperkatakan firman itu dengan iman.  Namun, mengapa kita sebagai orang Kristen malas membaca Alkitab?

Sebesar apa pun pencobaan yang menyerang kita, sepatah kata dari firman Tuhan yang kita ucapkan dengan iman akan sanggup mengalahkannya.