- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Juli 2009 -
Baca: Kisah Para Rasul 12:1-19
"Pada keesokan harinya gemparlah prajurit-prajurit itu. Mereka bertanya-tanya apakah yang telah terjadi dengan Petrus." Kisah 12:18
Raja Herodes sangat dikenal sebagai raja yang lalim. Dengan kekuasaan yang dimiliki ia bertindak semena-mena terhadap rakyatnya, bahkan melakukan penganiayaan dan pembunuhan secara kejam terhadap orang-orang percaya. Tercatalah demikian "Ia menyuruh membunuh Yakobus, saudara Yohanes, dengan pedang." (ayat 2).
Petrus tidak luput dari penahanan dan dipenjarakan. Sudah bisa dipastikan nasibnya juga tidak akan jauh berbeda dari Yakobus. Saat berada di penjara, Petrus "...di bawah penjagaan empat regu, masing-masing terdiri dari empat prajurit." (ayat 4a) Habislah sudah harapan Petrus untuk melihat 'dunia luar' sebab ia dijaga ketat oleh prajurit-prajurit Herodes, lagi pula kaki tangannya dibelenggu dengan rantai yang sangat kuat. Petrus tahu bahwa hidupnya tidak akan lama lagi. Ia hanya bisa pasrah sepenuhnya kepada kehendak Tuhan. Dalam kondisi letih dan tak berdaya, Petrus tertidur pulas di antara para prajurit yang menjaganya. Tapi "Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan dekat Petrus dan cahaya bersinar dalam ruang itu. Malaikat itu menepuk Petrus untuk membangunkannya, katanya: "Bangunlah segera!" Maka gugurlah rantai itu dari tangan Petrus." (ayat 7). Dengan caraNya yang ajaib Tuhan sanggup melepaskan Petrus dari penjara. "Pintu itu terbuka dengan sendirinya bagi mereka (Petrus dan malaikat). Sesudah tiba di luar, mereka berjalan sampai ke ujung jalan, dan tiba-tiba malaikat itu meninggalkan dia." (ayat 10b). Bagaimana Petrus dapat terlepas dari penjara? Oleh karena kekuatan doa! "Tetapi jemaat dengan tekun mendoakannya kepada Allah." (ayat 5b). Bukan sembarang doa, tetapi doa yang dilakukan dengan tekun. Karena doa tekun itu tergeraklah sorga dan kuasa Tuhan bekerja sehingga Ia menurunkan malaikatNya untuk melepaskan semua rantai yang membelenggu Petrus hingga ia luput dari kematian.
Mungkin saat ini kita sedang terbelenggu oleh permasalahan hidup yang ada dan sepertinya kita sudah tidak punya harapan lagi, semua pintu serasa sudah tertutup. Jangan menyerah dan putus asa, datanglah kepada Tuhan dan berseru-serulah kepadaNya dengan sungguh!
Kalau Tuhan turun tangan, tidak ada perkara yang sukar bagi Dia!
Showing posts with label Doa. Show all posts
Showing posts with label Doa. Show all posts
Friday, July 31, 2009
Friday, July 24, 2009
Doa Orang Benar Menghasilkan Mujizat
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Juli 2009 -
Baca: Yakobus 5:17-18
"Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumipun mengeluarkan buahnya." Yakobus 5:18
Alkitab jelas menyatakan bahwa "Elia adalah manusia biasa sama seperti kita," (ayat 17), namun mengapa doanya sangat manjur dan begitu mudahnya dijawab Tuhan? Ketika ia berdoa supaya hujan tidak turun sebagaimana dikatakannya kepada Ahab: "Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan." (1 Raja-Raja 17:1), maka hujan pun tidak turun di bumi selama tiga setengah tahun (3 tahun 6 bulan).
Demikian pula saat Elia berkata kepada Ahab bahwa akan turun hujan dengan berkata, "Pergilah, makanlah dan minumlah, sebab bunyi derau hujan sudah kedengaran." (1 Raja-Raja 18:41). Meskipun dia sendiri belum melihat tanda-tanda akan turun hujan, Elia tetap yakin bahwa hal itu akan terjadi. Oleh karena itu Elia berdoa dengan sungguh dan keyakinannya pada Tuhan semakin kuat, "...lalu ia membungkuk ke tanah, dengan mukanya di antara kedua lututnya." (1 Raja-Raja 18:42). Elia tidak pernah menyerah pada keadaan dan terus berdoa, dan setelah tujuh kali berdoa barulah tampak ada tanda kecil yaitu "...awal kecil sebesar telapan tangan timbul dari laut." (1 Raja-Raja 18:44). Melihat awan sekecil itu hati Elia semakin bertumbuh dalam iman dan pengharapan. Secara logika tak mungkin awan sekecil telapak tangan dapat menurunkan hujan. Memang bagi manusia itu mustahil, namun tidak ada perkara yang sukar bagi Tuhan. "Maka dalam sekejap mata langit menjadi kelam oleh awan badai, lalu turunlah hujan yang lebat." (1 Raja-Raja 18:45a).
Bila saat ini kita sedang menghadapi pergumulan hidup yang berat seolah-olah tidak sanggup menanggungnya, putus asa dan menganggap doa sudah tidak ada gunanya, ingat, Elia adalah manusia biasa seperti kita, tetapi doanya selalu dudengar Tuhan karena dia berdoa dengan penuh iman, tidak ragu dan tidak menyerah sampai ia beroleh jawaban. Apalagi Elia hidup dalam ketaatan. Bagaimana hidup kita? Sudah benarkah kita dihadapan Tuhan? Sebab dosa adalah penghalang utama memperoleh jawaban Tuhan.
"Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." Yakobus 5:16b
Baca: Yakobus 5:17-18
"Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumipun mengeluarkan buahnya." Yakobus 5:18
Alkitab jelas menyatakan bahwa "Elia adalah manusia biasa sama seperti kita," (ayat 17), namun mengapa doanya sangat manjur dan begitu mudahnya dijawab Tuhan? Ketika ia berdoa supaya hujan tidak turun sebagaimana dikatakannya kepada Ahab: "Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan." (1 Raja-Raja 17:1), maka hujan pun tidak turun di bumi selama tiga setengah tahun (3 tahun 6 bulan).
Demikian pula saat Elia berkata kepada Ahab bahwa akan turun hujan dengan berkata, "Pergilah, makanlah dan minumlah, sebab bunyi derau hujan sudah kedengaran." (1 Raja-Raja 18:41). Meskipun dia sendiri belum melihat tanda-tanda akan turun hujan, Elia tetap yakin bahwa hal itu akan terjadi. Oleh karena itu Elia berdoa dengan sungguh dan keyakinannya pada Tuhan semakin kuat, "...lalu ia membungkuk ke tanah, dengan mukanya di antara kedua lututnya." (1 Raja-Raja 18:42). Elia tidak pernah menyerah pada keadaan dan terus berdoa, dan setelah tujuh kali berdoa barulah tampak ada tanda kecil yaitu "...awal kecil sebesar telapan tangan timbul dari laut." (1 Raja-Raja 18:44). Melihat awan sekecil itu hati Elia semakin bertumbuh dalam iman dan pengharapan. Secara logika tak mungkin awan sekecil telapak tangan dapat menurunkan hujan. Memang bagi manusia itu mustahil, namun tidak ada perkara yang sukar bagi Tuhan. "Maka dalam sekejap mata langit menjadi kelam oleh awan badai, lalu turunlah hujan yang lebat." (1 Raja-Raja 18:45a).
Bila saat ini kita sedang menghadapi pergumulan hidup yang berat seolah-olah tidak sanggup menanggungnya, putus asa dan menganggap doa sudah tidak ada gunanya, ingat, Elia adalah manusia biasa seperti kita, tetapi doanya selalu dudengar Tuhan karena dia berdoa dengan penuh iman, tidak ragu dan tidak menyerah sampai ia beroleh jawaban. Apalagi Elia hidup dalam ketaatan. Bagaimana hidup kita? Sudah benarkah kita dihadapan Tuhan? Sebab dosa adalah penghalang utama memperoleh jawaban Tuhan.
"Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." Yakobus 5:16b
Tuesday, July 14, 2009
Kemalasan Dan Akibatnya
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Juli 2009 -
Baca: Amsal 26:13-16
"Seperti pintu berputar pada engselnya, demikianlah si pemalas di tempat tidurnya." Amsal 26:14
Kesuksesan senantiasa hinggap dalam diri orang yang mau bekerja keras. Orang-orang hebat yang ada di dunia ini adalah tipe orang yang rajin dan pekerja keras. Kesuksesan yang diraihnya adalah akibat dari ketekunan dan hasil perjuangan yang tidak mengenal lelah, bukan datang 'seperti durian runtuh', tetapi melalui proses yang panjang. Tidak ada dalam kamus hidupnya berpangku tangan sepanjang hari. Contohnya adalah seorang atlit, ia tidak akan mampu meraih prestasi yang tinggi tanpa ada kedisiplinan atau latihan yang keras. Beda halnya bila orang itu malas dan tidak mau bekerja keras, sudah bisa dipastikan semua yang diimpikan atau cita-citakan mustahil terwujud, tetapi angan-angan belaka, ibarat 'menegakkan benang basah'. Jadi "Si pemalas dibunuh oleh keinginannya, karena tangannya enggan bekerja." (Amsal 21:25).
Tuhan sangat tidak suka terhadap orang-orang Kristen yang bermalas-malasan dan tidak mau bekerja, karena "Bapaku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga." (Yohanes 5:17). Malas adalah sahabat kemiskinan dan kekurangan; kemalasan juga akan menjauhkan kita dari berkat-berkat Tuhan. bagaimana kita bisa menikmati dan meraih janji Tuhan bila kita sendiri malas untuk melayani Tuhan, malas berdoa, malas baca Alkitab? Seorang pemalas biasanya suka sekali menunda-nunda pekerjaan yang seharusnya dapat dikerjakan pada waktu itu; suka meremehkan tugas dan sangat lamban dalam menyelesaikan apa saja yang dipercayakan kepadanya. Bila kita menangkap gejala-gejala demikian, kita harus segera berbenah diri supaya tidak berlarut-larut dan menjadi kebiasaan hidup.
Penulis Amsal juga sangat geram melihat orang malas sehingga dengan keras menegur, "Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata." (Amsal 6:9-11).
Seorang pemalas enggan untuk membajak dan bekerja, akibatnya ia pun tidak akan menuai apa-apa ketika musim tuai itu tiba.
Baca: Amsal 26:13-16
"Seperti pintu berputar pada engselnya, demikianlah si pemalas di tempat tidurnya." Amsal 26:14
Kesuksesan senantiasa hinggap dalam diri orang yang mau bekerja keras. Orang-orang hebat yang ada di dunia ini adalah tipe orang yang rajin dan pekerja keras. Kesuksesan yang diraihnya adalah akibat dari ketekunan dan hasil perjuangan yang tidak mengenal lelah, bukan datang 'seperti durian runtuh', tetapi melalui proses yang panjang. Tidak ada dalam kamus hidupnya berpangku tangan sepanjang hari. Contohnya adalah seorang atlit, ia tidak akan mampu meraih prestasi yang tinggi tanpa ada kedisiplinan atau latihan yang keras. Beda halnya bila orang itu malas dan tidak mau bekerja keras, sudah bisa dipastikan semua yang diimpikan atau cita-citakan mustahil terwujud, tetapi angan-angan belaka, ibarat 'menegakkan benang basah'. Jadi "Si pemalas dibunuh oleh keinginannya, karena tangannya enggan bekerja." (Amsal 21:25).
Tuhan sangat tidak suka terhadap orang-orang Kristen yang bermalas-malasan dan tidak mau bekerja, karena "Bapaku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga." (Yohanes 5:17). Malas adalah sahabat kemiskinan dan kekurangan; kemalasan juga akan menjauhkan kita dari berkat-berkat Tuhan. bagaimana kita bisa menikmati dan meraih janji Tuhan bila kita sendiri malas untuk melayani Tuhan, malas berdoa, malas baca Alkitab? Seorang pemalas biasanya suka sekali menunda-nunda pekerjaan yang seharusnya dapat dikerjakan pada waktu itu; suka meremehkan tugas dan sangat lamban dalam menyelesaikan apa saja yang dipercayakan kepadanya. Bila kita menangkap gejala-gejala demikian, kita harus segera berbenah diri supaya tidak berlarut-larut dan menjadi kebiasaan hidup.
Penulis Amsal juga sangat geram melihat orang malas sehingga dengan keras menegur, "Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata." (Amsal 6:9-11).
Seorang pemalas enggan untuk membajak dan bekerja, akibatnya ia pun tidak akan menuai apa-apa ketika musim tuai itu tiba.
Thursday, July 9, 2009
Peranan Roh Kudus Dalam Doa Kita
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Juli 2009 -
Baca: Roma 8:26-30
"Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan." Roma 8:26
Nama Roh Kudus berarti Pembela atau Penolong. Dia menolong kita saat berada dalam kesukaran dan pencobaan. Roh Kudus juga bekerja untuk membukakan pintu gerbang permintaan doa. Dia mengajar dan memberitahukan kita tentang rahasia permintaan doa, lalu menaikkan semua permohonan kita kepada Bapa, sebab "...kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa;" (ayat 26). seringkali kita tidak tahu hal-hal yang serhausnya kita doakan, termasuk segala keperluan kita sekali pun. Kita tidak tahu bagaimana memohonkannya kepada Tuhan dengan benar. Roh Kudus menyatakan pada kita tetnang keperluan-keperluan kita sehingga kita diajar untuk memiliki penyerahan diri dan kerendahan hati. Roh Kudus juga meletakkan suatu beban permintaan doa kepada setiap hati yang didiamiNya. Terkadang beban yang kita alami begitu berat sampai tak terucapkan, sehingga yang dapat kita lakukan hanyalah mengerang dan meratap kepada Allah. Saat itulah Roh Kudus membantu kita, "...Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan." (ayat 26). Barangkali kita tidak pernah mengerti sepenuhnya makna semua doa yang kita ucapkan, namun jawaban Tuhan selalu lebih besar dari permintaan kita. Doa yang kita panjatkan itu ditafsirkan dan disempurnakan oleh Roh Kudus, kemudian Allah menanggapinya menurut hikmat dan kasihNya yang tidak terbatas. "Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus." (Roma 8:27)
Allah selalu menyelidiki hati serta mendengarkan doa kita, tetapi bukan seruan-seruan kita yang keras yang didengarkanNya, melainkan pikiran Roh Kudus yang ada di dalam kita karena Dialah yang diakui Bapa selalu pemimpin dan penolong sejati kita, bukan ucapan-ucapan kita. Jika kita hidup dipimpin Roh Kudus dan terlatih mengenal bisikanNya, kita tidak akan menyerukan doa-sia-sia yang berasal dari dorongan hati yang salah, melainkan berdoa menurut pimpinanNya sehingga sesuai kehendak Allah.
Roh Kudus menyempurnakan doa kita, tanpaNya doa kita tidak bisa dikenan Allah!
Subscribe to:
Posts (Atom)