Monday, February 28, 2011

KUASA TUHAN TAK TERUKUR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Februari 2011 -

Baca:  1 Tawarikh 21:1-17

"Iblis bangkit melawan orang Israel dan ia membujuk Daud untuk menghitung orang Israel."  1 Tawarikh 21:1

Ketika mengalami masalah yang pelik banyak orang Kristen mulai ragu akan kuasa Tuhan dan mulai mengukur dan mereka-reka dengan pikiran dan logika.  Lalu kita berkata,  "Sanggupkah Tuhan menolongku?  Apa Tuhan sanggup memulihkan dan memberkati usahaku?  Mampukah Dia menyembuhkan sakitku?"  Namun ingat, besar atau kecilnya kuasa Tuhan yang dinyatakan kepada kita tergantung dari seberapa besar atau kecilnya iman percaya kita kepadaNya.  Ada tertulis:  "Berilah dan kamu akan diberi:  suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu.  Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."  (Lukas 6:38).

     Apa yang kita dapatkan dari Tuhan sesuai dengan apa yang kita beri kepadaNya.  Umumnya, seseorang akan memberikan persembahan keapda Tuhan ketika ia dalam kondisi berkelimpahan atau sedang diberkati.  Padahal firmanNya mengajar kita untuk memberi tanpa melihat situasi dan kondisi, baik sedang diberkati atau ketika kita belum diberkati hendaknya kita memberikan apa yang kita miliki kepada Tuhan dengan penuh kerelaan, tidak hanya berupa materi saja, tapi dapat juga melalui tenaga, pikiran dan waktu kita.  Yang pasti, Tuhan sanggup melakukan perkara-perkara besar dan ajaib!

     Berhati-hatilah dalam mengukur berkat, kuasa dan kasih Tuhan.  Contoh:  suatu kali Daud menyuruh Yoab untuk mencoba mengukur dan menghitung-hitung berkat Tuhan, padahal Yoab tahu benar bahwa kuasa dan kekayaan Tuhan itu tak terhitung, tak terbatas besarnya.  Daud juga tetap saja menghitung kekuatan tentaranya, padahal tentara yang ia miliki itu berasal dari Tuhan, bukan dari dirinya sendiri.  Tak terhitung berapa kali Daud berperang melawan musuh selalu berakhir dengna kemenangan yang gemilang.  Itu semua karena pertolongan dan campur tangan Tuhan, sehingga apa yang dilakukan Daud itu membuat Tuhan menjadi marah  (1 Tawarikh 21:7);  akhirnya Daud menyesal dan minta ampun kepada Tuhan.  Berapa kali kita ditolong Tuhan di sepanjang hidup kita?

Jangan pernah meragukan kuasa Tuhan, apalagi sampai kita mengukur kuasa dan kesanggupan Tuhan itu dengan pikiran kita yang terbatas ini.

Sunday, February 27, 2011

BERSUNGUT-SUNGUT atau TETAP BERSUKACITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Februari 2011 -

Baca:  Keluaran 14:1-14

"Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini?  Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir?"  Keluaran 14:11

Dalam kehidupan ini terkadang 'langit tampak cerah dan tak berawan', tapi ada kalaynya 'mendung dan gelap menggelayut di langit';  ada ujian dan rintangan.  Namun kita harus percaya bahwa di balik 'hujan' selalu ada 'pelangi yang indah'.  Bila semuanya diijinkan terjadi, percayalah bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan dan membiarkan kita bergumul sendirian.  Pemazmur berkata, "Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya;  apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab Tuhan menopang tangannya."  (Mazmur 37:23-24).  Firman Tuhan yang kita baca hari ini mencontohkan kehidupan bangsa Israel yang tidak pernah mensyukuri kebaikan Tuhan.  Hari-hari mereka dipenuhi dengan ketidakpuasan dan keluh kesah.  Padahal bangsa Israel adalah bangsa yang dicintai, dikasihi dan diberkati Tuhan.  Banyak mujizat yang telah mereka lihat, alami dan rasakan, namun tetap saja mereka bersungut-sungut setiap harinya, dari mulutnya tidak pernah keluar ucapan syukur.  Berbagai mujizat yang terjadi ternyata tidak cukup untuk mengubah sikap hati bangsa Israel untuk tidak bersungut-sungut, tetapi justru semakin menjadi-jadi.

     Ayat nas di atas menunjukkan bahwa bangsa Israel lebih senang hidup dalam perhambaan di Mesir daripada menjadi bangsa yang merdeka.  Bahkan mereka pun berani melawan Tuhan dengan membuat patung anak lembu emas untuk disembah karena tidak sabar menantikan Musa (baca Keluaran 32).  Bukankah kita juga sering tidak sabar menantikan pertolongan dari Tuhan, lalu kita pun bersungut-sungut dan menggerutu setiap hari.  Karena persungutan, kita pun kehilangan sukacita.  Kata sukacita semakin jauh dari kamus hidup kita.  Perhatikanlah:  sukacita itu sesungguhnya diawali dari iman yang telah diberikan Tuhan kepada kita.  Tidak hanya itu, Tuhan juga melengkapinya dengan pengharapan, dan pengharapan itu tidak mengecewakan (baca Roma 5:5).  Karena imanlah maka segala ketakutan, kecemasan dan kekuatiran akan hilang.

Tidak selayaknya kita bersungut-sungut kepada Tuhan; seharusnya hati kita senantiasa bersukacita karena kasih dan kebaikanNya melimpah atas kita.

Saturday, February 26, 2011

MANA YANG KAUPILIH: Berkat Atau Kutuk?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Februari 2011 -

Baca:  Ulangan 11:8-32

"...aku memperhadapkan kepadamu pada hai ini berkat dan kutuk:  berkat, apabila kamu mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini;  dan kutuk, jika kamu tidak mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu,..."  Ulangan 11:26-28

Semua manusia di dunia ini, tanpa terkecuali, pasti ingin memiliki kehidupan yang diberkati, sehat dan penuh sukacita.  Semua perkara yang mengacu pada hal-hal yang baik, itulah yang disebut berkat.  Sebaliknya, tak seorang pun juga yang ingin hidup menderita, miskin, sakit-sakitan dan sebagainya.  Semua perkara yang mengacu pada hal-hal yang buruk, itulah yang disebut kutuk.  Berkat adalah lawan dari kutuk.  Jarak antara berkat dan kutuk hanya dibatasi oleh satu kata, yaitu ketaatan.  Mana yang kaupilih?  Berkat atau kutuk?  Pasti dengan serempak dan spontan kita akan menjawab,  "Berkat!"

     Bila kita renungkan ayat demi ayat, sebenarnya Tuhan memberi kebebasan kepada kita seluas-luasnya untuk membuat pilihan hidup.  Mana yang akan kita jalani?  Apakah kita memilih untuk menaati semua perintah Tuhan dan melakukannya dengan setia, sehingga kita pun menolak untuk hidup taat kepada Tuhan, lebih memilih hidup menurut keinginan sendiri dan menyenangkan daging, tetapi pada akhirnya kita akan menerima kutuk sebagai konsekuensi dari ketidaktaatan kita sendiri?  Mungkin kita berkata,  "Mustahil kita bisa hidup taat kepada Tuhan selama kita masih hidup di dunia ini."

     Tuhan sangat tahu kelemahan dan kekuarangan kita, dan karena itulah Dia menasihatkan,  "Berjaga-jagalah dan bedoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan:  roh memang penurut, tetapi daging lemah."  (Matius 26:41).  Kita diingatkan bahwa roh memang penurut tetapi daging lemah;  ini adalah kenyataan hidup manusia yang sudah Tuhan ketahui.  Namun, itu bukanlah alasan bagi kita untuk hidup dalam ketidaktaatan.  KematianNya di atas kayu salib adalah bukti kasih dan kepedulian Tuhan kepada kita.  OlehNya segala kutuk dosa (sakit-penyakit, kemiskinan, kelemahan dan sebagainya) telah ditanggungNya.  Tuhan juga telah mengutus Roh Kudus untuk menolong kita sehingga kita dimampukan untuk melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan.  Jika kita ingin menikmati berkat-berkat dari Tuhan, hanya ada satu pilihan yaitu taat! 

Keputusan sepenuhnya ada di tangan kita.  Mana yang Saudara pilih?

Friday, February 25, 2011

JANJI TUHAN TIDAK PERNAH DIINGKARI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Februari 2011 -

Baca:  Mazmur 119:137-152

"Janji-Mu sangat teruji, dan hamba-Mu mencintainya."  Mazmur 119:140

Adalah hal yang biasa bila manusia seringkali mengecewakan sesamanya, salah satunya adalah perihal janji.  Berapa banyak dari kita yang kecewa oleh karena janji yang tidak tepati, atau ucapan yang tidak bisa dipegang kebenarannya?  Misalnya soal utang-piutang, begitu gampangnya seseorang berutang kepada orang lain, tapi untuk melunasinya?  Jarang sekali tepat waktu, janji tinggal janji dan berujung pada ingkar.  Itulah manusia!  Tapi kita patut bersyukur karena kita punya Tuhan yang tidak pernah ingkar terhadap apa pun yang dijanjikanNya.  "Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal.  Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?"  (Bilangan 23:19).  Contoh:  janji Tuhan untuk memberikan Tanah Perjanjian (Kanaan) kepada bangsa Israel sebagaimana Ia sampaikan kepada Abraham,  "Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu."  (Kejadian 12:7).  Meskipun keturunan Abraham berlaku tidak setia, namun Dia tetaplah Tuhan yang setia pada janjiNya;  pada saat yang tepat digenapiNya.

     Bila kita baca dalam Bilangan pasal 34, dinyatakan bahwa batas-batas Tanah Perjanjian itu disampaikan oleh Tuhan sendiri kepada Musa,  "Perintahkanlah kepada orang Israel dan katakanlah kepada mereka:  Apabila kamu masuk ke negeri Kanaan, maka inilah negeri yang akan jatuh kepadamu sebagai milik pusaka, yakni tanah Kanaan menurut batas-batasnya."  (Bilangan 34:2), bahkan Tuhan sendiri yang menentukan dan meilih orang-orang yang bertugas untuk membagi tanah itu.

     Bila saat ini kita sedang dalam kesesakan dan penderitaan, jangan menjadi lemah dan tawar hati.  Sebaliknya, tetaplah fokus pada janji Tuhan karena Dia Tuhan yang tidak pernah berubah, dahulu sekarang dan sampai selama-lamanya.  Ia adalah Tuhan yang setia;  Ia setia kepada firmanNya dan setia kepada janjiNya.  Tuhan hanya menghendaki kita tetap taat, tekun dan setia melakukan semua perintahNya.  Itulah bagian yang harus kita kerjakan!  Pemazmur berkata,  "Aku berseru dengan segenap hati;  jawablah aku, ya Tuhan!  Ketetapan-ketetapan-Mu hendak kupegang.  Aku hendak berpegang pada peringatan-peringatan-Mu."  (Mazmur 119:145-146b).

Mari kita hidup dalam ketaatan, dan pada saatnya Tuhan akan mengerjakan bagianNya yaitu menepati janjiNya atas kita!

Thursday, February 24, 2011

YESUS KRISTUS: Berkuasa Dalam Segala Perkara

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Februari 2011 -

Baca:  Kolose 3:12-17

"Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita."  Kolose 3:17

Bukti kasih terbesar Bapa bagi umat manusia adalah diberikanNya Yesus Kristus.  "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."  (Yohanes 3:16).  Bagi kita yang percaya kepadaNya, Yesus menjadi milik kita.  Adalah berbahagia kita memiliki Yesus dalam hidup ini.

     Begitu berartikah nama Yesus?  Nama Yesus bukanlah sembarang nama.  Oleh sebab itu kita harus menguduskan nama Yesus dan jangan sekali-kali menyebut nama Tuhan Yesus dengan sembarangan.  Di dalam Kisah 4:12 ditegaskan bahwa,  "...keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."  Jadi nama Yesus itu sangat berkuasa atas hidup kita.  Jangan pernah merasa malu menyebut nama Yesus di hadapan orang, apalagi sampai menyangkal nama Yesus.  Tuhan Yesus berkata,  "Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga.  Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan Bapa-Ku yang di sorga.  Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga."  (Matius 10:32-33).

     Selain namaNya yang berkuasa, Alkitab juga menyatakan bahwa darah Yesus juga sangat berkuasa.  Tertulis:  "Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman."  (Yohanes 6:54).  Darah ini berbicara tentang pengampunan dosa, karena  "...darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa."  (1 Yohanes 1:7), sehingga  "...oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri,"  (Ibrani 10:19-20).  Luar biasa!  Nama Yesus sangat berkuasa dan darahNya yang tercurah di atas kayu salib memberikan jaminan keselamatan dan kehidupan kekal bagi kita yang percaya!

Karena itu beritakanlah Dia kepada yang lain!

Wednesday, February 23, 2011

TIDAK ADA TAAT 50% (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Februari 2011 -

Baca:  Bilangan 33:50-56

"maka haruslah kamu menghalau semua penduduk negeri itu dari depanmu dan membinasakan segala batu berukir kepunyaan mereka;  juga haruslah kamu membinasakan segala patung tuangan mereka dan memusnahkan segala bukit pengorbanan mereka."  Bilangan 33:52

Tidak jauh berbeda dari renungan kemarin, ayat nas yang kita baca menegaskan bahwa Tuhan memerintahkan agar bangsa Israel menghalau semua penduduk lokal yang menempati tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan Tuhan untuk menjadi milik kepunyaan bangsa Israel.

     Mengapa mereka harus dihalau?  Karena perbuatan penduduk lokal di situ sangat jahat dan biadab seperti dikatakan oleh pemazmur,  "Mereka mengorbankan anak-anak lelaki mereka, dan anak-anak perempuan mereka kepada roh-roh jahat, dan menumpahkan darah orang yang tak bersalah, darah anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan mereka, yang mereka korbankan kepada berhala-berhala Kanaan, sehingga negeri itu cemar oleh hutang darah."  (Mazmur 106:37-38).  Jadi mereka memiliki kebiasaan mempersembahkan korban kepada dewa-dewa dan hidup dalam kenajisan.  Oleh karena itu Tuhan memperingatkan bangsa Israel dengan keras,  "...jika kamu tidak menghalau penduduk negeri itu dari depanmu, maka orang-orang yang kamu tinggalkan hidup dari mereka akan menjadi seperti selumbar di matamu dan seperti duri yang menusuk lambungmu, dan mereka akan menyesatkan kamu di ngeri yang kamu diami itu."  (Bilangan 33:55).

     Semua penduduk lama yang mendiami Kanaan harus dimusnahkan tanpa terkecuali;  jika tidak, bangsa Israel akan terkena dampak yang tidak baik di kemudian hari.  Namun ternyata bangsa Israel tidak taat sepenuhnya kepada Tuhan.  Mereka tetap berkompromi dengan tidak memusnahkan semua penduduk lama itu.  Akibatnya, perlahan tapi pasti, pengaruh dari kebiasaan-kebiasaan dosa yang dibuat penduduk itu merasuk dan memberi dampak yang luar biasa.  Firman Tuhan berkata,  "Janganlah kamu sesat:  Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik."  (1 Korintus 15:33).

     Tuhan menjanjikan 'Kanaan' kepada kita, suatu kehidupan yang penuh berkat dan pengharapan.  Namun berkat itu tidak akan dapat kita nikmati bila kita masih melakukan kebiasaan lama yang tidak berkenan kepada Tuhan:  taat setengah-setengah!

Jangan sampai dosa menghalangi kita untuk menikmati janji-janji yang disediakan Tuhan!

Tuesday, February 22, 2011

TIDAK ADA TAAT 50% (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Februari 2011 -

Baca:  Bilangan 31:1-24

"Lakukanlah pembalasan orang Israel kepada orang Midian;  kemudian engkau akan dikumpulkan kepada kaum leluhurmu."  Bilangan 31:2

Mengapa Tuhan memberikan perintah kepada Musa untuk menumpas bangsa Midian?  Karena orang-orang Midian telah mencondongkan hati bangsa Israel kepada ilah-ilah lain dan melakukan dosa penyembahan berhala.  Tetapi bangsa Israel tidak melakukannya dengan tuntas, sehingga Musa pun menjadi sangat marah.  Kata Musa,  "Kamu biarkan semua perempuan hidup?  Bukankah perempuan-perempuan ini, atas nasihat Bileam, menjadi sebabnya orang Israel berubah setia terhadap Tuhan dalam hal Peor, sehingga tulah turun ke antara umat Tuhan."  (ayat 15:16).  Bagaimanapun juga hal ini merupakan pelanggaran terhadap perintah Tuhan.

     Tidak ada yang namanya taat setengah-setengah atau 50%.  Itu sama artinya dengan ketidaktaatan.  Ketaatan itu utuh dan lengkap, secara keseluruhan, tidak ada istilah dipilah-pilah.  Contohnya hal pelayanan.  Adalah keharusan bagi setiap orang percaya melayani Tuhan karena itu sebagai wujud kasih kita kepada Tuhan.  Tapi tidak sedikit orang Kristen yang pelayanannya 'jalan', tapi kompromi dengan dosa juga 'jalan'.  Perintah untuk melayani dilakukan, tapi untuk meninggalkan kebiasaan merokok,  "Maaf, nanti dulu."  Untuk memberikan persepuluhan,  "Aku bisa melakukannya, tapi kalau untuk mengampuni musuh atau orang yang pernah menyakiti, maaf aku tidak bisa, kok enak dia?"  Mau bertobat kita masih pilih-pilih, yang mana mau ditinggalkan dan mana yang masih keenakan untuk terus dilakukan;  itu sama dengan ketidaktaatan.

     Apabila kita ingin taat memang ada harga yang harus kita bayar!  Terkadang kita lebih takut pada manusia daripada kepada Tuhan, akibatnya kita masih melakukan ketidaktaatan itu secara sembunyi-sembunyi dengan harapan orang lain tidak tahu, padahal di hadapan Tuhan semua telanjang dan terbuka (baca Ibrani 4:13).  Ingat firman Tuhan kepada jemaat di Laodikia, "Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku."  (Wahyu 3:16).  Jika kita enggan meninggalkan kenyamanan dan tetap berkompromi dengan dosa,  Tuhan akan memuntahkan kita.

Apabila kita merasa tidak mampu, mari datang kepada Tuhan dengan kesungguhan hati, maka Roh Kudus akan menolong dan memberi kekuatan kepada kita!

Monday, February 21, 2011

GOSIP MEMANG ASYIK

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Februari 2011 -

Baca:  Amsal 20:1-30

"Siapa mengumpat, membuka rahasia, sebab itu janganlah engkau bergaul dengan orang yang bocor mulut."   Amsal 20:19

Bergosip adalah salah satu kebiasaan buruk yang disukai hampir setiap orang, terutama bagi wanita atau ibu rumah tangga.  Ada yang bilang kalau bergosip itu adalah kegiatan yang menyenangkan untuk mengisi waktu senggang, bahkan ada yang menjadikan gosip itu sebagai salah satu hobi.  Wah wah wah...

     Apa itu gosip?  Ada yang bilang gosip itu kependekan dari kata  "makin digosok makin sip".  Penggosip adalah orang yang mempunyai kebiasaan menceritakan sensasi atau membicarakan orang lain disertai dengan bumbu-bumbu supaya kian sedap didengar, entah itu beritanya benar atau tidak.  Gosip bersumber dan menyebar ke mana-mana dan dapat menimpa siapa saja, bisa saja di tempat kerja, di sekolah, di lingkungan sekitar rumah, gereja atau pelayanan.  Yang pasti gosip adalah masalah yang serius di hadapan Tuhan, merupakan salah satu jenis perkataan sia-sia yang paling berbahaya karena berdampak buruk dan bisa menghancurkan.  Tidak hanya menghancurkan hidup dan nama baik orang yang diperbincangkan, tetapi juga menghancurkan hidup orang yang bergosip itu sendiri.  Gosip dapat menimbulkan pertengkaran sehingga persaudaraan atau pertemanan menjadi hancur seperti tertulis:  "Siapa menutupi pelanggaran, mengejar kasih, tetapi siapa membangkit-bangkit perkara, menceraikan sahabat yang karib."  (Amsal 17:9).  Orang yang menggosip ibarat orang yang sedang menyiramkan bensin pada api yang sudah menyala.  Bisa dibayangkan...

     Hari ini firman Tuhan memperingatkan kita dengan keras supaya kita menghentikan kebiasaan buruk ini.  Ingat, setiap perkataan kita pada saatnya harus kita pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan,  "Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum."  (Matius 12:37).  Oleh karenanya, siapa pun kita yang suka bergosip, harus segera bertobat jika kita tidak ingin menuai hal yang buruk di kemudian hari.  Biarlah yang keluar dari mulut kita hanyalah perkataan-perkataan yang baik, bermanfaat, membangun, menghibur dan menguatkan, supaya orang lain yang mendengarnya beroleh kasih karunia, sehingga nama Tuhan pun dimuliakan melalui kita.

Adalah sangat mempermalukan nama Tuhan jika masih ada orang Kristen yang menjadi bigos (biang gosip).

Sunday, February 20, 2011

HAL YAKUB: Adilnya Jalan Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Februari 2011 -

Baca:  Kejadian 25:19-34

"Kata Yakub:  'Bersumpahlah dahulu padaku.'  Maka bersumpahlah ia (Esau - Red.)  kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya kepadanya."  Kejadian 25:33

Sosok pribadi Yakub bisa dikatakan sebagai tokoh yang cukup fenomenal dalam Alkitab.  Ia memiliki sifat-sifat yang tidak jauh berbeda dengan kita.  Arti dari nama 'Yakub' sendiri adalah penipu.  Tidak hanya namanya, tapi perbuatannya juga mencerminkan bahwa ia suka menipu, orang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan.  Dengan caranya yang licik Yakub mengakali Esau, saudaranya, agar ia mau menjual hak kesulungannya dengan ditukar semangkuk kacang merah.  Selain itu Yakub juga menipu Ishak, ayahnya, sehingga Ishak pun terpedaya dan memberkati dia dengan berkat kesulungan (baca Kejadian 27:18-26), sehingga Yakub pun menjadi orang yang sangat terberkati.  Menurut penilaian kita sebagai manusia, hal itu terasa aneh.  Mengapa orang yang sedemikian licik dan suka menipu justru sepertinya diberkati oleh Tuhan?  Bagaimana bisa Tuhan memberkati orang yang suka menipu?

     Adalah mustahil bagi kita menyelami jalan dan pikiran Tuhan.  Dikatakan,  "Seperti tingginya langit dan bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu."  (Yesaya 55:9).  Dalam hal ini Esau telah melakukan keteledoran dalam menjaga hak kesulungannya.  Ia memandang rendah hak kesulungan sehingga dengan gampangnya menukarkan itu dengan sepiring makanan.  Alkitab menyatakan,  "Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan."  (Ibrani 12:16).  Sebaliknya Yakub sangat menghargai berkat dan hak kesulungannya, sehingga berbagai upaya ia lakukan untuk mendapatkannya.  Itulah yang menjadi salah satu faktor penyebab dari semua peristiwa tadi, sehingga hak kesulungan itu pun jatuh ke tangan Yakub.  Itu adalah konsekuensi ketidaktaatan Esau kepada Tuhan.

     Karena itu jangan sampai kita memandang rendah kasih karunia Tuhan yang telah diberikan kepada kita, apalagi sampai menukarnya dengan apa pun juga yang ada di dunia ini.  Pada saatnya Yakub pun harus menuai apa yang ia tabur.  Karena telah menipu, akhirnya ia juga sering ditipu oleh Laban.  Yakub dan Esau harus menanggung konsekuensi dari apa yang mereka tabur.

Tuhan itu adil dan tidak dapat dipermainkan, karena itu janganlah main-main dengan dosa!

Saturday, February 19, 2011

IBADAH: Latihan Rohani

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Februari 2011 -

Baca:  1 Timotius 4:1-16 

"Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang."  1 Timotius 4:8

Pada bulan November 2010 lalu bangsa-bangsa di benua Asia ambil bagian dalam kejuaraan olahraga terbesar se-Asia yaitu Asian Games di Guangzhou, Cina.  Tak terkecuali negara kita pun mengirimkan atlet-atlet terbaiknya di berbagai cabang olahraga:  ada atlet dari cabang tenis, bulutangkis, renang, balap sepeda, voli indoor dan sebagainya.  Sudah dipastikan bahwa setiap atlet atau olahragawan yang dikirim adalah orang-orang yang sehat dan bugar, karena mereka secara rutin berlatih dan melakukan olahraga setiap hari.  Tujuan berolah raga adalah supaya tubuh jasmani kita sehat dan kuat.

     Begitu juga dengan manusia 'rohani' kita, perlu dilatih secara teratur supaya kuat.  Bagaimana latihannya?  Yaitu melalui ibadah.  Beribadah adalah latihan untuk manusia rohani kita.  Karena itu  "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat."  (Ibrani 10:25).  Olahraga dan ibadah itu sama-sama menjadikan diri kita kuat, tapi sasarannya berbeda;  yang satu semakin membuat tubuh jasmani kita kuat dan sehat, sedangkan ibadah membuat roh kita semakin kuat.

     Mari kita melatih manusia rohani kita lebih dari latihan badaniah kita.  Tubuh jasmani kita ini ada batasnya dan hanya bersifat sementara saja yaitu selama kita hidup di dunia ini.  Tapi dampak dari ibadah atau latihan rohani, sampai kepada kekekalan,  "...mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun hidup yang akan datang."  Ada berkat, damai, sejahtera, pemulihan, sukacita, kemenangan, terlebih lagi mahkota kehidupan dan sorga yang kekal telah disediakan Tuhan sebagai upah.  Mana yang menjadi prioritas kita?  Berdoa dengan tekun, membaca dan merenungkan firman Tuhan, serta memberikan pujian dan penyembahan kepada Tuhan adalah program-program latihan rohani yang harus kita kembangkan setiap hari.  Kedatangan Tuhan sudah sangat dekat!

Jadikan ibadah kepada Tuhan sebagai prioritas utama dalam hidup kita, lebih dari perkara-perkara jasmani yang ada di dunia ini!

Friday, February 18, 2011

BAGI TUHAN TAK ADA YANG TAK MUNGKIN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Februari 2011 -

Baca:  Hakim-Hakim 6:1-16

 "Berfirmanlah Tuhan kepadanya (Gideon - Red.):  'Tetapi Akulah yang menyertai engkau, sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai habis.' "  Hakim-Hakim 6:16

Suatu ketika bangsa Israel mengalami keterpurukan, selama tujuh tahun mereka dijajah oleh bangsa Midian,  "sehingga orang Israel menjadi sangat melarat oleh perbuatan orang Midian itu."  (ayat 6a).  Mengapa hal ini terjadi?  Bangsa Israel memberontak kepada Tuhan;  mereka melakukan apa yang jahat di mata Tuhan, itulah sebabnya Tuhan mengijinkan kesesakan terjadi atas bangsa Israel.

     Selalu ada konsekuensi bila kita menyimpang dari jalan-jalan Tuhan.  Begitu perkasanya bangsa Midian sehingga bangsa Israel mengalami ketakutan yang luar biasa, sampai-sampai mereka harus bersembunyi di gua-gua dan kubu-kubu.  Meski demikian, ketika mereka berseru-seru kepada Tuhan, Ia pun tetap mengindahkannya dan memberikan pertolongan.  Lalu Tuhan mengutus malaikatNya untuk memanggil seorang muda yaitu Gideon, yang sedang mengirik gandum dalam tempat pemerasan anggur (karena ia juga sangat ketakutan terhadap bangsa Midian dan Amalek).  Secara manusia Gideon bukanlah orang yang gagah berani.  Ia juga seorang yang penakut dan tidak punya kemampuan yang bisa diandalkan.  Mana mungkin dia bisa memimpin bangsa Israel menghalau bangsa Midian dan juga Amalek?  Impossible!  Perhatikan firman Tuhan,  "Adakah sesuatu apa pun yang mustahil untuk Tuhan?"  (Kejadian 18:14a) dan  "...apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat,"  (1 Korintus 1:27).

     Bukankah hal sama juga terjadi pada Daud?  Siapa sangka Daud dipilih Tuhan untuk menjadi raja menggantikan Saul?  Gideon juga demikian, ia hanya berasal dari kaum yang paling kecil di antara suku Manasye dan termuda di antara kaum keluarganya.  Bila kita baca kisah Gideon lebih lanjut, terlihat betapa Tuhan memakai Gideon menjadi pahlawan Israel yang gagah perkasa dan sanggup mengalahkan bangsa Midian!  Apa pun keadaan kita saat ini, jangan pernah menyerah!  Tuhan selalu punya jalan keajaiban.  Dia sanggup mengubahkan segala sesuatu, dari keterpurukan menjadi kemenangan.  Dari hopeless menjadi hopeful!

Kita punya Tuhan yang kuasaNya tak terbatas, Dia yang menyertai kita senantiasa.

Thursday, February 17, 2011

KERINDUAN DAUD KEPADA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Februari 2011 -

Baca:  Mazmur 63:1-12

"Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair."  Mazmur 63:2

Mazmur 63 ini adalah ungkapan kerinduan Daud kepada Tuhan ketika ia berada di padang gurun Yehuda.  Apa yang dikatakan Daud ini bukan sekedar lips service atau di bibir doang, tetapi ungkapan ini benar-benar ke luar dari lubuk hatinya yang paling dalam.  Mengapa Daud sampai harus pergi ke padang gurun kalau hanya untuk mengungkapkan kerinduannya kepada Tuhan?  Bukankah ia seorang raja?  Tidak cukupkah ia mengungkapkan isi hatinya itu di dalam istananya yang megah, tanpa harus bersusah payah pergi ke padang gurun?  Bagi Daud, kerinduannya kepada Tuhan tak ternilai harganya, tidak bisa diukur dengan materi atau kemewahan yang ia miliki.  Ia pergi ke padang gurun untuk mengingat-ingat bagaimana Allah menyertai dan memberkati nenek moyangnya saat perjalanan menuju tanah perjanjian.  "Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan Tuhan, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala."  (Mazmur 77:12).  Daud belajar untuk menjadi orang yang tidak sombong walau ia memiliki kedudukan tertinggi di Israel;  ia sadar bahwa semua itu karena Tuhan.

     Adakah kita memiliki kerinduan hati yang mendalam kepada Tuhan?  Kerinduan Daud kepada Tuhan tidak hanya digambarkan seperti tanah yang tandus dan kering, tetapi dilukiskan pula seperti rusa yang merindukan aliran sungai (baca Mazmur 42:2).  Seekor rusa pasti tidak dapat menahan diri apabila ia sudah haus akan air.  Bahkan rusa-rusa itu tidak peduli terhadap bahaya yang mengancam (mungkin ada binatang buas yang hendak menyerangnya) apabila ia sudah ingin menikmati kesejukan air sungai.  Begitu pula kerinduan hati Daud kepada Tuhan, tidak ada satu pun yang dapat menahan atau menghalangi dia untuk bertemu dengan Tuhan.  Hal ini bukan karena kedudukan dia sebagai raja yang berkuasa, sehingga tak seorang pun bisa menghentikan niatnya, tetapi itu karena kekuatan cintanya yang luar biasa kepada Tuhan.  Marilah kita pun memiliki hati yang rindu, haus dan lapar kepada Tuhan.  Selagi ada kesempatan mari kita kejar hadirat Tuhan!  Tertulis, "Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui;  berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!"  (Yesaya 55:6).

Seberapa dalam rasa rindu kita kepada Tuhan?  Atau perasaan kita 'biasa-biasa' saja kepada Tuhan dan kita lebih mencintai dunia ini daripada mencari Tuhan?

Wednesday, February 16, 2011

TUHAN TAHU BENAR MASALAH KITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Februari 2011 -

Baca:  Pengkotbah 9:1-12

"Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba."  Pengkotbah 9:12

Siapa yang tahu kapan masalah datang dan terjadi?  Tak seorang pun tahu atau pun berharap masalah terus mewarnai hidup tiada henti.  Pastinya kita tidak tahu kapan dan apa yang terjadi di kemudian hari.  Salomo menasihatkan,  "Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu."  (Amsal 27:1).  Namun ada satu hal yang harus kita ketahui bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita;  Dia selalu ada untuk kita.  Hidup kita selalu berada dalam pengawasan Tuhan, dijagai dan dipeliharaNya kita.  "Tuhanlah Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu."  (Mazmur 121:5).  Adalah manusiawi jika kita merasa takut dan kuatir saat menghadapi masalah.  Tapi sebagai anak-anak Tuhan, milikilah kebiasaan hidup rohani yaitu senantiasa mempercayai Tuhan sepenuhnya dan tidak lagi takut terhadap masalah yang ada.  Ingat!  Tuhan kita adalah hidup!  Maka kita pun harus percaya bahwa Dia sanggup menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan kita.

     Pemazmur berkata,  "Tuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku;  Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh."  (Mazmur 139:1-2).  Ini menunjukkan Tuhan Mahatahu.  Segala apa yang terjadi dan apa yang kita kerjakan Ia tahu.  Berhentilah mengeluh dan berputus asa.  Ingat, Tuhan tahu apa yang terbaik dalam hidup kita.  Oleh karena itu  "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu."  (1 Petrus 5:7), dan jangan sekali-kali mencari pertolongan kepada yang lain!  Yesus sudah lebih daripada cukup.  Ia berkata,  "Tenanglah!  Aku ini, jangan takut!"  (baca Markus 6:50a).  Ketakutan adalah senjata utama yang digunakan Iblis untuk menghancurkan iman orang percaya.  Bukankah banyak orang yang ketika mengalami ketakutan sering bertindak bodoh yaitu pergi ke dukun, bahkan ada yang bunuh diri?

     Hari ini Tuhan menegaskan:  jangan takut!  Percayalah pada Tuhan dan arahkan pandangan kita pada Tuhan, maka angin badai pun akan reda. Tuhan Yesus adalah Gembala yang baik bagi kita, karena itu tidak ada yang perlu kita takutkan!

Hidup kita ini lebih berharga dari burung di udara (baca Lukas 12:7b), Tuhan pasti memberi jalan keluar yang terbaik untuk setiap masalah yang ada!

Tuesday, February 15, 2011

JANGAN BANGKITKAN CEMBURU TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Februari 2011 -

Baca:  2 Korintus 11:1-6

"Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi.  Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus."  2 Korintus 11:2

Bagaimana perasaan Saudara jika pacar, suami atau isteri kita tertarik kepada orang lain atau menjalin hubungan secara tersembunyi dengan orang lain?  Kita pasti terbakar rasa cemburu, bukan?  Mendengar kata 'cemburu' pasti kita akan menilainya sebagai sesuatu yang negatif, karena makna konotasi dari 'cemburu' adalah iri hati.  Tapi kepada jemaat di Korintus ini Paulus mengatakan tentang kecemburuan ilahi.  Sebagai orang-orang yang telah diselamatkan, mereka telah 'dipertunangkan' dengan Kristus.  Karena itu dituntut kesetiaan mutlak, jangan sampai mereka mendua hati dan tidak lagi setia kepada Tuhan.  FirmanNya menegaskan,  "...janganlah engkau sujud menyembah kepada allah lain, karena Tuhan, yang nama-Nya Cemburuan, adalah Allah yang cemburu."  (Keluaran 34:14).  Ayat ini jelas menyatakan bahwa Allah kita adalah Allah yang cemburu, yang tidak ingin milik kesayanganNya dimiliki oleh yang lain.  Kata 'cemburu' disini bukan iri hati, karena cemburu yang memiliki arti iri hati biasanya disertai dengan suatu tindakan mengambil milik orang lain, karena ia tidak memilikinya.

     Dalam Yakobus 4:4-5 dinyatakan bahwa Roh Allah yang ditempatkan dalam hati kita memiliki sifat cemburu.  Karena itu kita harus menjaga perasaan Tuhan!  Seringkali kita tidak sadar bahwa apa yang kita lakukan selama ini telah menduakan hati Tuhan dan membuatNya cemburu.  Tertulis:  "Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah.  Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah."  (Yakobus 4:4).  Jangan sampai Roh yang ada dalam diri kita cemburu oleh karena kita bersahabat dengan dunia ini:  hati kita mulai condong kepada perkara-perkara dunia, materi dan kesenangan daging sehingga ibadah mulai terabaikan;  saat teduh sering kita tunda-tunda karena capai dan sibuk.  Tuhan tidak lagi menjadi prioritas utama hidup kita.

     Hari ini kita diingatkan untuk tidak melakukan hal-hal yang akan membangkitkan Dia cemburu.  Tuhan sangat mengasihi kita, bahkan Dia rela mengorbankan nyawaNya bagi kita, masakan kita berpaling dari Dia dan lebih mengasihi dunia ini?

Supaya Tuhan tidak cemburu, marilah kita hidup berpadanan dengan Injil dan melayani Dia dengan kesungguhan hati.

Monday, February 14, 2011

KEBERHASILAN MENYERTAI HIDUP ORANG BENAR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Februari 2011 -

Baca:  Mazmur 20:1-10

"Kiranya diberikan-Nya kepadamu apa yang kau kehendaki dan dijadikan-Nya berhasil apa yang kaurancangkan."  Mazmur 20:5

Dalam Yeremia 29:11 jelas dikatakan bahwa rancangan Tuhan bagi orang percaya adalah rancangan damai sejahtera dan masa depan yang penuh harapan.  Namun janji Tuhan ini Ia sediakan bagi orang-orang yang hidupnya benar dan berkenan kepadaNya.  Oleh karena itu kita harus memiliki iman bahwa jika kita hidup dalam Tuhan dengan benar dan kudus, keberhasilan akan menjadi milik kita, bahkan apa saja yang kita perbuat pasti berhasil.

     Jika sampai saat ini kita lebih banyak mengalami kegagalan daripada keberhasilan, atau sepertinya janji Tuhan itu serasa menjauh dari kehidupan kita, adalah bijak bila kita segera mengoreksi diri sendiri terlebih dahulu sebelum kita bersungut-sungut, mengeluh lalu menyalahkan Tuhan.  Sudahkah kita memiliki persekutuan yang karib dengan Tuhan serta beribadah kepadaNya dengan sungguh?  Setiakah kita mengerjakan apa yang dipercayakan Tuhan?  Sudahkah kita meninggalkan kehidupan lama kita, sebagaimana tertulis dalam 1 Petrus 2:1  ("Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah.")  Yang pasti, keberhasilan adalah rancangan Tuhan bagi orang percaya yang senantiasa mengandalkan Tuhan dalam segala hal dan memiliki kehidupan yang seturut dengan firmanNya.

     Keberhasilan apakah itu?  Dikatakan,  "Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya;  apa saja yang diperbuatnya berhasil."  (Mazmur 1:3).  Inilah janji Tuhan bagi orang benar:  apa saja yang diperbuat atau kerjakan, pasti berhasil.  Amin!  Dalam hal apa pun kita akan mengalami peningkatan dari hari ke hari:  toko makin diberkati, karir makin naik, studi berhasil dan lain-lain.  Bila kita diberkati maka dipastikan  "...lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya."  (Amsal 3:10).  Semakin diberkati semakin kita menjadi berkat bagi orang lain!  Semakin diberkati berarti kita memiliki banyak kesempatan berbuat baik, menolong yang lemah dan miskin, serta mendukung pelayanan pekabaran Injil.  Jadi,  "Muliakanlah Tuhan dengan hartamu..."  (Amsal 3:9).

Keberhasilan senantiasa mengikuti perjalanan hidup orang percaya, asal kita dengan sungguh-sungguh mengasihi Dia dan hidup berkenan kepadaNya!

Sunday, February 13, 2011

HATI YANG MELAYANI SEPERTI YESUS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Februari 2011 -

Baca:  Yohanes 13:1-20

"sebab Aku telah memberikan suatu teladan seperti kamu, supaya kamu juga berbuat yang sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu."  Yohanes 13:1

Alkitab mencatat:  "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.  Dan dalam keadaan seperti manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."  (Filipi 2:6-8).  Dia adalah Yesus Kristus,  "...nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,"  (Filipi 2:9-10).  Pribadi Yesus tidak dapat dibandingkan dengan siapa pun di dunia ini.  Seberapa pun terhormatnya seseorang dengan titel yang berlapis-lapis atau seberapa hebat dia, sungguh tidak sebanding dengan kebesaran dan keagungan Yesus Kristus, karena Dia adalah Raja di atas segala raja, Tuhan segala tuhan.  Namun Yesus tetap rendah hati dan rela melayani manusia.  Bahkan Ia memberikan satu teladan yang luar biasa:  rela membasuh kaki para muridNya, padahal Dia adalah Tuhan dan Guru Agung.

     Lalu, siapakah kita ini?  Kita hanyalah orang yang tak berarti.  Dapatkah kita belajar dari teladan Yesus, mau melayani keluarga, kerabat, teman atau orang lain dengan kerendahan hati dan tanpa pamrih sepertinya?  Ketika melihat ada saudara kita yang lapar, sudikah kita mengulurkan tangan dan memberinya makan?  Sewaktu melihat saudara kita tertimpa musibah, relakah kita menolongnya?  Itulah yang dinamakan kasih, yaitu melihat kebutuhan orang lain sebagai kewajiban diri sendiri.  Sesungguhnya pelayanan itu sangatlah sederhana!  Tetapi dalam prakteknya, pelayanan juga tidak semudah diucapkan.  Banyak orang melayani tapi enggan menanggalkan keakuannya;  mau melayani tapi sulit melepaskan kehormatan atau kedudukannya.  Melayani berarti rela menjadi hamba!  Itulah pelayanan yang dilakukan Yesus!  Tertulis:  "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;"  (Matius 20:26a-27).  Maukah kita?  Bukankah banyak orang mau melayani dengan harapan makin dikenal orang dan dihormati?

Mari kita memiliki hati seperti Yesus, rela melayani jiwa-jiwa dengan motivasi tulus dan benar!

Saturday, February 12, 2011

TUHAN SANGAT MEMBENCI PERCERAIAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Februari 2011 -

Baca:  Maleakhi 2:10-16

"Sebab Aku membenci perceraian, firman Tuhan, Allah Israel - juga orang yang menutupi pakaiannya dengan kekerasan, firman Tuhan semesta alam.  Maka jagalah dirimu dan janganlah berkhianat!"  Maleakhi 2:16

Perceraian di kalangan para artis atau selebritas adalah hal biasa.  Ada yang menikah hanya dalam hitungan bulan, setelah itu mereka bercerai dengan alasan klise:  merasa tidak cocok satu sama lain!  Bagaimana bisa ya?  Sungguh menyedihkan!

     Tuhan sangat membenci dosa perceraian.  Pernikahan bukanlah suatu hal yang harus kita jalani dengan keadaan terpaksa.  Dalam sebuah hubungan pernikahan, kasih tak bersyarat adalah sebuah keputusan.  Jika kasih Tuhan ada dalam diri kita, kita akan dapat memutuskan untuk membiarkan kasih itu terus mengalir.  Mengapa perceraian dibenci Tuhan?  Karena perceraian merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan yang di dalamnya melibatkan Tuhan.  Ketika dua orang yaitu laki-laki dan perempuan (bukan laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan) dipersatukan dalam sebuah lembaga pernikahan, Tuhan menjadi pihak ketiga dalam perjanjian yang mereka buat.

     Perceraian menyerang dan mempengaruhi benih-benih Ilahi.  Hal terburuk yang mungkin kita lihat dalam kasus perceraian adalah anak-anak yang menjadi korban, padahal Tuhan memiliki rancangan yang indah dalam keluarga-keluarga Kristen.  Jika setiap terjadi konflik dalam rumah tangga kita sering menyerukan kata-kata cerai terhadap pasangan, berhati-hatilah!  Karena kita menabur benih perceraian dalam pernikahan, benih itu akan tumbuh karena Iblis menyuburkannya.  Banyak kasus kenakalan remaja terjadi, dan salah satu penyebabnya dalah karena masalah keluarga (broken home).  Anak-anak memberontak dan mencari kedamaian di luar karena suasana di rumah yang tidak lagi kondusif.  Anak-anak kita adalah hasil dari apa yang terjadi di dalam rumah tangga.  Perceraian yang menimpa orangtua seringkali membuat anak-anak menjadi trauma, sehingga ketika beranjak dewasa timbul ketakutan dan kekuatiran dalam diri mereka untuk menikah.  Takut jika mereka harus mengalami rasa sakit yang sama.

     Pernikahan Kristen adalah pernikahan sekali seumur hidup.  Tidak ada istilah cerai dalam kehidupan kekristenan karena itu adalah kebencian Tuhan!

"Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.  Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."  Matius 19:6

Friday, February 11, 2011

PERNIKAHAN: Suci dan Diberkati Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Februari 2011 -

Baca:  Efesus 5:22-23

"...kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya."  Efesus 5:33

Tuhan menghendaki ada keintiman antara suami isteri sehingga seluruh kebutuhan fisik dan emosional terpenuhi melalui hubungan ini.  Keintiman akan terwujud bila ada komitmen satu sama lain.  Apa itu keintiman?  Keintiman adalah kesediaan diri satu sama lain sehingga tidak ada sesuatu yang ditutup-tutupi, disembunyikan atau ditahan-tahan.  Sungguh, tidak ada perjanjian atau kesepakatan di bumi yang lebih kuat daripada perjanjian pernikahan, karena di dalam Kristus suami isteri adalah satu.  Alkitab menyatakan:  "...dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."  (Matius 18:20).

     Apa yang menjadi tujuan Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama dalam sebuah ikatan pernikahan?  Supaya mereka memenuhi bumi dengan keturunan-keturunan Ilahi.  FirmanNya,  "...Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."  (Kejadian 1:28).

     Pernikahan Kristen adalah suci, karena Tuhan menjadi pihak ketiga yang menjadi saksi di dalam penyatuan pernikahan.  Jadi pernikahan Kristen merupakan hubungan perjanjian yang melibatkan Tuhan.  Dua orang dapat bersatu menjadi satu daging secara fisik, tetapi hanya Tuhan yang dapat menyatukan mereka secara jiwa.  Dalam Perjanjian Lama, pernikahan merupakan sesuatu yang sangat sakral sehingga saat seorang laki-laki dan perempuan memutuskan untuk menjadi suami isteri, namun diketahui bahwa sang isteri sebelum menikah telah berhubungan dengan laki-laki lain, maka ia akan dirajam sampai mati.  Kesucian dalam pernikahan adalah hal utama dan tidak bisa ditawar lagi, karena melalui keluarga baru ini Tuhan mencurahkan berkatNya.  Ada perintah Tuhan yang harus ditaati oleh para suami isteri yang terikat dalam lembaga pernikahan kudus,  "Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat.  Dialah yang menyelamatkan tubuh.  Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.  Hai suami, kasihilah sistrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya"  (Efesus 5:22-25).

Pernikahan Kristen adalah pernikahan yang suci dan diberkati oleh Tuhan!

Thursday, February 10, 2011

PERNIKAHAN: Kehendak Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Februari 2011 -

Baca:  Kejadian 2:8-25

"Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging."   Kejadian 2:24

Selain Adam, banyak sekali ciptaan Tuhan di bumi, tetapi tidak ada teman yang cocok atau penolong yang sepadan untunya.  Tidak ada seorang pun dapat menjadi teman bagi Adam untuk menjalani hari-harinya di bumi.  Maka Tuhan berfirman,  "Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja.  Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."  (ayat 18).

     Kata 'sepadan' artinya cocok, mampu, bisa menyesuaikan diri, pelengkap atau sesuai dengan.  Kemudian Tuhan pun  "...membuat manusia itu tidak nyenyak;  ketika ia tidur, Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging.  Dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu.  Dan berkatalah manusia itu,  'Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku.  Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.' "  (ayat 21-23).  Jadi, Tuhan menciptakan perempuan sebagai pendamping bagi laki-laki.

     Adam, meski memiliki semua hal yang mungkin ia perlukan di dunia ini, tetapi di dalam dirinya ada kekosongan yang tidak terpuaskan;  Adam pasti merasa sangat kesepian.  Hawa memenuhi kebutuhannya itu, ia melengkapi Adam, seperti juga Tuhan telah menciptakan para isteri sekarang ini untuk melengkapi suami mereka melalui pernikahan.  Pernikahan adalah lembaga pertama yang diciptakan Tuhan.  Ikatan bersama antara suami dan isteri adalah sel terkecil suatu gereja, di mana dua orang yang mengasihi Tuhan bergabung menjadi satu.  Di dalam pernikahan, suami dan isteri akan mengikat janji dan menyatu,  "...sehingga keduanya menjadi satu daging."  Dua orang menjadi satu, disatukan dalam cita-cita, pikiran, arah, kehendak dan tujuan hidup.  Itulah sebabnya para single perlu menyatukan pikiran dan hati dengan calon pasangannya sebelum mereka menikah.  Banyak orang yang hanya bersatu secara fisik namun tidak pernah bersatu dalam roh.  Banyak orang menikah dan kemudian baru menyadari bahwa orang yang telah ia nikahi itu punya rencana hidup yang berbeda.  Karena itu perlu waktu untuk saling menjajaki atau mengenal satu sama lain.  Untuk membangun pengertian ini tidak dapat secara instan, butuh proses.

Penyesuaian diri itu sangat penting agar kita dapat mencapai sasaran yang tepat dalam sebuah pernikahan!

Wednesday, February 9, 2011

KEBIASAAN HIDUP MANUSIA BARU

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Februari 2011 -

Baca:  Roma 6:15-23

"...kamu sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan."  Roma 6:19b

Untuk menjadi murid Kristus yang sejati kita harus melatih diri dan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan hidup yang baik dan benar, mulai dari hal bertutur kata, sikap, cara berpikir dan juga perilaku kita sehari-hari, karena di dalam Kristus kita adalah  "...ciptaan baru:  yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."  (2 Korintus 5:17).  Kita harus berkomitmen untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan hidup lama yang tidak sesuai dengan firman Tuhan, dan melatih diri membentuk kebiasaan hidup yang baru.  Itu pun harus kita lakukan dengan sukarela tanpa ada paksaan dari pihak lain.  Kita tidak lagi menyerahkan tubuh kita  "...untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup.  Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran."  (Roma 6:13-14).

     Apa kebiasaan Saudara?  Mungkin ada yang setelah bangun kopi terbiasa minum kopi sambil membaca koran;  atau sepulang kantor nongkrong dengan teman-teman di cafe;  atau nonton sinetron di TV berjam-jam;  atau kalau tidur selalu mendengkur dan lain-lain.  Definisi kata 'kebiasaan' menurut kamus Webster adalah:  kecenderungan melakukan aktivitas tertentu secara terus-menerus atau berulang-ulang;  latihan atau praktek yang dilakukan secara konsisten dan kontinyu.  Kebiasaan adalah hasil dari tindakan yang dilakukan secara rutin dan berulang-ulang.  Kebiasaan inilah yang akan membentuk karakter kita.  Kepada jemaat di Kolose rasul Paulus menasihatkan agar mereka  "...menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui..."  (Kolose 3:9-10).  Artinya kita harus mengenakan 'manusia baru' yang secara terus menerus diperbaharui dari hari ke hari.

     Hal-hal apa saja yang harus kita biasakan atau latih supaya menjadi pola hidup kita?  1.  Bersaat teduh, menyediakan waktu secara pribadi secara rutin untuk bersekutu dengan Tuhan, membaca dan merenungkan firmanNya.  2.  Berdoa senantiasa  (Lukas 18:1).  3.  Memberikan persepuluhan  (Maleakhi 3:6-12).  4.  Ibadah  (Ibrani 10:25).  5.  Mengasihi saudara seiman  (Yohanes 13:34-35).

Sudahkah kita memiliki kebiasaan hidup yang benar, yang menunjukkan citra diri kita sebagai orang percaya?

Tuesday, February 8, 2011

SAAT TEDUH: Penting dan Berdampak!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Februari 2011 -

Baca:  Yakobus 1:22-25

"Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya."  Yakobus 1:25

Mengapa bersaat teduh sangat penting bagi orang percaya?  Menyediakan waktu secara pribadi untuk beersekutu dengan Tuhan adalah kehendak Tuhan karena kita diciptakan segambar dan serupa dengan Allah agar kita bisa bersekutu denganNya.  Allah rindu dan menantikan kita untuk mau membuka hati dan hidup bersekutu dengan Dia secara pribadi dan lebih intim.  Dalam Wahyu 3:20 dikatakan:  "Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok;  jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama -sama dengan Aku."

     Sejauh mana kita memiliki kerinduan untuk bersekutu dengan Tuhan?  Sebagai manusia yang berdosa adalah mustahil untuk bisa bersekutu atau karib dengan Allah, tapi oleh karena karya Yesus Kristus di atas kayu salib semua menjadi mungkin.  Yesus telah menjadi jalan perdamaian bagi kita.  Ada tertulis:  "Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya...Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka."  (2 Korintus 5:18-19a).  Waktu pribadi dengan Tuhan merupakan sumber kekuatan dan kuasa.  Kita bisa belajar dan meneladani Tuhan Yesus di mana Ia selalu menyediakan waktu untuk intim dengan Bapa.  Dia sering kali menyendiri untuk bersekutu dengan Allah Bapa seperti tertulis:  "Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar.  Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana."  (Markus 1:35).  Injil Lukas 5:16 juga menyatakan:  "...Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa."  Selalu bersekutu dengan Bapa adalah kunci keberhasilan pelayanan Yesus.

     Tuhan Yesus saja secara rutin menyediakan waktu bersaat teduh, siapa kita ini sehingga kita malas dan ogah-ogahan untuk berdoa secara pribadi?  Ketika kita secara rutin bersaat teduh, kita akan semakin berakar di dalam firman dan bertumbuh di dalam iman.  Semakin kita disiplin dalam bersaat teduh, semakin kita intim dengan Tuhan.  Ini adalah akar dari kehidupan yang berbuah.

Dan hidup yang berbuah adalah bukti bahwa kita adalah orang-orang Kristen berkualitas.

Monday, February 7, 2011

SAAT TEDUH: Wujud Disiplin Rohani

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Februari 2011 -

Baca:  Lukas 22:39-46 

"Lalu pergilah Yesus ke luar kota dan sebagaimana biasa Ia menuju Bukit Zaitun."   Lukas 22:39a

Berapa lama Saudara selalu menyediakan waktu secara rutin untuk bersekutu dengan Tuhan (berdoa) setiap harinya?  Ada yang menjawab,  "Saya selalu berdoa selama 1 jam di pagi hari sebelum melakukan aktivitas apa pun.";  "Saya tidak sempat berdoa karena harus buru-buru berangkat ke kantor, tapi pada malam hari sebelum tidur saya sempatkan berdoa sebentar selama 15 menit.";  "Maaf saya tidak ada waktu untuk berdoa, seharian harus menjaga toko, pulang ke rumah sudah sangat capai dan mengatuk.";  dan sebagainya.

     Adalah tidak mudah membiasakan diri untuk berdoa secara kontinyu.  Banyak sekali tantangan dan godaannya.  Seringkali kita mengemukakan alasan-alasan atau dalih untuk membela diri karena kita tidak mau bila disebut sebagai orang Kristen yang malas berdoa.  Padahal kenyataannya kita memang jarang berdoa dan tidak memiliki kedisiplinan untuk berdoa.  Ayat nas di atas jelas menyatakan bahwa Yesus selalu menyediakan waktu untu berdoa.  Kata  'sebagaimana biasa'  menunjukkan suatu tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang atau rutin.  Jadi Yesus selalu menyediakan waktu secara rutin untuk berdoa.  Inilah yang disebut bersaat teduh.

     Saat teduh adalah waktu yang secara rutin kita sisihkan setiap hari supaya kita bisa bersekutu secara pribadi dengan Tuhan.  Ketika bersaat teduh kita memberikan pujian dan penyembahan kepada Tuhan, berdoa dan juga mendengarkan Dia berbicara melalui firmanNya yang kita baca.  Membiasakan diri untuk bersaat teduh setiap hari adalah tindakan bagi kita untuk membangun fondasi kehidupan rohani yang kokoh.  Alkitab menyatakan,  "Setiap orang yang mendengarkan perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu."  (Matius 7:24-25).  Ada pun hakekat utama dari saat teduh adalah mendengar dan melakukan firman Tuhan.  Tertulis bahwa  "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."  (Roma 10:17).  Maka dari itu kita harus menjadikan saat teduh atau waktu pribadi setiap hari bersama Tuhan sebagai prioritas utama dalam agenda harian kita. 

Bersaat teduh sangatlah penting bagi orang percaya!  Sudahkah kita mempraktekkan itu?

Sunday, February 6, 2011

JANGAN PERNAH PUTUS ASA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Februari 2011 -

Baca:  Mazmur 43:1-5 

"Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku?  Berharaplah kepada Allah!  Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!"   Mazmur 43:5

Karena tekanan hidup yang kian berat dan permasalahan yang dialami, banyak orang menjadi putus asa dan frustasi.  Mengapa bisa terjadi?

     Rasa putus asa muncul ketika seseorang mengalami jalan buntu.  Celah inilah yang digunakan Iblis untuk menanamkan rasa putus asa dalam diri seseorang, sehingga dalam dirinya timbul rasa mengasihani diri sendiri (self pity) dan merasa sudah tidak ada pertolongan lagi.  Kita  tidak lagi mengarahkan pandangan kepada Tuhan dan mulai meragukan kuasaNya.  Dengan kata lain kita putus asa dan menjadi tawar, merasa bahwa Tuhan tidak sanggup melakukan perkara besar dalam kehidupan kita, padahal firman Tuhan menegaskan bahwa  "...semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia.  Dan inilah kemenangan atau pun rasa putus asa dimulai dari hati kita.  Tertulis:  "Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu."  (Amsal 24:10).

     Rasa putus asa bukanlah karakter anak-anak Tuhan!  Kita adalah lebih dari pemenang karena Tuhan selalu ada di pihak orang percaya.  Daud, ketika berhadapan dengan Goliat, tak sedikit pun merasa takut dan gentar, apalagi putus asa.  Dengan penuh iman Daud siap berperang melawannya.  Bahkan kemenangan itu sudah ada di hati Daud sebelum peperangan itu terjadi.  Hal ini bisa terlihat dari perkataan Daud di hadapan Goliat, orang Filistin itu:  "Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama Tuhan semesta alam Allah segala barisan Israel yang kautantang itu.  Hari ini juga Tuhan akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu;"  (1 Samuel 17:45-46a).  Seberat apa pun masalah yang kita hadapi, jangan putus asa, serahkan semuanya kepada Tuhan.  Jangan buang waktu dan tenaga pada hal-hal yang membuat kita putus asa dan lemah.  Mari kita lebih lagi melekat kepada Tuhan.   

Jika Tuhan ada di hati kita, kita tidak akan takut dan putus asa dalam keadaan apa pun, karena tidak pernah ditinggalkanNya orang-orang benar!

Saturday, February 5, 2011

BERMULA DARI HAL KECIL

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Februari 2011 -

Baca:  Lukas 16:10-13 

"Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar."   Lukas 16:10a

Seorang pendaki bisa mencapai puncak gunung diawali oleh pijakan pertama.  Seorang pelari mampu mencapai garis finis dan menjadi juara juga bermula dari langkah awal yang baik.  Segala sesuatu yang besar bermula dari hal-hal yang kecil terlebih dahulu.  Pohon nangka yang besar dan berbuah lebat serta tampak rindang di belakang rumah kita pun juga berasal dari satu biji nangka yang kecil.  Coba renungkanlah itu.

     Dalam perumpamaan tentang biji sesawi Tuhan Yesus berkata,  "Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya."  (Matius 13:32).  Karena itu jangan pernah meremehkan perkara-perkara kecil yang tampaknya sederhana.  Untuk menjadi besar kita harus bersedia memulai sesuatu dari perkara yang kecil.  Perkara yang kecil bermula dari apa yang ada pada kita saat ini.  Apa yang kita miliki adalah permulaan dari segala sesuatu yang akan kita miliki di masa yang akan datang:  pekerjaan atau profesi yang kita jalani, pelayanan yang dipercayakan kepada kita, talenta, harta yang kita miliki dan lain-lain.  Jangan sampai kita seperti orang yang memiliki satu talenta, yang hanya menyimpan talentanya itu di dalam tanah dan tidak mengembangkannya (baca  Matius 25:24-30).  Mari kita kerjakan dengan setia apa pun yang dikaruniakan Tuhan bagi kita, supaya pada saatnya, perkara-perkara besar atau hal-hal yang tidak terpikirkan, akan disediakanNya bagi kita.  "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia:  semua disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."  (1 Korintus 2:9).

     Yesus juga memulai pelayananNya dari bawah.  Karena kesetiaan dan ketaatanNya pada Bapa dari hal-hal kecil, akhirnya Yesus menjadi yang terbesar dan  "...Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,"  (Filipi 2:9).  Yusuf, sebelum menjadi the second man di Mesir, terlebih dulu setia dan tekun melakukan perkara-perkara kecil, sehingga pada saatnya ia beroleh kepercayaan terhadap hal-hal yang besar.

Apa pun yang Tuhan percayakan kepada kita, mari kita kerjakan dengan setia, karena ini adalah permulaan dari perkara-perkara besar.

Friday, February 4, 2011

HIDUP KEKRISTENAN ADALAH SEBUAH PROSES

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Februari 2011 -

Baca:  Ibrani 5:11-14 

"Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat."   Ibrani 5:14

Perjalanan hidup seorang Kristen harus mengalami pertumbuhan dari hari ke hari.  Sebagaimana seorang bayi yang dilahirkan bukan sekedar menjadi bayi yang lucu dan imut selama bertahun-tahun, tapi pada saatnya ia akan berkembang menjadi anak yang sehat dan cerdas, masuk ke jenjang pendidikan dan akhirnya menjadi seorang dewasa yang mandiri.

     Pula sebagai orang Kristen kita tidak hanya berhenti sebatas percaya kepada Kristus saja.  Kita harus mengalami kelahiran baru, lalu terus berproses hingga menjadi seorang Kristen yang dewasa secara rohani.  Itulah kehendak Tuhan bagi kita.  Rasul Petrus menasihatkan,  "...bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus."  (2 Petrus 3:18a), agar supaya  "...kamu berdiri teguh, sebagai orang-orang yang dewasa dan berkeyakinan penuh dengan segala hal yang dikehendaki Allah."  (Kolose 4:12).  Apa yang dimaksud dengan dewasa rohani?  Dewasa rohani berarti menjadi serupa dengan Kristus dalam hal karakter.  Jadi setiap orang percaya harus memiliki perubahan hidup, salah satunya dalam hal karakter, yang semakin menyerupai karakter Kristus.  Sudahkah karakter Kristus ada dan menjadi bagian dalam hidup kita sehari-hari?  Memiliki buah-buah Roh adalah tanda bahwa seseorang memiliki karakter Kristus:  "...kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri."  (Galatia 5:22-23a).

     Dewasa rohani juga berarti mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan dan mau melakukan ketaatan.  Kita bukan hanya sekedar mahir dan paham akan isi Alkitab, namun perbuatan dan tindakan kita juga harus benar-benar selaras dengan firman tersebut.  Perlu kita ketahui bahwa kedewasaan rohani itu tidak terjadi secara otomatis, tetapi merupakan suatu proses dan butuh kedisiplinan dari kita.  Oleh karena itu  "Latihlah dirimu beribadah.  Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang."  (1 Timotius 4:7b-8).  Jangan sekali-kali menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah karena kedewasaan rohani tidak terjadi secara instan!

Mempelai Kristus adalah orang-orang Kristen yang dewasa.

Thursday, February 3, 2011

MENGHARGAI PERANAN ISTERI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Februari 2011 -

Baca:  Amsal 18:1-24 

"Siapa mendapat isteri, mendapat sesuatu yang baik, dan ia dikenan Tuhan."  Amsal 18:22

Hamba Tuhan besar dan terkenal di dunia, Bapak Billy Graham, pernah berkata,  "Di balik kesuksesan pria selalu ada wanita besar di sampingnya."  Tidak semua orang menyadari akan hal ini, sehingga jarang sekali, para pria, memberikan pujian kepada wanita atau isteri kita.  Jangankan memberikan pujian, malah masih ada dari kita yang cenderung meremehkan dan mengabaikan peranan seorang wanita (isteri).  Bila kita perhatikan lebih mendalam, sesungguhnya peranan isteri dalam sebuah rumah tangga sangat luar biasa dan sudah seharusnya kita melepaskan pujian baginya.  Ada banyak rumah tangga yang sudah tidak bahagia lagi dikarenakan di rumah itu tidak ada pujian lagi, baik dari suami kepada isteri, atau juga pujian isteri terhadap suami.  Akibatnya suami atau isteri akan merasa kurang dihargai.

     Mari kita perhatikan apa sebenarnya yang menjadi dasar bahwa seorang isteri itu layak untuk menerima pujian dan diperhatikan.  Tuhan menempatkan wanita bukan sebagai pelengkap dalam hidup ini, tetapi sebenarnya wanita adalah penolong bagi para pria.  Di dalam Amsal 31:10-11 dikatakan:  "Isteri yang cakap siapakah yang akan mendapatkannya?  Ia lebih berharga dari pada permata.  Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan."  Adalah suatu berkat yang luar biasa bila seorang pria mendapatkan isteri yang dapat dipercaya, yang dapat mengatur keuangan keluarga dengan baik, sehingga hidup rumah tangganya tidak berkekurangan.  "Ia tahu bahwa pendapatannya menguntungkan, pada malam hari pelitanya tidak padam.  Tangannya ditaruhnya pada jentera, jari-jarinya memegang pemintal."  (Amsal 31:18-19).  Seorang isteri pun berhak beroleh pujian apabila ia dapat menguasai diri dan menjaga ucapannya dengan baik.  Kalau pun harus berbicara,  "Ia membuka mulutnya dengan hikmat, pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya."  (Amsal 31:26).

     Pujian bagi seorang wanita terletak juga pada kesetiaan dan imannya.  Contohnya Hana.  Ketika menghadapi masalah yang berat dia tidak pernah lari atau menghindar dari masalah yang ada, tapi ia memiliki penyerahan penuh kepada Tuhan.  Dan karena imannya, Hana mengalami mujizat dari Tuhan.  Isteri yang takut akan Tuhan dan memiliki kesetiaan terhadap suami berhak untuk mendapatkan pujian.

Sudahkah kita, kaum wanita, menjadi isteri yang baik dan benar?  

Catatan:  
"Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan. Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya."  Kolose 3:18-21

Wednesday, February 2, 2011

UCAPAN KITA: Mendatangkan Berkat atau Kutuk?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Februari 2011 -

Baca:  Yakobus 3:1-12 

"Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi."  Yakobus 3:4

Sebesar apa pun sebuah kapal yang sedang berlayar di laut lepas, ia dikendalikan oleh sebuah kemudi yang kecil;  arah ke mana kapal itu berlabuh sangat bergantung pada kemudi kecil itu.  Meski kemudi itu kecil, peranannya sangat besar dan menentukan.  Begitu juga perkatan yang kita ucapkan dalam kehidupan sehari-hari dapat mengendalikan keseluruhan hidup kita.

     Ucapan atau perkataan kita yang positif akan memberikan dampak yang positif juga bagi kehidupan kita, terlebih lagi jika yang kita perkatakan adalah firman Tuhan, di mana firman itu akan membentuk kehidupan kita.  Alkitab menyatakan,  "Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku:  ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kuhendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya."  (Yesaya 55:10-11).  Jadi setiap ayat firman Tuhan yang kita ucapkan dengan iman tidak akan pernah keluar dengan sia-sia, ia akan bekerja secara heran dan ajaib, membentuk, menciptakan, menyembuhkan, memulihkan dan mengubah keseluruhan hidup kita sesuai dengan rencanaNya.  Mari perhatikan ini:  Ketika Allah menciptakan dunia dan segala isinya, Ia memperkatakan firman.  Contoh:  "Berfirmanlah Allah:  'Jadilah terang.'  Lalu terang itu jadi."  (Kejadian 1:3), maka semuanya itu terjadi.  Juga ketika Yesus sedang dicobai oleh Iblis, Dia selalu memperkatakan firman untuk menyangkal setiap serangannya dan oleh karena firman yang diucapkanNya, Iblis dapat dikalahkan.

     Perkataan apa yang sering kita lontarkan setiap hari?  Hal yang positif atau negatif?  Perkataan negatif akan membentuk hal yang negatif juga dalam kehidupan kita.  Seringkali karena masalah, rasa kecewa, marah, benci dan sebagainya kita tidak bisa menguasai diri dan akhirnya kita mengeluarkan kata-kata negatif.  Mari lebih berhati-hati.  "Perut orang dikenyangkan oleh hasil mulutnya, ia dikenyangkan oleh hasil bibirnya."  (Amsal 18:20).

Ucapkanlah yang positif dan perkatakan firman dalam segala keadaan, supaya berkat itu nyata dalam kita! 

Tuesday, February 1, 2011

LAHIRIAH MEROSOT, BATINIAH HARUS MAKIN KUAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Februari 2011 -

Baca:  2 Korintus 4:16-18 

"Sebab itu kami (Paulus dan rekan - Red.) tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari."  2 Korintus 4:16

Orang ateis tidak percaya kepada Tuhan.  Mereka meyakini bahwa Tuhan itu tidak ada karena tidak terlihat oleh mata jasmani.  Namun, kita harus percaya bahwa Tuhan itu ada.

     Bagi kita, dikaruniai untuk percaya merupakan suatu keuntungan, sebab bila kita mempunyai iman dan percaya, akan ada perkara-perkara indah yang kita dapatkan.  Namun Alkitab juga menegaskan bahwa  "...kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia,"  (Filipi 1:29).  Tujuannya adalah untuk menguji kualitas iman percaya kita kepada Tuhan dan juga kesetiaan kita dalam mengiringNya.  Banyak orang yang hanya terpaku pada perkara-perkara yang kelihatan seperti kekayaan, jabatan, popularitas dan sebagainya, padahal yang kita lihat sehari-sehari itu hanya bersifat sementara dan akan lenyap.  Tuhan jasmani kita pun lambat laun akan semakin merosot dan menjadi tua.  Dengan cara apa pun kita tidak akan mampu mempertahankan kemudaan kita.

     Kalau dalam hidup kita hanya terfokus pada apa yang kelihatan, kita akan mudah lemah dan tawar hati.  Memang, penderitaan yang kita hadapi itu kelihatan, tetapi ada yang tidak kelihatan yaitu kemuliaan.  Rasul Paulus mengalami banyak penderitaan, tapi ia tetap kuat dan tidak tawar hati karena ia fokus pada apa yang tidak kelihatan, yang bersifat kekal.  Tuhan berjanji bahwa di balik penderitaan ada kemuliaan.  Ingatlah bahwa ada hal-hal yang kelihatan, tetapi ada pula hal-hal yang tidak kelihatan yang sifatnya kekal, dan kekekalan itu memang tidak kelihatan.  Maka, meski manusia jasmaninya terus merosot, manusia batiniah Paulus terus diperbaharui dan semakin dikuatkan.  Ia yakin bahwa  "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah."  (Roma 8:28).  Jadi, kita jangan hanya sibuk mendandani manusia lahiriah saja, tetapi perhiasan kita haruslah manusia batiniah yang tersembunyi;  itulah yang harus kita benahi.  Agar manusia batiniah diperbaharui oleh Roh Kudus maka kita harus mematikan segala sesuatu yang duniawi.  Jangan sampai manusia jasmani kita merosot, manusia batiniah kita juga merosot. 

Meski harus melewati penderitaan, tetaplah kuat, ada kemuliaan yang disediakan Tuhan.