Friday, November 11, 2016

WASPADALAH TERHADAP PENYESATAN (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 November 2016 

Baca:  Matius 24:37-44

"Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga."  Matius 24:44

Hal kedatangan Kristus untuk yang keduakalinya telah sering dibahas di kalangan umat Tuhan, namun penting sekali untuk terus disampaikan agar kita tidak menganggap remeh, sebab ketika mendengar tentang  'hari'  Tuhan ini banyak orang yang bersikap skeptis  (kurang percaya, ragu-ragu), tetapi ada pula orang yang berani meramalkan kapan kedatangan-Nya itu tiba.  Sesungguhnya berita ini bukanlah hal yang baru, sebab sejak Kristus masih berada di bumi Ia sendiri telah memperingatkan orang-orang di zaman itu.  Yang Ia tekankan bukan kapan waktu itu tiba, tapi Tuhan menghendaki agar kita dalam keadaan siap sedia.

     Bila mendengar ada orang yang menyebarkan berita bahwa Tuhan akan datang pada hari, tanggal, bulan dan tahun sekian janganlah kita menjadi panik dan risau hati.  Ada tertulis:  "Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar."  (ayat 43).  Alkitab dengan jelas menyatakan dan bahkan Tuhan Yesus sendiri sudah menegaskan bahwa diri-Nya tidak tahu tentang saat kedatangan-Nya  (baca  Matius 24:36), apalagi kita sebagai manusia.  Tuhan Yesus berkata,  "Sebab sama seperti kilat memancar dari sebelah timur dan melontarkan cahayanya sampai ke barat, demikian pulalah kelak kedatangan Anak Manusia."  (Matius 24:27).

     Jangan kita mudah disesatkan oleh berita-berita yang tidak jelas dari mana datangnya,  "Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga. Camkanlah, Aku sudah mengatakannya terlebih dahulu kepadamu. Jadi, apabila orang berkata kepadamu: Lihat, Ia ada di padang gurun, janganlah kamu pergi ke situ; atau: Lihat, Ia ada di dalam bilik, janganlah kamu percaya."  (Matius 24:24-26).  Berpeganglah pada kebenaran Injil Kristus, jangan percaya kepada desas-desus yang bertujuan untuk melemahkan iman kita.

Jangan mudah disesatkan oleh berita apa pun, sebab segala pengajaran harus dicocokkan dengan isi Alkitab;  jika tidak sesuai, maka perlu diwaspadai!

Thursday, November 10, 2016

JANGAN TAKUT, TUHAN SERTAI!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 November 2016 

Baca:  2 Timotius 1:3-18

"Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban."  2 Tomotius 1:7

Memperhatikan situasi seperti sekarang ini, dengan berbagai perubahan dan kondisi yang terjadi, hampir semua orang mengalami ketakutan:  takut tidak mampu membiayai sekolah anak-anaknya, takut tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, takut mengalami kegagalan, takut menghadapi hari esok dan sebagainya.

     Ketakutan adalah tanggapan emosi terhadap ancaman, suatu mekanisme pertahanan hidup dasar yang terjadi sebagai respons terhadap stimulus tertentu, seperti rasa sakit atau ancaman bahaya.  Dari sudut psikologi ketakutan adalah wajar, salah satu emosi dasar manusia selain kebahagiaan, kesedihan dan kemarahan.  Namun ketakutan akan menjadi masalah besar bila dibiarkan berlarut-larut atau berkepanjangan, karena ketika kita terus dikuasai olehnya, sukacita dan damai sejahtera kita akan terampas.  Alkitab menyatakan bahwa Tuhan memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban  (ayat nas).  Artinya rasa takut bukanlah berasal dari Tuhan, karena itu sebagai orang percaya tidak seharusnya kita hidup dalam ketakutan.  Sekalipun berada di tengah dunia yang penuh tantangan ini tidak ada alasan kita takut,  "...sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia."  (1 Yohanes 4:4);  janji penyertaan Tuhan adalah jaminannya:  "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."  (Ibrani 13:5b).  Oleh karenanya  "janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan."  (Yesaya 41:10).

     Di segala keadaan, bahkan dalam situasi terburuk sekalipun, yakinlah kita tidak bergumul sendirian, ada Tuhan beserta kita dan penyertaan-Nya itu sungguh sempurna.  Agar kita tidak takut, senantiasalah dekat dengan Tuhan, sebab  "Hanya dekat Allah saja aku tenang,"  (Mazmur 62:2), hanya Tuhanlah yang dapat memberikan ketenteraman dan rasa aman bagi kita.

Penyertaan Tuhan adalah jaminan kita untuk tidak takut di segala situasi!

Wednesday, November 9, 2016

MELIHAT DENGAN MATA ROHANI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 November 2016 

Baca:  Matius 6:22-23

"Mata adalah pelita tubuh."  Matius 6:22a

Mata adalah indera untuk melihat.  Mata dapat melihat jika ada cahaya, tanpa itu mata tidak bisa melihat.  Mata jasmani hanya dapat melihat hal-hal yang sifatnya duniawi, yang hanya tertuju kepada urusan kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan,  "...demikianlah mata manusia tak akan puas."  (Amsal 27:20).  Bila mata kita hanya tertuju kepada hal-hal yang demikian dan sepenuhnya dikuasai oleh keadaan atau situasi yang ada cepat atau lambat kita akan mengalami kebutaan rohani, sehingga kita tidak mau melihat apa yang menjadi kehendak Tuhan.  "Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia."  (1 Yohanes 2:16).  Dengan mata jasmani pula kita mudah sekali melihat kelemahan dan kekurangan orang lain, mengkritik atau menghakimi orang lain, karena kita merasa diri kitalah yang paling benar, paling hebat, paling pintar, yang harus dihormati dan dihargai orang lain.  "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu."  (Matius 7:3-4).

     Alkitab mengingatkan:  "Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu."  (Matius 6:22-23).  Dalam menjalani hidup ini orang percaya harus senantiasa memfungsikan mata rohaninya, yaitu hidup dengan tidak terpengaruh oleh situasi dan kondisi, artinya hidup karena percaya, bukan melihat.  Dengan mata rohani inilah kita dapat melihat dengan penglihatan Ilahi:  selalu ada kebaikan di balik masalah atau penderitaan yang ada.

     Mungkin saat ini kita masih dihadapkan pada situasi-situasi sulit, namun dengan mata rohani kita akan selalu dimampukan untuk selalu bersikap optimis, sebab kita percaya bahwa dalam segala perkara Tuhan turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita  (baca  Roma 8:28);  dengan mata rohani, kita dimampukan untuk melihat kesempatan di setiap kesempitan.

Dengan mata rohani kita akan melihat perkara-perkara besar dari Tuhan!

Tuesday, November 8, 2016

PENYERTAAN TUHAN: Kunci Keberhasilan (3)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 November 2016 

Baca:  Kejadian 39:1-23

"...karena TUHAN menyertai dia dan apa yang dikerjakannya dibuat TUHAN berhasil."  Kejadian 39:23

Mempertahankan hidup benar di hadapan Tuhan malah mengantarkan Yusuf ke penjara!  Mungkin secara manusia itu tidak adil!  Tetapi jika hal itu Tuhan ijinkan pasti ada rencana-Nya yang indah, karena kokohnya jeruji besi takkan sanggup memisahkan dan membatasi kasih dan kuasa Tuhan bekerja.  "Tetapi TUHAN menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya, dan membuat Yusuf kesayangan bagi kepala penjara itu."  (ayat 21).  Penyertaan Tuhan inilah yang menjadikan segala sesuatunya mungkin, karena tidak ada perkara mustahil bagi-Nya.  "Sebab itu kepala penjara mempercayakan semua tahanan dalam penjara itu kepada Yusuf, dan segala pekerjaan yang harus dilakukan di situ, dialah yang mengurusnya."  (ayat 22).

     Yang terutama harus kita lakukan ketika mengalami proses adalah berserah penuh kepada Tuhan.  Seberat apa pun keadaannya tetaplah mengerjakan bagian kita yaitu hidup benar di hadapan Tuhan, seperti yang dilakukan Yusuf.  Tetapi bila kita tak mengerti maksud Ilahi ini tentu kita akan keliru menilai bahwa Tuhan telah berlaku tidak adil.  Di tengah masalah yang mendera kita pun berpikir Tuhan telah melupakan dan meninggalkan kita begitu saja sehingga seolah-olah masalah datang secara bertubi-tubi.  Marilah kita juga belajar mengerti apa kehendak Tuhan.  Biarlah Tuhan sendiri yang menilai apakah kita sudah cukup waktu dan siap dibawa ke dalam rencana-Nya yang indah.

     Ketika proses itu dirasa Tuhan sudah cukup maka peninggian pun datang dari-Nya.  "Demikianlah Yusuf muncul sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir."  (Kejadian 41:45b).  Yusuf sadar bahwa untuk mengalami penggenapan janji-janji Tuhan ada proses yang harus dilewati yang tidak singkat dan sakit secara daging.  Tak disangkanya bahwa kelaparan yang terjadi menyebabkan saudara-saudaranya dan ayahnya hidup di bawah kuasanya, persis seperti yang telah diimpikannya.  Apa yang terjadi dalam kehidupan Yusuf sama sekali di luar pikiran manusia!

"Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya...Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir."  Pengkhotbah 3:11

Monday, November 7, 2016

PENYERTAAN TUHAN: Kunci Keberhasilan (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 November 2016 

Baca:  Kejadian 39:1-23

"Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?"  Kejadian 39:9b

Saat berada di rumah Potifar kualitas iman Yusuf benar-benar diuji melalui isteri Potifar yang dipakai Iblis untuk mengincar dan merayunya untuk melakukan perbuatan cemar.  Saat itu Yusuf benar-benar seperti makan buah simalakama.  Di satu pihak isteri potifar adalah majikannya, dan tugas budak adalah melayani tuannya...  kalau membantah pasti ada konsekuensi yang harus ditanggung;  di sisi lain Yusuf takut akan Tuhan, dan seandainya ia lebih menuruti nafsu bejat isteri Potifar, tamatlah riwayat hidupnya.  Ternyata keteguhan iman Yusuf membawanya keluar dari ujian berat ini.  Ia sama sekali tidak mau berkompromi dengan dosa sedikit pun, tidak mau mencemarkan tubuhnya dengan hal-hal najis, padahal saat itu usia Yusuf masih sangat muda, usia yang penuh gejolak dan sangat rentan dengan berbagai macam godaan.

     Ketegasan Yusuf untuk tidak berlaku cela di hadapan Tuhan didemonstrasikan ketika menolak tawaran isteri Potifar yang mencoba menjeratnya:  "'Marilah tidur dengan aku.' Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan lari ke luar."  (ayat 12).  Ini menunjukkan bahwa Yusuf lebih memilih takut kepada Tuhan daripada kepada manusia.  Ada tertulis:  "Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka."  (Matius 10:28).  Namun karena mempertahankan kesucian hidupnya Yusuf harus mengalami fitnahan dan dimasukkan ke dalam penjara.  Dalam kondisi seprti ini sesungguhnya ia punya alasan memberontak kepada Tuhan dengan berkata,  "Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah. Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi."  (Mazmur 73:13-14).  Tetapi tidak ada keluhan sepatah kata pun keluar dari pemuda ini karena ia sangat percaya bahwa  "Mata TUHAN tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong;"  (Mazmur 34:16).

     Saudara mengalami hal-hal serupa?  Percayalah kita tak pernah ditinggalkan-Nya!

Ada harga yang harus dibayar untuk memiliki hati yang takut akan Tuhan!

Sunday, November 6, 2016

PENYERTAAN TUHAN: Kunci Keberhasilan (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 November 2016 

Baca:  Kejadian 39:1-23

"Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu."  Kejadian 39:2

Penyertaan-Mu Tuhan segalanya bagiku...  Hadir-Mu di hidupku terutama bagiku...  Ini adalah penggalan lagu  "Penyertaan-Mu"  yang dinyanyikan Kamasean, yang mengingatkan kita betapa pentingnya penyertaan dan kehadiran Tuhan dalam hidup orang percaya!  Tak bisa dibayangkan apa jadinya hidup kita ini tanpa Tuhan yang menyertai dan menuntun langkah-langkah kita.

     Yusuf adalah contoh orang yang mengalami penyertaan Tuhan di sepanjang hidupnya.  Zaman dahulu bila orang dijual kepada pihak lain untuk dijadikan budak, bisa dipastikan nasib buruklah yang akan menimpa hidupnya, karena si tuan yang membeli budak itu akan berlaku semena-mena.  Yusuf pun demikian, harus melewati masa-masa sulit karena statusnya sebagai budak.  Tetapi semua yang terjadi atas dirinya bukanlah malapetaka, bahkan sebaliknya ia dibuat selalu berhasil dalam apa yang dikerjakannya karena Tuhan menyertainya.  "Setelah dilihat oleh tuannya, bahwa Yusuf disertai TUHAN dan bahwa TUHAN membuat berhasil segala sesuatu yang dikerjakannya, maka Yusuf mendapat kasih tuannya, dan ia boleh melayani dia; kepada Yusuf diberikannya kuasa atas rumahnya dan segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan Yusuf."  (ayat 3-4).  Penyertaan Tuhan atas diri Yusuf benar-benar nyata, sama seperti janji Tuhan terhadap Yakub, ayahnya:  "Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke manapun engkau pergi, dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini, sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau, melainkan tetap melakukan apa yang Kujanjikan kepadamu."  (Kejadian 28:15).

     Namun sebelum semua ini dapat dinikmati, Yusuf harus terlebih dahulu mengalami proses 'peremukan' dari Tuhan melalui tekanan demi tekanan, masalah demi masalah yang serasa tiada berujung, juga melalui orang-orang di sekitarnya;  saat itulah karakter Yusuf dibentuk.  Sakit secara daging, tapi merupakan bagian dari rencana Tuhan.

"Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula."  Ayub 5:18

Saturday, November 5, 2016

BATIN YANG SELALU DIPERBAHARUI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 November 2016 

Baca:  2 Korintus 4:16-18

"Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari."  2 Korintus 4:16

Menjadi tua, yang secara otomatis disertai dengan kemerosotan secara fisik  (lahiriah), tak bisa dihindari oleh siapa pun, namun yang terpenting adalah bagaimana menjadi tua yang sehat, mandiri dan berkualitas, yaitu mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.  Demikian dikemukakan oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X melalui Wagub Paku Alam IX, pada puncak peringatan Hari Lanjut Usia Nasional ke-16 Provinsi DIY, pada 29 Mei 2016 lalu.

     Tak bisa disangkal oleh siapa pun bahwa tubuh jasmaniah manusia semakin hari semakin berkurang kekuatannya;  semakin bertambah usia, manusia lahiriah semakin merosot.  Ada orang-orang tertentu yang stres berat dan menjadi tawar hati karena takut menjadi tua sehingga berbagai usaha dilakukan untuk memperlambat penuaan:  melakukan operasi plastik atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu.  Sebagai orang percaya tidak perlu kita takut menjadi tua, tetapi milikilah prinsip seperti rasul Paulus:  meski manusia lahiriahnya merosot namun batin manusia batiniahnya dibaharui dari sehari ke sehari.  Siapa yang memperbaharui manusia batiniah kita?  Pembaharuan manusia batiniah adalah pekerjaan Roh Kudus karena Ia tinggal dan memenuhi hati setiap orang percaya.  Alkitab menyatakan bahwa pembaharuan manusia batiniah terjadi  "...karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus,"  (Titus 3:5b).  Jelas dikatakan bahwa proses  'kelahiran baru'  dan proses  'pembaharuan batiniah'  dalam diri orang percaya dikerjakan oleh Oknum yang sama yaitu Roh Kudus.  Rasul Paulus berdoa untuk jemaat di Efesus,  "...supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu,"  (Efesus 3:16).

     Dalam kekristenan tidak ada istilah berhenti berproses,  "...sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,"  (Efesus 4:13).  Persekutuan yang karib dengan Roh Kudus setiap hari akan membuat manusia batiniah kita semakin hari semakin diperbaharui.

"...perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!"  Mazmur 51:12

Friday, November 4, 2016

BERKHIANAT TERHADAP TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 November 2016 

Baca:  Mazmur 78:56-64

"Tetapi mereka mencobai dan memberontak terhadap Allah, Yang Mahatinggi, dan tidak berpegang pada peringatan-peringatan-Nya; mereka murtad dan berkhianat seperti nenek moyang mereka, berubah seperti busur yang memperdaya;"  Mazmur 78:56-57

Banyak orang beranggapan bahwa yang termasuk dalam kategori perbuatan jahat adalah mencuri, membunuh, merampok, memperkosa, menipu, menganiaya, korupsi dan seputarnya, sehingga jika orang tidak melakukan perbuatan-perbuatan seperti yang disebutkan tadi, berarti mereka bukanlah golongan orang yang jahat.

     Yang dimaksud perbuatan jahat adalah segala berbuatan yang tidak sejalan dan bertentangan dengan firman Tuhan, termasuk di dalamnya pengkhianatan yaitu berlaku tidak setia, memberontak dan tidak mengakui kebesaran kuasa Tuhan, lalu berpaling kepada ilah lain.  Arti kata berkhianat adalah perbuatan tidak setia, tipu daya, perbuatan yang bertentangan dengan janji.  Berlaku khianat kepada sesama manusia saja sudah merupakan kejahatan, terlebih lagi kepada Tuhan.  Bangsa Israel adalah contohnya.  Umat Israel telah mengecap kebaikan Tuhan dan pertolongan-Nya tapi mereka selau memberontak kepada Tuhan, bahkan berpaling dari hadapan-Nya dan menyembah ilah lain  (berhala-berhala),  "Mereka membangkitkan cemburu-Nya dengan allah asing, mereka menimbulkan sakit hati-Nya dengan dewa kekejian, mereka mempersembahkan korban kepada roh-roh jahat yang bukan Allah, kepada allah yang tidak mereka kenal, allah baru yang belum lama timbul, yang kepadanya nenek moyangmu tidak gentar. Mereka membangkitkan cemburu-Ku dengan yang bukan Allah, mereka menimbulkan sakit hati-Ku dengan berhala mereka."  (Ulangan 32:16, 17, 21a).

     Sudah diselamatkan melalui pengorbanan Kristus di kayu salib, dipulihkan ekonomi keluarganya, disembuhkan dari sakit-penyakitnya, namun ada banyak orang Kristen melupakan Tuhan begitu saja dan bahkan meninggalkan-Nya karena tergiur oleh harta, jabatan, popularitas, kemewahan dunia atau pasangan hidup... bukankah itu adalah sebuah pengkhianatan?  Sadar atau tidak tindakan tersebut sangat menyakiti hati Tuhan dan jahat di hadapan-Nya.

"...semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu; yang mendapat malu ialah mereka yang berbuat khianat..."  Mazmur 25:3

Thursday, November 3, 2016

MENJADI CIPTAAN BARU ADALAH PROSES

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 November 2016 

Baca:  Galatia 6:11-18

"Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya."  Galatia 6:15

Kupu-kupu memang indah dan sangat menarik untuk dilihat mata, namun kita harus ingat bahwa untuk menjadi seekor kupu-kupu yang cantik dan dapat terbang dengan penampilan begitu anggun dan disukai semua orang hewan itu sebelumnya harus melewati proses metamorfosa.  Metamorfosa adalah proses perubahan dari ulat menjadi kupu-kupu yang membutuhkan waktu yang bisa dikatakan cukup lama dan panjang, namun sebenarnya sangat sederhana.  Terdapat 4 tahapan proses dalam metamorfosa kupu-kupu ini, yaitu dimulai dari telur, kemudian menjadi ulat  (larva), selanjutnya menjadi kepompong  (pupa)  dan terakhir barulah menjadi kupu-kupu.

     Kehidupan Kristen yang sejati adalah kehidupan yang berproses:  dari manusia  'lama'  menjadi ciptaan  'baru'  di dalam Kristus;  yang dulunya hamba dosa,  "Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran."  (Roma 6:18), yang dulunya terpisah dari Allah, kini telah diperdamaikan dengan Allah,  "Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu 'jauh', sudah menjadi 'dekat' oleh darah Kristus."  (Efesus 2:13).  Proses penciptaan kembali menjadi manusia baru adalah melalui karya penebusan darah Kristus.  "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."  (2 Korintus 5:17).

     Status kita adalah ciptaan baru, maka:  1.  Jangan menyerahkan tubuh bagi dosa.  "...hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya. Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran."  (Roma 6:12-13).  2.  Tetaplah di dalam Tuhan.  "Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia."  (Kolose 2:6).  Kita harus melekat kepada Tuhan supaya semakin bertumbuh di dalam-Nya, sampai kita mencapai kedewasaan penuh di dalam Tuhan yaitu menjadi serupa dengan Kristus.

Menjadi ciptaan baru:  tidak berkompromi dengan dosa dan tetap dalam Kristus.

Wednesday, November 2, 2016

KETAKUTAN YANG SUCI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 November 2016 

Baca:  Mazmur 19:1-15

"Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya;"  Mazmur 19:10

Banyak orang Kristen mengaku memiliki hati yang takut akan Tuhan, tetapi fakta seringkali menunjukkan mereka tidak takut akan Tuhan. 

     Apa contohnya?  1.  Ibadah.  Mereka suka sekali datang terlambat di setiap ibadah.  Keterlambatan mungkin masih bisa dimaklumi bila ada masalah di perjalanan, namun kalau setiap kali datang selalu terlambat dan sudah menjadi kebiasaan, itu patut dipertanyakan!  Ada pula jemaat yang datang selalu terlambat tapi pulangnya selalu lebih cepat dari yang lain.  "Jagalah langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah! Menghampiri untuk mendengar adalah lebih baik dari pada mempersembahkan korban yang dilakukan oleh orang-orang bodoh, karena mereka tidak tahu, bahwa mereka berbuat jahat."  (Pengkhotbah 4:17).  Takut akan Tuhan harus benar-benar diwujudkan dalam tindakan konkret.  "Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut."  (Ibrani 12:28).  Ibadah tanpa disertai rasa takut akan Tuhan adalah sia-sia, tak lebih dari sekedar kegiatan agamawi atau rutinitas.

     2.  Pujian.  Pemazmur berkata,  "Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN!"  (Mazmur 150:6).  Bukan pujian sebatas bibir saja, atau karena sudah hafal lirik dan suka iramanya, melainkan pujian yang lahir dari hati yang mengasihi Tuhan.  Sering terlihat di gereja ada orang-orang yang tidak sungguh-sungguh memuji Tuhan.

     3.  Firman.  Alkitab adalah firman Tuhan, dan apa yang telah difirmankan-Nya tidak pernah kembali dengan sia-sia.  Karena itu kita harus memertajam pendengaran kita untuk mendengar suara Tuhan melalui firman-Nya, sebab  "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."  (Roma 10:17).  Ketika membaca atau mendengarkan firman mungkin seketika itu tidak ada dampak secara langsung yang kita rasakan, namun ibarat benih, suatu saat firman itu pasti akan bertumbuh dan membuat kita berakar semakin kuat di dalam Tuhan.  Jangan seperti Eutikhus yang mengantuk saat mendengarkan firman  (kisah 20:7-12).

Takut akan Tuhan berarti respek dan menghormati Tuhan, inilah yang mendatangkan hidup  (baca  Amsal 19:23).

Tuesday, November 1, 2016

TUHAN BERTINDAK PADA WAKTU YANG TEPAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 November 2016 

Baca:  Mazmur 18:21-30

"Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela,"  Mazmur 18:26

Pemazmur menyatakan,  "Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu;"  (Mazmur 34:20).  Masalah, penderitaan, tantangan dan pencobaan bisa datang sewaktu-waktu dan dapat menimpa semua orang:  orang fasik maupun orang benar.  Perbedaannya:  orang benar dalam kemalangan tidak ditinggalkan Tuhan.

     Ketika pencobaan terasa berat terkadang kita merasa tidak sanggup lagi menanggungnya dan ingin menyerah saja.  "Pertarungan adalah milik orang-orang yang gigih, karena itu jangan biarkan keadaan mengalahkanmu."  (William V. Crouch).  Sebagai orang percaya tidak seharusnya kita menyerah dan putus asa, berpeganglah pada janji Tuhan bahwa dalam segala keadaan, asal kita hidup berkenan kepaada-Nya, pasti ada pembelaan dan penyertaan dari Tuhan.  Sadrakh, Mesakh, dan Abednego adalah contohnya!  Ketiga pemuda itu memilih tetap setia kepada Tuhan dan menolak menyembah berhala yang disembah raja Nebukadnezar sehingga menimbulkan amarah raja.  Sebagai konsekuensinya mereka dimasukkan ke perapian yang dipanaskan tujuh kali lebih panas dari biasanya.  "Lalu diikatlah ketiga orang itu, dengan jubah, celana, topi dan pakaian-pakaian mereka yang lain, dan dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala."  (Daniel 3:21).  Apa yang terjadi?  Binasakah mereka?  Raja sangat terkejut ketika dilihatnya mereka bertiga berjalan-jalan dengan bebas dan ada hal yang lebih mengejutkan lagi:  "'Bukankah tiga orang yang telah kita campakkan dengan terikat ke dalam api itu?' Jawab mereka kepada raja: 'Benar, ya raja!' Katanya: 'Tetapi ada empat orang kulihat berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api itu; mereka tidak terluka, dan yang keempat itu rupanya seperti anak dewa!'"  (Daniel 3:24-25).

     Janji firman-Nya adalah ya dan amin!  Tuhan tak pernah meninggalkan orang-orang yang setia kepada-Nya, dan pertolongan-Nya selalu tepat pada waktunya.  Untuk dapat keluar dari api pencobaan dengan kemenangan kita harus mempunyai kesetiaan yang teguh kepada Tuhan di segala situasi seperti mereka.

Sanggupkah kita tetap menunjukkan kesetiaan kepada Tuhan meski belum mengalami pertolongan yang kita harapkan?

Monday, October 31, 2016

DUNIA TAK MEMBERIKAN KETENTERAMAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Oktober 2016 

Baca:  Mazmur 4:1-9

"Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman."  Mazmur 4:9

Beberapa waktu yang lalu, tepatnya seputar bulan Juni 2016, ada berita yang sangat menggemparkan di negeri ini yaitu perihal vaksin palsu.  Menurut kabar sedikitnya ada 197 bayi teridentifikasi mendapatkan suntikan vaksin palsu, dan akhirnya terungkap ada 14 rumah sakit yang tersebar di kawasan jabodetabek yang menggunakan vaksin palsu ini.  Miris sekali mendengarnya!  Hal ini menimbulkan ketidaktenteraman dalam diri semua orang, terlebih para orangtua yang anaknya telah menerima vaksin palsu tersebut.  Padahal semua orang yang ada di dunia ini membutuhkan rasa tenteram dalam hidupnya.

     Secara umum kata tenteram memiliki arti:  aman, damai, tidak ada kekacauan, atau tenang.  Ketenteraman sesungguhnya bukanlah suatu keadaan, melainkan suasana hati yang timbul sebagai dampak dari reaksi seseorang dalam menyikapi setiap keadaan atau situasi yang sedang terjadi.  Karena itu rasul Paulus menasihati kita untuk selalu mengisi perbendaharaan hati dan pikiran dengan  "...semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji,"  (Filipi 4:8).  Selama kita mampu bersikap dan berpikir secara positif, sedahsyat apa pun badai dan gelombang menerjang hidup ini takkan mampu merampas rasa tenteram di dalam hati kita.

     Di tengah dunia yang penuh goncangan dan tak menenteramkan ini biarlah mata kita tetap terarah kepada Tuhan!  Ingatlah bahwa jika kita berseru kepada Tuhan Ia bukan hanya mendengar, tetapi juga akan menolong dan memberikan kelegaan.  Sebagai orang percaya kita ini adalah umat pilihan Tuhan dan dikasihi-Nya  (Mazmur 4:4), dan karena kasih-Nya Tuhan rela memberikan nyawa-Nya bagi kita.  Adakah yang sanggup memisahkan orang-orang pilihan-Nya dari kasih Kristus?  Oleh karena itu di segala situasi kita harus senantiasa mempersembahkan persembahan yang benar di hadapan Tuhan.  Persembahan yang dimaksud bukan hanya berbicara tentang uang atau materi, tetapi juga mempersembahkan seluruh keberadaan hidup kita  (baca  Roma 12:1).

"Dalam takut akan TUHAN ada ketenteraman yang besar, bahkan ada perlindungan bagi anak-anak-Nya."  Amsal 14:26

Sunday, October 30, 2016

BERKAT BAGI YANG TAAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Oktober 2016 

Baca:  Amsal 10:21-26

"Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya."  Amsal 10:22

Tuhan tidak menghendaki anak-anak-Nya hidup kekurangan, Ia mau kita hidup kelimpahan  (keberkatan), karena  "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."  (Yohanes 10:10b).  Kelimpahan bukan semata-mata berorientasi uang  (materi), namun mencakup segala aspek kehidupan ini.

     Tak bisa dipungkiri banyak orang Kristen suka sekali dengan ayat nas di atas karena berbicara tentang berkat!  Akan tetapi mereka seringkali mengartikan ayat ini sebagai alasan untuk tidak bekerja keras.  Ayat ini dipakai sebagai pembenaran bahwa seseorang tidak perlu bekerja keras karena tidak akan ada pengaruhnya dengan kelimpahan, karena Tuhanlah yang memberikan kelimpahan tersebut sehingga tidak perlu bekerja keras, bahkan pemazmur mengatakan:  "...
Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur."
  (Mazmur 127:2).  Padahal tidak seperti itu!  Terjemahan bahasa Inggrisnya demikian:  "The blessing of the LORD makes one rich, And He adds no sorrow with it."  Artinya berkat Tuhan membuat seseorang menjadi kaya, dan Dia tidak menambahinya dengan kesusahan.  Kita benar-benar beroleh kesempatan menikmati kekayaan dari Tuhan tersebut.  Banyak orang kaya tidak dapat menikmati kekayaannya:  banyak masalah menimpa, sakit-penyakit, keluarga berantakan dan sebagainya.

     Yang harus diperhatikan adalah ada bagian yang Tuhan kerjakan, tetapi ada pula yang menjadi bagian kita.  Bagian Tuhan adalah memberkati kita, bagian kita adalah bekerja, menabur dan hidup seturut kehendak-Nya.  Mungkinkah kita menuai berkat jika kita sendiri tidak mau bekerja atau bermalas-malasan?  Kelimpahan  (berkat)  itu merupakan akibat dari suatu sebab.  Berkat disediakan Tuhan bagi orang-orang yang mau taat kepada-Nya!  "Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi. Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu:"  (Ulangan 28:1-2).

Kerjakan bagianmu, maka Tuhan akan mengerjakan bagian-Nya!

Saturday, October 29, 2016

MILIKILAH CARA PIKIR YANG DEWASA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Oktober 2016 

Baca:  1 Petrus 4:1-6

"Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, --karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa--,"  1 Petrus 4:1

Kedewasaan rohani seseorang tidak ditentukan dari faktor usia.  Ada banyak yang masih muda tapi sudah dewasa rohaninya.  Tetapi tidak sedikit orang yang sudah tua tapi tidak dewasa rohani alias masih kekanak-kanakan.

     Kedewasaan berbicara tentang cara kita berpikir, mengambil keputusan, menyikapi masalah atau peristiwa yang terjadi, dan memperlakukan diri sendiri dan juga orang lain.  Alkitab menyatakan bahwa pada saat Kristus datang kembali untuk yang ke-2 kalinya Ia akan datang sebagai pengantin laki-laki sorgawi yang akan menjemput mempelai wanita-Nya.  Mempelai wanita ini berbicara mengenai gereja-Nya yang sudah dewasa, bukan kanak-kanak.  Karena itu biarlah kita memiliki sikap seperti rasul Paulus ini:  "Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu."  (1 Korintus 13:11).  Contoh ketidakdewasaan adalah ketika sedang menghadapi penderitaan atau masalah seringkali kita mengeluh, bersungut-sungut, mengomel dan menyalahkan Tuhan.  Firman Tuhan hari ini memeringatkan, bahwa ketika menghadapi penderitaan janganlah berpikir negatif dulu, tetapi kita harus mengubah cara berpikir kita bahwa penderitaan adalah cara Tuhan mendewasakan kita, sebagai batu loncatan untuk kita lebih dekat kepada Tuhan dan menjauh dari dosa.  Penderitaan mengajar kita untuk lebih mengandalkan Tuhan dan tidak berpaut pada kekuatan diri sendiri.

     Kedewasaan rohani seseorang bukan dilihat dari seberapa rajin ia berdoa, seberapa rajin beribadah atau ikut pelayanan, tetapi juga kesanggupannya menghadapi penderitaan sebagai proses dari Tuhan.  Buang semua pikiran negatif yang ada, berhentilah mengeluh dan bersungut-sungut, tetaplah bertekun, sabar dan selalu tabah menjalani proses Tuhan.

"Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu!"  1 Korintus 14:20

Friday, October 28, 2016

KEMATIAN ROHANI ANAK MUDA (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Oktober 2016 

Baca:  Pengkhotbah 12:1-8

"Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: "Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!"  Pengkhotbah 12:1

Masalah anak muda adalah masalah yang sangat serius dan tidak bisa diabaikan begitu saja!  Ini menjadi tanggung jawab para orangtua.  Banyak orang tua sibuk dengan pekerjaan atau bisnis sehingga melalaikan tugas utamanya memerhatikan dan mendidik anak-anak.  Kelalaian orangtua inilah yang menyebabkan anak-anak mati rohani, karakter dan perilaku mereka tak terkontrol, akhirnya menyimpang dari kebenaran firman Tuhan.

     Apa yang harus dilakukan orangtua agar anak-anak tetap terjaga hidupnya dan tidak mengalami kematian rohani?  "Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu."  (Mazmur 119:9).  Hal utama adalah mendidik dan mengajar anak-anaknya tentang firman Tuhan, menanamkan nilai-nilai kebenaran Injil sedari dini.  Jika orangtua tidak segera mengambil tanggung jawab ini dan terus saja menunda-nunda waktu, akan sangat berbahaya, cepat atau lambat anak-anak akan menjadi sasaran empuk Iblis.  Maka dari itu  "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu."  (Amsal 22:6).  Dengan kata lain orangtua harus mendidik dan mengajar anak-anaknya menurut kehendak Tuhan!  Contohnya melatih anak beribadah, sebab  "Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang."  (1 Timotius 4:8).  Orangtua juga tidak boleh mengekang dan membatasi kebebasan anak bertumbuh dan berkembang, dengan tujuan mereka menjadi dewasa dalam berpikir maupun bertindak, asal kebebasan tersebut diberi batasan.

     Orangtua juga perlu menegur dan mendisiplin anak dengan keras, kalau perlu dengan tongkat, namun harus teguran yang bermuatan kasih,  "Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya."  (Amsal 13:24).

"Karena perintah itu pelita, dan ajaran itu cahaya, dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan,"  Amsal 6:23

Thursday, October 27, 2016

KEMATIAN ROHANI ANAK MUDA (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Oktober 2016 

Baca:  Lukas 7:11-17

"... ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu."  Lukas 7:12

Perikop dari pembacaan firman Tuhan hari ini adalah Tuhan Yesus yang membangkitkan anak muda di Nain'.  Alkisah ada seorang janda yang mempunyai seorang anak tunggal  (laki-laki)  meninggal dunia.  Ketika anak muda yang mati itu diusung untuk dikuburkan banyak orang turut menyertai janda tersebut sebagai rasa simpati mendalam.  Namun rasa simpati tersebut tidak cukup untuk menolong supaya anak muda yang mati itu hidup kembali.  Di tengah perjalanan rombongan pengantar jenazah ini bertemu Tuhan Yesus.  Melihat hal itu tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, dan mujizat pun dinyatakan:  anak muda yang mati itu dibangkitkan-Nya!

     Di zaman sekarang ini ada banyak keluarga yang mengalami persoalan sama, di mana anak-anak mereka mengalami kematian, tetapi bukan kematian secara fisik, melainkan kematian secara rohani.  Apa buktinya?  Banyak anak muda tidak lagi takut akan Tuhan, memberontak terhadap orangtua, dan terlibat dalam pergaulan yang sangat buruk.  Ada tertulis:  "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik."  (1 Korintus 15:33).  Iblis mengingini anak-anak muda mengalami kematian rohani, itulah sebabnya mereka selalu menjadi sasaran, incaran dan bidikan utama, sebab anak-anak muda adalah tiang dan juga tulang punggung suatu bangsa dan gereja.  Jika tiang itu rapuh dan rusak bisa dibayangkan seperti apa keadaan bangsa atau gereja di masa depan.

     Banyak kisah di Alkitab sebagai referensi:  di zaman Musa, pemimpin Mesir  (Firaun)  memberikan perintah kepada seluruh rakyatnya:  "Lemparkanlah segala anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani ke dalam sungai Nil; tetapi segala anak perempuan biarkanlah hidup."  (Keluaran 1:22);  di zaman Daniel, saat itu raja Nebukadnezar membantai semua orang muda, kecuali yang berkualitas dibawanya untuk menjadi tawanan di Babel;  begitu pula pada zaman kelahiran Yesus, raja Herodes menyuruh membunuh semua anak  (laki-laki)  di Betlehem dan sekitarnya yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah  (baca  Matius 2:16-18).  Roh Iblis menunggangi Firaun, Nebukadnezar dan juga Herodes untuk membunuh anak-anak di zaman itu!

Masa muda adalah masa yang paling rawan karena selalu menjadi incaran Iblis!

Wednesday, October 26, 2016

ESTER: Bersinar Laksana Bintang (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Oktober 2016 

Baca:  Ester 4:1-17

"Maka pergilah Mordekhai dan diperbuatnyalah tepat seperti yang dipesankan Ester kepadanya."  Ester 4:17

Ada banyak orang ketika sudah menjadi orang yang berhasil dan  'besar'  berubah menjadi orang yang sombong dan lupa dengan asal-usulnya, seperti pepatah Jawa yang mengatakan  'kacang ninggal lanjarane'.  Tetapi hal itu tidak terjadi pada Ester!

     Meski sudah menjadi permaisuri raja dan tinggal di istana dengan fasilitas mewah bukan berarti berubah pula sifat dan karakternya, ia tetaplah orang yang rendah hati dan memiliki kepedulian terhadap orang lain.  Terbukti ketika Mordekhai menghadapi masalah berat yang disebabkan ketidaksenangan Haman  (karena Mordekhai adalah orang Yahudi), tidak mau memberi hormat kepada dirinya, bahkan Haman berusaha menghabisi seluruh orang Yahudi, Ester tidak tinggal diam.  Ia mengajak orang-orang Yahudi berpuasa dan merendahkan diri di hadapan Tuhan selama tiga hari tiga malam, tidak makan tidak minum.  Apa yang diperbuat Ester adalah wujud kepedulian terhadap nasib bangsanya.  Tindakan Ester memohon belas kasihan Tuhan dengan mengajak orang-orang sebangsanya ini adalah sebuah tindakan iman.  Pada hari ke-3 ia memberanikan diri menghadap sang raja, padahal tidak sembarang orang diperbolehkan menghadap, kecuali raja berkenan memanggilnya.  Ester rela mempertaruhkan nyawanya untuk menghadap raja Ahasyweros, dan upaya ini akhirnya membuahkan hasil!  Melalui kehidupan Ester ini Tuhan hendak mendemonstrasikan kedaulatan dan kasih-Nya yang besar kepada umat-Nya.  Untuk menggenapi rencana-Nya ini Tuhan dapat bekerja dengan berbagai cara, bahkan ia sanggup memakai siapa pun;  dalam hal ini Tuhan memilih Ester yang dipandang sebelah mata oleh sesamanya dan dianggap tidak punya masa depan karena ia adalah yatim piatu, tetapi beroleh peninggian dari Tuhan dan justru dipakai-Nya untuk menjadi penyelamat bagi bangsanya.

     Kita juga bisa belajar dari sikap Ester yang senantiasa melibatkan Tuhan dan mengandalkan-Nya sebelum melakukan segala sesuatu!

"Sebab bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu, tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain."  Mazmur 75:7-8

Tuesday, October 25, 2016

ESTER: Bersinar Laksana Bintang (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Oktober 2016 

Baca:  Ester 2:1-18

"...gadis itu elok perawakannya dan cantik parasnya. Ketika ibu bapanya mati, ia diangkat sebagai anak oleh Mordekhai."  Ester 2:7

Ester lahir dengan nama Ibrani Hadassah;  nama Ester sendiri berasal dari bahasa Persia yang berarti star atau bintang.

     Ester adalah yatim piatu keturunan Benyamin yang dirawat dan diangkat anak oleh Mordekhai:  "Mordekhai itu pengasuh Hadasa, yakni Ester, anak saudara ayahnya, sebab anak itu tidak beribu bapa lagi;"  (ayat 7a).  Dari latar belakang keluarganya sesungguhnya Ester punya alasan kuat memiliki self pity  (mengasihani diri sendiri)  yang tinggi karena ia sebatang kara.  Namun itu tidak dilakukannya.  Ia pun tumbuh menjadi seorang gadis yang bukan hanya cantik secara fisik tetapi juga cantik hatinya.  Semua tidak terlepas dari bimbingan dan didikan abang sepupunya yang tak pernah berhenti men-support-nya.  Apa pun yang disuruhkan Mordekhai, tanpa keluh kesah, Ester taat melakukannya.

     Ketika raja hendak mencari permaisuri sebagai ganti Wasti, Ester pun turut mengambil bagian, atas dukungan abang sepupunya itu.  Singkat cerita, ketika mengikuti seleksi calon permaisuri Ester lolos, bahkan terpilih menjadi permaisuri raja.  "...sehingga baginda mengenakan mahkota kerajaan ke atas kepalanya dan mengangkat dia menjadi ratu ganti Wasti."  (ayat 17).  Kunci keberhasilan Ester adalah, selain memiliki perawakan yang memang elok dan cantik, terutama sekali karena ia berkepribadian baik atau memiliki inner beauty.  Itulah yang membedakan dan menjadi nilai  'lebih'  dibandingkan wanita-wanita lain peserta kompetisi, sehingga hal itu menimbulkan rasa kagum dan sayang di mata Hegai, seorang sida-sida kepercayaan raja Ahasyweros yang ditugasi menjaga para wanita yang akan menjadi permaisuri raja  (ayat 3).  Sebelum diangkat menjadi permaisuri Ester pun harus melewati masa karantina layaknya pemilihan putri-putrian masa kini, bahkan prosesnya tidak singkat, yaitu 12 bulan  (ayat 12).

     Seringkali ketika dihadapkan pada suatu proses banyak dari kita cenderung berontak, tidak tahan dan lari, padahal melalui proses ini kita sedang dibentuk dan dipersiapkan Tuhan menuju kepada rencana-Nya yang indah.  Proses itu memang sakit, tapi mendatangkan kebaikan bagi kita!

Karena memiliki kualitas hidup yang baik Ester terpilih menjadi permaisuri raja!

Monday, October 24, 2016

UCAPAN KITA MASA DEPAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Oktober 2016 

Baca:  Amsal 13:1-25

"Siapa menjaga mulutnya, memelihara nyawanya, siapa yang lebar bibir, akan ditimpa kebinasaan."  Amsal 13:3

Banyak orang tanpa sadar atau mungkin secara sengaja, suka sekali mengucapkan dan menggemakan kata-kata negatif, seperti:  "Aduh sial...usahaku kok gagal terus!;  anakku kok nakal sekali dan susah diatur;  wah celaka...nasibku kok seperti ini terus...!"  Orang tak menyadari bahwa apa yang diucapkan akan menjadi suatu kenyataan di kemudian hari.

     Alkitab mengatakan:  "'Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu.' Itulah firman iman, yang kami beritakan. Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan."  (Roma 10:8-9).  Kalau kita senantiasa mengucapkan firman iman maka kita akan menuai hal-hal yang indah dan positif;  kalau pengakuan kita positif tentang Kristus maka kita akan diselamatkan.  Sebaliknya kalau kita tak bisa menahan mulut kita untuk memperkatakan hal-hal yang negatif kita akan mengalami kerugian besar.  "...siapa yang lebar bibir, akan ditimpa kebinasaan."  (ayat nas).

     Dalam menangani umat Israel yang tegar tengkuk, selalu mengeluh, mengomel, bersungut-sungut dan tidak mau taat kepada Tuhan Musa pun bersikap tegas:  "Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan. Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan,"  (Ulangan 30:14-15).  Kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan dapat kita pilih dan kita tentukan sesuai dengan keinginan hati kita.  Akan tetapi  "Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu,"  (Ulangan 30:19b).

     Adalah wajib bagi kita untuk menjaga ucapan atau perkataan kita setiap hari!  Belajarlah dari Daud yang sangat berhati-hati dengan ucapannya sehingga ia berdoa,  "Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku!"  (Mazmur 141:3).

"Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu."  1 Petrus 3:10

Sunday, October 23, 2016

TIADA KASIH SEPERTI KASIH TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Oktober 2016 

Baca:  Yesaya 49:8-26

"Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku."  Yesaya 49:16

Kita sering mendengar dan melihat berita yang sangat memrihatinkan, semisal ibu kandung yang melupakan dan membuang bayi yang baru dilahirkannya, atau tega menganiaya anaknya sendiri, dan bahkan lebih keji lagi ada yang tega membunuh anaknya sendiri.  Itulah dunia!  Sampai kapan pun kita takkan menemukan kasih sejati di dunia ini, karena kasih manusia itu sangat terbatas dan seringkali disertai dengan tendensi, lebih-lebih di masa sekarang ini, jelas terlihat bahwa kasih kebanyakan orang sudah menjadi dingin.  Tak terelakkan jika saat ini banyak orang yang mengalami luka batin karena mengalami krisis kasih:  ditolak, disakiti, ditelantarkan, dikhianati dan sebagainya sehingga mereka pun berkata,  "Tak ada gunanya aku hidup karena tidak ada orang yang mengasihiku!"

     Sekalipun manusia dan orang-orang yang kita kasihi meninggalkan kita dan tidak lagi mengasihi kita namun ada satu pribadi yang mengasihi kita begitu rupa, yang kasihnya tak pernah berubah, tak lekang oleh waktu, yaitu Tuhan Yesus.  Alkitab menyatakan,  "Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau."  (Yesaya 49:15);  "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."  (Ibrani 13:5b).  Bahkan, karena kasih-Nya yang begitu besar kepada kita, dilukiskannya kita di telapak tangan-Nya, sehingga Dia selalu ingat kepada kita.  Besarlah manfaatnya untuk kita selalu mengingat kasih setia Tuhan sehingga kita dapat menjalani hidup kita setiap hari dengan tenang dan penuh keyakinan.

     Berada di tengah-tengah dunia penuh gejolak, kejahatan, ketidakadilan dan penghianatan ini jangan membuat kita lemah, tapi biarlah kasih Tuhan terus memenuhi hati kita.  Sadarilah kekristenan bukanlah bebas masalah;  biarlah masalah ada, tetapi kita percaya Tuhan tidak akan membiarkan kita dan meninggalkan kita bergumul sendirian, Ia pasti menyediakan jalan keluar terbaik dan selalu tepat pada waktunya,  "Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya."  (Mazmur 117:2).

Ingat kasih-Nya, ingat kebaikan-Nya, dan anugerah-Nya yang selamatkan kita!

Saturday, October 22, 2016

AKIBAT MEREMEHKAN HAK KESULUNGAN (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Oktober 2016 

Baca:  Kejadian 27:18-40

"'Hanya berkat yang satu itukah ada padamu, ya bapa? Berkatilah aku ini juga, ya bapa!' Dan dengan suara keras menangislah Esau."  Kejadian 27:38

Esau tidak mengerti bahwa hak kesulungan merupakan janji Tuhan kepada seseorang.  Orang yang meremehkan hak kesulungan telah meremehkan janji Tuhan.  Akhirnya Yakublah yang berhak menerima berkat-berkat dari Tuhan, bukan karena ia lebih baik atau lebih istimewa dari Esau, tetapi karena Tuhan berkenan kepada orang yang sangat menghargai janji-janji-Nya.

     Setelah Yakub menerima hak kesulungan itu terbukti hidupnya benar-benar mengalami berkat Tuhan.  "Sesungguhnya bau anakku adalah sebagai bau padang yang diberkati TUHAN. Allah akan memberikan kepadamu embun yang dari langit dan tanah-tanah gemuk di bumi dan gandum serta anggur berlimpah-limpah. Bangsa-bangsa akan takluk kepadamu, dan suku-suku bangsa akan sujud kepadamu; jadilah tuan atas saudara-saudaramu, dan anak-anak ibumu akan sujud kepadamu. Siapa yang mengutuk engkau, terkutuklah ia, dan siapa yang memberkati engkau, diberkatilah ia."  (Kejadian 27:27-29).  Sesungguhnya semua peristiwa yang terjadi antara Esau dan Yakub bukanlah sebuah kebetulan, karena sebelum kedua anak itu lahir Tuhan sudah berfirman kepada Ribka  (ibunya):  "Dua bangsa ada dalam kandunganmu, dan dua suku bangsa akan berpencar dari dalam rahimmu; suku bangsa yang satu akan lebih kuat dari yang lain, dan anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda."  (Kejadian 25:23).

     Ketidaksabaran menanti janji Tuhan seringkali menjadi penyebab kegagalan mengalami penggenapan janji Tuhan.  Ketidaksabaran membuat orang berusaha mencari jalan keluar secara pintas seperti yang dilakukan Esau, hanya melihat dan mementingkan kenikmatan sesaat tanpa berpikir panjang.  Banyak orang Kristen rela menukarkan keselamatan demi mengejar kenikmatan duniawi yang fana, seperti yang Esau lakukan.  Penyesalan selalu datang terlambat, sayang sekali tak mampu mengubah keadaan!  "'Hak kesulunganku telah dirampasnya, dan sekarang dirampasnya pula berkat yang untukku.' Lalu katanya: 'Apakah bapa tidak mempunyai berkat lain bagiku?'"  (Kejadian 27:36).

"Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya."  Ibrani 10:35

Friday, October 21, 2016

AKIBAT MEREMEHKAN HAK KESULUNGAN (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Oktober 2016 

Baca:  Kejadian 25:19-34

"Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu."  Kejadian 25:34b

Esau adalah saudara kembar Yakub, tetapi ia lahir terlebih dahulu, karena itu Esau beroleh hak kesulungan.  Karena tubuhnya berbulu ia dinamai Esau  (ayat 25).  Kemudian menyusullah Yakub yang ketika lahir memegang tumit Esau.  Karena itu ia dinamai Yakub, yang berarti si penipu.  Esau tumbuh menjadi orang yang pandai berburu dan menjadi kesayangan ayahnya yang suka makan daging buruan, sedangkan Yakub yang berkepribadian tenang lebih memilih tinggal di kemah dan menjadi kesayangan ibunya.

     Sepulang berburu dengan rasa lelah dan lapar Esau melihat Yakub sedang memasak sup kacang merah.  Berkatalah ia kepada Yakub,  "Berikanlah kiranya aku menghirup sedikit dari yang merah-merah itu, karena aku lelah."  (ayat 30).  Dasar Yakub si penipu, ia menggunakan kesempatan emas ini untuk membujuk saudaranya itu:  "Juallah dahulu kepadaku hak kesulunganmu. Sahut Esau: 'Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?'"  (ayat 31-32).  Tanpa memertimbangkan konsekuensi tindakannya, dengan mudahnya Esau menukarkan hak kesulungannya hanya untuk memenuhi kebutuhan jasmaninya  (perutnya):  masakan kacang merah.  "Kata Yakub: 'Bersumpahlah dahulu kepadaku.' Maka bersumpahlah ia kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya kepadanya."  (ayat 33).  Esau telah memandang rendah hak kesulungan yang dimilikinya dan begitu saja melepaskan hak tersebut, padahal hak kesulungan adalah hak khusus yang diberikan kepada anak laki-laki pertama, yang di dalamnya termasuk warisan yang bernilai dua kali lipat, menjadi ahli waris dan pemimpin keluarga.  Sebagai anak sulung sebenarnya Esau berhak menjadi penerus Ishak  (ayahnya)  sebagai kepala keluarga dan mewarisi dua bagian tanah milik mereka, serta berkat dari Tuhan  (ayat 31), namun ia telah kehilangan hak kesulungannya.

     Dari kisah ini kita mendapat pengertian bahwa Yakub sangatlah menghargai hak kesulungan sampai-sampai ia menempuh segala cara, sekalipun harus menipu saudara kembarnya itu.  Karena kesalahannya dalam membuat pilihan dan keputusan yang tanpa pertimbangan secara masak Esau harus mengalami kenyataan pahit di sepanjang perjalanan hidupnya karena ia telah kehilangan berkat yang seharusnya menjadi haknya.  (Bersambung)

Thursday, October 20, 2016

MENGAKUI DOSA: Ada Kelepasan dan Kebahagiaan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Oktober 2016 

Baca:  Mazmur 32:1-11

"Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari;"  Mazmur 32:3

Tidak ada penderitaan batin terberat dalam diri manusia selain ketika ia menyembunyikan kesalahan atau pelanggarannya dari hadapan Tuhan;  tiada depresi yang lebih menekan daripada sakitnya rasa menyembunyikan dosa.  Makan apa pun terasa tak enak, tidur pun tiada nyenyak, tiada ketenangan di dalamnya karena terus dikejar rasa bersalah atau bayangan dosanya.  Tak ada obat yang dapat menyembuhkannya selain dirinya sendiri yang membereskannya, yaitu mau mengakuinya di hadapan Tuhan.  "...tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab."  (Ibrani 4:13).  Adalah sia-sia menyembunyikan dosa karena Tuhan Mahatahu!

     Daud begitu tertekan siang dan malam karena pelanggaran-pelanggaran yang dilakukannya, tulang-tulangnya menjadi lesu karena dihantui rasa bersalah,  "sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas."  (Mazmur 32:4).  Dosa yang disembunyikan dan tak diakui menyebabkan penderitaan tubuh dan batin.  Karena derita batin yang tak tertahankan ini akhirnya Daud pun mengambil keputusan untuk berkata jujur di hadapan Tuhan:  "Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: 'Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,' dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku."  (Mazmur 32:5)  (Baca juga 1 Yohanes 1:9).  Setelah itu legalah hati Daud dan hilanglah beban yang selama ini menindih hidupnya, karena setelah mengakui dosanya Tuhan pun mengampuni.  "Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi!"  (Mazmur 32:1).

     Bersyukur kita punya Tuhan yang setia dan penuh kasih, yang rela mengorbankan nyawa-Nya di atas kayu salib untuk menebus dosa-dosa kita.  Karena itu jangan pernah sia-siakan keselamatan yang telah kita terima!

"Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba."  Yesaya 1:18

Wednesday, October 19, 2016

TAK BERAKAL BUDI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Oktober 2016 

Baca:  Amsal 7:1-27

"kulihat di antara yang tak berpengalaman, kudapati di antara anak-anak muda seorang teruna yang tidak berakal budi,"  Amsal 7:7

Dalam tulisannya ini Salomo sedang membahas tentang masalah yang dihadapi oleh anak-anak muda yang rentan dengan pengaruh negatif.

     Ada seorang anak muda yang masih  'hijau'  pengalaman terseret bujuk rayu perempuan tak bermoral.  "Ia merayu orang muda itu dengan berbagai-bagai bujukan, dengan kelicinan bibir ia menggodanya. Maka tiba-tiba orang muda itu mengikuti dia seperti lembu yang dibawa ke pejagalan, dan seperti orang bodoh yang terbelenggu untuk dihukum, sampai anak panah menembus hatinya; seperti burung dengan cepat menuju perangkap, dengan tidak sadar, bahwa hidupnya terancam."  (ayat 21-23).  Ayat ini menggambarkan betapa kuatnya pengaruh dosa menyeret kehidupan seseorang seperti yang dikatakan juga oleh Yakobus:  "Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut."  (Yakobus 1:14-15).  Anak-anak muda selalu menjadi sasaran utama Iblis, yang selalu mencari cara dan waktu yang tepat untuk memikat dan menyeret mereka dengan menawarkan segala bentuk kesenangan dan kenikmatan daging:  free sex, narkoba, dugem dan sebagainya.  Adapun waktu yang tepat adalah ketika orang sedang lengah karena tidak berakal budi.  Firman Tuhan memeringatkan:  "...jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu,"  (1 Petrus 1:14), karena itu  "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."  (Matius 26:41).  Ada harga yang harus dibayar untuk kelengahan karena tidak berakal budi.  Orang tidak menyadari bahwa di balik kemasan dosa yang begitu menarik dan menawan hati ada sebuah jebakan yang membinasakan.  Tetapi kebinasaan itu hampir tak terlihat pada awalnya, karena itu orang tidak jera untuk terus berbuat dosa.

     Berhati-hatilah!  Selain membawa maut, dosa juga mengakibatkan hidup seseorang terpisah jauh dari Tuhan.

Hidup dalam persekutuan yang karib dengan Tuhan adalah kunci untuk meraih kemenangan melawan tipu muslihat Iblis!

Tuesday, October 18, 2016

SEMAKIN DIHITUNG SEMAKIN KUATIR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Oktober 2016 

Baca:  Yohanes 6:1-15

"Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja."  Yohanes 6:7

Masalah pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari seringkali menjadi faktor penyebab banyak orang mengalami kekuatiran.  Mereka berkata,  "Uang segini mana cukup untuk makan sebulan?  Bagaimana bisa membayar uang sekolah anak dan kontrakan jika penghasilan tetap pas-pasan?"

     Dalam kesesakan yang kita hadapi ini sesungguhnya Tuhan Yesus tidak pernah menutup mata, Ia tahu apa yang dibutuhkan dalam hidup ini.  Ia tahu apa yang harus diperbuat-Nya untuk menolong kita.  Adakalanya kita dibiarkan dalam keadaan terdesak karena Tuhan ingin tahu reaksi kita, seperti pertanyaan yang Ia ajukan kepada Filipus:  "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan? Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya."  (ayat 5-6).  Filipus adalah murid Tuhan yang setiap harinya ada bersama-sama dengan Sang Guru, dan melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Ia melakukan banyak mujizat, tetapi begitu dihadapkan pada fakta yang mengimpit ia lupa begitu saja dengan mujizat yang Guru kerjakan:  "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja."  (ayat nas).  Lalu muncul informasi dari murid-Nya yang lain:  "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?"  (ayat 9).

     Seringkali pandangan kita terpaku kepada lima roti dan dua ikan yang jumlahnya sangat sedikit, dan lupa memandang Tuhan Yesus, sumber mujizat.  Semakin kita hitung-hitung apa yang ada pada kita semakin kita kuatir dan kita semakin menggunakan akal pikiran kita untuk menutupi kebutuhan.  Kalau saja kita ingat bahwa Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang Mahadahsyat dengan segala perbuatan-Nya tentulah kita tidak akan pernah merasa kuatir.  Jika Tuhan ingin membuat mujizat kecil Ia akan menempatkan kita pada situasi sulit, dan apabila Tuhan hendak mengerjakan mujizat yang besar Ia akan menghadapkan kita pada situasi yang secara manusia itu mustahil.

Tidak ada perkara yang terlalu sukar bagi Tuhan, karena itu percayakan hidup ini secara penuh kepada-Nya!

Monday, October 17, 2016

TIDAK MAU MENJADI KAWAN SEKERJA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Oktober 2016 

Baca:  1 Korintus 3:1-9

"Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah."  1 Korintus 3:9

Walaupun Tuhan dapat melakukan segala perkara namun ada hal-hal tertentu yang harus Ia kerjakan dengan melibatkan kita sebagai kawan sekerja-Nya untuk menggenapi rencana-Nya di atas bumi ini.

     Untuk itulah Tuhan memercayakan tanggung jawab seperti dalam perumpamaan tentang talenta.  "Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat."  (Matius 25:14-15).  1 talenta adalah ukuran timbangan sebesar 3000 syikal atau seberat 34 kg  (1 talenta emas = 34 kg emas).  1 talenta = 6000 dinar.  Meski demikian Tuhan tidak pernah memaksa kita untuk taat, Ia memberikan kehendak bebas  (free will)  di mana keputusan ada pada kita masing-masing, apakah mau menjadi kawan sekerja-Nya atau tidak;  dan banyak orang Kristen memilih mangkir dari tanggung jawab yang Tuhan percayakan, menolak menjadi rekan kerja-Nya karena malas dan tidak taat.  Tidak heran jika rohani mereka tidak tumbuh dengan benar, tetapi kerdil rohani alias Kristen kanak-kanak.  Mereka sudah lahir baru tapi kekristenannya macet di tengah jalan karena tidak mau membayar harga dan bersikap pasif, doing nothing.  Biasanya orang semacam ini hanya akan menyalahkan Tuhan seperti yang diperbuat oleh hamba penerima 1 talenta:  "Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!"  (Matius 25:24-25).  Hamba yang tidak setia itu pun harus menuai akibat kemalasannya.

     Jangan pernah sia-siakan apa yang sudah Tuhan percayakan kepada kita dan jadilah kawan sekerja-Nya yang setia!

"Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu."  Matius 25:28

Sunday, October 16, 2016

MENGIMANI DAN MEMERKATAKAN FIRMAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Oktober 2016 

Baca:  Roma 12:1-8

"Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing."  Roma 12:3

Banyak orang Kristen ingin memiliki iman seperti tokoh-tokoh besar dalam Alkitab seperti Abraham, Elia dan sebagainya supaya ia dapat menerima janji berkat yang Tuhan sampaikan di dalam firman-Nya, atau agar dapat melakukan perkara-perkara yang besar.

     Kita tak perlu meminta iman dengan berdoa sebab Tuhan telah mengaruniakan iman kepada setiap orang percaya dengan ukuran yang dikaruniakan kepada kita masing-masing.  Tuhan telah mengaruniakan iman yang dapat menciptakan apa yang kita minta dengan iman, tapi tentunya permintaan kita harus sejalan dengan firman Tuhan dan sesuai kehendak-Nya, dan yang sangat penting untuk diperhatikan adalah perkataan Tuhan Yesus ini:  "Percayalah kepada Allah!"  (Markus 11:22).  Kunci mendapatkan apa yang kita harapkan adalah percaya kepada Tuhan.  Intinya memiliki iman yang aktif, bukan iman mati, sehingga iman itu dapat bekerja secara luar biasa:  menyampakkan gunung-gunung persoalan, gunung-gunung penyakit, gunung-gunung krisis dan sebagainya seperti yang Tuhan Yesus katakan,  "Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya."  (Markus 11:23).  Selain percaya, memerkatakan hal-hal yang kita yakini juga memegang peranan sangat penting untuk menerima berkat yang kita harapkan dari Tuhan, sebab memerkatakan adalah bagian dari pengakuan iman kita.  Di dalam Ibrani 4:14 tertulis,  "Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita."

     Untuk mendapatkan apa yang kita harapkan kita harus percaya kepada Tuhan sepenuhnya dan memerkatakannya sebagai wujud pengakuan iman, sehingga perkara-perkara yang heran dan ajaib pasti Tuhan nyatakan dalam hidup kita.

"'Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata', maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata."  2 Korintus 4:13

Saturday, October 15, 2016

BUKAN UNTUK PERSAINGAN DAN PERSETERUAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Oktober 2016 

Baca:  1 Korintus 12:1-11

"Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama."  1 Korintus 12:7

Seperti telah diketahui kita ini hidup dalam zaman Roh Kudus, di mana Roh Kudus bekerja dengan ajaib untuk menggenapi rencana Bapa.

     Rasul Petrus berkata,  "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus."  (Kisah 2:38).  Alkitab menyatakan:  "Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang."  (1 Korintus 12:4-7).  Inilah yang kurang dimengerti orang Kristen mengapa dan untuk tujuan apa Tuhan memberikan karunia yang berlainan kepada tiap-tiap orang percaya.  Yang pasti  "...tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama."  (ayat nas).  Roh Kudus dicurahkan dan karunia-karunia-Nya diberikan supaya semua anggota dari segala suku bangsa dan denominasi diikat dalam kasih Kristus dan menyatakan kesatuan Tuhan Kristus.  "Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya."  (1 Korintus 12:27).

     Setiap individu bertanggung jawab atas karunia Roh yang Tuhan berikan.  Setiap pribadi penting dalam tubuh Kristus, oleh karenanya kita saling membutuhkan dan bersatu padu mengerjakan kehendak Tuhan.  "Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya."  (Efesus 2:10).  Kita diciptakan Allah di dalam Yesus Kristus untuk satu tujuan:  melakukan perbuatan baik, bukan bersaing secara tidak sehat, berseteru, saling menjatuhkan.  Dalam tubuh Kristus terdapat berbagai suku bangsa tapi oleh darah Kristus kita sudah dipersatukan dalam satu keluarga Kerajaan Sorga.  Tuhan memberikan tiap-tiap pribadi karunia yang tidak sama, tapi semuanya bagian tubuh Kristus yang harus saling menghormati dan melengkapi.  Janganlah saling memegahkan diri, sebab semuanya adalah anugerah Tuhan.

"Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah."  1 Petrus 4:10