Sunday, September 25, 2016

BERGANTUNG KEPADA TUHAN SETIAP HARI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 September 2016 

Baca:  Lukas 11:1-13

"Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya"  Lukas 11:3

Tidak pernah merasa puas adalah sifat manusia.  Dalam banyak hal manusia selalu menginginkan lebih dari apa yang telah diperoleh, selalu ingin mendapatkan lebih dari cukup.

     Pengkhotbah menulis tentang ketidakpuasan manusia:  "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia."  (Pengkhotbah 5:9).  Tuhan tahu bahwa manusia tidak pernah merasa puas, cenderung serakah, karena itu Ia mengajarkan murid-murid-Nya berdoa demikian:  "Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya"  (ayat nas).  Ini mengajarkan kita bergantung penuh kepada pemeliharaan Bapa setiap hari.  Kalau kita dapat menyerahkan kehidupan kita hari demi hari, kita tidak akan kuatir dan serakah.

     Keinginan meraih hidup yang terlalu jauh ke depan sungguh sangat melelahkan.  Alkitab menasihati,  "Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing."  (Roma 12:3).  Sebagai manusia kita takkan mampu menjangkau apa yang jauh di depan.  Apa yang akan terjadi di kemudian hari, entah itu esok atau lusa, 1 minggu, 1 bulan, bahkan 1 jam di depan tak seorang pun tahu;  hari esok bukanlah milik kita, tetapi sepenuhnya di dalam kendali Tuhan, Dialah yang empunya hari esok.  Maka dari itu  "Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu."  (Amsal 27:1).  Jika hari esok itu tiba, percayalah Bapa telah menyediakan segala sesuatu yang terbaik yang kita perlukan.

     Patut direnungkan:  apakah kita dapat makan makanan untuk 1 minggu ke depan hanya dengan sekali makan?  Apakah manusia dapat menghirup udara sekaligus untuk disimpan sebagai cadangan selama 1 bulan ke depan hanya dengan satu kali tarikan nafas?  Tidak!  Kita hanya dapat menerima kasih karunia Tuhan setiap hari sesuai yang kita butuhkan.  Hal ini mengajarkan kepada kita untuk bergantung kepada Tuhan setiap hari!

"Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!"  Ratapan 3:22-23

Saturday, September 24, 2016

SEBURUK APA PUN JANGAN PERNAH MENYERAH

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 September 2016 

Baca:  Yunus 2:1-10

"Telah Kaulemparkan aku ke tempat yang dalam, ke pusat lautan, lalu aku terangkum oleh arus air; segala gelora dan gelombang-Mu melingkupi aku."  Yunus 2:3

Dalam pengiringan akan Tuhan tidak selamanya perjalanan yang kita tempuh mulus tanpa aral, terkadang Tuhan ijinkan kita melewati jalan gelap dan lembah-lembah kekelaman.

     Yunus, yang namanya berarti merpati harus mengalami masa-masa yang paling kelam dalam hidupnya yaitu berada di dalam perut ikan, yang secara akal sudah tidak memiliki harapan untuk hidup karena sudah berada di dalam bayang-bayang maut.  Ketika berada dalam kemustahilan dengan jiwa yang letih lesu teringatlah Yunus kepada Tuhan dan menguatkan iman percayanya kepada Tuhan, sebab ia tahu bahwa satu-satunya yang dapat menolong adalah Tuhan.  "Dalam kesusahanku aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku, dari tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak, dan Kaudengarkan suaraku."  (ayat 2).  Seringkali ketika keadaan buruk menimpa, dengan penuh kepanikan kita berusaha mengatasinya dengan akal dan kekuatan sendiri;  jika gagal, pikiran pun langsung tertuju kepada manusia yang kita harapkan dapat menolong.  Hasilnya?  Berharap kepada manusia pasti akan kecewa karena manusia penuh dengan keterbatasan.

     Jalan terbaik adalah lari secepatnya kepada Tuhan!  Dobraklah pintu sorga dan ketuklah hati Tuhan dengan seruan yang lahir dari jiwa yang letih lesu.  Berhentilah mengeluh, sebaliknya tetap ucapkan syukur untuk semua yang telah terjadi, seperti yang dikatakan Yunus:  "Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepada-Mu; apa yang kunazarkan akan kubayar. Keselamatan adalah dari TUHAN!"  (ayat 9).  Dengan mengucap syukur semangat yang padam menjadi pulih kembali, iman yang sudah lemah dapat bekerja kembali.  Ketika iman telah bangkit di situlah kuasa Tuhan akan dinyatakan, karena musuh yang paling ampuh untuk memadamkan kuasa Tuhan adalah iman yang telah gugur.  Sekalipun sudah berada dalam kegelapan yang terdalam dan tiada sinar cahaya menembus, asal kita punya iman, tidak ada yang mustahil bagi Tuhan:  "...berfirmanlah TUHAN kepada ikan itu, dan ikan itupun memuntahkan Yunus ke darat."  (ayat 10).

"Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau,"  Mazmur 50:15

Friday, September 23, 2016

PRINSIP HIDUP PERCAYA, BUKAN MELIHAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 September 2016 

Baca:  Roma 10:4-15

"Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan."  Roma 10:11

Manusia seringkali memerhatikan dan menilai baik buruknya segala sesuatu dari pandangan mata jasmaninya, kemudian disampaikan ke dalam pikiran, dan apa yang ada di dalam pikiran itulah yang akhirnya menjadi sebuah kesimpulan dan juga tindakan.  Semua tindakan yang berlandaskan pada apa yang kelihatan oleh mata ternyata seringkali menipu dan menjadi faktor penyebab kegagalan hidup seseorang.

     Lot adalah contoh orang yang melihat dan menilai sesuatu dari apa yang tampak oleh mata:  "Lalu Lot melayangkan pandangnya dan dilihatnyalah, bahwa seluruh Lembah Yordan banyak airnya, seperti taman TUHAN, seperti tanah Mesir, sampai ke Zoar. --Hal itu terjadi sebelum TUHAN memusnahkan Sodom dan Gomora. --"  (Kejadian 13:10).  Akhirnya?  Alkitab mencatat bahwa Lot harus menelan pil pahit sebagai akibat kesalahannya dalam membuat pilihan.  "Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut."  (Amsal 14:12).

     Yakobus juga menulis demikian:  "Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut."  (Yakobus 1:14-15).  Tak bisa dipungkiri, kedagingan kita selalu tertarik kepada apa yang tampak indah oleh mata, padahal itu hanya sementara dan sia-sia:  dan karena terlalu terfokus terhadap apa yang kelihatan akhirnya kita pun menjadi tak berdaya, sementara apa yang tidak terlihat oleh mata jasmani yang sesungguhnya bernilai kekal justru seringkali kita abaikan.  Hal itu menunjukkan bahwa kedagingan kita ini terlalu lemah, alias tidak kuat menghadapi segala tantangan dan godaan yang ada.  Oleh karena itu Tuhan Yesus memeringatkan,  "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."  (Matius 26:41).

     Di segala keadaan, biarlah kita senantiasa menggunakan mata iman, memandang kepada Tuhan, percaya kepada-Nya, dan mengandalkan Dia sepenuhnya!

Sebagai orang percaya, sudahkah kita menerapkan prinsip hidup yang Alkitab ajarkan:  hidup karena percaya, bukan karena melihat?  (Baca  2 Korintus 5:7).

Thursday, September 22, 2016

ENGGAN MELEPASKAN IKATAN!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 September 2016 

Baca:  Kolose 1:3-14

"Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih;"  Kolose 1:13

Rasul Paulus memberikan penegasan bahwa Tuhan Yesus telah melepaskan kita dari segala ikatan dan belenggu melalui karya-Nya di kayu salib.  Dengan demikian setiap orang yang telah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam hidupnya sudah tidak terbelenggu lagi, sebab  "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."  (2 Korintus 5:17).  Oleh kuasa firman Tuhan hidup kita telah diperbaharui dan dimerdekakan dari segala ikatan, seperti tertulis:  "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."  (Yohanes 8:31-32).  Merdeka berarti bebas dari perhambaan atau tidak terikat.  Tuhan telah memerdekakan kita, berarti hidup kita tak lagi dibelenggu oleh apa pun juga.  "Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran."  (Roma 6:18).

     Banyak orang Kristen tampak setia beribadah dan melayani Tuhan, dan nampak seolah-olah sudah meninggalkan kehidupan dosa, tapi ternyata masih terikat roh berhala.  Mungkin di antara kita langsung menyangkalnya:  "Aku tidak pernah pergi ke Gunung Kawi, kuburan atau tempat-tempat keramat, tidak menyembah patung."  Tetapi tanpa sadar mereka masih terikat tradisi-tradisi nenek moyang:  mencari hari baik, percaya kepada feng shui dan lainnya.  Ada pula yang masih terikat roh percabulan:  kecanduan film atau gambar-gambar porno yang dilakukan sembunyi-sembunyi,  "Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh."  (1 Korintus 6:13b).  Tidak sedikit pula orang Kristen yang terikat dan kecanduan rokok atau minuman keras  (miras), padahal itu tidak membawa manfaat atau faedah sedikit pun, malah merugikan dan bahkan merusak tubuh.  "...tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu,..."  (1 Korintus 6:19).

     Sebagai ciptaan baru di dalam Kristus seharusnya kita membuang semua kebiasaan-kebiasaan lama yang menyebabkan kita terikat atau terbelenggu.

"Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!"  1 Korintus 6:20

Wednesday, September 21, 2016

TUHAN MENGETAHUI HATI MANUSIA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 September 2016 

Baca:  Yeremia 17:9-10

"Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?"  Yeremia 17:9

Alkitab menyatakan bahwa secara alamiah hati manusia itu tidak baik dan cenderung mengarah kepada hal-hal jahat.  Manusia tidak mengerti keadaan hatinya sendiri dikarenakan pengaruh dosa yang ada di dalam diri manusia.  "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak."  (Roma 3:10).  Siapa yang mengetahui keadaan hati manusia?  Alkitab memberikan jawaban secara gamblang bahwa hanya Tuhanlah yang mengetahui hati setiap manusia.  "Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin,"  (Yeremia 17:10a).  Pemazmur juga menyatakan,  "masakan Allah tidak akan menyelidikinya? Karena Ia mengetahui rahasia hati!"  (Mazmur 44:22).  Bahkan Tuhan mengerti segala niat dan cita-cita manusia  (baca  1 Tawarikh 28:9).

     Jika mengetahui kebenaran bahwa hati manusia cenderung mengarah kepada hal-hal negatif kita tidak akan bersikap statis, melainkan berupaya sedemikian rupa bagaimana supaya hati kita berkenan kepada Tuhan.  Rasul Paulus memberikan nasihat:  "Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging."  (Galatia 5:16).  Tunduk kepada pimpinan Roh Kudus, itulah kuncinya!  Karena hanya Roh Kuduslah yang dapat mengubah segala sesuatu,  "Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu."  (Yohanes 14:26).  Daya cipta, persepsi, imajinasi dan motivasi, itulah yang akan Roh kudus kerjakan di dalam kita sesuai iman kita.  "Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia."  (Amsal 23:7a).

     Ketika kita tunduk kepada pimpinan Roh Kudus Ia akan membawa kita memiliki persekutuan karib dengan Tuhan dan menjadikan firman Tuhan sebagai makanan rohani setiap hari, sehingga ucapan dan tindakan kita pun akan sesuai dengan firman Tuhan, sebab perbendaharaan hati kita dipenuhi dengan  "...semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji,"  (Filipi 4:8).

"Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!"  Mazmur 51:12

Tuesday, September 20, 2016

JAGA DAN PELIHARA HATIMU!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 September 2016 

Baca:  Amsal 27:1-27

"Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu."  Amsal 27:19

Ayat nas menyatakan bahwa hati manusia mencerminkan manusia, artinya apa yang ada dalam hati seseorang pasti akan terefleksi dalam ucapan dan tindakannya.  Kalau hati tidak beres maka segala ucapan dan tindakannya pun pasti tidak beres.  Itulah sebabnya penulis Amsal menasihati kita agar senantiasa menjaga hati dengan penuh kewaspadaan agar tetap dalam kondisi baik dan beres.  "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan."  (Amsal 4:23).  Mengapa hati harus selalu dijaga?  Karena dapat menimbulkan berbagai masalah dalam kehidupan keseharian kita.

     Tuhan menunjukkan bahwa ada banyak persoalan yang dapat terjadi dalam hati manusia:  1.  Hati sumber kejahatan.  "Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat."  (Matius 15:19).  Segala macam tindak kejahatan seperti membunuh, merampok, mencuri, menipu, memerkosa dan sebagainya berawal dari niat yang ada di dalam hati si pelaku.  Sungguh sangat mengerikan sekali jika hati tidak dijaga dan dipelihara dengan baik.

     2.  Hati dapat menjadi degil.  "...hati mereka tetap degil."  (Markus 6:52b).  Degil adalah sebuah kata yang sebenarnya sangat mengerikan, karena istilah Yunani yang dipakai di sini adalah porosis, yang berasal dari kata poros, artinya semacam batu yang kerasnya luar biasa;  tertutupi oleh sesuatu yang tebal, mengeras, tidak kunjung paham.  Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata degil berarti:  tidak mau menuruti nasihat orang;  tetap keras kepala;  atau berkepala batu.

     3.  Semua ucapan mulut.  Apa pun yang terucap di mulut orang semua berasal dari hati.  Kalau hati benar, yang keluar dari mulut pasti benar.  Sebaliknya apabila hati dalam keadaan keruh, pasti yang keluar dari mulut adalah hal-hal yang negatif.  "Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat."  (Matius 12:34b-35).

Hati itu ibarat sehelai kanvas yang akan terbentuk coraknya sesuai cat yang disapukan di atasnya!

Monday, September 19, 2016

JANGAN SARAT PESTA PORA (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 September 2016 

Baca:  Markus 13:33-37

"Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu bilamanakah waktunya tiba."  Markus 13:33

Apa yang terjadi dengan hari esok tak seorang pun tahu!  Namun yang pasti di depan kita akan semakin banyak tantangan yang harus dihadapi.  Kita pun harus siap secara mental supaya kita tidak gagal dan jatuh di tengah perjalanan.  Terkadang orang jatuh bukan karena terantuk batu yang besar tetapi justru terpeleset kerikil-kerikil kecil.  Kejatuhan orang terkadang bukan karena besarnya persoalan atau masalah yang dialami, tetapi justru saat segala sesuatunya berjalan dengan baik, nyaman dan aman dalam segala hal, di situlah awal kelengahan.  Rasul Paulus mengingatkan,  "Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!"  (1 Korintus 10:12).

     Bagaimana supaya kita tidak jatuh?  Berjaga-jaga dan berdoalah.  Sampai kapan kita harus berjaga-jaga dan berdoa?  Sampai kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya.  Lalu kapan Tuhan Yesus datang?  Tepatnya tanggal, hari dan tahun kedatangan Tuhan adalah rahasia Ilahi Allah Bapa.  "Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja."  (Markus 13:32).  Tetapi yang jelas tanda-tanda Tuhan segera datang sudah tampak nyata!  Salah satu tandanya adalah kemerosotan moral manusia:  kejahatan semakin menjadi-jadi, konflik, pertikaian, percabulan atau pornografi, kriminalitas sudah menjadi berita biasa setiap hari.  "...jika kamu lihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah bahwa waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu."  (Markus 13:29).

     Sekali lagi ditekankan supaya kita berjaga-jaga dan berdoa sebab hari Tuhan itu datangnya secara tiba-tiba dan tak terduga.  Bagi orang percaya hari-hari ini seharusnya adalah waktu dan kesempatan memersiapkan diri.  Jangan malah bertindak sebaliknya, hidup dalam kemabukan dan pesta pora dunia.  Bagi orang yang tidak siap, maka  "...hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap."  (2 Petrus 3:10).

Di mana posisi Saudara?  Sedang berjaga dan berdoa, atau hanyut dalam pesta pora?

Sunday, September 18, 2016

JANGAN SARAT PESTA PORA (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 September 2016 

Baca:  Lukas 21:34-38

"Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat."  Lukas 21:34

Tidak ada satu orang pun yang kebal terhadap dosa, untuk itu kita perlu berjaga-jaga supaya tidak jatuh ke dalam dosa.  Terlebih hidup di tengah dunia yang menawarkan banyak hal yang menyenangkan daging:  kekayaan, kesenangan, kemewahan, popularitas dan segala kenikmatan.  Bila kita tidak berhati-hati dan tidak memiliki sikap berjaga-jaga kita akan mudah terjebak dan terbawa arus, akhirnya tenggelam dalam pesta pora dunia ini.  Arti kata pesta pora:  berpesta besar, bersuka ria  (makan minum), yang membuat seseorang menjadi terlena dan lupa diri.  Kita sering mendengar celoteh orang yang berkata:  "Hidup ini hanya satu kali, bersenang-senanglah, nikmatilah hidup!  kalau tidak sekarang, kapan lagi?"  Bisa diartikan selama masih hidup di dunia bersenang-senanglah dan nikmatilah hidupmu, tidak perlu pusing memikirkan perkara-perkara rohani, tidak perlu capai-capai ibadah atau pelayanan.  Tapi ada tertulis:  "Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba."  (Pengkhotbah 9:12).

     Keadaan dunia semakin hari semakin jahat dan kian memburuk, terkadang bisa dengan kuat menyeret kita terlibat di dalamnya.  Sebagai orang percaya seharusnya kita bisa menanggapi situasi-situasi yang ada dengan hikmat Tuhan, sebab Tuhan banyak berbicara melalui peristiwa atau kejadian yang sedang terjadi.  Firman Tuhan memperingatkan,  "Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora..."  (ayat nas).  Kata jagalah ini mengarah pada perilaku kita supaya segala sesuatu yang kita lakukan tidak seperti yang dilakukan oleh orang-orang dunia, tetapi sesuai dengan kehendak Tuhan, karena secara tidak sadar kita mudah sekali terpancing mengikuti pola hidup duniawi yang sarat sifat serakah, kemabukan dan pesta pora.

     Apa yang harus kita perbuat?  Berdoa dan berjaga-jaga:  dua perkara yang saling terkait, sebab tanpa berdoa kita pasti akan gagal dalam berjaga-jaga, sebab sumber kekuatan utama kita datangnya hanya dari Tuhan.  (Bersambung)

Saturday, September 17, 2016

MANUSIA MUDAH BERUBAH, TUHAN TAK BERUBAH

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 September 2016 

Baca:  Mazmur 102:1-29

"tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahun-Mu tidak berkesudahan."  Mazmur 102:28

Kita sering mendengar ada pasutri yang mengeluh karena pasangannya sudah mulai banyak berubah.  Suami yang dulunya sabar dan penuh perhatian kini berubah menjadi pemarah, kasar, bahkan suka memukul;  isteri yang dulunya kalem dan halus budi bahasanya kini cerewetnya minta ampun....  Berbeda sekali saat baru menikah!  Banyak pula orangtua mengeluhkan perubahan dalam diri anak-anaknya... mereka yang dulunya penurut kini suka sekali memberontak.  Mungkin kita juga mengenal seseorang yang kita anggap baik dan kita berpikir bahwa kebaikan itu akan terus berlangsung... tetapi ternyata sekarang ia berubah.  Betapa sering kita dikecewakan orang lain yang ingkar terhadap janji-janjinya.  Tak ada jaminan bahwa manusia yang kita kenal akan tetap sama selamanya.  Mudah berubah...itulah manusia!

     Karena itu jangan sekali-kali  "...berharap pada manusia, sebab ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?"  (Yesaya 2:22).  Bahkan nabi Yeremia memeringatkan keras:  "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!"  (Yeremia 17:5).  Berharap dan mengandalkan manusia hanya akan membuat kita kecewa, sakit hati dan frustasi karena manusia mudah sekali berubah!

     Siapa yang tidak pernah berubah?  Tuhan  "Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah,"  (Maleakhi 3:6).  Hanya Tuhan, satu-satunya pribadi yang  "...Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya."  (Ibrani 13:8), yang selalu konsisten dengan apa yang diucapkan atau janjikan, sebab  "Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?"  (Bilangan 23:19), artinya Tuhan tidak pernah melupakan atau melalaikan apa yang pernah dijanjikan-Nya.  Tuhan tidak pernah berubah dengan tujuan agar manusia diselamatkan dan memperoleh apa yang dijanjikan-Nya.  Semangatlah menjalani hidup ini, karena kita punya Tuhan yang tidak berubah!

"Karena itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima janji itu akan kepastian putusan-Nya, Allah telah mengikat diri-Nya dengan sumpah,"  Ibrani 6:17

Friday, September 16, 2016

HIDUP BENAR: Menggetarkan Hati Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 September 2016 

Baca:  1 Yohanes 3:19-24

"Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah,"  1 Yohanes 3:21

Alkitab menyatakan:  "Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu."  (Yesaya 59:1-2).  Jelas dosa atau ketidaktaatan adalah penyebab utama Tuhan tidak mengindahkan doa-doa kita, bahkan Ia akan menyembunyikan wajah-Nya.

     Dosa benar-benar menjauhkan siapa saja dari Tuhan!  Padahal sesungguhnya tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menyelamatkan dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar.  Dengan kata lain, untuk mendapatkan perhatian dari Tuhan, menggetarkan hati Tuhan, sehingga perhatian-Nya tertuju kepada kita adalah ketika kita hidup dalam ketaatan.  Tuhan berkata,  "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya."  (Yohanes 15:7).  Tinggal di dalam Tuhan dan firman-Nya berarti hidup dalam kebenaran dan menjadi pelaku firman.  Ada pepatah mengatakan,  "Berani karena benar, takut karena salah."  Kalau tahu secara pasti bahwa kita hidup dalam kebenaran firman, tidak ada yang perlu dikuatirkan, ditakutkan atau diragukan apakah doa-doa kita dijawab Tuhan atau tidak.  Kalau kita berada dalam kebenaran kita mempunyai keberanian mendekat kepada Tuhan,  "dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya."  (1 Yohanes 3:22).  Sebaliknya kalau kita berbuat dosa, kita tak dapat menyangkal hati nurani sendiri, karena hati nurani kita akan menuduh kita.

     Sesungguhnya firman Tuhan bukan sesuatu yang terlalu berat dilakukan  (baca  1 Yohanes 5:3-4), karena ada Roh Kudus menolong, menuntun dan memampukan.  Yang merasa berat adalah kita sendiri karena kita enggan meninggalkan zona nyaman dan lebih menuruti keinginan daging.

Hidup dalam kebenaran adalah sebuah jaminan untuk mengalami penggenapan janji Tuhan!

Thursday, September 15, 2016

BERDOA TIDAK LAGI DIANGGAP PENTING

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 September 2016 

Baca:  Amsal 4:1-27

"Janganlah meninggalkan hikmat itu, maka engkau akan dipeliharanya, kasihilah dia, maka engkau akan dijaganya."  Amsal 4:6

Ketika orang berada dalam pergumulan berat, kesesakan hebat, mempunyai keperluan mendesak, lemah, tertekan, terjepit, belum punya apa-apa, belum menjadi siapa-siapa, kebanyakan ia akan sungguh-sungguh berdoa, giat beribadah dan melayani Tuhan.  Namun begitu sudah ditolong Tuhan, pekerjaan mapan, ekonomi dipulihkan, sakit-penyakit disembuhkan, studi berhasil dan sebagainya, berdoa tidak lagi dianggap penting...kerajinan beribadah mengendur dan pelayanan pun ditinggalkan.  Pemikirannya berubah:  semua bukan lagi karena anugerah dan campur tangan Tuhan, tetapi hasil kerja keras diri sendiri, kemampuan, kekuatan dan kepintaran sendiri!

     Dalam keadaan seperti itu Iblis serasa  'berada di atas angin'  karena telah berhasil merusak dan menghancurkan kehidupan doa seseorang!  Alkitab memperingatkan:  "...janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini."  (Ulangan 8:17-18).  Sadarilah bahwa kesuksesan kita dalam pekerjaan dan pelayanan adalah karena anugerah Tuhan.  Jangan pernah memuji diri sendiri, tetapi akuilah karya dan kebesaran Tuhan yang telah dinyatakan dalam kehidupan kita, serta mengucap syukurlah sesudah menerima segala berkat-Nya.

     Sesibuk apa pun jangan pernah meninggalkan jam-jam doa!  Tetapkanlah sendiri kapan Anda mau duduk diam di bawah kaki Yesus seperti Maria untuk menyembah dan mendengarkan Ia berbicara.  Kalau pagi-pagi benar Anda tidak punya waktu berdoa karena terlalu sibuk, carilah alternatif waktu lain, karena orang tidak bisa memaksa atau menetapkan kapan kita harus berdoa.  "Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?"  (Galatia 3:3).

Jangan tinggalkan jam-jam doa meski keadaan sudah baik, sebab semua karena Tuhan!

Wednesday, September 14, 2016

SEDIAKAN WAKTU 'TUK BERDOA (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 September 2016 

Baca:  Amsal 6:1-19

"janganlah membiarkan matamu tidur, dan kelopak matamu mengantuk;"  Amsal 6:4

Ada kalimat bijak mengatakan,  "Perjalanan seribu mil dimulai dari langkah pertama."  Awal yang baik akan menentukan hasil akhir.  Maka dari itu sebelum kaki kita melangkah lebih jauh menapaki hari baru, awalilah segala sesuatu dengan berdoa:  bersyukur atas pemeliharaan dan perlindungan Tuhan di sepanjang malam, bersyukur atas kekuatan dan kesehatan yang baru, bersyukur atas kesempatan yang Tuhan beri untuk kita menikmati berkat-berkat-Nya yang baru.  "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!"  (Ratapan 3:22-23).  Kita memohon anugerah-Nya agar dimampukan melakukan segala tugas dan kewajiban kita, serta menyerahkan semua rencana kita kepada Tuhan, karena  "Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana."  (Amsal 19:21).  Kalau Tuhan yang menuntun dan menyertai langkah kita mulai dari pagi hari, maka hari itu akan menjadi hari kemenangan bagi kita.  Namun bukan perkara mudah menyediakan waktu secara konsisten di pagi hari untuk berdoa.  Ini adalah sebuah proses, butuh latihan.  Jika kita berkomitmen untuk berdoa di pagi hari secara rutin, kita pun harus bisa mengatur waktu dengan baik, janganlah tidur terlalu larut supaya tidak terlambat bangun.

     Di tengah jadwal pelayanan-Nya yang teramat padat, ketika hari masih sangat dini, bahkan sebelum ayam berkokok, Tuhan Yesus pergi ke tempat yang sunyi senyap berdoa kepada Bapa.  Tuhan Yesus mencari kehendak Bapa terlebih dahulu sebelum mengerjakan segala pekerjaan yang dipercayakan Bapa kepada-Nya!  Kehendak Bapa adalah yang terutama dalam hidup-Nya, karena itu Ia memulai hari-hari-Nya dengan berdoa.

     Bagaimana dengan Saudara?  Maukah Anda bangun pagi-pagi untuk berdoa?  "janganlah membiarkan matamu tidur, dan kelopak matamu mengantuk;"  (Amsal 6:4).  Dikatakan bahwa orang yang suka tidur lebih dari batasnya, yang tidak suka bangun pagi-pagi untuk berdoa, akan mengalami masalah dalam hidupnya.  "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."  (Matius 6:33).

Datanglah terlebih dahulu kepada Tuhan sebelum melakukan segala sesuatu, niscaya berkat Tuhan akan menyertai hidupmu!

Tuesday, September 13, 2016

SEDIAKAN WAKTU 'TUK BERDOA (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 September 2016 

Baca:  Mazmur 59:1-18

"Tetapi aku mau menyanyikan kekuatan-Mu, pada waktu pagi aku mau bersorak-sorai karena kasih setia-Mu; sebab Engkau telah menjadi kota bentengku, tempat pelarianku pada waktu kesesakanku."  Mazmur 59:17

Meski status orang percaya adalah warga sorgawi, harus diingat bahwa dua kaki kita masih berpijak di atas muka bumi ini, artinya kita juga dihadapkan pada segala kesukaran dan masalah setiap hari, sama seperti yang dirasakan dan dialami orang-orang di luar Tuhan.  Kita tidak mungkin lari dari segala kesukaran dan masalah;  suka tidak suka, mau tidak mau kita harus menghadapinya.  Banyak orang Kristen hidup dalam kegagalan demi kegagalan, merasa tidak sanggup menghadapi segala kesukaran dan kesulitan karena tidak memiliki kehidupan doa.  Bagaimana bisa menang atas segala pergumulan kalau kita tidak mau berperang terlebih dahulu, tidak mau menyangkal diri, tidak mau membayar harga!

     Raja Salomo menulis:  "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya."  (Pengkhotbah 3:1).  Kebenaran ini berlaku bagi kita semua dalam segala hal dan keadaan, begitu juga dalam kehidupan doa.  Selagi ada kesempatan dan waktu,  "Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!"  (Yesaya 55:6).  Kalau kita ingin menang atas segala pergumulan, tetap tegak berdiri di atas badai dan gelombang kehidupan, jalan satu-satunya adalah harus memiliki kehidupan doa!  Dengan kata lain berdoa harus menjadi bagian yang tetap dalam keseharian hidup kita!  Oleh karena itu sediakanlah waktu yang tetap setiap hari untuk berdoa, jangan sekali-kali menundanya.

     Kapan waktu yang tepat untuk berdoa?  Tuhan bersedia ditemui kapan pun kita menyediakan waktu bersekutu dengan-Nya.  Bisa pada pagi hari sebelum matahari menyingsing, saat suasana masih sunyi senyap, belum ada kesibukan, belum terdengar keributan.  Ketika banyak orang memilih bersembunyi di balik selimut, kita bisa datang kepada Tuhan melalui doa.  Pagi-pagi benar adalah bagian yang pertama dari hari yang akan kita lalui yang seharusnya kita persembahkan kepada Tuhan, seperti yang dilakukan Daud:  "TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu."  (Mazmur 5:4).  (Bersambung)

Monday, September 12, 2016

JANGAN BIMBANG SEPERTI GELOMBANG!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 September 2016 

Baca:  Matius 14:22-33

"Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: 'Tuhan, tolonglah aku!'"  Matius 14:30

Pulau Bali, salah satu pulau terindah di dunia yang dikenal dengan sebutan pulau dewata, selalu menjadi destinasi utama wisatawan asing maupun domestik.  Salah satu obyek wisata yang menjadi daya pikat wisatawan adalah keindahan pantainya.  Hampir semua wisatawan yang sedang berlibur di Bali pasti akan mengunjungi pantai, terutama pantai yang memiliki pasir putih dengan pemandangan sunrise atau sunset.  Ada banyak pantai di Bali yang selalu dibanjiri wisatawan karena keunikan dan keindahannya, seperti pantai Nusa Dua, pantai Jimbaran, pantai Sanur, pantai Kuta dan masih banyak lagi.

     Ketika sedang berada di tepi pantai atau laut, pernahkah Saudara memerhatikan deburan ombak di sana?  Cobalah Saudara lempar sebuah bola ke tengah ombak, maka kita akan melihat bahwa bola tersebut akan bergerak ke sana ke mari, tidak bisa tetap di tempat, karena terdorong oleh ombak.  Begitulah gambaran dari orang yang bimbang hati!  Yakobus menyatakan,  "...orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin."  (Yakobus 1:6).  Bimbang berarti tidak tetap hati  (kurang percaya), ragu-ragu;  (merasa khawatir;  cemas.  Orang yang bimbang hati tidak akan menerima sesuatu dari Tuhan karena doanya tidak akan dijawab Tuhan.  Banyak orang Kristen sudah berdoa kepada Tuhan untuk masalah yang dialami, tetapi begitu melihat fakta yang bertolak belakang, hatinya pun mulai bimbang.  Petrus pernah berjalan di atas air untuk mendapati Tuhan Yesus yang sedang berjalan di atas air, tetapi begitu merasakan tiupan angin ia pun menjadi takut dan mulai tenggelam.  Beruntung Tuhan Yesus segera mengulurkan tangan-Nya untuk menolong:  "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?"  (Matius 14:31).

     Sekencang apa pun angin dan gelombang menerpa kehidupan ini, selama mata kita tertuju kepada Tuhan Yesus dan tidak bimbang, kita pasti akan mengalami mujizat dari doa-doa kita.  Namun jika mata kita hanya terarah kepada besarnya masalah dan situasi, kita akan tenggelam dalam kegagalan.

"janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau..."  Yesaya 41:10

Sunday, September 11, 2016

SIKAP YANG BENAR DALAM BERDOA (3)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 September 2016 

Baca:  Matius 21:18-22

"Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya."  Matius 21:22

Tuhan tidak terbatas ruang dan waktu.  Ia bersedia ditemui kapan pun kita menyediakan waktu bersekutu dengan-Nya, namun tentu saja kita harus datang kepada-Nya dengan rasa hormat.  Tetapi mengapa doa-doa kita sepertinya terbentur langit-langit kamar, tidak mau mencapai sorga, tempat Tuhan berada?  Salah satu alasannya adalah kita sendiri tidak yakin akan doa-doa kita, alias berdoa dengan hati bimbang.  3.  Hati yang percaya.  Inilah sikap rohani yang harus kita miliki saat berdoa.  Jangan bersikap seperti Tomas yang baru percaya kalau sudah melihat bukti.  "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya."  (Yohanes 20:25).

     Meski seseorang tampak rajin beribadah ke gereja, atau aktif melayani pekerjaan Tuhan, tapi jika tidak memercayai firman Tuhan atau tetap bimbang terhadap janji firman-Nya, apalah artinya.  Ketidakpercayaan atau kebimbangan hanya akan membuat doa-doa kita tak bermakna.  Supaya doa kita didengar Tuhan kuncinya adalah percaya kepada Tuhan dan firman-Nya.  "demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya."  (Yesaya 55:11).  Alkitab menyatakan bahwa tanpa iman percaya tidak ada seorang pun dapat menghampiri Tuhan dan berkenan kepada-Nya  (baca  Ibrani 11:6).

     Inilah kesukaan Tuhan:  kita datang kepada-Nya dengan percaya meskipun tidak melihat dan tidak merasakan apa-apa.  Kita harus berjalan dengan iman dan bukan dengan melihat sebagaimana disampaikan rasul Paulus:  "--sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat--"  (2 Korintus 5:7).  Yakobus menasihati,  "Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan."  (Yakobus 1:6-7).

Percaya adalah kata kunci untuk memiliki kehidupan doa yang berkuasa!

Saturday, September 10, 2016

SIKAP YANG BENAR DALAM BERDOA (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 September 2016 

Baca:  Matius 6:5-8

"Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan."  Matius 6:7

Alkitab menyatakan bahwa semua orang yang menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, percaya dalam nama-Nya, kepada mereka diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah  (baca  Yohanes 1:12).  Itulah sebabnya setiap orang yang mengikut Tuhan disebut anak-anak Tuhan!  Sudahkah kita mengetahui kebenaran ini?  Jika sudah, masihkah kita datang kepada Tuhan seperti orang asing atau seperti seorang budak yang diliputi ketakutan?  Mengapa kita merasa begitu jauh terpisah dari Tuhan dan takut mengungkapkan isi hati melalui doa?

     Doa adalah sebuah hubungan.  Bagaimana sikap kita akan menunjukkan seberapa jauh arti hubungan itu bagi kita.  "Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: 'ya Abba, ya Bapa!' Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah."  (Galatia 4:6-7).  Dengan pertolongan Roh Kudus kita bisa datang kepada Tuhan melalui doa dengan hubungan yang sangat karib seperti anak dengan bapanya.  Kita tidak perlu berdoa kepada Tuhan dengan perkataan yang bertele-tele, yang diterjemahkan dari kata Yunani battologeo:  berbicara ngalor-ngidul;  berceloteh seperti burung beo atau sering mengulang-ulang kata yang tanpa makna;  atau juga diartikan:  omong kosong atau sekedar ucapan basa-basi.  Biasanya doa model demikian bukan berasal dari lubuk hati, melainkan sebatas ucapan di mulut saja.  Doa yang berele-tele bisa diartikan pula berdoa dengan memakai istilah-istilah yang kelihatannya rohani, padahal hati dan pikiran sama sekali tidak terpusat kepada Tuhan, melainkan melayang-layang entah ke mana.  Doa yang Tuhan kehendaki adalah yang jujur, terus-terang, singkat dan sederhana, apa yang ada di dalam hati, tanpa ada kepura-puraan atau dibuat-buat.

     2.  Sederhana seperti anak.  Berdoalah dengan bahasa sederhana seperti anak yang sedang berbicara dengan bapanya!  Percayalah bahwa Roh Kudus akan menyampaikan doa kita dengan sempurna ke hadapan Tuhan, sebab Tuhan mengerti apa maksud kita.

Tuhan mau kita bersikap sederhana seperti anak yang karib dengan bapanya!

Friday, September 9, 2016

SIKAP YANG BENAR DALAM BERDOA (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 September 2016 

Baca:  Mazmur 25:1-22

"Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati."  Mazmur 25:9

Banyak orang Kristen mengeluh doa-doanya belum beroleh jawaban dari Tuhan, padahal mereka sudah berdoa sekian waktu lamanya.  Salah satu faktor yang menyebabkan doa-doa kita terhalang, yang kurang kita sadari adalah, kita berdoa dengan sikap hati yang salah.  Memang kita sudah berdoa sesuai dengan yang Alkitab ajarkan yaitu berdoa di dalam nama Tuhan Yesus,  "...tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa,"  (Yakobus 4:3).

     Perhatikan firman Tuhan ini supaya sikap hati kita dalam berdoa menjadi benar, sehingga kita mendapatkan jawaban atas apa yang kita minta dan doakan kepada Tuhan di dalam nama-Nya.  Berdoa bukanlah semata-mata mengucapkan kata-kata secara teratur yang berisi daftar kebutuhan hidup sehari-hari, melainkan suatu pernyataan  (ekspresi)  dari jiwa, roh dan tubuh kita dalam ibadah kepada Tuhan.  Tuhan melihat sikap hati kita, bukan apa yang nampak secara lahiriah,  "Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati."  (Amsal 16:2).  Suatu doa yang keluar dari dasar hati yang bersih, walaupun diucapkan hanya dengan beberapa kata sederhana atau dengan tetesan air mata, mampu menggetarkan hati Tuhan.  Segala doa yang dinaikkan kepada Tuhan dengan sikap hati yang benar pasti didengarkan Tuhan.

     Sikap rohani yang harus dimiliki saat berdoa:  1.  Kerendahan hati.  "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati. Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya."  (Petrus 5:5-6).  Jangan sampai kita bersikap seperti orang Farisi yang datang ke Bait Tuhan untuk berdoa, tapi dengan hati sombong memamerkan kebenaran dan kesucian dirinya  (menurut penilaian sendiri).  Dipandang dari sudut mana pun sesungguhnya tidak ada alasan bagi kita meninggikan diri atau bermegah di hadapan Tuhan, sebab segala keadaan dan apa yang kita punyai adalah semata-mata anugerah Tuhan  (baca  1 Korintus 15:10).

"TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya."  Mazmur 34:19

Thursday, September 8, 2016

TUHAN YESUS: Berdoa Syafaat (3)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 September 2016 

Baca:  Yohanes 17:1-26

"Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran."  Yohanes 17:17

Banyak orang Kristen mengeluh karena setelah mengikuti Yesus tantangan kok semakin berat:  ada yang dikucilkan keluarga, dijauhi teman atau sahabat, mengalami tekanan di tempat kerja dan juga lingkungan.  Namun dibenci dunia tampaknya sudah menjadi konsekuensi bagi setiap pengikut Kristus seperti yang Yesus katakan,  "Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu."  (Yohanes 15:18-19).

     Kata dunia mengacu kepada sistem atau pola hidup dunia yang kian bertambah jahat dan semakin menyimpang dari kebenaran di hari-hari menjelang kedatangan Tuhan, sehingga keberadaan gereja di tengah dunia seperti anak domba di tengah kawanan serigala:  "Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati."  (Matius 10:16).  Di tengah dunia yang jahat gereja dipanggil untuk tidak menjadi serupa dengan dunia  (baca  Roma 12:2), karena itu dunia sangat membenci dan memusuhi gereja-Nya.  Yesus berdoa,  "Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat."  (Yohanes 17:15).  Tidak ada yang perlu ditakutkan dan dikuatirkan karena ada Roh Kudus yang diutus untuk menjaga, melindungi dan menyertai gereja-Nya sampai kepada akhir zaman  (baca  Matius 28:20b).

     2.  Pengudusan bagi gereja-Nya.  Gereja dipanggil bukan untuk memusuhi dunia atau menjauhkan diri dari dunia, melainkan untuk menjadi garam dan terang bagi dunia ini.  Tuhan Yesus berdoa agar Bapa menguduskan gereja-Nya dalam kebenaran  (ayat nas)  supaya gereja dapat memenuhi panggilannya, sebab tanpa kekudusan gereja tidak akan berdampak apa-apa bagi dunia.  Kata kuduskanlah menekankan kepada tindakan Tuhan yang telah dan secara aktif akan menguduskan gereja-Nya, sedangkan bagian yang harus dikerjakan gereja adalah hidup menurut pimpinan Roh Kudus, sehingga tidak lagi menuruti keinginan daging  (baca  Galatia 5:16).

Kerinduan Tuhan Yesus bagi gereja-Nya:  hidup dalam kesatuan dan kekudusan!

Wednesday, September 7, 2016

TUHAN YESUS: Berdoa Syafaat (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 September 2016 

Baca:  Yohanes 17:1-26

"Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia."  Yohanes 17:4

Istilah gereja berasal dari kata Yunani kuriakos yang berarti milik Tuhan.  Secara harafiah gereja berarti tempat ibadah atau rumah Tuhan.

     Gereja yang sesungguhnya bukan berbicara mengenai gedung atau bangunan secara fisik, tetapi mengacu pada jemaat atau orang percaya.  Istilah jemaat adalah terjemahan kata Yunani ekklesia, yang artinya  'sidang atau kumpulan orang percaya yang dipanggil keluar dari'.  Jemaat adalah tubuh Kristus, dan Kristus sendiri adalah kepala jemaat,  "Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus. Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh. Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota. Memang ada banyak anggota, tetapi hanya satu tubuh."  (1 Korintus 12:12, 13, 14, 20).  Pemazmur menyatakan di mana ada kesatuan dan kerukunan ke sanalah Tuhan akan mencurahkan berkat-berkat-Nya  (baca  Mazmur 133).  Kunci hidup dalam kesatuan adalah kerendahan hati dan tidak mementingkan diri sendiri:  "...hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;"  (Filipi 2:2-3).

     Gereja tidak akan bisa bersatu bila masing-masing menganggap diri lebih baik, lebih benar, lebih penting dari pada lainnya.  Dalam pandangan Tuhan Yesus kebesaran atau keluhuran hidup tidak didapat dengan cara meninggikan diri sendiri, melainkan dengan merendahkan diri.  'Anggota tubuh'  tentulah berbeda-beda, baik itu pola, posisi ataupun fungsinya, tetapi satu dalam dinamika kerjanya.  Tapi seringkali kita menganggap perbedaan sebagai masalah, padahal perbedaan adalah sebuah aset berharga yang harus dijaga.  Bila perbedaan yang ada disikapi secara bijak akan tercipta sebuah harmoni.

Tuhan mau gereja-Nya bersatu dan bekerjasama untuk melaksanakan pekerjaan-Nya di muka bumi ini!

Tuesday, September 6, 2016

TUHAN YESUS: Berdoa Syafaat (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 September 2016 

Baca:  Yohanes 17:1-26

"Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu..."  Yohanes 17:9

Ada banyak kepercayaan di dunia ini yang memerintahkan umat untuk berdoa bagi keselamatan pemimpin rohaninya.  Berbeda sekali dengan iman Kristen.  Tuhan Yesus tidak pernah meminta para pengikut-Nya mendoakan keselamatan diri-Nya karena Ia sendiri adalah Sang Juruselamat.  "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."  (Kisah 4:12).

     Ketika para murid bertanya perihal kepergian-Nya, dengan tegas Yesus menjawab bahwa Ia pergi ke rumah Bapa untuk menyediakan tempat bagi orang percaya,  "...supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada."  (Kisah 4:3).  Yesus justru berdoa syafaat untuk murid-murid-Nya sebelum Ia berpisah dengan mereka.  Kata syafaat  (bahasa Arab)  artinya perantara yang menyampaikan permohonan untuk kepentingan orang lain.  Inilah yang disebut doa imamat.  Dalam doa ini seorang berdiri sebagai imam untuk kepentingan orang lain.  Inilah yang dilakukan Yesus sejak Ia dipermuliakan dan duduk di sebelah kanan Bapa-Nya di sorga,  "...Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?"  (Roma 8:34), dan  "Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka."  (Ibrani 7:25).  Doa syafaat adalah doa tingkat tinggi sebab tidak semua orang percaya melakukan doa ini.  Adalah lebih mudah berdoa bagi diri sendiri daripada berdoa untuk kepentingan orang lain.

     Pokok doa syafaat Tuhan Yesus:  1.  Kesatuan gereja-Nya.  "Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita."  (Yohanes 17:11).  Tuhan menginginkan agar gereja-Nya hidup dalam kesatuan!  Dewasa ini banyak gereja yang cenderung membentuk kelompok sendiri-sendiri, dan terpecah-belah.  Kalau tidak sedenominasi mereka tidak mau bekerjasama.  Karena keprihatinan inilah Tuhan Yesus berdoa kepada Bapa agar kesatuan gereja-Nya tetap terpelihara.  (Bersambung)

Monday, September 5, 2016

BERDOA UNTUK KEBUTUHAN HIDUP

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 September 2016 

Baca:  Matius 7:7-11

"Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya."  Matius 7:11

Semua orang pasti mempunyai kebutuhan dan juga keinginan dalam hidupnya.  Untuk memenuhi kebutuhan dan mewujudkan keinginan tersebut orang perlu berusaha dan bekerja.  Kabar bahagianya:  Tuhan tahu persis apa kebutuhan dan keinginan kita meski apa yang kita butuhkan dan inginkan tersebut masih tersimpan di dalam hati, belum kita katakan.  Sebagai Bapa yang baik Ia telah menyediakan semua yang menjadi kebutuhan anak-anak-Nya, dan semuanya itu baik adanya.  "Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran."  (Yakobus 1:17).

     Apa pun yang menjadi kebutuhan dan keinginan kita, sampaikan dan beritahukan kepada Tuhan melalui doa.  Inilah janji Tuhan yang berlaku bagi semua anak-Nya,  "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan."  (Matius 7:7-8), dan  "Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku. Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu."  (Yohanes 16:23-24).  

     Segala berkat yang kita butuhkan ada dalam tangan Tuhan, oleh karena itu berharaplah kepada-Nya, jangan kepada yang lain, sebab tidak ada perkara yang mustahil bagi Tuhan.  Dia pasti akan membuka jalan serta menyediakan segala yang kita butuhkan dengan cara-Nya yang heran dan ajaib.  Asal kita taat kepada Tuhan, apa yang menjadi kebutuhan kita pasti Tuhan sediakan tepat pada waktunya seperti tertulis:  "dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya."  (1 Yohanes 3:22).

Tuhan akan memenuhi segala keperluan kita menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya  (baca  Filipi 4:19).

Sunday, September 4, 2016

MERASA KUATIR? BERDOALAH...

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 September 2016 

Baca:  Filipi 4:2-9

"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur."  Filipi 4:6

Semua orang pasti pernah kuatir!  Banyak hal yang menyebabkan orang kuatir:  tentang kebutuhan hidup sehari-hari  (sandang, pangan, papan), biaya pendidikan yang semakin melambung, sakit-penyakit yang seringkali kambuh, masa depan anak, kuatir tidak segera mendapatkan jodoh dan masih banyak lagi.  Merasa kuatir adalah hal yang sangat manusiawi, tapi jika terus-menerus melanda tidak akan mendatangkan kebaikan, melainkan berdampak sangat buruk:  hilang damai sejahtera dan sukacita, mudah terserang penyakit:  "Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang,"  (Amsal 12:25).

     Pemazmur menasihati:  "Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau!"  (Mazmur 55:23a).  Kalau kita menyerahkan dan memercayakan hidup dan segala permasalahannya kepada Tuhan, sesungguhnya tidak ada perkara yang perlu dikuatirkan, sebab semua ada dalam kendali kuasa-Nya dan tidak ada sesuatu yang sulit bagi-Nya untuk bertindak menolong kita.  Yang perlu kita lakukan adalah datang kepada Tuhan melalui doa dan mengimani semua yang Ia sampaikan melalui firman-Nya.  Hidup berkemenangan adalah bagian hidup orang percaya sebab kita memunyai Tuhan yang sanggup meneduhkan angin dan badai kehidupan.  Ketika Elia sungguh-sungguh berdoa kepada Tuhan, hujan tidak turun selama tiga setengah tahun;  dan melalui kekuatan doa yang Elia panjatkan pula langit menurunkan hujan  (baca  1 Raja-Raja 18:42-45). 

     Karena itu kita tidak perlu kuatir tentang apa pun  (meski secara fakta ada alasan untuk kita menjadi kuatir)  sebab Tuhan Yesus sudah menang bagi kita melalui karya pengorbanan-Nya di kayu salib.  "Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita."  (Matius 8:17).  Jangan sekali-kali merasa jemu berdoa, apalagi berhenti berdoa, sebab  "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya."  (Yakobus 5:16b).

Selama kita memiliki persekutuan yang karib dengan Tuhan, tidak ada yang perlu dikuatirkan!

Saturday, September 3, 2016

DOA ADALAH SENJATA AMPUH

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 September 2016 

Baca:  Matius 13:24-30

"Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu."  Matius 13:26

Selama hidup di dunia ini kita takkan pernah berhenti bergumul dan berperang karena dunia adalah medan peperangan.  Peperangan dahsyat terjadi di seluruh muka bumi ini sehingga tidak ada satu tempat pun yang aman, baik di lautan atau pun di atas puncak gunung tinggi.  Namun peperangan itu bukan menghadapi musuh yang kelihatan dengan menggunakan senjata nyata, melainkan peperangan melawan roh-roh jahat di udara, Iblis dan seluruh bala tentaranya  (baca  Efesus 6:12).  Di segala bidang kehidupan, di segala tempat dan di segala situasi Iblis selalu menyerang:  dalam kehidupan rumah tangga, pekerjaan dan bisnis, bahkan dalam kehidupan berjemaat  (gereja)  Iblis terus mengincar,  "...berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya."  (1 Petrus 5:8).

     Tuhan Yesus menerangkan bahwa Kerajaan Sorga seperti suatu ladang yang menumbuhkan gandum dan juga lalang.  Itulah kenyataan yang terjadi di dalam gereja, ada orang-orang Kristen yang hidup dalam kebenaran dan memiliki kehidupan doa, tetapi banyak pula orang Kristen yang tidak demikian.  Pada saatnya Tuhan akan membuat perbedaan di antara keduanya:  "...antara orang benar dan orang fasik, antara orang yang beribadah kepada Allah dan orang yang tidak beribadah kepada-Nya."  (Maleakhi 3:18).  Ketika menghadapi peperangan berat sekali pun orang benar akan tampil sebagai pemenang sebab mereka memiliki senjata ampuh menangkis serangan Iblis, yaitu doa.

     Selama kita memiliki kehidupan doa yang konsisten, memelihara hubungan dengan Tuhan setiap hari, Iblis tidak akan mampu bertahan menghadapi kita.  "...setiap orang saleh berdoa kepada-Mu,...sesungguhnya pada waktu banjir besar terjadi, itu tidak melandanya."  (Mazmur 32:6), artinya selalu ada perlindungan dan pembelaan dari Tuhan!  Sebaliknya orang yang tidak berlaku benar di hadapan Tuhan, tidak memiliki kehidupan doa, Tuhan tidak berpihak kepadanya, ia akan terhempas seperti lalang:  "Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar;"  (Matius 13:30).

Milikilah kehidupan doa supaya kita menang terhadap serangan Iblis;  jika tidak, kita akan terhempas seperti lalang!

Friday, September 2, 2016

YESUS UTAMAKAN DOA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 September 2016 

Baca:  Markus 1:35-39

"Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana."  Markus 1:35

Berdoa adalah hal terpenting dalam kehidupan dan pelayanan Tuhan Yesus!  Sebelum menyatakan diri-Nya dan menjalankan pekerjaan yang dipercayakan Bapa kepada-Nya, Tuhan Yesus terlebih dahulu mengasingkan diri di padang gurun untuk berdoa dan berpuasa selama 40 hari 40 malam lamanya.  Karena kekuatan doa inilah Tuhan Yesus mampu mengalahkan segala tipu muslihat Iblis yang ditujukan kepada-Nya  (baca  Matius 4:1-14).  Begitu juga selama pelayanan-Nya Alkitab mencatat bahwa Tuhan Yesus seringkali pergi menyendiri untuk berdoa.  Bahkan, hingga saat-saat terakhir hidup-Nya di kayu salib, Tuhan Yesus pun masih berdoa, bukti nyata bahwa Ia mengutamakan doa.

     Pagi-pagi benar sebelum matahari terbit Yesus telah bangun dan berdoa kepada Bapa-Nya, dan seringkali juga sepanjang malam dalam kesunyian di atas gunung Ia berdoa sendirian:  "Setelah Ia berpisah dari mereka, Ia pergi ke bukit untuk berdoa."  (Markus 6:46).  Lukas juga mencatat:  "Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah."  (Lukas 6:12).  Perhatikan ayat ini:  "Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan."  (Ibrani 5:7).  Karena memiliki kehidupan doa yang luar biasa Yesus tampil sebagai pribadi yang luar biasa pula dan penuh kuasa.

     Membangun persekutuan dengan Bapa, melibatkan Bapa dalam setiap kehendak dan rencana-Nya adalah kunci keberhasilan pelayanan Yesus.  Meski selalu menjadi incaran banyak orang yang memusuhi dan berusaha menjatuhkan-Nya, Ia mampu menguasai diri-Nya dan tetap tenang karena Ia selalu menempatkan doa sebagai hal yang utama.  "Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa."  (1 Petrus 4:7b).  Selama 3,5 tahun pelayanan-Nya di bumi Yesus bukan hanya mengajar murid-murid-Nya secara teori tetapi juga secara praktis tentang pentingnya berdoa!

Tuhan Yesus memberikan teladan hidup bagaimana Ia menempatkan doa sebagai hal utama dalam hidup-Nya, supaya kita pun mengikuti jejak-Nya.

Thursday, September 1, 2016

BERDOA: Terpenting Dalam Hidup

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 September 2016 

Baca:  Efesus 6:10-20

"Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya..."  Efesus 6:18

Kata doa adalah kata yang selalu menarik perhatian semua orang percaya, karena di mana pun berada dalam keadaan tertekan, terjepit atau mengalami jalan buntu dalam permasalahan, hal pertama yang kita butuhkan adalah doa.  Entah kita sendiri yang berdoa, atau kita meminta orang lain untuk mendoakan kita.

     Doa lahir karena semua orang menyadari akan kekuatan dan kemampuan yang terbatas, sehingga kita sangat membutuhkan pertolongan dan campur tangan Tuhan.  Namun banyak orang Kristen kurang menyadari arti pentingnya berdoa, terbukti mereka sering mengabaikan jam-jam doa dan susah sekali menyediakan waktu secara konsisten untuk berdoa, sedangkan untuk melakukan aktivitas-aktivitas lain, mereka bisa.  Berdoa haruslah menjadi hal terpenting dalam kehidupan kita lebih dari segala pekerjaan apa pun, sebab segala pekerjaan yang ada di dunia ini sifatnya hanya sementara saja, sedangkan berdoa adalah suatu pekerjaan yang berdampak kekekalan.  Hidup tanpa doa ibarat rumah tidak bertiang!  Dapatkah sebuah rumah berdiri tegak bila tidak ada tiang yang mendukungnya?  Mustahil!

     Doa adalah nafas hidup kita, yaitu berdoa yang bukan hanya sebagai kegiatan rutinitas agamawi, bukan sekedar mengucapkan kalimat-kalimat doa yang dihafalkan, tetapi yang menjadi gaya hidup sehari-hari.  Inilah yang dimaksud memiliki kehidupan doa!  Janganlah kita mengikuti jejak orang-orang fasik yang tidak menempatkan doa sebagai hal terpenting, karena mereka beranggapan bahwa segala sesuatu bisa dilakukan dengan mengandalkan kekuatan sendiri tanpa harus melibatkan Tuhan dalam hidupnya, padahal doa merupakan jalan yang Tuhan sudah tetapkan untuk kita berbicara, membangun hubungan dengan Dia, dan meminta sesuatu kepada-Nya.  Ketika orang benar berdoa kepada Tuhan, Dia yang Mahakuasa sanggup melakukan apa saja, sebab tidak ada yang mustahil bagi-Nya  (baca  Lukas 1:37):  sebesar apa pun masalah bisa diselesaikan, sakit-penyakit disembuhkan, pintu yang tertutup pun bisa terbuka, perkara yang tak mungkin menjadi sangat mungkin.

Adalah rugi besar jika kita mengenyampingkan dan tidak menganggap penting doa!

Wednesday, August 31, 2016

IMAN NUH: Melakukan Kehendak Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Agustus 2016 

Baca:  Kejadian 6:9-22

"Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya."  Kejadian 6:22

Nuh adalah salah satu tokoh Alkitab yang memiliki peranan penting dalam sejarah kehidupan manusia, ia tercatat sebagai saksi iman.  Tanpa Nuh tidak akan ada lagi umat manusia pada hari ini, karena semua manusia yang hidup di jamannya mengalami kebinasaan karena dilanda air bah, kecuali Nuh adan keluarganya.

     Ketika orang-orang hidup dalam kejahatan dan menjauh dari Tuhan, Nuh memilih hidup benar di hadapan Tuhan, tertulis:  "Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah."  (ayat 9).  Karena hidup bergaul karib dengan Tuhan, Ia pun menyatakan kehendak dan rencana-Nya kepada Nuh,  "Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi. Buatlah bagimu sebuah bahtera dari kayu gofir;"  (ayat 13-14);  dan ketika diperintahkan Tuhan untuk membuat bahtera, meski secara manusia perintah itu tidak masuk di akal, dan meski banyak orang mencemooh dan menertawakannya, Nuh tetap taat melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya.  Alkitab menyatakan,  "Karena iman, maka Nuh--dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan--dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya."  (Ibrani 11:7).  Nuh percaya akan apa yang Tuhan firmankan kepadanya tentang akan datangnya air bah;  walaupun hujan belum pernah dilihat sebelumnya, inilah iman.

     Jadi, iman bukan didasarkan pada apa yang dapat dilihat atau dirasakan, namun didasarkan pada janji Tuhan.  "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat."  (Ibrani 11:1).  Sambil memersiapkan bahtera, kita sangat percaya bahwa Nuh terus memeringatkan orang-orang agar segera bertobat... tetapi sayang peringatan dari Tuhan itu mereka anggap angin lalu, akhirnya  "...setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal,"  (Ibrani 2:2).

Karena iman dan ketaatannya Nuh sekeluarga beroleh kasih karunia dari Tuhan!