Wednesday, June 8, 2016

JEMAAT EFESUS: Kehilangan Kasih Mula-Mula (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Juni 2016 

Baca:  Wahyu 2:1-7

"Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula."  Wahyu 2:4

Segala sesuatu yang dikerjakan tanpa kasih, terlebih-lebih dalam hal ibadah dan pelayanan, tidak akan mendatangkan kemuliaan bagi Tuhan!  Rasul Paulus menyatakan bahwa sehebat-hebatnya orang, jika ia tidak memiliki kasih, keberadaannya sama seperti gong yang berkumandang dan canang yang gemercing, sama sekali tidak berguna atau tidak ada faedahnya  (baca  1 Korintus 13:1-3).  Karena itu kasih harus mendasari seluruh aspek kehidupan orang percaya!  Melihat kenyataan bahwa kasih yang mula-mula telah hilang dari jemaat Efesus Tuhan Yesus memperingatkan,  "Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat."  (Wahyu 2:5).

     Perhatikan 3 perkara ini:  mengingat, bertobat dan melakukan seperti semula.  Jemaat Efesus tidak sadar bahwa walaupun tampak giat melayani pekerjaan Tuhan sesungguhnya mereka telah jauh dari hadirat-Nya.  Tuhan memeringatkan agar segera bertobat!  Pertobatan yang dimaksudkan bukan untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, karena mereka sudah lama menjadi orang percaya, melainkan suatu tindakan meninggalkan kehidupan lama yang tidak berkenan kepada Tuhan, dan segera melakukan apa yang dilakukan semula yaitu melakukan segala sesuatu dengan kasih.  Jika mereka tetap mengabaikan peringatan Tuhan ini ada konsekuensinya:  Tuhan akan mengambil kaki dian dari tempatnya.  Kaki dian adalah tempat bagi sumber terang dan terang itu adalah Tuhan sendiri:  "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."  (Yohanes 8:12).

     Kaki dian adalah lambang kehadiran Tuhan!  Bila kaki dian diambil, sebagai pertanda bahwa Tuhan tidak lagi hadir, maka keadaan gereja tidak akan jauh berbeda dengan bangunan lainnya, tidak mempunyai nilai apa-apa dan tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai terang di tengah kegelapan dunia ini.

"Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!"  1 Korintas 10:12

Tuesday, June 7, 2016

JEMAAT EFESUS: Kehilangan Kasih Mula-Mula (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Juni 2016 

Baca:  Wahyu 2:1-7

"Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu."  Wahyu 2:2a

Jemaat di Efesus merupakan jemaat terbesar di antara ketujuh jemaat di Asia kecil.  Kota Efesus  (di Yunani)  adalah pusat perkembangan politik dan juga kota perdagangan yang maju;  di sana pula terdapat tempat peyembahan berhala dan banyak sekali kuil dibangun.  Perlu diketahui, rasul Paulus pernah tinggal di kota itu dalam kurun waktu yang cukup lama, sekitar 3 tahun  (baca  Kisah 20:31).  Tuhan memberikan acungan jempol atau pujian kepada jemaat Efesus oleh karena kesungguhan mereka dalam beribadah dan melayani pekerjaan-Nya.  Pernyataan  'Aku tahu segala pekerjaanmu'  menunjukkan bahwa Tuhan tahu apa pun yang umat-Nya kerjakan  (ibadah dan pelayanan), sebab Dia mahatahu.  Tak seorang pun manusia dapat bersandiwara atau mengelabui Tuhan, sebab  "...tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab."  (Ibrani 4:13).  Kalau Tuhan memuji kinerja suatu jemaat berarti mereka benar-benar layak mendapatkan pujian, sebab pujian tersebut bukan keluar dari mulut manusia yang basa-basi atau tendensius, tetapi Tuhan sendiri yang mengatakannya.

     Luar biasa!  Tidak pernah sia-sia kita berjerih lelah beribadah dan melayani Tuhan sebab semua diperhitungkan-Nya.  Yang harus diperhatikan adalah motivasi atau sikap hati kita melakukannya,  "...sebab TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita."  (1 Tawarikh 28:9).  Ungkapan  'jerih payah'  menunjuk kepada suatu pekerjaan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, sampai berkeringat dan penuh pengorbanan.  Artinya jemaat Efesus adalah jemaat yang tidak suka bermalas-malasan, tidak kenal lelah, bersemangat, tidak hitung-hitungan dan penuh totalitas dalam melayani pekerjaan Tuhan.  Mereka juga sangat kokoh memegang ajaran firman Tuhan, terlihat dari sikap yang tidak mau berkompromi dengan ajaran yang menyimpang.

     Meski demikian, mengapa Tuhan masih menegur jemaat ini?  Karena tanpa disadari mereka telah terjebak kepada pelayanan yang bersifat legalistik atau agamawi.  Ibadah dan pelayanan yang selama ini mereka lakukan tak lebih dari sekedar rutinitas yang terjadwal, tanpa didasari kasih atau telah kehilangan kasih mula-mula!  (Bersambung)

Monday, June 6, 2016

TUHAN YANG TIDAK DIANGGAP

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Juni 2016 

Baca:  Yohanes 1:35-51

"Kata Natanael kepadanya: 'Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?'"  Yohanes 1:46

Nazaret adalah kampung kecil yang terletak di daerah Galilea.  Di sanalah Tuhan Yesus tumbuh dan dibesarkan.

     Karena berasal dari daerah kecil banyak orang meremehkan dan merendahkan Yesus, bahkan ketika Ia pulang kampung dan mengajar di rumah ibadat orang-orang memandang sebelah mata.  Mengapa?  Karena mereka hanya tahu bahwa Yesus itu tak lebih dari anak seorang tukang kayu.  Mereka kenal orangtua dan saudara-saudara-Nya tetapi mereka tidak tahu siapa Yesus sesungguhnya dan dari mana Ia datang.  Begitu melihat Yesus mengajar, takjub dan terheran-heranlah mereka.  "Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu? Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?"  (Matius 13:54b-56).  Keraguan juga dikemukakan Natanael,  "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?"  Bagi manusia Yesus sungguh tidak ada harganya dan dipandang sebelah mata, bahkan ditolak di kampung halamannya sendiri.  "Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya."  (Matius 13:57).  Karena ketidakpercayaan itu tidak banyak mujizat yang Tuhan Yesus kerjakan di tempat asalnya.

     Di masa sekarang ini pun banyak sekali orang yang meremehkan dan tidak menganggap Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.  Kalau pun orang datang mencari Yesus itu bukan karena telah melihat tanda-tanda, melainkan semata-mata ingin mendapatkan berkat materi atau mujizat.  "...sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang."  (Yohanes 6:26).  Yang dimaksud melihat  'tanda-tanda'  adalah memahami maksud dan tujuan Tuhan Yesus datang ke dunia!

Sebagian besar orang hanya berpikir bagaimana Tuhan memenuhi kebutuhan hidupnya, tapi begitu tidak mendapatkan apa yang diinginkan dan harapkan, semangat mencari Tuhan pun luntur, dan Ia tidak lagi dianggap!

Sunday, June 5, 2016

PENINGGIAN DATANGNYA DARI TUHAN (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Juni 2016 

Baca:  Mazmur 75:1-11

"Sebab bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu,"  Mazmur 75:7

Ketika semua saudara Daud tak satu pun yang dipilih Tuhan, bertanyalah Samuel kepada Isai:  "Inikah anakmu semuanya?"  Rupanya apa yang dipandang baik dan layak di mata manusia untuk dipilih menjadi raja ternyata ditolak oleh Tuhan;  dan ketika tinggal Daud sendiri yang belum diperkenalkan, Isai pun menjawab dengan penuh keragu-raguan:  "Masih tinggal yang bungsu, tetapi sedang menggembalakan kambing domba."  (1 Samuel 16:11).  Perhatikan apa yang difirmankan Tuhan kepada Samuel setelah melihat Daud:  "Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia. Samuel mengambil tabung tanduk yang berisi minyak itu dan mengurapi Daud di tengah-tengah saudara-saudaranya. Sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh TUHAN atas Daud."  (1 Samuel 16:12-13).  Daud dipilih dan diurapi Tuhan melalui Samuel;  Tuhan tidak melihat penampilan luar seseorang, tetapi Ia lebih melihat hati dan karakternya.

     Daud dinyatakan sebagai orang yang berkenan kepada Tuhan karena sikap dan komitmennya untuk hidup bergaul karib dengan Tuhan.  Kitab Mazmur yang sebagian besar adalah hasil tulisannya bukti betapa ia sangat dekat dengan Tuhan dan mengasihi-Nya.  Ia juga memiliki hati yang mudah dibentuk oleh Tuhan.  Ketika jatuh dalam dosa, dengan hati hancur ia datang kepada Tuhan, mengakui dan menyesali dosa dan kesalahan yang telah diperbuatnya, serta sungguh-sungguh bertobat.  Ia adalah orang yang berpegang teguh kepada ketetapan Tuhan dan punya hati mengampuni.  Hal itu terlihat dari sikapnya yang membiarkan raja Saul untuk tetap hidup walaupun ia mempunyai kesempatan dua kali untuk membunuhnya, sekalipun Saul-lah yang membuat hidup Daud menderita dan Saul-lah yang selalu berusaha membunuhnya.  Ini pernyataan Daud,  "tetapi aku tidak mau menjamah orang yang diurapi TUHAN."  (1 Samuel 26:23).

     Meskipun sudah menjadi raja dengan segala kemewahan dan agenda kerja yang teramat padat Daud tetap menempatkan Tuhan sebagai yang utama dalam hidupnya dan menghormati hadirat Tuhan lebih dari segala-galanya  (baca  Mazmur 84:11).

"Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku."  Kisah 13:22

Saturday, June 4, 2016

PENINGGIAN DATANGNYA DARI TUHAN (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Juni 2016 

Baca:  1 Samuel 16:1-13

"Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."  1 Samuel 16:7b

Daud adalah tokoh yang tidak asing dalam iman kristiani.  Nama Daud dalam bahasa Ibrani artinya dikasihi.  Alkitab menggambarkan Daud muda seperti ini:  "...kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok."  (1 Samuel 16:12).

     Aktivitas keseharian Daud banyak dihabiskan di padang rumput menggembalakan domba.  Ia adalah anak bungsu dari delapan bersaudara di keluarga Isai.  Meski masih muda Daud adalah anak pemberani, yang dibuktikan ketika ia melindungi kambing dombanya dari serangan binatang-binatang buas.  "Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya. Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini."  (1 Samuel 17:34b-36a).  Selain itu Daud juga memiliki talenta yang luar biasa dalam hal bermain kecapi.  Setiap kali ia memainkannya urapan Tuhan turun ke atasnya sehingga raja Saul pun kagum dibuatnya.

     Meski memiliki banyak kelebihan Daud tetaplah orang yang rendah hati dan senantiasa takut akan Tuhan.  Apakah Daud kemudian menjadi anak kebanggaan bagi keluarganya?  Ternyata tidak sama sekali.  Keberadaan Daud justru diabaikan dan dipandang sebelah mata oleh saudara-saudaranya, termasuk oleh orangtuanya sendiri.  Penolakan itu terungkap jelas dari mazmur yang ditulisnya:  "Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku."  (Mazmur 27:10).  Alkitab juga mencatat bagaimana Daud pernah diabaikan, dilupakan dan tidak dianggap oleh Isai  (ayahnya)  ketika Tuhan memerintahkan Samuel untuk mengurapi seorang raja baru sebagai pengganti Saul.  Ketujuh saudara Daud telah terlebih dahulu menghadap Samuel, tetapi tak satu pun dari mereka yang dipilih oleh Tuhan meski secara kasat mata penampilan mereka sangat meyakinkan dan menimbulkan decak kagum,  "Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: 'Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya.'"  (1 Samuel 16:7).

Apa yang dipandang baik oleh manusia belum tentu baik di mata Tuhan!

Friday, June 3, 2016

SEPERTI MUSUH DALAM SELIMUT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Juni 2016 

Baca:  Mazmur 55:1-24

"Kalau musuhku yang mencela aku, aku masih dapat menanggungnya; kalau pembenciku yang membesarkan diri terhadap aku, aku masih dapat menyembunyikan diri terhadap dia."  Mazmur 55:13

Mazmur 55 ini kemungkinan besar ditulis oleh Daud, setelah puteranya Absalom mengkhianatinya dengan berusaha merebut takhtanya  (baca  2 Samuel 15).  Jadi yang mengkhianati dan berbuat jahat kepada Daud bukanlah orang jauh, bukan musuh yang sesungguhnya, tetapi orang yang sangat dekat dengan dia dan yang dikasihinya.  Betapa perih hati Daud!  Pengkhianatan, gosip, fitnah, iri hati dan sebagainya seringkali datang bukan dari musuh jauh, tetapi datang dari orang-orang terdekat dengan kita, ibaratnya musuh dalam selimut!  Ini adalah sebuah kenyataan dan Saudara pun mungkin pernah mengalami dan merasakan itu,  "Tetapi engkau orang yang dekat dengan aku, temanku dan orang kepercayaanku: kami yang bersama-sama bergaul dengan baik, dan masuk rumah Allah di tengah-tengah keramaian."  (Mazmur 55:14-15).

     Pengalaman pahit seperti yang dialami Daud ini bisa saja terjadi di mana pun:  di tempat kerja, di lingkungan sekitar rumah tinggal, di sekolah, atau bahkan di gereja tempat kita berjemaat.  Di luar dugaan, orang-orang terdekat dapat menyakiti kita dengan segala perbuatan yang bersifat seperti musuh.  Para hamba Tuhan atau pelayan Tuhan yang sepintas tampak sehati sepikir dalam melayani Tuhan ternyata juga saling menjatuhkan dan iri hati.  Firman Tuhan memperingatkan,  "Janganlah percaya kepada teman, janganlah mengandalkan diri kepada kawan!"  (Mikha 7:5).  Tuhan Yesus sendiri ketika ditangkap oleh musuh-musuh-Nya ditinggalkan oleh murid-murid-Nya yang telah bergaul karib dengan-Nya setiap hari, seperti tertulis:  "Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri."  (Matius 26:56b).  Yudas Iskariot, salah seorang dari kedua belas murid-Nya, tega menjual Tuhan Yesus dengan tiga puluh uang perak.

     Bila Saudara saat ini sedang ditinggalkan atau mungkin telah disakiti orang-orang terdekat, jangan pernah kecewa dan menyimpan sakit hati!

Tuhan berjanji,  "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."  Ibrani 13:5b

Thursday, June 2, 2016

WALAU SERIBU REBAH DISISIKU (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Juni 2016 

Baca:  Mazmur 91:1-16

"sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu."  Mazmur 91:11

Badai kehidupan biarlah membuat kita semakin terdorong meningkatkan kualitas kerohanian kita:  semakin giat beribadah dan melayani Tuhan, sebab kita yang setia dan tetap berpegang teguh kepada firman-Nya akan mampu melewati semuanya.  "malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu;"  (ayat 10).

     Tidak ada yang dapat terjadi kepada hamba yang setia kepada Tuhan, kecuali hal itu diijinkan-Nya.  Kebenaran ini tidak menyatakan bahwa tidak akan pernah ada masa-masa sukar atau tidak menyenangkan, tetapi selama kita mengandalkan Tuhan dan menjadikan Dia sebagai tempat perlindungan, segala sesuatu yang terjadi pada kita diarahkan Tuhan demi kebaikan kita  (baca  Roma 8:28).  Firman Tuhan tidak pernah menjanjikan akan menjauhkan kita dari kesukaran atau badai kehidupan, melainkan akan memberikan kekuatan, pertolongan dan jalan keluar untuk setiap pergumulan hidup yang kita hadapi, bahkan Tuhan akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk melayani, melindungi, menjaga dan mengawasi kita.  "Dan kepada siapakah di antara malaikat itu pernah Ia berkata: 'Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu?' Bukankah mereka semua adalah roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani mereka yang harus memperoleh keselamatan?"  (Ibrani 1:13-14).  Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego memiliki pengalaman akan hal ini.  Daniel berkata,  "Allahku telah mengutus malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku,..."  (Daniel 6:23).  Begitu pula Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang tetap aman terselamatkan walaupun dibuang ke dapur perapian yang dipanaskan tujuh kali lipat.

     Kita tidak perlu takut menghadapi dunia yang semakin tidak karuan ini sebab Tuhan ada di pihak kita.  "Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku."  (Mazmur 91:14).

Hati yang senantiasa melekat kepada Tuhan adalah kunci untuk menerima pembelaan dan perlindungan dari Tuhan!

Wednesday, June 1, 2016

WALAU SERIBU REBAH DI SISIKU (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Juni 2016 

Baca:  Mazmur 91:1-16

"Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung, kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar tembok."  Mazmur 91:4

Pada hari-hari menjelang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya, keadaan dunia ini tidak akan bertambah baik sebagaimana yang disampaikan oleh rasul Paulus,  "Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar."  (2 Timotius 3:1).  Bahkan jauh sebelum itu Daud juga sudah menubuatkan tantangan dan kesukaran yang harus dihadapi oleh orang percaya, seperti tertulis di Mazmur 91 ini.  Bukankah di hari-hari ini semuanya sudah dan sedang terjadi?  Kejahatan di segala lini kehidupan kian merajalela, ada banyak keluarga yang hancur, narkoba mengancam di segala tempat, pelecehan seksual serta bencana alam yang menelan banyak korban terjadi di mana-mana, dan berbagai jenis penyakit baru bermunculan.  Demikianlah fenomena yang terjadi di zaman sekarang ini yang sudah jauh-jauh hari Alkitab nyatakan.

     Mazmur ini memberikan solusi sekaligus jaminan perlindungan dan keamanan kepada kita yang senantiasa hidup melekat kepada Tuhan, mengandalkan Dia dan hidup seturut kehendak-Nya setiap hari.  "Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa akan berkata kepada TUHAN: 'Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai.'"  (Mazmur 91:1-2).  Yang Mahatinggi menunjukkan bahwa Ia jauh lebih besar daripada segala ancaman dan bahaya apa pun yang sedang kita hadapi;  Yang Mahakuasa menekankan betapa dahsyat kuasa-Nya untuk menghadapi dan membinasakan musuh.  "...betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di sorga, jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang."  (Efesus 1:19-21).

     Tuhan meyakinkan kita bahwa Dia selalu hadir dan menyertai kita di mana pun berada;  Allahku mengungkapkan kebenaran bahwa Dia telah memilih untuk bergaul karib dengan orang-orang yang senantiasa mengandalkan-Nya.  Inilah kebenaran firman Tuhan yang harus dipegang teguh oleh setiap orang percaya!  (Bersambung)

Tuesday, May 31, 2016

MEMPERSIAPKAN DIRI: Mengumpulkan Harta Sorga

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Mei 2016 

Baca:  Pengkhotbah 8:2-8

"Tiada seorangpun berkuasa menahan angin dan tiada seorangpun berkuasa atas hari kematian."  Pengkhotbah 8:8a

Kematian adalah realitas yang tidak pernah bisa diprediksi kapan terjadi dan dialami oleh semua orang, ia tidak mengenal usia dan status.  Karena itu jangan pernah berkata aku masih muda, masih sehat, masih kaya dan banyak uang, urusan mati itu tidak penting.  Justru karena kematian itu bisa datang sewaktu-waktu maka kita harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya,  "Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba."  (Pengkhotbah 9:12).  Karena itu hidup dalam pertobatan sejati harus dilakukan mulai dari sekarang, setiap saat dan setiap hari ketika menyadari kita telah menyimpang dari kehendak Tuhan!

     Jika selama ini tujuan hidup kita hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan jasmaniah dan semata-mata memuaskan keinginan daging, kini kita harus memerbaharui tujuan hidup kita dengan meneladani Yesus yang memiliki tujuan hidup menyenangkan hati Bapa melalui ketaatan-Nya.  "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya."  (Yohanes 4:34).  Kita harus berpikir bahwa hari ini adalah hari terakhir bagi kita dan besok sudah tidak ada kesempatan lagi.  Dengan demikian kita akan menghargai waktu sedemikian rupa dan menjadikan setiap hari sebagai suatu kesempatan yang berharga untuk kita memerbaiki hidup dengan fokus kepada perkara-perkara di atas, bukan yang di bumi, sebagaimana Tuhan Yesus sampaikan:  "...kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya."  (Matius 6:20).

     Mengumpulkan harta di sorga sama artinya berusaha memiliki hidup tidak bercacat dan tidak bercela di hadapan Tuhan, hidup yang tidak melukai hati Tuhan melalui perkataan dan perbuatan.  Inilah hidup yang mengutamakan dan mendahulukan Kerajaan Allah dan kebenarannya!

Bagi orang percaya yang telah mengumpulkan harta di sorga, kematian tidak lagi menakutkan, melainkan sebuah keuntungan besar karena bertemu dengan Tuhan!

Monday, May 30, 2016

TIADA LAGI AIR MATA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Mei 2016 

Baca:  Mazmur 6:1-11

"Lesu aku karena mengeluh; setiap malam aku menggenangi tempat tidurku, dengan air mataku aku membanjiri ranjangku."  Mazmur 6:7

Air mata bisa dikatakan bagian hidup manusia, mulai dari manusia dilahirkan sampai ia menutup mata, hidup manusia selalu diwarnai air mata yang tak kunjung habis.  Kelahiran bayi ditengah-tengah keluarga diawali tangisan dan tetesan air mata;  begitu keluar dari rahim ibunya ia sudah mulai menangis, air mata pertama sebagai pertanda kehadirannya di dunia.  Ketika diperhadapkan dengan masalah dan pergumulan hidup yang berat air mata kembali mewarnai hari-hari manusia, seperti yang dirasakan pemazmur:  "...aku menggenangi tempat tidurku, dengan air mataku aku membanjiri ranjangku."  (ayat nas);  dan ketika manusia sudah menyelesaikan  'kontraknya'  di dunia alias meninggal dunia, perpisahan itu ditutup pula dengan derai air mata oleh keluarga, sahabat, teman, kerabat dan orang-orang terdekat.

     Tetapi, pada saatnya air mata itu akan berhenti mengalir;  kapan itu?  Ialah pada hari yang penuh kemenangan dan kebahagiaan, pada saat Pengantin pria menjemput mempelai wanita-Nya masuk ke perjamuan kawin Anak Domba,  "Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu."  (Wahyu 21:4).  Ini berlaku bagi orang-orang yang setia sampai garis akhir, mereka yang hidup dalam kemurnian seperti perawan,  "...orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi...Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela."  (Wahyu 14:4-5).  Janji Tuhan ya dan amin!  Maka dari itu, selagi masih ada kesempatan kita harus mengerjakan pekerjaan Tuhan, menyelesaikan tugas dan panggilan-Nya di sepanjang hidup ini, karena pada saatnya kita akan menerima kehidupan kekal sebagai upah kesetiaan dan ketekunan kita dalam memelihara iman.

     Namun mereka yang menolak Kristus dan hidup menyimpang dari kebenaran dan mengalami penderitaan abadi, dan air matanya tidak akan pernah berhenti mengalir,  "Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi."  (Matius 13:42).

Tuhan akan menghapus air mata orang benar, diganti sukacita kekal!

Sunday, May 29, 2016

KEGAGALAN BANGSA ISRAEL: Peringatan Bagi Kita (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Mei 2016 

Baca:  Ibrani 3:7-19

"janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun, di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, sekalipun mereka melihat perbuatan-perbuatan-Ku, empat puluh tahun lamanya."  Ibrani 3:8-9

Tak seorang pun dari kita mengingini kegagalan dalam hidup, baik itu dalam pekerjaan atau bisnis, atau dalam membangun mahligai rumah tangga, studi, kejuaraan olahraga dan sebagainya.  Kegagalan menjadi momok semua orang!  Gagal dalam bidang-bidang jasmaniah semacam ini mungkin dampaknya hanya untuk sementara waktu selama hidup di dunia ini, tetapi jika gagal masuk ke tempat perhentian kekal, gagal masuk di kemah abadi yang Tuhan sediakan yaitu Kerajaan Sorga, ini adalah kegagalan total yang dampaknya kekal.

      Kegagalan sebagian besar umat Israel mencapai Tanah Perjanjian merupakan gambaran perjalanan hidup orang percaya dalam mencapai Kerajaan Sorga.  Kalau kita berlaku seperti mereka yaitu melakukan hal-hal jahat, mengeraskan hati, menyembah berhala, bersungut-sungut, hidup dalam percabulan dan pemberontakan, Tuhan tidak akan mengijinkan kita masuk ke tempat perhentian-Nya.  "Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat."  (2 Petrus 3:9).  Sesungguhnya Tuhan tidak menghendaki seorang pun dari umat-Nya binasa, melainkan Ia ingin semua orang mau berbalik ke jalan yang benar dan bertobat.  Namun semua kembali kepada keputusan dan pilihan kita masing-masing:  menyia-nyiakan keselamatan yang telah kita terima, atau tetap mengerjakan keselamatan dengan hati yang takut dan gentar, memiliki roh yang menyala-nyala untuk melayani Tuhan dan setia kepada-Nya sampai akhir.

     "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu"  (Ibrani 3:7-8), supaya kita tidak kehilangan berkat yang telah Tuhan sediakan bagi kita, sebab jika semuanya sudah terlambat, penyesalan pun tiada guna.

"setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal, bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu,"  Ibrani 2:2-3

Saturday, May 28, 2016

KEGAGALAN BANGSA ISRAEL: Peringatan Bagi Kita (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Mei 2016 

Baca:  1 Korintus 10:1-14

"Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba."  1 Korintus 10:11

Bangsa Israel adalah bangsa pilihan Tuhan untuk menjadi ahli waris anugerah-Nya sehingga keberadaannya diharapkan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain, sebagaimana janji Tuhan kepada Abraham:  "...olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat."  (Kejadian 12:3b).  Apa yang Tuhan janjikan terbukti ditepati-Nya, maka diberkatilah Ishak, Yakub  (yang disebut  'Israel')  dan ke-12 suku yang ada.  Tidak berhenti sampai di situ, Tuhan juga melepaskan mereka dari perbudakan di Mesir dan memimpin mereka menuju ke Tanah Perjanjian,  "...suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya,"  (Keluaran 3:8).

     Kendatipun demikian mereka tidak merespons anugerah Tuhan ini dengan sikap hati yang benar, terbukti mereka terus-menerus mengeluh, bersungut-sungut, menggerutu dan memberontak di sepanjang perjalanan menuju Tanah Perjanjian, sampai-sampai Tuhan menyebut mereka tegar tengkuk  (baca  Keluaran 32:9), padahal mereka telah mengecap berkat-berkat Tuhan yang luar biasa, namun gagal menyenangkan hati Tuhan.  Karena memberontak tersebut mereka harus melalui jalan berputar-putar di padang gurun selama 40 tahun.  Bukan hanya itu, sebagian besar mengalami kebinasaan di padang gurun sebelum mencapai Tanah Perjanjian.  Kegagalan ini bukan disebabkan oleh Tuhan, melainkan mereka sendiri yang mengeraskan hati dan tidak mau taat kepada Tuhan walaupun selama 40 tahun telah melihat perbuatan-perbuatan Tuhan yang dahsyat.  Tuhan sudah menyatakan mujizat-Nya agar mereka mau dengar-dengaran, tetapi mereka memilih untuk tidak percaya dan tetap mengeraskan hati, artinya kehendak bebas dan pilihan hidup tiap-tiap individu memegang peranan penting:  taat dan tidak taat, dengar-dengaran atau mengeraskan hati.

     Ketidaktaatan yang menyebabkan sebagian besar bangsa Israel gagal mencapai Kanaan adalah sebuah pelajaran berharga dan peringatan bagi kita agar terhindar dari kegagalan;  semuanya bergantung pada keputusan dan pilihan hidup yang kita ambil.

Ketidaktaatan kepada Tuhan adalah penyebab utama kegagalan bangsa Israel!

Friday, May 27, 2016

TEGURAN YANG MENYELAMATKAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Mei 2016 

Baca:  Yudas 1:17-23

"Tunjukkanlah belas kasihan kepada mereka yang ragu-ragu, selamatkanlah mereka dengan jalan merampas mereka dari api."  Yudas 22:23a

Menegur orang lain yang telah berbuat dosa atau melakukan kesalahan adalah tanggung jawab kita sebagai orang percaya.  Apabila teguran tersebut membuat orang tersebut menyesali perbuatannya dan kemudian bertobat, itu sama artinya kita telah menyelamatkan mereka dengan jalan merampas mereka dari api sebagaimana yang disampaikan oleh Tuhan Yesus,  "Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali."  (Matius 18:15b).  Problemnya:  ada banyak orang Kristen yang bersikap cuek, masa bodoh dan berlagak pura-pura tidak tahu ketika melihat orang lain jatuh dalam dosa.  Mereka berkata dalam hati:  "Bukan urusan saya, resiko biar ditanggung sendiri."  Firman Tuhan menyatakan,  "...nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama masih dapat dikatakan "hari ini", supaya jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa."  (Ibrani 3:13).

     Menegur orang yang berbuat dosa atau kesalahan membutuhkan kesabaran yang sangat ekstra dan kita pun harus peka terhadap situasi dan kondisinya, tidak boleh sembarangan.  Hal penting lain yang harus diperhatikan adalah sikap kita dalam menegur, berdoalah terlebih dahulu kepada Tuhan agar Ia memberikan hikmat bagaimana kita harus berkata-kata, sebab bila terlontar perkataan kasar, pedas dan menyakitkan, orang yang kita tegur bukannya akan menyadari kesalahannya dan kemudian bertobat, sebaliknya malah akan tersinggung, kecewa, sakit hati, dendam, kepahitan dan bisa-bisa ngambek, lalu meninggalkan Tuhan.

     Jika teguran dengan cara pertama yaitu di bawah empat mata ternyata mengalami kegagalan, cara lain yang bisa kita tempuh adalah:  "Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah..."  (Matius 18:16-17a).

"Orang yang mengarahkan telinga kepada teguran yang membawa kepada kehidupan akan tinggal di tengah-tengah orang bijak."  Amsal 15:31

Thursday, May 26, 2016

MENYELESAIKAN MASALAH SECARA ALKITABIAH

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Mei 2016 

Baca:  Matius 18:15-20

"Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali."  Matius 18:15

Dalam hidup sehari-hari sering kita jumpai ada orang-orang yang suka sekali membicarakan kelemahan dan kesalahan orang lain.  Ketika melihat orang lain jatuh dalam dosa atau berbuat kesalahan mereka langsung menjadikan hal itu sebagai bahan gosip dan pergunjingan, sehingga orang yang berbuat dosa tersebut menjadi sangat malu.

     Berhati-hatilah!  "Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."  (Lukas 6:38b).  Tidak selayaknya kita menghakimi dan menyudutkan orang yang berbuat kesalahan tersebut, sebaliknya kita harus berusaha agar ia tidak tenggelam dalam rasa bersalah, namun mengalami pemulihan.  Caranya?  Alkitab menyatakan bahwa kita harus menegurnya di bawah empat mata.  Firman Tuhan tidak menyuruh kita sebagai penyiar berita dan menjadikannya sebagai konsumsi publik, tetapi kita diperintahkan untuk menegur yang bersangkutan di bawah empat mata, artinya tanpa ada campur tangan dari pihak ketiga.  Kita harus bersikap sportif dan kesatria untuk berani menegur yang bersangkutan, bukan memerbincangkannya di belakang.  Banyak kegagalan dilakukan oleh orang percaya yaitu menegur saudaranya di hadapan umum, sehingga hal itu menimbulkan rasa malu dan sakit hati dalam diri yang bersangkutan.  Bila kita berada di posisi yang salah kita pun harus berjiwa besar untuk mengakui kesalahan, jangan lekas marah dan tersinggung bila ditegur.

     Andaikan ajaran firman ini dipraktekkan dengan baik dan benar, kita percaya bahwa jemaat Tuhan akan hidup dalam kerukunan, penuh damai sejahtera tanpa ada dengki dan dendam.  "Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya."  (Mazmur 133:1-3).

Dibutuhkan hikmat dari Tuhan untuk membereskan persoalan dosa dan kesalahan orang lain, jika tidak, kita cenderung menyelesaikannya dengan akal manusia yang akhirnya berdampak buruk bagi orang lain dan juga diri sendiri!

Wednesday, May 25, 2016

PERBUATLAH TERLEBIH DAHULU

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Mei 2016 

Baca:  Matius 7:12-14

"Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka."  Matius 7:12

Semua orang berharap mendapatkan perlakuan yang baik dari orang lain:  dihargai, dihormati, didengar, diperhatikan dan sebagainya.  Firman Tuhan menyatakan bahwa segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang lain perbuat kepadamu, perbuatlah juga kepada mereka  (ayat nas).  Dengan kata lain, bila kita ingin dihargai orang lain belajarlah menghargai orang lain;  bila kita ingin diperhatikan, belajarlah untuk memperhatikan;  bila ingin mendapatkan perlakuan yang ramah dari orang lain, belajarlah berlaku ramah terhadap mereka;  bila kita ingin orang lain tidak ingkar terhadap janjinya, maka kita pun harus belajar menepati janji.  Apa yang ingin suami perbuat terhadap isteri, isteri pun harus berbuat demikian kepada suami.  Inilah yang disebut hukum kesamaan!

     Rasul Paulus menasihatkan,  "dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga."  (Filipi 2:4).  Namun faktanya?  Di zaman sekarang ini jarang sekali orang mau melakukan hal yang demikian.  Umumnya orang hanya menuntut orang lain untuk melakukan apa yang dikehendakinya, sementara ia sendiri tidak mau berbuat.  "Manusia akan mencintai dirinya sendiri...tidak tahu berterima kasih...tidak tahu mengasihi,"  (2 Timotius 3:2-3).  Kita menjadi orang yang sangat egois!  Hal inilah yang seringkali menjadi pemicu permasalahan dan penyebab retaknya sebuah hubungan, baik itu dalam kehidupan berumah tangga, pertemanan, persahabatan atau bermasyarakat, karena tiap-tiap orang hanya saling menuntut dan mengutamakan kepentingan sepihak saja.

     Bila kita renungkan, sesungguhnya hukum kesamaan adalah hukum yang sangat alamiah, sederhana dan mudah untuk dipraktekkan dalam kehidupan kita sehari-hari, tidak merugikan dan justru mendatangkan dampak yang positif bagi diri sendiri dan juga orang lain.  Kalau kita memperlakukan orang lain dengan sangat baik, maka orang itu pun cenderung akan berbuat seperti apa yang telah kita perbuat terhadanya.  Mulai dari sekarang, biarlah kita yang mengawalinya!

"Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat."  Roma 12:10

Tuesday, May 24, 2016

HATI YANG BERBELAS KASIHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Mei 2016 

Baca:  Matius 9:9-13

"Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."  Matius 9:13

Tidak ada kata rugi bagi orang yang berbuat baik, bermurah hati dan menaruh belas kasihan.  Jika kita tidak jemu-jemu berbuat baik, pada saatnya kita pasti akan menuai.

     Orang yang bermurah hati sama artinya berbuat baik pada diri sendiri  (baca  Amsal 11:17);  orang yang menaruh belas kasihan itu mujur hidupnya  (baca  Mazmur 112:5).  Ada banyak orang Kristen tampak aktif melayani pekerjaan Tuhan sampai-sampai ia tidak punya waktu untuk diri sendiri dan keluarga, dan tampak seperti  'malaikat'  saat sedang pelayanan, tapi di luar itu mereka menunjukkan sifat aslinya:  cuek, masa bodoh, individualistis, pelit dan tidak punya belas kasihan terhadap orang lain.  Gambarannya seperti seorang imam dan juga orang Lewi yang tidak melakukan apa-apa ketika melihat ada orang asing menjadi korban perampokan dan sedang terluka parah di jalan  (baca  Lukas 10:31-32).

     Apalah artinya aktif dalam pelayanan rohani jika kita sendiri tidak punya hati melayani sesama.  Yang Tuhan kehendaki adalah hati yang berbelas kasihan terhadap orang lain sebagai perwujudan kasih terhadap sesama.  Belas kasihan adalah emosi dalam diri seseorang yang muncul akibat melihat penderitaan orang lain.  Ketika seseorang memiliki belas kasihan timbullah suatu usaha atau keinginan yang kuat untuk menolong dan mengurangi penderitaan mereka.  Belas kasihan itu mengacu kepada perbuatan baik kepada orang-orang yang lemah  (miskin), menderita, janda-janda, yatim piatu dan termasuk juga kepada orang berdosa.  Tuhan Yesus tidak sekedar mengajarkan tentang Kerajaan Sorga dan memerintahkan orang untuk bertobat, tetapi Ia sendiri juga menunjukkan belas kasihan-Nya dengan tindakan nyata terhadap orang-orang yang sakit dan menderita yang butuh pertolongan, termasuk terhadap orang-orang berdosa yang dipandang sebelah mata oleh sesamanya.

     Jika semua orang percaya memraktekkan apa yang Yesus teladankan, tanpa harus berkhotbah kita akan menjadi  'magnet'  bagi orang-orang untuk datang kepada Yesus.

"Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu."  Amsal 19:17

Monday, May 23, 2016

JANGAN JEMU-JEMU BERBUAT BAIK!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Mei 2016 

Baca:  Galatia 6:1-10

"Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah."  Galatia 6:9

Berbicara tentang kasih adalah hal yang mudah dalam kehidupan orang Kristen, karena kekristenan itu identik dengan kasih;  tetapi mengasihi seperti cara Tuhan mengasihi kita merupakan hal yang tidak mudah, sebab mengasihi harus diwujudkan dengan perbuatan, bukan perkataan semata.  Perwujudan nyata dari orang yang memiliki kasih adalah melalui perbuatan baik yang dilakukan.  "Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik."  (Matius 7:17).  Karena kita telah diselamatkan dan mengalami kasih dari Tuhan, maka kita wajib berbuat baik.  Perbuatan baik bukanlah syarat untuk mendapatkan keselamatan, melainkan buah dari keselamatan!

     Hakikat berbuat baik bukan semata-mata pada perbuatan baik itu sendiri, tetapi kepada sikap hati di balik perbuatan baik yang dilakukan.  Perbuatan baik yang dilakukan dengan sikap hati yang benar akan berdampak sangat positif dan menjadi sebuah kesaksian bagi orang lain.  Banyak orang dunia tidak lagi paham dengan kekristenan bukan karena ajaran dan doktrinnya, tetapi pada sikap atau perilaku hidup dari orang Kristen itu sendiri yang seringkali menjadi batu sandungan:  egois dan tidak punya kepedulian.

     Berapa lama kita harus menunjukkan perbuatan baik?  Perintah untuk berbuat baik itu bersifat permanen, terus-menerus, bukan hanya sesekali atau musiman.  Janganlah jemu-jemu menunjuk kepada suatu tindakan yang harus dilakukan secara terus-menerus.  Kepada siapa kita harus berbuat baik?  Kepada semua orang dalam situasi dan kondisi apa pun,  "...tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman."  (Galatia 6:10).  Mengapa?  Karena mereka adalah keluarga dalam kerajaan Allah, sesama anggota tubuh Kristus.  Jangan tunda-tunda waktu dan menjadi kendor dalam berbuat baik, sebab pada waktunya kita akan menuai apa yang kita tabur.  Seperti seorang petani yang telah menabur benih, ia tidak dengan serta merta berhenti bekerja, tetapi ia terus mengupayakan agar benih yang ditabur tersebut terus bertumbuh dengan baik hingga waktu untuk menuai itu pun tiba.

"Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa."  Yakobus 4:17

Sunday, May 22, 2016

IBADAH DAN PELAYANAN: Buah Pertobatan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Mei 2016 

Baca:  Matius 23:23-36

"Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan."  Matius 23:24

Tuhan Yesus mengecam ahli-ahli Taurat dan orang Farisi karena kemunafikan dan legalisme mereka.  Kata munafik ini merujuk pada aktor dalam drama yang memegang topeng di depan wajahnya saat ia berubah karakter.

     Secara jasmaniah mereka tampak aktif beribadah dan melayani, tapi hati mereka jauh dari Tuhan.  "...mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang;"  (Matius 23:5).  Tali sembahyang yang biasa mereka kenakan berbentuk kotak-kotak kecil berisi potongan perkamen tempat menuliskan bagian-bagian hukum.  Mereka mengenakan kotak-kotak kecil itu di dahi dan di pergelangan tangan sebagai wujud ketaatan harfiah atas perintah Tuhan ini:  "Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu,"  (Ulangan 6:8).  Jumbai adalah pinggiran dekoratif pada pakaian yang mereka kenakan untuk mengingatkan akan hukum-hukum Tuhan.  Karena merasa sudah expert dengan hukum-hukum Tuhan dan melayani, ahli-ahli Taurat dan orang Farisi menganggap diri sendiri paling benar dan suci, karena itu mereka gampang sekali menghakimi sesamanya menurut ukuran dan standarnya sendiri.  Firman Tuhan memperingatkan,  "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."  (Matius 7:1-2).  Bukan hanya itu, mereka juga memperkaya diri sendiri dengan mengincar janda-janda, bukti bahwa motivasi dalam melayani Tuhan tak lebih dari sekedar mencari keuntungan materi.

     Apa yang dilakukan ahli-ahli Taurat dan orang Farisi ini adalah pelajaran penting bagi kita orang percaya, terlebih yang terlibat pelayanan, jangan sampai ibadah dan pelayanan kita semata-mata ajang pamer.  Ibadah dan pelayanan sejati adalah membongkar semua kemunafikan diri, menanggalkan manusia lama dan bertekad mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, kudus dan yang berkenan kepada Tuhan.

Ibadah dan pelayanan jika tidak disertai pertobatan sejati hanya akan menjadi batu sandungan bagi umat yang dilayani!

Saturday, May 21, 2016

IBADAH DAN PELAYANAN: Bukan Untuk Show Off

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Mei 2016 

Baca:  Matius 23:1-22

"Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi."  Matius 23:5-7

Ada berbagai kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi:  beribadah, berdoa, berpuasa, memberi sedekah, pelayanan dan sebagainya.  Secara kasat mata mereka yang tampak aktif dalam kegiatan kerohanian seperti yang ditunjukkan oleh ahli-ahli Taurat dan orang Farisi, orang akan menyebutnya sebagai orang yang religius atau sangat rohani.  Namun akan sangat disayangkan bila pelayanan atau kegiatan-kegiatan keagamaan tersebut hanya dilakukan sebatas rutinitas, ibadah hanya  'kulit'  luar saja dan disertai dengan motivasi yang terselubung.

     Ibadah dan pelayanan yang biasa dilakukan oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi ternyata hanya bertujuan supaya dilihat orang, mencari pujian dan hormat dari manusia.  Ibadah dan pelayanan model demikian takkan punya arti apa-apa di hadapan Tuhan.  Upah yang mereka terima pun tak lebih dari pujian manusia semata!  Tuhan Yesus memperingatkan:  "... jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga."  (Matius 6:1).  Mereka mengajar umat tentang hukum-hukum Tuhan, tetapi mereka sendiri tidak melakukan firman yang diajarkan.  Apalah artinya fasih semua ayat-ayat di Alkitab dan menguasai ilmu teologia bila kita tidak menjadi pelaku firman.  Itu sama artinya menipu diri sendiri!  Rasul Paulus berusaha begitu rupa:  "...aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak."  (1 Korintus 9:27), sebab yang Tuhan kehendaki dari kita adalah  "...hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan."  (Matius 3:8).  Karena itu Tuhan Yesus mengecam mereka dengan keras,  "Celakalah kamu...!"

     Ibadah dan pelayanan yang benar harus disertai hati takut akan Tuhan, dibuktikan melalui ketaatan dan bertujuan untuk kemuliaan nama Tuhan, bukan diri sendiri.

Terhadap mereka yang hanya tampak  'suci'  dari luar, Tuhan menyebutnya sebagai orang-orang yang munafik.

Friday, May 20, 2016

BERSYUKUR ATAS KARYA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Mei 2016 

Baca:  Mazmur 104:1-35

"Betapa banyak perbuatan-Mu, ya TUHAN, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu."  Mazmur 104:24

Segala sesuatu yang ada di atas muka bumi ini tidak terjadi secara kebetulan dan bukan sekedar rangkaian kejadian atau peristiwa, tetapi semua ada dalam kendali Tuhan, sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya.

     Jagat raya dan semua yang ada di dalamnya diciptakan Tuhan dengan suatu maksud yang indah, karena Dia adalah arsitek Mahadahsyat yang tiada tandingannya dalam merancang dan mencipta.  Alam semesta dan cakrawala Tuhan ciptakan dengan penuh semarak dan demikian indahnya, dan Ia pun puas melihat hasil karya-Nya itu.  "Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik."  (Kejadian 1:31a).  Terlebih-lebih diciptakan-Nya manusia menurut rupa dan gambar-Nya sendiri.  Hal itu menunjukkan bahwa Tuhan menaruh tangan-Nya atas kita, mengukir dan membentuk kita sesuai rencana-Nya yang sempurna, sesuai dengan sifat-Nya yang Mahasempurna.  Karya-karya Tuhan yang teramat dahsyat ini membuat pemazmur berdecak kagum dan terpesona  (ayat nas).  Sebagai orang percaya kita selayaknya memberikan respons secara antusias apabila menyadari betapa Tuhan telah menciptakan kita secara dahsyat dengan rancangan-rancangan yang luar biasa, dan  "...tidak ada rencana-Mu yang gagal."  (Ayub 42:2).  Marilah kita bersyukur seperti Daud yang berkata,  "Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya."  (Mazmur 139:14-16).  Kalau kita menyadari bahwa kita diciptakan Tuhan sesuai rencana-Nya, maka tidak ada satu pun kejadian atau peristiwa dalam hidup ini tanpa diketahui oleh-Nya,  "Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya."  (Mazmur 139-6).

     Pergumulan berat apa yang sedang Saudara hadapi saat ini?  Jangan pernah kecewa dan berputus asa, yakinlah bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita.

Rancangan Tuhan atas hidup kita adalah baik adanya, karena itu bersyukurlah!

Thursday, May 19, 2016

PERJUANGAN MELAWAN MUSUH (3)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Mei 2016 

Baca:  Efesus 6:10-20

"Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis;"  Efesus 6:11

Musuh selanjutnya yang harus dihadapi orang percaya adalah:  3.  Iblis.  Ialah musuh yang tidak kelihatan, tapi ada di sekeliling kita.  Iblis dan segenap tentara roh-roh jahat yang beroperasi di udara adalah musuh manusia yang sangat dahsyat.  Semua orang percaya di seluruh penjuru bumi ini sedang menghadapi peperangan ini!  "karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara."  (Efesus 6:12).  Iblis bekerja selama 24 jam penuh tanpa henti mencari cara melumpuhkan dan menghancurkan orang percaya dari berbagai sisi.  Kalau kita tidak berjaga-jaga dan tidak melekat kepada Tuhan, kita akan menjadi sasaran empuk Iblis.

     Rasul Petrus memeringatkan,  "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama."  (1 Petrus 5:8-9).  Iblis sangat benci terhadap orang-orang yang hidup dalam pertobatan dan menjalani hidup sebagai ciptaan baru di dalam Kristus.  Karena itu Iblis dan segala penghulunya berusaha menghalangi dan menghambat penyebaran Injil.  Iblis takut jika orang mendengar berita Injil akan bertobat, percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, dan diselamatkan.

     Berhati-hatilah!  Iblis penipu ulung, bisa memakai topeng seperti malaikat terang untuk mengelabui dan memerdaya gereja Tuhan.  "Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang."  (2 Korintus 11:14).  Adalah fakta bermunculan gereja setan dengan banyak sekali pengikutnya, penyesatan-penyesatan juga banyak terjadi di dalam gereja yang kini dilakukan secara terang-terangan, Injil diputarbalikkan, firman Tuhan pun mulai dikompromikan.

Dengan pertolongan Roh Kudus kita akan menang melawan tipu muslihat Iblis, karena kuasa-Nya lebih besar dari roh apa pun yang ada di dunia  (baca  1 Yohanes 4:4).

Wednesday, May 18, 2016

PERJUANGAN MELAWAN MUSUH (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Mei 2016 

Baca:  Galatia 5:16-26

"Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging."  Galatia 5:16

Rasul Paulus menegaskan bahwa keinginan daging berlawanan dengan keinginan roh,  "...tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat."  (ayat 18).  Jika kita mau hidup dipimpin Roh Kudus maka kita tidak akan hidup menuruti keinginan daging.  Dosa yang ada di dalam daging tidak dapat dilawan dengan kemauan atau usaha sendiri, tetapi hanya dapat dihancurkan oleh kuasa Roh Kudus, apabila kita menyerahkan tubuh kita sepenuhnya kepada Tuhan untuk dipakai sebagai bait-Nya.  "...tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!"  (1 Korintus 6:19-20).

     2.  Dunia.  Yang dimaksudkan  'dunia'  di sini bukan kosmos atau bumi secara fisik, melainkan cara hidup atau gaya hidup manusia yang ada di dalamnya.  Di zaman modern ini nyata sekali bahwa hidup manusia dibangun atas tiga perkara:  keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup  (baca  1 Yohanes 2:16).  Manusia cenderung mengandalkan uang, harta, jabatan dan sebagainya daripada hidup bersandar kepada Tuhan dan mengandalkan-Nya.  Dengan uang semua keinginan daging dan keinginan mata dapat terpuaskan.  Semua perkara ini membuat manusia merasa bangga dengan apa yang dimiliki dan dicapainya.  Kemudian muncullah istilah humanisme  (semua berpusat pada manusia sendiri), materialisme  (berpusat pada materi/kekayaan/kebendaan), dan juga sekularisme  (semua berkisar pada dunia yang nyata).  Akibatnya yang menjadi fokus hidup manusia hanyalah perkara-perkara duniawi semata, sedangkan perkara-perkara rohani mereka abaikan.  Manusia sudah tidak membutuhkan Tuhan lagi.  Ibadah, doa, firman Tuhan bukan lagi prioritas hidup, hanya sebatas rutinitas.

     Firman Tuhan memeringatkan bahwa sebagai umat Tuhan, saat ini kita memang ada di dunia, tetapi kita bukanlah dari dunia  (baca  Yohanes 17:14).  Karena itu  "Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya."  (1 Yohanes 2:15).

Hidup dipimpin Roh Kudus adalah kunci agar tidak terbawa arus dunia ini!

Tuesday, May 17, 2016

PERJUANGAN MELAWAN MUSUH (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Mei 2016 

Baca:  Yakobus 4:1-10

"Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah."  Yakobus 4:4

Selama menjalani hidup di dunia ini kita tidak akan pernah berhenti menghadapi pergumulan, perjuangan dan peperangan melawan dosa.  Sebagai orang percaya kita dituntut menunjukkan kualitas hidup yang berbeda di tengah-tengah dunia dengan memberikan teladan kesalehan hidup.  Adalah fakta bahwa dunia ini sedang tenggelam dalam dosa, kebobrokan moral dan segala jenis kejahatan yang semakin merajalela karena dunia memang sedang berada di bawah pengaruh kuasa si jahat  (baca  1 Yohanes 5:19).  Meski demikian bukanlah alasan bagi orang percaya untuk tidak menjadi terang, garam dunia atau berkat dalam kehidupan sehari-hari.  Apa pun situasinya kita harus tetap berada di jalan Tuhan.  Mungkinkah?

     Sebagai manusia kita seringkali mengalami kelemahan dan kegagalan.  Sekarang ini bukan hanya jemaat awam saja yang mudah sekali gagal dan jatuh, ada banyak para pelayan Tuhan, bahkan hamba-hamba Tuhan yang sudah terkenal juga mengalami kegagalan dalam mempertahankan hidup benar, jatuh di tengah jalan.  Tuhan Yesus sudah memeringatkan,  "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."  (Matius 26:41).  Mengapa kita harus selalu berjaga-jaga dan berdoa?  Karena setiap saat kita dihadapkan pada musuh-musuh yang selalu mengincar saat kita lengah.  Musuh itu adalah:  1.  Kedagingan.  Daging dalam tubuh kita mempunyai nafsu.  Nafsu jahat menggelapkan pikiran dan mendorong kita berbuat hal-hal yang berlawanan dengan kehendak Tuhan.  Juga mendorong kita melakukan dosa dan segala hal yang menyenangkan daging, ibarat musuh dalam selimut.

     Inilah pergumulan berat atau konflik batin yang harus kita hadapi setiap waktu, seperti yang dialami rasul Paulus:  "Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat."  (Roma 7:19).

"Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah."  Roma 8:8

Monday, May 16, 2016

HARI PENTAKOSTA: Roh Kudus Dicurahkan (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Mei 2016 

Baca:  Kisah Para Rasul 2:14-40

"Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus."  Kisah 2:38

Angin adalah gambaran kuasa dan kehadiran Tuhan, di mana kuasa-Nya tidak dapat ditolak, ditahan atau dihalangi-halangi oleh manusia, karena Ia berdaulat dan berkuasa.  Api juga melambangkan kehadiran Tuhan, seperti ketika Tuhan menyatakan diri-Nya ke tengah-tengah umat Israel saat mereka berjalan di padang gurun yaitu tiang api  (baca  Keluaran 13:21-22).

     Api dalam peristiwa Pentakosta ini dinyatakan adalam bentuk lidah.  Lidah api ini menunjuk pada hal berbicara dan bersaksi.  Ini berkaitan dengan Amanat Agung:  "...pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu."  (Matius 28:19-20).  Akibat dari kehadiran Roh Kudus mereka dipenuhi dengan Roh kudus, artinya dikontrol sepenuhnya oleh Roh Kudus.  Maka mulailah mereka berbahasa lidah yaitu berbicara dalam bahasa-bahasa baru oleh karena ilham atau dorongan Roh Kudus.  Pada hari itu Tuhan mencurahkan kuasa-Nya atas murid-murid secara dahsyat.  Dampaknya pun terlihat jelas:  mereka mempunyai paradigma baru dan semakin berani memberitakan Injil, mewartakan Yesus Kristus yang telah bangkit sebagai satu-satunya Juruselamat.  "Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa."  (Kisah 2:41).  Dengan menerima khotbah yang disampaikan Petrus mereka sadar, mengakui dan menerima bahwa Yesuslah Mesias yang mereka nantikan itu  (sesuai nubut di Zakharia 12:10).  Karena pekerjaan Roh Kudus ini banyak orang bertobat dan diselamatkan.  Inilah kebangunan rohani terbesar sepanjang zaman gereja mula-mula!

     Di tengah situasi dunia yang semakin jahat ini saat kekristenan semakin diperhadapkan dengan tekanan, bukanlah alasan bagi kita untuk tidak memberitakan Injil karena Roh Kudus ada di dalam kita;  Dia-lah yang akan menguatkan dan memampukan kita untuk menjadi saksi-Nya sampai ke ujung bumi.

Siapkah kita dipakai menjadi alat-Nya untuk menjangkau jiwa-jiwa bagi Tuhan?

Sunday, May 15, 2016

HARI PENTAKOSTA: Roh Kudus Dicurahkan (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Mei 2016 

Baca:  Kisah Para Rasul 2:1-13

"Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat."  Kisah 2:1

Hari Pentakosta adalah salah satu dari tiga hari raya penting orang Yahudi  (baca  Imamat 23:4-21).  Pentakosta adalah hari ke-50 dihitung dari permulaan hari raya Paskah, yang disebut pula hari genap 7 Minggu.  Hari raya ini disebut sebagai hari raya menuai, juga hari raya buah bungaran.  Bagi umat Yahudi hari Pentakosta adalah hari penuh sukacita, di mana mereka mensyukuri berkat tuaian gandum.  Mereka membawa roti yang pertama yang dibuat dari gandum hasil panen yang baru untuk dipersembahkan kepada Tuhan sebagai korban syukur.  Hari raya ini juga sebagai peringatan pembebasan mereka dari perbudakan di Mesir, dan pada perkembangannya juga untuk memeringati pemberian hukum Taurat di gunung Sinai.  Karena itu banyak orang hadir dan berkumpul di Yerusalem, bahkan orang-orang Yahudi di perantauan pun turut serta merayakan hari yang sangat bersejarah ini.

     Di hari Pentakosta ini, ketika murid-murid sedang berkumpul untuk berdoa dan berpuasa di tempat yang telah diberitahukan oleh Tuhan Yesus, janji Bapa digenapi yaitu Roh Kudus dicurahkan.  Tuhan Yesus berkata,  "...kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."  (Kisah 1:8).  Pencurahan Roh Kudus ini merupakan penggenapan dari nubuatan nabi Yoel yang menyatakan:  "Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan. Juga ke atas hamba-hambamu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu."  (Yoel 2:28-29);  dan juga merupakan penggenapan atas apa yang disampaikan oleh Yohanes Pembaptis mengenai Tuhan Yesus,  "Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api."  (Matius 3:11).

     Dalam peristiwa ini, Roh Kudus dicurahkan dengan memakai tanda yang kelihatan secara kasat mata dan terdengar oleh telinga yaitu tiupan angin yang keras dan lidah-lidah seperti nyala api.  (Bersambung)

Saturday, May 14, 2016

DAMPAK MELEPASKAN PENGAMPUNAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Mei 2016 

Baca:  Markus 11:20-26

"Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu."  Markus 11:26

Pernahkah Saudara mengalami sakit hati karena disakiti?  Entah disakiti oleh teman kerja, teman sekolah, teman sepelayanan, pacar atau mungkin disakiti oleh orang yang sangat kita kasihi:  suami atau isteri.  Bagaimana rasanya?  Sakitnya tuh disini  (dengan menepuk dada).  Kalau tubuh jasmani yang sakit kita masih bisa memeriksakan diri ke dokter, beli obat di apotek atau menjalani rawat inap di rumah sakit.  Tetapi kalau hati kita yang sakit, siapa yang bisa menyembuhkan?  Dan kita semakin dibuat terkejut dengan perintah Tuhan Yesus ini:  "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu."  (Matius 5:44), bahkan kita diperintahkan untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita,  "...sampai tujuh puluh kali tujuh kali."  (Matius 18:22).  Apa nggak salah?  Kita yang telah disakiti dan dilukai justru diperintahkan untuk mengasihi dan mengampuni mereka?

     Banyak orang beranggapan bahwa mengasihi dan mengampuni kesalahan orang lain adalah sebuah pilihan:  kita bisa memilih untuk mengasihi dan mengampuni, atau tidak mengasihi dan tidak mengampuni.  Tidak sedikit pula yang menganggap sepele arti sebuah pengampunan, padahal mengampuni adalah perintah Tuhan yang tidak boleh dilanggar.  Sebagai orang percaya, mengampuni kesalahan orang lain seharusnya menjadi hal yang mudah untuk dilakukan.  Mengapa?  Karena kita sudah menerima pengampunan dari Tuhan lebih dahulu.  Mengampuni berarti membebaskan, tidak lagi menuntut balas, menghapuskan, dan tidak mengingat-ingat lagi kesalahan  (baca  Matius 18:24-27);  mengampuni berarti pula membuang jauh-jauh, tidak menyimpan kesalahan orang lain.   "sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita."  (Mazmur 103:12).  Berkat terbesar ketika kita mau mengampuni orang lain adalah Tuhan akan mengampuni dosa kita  (baca  Matius 6:14), namun jika kita tidak mau mengampuni, Tuhan pun tidak akan mengampuni kita  (baca  Matius 6:15).

     Adapun dampak lain pengampunan ialah mendatangkan kuasa kesembuhan  (baca  Yakobus 5:16), doa-doanya akan didengar dan dijawab oleh Tuhan  (baca  Markus 11:24-25), serta korban persembahan kita akan diterima oleh Tuhan  (baca  Matius 5:23-24).

Jangan tunda-tunda waktu untuk melepaskan pengampunan bagi orang lain!

Friday, May 13, 2016

BERHATI HAMBA SEPERTI KRISTUS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Mei 2016 

Baca:  Markus 10:42-45

"Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."  Markus 10:45

Dalam kehidupan sehari-hari ada banyak orang menyebut diri orang Kristen tapi karakter hidupnya sama sekali tidak menyerminkan Kristus.  Salah satu karakter yang sangat menyolok dalam diri Tuhan Yesus adalah berhati hamba yaitu mau melayani, bukan dilayani.  Dia datang ke dunia bukan untuk menjadi terkenal, di elu-elukan, disanjung dan disambut dengan sorak-sorai, melainkan hadir sebagai pribadi yang sangat sederhana, jauh dari kemegahan dan semarak, dengan memosisikan diri-Nya sebagai hamba.  "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia."  (Filipi 2:6-7).  Tugas utama seorang hamba adalah melayani, karena itu Yesus datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani, bahkan Ia rela memberikan hidup-Nya mati di kayu salib untuk menebus dosa seluruh umat manusia.

     Menjadi pengikut Kristus berarti harus memiliki hati hamba seperti Kristus.  Berhati hamba berarti siap untuk tidak dikenal, tidak dianggap dan tidak diperhitungkan oleh orang lain.  Ada banyak orang Kristen yang melayani dengan harapan beroleh pujian dan hormat dari manusia.  Berbanding terbalik dengan Tuhan Yesus yang rela menanggalkan segala atribut kebesaran-Nya, kemuliaan-Nya, dan ke-Ilahian-Nya menjadi seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia, sehingga keberadaan-Nya sama sekali tidak diperhitungkan dan bahkan dipandang sebelah mata.  Berhati hamba berarti juga melayani dengan penuh kerelaan, pengabdian dan kerendahan hati.  Ini berbicara tentang sikap hati dalam melayani!  "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."  (1 Samuel 16:7b).

     Pelayanan meliputi dua arah:  pelayanan kepada Tuhan  (vertikal)  dan pelayanan kepada sesama  (horisontal).  Dalam melayani Tuhan kita harus memiliki roh yang menyala-nyala  (baca  Roma 12:11), dan dalam melayani sesama dibutuhkan hati yang rela dan penuh kasih  (baca  Galatia 5:13).

Tanpa memiliki hati hamba, kita tidak layak melayani Tuhan dan sesama!