Thursday, September 11, 2014

DIRANCANG UNTUK MENYEMBAH

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 September 2014

Baca:  Mazmur 148:1-14

"Baiklah semuanya memuji nama TUHAN, sebab Dia memberi perintah, maka semuanya tercipta."  Mazmur 148:5

Sejak dari semula manusia dicipta dan dirancang Tuhan untuk menyembah Dia, karena itu secara naluriah manusia memiliki kecenderungan untuk menyembah sesuatu.  Sayang, tidak semua manusia menyembah Tuhan, malah menyembah obyek yang salah:  menyembah dewa-dewa, patung, binatang, pohon, gunung, batu, kuburan, matahari dan sebagainya.  Padahal tiada lain yang layak disembah selain daripada Tuhan.  Adapun arti dari penyembahan  (proskuneo)  adalah sikap tubuh yang menyembah sampai ke tanah yang menunjukkan suatu penghormatan, pengaguman dan kasih kepada Tuhan.

     Penyembahan itu tidak berbicara tentang bakat atau talenta seseorang dalam hal bernyanyi.  Mungkin ada orang Kristen yang berkata,  "Suaraku tidak bagus, karena itu aku tidak bisa menyembah Tuhan;  karena aku seorang penyanyi yang sudah menghasilkan album rohani maka aku harus banyak menyembah Tuhan;  karena dipercaya melayani sebagai worship leader dan singer digereja, maka aku harus meluangkan banyak waktu untuk menyembah Tuhan."  Jika kita memandang penyembahan itu hanyalah sebuah bakat atau talenta semata maka penyembahan kita tidak akan bertahan lama.  Perlu digarisbawahi di sini bahwa penyembahan itu adalah sepenuhnya tentang Tuhan.  Jika kita menyadari akan hal ini maka kita akan menjadikan penyembahan itu sebagai gaya hidup, di mana kita akan menyembah Tuhan di segala keadaan:  baik itu susah dan senang, saat baik atau buruk, kondisi sehat maupun sakit, berhasil atau gagal, keberkatan atau krisis, atau saat ditinggalkan oleh orang yang kita kasihi sekalipun.

     Penyembahan yang benar kepada Tuhan tidak terbatas pada ruang dan waktu, atau saat menghadiri ibadah di gereja atau persekutuan saja, tapi di mana pun kita berada dan kapan pun itu, karena kita tahu bahwa penyembahan adalah sepenuhnya untuk Tuhan, bukan untuk manusia;  Dialah yang menjadi alasan utama kita untuk tetap menyembah.

Inilah yang sedang Tuhan cari:  hati manusia yang dengan kerinduan dan kesadaran penuh datang menyembah Dia, bukan karena tradisi atau liturgi belaka. 

Wednesday, September 10, 2014

HIDUP TANPA KEPAHITAN (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 September 2014

Baca:  Mazmur 73:1-24

"...hatiku merasa pahit dan buah pinggangku menusuk-nusuk rasanya,"  Mazmur 73:21

Jika kita menyadari bahwa dalam menjalani hidup ini kita tidak sendiri, maka seberat apa pun masalah, kesesakan, atau penderitaan tidak akan memahitkan hati kita.  Kita harus selalu ingat bahwa ada pribadi yang tidak pernah membiarkan dan meninggalkan kita yaitu Tuhan Yesus.  Janji-janji-Nya kepada kita,  "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."  (Ibrani 13:5b).

     Inilah yang seharusnya menguatkan dan menghibur kita!  Kita tidak perlu takut dan kuatir bahwa Tuhan akan meninggalkan atau membiarkan kita,  "Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: 'Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?'"  (Ibrani 13:6).  Karena itu bangunlah persekutuan yang karib dengan Tuhan setiap hari.  Saat kita tinggal di dalam hadirat-Nya kita akan selalu diingatkan bahwa Tuhan selalu ada di pihak kita dan menyertai kita, bahkan penyertaan-Nya atas kita sampai kesudahan zaman  (baca  Matius 28:20).  "Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan,"  (Ibrani 12:2).  Percayalah bahwa pencobaan-pencobaan yang kita alami adalah pencobaan biasa yang tidak melebihi kekuatan kita, dan pada saat yang tepat Tuhan pasti memberikan jalan keluar yang terbaik  (baca  1 Korintus 10:13).  Seringkali ketika situasi-situasi di sekitar kita tampak begitu buruk dan tidak sesuai harapan, arah mata kita semata-mata tertuju kepada masalah, bukan kepada Tuhan dan janji firman-Nya, sehingga hari-hari kita pun dipenuhi kepahitan.

     Kepahitan sama sekali tidak membawa dampak positif dalam hidup kita, sebaliknya, ia hanya akan merusak dan menghancurkan.  Selama kita hidup dalam kepahitan berarti kita belum sepenuhnya hidup sebagai  'manusia baru'  melainkan masih mengenakan  'manusia lama'.  Bukankah setiap orang yang ada di dalam Kristus adalah ciptaan baru?  (baca  2 Korintus 5:17).  Oleh karena itu mari kita buang segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, dan fitnah dan juga segala kejahatan  (baca  Efesus 4:31).  Saat kita membuang segala kepahitan, kita akan mendapatkan sukacita, damai dan hal-hal baik lainnya.

Hidup kita terlalu berharga bila diisi dengan kepahitan hati!

Tuesday, September 9, 2014

HIDUP TANPA KEPAHITAN (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 September 2014

Baca:  Keluaran 1:1-22

"Lalu dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja, dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya segala pekerjaan yang dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka itu."  Keluaran 1:13-14

Dari pembacaan firman hari ini dinyatakan bahwa Iblis memakai Firaun untuk  'memahitkan'  hati bangsa Israel dengan pekerjaan yang berat dan kejam.  Kekejaman orang-orang Mesir membuat bangsa Israel mengalami kepahitan yang luar biasa.  Bangsa Israel adalah contoh nyata dampak buruk yang ditimbulkan oleh rasa pahit yang terpendam bertahun-tahun di dalam hati.  Perlakuan kejam bangsa Mesir benar-benar menorehkan luka mendalam di hati mereka.

     Kepahitan itu bisa digambarkan seperti sebuah akar.  Akar tidak bisa dilihat karena berada jauh di dalam tanah, tapi kita dapat merasakan dan melihatnya dari buah yang dihasilkannya.  Akar yang pahit menghasilkan buah yang pahit juga.  "Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat."  (Matius 12:34b-35).  Karena itu kita harus bisa menjaga kondisi hati kita.  "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan."  (Amsal 4:23).  Karena hatinya teramat pahit, bangsa Israel pun menunjukkan sikap yang memberontak kepada Tuhan.

     Bagaimana supaya terbebas dari kepahitan hati?  Semua tergantung bagaimana kita menyikapi setiap permasalahan yang terjadi.  "Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia."  (Amsal 23:7a).  Kita harus membuat suatu tindakan nyata untuk melepaskan diri dari belenggu kepahitan itu.  "Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit..."  (Ibrani 12:15).  Akar pahit akan semakin tumbuh subur apabila kita hidup jauh dari kasih karunia Tuhan.  Hanya oleh kasih karunia Tuhanlah kita dituntun kepada kehidupan yang terbebas dari kepahitan.  Maka dari itu bukalah hati dan ijinkan Roh Kudus memimpin langkah hidup kita.

Jika senantiasa dipimpin Roh Kudus, hati kita akan terbebas dari kepahitan!

Monday, September 8, 2014

KEPAHITAN HATI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 September 2014

Baca:  Ayub 10:1-22

"Aku telah bosan hidup, aku hendak melampiaskan keluhanku, aku hendak berbicara dalam kepahitan jiwaku."  Ayub 10:1

Beberapa waktu yang lalu salah satu surat kabar harian nasional mengupas tentang kepahitan hati yang dirasakan oleh kurang lebih 61 juta anak di negeri Cina.  Mereka disebutnya sebagai generasi yang patah hati.  Kepahitan hati anak-anak negeri Tirai Bambu ini timbul karena merasa diabaikan dan tidak lagi diperhatikan oleh orangtua atau keluarga mereka sendiri.  Karena desakan ekonomi, para orangtua memilih untuk meninggalkan anak-anaknya di kampung halaman mereka, pergi ke kota demi memburu Yuan sehingga menimbulkan kepahitan mendalam dalam diri anak-anak.  Mereka merasa tertolak dan disia-siakan oleh orangtuanya.  Hati mereka menjadi sangat pahit dan merana, bahkan tidak sedikit yang menjadi korban pelecehan orang lain karena kurangnya perlindungan dan pengawasan dari orangtua.

     Ayub adalah orang yang  "...saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan."  (Ayub 1:1), namun bukan berarti ia terbebas dari masalah dan penderitaan, justru harus mengalami ujian yang sangat berat.  Beratnya penderitaan yang dialami sampai-sampai membuatnya putus asa dan menyerah pada keadaan.  Ia merasa telah diperlakukan Tuhan secara tidak adil.  Ia pun mencurahkan dan melampiaskan keluh kesah dan kepahitan hatinya kepada Tuhan,  "Mengapa Engkau menyebabkan aku keluar dari kandungan? Lebih baik aku binasa, sebelum orang melihat aku!"  (Ayub 10:18).  Menurut penelitian, 70% orang yang mengalami kepahitan hati memiliki kecenderungan untuk melampiaskannya dengan kemarahan.

     Sungguh, kepahitan adalah salah satu penyakit rohani yang sangat berbahaya!  Apabila kepahitan hati ini terus dibiarkan ia akan seperti kanker yang dapat menggerogoti tubuh manusia:  merusak kehidupan rumah tangga, memporakporandakan karir, membuat orang mudah jatuh sakit, putus asa dan bahkan bisa mendorong orang untuk melakukan perbuatan nekat yaitu bunuh diri.

Kepahitan adalah salah satu senjata yang dipakai Iblis untuk menghancurkan kehidupan manusia, karena Iblis datang untuk mencuri, membunuh dan membinasakan  (baca  Yohanes 10:10a).

Sunday, September 7, 2014

PEMBEBASAN TUHAN: Jalan Keluar Atas Masalah

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 September 2014

Baca:  Mazmur 34:16-23

"Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu;"  Mazmur 34:20

Pembebasan lain yang dikerjakan Tuhan bagi umat-Nya adalah membebaskan dari segala kesesakan dan penderitaan, artinya selalu ada jalan keluar untuk setiap masalah dan kesesakan yang kita alami.  Maka dari itu saat dalam masalah jangan sekali-kali menjauhkan diri dari Tuhan, apalagi sampai meninggalkan Dia.  Kita harus lebih lagi mencari wajah Tuhan, karena semakin kita melangkah jauh dari Tuhan semakin jauhlah kita dari tangan-Nya yang kuat, sehingga kita semakin tidak punya kekuatan menghadapi masalah.  Sebaliknya jika kita tinggal dekat Tuhan ada jaminan perlindungan.  "TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya."  (Mazmur 37:23-24).  Sehelai rambut pun tidak akan jatuh tanpa sepengetahuan Tuhan  (baca  Matius 10:30).

     Ketika para rasul  (utusan Tuhan)  ditangkap oleh Imam Besar dan orang-orang Saduki yang membencinya dan dimasukkan ke dalam penjara kota, tiba-tiba  "...waktu malam seorang malaikat Tuhan membuka pintu-pintu penjara itu dan membawa mereka ke luar, katanya: Pergilah, berdirilah di Bait Allah dan beritakanlah seluruh firman hidup itu kepada orang banyak."  Tuhan mengutus malaikat-Nya untuk membebaskan rasul-rasul itu dengan cara-Nya yang ajaib,  "...sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu."  (Mazmur 91:11).  Sangat jelas bahwa Tuhan memiliki banyak cara untuk membebaskan, melepaskan dan meluputkan umat-Nya dari segala bentuk kesukaran, ujian dan pergumulan yang ada.  Salah satu caranya adalah mengirimkan para malaikat-Nya untuk menjaga di segala jalan kita.  Malaikat-malaikat diutus Tuhan untuk melayani umat yang memerlukan pertolongan-Nya.  Janji perlindungan Tuhan pun benar-benar terbukti.

     Andalkan Tuhan dan libatkan Dia di segala aspek hidup ini,  "...janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri."  (Amsal 3:5), maka pada saat yang tepat Tuhan akan bertindak menolong kita dan meluputkan kita dari kesukaran.

"Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku."  Filipi 4:13

Saturday, September 6, 2014

YESUS DATANG: Pekerjaan Iblis Dihancurkan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 September 2014

Baca:  1 Yohanes 3:1-10

"Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu."  1 Yohanes 3:8b

Alkitab menyatakan:  "barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya."  (1 Yohanes 3:8a).  Dari pernyataan ini bisa disimpulkan bahwa asal usul dosa adalah Iblis.  Untuk itulah Yesus Kristus, Anak Allah, diutus datang ke dunia dengan tujuan menghancurkan segala perbuatan yang dikerjakan Iblis.

     Kita tahu pekerjaan Iblis adalah  "...untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;"  (Yohanes 10:10a).  Iblis berusaha memisahkan manusia dari kasih Tuhan.  Itulah sebabnya langkah awal yang dikerjakan Tuhan dalam rangka penyelamatan manusia adalah terlebih dahulu menghancurkan segala perbuatan Iblis ini.  Iblis lah yang menghalangi manusia memperoleh keselamatan dengan jalan membutakan pikiran manusia.  "Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah."  (2 Korintus 4:3-4).  Orang yang dibutakan pikirannya oleh Iblis sulit sekali menerima Injil, bahkan pemberitaan tentang salib dianggapnya sebagai sebuah kebodohan.  Akibatnya mereka tetap hidup dalam kegelapan dengan perbuatan-perbuatannya yang jauh dari kebenaran oleh karena mereka tidak melihat dan tidak diterangi oleh cahaya Injil.

     Hanya terang Tuhan yang dapat membuka pikiran yang gelap dan terang itu ada di dalam Kristus.  "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."  (Yohanes 8:12).  Bila pikiran manusia sudah diterangi Injil akan dapat melihat perkara-perkara dahsyat yang dikerjakan Tuhan, mengerti kehendak-Nya, rencana-Nya, serta memahami  "...betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus"  (Efesus 1:19-20).  Akhirnya manusia dapat merespons karya keselamatan yang dikerjakan Kristus melalui pengorbanan-Nya di kayu salib.

Kuasa-Nya hebat atas kita dan karena-Nya setiap kita yang percaya  "...lebih dari pada orang-orang yang menang,"  Roma 8:37

Friday, September 5, 2014

PEMBEBASAN TUHAN: Terbebas Dari Dosa

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 September 2014

Baca:  Yesaya 6:1-11

"Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara,"  Yesaya 61:1

Pembebasan yang dilakukan Tuhan bagi orang-orang percaya adalah membebaskan dari belenggu dosa.  Dalam suratnya kepada jemaat di Roma rasul Paulus menegaskan bahwa semua manusia adalah orang yang berdosa.  "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak."  (Roma 3:10).  Karena semua orang telah berbuat dosa, mereka pun kehilangan kemuliaan Allah.

     Namun ada kabar sukacita:  setiap orang yang mau datang kepada Tuhan dengan pertobatan yang sungguh akan diampuni dan dipulihkan-Nya mereka.  Artinya Tuhan selalu memberi kesempatan kepada setiap orang mengalami pembebasan dari belenggu dosa ini.  "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan."  (1 Yohanes 1:9).  Tangan Tuhan selalu terbuka untuk menyambut kita karena Dia rindu kita memiliki hubungan yang dekat dengan Bapa, karena sekian lama terpisah jauh karena dosa dan pelanggaran kita, sama seperti yang dilakukan oleh bapa kepada anak yang terhilang.  Ketika anak itu kembali kepada bapanya, bapa memberikan 3 hal kepada anaknya itu:  jubah, cincin dan kasut.

     Jubah adalah lambang kebenaran.  "dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus."  (Roma 3:24).  Cincin adalah lambang otoritas.  Karena Kristus, kita memiliki otoritas untuk menjadi orang-orang yang berhasil, berkemenangan dan berkelimpahan.  Kasut adalah gambaran bahwa setiap kita yang ada di dalam Kristus tidak lagi menjadi budak atau hamba dosa, melainkan  "...telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran."  (Roma 6:18).  Status kita bukan lagi orang-orang yang terjajah oleh Iblis, tapi orang-orang yang merdeka.  "Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka."  (Yohanes 8:36).

Pengampunan tersedia bagi setiap orang yang mau mengakui dosanya dan bertobat, mereka akan menerima pembebasan melalui darah Kristus!

Thursday, September 4, 2014

JANJI PEMBEBASAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 September 2014

Baca:  Mazmur 49:1-21

"Tetapi Allah akan membebaskan nyawaku dari cengkeraman dunia orang mati, sebab Ia akan menarik aku."  Mazmur 49:16

Dalam Lukas 24:51 dikatakan bahwa ketika Yesus naik ke sorga Dia tidak pergi meninggalkan murid-muridNya begitu saja, tapi Ia dalam posisi memberkati umat-Nya sebagai bukti kepedulian dan kasih-Nya yang besar kepada umat.  "Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga."  (Kisah 1:11), artinya Tuhan Yesus yang naik ke sorga suatu saat kelak pasti akan datang kembali keduakalinya untuk menjemput umat-Nya  dan sebagai umat Tuhan kita harus mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menyambut kedatangan-Nya itu, karena siap atau tidak siap Dia pasti akan datang kembali.

     Alkitab menyatakan bahwa ketika Yesus naik ke sorga Ia tidak hanya memberkati, tapi juga  "...membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia."  (Efesus 4:8).  Makna rohaninya adalah Tuhan akan melepaskan dan membebaskan umat-Nya dari segala belenggu yang selama ini mengikat dan menindas kehidupan mereka dan membawa mereka kepada kehidupan yang dipulihkan dan berkemenangan, sehingga semua tawanan mendapatkan kebebasan/kelepasan dari ketertawanannya,  "sebab Ia telah memandang dari ketinggian-Nya yang kudus, TUHAN memandang dari sorga ke bumi, untuk mendengar keluhan orang tahanan, untuk membebaskan orang-orang yang ditentukan mati dibunuh,"  (Mazmur 102:21).  Dari situ dapat disimpulkan bahwa yang menjadi dasar pelayanan Tuhan Yesus adalah kasih, karena Dia  "...datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."  (Markus 10:45).

     Melalui pelayanan Yesus orang buta dapat melihat, yang lumpuh dapat berjalan, yang kusta menjadi tahir, yang tuli dapat mendengar, bahkan yang mati dibangkitkan-Nya.  Kedatangan-Nya benar-benar untuk menyelamatkan dan membebaskan.  Inilah yang seharusnya juga menjadi dasar pelayanan kita yaitu kasih kepada jiwa-jiwa yang tersesat dan membebaskan mereka dari segala keterikatan.

Bagi setiap orang yang percaya:  ada pertolongan, kelepasan dan juga pembebasan!
 

Wednesday, September 3, 2014

KASIH TUHAN TAK TERBILANG

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 September 2014

Baca:  Mazmur 63:1-12

"Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau."  Mazmur 63:4

Dapatkah kita menghitung kasih dan kebaikan Tuhan dalam hidup ini?  Tak satu pun yang sanggup menghitungnya.  "...betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, ...Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita,"  (Efesus 3:18, 20).  Jika hal itu senantiasa kita sadari maka hati kita akan senantiasa berlimpah dengan ucapan syukur.

     Namun fakta yang terjadi justru sebaliknya, ada banyak orang Kristen yang sulit sekali bersyukur kepada Tuhan, enggan memuliakan nama Tuhan, padahal kalau kita renungkan hidup ini, detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari tak sedikit pun terlewatkan campur tangan Tuhan.  Contoh nyata:  tahukah Saudara berapa harga oksigen di rumah sakit?  Harganya adalah Rp 25.000/liter.  Sedangkan nitrogen adalah seharga Rp 10.000/liter.  Kita tahu bahwa oksigen dan nitrogen adalah unsur yang sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup manusia.  Tahukah pula Saudara bahwa dalam sehari umumnya manusia menghirup 2.880 liter oksigen dan 11.376 liter nitrogen?  Jika semua itu dihargai dengan uang, maka oksigen dan nitrogen yang kita hirup akan mencapai Rp 185 juta setiap harinya.  Coba Saudara kalikan kebutuhan manusia akan oksigen dan nitrogen dalam satu bulan saja, yaitu Rp 185 juta x 30 hari = Rp 5,5 miliar/orang!  Bahkan seorang konglomerat atau orang yang paling kaya sedunia sekali pun tidak akan pernah sanggup melunasi seluruh biaya nafas untuk hidupnya, apabila Tuhan mau hitung-hitungan dengan kita secara matematika atau menggunakan rumus dagang seperti yang dilakukan oleh manusia.

     Seringkali kita hitung-hitungan dengan Tuhan dan merasa sayang berkorban bagiNya:  waktu, tenaga, pikiran, apalagi korban materi untuk pekerjaan-Nya.  Itu baru sebatas kebutuhan nafas saja seharusnya kita membayar Rp 5,5 M/bulan kepada Tuhan, namun selama ini kita menerimanya secara cuma-cuma, belum kebutuhan hidup lainnya.

"Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!"  Mazmur 117:2

Tuesday, September 2, 2014

MEREMEHKAN HAK KESULUNGAN (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 September 2014

Baca:  Ibrani 12:15-17

"Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan."  Ibrani 12:16

Menyandang status sebagai anak-anak Tuhan berarti memiliki  'hak kesulungan'  yaitu hak untuk menjadi ahli waris Kerajaan Sorga dan juga memerintah bersama dengan Kristus;  artinya hak kesulungan yang kita terima memiliki nilai yang jauh lebih besar dan mulia daripada sekedar harta warisan yang ada di dunia ini.  Karena itu berhati-hatilah!  Jangan sampai kita menjual hak kesulungan kita hanya demi pasangan hidup, harta kekayaan, jabatan/pangkat atau popularitas yang sifatnya hanya sementara.

     Kalau kita tahu dan menyadari bagaiman proses seseorang memperoleh hak kesulungan, kita sekali-kali tidak akan pernah menyepelekan, memandang rendah dan menyia-nyiakan kasih karunia Tuhan ini.  Alkitab menyatakan:  "Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman."  (Yohanes 6:44).  Tuhan Yesus juga menegaskan,  "Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."  (Yohanes 14:6).  Artinya tidak ada sedikit pun campur tangan manusia sehingga manusia dapat menerima kasih karunia Allah dan dapat masuk ke dalam Kerajaan Sorga.  Tertulis:  "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri."  (Efesus 2:8-9).  Jadi jikalau ada seseorang yang meremehkan kasih karunia Allah ini, maka orang tersebut akan bernasib seperti Esau,  "...ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata."  (Ibrani 12:17).

     Ingatlah Saudaraku, keberadaan kita ini berbeda dengan orang-orang dunia, karena kita adalah orang-orang pilihan Tuhan yang telah dipanggil dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib  (baca  1 Petrus 2:9).  Jadi kita harus menghormati dan menghargai kasih karunia Tuhan ini dengan hati yang takut dan gentar.

Akankah kita mengikuti jejak Esau, yang harus kehilangan berkat-berkat Tuhan yang luar biasa karena tergiur dengan kenikmatan yang ditawarkan dunia?

Monday, September 1, 2014

MEREMEHKAN HAK KESULUNGAN (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 September 2014

Baca:  Kejadian 25:1-19-34

"Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?"  Kejadian 25:32

Pada zaman Israel kuno setiap anak laki-laki sulung memiliki hak kesulungan, yaitu hak yang dimiliki oleh anak sulung yang terdiri atas:  hak kepemimpinan dalam ibadah dan keluarga, bagian ganda dalam harta warisan, hak memperoleh berkat perjanjian yang dijanjikan Allah kepada Abraham.

     Dalam pembacaan Alkitab hari ini dikisahkan bahwa Esau, yang adalah anak sulung Ishak, memilih untuk menjual hak kesulungannya demi semangkuk sup kacang merah.  Menjual hak kesulungan menunjukkan bahwa Esau memandang rendah berkat-berkat Allah dan janji-janji perjanjian-Nya.  Bahkan Alkitab menyatakan bahwa Esau mempunyai nafsu yang sangat rendah karena menjual hak kesulungannya dengan makanan.  Tindakan Esau ini merupakan sebuah tindakan yang sangat bodoh.  Berbeda dengan sikap Yakub yang justru sangat menghargai dan menghormati hak kesulungan, karena ia tahu bahwa ada berkat-berkat yang luar biasa di balik hak kesulungan tersebut;  karena itu Yakub mengejarnya begitu rupa supaya ia memperoleh berkat dari ayahnya, Ishak, sehingga Esau pun benar-benar kehilangan hak kesulungannya itu.  Alkitab pun menyatakan bahwa karena sikapnya inilah maka Tuhan lebih mengasihi Yakub dan membenci Esau  (baca  Maleakhi 1:2-3).  Mengapa?  Karena Esau tidak menghargai berkat yang datang dari Tuhan.  Akhirnya dari Yakublah lahir kedua belas suku Israel. 

     Tindakan Esau meremehkan hak kesulungan adalah gambaran kehidupan banyak orang Kristen di akhir zaman ini, yang meremehkan anugerah keselamatan demi kenikmatan duniawi atau hal-hal yang fana.  Mereka meninggalkan Yesus dan memilih mencintai dunia ini, padahal Alkitab menyatakan bahwa setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dan lahir baru berhak menerima hak kesulungan, yaitu sebagai ahli waris Kerajaan Sorga, karena telah diangkat sebagai anak-anak Allah.  Tertulis:  "Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah,"  (Roma 8:17).  Jadi,  "...jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah."  (Galatia 4:7).

Meremehkan hak kesulungan berarti meremehkan kasih karunia Tuhan!

Sunday, August 31, 2014

KEDATANGAN TUHAN: Siapakah Kita?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Agustus 2014

Baca:  Matius 24:37-44

"Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga."  Matius 24:44

Hari demi hari berlalu begitu cepatnya, semakin bertambahnya bulan dan tahun yang kita jalani sesungguhnya semakin mendekatkan kita kepada waktu kedatangan Tuhan yang kedua kalinya.  Seharusnya ini memacu kita lebih bersungguh-sungguh mengerjakan keselamatan kita, dan semakin mengejar perkara-perkara rohani lebih dari apa pun.

     Dalam kenyataannya masih banyak orang Kristen yang kurang peka akan hari kedatangan Tuhan, mereka menanggapinya dengan biasa-biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa, bahkan cenderung apatis.  Berhati-hatilah!  "Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia."  (Matius 24:37-39).  Pada waktu itu orang-orang di zaman Nuh sudah diperingatkan agar mereka segera bertobat dan siap sedia karena akan terjadi air bah, namun mereka menanggapinya dengan dingin, mengabaikan dan tidak percaya.  Malahan perbuatan jahat mereka semakin menjadi-jadi.  Akhirnya ketika air bah itu benar-benar datang dan pintu bahtera itu ditutup semua orang baru menunjukkan penyesalan, tapi semua sudah terlambat, dan akhirnya mereka harus mengalami kebinasaan, kecuali Nuh dan keluarganya yang selamat karena mereka merespons panggilan Tuhan dan memiliki kehidupan yang berbeda dari orang-orang sezamannya.  "Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah."  (Kejadian 6:9).

     Akankah kita tetap mengeraskan hati seperti orang-orang yang hidup di zaman Nuh, meski kita tahu bahwa tanda-tanda kedatangan Tuhan sudah di ambang pintu?  Hari ini kita diperingatkan:  "...berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang."  (Matius 24:42).

Maukah kita bernasib sama seperti orang-orang di zaman Nuh yang binasa karena air bah?

Saturday, August 30, 2014

ROH KUDUS: Awan Kemuliaan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Agustus 2014

Baca:  Keluaran 13:17-22

"Dengan tidak beralih tiang awan itu tetap ada pada siang hari dan tiang api pada waktu malam di depan bangsa itu."  Keluaran 13:22

Selain air dan angin, unsur alam lain yang juga digunakan sebagai lambang Roh Kudus adalah awan.  Kalau kita perhatikan awan memiliki sifat-sifat sebagai berikut:  bergerak di langit, peneduh terhadap terik panas matahari, menunjukkan arah angin dan juga membawa air hujan ke bumi.  Pada zaman Perjanjian Lama kehadiran dan lawatan Roh Kudus di tengah-tengah umat-Nya seringkali dinyatakan dalam wujud awan.  Inilah yang disebut dengan awan kemuliaan Tuhan!  Setiap kali awan kemuliaan Tuhan memenuhi bait-Nya yang kudus tak seorang pun dapat tahan berdiri di hadapan-Nya, termasuk juga para imam yang melayani.  Hal itu membuktikan kedahsyatan kuasa Tuhan!

     Kehadiran dan lawatan Roh Kudus benar-benar dialami dan dirasakan oleh umat Israel tatkala mereka ke luar dari negeri perbudakan  (Mesir), di mana Tuhan menuntun mereka pada siang hari dengan tiang awan dan pada malam hari dengan tiang api,  "TUHAN berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam."  (Keluaran 13:21).  Tiang awan dan tiang api ini adalah lambang kehadiran dan penyertaan Roh Tuhan.  Ketika Musa selesai membangun Tabernakel dan mentahbiskannya, awan kemuliaan Tuhan juga menutupi seluruh ruangan tersebut sehingga tempat itu dipenuhi oleh kemuliaan Tuhan.  Begitu pula saat Yesus dipermuliakan di atas gunung Hermon, di mana waktu itu Ia mengajak Petrus, Yakobus dan Yohanes turut serta, Roh Kudus hadir dalam bentuk awan,  "...turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: 'Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.'"  (Matius 17:5).

     Jika sampai hari ini kita masih melihat awan di langit, itu juga pertanda Roh Kudus selalu ada bersama kita dan menyertai kita, bahkan penyertaan-Nya atas kita sampai kesudahan zaman.  Karena itu jangan pernah takut menghadapi apa pun, karena Dia ada di pihak kita.

Di mana awan kemuliaan Tuhan memenuhi gereja-Nya, perkara-perkara besar pasti terjadi!

Friday, August 29, 2014

ROH KUDUS: Minyak Urapan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Agustus 2014

Baca:  Keluaran 30:22-33

"Haruslah kaubuat semuanya itu menjadi minyak urapan yang kudus, suatu campuran rempah-rempah yang dicampur dengan cermat seperti buatan seorang tukang campur rempah-rempah; itulah yang harus menjadi minyak urapan yang kudus."  Keluaran 30:25

Di dalam Perjanjian Lama, minyak zaitun yang telah diramu dengan rempah-rempah dipergunakan untuk mengurapi benda-benda suci atau perabotan yang ada di Tabernakel atau rumah Tuhan, serta dipergunakan untuk mengurapi dan menahbiskan para imam yang melayani pekerjaan Tuhan, raja-raja dan termasuk pula nabi-nabi untuk setiap tugas yang dipercayakan kepadanya.  dalam hal ini minyak adalah juga lambang daripada Roh Kudus, berfungsi untuk mengurapi, menguduskan dan menyucikan.

     Benda atau perabot yang telah diurapi minyak keberadaannya menjadi suci dan kudus.  Pula para imam, raja dan nabi yang menerima pengurapan minyak ini, selain dikuduskan dan disucikan, juga dilayakkan untuk menerima kuasa, beroleh jaminan penyertaan dan perlindungan dari Tuhan sehingga mereka beroleh kuasa untuk mengerjakan setiap tugas dan tanggung jawabnya di bawah kendali Roh Tuhan.  Ada pun pengurapan ini bukanlah inisiatif mereka sendiri melainkan dilakukan oleh seseorang yang telah dipilih dan ditunjuk Tuhan secara khusus.  Kita tahu sifat minyak adalah melicinkan, menghaluskan, membersihkan, sanggup menjangkau bagian-bagian yang tersembunyi, memberikan terang, mempertahankan nyala api dan juga menyembuhkan.  Itulah pekerjaan Roh Kudus dalam hidup orang percaya!  Roh Kudus adalah minyak rohani serbaguna.

     Minyak urapan adalah gambaran dari kehadiran Roh Kudus, Roh yang kuasanya tak terbatas yang bekerja dan menyertai pelayanan hamba-hamba Tuhan, sehingga melalui urapan-Nya ini orang yang sakit disembuhkan, yang terbelenggu kuasa gelap dibebaskan dan beroleh pemulihan.  Inilah nasihat Yakobus,  "Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni."  (Yakobus 5:14-15).

Minyak Urapan adalah lambang kehadiran Roh Kudus, yang oleh-Nya kita mengalami mujizat!

Thursday, August 28, 2014

ROH KUDUS: Burung Merpati

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Agustus 2014

Baca:  Matius 3:13-17

"Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya,"  Matius 3:16

Tatkala Yesus keluar dari air setelah menerima baptisan air di sungai Yordan dari Yohanes Pembaptis, Roh kudus datang mengurapi-Nya dengan tampak seekor burung merpati yang hinggap di atas-Nya.  Seketika itu terdengar suara dari sorga,  "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."  (Matius 3:17).

     Lambang Roh Kudus lain yang dinyatakan oleh Alkitab adalah burung merpati.  Mengapa merpati dipilih menggambarkan Roh Kudus?  Bukankah ada banyak sekali jenis burung lain yang mungkin lebih indah warnanya dan lebih merdu kicauannya?  Ia dipilih karena memiliki sifat-sifat khusus yang tidak dimiliki burung lainnya.  Seringkali merpati dijadikan sebagai simbol perdamaian dan lambang cinta kasih oleh karena ia tidak suka bermusuhan, selalu berdampingan dan sangat setia terhadap pasangan.  Merpati juga lambang dari kesucian karena sifatnya yang penuh ketulusan, kelemahlembutan dan sangat tenang.  Bila Roh Kudus memenuhi hati kita, kehidupan kita akan memancarkan sifat atau karakter yang tidak jauh berbeda dari burung merpati ini:  kita akan mudah berdamai, tidak suka bertengkar  (bermusuhan), sehingga kehadiran kita benar-benar membawa kedamaian bagi semua orang,  "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah."  (Matius 5:9).  Seseorang yang di dalam hidupnya ada Roh Kudus pasti mengasihi Tuhan dengan sungguh dan setia kepada-Nya, sebab  "Roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, diingini-Nya dengan cemburu!"  (Yakobus 4:5).  Tuhan sangat mengasihi kita dengan cemburu Ilahi, karena itu kita pun harus setia kepada-Nya.  Jika kita tidak setia kepada Tuhan, Roh Kudus pun tidak akan tinggal di dalam kita, akan meninggalkan kita, sebab  "Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya;"  (Amsal 19:22).

     Apabila hidup kita dipimpin oleh Roh Kudus setiap waktu kita akan beroleh kekuatan untuk bersikap tegas terhadap dosa dan tidak lagi berkompromi dengan segala jenis kejahatan, sehingga dunia dapat melihat Kristus melalui kehidupan kita.

Tanpa Roh Kudus mustahil kehidupan kita akan memancarkan sifat atau karakter seperti Kristus!

Wednesday, August 27, 2014

ROH KUDUS: Air Kehidupan (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Agustus 2014

Baca:  Yohanes 4:16-30

"Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau."  Yohanes 4:26

Banyak orang beranggapan sumber kepuasan dan kebahagiaan ada dalam harta benda atau materi, sehingga mereka berupaya sedemikian rupa dan berlomba-lomba mendapatkan harta sebanyak mungkin.  Dengan cara demikian mereka berharap kepuasan dan kebahagiaan pasti didapat.  Faktanya?  Tidak.  Justru keresahan, kegelisahan, ketakutan, kegersangan dan kekeringan yang mereka rasakan.

     Apa pun yang manusia lakukan adalah sia-sia, seperti yang dialami oleh perempuan Samaria pada kisah kemarin.  Perempuan ini memiliki kehidupan yang  'tidak biasa';  demi mengejar kepuasan dan kebahagiaan, perempuan ini selalu berganti-ganti suami.  Bahkan saat bertemu dengan Tuhan Yesus perempuan ini sedang tidak bersuami, tetapi hidup dengan laki-laki yang bukan suaminya.  Ini membuktikan betapa kering dan gersangnya kehidupan perempuan ini.  Bersyukur sekali akhirnya ia bertemu Yesus yang membawa kabar sukacita dan menawarinya  'Air Hidup'  yang bisa memberikan kepuasan dan kebahagiaan sejati.  "...barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya."  (Yohanes 4:14).  Perempuan itu pun meminta air itu kepada Yesus.  Dan dengan cara-Nya yang luar bisa Tuhan Yesus menyatakan siapa diri-Nya yang sebenarnya dan menegor perempuan itu dari kehidupannya yang kelam.  Tuhan Yesus pun menunjukkan jalan yang benar untuk mendapatkan kebahagiaan sejati, bukan kepuasan dan kebahagiaan semu yang membuat orang semakin merasakan kegersangan dan kekeringan.  Akhirnya perempuan Samaria itu membuka hatinya untuk menerima  'Air Hidup'  yang mendatangkan kebahagiaan dan kepuasan sejati itu.

     Air kehidupan yang dimaksud oleh Tuhan Yesus melambangkan Roh Kudus.  Jika hidup kita dialiri dan dipenuhi oleh  'Air Hidup'  yang diberikan Tuhan Yesus ini, kita tidak akan merasa haus lagi, dahaga kita akan dipuaskan, bahkan  'Air Hidup'  ini akan menjadi mata air di dalam diri kita yang terus-menerus memancar.  Inilah kabar baik bagi setiap orang yang mendambakan kepuasan, sukacita dan kebahagiaan sejati yang tidak akan pernah mereka dapatkan dari dunia ini.

Bukalah hati dan milikilah rasa haus akan Roh Kudus-Nya, maka Dia akan menjadi air kehidupan bagi kita!

Tuesday, August 26, 2014

ROH KUDUS: Air Kehidupan (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Agustus 2014

Baca:  Yohanes 4:1-15

"...barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."  Yohanes 4:14

Salah satu kebutuhan pokok semua makhluk hidup di dunia ini adalah air.  Tidak hanya bagi manusia, air juga merupakan kebutuhan penting bagi ciptaan Tuhan lainnya seperti hewan dan tumbuhan.  Tanpa air semua makhluk hidup tidak akan dapat bertahan hidup alias mati.  Tak terkecuali manusia, yang sebagian besar tubuhnya terdiri dari air, sekitar tiga perempat atau 73%.  Mungkinkah manusia bertahan hidup jika tanpa air?  Tentu tidak!  Jadi potensi air adalah pemberi kehidupan bagi semua makhluk.  Air bukan sekedar pelepas dahaga, tapi juga untuk keperluan hidup sehari-hari:  mandi, memasak, mencuci.  Bidang kehidupan lainnya pun memerlukan air:  pertanian, perindustrian, pembangkit tenaga listrik, alat transportasi dan sebagainya.  Hal itu menunjukkan bahwa kebutuhan akan air adalah mutlak adanya.

     Saat melintasi daerah Samaria Tuhan Yesus bertemu dengan seorang perempuan setempat yang hendak menimba air.  Terjadilah percakapan antara Tuhan Yesus dengan perempuan itu di dekat sumur Yakub.  Berbicara tentang sumur adalah sangat identik dengan mataair, karena dari sumur tersebut orang bisa mendapatkan air bersih untuk segala kebutuhannya.  Namun untuk mendapatkan air dari sumur bukanlah pekerjaan yang mudah, diperlukan tali dan juga ember untuk menimba air dari dalam sumur itu.  Adapun sumur tempat di mana Tuhan Yesus bertemu dengan perempuan Samaria adalah sumur peninggalan Yakub, berarti sumur itu dibuat ribuan tahun silam sebelum momen pertemuan Yesus dengan perempuan itu, alias sudah tua;  dan kalau setiap hari orang menimba air di situ bisa dipastikan semakin hari airnya akan semakin berkurang dan permukaan airnya makin dalam.  Itu berarti kalau orang ingin mendapatkan air tersebut diperlukan usaha yang lebih keras lagi dan juga tali yang lebih panjang.

     Itulah cara yang harus ditempuh untuk mendapatkan air, meski kita tahu bahwa air yang berasal dari sumur sampai kapan pun tidak akan pernah memberikan kepuasan.  "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi,"  (Yohanes 4:13).  (Bersambung)

Monday, August 25, 2014

ALASAN MENGUCAP SYUKUR (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Agustus 2014

Baca:  Mazmur 66:1-20

"mazmurkanlah kemuliaan nama-Nya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian!"  Mazmur 66:2

Ada banyak orang Kristen yang sulit sekali mengucap syukur kepada Tuhan, hanya karena kecewa doanya tidak dijawab atau belum beroleh jawaban dari Tuhan.  Lalu kita melakukan aksi mogok dan marah kepada Tuhan.  Maunya sekali berdoa, apa yang kita perlukan atau minta kepada Tuhan langsung dikabulkan.  Kita memaksakan kehendak kita.  Kita ingin Tuhan mengikuti agenda dan waktu kita dan tidak mau bersabar menunggu waktu-Nya, padahal  "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,"  (Pengkotbah 3:11).  Alkitab mengingatkan agar kita senantiasa berdoa dengan tidak jemu-jemu, berdoa dengan tiada berkeputusan.  "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?"  (Lukas 18:7).

     Ada alasan lain mengapa harus mengucap syukur:  Tuhan telah memilih kita dan menjadikan kita berharga di mata-Nya.  "Berbahagialah orang yang Engkau pilih dan yang Engkau suruh mendekat untuk diam di pelataran-Mu!"  (Mazmur 65:5a).  Kita dipilih Tuhan di antara sekian miliar manusia di muka bumi ini, artinya kita adalah orang-orang yang sangat spesial dan berharga di mata Tuhan.  "Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau,"  (Yesaya 43:4).  Jadi bukan kita yang memilih Tuhan, tapi Tuhan sendiri yang telah memilih kita.  "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu."  (Yohanes 15:16).  Haleluya!

     Kita pun patut bersyukur kepada Tuhan karena kebaikan-Nya melimpah atas kita.  "Kiranya kami menjadi kenyang dengan segala yang baik di rumah-Mu, di bait-Mu yang kudus."  (Mazmur 65:5b).  Siapakah di antara kita yang tidak pernah merasakan kasih, kemurahan dan kebaikan Tuhan?  Sungguh keterlaluan jika kita melupakan kebaikan Tuhan.  Jika demikian kita benar-benar tidak tahu berterima kasih.  Ucapan syukur inilah yang akan memberikan kita kekuatan untuk terus memandang Tuhan dan melihat kebaikan-Nya.  "...janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!"  (Mazmur 103:2).

"Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya."  Mazmur 136:1

Sunday, August 24, 2014

ALASAN MENGUCAP SYUKUR (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Agustus 2014

Baca:  Mazmur 65:1-14

"Bagi-Mulah puji-pujian di Sion, ya Allah; dan kepada-Mulah orang membayar nazar."  Mazmur 65:2

Alasan pengucapan syukur bagi orang percaya bukan semata-mata berkenaan dengan perkara-perkara jasmani atau hal-hal lahiriah yang terlihat secara kasat mata semata, seperti:  ketika sedang keberkatan, disembuhkan dari sakit, usaha lancar, keuangan tercukupi, studi berhasil atau karena doa-doa kita yang beroleh jawaban dari Tuhan.

     Sesungguhnya ada beberapa alasan utama mengapa setiap orang percaya harus selalu mengucap syukur kepada Tuhan:  1.  Karena Tuhan telah mengampuni dosa-dosa kita.  Pemazmur berkata,  "Bilamana pelanggaran-pelanggaran kami melebihi kekuatan kami, Engkaulah yang menghapuskannya."  (Mazmur 65:4).  Melalui pengorbanan Kristus di kayu salib kita percaya kepada-Nya beroleh pengampunan dosa dan diselamatkan.  Firman Tuhan juga menyatakan,  "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba."  (Yesaya 1:18), bahkan  "sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita."  (Mazmur 103:12).  Ucapan syukur seharusnya merupakan respons kita terhadap keselamatan yang telah kita terima sebagai anugerah dari Tuhan ini, sebab kita seharusnya mengalami kebinasaan kekal dan dimurkai oleh Allah karena dosa dan pelanggaran, namun kini beroleh anugerah pengampunan oleh karena karya kudus Kristus di atas kayu salib.  Inilah dasar utama orang percaya untuk mengucap syukur kepada Tuhan.  2.  Karena Tuhan selalu memperhatikan dan mendengar setiap seruan umat-Nya.  Dikatakan,  "Engkau yang mendengarkan doa."  (ayat 3a).  Kita patut bersyukur karena kita memiliki Tuhan yang hidup, yang tidak pernah terlelap dan tertidur.  Tuhan tahu persis sekecil apa pun pergumulan yang kita alami.  Inilah janjiNya,  "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."  (Ibrani 13:5b).

     Bawa semua beban dan persoalan hidup ini kepada Tuhan melalui doa-doa kita, sebab Dia senantiasa menyendengan telinganya untuk setiap seruan doa umat-Nya.  Tidak berarti Tuhan akan selalu menjawab semua doa kita, tapi ada bagian yang harus kita kerjakan yaitu tetap bertekun dan menanti-nantikan Dia.  (Bersambung)

Saturday, August 23, 2014

MENGUCAP SYUKUR: Mudah Tapi Sulit Dilakukan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Agustus 2014

Baca:  1 Tesalonika 5:12-22

"Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu."  1 Tesalonika 5:18

Mengucapkan syukur dalam segala hal adalah kehendak Tuhan bagi orang percaya.  Banyak orang Kristen yang beranggapan bahwa mengucap syukur adalah perkara yang mudah karena tanpa modal apa pun, hanya lewat ucapan bibir kita.

     Namun kenyataannya mengucap syukur adalah perkara yang sulit kita lakukan.  Jangankan dalam kondisi susah dan berbeban berat, saat segala sesuatu berjalan dengan baik dan normal pun ternyata kita sulit untuk mengucap syukur dan dengan sengaja kita melupakannya.  Jika kita teliti, banyak sekali ayat dalam firman Tuhan yang membahas tentang pengucapan syukur.  Artinya hal pengucapan syukur adalah bagian penting dalam kehidupan orang percaya yang tidak boleh diabaikan dan disepelekan.  Hati yang penuh ucapan syukur kepada Tuhan inilah yang mendorong terciptanya mazmur pujian yang ditulis oleh Daud.  "Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib;"  (Mazmur 9:2).  Bila  kita merenungkan kasih dan kebaikan Tuhan, sesungguhnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mengucap syukur kepadaNya, bahkan pengucapan syukur itu seharusnya seperti nafas hidup kita yang tak pernah berhenti untuk berhembus selama kita hidup.  Namun seringkali ucapan syukur keluar dari mulut kita hanya saat kita menikmati dan mengalami hal-hal yang baik dari Tuhan.  Ketika hal-hal yang tidak baik  (menurut penilaian kita)  terjadi dan menimpa hidup kita, sulit sekali kita mengucap syukur kepada Tuhan, sebaliknya yang keluar dari bibir kita hanya ungkapan kekecewaan, kekesalan, keputusasaan, sungut-sungut, omelan dan bahkan kita berani menuduh dan menyalahkan Tuhan, seperti yang diperbuat oleh bangsa Israel.

     Hal-hal yang baik atau buruk, keberhasilan atau kegagalan, sakit atau sehat, dalam kelimpahan atau kekurangan, suka atau duka, adalah warna-warni dalam kehidupan manusia.  Satu hal yang seharusnya menguatkan kita adalah  "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan"  (Roma 8:28), karena itu tetaplah mengucap syukur apa pun keadaannya.

Mengucap syukur adalah perintah dan kehendak Tuhan yang harus kita taati.

Friday, August 22, 2014

JANGAN MENCEMARI BAIT ALLAH

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Agustus 2014

Baca:  Markus 11:15-19

"Sesudah Yesus masuk ke Bait Allah, mulailah Ia mengusir orang-orang yang berjual beli di halaman Bait Allah."  Markus 11:15

Fungsi bait Allah adalah tempat orang percaya berkumpul untuk berdoa, memuji dan menyembah Tuhan serta mendengarkan kebenaran firman Tuhan;  tempat di mana kita menjumpai dan dijumpai Tuhan!  Itulah yang menjadi alasan mengapa Tuhan Yesus menindak tegas setiap orang yang menyalahgunakan bait Allah tersebut.

     Suatu ketika Tuhan Yesus melihat bahwa bait Allah tampak kotor karena digunakan oleh orang-orang untuk berjual beli.  Bait Allah yang seharusnya dijaga dan dirawat supaya tetap bersih dan rapi malah dirusak dan dikotori.  Hal itu menimbulkan kemarahan Tuhan Yesus.  "Meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dibalikkan-Nya, dan Ia tidak memperbolehkan orang membawa barang-barang melintasi halaman Bait Allah."  (Markus 11:15-16).  Tidak seharusnya bait Allah dipergunakan sebagai ajang untuk bisnis atau tempat untuk mencari uang, mengeruk keuntungan secara materi!  Tuhan Yesus berkata,  "Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!"  (Markus 11:17).  Yesus marah bukan karena Dia membenci orang-orang itu, tapi Dia hendak menegaskan dan mengingatkan bahwa bait Allah adalah rumah doa, yang adalah kudus.  Ironisnya para imam dan ahli-ahli Taurat yang tahu kebenaran firman malah membiarkan dan mengijinkan orang-orang berjualan di bait Allah, dan kemungkinan besar mereka juga mendapatkan fee dari praktek-praktek jual-beli ini!  Bukan hanya itu, mereka juga  "...berusaha untuk membinasakan Dia,"  (ayat 18);  mereka membenci Yesus dan berusaha menyingkirkan Dia karena takut kehilangan pamor di mata orang banyak.  "Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu."  (1 Korintus 3:16-17).

     Tubuh kita adalah bait Allah, karena itu kita harus menjaga dan memeliharanya supaya tetap berkenan di hadapan Tuhan.  Jangan sampai kita pergunakan untuk melakukan perbuatan-perbuatan cemar yang menyimpang dari kebenaran!

Persembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup dan berkenan padaNya!

Thursday, August 21, 2014

BERITA SALIB: Kebodohan Bagi Dunia

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Agustus 2014

Baca:  Roma 6:15-23

"Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita."  Roma 6:23

Ayat nas menyatakan upah dosa ialah maut.  Akibat dosa dan pelanggaran, manusia suatu saat akan mati dan akan menerima penghukuman kekal.  "Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,"  (Ibrani 9:27).

     Sangat berbeda dengan Yesus Kristus, Dia mati bukan seperti manusia sebagai akibat dari dosa yang telah diperbuat-Nya, sebab Dia tidak memiliki satu noda dosa pun.  Yesus Kristus tidak dilahirkan di dalam dosa seperti kita.  "Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku."  (Mazmur 51:7).  Tetapi Yesus Kristus dilahirkan oleh Roh Kudus, di mana benih dan tubuh-Nya dalam rahim perawan Maria disediakan oleh Allah sendiri.  Tertulis:  "Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki-tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku-."  (Ibrani 10:5).  Jadi Yesus Kristus adalah rupa Allah dalam manusia.  Akan tetapi fakta sejarah menyatakan bahwa Yesus Kristus mati tersalib si Kalvari.  Itulah sebabnya manusia tidak dapat memahaminya, bahkan mereka menghujat dan menolak-Nya.  "Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah."  (1 Korintus 1:18).  Memang manusia tidak akan dapat memahami dan mengenal jalan-jalan Allah karena pikiran dan akalnya yang sangat terbatas.

     Bagi kita orang yang percaya, Yesus Kristus mati dan kemudian bangkit di hari yang ke-3 adalah sebuah kebenaran dan bukti dari kekuatan Allah dan hikmat Allah yang tak terselami.  Yesus Kristus mati untuk menggantikan kita;  Yesus Kristus dihukum karena pelanggaran-pelanggaran kita.  Yesus Kristus mati sebagai korban perdamaian atau korban pendamaian untuk keselamatan kita.  Darah-Nya yang tercurah di atas kayu salib menghapus segala dosa kita.  Tubuh-Nya yang hancur dan terpecah-pecah telah menyembuhkan segala penyakit kita.  Melalui pengorban Yesus Kristus ini kita yang percaya kepada-Nya beroleh keselamatan yang sempurna.

Penghukuman kekal telah tersedia bagi siapa saja yang menolak Yesus Kristus!

Wednesday, August 20, 2014

TIDAK ADA YANG MUSTAHIL

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Agustus 2014

Baca:  Lukas 1:26-38

"Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil."  Lukas 1:37

Kabar sukacita apa yang diterima oleh Maria dari sorga?  "Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus."  (ayat 31).  Mungkinkah?  Karena secara logika Maria belum bersuami.  Jawab malaikat itu,  "...bagi Allah tidak ada yang mustahil."  (ayat nas).  Maria pun percaya dan firman-Nya pun digenapi dalam hidupnya.

     Di segala situasi dalam hidup ini marilah kita belajar untuk memiliki sikap seperti Maria yang percaya kepada Tuhan dan memiliki penyerahan penuh kepada-Nya dengan berkata,  "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu."  (ayat 38).  Kata  'tidak ada yang mustahil'  berarti tidak ada sesuatu pun yang tak sanggup Allah kerjakan dalam kehidupan manusia karena Dia adalah Allah yang ajaib dan perbuatan-perbuatan-Nya heran, serta sulit untuk kita pahami.  Dia sanggup melakukan mujizat, membuat hal yang tidak mungkin menjadi mungkin,  "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu."  (Yesaya 55:8-9).

     Inilah yang tidak dipahami oleh manusia hingga detik ini sehingga manusia menutup telinga terhadap kabar sukacita ini dan menolak Juruselamat.  Padahal kita yang sebelumnya terbelenggu oleh dosa, karena kasih karunia Allah di dalam Yesus Kristus, dibebaskan dan dilepaskan sehingga menjadi orang yang merdeka.  Tanpa kuasa Allah tidak mungkin kita yang berdosa dapat melepaskan diri dari belenggu dan dosa;  dan kuasa itu ada pada diri Tuhan Yesus,  "...Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: 'Yesus Kristus adalah Tuhan,' bagi kemuliaan Allah, Bapa!"  (Filipi 2:9-10).  Kini kuasa itu diberikan kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya!  Dengan kuasa itu kita beroleh kekuatan untuk hidup dalam kebenaran melayani Tuhan.

Andalkan Tuhan dalam segala perkara dan jangan sekali-kali mengandalkan kekuatan sendiri, karena tidak ada yang mustahil bagi Dia!

Tuesday, August 19, 2014

MARIA: Beroleh Kasih Karunia

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Agustus 2014

Baca:  Lukas 1:28-38

"Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau."  Lukas 1:28

Bagaimana reaksi Saudara ketika tiba-tiba ditegur disapa oleh orang asing atau seseorang yang belum pernah kita kenal sebelumnya?  Tentunya kita pasti akan terkejut, bertanya-tanya dalam hati, atau mungkin juga takut.  Perasaan demikian juga dirasakan oleh Maria, apalagi yang menyapanya bukan sembarang orang, melainkan seorang malaikat yang adalah utusan dari sorga yang bernama Gabriel.  Wajarlah jika Maria sangat terkejut mendengar sapaan salam dari malaikat tersebut.

     Malaikat Gabriel menjelaskan maksud kedatangannya,  "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah."  (ayat 30).  Kedatangan malaikat Gabriel bukan tanpa maksud, tapi ia membawa kabar sukacita dari sorga, karena Maria beroleh kasih karunia dari Allah.  Allah memakai hidup Maria untuk menyatakan kasih karunia-Nya kepada umat manusia.  Kasih karunia ini berkenaan dengan keselamatan, sesuatu yang diberikan Allah secara cuma-cuma melalui diri Yesus Kristus.  "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia."  (Yohanes 3:16-17).  Tak seorang pun manusia dapat menyelamatkan dirinya dari dosa selain oleh kasih karunia Allah, sebagaimana ditegaskan rasul Paulus bahwa  "...karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri."  (Efesus 2:8-9).

     Dengan kasih karunia ini bukan berarti kita dapat hidup sekehendak hati kita dan tetap berkompromi dengan dosa, melainkan kita harus mengerjakan keselamatan yang telah kita terima itu dengan takut dan gentar  (baca  Filipi 2:12), sebab dengan kasih karunia yang telah kita terima ini setiap kita yang ada di dalam Kristus adalah  'manusia-manusia baru', artinya kehidupan manusia lama harus benar-benar kita tinggalkan.

Melalui Yesus Kristus kita beroleh kasih karunia dan diselamatkan!

Monday, August 18, 2014

OTNIEL: Tuhan adalah Kekuatan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Agustus 2014

Baca:  Yosua 15:13-19

"Dan Otniel, anak Kenas saudara Kaleb, merebut kota itu; lalu Kaleb memberikan kepadanya Akhsa, anaknya, menjadi isterinya. "  Yosua 15:17

Otniel adalah salah satu dari tentara yang beserta dengan Kaleb mampu menguasai dan merebut Kiryat-Arba, yaitu Hebron.  Ia adalah anak Kenas, saudara daripada Kaleb sendiri.  Ada pun arti nama Otniel adalah  'Tuhan adalah kekuatan'.

     Suatu ketika Kaleb mengadakan sebuah sayembara:  siapa saja yang dapat menaklukkan dan merebut Kiryat-Sefer, akan diberikannya anak perempuannya, Akhsa, sebagi hadiah.  Kita tahu bahwa penduduk Kiryat-Arba ataupun Kiryat-Sefer adalah orang-orang berperawakan tinggi seperti raksasa, suatu negeri yang memakan penduduknya, bahkan sepuluh pengintai yang diutus Musa mengatakan,  "...kami lihat diri kami seperti belalang, dan demikian juga mereka terhadap kami."  (Bilangan 13:33).  Namun meski harus menghadapi orang-orang raksasa, Otniel tidak sedikit pun menunjukkan rasa gentar dan takut, melainkan merespons tantangan Kaleb itu dengan sikap seorang pemberani;  ia dengan penuh keberanian menghadapi penduduk Kiryat-Sefer.  Keberhasilannya menggempur dan merebut Kiryat-Sefer membuat Otniel tampil sebagai pemenang sayembara dan ia pun berhak mendapatkan Akhsa sebagai isteri.  Keberanian yang ditunjukkan oleh Otniel ini bukan didasari oleh keinginannya untuk mendapatkan Akhsa semata, juga bukan karena perbuatan nekat, namun ia memiliki dasar iman yang kuat di dalam Tuhan.  Otniel berani berperang melawan musuh oleh karena ia mengandalkan Tuhan.  Otniel sangat percaya jika ia senantiasa berjalan bersama Tuhan dan melibatkan Dia di setiap langkahnya, tidak ada yang perlu ditakutkan.  "TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja."  (Keluaran 14:14).  Sungguh benar apa yang dikatakan bani Korah dalam mazmurnya,  "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti."  (Mazmur 46:2).  Tuhan telah menjadi kekuatan dan penolong bagi Otniel!

     Karena memiliki keberanian dan semangat kepahlawanan yang luar biasa, Tuhan pun mempercayakan perkara-perkara yang lebih besar kepada Otniel di kemudian hari!

Otniel diangkat Tuhan sebagai hakim atas Israel,  "Lalu amanlah negeri itu empat puluh tahun lamanya."  Hakim-Hakim 3:11

Sunday, August 17, 2014

TERBEBAS DARI BELENGGU

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Agustus 2014

Baca:  Lukas 13:10-17

"Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas perempuan itu, dan seketika itu juga berdirilah perempuan itu, dan memuliakan Allah."  Lukas 13:13

Ketika Tuhan Yesus mengajar di sebuah rumah ibadat atau sinagoga tiba-tiba perhatian-Nya tertuju kepada seorang wanita yang sudah 18 tahun dirasuk oleh roh jahat sehingga menderita sakit;  punggungnya bungkuk dan tidak dapat berdiri tegak.  Hati Tuhan Yesus pun tergerak oleh belas kasihan sehingga Dia meletakkan tangan-Nya atas wanita itu dan seketika itu juga sembuhlah ia.  Wanita itu pun dapat berdiri tegak untuk pertama kalinya setelah 18 tahun!

     Sesungguhnya wanita itu memiliki alasan kuat untuk tetap tinggal di rumahnya sepanjang hari karena kondisi fisiknya yang tidak memungkinkan untuk pergi ke rumah Tuhan, tetapi wanita itu tetap meneguhkan hatinya untuk beribadah kepada Tuhan tanpa mempedulikan sakit yang dialaminya dan mungkin juga cemoohan orang lain.  Setan bisa saja menyerang fisik wanita ini tapi tidak berdaya menyerang rohnya, terbukti meski menderita sakit yang luar biasa wanita itu tetap tekun beribadah ke rumah Tuhan!  Imannya yang besar ini telah menggerakkan hati Tuhan untuk bertindak sehingga kuasa setan dipatahkan-Nya!  Satu-satunya Pribadi yang sanggup melepaskan dan membebaskan manusia dari belenggu setan adalah Tuhan Yesus!  Hari itu benar-benar menjadi hari pembebasan baginya;  hari yang sangat bersejarah dalam hidupnya karena telah terbebas dari penderitaan jasmani dan rohani yang telah mengikatnya selama belasan tahun!  Karena itulah ia memuliakan Tuhan sebagai tanda ucapan syukur.

     Hari ini, 69 tahun silam, tepatnya 17 Agustus 1945 adalah hari yang juga sangat spesial dan bersejarah bagi seluruh rakyat Indonesia, karena untuk pertama kalinya bangsa kita memproklamirkan hari kemerdekaannya.  Pekik merdeka pun berkumandang di seluruh persada negeri!  Merdeka berarti bebas, tidak lagi menjadi budak dari bangsa lain, tidak lagi hidup dalam tekanan dan belenggu, tapi menjadi bangsa yang benar-benar merdeka.  Namun ingatlah bahwa kemerdekaan bangsa kita tidak akan pernah bisa diraih tanpa campur tangan Tuhan, karena itu kita wajib untuk memuliakan nama-Nya.

"Jadi apabila Anak itu  (Yesus Kristus)  memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka."  Yohanes 8:36

Saturday, August 16, 2014

JANGAN LARI DARI PANGGILAN!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Agustus 2014

Baca:  Yunus 1:1-17

"Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN;"  Yunus 1:3

Di masa-masa sekarang ini ada banyak orang Kristen, yang awalnya memiliki semangat menggebu-gebu dalam melayani Tuhan dan begitu antusias mengembangkan talentanya, kini berangsur-angsur surut semangatnya dan tidak lagi setia.  Mengapa hal ini bisa terjadi?  Karena mereka tidak tahan menghadapi tantangan atau masalah yang ada.  Mereka pun berusaha memutar otak mencari alasan untuk menghindarkan diri dari panggilan Tuhan dan mulai menimbang-nimbang jika diutus oleh Tuhan.

     Yunus adalah contoh utusan Tuhan yang mencoba lari dari panggilan Tuhan karena takut menghadapi tantangan.  Berfirmanlah Tuhan kepada Yunus,  "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku."  (ayat 2).  Pada saat diutus Tuhan untuk pergi ke Niniwe Yunus justru memilih lari dari tanggung jawabnya dan pergi ke Tarsis, jauh dari hadapan Tuhan.  Yunus memilih untuk menuruti keinginan dagingnya daripada harus tunduk kepada kehendak Tuhan, padahal keinginan daging itu berlawanan dengan keinginan Roh!  "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya."  (Galatia 5:24).  Akibat lari dari dari panggilan Tuhan ini Yunus harus mengalami masalah yang hebat,  "...TUHAN menurunkan angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai besar, sehingga kapal itu hampir-hampir terpukul hancur."  (Yunus 1:4).  Bahkan Yunus harus mengalami peristiwa paling mengerikan seumur hidupnya yaitu masuk dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam.  Namun Tuhan mengasihi Yunus sehingga Dia memberi kesempatan Yunus bertobat.  Akhirnya Yunus pergi ke Niniwe dan menjalankan tugasnya sebagai utusan Tuhan.  Melalui pelayanannya orang-orang Niniwe bertobat dan seluruh penduduk kota itu diselamatkan.

     Jika kita dipercaya Tuhan melayaniNya mari melakukannya dengan setia dan penuh tanggung jawab, karena tidak semua orang beroleh kesempatan yang sama.

"Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja."  Yohanes 9:4

Friday, August 15, 2014

UTUSAN TUHAN: Setia dan Bertanggung Jawab

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Agustus 2014

Baca:  Matius 25:14-30

"Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya."  Matius 25:29

Talenta yang ada pada kita harus dikembangkan supaya makin bertambah atau berlipat ganda.  Jika kita tidak mau mengembangkannya, tidak mau bekerja, diam saja, bersikap pasif, itu sama artinya kita tidak menghargai Tuhan sebagai pemberi talenta.

     Maukah kita disebut sebagai hamba-hamba Tuhan yang jahat dan tidak setia?  Suatu kelak nanti kita akan dimintai pertanggungan jawab di hadapan Tuhan perihal talenta ini.  Apakah kita seperti hamba yang menerima lima atau dua talenta, yang dengan setia mengembangkan talentanya, sehingga Tuhan berkata:  "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu."  (ayat 21 dan 23).  Ataukah kita bertindak seperti hamba yang diberi satu talenta, yang tidak setia dan tidak mau mengembangkan talenta yang ada, malahan  "...pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya."  (ayat 18), dan inilah konsekuensi yang harus ditanggung:  "Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."  (ayat 30).  Dalam mengembangkan talenta, kita tidak perlu fokus kepada berapa besarnya hasil yang akan kita dapatkan, sebab Tuhan tidak memuji para hambanya berdasarkan jumlah hasil atau besarnya laba, melainkan Tuhan memuji sikap hati dan kesetiaan mereka dalam melakukan apa yang diperintahkan-Nya.  Meski demikian, bagi seseorang yang telah diberikan talenta lebih baik, wajib untuk menghasilkan laba yang lebih besar pula bagi Tuhan, tidak bisa tidak!

     Setiap utusan Tuhan kita harus belajar menjadi orang-orang setia dan bertanggung jawab terhadap apa pun yang dipercayakan kepada kita.  Mari kita kembangkan talenta kita semaksimal mungkin untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan!

"Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut."  Lukas 12:48b

Thursday, August 14, 2014

UTUSAN TUHAN: Mengembangkan Talenta

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Agustus 2014

Baca:  Matius 25:14-30

"Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka."  Matius 25:14 

Dalam hal melayani pekerjaan-Nya Tuhan tidak hanya sekedar mengutus anak-anak-Nya, tapi Dia juga membekali setiap orang percaya dengan talenta,  "...untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus,"  (Efesus 4:12).  Jadi tidak ada alasan bagi kita berkata  'tidak'  terhadap panggilan Tuhan!

Talenta berbicara tentang banyak hal:  bakat, kecakapan, keahlian, kemampuan, harta dan sebagainya sebagai sesuatu yang Tuhan berikan dalam hidup kita.  Adapun besarnya talenta dari tiap-tiap orang itu berbeda-beda:  "Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya,"  (Matius 25:16).  Dalam Perjanjian Lama talenta adalah ukuran timbangan sebesar 3000 syikal atau kurang lebih 34 kilogram.  Dalam Perjanjian Baru talenta adalah ukuran jumlah uang yang sangat besar nilainya yaitu 6000 dinar.  Dinar adalah mata uang Romawi.  Satu dinar sama dengan upah pekerja harian dalam satu hari, jadi 1 talenta = upah 6000 hari  (identik dengan upah hampir enam setengah tahun!).  Sesungguhnya Tuhan tidak pernah tidak memberikan talenta kepada manusia, bahkan minimal Dia akan memberikan satu talenta kepada seseorang, yang sesungguhnya memiliki nilai yang sangat besar.  Sedangkan pemberian talenta itu sendiri bukan karena kita yang memintanya kepada Tuhan, tetapi sepenuhnya adalah kewenangan Tuhan;  Ia sendiri yang menentukan.  Maka dari itu kita pun tidak boleh menuntut kepada Tuhan, atau membanding-bandingkan talenta yang Tuhan berikan kepada kita dengan yang Tuhan berikan kepada orang lain.  dengan demikian tiap-tiap orang sudah mendapatkan porsinya masing-masing, yang kesemuanya itu didasarkan pada kesanggupan kita!

     Tuhan menghendaki kita mengembangkan setiap talenta yang Dia berikan itu!  Jangan sampai kita menyia-nyiakannya dengan  'menyimpan'  serta  'menyembunyikannya'  di dalam tanah, seperti yang diperbuat oleh hamba yang menerima satu talenta  (Matius 25:18), padahal kita diberi waktu dan kesempatan yang sama.

Sudahkah kita mengembangkan setiap talenta yang Tuhan berikan?

Wednesday, August 13, 2014

ORANG PERCAYA: Menghasilkan Buah

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Agustus 2014

Baca:  Yohanes 15:1-8

"Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."  Yohanes 15:8

Sebuah pohon dapat menghasilkan buah dalam jumlah banyak, hanya dari satu batang pohon.  Dengan cara yang sama pula Roh Kudus menjadi sumber dari buah-buah dalam kehidupan orang percaya.  Semakin kita melekat kepada Pokok Anggur dan hidup dalam pimpinan Roh Kudus semakin kita memancarkan karakter seperti Kristus dan hal ini membawa kemuliaan bagi Bapa.

     Ada pun langkah menuju kepada kehidupan Kristen yang berbuah adalah:  "Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita."  (1 Yohanes 2:5).  Ketaatan kita terhadap firman Tuhan adalah bukti kita tinggal di dalam firman-Nya.  Jika kita tidak menaati firman-Nya, sampai kapan pun kita tidak akan pernah berbuah.  Ada konsekuensi bagi orang-orang yang tidak mau tinggal di dalam firman-Nya, tidak melekat pada Pokok Anggur dan yang hidupnya tidak berbuah, yaitu  "...ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar."  (Yohanes 15:6).

     Buah-buah apa yang seharusnya dihasilkan oleh orang percaya?  Buah jiwa-jiwa, yaitu orang-orang yang kita bawa kepada Kristus oleh karena dampak dari kehidupan kita yang menjadi berkat dan kesaksian bagi mereka.  Buah pelayanan, yaitu waktu, tenaga, pikiran, talenta yang kita curahkan untuk melayani Tuhan dan juga materi yang kita persembahkan untuk mendukung pekabaran Injil di bumi.  Milikilah roh yang menyala-nyala untuk melayani Tuhan, sebab jerih lelah kita tidak akan pernah sia-sia.  Melalui pelayanan ini kita percaya bahwa Injil makin berkembang dan disebarluaskan ke seluruh penjuru ujung bumi.  Buah Roh, yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri.  Ke-9 buah Roh ini hanya dapat dihasilkan bila kita mau tinggal di dalam Tuhan dan melekat kepada-Nya.

Berbuah adalah tanda bahwa kerohanian seseorang itu hidup dan bertumbuh!

Tuesday, August 12, 2014

PEMBERSIHAN: Proses Pembentukan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Agustus 2014

Baca:  Yohanes 15:1-8

"Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya."  Yohanes 15:1

Pernyataan Tuhan Yesus,  "Akulah pokok anggur yang benar"  adalah sebagai penegasan bahwa Dia adalah satu-satunya Pokok Anggur yang asli dan sah, tidak ada yang lain.  Sebagai satu-satunya Pokok Anggur, setiap ranting harus melekat kepada-Nya.  Itulah satu-satunya cara untuk bisa menghasilkan buah!

     Melekat berarti memiliki persekutuan yang erat secara kontinyu dengan Pokok Anggur.  Tanpa melekat kepada Pokok Anggur ranting-ranting itu akan kering, dan cepat atau lambat pasti akan mati, karena tidak ada kehidupan di dalamnya, sebab Pokok Anggur adalah sumber kehidupan.  "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."  (Yohanes 14:6).  Jadi tanpa Pokok Anggur ranting tidak punya kekuatan apa-apa dan tidak bisa berbuat apa-apa.  Tuhan Yesus juga menambahkan,  "Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah."  (Yohanes 15:2).  Kita tahu bahwa setiap pemilik kebun pasti berharap bahwa benih yang ia taburkan di tanah kelak akan menghasilkan buah.  Ia tidak hanya sekedar menabur benih dan menanam, tapi juga mengolah tanahnya sedemikian rupa serta merawatnya.  Dan ketika benih itu tumbuh dan mulai mengeluarkan ranting-ranting si pemilik kebun makin bekerja secara ekstra.  Jika ada ranting yang kering akan dipotongnya dan dibuang, sedangkan ranting yang hidup tak luput dari perhatian si pemilik kebun, dibersihkannya ranting itu supaya bukan sekedar lebat daunnya, tapi supaya ada buah yang dihasilkan.

     Saat masuk dalam proses  'pembersihan'  inilah mau tidak mau kita akan merasakan sakit, tidak enak dan terluka.  Namun bukan berarti Tuhan jahat, kejam dan tidak mengasihi kita, karena Dia melakukannya sesuai dengan hikmat dan kasih-Nya.  Ingat, jika kita tidak dibersihkan, sampai kapan pun kita tidak akan pernah bertumbuh dan berbuah.  Tuhan membersihkan segala hal yang menghalangi kita untuk bertumbuh.  Jadi pembersihan dari Tuhan memiliki arah dan tujuan karena Dia selalu tahu apa yang terbaik bagi kita dan sama sekali tidak bermaksud untuk menyakiti kita.

Pembersihan inilah yan disebut pembentukan dari Tuhan, sebagai wujud pendisiplinan dari Tuhan.

Monday, August 11, 2014

SERI UTUSAN TUHAN: Tinggal Dalam Firman (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Agustus 2014

Baca:  Mazmur 119:1-8

"Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati,"  Mazmur 119:2

Hidup benar dan kudus di tengah-tengah dunia yang jahat ini, bagi orang-orang di luar Tuhan, adalah perkara yang sangat mustahil.  Bagaimana dengan orang percaya?

     Kita pun tidak akan pernah bisa bila kita bersandar pada pengertian sendiri dan mengandalkan kekuatan sendiri.  Namun kita tahu bahwa hidup benar dan kudus adalah kehendak Tuhan bagi orang percaya!  Asal kita mau tunduk kepada pimpinan dan kehendak Tuhan sepenuhnya hal itu bukanlah perkara yang mustahil, karena di dalam kita ada kuasa yang bekerja dengan tak terbatas yaitu Roh Kudus,  "...Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran;"  (Yohanes 16:13).  Jadi tidak ada alasan bagi orang percaya untuk tidak hidup dalam kebenaran dan kekudusan.

     Tuhan mempunyai banyak cara untuk menyatakan kehendak-Nya dan salah satunya adalah melalui firman yang tertulis di dalam Alkitab ini.  Bagian kita adalah membuka hati dan menerima firman Tuhan dengan lemah lembut seperti tanah yang gembur, supaya benih firman yang ditabur itu tertanam di hati, lalu tumbuh dan menghasilkan buah seperti yang dikehendaki oleh Tuhan.  Kunci untuk hidup benar dan kudus adalah tinggal di dalam firman-Nya, karena kuasa firmanlah yang dapat mengubah dan memperbaharui hidup kita dari hari ke sehari,  "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita."  (Ibrani 4:12).  "...Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran."  (2 Timotius 3:16).  Itulah sebabnya kita harus mau dan siap untuk diajar, ditegur, diperbaiki, bahkan ditelanjangi oleh firman Tuhan,  "...ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah."  (Yohanes 15:2).

Utusan Tuhan harus siap menerima  'makanan keras'  ini supaya pancainderanya kian terlatih  (baca  Ibrani 5:14), bukti bahwa kita sudah dewasa rohani.

Tanpa tinggal di dalam firman-Nya kita tidak akan mampu menjadi pelaku firman.

Sunday, August 10, 2014

SERI UTUSAN TUHAN: Tinggal Dalam Firman (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Agustus 2014

Baca:  Matius 13:1-23

"Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."  Matius 13:23

Sebagai utusan Tuhan tugas kita adalah memberitakan kabar baik dari sorga!  Dapatkah kita lakukan jika kita sendiri tidak mengalami pertumbuhan rohani dengan baik?.  Adapun benih pertumbuhan rohani bagi orang percaya adalah firman Tuhan.  Oleh karena itu kita harus menjadikan firman Tuhan sebagai makanan rohani kita setiap hari, sebab  "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."  (Matius 4:4).  Tanpa benih firman yang tertanam tidak akan pernah ada pertumbuhan iman dan buah yang dihasilkan  (pelipatgandaan)  dalam kehidupan kita, sebab  "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."  (Roma 10:17).  Jadi utusan Tuhan harus taat membaca, meneliti, merenungkan firman Tuhan.

     Pemazmur menyatakan bahwa orang  "...yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. "  (Mazmur 1:2-3).  Semakin kita menyukai firman Tuhan dan merenungkannya siang dan malam, kita akan semakin berakar di dalam firman-Nya;  dan ketika kita berakar kuat di dalam firman-Nya seluruh aspek hidup kita akan semakin diarahkan, diatur dan dibentuk oleh firman.  Inilah yang disebut tinggal di dalam firman Tuhan, di mana kita memiliki kepekaan rohani dan sedang berada dalam proses untuk menjadi serupa dengan Kristus.  "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."  (1 Yohanes 2:6).

     Tinggal di dalam firman Tuhan berkenaan dengan ketaatan seseorang terhadap perintah Tuhan.  Firman-Nya berkata,  "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus."  (1 Petrus 1:15-16).  Jadi hidup dalam kebenaran dan kekudusan adalah syarat mutlak bagi seorang utusan Tuhan.

"Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari."  Mazmur 119:97

Saturday, August 9, 2014

SERI UTUSAN TUHAN: Seorang yang Berdoa (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Agustus 2014

Baca:  1 Petrus 4:7-11

"Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa."  1 Petrus 4:7

Sering timbul pertanyaan mengapa pelayanan kita sepertinya jalan di tempat dan tidak mengalami breakthrough, mengapa pula masih banyak bangku kosong di setiap ibadah;  jawabannya adalah karena jam doa kita masih kurang atau kita sama sekali tidak berdoa.

     Inilah yang dilakukan Yesus:  "Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana."  (Markus 1:35).  Di dalam Lukas 6:12 juga di catat:  "Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah."  Berdoa adalah bagian terpenting dalam kehidupan Yesus.  Itulah sebabnya pelayanan Yesus membawa dampak yang luar biasa bagi dunia.  Kekariban-Nya dengan Bapa adalah kunci terbesar keberhasilan pelayanan Yesus.  Maka sesibuk dan sepadat apa pun aktivitas dan pelayanan kita, marilah kita meneladani Tuhan Yesus, yang selalu menyediakan waktu untuk berdoa.

     Daniel, memiliki roh yang luar biasa dan hidupnya berdampak meski berada di negeri pembuangan  (Babel)  karena ia memiliki kedisiplinan dalam berdoa.  Tercatat:  "Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya."  (Daniel 6:11).  Sebagai utusan Tuhan kita pun harus punya kedisiplinan dalam hal doa supaya kehendak Tuhan  'dipaksakan'  untuk terjadi di dalam segala aspek kehidupan kita;  kita pun harus percaya bahwa Tuhan akan memakai kita untuk  'memaksakan'  kehendak-Nya tersebut.  "Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana:"  (Yesaya 14:24). 

     Kita tidak akan menjadi utusan yang berkenan di hati Tuhan dan mengalami breakthrough dalam pelayanan jika kita tidak mau membayar harga, yaitu menyediakan waktu bersekutu dengan Tuhan secara intensif.  Karena terhadap orang yang kariblah Tuhan memberitahukan kehendak dan rencana-Nya, sehingga di sinilah pelayanan seseorang akan menjadi berkat dan berdampak bagi orang-orang yang dilayaninya.

"Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya."  Yakobus 5:16b

Friday, August 8, 2014

SERI UTUSAN TUHAN: Seorang yang Berdoa (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Agustus 2014

Baca:  Mazmur 141:1-10

"Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan, dan tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang."  Mazmur 141:2

Alkitab menyatakan:  "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar."  (Lukas 16:10).  Ketaatan pun harus dimulai dari perkara-perkara kecil dan sederhana.

     Ketaatan dasar yang harus kita bangun agar kita dapat hidup dalam ketaatan di segala aspek adalah hal berdoa.  Ada banyak orang Kristen, bahkan tidak sedikit dari mereka yang sudah berstatus pelayan Tuhan, masih saja menganggap remeh dan mengabaikan jam-jam doa.  Mereka berpikir bahwa menghadiri ibadah dan terlibat dalam pelayanan itu sudah lebih dari cukup, berdoa seperlunya saja.  Benarkah demikian?  Nasihat Paulus,  "Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus,"  (Efesus 6:18).  Rasul Paulus perlu sekali mengingatkan ini, karena ia paham betul bahwa manusia umumnya memiliki sifat malas, terutama sekali malas untuk berdoa.  "...roh memang penurut, tetapi daging lemah."  (Matius 26:41).  Karena itu kita perlu diperingatkan dengan keras agar kita selalu berjaga-jaga dan berdoa setiap waktu.  Artinya kita harus selalu berdoa dengan tiada putus-putusnya, dengan tidak jemu-jemu di segala situasi.  Ketahuilah,  "Hari sudah jauh malam, telah hampir siang."  (Roma 13:12a) dan di depan kita ada banyak sekali tantangan karena kita hidup menjelang akhir zaman.  Adalah berbahaya sekali jika kita sampai tertidur secara rohani, sementara Iblis sedang giat-giatnya melancarkan serangannya  (1 Petrus 5:8).  Maka saat berdoa diibaratkan kita sedang membangun menara dan kubu pertahanan yang kokoh, sehingga musuh yaitu si Iblis tidak dapat menembusnya;  saat kita tekun berdoa Tuhan  "...menjadi tempat perlindunganku, menara yang kuat terhadap musuh."  (Mazmur 61:4).

     Berdoa adalah kunci keberhasilan utusan Tuhan, yaitu doa yang bukan sebatas rutinitas dan kewajiban semata, tapi didasari oleh kerinduan mendalam untuk berjumpa dengan Tuhan dan melibatkan Dia di segala aspek kehidupan kita.

Kelalaian berdoa menjadi faktor utama kegagalan pelayanan kita.