Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Januari 2013 -
Baca: Filipi 2:1-11
"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus," Filipi 2:5
Tujuan utama hidup kekristenan adalah menjadi seperti Kristus. "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6). Setiap orang Kristen harus meneladani Kristus dalam hidupnya dan mengikuti jejak hidupNya sehingga kita menjadi serupa dengan Dia. Banyak orang Kristen bertanya, "Mana mungkin sama seperti Kristus?" Memang, dalam keilahianNya tentu kita tidak akan pernah bisa dan tidak akan mungkin dapat menjadi seperti Kristus. Tetapi dalam aspek kemanusiaanNya tentu kita bisa dapat sepertiNya, karena ada Roh Kudus di dalam kita; Roh itulah yang memampukan kita untuk hidup sama seperti Kristus.
Aspek apa saja yang harus kita teladani? 1. Kerendahan hati. Alkitab mencatat, "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia." (Filipi 2:6-7). Yesus Kristus adalah pribadi yang rendah hati. Dia datang ke dunia bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani. Orang yang rendah hati adalah orang yang tidak semata-mata memikirkan dirinya sendiri atau mencari pujian bagi diri sendiri, tetapi "...menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;" (Filipi 2:3b). Orang yang rendah hati adalah orang yang rela melayani karena menyadari bahwa dirinya adalah hamba. Inilah pernyataan Paulus, "Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah." (1 Korintus 4:1).
Banyak orang Kristen tidak menyadari akan hal ini. Karena kaya, kita menjadi tinggi hati dan menganggap rendah orang lain yang di bawah kita; ketika pelayanannya sudah berhasil dan menjadi hamba Tuhan 'besar', tidak sedikit yang menjadi lupa diri. Sikap kita pun mulai berubah, pilih-pilih ladang pelayanan, mau melayani asal fasilitasnya memadai dan lain-lain. Siapa kita ini? Kristus saja rela membasuh kaki murid-muridNya (baca Yohanes 13:1-20) dengan tujuan supaya kita meneladani Dia.
"Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu." Yakobus 4:10
Monday, January 14, 2013
Sunday, January 13, 2013
MENUTUP BUKU MASA LALU
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Januari 2013 -
Baca: Yesaya 43:22-28
"Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu." Yesaya 43:25
Setiap orang pasti memiliki masa lalu dalam hidupnya: yang baik dan juga yang buruk. Masa lalu yang buruk acapkali sulit sekali kita lupakan dan terus menghantui setiap langkah hidup kita.
Namun ayat nas di atas meyakinkah kita bahwa kita tidak perlu lagi mengingat-ingat dosa dan pelanggaran kita di masa silam. Mengapa? Karena "...Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." (Roma 5:8). Jadi, jika kita telah mengakui dosa-dosa kita di hadapan Tuhan dan bertobat, Dia akan mengampuni dosa-dosa kita. Karena itu janganlah mengingat-ingatnya lagi. "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (Yesaya 1:18). Bila kita terus menginga-ingat dosa masa lalu, Iblis akan bersukacita, karena pekerjaannya mendakwa dan mengungkit-ungkit dosa dan pelanggaran kita sehingga kita pun akan dihantui rasa bersalah dan merasa tertuduh. Sesungguhnya "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17).
Hal lain yang harus kita lupakan adalah kegagalan-kegagalan masa lalu. Sebab jika kita terpaku dan terus meratapi kegagalan itu kita tidak akan pernah bisa maju, tetap stagnant, dan itu hanya akan menjadi penghalang untuk menggapai masa depan. Itulah sebabnya rasul Paulus bertekad, "...aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku," (Filpi 3:13-14). Kita tahu rancangan Tuhan bagi kita adalah "...rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11), dan sebagai anak-anak Tuhan kita lebih dari pada pemenang (baca Roma 8:37). Maka yakinlah bahwa dalam segala perkara Tuhan turut bekerja asal kita menyerahkan semua beban persoalan hidup kita kepada Tuhan.
Isteri Lot adalah contoh buruk; ia tidak taat kepada Tuhan dan menoleh ke belakang (masa lalu), akhirnya ia menjadi tiang garam dan gagal!
Baca: Yesaya 43:22-28
"Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu." Yesaya 43:25
Setiap orang pasti memiliki masa lalu dalam hidupnya: yang baik dan juga yang buruk. Masa lalu yang buruk acapkali sulit sekali kita lupakan dan terus menghantui setiap langkah hidup kita.
Namun ayat nas di atas meyakinkah kita bahwa kita tidak perlu lagi mengingat-ingat dosa dan pelanggaran kita di masa silam. Mengapa? Karena "...Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." (Roma 5:8). Jadi, jika kita telah mengakui dosa-dosa kita di hadapan Tuhan dan bertobat, Dia akan mengampuni dosa-dosa kita. Karena itu janganlah mengingat-ingatnya lagi. "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (Yesaya 1:18). Bila kita terus menginga-ingat dosa masa lalu, Iblis akan bersukacita, karena pekerjaannya mendakwa dan mengungkit-ungkit dosa dan pelanggaran kita sehingga kita pun akan dihantui rasa bersalah dan merasa tertuduh. Sesungguhnya "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17).
Hal lain yang harus kita lupakan adalah kegagalan-kegagalan masa lalu. Sebab jika kita terpaku dan terus meratapi kegagalan itu kita tidak akan pernah bisa maju, tetap stagnant, dan itu hanya akan menjadi penghalang untuk menggapai masa depan. Itulah sebabnya rasul Paulus bertekad, "...aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku," (Filpi 3:13-14). Kita tahu rancangan Tuhan bagi kita adalah "...rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11), dan sebagai anak-anak Tuhan kita lebih dari pada pemenang (baca Roma 8:37). Maka yakinlah bahwa dalam segala perkara Tuhan turut bekerja asal kita menyerahkan semua beban persoalan hidup kita kepada Tuhan.
Isteri Lot adalah contoh buruk; ia tidak taat kepada Tuhan dan menoleh ke belakang (masa lalu), akhirnya ia menjadi tiang garam dan gagal!
Saturday, January 12, 2013
KRISTEN 'PADANG GURUN'
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Januari 2013 -
Baca: Mazmur 107:4-9
"Ada orang-orang yang mengembara di padang belantara, jalan ke kota tempat kediaman orang tidak mereka temukan;" Mazmur 107:4
Berbicara tentang 'padang gurun', kita pasti ingat tentang perjalanan bangsa Israel. Setelah mereka keluar dari Mesir, tempat mereka mengalami penindasan dan perbudakan, Tuhan tidak membawa mereka langsung ke Tanah Perjanjian seperti yang dijanjikanNya ("...Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya," (Keluaran 3:8)), namun Tuhan membawa mereka terlebih dahulu kepada pengalaman hidup yang luar biasa yaitu melewati padang gurun.
Kehidupan padang gurun adalah kehidupan yang secara manusia penuh dengan kesulitan, kekurangan, tantangan dan penderitaan. Sejauh mata memandang yang tampak adalah padang pasir, panas tidak ada perteduhan, susah mendapatkan makanan, susah mendapatkan air, hidup dalam tantangan alam dan musuh, seolah-olah tidak ada jalan keluar dan jauh dari pertolongan tangan Tuhan. Saat berada di padang gurun inilah bangsa Israel tidak pernah berhenti mengomel, mengeluh, bersungut-sungut dan menyalahkan Tuhan. Padahal selama menempuh perjalanan di padang gurun itu Tuhan senantiasa menyatakan kasih dan kebaikanNya. Mujizat dan pertolonganNya yang ajaib dinyatakan di tengah-tengah mereka. Tertulis: "Tuhan berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam." (Keluaran 13:21). Tuhan mencukupkan segala yang mereka butuhkan. Meski demikian bangsa Israel tetap saja memiliki sikap hati yang tidak benar dan tidak taat. Itulah sebabnya Tuhan menyebut mereka sebagai bangsa yang tegar tengkuk.
Bukankah banyak orang Kristen yang seperti bangsa Israel ini? Meski mengalami banyak pertolongan dari Tuhan terus saja mengomel dan bersungut-sungut. Kita harus sadar, adakalanya Tuhan ijinkan kita melewati masa-masa 'padang gurun' karena Ia hendak mengajar kita untuk hidup taat dan punya penyerahan diri penuh kepada Tuhan.
Berhentilah mengeluh dan belajarlah untuk taat, maka pertolongan Tuhan pasti dinyatakan tepat pada waktuNya!
Baca: Mazmur 107:4-9
"Ada orang-orang yang mengembara di padang belantara, jalan ke kota tempat kediaman orang tidak mereka temukan;" Mazmur 107:4
Berbicara tentang 'padang gurun', kita pasti ingat tentang perjalanan bangsa Israel. Setelah mereka keluar dari Mesir, tempat mereka mengalami penindasan dan perbudakan, Tuhan tidak membawa mereka langsung ke Tanah Perjanjian seperti yang dijanjikanNya ("...Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya," (Keluaran 3:8)), namun Tuhan membawa mereka terlebih dahulu kepada pengalaman hidup yang luar biasa yaitu melewati padang gurun.
Kehidupan padang gurun adalah kehidupan yang secara manusia penuh dengan kesulitan, kekurangan, tantangan dan penderitaan. Sejauh mata memandang yang tampak adalah padang pasir, panas tidak ada perteduhan, susah mendapatkan makanan, susah mendapatkan air, hidup dalam tantangan alam dan musuh, seolah-olah tidak ada jalan keluar dan jauh dari pertolongan tangan Tuhan. Saat berada di padang gurun inilah bangsa Israel tidak pernah berhenti mengomel, mengeluh, bersungut-sungut dan menyalahkan Tuhan. Padahal selama menempuh perjalanan di padang gurun itu Tuhan senantiasa menyatakan kasih dan kebaikanNya. Mujizat dan pertolonganNya yang ajaib dinyatakan di tengah-tengah mereka. Tertulis: "Tuhan berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam." (Keluaran 13:21). Tuhan mencukupkan segala yang mereka butuhkan. Meski demikian bangsa Israel tetap saja memiliki sikap hati yang tidak benar dan tidak taat. Itulah sebabnya Tuhan menyebut mereka sebagai bangsa yang tegar tengkuk.
Bukankah banyak orang Kristen yang seperti bangsa Israel ini? Meski mengalami banyak pertolongan dari Tuhan terus saja mengomel dan bersungut-sungut. Kita harus sadar, adakalanya Tuhan ijinkan kita melewati masa-masa 'padang gurun' karena Ia hendak mengajar kita untuk hidup taat dan punya penyerahan diri penuh kepada Tuhan.
Berhentilah mengeluh dan belajarlah untuk taat, maka pertolongan Tuhan pasti dinyatakan tepat pada waktuNya!
Friday, January 11, 2013
HARI TUHAN SUDAH DEKAT (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Januari 2013 -
Baca: Lukas 12:35-48
"Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan." Lukas 12:40
Apa yang kita banggakan dengan keadaan kita saat ini? Sia-sia belaka jika kita mengandalkan kekuatan sendiri. Pemazmur menyatakan bahwa orang yang mengandalkan kekuatan, kemampuan dan kepintaran sendiri tidak akan mampu bertahan. Dikatakan, "Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda, tetapi kita bermegah dalam nama Tuhan, Allah kita. Mereka rebah dan jatuh, tetapi kita bangun berdiri dan tetap tegak." (Mazmur 20:8-9).
Kita tahu bahwa peperangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi "...melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara." (Efesus 6:12). Di akhir zaman ini, menjelang kedatangan Tuhan yang kian dekat, Iblis akan semakin meningkatkan serangannya, berbagai cara ditempuh untuk menghancurkan manusia. Karena ini, "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8). Kalau kita mengandalkan kekuatan sendiri kita tidak akan mampu menghadapinya. Kita harus makin melekat kepada Tuhan dan mengandalkan Dia dalam segala perkara.
Sudah siapkah kita menyongsong kedatangan Tuhan? Mari kita mempersiapkan diri sebaik mungkin, supaya saat Dia datang kelak didapati hidup kita tak bercacat cela dan kita layak menjadi mempelaiNya. Sekarang ini bukan saatnya untuk bermain-main dengan dosa. Tidak ada istilah kompromi atau suam-suam kuku! Sebab jika kita suam-suam kuku, Tuhan akan memuntahkan kita (baca Wahyu 3:16). Mumpung masih ada kesempatan marilah kita hidup dalam pertobatan setiap hari dan melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh. Sayangnya masih banyak orang Kristen yang hidup dalam kegelapan dan melakukan dosa di tempat-tempat "tersembunyi" dengan harapan perbuatan-perbuatannya tidak nampak. Pada saat Tuhan datang kembali jangan sampai kita ditemukan sedang tidur (mati rohani). Tuhan menghendaki kita tetap berjaga-jaga.
"Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya." Wahyu 22:12
Baca: Lukas 12:35-48
"Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan." Lukas 12:40
Apa yang kita banggakan dengan keadaan kita saat ini? Sia-sia belaka jika kita mengandalkan kekuatan sendiri. Pemazmur menyatakan bahwa orang yang mengandalkan kekuatan, kemampuan dan kepintaran sendiri tidak akan mampu bertahan. Dikatakan, "Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda, tetapi kita bermegah dalam nama Tuhan, Allah kita. Mereka rebah dan jatuh, tetapi kita bangun berdiri dan tetap tegak." (Mazmur 20:8-9).
Kita tahu bahwa peperangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi "...melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara." (Efesus 6:12). Di akhir zaman ini, menjelang kedatangan Tuhan yang kian dekat, Iblis akan semakin meningkatkan serangannya, berbagai cara ditempuh untuk menghancurkan manusia. Karena ini, "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8). Kalau kita mengandalkan kekuatan sendiri kita tidak akan mampu menghadapinya. Kita harus makin melekat kepada Tuhan dan mengandalkan Dia dalam segala perkara.
Sudah siapkah kita menyongsong kedatangan Tuhan? Mari kita mempersiapkan diri sebaik mungkin, supaya saat Dia datang kelak didapati hidup kita tak bercacat cela dan kita layak menjadi mempelaiNya. Sekarang ini bukan saatnya untuk bermain-main dengan dosa. Tidak ada istilah kompromi atau suam-suam kuku! Sebab jika kita suam-suam kuku, Tuhan akan memuntahkan kita (baca Wahyu 3:16). Mumpung masih ada kesempatan marilah kita hidup dalam pertobatan setiap hari dan melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh. Sayangnya masih banyak orang Kristen yang hidup dalam kegelapan dan melakukan dosa di tempat-tempat "tersembunyi" dengan harapan perbuatan-perbuatannya tidak nampak. Pada saat Tuhan datang kembali jangan sampai kita ditemukan sedang tidur (mati rohani). Tuhan menghendaki kita tetap berjaga-jaga.
"Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya." Wahyu 22:12
Thursday, January 10, 2013
HARI TUHAN SUDAH DEKAT (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Januari 2013 -
Baca: Lukas 21:34-38
"Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat." Lukas 21:34
Walau hari kedatangan Tuhan Yesus tidak dapat diketahui secara pasti, kita dapat membacanya dari tanda-tanda zaman yang ada. Alkitab menegaskan bahwa hari Tuhan itu datang seperti pencuri pada malam hari. Pencuri tidak akan pernah memberitahukan terlebih dahulu rencananya untuk mencuri atau merampok rumah orang, tapi ia akan datang dengan tiba-tiba, tidak terduga sama sekali. Biasanya pencuri datang pada malam hari saat si tuan rumah sedang tertidur, "Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar." (Matius 24:43).
Kedatangan Tuhan seperti pencuri ini terjadi pada setiap orang yang tidak berjaga-jaga, yang merasa damai dan aman-aman saja secara jasmani, "...maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh kebinasaan, seperti seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin--mereka pasti tidak akan luput." (1 Tesalonika 5:3). Banyak orang kaya yang memiliki harta dan kekayaan melimpah merasa damai dan aman secara jasmani. Mereka merasa tidak lagi memerlukan Tuhan dalam hidupnya sebab mereka mengira semua masalah dapat teratasi dengan uang. Mereka lupa bahwa sebenarnya hidup ini sepenuhnya ada di dalam kuasa tangan Tuhan, bukan pada uang dan kekayaan yang dimiliki. Coba baca perumpamaan tentang orang kaya bodoh (Lukas 12:13-21); Tuhan juga berkata, "Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?" (Lukas 12:20).
Kekayaan tidak dapat menyelamatkan jiwa kita, jadi jangan pernah berharap kepada kekayaan! Sebaliknya gunakan harta dan kekayaan yang kita miliki untuk kemuliaan nama Tuhan: menolong saudara-saudara kita yang lemah (kekurangan) dan juga membantu pekerjaan Tuhan. Sudahkah kita melakukannya? Kita tidak tahu sampai kapan kita punya kesempatan. Bagaimana jika tiba-tiba Tuhan memanggil kita sewaktu-waktu, sementara kita belum punya bekal rohani?
(Bersambung)
Baca: Lukas 21:34-38
"Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat." Lukas 21:34
Walau hari kedatangan Tuhan Yesus tidak dapat diketahui secara pasti, kita dapat membacanya dari tanda-tanda zaman yang ada. Alkitab menegaskan bahwa hari Tuhan itu datang seperti pencuri pada malam hari. Pencuri tidak akan pernah memberitahukan terlebih dahulu rencananya untuk mencuri atau merampok rumah orang, tapi ia akan datang dengan tiba-tiba, tidak terduga sama sekali. Biasanya pencuri datang pada malam hari saat si tuan rumah sedang tertidur, "Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar." (Matius 24:43).
Kedatangan Tuhan seperti pencuri ini terjadi pada setiap orang yang tidak berjaga-jaga, yang merasa damai dan aman-aman saja secara jasmani, "...maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh kebinasaan, seperti seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin--mereka pasti tidak akan luput." (1 Tesalonika 5:3). Banyak orang kaya yang memiliki harta dan kekayaan melimpah merasa damai dan aman secara jasmani. Mereka merasa tidak lagi memerlukan Tuhan dalam hidupnya sebab mereka mengira semua masalah dapat teratasi dengan uang. Mereka lupa bahwa sebenarnya hidup ini sepenuhnya ada di dalam kuasa tangan Tuhan, bukan pada uang dan kekayaan yang dimiliki. Coba baca perumpamaan tentang orang kaya bodoh (Lukas 12:13-21); Tuhan juga berkata, "Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?" (Lukas 12:20).
Kekayaan tidak dapat menyelamatkan jiwa kita, jadi jangan pernah berharap kepada kekayaan! Sebaliknya gunakan harta dan kekayaan yang kita miliki untuk kemuliaan nama Tuhan: menolong saudara-saudara kita yang lemah (kekurangan) dan juga membantu pekerjaan Tuhan. Sudahkah kita melakukannya? Kita tidak tahu sampai kapan kita punya kesempatan. Bagaimana jika tiba-tiba Tuhan memanggil kita sewaktu-waktu, sementara kita belum punya bekal rohani?
(Bersambung)
Wednesday, January 9, 2013
TANDA-TANDA AKHIR ZAMAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Januari 2013 -
Baca: 1 Tesalonika 5:1-11
"karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam." 1 Tesalonika 5:2
Tidak seorang pun tahu secara pasti kapan hari Tuhan tiba. Kita sering mendengar berita di sana sini mengatakan bahwa kedatangan Tuhan akan terjadi tahun sekian...! Akibatnya banyak orang panik, sampai-sampai ada yang rela menjual harta bendanya, meninggalkan segala aktivitas jasmani dan kemudian berkumpul di suatu tempat untuk menanti-nantika hari akhir itu. Ternyata hari 'H' yang dinantikan itu tidak terjadi, lalu tidak sedikit orang menjadi kecewa, apatis dan bertanya-tanya, "Benarkah Tuhan segera datang? Sejak dulu digembar-gemborkan oleh para hamba Tuhan, tapi sampai sekarang juga belum terjadi."
Sebagai anak-anak Tuhan kita harus percaya bahwa pada saatnya Tuhan akan segera datang. Oleh karena itu, kita harus mempersiapkan diri dengan baik, selalu waspada dan berjaga-jaga. Dikatakan, "Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri." (2 Petrus 3:9-10a).
Jika kita memperhatikan keadaan dunia saat ini, tanda-tanda kedatangan Tuhan kali yang ke-2 sudah amat sangat dekat. Alkitab menyatakan tanda-tanda itu di antaranya adalah munculnya mesias-mesias palsu, "...banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang." (Matius 24:5). Lalu akan ada deru perang dan kabar-kabar tentang perang terdengar di mana-mana: bangsa melawan bangsa, kerajaan melawan kerajaan (baca Matius 24:6-7a); akan ada bencana kelaparan dan gempa bumi (baca Matius 24:7b); banyak anak Tuhan mengalami aniaya karena Kristus namun tidak sedikit pula orang Kristen yang meninggalkan Tuhan dan menjadi murtad (baca Matius 24:9, 10); kedurhakaan kian meningkat dan kasih menjadi dingin (baca Matius 24:12); Kejahatan di dunia ini kian memuncak dan masih banyak lagi. Bukankah hal ini sedang melanda dunia saat ini?
Kita tidak perlu takut, justru ini suatu peringatan bagi kita untuk lebih memperhatikan bagaimana kita hidup dan "...pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat." Efesus 5:16.
Baca: 1 Tesalonika 5:1-11
"karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam." 1 Tesalonika 5:2
Tidak seorang pun tahu secara pasti kapan hari Tuhan tiba. Kita sering mendengar berita di sana sini mengatakan bahwa kedatangan Tuhan akan terjadi tahun sekian...! Akibatnya banyak orang panik, sampai-sampai ada yang rela menjual harta bendanya, meninggalkan segala aktivitas jasmani dan kemudian berkumpul di suatu tempat untuk menanti-nantika hari akhir itu. Ternyata hari 'H' yang dinantikan itu tidak terjadi, lalu tidak sedikit orang menjadi kecewa, apatis dan bertanya-tanya, "Benarkah Tuhan segera datang? Sejak dulu digembar-gemborkan oleh para hamba Tuhan, tapi sampai sekarang juga belum terjadi."
Sebagai anak-anak Tuhan kita harus percaya bahwa pada saatnya Tuhan akan segera datang. Oleh karena itu, kita harus mempersiapkan diri dengan baik, selalu waspada dan berjaga-jaga. Dikatakan, "Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri." (2 Petrus 3:9-10a).
Jika kita memperhatikan keadaan dunia saat ini, tanda-tanda kedatangan Tuhan kali yang ke-2 sudah amat sangat dekat. Alkitab menyatakan tanda-tanda itu di antaranya adalah munculnya mesias-mesias palsu, "...banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang." (Matius 24:5). Lalu akan ada deru perang dan kabar-kabar tentang perang terdengar di mana-mana: bangsa melawan bangsa, kerajaan melawan kerajaan (baca Matius 24:6-7a); akan ada bencana kelaparan dan gempa bumi (baca Matius 24:7b); banyak anak Tuhan mengalami aniaya karena Kristus namun tidak sedikit pula orang Kristen yang meninggalkan Tuhan dan menjadi murtad (baca Matius 24:9, 10); kedurhakaan kian meningkat dan kasih menjadi dingin (baca Matius 24:12); Kejahatan di dunia ini kian memuncak dan masih banyak lagi. Bukankah hal ini sedang melanda dunia saat ini?
Kita tidak perlu takut, justru ini suatu peringatan bagi kita untuk lebih memperhatikan bagaimana kita hidup dan "...pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat." Efesus 5:16.
Tuesday, January 8, 2013
BERANI MEMBAYAR HARGA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Januari 2013 -
Baca: 1 Tesalonika 2:1-12
"...telah dianiaya dan dihina di Filipi, namun dengan pertolongan Allah kita, kami beroleh keberanian untuk memberitakan Injil Allah kepada kamu dalam perjuangan yang berat." 1 Tesalonika 2:2
Karena pertolongan Roh kudus pelayanan rasul Paulus berhasil dan berdampak. Banyak orang menjadi percaya dan diselamatkan. Namun Rasul paulus berani membayar harga. Inilah harga mahal yang harus dibayar olehnya: ujian, kesukaran, penderitaan dan aniaya.
Sebelum pergi menuju ke Tesalonika Paulus harus mengalami banyak penderitaan di Filipi: "...orang banyak bangkit menentang mereka. Lalu pembesar-pembesar kota itu menyuruh mengoyakkan pakaian dari tubuh mereka dan mendera mereka. Setelah mereka berkali-kali didera, mereka dilemparkan ke dalam penjara. Kepala penjara diperintahkan untuk menjaga mereka dengan sungguh-sungguh. Sesuai dengan perintah itu, kepala penjara memasukkan mereka ke ruang penjara yang paling tengah dan membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat." (Kisah 16:22-24). Walaupun ditentang, didera, dipenjara dan dibelenggu, paulus tidak putus asa, mengeluh ataupun berhenti melayani Tuhan. Justru sebaliknya ia makin giat dan rohnya tetap berkobar-kobar bagi Tuhan. "Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu." (2 Timotius 2:9). Bahkan setelah keluar dari penjara di Filipi ia melanjutkan 'tour' pelayanan ke Tesalonika.
Rasul Paulus rela melakukan apa saja dan berani mati demi Injil, karena baginya "...hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." (Filipi 1:21). Inilah yang menjadi tujuan hidup Paulus. "Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya," (Filipi 3:10). Mati bagi Injil itu bagaikan benih yang ditanam di ladang, pada saatnya akan bertumbuh dan menghasilkan buah, sebab jika biji atau benih tidak mati terlebih dahulu di dalam tanah, ia tidak akan bertumbuh dan berbuah (baca Yohanes 12:24). Tuhan Yesus terlebih dahulu telah memberikan teladan hidupNya: rela mengorbankan nyawaNya demi menebus umat manusia. Bagaimana dengan kita? Untuk bisa dipakai Tuhan ada harga yang harus kita bayar.
Karena itu marilah kita melayani Tuhan dengan segenap keberadaan hidup kita!
Baca: 1 Tesalonika 2:1-12
"...telah dianiaya dan dihina di Filipi, namun dengan pertolongan Allah kita, kami beroleh keberanian untuk memberitakan Injil Allah kepada kamu dalam perjuangan yang berat." 1 Tesalonika 2:2
Karena pertolongan Roh kudus pelayanan rasul Paulus berhasil dan berdampak. Banyak orang menjadi percaya dan diselamatkan. Namun Rasul paulus berani membayar harga. Inilah harga mahal yang harus dibayar olehnya: ujian, kesukaran, penderitaan dan aniaya.
Sebelum pergi menuju ke Tesalonika Paulus harus mengalami banyak penderitaan di Filipi: "...orang banyak bangkit menentang mereka. Lalu pembesar-pembesar kota itu menyuruh mengoyakkan pakaian dari tubuh mereka dan mendera mereka. Setelah mereka berkali-kali didera, mereka dilemparkan ke dalam penjara. Kepala penjara diperintahkan untuk menjaga mereka dengan sungguh-sungguh. Sesuai dengan perintah itu, kepala penjara memasukkan mereka ke ruang penjara yang paling tengah dan membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat." (Kisah 16:22-24). Walaupun ditentang, didera, dipenjara dan dibelenggu, paulus tidak putus asa, mengeluh ataupun berhenti melayani Tuhan. Justru sebaliknya ia makin giat dan rohnya tetap berkobar-kobar bagi Tuhan. "Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu." (2 Timotius 2:9). Bahkan setelah keluar dari penjara di Filipi ia melanjutkan 'tour' pelayanan ke Tesalonika.
Rasul Paulus rela melakukan apa saja dan berani mati demi Injil, karena baginya "...hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." (Filipi 1:21). Inilah yang menjadi tujuan hidup Paulus. "Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya," (Filipi 3:10). Mati bagi Injil itu bagaikan benih yang ditanam di ladang, pada saatnya akan bertumbuh dan menghasilkan buah, sebab jika biji atau benih tidak mati terlebih dahulu di dalam tanah, ia tidak akan bertumbuh dan berbuah (baca Yohanes 12:24). Tuhan Yesus terlebih dahulu telah memberikan teladan hidupNya: rela mengorbankan nyawaNya demi menebus umat manusia. Bagaimana dengan kita? Untuk bisa dipakai Tuhan ada harga yang harus kita bayar.
Karena itu marilah kita melayani Tuhan dengan segenap keberadaan hidup kita!
Monday, January 7, 2013
BUAH PELAYANAN PAULUS
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Januari 2013 -
Baca: 1 Tesalonika 1:1-10
"Kami selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu semua dan menyebut kamu dalam doa kami." 1 Tesalonika 1:2
Rasul Paulus adalah figur hamba Tuhan yang layak diteladani semua orang percaya. Meski dihadapkan pada banyak ujian dan penderitaan, komitmennya untuk melayani Tuhan tetap tak tergoyahkan. Semangatanya memberitakan Injil Kristus terus membara.
Bagaimana dengan kita? Alkitab menasihati, "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." (Roma 12:11). Di segala keadaan, semangat dan sukacita Paulus tak pernah berkurang sedikit pun dalam memberitakan Injil seperti yang ia ungkapkan di hadapan jemaat di Tesalonika ini. Meski kedatangan Paulus dan rekan-rekannya di sana tidak berlangsung lama, namun pelayanan mereka membawa dampak yang luar biasa. Itulah sebabnya Rasul Paulus berkata, "...kedatangan kami di antaramu tidaklah sia-sia." (1 Tesalonika 2:1). Ada buah-buah yang telah dihasilkan, di antaranya: 1. Iman jemaat di Tesalonika makin kuat. "Sebab kami selalu mengingat pekerjaan imanmu, usaha kasihmu dan ketekunan pengharapanmu kepada Tuhan kita Yesus Kristus di hadapan Allah dan Bapa kita." (1 Tesalonika 1:3); dan itu telah tersiar di mana-mana. Ini menunjukkan bahwa mereka memberikan respons yang baik terhadap pemberitaan firman yang disampaikan rasul Paulus. "Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17). Kehidupan jemaat di Tesalonika menjadi kesaksian yang baik bagi banyak orang, "...di semua tempat telah tersiar kabar tentang imanmu kepada Allah," (1 Tesalonika 1:8).
2. Banyak orang bertobat. Tadinya menyembah berhala, sekarang "...berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk melayani Allah yang hidup dan yang benar," (1 Tesalonika 1:9). Sungguh dahsyat kuasa Injil! "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibrani 4:12). Apakah keberhasilan ini oleh karena kehebatan rasul Paulus? Bukan.
Karena pekerjaan Roh Kuduslah pelayanan Paulus menjadi berhasil; jadi tanpa campur tanganNya, pelayanan kita tidak berarti apa-apa!
Baca: 1 Tesalonika 1:1-10
"Kami selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu semua dan menyebut kamu dalam doa kami." 1 Tesalonika 1:2
Rasul Paulus adalah figur hamba Tuhan yang layak diteladani semua orang percaya. Meski dihadapkan pada banyak ujian dan penderitaan, komitmennya untuk melayani Tuhan tetap tak tergoyahkan. Semangatanya memberitakan Injil Kristus terus membara.
Bagaimana dengan kita? Alkitab menasihati, "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." (Roma 12:11). Di segala keadaan, semangat dan sukacita Paulus tak pernah berkurang sedikit pun dalam memberitakan Injil seperti yang ia ungkapkan di hadapan jemaat di Tesalonika ini. Meski kedatangan Paulus dan rekan-rekannya di sana tidak berlangsung lama, namun pelayanan mereka membawa dampak yang luar biasa. Itulah sebabnya Rasul Paulus berkata, "...kedatangan kami di antaramu tidaklah sia-sia." (1 Tesalonika 2:1). Ada buah-buah yang telah dihasilkan, di antaranya: 1. Iman jemaat di Tesalonika makin kuat. "Sebab kami selalu mengingat pekerjaan imanmu, usaha kasihmu dan ketekunan pengharapanmu kepada Tuhan kita Yesus Kristus di hadapan Allah dan Bapa kita." (1 Tesalonika 1:3); dan itu telah tersiar di mana-mana. Ini menunjukkan bahwa mereka memberikan respons yang baik terhadap pemberitaan firman yang disampaikan rasul Paulus. "Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17). Kehidupan jemaat di Tesalonika menjadi kesaksian yang baik bagi banyak orang, "...di semua tempat telah tersiar kabar tentang imanmu kepada Allah," (1 Tesalonika 1:8).
2. Banyak orang bertobat. Tadinya menyembah berhala, sekarang "...berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk melayani Allah yang hidup dan yang benar," (1 Tesalonika 1:9). Sungguh dahsyat kuasa Injil! "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibrani 4:12). Apakah keberhasilan ini oleh karena kehebatan rasul Paulus? Bukan.
Karena pekerjaan Roh Kuduslah pelayanan Paulus menjadi berhasil; jadi tanpa campur tanganNya, pelayanan kita tidak berarti apa-apa!
Sunday, January 6, 2013
MENJADI SAHABAT SEJATI (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Januari 2013 -
Baca: Amsal 18:1-24
"Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara." Amsal 18:24
Adalah mudah mendapatkan teman saat suka, tapi ketika dalam duka atau penderitaan? Sangat sukar. Ada tertulis: "Kekayaan menambah banyak sahabat, tetapi orang miskin ditinggalkan sahabatnya." (Amsal 19:4). Sahabat sejati bisa menerima keadaan kita apa adanya dalam segala hal; ia tidak hanya menyenangkan hati sahabatnya, tetapi juga siap untuk menegur dan mengingatkan bila ada kesalahan karena ia tidak ingin sahabatnya jatuh dan terperosok. "Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi." (Amsal 27:5). Namun seringkali kita diam saja dan tidak berani menegur sahabat yang melakukan kesalahan.
Kita sangat membutuhkan sahabat yang jujur, tidak ada kepura-puraan padanya sehingga diri kita benar-benar terbangun olehnya. Selain itu sahabat yang sejati adalah sahabat yang dapat dipercaya. Artinya ia memiliki penguasaan diri dan punya komitmen. Ia akan berusaha untuk menjaga 'nama baik' sahabatnya; ia tidak akan pernah membuka rahasia pribadi sahabatnya demi keuntungan diri sendiri atau berkhianat. Ada tertulis, "Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah." (Amsal 27:6).
Kita bisa belajar dari kisah persahabatan antara Daud dan Yonatan. Kasih di antara mereka berdua begitu tulus dan murni tanpa ada faktor untung rugi. Tertulis: "...berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri." (1 Samuel 18:1), lalu "Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud," (1 Samuel 18:3). Mereka berdua memegang komitmen itu. Yonatan rela mempertaruhkan posisi dan nyawanya di hadapan ayahnya (Saul) demi Daud. Juga Daud, setelah menjadi raja atas Israel dan walaupun yonatan sudah meninggal, ia tetap memperhatikan Mefiboset, anak Yonatan yang cacat kakinya. "Segala sesuatu yang adalah milik Saul dan milik seluruh keluarganya kuberikan kepada cucu tuanmu itu." (2 Samuel 9:9).
Inilah bukti kesetiaan dan kasih dari seorang sahabat yang sejati: tulus dan tak terbatas waktu. Sudahkah kita menjadi sahabat sejati bagi orang lain?
Baca: Amsal 18:1-24
"Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara." Amsal 18:24
Adalah mudah mendapatkan teman saat suka, tapi ketika dalam duka atau penderitaan? Sangat sukar. Ada tertulis: "Kekayaan menambah banyak sahabat, tetapi orang miskin ditinggalkan sahabatnya." (Amsal 19:4). Sahabat sejati bisa menerima keadaan kita apa adanya dalam segala hal; ia tidak hanya menyenangkan hati sahabatnya, tetapi juga siap untuk menegur dan mengingatkan bila ada kesalahan karena ia tidak ingin sahabatnya jatuh dan terperosok. "Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi." (Amsal 27:5). Namun seringkali kita diam saja dan tidak berani menegur sahabat yang melakukan kesalahan.
Kita sangat membutuhkan sahabat yang jujur, tidak ada kepura-puraan padanya sehingga diri kita benar-benar terbangun olehnya. Selain itu sahabat yang sejati adalah sahabat yang dapat dipercaya. Artinya ia memiliki penguasaan diri dan punya komitmen. Ia akan berusaha untuk menjaga 'nama baik' sahabatnya; ia tidak akan pernah membuka rahasia pribadi sahabatnya demi keuntungan diri sendiri atau berkhianat. Ada tertulis, "Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah." (Amsal 27:6).
Kita bisa belajar dari kisah persahabatan antara Daud dan Yonatan. Kasih di antara mereka berdua begitu tulus dan murni tanpa ada faktor untung rugi. Tertulis: "...berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri." (1 Samuel 18:1), lalu "Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud," (1 Samuel 18:3). Mereka berdua memegang komitmen itu. Yonatan rela mempertaruhkan posisi dan nyawanya di hadapan ayahnya (Saul) demi Daud. Juga Daud, setelah menjadi raja atas Israel dan walaupun yonatan sudah meninggal, ia tetap memperhatikan Mefiboset, anak Yonatan yang cacat kakinya. "Segala sesuatu yang adalah milik Saul dan milik seluruh keluarganya kuberikan kepada cucu tuanmu itu." (2 Samuel 9:9).
Inilah bukti kesetiaan dan kasih dari seorang sahabat yang sejati: tulus dan tak terbatas waktu. Sudahkah kita menjadi sahabat sejati bagi orang lain?
Saturday, January 5, 2013
MENJADI SAHABAT SEJATI (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Januari 2013 -
Baca: Amsal 27:1-27
"Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya." Amsal 27:17
Ada hal yang seringkali tidak kita pahami yaitu terkadang Tuhan memakai orang lain untuk membentuk kita. Ayat nas di atas jelas menyatakan bahwa pembentukan karakter ditentukan oleh kerelaannya menerima teguran dan pembelajaran dari orang lain.
Interaksi atau persekutuan kita dengan orang lain akan membawa dampak bagi kita: makin dipertajam, dimatangkan dan didewasakan. Yang membentuk dan menggesek kita biasanya bukan orang jauh, melainkan orang-orang yang dekat dengan kita. Oleh karena itu kita harus berhati-hati membangun hubungan dengan seseorang, karena hubungan itu akan membentuk diri kita. Amsal 13:20: "Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang." dan "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33). Orang bodoh yang bergaul dengan orang bodoh akan tetap menjadi bodoh, tetapi bila ia mau bergaul dengan orang yang pintar dia akan menjadi pintar, karena dia bisa belajar dari orang itu.
Jika orang yang tidak baik mau bergaul dengan orang baik, dia akan menjadi baik. Namun kalau orang yang tidak baik itu hanya mau bergaul dengan orang yang tidak baik, dia akan tetap menjadi orang yang tidak baik. Oleh karena itu kita harus selektif dalam memilih teman atau sahabat supaya kita tidak terpengaruh kepada hal-hal yang tidak baik. Kita harus bisa menemukan teman atau sahabat yang bisa memberi nilai tambah yang positif bagi kita: membangun, menguatkan dan membimbing kita kepada kehidupan yang berkenan kepada Tuhan. Inilah perlunya memiliki seorang sahabat: orang yang bisa memberi dan menerima, berjalan dalam kebersamaan baik suka mau pun duka, meningkatkan semangat dan gairah dalam belajar atau melayani Tuhan. Untuk apa punya sahabat bila dengan persahabatan itu kita semakin jauh dari Tuhan, meninggalkan pelayanan, nilai-nilai di sekolah makin turun drastis dan sebagainya? Itulah sebabnya tidak gampang menemukan sahabat yang sejati, butuh waktu dan proses yang tidak singkat. "Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran." (Amsal 17:17).
Sahabat tidak hanya mengasihi atau hadir saat kita dalam keadaan senang atau mendapat berkat, melainkan di segala keadaan dia ada untuk kita.
Baca: Amsal 27:1-27
"Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya." Amsal 27:17
Ada hal yang seringkali tidak kita pahami yaitu terkadang Tuhan memakai orang lain untuk membentuk kita. Ayat nas di atas jelas menyatakan bahwa pembentukan karakter ditentukan oleh kerelaannya menerima teguran dan pembelajaran dari orang lain.
Interaksi atau persekutuan kita dengan orang lain akan membawa dampak bagi kita: makin dipertajam, dimatangkan dan didewasakan. Yang membentuk dan menggesek kita biasanya bukan orang jauh, melainkan orang-orang yang dekat dengan kita. Oleh karena itu kita harus berhati-hati membangun hubungan dengan seseorang, karena hubungan itu akan membentuk diri kita. Amsal 13:20: "Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang." dan "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33). Orang bodoh yang bergaul dengan orang bodoh akan tetap menjadi bodoh, tetapi bila ia mau bergaul dengan orang yang pintar dia akan menjadi pintar, karena dia bisa belajar dari orang itu.
Jika orang yang tidak baik mau bergaul dengan orang baik, dia akan menjadi baik. Namun kalau orang yang tidak baik itu hanya mau bergaul dengan orang yang tidak baik, dia akan tetap menjadi orang yang tidak baik. Oleh karena itu kita harus selektif dalam memilih teman atau sahabat supaya kita tidak terpengaruh kepada hal-hal yang tidak baik. Kita harus bisa menemukan teman atau sahabat yang bisa memberi nilai tambah yang positif bagi kita: membangun, menguatkan dan membimbing kita kepada kehidupan yang berkenan kepada Tuhan. Inilah perlunya memiliki seorang sahabat: orang yang bisa memberi dan menerima, berjalan dalam kebersamaan baik suka mau pun duka, meningkatkan semangat dan gairah dalam belajar atau melayani Tuhan. Untuk apa punya sahabat bila dengan persahabatan itu kita semakin jauh dari Tuhan, meninggalkan pelayanan, nilai-nilai di sekolah makin turun drastis dan sebagainya? Itulah sebabnya tidak gampang menemukan sahabat yang sejati, butuh waktu dan proses yang tidak singkat. "Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran." (Amsal 17:17).
Sahabat tidak hanya mengasihi atau hadir saat kita dalam keadaan senang atau mendapat berkat, melainkan di segala keadaan dia ada untuk kita.
Friday, January 4, 2013
KRISTEN 'MESIR' (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Januari 2013 -
Baca: Kolose 3:1-17
"Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala," Kolose 3:5
Bukankah banyak orang Kristen yang bertipe seperti orang Israel? Lebih memilih tinggal di 'Mesir'. Ini berbicara tentang kehidupan orang Kristen yang masih mengutamakan kenikmatan tubuh; yang dipikirkan hanyalah isi perutnya dengan selalu mengenang makanan di Mesir, tidak mau hidup dipimpin oleh Roh Kudus, yang mereka pikirkan hanyalah perkara-perkara jasmani atau yang berkenaan dengan kehidupan duniawi. Alkitab menasihati, "Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi." (Kolose 3:2). Mereka tidak lagi mengutamakan Tuhan dalam hidupnya; diperbudak oleh uang, karir/pekerjaan atau kekayaan. Jangankan terlibat pelayanan, ibadah yang dilakukannya pun rutinitas belaka, karena fokus utama mereka adalah mengejar materi. Jadi yang ada dalam pikirannya hanyalah uang, kekayaan dan juga segala keinginan daging lainnya. Tertulis, "Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari TUHAN." (Yesaya 31:1).
Apa yang ada di dunia ini tidak dapat menolong dan menyelamatkan kita. Maka milikilah komitmen keluar dari 'Mesir'. Tinggalkan segala kenyamanan, sebab hidup menurut daging hanya akan membawa kepada kebinasaan. Alkitab mengingatkan, "...mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka." (1 Timotius 6:9-10).
Kehidupan di Mesir mengingatkan bahwa kita sedang berada dalam cengkeraman Iblis dan diperbudak olehnya, yang berusaha mengalihkan fokus hidup kita kepada segala kenikmatan dunia! Berhati-hatilah!
Baca: Kolose 3:1-17
"Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala," Kolose 3:5
Bukankah banyak orang Kristen yang bertipe seperti orang Israel? Lebih memilih tinggal di 'Mesir'. Ini berbicara tentang kehidupan orang Kristen yang masih mengutamakan kenikmatan tubuh; yang dipikirkan hanyalah isi perutnya dengan selalu mengenang makanan di Mesir, tidak mau hidup dipimpin oleh Roh Kudus, yang mereka pikirkan hanyalah perkara-perkara jasmani atau yang berkenaan dengan kehidupan duniawi. Alkitab menasihati, "Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi." (Kolose 3:2). Mereka tidak lagi mengutamakan Tuhan dalam hidupnya; diperbudak oleh uang, karir/pekerjaan atau kekayaan. Jangankan terlibat pelayanan, ibadah yang dilakukannya pun rutinitas belaka, karena fokus utama mereka adalah mengejar materi. Jadi yang ada dalam pikirannya hanyalah uang, kekayaan dan juga segala keinginan daging lainnya. Tertulis, "Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari TUHAN." (Yesaya 31:1).
Apa yang ada di dunia ini tidak dapat menolong dan menyelamatkan kita. Maka milikilah komitmen keluar dari 'Mesir'. Tinggalkan segala kenyamanan, sebab hidup menurut daging hanya akan membawa kepada kebinasaan. Alkitab mengingatkan, "...mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka." (1 Timotius 6:9-10).
Kehidupan di Mesir mengingatkan bahwa kita sedang berada dalam cengkeraman Iblis dan diperbudak olehnya, yang berusaha mengalihkan fokus hidup kita kepada segala kenikmatan dunia! Berhati-hatilah!
Thursday, January 3, 2013
KRISTEN 'MESIR' (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Januari 2013 -
Baca: Bilangan 11:1-23
"Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih." Bilangan 11:5
Kekristenan merupakan suatu kehidupan dalam perjalanan panjang dan berliku bersama dengan Tuhan seperti perjalanan yang dialami bangsa Israel sebelum mencapai Kanaan dan mengalami penggenapan janji-janji Tuhan, di mana mereka harus melewati proses demi proses: berawal dari keberangkatan mereka keluar dari negeri perbudakan di Mesir, kemudian melewati padang gurun dan akhirnya memasuki Tanah Perjanjian.
Berbicara tentang Mesir, pasti kita teringat penderitaan yang dialami bangsa Israel. Di Mesir mereka mengalami penindasan dan tekanan hidup yang luar biasa. "... pengawas-pengawas rodi ditempatkan atas mereka untuk menindas mereka dengan kerja paksa:...dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja, dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya segala pekerjaan yang dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka itu." (Keluaran 1:11, 13, 14). Di samping itu bayi-bayi (laki-laki) mereka juga dibunuh. Tak bisa dibayangkan betapa menderitanya umat Israel saat berada di mesir. Suatu keadaan yang sungguh hopeless. Itulah sebabnya hari-hari mereka dipenuhi oleh keluh kesah dan bersungut-sungut kepada Tuhan!
Meskipun bangsa Israel sudah dibawa keluar dari Mesir oleh Musa -seorang yang dipilih Tuhan- dengan berjalan di padang gurun mereka tetap tidak berhenti bersungut-sungut, malah semakin menjadi-jadi. Mereka terus membanding-bandingkan dengan keadaan mereka saat masih di Mesir. mereka merasa lebih suka dan nyaman berada di Mesir, karena walau dalam perbudakan tapi cukup dengan makanan dan minuman (ayat nas). Kata mereka, "Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan." (Keluaran 16:3). Di Mesir memang ada kelimpahan, tetapi di balik kelimpahan itu mereka berada dalam penindasan dan perbudakan bangsa lain. Jadi bangsa Israel lebih senang berada di Mesir, di bawah penindasan dan perbudakan bangsa lain tetapi perut mereka kenyang dengan makanan dan minuman.
(Bersambung)
Baca: Bilangan 11:1-23
"Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih." Bilangan 11:5
Kekristenan merupakan suatu kehidupan dalam perjalanan panjang dan berliku bersama dengan Tuhan seperti perjalanan yang dialami bangsa Israel sebelum mencapai Kanaan dan mengalami penggenapan janji-janji Tuhan, di mana mereka harus melewati proses demi proses: berawal dari keberangkatan mereka keluar dari negeri perbudakan di Mesir, kemudian melewati padang gurun dan akhirnya memasuki Tanah Perjanjian.
Berbicara tentang Mesir, pasti kita teringat penderitaan yang dialami bangsa Israel. Di Mesir mereka mengalami penindasan dan tekanan hidup yang luar biasa. "... pengawas-pengawas rodi ditempatkan atas mereka untuk menindas mereka dengan kerja paksa:...dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja, dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya segala pekerjaan yang dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka itu." (Keluaran 1:11, 13, 14). Di samping itu bayi-bayi (laki-laki) mereka juga dibunuh. Tak bisa dibayangkan betapa menderitanya umat Israel saat berada di mesir. Suatu keadaan yang sungguh hopeless. Itulah sebabnya hari-hari mereka dipenuhi oleh keluh kesah dan bersungut-sungut kepada Tuhan!
Meskipun bangsa Israel sudah dibawa keluar dari Mesir oleh Musa -seorang yang dipilih Tuhan- dengan berjalan di padang gurun mereka tetap tidak berhenti bersungut-sungut, malah semakin menjadi-jadi. Mereka terus membanding-bandingkan dengan keadaan mereka saat masih di Mesir. mereka merasa lebih suka dan nyaman berada di Mesir, karena walau dalam perbudakan tapi cukup dengan makanan dan minuman (ayat nas). Kata mereka, "Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan." (Keluaran 16:3). Di Mesir memang ada kelimpahan, tetapi di balik kelimpahan itu mereka berada dalam penindasan dan perbudakan bangsa lain. Jadi bangsa Israel lebih senang berada di Mesir, di bawah penindasan dan perbudakan bangsa lain tetapi perut mereka kenyang dengan makanan dan minuman.
(Bersambung)
Wednesday, January 2, 2013
HIDUP RUKUN MENDATANGKAN BERKAT
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Januari 2013 -
Baca: Mazmur 133:1-3
"Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!" Mazmur 133:1
Di lingkungan di mana kita tinggal ada istilah RT (rukun tetangga) dan RW (rukun waraga). TR dan RW dibentuk dengan tujuan untuk membangun kerukunan antarwarga dalam lingkup kecil. Mengapa kerukunan itu penting? Sebab bila masing-masing warga memiliki hubungan yang dekat dan saling mengenal satu sama lain, mereka bisa bekerja sama dan saling tolong-menolong sehingga tidak ada 'gap' di antara mereka. Ada pepatah yang mengatakan: 'Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh'. Atau ada juga dalam bahasa Jawa yang menyatakan: 'Crah agawe bubrah, rukun agawe santoso'. Kedua ungkapan tersebut menggambarkan bahwa ada dampak yang luar biasa, ada kuasa, berkat dan sesuatu yang bermakna apabila ada persatuan atau kerukunan di antara umat manusia.
Alkitab menyatakan bahwa kerukunan antarumat Tuhan itu merupkan sesuatu yang baik, indah dan memiliki nilai 'istimewa' di mataNya; sesuatu yang dapat mengerakkan hatiNya sehingga Dia akan memberikan apa yang kita perlukan. "Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 18:19). Jadi hidup dalam kerukunan adalah kehendak Tuhan bagi gerejaNya. Dalam doanya Yesus berkata, "...supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku." (Yohanes 17:21). Jadi jemaat Tuhan harus selalu rukun dan bersatu. Jangan ada permusuhan, pertengkaran, kebencian, sakit hati dan sebagainya. Itu hanya akan menjadi penghambat berkat Tuhan bagi kita. Sebaliknya jika kita rukun dan bersatu, segala berkat akan dicurahkan Tuhan, "Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya." (Mazmur 133:3b).
Dalam setiap komunitas gereja pasti banyak perbedaan, namun jangan sampai membuat kita merasa tidak memerlukan orang lain atau menyepelekan orang lain.
"...hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu." Efesus 4:32
Baca: Mazmur 133:1-3
"Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!" Mazmur 133:1
Di lingkungan di mana kita tinggal ada istilah RT (rukun tetangga) dan RW (rukun waraga). TR dan RW dibentuk dengan tujuan untuk membangun kerukunan antarwarga dalam lingkup kecil. Mengapa kerukunan itu penting? Sebab bila masing-masing warga memiliki hubungan yang dekat dan saling mengenal satu sama lain, mereka bisa bekerja sama dan saling tolong-menolong sehingga tidak ada 'gap' di antara mereka. Ada pepatah yang mengatakan: 'Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh'. Atau ada juga dalam bahasa Jawa yang menyatakan: 'Crah agawe bubrah, rukun agawe santoso'. Kedua ungkapan tersebut menggambarkan bahwa ada dampak yang luar biasa, ada kuasa, berkat dan sesuatu yang bermakna apabila ada persatuan atau kerukunan di antara umat manusia.
Alkitab menyatakan bahwa kerukunan antarumat Tuhan itu merupkan sesuatu yang baik, indah dan memiliki nilai 'istimewa' di mataNya; sesuatu yang dapat mengerakkan hatiNya sehingga Dia akan memberikan apa yang kita perlukan. "Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 18:19). Jadi hidup dalam kerukunan adalah kehendak Tuhan bagi gerejaNya. Dalam doanya Yesus berkata, "...supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku." (Yohanes 17:21). Jadi jemaat Tuhan harus selalu rukun dan bersatu. Jangan ada permusuhan, pertengkaran, kebencian, sakit hati dan sebagainya. Itu hanya akan menjadi penghambat berkat Tuhan bagi kita. Sebaliknya jika kita rukun dan bersatu, segala berkat akan dicurahkan Tuhan, "Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya." (Mazmur 133:3b).
Dalam setiap komunitas gereja pasti banyak perbedaan, namun jangan sampai membuat kita merasa tidak memerlukan orang lain atau menyepelekan orang lain.
"...hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu." Efesus 4:32
Tuesday, January 1, 2013
TAHUN 2013: Melangkah Dengan Iman!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Januari 2013 -
Baca: Roma 1:17
"Orang yang benar akan hidup oleh iman." Roma 1:17
Lembaran baru tahun 2013 kita buka hari ini. Berjuta asa dan harapan tertanam di hati kita. Di tahun yang baru ini setiap kita pasti memiliki tekad dan semangat yang baru: tekad mewujudkan impian yang belum menjadi kenyataan; tekad melayani Tuhan lebih sungguh lagi; tekad menjalani hidup sebagai 'manusia baru' di dalam Kristus dengan menanggalkan manusia lama, membuang kebiasaan-kebiasaan buruk dan mulai menetapkan prioritas dan sasaran yang hendak dicapai.
Namun mustahil kita akan menggapai semua keinginan, impian dan semua janji Tuhan jika hari-hari kita tetap diliputi rasa ragu, kuatir, cemas, takut dan sebagainya. Jika hati kita masih tidak percaya, ragu-ragu, kuatir, cemas atau takut, maka janji-janji Tuhan pasti tidak akan digenapi di dalam hidup kita. Justru yang kita takutkan, kuatirkan dan cemaskan itulah yang akan menjadi kenyataan. "Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku. Aku tidak mendapat ketenangan dan ketenteraman; aku tidak mendapat istirahat, tetapi kegelisahanlah yang timbul." (Ayub 3:25-26). Biarlah kegagalan tahun kemarin kita jadikan pengalaman yang berharga dan kita jadikan cermin untuk berbenah diri, menatap hari esok yang lebih baik.
Mari kita jalani hari-hari di tahun yang baru ini dengan penuh iman, artinya kita punya penyerahan diri penuh kepada Tuhan. Serahkan semua rencana hidup ini kepada Tuhan dan andalkan Dia dalam segala perkara karena kita tidak tahu apa yang terjadi esok hari. Tertulis: "Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi Tuhan, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya," (Ulangan 29:29). Jadi Tuhanlah yang memegang hari esok atau masa depan kita. Karena itu sebagai orang percaya kita harus hidup oleh iman. Dan "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17). Jadikan firman Tuhan sebagai kesukaan kita setiap hari: dengan membacanya, merenungkannya serta melakukannya, "...perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung." (Yosua 1:8).
Asal kita taat di segala situasi dan terus menanti-nantikan Tuhan dengan penuh iman, hidup kita pasti akan lebih baik dari tahun sebelumnya!
Baca: Roma 1:17
"Orang yang benar akan hidup oleh iman." Roma 1:17
Lembaran baru tahun 2013 kita buka hari ini. Berjuta asa dan harapan tertanam di hati kita. Di tahun yang baru ini setiap kita pasti memiliki tekad dan semangat yang baru: tekad mewujudkan impian yang belum menjadi kenyataan; tekad melayani Tuhan lebih sungguh lagi; tekad menjalani hidup sebagai 'manusia baru' di dalam Kristus dengan menanggalkan manusia lama, membuang kebiasaan-kebiasaan buruk dan mulai menetapkan prioritas dan sasaran yang hendak dicapai.
Namun mustahil kita akan menggapai semua keinginan, impian dan semua janji Tuhan jika hari-hari kita tetap diliputi rasa ragu, kuatir, cemas, takut dan sebagainya. Jika hati kita masih tidak percaya, ragu-ragu, kuatir, cemas atau takut, maka janji-janji Tuhan pasti tidak akan digenapi di dalam hidup kita. Justru yang kita takutkan, kuatirkan dan cemaskan itulah yang akan menjadi kenyataan. "Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku. Aku tidak mendapat ketenangan dan ketenteraman; aku tidak mendapat istirahat, tetapi kegelisahanlah yang timbul." (Ayub 3:25-26). Biarlah kegagalan tahun kemarin kita jadikan pengalaman yang berharga dan kita jadikan cermin untuk berbenah diri, menatap hari esok yang lebih baik.
Mari kita jalani hari-hari di tahun yang baru ini dengan penuh iman, artinya kita punya penyerahan diri penuh kepada Tuhan. Serahkan semua rencana hidup ini kepada Tuhan dan andalkan Dia dalam segala perkara karena kita tidak tahu apa yang terjadi esok hari. Tertulis: "Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi Tuhan, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya," (Ulangan 29:29). Jadi Tuhanlah yang memegang hari esok atau masa depan kita. Karena itu sebagai orang percaya kita harus hidup oleh iman. Dan "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17). Jadikan firman Tuhan sebagai kesukaan kita setiap hari: dengan membacanya, merenungkannya serta melakukannya, "...perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung." (Yosua 1:8).
Asal kita taat di segala situasi dan terus menanti-nantikan Tuhan dengan penuh iman, hidup kita pasti akan lebih baik dari tahun sebelumnya!
Monday, December 31, 2012
MENGANDALKAN TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Desember 2012 -
Baca: Mazmur 146:1-10
"Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada TUHAN, Allahnya:" Mazmur 146:5
Hari-hari ini banyak orang menyerbu toko-toko buku untuk membeli buku agenda baru dan juga kalender baru tahun 2013, karena hanya dalam hitungan jam tahun 2012 akan kita tinggalkan. Dengan memiliki buku agenda baru kita berharap segala yang kita kerjakan di hari esok akan ter-planning dengan baik. Bahkan segala harapan baru sudah menari-nari di pikiran. Namun Alkitab menasihati, "Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu." (Amsal 27:1). Boleh saja punya setumpuk rencana dan harapan asalkan kita senantiasa melibatkan Tuhan, sebab "Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita..." (Ulangan 29:29). Menghadapi hari esok yang tidak tahu akan seperti apa, tidak ada jalan lain selain menaruh harapan kepada Tuhan dan mengandalkan Dia dalam segala hal.
Orang yang mengandalkan Tuhan berarti menyadarkan dan mempercayakan hidupnya kepada Tuhan. "Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!" (Yeremia 17:7), hatinya selalu melekat kepada Tuhan. Orang yang senantiasa mengandalkan Tuhan pasti akan diberkati, disertai dan dilindungi Tuhan. Hidupnya senantiasa berada dalam pengawasan mata Tuhan. Jadi ia tidak perlu takut akan datangnya musim kering. Ia diibaratkan seperti pohon yang ditanam ditepi air, di mana akar-akarnya merambat ke batang air. Daun-daunnya akan tetap hijau dan senantiasa menghasilkan buah lebat dan rasanya manis.
Air berbicara tentang firman Tuhan, dan firman itu adalah Tuhan Yesus sendiri; Dia juga adalah Sumber Air Hidup itu. Dikatakan, "...barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal." (Yohanes 4:14). Inilah janji Tuhan kepada setiap orang yang melekat kepadaNya: "...maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku." (Mazmur 91:14).
Mengandalkan Tuhan adalah kunci kemenangan orang percaya menghadapi hari esok!
Baca: Mazmur 146:1-10
"Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada TUHAN, Allahnya:" Mazmur 146:5
Hari-hari ini banyak orang menyerbu toko-toko buku untuk membeli buku agenda baru dan juga kalender baru tahun 2013, karena hanya dalam hitungan jam tahun 2012 akan kita tinggalkan. Dengan memiliki buku agenda baru kita berharap segala yang kita kerjakan di hari esok akan ter-planning dengan baik. Bahkan segala harapan baru sudah menari-nari di pikiran. Namun Alkitab menasihati, "Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu." (Amsal 27:1). Boleh saja punya setumpuk rencana dan harapan asalkan kita senantiasa melibatkan Tuhan, sebab "Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita..." (Ulangan 29:29). Menghadapi hari esok yang tidak tahu akan seperti apa, tidak ada jalan lain selain menaruh harapan kepada Tuhan dan mengandalkan Dia dalam segala hal.
Orang yang mengandalkan Tuhan berarti menyadarkan dan mempercayakan hidupnya kepada Tuhan. "Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!" (Yeremia 17:7), hatinya selalu melekat kepada Tuhan. Orang yang senantiasa mengandalkan Tuhan pasti akan diberkati, disertai dan dilindungi Tuhan. Hidupnya senantiasa berada dalam pengawasan mata Tuhan. Jadi ia tidak perlu takut akan datangnya musim kering. Ia diibaratkan seperti pohon yang ditanam ditepi air, di mana akar-akarnya merambat ke batang air. Daun-daunnya akan tetap hijau dan senantiasa menghasilkan buah lebat dan rasanya manis.
Air berbicara tentang firman Tuhan, dan firman itu adalah Tuhan Yesus sendiri; Dia juga adalah Sumber Air Hidup itu. Dikatakan, "...barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal." (Yohanes 4:14). Inilah janji Tuhan kepada setiap orang yang melekat kepadaNya: "...maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku." (Mazmur 91:14).
Mengandalkan Tuhan adalah kunci kemenangan orang percaya menghadapi hari esok!
Sunday, December 30, 2012
MENGANDALKAN DIRI SENDIRI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Desember 2012 -
Baca: Yeremia 17:1-18
"Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan!" Yeremia 17:5
Lembaran tahun 2012 hampir saja usai. Begitu cepatnya waktu berlalu, kini setahun sudah terlewati. Sementara segala angan dan impian belum juga terwujud, kaki kita sudah melangkah di penghujung tahun. Hari-hari berat telah kita jalani, sedangkan dunia ini makin sarat dengan ujian, tantangan, penderitaan dan goncangan. Sungguh, perjalanan hidup yang begitu melelahkan. Itulah sebabnya Pemazmur menasihati, "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." (Mazmur 90:12). Tidak perlu meratapi nasib dan larut dalam penyesalan. Waktu tak bisa diputar kembali, akan terus melaju dan melaju.
Hari-hari yang telah kita lewati kemarin biarlah menjadi pengalaman yang berharga dan koreksi bagi kita. Mungkin selama ini kita telah mengabaikan Tuhan dan lebih memilih mengandalkan manusia atau kekuatan sendiri dalam segala hal. Mengandalkan diri sendiri sama artinya mengandalkan apa yang ada pada diri sendiri: uang, deposito, kekayaan, status, pendidikan, jabatan dan sebagainya. Kita merasa bahwa segala yang kita raih ini adalah semata-mata hasil dari jerih lelah sendiri, bukan karena Tuhan. Namun, siapakah kita ini sehingga kita begitu membanggakan diri dengan apa yang kita miliki? Daud berkata, "...kita ini debu. Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga; apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi." (Mazmur 103:14-16). Kita harus sadar bahwa segala hal yang melekat pada diri kita ini tidak akan mampu menolong dan melepaskan kita dari goncangan-goncangan yang ada di dunia ini, sebab kita ini hanyalah debu! Seberapa kuatkah kita, sehingga dalam segala perkara kita mengandalkan diri sendiri? Umur, kekuatan, kemampuan atau pun kepintaran kita adalah terbatas, bersifat fana dan pada akhirnya akan lenyap.
Jadi di dalam diri manusia tidak ada satu pun yang dapat diandalkan. Karena itu jangan sekali-kali berharap kepada sesama manusia, kita pasti akan kecewa! Ada tertulis: "Jangan berharap pada manusia, sebab ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?" (Yesaya 2:22).
Sebab tanah liat, kita tidak memiliki alasan untuk membanggakan apa yang kita miliki! (Bersambung)
Baca: Yeremia 17:1-18
"Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan!" Yeremia 17:5
Lembaran tahun 2012 hampir saja usai. Begitu cepatnya waktu berlalu, kini setahun sudah terlewati. Sementara segala angan dan impian belum juga terwujud, kaki kita sudah melangkah di penghujung tahun. Hari-hari berat telah kita jalani, sedangkan dunia ini makin sarat dengan ujian, tantangan, penderitaan dan goncangan. Sungguh, perjalanan hidup yang begitu melelahkan. Itulah sebabnya Pemazmur menasihati, "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." (Mazmur 90:12). Tidak perlu meratapi nasib dan larut dalam penyesalan. Waktu tak bisa diputar kembali, akan terus melaju dan melaju.
Hari-hari yang telah kita lewati kemarin biarlah menjadi pengalaman yang berharga dan koreksi bagi kita. Mungkin selama ini kita telah mengabaikan Tuhan dan lebih memilih mengandalkan manusia atau kekuatan sendiri dalam segala hal. Mengandalkan diri sendiri sama artinya mengandalkan apa yang ada pada diri sendiri: uang, deposito, kekayaan, status, pendidikan, jabatan dan sebagainya. Kita merasa bahwa segala yang kita raih ini adalah semata-mata hasil dari jerih lelah sendiri, bukan karena Tuhan. Namun, siapakah kita ini sehingga kita begitu membanggakan diri dengan apa yang kita miliki? Daud berkata, "...kita ini debu. Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga; apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi." (Mazmur 103:14-16). Kita harus sadar bahwa segala hal yang melekat pada diri kita ini tidak akan mampu menolong dan melepaskan kita dari goncangan-goncangan yang ada di dunia ini, sebab kita ini hanyalah debu! Seberapa kuatkah kita, sehingga dalam segala perkara kita mengandalkan diri sendiri? Umur, kekuatan, kemampuan atau pun kepintaran kita adalah terbatas, bersifat fana dan pada akhirnya akan lenyap.
Jadi di dalam diri manusia tidak ada satu pun yang dapat diandalkan. Karena itu jangan sekali-kali berharap kepada sesama manusia, kita pasti akan kecewa! Ada tertulis: "Jangan berharap pada manusia, sebab ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?" (Yesaya 2:22).
Sebab tanah liat, kita tidak memiliki alasan untuk membanggakan apa yang kita miliki! (Bersambung)
Saturday, December 29, 2012
DIA TAHU YANG TERBAIK BAGI KITA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Desember 2012 -
Baca: Yesaya 64:1-12
"Tidak ada telinga yang mendengar, dan tidak ada mata yang melihat seorang allah yang bertindak bagi orang yang menanti-nantikan dia; hanya Engkau yang berbuat demikian." Yesaya 64:4
Sesungguhnya tiada mata yang tidak pernah melihat hal luar biasa yang telah Tuhan sediakan bagi mereka yang menanti-nantikan Dia. Kita hanya perlu menanti-nantikan Dia, maka Ia akan menyatakan kepada kita apa pun yang tak dapat dipahami manusia. Mengapa menanti-nantikan? Karena tidak semua hal dapat diketahui manusia, sebab: "Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi Tuhan Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini." (Ulangan 29:29).
Banyak orang yang mempelajari Alkitab percaya bahwa mereka akan bisa memperoleh kehidupan yang kekal. Tetapi jika mereka tidak datang kepada Yesus dan percaya kepadaNya, maka sebanyak apapun pengetahuan akan firman yang telah mereka dapatkan akan menjadi sia-sia belaka. Yesus berkata, "Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu." (Yohanes 5:39-40). Jika kita ingin diselamatkan dan memiliki hidup yang kekal hanya ada satu pilihan, yaitu harus datang kepada Yesus, karena "...keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." (Kisah 4:12). Dengan memiliki yesus, maka kita akan mendapatkan segala hal yang kita butuhkan, sebab "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10b).
Jika kita sedang dalam masalah, apapun bentuknya, jangan ragu datang kepada Tuhan dan berserah penuh kepadaNya, maka kita akan beroleh jawaban dan kelepasan, karena Dia tahu yang terbaik bagi umatNya. Oleh karena itu tetap nanti-nantikan Tuhan! Mari kerjakan bagian kita yaitu menaati firman Tuhan, dan Tuhan akan mengerjakan bagianNya yaitu memberkati dan menolong kita karena Dia tahu yang terbaik bagi umatNya.
"Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." 1 Korintus 2:9
Baca: Yesaya 64:1-12
"Tidak ada telinga yang mendengar, dan tidak ada mata yang melihat seorang allah yang bertindak bagi orang yang menanti-nantikan dia; hanya Engkau yang berbuat demikian." Yesaya 64:4
Sesungguhnya tiada mata yang tidak pernah melihat hal luar biasa yang telah Tuhan sediakan bagi mereka yang menanti-nantikan Dia. Kita hanya perlu menanti-nantikan Dia, maka Ia akan menyatakan kepada kita apa pun yang tak dapat dipahami manusia. Mengapa menanti-nantikan? Karena tidak semua hal dapat diketahui manusia, sebab: "Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi Tuhan Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini." (Ulangan 29:29).
Banyak orang yang mempelajari Alkitab percaya bahwa mereka akan bisa memperoleh kehidupan yang kekal. Tetapi jika mereka tidak datang kepada Yesus dan percaya kepadaNya, maka sebanyak apapun pengetahuan akan firman yang telah mereka dapatkan akan menjadi sia-sia belaka. Yesus berkata, "Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu." (Yohanes 5:39-40). Jika kita ingin diselamatkan dan memiliki hidup yang kekal hanya ada satu pilihan, yaitu harus datang kepada Yesus, karena "...keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." (Kisah 4:12). Dengan memiliki yesus, maka kita akan mendapatkan segala hal yang kita butuhkan, sebab "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10b).
Jika kita sedang dalam masalah, apapun bentuknya, jangan ragu datang kepada Tuhan dan berserah penuh kepadaNya, maka kita akan beroleh jawaban dan kelepasan, karena Dia tahu yang terbaik bagi umatNya. Oleh karena itu tetap nanti-nantikan Tuhan! Mari kerjakan bagian kita yaitu menaati firman Tuhan, dan Tuhan akan mengerjakan bagianNya yaitu memberkati dan menolong kita karena Dia tahu yang terbaik bagi umatNya.
"Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." 1 Korintus 2:9
Friday, December 28, 2012
MELUPAKAN MASA LALU
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Desember 2012 -
Baca: Kejadian 41:37-57
"Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku. ... Allah membuat aku mendapat anak dalam negeri kesengsaraanku." Kejadian 41:51, 52
Sangatlah bagus jika kita memiliki ingatan yang kuat, terlebih-lebih ingatan akan kebaikan Tuhan dalam hidup ini dan kemudian bersyukur kepadaNya. Kemampuan mengingat kembali apa yang telah kita alami atau pelajari di masa lalu dapat bermanfaat bagi kita di kemudian hari. Akan tetapi, ada waktu di mana lebih baik bagi kita tidak mengingat hal-hal di masa lalu.
Hal-hal bagaimana yang tidak perlu kita ingat? Yaitu hal-hal yang dapat melukai hati kita. Setiap kita pasti pernah mengalami situasi atau keadaan yang menyakitkan dan menyinggung perasaan, bahkan ada orang membenci kita tanpa alasan. Hasil dari luka-luka dan penolakan seperti itu dapat melekat pada diri kita seumur hidup kita, kecuali kita memilih untuk melupakannya. Banyak orang yang mengingat terus-menerus insiden yang pernah terjadi dalam hidupnya. Meski itu terjadi di masa lampau, tetap saja bisa mempengaruhi keadaan mental atau pikiran seseorang di masa sekarang. Namun sebagai anak-anak Tuhan kita harus belajar hidup sama seperti Kristus yaitu mengampuni dan melupakan. Dengan mendasarkan harapan kepada Kristus dan bukan kepada manusia, kita akan mampu melupakan setiap pengalaman buruk yang telah kita alami. Yusuf adalah contoh dari manusia yang diberkati karena dia memilih untuk melupakan apa yang pernah dideritanya. Yusuf dijual ke dalam perbudakan oleh saudara-saudaranya sendiri (human trafficking), dan dijebloskan ke dalam penjara karena tuduhan palsu. Jika ada orang yang memiliki alasan kuat untuk depresi, getir dan pahit hati, Yusuflah itu. NamunYusuf tidak melakukannya, ia tidak membiarkan hatinya terisi dengan kemarahan dan kepahitan. Yusuf tetap memiliki sikap hati yang benar dan selalu melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan, sehingga apa pun yang Yusuf kerjakan menjadi berhsil, karena "...Tuhan menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya," (Kejadian 39:21).
Memang tidak mudah melupakan peristiwa pahit di masa lampau, apalagi mengampuni orang-orang yang membuat kita menderita. Namun asal kita melekat kepada Tuhan dan menyerahkan beban ini kepadaNya, kita pasti sanggup melakukannya karena Roh Kudus yang memberi kekuatan.
Di tengah penderitaannya, Yusuf hidup tak bercela di hadapan Tuhan dan memilih untuk melupakan segala hal buruk yang terjadi atasnya di masa lalu.
Baca: Kejadian 41:37-57
"Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku. ... Allah membuat aku mendapat anak dalam negeri kesengsaraanku." Kejadian 41:51, 52
Sangatlah bagus jika kita memiliki ingatan yang kuat, terlebih-lebih ingatan akan kebaikan Tuhan dalam hidup ini dan kemudian bersyukur kepadaNya. Kemampuan mengingat kembali apa yang telah kita alami atau pelajari di masa lalu dapat bermanfaat bagi kita di kemudian hari. Akan tetapi, ada waktu di mana lebih baik bagi kita tidak mengingat hal-hal di masa lalu.
Hal-hal bagaimana yang tidak perlu kita ingat? Yaitu hal-hal yang dapat melukai hati kita. Setiap kita pasti pernah mengalami situasi atau keadaan yang menyakitkan dan menyinggung perasaan, bahkan ada orang membenci kita tanpa alasan. Hasil dari luka-luka dan penolakan seperti itu dapat melekat pada diri kita seumur hidup kita, kecuali kita memilih untuk melupakannya. Banyak orang yang mengingat terus-menerus insiden yang pernah terjadi dalam hidupnya. Meski itu terjadi di masa lampau, tetap saja bisa mempengaruhi keadaan mental atau pikiran seseorang di masa sekarang. Namun sebagai anak-anak Tuhan kita harus belajar hidup sama seperti Kristus yaitu mengampuni dan melupakan. Dengan mendasarkan harapan kepada Kristus dan bukan kepada manusia, kita akan mampu melupakan setiap pengalaman buruk yang telah kita alami. Yusuf adalah contoh dari manusia yang diberkati karena dia memilih untuk melupakan apa yang pernah dideritanya. Yusuf dijual ke dalam perbudakan oleh saudara-saudaranya sendiri (human trafficking), dan dijebloskan ke dalam penjara karena tuduhan palsu. Jika ada orang yang memiliki alasan kuat untuk depresi, getir dan pahit hati, Yusuflah itu. NamunYusuf tidak melakukannya, ia tidak membiarkan hatinya terisi dengan kemarahan dan kepahitan. Yusuf tetap memiliki sikap hati yang benar dan selalu melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan, sehingga apa pun yang Yusuf kerjakan menjadi berhsil, karena "...Tuhan menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya," (Kejadian 39:21).
Memang tidak mudah melupakan peristiwa pahit di masa lampau, apalagi mengampuni orang-orang yang membuat kita menderita. Namun asal kita melekat kepada Tuhan dan menyerahkan beban ini kepadaNya, kita pasti sanggup melakukannya karena Roh Kudus yang memberi kekuatan.
Di tengah penderitaannya, Yusuf hidup tak bercela di hadapan Tuhan dan memilih untuk melupakan segala hal buruk yang terjadi atasnya di masa lalu.
Thursday, December 27, 2012
HARAPAN DI DALAM TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Desember 2012 -
Baca: 2 Raja-Raja 7:1-20
"Empat orang yang sakit kusta ada di depan pintu gerbang. Berkatalah yang seorang kepada yang lain: 'Mengapakah kita duduk-duduk di sini sampai mati?'" 2 Raja-Raja 7:3
Kota Samaria telah diasingkan dan dikepung tentara-tentara Aram. Tentara Aram mengisolasi kota, memutuskan jalur distribusi makanan dan hubungannya dengan dunia luar. Akibatnya kelaparan terjadi di mana-mana. Kematian mengancam semua orang, kaya maupun miskin.
Nabi Elisa menubuatkan, "Besok kira-kira waktu ini sesukat tepung yang terbaik akan berharga sesyikal dan dua sukat jelai akan berharga sesyikal di pintu gerbang Samaria." (2 Raja-Raja 7:1). Tetapi salah seorang perwira raja mencemooh nubuatannya, namun Elisa pun menimpalinya, "Sesungguhnya, engkau akan melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi tidak akan makan apa-apa dari padanya." (2 Raja-Raja 7:2). Di situ ada empat orang yang sakit kusta yang tidak mendengar nubuatan Elisa karena mereka tingggal di luar kota (di depan pintu gerbang). Yang mereka tahu hanyalah bencana kelaparan, maka berkatalah mereka satu sama lain, "Mengapakah kita duduk-duduk di sini sampai mati? Jika kita berkata: Baiklah kita masuk ke kota, padahal dalam kota ada kelaparan, kita akan mati di sana. Dan jika kita tinggal di sini, kita akan mati juga. Jadi sekarang, marilah kita menyeberang ke perkemahan tentara Aram. Jika mereka membiarkan kita hidup, kita akan hidup, dan jika mereka mematikan kita, kita akan mati." (2 Raja-Raja 7:3, 4). Dalam situasi yang tiada pengharapan lagi mereka mengambil tindakan berani: masuk perkemahan tentara Aram. Perkara ajaib terjadi: oleh karena Tuhan, dibuatnya tentara Aram lari tunggang langgang meninggalkan kemahnya dan segala perbekalannya. Singkat cerita, keempat orang ini melaporkan kejadian ini kepada raja. Akhirnya orang-orang Samaria pun beroleh jarahan yang banyak di tengah kelaparan. Sedangkan perwira raja yang meremehkan perkataan Elisa harus menanggung akibatnya, dia mati terinjak-injak.
Seberat apa pun pergumulan kita, asal kita datang kepada Tuhan dan memohon belas kasihanNya, pertolongan pasti disediakan Tuhan bagi kita. Kuncinya adalah percaya dan bertindak dengan iman. Tertulis: "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:17). Jika keempat orang kusta itu hanya duduk-duduk dan menyerah pada keadaan, mereka pasti akan mati kelaparan!
Jangan menyerah kepada keadaan, bangkit dan percayalah kepada Tuhan, karena tidak ada perkara yang mustahil bagi Dia!
Baca: 2 Raja-Raja 7:1-20
"Empat orang yang sakit kusta ada di depan pintu gerbang. Berkatalah yang seorang kepada yang lain: 'Mengapakah kita duduk-duduk di sini sampai mati?'" 2 Raja-Raja 7:3
Kota Samaria telah diasingkan dan dikepung tentara-tentara Aram. Tentara Aram mengisolasi kota, memutuskan jalur distribusi makanan dan hubungannya dengan dunia luar. Akibatnya kelaparan terjadi di mana-mana. Kematian mengancam semua orang, kaya maupun miskin.
Nabi Elisa menubuatkan, "Besok kira-kira waktu ini sesukat tepung yang terbaik akan berharga sesyikal dan dua sukat jelai akan berharga sesyikal di pintu gerbang Samaria." (2 Raja-Raja 7:1). Tetapi salah seorang perwira raja mencemooh nubuatannya, namun Elisa pun menimpalinya, "Sesungguhnya, engkau akan melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi tidak akan makan apa-apa dari padanya." (2 Raja-Raja 7:2). Di situ ada empat orang yang sakit kusta yang tidak mendengar nubuatan Elisa karena mereka tingggal di luar kota (di depan pintu gerbang). Yang mereka tahu hanyalah bencana kelaparan, maka berkatalah mereka satu sama lain, "Mengapakah kita duduk-duduk di sini sampai mati? Jika kita berkata: Baiklah kita masuk ke kota, padahal dalam kota ada kelaparan, kita akan mati di sana. Dan jika kita tinggal di sini, kita akan mati juga. Jadi sekarang, marilah kita menyeberang ke perkemahan tentara Aram. Jika mereka membiarkan kita hidup, kita akan hidup, dan jika mereka mematikan kita, kita akan mati." (2 Raja-Raja 7:3, 4). Dalam situasi yang tiada pengharapan lagi mereka mengambil tindakan berani: masuk perkemahan tentara Aram. Perkara ajaib terjadi: oleh karena Tuhan, dibuatnya tentara Aram lari tunggang langgang meninggalkan kemahnya dan segala perbekalannya. Singkat cerita, keempat orang ini melaporkan kejadian ini kepada raja. Akhirnya orang-orang Samaria pun beroleh jarahan yang banyak di tengah kelaparan. Sedangkan perwira raja yang meremehkan perkataan Elisa harus menanggung akibatnya, dia mati terinjak-injak.
Seberat apa pun pergumulan kita, asal kita datang kepada Tuhan dan memohon belas kasihanNya, pertolongan pasti disediakan Tuhan bagi kita. Kuncinya adalah percaya dan bertindak dengan iman. Tertulis: "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:17). Jika keempat orang kusta itu hanya duduk-duduk dan menyerah pada keadaan, mereka pasti akan mati kelaparan!
Jangan menyerah kepada keadaan, bangkit dan percayalah kepada Tuhan, karena tidak ada perkara yang mustahil bagi Dia!
Wednesday, December 26, 2012
TERANG DUNIA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Desember 2012 -
Baca: Yesaya 9:1-6
"Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar." Yesaya 9:1
Dunia diliputi kegelapan, suatu kondisi kelam di mana manusia tidak memiliki pengharapan dan sedang menuju kepada kebinasaan kekal. Namun melalui kedatangan Yesus Kristus ke dunia ini nubuat yang disampaikan nabi Yesaya telah digenapi. Dia datang ke dunia ini bukan sekadar membawa terang, tetapi Dia adalah terang itu sendiri. Yesus berkata, "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." (Yohanes 8:12).
Kata 'Akulah' adalah sebagai penegasan bahwa Dia yang berfirman adalah Allah yang hadir sebagai terang untuk memberkati umatNya. Sebagai Terang yang sejati, Yesus Kristus datang untuk membawa anugerah Ilahi; dan karena Dia adalah Allah yang berinkarnasi, maka ada jaminan yang pasti tentang keselamatan, pengampunan dan kehidupan yang kekal. "...setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16). Jadi, kedatangan Yesus Kristus ke dunia ini membawa misi yang sangat mulia yaitu melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan membawa kita kepada terangNya yang ajaib (baca 1 Petrus 2:9), serta memberikan jaminan hidup yang kekal. "Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." (Roma 6:23).
Sebagai orang percaya, kita memiliki tugas menjadi saksi Kristus di tengah dunia ini, sehingga orang-orang yang belum percaya dapat melihat terang sejati itu di dalam diri kita. Jadi Natal bagi orang Kristen bukanlah sekadar perayaan, apalagi pesta pora, tapi sebagai momen yang senantiasa mengingatkan keberadaan kita di tengah-tengah dunia ini. Tertulis: "Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:14, 16). Sudahkah hidup kita menjadi kesaksian bagi orang lain? Mari hidup sebagai anak-anak terang yang menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan, "...sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia," (Filipi 2:15).
Kebahagiaan natal bukan dikarenakan oleh semaraknya perayaan, tapi karena perjumpaan pribadi dengan Tuhan Yesus sebagai Juruselamat!
Baca: Yesaya 9:1-6
"Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar." Yesaya 9:1
Dunia diliputi kegelapan, suatu kondisi kelam di mana manusia tidak memiliki pengharapan dan sedang menuju kepada kebinasaan kekal. Namun melalui kedatangan Yesus Kristus ke dunia ini nubuat yang disampaikan nabi Yesaya telah digenapi. Dia datang ke dunia ini bukan sekadar membawa terang, tetapi Dia adalah terang itu sendiri. Yesus berkata, "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." (Yohanes 8:12).
Kata 'Akulah' adalah sebagai penegasan bahwa Dia yang berfirman adalah Allah yang hadir sebagai terang untuk memberkati umatNya. Sebagai Terang yang sejati, Yesus Kristus datang untuk membawa anugerah Ilahi; dan karena Dia adalah Allah yang berinkarnasi, maka ada jaminan yang pasti tentang keselamatan, pengampunan dan kehidupan yang kekal. "...setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16). Jadi, kedatangan Yesus Kristus ke dunia ini membawa misi yang sangat mulia yaitu melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan membawa kita kepada terangNya yang ajaib (baca 1 Petrus 2:9), serta memberikan jaminan hidup yang kekal. "Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." (Roma 6:23).
Sebagai orang percaya, kita memiliki tugas menjadi saksi Kristus di tengah dunia ini, sehingga orang-orang yang belum percaya dapat melihat terang sejati itu di dalam diri kita. Jadi Natal bagi orang Kristen bukanlah sekadar perayaan, apalagi pesta pora, tapi sebagai momen yang senantiasa mengingatkan keberadaan kita di tengah-tengah dunia ini. Tertulis: "Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:14, 16). Sudahkah hidup kita menjadi kesaksian bagi orang lain? Mari hidup sebagai anak-anak terang yang menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan, "...sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia," (Filipi 2:15).
Kebahagiaan natal bukan dikarenakan oleh semaraknya perayaan, tapi karena perjumpaan pribadi dengan Tuhan Yesus sebagai Juruselamat!
Tuesday, December 25, 2012
HADIAH TERBESAR BAGI DUNIA!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Desember 2012 -
Baca: Yohanes 1:1-18
"Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia." Yohanes 1:9
Natal telah tiba...! Hari ini kita mersakan sukacita karena Natal telah tiba. Sungguh merupakan anugerah Tuhan jika kita masih beroleh kesempatan merayakan Natal kembali. Seluruh dunia antusias menyambut datangnya Natal, termasuk merayakan Natal dengan pesta bagi sebagian orang.
Namun, tahukah kita bahwa pada malam saat Yesus dilahirkan adalah malam yang penuh gejolak? Ketika mendengar Yesus dilahirkan, raja Herodes merasa terancam, ia takut dan kuatir kalau kedudukannya sebagai raja akan diambil alih oleh bayi Yesus yang disebut-sebut sebagai raja orang Yahudi oleh orang-orang majus yang datang pada malam itu. Akhirnya, malam Natal pertama itu menjadi malam yang sangat mencekam dan penuh dengan ratap tangis di seluruh negeri, karena Herodes "...menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu." (Matius 2:16b).
Apakah kita sudah memahami makna natal yang sejati? Apa yang sudah dikerjakan Allah bagi dunia ini? Allah memiliki rancangan yang sungguh mulia bagi keselamatan umat manusia, sehingga Dia harus mengutus PuteraNya Yesus Kristus untuk turun ke dunia ini (baca Yohanes 3:16). Dalam Roma 2:10 dikatakan: "Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah-yang bagi-Nya dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan-, yaitu Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan." (Ibrani 2:10). Ini menunjukkan bahwa karya keselamatan yang dikerjakan Allah bukanlah rancangan yang sembarangan karena karya keselamatan itu dikerjakan sejak dari kekekalan. Dan karena kasihNya yang begitu besar, Allah rela menyerahkan PuteraNya untuk menjadi tebusan bagi kita manusia yang berdosa. Inilah hadiah terbesar dari Allah bagi dunia ini. Yesus Kristus datang ke dunia tanpa dipenuhi dengan gemerlap dan kemegahan, Dia lahir dalam dalam sebuah kandang yang hina dan miskin di tengah dunia yang dicengkeram oleh kegelapan dosa.
Yesus Kristus datang untuk membawa terang itu, sayang tidak semua orang mau menerima Dia, "Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat." Yohanes 3:19
Baca: Yohanes 1:1-18
"Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia." Yohanes 1:9
Natal telah tiba...! Hari ini kita mersakan sukacita karena Natal telah tiba. Sungguh merupakan anugerah Tuhan jika kita masih beroleh kesempatan merayakan Natal kembali. Seluruh dunia antusias menyambut datangnya Natal, termasuk merayakan Natal dengan pesta bagi sebagian orang.
Namun, tahukah kita bahwa pada malam saat Yesus dilahirkan adalah malam yang penuh gejolak? Ketika mendengar Yesus dilahirkan, raja Herodes merasa terancam, ia takut dan kuatir kalau kedudukannya sebagai raja akan diambil alih oleh bayi Yesus yang disebut-sebut sebagai raja orang Yahudi oleh orang-orang majus yang datang pada malam itu. Akhirnya, malam Natal pertama itu menjadi malam yang sangat mencekam dan penuh dengan ratap tangis di seluruh negeri, karena Herodes "...menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu." (Matius 2:16b).
Apakah kita sudah memahami makna natal yang sejati? Apa yang sudah dikerjakan Allah bagi dunia ini? Allah memiliki rancangan yang sungguh mulia bagi keselamatan umat manusia, sehingga Dia harus mengutus PuteraNya Yesus Kristus untuk turun ke dunia ini (baca Yohanes 3:16). Dalam Roma 2:10 dikatakan: "Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah-yang bagi-Nya dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan-, yaitu Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan." (Ibrani 2:10). Ini menunjukkan bahwa karya keselamatan yang dikerjakan Allah bukanlah rancangan yang sembarangan karena karya keselamatan itu dikerjakan sejak dari kekekalan. Dan karena kasihNya yang begitu besar, Allah rela menyerahkan PuteraNya untuk menjadi tebusan bagi kita manusia yang berdosa. Inilah hadiah terbesar dari Allah bagi dunia ini. Yesus Kristus datang ke dunia tanpa dipenuhi dengan gemerlap dan kemegahan, Dia lahir dalam dalam sebuah kandang yang hina dan miskin di tengah dunia yang dicengkeram oleh kegelapan dosa.
Yesus Kristus datang untuk membawa terang itu, sayang tidak semua orang mau menerima Dia, "Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat." Yohanes 3:19
Monday, December 24, 2012
KERAJAAN ALLAH DI BUMI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Desember 2012 -
Baca: Lukas 17:20-37
"juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu." Lukas 17:21
Ketika orang-orang Farisi bertanya kepada Yesus kapankah Kerjaan Allah akan datang, Dia pun menjawab, "Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah," (Lukas 17:20). Apakah maksud Yesus menjawab demikian? Secara sederhana, Dia ingin menyatakan, "Saya berdiri di sini". Hal ini menunjukkan bahwa Kerajaan Allah tidak mungkin diam 'di dalam' orang-orang Farisi, akan tetapi (pada saat itu) Kerajaan Allah ada di tengah-tengah mereka karena Tuhan Yesus sedang ada berdiri di antara mereka.
Keberadaan Tuhan Yesus menyiratkan kekuasaan Tuhan yang tidak terbatas. Ini berarti di mana Yesus berada, di situlah Kerajaan Allah itu berada. Penebusan Allah melalui PuteraNya telah membuat kita, yang percaya kepadaNya, masuk ke dalam Kerajaan Allah. Alkitab berkata, "Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya-- dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, --bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin." (Wahyu 1:5b-6). Tidak hanya di mana Tuhan Yesus berada saja Kerajaan Allah berada, tetapi juga di mana gerejaNya berada. Ini adalah tempat di mana Tuhan Yesus bebas menyatakan kehendakNya. Dia semestinya memiliki sebuah lingkungan Ilahi yang kita persiapkan di dunia ini bagi kerajaan, kuasa dan kemuliaanNya agar dapat dinyatakan secara bebas.
Bagi kita, yang terpenting bukanlah hadiah atau posisi kita dalam KerajaanNya, melainkan apa yang dapat kita perbuat dalam membawa KerajaanNya turun ke tengah-tengah manusia di bumi saat ini. Ketika Yakobus dan Yohanes meminta Yesus melakukan sesuatu bagi mereka dengan berkata, "Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu." (Markus 10:37), Yesus menjawab, "Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?" (Markus 10:38). Dan mereka pun menyatakan kesanggupannya melakukan apa yang diperintahkan Yesus. Jika kita setia mengerjakan Amanat Agung Tuhan dan bisa menjadi kesaksian bagi dunia ini, secara otomatis upah dari Tuhan akan menjadi bagian kita.
Hal terpenting yang harus kita lakukan adalah memenuhi keinginan Tuhan, yaitu membawa kerajaanNya turun ke tengah-tengah manusia di bumi.
Baca: Lukas 17:20-37
"juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu." Lukas 17:21
Ketika orang-orang Farisi bertanya kepada Yesus kapankah Kerjaan Allah akan datang, Dia pun menjawab, "Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah," (Lukas 17:20). Apakah maksud Yesus menjawab demikian? Secara sederhana, Dia ingin menyatakan, "Saya berdiri di sini". Hal ini menunjukkan bahwa Kerajaan Allah tidak mungkin diam 'di dalam' orang-orang Farisi, akan tetapi (pada saat itu) Kerajaan Allah ada di tengah-tengah mereka karena Tuhan Yesus sedang ada berdiri di antara mereka.
Keberadaan Tuhan Yesus menyiratkan kekuasaan Tuhan yang tidak terbatas. Ini berarti di mana Yesus berada, di situlah Kerajaan Allah itu berada. Penebusan Allah melalui PuteraNya telah membuat kita, yang percaya kepadaNya, masuk ke dalam Kerajaan Allah. Alkitab berkata, "Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya-- dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, --bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin." (Wahyu 1:5b-6). Tidak hanya di mana Tuhan Yesus berada saja Kerajaan Allah berada, tetapi juga di mana gerejaNya berada. Ini adalah tempat di mana Tuhan Yesus bebas menyatakan kehendakNya. Dia semestinya memiliki sebuah lingkungan Ilahi yang kita persiapkan di dunia ini bagi kerajaan, kuasa dan kemuliaanNya agar dapat dinyatakan secara bebas.
Bagi kita, yang terpenting bukanlah hadiah atau posisi kita dalam KerajaanNya, melainkan apa yang dapat kita perbuat dalam membawa KerajaanNya turun ke tengah-tengah manusia di bumi saat ini. Ketika Yakobus dan Yohanes meminta Yesus melakukan sesuatu bagi mereka dengan berkata, "Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu." (Markus 10:37), Yesus menjawab, "Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?" (Markus 10:38). Dan mereka pun menyatakan kesanggupannya melakukan apa yang diperintahkan Yesus. Jika kita setia mengerjakan Amanat Agung Tuhan dan bisa menjadi kesaksian bagi dunia ini, secara otomatis upah dari Tuhan akan menjadi bagian kita.
Hal terpenting yang harus kita lakukan adalah memenuhi keinginan Tuhan, yaitu membawa kerajaanNya turun ke tengah-tengah manusia di bumi.
Sunday, December 23, 2012
KRISTUS ADALAH KEPALA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Desember 2012 -
Baca: Efesus 5:22-33
"Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat," Efesus 5:29
Alkitab menegaskan bahwa setiap orang percaya "...adalah anggota tubuh-Nya." (Efesus 5:30) dan Kristus sebagai kepalaNya. "Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, --yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota--menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih." (Efesus 4:16). Kita diajarkan bahwa "...Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya" (Efesus 5:25).
Kata 'mengasihi' dan 'menyerahkan' ditulis dengan tenses lampau (versi bahasa Inggris: 'loved' dan 'gave'), karena ingin menunjuk kepada tujuan kematianNya, dimana Dia mencari 'mempelai perempuan' bagiNya. Meskipun penggambaran tentang gereja sebagai mempelai perempuanNya dilakukan di konteks masa depan, namun pekerjaanNya telah diselesaikanNya di masa lampau. Dalam ayat nas di atas (...tetapi 'mengasuhnya dan merawatinya', sama seperti Kristus terhadap jemaat.) tenses ditulis dalam bentuk masa sekarang (versi bahasa Inggris: 'protects and cherises'). Ini berarti bahwa Tuhan pada saat ini sedang memperhatikan, memperkaya dan menghargai gerejaNya. Idenya adalah: tidak ada seorang pun yang membenci dagingnya atau tubuhnya sendiri.
Kita tidak mungkin melukai tangan kita sendiri, bukan? Jika kaki kita terluka, kita juga akan merawatnya dengan lembut. Jika kita sangat menyayangi tubuh sendiri, dapat dibayangkan betapa kasih Tuhan terhadap umatNya yang adalah anggota tubuhNya sendiri. Kita adalah anggota tubuh Kristus, berarti kita adalah obyek-obyek berharga dari cinta kasihNya. Ia begitu peduli dan mengasihi kita, "Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu." (Efesus 1:22-23). Firman Tuhan menasihati, "...Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu." (1 Korintus 3:16-17). Jadi, pergunakan tubuh sebagai senjata kebenaran.
Kita wajib melayani Tuhan dengan sungguh, karena Dialah Kepala dari tubuh.
Baca: Efesus 5:22-33
"Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat," Efesus 5:29
Alkitab menegaskan bahwa setiap orang percaya "...adalah anggota tubuh-Nya." (Efesus 5:30) dan Kristus sebagai kepalaNya. "Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, --yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota--menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih." (Efesus 4:16). Kita diajarkan bahwa "...Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya" (Efesus 5:25).
Kata 'mengasihi' dan 'menyerahkan' ditulis dengan tenses lampau (versi bahasa Inggris: 'loved' dan 'gave'), karena ingin menunjuk kepada tujuan kematianNya, dimana Dia mencari 'mempelai perempuan' bagiNya. Meskipun penggambaran tentang gereja sebagai mempelai perempuanNya dilakukan di konteks masa depan, namun pekerjaanNya telah diselesaikanNya di masa lampau. Dalam ayat nas di atas (...tetapi 'mengasuhnya dan merawatinya', sama seperti Kristus terhadap jemaat.) tenses ditulis dalam bentuk masa sekarang (versi bahasa Inggris: 'protects and cherises'). Ini berarti bahwa Tuhan pada saat ini sedang memperhatikan, memperkaya dan menghargai gerejaNya. Idenya adalah: tidak ada seorang pun yang membenci dagingnya atau tubuhnya sendiri.
Kita tidak mungkin melukai tangan kita sendiri, bukan? Jika kaki kita terluka, kita juga akan merawatnya dengan lembut. Jika kita sangat menyayangi tubuh sendiri, dapat dibayangkan betapa kasih Tuhan terhadap umatNya yang adalah anggota tubuhNya sendiri. Kita adalah anggota tubuh Kristus, berarti kita adalah obyek-obyek berharga dari cinta kasihNya. Ia begitu peduli dan mengasihi kita, "Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu." (Efesus 1:22-23). Firman Tuhan menasihati, "...Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu." (1 Korintus 3:16-17). Jadi, pergunakan tubuh sebagai senjata kebenaran.
Kita wajib melayani Tuhan dengan sungguh, karena Dialah Kepala dari tubuh.
Saturday, December 22, 2012
SUKACITA TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Desember 2012 -
Baca: Lukas 10:21-24
"Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: 'Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi,'" Lukas 10:21
Alkitab menyatakan bahwa Yesus adalah seorang yang penuh penderitaan dan kesengsaraan, "Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan." (Yesaya 53:3).
Dalam Injil Markus 8:12 juga ditulis betapa Yesus sangat sedih dalam hati ketika orang-orang Farisi meminta tanda kepadaNya: "Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda." (Markus 8:12). Begitu pula ketika Yesus melihat kota Yerusalem dan berkata, "...betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu." (Lukas 19:41, 42), karena itu "Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini." (Yohanes 12:27). Namun, ayat nas di atas mencatat betapa Yesus bersukacita dan bergembira. Jelaslah bahwa sukacita Yesus tidak ada sangkut pautnya dengan keadaan, melainkan atas apa yang Bapa kerjakan di dalam Dia. Yesus bersukacita bukan karena keberhasilan dalam karya yang dilakukanNya, tetapi oleh keinginan Bapa yang dinyatakan kepadaNya, "Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorangpun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu." (Lukas 10:22). Itulah sukacita yang sejati. Sukacita ini harus dimiliki oleh setiap orang percaya, "...sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!" (Nehemia 8:11). Sukacita dari Tuhanlah kekuatan kita. Ini adalah sukacita yang memampukan kita tetap kuat di tengah penderitaan dan kesesakan sekalipun.
Sukacita yang Yesus rasakan haruslah menjadi milik kita juga. Tentu saja dalam kehidupan akan ada banyak hal yang terjadi yang kadangkala membuat kita sedih dan kecewa, namun apabila kita kehilangan sukacita, kita pun akan kehilangan kekuatan menghadapi semua itu.
"Tetapi semua orang yang berlindung pada-Mu akan bersukacita, mereka akan bersorak-sorai selama-lamanya, karena Engkau menaungi mereka; dan karena Engkau akan bersukaria orang-orang yang mengasihi nama-Mu." Mazmur 5:12
Baca: Lukas 10:21-24
"Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: 'Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi,'" Lukas 10:21
Alkitab menyatakan bahwa Yesus adalah seorang yang penuh penderitaan dan kesengsaraan, "Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan." (Yesaya 53:3).
Dalam Injil Markus 8:12 juga ditulis betapa Yesus sangat sedih dalam hati ketika orang-orang Farisi meminta tanda kepadaNya: "Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda." (Markus 8:12). Begitu pula ketika Yesus melihat kota Yerusalem dan berkata, "...betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu." (Lukas 19:41, 42), karena itu "Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini." (Yohanes 12:27). Namun, ayat nas di atas mencatat betapa Yesus bersukacita dan bergembira. Jelaslah bahwa sukacita Yesus tidak ada sangkut pautnya dengan keadaan, melainkan atas apa yang Bapa kerjakan di dalam Dia. Yesus bersukacita bukan karena keberhasilan dalam karya yang dilakukanNya, tetapi oleh keinginan Bapa yang dinyatakan kepadaNya, "Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorangpun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu." (Lukas 10:22). Itulah sukacita yang sejati. Sukacita ini harus dimiliki oleh setiap orang percaya, "...sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!" (Nehemia 8:11). Sukacita dari Tuhanlah kekuatan kita. Ini adalah sukacita yang memampukan kita tetap kuat di tengah penderitaan dan kesesakan sekalipun.
Sukacita yang Yesus rasakan haruslah menjadi milik kita juga. Tentu saja dalam kehidupan akan ada banyak hal yang terjadi yang kadangkala membuat kita sedih dan kecewa, namun apabila kita kehilangan sukacita, kita pun akan kehilangan kekuatan menghadapi semua itu.
"Tetapi semua orang yang berlindung pada-Mu akan bersukacita, mereka akan bersorak-sorai selama-lamanya, karena Engkau menaungi mereka; dan karena Engkau akan bersukaria orang-orang yang mengasihi nama-Mu." Mazmur 5:12
Friday, December 21, 2012
BERKAT YANG TERUS MENGALIR
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Desember 2012 -
Baca: Mazmur 65:1-14
"Engkau mengindahkan tanah itu, mengaruniainya kelimpahan, dan membuatnya sangat kaya. Batang air Allah penuh air; Engkau menyediakan gandum bagi mereka. Ya, demikianlah Engkau menyediakannya:" Mazmur 65:10
Tuhan Yesus berfirman, "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup." (Yohanes 7:37-38). Jika kita percaya kepadaNya kita tidak akan pernah mati secara rohani, karena ada tertulis: "...supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:15).
Sebuah gelombang memiliki pasang dan surut, akan tetapi aliran air kehidupan dari Tuhan tidak dapat dilukiskan seperti layaknya kita melukiskan sebuah fenomena. Air kehidupan dari Tuhan tidak pernah mengenal kata surut, melainkan selamanya akan pasang dan terus mengalir; air kehidupan Tuhan tidak naik dan turun seperti lautan, melainkan selalu deras mengalir seperti sungai. Gelombang pasti akan mengalami surut pada waktu tertentu, namun dalam Sumber 'mata air kehidupan' tidak dikenal adanya variasi seperti tersebut di atas atau pun 'kesuraman' dikarenakan sesuatu hal buruk yang terjadi.
Jika sumber kehidupan dalam diri orang percaya buntu dan berhenti mengalir, bukanlah sumber masuknya yang salah, tetapi saluran keluarnya yang bermasalah. Air kehidupan harus mempunyai jalur untuk alirannya. Airnya harus mengalir ke suatu tempat di mana orang lain bisa menikmatinya. Jika kita diberkati, kita juga harus bisa menjadi berkat bagi orang lain, jangan menahan berkat itu hanya untuk diri sendiri. "Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum." (Amsal 11:25). Karena itu kita harus menyelidiki hati kita sendiri, "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Jangan menyalahkan Tuhan jika kita merasa bahwa berkat dalam hidup ini rasa-rasanya kok seret, segeralah bereskan saluran keluarnya air kehidupan yang kita terima dari Tuhan, mungkin selama ini 'air' berkat dari Tuhan itu tidak pernah kita salurkan keluar. Alkitab menasihati, "Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Lukas 6:38).
Berkat Tuhan akan terus mengalir dalam hidup kita jika kita juga menyalurkannya!
Baca: Mazmur 65:1-14
"Engkau mengindahkan tanah itu, mengaruniainya kelimpahan, dan membuatnya sangat kaya. Batang air Allah penuh air; Engkau menyediakan gandum bagi mereka. Ya, demikianlah Engkau menyediakannya:" Mazmur 65:10
Tuhan Yesus berfirman, "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup." (Yohanes 7:37-38). Jika kita percaya kepadaNya kita tidak akan pernah mati secara rohani, karena ada tertulis: "...supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:15).
Sebuah gelombang memiliki pasang dan surut, akan tetapi aliran air kehidupan dari Tuhan tidak dapat dilukiskan seperti layaknya kita melukiskan sebuah fenomena. Air kehidupan dari Tuhan tidak pernah mengenal kata surut, melainkan selamanya akan pasang dan terus mengalir; air kehidupan Tuhan tidak naik dan turun seperti lautan, melainkan selalu deras mengalir seperti sungai. Gelombang pasti akan mengalami surut pada waktu tertentu, namun dalam Sumber 'mata air kehidupan' tidak dikenal adanya variasi seperti tersebut di atas atau pun 'kesuraman' dikarenakan sesuatu hal buruk yang terjadi.
Jika sumber kehidupan dalam diri orang percaya buntu dan berhenti mengalir, bukanlah sumber masuknya yang salah, tetapi saluran keluarnya yang bermasalah. Air kehidupan harus mempunyai jalur untuk alirannya. Airnya harus mengalir ke suatu tempat di mana orang lain bisa menikmatinya. Jika kita diberkati, kita juga harus bisa menjadi berkat bagi orang lain, jangan menahan berkat itu hanya untuk diri sendiri. "Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum." (Amsal 11:25). Karena itu kita harus menyelidiki hati kita sendiri, "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Jangan menyalahkan Tuhan jika kita merasa bahwa berkat dalam hidup ini rasa-rasanya kok seret, segeralah bereskan saluran keluarnya air kehidupan yang kita terima dari Tuhan, mungkin selama ini 'air' berkat dari Tuhan itu tidak pernah kita salurkan keluar. Alkitab menasihati, "Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Lukas 6:38).
Berkat Tuhan akan terus mengalir dalam hidup kita jika kita juga menyalurkannya!
Thursday, December 20, 2012
KEKRISTENAN ADALAH KRISTUS
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Desember 2012 -
Baca: Lukas 9:28-36
"Maka terdengarlah suara dari dalam awan itu, yang berkata: "Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia." Lukas 9:35
Sebagai orang-orang Kristen kita bangga memiliki Yesus Kristus sebagai Tuhan dan penyelamat kita. Kristus itu unik dan sangatlah tidak pantas membandingkan Dia dengan apa pun dan siapa pun. Dia sangatlah hebat, ajaib, penuh kuasa dan kudus.
Suatu hari Tuhan Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa, Dia membawa serta Petrus, Yohanes dan Yakobus. "Ketika Ia sedang berdoa, rupa wajah-Nya berubah dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan. Dan tampaklah dua orang berbicara dengan Dia, yaitu Musa dan Elia. Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergian-Nya yang akan digenapi-Nya di Yerusalem." (Lukas 9:29-31). Melihat hal itu, Petrus sangat tertegun dan berbahagia, sehingga ia pun mengajukan usul kepada Tuhan Yesus untuk membangun tiga tenda bagi mereka. Tetapi segera suara Ilahi membungkam dia. Musa dan Elia tidak bisa disamakan dengan Yesus Kristus. Tentunya, Petrus tanpa ragu lagi tetap menempatkan Kristus di tempat pertama, dan Musa serta Elia berada di tempat kedua dan ketiga. Tetapi Bapa di sorga, Allah, dengan sangat jelas menolak ide yang keluar dari pemikiran manusia ini. Meski Musa dan Elia adalah tokoh-tokoh cukup terkemuka dalam Perjanjian Lama, yang juga perlu mendapatkan tempat di dalam Perjanjian Baru, namun Yesus Kristus tidak bisa disamakan dengan mereka. Yesus Kristus adalah segala-galanya dan berada di mana-mana. Kekristenan adalah Kristus, bukan Kristus ditambah sesuatu/seseorang yang lain.
"Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia." (Lukas 9:35). Akhirnya kita mengerti bahwa Bapa kita ingin mengatakan: "Ini bukan saatnya kamu berbicara, melainkan mendengarkan." Hanya ada satu Pribadi yang berkapasitas untuk 'berbicara' yaitu Yesus Kristus. Filipi 2:9-11 mengatakan, "...Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!" Yesus Kristus adalah segala-galanya bagi kita; Dialah yang layak terima pujian, hormat dan kemuliaan.
Karena itulah kita wajib mendengarkan suaraNya, tiada hal lain yang berarti lagi di dunia ini; selain Dia, tak seorang pun yang dapat dibandingkan denganNya!
Baca: Lukas 9:28-36
"Maka terdengarlah suara dari dalam awan itu, yang berkata: "Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia." Lukas 9:35
Sebagai orang-orang Kristen kita bangga memiliki Yesus Kristus sebagai Tuhan dan penyelamat kita. Kristus itu unik dan sangatlah tidak pantas membandingkan Dia dengan apa pun dan siapa pun. Dia sangatlah hebat, ajaib, penuh kuasa dan kudus.
Suatu hari Tuhan Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa, Dia membawa serta Petrus, Yohanes dan Yakobus. "Ketika Ia sedang berdoa, rupa wajah-Nya berubah dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan. Dan tampaklah dua orang berbicara dengan Dia, yaitu Musa dan Elia. Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergian-Nya yang akan digenapi-Nya di Yerusalem." (Lukas 9:29-31). Melihat hal itu, Petrus sangat tertegun dan berbahagia, sehingga ia pun mengajukan usul kepada Tuhan Yesus untuk membangun tiga tenda bagi mereka. Tetapi segera suara Ilahi membungkam dia. Musa dan Elia tidak bisa disamakan dengan Yesus Kristus. Tentunya, Petrus tanpa ragu lagi tetap menempatkan Kristus di tempat pertama, dan Musa serta Elia berada di tempat kedua dan ketiga. Tetapi Bapa di sorga, Allah, dengan sangat jelas menolak ide yang keluar dari pemikiran manusia ini. Meski Musa dan Elia adalah tokoh-tokoh cukup terkemuka dalam Perjanjian Lama, yang juga perlu mendapatkan tempat di dalam Perjanjian Baru, namun Yesus Kristus tidak bisa disamakan dengan mereka. Yesus Kristus adalah segala-galanya dan berada di mana-mana. Kekristenan adalah Kristus, bukan Kristus ditambah sesuatu/seseorang yang lain.
"Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia." (Lukas 9:35). Akhirnya kita mengerti bahwa Bapa kita ingin mengatakan: "Ini bukan saatnya kamu berbicara, melainkan mendengarkan." Hanya ada satu Pribadi yang berkapasitas untuk 'berbicara' yaitu Yesus Kristus. Filipi 2:9-11 mengatakan, "...Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!" Yesus Kristus adalah segala-galanya bagi kita; Dialah yang layak terima pujian, hormat dan kemuliaan.
Karena itulah kita wajib mendengarkan suaraNya, tiada hal lain yang berarti lagi di dunia ini; selain Dia, tak seorang pun yang dapat dibandingkan denganNya!
Wednesday, December 19, 2012
DUA MACAM MASALAH
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Desember 2012 -
Baca: Mazmur 57:1-12
"Hatiku siap, ya Allah, hatiku siap; aku mau menyanyi, aku mau bermazmur." Mazmur 57:8
Secara umum ada dua macam masalah dalam hidup ini. Pertama, masalah yang bersifat tidak langsung, muncul dari serangkaian peristiwa. Masalah semacam ini bisa diselesaikan melalui doa. Kedua, yang bersifat lebih personal: penderitaan yang disebabkan oleh proses disakiti, direndahkan atau dipermalukan oleh orang lain. Perasaan tersakiti seperti itu atau pun penghinaan dari orang lain tampaknya tidak dapat diselesaikan hanya melalui doa, tapi kita pun harus bertindak dan membuka hati untuk melepaskan pengampunan kepada orang-orang yang menyakiti kita. Jika tidak, sampai kapan pun kita akan tetap merasa terluka, benci, marah, dendam dan pahit hati. Dan itu tidak berkenan kepada Tuhan dan menjadi penghalang bagi doa-doa kita. Alkitab menegaskan, "Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan." (Efesus 4:31). Bahkan firman Tuhan keras menyatakan bahwa jika kita tidak mengampuni orang lain yang bersalah kepada kita, maka Tuhan pun tidak akan mengampuni kita (baca Matius 6:15).
Selain itu kita juga harus memaksa jiwa kita untuk memuji-muji Tuhan seperti yang dilakukan oleh Daud, "Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!" (Mazmur 42:6). Kita akan dipulihkan jika kita senantiasa memuji-muji Tuhan dan bersukacita. Ketika kita memuji Tuhan, roh kita naik dan melebihi masalah kita, dan Tuhan sendirilah yang membereskan perasaan buruk kita tersebut. Dikatakan, "Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka;" (Mazmur 147:3). Ketika perasaan kita tersakiti jangan sampai kita membiarkan roh kita putus asa. Kita harus mengatasi semua perasaan buruk dan memuji Tuhan. Jangan beri kesempatan kepada Iblis untuk menguasai hati kita.
Daud tidak membiarkan kesedihan, kepahitan, dendam dan sebagainya berkuasa di dalam hatinya ketika terus dikejar-kejar oleh Saul yang hendak membunuhnya. Bahkan, meski beberapa kali ia beroleh kesempatan untuk membalaskan dendamnya terhadap Saul, Daud tidak melakukannya. Dan ketika mendengar kabar tentang kematian Saul pun, Daud sama sekali tidak bersukacita. Sebaliknya, kematian Saul membawa suatu ratapan yang besar baginya.
Jangan biarkan 'luka-luka batin' yang ada menghalangi doa-doa kita!
Baca: Mazmur 57:1-12
"Hatiku siap, ya Allah, hatiku siap; aku mau menyanyi, aku mau bermazmur." Mazmur 57:8
Secara umum ada dua macam masalah dalam hidup ini. Pertama, masalah yang bersifat tidak langsung, muncul dari serangkaian peristiwa. Masalah semacam ini bisa diselesaikan melalui doa. Kedua, yang bersifat lebih personal: penderitaan yang disebabkan oleh proses disakiti, direndahkan atau dipermalukan oleh orang lain. Perasaan tersakiti seperti itu atau pun penghinaan dari orang lain tampaknya tidak dapat diselesaikan hanya melalui doa, tapi kita pun harus bertindak dan membuka hati untuk melepaskan pengampunan kepada orang-orang yang menyakiti kita. Jika tidak, sampai kapan pun kita akan tetap merasa terluka, benci, marah, dendam dan pahit hati. Dan itu tidak berkenan kepada Tuhan dan menjadi penghalang bagi doa-doa kita. Alkitab menegaskan, "Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan." (Efesus 4:31). Bahkan firman Tuhan keras menyatakan bahwa jika kita tidak mengampuni orang lain yang bersalah kepada kita, maka Tuhan pun tidak akan mengampuni kita (baca Matius 6:15).
Selain itu kita juga harus memaksa jiwa kita untuk memuji-muji Tuhan seperti yang dilakukan oleh Daud, "Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!" (Mazmur 42:6). Kita akan dipulihkan jika kita senantiasa memuji-muji Tuhan dan bersukacita. Ketika kita memuji Tuhan, roh kita naik dan melebihi masalah kita, dan Tuhan sendirilah yang membereskan perasaan buruk kita tersebut. Dikatakan, "Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka;" (Mazmur 147:3). Ketika perasaan kita tersakiti jangan sampai kita membiarkan roh kita putus asa. Kita harus mengatasi semua perasaan buruk dan memuji Tuhan. Jangan beri kesempatan kepada Iblis untuk menguasai hati kita.
Daud tidak membiarkan kesedihan, kepahitan, dendam dan sebagainya berkuasa di dalam hatinya ketika terus dikejar-kejar oleh Saul yang hendak membunuhnya. Bahkan, meski beberapa kali ia beroleh kesempatan untuk membalaskan dendamnya terhadap Saul, Daud tidak melakukannya. Dan ketika mendengar kabar tentang kematian Saul pun, Daud sama sekali tidak bersukacita. Sebaliknya, kematian Saul membawa suatu ratapan yang besar baginya.
Jangan biarkan 'luka-luka batin' yang ada menghalangi doa-doa kita!
Tuesday, December 18, 2012
BATU-BATU HIDUP
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Desember 2012 -
Baca: 1 Petrus 2:1-10
"Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah." 1 Petrus 2:5
Dalam membangun sebuah rumah diperlukan batu-batu yang berkualitas. Salah satu contohnya adalah tempat kediaman Salomo, tertulis: "Tembok dari semuanya ini dibuat dari batu yang mahal-mahal, yang sesuai dengan ukuran batu pahat digergaji dengan gergaji dari sebelah dalam dan dari sebelah luar, dari dasar sampai ke atas, dan juga dari tembok luar sampai kepada tembok pelataran besar." (1 Raja-Raja 7:9). Meskipun batu-batu tersebut memiliki kualitas tinggi dan berharga sangat mahal, batu-batu itu tidak bernyawa (tidak hidup). Hal ini berbeda dengan Bait Suci Tuhan yang adalah lambang kehadiran Tuhan di tengah umatNya. Rumah Tuhan dibangun bukan dengan batu-batu yang mati, tetapi dengan batu-batu yang hidup. Sebuah batu hidup adalah sebuah unit tunggal sebelum ia dibangun menjadi satu dengan yang lainnya. Tuhan Yesus berkata, "Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." (Matius 16:18-19).
Hingga kini masih banyak batu yang tetap tinggal sebagai unit tunggal, tercerai berai di sana-sini, independen, tidak berguna. Jika kita hendak membangun rumah, tidak mungkin batu yang akan kita pakai posisinya tercerai berai, tidak karuan. Kita pasti akan mengumpulkannya jadi satu, dan batu tersebut harus dibangun di atas batu yang lain sehingga kita akan tahu apakah batu itu cocok/pas satu sama lain. Jika batu-batu tersebut tidak bisa pas satu dengan yang lainnya, mustahil juga rumah itu bisa dibangun. Sebuah batu tunggal tidak akan berarti apa-apa.
Sebagai anak-anak Tuhan kita ini adalah batu-batu hidup, karena itu jangan hanya bersembunyi sendirian di semak belukar yang menjadi batu sandungan bagi mereka yang tidak waspada! Biarkan diri kita dibawa ke area pembangunan rumah Tuhan; kita dipersatukan atau dicocokkan dengan batu hidup yang lain; kita harus siap untuk dihaluskan serta dibuat jadi indah supaya bisa pas dengan tempat kita.
Proses penghalusan tersebut akan tidak nyaman dan terasa sakit, tetapi pada akhirnya Tuhan akan mempunyai tempat untuk Dia berdiam dan berkarya!
Baca: 1 Petrus 2:1-10
"Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah." 1 Petrus 2:5
Dalam membangun sebuah rumah diperlukan batu-batu yang berkualitas. Salah satu contohnya adalah tempat kediaman Salomo, tertulis: "Tembok dari semuanya ini dibuat dari batu yang mahal-mahal, yang sesuai dengan ukuran batu pahat digergaji dengan gergaji dari sebelah dalam dan dari sebelah luar, dari dasar sampai ke atas, dan juga dari tembok luar sampai kepada tembok pelataran besar." (1 Raja-Raja 7:9). Meskipun batu-batu tersebut memiliki kualitas tinggi dan berharga sangat mahal, batu-batu itu tidak bernyawa (tidak hidup). Hal ini berbeda dengan Bait Suci Tuhan yang adalah lambang kehadiran Tuhan di tengah umatNya. Rumah Tuhan dibangun bukan dengan batu-batu yang mati, tetapi dengan batu-batu yang hidup. Sebuah batu hidup adalah sebuah unit tunggal sebelum ia dibangun menjadi satu dengan yang lainnya. Tuhan Yesus berkata, "Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." (Matius 16:18-19).
Hingga kini masih banyak batu yang tetap tinggal sebagai unit tunggal, tercerai berai di sana-sini, independen, tidak berguna. Jika kita hendak membangun rumah, tidak mungkin batu yang akan kita pakai posisinya tercerai berai, tidak karuan. Kita pasti akan mengumpulkannya jadi satu, dan batu tersebut harus dibangun di atas batu yang lain sehingga kita akan tahu apakah batu itu cocok/pas satu sama lain. Jika batu-batu tersebut tidak bisa pas satu dengan yang lainnya, mustahil juga rumah itu bisa dibangun. Sebuah batu tunggal tidak akan berarti apa-apa.
Sebagai anak-anak Tuhan kita ini adalah batu-batu hidup, karena itu jangan hanya bersembunyi sendirian di semak belukar yang menjadi batu sandungan bagi mereka yang tidak waspada! Biarkan diri kita dibawa ke area pembangunan rumah Tuhan; kita dipersatukan atau dicocokkan dengan batu hidup yang lain; kita harus siap untuk dihaluskan serta dibuat jadi indah supaya bisa pas dengan tempat kita.
Proses penghalusan tersebut akan tidak nyaman dan terasa sakit, tetapi pada akhirnya Tuhan akan mempunyai tempat untuk Dia berdiam dan berkarya!
Monday, December 17, 2012
JANGAN PERNAH MALU
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Desember 2012 -
Baca: 2 Timotius 1:1-18
"Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita ..." 2 Timotius 1:8
Ketika kita malu mengakui bahwa diri kita adalah pengikut Yesus, kita telah menyangkal bahwa Dia adalah Tuhan dan Juruselamat kita, yang telah menebus dosa-dosa kita. Ketika Yesus disalibkan Dia harus menanggung rasa malu oleh karena dosa-dosa kita. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa Dia dipermalukan pada waktu itu; Dia begitu direndahkan dan dilecehkan oleh para tentara di Kalvari. Tidak hanya itu, "Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepala-Nya." (Matius 27:30).
Jika kita mendapat malu karena sesama kita manusia, itu memang porsi kita. Tidak ada penghinaan yang akan pernah kita terima di dunia ini yang dapat dibandingkan dengan rasa malu yang harus ditanggung Yesus ketika di kayu salib. Bahkan, "Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya: 'Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!'" (Lukas 23:39). Jika begitu, seharusnya kita tidak perlu kaget ketika orang-orang dunia menolak kita saat kita bersaksi tentang Kristus; ini adalah bagian kita, orang-orang yang menjadi milikNya. Sangat disesalkan, sampai saat ini banyak orang Kristen yang enggan, malu dan secara terang-terangan tidak mau bersaksi tentang Kristus kepada orang lain dengan berbagai alasan: sibuk, tidak cakap bicara, takut ditolak atau ditertawakan. Seharusnya orang-orang dunialah yang merasa malu karena mereka belum diselamatkan. Hari ini kita diingatkan supaya kita tidak merasa malu ketika harus bersaksi tentang Tuhan Yesus, yang adalah satu-satunya Jalan dan Kebenaran dan Hidup; "Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6b); Dia yang telah menghancurkan kematian dan telah membawa kehidupan dan kekekalan. Inilah penginjilan yang sejati.
Teladan Paulus: "...aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan." (2 Timotius 1:12). Petrus pun membicarakan penderitaan sebagai orang Kristen, "Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu. ...jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu." (1 Petrus 4:14, 16).
"...barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku, Anak Manusia juga akan malu karena orang itu, apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan-Nya..." Lukas 9:26
Baca: 2 Timotius 1:1-18
"Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita ..." 2 Timotius 1:8
Ketika kita malu mengakui bahwa diri kita adalah pengikut Yesus, kita telah menyangkal bahwa Dia adalah Tuhan dan Juruselamat kita, yang telah menebus dosa-dosa kita. Ketika Yesus disalibkan Dia harus menanggung rasa malu oleh karena dosa-dosa kita. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa Dia dipermalukan pada waktu itu; Dia begitu direndahkan dan dilecehkan oleh para tentara di Kalvari. Tidak hanya itu, "Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepala-Nya." (Matius 27:30).
Jika kita mendapat malu karena sesama kita manusia, itu memang porsi kita. Tidak ada penghinaan yang akan pernah kita terima di dunia ini yang dapat dibandingkan dengan rasa malu yang harus ditanggung Yesus ketika di kayu salib. Bahkan, "Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya: 'Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!'" (Lukas 23:39). Jika begitu, seharusnya kita tidak perlu kaget ketika orang-orang dunia menolak kita saat kita bersaksi tentang Kristus; ini adalah bagian kita, orang-orang yang menjadi milikNya. Sangat disesalkan, sampai saat ini banyak orang Kristen yang enggan, malu dan secara terang-terangan tidak mau bersaksi tentang Kristus kepada orang lain dengan berbagai alasan: sibuk, tidak cakap bicara, takut ditolak atau ditertawakan. Seharusnya orang-orang dunialah yang merasa malu karena mereka belum diselamatkan. Hari ini kita diingatkan supaya kita tidak merasa malu ketika harus bersaksi tentang Tuhan Yesus, yang adalah satu-satunya Jalan dan Kebenaran dan Hidup; "Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6b); Dia yang telah menghancurkan kematian dan telah membawa kehidupan dan kekekalan. Inilah penginjilan yang sejati.
Teladan Paulus: "...aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan." (2 Timotius 1:12). Petrus pun membicarakan penderitaan sebagai orang Kristen, "Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu. ...jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu." (1 Petrus 4:14, 16).
"...barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku, Anak Manusia juga akan malu karena orang itu, apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan-Nya..." Lukas 9:26
Sunday, December 16, 2012
HARAPAN MEMBUTUHKAN DASAR
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Desember 2012 -
Baca: 1 Korintus 15:12-34
"Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal." 1 Korintus 15:20
Memiliki harapan tanpa disertai dengan dasar yang kuat tidak akan berarti apa-apa. Karena itu kita wajib mempercayai Allah yang telah membangkitkan Kristus dari kematian dan Dia akan membangkitkan kita juga. Tuhan Yesus berkata, "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya." (Yohanes 11:25-26a).
Kita harus yakin terhadap harapan yang terberkati seperti tertulis: "supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana Allah tidak mungkin berdusta, kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita. Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya." (Ibrani 6:18-20). Ayub mempunyai sebuah dasar yaitu beriman kepada Tuhan, ketika sedang menderita dan merasa bahwa kematian akan segera datang. Ketika itu perasaan Ayub diliputi ketakutan, keputusasaan dan juga harapan, kesemuanya campur aduk menjadi satu. Ada waktu di mana terkesan bahwa Tuhan meninggalkannya, tetapi dia tetap percaya bahwa apa yang Tuhan perbuat tidak pernah salah dan Dia sangat mengasihi umatNya. Akhirnya apa yang Ayub harapkan untuk menjadi kenyataan pun terjadi sehingga ia dapat berkata, "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal." (Ayub 42:2). Kesaksiannya, "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau." (Ayub 42:5a). Dan, "Tuhan memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu;" (Ayub 42:12).
Banyak dari kita yang mungkin mengalami perasaan yang campur aduk seperti yang Ayub rasakan. Meski demikian, dalam situasi-situasi seperti itu, bagi kita yang hidup dekat dengan Tuhan akan menerima anugerah dan pengharapan. Kita yang percaya pada Kristus mendasarkan harapan kita pada satu kejadian nyata dalam sejarah KebangkitanNya.
Jika kita hidup bersama Kristus kita memiliki pengharapan yang pasti dan akan terberkati, walau secara manusia itu mustahil.
Baca: 1 Korintus 15:12-34
"Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal." 1 Korintus 15:20
Memiliki harapan tanpa disertai dengan dasar yang kuat tidak akan berarti apa-apa. Karena itu kita wajib mempercayai Allah yang telah membangkitkan Kristus dari kematian dan Dia akan membangkitkan kita juga. Tuhan Yesus berkata, "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya." (Yohanes 11:25-26a).
Kita harus yakin terhadap harapan yang terberkati seperti tertulis: "supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana Allah tidak mungkin berdusta, kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita. Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya." (Ibrani 6:18-20). Ayub mempunyai sebuah dasar yaitu beriman kepada Tuhan, ketika sedang menderita dan merasa bahwa kematian akan segera datang. Ketika itu perasaan Ayub diliputi ketakutan, keputusasaan dan juga harapan, kesemuanya campur aduk menjadi satu. Ada waktu di mana terkesan bahwa Tuhan meninggalkannya, tetapi dia tetap percaya bahwa apa yang Tuhan perbuat tidak pernah salah dan Dia sangat mengasihi umatNya. Akhirnya apa yang Ayub harapkan untuk menjadi kenyataan pun terjadi sehingga ia dapat berkata, "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal." (Ayub 42:2). Kesaksiannya, "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau." (Ayub 42:5a). Dan, "Tuhan memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu;" (Ayub 42:12).
Banyak dari kita yang mungkin mengalami perasaan yang campur aduk seperti yang Ayub rasakan. Meski demikian, dalam situasi-situasi seperti itu, bagi kita yang hidup dekat dengan Tuhan akan menerima anugerah dan pengharapan. Kita yang percaya pada Kristus mendasarkan harapan kita pada satu kejadian nyata dalam sejarah KebangkitanNya.
Jika kita hidup bersama Kristus kita memiliki pengharapan yang pasti dan akan terberkati, walau secara manusia itu mustahil.
Saturday, December 15, 2012
DIA MENJAGA HIDUP KITA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Desember 2012 -
Baca: Yesaya 49:8-26
"Maka engkau akan mengetahui, bahwa Akulah Tuhan, dan bahwa orang-orang yang menanti-nantikan Aku tidak akan mendapat malu." Yesaya 49:23b
Ayat nas menyatakan bahwa orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan tidak akan mendapat malu. Ini menunjukkan betapa Tuhan sangat mengasihi dan memperhatikan umatNya, sampai-sampai Dia menarik kita ke dalam penantian akan Dia melalui sebuah pernyataan yang meyakinkan yang takkan pernah lekang.
Banyak orang Kristen yang mengerti akan kebenaran ini, bahwa ketika kita berharap dan menanti-nantikan Tuhan, Dia tidak pernah mengecewakan. Ada berkat yang luar biasa disediakan Tuhan bagi orang-orang yang setia menanti-nantikan Dia. Namun kita tidak pernah sabar menantikan Tuhan. Ketika pertolonganNya belum datang kita sudah menyerah dan berpaling dari Dia. Kita maunya serba cepat dan instan. Dalam Habakuk 2:3 dikatakan, "Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh." Perhatikan doa Daud ini: "Kepada-Mu, ya TUHAN, kuangkat jiwaku; Allahku, kepada-Mu aku percaya; janganlah kiranya aku mendapat malu; janganlah musuh-musuhku beria-ria atas aku." (Mazmur 25:1-2). Daud sangat percaya ketika ia datang kepada Tuhan dan berharap padaNya tidak akan pernah mendapat malu. Itu sangat terbukti betapa Daud beroleh pembelaan dari Tuhan di setiap pergumulan yang dia alami. Ketahuilah bahwa janji Tuhan 'ya' dan 'amin'. Tidak ada janji yang tidak ditepatiNya. Itu sangat berbeda sekali dengan manusia, yang begitu mudah berjanji dan semudah itu pula mengingkarinya.
Mari belajar menanti-nantikan Tuhan di segala keadaan. Seperti mentari yang begitu setia memancarkan sinarnya di ufuk timur setiap pagi, yang menghadirkan kehangatan ke setiap helai dedaunan dan rerumputan, sama halnya Tuhan yang begitu setia menemui umatNya dalam kebesaran dan kelembutan kasihNya, kepada setiap anakNya yang setia menantikan Dia. Menanti-nantikan Tuhan berarti berjalan dalam kebenaran dan iman. Jika Tuhan belum menjawab doa-doa kita, jangan kecewa dan terpaku pada keadaan. Sebagai orang percaya, "...sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat," (2 Korintus 5:7).
Tuhan tahu keadaan kita karena Dia adalah Penjaga kita yang tidak pernah terlelap dan tertidur!
Baca: Yesaya 49:8-26
"Maka engkau akan mengetahui, bahwa Akulah Tuhan, dan bahwa orang-orang yang menanti-nantikan Aku tidak akan mendapat malu." Yesaya 49:23b
Ayat nas menyatakan bahwa orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan tidak akan mendapat malu. Ini menunjukkan betapa Tuhan sangat mengasihi dan memperhatikan umatNya, sampai-sampai Dia menarik kita ke dalam penantian akan Dia melalui sebuah pernyataan yang meyakinkan yang takkan pernah lekang.
Banyak orang Kristen yang mengerti akan kebenaran ini, bahwa ketika kita berharap dan menanti-nantikan Tuhan, Dia tidak pernah mengecewakan. Ada berkat yang luar biasa disediakan Tuhan bagi orang-orang yang setia menanti-nantikan Dia. Namun kita tidak pernah sabar menantikan Tuhan. Ketika pertolonganNya belum datang kita sudah menyerah dan berpaling dari Dia. Kita maunya serba cepat dan instan. Dalam Habakuk 2:3 dikatakan, "Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh." Perhatikan doa Daud ini: "Kepada-Mu, ya TUHAN, kuangkat jiwaku; Allahku, kepada-Mu aku percaya; janganlah kiranya aku mendapat malu; janganlah musuh-musuhku beria-ria atas aku." (Mazmur 25:1-2). Daud sangat percaya ketika ia datang kepada Tuhan dan berharap padaNya tidak akan pernah mendapat malu. Itu sangat terbukti betapa Daud beroleh pembelaan dari Tuhan di setiap pergumulan yang dia alami. Ketahuilah bahwa janji Tuhan 'ya' dan 'amin'. Tidak ada janji yang tidak ditepatiNya. Itu sangat berbeda sekali dengan manusia, yang begitu mudah berjanji dan semudah itu pula mengingkarinya.
Mari belajar menanti-nantikan Tuhan di segala keadaan. Seperti mentari yang begitu setia memancarkan sinarnya di ufuk timur setiap pagi, yang menghadirkan kehangatan ke setiap helai dedaunan dan rerumputan, sama halnya Tuhan yang begitu setia menemui umatNya dalam kebesaran dan kelembutan kasihNya, kepada setiap anakNya yang setia menantikan Dia. Menanti-nantikan Tuhan berarti berjalan dalam kebenaran dan iman. Jika Tuhan belum menjawab doa-doa kita, jangan kecewa dan terpaku pada keadaan. Sebagai orang percaya, "...sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat," (2 Korintus 5:7).
Tuhan tahu keadaan kita karena Dia adalah Penjaga kita yang tidak pernah terlelap dan tertidur!
Friday, December 14, 2012
CARA TUHAN AJAIB
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Desember 2012 -
Baca: 1 Raja-Raja 17:7-24
"Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan." 1 Raja-Raja 17:9
Ketika kekeringan dan kelaparan melanda negeri, Elia diperintahkan Tuhan untuk pergi ke tepi sungai Kerit, bagian timur sungai Yordan. Di sana dia minum dari anak sungai, dan Tuhan memerintahkan burung gagak untuk memberinya makan. "Pada waktu pagi dan petang burung-burung gagak membawa roti dan daging kepadanya, dan ia minum dari sungai itu." (1 Raja-Raja 17:6). Namun beberapa waktu kemudian anak sungai tersebut kering karena tiada hujan.
Tuhan memerintahkan Elia pergi ke Sarfat di mana dia akan mendapatkan makanan dan tempat tinggal. Elia sangat terkejut ketika mengetahui bahwa janda yang seharusnya memberi dia makan keadaannya sangatlah miskin. Di sini kita tidak bisa mengetahui apa yang ada di pikiran Tuhan. Secara manusia mustahil, bagaimana mungkin janda itu menyediakan makanan bagi Elia jika ia dan anaknya saja akan segera mati kelaparan? Janda itu berkata, "Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati." (1 Raja-Raja 17:12). Tuhan tahu pasti akan apa yang sedang diperbuatNya. Meskipun jalan-jalanNya tidak dapat kita mengerti, Dia meyakinkan kita bahwa segalanya akan berakhir untuk kebaikan kita jika kita mempercayaiNya. Alkitab mengatakan, "O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!" (Roma 11:33).
Apakah Elia patah semangat ketika dia tahu bahwa janda tersebut tidak mempunyai apa pun untuk dimakan? Tidak! Elia tetap mempercayai Tuhan. Ia yakin bahwa Tuhan sanggup menyediakan. Lalu Elia meminta janda tersebut untuk membuat sebuah roti kecil baginya (Elia), baru kemudian membuat roti bagi dirinya dan anaknya. Mujizat pun terjadi! Ketika janda tersebut taat, tempayan yang berisi tepung tidak habis dan buli-buli yang berisi minyak tidak berhenti mengalir sampai hari di mana Tuhan menurunkan hujan di negeri itu.
Tidak ada perkara yang mustahil bagi Tuhan, Dia selalu punya cara dan jalan keajaiaban untuk menolong kita! Tugas kita adalah taat dan percaya saja!
Baca: 1 Raja-Raja 17:7-24
"Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan." 1 Raja-Raja 17:9
Ketika kekeringan dan kelaparan melanda negeri, Elia diperintahkan Tuhan untuk pergi ke tepi sungai Kerit, bagian timur sungai Yordan. Di sana dia minum dari anak sungai, dan Tuhan memerintahkan burung gagak untuk memberinya makan. "Pada waktu pagi dan petang burung-burung gagak membawa roti dan daging kepadanya, dan ia minum dari sungai itu." (1 Raja-Raja 17:6). Namun beberapa waktu kemudian anak sungai tersebut kering karena tiada hujan.
Tuhan memerintahkan Elia pergi ke Sarfat di mana dia akan mendapatkan makanan dan tempat tinggal. Elia sangat terkejut ketika mengetahui bahwa janda yang seharusnya memberi dia makan keadaannya sangatlah miskin. Di sini kita tidak bisa mengetahui apa yang ada di pikiran Tuhan. Secara manusia mustahil, bagaimana mungkin janda itu menyediakan makanan bagi Elia jika ia dan anaknya saja akan segera mati kelaparan? Janda itu berkata, "Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati." (1 Raja-Raja 17:12). Tuhan tahu pasti akan apa yang sedang diperbuatNya. Meskipun jalan-jalanNya tidak dapat kita mengerti, Dia meyakinkan kita bahwa segalanya akan berakhir untuk kebaikan kita jika kita mempercayaiNya. Alkitab mengatakan, "O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!" (Roma 11:33).
Apakah Elia patah semangat ketika dia tahu bahwa janda tersebut tidak mempunyai apa pun untuk dimakan? Tidak! Elia tetap mempercayai Tuhan. Ia yakin bahwa Tuhan sanggup menyediakan. Lalu Elia meminta janda tersebut untuk membuat sebuah roti kecil baginya (Elia), baru kemudian membuat roti bagi dirinya dan anaknya. Mujizat pun terjadi! Ketika janda tersebut taat, tempayan yang berisi tepung tidak habis dan buli-buli yang berisi minyak tidak berhenti mengalir sampai hari di mana Tuhan menurunkan hujan di negeri itu.
Tidak ada perkara yang mustahil bagi Tuhan, Dia selalu punya cara dan jalan keajaiaban untuk menolong kita! Tugas kita adalah taat dan percaya saja!
Thursday, December 13, 2012
TUHAN YANG MEMEGANG KENDALI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Desember 2012 -
Baca: Mazmur 103:1-22
"TUHAN sudah menegakkan takhta-Nya di sorga dan kerajaan-Nya berkuasa atas segala sesuatu." Mazmur 103:19
Melalui Alkitab kita bisa belajar tentang kekuasaan Tuhan. Tidak ada sesuatu pun yang terjadi di dunia ini tanpa sepengetahuan dan di luar kontrol Tuhan. Bahkan Tuhan Yesus menegaskan, "...tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang." (Lukas 21:18). Kita tidak perlu takut akan apa pun jua seperti yang Tuhan Yesus katakan, "Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekorpun dari padanya yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit." (Lukuas 12:6-7). Tuhanlah yang memegang kendali hidup kita, dan "...yang memerintah dengan perkasa untuk selama-lamanya, yang mata-Nya mengawasi bangsa-bangsa. Pemberontak-pemberontak tidak dapat meninggikan diri." (Mazmur 66:7). Dia adalah Allah yang Mahakuasa; Dia adalah Allah yang berdaulat atas segalanya. Jangan pernah berpikir bahwa segala perkara terjadi di luar kendaliNya.
Untuk menghindari kegelisahan menyerang kita, kita harus ingat beberapa kebenaran tentang kedaulatan Tuhan atas kita: 1. Tuhan ada di mana saja. Daud berkata, "Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?" (Mazmur 139:7). Tidak ada satu tempat, meskipun kita merasa sendiri sekalipun, yang tidak bisa Tuhan jangkau. 2. Tuhan tahu segalanya. Dikatakan, "Tuhan memandang dari sorga, Ia melihat semua anak manusia; dari tempat kediaman-Nya Ia menilik semua penduduk bumi." (Mazmur 33:13-14). Jadi, Dia tahu seberapa buruknya keadaan kita, seberapa tidak enaknya perasaan kita. Karena itu jangan pernah berpikir bahwa Tuhan itu tidak peduli akan situasi yang kita hadapi. Mengapa kita harus gelisah? Kita tidak mengetahui tentang hari esok dan masa depan kita, tetapi Tuhan yang memegang masa depan itu. Tuhan tahu apa pun yang akan terjadi, Dia tahu persis apa yang menjadi kebutuhan kita. 3. Tuhan itu Mahakuasa. "Adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk TUHAN?" (Kejadian 18:14a). Memang, "Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin." (Matius 19:26). Masihkah kita meragukan Dia? Perhatikan! Tuhan itu peduli akan masa depan kita dibanding diri kita sendiri.
"Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah." Mazmur 55:23b
Baca: Mazmur 103:1-22
"TUHAN sudah menegakkan takhta-Nya di sorga dan kerajaan-Nya berkuasa atas segala sesuatu." Mazmur 103:19
Melalui Alkitab kita bisa belajar tentang kekuasaan Tuhan. Tidak ada sesuatu pun yang terjadi di dunia ini tanpa sepengetahuan dan di luar kontrol Tuhan. Bahkan Tuhan Yesus menegaskan, "...tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang." (Lukas 21:18). Kita tidak perlu takut akan apa pun jua seperti yang Tuhan Yesus katakan, "Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekorpun dari padanya yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit." (Lukuas 12:6-7). Tuhanlah yang memegang kendali hidup kita, dan "...yang memerintah dengan perkasa untuk selama-lamanya, yang mata-Nya mengawasi bangsa-bangsa. Pemberontak-pemberontak tidak dapat meninggikan diri." (Mazmur 66:7). Dia adalah Allah yang Mahakuasa; Dia adalah Allah yang berdaulat atas segalanya. Jangan pernah berpikir bahwa segala perkara terjadi di luar kendaliNya.
Untuk menghindari kegelisahan menyerang kita, kita harus ingat beberapa kebenaran tentang kedaulatan Tuhan atas kita: 1. Tuhan ada di mana saja. Daud berkata, "Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?" (Mazmur 139:7). Tidak ada satu tempat, meskipun kita merasa sendiri sekalipun, yang tidak bisa Tuhan jangkau. 2. Tuhan tahu segalanya. Dikatakan, "Tuhan memandang dari sorga, Ia melihat semua anak manusia; dari tempat kediaman-Nya Ia menilik semua penduduk bumi." (Mazmur 33:13-14). Jadi, Dia tahu seberapa buruknya keadaan kita, seberapa tidak enaknya perasaan kita. Karena itu jangan pernah berpikir bahwa Tuhan itu tidak peduli akan situasi yang kita hadapi. Mengapa kita harus gelisah? Kita tidak mengetahui tentang hari esok dan masa depan kita, tetapi Tuhan yang memegang masa depan itu. Tuhan tahu apa pun yang akan terjadi, Dia tahu persis apa yang menjadi kebutuhan kita. 3. Tuhan itu Mahakuasa. "Adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk TUHAN?" (Kejadian 18:14a). Memang, "Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin." (Matius 19:26). Masihkah kita meragukan Dia? Perhatikan! Tuhan itu peduli akan masa depan kita dibanding diri kita sendiri.
"Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah." Mazmur 55:23b
Wednesday, December 12, 2012
MENGAPA HARUS KUATIR?
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Desember 2012 -
Baca: Matius 6:25-34
"Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?" Matius 6:25
Tiada seorang pun yang hidup tanpa kekhawatiran; tak satu pun kebal dari kekuatiran. Jika seseorang berkata bahwa dia tidak peduli akan apa pun di dunia ini, maka dia ada dalam penyangkalan. Yang menjadi pertanyaan: apa yang dapat kita lakukan dengan kekuatiran kita?
Sebelum kita belajar tentang kebenaran firman Tuhan dan mencari tahu apa yang dapat kita perbuat terhadap kekuatiran kita, kita perlu tahu sesuatu tentang kekuatiran itu sendiri. Kekuatiran adalah sebuah perasaan gelisah, ketakutan atau kengerian terhadap sesuatu yang belum terjadi. Perasaan-perasaan ini biasanya terkait dengan pikiran-pikiran negatif atas sesuatu yang mungkin terjadi di masa depan. Merasa kuatir berarti merasa cemas, bingung dan pikirannya terbagi-bagi. Apa yang harus kita perbuat ketika rasa kuatir menyerang pikiran kita? Rasul Paulus menasihati, "... nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:6-7).
Sebagai anak-anak Tuhan, kita tidak seharusnya merasa kuatir karena Tuhan, Allah kita sanggup memberkati dan menjaga kita. Ketika kita kuatir kita sedang berupaya memindahkan beban dari bahu Tuhan yang kuat ke bahu kita yang lemah. Mampukah kita? Tuhan bertanya, "Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?" (Matius 6:27). Tidak ada gunanya memelihara kekuatiran yang justru akan berdampak buruk terhadap diri kita sendiri. Ada tertulis: "Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang," (Amsal 12:25); kekuatiran membuat kita kehilangan sukacita dan menderita sakit. Untuk menang terhadap kekuatiran, kita harus mempercayai Tuhan dengan segenap hati. Rasul Petrus menasihati, "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu." (1 Petrus 5:7). Ketika dihadapkan pada kelemahan-kelemahan, setiap kita memiliki pilihan: menyerahkan semuanya kepada Tuhan dan mempercayaiNya dengan sepenuh hati, atau berusaha mengatasi kekuatiran itu dengan usaha kita sendiri.
Tidak seharusnya kita mengeraskan hati dengan memikul beban dengan kekuatan sendiri dan tidak menyerahkannya kepada Tuhan!
Baca: Matius 6:25-34
"Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?" Matius 6:25
Tiada seorang pun yang hidup tanpa kekhawatiran; tak satu pun kebal dari kekuatiran. Jika seseorang berkata bahwa dia tidak peduli akan apa pun di dunia ini, maka dia ada dalam penyangkalan. Yang menjadi pertanyaan: apa yang dapat kita lakukan dengan kekuatiran kita?
Sebelum kita belajar tentang kebenaran firman Tuhan dan mencari tahu apa yang dapat kita perbuat terhadap kekuatiran kita, kita perlu tahu sesuatu tentang kekuatiran itu sendiri. Kekuatiran adalah sebuah perasaan gelisah, ketakutan atau kengerian terhadap sesuatu yang belum terjadi. Perasaan-perasaan ini biasanya terkait dengan pikiran-pikiran negatif atas sesuatu yang mungkin terjadi di masa depan. Merasa kuatir berarti merasa cemas, bingung dan pikirannya terbagi-bagi. Apa yang harus kita perbuat ketika rasa kuatir menyerang pikiran kita? Rasul Paulus menasihati, "... nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:6-7).
Sebagai anak-anak Tuhan, kita tidak seharusnya merasa kuatir karena Tuhan, Allah kita sanggup memberkati dan menjaga kita. Ketika kita kuatir kita sedang berupaya memindahkan beban dari bahu Tuhan yang kuat ke bahu kita yang lemah. Mampukah kita? Tuhan bertanya, "Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?" (Matius 6:27). Tidak ada gunanya memelihara kekuatiran yang justru akan berdampak buruk terhadap diri kita sendiri. Ada tertulis: "Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang," (Amsal 12:25); kekuatiran membuat kita kehilangan sukacita dan menderita sakit. Untuk menang terhadap kekuatiran, kita harus mempercayai Tuhan dengan segenap hati. Rasul Petrus menasihati, "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu." (1 Petrus 5:7). Ketika dihadapkan pada kelemahan-kelemahan, setiap kita memiliki pilihan: menyerahkan semuanya kepada Tuhan dan mempercayaiNya dengan sepenuh hati, atau berusaha mengatasi kekuatiran itu dengan usaha kita sendiri.
Tidak seharusnya kita mengeraskan hati dengan memikul beban dengan kekuatan sendiri dan tidak menyerahkannya kepada Tuhan!
Tuesday, December 11, 2012
DASAR-DASAR PENGABDIAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Desember 2012 -
Baca: 2 Korintus 5:11-21
"Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati." 2 Korintus 5:14
Ketika seseorang digerakkan oleh cinta, dia tidak dapat melepaskan diri darinya. Pengalaman cinta seperti itu akan membutakan dia, membuatnya tak berdaya. Cinta adalah dasar pengabdian. Tak seorang pun dapat mengabdikan diri tanpa merasakan cinta Tuhan. Sebelum seseorang dapat mengabdikan diri dia harus melihat cintaNya Tuhan terlebih dahulu. Percuma bicara tentang pengabdian jika cinta Tuhan belum dilihat. Pengabdian kepada Tuhan juga berdasar pada pengertian bahwa tubuh kita adalah bait Roh kudus: "Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!" (1 Korintus 6:19-20).
Banyak dari kita yang masih belum mengerti bahwa tubuh kita ini bukanlah milik kita sendiri. Namun pernyataan ini pastilah sangat dimengerti oleh orang-orang di Korintus, karena pada jaman kekaisaran Roma mereka mempunyai apa yang disebut sebagai pasar perdagangan manusia, di mana seseorang dapat membeli manusia lain layaknya membeli domba atau sapi. Jika seseorang memberi seorang manusia, sang pembeli menjadi tuan dan ia memiliki hak penuh atas diri manusia tersebut. Manusia yang dibeli tersebut pasti menjadi budak dari tuannya.
Dalam konteks yang sama, kita adalah budak Iblis, tetapi Tuhan telah menebus kita dengan harga yang sangat mahal. Tuhan memberikan nyawaNya sebagai tebusan, "Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat." (1 Petrus 1:18-19). Kita tidak dapat menyelamatkan diri kita sendiri, "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus." (Roma 3:23-24). Di satu sisi, atas nama cinta kita memilih melayani Tuhan; di sisi lain atas nama kebenaran, diri kita bukanlah milik kita sendiri.
Kita tidak punya hak lagi atas diri kita, karena itu kita wajib mengabdikan diri sepenuhnya kepada Tuhan!
Baca: 2 Korintus 5:11-21
"Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati." 2 Korintus 5:14
Ketika seseorang digerakkan oleh cinta, dia tidak dapat melepaskan diri darinya. Pengalaman cinta seperti itu akan membutakan dia, membuatnya tak berdaya. Cinta adalah dasar pengabdian. Tak seorang pun dapat mengabdikan diri tanpa merasakan cinta Tuhan. Sebelum seseorang dapat mengabdikan diri dia harus melihat cintaNya Tuhan terlebih dahulu. Percuma bicara tentang pengabdian jika cinta Tuhan belum dilihat. Pengabdian kepada Tuhan juga berdasar pada pengertian bahwa tubuh kita adalah bait Roh kudus: "Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!" (1 Korintus 6:19-20).
Banyak dari kita yang masih belum mengerti bahwa tubuh kita ini bukanlah milik kita sendiri. Namun pernyataan ini pastilah sangat dimengerti oleh orang-orang di Korintus, karena pada jaman kekaisaran Roma mereka mempunyai apa yang disebut sebagai pasar perdagangan manusia, di mana seseorang dapat membeli manusia lain layaknya membeli domba atau sapi. Jika seseorang memberi seorang manusia, sang pembeli menjadi tuan dan ia memiliki hak penuh atas diri manusia tersebut. Manusia yang dibeli tersebut pasti menjadi budak dari tuannya.
Dalam konteks yang sama, kita adalah budak Iblis, tetapi Tuhan telah menebus kita dengan harga yang sangat mahal. Tuhan memberikan nyawaNya sebagai tebusan, "Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat." (1 Petrus 1:18-19). Kita tidak dapat menyelamatkan diri kita sendiri, "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus." (Roma 3:23-24). Di satu sisi, atas nama cinta kita memilih melayani Tuhan; di sisi lain atas nama kebenaran, diri kita bukanlah milik kita sendiri.
Kita tidak punya hak lagi atas diri kita, karena itu kita wajib mengabdikan diri sepenuhnya kepada Tuhan!
Monday, December 10, 2012
HARUS ADA PENYANGKALAN DIRI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Desember 2012 -
Baca: Lukas 9:22-27
"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku." Lukas 9:23
Kita harus menginginkan Tuhan terlebih dahulu sebelum kita bisa mengikuti Dia. Jika kita memilih untuk mengikuti Dia kita harus siap untuk menyangkal diri. Tuhan Yesus sendiri harus menyangkal diri dan melakukan kehendak BapaNya. Sebagai laskar-laskar Kristus kita tidak akan bisa sepenuhnya mengikuti Dia kecuali kita mau menyangkal diri. Yesus telah meninggalkan teladan perihal ketaatanNya terhadap kehendak Bapa, "...bahkan sampai mati di kayu salib." (Filipi 2:8). Jika Yesus saja rela mati demi memenuhi kehendak BapaNya, demikian pulalah seharusnya kita. Pastinya kita tidak harus disalibkan, melainkan harus mematikan segala keinginan daging kita. Kita harus mematikan semua keinginan pribadi kita dalam perjalanan kita mengikut Dia. Dikatakan, "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya." (Galatia 5:24). Ketika berbicara tentang kematian Yesus, secara umum kita hanya berpikir tentang kematianNya di kayu salib; kematian fisik Yesus di kayu salib hanyalah hasil dari kematian atas keinginanNya di taman Getsemani.
Yesus Kristus menyerahkan keinginan dan kehendak pribadiNya kepada Bapa, dan sebagai gantinya tunduk melakukan keinginan Bapa. Karena kasihNya kepada kita Kristus rela membayar harga, "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah." (2 Korintus 5:21); Dia yang datang dari Hadirat Allah dan merupakahn Allah sendiri harus dipisahkan dari Allah Bapa. Itulah sebabnya Ia berlutut dan berdoa, "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi." (Lukas 22:42).
Dalam mengikut Tuhan, kita maunya yang enak-enak saja (berkat, kesembuhan, pemulihan), tapi kita tidak mau taat. Jika kita dimatikan disalibkan dari ambisi kedagingan kita, Roh Kudus akan memiliki kebebaskan untuk berjalan bersama kita dan membentuk kita sesuai kehendak dan rencanaNya. Karena itu orang Kristen, yang adalah pengikut Kristus, harus mau menyangkal diri, berserah penuh pada kehendak Tuhan dan meneladani Kristus dalam segala hal.
"Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah." Lukas 9:62
Baca: Lukas 9:22-27
"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku." Lukas 9:23
Kita harus menginginkan Tuhan terlebih dahulu sebelum kita bisa mengikuti Dia. Jika kita memilih untuk mengikuti Dia kita harus siap untuk menyangkal diri. Tuhan Yesus sendiri harus menyangkal diri dan melakukan kehendak BapaNya. Sebagai laskar-laskar Kristus kita tidak akan bisa sepenuhnya mengikuti Dia kecuali kita mau menyangkal diri. Yesus telah meninggalkan teladan perihal ketaatanNya terhadap kehendak Bapa, "...bahkan sampai mati di kayu salib." (Filipi 2:8). Jika Yesus saja rela mati demi memenuhi kehendak BapaNya, demikian pulalah seharusnya kita. Pastinya kita tidak harus disalibkan, melainkan harus mematikan segala keinginan daging kita. Kita harus mematikan semua keinginan pribadi kita dalam perjalanan kita mengikut Dia. Dikatakan, "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya." (Galatia 5:24). Ketika berbicara tentang kematian Yesus, secara umum kita hanya berpikir tentang kematianNya di kayu salib; kematian fisik Yesus di kayu salib hanyalah hasil dari kematian atas keinginanNya di taman Getsemani.
Yesus Kristus menyerahkan keinginan dan kehendak pribadiNya kepada Bapa, dan sebagai gantinya tunduk melakukan keinginan Bapa. Karena kasihNya kepada kita Kristus rela membayar harga, "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah." (2 Korintus 5:21); Dia yang datang dari Hadirat Allah dan merupakahn Allah sendiri harus dipisahkan dari Allah Bapa. Itulah sebabnya Ia berlutut dan berdoa, "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi." (Lukas 22:42).
Dalam mengikut Tuhan, kita maunya yang enak-enak saja (berkat, kesembuhan, pemulihan), tapi kita tidak mau taat. Jika kita dimatikan disalibkan dari ambisi kedagingan kita, Roh Kudus akan memiliki kebebaskan untuk berjalan bersama kita dan membentuk kita sesuai kehendak dan rencanaNya. Karena itu orang Kristen, yang adalah pengikut Kristus, harus mau menyangkal diri, berserah penuh pada kehendak Tuhan dan meneladani Kristus dalam segala hal.
"Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah." Lukas 9:62
Subscribe to:
Posts (Atom)