Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Mei 2012 -
Baca: Mazmur 51:1-21
"Sembunyikanlah wajah-Mu terhadap dosaku, hapuskanlah segala kesalahanku!" Mazmur 51:11
Hal kedua, Tuhan melihat kesetiaan Daud yang sangat teruji. Sejak usia muda Daud mendapat tugas dari ayahnya untuk menggembalakan domba. Meski jumlah dombanya hanya 2-3 ekor ia menjaganya dengan setia, bahkan rela mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan dombanya itu dari serangan binatang buas yang hendak memangsanya. Dalam perkara yang kecil saja Daud begitu setia, pasti ia akan setia saat dipercaya Tuhan untuk perkara-perkara yang lebih besar seperti memimpin bangsa Israel. Dalam Lukas 16:10 dikatakan: "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam
perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara
kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar." Oleh karena itu marilah kita setia dengan apa yang dipercayakan Tuhan kepada kita meski itu perkara kecil yang kelihatannya kurang berarti di penilaian manusia.
Ketiga, Daud adalah seorang yang menghormati otoritas. Daud sangat menghormati Saul yang pada waktu itu menjadi raja atas Israel. Kita tahu bahwa Saul sangat membenci Daud sehingga berbagai upaya ia lakukan untuk membunuh Daud, meski selalu gagal. Walau demikian Daud tidak pernah menaruh dendam terhadap Saul. Daud berkata, "Jangan musnahkan dia, sebab siapakah yang dapat menjamah orang yang diurapi Tuhan, dan bebas dari hukuman?" (1 Samuel 26:9). Daud sadar bahwa melawan otoritas berarti melawan Sang Pemberi Otoritas. Hal ini juga menunjukkan bahwa Daud memiliki hati yang suka mengampuni orang lain. Saat Saul mangkat hatinya sanagat sedih dan benar-benar merasa kehilangan.
Keempat, Daud juga orang yang mudah bertobat, tidak menyembunyikan dosa dan jujur kepada Tuhan. Daud pernah berbuat dosa dan melakukan kekejian di mata Tuhan, di mana ia berzinah dengan Betsyeba (isteri Uria), dan dengan caranya yang licik ia membunuh Uria. Setelah ditegur oleh abdi Tuhan (Natan) Daud tidak marah, justru ia menyatakan penyesalannya dan mau bertobat dengan sungguh. Daud berkata, "Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!" (Mazmur 51:3-4).
Sudahkah kita menjadi orang Kristen yang berkenan di hati Tuhan seperti Daud?
Monday, May 21, 2012
Sunday, May 20, 2012
DAUD: Hamba yang Berkenan di Hati Tuhan! (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Mei 2012 -
Baca: Yesaya 42:1-9
"Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan." Yesaya 42:1a
Pengiringan kita kepada Tuhan harus mempunyai sasaran yang harus kita capai. Kita tidak cukup hanya menjadi orang Kristen yang rajin ke gereja atau aktif dalam pelayanan tetapi harus lebih dari itu, karena rajin ke gereja atau aktif dalam pelayanan tidak menjamin hidup kita dikenan oleh Tuhan. Tuhan Yesus berkata, "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 7:21).
Yang dapat masuk ke dalam Kerajaan Sorga adalah orang-orang yang melakukan kehendak Tuhan. Kekristenan kita akan menjadi sia-sia bila kita tidak menjadi pelaku firman, tidak hidup dalam ketaatan. Bukankah hati kita sudah senang bukan kepalang ketika apa yang kita perbuat dikenan oleh pimpinan di kantor, atau pelayanan kita dinilai cukup baik oleh orang lain? Dikenan oleh manusia saja membuat kita merasa bahagia dan bangga, coba bayangkan bila hidup kita ini dikenan oleh Tuhan, yang adalah Bapa yang bertakhta di dalam Kerajaan Sorga, Pencipta langit dan bumi dan juga Raja di atas segala raja. Inilah yang harus kita kejar! Inilah sasaran hidup seorang Kristen!
Daud adalah contoh orang yang hidupnya dikenan Tuhan. Tertulis, "Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku." (Kisah 13:22). Pasti ada banyak faktor yang membuat hidup Daud berkenan di hati Tuhan. Di antaranya adalah: pertama, Daud sangat mengasihi Tuhan. Kasihnya kepada Tuhan melebihi segala-galanya. Kerinduannya untuk tinggal dalam hadirat Tuhan begitu mendalam. "Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya Tuhan semesta alam! Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran Tuhan;" (Mazmur 84:2-3a). Bagi Daud, "...lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik." (Mazmur 84:11). Meski sudah menjadi raja atas Israel, tinggal di istana yang megah, perabot yang mewah, dengan tentara yang kuat, dia tetap merasa bahwa lebih baik berada di rumah Tuhan.
(Bersambung).
Baca: Yesaya 42:1-9
"Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan." Yesaya 42:1a
Pengiringan kita kepada Tuhan harus mempunyai sasaran yang harus kita capai. Kita tidak cukup hanya menjadi orang Kristen yang rajin ke gereja atau aktif dalam pelayanan tetapi harus lebih dari itu, karena rajin ke gereja atau aktif dalam pelayanan tidak menjamin hidup kita dikenan oleh Tuhan. Tuhan Yesus berkata, "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 7:21).
Yang dapat masuk ke dalam Kerajaan Sorga adalah orang-orang yang melakukan kehendak Tuhan. Kekristenan kita akan menjadi sia-sia bila kita tidak menjadi pelaku firman, tidak hidup dalam ketaatan. Bukankah hati kita sudah senang bukan kepalang ketika apa yang kita perbuat dikenan oleh pimpinan di kantor, atau pelayanan kita dinilai cukup baik oleh orang lain? Dikenan oleh manusia saja membuat kita merasa bahagia dan bangga, coba bayangkan bila hidup kita ini dikenan oleh Tuhan, yang adalah Bapa yang bertakhta di dalam Kerajaan Sorga, Pencipta langit dan bumi dan juga Raja di atas segala raja. Inilah yang harus kita kejar! Inilah sasaran hidup seorang Kristen!
Daud adalah contoh orang yang hidupnya dikenan Tuhan. Tertulis, "Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku." (Kisah 13:22). Pasti ada banyak faktor yang membuat hidup Daud berkenan di hati Tuhan. Di antaranya adalah: pertama, Daud sangat mengasihi Tuhan. Kasihnya kepada Tuhan melebihi segala-galanya. Kerinduannya untuk tinggal dalam hadirat Tuhan begitu mendalam. "Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya Tuhan semesta alam! Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran Tuhan;" (Mazmur 84:2-3a). Bagi Daud, "...lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik." (Mazmur 84:11). Meski sudah menjadi raja atas Israel, tinggal di istana yang megah, perabot yang mewah, dengan tentara yang kuat, dia tetap merasa bahwa lebih baik berada di rumah Tuhan.
(Bersambung).
Saturday, May 19, 2012
PETRUS: Hidup yang Diubahkan Roh Kudus!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Mei 2012 -
Baca: Kisah 2:14-40
"Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: 'Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?'" Kisah 2:37
Beberapa waktu lalu (edisi 6 Februari 2012) kita pernah membahas tentang ketidaksetiaan Petrus kepada Tuhan. Petrus pada awalnya begitu yakin dengan kesetiaannya kepada Tuhan, bahkan ia rela melakukan apa saja untuk Tuhan, mati pun mau. Namun seiring berjalannya waktu, ternyata perkataan Petrus itu hanya isapan jempol belaka, komitmennya tidak bisa dipegang. Menjelang hari penyaliban Tuhan Yesus ia sudah menyangkalNya sampai 3x. Petrus tak lebih dari seorang pengecut yang diliputi oleh ketakutan dan kekuatiran.
Tapi pembacaan firman Tuhan hari ini menyatakan adanya perubahan hidup dalam diri Petrus yang begitu drastis, dari seorang pengecut menjadi seorang pemberani, bahkan ia dipakai Tuhan secara luar biasa. Apa yang terjadi dengan diri Petrus? Ini adalah penggenapan dari kitab Yoel (baca Yoel 2:28-32), di mana pada hari-hari akhir Tuhan akan mencurahkan RohNya yang kudus dan itu tergenapi di hari raya Pentakosta. Saat Tuhan mencurahkan RohNya di kamar loteng Yerusalem inilah Petrus mengalami lawatan dan jamahan Tuhan seperti tertulis: "...kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah 1:8). Karena mengalami jamahan Roh Kudus inilah hidup Petrus diubahkan secara luar biasa. "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17).
Meski tidak mengeyam pendidikan di sekolah Alkitab dan juga tanpa 'jam terbang' dalam hal berkhotbah, Petrus beroleh kekuatan dan keberanian untuk berdiri di hadapan ribuan orang untuk menyampaikan berita injil. Itu adalah kekuatan adikodrati (supernatural)! Roh Kudus bekerja di dalam diri Petrus. Dikatakan, "Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu." (Matius 10:20). Alkitab mencatat, melalui khotbah yang disampaikan Petrus ini 3000 orang bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Perkara-perkara ajaib dan dahsyat pasti terjadi ketika Roh Kudus bekerja!
Baca: Kisah 2:14-40
"Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: 'Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?'" Kisah 2:37
Beberapa waktu lalu (edisi 6 Februari 2012) kita pernah membahas tentang ketidaksetiaan Petrus kepada Tuhan. Petrus pada awalnya begitu yakin dengan kesetiaannya kepada Tuhan, bahkan ia rela melakukan apa saja untuk Tuhan, mati pun mau. Namun seiring berjalannya waktu, ternyata perkataan Petrus itu hanya isapan jempol belaka, komitmennya tidak bisa dipegang. Menjelang hari penyaliban Tuhan Yesus ia sudah menyangkalNya sampai 3x. Petrus tak lebih dari seorang pengecut yang diliputi oleh ketakutan dan kekuatiran.
Tapi pembacaan firman Tuhan hari ini menyatakan adanya perubahan hidup dalam diri Petrus yang begitu drastis, dari seorang pengecut menjadi seorang pemberani, bahkan ia dipakai Tuhan secara luar biasa. Apa yang terjadi dengan diri Petrus? Ini adalah penggenapan dari kitab Yoel (baca Yoel 2:28-32), di mana pada hari-hari akhir Tuhan akan mencurahkan RohNya yang kudus dan itu tergenapi di hari raya Pentakosta. Saat Tuhan mencurahkan RohNya di kamar loteng Yerusalem inilah Petrus mengalami lawatan dan jamahan Tuhan seperti tertulis: "...kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah 1:8). Karena mengalami jamahan Roh Kudus inilah hidup Petrus diubahkan secara luar biasa. "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17).
Meski tidak mengeyam pendidikan di sekolah Alkitab dan juga tanpa 'jam terbang' dalam hal berkhotbah, Petrus beroleh kekuatan dan keberanian untuk berdiri di hadapan ribuan orang untuk menyampaikan berita injil. Itu adalah kekuatan adikodrati (supernatural)! Roh Kudus bekerja di dalam diri Petrus. Dikatakan, "Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu." (Matius 10:20). Alkitab mencatat, melalui khotbah yang disampaikan Petrus ini 3000 orang bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Perkara-perkara ajaib dan dahsyat pasti terjadi ketika Roh Kudus bekerja!
Friday, May 18, 2012
DOA HANA: Tuhan Memperhatikan Penderitaan Kita!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Mei 2012 -
Baca: 1 Samuel 2:1-10
"Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu, dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur," 1 Samuel 2:8
Dalam masyarakat Yahudi, melahirkan anak laki-laki bagi suaminya adalah tugas dan kewajiban bagi seorang wanita yang sudah menikah. Jika wanita itu mandul alias tidak bisa memberikan keturunan, maka hal ini akan menimbulkan rasa malu dan menjadi celaan bagi suaminya, keluarganya dan juga lingkungan di sekitarnya. Jadi kemandulan dianggap sebagai sesuatu yang memalukan. Inilah yang sedang dialmi oleh Hana, di mana tanggung jawab untuk melanjutkan garis keturunan suami ada di tangannya. Jika tidak, ia akan menghadapi masalah yang berat: bisa saja diceraikan oleh suaminya atau harus menanggung malu dan mengalami penolakan dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Bisa dibayangkan betapa remuk redam hati Hana karena ia tidak punya anak (mandul). Belum lagi perlakuan yang tidak baik dari Penina, 'madunya' yang justru memiliki anak. Hal ini semakin menambah rasa sedih dan pahit di hati Hana.
Secara manusia, Hana sudah hilang pengharapan karena Tuhan telah menutup rahimnya. Ia pun yakin satu-satunya Pribadi yang dapat menolongnya adalah Tuhan. Karena itu segeralah ia datang kepada Tuhan. Di baitNya yang kudus, dengan hati hancur, Hana mencurahkan segala beban hidupnya. Meski dikira mabuk oleh iman Eli ia tidak peduli, karena "Korban sembelihan kepada Allah ia jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah." (Mazmur 51:19). Saat berdoa inilah Hana bernazar, "Tuhan semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada Tuhan..." (1 Samuel 1:11). Akhirnya Tuhan pun mengabulkan doa Hana, "...setahun kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia menamai anak itu Samuel,..." (1 Samuel 1:20).
Mungkin Tuhan telah menutup rahim Hana selama bertahun-tahun, tetapi Dia tidak pernah menutup telingaNya terhadap umat yang siang malam berseru-seru kepadaNya. Ketika kita berdoa dengan hati hancur dan berserah penuh memohon belas kasihan Tuhan, pada saatnya Dia pasti bertindak dan pertolonganNya tidak pernah terlambat.
"Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai." Mazmur 126:5
Baca: 1 Samuel 2:1-10
"Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu, dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur," 1 Samuel 2:8
Dalam masyarakat Yahudi, melahirkan anak laki-laki bagi suaminya adalah tugas dan kewajiban bagi seorang wanita yang sudah menikah. Jika wanita itu mandul alias tidak bisa memberikan keturunan, maka hal ini akan menimbulkan rasa malu dan menjadi celaan bagi suaminya, keluarganya dan juga lingkungan di sekitarnya. Jadi kemandulan dianggap sebagai sesuatu yang memalukan. Inilah yang sedang dialmi oleh Hana, di mana tanggung jawab untuk melanjutkan garis keturunan suami ada di tangannya. Jika tidak, ia akan menghadapi masalah yang berat: bisa saja diceraikan oleh suaminya atau harus menanggung malu dan mengalami penolakan dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Bisa dibayangkan betapa remuk redam hati Hana karena ia tidak punya anak (mandul). Belum lagi perlakuan yang tidak baik dari Penina, 'madunya' yang justru memiliki anak. Hal ini semakin menambah rasa sedih dan pahit di hati Hana.
Secara manusia, Hana sudah hilang pengharapan karena Tuhan telah menutup rahimnya. Ia pun yakin satu-satunya Pribadi yang dapat menolongnya adalah Tuhan. Karena itu segeralah ia datang kepada Tuhan. Di baitNya yang kudus, dengan hati hancur, Hana mencurahkan segala beban hidupnya. Meski dikira mabuk oleh iman Eli ia tidak peduli, karena "Korban sembelihan kepada Allah ia jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah." (Mazmur 51:19). Saat berdoa inilah Hana bernazar, "Tuhan semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada Tuhan..." (1 Samuel 1:11). Akhirnya Tuhan pun mengabulkan doa Hana, "...setahun kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia menamai anak itu Samuel,..." (1 Samuel 1:20).
Mungkin Tuhan telah menutup rahim Hana selama bertahun-tahun, tetapi Dia tidak pernah menutup telingaNya terhadap umat yang siang malam berseru-seru kepadaNya. Ketika kita berdoa dengan hati hancur dan berserah penuh memohon belas kasihan Tuhan, pada saatnya Dia pasti bertindak dan pertolonganNya tidak pernah terlambat.
"Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai." Mazmur 126:5
Thursday, May 17, 2012
YESUS NAIK KE SORGA: Menyediakan Tempat Bagi Kita!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Mei 2012 -
Baca: Yohanes 14:1-14
"Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu." Yohanes 14:2
Setelah mati di atas kayu salib, pada hari yang ketiga Yesus bangkit dan empat puluh hari setelah itu Dia naik ke sorga: "...terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka. Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka, dan berkata kepada mereka: 'Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.'" (Kisah 1:9-11). Yesus telah menggenapi rencana Allah! Karena itu Dia harus kembali ke sorga. Jika Yesus tidak naik ke sorga, bagaimana Ia dapat membuktikan bahwa diriNya adalah utusan dari sorga? Jadi, kenaikan Yesus ke sorga semakin menegaskan bahwa Dia adalah Anak Allah, "...Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah." (Yohanes 13:3).
Kenaikan Yesus ke sorga juga untuk menggenapi janjiNya kepada umatNya yaitu untuk memberikan seorang penolong bagi kita. Ia berkata, "Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu." (Yohanes 16:7). Kini, tidak ada alasan bagi orang percaya untuk menjadi takut dan kuatir dalam menjalani hidup ini karena ada Roh Kudus yang senantiasa menopang, menghibur, menguatkan dan menolong kita. "...Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu." (Yohanes 14:17b). Kenaikan Yesus ke sorga juga semakin memberi jaminan dan kepastian bagi orang percaya tentang kehidupan kekal dalam Kerajaan Sorga karena Dia pergi untuk menyediakan tempat bagi kita. Karena itu "Janganlah gelisah hatimu;" (Yohanes 14:1). "...jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia." (2 Korintus 5:1). Haleluyah!
Karena itu, sambil menyongsong kedatanganNya kembali menjemput kita, marilah kita senantiasa hidup dalam ketaatan; ada upah besar menanti!
Baca: Yohanes 14:1-14
"Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu." Yohanes 14:2
Setelah mati di atas kayu salib, pada hari yang ketiga Yesus bangkit dan empat puluh hari setelah itu Dia naik ke sorga: "...terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka. Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka, dan berkata kepada mereka: 'Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.'" (Kisah 1:9-11). Yesus telah menggenapi rencana Allah! Karena itu Dia harus kembali ke sorga. Jika Yesus tidak naik ke sorga, bagaimana Ia dapat membuktikan bahwa diriNya adalah utusan dari sorga? Jadi, kenaikan Yesus ke sorga semakin menegaskan bahwa Dia adalah Anak Allah, "...Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah." (Yohanes 13:3).
Kenaikan Yesus ke sorga juga untuk menggenapi janjiNya kepada umatNya yaitu untuk memberikan seorang penolong bagi kita. Ia berkata, "Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu." (Yohanes 16:7). Kini, tidak ada alasan bagi orang percaya untuk menjadi takut dan kuatir dalam menjalani hidup ini karena ada Roh Kudus yang senantiasa menopang, menghibur, menguatkan dan menolong kita. "...Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu." (Yohanes 14:17b). Kenaikan Yesus ke sorga juga semakin memberi jaminan dan kepastian bagi orang percaya tentang kehidupan kekal dalam Kerajaan Sorga karena Dia pergi untuk menyediakan tempat bagi kita. Karena itu "Janganlah gelisah hatimu;" (Yohanes 14:1). "...jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia." (2 Korintus 5:1). Haleluyah!
Karena itu, sambil menyongsong kedatanganNya kembali menjemput kita, marilah kita senantiasa hidup dalam ketaatan; ada upah besar menanti!
Wednesday, May 16, 2012
PERCAYA KEPADA ARWAH: Menjadikan Kita Musuh Tuhan!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Mei 2012 -
Baca: Imamat 20:1-27
"Orang yang berpaling kepada arwah atau kepada roh-roh peramal, yakni yang berzinah dengan bertanya kepada mereka, Aku sendiri akan menentang orang itu dan melenyapkan dia dari tengah-tengah bangsanya." Imamat 20:6
Adalah perbuatan bodoh jika sampai hari ini masih banyak orang yang mencari pertolongan kepada dukun, orang pintar, paranormal, peramal, bahkan masih percaya kepada arwah-arwah orang mati, menyembah kepada patung, pohon besar yang dikeramatkan dan sebagainya. Yang lebih aneh lagi, tindakan ini tidak hanya dilakukan oleh orang-orang dunia saja, tetapi juga orang-orang Kristen yang sudah diselamatkan dan ditebus oleh darah Kristus, yang telah mengecap kebaikan dan pertolongan Tuhan dalam hidupnya. Apakah kita lupa dengan firman Tuhan yang berkata, "Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa,"? (Mazmur 1:1). Alkitab juga menyatakan bahwa percaya kepada dukun, arwah atau roh-roh peramal adalah dosa besar dan merupakan kekejian di hadapan Tuhan: "Aku sendiri akan menentang orang itu dan melenyapkan dia dari tengah-tengah bangsanya."
Jika ada orang Kristen yang tetap saja berbuat demikian dan tidak segera bertobat, berarti ia sedang membuka peluang bagi dirinya sendiri untuk menerima hukuman dan murka dari Tuhan. Karena dalam Ulangan 6:13-15 dikatakan, "Engkau harus takut akan Tuhan, Allahmu; kepada Dia haruslah engkau beribadah dan demi nama-Nya haruslah engkau bersumpah. Janganlah kamu mengikuti allah lain, dari antara allah bangsa-bangsa sekelilingmu, sebab Tuhan, Allahmu, adalah Allah yang cemburu di tengah-tengahmu, supaya jangan bangkit murka Tuhan, Allahmu, terhadap engkau, sehingga Ia memunahkan engkau dari muka bumi." Kalau kita baca secara teliti dalam Alkitab, banyak kisah orang-orang terkenal yang harus mengalami akhir hidup tragis dan tidak luput dari hukuman Tuhan karena mereka melakukan suatu kekejian di hadapan Tuhan.
Jika sampai hari ini kita merasa fine-fine saja padahal kita melakukan perbuatan seperti di atas, berhati-hatilah! Saatnyalah kita bertobat dan meninggalkan semuanya itu.
Jika kita beribadah kepada Tuhan dengan sungguh dan tidak berkompromi dengan dosa, kita akan mengecap dan menikmati berkat-berkatNya yang luar biasa.
Baca: Imamat 20:1-27
"Orang yang berpaling kepada arwah atau kepada roh-roh peramal, yakni yang berzinah dengan bertanya kepada mereka, Aku sendiri akan menentang orang itu dan melenyapkan dia dari tengah-tengah bangsanya." Imamat 20:6
Adalah perbuatan bodoh jika sampai hari ini masih banyak orang yang mencari pertolongan kepada dukun, orang pintar, paranormal, peramal, bahkan masih percaya kepada arwah-arwah orang mati, menyembah kepada patung, pohon besar yang dikeramatkan dan sebagainya. Yang lebih aneh lagi, tindakan ini tidak hanya dilakukan oleh orang-orang dunia saja, tetapi juga orang-orang Kristen yang sudah diselamatkan dan ditebus oleh darah Kristus, yang telah mengecap kebaikan dan pertolongan Tuhan dalam hidupnya. Apakah kita lupa dengan firman Tuhan yang berkata, "Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa,"? (Mazmur 1:1). Alkitab juga menyatakan bahwa percaya kepada dukun, arwah atau roh-roh peramal adalah dosa besar dan merupakan kekejian di hadapan Tuhan: "Aku sendiri akan menentang orang itu dan melenyapkan dia dari tengah-tengah bangsanya."
Jika ada orang Kristen yang tetap saja berbuat demikian dan tidak segera bertobat, berarti ia sedang membuka peluang bagi dirinya sendiri untuk menerima hukuman dan murka dari Tuhan. Karena dalam Ulangan 6:13-15 dikatakan, "Engkau harus takut akan Tuhan, Allahmu; kepada Dia haruslah engkau beribadah dan demi nama-Nya haruslah engkau bersumpah. Janganlah kamu mengikuti allah lain, dari antara allah bangsa-bangsa sekelilingmu, sebab Tuhan, Allahmu, adalah Allah yang cemburu di tengah-tengahmu, supaya jangan bangkit murka Tuhan, Allahmu, terhadap engkau, sehingga Ia memunahkan engkau dari muka bumi." Kalau kita baca secara teliti dalam Alkitab, banyak kisah orang-orang terkenal yang harus mengalami akhir hidup tragis dan tidak luput dari hukuman Tuhan karena mereka melakukan suatu kekejian di hadapan Tuhan.
Jika sampai hari ini kita merasa fine-fine saja padahal kita melakukan perbuatan seperti di atas, berhati-hatilah! Saatnyalah kita bertobat dan meninggalkan semuanya itu.
Jika kita beribadah kepada Tuhan dengan sungguh dan tidak berkompromi dengan dosa, kita akan mengecap dan menikmati berkat-berkatNya yang luar biasa.
Tuesday, May 15, 2012
MELAKUKAN SEGALA SESUATU DENGAN SUNGGUH
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Mei 2012 -
Baca: Ibrani 6:9-20
"Tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya," Ibrani 6:11
Keberhasilan seorang atlit mendapatkan gelar juara dalam sebuah even bukanlah sesuatu yang instan, tapi buah dari kesungguhannya dalam berlatih, taat kepada instruksi pelatih. Tanpa kesungguhan, mustahil mereka berhasil! Bukan hanya di bidang olahraga, tapi juga di segala bidang kehidupan ini termasuk dalam hal kerohanian. Jadi kesungguhan kita dalam mengerjakan segala sesuatu adalah faktor penting dalam menentukan keberhasilan. Sebagus apa pun suatu teori atau secemerlang apa pun ide seseorang jika tidak disertai oleh tindakan yang serius atau sungguh-sungguh akan menghasilkan yang biasa-biasa dan tidak maksimal. Bagaimana dengan kita? Tuhan berkata, "Aku mengasihi orang yang mengasihi aku, dan orang yang tekun mencari aku akan mendapatkan daku." (Amsal 8:17).
Bersungguh-sungguh artinya melakukan sesuatu dengan segenap hati, pikiran, tenaga dan kemampuan di dalam semangat dan rasa penuh tanggung jawab. Inilah yang dikehendaki Tuhan! Sudahkah kita bersungguh-sungguh dalam segala hal? Ataukah selama ini kita belum bersungguh-sungguh? Kita melakukan segala sesuatu dengan asal-asalan, setengah-setengah, sambil bersungut-sungut, mengomel, menggerutu, seperti bangsa Israel ketika berada di padang gurun? Ingat, mereka yang tidak bersungguh-sungguh akhirnya mati di padang gurun sebelum mencapai Tanah Perjanjian; mereka tidak menikmati janji Tuhan sepenuhnya. "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah." (Kolose 3:23-24a).
Bila kita ingin menikmati dan mengalami berkat-berkat Tuhan kita pun harus bersungguh-sungguh dalam segala hal. Anugerah karunia, talenta dan potensi yang begitu besar dari Tuhan harus kita maksimalkan. Bagaimana hidup kita bisa berdampak dan menjadi berkat bagi dunia bila kita menghasilkan karya yang biasa-biasa saja?
Mulai hari ini sungguh-sungguhlah mengerjakan tugas yang Tuhan percayakan!
Baca: Ibrani 6:9-20
"Tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya," Ibrani 6:11
Keberhasilan seorang atlit mendapatkan gelar juara dalam sebuah even bukanlah sesuatu yang instan, tapi buah dari kesungguhannya dalam berlatih, taat kepada instruksi pelatih. Tanpa kesungguhan, mustahil mereka berhasil! Bukan hanya di bidang olahraga, tapi juga di segala bidang kehidupan ini termasuk dalam hal kerohanian. Jadi kesungguhan kita dalam mengerjakan segala sesuatu adalah faktor penting dalam menentukan keberhasilan. Sebagus apa pun suatu teori atau secemerlang apa pun ide seseorang jika tidak disertai oleh tindakan yang serius atau sungguh-sungguh akan menghasilkan yang biasa-biasa dan tidak maksimal. Bagaimana dengan kita? Tuhan berkata, "Aku mengasihi orang yang mengasihi aku, dan orang yang tekun mencari aku akan mendapatkan daku." (Amsal 8:17).
Bersungguh-sungguh artinya melakukan sesuatu dengan segenap hati, pikiran, tenaga dan kemampuan di dalam semangat dan rasa penuh tanggung jawab. Inilah yang dikehendaki Tuhan! Sudahkah kita bersungguh-sungguh dalam segala hal? Ataukah selama ini kita belum bersungguh-sungguh? Kita melakukan segala sesuatu dengan asal-asalan, setengah-setengah, sambil bersungut-sungut, mengomel, menggerutu, seperti bangsa Israel ketika berada di padang gurun? Ingat, mereka yang tidak bersungguh-sungguh akhirnya mati di padang gurun sebelum mencapai Tanah Perjanjian; mereka tidak menikmati janji Tuhan sepenuhnya. "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah." (Kolose 3:23-24a).
Bila kita ingin menikmati dan mengalami berkat-berkat Tuhan kita pun harus bersungguh-sungguh dalam segala hal. Anugerah karunia, talenta dan potensi yang begitu besar dari Tuhan harus kita maksimalkan. Bagaimana hidup kita bisa berdampak dan menjadi berkat bagi dunia bila kita menghasilkan karya yang biasa-biasa saja?
Mulai hari ini sungguh-sungguhlah mengerjakan tugas yang Tuhan percayakan!
Monday, May 14, 2012
PERKATAAN IMAN PERWIRA KAPERNAUM
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Mei 2012 -
Baca: Matius 8:5-13
"Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh." Matius 8:8
Alkitab menyatakan, "Orang benar akan hidup oleh iman." (Roma 1:17). Yakobus menambahkan, "...iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna." (Yakobus 2:22), karena iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati. Dalam menjalani kehidupan kekristenan, kita pun dituntut untuk memiliki iman yang benar-benar hidup dan nyata.
Dalam renungan kemarin disampaikan bahwa tanda seseorang beriman kepada Tuhan adalah memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan dan percaya bahwa Dia sanggup melakukan segala perkara. Apa yang dikatakan Perwira Kapernaum ini: "...katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh." adalah perkataan penuh iman kepada Tuhan Yesus mengenai hambanya yang terbaring lumpuh di rumah. Meski secara kasat mata hambanya itu terkulai tak berdaya dan sangat menderita, perwira itu sangat percaya dan tidak ragu bahwa Tuhan Yesus sanggup menyembuhkan hambanya itu. Bahkan Tuhan Yesus tidak perlu datang ke rumahnya dan menjamah tubuh hambanya itu, hanya melalui perkataan atau mengucapkan sepatah kata saja hambanya itu pasti disembuhkan. Tuhan Yesus berkata, "...sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel." (Matius 8:10). Perwira Kapernaum percaya bahwa yang keluar dari mulutNya adalah firman yang hidup dan penuh kuasa.
Adakah kita memiliki iman seperti perwira Kapernaum ini? Apa pun keadaan kita saat ini, jangan putus asa, arahkan mata kita kepada Tuhan Yesus. Milikilah iman seperti perwira Kapernaum! Jika mata kita hanya tertuju pada masalah dan apa yang sedang kita alami kita akan menjadi lemah dan semakin kuatir. Itulah yang disukai Iblis. Lawanlah semua ketakutan dan kekuatiran dengan iman! Berhentilah memperkatakan yang negatif, sebaliknya selalu perkatakan firman Tuhan, maka oleh RohNya yang bekerja di dalam kita Ia akan menghidupkan firman yang ada di dalam hati dan pikiran kita. Roma 10:8: "Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu."
Ketika memperkatakan firman dengan iman, kita menyingkirkan keterbatasan dan kemustahilan manusia.
Baca: Matius 8:5-13
"Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh." Matius 8:8
Alkitab menyatakan, "Orang benar akan hidup oleh iman." (Roma 1:17). Yakobus menambahkan, "...iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna." (Yakobus 2:22), karena iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati. Dalam menjalani kehidupan kekristenan, kita pun dituntut untuk memiliki iman yang benar-benar hidup dan nyata.
Dalam renungan kemarin disampaikan bahwa tanda seseorang beriman kepada Tuhan adalah memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan dan percaya bahwa Dia sanggup melakukan segala perkara. Apa yang dikatakan Perwira Kapernaum ini: "...katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh." adalah perkataan penuh iman kepada Tuhan Yesus mengenai hambanya yang terbaring lumpuh di rumah. Meski secara kasat mata hambanya itu terkulai tak berdaya dan sangat menderita, perwira itu sangat percaya dan tidak ragu bahwa Tuhan Yesus sanggup menyembuhkan hambanya itu. Bahkan Tuhan Yesus tidak perlu datang ke rumahnya dan menjamah tubuh hambanya itu, hanya melalui perkataan atau mengucapkan sepatah kata saja hambanya itu pasti disembuhkan. Tuhan Yesus berkata, "...sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel." (Matius 8:10). Perwira Kapernaum percaya bahwa yang keluar dari mulutNya adalah firman yang hidup dan penuh kuasa.
Adakah kita memiliki iman seperti perwira Kapernaum ini? Apa pun keadaan kita saat ini, jangan putus asa, arahkan mata kita kepada Tuhan Yesus. Milikilah iman seperti perwira Kapernaum! Jika mata kita hanya tertuju pada masalah dan apa yang sedang kita alami kita akan menjadi lemah dan semakin kuatir. Itulah yang disukai Iblis. Lawanlah semua ketakutan dan kekuatiran dengan iman! Berhentilah memperkatakan yang negatif, sebaliknya selalu perkatakan firman Tuhan, maka oleh RohNya yang bekerja di dalam kita Ia akan menghidupkan firman yang ada di dalam hati dan pikiran kita. Roma 10:8: "Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu."
Ketika memperkatakan firman dengan iman, kita menyingkirkan keterbatasan dan kemustahilan manusia.
Sunday, May 13, 2012
BERSERAH DAN PERCAYA KEPADA TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Mei 2012 -
Baca: Mazmur 31:1-25
"Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku; Engkau membebaskan aku, ya Tuhan, Allah yang setia." Mazmur 31:6
Sebagai pengikut Kristus status kita adalah anak-anak Tuhan dan kita disebut pula sebagai orang percaya, yaitu percaya kepada Kristus. Kepercayaan yang dimaksud bukanlah sekedar percaya, tetapi penyerahan penuh kepada Tuhan dan mempercayakan seluruh hidup kita kepadaNya. Tertulis: "Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak;" (Mazmur 37:5).
Ayat nas di atas menggambarkan tentang penyerahan hidup Daud kepada Tuhan, di mana ia yakin bahwa perlindungan yang aman hanya ia temukan di dalam Dia. Daud berkata, "Sebab Engkau bukit batuku dan pertahananku, dan oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun dan membimbing aku. Engkau akan mengeluarkan aku dari jaring yang dipasang orang terhadap aku, sebab Engkaulah tempat perlindunganku." (Mazmur 31:4-5). Sebagai raja atas Israel bukan berarti Daud bebas dari masalah, malah dia banyak mengalami kesesakan, penderitaan dan melewati masa-masa sukar yang disebabkan oleh musuh-musuhnya yang berusaha untuk menjatuhkan dia.
Berserah berarti kita menyerahkan hidup kita kepada Tuhan di segala keadaan, baik suka maupun duka, saat dalam masalah, penderitaan, sakit, kesulitan, sedang diberkati atau sehat wal'afiat hari lepas hari, bukan pada saat-saat tertentu saja. Inilah yang disebut dengan tindakan iman, di mana kita mempercayakan hidup dan mempersilahkan Tuhan berkarya dalam hidup kita. Bukan iman yang setengah-setengah, bukan iman musiman, tetapi iman yang utuh dan seluruh.
Mengapa perlu memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan? Supaya hidup kita sesuai dengan kehendak dan rencanaNya. Ini tidaklah mudah karena sebagai manusia kita cenderung mengandalkan kekuatan dan kepintaran sendiri dibanding tunduk kepada kehendak Tuhan. Namun untuk berkenan kepada Tuhan tidak ada jalan lain selain harus mau dibentuk seperti tanah liat. Adakah tanah liat memberontak ketika dibentuk diproses? Tanah liat hanya bisa berserah dan percaya penuh kepada si penjunan.
Milikilah penyerahan penuh kepada Tuhan karena Dia tahu yang terbaik bagi kita dan tidak ada rancanganNya yang gagal atau salah!
Baca: Mazmur 31:1-25
"Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku; Engkau membebaskan aku, ya Tuhan, Allah yang setia." Mazmur 31:6
Sebagai pengikut Kristus status kita adalah anak-anak Tuhan dan kita disebut pula sebagai orang percaya, yaitu percaya kepada Kristus. Kepercayaan yang dimaksud bukanlah sekedar percaya, tetapi penyerahan penuh kepada Tuhan dan mempercayakan seluruh hidup kita kepadaNya. Tertulis: "Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak;" (Mazmur 37:5).
Ayat nas di atas menggambarkan tentang penyerahan hidup Daud kepada Tuhan, di mana ia yakin bahwa perlindungan yang aman hanya ia temukan di dalam Dia. Daud berkata, "Sebab Engkau bukit batuku dan pertahananku, dan oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun dan membimbing aku. Engkau akan mengeluarkan aku dari jaring yang dipasang orang terhadap aku, sebab Engkaulah tempat perlindunganku." (Mazmur 31:4-5). Sebagai raja atas Israel bukan berarti Daud bebas dari masalah, malah dia banyak mengalami kesesakan, penderitaan dan melewati masa-masa sukar yang disebabkan oleh musuh-musuhnya yang berusaha untuk menjatuhkan dia.
Berserah berarti kita menyerahkan hidup kita kepada Tuhan di segala keadaan, baik suka maupun duka, saat dalam masalah, penderitaan, sakit, kesulitan, sedang diberkati atau sehat wal'afiat hari lepas hari, bukan pada saat-saat tertentu saja. Inilah yang disebut dengan tindakan iman, di mana kita mempercayakan hidup dan mempersilahkan Tuhan berkarya dalam hidup kita. Bukan iman yang setengah-setengah, bukan iman musiman, tetapi iman yang utuh dan seluruh.
Mengapa perlu memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan? Supaya hidup kita sesuai dengan kehendak dan rencanaNya. Ini tidaklah mudah karena sebagai manusia kita cenderung mengandalkan kekuatan dan kepintaran sendiri dibanding tunduk kepada kehendak Tuhan. Namun untuk berkenan kepada Tuhan tidak ada jalan lain selain harus mau dibentuk seperti tanah liat. Adakah tanah liat memberontak ketika dibentuk diproses? Tanah liat hanya bisa berserah dan percaya penuh kepada si penjunan.
Milikilah penyerahan penuh kepada Tuhan karena Dia tahu yang terbaik bagi kita dan tidak ada rancanganNya yang gagal atau salah!
Saturday, May 12, 2012
MUJIZAT ITU MASIH ADA! (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Mei 2012 -
Baca: Markus 5:35-43
"Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub." Markus 5:42
Mujizat yang kedua adalah anak Yairus (seorang kepala rumah ibadat) yang dibangkitkan dari kematian. Status sebagai kepala rumah ibadat menunjukkan bahwa Yairus adalah seorang hamba Tuhan, rohaniawan atau orang yang sudah melayani Tuhan. Dari sini kita tahu bahwa masalah, persoalan, sakit-penyakit dapat dialami dan menimpa siapa saja, tidak terkecuali seorang hamba Tuhan. Sering terdengar keluh kesah di antara anak-anak Tuhan yang berkata, "Saya sudah melayani Tuhan dengan setia, kok masih saja ada masalah, kesulitan, sakit-penyakit. Mengapa Tuhan membiarkan hal ini terjadi?"
Sebagai pelayan Tuhan, bukan berarti kita bebas dari persoalan. Hal ini juga menimpa keluarga Yairus, anak perempuannya sakit dan hampir mati. Segeralah ia datang kepada Tuhan Yesus dan tersungkurlah ia dibawah kakiNya. Namun dalam perjalanan ke rumah Yairus, Yesus harus menerobos orang banyak yang berdesak-desakan dan sempat mengalami penundaan (interupsi) oleh seorang wanita yang mengalami pendarahan selama dua belas tahun yang juga ingin disembuhkan Yesus. Lalu terdengar kabar dari rumah Yairus bahwa anak perempuannya sudah mati. Kelihatannya sudah tidak ada harapan lagi. Pasti dalam hati kecilnya Yairus kecewa: "Andai Yesus tidak berhenti, anakku pasti segera tertolong." Namun perkataan Yesus, "Anak ini tidak mati, tetapi tidur!" (ayat 39b) memberi kekuatan pada iman Yairus. Ia yakin bahwa Tuhan Yesus sanggup melakukan perkara besar dan itu terbukti!
Sedang berbeban beratkah Saudara saat ini? Sedang sakitkah Saudara saat ini? Mari datang kepada Yesus, berserulah dan panggil namaNya dengan iman, serta mohon belas kasihanNya. KuasaNya dari dulu, sekarang dan sampai selama-lamanya tidak pernah berubah. Dia sanggup menyelesaikan segala persoalan yang kita alami. Mujizat itu masih ada dan terus ada bagi orang percaya tanpa ada batas waktu! Pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat. Segala sesuatu yang diijinkan terjadi atas hidup kita pasti mendatangkan kebaikan bagi kita, karena Tuhan selalu turut bekerja (baca Roma 8:28). Amin!
"Sesungguhnya, Akulah Tuhan, Allah segala makhluk; adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk-Ku?" Yeremia 32:27
Baca: Markus 5:35-43
"Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub." Markus 5:42
Mujizat yang kedua adalah anak Yairus (seorang kepala rumah ibadat) yang dibangkitkan dari kematian. Status sebagai kepala rumah ibadat menunjukkan bahwa Yairus adalah seorang hamba Tuhan, rohaniawan atau orang yang sudah melayani Tuhan. Dari sini kita tahu bahwa masalah, persoalan, sakit-penyakit dapat dialami dan menimpa siapa saja, tidak terkecuali seorang hamba Tuhan. Sering terdengar keluh kesah di antara anak-anak Tuhan yang berkata, "Saya sudah melayani Tuhan dengan setia, kok masih saja ada masalah, kesulitan, sakit-penyakit. Mengapa Tuhan membiarkan hal ini terjadi?"
Sebagai pelayan Tuhan, bukan berarti kita bebas dari persoalan. Hal ini juga menimpa keluarga Yairus, anak perempuannya sakit dan hampir mati. Segeralah ia datang kepada Tuhan Yesus dan tersungkurlah ia dibawah kakiNya. Namun dalam perjalanan ke rumah Yairus, Yesus harus menerobos orang banyak yang berdesak-desakan dan sempat mengalami penundaan (interupsi) oleh seorang wanita yang mengalami pendarahan selama dua belas tahun yang juga ingin disembuhkan Yesus. Lalu terdengar kabar dari rumah Yairus bahwa anak perempuannya sudah mati. Kelihatannya sudah tidak ada harapan lagi. Pasti dalam hati kecilnya Yairus kecewa: "Andai Yesus tidak berhenti, anakku pasti segera tertolong." Namun perkataan Yesus, "Anak ini tidak mati, tetapi tidur!" (ayat 39b) memberi kekuatan pada iman Yairus. Ia yakin bahwa Tuhan Yesus sanggup melakukan perkara besar dan itu terbukti!
Sedang berbeban beratkah Saudara saat ini? Sedang sakitkah Saudara saat ini? Mari datang kepada Yesus, berserulah dan panggil namaNya dengan iman, serta mohon belas kasihanNya. KuasaNya dari dulu, sekarang dan sampai selama-lamanya tidak pernah berubah. Dia sanggup menyelesaikan segala persoalan yang kita alami. Mujizat itu masih ada dan terus ada bagi orang percaya tanpa ada batas waktu! Pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat. Segala sesuatu yang diijinkan terjadi atas hidup kita pasti mendatangkan kebaikan bagi kita, karena Tuhan selalu turut bekerja (baca Roma 8:28). Amin!
"Sesungguhnya, Akulah Tuhan, Allah segala makhluk; adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk-Ku?" Yeremia 32:27
Friday, May 11, 2012
MUJIZAT ITU MASIH ADA! (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Mei 2012 -
Baca: Markus 5:21-34
"Maka kata-Nya kepada perempuan itu: "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!" Markus 5:34
Sebuah pertanyaan yang kerapkali timbul di dalam hati banyak orang Kristen: "Masihkah mujizat Tuhan terjadi hingga saat ini? Ataukah mujizat itu hanya terjadi di zaman dahulu kala semasa Tuhan Yesus melayani di bumi dan sekarang tidak? Jika mujizat itu masih terjadi, mengapa masalahku sampai detik ini belum ada jalan keluar, mengapa sakit-penyakitku juga tak kunjung sembuh, padahal sudah lama aku berdoa dan juga didoakan oleh para hamba Tuhan?" Mari kita perhatikan kisah yang terdapat dalam Alkitab ini: Ada dua orang yang mengalami persoalan dan menghadapi jalan buntu. Mujizat pertama adalah seorang wanita yang mengalami pendarahan selama dua belas tahun dan disembuhkan ketika ia bertemu dengan Tuhan Yesus.
Dua belas tahun bukanlah waktu yang singkat. Tak bisa kita bayangkan betapa sakit dan menderitanya wanita itu. Banyak orang pasti tidak akan tahan dan akhirnya berputus asa (menyerah) bila menderita terus-menerus dalam waktu yang sangat lama. Selama bertahun-tahun wanita itu pasti berusaha mencari kesembuhan ke mana-mana dan bisa dipastikan biaya yang dikeluarkan sudah sangat banyak dan mungkin kekayaannya sudah habis ia gunakan untuk berobat, namun tidak ada hasil. Tapi wanita ini tidak putus asa dan percaya bahwa selalu ada harapan selama mau berusaha. Ketika ia mendengar tentang Yesus, pengharapannya untuk mendapatkan mujizat semakin kuat. Dengan penuh iman wanita itu berkata, "Asal kujamah jubah-Nya, aku akan sembuh." (ayat 28). Setelah menjamah jubah Yesus, seketika itu juga mujizat terjadi. "Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya." (ayat 29). Tuhan Yesus menghargai iman wanita ini, Imannya telah menyelamatkan dan karena itu ia mengalami mujizat kesembuhan dari Tuhan.
Iman adalah kunci jalan bagi mujizat Tuhan terjadi dalam hidup kita. Iman adalah kunci yang menggerakkan hati Tuhan untuk bertindak. Karena itu jangan pernah meragukan kuasa Tuhan!
Mujizat itu masih ada asal kita dengan iman datang kepada Tuhan Yesus, karena Dia adalah "Jehovah Rapha", dokter di atas segala dokter!
Baca: Markus 5:21-34
"Maka kata-Nya kepada perempuan itu: "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!" Markus 5:34
Sebuah pertanyaan yang kerapkali timbul di dalam hati banyak orang Kristen: "Masihkah mujizat Tuhan terjadi hingga saat ini? Ataukah mujizat itu hanya terjadi di zaman dahulu kala semasa Tuhan Yesus melayani di bumi dan sekarang tidak? Jika mujizat itu masih terjadi, mengapa masalahku sampai detik ini belum ada jalan keluar, mengapa sakit-penyakitku juga tak kunjung sembuh, padahal sudah lama aku berdoa dan juga didoakan oleh para hamba Tuhan?" Mari kita perhatikan kisah yang terdapat dalam Alkitab ini: Ada dua orang yang mengalami persoalan dan menghadapi jalan buntu. Mujizat pertama adalah seorang wanita yang mengalami pendarahan selama dua belas tahun dan disembuhkan ketika ia bertemu dengan Tuhan Yesus.
Dua belas tahun bukanlah waktu yang singkat. Tak bisa kita bayangkan betapa sakit dan menderitanya wanita itu. Banyak orang pasti tidak akan tahan dan akhirnya berputus asa (menyerah) bila menderita terus-menerus dalam waktu yang sangat lama. Selama bertahun-tahun wanita itu pasti berusaha mencari kesembuhan ke mana-mana dan bisa dipastikan biaya yang dikeluarkan sudah sangat banyak dan mungkin kekayaannya sudah habis ia gunakan untuk berobat, namun tidak ada hasil. Tapi wanita ini tidak putus asa dan percaya bahwa selalu ada harapan selama mau berusaha. Ketika ia mendengar tentang Yesus, pengharapannya untuk mendapatkan mujizat semakin kuat. Dengan penuh iman wanita itu berkata, "Asal kujamah jubah-Nya, aku akan sembuh." (ayat 28). Setelah menjamah jubah Yesus, seketika itu juga mujizat terjadi. "Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya." (ayat 29). Tuhan Yesus menghargai iman wanita ini, Imannya telah menyelamatkan dan karena itu ia mengalami mujizat kesembuhan dari Tuhan.
Iman adalah kunci jalan bagi mujizat Tuhan terjadi dalam hidup kita. Iman adalah kunci yang menggerakkan hati Tuhan untuk bertindak. Karena itu jangan pernah meragukan kuasa Tuhan!
Mujizat itu masih ada asal kita dengan iman datang kepada Tuhan Yesus, karena Dia adalah "Jehovah Rapha", dokter di atas segala dokter!
Thursday, May 10, 2012
DEBORA: Tidak Ada yang Mustahil! (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Mei 2012 -
Baca: Hakim-Hakim 5:1-31
"Dengarlah, ya raja-raja! Pasanglah telingamu, ya pemuka-pemuka! Kalau aku, aku mau bernyanyi bagi Tuhan, bermazmur bagi Tuhan, Allah Israel." Hakim-Hakim 5:3
Inilah respon barak: "Jika engkau turut maju akupun maju, tetapi jika engkau tidak turut maju akupun tidak maju." (Hakim-Hakim 4:8). Karena kepekaannya mendengar suara Tuhan dan keyakinannya bahwa Tuhan akan berperang ganti mereka, Debora beroleh keberanian untuk maju berperang bersama dengan Barak. Dengan penuh iman Debora berkata, "'Bersiaplah, sebab inilah harinya Tuhan menyerahkan Sisera ke dalam tanganmu. Bukankah Tuhan telah maju di depan engkau?' Lalu turunlah Barak dari gunung Tabor dan sepuluh ribu orang mengikuti dia, dan Tuhan mengacaukan Sisera serta segala keretanya dan seluruh tentaranya oleh mata pedang di depan Barak, sehingga Sisera turun dari keretanya dan melarikan diri dengan berjalan kaki." (Hakim-Hakim 4:14-15). Dan akhirnya Debora mampu membawa bangsa Israel kepada kemenangan yang gilang-gemilang. Itu semua bukan karena gagah dan kuat manusia, tapi semata-mata karena Tuhan yang menyertainya. "Demikianlah Allah pada hari itu menundukkan Yabin, raja Kanaan, di depan orang Israel." (Hakim-Hakim 4:23).
Tuhan benar-benar menunjukkan kuasaNya dan menjadi Jehovah Nissi bagi bangsa Israel. Meski dipimpin seorang wanita bukan berarti Israel lemah dan mudah ditaklukkan. Israel mempunyai Tuhan yang hidup dan berkuasa. Tidak ada perkara yang mustahil bagi Tuhan! Dia sanggup memakai Debora sebagai pahlawan bagi bangsa Israel. "Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah." (1 Korintus 1:27-29).
Karena itu Deborah menaikkan pujian dan pengagungan bagi Tuhan, nyanyian syukur karena Tuhan telah menjadi pembela bagi bangsanya. Sungguh, "Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?" (Roma 8:31b). Di dalam Tuhan, kita lebih daripada pemenang.
Di bawah kepemimpinan Debora amanlah bangsa Israel selama 40 tahun.
Baca: Hakim-Hakim 5:1-31
"Dengarlah, ya raja-raja! Pasanglah telingamu, ya pemuka-pemuka! Kalau aku, aku mau bernyanyi bagi Tuhan, bermazmur bagi Tuhan, Allah Israel." Hakim-Hakim 5:3
Inilah respon barak: "Jika engkau turut maju akupun maju, tetapi jika engkau tidak turut maju akupun tidak maju." (Hakim-Hakim 4:8). Karena kepekaannya mendengar suara Tuhan dan keyakinannya bahwa Tuhan akan berperang ganti mereka, Debora beroleh keberanian untuk maju berperang bersama dengan Barak. Dengan penuh iman Debora berkata, "'Bersiaplah, sebab inilah harinya Tuhan menyerahkan Sisera ke dalam tanganmu. Bukankah Tuhan telah maju di depan engkau?' Lalu turunlah Barak dari gunung Tabor dan sepuluh ribu orang mengikuti dia, dan Tuhan mengacaukan Sisera serta segala keretanya dan seluruh tentaranya oleh mata pedang di depan Barak, sehingga Sisera turun dari keretanya dan melarikan diri dengan berjalan kaki." (Hakim-Hakim 4:14-15). Dan akhirnya Debora mampu membawa bangsa Israel kepada kemenangan yang gilang-gemilang. Itu semua bukan karena gagah dan kuat manusia, tapi semata-mata karena Tuhan yang menyertainya. "Demikianlah Allah pada hari itu menundukkan Yabin, raja Kanaan, di depan orang Israel." (Hakim-Hakim 4:23).
Tuhan benar-benar menunjukkan kuasaNya dan menjadi Jehovah Nissi bagi bangsa Israel. Meski dipimpin seorang wanita bukan berarti Israel lemah dan mudah ditaklukkan. Israel mempunyai Tuhan yang hidup dan berkuasa. Tidak ada perkara yang mustahil bagi Tuhan! Dia sanggup memakai Debora sebagai pahlawan bagi bangsa Israel. "Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah." (1 Korintus 1:27-29).
Karena itu Deborah menaikkan pujian dan pengagungan bagi Tuhan, nyanyian syukur karena Tuhan telah menjadi pembela bagi bangsanya. Sungguh, "Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?" (Roma 8:31b). Di dalam Tuhan, kita lebih daripada pemenang.
Di bawah kepemimpinan Debora amanlah bangsa Israel selama 40 tahun.
Wednesday, May 9, 2012
DEBORA: Tidak Ada yang Mustahil! (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Mei 2012 -
Baca: Hakim-Hakim 4:1-24
"Jawab Barak kepada Debora: 'Jika engkau turut maju akupun maju, tetapi jika engkau tidak turut maju akupun tidak maju.'" Hakim-Hakim 4:8
Setelah Yosua mati, bangsa Israel seperti anak ayam kehilangan induk; mereka tidak punya pemimpin yang bisa menjadi panutan. "Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan dan mereka beribadah kepada para Baal. Mereka meninggalkan TUHAN, Allah nenek moyang mereka yang telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir, lalu mengikuti allah lain, dari antara allah bangsa-bangsa di sekeliling mereka, dan sujud menyembah kepadanya, sehingga mereka menyakiti hati Tuhan." (Hakim-Hakim 2:11-12). Kemudian Tuhan mengangkat hakim-hakim untuk memimpin dan memerintah bangsa Israel. Hakim yang pertama dipakai Tuhan adalah Otniel, Ehud, dan Samgar. Meski berganti-ganti hakim, orang Israel selalu melakukan kejahatan di mata Tuhan, termasuk generasi di mana Debora dipilih Tuhan untuk menjadi hakim. Orang Israel tetap saja tidak berubah sehingga Tuhan pun menghajar mereka dengan menyerahkannya ke dalam tangan Yabin, raja Kanaan.
Debora, meski seorang wanita dan berstatus seperti ibu rumah tangga, mampu menjalankan tugas yang dipercayakan Tuhan kepadanya yaitu sebagai hakim atas umat Israel. Ruang kerja Debora tidak berada di istana atau di kantor yang bertingkat, melainkan di bawah pohon kurma di pegunungan Efraim. Di situlah ia biasa menyelesaikan tugas-tugas kenegaraannya, di mana banyak orang datang kepadanya untuk meminta nasihat dan juga solusi untuk setiap permasalahan yang dihadapi. Tugas yang tidak bisa dianggap mudah, apalagi bangsa Israel telah hidup di bawah penindasan raja Kanaan itu dengan Sisera selaku kepala pasukan selama 20 tahun, apalagi Sisera mempunyai 900 kereta besi, sementara bangsa Israel tidak memiliki satu pun kereta perang; belum lagi konflik intern bangsa Israel yang semakin menjadi-jadi. Sebagai wanita biasa, ada kemungkinan dia kurang dianggap oleh orang lain.
Meski menghadap situasi sulit Debora tidak menyerah. Ketika Tuhan memanggilnya ia yakin Dia akan memberi kekuatan dan kemampuan kepadanya. Melalui petunjuk dan perintah Tuhan ia memanggil Barak dan memerintahkannya mengumpulkan 10.000 orang dari suku Naftali dan Zebulon untuk pergi ke Gunung Tabor. (Bersambung)
Baca: Hakim-Hakim 4:1-24
"Jawab Barak kepada Debora: 'Jika engkau turut maju akupun maju, tetapi jika engkau tidak turut maju akupun tidak maju.'" Hakim-Hakim 4:8
Setelah Yosua mati, bangsa Israel seperti anak ayam kehilangan induk; mereka tidak punya pemimpin yang bisa menjadi panutan. "Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan dan mereka beribadah kepada para Baal. Mereka meninggalkan TUHAN, Allah nenek moyang mereka yang telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir, lalu mengikuti allah lain, dari antara allah bangsa-bangsa di sekeliling mereka, dan sujud menyembah kepadanya, sehingga mereka menyakiti hati Tuhan." (Hakim-Hakim 2:11-12). Kemudian Tuhan mengangkat hakim-hakim untuk memimpin dan memerintah bangsa Israel. Hakim yang pertama dipakai Tuhan adalah Otniel, Ehud, dan Samgar. Meski berganti-ganti hakim, orang Israel selalu melakukan kejahatan di mata Tuhan, termasuk generasi di mana Debora dipilih Tuhan untuk menjadi hakim. Orang Israel tetap saja tidak berubah sehingga Tuhan pun menghajar mereka dengan menyerahkannya ke dalam tangan Yabin, raja Kanaan.
Debora, meski seorang wanita dan berstatus seperti ibu rumah tangga, mampu menjalankan tugas yang dipercayakan Tuhan kepadanya yaitu sebagai hakim atas umat Israel. Ruang kerja Debora tidak berada di istana atau di kantor yang bertingkat, melainkan di bawah pohon kurma di pegunungan Efraim. Di situlah ia biasa menyelesaikan tugas-tugas kenegaraannya, di mana banyak orang datang kepadanya untuk meminta nasihat dan juga solusi untuk setiap permasalahan yang dihadapi. Tugas yang tidak bisa dianggap mudah, apalagi bangsa Israel telah hidup di bawah penindasan raja Kanaan itu dengan Sisera selaku kepala pasukan selama 20 tahun, apalagi Sisera mempunyai 900 kereta besi, sementara bangsa Israel tidak memiliki satu pun kereta perang; belum lagi konflik intern bangsa Israel yang semakin menjadi-jadi. Sebagai wanita biasa, ada kemungkinan dia kurang dianggap oleh orang lain.
Meski menghadap situasi sulit Debora tidak menyerah. Ketika Tuhan memanggilnya ia yakin Dia akan memberi kekuatan dan kemampuan kepadanya. Melalui petunjuk dan perintah Tuhan ia memanggil Barak dan memerintahkannya mengumpulkan 10.000 orang dari suku Naftali dan Zebulon untuk pergi ke Gunung Tabor. (Bersambung)
Tuesday, May 8, 2012
ADA SAATNYA HARUS MENANTI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Mei 2012 -
Baca: Mazmur 40:1-18
"Aku sangat menanti-nantikan Tuhan; lalu Ia menjenguk kepadaku dan mendengar teriakku minta tolong." Mazmur 40:2
Banyak orang Kristen yang bertanya-tanya dalam hati, "Mengapa pertolongan Tuhan itu begitu lama?" Padahal Tuhan berkata sendiri, "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan." (Matius 7:7-8). Apa Ia ingkar dengan janjiNya? Camkan dalam hati bahwa Ia tidak pernah ingkar dengan janjiNya. JanjiNya yang tertulis dalam Alkitab pasti akan digenapi asalkan kita mau bersabar untuk menantikan Dia.
Mazmur 40:2-4 adalah kesabaran Daud dalam menantikan jawaban Tuhan. Daud percaya bahwa cepaat atau lambat doanya pasti dijawab Tuhan, karena "Tuhan dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan." (Mazmur 145:18). Terkadang doa kita dijawab Tuhan dalam waktu singkat. Namun adakalanya doa kita dijawab Tuhan dalam waktu yang cukup lama, seperti Abraham yang harus menunggu selama 25 tahun untuk mendapatkan Ishak. Namun yakinlah bahwa di dalam Tuhan tidak ada deadlock (jalan buntu). Kita tidak perlu takut pada jalan buntu. Semua orang pasti pernah mengalami tidak ada jalan bagi masalahnya, tapi bagi orang-orang yang dikasihi Tuhan selalu ada jalan keluar. Oleh karena itu "...kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab Tuhan, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi." (Yosua 1:9). Untuk dapat menantikan jawaban Tuhan diperlukan suatu keberanian dalam diri kita, karena di dalamnya ada harga yang harus kita bayar, baik ketekunan, kesabaran, maupun kesetiaan. Ketiga hal ini kerapkali kita abaikan dan kita pun langsung menyalahkan Tuhan dan beranggapan bahwa Tuhan terlalu lambat untuk menolong kita.
Mengapa Ia lambat menjawab doa kita? Mungkin hidup kita dalam posisi tidak benar sehingga Tuhan harus menunggu sampai kita bertobat dan mengerti kehendakNya.
Mungkin saat ini Tuhan sedang membentuk kita sampai kita dapat berkata, "Tuhan, aku tidak mampu tanpa Engkau! Aku memerlukan Engkau."
Baca: Mazmur 40:1-18
"Aku sangat menanti-nantikan Tuhan; lalu Ia menjenguk kepadaku dan mendengar teriakku minta tolong." Mazmur 40:2
Banyak orang Kristen yang bertanya-tanya dalam hati, "Mengapa pertolongan Tuhan itu begitu lama?" Padahal Tuhan berkata sendiri, "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan." (Matius 7:7-8). Apa Ia ingkar dengan janjiNya? Camkan dalam hati bahwa Ia tidak pernah ingkar dengan janjiNya. JanjiNya yang tertulis dalam Alkitab pasti akan digenapi asalkan kita mau bersabar untuk menantikan Dia.
Mazmur 40:2-4 adalah kesabaran Daud dalam menantikan jawaban Tuhan. Daud percaya bahwa cepaat atau lambat doanya pasti dijawab Tuhan, karena "Tuhan dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan." (Mazmur 145:18). Terkadang doa kita dijawab Tuhan dalam waktu singkat. Namun adakalanya doa kita dijawab Tuhan dalam waktu yang cukup lama, seperti Abraham yang harus menunggu selama 25 tahun untuk mendapatkan Ishak. Namun yakinlah bahwa di dalam Tuhan tidak ada deadlock (jalan buntu). Kita tidak perlu takut pada jalan buntu. Semua orang pasti pernah mengalami tidak ada jalan bagi masalahnya, tapi bagi orang-orang yang dikasihi Tuhan selalu ada jalan keluar. Oleh karena itu "...kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab Tuhan, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi." (Yosua 1:9). Untuk dapat menantikan jawaban Tuhan diperlukan suatu keberanian dalam diri kita, karena di dalamnya ada harga yang harus kita bayar, baik ketekunan, kesabaran, maupun kesetiaan. Ketiga hal ini kerapkali kita abaikan dan kita pun langsung menyalahkan Tuhan dan beranggapan bahwa Tuhan terlalu lambat untuk menolong kita.
Mengapa Ia lambat menjawab doa kita? Mungkin hidup kita dalam posisi tidak benar sehingga Tuhan harus menunggu sampai kita bertobat dan mengerti kehendakNya.
Mungkin saat ini Tuhan sedang membentuk kita sampai kita dapat berkata, "Tuhan, aku tidak mampu tanpa Engkau! Aku memerlukan Engkau."
Monday, May 7, 2012
BANYAK MEMBERI: Makin Diberkati Tuhan (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Mei 2012 -
Baca: Amsal 28:1-28
"Siapa memberi kepada orang miskin tak akan berkekurangan, tetapi orang yang menutup matanya akan sangat dikutuki." Amsal 28:27
Seseorang yang dapat menjadi saluran berkat bagi orang lain adalah seorang yang kaya sejati. Pikiran: kalau kita tidak kaya, bagaimana mungkin kita dapat memberi kepada orang lain, bukan? Banyak orang masih pikir-pikir jika hendak memberi kepada orang lain: "Wah, kalau aku memberi berarti uangku berkurang. Untuk kebutuhan diri sendiri saja tidak cukup, apalagi memikirkan orang lain."
Kita tidak akan menjadi miskin karena kita memberi, justru dengan memberi menunjukkan bahwa kita hidup dalam kelimpahan. Dalam Amsal 11:24 dikatakan: "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat luar biasa, namun selalu berkekurangan." Memberi juga menunjukkan bahwa kita hidup dalam kelimpahan. Tuhan akan mencurahkan berkatNya ketika kita memberi, karena "Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri," (Amsal 11:17a). Kita pun tidak akan rugi jika kita memberi kepada orang lain; malahan ketika kita memberkati orang lain Tuhan akan memelihara hidup kita. Saat kita memperhatikan kebutuhan orang lain, percayalah Tuhan akan mengambil alih semua kesulitan yang kita alami. Tertulis: "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:19).
Apakah Tuhan membutuhkan uang atau harta kita? Tidak! Tuhan berkata, "Kepunyaan-Kulah perak dan kepunyaan-Kulah emas," (Hagai 2:9). Pemazmur juga berkata, "Punya-Mulah langit, punya-Mulah juga bumi," (Mazmur 89:12). Namun mengapa Tuhan mengajarkan kita untuk membiasakan diri memberi? Itu adalah demi kepentingan kita sendiri (yaitu orang yang memberi) juga, karena ketika kita memberkati orang lain kita akan diberkati kembali. Semakin banyak kita diberkati Tuhan, kita dituntut untuk memberkati atau menolong orang lain lebih banyak lagi pula. Jadi kita yang sudah diberkati Tuhan lebih, memiliki tanggung jawab yang semakin besar di hadapan Tuhan. "Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut," (Lukas 12:48b).
Tuhan memberkati kita supaya kita menjadi saluran berkat bagi orang lain!
Baca: Amsal 28:1-28
"Siapa memberi kepada orang miskin tak akan berkekurangan, tetapi orang yang menutup matanya akan sangat dikutuki." Amsal 28:27
Seseorang yang dapat menjadi saluran berkat bagi orang lain adalah seorang yang kaya sejati. Pikiran: kalau kita tidak kaya, bagaimana mungkin kita dapat memberi kepada orang lain, bukan? Banyak orang masih pikir-pikir jika hendak memberi kepada orang lain: "Wah, kalau aku memberi berarti uangku berkurang. Untuk kebutuhan diri sendiri saja tidak cukup, apalagi memikirkan orang lain."
Kita tidak akan menjadi miskin karena kita memberi, justru dengan memberi menunjukkan bahwa kita hidup dalam kelimpahan. Dalam Amsal 11:24 dikatakan: "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat luar biasa, namun selalu berkekurangan." Memberi juga menunjukkan bahwa kita hidup dalam kelimpahan. Tuhan akan mencurahkan berkatNya ketika kita memberi, karena "Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri," (Amsal 11:17a). Kita pun tidak akan rugi jika kita memberi kepada orang lain; malahan ketika kita memberkati orang lain Tuhan akan memelihara hidup kita. Saat kita memperhatikan kebutuhan orang lain, percayalah Tuhan akan mengambil alih semua kesulitan yang kita alami. Tertulis: "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:19).
Apakah Tuhan membutuhkan uang atau harta kita? Tidak! Tuhan berkata, "Kepunyaan-Kulah perak dan kepunyaan-Kulah emas," (Hagai 2:9). Pemazmur juga berkata, "Punya-Mulah langit, punya-Mulah juga bumi," (Mazmur 89:12). Namun mengapa Tuhan mengajarkan kita untuk membiasakan diri memberi? Itu adalah demi kepentingan kita sendiri (yaitu orang yang memberi) juga, karena ketika kita memberkati orang lain kita akan diberkati kembali. Semakin banyak kita diberkati Tuhan, kita dituntut untuk memberkati atau menolong orang lain lebih banyak lagi pula. Jadi kita yang sudah diberkati Tuhan lebih, memiliki tanggung jawab yang semakin besar di hadapan Tuhan. "Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut," (Lukas 12:48b).
Tuhan memberkati kita supaya kita menjadi saluran berkat bagi orang lain!
Sunday, May 6, 2012
BANYAK MEMBERI: Makin Diberkati Tuhan (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Mei 2012 -
Baca: Amsal 11:1-31
"Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum." Amsal 11:25
Ketika Tuhan memanggil Abraham keluar dari negerinya, Dia berkata, "...engkau akan menjadi berkat." (Kejadian 12:2b). Dan benar, hidup Abraham menjadi berkat bagi bangsa-bangsa.
Sebagai orang percaya kita ini adalah milik Kristus, artinya kita juga adalah keturunan Abraham (baca Galatia 3:39); berarti kita juga dipanggil untuk menjadi berkat bagi dunia ini. Kita dipanggil bukan untuk mementingkan diri sendiri. Menjadi berkat berarti hidup untuk memberi, bukan menerima. Jadi prinsip hidup orang percaya adalah hidup untuk memberi. Alkitab juga menegaskan, "...Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." (Kisah 20:35). Ini sangatlah kontras dengan konsep hidup dunia yang mengajarkan bahwa hidup itu harus menerima (to get something). Di dunia ini banyak orang yang hanya ingin mementingkan diri sendiri, mencari kemuliaan diri sendiri dan kesenangan diri sendiri, tapi Tuhan justru mengajarkan supaya kita memberi, dengan demikian hidup kita menjadi berkat bagi orang lain.
Bila kita memiliki sesuatu yang dapat kita berikan kepada orang lain, ingatlah itu semua bukan milik kita, tapi berasal dari Tuhan. Jangan pernah terlintas di benak kita bahwa uang atau kekayaan yang kita miliki adalah hasil kerja kita sendiri, "Tetapi haruslah engkau ingat kepada Tuhan, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini." (Ulangan 8:18). Kepintaran, kehebatan, pekerjaan, karir, kekayaan, bahkan pelayanan yang dipercayakan Tuhan kepada kita semuanya berasal dari Tuhan. Adalah suatu anugerah bila kita dapat memperoleh semuanya itu. Itulah sebabnya Ayub dapat berkata, "Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!" (Ayub 1:21b). Tuhan menghendaki agar berkat yang kita terima kita salurkan kepada orang lain. Itulah tujuan Tuhan memberkati kita: menggunakan berkat-berkat itu untuk memberkati orang lain. Mari bersyukur jika Tuhan berkenan memakai kita menjadi saluran berkat bagi orang lain. Dapat memberi menunjukkan bahwa kita adalah orang kaya sejati. (Bersambung).
Baca: Amsal 11:1-31
"Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum." Amsal 11:25
Ketika Tuhan memanggil Abraham keluar dari negerinya, Dia berkata, "...engkau akan menjadi berkat." (Kejadian 12:2b). Dan benar, hidup Abraham menjadi berkat bagi bangsa-bangsa.
Sebagai orang percaya kita ini adalah milik Kristus, artinya kita juga adalah keturunan Abraham (baca Galatia 3:39); berarti kita juga dipanggil untuk menjadi berkat bagi dunia ini. Kita dipanggil bukan untuk mementingkan diri sendiri. Menjadi berkat berarti hidup untuk memberi, bukan menerima. Jadi prinsip hidup orang percaya adalah hidup untuk memberi. Alkitab juga menegaskan, "...Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." (Kisah 20:35). Ini sangatlah kontras dengan konsep hidup dunia yang mengajarkan bahwa hidup itu harus menerima (to get something). Di dunia ini banyak orang yang hanya ingin mementingkan diri sendiri, mencari kemuliaan diri sendiri dan kesenangan diri sendiri, tapi Tuhan justru mengajarkan supaya kita memberi, dengan demikian hidup kita menjadi berkat bagi orang lain.
Bila kita memiliki sesuatu yang dapat kita berikan kepada orang lain, ingatlah itu semua bukan milik kita, tapi berasal dari Tuhan. Jangan pernah terlintas di benak kita bahwa uang atau kekayaan yang kita miliki adalah hasil kerja kita sendiri, "Tetapi haruslah engkau ingat kepada Tuhan, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini." (Ulangan 8:18). Kepintaran, kehebatan, pekerjaan, karir, kekayaan, bahkan pelayanan yang dipercayakan Tuhan kepada kita semuanya berasal dari Tuhan. Adalah suatu anugerah bila kita dapat memperoleh semuanya itu. Itulah sebabnya Ayub dapat berkata, "Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!" (Ayub 1:21b). Tuhan menghendaki agar berkat yang kita terima kita salurkan kepada orang lain. Itulah tujuan Tuhan memberkati kita: menggunakan berkat-berkat itu untuk memberkati orang lain. Mari bersyukur jika Tuhan berkenan memakai kita menjadi saluran berkat bagi orang lain. Dapat memberi menunjukkan bahwa kita adalah orang kaya sejati. (Bersambung).
Saturday, May 5, 2012
PENTINGNYA MENDISIPLINKAN LIDAH (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Mei 2012 -
Baca: Lukas 12:1-12
"Sebab pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan." Lukas 12:12
Mengapa kita perlu mendisiplin lidah kita? Karena lidah adalah salah satu anggota tubuh yang meski kecil, dapat mencemari seluruh tubuh kita. Itulah sebabnya salah satu taktik Iblis untuk menghancurkan hidup orang percaya adalah dengan mengambil alih kendali lidah kita, sehingga seluruh hidup kita akan dirusak olehnya. Setiap kali kita menggunakan lidah kita untuk memperkatakan hal-hal yang negatif, seperti ketakutan, kekuatiran, kecemasan, membenci, memfitnah, menggosip atau berbohong, kita sedang menyerahkan lidah kita kepada kendali Iblis. Semakin lidah kita mengucapkan berbagai jenis kejahatan semakin kita memberi ruang gerak kepada Iblis untuk menghancurkan hidup kita. Firman Tuhan, "...janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran." (Roma 6:13).
Kita yang sudah diselamatkan melalui karya penebusan Kristus di kayu salib tidak boleh lagi menyerahkan seluruh anggota tubuh kita kepada dosa, tapi kepada Tuhan. Jadi kita harus bisa mengekang lidah kita dan menyerahknnya kepada Tuhan karena dengan kekuatan sendiri kita tidak akan mampu. Hanya melalui kuasa Roh Kudus yang bekerja di dalam kita, kita akan beroleh kemampuan untuk mengekang dan menundukkan lidah kita.
Tuhan Yesus telah meninggalkan teladan yang luar biasa dalam hal lidah ini, di mana Ia tidak pernah mengeluarkan perkataan-perkataan yang negatif meskipun dianiaya, dihina, dicacimaki, diludahi dan pada akhirnya harus menderita dan mati di atas kayu salib. "Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. (1 Petrus 2:22). Tuhan Yesus mampu mengekang lidahNya. Dia berkata, "...Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku." (Yohanes 8:28). Itulah sebabnya perkataan Tuhan Yesus senantiasa penuh dengan kuasa. Berhati-hatilah dengan lidah!
Adalah percuma kita rajin ke gereja jika kita tidak mampu mengekang lidah kita di bawah pimpinan Roh Kudus!
Baca: Lukas 12:1-12
"Sebab pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan." Lukas 12:12
Mengapa kita perlu mendisiplin lidah kita? Karena lidah adalah salah satu anggota tubuh yang meski kecil, dapat mencemari seluruh tubuh kita. Itulah sebabnya salah satu taktik Iblis untuk menghancurkan hidup orang percaya adalah dengan mengambil alih kendali lidah kita, sehingga seluruh hidup kita akan dirusak olehnya. Setiap kali kita menggunakan lidah kita untuk memperkatakan hal-hal yang negatif, seperti ketakutan, kekuatiran, kecemasan, membenci, memfitnah, menggosip atau berbohong, kita sedang menyerahkan lidah kita kepada kendali Iblis. Semakin lidah kita mengucapkan berbagai jenis kejahatan semakin kita memberi ruang gerak kepada Iblis untuk menghancurkan hidup kita. Firman Tuhan, "...janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran." (Roma 6:13).
Kita yang sudah diselamatkan melalui karya penebusan Kristus di kayu salib tidak boleh lagi menyerahkan seluruh anggota tubuh kita kepada dosa, tapi kepada Tuhan. Jadi kita harus bisa mengekang lidah kita dan menyerahknnya kepada Tuhan karena dengan kekuatan sendiri kita tidak akan mampu. Hanya melalui kuasa Roh Kudus yang bekerja di dalam kita, kita akan beroleh kemampuan untuk mengekang dan menundukkan lidah kita.
Tuhan Yesus telah meninggalkan teladan yang luar biasa dalam hal lidah ini, di mana Ia tidak pernah mengeluarkan perkataan-perkataan yang negatif meskipun dianiaya, dihina, dicacimaki, diludahi dan pada akhirnya harus menderita dan mati di atas kayu salib. "Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. (1 Petrus 2:22). Tuhan Yesus mampu mengekang lidahNya. Dia berkata, "...Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku." (Yohanes 8:28). Itulah sebabnya perkataan Tuhan Yesus senantiasa penuh dengan kuasa. Berhati-hatilah dengan lidah!
Adalah percuma kita rajin ke gereja jika kita tidak mampu mengekang lidah kita di bawah pimpinan Roh Kudus!
Friday, May 4, 2012
PENTINGNYA MENDISIPLINKAN LIDAH (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Mei 2012 -
Baca: Pengkotbah 5:1-6
"Janganlah mulutmu membawa engkau ke dalam dosa," Pengkotbah 5:5a
Ada dua belas orang diutus Musa untuk mengintai tanah Kanaan. Selama empat puluh hari mereka melakukan pengintaian di negeri itu dan pada saatnya mereka harus memberikan laporan kepada Musa tentang keadaan negeri yang mereka intai itu secara mendetil.
12 orang yang ditugaskan untuk mengamat-amati Kanaan kembali dengan laporan yang berbeda. Sepuluh orang memberi laporan yang bernada pesimistis atau negatif: "Kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu, karena mereka lebih kuat dari pada kita." ...Negeri yang telah kami lalui untuk diintai adalah suatu negeri yang memakan penduduknya, dan semua orang yang kami lihat di sana adalah orang-orang yang tinggi-tinggi perawakannya. Juga kami lihat di sana orang-orang raksasa, orang Enak yang berasal dari orang-orang raksasa, dan kami lihat diri kami seperti belalang, dan demikian juga mereka terhadap kami." (Bilangan 13:31-33). Lidah kesepuluh orang itu mengucapkan perkataan-perkataan negatif yang menyiratkan ketakutan, kekuatiran dan ketidakberdayaan. Yang pasti, laporan kesepuluh orang itu akan melemahkan iman orang yang mendengarnya. Namun sebaliknya Kaleb dan Yosua memberikan laporan yang sangat berbeda; keduanya mengucapkan perkataan-perkataan yang positif: "Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!" (Bilangan 13:30). Apa yang keluar dari lidah mereka adalah perkataan iman yang membangkitkan semangat, melenyapkan ketakutan dan juga kekuatiran.
Kita harus berhati-hati dengan lidah kita, karena lidah kita dapat menentukan seluruh arah hidup kita: kemenangan atau kekalahan. Andai Musa terpengaruh dengan laporan kesepuluh orang itu, bisa dipastikan bangsa Israel tidak akan pernah mencapai Kanaan; mereka akan menyerah kalah sebelum berperang. Maka mulai hari ini ubahlah kekalahan menjadi kemenangan! Milikilah iman seperti Kaleb dan Yosua! Sebagai laskar-laskar kristus akhir zaman kita harus bergerak maju dan siap berperang melawan musuh kita yaitu Iblis. Dan langkah awal untuk memulai semua ini adalah dengan cara mendisiplin lidah atau ucapan kita seperti yang dilakukan Daud: "Aku hendak menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku; aku hendak menahan mulutku dengan kekang selama orang fasik masih ada di depanku." (Bersambung)
Baca: Pengkotbah 5:1-6
"Janganlah mulutmu membawa engkau ke dalam dosa," Pengkotbah 5:5a
Ada dua belas orang diutus Musa untuk mengintai tanah Kanaan. Selama empat puluh hari mereka melakukan pengintaian di negeri itu dan pada saatnya mereka harus memberikan laporan kepada Musa tentang keadaan negeri yang mereka intai itu secara mendetil.
12 orang yang ditugaskan untuk mengamat-amati Kanaan kembali dengan laporan yang berbeda. Sepuluh orang memberi laporan yang bernada pesimistis atau negatif: "Kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu, karena mereka lebih kuat dari pada kita." ...Negeri yang telah kami lalui untuk diintai adalah suatu negeri yang memakan penduduknya, dan semua orang yang kami lihat di sana adalah orang-orang yang tinggi-tinggi perawakannya. Juga kami lihat di sana orang-orang raksasa, orang Enak yang berasal dari orang-orang raksasa, dan kami lihat diri kami seperti belalang, dan demikian juga mereka terhadap kami." (Bilangan 13:31-33). Lidah kesepuluh orang itu mengucapkan perkataan-perkataan negatif yang menyiratkan ketakutan, kekuatiran dan ketidakberdayaan. Yang pasti, laporan kesepuluh orang itu akan melemahkan iman orang yang mendengarnya. Namun sebaliknya Kaleb dan Yosua memberikan laporan yang sangat berbeda; keduanya mengucapkan perkataan-perkataan yang positif: "Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!" (Bilangan 13:30). Apa yang keluar dari lidah mereka adalah perkataan iman yang membangkitkan semangat, melenyapkan ketakutan dan juga kekuatiran.
Kita harus berhati-hati dengan lidah kita, karena lidah kita dapat menentukan seluruh arah hidup kita: kemenangan atau kekalahan. Andai Musa terpengaruh dengan laporan kesepuluh orang itu, bisa dipastikan bangsa Israel tidak akan pernah mencapai Kanaan; mereka akan menyerah kalah sebelum berperang. Maka mulai hari ini ubahlah kekalahan menjadi kemenangan! Milikilah iman seperti Kaleb dan Yosua! Sebagai laskar-laskar kristus akhir zaman kita harus bergerak maju dan siap berperang melawan musuh kita yaitu Iblis. Dan langkah awal untuk memulai semua ini adalah dengan cara mendisiplin lidah atau ucapan kita seperti yang dilakukan Daud: "Aku hendak menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku; aku hendak menahan mulutku dengan kekang selama orang fasik masih ada di depanku." (Bersambung)
Thursday, May 3, 2012
DOA ADALAH NAFAS HIDUP KITA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Mei 2012 -
Baca: Roma 12:9-21
"Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!" Roma 12:12
Alkitab tidak pernah berhenti menasihati agar kita selalu bertekun di dalam doa. Itulah yang dikehendaki Tuhan! Banyak orang Kristen yang merasa dan menjadikan doa sebagai suatu hal yang sulit dilakukan. Sehari ada 24 jam, tapi rasa-rasanya kita sulit menyediakan waktu; jangankan 1 jam, beberapa menit saja kita sepertinya tak mampu, padahal berdoa itu sangat penting dan harus menjadi bagian hidup kita. Bagi orang percaya, doa itu menjadi nafas hidup! Bayangkan jika kita tidak dapat bernafas beberapa menit saja kita pasti akan mati. Tanpa doa kita pun akan mengalami kematian rohani. Terlebih di masa-masa sulit sekarang ini, masihkah kita tidak mau berdoa? "Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu, selagi Engkau dapat ditemui; sesungguhnya pada waktu banjir besar terjadi, itu tidak melandanya." (Mazmur 32:6). Karena itu doa harus menjadi prioritas agar kerohanian kita mengalami kemajuan dan kuat di segala keadaan.
Apa sebenarnya yang terjadi ketika kita berdoa? Kita berkomunikasi dengan Tuhan; suatu hubungan yang intim/akrab antara kita sebagai anak dengan Tuhan sebagai Bapa kita. Hubungan ini bersifat dua arah: kita mencurahkan isi hati kita kepada Tuhan dan kita memberi kesempatan Dia berbicara kepada kita. Seringkali yang terjadi kita hanya berdoa ketika rincian kebutuhan kita sudah menumpuk tanpa mempedulikan apa yang Tuhan mau. Ketika kita mendisiplinkan diri dalam hal berdoa, kita akan semakin dewasa rohani sehingga kita pun semakin mengenal Tuhan dan semakin mengerti kehendakNya atas kita. Kehebatan pelayanan Tuhan Yesus bukanlah karena Ia mengandalkan keberadaanNya sebagai Anak Allah, tetapi sebagai Anak Manusia yang senantiasa mengandalkan BapaNya melalui doa-doaNa. Ia tidak pernah melewatkan waktuNya tanpa doa. KehidupanNya selama di bumi penuh dengan doa.
Jikalau kita ingin hidup seperti Tuhan Yesus tidak ada jalan lain selain kita harus mendisplinkan diri dalam hal berdoa. Ia berkata, "Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu." (Yohanes 14:12).
Disiplin dalam berdoa adalah kunci kemenangan orang percaya!
Baca: Roma 12:9-21
"Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!" Roma 12:12
Alkitab tidak pernah berhenti menasihati agar kita selalu bertekun di dalam doa. Itulah yang dikehendaki Tuhan! Banyak orang Kristen yang merasa dan menjadikan doa sebagai suatu hal yang sulit dilakukan. Sehari ada 24 jam, tapi rasa-rasanya kita sulit menyediakan waktu; jangankan 1 jam, beberapa menit saja kita sepertinya tak mampu, padahal berdoa itu sangat penting dan harus menjadi bagian hidup kita. Bagi orang percaya, doa itu menjadi nafas hidup! Bayangkan jika kita tidak dapat bernafas beberapa menit saja kita pasti akan mati. Tanpa doa kita pun akan mengalami kematian rohani. Terlebih di masa-masa sulit sekarang ini, masihkah kita tidak mau berdoa? "Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu, selagi Engkau dapat ditemui; sesungguhnya pada waktu banjir besar terjadi, itu tidak melandanya." (Mazmur 32:6). Karena itu doa harus menjadi prioritas agar kerohanian kita mengalami kemajuan dan kuat di segala keadaan.
Apa sebenarnya yang terjadi ketika kita berdoa? Kita berkomunikasi dengan Tuhan; suatu hubungan yang intim/akrab antara kita sebagai anak dengan Tuhan sebagai Bapa kita. Hubungan ini bersifat dua arah: kita mencurahkan isi hati kita kepada Tuhan dan kita memberi kesempatan Dia berbicara kepada kita. Seringkali yang terjadi kita hanya berdoa ketika rincian kebutuhan kita sudah menumpuk tanpa mempedulikan apa yang Tuhan mau. Ketika kita mendisiplinkan diri dalam hal berdoa, kita akan semakin dewasa rohani sehingga kita pun semakin mengenal Tuhan dan semakin mengerti kehendakNya atas kita. Kehebatan pelayanan Tuhan Yesus bukanlah karena Ia mengandalkan keberadaanNya sebagai Anak Allah, tetapi sebagai Anak Manusia yang senantiasa mengandalkan BapaNya melalui doa-doaNa. Ia tidak pernah melewatkan waktuNya tanpa doa. KehidupanNya selama di bumi penuh dengan doa.
Jikalau kita ingin hidup seperti Tuhan Yesus tidak ada jalan lain selain kita harus mendisplinkan diri dalam hal berdoa. Ia berkata, "Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu." (Yohanes 14:12).
Disiplin dalam berdoa adalah kunci kemenangan orang percaya!
Wednesday, May 2, 2012
MEMPEROLEH BERKAT LEBIH (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Mei 2012 -
Baca: 1 Korintus 2:6-16
"Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." 1 Korintus 2:9
Dari ayat nas di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada perkara yang mustahil bagi Tuhan. Bahkan yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan yang tidak pernah timbul di dalam hati kita, itu yang disediakan Tuhan bagi orang percaya. Tuhan berkata kepada Salomo, "Dan juga apa yang tidak kauminta Aku berikan kepadamu, baik kekayaan maupun kemuliaan, sehingga sepanjang umurmu takkan ada seorangpun seperti engkau di antara raja-raja." (1 Raja-Raja 3:13).
Mengapa Salomo mendapatkan berkat lebih dari Tuhan? 1. Ia memiliki kerendahan hati, berani mengakui kekurangan dan kelemahannya. Salomo berkata, "...ya Tuhan, Allahku, Engkaulah yang mengangkat hamba-Mu ini menjadi raja menggantikan Daud, ayahku, sekalipun aku masih sangat muda dan belum berpengalaman." (1 Raja-Raja 3:7). Tidak mudah menemukan orang yang rendah hati. Sebaliknya banyak sekali ditemukan orang yang cenderung mengatakan: dirinya lebih hebat, lebih pintar dari orang lain; gerejanya tidak akan maju jika ia tidak melayani di situ; perusahaan tempatnya bekerja tidak akan menjadi besar dan berkembang tanpa dia dan sebagainya. Bukankah sikap seperti ini menunjukkan bahwa kita ini sombong? Firman Tuhan mengatakan, "Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan;" (Yesaya 2:11a). Orang yang sombong adalah lawan Allah (Yesaya 2:12). Oleh karena itu "...rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya." (1 Petrus 5:6). Tuhan kita adalah Tuhan yang besar, dan bagi Dia tidak sulit untuk memberkati kita.
2. Ia hidup sesuai dengan jalan yang Tuhan tunjukkan (baca 1 Raja-Raja 3:14). Dengan hikmat itu Tuhan memerintahkan Salomo untuk hidup dalam ketaatan. Artinya kalau sudah menerima apa yang kita doakan, gunakan itu untuk kemuliaan nama Tuhan. Waktu, tenaga, talenta yang Tuhan berikan hendaknya kita maksimalkan untuk Dia.
"Sebab Engkaulah yang memberkati orang benar, ya Tuhan; Engkau memagari dia dengan anugerah-Mu seperti perisai." Mazmur 5:13
Baca: 1 Korintus 2:6-16
"Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." 1 Korintus 2:9
Dari ayat nas di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada perkara yang mustahil bagi Tuhan. Bahkan yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan yang tidak pernah timbul di dalam hati kita, itu yang disediakan Tuhan bagi orang percaya. Tuhan berkata kepada Salomo, "Dan juga apa yang tidak kauminta Aku berikan kepadamu, baik kekayaan maupun kemuliaan, sehingga sepanjang umurmu takkan ada seorangpun seperti engkau di antara raja-raja." (1 Raja-Raja 3:13).
Mengapa Salomo mendapatkan berkat lebih dari Tuhan? 1. Ia memiliki kerendahan hati, berani mengakui kekurangan dan kelemahannya. Salomo berkata, "...ya Tuhan, Allahku, Engkaulah yang mengangkat hamba-Mu ini menjadi raja menggantikan Daud, ayahku, sekalipun aku masih sangat muda dan belum berpengalaman." (1 Raja-Raja 3:7). Tidak mudah menemukan orang yang rendah hati. Sebaliknya banyak sekali ditemukan orang yang cenderung mengatakan: dirinya lebih hebat, lebih pintar dari orang lain; gerejanya tidak akan maju jika ia tidak melayani di situ; perusahaan tempatnya bekerja tidak akan menjadi besar dan berkembang tanpa dia dan sebagainya. Bukankah sikap seperti ini menunjukkan bahwa kita ini sombong? Firman Tuhan mengatakan, "Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan;" (Yesaya 2:11a). Orang yang sombong adalah lawan Allah (Yesaya 2:12). Oleh karena itu "...rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya." (1 Petrus 5:6). Tuhan kita adalah Tuhan yang besar, dan bagi Dia tidak sulit untuk memberkati kita.
2. Ia hidup sesuai dengan jalan yang Tuhan tunjukkan (baca 1 Raja-Raja 3:14). Dengan hikmat itu Tuhan memerintahkan Salomo untuk hidup dalam ketaatan. Artinya kalau sudah menerima apa yang kita doakan, gunakan itu untuk kemuliaan nama Tuhan. Waktu, tenaga, talenta yang Tuhan berikan hendaknya kita maksimalkan untuk Dia.
"Sebab Engkaulah yang memberkati orang benar, ya Tuhan; Engkau memagari dia dengan anugerah-Mu seperti perisai." Mazmur 5:13
Tuesday, May 1, 2012
MEMPEROLEH BERKAT LEBIH (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Mei 2012 -
Baca: Efesus 3:14-21
"Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita," Efesus 3:20
Setiap orang tentunya tidak ingin hidup dalam kekurangan atau pas-pasan. Kita pasti ingin mendapatkan sesuatu yang lebih. Seorang pelajar atau mahasiswa tentunya tidak ingin meraih nilai yang pas-pasan. Ia akan tekun belajar sampai ia memperoleh nilai yang memuaskan atau di atas rata-rata; seorang karyawan rela kerja lembur hingga larut dengan harapan akan mendapatkan penghasilan atau gaji lebih dari biasanya. Semua orang bekerja keras dan melakukan berbagai usaha untuk mendapatkan hasil yang lebih.
Sayangnya saat ini banyak orang telah menempuh jalan yang sesat, tidak halal, melanggar hukum, mengesampingkan rasa malu, mengorbankan harga diri, hidup dalam ketidaktaatan demi mendapatkan hasil yang lebih. Mereka terlibat dalam berbagai skandal: penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan dengan melakukan kecurangan dalam hal keuangan (korupsi), memanipulasi pajak, menekan upah buruh dan sebagainya. Alkitab dengan keras memperingatkan: "Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana," (Amsal 22:8a). Sebagai orang percaya, jangan sekali-kali kita melakukan perbuatan yang menyimpang dari firman Tuhan, karena hal itu adalah dosa. Bukan hanya mempermalukan nama Tuhan, tapi kita juga harus mempertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan kelak. Ingat! Asal kita hidup dalam kebenaran (taat), maka berkat-berkat Tuhan akan dicurahkan atas kita.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih atau mengalami berkat-berkat Tuhan kita dapat belajar dari salah satu tokoh Alkitab yaitu Salomo. Ketika bertemu dengan Tuhan Salomo mendapatkan berkat-berkat yang luar biasa, lebih dari yang diduga. Padahal ia hanya meminta hikmat kepada Tuhan.
"...engkau telah meminta hal yang demikian dan tidak meminta umur panjang atau kekayaan atau nyawa musuhmu, melainkan pengertian untuk memutuskan hukum, maka sesungguhnya Aku melakukan sesuai dengan permintaanmu itu, sesungguhnya Aku memberikan kepadamu hati yang penuh hikmat dan pengertian, sehingga sebelum engkau tidak ada seorangpun seperti engkau, dan sesudah engkau takkan bangkit seorangpun seperti engkau." (1 Raja-Raja 3:11-12).
Baca: Efesus 3:14-21
"Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita," Efesus 3:20
Setiap orang tentunya tidak ingin hidup dalam kekurangan atau pas-pasan. Kita pasti ingin mendapatkan sesuatu yang lebih. Seorang pelajar atau mahasiswa tentunya tidak ingin meraih nilai yang pas-pasan. Ia akan tekun belajar sampai ia memperoleh nilai yang memuaskan atau di atas rata-rata; seorang karyawan rela kerja lembur hingga larut dengan harapan akan mendapatkan penghasilan atau gaji lebih dari biasanya. Semua orang bekerja keras dan melakukan berbagai usaha untuk mendapatkan hasil yang lebih.
Sayangnya saat ini banyak orang telah menempuh jalan yang sesat, tidak halal, melanggar hukum, mengesampingkan rasa malu, mengorbankan harga diri, hidup dalam ketidaktaatan demi mendapatkan hasil yang lebih. Mereka terlibat dalam berbagai skandal: penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan dengan melakukan kecurangan dalam hal keuangan (korupsi), memanipulasi pajak, menekan upah buruh dan sebagainya. Alkitab dengan keras memperingatkan: "Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana," (Amsal 22:8a). Sebagai orang percaya, jangan sekali-kali kita melakukan perbuatan yang menyimpang dari firman Tuhan, karena hal itu adalah dosa. Bukan hanya mempermalukan nama Tuhan, tapi kita juga harus mempertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan kelak. Ingat! Asal kita hidup dalam kebenaran (taat), maka berkat-berkat Tuhan akan dicurahkan atas kita.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih atau mengalami berkat-berkat Tuhan kita dapat belajar dari salah satu tokoh Alkitab yaitu Salomo. Ketika bertemu dengan Tuhan Salomo mendapatkan berkat-berkat yang luar biasa, lebih dari yang diduga. Padahal ia hanya meminta hikmat kepada Tuhan.
"...engkau telah meminta hal yang demikian dan tidak meminta umur panjang atau kekayaan atau nyawa musuhmu, melainkan pengertian untuk memutuskan hukum, maka sesungguhnya Aku melakukan sesuai dengan permintaanmu itu, sesungguhnya Aku memberikan kepadamu hati yang penuh hikmat dan pengertian, sehingga sebelum engkau tidak ada seorangpun seperti engkau, dan sesudah engkau takkan bangkit seorangpun seperti engkau." (1 Raja-Raja 3:11-12).
Monday, April 30, 2012
SALOMO: Hati yang Mulai Berubah!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 April 2012 -
Baca: 1 Raja-Raja 11:1-13
"'Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan merekapun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka.' Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta." 1 Raja-Raja 11:2
Dalam Yohanes 10:10 dikatakan, "Pencuri (Iblis) datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;" Karena itu berbagai cara dilakukan Iblis untuk menghancurkan kehidupan manusia. Jika gagal dengan cara yang satu, Iblis akan mencoba cara yang lain. jika melalui kejadian yang buruk, sakit-penyakit tidak berhasil, Iblis akan mencoba mencari celah yang lain. Salah satunya adalah melalui kelimpahan atau berkat. Berapa banyak orang jatuh dalam dosa justru pada saat ia diberkati. Sementara saat berada dalam penderitaan seseorang dapat begitu dekat dan bergaul karib dengan Tuhan. Tetapi saat ia berlimpah dengan harta hatinya tidak lagi terpaut kepada Tuhan, karena Alkitab mengatakan: "...di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Matius 6:21).
Kita bisa belajar dari kisah hidup raja Salomo. Ia adalah seorang raja yang "...melebihi semua raja di bumi dalam hal kekayaan dan hikmat." (1 Raja-Raja 10:23); hikmat, kekayaan, kekuasaan dan popularitas Salomo benar-benar tak tertandingi oleh raja mana pun yang ada di dunia. Dan sungguh benar bahwa semakin tinggi pohon semakin besar pula angin yang menerpanya. Semua itu membuat Salomo lupa diri dan kian terlena; harta, tahta dan wanita secara perlahan telah mengubah arah hidupnya. Hatinya mulai berubah! Ia tidak lagi mengindahkan perintah Tuhan. Nasihat dan pesan dari ayahnya, Daud, "Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap Tuhan, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan dengan tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan-Nya,..." (1 Raja-Raja 2:3) ia lupakan dan mulai berkompromi dengan dosa.
Mengapa Salomo menjadi seperti itu? Semua itu berawal ketika ia "...mencintai banyak perempuan asing. Di samping anak Firaun ia mencintai perempuan-perempuan Moab, Amon, Edom, Sidon dan Het," (ayat 1). Karena perempuan-perempuan asing itulah iman Salomo menjadi goyah dan hatinya menjadi condong kepada ilah-ilah mereka. Padahal dengan tegas Tuhan sudah melarang Salomo untuk bergaul dengan mereka, karena "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33). Tuhan pun menjadi sangat marah!
Goncangan hebat terjadi di akhir pemerintahan Salomo dan kerajaannya pun koyak.
Baca: 1 Raja-Raja 11:1-13
"'Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan merekapun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka.' Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta." 1 Raja-Raja 11:2
Dalam Yohanes 10:10 dikatakan, "Pencuri (Iblis) datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;" Karena itu berbagai cara dilakukan Iblis untuk menghancurkan kehidupan manusia. Jika gagal dengan cara yang satu, Iblis akan mencoba cara yang lain. jika melalui kejadian yang buruk, sakit-penyakit tidak berhasil, Iblis akan mencoba mencari celah yang lain. Salah satunya adalah melalui kelimpahan atau berkat. Berapa banyak orang jatuh dalam dosa justru pada saat ia diberkati. Sementara saat berada dalam penderitaan seseorang dapat begitu dekat dan bergaul karib dengan Tuhan. Tetapi saat ia berlimpah dengan harta hatinya tidak lagi terpaut kepada Tuhan, karena Alkitab mengatakan: "...di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Matius 6:21).
Kita bisa belajar dari kisah hidup raja Salomo. Ia adalah seorang raja yang "...melebihi semua raja di bumi dalam hal kekayaan dan hikmat." (1 Raja-Raja 10:23); hikmat, kekayaan, kekuasaan dan popularitas Salomo benar-benar tak tertandingi oleh raja mana pun yang ada di dunia. Dan sungguh benar bahwa semakin tinggi pohon semakin besar pula angin yang menerpanya. Semua itu membuat Salomo lupa diri dan kian terlena; harta, tahta dan wanita secara perlahan telah mengubah arah hidupnya. Hatinya mulai berubah! Ia tidak lagi mengindahkan perintah Tuhan. Nasihat dan pesan dari ayahnya, Daud, "Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap Tuhan, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan dengan tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan-Nya,..." (1 Raja-Raja 2:3) ia lupakan dan mulai berkompromi dengan dosa.
Mengapa Salomo menjadi seperti itu? Semua itu berawal ketika ia "...mencintai banyak perempuan asing. Di samping anak Firaun ia mencintai perempuan-perempuan Moab, Amon, Edom, Sidon dan Het," (ayat 1). Karena perempuan-perempuan asing itulah iman Salomo menjadi goyah dan hatinya menjadi condong kepada ilah-ilah mereka. Padahal dengan tegas Tuhan sudah melarang Salomo untuk bergaul dengan mereka, karena "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33). Tuhan pun menjadi sangat marah!
Goncangan hebat terjadi di akhir pemerintahan Salomo dan kerajaannya pun koyak.
Sunday, April 29, 2012
MENYEDIAKAN WAKTU UNTUK TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 April 2012 -
Baca: Mazmur 63:1-12
"Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan menaikkan tanganku demi nama-Mu." Mazmur 63:5
Berapa lama Saudara memiliki waktu untuk bersekutu dengan Tuhan? Banyak yang menjawab: tidak pasti, kalau lagi tidak sibuk. Dalam sehari Tuhan memberi kita waktu selama 24 jam. Dari 24 jam itu, berapa jam yang kita gunakan untuk mencari hadirat Tuhan atau kita khususkan untuk memuji dan menyembah Dia?
Daud tidak pernah melewatkan hari tanpa bersekutu dengan Tuhan dan memuji-muji Tuhan, baik itu pagi, siang dan malam. Tertulis: "Tuhan, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu." (Mazmur 5:4), juga "...pada waktu pagi aku mau bersorak-sorai karena kasih setia-Mu;" (Mazmur 59:17) dan "...pada malam hari aku menyanyikan nyanyian, suatu doa kepada Allah kehidupanku." (Mazmur 42:9). Di segala waktu dan keadaan (suka maupun duka) Daud selalu memuji-muji Tuhan. Sama seperti yang dilakukan oleh suku Lewi, satu-satunya suku di antara 12 suku di Israel yang memiliki tugas 'istimewa' yaitu dikhususkan untuk melayani Tuhan, menyanyikan puji-pujian kepada Tuhan. Dikatakan: "...mereka bertugas menyanyikan syukur dan puji-pujian bagi Tuhan setiap pagi, demikian juga pada waktu petang," (1 Tawarikh 23:30).
Selama masih ada waktu, selama matahari terbit di ufuk timur, selama bintang masih gemerlap di waktu malam, dan selama bumi masih berputar, suku Lewi tak henti-hentinya menaikkan korban syukur dan puji-pujian bagi Tuhan, baik itu pada waktu pagi, petang dan juga pada hari-hari khusus seperti sabat, bulan baru, hari raya dan sebagainya. Kita pun harus demikian, menyediakan waktu khusus bagi Tuhan. Jangan hanya saat ibadah di gereja saja! Kita sendiri harus tahu kapan waktu yang tepat untuk mencari hadirat Tuhan. Bagi yang bekerja bisa menyediakan waktu pagi hari untuk Tuhan sebelum berangkat beraktivitas. Para ibu rumah tangga malah lebih fleksibel karena memiliki waktu luang lebih banyak di rumah, bisa pagi, siang atau sore. Atau mungkin kita hanya bisa pada malam hari setelah semua tugas dan pekerjaan terselesaikan. Tidak masalah! Daud berkata, "Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku." (Mazmur 34:2)
Jika Daud bisa, mengapa kita tidak?
Baca: Mazmur 63:1-12
"Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan menaikkan tanganku demi nama-Mu." Mazmur 63:5
Berapa lama Saudara memiliki waktu untuk bersekutu dengan Tuhan? Banyak yang menjawab: tidak pasti, kalau lagi tidak sibuk. Dalam sehari Tuhan memberi kita waktu selama 24 jam. Dari 24 jam itu, berapa jam yang kita gunakan untuk mencari hadirat Tuhan atau kita khususkan untuk memuji dan menyembah Dia?
Daud tidak pernah melewatkan hari tanpa bersekutu dengan Tuhan dan memuji-muji Tuhan, baik itu pagi, siang dan malam. Tertulis: "Tuhan, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu." (Mazmur 5:4), juga "...pada waktu pagi aku mau bersorak-sorai karena kasih setia-Mu;" (Mazmur 59:17) dan "...pada malam hari aku menyanyikan nyanyian, suatu doa kepada Allah kehidupanku." (Mazmur 42:9). Di segala waktu dan keadaan (suka maupun duka) Daud selalu memuji-muji Tuhan. Sama seperti yang dilakukan oleh suku Lewi, satu-satunya suku di antara 12 suku di Israel yang memiliki tugas 'istimewa' yaitu dikhususkan untuk melayani Tuhan, menyanyikan puji-pujian kepada Tuhan. Dikatakan: "...mereka bertugas menyanyikan syukur dan puji-pujian bagi Tuhan setiap pagi, demikian juga pada waktu petang," (1 Tawarikh 23:30).
Selama masih ada waktu, selama matahari terbit di ufuk timur, selama bintang masih gemerlap di waktu malam, dan selama bumi masih berputar, suku Lewi tak henti-hentinya menaikkan korban syukur dan puji-pujian bagi Tuhan, baik itu pada waktu pagi, petang dan juga pada hari-hari khusus seperti sabat, bulan baru, hari raya dan sebagainya. Kita pun harus demikian, menyediakan waktu khusus bagi Tuhan. Jangan hanya saat ibadah di gereja saja! Kita sendiri harus tahu kapan waktu yang tepat untuk mencari hadirat Tuhan. Bagi yang bekerja bisa menyediakan waktu pagi hari untuk Tuhan sebelum berangkat beraktivitas. Para ibu rumah tangga malah lebih fleksibel karena memiliki waktu luang lebih banyak di rumah, bisa pagi, siang atau sore. Atau mungkin kita hanya bisa pada malam hari setelah semua tugas dan pekerjaan terselesaikan. Tidak masalah! Daud berkata, "Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku." (Mazmur 34:2)
Jika Daud bisa, mengapa kita tidak?
Saturday, April 28, 2012
MENGUATKAN HATI KEPADA TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 April 2012 -
Baca: Efesus 6:10-20
"Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya." Efesus 6:10
Gedung-gedung pencakar langit kini makin banyak terdapat di kota-kota besar, tidak hanya di Jakarta, tapi di kota-kota lainnya juga seperti Surabaya atau Bandung. Pembangunan gedung-gedung tinggi tersebut membutuhkan waktu yang tidak singkat, perlu adanya perencanaan yang matang, karena semakin tinggi bangunan gedung semakin dalam atau semakin kokoh pula pondasi yang harus ditanam. Jika tidak, gedung itu akan mudah goyah atau runtuh bila ada guncangan atau badai datang.
Kehidupan kekristenan kita pun juga harus demikian! Itulah sebabnya firman Tuhan selalu menasihatkan agar kita makin kuat di dalam Tuhan. Contoh lain adalah pesan Musa kepada Yosua: "Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab Tuhan, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau." (Ulangan 31:6). Juga saat bangsa Israel menghadapi bani Amon dan orang Aram, Yoab membangkitkan semangat para tentara Israel yang hendak terjun ke medan perang dengan berkata, "Kuatkanlah hatimu dan marilah kita menguatkan hati untuk bangsa kita dan untuk kota-kota Allah kita. Tuhan kiranya melakukan yang baik di mata-Nya." (1 Tawarikh 19:13). Jangan sampai mereka takut, patah semagat dan menjadi lemah. Memang jumlah lawan melebihi tentara Israel, tapi tidak ada perkara mustahil bagi orang percaya karena ada Tuhan yang menyertai mereka. Dan hasilnya, bangsa Israel mengalami kemenangan yang gilang-gemilang.
Di tengah dunia yang penuh tantangan ini anak-anak Tuhan tidak boleh lemah, sebab kita berada dalam peperangan setiap hari yaitu melawan tipu muslihat Iblis yang berupaya untuk menyerang iman orang percaya. Di akhir zaman ini banyak orang Kristen yang jatuh oleh karena perangkap Iblis, bahkan tak segan-segan mereka meninggalkan imannya. Karena iming-iming kekayaan, jabatan dan popularitas mereka rela menjual keselamatannya. Ada juga karena masalah (sakit-penyakit, krisis keuangan dan sebagainya) mereka tidak tahan, iman menjadi goyah dan akhirnya meninggalkan Kristus. Apa pun yang terjadi kita harus kuat di dalam Tuhan dan berjuang mempertahankan iman kita di hadapan Kristus sampai Dia datang kali yang kedua.
Jangan sampai gagal di tengah jalan dan akhirnya harus mengalami kebinasaan kekal.
Baca: Efesus 6:10-20
"Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya." Efesus 6:10
Gedung-gedung pencakar langit kini makin banyak terdapat di kota-kota besar, tidak hanya di Jakarta, tapi di kota-kota lainnya juga seperti Surabaya atau Bandung. Pembangunan gedung-gedung tinggi tersebut membutuhkan waktu yang tidak singkat, perlu adanya perencanaan yang matang, karena semakin tinggi bangunan gedung semakin dalam atau semakin kokoh pula pondasi yang harus ditanam. Jika tidak, gedung itu akan mudah goyah atau runtuh bila ada guncangan atau badai datang.
Kehidupan kekristenan kita pun juga harus demikian! Itulah sebabnya firman Tuhan selalu menasihatkan agar kita makin kuat di dalam Tuhan. Contoh lain adalah pesan Musa kepada Yosua: "Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab Tuhan, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau." (Ulangan 31:6). Juga saat bangsa Israel menghadapi bani Amon dan orang Aram, Yoab membangkitkan semangat para tentara Israel yang hendak terjun ke medan perang dengan berkata, "Kuatkanlah hatimu dan marilah kita menguatkan hati untuk bangsa kita dan untuk kota-kota Allah kita. Tuhan kiranya melakukan yang baik di mata-Nya." (1 Tawarikh 19:13). Jangan sampai mereka takut, patah semagat dan menjadi lemah. Memang jumlah lawan melebihi tentara Israel, tapi tidak ada perkara mustahil bagi orang percaya karena ada Tuhan yang menyertai mereka. Dan hasilnya, bangsa Israel mengalami kemenangan yang gilang-gemilang.
Di tengah dunia yang penuh tantangan ini anak-anak Tuhan tidak boleh lemah, sebab kita berada dalam peperangan setiap hari yaitu melawan tipu muslihat Iblis yang berupaya untuk menyerang iman orang percaya. Di akhir zaman ini banyak orang Kristen yang jatuh oleh karena perangkap Iblis, bahkan tak segan-segan mereka meninggalkan imannya. Karena iming-iming kekayaan, jabatan dan popularitas mereka rela menjual keselamatannya. Ada juga karena masalah (sakit-penyakit, krisis keuangan dan sebagainya) mereka tidak tahan, iman menjadi goyah dan akhirnya meninggalkan Kristus. Apa pun yang terjadi kita harus kuat di dalam Tuhan dan berjuang mempertahankan iman kita di hadapan Kristus sampai Dia datang kali yang kedua.
Jangan sampai gagal di tengah jalan dan akhirnya harus mengalami kebinasaan kekal.
Friday, April 27, 2012
MEMBALAS KASIH DAN KEBAIKAN TUHAN (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 April 2012 -
Baca: Mazmur 145:1-21
"Tuhan itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya." Mazmur 145:9
Sampai saat ini tidak sedikit orang Kristen yang mengaku dirinya beriman kepada Tuhan masih ingkar dalam tindakan dan perbuatannya. Ketika ada badai persoalan menerpa, baik itu sakit-penyakit, masalah keluarga, usaha sedang pailit, secara diam-diam mereka masih lari mencari pertolongan kepada ilah lain: ke orang pintar (dukun), gunung kawi, kuburan dan lainnya.
Orang yang benar-benar beriman kepada Tuhan pasti tidak akan melakukan tindakan bodoh seperti ini karena tindakan tersebut adalah kekejian di mata Tuhan. Yang Tuhan minta adalah iman kita. Meski pertolongan dan jawaban doa dari Tuhan sepertinya berlambat-lambat, tetapi nantikan Dia. Kuatkan iman dan jangan goyah, karena "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,..." (Pengkotbah 3:11a). Karena kasih Tuhan itu tak terhingga atas kita, Dia pun menghendaki agar kita mengasihiNya dengan sungguh. Tuhan Yesus berkata, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu." (Matius 22:37).
Apa bukti seseorang mengasihi Tuhan? Jika kita mengasihi Tuhan berarti kita mau hidup taat dan melakukan segala perintahNya seperti tertulis: "Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya." (Yohanes 15:10). Tidak hanya itu, orang yang mengasihi Tuhan juga akan rela berkorban bagiNya, baik itu berkorban waktu, tenaga, bahkan juga materi atau uang untuk Tuhan, tanpa hitung-hitungan. Ada satu contoh dalam Yohanes 12:3: "Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu." Tindakan Maria ini menunjukkan betapa ia sangat mengasihi Tuhan sehingga rela memberikan semua harta miliknya yang sangat berharga itu. Yang Tuhan perhatikan bukan harta miliknya yang sangat berharga itu. Yang Tuhan perhatikan bukan pada minyak narwastu yang mahal itu, namun Dia melihat hati Maria yang begitu tulus mengasihi Tuhan.
Adalah anugerah terbesar jika saat ini kita dipercaya Tuhan untuk melayani Dia. Apa pun bentuk pelayanan kita biarlah kita lakukan itu dengan segenap hati, bukan karena terpaksa, melainkan karena kita mengasihi Dia.
Beri yang terbaik bagi Tuhan, karena kita telah menerima kasih dan kebaikanNya!
Baca: Mazmur 145:1-21
"Tuhan itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya." Mazmur 145:9
Sampai saat ini tidak sedikit orang Kristen yang mengaku dirinya beriman kepada Tuhan masih ingkar dalam tindakan dan perbuatannya. Ketika ada badai persoalan menerpa, baik itu sakit-penyakit, masalah keluarga, usaha sedang pailit, secara diam-diam mereka masih lari mencari pertolongan kepada ilah lain: ke orang pintar (dukun), gunung kawi, kuburan dan lainnya.
Orang yang benar-benar beriman kepada Tuhan pasti tidak akan melakukan tindakan bodoh seperti ini karena tindakan tersebut adalah kekejian di mata Tuhan. Yang Tuhan minta adalah iman kita. Meski pertolongan dan jawaban doa dari Tuhan sepertinya berlambat-lambat, tetapi nantikan Dia. Kuatkan iman dan jangan goyah, karena "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,..." (Pengkotbah 3:11a). Karena kasih Tuhan itu tak terhingga atas kita, Dia pun menghendaki agar kita mengasihiNya dengan sungguh. Tuhan Yesus berkata, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu." (Matius 22:37).
Apa bukti seseorang mengasihi Tuhan? Jika kita mengasihi Tuhan berarti kita mau hidup taat dan melakukan segala perintahNya seperti tertulis: "Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya." (Yohanes 15:10). Tidak hanya itu, orang yang mengasihi Tuhan juga akan rela berkorban bagiNya, baik itu berkorban waktu, tenaga, bahkan juga materi atau uang untuk Tuhan, tanpa hitung-hitungan. Ada satu contoh dalam Yohanes 12:3: "Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu." Tindakan Maria ini menunjukkan betapa ia sangat mengasihi Tuhan sehingga rela memberikan semua harta miliknya yang sangat berharga itu. Yang Tuhan perhatikan bukan harta miliknya yang sangat berharga itu. Yang Tuhan perhatikan bukan pada minyak narwastu yang mahal itu, namun Dia melihat hati Maria yang begitu tulus mengasihi Tuhan.
Adalah anugerah terbesar jika saat ini kita dipercaya Tuhan untuk melayani Dia. Apa pun bentuk pelayanan kita biarlah kita lakukan itu dengan segenap hati, bukan karena terpaksa, melainkan karena kita mengasihi Dia.
Beri yang terbaik bagi Tuhan, karena kita telah menerima kasih dan kebaikanNya!
Thursday, April 26, 2012
MEMBALAS KASIH DAN KEBAIKAN TUHAN (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 April 2012 -
Baca: Mazmur 31:1-25
"Alangkah limpahnya kebaikan-Mu yang telah Kausimpan bagi orang yang takut akan Engkau, yang telah Kaulakukan bagi orang yang berlindung pada-Mu, di hadapan manusia!" Mazmur 31:20
Siapa di antara kita yang meragukan kasih Tuhan? Jangan sampai detik ini kita masih ragu akan kasih dan kebaikan Tuhan, bolehlah kita ini disebut orang yang tidak tahu berterima kasih seperti sembilan orang kusta yang sudah disembuhkan Tuhan, yang pergi begitu saja setelah disembuhkan Tuhan sehingga Ia bertanya, "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu?" (Lukas 17:17).
Begitu pula kita. Bukankah setiap detik, setiap waktu dan setiap hari kasih dan kebaikan Tuhan itu nyata atas hidup kita? Tak terbantahkan bahwa Tuhan itu baik dan sangat baik. Oleh karena itu pemazmur berkata, "Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan itu!" (Mazmur 34:9a). Tuhan telah memberikan segala yang kita perlukan, bahkan nyawaNya sendiri Ia berikan untuk keselamatan kita. Tuhan rela disalibkan dan mati, itu semua demi menebus dosa-dosa kita.
Apa yang sudah kita berikan kepada Tuhan untuk membalas kasihNya itu? Masakan kita hanya mau menerima saja dari Tuhan tanpa melakukan apa-apa untukNya? Ketika kita dalam masalah berat, Tuhan menolong dan memberikan jalan keluar; ketika kita menderita sakit, yang secara manusia sudah tidak ada harapan, Tuhan sanggup menyembuhkan; ketika kita dalam kekurangan, Tuhan memperhatikan dan memberkati kita dengan caraNya yang ajaib. Maka agar hubungan kita dengan Tuhan semakin karib, kita yang sudah menerima kebaikan dari Tuhan juga harus mau memberikan apa yang Tuhan inginkan untuk kita kerjakan, memberikan apa yang Tuhan perlukan dari hidup kita. Perhatikan Ibrani 11:6a ini: "Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah." Jadi untuk berkenan kepada Tuhan kita harus beriman kepadaNya, itulah yang Dia minta dari kita. Beriman kepada Tuhan berarti percaya penuh kepada Tuhan meskipun yang terlihat tidak sesuai dengan kenyataan; beriman berarti tidak bimbang dan tidak bercabang hati; memiliki penyerahan diri secara total kepadaNya dan tidak tergantung pada keadaan; menjadikan Tuhan sebagai pusat pujian dan penyembahan kita; menempatkan Tuhan sebagai segala-galanya dalam hidup kita.
(Bersambung)
Baca: Mazmur 31:1-25
"Alangkah limpahnya kebaikan-Mu yang telah Kausimpan bagi orang yang takut akan Engkau, yang telah Kaulakukan bagi orang yang berlindung pada-Mu, di hadapan manusia!" Mazmur 31:20
Siapa di antara kita yang meragukan kasih Tuhan? Jangan sampai detik ini kita masih ragu akan kasih dan kebaikan Tuhan, bolehlah kita ini disebut orang yang tidak tahu berterima kasih seperti sembilan orang kusta yang sudah disembuhkan Tuhan, yang pergi begitu saja setelah disembuhkan Tuhan sehingga Ia bertanya, "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu?" (Lukas 17:17).
Begitu pula kita. Bukankah setiap detik, setiap waktu dan setiap hari kasih dan kebaikan Tuhan itu nyata atas hidup kita? Tak terbantahkan bahwa Tuhan itu baik dan sangat baik. Oleh karena itu pemazmur berkata, "Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan itu!" (Mazmur 34:9a). Tuhan telah memberikan segala yang kita perlukan, bahkan nyawaNya sendiri Ia berikan untuk keselamatan kita. Tuhan rela disalibkan dan mati, itu semua demi menebus dosa-dosa kita.
Apa yang sudah kita berikan kepada Tuhan untuk membalas kasihNya itu? Masakan kita hanya mau menerima saja dari Tuhan tanpa melakukan apa-apa untukNya? Ketika kita dalam masalah berat, Tuhan menolong dan memberikan jalan keluar; ketika kita menderita sakit, yang secara manusia sudah tidak ada harapan, Tuhan sanggup menyembuhkan; ketika kita dalam kekurangan, Tuhan memperhatikan dan memberkati kita dengan caraNya yang ajaib. Maka agar hubungan kita dengan Tuhan semakin karib, kita yang sudah menerima kebaikan dari Tuhan juga harus mau memberikan apa yang Tuhan inginkan untuk kita kerjakan, memberikan apa yang Tuhan perlukan dari hidup kita. Perhatikan Ibrani 11:6a ini: "Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah." Jadi untuk berkenan kepada Tuhan kita harus beriman kepadaNya, itulah yang Dia minta dari kita. Beriman kepada Tuhan berarti percaya penuh kepada Tuhan meskipun yang terlihat tidak sesuai dengan kenyataan; beriman berarti tidak bimbang dan tidak bercabang hati; memiliki penyerahan diri secara total kepadaNya dan tidak tergantung pada keadaan; menjadikan Tuhan sebagai pusat pujian dan penyembahan kita; menempatkan Tuhan sebagai segala-galanya dalam hidup kita.
(Bersambung)
Wednesday, April 25, 2012
LIDAH KITA, HIDUP KITA!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 April 2012 -
Baca: Mazmur 39:1-14
"Aku hendak menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku; aku hendak menahan mulutku dengan kekang selama orang fasik masih ada di depanku." Mazmur 39:2
Tuhan sangat sedih bila melihat kehidupan orang Kristen yang tidak bisa menjadi kesaksian bagi orang lain. Bagaimana kita bisa memenangkan jiwa baru dan membawanya kepada Kristus bila mereka lebih dulu tersandung oleh karena perbuatan-perbuatan orang Kristen sendiri? Oleh karena itu mari kita koreksi hidup kita terlebih dahulu sebelum melangkah ke luar menjangkau jiwa-jiwa di luar sana.
Mari kita mulai dari hal-hal sederhana terlebih dahulu yaitu menjaga lidah atau perkataan kita. Banyak orang Kristen yang meremehkan dan menganggap sepele hal ini sehingga sering kita temukan ada orang Kristen yang masih suka berkata-kata kasar, menggosip, memfitnah, memaki-maki orang lain dan juga mengucapkan perkataan-perkataan yang negatif yang menunjukkan ketakutan, kekuatiran, keragu-raguan, ketidakpercayaan, sakit-penyakit dan sebagainya. Ayub mengingatkan, "Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku." (Ayub 3:25). Ketika seseorang memperkatakan hal-hal yang negatif ia sedang mengungkapkan apa yang ada di dalam hati dan pikirannya; ia sedang mendatangkan hal-hal negatif atas dirinya sendiri. Semakin ia sering menggemakannya, seluruh tubuhnya semakin dicemarkan oleh perkataan-perkataan yang diucapkannya sendiri. Apakah Tuhan tidak tahu dengan perkataan-perkataan yang kita ucapkan? Salah besar! Tuhan sangat memperhatikan setiap kata yang kita ucapkan. Kita mengetahui hal ini karena Daud berkata, "...sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya Tuhan." (Mazmur 139:4).
Bagi orang Kristen yang mau terus belajar mendisiplinkan dan menundukkan lidahnya di bawah kendali Roh Kudus, yang akan ia perkatakan adalah perkataan iman, selalu positif, suka memperkatakan firman dan mulutnya penuh dengan puji-pujian bagi Tuhan. Saat itulah ia sedang mengucapkan kuasa dan kemenangan yang mendatangkan berkat dan hidup atas dirinya sendiri. Dengan kekuatan kita sendiri tidak akan mampu menjinakkan lidah kita. Hanya melalui kuasa Roh Kudus kita akan mampu melakukannya!
Cepat atau lambat kita akan menuai berkat-berkat dari Tuhan sebagai dampak dari perkataan yang kita ucapkan!
Baca: Mazmur 39:1-14
"Aku hendak menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku; aku hendak menahan mulutku dengan kekang selama orang fasik masih ada di depanku." Mazmur 39:2
Tuhan sangat sedih bila melihat kehidupan orang Kristen yang tidak bisa menjadi kesaksian bagi orang lain. Bagaimana kita bisa memenangkan jiwa baru dan membawanya kepada Kristus bila mereka lebih dulu tersandung oleh karena perbuatan-perbuatan orang Kristen sendiri? Oleh karena itu mari kita koreksi hidup kita terlebih dahulu sebelum melangkah ke luar menjangkau jiwa-jiwa di luar sana.
Mari kita mulai dari hal-hal sederhana terlebih dahulu yaitu menjaga lidah atau perkataan kita. Banyak orang Kristen yang meremehkan dan menganggap sepele hal ini sehingga sering kita temukan ada orang Kristen yang masih suka berkata-kata kasar, menggosip, memfitnah, memaki-maki orang lain dan juga mengucapkan perkataan-perkataan yang negatif yang menunjukkan ketakutan, kekuatiran, keragu-raguan, ketidakpercayaan, sakit-penyakit dan sebagainya. Ayub mengingatkan, "Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku." (Ayub 3:25). Ketika seseorang memperkatakan hal-hal yang negatif ia sedang mengungkapkan apa yang ada di dalam hati dan pikirannya; ia sedang mendatangkan hal-hal negatif atas dirinya sendiri. Semakin ia sering menggemakannya, seluruh tubuhnya semakin dicemarkan oleh perkataan-perkataan yang diucapkannya sendiri. Apakah Tuhan tidak tahu dengan perkataan-perkataan yang kita ucapkan? Salah besar! Tuhan sangat memperhatikan setiap kata yang kita ucapkan. Kita mengetahui hal ini karena Daud berkata, "...sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya Tuhan." (Mazmur 139:4).
Bagi orang Kristen yang mau terus belajar mendisiplinkan dan menundukkan lidahnya di bawah kendali Roh Kudus, yang akan ia perkatakan adalah perkataan iman, selalu positif, suka memperkatakan firman dan mulutnya penuh dengan puji-pujian bagi Tuhan. Saat itulah ia sedang mengucapkan kuasa dan kemenangan yang mendatangkan berkat dan hidup atas dirinya sendiri. Dengan kekuatan kita sendiri tidak akan mampu menjinakkan lidah kita. Hanya melalui kuasa Roh Kudus kita akan mampu melakukannya!
Cepat atau lambat kita akan menuai berkat-berkat dari Tuhan sebagai dampak dari perkataan yang kita ucapkan!
Tuesday, April 24, 2012
TAK BISA MENGEKANG LIDAH!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 April 2012 -
Baca: Yakobus 1:19-27
"Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya." Yakobus 1:26
Penulis pernah mendapat curhat seorang teman yang bukan seorang percaya (di luar Tuhan) yang bekerja di sebuah perusahaan. Dia mengungkapkan keluhannya bahwa selama bekerja di situ ia sering menangis dan ingin segera keluar dari pekerjaan karena sudah tidak betah lagi. Penulis bertanya, "Mengapa?" Jawabannya sangat mengangetkan dan sekaligus menyedihkan hati. Ia tidak tahan dengan omelan dan umpatan dari pimpinannya; bila ada karyawan yang melakukan kesalahan, si pimpinan itu marah-marah, membentak-bentak, kata-katanya kasar, bahkan 'nama-nama binatang' selalu ia perkatakan, padahal pimpinannya itu seorang Kristen dan terlibat aktif dalam pelayanan di gereja. Kok bisa ya? Saat berada di gereja atau pelayanan ia bak seorang malaikat atau orang yang suci dan kudus. Tetapi di luar gereja topeng itu ditanggalkan dan begitu cepatnya berubah. Karakternya tidak lagi seperti Kristus, tidak bisa menahan lidah atau ucapannya, tidak bisa menjadi berkat, malah menjadi batu sandungan bagi orang lain.
Ayat nas di atas menyatakan bahwa ibadah kita akan menjadi sia-sia jika kita tidak bisa mengekang lidah atau ucapan kita. Perkataan-perkataan yang keluar dari mulut kita mengungkapkan sifat yang yang sesungguhnya, "Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati." (Matius 12:34a). Kita kembali diingatkan agar berhati-hati menggunakan lidah kita. Adalah pekerjaan yang tidak mudah mendisiplinkan, mengontrol dan menundukkan satu bagian dari tubuh kita, yang walaupun sangat kecil tapi memiliki pengaruh besar terhadap seluruh keberadaan hidup kita. Bila kita dapat menundukkan satu bagian dari tubuh kita, yang walaupun sangat kecil tapi memiliki pengaruh besar terhadap seluruh keberadaan hidup kita, yaitu mempunyai kemampuan untuk menentukan seluruh arah hidup kita. Bila kita dapat menundukkan bagian tubuh kita yang satu ini dan menyerahkannya di bawah kendali Roh kudus, kita akan mampu mendisiplinkan seluruh tubuh kita.
Lidah atau perkataan yang kita ucapkan menentukan apakah kita akan hidup dalam kemenangan, kekalahan, berkat atau kutuk. Karena itu kita harus berhati-hati menggunakan lidah kita, karena "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya." (Amsal 18:21).
Jangan semborono menggunakan lidah kita karena dampaknya akan kembali ke kita!
Baca: Yakobus 1:19-27
"Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya." Yakobus 1:26
Penulis pernah mendapat curhat seorang teman yang bukan seorang percaya (di luar Tuhan) yang bekerja di sebuah perusahaan. Dia mengungkapkan keluhannya bahwa selama bekerja di situ ia sering menangis dan ingin segera keluar dari pekerjaan karena sudah tidak betah lagi. Penulis bertanya, "Mengapa?" Jawabannya sangat mengangetkan dan sekaligus menyedihkan hati. Ia tidak tahan dengan omelan dan umpatan dari pimpinannya; bila ada karyawan yang melakukan kesalahan, si pimpinan itu marah-marah, membentak-bentak, kata-katanya kasar, bahkan 'nama-nama binatang' selalu ia perkatakan, padahal pimpinannya itu seorang Kristen dan terlibat aktif dalam pelayanan di gereja. Kok bisa ya? Saat berada di gereja atau pelayanan ia bak seorang malaikat atau orang yang suci dan kudus. Tetapi di luar gereja topeng itu ditanggalkan dan begitu cepatnya berubah. Karakternya tidak lagi seperti Kristus, tidak bisa menahan lidah atau ucapannya, tidak bisa menjadi berkat, malah menjadi batu sandungan bagi orang lain.
Ayat nas di atas menyatakan bahwa ibadah kita akan menjadi sia-sia jika kita tidak bisa mengekang lidah atau ucapan kita. Perkataan-perkataan yang keluar dari mulut kita mengungkapkan sifat yang yang sesungguhnya, "Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati." (Matius 12:34a). Kita kembali diingatkan agar berhati-hati menggunakan lidah kita. Adalah pekerjaan yang tidak mudah mendisiplinkan, mengontrol dan menundukkan satu bagian dari tubuh kita, yang walaupun sangat kecil tapi memiliki pengaruh besar terhadap seluruh keberadaan hidup kita. Bila kita dapat menundukkan satu bagian dari tubuh kita, yang walaupun sangat kecil tapi memiliki pengaruh besar terhadap seluruh keberadaan hidup kita, yaitu mempunyai kemampuan untuk menentukan seluruh arah hidup kita. Bila kita dapat menundukkan bagian tubuh kita yang satu ini dan menyerahkannya di bawah kendali Roh kudus, kita akan mampu mendisiplinkan seluruh tubuh kita.
Lidah atau perkataan yang kita ucapkan menentukan apakah kita akan hidup dalam kemenangan, kekalahan, berkat atau kutuk. Karena itu kita harus berhati-hati menggunakan lidah kita, karena "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya." (Amsal 18:21).
Jangan semborono menggunakan lidah kita karena dampaknya akan kembali ke kita!
Monday, April 23, 2012
JANGAN TIDUR ROHANI!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 April 2012 -
Baca: 1 Tesalonika 5:1-11
"Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar." 1 Tesalonika 5:6
Jika memperhatikan keadaan dunia ini, sungguh saat-saat ini adalah saat di mana kedatangan Tuhan sudah semakin mendekat, sudah di ambang pintu, tinggal diketuk! Yang menjadi pertanyaan: sudahkah kita siap sedia untuk menyongsong kedatangan Tuhan kali yang kedua ini? Karena kelesuan, kesuaman dan tertidur secara rohani melanda kehidupan orang percaya.
Gemerlap dunia ini dengan segala kenikmatannya lebih menyita perhatian dan kian memperdaya banyak orang untuk tidak lagi memikirkan perkara-perkara rohani. Sebagian besar orang Kristen mulai malas di dalam menjaga hubungan dan komitmennya kepada Tuhan. Banyak yang melalaikan jam-jam doanya, acuh tak acuh terhadap jiwa-jiwa yang terhilang. Banyak pula yang puas hanya dengan duduk memenuhi bangku gereja setiap Minggu, mendengar firman dan menerima berkat-berkat dari Tuhan, tapi tidak mempraktekkan apa yang telah mereka dengar dan pelajari. Bahkan tidak sedikit orang Kristen yang hidupnya 'sama' dengan orang-orang dunia, hanya 'label' Kristen saja yang membedakan, tetapi semua tindakan dan perbuatannya sangat menyedihkan hati Tuhan; hidup tidak lagi disiplin dan membiarkan hati dan pikirannya dipenuhi oleh berbagai keinginan jahat, ketakutan, kekuatiran, iri, dengki, kebencian, kecemburuan dan sebagainya. Belum lagi dalam hal perkataan: masih suka bohong, suka melontarkan kata-kata yang tidak sopan, membual, penuh tipu muslihat.
Orang Kristen mengemban tugas mulia dari Tuhan yaitu untuk menjadi berkat dan juga kesaksian bagi orang lain, "...bukan untuk melakukan apa yang cemar," (1 Tesalonika 4:7). Oleh sebab itu berhati-hatilah dan segeralah bertobat! Karena tidak banyak waktu lagi Tuhan segera datang! Kalau kita tidak segera bertobat mulai dari sekarang, kapan lagi? "...karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan." (Efesus 5:16-17). Sudah tidak ada waktu lagi untuk tidur! Tidak ada waktu lagi untuk tetap tinggal dalam comfort zone! Kita harus bangkit dan segera sadar! Jangan termakan oleh tipu daya Iblis!
"Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-nya, janganlah keraskan hatimu!" Ibrani 4:7
Baca: 1 Tesalonika 5:1-11
"Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar." 1 Tesalonika 5:6
Jika memperhatikan keadaan dunia ini, sungguh saat-saat ini adalah saat di mana kedatangan Tuhan sudah semakin mendekat, sudah di ambang pintu, tinggal diketuk! Yang menjadi pertanyaan: sudahkah kita siap sedia untuk menyongsong kedatangan Tuhan kali yang kedua ini? Karena kelesuan, kesuaman dan tertidur secara rohani melanda kehidupan orang percaya.
Gemerlap dunia ini dengan segala kenikmatannya lebih menyita perhatian dan kian memperdaya banyak orang untuk tidak lagi memikirkan perkara-perkara rohani. Sebagian besar orang Kristen mulai malas di dalam menjaga hubungan dan komitmennya kepada Tuhan. Banyak yang melalaikan jam-jam doanya, acuh tak acuh terhadap jiwa-jiwa yang terhilang. Banyak pula yang puas hanya dengan duduk memenuhi bangku gereja setiap Minggu, mendengar firman dan menerima berkat-berkat dari Tuhan, tapi tidak mempraktekkan apa yang telah mereka dengar dan pelajari. Bahkan tidak sedikit orang Kristen yang hidupnya 'sama' dengan orang-orang dunia, hanya 'label' Kristen saja yang membedakan, tetapi semua tindakan dan perbuatannya sangat menyedihkan hati Tuhan; hidup tidak lagi disiplin dan membiarkan hati dan pikirannya dipenuhi oleh berbagai keinginan jahat, ketakutan, kekuatiran, iri, dengki, kebencian, kecemburuan dan sebagainya. Belum lagi dalam hal perkataan: masih suka bohong, suka melontarkan kata-kata yang tidak sopan, membual, penuh tipu muslihat.
Orang Kristen mengemban tugas mulia dari Tuhan yaitu untuk menjadi berkat dan juga kesaksian bagi orang lain, "...bukan untuk melakukan apa yang cemar," (1 Tesalonika 4:7). Oleh sebab itu berhati-hatilah dan segeralah bertobat! Karena tidak banyak waktu lagi Tuhan segera datang! Kalau kita tidak segera bertobat mulai dari sekarang, kapan lagi? "...karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan." (Efesus 5:16-17). Sudah tidak ada waktu lagi untuk tidur! Tidak ada waktu lagi untuk tetap tinggal dalam comfort zone! Kita harus bangkit dan segera sadar! Jangan termakan oleh tipu daya Iblis!
"Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-nya, janganlah keraskan hatimu!" Ibrani 4:7
Sunday, April 22, 2012
KARIB DENGAN TUHAN: Suatu Proses!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 April 2012 -
Baca: Mazmur 5:1-13
"Tuhan, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu." Mazmur 5:4
Di dalam kekariban dengan Tuhan ada pertolongan dan mujizat. Daniel adalah contoh lain anak muda yang memiliki kekariban dengan Tuhan. Tertulis: "Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya." (Daniel 6:11).
Tiga kali sehari Daniel sujud menyembah dan memuji Tuhan sehingga jangan heran jika ia menjadi anak muda yang berbeda, yang memiliki excellent spririt. Ketika Daniel dimasukkan ke dalam gua singa, mujizat Tuhan terjadi: malaikat-malaikatNya diutus Tuhan untuk mengatupkan mulut singa-singa itu sehingga ia selamat dan tetap hidup. Masih banyak tokoh-tokoh dalam Alkitab yang karena kekaribannya dengan Tuhan tidak hanya mengalami kebaikan Tuhan, tapi juga dipakai Tuhan secara luar biasa sebagai alatNya.
Bagaimana dengan kita? Adakah kita rindu untuk membangun kekariban dengan Tuhan? Jika kita ingin menikmati berkat-berkat Tuhan dan mengalami kebaikanNya jangan tunda-tunda waktu lagi, mulai sekarang bangunlah kekariban dengan Tuhan, bukan hanya saat kita beribadah di gereja, tapi juga secara pribadi melalui saat teduh kita setiap hari. Saat ini banyak orang Kristen yang sudah kehilangan kekaribannya dengan Tuhan. Kita sulit sekali menyediakan waktu untuk bersujud, memuji, menyembah, mengucap syukur dan merenungkan firmanNya secara pribadi. Berdoa hanya seperlunya saja dan saat butuh. Bagaimana kita akan mengalami penggenapan janji-janji Tuhan dalam hidup ini jika kita tidak karib dengan Tuhan?
Membangun kekariban dengan Tuhan adalah sebuah proses. Jadi tidak ada yang instan, tapi perlu latihan dari hari ke sehari. Jangan malas dan teruslah berlatih! Kita harus memaksa tubuh kita untuk berdoa dan melawan rasa kantuk yang menyerang. Firman Tuhan menasihatkan, "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41).
Jika pada awalnya kita gagal, coba lagi sampai hal itu menjadi sebuah kebiasaan.
Baca: Mazmur 5:1-13
"Tuhan, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu." Mazmur 5:4
Di dalam kekariban dengan Tuhan ada pertolongan dan mujizat. Daniel adalah contoh lain anak muda yang memiliki kekariban dengan Tuhan. Tertulis: "Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya." (Daniel 6:11).
Tiga kali sehari Daniel sujud menyembah dan memuji Tuhan sehingga jangan heran jika ia menjadi anak muda yang berbeda, yang memiliki excellent spririt. Ketika Daniel dimasukkan ke dalam gua singa, mujizat Tuhan terjadi: malaikat-malaikatNya diutus Tuhan untuk mengatupkan mulut singa-singa itu sehingga ia selamat dan tetap hidup. Masih banyak tokoh-tokoh dalam Alkitab yang karena kekaribannya dengan Tuhan tidak hanya mengalami kebaikan Tuhan, tapi juga dipakai Tuhan secara luar biasa sebagai alatNya.
Bagaimana dengan kita? Adakah kita rindu untuk membangun kekariban dengan Tuhan? Jika kita ingin menikmati berkat-berkat Tuhan dan mengalami kebaikanNya jangan tunda-tunda waktu lagi, mulai sekarang bangunlah kekariban dengan Tuhan, bukan hanya saat kita beribadah di gereja, tapi juga secara pribadi melalui saat teduh kita setiap hari. Saat ini banyak orang Kristen yang sudah kehilangan kekaribannya dengan Tuhan. Kita sulit sekali menyediakan waktu untuk bersujud, memuji, menyembah, mengucap syukur dan merenungkan firmanNya secara pribadi. Berdoa hanya seperlunya saja dan saat butuh. Bagaimana kita akan mengalami penggenapan janji-janji Tuhan dalam hidup ini jika kita tidak karib dengan Tuhan?
Membangun kekariban dengan Tuhan adalah sebuah proses. Jadi tidak ada yang instan, tapi perlu latihan dari hari ke sehari. Jangan malas dan teruslah berlatih! Kita harus memaksa tubuh kita untuk berdoa dan melawan rasa kantuk yang menyerang. Firman Tuhan menasihatkan, "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41).
Jika pada awalnya kita gagal, coba lagi sampai hal itu menjadi sebuah kebiasaan.
Saturday, April 21, 2012
KARIB DENGAN TUHAN: Ada Banyak Berkat!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 April 2012 -
Baca: Mazmur 27:1-14
"Satu hal telah kuminta kepada Tuhan, itulah yang kuingini: diam di rumah Tuhan seumur hidupku, menyaksikan kemurahan Tuhan dan menikmati bait-Nya." Mazmur 27:4
Kitab Mazmur adalah kitab yang ditulis oleh Daud; ratusan pasal yang terdapat di dalam kitab ini merupakan curahan hati dan pengalamannya sendiri saat ia karib dengan Tuhan: mulai dari muda hingga ia menjadi raja atas Israel.
Masa muda Daud banyak dihabiskan di padang karena ia adalah penggembala domba. Dan pada waktu itulah Daud, yang kesukaannya bermain kecapi, mencurahkan isi hatinya kepada Tuhan dan memuji-muji Tuhan setiap waktu. Kekaribannya dengan Tuhan menjadikan Daud makin percaya kepadaNya. Itulah sebabnya Daud begitu antusias terhadap Tuhan; kerinduannya begitu besar untuk selalu berada di dalam hadirat Tuhan. Daud berkata, "Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik." (Mazmur 84:11). Perhatikan! Ada banyak berkat jika kita semakin karib dengan Tuhan. Di dalam kekariban dengan Tuhan tidak ada ketakutan karena Dia sendiri berjanji, "...Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan." (Yesaya 41:10). Karena karib dengan Tuhan, Daud tidak lagi takut terhadap apa pun. Ketika harus berhadapan dengan raksasa Filistin (Goliat) ia tidak takut, bahkan mampu mengalahkannya karena ia yakin bahwa Tuhan menyertainya.
Di dalam kekariban dengan Tuhan ada perlindungan yang aman. Kita melihat bahwa dunia saat ini penuh dengan gejolak. Adalah manusiawi sekali jika banyak orang menjadi kuatir dan cemas. Tidak hanya di luar negeri, tapi di negeri kita pun banyak sekali goncangan-goncangan. Kerusuhan antarwarga, bencana alam (gunung meletus, banjir, jembatan runtuh), kecelakaan lalu-lintas terjadi di mana-mana. Tapi bagi orang benar yang hidupnya karib dengan Tuhan tidak perlu kuatir, karena "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut; sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang oleh geloranya." (Mazmur 46:2-4).
(Bersambung)
Baca: Mazmur 27:1-14
"Satu hal telah kuminta kepada Tuhan, itulah yang kuingini: diam di rumah Tuhan seumur hidupku, menyaksikan kemurahan Tuhan dan menikmati bait-Nya." Mazmur 27:4
Kitab Mazmur adalah kitab yang ditulis oleh Daud; ratusan pasal yang terdapat di dalam kitab ini merupakan curahan hati dan pengalamannya sendiri saat ia karib dengan Tuhan: mulai dari muda hingga ia menjadi raja atas Israel.
Masa muda Daud banyak dihabiskan di padang karena ia adalah penggembala domba. Dan pada waktu itulah Daud, yang kesukaannya bermain kecapi, mencurahkan isi hatinya kepada Tuhan dan memuji-muji Tuhan setiap waktu. Kekaribannya dengan Tuhan menjadikan Daud makin percaya kepadaNya. Itulah sebabnya Daud begitu antusias terhadap Tuhan; kerinduannya begitu besar untuk selalu berada di dalam hadirat Tuhan. Daud berkata, "Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik." (Mazmur 84:11). Perhatikan! Ada banyak berkat jika kita semakin karib dengan Tuhan. Di dalam kekariban dengan Tuhan tidak ada ketakutan karena Dia sendiri berjanji, "...Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan." (Yesaya 41:10). Karena karib dengan Tuhan, Daud tidak lagi takut terhadap apa pun. Ketika harus berhadapan dengan raksasa Filistin (Goliat) ia tidak takut, bahkan mampu mengalahkannya karena ia yakin bahwa Tuhan menyertainya.
Di dalam kekariban dengan Tuhan ada perlindungan yang aman. Kita melihat bahwa dunia saat ini penuh dengan gejolak. Adalah manusiawi sekali jika banyak orang menjadi kuatir dan cemas. Tidak hanya di luar negeri, tapi di negeri kita pun banyak sekali goncangan-goncangan. Kerusuhan antarwarga, bencana alam (gunung meletus, banjir, jembatan runtuh), kecelakaan lalu-lintas terjadi di mana-mana. Tapi bagi orang benar yang hidupnya karib dengan Tuhan tidak perlu kuatir, karena "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut; sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang oleh geloranya." (Mazmur 46:2-4).
(Bersambung)
Friday, April 20, 2012
DALAM TUHAN ADA SUKACITA SEJATI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 April 2012 -
Baca: Mazmur 16:1-11
"Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa." Mazmur 16:11
Momen apa yang paling membuat Saudara merasakan sukacita? Ada berbagai alasan seseorang mengalami sukacita dalam hidupnya: seseorang bersukacita saat ia mendapatkan lotere; ketika merayakan valentine's day dengan teman-teman; saat berada di kursi pelaminan dengan orang yang dicintainya; ketika memiliki uang banyak; ketika lulus ujian atau diwisuda sebagai sarjana; ketika dianugerahi anak; ketika bertemu dengan kawan lama dan sebagainya. Seseorang yang menderita sakit akan bersukacita ketika dokter menyatakan bahwa ia sudah sembuh dan boleh pulang dari rumah sakit; seorang atlet mengalami sukacita yang luar biasa ketika ia mampu merebut medali emas dalam suatu kejuaraan; seorang petani bersukacita tatkala musim panen yang ditunggu-tunggu itu tiba, sehingga rasa-rasanya semua kerja keras yang selama ini ia lakukan, baik itu membajak, mengairi dan merawat tanaman telah terbayar sudah. Begitu pula seorang karyawan akan bersukacita ketika tiba waktu menerima gaji atau mendapat promosi jabatan dari pimpinan.
Namun, berapa lama sukacita itu akan bertahan? Sukacita yang ditawarkan oleh dunia ini sifatnya hanya sementara, tidak akan bertahan lama. Lalu, di manakah kita menemukan sukacita yang sejati dan berlimpah-limpah itu? Sukacita yang melimpah dan yang tak lekang oleh waktu hanya akan kita temukan di dalam Tuhan Yesus. Sukacita yang dari Tuhan tidak bergantung pada situasi dan kondisi yang ada di sekitar kita karena sukacita itu berasal dari dalam, yang dikerjakan oleh Roh Kudus.
Jadi, kita mendapatkan sukacita yang berlimpah oleh karena ada Roh Kudus di dalam diri kita. Itulah sebabnya Rasul Paulus menasihati, "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4). Mungkin kita berkata, "Teorinya gampang. Prakteknya? Bagaimana bisa bersukacita jika kita sedang dalam masalah, sakit, punya banyak utang, toko sepi, perusahaan lagi bangkrut dan sebagainya?" Rasul Paulus menulis surat himbauan kepada jemaat di Filipi ini bukan saat ia sedang bersenang-senang karena menerima berkat dari Tuhan, tapi justru saat ia berada di dalam penjara alias dalam penderitaan dan kesesakan.
"Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena Tuhan itulah perlindunganmu!" (Nehemia 8:11b).
Baca: Mazmur 16:1-11
"Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa." Mazmur 16:11
Momen apa yang paling membuat Saudara merasakan sukacita? Ada berbagai alasan seseorang mengalami sukacita dalam hidupnya: seseorang bersukacita saat ia mendapatkan lotere; ketika merayakan valentine's day dengan teman-teman; saat berada di kursi pelaminan dengan orang yang dicintainya; ketika memiliki uang banyak; ketika lulus ujian atau diwisuda sebagai sarjana; ketika dianugerahi anak; ketika bertemu dengan kawan lama dan sebagainya. Seseorang yang menderita sakit akan bersukacita ketika dokter menyatakan bahwa ia sudah sembuh dan boleh pulang dari rumah sakit; seorang atlet mengalami sukacita yang luar biasa ketika ia mampu merebut medali emas dalam suatu kejuaraan; seorang petani bersukacita tatkala musim panen yang ditunggu-tunggu itu tiba, sehingga rasa-rasanya semua kerja keras yang selama ini ia lakukan, baik itu membajak, mengairi dan merawat tanaman telah terbayar sudah. Begitu pula seorang karyawan akan bersukacita ketika tiba waktu menerima gaji atau mendapat promosi jabatan dari pimpinan.
Namun, berapa lama sukacita itu akan bertahan? Sukacita yang ditawarkan oleh dunia ini sifatnya hanya sementara, tidak akan bertahan lama. Lalu, di manakah kita menemukan sukacita yang sejati dan berlimpah-limpah itu? Sukacita yang melimpah dan yang tak lekang oleh waktu hanya akan kita temukan di dalam Tuhan Yesus. Sukacita yang dari Tuhan tidak bergantung pada situasi dan kondisi yang ada di sekitar kita karena sukacita itu berasal dari dalam, yang dikerjakan oleh Roh Kudus.
Jadi, kita mendapatkan sukacita yang berlimpah oleh karena ada Roh Kudus di dalam diri kita. Itulah sebabnya Rasul Paulus menasihati, "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4). Mungkin kita berkata, "Teorinya gampang. Prakteknya? Bagaimana bisa bersukacita jika kita sedang dalam masalah, sakit, punya banyak utang, toko sepi, perusahaan lagi bangkrut dan sebagainya?" Rasul Paulus menulis surat himbauan kepada jemaat di Filipi ini bukan saat ia sedang bersenang-senang karena menerima berkat dari Tuhan, tapi justru saat ia berada di dalam penjara alias dalam penderitaan dan kesesakan.
"Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena Tuhan itulah perlindunganmu!" (Nehemia 8:11b).
Thursday, April 19, 2012
MENINGGALKAN KASIH MULA-MULA (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 April 2012 -
Baca: 1 Korintus 13:13
"Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih." 1 Korintus 13:13
Apa itu kasih mula-mula? Kasih yang mula-mula adalah kasih yang membawa kita kepada satu hati yang berkobar-kobar seperti semula ketika kita percaya kepada Kristus; hati yang begitu semangat untuk bersaksi, untuk memberitakan Injil; hati yang penuh cinta kepada Tuhan dan sesama; hati yang tulus iklhas tanpa pamrih untuk Tuhan.
Mengapa kasih yang mula-mula ini penting? Kasih mula-mula ini sangatlah penting, karena hal ini merupakan dasar dari hubungan kita dengan Tuhan. Kita tahu bahwa kota Efesus adalah kota yang besar dan sangat terkenal pada waktu itu, yang tentunya orang-orang di Efesus punya pilihan untuk hidup dalam duniawi. Tetapi ternyata jemaat Efesus adalah jemaat yang luar biasa karena mereka tetap setia dalam melayani dan hidup bagi Tuhan; mereka masih mengutamakan perkara-perkara rohani sekali pun banyak sekali tantangan dan cobaan. Secara fisik mereka tetap melakukan pelayanan untuk Tuhan, tetapi pelayanan mereka tidak lagi digerakkan dan dibakar oleh kasih mereka kepada Kristus. Mereka terjerumus ke pekerjaan atau pelayanan rutinitas belaka. Hal inilah yang seringkali tidak kita sadari. Tanpa kasih yang menyala-nyala bagi Kristus, pekerjaan dan pelayanan yang kita lakukan tidak ada artinya. Tanpa kasih, semua tidak ada faedahnya bagi Tuhan. Karena itu kita harus ingat saat pertama kita percaya kepada Tuhan: saat kita bertobat dan berkomitmen untuk mengikuti Tuhan dan melayani Dia dengan segenap hati dan jiwa. Ada beberapa hal yang menunjukkan bahwa seseorang telah meninggalkan kasih mula-mulanya kepada Tuhan: 1. Tuhan tidak lagi menjadi prioritas utama dalam hidup kita. Mungkin kita masih aktif melayani Tuhan, tapi pelayanan itu tidak lagi timbul dari hati yang haus dan lapar akan Dia, melainkan hanya karena tugas dan rutinitas semata. 2. Timbul rasa malas untuk bersekutu dengan Tuhan secara pribadi. Waktu untuk berdoa, menyembah Tuhan dan merenungkan firmanNya berkurang. 3. Kita lebih disibukkan dengan urusan-urusan pribadi: keluarga, pekerjaan, hobi dan sebagainya. Oleh karena itu Tuhan mengingatkan, "...ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan." (Wahyu 2:5a, b).
Mari kita berkomitmen lagi untuk mengasihi Tuhan, lebih dari segalanya.
Baca: 1 Korintus 13:13
"Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih." 1 Korintus 13:13
Apa itu kasih mula-mula? Kasih yang mula-mula adalah kasih yang membawa kita kepada satu hati yang berkobar-kobar seperti semula ketika kita percaya kepada Kristus; hati yang begitu semangat untuk bersaksi, untuk memberitakan Injil; hati yang penuh cinta kepada Tuhan dan sesama; hati yang tulus iklhas tanpa pamrih untuk Tuhan.
Mengapa kasih yang mula-mula ini penting? Kasih mula-mula ini sangatlah penting, karena hal ini merupakan dasar dari hubungan kita dengan Tuhan. Kita tahu bahwa kota Efesus adalah kota yang besar dan sangat terkenal pada waktu itu, yang tentunya orang-orang di Efesus punya pilihan untuk hidup dalam duniawi. Tetapi ternyata jemaat Efesus adalah jemaat yang luar biasa karena mereka tetap setia dalam melayani dan hidup bagi Tuhan; mereka masih mengutamakan perkara-perkara rohani sekali pun banyak sekali tantangan dan cobaan. Secara fisik mereka tetap melakukan pelayanan untuk Tuhan, tetapi pelayanan mereka tidak lagi digerakkan dan dibakar oleh kasih mereka kepada Kristus. Mereka terjerumus ke pekerjaan atau pelayanan rutinitas belaka. Hal inilah yang seringkali tidak kita sadari. Tanpa kasih yang menyala-nyala bagi Kristus, pekerjaan dan pelayanan yang kita lakukan tidak ada artinya. Tanpa kasih, semua tidak ada faedahnya bagi Tuhan. Karena itu kita harus ingat saat pertama kita percaya kepada Tuhan: saat kita bertobat dan berkomitmen untuk mengikuti Tuhan dan melayani Dia dengan segenap hati dan jiwa. Ada beberapa hal yang menunjukkan bahwa seseorang telah meninggalkan kasih mula-mulanya kepada Tuhan: 1. Tuhan tidak lagi menjadi prioritas utama dalam hidup kita. Mungkin kita masih aktif melayani Tuhan, tapi pelayanan itu tidak lagi timbul dari hati yang haus dan lapar akan Dia, melainkan hanya karena tugas dan rutinitas semata. 2. Timbul rasa malas untuk bersekutu dengan Tuhan secara pribadi. Waktu untuk berdoa, menyembah Tuhan dan merenungkan firmanNya berkurang. 3. Kita lebih disibukkan dengan urusan-urusan pribadi: keluarga, pekerjaan, hobi dan sebagainya. Oleh karena itu Tuhan mengingatkan, "...ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan." (Wahyu 2:5a, b).
Mari kita berkomitmen lagi untuk mengasihi Tuhan, lebih dari segalanya.
Wednesday, April 18, 2012
MENINGGALKAN KASIH MULA-MULA (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 April 2012 -
Baca: Wahyu 2:1-7
"Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula." Wahyu 2:4
Apakah saat ini kita sedang bangga dengan kerohanian kita? Kita sudah melayani Tuhan dan terlibat aktif di gereja lokal yang terkenal? Melalui renungan ini kita diingatkan untuk tidak terlalu membanggakan diri karena yang berhak menilai 'kualitas' pekerjaan kita bukanlah manusia, melainkan Tuhan. Secara kasat mata mungkin kita melihat dan menilai bahwa gereja kita adalah gereja yang aktif dengan jemaat yang 'dewasa' rohani pula. Hal ini bisa terlihat dari jadwal pelayanan yang tak pernah kosong, mulai hari Minggu hingga Sabtu, gereja penuh dengan kegiatan: kebaktian umum, ibadah kelompok (sel), ibadah pria-wanita, ibadah doa puasa, ibadah pemuda dan sebagainya yang selalu dipenuhi dengan jiwa-jiwa.
Keadaan ini tak jauh beda dengan jemaat di Efesus. Kepada jemaat di Efesus Tuhan berkata, "Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu." (Wahyu 2:2a). Jika kita perhatikan, jemaat di Efesus adalah jemaat yang dewasa rohaninya karena mereka setia, tekun, mampu membedakan guru-guru palsu (ayat 2), bahkan dikatakan: "...engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah." (ayat 3). Bukankah ini sudah cukup membuktikan bahwa jemaat Efesus setia dalam melayani dan hidup bagi Tuhan? Kurang apa lagi? Secara manusia, kekristenan mereka pasti dikenan Tuhan. Tetapi mengapa Tuhan masih mencela mereka? Mata Tuhan sanggup melihat jauh melampaui pikiran dan juga penampilan luar kita karena "...tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia,..." (Ibrani 4:13).
Jadi, Tuhan tahu keberadaan setiap jemaat dan individu yang ada di dalam gereja secara mendalam. Saat ini mungkin yang menjadi fokus kita adalah hal-hal yang tampak dari luar: jemaat yang banyak, organisasi gereja yang solid, aktivitas rohani (pelayanan yang padat), pula gedung gereja yang tampak megah dan besar dan sebagainya. Tetapi ada hal penting yang malah terabaikan, dan itulah yang sedang Tuhan ungkap terhadaap jemaat di Efesus ini. Ternyata banyak dari kita telah meninggalkan kasih mula-mula (ayat nas). Kita telah menggantikan kasih kita kepada Tuhan dengan pekerjaan atau aktivitas rohani yang ada. (Bersambung)
Baca: Wahyu 2:1-7
"Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula." Wahyu 2:4
Apakah saat ini kita sedang bangga dengan kerohanian kita? Kita sudah melayani Tuhan dan terlibat aktif di gereja lokal yang terkenal? Melalui renungan ini kita diingatkan untuk tidak terlalu membanggakan diri karena yang berhak menilai 'kualitas' pekerjaan kita bukanlah manusia, melainkan Tuhan. Secara kasat mata mungkin kita melihat dan menilai bahwa gereja kita adalah gereja yang aktif dengan jemaat yang 'dewasa' rohani pula. Hal ini bisa terlihat dari jadwal pelayanan yang tak pernah kosong, mulai hari Minggu hingga Sabtu, gereja penuh dengan kegiatan: kebaktian umum, ibadah kelompok (sel), ibadah pria-wanita, ibadah doa puasa, ibadah pemuda dan sebagainya yang selalu dipenuhi dengan jiwa-jiwa.
Keadaan ini tak jauh beda dengan jemaat di Efesus. Kepada jemaat di Efesus Tuhan berkata, "Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu." (Wahyu 2:2a). Jika kita perhatikan, jemaat di Efesus adalah jemaat yang dewasa rohaninya karena mereka setia, tekun, mampu membedakan guru-guru palsu (ayat 2), bahkan dikatakan: "...engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah." (ayat 3). Bukankah ini sudah cukup membuktikan bahwa jemaat Efesus setia dalam melayani dan hidup bagi Tuhan? Kurang apa lagi? Secara manusia, kekristenan mereka pasti dikenan Tuhan. Tetapi mengapa Tuhan masih mencela mereka? Mata Tuhan sanggup melihat jauh melampaui pikiran dan juga penampilan luar kita karena "...tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia,..." (Ibrani 4:13).
Jadi, Tuhan tahu keberadaan setiap jemaat dan individu yang ada di dalam gereja secara mendalam. Saat ini mungkin yang menjadi fokus kita adalah hal-hal yang tampak dari luar: jemaat yang banyak, organisasi gereja yang solid, aktivitas rohani (pelayanan yang padat), pula gedung gereja yang tampak megah dan besar dan sebagainya. Tetapi ada hal penting yang malah terabaikan, dan itulah yang sedang Tuhan ungkap terhadaap jemaat di Efesus ini. Ternyata banyak dari kita telah meninggalkan kasih mula-mula (ayat nas). Kita telah menggantikan kasih kita kepada Tuhan dengan pekerjaan atau aktivitas rohani yang ada. (Bersambung)
Tuesday, April 17, 2012
BERTOBAT DULU BARU MELAYANI TUHAN! (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 April 2012 -
Baca: 2 Timotius 4:1-8
"Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!" 2 Timotius 4:5
Hidup dalam pertobatan sejati adalah awal bagi setiap orang percaya untuk bisa melangkah ke luar sebagi pemberita Injil atau terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan. Banyak orang mengira bahwa perbuatan dosa dapat diselesaikan dengan kita berbuat baik, sehingga berbagai cara kita tempuh untuk menutupi dosa-dosa yang kita perbuat. Salah satunya adalah dengan kedok melalui kegiatan-kegiatan keagamaan atau istilah rohaninya adalah pelayanan. Ingat! Tuhan tidak dapat kita manipulasi. Tuhan mengetahui in detail apa yang ada di pikiran dan motivasi kita, "...sebab Tuhan menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita." (1 Tawarikh 28:9a). Pergi ke gereja setiap minggu bahkan setiap hari dan melakukan berbagai macam kegiatan pelayanan menjadi suatu hal yang sia-sia dan tidak berarti di hadapan Tuhan, jika tidak ada pertobatan dalam diri kita. Kita bisa saja mengelabui orang lain dengan tampilan luar yang wah, dengan dasi yang licin dan sebagainya, tapi tidak di hadapan Tuhan!
Perhatikan! "Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (Matius 7:22-23). Yang Tuhan kehendaki adalah kita menjadi pelaku firman dan hidup dalam ketaatan. Seharusnya semua kegiatan pelayanan yang kita lakukan menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan, bukan hanya aktivitas rutin saja. Kekristenan sejati adalah hidup yang mau taat kepada Tuhan. Kalau dulu sebelum bertobat kita selalu hidup dalam dosa dan melawan kebenaran, sekarang setelah bertobat kita harus mempunyai tekat untuk hidup taat dan menjadi semakin serupa dengan Kristus.
Inilah pernyataan Paulus, "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia." (Kisah 5:29). Ketaatan dan kerelaan hati untuk melayani Tuhan adalah buah dari pertobatan seseorang. Jadi sebelum kita benar-benar hidup dalam pertobatan sejati jangan main-main dengan pelayanan.
Sebagai pemberita Injil, hidup kita harus benar di hadapan Tuhan dan juga manusia!
Baca: 2 Timotius 4:1-8
"Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!" 2 Timotius 4:5
Hidup dalam pertobatan sejati adalah awal bagi setiap orang percaya untuk bisa melangkah ke luar sebagi pemberita Injil atau terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan. Banyak orang mengira bahwa perbuatan dosa dapat diselesaikan dengan kita berbuat baik, sehingga berbagai cara kita tempuh untuk menutupi dosa-dosa yang kita perbuat. Salah satunya adalah dengan kedok melalui kegiatan-kegiatan keagamaan atau istilah rohaninya adalah pelayanan. Ingat! Tuhan tidak dapat kita manipulasi. Tuhan mengetahui in detail apa yang ada di pikiran dan motivasi kita, "...sebab Tuhan menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita." (1 Tawarikh 28:9a). Pergi ke gereja setiap minggu bahkan setiap hari dan melakukan berbagai macam kegiatan pelayanan menjadi suatu hal yang sia-sia dan tidak berarti di hadapan Tuhan, jika tidak ada pertobatan dalam diri kita. Kita bisa saja mengelabui orang lain dengan tampilan luar yang wah, dengan dasi yang licin dan sebagainya, tapi tidak di hadapan Tuhan!
Perhatikan! "Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (Matius 7:22-23). Yang Tuhan kehendaki adalah kita menjadi pelaku firman dan hidup dalam ketaatan. Seharusnya semua kegiatan pelayanan yang kita lakukan menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan, bukan hanya aktivitas rutin saja. Kekristenan sejati adalah hidup yang mau taat kepada Tuhan. Kalau dulu sebelum bertobat kita selalu hidup dalam dosa dan melawan kebenaran, sekarang setelah bertobat kita harus mempunyai tekat untuk hidup taat dan menjadi semakin serupa dengan Kristus.
Inilah pernyataan Paulus, "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia." (Kisah 5:29). Ketaatan dan kerelaan hati untuk melayani Tuhan adalah buah dari pertobatan seseorang. Jadi sebelum kita benar-benar hidup dalam pertobatan sejati jangan main-main dengan pelayanan.
Sebagai pemberita Injil, hidup kita harus benar di hadapan Tuhan dan juga manusia!
Monday, April 16, 2012
BERTOBAT DULU BARU MELAYANI TUHAN (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 April 2012 -
Baca: Markus 6:6b-13
"Lalu pergilah mereka (murid-murid Yesus) memberitakan bahwa orang harus bertobat," Markus 6:12
Menjadi saksi Kristus adalah tugas setiap orang Kristen. "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:19-20a). Namun sebelum kita pergi ke luar memberitakan Injil dan menjadi saksi Kristus, kita secara pribadi harus mengalami pertobatan sejati terlebih dahulu. Kalau kita sendiri masih hidup dalam dosa, mengenakan 'manusia lama' dan tidak mengalami pertobatan secara pribadi, kita pasti tidak akan memiliki kuasa untuk mengajak orang lain percaya kepada Kristus. Justru kita akan menjadi batu sandungan bagi orang lain dan mempermalukan nama Tuhan di hadapan mereka. Jangan sampai hal ini terjadi! Kita pasti akan gagal. Oleh sebab itu sebelum kita pergi melayani orang lain dan memberitakan Injil, dosa-dosa kita harus dibereskan terlebih dahulu di hadapan Tuhan. Kita harus benar-benar bertobat!
Kata 'bertobat' dalam Perjanjian Baru disebut dengan 'Metanoia' yang berarti perubahan pikiran disertai dengan penyesalan dan perubahan perilaku. Seseorang yang sungguh-sungguh bertobat pasti mengalami perubahan dalam hidupnya, tahu dan sadar akan dosa-dosa yang diperbuatnya, mengalami kesedihan dan penyesalan terhadap dosanya di hadapan Tuhan. Tidak ada dosa yang ditutup-tutupi lagi! Mari kita belajar seperti Daud yang berani berkata, "Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: 'Aku akan mengaku kepada Tuhan pelanggaran-pelanggaranku,' dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku." (Mazmur 32:5). Inilah bukti orang yang mau benar-benar bertobat! Alkitab mencatat, "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9).
Jadi, seseorang dikatakan mengalami pertobatan sejati apabila ia sadar akan segala dosa dan kesalahan yang telah diperbuatnya, lalu mau kembali kepada Tuhan.
Dengan demikian, tidak lagi menjadi 'senjata makan tuan', tetapi kita akan memiliki keberanian untuk pergi memberitakan Injil dan menjadi saksi Kristus, karena Roh Kudus yang akan menuntun, membimbing dan memampukan kita untuk menjangkau jiwa-jiwa!
Baca: Markus 6:6b-13
"Lalu pergilah mereka (murid-murid Yesus) memberitakan bahwa orang harus bertobat," Markus 6:12
Menjadi saksi Kristus adalah tugas setiap orang Kristen. "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:19-20a). Namun sebelum kita pergi ke luar memberitakan Injil dan menjadi saksi Kristus, kita secara pribadi harus mengalami pertobatan sejati terlebih dahulu. Kalau kita sendiri masih hidup dalam dosa, mengenakan 'manusia lama' dan tidak mengalami pertobatan secara pribadi, kita pasti tidak akan memiliki kuasa untuk mengajak orang lain percaya kepada Kristus. Justru kita akan menjadi batu sandungan bagi orang lain dan mempermalukan nama Tuhan di hadapan mereka. Jangan sampai hal ini terjadi! Kita pasti akan gagal. Oleh sebab itu sebelum kita pergi melayani orang lain dan memberitakan Injil, dosa-dosa kita harus dibereskan terlebih dahulu di hadapan Tuhan. Kita harus benar-benar bertobat!
Kata 'bertobat' dalam Perjanjian Baru disebut dengan 'Metanoia' yang berarti perubahan pikiran disertai dengan penyesalan dan perubahan perilaku. Seseorang yang sungguh-sungguh bertobat pasti mengalami perubahan dalam hidupnya, tahu dan sadar akan dosa-dosa yang diperbuatnya, mengalami kesedihan dan penyesalan terhadap dosanya di hadapan Tuhan. Tidak ada dosa yang ditutup-tutupi lagi! Mari kita belajar seperti Daud yang berani berkata, "Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: 'Aku akan mengaku kepada Tuhan pelanggaran-pelanggaranku,' dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku." (Mazmur 32:5). Inilah bukti orang yang mau benar-benar bertobat! Alkitab mencatat, "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9).
Jadi, seseorang dikatakan mengalami pertobatan sejati apabila ia sadar akan segala dosa dan kesalahan yang telah diperbuatnya, lalu mau kembali kepada Tuhan.
Dengan demikian, tidak lagi menjadi 'senjata makan tuan', tetapi kita akan memiliki keberanian untuk pergi memberitakan Injil dan menjadi saksi Kristus, karena Roh Kudus yang akan menuntun, membimbing dan memampukan kita untuk menjangkau jiwa-jiwa!
Subscribe to:
Posts (Atom)