Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 April 2012 -
Baca: 1 Korintus 13:13
"Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih." 1 Korintus 13:13
Apa itu kasih mula-mula? Kasih yang mula-mula adalah kasih yang membawa kita kepada satu hati yang berkobar-kobar seperti semula ketika kita percaya kepada Kristus; hati yang begitu semangat untuk bersaksi, untuk memberitakan Injil; hati yang penuh cinta kepada Tuhan dan sesama; hati yang tulus iklhas tanpa pamrih untuk Tuhan.
Mengapa kasih yang mula-mula ini penting? Kasih mula-mula ini sangatlah penting, karena hal ini merupakan dasar dari hubungan kita dengan Tuhan. Kita tahu bahwa kota Efesus adalah kota yang besar dan sangat terkenal pada waktu itu, yang tentunya orang-orang di Efesus punya pilihan untuk hidup dalam duniawi. Tetapi ternyata jemaat Efesus adalah jemaat yang luar biasa karena mereka tetap setia dalam melayani dan hidup bagi Tuhan; mereka masih mengutamakan perkara-perkara rohani sekali pun banyak sekali tantangan dan cobaan. Secara fisik mereka tetap melakukan pelayanan untuk Tuhan, tetapi pelayanan mereka tidak lagi digerakkan dan dibakar oleh kasih mereka kepada Kristus. Mereka terjerumus ke pekerjaan atau pelayanan rutinitas belaka. Hal inilah yang seringkali tidak kita sadari. Tanpa kasih yang menyala-nyala bagi Kristus, pekerjaan dan pelayanan yang kita lakukan tidak ada artinya. Tanpa kasih, semua tidak ada faedahnya bagi Tuhan. Karena itu kita harus ingat saat pertama kita percaya kepada Tuhan: saat kita bertobat dan berkomitmen untuk mengikuti Tuhan dan melayani Dia dengan segenap hati dan jiwa. Ada beberapa hal yang menunjukkan bahwa seseorang telah meninggalkan kasih mula-mulanya kepada Tuhan: 1. Tuhan tidak lagi menjadi prioritas utama dalam hidup kita. Mungkin kita masih aktif melayani Tuhan, tapi pelayanan itu tidak lagi timbul dari hati yang haus dan lapar akan Dia, melainkan hanya karena tugas dan rutinitas semata. 2. Timbul rasa malas untuk bersekutu dengan Tuhan secara pribadi. Waktu untuk berdoa, menyembah Tuhan dan merenungkan firmanNya berkurang. 3. Kita lebih disibukkan dengan urusan-urusan pribadi: keluarga, pekerjaan, hobi dan sebagainya. Oleh karena itu Tuhan mengingatkan, "...ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan." (Wahyu 2:5a, b).
Mari kita berkomitmen lagi untuk mengasihi Tuhan, lebih dari segalanya.
Thursday, April 12, 2012
PENUH PERGUMULAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 April 2012 -
Baca: Mazmur 56:1-14
"Kasihanilah aku, ya Allah, sebab orang-orang menginjak-injak aku, sepanjang hari orang memerangi dan mengimpit aku!" Mazmur 56:2
Perjalanan hidup manusia selama berada di muka bumi ini tak luput dari pergumulan. Entah itu pergumulan tentang pekerjaan, keluarga, keuangan, sakit penyakit dan sebagainya. Saat berada dalam pergumulan yang berat itu tak jarang kita merasa tertekan, kecewa, frustasi sehingga ada yang nekat mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
Hal ini juga dialami oleh Daud, hidupnya penuh dengan pergumulan. Banyak seteru yang menginginkan kematiannya. Hidupnya menjadi tidak tenang, di antaranya karena Saul terus mengejarnya dan hendak membunuhnya. Tak jarang pula Daud mengalami ketakutan yang begitu hebat seperti saat ia berada di Gat, sampai-sampai ia berlaku seperti orang yang sakit ingatan dan berbuat pura-pura gila. Tapi dalam ketakutannya yang luar biasa itu Daud selalu bersandar kepada Tuhan sebab ia percaya bahwa Tuhan sajalah yang dapat membela perkaranya. Daud berkata, "Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu; kepada Allah, yang firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" (Mazmur 56:4-5). Daud percaya bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan dan membiarkan umatNya yang berada dalam pergumulan hebat, yang terus berseru-seru kepadaNya. Daud berkata, "Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu" (Mazmur 56:9).
Saat ini mungkin kita mengalami seperti yang dialami oleh Daud: kita terhimpit, tertekan oleh permasalahan yang berat atau bahkan juga dimusuhi sekalipun kita tak bersalah. Tak ada jalan lain selain kita mengadu kepada Tuhan. Datanglah kepada Tuhan dan jangan lari kepada manusia, biarlah Tuhan sendiri yang menjadi Pembela kita karena "...hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah." (Mazmur 51:19b). Berhentilah untuk bersungut-sungut atau mengomel, tapi bawalah persoalan itu dalam doa kepada Tuhan. Teguhkan hati dan tetaplah tenang, karena "...dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu." (Yesaya 30:15). Air mata pergumulan kita kepada Tuhan tidak akan pernah sia-sia. Tuhan mengerti kepedihan hati kita dan mengerti kesengsaraan kita.
Seberat apa pun pergumulan kita, Tuhan sanggup menolong dan memberi jalan keluar!
Baca: Mazmur 56:1-14
"Kasihanilah aku, ya Allah, sebab orang-orang menginjak-injak aku, sepanjang hari orang memerangi dan mengimpit aku!" Mazmur 56:2
Perjalanan hidup manusia selama berada di muka bumi ini tak luput dari pergumulan. Entah itu pergumulan tentang pekerjaan, keluarga, keuangan, sakit penyakit dan sebagainya. Saat berada dalam pergumulan yang berat itu tak jarang kita merasa tertekan, kecewa, frustasi sehingga ada yang nekat mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
Hal ini juga dialami oleh Daud, hidupnya penuh dengan pergumulan. Banyak seteru yang menginginkan kematiannya. Hidupnya menjadi tidak tenang, di antaranya karena Saul terus mengejarnya dan hendak membunuhnya. Tak jarang pula Daud mengalami ketakutan yang begitu hebat seperti saat ia berada di Gat, sampai-sampai ia berlaku seperti orang yang sakit ingatan dan berbuat pura-pura gila. Tapi dalam ketakutannya yang luar biasa itu Daud selalu bersandar kepada Tuhan sebab ia percaya bahwa Tuhan sajalah yang dapat membela perkaranya. Daud berkata, "Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu; kepada Allah, yang firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" (Mazmur 56:4-5). Daud percaya bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan dan membiarkan umatNya yang berada dalam pergumulan hebat, yang terus berseru-seru kepadaNya. Daud berkata, "Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu" (Mazmur 56:9).
Saat ini mungkin kita mengalami seperti yang dialami oleh Daud: kita terhimpit, tertekan oleh permasalahan yang berat atau bahkan juga dimusuhi sekalipun kita tak bersalah. Tak ada jalan lain selain kita mengadu kepada Tuhan. Datanglah kepada Tuhan dan jangan lari kepada manusia, biarlah Tuhan sendiri yang menjadi Pembela kita karena "...hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah." (Mazmur 51:19b). Berhentilah untuk bersungut-sungut atau mengomel, tapi bawalah persoalan itu dalam doa kepada Tuhan. Teguhkan hati dan tetaplah tenang, karena "...dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu." (Yesaya 30:15). Air mata pergumulan kita kepada Tuhan tidak akan pernah sia-sia. Tuhan mengerti kepedihan hati kita dan mengerti kesengsaraan kita.
Seberat apa pun pergumulan kita, Tuhan sanggup menolong dan memberi jalan keluar!
Wednesday, April 11, 2012
MENANTIKAN TUHAN: Beroleh Kekuatan Baru!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 April 2012 -
Baca: Mazmur 130:1-8
"Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya." Mazmur 130:5
Ada harga yang harus kita bayar ketika kita menantikan sesuatu dari Tuhan. Menantikan sesuatu dari Tuhan juga membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Banyak orang Kristen yang menyerah di tengah jalan ketika yang dinantikan itu tidak kunjung tiba, dan karena ketidaksabarannya itu akhirnya mereka juga tidak memperoleh apa-apa.
Pengiringan kita kepada Tuhan tidak terlepas dari masalah dan pergumulan yang datang silih berganti dalam kehidupan ini. Tiada hari tanpa pergumulan bagi orang percaya! Tapi kita harus yakin bahwa "...Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." (1 Korintus 10:13b). Satu hal yang harus kita lakukan dalam pergumulan yang kita hadapi adalah tetap sabar dan tekun untuk menantikan jawaban dari Tuhan. "Nantikanlah Tuhan! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu!, Ya, nantikanlah Tuhan!" (Mazmur 27:14).
Kesabaran dan ketekunan dalam menanti-nantikan Tuhan pasti akan membuahkan hasil dan mendatangkan berkat yang luar biasa. Dalam Yesaya 40:31 tertulis: "...orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." Ayat ini menyatakan bahwa setiap orang yang menanti-nantikan Tuhan akan mendapatkan kekuatan baru. Pergumulan berat yang kita alami seringkali membuat kita lemah, baik secara roh maupun tubuh. Tapi, kekuatan yang baru akan diberikan Tuhan ketika kita senantiasa menanti-nantikan Dia. Adapun kekuatan yang Tuhan berikan itu tak terbatas dan tak terjangkau oleh pikiran kita, sebab "Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita," (Efesus 3:20). Secara manusia kita tidak kuat, tapi saat kita memandang Tuhan dan berserah penuh kepadaNya, kekuatan itu akan muncul dan membuat kita tetap bersemangat dan tetap tekun menantikan Dia.
Penantian akan Tuhan menghasilkan kekuatan bagi kita dalam menghadapi segala permasalahan yang ada!
Baca: Mazmur 130:1-8
"Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya." Mazmur 130:5
Ada harga yang harus kita bayar ketika kita menantikan sesuatu dari Tuhan. Menantikan sesuatu dari Tuhan juga membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Banyak orang Kristen yang menyerah di tengah jalan ketika yang dinantikan itu tidak kunjung tiba, dan karena ketidaksabarannya itu akhirnya mereka juga tidak memperoleh apa-apa.
Pengiringan kita kepada Tuhan tidak terlepas dari masalah dan pergumulan yang datang silih berganti dalam kehidupan ini. Tiada hari tanpa pergumulan bagi orang percaya! Tapi kita harus yakin bahwa "...Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." (1 Korintus 10:13b). Satu hal yang harus kita lakukan dalam pergumulan yang kita hadapi adalah tetap sabar dan tekun untuk menantikan jawaban dari Tuhan. "Nantikanlah Tuhan! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu!, Ya, nantikanlah Tuhan!" (Mazmur 27:14).
Kesabaran dan ketekunan dalam menanti-nantikan Tuhan pasti akan membuahkan hasil dan mendatangkan berkat yang luar biasa. Dalam Yesaya 40:31 tertulis: "...orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." Ayat ini menyatakan bahwa setiap orang yang menanti-nantikan Tuhan akan mendapatkan kekuatan baru. Pergumulan berat yang kita alami seringkali membuat kita lemah, baik secara roh maupun tubuh. Tapi, kekuatan yang baru akan diberikan Tuhan ketika kita senantiasa menanti-nantikan Dia. Adapun kekuatan yang Tuhan berikan itu tak terbatas dan tak terjangkau oleh pikiran kita, sebab "Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita," (Efesus 3:20). Secara manusia kita tidak kuat, tapi saat kita memandang Tuhan dan berserah penuh kepadaNya, kekuatan itu akan muncul dan membuat kita tetap bersemangat dan tetap tekun menantikan Dia.
Penantian akan Tuhan menghasilkan kekuatan bagi kita dalam menghadapi segala permasalahan yang ada!
Tuesday, April 10, 2012
TIDAK MENGASIHI DUNIA: Tidak Berkompromi Dengan Dosa!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 April 2012 -
Baca: 1 Yohanes 2:7-17
"Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu." 1 Yohanes 2:15
Keberadaan hidup orang percaya di tengah dunia adalah untuk menjadi berkat atau kesaksian bagi dunia. Karena itu kita dituntut memiliki kehidupan yang 'berbeda' dari orang-orang dunia. Tertulis: "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2). Jika hidup kita tidak jauh berbeda dari orang dunia berarti kita telah gagal menjadi orang Kristen. Bahkan Yakobus dengan keras menyatakan: "Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah." (Yakobus 4:4). Jika seseorang mengasihi dunia ini bisa dipastikan bahwa dia tidak mengasihi Tuhan dengan sepenuhnya, karena ia lebih mengutamakan perkara-perkara duniawi dan mengabaikan perkara-perkara rohani.
Keduaniawian merupakan suatu roh yaitu suatu atmosfer, suatu pengaruh yang menembus seluruh kehidupan manusia. Sehubungan dengan ayat nas di atas, tidak berarti bahwa di dalam masyarakat kita harus berlaku seperti 'orang suci', hidup menyendiri dan tidak lagi bersosialisasi. Tetapi yang dimaksud di sini adalah tidak boleh hidup menurut cara hidup dunia ini yang cenderung berkompromi dengan dosa dan hidup dalam kedagingan. Dewasa ini banyak orang Kristen yang 'bergandengan tangan' dengan dunia ini sehingga sulit dibedakan manakah orang Kristen dan mana yang 'orang dunia'. Hal ini janganlah sampai terjadi! Terlebih-lebih menjelang kedatangan Tuhan Yesus yang sudah di ambang pintu, kita harus berjuang untuk hidup benar dan tidak bercacat-cela. Kita harus tegas terhadap dosa!
Firman Tuhan berkata, "...hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging." (Galatia 5:16), dan "...barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu." (Galatia 6:8).
Bukti kalau kita tidak mengasihi dunia adalah tidak berkompromi dengan dosa, sebaliknya hidup menurut pimpinan Roh Tuhan!
Baca: 1 Yohanes 2:7-17
"Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu." 1 Yohanes 2:15
Keberadaan hidup orang percaya di tengah dunia adalah untuk menjadi berkat atau kesaksian bagi dunia. Karena itu kita dituntut memiliki kehidupan yang 'berbeda' dari orang-orang dunia. Tertulis: "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2). Jika hidup kita tidak jauh berbeda dari orang dunia berarti kita telah gagal menjadi orang Kristen. Bahkan Yakobus dengan keras menyatakan: "Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah." (Yakobus 4:4). Jika seseorang mengasihi dunia ini bisa dipastikan bahwa dia tidak mengasihi Tuhan dengan sepenuhnya, karena ia lebih mengutamakan perkara-perkara duniawi dan mengabaikan perkara-perkara rohani.
Keduaniawian merupakan suatu roh yaitu suatu atmosfer, suatu pengaruh yang menembus seluruh kehidupan manusia. Sehubungan dengan ayat nas di atas, tidak berarti bahwa di dalam masyarakat kita harus berlaku seperti 'orang suci', hidup menyendiri dan tidak lagi bersosialisasi. Tetapi yang dimaksud di sini adalah tidak boleh hidup menurut cara hidup dunia ini yang cenderung berkompromi dengan dosa dan hidup dalam kedagingan. Dewasa ini banyak orang Kristen yang 'bergandengan tangan' dengan dunia ini sehingga sulit dibedakan manakah orang Kristen dan mana yang 'orang dunia'. Hal ini janganlah sampai terjadi! Terlebih-lebih menjelang kedatangan Tuhan Yesus yang sudah di ambang pintu, kita harus berjuang untuk hidup benar dan tidak bercacat-cela. Kita harus tegas terhadap dosa!
Firman Tuhan berkata, "...hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging." (Galatia 5:16), dan "...barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu." (Galatia 6:8).
Bukti kalau kita tidak mengasihi dunia adalah tidak berkompromi dengan dosa, sebaliknya hidup menurut pimpinan Roh Tuhan!
Monday, April 9, 2012
KESETIAAN DAN PERLINDUNGAN TUHAN ITU SEMPURNA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 April 2012 -
Baca: Mazmur 121:1-8
"Tuhanlah Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu." Mazmur 121:5
Tak seorang pun anak Tuhan yang tidak pernah mengecap kebaikan dan pertolongannya, bukan? Tuhan itu setia dan tidak pernah ingkar janji. Pemazmur berkata, "Tuhan setia dalam segala perkataan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya." (Mazmur 145:13b). Dan kepada jemaat di Tesalonika, rasul Paulus juga menegaskan bahwa "...Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu dan memelihara kamu terhadap yang jahat." (2 Tesalonika 3:3).
Sudah berapa kali kita diluputkan Tuhan dari hal-hal jahat? Sungguh tak terhitung banyaknya. Itulah kesetiaan Tuhan! Bagaimana dengan kesetiaan manusia? Kesetiaan manusia itu rapuh dan ada batasnya. Dikatakan rapuh, sebab kesetiaan manusia mudah berubah, sangat bergantung pada situasi dan kondisi yang ada. Apabila situasi dan kondisi sangat menguntungkan bagi dirinya, mereka akan setia. Sebaliknya ketika kondisi tidak menguntungan, kesetiaan itu akan sirna sama sekali sampai-sampai dikatakan, "...orang saleh telah habis, telah lenyap orang-orang setia dari antara anak-anak manusia." (Mazmur 12:2).
Sebagai orang percaya kita patut bersyukur karena memiliki Tuhan yang setia. Kesetiaan Tuhan itu juga mencakup pemeliharaan terhadap ancaman dari segala sesuatu yang jahat, baik itu kuasa jahat yang berasal dari Iblis atau kejahatan yang dilakukan oleh manusia. Sebenernya kejahatan yang dilakukan manusia itu juga bersumber dari roh Iblis. Namun Alkitab menegaskan, "Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?" (Roma 8:31b). Kita sering mendengar kesaksian dari hamba-hamba Tuhan yang mengalami tantangna atau perbuatan jahat yang ditujukan terhadap hidupnya. ketika memberitakan injil ke daerah pedalaman mereka diserang oleh kuasa-kuasa jahat yang berusaha untuk membunuhnya, baik itu dengan ilmu-ilmu gaib atau sihir, mantera-mantera atau pun racun untuk membunuh mereka. Tetapi tangan Tuhan menopang dan melindungi para hamba Tuhan itu terhadap yang jahat, sehingga kuasa maut tak mampu membunuhnya. Ketika orang-orang jahat itu tak mampu membunuh para hamba Tuhan, mereka pun menjadi takut dan banyak dari mereka yang akhirnya bertobat dan menerima Injil.
Di sinilah kuasa Tuhan dinyatakan, karena itu jangan takut karena perlindungan Tuhan itu sempurna!
Baca: Mazmur 121:1-8
"Tuhanlah Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu." Mazmur 121:5
Tak seorang pun anak Tuhan yang tidak pernah mengecap kebaikan dan pertolongannya, bukan? Tuhan itu setia dan tidak pernah ingkar janji. Pemazmur berkata, "Tuhan setia dalam segala perkataan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya." (Mazmur 145:13b). Dan kepada jemaat di Tesalonika, rasul Paulus juga menegaskan bahwa "...Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu dan memelihara kamu terhadap yang jahat." (2 Tesalonika 3:3).
Sudah berapa kali kita diluputkan Tuhan dari hal-hal jahat? Sungguh tak terhitung banyaknya. Itulah kesetiaan Tuhan! Bagaimana dengan kesetiaan manusia? Kesetiaan manusia itu rapuh dan ada batasnya. Dikatakan rapuh, sebab kesetiaan manusia mudah berubah, sangat bergantung pada situasi dan kondisi yang ada. Apabila situasi dan kondisi sangat menguntungkan bagi dirinya, mereka akan setia. Sebaliknya ketika kondisi tidak menguntungan, kesetiaan itu akan sirna sama sekali sampai-sampai dikatakan, "...orang saleh telah habis, telah lenyap orang-orang setia dari antara anak-anak manusia." (Mazmur 12:2).
Sebagai orang percaya kita patut bersyukur karena memiliki Tuhan yang setia. Kesetiaan Tuhan itu juga mencakup pemeliharaan terhadap ancaman dari segala sesuatu yang jahat, baik itu kuasa jahat yang berasal dari Iblis atau kejahatan yang dilakukan oleh manusia. Sebenernya kejahatan yang dilakukan manusia itu juga bersumber dari roh Iblis. Namun Alkitab menegaskan, "Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?" (Roma 8:31b). Kita sering mendengar kesaksian dari hamba-hamba Tuhan yang mengalami tantangna atau perbuatan jahat yang ditujukan terhadap hidupnya. ketika memberitakan injil ke daerah pedalaman mereka diserang oleh kuasa-kuasa jahat yang berusaha untuk membunuhnya, baik itu dengan ilmu-ilmu gaib atau sihir, mantera-mantera atau pun racun untuk membunuh mereka. Tetapi tangan Tuhan menopang dan melindungi para hamba Tuhan itu terhadap yang jahat, sehingga kuasa maut tak mampu membunuhnya. Ketika orang-orang jahat itu tak mampu membunuh para hamba Tuhan, mereka pun menjadi takut dan banyak dari mereka yang akhirnya bertobat dan menerima Injil.
Di sinilah kuasa Tuhan dinyatakan, karena itu jangan takut karena perlindungan Tuhan itu sempurna!
Sunday, April 8, 2012
YESUS TELAH BANGKIT: Kebenaran Berita Injil!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 April 2012 -
Baca: Yohanes 20:1-10
"Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati." Yohanes 20:9
Hari ini ada sukacita besar! Yesus Kristus telah bangikit di hari yang ke-3: kuburNya kosong! Kebangkitan Kristus berarti kemenangan iman Kristen; dan ini merupakan penggenapan dari nubuat mengenai Mesias yang tertulis dalam Mazmur 16:10: "...Engkau tidak menyerahan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan."
Apabila Yesus Kristus tidak dibangkitkan, sia-sialah iman percaya kita dan kita pun masih hidup di dalam dosa. Jika Kristus tidak dibangkitkan, Injil hanyalah sebagai buku cerita fiksi belaka dan percuma Injil diberitakan ke seluruh penjuru dunia ini. Namun dengan kebangkitan Kristus di hari yang ketiga ini berita Injil adalah ya dan amin, itulah sebabkan Injil harus diberitakan. Itulah sebabnya Tuhan Yesus memberi perintah kepada murid-muridNya dan juga kita, "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum." (Markus 16:15-16). Jika Kristus tidak dibangkitkan, kelahiranNya dan kematianNya juga akan menjadi percuma dan sia-sia sehingga salib hanya akan menjadi akhir tragis dari kehidupan Yesus Kristus di bumi.
Kebangkitan Kristus telah memberikan kepastian bahwa di balik kematian ada kehidupan. Hal ini juga ditegaskan Tuhan Yesus sendiri, "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati," (Yohanes 11:25). Jadi dengan kebangkitan Kristus ada jaminan pasti bahwa kita yang percaya juga akan dibangkitkan dari kematian dan beroleh kehidupan kekal. Oleh karena itu Rasul Paulus menasihatkan, "...saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58). Namun sampai saat ini masih ada orang Kristen yang begitu mudahnya menjual imannya demi jabatan, harta, popularitas, dan juga pasangan hidup; keselamtan ia tukarkan dengan kemewahan dunia ini.
Kebangkitan Yesus Kristus adalah bukti bahwa Dia adalah Tuhan dan bukti bahwa Injil Kristus adalah kebenaran sejati!
Baca: Yohanes 20:1-10
"Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati." Yohanes 20:9
Hari ini ada sukacita besar! Yesus Kristus telah bangikit di hari yang ke-3: kuburNya kosong! Kebangkitan Kristus berarti kemenangan iman Kristen; dan ini merupakan penggenapan dari nubuat mengenai Mesias yang tertulis dalam Mazmur 16:10: "...Engkau tidak menyerahan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan."
Apabila Yesus Kristus tidak dibangkitkan, sia-sialah iman percaya kita dan kita pun masih hidup di dalam dosa. Jika Kristus tidak dibangkitkan, Injil hanyalah sebagai buku cerita fiksi belaka dan percuma Injil diberitakan ke seluruh penjuru dunia ini. Namun dengan kebangkitan Kristus di hari yang ketiga ini berita Injil adalah ya dan amin, itulah sebabkan Injil harus diberitakan. Itulah sebabnya Tuhan Yesus memberi perintah kepada murid-muridNya dan juga kita, "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum." (Markus 16:15-16). Jika Kristus tidak dibangkitkan, kelahiranNya dan kematianNya juga akan menjadi percuma dan sia-sia sehingga salib hanya akan menjadi akhir tragis dari kehidupan Yesus Kristus di bumi.
Kebangkitan Kristus telah memberikan kepastian bahwa di balik kematian ada kehidupan. Hal ini juga ditegaskan Tuhan Yesus sendiri, "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati," (Yohanes 11:25). Jadi dengan kebangkitan Kristus ada jaminan pasti bahwa kita yang percaya juga akan dibangkitkan dari kematian dan beroleh kehidupan kekal. Oleh karena itu Rasul Paulus menasihatkan, "...saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58). Namun sampai saat ini masih ada orang Kristen yang begitu mudahnya menjual imannya demi jabatan, harta, popularitas, dan juga pasangan hidup; keselamtan ia tukarkan dengan kemewahan dunia ini.
Kebangkitan Yesus Kristus adalah bukti bahwa Dia adalah Tuhan dan bukti bahwa Injil Kristus adalah kebenaran sejati!
Saturday, April 7, 2012
YESUS KRISTUS SUDAH MENYELESAIKAN!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 April 2012 -
Baca: Yohanes 19:28-42
"Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: 'Sudah selesai.' Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya." Yohanes 19:30
Pernyataan Yesus sudah selesai menunjukkan bahwa bagi Yesus salib bukan hanya sekedar penderitaan atau aniaya bagiNya, tetapi salib adalah sebuah tugas dan misi yang harus Ia emban dari Bapa. Karena salib itu merupakan tugas yang tidak mudah, Yesus pun sujud dan berdoa, "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39).
Ungkapan sudah selesai juga ungkapan bahwa Yesus telah menyelesaikannya dan taat sampai akhir seperti yang juga disampaikan Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi, "Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (Filipi 2:8). Ketika Yesus disalibkan, Ia ditinggalkan oleh murid-muridNya. Mereka kecewa karena Yesus tidak menyatakan diri sebagai raja, malah disalibkan. Itulah sebabnya orang-orang Yahudi sampai hari ini tidak percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat.
Karena dosa, seharusnya kita yang menanggung hukuman, tapi kini telah diselesaikan oleh Kristus; dan segala harga yang seharusnya kita bayar telah dilunasi olehNya. Alkitab menyatakan, "Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu." (1 Korintus 6:20). Kita tahu harga dosa adalah maut dan penghukuman kekal. Tetapi dalam Yesus Kristus telah diubah segala kutuk menjadi berkat; dimerdekakan dari dosa menjadi hamba kebenaran!
Bagaimana respons kita terhadap pengorbanan Kristus ini? Dikatakan, "Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu." Keselamatan adalah anugerah terbesar dalam hidup kita, karena itu jangan pernah sia-siakan. Jangan lagi kita hidup dalam dosa, melainkan mari kita hidup sebagai 'manusia baru'. Dan selagi masih ada kesempatan mari kita gunakan untuk melayani Tuhan dengan sepenuh hati dan memberi yang terbaik bagi Dia!
Ingatlah bahwa tidak ada satu pun orang yang tidak di dalam Yesus Kristus yang bisa lolos dari kebinasaan kekal, karena itu jangan sia-siakan keselamatan yang sudah kita terima ini; mari kita kerjakan keselamatan ini dengan takut dan gentar pula!
Baca: Yohanes 19:28-42
"Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: 'Sudah selesai.' Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya." Yohanes 19:30
Pernyataan Yesus sudah selesai menunjukkan bahwa bagi Yesus salib bukan hanya sekedar penderitaan atau aniaya bagiNya, tetapi salib adalah sebuah tugas dan misi yang harus Ia emban dari Bapa. Karena salib itu merupakan tugas yang tidak mudah, Yesus pun sujud dan berdoa, "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39).
Ungkapan sudah selesai juga ungkapan bahwa Yesus telah menyelesaikannya dan taat sampai akhir seperti yang juga disampaikan Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi, "Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (Filipi 2:8). Ketika Yesus disalibkan, Ia ditinggalkan oleh murid-muridNya. Mereka kecewa karena Yesus tidak menyatakan diri sebagai raja, malah disalibkan. Itulah sebabnya orang-orang Yahudi sampai hari ini tidak percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat.
Karena dosa, seharusnya kita yang menanggung hukuman, tapi kini telah diselesaikan oleh Kristus; dan segala harga yang seharusnya kita bayar telah dilunasi olehNya. Alkitab menyatakan, "Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu." (1 Korintus 6:20). Kita tahu harga dosa adalah maut dan penghukuman kekal. Tetapi dalam Yesus Kristus telah diubah segala kutuk menjadi berkat; dimerdekakan dari dosa menjadi hamba kebenaran!
Bagaimana respons kita terhadap pengorbanan Kristus ini? Dikatakan, "Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu." Keselamatan adalah anugerah terbesar dalam hidup kita, karena itu jangan pernah sia-siakan. Jangan lagi kita hidup dalam dosa, melainkan mari kita hidup sebagai 'manusia baru'. Dan selagi masih ada kesempatan mari kita gunakan untuk melayani Tuhan dengan sepenuh hati dan memberi yang terbaik bagi Dia!
Ingatlah bahwa tidak ada satu pun orang yang tidak di dalam Yesus Kristus yang bisa lolos dari kebinasaan kekal, karena itu jangan sia-siakan keselamatan yang sudah kita terima ini; mari kita kerjakan keselamatan ini dengan takut dan gentar pula!
Friday, April 6, 2012
KEMATIAN KRISTUS: Kita Diselamatkan dari Dosa!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 April 2012 -
Baca: Yohanes 19:16b-27
"Dan di situ Ia disalibkan mereka dan bersama-sama dengan Dia disalibkan juga dua orang lain, sebelah-menyebelah, Yesus di tengah-tengah." Yohanes 19:18
Jumat Agung adalah Hari Jumat sebelum Minggu Paskah, hari peringatan Penyaliban Yesus Kristus dan wafatNya di Golgota. Sudah menjadi hal yang umum bila acara yang berhubungan dengan kematian bukanlah sesuatu yang menyenangkan, sebab di mana ada kematian di situ juga ada air mata.
Peristiwa kematian selalu diiringi dengan kesedihan dan kepedihan yang sangat mendalam. Namun bagi orang percaya, kematian Yesus Kristus justru adalah peristiwa yang besar dan harus disyukuri, karena di dalam kematian Yesus Kristus ada pengampunan dosa, kita dibebaskan dari kutuk, ada masa depan dan memiliki pengharapan. Tertulis: "...masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." (Amsa 23:18). Kematian Yesus Kristus yang berarti sorga bukan hanya angan-angan, tetapi menjadi bagian yang pasti bagi anak-anak Tuhan. Kematian Yesus Krisus berarti pula jaminan bagi kita untuk mengalami berkat yang berkelimpahan. Hal ini dinyatakan dalam Efesus 1:3: "Terpujiah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga."
Di atas Golgota sepertinya Yesus Kristus mengalami kegagalan dan kehancuran. Mungkin pada saat itu Iblis tertawa, tetapi justru di situlah kedaulatan Allah dinyatakan dan kemenangan diraih! Memang, bagi dunia salib adalah kebodohan, tapi bagi kita salib adalah bukti kasih Allah yang menyelamatkan karena melalui kematian Yesus Kristus kita diselamatkan. Maut tidak berkuasa lagi! Jadi kekristenan tidak dapat dipisahkan dari 'salib'. Hanya melalui iman percaya kita kepada Yesus Kristus, tanpa dikarenakan apa yang telah kita lakukan, keselamatan itu kita terima dengan cuma-cuma seperti tertulis: "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus." (Roma 3:23-24). Sebagai orang-orang berdosa kita tidak sanggup membebaskan diri dari kutuk dosa, dan hanya melalui penumpahan darah Kristus di atas kayu salib inilah dosa-dosa kita ditebus.
Tanpa kematian Yesus Kristus tidak ada jalan keselamatan bagi umat manusia di muka bumi ini!
Baca: Yohanes 19:16b-27
"Dan di situ Ia disalibkan mereka dan bersama-sama dengan Dia disalibkan juga dua orang lain, sebelah-menyebelah, Yesus di tengah-tengah." Yohanes 19:18
Jumat Agung adalah Hari Jumat sebelum Minggu Paskah, hari peringatan Penyaliban Yesus Kristus dan wafatNya di Golgota. Sudah menjadi hal yang umum bila acara yang berhubungan dengan kematian bukanlah sesuatu yang menyenangkan, sebab di mana ada kematian di situ juga ada air mata.
Peristiwa kematian selalu diiringi dengan kesedihan dan kepedihan yang sangat mendalam. Namun bagi orang percaya, kematian Yesus Kristus justru adalah peristiwa yang besar dan harus disyukuri, karena di dalam kematian Yesus Kristus ada pengampunan dosa, kita dibebaskan dari kutuk, ada masa depan dan memiliki pengharapan. Tertulis: "...masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." (Amsa 23:18). Kematian Yesus Kristus yang berarti sorga bukan hanya angan-angan, tetapi menjadi bagian yang pasti bagi anak-anak Tuhan. Kematian Yesus Krisus berarti pula jaminan bagi kita untuk mengalami berkat yang berkelimpahan. Hal ini dinyatakan dalam Efesus 1:3: "Terpujiah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga."
Di atas Golgota sepertinya Yesus Kristus mengalami kegagalan dan kehancuran. Mungkin pada saat itu Iblis tertawa, tetapi justru di situlah kedaulatan Allah dinyatakan dan kemenangan diraih! Memang, bagi dunia salib adalah kebodohan, tapi bagi kita salib adalah bukti kasih Allah yang menyelamatkan karena melalui kematian Yesus Kristus kita diselamatkan. Maut tidak berkuasa lagi! Jadi kekristenan tidak dapat dipisahkan dari 'salib'. Hanya melalui iman percaya kita kepada Yesus Kristus, tanpa dikarenakan apa yang telah kita lakukan, keselamatan itu kita terima dengan cuma-cuma seperti tertulis: "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus." (Roma 3:23-24). Sebagai orang-orang berdosa kita tidak sanggup membebaskan diri dari kutuk dosa, dan hanya melalui penumpahan darah Kristus di atas kayu salib inilah dosa-dosa kita ditebus.
Tanpa kematian Yesus Kristus tidak ada jalan keselamatan bagi umat manusia di muka bumi ini!
Thursday, April 5, 2012
JANGAN TERPENGARUH ORANG FASIK!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 April 2012 -
Baca: Roma 2:1-16
"tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman." Roma 2:8
Pembacaan firman Tuhan hari ini jelas menyatakan bahwa Tuhan "...akan membalas setiap orang menurut perbuatannya," (ayat 6). Pasti kepada orang yang hidup dalam kebenaran akan diberikan kehidupan kekal; sebaliknya bagi yang tetap hidup dalam kelaliman akan beroleh murka dari Tuhan, artinya penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang berbuat jahat. Tetapi seringkali yang kita lihat adalah orang jahat tetap mujur dan sepertinya hidup dalam kebahagiaan. Ini adalah penglihatan secara mata jasmani, namun tidaklah demikian adanya. Mungkin mereka berlimpah dengan harta, tapi sesungguhnya jiwa mereka kosong, merana dan hatinya tidak tenang. Hal inilah yang pasti mengganjal di benak setiap orang percaya, bahkan Yeremia pun menanyakannya kepada Tuhan: "Tetapi aku mau berbicara dengan Engkau tentang keadilan: Mengapakah mujur hidup orang-orang fasik, sentosa semua orang yang berlaku tidak setia? Engkau membuat mereka tumbuh, dan merekapun juga berakar, mereka tumbuh subur dan menghasilkan buah juga." (Yeremia 12:1b-2a).
Bukankah kita juga bersikap demikian: iri hati dan marah kepada Tuhan? Mungkin kita juga berkata dalam hati, "Percuma bersusah payah melayani Tuhan, toh hidupku tidak ada perubahan. Sudahlah tidak usah terlalu rohani, hidup seperti orang dunia saja." Stop berpikir demikian! Karena dengan tegas Alkitab mengatakan bahwa jika kita suam-suam kuku alias tidak dingin dan tidak panas, Tuhan akan memuntahkan kita dari mulutNya.
Apa pun keadaannya janganlah kita sampai terpengaruh dan terbawa oleh arus dunia ini. Tuhan menghendaki agar kita tetap setia sampai akhir. Memang tidak mudah menjadi orang setia, terlebih di akhir zaman ini, di mana banyak sekali ujian dan tantangan yang menghadang hidup orang percaya. Namun janji Tuhan jelas bahwa Dia akan "...memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia," (Amsal 2:8) dan pada saatnya kita akan melihat bahwa Tuhan akan membuat perbedaan antara orang benar dan orang fasik (baca Maleakhi 3:18). Tuhan selalu adil dengan perbuatanNya, Ia pun akan membalaskan setiap orang setimpal dengan hasil perbuatannya!
Tetaplah hidup dalam kebenaran, sebab mata Tuhan tertuju kepada mereka yang takut akan Dia!
Baca: Roma 2:1-16
"tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman." Roma 2:8
Pembacaan firman Tuhan hari ini jelas menyatakan bahwa Tuhan "...akan membalas setiap orang menurut perbuatannya," (ayat 6). Pasti kepada orang yang hidup dalam kebenaran akan diberikan kehidupan kekal; sebaliknya bagi yang tetap hidup dalam kelaliman akan beroleh murka dari Tuhan, artinya penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang berbuat jahat. Tetapi seringkali yang kita lihat adalah orang jahat tetap mujur dan sepertinya hidup dalam kebahagiaan. Ini adalah penglihatan secara mata jasmani, namun tidaklah demikian adanya. Mungkin mereka berlimpah dengan harta, tapi sesungguhnya jiwa mereka kosong, merana dan hatinya tidak tenang. Hal inilah yang pasti mengganjal di benak setiap orang percaya, bahkan Yeremia pun menanyakannya kepada Tuhan: "Tetapi aku mau berbicara dengan Engkau tentang keadilan: Mengapakah mujur hidup orang-orang fasik, sentosa semua orang yang berlaku tidak setia? Engkau membuat mereka tumbuh, dan merekapun juga berakar, mereka tumbuh subur dan menghasilkan buah juga." (Yeremia 12:1b-2a).
Bukankah kita juga bersikap demikian: iri hati dan marah kepada Tuhan? Mungkin kita juga berkata dalam hati, "Percuma bersusah payah melayani Tuhan, toh hidupku tidak ada perubahan. Sudahlah tidak usah terlalu rohani, hidup seperti orang dunia saja." Stop berpikir demikian! Karena dengan tegas Alkitab mengatakan bahwa jika kita suam-suam kuku alias tidak dingin dan tidak panas, Tuhan akan memuntahkan kita dari mulutNya.
Apa pun keadaannya janganlah kita sampai terpengaruh dan terbawa oleh arus dunia ini. Tuhan menghendaki agar kita tetap setia sampai akhir. Memang tidak mudah menjadi orang setia, terlebih di akhir zaman ini, di mana banyak sekali ujian dan tantangan yang menghadang hidup orang percaya. Namun janji Tuhan jelas bahwa Dia akan "...memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia," (Amsal 2:8) dan pada saatnya kita akan melihat bahwa Tuhan akan membuat perbedaan antara orang benar dan orang fasik (baca Maleakhi 3:18). Tuhan selalu adil dengan perbuatanNya, Ia pun akan membalaskan setiap orang setimpal dengan hasil perbuatannya!
Tetaplah hidup dalam kebenaran, sebab mata Tuhan tertuju kepada mereka yang takut akan Dia!
Wednesday, April 4, 2012
DOSA ADALAH PEMBINASA HIDUP MANUSIA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 April 2012 -
Baca: Hosea 14:2-10
"Bertobatlah, hai Israel, kepada Tuhan, Allahmu, sebab engkau telah tergelincir karena kesalahanmu." Hosea 14:2
Akhir-akhir ini cuaca yang sangat ekstrem melanda negeri kita. Hujan begitu lebatnya sehingga terjadi banjir di mana-mana disertai angin yang sangat kencang, sehingga pohon-pohon banyak yang tumbang seperti terjadi di Jakarta dan daerah-daerah lainnya. Padahal pohon-pohon besar itu secara kasat mata kelihatan kuat dan kokoh berdiri; bertahun-tahun diterpa panas terik, hujan lebat dan angin, sepertinya ia berdiri teguh dan tak tergoyahkan. Tetapi suatu ketika ada hujan turun semalam-malaman dan angin bertiup sangat kencang, pohon besar itu pun langsung roboh. Ternyata setelah diselidiki, mulai dari bagian akar hingga setengah dari tinggi pohon itu telah rapuh oleh gigitan rayap. Seperti itulah dosa bekerja dalam diri seseorang! Seperti rayap yang bekerja secara perlahan tapi pasti; dosa bekerja tak terlihat oleh mata jasmani tapi pada saatnya ia akan menghancurkan hidup manusia.
Pada zaman nabi Hosea bangsa Israel hidup dalam ketidaktaatan. Mereka secara bebas melakukan perbuatan-perbuatan dosa dan hidup menurut kehendaknya sendiri tanpa menghiraukan firman Tuhan: terlibat dalam penyembahan berhala, penipuan, perzinahan dan sebagainya. Tuhan memakai Hosea untuk menegur mereka dengan keras. "Aku membinasakan engkau, hai Israel, siapakah yang dapat menolong engkau?" (Hosea 13:9). Meski mendapat peringatan mereka tetap tidak bergeming. Seringkali kia tidak menyadari betapa dosa membawa akibat yang sangat mengerikan, "Sebab upah dosa ialah maut;" (Roma 6:23). Dosa benar-benar menjadi pembinasa yang keji bagi manusia dalam segala hal.
Seseorang yang hidup dalam dosa pasti tidak akan mengalami kebahagiaan dalam hidupnya. Tertulis, "'Tetapi orang-orang fasik adalah seperti laut yang berombak-ombak sebab tidak dapat tetap tenang, dan arusnya menimbulkan sampah dan lumpur. Tiada damai bagi orang-orang fasik itu,' firman Allahku." (Yesaya 57:20-21). Oleh karena iu firman Tuhan tidak pernah berhenti mengingakan agar kita stop berbuat dosa selagi masih ada waktu dan kesempatan untuk hidup dalam pertobaan.
Dosa hanya membawa seseorang kepada ketidakbahagiaan, kehancuran dan kebinasaan!
Baca: Hosea 14:2-10
"Bertobatlah, hai Israel, kepada Tuhan, Allahmu, sebab engkau telah tergelincir karena kesalahanmu." Hosea 14:2
Akhir-akhir ini cuaca yang sangat ekstrem melanda negeri kita. Hujan begitu lebatnya sehingga terjadi banjir di mana-mana disertai angin yang sangat kencang, sehingga pohon-pohon banyak yang tumbang seperti terjadi di Jakarta dan daerah-daerah lainnya. Padahal pohon-pohon besar itu secara kasat mata kelihatan kuat dan kokoh berdiri; bertahun-tahun diterpa panas terik, hujan lebat dan angin, sepertinya ia berdiri teguh dan tak tergoyahkan. Tetapi suatu ketika ada hujan turun semalam-malaman dan angin bertiup sangat kencang, pohon besar itu pun langsung roboh. Ternyata setelah diselidiki, mulai dari bagian akar hingga setengah dari tinggi pohon itu telah rapuh oleh gigitan rayap. Seperti itulah dosa bekerja dalam diri seseorang! Seperti rayap yang bekerja secara perlahan tapi pasti; dosa bekerja tak terlihat oleh mata jasmani tapi pada saatnya ia akan menghancurkan hidup manusia.
Pada zaman nabi Hosea bangsa Israel hidup dalam ketidaktaatan. Mereka secara bebas melakukan perbuatan-perbuatan dosa dan hidup menurut kehendaknya sendiri tanpa menghiraukan firman Tuhan: terlibat dalam penyembahan berhala, penipuan, perzinahan dan sebagainya. Tuhan memakai Hosea untuk menegur mereka dengan keras. "Aku membinasakan engkau, hai Israel, siapakah yang dapat menolong engkau?" (Hosea 13:9). Meski mendapat peringatan mereka tetap tidak bergeming. Seringkali kia tidak menyadari betapa dosa membawa akibat yang sangat mengerikan, "Sebab upah dosa ialah maut;" (Roma 6:23). Dosa benar-benar menjadi pembinasa yang keji bagi manusia dalam segala hal.
Seseorang yang hidup dalam dosa pasti tidak akan mengalami kebahagiaan dalam hidupnya. Tertulis, "'Tetapi orang-orang fasik adalah seperti laut yang berombak-ombak sebab tidak dapat tetap tenang, dan arusnya menimbulkan sampah dan lumpur. Tiada damai bagi orang-orang fasik itu,' firman Allahku." (Yesaya 57:20-21). Oleh karena iu firman Tuhan tidak pernah berhenti mengingakan agar kita stop berbuat dosa selagi masih ada waktu dan kesempatan untuk hidup dalam pertobaan.
Dosa hanya membawa seseorang kepada ketidakbahagiaan, kehancuran dan kebinasaan!
Tuesday, April 3, 2012
HIDUP MANUSIA DI TANGAN SANG PENJUNAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 April 2012 -
Baca: Yeremia 18:1-17
"Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya." Yeremia 18:4
Belajar tentang suatu hal tidak harus kita dapatkan di sekolah-sekolah formal, namun bisa juga melalui kehidupan di dunia luar: membaca buku-buku bermutu, belajar dari pengalaman orang lain atau melalui kehidupan sehari-hari yang ada di sekitar yang kita lihat secara langsung.
Inilah yang dilakukan nabi Yeremia, di mana ia melakukan pengamatan tentang kerja seorang penjunan atau tukang periuk. Si nabi pun pergi mengunjungi rumah penjunan tersebut. Ia melihat tukang periuk mengambil segumpal tanah liat dan membentuknya menjadi bejana. Dalam proses pembuatan itu tiba-tiba bejana yang hampir dibentuknya retak dan rusak, namun si penjunan tidak langsung membuang bejana yang rusak itu; dihancurkannya ke dalam tangannya dan dibentuknya kembali menjadi bejana yang lain (ayat nas). Seorang penjunan pasti memiliki rencana bagi setiap gumpalan tanah liat yang dibentuknya. Masing-masing tanah liat ia bentuk sesuai dengan sifat dan kualitas tanahnya. Bukankah ada yang "...untuk dipakai guna tujuan yang mulai dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?" (Roma 9:21).
Begitu juga dengan Tuhan terhadap kita. Dia memiliki rencana yang agung bagi setiap orang percaya. RancanganNya selalu baik, bukan rancangan kecelakaan, namun untuk memberikan pada kita hari depan yang penuh harapan (baca Yeremia 29:11). Tuhan ingin kita menjadi bejana-bejana untuk hormat dan kemuliaan namaNya. Tuhan tidak menghendaki seorang pun dari kita gagal di tengah jalan, karena itu "...Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat." (2 Petrus 3:9). Sebagai Penjunan, Tuhan berkuasa untuk mengubah 'gumpalan tanah liat' yang jelek dan tidak berbentuk sekalipun menjadi bejana yang bagus dan berharga.
FirmanNya, "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (Yesaya 1:18). Kuasa Tuhan itu tak terbatas, Ia dapat melakukan apa saja, dapat mengampuni dan menyelamatkan orang yang berdosa.
Tangan Tuhanlah yang sanggup membentuk hidup kit adari yang rusak menjadi bejanaNya yang berharga!
Baca: Yeremia 18:1-17
"Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya." Yeremia 18:4
Belajar tentang suatu hal tidak harus kita dapatkan di sekolah-sekolah formal, namun bisa juga melalui kehidupan di dunia luar: membaca buku-buku bermutu, belajar dari pengalaman orang lain atau melalui kehidupan sehari-hari yang ada di sekitar yang kita lihat secara langsung.
Inilah yang dilakukan nabi Yeremia, di mana ia melakukan pengamatan tentang kerja seorang penjunan atau tukang periuk. Si nabi pun pergi mengunjungi rumah penjunan tersebut. Ia melihat tukang periuk mengambil segumpal tanah liat dan membentuknya menjadi bejana. Dalam proses pembuatan itu tiba-tiba bejana yang hampir dibentuknya retak dan rusak, namun si penjunan tidak langsung membuang bejana yang rusak itu; dihancurkannya ke dalam tangannya dan dibentuknya kembali menjadi bejana yang lain (ayat nas). Seorang penjunan pasti memiliki rencana bagi setiap gumpalan tanah liat yang dibentuknya. Masing-masing tanah liat ia bentuk sesuai dengan sifat dan kualitas tanahnya. Bukankah ada yang "...untuk dipakai guna tujuan yang mulai dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?" (Roma 9:21).
Begitu juga dengan Tuhan terhadap kita. Dia memiliki rencana yang agung bagi setiap orang percaya. RancanganNya selalu baik, bukan rancangan kecelakaan, namun untuk memberikan pada kita hari depan yang penuh harapan (baca Yeremia 29:11). Tuhan ingin kita menjadi bejana-bejana untuk hormat dan kemuliaan namaNya. Tuhan tidak menghendaki seorang pun dari kita gagal di tengah jalan, karena itu "...Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat." (2 Petrus 3:9). Sebagai Penjunan, Tuhan berkuasa untuk mengubah 'gumpalan tanah liat' yang jelek dan tidak berbentuk sekalipun menjadi bejana yang bagus dan berharga.
FirmanNya, "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (Yesaya 1:18). Kuasa Tuhan itu tak terbatas, Ia dapat melakukan apa saja, dapat mengampuni dan menyelamatkan orang yang berdosa.
Tangan Tuhanlah yang sanggup membentuk hidup kit adari yang rusak menjadi bejanaNya yang berharga!
Monday, April 2, 2012
TANPA PENGUASAAN DIRI, KITA AKAN JATUH (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 April 2012 -
Baca: 2 Petrus 1:3-15
"dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan," 2 Petrus 1:6
Setiap orang percaya dituntut untuk bisa menguasai lidah atau ucapannya, karena banyak sekali pelanggaran dan kesalahan dibuat lidah atau ucapan kita. Bisa dikatakan bahwa salah satu pergumulan terbesar dalam kehidupan orang percaya adalah bagaimana mengekang lidah. Ini menunjukkan bahwa menguasai lidah bukanlah pekerjaan gampang.
Seseorang yang dapat menguasai lidahnya bisa diumpamakan seperti kekang pada mulut kuda, dan kemudi pada kapal yang berlayar di tengah angin keras. Seringkali kita tidak dapat menguasai lidah kita saat kita sedang marah atau tersinggung oleh perkataan orang lain, atau seringkali perkataan yang keluar dari mulut kita adalah perkataan kotor, kasar dan melukai orang lain. Tidak sedikit masalah yang terjadi dalam hidup kita bersumber dari ketidakmampuan kita menguasai lidah atau ucapan yang keluar dari mulut kita.
Melanjutkan poin kemarin, yang tak kalah penting untuk kita perhatikan adalah: 3. Mata. Ada tertulis: "Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu." (Matius 6:22-23). Jika kita tidak bisa menguasai penglihatan kita, kita akan mudah terperosok ke dalam berbagai hawa nafsu kedagingan. Banyak kasus pemerkosaan terjadi sebagai akibat dari seseorang yang tidak bisa menguasai matanya yang melihat hal-hal yang berbau pornografi. Juga karena matanya 'silau' melihat kemewahan dunia ini tidak sedikit orang berusaha untuk menimbun kekayaan meski dengan cara yang tidak halal: curang, korupsi, manipulasi dan sebagainya. Benar apa yang dikatakan Yakobus bahwa "...tiap-tiap orang yang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya." (Yakobus 1:1-14). Sejauh mana kita dapat menguasai diri?
Perlu kita perhatikan bahwa penguasaan diri merupakan aspek yang perlu dilatih terus-menerus dan membutuhkan proses, tidak turun dari langit dalam sekejap. Itula sebabnya kita harus melatih roh kita supaya kuat sehingga kita dapat menaklukkan kedagingan kita dan bisa menguasai diri.
Tidak ada jalan lain selain harus makin mendekatkan diri kepada Tuhan setiap waktu.
Baca: 2 Petrus 1:3-15
"dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan," 2 Petrus 1:6
Setiap orang percaya dituntut untuk bisa menguasai lidah atau ucapannya, karena banyak sekali pelanggaran dan kesalahan dibuat lidah atau ucapan kita. Bisa dikatakan bahwa salah satu pergumulan terbesar dalam kehidupan orang percaya adalah bagaimana mengekang lidah. Ini menunjukkan bahwa menguasai lidah bukanlah pekerjaan gampang.
Seseorang yang dapat menguasai lidahnya bisa diumpamakan seperti kekang pada mulut kuda, dan kemudi pada kapal yang berlayar di tengah angin keras. Seringkali kita tidak dapat menguasai lidah kita saat kita sedang marah atau tersinggung oleh perkataan orang lain, atau seringkali perkataan yang keluar dari mulut kita adalah perkataan kotor, kasar dan melukai orang lain. Tidak sedikit masalah yang terjadi dalam hidup kita bersumber dari ketidakmampuan kita menguasai lidah atau ucapan yang keluar dari mulut kita.
Melanjutkan poin kemarin, yang tak kalah penting untuk kita perhatikan adalah: 3. Mata. Ada tertulis: "Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu." (Matius 6:22-23). Jika kita tidak bisa menguasai penglihatan kita, kita akan mudah terperosok ke dalam berbagai hawa nafsu kedagingan. Banyak kasus pemerkosaan terjadi sebagai akibat dari seseorang yang tidak bisa menguasai matanya yang melihat hal-hal yang berbau pornografi. Juga karena matanya 'silau' melihat kemewahan dunia ini tidak sedikit orang berusaha untuk menimbun kekayaan meski dengan cara yang tidak halal: curang, korupsi, manipulasi dan sebagainya. Benar apa yang dikatakan Yakobus bahwa "...tiap-tiap orang yang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya." (Yakobus 1:1-14). Sejauh mana kita dapat menguasai diri?
Perlu kita perhatikan bahwa penguasaan diri merupakan aspek yang perlu dilatih terus-menerus dan membutuhkan proses, tidak turun dari langit dalam sekejap. Itula sebabnya kita harus melatih roh kita supaya kuat sehingga kita dapat menaklukkan kedagingan kita dan bisa menguasai diri.
Tidak ada jalan lain selain harus makin mendekatkan diri kepada Tuhan setiap waktu.
Sunday, April 1, 2012
TANPA PENGUASAAN DIRI, KITA AKAN JATUH (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 April 2012 -
Baca: Amsal 16:1-33
"Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota." Amsal 16:32
Seseorang yang kuat secara fisik, mungkin badannya besar dan berotot, belum tentu juga kuat secara roh dan mampu menguasai dirinya sendiri. Kita bisa belajar dari kehidupan Simson, di mana Alkitab mencatat bahwa ia sangat kuat, bahkan mampu mengalahkan ribuan orang Filistin dan menguasai sebuah kota. Tapi Simson tidak berdaya di hadapan Delilah. Ia tak mampu mengendalikan nafsu kedagingannya sehingga dengan mudahnya ia diperdaya oleh seorang wanita sehingga ia menceritakan rahasia kekuatannya. Maka akibat tidak dapat menguasai diri Simson harus mengalami nasib yang tragis. Simson tak dapat disebut sebagai orang yang kuat dalam roh. Jadi penguasaan diri seseorang itu lebih utama daripada kekuatan fisik karena ini berhubungan dengan karakter.
Arti penguasaan diri adalah: dapat mengendalikan diri; mampu mengontrol diri; suatu kekuatan dalam diri seseorang untuk menjauhkan diri dari dosa dan tidak menuruti keinginan daging. Begitu pentingkah penguasaan diri bagi orang percaya? Ya, sangat penting. Kita harus dapat menguasai diri dalam hal apa? 1. Pikiran. Jika kita tidak dapat menguasai pikiran kita akan berakibat pada tindakan-tindakan yang tidak dapat dikuasai pula. Jika kita tidak bisa menguasai pikiran kita, pikiran kita pun akan dipenuhi oleh hal-hal yang negatif, yang pastinya akan berdampak pada perbuatan negatif pula. Oleh karena itu Rasul Paulus berkata, "...Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus," (2 Korintus 10:5b). Kita harus memiliki pikiran Kristus, artinya pikiran yang dipenuhi oleh firman Tuhan. Jika pikiran kita terus diisi oleh firman Tuhan, segala tindakan dan perbuatan kita akan terarah dan terkontrol. Daud berkata, "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku." (Mazmur 119:105). Memiliki pikiran Kristus berarti juga mencari dan memikirkan "...perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah." (Kolose 3:1).
2. Lidah atau ucapan. Dalam Amsal 21:23 dikatakan, "Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran." Maka dari itu kita harus dapat menguasai lidah atau ucapan kita. Yakobus mengibaratkan lidah kita itu seperti api, "...betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar." (Yakobus 3:5b). (Bersambung)
Baca: Amsal 16:1-33
"Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota." Amsal 16:32
Seseorang yang kuat secara fisik, mungkin badannya besar dan berotot, belum tentu juga kuat secara roh dan mampu menguasai dirinya sendiri. Kita bisa belajar dari kehidupan Simson, di mana Alkitab mencatat bahwa ia sangat kuat, bahkan mampu mengalahkan ribuan orang Filistin dan menguasai sebuah kota. Tapi Simson tidak berdaya di hadapan Delilah. Ia tak mampu mengendalikan nafsu kedagingannya sehingga dengan mudahnya ia diperdaya oleh seorang wanita sehingga ia menceritakan rahasia kekuatannya. Maka akibat tidak dapat menguasai diri Simson harus mengalami nasib yang tragis. Simson tak dapat disebut sebagai orang yang kuat dalam roh. Jadi penguasaan diri seseorang itu lebih utama daripada kekuatan fisik karena ini berhubungan dengan karakter.
Arti penguasaan diri adalah: dapat mengendalikan diri; mampu mengontrol diri; suatu kekuatan dalam diri seseorang untuk menjauhkan diri dari dosa dan tidak menuruti keinginan daging. Begitu pentingkah penguasaan diri bagi orang percaya? Ya, sangat penting. Kita harus dapat menguasai diri dalam hal apa? 1. Pikiran. Jika kita tidak dapat menguasai pikiran kita akan berakibat pada tindakan-tindakan yang tidak dapat dikuasai pula. Jika kita tidak bisa menguasai pikiran kita, pikiran kita pun akan dipenuhi oleh hal-hal yang negatif, yang pastinya akan berdampak pada perbuatan negatif pula. Oleh karena itu Rasul Paulus berkata, "...Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus," (2 Korintus 10:5b). Kita harus memiliki pikiran Kristus, artinya pikiran yang dipenuhi oleh firman Tuhan. Jika pikiran kita terus diisi oleh firman Tuhan, segala tindakan dan perbuatan kita akan terarah dan terkontrol. Daud berkata, "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku." (Mazmur 119:105). Memiliki pikiran Kristus berarti juga mencari dan memikirkan "...perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah." (Kolose 3:1).
2. Lidah atau ucapan. Dalam Amsal 21:23 dikatakan, "Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran." Maka dari itu kita harus dapat menguasai lidah atau ucapan kita. Yakobus mengibaratkan lidah kita itu seperti api, "...betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar." (Yakobus 3:5b). (Bersambung)
Saturday, March 31, 2012
TUHAN SANGGUP MEMENUHI KEBUTUHAN KITA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Maret 2012 -
Baca: Filipi 4:10-20
"Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus." Filipi 4:19
Setiap hari semua orang tanpa terkecuali dipusingkan oleh kebutuhan hidup sehari-hari. Apalagi sekarang ini semua harga kebutuhan pokok tidak ada yang murah, semuanya makin hari makin mahal. Yah...selama hidup di dunia ini memenuhi kebutuhan hidup, baik itu makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan sebagainya, adalah hal-hal yang tidak dapat dipisahkan. Itulah sebabnya semua orang bekerja keras membanting tulang untuk dapat memenuhi setiap kebutuhannya.
Apa yang dikejar? Tidak ada kata lain, selain UANG. Semua orang pasti berpikir bahwa jika sudah memiliki cukup uang atau bahkan berlebih semuanya akan menjadi beres, hidup ini bisa tenang dan kebahagiaan dapat dirasakan. Benarkah? Kenyataannya tidak demikian, kita tetap saja merasa kurang dan tidak pernah terpuaskan seperti yang dikatakan Salomo, "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan pernah puas dengan penghasilannya." (Pengkotbah 5:9a). Akibatnya pikiran kita dipenuhi oleh kekuatiran setiap hari; kuatir akan kebutuhan, kuatir akan biaya sekolah anak dan lain-lain. Alkitab menasihati, "Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (Matius 6:34). Ada pun arti kata 'kuatir' itu sendiri adalah rasa takut, gelisah, cemas terhadap suatu hal yang belum diketahui dengan pasti. Untuk bisa keluar dari kekuatiran Tuhan mengajarkan untuk kita untuk memprioritaskan perkara-perkara rohani terlebih dahulu. Tuhan berkata, "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33).
Sudahkah kita menempatkan Tuhan sebagai yang utama dalam hidup ini? Tuhan Yesus telah menebus hidup kita dengan darahNya yang mahal supaya kita diselamatkan. Tidakkah hati kita terketuk untuk membalas kasihNya itu? Nah, untuk mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya tidak ada jalan lain selain kita mencari hadirat Tuhan setiap hari; setia merenungkan firmanNya dan melakukannya; setia beribadah dan melayani Tuhan.
Ketika kita mengutamakan Tuhan di atas segalanya, maka Dia akan menyediakan segala yang kita perlukan karena Dia adalah Jehovah Jireh!
Baca: Filipi 4:10-20
"Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus." Filipi 4:19
Setiap hari semua orang tanpa terkecuali dipusingkan oleh kebutuhan hidup sehari-hari. Apalagi sekarang ini semua harga kebutuhan pokok tidak ada yang murah, semuanya makin hari makin mahal. Yah...selama hidup di dunia ini memenuhi kebutuhan hidup, baik itu makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan sebagainya, adalah hal-hal yang tidak dapat dipisahkan. Itulah sebabnya semua orang bekerja keras membanting tulang untuk dapat memenuhi setiap kebutuhannya.
Apa yang dikejar? Tidak ada kata lain, selain UANG. Semua orang pasti berpikir bahwa jika sudah memiliki cukup uang atau bahkan berlebih semuanya akan menjadi beres, hidup ini bisa tenang dan kebahagiaan dapat dirasakan. Benarkah? Kenyataannya tidak demikian, kita tetap saja merasa kurang dan tidak pernah terpuaskan seperti yang dikatakan Salomo, "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan pernah puas dengan penghasilannya." (Pengkotbah 5:9a). Akibatnya pikiran kita dipenuhi oleh kekuatiran setiap hari; kuatir akan kebutuhan, kuatir akan biaya sekolah anak dan lain-lain. Alkitab menasihati, "Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (Matius 6:34). Ada pun arti kata 'kuatir' itu sendiri adalah rasa takut, gelisah, cemas terhadap suatu hal yang belum diketahui dengan pasti. Untuk bisa keluar dari kekuatiran Tuhan mengajarkan untuk kita untuk memprioritaskan perkara-perkara rohani terlebih dahulu. Tuhan berkata, "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33).
Sudahkah kita menempatkan Tuhan sebagai yang utama dalam hidup ini? Tuhan Yesus telah menebus hidup kita dengan darahNya yang mahal supaya kita diselamatkan. Tidakkah hati kita terketuk untuk membalas kasihNya itu? Nah, untuk mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya tidak ada jalan lain selain kita mencari hadirat Tuhan setiap hari; setia merenungkan firmanNya dan melakukannya; setia beribadah dan melayani Tuhan.
Ketika kita mengutamakan Tuhan di atas segalanya, maka Dia akan menyediakan segala yang kita perlukan karena Dia adalah Jehovah Jireh!
Friday, March 30, 2012
HAMBA TUHAN: Mutlak Menjadi Pelaku Firman!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Maret 2012 -
Baca: 2 Korintus 4:1-15
"Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa," 2 Korintus 4:3
Seorang hamba Tuhan, pelayan Tuhan atau pemberita Injil memiliki tugas dan tanggung jawab yang tidak mudah, bisa dikatakan berat. Menjadi hamba Tuhan atau pelayan Tuhan tak boleh hidup seenak kita sendiri supaya hidup kita tidak menjadi celaan atau batu sandungan bagi orang banyak. Dalam Yakobus 3:1 dikatakan: "Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat."
Menjalankan tugas sebagai pemberita Injil ternyata membawa konsekuensi yang tidak gampang. Tapi jika kita dipilih Tuhan untuk menjadi hamba-hambaNya itu adalah anugerah yang luar biasa. Karena itu kita yang saat ini disebut sebagai hamba-hamba Tuhan atau pemberita Injil harus memiliki kehidupan yang selaras dengan firman Tuhan. Hidup kita tidak boleh menyimpang dari kebenaran firman Tuhan. Terlebih lagi firman Tuhan yang diberitakan jangan sampai keluar dari jalur kebenaran. Jika firman yang disampaikan menyimpang dari kebenaran Alkitab, kita harus mempertanggungjawabkannya di hadapan tuhan. Di akhir zaman ini banyak orang yang memutarbalikkan firman Tuhan demi keuntungan atau kepentingan diri sendiri. Masih banyak pula hamba Tuhan yang berani memberitakan firman Tuhan tapi ia sendiri belum sepenuhnya menjadi pelaku firman, masih saja melakukan perbuatan-perbuatan dosa secara tersembunyi. Berhati-hatilah! Karena "...segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia," (Ibrani 4:13).
Sebagai hamba-hamba Tuhan patutlah kita belajar seperti yang dikerjakan Rasul Paulus. "Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah." (2 Korintus 4:2). Hidup hamba-hamba Tuhan haruslah seperti surat yang terbuka dan terbaca oleh semua orang!
Jadi, apabila kita sudah melakukan semua sesuai dengan firman Tuhan namun Injil yang kita beritakan ditolak orang, hal ini bukan menjadi urusan kita lagi!
Baca: 2 Korintus 4:1-15
"Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa," 2 Korintus 4:3
Seorang hamba Tuhan, pelayan Tuhan atau pemberita Injil memiliki tugas dan tanggung jawab yang tidak mudah, bisa dikatakan berat. Menjadi hamba Tuhan atau pelayan Tuhan tak boleh hidup seenak kita sendiri supaya hidup kita tidak menjadi celaan atau batu sandungan bagi orang banyak. Dalam Yakobus 3:1 dikatakan: "Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat."
Menjalankan tugas sebagai pemberita Injil ternyata membawa konsekuensi yang tidak gampang. Tapi jika kita dipilih Tuhan untuk menjadi hamba-hambaNya itu adalah anugerah yang luar biasa. Karena itu kita yang saat ini disebut sebagai hamba-hamba Tuhan atau pemberita Injil harus memiliki kehidupan yang selaras dengan firman Tuhan. Hidup kita tidak boleh menyimpang dari kebenaran firman Tuhan. Terlebih lagi firman Tuhan yang diberitakan jangan sampai keluar dari jalur kebenaran. Jika firman yang disampaikan menyimpang dari kebenaran Alkitab, kita harus mempertanggungjawabkannya di hadapan tuhan. Di akhir zaman ini banyak orang yang memutarbalikkan firman Tuhan demi keuntungan atau kepentingan diri sendiri. Masih banyak pula hamba Tuhan yang berani memberitakan firman Tuhan tapi ia sendiri belum sepenuhnya menjadi pelaku firman, masih saja melakukan perbuatan-perbuatan dosa secara tersembunyi. Berhati-hatilah! Karena "...segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia," (Ibrani 4:13).
Sebagai hamba-hamba Tuhan patutlah kita belajar seperti yang dikerjakan Rasul Paulus. "Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah." (2 Korintus 4:2). Hidup hamba-hamba Tuhan haruslah seperti surat yang terbuka dan terbaca oleh semua orang!
Jadi, apabila kita sudah melakukan semua sesuai dengan firman Tuhan namun Injil yang kita beritakan ditolak orang, hal ini bukan menjadi urusan kita lagi!
Thursday, March 29, 2012
TUHAN MEMEGANG HARI ESOK KITA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Maret 2012 -
Baca: Markus 16:1-8
"Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu." Markus 16:7
Berbicara tentang hari esok, tak seorang pun yang tahu. Itulah sebabnya kita semua tanpa terkecuali terkadang merasa was-was, takut dan kuatir karena memang hari esok itu berada di luar jangkauan kita. Karena itu Salomo menasihati, "Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu." (Amsal 27:1). Namun, sebagai anak-anak Tuhan tidak seharusnya itu terjadi jika kita percaya bahwa Tuhan telah berada di sana (di sorga). Ia telah mendahului kita dalam perjalanan kehidupan yang akan kita lalui.
Dari pembacaan firman Tuhan hari ini, dalam kisah kebangkitan Tuhan Yesus malaikat menyampaikan pesan kepada para wanita yang membawa rempah-rempah ke kubur supaya memberitahukan kepada murid-muridNya bahwa Yesus telah bangkit dan telah mendahului mereka ke Galilea. Ini menunjukkan bahwa Tuhan telah mendahului kita di depan, hari esok ada di genggaman tanganNya. Dalam Wahyu 1:8 dikatakan: "Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa." Karena Tuhan telah mendahului kita, maka Ia tahu jalan mana yang patut kita tempuh. Dia akan menuntun hidup kita kepada rencanaNya dan semuanya itu tidak akan mendatangkan bahaya bagi kita. Tuhan tidak saja telah mendahului kita tetapi Ia juga yang akan menyertai kita seperti dikatakanNya, "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:20b). Jadi tidak ada alasan untuk kita menjadi kuatir, takut, putus asa, hilang pengharapan dan kecewa jika kita yakin bahwa Tuhan telah mendahului kita, menyertai kita dan berada di antara kita.
Oleh karena itu andalkan Tuhan dalam segala hal karena Dia adalah pemegang kendali hidup kita. Semua ini harus memacu kita untuk lebih setia dan lebih beriman lagi kepadaNya. Dalam segala hal andalkan Tuhan karena Dia adalah pemegang kendali hidup kita.
Dunia boleh bergoncang dan orang dunia boleh berkata bahwa esok tidak ada harapan, tapi bagi anak-anak Tuhan masa depan itu ada dan pengharapan kita tidak akan pernah hilang karena Dia memegang hari esok kita!
Baca: Markus 16:1-8
"Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu." Markus 16:7
Berbicara tentang hari esok, tak seorang pun yang tahu. Itulah sebabnya kita semua tanpa terkecuali terkadang merasa was-was, takut dan kuatir karena memang hari esok itu berada di luar jangkauan kita. Karena itu Salomo menasihati, "Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu." (Amsal 27:1). Namun, sebagai anak-anak Tuhan tidak seharusnya itu terjadi jika kita percaya bahwa Tuhan telah berada di sana (di sorga). Ia telah mendahului kita dalam perjalanan kehidupan yang akan kita lalui.
Dari pembacaan firman Tuhan hari ini, dalam kisah kebangkitan Tuhan Yesus malaikat menyampaikan pesan kepada para wanita yang membawa rempah-rempah ke kubur supaya memberitahukan kepada murid-muridNya bahwa Yesus telah bangkit dan telah mendahului mereka ke Galilea. Ini menunjukkan bahwa Tuhan telah mendahului kita di depan, hari esok ada di genggaman tanganNya. Dalam Wahyu 1:8 dikatakan: "Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa." Karena Tuhan telah mendahului kita, maka Ia tahu jalan mana yang patut kita tempuh. Dia akan menuntun hidup kita kepada rencanaNya dan semuanya itu tidak akan mendatangkan bahaya bagi kita. Tuhan tidak saja telah mendahului kita tetapi Ia juga yang akan menyertai kita seperti dikatakanNya, "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:20b). Jadi tidak ada alasan untuk kita menjadi kuatir, takut, putus asa, hilang pengharapan dan kecewa jika kita yakin bahwa Tuhan telah mendahului kita, menyertai kita dan berada di antara kita.
Oleh karena itu andalkan Tuhan dalam segala hal karena Dia adalah pemegang kendali hidup kita. Semua ini harus memacu kita untuk lebih setia dan lebih beriman lagi kepadaNya. Dalam segala hal andalkan Tuhan karena Dia adalah pemegang kendali hidup kita.
Dunia boleh bergoncang dan orang dunia boleh berkata bahwa esok tidak ada harapan, tapi bagi anak-anak Tuhan masa depan itu ada dan pengharapan kita tidak akan pernah hilang karena Dia memegang hari esok kita!
Wednesday, March 28, 2012
DI DALAM TUHAN SELALU ADA JALAN KELUAR!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Maret 2012 -
Baca: Yunus 2:1-10
"Dan aku berkata: telah terusir aku dari hadapan mata-Mu. Mungkinkah aku memandang lagi bait-Mu yang kudus?" Yunus 2:4
Ketika berada dalam lembah kekelaman, ujian atau masalah yang berat, seringkali kita bertanya kepada Tuhan, "Mengapa Tuhan hal ini bisa terjadi? Tuhan, mengapa Engkau meninggalkan aku?" Ketahuilah bahwa adakalanya Tuhan mengijinkan kita masuk ke suatu keadaan yang sepertinya tidak ada harapan, dengan tujuan menguji kesetiaan dan iman kita. Karena itu kita tidak boleh menyerah dan putus asa.
Saat berada di dalam perut ikan, Yunus tetap mengarahkan imannya kepada Tuhan dengan berkata, "Ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada Tuhan, dan sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus." (Yunus 2:7). Jangan sekali-kali kita lari mencari pertolongan atau bersandar kepada manusia karena kita pasti akan kecewa dan Alkitab pun menentang hal itu. Tertulis : "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan!" (Yeremia 17:5). Larilah kepada Tuhan, berseru-seru padaNya sampai pintu sorga terbuka.
Berhentilah menggerutu dan berkeluh kesah sebaliknya tetaplah tenang dan ucapkanlah syukur kepada Tuhan, karena "Hati yang tenang menyegarkan tubuh," (Amsal 14:30a) dan di situlah letak kekuatan kita (baca Yesaya 30:15). Secara manusia Yunus sudah tidak memiliki harapan untuk hidup, tapi ia masih bisa berkata, "Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepada-Mu; apa yang kunazarkan akan kubayar. Keselamatan adalah dari Tuhan!" (Yunus 2:9). Dengan mengucap syukur semangat yang padam dapat bangkit kembali dan iman yang sudah lemah dapat dikuatkan. Ingat! Kuasa Tuhan tidak dapat bekerja apabila iman kita padam. Sekalipun manusia berkata itu mustahil, penyakitmu tidak akan sembuh, rumah tanggamu akan hancur, selalu ada harapan dan jalan keluar di dalam Tuhan. Tiada sesuatu yang mustahil bagi Tuhan! Sebesar apa pun persoalan kita Tuhan Yesuslah jawaban! Sebagaimana Tuhan sanggup mengeluarkan Yunus dari dalam perut ikan seperti tertulis: "Lalu berfirmanlah Tuhan kepada ikan itu, dan ikan itupun memuntahkan Yunus ke darat." (Yunus 2:10), Dia pun sanggup menolong kita.
"Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di paang belantara." Yesaya 43:19b
Baca: Yunus 2:1-10
"Dan aku berkata: telah terusir aku dari hadapan mata-Mu. Mungkinkah aku memandang lagi bait-Mu yang kudus?" Yunus 2:4
Ketika berada dalam lembah kekelaman, ujian atau masalah yang berat, seringkali kita bertanya kepada Tuhan, "Mengapa Tuhan hal ini bisa terjadi? Tuhan, mengapa Engkau meninggalkan aku?" Ketahuilah bahwa adakalanya Tuhan mengijinkan kita masuk ke suatu keadaan yang sepertinya tidak ada harapan, dengan tujuan menguji kesetiaan dan iman kita. Karena itu kita tidak boleh menyerah dan putus asa.
Saat berada di dalam perut ikan, Yunus tetap mengarahkan imannya kepada Tuhan dengan berkata, "Ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada Tuhan, dan sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus." (Yunus 2:7). Jangan sekali-kali kita lari mencari pertolongan atau bersandar kepada manusia karena kita pasti akan kecewa dan Alkitab pun menentang hal itu. Tertulis : "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan!" (Yeremia 17:5). Larilah kepada Tuhan, berseru-seru padaNya sampai pintu sorga terbuka.
Berhentilah menggerutu dan berkeluh kesah sebaliknya tetaplah tenang dan ucapkanlah syukur kepada Tuhan, karena "Hati yang tenang menyegarkan tubuh," (Amsal 14:30a) dan di situlah letak kekuatan kita (baca Yesaya 30:15). Secara manusia Yunus sudah tidak memiliki harapan untuk hidup, tapi ia masih bisa berkata, "Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepada-Mu; apa yang kunazarkan akan kubayar. Keselamatan adalah dari Tuhan!" (Yunus 2:9). Dengan mengucap syukur semangat yang padam dapat bangkit kembali dan iman yang sudah lemah dapat dikuatkan. Ingat! Kuasa Tuhan tidak dapat bekerja apabila iman kita padam. Sekalipun manusia berkata itu mustahil, penyakitmu tidak akan sembuh, rumah tanggamu akan hancur, selalu ada harapan dan jalan keluar di dalam Tuhan. Tiada sesuatu yang mustahil bagi Tuhan! Sebesar apa pun persoalan kita Tuhan Yesuslah jawaban! Sebagaimana Tuhan sanggup mengeluarkan Yunus dari dalam perut ikan seperti tertulis: "Lalu berfirmanlah Tuhan kepada ikan itu, dan ikan itupun memuntahkan Yunus ke darat." (Yunus 2:10), Dia pun sanggup menolong kita.
"Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di paang belantara." Yesaya 43:19b
Tuesday, March 27, 2012
SELAGI MUDA LAYANILAH TUHAN!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Maret 2012 -
Baca: Pengkotbah 11:9-10, 12:1-8
"Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: 'Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!'" Pengkotbah 12:1
Kehidupan manusia tidak hanya berlangsung di dunia ini saja, tapi ada kehidupan baru setelah kematian. Jadi hidup manusia ada dua tahap: hidup sementara di dalam dunia dan hidup dalam kekekalan di akhirat nanti seperti dikatakan oleh Rasul Paulus, "...jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia." (2 Korintus 5:1).
Adalah salah besar jika orang berkata bahwa hidup hanya sekali saja yaitu saat di bumi ini. Dalam Yesaya 22:13 dikatakan: "Tetapi lihat, di tengah-tengah mereka ada kegirangan dan sukacita, membantai lembu dan menyembelih domba, makan daging dan minum anggur, sambil berseru: 'Marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati!'". Seorang kaya yang bodoh juga berkata kepada dirinya sendiri, "Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah." (Lukas 12:19). Orang kaya ini lupa bahwa hidup di dunia ini hanya sebentar. Jika hidup ini hanya sebatas lubang kubur buat apa kita berlelah-lelah melayani Tuhan, tekun dalam ibadah dan mempertahankan iman di dalam Kristus? Pengkotbah mengingatkan, selagi masih muda (dengan kata lain: selagi masih ada kesempatan) biarlah kita gunakan waktu yang ada untuk mengejar perkara-perkara yang menuju kepada kekekalan.
Biarlah waktu-waktu yang kita lewati ini adalah kesempatan bagi Tuhan untuk mengurapi kita dan memakai kita sebagai alat kemuliaanNya. Terlebih bagi kita yang masih muda, masa muda adalah masa emas bagi kita berbuat sesuatu untuk Tuhan dan juga sesama. Kita tahu usia muda adalah masa yang rawan bagi seseorang karena kebodohan melekat pada hati anak muda. tertulis: "Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya." (Amsal 22:15). Kebodohan membuat mereka gampang jatuh dalam dosa. Sebagai anak-anak Tuhan, jangan sia-siakan kemudaanmu!
Potensi dalam dirimu adalah harta termahal. Persembahkan itu kepada Tuhan sebagai alat kebenaranNya sehingga masa mudamu menjadi teladan bagi banyak orang dan nama Tuhan dipermuliakan!
Baca: Pengkotbah 11:9-10, 12:1-8
"Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: 'Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!'" Pengkotbah 12:1
Kehidupan manusia tidak hanya berlangsung di dunia ini saja, tapi ada kehidupan baru setelah kematian. Jadi hidup manusia ada dua tahap: hidup sementara di dalam dunia dan hidup dalam kekekalan di akhirat nanti seperti dikatakan oleh Rasul Paulus, "...jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia." (2 Korintus 5:1).
Adalah salah besar jika orang berkata bahwa hidup hanya sekali saja yaitu saat di bumi ini. Dalam Yesaya 22:13 dikatakan: "Tetapi lihat, di tengah-tengah mereka ada kegirangan dan sukacita, membantai lembu dan menyembelih domba, makan daging dan minum anggur, sambil berseru: 'Marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati!'". Seorang kaya yang bodoh juga berkata kepada dirinya sendiri, "Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah." (Lukas 12:19). Orang kaya ini lupa bahwa hidup di dunia ini hanya sebentar. Jika hidup ini hanya sebatas lubang kubur buat apa kita berlelah-lelah melayani Tuhan, tekun dalam ibadah dan mempertahankan iman di dalam Kristus? Pengkotbah mengingatkan, selagi masih muda (dengan kata lain: selagi masih ada kesempatan) biarlah kita gunakan waktu yang ada untuk mengejar perkara-perkara yang menuju kepada kekekalan.
Biarlah waktu-waktu yang kita lewati ini adalah kesempatan bagi Tuhan untuk mengurapi kita dan memakai kita sebagai alat kemuliaanNya. Terlebih bagi kita yang masih muda, masa muda adalah masa emas bagi kita berbuat sesuatu untuk Tuhan dan juga sesama. Kita tahu usia muda adalah masa yang rawan bagi seseorang karena kebodohan melekat pada hati anak muda. tertulis: "Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya." (Amsal 22:15). Kebodohan membuat mereka gampang jatuh dalam dosa. Sebagai anak-anak Tuhan, jangan sia-siakan kemudaanmu!
Potensi dalam dirimu adalah harta termahal. Persembahkan itu kepada Tuhan sebagai alat kebenaranNya sehingga masa mudamu menjadi teladan bagi banyak orang dan nama Tuhan dipermuliakan!
Monday, March 26, 2012
ISI PIKIRAN DENGAN HAL YANG POSITIF!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Maret 2012 -
Baca: Filipi 4:1-9
"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." Filipi 4:8
Ayat nas di atas menegaskan betapa pentingnya mengisi pikiran dengan hal-hal yang positif karena hal itu akan berdampak dalam kehidupan kita. Pikiran kita dapat menentukan setiap perkataan dan tindakan kita. Bila yang ada dalam pikiran kita adalah hal-hal yang positif maka hal-hal yang baik akan terjadi bagi kita.
Rasul Paulus menasihatkan agar pikiran setiap orang percaya diisi dengan hal-hal yang benar, mulia, adil, suci, manis, sedap didengar bajik (baik) dan semua yang patut dipuji. Untuk memiliki pikiran yang selalu positif tidak ada jalan lain selain harus taat kepada firman Tuhan. Inilah yang dilakukan Rasul Paulus: "Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus," (2 Kristus 10:5b). Menaklukkan pikiran kepada Kristus berarti kita mengisi pikiran kita dengan firman Tuhan setiap hari. Dengan firman Tuhan kita dituntun untuk selalu berpikiran positif. Itu berarti pikiran yang benar dan positif adalah modal bagi Tuhan untuk menyatakan kasih dan kuasaNya dalam kehidupan kita. Oleh karena itu "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus," (Filipi 2:5).
Bagaimana dengan Saudara? Apakah hari-hari kita masih dipenuhi dengan pikiran-pikiran yang negatif? Kuatir, takut, cemas, putus asa dan sebagainya? Tanggalkan itu semua! Jangan biarkan Iblis menjajah dan menghancurkan hidup kita dengan menebar hal-hal negatif di dalam pikiran kita. Kita harus bisa melawannya! Bawa semua beban permasalahan kepada Tuhan! Kuncinya pada pikiran kita sendiri, bukan pada tangan orang lain. Ada tertulis: "Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia." (Amsal 23:7a). Mari kita belajar untuk mensyukuri segala berkat Tuhan yang ada pada kita, itu yang akan membebaskan kita dari beban-beban kehidupan yang menjadi sumber kekuatiran dan ketakutan kita.
Dengan berpikiran positif kita sedang mengaktifkan iman kita bekerja, yang ada pada saat yang tepat pasti akan terjadi dan menjadi kenyataan!
Baca: Filipi 4:1-9
"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." Filipi 4:8
Ayat nas di atas menegaskan betapa pentingnya mengisi pikiran dengan hal-hal yang positif karena hal itu akan berdampak dalam kehidupan kita. Pikiran kita dapat menentukan setiap perkataan dan tindakan kita. Bila yang ada dalam pikiran kita adalah hal-hal yang positif maka hal-hal yang baik akan terjadi bagi kita.
Rasul Paulus menasihatkan agar pikiran setiap orang percaya diisi dengan hal-hal yang benar, mulia, adil, suci, manis, sedap didengar bajik (baik) dan semua yang patut dipuji. Untuk memiliki pikiran yang selalu positif tidak ada jalan lain selain harus taat kepada firman Tuhan. Inilah yang dilakukan Rasul Paulus: "Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus," (2 Kristus 10:5b). Menaklukkan pikiran kepada Kristus berarti kita mengisi pikiran kita dengan firman Tuhan setiap hari. Dengan firman Tuhan kita dituntun untuk selalu berpikiran positif. Itu berarti pikiran yang benar dan positif adalah modal bagi Tuhan untuk menyatakan kasih dan kuasaNya dalam kehidupan kita. Oleh karena itu "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus," (Filipi 2:5).
Bagaimana dengan Saudara? Apakah hari-hari kita masih dipenuhi dengan pikiran-pikiran yang negatif? Kuatir, takut, cemas, putus asa dan sebagainya? Tanggalkan itu semua! Jangan biarkan Iblis menjajah dan menghancurkan hidup kita dengan menebar hal-hal negatif di dalam pikiran kita. Kita harus bisa melawannya! Bawa semua beban permasalahan kepada Tuhan! Kuncinya pada pikiran kita sendiri, bukan pada tangan orang lain. Ada tertulis: "Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia." (Amsal 23:7a). Mari kita belajar untuk mensyukuri segala berkat Tuhan yang ada pada kita, itu yang akan membebaskan kita dari beban-beban kehidupan yang menjadi sumber kekuatiran dan ketakutan kita.
Dengan berpikiran positif kita sedang mengaktifkan iman kita bekerja, yang ada pada saat yang tepat pasti akan terjadi dan menjadi kenyataan!
Sunday, March 25, 2012
KERENDAHAN HATI: Mengakui Kelebihan Orang Lain!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Maret 2012 -
Baca: Amsal 29:1-27
"Keangkuhan merendahkan orang, tetapi orang yang rendah hati, menerima pujian." Amsal 29:23
Semua orang tanpa terkecuali pasti suka dipuji, dihormati dan juga dihargai oleh orang lain. Mereka tidak suka jika ada orang lain meremehkan, merendahkan atau menghina. Pujian terhadap seseorang itu sangat berarti, bisa membangkitkan semangat baginya untuk bekerja dan berkarya lebih baik lagi dari yang telah dikerjakan.
Jika seorang pemimpin perusahaan memuji pekerjaan salah satu karyawannya, si karyawan itu pasti akan makin bersemangat dalam bekerja dan berusaha untuk melakukan yang terbaik bagi perusahaannya. Sebaliknya jika pemimpin perusahaan terus mencela dan memarahi karyawan, si karyawan bukannya tambah semangat tapi malah makin frustasi dan ogah-ogahan mengerjakan tugasnya karena merasa bahwa apa yang dikerjakan selama ini tidak dihargai. Jadi pujian dapat meningkatkan mutu atau kualitas pekerjaan seseorang. Tentunya pujian yang kita berikan bukan saja pada hal-hal yang besar saja tetapi juga untuk perkara-perkara sekecil apa pun, karena "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar." (Lukas 16:10a).
Pujian juga dapat membuka hati seseorang untuk menerima teguran atau kritikan dari orang lain. Sayang, tidak semua orang bisa memberikan pujian kepada orang lain. Hanya orang yang memiliki kerendahan hati yang mau mengakui kelebihan atau prestasi orang lain. Tanpa kerendahan hati, seseorang sulit memuji orang lain. Dengan adanya sikap rendah hati, kita bisa mengikis rasa ego kita, mau belajar dari orang lain dan bisa memberi pujian. Hanya orang yang rendah hatilah yang dapat memuji orang lain dan mengakui kelebihannya.
Mari kita belajar untuk menjadi orang yang rendah hati dan bukan lagi orang yang sombong, karena "Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan; dan hanya Tuhan sajalah yang maha tinggi pada hari itu." (Yesaya 2:11). Sebaliknya, orang yang rendah hati dikasihi oleh Tuhan. Pemazmur berkata, "Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati." (Mazmur 25:9).
Milikilah kerendahan hati karena itu berkenan di hati Tuhan dan ada berkat di dalamnya!
Baca: Amsal 29:1-27
"Keangkuhan merendahkan orang, tetapi orang yang rendah hati, menerima pujian." Amsal 29:23
Semua orang tanpa terkecuali pasti suka dipuji, dihormati dan juga dihargai oleh orang lain. Mereka tidak suka jika ada orang lain meremehkan, merendahkan atau menghina. Pujian terhadap seseorang itu sangat berarti, bisa membangkitkan semangat baginya untuk bekerja dan berkarya lebih baik lagi dari yang telah dikerjakan.
Jika seorang pemimpin perusahaan memuji pekerjaan salah satu karyawannya, si karyawan itu pasti akan makin bersemangat dalam bekerja dan berusaha untuk melakukan yang terbaik bagi perusahaannya. Sebaliknya jika pemimpin perusahaan terus mencela dan memarahi karyawan, si karyawan bukannya tambah semangat tapi malah makin frustasi dan ogah-ogahan mengerjakan tugasnya karena merasa bahwa apa yang dikerjakan selama ini tidak dihargai. Jadi pujian dapat meningkatkan mutu atau kualitas pekerjaan seseorang. Tentunya pujian yang kita berikan bukan saja pada hal-hal yang besar saja tetapi juga untuk perkara-perkara sekecil apa pun, karena "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar." (Lukas 16:10a).
Pujian juga dapat membuka hati seseorang untuk menerima teguran atau kritikan dari orang lain. Sayang, tidak semua orang bisa memberikan pujian kepada orang lain. Hanya orang yang memiliki kerendahan hati yang mau mengakui kelebihan atau prestasi orang lain. Tanpa kerendahan hati, seseorang sulit memuji orang lain. Dengan adanya sikap rendah hati, kita bisa mengikis rasa ego kita, mau belajar dari orang lain dan bisa memberi pujian. Hanya orang yang rendah hatilah yang dapat memuji orang lain dan mengakui kelebihannya.
Mari kita belajar untuk menjadi orang yang rendah hati dan bukan lagi orang yang sombong, karena "Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan; dan hanya Tuhan sajalah yang maha tinggi pada hari itu." (Yesaya 2:11). Sebaliknya, orang yang rendah hati dikasihi oleh Tuhan. Pemazmur berkata, "Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati." (Mazmur 25:9).
Milikilah kerendahan hati karena itu berkenan di hati Tuhan dan ada berkat di dalamnya!
Saturday, March 24, 2012
BELAJAR DARI HIDUP KORNELIUS
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Maret 2012 -
"...Kornelius, seorang perwira yang tulus hati dan takut akan Allah, dan yang terkenal baik di antara seluruh bangsa Yahudi,..." (Kisah 10:22)
Menjadi kesaksian bagi orang lain adalah tugas dan tanggung jawab setiap orang percaya. Melalui kehidupan kita yang menjadi berkat bagi orang lain nama Tuhan dipermuliakan. Contohnya adalah Kornelius. Alkitab menyatakan, "Ia (Kornelius) saleh, ia serta seisi rumahnya takut akan Allah dan ia memberi banyak sedekah kepada umat Yahudi dan senantiasa berdoa kepada Allah." (Kisah 10:2). Tidak hanya saleh dan takut akan Tuhan, Kornelius juga seorang yang murah hati, suka menolong dan memberikan banyak sedekah kepada orang lain. Kornelius juga tekun berdoa kepada Allah bukan hanya waktu-waktu tertentu, tapi setiap saat. Kornelius juga seorang yang tulus hatinya, tidak ada kepura-puraan dalam hidupnya sehingga ia memiliki reputasi yang baik di antara seluruh bangsa Yahudi.
Adakah yang kurang dalam diri Kornelius? Ada. Kornelius belum pernah mendengar nama Yesus dan belum percaya kepadaNya. Itulah yang kurang dalam diri Kornelius. Kedatangan Petrus ke rumah Kornelius setelah dijemput dari Yope membuka babak baru dalam hidupnya. Ketika berbicara dengan Kornelius Petrus tidak membicarakan hal-hal yang lain selain perihal Yesus Kristus karena itu sangat diperlukan oleh Kornelius. Kornelius perlu mendengar perihal kehidupan Tuhan Yesus, baik itu kematianNya, kebangkitanNya dari antara orang mati dan juga kedatanganNya kelak kembali, karena "...Dialah yang ditentukan Allah menjadi Hakim atas orang-orang hidup dan orang-orang mati. Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa peraya kepada-Nya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena nama-Nya." (Kisah 10:42-43).
Bukan saja Kornelius harus mendengar tentang Yesus Kristus, tapi dia juga harus percaya kepadaNya dan menjadikan Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi. Kesalehan manusia tanpa Yesus Kristus tidak ada artinya apa-apa karena "...keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." (Kisah 4:12).
Sudahkah kita bertobat dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat?
Friday, March 23, 2012
ALKITAB: Jauh Sangat Bernilai!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Maret 2012 -
"Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus." 2 Timotius 3:15
Berapa harga sebuah Alkitab? Bervariasi, tergantung kualitas kertas dan cover-nya. Untuk Alkitab berbahasa Indonesia harganya tak lebih dari seratus ribu rupiah. Untuk mendapatkan Alkitab juga tidaklah sulit karena tersedia di toko-toko buku. Namun jangan sekali-kali Saudara menyamakan nilai Alkitab dengan buku-buku yang lain meski dilihat dari harganya tidak terlalu berbeda jauh. Isi Alkitab sangat jauh bernilai dibanding buku yang lain karena Alkitab berisikan firman yang diilhamkan oleh Tuhan sendiri. Alkitab adalah pikiran Tuhan, kehendak Tuhan, isi hati Tuhan, dan apa yang Tuhan rencanakan bagi kehidupan manusia. Jika kita perhatikan, situasi dan segala peristiwa yang terjadi di dunia ini jauh sebelumnya telah dinubuatkan oleh Alkitab. Dan semua nubuat itu tidak berasal dari kehendak manusia, tetapi atas dorongan kuasa Roh Kudus seperti tertulis: "sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh kudus orang-orang berbicara atas nama Allah." (2 Petrus 1:21).
Apalagi keistimewaan Alkitab? Alkitab berkuasa mengubah hati manusia dan mengoreksi kehidupan manusia, karena "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16). Alkitab dapat mengubah seseorang yang jahat menjadi baik, mantan narapidana bisa menjadi hamba Tuhan. Uang, kekayaan, jabatan tidak dapat mengubah hati manusia, tapi Firman Tuhanlah yang dapat melembutkan hati yang keras, bahkan dapat meleburkan hati yang telah membatu, "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibrani 4:12).
Alkitab berkuasa menuntun manusia kepada Tuhan Yesus. Hal ini diakui Daud, "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku." (Mazmur 119:105). Tuhan Yesus adalah pokok, pusat pemberitaan dan harta termahal yang terkandung di dalam Alkitab.
Alkitab jauh sangat bernilai karena tulisan-tulisan yang ada di dalamnya mengandung kuasa dan menuntun manusia kepada keselamatan kekal!
Thursday, March 22, 2012
MENGUTAMAKAN DIRI SENDIRI DARI PADA TUHAN
Bait Suci adalah tempat di mana kemuliaan Tuhan dinyatakan atas umatNya. Sayang, Bait Suci dalam bacaan hari ini telah menjadi puing-puing atau reruntuhan. Oleh karena itu tanpa kenal lelah nabi Hagai mengajak umat Tuhan untuk membangun kembali Bait Suci yang telah runtuh itu. Bagaiman respons mereka? "Bangsa ini berkata: Sekarang belum tiba waktunya untuk membangun kembali rumah Tuhan!" (Hagai 1:2).
Orang-orang tidak menanggapinya dengan serius dan cenderung meremehkan ajakan nabi Hagai. Mereka enggan mendirikan Bait Suci lagi dan lebih suka mendirikan rumah mereka sendiri. Ini menunjukkan bahwa mereka lebih mementingkan diri sendiri dari pada perkara-perkara rohani. Perkara-perkara rohani bukan lagi prioritas utama dalam hidup mereka. Apakah ini yang disebut dengan kemajuan rohani? Bangsa Israel telah mengalami kemunduran rohani yang teramat dalam. Pengalaman bangsa Israel inilah yang mendorong Rasul Paulus untuk mengingatkan jemaat di Galatia, "Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? Sia-siakah semua yang telah kamu alami sebanyak itu? Masakan sia-sia!" (Galatia 3:3-4)
Keadaan ini tidak jauh berbeda dengan kehidupan orang percaya saat ini; semangat untuk melayani Tuhan sudah semakin kendor, padahal sebelumnya kita begitu berapi-api bagi Tuhan. Namun setelah semuanya berjalan dengan lancar kita mulai berubah. Hati kita mulai dingin! Kini perkara-perkara duniawi lebih menyita sebagian besar waktu kita. Kita tenggelam dalam kesibukan mengejar materi sampai-sampai waktu untuk bersekutu dengan Tuhan sudah tidak ada lagi, apalagi terlibat dalam pelayanan. Kita biarkan Bait Suci menjadi reruntuhan dan kita sibuk membangun dan mempercantik rumah sendiri. Tuhan berkata, "...tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?" (1 Korintus 6:19). Bukan berarti kita semua harus masuk sekolah Alkitab dan menjadi pendeta atau pelayan Tuhan penuh waktu.
Apa pun yang kita miliki: waktu, tenaga, talenta, karunia, harta dan sebagainya dapat kita persembahkan untuk kemuliaan nama Tuhan; jangan hanya memikirkan kepentingan sendiri saja.
Wednesday, March 21, 2012
HIDUP DALAM DAMAI KRISTUS
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Maret 2012 -
Baca: Yesaya 32:1-20
"Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya." Yesaya 32:17
Sebagai orang percaya kita bukan hidup dalam damai dengan konsep dunia, tetapi kita hidup dalam damai karena Kristus ada di dalam kita. Ayat nas di atas menegaskan bahwa damai sejahtera, ketenangan dan ketenteraman akan menyertai hidup seseorang apabila ada kebenaran. Artinya selama kita hidup dalam ketaatan dan kebenaran, damai sejahtera akan kita alami.
Damai ini bukanlah sesuatu yang di luar yang mempengaruhi di dalam kita. Tetapi damai itu adalah sesuatu yang ada di dalam kita yang memancar kuat sampai hendak ke luar dari kita. Itulah damai sejahtera Kristus. Tertulis "Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah." (Kolose 3:15). Ketika seseorang memiliki damai sejahtera Kristus keinginan duniawinya pasti mati, karena baginya Yesus itu sudah lebih dari pada cukup. Itulah yang dirasakan Rasul Paulus. "Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus," (Filipi 3:7-8).
Seseorang yang memiliki damai sejahtera Kristus akan tetap bersyukur meski berada dalam badai permasalahan. Oleh karena "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu." (Yohanes 14:27). Damai sejahtera yang diberikan Tuhan berbeda dengan dunia ini. Damai di dunia ini hanyalah semu dan tidak abadi, bergantung pada keadaan dan bisa hilang. Mungkin seseorang merasa damai karena rumahnya dijaga oleh satpam, atau merasa damai karena depositonya di bank melimpah. Tapi, adakah yang aman di dunia ini? Jika masih ada orang Kristen yang hidupnya terus mengeluh dan bersungut-sungut berarti mereka belum menerima damai Kristus yang sempurna. Jika kita telah menerima damai Kristus yang sempurna, masalah yang datang takkan menggoyahkan iman kita.
Karena itu jadilah anak-anak Tuhan yang taat supaya damai sejahtera Kristus ada di dalam kita!
Tuesday, March 20, 2012
HASIL DARI KETAATAN!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Maret 2012 -
Baca: Mazmur 115:1-8
"memberkati orang-orang yang takut akan Tuhan, baik yang kecil maupun yang besar. Kiranya Tuhan memberi pertambahan kepada kamu, kepada kamu dan kepada anak-anakmu." Mazmur 115:13-14
Menjadi seorang yang taat tidak semudah membalikkan telapak tangan, bisa dikatakan berat karena setiap hari kita juga harus terus bergumul dengan kedagingan kita. Namun firman Tuhan tak henti-hentinya menasihati, "Hiduplah sebagai anak-anak yang taat jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu," (1 Petrus 1:14).
Bila kita mengandalkan kekuatan sendiri kita tidak akan mampu menjadi seorang yang taat, karena itu "...janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka ia akan meluruskan jalanmu." (Amsal 3:5b-6). Tetapi ketika kita mau taat kepada Tuhan, kita akan melihat pengalaman-pengalaman yang luar biasa bersama Dia. Seringkali kita tidak dapat melihat dan mengalami mujizat dari Tuhan oleh karena satu hal, yaitu kita tidak taat, karena mujizat justru terjadi ketika kita taat.
Adalah baik bila kita didoakan dan ditumpangi tangan oleh hamba Tuhan ketika sedang sakit, lemah dan dalam pergumulan yang berat karena ada kuasa Tuhan yang bekerja melalui penumpangan tangan tersebut. Namun Sadarkh, Mesakh dan Abednego mengalami mujizat yang luar biasa bukan karena penumpangan tangan seorang hamba Tuhan; perkara ajaib dan dahsyat terjadi bagi mereka ketika mereka hidup dalam ketaatan. Juga Daniel yang dimasukkan ke dalam gua singa. Mereka adalah pribadi-pribadi yang taat. Selain menghasilkan mujizat yang luar biasa, ketaatan juga akan membuat seseorang memiliki kekuatan. Ia tidak akan mudah goyah, putus asa atau frustasi ketika berada dalam penderitaan dan ujian yang berat karena ia tahu kepada siapa ia berharap. Siapa yang tidak kenal Rasul Paulus? Meski didera ujian dan penderitaan yang berat karena memberitakan injil ia tetap berdiri tegak dan mampu bertahan. Dia berkata, "Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." (Roma 8:31b, 35, 37).
Di akhir zaman ini Tuhan sedang mencari orang-orang Kristen yang taat; kepadanya akan dicurahkan berkat dan kekuatan!
"memberkati orang-orang yang takut akan Tuhan, baik yang kecil maupun yang besar. Kiranya Tuhan memberi pertambahan kepada kamu, kepada kamu dan kepada anak-anakmu." Mazmur 115:13-14
Menjadi seorang yang taat tidak semudah membalikkan telapak tangan, bisa dikatakan berat karena setiap hari kita juga harus terus bergumul dengan kedagingan kita. Namun firman Tuhan tak henti-hentinya menasihati, "Hiduplah sebagai anak-anak yang taat jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu," (1 Petrus 1:14).
Bila kita mengandalkan kekuatan sendiri kita tidak akan mampu menjadi seorang yang taat, karena itu "...janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka ia akan meluruskan jalanmu." (Amsal 3:5b-6). Tetapi ketika kita mau taat kepada Tuhan, kita akan melihat pengalaman-pengalaman yang luar biasa bersama Dia. Seringkali kita tidak dapat melihat dan mengalami mujizat dari Tuhan oleh karena satu hal, yaitu kita tidak taat, karena mujizat justru terjadi ketika kita taat.
Adalah baik bila kita didoakan dan ditumpangi tangan oleh hamba Tuhan ketika sedang sakit, lemah dan dalam pergumulan yang berat karena ada kuasa Tuhan yang bekerja melalui penumpangan tangan tersebut. Namun Sadarkh, Mesakh dan Abednego mengalami mujizat yang luar biasa bukan karena penumpangan tangan seorang hamba Tuhan; perkara ajaib dan dahsyat terjadi bagi mereka ketika mereka hidup dalam ketaatan. Juga Daniel yang dimasukkan ke dalam gua singa. Mereka adalah pribadi-pribadi yang taat. Selain menghasilkan mujizat yang luar biasa, ketaatan juga akan membuat seseorang memiliki kekuatan. Ia tidak akan mudah goyah, putus asa atau frustasi ketika berada dalam penderitaan dan ujian yang berat karena ia tahu kepada siapa ia berharap. Siapa yang tidak kenal Rasul Paulus? Meski didera ujian dan penderitaan yang berat karena memberitakan injil ia tetap berdiri tegak dan mampu bertahan. Dia berkata, "Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." (Roma 8:31b, 35, 37).
Di akhir zaman ini Tuhan sedang mencari orang-orang Kristen yang taat; kepadanya akan dicurahkan berkat dan kekuatan!
Monday, March 19, 2012
MENDENGAR: Bagian Tak Terpisahkan dari Ketaatan!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Maret 2012 -
Baca: Matius 7:24-27
"Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu." Matius 7:24
Dalam bahasa Yunani ketaatan disebut 'aqu-o' yang artinya dalam bahasa Inggris adalah 'I will obey'. Ketaatan yang dimaksud di sini bukan sekedar taat, tetapi juga mengandung arti mendengar. Tidak ada orang yang bisa taat jika tidak mendengar terlebih dahulu, lalu menyimpannya dalam hati, merenungkannya dan kemudianh melakukannya.
Itulah sebabnya nabi Yesaya berkata, "Tuhan Allah telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid." (Yesaya 50:4). Yesaya mengatakan bahwa setiap pagi Tuhan mempertajam pendengarannya untuk mendengar karena tidak mungkin seseorang bisa taat tanpa mendengar terlebih dulu. Ini berarti kita mendengar perintah Tuhan melalui kebenaran firmanNya, lalu kita taat dan pada saatnya kita akan melihat berkat Tuhan dinyatakan atas hidup kita seperti tertulis, "Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia," (Ulangan 28:13).
Ketaatan tidak hanya sekedar melakukan. Banyak orang Kristen yang kelihatannya taat padahal ia melakukan itu semua dengan tidak tulus, merasa sungkan atau terpaksa. "Ah, tidak enak tidak datang ke gereja karena sering ditelepon oleh pendeta saya; Yah... aku terpaksa datang ke persekutuan doa karena dijemput terus oleh teman, tidak bisa menolak." Ada juga yang datang ke gereja karena memiliki motivasi-motivasi tertentu. Apakah ini bisa disebut taat? Jadi, jika seseorang kelihatannya melakukan sesuatu yang baik tidak selamanya karena taat. Ketaatan harus benar-benar jelas. Dimulai dari mendengar, artinya mengerti terlebih dahulu apa yang menjadi kehendak Tuhan, lalu dengan sungguh-sungguh kita lakukan karena kita taat kepadaNya.
Mari kita terus mempertajam pendengaran kita terhadap firman Tuhan setiap hari sehingga kita semakin kuat di dalam Tuhan dan menjadi anak-anakNya yang taat.
Baca: Matius 7:24-27
"Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu." Matius 7:24
Dalam bahasa Yunani ketaatan disebut 'aqu-o' yang artinya dalam bahasa Inggris adalah 'I will obey'. Ketaatan yang dimaksud di sini bukan sekedar taat, tetapi juga mengandung arti mendengar. Tidak ada orang yang bisa taat jika tidak mendengar terlebih dahulu, lalu menyimpannya dalam hati, merenungkannya dan kemudianh melakukannya.
Itulah sebabnya nabi Yesaya berkata, "Tuhan Allah telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid." (Yesaya 50:4). Yesaya mengatakan bahwa setiap pagi Tuhan mempertajam pendengarannya untuk mendengar karena tidak mungkin seseorang bisa taat tanpa mendengar terlebih dulu. Ini berarti kita mendengar perintah Tuhan melalui kebenaran firmanNya, lalu kita taat dan pada saatnya kita akan melihat berkat Tuhan dinyatakan atas hidup kita seperti tertulis, "Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia," (Ulangan 28:13).
Ketaatan tidak hanya sekedar melakukan. Banyak orang Kristen yang kelihatannya taat padahal ia melakukan itu semua dengan tidak tulus, merasa sungkan atau terpaksa. "Ah, tidak enak tidak datang ke gereja karena sering ditelepon oleh pendeta saya; Yah... aku terpaksa datang ke persekutuan doa karena dijemput terus oleh teman, tidak bisa menolak." Ada juga yang datang ke gereja karena memiliki motivasi-motivasi tertentu. Apakah ini bisa disebut taat? Jadi, jika seseorang kelihatannya melakukan sesuatu yang baik tidak selamanya karena taat. Ketaatan harus benar-benar jelas. Dimulai dari mendengar, artinya mengerti terlebih dahulu apa yang menjadi kehendak Tuhan, lalu dengan sungguh-sungguh kita lakukan karena kita taat kepadaNya.
Mari kita terus mempertajam pendengaran kita terhadap firman Tuhan setiap hari sehingga kita semakin kuat di dalam Tuhan dan menjadi anak-anakNya yang taat.
Sunday, March 18, 2012
SUDAH BERARTIKAH HIDUP KITA SELAMA INI?
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Maret 2012 -
Baca: Galatia 6:1-10
"Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri." Galatia 6:3
Hidup ini adalah anugerah terbesar dari Tuhan. Dan tidak ada seorang pun yang bisa berkata bahwa hidup yang ia jalani ini hanyalah sebagai sesuatu yang kebetulan saja, "Karena aku lahir ke dunia ini, yah...dijalani saja, mengalir ikut arus. Buat apa terlalu ngoyo!" Ingat! Tatkala seseorang dipercaya untuk hidup, berarti ada tujuan dan rencana Tuhan yang indah dan luar biasa di dalamnya. Karena sejak dari semula, Tuhan telah memiliki rencana yang agung bagi kehidupan manusia. Namun, bagaimana kita menjalani hidup dan bagaimana supaya hidup yang kita jalani ini berarti adalah sebuah pilihan dari masing-masing kita.
Banyak orang yang menyia-nyiakan hari-hari dalam hidupnya dengan hal-hal yang tidak berarti, bahkan salah jalan, sehingga hidupnya menjadi kesaksian yang tidak baik bagi orang lain. Yang Tuhan mau, setiap orang percaya memiliki hidup yang berarti, karena Tuhan telah merancangkan kehidupan yang baik dan masa depan baik bagi setiap kehidupan orang percaya. Dalam Yeremia 29:11 dikatakan, "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." Jadi, rancangan Tuhan bagi kehidupan kita adalah baik adanya, tidak ada rancangan yang tidak baik atau jahat. Itulah sebabnya, kita harus berusaha bagaimana supaya hidup kita ini berarti dan sesuai dengan apa yang Tuhan mau. Kita harus bertanggung jawab dengan kehidupan kita masing-masing. Kita diberi talenta untuk dikembangkan, diberi potensi untuk kita maksimalkan. Perhatikan tekad Rasul Paulus, "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." (Filipi 1:21-22a) dan "...aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku." (Galatia 2:20a).
Hidup yang berarti adalah hidup yang berbuah bagi Tuhan dan menjadi berkat bagi orang lain. Salah satunya adalah ada buah-buah roh yang dihasilkan, yaitu: "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri." (Galatia 5:22-23a). Sudahkah itu menjadi bagian hidup kita sehari-hari?
Jika hidup kita tidak berarti kita bisa disebut gagal sebagai orang Kristen!
Baca: Galatia 6:1-10
"Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri." Galatia 6:3
Hidup ini adalah anugerah terbesar dari Tuhan. Dan tidak ada seorang pun yang bisa berkata bahwa hidup yang ia jalani ini hanyalah sebagai sesuatu yang kebetulan saja, "Karena aku lahir ke dunia ini, yah...dijalani saja, mengalir ikut arus. Buat apa terlalu ngoyo!" Ingat! Tatkala seseorang dipercaya untuk hidup, berarti ada tujuan dan rencana Tuhan yang indah dan luar biasa di dalamnya. Karena sejak dari semula, Tuhan telah memiliki rencana yang agung bagi kehidupan manusia. Namun, bagaimana kita menjalani hidup dan bagaimana supaya hidup yang kita jalani ini berarti adalah sebuah pilihan dari masing-masing kita.
Banyak orang yang menyia-nyiakan hari-hari dalam hidupnya dengan hal-hal yang tidak berarti, bahkan salah jalan, sehingga hidupnya menjadi kesaksian yang tidak baik bagi orang lain. Yang Tuhan mau, setiap orang percaya memiliki hidup yang berarti, karena Tuhan telah merancangkan kehidupan yang baik dan masa depan baik bagi setiap kehidupan orang percaya. Dalam Yeremia 29:11 dikatakan, "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." Jadi, rancangan Tuhan bagi kehidupan kita adalah baik adanya, tidak ada rancangan yang tidak baik atau jahat. Itulah sebabnya, kita harus berusaha bagaimana supaya hidup kita ini berarti dan sesuai dengan apa yang Tuhan mau. Kita harus bertanggung jawab dengan kehidupan kita masing-masing. Kita diberi talenta untuk dikembangkan, diberi potensi untuk kita maksimalkan. Perhatikan tekad Rasul Paulus, "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." (Filipi 1:21-22a) dan "...aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku." (Galatia 2:20a).
Hidup yang berarti adalah hidup yang berbuah bagi Tuhan dan menjadi berkat bagi orang lain. Salah satunya adalah ada buah-buah roh yang dihasilkan, yaitu: "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri." (Galatia 5:22-23a). Sudahkah itu menjadi bagian hidup kita sehari-hari?
Jika hidup kita tidak berarti kita bisa disebut gagal sebagai orang Kristen!
Saturday, March 17, 2012
MENCARI YESUS KARENA MELIHAT TANDA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Maret 2012 -
Baca: Yohanes 6:25-29
"Yesus menjawab mereka: 'Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.'" Yohanes 6:26
Alkitab mencatat banyak orang berbondong-bondong mencari Yesus bukan karena PribadiNya tetapi karena ingin mengalami mujizat dan telah makan roti sampai kenyang. Bagaimana dengan kita? Mengapa kita mencari Yesus? Pertanyaan ini seharusnya kita tanyakan kepada diri kita sendiri karena di akhir zaman ini ada banyak alasan orang mencari Yesus: supaya bisnisnya lancar, ingin beroleh kesembuhan, bahkan ingin mencari pasangan hidup. Tuhan menghendaki kita mencari Dia karena kita telah melihat tanda-tanda, namun "...sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda,..."
Tuhan menghendaki kita mencariNya karena kita telah mengerti 'tanda-tanda'. Tanda-tanda apa? Tanda-tanda keselamatan karena kita percaya bahwa Dia adalah Sang Juruselamat sebagaimana tertulis: "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." (Kisah 4:12). Tuhan juga mau kita mencariNya karena kita tahu bahwa Ia adalah Mesias. Hal ini juga diakui oleh Marta, "Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia." (Yohanes 11:27). Tidak hanya itu, Tuhan mau kita mencari Dia karena kita mengerti bahwa Ia adalah Raja di atas segala raja, "...Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja." (Wahyu 17:14b). Dan Tuhan mau kita mencari PribadiNya karena kita percaya bahwa Ia adalah Tuhan. Alkitab menyatakan, "Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan." (Roma 10:9)
Biarlah kita mencari Yesus bukan karena kita hanya membutuhkan sesuatu atau mengharapkan sesuatu dari Dia, atau kita hanya menjadikan Tuhan Yesus sebagai penyedia atas setiap kebutuhan kita. Tuhan Yesus sanggup menyediakan segala kebutuhan kita bukan karena Dia pelayan yang dapat kita perintah seenak kita tapi karena Dia adalah Tuhan, Mesias, Juruselamat, dan Raja di atas segala raja.
Hormati Dia dan Agungkan namaNya!
Baca: Yohanes 6:25-29
"Yesus menjawab mereka: 'Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.'" Yohanes 6:26
Alkitab mencatat banyak orang berbondong-bondong mencari Yesus bukan karena PribadiNya tetapi karena ingin mengalami mujizat dan telah makan roti sampai kenyang. Bagaimana dengan kita? Mengapa kita mencari Yesus? Pertanyaan ini seharusnya kita tanyakan kepada diri kita sendiri karena di akhir zaman ini ada banyak alasan orang mencari Yesus: supaya bisnisnya lancar, ingin beroleh kesembuhan, bahkan ingin mencari pasangan hidup. Tuhan menghendaki kita mencari Dia karena kita telah melihat tanda-tanda, namun "...sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda,..."
Tuhan menghendaki kita mencariNya karena kita telah mengerti 'tanda-tanda'. Tanda-tanda apa? Tanda-tanda keselamatan karena kita percaya bahwa Dia adalah Sang Juruselamat sebagaimana tertulis: "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." (Kisah 4:12). Tuhan juga mau kita mencariNya karena kita tahu bahwa Ia adalah Mesias. Hal ini juga diakui oleh Marta, "Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia." (Yohanes 11:27). Tidak hanya itu, Tuhan mau kita mencari Dia karena kita mengerti bahwa Ia adalah Raja di atas segala raja, "...Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja." (Wahyu 17:14b). Dan Tuhan mau kita mencari PribadiNya karena kita percaya bahwa Ia adalah Tuhan. Alkitab menyatakan, "Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan." (Roma 10:9)
Biarlah kita mencari Yesus bukan karena kita hanya membutuhkan sesuatu atau mengharapkan sesuatu dari Dia, atau kita hanya menjadikan Tuhan Yesus sebagai penyedia atas setiap kebutuhan kita. Tuhan Yesus sanggup menyediakan segala kebutuhan kita bukan karena Dia pelayan yang dapat kita perintah seenak kita tapi karena Dia adalah Tuhan, Mesias, Juruselamat, dan Raja di atas segala raja.
Hormati Dia dan Agungkan namaNya!
Friday, March 16, 2012
DOA YANG TIDAK BEROLEH JAWABAN (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Maret 2012 -
Baca: 1 Yohanes 1:5-10
"Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." 1 Yohanes 1:9
Tuhan tidak bisa disuap. Apalagi kita tetap hidup dalam ketidaktaatan jangan harap doa kita didengar dan dijawab oleh Dia. Sesungguhnya Tuhan ini panjang sabar; Dia sudah menegur kita dan menasihati kita melalui firmanNya tetapi kita sendiri yang tidak mau mendengarkan teguranNya. Akibatnya ketika kita memanggil-manggil Dia dan berseru-seru kepadaNya Ia pun tidak akan mendengarkan suara kita seperti tertulis: "...mereka tidak mendengarkan pada waktu dipanggil, demikianlah Aku tidak akan mendengarkan pada waktu mereka memanggil, firman Tuhan semesta alam." (Zakharia 7:13).
Jika Tuhan begitu keras dalam hal dosa, bagaimana dengan kehidupan kita yang penuh dengan dosa itu? Bersyukur, kita memiliki Tuhan yang penuh kasih dan penuh dengan pengampunan. Jika kita bertobat dengan sungguh, mau jujur dan terbuka mengakui dosa-dosa kita, Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Tuhan tidak akan membuang kita! Tuhan berfirman, "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (Yesaya 1:18).
Karena itu, akui dosa kita satu-persatu sampai tuntas, maka Tuhan akan mengampuni segala dosa-dosa kita dan darah Kristus akan membasuh serta menyucikan kita dari segala dosa. Jangan sekalik-kali menyembunyikan dosa karena dosa-dosa yang disembunyikan merupakan penghalang bagi doa-doa kita sehingga tidak dijawab oleh Tuhan. Karena itu kita membutuhkan pertolongan Roh Kudus untuk mengingatkan kita akan dosa-dosa yang belum kita akui di hadapan Tuhan; akui itu seluruhnya dan minta pengampunan agar kita benar-benar menjadi orang yang merdeka di dalam Tuhan. Tuhan sendiri berkata, "Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan aku tidak mengingat-ingat dosamu." (Yesaya 43:25). Jangan biarkan dosa kita bertumpuk di dalam hidup kita, harus segera kita bereskan di hadapan Tuhan.
Seperti Daud yang selalu jujur dan terbuka mengakui segala dosanya di hadapan Tuhan, tidak ada yang disembunyikannya sehingga tidak ada ganjalan lagi menghadap Tuhan, tidak ada penghalang untuk datang kepadaNya; tidak ada penghalang bagi doa-doa kita!
Baca: 1 Yohanes 1:5-10
"Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." 1 Yohanes 1:9
Tuhan tidak bisa disuap. Apalagi kita tetap hidup dalam ketidaktaatan jangan harap doa kita didengar dan dijawab oleh Dia. Sesungguhnya Tuhan ini panjang sabar; Dia sudah menegur kita dan menasihati kita melalui firmanNya tetapi kita sendiri yang tidak mau mendengarkan teguranNya. Akibatnya ketika kita memanggil-manggil Dia dan berseru-seru kepadaNya Ia pun tidak akan mendengarkan suara kita seperti tertulis: "...mereka tidak mendengarkan pada waktu dipanggil, demikianlah Aku tidak akan mendengarkan pada waktu mereka memanggil, firman Tuhan semesta alam." (Zakharia 7:13).
Jika Tuhan begitu keras dalam hal dosa, bagaimana dengan kehidupan kita yang penuh dengan dosa itu? Bersyukur, kita memiliki Tuhan yang penuh kasih dan penuh dengan pengampunan. Jika kita bertobat dengan sungguh, mau jujur dan terbuka mengakui dosa-dosa kita, Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Tuhan tidak akan membuang kita! Tuhan berfirman, "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (Yesaya 1:18).
Karena itu, akui dosa kita satu-persatu sampai tuntas, maka Tuhan akan mengampuni segala dosa-dosa kita dan darah Kristus akan membasuh serta menyucikan kita dari segala dosa. Jangan sekalik-kali menyembunyikan dosa karena dosa-dosa yang disembunyikan merupakan penghalang bagi doa-doa kita sehingga tidak dijawab oleh Tuhan. Karena itu kita membutuhkan pertolongan Roh Kudus untuk mengingatkan kita akan dosa-dosa yang belum kita akui di hadapan Tuhan; akui itu seluruhnya dan minta pengampunan agar kita benar-benar menjadi orang yang merdeka di dalam Tuhan. Tuhan sendiri berkata, "Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan aku tidak mengingat-ingat dosamu." (Yesaya 43:25). Jangan biarkan dosa kita bertumpuk di dalam hidup kita, harus segera kita bereskan di hadapan Tuhan.
Seperti Daud yang selalu jujur dan terbuka mengakui segala dosanya di hadapan Tuhan, tidak ada yang disembunyikannya sehingga tidak ada ganjalan lagi menghadap Tuhan, tidak ada penghalang untuk datang kepadaNya; tidak ada penghalang bagi doa-doa kita!
Thursday, March 15, 2012
DOA YANG TIDAK BEROLEH JAWABAN (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Maret 2012 -
Baca: Yesaya 59:1-21
"Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." Yesaya 59:1-2
Akhir-akhir ini banyak anak Tuhan yang bukannya makin giat di dalam Tuhan, tapi malah kian lemah dan tidak bersemangat. Apa penyebabnya? Klise: karena doanya tidak dijawab-jawab oleh Tuhan. Kita menjadi marah kepada Tuhan dan merasa sia-sia mengikut Tuhan: "Kok sampai sebegitunya? Mengapa sudah begitu lama saya berdoa dan rajin beribadah tetapi doa saya belum juga dijawab oleh Tuhan? "Tuhan itu tidak adil!" Berhati-hatilah!" Jangan sekali-kali kita menyalahkan Tuhan.
Adalah penting bagi kita untuk berdiam diri sejenak dan bertanya kepada Tuhan mengapa hal ini bisa terjadi. Mungkin kita dapat menemukan jawabannya di sini. Karena kita masih menyimpan dosa. Ada dosa yang belum dibereskan! Tertulis: "Kesalahanmu menghalangi semuanya ini, dan dosamu menghambat yang baik dari padamu." (Yeremia 5:25). Dosa dan kesalahan kitalah yang memisahkan kita dari Tuhan, yang membuat Tuhan menyembunyikan diriNya terhadap kita.
Perhatikan! Dosa memisahkan manusia dari Tuhan, tetapi kekuduskan mendekatkan manusia denganNya karena Ia yang kita sembah adalah Tuhan yang Mahakudus, sebab itu jika kita ingin menghadap Tuhan hidup kita juga harus kudus. Ayat nas di atas dengan jelas menyatakan bahwa sesungguhnya Tuhan itu tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, pendengaranNya tidak kurang tajam untuk mendengar, tetapi yang menjadi penghalang sehingga doa-doa kita tidak beroleh jawaban adalah segala kejahatan dan dosa-dosa kita sendiri. Bahkan Daud berkata, "Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar." (Mazmur 66:18). Sebagai orang yang karib dengan Tuhan Daud sangat mengenal hati Tuhan; kalau ada niat jahat dalam hati saja Tuhan sudah tidak mau mendengarkan doa dari seseorang. Baru niat jahat saja Tuhan sudah tidak mau mendengar doa kita, apalagi bila kita sudah melakukan dan bahkan hidup dalam dosa. Jangan sepelekan hal ini karena Tuhan sangat tegas dalam hal firmanNya.
Tuhan tidak pernah berkompromi dengan dosa sedikit pun!
Baca: Yesaya 59:1-21
"Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." Yesaya 59:1-2
Akhir-akhir ini banyak anak Tuhan yang bukannya makin giat di dalam Tuhan, tapi malah kian lemah dan tidak bersemangat. Apa penyebabnya? Klise: karena doanya tidak dijawab-jawab oleh Tuhan. Kita menjadi marah kepada Tuhan dan merasa sia-sia mengikut Tuhan: "Kok sampai sebegitunya? Mengapa sudah begitu lama saya berdoa dan rajin beribadah tetapi doa saya belum juga dijawab oleh Tuhan? "Tuhan itu tidak adil!" Berhati-hatilah!" Jangan sekali-kali kita menyalahkan Tuhan.
Adalah penting bagi kita untuk berdiam diri sejenak dan bertanya kepada Tuhan mengapa hal ini bisa terjadi. Mungkin kita dapat menemukan jawabannya di sini. Karena kita masih menyimpan dosa. Ada dosa yang belum dibereskan! Tertulis: "Kesalahanmu menghalangi semuanya ini, dan dosamu menghambat yang baik dari padamu." (Yeremia 5:25). Dosa dan kesalahan kitalah yang memisahkan kita dari Tuhan, yang membuat Tuhan menyembunyikan diriNya terhadap kita.
Perhatikan! Dosa memisahkan manusia dari Tuhan, tetapi kekuduskan mendekatkan manusia denganNya karena Ia yang kita sembah adalah Tuhan yang Mahakudus, sebab itu jika kita ingin menghadap Tuhan hidup kita juga harus kudus. Ayat nas di atas dengan jelas menyatakan bahwa sesungguhnya Tuhan itu tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, pendengaranNya tidak kurang tajam untuk mendengar, tetapi yang menjadi penghalang sehingga doa-doa kita tidak beroleh jawaban adalah segala kejahatan dan dosa-dosa kita sendiri. Bahkan Daud berkata, "Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar." (Mazmur 66:18). Sebagai orang yang karib dengan Tuhan Daud sangat mengenal hati Tuhan; kalau ada niat jahat dalam hati saja Tuhan sudah tidak mau mendengarkan doa dari seseorang. Baru niat jahat saja Tuhan sudah tidak mau mendengar doa kita, apalagi bila kita sudah melakukan dan bahkan hidup dalam dosa. Jangan sepelekan hal ini karena Tuhan sangat tegas dalam hal firmanNya.
Tuhan tidak pernah berkompromi dengan dosa sedikit pun!
Wednesday, March 14, 2012
JANGAN RAGUKAN JANJI TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Maret 2012 -
Baca: Mazmur 119:137-144
"Janji-Mu sangat teruji, dan hamba-Mu mencintainya." Mazmur 119:140
Sebagai manusia adalah mudah bagi kita untuk berjanji, namun untuk menepati janji itu tidaklah gampang, bahkan seringkali meleset. Banyak orang kecewa karena orang yang diharapkan ternyata telah ingkar janji. Seorang pemuda berjanji hendak menikahi seorang gadis, ternyata janji itu tidak ia tepati, ia malah berpaling ke lain hati dan meninggalkan gadis itu. Janji manusia seringkali berujung pada kekecewaan, padahal pepatah dunia mengatakan bahwa janji adalah utang, sebab itu bayarlah janjimu supaya jangan berutang.
Bagaimana dengan Tuhan kalau Dia berjanji? Alkitab menyatakan bahwa "Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya," (2 Petrus 3:9a) dan "Janji Tuhan adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah." (Mazmur 12:7). Karena itu jangan pernah ragu akan janji Tuhan. Ketika berada dalam pergumulan yang berat jangan pernah putus pengharapan. Pandanglah Tuhan Yesus dan pegang janji firmanNya. Jangan melihat kepada berapa besar persoalan yang kita alami, tetapi lihat dengan mata iman betapa besar kuasa dan kemampuan Tuhan kita karena kuasaNya sungguh tak terbatas untuk menolong umatNya.
Kalau pergumulan doa kita belum juga beroleh jawaban, jangan kecewa! Sebaliknya tetap nanti-nantikan Tuhan dan praktekkan firmanNya. Salah satu cara: carilah ayat-ayat dalam Alkitab yang berkenaan dengan masalah yang kita alami, lalu berdoalah sesuai dengan janji Tuhan. Saat kita sedang bergumul dalam masalah ekonomi, pegang ayat ini: "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:19) dan perkatakan itu dengan penuh iman. Ketika kita sedang diliputi oleh rasa takut katakan pada hatimu, "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekeaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:4). Ketika kita sedang bergumul dengan sakit-penyakit pegang janji firman Tuhan ini: "Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh." (1 Petrus 2:24b). Kuasa firman Tuhan itu amat dahsyat dan kekuatan janji firmanNya sangat teruji. Oleh sebab itu peganglah teguh janji firman Tuhan, sediakan waktu untuk belajar dan merenungkan firmanNya karena Tuhan ada di balik setiap kata dari firmanNya.
Tuhan berkata, "...sebab Aku siap sedia untuk melaksanakan firman-Ku." (Yeremia 1:12)
Baca: Mazmur 119:137-144
"Janji-Mu sangat teruji, dan hamba-Mu mencintainya." Mazmur 119:140
Sebagai manusia adalah mudah bagi kita untuk berjanji, namun untuk menepati janji itu tidaklah gampang, bahkan seringkali meleset. Banyak orang kecewa karena orang yang diharapkan ternyata telah ingkar janji. Seorang pemuda berjanji hendak menikahi seorang gadis, ternyata janji itu tidak ia tepati, ia malah berpaling ke lain hati dan meninggalkan gadis itu. Janji manusia seringkali berujung pada kekecewaan, padahal pepatah dunia mengatakan bahwa janji adalah utang, sebab itu bayarlah janjimu supaya jangan berutang.
Bagaimana dengan Tuhan kalau Dia berjanji? Alkitab menyatakan bahwa "Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya," (2 Petrus 3:9a) dan "Janji Tuhan adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah." (Mazmur 12:7). Karena itu jangan pernah ragu akan janji Tuhan. Ketika berada dalam pergumulan yang berat jangan pernah putus pengharapan. Pandanglah Tuhan Yesus dan pegang janji firmanNya. Jangan melihat kepada berapa besar persoalan yang kita alami, tetapi lihat dengan mata iman betapa besar kuasa dan kemampuan Tuhan kita karena kuasaNya sungguh tak terbatas untuk menolong umatNya.
Kalau pergumulan doa kita belum juga beroleh jawaban, jangan kecewa! Sebaliknya tetap nanti-nantikan Tuhan dan praktekkan firmanNya. Salah satu cara: carilah ayat-ayat dalam Alkitab yang berkenaan dengan masalah yang kita alami, lalu berdoalah sesuai dengan janji Tuhan. Saat kita sedang bergumul dalam masalah ekonomi, pegang ayat ini: "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:19) dan perkatakan itu dengan penuh iman. Ketika kita sedang diliputi oleh rasa takut katakan pada hatimu, "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekeaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:4). Ketika kita sedang bergumul dengan sakit-penyakit pegang janji firman Tuhan ini: "Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh." (1 Petrus 2:24b). Kuasa firman Tuhan itu amat dahsyat dan kekuatan janji firmanNya sangat teruji. Oleh sebab itu peganglah teguh janji firman Tuhan, sediakan waktu untuk belajar dan merenungkan firmanNya karena Tuhan ada di balik setiap kata dari firmanNya.
Tuhan berkata, "...sebab Aku siap sedia untuk melaksanakan firman-Ku." (Yeremia 1:12)
Tuesday, March 13, 2012
AYUB: Tetap Kuat Di Tengah Penderitaan!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Maret 2012 -
Baca: Ayub 13:1-28
"Berapa besar kesalahan dan dosaku? Beritahukanlah kepadaku pelanggaran dan dosaku itu. Mengapa Engkau menyembunyikan wajah-Mu, dan menganggap aku sebagai musuh-Mu?" Ayub 13:23-34
Alkitab dengan jelas mencatat bahwa Ayub "saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan." (Ayub 1:1). Ini menunjukkan bahwa Ayub adalah orang yang hidupnya benar dan tidak bercela di hadapan Tuhan. Itulah sebabnya ketika kesengsaraan dan penderitaan menimpa hidupnya ia merasa berhak untuk bertanya kepada Tuhan: apakah ini tidak "salah alamat"? Bukankah seharusnya orang fasik atau orang berdosa yang layak menerima segala penderitaan dan malapetaka?
Seringkali kita juga marah kepada Tuhan dan menyalahkan Dia ketika melihat orang-orang di luar Tuhan hidupnya "aman-aman" saja. Pemazmur menasihati, "Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang; sebab mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau." (Mazmur 37:1-2). Sebagai orang percaya kita harus belajar memahami kehendak Tuhan karena Dia memiliki sudut pandang yang berbeda. Tuhan tidak pernah salah dalam setiap tindakanNya. Segala penderitaan yang menimpa Ayub adalah ulah dari si Iblis yang hendak menjatuhkan iman Ayub. Namun meski mengalami penderitaan yang luar biasa Ayub tetap mampu bertahan. Bahkan dia masih bisa berkata, "'Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?' Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya." (Ayub 2:10b). Kehilangan segala-galanya tidak membuat Ayub menjadi lemah dan putus asa. Bahkan teman-teman terdekatnya kelihatannya menasihati dia, padahal dalam nasihatnya itu terkandung tuduhan dan kecaman kepada Ayub. Mereka menganggap bahwa Ayub telah melakukan suatu pelanggaran yang berakibat pada penderitaan yang harus ditanggungnya.
Selama hidup di dunia ini kita tak luput dari masalah atau penderitaan. Namun Tuhan berjanji untuk memberi kekuatan kepada kita dan memberikan Penolong yaitu Roh Kudus. Karena itu dalam keadaan yang berat biarlah kita tetap kuat dan bertahan karena selalu ada maksud dan rencana Tuhan di balik penderitaan yang kita alami.
Itulah sebabnya di tengah penderitaan yang dialami, Ayub menyadari: "Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas." (Ayub 23:10).
Baca: Ayub 13:1-28
"Berapa besar kesalahan dan dosaku? Beritahukanlah kepadaku pelanggaran dan dosaku itu. Mengapa Engkau menyembunyikan wajah-Mu, dan menganggap aku sebagai musuh-Mu?" Ayub 13:23-34
Alkitab dengan jelas mencatat bahwa Ayub "saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan." (Ayub 1:1). Ini menunjukkan bahwa Ayub adalah orang yang hidupnya benar dan tidak bercela di hadapan Tuhan. Itulah sebabnya ketika kesengsaraan dan penderitaan menimpa hidupnya ia merasa berhak untuk bertanya kepada Tuhan: apakah ini tidak "salah alamat"? Bukankah seharusnya orang fasik atau orang berdosa yang layak menerima segala penderitaan dan malapetaka?
Seringkali kita juga marah kepada Tuhan dan menyalahkan Dia ketika melihat orang-orang di luar Tuhan hidupnya "aman-aman" saja. Pemazmur menasihati, "Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang; sebab mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau." (Mazmur 37:1-2). Sebagai orang percaya kita harus belajar memahami kehendak Tuhan karena Dia memiliki sudut pandang yang berbeda. Tuhan tidak pernah salah dalam setiap tindakanNya. Segala penderitaan yang menimpa Ayub adalah ulah dari si Iblis yang hendak menjatuhkan iman Ayub. Namun meski mengalami penderitaan yang luar biasa Ayub tetap mampu bertahan. Bahkan dia masih bisa berkata, "'Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?' Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya." (Ayub 2:10b). Kehilangan segala-galanya tidak membuat Ayub menjadi lemah dan putus asa. Bahkan teman-teman terdekatnya kelihatannya menasihati dia, padahal dalam nasihatnya itu terkandung tuduhan dan kecaman kepada Ayub. Mereka menganggap bahwa Ayub telah melakukan suatu pelanggaran yang berakibat pada penderitaan yang harus ditanggungnya.
Selama hidup di dunia ini kita tak luput dari masalah atau penderitaan. Namun Tuhan berjanji untuk memberi kekuatan kepada kita dan memberikan Penolong yaitu Roh Kudus. Karena itu dalam keadaan yang berat biarlah kita tetap kuat dan bertahan karena selalu ada maksud dan rencana Tuhan di balik penderitaan yang kita alami.
Itulah sebabnya di tengah penderitaan yang dialami, Ayub menyadari: "Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas." (Ayub 23:10).
Monday, March 12, 2012
DAMPAK BURUK MENGHAKIMI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Maret 2012 -
Baca: Roma 14:1-12
"Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri." Roma 14:4
Kita harus tahu bahwa kita tidak memiliki kuasa untuk menghakimi, karena apa yang kita pandang baik dan benar menurut ukuran kita belum tentu demikian; hanya Tuhan yang memiliki dan tahu akan kebenaran dan keadilan itu. Itulah sebabnya firmanNya berkata, "Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan.' Dan lagi: 'Tuhan akan menghakimi umat-Nya.'" (Ibrani 10:30).
Inilah yang seringkali menjadi masalah terbesar mengapa gereja tidak dapat bertumbuh, tidak dapat maju, menjadi terpecah, karena mereka saling menghakimi. Banyak orang tidak mau datang ke gereja tertentu karena mereka mendengar bahwa hamba Tuhan di gereja tersebut saling menjatuhkan satu sama lain, yang satu merasa diri lebih hebat dan lebih diurapi dari yang lain. Keadaan semacam ini pun sudah terjadi di zaman Tuhan Yesus. Murid-murid Tuhan Yesus sendiri bertanya kepada Tuhan siapa di antara mereka yang paling besar. Dengan tegas Tuhan Yesus menjawab siapa yang ingin menjadi yang terbesar haruslah menjadi pelayan bagi yang lainnya. Jadi, tidak ada gereja yang dapat berkata bahwa gerejanyalah yang the best, paling diberkati dan sebagainya.
Kita harus menyadari bahwa saling menghakimi itu adalah strategi Iblis untuk menghancurkan kehidupan orang percaya dan gereja Tuhan. Saling menghakimi selalu membawa akibat atau dampak yang buruk: 1. Menyebabkan perpecahan. Saling menghakimi itu berasal dari si Iblis dengan tujuan memecahbelah umat Tuhan. Oleh karena itu kita harus berhati-hati, tidak boleh lagi saling menghakimi supaya tidak terjadi perpecahan di antara umat Tuhan. 2. Membuat orang lain sakit hati dan menjadi pahit. Siapa pun dari kita pasti tidak suka dihakimi oleh orang lain. Alangkah baiknya jika ada seseorang melakukan kesalahan ditegur dengan cara yang tepat, perkataan yang tepat dan waktu yang tepat pula, karena menghakimi itu berbeda dengan menegur. Ketika kita menghakimi seseorang berarti kita menyatakan bahwa orang tersebut bersalah. Itu hanya akan menimbulkan sakit hati dan membuat orang itu dipermalukan dan kian terpuruk.
Menghakimi orang lain adalah strategi Iblis menghancurkan kehidupan orang percaya!
Baca: Roma 14:1-12
"Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri." Roma 14:4
Kita harus tahu bahwa kita tidak memiliki kuasa untuk menghakimi, karena apa yang kita pandang baik dan benar menurut ukuran kita belum tentu demikian; hanya Tuhan yang memiliki dan tahu akan kebenaran dan keadilan itu. Itulah sebabnya firmanNya berkata, "Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan.' Dan lagi: 'Tuhan akan menghakimi umat-Nya.'" (Ibrani 10:30).
Inilah yang seringkali menjadi masalah terbesar mengapa gereja tidak dapat bertumbuh, tidak dapat maju, menjadi terpecah, karena mereka saling menghakimi. Banyak orang tidak mau datang ke gereja tertentu karena mereka mendengar bahwa hamba Tuhan di gereja tersebut saling menjatuhkan satu sama lain, yang satu merasa diri lebih hebat dan lebih diurapi dari yang lain. Keadaan semacam ini pun sudah terjadi di zaman Tuhan Yesus. Murid-murid Tuhan Yesus sendiri bertanya kepada Tuhan siapa di antara mereka yang paling besar. Dengan tegas Tuhan Yesus menjawab siapa yang ingin menjadi yang terbesar haruslah menjadi pelayan bagi yang lainnya. Jadi, tidak ada gereja yang dapat berkata bahwa gerejanyalah yang the best, paling diberkati dan sebagainya.
Kita harus menyadari bahwa saling menghakimi itu adalah strategi Iblis untuk menghancurkan kehidupan orang percaya dan gereja Tuhan. Saling menghakimi selalu membawa akibat atau dampak yang buruk: 1. Menyebabkan perpecahan. Saling menghakimi itu berasal dari si Iblis dengan tujuan memecahbelah umat Tuhan. Oleh karena itu kita harus berhati-hati, tidak boleh lagi saling menghakimi supaya tidak terjadi perpecahan di antara umat Tuhan. 2. Membuat orang lain sakit hati dan menjadi pahit. Siapa pun dari kita pasti tidak suka dihakimi oleh orang lain. Alangkah baiknya jika ada seseorang melakukan kesalahan ditegur dengan cara yang tepat, perkataan yang tepat dan waktu yang tepat pula, karena menghakimi itu berbeda dengan menegur. Ketika kita menghakimi seseorang berarti kita menyatakan bahwa orang tersebut bersalah. Itu hanya akan menimbulkan sakit hati dan membuat orang itu dipermalukan dan kian terpuruk.
Menghakimi orang lain adalah strategi Iblis menghancurkan kehidupan orang percaya!
Sunday, March 11, 2012
BERHENTILAH MENGHAKIMI!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Maret 2012 -
Baca: Roma 14:1-12
"Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu? Atau mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah." Roma 14:10
Sampai saat ini masih sering terjadi saling menghakimi di antara anak-anak Tuhan. Kita begitu mudahnya melihat dosa, kelemahan dan kekurangan orang lain. Ketika ada saudara seiman yang jatuh dalam dosa kita langsung mencemooh dan sesegera mungkin menyebarkan 'kabar hangat' ini ke orang lain. Ketika ada saudara yang mengalami pergumulan berat dan sakit tak kunjung sembuh kita langsung berkata, "Wah... dia terlalu banyak dosanya, makanya Tuhan menimpakan masalah berat padanya." Ada peribahasa yang mengatakan bahwa tak ada gading yang tak retak. Setiap orang itu tidak pernah luput dari kesalahan. Tak ada manusia yang sempurna! Bahkan hamba Tuhan atau pendeta pun tak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu "...janganlah kita saling menghakimi lagi! Tetapi lebih baik kamu menganut pandangan ini: Jangan kita membuat saudara kita jatuh atau tersandung!" (Roma 14:13).
Di dalam Alkitab banyak sekali ayat yang mengingakan kita untuk tidak mudah menghakimi orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa menghakimi orang lain adalah dosa di hadapan Tuhan. Melalui renungan ini kita disadarkan agar tidak mudah duduk sebagai hakim terhadap saudara yang lain. Firman Tuhan dengan tegas menyatakan bahwa "Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinaasakan. Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau mau menghakimi sesamamu manusia?" (Yakobus 4:12).
Jika saat ini kita masih merasa sebagai orang yang paling benar dan menempatkan orang lain selalu menjadi terdakwa, segeralah bertobat sebelum semuanya terlambat, sebab "...dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Matius 7:2). Jika ada saudara kita yang lemah dan jatuh justru adalah kesempatan bagi kita untuk menunjukkan kasih dengan menolong dan menguatkan, sehingga dia segera bangkit dan dipulihkan. Jangan menjadi hakim dan maah menjatuhkan vonis.
Sebagai anak-anak Tuhan mari saling melengkapi, menjaga, mendukung, menopang dan menguatkan satu sama lain!
Baca: Roma 14:1-12
"Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu? Atau mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah." Roma 14:10
Sampai saat ini masih sering terjadi saling menghakimi di antara anak-anak Tuhan. Kita begitu mudahnya melihat dosa, kelemahan dan kekurangan orang lain. Ketika ada saudara seiman yang jatuh dalam dosa kita langsung mencemooh dan sesegera mungkin menyebarkan 'kabar hangat' ini ke orang lain. Ketika ada saudara yang mengalami pergumulan berat dan sakit tak kunjung sembuh kita langsung berkata, "Wah... dia terlalu banyak dosanya, makanya Tuhan menimpakan masalah berat padanya." Ada peribahasa yang mengatakan bahwa tak ada gading yang tak retak. Setiap orang itu tidak pernah luput dari kesalahan. Tak ada manusia yang sempurna! Bahkan hamba Tuhan atau pendeta pun tak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu "...janganlah kita saling menghakimi lagi! Tetapi lebih baik kamu menganut pandangan ini: Jangan kita membuat saudara kita jatuh atau tersandung!" (Roma 14:13).
Di dalam Alkitab banyak sekali ayat yang mengingakan kita untuk tidak mudah menghakimi orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa menghakimi orang lain adalah dosa di hadapan Tuhan. Melalui renungan ini kita disadarkan agar tidak mudah duduk sebagai hakim terhadap saudara yang lain. Firman Tuhan dengan tegas menyatakan bahwa "Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinaasakan. Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau mau menghakimi sesamamu manusia?" (Yakobus 4:12).
Jika saat ini kita masih merasa sebagai orang yang paling benar dan menempatkan orang lain selalu menjadi terdakwa, segeralah bertobat sebelum semuanya terlambat, sebab "...dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Matius 7:2). Jika ada saudara kita yang lemah dan jatuh justru adalah kesempatan bagi kita untuk menunjukkan kasih dengan menolong dan menguatkan, sehingga dia segera bangkit dan dipulihkan. Jangan menjadi hakim dan maah menjatuhkan vonis.
Sebagai anak-anak Tuhan mari saling melengkapi, menjaga, mendukung, menopang dan menguatkan satu sama lain!
Subscribe to:
Posts (Atom)