Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Januari 2012 -
Baca: 2 Timotius 2:1-13
"Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu." 2 Timotius 2:9
Injil Kristus bukanlah kitab biasa, tidak bisa disamakan dengan kitab-kitab lain atau buku-buku ilmu pengetahuan apa pun yang ada di dunia ini, "...karena Inji adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya,..." (Roma 1:16). Jadi, Injil adalah perkataan Tuhan sendiri yang mengandung kuasa yang sangat dahsyat.
Kalau kita baca dalam Kisah Para Rasul, kita mengetahui bahwa Tuhan telah melakukan banyak mujizat melalui gereja mula-mula. Di mana saja para rasul Tuhan pergi memberitakan Injil selalu ada buah-buah yang dihasilkan yaitu mujizat demi mujizat. Injil Kristus selalu akan menghasilkan mujizat apabila firman itu diberitakan secara berani dengan penuh iman, karena "...firman Allah tidak terbelenggu." (ayat nas). Manusia bisa saja membungkam mulut si pemberita Injil, tapi kuasa Tuhan tak akan pernah terbelenggu, "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibrani 4:12).
Salah satu mujizat yang terjadi ialah kesembuhan orang yang lumpuh di Listra. Kesembuhan itu terjadi karena firman Tuhan. Orang lumpuh itu sembuh bukan karena Paulus dan Barnabas, tapi karena iman dia. Bukan manusia yang menyebabkan iman timbul dan hati seseorang, tetapi "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17). Kuasa firman Tuhan itu sanggup menembus hati orang untuk menimbulkan iman.
Oleh pemberitaan firman Tuhanlah terjadi perkara-perkara ajaib di muka bumi ini karena firman Tuhan akan melaksanakan apa yang telah dikehendakiNya. Tertulis: "demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kuhendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya." (Yesaya 55:11).
Manusia akan diselamatkan dan beroleh pertolongan melalui pemberitaan Injil Kristus. Sayang, masih banyak orang yang menolak bahkan melecehkan Inji, padahal Injil adalah kekuatan Allah yang berkuasa!
Thursday, January 19, 2012
Wednesday, January 18, 2012
TERANG TUHAN MENGALAHKAN KEGELAPAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Januari 2012 -
Baca: Mazmur 36:1-13
"Sebab pada-Mu ada sumber hayat, di dalam terang-Mu kami melihat terang." Mazmur 36:10
Tak bisa dibayangkan andai saja tidak ada sinar matahari pada waktu siang dan juga tidak ada bulan dan bintang-bintang di malam hari, sungguh kegelapan akan menyelimuti bumi ini.
Tuhan tahu benar, tak ada gunanya menciptakan manusia dan makhluk-makhluk lain apabila bumi masih diliputi kegelapan, karena bagaimana pun juga indahnya ciptaan Tuhan, manusia tak mungkin dapat melihat dan menikmatinya. Oleh sebab itu terang diciptakan terebih dahulu sebelum Ia menciptakan yang lainnya. Tuhan mengerti setiap kebutuhan kita, tetapi Dia mengerti bahwa yang utama dibutuhkan oleh manusia dan segala makhluk adalah terang. Hal inilah yang menyadarkan Daud bahwa Tuhan adalah sumber hayat dan terang bagi kehidupan manusia. Jadi kehidupan tanpa Tuhan berarti mati dan gelap. Manusia akan hidup dalam kegelapan jika mereka jauh meninggalkan Tuhan. Sebaliknya jika kita tetap tinggal di dalam Tuhan kegelapan tak akan menguasai hidup kita. Ada tertulis: "Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya." (Yohanes 1:4-5).
Ketika kita berada di dalam situasi yang gelap, mungkin karena listrik padam dan sebagainya, kita pasti akan mengalami kepanikan dan kita akan berusaha untuk mencari lampu, senter atau lilin; kita tidak membutuhkan barang-barang berharga lainnya. Demikian juga apabila saat ini hati kita sedang mengalami kegelapan, segeralah undang Tuhan Yesus yang adalah Terang dunia itu masuk ke dalam hati kita, maka kegelapan pasti akan lenyap. Sebagai anak-anak Tuhan kita telah dipanggil dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib. Dikatakan, "Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang." (Efesus 5:8). Setelah kita memiliki 'Terang' itu maka kita harus benar-benar berpisah dengan gelap. Jangan lagi hidup dalam kegelapan, tetapi kita harus berjalan di dalam terang Tuhan, "karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran," (Efesus 5:9).
Bagaimana pun juga gelapnya keadaan hidup kita, apabila kita mau menerima Tuhan Yesus sebagai Terang dunia, maka kegelapan itu akan lenyap dan kita akan melihat terang kemuliaanNya dinyatakan atas kita!
Baca: Mazmur 36:1-13
"Sebab pada-Mu ada sumber hayat, di dalam terang-Mu kami melihat terang." Mazmur 36:10
Tak bisa dibayangkan andai saja tidak ada sinar matahari pada waktu siang dan juga tidak ada bulan dan bintang-bintang di malam hari, sungguh kegelapan akan menyelimuti bumi ini.
Tuhan tahu benar, tak ada gunanya menciptakan manusia dan makhluk-makhluk lain apabila bumi masih diliputi kegelapan, karena bagaimana pun juga indahnya ciptaan Tuhan, manusia tak mungkin dapat melihat dan menikmatinya. Oleh sebab itu terang diciptakan terebih dahulu sebelum Ia menciptakan yang lainnya. Tuhan mengerti setiap kebutuhan kita, tetapi Dia mengerti bahwa yang utama dibutuhkan oleh manusia dan segala makhluk adalah terang. Hal inilah yang menyadarkan Daud bahwa Tuhan adalah sumber hayat dan terang bagi kehidupan manusia. Jadi kehidupan tanpa Tuhan berarti mati dan gelap. Manusia akan hidup dalam kegelapan jika mereka jauh meninggalkan Tuhan. Sebaliknya jika kita tetap tinggal di dalam Tuhan kegelapan tak akan menguasai hidup kita. Ada tertulis: "Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya." (Yohanes 1:4-5).
Ketika kita berada di dalam situasi yang gelap, mungkin karena listrik padam dan sebagainya, kita pasti akan mengalami kepanikan dan kita akan berusaha untuk mencari lampu, senter atau lilin; kita tidak membutuhkan barang-barang berharga lainnya. Demikian juga apabila saat ini hati kita sedang mengalami kegelapan, segeralah undang Tuhan Yesus yang adalah Terang dunia itu masuk ke dalam hati kita, maka kegelapan pasti akan lenyap. Sebagai anak-anak Tuhan kita telah dipanggil dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib. Dikatakan, "Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang." (Efesus 5:8). Setelah kita memiliki 'Terang' itu maka kita harus benar-benar berpisah dengan gelap. Jangan lagi hidup dalam kegelapan, tetapi kita harus berjalan di dalam terang Tuhan, "karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran," (Efesus 5:9).
Bagaimana pun juga gelapnya keadaan hidup kita, apabila kita mau menerima Tuhan Yesus sebagai Terang dunia, maka kegelapan itu akan lenyap dan kita akan melihat terang kemuliaanNya dinyatakan atas kita!
Tuesday, January 17, 2012
TUHAN ITU BUKIT BATU KITA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Januari 2012 -
Baca: Mazmur 104:1-35
"Engkau yang melepas mata-mata air ke dalam lembah-lembah, mengalir di antara gunung-gunung, memberi minum segala binatang di padang, memuaskan haus keledai-keledai hutan;" Mazmur 104:10-11
Kasih Tuhan itu tak terhingga, tak terukur dan tak terduga dalamnya. KasihNya tak hanya Ia curahkan kepada manusia, diperhatikan pula ciptaanNya yang lain. Tuhan sangat memperhatikan hewan-hewan, dipeliharanya dan disediakan pula segala kebutuhannya.
Terhadap hewan-hewan Tuhan menaruh hikmat untuk melindungi diri terhadap bahaya yang mengancam dan juga musuh yang selalu memangsa seperti tertulis: "pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu," (Amsal 30:26). Pemazmur juga menyatakan bahwa "gunung-gunung tinggi adalah bagi kambing-kambing hutan, bukit-bukit batu adalah tempat perlindungan bagi pelanduk." (Mazmur 104:18). Pelanduk adalah binatang yang sangat lemah tapi cerdas, ia membuat rumahnya di bukit-bukit batu untuk menyelamatkan diri dan menghindari terkaman binatang buas. Manusia juga seharusnya selalu sadar dan mengerti bahwa dirinya sangat lembah sehingga memudahkan Iblis untuk menerkam dan memangsanya. Karena itu kita juga harus belajar seperti pelanduk, yang membuat rumah di bukit batu yang teguh yaitu Tuhan Yesus Kristus. Jika pelanduk dikejar oleh binatang buas segeralah ia berlari dan berlindung masuk ke dalam celah-celah bukit batu itu, sehingga binatang yang besar itu tak mungkin dapat memasuki lubang si pelanduk.
Alkitab menyatakan, "...si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8). Tidak ada jalan lain selain kita harus berindung di 'Bukit Batu' yaitu 'Batu Karang Keselamatan' Yesus Kristus. Walaupun badai keras menerpa kehidupan kita, apabila kita berlindung padaNya, maka aman dan tenanglah kita. Sebesar apa pun badai yang menyerang kehidupan kita, kalau kita berlindung pada 'Bukit Batu' yaitu Tuhan Yesus Kristus, pastilah Dia sanggup meredakannya.
Karena itu serahkan semua beban dan persoalan hidup ini ke dalam tangan Tuhan yang Mahakuasa dan jangan pernah ragu akan Dia. Bukankah semesta alam ini tunduk kepada perintahNya?
"Sebab Engkau bukit batuku dan pertahananku, dan oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun dan membimbing aku." Mazmur 31:4
Baca: Mazmur 104:1-35
"Engkau yang melepas mata-mata air ke dalam lembah-lembah, mengalir di antara gunung-gunung, memberi minum segala binatang di padang, memuaskan haus keledai-keledai hutan;" Mazmur 104:10-11
Kasih Tuhan itu tak terhingga, tak terukur dan tak terduga dalamnya. KasihNya tak hanya Ia curahkan kepada manusia, diperhatikan pula ciptaanNya yang lain. Tuhan sangat memperhatikan hewan-hewan, dipeliharanya dan disediakan pula segala kebutuhannya.
Terhadap hewan-hewan Tuhan menaruh hikmat untuk melindungi diri terhadap bahaya yang mengancam dan juga musuh yang selalu memangsa seperti tertulis: "pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu," (Amsal 30:26). Pemazmur juga menyatakan bahwa "gunung-gunung tinggi adalah bagi kambing-kambing hutan, bukit-bukit batu adalah tempat perlindungan bagi pelanduk." (Mazmur 104:18). Pelanduk adalah binatang yang sangat lemah tapi cerdas, ia membuat rumahnya di bukit-bukit batu untuk menyelamatkan diri dan menghindari terkaman binatang buas. Manusia juga seharusnya selalu sadar dan mengerti bahwa dirinya sangat lembah sehingga memudahkan Iblis untuk menerkam dan memangsanya. Karena itu kita juga harus belajar seperti pelanduk, yang membuat rumah di bukit batu yang teguh yaitu Tuhan Yesus Kristus. Jika pelanduk dikejar oleh binatang buas segeralah ia berlari dan berlindung masuk ke dalam celah-celah bukit batu itu, sehingga binatang yang besar itu tak mungkin dapat memasuki lubang si pelanduk.
Alkitab menyatakan, "...si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8). Tidak ada jalan lain selain kita harus berindung di 'Bukit Batu' yaitu 'Batu Karang Keselamatan' Yesus Kristus. Walaupun badai keras menerpa kehidupan kita, apabila kita berlindung padaNya, maka aman dan tenanglah kita. Sebesar apa pun badai yang menyerang kehidupan kita, kalau kita berlindung pada 'Bukit Batu' yaitu Tuhan Yesus Kristus, pastilah Dia sanggup meredakannya.
Karena itu serahkan semua beban dan persoalan hidup ini ke dalam tangan Tuhan yang Mahakuasa dan jangan pernah ragu akan Dia. Bukankah semesta alam ini tunduk kepada perintahNya?
"Sebab Engkau bukit batuku dan pertahananku, dan oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun dan membimbing aku." Mazmur 31:4
Monday, January 16, 2012
SEMAKIN LAMA SEMAKIN KUAT
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Januari 2012 -
Baca: Mazmur 84:1-13
"Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah!" Mazmur 84:6
Selama hidup di dunia ini kita diperhadapkan dengan berbagai macam pergumulan hidup yang tidak mudah. Ada orang yang tetap kuat menghadapinya, ada pula yang semakin lemah dan tidak berdaya. Ada tertulis: "Entahkah orang yang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami," (1 Korintus 3:12).
Ada perbedaan mencolok antara jerami dan kayu, emas dan juga perak. Jika dibakar, jerami dan kayu pasti akan musnah, tetapi emas dan perak justru sebaliknya: semakin menjadi murni. Kehidupan orang percaya seharusnya demikian, meski harus "...melintasi lembah Baka, mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air; bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat. Mereka berjalan makin lama makin kuat,..." (Mazmur 84:7-8). Ujian dan tantangan yang semakin berat biarlah membuat kita semakin kuat pula di dalam Tuhan. Karena itu kita harus memandang setiap permasalahan yang ada dengan kacamata iman.
Bagaimana supaya kita tetap kuat dan mampu bertahan? Kita harus memiliki persekutuan yang karib dengan Tuhan atau meluangkan waktu untuk senantiasa berada di hadiratNya, sehingga tantangan sebesar apa pun tidak akan membuat kita goyah. Dikatakan, "Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus menerus memuji-muji Engkau. Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik." (Mazmur 84:5, 11). Untuk beroleh kekuatan kita harus melekat kepada Tuhan, karena tanpa pertolonganNya kita tidak akan mampu menghadapi semuanya itu. Ini perlu latihan, artinya setiap hari kita harus rela dilatih dan dibentuk Tuhan melalui berbagai ujian dan tantangan yang ada. Adakah yang bisa kita banggakan di dunia ini: uang, harta, kekayaan atau jabatan? Semuanya tidak bisa menolong dan menyelamatkan kita.
Daud berkata, "Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi. Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap." Mazmur 121:1-3
Baca: Mazmur 84:1-13
"Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah!" Mazmur 84:6
Selama hidup di dunia ini kita diperhadapkan dengan berbagai macam pergumulan hidup yang tidak mudah. Ada orang yang tetap kuat menghadapinya, ada pula yang semakin lemah dan tidak berdaya. Ada tertulis: "Entahkah orang yang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami," (1 Korintus 3:12).
Ada perbedaan mencolok antara jerami dan kayu, emas dan juga perak. Jika dibakar, jerami dan kayu pasti akan musnah, tetapi emas dan perak justru sebaliknya: semakin menjadi murni. Kehidupan orang percaya seharusnya demikian, meski harus "...melintasi lembah Baka, mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air; bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat. Mereka berjalan makin lama makin kuat,..." (Mazmur 84:7-8). Ujian dan tantangan yang semakin berat biarlah membuat kita semakin kuat pula di dalam Tuhan. Karena itu kita harus memandang setiap permasalahan yang ada dengan kacamata iman.
Bagaimana supaya kita tetap kuat dan mampu bertahan? Kita harus memiliki persekutuan yang karib dengan Tuhan atau meluangkan waktu untuk senantiasa berada di hadiratNya, sehingga tantangan sebesar apa pun tidak akan membuat kita goyah. Dikatakan, "Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus menerus memuji-muji Engkau. Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik." (Mazmur 84:5, 11). Untuk beroleh kekuatan kita harus melekat kepada Tuhan, karena tanpa pertolonganNya kita tidak akan mampu menghadapi semuanya itu. Ini perlu latihan, artinya setiap hari kita harus rela dilatih dan dibentuk Tuhan melalui berbagai ujian dan tantangan yang ada. Adakah yang bisa kita banggakan di dunia ini: uang, harta, kekayaan atau jabatan? Semuanya tidak bisa menolong dan menyelamatkan kita.
Daud berkata, "Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi. Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap." Mazmur 121:1-3
Sunday, January 15, 2012
KRISTUS BANGKIT: Ketakutan Iblis!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Januari 2012 -
Baca: 1 Korintus 15:1-11
"...bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci;" 1 Korintus 15:3-4
Berita tentang kebangkitan Tuhan Yesus Kristus dari kematian adalah hal yang sangat menakutkan bagi Iblis dan merupakan kebencian bagi orang-orang yang sesat. Sudah sejak zaman para rasul Kristus banyak ahli Taurat dan pemuka agama yang menyangkal kebangkitan Kristus ini. Dan sampai hari ini pun Iblis terus berusaha meyakinkan manusia yang ada di bumi ini bahwa Yesus Kristus itu tidak bangkit dari kematian sebab Dia tak pernah disalibkan. Memang banyak pendapat dan teori manusia yang dipaksa-paksakan untuk memutarbalikkan fakta tentang penyaliban dan juga kebangkitan Yesus Kristus. Yang pasti, teori penyangkalan manusia akan kebangkitan Yesus Kristus itu didalangi oleh roh Iblis karena Iblis tahu benar bahwa apabila manusia mengerti kuasa kebangkitan Kristus, manusia dapat menggunakan kuasa itu untuk mengalahkan semua tipu muslihat Iblis yang berusaha untuk membinasakan setiap segi kehidupan manusia. Mengahadapi semua itu biarlah kita tetap bersikap tenang dan tak perlu menanggapi teori-teori atau berita yang bertentangan dengan firman Tuhan. Jangan sedikit pun ragu akan kebenaran Injil.
Rasul Paulus berkata, "Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu." (1 Korintus 15:14). Umumnya gereja-gereja hanya membahas dan membicarakan soa kebangkitan Kristus pada hari Raya Paskah saja. Salib dan kebangkitan merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan dan saling terkait. Tanpa kebangkitan, salib tak punya arti apa-apa. Tanpa kebangkitan Kristus, salib hanya merupakan suatu tragedi memilukan dan sebuah kekalahan belaka. Jika Kristus terus terbaring di dalam kubur dan tidak bangkit, dunia tetap berada di dalam kegelapan dan hidup manusia tidak berarti apa-apa.
Itulah yang dilakukan Iblis yaitu meracuni pikiran manusia sehingga manusia tidak percaya bahwa Kristus disalibkan dan pada hari yang ketiga telah bangkit.
Dengan ketidakpercayaannya kepada Kristus manusia pasti akan mengalami kebinasaan kekal. Sebaliknya, barangsiapa yang percaya kepada Kristus akan diselamatkan!
Baca: 1 Korintus 15:1-11
"...bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci;" 1 Korintus 15:3-4
Berita tentang kebangkitan Tuhan Yesus Kristus dari kematian adalah hal yang sangat menakutkan bagi Iblis dan merupakan kebencian bagi orang-orang yang sesat. Sudah sejak zaman para rasul Kristus banyak ahli Taurat dan pemuka agama yang menyangkal kebangkitan Kristus ini. Dan sampai hari ini pun Iblis terus berusaha meyakinkan manusia yang ada di bumi ini bahwa Yesus Kristus itu tidak bangkit dari kematian sebab Dia tak pernah disalibkan. Memang banyak pendapat dan teori manusia yang dipaksa-paksakan untuk memutarbalikkan fakta tentang penyaliban dan juga kebangkitan Yesus Kristus. Yang pasti, teori penyangkalan manusia akan kebangkitan Yesus Kristus itu didalangi oleh roh Iblis karena Iblis tahu benar bahwa apabila manusia mengerti kuasa kebangkitan Kristus, manusia dapat menggunakan kuasa itu untuk mengalahkan semua tipu muslihat Iblis yang berusaha untuk membinasakan setiap segi kehidupan manusia. Mengahadapi semua itu biarlah kita tetap bersikap tenang dan tak perlu menanggapi teori-teori atau berita yang bertentangan dengan firman Tuhan. Jangan sedikit pun ragu akan kebenaran Injil.
Rasul Paulus berkata, "Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu." (1 Korintus 15:14). Umumnya gereja-gereja hanya membahas dan membicarakan soa kebangkitan Kristus pada hari Raya Paskah saja. Salib dan kebangkitan merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan dan saling terkait. Tanpa kebangkitan, salib tak punya arti apa-apa. Tanpa kebangkitan Kristus, salib hanya merupakan suatu tragedi memilukan dan sebuah kekalahan belaka. Jika Kristus terus terbaring di dalam kubur dan tidak bangkit, dunia tetap berada di dalam kegelapan dan hidup manusia tidak berarti apa-apa.
Itulah yang dilakukan Iblis yaitu meracuni pikiran manusia sehingga manusia tidak percaya bahwa Kristus disalibkan dan pada hari yang ketiga telah bangkit.
Dengan ketidakpercayaannya kepada Kristus manusia pasti akan mengalami kebinasaan kekal. Sebaliknya, barangsiapa yang percaya kepada Kristus akan diselamatkan!
Saturday, January 14, 2012
API TUHAN: Membakar dan Memurnikan!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Januari 2012 -
Baca: 2 Petrus 3:1-16
"Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya." 2 Petrus 3:12b
Nubuat tentang datangnya hari penghakiman dan penghangusan bumi oleh api Tuhan sudah sering disampaikan oleh para nabiNya sejak zaman dahulu. Waktu itulah yang dinamakan hari Tuhan: "Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap." (2 Petrus 3:10b). Bumi akan berguncang begitu hebatnya, langit akan gemetar, matahari dan bulan akan menjadi gelap dan bintang-bintang di langit tidak bercahaya lagi.
Jika kita pelajari lebih dalam lagi banyak kita temukan kata api di dalam Alkitab, tetapi api yang dimaksudkan bukanlah dalam arti harafiah. Tuhan seringkali menggunakan kata api sebagai unsur untuk menyucikan dan memurnikan. Kita sering mendengar pernyataan: "Api Roh Kudus membakar setiap hati untuk Tuhan." Tentunya yang dimaksud api di sini bukan dalam arti yang sesungguhnya. Namun yang pasti api penghakiman yang sebenarnya adalah disediakan Tuhan bagi orang-orang fasik.
Jadi api juga dipakai Tuhan dengan tujuan untuk memurnikan umatNya seperti tertulis: "Sesungguhnya, Aku telah memurnikan engkau, namun bukan seperti perak, tetapi Aku telah menguji engkau dalam dapur kesengsaraan." (Yesaya 48:10). Setiap orang percaya harus terlebih dahulu masuk dalam dapur kesengsaraan supaya sifat-sifat lama kita hilang. Seseorang yang sudah mengalami pemurnian dari Tuhan hidupnya pasti akan berbeda, baik itu sifat dan karakternya. Pembentukan karakter melalui 'api' pemurnian ini memerlukan kerendahan hati kita, sehingga hati yang semula congkak dan sombong akan merendahkan diri kepada Tuhan untuk memohon kekuatan dan pertolonganNya. Hampir semua tokoh di dalam Alkitab dan juga para hamba Tuhan yang dipakai Tuhan secara luar bisa sudah pernah merasakan dan mengalami kesengsaraan ketika mereka dimurnikan oleh api Roh Kudus, dan hasilnya menjadi indah. Inilah yang juga dirasakan Daud: "Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu. Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu." (Mazmur 119:67, 71).
Tuhan memurnikan kita dengan apiNya sebagai bukti Ia sangat mengasihi kita!
Baca: 2 Petrus 3:1-16
"Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya." 2 Petrus 3:12b
Nubuat tentang datangnya hari penghakiman dan penghangusan bumi oleh api Tuhan sudah sering disampaikan oleh para nabiNya sejak zaman dahulu. Waktu itulah yang dinamakan hari Tuhan: "Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap." (2 Petrus 3:10b). Bumi akan berguncang begitu hebatnya, langit akan gemetar, matahari dan bulan akan menjadi gelap dan bintang-bintang di langit tidak bercahaya lagi.
Jika kita pelajari lebih dalam lagi banyak kita temukan kata api di dalam Alkitab, tetapi api yang dimaksudkan bukanlah dalam arti harafiah. Tuhan seringkali menggunakan kata api sebagai unsur untuk menyucikan dan memurnikan. Kita sering mendengar pernyataan: "Api Roh Kudus membakar setiap hati untuk Tuhan." Tentunya yang dimaksud api di sini bukan dalam arti yang sesungguhnya. Namun yang pasti api penghakiman yang sebenarnya adalah disediakan Tuhan bagi orang-orang fasik.
Jadi api juga dipakai Tuhan dengan tujuan untuk memurnikan umatNya seperti tertulis: "Sesungguhnya, Aku telah memurnikan engkau, namun bukan seperti perak, tetapi Aku telah menguji engkau dalam dapur kesengsaraan." (Yesaya 48:10). Setiap orang percaya harus terlebih dahulu masuk dalam dapur kesengsaraan supaya sifat-sifat lama kita hilang. Seseorang yang sudah mengalami pemurnian dari Tuhan hidupnya pasti akan berbeda, baik itu sifat dan karakternya. Pembentukan karakter melalui 'api' pemurnian ini memerlukan kerendahan hati kita, sehingga hati yang semula congkak dan sombong akan merendahkan diri kepada Tuhan untuk memohon kekuatan dan pertolonganNya. Hampir semua tokoh di dalam Alkitab dan juga para hamba Tuhan yang dipakai Tuhan secara luar bisa sudah pernah merasakan dan mengalami kesengsaraan ketika mereka dimurnikan oleh api Roh Kudus, dan hasilnya menjadi indah. Inilah yang juga dirasakan Daud: "Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu. Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu." (Mazmur 119:67, 71).
Tuhan memurnikan kita dengan apiNya sebagai bukti Ia sangat mengasihi kita!
Friday, January 13, 2012
ANUGERAH KESEMBUHAN DARI TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Januari 2012 -
Baca: Yohanes 5:1-18
"Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan." Yohanes 5:9
Alkitab menyebutkan bahwa di dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam yang dalam bahasa Ibrani disebut Betseda, artinya 'rumah anugerah'. Ini menunjukkan bahwa Tuhan telah menyediakan anugerahNya bagi semua orang yang hidup dalam penderitaan karena buta, timpang dan juga lumpuh. Orang-orang yang sakit sangat memerlukan anugerah dari Tuhan, terlebih bagi mereka yang sakit rohani, buta rohani, timpang rohani dan juga lumpuh rohani. Inilah yang menjadi menghalang iman mereka sehingga tidak dapat bertumbuh.
Pada waktu itu dikisahkan bahwa orang-orang yang sakit harus selalu siap menantikan waktu kapan gerangan pertolongan Tuhan terjadi, "Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya, sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apa pun juga penyakitnya." (Yohanes 5:4). Goncangan air itu sama halnya dengan gerakan kuasa Roh Kudus yang siap menolong anak-anak Tuhan yang membutuhkan pertolongan. Tapi kita juga harus selalu dalam keadaan siap menantikan kehadiranNya, karena bila hadirat Tuhan turun kita juga harus segera bertindak, yaitu membuka hati kita dengan iman untuk menerima anugerahNya.
Firman Tuhan merupakan suatu gerakan atau goncangan kuasa Tuhan yang sanggup memberikan pertolongan bagi setiap orang yang sakit, baik sakit secara fisik atau spiritual. Tetapi banyak di antara kita yang keadaannya seperti orang yang sudah sakit selama tiga puluh delapan tahun, tak dapat bergerak untuk masuk ke dalam kolam. Artinya tidak dapat bertindak dan berusaha dengan iman untuk menerima anugerah Tuhan yang sudah disediakanNya. Ketika Tuhan Yesus melihat orang yang sakit itu bertanyalah Ia, "'Maukah engkau sembuh?' Jawab orang sakit itu kepadanya: 'Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.,'" (Yohanes 5:6b-7). Jawabannya justru seolah-olah ia sedang menyalahkan orang lain dan berharap orang lain dapat menolongnya.
Jangan ragu dan pesimis, anugerah Tuhan selalu tersedia bagi kita yang mau datang kepadanya!
Baca: Yohanes 5:1-18
"Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan." Yohanes 5:9
Alkitab menyebutkan bahwa di dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam yang dalam bahasa Ibrani disebut Betseda, artinya 'rumah anugerah'. Ini menunjukkan bahwa Tuhan telah menyediakan anugerahNya bagi semua orang yang hidup dalam penderitaan karena buta, timpang dan juga lumpuh. Orang-orang yang sakit sangat memerlukan anugerah dari Tuhan, terlebih bagi mereka yang sakit rohani, buta rohani, timpang rohani dan juga lumpuh rohani. Inilah yang menjadi menghalang iman mereka sehingga tidak dapat bertumbuh.
Pada waktu itu dikisahkan bahwa orang-orang yang sakit harus selalu siap menantikan waktu kapan gerangan pertolongan Tuhan terjadi, "Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya, sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apa pun juga penyakitnya." (Yohanes 5:4). Goncangan air itu sama halnya dengan gerakan kuasa Roh Kudus yang siap menolong anak-anak Tuhan yang membutuhkan pertolongan. Tapi kita juga harus selalu dalam keadaan siap menantikan kehadiranNya, karena bila hadirat Tuhan turun kita juga harus segera bertindak, yaitu membuka hati kita dengan iman untuk menerima anugerahNya.
Firman Tuhan merupakan suatu gerakan atau goncangan kuasa Tuhan yang sanggup memberikan pertolongan bagi setiap orang yang sakit, baik sakit secara fisik atau spiritual. Tetapi banyak di antara kita yang keadaannya seperti orang yang sudah sakit selama tiga puluh delapan tahun, tak dapat bergerak untuk masuk ke dalam kolam. Artinya tidak dapat bertindak dan berusaha dengan iman untuk menerima anugerah Tuhan yang sudah disediakanNya. Ketika Tuhan Yesus melihat orang yang sakit itu bertanyalah Ia, "'Maukah engkau sembuh?' Jawab orang sakit itu kepadanya: 'Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.,'" (Yohanes 5:6b-7). Jawabannya justru seolah-olah ia sedang menyalahkan orang lain dan berharap orang lain dapat menolongnya.
Jangan ragu dan pesimis, anugerah Tuhan selalu tersedia bagi kita yang mau datang kepadanya!
Thursday, January 12, 2012
HARUS MELEWATI PROSES PEMURNIAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Januari 2012 -
Baca: 1 Petrus 2:18-25
"Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya." 1 Petrus 2:21
Semua orang di dunia ini tanpa terkecuali pasti pernah mengalami masalah. Masalah, sakit-penyakit, penderitaan, kesesakan dan sebagainya adalah bagian dari kehidupan manusia selama hidup di dunia ini. Berbicara tentang masalah dan penderitaan, tidak seorang pun yang rela mengalaminya walau kenyataannya hampir semua orang pernah menderita. Masalah dan penderitaan itu datang bukan karena dicari, bahkan ia begitu saja datang tanpa diundang; sekalipun kita berusaha untuk lari menghindarinya pada akhirnya ia datang juga dan melanda hidup kita. Tetapi Alkitab menyatakan, "Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah." (1 Petrus 2:20). Saat ini kita hidup di hari-hari akhir di mana Tuhan hendak memurnikan umatNya.
Masalah dan penderitaan bagi orang percaya merupakan suatu proses pemurnian yang harus dilewatinya. Penderitaan bisa saja terjadi karena perbuatan Iblis, karena "Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;" (Yohanes 10:10a). Adalah tugas kita untuk melawan segala tipu muslihat Iblis. "Lawanlah dia (Iblis) dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama." (1 Petrus 5:9). Kita harus percaya bahwa Tuhan senantiasa menjaga dan memelihara umatNya, kecuali jika ada celah yang terbuka bagi Iblis karena dosa dan pelanggaran kita. Jika kita tidak segera bertobat, Iblis akan masuk dan menguasai kita sehingga kita menderita. Masalah dan penderitaan bisa terjadi karena seijin Tuhan karena Dia hendak memurnikan kita.
Dengan mengerti maksud Tuhan di balik masalah dan penderitaan kita akan sadar bahwa kita tidak sendirian menghadapinya, karena Tuhan Yesus senantiasa menyertai dan memberi kekuatan kepada kita. Di balik masalah dan penderitaan yang kita alami selalu ada maksud mulia Tuhan bagi kita, karena itu tetaplah kuat dan jangan mengeluh.
Milikilah sikap hati yang benar di hadapan Tuhan, sebab masalah dan penderitaan pasti akan berlalu karena "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya," Pengkotbah 3:11a
Baca: 1 Petrus 2:18-25
"Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya." 1 Petrus 2:21
Semua orang di dunia ini tanpa terkecuali pasti pernah mengalami masalah. Masalah, sakit-penyakit, penderitaan, kesesakan dan sebagainya adalah bagian dari kehidupan manusia selama hidup di dunia ini. Berbicara tentang masalah dan penderitaan, tidak seorang pun yang rela mengalaminya walau kenyataannya hampir semua orang pernah menderita. Masalah dan penderitaan itu datang bukan karena dicari, bahkan ia begitu saja datang tanpa diundang; sekalipun kita berusaha untuk lari menghindarinya pada akhirnya ia datang juga dan melanda hidup kita. Tetapi Alkitab menyatakan, "Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah." (1 Petrus 2:20). Saat ini kita hidup di hari-hari akhir di mana Tuhan hendak memurnikan umatNya.
Masalah dan penderitaan bagi orang percaya merupakan suatu proses pemurnian yang harus dilewatinya. Penderitaan bisa saja terjadi karena perbuatan Iblis, karena "Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;" (Yohanes 10:10a). Adalah tugas kita untuk melawan segala tipu muslihat Iblis. "Lawanlah dia (Iblis) dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama." (1 Petrus 5:9). Kita harus percaya bahwa Tuhan senantiasa menjaga dan memelihara umatNya, kecuali jika ada celah yang terbuka bagi Iblis karena dosa dan pelanggaran kita. Jika kita tidak segera bertobat, Iblis akan masuk dan menguasai kita sehingga kita menderita. Masalah dan penderitaan bisa terjadi karena seijin Tuhan karena Dia hendak memurnikan kita.
Dengan mengerti maksud Tuhan di balik masalah dan penderitaan kita akan sadar bahwa kita tidak sendirian menghadapinya, karena Tuhan Yesus senantiasa menyertai dan memberi kekuatan kepada kita. Di balik masalah dan penderitaan yang kita alami selalu ada maksud mulia Tuhan bagi kita, karena itu tetaplah kuat dan jangan mengeluh.
Milikilah sikap hati yang benar di hadapan Tuhan, sebab masalah dan penderitaan pasti akan berlalu karena "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya," Pengkotbah 3:11a
Wednesday, January 11, 2012
MEMENANGKAN JIWA BAGI TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Januari 2012 -
Baca: 1 Petrus 5:1-11
"Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena kamu mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri." 1 Petrus 5:2
Dalam segala perkara, cara Tuhan berbeda dengan cara dunia. Untuk bisa menguasai segala sesuatu, dunia menggunakan cara yang dipenuhi dengan kekerasan, pemaksaan, penipuan, terkadang dengan intrik atau tipu muslihat. Namun Tuhan memberikan cara yang berbeda untuk memenangkan jiwa bagi kerajaanNya. Bila kita ingin membawa jiwa baru bagi Tuhan bukanlah dengan kekerasan dan juga paksaan, tapi harus dengan sikap yang penuh dengan kasih. Kita harus ingat bahwa tugas menggembalakan kawanan domba itu bukan semata-mata di pundak para hamba Tuhan atau pendeta, tapi setiap orang percaya juga harus menjadi gembala bagi domba-domba yang terhilang dan tersesat.
Terkadang banyak orang Kristen yang ingin memenangkan jiwa bagi Tuhan tapi hidupnya belum bisa menjadi kesaksian bagi orang lain. Hal ini bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain yang ingin menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruseamat. Karena itu Paulus menasihati, "...supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia," (Filipi 2:15). Di tengah situasi dunia yang tidak menentu ini biarah kita tetap semangat dan menjaga 'api' agar tetap membara dalam hati kita untuk melayani orang lain dengan penuh kesungguhan hati. "Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan," (Filipi 2:14).
Mari kita menangkan jiwa sebanyak mungkin bagi Tuhan dengan pengabdian, sukarela dan kasih seperti Tuhan Yesus. Dalam melayani jiwa-jiwa janganlah kita mencari keuntungan diri sendiri atau memiliki motivasi yang salah, melainkan mengasihinya dengan sungguh karena mereka adalah domba-domba yang tersesat dan harus diselamatkan. Kerelaan hati dalam berbakti dan melayani itulah hal yang berkenan di hadapan Tuhan.
Karena kedatangan Tuhan sudah sangat dekat, biarlah waktu-waktu yang ada sekarang ini kita gunakan untuk mengejar perkara-perkara rohani lebih dari apa pun yang ada di dunia ini, serta membawa jiwa-jiwa baru bagi Dia!
Baca: 1 Petrus 5:1-11
"Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena kamu mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri." 1 Petrus 5:2
Dalam segala perkara, cara Tuhan berbeda dengan cara dunia. Untuk bisa menguasai segala sesuatu, dunia menggunakan cara yang dipenuhi dengan kekerasan, pemaksaan, penipuan, terkadang dengan intrik atau tipu muslihat. Namun Tuhan memberikan cara yang berbeda untuk memenangkan jiwa bagi kerajaanNya. Bila kita ingin membawa jiwa baru bagi Tuhan bukanlah dengan kekerasan dan juga paksaan, tapi harus dengan sikap yang penuh dengan kasih. Kita harus ingat bahwa tugas menggembalakan kawanan domba itu bukan semata-mata di pundak para hamba Tuhan atau pendeta, tapi setiap orang percaya juga harus menjadi gembala bagi domba-domba yang terhilang dan tersesat.
Terkadang banyak orang Kristen yang ingin memenangkan jiwa bagi Tuhan tapi hidupnya belum bisa menjadi kesaksian bagi orang lain. Hal ini bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain yang ingin menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruseamat. Karena itu Paulus menasihati, "...supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia," (Filipi 2:15). Di tengah situasi dunia yang tidak menentu ini biarah kita tetap semangat dan menjaga 'api' agar tetap membara dalam hati kita untuk melayani orang lain dengan penuh kesungguhan hati. "Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan," (Filipi 2:14).
Mari kita menangkan jiwa sebanyak mungkin bagi Tuhan dengan pengabdian, sukarela dan kasih seperti Tuhan Yesus. Dalam melayani jiwa-jiwa janganlah kita mencari keuntungan diri sendiri atau memiliki motivasi yang salah, melainkan mengasihinya dengan sungguh karena mereka adalah domba-domba yang tersesat dan harus diselamatkan. Kerelaan hati dalam berbakti dan melayani itulah hal yang berkenan di hadapan Tuhan.
Karena kedatangan Tuhan sudah sangat dekat, biarlah waktu-waktu yang ada sekarang ini kita gunakan untuk mengejar perkara-perkara rohani lebih dari apa pun yang ada di dunia ini, serta membawa jiwa-jiwa baru bagi Dia!
Tuesday, January 10, 2012
DI BALIK DOA DANIEL
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Januari 2012 -
Baca: Daniel 10:1-14
"Janganlah takut, Daniel, sebab telah didengarkan perkataanmu sejak hari pertama engkau berniat untuk mendapat pengertian dan untuk merendahkan dirimu di hadapan Allahmu, dan aku datang oleh karena perkataanmu itu." Daniel 10:12
Ketika Koresh, raja orang Persia memerintah, Daniel mendapatkan pernyataan dari Tuhan bahwa akan terjadi kesusahan yang besar di kerajaan Persia. Lalu, Daniel pun berdoa kepada Tuhan meminta peneguhan tentang penglihatan yang telah ia terima itu, dan Alkitab mencatat bahwa saat itu juga doa yang dipanjatkan Daniel didengar Tuhan. Tapi peneguhan itu belumlah terjadi, Daniel harus menunggu selama 24 hari barulah Tuhan menyatakannya dengan jelas. Tertulis: "Hanya aku, Daniel, melihat penglihatan itu, tetapi orang-orang yang bersama-sama dengan aku, tidak melihatnya; tetapi mereka ditimpa oleh ketakutan yang besar, sehingga mereka lari bersembunyi;" (Daniel 10:7).
Mungkin saat ini kita sedang bergumul dengan masalah yang berat dan sudah berdoa sekian lama tapi sepertinya doa kita tidak didengar dan dijawab oleh Tuhan. Kita pun mulai ragu dan bimbang. Sesungguhnya setiap doa yang kita panjatkan pasti didengar Tuhan. Yang menjadi persoalannya adalah Tuhan tidak selalu menjawab 'ya' dan adakalanya jawaban Tuhan 'ya' tapi 'tunggu dulu', artinya kita harus sabar menunggu waktunya Tuhan. Ketidaksabaran dan ketidakmengertian akan kehendak Tuhan ini membuat kita putus asa dan berpikir bahwa Tuhan tidak akan mengabulkan doa-doa kita, dan akhirnya kita tidak lagi berharap kepada Dia dan mulai mereka-reka jalan sendiri mencari pertolongan dunia. FirmanNya mengatakan, "Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya." (Matius 21:22).
Jadi, kunci untuk beroleh jawaban doa adalah percaya dan tidak bimbang. Kebimbangan membuat seseorang ragu akan kuasa Tuhan. Dalam berdoa kita juga harus memiliki kerendahan hati, artinya kita mengakui kelemahan dan ketidak berdayaan kita di hadapan Tuhan, serta mempercayakan seluruh kendali hidup kita kepada Tuhan mealui pimpinan Roh Kudus dan firmanNya. Selain itu Daniel hidup dalam kebenaran, karena itu doanya berkenan membuat Tuhan menyatakan kuasaNya.
Doa orang benar pasti dijawab Tuhan; bisa sekarang tapi bisa juga nanti, karena itu jangan bimbang!
Baca: Daniel 10:1-14
"Janganlah takut, Daniel, sebab telah didengarkan perkataanmu sejak hari pertama engkau berniat untuk mendapat pengertian dan untuk merendahkan dirimu di hadapan Allahmu, dan aku datang oleh karena perkataanmu itu." Daniel 10:12
Ketika Koresh, raja orang Persia memerintah, Daniel mendapatkan pernyataan dari Tuhan bahwa akan terjadi kesusahan yang besar di kerajaan Persia. Lalu, Daniel pun berdoa kepada Tuhan meminta peneguhan tentang penglihatan yang telah ia terima itu, dan Alkitab mencatat bahwa saat itu juga doa yang dipanjatkan Daniel didengar Tuhan. Tapi peneguhan itu belumlah terjadi, Daniel harus menunggu selama 24 hari barulah Tuhan menyatakannya dengan jelas. Tertulis: "Hanya aku, Daniel, melihat penglihatan itu, tetapi orang-orang yang bersama-sama dengan aku, tidak melihatnya; tetapi mereka ditimpa oleh ketakutan yang besar, sehingga mereka lari bersembunyi;" (Daniel 10:7).
Mungkin saat ini kita sedang bergumul dengan masalah yang berat dan sudah berdoa sekian lama tapi sepertinya doa kita tidak didengar dan dijawab oleh Tuhan. Kita pun mulai ragu dan bimbang. Sesungguhnya setiap doa yang kita panjatkan pasti didengar Tuhan. Yang menjadi persoalannya adalah Tuhan tidak selalu menjawab 'ya' dan adakalanya jawaban Tuhan 'ya' tapi 'tunggu dulu', artinya kita harus sabar menunggu waktunya Tuhan. Ketidaksabaran dan ketidakmengertian akan kehendak Tuhan ini membuat kita putus asa dan berpikir bahwa Tuhan tidak akan mengabulkan doa-doa kita, dan akhirnya kita tidak lagi berharap kepada Dia dan mulai mereka-reka jalan sendiri mencari pertolongan dunia. FirmanNya mengatakan, "Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya." (Matius 21:22).
Jadi, kunci untuk beroleh jawaban doa adalah percaya dan tidak bimbang. Kebimbangan membuat seseorang ragu akan kuasa Tuhan. Dalam berdoa kita juga harus memiliki kerendahan hati, artinya kita mengakui kelemahan dan ketidak berdayaan kita di hadapan Tuhan, serta mempercayakan seluruh kendali hidup kita kepada Tuhan mealui pimpinan Roh Kudus dan firmanNya. Selain itu Daniel hidup dalam kebenaran, karena itu doanya berkenan membuat Tuhan menyatakan kuasaNya.
Doa orang benar pasti dijawab Tuhan; bisa sekarang tapi bisa juga nanti, karena itu jangan bimbang!
Monday, January 9, 2012
MENDEKAT KEPADA TUHAN: Rasa Takut Hilang!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Januari 2012 -
Baca: Yakobus 4:1-10
"Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu." Yakobus 4:8a
Tuhan itu hanya sejauh doa, artinya Dia sangat dekat dengan kita. Tapi bila kita ingin mendekat kepada Tuhan agar Dia mendekat kepada kita, maka kita harus berusaha keras untuk mencari Dia. Ketika Azarya bin Obed dihinggapi Roh Tuhan ia segera menemui Asa, raja Yehuda: "Dengarlah kepadaku, Asa dan seluruh Yehuda dan Benyamin! TUHAN beserta dengan kamu bilamana kamu beserta dengan Dia. Bilamana kamu mencari-Nya, Ia berkenan ditemui olehmu, tetapi bilamana kamu meninggalkan-Nya, kamu akan ditinggalkan-Nya" (2 Tawarikh 15:2). Jadi untuk mendekat kepada Tuhan kita harus mencari Dia dengan sungguh-sungguh. Kedekatan seseorang dengan Tuhan akan menghasilkan sukacita yang luar biasa, sebab Dia akan memberikan apa yang kita inginkan. Daud berkata, "...bergembiralah karena Tuhan; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu." (Mazmur 37:4).
Daud memiliki hubungan yang sangat karib dengan Tuhan sehingga ia mengalami pengalaman-pengalaman yang luar biasa bersama Tuhan. Daud merasakan bahwa di setiap kesesakannya pertolongan Tuhan sangat terbukti. Karena itu Daud memberi nasihat, "Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang." (Mazmur 37:5-6). Banyak sekali orang terlalu terpengaruh dengan masalah yang dialami dan juga persoalan-persoalan yang terjadi di sekitarnya, sehingga mereka kehilangan damai sejahtera dan sukacita. Akibatnya mereka mulai lupa untuk hidup dekat dengan Tuhan, malah kian menjauh dari Tuhan, dan semakin terbelenggu oleh rasa takut dan kuatir. Ingat! Barang siapa yang lengah akan menjadi sasaran empuk si Iblis yang selalu "...berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8). Iblis selalu masuk ke dalam hati seseorang dengan melepaskan panah ketakutan, kekuatiran dan ketidakpercayaan.
Dunia saat ini dipenuhi dengan ketakutan dan kadang-kadang orang Kristen pun merasa takut. Jujur kita akui, adalah mudah bagi kita terjatuh dalam perasaan takut karena seringkali pandangan mata kita selalu tertuju pada keadaan yang sedang terjadi.
Ketakutan akan lenyap bila kita segera mendekatkan diri kepada Tuhan!
Baca: Yakobus 4:1-10
"Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu." Yakobus 4:8a
Tuhan itu hanya sejauh doa, artinya Dia sangat dekat dengan kita. Tapi bila kita ingin mendekat kepada Tuhan agar Dia mendekat kepada kita, maka kita harus berusaha keras untuk mencari Dia. Ketika Azarya bin Obed dihinggapi Roh Tuhan ia segera menemui Asa, raja Yehuda: "Dengarlah kepadaku, Asa dan seluruh Yehuda dan Benyamin! TUHAN beserta dengan kamu bilamana kamu beserta dengan Dia. Bilamana kamu mencari-Nya, Ia berkenan ditemui olehmu, tetapi bilamana kamu meninggalkan-Nya, kamu akan ditinggalkan-Nya" (2 Tawarikh 15:2). Jadi untuk mendekat kepada Tuhan kita harus mencari Dia dengan sungguh-sungguh. Kedekatan seseorang dengan Tuhan akan menghasilkan sukacita yang luar biasa, sebab Dia akan memberikan apa yang kita inginkan. Daud berkata, "...bergembiralah karena Tuhan; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu." (Mazmur 37:4).
Daud memiliki hubungan yang sangat karib dengan Tuhan sehingga ia mengalami pengalaman-pengalaman yang luar biasa bersama Tuhan. Daud merasakan bahwa di setiap kesesakannya pertolongan Tuhan sangat terbukti. Karena itu Daud memberi nasihat, "Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang." (Mazmur 37:5-6). Banyak sekali orang terlalu terpengaruh dengan masalah yang dialami dan juga persoalan-persoalan yang terjadi di sekitarnya, sehingga mereka kehilangan damai sejahtera dan sukacita. Akibatnya mereka mulai lupa untuk hidup dekat dengan Tuhan, malah kian menjauh dari Tuhan, dan semakin terbelenggu oleh rasa takut dan kuatir. Ingat! Barang siapa yang lengah akan menjadi sasaran empuk si Iblis yang selalu "...berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8). Iblis selalu masuk ke dalam hati seseorang dengan melepaskan panah ketakutan, kekuatiran dan ketidakpercayaan.
Dunia saat ini dipenuhi dengan ketakutan dan kadang-kadang orang Kristen pun merasa takut. Jujur kita akui, adalah mudah bagi kita terjatuh dalam perasaan takut karena seringkali pandangan mata kita selalu tertuju pada keadaan yang sedang terjadi.
Ketakutan akan lenyap bila kita segera mendekatkan diri kepada Tuhan!
Sunday, January 8, 2012
SIMON: Ketaatan di Tengah Kegagalan!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Januari 2012 -
Baca: Lukas 5:1-11
"Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak." Lukas 5:6
Ketika seseorang berada dalam keadaan baik, normal dan tenang, tiada masalah dan pencobaan, mudah baginya untuk taat kepada Tuhan. Berbeda dengan orang-orang yang berada dalam kesulitan, terpuruk, kecewa, putus asa dan kesal hati, sulit rasanya untuk menjadi taat. Dalam keadaan yang demikian orang akan mudah tersinggung, dan sulit mengendalikan emosi dan menjadi marah.
Perasaan inilah yang sedang berkecamuk di hati Simon dalam bacaan hari ini. Ia dalam keadaan lelah yang luar biasa, kecewa dan putus asa karena sepanjang malam bekerja keras di tengah laut tapi tak seekor pun ikan diperoleh. Tuhan Yesus tahu apa yang dialami Simon, lalu "Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai... 'Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.'" (Lukas 5:3a, 4). Namun inilah reaksi Simon ketika diperintahkan oleh Tuhan Yesus untuk bertolak ke tempat yang dalam dan menebarkan jala lagi: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." (Lukas 5:5). Sesungguhnya hati Simon sangat kesal sebab dia telah bekerja keras sepanjang malam tanpa hasil, tetapi tiba-tiba ia harus memenuhi keinginan Tuhan Yesus yang dirasa sangat tidak masuk akal. Bukankah Simon adalah seorang nelayan yang ulung? Pastilah dia sudah paham betul 'medan' nya dan kapan saat yang tepat untuk menjala ikan. Belum lagi ia harus mendengarkan Tuhan Yesus mengajar firman Tuhan di atas perahunya. Tak bisa dibayangkan betapa bergemuruhnya perasaan Simon waktu itu. Biasanya orang yang sedang kesal hati dan putus asa sulit untuk menerima firman Tuhan. Tapi Simon mencoba untuk melakukan apa yang diperintahkan Tuhan Yesus kepadanya, "...karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga."
Ketaatan Simon tidak pernah sia-sia; secara manusia itu tidak mungkin, tapi bagi Tuhan tidak ada perkara yang mustahil. Tertulis: "Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak...lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam" (Lukas 5:6, 7b).
Karena taat, Simon mengalami mujizat dan diberkati Tuhan secara luar biasa!
Baca: Lukas 5:1-11
"Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak." Lukas 5:6
Ketika seseorang berada dalam keadaan baik, normal dan tenang, tiada masalah dan pencobaan, mudah baginya untuk taat kepada Tuhan. Berbeda dengan orang-orang yang berada dalam kesulitan, terpuruk, kecewa, putus asa dan kesal hati, sulit rasanya untuk menjadi taat. Dalam keadaan yang demikian orang akan mudah tersinggung, dan sulit mengendalikan emosi dan menjadi marah.
Perasaan inilah yang sedang berkecamuk di hati Simon dalam bacaan hari ini. Ia dalam keadaan lelah yang luar biasa, kecewa dan putus asa karena sepanjang malam bekerja keras di tengah laut tapi tak seekor pun ikan diperoleh. Tuhan Yesus tahu apa yang dialami Simon, lalu "Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai... 'Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.'" (Lukas 5:3a, 4). Namun inilah reaksi Simon ketika diperintahkan oleh Tuhan Yesus untuk bertolak ke tempat yang dalam dan menebarkan jala lagi: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." (Lukas 5:5). Sesungguhnya hati Simon sangat kesal sebab dia telah bekerja keras sepanjang malam tanpa hasil, tetapi tiba-tiba ia harus memenuhi keinginan Tuhan Yesus yang dirasa sangat tidak masuk akal. Bukankah Simon adalah seorang nelayan yang ulung? Pastilah dia sudah paham betul 'medan' nya dan kapan saat yang tepat untuk menjala ikan. Belum lagi ia harus mendengarkan Tuhan Yesus mengajar firman Tuhan di atas perahunya. Tak bisa dibayangkan betapa bergemuruhnya perasaan Simon waktu itu. Biasanya orang yang sedang kesal hati dan putus asa sulit untuk menerima firman Tuhan. Tapi Simon mencoba untuk melakukan apa yang diperintahkan Tuhan Yesus kepadanya, "...karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga."
Ketaatan Simon tidak pernah sia-sia; secara manusia itu tidak mungkin, tapi bagi Tuhan tidak ada perkara yang mustahil. Tertulis: "Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak...lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam" (Lukas 5:6, 7b).
Karena taat, Simon mengalami mujizat dan diberkati Tuhan secara luar biasa!
Saturday, January 7, 2012
KEGAGALAN: Langkah Awal Menuju Keberhasilan!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Januari 2012 -
Baca: Ayub 42:1-6
"Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal." Ayub 42:2
Ada kalimat bijak yang mengatakan, "Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda." Siapa pun dari kita pasti tidak mau mengalami kegagalan dalam hidupnya: entah itu gagal dalam studi, karir dan juga rumah tangga. Kegagalan ibarat hantu yang sangat menakutkan semua orang, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk menghindari dan menjauhinya.
Apa itu kegagalan? Kegagalan adalah suatu proses ketidakberhasilan mencapai apa yang diusahakan atau direncanakan. Jika saat ini kita mengalami kegagalan, jangan putus asa dan larut dalam kekecewaan terus-menerus. Sejarah dunia mencatat bahwa orang-orang yang sukses bukanlah orang-orang yang tidak pernah gagal dalam hidupnya; justru mereka juga pernah atau mungkin berkali-kali mengalami kegagalan, tapi mereka tidak menyerah pada keadaan dan kemudian bangkit. Oleh karena itu andalkan Tuhan dan libatkan Dia dalam segala hal. Serahkan setiap rencana hidup kita kepada Tuhan sepenuhnya. Ada tertulis: "Hari ini atau besok kamu berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung;, sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata: 'Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.;" (Yakobus 4:13-14). Rencana manusia bisa gagal, tetapi rencana Tuhan tidak pernah gagal. "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan." (Yesaya 55:8).
Berjalan bersama Tuhan dan hidup seturut dengan firmanNya adalah kunci untuk terbebas dari kegagalan. Ambil sisi positif dari setiap kegagalan yang terjadi. Percayalah bahwa melalui kegagalan ini Tuhan sedang memberikan kita pelajaran dan pengalaman yang sangat berharga, sebab setelah mengalami kegagalan kita akan menjadi lebih bijaksana, berhati-hati dan semakin siap untuk menjalani hidup ini. Salomo berkata, "Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri...Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak," (Amsal 3:5, 7a).
Mengandalkan Tuhan dalam segala hal adalah kunci terhindar dari kegagalan!
Baca: Ayub 42:1-6
"Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal." Ayub 42:2
Ada kalimat bijak yang mengatakan, "Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda." Siapa pun dari kita pasti tidak mau mengalami kegagalan dalam hidupnya: entah itu gagal dalam studi, karir dan juga rumah tangga. Kegagalan ibarat hantu yang sangat menakutkan semua orang, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk menghindari dan menjauhinya.
Apa itu kegagalan? Kegagalan adalah suatu proses ketidakberhasilan mencapai apa yang diusahakan atau direncanakan. Jika saat ini kita mengalami kegagalan, jangan putus asa dan larut dalam kekecewaan terus-menerus. Sejarah dunia mencatat bahwa orang-orang yang sukses bukanlah orang-orang yang tidak pernah gagal dalam hidupnya; justru mereka juga pernah atau mungkin berkali-kali mengalami kegagalan, tapi mereka tidak menyerah pada keadaan dan kemudian bangkit. Oleh karena itu andalkan Tuhan dan libatkan Dia dalam segala hal. Serahkan setiap rencana hidup kita kepada Tuhan sepenuhnya. Ada tertulis: "Hari ini atau besok kamu berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung;, sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata: 'Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.;" (Yakobus 4:13-14). Rencana manusia bisa gagal, tetapi rencana Tuhan tidak pernah gagal. "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan." (Yesaya 55:8).
Berjalan bersama Tuhan dan hidup seturut dengan firmanNya adalah kunci untuk terbebas dari kegagalan. Ambil sisi positif dari setiap kegagalan yang terjadi. Percayalah bahwa melalui kegagalan ini Tuhan sedang memberikan kita pelajaran dan pengalaman yang sangat berharga, sebab setelah mengalami kegagalan kita akan menjadi lebih bijaksana, berhati-hati dan semakin siap untuk menjalani hidup ini. Salomo berkata, "Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri...Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak," (Amsal 3:5, 7a).
Mengandalkan Tuhan dalam segala hal adalah kunci terhindar dari kegagalan!
Friday, January 6, 2012
TUHAN YANG MEMBERI KEMENANGAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Januari 2012 -
Baca: Ulangan 20:1-20
"Dengarlah, hai orang Israel! Kamu sekarang menghadapi pertempuran melawan musuhmu; janganlah lemah hatimu, janganlah takut, janganlah gentar dan janganlah gemetar karena mereka," Ulangan 20:3
Perjalanan hidup orang percaya yang walaupun berada dalam penyertaan dan pimpinan Tuhan bukanlah mulus tanpa hambatan; justru sebaliknya kita akan menghadapi tantangan dan peperangan yang tidak mudah, bahkan jauh lebih besar. Tertulis: "Apabila engkau keluar berperang melawan musuhmu, dan engkau melihat kuda dan kereta, yakni tentara yang lebih banyak dari padamu,..." (Ulangan 20:1).
Mengapa Tuhan ijinkan hal itu terjadi di dalam kehidupan kita? Karena di balik itu semua Tuhan punya rencana di mana Dia akan memberikan kemenangan yang besar bagi kita. Jadi sesungguhnya rancangan Tuhan atas kita bukan sekedar menyediakan berkat-berkatNya, tetapi Ia juga menghendaki agar kita dapat melihat dan mengalami kemenangan atas permasalahan sebesar apa pun. Perlu dipahami bahwa kemenangan yang gilang-gemilang adalah rancangan Tuhan bagi kehidupan orang percaya: "Tuhan Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai," (Zefanya 3:17).
Mengapa masih banyak anak Tuhan yang belum mengalami kemenangan yang sesungguhnya? Ada hal-hal yang seringkali menjadi penghambat kemenangan kita, salah satunya adalah ketidaksabaran kita menantikan Tuhan. Ketidaksabaran membuat seseorang menyerah di tengah jalan, tidak lagi bertekun dan menjadi tawar hati. Yakobus menasihati, "...petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi. Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu," (Yakobus 5:7b-8). Waktu kita bukanlah waktu Tuhan; Dia tahu yang terbaik dan pertolonganNya tidak pernah terlambat. Hal lain adalah karena kita tidak mau membayar harga! Di setiap peperangan selalu ada pengorbanan dan juga air mata. Sudahkah kita berkorban waktu, tenaga dan memberi yang terbaik untuk Tuhan?
Seberat apa pun masalah yang kita hadapi, janganlah takut, "sebab Tuhan, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai kamu untuk berperang bagimu melawan musuhmu, dengan maksud memberikan kemenangan kepadamu" Ulangan 20:4
Baca: Ulangan 20:1-20
"Dengarlah, hai orang Israel! Kamu sekarang menghadapi pertempuran melawan musuhmu; janganlah lemah hatimu, janganlah takut, janganlah gentar dan janganlah gemetar karena mereka," Ulangan 20:3
Perjalanan hidup orang percaya yang walaupun berada dalam penyertaan dan pimpinan Tuhan bukanlah mulus tanpa hambatan; justru sebaliknya kita akan menghadapi tantangan dan peperangan yang tidak mudah, bahkan jauh lebih besar. Tertulis: "Apabila engkau keluar berperang melawan musuhmu, dan engkau melihat kuda dan kereta, yakni tentara yang lebih banyak dari padamu,..." (Ulangan 20:1).
Mengapa Tuhan ijinkan hal itu terjadi di dalam kehidupan kita? Karena di balik itu semua Tuhan punya rencana di mana Dia akan memberikan kemenangan yang besar bagi kita. Jadi sesungguhnya rancangan Tuhan atas kita bukan sekedar menyediakan berkat-berkatNya, tetapi Ia juga menghendaki agar kita dapat melihat dan mengalami kemenangan atas permasalahan sebesar apa pun. Perlu dipahami bahwa kemenangan yang gilang-gemilang adalah rancangan Tuhan bagi kehidupan orang percaya: "Tuhan Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai," (Zefanya 3:17).
Mengapa masih banyak anak Tuhan yang belum mengalami kemenangan yang sesungguhnya? Ada hal-hal yang seringkali menjadi penghambat kemenangan kita, salah satunya adalah ketidaksabaran kita menantikan Tuhan. Ketidaksabaran membuat seseorang menyerah di tengah jalan, tidak lagi bertekun dan menjadi tawar hati. Yakobus menasihati, "...petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi. Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu," (Yakobus 5:7b-8). Waktu kita bukanlah waktu Tuhan; Dia tahu yang terbaik dan pertolonganNya tidak pernah terlambat. Hal lain adalah karena kita tidak mau membayar harga! Di setiap peperangan selalu ada pengorbanan dan juga air mata. Sudahkah kita berkorban waktu, tenaga dan memberi yang terbaik untuk Tuhan?
Seberat apa pun masalah yang kita hadapi, janganlah takut, "sebab Tuhan, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai kamu untuk berperang bagimu melawan musuhmu, dengan maksud memberikan kemenangan kepadamu" Ulangan 20:4
Thursday, January 5, 2012
BATU BUANGAN MENJADI BATU PENJURU
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Januari 2012 -
Baca: Mazmur 118:1-29
"Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru." Mazmur 118:22
Segala perbuatan Tuhan itu heran dan ajaib. Tidak bisa diukur oleh akal sehat manusia. Ada tertulis: "...jalanmu bukanah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yesaya 55:8-9).
Jika seorang tukang bangunan atau ahli bangunan sudah berkata bahwa batu tertentu tidak cocok untuk membangun sebuah rumah, adalah percuma kita menanyakan hal itu lagi kepada orang lain yang bukan ahlinya. Tetapi, hal yang aneh dan tidak lazim justru telah terjadi, "Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru." (ayat nas). Siapakah yang dimaksud dengan batu itu? Alkitab dengan tegas menyatakan, "Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan -yaitu kamu sendiri-, namun ia telah menjadi batu penjuru." (Kisah 4:11). Sungguh, bagi Tuhan tidak ada perkara yang mustahil!
Ituah sebabnya pemazmur berkata, "Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!" (Mazmur 118:24). Hari yang dijadikan Tuhan adalah hari ketika batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan itu telah menjadi batu penjuru, "Hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita," (Mazmur 118:23). Hari yang teramat sangat istimewa di mana Allah telah menentukan Tuhan Yesus Kristus sebagai batu penjuru; hari di mana "...Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati-" (Kisah 4:10). Jadi, hari yang telah dijadikan Tuhan adalah hari kebangkitan Kristus dari antara orang mati. Rasul Petrus berkata, "...datangah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah. Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: 'Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan.' Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: 'Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan.'" (1 Petrus 2:4, 6, 7).
Tuhan Yesus adalah batu penjuru kita, olehNya kita beroleh keselamatan!
Baca: Mazmur 118:1-29
"Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru." Mazmur 118:22
Segala perbuatan Tuhan itu heran dan ajaib. Tidak bisa diukur oleh akal sehat manusia. Ada tertulis: "...jalanmu bukanah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yesaya 55:8-9).
Jika seorang tukang bangunan atau ahli bangunan sudah berkata bahwa batu tertentu tidak cocok untuk membangun sebuah rumah, adalah percuma kita menanyakan hal itu lagi kepada orang lain yang bukan ahlinya. Tetapi, hal yang aneh dan tidak lazim justru telah terjadi, "Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru." (ayat nas). Siapakah yang dimaksud dengan batu itu? Alkitab dengan tegas menyatakan, "Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan -yaitu kamu sendiri-, namun ia telah menjadi batu penjuru." (Kisah 4:11). Sungguh, bagi Tuhan tidak ada perkara yang mustahil!
Ituah sebabnya pemazmur berkata, "Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!" (Mazmur 118:24). Hari yang dijadikan Tuhan adalah hari ketika batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan itu telah menjadi batu penjuru, "Hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita," (Mazmur 118:23). Hari yang teramat sangat istimewa di mana Allah telah menentukan Tuhan Yesus Kristus sebagai batu penjuru; hari di mana "...Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati-" (Kisah 4:10). Jadi, hari yang telah dijadikan Tuhan adalah hari kebangkitan Kristus dari antara orang mati. Rasul Petrus berkata, "...datangah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah. Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: 'Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan.' Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: 'Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan.'" (1 Petrus 2:4, 6, 7).
Tuhan Yesus adalah batu penjuru kita, olehNya kita beroleh keselamatan!
Wednesday, January 4, 2012
JANGAN MENJADI ANGKUH!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Januari 2012 -
Baca: 1 Tawarikh 29:10-19
"Terpujilah Engkau, ya Tuhan, Allahnya bapa kami Israel, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya." 1 Tawarikh 29:10
Acapkali keberhasilan, kesuksesan, kekuatan dan ketenaran membuat orang mudah lupa diri dan menjadi semakin angkuh. Perhatikan apa yang ditulis Rasul Yohanes ini: "...semua yang ada di dalam dunia, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia." (1 Yohanes 2:16). Jadi keangkuhan hidup berasal dari dunia, bukan dari Tuhan.
Banyak orang sudah jatuh terjerembab ke suatu kehidupan yang angkuh, apalagi mereka yang kaya dan berpangkat. Mulai memandang sebelah mata orang lain dan hanya mau menjalin hubungan dengan orang-orang selevelnya saja. Terhadap orang yang ada 'di bawahnya' mereka menjaga jarak. Ingat! Setiap keegahan yang tidak memuliakan nama Tuhan adalah suatu keangkuhan. Oleh karena itu kita perlu berhati-hati. Jika kita saat ini berhasil dan sukses semata-mata karena campur tangan Tuhan, bukan karena kuat dan gagah kita. Kesuksesan haruslah disertai dengan kerendahan hati dan juga ucapan syukur kepada Tuhan sehingga kita tidak mencuri kemuliaan nama Tuhan, sebab semua itu karena Dia dan berasal dari Dia.
Belajarlah dari raja Daud, yang walaupun dilimpahi dengan kekayaan dan kejayaan yang luar biasa tetap sadar bahwa semua yang dia miliki itu berasal dari Tuhan, Daud tidak punya arti apa-apa. Tertulis: "...di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa." (Yohanes 15:5b). Meski telah menjadi 'orang besar' Daud tidak menjadi angkuh. Simak pengakuan Daud ini: "Ya Tuhan, punya-Mulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan, kemasyhuran dan keagungan, ya, segala-galanya yang ada di langit dan di bumi! Ya TUHAN, punya-Mulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu melebihi segala-galanya sebagai kepala. Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu dan Engkaulah yang berkuasa atas segala-galanya; dalam tangan-Mulah kekuatan dan kejayaan; dalam tangan-Mulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-galanya. Sekarang, ya Allah kami, kami bersyukur kepada-Mu dan memuji nama-Mu yang agung itu." (1 Tawarikh 29:11-13).
Bila kita sadar dan mengerti bahwa semua yang kita miliki ini berasal dari Tuhan, tentunya kita tidak akan angkuh!
Baca: 1 Tawarikh 29:10-19
"Terpujilah Engkau, ya Tuhan, Allahnya bapa kami Israel, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya." 1 Tawarikh 29:10
Acapkali keberhasilan, kesuksesan, kekuatan dan ketenaran membuat orang mudah lupa diri dan menjadi semakin angkuh. Perhatikan apa yang ditulis Rasul Yohanes ini: "...semua yang ada di dalam dunia, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia." (1 Yohanes 2:16). Jadi keangkuhan hidup berasal dari dunia, bukan dari Tuhan.
Banyak orang sudah jatuh terjerembab ke suatu kehidupan yang angkuh, apalagi mereka yang kaya dan berpangkat. Mulai memandang sebelah mata orang lain dan hanya mau menjalin hubungan dengan orang-orang selevelnya saja. Terhadap orang yang ada 'di bawahnya' mereka menjaga jarak. Ingat! Setiap keegahan yang tidak memuliakan nama Tuhan adalah suatu keangkuhan. Oleh karena itu kita perlu berhati-hati. Jika kita saat ini berhasil dan sukses semata-mata karena campur tangan Tuhan, bukan karena kuat dan gagah kita. Kesuksesan haruslah disertai dengan kerendahan hati dan juga ucapan syukur kepada Tuhan sehingga kita tidak mencuri kemuliaan nama Tuhan, sebab semua itu karena Dia dan berasal dari Dia.
Belajarlah dari raja Daud, yang walaupun dilimpahi dengan kekayaan dan kejayaan yang luar biasa tetap sadar bahwa semua yang dia miliki itu berasal dari Tuhan, Daud tidak punya arti apa-apa. Tertulis: "...di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa." (Yohanes 15:5b). Meski telah menjadi 'orang besar' Daud tidak menjadi angkuh. Simak pengakuan Daud ini: "Ya Tuhan, punya-Mulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan, kemasyhuran dan keagungan, ya, segala-galanya yang ada di langit dan di bumi! Ya TUHAN, punya-Mulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu melebihi segala-galanya sebagai kepala. Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu dan Engkaulah yang berkuasa atas segala-galanya; dalam tangan-Mulah kekuatan dan kejayaan; dalam tangan-Mulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-galanya. Sekarang, ya Allah kami, kami bersyukur kepada-Mu dan memuji nama-Mu yang agung itu." (1 Tawarikh 29:11-13).
Bila kita sadar dan mengerti bahwa semua yang kita miliki ini berasal dari Tuhan, tentunya kita tidak akan angkuh!
Tuesday, January 3, 2012
PENYANGKALAN DIRI: Ciri Pengikut Kristus!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Januari 2012 -
Baca: Markus 8:31-38
"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." Markus 8:34
Sebagai anak-anak Tuhan (pengikut Kristus) kita haruslah mempunyai bukti identitas yang diakui oleh Tuhan Yesus, yaitu mengalami kelahiran baru yang dimeteraikan oleh Roh Kudus. Selama ini masih banyak Kristen yang mengaku dirinya sudah lahir baru tetapi hidupnya masih belum menunjukkan perubahan atau tak mau mengubah pola hidupnya. Mungkin kita sudah terlibat dalam pelayanan, bisa mengajar dan memberitakan Injil, serta berbagi kasih kesaksian pertolongan Tuhan dalam hidup kita kepada orang lain; tapi bisa saja hidup kita belum menyenangkan hati Tuhan karena cara hidup kita tidak jauh berbeda dari orang-orang di luar Tuhan.
Alkitab menasihatkan, "Baikah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain." (Galatia 6:4). Hidup kekristenan adalah hidup yang penuh penyangkalan diri. Apabila tak ada penyertaan sepenuhnya kepada Tuhan sulit bagi kita menyangkal diri, karena dalam penyangkalan diri ada harga yang harus dibayar: perasaan, gengsi, reputasi dan juga kerendahan hati. Selama kita masih menuruti jalan pikiran sendiri sukar rasanya menyangkal diri dan memikul salib. Mari teladani kehidupan Rasul Paulus yang berani berkata, "Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku." (Galatia 2:19b-20).
Bila Kristus benar-benar hidup di dalam kita, kita tidak lagi punya keinginan untuk menonjolkan diri atau bermegah terhadap diri sendiri. Yang harus menonjol dan bersinar dari dalam kita adalah Kristus saja. Jadi "...aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia." (Galatia 6:14). Karena itu kita pun tak berhak menentukan jalan hidup sendiri, serahkanlah kepada Yesus yang tahu mana yang terbaik bagi kita. Kita harus tunduk sepenuhnya menurut kehendak Tuhan.
"Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu!" 2 Korintus 13:5a, b
Baca: Markus 8:31-38
"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." Markus 8:34
Sebagai anak-anak Tuhan (pengikut Kristus) kita haruslah mempunyai bukti identitas yang diakui oleh Tuhan Yesus, yaitu mengalami kelahiran baru yang dimeteraikan oleh Roh Kudus. Selama ini masih banyak Kristen yang mengaku dirinya sudah lahir baru tetapi hidupnya masih belum menunjukkan perubahan atau tak mau mengubah pola hidupnya. Mungkin kita sudah terlibat dalam pelayanan, bisa mengajar dan memberitakan Injil, serta berbagi kasih kesaksian pertolongan Tuhan dalam hidup kita kepada orang lain; tapi bisa saja hidup kita belum menyenangkan hati Tuhan karena cara hidup kita tidak jauh berbeda dari orang-orang di luar Tuhan.
Alkitab menasihatkan, "Baikah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain." (Galatia 6:4). Hidup kekristenan adalah hidup yang penuh penyangkalan diri. Apabila tak ada penyertaan sepenuhnya kepada Tuhan sulit bagi kita menyangkal diri, karena dalam penyangkalan diri ada harga yang harus dibayar: perasaan, gengsi, reputasi dan juga kerendahan hati. Selama kita masih menuruti jalan pikiran sendiri sukar rasanya menyangkal diri dan memikul salib. Mari teladani kehidupan Rasul Paulus yang berani berkata, "Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku." (Galatia 2:19b-20).
Bila Kristus benar-benar hidup di dalam kita, kita tidak lagi punya keinginan untuk menonjolkan diri atau bermegah terhadap diri sendiri. Yang harus menonjol dan bersinar dari dalam kita adalah Kristus saja. Jadi "...aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia." (Galatia 6:14). Karena itu kita pun tak berhak menentukan jalan hidup sendiri, serahkanlah kepada Yesus yang tahu mana yang terbaik bagi kita. Kita harus tunduk sepenuhnya menurut kehendak Tuhan.
"Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu!" 2 Korintus 13:5a, b
Monday, January 2, 2012
KUNCI KEKUATAN: Percaya Tuhan dan firmanNya!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Januari 2012 -
Baca: Habakuk 3:1-19
"Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang." Habakuk 3:17
Adalah tidak mudah bagi kita untuk melupakan peristiwa atau kejadian-kejadian dalam hidup kita, terutama apabila peristiwa atau kejadian tersebut sempat membuat hati kita kecewa, getir, takut dan gentar. Menginjak hari kedua di tahun baru ini kita pun tak tahu lorong-lorong yang akan kita lalui dan jalani, serta peristiwa-peristiwa yang akan kita alami: adalah lorong-lorong di depan kita itu lurus ataukah semakin terjal penuh dengan batu dan onak duri. Meski demikian kita yang memiliki Tuhan Yesus sebagai Juruselamat dalam hidup kita tetap dapat mengalami sukacita dan beroleh kekuatan walaupun kenyataan yang ada begitu mencemaskan dan mengkuatirkan.
Hal inilah yang juga dialami Habakuk. Ia menghadapi masa-masa sulit dan tidak tahu apa yang akan terjadi, tetapi ia tetap menguatkan hatinya di dalam Tuhan sehingga masih dapat berkata, "...aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. Allah Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku." (Habakuk 3:18-19). Ada satu rahasia yang membuat habakuk sanggup mengucapkan perkataan-perkataan iman di segala situasi yaitu "...orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya." (Habakuk 2:4). Percaya kepada siapa? Dalam Yohanes 1:12 dikatakan bahwa "...semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya;" Jadi, "Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya." (Yohanes 3:36).
Untuk memperoleh kehidupan di dalam Tuhan Yesus kita harus percaya dan mempunyai keyakinan yang teguh akan Injil firmanNya seperti pernyataan Paulus ini, "...aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Alah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya," (Roma 1:16).
Yakinlah! Orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dan firmanNya tidak pernah ditinggalkan Tuhan dan aku kuat bertahan dalam menghadapi ujian!
Baca: Habakuk 3:1-19
"Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang." Habakuk 3:17
Adalah tidak mudah bagi kita untuk melupakan peristiwa atau kejadian-kejadian dalam hidup kita, terutama apabila peristiwa atau kejadian tersebut sempat membuat hati kita kecewa, getir, takut dan gentar. Menginjak hari kedua di tahun baru ini kita pun tak tahu lorong-lorong yang akan kita lalui dan jalani, serta peristiwa-peristiwa yang akan kita alami: adalah lorong-lorong di depan kita itu lurus ataukah semakin terjal penuh dengan batu dan onak duri. Meski demikian kita yang memiliki Tuhan Yesus sebagai Juruselamat dalam hidup kita tetap dapat mengalami sukacita dan beroleh kekuatan walaupun kenyataan yang ada begitu mencemaskan dan mengkuatirkan.
Hal inilah yang juga dialami Habakuk. Ia menghadapi masa-masa sulit dan tidak tahu apa yang akan terjadi, tetapi ia tetap menguatkan hatinya di dalam Tuhan sehingga masih dapat berkata, "...aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. Allah Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku." (Habakuk 3:18-19). Ada satu rahasia yang membuat habakuk sanggup mengucapkan perkataan-perkataan iman di segala situasi yaitu "...orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya." (Habakuk 2:4). Percaya kepada siapa? Dalam Yohanes 1:12 dikatakan bahwa "...semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya;" Jadi, "Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya." (Yohanes 3:36).
Untuk memperoleh kehidupan di dalam Tuhan Yesus kita harus percaya dan mempunyai keyakinan yang teguh akan Injil firmanNya seperti pernyataan Paulus ini, "...aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Alah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya," (Roma 1:16).
Yakinlah! Orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dan firmanNya tidak pernah ditinggalkan Tuhan dan aku kuat bertahan dalam menghadapi ujian!
Sunday, January 1, 2012
TAHUN BARU: Hidup Dalam Ketenangan!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Januari 2012 -
Baca: Mazmur 62:1-13
"Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku." Mazmur 62:6
Hari ini adalah awal kaki kita menapaki hari baru di tahun yang baru. Sejuta angan dan harapan ada di benak setiap orang. Banyak prediksi bahwa hari-hari ke depan tidak semakin mudah, sebaliknya semakin sulit, banyak ujian dan tantangan yang menghadang.
Sebagai orang percaya kita harus tetap tenang. Ketenangan bukanlah sebuah keadaan melainkan sebuah keputusan. Artinya seburuk apa pun situasi yang ada dan membuat hati tidak tenang kita dapat memutuskan agar tetap tenang. Mengapa kita harus tetap tenang dalam menjalani hari-hari yang sulit? Karena kita mempunyai Tuhan yang tidak pernah meninggalkan kita dan pertolonganNya selalu tepat pada waktunya. Daud berkata, "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (Mazmur 46:2). Jadi tidak ada alasan untuk tidak tenang.
Hari-hari ini dunia sudah semakin kehilangan ketenanganan. Orang yang kaya gelisah dan tidak tenang hidupnya karena memikirkan bagaimana cara menyimpan uang dan hartanya secara aman. Sebaliknya orang miskin juga tidak bisa tenang karena hari-harinya dipenuhi oleh rasa kuatir bagaimana memenuhi kebutuhan hidupnya. Kunci untuk hidup tenang adalah memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan. Dalam Yesaya 30:15 dikatakan, "Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu." (Yesaya 30:15). Ternyata ketenangan dalam diri seseorang mendatangkan kekuatan yang luar biasa! Orang yang tenang dapat kuat menghadapi persoalan apa pun. Sebaliknya orang yang tidak tenang, pikirannya akan cenderung menuju ke arah negatif. Banyak keputusan-keputusan yang salah atau keliru kita buat ketika kondisi hati kita sedang tidak tenang.
"Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa." (1 Petrus 4:7b). Bila kita tenang kita bisa berdoa dan banyak persoalan yang dapat kita selesaikan ketika kita berdoa. Sungguh, "Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatkanku." (Mazmur 62:2). Artinya, ketenangan hanya kita dapatkan ketika kita hidup dan tinggal dekat Tuhan.
Mari kita jalani hari-hari di tahun 2012 ini dengan penuh penyerahan diri kepada Tuhan, sehingga kita tetap tenang di segala situasi!
Baca: Mazmur 62:1-13
"Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku." Mazmur 62:6
Hari ini adalah awal kaki kita menapaki hari baru di tahun yang baru. Sejuta angan dan harapan ada di benak setiap orang. Banyak prediksi bahwa hari-hari ke depan tidak semakin mudah, sebaliknya semakin sulit, banyak ujian dan tantangan yang menghadang.
Sebagai orang percaya kita harus tetap tenang. Ketenangan bukanlah sebuah keadaan melainkan sebuah keputusan. Artinya seburuk apa pun situasi yang ada dan membuat hati tidak tenang kita dapat memutuskan agar tetap tenang. Mengapa kita harus tetap tenang dalam menjalani hari-hari yang sulit? Karena kita mempunyai Tuhan yang tidak pernah meninggalkan kita dan pertolonganNya selalu tepat pada waktunya. Daud berkata, "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (Mazmur 46:2). Jadi tidak ada alasan untuk tidak tenang.
Hari-hari ini dunia sudah semakin kehilangan ketenanganan. Orang yang kaya gelisah dan tidak tenang hidupnya karena memikirkan bagaimana cara menyimpan uang dan hartanya secara aman. Sebaliknya orang miskin juga tidak bisa tenang karena hari-harinya dipenuhi oleh rasa kuatir bagaimana memenuhi kebutuhan hidupnya. Kunci untuk hidup tenang adalah memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan. Dalam Yesaya 30:15 dikatakan, "Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu." (Yesaya 30:15). Ternyata ketenangan dalam diri seseorang mendatangkan kekuatan yang luar biasa! Orang yang tenang dapat kuat menghadapi persoalan apa pun. Sebaliknya orang yang tidak tenang, pikirannya akan cenderung menuju ke arah negatif. Banyak keputusan-keputusan yang salah atau keliru kita buat ketika kondisi hati kita sedang tidak tenang.
"Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa." (1 Petrus 4:7b). Bila kita tenang kita bisa berdoa dan banyak persoalan yang dapat kita selesaikan ketika kita berdoa. Sungguh, "Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatkanku." (Mazmur 62:2). Artinya, ketenangan hanya kita dapatkan ketika kita hidup dan tinggal dekat Tuhan.
Mari kita jalani hari-hari di tahun 2012 ini dengan penuh penyerahan diri kepada Tuhan, sehingga kita tetap tenang di segala situasi!
Saturday, December 31, 2011
MASIH ADA HARI ESOK BAGI ORANG BENAR!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Desember 2011 -
Baca: Amsal 24:1-34
"Karena tidak ada masa depan bagi penjahat, pelita orang fasik akan padam." Amsal 24:20
Di ufuk timur sang surya mulai menyapa dengan pancaran sinarnya yang hangat! Seolah dia berkata, "Selamat pagi, masih ada harapan untukmu!" Roda waktu terus berputar melumat semua kenangan yang ada: suka, duka, pahit, manis, keberhasilan dan juga kegagalan. Andai waktu bisa diputar lagi mungkin kita tidak mau mengulang kesalahan-kesalahan yang ada, tidak mau gagal, tidak mau mengecap duka dan pahitnya hidup ini. Semuanya sudah berlalu dan itu menjadi pelajaran yang sangat berharga! Tanpa terasa sudah 365 hari kita jalani dan kini kaki kita berada di penghujung tahun 2011, tapi bukan berarti akhir dari segalanya. Sebagaimana mentari yang tidak pernah ingkar bersinar di pagi hari, esok pun masih ada bagi kita.
Mungkin saat-saat ini hati kita mulai tawar oleh karena banyaknya goncangan yang terjadi dalam hidup kita. Mungkin tatapan mata kita mulai kosong seiring berakhirnya tahun ini. Namun ingatlah bahwa di dalam Yesus masih ada pengharapan, kesembuhan, pertolongan, berkat, dan keselamatan, karena Dia adalah Sang Pembuat keajaiban. Mujizat masih ada bagi kita! Jangan lagi tawar hati! Karena tawar hati hanya akan menutup visi, menutup semuanya. Dalam Amsal 24:10 dikatakan, "Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu." Menghadapi hari esok, orang dunia boleh saja kalut, putus asa dan hilang pengharapan. Tetapi bagi kita anak-anak Tuhan justru hari esok adalah kesempatan bagi kita untuk melihat dan mengalami mujizat Tuhan dinyatakan. Pemazamur berkata, "Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!" (Mazmur 118:24). Dunia boleh makin mundur, tetapi kita sebagai anak-anak Tuhan akan semakin mujur.
Karena itu jangan gentar menghadapi hari esok! Asal kita berjalan bersama Tuhan, hari-hari kita akan dipenuhi oleh kemenangan demi kemenangan. Tertulis: "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." (Roma 8:37). Jadikan hari terakhir di tahun 2011 ini menjadi suatu hari kebangkitan bagi kita karena kita punya Yesus yang jauh lebih besar dari segala-galanya.
"Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" Ratapan 3:22-23
Baca: Amsal 24:1-34
"Karena tidak ada masa depan bagi penjahat, pelita orang fasik akan padam." Amsal 24:20
Di ufuk timur sang surya mulai menyapa dengan pancaran sinarnya yang hangat! Seolah dia berkata, "Selamat pagi, masih ada harapan untukmu!" Roda waktu terus berputar melumat semua kenangan yang ada: suka, duka, pahit, manis, keberhasilan dan juga kegagalan. Andai waktu bisa diputar lagi mungkin kita tidak mau mengulang kesalahan-kesalahan yang ada, tidak mau gagal, tidak mau mengecap duka dan pahitnya hidup ini. Semuanya sudah berlalu dan itu menjadi pelajaran yang sangat berharga! Tanpa terasa sudah 365 hari kita jalani dan kini kaki kita berada di penghujung tahun 2011, tapi bukan berarti akhir dari segalanya. Sebagaimana mentari yang tidak pernah ingkar bersinar di pagi hari, esok pun masih ada bagi kita.
Mungkin saat-saat ini hati kita mulai tawar oleh karena banyaknya goncangan yang terjadi dalam hidup kita. Mungkin tatapan mata kita mulai kosong seiring berakhirnya tahun ini. Namun ingatlah bahwa di dalam Yesus masih ada pengharapan, kesembuhan, pertolongan, berkat, dan keselamatan, karena Dia adalah Sang Pembuat keajaiban. Mujizat masih ada bagi kita! Jangan lagi tawar hati! Karena tawar hati hanya akan menutup visi, menutup semuanya. Dalam Amsal 24:10 dikatakan, "Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu." Menghadapi hari esok, orang dunia boleh saja kalut, putus asa dan hilang pengharapan. Tetapi bagi kita anak-anak Tuhan justru hari esok adalah kesempatan bagi kita untuk melihat dan mengalami mujizat Tuhan dinyatakan. Pemazamur berkata, "Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!" (Mazmur 118:24). Dunia boleh makin mundur, tetapi kita sebagai anak-anak Tuhan akan semakin mujur.
Karena itu jangan gentar menghadapi hari esok! Asal kita berjalan bersama Tuhan, hari-hari kita akan dipenuhi oleh kemenangan demi kemenangan. Tertulis: "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." (Roma 8:37). Jadikan hari terakhir di tahun 2011 ini menjadi suatu hari kebangkitan bagi kita karena kita punya Yesus yang jauh lebih besar dari segala-galanya.
"Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" Ratapan 3:22-23
Friday, December 30, 2011
ORANG BENAR HIDUP KARENA PERCAYA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Desember 2011 -
Baca: 2 Korintus 5:1-10
"-sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat-" 2 Korintus 5:7
Alkitab menyatakan bahwa "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." (Ibrani 11:1). Jadi, iman menjadi dasar bagi orang percaya dalam menjalankan hidup kekristenan. Karena itu kita harus memiliki iman yang hidup (aktif), karena "...tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia." (Ibrani 11:6).
Iman adalah kemampuan Ilahi yang sanggup melihat apa yang tidak sanggup diihat mata jasmani. Orang Kristen yang beriman percaya dan memiliki keyakinan yang kuat akan Tuhan dan janji-janjiNya meski hal itu belum menjadi kenyataan. Orang Kristen yang beriman tidak ragu dan bimbang akan segala janji Tuhan, sebaliknya memegang teguh janji itu tanpa mempertanyakannya, terus bersabar dan bertekun menantikan janji Tuhan tersebut, dan menjalani hidup dengan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan hari lepas hari.
Meski menghadapi tantangan dan ujian yang berat Rasul Paulus tidak tawar hati: "...meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari." (2 Korintus 4:16). Paulus yakin benar bahwa penderitaan yang dialaminya itu tidak sebanding dengan kemuliaan yang Tuhan sediakan kelak (baca Roma 8:18). Banyak orang Kristen yang menjalani hidupnya dengan letih lesu, keluh kesah, persungutan, omelan dan sebagainya karena fokusnya hanya tertuju pada besarnya masalah dan situasi yang ada.
Mari kita belajar meneladani Paulus yang senantiasa berjalan dengan iman. Adalah rugi besar jika kita tidak bersungguh-sungguh beriman kepada Tuhan karena dengan iman, kita mampu melihat betapa dahsyatnya kuasa Tuhan yang tidak bisa kita gambarkan. Secara jasmani Tuhan tidak kelihatan, tetapi Ia ada, dan kuasaNya tidak berubah, baik kemarin, hari ini dan sampai selamanya. Pemazmur berkata, "Orang bebal berkata dalam hatinya: 'Tidak ada Allah!'" (Mazmur 53:2a). Jadi menurut Alkitab hanya orang bodoh dan gila saja yang berkata bahwa Tuhan itu tidak ada! Iman tidak saja memampukan seseorang melihat yang tidak kelihatan, tetapi bisa melihat sisi positif dari segala yang buruk sekali pun.
"Kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal." 2 Korintus 4:18
Baca: 2 Korintus 5:1-10
"-sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat-" 2 Korintus 5:7
Alkitab menyatakan bahwa "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." (Ibrani 11:1). Jadi, iman menjadi dasar bagi orang percaya dalam menjalankan hidup kekristenan. Karena itu kita harus memiliki iman yang hidup (aktif), karena "...tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia." (Ibrani 11:6).
Iman adalah kemampuan Ilahi yang sanggup melihat apa yang tidak sanggup diihat mata jasmani. Orang Kristen yang beriman percaya dan memiliki keyakinan yang kuat akan Tuhan dan janji-janjiNya meski hal itu belum menjadi kenyataan. Orang Kristen yang beriman tidak ragu dan bimbang akan segala janji Tuhan, sebaliknya memegang teguh janji itu tanpa mempertanyakannya, terus bersabar dan bertekun menantikan janji Tuhan tersebut, dan menjalani hidup dengan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan hari lepas hari.
Meski menghadapi tantangan dan ujian yang berat Rasul Paulus tidak tawar hati: "...meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari." (2 Korintus 4:16). Paulus yakin benar bahwa penderitaan yang dialaminya itu tidak sebanding dengan kemuliaan yang Tuhan sediakan kelak (baca Roma 8:18). Banyak orang Kristen yang menjalani hidupnya dengan letih lesu, keluh kesah, persungutan, omelan dan sebagainya karena fokusnya hanya tertuju pada besarnya masalah dan situasi yang ada.
Mari kita belajar meneladani Paulus yang senantiasa berjalan dengan iman. Adalah rugi besar jika kita tidak bersungguh-sungguh beriman kepada Tuhan karena dengan iman, kita mampu melihat betapa dahsyatnya kuasa Tuhan yang tidak bisa kita gambarkan. Secara jasmani Tuhan tidak kelihatan, tetapi Ia ada, dan kuasaNya tidak berubah, baik kemarin, hari ini dan sampai selamanya. Pemazmur berkata, "Orang bebal berkata dalam hatinya: 'Tidak ada Allah!'" (Mazmur 53:2a). Jadi menurut Alkitab hanya orang bodoh dan gila saja yang berkata bahwa Tuhan itu tidak ada! Iman tidak saja memampukan seseorang melihat yang tidak kelihatan, tetapi bisa melihat sisi positif dari segala yang buruk sekali pun.
"Kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal." 2 Korintus 4:18
Thursday, December 29, 2011
JANGAN MALAS, RAJINLAH!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Desember 2011 -
Baca: Amsal 21:1-31
"Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan kelimpahan, tetapi setiap orang yang tergesa-gesa hanya akan mengalami kekurangan." Amsal 21:5
Dalam Yeremia 17:7 dikatakan, "Diberkatilah orang yang mengandakan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan!" Jadi hidup kekristenan haruslah hidup yang berserah kepada Tuhan dan senantiasa mengandakan Dia dalam segala hal. Namun demikian bukan berarti kita sebagai orang percaya boleh bersikap pasif, menunggu, masa bodoh dan tidak mau bekerja dan berusaha. Arti berserah dan mengandalkan Tuhan dalam segala hal adalah memiliki keyakinan yang teguh bahwa Tuhan pasti turut campur tangan dalam segala hal melalui hidup kita. Yeremia juga menambahkan, "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan." (Yeremia 17:5). Karena itu kita harus tetap mengerjakan bagian kita, melakukan apa yang menjadi tugas dan kewajiban kita, selebihnya adalah bagian dan wewenang Tuhan untuk mengerjakannya.
Tuhan telah menganugerahkan karunia dan talenta yang berbeda kepada setiap orang percaya yang harus dikobarkan dan dimaksimalkan dalam kehidupan nyata untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan. Jika kita menyadari anugerah Tuhan yang besar ini kita tidak akan menjadi orang Kristen yang malas dan ogah-ogahan, sebaliknya kita akan memiliki semangat yang tinggi, do our best dan rajin mengerjakan segala sesuatunya. Paulus menasihati, "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor,..." (Roma 12:11). Alkitab menulis betapa besar dampak dan manfaatnya jika kita rajin: "Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya." (Amsal 10:4). Bukan itu saja. Kerajinan dalam diri seseorang akan membawanya memegang kekuasaan dan juga diberi kelimpahan. Namun sebaliknya, "...kemalasan mengakibatkan kerja paksa." (Amsal 12:24). dan "Oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah." (Pengkotbah 10:18).
Tuhan menghendaki agar setiap orang percaya menjauhi kemalasan! Tuhan tidak suka terhadap orang Kristen yang malas! Jadilah orang Kristen yang rajin, karena kerajinan pasti akan selalu mendatangkan hal-hal yang positif. Adakah orang yang malas itu berhasil dalam hidupnya?
Orang yang rajin pasti akan mengalami keberhasilan dalam hidupnya, karena Tuhan senantiasa melimpahkan kasih dan kebaikanNya!
Baca: Amsal 21:1-31
"Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan kelimpahan, tetapi setiap orang yang tergesa-gesa hanya akan mengalami kekurangan." Amsal 21:5
Dalam Yeremia 17:7 dikatakan, "Diberkatilah orang yang mengandakan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan!" Jadi hidup kekristenan haruslah hidup yang berserah kepada Tuhan dan senantiasa mengandakan Dia dalam segala hal. Namun demikian bukan berarti kita sebagai orang percaya boleh bersikap pasif, menunggu, masa bodoh dan tidak mau bekerja dan berusaha. Arti berserah dan mengandalkan Tuhan dalam segala hal adalah memiliki keyakinan yang teguh bahwa Tuhan pasti turut campur tangan dalam segala hal melalui hidup kita. Yeremia juga menambahkan, "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan." (Yeremia 17:5). Karena itu kita harus tetap mengerjakan bagian kita, melakukan apa yang menjadi tugas dan kewajiban kita, selebihnya adalah bagian dan wewenang Tuhan untuk mengerjakannya.
Tuhan telah menganugerahkan karunia dan talenta yang berbeda kepada setiap orang percaya yang harus dikobarkan dan dimaksimalkan dalam kehidupan nyata untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan. Jika kita menyadari anugerah Tuhan yang besar ini kita tidak akan menjadi orang Kristen yang malas dan ogah-ogahan, sebaliknya kita akan memiliki semangat yang tinggi, do our best dan rajin mengerjakan segala sesuatunya. Paulus menasihati, "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor,..." (Roma 12:11). Alkitab menulis betapa besar dampak dan manfaatnya jika kita rajin: "Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya." (Amsal 10:4). Bukan itu saja. Kerajinan dalam diri seseorang akan membawanya memegang kekuasaan dan juga diberi kelimpahan. Namun sebaliknya, "...kemalasan mengakibatkan kerja paksa." (Amsal 12:24). dan "Oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah." (Pengkotbah 10:18).
Tuhan menghendaki agar setiap orang percaya menjauhi kemalasan! Tuhan tidak suka terhadap orang Kristen yang malas! Jadilah orang Kristen yang rajin, karena kerajinan pasti akan selalu mendatangkan hal-hal yang positif. Adakah orang yang malas itu berhasil dalam hidupnya?
Orang yang rajin pasti akan mengalami keberhasilan dalam hidupnya, karena Tuhan senantiasa melimpahkan kasih dan kebaikanNya!
Wednesday, December 28, 2011
SUDAH AKIL BALIG (ROHANI)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Desember 2011 -
Baca: Galatia 4:1-11
"Yang dimaksud ialah: selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikitpun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu;" Galatia 4:1
Kata akil balig artinya sudah dewasa. Alkitab menyatakan bahwa seseorang yang belum dewasa belum pantas menerima warisan. Namun setelah ia mengalami akil balig, maka hak ahli waris dapat diterimanya. Akil balig yang dimaksudkan oleh ayat nas di atas adalah akil balig rohani atau kedewasaan rohani. Inilah sasaran kehidupan orang percaya yaitu mencapai kedewasaan rohani seperti tertulis: "...sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus," (Efesus 4:13). Secara fisik setiap orang mengalami pertumbuhan, mulai dari balita, anak-anak, remaja, pemuda dan kemudian menjadi dewasa. Semakin bertambah usia seseorang bertambah kuat pula fisik atau jasmaninya, tapi tidak menjamin bahwa kerohaniannya juga bertambah kuat.
Seseorang bisa dikatakan telah dewasa rohaninya atau mengalami akil balig secara roh apabila ia tidak lagi "...hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus." (Roma 8:9a). Firman Tuhan jelas menyatakan bahwa jika seseorang bukan milik Kristus, baginya tidak mungkin hak waris diberikan. "Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah." (Galatia 4:7). Kini kita adalah milik Kristus. "...kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat." (1 Petrus 1:18-19). Oleh karena itu tinggalkan segala perbuatan duniawi dan hiduplah menurut pimpinan Roh Kudus.
Seseorang yang dewasa rohani (akil balig secara rohani) pasti akan mengalami mujizat dari Tuhan dan menikmati penggenapan janji-janjiNya dalam hidupnya, dan untuk bisa bertumbuh dewasa kita tak lepas dari tuntunan Roh Kudus karena tubuh kita adalah bait Roh Kudus (baca 1 Korintus 3:16); karena itu tunduklah pada pimpinan Roh Kudus.
Hanya orang yang sudah mengalami 'akil balig' lah yang semakin dipercaya oleh Tuhan dalam segala hal dan menjadi ahli warisNya!
Baca: Galatia 4:1-11
"Yang dimaksud ialah: selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikitpun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu;" Galatia 4:1
Kata akil balig artinya sudah dewasa. Alkitab menyatakan bahwa seseorang yang belum dewasa belum pantas menerima warisan. Namun setelah ia mengalami akil balig, maka hak ahli waris dapat diterimanya. Akil balig yang dimaksudkan oleh ayat nas di atas adalah akil balig rohani atau kedewasaan rohani. Inilah sasaran kehidupan orang percaya yaitu mencapai kedewasaan rohani seperti tertulis: "...sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus," (Efesus 4:13). Secara fisik setiap orang mengalami pertumbuhan, mulai dari balita, anak-anak, remaja, pemuda dan kemudian menjadi dewasa. Semakin bertambah usia seseorang bertambah kuat pula fisik atau jasmaninya, tapi tidak menjamin bahwa kerohaniannya juga bertambah kuat.
Seseorang bisa dikatakan telah dewasa rohaninya atau mengalami akil balig secara roh apabila ia tidak lagi "...hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus." (Roma 8:9a). Firman Tuhan jelas menyatakan bahwa jika seseorang bukan milik Kristus, baginya tidak mungkin hak waris diberikan. "Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah." (Galatia 4:7). Kini kita adalah milik Kristus. "...kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat." (1 Petrus 1:18-19). Oleh karena itu tinggalkan segala perbuatan duniawi dan hiduplah menurut pimpinan Roh Kudus.
Seseorang yang dewasa rohani (akil balig secara rohani) pasti akan mengalami mujizat dari Tuhan dan menikmati penggenapan janji-janjiNya dalam hidupnya, dan untuk bisa bertumbuh dewasa kita tak lepas dari tuntunan Roh Kudus karena tubuh kita adalah bait Roh Kudus (baca 1 Korintus 3:16); karena itu tunduklah pada pimpinan Roh Kudus.
Hanya orang yang sudah mengalami 'akil balig' lah yang semakin dipercaya oleh Tuhan dalam segala hal dan menjadi ahli warisNya!
Tuesday, December 27, 2011
FIRMAN TUHAN TIDAK BISA BATAL
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Desember 2011 -
Baca: 2 Raja-Raja 10:1-17
"Ketahuilah sekarang, bahwa firman Tuhan yang telah diucapkan Tuhan tentang keluarga Ahab, tidak ada yang tidak dipenuhi, Tuhan telah melakukan apa yang difirmankan-Nya dengan perantaraan Elia, hamba-Nya." 2 Raja-Raja 10:10
Yesaya 55:11 mengatakan, "demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya." Ini adalah penegasan bahwa firman Tuhan adalah ya dan amin. Tidak ada perkataan firman Tuhan yang akan berlalu sia-sia.
Hal ini terbukti dan dialami oleh keluarga raja Ahab, di mana mereka harus menuai perbuatan jahatnya. Penghukuman atas keluarga Ahab benar-benar terjadi karena Tuhan sendiri yang berfirman. Jika Tuhan sendiri yang mengatakan maka semua pasti terjadi. Juga tertulis: "Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?" (Bilangan 23:19). Setinggi apa pun kedudukan seseorang dan sebesar apa pun kuasa yang dimilikinya tidak akan mampu menghindarkannya dari penghukuman Tuhan. Begitu juga dengan Izebel, isteri Ahab yang sempat melakukan ancaman terhadap Elia sehingga Elia mengalami ketakutan. Akhir hidupnya sangat tragis, mayatnya dimakan anjing seperti yang diucapkan Elia, "Izebel akan dimakan anjing di kebun di luar Yizreel dengan tidak ada orang yang menguburkannya." (2 Raja-Raja 9:10a). Sekali Tuhan mengucapkan sesuatu tentang hidup seseorang, hal itu pasti terjadi. Izebel tidak bisa melepaskan diri dari perkataan Tuhan, apa pun usaha yang dilakukannya; semuanya pasti akan sia-sia.
Dari pengalaman tragis yang dialami oleh keluarga Ahab ini kita bisa belajar bahwa firman Tuhan atau perkataan Tuhan itu sangat berkuasa. Karena itu jangan menganggap sepele firman yang tertulis dalam Injil ini. Sekali Tuhan berfirman, firmanNya itu mengikat diriNya sendiri sehingga Dia pun pasti akan melaksanakan apa yang diucapkanNya. Jika sampai hari ini kita belum mengalami apa yang dijanjikan Tuhan, imani dan pegang janji firmanNya sebagaimana Tuhan menasihati Yosua untuk merenungkan firman Tuhan siang dan malam (baca Yosua 1:8). Itulah yang menjadi kunci kemenangan dan keberhasilan hidup Yosua!
"Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana." Yesaya 14:24
Baca: 2 Raja-Raja 10:1-17
"Ketahuilah sekarang, bahwa firman Tuhan yang telah diucapkan Tuhan tentang keluarga Ahab, tidak ada yang tidak dipenuhi, Tuhan telah melakukan apa yang difirmankan-Nya dengan perantaraan Elia, hamba-Nya." 2 Raja-Raja 10:10
Yesaya 55:11 mengatakan, "demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya." Ini adalah penegasan bahwa firman Tuhan adalah ya dan amin. Tidak ada perkataan firman Tuhan yang akan berlalu sia-sia.
Hal ini terbukti dan dialami oleh keluarga raja Ahab, di mana mereka harus menuai perbuatan jahatnya. Penghukuman atas keluarga Ahab benar-benar terjadi karena Tuhan sendiri yang berfirman. Jika Tuhan sendiri yang mengatakan maka semua pasti terjadi. Juga tertulis: "Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?" (Bilangan 23:19). Setinggi apa pun kedudukan seseorang dan sebesar apa pun kuasa yang dimilikinya tidak akan mampu menghindarkannya dari penghukuman Tuhan. Begitu juga dengan Izebel, isteri Ahab yang sempat melakukan ancaman terhadap Elia sehingga Elia mengalami ketakutan. Akhir hidupnya sangat tragis, mayatnya dimakan anjing seperti yang diucapkan Elia, "Izebel akan dimakan anjing di kebun di luar Yizreel dengan tidak ada orang yang menguburkannya." (2 Raja-Raja 9:10a). Sekali Tuhan mengucapkan sesuatu tentang hidup seseorang, hal itu pasti terjadi. Izebel tidak bisa melepaskan diri dari perkataan Tuhan, apa pun usaha yang dilakukannya; semuanya pasti akan sia-sia.
Dari pengalaman tragis yang dialami oleh keluarga Ahab ini kita bisa belajar bahwa firman Tuhan atau perkataan Tuhan itu sangat berkuasa. Karena itu jangan menganggap sepele firman yang tertulis dalam Injil ini. Sekali Tuhan berfirman, firmanNya itu mengikat diriNya sendiri sehingga Dia pun pasti akan melaksanakan apa yang diucapkanNya. Jika sampai hari ini kita belum mengalami apa yang dijanjikan Tuhan, imani dan pegang janji firmanNya sebagaimana Tuhan menasihati Yosua untuk merenungkan firman Tuhan siang dan malam (baca Yosua 1:8). Itulah yang menjadi kunci kemenangan dan keberhasilan hidup Yosua!
"Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana." Yesaya 14:24
Monday, December 26, 2011
ORANG MAJUS: Iman dan Pemberian yang Terbaik!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Desember 2011 -
Baca: Matius 2:1-12
"Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur." Matius 2:11b
Ada hal menarik dari kisah kelahiran Yesus yang mungkin kurang kita perhatikan. Ada orang-orang Majus yang datang mencari bagi Yesus, padahal mereka bukanlah orang Yahudi; dengan kata lain mereka bangsa kafir yang dianggap sebagai bangsa yang tidak berpengharapan karena mereka bukanlah bangsa pilihan Tuhan. Namun ketika Yesus lahir, kabar sukacita tentang kedatangan Sang Juruselamat justru pertama kali didengar oleh mereka yang secara geografis berasal dari tempat yang sangat jauh dan tidak masuk hitungan. Dari negeri yang sangat jauh, Tuhan memanggil mereka. Untuk bisa bertemu Yesus mereka harus 'membayar harga', berjalan dari tempat jauh (ratusan mil) di mana banyak sekali tantangan yang harus mereka hadapi: melalui padang gurun yang ganas, belum lagi bahaya dari para perampok, binatang buas dan banyak lagi kesulitan-kesuitan lainnya. Namun di sini kita melihat ketekunan dan pengorbanan mereka demi melihat dan menyembah bayi Yesus, Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan.
Satu hal yang luar biasa! Ketika Yesus masih dalam wujud bayi nan mungil dan berada di palungan yang sederhana, serta belum memproklamirkan diriNya bahwa Dia adalah Raja di atas segala raja dan Juruselamat dunia, orang-orang Majus telah memiliki iman yang luar biasa: iman yang menebus jauh melampaui apa yang bisa mereka lihat. Iman mereka adalah iman yang hidup, di mana mereka sangat percaya kepada satu pribadi, sekalipun secara manusia sulit dipahami oleh akal dan pikiran manusia yang terbatas karena kesederhanaan bayi tersebut. Orang-orang Majus adalah gambaran bagaimana Tuhan memilih dan memanggil seseorang sebagai umat pilihanNya. Justru orang-orang yang tidak terpikirkan dan tidak masuk hitungan, merekalah yang Tuhan panggil. Begitu juga kita yang adalah orang-orang berdosa dan tidak layak di hadapan Tuhan, oleh karena anugerahNya kita dipanggil dan diselamatkanNya.
Bagaimana respons kita terhadap panggilan Tuhan ini? Orang-orang Majus saat dipanggil oleh Tuhan taat dan mau melangkah sekalipun banyak rintangan, tantangan dan pengorbanan. Bahkan setelah bertemu bayi Yesus mereka menyembah Dia dan memberikan yang terbaik bagi Dia.
Apa yang sudah kita berikan untuk Tuhan Yesus?
Baca: Matius 2:1-12
"Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur." Matius 2:11b
Ada hal menarik dari kisah kelahiran Yesus yang mungkin kurang kita perhatikan. Ada orang-orang Majus yang datang mencari bagi Yesus, padahal mereka bukanlah orang Yahudi; dengan kata lain mereka bangsa kafir yang dianggap sebagai bangsa yang tidak berpengharapan karena mereka bukanlah bangsa pilihan Tuhan. Namun ketika Yesus lahir, kabar sukacita tentang kedatangan Sang Juruselamat justru pertama kali didengar oleh mereka yang secara geografis berasal dari tempat yang sangat jauh dan tidak masuk hitungan. Dari negeri yang sangat jauh, Tuhan memanggil mereka. Untuk bisa bertemu Yesus mereka harus 'membayar harga', berjalan dari tempat jauh (ratusan mil) di mana banyak sekali tantangan yang harus mereka hadapi: melalui padang gurun yang ganas, belum lagi bahaya dari para perampok, binatang buas dan banyak lagi kesulitan-kesuitan lainnya. Namun di sini kita melihat ketekunan dan pengorbanan mereka demi melihat dan menyembah bayi Yesus, Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan.
Satu hal yang luar biasa! Ketika Yesus masih dalam wujud bayi nan mungil dan berada di palungan yang sederhana, serta belum memproklamirkan diriNya bahwa Dia adalah Raja di atas segala raja dan Juruselamat dunia, orang-orang Majus telah memiliki iman yang luar biasa: iman yang menebus jauh melampaui apa yang bisa mereka lihat. Iman mereka adalah iman yang hidup, di mana mereka sangat percaya kepada satu pribadi, sekalipun secara manusia sulit dipahami oleh akal dan pikiran manusia yang terbatas karena kesederhanaan bayi tersebut. Orang-orang Majus adalah gambaran bagaimana Tuhan memilih dan memanggil seseorang sebagai umat pilihanNya. Justru orang-orang yang tidak terpikirkan dan tidak masuk hitungan, merekalah yang Tuhan panggil. Begitu juga kita yang adalah orang-orang berdosa dan tidak layak di hadapan Tuhan, oleh karena anugerahNya kita dipanggil dan diselamatkanNya.
Bagaimana respons kita terhadap panggilan Tuhan ini? Orang-orang Majus saat dipanggil oleh Tuhan taat dan mau melangkah sekalipun banyak rintangan, tantangan dan pengorbanan. Bahkan setelah bertemu bayi Yesus mereka menyembah Dia dan memberikan yang terbaik bagi Dia.
Apa yang sudah kita berikan untuk Tuhan Yesus?
Sunday, December 25, 2011
TERANG ITU TELAH DATANG!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Desember 2011 -
Baca: Yesaya 9:1-6
"Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar." Yesaya 9:1
Natal telah tiba...Natal telah tiba...! Hari ini kita merasakan sukacita karena natal telah tiba. Kita juga melihat bagaimana antusias seluruh dunia menyambut datangnya natal dengan berbagai cara, mulai dari menghias pohon-pohon cemara lengkap dengan pernak-pernik, kerap-kerlip lampu dan hadiah-hadiah di bawahnya, baik itu di rumah, toko, plasa, gedung dan juga kantor. Kumandang lagu Malam Kudus kini bergema di mana-mana.
Apa makna kelahiran Yesus bagi dunia ini? Bagi nabi Yesaya, kelahiran Yesus berarti datangnya terang besar bagi bangsa yang berjalan dalam kegelapan. Pada waktu itu bangsa Israel sedang berada di ambang kehancuran karena mereka di bawah penaklukan Asyur sebagai akibat dari dosa mereka sendiri. Alkitab sering memakai kata kegelapan untuk melambangan kejahatan, dosa, hukuman, kesukaran, ketidakpastian dan kematian. Sebaliknya, Akitab memakai kata terang sebagai lambang kehidupan kekal, keselamatan, pengampunan, sukacita, kebenaran dan segala sesuatu yang baik. Inilah yang dianugerahkan Tuhan, "...atasnya terang telah bersinar." Terang adalah keselamatan sempurna dari Allah melalui Pribadi Yesus Kristus. Seluruh umat manusia telah berdosa dan berada di bawah kuasa dosa, dan itu hanya akan membawa kita kepada kematian dan penghukuman kekal. Kini keselamatan sejati telah diberikan kepada kita. Di dalam diri Yesus, Allah telah melakukan tindakan penyelamatan yang konkrit. Dalam diri Yesus, Allah telah melenyapkan kegelapan dan menggantikannya dengan terang yang ajaib. Siapa terang ajaib itu? Tuhan Yesus berkata, "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." (Yohanes 8:12). Dalam hal ini Yesus sedang menegaskan otoritas keilahianNya sekaligus tindakan penyelamatanNya bagi umat manusia.
Jadi, Yesus adalah Sumber Terang itu sendiri; Dia yang memberikan terang karena Ia telah mengalahkan kegelapan melalui kematian dan kebangkitanNya. Tertulis: "Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya." (Yohanes 1:4-5).
Yesus adalah hadiah terindah dari Sorga bagi umat manusia, karena di dalam Dia tidak ada lagi kegelapan, melainkan ada terang, pengharapan dan kehidupan kekal!
Baca: Yesaya 9:1-6
"Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar." Yesaya 9:1
Natal telah tiba...Natal telah tiba...! Hari ini kita merasakan sukacita karena natal telah tiba. Kita juga melihat bagaimana antusias seluruh dunia menyambut datangnya natal dengan berbagai cara, mulai dari menghias pohon-pohon cemara lengkap dengan pernak-pernik, kerap-kerlip lampu dan hadiah-hadiah di bawahnya, baik itu di rumah, toko, plasa, gedung dan juga kantor. Kumandang lagu Malam Kudus kini bergema di mana-mana.
Apa makna kelahiran Yesus bagi dunia ini? Bagi nabi Yesaya, kelahiran Yesus berarti datangnya terang besar bagi bangsa yang berjalan dalam kegelapan. Pada waktu itu bangsa Israel sedang berada di ambang kehancuran karena mereka di bawah penaklukan Asyur sebagai akibat dari dosa mereka sendiri. Alkitab sering memakai kata kegelapan untuk melambangan kejahatan, dosa, hukuman, kesukaran, ketidakpastian dan kematian. Sebaliknya, Akitab memakai kata terang sebagai lambang kehidupan kekal, keselamatan, pengampunan, sukacita, kebenaran dan segala sesuatu yang baik. Inilah yang dianugerahkan Tuhan, "...atasnya terang telah bersinar." Terang adalah keselamatan sempurna dari Allah melalui Pribadi Yesus Kristus. Seluruh umat manusia telah berdosa dan berada di bawah kuasa dosa, dan itu hanya akan membawa kita kepada kematian dan penghukuman kekal. Kini keselamatan sejati telah diberikan kepada kita. Di dalam diri Yesus, Allah telah melakukan tindakan penyelamatan yang konkrit. Dalam diri Yesus, Allah telah melenyapkan kegelapan dan menggantikannya dengan terang yang ajaib. Siapa terang ajaib itu? Tuhan Yesus berkata, "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." (Yohanes 8:12). Dalam hal ini Yesus sedang menegaskan otoritas keilahianNya sekaligus tindakan penyelamatanNya bagi umat manusia.
Jadi, Yesus adalah Sumber Terang itu sendiri; Dia yang memberikan terang karena Ia telah mengalahkan kegelapan melalui kematian dan kebangkitanNya. Tertulis: "Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya." (Yohanes 1:4-5).
Yesus adalah hadiah terindah dari Sorga bagi umat manusia, karena di dalam Dia tidak ada lagi kegelapan, melainkan ada terang, pengharapan dan kehidupan kekal!
Saturday, December 24, 2011
KEROHANIAN YANG SEMAKIN MEROSOT!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Desember 2011 -
Baca: 2 Tawarikh 12:1-16
"Sebagai gantinya raja Rehabeam membuat perisai-perisai tembaga, yang dipercayakannya kepada pemimpin-pemimpin bentara yang menjaga pintu istana raja." 2 Tawarikh 12:10
Raja Israel yang memerintah dalam sejarah ini adalah Rehabeam, seorang raja yang lupa diri. Ketika kerajaannya sangat kokoh dan kekuasaannya teguh, Rehabeam dan rakyatnya meninggalkan Tuhan, tidak lagi setia kepadaNya. Karena itu Tuhan membiarkan mereka berada di bawah tekanan raja asing: "...majulah Sisak, raja Mesir, menyerang Yerusaem-" (ayat 2).
Raja Sisak tidak hanya menyerang Yerusalem, tetapi juga "...merampas barang-barang perbendaharaan rumah Tuhan dan barang-barang perbendaharaan rumah raja; semuanya dirampasnya. Ia merampas juga perisai-perisai emas yang dibuat Salomo." (ayat 9). Ini menunjukkan bahwa raja Sisak sangat tidak menghargai rumah Tuhan sehingga dengan seenaknya mengambil peralatan-peralatan yang ada dalam rumah Tuhan. Tragisnya, si raja Israel sendiri (Rehabeam) menggantikan perisai-perisai emas buatan Salomo yang teah dirampas oleh Sisak itu dengan perisai-perisai yang terbuat dari tembaga. Artinya barang-barang perbendaharaan di rumah Tuhan mengalami kemerosotan secara kualitas (dari emas menjadi tembaga); dari barang berharga mahal menjadi sesuatu yang berharga murah. Bukankah tembaga itu logam yang mudah karatan, mudah rusak dan bahkan warnanya bisa menjadi hitam? Tak beda jauh dengan Sisak, Raja Rehabeam sangat meremehkan dan tidak menghormati apa yang Tuhan perintahkan, dan ini sangat menyedihkan hati Tuhan. Sebuah kesalahan yang sangat fatal!
Saat ini banyak orang Kristen yang tambah hari bukan tambah maju kerohaniannya, melainkan semakin merosot. Mereka tidak lagi menjadi orang Kristen yang berkualitas seperti emas, tapi hanya berkualitas tembaga. Hidup mereka tidak jauh berbeda dari orang-orang dunia sehingga tidak lagi bisa menjadi saksi yang baik bagi dunia. Hari-hari mereka disibukkan dengan mengejar perkara-perkara duniawi, Tuhan tidak lagi menjadi prioritas utama dalam hidup. Ibadah kini menjadi asal-asalan, rohnya tidak lagi menyala-nyala untuk Tuhan, jam-jam doa semakin terkikis berganti ketidaktaatan, kemalasan, dan kompromi dengan dunia.
Melaui renungan ini kita diingatkan: jangan sekali-kali menukar perkara-perkara kekal dengan hal-hal duniawi yang sementara ini. Jangan pernah sia-siakan pengorbanan darah Kristus yang mulia itu!
Baca: 2 Tawarikh 12:1-16
"Sebagai gantinya raja Rehabeam membuat perisai-perisai tembaga, yang dipercayakannya kepada pemimpin-pemimpin bentara yang menjaga pintu istana raja." 2 Tawarikh 12:10
Raja Israel yang memerintah dalam sejarah ini adalah Rehabeam, seorang raja yang lupa diri. Ketika kerajaannya sangat kokoh dan kekuasaannya teguh, Rehabeam dan rakyatnya meninggalkan Tuhan, tidak lagi setia kepadaNya. Karena itu Tuhan membiarkan mereka berada di bawah tekanan raja asing: "...majulah Sisak, raja Mesir, menyerang Yerusaem-" (ayat 2).
Raja Sisak tidak hanya menyerang Yerusalem, tetapi juga "...merampas barang-barang perbendaharaan rumah Tuhan dan barang-barang perbendaharaan rumah raja; semuanya dirampasnya. Ia merampas juga perisai-perisai emas yang dibuat Salomo." (ayat 9). Ini menunjukkan bahwa raja Sisak sangat tidak menghargai rumah Tuhan sehingga dengan seenaknya mengambil peralatan-peralatan yang ada dalam rumah Tuhan. Tragisnya, si raja Israel sendiri (Rehabeam) menggantikan perisai-perisai emas buatan Salomo yang teah dirampas oleh Sisak itu dengan perisai-perisai yang terbuat dari tembaga. Artinya barang-barang perbendaharaan di rumah Tuhan mengalami kemerosotan secara kualitas (dari emas menjadi tembaga); dari barang berharga mahal menjadi sesuatu yang berharga murah. Bukankah tembaga itu logam yang mudah karatan, mudah rusak dan bahkan warnanya bisa menjadi hitam? Tak beda jauh dengan Sisak, Raja Rehabeam sangat meremehkan dan tidak menghormati apa yang Tuhan perintahkan, dan ini sangat menyedihkan hati Tuhan. Sebuah kesalahan yang sangat fatal!
Saat ini banyak orang Kristen yang tambah hari bukan tambah maju kerohaniannya, melainkan semakin merosot. Mereka tidak lagi menjadi orang Kristen yang berkualitas seperti emas, tapi hanya berkualitas tembaga. Hidup mereka tidak jauh berbeda dari orang-orang dunia sehingga tidak lagi bisa menjadi saksi yang baik bagi dunia. Hari-hari mereka disibukkan dengan mengejar perkara-perkara duniawi, Tuhan tidak lagi menjadi prioritas utama dalam hidup. Ibadah kini menjadi asal-asalan, rohnya tidak lagi menyala-nyala untuk Tuhan, jam-jam doa semakin terkikis berganti ketidaktaatan, kemalasan, dan kompromi dengan dunia.
Melaui renungan ini kita diingatkan: jangan sekali-kali menukar perkara-perkara kekal dengan hal-hal duniawi yang sementara ini. Jangan pernah sia-siakan pengorbanan darah Kristus yang mulia itu!
Friday, December 23, 2011
MENCAPAI TAHAP SEBAGAI MEMPELAI KRISTUS!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Desember 2011 -
Baca: Efesus 5:22-23
"Karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat." Efesus 5:23a
Alkitab menjelaskan eratnya hubungan Kristus dan jemaat sama seperti hubungan antara suami dan isteri. Dikatakan bahwa "...Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela." (Efesus 5:25-27). Ini adalah bukti nyata kasih Tuhan kepada kita, di mana Dia merawat jemaatNya seperti merawat diriNya sendiri. Ituah sebabnya setiap orang percaya dituntut untuk terus bertumbuh dan makin dewasa rohaninya sampai pada tahap menjadi mempelai Kristus. Kristus yang adalah mempelai laki-laki sebentar waktu lagi akan menjemput mempelai perempuanNya. Sudah siapkah kita? Yang menjadi mempelai Kristus pastilah orang Kristen yang dewasa, bukan orang Kristen yang masih 'kanak-kanak' rohani.
Untuk mencapai tahap sebagai mempelai Kristus, beribadah secara umum saja tidakah cukup. Kita harus merindukan Tuhan dan berjumpa denganNya secara pribadi setiap waktu. Perjumpaan dengan Kristus secara pribadi inilah yang akan membangun suatu kerohanian yang dewasa sehingga pada akhirnya kita siap menjadi mempelai Kristus. Menjadi mempelai bagi Kristus tidak berbicara mengenai seberapa besar gereja yang kita pimpin, seberapa terkenalnya kita menjadi hamba Tuhan, seberapa besar uang atau kekayaan yang kita miliki, atau pun seberapa tinggi jabatan kita, tetapi berbicara mengenai seberapa besar dan dalamnya kita hidup dalam kebenaran atau sebagai pelaku firman. Tertulis: "Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar." (Yohanes 15:6). Tinggal di dalam Tuhan berarti hidup dalam kebenaran firmanNya.
Jadi, memiliki kekariban dengan Tuhan itu sangat penting bagi orang percaya. Tanpa keintiman dengan Tuhan sulit bagi kita untuk mengerti apalagi mengasihi Tuhan dan melakukan perintah-perintahNya. Menjadi mempelai Kristus berarti menjadi pelaku firman dan mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidupnya.
Seorang Kristen yang dewasa adalah para calon mempelai wanita yang siap menyongsong kedatangan Sang mempelai laki-laki yaitu Tuhan Yesus Kristus!
Baca: Efesus 5:22-23
"Karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat." Efesus 5:23a
Alkitab menjelaskan eratnya hubungan Kristus dan jemaat sama seperti hubungan antara suami dan isteri. Dikatakan bahwa "...Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela." (Efesus 5:25-27). Ini adalah bukti nyata kasih Tuhan kepada kita, di mana Dia merawat jemaatNya seperti merawat diriNya sendiri. Ituah sebabnya setiap orang percaya dituntut untuk terus bertumbuh dan makin dewasa rohaninya sampai pada tahap menjadi mempelai Kristus. Kristus yang adalah mempelai laki-laki sebentar waktu lagi akan menjemput mempelai perempuanNya. Sudah siapkah kita? Yang menjadi mempelai Kristus pastilah orang Kristen yang dewasa, bukan orang Kristen yang masih 'kanak-kanak' rohani.
Untuk mencapai tahap sebagai mempelai Kristus, beribadah secara umum saja tidakah cukup. Kita harus merindukan Tuhan dan berjumpa denganNya secara pribadi setiap waktu. Perjumpaan dengan Kristus secara pribadi inilah yang akan membangun suatu kerohanian yang dewasa sehingga pada akhirnya kita siap menjadi mempelai Kristus. Menjadi mempelai bagi Kristus tidak berbicara mengenai seberapa besar gereja yang kita pimpin, seberapa terkenalnya kita menjadi hamba Tuhan, seberapa besar uang atau kekayaan yang kita miliki, atau pun seberapa tinggi jabatan kita, tetapi berbicara mengenai seberapa besar dan dalamnya kita hidup dalam kebenaran atau sebagai pelaku firman. Tertulis: "Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar." (Yohanes 15:6). Tinggal di dalam Tuhan berarti hidup dalam kebenaran firmanNya.
Jadi, memiliki kekariban dengan Tuhan itu sangat penting bagi orang percaya. Tanpa keintiman dengan Tuhan sulit bagi kita untuk mengerti apalagi mengasihi Tuhan dan melakukan perintah-perintahNya. Menjadi mempelai Kristus berarti menjadi pelaku firman dan mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidupnya.
Seorang Kristen yang dewasa adalah para calon mempelai wanita yang siap menyongsong kedatangan Sang mempelai laki-laki yaitu Tuhan Yesus Kristus!
Thursday, December 22, 2011
PROSES MENJADI SERUPA DENGAN KRISTUS
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Desember 2011 -
Baca: Galatia 4:12-20
"Hai anak-anakku, karena kamu akan menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu." Galatia 4:19
Setiap orang Kristen adalah murid Yesus, wajib hidup sebagaimana Kristus hidup. Hidup kita harus mencerminkan Kristus sebagaimana tertulis: "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1Yohanes 2:6). Menjadi serupa dengan Kristus adalah tujuan terbesar setiap orang percaya. Rasul Paulus menegaskan bahwa kita harus diubah menjadi sama dengan citra dan gambar Yesus Kristus, Anak Allah. Itu berarti kita harus diubah ke dalam karakter Kristus, memiliki karakter yang sama dengan karakter Kristus.
Pada awal penciptaan manusia berfirmanlah Allah, "Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita," (Kejadian 1:26), maka "Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka." (Kejadian 1:27). Kata gambar ini tidak mengacu pada kesamaan fisik, tetapi pada kesamaan karakter: manusia akan memiliki sifatNya dan karakterNya seperti yang terpancar pada AnakNya, Yesus Kristus, yang adalah "...gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia," (Kolose 1:15, 19). Sebagai orang percaya kita harus diubah menjadi seperti gambar dan rupaNya: bagaimana kita berkata-kata dan berperilaku haruslah seperti Kristus. Pernahkah perkataan Yesus menyakiti orang lain? Pernahkah Ia mengucapkan kata-kata kutuk terhadap orang yang membenci, menganiaya, bahkan menyalibkanNya? Perkataan Tuhan Yesus selalu dipenuhi oleh kasih dan pengampunan. Juga ketika menghadapi setiap persoalan dan keadaan apa pun Tuhan Yesus sealu bersikap dan berpikiran positif.
Jadi, Tuhan Yesus harus menjadi teladan utama hidup kita. Menjadi serupa dengan Kristus juga berarti ada buah-buah Roh yang kita hasilkan (baca Galatia 5:22-23). Namun proses untuk menjadi serupa dengan Kristus itu akan sangat menyakitkan bila kita terus memberontak. Ingatlah bahwa Tuhan adalah Sang Penjunan, dan kita hanyalah tanah liat.
Dia akan terus membentuk dan memproses kita sesuai yang Dia kehendaki, mengikis dan menghancurkan karakter-karakter hidup kita yang tidak berkenan sampai kita menjadi sama dengan gambarNya!
Baca: Galatia 4:12-20
"Hai anak-anakku, karena kamu akan menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu." Galatia 4:19
Setiap orang Kristen adalah murid Yesus, wajib hidup sebagaimana Kristus hidup. Hidup kita harus mencerminkan Kristus sebagaimana tertulis: "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1Yohanes 2:6). Menjadi serupa dengan Kristus adalah tujuan terbesar setiap orang percaya. Rasul Paulus menegaskan bahwa kita harus diubah menjadi sama dengan citra dan gambar Yesus Kristus, Anak Allah. Itu berarti kita harus diubah ke dalam karakter Kristus, memiliki karakter yang sama dengan karakter Kristus.
Pada awal penciptaan manusia berfirmanlah Allah, "Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita," (Kejadian 1:26), maka "Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka." (Kejadian 1:27). Kata gambar ini tidak mengacu pada kesamaan fisik, tetapi pada kesamaan karakter: manusia akan memiliki sifatNya dan karakterNya seperti yang terpancar pada AnakNya, Yesus Kristus, yang adalah "...gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia," (Kolose 1:15, 19). Sebagai orang percaya kita harus diubah menjadi seperti gambar dan rupaNya: bagaimana kita berkata-kata dan berperilaku haruslah seperti Kristus. Pernahkah perkataan Yesus menyakiti orang lain? Pernahkah Ia mengucapkan kata-kata kutuk terhadap orang yang membenci, menganiaya, bahkan menyalibkanNya? Perkataan Tuhan Yesus selalu dipenuhi oleh kasih dan pengampunan. Juga ketika menghadapi setiap persoalan dan keadaan apa pun Tuhan Yesus sealu bersikap dan berpikiran positif.
Jadi, Tuhan Yesus harus menjadi teladan utama hidup kita. Menjadi serupa dengan Kristus juga berarti ada buah-buah Roh yang kita hasilkan (baca Galatia 5:22-23). Namun proses untuk menjadi serupa dengan Kristus itu akan sangat menyakitkan bila kita terus memberontak. Ingatlah bahwa Tuhan adalah Sang Penjunan, dan kita hanyalah tanah liat.
Dia akan terus membentuk dan memproses kita sesuai yang Dia kehendaki, mengikis dan menghancurkan karakter-karakter hidup kita yang tidak berkenan sampai kita menjadi sama dengan gambarNya!
Wednesday, December 21, 2011
BERITA SALIB: Kebodohan Bagi Dunia
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Desember 2011 -
Baca: 1 Korintus 1:18-31
"Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah." 1 Korintus 1:18
Dunia membenci salib! Ketika mendengar berita tentang salib orang-orang dunia selalu tertawa dan menganggapnya hal itu sebagai suatu kebodohan yang tidak masuk akal. Pikir mereka, "Mana mungkin di dunia ini ada orang yang rela mati dan mau mengorbankan nyawanya untuk menebus dosa orang lain dengan cara yang begitu hina, yaitu tergantung di atas kayu salib? Bukankah akan tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!" (Galatia 3:13)?"
Ayat nas jelas menyatakan bahwa berita salib adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa! Memang, orang-orang berdosa tidak pernah mengerti apa itu dosa dan dampaknya, apalagi cara supaya dapat terlepas dari dosa. Akibatnya semua yang dikerjakan Tuhan bagi umat manusia di dunia ini dianggap sebagai suatu kebodohan yang tidak bisa dimengerti sama sekali. Alkitab dengan keras menyatakan bahwa "...upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." (Roma 6:23). Rasul Paulus bisa mengerti akan hal ini, yaitu dunia telah memilih jalan hidup menurut keinginannya yang mengandalkan kekuatan, kekayaan dan kepintaran diri sendiri sehingga mereka merasa tidak membutuhkan Tuhan. Alkitab mengatakan bahwa orang yang merespons berita salib disebut sebagai orang yang bijak. Sebaliknya orang yang meremehkan dan mentertawakan berita salib adalah orang yang bodoh atau bebal. Bagi mereka yang tidak diselamatkan dan akan binasa, berita salib adalah kebodohan, tapi bagi kita yang diselamatkan, berita salib adalah bukti kasih Tuhan kepada manusia yang berdosa.
Melalui salib kita beroleh pengampunan dari Tuhan dan kita diperdamaikan dengan Allah. Ketika kita mendengar kata salib kita diingatkan akan penyelesaian hukum terhadap dosa-dosa kita karena Tuhan Yesus mati di atas kayu salib. Tuntutan hukum yang seharusnya jatuh pada kita digantikan oleh Tuhan Yesus: "ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya,..." (Yesaya 53:5b). Sesungguhnya berita salib juga mengingatkan kita akan anugerah Tuhan ini. Tanpa anugerah, kita tidak bisa mengerti apa yang Kristus lakukan.
Sebagai orang-orang yang telah menerima anugerah keselamatan kita dipanggil untuk menjadi saksi supaya dunia melihat dan mengerti kebenaran tentang berita salib ini!
Baca: 1 Korintus 1:18-31
"Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah." 1 Korintus 1:18
Dunia membenci salib! Ketika mendengar berita tentang salib orang-orang dunia selalu tertawa dan menganggapnya hal itu sebagai suatu kebodohan yang tidak masuk akal. Pikir mereka, "Mana mungkin di dunia ini ada orang yang rela mati dan mau mengorbankan nyawanya untuk menebus dosa orang lain dengan cara yang begitu hina, yaitu tergantung di atas kayu salib? Bukankah akan tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!" (Galatia 3:13)?"
Ayat nas jelas menyatakan bahwa berita salib adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa! Memang, orang-orang berdosa tidak pernah mengerti apa itu dosa dan dampaknya, apalagi cara supaya dapat terlepas dari dosa. Akibatnya semua yang dikerjakan Tuhan bagi umat manusia di dunia ini dianggap sebagai suatu kebodohan yang tidak bisa dimengerti sama sekali. Alkitab dengan keras menyatakan bahwa "...upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." (Roma 6:23). Rasul Paulus bisa mengerti akan hal ini, yaitu dunia telah memilih jalan hidup menurut keinginannya yang mengandalkan kekuatan, kekayaan dan kepintaran diri sendiri sehingga mereka merasa tidak membutuhkan Tuhan. Alkitab mengatakan bahwa orang yang merespons berita salib disebut sebagai orang yang bijak. Sebaliknya orang yang meremehkan dan mentertawakan berita salib adalah orang yang bodoh atau bebal. Bagi mereka yang tidak diselamatkan dan akan binasa, berita salib adalah kebodohan, tapi bagi kita yang diselamatkan, berita salib adalah bukti kasih Tuhan kepada manusia yang berdosa.
Melalui salib kita beroleh pengampunan dari Tuhan dan kita diperdamaikan dengan Allah. Ketika kita mendengar kata salib kita diingatkan akan penyelesaian hukum terhadap dosa-dosa kita karena Tuhan Yesus mati di atas kayu salib. Tuntutan hukum yang seharusnya jatuh pada kita digantikan oleh Tuhan Yesus: "ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya,..." (Yesaya 53:5b). Sesungguhnya berita salib juga mengingatkan kita akan anugerah Tuhan ini. Tanpa anugerah, kita tidak bisa mengerti apa yang Kristus lakukan.
Sebagai orang-orang yang telah menerima anugerah keselamatan kita dipanggil untuk menjadi saksi supaya dunia melihat dan mengerti kebenaran tentang berita salib ini!
Tuesday, December 20, 2011
SIKAP MENANTI-NANTIKAN TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Desember 2011 -
Baca: Mazmur 130:1-8
"Aku menanti-nantikan Tuhan, jiwaku menanti-nantikan, dan aku mengharapkan firman-Nya." Mazmur 130:5
Selama menjadi seorang Kristen apakah Saudara memiliki kerinduan yang mendalam akan Tuhan seperti yang dirasakan oleh Daud? Daud sangat menanti-nantikan Tuhan, "...lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi." (ayat 6). Adakah hari-hari kita selalu dalam sikap menanti-nantikan Tuhan, ataukah sebaliknya kita menjalani hari dengan penuh kekecewaan dan sakit hati kepada Tuhan karena doa-doa kita belum juga dijawab oleh Tuhan, sehingga kita pun merasa bosan menanti-nantikanNya? Mungkin saat ini kita belum mengalami penggenapan janji Tuhan sepenuhnya, namun jangan pernah berhenti untuk berharap dan menanti-nantikan Dia, "Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersergera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh." (Habakuk 2:3).
Sikap menanti-nantikan Tuhan adalah sikap yang harus dimiliki oleh setiap orang percaya dan itu merupakan bagian dari ibadah kita. Menanti-nantikan Tuhan bukanlah sekedar saat kita membutuhkan pertolonganNya: menyembuhkan sakit yang kita derita, memulihkan ekonomi keluarga kita, memberikan jodoh yang tepat bagi kita dan sebagainya, tetapi kita menanti-nantikan Tuhan juga untuk kedatanganNya kali yang kedua untuk menjemput kita sebagai mempelaiNya. Dalam masa-masa penantian inilah kita harus hidup dalam ketaatan supaya ketika Tuhan datang kedapatan hidup kita tidak bercacat-cela. Menanti membutuhkan waktu tidak singkat, terkadang lama dan itu memerlukan ketekunan dan kesabaran. Tuhan pun sangat rindu untuk bertemu anak-anakNya seperti saat si bungsu kembali ke rumah, betapa "Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia." (Lukas 15:20c). Orang yang saling menanti-nantikan pasti memiiki kerinduan yang mendalam satu sama lain.
Apakah hati kita dipenuhi oleh kerinduan untuk bertemu Tuhan? Sedangkan Tuhan sendiri sangat rindu kepada anak-anakNya, bukan hanya ingin bertemu, tetapi lebih daripada itu: "...Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada." (Yohanes 14:3).
Biarlah waktu-waktu yang kita gunakan untuk membangun kekariban dengan Tuhan, dan tetap menanti-nantikan Dia dengan sabar! Jangan menyerah pada keadaan yang ada!
Baca: Mazmur 130:1-8
"Aku menanti-nantikan Tuhan, jiwaku menanti-nantikan, dan aku mengharapkan firman-Nya." Mazmur 130:5
Selama menjadi seorang Kristen apakah Saudara memiliki kerinduan yang mendalam akan Tuhan seperti yang dirasakan oleh Daud? Daud sangat menanti-nantikan Tuhan, "...lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi." (ayat 6). Adakah hari-hari kita selalu dalam sikap menanti-nantikan Tuhan, ataukah sebaliknya kita menjalani hari dengan penuh kekecewaan dan sakit hati kepada Tuhan karena doa-doa kita belum juga dijawab oleh Tuhan, sehingga kita pun merasa bosan menanti-nantikanNya? Mungkin saat ini kita belum mengalami penggenapan janji Tuhan sepenuhnya, namun jangan pernah berhenti untuk berharap dan menanti-nantikan Dia, "Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersergera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh." (Habakuk 2:3).
Sikap menanti-nantikan Tuhan adalah sikap yang harus dimiliki oleh setiap orang percaya dan itu merupakan bagian dari ibadah kita. Menanti-nantikan Tuhan bukanlah sekedar saat kita membutuhkan pertolonganNya: menyembuhkan sakit yang kita derita, memulihkan ekonomi keluarga kita, memberikan jodoh yang tepat bagi kita dan sebagainya, tetapi kita menanti-nantikan Tuhan juga untuk kedatanganNya kali yang kedua untuk menjemput kita sebagai mempelaiNya. Dalam masa-masa penantian inilah kita harus hidup dalam ketaatan supaya ketika Tuhan datang kedapatan hidup kita tidak bercacat-cela. Menanti membutuhkan waktu tidak singkat, terkadang lama dan itu memerlukan ketekunan dan kesabaran. Tuhan pun sangat rindu untuk bertemu anak-anakNya seperti saat si bungsu kembali ke rumah, betapa "Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia." (Lukas 15:20c). Orang yang saling menanti-nantikan pasti memiiki kerinduan yang mendalam satu sama lain.
Apakah hati kita dipenuhi oleh kerinduan untuk bertemu Tuhan? Sedangkan Tuhan sendiri sangat rindu kepada anak-anakNya, bukan hanya ingin bertemu, tetapi lebih daripada itu: "...Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada." (Yohanes 14:3).
Biarlah waktu-waktu yang kita gunakan untuk membangun kekariban dengan Tuhan, dan tetap menanti-nantikan Dia dengan sabar! Jangan menyerah pada keadaan yang ada!
Monday, December 19, 2011
GENERASI BARU: Harus Tahu Hukum-Hukum Tuhan!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Desember 2011 -
Baca: Ulangan 4:1-40
"Sebab bangsa besar manakah yang mempunyai allah yang demikian dekat kepadanya seperti Tuhan, Allah kita, setiap kali kita memanggil kepada-Nya?" Ulangan 4:7
Perjalanan bangsa Israel menuju Tanah Perjanjian (Kanaan) melalui proses yang sangat panjang, melalui pengembaraan di padang gurun hampir selama 40 tahun. Pahit, getir, suka dan duka perjalanan telah dirasakan dan dialami oleh generasi pertama yang mengalami secara langsung bagaimana mereka keluar dari perbudakan di Mesir. Dan sebagian besar dari mereka (generasi tua) telah meninggal di padang gurun. Adapun generasi berikutnya dalah generasi baru yang tidak mengalami peristiwa-peristiwa itu secara langsung. Adalah perlu bagi mereka mengerti dan memahami betapa hebat dan dahsyatnya Tuhan yang menyertai bangsa Israel. Karena itulah Tuhan kembali mengutus Musa untuk mengadakan misi pengajaran bagi generasi baru dengan mengulang kembali ajaran-ajaran dan hukum-hukumNya bagi generasi baru.
Apa sebabnya Musa perlu menulis ulang pada kitab Ulangan ini? Karena generasi pertama yang keluar dari Mesir hampir habis meninggal di padang gurun dan kini generasi kedua yang akan masuk ke Tanah Perjanjian, sehingga banyak dari mereka tidak tahu asal usul peraturan dan hukum Tuhan yang diberikan untuk dilakukan. Contoh ayat nas di atas: Musa menegaskan bahwa tidak ada allah lain seperti Allah bangsa Israel yang begitu dekat dan mengasihi mereka. Musa juga mengingatkan bahwa antara bangsa Israel dan Tuhan ada ikatan perjanjian: "...Tuhan telah mengambil kamu dan membawa kamu keluar dari dapur peleburan besi, dari Mesir, untuk menjadi umat milik-Nya sendiri, seperti yang terjadi sekarang ini." (ayat 20). Musa mendorong mereka untuk memperbarui komitmen mereka dalam memenuhi kewajibannya kepada Tuhan. Dikatakan, "Hati-hatilah, supaya jangan kamu melupakan perjanjian Tuhan, Allahmu, yang telah diikat-Nya dengan kamu dan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang oleh Tuhan, Allahmu, dilarang kauperbuat." (ayat 23).
Kunci kemenangan bangsa Israel adalah ketaatan, di mana pada saat itulah Tuhan akan menyatakan kuasa dan mujizatNya ke tengah-tengah mereka. Ini penting, terutama bagi Yosua yang hendak menerima tongkat estafet kepemimpinan dari Musa, yang pasti akan mengalami tekanan yang luar biasa karena pengalaman yang dimikinya tidak sebanding dengan Musa.
Namun jika Tuhan sendiri yang memilih Yosua, Dia pasti akan menyertai dan Dialah yang berperang untuknya. (Baca: Uangan 3:22)
Baca: Ulangan 4:1-40
"Sebab bangsa besar manakah yang mempunyai allah yang demikian dekat kepadanya seperti Tuhan, Allah kita, setiap kali kita memanggil kepada-Nya?" Ulangan 4:7
Perjalanan bangsa Israel menuju Tanah Perjanjian (Kanaan) melalui proses yang sangat panjang, melalui pengembaraan di padang gurun hampir selama 40 tahun. Pahit, getir, suka dan duka perjalanan telah dirasakan dan dialami oleh generasi pertama yang mengalami secara langsung bagaimana mereka keluar dari perbudakan di Mesir. Dan sebagian besar dari mereka (generasi tua) telah meninggal di padang gurun. Adapun generasi berikutnya dalah generasi baru yang tidak mengalami peristiwa-peristiwa itu secara langsung. Adalah perlu bagi mereka mengerti dan memahami betapa hebat dan dahsyatnya Tuhan yang menyertai bangsa Israel. Karena itulah Tuhan kembali mengutus Musa untuk mengadakan misi pengajaran bagi generasi baru dengan mengulang kembali ajaran-ajaran dan hukum-hukumNya bagi generasi baru.
Apa sebabnya Musa perlu menulis ulang pada kitab Ulangan ini? Karena generasi pertama yang keluar dari Mesir hampir habis meninggal di padang gurun dan kini generasi kedua yang akan masuk ke Tanah Perjanjian, sehingga banyak dari mereka tidak tahu asal usul peraturan dan hukum Tuhan yang diberikan untuk dilakukan. Contoh ayat nas di atas: Musa menegaskan bahwa tidak ada allah lain seperti Allah bangsa Israel yang begitu dekat dan mengasihi mereka. Musa juga mengingatkan bahwa antara bangsa Israel dan Tuhan ada ikatan perjanjian: "...Tuhan telah mengambil kamu dan membawa kamu keluar dari dapur peleburan besi, dari Mesir, untuk menjadi umat milik-Nya sendiri, seperti yang terjadi sekarang ini." (ayat 20). Musa mendorong mereka untuk memperbarui komitmen mereka dalam memenuhi kewajibannya kepada Tuhan. Dikatakan, "Hati-hatilah, supaya jangan kamu melupakan perjanjian Tuhan, Allahmu, yang telah diikat-Nya dengan kamu dan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang oleh Tuhan, Allahmu, dilarang kauperbuat." (ayat 23).
Kunci kemenangan bangsa Israel adalah ketaatan, di mana pada saat itulah Tuhan akan menyatakan kuasa dan mujizatNya ke tengah-tengah mereka. Ini penting, terutama bagi Yosua yang hendak menerima tongkat estafet kepemimpinan dari Musa, yang pasti akan mengalami tekanan yang luar biasa karena pengalaman yang dimikinya tidak sebanding dengan Musa.
Namun jika Tuhan sendiri yang memilih Yosua, Dia pasti akan menyertai dan Dialah yang berperang untuknya. (Baca: Uangan 3:22)
Sunday, December 18, 2011
PELAYAN TUHAN: Dipimpin oleh Roh Kudus!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Desember 2011 -
Baca: Roma 8:1-17
"Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah." Roma 8:8
Sebagai pengikut Kristus (Kristen) kita tidak lagi bisa hidup semaunya sendiri. Kita harus memiiki kehidupan yang berkenan kepada Tuhan. "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya." (Galatia 5:24).
Renungan kemarin menyatakan bahwa seorang pelayan Tuhan harus memiliki reputasi yang baik, artinya hidupnya menjadi teladan bagi banyak orang. Tanpa keteladanan, hidup kita tidak akan bisa menjadi berkat bagi orang lain. Artinya kebaikan hati kita harus terihat dengan jelas melalui suatu tindakan nyata sebagaimana dinasihatkan Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi, "Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!" (Filipi 4:5). Adalah sia-sia jika kita mengaku bahwa diri kita sudah melayani Tuhan tapi kita masih mementingkan diri sendiri dan menutup mata terhadap orang-orang lemah di sekitar kita. Ingat, pelayan Tuhan adalah hamba dan seorang hamba tugasnya adalah melayani, bukan minta dilayani. Alkitab menyatakan, "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendakah ia menjadi hambamu;" (Matius 20:26b-27). Jadi kerelaan kita dalam melayani dan menolong sesama benar-benar didasari oleh kasih Tuhan.
Yang pasti, seorang pelayan Tuhan yang dipenuhi oleh Roh Kudus hatinya selalu menyala-nyala untuk Tuhan dan senantiasa memuliakan nama Tuhan Yesus. Alkitab menasihati, "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." (Roma 12:11). Ia pun tidak memuji dirinya sendiri atau berusaha mencari pujian dari orang lain, melainkan segala perbuatan atau kelakuannya yang baik itulah yang membuat orang lain memberi pujian kepadanya. Seorang yang hidupnya dipimpin Roh Kudus tidak lagi hidup dalam kegelapan, melainkan hidup dalam terang Tuhan, "karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran," (Efesus 5:9), sehingga ada buah-buah roh dalam hidupnya (baca Galatia 5:22-23). Selalu ada dampak bagi orang yang disertai oleh Roh Kudus, yaitu hidupnya senantiasa berkemenangan dan apa saja yang diperbuatnya pasti berhasil. Jika saat ini kita berhasil dalam pelayanan jangan pernah berkata bahwa itu semua karena 'aku'.
Tanpa penyertaan Roh Kudus, kita tidak ada artinya apa-apa, karena itu kita harus mau dipimpin oleh Roh Kudus!
Baca: Roma 8:1-17
"Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah." Roma 8:8
Sebagai pengikut Kristus (Kristen) kita tidak lagi bisa hidup semaunya sendiri. Kita harus memiiki kehidupan yang berkenan kepada Tuhan. "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya." (Galatia 5:24).
Renungan kemarin menyatakan bahwa seorang pelayan Tuhan harus memiliki reputasi yang baik, artinya hidupnya menjadi teladan bagi banyak orang. Tanpa keteladanan, hidup kita tidak akan bisa menjadi berkat bagi orang lain. Artinya kebaikan hati kita harus terihat dengan jelas melalui suatu tindakan nyata sebagaimana dinasihatkan Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi, "Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!" (Filipi 4:5). Adalah sia-sia jika kita mengaku bahwa diri kita sudah melayani Tuhan tapi kita masih mementingkan diri sendiri dan menutup mata terhadap orang-orang lemah di sekitar kita. Ingat, pelayan Tuhan adalah hamba dan seorang hamba tugasnya adalah melayani, bukan minta dilayani. Alkitab menyatakan, "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendakah ia menjadi hambamu;" (Matius 20:26b-27). Jadi kerelaan kita dalam melayani dan menolong sesama benar-benar didasari oleh kasih Tuhan.
Yang pasti, seorang pelayan Tuhan yang dipenuhi oleh Roh Kudus hatinya selalu menyala-nyala untuk Tuhan dan senantiasa memuliakan nama Tuhan Yesus. Alkitab menasihati, "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." (Roma 12:11). Ia pun tidak memuji dirinya sendiri atau berusaha mencari pujian dari orang lain, melainkan segala perbuatan atau kelakuannya yang baik itulah yang membuat orang lain memberi pujian kepadanya. Seorang yang hidupnya dipimpin Roh Kudus tidak lagi hidup dalam kegelapan, melainkan hidup dalam terang Tuhan, "karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran," (Efesus 5:9), sehingga ada buah-buah roh dalam hidupnya (baca Galatia 5:22-23). Selalu ada dampak bagi orang yang disertai oleh Roh Kudus, yaitu hidupnya senantiasa berkemenangan dan apa saja yang diperbuatnya pasti berhasil. Jika saat ini kita berhasil dalam pelayanan jangan pernah berkata bahwa itu semua karena 'aku'.
Tanpa penyertaan Roh Kudus, kita tidak ada artinya apa-apa, karena itu kita harus mau dipimpin oleh Roh Kudus!
Saturday, December 17, 2011
TIDAK LAGI PEKA AKAN SUARA TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Desember 2011 -
Baca: 1 Samuel 3:1-18
"Sebab telah Kuberitahukan kepadanya, bahwa Aku akan menghukum keluarganya untuk selamanya karena dosa yang telah diketahuinya, yakni bahwa anak-anaknya telah menghujat Allah, tetapi ia tidak memarahi mereka!" 1 Samuel 3:13
Imam Eli menjadi bapak rohani bagi Samuel muda di rumah Tuhan. Adapun tugas Eli adalah membimbing Samuel dan mempersiapkan dia menjadi pelayan Tuhan. Tapi situasi yang terjadi pada saat itu "...firman Tuhan jarang; penglihatan-penglihatan pun tidak sering." (ayat 1b).
Mengapa hal itu bisa terjadi? Bukankah Tuhan senantiasa menyatakan Diri dan kehendakNya kepada umat pilihanNya? Keadaan ini dapat saja disebabkan oleh karena perbuatan dosa yang dilakukan oleh anak-anak imam Eli, sementara imam Eli sendiri tidak tegas terhadap dosa anak-anaknya. Alkitab menyatakan bahwa anak-anak Eli, yaitu Hofni dan Pinehas, hidup menyimpang dari firman Tuhan. Mereka sangat memandang rendah korban untuk Tuhan. Keduanya juga sering meminta paksa daging yang hendak dipersembahkan untuk korban bagi Tuhan seperti tertulis: "Sekarang juga harus kauberikan, kalau tidak, aku akan mengambilnya dengan kekerasan." (1 Samuel 2:16b). Tidak hanya itu, mereka juga tidur dengan perempuan-perempuan di pintu kemah pertemuan. Namun imam Eli tidak bertindak tegas terhadap anak-anaknya, ia memilih untuk tidak memarahi mereka. Ini menunjukkan bahwa imam Eli lebih mengasihi anak-anaknya daripada mengasihi Tuhan.
Jadi, yang menjadi pertanyaan mengapa Tuhan tidak menyatakan kehendakNya bukan pada diri Allah, tetapi pada diri manusia itu sendiri. Situasi ketika Tuhan 'berdiam diri' nampaknya membuat imam Eli tidak lagi peka akan suara Tuhan, di mana ia tidak tahu lagi membedakan yang manakah suara Tuhan. Imam Eli tidak lagi menyadari akan kehadiran Tuhan. Ini terlihat jelas ketika Tuhan memanggil-manggil Samuel, imam Eli malah menyuruh Samuel untuk tidur. Dan baru setelah Tuhan memanggil Samuel untuk ketiga kalinya, "...mengertilah Eli, bahwa Tuhanlah yang memanggi anak itu." (1 Samuel 3:8c). Waktu itu Samuel masih belum mengenal suara Tuhan, dalam arti belum memiliki pengalaman mendengar Tuhan berbicara kepadanya secara langsung. Berbeda dengan imam Eli yang seharusnya lebih peka akan suara Tuhan. Sayang, imam Eli telah kehilangan kepekaan akan suara Tuhan.
Akhirnya ketika Tuhan menyatakan bahwa Ia hendak menghukum keluarganya, imam Eli hanya bisa pasrah dan tidak membantah!
Baca: 1 Samuel 3:1-18
"Sebab telah Kuberitahukan kepadanya, bahwa Aku akan menghukum keluarganya untuk selamanya karena dosa yang telah diketahuinya, yakni bahwa anak-anaknya telah menghujat Allah, tetapi ia tidak memarahi mereka!" 1 Samuel 3:13
Imam Eli menjadi bapak rohani bagi Samuel muda di rumah Tuhan. Adapun tugas Eli adalah membimbing Samuel dan mempersiapkan dia menjadi pelayan Tuhan. Tapi situasi yang terjadi pada saat itu "...firman Tuhan jarang; penglihatan-penglihatan pun tidak sering." (ayat 1b).
Mengapa hal itu bisa terjadi? Bukankah Tuhan senantiasa menyatakan Diri dan kehendakNya kepada umat pilihanNya? Keadaan ini dapat saja disebabkan oleh karena perbuatan dosa yang dilakukan oleh anak-anak imam Eli, sementara imam Eli sendiri tidak tegas terhadap dosa anak-anaknya. Alkitab menyatakan bahwa anak-anak Eli, yaitu Hofni dan Pinehas, hidup menyimpang dari firman Tuhan. Mereka sangat memandang rendah korban untuk Tuhan. Keduanya juga sering meminta paksa daging yang hendak dipersembahkan untuk korban bagi Tuhan seperti tertulis: "Sekarang juga harus kauberikan, kalau tidak, aku akan mengambilnya dengan kekerasan." (1 Samuel 2:16b). Tidak hanya itu, mereka juga tidur dengan perempuan-perempuan di pintu kemah pertemuan. Namun imam Eli tidak bertindak tegas terhadap anak-anaknya, ia memilih untuk tidak memarahi mereka. Ini menunjukkan bahwa imam Eli lebih mengasihi anak-anaknya daripada mengasihi Tuhan.
Jadi, yang menjadi pertanyaan mengapa Tuhan tidak menyatakan kehendakNya bukan pada diri Allah, tetapi pada diri manusia itu sendiri. Situasi ketika Tuhan 'berdiam diri' nampaknya membuat imam Eli tidak lagi peka akan suara Tuhan, di mana ia tidak tahu lagi membedakan yang manakah suara Tuhan. Imam Eli tidak lagi menyadari akan kehadiran Tuhan. Ini terlihat jelas ketika Tuhan memanggil-manggil Samuel, imam Eli malah menyuruh Samuel untuk tidur. Dan baru setelah Tuhan memanggil Samuel untuk ketiga kalinya, "...mengertilah Eli, bahwa Tuhanlah yang memanggi anak itu." (1 Samuel 3:8c). Waktu itu Samuel masih belum mengenal suara Tuhan, dalam arti belum memiliki pengalaman mendengar Tuhan berbicara kepadanya secara langsung. Berbeda dengan imam Eli yang seharusnya lebih peka akan suara Tuhan. Sayang, imam Eli telah kehilangan kepekaan akan suara Tuhan.
Akhirnya ketika Tuhan menyatakan bahwa Ia hendak menghukum keluarganya, imam Eli hanya bisa pasrah dan tidak membantah!
Subscribe to:
Posts (Atom)