Saturday, March 26, 2011

PELAJARAN BERHARGA DARI YAKUB

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Maret 2011 -

Baca:  Kejadian 35:1-15  

"Bersiaplah, pergilah ke Betel, tinggallah di situ, buatlah di situ mezbah bagi Allah, yang telah menampakkan diri kepadamu, ketika engkau lari dari Esau, kakakmu."  Kejadian 35:1

Mengapa Tuhan memerintahkan Yakub untuk kembali ke Betel dan tinggal di situ?  Bukankah selama bertahun-tahun Yakub sudah pernah tinggal di Betel dan hidup bersama-sama dengan Laban, pamannya?  Pasti ada gejolak dalam diri Yakub, sebab bila kembali ke Betel berarti ia akan bertemu kembali dengan Esau, kakaknya, yang pernah mengancam hendak membunuhnya.  Namun ketika Yakub merespons panggilan Tuhan dan taat melakukan apa yang diperintahkan Tuhan, maka  "...kedahsyatan yang dari Allah meliputi kota-kota sekeliling mereka, sehingga anak-anak Yakub tidak dikejar."  (Ayat 5b).

     Melalui Betel ini Tuhan hendak memberikan satu pelajaran berharga kepada Yakub bahwa setiap pelanggaran selalu mendatangkan akibat, yaitu penderitaan.  Akibat kecurangannya, Yakub harus lari ke Mesopotamia karena jiwanya terancam, dan ia pun menuai apa yang telah diperbuat, Yakub juga ditipu oleh Laban.  Benar apa yang tertulis di Alkitab:  "...apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.  Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya,..."  (Galatia 6:7b-8).

     Tuhan menghendaki agar kita hidup dalam kejujuran, bukan dalam kecurangan.  Tuhan pasti akan menolong dan membela umatNya yang hidup jujur.  Pemazmur berkata,  "siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya."  (Mazmur 50:23b).  Kalau pun hidup Yakub menjadi berhasil dan diberkati, itu semua karena Tuhan yang mengerjakan perkara-perkara besar dalam hidupnya, bukan karena hebat dan kuat Yakub.  Dalam Kejadian 28:10-22  Yakub bermimpi ada tangga yang ujungnya sampai ke langit dan tampaklah para malaikat naik turun tangga itu.  Naik tangga gambaran bagaimana para malaikat membawa masalah-masalah kita kepada Tuhan;  sedangkan turun tangga artinya para malaikat turun membawa berkat-berkat dari sorga.  Ada pun makna rohaninya adalah:  sesungguhnya jarak antara kita dengan sorga itu sangat dekat.  Tuhan itu hanya sejauh doa!  Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, namun dibutuhkan kejujuran (hidup benar) dan kesetiaan untuk meraih berkat-berkat dari Tuhan.

Tuhan sanggup mengubahkan hal-hal yang buruk menjadi baik, asal kita mau tunduk kepada Tuhan dan hidup dalam pertobatan!

Friday, March 25, 2011

BERKAT MELIMPAH BAGI YANG SUKA MEMBERI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Maret 2011 -

Baca:  2 Korintus 9:6-15

"Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan."  2 Korintus 9:8

Jika Alkitab menyatakan prinsip tentang memberi dan menerima, menabur dan juga menuai, hal ini menunjukkan bahwa berkat yang disediakan Tuhan bagi orang yang suka memberi adalah sesuatu yang pasti dan pasti digenapiNya.  Bahkan dalam hal persepuluhan saja Tuhan menantang kita untuk mengujiNya.  Tuhan berkata,  "Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman Tuhan semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan."  (Maleakhi 3:10).  Artinya apabila kita mempersembahkan persepuluhan kepada Tuhan dengan motif yang benar, kita pasti diberi kelimpahan.  Banyak orang ingin menikmati hidup berkelimpahan dan diberkati, tapi dia tidak mau menerapkan pola hidup suka memberi seperti yang Tuhan kehendaki.  Banyak juga orang Kristen yang mencoba untuk memberi, namun mengapa belum juga menampakkan hasil seperti yang diharapkan?  Mengapa mereka seolah-olah tidak menuai sesudah menabur?

     Berkat Tuhan mengalir sesuai dengan kemampuan kita untuk menerimanya.  Satu-satunya yang menghambat berkat adalah ketidaksiapan kita sendiri untuk menerima berkat-berkat itu.  Ketika bejana-bejana milik janda yang kita baca di 2 Raja-Raja 4:1-7 sudah penuh dan tidak ada lagi yang kosong, berhentilah minyak itu mengalir.  Minyak milik janda itu berhenti mengalir ketika tidak ada lagi bejana untuk menampungnya.  Sesungguhnya Tuhan selalu menyediakan segala yang kita perlukan, dan ketika kita sudah siap untuk menerima berkat yang lebih, berkat-berkat itu akan datang.  Oleh karena itu mari belajar menjadi orang yang suka memberi, bukan orang yang hanya mengharapkan untuk diberi.  "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima."  (Kisah 20:35b).

     Inilah rahasia hidup diberkati!  Saat kita memenuhi kebutuhan-kebutuhan orang-orang lain, Tuhan pasti akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita juga.  Ingin menikmati berkat Tuhan secara menyeluruh?  Berilah juga secara menyeluruh.

Tuhan memberkati kita supaya kita menjadi berkat bagi orang lain bukan untuk diri sendiri!

Thursday, March 24, 2011

SUKA MEMBERI ATAU SUKA MENERIMA?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Maret 2011 -

Baca:  2 Korintus 9:6-15

"Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga."  2 Korintus 9:6

Memiliki kasih dan suka memberi adalah karakter yang harus dimiliki oleh setiap orang percaya.  Jika ada orang Kristen yang tidak punya kasih, pelit dan tidak suka memberi berarti belum melakukan kehendak Tuhan, padahal firmanNya jelas menyatakan,  "Berilah dan kamu akan diberi:  suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."  (Lukas 6:38)

     Orang Kristen yang tidak punya kasih dan tidak pernah memberi kepada orang lain tak ada bedanya dengan keberadaan Laut Mati.  Laut Mati adalah danau atau laut yang airnya tidak dapat diminum karena telah terkontaminasi dan berbau busuk. Kandungan garam di Laut Mati sangat tinggi dan bisa dikatakan bahwa Laut Mati adalah salah satu lingkungan yang paling tidak ramah di dunia.  Ikan-ikan tidak dapat bertahan hidup di sana.  Secara geografis Laut Mati dialiri oleh sungai Yordan yang bermuara ke laut ini, namun tidak seperti danau lain, Laut Mati tidak memiliki saluran ke luar;  laut ini hanya terus menampung air sungai sehingga semua air segar yang mengalir ke dalamnhya lambat laun menjadi busuk.

     Itulah gambaran yang tepat mengenai orang yang hidup mementingkan diri sendiri;  orang yang selalu mengharapkan untuk diberi tetapi tidak suka memberi.  Bila kita hanya suka menerima, selalu mengambil tetapi tidak pernah memberi, lama-kelamaan kehidupan kita akan berbau busuk:  masam, egois, tidak menyenangkan dan selalu berpikiran negatif terhadap orang lain.  Itu adalah dampak dari tidak adanya hal yang mengalir keluar dari dirinya.  Dunia berprinsip bahwa untuk menjadi kaya atau cara memperoleh harta adalah dengan menghemat sedemikian rupa dan menerima.  Sedangkan prinsip firman Tuhan adalah kebalikannya.  Di dalam Kerajaan Allah justru orang yang diberkati adalah orang yang menyebar dan menabur hartanya.  Tertulis:  "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan."  (Amsal 11:24) dan  "Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga."  (2 Korintus 9:6).  Tuhan menciptakan kita untuk menjadi seperti sungai yang terus-menerus mengalir.

Janji Tuhan itu unik, ia hanya dapat dipahami apabila dipraktekkan.

Wednesday, March 23, 2011

BERKAT SEBAGAI ANAK-ANAK ALLAH

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Maret 2011 -

Baca:  Galatia 4:1-11

"Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak;  jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah."  Galatia 4:7

Kita sering membaca berita di koran dan melihat tayangan di televisi kasus ibu yang tega membuang bayinya sendiri di tong sampah atau kardus.  Kok bisa ya?  Beruntung jika bayi yang dibuang itu ditemukan orang dalam keadaan hidup;  jika tidak?  Dan biasanya bayi-bayi tersebut akan diserahkan ke panti-panti asuhan anak untuk diasuh.  Adalah berbahagia jika ada orangtua asuh yang mengadopsi atau mengangkatnya sebagai anak.

     Musa adalah anak yang dilahirkan oleh orangtua Israel pada masa pemerintahan Firaun.  Suatu masa yang sangat sulit di mana bangsa Israel sedang berada dalam penindasan bangsa lain yaitu Mesir.  Pada waktu itu Firaun juga membuat perintah yang benar-benar di luar batas kemanusiaan yaitu agar semua bayi laki-laki Israel dibunuh.  Itulah sebabnya Yokhebed, ibu Musa, memikirkan rencana bagaimana menyelamatkan bayinya.  Bayi Musa itu pun dihanyutkan ke sungai dalam sebuah keranjang, dan akhirnya puteri Firaun mengambil Musa kecil itu dan mengangkatnya sebagai anak.  Lalu, puteri Firaun memberikan bayi alaki-laki itu kepada Yokhebed untuk disusui.  Dua wanita (puteri Firaun dan Yokhebed) dipakai Tuhan untuk menyelamatkan hidup Musa.

     Sebagai orang percaya, Alkitab berkali-kali menegaskan bahwa kita telah diangkat sebagai anak-anak Allah sehingga kita dapat berseru kepada Allah dan memanggil Dia,  "Abba, Bapa!".  (Baca Roma 8:15).  Kita yang dahulu hidup dalam perbudakan dosa kini telah dibebaskan melalui pembenaran dalam karya kudus Kristus di kayu salib.  Kita dinyatakan benar oleh pengorbanan Kristus sehingga Allah mengangkat kita menjadi anak-anakNya.  Secara Alkitabiah, pengangkatan anak adalah tindakan Allah di mana seseorang yang telah diperbaharui Roh Kudus diubah dan dibenarkan, kemudian dipindahkan ke dalam persekutuan orang yang ditebus dalam keluarga Allah.  Sebagai anak Allah banyak sekali berkat tak terbatas yang menjadi bagian kita tidak hanya di waktu sekarang, tetapi juga untuk waktu yang akan datang ketika Kristus kembali, di mana kita akan memerintah bersamaNya sebagai ahli waris Kerajaan Allah.

Karena status sebagai anak, kita pun beroleh kasih karunia Tuhan dan berhak mendapatkan pertolongan ketika kita membutuhkan;  Bapa juga bernjanji tidak akan meninggalkan atau mengabaikan kita (baca Ratapan 3:31-32).

Tuesday, March 22, 2011

LAKUKAN SEGALA SESUATU DENGAN SEPENUH HATI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Maret 2011 -

Baca:  Kolose 3:23-25 

"Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia."  Kolose 3:23

Ayat nas di atas menasihatkan agar kita melakukan segala sesuatu dengan sepenuh hati, baik itu pekerjaan, pelayanan, studi, hidup berkeluarga, ibadah dan sebagainya, bukan dengan keluh kesah, gerutu atau persungutan.  Di tempat kerja ada saja hal yang kita keluhkan, mulai gaji, job description yang tidak jelas, si bos yang bertindak semena-mena dan sebagainya.  Akibatnya kita pun mengerjakan setiap tugas atau pekerjaan kita tidak dengan sepenuh hati alias nggrundel (bahasa Jawa) dalam hati, artinya bersungut-sungut.  Begitu juga dalam hal pelayanan, kita pun melakukannya sebagai hal yang rutin, biasa-biasa saja tanpa semangat. Sesungguhnya Tuhan Yesus telah memberikan teladan bagi umatNya bagaimana Ia melakukan segala sesuatu dengan sepenuh hati.  Apa pun yang menjadi kehendak Bapa dikerjakanNya dengan sepenuh hati meski harus melewati segala penderitaan yang hebat, bahkan sampai harus mati di kayu salib.

     Kalau hari ini kita diingatkan oleh firman untuk melakukan seperti yang telah Yesus lakukan dan ajarkan itu berarti kita juga harus melakukannya dengan sepenuh hati, sebab  "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."  (1 Yohanes 2:6).  Renungkanlah:  kalau dalam kehidupan ini kita tidak menghasilkan buah dari apa yang kita lakukan, bisa jadi karena kita melakukannya tidak dengan sepenuh hati.  Bila kita melakukan banyak hal tidak dengan sepenuh hati, maka hasil yang kita dapatkan pun tidak akan bisa maksimal.

    Mari kita koreksi diri kita masing-masing:  sudahkah kita melayani Tuhan dengan sepenuh hati?  Ketika memuji dan menyembah Tuhan apakah kita melakukannya dengan sepenuh hati?  Jangan pernah merasa bahwa pelayanan dan ibadah yang kita lakukan selama ini sudah lebih dari cukup, atau kita merasa sudah cukup rajin dan setia mengiring Tuhan.  Yang dinilai Tuhan bukanlah aktivitas yang terlihat dengan kasat mata tetapi Ia melihat hati kita;  kesepenuhhatian kita ketika melayani Dia, itulah yang dikenan Tuhan.  Ada upah yang disediakan Tuhan bagi orang-orang yang melayani Tuhan dengan sepenuh hati.  Contoh:  Kaleb, mengalami penggenapan janji Tuhan dalam hidupnya meski perlu waktu selama 45 tahun.

Kita pun harus percaya bahwa janji firman Tuhan pasti digenapi, dan saat menantikan Tuhan itulah kita harus mengerjakan bagian kita dengan sepenuh hati.

Monday, March 21, 2011

MENGALAHKAN KEKUATIRAN: Doa dan Ucapan Syukur

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Maret 2011 -

Baca:  Mazmur 55

"Serahkanlah kuatirmu kepada Tuhan, maka Ia akan memelihara engkau!  Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah."  Mazmur 55:23

Adalah non sense jika ada orang yang berkata bahwa dirinya tidak pernah merasa kuatir terhadap apa pun juga.  Pastilah tak seorang pun manusia di dunia ini yang tidak pernah merasa kuatir!  Setiap kita pasti pernah mengalami apa itu kuatir.  Daud pun pernah mengalaminya, apalagi jika kita simak perjalanan hidup Daud penuh dengan pergumulan yang berat, kekuatiran pasti bergejolak di dalam hatinya karena hidupnya di bawah ancaman Saul yang hendak membunuhnya.  Kondisi yang lebih berat juga harus dialami Ayub, segala harta bendanya lenyap dan anak-anaknya juga mati.  Tidak hanya itu, Ayub pun harus menderit sakit borok di sekujur tubuhnya.  Dalam kondisi yang demikian, isteri dan sahabat-sahabatnya justru meninggalkan dia.  Namun Ayub mengaku bahwa  "...yang kutakutkan itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku."  (Ayub 3:25).

     Rasa kuatir timbul saat seseorang melihat keadaan di sekitarnya tidak lagi dapat memberikan harapan untuk hidup lebih baik.  Bukankah di hari-hari ini banyak orang yang kuatir akan masa depannya?  Bencana terjadi di mana-mana dan tanpa diduga;  harga kebutuhan dapur ibu-ibu terus naik;  BBM di beberapa daerah langka;  orangtua kuatir tidak mampu membiayai sekolah anaknya dan sebagainya.  Rasa kuatir tidak dapat mengurangi beban yang kita alami, sebaliknya akan mengotori pikiran kita dengan berbagai niat yang tidak baik.  Contoh:  orang akan mengambil jalan pintas untuk bunuh diri, mencuri, menipu, dan banyak hal yang memungkinkan seseorang terjebak dalam dosa.  Paulus berpesan,  "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur."  (Filipi 4:6).

     Jelas bahwa untuk dapat keluar dari rasa kuatir kita harus berdoa dan mengucap syukur.  Mengucap syukur adalah bagian yang sangat penting untuk mendatangkan ketenteraman hati, dan saat hati kita tenang kita bisa berdoa kepada Tuhan dengan penuh iman, dan dengan iman itu pula kita mampu mengusir rasa kuatir yang melanda hati dan pikiran kita, serta mempercayakan semua masalah kita kepada Tuhan, sebab Dia yang menjadi jaminan hidup kita.

Jangan kuatir, Tuhan pasti sanggup menolong kita!

Sunday, March 20, 2011

MENGALAHKAN PENCOBAAN: Perkatakan Firman (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Maret 2011 -

Baca:  Matius 4:1-11

"Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus."  Matius 4:11 

Strategi yang dilakukan Iblis berikutnya untuk mencobai Yesus ialah membawaNya ke kota Suci dan menempatkanNya di bubungan Bait Tuhan serta menyuruhNya menjatuhkan diri ke bawah (ayat 5-6);  akan tetapi usaha Iblis itu tidak berhasil.  Jelas dikatakan bahwa  "...Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun."  (Yokobus 1:13b).  Tantangan yang diberikan Iblis pada Yesus tidak membuat Yesus terpengaruh meskipun amatlah mudah bagi Yesus melakukan perbuatan yang ajaib tersebut, karena dalam diri Yesus ada otoritas Ilahi dan Dia tahu apa yang harus Dia lakukan.  Lain halnya dengan kita yang seringkali tidak kuasa untuk menahan diri dari keangkuhan.  Ini berbeda dengan manusia pada umumnya, yang karena merasa diri mampu, pintar dan hebat, maka ketika ada tantangan datang mulai memakai kekuatan sendiri untuk menunjukkan kepada semua orang bahwa kita mampu.

     Strategi yang ketiga untuk mencobai Yeus adalah Iblis memperlihatkan semua kekayaan dunia dan segala kemegahannya, lalu berkata pada Yesus,  "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku."  (Matius 4:9).  Adalah sangat ironis bila Yesus menuruti perintah Iblis ini karena segala isi dunia ini adalah ciptaanNya dan Iblis tidak punya kuasa apa pun atas segala milikNya.  Maka lagi-lagi Yesus memperkatakan firman,  "Enyahlah, Iblis!  Sebab ada tertulis:  'Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!' "  (Matius 4:10).

     Mengapa Yesus selalu memperkatakan firman saat menghadapi pencobaan?  Karena firman Tuhan itu berkuasa dan adalah kekuatan Allah sendiri.  Bila kita memperkatan firman itu dengan iman,  "...ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan kepadanya."  (Yesaya 55:11).  Untuk menang melawan segala tipu muslihat Iblis kita harus menggunakan pedang Roh ini (firman Tuhan).  Seringkali banyak orang tidak tahan nafsu dengan tawaran-tawaran dari Iblis yang memberinya harta, jabatan, popularitas, jodoh dan sebagainya meski harus menjual iman, padahal itu berujung pada kebinasaan.

Karena itu sediakan waktu untuk belajar dan merenungkan firman siang dan malam sebagaimana diperintahkan Tuhan kepada Yosua (baca Yosua 1:8), supaya kita menang!

Saturday, March 19, 2011

MENGALAHKAN PENCOBAAN: Perkatakan Firman (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Maret 2011 -

Baca:  Matius 4:1-11  

"Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari firman yang keluar dari mulut Allah."  Matius 4:4

Selagi kita masih hidup di bumi ini kita harus siap menghadapi masalah demi masalah.  Daud berkata,  "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan;  sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap."  (Mazmur 90:10).  Jadi kesukaran dan penderitaan adalah bagian dari kehidupan manusia di dunia.  Bukan hanya kita manusia yang lemah saja yang harus melewati ujian dan pencobaan hidup, Yesus pun harus mengalami pencobaan.  Namun Alkitab dengan jelas menyatakan,  "...Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa."  (Ibrani 4:15).  Melihat kondisi Yesus yang sedang lapar setelah berpuasa selama empat puluh hari empat puluh malam Iblis pun mengambil kesempatan untuk mencobai Yesus dengan tiga strategi yang telah dirancangnya.

     Strategi pertama.  Iblis tahu bahwa Yesus sedang lapar, karena itu Iblis menyuruh Yesus untuk melakukan mujizat itu, tapi Dia tidak mudah terkecoh dengan tipu daya Iblis sehingga Ia berkata dengan tegas,  "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.", walaupun pada saat itu secara jasmani Yesus sedang merasa lapar dan sangat membutuhkan makanan.  Mengapa Yesus berkata demikian?  Karena firman adalah dasar untuk kita percaya akan adanya mujizat, sebab  "Pada mulanya adalah Firman;  Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah."  (Yohanes 1:1), dan karena firman Tuhan adalah makanan rohani yang memberikan kekuatan iman dalam hidup kita.  Bila menyadari akan hal ini kita tidak akan pernah meremehkan firman Tuhan yang kita baca atau pun dengar.

     Masih banyak orang Kristen yang datang beribadah dengan motivasi yang tidak benar, yang dikejar hanyalah berkat semata dengan berkata,  "Aku mau ibadah ke gereja, siapa tahu aku diberkati.  Aku mau jadi anggota jemaat di gereja yang besar itu supaya bisa cepat kaya seperti mereka."  Inilah bujuk rayu Iblis, membelokkan motivasi banyak orang.

FirmanNya jelas mengatakan,  "Tetapi carilah dahulu KerajaanAllah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."  (Matius 6:33).

Friday, March 18, 2011

MENJADI MURID YESUS YANG KUAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Maret 2011 -

Baca:  Lukas 9:22-27

"Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya."  Lukas 9:24

Menjadi orang Kristen tidaklah mudah karena kita mengemban tugas yang tidak sembarangan.  Ketika kita memutuskan untuk percaya kepada Yesus Kristus dan menjadikan Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat, status kita adalah murid Yesus.  Sebagai murid Yesus kita wajib melakukan semua perintah-perintah Yesus serta meneladani hidupNya sebagaimana tertulis:  "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."  (1 Yohanes 2:6), sebab untuk itulah  "...kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya"  (1 Petrus 2:21).

     Sungguh, untuk mengikut Yesus dibutuhkan komitmen yang tidak boleh dibuat main-main karena banyak tantangan yang akan kita hadapi dan kita pun harus melakukan kehendakNya dengan taat.  Ketaatan adalah suatu proses di mana kita bisa dikatakan layak untuk menjadi murid Yesus atau tidak, sebab firman-Nya berkata,  "...Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku."  (Lukas 9:23).  Menyangkal diri dan memikul salib adalah syarat mutlak yang harus dijalankan oleh setiap murid Yesus.  Melalui penyangkalan diri dan pikul salib kita belajar untuk memiliki kerendahan hati dan punya hati yang teachable (bersedia diajar), supaya kita menjadi murid Yesus yang militan: tidak mudah lemah dan pantang menyerah.

     Mengapa kita diijinkan melewati ujian atau tantangan?  Ini adalah untuk membuktikan kemurnian iman kita yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api, sehingga kita beroleh pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diriNya (baca 1 Petrus 1:7).  Dalam mengikut Tuhan Yesus kita pun harus memiliki integritas dan jangan sampai ada kepura-puraan.  Tidak ada kata setengah-setengah atau suam-suam kuku, sebab jika demikian Tuhan akan berkata,  "...Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku."  (Wahyu 3:16).  Ada harga yang harus kita bayar!  Banyak orang Kristen yang masih berkompromi dengan hal-hal duniawi.

Tuhan Yesus berkata, "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah."  Lukas 9:62

Thursday, March 17, 2011

PENGHARAPAN DI DALAM TUHAN: Pasti dan Tidak Mengecewakan!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Maret 2011 -

Baca:  Roma 8:18-25

"Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun."  Roma 8:25

Banyak orang tidak dapat menerima keadaan yang tidak menyenangkan dalam hidupnya.  Mereka mulai mengomel, memberontak dan menyalahkan Tuhan atas apa yang dialami.  Hal ini berlanjut pada tindakan dan tekad keluar dari permasalahan yang ada, apa pun caranya, tidak peduli apakah jalan yang ditempuhnya nanti berujung pada kesia-siaan, seperti tertulis:  "Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut."  (Amsal 14:12).  Mereka mengira bahwa jalan yang ditempuhnya itu sudah benar dan pasti akan memberikan jalan keluar.  Alkitab menegaskan,  "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan!"  (Yeremia 17:5).  Sekuat dan sehebat apa pun manusia, kemampuan dan kekuatannya ada batasnya.  Tapi jika kita mau menyikapi setiap permasalahan yang ada dengan tetap berharap pada kuasa Tuhan, tidak ada yang perlu diragukan lagi seperti pengakuan Daud,  "Pertolonganku ialah dari Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi."  (Mazmur 121:2).

     Penderitaan dan hal-hal yang tidak mengenakkan diibaratkan orang yang sedang sakit bersalin dan menantikan bayinya segera lahir;  harus ada perjuangan dan ketekunan dalam menanti sesuatu yang kita harapkan itu, sebab jika kita tekun iman kita akan kuat dan tidak mudah diombang-ambingkan oleh keadaan apa pun, sehingga pengharapan kita di dalam Tuhan tidak mengecewakan.  Seringkali ketika pergumulan terasa berat dan sepertinya tidak ada jalan keluar kita mulai membuat perhitungan dengan Tuhan.  Kita berkata,  "Aku sudah mengikut Tuhan selama bertahun-tahun;  aku sudah terlibat dalam pelayanan dan banyak berkorban harta untuk membantu pekerjaan Tuhan, tapi mengapa Tuhan seakan tidak adil padaku?"

     Setiap kita pasti selalu berharap bahwa perjalanan hidup kita baik-baik saja tanpa hambatan yang merintangi.  Demikian pun Tuhan selalu ingin kita menjadi kuat seperti rajawali, yang meskipun harus melewati badai tetap mampu terbang tinggi.

Tuhan tidak pernah membiarkan kita bergumul seorang diri, Dia sangat peduli dan sanggup memberikan pengharapan yang pasti dan tidak pernah mengecewakan!

Wednesday, March 16, 2011

KETAKUTAN YANG TIDAK PERLU

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Maret 2011 -

Baca:  Mazmur 112

"Ia  (orang yang takut akan Tuhan - Red.)  tidak takut kepada kabar celaka, hatinya tetap, penuh kepercayaan kepada Tuhan."  Mazmur 112:7

Sampai dengan hari-hari awal menapaki tahun 2011 banyak orang masih mengalami ketakutan dalam hidupnya.  Memang, jika kita perhatikan keadaan, bencana demi bencana waktu itu datang silih berganti tanpa dapat diduga: mulai dari Mentawai, banjir di Wasior, meletusnya gunung Merapi lalu disusul gunung Bromo dan sebagainya.  Secara tidak sadar hal ini telah mempengaruhi dan menguasai hati orang-orang percaya.  Di satu sisi mereka percaya bahwa Tuhan itu Mahasanggup dan tidak ada perkara yang mustahil bagiNya; namun di sisi lain mereka diliputi rasa takut akan terjadinya bencana-bencana lain yang mungkin datang yang membuat banyak orang hidup dalam kesesakan dan penderitaan.  Tetapi sebagai anak-anak Tuhan kita kembali diingatkan agar tidak takut terhadap keadaan apa pun, karena di dalam hidup orang percaya tidak diberikan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban  (baca Timotius 1:7).

     Roma 8:15a mengatakan:  "...kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah."  Jadi, sesungguhnya ketakutan itu bukan sekedar kelemahan manusia tapi adalah roh yang bekerja dalam seseorang.  Ketakutan mulai menjadi bagian dalam diri manusia setelah manusia jatuh ke dalam dosa.  Karena dosa, Iblis memperbudak manusia dengan menanamkan roh takut itu.  Tapi melalui pengorbanan Kristus di atas Kalvari kita telah dimerdekakan dari roh takut, sebab  "Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut."  (Roma 8:2).

     Jadi, meski dunia bergoncang sekali pun tidak ada alasan bagi orang percaya untuk menjadi takut, sebab Tuhan telah memanggil kita sebagai anak-anaknya, artinya kita beroleh jaminan pemeliharaan dan perlindungan yang sempurna dari Tuhan sebagai Bapa kita.  Kuatkan hati dan percayalah akan kuasa Tuhan karena Dia berjanji akan  "...menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."  (Matius 28:20b).  Jangan takut!  Tidak sedikit orang menderita bukan karena mengalami masalah yang berat tetapi karena mereka hidup dalam ketakutan yang berlebihan setiap hari, sehingga mereka pun semakin jauh dari persekutuan dengan Tuhan.

Kunci menang dari rasa takut adalah melekat kepada Tuhan setiap hari!

Tuesday, March 15, 2011

JADILAH ORANG KRISTEN YANG SABAR!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Maret 2011 -

Baca:  Roma 12:9-21

"Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!"  Roma 12:12

Beberapa hari kemarin kita telah membahas tentang kesabaran Tuhan terhadap umatNya.  Sebagai manusia, kita sulit sekali menjadi orang yang sabar.  Bisa dikatakan di zaman serba canggih seperti sekarang ini kesabaran adalah suatu sifat yang paling sulit ditemukan dan menjadi sesuatu hal yang sangat langka, apalagi jika seseorang sedang mengalami penderitaan atau kesesakan.  Tidak sedikit dari kita yang berkata,  "Apakah saya disuruh sabar terus?  Sabar kan ada batasnya."

     Banyak orang maunya melakukan segala sesuatu serba cepat, tanpa pikir pajang dan terburu-buru.  Karena itu kepada jemaat di Roma Paulus menasihati,  "...sabarlah dalam kesesakan,..."  Apa yang dimaksud dengan sabar dalam kesesakan?  Sabar dalam kesesakan artinya ketika sedang dalam masalah, kesulitan, tantangan atau beban hidup, kita tidak lagi bersungut-sungut atau mengeluh.  Namun kita selalu memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan.  Semua persoalan yang terjadi kita pasrahkan kepada Tuhan di dalam doa.

     Sabar dalam kesesakan juga berarti kita mau menunggu waktu Tuhan untuk dinyatakan bagi kita.  Jadi kita tidak akan pernah mengambil jalan pintas dan menuruti kemauan kita sendiri.  Sebaliknya kita akan rela dan tekun menantikan waktu Tuhan tanpa harus mempersoalkan apakah masa penantian itu cepat atau lambat.  Daud berkata,  "...semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu;"  (Mazmur 25:3a).  Orang yang sabar menantikan waktu Tuhan dalam hatinya selalu ada ucapan syukur;  ia mengucap syukur bukan untuk penderitaan atau kesesakan yang menimpanya, tetapi untuk penyertaan dan kasih setia Tuhan yang senantiasa dinyatakan dalam hidupnya.  Ketika Tuhan menyertai hidup kita di sepanjang hari, segala perkara dapat kita atasi dan lalui, karena  "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan..."  (Roma 8:28).  Itulah sebabnya firmanNya mengajar kita untuk tetap bersukacita karena ada pengharapan di dalam Tuhan.  Segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita ini ada dalam pengawasan dan pemeliharaan Tuhan.

Belajarlah selalu mencukupkan diri dengan berkat-berkat yang ada dan tetap bersabar menantikan kuasa Tuhan dinyatakan, karena segala sesuatu indah pada waktuNya!

Monday, March 14, 2011

LAWAN SEMUA TIPU MUSLIHAT IBLIS!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Maret 2011 -

Baca:  2 Tesalonika 2:1-12

"Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu,"  2 Tesalonika 2:9

Sudah sangat jelas bahwa pekerjaan Iblis adalah menghancurkan manusia, sebagaimana tertulis:  "Pencuri  (Iblis - Red.)  datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;"  (Yohanes 10:10a).  Kita dapat mengetahuinya dengan jelas melalui peristiwa pencobaan yang dialami Ayub.  Sepintas pencobaan yag dialami oleh Ayub ini adalah kesepakatan antara Tuhan dan Iblis, sebab sebelum mencobai Ayub, Iblis terlebih dahulu meminta ijin kepada Tuhan.  Bila Tuhan tidak mengijinkan, Iblis pasti tidak mungkin dapat mencobai Ayub.

     Satu hal yang pasti, Tuhan tidak pernah berkompromi dengan Iblis.  Jika pencobaan itu harus terjadi dalam hidup Ayub, pastilah Tuhan punya rencana yang indah di balik itu semua.  Yang harus kita mengerti adalah bahwa Iblis selalu berusaha untuk menyerang dan menghancurkan kehidupan orang percaya.  Oleh karena itu  "...tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!"  (Yakobus 4:7).  Ketahuilah,  "...si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya."  (1 Petrus 5:8).  Pengalaman Ayub ini membuktikan bahwa Iblis tidak dapat 'menyentuh' kehidupan orang-orang benar karena ada perlindungan Tuhan secara sempurna bagi mereka.  Namun bila kita masih bermain-main dengan dosa dan tidak hidup dalam kekudusan kita akan gampang diserang oleh Iblis.  Iblis hanya dapat mengganggu kehidupan orang percaya sejauh itu diijinkan oleh Tuhan, dengan tujuan untuk menguji dan melatih iman kita agar semakin kuat di dalam Dia.  Terlebih di hari-hari menjelang kedatangan Tuhan Yesus yang semakin dekat ini, bala tentara Iblis semakin bekerja ekstra menyesatkan orang percaya dengan segala bentuk tipu dayanya, oleh sebab itu  "Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun jua!"  (Tesalonika 2:3a).

     Ada pun yang menjadi benteng bagi kita untuk melawan si penyesat ini adalah iman kita, Iblis bisa menembus hal-hal lain, tapi ia tidak dapat menembus iman.  Selama kita memiliki iman yang kuat di dalam Tuhan, semua yang kita miliki ada dalam pagar penjagaan Tuhan.

Oleh iman pula kita menyadari selalu ada kehadiran Tuhan di tengah-tengah kita untuk menopang dan menjaga kita!

Sunday, March 13, 2011

PUJI-PUJIAN MENDATANGKAN MUJIZAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Maret 2011 -

Baca:  Mazmur 47

"Bermazmurlah bagi Allah, bermazmurlah, bermazmurlah bagi Raja kita, bermazmurlah!"  Mazmur 47:7

Seringkali orang-orang di luar Tuhan mengatakan,  "Orang Kristen itu aneh, kalau sedang beribadah pasti mereka menaikkan puji-pujian dengan keras dan bertepuk tangan.  Susah atau senang, punya uang atau tidak, sepertinya mereka selalu memuji-muji Tuhan."  Ketahuilah bahwa memuji-muji Tuhan bagi orang percaya adalah suatu perintah dari Tuhan dan keharusan.  Pemazmur menegaskan,  "Pujilah Allah dalam tempat kudus-Nya!  Pujilah Dia dalam cakrawala-Nya yang kuat!  Biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan!"  (Mazmur 150:1, 6).  Justru orang Kristen yang tidak suka memuji Tuhan adalah orang Kristen yang aneh dan harus segera bertobat! Ingat! Memuji Tuhan adalah suatu perintah dari Tuhan! Apabila kita taat melakukan apa yang diperintahkan Tuhan ini kita akan merasakan berkat dan mujizat dari Tuhan, karena hati Tuhan sangat disenangkan ketika kita mempersembahkan puji-pujia bagi Dia.

     Mengapa kita harus memuji Tuhan?  "Sebab Tuhan, Yang Mahatinggi, adalah dahsyat, Raja yang besar atau seluruh bumi."  (Mazmur 47:3).  Siapa yang dapat menandingi kedahsyatan Tuhan?  Sebagai ciptaanNya sudah seharusnya kita memberikan pujian bagi Dia, karena kita diciptakan untuk memuliakan namaNya yang dahsyat itu.  Siapakah di antara kita yang tidak pernah mengalami kebaikan Tuhan dalam hidup kita?  Dalam hal ini Nahum mengakui bahwa  "Tuhan itu baik;  Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan;  Ia mengenal orang-orang yang berlindung kepada-Nya."  (Nuhum 1:7).  Bila kita sudah mengecap segala kebaikan Tuhan, masakan bibir dan lidah kita tetap terkatup dan tidak ada ucapan syukur?  Terhadap sesama kita saja kita tahu berterima kasih, terlebih lagi seharusnya kepada Tuhan.

     Memuji Tuhan itu juga baik bagi kita sendiri (baca Mazmur 147:1-6) dan mendatangkan kuasa yang luar biasa bagi kita.  Dikatakan,  "Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau.  Apabila melintasi lembah Baka, mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air;  bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat."  (Mazmur 84:5, 7).

Hidup yang penuh puji-pujian adalah hidup yag dibentengi oleh kuasa Tuhan, yang di dalamnya terkandung kuasa dan berkat yang melimpah.

Saturday, March 12, 2011

TUHAN YANG MEMBUAT SEGALANYA BERHASIL

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Maret 2011 -

Baca:  2 Tawarikh 26:1-5

"Dan selama ia (Uzia - Red.) mencari Tuhan, Allah membuat segala usahanya berhasil."   2 Tawarikh 26:5b

Uzia bisa dikatakan sebagai seorang remaja yang luar biasa, memiliki nilai plus dibanding dengan rekan-rekan sebanya di mana dia dinobatkan menjadi raja atas Yehuda pada usianya yang masih sangat belia, yaitu enam belas tahun, untuk menggantikan ayahnya, Amazia.  Bila mengandalkan kekuatan sendiri dipastikan Uzia tidak akan mampu menjalankan tugasnya sebagai raja.  Tetapi oleh karena Uzia mengandalkan Tuhan dan melakukan apa yang benar di mata Tuhan, maka segala sesuatu yang dikerjakannya dibuat Tuhan berhasil.

     Usia muda tidaklah menjadi soal;  asal ia hidup dalam kebenaran, kehidupannya pasti membawa dampak.  Paulus pun menasihatkan hal itu kepada Timotius,  "Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda.  Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu."  (1 Timotius 4:12).  Menjadi teladan bagi orang lain tidak harus menunggu seseorang menjadi dewasa terlebih dahulu.  Banyak orang yang sudah dewasa secara usia atau menjadi Kristen berpuluh-puluh tahun tapi kehidupannya tidak menjadi teladan bagi orang lain.  Sebaliknya, tidak sedikit anak muda yang dipakai Tuhan secara luar biasa dan hidupnya menjadi kesaksian banyak orang.

     Tuhan merancang hal-hal yang baik (keberhasilan dan masa depan yang gilang-gemilang) bagi orang percaya.  Karena itu jangan pernah menjauhkan diri dari Tuhan;  sebaliknya kita harus makin melekat kepada Tuhan dan mengarahkan pandangan kita kepada Dia,  "...yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan,"  (Ibrani 12:2).  Apa pun yang kita alami saat ini, kesesakan atau kesukaran, jangan pernah putus asa.  Tetaplah bertekun dan sabar menanti-nantikan Tuhan.  Orang boleh mengatakan apa saja untuk melemahkan iman kita, tetapi kita harus punya iman yang teguh.  Percayalah!  Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil.  Dunia mengukur keberhasilan seseorang dengan uang, kekayaan atau jabatan.  Tapi, sesungguhnya seorang yang berhasil adalah orang yang hidup sesuai dengan kehendak Tuhan.

Ketika kita tetap setia mencari kehendak Tuhan dan hidup seturut kehendakNya, keberhasilan pasti akan mengikuti hidup kita.

 Catatan:
"'Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.' Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah."  (Roma 9:15-16)

Friday, March 11, 2011

MAU DIAJAR OLEH ROH KUDUS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Maret 2011 -

Baca:  Yohanes 14:25-31

"tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu."  Yohanes 14:26

Kehidupan orang percaya adalah kehidupan yang berbahagia karena senantiasa berada dalam pemeliharaan Tuhan.  Tidak ada yang perlu kita takutkan karena ada satu Pribadi yang diutus Tuhan untuk menyertai hidup kita.  Pribadi itu adalah Roh Kudus.

     Roh Kudus memiliki peranan yang sangat penting bagi setiap orang percaya.  Dikatakan bahwa Roh Kudus  "...yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu."  Jadi Roh Kudus yang menuntun, mengajar dan mengingatkan kita untuk selalu melakukan segala sesuatu seturut dengan kehendak Tuhan, karena Dia juga adalah Roh Kebenaran.  Roh Kuduslah yang memberi kita kekuatan dan kemenangan untuk menghadapi tantangan dan pergumulan yang kita alami, karena  "...Roh membantu kita dalam kelemahan kita;  sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa;  tetapi Roh sendiri berdoa untuk kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan."  (Roma 8:26).

     Bagi setiap orang percaya yang menerima Roh Kudus, karunia dan buah-buah Roh akan menjadi bagian dalam kehidupannya seperti tertulis:  "...semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya."  (1 Korintus 12:11).  Ada pun tujuan diberkatinya karunia Roh Kudus adalah untuk memperlengkapi orang percaya dengan kuasa Tuhan sehingga pelayanannya berdampak.  Tanda dari orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus adalah dihasilkannya buah-buah Roh dalam hidupnya, di mana buah-buah Roh itu ada sebagai hasil dari ketaatannya untuk dipimpin oleh Roh Kudus dalam hidup kita, kita mengalami proses pembentukan yaitu harus mau diajar dan dibentuk oleh Roh Kudus terlebih dahulu.

     Kita semua bukanlah apa-apa tanpa penyertaan dari kuasa Roh Kudus, terlebih lagi dalam hal pelayanan.  Petrus, seorang nelayan sederhana, diubahkan hidupnya menjadi luar biasa oleh karena ia memberi diri untuk diajar dan dibimbing oleh Roh Kudus.

Untuk mengalami terobosan rohani bersedialah diajar oleh Roh Kudus!

Thursday, March 10, 2011

DOA ORANG BENAR MENDATANGKAN KUASA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Maret 2011 -

Baca:  Yakobus 5:13-18

"Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya."  Yakobus 5:16b

Pemazmur menyatakan bahwa hanya orang-orang benar (saleh) yang boleh datang kepada Tuhan (baca Mazmur 15).  Orang benar adalah orang yang hidupnya tidak bercela dan hidup dalam kebenaran.  Firman Tuhan menegaskan pula bahwa apabila orang benar berseru-seru (berdoa) kepada Tuhan dia akan memperoleh pertolongan, karena  "Mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong;"  (Mazmur 34:16).  Dari ayat ini jelaslah bahwa ada kuasa yang sangat dahsyat yang Tuhan berikan kepada orang-orang benar yang sungguh-sungguh beroda.

     Banyak kisah dalam Alkitab yang menceritakan betapa berkuasanya doa orang benar itu.  Ketika Elia berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan, mujizat pun terjadi.  Saat berhadapan dengan Ahab, Elia berkata,  "Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan."  (1 Raja-Raja 17:1).  Maka yang terjadi adalah hujan benar-benar tidak turun selama tiga setengah tahun.  Namun ketika Elia berdoa kepada Tuhan supaya turun hujan, langit pun menurunkan hujan.  Tertulis:  "Maka dalam sekejap mata langit menjadi kelam oleh awan badai, lalu turunlah hujan yang lebat."  (1 Raja-Raja 18:45a).  Begitu juga dengan Elisa.  Ketika ia berdoa, minyak dalam buli-buli seorang janda yang terlilit hutang tidak habis-habis sampai minyak itu dapat dijual, sehingga hutang-hutangnya terbayar (baca 2 Raja-Raja 4:1-7), dan karena doa Elisa pula anak perempuan Sunem yang mati hidup kembali (baca 2 Raja-Raja 4:8-37).  Contoh lain dapat juga kita baca dalam Yosua 10:12-15, di mana Yosua meminta kepada Tuhan agar matahari berhenti di atas Gibeon dan bulan di atas lembah Ayalon, dan doanya terkabulkan! Luar Biasa! Itu adalah beberapa contoh bagaimana Tuhan menjawab doa dari orang-orang benar.

     Sebagai orang percaya kita pun dapat mengalami kuasa doa itu asal hidup kita benar-benar seturut dengan kehendak Tuhan.  Kita juga sering mendengar kesaksian dari saudara seiman yang mengalami pertolongan dan mujizat dari Tuhan karena doa.  Namun sebelum kita berdoa, Yakobus mengatakan bahwa kita harus saling mengaku dosa terlebih dahulu supaya doa kita didengar Tuhan!


Bila hidup kita benar dan tidak menyimpan dosa, doa-doa kita pasti mendatangkan kuasa!

Wednesday, March 9, 2011

USIR KUASA JAHAT DENGAN DOA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Maret 2011 -

Baca:  Markus 9:14-29

"Aku sudah meminta kepada murid-murid-Mu, supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat."  Markus 9:18b

Ayat nas di atas menyatakan bahwa para murid Yesus pernah mengalami kegagalan dalam pelayanannya, yaitu ketika ada seseorang yang membawa kepada mereka anaknya yang menderita sakit ayan dan kerasukan setan.  "Dan setiap kali roh itu menyerang dia, roh itu membantingkannya ke tanah;  lalu mulutnya berbusa, giginya berkertakan dan tubuhnya menjadi kejang."  (ayat 18a).  Ternyata mereka (para murid) tidak dapat menyembuhkan anak itu.  Mereka gagal mengusir roh jahat yang menyerang anak tersebut.  Oleh karena itu ayahnya membawa anak itu langsung kepada Yesus untuk meminta kesembuhan.  Maka bertindaklah Yesus:  "Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau, keluarlah dari pada anak ini dan jangan memasukinya lagi!"  (ayat 25), dan roh jahat itu pun ke luar dari anak itu.  Melihat kejadian itu murid-murid Yesus menjadi sangat tercengang dan terheran-heran melihat bagaimana roh jahat itu ke luar dan meninggalkan anak itu.  Padahal mereka sudah melakukan sebelumnya, tapi gagal.

     Sebagai murid-murid Yesus mereka menghabiskan banyak waktunya bersama-sama dengan Yesus;  ke mana pun Yesus pergi untuk melayani, mereka juga ada di sana.  Namun meski demikian belum tentu mereka peka terhadap apa yang dilakukan Yesus selama ini.  Seharusnya mereka bertanya dalam hati,  "Mengapa pelayanan Yesus begitu luar biasa?  Rahasia apa di balik keberhasilanNya?"  Ternyata pelayanan Yesus berhasil oleh karena doa-doaNya yang tiada henti.  Kehidupan Yesus penuh dengan doa.  Alkitab mencatat, ketika Yesus berdoa di taman Getsemani, para murid malah kedapatan sedang tertidur pulas dan Ia pun menegur mereka:  "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan aku?"  (Matius 26:40b)

     Ketika sebagai manusia, Yesus sangat bergantung kepada BapaNya.  Itulah sebabnya Yesus senantiasa membangun keintiman dengan Bapa karena Ia tidak mempunyai kuasa apa-apa.  Kuasa itu ada di tangan BapaNya yang di sorga.  Demikian juga kita.  Keberhasilan kita dalam pelayanan bukanlah karena kuat dan gagah kita, namun sepenuhnya dari Tuhan melalui doa yang tidak jemu-jemu.

Bila kehidupan kita penuh dengan doa, roh-roh jahat pun dapat kita tundukkan dalam nama Yesus!

Tuesday, March 8, 2011

JANGAN SEKALI-KALI BERKOMPROMI!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Maret 2011 -

Baca:  2 Korintus 6:11-18

"Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan?  Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?"  2 Korintus 6:14b

Kepada jemaat di Korintus rasul Paulus dengan tegas menyatakan bahwa antara kebenaran dan kedurhakaan, atau terang dan gelap tidak dapat bersatu atau berjalan beriringan karena satu sama lain saling berlawanan; artinya tidak ada kompromi sedikit pun.  Yang Tuhan kehendaki adalah:  "Keluarlah kamu dari antara mereka (orang-orang yang tak percaya - Red.), dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu."  (ayat 17).

     Sebagai orang percaya kita adalah terang di dalam Tuhan, karena itu kita harus hidup sebagai anak-anak terang.  Ingatlah:  berkompromi dengan dosa hanya membuahkan kegagalan dan kehancuran!  Contohnya seperti yang dialami oleh Yosafat.  Alkitab mencatat bahwa Yosafat adalah salah satu raja yang memiliki nama baik,  "...karena ia hidup mengikuti jejak yang dahulu dari Daud, bapa leluhurnya, dan tidak mencari Baal-baal, melainkan mencari Allah ayahnya.  Ia hidup menurut perintah-perintah-Nya dan tidak berbuat seperti Israel."  (2 Tawarikh 17:3-4).  Tetapi dalam fase hidupnya dia pernah melakukan kesalahan yang sangat fatal yaitu melakukan kompromi!  Dikatakan:  "Ketika Yosafat kaya dan sangat terhormat, ia menjadi besan Ahab."  (2 Tawarikh 18:1).  Yosafat yang percaya kepada Tuhan memiliki besan seperti penyembah berhala.

     Semua ini tidak lepas dari upaya Iblis!  Memiliki besan seorang penyembah berhala adalah kompromi awal yang dilakukan Yosafat.  Berkompromi terhadap hal-hal kecil semakin membawa kita berlanjut pada kompromi pada hal-hal yang lain, yang lebih besar.  Yosafat pun mengijinkan tentaranya berkolaborasi dengan tentara Ahab untuk berperang.  Apa yang diminta Ahab diiyakan begitu saja tanpa bertanya kepada Tuhan terlebih dahulu.  Ketika perang hendak berkobar Ahab berniat untuk meminta petunjuk kepada nabi baal, tapi Yosafat mencari nabi Tuhan.  Meski Mikha bin Yimla (nabi Tuhan) sudah didatangkan, namun firman yang disampaikan oleh Mikha tidak diterimanya.

Banyak yang bisa diteladani dari Yosafat, tapi kesalahannya melakukan kompromi dengan raja yang jahat di mata Tuhan membawanya kepada kesukaran demi kesukaran.

Monday, March 7, 2011

PENTINGNYA PENGAJARAN BAGI JEMAAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Maret 2011 -

Baca:  Efesus 4:1-16

"Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar,"  Efesus 4:11

Hampir di banyak gereja, bila ada acara-acara KKR yang menghadirkan bintang tamu terkenal atau hamba Tuhan besar, bisa dipastikan yang hadir berjubel, gereja penuh dengan jiwa-jiwa. Juga ketika perayaan natal, orang-orang 'lama' yang pada hari-hari ibadah biasa seolah-olah menghilang dari peredaran mulai bermunculan dan menampakkan diri.  Namun perhatikan:  mengapa ketika ada kelas-kelas pendalaman Alkitab bangku-bangku gereja banyak yang kosong?  Ke mana para jemaat?  Berbagai alasan dikemukakan:  lembur kerja, capai, mengurus anak, menghadiri kelas pendalaman Alkitab dan kelas melayani sangat membosankan dan membuat mengantuk.  Namun ketahuilah, pendalaman Alkitab atau kelas melayani itu sangat penting bagi jemaat Tuhan.  Alkitab menyatakan bahwa bagian penting dalam Amanat Agung Yesus adalah menjadikan semua bangsa murid-muridNya.  Dikatakan,  "...pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,"  (Matius 28:19).  Menginjil jiwa-jiwa, mengajar dan membawa jemaat kepada pengenalan yang benar dan lebih dalam akan Tuhan dan firmanNya adalah tugas yang tidak bisa diabaikan.  Jadi kita tidak hanya cukup beribadah seminggu sekali di gereja tapi kita juga harus memberikan 'nutrisi' yang seimbang bagi manusia rohani kita.

     Gereja-gereja di akhir zaman ini harus membekali jemaat dengan pengajaran akan firman Tuhan supaya iman mereka makin teguh dan tidak mudah terombang-ambingkan oleh ajaran-ajaran sesat.  Yosafat pun melakukan hal yang sama, tidak pernah lelah mengajar dan melayani jiwa-jiwa.  "Mereka (Yosafat dan pengikutnya - Red.) memberikan pelajaran di Yehuda dengan membawa kitab Taurat Tuhan.  Mereka mengelilingi semua kota di Yehuda sambil mengajar rakyat."  (2 Tawarikh 17:9).  Yosafat mengajar umat sampai mereka benar-benar memahami tentang Taurat Tuhan.  Pengajaran itu penting sekali sampai-sampai Tuhan harus menunjuk para pengajar atau guru-guru untuk mendidik umatNya di dalam gereja Tuhan (ayat nas).

     Adakah kelas-kelas pendalaman Alkitab di gereja kita?  Sudahkah kita berpartisipasi?  Selagi ada, gunakan kesempatan itu sebaik mungkin.

Bagaimana kita bisa menginjili orang lain bila dasar firman yang kita miliki belum kuat?

Sunday, March 6, 2011

TUHAN SELALU PUNYA RENCANA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Maret 2011 -

Baca:  Mazmur 19:1-7

"Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya;"  Mazmur 19:2

Alam semesta ini ada oleh karena karya tangan Tuhan.  Tak dapat kita bayangkan betapa menakjubkan saat Tuhan merenda dunia dan segala isinya ini, seperti tertulis:  "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi."  (Kejadian 1:1).  Maka, sungguh mengherankan bila ada orang tidak percaya kepada Tuhan atau meragukan keberadaan Tuhan, Pencipta alam semesta.  Daud dalam mazmurnya menulis:  "Orang bebal berkata dalam hatinya:  'Tidak ada Allah.' "  (Mazmur 14:1a).  Jadi orang-orang yang masih menyangkal adanya Tuhan dan tidak mau mengakui bahwa Tuhan itu ada disebut sebagai orang bebal atau bodoh!  Itulah sebabnya Paulus menasihati,  "...perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif,"  (Efesus 5:15).  Alkitab juga menyatakan agar kita bukan saja hanya mengenal dan memahami bahwa Tuhan itu ada, tetapi juga harus mengasihi dan melayani Dia dengan segenap keberadaan hidup kita.

     Tuhan menciptakan alam semesta dan segala isinya ini pasti ada maksudNya.  Semuanya bukanlah kebetulan.  Ada rencanaNya yang indah di balik segala sesuatu.  Karena itu kita harus percaya!  Harus kita akui bahwa pikiran kita sebagai manusia sangat terbatas dan tak mampu menjangkau pikiran dan rencana Tuhan seperti diungkapkan oleh pemazmur,  "Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah!  Betapa besar jumlahnya!  Jika aku mau menghitungnya, itu lebih banyak dari pada pasir."  (Mazmur 139:17-18a).  Ada ide yang cemerlang dan luar biasa di balik segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, dan ide itu berasal dari pikiran Tuhan sendiri.  Jadi langit dan bumi mengisahkan betapa agung dan dahsyat pekerjaan tanganNya.  Tidak hanya itu, Tuhan juga mengatur perputaran musim dan cuaca;  matahari, bulan dan bintang pun tunduk kepadaNya dan mengerjakan tugasnya masing-masing.

     Jika menyadari akan hal ini, siapakah kita ini di hadapan Tuhan?  Masihkah kita membangga-banggakan diri?  Kita harus sadar bahwa kita ini NOTHING (bukan apa-apa) di hadapanNya!

Namun kita patut berbangga karena Tuhan;  Ia menyediakan alam semesta dan segala isinya ini untuk kita, supaya kita berkarya bagi hormat dan kemuliaan namaNya saja!

Saturday, March 5, 2011

ORANG BENAR BEROLEH PELAYANAN MALAIKAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Maret 2011 -

Baca:  Mazmur 91

"sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu."  Mazmur 91:11

Dari pernyataan pemazmur ini jelas dinyatakan bahwa Tuhan memiliki banyak cara untuk menolong, melepaskan dan meluputkan umatNya dari segala bentuk kesukaran, ujian dan pergumulan yang ada.  Salah satu caranya adalah mengirimkan para malaikatNya untuk menjaga di segala jalan kita.  Siapa itu malaikat Tuhan?  Mereka adalah roh-roh yang diutus Tuhan untuk melayani orang-orang kudusNya yang harus memperoleh pertolongan atau keselamatan.  Dengan kata lain, malaikat diutus Tuhan untuk melayani orang-orang yang memerlukan pertolongan dariNya.

     Ada banyak contoh di dalam Alkitab tentang pelayanan yang dilakukan para malaikat bagi umat Tuhan.  Salah satunya adalah ketika bangsa Yehuda di bawah kepemimpinan raja Hizkia sedang menghadapi bahaya yang mengancam keamanan dan keselamatannya serta seluruh rakyat.  Sanherib raja Asyur mengancam Hizkia, di mana ia bersama para tentaranya hendak menyerang dan menghancurkan bangsa Yehuda.  Ini membuat Hizkia menjadi takut, lalu ia pun datang kepada Tuhan dan membentangkan surat ancaman dari raja Asyur tersebut di hadapan Tuhan dan berdoa, demikian:  "Ya Tuhan, Allah Israel, yang bertakhta di atas kerubim!  Hanya Engkau sendirilah Allah segala kerajaan di bumi;  Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi.  Sendengkanlah telingaMu, ya Tuhan, dan dengarlah;  bukalah mata-Mu, ya Tuhan, dan lihatlah;  dengarlah perkataan Sanherib yang telah dikirimnya untuk mengaibkan Allah yang hidup."  (2 Raja-Raja 19:15-16).  Tuhan mendengar seruan Hizkia.  Akhirnya Tuhan memberikan pertolongan dengan caraNya yang ajaib.  Benar-benar di luar dugaan Hizkia!  Tuhan mengirimkan pasukan malaikatNya, dan mereka (malaikat) membunuh semua tentara Asyur yang berjumlah 185 ribu orang hanya dalam semalam saja, dan  "Keesokan harinya pagi-pagi tampaklah, semuanya bangkai orang-orang mati belaka!"  (2 Raja-Raja 19:35b), bahkan Sanherib raja Asyur itu pun mati terbunuh oleh anak-anaknya sendiri.

     Janji perlindungan Tuhan bagi orang benar yang selalu berseru-seru kepadaNya sungguh sangat terbukti.  Oleh karena itu dalam segala keadaan bersandarlah kepada Tuhan saja.

Pada saat yang tepat Tuhan bertindak dan mengirimkan malaikatNya!

Friday, March 4, 2011

JANGAN SEPELEKAN KESABARAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Maret 2011 -

Baca:  Ezra 9

"Tetapi sekarang, ya Allah kami, apa yang akan kami katakan sesudah semuanya itu?  Karena kami telah meninggalkan perintah-mu,"  Ezra 9:10

Apakah Saudara orang yang sabar?  Sabarkah kita terhadap suami atau isteri yang cerewet?  Cukup sabarkah kita menghadapi teman kerja di kantor yang bekerja semaunya sendiri dan bawahan yang selalu membantah bila ditegur?  Sabarkah kita ketika pelayanan yang kita lakukan selama ini sepertinya kurang dihargai?  Sejauh mana kesabaran kita menanti-nantikan jawaban dari Tuhan?  Ternyata menjadi orang yang sabar saat menghadapi segala sesuatu itu tidak mudah.

     Ketidaksabaran memang menjadi sifat alamiah dari manusia.  Namun ada satu Pribadi yang sangat sabar, Dialah Tuhan kita!  Sungguh, tidak ada pribadi yang lebih sabar menghadapi kita selain daripada Tuhan.  Dia sangat sabar terhadap setiap orang.  Seberapa pun seseorang telah menyimpang dari firmanNya dan memberontak kepada Dia, apabila ia sadar, datang kepadaNya dan merendahkan diri, Tuhan pun menyambutnya dengan penuh kasih, seperti dikatakan,  "dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka,..."  (2 Tawarikh 7:14).  Begitu pula ketika bangsa Israel mulai sadar dari ketidaksetiaan mereka dan mengakui dosa-dosanya.  Ezra pun sampai berdoa demikian,  "Ya Allahku, aku malu dan mendapat cela, sehingga tidak berani menegadahkan mukaku kepada-Mu, ya Allahku, karena dosa kami telah menumpuk mengatasi kepala kami dan kesalahan kami telah membubung ke langit."  (Ezra 9:6).  Berkali-kali bangsa Israel memberontak dan berkali-kali pula mereka menyatakan penyesalannya.  Namun Tuhan tetap menunjukkan kasih dan kesabaranNya.

     Seringkali kesabaran Tuhan kita sepelekan, lalu kita berucap dalam hati,  "Tuhan kan sabar dan penuh kasih.  Aku berbuat dosa berkali-kali tidak mengapa, toh nanti aku minta ampun lagi dan Dia pasti mengampuni!"  Ini adalah hasutan Iblis supaya kita mau berkompromi dengan dosa!  Ingat, setiap dosa selalu ada konsekuensinya.

"Tuhan tidak lalai menepati janji-nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat."  2 Petrus 3:9

Thursday, March 3, 2011

BANGSA ISRAEL SANGAT DIKASIHI TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Maret 2011 -

Baca:  Ulangan 10:12-22

"tetapi hanya oleh nenek moyangmulah hati Tuhan terpikat sehingga Ia mengasihi mereka, dan keturunan merekalah, yakni kamu, yang dipilih-Nya dari segala bangsa, seperti sekarang ini."  Ulangan 10:15

Tuhan berjanji kepada Abraham,  "Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur;  dan engkau akan menjadi berkat.  Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat."  (Kejadian 12:2-3).  Ini adalah perjanjian berkat yang diberikan Tuhan kepada Abraham, bahwa melalui keturunannya berkat-berkat Tuhan akan sampai kepada bangsa-bangsa.

     Apa itu perjanjian?  Pada prinsipnya perjanjian adalah kesepakatan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih atas sesuatu hal.  Perjanjian tersebut akan berlaku jikalau pihak-pihak yang terlibat memenuhi persyaratan tertentu yang telah bersama-sama mereka sepakati.  Dalam perjanjian berkat ini Tuhanlah yang menetapkan syarat-syarat, dan manusia hanya perlu menaatinya.  Abraham pun taat kepada Tuhan sehingga ia sangat dikasihiNya, termasuk juga keturunan-keturunannya.  Melalui Alkitab dapat kita ketahui bahwa tak satu pun janji Tuhan yang tidak ditepatiNya, meski sudah tak terhitung banyaknya bangsa Israel  (keturunan Abraham)  memberontak kepada Tuhan, sementara pertolongan, mujizat dan keajaiban demi keajaiban telah mereka lihat dan nikmati, pengampunan dan kasih yang sempurna tetap Tuhan berikan ketika mereka sungguh-sungguh menyesal dan bertobat.  Itulah sebabnya Musa mengingatkan bahwa Tuhan itu sangat mengasihi mereka, tidak seharusnya mereka memberontak kepada Tuhan!  Tuhan tidak meminta apa-apa dari mereka  "...selain dari takut akan Tuhan, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu,"  (Ulangan 10:12).

     Sesungguhnya selalu ada upah yang disediakan Tuhan bagi kita yang hidup taat kepadaNya.  Sudahkah kita mengasihi Tuhan dan melayani Dia dengan segenap hati?  Bukti nyata bahwa seseorang mengasihi Tuhan adalah taat melakukan firmanNya.

Jika kita taat kepada Tuhan tidak ada yang perlu kita kuatirkan, karena berkat dan kasihNya pasti tercurah atas hidup kita.

Wednesday, March 2, 2011

WARGA KERAJAAN SORGA: Berbeda Dari Dunia

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Maret 2011 -

Baca:  Filipi 3:17-21 

"Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat,"   Filipi 3:20

Mejadi penduduk Indonesia berarti kita adalah warga negara Indonesia.  UUD 1945 mengatakan bahwa warga negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.  Sebagai warga negara kita memiliki persamaan hak dan kewajiban, antara lain hak untuk mendapatkan perlindungan dan kepastian hukum, bekerja dengan perlakuan yang adil dan layak, menyampaikan pendapat, mendapatkan pendidikan dan sebagainya.  Namun kita tidak boleh mengabaikan kewajiban kita yaitu taat kepada hukum.

     Begitu pula kita sebagai orang percaya, Alkitab menyatakan bahwa kita memiliki status kewargaan baru yaitu warga Kerajaan Sorga meskipun saat ini kita masih berada di dalam dunia ini.  Karena status kita adalah warga Kerajaan Sorga, kita pun juga harus memiliki kehidupan yang sesuai dengan hukum-hukum sorga yaitu firman Tuhan, hidup menurut hukum-hukum yang berlaku di sorga.  Berbeda dari dunia!  Inilah yang menjadi kehendak Tuhan!  Dikatakan,  "Janganlah kamu menjadi serupa dengna dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah:  apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."  (Roma 12:2), meski hal ini membawa satu konsekuensi:  kita dianggap aneh, sok suci dan bahkan mungkin akan dijauhi oleh teman atau kerabat.  Lalu banyak dari kita yang akhirnya tidak lagi memiliki hidup yang 'berbeda', melainkan berkompromi dengan dosa sebagaimana biasa dilakukan oleh orang-orang dunia.

     Memang kita ada di dunia tetapi kita bukanlah berasal dari dunia ini.  Warga Kerajaan Sorga sangat bertolak belakang dengan dunia ini.  Kita tidak bisa berkompromi dengan dosa, baik melalui perbuatan maupun pikiran.  Adalah sangat penting untuk menyadari status kita sebagai warga Kerajaan Sorga, artinya Yesus sebagai Raja di atas segala raja yang berhak memerintah atas hidup kita.

Hidup yang berpadanan dengan firman Tuhan adalah ciri hidup seorang warga Kerajaan Sorga!

Tuesday, March 1, 2011

Hanya Satu Kata: D O A

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Maret 2011 -

Baca:  Kisah 4:23-31

"Dan ketika mereka (Petrus, Yohanes dan kawan-kawan - Red.) sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani."  Kisah 4:31

Renungan ini tak bosan-bosannya kembali mengingatkan setiap orang percaya bahwa doa itu sangat penting dan besar kuasanya, sebagaimana tertulis:  "Doa orang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya."  (Yakobus 5:16b).

     Alkitab juga menyatakan bahwa sejak zaman dahulu hingga saat ini kekuatan gereja ada pada doa.  Kekuatan dan keberhasilan suatu gereja tidak pada pendetanya yang terkenal, atau gedungnya yang megah dan tinggi sampai menjulang ke langit, atau juga pada hal-hal yang ada di dunia ini, tetapi sepenuhnya pada kuasa Tuhan.  Oleh karena itu gereja harus selalu berdoa dan terus berdoa.  Karena dengan berdoalah ada pertolongan Tuhan dan jawaban dari setiap pergumulan hidup ini.  Kalau kita baca di dalam Alkitab, gereja mula-mula menghadapi banyak sekali ujian, tantangan, aniaya dan berbagai-bagai kesukaran, tetapi mereka tetap kuat berdiri karena mereka menghadapinya dengan doa.  Dikatakan,  "Mereka  (jemaat pertama - Red.)  bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan.  Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa."  (Kisah 2:42).  Mereka bedoa atas dasar iman yang kokoh kepada Tuhan;  mereka percaya bahwa Tuhan yang mereka sembah adalah Allah yang hidup, berkuasa dan sanggup melakukan perkara-perkara besar dan ajaib.  Itulah sebabnya mereka tiada henti-hentinya berseru-seru kepada Tuhan, sehingga apa yang mereka imani terjadilah!

     Bagi gereja-gereja di akhir zaman ini, yang menghadapi tantangan yang semakin berat, tidak ada jalan lain selain harus semakin tekun di dalam doa.  Ketia gereja mula-mula berdoa, Tuhan mendengarkan seruan mereka, sehingga akhirnya Petrus dan Yohanes dilepaskan dari penjara.  Mereka pun berdoa sehingga  "...mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan sangat berani."  Karena doa jugalah Roh Kudus bekerja atas mereka sehingga mereka tidak lagi takut atau malu memberitakan firman, melainkan semakin berani.  Tugas dan tanggung jawab gereja Tuhan saat ini adalah berdoa, berdoa dan berdoa!

Tanpa doa gereja tidak akan bertumbuh dan berdampak!

Monday, February 28, 2011

KUASA TUHAN TAK TERUKUR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Februari 2011 -

Baca:  1 Tawarikh 21:1-17

"Iblis bangkit melawan orang Israel dan ia membujuk Daud untuk menghitung orang Israel."  1 Tawarikh 21:1

Ketika mengalami masalah yang pelik banyak orang Kristen mulai ragu akan kuasa Tuhan dan mulai mengukur dan mereka-reka dengan pikiran dan logika.  Lalu kita berkata,  "Sanggupkah Tuhan menolongku?  Apa Tuhan sanggup memulihkan dan memberkati usahaku?  Mampukah Dia menyembuhkan sakitku?"  Namun ingat, besar atau kecilnya kuasa Tuhan yang dinyatakan kepada kita tergantung dari seberapa besar atau kecilnya iman percaya kita kepadaNya.  Ada tertulis:  "Berilah dan kamu akan diberi:  suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu.  Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."  (Lukas 6:38).

     Apa yang kita dapatkan dari Tuhan sesuai dengan apa yang kita beri kepadaNya.  Umumnya, seseorang akan memberikan persembahan keapda Tuhan ketika ia dalam kondisi berkelimpahan atau sedang diberkati.  Padahal firmanNya mengajar kita untuk memberi tanpa melihat situasi dan kondisi, baik sedang diberkati atau ketika kita belum diberkati hendaknya kita memberikan apa yang kita miliki kepada Tuhan dengan penuh kerelaan, tidak hanya berupa materi saja, tapi dapat juga melalui tenaga, pikiran dan waktu kita.  Yang pasti, Tuhan sanggup melakukan perkara-perkara besar dan ajaib!

     Berhati-hatilah dalam mengukur berkat, kuasa dan kasih Tuhan.  Contoh:  suatu kali Daud menyuruh Yoab untuk mencoba mengukur dan menghitung-hitung berkat Tuhan, padahal Yoab tahu benar bahwa kuasa dan kekayaan Tuhan itu tak terhitung, tak terbatas besarnya.  Daud juga tetap saja menghitung kekuatan tentaranya, padahal tentara yang ia miliki itu berasal dari Tuhan, bukan dari dirinya sendiri.  Tak terhitung berapa kali Daud berperang melawan musuh selalu berakhir dengna kemenangan yang gemilang.  Itu semua karena pertolongan dan campur tangan Tuhan, sehingga apa yang dilakukan Daud itu membuat Tuhan menjadi marah  (1 Tawarikh 21:7);  akhirnya Daud menyesal dan minta ampun kepada Tuhan.  Berapa kali kita ditolong Tuhan di sepanjang hidup kita?

Jangan pernah meragukan kuasa Tuhan, apalagi sampai kita mengukur kuasa dan kesanggupan Tuhan itu dengan pikiran kita yang terbatas ini.

Sunday, February 27, 2011

BERSUNGUT-SUNGUT atau TETAP BERSUKACITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Februari 2011 -

Baca:  Keluaran 14:1-14

"Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini?  Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir?"  Keluaran 14:11

Dalam kehidupan ini terkadang 'langit tampak cerah dan tak berawan', tapi ada kalaynya 'mendung dan gelap menggelayut di langit';  ada ujian dan rintangan.  Namun kita harus percaya bahwa di balik 'hujan' selalu ada 'pelangi yang indah'.  Bila semuanya diijinkan terjadi, percayalah bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan dan membiarkan kita bergumul sendirian.  Pemazmur berkata, "Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya;  apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab Tuhan menopang tangannya."  (Mazmur 37:23-24).  Firman Tuhan yang kita baca hari ini mencontohkan kehidupan bangsa Israel yang tidak pernah mensyukuri kebaikan Tuhan.  Hari-hari mereka dipenuhi dengan ketidakpuasan dan keluh kesah.  Padahal bangsa Israel adalah bangsa yang dicintai, dikasihi dan diberkati Tuhan.  Banyak mujizat yang telah mereka lihat, alami dan rasakan, namun tetap saja mereka bersungut-sungut setiap harinya, dari mulutnya tidak pernah keluar ucapan syukur.  Berbagai mujizat yang terjadi ternyata tidak cukup untuk mengubah sikap hati bangsa Israel untuk tidak bersungut-sungut, tetapi justru semakin menjadi-jadi.

     Ayat nas di atas menunjukkan bahwa bangsa Israel lebih senang hidup dalam perhambaan di Mesir daripada menjadi bangsa yang merdeka.  Bahkan mereka pun berani melawan Tuhan dengan membuat patung anak lembu emas untuk disembah karena tidak sabar menantikan Musa (baca Keluaran 32).  Bukankah kita juga sering tidak sabar menantikan pertolongan dari Tuhan, lalu kita pun bersungut-sungut dan menggerutu setiap hari.  Karena persungutan, kita pun kehilangan sukacita.  Kata sukacita semakin jauh dari kamus hidup kita.  Perhatikanlah:  sukacita itu sesungguhnya diawali dari iman yang telah diberikan Tuhan kepada kita.  Tidak hanya itu, Tuhan juga melengkapinya dengan pengharapan, dan pengharapan itu tidak mengecewakan (baca Roma 5:5).  Karena imanlah maka segala ketakutan, kecemasan dan kekuatiran akan hilang.

Tidak selayaknya kita bersungut-sungut kepada Tuhan; seharusnya hati kita senantiasa bersukacita karena kasih dan kebaikanNya melimpah atas kita.

Saturday, February 26, 2011

MANA YANG KAUPILIH: Berkat Atau Kutuk?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Februari 2011 -

Baca:  Ulangan 11:8-32

"...aku memperhadapkan kepadamu pada hai ini berkat dan kutuk:  berkat, apabila kamu mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini;  dan kutuk, jika kamu tidak mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu,..."  Ulangan 11:26-28

Semua manusia di dunia ini, tanpa terkecuali, pasti ingin memiliki kehidupan yang diberkati, sehat dan penuh sukacita.  Semua perkara yang mengacu pada hal-hal yang baik, itulah yang disebut berkat.  Sebaliknya, tak seorang pun juga yang ingin hidup menderita, miskin, sakit-sakitan dan sebagainya.  Semua perkara yang mengacu pada hal-hal yang buruk, itulah yang disebut kutuk.  Berkat adalah lawan dari kutuk.  Jarak antara berkat dan kutuk hanya dibatasi oleh satu kata, yaitu ketaatan.  Mana yang kaupilih?  Berkat atau kutuk?  Pasti dengan serempak dan spontan kita akan menjawab,  "Berkat!"

     Bila kita renungkan ayat demi ayat, sebenarnya Tuhan memberi kebebasan kepada kita seluas-luasnya untuk membuat pilihan hidup.  Mana yang akan kita jalani?  Apakah kita memilih untuk menaati semua perintah Tuhan dan melakukannya dengan setia, sehingga kita pun menolak untuk hidup taat kepada Tuhan, lebih memilih hidup menurut keinginan sendiri dan menyenangkan daging, tetapi pada akhirnya kita akan menerima kutuk sebagai konsekuensi dari ketidaktaatan kita sendiri?  Mungkin kita berkata,  "Mustahil kita bisa hidup taat kepada Tuhan selama kita masih hidup di dunia ini."

     Tuhan sangat tahu kelemahan dan kekuarangan kita, dan karena itulah Dia menasihatkan,  "Berjaga-jagalah dan bedoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan:  roh memang penurut, tetapi daging lemah."  (Matius 26:41).  Kita diingatkan bahwa roh memang penurut tetapi daging lemah;  ini adalah kenyataan hidup manusia yang sudah Tuhan ketahui.  Namun, itu bukanlah alasan bagi kita untuk hidup dalam ketidaktaatan.  KematianNya di atas kayu salib adalah bukti kasih dan kepedulian Tuhan kepada kita.  OlehNya segala kutuk dosa (sakit-penyakit, kemiskinan, kelemahan dan sebagainya) telah ditanggungNya.  Tuhan juga telah mengutus Roh Kudus untuk menolong kita sehingga kita dimampukan untuk melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan.  Jika kita ingin menikmati berkat-berkat dari Tuhan, hanya ada satu pilihan yaitu taat! 

Keputusan sepenuhnya ada di tangan kita.  Mana yang Saudara pilih?

Friday, February 25, 2011

JANJI TUHAN TIDAK PERNAH DIINGKARI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Februari 2011 -

Baca:  Mazmur 119:137-152

"Janji-Mu sangat teruji, dan hamba-Mu mencintainya."  Mazmur 119:140

Adalah hal yang biasa bila manusia seringkali mengecewakan sesamanya, salah satunya adalah perihal janji.  Berapa banyak dari kita yang kecewa oleh karena janji yang tidak tepati, atau ucapan yang tidak bisa dipegang kebenarannya?  Misalnya soal utang-piutang, begitu gampangnya seseorang berutang kepada orang lain, tapi untuk melunasinya?  Jarang sekali tepat waktu, janji tinggal janji dan berujung pada ingkar.  Itulah manusia!  Tapi kita patut bersyukur karena kita punya Tuhan yang tidak pernah ingkar terhadap apa pun yang dijanjikanNya.  "Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal.  Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?"  (Bilangan 23:19).  Contoh:  janji Tuhan untuk memberikan Tanah Perjanjian (Kanaan) kepada bangsa Israel sebagaimana Ia sampaikan kepada Abraham,  "Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu."  (Kejadian 12:7).  Meskipun keturunan Abraham berlaku tidak setia, namun Dia tetaplah Tuhan yang setia pada janjiNya;  pada saat yang tepat digenapiNya.

     Bila kita baca dalam Bilangan pasal 34, dinyatakan bahwa batas-batas Tanah Perjanjian itu disampaikan oleh Tuhan sendiri kepada Musa,  "Perintahkanlah kepada orang Israel dan katakanlah kepada mereka:  Apabila kamu masuk ke negeri Kanaan, maka inilah negeri yang akan jatuh kepadamu sebagai milik pusaka, yakni tanah Kanaan menurut batas-batasnya."  (Bilangan 34:2), bahkan Tuhan sendiri yang menentukan dan meilih orang-orang yang bertugas untuk membagi tanah itu.

     Bila saat ini kita sedang dalam kesesakan dan penderitaan, jangan menjadi lemah dan tawar hati.  Sebaliknya, tetaplah fokus pada janji Tuhan karena Dia Tuhan yang tidak pernah berubah, dahulu sekarang dan sampai selama-lamanya.  Ia adalah Tuhan yang setia;  Ia setia kepada firmanNya dan setia kepada janjiNya.  Tuhan hanya menghendaki kita tetap taat, tekun dan setia melakukan semua perintahNya.  Itulah bagian yang harus kita kerjakan!  Pemazmur berkata,  "Aku berseru dengan segenap hati;  jawablah aku, ya Tuhan!  Ketetapan-ketetapan-Mu hendak kupegang.  Aku hendak berpegang pada peringatan-peringatan-Mu."  (Mazmur 119:145-146b).

Mari kita hidup dalam ketaatan, dan pada saatnya Tuhan akan mengerjakan bagianNya yaitu menepati janjiNya atas kita!

Thursday, February 24, 2011

YESUS KRISTUS: Berkuasa Dalam Segala Perkara

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Februari 2011 -

Baca:  Kolose 3:12-17

"Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita."  Kolose 3:17

Bukti kasih terbesar Bapa bagi umat manusia adalah diberikanNya Yesus Kristus.  "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."  (Yohanes 3:16).  Bagi kita yang percaya kepadaNya, Yesus menjadi milik kita.  Adalah berbahagia kita memiliki Yesus dalam hidup ini.

     Begitu berartikah nama Yesus?  Nama Yesus bukanlah sembarang nama.  Oleh sebab itu kita harus menguduskan nama Yesus dan jangan sekali-kali menyebut nama Tuhan Yesus dengan sembarangan.  Di dalam Kisah 4:12 ditegaskan bahwa,  "...keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."  Jadi nama Yesus itu sangat berkuasa atas hidup kita.  Jangan pernah merasa malu menyebut nama Yesus di hadapan orang, apalagi sampai menyangkal nama Yesus.  Tuhan Yesus berkata,  "Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga.  Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan Bapa-Ku yang di sorga.  Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga."  (Matius 10:32-33).

     Selain namaNya yang berkuasa, Alkitab juga menyatakan bahwa darah Yesus juga sangat berkuasa.  Tertulis:  "Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman."  (Yohanes 6:54).  Darah ini berbicara tentang pengampunan dosa, karena  "...darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa."  (1 Yohanes 1:7), sehingga  "...oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri,"  (Ibrani 10:19-20).  Luar biasa!  Nama Yesus sangat berkuasa dan darahNya yang tercurah di atas kayu salib memberikan jaminan keselamatan dan kehidupan kekal bagi kita yang percaya!

Karena itu beritakanlah Dia kepada yang lain!

Wednesday, February 23, 2011

TIDAK ADA TAAT 50% (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Februari 2011 -

Baca:  Bilangan 33:50-56

"maka haruslah kamu menghalau semua penduduk negeri itu dari depanmu dan membinasakan segala batu berukir kepunyaan mereka;  juga haruslah kamu membinasakan segala patung tuangan mereka dan memusnahkan segala bukit pengorbanan mereka."  Bilangan 33:52

Tidak jauh berbeda dari renungan kemarin, ayat nas yang kita baca menegaskan bahwa Tuhan memerintahkan agar bangsa Israel menghalau semua penduduk lokal yang menempati tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan Tuhan untuk menjadi milik kepunyaan bangsa Israel.

     Mengapa mereka harus dihalau?  Karena perbuatan penduduk lokal di situ sangat jahat dan biadab seperti dikatakan oleh pemazmur,  "Mereka mengorbankan anak-anak lelaki mereka, dan anak-anak perempuan mereka kepada roh-roh jahat, dan menumpahkan darah orang yang tak bersalah, darah anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan mereka, yang mereka korbankan kepada berhala-berhala Kanaan, sehingga negeri itu cemar oleh hutang darah."  (Mazmur 106:37-38).  Jadi mereka memiliki kebiasaan mempersembahkan korban kepada dewa-dewa dan hidup dalam kenajisan.  Oleh karena itu Tuhan memperingatkan bangsa Israel dengan keras,  "...jika kamu tidak menghalau penduduk negeri itu dari depanmu, maka orang-orang yang kamu tinggalkan hidup dari mereka akan menjadi seperti selumbar di matamu dan seperti duri yang menusuk lambungmu, dan mereka akan menyesatkan kamu di ngeri yang kamu diami itu."  (Bilangan 33:55).

     Semua penduduk lama yang mendiami Kanaan harus dimusnahkan tanpa terkecuali;  jika tidak, bangsa Israel akan terkena dampak yang tidak baik di kemudian hari.  Namun ternyata bangsa Israel tidak taat sepenuhnya kepada Tuhan.  Mereka tetap berkompromi dengan tidak memusnahkan semua penduduk lama itu.  Akibatnya, perlahan tapi pasti, pengaruh dari kebiasaan-kebiasaan dosa yang dibuat penduduk itu merasuk dan memberi dampak yang luar biasa.  Firman Tuhan berkata,  "Janganlah kamu sesat:  Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik."  (1 Korintus 15:33).

     Tuhan menjanjikan 'Kanaan' kepada kita, suatu kehidupan yang penuh berkat dan pengharapan.  Namun berkat itu tidak akan dapat kita nikmati bila kita masih melakukan kebiasaan lama yang tidak berkenan kepada Tuhan:  taat setengah-setengah!

Jangan sampai dosa menghalangi kita untuk menikmati janji-janji yang disediakan Tuhan!

Tuesday, February 22, 2011

TIDAK ADA TAAT 50% (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Februari 2011 -

Baca:  Bilangan 31:1-24

"Lakukanlah pembalasan orang Israel kepada orang Midian;  kemudian engkau akan dikumpulkan kepada kaum leluhurmu."  Bilangan 31:2

Mengapa Tuhan memberikan perintah kepada Musa untuk menumpas bangsa Midian?  Karena orang-orang Midian telah mencondongkan hati bangsa Israel kepada ilah-ilah lain dan melakukan dosa penyembahan berhala.  Tetapi bangsa Israel tidak melakukannya dengan tuntas, sehingga Musa pun menjadi sangat marah.  Kata Musa,  "Kamu biarkan semua perempuan hidup?  Bukankah perempuan-perempuan ini, atas nasihat Bileam, menjadi sebabnya orang Israel berubah setia terhadap Tuhan dalam hal Peor, sehingga tulah turun ke antara umat Tuhan."  (ayat 15:16).  Bagaimanapun juga hal ini merupakan pelanggaran terhadap perintah Tuhan.

     Tidak ada yang namanya taat setengah-setengah atau 50%.  Itu sama artinya dengan ketidaktaatan.  Ketaatan itu utuh dan lengkap, secara keseluruhan, tidak ada istilah dipilah-pilah.  Contohnya hal pelayanan.  Adalah keharusan bagi setiap orang percaya melayani Tuhan karena itu sebagai wujud kasih kita kepada Tuhan.  Tapi tidak sedikit orang Kristen yang pelayanannya 'jalan', tapi kompromi dengan dosa juga 'jalan'.  Perintah untuk melayani dilakukan, tapi untuk meninggalkan kebiasaan merokok,  "Maaf, nanti dulu."  Untuk memberikan persepuluhan,  "Aku bisa melakukannya, tapi kalau untuk mengampuni musuh atau orang yang pernah menyakiti, maaf aku tidak bisa, kok enak dia?"  Mau bertobat kita masih pilih-pilih, yang mana mau ditinggalkan dan mana yang masih keenakan untuk terus dilakukan;  itu sama dengan ketidaktaatan.

     Apabila kita ingin taat memang ada harga yang harus kita bayar!  Terkadang kita lebih takut pada manusia daripada kepada Tuhan, akibatnya kita masih melakukan ketidaktaatan itu secara sembunyi-sembunyi dengan harapan orang lain tidak tahu, padahal di hadapan Tuhan semua telanjang dan terbuka (baca Ibrani 4:13).  Ingat firman Tuhan kepada jemaat di Laodikia, "Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku."  (Wahyu 3:16).  Jika kita enggan meninggalkan kenyamanan dan tetap berkompromi dengan dosa,  Tuhan akan memuntahkan kita.

Apabila kita merasa tidak mampu, mari datang kepada Tuhan dengan kesungguhan hati, maka Roh Kudus akan menolong dan memberi kekuatan kepada kita!

Monday, February 21, 2011

GOSIP MEMANG ASYIK

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Februari 2011 -

Baca:  Amsal 20:1-30

"Siapa mengumpat, membuka rahasia, sebab itu janganlah engkau bergaul dengan orang yang bocor mulut."   Amsal 20:19

Bergosip adalah salah satu kebiasaan buruk yang disukai hampir setiap orang, terutama bagi wanita atau ibu rumah tangga.  Ada yang bilang kalau bergosip itu adalah kegiatan yang menyenangkan untuk mengisi waktu senggang, bahkan ada yang menjadikan gosip itu sebagai salah satu hobi.  Wah wah wah...

     Apa itu gosip?  Ada yang bilang gosip itu kependekan dari kata  "makin digosok makin sip".  Penggosip adalah orang yang mempunyai kebiasaan menceritakan sensasi atau membicarakan orang lain disertai dengan bumbu-bumbu supaya kian sedap didengar, entah itu beritanya benar atau tidak.  Gosip bersumber dan menyebar ke mana-mana dan dapat menimpa siapa saja, bisa saja di tempat kerja, di sekolah, di lingkungan sekitar rumah, gereja atau pelayanan.  Yang pasti gosip adalah masalah yang serius di hadapan Tuhan, merupakan salah satu jenis perkataan sia-sia yang paling berbahaya karena berdampak buruk dan bisa menghancurkan.  Tidak hanya menghancurkan hidup dan nama baik orang yang diperbincangkan, tetapi juga menghancurkan hidup orang yang bergosip itu sendiri.  Gosip dapat menimbulkan pertengkaran sehingga persaudaraan atau pertemanan menjadi hancur seperti tertulis:  "Siapa menutupi pelanggaran, mengejar kasih, tetapi siapa membangkit-bangkit perkara, menceraikan sahabat yang karib."  (Amsal 17:9).  Orang yang menggosip ibarat orang yang sedang menyiramkan bensin pada api yang sudah menyala.  Bisa dibayangkan...

     Hari ini firman Tuhan memperingatkan kita dengan keras supaya kita menghentikan kebiasaan buruk ini.  Ingat, setiap perkataan kita pada saatnya harus kita pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan,  "Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum."  (Matius 12:37).  Oleh karenanya, siapa pun kita yang suka bergosip, harus segera bertobat jika kita tidak ingin menuai hal yang buruk di kemudian hari.  Biarlah yang keluar dari mulut kita hanyalah perkataan-perkataan yang baik, bermanfaat, membangun, menghibur dan menguatkan, supaya orang lain yang mendengarnya beroleh kasih karunia, sehingga nama Tuhan pun dimuliakan melalui kita.

Adalah sangat mempermalukan nama Tuhan jika masih ada orang Kristen yang menjadi bigos (biang gosip).

Sunday, February 20, 2011

HAL YAKUB: Adilnya Jalan Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Februari 2011 -

Baca:  Kejadian 25:19-34

"Kata Yakub:  'Bersumpahlah dahulu padaku.'  Maka bersumpahlah ia (Esau - Red.)  kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya kepadanya."  Kejadian 25:33

Sosok pribadi Yakub bisa dikatakan sebagai tokoh yang cukup fenomenal dalam Alkitab.  Ia memiliki sifat-sifat yang tidak jauh berbeda dengan kita.  Arti dari nama 'Yakub' sendiri adalah penipu.  Tidak hanya namanya, tapi perbuatannya juga mencerminkan bahwa ia suka menipu, orang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan.  Dengan caranya yang licik Yakub mengakali Esau, saudaranya, agar ia mau menjual hak kesulungannya dengan ditukar semangkuk kacang merah.  Selain itu Yakub juga menipu Ishak, ayahnya, sehingga Ishak pun terpedaya dan memberkati dia dengan berkat kesulungan (baca Kejadian 27:18-26), sehingga Yakub pun menjadi orang yang sangat terberkati.  Menurut penilaian kita sebagai manusia, hal itu terasa aneh.  Mengapa orang yang sedemikian licik dan suka menipu justru sepertinya diberkati oleh Tuhan?  Bagaimana bisa Tuhan memberkati orang yang suka menipu?

     Adalah mustahil bagi kita menyelami jalan dan pikiran Tuhan.  Dikatakan,  "Seperti tingginya langit dan bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu."  (Yesaya 55:9).  Dalam hal ini Esau telah melakukan keteledoran dalam menjaga hak kesulungannya.  Ia memandang rendah hak kesulungan sehingga dengan gampangnya menukarkan itu dengan sepiring makanan.  Alkitab menyatakan,  "Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan."  (Ibrani 12:16).  Sebaliknya Yakub sangat menghargai berkat dan hak kesulungannya, sehingga berbagai upaya ia lakukan untuk mendapatkannya.  Itulah yang menjadi salah satu faktor penyebab dari semua peristiwa tadi, sehingga hak kesulungan itu pun jatuh ke tangan Yakub.  Itu adalah konsekuensi ketidaktaatan Esau kepada Tuhan.

     Karena itu jangan sampai kita memandang rendah kasih karunia Tuhan yang telah diberikan kepada kita, apalagi sampai menukarnya dengan apa pun juga yang ada di dunia ini.  Pada saatnya Yakub pun harus menuai apa yang ia tabur.  Karena telah menipu, akhirnya ia juga sering ditipu oleh Laban.  Yakub dan Esau harus menanggung konsekuensi dari apa yang mereka tabur.

Tuhan itu adil dan tidak dapat dipermainkan, karena itu janganlah main-main dengan dosa!