Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Februari 2020
Baca: Mazmur 130:1-8
"Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi, lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi." Mazmur 130:6
Menunggu memang tak mudah dilakukan, terlebih-lebih saat kita menginginkan sesuatu, maunya keinginan kita terpenuhi seketika itu juga tanpa harus menunggu. Adakah saat ini doa-doa Saudara kepada Tuhan tak kunjung beroleh jawaban? Kesembuhan, jodoh, terbebas dari krisis keuangan, atau apa pun yang menjadi pokok doa Saudara, sabarlah menunggu. Ketidaksabaran menunggu jawaban dari Tuhan justru akan menjadi faktor penghalang untuk kita mengalami penggenapan janji-janji Tuhan.
Penantian yang panjang terkadang membuat orang gampang menyerah dan putus asa, tapi tidak demikian dengan Hana (1 Samuel 1). Penantian panjang justru semakin mengobarkan semangatnya untuk mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh dan semakin tekun. Meskipun tidak mengetahui kapan jawaban dari Tuhan itu datang, Hana tetap menguatkan imannya kepada Tuhan. Ia percaya bahwa janji Tuhan adalah ya dan amin. Karena itu sekalipun situasi sangat sulit, sikap hatinya tak berubah, ia terus bertekun di dalam Tuhan. Apa yang kita doakan memang berada dalam rencana Tuhan, namun karena kita tidak sejalan dengan agenda dan waktu-Nya, maka kelihatannya Tuhan tidak menjawab doa-doa kita, atau menunda-nunda untuk memberikan jawaban.
Ketika jawaban itu belum kunjung tiba, ketika Tuhan tidak menjawab seperti yang kita harapkan, sangatlah mudah kita bersungut-sungut dan kecewa. Ketika Tuhan tampaknya berdiam diri, kita kecewa dan tidak lagi bersemangat mencari Dia. Semangat yang terus mengendur akan berujung kepada keputusasaan. "Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?" (Amsal 18:14). Meski pergumulan yang dilaluinya teramat berat, Hana tetap setia menjalani 'proses', yaitu terus berdoa dan taat melakukan kehendak Tuhan. "...orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka
seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka
berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." (Yesaya 40:31).
"Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya;" Mazmur 62:9
Wednesday, February 26, 2020
Monday, February 24, 2020
SUDAHKAH KITA BERMURAH HATI?
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Februari 2020
Baca: 1 Yohanes 3:11-18
"Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" 1 Yohanes 3:17
Salah satu karakter yang harus dimiliki setiap orang percaya adalah murah hati. "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." (Lukas 6:36). Kristus menegaskan hal ini saat Ia mengajar orang banyak di atas bukit: "Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan." (Matius 5:7). Murah hati berarti memperhatikan orang lain yang sedang dalam kekurangan, menawarkan bantuan kepada mereka yang terluka dan menderita. Murah hati bukan hanya perasaan kasihan terhadap orang yang dalam kesulitan, bukan perasaan simpati yang diberikan dari luar saja, tetapi berusaha mengerti lebih dalam, sehingga dapat melihat dan merasakan apa yang orang lain rasakan. Rasul Yohanes mengatakan jika seseorang memiliki harta lebih, tapi tetap menutup mata atau berpura-pura tidak tahu terhadap saudaranya yang kekurangan, di dalam dirinya tidak ada kasih Tuhan, barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Tuhan, sebab Tuhan adalah kasih (1 Yohanes 4:8).
Mempunyai kemurahan hati berarti punya kepedulian tinggi terhadap orang lain dan mau terlibat. Ia tidak hanya menawarkan kata-kata nasihat atau mengupas panjang lebar ayat-ayat Alkitab di hadapan orang yang sedang dalam kesulitan tanpa berbuat apa-apa, melainkan ada sebuah tindakan: "Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: 'Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!', tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:15-17).
Apa upah bagi seorang pemurah? Tuhan berjanji bahwa mereka yang memperhatikan orang lain dan menunjukkan kemurahan hati akan beroleh kemurahan juga sebagai balasannya, baik dari sesama maupun dari Tuhan sendiri.
"Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka." Lukas 6:31
Baca: 1 Yohanes 3:11-18
"Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" 1 Yohanes 3:17
Salah satu karakter yang harus dimiliki setiap orang percaya adalah murah hati. "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." (Lukas 6:36). Kristus menegaskan hal ini saat Ia mengajar orang banyak di atas bukit: "Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan." (Matius 5:7). Murah hati berarti memperhatikan orang lain yang sedang dalam kekurangan, menawarkan bantuan kepada mereka yang terluka dan menderita. Murah hati bukan hanya perasaan kasihan terhadap orang yang dalam kesulitan, bukan perasaan simpati yang diberikan dari luar saja, tetapi berusaha mengerti lebih dalam, sehingga dapat melihat dan merasakan apa yang orang lain rasakan. Rasul Yohanes mengatakan jika seseorang memiliki harta lebih, tapi tetap menutup mata atau berpura-pura tidak tahu terhadap saudaranya yang kekurangan, di dalam dirinya tidak ada kasih Tuhan, barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Tuhan, sebab Tuhan adalah kasih (1 Yohanes 4:8).
Mempunyai kemurahan hati berarti punya kepedulian tinggi terhadap orang lain dan mau terlibat. Ia tidak hanya menawarkan kata-kata nasihat atau mengupas panjang lebar ayat-ayat Alkitab di hadapan orang yang sedang dalam kesulitan tanpa berbuat apa-apa, melainkan ada sebuah tindakan: "Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: 'Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!', tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:15-17).
Apa upah bagi seorang pemurah? Tuhan berjanji bahwa mereka yang memperhatikan orang lain dan menunjukkan kemurahan hati akan beroleh kemurahan juga sebagai balasannya, baik dari sesama maupun dari Tuhan sendiri.
"Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka." Lukas 6:31
Subscribe to:
Posts (Atom)