Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Juli 2018
Baca: Roma 7:13-26
"Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku." Roma 7:21
Di dalam hidup setiap kita dihadapkan pada pilihan-pilihan atau keputusan-keputusan. Pilihan dan keputusan kita saat ini menentukan kehidupan kita di kemudian hari, menentukan tempat kita di kekekalan nanti (kehidupan kekal atau kebinasaan kekal). Oleh karena itu buatlah pilihan dan keputusan hidup yang benar selagi masih ada kesempatan.
Untuk memiliki kehidupan kekal di sorga tidak ada jalan lain selain harus memiliki gairah untuk hdiup kudus setiap hari. Arti kata 'gairah' adalah keinginan (hasrat, keberanian) yang cukup kuat. Ada dua gairah yang saling berebut kekuasaan dalam hidup seseorang, yaitu gairah hidup manusia lama dan gairah hidup manusia baru. Pergumulan untuk melepaskan diri dari manusia lama juga dirasakan oleh Paulus: "Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang
berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum
dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku." (Roma 7:22-23). Jika gairah hidup manusia lama itu lebih kuat, maka kita semakin dituntun kepada kehidupan yang duniawi. Manusia lama disebut juga keinginan daging, di mana hawa nafsu kedagingan yang menguasai. "Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu
kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa
melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam
Kerajaan Allah." (Galatia 5:19-21).
Gairah hidup yang mana yang menguasai dan mendominasi begitu kuat dalam hidup Saudara? Ingat! Sasaran hidup orang percaya adalah menjadi mempelai Kristus yang dewasa rohani dan tak bercacat cela. Maka dari itu milikilah gairah untuk hidup kudus dengan menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru. "...hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging." (Galatia 5:16).
Ketidaksediaan menanggalkan manusia lama akan berujung pada penolakan Tuhan!
Sunday, July 1, 2018
Saturday, June 30, 2018
HUKUM TABUR TUAI (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Juni 2018
Baca: Pengkhotbah 11:1-8
"Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik." Pengkhotbah 11:6
Seringkali kita menuntut Tuhan untuk memberkati hidup kita tapi kita tak mau taat melakukan kehendak-Nya. Kita berharap pelayanan di gereja makin maju dan berhasil, tapi seringkali kita sendiri enggan menabur waktu bersaat teduh, membaca dan merenungkan firman Tuhan, mempersiapkan khotbah dengan baik, mempelajari lagu-lagu rohani, malas membezuk jemaat, dan sebagainya. Jika kita tidak menabur apa-apa, tak mau menabur apa-apa, tak mau membayar harga, jangan berharap kita akan menuai sesuatu. Alkitab menyatakan: "Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga." (2 Korintus 9:6).
Prinsip ke-2 tabur tuai: Ada waktu untuk menunggu. Kita semua tahu bahwa ketika kita menabur tak mungkin seketika itu kita akan menuai. Benih yang ditanam butuh waktu untuk tumbuh dan berkembang, dan barulah menghasilkan buah. Itu artinya ada proses waktu! "Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi." (Yakobus 5:7b). Dalam hal ini dibutuhkan ketekunan dan kesabaran! Betapa banyak orang kristen tidak sabar menunggu waktu Tuhan, dan karena ketidaksabarannya ini mereka tidak mengalami penggenapan janji Tuhan. Ingat! Di dalam Tuhan tidak ada yang instan! Kecuali kasus khusus seperti yang terjadi pada kisah Yunus, di mana Tuhan mempercepat pertumbuhan pohon jarak, yang dalam semalam ketinggiannya melebihi kepala Yunus, sehingga ia dapat berteduh di bawahnya (Yunus 4:6, 10).
Dalam hal menabur kita juga harus memperhatikan kualitas benih. Jika ingin memperoleh tuaian yang baik maka benih yang ditabur haruslah benih yang baik pula. Sebaliknya kita pasti akan menuai keburukan bila yang kita tabur adalah hal-hal jahat. Karena itu "Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah." (Galatia 6:9).
Menabur dalam daging menuai kebinasaan, menabur dalam Roh menuai hidup kekal. Mana yang Saudara pilih?
Baca: Pengkhotbah 11:1-8
"Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik." Pengkhotbah 11:6
Seringkali kita menuntut Tuhan untuk memberkati hidup kita tapi kita tak mau taat melakukan kehendak-Nya. Kita berharap pelayanan di gereja makin maju dan berhasil, tapi seringkali kita sendiri enggan menabur waktu bersaat teduh, membaca dan merenungkan firman Tuhan, mempersiapkan khotbah dengan baik, mempelajari lagu-lagu rohani, malas membezuk jemaat, dan sebagainya. Jika kita tidak menabur apa-apa, tak mau menabur apa-apa, tak mau membayar harga, jangan berharap kita akan menuai sesuatu. Alkitab menyatakan: "Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga." (2 Korintus 9:6).
Prinsip ke-2 tabur tuai: Ada waktu untuk menunggu. Kita semua tahu bahwa ketika kita menabur tak mungkin seketika itu kita akan menuai. Benih yang ditanam butuh waktu untuk tumbuh dan berkembang, dan barulah menghasilkan buah. Itu artinya ada proses waktu! "Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi." (Yakobus 5:7b). Dalam hal ini dibutuhkan ketekunan dan kesabaran! Betapa banyak orang kristen tidak sabar menunggu waktu Tuhan, dan karena ketidaksabarannya ini mereka tidak mengalami penggenapan janji Tuhan. Ingat! Di dalam Tuhan tidak ada yang instan! Kecuali kasus khusus seperti yang terjadi pada kisah Yunus, di mana Tuhan mempercepat pertumbuhan pohon jarak, yang dalam semalam ketinggiannya melebihi kepala Yunus, sehingga ia dapat berteduh di bawahnya (Yunus 4:6, 10).
Dalam hal menabur kita juga harus memperhatikan kualitas benih. Jika ingin memperoleh tuaian yang baik maka benih yang ditabur haruslah benih yang baik pula. Sebaliknya kita pasti akan menuai keburukan bila yang kita tabur adalah hal-hal jahat. Karena itu "Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah." (Galatia 6:9).
Menabur dalam daging menuai kebinasaan, menabur dalam Roh menuai hidup kekal. Mana yang Saudara pilih?
Subscribe to:
Posts (Atom)