Saturday, June 30, 2018

HUKUM TABUR TUAI (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Juni 2018

Baca:  Pengkhotbah 11:1-8

"Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik."  Pengkhotbah 11:6

Seringkali kita menuntut Tuhan untuk memberkati hidup kita tapi kita tak mau taat melakukan kehendak-Nya.  Kita berharap pelayanan di gereja makin maju dan berhasil, tapi seringkali kita sendiri enggan menabur waktu bersaat teduh, membaca dan merenungkan firman Tuhan, mempersiapkan khotbah dengan baik, mempelajari lagu-lagu rohani, malas membezuk jemaat, dan sebagainya.  Jika kita tidak menabur apa-apa, tak mau menabur apa-apa, tak mau membayar harga, jangan berharap kita akan menuai sesuatu.  Alkitab menyatakan:  "Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga."  (2 Korintus 9:6).

     Prinsip ke-2 tabur tuai:  Ada waktu untuk menunggu.  Kita semua tahu bahwa ketika kita menabur tak mungkin seketika itu kita akan menuai.  Benih yang ditanam butuh waktu untuk tumbuh dan berkembang, dan barulah menghasilkan buah.  Itu artinya ada proses waktu!  "Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi."  (Yakobus 5:7b).  Dalam hal ini dibutuhkan ketekunan dan kesabaran!  Betapa banyak orang kristen tidak sabar menunggu waktu Tuhan, dan karena ketidaksabarannya ini mereka tidak mengalami penggenapan janji Tuhan.  Ingat!  Di dalam Tuhan tidak ada yang instan!  Kecuali kasus khusus seperti yang terjadi pada kisah Yunus, di mana Tuhan mempercepat pertumbuhan pohon jarak, yang dalam semalam ketinggiannya melebihi kepala Yunus, sehingga ia dapat berteduh di bawahnya  (Yunus 4:6, 10).

     Dalam hal menabur kita juga harus memperhatikan kualitas benih.  Jika ingin memperoleh tuaian yang baik maka benih yang ditabur haruslah benih yang baik pula.  Sebaliknya kita pasti akan menuai keburukan bila yang kita tabur adalah hal-hal jahat.  Karena itu  "Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah."  (Galatia 6:9).

Menabur dalam daging menuai kebinasaan, menabur dalam Roh menuai hidup kekal.  Mana yang Saudara pilih?

No comments:

Post a Comment