Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Juni 2018
Baca: Yesaya 43:1-7
"semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku, yang Kubentuk dan yang juga Kujadikan!" Yesaya 43:7
Tujuan hidup orang percaya adalah memuliakan Tuhan di segala aspek kehidupan. Hidup yang memuliakan Tuhan adalah hidup yang menjadi berkat, kesaksian, dan teladan. Inilah suatu kehidupan yang berkualitas, kehidupan yang di atas rata-rata, bukan hidup yang biasa-biasa saja, bukan hidup yang terbawa oleh arus dunia ini.
Hidup yang memuliakan Tuhan itu tidak dibatasi oleh faktor usia atau seberapa lama orang menjadi Kristen, sebab tidak sedikit orang yang sudah mengikut Tuhan selama bertahun-tahun atau yang ditinjau dari faktor usia sudah sangat dewasa (tua), tetapi hidupnya masih belum memuliakan Tuhan, kerohaniannya masih saja kanak-kanak. Ada tertulis: "Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya
menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari
penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil." (Ibrani 5:12-13). Sebaliknya ada banyak orang muda yang kehidupannya justru mampu membawa kemuliaan bagi Tuhan alias menjadi berkat (kesaksian) yang baik. Karena itu rasul Paulus menasihati Timotius agar tidak merasa rendah diri karena kemudaannya: "Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah
teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah
lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (1 Timotius 4:12).
Orang muda akan memiliki kehidupan yang memuliakan Tuhan apabila sedari awal ia sudah diajar, dididik dan ditanamkan nilai-nilai kebenaran firman Tuhan. Dalam hal ini orangtua memiliki peran yang sangat penting. "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." (Amsal 22:6). Sadar atau tidak, orang-orang muda kini sedang menjadi incaran Iblis. Iblis sangat mengingini mereka hancur dalam studi, hancur dalam pergaulan, hancur dalam pelayanan. Jika semuanya hancur, hidup mereka tidak lagi berdampak.
Dewasa rohani dan menjadi kesaksian adalah tanda seseorang punya kehidupan yang memuliakan Tuhan!
Wednesday, June 27, 2018
Tuesday, June 26, 2018
MENGEJAR MAHKOTA ABADI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Juni 2018
Baca: 1 Korintus 9:24-27
"Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi." 1 Korintus 9:25
Prestasi gemilang berhasil ditorehkan oleh pasangan ganda putera Indonesia yaitu Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon yang berhasil meraih gelar juara baru di "All England 2018 BWF World Tour Super 1000" beberapa waktu yang lalu. Berarti pasangan ini mampu mempertahankan gelar untuk yang keduakalinya. Sungguh...suatu prestasi yang sangat membanggakan! Mereka pun mendapatkan sambutan yang sangat meriah setibanya di tanah air dan bonus pun mengalir deras! Demi memperoleh mahkota kemenangan ini ada harga yang harus dibayar oleh seorang atlet: berlatih keras, patuh pada instruksi pelatih, menjaga pola makan dan memiliki kedisiplinan tinggi. Mahkota kemenangan bagi seorang atlet adalah piala, medali, bonus uang, dan popularitas!
Rasul Paulus menggambarkan bahwa kehidupan rohani pun seperti suatu kejuaraan olahraga. Yang membedakannya adalah hal mahkota. Dalam pertandingan iman, setiap kita berjuang untuk mendapatkan mahkota yang abadi; dan untuk mendapatkan mahkota yang abadi itu ada harga yang harus dibayar juga! Karena itu "...aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak." (1 Korintus 9:27). Tuhan rindu memberkati anak-anak-Nya di segala bidang yang ditekuninya dan Ia berjanji untuk menambahkan semua berkat itu jika kita mau mendahulukan Dia dan kebenaran-Nya (Matius 6:33). Namun ukuran kesuksesan sejati orang percaya bukanlah berkenaan dengan berkat-berkat materi (kekayaan, pangkat atau ketenaran), melainkan sebuah mahkota abadi yang akan Tuhan berikan kelak.
Rasul Paulus harus mengalami penderitaan demi melayani Tuhan, bahkan pada masa tuanya ia harus sendirian berada di penjara dan akhirnya meninggal dipancung. Menurut ukuran dunia ia bukanlah orang yang sukses. Tetapi menjelang akhir hidup Paulus dengan rasa bangga berkata, "Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman." (2 Timotius 4:7).
Mahkota abadi adalah ukuran kesuksesan yang sejati bagi orang percaya!
Baca: 1 Korintus 9:24-27
"Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi." 1 Korintus 9:25
Prestasi gemilang berhasil ditorehkan oleh pasangan ganda putera Indonesia yaitu Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon yang berhasil meraih gelar juara baru di "All England 2018 BWF World Tour Super 1000" beberapa waktu yang lalu. Berarti pasangan ini mampu mempertahankan gelar untuk yang keduakalinya. Sungguh...suatu prestasi yang sangat membanggakan! Mereka pun mendapatkan sambutan yang sangat meriah setibanya di tanah air dan bonus pun mengalir deras! Demi memperoleh mahkota kemenangan ini ada harga yang harus dibayar oleh seorang atlet: berlatih keras, patuh pada instruksi pelatih, menjaga pola makan dan memiliki kedisiplinan tinggi. Mahkota kemenangan bagi seorang atlet adalah piala, medali, bonus uang, dan popularitas!
Rasul Paulus menggambarkan bahwa kehidupan rohani pun seperti suatu kejuaraan olahraga. Yang membedakannya adalah hal mahkota. Dalam pertandingan iman, setiap kita berjuang untuk mendapatkan mahkota yang abadi; dan untuk mendapatkan mahkota yang abadi itu ada harga yang harus dibayar juga! Karena itu "...aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak." (1 Korintus 9:27). Tuhan rindu memberkati anak-anak-Nya di segala bidang yang ditekuninya dan Ia berjanji untuk menambahkan semua berkat itu jika kita mau mendahulukan Dia dan kebenaran-Nya (Matius 6:33). Namun ukuran kesuksesan sejati orang percaya bukanlah berkenaan dengan berkat-berkat materi (kekayaan, pangkat atau ketenaran), melainkan sebuah mahkota abadi yang akan Tuhan berikan kelak.
Rasul Paulus harus mengalami penderitaan demi melayani Tuhan, bahkan pada masa tuanya ia harus sendirian berada di penjara dan akhirnya meninggal dipancung. Menurut ukuran dunia ia bukanlah orang yang sukses. Tetapi menjelang akhir hidup Paulus dengan rasa bangga berkata, "Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman." (2 Timotius 4:7).
Mahkota abadi adalah ukuran kesuksesan yang sejati bagi orang percaya!
Subscribe to:
Posts (Atom)