Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Februari 2018
Baca: Yohanes 4:1-42
"Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya
karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi: "Ia mengatakan kepadaku
segala sesuatu yang telah kuperbuat." Yohanes 4:39
Tuhan Yesus tahu apa yang menjadi pergumulan perempuan Samaria itu: "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia
yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta
kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup." (Yohanes 4:10). Tetapi, perempuan itu salah menangkap maksud Tuhan yang sesungguhnya, "Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air." (Yohanes 4:15). Ia mengira bahwa air yang Tuhan tawarkan adalah air yang dapat memenuhi kebutuhan jasmaninya (terlepas dari haus), sehingga ia tidak perlu lagi bersusah payah untuk mengambil air ke sumur, yang biasa dilakukannya secara sembunyi-sembunyi agar orang lain tidak melihatnya.
Air hidup yang dimaksud adalah sumber yang memenuhi kebutuhan rohani yang sangat dibutuhkan oleh manusia yaitu hidup yang berkelimpahan, hidup yang kekal. "...air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk
selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan
menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai
kepada hidup yang kekal." (Yohanes 4:14). Tuhan Yesus menawarkan pemecahan akar masalah yang dihadapi oleh perempuan Samaria ini dengan memberikan hidup yang kekal dan kasih yang tak bersyarat. Dan Air Hidup ini hanya dapat diperoleh di dalam Pribadi Tuhan Yesus. "Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh
Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup." (Yohanes 7:38). Perempuan Samaria berpikir bahwa menyendiri adalah cara terbaik untuk lari dari masalah, yaitu agar terhindar adari ancaman sosial.
Setelah mendengar perkataan Tuhan, segeralah "...perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ: 'Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat.'" (Yohanes 4:29). Setelah mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus kehidupan perempuan Samaria itu diubahkan dan luka-luka batinnya disembuhkan.
"TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya." Mazmur 34:19
Saturday, February 17, 2018
Friday, February 16, 2018
KRISTUS: Penyembuh Luka Hati (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Februari 2018
Baca: Yohanes 4:1-42
"Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya." Yohanes 4:13-14a
Dikisahkan bahwa ketika melintasi daerah Samaria sampailah Tuhan Yesus di sebuah kota yang bernama Sikhar. Setelah menempuh perjalanan jauh, letihlah Ia dan kemudian beristirahat sambil duduk di tepi sumur. Di situ Tuhan bertemu dengan seorang perempuan Samaria yang hendak menimba air. Orang Samaria merupakan warga campuran yang dibenci dan dianggap rendah oleh orang-orang Yahudi. Karena itu ketika Tuhan berkata, "Berilah Aku minum.", perempuan itu pun menjawab, "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (Yohanes 4:7, 9); apalagi perempuan Samaria ini dikenal memiliki latar belakang hidup yang buruk (pendosa): pernah hidup dengan banyak lelaki dan kemudian menceraikan mereka semuanya. Pada zaman itu perempuan tidak bisa menceraikan pria (suaminya). Selain itu ia juga sedang tinggal dengan laki-laki yang bukan suaminya.
Karena sudah dicap buruk, perempuan Samaria ini dipandang rendah, dijauhi dan dikucilkan oleh lingkungan. Itulah sebabnya ia dengan sengaja mengambil air ke sumur sendirian pada pukul 12 siang hari, untuk menghindarkan diri bertemu dengan orang banyak. Menurut tradisi di tanah Palestina, umumnya para perempuan pergi keluar untuk mengambil air pada waktu petang hari dan itu pun dilakukan secara berkelompok (kejadian 24:11). Bisa dikatakan perempuan Samaria itu sedang mengalami luka-luka batin yang teramat dalam. Secara batiniah ia mengalami kesepian dan kehausan karena kebutuhan emosional dan kebutuhan sosialnya tidak terpenuhi. Itulah sebabnya ia terus mencari kepuasan dengan menjalin hubungan dengan banyak laki-laki, tapi ia tetap tidak menemukan solusi untuk masalah yang dialaminya.
Pada hakikatnya manusia memiliki dua kebutuhan yang sangat mendasar yaitu ingin dikasihi dan dihargai. Jika salah satu kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, orang akan merasa kesepian. Kesepian adalah suatu perasaan di mana seseorang merasa sendiri, ditinggalkan, dikucilkan, dikesampingkan, tak dianggap. Kamus Webster mendefinisikan kesepian sebagai perasaan terpisah dari yang lain, terisolasi, tidak bahagia dalam kesendirian, membutuhkan teman atau kelompok sosial.
Baca: Yohanes 4:1-42
"Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya." Yohanes 4:13-14a
Dikisahkan bahwa ketika melintasi daerah Samaria sampailah Tuhan Yesus di sebuah kota yang bernama Sikhar. Setelah menempuh perjalanan jauh, letihlah Ia dan kemudian beristirahat sambil duduk di tepi sumur. Di situ Tuhan bertemu dengan seorang perempuan Samaria yang hendak menimba air. Orang Samaria merupakan warga campuran yang dibenci dan dianggap rendah oleh orang-orang Yahudi. Karena itu ketika Tuhan berkata, "Berilah Aku minum.", perempuan itu pun menjawab, "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (Yohanes 4:7, 9); apalagi perempuan Samaria ini dikenal memiliki latar belakang hidup yang buruk (pendosa): pernah hidup dengan banyak lelaki dan kemudian menceraikan mereka semuanya. Pada zaman itu perempuan tidak bisa menceraikan pria (suaminya). Selain itu ia juga sedang tinggal dengan laki-laki yang bukan suaminya.
Karena sudah dicap buruk, perempuan Samaria ini dipandang rendah, dijauhi dan dikucilkan oleh lingkungan. Itulah sebabnya ia dengan sengaja mengambil air ke sumur sendirian pada pukul 12 siang hari, untuk menghindarkan diri bertemu dengan orang banyak. Menurut tradisi di tanah Palestina, umumnya para perempuan pergi keluar untuk mengambil air pada waktu petang hari dan itu pun dilakukan secara berkelompok (kejadian 24:11). Bisa dikatakan perempuan Samaria itu sedang mengalami luka-luka batin yang teramat dalam. Secara batiniah ia mengalami kesepian dan kehausan karena kebutuhan emosional dan kebutuhan sosialnya tidak terpenuhi. Itulah sebabnya ia terus mencari kepuasan dengan menjalin hubungan dengan banyak laki-laki, tapi ia tetap tidak menemukan solusi untuk masalah yang dialaminya.
Pada hakikatnya manusia memiliki dua kebutuhan yang sangat mendasar yaitu ingin dikasihi dan dihargai. Jika salah satu kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, orang akan merasa kesepian. Kesepian adalah suatu perasaan di mana seseorang merasa sendiri, ditinggalkan, dikucilkan, dikesampingkan, tak dianggap. Kamus Webster mendefinisikan kesepian sebagai perasaan terpisah dari yang lain, terisolasi, tidak bahagia dalam kesendirian, membutuhkan teman atau kelompok sosial.
Subscribe to:
Posts (Atom)