Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Januari 2018
Baca: Yesaya 30:18-26
"Sebab itu TUHAN menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya
kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab TUHAN
adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan
Dia!" Yesaya 30:18
Masalah yang dialami oleh manusia bisa berasal dari dalam atau disebabkan oleh pihak luar. Dari dalam yaitu karena kesalahan yang diperbuatnya (Yakobus 1:14), sedangkan dari luar adalah karena perlakuan atau perbuatan jahat orang lain. Dalam kondisi seperti itu semua orang pasti mengharapkan adanya jalan keluar sesegera mungkin. Di tengah keterbatasan dan ketidakberdayaan ini kita sangat menantikan uluran tangan Tuhan. Pada saat menantikan pertolongan dari Tuhan ini timbul masalah lain yaitu berkenaan dengan sikap hati kita yang cenderung tidak sabar menunggu waktu Tuhan.
Dalam masa menunggu ini kita seringkali lemah dan putus asa, karena kita merasa bosan dan tidak lagi sabar ketika melihat kenyataan masih belum seperti yang diharapkan. Kemudian kita mendesak Tuhan dan cenderung memaksa Dia untuk segera menolong menurut cara dan waktu kita. Seorang yang dewasa rohani seharusnya tidak bersikap demikian, melainkan belajar tetap sabar dan terus bertekun menanti-nantikan Tuhan, karena ia sangat percaya bahwa Tuhan memiliki waktu tersendiri, dan terbaik. Belajarlah dari Saul yang karena ketidaksabarannya menunggu waktu Tuhan harus menanggung akibat sangat fatal yaitu ditolak menjadi raja. Berkatalah Samuel, "...sedianya TUHAN mengokohkan kerajaanmu atas orang Israel untuk selama-lamanya. Tetapi sekarang kerajaanmu tidak akan tetap. TUHAN telah memilih seorang
yang berkenan di hati-Nya dan TUHAN telah menunjuk dia menjadi raja
atas umat-Nya, karena engkau tidak mengikuti apa yang diperintahkan
TUHAN kepadamu." (1 Samuel 13:13-14).
Rasul Paulus menasihati, "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4). Nasihat untuk bersukacita senantiasa dalam Tuhan mengindikasikan bahwa dalam segala keadaan kita harus mampu menjaga hati untuk tidak menjadi takut dan kuatir. Kita perlu belajar untuk menantikan waktu Tuhan, walaupun keadaan serasa tidak ada harapan dan terlambat, seperti yang dialami Lazarus (Yohanes 11:17, 21).
Orang yang menanti-nantikan Tuhan pasti tidak akan dipermalukan (Mazmur 25:3).
Wednesday, January 10, 2018
Tuesday, January 9, 2018
DAMAI SEJAHTERA SEJATI MILIK ORANG BENAR (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Januari 2018
Baca: Yohanes 14:15-31
"Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu." Yohanes 14:27
Ketika diperhadapkan dengan masalah, yang seringkali timbul di pikiran adalah hal-hal negatif (marah, kecewa, stres, mengasihani diri sendiri dan sebagainya). Hal itu membuat kita merasa lelah dan kehilangan damai sejahtera. Rasul Paulus menasihati, "...saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8). Kita akan mengalami damai sejahtera yang sejati ketika pikiran kita dipenuhi dengan hal-hal yang positif (sesuai firman Tuhan).
Milikilah penyerahan diri penuh kepada Tuhan. Berserah kepada Tuhan berarti menempatkan kehendak Tuhan sebagai yang terutama, meminta petunjuk Tuhan jalan apa yang harus kita ambil di tengah pergumulan yang kita hadapi. Orang yang berserah kepada Tuhan melangkah dan bertindak sesuai kehendak Tuhan. Pada saat itulah Tuhan akan bertindak, menuntun kita kepada kemenangan dan memberikan damai sejahtera-Nya. "Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang." (Mazmur 37:5-6). Kita akan mengalami damai sejahtera yang sejati jika kita selalu mengarahkan pandangan kepada Tuhan dan janji firman-Nya. Seringkali kita kehilangan damai sejahtera karena kita terfokus kepada hal-hal yang tampak secara kasat mata, pikiran kita hanya tertuju kepada masalah. Celah itu dimanfaatkan Iblis untuk menanamkan benih-benih kekecewaan, ketidakpercayaan, keraguan, keputusasaan dan sebagainya. Iblis selalu berusaha mengalihkan arah pandang kita supaya pandangan kita tidak fokus ke depan, melainkan menoleh ke belakang dan mengingat-ingat masa lalu.
Belajarlah seperti rasul Paulus: "Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal." (2 Korintus 4:18), dan tetap mengarahkan pandangan ke depan (Filipi 3:13-14).
"Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." Filipi 4:7
Baca: Yohanes 14:15-31
"Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu." Yohanes 14:27
Ketika diperhadapkan dengan masalah, yang seringkali timbul di pikiran adalah hal-hal negatif (marah, kecewa, stres, mengasihani diri sendiri dan sebagainya). Hal itu membuat kita merasa lelah dan kehilangan damai sejahtera. Rasul Paulus menasihati, "...saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8). Kita akan mengalami damai sejahtera yang sejati ketika pikiran kita dipenuhi dengan hal-hal yang positif (sesuai firman Tuhan).
Milikilah penyerahan diri penuh kepada Tuhan. Berserah kepada Tuhan berarti menempatkan kehendak Tuhan sebagai yang terutama, meminta petunjuk Tuhan jalan apa yang harus kita ambil di tengah pergumulan yang kita hadapi. Orang yang berserah kepada Tuhan melangkah dan bertindak sesuai kehendak Tuhan. Pada saat itulah Tuhan akan bertindak, menuntun kita kepada kemenangan dan memberikan damai sejahtera-Nya. "Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang." (Mazmur 37:5-6). Kita akan mengalami damai sejahtera yang sejati jika kita selalu mengarahkan pandangan kepada Tuhan dan janji firman-Nya. Seringkali kita kehilangan damai sejahtera karena kita terfokus kepada hal-hal yang tampak secara kasat mata, pikiran kita hanya tertuju kepada masalah. Celah itu dimanfaatkan Iblis untuk menanamkan benih-benih kekecewaan, ketidakpercayaan, keraguan, keputusasaan dan sebagainya. Iblis selalu berusaha mengalihkan arah pandang kita supaya pandangan kita tidak fokus ke depan, melainkan menoleh ke belakang dan mengingat-ingat masa lalu.
Belajarlah seperti rasul Paulus: "Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal." (2 Korintus 4:18), dan tetap mengarahkan pandangan ke depan (Filipi 3:13-14).
"Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." Filipi 4:7
Subscribe to:
Posts (Atom)