Thursday, September 7, 2017

SEBERAT APA PUN JANGAN MENGGERUTU

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 September 2017

Baca:  Kisah Para Rasul 16:6-35

"Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana."  Kisah 16:10

Pada suatu malam rasul Paulus mendapat penglihatan, tampaklah seorang Makedonia berseru kepadanya:  "Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!"  (Kisah 16:9).  Ia percaya penglihatan itu merupakan panggilan Tuhan untuk mengabarkan injil kepada orang-orang di sana.  Segeralah Paulus dan Silas merespons panggilan Tuhan ini dan pergi menuju ke daerah penginjilan baru itu.

     Begitu sampai di wilayah Makedonia bagaimana reaksi orang-orang?  Ketika Paulus dan Silas sampai di Filipi banyak orang menentang keras.  Mereka menyeret Paulus dan Silas ke pasar dan menghadapkannya kepada penguasa kota:  pakaian mereka dikoyak dan didera berkali-kali, lalu keduanya dimasukkan ke dalam ruang penjara yang paling tengah dengan kaki terbelenggu dalam pasungan.  Seandainya Paulus dan Silas berkarakter seperti orang-orang Kristen kebanyakan pastilah mereka mengeluh, bersungut-sungut, menggerutu, marah kepada Tuhan.  Mungkin mereka berkata,  "Aku sudah taat mengerjakan panggilan-Mu, mengapa seperti ini?"  Tapi Paulus dan Silas adalah hamba Tuhan yang patut diteladani.  Dalam situasi sulit mereka tetap memuliakan nama Tuhan.  "Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka."  (Kisah 16:25).

     Paulus dan Silas percaya ada rencana Tuhan yang indah di balik penderitaan yang dialaminya.  Seringkali kita juga mengalami penderitaan karena kesetiaan kita dalam melayani Tuhan dan hidup benar.  Namun seringkali kita menggerutu dan menyalahkan Tuhan.  Kita lupa bahwa Tuhan bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia, yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana-Nya  (baca  Roma 8:28).

"Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya."  1 Petrus 2:21

Wednesday, September 6, 2017

YABES: Menang Atas Penderitaan (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 September 2017

Baca:  1 Tawarikh 4:9-10

"Dan Allah mengabulkan permintaannya itu."  1 Tawarikh 4:10b

Yabes berdoa,  "Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!"  (1 Tawarikh 4:10).  Ini merupakan cermin iman!  ia berkeyakinan Tuhan sanggup melakukan segala perkara.  Permohonannya untuk memberkati, memperluas daerah, menyertai dan melindungi adalah wujud tanggung jawabnya terhadap tugas-tugas yang harus diembannya, yaitu tugas dan tanggung jawab kepuakan.  Puak artinya golongan, kelompok atau kaum  (golongan keluarga, suku bangsa).  Yabes berdoa bukan untuk kepentingan diri sendiri, tapi untuk banyak orang, dan bertujuan untuk kemuliaan nama Tuhan.  Ini berbicara tentang motivasi atau sikap hati!

     Betapa banyak orang Kristen yang kecewa karena doa-doanya tidak dijawab Tuhan.  Seharusnya kita mengoreksi diri mengapa doa kita tidak dijawab?  Karena kita memiliki motivasi yang salah saat berdoa.  Jangan sampai terselip sedikitpun untuk mencari kemuliaan diri sendiri, atau ada motivasi terselubung.  "Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu."  (Yakobus 4:3).  Ingat!  Tuhan menyelidiki hati dan menguji batin kita, Ia tahu motivasi hati kita saat berdoa.

     Rahasia ke-3 doa Yabes:  Untuk kemuliaan nama Tuhan.  Kehendak Tuhan adalah memberkati kita dengan hidup berlimpah dan lebih dari pemenang, dengan tujuan supaya kita menjadi berkat sehingga Tuhan dipermuliakan melalui hidup kita.  Yabes mempertanggungjawabkan berkat-berkatnya bukan untuk dirinya sendiri, melainkan terlebih untuk puaknya.  Perluasan kekuasaan berkaitan dengan pemashyuran nama Tuhan.  Yabes sadar bahwa tanpa Tuhan semuanya sia-sia, karena segala sesuatu yang diterimanya itu berasal dari Tuhan dan karena campur tangan-Nya semata.  Pengakuan sedemikian ini membuat Tuhan berkenan kepadanya.  Kesadaran itu sejalan dengan pernyataan Tuhan Yesus bahwa di luar Dia kita tidak dapat berbuat apa-apa  (Yohanes 15:7).  Segala sesuatu yang kita kerjakan haruslah untuk memuliakan nama Tuhan!

Karena melibatkan Tuhan dan mengandalkan-Nya, hidup Yabes dipulihkan dan menjadi berkat!