Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Maret 2015
Baca: Matius 6:19-24
"Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat
tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya." Matius 6:20
Jika dibaca sepintas ayat firman Tuhan hari ini yang perikopnya tentang mengumpulkan harta, kita akan berpikir bahwa Tuhan tidak menghendaki umat-Nya mengumpulkan harta selama menjalani hidup di dunia ini. Tidak demikian! Tuhan Yesus sediri berkata, "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10b). Ada banyak tokoh di dalam Alkitab yang hidupnya diberkati Tuhan secara melimpah alias kaya raya, salah satu contohnya adalah Ishak. Alkitab menyatakan bahwa Ishak "...menjadi kaya, bahkan kian lama kian kaya, sehingga ia menjadi sangat kaya." (Kejadian 26:13).
Yang Tuhan inginkan adalah tidak semata-mata kita mengejar materi duniawi atau berlomba-lomba mengumpulkan harta yang sifatnya hanya sementara dan tidak abadi, "Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar." (1 Timotius 6:7). Ayub pun menyadarinya, "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya." (Ayub 1:21). Jadi bukan apa yang kita miliki yang menjadi persoalan, namun apa yang menguasai hidup kita inilah yang Tuhan peringatkan!
Jadi Tuhan memerintahkan kita untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya 'harta' di sorga, di mana ngengat dan karat tidak bisa merusakkannya dan pencuri tidak bisa membongkar serta mencurinya. Inilah harta yang sesungguhnya dan bersifat abadi! Ada tertulis: "Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas." (Amsal 22:1). Sekaya-kayanya seseorang, bila hartanya berasal dari korupsi, merampok, menipu, memeras dan sebagainya, ia tidak memiliki 'harga' di mata sesamanya, terlebih-lebih di hadapan Tuhan. Walaupun mungkin seorang miskin di mata manusia, tapi jika ia memiliki kehidupan yang benar dan jujur di hadapan Tuhan dan juga manusia, maka sesungguhnya ia memiliki harta yang sejati. "Lebih baik seorang miskin yang bersih kelakuannya," (Amsal 19:1), daripada kaya tapi buruk kelakuannya.
Betapa pun kaya seseorang, yang dipuji Tuhan adalah kesalehan dan ketaatannya!
Wednesday, March 18, 2015
Tuesday, March 17, 2015
BERHALA MODERN: Bisnis dan Jabatan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Maret 2015
Baca: 1 Yohanes 2:15-17
"Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya." 1 Yohanes 2:17
Bentuk lain berhala-berhala masa kini adalah bisnis dan jabatan. Berbisnis, bekerja, berkarir dan menduduki sebuah jabatan merupakan impian semua orang. Tetapi kalau seseorang tidak mampu menjaga sikap hatinya, maka bisnis atau pekerjaan dan juga jabatan bisa saja menjadi berhala bagi dirinya. Bagaimana mungkin bisnis dan jabatan bisa menjadi berhala? Kalau begitu kita tidak perlu bekerja dan berusaha. Bukankah kita perlu makan dan memenuhi kebutuhan hidup lainnya? Kalau kita tidak bekerja, bagaimana mungkin kita mendapatkan uang dan bisa bertahan hidup?
Memang benar sekali bahwa setiap orang perlu bekerja untuk mencari nafkah, tapi ada orang-orang tertentu yang bekerja sepanjang hari dan menempatkan pekerjaan atau karir sebagai hal yang jauh lebih penting dan paling utama dalam hidupnya. Hari-harinya disibukkan dengan urusan bisnis dan bisnis, sampai-sampai berkata: "Aku sangat sibuk, aku tidak punya waktu lagi untuk ikut-ikut persekutuan atau bergabung dalam pelayan di gereja. Maaf!" Ada pula yang enggan menutup tokonya pada hari Minggu karena ramai pembeli. Jam-jam ibadah dikesampingkan tanpa ada rasa bersalah sedikit pun. Kita lupa bahwa waktu adalah milik Tuhan dan sepenuhnya di bawah kendali-Nya, sementara kita dipanggil untuk menggunakan waktu dengan baik dan bijak. "Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba." (Pengkotbah 9:12).
Demi mendapatkan jabatan ada orang yang menghalalkan segala cara, dan karena iming-iming jabatan pula ada orang percaya yang memilih berkompromi dengan dunia, melepaskan iman dan menyangkal Tuhan Yesus. Pengorbanan Kristus di kayu salib dianggapnya sebagai hal yang murahan sehingga bisa ditukar-tukar. Rasul Paulus sudah memperingatkan, "...janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya." (Ibrani 10:35).
Prioritaskan Tuhan terlebih dahulu, maka Tuhan pasti akan memberkati usaha kita dan mengangkat hidup kita!
Baca: 1 Yohanes 2:15-17
"Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya." 1 Yohanes 2:17
Bentuk lain berhala-berhala masa kini adalah bisnis dan jabatan. Berbisnis, bekerja, berkarir dan menduduki sebuah jabatan merupakan impian semua orang. Tetapi kalau seseorang tidak mampu menjaga sikap hatinya, maka bisnis atau pekerjaan dan juga jabatan bisa saja menjadi berhala bagi dirinya. Bagaimana mungkin bisnis dan jabatan bisa menjadi berhala? Kalau begitu kita tidak perlu bekerja dan berusaha. Bukankah kita perlu makan dan memenuhi kebutuhan hidup lainnya? Kalau kita tidak bekerja, bagaimana mungkin kita mendapatkan uang dan bisa bertahan hidup?
Memang benar sekali bahwa setiap orang perlu bekerja untuk mencari nafkah, tapi ada orang-orang tertentu yang bekerja sepanjang hari dan menempatkan pekerjaan atau karir sebagai hal yang jauh lebih penting dan paling utama dalam hidupnya. Hari-harinya disibukkan dengan urusan bisnis dan bisnis, sampai-sampai berkata: "Aku sangat sibuk, aku tidak punya waktu lagi untuk ikut-ikut persekutuan atau bergabung dalam pelayan di gereja. Maaf!" Ada pula yang enggan menutup tokonya pada hari Minggu karena ramai pembeli. Jam-jam ibadah dikesampingkan tanpa ada rasa bersalah sedikit pun. Kita lupa bahwa waktu adalah milik Tuhan dan sepenuhnya di bawah kendali-Nya, sementara kita dipanggil untuk menggunakan waktu dengan baik dan bijak. "Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba." (Pengkotbah 9:12).
Demi mendapatkan jabatan ada orang yang menghalalkan segala cara, dan karena iming-iming jabatan pula ada orang percaya yang memilih berkompromi dengan dunia, melepaskan iman dan menyangkal Tuhan Yesus. Pengorbanan Kristus di kayu salib dianggapnya sebagai hal yang murahan sehingga bisa ditukar-tukar. Rasul Paulus sudah memperingatkan, "...janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya." (Ibrani 10:35).
Prioritaskan Tuhan terlebih dahulu, maka Tuhan pasti akan memberkati usaha kita dan mengangkat hidup kita!
Subscribe to:
Posts (Atom)